penyakit tanaman lada imha.docx
description
Transcript of penyakit tanaman lada imha.docx
Penyakit yang banyak menyerang tanaman lada diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Penyakit kuning
Penyakit kuning merupakan penyakit tular tanah yang disebabkan oleh
nematoda Radopholus similis dan Meloidogyne incognita, kesuburan tanah yang
rendah dan serangan cendawan Fusarium solani dan F. oxysporum. Tanaman
yang terserang penyakit kuning tidak segera mati, tetapi produktivitas menurun
dengan drastis. Gejala yang nampak yaitu terjadinya penghambatan pertumbuhan
tanaman, daun menjadi kuning, kaku tergantung tegak lurus dan semakin lama
daun akan semakin mengarah ke batang. Daun-daun yang menguning tidak layu,
tetapi sangat rapuh sehingga secara bertahap daun-daun tersebut gugur (Mustika
et al. 2003).
2. Penyakit busuk pangkal batang
Busuk pangkal batang atau busuk kaki (foot rot) disebabkan oleh
cendawan Phytophthora capsici. Gejala yang paling mencolok adalah tanaman
menunjukkan gejala layu. Daun menjadi kuning, layu, dan sering kali menjadi hitam mulai dari ujungnya. Daun kemudian akan gugur dari mulai cabang-cabang
yang paling bawah dan menjalar ke atas. Setelah tampak gejala layu, biasanya
penyakit berkembang dengan lebih cepat, sehingga tanaman dapat mati dalam
waktu 10 hari (Semangun 2000).
3. Penyakit kerdil
Penyakit kerdil disebabkan oleh oleh dua jenis virus, yaitu Piper Yellow
Mottle Virus (PYMV) yang ditularkan oleh kutu putih Planococcus minor
(Hemiptera: Pseudococcidae) dan Ferrisia virgata (Hemiptera: Pseudococcidae);
serta Cucumber Mosaic Virus (CMV) yang pernah dilaporkan ditularkan oleh
Aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae) (Balfas et al. 2007). Gejala penyakit ini
awalnya terjadi pada daun-daun pucuk dan tunas-tunas muda yang mengalami
perubahan bentuk (malformasi), sementara daun-daun bawah masih tampak
normal. Pada tanaman yang terserang lanjut daun-daun pucuk menunjukkan gejala
mosaik, bentuknya berubah, kecil-kecil, sempit, tidak setangkup (simetris), ada
yang berbentuk sabit, berkerut atau keriting, dan umumnya rapuh. Daun-daun
yang tumbuh normal mempunyai bercak-bercak klorosis bersudut tidak teratur.
Tunas-tunas baru yang terbentuk mempunyai ruas-ruas yang pendek (Semangun
2000).
4. Penyakit akar
Penyakit akar yang dimaksud adalah penyakit akar yang disebabkan oleh
patogen dari kelompok cendawan. Cendawan akar yang dapat menyerang
tanaman lada diantaranya adalah Fomes lignosus Klotzch penyebab penyakit akar
putih, Ganoderma lucidium penyebab penyakit akar merah, dan penyakit akar
hitam yang disebabkan cendawan Rosellinia bunodes (Purseglove et al. 1981).
5. Mati pucuk (die back)
Mati pucuk sering terjadi pada cabang-cabang tanaman yang dalam
keadaan lemah. Ujung-ujung cabang mati dan kematian meluas ke pangkal
(Semangun 2000). Purseglove et al. (1981) menyebutkan bahwa penyakit ini
disebabkan oleh Cortisium salmonicolor Berk. & Br., penyebab penyakit jamur
upas (pink disease) atau disebabkan oleh cendawan Marasmius scandens Massee.
Penyakit-penyakit lain yang menyerang tanaman lada diantaranya adalah
penyakit karat merah yang disebabkan oleh alga Cephaleuros parasiticus Karst, 10
penyakit antraknosa yang disebabkan cendawan Colletotrichum sp., hawar rambut
kuda yang disebabkan Marasmius crinisequi F. Muell. Ex. Kalch., dan bercak
daun yang dapat disebabkan oleh berbagai macam cendawan seperti Pestalotia,
Colletotrichum, Curvularia, dan Fusarium (Purseglove et al. 1981, Semangun
2000) Penyakit Kuning
Gejala Penyakit Kuning
Gejala pertama tampak dengan terhambatnya pertumbuhan tanaman, tetapi
gejala menguning yang khas dan gugurnya daun-daun pada umumnya terjadi
setelah tanaman berbuah pertama kali, selanjutnya diikuti dengan perubahan
warna daun dan dahan menjadi kuning secara bertahap. Kadang-kadang
perubahan tersebut tidak dapat dibedakan lagi, sehingga kelihatannya proses
menguningnya daun dan batang tersebut terjadi secara serentak. Jika tanaman
yang terserang telah menghasilkan buah maka daun-daun gugur lebih cepat,
sedangkan bulir-bulir lada tidak cepat gugur seperti daun. Tanaman yang tua juga
dapat terserang nematoda dan mati dalam waktu yang pendek karena lignifikasi
akar-akar pohon berlangsung lambat. Kerusakan terjadi pada jari-jari empulur
yang lebar karena dimasuki oleh nematoda dan menyebabkan kematian akar. Jika
akar tanaman yang terserang diamati terlihat adanya luka-luka nekrosis yang
disebabkan oleh nematoda Radopholus similis dan puru yang disebabkan oleh
nematoda Meloidogyne incognita (Mustika 1990, 2005, Semangun 2000).
Penyebab Penyakit Kuning
Penyakit kuning disebabkan oleh keadaan yang sangat kompleks yaitu
adanya serangan nematoda Radopholus similis dan Meloidogyne incognita,
cendawan Fusarium solani dan Fusarium oxysporum, serta kesuburan dan kadar
air tanah mempengaruhi terjadinya penyakit kuning. Walaupun demikian,
nematoda adalah faktor utama penyebab penyakit kuning, sedangkan faktor
lainnya memperlemah kondisi tanaman yang telah terserang nematoda tersebut
(Mustika 1990, 2005). 11
Nematoda adalah binatang yang bergerak aktif, lentur dan berbentuk
seperti pipa, hidup pada permukaan yang lembab atau lingkungan yang berair
(Dropkin 1992). Nematoda R. similis masuk ke dalam akar tanaman lada 24 jam
setelah inokulasi. Sel-sel sekitar tempat penetrasi nematoda berubah menjadi
coklat tua, dan 72 jam setelah penetrasi terbentuk luka-luka pada akar. Nematoda
betina meletakkan telur diantara korteks akar. Nematoda tersebut tidak menyerang
empulur akar, tetapi xylem tersumbat oleh zat seperti getah (Mustika 1990).
Bagian yang disukai untuk penetrasi adalah daerah ujung akar, namun ada pula
yang melakukan penetrasi 1-1,5 cm di atas daerah ujung akar. Nematoda
kemudian membentuk terowongan hingga ke bagian korteks akar melalui proses
lisis (Mustika 2005).
Radopholus similis adalah nematoda luka akar yang semi-endoparasit,
terutama hidup di dalam akar, tetapi dapat bermigrasi melalui tanah ke tanaman
lain. Nematoda betina dewasa dapat hidup lama di dalam tanah yang lembab,
tetapi dalam kondisi ini larva akan segera mati. Infestasi primer dilakukan oleh
nematoda betina yang memasuki ujung akar rambut, kemudian membuat
terowongan longitudinal melalui parenkim. Nematoda bergerak di dalam akar
melalui sel-sel korteks. Sel-sel yang terserang segera mati dan tampaklah bercakbercak luka yang gelap. Jika bagian akar tersebut membusuk, maka nematoda
akan berpindah-pindah mencari akar yang masih sehat dengan menyerang semua
jaringan parenkim. Infestasi nematoda ini segera diikuti oleh kerusakan sekunder
oleh serangan bakteri dan cendawan saprofit yang menyebabkan busuk akar. Pada
suhu 20-30°C, siklus hidup R. similis berlangsung 35 hari. Temperatur optimum
untuk perkembangbiakan nematoda ini adalah 27°C (Mustika 1990, Semangun
2000)
Stadia larva 2 nematoda Meloidogyne incognita, menyerang tanaman lada
dengan cara masuk ke dalam akar dan makan pada jaringan parenkim. Serangan
nematoda ini menyebabkan sel-sel di sekitar kepala nematoda membengkak dan
disebut sel raksasa (giant cells). Sel-sel raksasa tersebut kemudian menjadi
sumber makanan bagi nematoda. Nematoda tidak berpindah selama di dalam akar,
tetapi tetap makan pada sel-sel raksasa hingga menyelesaikan siklus hidupnya.
Terjadinya sel-sel raksasa menyebabkan akar membengkak dan ukurannya 12
berbeda-beda tergantung pada kepekaan tanaman. Akar yang membengkak berisi
nematoda betina beserta kelompok telur. Satu kelompok telur berisi sekitar 100-
150 telur. Satu siklus nematoda ini berlangsung sekitar 30-60 hari (Mustika 2005)
Pengendalian penyakit
Pengendalian yang tepat adalah dengan pengendalian terpadu, mengingat
kompleksnya penyebab penyakit kuning pada lada. Komponen pengendaliannya
antara lain adalah penggunaan varietas tahan, teknik budidaya, pengendalian
hayati, serta penggunaan pestisida. Mustika et al (1993) menyebutkan bahwa
penggunaan bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan lada dan
mengurangi populasi nematoda. Mustika et al. (2000) mengungkapkan
penggunaan agens hayati Pasteuria penetrans yang dikombinasikan dengan
pemberian kapur pertanian juga dapat menekan penyakit kuning. Selain itu,
ekstrak biji mimba diketahui bersifat toksik terhadap nematoda lada, dan
pemberian bahan organik serta kapur pertanian dapat menurunkan pH tanah dan
mendukung perkembangan agens antagonis dalam tanah khususnya cendawancendawan perangkap nematoda (Mustika et al 1993, 2000, 2003, 2005)
Siklus hidup penyakit busuk pangkal
Siklus hidup penyakit busuk pangkal tanaman lada
Phytophthoras dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual. Pada banyak spesies, struktur seksual belum pernah diamati, atau hanya telah diamati dalam perkawinan laboratorium. Dalam spesies homothallic, struktur seksual terjadi pada kultur tunggal. Spesies heterotolik telah kawin strain, ditunjuk sebagai A1 dan A2. Ketika dikawinkan, antheridia memperkenalkan gamet ke oogonium, baik oleh lewat Oogonium melalui antheridium (amphigyny) atau oleh antheridium melekat pada setengah (bawah) proksimal Oogonium tersebut (paragyny), dan serikat memproduksi Oospora. Seperti hewan, tapi tidak seperti Jamur paling benar, meiosis adalah gamet, dan inti somatik diploid. Aseksual (mitosis) spora tipe chlamydospores, dan sporangia yang memproduksi zoospora. Chlamydospores biasanya bola dan berpigmen, dan mungkin memiliki dinding sel tebal untuk membantu dalam perannya sebagai struktur bertahan hidup. Sporangia dapat dipertahankan oleh hifa subtending (non-caducous) atau ditumpahkan mudah oleh ketegangan angin atau air (caducous) bertindak sebagai struktur bubaran. Juga, sporangia dapat melepaskan zoospora, yang memiliki dua flagela tidak seperti yang mereka gunakan untuk berenang menuju tanaman inang.
Siklus hidup penyakit kuning
Ini endoparasite bermigrasi dan umumnya amphimicticmemenuhi siklus hidupnya dalam 20 sampai 25 d pada 24 sampai 32 ° C (Gowendan Quénéhervé, 1990; Haegeman et al, 2010) dan memiliki.berlimpah gen untuk reproduksi, pengembangan, parasit-isme dan kelangsungan hidup (Haegeman et al., 2010). Kecuali untukTahap remaja pertama (L1) dan jantan negara-negara laininfektif, terutama pada betina (Gowen dan Quénéhervé,1990, Quénéhervé, 2009). Penetrasi yang cepat di daerah rhi-zodeposition didukung oleh empat en-doglucanases habis untuk degradasi selulosadan endoxylanase bertanggung jawab atas degradasi xilanhemiselulosa (Haegeman et al., 2010). para endoglucanasestranskrip ditemukan dalam kelenjar esofagus (Haegemanet al, 2010.), yang mendukung dugaan dari Cobb (1915)yang mengacu pada produk dikeluarkan "patogen" sebagai"tiga saliva kelenjar." Tiga gen endoglucanasestidak diungkapkan pada jantan, sedangkan pada betina adaekspresi gen lengkap, namun kedua jenis kelamin dikeluarkan endox-ylanase (Haegeman et al., 2010).
Dalam setiap kasus, infeksi yangmenyatakan menembus lapisan dalam akar dengan efek kecil dan jumlah jari (Fogain, 2000). The ekonomiambang batas tidak menentukan, yang bervariasi antara 1.000dan 20.000 nematodes/100 g akar, tergantung pada ENVI-ronmental kondisi (Quénéhervé, 2009).
Siklus hidup penyakit kerdil