PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN
Transcript of PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN
PENUNTUN PRAKTIKUMMIKROBIOLOGI PERTANIAN
IR. ANAK AGUNG NGURAH GEDE
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN
OLEH :
IR. ANAK AGUNG NGURAH GEDE SUWASTIKA, M.P.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
2016
SUWASTIKA, M.P.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS UDAYANA
ii
PRAKATA
Buku penuntun Praktikun Mikrobiologi Pertanian ini disusun untuk memudahkan
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Mikrobiologi Pertanian dalam melaksanakan
praktikum di laboratorium. Buku ini memuat sebagian kecil dari aspek-aspek penting
mikrobiologi pertanian. Pada tahap awal diberikan tata tertib di dalam laboratorium untuk
memperlancar proses pelaksanaan praktikum dan keamanan, serta keselamatan kerja di dalam
laboratorium. Juga diuraikan cara sterilisasi bahan dan alat, yang merupakan kunci
keberhasilan kerja di laboratorium dalam bidang mikrobiologi pertanian. Metode utama
dalam praktikum ini adalah pembuatan MOL dan uji kualitas laruta MOL, diantaranya isolasi
jamur dan bakteri di laboratorium, juga diberikan materi pengujian aktivitas antibakteri
terhadap bakteri. Setelah pelaksanaan praktikum ini, mahasiswa memiliki kemampuan
mendeskripsikan berbagai jenis jamur dan bakteri berdasarkan sifat dan ciri-cirinya dan aspek
mikrobiologi yang menguntungkan dan merugikan dalam bidang pertanian
Penulis menyadari bahwa buku penuntun praktikum ini masih sangat sederhana dan
perlu disempurnakan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan buku ini sangat
diharapkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA………………………………………………………………………………. DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
Hal. ii
iii TATA TERTIB DALAM LABORATORIUM…………………………………………. iv I. PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 1 II. STERILISASI PERALATAN LAB DAN BAHAN…………………………….. 3
2.1. Sterilisasi Secara Fisik……………………………………………………… 3
2.1.1 Pemanasan Basah atau Metode Panas Lembab (dengan Autoclave)……. 3
2.1.2 Pemanasan Kering (dengan Oven)……………………………………….. 3
2.2 Sterilisasi Secara Kimia…………………………………………………….. 4
III PEMBUATAN SERI PENGENCERAN........................................................... 6
IV PENETAPAN POPULASI TOTAL MIKROORGANISME TANAH............... 8
V PENETAPAN POPULASI JAMUR.................................................................. 10
VI. ISOLASI JAMUR DAN BAKTERI PATOGEN DI LABORATORIUM……… 12
VII. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DENGAN METODE SUMUR DIFUSI….. 20
VIII PEMBUATAN LARUTAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL)………….. 21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 23
iv
TATA TERTIB DALAM LABORATORIUM
Melaksanakan pekerjaan membiakan jasad renik secara murni pada media biakan
harus bekerja secara teliti, cermat dan dalam keadaan bersih, baik mengenai alat-alat yang
dipergunakan atau tempat kita bekerja. Mengingat akan hal tersebut di atas maka para
mahasiswa harus mengusahakan untuk sekecil mungkin timbulnya kotoran yang dapat
mengganggu kelancaran atau menggagalkan sama sekali pekerjaan pemurnian jasad renik
tersebut. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :
I. Sebelum Bekerja
1. Tangan harus dicuci bersih dengan sabun
2. Pakaian cukup bersih (bila mungkin pergunakan jas laboratorium)
3. Buku serta barang – barang lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan di
laboratorium supaya dijauhkan dari tempat pekerjaan atau jangan dibawa masuk
ruangan.
4. Meja tempat bekerja dibersihkan dengan alkohol 90 %
5. Jendela dan pintu sebaiknya dalam keadaan tertutup. Dan ruangan jangan terlalu
penuh oleh mahasiswa
6. Bahan yang mengandung jasad renik untuk keperluan penelitian, sebaiknya disimpan
dalam tempat yang khusus disediakan untuk keperluan tersebut.
II. Waktu Bekerja
1. Jangan berbicara yang tidak perlu dengan teman dan dilarang merokok, makan atau
minum di dalam laboratorium
2. Bekerjalah dengan tenang, cermat dan hati–hati
III. Sesudah Bekerja
1. Simpanlah alat – alat serta bahan–bahan yang diperlukan dalam praktikum pada
tempat yang telah ditentukan
2. Alat–alat yang berisi biakan murni disimpan dalam almari khusus yang sudah
dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 90 %
3. Jangan sekali–kali membuka tutup tempat biakan yang telah tidak dipergunakan lagi
(sebelum disterilkan) agar jangan sampai mengotori udara dalam ruangan
4. Bahan–bahan yang tidak dipakai, sebelum dibuang harus direbus dulu, dan biakan
dibuang pada keranjang sampah.
I. PENDAHULUAN
Kebanyakan bakteri merupakan saprofit fakultatif dan dapat dibiakan pada media nutrisi
buatan. Bakteri secara umum dapat berbentuk rod, spherical, spiral atau filamentous,
berukuran 0.6 sampai 3.5 µm dan beberapa bakteri dapat bergerak dengan bantuan flagella
yang dimilikinya. Perkembangbiakan bakteri umumnya adalah melalui pembelahan sel dengan
kecepatan yang tinggi mengikuti pola kuadratik, yang dapat meningkatkan jumlah populasi
bakteri dalam periode yang sangat singkat. Sebagai struktur pertahanan, beberapa bakteri
membentuk spora, yaitu pada kelompok Bacillus maupun membentuk konidia pada bakteri-
bakteri berbentuk filamentous.
Mempelajari bakteri tidak lepas dengan pelaksanaan isolasi dan identifikasi. Metode
isolasi dan identifikasi bakteri yang berasal dari jaringan tanaman atau dari tanah adalah
dengan cara menggunakan media tumbuh buatan selektif. Media selektif mengandung nutrisi
yang merangsang pertumbuhan bakteri tertentu dan sekaligus juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri jenis lain. Untuk mengidentifikasi bakteri secara positif biasanya
membutuhkan lebih dari satu pembiakan pada media selektif, karena untuk mendapatkan hanya
satu jenis bakteri yang tumbuh pada media selektif jarang didapatkan. Sebelumnya, identifikasi
cepat dan pembedaan genus bakteri dilakukan dengan mengekstraksi dan membandingkan
struktur asam lemak yang terdapat pada membran sel bakteri yang disebut analisis profil asam
lemak. Hal yang sama juga dapat dilakukan untuk membran protein, enzim serta isoenzim pada
membran sel bakteri.
Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan
pergerakan. Umumnya media biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon,
nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hydrogen, serta unsur-unsur lainnya. Dalam bahan dasar
medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, dan vitamin.
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam bentuk padat, diperoleh
dengan menambahkan agar. Agar berasal dari ganggang merah, agar digunakan sebagai
pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba, dan membeku pada suhu di atas 45 C.
Media biakan yang diperlukan oleh cendawan umumnya berbeda dengan media biakan bakteri.
2
Sebagian besar cendawan tumbuh dengan baik pada medium yang kaya dengan karbohidrat dan
mempunyai pH sekitar 5. Bakteri pada umumnya berkembang dengan baik pada medium yang
kaya dengan protein dan pH sekitar 7.
Medium buatan Mikroba (bakteri, jamur) dapat diisolasi dari berbagai tempat, misalnya
dari sampah-sampah, buah busuk, sisa makanan yang sudah basi, tanah, air comberan, air
sungai, maupun tempat pembuangan limbah. Untuk mengisolasi bakteri, kita harus biakkan
terlebih dahulu di cawan Petri yang berisi zat makanan atau medium. Hampir semua mikroba
dapat tumbuh pada media ini dan media ini digunakan hampir semua untuk isolasi mikroba.
Media Potato dextrose agar PY
terdiri dari :
Kentang = 200 gram
Dextrose = 20 gram
Aquadest = 1 liter
Peptone = 1 gram
Yeast Extract = 1 gram
Agar = 15 gram
Kentang yang telah dikupas kulitnya lalu dicuci kemudian dipotong kecil-kecil (1 –2
cm). Selanjutnya kentang direbus dengan aquadest sampai empuk, selanjutnya rebusan
diangkat dan disaring dengan kain saring, air saringan ditakar kembali dijadikan 1 liter.
Kemudian Dextrose, Peptone, Yeast Extract dan Agar-Agar dimasukkan dalam larutan tersebut
dan dipanaskan sampai mendidih (10-15 menit). selanjutnya larutan tersebut dimasukkan dalam
Test Tube atau Erlenmeyer dan kemudian disterilkan dalam Autoclave pada suhu 121 0C,
tekanan 1 atm selama 20 menit.
3
II. STERILISASI PERALATAN LAB DAN BAHAN
Bahan atau peralatan yang dipergunakan dalam bidang Mikrobiologi harus dalam
keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan. Setiap proses
baik fisik, kimia, dan mekanik yang membunuh semua organisme di dalam suatu benda,
terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi. Beberapa ratus tahun yang lalu, bangsa
arab telah mengenal bahwa membakar luka dengan logam yang membara dapat mencegah
infeksi. Dalam abad 18 orang mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium
tersebut beberapa jam, dengan cara itu matilah semua mikroba. Cara demikian dipakai oleh
Spallanzani untuk membuktikan tidak mungkinnya abiogenesis. Metode Sterilisasi dapat
dilakukan secara fisik dan dan dengan cara kimia.
2.1. Sterilisasi Secara Fisik
Cara ini dapat dipakai apabila selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak akan berubah
akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh mikroba ini dengan memakai
panas (thermal kill). Cara kerja dari panas tersebut, bahwa panas membunuh mikroba karena
mendenaturasi protein, terutama enzim-enzim dan membran sel. Panas kering membunuh
bakteri karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas
basah. Hal ini dibuktikan dengan memasukkan biakan mikroba dalam air mendidih akan cepat
dimatikan dari pada dipanasi secara kering.
2.1.1 Pemanasan Basah atau Metode Panas Lembab (dengan Autoclave)
Alat ini serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap air. Autoclave memiliki
suatu ruangan yang mampu menahan tekanan di atas 1 atm. Dalam alat ini yang mensterilkan
adalah panas basah, bukan pada tekanannya. Oleh karena itu, setelah air di dalam tangki
mendidih dan mulai terbentuk uap air, maka uap air ini akan mengalir ke ruang pensteril guna
mendesak keluar semua udara di dalamnya. Bila masih ada udara yang tersisa, maka udara ini
akan menambah tekanan di dalam ruang pensteril yang akan mengganggu naiknya suhu dalam
ruang tersebut. Setelah bahan-bahan/ alat-alat yang akan disteril masuk dalam Autoclave, pintu
Autoclav ditutup rapat selanjutnya kran pada pipa uap dibuka dan temperatur akan terus akan
naik sampai 121 C. Biasanya Autoclave sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu
4
tersebut tekanan yang ada 1 atmosfer per 1 cm2. Penghitungan waktu 15 atau 20 menit dimulai
semenjak termometer pada Autoclave menunjukkan 121C. Setelah cukup waktu, Autoclave
tidak boleh dibuka sekonyong-konyong agar isi botol yang ada dalam Autoclave tidak meluap,
sebaiknya kita menunggu sampai manometer menunjukkan angka 0.
Cara kerja Metode Panas Lembab
1. Tuangkan air secukupnya ke dalam autoklaf.
2. Masukkan peralatan dan bahan-bahan yang akan disterilkan ke dalam autoklaf dan ditata
sedemikian rupa agar terdapat cukup ruang bagi peredaran udara/uap di dalam autoklaf.
3. Tutup autoklaf dengan cara memasukkan tabung pengeluaran gas ke dalam saluran pengarah
pada dinding dalam autoklaf, diikuti dengan mempertemukan masing-masing baut pengunci
luar pada tepi autoklaf dan penutupnya.
4. Angkat masing-masing baut pengunci dan kencangkan setiap mur pada arah diagonal secara
bersamaan sampai seluruh mur tertutup rapat.
5. Panaskan autoklaf dan buka pengatur klep pengaman.
6. Setelah terdengar suara mendesis yang menunjukkan uap keluar dengan deras, tutup
kembali klep pengaman sehingga tekanan dalam tabung autoklaf meningkat.
7. Bila tekanan 15 psi telah tercapai (suhu sekitar 121 oC) pertahankan tekanan selama 20
menit dengan mengatur besarnya api pemanasan.
8. Pada akhir proses sterilisasi, matikan pemanas dan tunggu sampai tekanan ke mbali 0,
kemudian buka katup pengaman untuk mengeluarkan sisa-sisa uap air yang tersisa di dalam
autoklaf.
9. Setelah dingin, kendurkan mur-mur dan buka tutup autoklaf serta keluarkan peralatan dan
bahan-bahan yang disterilisasi.
10. Buang sisa air yang ada di dalam autoklaf, kemudian keringkan dan tutup kembali autoklaf.
2.1.2 Pemanasan Kering (dengan Oven)
Sterilisasi ini dengan menggunakan udara panas. Alat-alat yang disterilkan ditempatkan
dalam oven dimana suhunya dapat mencapai 160-180 C. Caranya adalah dengan memanaskan
udara dalam oven tersebut dengan listrik. Oleh karena daya penetrasi panas kering tidak sebaik
panas basah, maka waktu yang diperlukan lebih lama pada sterilisasi cara ini baik dipergunakan
untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti cawan Petri, pipet, dan tabung reaksi.
5
Cara kerja Metode Panas Kering
1. Tempatkan peralatan (cawan petri dan pipet) yang akan disterilkan di dalam oven.
2. Nyalakan oven dan atur suhu pada 160 oC.
3. Matikan oven setelah suhu 160 oC dipertahankan selama 2 jam.
4. Setelah dingin, pindahkan peralatan yang diterilkan ke dalam wadah penyimpanan.
2.2 Sterilisasi Secara Kimia
Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol.
Umumnya isopropyl alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang
sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya
disinfeksinya. Dengan atau tanpa yodium, isopropyl alkohol tidak efektif terhadap spora. Solusi
terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini
terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik.
6
III. PEMBUATAN SERI PENGENCERAN
3.1. Kompetensi Dasar
Mahasiswa terampil membuat larutan fisiologis dan suspensi tanah dengan metode seri
pengenceran sesuai keperluan.
3.2. Pendahuluan
Populasi mikroorganisme di dalam tanah sangat tinggi sehingga tahap pengenceran
tanah perlu dilakukan dalam penetapan jumlah populasi mikroorganisme tanah. Pengenceran
tanah dilakukan dengan menggunakan suatu larutan yang memiliki konsentrasi dengan tekanan
osmosis yang sama dengan tekanan osmosis di dalam sel mikroorganisme umumnya. Larutan
yang biasa digunakan adalah larutan fisiologis dengan komposisi 0,85 % NaCl dalam aquadest.
Tingkat pengenceran ditentukan sesuai dengan perkiraan jumlah mikroorganisme di
dalam tanah yang akan dihitung. Umumnya tingkat pengenceran yang dilakukan adalah 10 x
sampai diperoleh suspensi tanah yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah yang
memungkinkan untuk dihitung. Semakin tinggi jumlah mikroorganisme di dalam tanah,
semakin tinggi tingkat pengenceran yang diperlukan. Pada penghitungan jumlah total
mikroorganisme tanah dengan cawan tuang, pengambilan sampel umumnya dimulai dari
tingkat pengenceran 108 – 1010 apabila jumlah total mikroorganisme diperkirakan mencapai
1012 satuan pembentuk koloni per gram tanah.
3.3. Peralatan dan Bahan :
Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet dan lampu bunsen
Larutan fisiologis , alkohol, dan spiritus
3.4. Prosedur:
1. Masukkan secara aseptik 10 g tanah kapasitas lapang ke dalam 90 mL larutan
fisiologis dalam erlenmeyer 250 mL yang sudah steril sehingga diperoleh
suspensi tanah dengan konsentrasi 10-1
2. Kocok selama 15 menit pada shaker mekanis
3. Pipet secara aseptik 1 mL suspensi tanah dari kepekatan 10-1 ke dalam 9 mL
larutan fisiologis dalam tabung reaksi sehingga diperoleh suspensi dengan
kepekatan 10-2
7
4. Kocok secara merata suspensi tanah tersebut kemudian pipet secara aseptik 1
mL suspensi tanah dari kepekatan 10-2 ke dalam 9 mL larutan fisiologis dalam
tabung reaksi sehingga diperoleh suspensi dengan kepekatan 10-3
5. lakukan seri pengenceran tersebut sampai diperoleh kepekatan terakhir sebesar
10-10 (Gambar 1.)
Gambar 1. Tahap Pembuatan Seri Pengenceran Tanah
8
IV. PENETAPAN POPULASI TOTAL MIKROORGANISME TANAH
4.1 Kompetensi dasar
Mahasiswa terampil mengerjakan metode cawan tuang untuk penetapan populasi
mikroorganisme tanah dan dapat membandingkan populasi total mikroorganisme tanah dengan
status yang berbeda.
4.2 Pendahuluan
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme dalam beragam populasi.
Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam menjaga status kesuburan tanah dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Beberapa kelompok mikroorganisme sangat
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman sedangkan sebagian lagi dapat merugikan atau
tidak berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme sangat berperan dalam
menentukan kesuburan tanah, karena sebagian di antaranya bertanggung jawab terhadap
perombakan bahan organik, siklus unsur hara, dan perbaikan fisik tanah.
Jumlah mikroorganisme tanah tergantung pada kapasitas ekologi lingkungannya.
Populasi mikroorganisme tanah biasanya lebih tinggi pada tanah-tanah yang kaya akan bahan
organik. Pada tanah-tanah yang subur, populasi mikroorganisme dapat mencapai 109 per gram
tanah. Terkadang tanah-tanah yang memiliki status kesuburan yang sangat berbeda ,
mempunyai jumlah populasi mikroorganisme hampir sama, sehingga populasi mikroorganisme
hanya dapat digunakan sebagai penduga status kesuburan tanah.
Penetapan populasi mikroorganisme tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Cara yang umum digunakan adalah penghitungan secara tidak langsung dengan metode cawan
tuang yang relatif mudah, cepat dan tidak memerlukan peralatan dan biaya yang mahal. Media
yang digunakan mampu sebagai media tumbuh bagi sebagian besar mikroorganisme yang
hidup di dalam tanah. Kelemahan metode cawan tuang adalah tidak semua mikroorganisme
dapat ditumbuhkan dengan metode tersebut.
4.3. Peralatan dan Bahan :
Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet dan lampu bunsen
Larutan fisiologis, media Bacto Agar (lampiran 2.), alkohol dan spiritus
9
4.4. Prosedur : 1. Siapkan seri pengenceran tanah/MOL sampai tingkat pengenceran 10-9
2. Pipet masing-masing 1 ml suspensi dari tingkat 10-7 – 10-9 ke dalam cawan petri
steril.
3. Berikan kode pada masing-masing cawan petri dengan mencantumkan nama
kelompok, jenis tanah, media tumbuh, tanggal inkubasi dan tingkat pengenceran
4. Tuangkan media bacto agar yang sudah dicairkan (suhu ± 45 oC) kemudian
putar cawan petri masing-masing 3 x searah dan berlawanan arah dengan jarum
jam
5. Biarkan media agar memadat kemudian inkubasikan cawan petri selama 7 hari
dalam kondisi terbalik untuk menghindari pengembunan di permukaan media
agar.
6. Cata jumlah koloni yang tumbuh dan hitung jumlah total populasi
mikroorganisme tanah dengan rumus :
Jumlah Total Mikroorganisme = {(P1: 100 )+ (P2 : 10)+(P3)} x 10 -9 x (100 + KA) 3 100
(spk/g tanah) Keterangan :
spk : satuan pembentuk koloni P1 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran I (10-7) P2 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran II (10-8) P3 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran III (10-9) KA : kadar air tana
10
V. PENETAPAN POPULASI JAMUR.
5.1. Kompetensi Dasar
1. Mengenalkan morfologi visual jamur kepada mahasiswa
2. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam penetapan populasi jamur
dalam tanah dengan metode cawan tuang.
5.2. Pendahunuan
Jamur merupakan mikroorganisme kedua kelompok terbanyak di dalam tanah setelah
bakteri. Akan tetapi, biomassa jamur mendominasi total biomassa mikroorganisme di dalam
tanah, yaitu sekitar 70% dari total biomassa mikroorganisme tanah. Jamur memegang peranan
penting dalam perombakan bahan organik. Jamur merupakan kelompok mikroorganisme yang
aktif dalam tahap pertama perombakan bahan organik, pembentukan agregai tanah, tetapi
sejumlah jamur juga tergolong patogen.
Morfologi jamur berbeda dengan bakteri dan aktinomiseles. Jamur dicirikan oleh
jalinan hifa yang biasanya berwarna putih. Hifa tersebut ada yang bersekat dan ada yang tidak.
Beberapa kelompok jamur mampu membentuk spora sebagai salah satu organ dalam
perkembangbiakan.
Penghitungan populasi jamur di dalam tanah umumnya dilakukan dengan metode
cawan tuang walaupun hasilnya kurang memuaskan. Salah satu kelemahan metode tersebut
adalah sulit membedakan koloni yang berasal dari spora dengan koloni yang tumbuh dari hifa.
Populasi jamur di dalam tanah jauh lebih rendah dibandingkan bakteri, selain itu
pertumbuhan jamur biasanya lebih lambat. Oleh karena itu, dalam penghitungan populasi jamur
dengan menerapkan metode cawan tuang, media tumbuh yang digunakan diupayakan secara
selektif mampu mendukung pertumbuhan jamur sekaligus menghambat pertumbuhan bakteri.
Pertumbuhan bakteri di dalam media jamur biasanya dihambat dengan menambahkan senyawa
antibiotik tertentu, misalnya bengal rose dan oxgal atau dengan menurunkan pH media menjadi
sekitar 4,5.
5.3. Peralatan dan Bahan.
Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaam pratikum ini adalah erlenmeyer, tabung
reaksi, pipet, cawan petri, dan lampu bunsen. Bahan yang digunakan adalah larutan fisiologis,
media Martin Agar (Lampiran 3), alkohol dan spiritus.
11
5.4. Prosedur.
1. Siapkan seri pengenceran tanah/MOL sampai tingkat 10-6
2. Pipet masing-masing 1 mL suspensi dari tingkat pengenceran 10-4 10-6 ke dalam cawan petri
steril.
3. Berikan kode pada masing-masing cawan petri dengan mencantumkan : nama kelompok,
jenis tanah, media tumbuh, tanggal inkubasi dan tingkat pengenceran.
1. Tuangkan media Marlin Agar yang sudah dicairkan (suhu ± 45oC) kemudian putar cawan
petri masing-masing 3 kali searah dan berlawanan arah dengan jarum jam.
4. Biarkan media agar memadat kemudian inkubasikan cawan petri selama 7 hari dalam
kondisi terbalik untuk menghindari pengembunan dipermukaan media agar.
5. Catat jumlah koloni jamur yang tumbuh dengan ciri-ciri hifa panjang berwarna putih dan
hitung jumlah total populasi jamur dengan rumus :
=
100
10010
3
10:100: 6321 KAxx
PPP
Keterangan : spk : satuan pembentuk koloni P1 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran I (10-4) P2 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran II (10-5) P3 : jumlah koloni pada sampel dari pengenceran III(10-6) KA : kadar air tanah
5.5. Hasil Pengamatan .
Jumlah total mikroorganisme (spk/g tanah)
12
VI. ISOLASI JAMUR DAN BAKTERI PATOGEN DI LABORATORIUM
6.1. Kompetensi Dasar
1. Mengenalkan morfologi visual jamur dan bakteri patogen kepada mahasiswa
2. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam mengisolasi jamur dan
bakteri patogen.
6.2. Pendahuluan
Setelah pengambilan spesimen untuk koleksi, spesimen-spesimen sebaiknya segera di
pilah-pilah berdasarkan kelompok-kelompok utamanya. Prioritas perlu diberikan kepada
spesimen yang cepat membusuk, seperti spesimen-spesimen yang patogennya harus segera
diisolasi dari jaringan tanaman. Contoh-contoh lainnya yang tidak kena pengaruh yang
merugikan bila dibiarkan sesaat misalnya jamur karat dan jamur api, dapat dikeringkan di
dalam alat pengepres tanaman, kemudian dibekukan pada suhu -20C selama 7 hari dan
diperiksa kemudian.
Bakteri dan jamur patogen seringkali harus diisolasi dan dikulturkan dari spesimen
tanaman berpenyakit sebelum dapat diidentifikasi. Patogen yang dapat tumbuh saprobik
(parasit fakultatif atau nekrotrof) umumnya dapat ditumbuhkan dalam kultur, walaupun
beberapa di antaranya memerlukan perlakuan khusus. Isolasi jamur dari material tanaman
biasanya dilakukan dengan cara menaruh sepotong kecil jaringan ke dalam media agar-agar
yang cocok, misalnya agar-agar air dalam cawan Petri steril. Spora yang diambil secara
langsung dari tubuh buah dengan menggunakan jarum steril juga dapat diletakkan di atas
permukaan agar-agar.
Banyak jamur dan bakteri saprobik tumbuh pada atau mengkontaminasi jaringan
tanaman sebagai pengkoloni sekunder luka penyakit. Oleh karena itu, penting sekali untuk
berhati-hati ketika menggunakan teknik steril guna menghindari terjadinya kontaminasi.
Sterilisasi permukaan jaringan yang dipotong seringkali diperlukan untuk menghilangkan
mikroorganisme saprobik yang biasanya tumbuh di permukaan tanaman.
Bersihkan permukaan tanaman yang akan dikerjakan, dengan kertas tisu atau kapas
yang telah dibasahi dengan etanol 70% dan biarkan mengering. Permukaan yang halus, keras,
dan tidak berpori, misalnya kaca adalah yang terbaik untuk membuat irisan material tanaman.
13
Pinset dan pisau skalpel disterilisasi dengan cara mencelupkannya ke dalam etanol 95% dan
melewatkannya dengan hati-hati di atas nyala api. Peralatan sebaiknya tidak dibiarkan terlalu
lama di atas nyala api, karena akan rusak. Alkohol sangat mudah terbakar dan perlu sangat hati-
hati dengan peralatan nyala api di dekat wadah berisi alkohol. Ose untuk inokulasi disterilkan
dengan cara memanaskannya sampai merah dalam nyala api yang panas. Jarum harus dibiarkan
sampai dingin sebelum digunakan.
Sterilisasi permukaan material tanaman yang sakit menghilangkan saprob dan
memungkinkan bakteri atau jamur patogen untuk tumbuh tanpa gangguan bila material
dilapiskan pada agar-agar. Etanol (70%) yang digunakan untuk menyeka permukaan atau
merendam dapat mensterilkan seluruh permukaan. Tidak diperlukan pencucian pasca
perlakuan, karena dapat tanpa dibakar atau dibiarkan menguap.
Natrium hipoklorit cair juga banyak digunakan dan sangat efektif sebagai desinfektan.
Pemutih komersial mengandung 10–14% klorin tersedia. Ini biasanya digunakan pada
pengenceran 10% (mengandung 1–1,4% klorin tersedia) dengan waktu pencelupan 1–5 menit.
Larutan ini sebaiknya disimpan di dalam lemari es, karena kemampuannya akan hilang bila
disimpan lama. Larutan encer yang baru sebaiknya dibuat lagi setiap 2–3 minggu. Kelemahan
larutan hipoklorit adalah memiliki bau yang menyengat, meninggalkan residu, dan merusak
pakaian jika terkena tumpahannya.
Prosedur yang tepat yang dipilih untuk isolasi bakteri dan jamur patogen bergantung
kepada sifat dasar material tanaman inang dan patogen itu sendiri.
6.3 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengisolasi bakteri dan jamur dari buah dan sayuran
yang busuk dan untuk menguji aktivitas antibakteri Levofloxacin, Natrium Hipocloride 1%,
dan Detergent.
6.4 Alat dan Bahan
Pisau scalpel, Cawan petri, Lampu bunsen, Korek api, Cork borer, Tabung reaksi,
Spatula, Alkohol 70 %, Air steril, Jarum Ose, Levofloxacin, Natrium Hipocloride 1%, dan
Detergent.
14
6.5. Isolasi Jamur
Prosedur dasar untuk mengisolasi jamur patogen dari jaringan tanaman adalah sebagai berikut:
1. Cucilah contoh jaringan di bawah air leding yang mengalir untuk menghilangkan tanah,
debu, dan kontaminan lainnya;
2. Bila contoh terlalu banyak ditumbuhi saprob, sekalah dengan etanol 70%. Hal ini
dianjurkan untuk mensterilkan permukaan jaringan kayu yang sakit;
3. Irislah jaringan dari tepi utama luka yang berbatasan dengan jaringan yang sehat;
4. Letakkan irisan-irisan jaringan ke dalam larutan natrium hipoklorit 1% atau etanol 70%.
Hal ini perlu disesuaikan bergantung kepada sifat jaringan, karena misalnya, beberapa
jaringan daun sangat berpori dan mungkin dapat mengabsorbsi cukup banyak larutan
sterilan untuk dapat mematikan patogen. Waktu pencelupan untuk sterilisasi biasanya
antara 1–5 menit;
5. Keluarkan irisan-irisan jaringan dari larutan untuk mensterilisasi dan cucilah dengan
cara memindahkannya sebentar ke dalam air suling steril. Kemudian irisan-irisan
tersebut sebaiknya dikeringkan di atas kertas saring steril, apabila memungkinkan,
dilakukan di udara yang disaring dalam ruang isolasi (laminar flow), sebelum mengiris
potongan jaringan kecil (kira-kira 2 mm x 2 mm) yang dilapiskan pada agar-agar air
leding atau agar-agar dekstrosa kentang. Pengeringan penting, karena menghambat
pertumbuhan bakteri kontaminan. Ketika melapiskan potongan jaringan pada media
agar-agar, tutup cawan Petri sebaiknya diangkat dan ditaruh kembali dengan hati-hati
untuk menghindari masuknya kontaminan yang berasal dari udara;
6. Cawan isolasi sebaiknya diinkubasi dengan posisi terbalik untuk mencegah kondensasi
uap air pada permukaan agar-agar. Kebanyakan jamur patogen tumbuh dengan baik
pada suhu 25°C;
7. Kultur murni dapat diperoleh dari koloni yang berasal dari spora tunggal atau dari ujung
hifa yang terdapat pada pelat isolasi awal. Kultur spora tunggal dapat dibuat dengan
menyiapkan suspensi spora dalam air suling steril dan disebarkan di atas agar-agar air
leding atau media lain yang sesuai. Pelat-pelat ini kemudian diinkubasikan di dalam
ruang gelap pada suhu kamar selama 24 jam. Selanjutnya pelat-pelat itu diperiksa di
bawah mikroskop stereo dan spora-spora tunggal yang berkecambah pada sepotong
kecil agar- agar dipindahkan dengan jarum inokulasi ke media yang sesuai;
15
8. Prosedur tersebut di atas dapat dimodifikasi sesuai dengan pengalaman atau mengikuti
petunjuk yang tercantum dalam pustaka.
Dari daun
Pilihlah daun dengan bilur baru, karena jamurnya dalam keadaan paling aktif. Secara
hati-hati, irislah potongan kecil jaringan dari bagian tepi bilur dengan gunting atau skalpel
steril. Sterilisasi permukaan material daun biasanya perlu dilakukan, 1–3 menit dalam larutan
natrium hipoklorit 10%, dilanjutkan dengan pembilasan dengan air steril. Selanjutnya,
potongan-potongan daun ditaruh pada permukaan agar-agar dengan menggunakan pinset steril.
Dari batang
Bila terdapat bilur yang dalam atau bilur di bagian dalam jaringan pembuluh, contoh
dapat diambil dari jaringan bagian dalam untuk menghindari diperlukannya sterilisasi
permukaan. Contoh dibelah membujur dari bagian yang sehat ke arah bagian yang sakit dengan
menggunakan pisau yang telah dibakar atau dengan alat lain yang sesuai untuk material
berkayu.
Dengan menggunakan skalpel steril, pindahkan jaringan-jaringan dengan hati-hati dari
tepi utama luka ke permukaan bagian dalam yang baru disingkap. Dengan menggunakan pinset
steril pindahkan potongan jaringan yang panjangnya 3–5 mm ke cawan Petri yang berisi media
agar-agar air leding atau media agar-agar lain yang sesuai. Pada batang yang tipis, biasanya
bilur terbatas pada jaringan luar, atau tidaklah mungkin untuk mengambil contoh jaringan
bagian dalam. Dalam hal ini, potongan-potongan kecil jaringan sebaiknya diambil dari tepi
bilur dengan menggunakan skalpel steril, permukaan disterilkan (1–3 menit dalam natrium
hipoklorit 10%), dicuci dengan air steril, dan disimpan pada permukaan agar-agar.
Dari akar
Cucilah akar-akar yang kecil dan halus untuk menghilangkan tanah yang berlebihan,
kemudian taruhlah di dalam mangkuk yang bagian dasarnya rata atau cawan Petri berisi 2–3 cm
air, sehingga bagian akar yang berpenyakit mudah dilihat. Pisahkan akar-akar itu dengan
skalpel atau sepasang pinset. Selanjutnya, potonglah bagian akar yang mengarah ke tepi
luka/bilur (sebaiknya panjangnya sekitar 5 mm) dengan menggunakan skalpel atau gunting
16
steril. Sterilisasi permukaan juga dapat dilakukan sebentar, tetapi dengan material yang halus
seperti itu, cara pencucian yang lama mungkin yang terbaik. Hal ini dapat dilakukan dengan
menaruh potongan-potongan akar dalam saringan yang halus di bawah air leding bersih yang
mengalir secara perlahan selama 30–90 menit. Selanjutnya, dengan menggunakan skalpel atau
sepasang pinset steril, pindahkan potongan akar ke cawan Petri yang berisi media, dengan
menaruh potongan-potongan ke dalam permukaan agar-agar.
Teknik pengenceran
Jamur mungkin dapat diisolasi dari tanah dan dari permukaan tanaman, seperti daun dan
bunga, dengan cara mencucinya, diikuti dengan melakukan satu seri pengenceran untuk
mendapatkan koloni tunggal pada media agar-agar yang sesuai. Media yang kaya hara harus
dihindari, karena menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan mengorbankan
sporulasi. Antibiotik seperti streptomisin sulfat sebaiknya juga ditambahkan ke dalam media
agar-agar untuk menekan pertumbuhan bakteri.
Satu seri pengenceran dalam air steril dapat disiapkan dengan mencuci sedikit tanah
atau material tanaman yang telah ditumbuk halus atau disaring yang dicampur rata dalam 10 ml
air steril dalam botol McCartney yang berukuran 20 mL. Pipet steril kemudian digunakan untuk
memindahkan 1 mL suspensi ini ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL air steril. Pipet steril
yang baru digunakan untuk mengaduk dan memindahkan 1 ml suspensi ini ke tabung kedua
yang berisi 9 mL air steril.
Proses ini berlanjut sampai jumlah pengenceran yang diinginkan telah siap. Sebagian
kecil hasil pengenceran terakhir dipindahkan ke dalam cawan Petri steril berisi agar-agar dan
disebarkan dengan menggunakan batang gelas steril. Cawan Petri itu lalu diinkubasikan sampai
koloni-koloni jamur mulai tampak. Koloni-koloni itu harus segera disubkulturkan ke media
agar-agar yang sesuai sebelum mereka mulai tumbuh saling menutupi satu sama lain.
17
6.6 Isolasi Bakteri
Jika bakteri merupakan patogen utama, sel-sel bakteri dapat ditemukan dalam jumlah
besar bila material dipisahkan dari bagian tepi bilur yang sedang berkembang atau jaringan
pembuluh yang berubah warna. Prosedur dasar untuk menemukan adanya dan mengisolasi
bakteri patogen dari jaringan tanaman adalah sebagai berikut:
1. Cucilah contoh jaringan dengan air leding yang mengalir untuk menghilangkan tanah di
permukaan, debu, dan kontaminan lainnya. Bila material tanaman asal belum ditangani
secara berlebihan, maka sterilisasi permukaan tidak diperlukan. Sterilisasi tidak
diinginkan, terutama untuk material yang hampir kering atau sudah kering. Hal ini
karena zat sterilan cepat menembus jaringan, yang dapat mematikan semua bakteri
secara efektif. Jika diperlukan, pencelupan singkat dalam larutan natrium hipoklorit 1%
sudah cukup untuk mensterilkan sebagian besar material. Setelah perlakuan tersebut,
contoh sebaiknya dibilas dengan air steril.
2. Buatlah irisan yang bersih dari potongan jaringan yang dipilih dari batas antara jaringan
yang sakit dan yang sehat, kemudian taruhlah ke dalam setetes air steril pada kaca
obyek yang telah dilewatkan di atas nyala api. Jaringan- jaringan tanaman yang lebih
tebal, setelah ditaruh pada kaca obyek, sebaiknya dipisah-pisah sebelum dilakukan
pengamatan mikroskopik. Tutuplah perlahan-lahan dengan kaca penutup yang telah
dilewatkan di atas nyala api dan segera amati dengan mikroskop fase kontras pada
perbesaran kira-kira 400x. Menurunkan kondensor atau menutup diafragma bawah
pentas mungkin perlu dilakukan untuk melihat sel-sel bakteri. Gumpalan bakteri akan
mengalir dari bagian tepi potongan, jika bilur itu disebabkan oleh bakteri. Harus hati-
hati agar tidak keliru dalam membedakan material seperti lateks, plastid, atau butir pati
dengan bakteri. Jika aliran bakteri dari tepi potongan jaringan terlihat, kaca penutup
dapat dipindahkan dan satu ose penuh suspensi digoreskan pada media agar-agar yang
sesuai. Kadang-kadang perlu membiarkan jaringan tanaman di dalam air selama
beberapa jam agar cukup banyak sel bakteri keluar dari jaringan, sebelum
menggoreskan suspensi pada media isolasi.
3. Penggoresan sebaiknya dilakukan dengan ose platina yang dibuat dari kawat platina 24
SWG dengan menggosokkan ose yang penuh suspensi pada permukaan cawan agar-
agar. Ada beberapa cara untuk melakukan hal ini. Cara pertama adalah dengan
18
membuat pola berbiku-biku pada kuadran cawan mulai dari tepi. Kuadran-kuadran
berikutnya sebaiknya digoresi masing-masing menutupi kuadran yang terakhir pada
bagian tepinya (Gambar A). Setiap kali sebelum penggoresan, ose sebaiknya dilewatkan
di atas nyala api dan didinginkan dengan menyentuhkannya pada permukaan agar-agar.
Cara kedua adalah menggoreskan satu ose penuh suspensi pada seluruh permukaan
cawan dengan cara menggerakkannya perlahan-lahan dari bagian atas ke bawah dan
pada waktu yang sama menggerakkannya secara cepat dari satu tepi cawan ke tepi yang
lain. Tujuan cara-cara ini adalah untuk memperoleh individu-individu koloni bakteri
yang terpisah dengan baik.
4. Media yang digunakan harus sesuai untuk pertumbuhan patogen yang dicurigai. Setelah
dituangi agar-agar, cawan media isolasi sebaiknya dikeringkan dengan cara membalik
tutup cawan, dan menopang bagian bawahnya pada tepi tutup yang dibalik selama 24
jam dalam inkubator yang bersih atau dengan cara membuka tutup-tutup cawan media
di dalam lemari alir udara (laminar flow) selama 30 menit. Hal ini perlu dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi udara pada agar-agar.
5. Cawan berisi isolat sebaiknya diinkubasi dalam posisi terbalik untuk menghindari
terjadinya kondensasi uap air pada permukaan agar-agar. Kebanyakan bakteri patogen
tanaman tumbuh baik pada suhu 25–28°C.
6. Buatlah modifikasi prosedur di atas berdasarkan pengalaman atau seperti yang
tercantum dalam pustaka.
19
Gambar 2. Cawan goresan isolasi bakteri yang memperlihatkan: 1. Inokulasi massa dari suspensi sel. 2. Goresan permulaan dari inokulasi massa dengan menggunakan ose yang dilewatkan nyala api dan didinginkan. 3. Goresan kedua. 4. Goresan ketiga, koloni-koloni tunggal seharusnya tumbuh di areal ini.
Setelah penggoresan, cawan diinkubasi pada suhu ruangan dan diperiksa setiap hari
selama 4–5 hari atau sampai dengan 10–14 hari jika patogen yang dicurigai tumbuhnya lambat.
Apabila diagnosis dilakukan berdasarkan gejala, patogen yang diharapkan seringkali dapat
langsung dikenal dan dibuat sub-kulturnya, walaupun bakteri-bakteri lain juga ada di dalam
cawan. Dengan spesimen yang baik dari tanaman yang berpenyakit dan potongan-potongan
jaringan yang dipilih dengan baik, seringkali patogen tersebut merupakan satu-satunya
organisme yang ditemukan. Bila lebih dari satu tipe koloni yang tumbuh, kerapatan relatif dari
masing-masing tipe seharusnya dicatat. Organisme yang paling sering diisolasi, terutama jika
diperoleh dari lokasi yang berbeda, perlu diperiksa kembali, kecuali jika dapat langsung dikenal
sebagai saprofit. Pembuatan subkultur hanya dapat dilakukan pada koloni yang terpisah dengan
baik, dan sebaiknya pada agar-agar miring dari media yang sama.
Metode isolasi lainnya mirip dengan yang digunakan untuk jamur. Potongan-potongan
jaringan terinfeksi diletakkan secara langsung pada media agar-agar, dan pertumbuhan bakteri
terjadi di sekitar potongan jaringan. Jika terdapat saprob, maka pertumbuhan mikrob besar
kemungkinannya sebagian besar terdiri atas saprob, sehingga patogen yang tumbuhnya lamban
akan hilang. Dengan alasan ini, maka metode ini sebaiknya hanya dapat digunakan jika metode
pengenceran dianggap tidak sesuai.
1
2
3
4
20
VII. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DENGAN
METODE SUMUR DIFUSI
Pengujian dilakukan dengan menguji aktivitas antibakteri antibiotika Levofloxacin,
Natrium Hipocloride 1%, dan Detergent (Sunlight, Dettol, dll) terhadap bakteri yang diisolasi
dari buah dan sayuran yang busuk. Petri yang telah berisi 10 ml media PDA dan 1000 µl
suspensi bakteri dibiarkan memadat. Setelah padat sumur difusi dibuat masing-masing
sebanyak 2 buah pada setiap Petri dengan menggunakan cork borer. Setiap sumur difusi diisi
dengan 20 µl antibiotika Levofloxacin, Natrium Hipocloride 1%, dan Detergent diinkubasi
selama 24 jam. Setelah 24 jam, kita bisa mengetahui apakah antibiotika Levofloxacin, Natrium
Hipocloride 1%, dan Detergent bersifat antibakteri. Apabila di sekitar sumur difusi terdapat
zona bening maka hal ini berarti bahwa zat yang kita gunakan bersifat antibakteri. Menurut
Ardiansyah (2005), jika zona bening ≥ 20 mm (daya hambat sangat kuat), 10–20 mm (daya
hambat kuat), 5-10 mm (daya hambat sedang), dan < 5 mm (daya hambat kurang atau lemah).
Gambar 3. Pengaruh Antibiotika Levofloxacin, Natrium Hipocloride 1%, dan Detergent
terhadap Pertumbuhan Bakteri.
21
VIII. PEMBUATAN LARUTAN MIKROORGANISME LOKAL
(MOL)
8.1. Kompetensi Dasar
1. Mengenalkan cara pembuatan MOL dari berbagai bahan dasar kepada mahasiswa
2. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa menetapkan sifat biologi larutan
MOL
8.2. Pendahuluan
Pembuatan mikroorganisme lokal (MOL), dapat diperoleh dari bongkol pisang, limbah
sayur atau buah, nasi basi, rebung bambu, pangkal batang rumput gajah dan daun gamal, serta
limbah organik lainnya. Bahan ini dihancurkan dengan blender kemudian direndam dalam air
kelapa selama 14-21 hari sehingga terbentuk stater Mol yang banyak mengandung mikroba
perombak. Air kelapa merupakan sumber mineral sedangkan bonggol pisang, limbah sayur atau
buah, rebung, rumput gajah atau daun gamal sebagai sumber hara dan energi, serta mikroba
stater pembuatan bio urine dan kompos. Mikroba starter (MOL) diperoleh dengan cara
memfermentasikan bahan-bahan tersebut di atas dalam jerigen tertutup berisi 10 Liter air
kelapa dimasukkan cincangan bahan MOL seberat 2500 gram, kemudian botol ditutup dan di
inkubasi selama 2 minggu sambil dikocok setiap hari. Setelah itu akan tampak bahan MOL
hancur. Selanjutnya larutan diambil dan disaring untuk mendapatkan cairan bening yang akan
digunakan sebagai starter pembuatan kompos.
8.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jeriken, botol air mineral besar dan
tanggung, selang plastik, pisau,timbangan, sedangkan bahan yang diperlukan diantaranya air
kelapa, daun intaran, daun salam, daun lamtoro, daun pahitan, buah-buahan dan sayuran busuk,
gula aren/pasir, terasi, taoge,dan air.
8.4 . Prosedur
1. Tumbuk/cincang bahan dasar MOL (daun intaran, daun salam, daun lamtoro, daun pahitan,
buah-buahan dan sayuran busuk)
2. Masukkan sebanyak 200 g bahan dasar MOL ke dalam 1 liter air kelapa dalam botol air
mineral
22
3. Tambahkan masing masing 100 g gula, terasi dan taoge ke dalam larutan di atas, kocok
merata, kemudian tutup botol dan dihubungkan dengan botol yang sudah berisi air
secukupnya menggunakan selang plastik kecil.
4. Inkubasi selama dua mimggu sambil dikocok dan diamati sifat fisik MOL setiap hari.
5. Tentukan jumlah populasi total jasad mikro, populasi bakteri, populasi jamur dan rasio C/N
larutan MOL.
Gambar 4. Larutan MOL sudah siap difermentasikan (Suwastika dkk., 2013)
A.A.N.G.Suwastika, 2013
23
DAFTAR PUSTAKA
Anas,I. 1989. Petunjuk Praktikum. Biologi Tanah dalam Praktek. Depdikbud Dirjen Dikti PAU Bioteknologi IPB, Bogor. Barker, K. 1998. At The Bench, A Laboratory Navigator. Cold Spring Harbor Laboratory
Press, New York. Barrow, G.I. & R.K.A. Feltham. 1993. Cowan and Steel’s, Manual for the Identification of
Medical Bacteria. Cambridge University Press, New York. Beishir, L. 1991. Microbiology in Practice : A Self Instructional Laboratory Course. Harper
Collins Publisher Inc., New York. Hadiutomo, R.S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Gramedia, Jakarta. Juhnke, M. E., Mathre, D. E., and Sands, D. C. 1987. Identification and characterization of
rhizospherecompetent bacteria of wheat, Appl. Environ. Microbiol., 53, 2793,. Subadiyasa, N.N; A.A.N.G. Suwastika; A.A. I. Kesumadewi; N. N. Soniari;N.W. S.Sutari; I W.
D. Atmaja, . 2013. Panduan Blok Praktikum (Teknologi Biologi Tanah Dalam Menunjang Pembangunan Pertanian Berkelanjutan). Jurusan/Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.
Postgate, J. R. 1969. Viable counts and viability, in Methods in Microbiology, Vol. 1, Norris,
F. N. and Ribbons, D. W., Eds., Academic Press, New York, 611. Suwastika, A.A.N.G.;K. Khalimi.; T.A Fabiola; & N.W.S.Sutari. 2012. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi Pertanian. Jurusan/Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.
Suwastika, A.A.N.G.; N.W.S. Sutari; A.A.A.A.S. Sunari; N.N.Soniari; & I W.D. Atmaja.
2013. Pengolahan Limbah Pertanian dan Kerajinan menjadi Pupuk Organik Berkualitas di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar. Udayana Mengabdi. Journal of Community Services. Vol. 12. No.1.