PENINGKATAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI...
Transcript of PENINGKATAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI...
PENINGKATAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT PASIEN TN. D MENJALANI RAWAT INAP
DENGAN KEADAAN BEDREST
DI RSUD Dr. SLAMET KABUPATEN GARUT
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Program Diploma III pada Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Bandung
HENI HERLIYANI MULYANA
P17325112030
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2015
ii
LEMBAR PENGUJIAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul
PENINGKATAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT PASIEN TN. D MENJALANI RAWAT INAP
DENGAN KEADAAN BEDREST
DI RSUD Dr. SLAMET KABUPATEN GARUT
Diujikan pada hari Selasa tanggal 4 bulan Agustus tahun 2015
Penguji 1
Isa Insanuddin, S.Si.T., M.Kes
NIP. 1962 06 26 1982 11 1001
Penguji 2
Hera Nurnaningsih, S.Si.T., M.Kes
NIP. 1975 10 04 1996 03 2001
Penguji 3
Drg. Dewi Sodja Laela, M.Kes
NIP. 1965 07 09 1993 12 2001
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah
PENINGKATAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT PASIEN TN. D MENJALANI RAWAT INAP
DENGAN KEADAAN BEDREST
DI RSUD Dr. SLAMET KABUPATEN GARUT
Telah disetujui dan disahkan pada hari ....... tanggal .... bulan ............. tahun 2015
Pembimbing
Drg. Dewi Sodja Laela, M.Kes
NIP. 1965 07 09 1993 12 2001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Bandung
Drg. Hj, Hetty Anggrawati K,M.Kes, AIFO
NIP. 1956 10 05 1987 12 2001
iv
PENINGKATAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT PASIEN TN. D MENJALANI RAWAT INAP
DENGAN KEADAAN BEDREST
DI RSUD Dr. SLAMET KABUPATEN GARUT
Heni Herliyani Mulyana 1) , Dewi Sodja Laela
2)
Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Bandung
ABSTRAK
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dapat dilaksanakan oleh semua
orang, bahkan orang yang sakit hingga mengalami bedrest. Bedrest dilakukan
untuk alasan terapeutik yang ditandai dengan berkurangnya pergerakan tubuh dan
berada di tempat tidur dalam jangka waktu yang tidak ditentukan, tergantung pada
penyakit dan keadaan kesehatan pasien sebelumnya. Hal ini berhubungan dengan
perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan perilaku pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut pasien bedrest, untuk mendapatkan gambaran keadaan
umum pasien bedrest, mendapat gambaran status kesehatan gigi dan mulut pasien
bedrest serta mendapat gambaran perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
pasien bedrest di RSUD Dr. Slamet Garut, sebelum dan setelah diberikan
penyuluhan. Metode penulisan yang dipakai adalah laporan kasus. Data yang
diperoleh berdasarkan hasil anamnesa dan observasi yang dilakukan selama tujuh
hari menunjukkan keadaan umum pasien adalah bedrest atau tirah baring sebagian
post operasi fraktur tulang bahu sebelah kiri dan kondisinya cukup baik. Hasil
pemeriksaan intra oral, pasien memiliki Indeks Pengalaman Karies (DMF-T)
sebanyak 7 gigi. Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut (OHI-S) rata-rata adalah
sedang. Dalam kurun waktu tujuh hari, tidak dapat merubah perilaku pasien
karena perubahan perilaku membutuhkan waktu paling sedikit selama 21 hari
yang dilakukan secara intensif. Namun, dalam penelitian ini terlihat adanya
peningkatan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien yaitu dalam
hal meyikat gigi. Perilaku pasien dalam hal menyikat gigi, sebelum diberikan
penyuluhan kurang baik dan setelah dilakukan penyuluhan perilakunya dalam
menyikat gigi menjadi lebih baik. Pasien mulai menyikat gigi dengan teknik dan
waktu yang tepat. Sebaiknya, perawat dapat memotivasi setiap pasien agar selalu
menjaga kesehatannya terutama kesehatan gigi dan mulut, disamping kesehatan
secara umum.
Kata Kunci : Bedrest, Pemeliharaan, Perilaku
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Sang Pencipta, yang tiada lain
hanyalah Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya serta
shalawat dan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “PENINGKATAN PERILAKU
PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PASIEN TN. D
MENJALANI RAWAT INAP DENGAN KEADAAN BEDREST DI RSUD Dr.
SLAMET KABUPATEN GARUT”.
Karya tulis ilmiah ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III (D-III) Jurusan Keperawatan
Gigi Politeknik Kesehatan Bandung.
Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan orang lain
karena penulis mempunyai keterbatasan tertentu. Penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, Pencipta yang Maha Esa, pemberi kemudahan dan kelancaran
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
2. Dr.Ir.Osman Syarief, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan Bandung
3. Drg. Hj. Hetty Anggrawati Kusumah, M.Kes, AIFO selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung
4. Drg. Dewi Sodja Laela, M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran selama proses penyusunan karya tulis
ilmiah ini
vi
5. Hera Nurnaningsih, S.Si.T., M.Kes dan Isa Insanuddin, S.Si.T., M.Kes selaku
dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis
6. Drg. Nurhayati, M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan perhatian, pengarahan dan motivasi
7. Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung
8. Kedua orang tua tercinta atas kasih sayang, perjuangan dan doa yang tiada
henti selama ini. Tak lupa kedua adik tersayang, Nuroniah Maharani dan
Rendi Febriyana, serta nenek dan kakek yang selalu mendoakan dan
mengajari banyak hal kepada penulis
9. Kepala RSUD Dr. Slamet Garut yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian dan Tn. D yang telah bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
Tentu karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
mendatang.
Akhir kata, semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya, khususnya bagi penulis sendiri. Mohon maaf bila ada kata-kata
yang kurang berkenan di hati para pembaca.
Bandung, Agustus 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1. Tujuan Umum .............................................................................................. 3
2. Tujuan Khusus ............................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5
A. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut ...................................... 5
1. Perilaku ........................................................................................................ 5
2. Pengertian Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut .................................. 6
3. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut ...................................... 6
4. Standar Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut ....................................... 8
B. Rawat Inap ................................................................................................. 10
1. Pengertian Pasien ....................................................................................... 10
2. Rawat Inap ................................................................................................. 11
3. Bedrest ....................................................................................................... 11
4. Macam-macam Bedrest ............................................................................. 12
C. Status Kesehatan Gigi dan Mulut .............................................................. 13
1. Status Kesehatan Gigi dan Mulut .............................................................. 13
2. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pasien Bedrest ...................................... 14
BAB III PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN KEADAAN BEDREST ..................... 15
A. Data Pasien................................................................................................. 15
viii
B. Uraian Kasus .............................................................................................. 15
C. Kronologi Kasus ........................................................................................ 17
D. Pemeriksaan Awal ..................................................................................... 18
1. Index Kebersihan Gigi dan Mulut (OHI-S) ............................................... 18
2. Status Kesehatan Gigi ................................................................................ 19
3. Index Pengalaman Karies .......................................................................... 19
E. Penatalaksanaan Kasus .............................................................................. 20
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................ 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 34
A. Kesimpulan ................................................................................................ 34
B. Saran .......................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Pemeriksaan
Lampiran 2 : Lembar Ceklist Observasi
Lampiran 3 : Informed Consent
Lampiran 4 : Surat Pengantar Penelitian dari Jurusan Keperawatan Gigi
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan secara umum
yang perlu diperhatikan oleh masyarakat. Oleh karena itu, kesehatan gigi
dan mulut harus sangat diperhatikan (Radiah dkk, 2013).
Kesehatan gigi dan mulut dapat dipelihara, salah satunya yaitu
menyikat gigi dengan baik dan benar. Pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut merupakan tindakan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut
agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut (Radiah dkk, 2013).
Menurut hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013, yang
dimaksud dengan perilaku benar dalam menyikat gigi sangat berkaitan
dengan faktor gender, ekonomi, dan daerah tempat tinggal. Ditemukan
sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi
maupun mandi sore, (76,6%). Menyikat gigi dengan benar adalah setelah
makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya
2,3%. Dari data tersebut, diketahui bahwa perilaku pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih buruk.
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat dilaksanakan oleh
semua orang, baik orang yang sehat maupun sakit bahkan bedrest (istirahat
atau berbaring). Bedrest adalah istirahat di tempat tidur yang ditandai
dengan berkurangnya pergerakan tubuh, pembatasan gerak fisik dan
2
pergerakan yang terbatas (Kusnanto, 2006). Dalam keadaan sehat, banyak
upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilakukan seperti
menyikat gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor (Sutjipto dkk, 2013).
Sedangkan, dalam keadaan bedrest mobilisasinya akan terhambat. Ada
salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membantu orang yang bedrest
untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan gigi untuk memotivasi agar dapat memelihara
kesehatan gigi dan mulut dengan efektif (Bastian, 2010).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis ketika
melakukan PBL (Praktek Belajar Lapangan) di Rumah Sakit Sariningsih
Bandung, bulan Oktober 2014, pada beberapa orang pasien rawat inap
yang mengalami bedrest pasca operasi, didapatkan data bahwa rata-rata
indeks kebersihan gigi dan mulut atau OHI-S (Oral Hygiene Index
Simplified) sedang hingga buruk, serta memiliki indeks pengalaman karies
atau DMF-T (Decay Missing Filling Teeth) ≥ 2. Data tersebut didukung
juga oleh hasil observasi yang dilakukan mahasiswa Poltekkes Bandung
dan didapat hasil 6 dari 8 pasien bedrest memiliki oral hygiene yang buruk
serta index DMF-T ≥ 2. Hal tersebut menunjukkan kesehatan gigi dan
mulut pasien buruk yang berkaitan dengan kurangnya pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut. Dengan demikian, berdasarkan pemaparan
diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Peningkatan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pasien Tn.
3
D menjalani Rawat Inap dengan keadaan Bedrest di RSUD Dr. Slamet
Kabupaten Garut.”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana peningkatan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut pasien Tn. D menjalani rawat inap dengan keadaan bedrest di
RSUD Dr. Slamet Kabupaten Garut ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya peningkatan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut pasien Tn. D menjalani rawat inap dengan keadaan bedrest
di RSUD Dr. Slamet Kabupaten Garut.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapat gambaran keadaan umum pasien Tn. D yang mengalami
bedrest di RSUD Dr. Slamet Kabupaten Garut.
b. Mendapat gambaran status kesehatan gigi dan mulut pasien Tn. D
yang mengalami bedrest di RSUD Dr. Slamet Kabupaten Garut.
c. Mendapat gambaran perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut pasien Tn. D yang mengalami bedrest di RSUD Dr. Slamet
Kabupaten Garut, sebelum dan setelah diberikan penyuluhan.
D. Manfaat Penelitian
Untuk dijadikan sebagai dasar penelitian tentang peningkatan
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien Tn. D yang
menjalani rawat inap dengan keadaan bedrest di RSUD Dr. Slamet
4
Kabupaten Garut dan sebagai gambaran bagi tenaga kesehatan gigi dalam
upaya mewujudkan kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
1. Perilaku
Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap
stimulasi yang berasal dari luar dan atau dari dalam dirinya (Ali,
2010). Para penganut teori perilaku Skinner percaya bahwa perilaku
adalah respons terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima
dari respons tersebut. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus
ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2012).
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (covert). Misal, seorang ibu hamil tahu pentingnya
periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat
menular melalui hubungan seks dan sebagainya.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Misal, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau
membawa anaknya ke Puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB
paru minum obat secara teratur dan sebagainya.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku
kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
6
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta
lingkungan (Notoatmodjo, 2012).
2. Pengertian Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan dan
merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang
memerlukan penanganan segera sebelum terlambat dan dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Pola pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut merupakan tindakan untuk memelihara
kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut.
Tindakan tersebut berupa mengurangi konsumsi makanan kariogenik,
memperbanyak konsumsi sayur dan buah, menggosok gigi sesudah
makan dan kunjungan rutin kedokter gigi setiap 6 bulan sekali (Radiah
dkk, 2013).
3. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Pada orang sehat
Perilaku memegang peranan yang penting dalam
mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung,
perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal,
maka harus dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat
dimulai dari memperhatikan diet makanan, jangan terlalu banyak
makan makanan yang mengandung gula dan makanan yang
lengket. Pembersihan plak dan sisa makanan yang tersisa dengan
7
menyikat gigi, teknik dan caranya jangan sampai merusak struktur
gigi dan gusi. Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang
berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak
bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal infeksi. Kunjungan
berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali baik ada keluhan
ataupun tidak ada keluhan (Sihite, 2011).
b. Pada orang sakit (bedrest)
Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik
akan sangat berperan dalam menentukan derajat kesehatan dari
masing-masing individu. Jika seseorang sakit, biasanya masalah
kesehatan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena mengganggap
masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal
tersebut kurang diperhatikan dapat mempengaruhi kesehatan secara
umum terutama pasien immobilisasi atau keterbatasan gerak fisik
(Damayanti, 2010).
Pasien immobilisasi di Rumah Sakit memerlukan perawat
dan peralatan untuk membersihkan diri mereka sendiri di tempat
dimana orang dengan keluhan kesehatannya (penyakit) datang
berobat. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang
tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya
(Damayanti, 2010).
8
Pasien immobilisasi post operasi fraktur cenderung
mengalami bedrest sehingga pemenuhan kebutuhan personal
hygiene pasien sangat penting untuk diperhatikan untuk mencegah
berbagai dampak yang timbul akibat keadaan immobilisasi pasien.
Sejalan dengan pendapat Potter, 2005 dalam Pratiwi, 2008 jika
pasien tidak mampu melakukan personal hygiene maka tugas
perawat memberikan bantuan dan mengajarkan keluarga dalam
melaksanakan pemenuhan kebutuhan personal hygiene dari pasien.
Pendidikan kesehatan gigi merupakan metode untuk
memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan
efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak dianggap sebagai instruksi
dokter tetapi lebih merupakan dorongan atau ajakan agar pasien
sadar akan pentingnya kebersihan mulut (Bastian, 2010).
4. Standar Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Prosedur Menyikat Gigi
Alat dan Bahan yang harus dipersiapkan (Laela, 2012) :
1. Adanya pasien rawat inap
2. Adanya alat pemeriksaan
3. Adanya sikat gigi dan pasta gigi
4. Adanya gelas plastik berisi air
5. Adanya bengkok besar
6. Adanya tissue
9
Cara menyikat gigi (Kusumawardani, 2011) :
1. Kumur-kumur
2. Membubuhi pasta gigi secukupnya yang telah dibasahi terlebih
dahulu
3. Menyikat gigi sampai bersih
a. Membersihkan permukaan luar gigi dengan gerakan naik turun
dari bagian depan gigi seri, baik yang atas maupun bawah
b. Membersihkan permukaan gigi bagian luar yang menghadap ke
pipi dengan gerakan memutar. Lakukan pada kedua sisi
c. Membersihkan permukaan kunyah gigi pada lengkung gigi
sebelah kanan dan kiri dengan gerakan maju mundur
d. Membersihkan permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah
dan langit-langit dengan gerakan menarik dari gusi ke arah
mahkota gigi. Lakukan pada rahang atas terlebih dahulu dan
dilanjutkan dengan rahang bawah
e. Membersihkan lidah dari belakang ke depan
f. Berkumur
10
Hal yang harus diperhatikan dalam menyikat gigi (Kusumawardani, 2011):
1. Menyikat gigi dengan lembut
2. Menyikat seluruh permukaan gigi
3. Menyikat gigi secara berurutan agar tidak ada bagian yang terlewat
4. Menggunakan pasta gigi mengandung fluoride
5. Pemilihan sikat gigi yang benar (gagang lurus, kepala sikat sesuai
dengan mulut, bulu sikat halus)
6. Menyikat gigi 2x sehari (pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur)
7. Menjaga kebersihan sikat gigi
B. Rawat Inap
1. Pengertian Pasien
Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima
perawatan medis. Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan
kata patient dari bahasa Inggris. Patient diturunkan dari bahasa Latin
yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang
artinya “menderita”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pasien adalah orang sakit (yang dirawat dokter), penderita
(sakit). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa pasien adalah
setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. Dari
11
beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pasien
yaitu (Husna, 2012) :
a. Setiap orang
b. Menerima atau memperoleh pelayanan kesehatan
c. Secara langsung maupun tidak langsung
d. Dari tenaga kesehatan
2. Rawat Inap
Rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit
dimana penderita tinggal atau mondok sedikitnya satu hari
berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah
sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. Rawat inap adalah
pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa,
pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di
ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan
swasta serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang karena
penyakitnya penderita harus menginap (Mahesa, 2009).
3. Bedrest
Menurut Kozier dalam Kusnanto, 2006:2 bedrest adalah
istirahat di tempat tidur yang ditandai dengan berkurangnya
pergerakan tubuh, pembatasan gerak fisik dan pergerakan yang
terbatas. Perubahan posisi tubuh yang terbatas ini ditandai dengan
hilangnya kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan yang
ada, contohnya: pada pasien yang melakukan bedrest lama tidak dapat
12
mempertahankan tekanan darahnya saat tiba-tiba duduk. Immobilisasi
yang lama (prolonged bedrest) dapat terjadi karena sakit, pasca-
operasi, fraktur, cedera olahraga dan lain sebagainya.
4. Macam-macam Bedrest
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM), yang diakses dari www.obgyn-rscmfkui.com, ada
bermacam-macam kategori bedrest. Ada yang memang benar-benar
harus beristirahat di tempat tidur dan tidak boleh melakukan aktivitas
apapun, ada yang diizinkan untuk ke kamar mandi sendiri, bahkan ada
yang hanya diminta untuk mengurangi aktivitasnya dan hanya
beristirahat di tempat tidur dalam periode yang lebih singkat.
Artikel yang ditulis oleh Fenita Agustina pada tahun 2014,
menyebutkan bahwa ada tiga tipe bedrest, yaitu sebagai berikut.
a. Bedrest Modifikasi
Ibu hamil harus terus menerus berada di tempat tidur, tapi masih
diperbolehkan beraktivitas ringan.
13
b. Bedrest Ketat
Ibu hamil harus berada di tempat tidur atau sofa, tidak boleh
bergerak terlalu banyak dan hanya boleh turun dari tempat tidur
ketika ke kamar mandi saja.
c. Bedrest Lengkap
Ibu hamil harus beristirahat total di rumah sakit, tidak boleh turun
dari tempat tidur, buang air kecil menggunakan pispot dan
mewajibkan ibu hamil berbaring dengan aturan posisi tertentu,
seperti berbaring pada salah satu sisi tubuh saja untuk mengurangi
tekanan dari rahim terhadap serviks.
C. Status Kesehatan Gigi dan Mulut
1. Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi mulut klien yang
terdapat dalam satu rentang (kontinum) yang dimulai dari kondisi
kesehatan yang optimal sampai kepada kondisi sakit. Status kesehatan
gigi meliputi pemeriksaan karies dan kebersihan gigi dan mulut oleh
karena kedua keadaan ini diderita oleh masyarakat Indonesia (Depkes
RI, 2004).
Menurut Depkes RI (2008), status kesehatan gigi dan
mulut dapat diukur dengan derajat keparahan penyakit gigi dan mulut
masyarakat, untuk itu diperlukan indikator-indikator dan standar
penilaian yang sesuai dengan WHO, seperti indikator kesehatan gigi
dan status periodontal. Indikator status kesehatan gigi untuk menilai
14
karies digunakan indeks DMF-T. Indikator untuk menilai kebersihan
gigi dan mulut yang sering digunakan adalah OHI-S.
2. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pasien Bedrest
Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan
manusia. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan
secara umum yang perlu diperhatikan oleh masyarakat. Oleh karena
itu, kesehatan gigi dan mulut harus sangat diperhatikan. Masalah
kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi adalah karies. Karies
merupakan suatu penyakit yang terjadi pada jaringan keras gigi, yaitu
email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik
yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses terjadinya
karies dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi (Radiah dkk,
2013).
15
BAB III
PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA
PASIEN RAWAT INAP DENGAN KEADAAN BEDREST
A. Data Pasien
Nama : Tn. D
Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 20 Agustus 1990
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Pasirwangi, Garut
Jenis Kelamin : L
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Golongan Darah : O
B. Uraian Kasus
Pasien bernama Tn. D yang sedang dirawat di RSUD Dr. Slamet
Ruang Cempaka Z5 Garut, mengalami bedrest post operasi dengan kasus
fraktur (patah tulang). Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi
disintegritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi
faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap
kejadian fraktur. Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur
tulang berupa retakan, pengisutan atau patahan yang lengkap dengan
fragmen tulang bergeser (Novelandi, 2011).
16
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan
dengan umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Mobilisasi
yang lebih banyak dilakukan oleh laki-laki menjadi penyebab tingginya
risiko fraktur. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering
mengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan dengan
meningkatnya insidens osteoporosis yang terkait dengan perubahan
hormon pada menopause (Novelandi, 2011).
Faktor etiologi fraktur adalah peristiwa yang dapat menyebabkan
terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma (kekerasan) yang meliputi
kekerasan langsung , tidak langsung dan kekerasan akibat tarikan otot serta
peristiwa patologis yang meliputi kelelahan atau stres fraktur dan
kelemahan tulang. Beberapa faktor yang berhubungan dengan orang yang
mengalami fraktur atau patah tulang antara lain dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, aktivitas olah raga dan massa tulang (Novelandi, 2011).
Klasifikasi fraktur berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan
sekitar, dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Novelandi, 2011) :
1. Fraktur tertutup (closed), yaitu bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (open/compound), yaitu bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya luka di bagian kulit.
17
C. Kronologi Kasus
Responden pada penelitian ini adalah pasien rawat inap di RSUD
Dr. Slamet Garut. Pasien Tn. D yang dirawat inap di ruang Cempaka bed
5, pertama kali datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Slamet
Kabupaten Garut pada hari Kamis tanggal 9 Juli 2015 dengan keluhan
terdapat luka dan terasa nyeri pada bagian bahu sebelah kiri. Setelah
dilakukan diagnosa oleh dokter, Tn. D yang berusia 24 tahun mengalami
fraktur tulang bahu sebelah kiri atas. Dokter telah melakukan tindakan
operasi pada hari Kamis tanggal 9 Juli 2015 pukul 16.45 Wib, karena
kasus tersebut dapat mengganggu aktivitas pasien. Operasi dilakukan
selama ± 1 jam. Setelah selesai operasi, kondisi pasien setengah sadar dan
diberi obat-obatan seperti antibiotik, analgetik dan semacam obat anti
inflamasi.
Pada hari Jumat tanggal 10 Juli 2015, kondisi pasien tirah baring
(bedrest) sebagian. Pada post operasi hari pertama ini, pasien diberi
perawatan seperti injeksi dan pemasangan kateter.
Pada hari Sabtu tanggal 11 Juli 2015 dan hari Minggu tanggal 12
Juli 2015, kondisi pasien sudah lebih baik. Kemudian, pada hari Senin
tanggal 13 Juli 2015, dokter melakukan pengecekan kesehatan.
Pada hari Selasa tanggal 14 Juli 2015 dan hari Rabu tanggal 15 Juli
2015, pasien dianjurkan untuk melakukan mobilitas ringan secara perlahan
dan hari Kamis tanggal 16 Juli 2015, pasien sudah diizinkan pulang karena
kondisinya sudah lebih baik dengan syarat perban atau bantalan pada
18
lengan dan bahunya harus tetap terpasang dan tidak boleh terkena air.
Pasien diberikan penyuluhan kesehatan, dibekali obat seperti analgetik dan
dianjurkan untuk kontrol satu minggu kemudian.
D. Pemeriksaan Awal
1. Index Kebersihan Gigi dan Mulut (OHI-S)
Gigi Index
a. Sebelum Menyikat Gigi
Debris Index
Skor DI = Error! Reference source not found.
Kriteria : buruk
Kalkulus Index
Skor CI = Error! Reference source not found.
OHI-S = Error! Reference source not found.
Kriteria : buruk
b. Setelah Menyikat Gigi
Debris Index
16 11 26
46 31 36
3 2 3
3 1 2
2 0 1
2 1 2
1 0 1
1 0 1
19
Skor DI = Error! Reference source not found.
Kriteria : sedang
Kalkulus Index
Skor CI = Error! Reference source not found.
OHI-S = Error! Reference source not found.
Kriteria : sedang
2. Status Kesehatan Gigi
KME = Gigi 16, 21, 26 dan 27
KMD = Gigi 24 dan 37
KMP Vital = Tidak ada
KMP Non Vital = Gigi 46
KMA = Tidak ada
Jumlah Karies = 7 gigi
3. Index Pengalaman Karies
def-t DMF-T
d = - D = 7
e = - M = 0
f = - F = 0
def-t = - DMF-T = 7
2 0 1
2 1 2
20
E. Penatalaksanaan Kasus
1. Hari Pertama
a. Pada hari pertama peneliti melakukan anamnesa, kondisi responden
secara umum masih bedrest sebagian. Responden pernah mengalami
permasalahan kesehatan gigi yaitu ngilu pada gigi sebelah kiri bawah
jika mengunyah makanan atau minum yang dingin sejak tiga bulan
yang lalu dan responden merasa giginya berwarna kuning.
b. Responden belum pernah memeriksakan kesehatan gigi dan
mulutnya ke klinik gigi atau pusat kesehatan gigi dan mulut lainnya.
c. Dari hasil anamnesa riwayat kesehatan gigi, waktu dan teknik
menyikat gigi yang biasa dilakukan sehari-hari oleh responden
belum tepat. Responden menyikat gigi 1 kali dalam sehari yaitu pada
saat mandi pagi.
d. Hasil pemeriksaan intra oral memperlihatkan status kebersihan gigi
dan mulut atau Index OHI-S (Oral Hygiene Index Simplyfied)
responden sebelum menyikat gigi memiliki kriteria buruk dan
setelah menyikat gigi memiliki kriteria sedang.
e. Indeks pengalaman karies atau DMF-T yang dialami oleh responden
>2, sehingga perlu diberikan perawatan secepatnya dengan
penambalan untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
f. Peneliti melakukan penyuluhan tentang cara pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut seperti waktu dan teknik menyikat gigi yang tepat,
cara memilih dan memelihara kebersihan sikat gigi, pencegahan
21
penyakit gigi dan mulut serta demonstrasi cara menyikat gigi
menggunakan model gigi.
2. Hari Kedua
a. Pada hari kedua peneliti melakukan kegiatan yang hampir sama
dengan hari pertama. Hasil anamnesa yaitu kondisi responden secara
umum masih lemas dan luka operasi pada bagian bahu sebelah kiri
belum kering.
b. Setelah diberikan penyuluhan yang dilakukan pada hari pertama,
teknik menyikat gigi responden sudah mulai baik walaupun masih
ada bagian yang terlewat. Pada hari kedua ini, responden menyikat
gigi 1x sehari yaitu pagi setelah sarapan.
c. Hasil pemeriksaan intra oral memperlihatkan status kebersihan gigi
dan mulut atau Index OHI-S (Oral Hygiene Index Simplyfied)
responden sebelum dan setelah menyikat gigi sama, yaitu memiliki
kriteria sedang.
d. Peneliti melakukan demonstrasi kembali tentang cara menyikat gigi
dengan menggunakan model gigi, karena pada hasil observasi
menyikat gigi, responden terlihat bingung serta agar responden lebih
memahami tentang teknik menyikat gigi dengan baik.
3. Hari Ketiga
a. Pada hari ketiga peneliti melakukan kegiatan yang hampir sama
dengan hari sebelumnya. Hasil anamnesa yaitu kondisi responden
secara umum sudah lebih baik.
22
b. Teknik menyikat gigi yang dilakukan responden sudah cukup baik
dari hari sebelumnya. Pada hari ketiga ini responden menyikat gigi
2x sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
c. Hasil pemeriksaan intra oral memperlihatkan status kebersihan gigi
dan mulut atau Index OHI-S (Oral Hygiene Index Simplyfied)
responden sebelum dan setelah menyikat gigi sama, yaitu memiliki
kriteria sedang.
4. Hari Keempat
a. Pada hari keempat peneliti melakukan kegiatan yang hampir sama
dengan hari sebelumnya. Hasil anamnesa yaitu kondisi responden
secara umum sudah cukup baik.
b. Teknik menyikat gigi yang dilakukan responden sudah lebih baik.
Pada hari keempat ini, responden menyikat gigi 2x sehari, pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
c. Hasil pemeriksaan intra oral memperlihatkan status kebersihan gigi
dan mulut atau Index OHI-S (Oral Hygiene Index Simplyfied)
responden sebelum dan setelah menyikat gigi sama, yaitu memiliki
kriteria sedang.
23
5. Hari Kelima
a. Pada hari kelima peneliti melakukan kegiatan yang hampir sama
dengan hari sebelumnya. Hasil anamnesa yaitu kondisi responden
sudah membaik dan dianjurkan untuk mobilitas ringan.
b. Teknik menyikat gigi yang dilakukan responden sudah baik. Pada
hari kelima ini responden menyikat gigi 1x sehari, yaitu pagi setelah
sarapan.
c. Hasil pemeriksaan intra oral memperlihatkan status kebersihan gigi
dan mulut atau Index OHI-S (Oral Hygiene Index Simplyfied)
responden sebelum dan setelah menyikat gigi sama, yaitu memiliki
kriteria sedang.
6. Hari Keenam
a. Pada hari keenam peneliti melakukan kegiatan yang hampir sama
dengan hari sebelumnya. Hasil anamnesa yaitu kondisi responden
sudah lebih baik.
b. Teknik menyikat gigi yang dilakukan responden sudah baik. Pada
hari keenam ini responden menyikat gigi 2x sehari, pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur.
c. Hasil pemeriksaan intra oral memperlihatkan status kebersihan gigi
dan mulut atau Index OHI-S (Oral Hygiene Index Simplyfied)
responden sebelum dan setelah menyikat gigi sama, yaitu memiliki
kriteria sedang.
24
7. Hari Ketujuh
a. Pada hari ketujuh peneliti melakukan kegiatan yang hampir sama
dengan hari sebelumnya. Hasil anamnesa yaitu kondisi pasien
responden sudah lebih baik dan sudah diizinkan pulang.
b. Teknik menyikat gigi yang dilakukan responden sudah sangat baik.
Pada hari ketujuh ini responden menyikat gigi 2x sehari, pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur.
c. Hasil pemeriksaan intra oral memperlihatkan status kebersihan gigi
dan mulut atau Index OHI-S (Oral Hygiene Index Simplyfied)
responden sebelum dan setelah menyikat gigi sama, yaitu memiliki
kriteria sedang.
Hasil pemeriksaan intra oral yang dilakukan selama 7 hari adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Indeks Pengalaman Karies
Nama Responden Decay (D) Missing (M) Filling (F) DMF-T
Tn. D 7 0 0 7
Tabel 2. Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut
Debris Indeks (DI) Calculus Indeks (CI) OHI-S
Sebelum
Menyikat
Gigi
Setelah
Menyikat
Gigi
Sebelum
Menyikat
Gigi
Setelah
Menyikat
Gigi
Sebelum
Menyikat
Gigi
Setelah
Menyikat
Gigi
Hari ke-1 2.33
(buruk)
0.67
(sedang) 1.33 1.33
3.67
(buruk)
2.00
(sedang)
Hari ke-2 0.50
(baik) 0.33 (baik) 1.33 1.33
1.83
(sedang)
1.67
(sedang)
Hari ke-3 0.33
(baik) 0.17 (baik) 1.33 1.33
1.67
(sedang)
1.50
(sedang)
Hari ke-4 0.33
(baik) 0.17 (baik) 1.33 1.33
1.67
(sedang)
1.50
(sedang)
Hari ke-5 0.33
(baik) 0.17 (baik) 1.33 1.33
1.67
(sedang)
1.50
(sedang)
Hari ke-6 0.50
(baik) 0.33 (baik) 1.33 1.33
1.83
(sedang)
1.67
(sedang)
Hari ke-7 0.33
(baik) 0.00 (baik) 1.33 1.33
1.67
(sedang)
1.33
(sedang)
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada hari Kamis tanggal 9 Juli 2015, seorang pria bernama Tn. D dengan
usia 24 tahun datang ke RSUD Dr. Slamet Garut dengan keluhan terdapat luka
dan terasa nyeri pada bagian bahu sebelah kiri. Hasil diagnosa dokter
menyebutkan bahwa pasien Tn. D mengalami fraktur pada tulang bahu sebelah
kiri dan harus dilakukan operasi. Pasien Tn. D dirawat di Ruang Cempaka kelas 3
Z5 dan mengalami bedrest post operasi.
Pada hari kedua post operasi yaitu pada tanggal 10 Juli 2015, pasien Tn. D
mengalami bedrest atau tirah baring sebagian dan kondisinya sudah cukup pulih,
sehingga peneliti sudah bisa melakukan anamnesa dan observasi. Sedangkan pada
tanggal 11 Juli 2015 sampai dengan tanggal 15 Juli 2015, kondisi kesehatan
pasien sudah lebih baik dan pada tanggal 16 Juli 2015 pasien sudah diizinkan
pulang, sehingga observasi mengenai kasus perilaku pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut pasien Tn. D ini dilakukan dari tanggal 10 Juli 2015 sampai dengan
tanggal 16 Juli 2015.
Laporan kasus ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien secara
umum yang dapat berpengaruh terhadap perilaku, sehingga dapat diketahuinya
peningkatan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama pasien
menjalani perawatan. Hal ini sejalan dengan teori bahwa kesehatan gigi dan mulut
sangat erat hubungannya dengan perilaku. Perilaku merupakan suatu bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang
menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang
26
berhubungan dengan kesehatan. Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
yang baik akan sangat berperan dalam menentukan derajat kesehatan dari masing-
masing individu (Sutjipto dkk, 2013).
Masalah kesehatan gigi, bila ditinjau dari tingkat kebersihan mulut
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga dan mempertahankan
kesehatan gigi dan jaringan periodontal, sehingga peranan kebersihan gigi dan
mulut dalam upaya peningkatan derajat kesehatan yang optimal sangat perlu
diperhatikan, sebab penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit dengan
prevalensi terbesar dari masalah-masalah kesehatan nasional (Bastian, 2010).
Salah satu upaya dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut seseorang yaitu
dengan menyikat gigi secara benar dan tepat, 2 kali sehari, pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur. Sedangkan menurut Riskesdas 2013, perilaku benar
dalam menyikat gigi pada orang Indonesia hanya 2,3%.
Berdasarkan hasil anamnesa yang dilakukan pada hari pertama, kondisi
umum responden masih dalam keadaan bedrest sebagian, sehingga
memungkinkan untuk melakukan tindakan menyikat gigi sebagai upaya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut walaupun dilakukan di atas tempat tidur.
Pasien yang mengalami bedrest mempunyai keterbatasan pergerakan, namun
kebersihan diri terutama kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang penting
dan biasa dilupakan oleh kebanyakan orang. Hal ini didukung oleh teori yang
disebutkan dalam Pratiwi, 2008 bahwa personal hygiene menjadi penting karena
personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (portal of entry)
mikroorganisme dan mencegah seseorang terkena penyakit. Dengan membantu
27
memelihara personal hygiene perorangan bermanfaat untuk mencegah penyakit-
penyakit tertentu akibat dari penekanan tubuh yang terlalu lama.
Responden bisa meminta wadah untuk menyikat gigi kepada perawat,
biasanya tersedia seperti bengkok. Namun, responden mengatakan tidak bisa
menyikat gigi dalam kondisi sakit dan tangannya yang sedang mengalami cedera.
Padahal, tangan kanannya bisa digunakan untuk menyikat gigi dengan dibantu
oleh keluarga. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran terhadap
pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut. Perawat seharusnya bisa
memotivasi setiap pasien agar jangan mengabaikan kesehatan gigi dan mulutnya,
disamping kesehatan secara umum.
Responden mempunyai kebiasaan menyikat gigi satu kali sehari yaitu pada
saat mandi pagi dan mengatakan takut untuk pergi ke dokter gigi, karena
permasalahan kesehatan gigi yang dialaminya, sehingga responden belum pernah
memeriksakan giginya ke klinik gigi atau pusat kesehatan gigi dan mulut lainnya.
Seharusnya, setelah munculnya permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang
dialami oleh responden, dapat menjadi acuan agar memeriksakan giginya dan
menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dengan baik agar tidak terjadi permasalahan
kesehatan gigi dan mulut yang lebih parah.
Kesadaran orang dewasa untuk datang ke dokter gigi kurang dari 7% dan
pada anak-anak hanya sekitar 4% kunjungan ke dokter gigi (Radiah dkk, 2013).
Dalam hal ini orang tua atau keluarga terdekat penting untuk membimbing
individu agar berperilaku hidup sehat. Seperti teori yang dikemukakan oleh
Becker pada tahun 1979 dalam Notoatmodjo, 2012 bahwa perilaku hidup sehat
28
(healthy life style) adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya atau
pola atau gaya hidup sehat (healthy life style). Oleh karena itu, diperlukan
kesadaran dan pengetahuan setiap individu tentang kesehatan gigi dan mulut
melalui program peningkatan kesehatan (promotif) yang biasa dilakukan oleh
tenaga kesehatan di masyarakat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan intra oral responden pada hari pertama,
Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut (OHI-S) sebelum menyikat gigi adalah buruk
dan setelah menyikat gigi adalah sedang, serta memiliki Indeks Pengalaman
Karies (DMF-T) atau gigi berlubang >2 sehingga sudah harus dilakukan
perawatan. Hal tersebut disebabkan karena perilaku dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut antara lain meliputi tindakan menyikat gigi, kumur-kumur dengan
larutan fluor. Tindakan menyikat gigi merupakan hal yang utama dalam upaya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Peran orang terdekat atau masyarakat
sekitar dibutuhkan untuk menjelaskan, memberi contoh, membimbing serta
mendorong individu untuk memiliki perilaku yang baik terutama perilaku dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulut (Sutjipto dkk, 2013).
Pada hari pertama, dilakukan penyuluhan setelah selesai melakukan
observasi terhadap responden. Penyuluhan tersebut dilakukan untuk menambah
pengetahuan responden dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut serta
dilakukan demonstrasi cara menyikat gigi karena melihat hasil observasi menyikat
gigi yang dilakukan oleh responden terlihat belum tepat.
29
Pendidikan kesehatan gigi diperlukan dengan tujuan agar individu mampu
mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang menimpanya. Pendidikan
kesehatan gigi merupakan metode untuk memotivasi pasien agar membersihkan
mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak dianggap sebagai
instruksi dokter tetapi lebih merupakan dorongan atau ajakan agar pasien sadar
akan pentingnya kebersihan mulut (Donna, 2009 dalam Bastian, 2010).
Teori dental hygiene juga menekankan pentingnya peranan upaya
pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi guna meningkatkan status kesehatan
gigi masyarakat secara optimal (Dahlan, 2008). Responden diberikan penyuluhan
cara memelihara kesehatan gigi dan mulut yang meliputi, waktu dan teknik
menyikat gigi dengan tepat, cara memilih dan memelihara kebersihan sikat gigi,
pencegahan penyakit gigi dan mulut serta diajarkan cara menyikat gigi dengan
baik dan benar melalui demonstrasi menggunakan model gigi (phantom).
Responden terlihat antusias dan mau mengikuti apa yang diajarkan. Responden
pun sudah mulai memahaminya, terlihat dari hasil post test yang diberikan dan
responden mampu menjawabnya dengan cukup baik. Dengan penyuluhan tersebut
akan menambah pengetahuan responden dan diharapkan dapat memberi kebiasaan
yang baik, yang jika dilakukan setiap hari dapat merubah perilaku responden
dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya sehingga menjadi lebih baik.
Dalam penelitian yang dilakukan selama 7 hari ini, tidak bisa merubah perilaku
responden karena menurut teori yang dikemukakan dalam Dian, 2013 bahwa
perubahan perilaku membutuhkan waktu paling sedikit 21 hari untuk
mempraktekkan suatu perilaku baru tersebut menjadi suatu kebiasaan.
30
Hasil observasi yang dilakukan pada pertama ini menunjukkan bahwa
responden kurang mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut,
sehingga dapat dikatakan responden belum mampu memelihara kesehatan gigi
dan mulutnya dengan baik, terutama dalam hal menyikat gigi sebagai upaya
pemelihatan kesehatan gigi dan mulut yang paling utama. Pola pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut merupakan tindakan untuk memelihara kesehatan gigi
dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut. Tindakan tersebut berupa
mengurangi konsumsi makanan kariogenik, banyak mengkonsumsi sayur dan
buah, menggosok gigi sesudah makan dan kunjungan rutin ke dokter gigi setiap 6
bulan sekali (Radiah dkk, 2013).
Hasil pemeriksaan OHI-S yang dilakukan pada hari kedua, sebelum dan
setelah menyikat gigi adalah sedang dan hasil observasi menyikat gigi
menunjukkan bahwa responden menyikat gigi dengan teknik yang cukup baik
dibandingkan hari pertama, walaupun masih ada bagian yang terlewat serta
responden terlihat bingung. Oleh karena itu, pada hari kedua ini dilakukan
demonstrasi kembali tentang cara menyikat gigi menggunakan model gigi, agar
responden dapat mengingat kembali dan lebih memahami cara menyikat gigi
dengan baik dan benar.
Adapun hasil pemeriksaan OHI-S yang dilakukan pada hari ketiga sampai
dengan hari ketujuh, sebelum dan setelah menyikat gigi adalah sedang, serta hasil
observasi menyikat gigi responden sudah menunjukkan lebih baik. Responden
juga sudah mulai menyikat gigi secara teratur yaitu dua kali sehari, pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur.
31
Hasil pemeriksaan OHI-S rata-rata sebelum dan setelah responden
melakukan menyikat gigi adalah sedang. Nilai OHI-S responden tidak bisa
menjadi baik karena terdapat kalkulus atau karang gigi. Setidaknya, terjadi
penurunan nilai DI (Debris Index) responden yang semula buruk menjadi baik.
Responden sudah mengetahui cara menyikat gigi dengan tepat sehingga bisa
menurunkan nilai DI (Debris Index). Sedangkan, untuk membersihkan kalkulus
atau karang gigi tersebut harus dilakukan perawatan dengan skeling agar nilai
OHI-S bisa menjadi baik untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut.
Penurunan DI (Debris Index) juga bisa terjadi karena responden sudah
membiasakan menyikat gigi malam sebelum tidur dengan dibantu oleh keluarga
serta adanya asupan buah-buahan berserat selama menjalani perawatan di rumah
sakit, yang juga dapat membantu membersihkan gigi dan mulut. Perilaku yang
ditunjukkan responden sudah cukup baik.
Masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi pada responden yaitu karies
atau lubang gigi dan kalkulus atau karang gigi, seperti pada hasil pemeriksaan
intra oral yang telah dilakukan, disebabkan karena responden mempunyai perilaku
kesehatan yang kurang baik. Perilaku responden yang kurang baik dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut tersebut terjadi karena kurangnya
kesadaran akan pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut, tidak
dibiasakan sejak dini, kurangnya dukungan dan motivasi keluarga dalam
mewujudkan perilaku hidup sehat, kurangnya pendidikan dan pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut serta responden belum pernah memeriksakan
giginya ke dokter atau klinik gigi (Radiah dkk, 2013).
32
Seseorang yang sedang sakit tetap harus bisa memelihara kesehatan
dirinya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Setidaknya, pasien
mengetahui cara yang tepat untuk membersihkan gigi dan mulutnya agar terhindar
dari plak yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit gigi dan
mulut, seperti karies (gigi berlubang) dan kalkulus.
Lingkungan sangat berperan dalam pembentukkan perilaku seseorang, di
samping faktor bawaan. Lingkungan masyarakat dimana individu itu berada akan
ikut berperan dalam pembentukkan perilaku seseorang. Perilaku manusia
merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat,
sikap, reaksi, rasa takut atau cemas, dan sebagainya. Oleh karena itu, perilaku
manusia dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor yang ada dalam diri manusia
atau unsur kejiwaannya (Sihite, 2011). Untuk mengubah perilaku dibutuhkan
peran serta masyarakat dimana individu tersebut berada (Sutjipto dkk, 2013).
Pasien di rumah sakit mungkin mampu bangun dan menyikat gigi serta
mencuci mulut mereka. Bila perawat membawa sikat gigi dan sebaskom air,
pasien dapat duduk di tempat tidur dan menyikat gigi mereka di atasnya. Bila
mungkin, gigi dan gusi harus disikat dengan perlahan memakai sikat halus. Bila
tidak tersedia sikat gigi, pasien dapat mengunyah serat-serat pada ujung batang,
dengan menggunakannya sebagai sikat atau dapat dengan membungkuskan kain
handuk atau kasa pada ujung batang atau jari dan gunakan sebagai sikat gigi.
Pasta gigi dapat membantu tetapi tidak perlu (Monica, 2005). Dengan demikian,
perawat harus selalu memotivasi pasien apalagi dalam keadaan bedrest, agar
33
selalu menjaga kesehatannya, terutama kesehatan gigi dan mulut dan membantu
serta membimbing pasien agar dapat meningkatkan kesehatannya.
Faktor yang terpenting dalam usaha menjaga kebersihan gigi dan mulut
adalah faktor kesadaran dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
secara personal karena kegiatannya dilakukan di rumah tanpa ada pengawasan
dari siapa pun, sepenuhnya tergantung dari pengetahuan, pemahaman, kesadaran
serta kemauan pihak individu untuk menjaga kebersihan mulutnya (Sutjipto dkk,
2013).
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dalam kurun waktu tujuh hari, terlihat adanya peningkatan perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut responden yaitu dalam hal
menyikat gigi. Responden mulai membiasakan menyikat gigi dengan
teknik dan waktu yang tepat.
2. Berdasarkan hasil anamnesa pada tanggal 10 Juli 2015, responden
mengalami bedrest atau tirah baring sebagian. Kondisi kesehatannya
semakin baik dan sudah diizinkan pulang pada tanggal 16 Juli 2015.
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan intra oral, responden memiliki Indeks
DMF-T sebanyak 7 gigi. Pada hari pertama, Indeks OHI-S responden
sebelum menyikat gigi adalah buruk dan setelah menyikat gigi adalah
sedang. Pada hari kedua sampai dengan hari ketujuh, Indeks OHI-S
responden sebelum dan setelah menyikat gigi adalah sedang.
4. Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut responden dalam hal
menyikat gigi, sebelum dilakukan penyuluhan adalah buruk. Setelah
dilakukan penyuluhan, perilakunya dalam menyikat gigi menjadi lebih
baik.
B. Saran
1. Sebaiknya perawat di Rumah Sakit dapat memotivasi pasien agar selalu
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, karena kesehatan gigi dan mulut
merupakan bagian yang penting selain dari kesehatan secara umum.
35
2. Bila ada yang ingin meneliti tentang perubahan perilaku seperti pada kasus
dalam Karya Tulis Ilmiah ini, sebaiknya waktu penelitian dilakukan
minimal 21 hari untuk melihat ada atau tidaknya perubahan perilaku.
3. Untuk kebutuhan penelitian berikutnya, bagi yang berminat meneliti
tentang perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada pasien
bedrest, bisa ditambahkan dengan pola asuh orang tua atau keluarga
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien yang mengalami
bedrest di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2010. Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan. Jakarta : TIM.
Bastian, Widi G. 2010. Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan
Mulut Kelas 4 – 5 di SD 277 Pallatae, diakses dari www.academia.edu
pada tanggal 30 Januari 2015.
Dahlan, Zaeni. 2008. Diktat Konsep Pelayanan Asuhan Asuhan Keperawatan
Gigi. Diktat tidak diterbitkan. Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Depkes
Bandung.
Damayanti, Maria Dwi. 2010. “Efektifitas Tindakan Personal Hygiene Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Imobilisasi Di RS Mardi Rahayu Kudus”,
diakses dari eprints.undip.ac.id pada tanggal 2 Februari 2015.
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), 2014. Alasan Bedrest Pada
Ibu Dengan Penyakit Obstetri Ginekologi, diakses dari www.obgyn-
rscmfkui.com pada tanggal 20 April 2015.
Depkes RI, 2004. Status Kesehatan Gigi dan Mulut, diakses dari
www.pps.unud.ac.id pada tanggal 12 Desember 2014.
__________, 2008. Status Kesehatan Gigi dan Mulut, diakses dari
www.pps.unud.ac.id pada tanggal 12 Desember 2014.
__________. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.
Dian A., Nurdianaturrahma BR., Yulianti, 2013. “Penerapan Pendekatan Positive
Deviance dalam Menanggulangi Masalah Malnutrisi pada Balita Melalui
Program Pos Gizi”, Jurnal IKESMA, Vol. 9, No. 1.
Fenita Agustina. 2014. Manfaat Bedrest Pada Ibu Hamil, diakses dari
www.ibudanmama.com pada tanggal 20 April 2015.
Husna, 2012. Pengertian Pasien Sebagai Konsumen Jasa Pelayanan Kesehatan,
diakses dari repository.usu.ac.id pada tanggal 15 April 2015.
Kusnanto. 2006. “Terapi Latihan dan Bedrest”, diakses dari staff.uny.ac.id pada
tanggal 11 Januari 2015.
Kusumawardani, Endah. 2011. Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta
: Hanggar Kreator.
Laela, Dewi Sodja. 2012. Diktat Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut. Diktat tidak diterbitkan. Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes
Kemenkes Bandung.
Mahesa, Yel. 2009. Gambaran Klaim Bermasalah Gakin dan SKTM Pada
Pelayanan Rawat Inap di RSUD Pasar Rebo Tahun 2008, diakses dari
lib.ui.ac.id pada tanggal 11 Januari 2015.
Monica Ester (Penterjemah). 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Novelandi, R. 2011. Fraktur, diakses dari repository.usu.ac.id pada tanggal 11 Juli
2015.
Pratiwi. 2008. Pelaksanaan Pemenuhan Personal Hygiene Pasien, diakses dari
www.usu.ac.id pada tanggal 11 Januari 2015.
Radiah, Mintjelungan C., dan Mariati NW., 2013. “Gambaran Status Karies dan
Pola Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mahasiswa Asal
Ternate di Manado”, Jurnal e-Gigi (eG), Vol. 1, No. 1:45-51.
Sihite, JN. 2011. Perilaku, diakses dari repository.usu.ac.id pada tanggal 12
Januari 2015.
Sutjipto C., Wowor V.N.S., Kaunang W.P.J., 2013. “Gambaran Tindakan
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia 10 – 12 Tahun di SD
Kristen Eben Haezar 02 Manado”, Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol. 1, No.
1:697-706.
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian
yang akan dilaksanakan dengan judul “PERILAKU PEMELIHARAAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT PASIEN TN. D MENJALANI
RAWAT INAP DENGAN KEADAAN BEDREST DI RSUD Dr.
SLAMET KABUPATEN GARUT”, saya/wali yang bertandatangan
dibawah ini :
Nama :
Usia :
Alamat :
No. Telp :
Bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut, persetujuan
ini diberikan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan penuh rasa tanggung
jawab.
NAMA PENELITI
TANDA TANGAN
(Garut, ........................)
NAMA RESPONDEN/WALI
TANDA TANGAN
(Garut, ........................)
NAMA SAKSI
TANDA TANGAN
(Garut, ........................)