PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM IMPLEMENTASI...
Transcript of PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM IMPLEMENTASI...
-
PERAN GURU AKIDAH AKHLAK
DALAM IMPLEMENTASI AKHLAKUL KARIMAH
DI MTs NURUSSALAM KECAMATAN TERSONO
KABUPATEN BATANG TAHUN AJARAN 2016 / 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
LUTHFI HANIFAH
NIM: 11113031
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
i
-
ii
-
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama : Luthfi Hanifah
NIM : 111-13-031
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (S1)
Judul :PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM
IMPLEMENTASI AKHLAKUL KARIMAH DI MTs
NURUSSALAM KECAMATAN TERSONO KABUPATEN
BATANG TAHUN AJARAN 2016 / 2017
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 7 Agustus 2017
Pembimbing
Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
NIP. 19570520 198601 1001
i
-
SKRIPSI
PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM IMPLEMENTASI
AKHLAKUL KARIMAH DI MTs NURUSSALAM
KECAMATAN TERSONO KABUPATEN BATANG
TAHUN AJARAN 2016 / 2017
Disusun oleh
LUTHFI HANIFAH NIM: 11113031
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Agustus 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil.
Sekertaris Penguji : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag.
Penguji II : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Salatiga, 30 Agustus 2017 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121199903 1 002
ii
-
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan, di bawah ini:
Nama : INNA LAILA RAHMAH
NIM : 11113 271
Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah dan naskah skripsi ini boleh untuk dipublikasikan.
Demikian pernyataan ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 7 Agustus 2017
Yang Menyatakan
Luthfi Hanifah
NIM: 111-13-031
iii
-
MOTTO
﴾٦﴿ یُْسًرا اْلعُْسرِ َمعَ إِنَّ
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S Al-Insyirah: 6)
هللاِ َسبِْیلِ فِى فَھُوَ اْلِعْلمِ طَلَبُ فِى َخَرجَ َمنْ
“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalanAllah”
(HR.Turmudzi)
iv
-
PERSEMBAHAN
Skripsi ini selesai atas ridho dari Sang Maha Pencipta ALLAH SWT, dan
saya persembahakan kepada:
1. AyahandaJaka Purwanto, S.Pd.SD. dan Ibunda Ropikoh, A.Ma.Pd.TK.
yang telah memberikan dukungan moril dan materil, sehingga penulis bisa
merasakan bangku perkuliahan dan akhirnya mampu menyelesaikan
skripsi ini.
2. KakakM. Purwo Budi Harjo, Novi Handayani dan Adik Ridwan Faruq
Dzulfikar, terimakasih atas semangat dan dorongan yang telah diberikan
kepada penulis.
3. Para guru penulis yang telah memberii nasihat serta bekal ilmu yang
bermanfaat di dunia dan akhirat.
4. Untuk sahabat-sahabat penulis Suharno, S.E., Nelly Kamalia, Nurul Aini
Elok, Inna Laila R., Aisyah Setia N., dek Nurul, dek Nenni, dek Landiana,
Anugrah Maksum dan teman-teman yang tak bisa penulis sebutkan satu
persatu namun tak mengurangi rasa terimakasih atas perhatian dan
pelajaran hidup tentang kebersamaan.
5. Teman-teman PAI Se-angkatan 2013.
6. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.
v
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERAN GURU
AKIDAH AKHLAK DALAM IMPLEMENTASI AKHLAQUL KARIMAH
DI MTS NURUSSALAM KEC. TERSONO KAB. BATANG 2016 / 2017”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita dari zaman kegelapan hingga
zaman yang terang benderang ini.
Skripsi ini disusun dan diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Agama. Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini baik secara moril maupun spiritual, maka penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd selaku ketua Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rokhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(IAIN) Salatiga.
4. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd. selaku dosen Pembimbing Skripsi
yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Drs. Badwan, M.Ag. selaku dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberika bimbingan, motivasi dan arahan selama masa
pekuliahan.
vi
-
6. Seluruh dosen JurusanPendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah
memberikan ilmu, pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama
menempuh pendidikan.
7. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang turut
membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Semoga amal baik mereka mendapatkan balasan yang terbaik
dari Allah SWT, aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi bertambahnya pengetahuan penulis. Akhirnya hanya kepada Allah SWT
penulis serahkan segalanya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membaca dan mempelajarinya. Aamiin.
Salatiga, 7 Agustus 2017
Penulis
vii
-
ABSTRAK
Hanifah, Luthfi. 2017. Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Implementasi Akhlaqul Karimah Di Mts Nurussalam Kec. Tersono Kab. Batang 2016 / 2017 .Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Kata Kunci: Peran guru akidah akhlak.
Penelitian ini membahas tentang Peran Guru Akidah Akhlak dalam Implementasi Akhlaqul Karimah di MTs Nurussalam Kec. Tersono Kab. Batang 2016/2017. Penelitian ini berkonsentrasi kepada bagaimana peran guru akidah akhlak dan bagaimana implementasi akhlaqul karimah di MTs Nurussalam Kecamatan Tersono Kabupaten Batang.
Kehadiran peneliti dilapangan sangat penting mengingat skripsi ini adalah kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain diperoleh dari wawancara, juga didapatkan dari observasi dan dokumentasi.
Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada. Lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru Akidah Akhlak dalam implementasi akhlaq karimah di MTs Nurussalam Kecamatan Tersono Kabupaten Batang tahun 2016 / 2017 sudah Baik, ditunjukan dengan bahwa 1. Metode pembentukan akhlak siswa yang dilakukan guru yaitu ceramah, pembiasaan, konseling dan hukuman. Faktor yang mendukung dalam pembinaan akhlak: Faktor keluarga, Faktor Lingkungan, Lingkungan sekitar, Tata tertib sekolah untuk menghambat kenakalan siswa, Sedangkan faktor yang menghambat pembinaan akhlak: Waktunya tidak cukup untuk membina akhlak siswa yang sebanyak itu, Terbatasnya pengawasan pihak sekolah, Sikap dan perilaku siswa yang beragam, Pergaulan siswa yang tidak dapat dikontrol, Kurangnya kesadaran siswa untuk mengikuti kegiatan yang diwajibkan oleh sekolah, Sarana dan prasarana yang kurang mendukung, Maraknya perkembangan informasi jaman sekarang. 2. Usaha-usaha yang dilakukan yang dilakukan oleh guru Akidah Akhlak di MTs Nurussalam dilaksanakan smelalui tindakan preventif, kuratif, maupun represif, cukup efektif.
viii
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 4
E. Penegasan Istilah ......................................................................... 5
F. Metode Penelitian ....................................................................... 7
G. Sistematika Penulisa ................................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 15
A. Guru Akidah Akhlak ................................................................... 15
ix
-
B. Implementasi Akhlaqul Karimah ................................................ 23
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 33
A. Kondisi Umum MTs Nurussalam ............................................... 33
1. Gambaran Letak Geografis .................................................... 33
2. Sejarah Singkat....................................................................... 34
3. Visi, Misi dan Tujuan ............................................................. 35
4. Strucktur Organisasi ............................................................... 36
5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ..................................... 37
6. Sarana dan Prasarana.............................................................. 41
7. Pembelajaran di Sekolah ........................................................ 43
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 45
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 55
A. Peran Guru Akidah Akhlak di MTs Nurussalam .......................... 55
B. Implementasi Akhlaqul Karimah di MTs Nurussalam ................. 64
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 69
A. Kesimpulan.................................................................................... 69
B. Saran .............................................................................................. 70
C. Kata Penutup ................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
-
DAFTAR TABEL
Tabel I Structur Organisasi .............................................................................. 37
Tabel II Data Guru ........................................................................................... 39
Tabel III Data Karyawan .................................................................................. 40
Tabel IV Data Murid ........................................................................................ 41
Tabel V Keadaan Sarana Prasarana ................................................................. 42
xi
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Kode Wawancara
Lampiran 3 Transkrip Wawancara 1
Lampiran 4 Transkrip Wawancara 2
Lampiran 5 Responden Siswa
Lampiran 6 Silabus
Lampiran 7 Dokumentasi
Lampiran 8 SK Pembimbing
Lampiran 9 SK Penelitian
Lampiran 10 Lembar Konsultasi
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 12 SKK
xii
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia
(SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM
sangat penting, karena kemakmuran suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh
sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. Sangat
memprihatinkan di saat SDM bangsa Indonesia berada pada peringkat 105
dari 173 negara didunia. Rendahnya SDM di negara kita disebabkan oleh
berbagai faktor, salah satunya adalah karena rendahnya mutu pendidikan.
Sedangkan kita pahami bersama bahwa pendidikan merupakan kunci untuk
membangun SDM (Shaleh, 2005, hal. 12). Dengan kata lain, kemajuan suatu
bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia. Kualitas sumber daya
manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat
penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan
demokratis.
Schoorl (1982) berpendapat bahwa praktik-praktik pendidikan
merupakan wahana terbaik dalam menyiapkan sumber daya manusia dengan
derajat moralitas tinggi. Di negara kita tujuan pendidikan nasional didasarkan
dengan amanat yang termuat dalam UU RI No. 2 Tahun 1989, Pasal 4,
dimana “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki
1
-
pengetahuan dan ketrampilan, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.” Jika tujuan tersebut
diimplementasikan dengan sungguh-sunguh, maka para siswa akan
memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi, dan dikemudian hari
pendidikan tersebut akan menjadi dasar utama bagi para siswa untuk menjadi
SDM yang bermoralitas tinggi, terampil, mandiri, kompeten, dan mampu
mengharumkan nama bangsa dan negara kita. Karenanya, pendidikan moral
dan agama di sekolah atau didalam keluarga harus diaktualisasikan secara
berkelanjutan dan konsisten dari waktu kewaktu (Danim, 2003 , hal. 63).
Teladan kepribadian dan kewibawaan yang dimiliki oleh guru akan
berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian dan watak anak, mengingat
tugas utama seorang guru adalah sebagai pendidik. Pendidikan tersebut dapat
dilaksanakan dalam bentuk mengajar, memberikan dorongan, memuji,
menghukum, memberi contoh dan membiasakan suatu kegiatan. Kedudukan
guru yang demikian akan senantiasa bermanfaat sampai kapanpun. Terlebih
untuk mencetak kader-kader bangsa yang berbudi pekerti luhur (akhlaqul
karimah). Dengan bekal pendidikan akhlakul karimah yang kuat diharapkan
akan lahir generasi pengurus yang memiliki keunggulan kompetitif yang
ditandai dengan kemampuan intelektual yang tinggi (ilmu pengetahuan dan
teknologi) dan didasari dengan penghayatan nilai keimanan, akhlak,
psikologis, dan sosial yang baik (Mukhtar, 2003, hal. 9).
2
-
Dengan berbagai permasalahan yang ada maka penulis sebagai generasi
penerus pada bidang pendidikan, memandang penting untuk melakukan
penelitian secara mendalam tentang akhlak siswa pada jenjang pendidikan
menengah pertama. Hal ini penulis teliti karena akhlak merupakan hal yang
sangat penting bagi manusia sebagai penuntun untuk menjalani kehidupan
yang sesuai dengan ajaran Islam. Terlebih pada siswa MTs, dimana pada
masa ini seorang anak berada pada periode sensitifitas tinggi yang
berpengaruh besar bagi kepribadian anak tersebut. Periode ini merupakan
transisi perubahan kepribadian dari tahap anak-anak menjadi tahap dewasa.
Oleh sebab itu peran serta guru sebagai pembimbing sangatlah penting dan
sangat diperlukan.
Ironisnya, selama ini pelaksaan pendidikan akhlak masih terbatas,
hanya pada aspek kognitif untuk pembekalan pengetahuan siswa. Hal ini
nampak jelas pada proses pembelajaran maupun pada evaluasi pendidikan
yang terbatas pada penyerapan pengetahuan. Oleh sebab itu, perlunya peran
aktif dari berbagai kalangan yang terkait, untuk bersama sama mengentaskan
problematika akhlak siswa, tentu hal ini guru dituntut untuk berperan lebih
dalam proses pembentukan akhlak siswa agar mereka tidak terperangkap
dalam kehidupan yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk
meneliti dan membahas permasalahan tersebut didalam skripsi dengan judul
“Peran Guru Akidah Akhlak dalam Implementasi Akhlaqul Karimah di
3
-
MTs Nurussalam Kecamatan Tersono Kabupaten Batang Tahun
2016/2017”
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Peran Guru Akidah Akhlak di MTs Nurussalam Kecamatan
Tersono Kabupaten Batang?
2. Bagaimana Implementasi Akhlakul Karimah di MTs Nurusslam
Kecamatan Tersono Batang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui Peran Guru Akidah Akhlak di MTs Nurussalam
Kecamatan Tersono Kabupaten Batang.
2. Untuk mengetahui Implementasi Akhlakul Karimah di MTs Nurusslam
Kecamatan Tersono Batang.
D. Kegunuaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun
praktis, antara lain adalah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan secara teoritis
untuk memperkaya khasanah keilmuan dan sebagai tolok ukur bagi setiap
pengajar dalam peranannya di bidang belajar mengajar.
4
-
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi semua
pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan, khususnya Bagi kepala
sekolah, bagi guru, bagi siswa, bagi peneliti.
E. Penegasan Istilah
Adapun istilah yang perlu ditegaskan dalam judul penelitian ini adalah:
1. Peran Guru Akidah Akhlak
Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
suatu peristiwa. Guru adalah seseorang yang membuat orang lain tahu atau
mampu untuk melakukan sesuatu, atau memberikan pengetahuan atau
keahlian. Menurut Zakiah Daradjat, guru adalah seseorang yang memiliki
kemampuan atau pengalaman yang dapat memudahkan melaksanakan
peranannya membimbing muridnya (Daradjat, 1996 , hal. 266).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, guru Akidah Akhlak berarti
orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar
mata pelajaran Akidah Akhlak (Daradjat, 1996 , hal. 330 ). Jadi peranan
guru Akidah Akhlak yang dimaksud disini adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh orang yang pekerjaannya mengajar mata pelajaran
Akidah Akhlak sehingga membuat seseorang tahu atau mampu untuk
melaksanakan sesuatu, atau memberikan pengetahuan dan keahlian dalam
suatu peristiwa.
5
-
2. Implementasi Akhlaqul Karimah
Pembentukan berasal dari akar kata bentuk yang mempunyai
makna proses, perbuatan, cara membentuk.(Daradjat, 1996 , hal. 119)
Sedangkan kata akhlak disadur dari bahasa Arab dengan kosa kata al-
khulq yang berarti kejadian, budi pekerti dan tabiat dasar yang ada pada
manusia(Ritonga, 2005, hal. 7). Menurut Imam alGhozali, akhlak adalah
suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pikiran dan
pertimbangan. Jika sifat itu tertanam dalam jiwa maka menghasilkan
perbuatan-perbuatan yang baik menurut akal dan syariah.(Iman al-
Ghazali, 2003, hal. 48)
Dalam penelitian ini yang lebih difokuskan adalah pembentukan
akhlak siswa yang dibatasi dalam hal-hal antara lain : ketaatan siswa
terhadap tata tertib sekolah, terhadap kewajiban agama, sikap terhadap
guru dan teman, kesabaran serta kejujuran.
Dari penegasan istilah tersebut di atas dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian secara mendalam dan utuh
tentang bagaimana peranan guru Akidah Akhlak sekaligus keunggulan dan
kekurangan pelaksanaan membentukan akhlakul karimah siswa pada masa
pubertas di MTs Nurussalam Kecamatan Tersono Kabupaten Batang.
6
-
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan pendekatan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan
penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang berfokus pada perasaan
dan persepsi dari partisipan di bawah studi.
2. Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka
peneliti hadir dan terlibat secara langsung dalam aktifitas siswa di lokasi
penelitian, terutama dalam memperoleh data-data dan berbagai informasi
yang diperlukan.
3. Lokasi dan Sumber penelitian
Lokasi penelitiannya adalah MTs Nurussalam Kecamatan
Tersono Kabupaten Batang. Sedangkan sumber penelitiannya adalah
Kepala Sekolah MTs Nurussalam Kecamatan Tersono Kabupaten
Batang, guru Aqidah Akhlak MTs Nurussalam Kecamatan Tersono
Kabupaten Batang dan siswa MTs Nurussalam Kecamatan Tersono
Kabupaten Batang.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari
objeknya (Suparno, 2007: 52). Data primer pada penelitian ini adalah
hasil wawancara dengan Guru Akidah Akhlak dan Siswa yang telah
7
-
ditentukan, serta observasi yang berguna untuk mencari tahu metode
pembelajaran akidah akhlak yang digunakan oleh Guru Akidah
Akhlak MTs Nurussalam Kecamatan Tersono Kabupaten Batang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah
jadi berupa publikasi (Suparno, 2007: 52). Data sekunder yang
penulis gunakan adalah data tentang silabus mata pelajaran akidah
akhlak MTs Nurussalam Kecamatan Tersono Kabupaten Batang.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi, 2005, hal. 100). Ada
tiga metode dalam pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
a. Metode Pengamatan (Observasi)
Observasi merupakan proses untuk mengakses dan
memahami cara-cara yang digunakan orang-orang dalam bertindak
dan berinteraksi secara komunikatif. Observasi merupakan dasar
fundamental dari semua metode riset (Christine, 2008, hal. 320).
Jadi, dengan metode pengamatan (Observasi) ini berharap
penulis dapat mengetahui bagaimana cara berlangsungnya kegiatan
Guru Akidah Akhlak dalam implementasi Akhlaq Karimah siswa di
Mts Nurussalam Kecamatan Tersono Kabupaten Batang.
8
-
b. Metode Wawancara/interview
Metode wawancara ialah, metode yang dilakukan dengan
pembicaraan santai dalam berbagai situasi, dilakukan secara terus-
menerus untuk mendapat kan informasi dan penjelasan yang utuh,
mendalam, terperinci dan lengkap (Nusa, 2013, hal. 33).
Jadi, dengan metode wawancara ini berharap penulis dapat
mengetahui lebih mendalam dari para pengelola MTs Nurussalam
Kecamatan Tersono Kabupaten Batang yaitu kepala sekolah, para
guru Akidah Akhlak dan para siswa MTs Nurussalam Kecamatan
Tersono Kabupaten Batang.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan sember penting dalam bukti
tambahan maupun bukti utama riset. Dokumen mampu bertahan
sepanjang waktu karena mampu memberikan pemahaman historis
(Christine, 2008, hal. 344).
Jadi, dengan metode dokumentasi ini diharapkan penulis bias
mendapatkan bukti tambahan, seperti: foto, dan data-data sekolah
lainnya yang penulis perlukan.
6. Analisis Data
Analisis data ialah data dalam penelitian kualitatif dianalisis
melalui membaca dan mereview data untuk mendeteksi tema-tema dan
pola-pola yang muncul (Emzir, 2010, hal. 17).
9
-
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dilapangan adalah
sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan penelitan dengan menggunakan
metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
b. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam,
memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu
cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan
(Emzir, 2010, hal. 130).
c. Penyajian Data
Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data yang baik merupakan suatu cara utama bagi
penyajian data yang benar.
d. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga dideverifikasi
selama penelitian berlangsung. Verivikasi itu kemungkinan setingkat
dengan pemikiran kembali yang melintas dalam menganalisis selama
menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan serta
tukar pikiran dan akhirnya berusaha menarik kesimpulan. Dengan
10
-
demikian verifikasi yang pada mulanya mengambang atau kabur
menjadi relevan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan
teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008, hal. 331). Ada dua
macam trianggulasi yang digunakan, yaitu:
a. Trianggulasi sumber
Trianggulasi sumber berarti, mencari sumber-sumber lain
disamping sumber yang telah kita dapatkan (Nusa, 2013, hal. 34).
b. Trianggulasi metode
Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber
data dengan metode yang sama (Moleong, 2008, hal. 331)
8. Tahap-tahap penelitian
Menurut Moloeng (2008:127-128) tahap-tahap penelitian
kualitatif harus memuat :
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam
persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun
kedalam kegiatan penelitian berupa: menyusun rancangan penelitian,
mengurus perizinan kepada pihak MTs Nurussalam Kecamatan
11
-
Tersono Kabupaten Batang, menjajaki dan menilai keadaan, memilih
dan memanfaatkan informasi, serta menyiapkan perlengkapan
penelitian.
b. Tahap Pekerja Lapangan
Pada tahap ini peneliti harus sungguh-sungguh dalam
memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala
daya dan upayanya, memasuki lapangan dengan beberapa serta
sambil mengumpulkan data.
c. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini dianalisiskan konsep analisis data juga
dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk
menemukan data dan kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi kedalam tiga bagian, yaitu bagian awal,
bagian isi, dan bagian akhir. Adapun secara terperinci telah penulis uraikan
seperti dibawah ini:
1. Bagian Awal
Pada bagian ini berisi tentang halaman judul, nota pembimbing,
pengesahan skripsi, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian ini terbagi kedalam 5 bab, yaitu:
12
-
a. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bab yang berisi tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian
penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan.
b. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan tentang landasan teori. Uraiannya
terbagi menjadi dua sub bab, yaitu sub bab peran guru akidah akhlak
yang meliputi definisi, syarat dan sifat guru akidah akhlak, tanggung
jawab dan tugas guru akidah akhlak, dan peranan guru akidah akhlak.
Sub bab kedua adalah penjabaran mengenai implementasi akhlakul
karimah.
c. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian, lokasi
penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan data, dan tahanp-tahap penelitian.
d. BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
Pada bab ini penulis uraikan tentang paparan data dan analisis
dari hasil penelitian. Yaitu pembahasan secara terperinci mengenai
implementasi materi akidah akhlak pada siswa MTs Nurussalam
Kecamatan Tersono Kabupaten Batang.
13
-
e. BAB V PENUTUP
Bab penutup adalah bab terakhir dari bagian isi, bab penutup
berisi tentang kesimpulan atas penelitian dan saran yang dapat penulis
berikan terkait hasil penelitian yang telah dilakukan.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir merupakan bagian penutup dari skripsi. Bagian ini
berisikan tentang daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan penulis dan
lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menjadi bukti penelitian ini.
14
-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Guru Akidah Akhlak
1. Pengertian Guru Akidah Akhlak
Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya
untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara pengahargaan dari
material, misalnya, sangat jauh dari harapan. Gaji seorang guru rasanya
terlalu jauh untuk mencapai kesejahteraan hidup layak sebagaimana
profesi lainnya. Hal itulah, tampaknya yang menjadi salah satu alasan
mengapa guru disebut sebagai pahlawan tanpa jasa (Naim, 2011: 1)
Guru atau pendidik dalam konteks Islam sering di sebut dengan
murabbi, mu‟allim, dan mu‟addib, yang pada dasarnya mempunyai makna
yang berbeda sesuai dengan konteks kalimat, walaupun dalam situasi
tertentu mempunyai kesamaan makna. Kata murabbi berasal dari kata
rabba, yurabbi, kata mu‟allim berasal dari kata „allama, yu‟allimu
sedangkan kata muaddib berasal dari adabba, yuaddibu sebagaimana
sebuah ungkapan: “Allah mendidikku, maka Ia memberikan kepadaku
sebaik-baik pendidikan”. Muhammad Muntahibun Nafis menyebutkan
sebagaimana dijelaskan oleh al-Aziz bahwa pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab dalam menginternalisasikan nilai-nilai agama dan
berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan
pribadi yang sempurna. Pendidik dalam pendidikan Islam pada hakikatnya
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
15
-
peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi dan kecenderungan
yang ada pada peserta didik, baik yang mencakup rana afektif, kognitif,
maupun psikomotorik (Nafis, 2002: 84)
2. Kedudukan, Syarat dan Sifat Guru Akidah Akhlak
Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan
Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu pentingnya penghargaan
itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan
Nabi dan Rasul. Karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan,
sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan, penghargaan Islam
terhadap ilmu.
Sedangkan syarat yang berkaitan dengan profesinya guru sebagai
pendidik dan tenaga kependidikan seharusnya memenuhi standar nasional
yang telah ditentukan, yaitu memiliki kualifikasi akademik (minimum
DIV/S1) dan kompetensi (pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial).
Bagi seorang yang tidak memiliki ijasah atau sertifikat keahlian khusus
yang diakui dan diperlukan dapat diangkat kembali menjadi pendidik
setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. Kemampuan pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, dewasa, aktif,
berwibawa, menjadi tauladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
16
-
Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi Standar Kompetensi (SK) yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sedangkan
kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berinteraksi dan
berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, guru lain,
orang tua dan masyarakat.
Sedangkan sikap dan sifat yang harus dimiliki oleh guru atau
pendidik, adalah:
a. Adil (tidak membedakan dan pilih asih).
b. Percaya dan suka (senang) kepada murid-muridnya.
c. Sabar dan rela berkorban.
d. Memiliki wibawa terhadap anak didiknya.
e. Penggembira (humoris: supaya tetap memikat anak atau peserta didik
etika mengajar).
f. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya
g. Bersikap baik terhadap masyarakat.
h. Benar-benar menguasai mata pelajarannya.
i. Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya.
j. Berpengetahuan luas (Purwanto, 2004: 143-148).
Demikianlah syarat dan sifat yang perlu dipenuhi oleh setip guru,
karena guru dituntut untuk memiliki kecakapan dan kewenangan dalam
menentukan arah pendidikan yang lebih baik dan maju, karena di antara
17
-
tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri
pribadi anak didik jika pribadi guru berakhlak mulia pula.
3. Tanggung Jawab dan Tugas Guru Akidah Akhlak
Tanggung jawab guru adalah mencerdaskan kehidupan anak didik.
Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap
anak didik. Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah
norma itu kepada anak didik agar tahu bagaimana perbuatan yang susila
dan asusila. Mana perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua norma itu
tidak mesti harus guru berikan ketika di kelas, di luar kelaspun sebaiknya
guru contohkan melalui sikap, tingkah laku dan perbuatan (Djamarah,
2000: 35-36).
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun
diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Secara umum tugas Guru Akidah
Akhlak meliputi empat hal yaitu : tugas profesi, tugas keagamaan, tugas
kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan (Paraba, 2000:14).Tugas Guru
Akidah Akhlak sebagai profesi adalah mendidik, mengajar, melatih dan
menilai atau mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar. Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilanketerampilan
pada siswa (Usman, 2000: 7).
18
-
Dalam tinjauan agama Islam, tugas keagamaan guru sebagai juru
dakwah yaitu bertugas menyampaikan kebaikan dan mencagah
kemungkaran (amar m'aruf nahi munkar), mentransfer ilmu kepada peserta
didik agar menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Sehingga tugas yang diemban ini semata-mata untuk menyebarkan dan
mensosialisasikan ajaran agama kepada peserta didik. Untuk dapat
melaksanakan tugas ini dengan baik, guru terlebih dahulu mengerti,
memahami dan mengamalkan ajaran Islam, bertakwa kepada Allah dan
berakhlak mulia. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus
dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia juga harus dapat
menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya (Usman,
2000:8).
Sedangkan di bidang kemasyarakatan guru mempunyai tugas
mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia
yang bermoral Pancasila (Djamarah, 2000:37). Jadi tugas dan tanggung
jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka
membina jiwa dan watak peserta didik untuk membentuk peserta didik
agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan
bangsa di masa yang akan datang tidak hanya sebatas dinding sekolah,
tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
4. Peranan Guru Akidah Akhlak
Peranan guru adalah tercapainya serangkaian tingkah laku yang
saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta
19
-
berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan
siswa yang menjadi tujuan (Usman, 2000: 4). Dengan kata lain peranan
guru dapat dikatakan tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dalam
mengajar siswa untuk kemajuan yaitu perubahan tingkah laku dan
perkembangan siswa.
Menurut Mukhtar, peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
pembentukan akhlak lebih difokuskan pada tiga peran, yaitu:
a. Peran pendidik sebagai pembimbing
Peran pendidik sebagai pembimbing sangat berkaitan erat dengan
praktik keseharian. Untuk dapat menjadi seorang pembimbing, seorang
pendidik harus mampu memperlakukan para siswa dengan
menghormati dan menyayangi (mencintai). Ada beberapa hal yang
tidak boleh dilakukan oleh seorang pendidik, yaitu meremehkan /
merendahkan siswa, memperlakukan sebagai siswa secara tidak adil,
dan membenci sebagian siswa.
Perlakuan pendidik sebenarnya sama dengan perlakuan orang tua
terhadap anak-anaknya yaitu penuh respek dan kasih sayang serta
memberikan perlindungan. Sehingga dengan demikian, semua siswa
merasa senang dan familiar untuk sama-sama menerima pelajaran dari
pendidiknya tanpa ada paksaan, tekanan dan sejenisnya. Pada intinya,
setiap siswa dapat merasa percaya diri bahwa di sekolah / madrasah ini,
ia akan sukses belajar lantaran ia merasa dibimbing, didorong, dan
diarahkan oleh pendidiknya dan tidak dibiarkan tersesat. Bahkan, dalam
20
-
hal-hal tertentu pendidik harus bersedia membimbing dan mengarahkan
satu persatu dari seluruh siswa yang ada (Mukhtar, 2003: 93-94).
b. Peran pendidik sebagi model (contoh)
Peranan pendidik sebagai model pembelajaran sangat penting
dalam rangka membentuk akhlak mulia bagi siswa yang diajar. Karena
gerak gerik guru sebenarnya selalu diperhatikan oleh setiap murid.
Tindak tanduk, perilaku, dan bahkan gaya guru selalu diteropong dan
sekaligus dijadikan cermin (contoh) oleh murid-muridnya. Apakah
yang baik atau yang buruk. Kedisiplinan, kejujuran, keadilan,
kebersihan, kesopanan, ketulusan, ketekunan, kehati-hatian akan selalu
direkam oleh murid-muridnya dan dalam batas-batas tertentu akan
diikuti oleh murid-muridnya. Demikain pula sebaliknya, kejelekan-
kejelekan gurunya akan pula direkam oleh muridnya dan biasanya akan
lebih mudah dan cepat diikuti oleh murid-muridnya (Azizi, 2003: 164-
165). Semuanya akan menjadi contoh bagi murid, karenanya guru harus
bisa menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Guru juga
menjadi figur secara tidak langsung dalam pembentukan akhlak siswa
dengan memberikan bimbingan tentang cara berpenampilan, bergaul
dan berprilaku yang sopan.
c. Peran pendidik sebagai penasehat.
Seorang pendidik memiliki jalinan ikatan batin atau emosional
dengan para siswa yang diajarnya. Dalam hubungan ini pendidik
berperan aktif sebagai penasehat. Peran pendidik bukan hanya sekedar
21
-
menyampaikan pelajaran di kelas lalu menyerahkan sepenuhnya kepada
siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikannya
tersebut. Namun, lebih dari itu, guru juga harus mampu memberi
nasehat bagi siswa yang membutuhkannya, baik diminta ataupun tidak
(Mukhtar, 2003: 95-96). Oleh karena itu hubungan batin dan emosional
antara siswa dan pendidik dapat terjalin efektif, bila sasaran utamanya
adalah menyampaikan nilai-nilai moral, maka peranan pedidik dalam
menyampaikan nasehat menjadi sesuatu yang pokok, sehingga siswa
akan merasa diayomi, dilindungi, dibina, dibimbing, didampingi
penasehat dan diemong oleh gurunya (Azizi, 2003: 167).
Setiap guru utamanya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama bukanlah sekedar
mentransfer pengetahuan agama dan melatih keterampilan anak-anak
dalam melaksanakan ibadah atau hanya membangun intelektual dan
menyuburkan perasaan keagamaan saja, akan tetapi pendidikan agama
lebih luas dari pada itu. Pendidikan agama Islam berusaha melahirkan
siswa yang beriman, berilmu, dan beramal saleh. Sehingga dalam suatu
pendidikan moral, PAI tidak hanya menghendaki pencapaian ilmu itu
semata tetapi harus didasari oleh adanya semangat moral yang tinggi
dan akhlak yang baik (Mukhtar, 2003: 92). Untuk itu seorang guru
sebagai pengemban amanah pembelajaran PAI haruslah orang yang
memiliki pribadi saleh Dengan menyadari peranannya sebagai pendidik
maka seorang Guru Akidah Akhlak dapat bertindak sebagai pendidik
22
-
yang sebenarnya, baik dari segi perilaku (kepribadian) maupun dari segi
keilmuan yang dimilikinya hal ini akan dengan mudah diterima,
dicontoh dan diteladani oleh siswa, atau dengan kata lain pendidikan
akan sukses apabila ajaran agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi
guru agama. Sehingga tujuan untuk membentuk pribadi anak saleh
dapat terwujud.
B. Implementasi Akhlaqul Karimah
1. Pengertian Akhlak
Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlaq" berasal dari
bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "khuluq”( ُْحلًق) yang menurut
logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat
tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
"khalqun"( yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan ( َحْلقٌ
"khaliq" ( َْحلِق ) yang berarti pencipta dan "makhluq" yang berarti yang
diciptakan (Sinaga, 2004: 1). Definisi akhlak di atas muncul sebagai
mediator yang menjembatani komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan
makhluq (yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut
sebagai hablum min Allah. Dari produk hamlum min Allah yang verbal
biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut
dengan hablum min annas (pola hubungan antar sesama makhluk)
(Mukhtar, 2003: 2). Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak
ialah sifatsifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan
23
-
baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak
yang tercela sesuai dengan pembinaannya (Asmara, 1992: 1).
Jadi pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlaq ialah kondisi
atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga
dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan
mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Apabila dari
kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan
syariat dan akal pikiran. Maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan
sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebut budi
pekerti yang tercela.
2. Dasar Akhlak
Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan
kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah al-Qur'an dan sunnah
Rasulullah SAW (Yakub, 1993: 49). Barnawie Umary menambahkan
bahwa dasar akhlak adalah al-Qur'an dan al-Hadits serta hasil pemikiran
para hukama dan filosof (Umary, 1995: 1). Kedua dasar itulah yang
menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola
hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dasar akhlaq dalam Hadits Nabi SAW salah satunya Dari Abi
Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda :
مُ ِألُ بُِعْثتُ اِنََّما قٍ ْحآل ألَ ا لِحُ َصا تَمِّ
Artinya : “sesungguhnya aku diutus untuk memperbaiki akhlak”
( HR. Ahmad )
24
-
Jadi jelaslah bahwa al-Qur'an dan al-Hadits pedoman hidup yang
menjadi asas bagi setiap muslim, mata teranglah keduanya merupakan
sumber akhlak dalam Islam. firman Allah dan sunnah Nabi adalah ajaran
yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan ciptaan
manusia, hingga telah terjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan
naluri manusia harus tunduk kriteria mana perbuatan yang baik dan jahat,
mana yang halal dan mana yang haram.
3. Tujuan Implementasi Akhlakul Karimah
Islam adalah agama rahmat bagi umat manusia. Ia datang dengan
membawa kebenaran dari Allah SWT dan dengan tujuan ingin
menyelamatkan dan memberikan kebahagiaan hidup kepada manusia
dimanapun mereka berada. Agama Islam mengajarkan kebaikan,
kebaktian, mencegah manusia dari tindakan onar dan maksiat (Basri,
2004:145). Sebelum merumuskan tujuan pembentukan akhlak, terlebih
dahulu harus kita ketahui mangenai tujuan pendidikan islam dan tujuan
pendidikan akhlaq.
Muhamad Al-Munir menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah :
a. Tercapainya manusia seutuhnya.
b. Tercapainya kebahagiaan dunia dan akherat.
c. Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi dan takut kepada Allah
(Andayani, 2004: 74-75).
25
-
Menurut Muhamad Al-Athiyah Al-Abrasy, tujuan utama dari
pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang
sanggup menghasilkan orang—orang yang bermoral, laki-laki maupun
perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, citacita yang benar dan
akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati
hak asasi manusia, tau membedakan baik dan buruk, memilih suatu fadilah
karena ia cinta pada fadilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela,
karena ia tercela, dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang
mereka lakukan (Abrasy, 1970: 180).
Sedangkan tujuan pendidikan moral dan akhlak dalam Islam ialah
untuk membentuk orang-orang berakhlak baik, keras kemauan, sopan
dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai,
bersifat bijaksana, sempurna, beradab, ikhlas, jujur, dan suci (Abrasy,
1970: 109).
Dari beberapa keterangan di atas, dapat ditarik rumusan mengenai
tujuan pendidikan akhlaq, yaitu membentuk akhlakul karimah. Sedangkan
pembentukan akhlaq sendiri itu sebagai sarana dalam mencapai tujuan
pendidikan akhlak agar menciptakan menusia yang berakhlaq karimah.
4. Materi Implementasi Akhlakul Karimah
Akhlak atau budi pekerti yang mulia adalah jalan untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan di akhirat kelak serta mengangkat derajat manusia
ke tempat mulia sedangkan akhlak yang buruk adalah racun yang
berbahaya serta merupakan sumber keburukan yang akan menjauhkan
26
-
manusia dari rahmat Allah SWT. sekaligus merupakan penyakit hati dan
jiwa yang akan memusnahkan arti hidup yang sebenarnya.
Muhammad Daud Ali mengatakan bahwa secara garis besar, materi
pemgentukan akhlak terbagi dalam dua bagian, pertama adalah akhlak
terhadap Allah atau khalik (pencipta), dan kedua adalah akhlak terhadap
makhluk semua ciptaan Allah (Ali, 2000: 352).
a. Akhlak terhadap Allah
Alam dan seisinya ini mempunyai pencipta dan pemelihara yang
diyakini adanya yakni Allah SWT. Dialah yang memberikan rahmat
dan menurunkan adzab kepada siapa saja yang dikehendakinya oleh
karena itu manusia wajib taat dan beribadah hanya kepada-Nya sebagai
wujud rasa terima kasih terhadap segala yang telah dianugerahkan
Allah kepada manusia.
Manifestasi dari manusia terhadap Allah antara lain : cinta dan
ikhlas kepada Allah, takwa (takut berdasarkan kesadaran mengerjakan
yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang Allah), bersyukur atas
nikmat yang diberikan, tawakkal (menyerahkan persoalan kepada
Allah), sabar dan ikhlas.
b. Akhlak terhadap Diri Sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri yang dimaksud adalah bagaimana
seseorang menjaga dirinya (jiwa dan raga) dari perbuatan yang dapat
menjerumuskan dirinya atau bahkan berpengaruh kepada orang lain
karena diri sendiri merupakan asal motivasi dan kembalinya manfaat
27
-
suatu perbuatan. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat At
Tahrim ayat 6 yang artinya:
نَاًرا َوأَْھلِیُكمْ أَنفَُسُكمْ قُوا آَمنُوا الَِّذینَ أَیُّھَا یَا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”. (QS. At-Tahrim : 6)
Ayat di atas menjadi dasar untuk meyakinkan bahwa sikap
terhadap diri sendiri adalah prinsip yang perlu mendapat perhatian
sebagai menifestasi dari tanggung jawab terhadap dirinya dalam bentuk
sikap dan perbuatan akhlak yang terpuji.
c. Akhlak terhadap Sesama Manusia
Di dunia ini tidak ada seorangpun yang bisa hidup tanpa
bergantung kepada orang lain, sebagai makhluk sosial yang hidup
ditengah-tengah masyarakat, Islam menganjurkan umatnya untuk saling
memperhatikan satu sama lain dengan saling menghormati tolong
menolong dalam kebaikan, berkata sopan, berperilaku adil dan lain
sebagainya. Sehingga tercipta sebuah kelompok masyarakat yang hidup
tentram dan damai.
Sedangkan akhlak terhadap sesama bagi anak usia sekolah
menengah pertama, antara lain:
1) Akhlak terhadap orang tua.
Allah memerintahkan manusia untuk selalu patuh dan taat
serta menjaga hubungan duniawi kepada kedua orang tua dan
selalu bertindak sopan kepada keduanya, bertutur kata secara
28
-
lembut, merendahkan hati, berterima kasih dan memohonkan
rohmah dan maghfiroh kepada Allah SWT.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kebaikan.
2) Akhlak terhadap guru.
Guru harus dipatuhi dan dihormati karena merupakan orang
tua yang telah mengajarkan ilmu yang membuat manusia menjadi
lebih beradab, mengerti sopan santun dan merawat anak didiknya
sebagaimana seseorang menyayangi anaknya. Oleh karena itu
sudah seharusnya seorang murid menghormati dan mengagungkan
gurunya. Menurut sahabat Ali bin Abi Tholib sebagaimana dikutip
Az-Zarnuji kedudukan murid dan guru yaitu Sayalah menjadi
hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf, tercera
padanya saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap dijadikan
hamba.
29
-
d. Akhlak terhadap Lingkungan.
Manusia diposisikan Allah sebagai khalifah di atas bumi ini dan
hidup ditengah-tengah lingkungan bersama makhluk lain sehingga
sudah menjadi kewajibannya untuk menjaga lingkungan sebagai
makhluk yang memiliki derajat tertinggi dengan akal dan
kemampuannya mengelola alam.
Adapun karakteristik mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs /
SLTP adalah sebagai berkut:
1) Diberikannya mata pelajaran Akidah Akhlak, khususnya di
MTs/SLTP, bertujuan untuk membentuk peserta didik yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Berbudi pekerti yang
luhur (berakhlak mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup
tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam
lainnya sehingga dapat dijadikan bekal untuk mempelajari berbagai
bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh
pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu
dan mata pelajaran tersebut.
2) Prinsip-prinsip dasar Akidah Akhlak tertuang dalam tiga kerangka
dasar ajaran Islam, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah
merupakan penjabaran dari kosep iman; syariah merupakan
penjabaran dari konsep Islam, syariah memiliki dua dimensi kajian
pokok, yaitu ibadah dan muamalah, dan akhlak merupakan
penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah
30
-
berkembang berbagai kajian keIslaman (ilmu-ilmu agama) seperti
ilmu kalam (teologi Islam, usuluddin, ilmu tauhid) yang merupakan
pengembangan dari akidah, ilmu fikih yang merupakan
pengembangan dari syariah, dan ilmu akhlak (etika Islam, moralitas
Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk
kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan
budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di
MTs/SLTP (Depdiknas, 2004:2-3).
Adapun rujukan atau pedoman dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam (akhlak) di MTs ialah buku mutiara akhlak dalam
pendidikan agama Islam. Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun
2006 tentang standar isi dan Permendiknas nomor 23 tanun 2006
tentang standar kompetensi lulusan yang di tulis oleh Soepardjo dan
Ngadiyanto yang di terbitkan oleh PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
di Solo tahun 2007 “dalam proses pembelajaran pendidikan agama
Islam (akhlak) di SMP disesuaikan dengan silabus, standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator dari Departemen Pendidikan Nasional”
(Soepardjo, 2007:35-40). Anak yang berada dalam masa puber serta
belum memahami agama Islam dan fenomena tersebut terjadi di
sekolahan lanjutan pertama dengan didukungnya mata pelajaran tentang
keagamaannya sangat kurang maksimal. Anak akan mudah terjerumus
pada perbuatan dosa dan perbuatan maksiat lainnya. Keadaan semacam
ini juga dapat menjadi penyebab utama kemerosotan moral, pergaulan
31
-
bebas, penggunaan obat-obat terlarang, pemerkosaan, pembunuhan, dan
berbagai bentuk kejahatan yang kebanyakan dilakukan oleh generasi
yang kurang pemahamannya tentang akhlak, kurangnya pendidikan
akhlak serta pembinaan akhlak pada anak. Apabila anak telah
memahami hikmah dan pentingnya mempelajari akhlak dengan baik
berarti mereka telah dibimbing untuk senantiasa mendekatkan dirinya
kepada Allah SWT, yang akan membawa kepada ketenangan jiwa dan
akan timbul perasaan takut bila hendak melakukan perbuatan dosa
karena ia telah yakin bahwa dirinya senantiasa berada dibawah
pengawasan Allah Swt (Ngadiyanto, 2007:121).
32
-
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kondisi Umum MTs Nurussalam Kecamatan Tersono Kabupaten
Batang
MTs Nurussalam Tersono merupakan lembaga pendidikan swasta dan
satu-satunya lembaga pendidikan yang bernafaskanm Islam setingkat SMP di
Kecamatan Tersono yang berada dibawah naungan Lembaga Pendidikan
Maarif NU serta telah terakreditasi A oleh BAN-S/M (badan akreditasi
nasional sekolah / madrasah)
1. Gambaran Letak Geografis
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurussalam Tersono Batang terdiri
dari 2 kampus yang terletak di pusat Kecamatan Tersono. Kampus 1
terletak di sebelah utara jalan raya Tersono — Limpung tepatnya
dikilometer 0,5. Sedangkan kampus 2 terletak di sebelah timur Kantor
Kecamatan Tersono. Dilihat dari letak geografis MTs Nurussalam Tersono
Batang sangat strategis karena berada pada pusat kecamatan dan dekat
dengan jalan raya. Letak yang strategis ini memudahkan jangkauan
masyarakat untuk memilih sekolah MTs Nurussalam Tersono sebagai
lembaga pendidikan pilihan. Terbukti bahwa dilihat dari data statistik
jumlah siswa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan MTs
Nurussalam Tersono merupakan madrasah dengan jumlah siswa terbanyak
di Kecamatan Tersono dibandingkan dengan 3 MTs / SMP lain di
Kecamatan Tersono (O/G/ /02-06-2017/09.00WIB)
33
-
2. Sejarah Singkat
Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Nurussalam Tersono didirikan oleh
Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU) Majelis Wakil Cabang (MWC) Tersono
pada tahun 1967, dan mulai beroperasi/melaksanakan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) setahun kemudian tepatnya pada Tahun Pelajaran 1968.
Sebelum namanya berubah menjadi MTs. Nurussalam seperti
sekarang, semula bernama PGA NU 4 tahun (PGANU : Pendidikan Guru
Agama Nahdlatul Ulama). PGA NU 4 tahun berjalan kurang lebih selama
9 tahun.
Sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan di Indonesia,
kemudian pada tahun 1977 PGA NU berubah nama menjadi MTs.
Nurussalam (sesuai dengan peraturan pemerintah tentang perubahan nama
PGA 4 tahun menjadi Madrasah Tsanawiyah atau MTs.), dengan jenjang
waktu pendidikan tidak lagi 4 tahun, tetapi menjadi 3 tahun. Sejak
perubahan tersebut nama MTs. Nurussalam dipakai Akidah Akhlak
sekarang.
Sesuai dengan perubahan dan perkembangan waktu, MTs.
Nurussalam selalu eksis turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan melayani, membimbing, dan mendidik siswa melalui kegiatan
pendidikan baik yang bersifat intra kurikuler maupun extra kurikuler.
Dalam perjalanannya, perkembangan MTs. Nurussalam terus
semakin tampak baik secara kualitas maupun kuantiítasnya. Hal ini bisa
34
-
dilihat dari jumlah siswanya, yang semula hanya 1 (satu) kelas setiap
tingkatan, sekarang menjadi 3 (tiga) hingga 4 (empat) kelas paralel
disetiap tingkatannya. Demikian pula prestasi-prestasi yang telah diraih
hingga saat ini baik akademik maupun non akademik (D/S/TZ/02-06-
2017/09.00WIB)
3. Visi, Misi dan Tujuan MTs. Nurussalam Tersono.
a. VISI: “MENCIPTAKAN ANAK DIDIK YANG CERDAS,
TERAMPIL DAN BERAKHLAQUL KARIMAH “.
b. MISI:
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif demi
pencaAkidah Akhlakan nilai UN an UAMBN di atas standar
minimal.
2) Melaksanakan ekstra kurikuler sesuai bakat dan potensi siswa
menuju keunggulan bidang yang dikembangkan.
3) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran islam menuju
terbentuknya rasa tanggung jawab antar sesama, terlebih kepada
Allah SWT.
4) Mencetak generasi muslim yang berhaluan Ahlussunah wal jamaah
an Nahdliyah.
c. Tujuan Madrasah.
Dari pemahaman singkat visi dan misi di atas, maka untuk
mengimplementasikannya diperlukan tujuan sebagai penentu arah
35
-
kelangsungan pendidikan di MTs. Nurussalam Tersono, yang
dirumuskan sebagai berikut :
1) Tenaga pendidik yang professional dengan etos kerja yang
maksimal.
2) Menghasilkan prestasi belajar akademik dengan penilaian standar
nasional dan non akademik yang memuaskan dan bermanfaat bagi
peserta didik.
3) Tenaga Administrasi yang professional.
4) Sarana dan prasarana penunjang KBM yang representatif.
5) Dana yang memadai.
4. Struktur Organisasi
MTs Nurussalam Tersono sebagai lembaga pendidikan formal,
sudah semestinya dipimpin oleh seorang kepala Sekolah yang dibantu
oleh beberapa wakilnya dalam bidang masing-masing untuk
menjalankan tugasnya secara terstruktur, demi tercaAkidah Akhlaknya
tujuan pendidikan. Adapun struktur organisasi MTs Nurussalam
Tersono adalah sebagai berikut :
Tabel I Struktur Organisasi MTs Nurussalam Tersono
No Nama Jabatan
1 Drs. Mushonif, M.Pd. I. Kepala madrasah 2 Abdul Hakim, S.Ag. Waka kurikulum 3 Tsalisati, S.Pd. I. Waka kesiswaan 4 Abdul Malik, S.Pd.kim, Sarpras 5 Eko Supriyanto, S.Pd. Humas 6 Siti Musyayanah Ka. Tata usaha
36
-
7 Tam Zaenuri Bendahara 8 Santo Staf tata usaha 9 Umi Rizqiaviana Staf tata usaha 10 Yayah Komariyah, S.Pd. Koord. BK/BP 11 Dra. Siti Hayik Ka. Perpustakaan 12 Ida Nurhayati, S.Pd. Ka. Lab IPA 13 Wahudi, S.Pd. I. Ka. Lab Komputer
5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa
a. Keadaan Guru dan Karyawan
Dalam sebuah institusi pendidikan, guru (tenaga pendidik) dan
karyawan (tenaga kependidikan) merupakan dua aktor yang saling
bersinggungan. Kedua unsur sekolah/ madrasah tersebut saling
melengkapi sehingga mampu menjalankan tugas kependidikan
secara kolektif. Mereka bekerja sesuai dengan peran dan tugasnya
masing-masing, seperti guru bertugas menjalankan pembelajaran
sedangkan karyawan bertugas membantu dalam urusan kependidikan
seperti bidang administrasi, kepegawaian serta keuangan yang ada
dalam lembaga.
Guru MTs Nurussalam mayoritas telah memenuhi Standar
Pendidikan Nasional (SNP), karena sudah memiliki kualifiksi
akademik S1 yang sesuai antara latar belakang pendidikan dengan
bidang yang diajarkan. Secara individu, guru Akidah Akhlak yang
ada telah memenuhi syarat untuk menjadi seorang guru karena 'alim
adalah mengetahui lebih banyak tentang ilmu pengetahuan agama
atau materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.
37
-
Sikap guru Akidah Akhlak MTs Nurussalam senantiasa menjaga diri
dari maksiat, dan perangai-perangai yang kurang baik di mata
masyarakat.
Kompetensi yang dimiliki oleh guru Akidah Akhlak di MTs
Nurussalam meliputi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.
Kemampuan pedagogik adalah kemampuan guru Akidah Akhlak
dalam mengelola pembelajaran peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, terutama yang
berkaitan dengan penanaman akhlak. Kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, dewasa, aktif, berwibawa,
menjadi tauladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam. Sedangkan kompetensi
sosial yaitu kemampuan guru untuk berinteraksi dan berkomunikasi
secaran efektif dan efisien dengan peserta didik, guru lain, orang tua
dan masyarakat seperti terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan di
masyarakat.
Tenaga pengajar atau biasa disebut guru pada MTs.
Nurussalam Tersono adalah berjumlah 21 (dua puluh satu) orang.
Semua tenaga pengajar lulusan dari kependidikan dan mengajar
sesuai dengan disiplin ilmunya. Dari 21 tenaga pengajar, 18 (delapan
belas) orang berpendidikan S.1, dan 3 (tiga) orang berpendidikan
terakhir SLTA.
38
-
Para guru MTs. Nurussalam Tersono sering dilibatkan atau
dikirim pada pelatihan kependidikan, baik berupa training maupun
semiloka dan juga ada yang meneruskan ke jenjang pendidikan
selanjutnya, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel II Data Guru MTs Nurussalam Tersono
Tahun Pelajaran 2016/2017
No Nama L/P Pendidikan Terakhir
Mata Pelajaran Yang Diampu
1. Drs. Mushonif, M. Pd.I. L S.2 Bahasa Arab
2. H. Yusro, S.Pd.I L S.1 Fikih Ke-NU-an
3. Tsalisati, S.Pd.I. P S.1 IPS
4. Abdul Malik, S.Pd.Kim. L S.1 IPA
5. Dra. Siti Hayik P S.1 Bahasa Indonesia
6. Kholid Khumaedi, S.Ag. L S.1 SKI
7. Abdul Hakim, S.Ag. L S.1 Quran Hadits
Ke-NU-an
8. Hidayati, S.Pd. P S.1 Bahasa Inggris
9. Noor Fathoni, S.Si. L S.1 Matematika
10. Eko Supriyanto, S.Pd. L S.1 Bahasa Indonesia
11. Ida Nurhayati, S.Pd. P S.1 IPA
12. Solikhin, S.Pd. L S.1 Matematika
13. Ari Riwayanto, S.Pd. L S.1 IPS
Bahasa Jawa
14. Wahudi, S.Pd.I. L S.1 TIK
Akidah Akhlak
15. Ariful Fuadi, S.Pd. L S.1 Bahasa Inggris
39
-
16. Norma Zuhaeda, S.Pd. P S.1 P. Kewarganegaraan
17. Abdul Muttaqin, S.Pd.I. L S.1 Seni Budaya
Bahasa Jawa
18. Fahrurozi, S. Pd. L S.1 Penjas/Orkes
19. Minanurrokhman, S.Pd. L S.1 Bahasa Arab
Ke-NU-an
20. Hanik Qistin Latif P SLTA Tartil/Tilawah Quran
21. Yayah Komariyah, S.Pd. P S.1 BP/BK
22. Agus Hafidhul Ulum, S.Pd.I
L S.1 Aqidah Akhlak
23. Alva Luthfiyana, S.Pd. P S.1 BP/BK
Tabel III Data Karyawan MTs Nurussalam Tersono
No Nama L/P Pendidikan Terakhir
Jabatan
1. Siti Musyayanah P SLTA Kepala TU 2. Tam Zaenuri L SLTA Bendahara 3. Santo P SLTA Bendahara
4. Rose Dewi Syarifah, S.Pd.I. P
P S.1 Layanan Perpustakaan
5. Umi Rizqiaviana P SLTA Tata Usaha 6. Khoidin L SLTA Penjaga 7. Mulyatun P SLTA Kebersihan 8. Suudi L SLTA Satpam 9. Suharyati P SLTA Petugas 10. Aflihatul Hidayah P SLTA Kantin
b. Keadaan Siswa
Jumlah murid secara keseluruhan pada tahun pelajaran
2016/2017 adalah 458 anak dan semuanya beragama Islam. Dengan
40
-
perincian kelas VII sebanyak 160 anak, kelas VIII sebanyak 153
anak, kelas IX sebanyak 145 anak. Untuk lebih jelasnya lihat table
berikut:
Tabel IV Data Murid MTs Nurussalam Tersono
Tahun Pelajaran 2016/2017
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana bagi sebuah lembaga pendidikan merupakan
hal yang mutlak. Hal ini karena berkenaan dengan penyediaan fasilitas
pembelajaran. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai,
pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, serta sesuai dengan tujuan
yang diharapkan sejak awal. Pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar, tertib, dan nyaman sehingga memungkinkan diraihnya prestasi
bagi siswa.
Sarana dan prasarana yang disediakan MTs Nurussalam Tersono
Kabupaten Batang dibagi atas sarana gedung/ bangunan madrasah yang
digunakan untuk ruang pembelajaran dan aktivitas pendidikan.
NO KELAS L P JUMLAH
1. VI 72 88 160 2. VII 73 80 153 3. IX 67 78 145
JUMLAH 212 246 458
41
-
Tabel V Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Nurussalam Tersono
No. Nama Ruang Kondisi (Unit)
Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
1 Ruang Kepala Sekolah 1 0 0
2 Ruang TU 1 1 0
3 Ruang Guru 1 1 0
4 Ruang Kelas 14 0 0
5 Ruang Perpustakaan 1 0 0
6 Ruang Koperasi 1 0 0
7 Ruang BP 1 0 0
8 Ruang Laboratorium IPA 1 0 0
9 WC Guru 4 0 0
10 WC Siswa 11 0 0
11 Ruang Gudang 1 0 0
12 Ruang UKS 1 0 0
7. Pembelajaran di Sekolah
a. Metode
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru
menggunakan metode bervariasi, seperti ceramah, demonstrasi,
tanya jawab, dan lain-lain. Namun yang paling dominan adalah
metode ceramah, karena seorang guru dalam penyamAkidah
Akhlakan materi pelajaran dengan metode semacam ini sangat
sederhana dan praktis dalam pelaksanaannya. Untuk langkah-
langkah pelaksanaan metode ini ditempuh melalui empat tahapan
sebagai berikut:
42
-
1) Fase pemberian tugas, yakni guru sebagai satu-satunya sumber
belajar serta menjelaskan materi pelajaran sejelas-jelasnya.
2) Fase pelaksanaan tugas, bahwa guru memberikan bimbingan
dan pengawasan agar siswa melaksanakan tugas dengan baik.
Guru juga menganjurkan siswa agar mencatat hal-hal yang
sangat penting. Selain itu, guru menganjurkan agar siswa
mengerjakan sendiri tugas-tugasnya.
3) Fase penilaian. Pada fase ini, guru berpaya untuk mengadakan
tanya jawab, meminta laporan hasil pekerjaan siswa secara
tertulis serta memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaan
siswa.
4) Fase evaluasi. Pada fase ini, guru mengadakan evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana daya serap siswa terhadap pelajaran
yang telah diAkidah Akhlakkan. Evaluasi dapat menggunakan
tes tertulis dan tes lisan. Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa setelah guru memberikan tugas dalam penyajian materi
pelajaran dan mengadakan penjelasan, maka siswa dapat
langsung mengerjakan tugas tersebut, yang kemudian hasilnya
dilaporkan sendiri langsung oleh siswa tersebut kepada guru.
b. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
43
-
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan tertentu
tersebut mencakup tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, satuan pendidikan,
dan peserta didik.
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata
pelajaran dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta
didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur
kurikulum. Struktur kurikulum untuk mata pelajaran Akidah Akhlak
di MTs Nurussalam tersono kelas VII, VIII, dan IX menggunakan
kurikulum 2013 (D/S/TZ/02-06-2017/09.30WIB).
c. Sumber Dana
Sumber dana yang digunakan di MTs Nurussalam Tersono
adalah alokasi dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari
pemerintah. Kebijakan seperti ini dapat mengimbangi kurangnya
dana yang dapat digali dari para siswa berupa infaq setiap satu bulan
sekali Rp. 25.000,-/bulan yang secara langsung membantu para
siswa memenuhi kebutuhan sekolahnya. Melalui peningkatan
anggaran pendidikan itu juga. Berbagai program yang secara
sistematis mengarah pada peningkatan mutu dapat dilakukan
tentunya dan senantiasa berusaha meningkatkan efektifitas, efesiensi,
kualitas, relevan dan akuntabilitas.
44
-
B. Temuan Penelitian
1. Peran Guru Akidah Akhlak di MTs Nurussalam Tersono
Peranan Guru Akidah Akhlak dalam membentuk akhlak
karimah siswa pada masa pubertas di MTs Nurussalam Kecamatan
Tersono Kabupaten Batang. Temuan penelitian yang ada di lapangan
menunjukkan bahwa usaha-usaha guru Pendidikan Agama Islam
dalam pembinaan akhlak di MTs Nurussalam Tersono oleh informan
dari tempat tersebut maka menetapkan berbagai macam kegiatan
pembinaan akhlak yang dilakukan.
Seperti yang dituturkan Bapak AHU, dan W kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pembinaan akhlak siswa di MTs Nurussalam
Tersono ada 2 macam yaitu secara eksternal dilakukan pada saat
KBM berlangsung lebih tepatnya pada saat proses pembelajaran
pendidikan agama. Sedangkan internal yaitu pada saat kegiatan
ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh siswa seperti kegiatan
mujahadah, SPQ (Sekolah Pendidikan Al-Qur‟an), Keputrian dan
Pramuka.
Informan dalam penelitian ini adalah Guru, data yang berhasil
dihimpun oleh peneliti dan hasil wawancara mengenai bagaimana
peran guru aqidah akhlak di MTs Nurussalam:
“Peran Guru Aqidah Akhlak sangat penting untuk mengantar siswa dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengantarkan siswa mengamalkan ajaran-ajaran islam contohnya memulai kegiatan wajib yang dinamakan program keunggulan PAI. Program keunggulan PAI dilaksanakan 2x
45
-
setiap bulan yang dibimbing oleh wali kelas masing-masing. Program ini berisi hafalan Al-Quran juz 30, surat tambahan serta doa sehari-hari” (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB). Berdasarka hasil wawancara dengan informan yang lain
mengenai peran guru akidah akhlak di MTs Nurussalam menuturkan
bahwa :
“Peran guru akidah akhlak sangat penting untuk mengarahkan siswa bersikap dan berperilaku santun. Dalam mengarahkan siswa berperilaku santun dengan cara pembiasaan mematuhi peraturan Agama dan peraturan sekolah. Contohnhya siswa diajarkan untuk mematuhi peraturan yang ada di sekolah seperti tidak terlambat sekolah” (W/G/W/01-06-2017/10.15WIB). Dalam pembinaan akhlak yang dilakukan intensif oleh guru-
guru di MTs Nurussalam Tersono. Peneliti memulai pertanyaan
selanjutnya kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam di MTs
Nurussalam Tersono, untuk memperdalam proses pembinaan akhlak
siswa yang dilakukan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
dilaksanakan pembinaan akhlak di MTs Nurussalam Tersono antara
lain :
“oh ya,tujuannya yang pertama mbak, dapat memperbaiki akhlak siswa supaya lebih baik lagi, yang kedua adalah supaya siswa menjadi lebih disiplin kemudian yang ketiga supaya siswa lebih hormat kepada orang tuanya” (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB). Begitupun dengan responden lain mengatakan bahwa: “untuk memperbaiki dan mengubah akhlak siswa yang tadinya belum mengetahui mana yang baik maupun yang buruk menjadikan lebih baik” (W/G/W/01-06-2017/10.15WIB).
46
-
Setelah dirasa cukup untuk menggali informasi tentang tujuan
pelaksanaan pembinaan akhlak maka untuk memperdalam
pelaksanaan pembinaan akhlak di MTs Nurussalam Tersono maka
bentuk-bentuk pembinaannya adalah :
“bentuk-bentuk kegiatan yang saya dampingi di MTs Nurussalam yaitu sholat dhuhur berjamaah, mujahadah diadakan pada hari sabtu malam, khusus untuk siswa kelas IX yang akan menghadapi ujian yang tujuannya agar mereka lebih mendekatkan diri kepada Allah dan agar mereka tidak keluyuran pada malam minggu dan saya mendampingi kelompok kedua. Kegiatan ini dilakukan secarabergiliran oleh siswa kelas IX misalnya minggu pertama siswa laki-laki kemudian minggu berikutnya siswa perempuan dan seterusnya. Kemudian SPQ (Sekolah Pendidikan Quran) khusus untuk kelas VII pada hari kamis, kegiatan itu dilakukan setelah pulang sekolah mulai jam 13.30 sampai jam 15.00 di kelas-kelas yang sudah ditentukan oleh sekolah. Sedangkan kegiatan lain juga ada, tetapi saya tidak ikut mendampingi dalam hal ini seperti keputrian untuk siswi kelas VII, VIII, IX pada hari jumat mulai jam 11.00 sampai jam 12.30 materinya tentang hal-hal yang dilakukan perempuan dalam syariat islam. Kegiatan pramuka pada hari sabtu dan wajib diikuti oleh siswa kelas VII dan VIII, mulai dari jam 13.00 sampai jam 15.00 kegiatan ini untuk melatih kedisiplinan dan tanggung jawab siswa dan ada kegiatan-kegiatan ekstra lainnya mbak” (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB). Hal ini di perkuat dengan jawaban dar informan lain yaitu: “kalau bentuknya macam-macam mbak, tetapi saya sebagai koordinator dalam kegiatan mujahadah, SPQ, maupun sholat dhuhur berjamaah untuk seluruh siswa maupun guru, dan bagi siswi yang udzur kami suruh mereka untuk berkumpul di lab IPA sejenak sampai sholat dhuhur selesai, dalam sholat dhuhur saya yang diberi tugas untuk menjadi imam mbak. Kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat membina akhlak siswa kearah yang lebih baik. Sebenarnya sih disini ada macam-macam kegiatan lain mbak seperti pramuka yang dibina oleh pak salim, tahu kan mbak? pramuka disini juga sering mendapatkan prestasi juga mbak.” (W/G/W/01-06-2017/10.15WIB).
47
-
Pertanyaan selanjutnya adalah untuk mengetahui alasan
mengapa pembinaan akhlak itu dilakukan oleh guru-guru di MTs
Nurussalam Tersono.
“ya untuk memperbaiki akhlak ataupun tingkah laku siswa yang melenceng dari akidah islam. Begini mbak, kan jaman sekarang ini perkembangan teknologi semakin maju, mulai dari televisi sampai internet dengan mudah dapat kita akses to mbak. Apa yang kita inginkan mulai dari hal-hal yang baik maupun yang buruk semuanya ada. jadi Itu semua yang akan berdampak buruk bagi anak apabila tidak dilakukan pembinaan tersebut” (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB). Berdasarka hasil wawancara dengan informan yang lain
mengenai pembinaan akhlak di MTs Nurussalam menuturkan bahwa :
“karena untuk merubah perilaku siswa yang dulunya kurang baik menjadi baik. Ya nggak mbak? Kan pas mereka masuk nggak semua perilakunya baik jadi disini kami selaku guru membina akhlak siswa tersebut” (W/G/W/01-06-2017/10.15WIB).
Pertanyaan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui siapa
sajakah yang bertanggung jawab untuk membina akhlak siswa di MTs
Nurussalam Tersono, sehingga pembinaan dapat berjalan sesuai
dengan tujuan.
“Yang melakukan pembinaan akhlak di sini tidak hanya guru agama saja mbak, tetapi dilakukan oleh guru-guru lain. Kita disini saling membantu dalam memperbaiki akhlak siswa. Kita juga diberi tugas masing-masing oleh bapak kepala mbak, kalau saya pada kegiatan mujahadah dan SPQ saja mbak” (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB).
Dan berdasarkan informan lain menuturkan : “Kalau disini yang melakukan pembinaan tidak hanya guru agama saja mbak, pokoknya semua guru ditugaskan untuk membina akhlak siswa”(W/G/W/01-06-2017/10.15WIB).
48
-
Jadi pertanyaan selanjutnya mengarah pada tugas guru yang
bertujuan untuk mengetahui sejak kapan guru-guru diberi tugas untuk
membina akhlak siswa-siswa di MTs Nurussalam Tersono.
“kalau saya melakukan pembinaan akhlak siswa udah dari dulu mbak, tetapi kalau siswa itu dibina sejak mereka mulai masuk ke MTs Nurussalam Tesono ini mbak, melalui kegiatan-kegiatan yang diwajibkan untuk diikuti dan kegiatan ekstra lain yang tidak wajib. Misalnya ekstra pramuka, SPQ, mujahadah, rebana, olah raga dan lain-lain” (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB). Berdasarka hasil wawancara dengan informan yang lain
mengenai waktu guru melakukan tugasnya untuk membentuk akhlak
di MTs Nurussalam menuturkan bahwa :
“sejak saya mulai bekerja di MTs Nurussalam Tesono mbak, saya langsung diikut sertakan dalam membina akhlak siswa oleh bapak kepala sekolah dan saya juga kan yang menjadi guru Akidah Akhlak nya, jadinitu tugas saya juga untuk membina akhlak siswa” (W/G/W/01-06-2017/10.15WIB).
2. Implementasi Akhlaqul Karimah di MTs Nurussalam Tersono Batang.
Metode yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dalam
pembinaan akhlak di MTs Nurussalam Tersono. Untuk memperjelas
bagaimana implementasi akhlakul di MTs Nurussalam guru Akidah
Akhlak menggunakan metode apa saja untuk membina akhlak.
“Metode yang sering saya gunakan ya metode ceramah mbak karena menurut saya metode ini lebih mengena untuk siswa ketika mereka menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan juga metode hukuman bagi yang tidak mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah. Biasanya yang tidak mengikuti kegiatan itu hari senin setelah upacara mereka dipanggil dan ditanyai satu persatu kemudian diberi hukuman berupa denda” (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB).
49
-
Berdasarka hasil wawancara dengan informan yang lain
mengenai metode pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Nurussalam
menuturkan bahwa :
“Contoh metode yang saya gunakan ya pembiasaan mbak, mereka dibiasakan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, kemudian membaca surat-surat pendek yang sudah ditentukan tiap harinya dan dibiasakan untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru. Kalau ceramah dilakukan pada saat saya melakukan pembelajaran Akidah Akhlak gitu mbak”(W/G/W/01-06-2017/10.15WIB). Kemudian materi yang disampaikan oleh guru Pendidikan
Agama Islam pastilah berbeda-beda dalam penyampaiannya, jadi
peneliti ingin mengetahui materi apa saja yang biasanya disampaikan
oleh guru Pendidikan Agama Islam.
“materinya saya sesuaikan pada keadaan siswa mbak, kadang ada siswa yang nakal, ya saya ceramah saja sekaligus menasehati siswa-siswa yang ikut kegiatan (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB). Berdasarka hasil wawancara dengan informan yang lain
mengenai pembinaan akhlak di MTs Nurussalam menuturkan bahwa :
“ya jadi materinya saya ambil dari buku pembelajaran di sekolah mbak” (W/G/W/01-06-2017/10.15WIB). Alokasi waktu dalam pembinaan akhlak juga sangat penting
diketahui oleh peneliti, jadi peneliti juga menanyakan hal tersebut.
“sekolah ini melakukan pembinaan akhlak kebanyakan setelah pulang sekolah mbak, pembinaan-pembinaannya pada kegiatan ekstrakurikuler jadi kan tidak mengganggu proses belajar mengajar” (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB).
50
-
“kalau masalah waktu biasanya kegiatan tersebut dilakukan setelah pulang sekolah mbak, jadi tidak mengganggu KBM” (W/G/W/01-06-2017/10.15WIB). Menurut penuturan kedua guru Akidah Akhlak di MTs
Nurussalam Tersono yang mereka sampaikan, dapat disimpulkan
bahwa usaha-usaha guru Akidah Akhlak dalam membina akhlak siswa
bermacam-macam, ada yang menggunakan pendekatan kepada anak
secara langsung, ada pula yang menggunakan metode ceramah,
hukuman maupun pembiasaan.
Faktor penghambat dan pendukung peran Guru Akidah Akhlak
dalam implementasi akhlak karimah di MTs Nurussalam Kecamatan
Tersono Kabupaten Batang.
Faktor pendukung pembinaan keagamaan sangat penting untuk
diketahui, karena dengan adanya faktor pendukung pembinaan
keagamaan oleh guru bisa ditanggulangi dan bisa berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Sebelum mengetahui tentang faktor pendukung guru Akidah
Akhlak dalam membina akhlak, peneliti ingin mengetahui bagaimana
perasaan guru Akidah Akhlak dalam membina akhlak siswa :
“ya ada senangnya maupun ada susahnya to mbak, kan kadang kelakuan anak itu berbeda-beda. Kadang jengkel juga mbak melihat anak yang susah diatur hehe” (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB). Berdasarka hasil wawancara dengan informan yang lain
mengenai peran pendudukung dalam pembinaan akhlak di MTs
Nurussalam menuturkan bahwa :
51
-
“kalau ditanya masalah itu ya macem-macem mbak, ya ada kalanya senang karena dapat ikut serta membantu memperbaiki akhlak anak, tapi kebanyakan lebih senang sih mbak” (W/G/W/01-06-2017/10.15WIB).
Setelah dirasa cukup mengetahui perasaan guru yang berbeda-
beda dalam pembina akhlak siswa, maka peneliti juga menanyakan
kontribusi guru Akidah Akhlak dalam pembinaan akhlak siswa di
MTs Nurussalam Tersono.
“Guru Akidah Akhlak dapat ikut serta membina akhlak siswa disini, dan diberi tugas untuk memberikan ceramah pada kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah ini” (W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB).
Sama dengan pendapat informan yang lain menuturkan
bahwa:
“kontribusinya ya dapat ikut serta dalam pembinaan akhlak siswa MTs Nurussalam Tersono” (W/G/W/01-06-2017/10.15WIB). Sedangkan temuan data penelitian menunjukkan bahwa faktor
pendukung pembinaan keagamaan seperti yang dituturkan guru-guru
Akidah Akhlak di MTs Nurussalam Tersono.
“Kalau faktor pendukungnya yaitu Kultur keberagamaan masyarakat di lingkungan MTs Nurussalam Tersono yang positif dan kuat karena di lingkungan ini terdapat pondok pesantren yang dikelola bapak KH. Abu Saeri Akhmad mbak, jadi sebagian siswa MTs Nurussalam yang rumahnya jauh lebih memilih mondok disitu. Terus dukungan penuh orang tua, mereka menyerahkan anak mereka secara penuh terhadap sekolah ini untuk dibina akhlaknya. kita disini memiliki nomor kontak orang tua wali yang dapat dihubungi mbak, apabila siswa tidak sekolah ataupun memiliki masalah kita langsung menghubungi orang tua mereka. Dan kemudian adanya peraturan sekolah yang dapat membuat siswa lebih disiplin, seperti pemberian hukuman maupun pemberian skor kepada siswa”(W/G/AHU/01-06-2017/09.00WIB).
52
-
Berdasarka hasil wawancara dengan informan yang lain
mengenai faktor pendukung implementasi akhlaqul karimah di MTs
Nurussalam menuturkan bahwa :
”Faktor keluarga, kedua orang tua sangat berpengaruh besar terhadap proses pembinaan akhlak siswa. Selanjutnya Lingkungan masyarakat sekitar misalnya tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa anak. Terakhir adanya peraturan-peraturan sekolah juga berpengaruh mbak terhadap perilaku siswa”(W/G/W/01-06-2017/10.15WIB). Hasil wawancara kepada informan diatas, maka dapat
disimpulkan hal-hal yang pendukung pembinaan akhlak siswa di MTs
Nurussalam Tersono antara lain :
a. Faktor keluarga ataupun orang tua yang sangat berperan aktif ikut
membina akhlak siswa.
b. Lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah.
c. Lingkungan sekitar tempat tinggal siswa yang masih kental dengan
hal-hal