PENYUSUN : IR. ISMANTO, M...peraturan dan perundangan yang terkait dengan administrasi penganggaran...
Transcript of PENYUSUN : IR. ISMANTO, M...peraturan dan perundangan yang terkait dengan administrasi penganggaran...
i
PENYUSUN :
IR. ISMANTO, M.SC
i
KATA PENGANTAR
Demi meningkatkan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), khususnya di Bidang
Pengembangan Infrastruktur Wilayah, maka Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Insfrastruktur Wilayah
senatiasa terus menerus berupaya mengembangkan intsrumen-instrumen
pelatihan termasuk modul pelatihan, yang dalam hal ini adalah Modul Pelatihan
Sistem Pembiayaan Proyek yang menjadi salah satu modul pelatihan yang akan
disampaikan dalam pelatihan Penetuan Prioritas Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur untuk Pembangunan Wilayah untuk satu jenjang pelatihan.
Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari
materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif
perserta pelatihan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun
atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan, mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan
dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul-modul ini dapat
membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan
Daerah khususnya dalam bidang pengembangan infrastruktur wilayah.
Bandung, Desember 2018
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Ir. Thomas Setiabudi Aden, M.Sc.Eng
NIP. 19640520 198903 1020
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
TIM TEKNIS
Kepala Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
: Ir. Thomas Setiabudi Aden, M.Sc.Eng
Kepala Bidang Teknik Materi Jalan dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
: Ir. Yuli Khaeriah, M.E
Kepala Subbidang Teknik Pelatihan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
: Sri Rahayu Nurhayati, S.Sos, MM
Kontrak Individu : Arni Nurul Fadillah, ST
PENYUSUN
Ir. Ismanto, M.Sc
NARASUMBER
BPSDM Widyaiswara : 1. Dr. Ir. A. Hermanto dardak, M.Sc
2. Ir. Rido Matari Ichwan, MCP 3. Ir. Ismanto, M.Sc 4. Dr. Lina Marlia, CES 5. Ir. Made B. Budihardjo, MA 6. Siti Budi Hartati, ST., MT
Badan Pengembangan Infratruktur Wilayah Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR
: 1. Ir. Zevi Azzaino, M.Sc.,Ph.D 2. Riska Rahmadia, ST., MPPM 3. M. Andika Firmansyah, ST 4. Septian S. Permana, ST
Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR
: 1. Erwin Adhi Setyadhi, ST., M.Sc 2. Dina Rachmayati, ST., MT
iv
3. Wibowo Massudi, ST Pusat Pengembangan Kawasan Strategis
: 1. Dr. Ir. Maulidya Indah Junica, M.Sc
2. Ir. Samsi Gunarta. MAppl.Sc Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan
: 1. Dr. Eko Budi Kurniawan, ST., M.Sc
Sekretariat Jenderal Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri
: 1. Riono Suprapto, SE., ST., MT
Badan Pengatur Jalan Tol Bidang Investasi : 1. Sudiro Roi Santoso, ST., MT
Diterbitkan Oleh:
Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Bandung, Desember 2018
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 5
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... 7
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ..................................................................... 8
A. DESKRIPSI ................................................................................................... 8
B. PERSYARATAN ............................................................................................ 8
C. METODE ..................................................................................................... 9
D. ALAT BANTU/MEDIA .................................................................................. 9
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 47
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
B. DESKRIPSI SINGKAT .................................................................................... 2
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................... 3
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ................................................. 4
E. ESTIMASI WAKTU ....................................................................................... 4
BAB II SISTEM PEMBIAYAAN PROYEK ............................................................... 47
A. DEFINISI SISTEM PEMBIAYAAN .................................................................. 7
B. KOMPONEN PEMBIAYAAN PROYEK ........................................................... 8
C. KARAKTERISTIK PROYEK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ...................... 9
D. TANTANGAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR .......................................... 10
E. SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH ........................................................... 11
F. MODALITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ................ 12
BAB III. SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK INFRASTRUKTURError! Bookmark not
defined.
6
SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK INFRASTRUKTUR ........................................... 17
A. DEFINISI SKEMA PEMBIAYAAN ................................................................ 17
B. DASAR PERTIMBANGAN PEMILIHAN SKEMA PEMBIAYAAN .................... 17
C. ANALISA KELAYAKAN PROYEK INFRASTRUKTUR ...................................... 20
D. PROSES DAN ANALISA PENENTUAN SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK ........ 26
BAB 4 SUMBER DAN KARAKTERISTIK PEMBIAYAAN PEMBNGUNAN
INFRASTRUKTUR ................................................................................................ 28
A. SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ..................... 29
B. KARAKTERISTIK SUMBER PEMBIAYAAN ................................................... 33
C. RANGKUMAN........................................................................................... 36
D. LATIHAN SOAL ......................................................................................... 37
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................. 39
PENUTUP ........................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 45
GLOSARIUM....................................................................................................... 46
7
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Matrik Penilaian Alternatif Kelayakan Ekonomi ..................................... 24
Tabel 2 Matrik Standarisasi Nilai Kelayakan Ekonomi ........................................ 25
Tabel 3 Matrik Hasil Transformasi Melalui Teknik Perbandingan Indeks Kinerja 25
8
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A. DESKRIPSI
Modul Sistem Pembiayaan Proyek Infrastruktur terdiri dari tiga bagian kegiatan
belajar mengajar. Bagian pertama adalah membahas tentang serba serbi yang
berkaitan dengan sistem pembiayaan proyek infrastruktur yang berisikan sub
materi pokok yaitu definisi Sistem Pembiayaan; Karakteristik Proyek
Infrastruktur; Komponen Pembiayaan infrastruktur; Stake holder
pembangunan infrastruktur; Tantangan pembiayaan infrastruktur; Sistem
anggaran pemerintah dan Modalitas Pembiayaan Proyek Infrastruktur.
Bagian kedua adalah membahas tentang Skema Pembiayaan Proyek yang
berisikan sub materi pokok : Dasar pertimbangan Skema Pembiayaan Proyek;
Kriteria ekonomi dan sosial proyek serta Kelayakan financial proyek; Proses
Analisa Skema pembiayaan proyek.
Bagian ketiga adalah pembahasan mengenai sumber-sumber pembiayaan
proyek infrastruktur yang berisikan sub materi pokok : Sumber Pembiayaan
Pemerintah; Sumber Pembiayaan Non Pemerintah; Karakteristik Sumber-
sumber Pembiayaan Proyek Infrastruktur; Regional Infrastruktur Development
Fund; Bantuan Luar Negeri dan Pinjaman Dalam Negeri dan Dana Alokasi
Khusus. Yang terakhir adalah tambahan penjelasan tentang contoh-contoh
proyek yang skema pembiayaannya melalui Kerja sama Pemerintah dengan
Badan Usaha; Penugasan BUMN; Dana CSR; Dana Pemerintah (APBN).
Peserta pelatihan selain diberikan materi diatas juga di ajak untuk berdiskusi
guna pendalaman beberapa bagian penting dari sub materi pokok.
B. PERSYARATAN
Dalam mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan sudah membaca atau
mempelajari undang- undang dan peraturan yang berkaitan dengan sistem
pembiayaan proyek infrastruktur dari berbagai sumber data yang dapat dipilih
seperti buku-buku peraturan, kebijakan-kebijakan pemerintah tentang
pendanaan melalui internet. Selain itu diharapkan peserta juga sudah mengikuti
9
pembelajaran tentang konsepsi keterpaduan pembangunan infrastruktur dalam
rangka pengembangan wilayah dari pembelajaran modul sebelumnya. Dalam
mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan juga telah mengetahui
peraturan dan perundangan yang terkait dengan administrasi penganggaran
pemerintah.
C. METODE
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara sebagai pembuka,
kemudian Widyaiswara dapat menginisiasi diskusi dengan memancing
pertanyaan sejauh mana peserta mengetahui tentang sistem pembiayaan
infrastruktur dan sumber-sumber pembiayaan. Widyaiswara dapat memberikan
kesempatan untuk tanya jawab, curah pendapat dari peserta. Setelah diskusi,
Widyaiswara dapat membuat kesimpulan dan menjelaskan kepada peserta diklat
tentang makna sistem pembiayaan infrastruktur dan skema pembiayaan
infrastruktur dalam rangka pengembangan wilayah yang telah menjadi Kebijakan
Pembangunan Pemerintah.
D. ALAT BANTU/MEDIA
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu:
1 LCD/projector
2 Laptop
3 Papan tulis atau white board dengan penghapusnya
4 Flip chart
5 Bahan tayang
6 Modul dan/atau bahan ajar
10
BAB I PENDAHULUAN
1
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan infrastruktur dalam rangka mendukung pengembangan wilayah tidak
akan berjalan sesuai dengan rencana kalau tidak memdapatkan Sistem Pembiayaan
yang memadai. Rencana Pengembangan wilayah yang akan didukung dan diarahkan
dengan pembangunan infrastruktur akan melibatkan beberapa stakeholder dan
menggunakan berbagai sumber pendanaan baik dana dari pemerintah,maupun dana
dari swasta dan masyarakat. Sistem pembiayaan pembangunan infrastruktur yang
didalamnya terdapat skema pembiayaan dan penganggaran adalah suatu usaha
mengarahkan dan mengatur bagaimana pembangunan infrastruktur dibiayai secara
terpadu sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih optimal bagi
pengembangan wilayah. Untuk bisa melakukan pengaturan pembiayaan proyek
infrastruktur maka para stakeholder sebagai pelaku pembangunan perlu menemu
kenali segala kebijakan, kriteria, persyaratan dan karakteristik setiap sumber dana
yang akan digunakan.
Mengingat Program Pengembangan Wilayah yang pelaksanaannya akan diarahkan
dan didukung dengan pembangunan infrastruktur maka perlu dipastikan
ketersediaan sumber-sumber pendanaan yang diperlukan untuk pembangunan
infrastruktur tersebut. Sumber-sumber pendanaan infrastruktur tersebut dimiliki
oleh para stakeholder yang berkepentingan terhadap rencana pengembangan
wilayah tersebut. Untuk mewujudkan rencana pengembangan wilayah termasuk
pembangunan infrastrukturnya diperlukan kesatuan bahasa dan kesatuan gerak dari
para stakehoder tersebut. Oleh sebab itu para stakeholder yang terlibat dalam
pelaksanaan rencana pengembangan wilayah perlu dibekali dengan berbagai
pengetahuan tentang pembangunan infrastruktur yang menjadi pendukung utama
dalam pengembangan wilayah dimana salah satunya melalui Diklat Prioritasi dimana
didalamnya terdapat modul Sistem Pembiayaan Proyek. Dengan demikian Modul
Sistem Pembiayaaan Proyek yang substansi didalamnya terdapat skema dan
sumber-sumber pembiayaan proyek akan sangat berguna bagi para peserta diklat
yang notabene sebagai stakeholder yang terlibat untuk dapat menyatukan gerak
dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur kawasan.
Peserta program pendidikan dan latihan Prioritisasi Proyek Infrastruktur sebagian
besar adalah aparatur sipil negara baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah yang sudah mempunyai pengalaman dalam pelaksanaan administrasi
pembangunan infrastruktur.
2
Prioritisasi Keterpaduan Pembangunan infrastruktur kawasan ini banyak sekali
kaitannya dengan kondisi aktual pelaksanaan pembangunan infrastruktur dimana
Faktor Ketersediaan dana tidak sebanding dengan kebutuhan dana pembangunan
infrastruktur. Oleh sebab itu perlu ada kesatuan gerak dari para stakeholder
khususnya dalam pendanaan proyek agar tercipta sinergi pembangunan yang dapat
memberikan manfaatl yang optimal bagi pelaksanaan rencana pengembangan
wilayah. Modul ini sangat berguna terutama bagi para ASN yang bertugas pada
bidang perencanaan, programming dan penganggaran.
Pelatihan Penentuan Prioritas Keterpaduan Infrastruktur ini mempunyai 5 modul
dimana modul Sistem Pembiayaan merupakan modul keempat. Kelima modul
dalam pelatihan ini berkaitan satu dengan yang lain, namun untuk modul Sistem
Pembiayaan ini sangat berkaitan terutama dengan modul Sinkronisasi Program
karena modul Sistem Pembiayaan merupakan salah satu modul untuk
meningkatkan kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan butir-butir
pemrograman dan penganggaran. Dalam modul Sistem Pembiayaan ada bagian
pembelajaran tentang Skema Pembiayaan dan sumber-sumber pendanaan baik
pemerintah maupun non pemerintah dimana materi tersebut akan meningkatkan
kemampuan peserta diklat dalam mengatur pembiayaan secara terpadu
pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan sesuai dengan persyaratan,
kewenangan yang ada dan layak baik dari segi ekonomi, sosial dan financial.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Sistem Pembiayaan Proyek Infrastruktur terdiri dari tiga bagian kegiatan
belajar mengajar. Bagian pertama adalah membahas tentang serba serbi yang
berkaitan dengan Sistem Pembiayaan proyek infrastruktur yang berisikan sub
materi pokok yaitu Definisi Sistem Pembiayaan; Karakteristik Proyek Infrastruktur;
Komponen Pembiayaan infrastruktur; Stakeholder pembangunan infrastruktur;
Tantangan pembiayaan infrastruktur; Sistem anggaran pemerintah dan Modalitas
pembiayaan Proyek Infrastruktur.
Bagian kedua adalah membahas tentang Skema Pembiayaan Proyek yang berisikan
sub materi pokok : Dasar pertimbangan Skema Pembiayaan Proyek: Kriteria
ekonomi dan sosial proyek serta kelayakan financial proyek; Proses Analisa Skema
pembiayaan proyek.
Bagian ketiga adalah pembahasan mengenai Sumber-sumber Pembiayaan proyek
infrastruktur yang berisikan sub materi pokok : Sumber Pembiayaan Pemerintah;
3
Sumber Pembiayaan Non Pemerintah; Karakteristik Sumber- sumber Pembiayaan
Proyek Infrastruktur; Regional Infrastruktur Development Fund; Bantuan Luar
Negeri dan Pinjaman Dalam Negeri dan Dana Alokasi Khusus. Yang terakhir adalah
tambahan penjelasan tentang contoh-contoh proyek yang skema pembiayaannya
melalui Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha; Penugasan BUMN; Dana
CSR; Dana Pemerintah (APBN).
Peserta pelatihan selain diberikan materi diatas juga di ajak untuk berdiskusi guna
pendalaman beberapa bagian penting dari sub materi pokok. Peserta pelatihan
selain diberikan materi diatas juga diberikan informasi berupa ilustrasi atau
contoh-contoh layanan sistem dan skema pembiayaan pembangunan infrastruktur
yang telah dilaksanakan selama ini.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai
berikut:
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan mampu
menjelaskan pentingnya peranan sistem dan skema pembiayaan dalam
pembangunan infrastruktur dalam rangka pengembangan wilayah.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu:
a. Menjelaskan definisi, karaktersitik proyek infrastruktur, komponen,
tantangan sistem pembiayaan proyek infrastruktur dan modalitas
pembiayaan infrastruktur.
b. Menjelaskan definisi, karakteristik pembiayaan infrastruktur.
c. Menjelaskan analisis kelayakan ekonomi, sosial dan finansial.
d. Menjelaskan pertimbangan utama dalam merumuskan skema pembiayaan
proyek.
e. Menjelaskan sumber-sumber pendanaan baik sumber pendanaan dari
pemerintah maupun non pemerintah beserta kriteria dan persyaratan
pendanaan beserta contoh-contohnya.
4
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
Dalam modul Sistem Pembiayaan Proyek infrastruktur terdapat 4 (empat) materi
pokok yang akan dibahas, yaitu:
1) Materi pokok tentang Sistem Pembiayaan Proyek yang meliputi:
a. Definisi sistem pembiayaan dan stakeholder pembangunan infrastruktur.
b. Komponen pembiayaan infrastruktur.
c. Karakteristik proyek pembangunan infrastruktur.
d. Tantangan Pembiayaan Infrastruktur.
e. Sisitem Anggaran Pemerintah.
f. Modalitas pembiayaan infrastruktur
2) Materi pokok tentang Skema Pembiayaan yang meliputi:
a. Dasar Pertimbangan Skema Pembiayaan Proyek
b. Kriteria Kelayakan Proyek dari segi ekonomi, sosial dan financial
c. Proses Analisa Skema Pembiayaan Proyek
3) Materi pokok tentang Sumber-sumber Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur
yang meliputi:
a. Karakteristik sumber-sumber Pembiayaan Proyek Infrastruktur.
b. Regional Development Fund.
c. Bantuan Luar Negeri dan Pinjaman Dalam Negeri.
d. Dana Alokasi Khusus
e. Contoh-contoh Pembiayaan dengan KPBU,Penugasan,CSR.
E. ESTIMASI WAKTU
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada mata
diklat “Sistem Pembiayaan Infrastruktur dalam rangka pengembangan Wilayah” dalam Diklat Penentuan Prioritas Keterpaduan Program Infrastruktur adalah 8
(delapan) jam pelajaran.
1
7
SISTEM PEMBIAYAAN PROYEK
A. DEFINISI SISTEM PEMBIAYAAN
Sistem Pembiayaan Proyek Infrastruktur seringkali dikaitkan dengan kesuksesan
suatu pelaksanaan pembangunan infrastruktur sesuai dengan kualitas dan waktu
yang tepat seperti yang direncanakan. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan
pembangunan infrastruktur membutuhkan kelancaran pendanaannya yang mana
perlu ada jaminan liquiditas dari pihak yang membiayainya.
Definisi Sistem Pembiayaan sendiri secara luas diartikan sebagai keseluruhan usaha
mencari sumber-sumber pembiayaan proyek infrastruktur yang sesuai dengan
peranan para stakeholder yang terkait dan usaha merumuskan skema pembiayaan
proyek infrastruktur berdasarkan pada pertimbangan utama seperti kebijakan yang
berlaku, kriteria pembiayaan dan kelayakan proyek infrastruktur yang akan di
bangun. Usaha-usaha tersebut diatas bertujuan agar pelaksanaan pembangunan
infrastruktur dapat berjalan lancar dan tepat waktu sesuai dengan kualitas yang
direncanakan. Proses usaha dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan
proyek infrastruktur sesuai yang direncanakan inilah yang merupakan konsep
mencari sistem pembiayaan yang tepat.
Konsep Sistem Pembiayaan dimulai dari usaha mengindikasikan dan memetakan
peran dan kewenangan para stakeholder, identifikasi sumber-sumber pembiayaan
yang tersedia (liquid), penetapan dan pengklasifikasian proyek-proyek yang layak
secara ekonomi, sosial dan financial, dan memetakan semua kebijakan yang sedang
berjalan dan kriteria pembiayaan guna menjadikan pertimbangan utama dalam
merumuskan skema pembiayaan proyek. Perumusan Skema pembiayaan proyek
Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan mampu menjelaskan
definisi, karaktersitik proyek infrastruktur, komponen, tantangan sistem
pembiayaan proyek infrastruktur dan modalitas pembiayaan infrastruktur
8
perlu komitmen yang tinggi dari para stakeholder terkait untuk melaksanakannya.
Supaya Skema Pembiayaan Proyek Infrastruktur yang telah dirumuskan dapat
berhasil dan berjalan lancar maka perlu ada jaminan bahwa penyiapan proyeknya
berkualitas baik sehingga tidak salah dalam perhitungan bisnisnya; Stakeholder yang
menjadi investor juga berkualitas dalam arti mendapatkan dukungan atau jaminan
dari Lembaga Keuangan sehingga proyeknya liquid. Disamping itu apabila dalam
skema pembiayaan proyek tersebut memerlukan dana dari pemerintah maka
proyek tersebut juga harus sudah tercantum dalam Renstra Kementerian atau
Pemerintah daerah yang terkait sehingga terjamin ketersediaan dananya.
Berbicara masalah stakeholder pembangunan infrastruktur adalah pihak-pihak yang
terkait dalam proses pembangunan infrastruktur mulai dari Perencanaan umum,
perencanan teknis, pelelangan, pembabasan lahan, konstruksi sampai dengan
operasi dan pemeliharaan termasuk evaluasi pasca proyek. Banyaknya stakeholder
serta siapa saja pihak yang terkait sangat tergantung dari lingkup dan jenis proyek
infrastruktur mengingat setiap stakeholder mempunyai tugas dan keterbatasan
kewenangan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu dalam rangka mengsukseskan
pembangunan proyek infrastruktur memerlukan komitmen dan kerjasama yang
baik dari para stakeholder agar tercipta sinergi yang optimal dalam proses
pembangunan infrastruktur.
B. KOMPONEN PEMBIAYAAN PROYEK
Pembiayaan Proyek Infrastruktur mencakup keseluruhan komponen biaya yang
diperlukan sesuai dengan siklus suatu proyek. Siklus proyek infrastruktur dimulai
dari Perencanaan umum termasuk didalamnya Amdal, dilanjutkan dengan Pra studi
Kelayakan yang mengkaji isu-isu lingkungan secara lebih datail; Studi Kelayakan yang
mengkaji kelayakan proyek secara ekonomi, sosial dan financial; Penyusunan Detail
Desain; Penyediaan tanah dan Pemukiman kembali penduduk; Proses Pelelangan
mulai dari penyiapan dokumen pelelangan, proses tender sampai dengan
penyusunan dokumen kontrak; Pelaksanaan konstruksi yang merupakan aplikasi
spesifikasi bahan, metode konstruksi, mobilisasi alat termasuk biaya pengawasan
dan manajemen konstruksi; Serah terima barang/aset, operasi dan pemeliharaan
serta evaluasi pasca proyek. Biaya dari siklus proyek diatas adalah biaya untuk
komponen Perencanaan teknis; Tanah; material, tenaga , peralatan, overhead, biaya
tak terduga; manajemen konstruksi dan pengawasan serta komponen pengelolaan
dan pengoperasian proyek.
9
Sumber-sumber Pembiayaan dari beberapa komponen proyek sesuai dengan siklus
proyek tersebut diatas mempunyai beberapa alternatif, yaitu :
1. Sumber pembiayaan untuk seluruh komponen dari Perencanaan umum,
perencanaan teknis, pelelangan, konstruksi sampai dengan operasi dan
pemeliharaan dibiayai oleh satu sumber pembiayaan seperti APBN, APBD,
Hibah dan pinjaman donor, Project Development Fund, BUMN/BUMD, Swasta
murni.
2. Sumber pembiayaan untuk sebagian dari komponen proyek dibiayai oleh
sumber pembiayaan yang berbeda seperti misalnya pembiayaan untuk
Perencanaan umum, Perencanaan teknis sampai dengan pelelangan dibiayai
oleh Pemerintah (APBN/APBD), biaya konstruksi dan pemeliharaan dengan
sumber BUMN/BUMD atau sumber dana swasta. Alternatif lain Pemerintah
(APBN/APBD) membiayai komponen Perencanaan umum, perencanaan
teknis,pelelangan dan konstruksi dan BUMN/BUMD atau swasta membiayai
operasi dan pemeliharaannya.
Alternatif-alternatif sumber pembiayaan tersebut diatas tergantung dari situasi
kondisi keuangan negara yang ada; kebijakan pembangunan infrastruktur yang
berlaku serta karakteristik kelayakan proyek tersebut baik dari segi ekonomi, sosial
dan dari segi financial. Alternatip sumber pembiayaan dari suatu proyek
infrastruktur tersebut dinamakan Skema Pembiayaan Proyek.
C. KARAKTERISTIK PROYEK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Karakteristik Proyek Pembangunan Infrastruktur terbagi kedalam empat kategori
utama yaitu:
1. CAPITAL INTENSITY AND LONGEVITY : Proyek infrastruktur mempunyai
intensitas modal yang sangat tinggi sehingga tidak semua investor yang
mempunyai kemampuan yang cukup; Proyek infrastruktur likuiditasnya rendah
artinya tidak segera dapat memberikan pengembalian modal yang cepat;
Proyek infrastruktur juga memerlukan pembiayaan yang sifatnya jangka
panjang sehingga memerlukan jaminan likuiditas yang tinggi pada masa
pembangunan. Jenis investasi ini kurang menarik bagi lembaga keuangan yang
biasa seperti bank komersial yang lebih suka pada investasi yang cepat dapat
memberikan return atau pengembalian modal yang cepat. Proyek infrastruktur
mungkin saja tidak menghasilkan arus kas positif pada tahap awal proyek yang
dicirikan dengan tingginya resiko dan biaya pada tahap pre-development dan
10
konstruksi namun akan memberikan arus kas yang stabil ketika sudah
memasuki masa operasional.
2. ECONOMIES OF SCALES AND EXTERNALITIES : Proyek infrastruktur sering kali
mencakup monopoli atas sumber alam seperti jalan raya atau penyediaan air
yang bertujuan untuk meningkatkan skala pendapatan dan memberikan
manfaat sosial bagi masyarakat luas. Pembayaran atas pembiayaan proyek
infrastruktur mungkin tidak bisa tertutupi secara keseluruhan namun
externalitas masih bisa memberikan manfaat pada perekonomian secara
keseluruhan seperti manfaat sosial yang memang sulit untuk diukur.
3. HETEROGINEITY,COMPLEXITY,AND PRECENCE A LARGE NUMBER OF PARTIES :
Fasilitas infrastuktur cenderung heterogen dan unik dengan susunan regulasi
yang kompleks dan terstruktur dalam menjamin distribusi pembayaran dan
pembagian resiko yang sesuai untuk menyelaraskan pembagian intensif bagi
seluruh stakeholder yang terlibat. Keunikan proyek infrastruktur terdapat pada
pelayanan yang akan disediakan, struktur dan kompleksitasnya membuat
investasi pada proyek infrastruktur menjadi kurang likuid dan kurang diminati.
4. OPAQUENESS : Proyek Infrastruktur cenderung kurang transparan karena
informasi yang dibutuhkan oleh investor untuk menilai resiko masih kurang
baik sehingga menciptakan kondisi ketidak pastian dimana hal ini membuat
para calon investor ragu. Kurangnya tolok ukur yang jelas dalam pengukuran
kinerja investasi juga dipandang sebagai penghalang utama dalam berinvestasi
pada proyek infrastruktur. Kurangnya transparansi dan kecukupan data
meningkatkan resiko bagi pihak yang terlibat dalam pembiayaan infrastruktur.
D. TANTANGAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
Dalam usaha menentukan Sistem Pembiayaan pembangunan infrastruktur perlu
dikaji secara cermat tantangan pembiayaan pembangunan infrastruktur sehingga
secara dini dapat diantisipasi munculnya kendala dan masalah pada saat
pelaksanaan. Dengan mengetahui secara dini kendala dan masalah yang akan
dihadapi maka dapat dibuat strategi untuk penyelesaiannya.
Tantangan pembiayaan infrastruktur tersebut antara lain :
1. Kredibilitas dan Kualitas Proyek : Kredibilitas dan Kualitas Proyek sangat
tergantung dengan proses identifikasi proyek dan juga proses penyiapan
proyek. Kesalahan dalam menentukan proyek dan kelemahan dalam
11
penyiapan proyek sebelum ditenderkan ataupun ditransaksikan akan
menimbulkan resiko terjadinya kesalahan kalkulasi bisnis.
2. Kredibilitas investor : Investor yang memiliki kredibilitas rendah, baik dari sisi
permodalan maupun pengalaman, akan menyebabkan adanya gangguan pada
keberlangsungan pelaksanaan proyek.
3. Pemahaman Bisnis Infrastruktur : Ketidakpaaman pihak pemberi dana
terhadap karakteristik usaha bidang pembangunan infrastruktur menyebabkan
ketidak tertarikan untuk membiayai proyek tersebut.
4. Nilai Proyek : Karakteristik proyek infrastruktur memerlukan pendanaan yang
besar. Investor harus memiliki dana yang cukup. Sementara bagi bank atau
lembaga pembiayaan, nilai proyek yang besar akan mempengaruhi struktur
kredit maupun batas maksimum pemberian kredit (BMPK).
5. Pembiayaan Pengadaan Lahan : Banyak fakta pembangunan infrastruktur
terhambat karena proses pembebasan lahan yang sulit. Biaya pembebasan
lahan pada umumnya tidak dapat diperoleh dari pinjaman bank sehingga harus
dipenuhi biayanya dari ekuitas sponsor.
6. Penjaminan (Collateral) : Nilai proyek yang besar membutuhkan adanya
tambahan collateral atau pinjaman proyek. Besarnya collateral tergantung dari
resiko proyek. Kemampuan investor dalam penyediaan collateral seringkali
masih terbatas.
7. Sumber Dana Pemberi Dana : Cash flow proyek infrastruktur bersifat jangka
panjang sehingga dibutuhkan pembiayaan yang mampu memberikan tenor
jangka panjang. Untuk kondisi perbankan hal tersebut seringkali mengalami
hambatan yang disebabkan ketidak sesuaian atas sumberdana yang dimiliki
yang sifatnya jangka pendek.
8. Resiko diluar resiko usaha : Resiko diluar resiko usaha diantaranya
pembebasan lahan, kerawanan sosial, keamanan, kepastian hukum yang
terkait dengan otonomi daerah.
E. SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH
Pembangunan proyek infrastruktur pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung
jawab pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan publik kepada masyarakat
secara umum. Namun tugas dan tanggung jawab pemerintah tersebut terbatas pada
pemenuhan standar pelayanan minimal. Pelayanan publik yang telah melebihi
12
standar pelayanan minimal yang artinya pelayanan publik yang sudah kearah
kenyamanan maka akan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
dengan masyarakat itu sendiri termasuk kalangan investor swasta karena faktor
kenyamanan tersebut dapat dijual kepada masyarakat yang mampu membeli.
Dengan melihat tugas dan tanggung jawab pemerintah tersebut diatas maka
pemerintah harus menyediakan anggaran untuk pembangunan infrastruktur dalam
memberikan pelayanan publik sesuai standar pelayanan yang ditetapkan secara
bertahap. Mengingat luas dan besarnya anggaran yang diperlukan maka pemerintah
perlu melakukan prioritisasi anggaran yang arahnya kepada pembangunan
infrastruktur yang dampaknya cepat dirasakan oleh masyarakat. Sistem anggaran
pemerintah dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu pendanaan reguler dan
pendanaan non reguler.
Jenis pendanaan reguler seperti APBN atau APBD Provinsi serta APBD Kabupaten/
kota. Disamping itu ada APBN dekonsentrasi dan Tugas perbantuan serta APBN
transfer kedaerah (DAU/DAK/DBH). Jenis pendanaan reguler tersebut diatas
pelaksanaannya mengikuti UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang otonomi daerah
khususnya mengenai pembagian kewenangan pemerintah pusat dan daerah.
Disebutkan dalam peraturan tersebut bahwa tugas pembangunan infrastruktur
bidang PU-PR merupakan tugas bersama antara pemerintah pusat dan daerah.
Pembagian kewenangan bidang PU-PR secara lebih rinci juga sudah diatur untuk
bidang jalan dan jembatan , sumber daya air (irigasi, sungai, pengamanan pantai,
pengendalian banjir), air minum, persampahan dan sanitasi serta permukiman.
Penjelasan secara lebih detail akan diberikan pada bab selanjutnya.
Jenis pendanaan non reguler seperti hibah APBN (Fasilitas likuiditas pembiayaan
perumahan/FLPP; bantuan uang muka /BUM dan subsidi selisih bunga /SSB;
pembangunan apartemen bersubsidi dll); Hibah APBD; Pinjaman APBN/APBD
Pendampingan pembangunan infrastruktur; obligasi daerah; obligasi infrastruktur;
obligasi negara syariah /sukuk negara. Setiap jenis pendanaan non reguler
mempunyai kriteria dan persyaratan untuk pendanaan sesuai dengan kebijakan dan
peraturan yang berlaku.
F. MODALITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Pembangunan proyek infrastruktur baik dalam rangka memberikan pelayanan
publik sampai dengan standar pelayanan minimal maupun memberikan pelayanan
publik kearah kenyamanan pada masyarakat adalah merupakan tanggung jawab
13
bersama antara pemerintah dan masyarakat termasuk investor swasta. Oleh sebab
itu modalitas pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur dapat dibagi menjadi
3 (tiga) kategori yaitu pengadaan konvensional; penunjukan BUMN dan Kerja sama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Untuk kategori pertama Pengadaan Konvensional ada dua pihak yang terkait yaitu
pemerintah dan kontraktor pelaksana. Sumber dana untuk pembiayaan proyek
adalah 100% dari Pemerintah. Pencairan dana mengikuti peraturan dan mekanisme
anggaran pemerintah. Pemerintah dalam hal ini dapat mengelola beberapa kontrak
sesuai tugas dan kewenangan organisasi pemerintah yang bersangkutan. Seluruh
resiko pendanaan Proyek infrastruktur menjadi tanggungan pemerintah.
Untuk kategori kedua Penunjukan BUMN terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat yaitu
Pemerintah, BUMN dan Badan Usaha (Kontraktor). Sumber dana proyek berasal dari
BUMN namun untuk penunjukan BUMN diperlukan beberapa regulasi yang perlu
dibuat. Besarnya pendanaan dari BUMN tergantung pada neraca BUMN dan
mungkin memerlukan injeksi ekuitas dari Pemerintah. Karena ada injeksi pendanaan
dari pemerintah maka resiko proyek terbagi antara pemerintah dan BUMN. Jenis
kerja samanya antara pemerintah dan BUMN dimungkinkan peluang Bussiness to
Bussiness (B to B). Sebagai contoh BUMN sebagai operator seperti PT.KAI; PT Jasa
Marga; PT Hutama Karya; PT. Pelindo; PT. Angkasa Pura dan PT. Pertamina.
Untuk Kategori ketiga Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha terdapat 2 (dua)
pihak yang terlibat yaitu Pemerintah dan Badan Usaha (swasta). Sumber dana
proyek berasal dari pemerintah dan badan usaha (swasta). Pemerintah mengelola
perjanjian kerja sama dengan Badan Usaha berdasarkan peraturan yang berlaku.
Resiko proyek terbagi antara pemerintah dan Badan usaha swasta dimana
pengaturan resiko tersebut tercantum dalam naskah / perjanjian kerja sama. Kerja
sama Pemerintah dan Badan Usaha mempunyai prinsip memanfaatkan effisiensi
sektor swasta. Contoh kerja sama pemerintah dan badan usaha antara lain seperti
pembangunan jalan tol Surabaya - Mojokerto sepanjang 36,47 km kerja sama
pemerintah dengan PT.Marga Nujayasumo Agung dan Jalan tol Mojokerto-
Kertosono sepanjang 40,50 km dengan PT.Marga Harjaya Infrastruktur.
14
BAB 4
SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK INFRASTRUKTUR
15
17
SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK INFRASTRUKTUR
A. DEFINISI SKEMA PEMBIAYAAN
Skema pembiayaan infrastruktur adalah bagian dari sistem pembiayaan
infrastruktur yang merupakan usaha mengatur bagaimana sebuah proyek
pembangunan infrastruktur didanai oleh sumber-sumber pembiayaan yang tepat
sesuai dengan karakteristik proyeknya dan persyaratan pendanaannya.
Tujuan membuat skema pembiayaan proyek infrastruktur adalah mencari dan
menentukan sumber dana yang tepat bagi pembiayaan proyek infrastruktur agar
kelangsungan dan kelancaran pembangunan proyek infrastruktur bisa terjamin
sehingga penyelesaian proyek tersebut dapat tepat waktu sesuai yang
direncanakan. Untuk bisa menentukan skema pembiayaan proyek infrastruktur
dengan baik maka perlu diketahui karakteristik proyek tersebut, kelayakan proyek
tersebut, kriteria dan persyaratan sumber pendanaan. Dengan skema pembiayaan
yang tepat dapat mengurangi resiko proyek infrastruktur tersebut baik dari segi
resiko bisnisnya maupun resiko keterlambatan pelaksanaan proyeknya.
B. DASAR PERTIMBANGAN PEMILIHAN SKEMA PEMBIAYAAN
Pertimbangan pemilihan skema pembiayaan dapat dibagi menjadi 2 (dua) skema
pembiayaan yaitu skema pembiayaan untuk pengembangan kawasan dan skema
pembiayaan untuk pembangunan proyek infrastruktur dimana proyek infrastruktur
ini merupakan penunjang utama dari pengembangan sebuah kawasan.
Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan mampu:
a. menjelaskan definisi, karakteristik pembiayaan infrastruktur
b. Menjelaskan analisis kelayakan ekonomi, sosial dan finansial
c. Menjelaskan pertimbangan utama dalam merumuskan skema
pembiayaan proyek
18
Pertimbangan utama dalam memilih skema pembiayaan adalah: manfaat ekonomi
dan sosial; kelayakan financial dan pembagian kewenangan dari para stakeholder.
Manfaat ekonomi dan sosial adalah manfaat yang dapat diberikan kepada
masyarakat sebagai akibat dari investasi infrastruktur yang dilakukan yang
diidentifikasikan dari dampak dari investasi terhadap outcome pengembangan
wilayah. Kelayakan Financial adalah batas minimal nilai ekonomi yang
menguntungkan bagi swasta untuk berinvestasi yang ditunjukan dengan nilai imbal
balik investasi (Internal Rate of Return).
Pembagian Kewenangan adalah urusan kewenangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai peraturan perundang-undangan (UU no 23 tahun 2014
dan UU Sektoral.
Pertimbangan pemilihan skema pembiayaan pengembangan kawasan dimulai
dengan proses mengidentifikasikan kawasan prioritas yang akan dikerja samakan,
kemudian dianalisa manfaat ekonomi dan sosial dari usaha pengembangan kawasan
tersebut. Dari analisa tersebut, apabila terindikasi bahwa manfaat ekonomi dan
sosial atas pengembangan kawasan tersebut rendah maka investasi pengembangan
kawasan tersebut dilakukan dengan penugasan BUMN atau menggunakan dana CSR
swasta. Apabila dari analisa terindikasi bahwa manfaat ekonomi dan sosialnya tinggi
atau sedang maka perlu dilakukan analisa lanjutan dari segi kelayakan financial.
Apabila analisa kelayakan financial menunjukan kelayakan financialnya rendah dan
sedang maka investsi diarahkan dengan skema KPBU atau bisa melalui PINA (special
commercial investment, namun apabila hasil analisa kelayakan financial tinggi maka
skema pembiayaan investasinya dengan PINA yang merupakan general commercial
invesment.
Prinsip investasi pengembangan kawasan untuk kawasan yang pembangunannya
akan dikerja samakan dengan swasta/badan usaha adalah kawasan yang memiliki
manfaat ekonomi dan sosial yang sedang dan tinggi. Tingkat kelayakan financial
akan menentukan bentuk/skema pembiayaan yang dapat dipilh apakah KPBU atau
PINA. Tingkat manfaat ekonomi dan sosial rendah menjadi indikasi ketidak layakan
secara financial yang artinya ada indikasi ketidaklayakan pembangunan
infrastruktur dalam satu kesatuan kawasan. Penanganan pembangunan
infrastruktur tersebut di atas adalah dengan melakukan kerja sama untuk
pembangunan setiap infrastrukturnya.
19
Dalam kita melakukan analisa manfaat ekonomi dan sosial digabungkan dengan
analisa kelayakan financial untuk proyek infrastruktur maka dapat
mengklasifikasikan beberapa skenario skema pembiayaan sebagai berikut:
1. Proyek infrastruktur yang manfaat ekonomi dan sosial rendah dan kelayakan
ekonomi rendah maka investasinya diarahkan pada skema pembiayaan
pemerintah.
2. Proyek infrastruktur yang manfaat ekonomi dan sosial sedang namun
kelayakan financialnya rendah maka investasinya diarahkan pada skema
pembiayaan pemerintah atau BUMN.
3. Proyek infrastruktur yang manfaat ekonomi dan sosial tinggi namun kelayakan
financial rendah maka investasi diarahkan pada skema pembiayaan
pemerintah dan BUMN.
4. Proyek infrastruktur dengan manfaat ekonomi dan sosial rendah namun
kelayakan financial sedang maka investasinya diarahkan pada skema KPBU
dengan intervensi jaminan kestabilan konsumen.
5. Proyek infrastruktur dengan manfaat ekonomi dan sosial sedang dan kelayakan
financial sedang investasi diarahkan dengan skema KPBU dengan intervensi
jaminan kestabilan harga.
6. Proyek infrastruktur dengan manfaat ekonomi dan sosial tinggi dan kelayakan
financial tinggi maka skema investasinya diarahkan dengan skema pembiayaan
KPBU dengan intervensi jaminan kestabilan konsumen dan operasi
pemeliharaan oleh swasta.
7. Proyek infrastruktur dengan manfaat ekonomi dan sosial rendah tetapi
kelayakan financialnya tinggi maka investasinya diarahkan dengan skema
pembiayaan KPBU dengan intervensi jaminan konsumen.
8. Proyek infrasturktur dengan manfaat ekonomi dan sosial sedang dan kelayakan
financial tinggi maka investasinya diarahkan dengan skema pembiayaan
melalui KPBU tanpa intervensi.
9. Proyek infrastruktur dengan manfaat ekonomi dansosial tinggi dan kelayakan
financial tinggi maka investasinya diarahkan dengan skema pembiayaan oleh
full dunia usaha swasta (B to B) dan aset dimiliki oleh Pemerintah.
20
C. ANALISA KELAYAKAN PROYEK INFRASTRUKTUR
Pelaksanaan rencana Pengembangan Wilayah dimulai dengan melaksanakan
pembangunan infrastruktur sebagai pendukung utama pembangunan sebuah
kawasan. Pembangunan proyek infrastruktur ini tentunya dilakukan setelah
melalui proses perijinan selesai serta proses studi kelayakan dimana proyek
infrastruktur tersebut dijamin layak atau dapat memberi manfaat baik secara
ekonomi, sosial dan financial.
Sebagai dasar pengambilan keputusan apakah proyek infrastruktur tersebut
layak atau tidak, terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan sebagai
kriteria yaitu : Net Present Value (NPV); Benefit Cost Ratio (BCR); Internal Rate
of Return (IRR) dan PayBack Period (PP). Keempat teknik analisis ini juga untuk
mengevaluasi dan penilaian jasa lingkungan. Tujuan dasar didalam analisis
kelayakan proyek ini adalah untuk menilai seberapa besar keuntungan ekonomi
dan sosial bisa didapatkan atas terbangunnya proyek infrastruktur tersebut.
Dengan demikian hal yang perlu kita lihat adalah : Total Keuntungan = (Total
Manfaat – Total biaya) => 0 atau Total Keuntungan = (Total Manfaat / Total
Biaya) => 1.
Kriteria ini perlu mempertimbangkan faktor interest rate (suku bunga) atau
pengaruh waktu terhadap nilai uang (sekarang) yang kita sebut sebagai discount
factor. Dengan demikian terdapat 2 (dua) hal penting yang perlu diperhatikan
dalam menentukan kriteria analisis proyek yaitu :
1). Faktor periode waktu : Dalam hal ini perlu mempertimbangkan umur
ekonomis, teknis, administratif atau umur proyek yang diharapkan (expected life
time). Informasi ini dapat diperoleh dari orang-orang yang secara langsung
terlibat dalam proyek tersebut.
2). Faktor interest rate : Hal ini pada dasarnya adalah rasio antara interest yang
diterima dan dana yang diinvestasikan. Penentuan interest rate dapat
menggunakan informasi tentang tingkat suku bunga bank yang berlaku atau
dapat menggunakan expected MARR (Minimum Attractive Rate of Return).
Contoh pengaruh waktu terhadap nilai uang dan interest rate : Jika kita menanam
uang saat sekarang sebesar Rp 1.000.000,- dengan tingkat bunga bank 18% per
tahun, maka setelah 5 tahun nilai uang akan menjadi F=P (1 + i) pangkat 5 jadi
1.000.000 (1 +0,18) pangkat 5 = 2.287.757,76.
21
Hal ini dapat digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari sejumlah uang
yang direncanakan diterima pada waktu mendatang.
Seperti telah disebutkan diatas kelayakan suatu proyek infrastruktur dapat
ditentukan oleh 3 kriteria pokok yaitu; Net Present Value (NPV), Benefit Cost
Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return serta satu kriteria tambahan yaitu Pay
Back Period (PP).
Kriteria nilai bersih sekarang (NPV) pada dasarnya di turunkan dari konsep
keuntungan dengan memperhatikan faktor waktu (periode waktu) dan interest
rate (i) dan dapat di formulasikan sebagai berikut:
NPV (i) = { Bt (1 +i) pangkat –t di kurangi (-) { Ct (1 + i) pangkat –t
Keterangan :
NPV (i) = Nilai bersih (keuntungan) saat sekarang pada interest rate (i) per tahun.
Bt = Total Penerimaan (benefit) dari proyek pada periode waktu t.
Ct = Total Biaya (cost) yang dikeluarkan untuk proyek pada periode waktu t.
(1 + i) pangkat t = Faktor nilai sekarang atau discount rate factor yang merupakan
faktor koreksi pengaruh waktu terhadap nilai uang pada periode t dengan
interest rate i pertahun.
Net Present Value (NPV) adalah ukuran nilai absolut keuntungan, dengan
justifikasi NPV (i) > 0 proyek jalan (Go Project). NPV(i) < 0 proyek batal atau tak
layak.
Kriteria Rasio Biaya-Manfaat (BCR) pada dasarnya menggunakan prinsip yang
sama dengan NPV. Benefit Cost Ratio merupakan ratio nilai sekarang antara
manfaat (benefit) dan Biaya (Cost). Benefit Cost Ratio di formulasikan sebagai
berikut : BCR = {Pvi (Bt) / {Pvi (Ct).
Justifikasinya adalah BCR(i) > 1 proyek layak atau proyek dijalankan (Go project).
BCR < 1 proyek tidak layak dibatalkan (No Go Project).
Sebagai Contoh apabila nilai BCR = 1,58 artinya > 1 jadi proyek layak untuk
dilaksanakan dengan harapan bahwa nilai manfaat yang akan diperoleh sebesar
1,58 kali lebih besar dari nilai proyek.
Kriteria Internal Rate of Return (IRR) kriteria ini sering juga disebut sebagai
indeks keuntungan (Profitability index) yang digunakan secara luas dalam analisis
22
kelayakan proyek. Secara definisi IRR adalah interest rate (tingkat bunga i) yang
membuat NPV sama dengan nol. Nilai IRR mengambil selang nilai antara 0 < IRR
< tak terhingga. Penentuan nilai IRR dari suatu proyek biasanya dilakukan dengan
interpolasi dan trial and error. Hal ini disebabkan karena tidak diketahui secara
pasti letak IRR, yaitu nilai interest rate (i) yang membuat NPV = 0.
Formulasi IRR adalah IRR = D1 +(D2-D1)(NPV1/ NPV1-NPV2).
D1 = Discount faktor rendah
D2 = Discount faktor tinggi
NPV1 = NPV Pada faktor discount rendah
NPV2 = NPV pada faktor discount tinggi
Komponen NPV1-NPV2 adalah nilai mutlak.
Tingkat kelayakan ekonomis dengan menggunakan IRR sangat tergantung dari
MARR (Minimum Attractive Rate Of Return) yang diharapkan dalam suatu
proyek. Justifikasinya IRR > MARR proyek layak dijalankan (Go Project), IRR <
MARR Proyek tidak layak (No Go Project).
Kriteria Tingkat Pengembalian Kembali (Payback Period). Payback Period
adalah waktu yang dibutuhkan agar hasil investasi dapat menutupi jumlah dana
yang telah dikeluarkan untuk investasi proyek tersebut. Kriteria ini merupakan
kriteria tmbahan yang dimaksudkan untuk mengetahui periode waktu yang
membuat totok impas (Break Event Point) pada suatu proyek, berapa lama
setelah proyek berfungsi akan tercapai nilai NPV=0. Cara perhitungannya dengan
melakukan interpolasi antara NPV di dua selang waktu yang memungkinkan
NPV=0. Faktor pembanding dari Payback Period adalah umur proyek dengan
formulasi sebagai berikut:
PP = T1 + (T2-T1)(0-NPV1/NPV2-NPV1) dengan keterangan sebagai berikut:
PP = Payback Periode
T1 = Faktor waktu (tahun) rendah
T2 = faktor waktu (tahun) tinggi
NPV1 = NPV pada faktor waktu (tahun) rendah
NPV2 = NPV pada faktor waktu Tahun) tinggi
23
Komponen NPV2-NPV1 adalah nilai mutlak
Justifikasinya adalah :
PP < Umur Proyek artinya proyek layak untuk dijalankan (Go Project).
PP > Umur Proyek artinya proyek tidak layak (No Go Proyek).
Dari kriteria-kriteria kelayakan proyek tersebut di atas, masing-masing
mempunyai keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Kriteria analisis yang
terbaik adalah NPV karena ia mampu menggambarkan tingkat keuntungan dalam
nilai uang (sekarang), sedangkan BCR menggambarkan dalam bentuk Rasio, serta
IRR dalam bentuk indeks keuntungan. Dalam prakteknya sering ketiga kriteria ini
dipergunakan sekaligus untuk memperoleh informasi kelayakan yang
komprehensif.
Analisis kelayakan dengan kriteria NPV, IRR, BCR dan PP ditujukan untuk satu /
single kegiatan proyek. Untuk pengembangan wilayah melalui pembangunan
kawasan biasanya menyangkut beberapa kegiatan proyek atau multiple projects
sehingga dibutuhkan sebuah analisa lanjutan untuk mengetahui tingkat prioritas
suatu kegiatan proyek dibandingkan dengan proyek lainnya. Salah satu alat untuk
analisa lanjutan tersebut adalah dengan Composite Performance Index (CPI).
Dengan menggunakan composite performance Index kita dapat memperoleh
urutan prioritas untuk implementasi. Composite Performance Index (CPI)
merupakan indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menetukan penilaian
atau peringkat dari berbagai alternatif (i) berdasarkan beberapa kriteria (j).
Formula yang digunakan dalam teknik CPI (Marimin,2004) :
Aij = Xij (min) x 100/ Xij (min)
A (i+1j) = (X(i+1j))/ Xij (min) x 100
Iij = Aij x Pj
Ii = ∑ (𝐼𝑖𝑗)𝑛𝑗=1
Keterangan:
Aij nilai alternatif ke-i pada kriteria ke-j
24
Xij (min) nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j
A (i+1j) nilai alternatif ke-i + pada kriteria ke-j
X(i+1j) nilai alternatif ke-i + pada kriteria awal ke-j
Pj bobot kepentingan kriteria ke-j
Iij indeks alternatif ke-i
Ii indeks gabungan kriteria pada alternatif ke-i
I 1,2,3,...,n
J 1,2,3,...,m
Sebagai ilustrasi, terdapat 3 alternatif kegiatan pemberdayaan ekonomi
perdesaan yaitu pengembangan kerajinan kayu, budidaya tembakau dan
sengonisasi. Setelah dilakukan kelayakan proyek dengan perhitungan IRR
(internal rate of return), BCR (Benefit Cost Ratio) dan PP (Payback Period) atau
waktu pengembalian modal, diperoleh matrik sebagai berikut :
Tabel 1 Matrik Penilaian Alternatif Kelayakan Ekonomi
No Alternatif Kriteria Kelayakan Ekonomi
IRR (%) BCR PP (thn)
1 Budidaya Tembakau 30 1,1 5
2 Penanaman Sengon 20 1,15 6
3 Kerajinan Kayu 25 1,2 4
Bobot Kriteria 0,3 0,4 0,3
Prosedur Penyelesaian Composite Performance Index (CPI).
Identifikasi kriteria tren positif (semakin tinggi nilainya semakin baik) dan tren
negatif (semakin rendah nilainya semakin baik ):
1. IRR bersifat positif, semakin besar nilai IRR maka keuntungan akan semakin
meningkat.
25
2. BCR bersifat positif, semakin besar ratio B/C, maka keuntungan akan semakin
besar.
3. PP bersifat negatif, semakin kecil nilai Pay back Period maka waktu
pengembalian modal akan semakin cepat.
Untuk kriteria tren positif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke
seratus,sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara proposional lebih tinggi.
Untuk kriteia tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke
seratus,sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara proposional lebih rendah.
Perhitungan berikutnya mengikuti prosedur Bayes. Berikut tahapan penentuan CPI
dengan contoh tabel:
Tabel 2 Matrik Standarisasi Nilai Kelayakan Ekonomi
No Alternatif Kriteria Kelayakan Ekonomi
IRR (%) BCR PP (thn)
1 Budidaya Tembakau (30/20) x 100 (1,1/1,1) x 100 (4/5) x 100
2 Penanaman Sengon (20/20) x 100 (1,15/1,1) x 100 (4/6) x 100
3 Kerajinan Kayu (25/20) x 100 (1,2/1,1) x 100 (4/4) x 100
Bobot Kriteria 0,3 0,4 0,3
Tabel 3 Matrik Hasil Transformasi Melalui Teknik Perbandingan Indeks Kinerja
No Alternatif Kriteria Kelayakan Ekonomi Nilai *) Peringkat
IRR (%) BCR PP (thn)
1 Budidaya Tembakau
150 100 80 109 2
2 Penanaman Sengon
100 104,5 66,7 91,8 3
3 Kerajinan Kayu 125 109,1 100 111,1 1
Bobot Kriteria 0,3 0,4 0,3
Dengan demikian, berdasarkan penilaian Composite Performance Index, maka
alternatif ketiga yaitu pengembangan kerajinan kayu memiliki peringkat satu (1) dan
layak untuk diprioritaskan dalam pengembangan perdesaan.
26
D. PROSES DAN ANALISA PENENTUAN SKEMA PEMBIAYAAN PROYEK
Penentuan Skema Pembiayaan Proyek merupakan tahapan kegiatan yang sangat
penting dalam perencanaan pembangunan kawasan dalam rangka pengembangan
wilayah. Kesalahan dalam menentukan skema pembiayaan proyek akan
mempengaruhi kelancaran proses pembangunan kawasan sesuai dengan target
waktu yang ditentukan dalam rencana. Oleh sebab itu kegiatan penentuan skema
pembiayaan memerlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam proses pengambilan
keputusannya. Ketelitian dan kehati-hatian dilakukan dengan usaha-usaha
penyiapan proyek yang dijamin kualitasnya dan usaha mendapatkan komitmen yang
tinggi dari para stakeholder.
Jaminan kualitas penyiapan proyek dilakukan dengan penggunaan data-data yang
akurat dan pengggunaan metode analisis yang telah teruji pada proses studi
kelayakan. Disamping itu setiap tahapan studi perlu dilakukan beberapa kali
pembahasan oleh pihak-pihak yang kompeten khususnya pada saat atau point-
poinT yang memerlukan pengambilan keputusan teknis.
Usaha-usaha untuk mendapatkan komitmen yang tinggi dari para stakeholder
dilakukan dengan berbagai kegiatan untuk membangun komitmen seperti Focus
Group Discussion (FGD), workshop, lobbying, rapat berkala dan lain-lain. Proses
diskusi dan pertemuan-pertemuan tersebut dimulai dengan pengenalan konsep
pembangunan kawasan dan pengembangan wilayah, penjelasan pentingnya
peranan stakeholder, penjelasan keuntungan dan manfaat yang akan didapat dari
rencana pengembangan kawasan serta pentingnya skema pembiayaan proyek
infrastruktur sebagai sarana utama dalam pengembangan kawasan. Intinya para
stakeholder tersebut perlu tahu lebih dahulu dan digiring sampai para stakeholder
mempunyai motivasi untuk berkomitmen ikut berpartisipasi dalam pembangunan
kawasan.
Pertimbangan utama dalam menentukan skema pembiayaan telah dijelaskan dalam
bab sebelumnya. Berdasarkan pertimbangan utama dalam penentuan skema
pembiayaan tersebut diatas, proses dan analisa penentuan skema pembiayaan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Cek daftar kebutuhan proyek pembangunan baik infrastruktur maupun non
infrastruktur yang sudah mempunyai studi kelayakan dan yang belum
termasuk status studi kelayakannya.
27
2. Berdasarkan hasil-hasil studi kelayakan perlu di buat klasifikasi proyeknya
berdasarkan besarnya kebutuhan pembiayaan dan berdasarkan tingkat
kelayakannya baik dari segi manfaat ekonomi, sosial dan financial.
3. Melakukan riset sumber-sumber pembiayaan baik sumber pembiayaan dari
pemerintah dan sumber-sumber pembiayaan non pemerintah. Pencarian
sumber-sumber pembiayaan non pemerintah dilakukan dengan mengkaji dan
mencari investor yang potensial termasuk program-program CSR dari pihak
swasta.
4. Melakukan penawaran proyek-proyek yang layak dapat memberikan manfaat
yang tinggi baik secara ekonomi, sosial dan finansial kepada para investor yang
punya potensi sumber daya yang kuat.
5. Melakukan analisa kemampuan sumber-sumber pembiayaan Pemerintah baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
6. Dengan hasil analisa dan langkah-langkah diatas dilakukan penyusunan
beberapa alternatip skema pembiayaan. Alternatip skema pembiayaan yang
telah tersusun nantinya perlu ditindak lanjuti dengan usaha-usaha untuk
mengaktualisasikan skema pembiayaan tersebut.
28
BAB 4
SUMBER DAN KARAKTERISTIK PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
29
SUMBER DAN KARAKTERISTIK PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
A. SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur terdiri dari sumber pembiayaan
pemerintah dan sumber pembiayaan non pemerintah.
Sumber pembiayaan pemerintah
Terdapat dua sumber pembiayaan pemerintah yaitu sumber pembiayaan
pemerintah yang reguler dan sumber pembiayaan pemerintah yang non reguler.
Sumber pembiayaan reguler adalah seperti APBN atau APBD baik APBD
Kabupaten maupun APBD Kota. Selain itu ada APBN untuk tugas dekonsentrasi
dan tugas perbantuan disamping ada APBN yang di transfer kedaerah seperti
DAU/DAK atau DBH. Sumber pembiayaan non reguler adalah seperti hibah APBN
berupa fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan/FLPP, bantuan uang muka
(BUM) dan subsidi selisih bunga (SSB) dan pembangunan Apartemen bersubsidi;
hibah APBD, pinjaman APBN/APBD (pendampingan pembangunan infrastruktur);
obligasi daerah, obligasi infrastruktur dan obligasi negara syariah (sukuk negara).
Sumber pembiayaan pemerintah untuk infrastruktur di bidang PU-PR mengikuti
pembagian urusan pemerintahan di bidang PU-PR antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Sesuai Undang-undang Otonomi Daerah Urusan
pemerintahan di bidang PU-PR merupakan tugas bersama antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah oleh sebab itu pembiayaan pembangunan
infrastruktur dibidang PU-PR mengikuti peraturan tentang pembagian
Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan mampu
menjelaskan sumber-sumber pendanaan baik sumber pendanaan dari
pemerintah maupun non pemerintah beserta kriteria dan persyaratan
pendanaan beserta contoh-contohnya
30
kewenangan dan urusan pemerintahan yang telah ada. Sebagai contoh adalah
sebagai berikut:
1. Di Bidang Jalan dan Jembatan pemerintah pusat menangani jalan Nasional
termasuk jembatan didalamnya, jalan strategis nasional antara lain seperti
jalan perbatasan negara. Pemerintah provinsi membiayai jalan provinsi
beserta jembatan didalamnya dan jalan strategis provinsi. Pemerintah
Kabupaten/Kota membiayai jalan dan jembatan Kabupaten dan Kota
termasuk jalan desa.
2. Di bidang Sumberdaya Air pemerintah pusat menangani irigasi primer dan
sekunder untuk kawasan irigasi teknis lebih besar dari 3000 ha, pengelolaan
sungai yang melewati lebih dari satu provinsi, pengamanan pantai,
pengelolaan air baku, pengendalian banjir dan drainase utama. Pemerintah
provinsi menangani irigasi pada kawasan irigasi teknis antara 1.000 sampai
dengan 3.000 ha, pengelolaan sungai didalam provinsi, pengelolaan
drainase utama dan sekunder, Pemerintah Kabupaten/Kota menangani
irigasi pada kawasan irigasi teknis dibawah 1.000 ha, sungai di kabupaten,
drainase kota.
3. Di bidang Ke Cipta karyaan , pemerintah pusat memberikan bantuan yang
sifatnya stimulan saja kepada daerah seperti untuk air bersih/minum
pemerintah pusat memberikan bantuan pembangunan intake untuk air
baku, pembangunan pipa transmisi dan pembangunan unit pengolahan air.
Untuk pembangunan sarana air limbah pemerintah pusat membantu
pembangunan pipa transmisi air limbah dan unit pengolahan air limbah.
Untuk prasarana dan sarana persampahan pemerintah pusat dapat
membantu alat angkut sampah seperti truk sampah, gerobak sampah,
sarana pengolahan sampah (TPA) serta dapat memberikan bantuan teknis
manajemen persampahan. Pemerintah juga membantu program
penanggulangan kawasan kumuh perkotaan. Karena bantuan pemerintah
pusat tersebut bersifat stimulan maka Pemerintah provinsi dan Pemerintah
kabupaten dan Kota harus melakukan sisa kebutuhan pembangunan
infrastruktur yang ada sebagai pendampingan untuk dapat menuntaskan
apa yang diperlukan untuk dapat melaksanakan minimal sesuai standar
pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
31
4. Di bidang pembangunan Perumahan, pemerintah pusat memberikan
bantuan pada pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah melalui pembangunan prasarana dan sarana dasar PU, subsidi selisih
bunga, bantuan uang muka dan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan.
Sumber Pembiayaan Non-Pemerintah
Sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur yang berasal dari Non-
Pemerintah terdiri dari pembiayaan pembangunan infrastruktur dari pihak
swasta murni (Private) seperti Cooporate Sosial Responsibility (CSR) dan
infrastruktur swasta (Private infrastructure). Selain itu pembiayaan non
pemerintah seperti pembiayaan pembangunan infrastruktur melalui Kerjasama
Pemerintah Badan Usaha seperti Penugasan BUMN, Private Finance Initiative
(PFI), Performance Based Annuity Scheme (PBAS), Pembiayaan Strategis
(Strategic funding), Avalibility Payment, Viability Gap Fund (VGF), Efek Beragun
Aset (Asset-Backed Security), Sale-and-lease-Back. Ada juga pembiayaan non
pemerintah seperti PINA (Pembiayaan Ekuitas langsung instrumen investasi
ekuitas (pasar modal) dan Pinjaman dan Hibah luar negeri melalui kerjasama baik
multilateral maupun bilateral.
Sumber pembiayaan pembangunan infrastrukur non pemerintah melalui Kerja
sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) mempunyai karakteristik yang dapat
dibedakan dengan Privatisasi murni dan pengadaan konvensional. Perbedaan
karakteristik tersebut dapat dilihat dari beberapa segi seperti segi anggaran
pemerintah, segi resiko dan segi peranan pemerintah. Dari segi anggaran
pemerintah Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dampaknya disebar
sepanjang masa konsesi sementara untuk Privatisasi murni tidak mempunyai
dampak sama sekali terhadap anggaran pemerintah. Untuk Pengadaan
konvensional mempunyai dampak langsung terhadap anggaran pemerintah. Dari
segi pembagian resiko, untuk Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU),
resiko dialokasikan secara optimal; untuk Privatisasi murni semua resiko
ditanggung oleh pihak swasta sedangkan untuk Pengadaan Konvensial semua
resiko ditanggung oleh pemerintah. Dari segi peran pemerintah untuk Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) peran pemerintah sebagai Fasilitator
pembayaran atas pelayanan (service) sedangkan untuk Privatisasi murni peran
pemerintah sebagai regulator dan untuk Pengadaan secara konvensional, peran
pemerintah ada disetiap aspek pengadaan.
32
Pembangunan infrastruktur yang dilakukan melalui skema pembiayaan (KPBU)
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha mempunyai beberapa faktor kunci
keberhasilan seperti:
1. Fasilitasi dan Penyiapan proyek yang layak dalam arti bahwa pemerintah
selama memfasilitasi dan menyiapkan proyek harus memperhatikan betul
kapasitas dan rekam jejak para developer, kelayakan proyek dan pembagian
alokasi resiko yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan pelaksanaan
tender yang transparan, tingkat kompetisi developer yang baik dengan
penerapan syarat kualifikasi yang ketat. Disamping itu pada saat
melaksanakan studi kelayakan perlu dilakukan kajian yang komprehensif
dibantu dengan konsultan yang berpengalaman dibidangnya dan koordinasi
antar multi stakeholder yang baik serta dukungan pemerintah yang kuat.
2. Eksekutif order dalam arti adanya komitmen yang kuat dari Pejabat
Pembuat Komitmen (PJPK), adanya kepastian dan kejelasan regulasi
(peraturan) serta intervensi politik yang minimal. Dengan kondisi order
tersebut diatas maka kepastian dari pelaksanaan proyek akan dijamin
lancar.
Fasilitasi dan penyiapan proyek yang layak dan Eksekutif order bertujuan untuk
dapat mengembangkan proyek yang baik, operasi dan pemeliharaan yang tepat
serta adanya keamanan dalam hal pembayaran.
Faktor kunci keberhasilan yang lain adalah adanya kepastian dari imbal hasil
investasi dan ketersediaan lembaga pembiayaan menyediakan fasilitas
keuangan. Kepastian dari Imbal hasil investasi ini akan terjadi apabila kelayakan
proyek betul-betul berkualitas dalam arti semua data dan analisa bisa diandalkan
dan tidak adanya gangguan politik dan keamanan selama pelaksanaan proyek.
Ketersediaan lembaga pembiayaan yang mau menyediakan fasilitas keuangan
merupakan masalah tersendiri karena kebijakan lembaga pembiayaan banyak
kontradisi dengan karakteristik proyek infrastruktur seperti pengembalian hasil
investasi yang lama (jangka panjang), modal yang besar, faktor ketidakpastian
dan resiko yang tinggi. Oleh sebab itu perlu ada pemerintah dan lembaga
penjaminan untuk mengurangi resiko dan ketidakpastian tersebut.
Regional Infrastructure Development Fund (RIDF)
33
Regional Infrastructure Development Fund adalah sistem pembiayaan untuk
pembangunan Infrastruktur daerah yang bukan dari APBD tetapi dapat dari
berbagai sumber dana seperti penyertaan modal pemerintah, pinjaman
multilateral, pasarmodal atau grant/hibah. Penerima manfaat dari regional
development fund adalah Pemerintah Daerah melalui berbagai jenis kegiatan
seperti Proyect Development Fund dan jasa konsultasi/advisory.
Tujuan regional infrastruktur development fund adalah:
1. Untuk peningkatan layanan infrastruktur dan mengurangi kesenjangan
infrastruktur di daerah.
2. Sustainability atas pembiayaan pembangunan infrastruktur daerah.
3. Pendampingan dalam penyiapan proyek bagi pemerintah daerah.
Regional Development Fund merupakan dana bergulir (revolving fund) dengan
struktur permodalan equity dari Pemerintah untuk kemudian leveraging melalui
lembaga donor (pinjaman, grant/hibah) dan pasar modal. Sustainability RIDF
didasarkan pada security mechanism: pembentukan dana cadangan pembayaran
kewajiban; penjaminan pemerintah dengan memperhitungkan transfer
DTU/DTK. Pengambilan keputusan pembiayaan berdasarkan hasil penilaian
terhadap kapasitas fiskal Pemerintah Daerah, kelayakan proyek terkait dan
demand-driven project.
Bantuan Luar Negeri (BLN)
Bantuan luar negeri adalah salah satu sumber pembiayaan pembangunan
infrastruktur yang berasal dari luar negeri. Bantuan luar negeri dapat berupa
pinjaman luar negeri atau grant/hibah luar negeri dimana lembaga/negara
pemberi bantuan luar negeri tersebut bisa dari lembaga keuangan multilateral,
bank commercial dan negara sahabat (bilateral). Lembaga keuangan multilateral
seperti Bank Dunia (World Bank) dan Asian Development Bank (ADB). Bantuan
bilateral berasal dari negara sahabat seperti Jepang (OECF,JICA), Jerman (KFW),
Amerika Serikat (USAID), China, Australi (Ausaid) dll.
B. KARAKTERISTIK SUMBER PEMBIAYAAN
Setiap sumber pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur baik yang berasal
dari pemerintah maupun non pemerintah mempunyai karakteristik sendiri-
sendiri baik dari persyaratan maupun dari segi kegiatan yang sesuai.
34
Karakteristik Sumber Pembiayaan Pemerintah
Dana APBN-dekonsentrasi dan tugas perbantuan mempunyai karakteristik dan
persyaratan pembiayaan yang sesuai dengan pengalokasian dan kewenangan
pusat, nasional yang telah didelegasikan serta memenuhi readiness kriteria yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Kegiatan proyek yang sesuai adalah semua
kegiatan yang menjadi kewenangan pusat/nasional yang telah didelegasikan.
Dana APBN-transfer ke daerah (DAU,DAK) mempunyai karakteristik dan
persyaratan pembiayaan yang sesuai dengan pengalokasian kewenangan
pusat/nasional dan memenuhi persyaratan mendukung proyek strategis
Pemerintah. Kegiatan proyek yang sesuai adalah semua kegiatan yang menjadi
kewenangan pusat dan mendukung pencapaian kebijakan nasional.
Dana APBN-Pinjaman dan hibah mempunyai karakteristik dan persyaratan
pembiayaan yang sesuai dengan pengalokasian kewenangan pusat/nasional dan
memenuhi persyaratan akses program yang disediakan serta memenuhi
persyaratan pinjaman yang harus dilaksanakan. Kegiatan yang sesuai adalah
semua kegiatan yang menjadi kewenangan pusat dan mendukung kebijakan
nasional serta sesuai dengan ruang lingkup dokumen pinjaman atau hibah.
Dana APBD Provinsi mempunyai karakteristik dan persyaratan pembiayaan yang
sesuai dengan pengalokasian dan kewenangan provinsi. Kegiatan yang sesuai
adalah semua kegiatan pembangunan infrastruktur yang menjadi kewenangan
provinsi.
Dana APBD Kabupaten/Kota mempunyai karakteristik dan persyaratan
pembiayaan ysng sesuai dengan pengalokasian kewenangan Kabupaten dan Kota
untuk pembangunan infrastruktur. Kegiatan proyek infrastruktur yang sesuai
adalah semua kegiatan pembangunan infrastruktur yang menjadi kewenangan
Kabupaten dan Kota.
Dana APBD-Pinjaman dan hibah luar negeri mempunyai karakteristik dan
persyaratan pembiayaan yang sesuai dengan pengalokasian kewenangan daerah
untuk pembangunan infrastruktur. Kegiatan proyek diusulkan oleh Pemerintah
daerah kepada Pemerintah pusat. Prioritas diberikan kepada Pemerintah daerah
yang mempunyai kapasitas fiskal rendah. Pemerintah pusat harus ikut
menanggung sebagian biaya pelaksanaan kegiatan. Kegiatan yang diusulkan
sesuai dengan bidang tugas sektor yang akan dibiayai.
35
Karakteristik Sumber Pembiayaan Non Pemerintah (KPBU)
Availability Payment (AP) mempunyai karakteristik dan persyaratan pembiayaan
seperti adanya badan usaha pelaksana yang menerima dana dari pemerintah
secara berkala; Modal pengembalian investasi kepada badan usaha tidak berasal
dari tarif pengguna. Dana availability payment berasal dari pemerintah dan
apabila tidak mencukupi dapat dibantu melalui Viability Gap Fund (VGF).
Kegiatan proyek yang sesuai adalah proyek yang mempunyai IRR sesuai dengan
proses bisnis masing-masing infrastruktur dan layak secara ekonomi, menarik
dan menguntungkan untuk investasi swasta. Proyek yang sesuai lainnya adalah
kegiatan yang membutuhkan teknologi yang mahal.
Viability Gap Funding mempunyai karakteristik dan persyaratan pembiayaan
seperti adanya lembaga penjamin; Pemerintah memberikan dukungan kelayakan
atas sebagian biaya konstruksi (dana berasal dari pemerintah : sisa anggaran dll).
Dalam VGF ini pihak swasta menerima manfaat langsung dari User fee. Kegiatan
proyek yang sesuai adalah yang memiliki IRR sesuai dengan proses bisnis masing-
masing infrastruktur dan layak secara ekonomi, menarik bagi investasi swasta.
Program dan kegiatan yang dapat menarik tarif dari user (pengguna).
Karakteristik Sumber Pembiayaan non Pemerintah (CSR)
Sumber pembiayaan non pemerintah yang berasal dari swasta murni melalui
program Cooperate Sosial Responsibility (CSR) dilaksanakan berdasarkan
proposal yang telah diajukan dan disepakati oleh kedua belah pihak yaitu
pemerintah dan perusahaan swasta yang terkait. Pertimbangan besaran
pembiayaan didasarkan kepada : Rencana CSR, kesiapan Lahan dan penerima
manfaat, kesiapan DED, kesiapan perizinan dan ketersediaan dana yang ada.
Kegiatan proyek yang sesuai adalah kegiatan proyek yang cepat dapat dirasakan
masyarakat yang membutuhkan waktu pelaksanaan singkat (tahunan). Program
dan kegiatan tidak membutuhkan keberlanjutan penanganan.
Contoh-Contoh Proyek dengan KPBU dan CSR
Salah satu contoh Proyek pembangunan infrastruktur dengan skema pembiayaan
kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta (KPBU) di bidang Cipta Karya
adalah pembangunan prasarana air minum di daerah Semarang untuk melayani
penduduk khususnya di Kota Semarang bagian barat. Untuk melaksanakan skema
pembiayaan tersebut dibentuk lembaga/organisasi khusus yang akan
36
melaksanaan kerja sama pemerintah dan badan usaha swasta tersebut. Di bidang
Bina Marga, salah satu contoh proyek jalan tol yang dilaksanakan melalui kerja
sama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta (KPBU) adalah pembangunan Jalan
Tol Balikpapan - Samarinda sepanjang 99,35 km dengan biaya sebesar Rp. 9,97
triliun dengan penanggun jawab proyek Badan Pengatur Jalan Tol. Proyek dengan
KPBU yang lain melalui penugasan BUMN adalah jalan tol Trans Sumatra Medan
- Binjai dengan investasi sebesar Rp. 1,6 triliun.
Salah satu contoh Proyek pembangunan infrastruktur dengan skema Corporate
Sosial Responsibility (CSR) adalah Program CSR Danone Aqua dengan nama WASH
(Water Acces, Sanitation, Hygiene Program) yang betujuan memberikan solusi
dalam penyediaan air bersih di Indonesia. Aqua telah memberikan akses air
minum kepada 12.000 penerima bantuan di beberapa desa kecamatan Boking
dan Amanatun Utara NTT, panjang total pipa yang dibangun adalah 6 Km. Selain
itu ada CSR dari PERTAMINA berupa sarana air bersih untuk masyarakat di sekitar
Pantai Air Manis, Sumatera Barat. Proyek berupa pembangunan bak penampung
air kapasitas 10.000 liter yang diharapkan mampu melayani kebutuhan air bersih
bagi 250 kepala keluarga. Untuk mendukung pelayanan tersebut juga dibangun
pipanisasi yang mengarah ke 4 titik distribusi masing-masing 5 buah kran.
C. RANGKUMAN
Modul Sistem Pembiayaan pembangunan Infrastruktur bertujuan untuk
memberikan pengetahuan bagi para peserta diklat bagaimana menyusun skema
pembiayaan pembangunan infrastruktur berdasarkan prinsip-prinsip sistem
pembiayaan yang berlaku. Berdasarkan tujuan di atas maka modul sistem
pembiayaan pembangunan infrastruktur ini didesain substansi materinya
menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama pembelajaran mengenai sistem
pembiayaan yang berisikan karakteristik, definisi, tantangan dan modalitas
pembiayaan, bagian kedua adalah pembelajaran tentang skema pembiayaan
yang berisikan dasar pertimbangan penyusunan skema pembiayaan, kriteria
kelayakan proyek serta proses menganalisa skema pembiayaan. Bagian ketiga
(terakhir) dari modul ini adalah pembelajaran tentang jenis dan sumber-sumber
pembiayaan pembangunan infrastruktur, karakteristik persumber pembiayaan
dan penjelasan khusus tentang bantuan luar negeri dan dana alokasi khusus.
Untuk lebih memperjelas kepada peserta diklat diberikan juga contoh-contoh
pembangunan proyek yang dibiayai oleh sumber dana pemerintah dan sumber
37
dana non pemerintah seperti melalui kerja sama pemerintah dan Badan usaha
swasta (KPBU) termasuk juga proyek melalui dana Corporate sosial responsibility
(CSR).
Esensi dari pembelajaran modul ini intinya untuk menjelaskan bagaimana
menyusun suatu konfigurasi (skema) pembiayaan infrastruktur untuk
mendukung pengembangan wilayah. Untuk menyusun konfigurasi pembiayaan
maka perlu dijelaskan kepada peserta diklat bagaimana karakteristik proyek
infrastruktur yang ada kaitannya dengan kemudahan aktualisasi sebuah investasi
proyek infrastruktur. Selain itu juga perlu diberitahukan kepada peserta apa yang
menjadi tantangan pembiayaan proyek infrastruktur disamping perlu dijelaskan
definisi dan kedudukan sistem pembiayaan dan skema pembiayaan.
Sebagai pendukung penyusunan skema pembiayaan perlu dijelaskan juga kepada
peserta diklat kriteria–kriteria proyek yang bisa dibiayai per sumber dana. Untuk
hal ini peserta akan mendapat penjelasan mulai dari apa saja jenis-jenis sumber
pembiayaan baik yang berasal dari pemerintah maupun yang berasal dari non
pemerintah.
Mengingat bahwa banyak sekali pengalaman yang telah dilaksanakan sampai
dengan saat ini tentang skema KPBU maka berbagai tipe dari contoh skema KPBU
akan diberikan mulai dari kebijakannya, operasional pelaksanaannya dll. Tipe ini
bisa dikategorikan seperti KPBU penugasan BUMN dan KPBU dengan Swasta
murni termasuk tipe yang melalui pasar modal.
Setelah diberikan pembelajaran termasuk diskusi, peserta diminta untuk
menjawab beberapa pertanyaan sebagai latihan untuk mengetahui sejauh mana
penerimaan para peserta diklat terhadap pembelajaran yang telah mereka
terima.
Dengan mempelajari modul sistem pembiayaan proyek infrastruktur selama 6 JP
ini diharapkan para peserta dapat mengikuti sesi penjelasan dan diskusi selama
kurang lebih 5 JP dan sisa 1 JP digunakan untuk menuliskan jawaban atas lima
pertanyaan yang diberikan.
D. LATIHAN SOAL
1. Coba saudara jelaskan pengetahuan saudara tentang Sistem pembiayaan
proyek infrastruktur dan skema pembiayaan proyek
38
infrastruktur.Bagaimana hubungan antara sistem pembiayaan dengan
skema pembiayaan proyek infrastruktur.
2. Coba saudara jelaskan pengetahuan saudara tentang pokok-pokok
karaktersitik proyek infrastruktur dan bagaimana pengaruhnya terhadap
sistem pembiayaan infrastruktur.
3. Coba saudara jelaskan pengetahuan saudara tentang karakteristik proyek
infrastruktur yang bisa diarahkan untuk dibiayai dari sumber-sumber dana
pemerintah. Apa saja kriterianya?
4. Coba saudara sebutkan sumber dana apa saja yang termasuk sumber-
sumber pembiayaan non- pemerintah. Jenis proyek infrastruktur yang
bagaimana yang bisa dibiayai dengan sumber pembiayaan non- pemerintah.
5. Coba saudara ceritakan keuntungan apa yang didapat oleh pemerintah dari
proyek yang dibiayai oleh sumber pembiayaan non-pemerintah.
39
BAB 5
PENUTUP
31
PENUTUP
Modul ini perlu dipahami untuk diaplikasikan oleh aparatur sipil negara yang
mempunyai tugas yang berhubungan dengan Pembangunan Infrastruktur dalam
rangka pengembangan wilayah baik berasal dari pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Tanggapan dari para peserta diklat dan pengamat atas
substansi diklat dan metode pembelajaran akan sangat berguna untuk menjadi
masukan guna perbaikan modul sistem pembiayaan proyek infrastruktur ini. Bagian
subtansi dari modul ini khususnya tentang skema pembiayaan, materinya sangat
terpengaruh dengan perkembangan kebijakan tentang financial engineering yang
dibangun oleh pemerintah untuk pembangunan infrastruktur termasuk kondisi
keuangan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur itu sendiri. Oleh sebab itu
materi ini perlu direview sesuai dengan perkembangan kebijakan pemerintah
tentang prioritas pembangunan yang berlaku pada masa tertentu khususnya yang
berkaitan dengan kebijakan pengembangan wilayah.
45
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus.
Undang-Undang Repiblik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia.
Undang- Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Peraturan Presiden no 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan
usaha Swasta dalam pembangunan infrastruktur.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kamus Istilah Pengembangan
Wilayah.
Lutfi Muta’ali, WOW Selling, Teknik Analisis Regional untuk Perencanaan
wilayah,tataruang dan lingkungan.
Konsultan Studio Cilaki 45, Studi Master Plan dan Development Plan
46
GLOSARIUM
Sistem Pembiayaan
Proses penyatupaduan pembiayaan yang dilakukan kriteria sumber pendanaan, karakteristik proyek dan administrasi penganggaran.
Skema Pembiayaan
Konfigurasi pembiayaan proyek infrastruktur dalam proses penyatu paduan pembangunan infrastruktur.
KPBU Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta sesuai yang diatur dalam Perpres 38 tahun 2015 tentang kerja sama pemerintah dan badan usaha swasta dalam pembangunan infrastruktur.
RDF Regional Development Fund adalah fasilitas pembiayaan bagi pembangunan infrastruktur yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah bisa berupa pinjaman daerah atau hibah.
Viability Gap Fund (VGF)
Dana APBN yang digunakan untuk membiayai selisih (gap) yang terjadi atas penetapan tarif yang ada yang berbeda dengan tarif komersial yang semestinya dalan skema KPBU.
Dana Alokasi Khusus
Dana APBN yang ditransfer kedaerah untuk pembangunan infrastruktur sesuai program pemerintah pusat.
Kawasan Strategis
Kawasan yang mempunyai fungsi khusus yang perlu dibina dengan berbagai bentuk pembinaan,pengembangan dan dukungan kemitraan yang disusun dalam waktu tertentu.
47
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SISTE
M PEMBIAYAA
N PROYE
K