Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

22
tugas KTI penyuntingan karya tulis ilmiah PENYUNTINGAN KARYA TULIS ILMIAH I. PENDAHULUAN Pada dasarnya kita semua bisa menulis. Baik kita seorang pendidik, siswa, mahasiswa, praktisi hukum, seniman, ekonom, pebisnis, salesman, polisi, ABRI, ibu rumah tangga, dan lain sebagainya. Singkat kata siapa pun bisa menulis. Karena yang terpenting dalam menulis adalah kita mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan sesuai dengan latar belakang, keahlian dan keilmuan kita, sehingga kredibilitas kita sebagai penulis tidak diragukan lagi. Di negara maju, menulis menjadi pekerjaan yang menarik dan bergengsi. Karena dengan menulis selain mendapatkan honor yang lumayan juga dapat menyumbangkan pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan kita yang disertai dengan solusinya kepada masyarakat luas. Semua media massa, baik itu surat kabar, majalah maupun tabloid sangat membutuhkan tulisan-tulisan yang bersifat views itu. Bahkan beberapa surat kabar dan majalah seringkali melakukan perekrutan kepada para akademisi atau praktisi agar bersedia menulis untuk mengisi ruangan atau halaman yang telah disediakannya.

description

KTI

Transcript of Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Page 1: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

tugas KTI penyuntingan karya tulis ilmiah

PENYUNTINGAN KARYA TULIS ILMIAH

       I.            PENDAHULUAN

Pada dasarnya kita semua bisa menulis. Baik kita seorang pendidik,

siswa, mahasiswa, praktisi hukum, seniman, ekonom, pebisnis, salesman,

polisi, ABRI, ibu rumah tangga, dan lain sebagainya. Singkat kata siapa pun

bisa menulis. Karena yang terpenting dalam menulis adalah kita mampu

menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan sesuai dengan latar belakang,

keahlian dan keilmuan kita, sehingga kredibilitas kita sebagai penulis tidak

diragukan lagi.

Di negara maju, menulis menjadi pekerjaan yang menarik dan

bergengsi. Karena dengan menulis selain mendapatkan honor yang lumayan

juga dapat menyumbangkan pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan

kita yang disertai dengan solusinya kepada masyarakat luas. Semua media

massa, baik itu surat kabar, majalah maupun tabloid sangat membutuhkan

tulisan-tulisan yang bersifat views itu. Bahkan beberapa surat kabar dan

majalah seringkali melakukan perekrutan kepada para akademisi atau

praktisi agar bersedia menulis untuk mengisi ruangan atau halaman yang

telah disediakannya.

Pada dasarnya, dalam penyusunan karya tulis ilmiah terdapat lima

tahap, yaitu: persiapan, pengumpulan data, pengorganisasian dan

pengonsepan, penyuntingan atau pemeriksaan, dan penyajian.

Tidak jarang tulisan yang menarik dan bagusdari sisi ilmiah tidak dapat

dimuat oleh redaksi. Ini pada gilirannya menghendaki penggunaan bahasa

ilmiah yang populer. Artinya secara ilmiah dapat dippertanggung jawabkan,

sekaligus enak dibaca dan perlu. Oleh karena itu, pengeditan sangat

membantu. Pengeditan akan semakin menyenpurnakan bahasa yang kita

Page 2: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

gunakan. Kita bisa minta bantuan kepada rekan atau dosen yang telah biasa

menulis di media massa untuk tahap pengeditan ini. Atau kalau artikel

tersebut ditujukan untuk konsumsi surat kabar, kita bisa meminta kepada

seseorang yang masih duduk di bangku SMU, misalnya, untuk membacanya.

Hal yang terakhir ini barangkali lucu, namun percayalah, konsumen utama

surat kabar adalah masyarakat awam yang rata-rata pendidikannya adalah

SMU.

Yang termasuk tahap penyuntingan adalah pembacaan dan

pengecekan kembali masalah yang kurang lengkap dilengkapi, yang kurang

relevan dibuang. Dalam karya ilmiah mungkin saja terdapat penyajian yang

berulang-ulang atau tumpang tindih, pemakaian bahasa yang kurang efektif,

baik dari segi penilisan dan pemilihan kata, penyusunan kalimat,

penyusunan paragraf, maupun segi penerapan kaidah ejaan.

    II.            RUMUSAN MASALAH

A.       Bagaimana hakikat penyuntingan karya tulis ilmiah?

B.       Apa saja macam-macam editing?

C.       Apa tujuan penyuntingan karya tulis ilmiah?

D.       Bagaimana langkah yang dilakukan dalam penyuntingan karya tulis ilmiah?

III.            PEMBAHASAN

A.       Hakikat Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, editing adalah: 1)

mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap terbit (dengan

memperhtikan terutama segi ejaan, diksi dan struktur kalimat), makna ini

sering diterjemahkan menjadi menyunting; 2) merencanakan dan

mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); 3) menyusun (film, pita

rekaman) dengan memotong dan memadukan kembali. Orang yang

melakukan pengeditan dipanggil dengan sebutan editor.1[1]

Sebelum mengetik konsep, penyusun lebih dahulu memeriksaanya.

Tentu ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-

1

Page 3: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

ulang. Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan

yang dirasakan sangat menunjang pembahasan.2[2] Penyuntingan sebaiknya

dilakukan beberapa saat setelah selesai penulisan. Hal ini, unuk menjaga

ketenangan berpikir dan ketelitian mengoreksi karya tulis ilmiah.3[3]

Karya tulis ilmiah yang telah selesai ditulis keseluruhannya pasti belum

sempurna. Belum layak untuk dikirim langsung ke penerbit. Pada beberapa

bagian selalu terdapat kesalahan-kesalahan yang fatal, sehingga perlu

diperbaiki. Proses perbaikan itu disebut editing atau penyuntingan. Editing

adalah proses memperbaiki karya tulis ilmiah dengan cara mengoreksi,

memeriksa, atau meneliti kembali apa yang sudah ditulis atau diterbitkan.

Penyempurnaan karya tulis ilmiah agar seiap diterbitkan perlu dibaca dan

ditata ulang oleh penulisnya atau orang lain yang dianggap berkemampuan

atau sering kali disebut sebagai editor ahli.

Langkah berikutnya, sebelum karya tulis ilmiah itu dikirim ke penerbit,

kewajiban penulis adalah melakukan editing atau penyuntingan terlebih

dahulu. Kecepatan atau keterlambatan proses penerbitan buku oleh penerbit

banyak terkait dengan kesempurnaan karya tulis ilmiah yang ditulisnya.

Bahkan kegagalan sebuah buku yang akan diterbitkan terletak pada hasil

akhir editing. Kecerobohan dalam penyulitan merupakan awal kesulitan

dalam proses penerbitan.

Pada saat ini hampir semua penerbit memiliki editor penerbitan,

dimana keberadaan editor ini menjadi ciri khas industri penerbitan. Editor

penerbitan ini berbeda dengan editor ahli. Karya tulis ilmiah yang ditawarkan

seorang penulis atau calon penulis kepada penerbitnya biasanya di-review

terlebih dahulu oleh editor untuk dilihat kelayakannya. Baru setelah itu sang

editor tersebut menyetujui penerbitannya, maka barulah dilakukannya

perjanjian penerbitan anatara penulis dan penerbit.

Setelah perjanjian disepakati bersama antara penulis dan penerbit,

maka karya tulis ilmiah akan diedit atau disnunting oleh editor penerbitan

2

3

Page 4: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

untuk kemudian dilakukan pendesainan isi, lalu dilakukan koreksi yang bisa

dilakukan oleh editor yang bersangkutan atau korektor. Setelah koreksian

selesai dilakukan dan dilakukan penyempurnaan disain, barulah karya tulis

ilmiah yang sudah diedit editor penerbitan dan didesain rapi ini dikembalikan

kepada peenulis untuk dikoreksi ulang. Setelah penulis melakukan koreksi

ulang, barulah dilakukan tahap persiapan pencetakannya.4[4]

Dalam menulis karya tulis ilmiah, penulis juga berkewajiban

menyelaraskan isi bahasa, dan alur pikiran materi sebelum karya tulis ilmiah

dikirimkan ke penerbit. Tentu itu bukan bahwa karya tulis ilmiahnya akan

diterima begitu saja oleh penerbit tanpa di kutak katik dan langsung

diterbitkan begitu saja. Di penerbit ada penyunting (bisa disebut editor) yang

berhak meluruskan dan menyelaraskan isi bahasakarya tulis ilmiah itu,

misalnya dengan menghapus bagian-bagian yang perlu ditambahkan.

Mengapa penyuntingan perlu dilaksanakan ? salah satu alasannya adalah

agar tulisan kita lebih jelas, menarik dan mudah dipahami oleh pembaca.

Selain itu, penyuntingan perlu dilakukan untuk memperbaiki bahasa yang

mungkin masih bermasalah.

Alwasilah (2005:20) dalam artikelnya “Ada Apa dengan Ilmu Bahasa ?”

menyatakan sebagai berikut. “Penulis dengan segala keterbatasannya bisa

jadi tidak menyadari kessalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukannya,

meski ia sudah berulang kali karya tulis ilmiah”. Mengakui kesalahannya

sendiri memmang tidak mudah, sebaliknya menunjukan kesalahan orang

lain lebih mudah, sesui pribahasa: “semut diseberang lautan tampak, fajah

di pelupuk mata tidak tampak.” Untuk itu perlu kita sadari betapa besarnya

andil seorang editor atau profeder dalam membantu menulis.

Peran penyunting (editor) sangat besar bagi penulis karena mereka

merupakan rekan penulis dalm mewujudkan impiannya, yakni menerbitkan

karya tulis ilmiah. Inilah senarai peranan mereka, yaitu :

1.             membantu penulis agar karyanya layak dibaca dan bisa diterbitkan.

4

Page 5: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

2.             membeaskan karya tulis dari dari masalah kebahasaan seperti ejaan, tata

bahasa, tanda baca, dan sebagainya.

3.             membantu agar tulisan memiliki koherensi yang baik antara kalimat-kalimat

yang ada dalam suatu paragaf, antara paragaf yang satu dengan paragaf

yang lainnya , dan antara subbab yang satu dengan subbab yang lainnya.

4.             Meluruskan ide-ide yang salah atau kurang tepat.

5.             Mendukung konsistensi dalam penulisan.

6.             Membuat tulisan menjadi lebih sistematis, mudah dipahami, enak dibaca

dan menarik.

7.             Membanu penulis mengenal selera pembaca.

8.             Menghindarkan pelanggaran-pelangaran yang berakibat tidak baik.

Disinilah editor berperan sebagai pemandu, editor bertugas sebagai

memandu penulis agar mencapai tujuannya dalam waktu yang sesingkat

mungkin dengan tingkat kesalahan seminimal mungkin, karena kerja sama

antar penyunting dan penulis sangat diperlukan untuk menghindari masalah

yang timbul dalam penyuntingan. Sebelum penyuntingan dimulai harus

terlebih dahulu menyadari bahwa penyuntingan diperlukan untuk membuat

kata, ungkapan, kalimat, paragaf, dan subbab berkoherensi, halus, menarik

dan lebih jelas supaya tidak terjadi kesalahan- kesalahan dalam

penyuntingan.5[5]

Secra umum, proses editing atau pengeditan dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu :

1.             penyuntingan secara redaksional. Menurut cara ini, editor memeriksa setiap

kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu (memiliki

ejaan yang benar, mempunyai arti, dan enak dibaca). Proses editing ini

mencakup kegiatan kegiatan seperti memperbaiki kesalahan ejaan (tanda

baca, tata bahasa, angka, nama, alamat, dan sebagainya), menyusuaikian

gaya bahasa dengan gaya surat kabar bersangkutan dan mengetatkan

tulisan (meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat dengan

tidak mengubah makna kumpulan kalimat sebelumnya). Tujuan akhir proses

5

Page 6: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

editing jenis ini adalah agar tulisan tidak hanya memiliki ejaan yang benar

dan arti yang jelas, tetapi juga enak dibaca.

2.             Penyuntingan secara substansial, yakni editor memperhatikan data dan

fakta agar tetap akurat dan benar. Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam

proses pengeditan jenis ini adalah :

a.              Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual

b.             Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki

c.              Menghindari unsur-unsur seperti penghinaan, ambiguitas dan tulisan yang

memuakkan (bad taste)

d.             Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, misla anak judul atau sub

judul

e.              Menulis judul yang menarik

f.              Memberikan penjelasan tambahan untuk gambar atau tabel

g.             Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak menutup

kemungkinan masih terdapat kesalahan redaksional dan seubstansial6[6]

Tujuan pengeditan tipe ini adalah untuk membuat tulisan menjadi

mudah dimengerti, tetapi juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap

terjaga. Dari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses

pengeditan tersebut, yang menjadi fokus editor adalah :

1.             Menyadari perbedaan latar belakang para pembaca, baik dari segi umur,

taraf hidup, dan gaya hidup sehingga naskah yang dihasilkan sesuai dengan

latar belkang pembaca

2.             Tegas

3.             Memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis dalam memaparkan

pendapatnya

4.             Hati-hati dengan iklan terselebung yang termuat dalam tulisan.7[7]

6

7

Page 7: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Kebutuhan pengeditan muncul karena adanya prinsip dasar bahasa

jurnalistik yang harus terpenuhi dalam sebuah tulisan. Bahasa jurnalistik

berfungsi sebagai bahasa komunikasi masa. Karena peranannya tersebut,

bahasa yang dipakai haruslah lebih jelas dan mudah dibaca dengan tingkat

intelektual minimal.8[8]

B.       Macam-macam editing

1.             Editing Isi/ Materi/ Gagasan

Ketika dalam proses penjulisan naskah ada kemungkinan terdapat ide

yang tercecer, ada pemikiran yang terputus, dan ada uraian yang tidak

relevan. Maka dalam penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi

naskah dan tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun

lay out-nya.

Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi.

Perhatikan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu

ke alinea lain. Hubungan antar-kalimat dan antar-alinea mestinya

merupakan mata rantai pemikiran yang sambung-menyambung.

Tidak kalah pentingnya juga, perlu dicermati aktualitas, ketepatan, dan

kebenaran pada data, grafik, tabel, foto, began yang disajikan dalam naskah.

Sebab kesalahan data bisa berakibat fatal.9[9]

Isi/ materi/ gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku di ibaratkan

sebagai gizi sebuah buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak

pada banyak atau sedikitnya materi buku yang dituliskannya.

Karya tulis ilmiah yang akan diterbitkan memerlukan ketebalan yang

memadai agar buku itu secara estetika enak dipandang atau disimpan.

Ketebalan buku berkaitan dengan jumlah halaman yang menggambarkan isi/

materi/ gagasan. Buku yang jumlah halamanya kurang tidak memberikan

daya tarik, terutama untuk penyimpanan dan pendokumentasian.

8

9

Page 8: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Penyuntingan terhadap isi karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan

cara pengurangan, penggantian, dan penambahan isinya yang relevan

dengan topik dan tema kajiannya. Pengurangan terhadap isi/materi/ gagasan

bila memang dianggaptidak relevan dengan topik kajiannya. Kemudian

mengantinya dengan suatu topik yang sedang dibahas. Kalau kemungkinan

ada sumber lain yang lebih aktual dan akurat,seorang penulis dapat saja

menambahkan isi/ materi/ gagasan itu untuk melengkapinya, misalnya

grafik, tabel, gambar, atau data lain yang dianggap perlu.

Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan

akurasi data, informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu

dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya. Dengan demikian dapat

menambah ketebalan halaman buku secara langsung hingga mencapai

ukuran ideal sebuah buku mata ajar kuliah yang ajan diterbitkan. Namun

begitu, seorang penulis jangan terjebak oleh suatu keinginan hanya untuk

mempertebal jumlah halaman tanpa memerhatikan isi/materi/gagasan yang

dituliskannya.10[10]

Setelah penyuntingan isi ini dianggap selesai, barulah dilakukan

penyuntingan sistematika penulisan. Sebab, bisa jadi ketika menulis naskah

tidak terfikirkan sistematika penulisan. Dalam hal ini, yang perlu

diperhatikan adalah cara-cara penulisan pendahuluan, latar belakang,

pembahasan, penutup, dan lainnya sesuai jenis tulisannya.11[11]

2.             Editing Paragaf

Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan

berpengaruh pada kepadatan paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan antar paragaf, ada yang tebal dan ada yang tipis.

Paragaf yang tidak berimbang tebal atau tipisnya dapat mempengaruhi nilai

estetika buku. Dengan demikian penyuntingan berikutnya harus diarahkan

terhadap bentuk idealis paragaf. Paragaf yang tipis harus diseimbangkan

dengan paragaf yang mencapai ketebalan standar hingga semua ketebalan

10

11

Page 9: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

paragaf dianggap relatif seimbang. Ketebalan ideal sebuah buku dengan

kertas ukuran A4 terdiri dri 3-4 paragaf.

Kalau isi/materi/ gagasan diibaratkan sebagai gizi sebuah buku maka

paragaf merupakan dagingnya. Karena itu penulisan antar paragaf dalam

sebuah karya tulis ilmiah sangat diperlukan keseimbangannya.

Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk memenuhi standar estetika buku

ketika dilakukan penilian dalam sebuah kompetisi. Paragaf yang terlalu tebal

dapat mempengaruhi daya baca seseorang dalam memahami teks. Seorang

penulis mesti memperhatikan ini, karena teks yang dibaca tanpa ada upaya

memahaminya dari pembaca menjadikan buku yang diterbitkan mubadzir.

Sebaliknya ketipisan paragaf juga dikhawatirkan tidak mewakili gagasan

yang disampaikan penulis. Malah bisa jadi gagasannya itu tidak selesai

diungkapkan dengan kata-kata dan kalimat terbatas.12[12]

3.             Editing Ragangan (Outline)

Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan

sebagai tulang-tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang

mengandung gizi. Oleh sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis

berdasarkan topik dan subtopiknya. Sistematika ragangan berkaitan dengan

urut-urutan dan letak subtopik pembahasan yang akan ditulis.ragangan

dalam penulisan karya tulis ilmiah yang tela ditetapkan sejak awal bukanlah

harga mati. Dalam arti, ragangan yang tidak sesuai dengan isi/ materi/

gagasan dalam karya tulis ilmiah masih bisa dibongkar pasang untuk

menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau buku yang sudah

di setting sejak awal boleh saja digonta ganti sesuai dengan tema yang telah

disajikannya.

Ragangan dapat saja diubah saat penulisan sedang berjalan atau nanti

di akhir penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi,

mengganti atau menambahkan sesua dengan subtopik kajian. Pada

dasarnya ragangan yang sudah ditulis sejak awal penulisan harus

12

Page 10: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam isi/ materi/gagasan dalam

buku. Pertimbagnanya akan lebih mudah mengganti ragangan daripada

harus menulis ulang tema kajian nya. Editing ragangan yang terbaik adalah

saat finalisasi penulisan, sekaligus dalam menetukan halaman pada daftar

isi.

4.             Editing Kebahasaan

Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan sebuh

kulit sebagai pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan

gizinya. Karena itu, bahasa karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi

bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang menjadi dasar rujukan harus

menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). Penulisan karya tulis ilmiah

populer bahasanya tidak bisa seenaknyapenulis, tetapi harus menggunkan

bahasa formal atau semi formal.

Editing atau penyuntingan terhadap bahasa mutlak diperlukan kalau

karya tulis ilmiah itu akan diterbitkan. Penyutingan berkaitan dengan

penghurufan, penomoran, pelambangan, ejaan dan tanda baca. Hal ini dapat

dipelajari tentang pengunaan EYD. Editng kebahasaan mempunyai banyak

fungsi, antara lain untuk standardisasi sebuah karya tulis ilmiah. Hal ini

sangat diperlukan dalam memberikan bobot atas karya tulis ilmiah. Selain

itu juga, bahasa dapat menjadi pemanis dalam menambah daya tarik

pembaca. Namun demikian, untuk penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu

menggunkan bahasa seindah puisiatau sajak. Kebahasaan yang

dimaksudkan di sini adalah berdasarkan kaidah tata bahasa yang berlaku.

Fungsi lain dari ketatabahasaan juga untuk mempercepat pemahaman

pembaca terhadap sebuah karya tulis ilmiah yang tersusun dari kata, kalimat

dan paragaf.13[13]

Perangkat kebahasaan dipersiapkan untuk mempermudah penulisan

karya tulis agar lebih efektif. Perangkat ini mencakup perhurufan,

penomoran atau angka, lambang, ejaan, dan tanda baca.14[14]

13

14

Page 11: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing)

menyangkut beberapa aspek, diantaranya yaitu:

a.              Revisi judul

Karena terkadang judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka

kita harus membuat judul yang lebih sesuai dengan isi tulisan, yang lebih

menarik, lebih “menggigit” dan lebih mengena sasaran pembaca. Untuk

membuat judul yang “menggigit”, diperlukan kepekaan rasa, keindahan

bahasa serta ketegasan makna.

Sering terjadi judul karya tulis ilmiah konsumsi yang dibuat penulis

pemula terlalu panjang, terlalu singkat, datar, tidak menarik, tidak

membumi, dan terlalu akademis. Kerap terjadi, judul karya tulis ilmiah yang

dibuat sama persis dengan judul laporan penilitian atau judul skripsi yang

terasa dingin, kaku, dan sangat formal.

b.             Revisi intro

Seringkali penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele,

berputar-putar, tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan,

bahkan adakalanya membingungkan. Intro adalah bagian pembuka atau

pendahuluan. Dalam pidato, intro adalah pengantar sebelum sampai kepada

pokok bahasan. Intro artikel yang baik cukup tiga paragraf. Pastika intro

yang sudah ditulis memenuhi syarat : ringkas, jelas, menarik, dan ditulis

dalam bahasa jurnalistik yang baik.

c.              Revisi komposisi

Komposisi berarti susunan yang seharusnya beraturan. Karya tulis

ilmiah yang baik harus sesuai dengan hukum komposisi. Sekali keluar dari

hukum tersebut, kepala dibuat kaki da sebalikanya, maka artikel yang dibuat

tak ubahnya seperti sirkus. Untuk itu, perlu diperiksa apakah komposisi

artikel yang dibuat sudah baik.

d.             Revisi akurasi dan relevansi data

Teliti dalam mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan,

alamat, angka, tanggal, bulan dan tahun. Setelah diyakini semuanya tak ada

Page 12: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

yang salah tulis atau salah kutip, teliti lagi apakah data yanng telah dikutip

relevan dengan pokok bahasan. Jika tidak relevan, maka harus dibuang.

e.              Revisi ejaan dan istilah teknis

Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya

dimengerti dan dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas.

Ganti istilah-istilah tersebut dengan istilah yang lebih dipahami oleh umum.

f.              Revisi gramatika

Berkomunikasi secara tertulis berbeda dengan berkomunikasi secara

lisan. Bahasa lisan lebih menekankan pengertian, sedangkan bahasa tulis

lebih menekankan pada struktur bahasa dan makna. Selain itu, bahasa

artikel juga harus menggunakan bahasa jurnalistik yang menggunakan

kalimat-kalimat pendek, tegas, jelas, sederhana, dan mudah dimengerti.

g.             Revisi bobot dan substansi materi tulisan

Menulis tidak hanya sekedar untuk memberikan informasi, meyakinkan,

membujuk atau mempengaruhi dan menghibur pembaca. Menulis sekaligus

untuk menunjukkan kapasitas dan kredibilitas penulis. Menulis seharusnya

sesuai dengan pengetahuan , keahlian, dan disiplin ilmu penulis. Hal seperti

itu diperlukan agar suatu ketika penulis tidak salah dalam mengirim karya

tulis ilmiah.

h.             Asumsi dampak yang diharapakan

Menulis berarti berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik

adalah yang senantiasa memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus

efektif, yaitu mencapai hasil yang diharapkan. Menulis seharusnya dalam

koridor normatif yang ada, realitas karya tulis ilmiah adalah rasional, bukan

realitas virtual atau fiksional.15[15]

C.       Tujuan penyuntingan karya tulis ilmiah

Tahap pemeriksaan atau penyuntingan konsep ini bertujuan untuk:

1.             Melengkapi data yang dirasa masih kurang.

15

Page 13: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

2.             Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok

dengan pokok bahasan karya ilmiah.

3.             Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian

bahan-bahan secara berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara

tulisan satu dengan tulisan yang lain.

4.             Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari

pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan

pemilihan kata, penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraf, maupun

penerapan kaidah ajaan sesuai EYD.16[16]

D.       Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyuntingan karya tulis ilmiah

Adapun langkah-langkah dalam penyuntingan adalah :

1.             Bacalah setiap kalimat dan renungkan berulang-ulang. Untuk membuat

kalimat lebih baik, tidak jarang anda harus membaca satu kalimat bekali-

kali, sampai mendapatkan esensinya, kemudian tuangkan dalam bentuk

yang murni.

2.             Bacalah naskah beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda, misalnya

sekali waktu, difokuskan kepada ejaan, lalu diwaktu berikutnya di fokuskan

di tata bahasa, dan lain sebagainya.Kenali pola kesalahan yang biasanya

didapati setelah karya tulis di edit, untuk itu perlu mewaspadai pola-pola

kesalahan yang sering dilakukan dan berusaha memperbaikinya.

3.             Kenali pola kesalahan yang biasanya kita dapati setelah karya tulis

diproofread atau diedit. Kita perlu mewaspadai pola-pola kesalahan yang

sering kita lakukan dan berusaha memperbaikinya.

4.             Gunakan spelling check pada komputer bila tulisan kita dibuat dalam

bahasa Inggris atau bahasa Internasional. Namun demikian, komputer

sesungguhnya mungkin juga membuat kesalahan. Misalnya ejaan bisa jadi

benar, tetapi artinya bebeda seperti: paper-pepper.

5.             Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam setiap peragaf. Kita harus

memastikan bahwa setiap paragraf mengandung satu ide utama yang

16

Page 14: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

tercantum dalam kalimat topik paragraf itu. Kalimat-kalimat lainnya

merupakan pendukung kalimat topik. Bila ada kalimat yang tidak

mendukung kalimat topik, kita harus membuangnya atau memasukkan

kalimat “nyasar” tersebut kedalam paragraf lain yang didukungnya.

6.             Revisi kalimat-kalimat yang terlalu panjang atau sebaliknya yang terpotong-

potong, kalimat-kalimat yang tidak menggunakan kata sambung, kalimat-

kalimat ambigu, dan sebagianya.

7.             Bebaskan kemungkinan adanya pelanggaran seperti pelecehan, fitnah,

penghujatan, dan lain-lain. Bila kita ragu-ragu dalam apa yang kita tulis,

konsultasikanlah dengan pihak-pihak yang berkompeten.

8.             Bantu tegaskan bahwa setiap informasi yang kita tulis benar dan dapat

dipercaya.

9.             Konsultasikan jargon, pengertian atau bagian yang meragukan kepada

pihak yang berkompeten. Tuliskan semacam daftar istilah bila perlu.

10.         Gunakan kamus, tesaurus (kamus sinonim), buku tata bahasa, artikel

penggunaan tanda baca, internet, dan berbagai sarana lain yang dapat

membantu kita dalam melakukan penyuntingan.

11.         Cari pembaca sukarela (terutama mereka yang menekuni bidang yang

sesuai dengan topik buku yang kita buat) untuk dimintai masukan.

IV.            KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa editing adalah:

pertama mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap terbit

(dengan memperhtikan terutama segi ejaan, diksi dan struktur kalimat),

makna ini sering diterjemahkan menjadi menyunting; kedua merencanakan

dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah), menyusun (film, pita

rekaman) dengan memotong dan memadukan kembali. Ketiga proses

memperbaiki karya tulis ilmiah dengan cara mengoreksi, memeriksa, atau

meneliti kembali apa yang sudah ditulis atau diterbitkan. Orang yang

melakukan pengeditan dipanggil dengan sebutan editor. Proses editing atau

penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan akurasi data, informasi

Page 15: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu dan pengetahuan bagi

penulis dan pembacanya.

Macam-macam Editing :

1.         Editing Isi/ Materi/ Gagasan

Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi.

Perhatikan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu

ke alinea lain. Hubungan antar-kalimat dan antar-alinea mestinya

merupakan mata rantai pemikiran yang sambung-menyambung. Maka dalam

penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi karya tulis ilmiah dan

tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun lay out-nya.

2.         Editing Paragaf

Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan berpengaruh

pada kepadatan paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan antar paragaf, ada yang tebal dan ada yang tipis.

3.         Editing Ragangan (Outline)

Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan sebagai

tulang-tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi.

Oleh sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik

dan subtopiknya.

4.         Editing Kebahasaan

Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan sebuh kulit

sebagai pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan

gizinya. Karena itu, bahasa karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi

bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang menjadi dasar rujukan harus

menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). Penulisan karya tulis ilmiah

populer bahasanya tidak bisa seenaknyapenulis, tetapi harus menggunkan

bahasa formal atau semi formal. Editing atau penyuntingan terhadap

bahasa mutlak diperlukan kalau karya tulis ilmiah itu akan diterbitkan.

Penyutingan berkaitan dengan penghurufan, penomoran, pelambangan,

ejaan dan tanda baca.

Page 16: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing)

menyangkut beberapa aspek, diantaranya yaitu:

a.       Revisi judul

b.      Revisi intro

c.       Revisi komposisi

d.      Revisi akurasi dan relevansi data

e.       Revisi ejaan dan istilah teknis

f.       Revisi gramatika

g.      Revisi bobot dan substansi materi tulisan

h.      Asumsi dampak yang diharapakan

Salah satu tujuan penyuntingan yaitu Mengedit setiap bahasa yang

ada dalam karya ilmiah untuk menghindari pemakaian bahasa yang kurang

efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan kata, penyesuaian kalimat,

penyesuaian paragraf, maupun penerapan kaidah ajaan sesuai EYD. dalam

menyunting sebaiknya memperhatikan beberapa langkah yang harus

ditempuh

Daftar PustakaDwiloka, Bambang dan Riana, Rati. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta).

Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers).

Haris Sumadiria, AS. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, (Bandung: Simbiosa Rekatama

Media).

Page 17: Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

HS, Lasa. 2009. Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III, (Yogyakarta: Pinus).

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis, (Jakarta: Erlangga).

Leo, Sutanto. 2010 Kiat Jitu Menulis Dan Menerbitkan Buku, (Jakarta: Erlangga).

Rahmat Rosyadi, A. 2008. Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah., (Bogor: Ghalia Indonesia).