PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …
Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI
MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI KELAS V SDN 216
KOPI – KOPI KECAMATAN BONE – BONE
KABUPATEN LUWU UTARA
YULINIAR
1601414090
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI
METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS V
SDN 216 KOPI – KOPI KECAMATAN BONE – BONE
KABUPATEN LUWU UTARA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada ProgramStudiPendidikan Guru Sekolah Dasar
FakultasKeguruan danIlmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Palopo
YULINIAR
1601414090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
ii
iii
iv
ABSTRAK
Yuliniar. 2020.Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi Melalui Metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas V SDN 216 Kopi – Kopi Kecamatan Bone – Bone Kabupaten Luwu Utara
(dibimbing oleh Sri Damayanti S.dan Sunardin)
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan
(1) untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi melalui metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas V SDN 216 Kopi – Kopi Kecamatan Bone – Bone Kabupaten Luwu Utara.
(2)untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis deskripsi melalui metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas V SDN 216 Kopi – Kopi Kecamatan Bone – Bone Kabupaten Luwu Utara.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi dengan jumlah 15
siswa yang terdiri dari 4 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Teknik
pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi dan tes. Analisis data
menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan menulis karangan deskriptif siswa dapat ditingkatkan melalui
penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada Pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone
Kabupaten Luwu Utara dengan langkah-langkah sebagai berikut:
konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan
penilaian nyata (autentik). Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa melalui penerapan metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa Indonesia
siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi. Hal tersebut dapat dibuktikan pada pra siklus
nilai rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa diperoleh 57,60
dengan persentase ketuntasan 0%, siklus I nilai rata-rata kemampuan menulis
karangan deskripsi siswa diperoleh 67,73 dengan persentase ketuntasan 33,3%
dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata menulis karangan deskripsi
siswa 76,67 dan persentase ketuntasan 80%.
Kata kunci: Menulis deskripsi, Contextual Teaching and Learning (CTL)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat-
Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Menulis Deskripsi Melalui Metode Contextual Teaching and
Learning(CTL) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDN 216 Kopi –
Kopi Kecamatan Bone – Bone Kabupaten Luwu Utara)”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan hingga saat ini akan sangat sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini karena banyaknya tantangan baik dari segi kemampuan
penulis, bahasa, literatur maupun waktu yang tersedia. Akan tetapi, berkat
petunjuk dan arahan dari pembimbing serta pihak-pihak yang mendukung penulis,
maka skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Drs. H. Hanafie Mahtika, M.S., Rektor Universitas Cokroaminoto
Palopo.
2. Dr. Ma’rufi, M.Pd., Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas
Cokroaminoto Palopo.
3. Ibu Dr. Rusdiana Junaid, M.Hum., M.A., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Cokroaminoto Palopo.
4. Ibu Erni, S.Pd.SD.,M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Cokroaminoto Palopo.
5. Ibu Sri Damayanti S., S.S., M.Hum. selaku Pembimbing I atas segala saran
dan kritikan guna pengembangan isi skripsi ini.
6. Bapak Sunardin, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan
kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.
7. Dosen-dosen dan staf Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Cokroaminoto Palopo yang selalu memberikan masukan dan
arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orang tua atas segala perhatian, pengorbanan, kasih sayang serta doa
restunya yang luar biasa buat penulis selama ini.
9. Keluarga tercinta yang telah membantu penulis dengan do’a dan dukungan
dalam berbagai hal.
vi
10. Serta semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu per satu yang
senantiasa membantu selama kuliah hingga skripsi ini selesai.
Semoga arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal
ibadah bagi keluarga, bapak dan rekan-rekan sehingga memperoleh balasan yang
lebih baik dari Allah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan skripsi atau tulisan penulis berikutnya. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan
pikiran untuk perkembangan pendidikan, khususnya Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
Palopo, November 2020
Yuliniar
vii
RIWAYAT HIDUP
YULINIAR, lahir di Banyuurip pada tanggal 19 September
1998, anak kedua dari tiga bersaudara, buah hati dari
pasangan Haeruddin dan Rusmawati.Penulis memulai
pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 178 Bone – Bone
pada tahun 2004 dan berhsil menyelesaikan pendidikannya
pada tahun 2010. Setelah berhasil menyelesaikan studinya di
SD. Selanjutnya penulis penulis melanjutkan pendidikannya pada Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Bone –bone pada tahun 2010 dan berhasuil
menyelesaikannya pada tahun 2013. Setelah berhasil menyelesaikan studinya di
SMP, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya pada Sekolah Menengah
Akhir Negeri 1 Bone – Bone pada tahun 2013 dan berhasil menyelesaikan
pendidikannya pada tahun 2016 dan melanjutkan pendidikannya Universitas
Cokroaminoto Palopo pada tahun 2016 dan mengambil Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Cokroaminoto palopo pada masa perkuliahan penulis selalu mengikuti tata tertib
yang di tentukan oleh birokrasi kampus dan mengikuti setiap perkuliahan yang
telah di programkannya dengan baik.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HASIL UJI SIMILARITI ................................................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ................................................................................... 6
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 21
2.3 Kerangka Pikir ............................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 24
3.3 Subjek Penelitian ............................................................................ 25
3.4 Desain Penelitian dan Rencana Tindakan ...................................... 25
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 29
3.6 Instrumen Penelitian....................................................................... 30
3.7 Teknik Analisis Data ...................................................................... 33
3.8 Indikator Keberhasilan ................................................................... 35
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 36
4.2 Pembahasan ................................................................................... 57
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 64
5.2 Saran .............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66
LAMPIRAN ..................................................................................................... 68
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Kisi-kisi lembar obsevasi pelaksanaan metode Contextual Teaching
and Learning(CTL)…………………………………………………...
Instrumen Keterlaksanaan Langkah-Langkah Metode Contextual
Teaching and Learning (CTL)………………………………………...
Penilaian Karangan Deskripsi…………………………………………
Statistika deskriptif pra siklus kemampuan menulis deskripsi siswa
kelas V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten
Luwu Utara……………………………………………………………
Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216
Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara……..
Observasi Keterlaksanaan Langkah-Langkah Metode Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada Siklus I………………………….
Data Tes Evaluasi Siklus I…………………………………………….
Statistika deskriptif siklus I kemampuan menulis deskripsi siswa
kelas V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten
Luwu Utara……………………………………………………………
Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216
Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara……..
Observasi Keterlaksanaan Langkah-Langkah Metode Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada Siklus II…………………………
Data Tes Evaluasi Siklus II……………………………………………
Statistika deskriptif siklus II kemampuan menulis deskripsi siswa
kelas V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten
Luwu Utara……………………………………………………………
Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216
Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara……..
Rekapitulasi Peningkatan Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siswa
Kelas V SDN 216 Kopi-Kopi…………………………………………
Peningkatan nilai menulis karangan deskripsi dari pra siklus, siklus I,
dan siklus II……………………………………………………………
30
31
33
37
37
40
42
42
43
49
50
51
51
55
56
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.
4
Alur kerangka piker…………………………………………………...
Siklus penelitian tindakan kelas………………………………………
Grafik peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa
kelas V berdasarkan perolehan nilai rata-rata (mean)…………………
Grafik peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa
kelas V berdasarkan ketuntasan (%)…………………………………..
23
26
55
55
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa kebangsaan atau bahasa nasional yang
dimiliki oleh negara Indonesia.Bahasa Indonesia merupakan sebuah alat
komunikasi yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari, baik berupa bahasa lisan
maupun tulisan. Oleh karena itu, pentingnya bahasa dijadikan sebagai cara untuk
mengungkapkan segala sesuatu baik dalam bentuk perasaan, ide, gagasan, pikiran
atau keinginan. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sesuai dengan
kurikulum 2013 yang memiliki tujuan agar setiap siswa memiliki kemampuan
dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan aturan atau
tata cara yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan. Ruang lingkup pada
pembelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa yang terdiri dari
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis.
Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan untuk memberikan
pendapat, dan juga suasana dengan tulisan (Sailo, 2017).Kemampuan menulis
diperlukan penguasaan berbagai unsur bahasa, agar tulisan yang dihasilkan dapat
runtut dan padu.Pembelajaran keterampilan menulis merupakan kegiatan yang
harus dapat menghasilkan produktifitas dari siswa.Keterampilan menulis
merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang dapat
meningkatkan sebuah keterampilan berbahasa pada peserta didik.Keterampilan
menulis karangan deskripsi adalah kemampuan untuk membuat tulisan yang
berhubungan dengan suatu objek yang berbentuk deskripsi.Menurut Finoza dalam
Ayu (2019) teks deskripsi merupakan sebuah bentuk hasil tulisan yang bertujuan
untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan
menggambarkan objek yang sebenarnya.Teks deskripsi digunakan untuk
mendeskripsikan tempat, orang, atau, objek tertentu.Sedangkan menurut
Kemendikbud dalam Ayu (2019), teks deskripsi ialah sebuah teks yang
menggambarkan keadaan (sifat, bentuk, ukuran, warna, dan sebagainya) sesuatu
(manusia atau benda) secara individual dan unik.Teks deskripsi mengutamakan
hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian dari sebuah objek.Dari beberapa
2
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa teks deskripsi adalah tulisan yang
menggambarkan suatu objek tertentu secara unik untuk memperluas pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun
2013 mengenai kurikulum 2013, menyatakan bahwa Kurikulum 2013 pendidikan
kembangkan dengan penyempurnaan pola pikir yang bermaksud untuk
mengembangkan potensi siswa menjadi mampu untuk berpikir reflektif dan
mengembangkan interaksi-interaksi sosial untuk membangun kehidupan
bermasyarakat yang demokratis. Kurikulum 2013 adalah pembelajaran
kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk
mencapai kompetensi sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.
Sampai saat ini, pembelajaran di sekolah-sekolah pada umumnya kurang diminati
oleh siswa-siswa karena dianggap sulit dan kurang menarik.
Hasil pengamatan saat studi awal yang dilakukan peneliti di SDN 216
Kopi – Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara menunjukan ketika
proses pembelajaran berlangsung dengan materi pembelajaran menulis karangan
deskripsi, terlihat peserta didik masih kebingungan dalam menguraikan idenya
pada tulisan. Peserta didik tidak terbiasa belajar dengan media gambar maupun
video atau dengan media belajar seperti buku cerita maupun teks bacaan, sehingga
kegiatan membaca mereka menjadi berkurang dan mengakibatkan penguasaan
kosa kata mereka pun tidak terlalu banyak. Hasil dari beberapa tulisan karangan
deskripsi pada kegiatan pra siklus yang peserta didik tulis masih jauh dari
beberapa indikator penilaian untuk karangan deskripisi sehingga jika dilihat dari
hasil kegiatan menulis karangan deskripsi yang peneliti lakukan saat pra siklus,
sekitar 10 siswa (67%) mendapat nilai di bawah KKM yang seharusnya nilai yang
dicapai minimal 70. Siswa yang mencapai nilai KKM hanya 5 siswa (33%). Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis deskripsi siswa kelas V
masihtergolong rendah.
Berkaca dari beberapa faktor yang menjadi penyebab peserta didik
mengalami kesulitan menulis karangan deskripsi, hal yang utama yaitu
pendekatan yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran tidak mendorong
siswa melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan keterampilan menulis
3
karangan deskripsi.Maka peneliti mengambil upaya dalam peningkatan
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dengan menerapkan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu
proses pembelajaran yang bertujuan membantu siswa untuk memahami materi
pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks
lainnya (Charles, 2018).Teknik pembelajaran menulis deskripsi yang dipilih
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran memahami metode Contextual Teaching
and Learning (CTL) diharapkan mampu dan menarik perhatian dan minat siswa,
serta mendukung kegiatan siswa berkreasi dalam menemukan ide- idenya secara
tertulis dan juga mampu memberi motivasi dengan rangsangan yang baik
membosankan dan menonton.
Realita di atas, mendorong penulis untuk melakukan suatu Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis
Deskripsi Melalui Metode Contextual Teachingand Learning (CTL) Pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VSDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-
Bone Kabupaten Luwu Utara”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan dari latar belakang permaslahan di atas, maka
peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa melalui metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu
Utara?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis deskripsi siswa melalui metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa Indonesia
di kelas V 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan
penelitian di Sekolah Dasar Negeri 216 Kopi-Kopi ini adalah berikut:
1. Untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa melalui metode
Contextual Teaching and Learning(CTL) pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu
Utara.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis deskripsi siswa melalui
metode Contextual Teaching and Learning(CTL) pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu
Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat
teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pelajaran yang inovatif dan
mendukung teori Contextual Teaching and Learning (CTL)
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran menlis dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Menumbuhkan motivasi siswa dalam melakukan kegiatan menulis deskripsi
2) Mengembangkan daya imajinasi siswa
3) Meningkatkan keterampilan menulisn deskripsi siswa
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kualitas guru
2) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis
3) Sebagai sarana untuk membina kreativitas siswa dalam kegiatan menulis
4) Mewujudkan pembelajaran yang inovatif
c. Bagi Peneliti
1) Mengembangkan wawasan dan pengalaman
5
2) Mendapatkan fakta bahwa dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning(CTL) dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa
3) Memberi sumbangan terhadap perhatian pembelajaran menulis deskripsi di
Sekolah Dasar
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
a. Pengertian pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran pentingyang
diajarkan di SD, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan
dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari.Serta bahasa Indonesia
di SD pada hakikatnya yaitu membelajarkan ke peserta didik tentang keterampilan
berbicara yangbaik dan benar sesuai dengan fungsinya. Hal ini sesuai dengan
pendapatZuleha (2015) yang mengatakan bahwa pembelajaran BahasaIndonesia
di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pesertadidik dalam
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik
secara tertulis maupun secara lisan, sertapem belajaran Bahasa Indonesia juga
diharapkan dapat menumbuhkanapresiasi terhadap hasil karya sastra Indonesia.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu.
Pembelajaran secara terpadu seharusnya dilaksanakan sesuai dengan cara anak
memandang dan menghayati dunianya. Oleh karena itu dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat memahami secara rasional serta konsep-
konsep yang terkait dengan pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa
Indonesia merupakan mata pelajaran mendasar yang sudah diajarkan sejak TK
sampai dengan perguruan tinggi. Bahasa Indonesia mempunyai peran penting
dalam proses pembelajaran. Kurikulum bahasa Indonesia di SD mempunyai
karakteristik:
1) Menggunakan pendekatan komunikatif keterampilan proses, tematis integratif,
dan lintas kurikulum.
2) Mengutamakan variasi, kealamian, kebermaknaan fleksibelitas.
3) Penggunaan metode
4) Memberi peluang untuk menggunakan berbagai sumber belajar (Djuanda,
2016).
Pelajaran bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah dasar sejak
kelas 1 SD. Mata pelajaran Bahasa Indonesia diberikan disemua jenjang
7
pendidikan formal.Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia
bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa (belajar
berkomunikasi) dan belajar sastra (belajar menghargai manusia dan nilai-nilai
kemanusiaannya.Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia mengupayakan
peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta
menghargai karya cipta bangsa Indonesia (Hartati, 2015).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu
dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik
dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia denganbaik dan benar, baik
secara tertulis maupun secara lisan.
b. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
Suatu kegiatan tentulah memiliki suatu tujuan yang hendak dicapai, dan
untuk mewujudkan tujuan tersebut memerlukan pengorbanan, dan usaha yang
maksimal dengan segala kemampuan yang ada.Keberhasilan dari tujuan yang
hendak tercapai dalam suatu kegiatan tergantung dengan kesungguh-sungguhan
pelakuan kegiatan dalam menjalankan kegiatan tersebut untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki.Begitu juga dengan suatu pengajaran di sekolah sangat
mempunyai tujuan yang dicapai.
Dengan demikian tujuan ini sesuatu yang diharapkan/ diinginkan dari
subyek belajar, sehingga memberi arah, kemana kegiatan belajar mengajar itu
harus dibawa dan di laksanakan. Tujuan pembelajaran harus diruuskan karena
akan membantu mempermudah guru dalam mendesain program dan kegiatan
pengajaran, memudahkan pengawasan dan penilaian hasil belajar sesuai yang
diharapkan dan memberikan pedoman bagi siswa dalam menyelesaikan materi
dan kegiatan belajar
2. Kemampuan Menulis Deskripsi
a. Pengertian kemampuan menulis deskripsi
Menurut Hasani aceng (2015), menulis merupakan ketrampilan berbahasa
yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara langsung. Komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila
manusia atau binatang ingin berkenan dan berhubungan satu sama lain.Menurut
8
Suparno dan Yunus (2016), kemampuan menulis adalah suatu kemampuan
dimana di dalamnya terdapat serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan
beberapa fase, yaitu pra penulisan (persiapan), fase penulisan (pengembangan isi
karangan, pasta penulisan (penyempurnaan tulisan).
Karangan deskripsi merupakan salah satu jenis karangan yang harus
dikuasai siswa.Karangan ini sudah di perkenalkan sejak SD kelas IV.Oleh sebab
itu siapapun orang yang menjadi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia harus
menguasai karangan deskripsi. Menurut Dalman (2015) mengungkapkan bahwa
karangan deskripsi merupakan suatu karangan yang melukiskan atau
menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-kata secara jelas
dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah turut merasakan atau mengalami
langsung apa saja yang di deskripsikan penulis. Sedangkan menurut Slamet
(2016), deskripsi merupakan ragam wacana yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman,
dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan
terciptanya berimajinasi (daya khayal) membaca sehingga dia seolah-olah melihat,
mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karangan
deskripsi merupakan sebuah tulisan yang menggambarkan sesuatu yang
sebenarnya sehingga si pembaca seolah-olah merasakan situasi yang sebenarnya
sesuai dengan yang dilihat dan dirasakan penulisnya.
b. Ciri-ciri karangan deskripsi
Ciri-ciri karangan deskripsi menurut Dalman (2015) karangan deskripsi
mempunyai cirri khas yaitu sebagai berikut:
1) Deskripsi lebih memperhatikan detail atau perincian tentang objek.
2) Deskripsi bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi
pembaca.
3) Deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata
yang menggugah.
4) Deskripsi memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan
dirasakan, misalnya: benda, alam, warna, dan manusia.
9
c. Macam-macam deskripsi
Macam-macam deskripsi menurut Akhadiah (2016), yaitu:
1) Deskripsi tempat
Tempat memegang perananan yang sayangat penting dalam setiap
peristiwa.Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua
kisah akan selalu mempunyai latar belakang tempat, jalanya sebuah peristiwa
akan lebih menarik kalau dikaitkan dengan terjadinya peristiwa tersebut.
2) Deskripsi orang
Ada beberapa cara untuk mengambarkan atau mendeskripsikan seseorang
tokoh yaitu:
a) Penggambaran fisik, yang bertujuan memberikan gambaran yang sejelas
jelasnya tentang keaadaan tubuh seorang tokoh. Deskripsi ini banyak bersifat
objektif.
b) Penggambaran tindak tanduk seorang tokoh. Dalam hal ini pengarang
mengikuti dengan cermat semua tindak-tanduk, gerak-gerik sang tokoh dari
tempat ketempat lain, dan dari waktu ke waktu lain.
c) Penggambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh misalnya,
penggambaran tentang pakaian, tempat kediaman, kendaraan, dan sebagainya.
d) Penggambaran perasaan dan pikiran tokoh. Hal ini memang tidak dapat
diserap oleh panca indera manusia. Namun, antara perasaan dan unsur fisik
mempunyai hubungan yang sangat erat. Pancaran wajah, pandangan mata,
gerak bibir, gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan
seseorang pada waktu itu.
e) Penggambaran watak seseorang. Aspek perwatakan ini paling sulit
dideskripsikan. Pengarang harus mamapu menafsirkan lahir yang terkandung
dibalik fisik manusia. Tetapi, disini pulalah kekuatan seseorang pengarang.
Dengan keahlian dan kecermatan yang dimilikinya, ia mampu
mengidentifikasikan unsur-unsur dan kepribadian seorang tokoh kemudian
menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat memperlihatkan watak
seseorang.
10
d. Jenis-jenis deskripsi
Jenis-jenis karangan deskripsi berdasarkan teknik pendekatannya menurut
Dalman (2015) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Deskripsi ekspositoris
Deskripsi ekspositoris adalah deskripsi yang sangat logis, yang isinya
merupakan daftar, rincian, semuanya, atau yang menurut penulisanyahal yang
penting penting saja, yang disusun menurut sistem dan urutan-urutan logis objek
yang diamati itu.Dalam deskripsi ini dipergunakan pendekatan secara realistis
artinya penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya terhadap objek yang
tengah diamatinya itu, harus dapat dituliskan subjektif objektif objeknya sesuai
dengan keadaan nyata yang dilihatnya. Perincian-perincian perbandingan antara
satu dengan bidang yang lain, harus dipaparkan sedemikian rupa sehingga tampak
seperti dipotret.
2) Deskripsi impresionistis
Deskripsi impresionistis atau deskripsi simulatif adalah deskripsi yang
menggambarkan inspirasi penulisnya, atau untuk menstimulus
pembacanya.Deskripsi Impresionistis ini merupakan pendekatan yang berusaha
menggambarkan sesuatu secara subjektif.Pendekatan ini dapat diumpamakan atau
dibandingkan dengan gambar yang dibuat oleh para pelukis.Para pelukis bebas
menginterpretasikan bagian-bagian yang dilihatnya.
e. Langkah-langkah menyusun deskripsi
Langkah-langkah menyusun deskripsi menurut Dalman (2015), yaitu:
1) Tentukan objek atau tema yang akan di deskripsikan
2) Tentukan tujuan
3) Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan
4) Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (sistematis) atau membuat
kerangka karangan.
5) Menguraikan atau mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan
deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.
11
f. Kriteria deskripsi
Kriteria karangan yang baik menurut Dalman (2015) untuk membuat
karangan yang baik, setidak-tidaknya penulis harus memenuhi kriteria yang
berhubungan dengan:
1) Tema
Tema adalah yang mendasari karangan/tulisan kita untuk membuat
karangan yang baik diperlukan tema /topik.Keberhasilan mengarang banyak
ditentukan oleh tepat atau tidaknya tema atau topik yang dipilih.
2) Ketepatan isi dalam paragraf
Ketepatan penulisan dalam setiap paragraf harus memiliki 3 syarat yaitu
kesatuan, kepaduan, dan perkembangan.
3) Kesesuaian isi dengan judul
Karangan yang dibuat harus memiliki kesesuaian isi dengan judul. Judul
sebuah karangan akan menggambarkan isi secara keseluruhan.
4) Ketepatan susunan kalimat
Struktur sebuah kalimat sangat penting, hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pembaca mengungkap ide pokok dalam setiap paragraf.
5) Ketepatan penggunaan ejaan
Penggunaan ejaan dalam karangan hendaknya berpedoman pada buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD).Hal ini
berarti bahwa ejaan memegang peran penting.Tercakup dalam penggunaan ejaan
adalah penulisan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
3. Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Pengertian Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) sebuah sistem yang merangsang
otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Contextual Teaching
and Learning (CTL) merupakan sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang
menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks
dari kehidupan sehari-hari siswa.Contextual Teaching and Learning (CTL) juga
dapat diartikan suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan konten
mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
12
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan nyata
(Ngalimun, 2016).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan sistem pengajaran yang mengaitkan
antara teks dan konteks.Teks sebagai materi pembelajaran sedangkan konteks
adalah realitas peserta didik yaitu alam atau lingkungan kehidupan peserta didik.
Konteks merupakan sesuatu yang sangat penting karena pengetahuan harus
dipelajari di dalam konteks, konteks bermakna lebih dari sekedar kejadian-
kejadian yang terjadi di suatu tempat dan waktu, terdiri dari asumsi-asumsi bawah
sadar yang kita serap selama kita tumbuh, dari keyakinan-keyakinan yang kita
pegang dan kita peroleh dari alam atau lingkungan.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang perlu dipahami. Pertama,
Contextual Teaching and Learning (CTL) menekankan kepada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi. Artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks Contextual Teaching
and Learning (CTL) tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran
akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua,
Contextual Teaching and Learning (CTL) mendorong agar siswa dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan
dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan
mudah dilupakan. Ketiga,Contextual Teaching and Learning (CTL) mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan artinya Contextual Teaching
and Learning (CTL) bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi
yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam Contextual Teaching and
Learning (CTL) bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan
tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata (Sanjaya, 2016).
13
Untuk lebih memahami makna dari Contextual Teaching and Learning
(CTL) ada lima konsep bawahan, yaitu Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating, dan Transfering atau disingkat REACT (Muslich, 2015).Relating
adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman
nyata.Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari-hari
dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan,
Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan.
Hal ini berarti proses pembelajaran lebih mengedepankan proses berpikir kritis
lewat siklus inquiry. Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar
ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis.Dalam praktiknya siswa menerapkan
konsep dan informasi kedalam kebutuhan kehidupan mendatang yang
dibayangkan.Kooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan
pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi.Bentuk belajar ini tidak
hanya membantu siswa belajar tentang materi, tetapi juga konsisten dengan
penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang
nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi
dengan warga lain. Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk
memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.
b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual
apabila dalam proses pembelajaran telah melibatkan tujuh komponen yaitu:
Construxtivisme(Konstruktivisme), Inquiri (Menemukan), Questioning (bertanya),
Learning Comunity (Masyarakat belajar), Modelling (pemodelan), Reflection
(Refleksi) dan Authentic Assesment (penilaian sebenarnya), pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja
dan di kelas yang bagaimanapun keadaannya (Trianto, 2015).
Adapun secara garis besar langkah-langkah penerapan metode Contextual
Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut (Trianto, 2015):
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
14
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
Kunandar (2017) mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan
pendekatanContextual Teaching and Learning(CTL) memiliki kelebihan
dibandingkan pembelajaran tradisional, yaitu:
1) Belajar berpusat pada siswa untuk mengkonstruksi bukan menerima
2) Pengetahuan diperoleh dengan menemukan, menyatukan rasa, karsa dan karya
3) Belajar merupakan kegiatan produktif, menggali informasi, menghasilkan
pengetahuan dan keputusan.
4) Kerja sama dan maju bersama serta saling membantu.
5) Pembelajaran yang multi way, mencoba hal-hal yang baru, dan kreatifitas.
6) Pembelajaran yang komperhensif, evaluasi diri sendiri/internal dan eksternal.
7) Penilaian proses dan hasil, pengalaman belajar, test dan non test, dan multi
aspek.
Adapun kekurangan dari metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) (Daryanto dan Rahardjo, 2015):
1. Dalam pemilihan informasi atau materi di kelas di dasarkan pada kebutuhan
siswa. Padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswa berbeda-beda
sehingga guru akan kesulitan dalam menemukan materi pelajaran karena
tingkat kecapaian siswa tidak sama
2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PMB
3. Dalam proses pembelajaran dengan metode metode Contextual Teaching and
Learning (CTL) akannampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan
kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang
kurang kemampuannya.
4. Bagi siswa yang tertinggi dalam proses pembelajaran dengan metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) akan terus tertingal dan sulit untuk
15
mengejar ketertinggalan, karena dalam metode pembelajaran ini siswa
tergatung dari kaektifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik
mengikuti setiap pembelajaran dengan metode ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan
5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyelesaikan diri dari
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan metode
Contextual Teaching and Learning (CTL)
6. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan
intektual tinggi namun sulit untuk mengekspresikannya dalam bentuk lisan
akan mengalami kesulitan sebab metode Contextual Teaching and Learning
(CTL) ini lebih mengembangkan keterampilan dan kemampuan soft skill dari
pada kemampuanintelektualnya
7. Pengetahuan yang di dapat oleh siswa berbeda-beda dan tidak merata
8. Peran guru tidak namapak terlalu penting karena dalam metode Contextual
Teaching and Learning (CTL) ini eran guru hanya sebagai pengarah dan
pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri
mencari informasi, mengamati fakta dan mengemukakan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan.
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Penjelasan masing-masing komponen dari pembelajaran kontekstual yaitu:
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Salah satu landasan teoritik pembelajaran modern termasuk metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah teori pembelajaran
konstruktifistik, yang menekankan pentingnya siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar, proses
belajar-mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered
sebagian besar proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktifitas
siswa. Ide-ide konstruktivis modern menunjang metode pengajaran yang
menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan
penemuan. Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah
penekanan pada hakekat sosial dari pembelajaran, ia mengemukakan bahwa siswa
belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
16
mampu, berdasarkan teori ini dikembangkan pembelajaran kooperatif yaitu siswa
lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi masalah-masalah tersebut dengan temannya (Trianto, 2015).
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengajarkan suatu keterampilan
yaitu keterampilan bekerjasama, pembelajaran kooperatif memiliki tingkatan-
tingkatan yaitu tingkatan awal, tingkatan menengah dan tingkat mahir.
Keterampilan tingkat awal misalnya menggunakan kesepakatan, menghargai
kontribusi, berbagi tugas, menghormati perbedaan individu dan lain-lain, adapun
keterampilan tingkat menengah misalnya mendengarkan dengan aktif,
mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, membuat
ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, sedangkan keterampilan tingkat mahir
yaitu mengelaborasi, memeriksa secara cermat menanyakan kebenaran dan
kompromi.
Siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam daerah
perkembangan terdekat atau zone of proximal development siswa. Daerah
perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat
perkembangan seseorang saat ini. Tingkat perkembangan seseorang saat ini tidak
lain adalah tingkat pengetahuan awal atau pengetahuan prasyarat itu telah
dikuasai, maka besar kemungkinan akan terjadi pembelajaran bermakna, akan
tetapi jika pengetahuan pembelajaran hafalan dilakukan secara terus menerus
dalam proses pembelajaran maka ada kemungkinan banyak para siswa yang tidak
menyukai pelajaran tesebut.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, pengetahuan bukanlah
seperangkat konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Oleh karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide,
dengan pembelajaran kontekstual maka siswa harus mengkonsruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri, esensi dari konstruktivisme bahwa siswa
harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi
17
lain sehingga informasi menjadi milik mereka sendiri. Atas dasar itulah
pembelajaran kontekstual harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan
menerima pengetahuan dalam proses pembelajaran, siswa menjadi pusat kegiatan
belajar-mengajar disekolah sedangkan guru mempunyai tugas, yaitu: menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberikan kesempatan siswa
menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
2) Inkuiri (Inquiry)
Bagian inti dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),
ini dimaksudkan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil dari mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya, siklus inkuiri terdari
dari observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan
penyimpulan. Adapun siklus inkuiri sebagai berikut (Sanjaya, 2016):
a) Observasi (Observation)
b) Bertanya (Questioning)
c) Mengajukan dugaan (Hyphotesis)
d) Pengumpulan data (Data qathering)
e) Penyimpulan (Conclussion)
Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis Contextual
Teaching and Learning (CTL), artinya proses pembelajaran didasarkan pada
pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Inkuiri
merupakan proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, dalam
proses ini siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk
memperoleh seperangkat pengetahuan. Untuk merealisasikan komponen inkuiri di
kelas, terutama dalam proses perencanaan guru bukanlah mempersiapkan
sejumlah materi yang harus dihafal siswa, akan tetapi merancang pembelajaran
yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus
dipahaminya. Adapun langkah-langkah kegiatan inkuiri, yaitu: merumuskan
masalah, mengamati, menganalisis dan menyajikannya serta mengkomunikasikan
atau menyajikan hasil karya kepada teman-temannya atau audiensi.
18
3) Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran yang berbasis
kontekstual. bagi guru bertanya dalam kegiatan pembelajaran dilakukan sebagai
upaya untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa,
bagi siswa kegiatan bertanya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
pembelajaran yang berbasis inkuiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan
apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahui. Hampir disemua aspek atau aktivitas belajar dapat menerapkan
questioning (bertanya) antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa,
antara siswa dengan orang lain, hal ini dapat dilihat ketika berdiskusi, bekerja
dalam kelompok. Ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati dan
sebagainya.
Pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya sangat bermanfaat untuk
menggali informasi kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran,
mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui kadar
keingintahuan siswa terhadap sesuatu, mengetahui hal-hal yang diketahui siswa,
menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru,
membangkitkan banyak pertanyaan bagi diri siswa dan menyegarkan pengetahuan
siswa (Muslich, 2015).
4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Pengetahuan dan pemahaman anak ditopang oleh banyaknya komunikasi
dengan orang lain, suatu permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendiri akan
tetapi membutuhkan orang lain, dalam hal ini. Proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) guru
disarankan untuk melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar,
hal ini bertujuan agar siswa yang pandai dapat mengajari yang lemah, siswa yang
cepat mendorong temannya yang lambat, siswa yang mempunyai gagasan segera
memberi usul dan seterusnya, kelompok siswa bisa bervariasi bentuknya, baik
keanggotaannya, jumlah atau bahkan bisa melibatkan siswa yang ada diatasnya,
diruang kelas inilah maka akan terbentuk masyarakat belajar dari interaksi antar
individu maupun antar kelompok.
19
Masyarakat belajar dapat terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah,
dalam artian saling belajar satu sama lain, saling memberi informasi dan saling
menerima informasi, seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar
memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta
informasi yang diperlukan teman belajarnya. Karena itu pembelajaran kontekstual
dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya bersifat
heterogen baik dilihat dari kemampuannya maupun bakat atau minatnya, biarkan
mereka saling membelajarkan antara satu dengan yang lainnya. Kegiatan saling
belajar bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak
ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap
paling tahu, semua pihak saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa
pihak lain memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan berbeda yang
perlu dipelajari, sehingga satu sama lain menjadi sumber belajar, hal ini berarti
bahwa setiap orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman.
5) Pemodelan (Modelling)
Pemodelan merupakan pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa, pemodelan ini dapat dilakukan oleh
guru atau siswa yang dianggap memiliki kemampuan.Dalam pembelajaran
kontekstual guru bukan satu-satunya model.Pemodelan dapat dirancang dengan
melibatkan siswa, seseorang dapat ditunjukkan untuk memodelkan sesuatu
berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.Model dapat juga didatangkan dari
luar yang ahli dibidangnya. Prinsip-prinsip modelling yang bisa diperhatikan guru
ketika melaksanakan pembelajaran, yaitu: pengetahuan dan keterampilan
diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh bisa ditiru, model atau
contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya, dan
model atau contoh bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu (Muslich, 2015).
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi pengetahuan sebelumnya, refleksi
20
merupakan respon dari kejadian, aktifitas atau pengetahuan baru yang diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses yang sedikit demi sedikit
dialami oleh siswa, seorang guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru,
dengan demikian siswa siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi
dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.
Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang
diperolehnya hari itu, catatan atau jurnal dibuku siswa, kesan dan saran siswa
mengenai pembelajaran hari itu, diskusi dan hasil karya, ini dilakukan dengan
mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya, berilah kebebasan kepada siswa
untuk menfsirkan pengalamannya sendiri sehingga mereka dapat menyimpulkan
sendiri pengalaman belajarnya.
7) Penilaian autentik (Autentic assesment)
Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian,
assesment atau penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, dengan menggunakan
penilaian dapat mengetahui seberapa jauh siswa memahami dan menguasai materi
pelajaran, dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual keberhasilan
tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja akan
tetapi perkembangan seluruh aspek melalui penilaian nyata, dengan menggunakan
penilaian nyata ini maka akan semakin akurat dan lebih objektif. Penilaian nyata
merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa, penilaian ini diperlukan untuk
mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman
belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan intelektual
ataupun mentalnya, oleh karena itu penilaian ini dilakukan secara terus-menerus
selama kegiatan pembelajaran berlangsung (Sanjaya, 2016).
Penilaian autentik dengan menilai pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa, penilai tidak hanya guru tetapi bisa juga teman lain atau orang
lain. Adapun karakteristik penilaian autentik, yaitu: dilaksanakan selama atau
sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif dan
21
sumatif, yang diukur adalah keterampilan dan performansi atau pengetahuan,
kesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai umpan balik (Trianto,
2015). Dalam pembelajaran kontekstual hal-hal yang bisa digunakan pada
penilaian autentik sebagai dasar penilaian prestasi siswa, antara lain proyek/
kegiatan dan laporannya, pekerjaan rumah, kuis karya siswa dan sebagainya.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan Nita Yulinda 1, Riana Irawati 2, Diah Gusrayani 3
(2016) Vol, 1 No.1 tentang pengaruh Contextual Teaching and Learning
(CTL) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan kepercayaan
diri siswa di dua SD yaitu. SDN palasa sebagai kelas control. Kedua SD
tersebut berada di kecamatan Cimalaka tepatnya di SDN sebagai kelas
eksperimen dan SDN Mandalaherang I sebagai kelas control. Kedua SD
tersebut berada di Kecamatan Cimalaka Tepatnya di SDN Palasah yang
beralamat di Jln. Asrama Yonif 301/PKS. Desa Citimum Kec. Cimalaka kab.
Sumedang dan SDN Mandalaherang I yang beralamat di Dusun Gelembung
04/06, Desa, Mandalaherang Kec. Cimalaka kab. Sumedang. Setiap SD
menggunakan dua kali petermuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan konvensional, hal
ini di buktikan dengan hasil penelitian menunjukan bahwa pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dan konvensional dapat
meningkatkan kemampuan menulis. Dilihat dari perhitungan uji rata-rata non
paramantrik Wilcoxon pada dua kelas. Diperoleh nilai P-values (Sig.i-tiled)
sebesar 0.000, artinya P-values (Sig.) <0,05 sehingga h0 ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Selanjutnya hasil perhitungan uji man Whiney karena salasatu data
berdistribusi tidak normal. Rata-rata pretes kelas eksperimen adala 18.2 dan
37.8, sedangkan rata-rata pretes kelas control adalah 18.0 dan 27.0. Rata – rata
nilai gain kelas eksperimen adalah 0.32, sedangkan rata-rata nilai gain kelas
control adalah 0.06 for windows diperoleh p-values (Sig.1-tailed) sebesar
0.006, artinta P-values (Sig) < 0.05 sehingga H0 ditolak. Sehingga dapat
22
disimpulkan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Lebih baim secara signifikan dari pada pendekatan konvensional.
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eis Putri wahyudi, Dkk,2015 dengan
judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berories Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) Tema Cita-cita Pokok Bahasa
Sudut pada Segitiga ndan Segiempat untuk Kelas IV SD” dengan jenis
penelitian “Penelitian Pengembangan” hasil pengembangan perangkat
pembelajaran berorientasi pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) pokok bahasan sudut pada segitiga dan segiempat menggunakan model
pengembangan 4-D Thiagarajan menghasilkan perangkat pembelajaran yang
layak untuk digunakan oleh guru dan siswa kelas IV SD, karena memenuhi
kriteria valid, praktis, dan efektif.
3. Nikmatuan Jariah pada tahun 2016 melakukan penelitian dengan judul
penelitian “ Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap hasil belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs Ikhlas pangkalan
Susu Tahun Pelajaran 2015/2016. Metodologi peneliti yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar
matematika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) memperoleh nilai rata-rata 79,81 sehingga
terdapat pengaruh strategi pembelajaran terhadap kemampuan menulis
deskripsi kelas VII MTs al-ikhlas pangkalan susu berdasarkan pertimbangan
statistic uji-4 diperoleh angka sebesar 7,344 sedangkan t-tabel sebesar 1,672.
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan teori – teori ataupun konsep yang telah diuraikan di depan,
kerangka pikir penelitian ini dapat di terangkan sebagai berikut : kondisi awal
sebelum tindakan di laksanakan, di peroleh gambaran (yang dilakukan pada
kegiatan prasurvei dengan observasi dan wawancara) bahwa kemampuan menulis
deskripsi siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi rendah apabila dibandingkan dengan
nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia lainnya. Media yang
digunakan guru terbatas, serta metode mengajar guru yang monoton.Agar
kemampuan menulis deskripsi siswa meningkat, peneliti memberikan solusi
dengan agar menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
23
untuk di aplikasikan di dalam pembelajaran menulis deskripsi.Penelitian ini
menggunakan model pelatihan untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi
siswa.Peneliti bekerjasama untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi
siwa.Peneliti bekerjasama dengan guru merumuskan bentuk pembelajaran yang
menarik dan menimbulkan minat siswa untuk menulis deskripsi.
Salah satu upaya menarik minat siswa adalah dengan pemberian hadiah.
Bila tindakan tersebut di lakukan, maka diduga pembelajaran menulis deskripsi
akan berlangsung aktif dan menarik. Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) ini nantinya siswa diajak untuk belajar menulis deskripsi dengan
cara menyenangkan. Perwujudan pembelajaran menulis yang demikian itu,
cendrung membuat siswa akan lebih tertarik, senang, aktif, dan memotivasi.
Untuk lebih jelasnya tentang kerangka pikir pada penelitian dapat pada gambar 1.
Gambar1. Alur Kerangka Pikir
Kondisi Awal
1. Pembelajaran menulis kurang berhasil
2. Kemampuan menulis deskripsi siswa
tergolong rendah
Tindakan
1. Menerapkan metode Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam
meningkatan kemampuan menulis
deskripsi siswa
2. Memberikan motivasi untuk siswa
Kondisi Akhir
Kemampuan menulis deskripsi siswa
pada pembelajaran Bahasa Indonesia
meningkat
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sebagai bentuk pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia maka dari
itu peneliti mengumpulkan data dalam penelitian ini bersifat PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) atau pendekatan kualitatif mengenai uraian kegiatan
pembelajaran diuraikan secara deskriptif.
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Suyadi (2015), PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
profesinya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik terus meningkat.
Lebih lanjut, Arikunto (2015) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.Menurut Komaidi dan Wijayati (2016), PTK berfungsi sebagai alat untuk
meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki profesinya sebagai guru,
sehingga hasil belajar peserta didik terus meningkat
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN216 Kopi-Kopi
yang terletak di Dusun Kopi – Kopi Desa Banyuurip Kecamatan Bone – Bone
Kabupaten Luwu Utara.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari senin, 7 September 2020 selama
kurang lebih 1 bulan.
25
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopidengan
jumlah 15 siswa yang terdiri dari 4 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.
3.4 Desain Penelitian dan Rencana Tindakan
1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian yang dikembangkan
oleh Kemmis dan Taggart yaitu menggunakan siklus seperti yang terdapat pada
gambar berikut:
Gambar 2. Siklus penelitian tindakan kelas
Berdasarkan gambar di atas, masing-masing siklus terdiri dari 4 komponen
yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Penelitian
dilakukan dalam siklus yang berulang-ulang dan berkelanjutan (spiral), yang
artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian
hasilnya. Kegiatan penelitian ini diawali dengan persiapan dan diakhiri dengan
membuat laporan.Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap
siklus yang dilaksanakan peneliti dalam pembelajaran dapat diuraikan sebagai
berikut:
26
a. Perencanaan (planning)
1) Menentukan materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan
pendekatan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
2) Menentukan tujuan pembelajaran.
3) Merancang langkah-langkah pembelajaran Bahasa Indonesia yang berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4) Merancang instrumen sebagai pedoman observasi dalam pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Indonesia
b. Tindakan (Acting)
Tindakan direncanakan dengan membahas materi bahan penyusun benda
melalui metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)..Selama
kegiatan pembelajaran guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL).yang mengacu pada skenario
pembelajaran yang dibuat.
c. Pengamatan (observing)
Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran
dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)yang
berlangsung dengan menggunakan format pengamatan, membuat catatan hasil
pengamatan terhadap kegiatan dan hasil pembelajaran, mendokumentasikan hasil-
hasil latihan dan penugasan siswa.
d. Refleksi (reflecting)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, peneliti mengadakan
refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dicapai pada tindakan ini.
Refleksi tersebut dilakukan dengan:
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi hasil
belajar, jumlah dan waktu dari setiap tindakan.
2) Membahas hasil evaluasi, LKS dan lain-lain.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada
siklus berikutnya.
Berdasarkan refleksi yang tekah dilakukan, peneliti dapat menentukan hal-
hal yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Hal ini dilakukan demi
tercapainya hasil pembelajaran yang diinginkan dan meningkatkan kemampuan
27
siswa dalam menemukan konsep tentang materi yang telah ditentukan melalui
metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).Keputusan untuk
menghentikan atau melanjutkan siklus disesuaikan dengan hasil pembelajaran
yang diperoleh. Siklus dihentikan jika pembelajaran sudah sesuai dengan rencana
dan telah mampu meningkatkan pengetahuan siswa dalam menemukan konsep
tentang pengetahuan makhluk hidup, yaitu hasil belajar yang diperoleh 75% siswa
sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaituminimal 70. Siklus
dilanjutkan jika 75% siswa belum mencapai KKM yaitu minimal 70.
2. Rancangan Tindakan Penelitian
a. Siklus I
1) Perencanaan (planning)
a) Menentukan materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan
pendekatan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
b) Menentukan tujuan pembelajaran.
c) Merancang langkah-langkah pembelajaran Bahasa Indonesia yang berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d) Merancang instrumen sebagai pedoman observasi dalam pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Indonesia
2) Tindakan (Acting)
Tindakan direncanakan dengan membahas materi bahan penyusun benda
melalui metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).Selama
kegiatan pembelajaran guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) yang mengacu pada skenario
pembelajaran yang dibuat.
3) Pengamatan (observing)
Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran
dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)yang
berlangsung dengan menggunakan format pengamatan, membuat catatan hasil
pengamatan terhadap kegiatan dan hasil pembelajaran, mendokumentasikan hasil-
hasil latihan dan penugasan siswa.
28
4) Refleksi (reflecting)
a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi hasil
belajar, jumlah dan waktu dari setiap tindakan.
b) Membahas hasil evaluasi, LKS dan lain-lain.
c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada
siklus berikutnya.
b. Siklus II
1) Perencanaan (planning)
a) Menentukan materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan
pendekatan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
b) Menentukan tujuan pembelajaran.
c) Merancang langkah-langkah pembelajaran Bahasa Indonesia yang berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d) Merancang instrumen sebagai pedoman observasi dalam pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Indonesia
2) Tindakan (Acting)
Tindakan direncanakan dengan membahas materi perubahan struktur benda
melalui metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).Selama
kegiatan pembelajaran guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran discovery
learning yang mengacu pada skenario pembelajaran yang dibuat.
3) Pengamatan (observing)
Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran
dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang
berlangsung dengan menggunakan format pengamatan, membuat catatan hasil
pengamatan terhadap kegiatan dan hasil pembelajaran, mendokumentasikan hasil-
hasil latihan dan penugasan siswa.
4) Refleksi (reflecting)
a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi
hasil belajar, jumlah dan waktu dari setiap tindakan.
b) Membahas hasil evaluasi, LKS dan lain-lain.
c) Keputusan untuk menghentikan atau melanjutkan siklus II disesuaikan dengan
hasil pembelajaran yang diperoleh. Siklus II dihentikan jika pembelajaran
29
sudah sesuai dengan rencana dan ditandai dengan adanya peningkatan nilai
hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas mencapai KKM yaitu minimal 70
dan persentase banyaknya siswa yang tuntas minimum 75% dengan nilai
KKM minimal 70.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan
sebagainya.Untuk memperoleh data, penulis menggunakan pengumpulan data
yaitu dengan:
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung dilapangan.Penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini digunakan
untuk mengamati pelaksanaan metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran.
Tujuan observasi yaitu menggambarkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan objek penelitian, mengambil kesimpulan yang disusun menjadi sebuah
laporan yang relevan dan dapat bermanfaat sebagai sebuah bahan pembelajaran
atau studi.
2. Tes
Menurut Arikunto (2015), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Peserta didik
diberikan tes dalam bentuk posttest untuk mendapatkan data hasil dari
pemahaman konsep. Tes dalam penelitian ini berupaka menulis karangan
deskripsi yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada
pembelajaran Bahasa Indonesia kemudian diteliti guna melihat peningkatan
kemampuan menulis deskripsi siswa.
Tes bertujuan untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi siswa, dalam
bentuk nilai atau skor, dan dilaksanakan setelah selesai materi diberikan.
30
3.6 Instrumen Penelitian
1. Metode Contextual Teaching and Learning(CTL)
a. Definisi konseptual variabel
Metode Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu metode
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga dapat mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika
mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman
yang sudah mereka miliki.
b. Definisi operasional variabel
Metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
skor yang di peroleh terhadap pelaksanaan Contextual Teaching and Learning
(CTL) melalui observasi dengan indicator. 1) ketersediaan RPP, 2) keterlaksanaan
langkah – langkah pembelajaran 3) aktifitas Guru, 4) Partisipasi siswa.
c. Jenis instrumen
Jenis instrument yang digunakan untuk mengamati pelaksanaan metode
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah lembar observasi.
d. Kisi-kisi instrumen
Tabel 1. Kisi-kisi lembar obsevasi pelaksanaan metode Contextual Teaching and
Learning (CTL).
Variabel Indikator Jumlah
Item
Pelaksanaan metode
Contextual Teaching
and Learning (CTL).
Ketersediaan RPP 2
Keterlaksanaan langkah-langkah
pembelajaran
7
Aktifitas guru 3
Partisipasi siswa 6
31
Tabel 2. Instrumen Keterlaksanaan Langkah-Langkah MetodeContextual
Teaching and Learning (CTL)
No Aktifitas Pengamatan
Hasil Penilaian Pengamatan
Baik Cukup Kurang Tidak
Terlaksana
4 3 2 1
Ketersediaan RPP
1. Guru menyiapkan RPP sebelum
memulai pembelajaran.
2.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran sesuai dengan RPP
yang dibuat.
Keterlaksanaan langkah-langkah
pembelajaran
1.
Konstruktivisme gagasan dalam
pembelajaran menulis karangan
deskripsi
2.
Penerapan inkuiri dalam penemuan
gagasan pada pembelajaran menulis
karangan deskripsi
3. Keaktifan siswa dalam bertanya
4.
Kerjasama siswa dalam tukar
menukar informasi pada pembelajaran
menulis karangan deskripsi
5. Pemodelan yang dilakukan dalam
pembelajaran
6.
Kemampuan siswa menyimpulkan
pengalaman belajar dari awal sampai
akhir pembelajaran menulis karangan
deskripsi
7. Penilaian Nyata
Aktifitas Guru
1.
Guru melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran metode Contextual
Teaching and Learning (CTL)
2. Guru mengecek kesiapan belajar
siswa.
3. Guru menjelaskan pembelajaran yang
akan dilakukan dengan baik dan jelas.
Partisipasi Siswa
1. Siswa menyiapkan diri sebelum
memulai pembelajaran.
2. Siswa mampu menyelesaikan tugas
dengan baik.
32
3. Siswa mampu menyelesaikan dalam
waktu yang ditentukan.
4. Siswa mampu memahami materi yang
dijelaskan oleh guru.
5.
Siswa mengikuti pembelajaran
dengan rasa percaya diri dan penuh
semangat.
6.
Siswa mengikuti langkah-langkah
pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL)
Skor
Total Skor
Persentase Keterlaksanaan Model
Pembelajaran
e. Uji validitas dan reliabilitas
1) Uji validitas
Uji validitas dan uji reliabilitas instrumen penelitian dilaksanakan untuk
menilai keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran metode Contextual
Teaching and Learning(CTL). Sebelum diujikan, instrumen tersebut telah di-
expert judgement pada dosen ahli Bahasa Indonesia. Hasil validasi dua dosen
Bahasa Indonesia, yaitu Drs. Pancana Beta (Dosen Ahli 1) dan Besse Herdiana
(Dosen Ahli 2).
Tabel 3. Uji validitas keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran Contextual
Teaching and Learning(CTL)
No. Pernyataan Validasi Dosen
Dosen 1 Dosen 2
1. Guru menyiapkan RPP sebelum memulai
pembelajaran. 4 4
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang dibuat. 4 4
3. Konstruktivisme gagasan dalam pembelajaran
menulis karangan deskripsi 3 3
4. Penerapan inkuiri dalam penemuan gagasan pada
pembelajaran menulis karangan deskripsi 4 4
5. Keaktifan siswa dalam bertanya 3 4
6. Kerjasama siswa dalam tukar menukar informasi
pada pembelajaran menulis karangan deskripsi 3 4
7. Pemodelan yang dilakukan dalam pembelajaran 4 4
8. Kemampuan siswa menyimpulkan pengalaman
belajar dari awal sampai akhir pembelajaran
menulis karangan deskripsi
4 4
33
9. Penilaian Nyata 4 4
10. Guru melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran metodeContextual Teaching and
Learning (CTL)
4 4
11. Guru mengecek kesiapan belajar siswa. 4 4
12. Guru menjelaskan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan baik dan jelas. 3 3
13. Siswa menyiapkan diri sebelum memulai
pembelajaran. 4 3
14. Siswa mampu menyelesaikan tugas dengan baik. 4 4
15. Siswa mampu menyelesaikan dalam waktu yang
ditentukan. 3 3
16. Siswa mampu memahami materi yang dijelaskan
oleh guru. 4 4
17. Siswa mengikuti pembelajaran dengan rasa
percaya diri dan penuh semangat. 3 3
18. Siswa mengikuti langkah-langkah pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) 4 4
Jumlah Skor 66 67
Rata-Rata 3,67 3,72
Keterangan Valid Valid
Rata-Rata Keseluruhan 3,70 (Valid)
Berdasarkan penilaian 2 dosen ahli tersebut di atas menunjukkan bahwa
lembar observasi keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran berada pada
kategori valid sehingga layak digunakan sebagai lembar observasi penelitian.
2) Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cohen kappa dan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Uji reliabilitas menggunakan cohen kappa
Symmetric Measures
Valu
e
Asymptotic
Standardize
d Errora
Approxima
te Tb
Approximate
Significance
Measure of
Agreement
Kappa .609 .202 2.605 .009
N of Valid Cases 18
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Dari output diatas diperoleh nilai koefisein cohen’s kappa sebesar 0,609. Ini
berarti terdapat kesepakatan yang cukup antara Dosen Ahli 1 dengan Dosen Ahli2
terhadap penilaian lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran .Nilai
signfikansinya dapat dilihat pada kolom Approx. Sig., dari output diatas didapat
34
nilai signifikansi sebesar 0,009. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari taraf
signifikansi yang digunakan 5 % (0,009 <0,05), maka disimpulkan terdapat
kesepakatan yang signifikan antar Dosen Ahli 1 dan Dosen Ahli 2 pada taraf
signfikansi 5 %.
2. Kemampuan Menulis Deskripsi
a. Definisi konseptual
Kemampuan menulis deskripsi adalah keterampilan yang dimiliki siswa
dalam mengungkapkan ide – ide hasil pengamatan terhadap para pembaca lewat
tulisan agar pembaca seolah – olah dapat melihat sendiri objek secara keseluruhan
seperti yang dialami secara fisik oleh penulisnya.
b. Definisi operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaiman suatu variable di
ukur. Dalam penelitian ini kemampuan menulis deskripsi menggunakan lembar
penilaian berupa tes dimana indicator 1) Menggali konsep tentang karangan
menulis wacana yang disampaikan, 2) Menemukan ide pokok sesuai dengan
wacana yang disampaikan, 3) Menyusun kata – kata hasil pengembangan gagasan
menjadi kerangka karangan 4) Mengembangkan kerangka menjadi karangan
deskripsi secara utuh.
c. Jenis Instrumen
Jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan menulis
deskripsi siswa adalah instrumen lembar unjuk kerja siswa.Aspek penilaian
karangan deskripsi disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5. Penilaian Karangan Deskripsi
No Komponen yang Dinilai Kriteria Rentang
Nilai
Nilai
1 Kejelasan penggambaran
lengkap objek yang
diamati dalam karangan
deskripsi
Kesamaan tulisan
dengan objek yang
diamati
15-35
2 Organisasi isi karangan
deskripsi berdasarkan
objek yang diamati
Ide pokok 5-15
Penyusunan paragraf 10-25
3 Tata bahasa karangan
deskripsi sesuai dengan
objek yang diamati
Penggunaan bahasa 7-20
4 Ejaan dan tata tulis
karangan deskripsi sesuai
Penggunaan ejaan
dan tanda baca
1-5
35
dengan objek yang
diamati
Jumlah Nilai
d. Uji validitas dan reliabilitas
1) Uji validitas
Uji validitas lembar unjuk kerja dilaksanakan untuk menilai instrument
penelitian. Sebelum diujikan, instrumen tersebut telah di-expert judgement pada
dosen ahli Bahasa Indonesia. Hasil validasi dua dosen Bahasa Indonesia, yaitu
Drs. Pancana Beta (Dosen Ahli 1) dan Besse Herdiana (Dosen Ahli 2).
Tabel 6. Uji validitas lembar unjuk kerja
No. Pernyataan Validasi Dosen
Dosen 1 Dosen 2
1. Kesamaan tulisan dengan objek yang diteliti 4 4
2. Ide pokok 3 3
3. Penyusunan paragraf 4 4
4. Penggunaan bahasa 4 4
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca 4 4
Jumlah Skor 19 19
Rata-Rata 3,80 3,80
Keterangan Valid Valid
Rata-Rata Keseluruhan 3,80 (Valid)
Berdasarkan penilaian 2 dosen ahli tersebut di atas menunjukkan bahwa
lembar unjuk kerja instrument penelitian berada pada kategori valid sehingga
layak digunakan sebagai instrument penelitian.
3) Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cohen kappa dan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Uji reliabilitas menggunakan cohen kappa
Symmetric Measures
Value Asymptotic
Standardized Errora
Approxi
mate Tb
Approximate
Significance
Measure of
Agreement
Kappa 1.000 .000 2.236 .025
N of Valid Cases 5 a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Dari output diatas diperoleh nilai koefisein cohen’s kappa sebesar 1,000. Ini
berarti terdapat kesepakatan yang sangat kuat antara Dosen Ahli 1 dengan Dosen
36
Ahli 2 terhadap penilaian lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran .Nilai
signfikansinya dapat dilihat pada kolom Approx. Sig., dari output diatas didapat
nilai signifikansi sebesar 0,025. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari taraf
signifikansi yang digunakan 5 % (0,025<0,05), maka disimpulkan terdapat
kesepakatan yang signfikan antar Dosen Ahli 1 dan Dosen Ahli 2 pada taraf
signfikansi 5 %
3.7 Teknik Analisis Data
Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan maka langkah selanjutnya
dalam penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap semua data yang
diperoleh selama penelitian yang telah dirumuskan:
1. Analisis data pelaksanaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
Analisis data pelaksanaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
yang diperoleh melalui pengamatan dengan menggunakan lembar observasi
selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif dengan cara
mengakumulasi skor dari setiap indikator pelaksanaan metode Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Data dianalisis selama proses pembelajaran berlangsung. Dianalisis dengan
menggunakan rumus persentase:
P =
Keterangan:
P = Angka presentase
F = jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
2. Analisis data kemampuan menulis deskripsi siswa
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Tujuan analisis ini adalah untuk membuat gambaran
secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki atau diteliti. Analisis deskriptif adalah
analisis yang menggunakan suatu data yang akan dibuat sendiri maupun dibuat
secara berkelompok (Riduwan dan Akdon, 2016).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penggunaan teknik analisis ini
adalah sebagai berikut.
37
a. Menghitung nilai menulis karangan deskripsi pada pra siklus, siklus I, dan
siklus II
b. Menghitung nilai rata-rata (mean) menulis karangan deskripsi pada pra siklus,
siklus I, dan siklus II. Menghitung nilai rata-rata (mean) dapat dilakukan
dengan rumus:
∑x
X =
N
Keterangan :
X = Nilai rata-rata (mean)
∑x = Jumlah nilai seluruh siswa
N = Jumlah siswa
c. Menghitung presentase siswa yang sudah berhasil mencapai KKM yang
ditetapkan. Presentase yang dicari dapat diperoleh dari:
Jumlah siswa yang sudah mencapai KKM
P = X 100
Jumlah seluruh siswa
Keterangan :
P = angka presentase
d. Selanjutnya nilai rata-rata (mean) dan angka presentase ketuntasan yang
diperoleh dibandingkan dari kegiatan sebelum tindakan dan kegiatan sesudah
tindakan untuk membandingkan apakah sudah diperoleh peningkatan setelah
diadakan tindakan.
3.8 Indikator Keberhasilan
1. Pelaksanaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dikatakan
optimal,jika telahterdapat/tersedia:
a. Ketersediaan RPP, keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran,aktivitas
guru, dan partisipasi siswa.
b. Persentase keterlaksanaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
sebesar 100%.
38
2. Kemampuan menulis deskripsi
Menurut Arikunto (2015), indikator keberhasilan tindakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah ditandai dengan adanya peningkatan nilai
kemampuan menulis siswa yaitu nilai rata-rata kelas mencapai KKM yaitu
minimal 70 dan persentase banyaknya siswa yang tuntas minimum 75% dengan
nilai KKM minimal 70.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, di mana ada dua siklus
yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi khususnya
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Masing-masing siklus menggunakan metode
Contextual Teaching and Learning (CTL). Pelaksanaan tindakan pada setiap
siklus disertai dengan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil yang
disajikan pada uraian berikut.
1. Hasil Pratindakan
Keadaan situasi dan kondisi yang telah dirasakan oleh peneliti, siswa SDN
216 Kopi-Kopi kurang aktif dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Hal
ini merupakan salah satu penghambat kreativitas siswa dalam menulis karangan
deskripsi. Disamping siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran menulis
karangan deskripsi serta kratifitas guru dalam penggunaan pendekatan maupun
metode dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi yang masih
menggunakan model lama yaitu dengan guru memberikan contoh saja tanpa
menyediakan sumber belajar yang kontekstual sangat berpengaruh terhadap hasil
pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Berdasarkan dari hasil pengamatan, dalam proses pembelajaran menulis
karangan deskripsi, guru kelas belum memberikan petunjuk yang jelas. Guru
hanya memberikan satu tema yang ditulis di papan tulis dan siswa diperintahkan
untuk menulis karangan deskripsi pada buku tulis masing-masing. Hal tersebut
tentu membuat siswa bingung dan membuat mereka multitafsir dalam menulis
karangan deskripsi. Banyak diantara mereka yang hanya menulis beberapa kata,
menulis beberapa kalimat namun antara satu kalimat dengan kalimat yang lain
tidak saling berhubungan. Ada siswa yang baru menulis beberapa kata saja sudah
mengeluh lelah atau pusing. Sehingga saat dilihat hasil karangan deskripsi yang
telah dibuat semua siswa mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang telah ditentukan.
40
Hasil pra siklus tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. Statistika deskriptif pra siklus kemampuan menulis deskripsi siswa
kelas V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu
Utara
Statistik Nilai Statistik
Jumlah sampel
Nilai tertinggi (maksimum)
Nilai terendah (minimum)
Nilai tengah (median)
Nilai yang sering muncul (modus)
Jumlah total skor
Nilai rata-rata (mean)
15
63
50
56
56
864
57,60
Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)
Berdasarkan tabel 4, maka dari 15 sampel diperoleh nilai tertinggi siswa
63, nilai terendah 50, median 56, modus 56, jumlah total skor 864 dan nilai rata-
rata adalah 57,60.
Setelah mengetahui kategori kemampuan menulis deskripsi pra siklus,
maka langkah selanjutnya adalah membuat frekuensi nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) kemampuan menulis deskripsi siswa.
Tabel 5. Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216
Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara
No Pemerolehan Nilai Frekuensi Persentase (%)
1
2
Nilai ≥ 70
Nilai < 70
0
15
0
100
Jumlah 15 100
Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa siswa sampel yang memperoleh
nilai ≥ 70 (tuntas) tidak ada atau 0% dan siswa yang memperoleh nilai < 70 (tidak
tuntas) adalah 15 siswa atau 100%.
2. Tindakan pada Siklus I
Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan. Pertemuan ke-1 guru menjelaskan
materi tentang teknik menulis karangan deskripsi dan sifat-sifat benda padat. Pada
pertemuan ke-2 guru mengajak siswa melakukan pengamatan terhadap benda
padat di lingkungan sekitar sekolah kemudian siswa saling berdiskusi bertukar
informasi hasil pengamatan dan membuat kerangka karangan deskripsi. Pada
pertemuan ke-3, siswa mengembangkan kerangka karangan deskripsi yang telah
dibuat pada pertemuan sebelumnya, menjadi sebuah karangan deskripsi yang utuh
dan padu.
41
a. Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan Siklus I peneliti membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berbasis metode Contextual Teaching and Learning (CTL).
Peneliti juga mempersiapkan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar
pengamatan aktivitas siswa dan guru KBM, catatan lapangan, lembar kerja siswa.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat dan didiskusikan bersama guru
Bahasa Indonesia kelas agar materi sesuai dengan kurikulum yang telah
ditetapkan di sekolah terebut.
Pada siklus I ini, peneliti memperkenalkan metode Contextual Teaching and
Learning (CTL) kepada peserta didik. Penelitian dilaksanakan di kelas V yang
berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 11 laki-laki dan 4 perempuan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I ini terdiri dari 3 kali pertemuan. Adapun uraian proses
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan ke- 1 (Senin, 7 September 2020)
Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru
selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian
melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, “anak-anak benda apa saja
yang kaliat lihat di kelas ini?”. Siswa menjawab, “meja, kursi, papan tulis, buku,
penggaris Bu”. Kemudian guru bertanya, “tolong sebutkan sifat-sifat meja yang
ada di depan kalian”. Kemudian siswa menjawab, “keras, berat”.
Guru melakukan diskusi dengan siswa tentang belajar yang lebih bermakna
dengan mencari dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dari
materi yang akan dipelajari. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang
benda padat dan sifat-sifatnya. Siswa diperlihatkan gambar batu yang sudah
ditempel di papan tulis oleh guru. Setelah itu, siswa dibantu guru diajak mencari
dan menemukan sifat-sifat benda padat berdasarkan gambar batu di papan tulis.
Kemudian guru menjelaskan materi karangan deskripsi. Siswa bersama-sama
mengamati contoh benda padat disekitar kelas berupa papan tulis, siswa
mengamati dari fungsi, bentuk, bahan dan warna papan tulis. Kemudian siswa
membuat sebuah karangan deskripsi berjudul “papan tulis” secara bersama-sama
di papan tulis. Guru dan siswa bersama-sama membaca karangan deskripsi di
42
papan tulis. Guru melakukan evaluasi terhadap karangan deskripsi yang telah
siswa buat. Guru memberikan penjelasan mengenai menulis karangan deskripsi
yang baik dan benar.
Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-1 siklus I, guru
menyimpulkan dan memberikan pesan moral kepada siswa yang berkaitan dengan
materi pembelajaran yang telah dipelajari. Guru melakukan penilaian terhadap
pelaksanaan pembelajaran.
2) Pertemuan ke-2 (Selasa, 8 September 2020)
Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru
selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian
melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, tentang sifat-sifat benda padat.
Guru melakukan diskusi dengan siswa tentang belajar yang lebih bermakna
dengan mencari dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dari
materi yang akan dipelajari. Siswa diberikan peta konsep tentang ciri-ciri benda
padat yang masih kosong dan siswa diberi tugas untuk melengkapi peta konsep
tersebut dengan melakukan pengamatan di lingkungan sekolah dan menanyakan
hal-hal yang belum siswa mengerti. Setelah selesai, siswa kembali ke kelas untuk
melakukan diskusi tentang hasil pengamatan yang mereka peroleh. Guru
memberikan tugas untuk menyusun kerangka karangan deskripsi sesuai dengan
apa yang telah mereka amati sebelumnya.
Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-2 siklus I, siswa dibantu
guru menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari. Guru memberikan pesan
moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah
dipelajari. Guru melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran.
3) Pertemuan ke-3 (Senin, 14 September 2020)
Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru
selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian
melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, tentang sifat-sifat benda padat.
Siswa melanjutkan mengembangkan kerangka karangan yang telah mereka
buat pada pertemuan sebelumnya menjadi karangan yang lengkap dan benar.
Kemudian siswa diminta untuk membacakan karangan deskripsinya di depan
kelas dan siswa lain melakukan evaluasi terhadap karangan tersebut. Guru dan
43
siswa mendiskusikan karangan yang telah dibacakan, setelah itu guru menilai dan
merevisi hasil karangan deskripsi siswa.
Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-3 siklus I, siswa dibantu
guru menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari. Guru memberikan pesan
moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
c. Tahap Pengamatan
1) Data Lembar Observasi
Tahap pengamatan pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan pembelajaran.
Tabel 6. Observasi Keterlaksanaan Langkah-Langkah Metode Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada Siklus I
No Aktifitas Pengamatan
Hasil Penilaian Pengamatan
Baik Cukup Kurang Tidak
Terlaksana
4 3 2 1
Ketersediaan RPP
1.
Guru menyiapkan RPP
sebelum memulai
pembelajaran.
3
2.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran sesuai dengan
RPP yang dibuat.
3
Keterlaksanaan langkah-langkah
pembelajaran
1.
Konstruktivisme gagasan
dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi
3
2.
Penerapan inkuiri dalam
penemuan gagasan pada
pembelajaran menulis
karangan deskripsi
2
3. Keaktifan siswa dalam
bertanya 2
4.
Kerjasama siswa dalam tukar
menukar informasi pada
pembelajaran menulis
karangan deskripsi
3
5. Pemodelan yang dilakukan
dalam pembelajaran 3
44
6.
Kemampuan siswa
menyimpulkan pengalaman
belajar dari awal sampai akhir
pembelajaran menulis
karangan deskripsi
3
7. Penilaian Nyata 4
Aktifitas Guru
1.
Guru melaksanakan langkah-
langkah pembelajaran metode
Contextual Teaching and
Learning (CTL)
3
2. Guru mengecek kesiapan
belajar siswa. 4
3.
Guru menjelaskan
pembelajaran yang akan
dilakukan dengan baik dan
jelas.
3
Partisipasi Siswa
1.
Siswa menyiapkan diri
sebelum memulai
pembelajaran.
3
2. Siswa mampu menyelesaikan
tugas dengan baik. 3
3. Siswa mampu menyelesaikan
dalam waktu yang ditentukan. 3
4.
Siswa mampu memahami
materi yang dijelaskan oleh
guru.
3
5.
Siswa mengikuti
pembelajaran dengan rasa
percaya diri dan penuh
semangat.
3
6.
Siswa mengikuti langkah-
langkah pembelajaran
Contextual Teaching and
Learning (CTL)
3
Skor 8 42 4
Total Skor 54
Persentase Keterlaksanaan Model
Pembelajaran =
54
X 100 75%
72
45
2) Data Hasil Tes
Peneliti melaksanakan tes Siklus I pada hari Senin, tanggal 14 September
2020. Adapun siswa yang hadir saat itu sebanyak 15 siswa, hal ini berarti semua
siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi hadir mengikuti tes siklus I. Berdasarkan
analisis data tes evaluasi pada akhir siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Data Tes Evaluasi Siklus I
No Inisial Siswa Nilai KKM Nilai Posttest Keterangan
1 A 70 63 Belum Tuntas
2 AM 70 63 Belum Tuntas
3 FR 70 69 Belum Tuntas
4 FY 70 63 Belum Tuntas
5 HS 70 69 Belum Tuntas
6 KQ 70 63 Belum Tuntas
7 MA 70 63 Belum Tuntas
8 MH 70 63 Belum Tuntas
9 MH 70 75 Tuntas
10 MF 70 75 Tuntas
11 MR 70 56 Belum Tuntas
12 R 70 75 Tuntas
13 R 70 75 Tuntas
14 VMS 70 69 Belum Tuntas
15 WR 70 75 Tuntas
Hasil siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8. Statistika deskriptif siklus I kemampuan menulis deskripsi siswa kelas
V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara
Statistik Nilai Statistik
Jumlah sampel
Nilai tertinggi (maksimum)
Nilai terendah (minimum)
Nilai tengah (median)
Nilai yang sering muncul (modus)
Jumlah total skor
Nilai rata-rata (mean)
15
75
56
69
63
1.016
67,73
Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)
Berdasarkan tabel 9, maka dari 15 sampel diperoleh nilai tertinggi siswa
75, nilai terendah 56, median 69, modus 63, jumlah total skor 1.016 dan nilai rata-
rata adalah 67,73.
46
Setelah mengetahui kategori kemampuan menulis deskripsi siklus I, maka
langkah selanjutnya adalah membuat frekuensi nilai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) kemampuan menulis deskripsi siswa.
Tabel 9. Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216
Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara
No Pemerolehan Nilai Frekuensi Persentase (%)
1
2
Nilai ≥ 70
Nilai < 70
5
10
33,3
66,7
Jumlah 15 100
Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa siswa sampel yang memperoleh
nilai ≥ 70 (tuntas) berjumlah 5 orang atau 33,3% dan siswa yang memperoleh
nilai < 70 (tidak tuntas) adalah 10 siswa atau 66,7%. Hal ini berarti, pembelajaran
pada siklus I belum tuntas sehingga harus dilaksanakan siklus II.
d. Tahap Refleksi
Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan mengenai materi karangan
deskripsi, setelah itu guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang
belum siswa ketahui. Namun siswa terlihat kurang aktif dalam bertanya, hal
tersebut dikarenakan siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan. Hal
tersebut tentunya menyulitkan guru untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
siswa terhadap materi karangan deskripsi yang telah diajarkan. Guru perlu
melakukan pancingan-pancingan, agar siswa lebih berani mengajukan pertanyaan.
Kemudian pada akhir pertemuan, siswa diharapkan mampu menyimpulkan
pengalaman belajar dari awal sampai akhir pembelajaran. Namun pada pertemuan
pertama siswa belum mampu menyimpulkan pembelajaran, sehingga guru yang
menyimpulkan pengalaman belajar dari awal sampai akhir pembelajaran.
Pada pertemuan kedua, setelah siswa melakukan pengamatan di lingkungan
sekolah kemudian siswa kembali ke kelas dan berdiskusi dengan teman lainnya
tentang hasil pengamatan yang mereka dapatkan. Namun terlihat kerjasama siswa
dalam tukar menukar informasi hasil pengamatan kurang efektif karena tidak
terorganisir dengan baik. Siswa yang seharusnya berdiskusi dengan teman
lainnya, namun justru bermain dengan teman lain. Hal ini yang harus dibenahi
pada siklus berikutnya. Guru bisa membagi siswa menjadi beberapa kelompok
agar siswa lebih terkoordinasi dalam berdiskusi dan bertukar pikiran dengan
47
teman lainnya. Pada pertemuan kedua ketika melakukan pengamatan di
lingkungan sekitar sekolah, memakan waktu yang melebihi dari waktu yang telah
ditetapkan. Hal tersebut karena guru juga kurang mengkoordinasi siswa dengan
baik. Pada saat pemberangkatan, saat melakukan pengamatan, dan saat pulang
siswa kurang terkoordinasi dengan baik sehingga siswa ada yang bermain dan
bercanda dengan teman lain, hal tersebut menyebabkan banyak waktu yang
terbuang.
Pada pertemuan ketiga, semua komponen dalam lembar observasi sudah
terlaksana. Hanya saja masih terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki pada
pertemuan ketiga. Masih banyak ditemukan kesalahan pada hasil karangan
deskripsi yang dibuat siswa. Mayoritas kesalahan siswa adalah tata bahasa dan
tata tulis.
Pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN
216 Kopi-Kopi pada siklus II akan diselipkan materi struktur kalimat mengingat
mayoritas kesalahan siswa dalam membuat karangan deskripsi adalah tata bahasa
dan tata tulis. Siswa sering salah menulis huruf dan salah menempatkan huruf
kapital. Terkadang siswa menempatkan huruf kapital di tengah atau di akhir
kalimat. Tata bahasa siswa juga kurang efektif, siswa menggunakan kata yang
tidak perlu sehingga malah mempersulit pembaca dalam memahami karangan
deskripsi. Kesalahan yang juga sering ditemui adalah penempatan titik dan koma
yang tidak tepat dan awal kalimat yang tidak diawali huruf besar. Dengan
diajarkannya kembali materi struktur kalimat, diharapkan siswa paham dalam
membuat sebuah kalimat yang benar dan efektif sehingga kesalahan-kesalahan itu
bisa dihilangkan.
Pada setiap pertemuan siswa juga akan dipancing agar lebih aktif dalam
bertanya, mengingat pada pertemuan-pertemuan di siklus I siswa kurang aktif
dalam bertanya. Guru perlu memberikan pancingan-pancingan pada siswa agar
lebih aktif bertanya, seperti memberikan nilai lebih pada siswa yang mau
bertanya. Saat melakukan pengamatan, guru juga harus mengkoordinasi siswa
dengan lebih matang saat siswa berangkat, saat melakukan pengamatan, dan saat
kembali ke kelas agar tidak memakan terlalu banyak waktu seperti saat
pengamatan di siklus I.
48
Secara keseluruhan, ketiga pertemuan di siklus I dapat dilihat adanya
keberhasilan dalam proses pembelajaran metode Contextual Teaching and
Learning (CTL) yang dilaksanakan.
a) Konstruktivisme
Siswa didorong untuk mampu membangun sendiri pengetahuan melalui
pengalaman nyata siswa. Melalui pengamatannya terhadap gambar benda padat,
cair, gas serta melalui pengamatan langsung di lingkungan sekitar sekolah siswa
didorong untuk membangun sendiri gagasan-gagasannya dan guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menuangkan gagasan-gagasan siswa ke dalam
bentuk sebuah karangan deskripsi.
b) Inkuiri
Siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekolah untuk menemukan
ide/gagasan yang menjadi dasar penulisan karangan deskripsi serta menemukan
hal-hal yang dapat menjadi sumber untuk penulisan karangan deskripsi siswa, lalu
mengumpulkan informasi, membuat kerangka karangan, mengembangkan
kerangka karangan, dan mengevaluasi karangan.
c) Bertanya
Siswa melakukan tanya jawab dengan teman maupun guru untuk menggali
informasi sebagai bahan penulisan karangan deskripsi. Meskipun dalam
pertemuan pertama siswa masih malu untuk mengemukakan pertanyaannya,
namun di pertemuan kedua dan ketiga siswa sudah mulai berani mengemukakan
pertanyaannya. Guru memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa
untuk menggali informasi sebanyak mungkin.
d) Masyarakat belajar
Meskipun dalam pelaksanaannya kurang efektif namun dalam siklus I siswa
sudah diajarkan melakukan kerjasama secara diskusi kelompok, bertukar pikiran
dengan siswa lain tentang informasi-informasi hasil pengamatan di lingkungan
sekitar sekolah.
e) Pemodelan
Siswa disajikan sumber belajar di sekitar mereka yaitu lingkungan sekolah
sehingga siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber belajar tersebut. Siswa
bisa mencari informasi sendiri, siswa bisa mengembangkan karangannya
49
berdasarkan informasi yang dia peroleh sehingga tidak terjadi verbalisme di dalam
kelas.
f) Refleksi
Setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada
siswa mengingat kembali apa yang telah dipelajari sehingga ia dapat
menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. Pada pertemuan pertama siswa
belum mampu menyimpulkan pembelajaran, tapi di pertemuan kedua dan ketiga
siswa sudah mulai bisa dan berani menyimpulkan pembelajaran dari awal hingga
akhir meskipun dibantu oleh guru.
g) Penilaian nyata
Guru mengumpulkan data yang dapat menunjukan perkembangan
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa.
3. Tindakan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan refleksi tindakan pada siklus I, maka perlu dilaksanakan
tindakan pada siklus II. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran
yang kurang maksimal pada siklus II. Siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan.
Pertemuan ke-1 guru menjelaskan materi tentang teknik menulis karangan
deskripsi dan sifat-sifat benda cair dan gas. Pada pertemuan ke-2 guru mengajak
siswa melakukan pengamatan terhadap benda cair dan gas di lingkungan sekitar
sekolah kemudian siswa saling berdiskusi bertukar informasi hasil pengamatan
dan membuat kerangka karangan deskripsi. Pada pertemuan ke-3, siswa
mengembangkan kerangka karangan deskripsi yang telah dibuat pada pertemuan
sebelumnya, menjadi sebuah karangan deskripsi yang utuh dan padu.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I ini terdiri dari 3 kali pertemuan. Adapun uraian proses
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan ke- 1 (Selasa, 15 September 2020)
Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru
selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian
melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, “anak-anak benda apa saja
yang kaliat lihat saat mandi?”. Siswa menjawab, “air, sikat gigi, sampo”.
50
Kemudian guru bertanya, “tolong sebuatkan sifat-sifat air yang kalian gunakan
untuk mandi”. Kemudian siswa menjawab, “tidak berwarna, tidak berbentuk”.
Guru melakukan diskusi dengan siswa tentang belajar yang lebih bermakna
dengan mencari dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dari
materi yang akan dipelajari. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang
benda cair dan gas serta sifat-sifatnya. Siswa diperlihatkan gambar air dan udara
yang sudah ditempel di papan tulis oleh guru. Setelah itu, siswa dibantu guru
diajak mencari dan menemukan sifat benda cair dan gas berdasarkan gambar di
papan tulis. Kemudian siswa mendengarkan pembacaan karangan deskripsi
berjudul “air” yang dibacakan salah seorang siswa. Setelah kegiatan tersebut,
siswa melakukan tanya jawab mengenai karangan deskripsi yang telah dibacakan.
Guru menjelaskan materi karangan deskripsi dan unsur kalimat. Siswa dan guru
melakukan tanya jawab mengenai materi karangan deskripsi yang telah
dibacakan. Guru memberikan penjelasan mengenai menulis karangan deskripsi
yang baik dan benar.
Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-1 siklus II, siswa
dibimbing guru untuk menyimpulkan pembelajaran dan guru memberikan pesan
moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah
dipelajari. Guru melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran.
4) Pertemuan ke-2 (Senin, 21 September 2020)
Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru
selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian
melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, tentang sifat-sifat benda cair
dan gas.
Guru melakukan diskusi dengan siswa tentang belajar yang lebih bermakna
dengan mencari dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dari
materi yang akan dipelajari. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok beranggotakan 3-4 siswa. Masing-masing kelompok diberikan peta
konsep yang berbeda dengan kelompok lainnya. Kelompok pertama dan kedua
mendapat ciri benda cair, kelompok tiga dan empat mendapat ciri benda gas.
Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mengisi peta konsep yang telah
dibagikan dengan melakukan pengamatan di lingkungan sekitar sekolah. Siswa
51
menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Setelah selesai, siswa kembali
ke kelas untuk melakukan diskusi tentang hasil pengamatan yang mereka peroleh.
perwakilan kelompok membacakan hasil pengamatannya. Guru memberikan tugas
untuk menyusun kerangka karangan deskripsi sesuai dengan apa yang telah
mereka amati sebelumnya.
Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-2 siklus II, siswa dibantu
guru menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari. Guru memberikan pesan
moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah
dipelajari. Guru melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran.
c. Pertemuan ke-3 (Selasa, 22 September 2020)
Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru
selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian
melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa benda apa saja yang telah kalian
amati pada pertemuan sebelumnya.
Siswa melanjutkan mengembangkan kerangka karangan yang telah mereka
buat pada pertemuan sebelumnya menjadi karangan yang lengkap dan benar.
Kemudian siswa diminta untuk membacakan karangan deskripsinya di depan
kelas dan siswa lain melakukan evaluasi terhadap karangan tersebut. Guru dan
siswa mendiskusikan karangan yang telah dibacakan, setelah itu guru menilai dan
merevisi hasil karangan deskripsi siswa.
Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-3 siklus II, siswa dibantu
guru menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari. Guru memberikan pesan
moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
d. Tahap Pengamatan
1) Data Lembar Observasi
Tahap pengamatan pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan pembelajaran.
52
Tabel 10. Observasi Keterlaksanaan Langkah-Langkah Metode Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada Siklus II
No Aktifitas Pengamatan
Hasil Penilaian Pengamatan
Baik Cukup Kurang Tidak
Terlaksana
4 3 2 1
Ketersediaan RPP
1.
Guru menyiapkan RPP
sebelum memulai
pembelajaran.
4
2.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran sesuai dengan
RPP yang dibuat.
4
Keterlaksanaan langkah-langkah
pembelajaran
1.
Konstruktivisme gagasan
dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi
4
2.
Penerapan inkuiri dalam
penemuan gagasan pada
pembelajaran menulis
karangan deskripsi
4
3. Keaktifan siswa dalam
bertanya 4
4.
Kerjasama siswa dalam tukar
menukar informasi pada
pembelajaran menulis
karangan deskripsi
4
5. Pemodelan yang dilakukan
dalam pembelajaran 4
6.
Kemampuan siswa
menyimpulkan pengalaman
belajar dari awal sampai akhir
pembelajaran menulis
karangan deskripsi
4
7. Penilaian Nyata 4
Aktifitas Guru
1.
Guru melaksanakan langkah-
langkah pembelajaran metode
Contextual Teaching and
Learning (CTL)
4
2. Guru mengecek kesiapan
belajar siswa. 4
3.
Guru menjelaskan
pembelajaran yang akan
dilakukan dengan baik dan
jelas.
4
53
Partisipasi Siswa
1.
Siswa menyiapkan diri
sebelum memulai
pembelajaran.
4
2. Siswa mampu menyelesaikan
tugas dengan baik. 4
3. Siswa mampu menyelesaikan
dalam waktu yang ditentukan. 4
4.
Siswa mampu memahami
materi yang dijelaskan oleh
guru.
4
5.
Siswa mengikuti
pembelajaran dengan rasa
percaya diri dan penuh
semangat.
4
6.
Siswa mengikuti langkah-
langkah pembelajaran
Contextual Teaching and
Learning (CTL)
4
Skor 72 0 0
Total Skor 72
Persentase Keterlaksanaan Model
Pembelajaran =
72
X 100 100%
72
2) Data Hasil Tes
Peneliti melaksanakan tes Siklus II pada hari Selasa, tanggal 22 September
2020. Adapun siswa yang hadir saat itu sebanyak 15 siswa, hal ini berarti semua
siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi hadir mengikuti tes siklus II. Berdasarkan
analisis data tes evaluasi pada akhir siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 11. Data Tes Evaluasi Siklus II
No Inisial Siswa Nilai KKM Nilai Posttest Keterangan
1 A 70 75 Tuntas
2 AM 70 69 Belum Tuntas
3 FR 70 81 Tuntas
4 FY 70 69 Belum Tuntas
5 HS 70 75 Tuntas
6 KQ 70 75 Tuntas
7 MA 70 75 Tuntas
8 MH 70 81 Tuntas
9 MH 70 81 Tuntas
10 MF 70 81 Tuntas
54
11 MR 70 63 Belum Tuntas
12 R 70 81 Tuntas
13 R 70 88 Tuntas
14 VMS 70 75 Tuntas
15 WR 70 81 Tuntas
Hasil siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Statistika deskriptif siklus II kemampuan menulis deskripsi siswa kelas
V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara
Statistik Nilai Statistik
Jumlah sampel
Nilai tertinggi (maksimum)
Nilai terendah (minimum)
Nilai tengah (median)
Nilai yang sering muncul (modus)
Jumlah total skor
Nilai rata-rata (mean)
15
88
63
75
81
1.150
76,67
Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)
Berdasarkan tabel 12, maka dari 15 sampel diperoleh nilai tertinggi siswa
88, nilai terendah 63, median 75, modus 81, jumlah total skor 1.150 dan nilai rata-
rata adalah 76,67.
Setelah mengetahui kategori kemampuan menulis deskripsi siklus II, maka
langkah selanjutnya adalah membuat frekuensi nilai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) kemampuan menulis deskripsi siswa.
Tabel 13. Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216
Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara
No Pemerolehan Nilai Frekuensi Persentase (%)
1
2
Nilai ≥ 70
Nilai < 70
12
3
80
20
Jumlah 15 100
Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)
Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa siswa sampel yang memperoleh
nilai ≥ 70 (tuntas) berjumlah 12 orang atau 80% dan siswa yang memperoleh nilai
< 70 (tidak tuntas) adalah 3 siswa atau 20%. Hal ini berarti, pembelajaran pada
siklus IIsudah tuntas sehingga tidak diperlukan siklus berikutnya.
55
e. Tahap Refleksi
Pada pertemuan pertama hal yang menjadi kendala di siklus I telah teratasi.
Siswa sudah aktif dalam bertanya terkait karangan dekripsi . siswa telah aktif
untuk menggali informasi sebagai bahan penulisan karangan deskripsi. Guru
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk menggali
informasi sebanyak mungkin. Pada akhir pertemuan siswa dan guru melakukan
refleksi yaitu menyimpulkan pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran.
Pada siklus I siswa belum berani menyimpulkan pembelajaran, namun di
siklus II siswa sudah berani menyimpulkan pembelajaran dari awal hingga akhir
meskipun harus dibantu oleh guru.
Pada pertemuan kedua, hal yang menjadi kendala pada siklus I adalah
diskusi yang dilakukan siswa setelah melakukan pengamatan kurang terorganisir
dengan baik. Siswa yang seharusnya melakukan diskusi, bertukar informasi hasil
pengamatan hanya bermain dan bercanda dengan siswa lain. Namun pada siklus
II, kendala tersebut sudah bisa teratasi. Pada pertemuan II siklus II, siswa dibagi
menjadi 4 kelompok dan melakukan pengamatan secara kelompok. Setelah
melakukan pengamatan siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok di kelas
untuk bertukar informasi mengenai hasil pengamatan. Jadi siswa sudah jelas dan
paham harus berdiskusi dengan siapa, sehingga siswa tidak bermain atau bercanda
dengan siswa lain. Siswa sudah paham dengan tugas yang diberikan kepada
kelompoknya dan harus mengarjakan tugasnya dengan siapa. Guru juga sudah
mengatur siswa dengan baik dalam pemberangkatan, saat pelakukan pengamatan,
dan saat kembali ke kelas agar siswa tidak bercanda dan bermain dengan
temannya sehingga tidak ada waktu yang terbuang.
Pada pertemuan ketiga, kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai dalam
karangan deskripsi sudah mulai hilang. Meskipun masih ada siswa yang belum
benar dalam tata bahasa dan tata tulis, namun hasil karangan deskripsi siswa
menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi
menggunakan metode contextual teaching and learning (CTL) siswa kelas V di
SDN 216 Kopi-Kopi pada siklus II peneliti merasa cukup puas karena proses
56
pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya dan menunjukan hasil belajar yang lebih baik.
Adapun hasil pembelajaran mengalami peningkatan. Berdasarkan
rekapitulasi nilai menulis karangan deskripsi siswa kelas V pada siklus II yang
disajikan pada tabel 4.4 perolehan nilai rata-rata seluruh siswa sudah mencapai
KKM bahkan di atas KKM. Nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan dari
68 pada siklus I menjadi 77 pada siklus II. Jumlah siswa yang telah mendapat
nilai sesuai dengan KKM pun meningkat. Pada siklus I siswa yang mencapai nilai
KKM sebanyak 5 siswa (33,33%) kemudian meningkat menjadi 12 siswa (80%)
pada siklus II.
Berdasarkan hasil nilai menulis karangan deskripsi dan hasil observasi pada
siklus II peneliti merasa peningkatan nilai siswa dalam menulis karangan
deskripsi melalui penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) sudah
cukup. Peneliti merasa puas dengan perolehan nilai menulis karangan deskripsi
yang dicapai oleh siswa telah sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian
ini, sehingga tidak memerlukan adanya tindakan siklus III.
Dari hasil observasi dalam 3 pertemuan pada siklus II, dapat dilihat bahwa
komponen-komponen utama metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
sudah terlaksana. Hal itu bisa dilihat dari kegiatan sebagai berikut.
1) Konstuktivisme
Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, siswa menemukan dan
menerapkan ide dan gagasannya sendiri melalui mengamati gambar dan
melakukan pengamatan langsung di lingkungan sekitar sekolah.
2) Inkuiri
Siswa melakukan pengamatan terhadap benda cair, dan gas di lingkungan
sekitar sekolah untuk menemukan ide/gagasan yang menjadi dasar penulisan
karangan deskripsi serta menemukan hal-hal yang dapat menjadi sumber untuk
penulisan karangan deskripsi siswa, lalu mengumpulkan informasi, membuat
kerangka karangan, mengembangkan kerangka karangan, dan mengevaluasi
karangan.
57
3) Bertanya
Siswa melakukan tanya jawab dengan teman maupun guru untuk menggali
informasi sebagai bahan penulisan karangan deskripsi. Guru memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk menggali informasi
sebanyak mungkin.
4) Masyarakat belajar
Siswa melakukan kerjasama secara diskusi kelompok, bertukar pikiran
dengan siswa lain tentang informasi-informasi hasil pengamatan di lingkungan
sekitar sekolah.
5) Pemodelan
Siswa disajikan sumber belajar di sekitar mereka yaitu lingkungan sekolah
sehingga siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber belajar tersebut. Siswa
bisa mencari informasi sendiri, siswa bisa mengembangkan karangannya
berdasarkan informasi yang dia peroleh sehingga tidak terjadi verbalisme di dalam
kelas.
6) Refleksi
Setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada
siswa mengingat kembali apa yang telah dipelajari sehingga ia dapat
menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
7) Penilaian nyata
Guru mengumpulkan data yang dapat menunjukan perkembangan
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa.
Peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dapat dilihat pada
hasil tes menulis karangan deskripsi pada tindakan siklus II. Tes ini dilakukan
secara individu guna mengetahui keterampilan yang dimiliki masing-masing
siswa setelah mengalami tindakan. Hasil peningkatan keterampilan menulis
karangan deskripsi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini.
58
Tabel 14. Rekapitulasi Peningkatan Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siswa
Kelas V SDN 216 Kopi-Kopi
Nilai Rata-rata
Ketuntasan
Pra Siklus Siklus I Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II
57,60 67,73 76,67 0 5 12
Presentase 0% 33,33% 80%
Apabila ditampilkan dalam bentuk grafik maka dapat disajikan grafik
peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V berdasarkan
perbandingan nilai rata-rata (mean) dan ketuntasan sebagai berikut ini.
Gambar 3. Grafik peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa
kelas V berdasarkan perolehan nilai rata-rata (mean)
Gambar 4. Grafik peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa
kelas V berdasarkan ketuntasan (%)
57.6 67.73
76.67
0
20
40
60
80
100
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai Rata-Rata (Mean)
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
0
33.33
80
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Ketuntasan (%)
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
59
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15. Peningkatan nilai menulis karangan deskripsi dari pra siklus, siklus I,
dan siklus II
No
Siswa
Nilai
Ketuntasan
Pra
Siklus
Siklus I
Siklus
II
Tuntas
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 A 50 63 75 - -
2 AM 50 63 69 - - -
3 FR 63 69 81 - -
4 FY 56 63 69 - - -
5 HS 63 69 75 - -
6 KQ 56 63 75 - -
7 MA 56 63 75 - -
8 MH 56 63 81 - -
9 MH 63 75 81 -
10 MF 63 75 81 -
11 MR 50 56 63 - - -
12 R 56 75 81 -
13 R 63 75 88 -
14 VMS 56 69 75 - -
15 WR 63 75 81 -
Jumlah 864 1.016 1.150 0 siswa 5 siswa 12 siswa
Rata-rata
jumlah skor
57,60 67,73 76,67 0% 33,3% 80%
Tidak Tuntas 15 siswa 10 siswa 3 siswa
100% 66,8% 20%
Keterangan :
= Tuntas
- = Tidak tuntas
60
4.2 Pembahasan
1. Pra siklus
Keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN 216 Kopi-
Kopi berdasarkan hasil tes pada pra siklus masih rendah. Mayoritas siswa kelas V
masih sangat kesulitan untuk menulis sebuah karangan deskripsi yang utuh dan
padu. Bahkan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, siswa terlihat pasif
dan kurang memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan
pengelolaan pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengarang karangan deskripsi
kurang efektif dan menyenangkan. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi
mengarang karangan deskripsi yang terjadidi kelas hanya sebatas guru
menjelaskan dan siswa mendengarkan, siswa hanya sekedar mengetahui bukan
mengalami. Akibatnya, bila siswa ditugaskan menulis sebuah karangan deskripsi,
siswa sulit mengeluarkan ide-ide dan gagasan apa yang akan ditulis dalam
karangan deskripsi. Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, guru kelas
belum memberikan petunjuk yang jelas. Guru hanya memberikan satu tema yang
ditulis di papan tulis dan siswa diperintahkan untuk menulis karangan deskripsi
pada buku tulis masing-masing. Hal tersebut tentu membuat siswa bingung dan
membuat mereka multi tafsir dalam menulis karangan deskripsi. Banyak diantara
mereka yang hanya menulis beberapa kata, menulis beberapa kalimat namun
antara satu kalimat dengan kalimat yang lain tidak saling berhubungan. Ada siswa
yang baru menulis beberapa kata saja sudah mengeluh lelah atau pusing. Hal ini
tentu saja membuat pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi
menulis karangan deskripsi menjadi materi yang sangat membosankan. Siswa
menjadi bosan karena tidak ada ide yang mereka temukan sedangkan guru hanya
menunggu hasil karangan mereka tanpa mengarahkan. Alhasil kelas menjadi tidak
kondusif karena siswa yang terlanjur bosan malah bermain sendiri mengganggu
teman lain yang sedang mengerjakan.
Perlu sebuah strategi pembelajaran yang mempermudah siswa menulis
karangan deskripsi. Strategi pembelajaran yang menghubungkan antara materi
menulis karangan deskripsi dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa sehingga
materi menulis karangan deskripsi akan lebih bermakna bagi siswa. Dengan
menghubungkan antara materi menulis karangan deskripsi dengan konteks
61
kehidupan sehari-hari siswa, maka siswa akan lebih mudah dalam menemukan ide
dan gagasan yang akan dituangkan dalam karangan deskripsi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di SDN 216 Kopi-Kopi
kepada guru kelas V SDN 216 Kopi-Kopi, peneliti memperoleh keterangan bahwa
pembelajaran akan lebih mudah dan menyenangkan apabila sumber belajar adalah
berdasarkan pengalaman sehari-hari siswa. Dalam artian, pembelajaran yang
dilakukan di kelas bersumber pada hal-hal yang pernah dialami siswa secara
langsung di lingkungan sekitar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Pavlov
(2013) yang menyatakan bahwa proses belajar dapat terjadi jika ada ada hubungan
timbal balik antara organisme dengan lingkungan. Dari pendapat tersebut terdapat
makna tersirat bahwa dalam lingkungan juga terdapat sumber belajar. Siswa dapat
belajar dari pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
peneliti berdiskusi dengan guru kelas V SDN 216 Kopi-Kopi yang sekaligus
mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia dan peneliti dan guru kelas V SDN
216 Kopi-Kopi sepakat memilih pendekatan metode Contexstual Teaching and
Learning (CTL) sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan menulis
karangan deskripsi siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi.
2. Siklus I
Secara kuantitatif, hasil tes menulis karangan deskripsi menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas V SDN 216
Kopi-Kopi pada siklus I nampak suatu perbedaan dengan hasil pra siklus. Seperti
tabel 8 yang disajikan, dari 15 siswa hanya 5 siswa saja (33,33%) yang mendapat
nilai sesuai KKM pada siklus I. Secara keseluruhan, ketiga pertemuan di siklus I
dapat dilihat adanya keberhasilan dalam peningkatan keterampilan menulis
karangan deskripsi.Meskipun terjadi peningkatan pada siklus I, peningkatan
tersebut dirasa belum maksimal karena siswa yang mencapai KKM belum sampai
75%, sehingga guru dan peneliti melakukan refleksi dan melanjutkan ke siklus II.
Adapun hasil refleksi yang telah dilaksanakan pada siklus I ini adalah: (1)
Mayoritas kesalahan siswa dalam menulis karangan deskripsi adalah tata bahasa
dan tata tulis, (2) siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan, hal tersebut
tentunya menyulitkan guru untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa
terhadap materi karangan deskripsi, (3) pada akhir pertemuan, siswa belum
62
mampu menyimpulkan hal-hal yang telah dipelajari dari awal hingga akhir
pembelajaran, (4) guru kurang mengkoordinasi siswa dengan baik saat melakukan
pengamatan sehingga saat melakukan pengamatan memakan waktu yang terlalu
banyak, (5) kerjasama siswa dalam tukar menukar informasi hasil pengamatan
tidak efektif karena tidak terorganisir dengan baik.
Sehingga perbaikan yang dilakukan pada silklus II adalah: (1) Pelaksanaan
pembelajaran menulis karangan deskripsi siklus II akan diselipkan materi unsur
kalimat, (2) pada setiap pertemuan siswa akan dipancing lebih aktif dalam
bertanya, (3) siswa dipancing untuk berani menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dari awal hingga akhir pertemuan, (4) saat melakukan pengamatan, guru
juga harus mengkoordinasi siswa dengan lebih matang saat siswa berangkat, saat
melakukan pengamatan, dan saat kembali ke kelas agar tidak memakan terlalu
banyak waktu seperti saat pengamatan di siklus I, (5) saat melakukan pengamatan
di lingkungan sekitar sekolah pada siklus II, siswa akan dibagi menjadi 4
kelompok yaitu 2 kelompok benda benda cair, dan 2 kelompok benda gas agar
lebih terorganisir.
3. Siklus II
Secara kuantitatif hasil tes menulis karangan deskripsi menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas V SDN 216
Kopi-Kopi pada siklus II meningkat bila dibandingkan pada rata-rata hasil tes
siklus I. Rata-rata hasil tes menulis karangan deskripsi siklus II ini meningkat 9
dari nilai rata-rata siklus I 68 ke 77 pada siklus II. Presentase ketuntasan juga
meningkat sebesar 33,33% dari jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus ke
siklus II sebesar 80%.
Pada hasil pengamatan juga menunjukan pada pertemuan pertama hal yang
menjadi kendala di siklus I telah teratasi. Siswa sudah aktif dalam bertanya terkait
karangan dekripsi. Siswa telah aktif untuk menggali informasi sebagai bahan
penulisan karangan deskripsi. Guru memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada siswa untuk menggali informasi sebanyak mungkin. Pada akhir pertemuan
siswa dan guru melakukan refleksi yaitu menyimpulkan pembelajaran dari awal
hingga akhir pembelajaran. Pada siklus I siswa belum berani menyimpulkan
63
pembelajaran, namun di siklus II siswa sudah berani menyimpulkan pembelajaran
dari awal hingga akhir meskipun harus dibantu oleh guru.
Pada pertemuan kedua, hal yang menjadi kendala pada siklus I adalah
diskusi yang dilakukan siswa setelah melakukan pengamatan kurang terorganisir
dengan baik. Siswa yang seharusnya melakukan diskusi, bertukar informasi hasil
pengamatan hanya bermain dan bercanda dengan siswa lain. Namun pada siklus
II, kendala tersebut sudah bisa teratasi. Pada pertemuan II siklus II, siswa dibagi
menjadi 4 kelompok dan melakukan pengamatan secara kelompok. Setelah
melakukan pengamatan siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok di kelas
untuk bertukar informasi mengenai hasil pengamatan. Jadi siswa sudah jelas dan
paham harus berdiskusi dengan siapa, sehingga siswa tidak bermain atau bercanda
dengan siswa lain. Siswa sudah paham dengan tugas yang diberikan kepada
kelompoknya dan harus mengarjakan tugasnya dengan siapa.
Pada pertemuan ketiga, siswa mengembangkan kerangka karangan deskripsi
yang telah mereka buat pada pertemuan sebelumnya. Kemudian siswa
membacakan hasil karangan deskripsinya di depan kelas, setelah itu siswa saling
mengevaluasi hasil karangan deskripsi dengan teman lainnya. Siswa cukup lancar
mengevaluasi karangan deskripsi milik teman karena siswa telah paham mana
karangan deskripsi yang benar dan mana karangan deskripsi yang belum benar
meskipun harus dibantu oleh guru
Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi
menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas V di
SDN 216 Kopi-Kopi pada siklus II peneliti merasa cukup puas karena proses
pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya dan menunjukan hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan hasil nilai
menulis karangan deskripsi dan hasil observasi pada siklus II peneliti merasa
peningkatan nilai siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui penerapan
contextual teaching and learning (CTL) sudah cukup. Peneliti merasa puas
dengan perolehan nilai menulis karangan deskripsi yang dicapai oleh siswa telah
sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini, sehingga tidak
memerlukan adanya tindakan siklus III.
64
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu
proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk
memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan/konteks ke
permasalahan/konteks lainnya.Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna
dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-
hari siswa. Maka dari itu, siswa akan lebih mudah untuk mengeluarkan ide dan
gagasan untuk mengarang karangan deskripsi apabila gagasan dan ide tersebut
diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari siswa secara langsung.
Selain itu, pembelajaran akan lebih menyenangkan apabila sumber belajar atau
sumber gagasan dari karangan deskripsi tersebut adalah pengalaman yang pernah
dialami siswa secara langsung. Seperti pendapat yang dikemukakan Nurhadi
(2017) bahwa belajar dapat dikatakan efektif apabila proses belajar itu sendiri
dimulai dari lingkungan yang berpusat pada siswa. Hal ini dapat menambah
keinginan siswa untuk lebih mendalami materi pelajaran.
Adapun komponen-komponen utama yang mendasari pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL), menurut Sanjaya (2015) komponen-
komponen tersebut yaitu:
1) Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun pengetahuan baru dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Penerapan asas konstruktivisme
dalam pembelajaran melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL),
siswa didorong untuk mampu membangun sendiri pengetahuan melalui
pengalaman nyata siswa.
2) Inkuiri
Inkuiri yaitu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah yaitu: (a) merumuskan masalah; (b) mengajukan hipotesis; (c)
mengumpulkan data; (d) menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan; dan
65
(e) membuat kesimpulan. Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi,
inkuiri dapat diterapkan dengan penemuan ide dan gagasan berdasarkan pencarian
dan penemuan secara sistematis. Pertama siswa melakukan pengamatan di
lingkungan sekolah untuk menemukan ide/gagasan yang menjadi dasar penulisan
karangan deskripsi serta menemukan hal-hal yang dapat menjadi sumber untuk
penulisan karangan deskripsi siswa, lalu mengumpulkan informasi, membuat
kerangka karangan, mengembangkan kerangka karangan, dan mengevaluasi
karangan.
3) Bertanya
Bertanya dapat diartikan sebagai tolak ukur dari keingintahuan setiap
individu. Melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan
mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam
pembelajaran, Siswa melakukan tanya jawab dengan teman maupun guru untuk
menggali informasi sebagai bahan penulisan karangan deskripsi. Guru
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk menggali
informasi sebanyak mungkin.
4) Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat belajar dalam metode Contextual Teaching and
Learning (CTL) dapat diartikan hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama
dengan orang lain. Dalam kelas Contextual Teaching and Learning (CTL),
penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar.Dalam pembelajaran menulis karangan
deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), konsep
masyarakat belajar dapat diterapkan saat siswa berkelompok melakukan tukar
pikiran setelah dilakukannya pengamatan.
5) Pemodelan
Yang dilaksud dengan asas pemodelan adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak
yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. Dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi, asas ini diterapkan dengan dilakukannya pengamatan di luar
kelas. Siswa bisa mencari informasi sendiri, siswa bisa mengembangkan
66
karangannya berdasarkan informasi yang dia peroleh sehingga tidak terjadi
verbalisme di dalam kelas.
6) Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang
dilakukan denga mengurutkan kembali proses pembelajaran yang telah dilaluinya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode Contextual Teaching
and Learning (CTL), setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberi
kesempatan kepada siswa mengingat kembali apa yang telah dipelajari sehingga ia
dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
7) Penilaian Nyata (Autentik)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini
dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh
sebab itu, penekanan ditekankan pada proses belajar bukan hasil belajar. Asas
penilaian nyata sangat penting dalam pembelajaran. Dalam metode konvensional
guru hanya melakukan penilaian pada hasil, namun dalam pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) khususnya menulis karangan deskripsi
menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) guru melakukan
penilaian dari pengalaman belajar siswa, saat proses pengamatan, sikap siswa saat
pengamatan berlangsung, serta hasil karangan deskripsi milik siswa.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kemampuan menulis karangan deskriptif siswa dapat ditingkatkan melalui
penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 216 Kopi-
KopiKecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara dengan langkah-langkah
sebagai berikut: konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi dan penilaian nyata (autentik).
2. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan menulis
karangan deskripsi siswa melalui penerapan metode Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada pembelajaran bahasa indonesia siswa kelas V SDN 216
Kopi-Kopi. Hal tersebut dapat dibuktikan pada pra siklus nilai rata-rata
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa diperoleh 57,60 dengan
persentase ketuntasan 0%, siklus I nilai rata-rata kemampuan menulis
karangan deskripsi siswa diperoleh 67,73 dengan persentase ketuntasan 33,3%
dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata menulis karangan deskripsi
siswa 76,67 dan persentase ketuntasan 80%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti menyarankan
beberapa hal demi keberhasilan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi
sebagai berikut:
1. Guru
a. Agar guru kelas menggunakan pendekatan yang lebih variatif dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi.
b. Agar guru memanfaatkan lingkungan di sekitar siswa (kontekstual dan
menarik) sebagai sumber ide gan gagasan dalam karangan deskripsi.
2. Sekolah
a. Agar sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut penggunaan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi
di Sekolah Dasar.
68
b. Lebih memotivasi guru dalam penggunaan pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) dalam pembelajaran.
69
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah. 2016. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Erlangga.
Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Ayu. 2019. Penerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan Keterampilan
Menulis Karangan Deskripsi Pada Siswa KelasV SD. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Vol. 4 No. 3.
Charles, 2018. Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskrpsi dengan
Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V
SDN 05 Nanga Pinoh. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 6 No. 2.
Dalman. 2015. Menulis Karya Ilmiah. Rajagrafindo Persada. Depok.
Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2015. Model Pembelajaran Inovatif. Gava Media.
Yogyakarta.
Djuanda, D. 2016. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. UPI Press. Bandung.
Hartati, Sri. 2015. Sistem Pakar dan Pengembangannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hasani, Aceng. 2015. Ihwal Menulis. Untirta Press. Banten.
Komaidi, Didik dan Wahyu Wijayanti. 2016. Panduan Lengkap PTK. Sabda
Media. Yogyakarta.
Kunandar. 2017. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru). Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Muslich, Masnur. 2015.Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Bumi Aksara. Jakarta.
Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo.
Yogyakarta.
Nurhadi. 2017. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Universitas Negeri Malang. Malang.
Riduwan dan Akdon. 2016.Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Alfabeta.
Bandung.
Sailo, Irawati. 2017. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi
Menggunakan Model Contextual Teaching and LearningSiswa Kelas IV.
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 5 No. 1.
70
Sanjaya. 2016. Contextual Teaching and Learning (CTL). Ghalia Indonesia.
Yogyakarta.
Slamet. 2016. Teknik-Teknik Menulis. Rineka Cipta. Jakarta.
Suparno dan Yunus, Muhammad. 2016. Keterampilan Dasar Menulis. Universitas
Terbuka. Jakarta.
Suyadi. 2015. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Diva Press. Yogjakarta.
Trianto. 2015. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and.
Learning) di Kelas. Cerdas Pustaka. Surabaya.
Zuleha. 2015. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di SekolahDasar.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
71
MASTER TABEL
No Kemampuan Menulis Deskripsi
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 50 63 75
2 50 63 69
3 63 69 81
4 56 63 69
5 63 69 75
6 56 63 75
7 56 63 75
8 56 63 81
9 63 75 81
10 63 75 81
11 50 56 63
12 56 75 81
13 63 75 88
14 56 69 75
15 63 75 81
*Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 70
69
OBSERVASI KETERLAKSANAAN LANGKAH-LANGKAH
METODE CTL SIKLUS I
No Aktifitas Pengamatan
Hasil Penilaian Pengamatan
Baik Cukup Kurang Tidak
Terlaksana
4 3 2 1
Ketersediaan RPP
1. Guru menyiapkan RPP sebelum memulai pembelajaran. 3
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan RPP yang
dibuat. 3
Keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran
1. Konstruktivisme gagasan dalam pembelajaran menulis karangan
deskripsi 3
2. Penerapan inkuiri dalam penemuan gagasan pada pembelajaran
menulis karangan deskripsi 2
3. Keaktifan siswa dalam bertanya 2
4. Kerjasama siswa dalam tukar menukar informasi pada pembelajaran
menulis karangan deskripsi 3
5. Pemodelan yang dilakukan dalam pembelajaran 3
70
6. Kemampuan siswa menyimpulkan pengalaman belajar dari awal
sampai akhir pembelajaran menulis karangan deskripsi 3
7. Penilaian Nyata 4
Aktifitas Guru
1. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) 3
2. Guru mengecek kesiapan belajar siswa. 4
3. Guru menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan dengan baik
dan jelas. 3
Partisipasi Siswa
1. Siswa menyiapkan diri sebelum memulai pembelajaran. 3
2. Siswa mampu menyelesaikan tugas dengan baik. 3
3. Siswa mampu menyelesaikan dalam waktu yang ditentukan. 3
4. Siswa mampu memahami materi yang dijelaskan oleh guru. 3
5. Siswa mengikuti pembelajaran dengan rasa percaya diri dan penuh
semangat. 3
6. Siswa mengikuti langkah-langkah pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) 3
Skor 8 42 4
71
Total Skor 54
Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran = 54
X 100 75% 72
72
OBSERVASI KETERLAKSANAAN LANGKAH-LANGKAH
METODE CTL SIKLUS II
No Aktifitas Pengamatan
Hasil Penilaian Pengamatan
Baik Cukup Kurang Tidak
Terlaksana
4 3 2 1
Ketersediaan RPP
1. Guru menyiapkan RPP sebelum memulai pembelajaran. 4
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan RPP yang
dibuat. 4
Keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran
1. Konstruktivisme gagasan dalam pembelajaran menulis karangan
deskripsi 4
2. Penerapan inkuiri dalam penemuan gagasan pada pembelajaran
menulis karangan deskripsi 4
3. Keaktifan siswa dalam bertanya 4
4. Kerjasama siswa dalam tukar menukar informasi pada pembelajaran
menulis karangan deskripsi 4
5. Pemodelan yang dilakukan dalam pembelajaran 4
73
6. Kemampuan siswa menyimpulkan pengalaman belajar dari awal
sampai akhir pembelajaran menulis karangan deskripsi 4
7. Penilaian Nyata 4
Aktifitas Guru
1. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) 4
2. Guru mengecek kesiapan belajar siswa. 4
3. Guru menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan dengan baik
dan jelas. 4
Partisipasi Siswa
1. Siswa menyiapkan diri sebelum memulai pembelajaran. 4
2. Siswa mampu menyelesaikan tugas dengan baik. 4
3. Siswa mampu menyelesaikan dalam waktu yang ditentukan. 4
4. Siswa mampu memahami materi yang dijelaskan oleh guru. 4
5. Siswa mengikuti pembelajaran dengan rasa percaya diri dan penuh
semangat. 4
6. Siswa mengikuti langkah-langkah pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) 4
Skor 72 0 0
74
Total Skor 72
Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran = 72
X 100 100% 72
75
Frequencies
Statistics
Pra Siklus Siklus I Siklus II
N Valid 15 15 15
Missing 0 0 0
Mean 57.60 67.73 76.67
Median 56.00 69.00 75.00
Mode 56 63 81
Minimum 50 56 63
Maximum 63 75 88
Sum 864 1016 1150
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Frequency Table
Pra Siklus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 50 3 20.0 20.0 20.0
56 6 40.0 40.0 60.0
63 6 40.0 40.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
Siklus I
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 56 1 6.7 6.7 6.7
63 6 40.0 40.0 46.7
69 3 20.0 20.0 66.7
75 5 33.3 33.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
Siklus II
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 63 1 6.7 6.7 6.7
69 2 13.3 13.3 20.0
75 5 33.3 33.3 53.3
81 6 40.0 40.0 93.3
88 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
76