PENYELIDIKAN PANAS BUMI DENGAN METODA GAYA …psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium...
Transcript of PENYELIDIKAN PANAS BUMI DENGAN METODA GAYA …psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium...
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENYELIDIKAN PANAS BUMI DENGAN METODA GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI MASEPPE KABUPATEN SIDRAP
SULAWESI SELATAN
Syuhada Arsadipura1, Eddy Sumardi1
1Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan
ABSTRAK
Daerah penyelidikan termasuk kedalam tiga wilayah kecamatan yaitu Keamatan Pancalautan, Kecamatan Tellu Limpoe dan Kecamatan Alakuang, kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan, berada pada posisi geografis antara 1190 44' 15,8" – 1190 51' 17,8" bujur timur dan 30 59' 0" –- 40 5' 28,3” lintang selatan atau 804.000 – 817.000 mE dan 9.547.200 – 9.559.200 mN pada sistem koordinat UTM, zona 50 belahan bumi selatan. Manifestasi panasbumi Pajalele dan Pangrenge berupa kelompok pemunculan mata air panas, dan bualan gas yang menerus. Selain itu terdapat juga manifestasi berupa batuan ubahan, akan tetapi merupakan fosil alterasi yang terjadi di masa lampau Harga densitas rata-rata batuan hasil analisis laboratorium dan analisis cara Parasnis adalah 2,37 dan 2,84 gr/cm3. Berdasarkan harga densitas batuan daerah penyelidikan dan kemudian dihubungkan dengan nilai gaya berat hasil penyelidikan, secara kualitatif ditafsirkan bahwa daerah yang dianggap menarik untuk panas bumi terdapat di daerah bagian tengah daerah penyelidikan yaitu sepanjang lintasan D 5000 – D 5500 (komplek mata air panas Pajalele) terutama pada sebelah barat zona sesar yang mempunyai trend berarah baratlaut – tenggara (terlihat pada anomali Bouguer dan anomali Regional).
Komplek mata air panas Pajalele (D 5000 – D 5500) berdasarkan nilai gaya berat anomali Bouguer dan Sisa muncul berupa pengkutuban dengan nilai gaya berat tinggi, dan ditafsirkan adanya tubuh batuan beku berupa dike (andesit atau dasit) di bawah permukaan.
Mata air panas Pangrenge yang terletak antara lintasan A 7650 dan lintasan H 5250 berdasarkan nilai gaya berat anomali Bouguer dan sisa muncul berupa pengkutuban dengan nilai gaya berat tinggi pula, dan ditafsirkan adanya tubuh batuan beku (andesit atau dasit) yang tidak muncul ke permukaan. Tubuh batuan ini berada di sebelah utara mata air panas Pangrenge yaitu sektor lintasan H 5000 – H 5750 dan melebar ke arah baratlaut sampai pada lintasan J 6000.
Dari model dua dimensi gaya berat penampang Lintasan A dan D, secara kuantitatif ditafsirkan bahwa dari dua penampang ini terlihat adanya tubuh batuan beku yang mendasari daerah penyelidikan, diperkirakan berupa batuan andesit, densitas batuan 2,83 gr/cm3, menempati bagian tengah penampang, bertepatan dengan titik A 6500 – A 7250, D 5000 – D 5500. Tubuh batuan beku ini di sebelah barat dan timurnya diapit oleh tubuh batuan yang mempunyai densitas lebih kecil ( 1,84 – 1,73 gr/cm3 ), diperkirakan sebagai satuan batuan sedimen (formasi Walanae ?), aluvium dan endapan danau. Kata Kunci : anomali, gayaberat, Pajalele, Pangrenge, Pancalautan, sesar, Tellu Limpoe,
1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENDAHULUAN
Daerah Panas Bumi Massepe berada pada zone depresi dengan banyak struktur geologi (kekar dan sesar) yang berkembang menjadikan daerah ini memiliki kemampuan untuk meloloskan air permukaan (meteoric water) ke bawah permukaan. Sebagian air meteorik tersebut kemudian berinteraksi dengan fluida magmatik dan gas-gas vulkanik yang berasal dari tubuh magma dan terjadi rambatan panas yang menghasilkan fluida panas.
Fluida panas yang terbentuk kemudian terakumulasi dalam lapisan reservoir, yaitu suatu zona yang berdaya lulus terhadap fluida (permeable) sebagai akibat dari banyaknya rekahan yang berkembang pada batuan vulkanik Tersier dan sedimen Formasi Walanae.
Interaksi antara fluida panas yang tersimpan di reservoir dengan batuan di atasnya (sekitarnya) menghasilkan batuan ubahan (alterasi) yang bersifat kedap air (impermeable) yang disebut dengan batuan penudung (cap rock). Batuan penudung inilah yang menyebabkan pergerakan fluida panas yang terdapat di lapisan reservoir tertahan untuk sampai ke permukaan.
GEOGRAFI Daerah Sulawesi Selatan menurut BPS Provinsi 2006 (Sulawesi Selatan Dalam Angka) berperduduk lebih dari 7,5 juta jiwa, dengan mata pencaharian : petani, nelayan, pedagang dan sebagian kecil industri rumah tangga berupa kain tenun terutama sutra. Dalam rangka Sulawesi Selatan menuju pusat kegiatan perekonomian Indonesia bagian timur, maka pemerintah setempat sedang giat-giatnya mengembangkan sumber-sumber alam yang dapat menunjang ke arah tersebut. Sumber alam yang dapat dijadikan sumber energi adalah salah satunya berupa tenaga listrik yang berasal dari tenaga pembangkit panas bumi PLTP. Hal lain
yang masih harus menjadi perhatian pemerintah adalah sarana infra struktur seperti antara lain jalan, jembatan, irigasi yang kondisi saat ini sangat membutuhkan perhatian husus. Daerah panas bumi Masepe dan Danau Tempe secara administrtif termasuk kedalam wilayah Kabupaten Sidendreng Rapang SIDRAP. S. Bachri, dkk., 1975. “Laporan Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas Bumi daerah Sulawesi Selatan” :” kenampakan gejala panas bumi muncul di daerah Sulili, Tampoe, Mede dan Amasangeng terletak dipinggir jalan raya dekat Desa Masepe. Rab Soekamto, dkk., 1982, “Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi Selatan” : kenampakan gejala panas bumi di daerah inimuncul di pinggiran Desa Caming dipinggir sungai Keraja, Masepe, Mede, Tampoe dan Amasangeng (Gambar 1).
GEOLOGI REGIONAL
Morfologi daerah penyelidikan didominasi oleh perbukitan dan pedataran yang di beberapa lokasi terdapat perbukitan yang bentuknya terisolasi, yang merupakan perbukitan kubah. Bentuk perbukitan kubah ini sangat menarik, hal ini karena hampir semuanya satuan morfologi ini terbentuk di dataran yang tersusun oleh satuan batuan sedimen Formasi Walanae. Morfologi pedataran sendiri terbentuk sebagai akibat depresi yang terjadi akibat aktifitas Sesar Normal Walanae dan terisi oleh material rombakan membentuk endapan danau. Batuan tertua yang ada di daerah penyelidikan adalah batuan sedimen yang termasuk ke dalam Formasi Walanae yang berumur Tersier, menempati bagian timur daerah penyelidikan. Batuan sedimen lainnya merupakan endapan danau yang diendapkan secara selaras diatas satuan sedimen Formasi Walanae, pembentukan satuan endapan danau ini masih berlangsung hingga saat ini yaitu di sepanjang tepi Danau Sidenreng.
2
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Sedangkan satuan batuan vulkanik yang ditemukan di daerah penyelidikan sebagian diperkirakan berumur Tersier (Miosen) seperti Satuan Lava Tua-1, Lava Tua-2, Lava Tua-3 dan Lava Gn. Malocci, kemudian batuan vulkanik yang lebih muda yang diperkirakan berumur Pliosen menempati bagian baratdaya daerah penyelidikan yang diantaranya membentuk kerucut Gn. Kalampee dan Gn. Lamangise. Satuan vulkanik yang paling muda diperkirakan membentuk kubah lava yang menembus satuan batuan yang lebih tua, satuan-satuan ini berkomposisi andesitik hingga dasitik, dan diperkirakan sebagai satuan yang berasosiasi dengan tubuh-tubuh intrusi di bawah permukaan yang masih menyimpan panas. Berdasarkan hasil pentarikhan dengan metode jejak belah (fission track) menunjukkan bahwa satuan kubah lava berumur 1,8 ± 0,2 juta tahun atau Pliosen Atas, satuan batuan ini diperkirakan sebagai produk terakhir aktivitas vulkanik di daerah ini. Endapan aluvial merupakan satuan batuan termuda di daerah penyelidikan, proses pembentukannya masih terus berlangsung hingga sekarang.
GEOLOGI TEKTONIK
Evolusi daerah Sulawesi Selatan, (Van Bemmelen, 1949, hal 435), umumnya dipengaruhi oleh sitem pengangkatan saat terjadinya pembentukan pegunungan Sunda. Tersier, geografi daerah Sulawesi Selatan pada saat itu masih merupakan suatu cekungan sedimentasi, dan Selat Makasar sekarang adalah merupakan daerah bergunung api. Miosen Tengah, terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh kegiatan gunung berapi, sehingga daerah dataran Danau Tempe Sidendreng sekarang berubah menjadi geo-antiklin. Neogen Muda, daerah bagian barat dan timur daratan terjadi genangan laut yang membentuk Selat Makasar di bagian barat dan Teluk Bone di bagian timur. Bersamaan
dengan genangan laut tersebut, pada bagian sumbu geo-antiklin terjadi suatu penurunan berbentuk depresi sehingga terjadi dataran Tempe – Sidendreng untuk kedua kalinya sehingga terbentuk daerah depresi Walanae. Disepanjang bidang sesar yang membentuk depresi ini, timbul aktivitas vulkanisma berbentuk intrusi batuan beku bersifat asam sampai menengah. Dalam waktu yang bersamaan dengan depresi itu, di dataran bagian selatan terjadi pembentukan Gunung Lompobatang. Didaerah selatan terdapat unit tektonik Sidendreng – Tempe, punggung perbukitan barat dan timur. Unit punggung perbukitan berevolusi kearah barat dan punggung perbukitan timur berevolusi kearah timur.
SUSUNAN STRATIGRAFI
Batuan tertua daerah ini adalah berumur Pra-Tersier Atas. Yang tersingkap di kaki perbukitan Bone dan daerah perbukitan sebelah barat. Setelah masa ini berakhir terendapkan macam-macam batuan yang berumur Tersier sampai dengan Kwarter. Selengkapnya seperti terlihat dalam Tabel 1.(tabel Stratigrafi) Perhitungan anomali Bouguer telah dikoreksi terrain dengan metode Hammer chart dengan jari-jari luar maksimum 20 km, menggunakan densitas 2,6 gr/cm3, dan diikat dengan harga jaringan gaya berat BS Desa Teppo, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan. Kompilasi hasil perhitungan anomali gaya berat Bouguer (anomali Bouguer, regional, dan Bouguer sisa) dimuat pada lampiran. Gambar. 2 memperlihatkan peta anomali Bouguer daerah penyelidikan untuk densitas 2,6 gr/cm3. Daerah penyelidikan umumnya didominasi oleh anomali gaya berat sedang antara 55 - 69 mgal yaitu menempati lebih dari 2/3 bagian mulai dari ujung timur sampai ujung barat lintasan. Anomali sedang ini diperkirakan diduduki oleh satuan batuan sediment ( lempung, batu
3
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
pasir). Anomali tinggi > 69 mgal berupa spot-spot kecil, umumnya menempati puncak-puncak bukit dan pada daerah sekitar manifestasi mata air panas yang tersusun oleh batuan andesit. Sedangkan anomali rendah < 55 mgal menempati daerah di bagian ujung timurlaut daerah penyelidikan. Anomali ini diperkirakan berkaitan dengan endapan aluvium dan endapan danau.
Gambar 3 memperlihatkan peta anomali regional daerah penyelidikan untuk densitas 2,6 g/cm3. Anomali regional memperlihatkan kelurusan struktur regional berarah baratlaut - tenggara. Arah kelurusan ini ternyata searah dengan kelurusan struktur geologi regional yang terdapat di daerah penyelidikan. Nilai maksimum bouguer regional adalah sebesar 72 mgal sedangkan nilai minimumnya adalah 50 mgal. Anomali sedang sampai tinggi mendominasi di sebagian besar daerah penyelidikan, meliputi lebih dari 2/3 bagian daerah penyelidikan, sedangkan anomali rendah terdapat pada timurlaut daerah penyelidikan dan tersebar sampai bagian tengah.
Gambar 4 memperlihatkan peta anomali sisa orde-2 daerah penyelidikan untuk densitas 2,6 g/cm3. Dengan memperhatikan kerapatan dan lineasi kontur anomali sisa yang dominan berarah hampir utara – selatan.
Kelompok nilai Bouguer sisa di daerah penyelidikan umumnya didominasi oleh anomali gaya berat positif dan pengkutuban positif, sedangkan anomali negatif terdapat di bagian utara arah timurlaut, selatan dan bagian tengah sebelah barat daerah penyelidikan.
Kelompok nilai Bouguer tinggi (>1,0 mgal) terdapat di bagian barat daya daerah penyelidikan dan terdapat beberapa kontur anomali yang tertutup, tersebar di daerah penyelidikan diperkirakan berkaitan dengan batuan andesit yang muncul atau dekat kepermukaan berupa bukit-bukit atau tubuh dekat ke permukaan.
Kelompok nilai Bouguer sedang (-1,5 sampai 1 mgal) mendominasi daerah penyelidikan, diperkirakan merupakan batuan yang menjadi dasar daerah ini berupa batuan sedimen.
Kelompok nilai Bouguer rendah (< -1,5 mgal) tampak menutupi bagian tenggara, sebagian kecil di sebelah selatan, bagian tengah sebelah barat dan sebelah utara daerah penyelidikan dan diperkirakan sebagai batuan andesit yang terubah.
Pengkutuban anomali tinggi dan sedang pada anomali Bouguer dan anomali Sisa pada titik-titik di Lintasan A 4750, D 5250, D 8000, J 5250, F 4500 dan titik random R-18 merupakan cerminan dari batuan dengan densitas lebih tinggi atau merupakan terobosan tubuh batuan baik muncul ke permukaan ataupun di bawah permukaan.
DISKUSI
Harga densitas rata-rata batuan hasil analisis laboratorium dan analisis cara Parasnis adalah 2,37 dan 2,84 gr/cm3. Dari harga densitas batuan yang berbeda-beda walaupun batuannya sama berupa andesit, dasit dan batuan sedimen (batulempung), dapat ditafsirkan bahwa daerah penyelidikan telah mengalami perubahan sifat batuan yang cukup kuat dari sifat batuan asalnya, perubahan sifat ini antara lain disebabkan oleh adanya proses geothermal/hidrothermal.
Berdasarkan harga densitas batuan daerah penyelidikan dan kemudian dihubungkan dengan nilai gaya berat hasil penyelidikan, secara kualitatif ditafsirkan bahwa daerah yang dianggap menarik untuk panas bumi terdapat di daerah bagian tengah daerah penyelidikan yaitu sepanjang lintasan D 5000 – D 5500 (kompek mata air panas Pajalele) terutama pada sebelah barat zona sesar yang mempunyai trend berarah baratlaut – tenggara (terlihat pada anomali Bouguer dan anomali Regional).
4
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Komplek mata air panas Pajalele (D 5000 – D 5500) berdasarkan nilai gaya berat anomali Bouguer dan Sisa muncul berupa pengkutuban dengan nilai gaya berat tinggi, dan ditafsirkan adanya tubuh batuan beku berupa dike (andesit atau dasit) di bawah permukaan.
Mata air panas Allakuang/Pangrenge yang terletak antara lintasan A 7650 dan lintasan H 5250 berdasarkan nilai gaya berat anomali Bouguer dan Sisa muncul berupa pengkutuban dengan nilai gaya berat tinggi pula, dan ditafsirkan adanya tubuh batuan beku (andesit atau dasit) yang tidak muncul ke permukaan, tubuh batuan ini berada di sebelah utara mata air panas Pangrenge yaitu berada pada lintasan H 5000 – H 5750 dan melebar ke arah baratlaut sampai pada lintasan J 6000.
Berdasarkan model dua dimensi gaya berat penampang Lintasan A dan D, Gambar 5 dan Gambar 6, secara kuantitatif ditafsirkan bahwa dari dua penampang ini terlihat adanya tubuh batuan beku yang mendasari darah penyelidikan, diperkirakan berupa batuan andesit, densitas batuan 2,83 gr/Cm3, menempati bagian hampir tengah-tengah penampang, bertepatan dengan titik A 6500 – A 7250, D 5000 – D 5500. Tubuh batuan beku ini di sebelah barat dan timurnya diapit oleh tubuh batuan yang mempunyai densitas lebih kecil ( 1,84 – 1,73 gr/Cm3 ), diperkirakan sebagai satuan batuan sedimen (formasi Walanae ?), aluvium dan endapan danau.
KESIMPULAN
1) Pola lineasi memperlihatkan pola baratlaut - tenggara yang mencerminkan adanya struktur sesar yang berarah baratlaut - tenggara, yang diperkirakan merupakan bagian dari sesar utama dan zona sesar ini merupakan tempat kedudukan MAP Pajalele dan MAP Alakuang/Pangrenge.
2) Pembelokan dan pengkutuban anomali negatif mencerminkan adanya struktur sesar orde sekunder/orde berikutnya.
3) Peta Anomali Sisa memperlihatkan lineasi umum yang sama dengan anomali Bouguer yaitu mencerminkan struktur-struktur yang berarah baratlaut – tenggara dan struktur sesar yang berarah timurlaut – baratdaya.
4) Daerah anomali rendah di bagian barat dan timur bagian tengah daerah penyelidikan diperkirakan merupakan daerah ubahan yang tidak muncul kepermukaan .
5) Model gaya berat melalui penampang lintasan A dan lintasan D memperlihatkan bahwa terobosan tubuh batuan andesit (dike ? ) dibawah permukaan mata air panas Alakuang/Pangrenge di desa Amparita dan mata air panas Pajalele? (temperatur 68,50 oC) di Desa Maseppe, kedua terobosan tubuh batuan andesit ini diperkirakan sebagai sumber panas dan sudah mengalami cooling down.
DAFTAR BACAAN
- Bemmelen, Van R,W, 1949; The Geologi Of Indonesia, Vol I A The Hague Gov, Printed. - JICA, Agustus 1983;”Report Of Lempur Geothermal Development Third Phase Survey”. - Kusumadinata. K, 1979; Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Dirjen Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan Dan Energi. - Rab Sukamto,1999, “Geolgi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi”. - Sitorus. K, 1982, “Laporan Karakteristik Flowing Sumur LP-03 KerinciProvinsi Jambi”.
5
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
- S. Bachri, dkk, 1975, “Laporan Penyelidikan Kenampakan Panas Bumi Daerah Sulawesi Selatan”.
PETA TOPOGRAFI DAERAH PANAS BUMI MASEPEPROVINSI SULAWESI SELATAN
0 750 1500 2250 3000
Datum Horizontal WGS 84Proyeksi Peta UTM Zona 50 S
U
Kontur Topografi
Sungai
Mata air panas
Jalan
-4º15'
-3º45'
-4º
Watang Saw
Lembang
Duampanua
Cempa
119º30' 119º45'
Mattiro Bu
P. Sulawes
KAb. BARRUTanete Ril Barru
Bacukiki
Mallusetas
UjungKota PARE
Sopeng Ria
45
Soreang
Donri-Donr
Kab. SOPPE
Watangpulu
Patampanua
BarantiPanca Rija
Panca Laut
Tellu Limp
Mario Riaw
Maiwa
Kab. ENREKEnrekang
Mario Riw
Lalabata
Maritengng
Belawa
Kab. PINRA
Suppa
Mattiro So
Cenrana
Liliriaja
Majauleng
Pammana
Tempe
Sabbang Pa
Lilirilau42
Kab. SIDEN41
Tanasitolo
Ulaweng
Maniangpaj
Kab. W A J
120º 120º15'
Awang Pone
Sajoanging
Ajangale41
Kab. L U W
Pitumpanua
Larompong
Dua Pitue
Dua Boccoe
Kab. B O NTellusiatt
Palakka
Takkalalo
120º30'Lappariaja Tanete Ria
Lokasi penyelidikan
Peta indeks
Jalan setapak
805000 806000 807000 808000 809000 810000 811000 812000 813000 814000 815000 816000
9550000
9552000
9554000
9556000
9558000
9560000
9562000
Salo Masaka
Salo Bilokka
Salo Li
darat
angia
Salo Maseppe
Salo
Rumpig
ading
Salo
Bolo
ng
300
Danau S
idendreng
Bulu Alakuang
Bulu Buala
Bulu Matanre
Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE
Amparita
Bacubacue
Walatedonge
Turungang
Bulu Latoling
Tanete
Allakuang
TakkalasiDare
Benteleoe
Posadae
Tepobatu
Talumae
300
100
200
300
100
100
100
100
100100
100
75
400
400
300
300
400
400
300
200
200
200
200
100
100
100
100
R 1
R 10
R 11
R 12
R 13
R 14
R 15
R 16
R 17
R 18
R 19
R 2
R 20
R 21
R 22
R 23
R 24
R 25
R 26
R 27
R 28
R 29
R 3
R 30
R 31
R 32
R 33
R 34
R 35
R 36R 36
R 37
R 38
R 39
R 4
R 40
R 41
R 42R 42
R 43
R 44
R 45
R 46
R 47
R 48R 48R 49
R 5
R 50
R 51R 52
R 53
R 54 R 55
R 56
R 57
R 58
R 59
R 6
R 60
R 61
R 62
R 63
R 64
R 65
R 66
R 67
R 68
R 69
R 7
R 70
R 71
R 72
R 8
R 9
S 1
S 2
S 3
S 4
S 5
S 6
S 7
S 8S 8
S 9
S10
S11
Lint. J
Lint. H
Lint. A
Lint. B
Lint. C
Lint. D
Lint. E
Lint. F
Lint. G
Gambar 1. Peta Lokasi daerah Panas Bumi Masepe dan Danau Tempe
6
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Tabel 1. Stratigrafi Sulawesi Bagian selatan
Startigrafi daerah Sulawesi Bagian Selatan (Van Bemmelen, 1949, hal 432)
Umur
Keterangan
Kwarter
Tersier Atas
Alluvial, Erosi, Pengangkatan paling muda, Formasi endapan laut di dataran Tempe, Pengangkatan terumbu koral dekat Kajang dan sekitar Bone, Pembentukan terumbu Koral, Pembentukan Vulkanik Lompobatang, Diperkirakan Formasi hasil efusif batuan-batuan alkali dan batu kuri (leusit, teprit, dan tufa dekat makasar)
================== Ketidak selarasan =================== Perlipatan an Denudasi, Pengendapan seri Neogen Muda, Sub Kontinen dari sedimen “Tuffogene” marin dalam fase paling muda dan termasukjuga kedalam Neogen Tua (Lepidocyclinakecil dan Miogissina), Seluruhketebalan Neogen ± 3000 m
Tersier Tengah
Formasi pada tersier tengah breksi erupsi, tufa, aliran lava, ketebalan formasi vulkanik < 100 m
Tersier Bawah
-------------
Pra Tersier
Formasi gamping Paleogen (dengan Camreine dan Discocicklina pada dataran bawah dan Spiroclepous dan Lepidociclina pada dataran atas), Lanjutan dari kegiatan Gunungapi, Formasipasir batubara Eosen, mulai kegiatan gunungapi, Konglomerat Basaalt
================== Ketidak selarasan ===================== Perlipatan dan Denudasi, Formasi Lempung abu-abu Lunak, Mesozoikum Muda, greywacke, batupasir arkosa, konglomerat basalt dengan bongkah-bongkahan serpentin dan serpih terkersikan
================== Ketidak selarasan ===================== Perlipatan dan Denudasi, pengendapan kwarsit, lempung terkersikan mengandung Ladularia yang berubah menjadi merah, lunak, dan serpih hijau
================== Ketidak selarasan =================== Pengendapan sedimen yang tidak diketahui umurnya yang telah berubah menjadi batuan metamorfosa, sekis hablur (gneiss, kwarsa-mika, epidot, glaukopen, garnet, klorit, hornblende, sekis, serpentin, marbel). Diorit, sienit, piroksinit, dan batuan peridotit.
7
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PETA GAYA BERAT BOUGUER DAERAH PANAS BUMI MASSEPEPROVINSI SULAWESI SELATAN
Sungai
Mata air panas
Jalan
Lokasi penyelidikan
Jalan setapak
Kontur Gaya Berat
Peta indeks
-4º15'
-3º45'
-4º
Watang Saw
Lembang
Duampanua
Cempa
119º30' 119º45'
Mattiro Bu
P. Sulawes
KAb. BARRUTanete Ril Barru
Bacukiki
Mallusetas
UjungKota PARE
Sopeng Ria
45
Soreang
Donri-Donr
Kab. SOPPE
Watangpulu
Patampanua
BarantiPanca Rija
Panca Laut
Tellu Limp
Mario Riaw
Maiwa
Kab. ENREKEnrekang
Mario Riw
Lalabata
Maritengng
Belawa
Kab. PINRA
Suppa
Mattiro So
Cenrana
Liliriaja
Majauleng
Pammana
Tempe
Sabbang Pa
Lilirilau42
Kab. SIDEN41
Tanasitolo
Ulaweng
Maniangpaj
Kab. W A J
120º 120º15'
Awang Pone
Sajoanging
Ajangale41
Kab. L U W
Pitumpanua
Larompong
Dua Pitue
Dua Boccoe
Kab. B O NTellusiatt
Palakka
Takkalalo
120º30'Lappariaja Tanete Ria
Struktur Patahan Diduga
51525354555657585960616263646566676869707172
Datum Horizontal WGS 84Proyeksi Peta UTM Zona 50 S
U
0 1000 2000 3000 4000 m
806000 808000 810000 812000 814000 816000
9550000
9552000
9554000
9556000
9558000
9560000
9562000
R 1
R 10
R 11R 12
R 13
R 14R 15
R 16
R 17
R 18
R 19
R 2
R 20
R 21
R 22
R 23R 24
R 25R 26
R 27
R 28
R 29
R 3R 30
R 31
R 32
R 33
R 34
R 35
R 36R 36R 37
R 38
R 39
R 4
R 40
R 41
R 42R 42R 43
R 44R 45
R 46R 47
R 48R 48R 49
R 5
R 50
R 51 R 52 R 53R 54 R 55
R 56
R 57
R 58
R 59
R 6
R 60
R 61R 62
R 63R 64
R 65
R 66
R 67
R 68R 69
R 7
R 70
R 71R 72
R 8
R 9
S 1
S 2
S 3
S 4
S 5
S 6
S 7
S 8S 8
S 9
S10
S11
300
100
400
300
400
200
Amparita
Bacubacue
Walatedonge
Turungang
Bulu Latoling
Tanete
Allakuang
TakkalasiDare
Benteleoe
Posadae
Tepobatu
Talumae
KECAMATAN TELLULIMPOE
Bulu Alakuang
Bulu Buala
Bulu Matanre
Bulu Seppang
Salo Maseppe
Lint. J
Lint. H
Lint.A
Lint. B
Lint. CLint. D
Lint. E
Lint. F
Lint. G
F-1
F-1
F-2
F-3
F-4
F-5
F-6
Gambar 2. Peta Gaya Berat Bouguer Daerah Panas Bumi Masepe
PETA ANOMALI GAYA BERAT REGIONAL DAERAH PANAS BUMI MASSEPEPROVINSI SULAWESI SELATAN
Sungai
Mata air panas
Jalan
Lokasi penyelidikan
Jalan setapak
Kontur Gaya Berat
Peta indeks
-4º15'
-3º45'
-4º
Watang Saw
Lembang
Duampanua
Cempa
119º30' 119º45'
Mattiro Bu
P. Sulawes
KAb. BARRUTanete Ril Barru
Bacukiki
Mallusetas
UjungKota PARE
Sopeng Ria
45
Soreang
Donri-Donr
Kab. SOPPE
Watangpulu
Patampanua
BarantiPanca Rija
Panca Laut
Tellu Limp
Mario Riaw
Maiwa
Kab. ENREKEnrekang
Mario Riw
Lalabata
Maritengng
Belawa
Kab. PINRA
Suppa
Mattiro So
Cenrana
Liliriaja
Majauleng
Pammana
Tempe
Sabbang Pa
Lilirilau42
Kab. SIDEN41
Tanasitolo
Ulaweng
Maniangpaj
Kab. W A J
120º 120º15'
Awang Pone
Sajoanging
Ajangale41
Kab. L U W
Pitumpanua
Larompong
Dua Pitue
Dua Boccoe
Kab. B O NTellusiatt
Palakka
Takkalalo
120º30'Lappariaja Tanete Ria
Datum Horizontal WGS 84Proyeksi Peta UTM Zona 50 S
U
0 1000 2000 3000 4000 m
Struktur Patahan Diduga
806000 808000 810000 812000 814000 816000
9550000
9552000
9554000
9556000
9558000
9560000
9562000
Salo Maseppe
Bulu Alakuang
Bulu Buala
Bulu Matanre
Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE
Amparita
Bacubacue
Walatedonge
Turungang
Bulu Latoling
Tanete
Allakuang
TakkalasiDare
Benteleoe
Posadae
Tepobatu
Talumae
300
100
400
300
400
200
R 1
R 10
R 11R 12
R 13
R 14R 15
R 16
R 17
R 18
R 19
R 2
R 20
R 21
R 22
R 23R 24
R 25R 26
R 27
R 28
R 29
R 3R 30
R 31
R 32
R 33
R 34
R 35
R 36R 36R 37
R 38
R 39
R 4
R 40
R 41
R 42R 42R 43
R 44R 45
R 46R 47
R 48R 48R 49
R 5
R 50
R 51 R 52 R 53R 54 R 55
R 56
R 57
R 58
R 59
R 6
R 60
R 61R 62
R 63R 64
R 65
R 66
R 67
R 68R 69
R 7
R 70
R 71R 72
R 8
R 9
S 1
S 2
S 3
S 4
S 5
S 6
S 7
S 8S 8
S 9
S10
S11
Danau Sidenreng
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
67.5
68
69
70
71
72
Lint. G
Lint. F
Lint. E
Lint. D
Lint. C
Lint. B
Lint. A
Lint.H
Lint. J
Gambar 3. Peta Anomali Gaya Berat Regional Daerah Panas Bumi Masepe
8
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
-6.5
-5.5
-4.5
-3.5
-2.5
-1.5
-0.5
0
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
5.5
PETA GAYA BERAT SISA DAERAH PANAS BUMI MASSEPEPROVINSI SULAWESI SELATAN
Sungai
Mata air panas
Jalan
Lokasi penyelidikan
Jalan setapak
Kontur Gaya Berat
Struktur Patahan Diduga
806000 808000 810000 812000 814000 816000
9550000
9552000
9554000
9556000
9558000
9560000
9562000
Salo Maseppe
Bulu Alakuang
Bulu Buala
Bulu Matanre
Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE
Amparita
Bacubacue
Walatedonge
Turungang
Bulu Latoling
Tanete
Allakuang
TakkalasiDare
Benteleoe
Posadae
Tepobatu
Talumae
R 1
R 10
R 11R 12
R 13
R 14R 15
R 16
R 17R 18
R 19
R 2
R 20
R 21
R 22
R 23R 24
R 25R 26
R 27
R 28R 29
R 3R 30
R 31
R 32
R 33
R 34
R 35
R 36R 36R 37
R 38
R 39
R 4
R 40
R 41
R 42R 42R 43
R 44R 45
R 46R 47
R 48R 48R 49
R 5
R 50
R 51 R 52 R 53R 54 R 55
R 56
R 57
R 58
R 59
R 6
R 60
R 61R 62
R 63R 64
R 65R 66
R 67
R 68R 69
R 7
R 70R 71
R 72
R 8R 9
S 1
S 2
S 3
S 4
S 5
S 6
S 7
S 8S 8
S 9
S10
S11
Peta indeks
-4º15'
-3º45'
-4º
Watang Saw
Lembang
Duampanua
Cempa
119º30' 119º45'
Mattiro Bu
P. Sulawes
KAb. BARRUTanete Ril Barru
Bacukiki
Mallusetas
UjungKota PARE
Sopeng Ria
45
Soreang
Donri-Donr
Kab. SOPPE
Watangpulu
Patampanua
BarantiPanca Rija
Panca Laut
Tellu Limp
Mario Riaw
Maiwa
Kab. ENREKEnrekang
Mario Riw
Lalabata
Maritengng
Belawa
Kab. PINRA
Suppa
Mattiro So
Cenrana
Liliriaja
Majauleng
Pammana
Tempe
Sabbang Pa
Lilirilau42
Kab. SIDEN41
Tanasitolo
Ulaweng
Maniangpaj
Kab. W A J
120º 120º15'
Awang Pone
Sajoanging
Ajangale41
Kab. L U W
Pitumpanua
Larompong
Dua Pitue
Dua Boccoe
Kab. B O NTellusiatt
Palakka
Takkalalo
120º30'Lappariaja Tanete Ria
F-1
F-1
F-2F-3
F-4
m
Datum Horizontal WGS 84Proyeksi Peta UTM Zona 50 S
U
0 1000 2000 3000 4000
F-5
F-6
Danau Sidenreng
Lint. B
Lint. J
Lint. H
Lint. A
Lint. C
Lint. D
Lint. E
Lint.F
Lint. G
Gambar 4. Peta Gaya Berat Sisa Daerah Panas Bumi Masepe
Danau Sidenreng
-0.45
0.26
-0.45
-0.45
-0.75
Model 2D Gaya Berat Penampang Lintasan ADaerah Panas Bumi Massepe, SIDRAP, SUL-SEL
0.35
1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000-1000
-800
-600
-400
-200
0
= hasil pengukuran
= hasil pemodelan
Gambar 5. Model 2D Gaya Berat Penampang Lintasan A daerah Panas Bumi Masepe
9
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Hasil Pengukuran
Hasil Pemodelan
mGal
3.48
2.32
1.16
Keda
lam
an (m
)
Misfit = 3.21 Body depth = 380.43 Body Width = 1548.90
Model 2-D Gaya Berat Penampang Lintasan-DDaerah Panas Bumi Massepe, SIDRAP, Sul-Sel
2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000-1000
-800-600-400-200
0200
MAP. Pajalele
0.530
0.40 -0.41-0.45
0.350
Gambar 6. Model 2D Gaya Berat Penampang Lintasan D daerah Panas Bumi Masepe
10