PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR …
Transcript of PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR …
Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016 119
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR
KOMPETENSI LINGKARAN MELALUI METODE KINESTETIK
PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII.B SMPN 26 SATU ATAP
PALLANTIKANG, KECAMATAN MAROS BARU,
KABUPATEN MAROS
Hajar
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Yapim Maros
[email protected] / 082349140262
Ita Suryaningsih
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Yapim Maros
[email protected] / 081215391791
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan
menggunakan metode kinestetik. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Subjek penelitian adalah
keseluruhan peserta didik kelas VIII.B SMPN 26 Satu Atap Palantikang. Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah teknik observasi dan
tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada hasil belajar
peserta didik dengan materi lingkaran yang menggunakan metode kinestetik di
SMPN 26 Satu Atap pallantikang Kecamatan Maros Baru. Pada siklus I nilai rata-
rata yang dicapai adalah 64,17 dari nilai ideal 100, yang dikategorikan rendah
dengan persentase ketuntasan 52,2% , dan pada siklus II nilai rata-rata yang
dicapai adalah 78 dari nilai ideal 100, yang dikategorikan tinggi dengan
persentase ketuntasan 43,5%. Hal ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar
peserta didik yang berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan peserta didik
dari kategori rendah menjadi kategori tinggi setelah digunakan metode
pembelajaran kinestetik.
Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Metode Kinestetik
Abstract
This study aims to improve learning outcomes mathematics using kinesthetic
method. This type of research is a class action (Classroom Action Research).
Subject of the study is overall VIII.B grade students of SMPN 26 One Roof
Palantikang. Techniques used in data collection study is observation and tests.
The results showed that there was an increase in the study of students with the
material circles using kinesthetic methods in SMPN 26 One Roof Pallantikang
Maros Baru subdistrict. In the first cycle the average value achieved was 64.17
from the ideal value of 100, which is considered low by percentage of completeness 52.2%, and the second cycle the average value achieved was 78
from the ideal value of 100, which is considered high with completeness
percentage of 43.5%. This means an increase learners' learning outcomes which
affect the increased ability of learners from lower to higher category category
HAJAR & ITA SURYANINGSIH
120 Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016
after use kinesthetic learning methods.
Keywords: Mathematics Learning Outcomes, Kinesthetic Methods
PENDAHULUAN
Proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran. Hal ini berarti pendidikan tidak boleh
mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk
mencapai hasil belajar, tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang
terjadi pada diri anak. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil
belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah
satu di antaranya tidak akan dapat membentuk manusia yang berkembang secara utuh
(Sanjaya, 2006).
Adakalanya seorang peserta didik mengalami kesulitan walaupun ia telah
mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran untuk belajar. Pemahaman yang didapatnya
tetap saja sedikit sekali. Jelaslah bahwa dalam hal ini telah terjadi ketidakseimbangan
antara tenaga dan pikiran yang telah dikerahkan untuk belajar dengan hasil belajar yang
didapat. Oleh karena itu, proses belajar memerlukan metode yang tepat agar masalah
tersebut dapat dihindari. Metode belajar yang tepat akan memungkinkan seorang peserta
didik menguasai ilmu dengan lebih mudah dan lebih cepat sesuai dengan kapasitas
tenaga dan pikiran yang dikeluarkan. Dengan kata lain, metode belajar yang tepat
tersebut akan memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih efektif dan efisien.
Dengan demikian, peserta didik akan terhindar dari beban pikiran yang terlalu berat
dalam mempelajari suatu bidang studi. Perlu dipahami pula bahwa tepat tidaknya suatu
metode belajar tergantung pada cocok tidaknya metode tersebut dengan jenis pelajaran
dan juga dengan peserta didik bersangkutan.
Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk
merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi
harapan dan tujuan pembelajaran. Menurut Reigeluth, pembelajaran disiplin ilmu
menaruh perhatian pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan teori
pembelajaran deskriptif (Uno, 2006).
Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran
mtematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya. Didalamnya
terkandung upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemanpuan,
potensi, minat bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dalam mempelajari matematika tersebut
(Handayasari, 2014).
Belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan pada
konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan,
disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Bruner
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR KOMPETENSI LINGKARAN MELALUI METODE KINESTETIK. . .
Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016 121
(Suherman, et. Al, 2003) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya
diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga
tersebut, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang
terdapat dalam benda yang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh
anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya.
Pembelajaran matematika bertujuan melatih cara berpikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif, dan konsisten (Sumantoro, 2007). Fungsi pembelajaran matematika
mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan
eksperimen; sebagai alat memecahkan masalah melalui pola pikir dan model
matematika; dan Sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam
menjelaskan masalah.
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2009), belajar merupakan kegiatan
yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut dari stimulasi yang
berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh guru. Sehingga belajar
menurut Gagne adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya di wujudkan dalam sebuah hasil
prestasi siswa di sekolah, namun pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang
mampu mengembangkan apa yang telah dipelajari di sekolah dan mengaplikasikan ke
dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian belajar menurut Suherman et, al, (2001) adalah
Proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman,
sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa
agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah
satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi
oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara
fragmentaris atau terpisah, tetapi komperehensif (Suprijono, 2009).
Salah satu metode mengajar yang tepat dalam pembelajaran matematika adalah
dengan menggunakan metode kinestetik. Metode ini akan membuat peserta didik
mempraktikkan matematika dan membuat mereka bisa belajar lebih dari satu cara dalam
memecahkan masalah matematika, meningkatkan motivasi dan minat belajar,
meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan.
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dari orang yang lebih mudah
memahami sesuatu dengan cara bergerak atau melakukan sesuatu yang ia pelajari
(Manis, 2010). Gaya belajar kinestetik dapat dilihat dari anak yang lebih suka bergerak
dinamis ketika belajar, dengan menyentuh atau melakukan sesuatu. Anak bertipe seperti
ini sulit untuk dipaksakan belajar dengan cara duduk diam berjam-jam. Mereka lebih
suka belajar sambil bereksplorasi dengan melibatkan bagian-bagian tubuh yang lain.
Ciri lainnya adalah cenderung menghafal dengan cara bergerak dan melihat (Handoyo,
HAJAR & ITA SURYANINGSIH
122 Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016
2011).
Pengaplikasian metode pembelajaran kinestetik akan dibentuk kelompok-
kelompok belajar secara heterogen dari ketiga modalitas tersebut. Berikut adalah
skenario pembelajaran kinestetik pada pelajaran matematika tentang “Lingkaran”.
Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana yang merupakan tempat kedudukan titik-titik
yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu.
Gambar 1. Bagian-bagian Lingkaran
1. Titik O disebut titik pusat lingkaran.
2. 𝑂𝐴̅̅ ̅̅ , 𝑂𝐵̅̅ ̅̅ , 𝑂𝐶̅̅ ̅̅ , 𝑑𝑎𝑛 𝑂𝐷̅̅ ̅̅ disebut jari-jari lingkaran, yaitu ruas garis yang
menghubungkan titik pusat lingkaran dan titik pada keliling lingkaran.
3. 𝐴𝐵̅̅ ̅̅ disebut garis tengah atau diameter, yaitu ruas garis yang menghubungkan dua
titik pada keliling lingkaran dan melalui pusat lingkaran. Karena diameter 𝐴𝐵̅̅ ̅̅ =
𝐴𝑂̅̅ ̅̅ + 𝑂𝐵̅̅ ̅̅ , dimana𝐴𝑂̅̅ ̅̅ = 𝑂𝐵̅̅ ̅̅ = jari-jari (r) lingkaran, sehingga diameter (d) = 2 x
jari-jari (r) atau d = 2r.
4. 𝐴𝐶̅̅ ̅̅ disebut tali busur, yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik pada keliling
lingkaran.
5. 𝑂𝐸̅̅ ̅̅ tegak lurus tali busur 𝐵𝐷̅̅ ̅̅ dan 𝑂𝐹̅̅ ̅̅ tegak lurus tali busur 𝐴𝐶̅̅ ̅̅ disebut apotema,
yaitu ruas garis terpendek antara tali busur dan pusat lingkaran.
6. Garis lengkung 𝐴�̂�, 𝐵�̂�, dan 𝐴�̂� disebut busur lingkaran, yaitu bagian dari keliling
lingkaran.
a. Menghitung luas lingkaran
L =𝜋𝑟2 atau L =1
4 𝜋𝑑2
Dimana:
L = Luas
𝜋 = Phi
𝑑 = Diameter
b. Menghitung keliling lingkaran
K = 𝜋𝑑 atau K = 2𝜋𝑟
Dimana:
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR KOMPETENSI LINGKARAN MELALUI METODE KINESTETIK. . .
Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016 123
K = Keliling
𝜋 = Phi
d = Diameter (Nuharini &wahyuni, 2008).
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik dalam kelas melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai pendidik sehingga hasil belajar peserta didik
menjadi meningkat. Untuk mewujudkan tujuan itu, penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui tahapan-tahapan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan/pengumpulan data dan refleksi, Selanjutnya tahapan-tahapan tersebut
dirangkai dalam satu siklus.
Sesuai permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka fokus penelitian
adalah:
1. Aktivitas pendidik dan peserta didik pada pembelajaran matematika dengan metode
kinestetik standar kompetensi lingkaran pada peserta didik kelas VIII.B SMPN 26
Satu Atap Pallantikang, Kecamatan Maros Baru.
2. Hasil belajar matematika standar kompetensi lingkaran pada peserta didik kelas
VIII.B SMPN 26 Satu Atap Pallantikang, Kecamatan Maros Baru.
Subjek penelitian ini adalah keseluruhan peserta didik dari kelas VIII.B SMPN 26
Satu Atap Pallantikang, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros semester II (genap)
tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah peserta didik 23 orang yakni, 10 perempuan
dan 13 laki-laki.
Prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang
merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan
suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang.
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dua siklus, tiap siklus pertama
dilaksanakan selama 4 kali pertemuan dan siklus kedua juga dilaksanakan dalam 4 kali
pertemuan. Setiap pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Secara rinci penelitian ini
dijabarkan sebagai berikut:
1. Kegiatan siklus pertama (I)
a. Tahap perencanaan
Tahap ini merupakan suatu tahap persiapan untuk melakukan suatu
tindakan, pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menelaah kurikulum SMPN 26 Satu Atap Pallantikang, Kecamatan Maros
Baru, semester genap, tahun pelajaran 2015/2016
2. Membuat rencana pembelajaran.
3. Mempersiapkan bahan dan perangkat yang digunakan dalam proses
pembelajaran (kinestetik)
4. Pendidik melakukan tes awal tentang materi menghitung luas dan keliling
HAJAR & ITA SURYANINGSIH
124 Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016
lingkaran dengan satuan tak baku dan baku untuk menentukan skor peserta
didik.
5. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok.
6. Membuat instrumen penelitian berupa tes hasil belajar matematika pada
pelaksanaan siklus.
7. Membuat lembar observasi matematika untuk melihat bagaimana kondisi
atau keadaan peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung.
b. Tahap Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut:
1. Menguji cobakan desain yang telah dibuat yakni Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada proses perencanaan.
2. Pendidik menginformasikan tujuan dan merumuskan masalah.
3. Pendidik melakukan apersepsi, yaitu dengan memunculkan rasa ingin tahu
peserta didik dengan menggunakan alat peraga lingkaran.
4. Pendidik meminta peserta didik untuk memperagakan atas apa yang sedang
dipelajari secara berkelompok.
5. Pendidik membimbing peserta didik pada setiap kelompok.
c. Tahap observasi
1. Peserta didik yang aktif bertanya pada saat guru menjelaskan materi.
2. Peserta didik yang aktif dalam mengemukakan tanggapan dengan hasil
kelompok peserta didik yang lain.
3. Peserta didik yang aktif dalam memberikan alasan-alasan atas tanggapan
dari kelompok lain.
4. Peserta didik yang aktif dalam mengemukakan alasan-alasan yang dapat
memecahkan masalah.
5. Peserta didik yang aktif mengemukakan hasil pengidentifikasian
permasalahan dan sekaligus alternatif pemecahannya.
6. Peserta didik yang aktif menanggapi pengidentifikasian permasalahan yang
dikemukakan kelompok lain.
7. Pendidik memberikan tes akhir kepada siswa untuk mengetahui seberapa
besar keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik.
d. Tahap refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
yang meliputi evaluasi mutu, waktu, dan hal-hal lain yang mempengaruhi hasil
belajar dari setiap jenis tindakan serta memperbaiki pelaksanaan tindakan.
2. Kegiatan siklus kedua (II)
Dalam kegiatan siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, pada dasarnya
langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini telah memperoleh refleksi
selanjutnya dikembangkan dan dimodifikasi tahapan-tahapan yang ada pada siklus I
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR KOMPETENSI LINGKARAN MELALUI METODE KINESTETIK. . .
Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016 125
dengan beberapa perbaikan dan penambahan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan dalam menjaring data.
Untuk memperoleh data atau informasi dibutuhkan teknik pengumpulan data yaitu
dengan menggunakan teknik observasi, tes dan dokumentasi.
1. Lembar observasi
Lembar observasi bertujuan untuk mengumpulkan data untuk memantau pendidik
dan peserta didik. sebagai alat pemantau kegiatan pendidik, observasi digunakan untuk
mencatat setiap tindakan yang dilakukan pendidik sesuai dengan masalah dalam PTK,
berhubungan denga kegiatan peserta didik, observasi bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang perilaku peserta didik dalam kegiatan diskusi, atau mencatat perilaku
peserta didik dalam mengikuti suatu proses pembelajaran. Disamping itu, observasi juga
dapat berfungsi sebagai alat pengumpulan informasi tentang kondisi ruangan kelas,
kantor, sekolah dan lain sebagainya.
2. Teknik tes
Dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan pemahaman peserta didik dalam
proses evaluasi, dilihat dari jumlah pesertanya, tes dapat dibedakan menjadi tes
kelompok dan tes individual. Tes kelompok adalah tes yang dilakukan terhadap peserta
didik bersama-sama sedangkan tes individual dilakukan kepada peserta didik secara
perorangan, dilihat dari cara pelaksanaannya tes dapat dibedakan menjadi tes tertulis,
lisan dan perbuatan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data dokumen yang meliputi seluruh yang berkaitan dengan
hasil penelitian.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif, yaitu pengolahan data yang dikumpulkan melalui observasi.
Menurut Arikunto (2002) analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bahwa
tindakan yang dilaksanakan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan dan
perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada materi lingkaran dengan
menggunakan metode kinestetik pada peserta didik kelas VIII.B di SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang Kabupaten Maros Baru.
1. Hasil analisis deskriptif siklus I
Hasil penelitian ini menggunakan analisis deskriftif kuantitatif, yang berdasarkan
hasil belajar peserta didik dan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan
metode kinestetik.
Data hasil belajar peserta didik kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang pada
siklus I diperoleh melalui tes evalusi dalam tes tertulis bentuk uraian yang dilaksanakan
HAJAR & ITA SURYANINGSIH
126 Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016
sebanyak satu kali pada akhir siklus yaitu pada pertemuan ke tiga. Siklus I dilakukan
empat kali tatap muka, tiga kali proses belajar mengajar dan satu kali tes akhir siklus I.
Adapun statistik hasil belajar matematika siswa pada siklus I dapat dilihat dari tabel
berikut ini:
Tabel 1. Statistik Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Pada Siklus I
Statistik Nilai Statistik
Subjek penelitian 23
Skor ideal 100
Skor tertinggi 81
Skor terendah 50
Rentang skor 31
Skor rata-rata 64,17
Modus 55
Median 62
Standar deviasi 8,68
Sumber: Data hasil belajar siklus I
Berdasarkan tabel 2 statistik hasil belajar matematika pada siklus I menunjukkan
bahwa subjek penelitian sebanyak 23 orang, skor ideal adalah 100, skor tertinggi adalah
81, skor terendah adalah 50, rentang skor adalah 31, skor rata-rata 64,17, modus adalah
55, median adalah 62 dan standar deviasi adalah 8,68.
Apabila skor hasil belajar peserta didik dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka
di peroleh distribusi frekuensi nilai seperti yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Presentase (%)
0-54 Sangat rendah 1 4,3
55-64 Rendah 12 52,2
65-79 Sedang 8 34,8
80-89 Tinggi 2 8,7
90-100 Sangat tinggi 0 0
Jumlah 23 100
Sumber : Data kategori hasil belajar siklus I
Tabel 2 diperoleh data presentase skor hasil tes peserta didik kelas VIII SMPN 26
Satu Atap Pallantikang dengan 5 Kategori, Sangat tinggi 0%, kategori tinggi sebanyak
8,7% (terdapat 2 dari 23 peserta didik), kategori sedang sebanyak 34,8%(terdapat 8 dari
23 peserta didik), kategori rendah sebanyak 52,2%(terdapat 12 dari 23 peserta didik),
sedangkan kategori sangat rendah 4,3%(terdapat 1 dari 23 peserta didik). Dari data nilai
tes yang diperoleh peserta didik pada siklus I, hal ini menujukkan bahwa tingkat
prestasi peserta didik kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang pada kategori rendah
dan masih perlu ditingkatkan lagi.
Apabila hasil belajar peserta didik pada siklus I dianalisis, maka persentase
keuntasan belajar peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR KOMPETENSI LINGKARAN MELALUI METODE KINESTETIK. . .
Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016 127
Tabel 3. Deskripsi Ketuntasan Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMPN 26
Satu Atap Pallantikang pada Siklus
Persentase Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
65-100 Tuntas 10 43,48
Kurang dari 65 Tidak tuntas 13 56,52
Jumlah 23 100
Sumber : Data ketuntasan hasil belajar siklus I
Tabel 3 Menunjukkan bahwa persentase hasil ketuntasan belajar peserta didik
kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang pada siklus I sebesar 43,48 % (10 dari 23
peserta didik) termasuk dalam kategori tuntas dan 56,52% (13 dari 23 peserta didik)
termasuk dalam kategori tidak tuntas pada mata pelajaran matematika standar
kompetensi lingkaran. Dengan demikian hasil belajar peserta didik tersebut dinyatakan
belum tuntas secara klasikal sehingga diperlukan perbaikan pada siklus II.
2. Hasil analisis deskriptif siklus II
Pada siklus II data hasil belajar peserta didik kelas VIII SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang juga diperoleh melalui tes evaluasi dalam tes tertulis bentuk uraian yang
dilaksanakan sebanyak satu kali pada akhir siklus yaitu pada pertemuan keempat, Siklus
II juga dilakukan dalam empat kali tatap muka , tiga kali proses belajar mengajar dan
satu kali tes akhir siklus II.
Adapun statistik hasil belajar matematika peserta didik pada siklus II dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Statistik Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Pada Siklus II
Statistik Nilai Statistik
Subjek penelitian 23
Skor ideal 100
Skor tertinggi 90
Skor terendah 60
Rentang skor 30
Skor rata-rata 78
Modus 80
Median 80
Standar deviasi 7,44
Sumber : Data hasil belajar siklus II
Tabel 4 menunjukkan bahwa subjek penelitian sebanyak 23, skor ideal adalah
100, skor tertinggi adalah 90, skor terendah adalah 60, rentang skor adalah 30, skor rata-
rata adalah 78, modus adalah 80, median adalah 80 dan standar deviasi. Ini berarti
terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 65,34 dari siklus I.
Apabila skor hasil belajar peserta didik dikelompokkan kedalam 5 kategori maka
diperoleh distribusi frekuensi nilai seperti yang disajikan pada tabel berikut :
HAJAR & ITA SURYANINGSIH
128 Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor hasil Belajar pada Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Presentase (%)
0-54 Sangat rendah 0 0 %
55-64 Rendah 2 8,7 %
65-79 Sedang 9 39,1%
80-89 Tinggi 10 43,5%
90-100 Sangat tinggi 2 8,7
Jumlah 23 100
Sumber : Data kategori hail belajar siklus II (lampiran 12)
Tabel 5 menunjukkan data persentase skor hasil tes peserta didik kelas VIII
SMPN 26 Satu Atap Pallantikang dengan 5 Kategori, Sangat tinggi 8,7%(terdapat 2 dari
3 peserta didik), kategori tinggi sebanyak 43,5% (terdapat 10 dari 23 peserta didik),
kategori sedang sebanyak 39,1%(terdapat 9 dari 23 peserta didik), kategori rendah
sebanyak 8,7%(terdapat 2 dari 23 peserta didik), sedangkan kategori sangat rendah 0%.
Pada siklus II ini tampak terjadi peningkatan yang cukup tinggi di mana nilai peserta
didik kelas VIII SMPN 26 Satu Atap pallantikang sudah memasuki level kategori
tinggi.
Apabila hasil belajar siswa pada siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan
belajar peserta didik pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Deskripsi Ketuntasan Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMPN 26
Satu Atap Pallantikang pada Siklus II
Persentase Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
65-100 Tuntas 21 91,3
Kurang dari 70 Tidak tuntas 2 8,7
Jumlah 23 100
Sumber : Data ketuntasan hasil belajar siklus II
Tabel 7 Menunjukkan bahwa persentase hasil ketuntasan belajar peserta didik
kelas VIII SMPN 26 Satu Atap Pallantikang pada siklus II sebesar 91,3 % (21 dari 23
peserta didik) termasuk dalam kategori tuntas dan 8,7% (2 dari 23 peserta didik)
termasuk dalam kategori tidak tuntas pada mata pelajaran matematika standar
kompetensi lingkaran. Dengan demikian hasil belajar peserta didik tersebut dinyatakan
sudah tuntas secara klasikal karena telah melampaui target 91%. Ini menunjukkan
keberhasilan tindakan yang diterapkan.
Penelitian ini menerapkan metode kinestetik yang dilaksanakan dalam dua siklus.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan yakni meningkatnya perbandingan
hasil belajar matematika peserta didik dapat dilihat pada tabel 8 dan gambar 5 sebagai
berikut :
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR KOMPETENSI LINGKARAN MELALUI METODE KINESTETIK. . .
Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016 129
Tabel 7. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VIII SMPN 26
Satu Atap Pallantikang pada Siklus I dan Siklus II
Siklus Nilai Perolehan dari 24 Siswa Ketuntasan
Max Min Mean Median Modus SD Tuntas
Tidak
Tuntas
I
81
50
64,17
62
55
8,68
10
13
II 90 60 78 80 80 7,44 21 2
Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II
Tabel 8 dan gambar 5 menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh peserta
didik pada tes akhir setiap siklus terjadi peningkatan yaitu skor maksimal siklus I adalah
81 dan 90 pada siklus II, tetapi dengan frekuensi yang lebih banyak. Skor minimum
pada siklus I adalah 50 menjadi 60 pada siklus II, skor mean pada siklus I adalah 65,34
menjadi 78 pada siklus II, median dari 65 menjadi 80 pada siklus II, modus dari 55
menjadi 80 pada siklus II, dan standar deviasi pada siklus I adalah 9,10 menjadi 7,44
pada siklus II.
Maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan ketuntasan hasil belajar matematika
pada kedua siklus, dapat dilihat pada tabel 9 dan gambar 6 sebagai berikut :
Tabel 8. Perbandingan Ketuntasan Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMPN 26
Satu Atap Pallantikang pada Siklus I dan II
Hasil Kategori Siklus I Siklus II
65-100 Tuntas 56,5% 91,3%
Kurang dari 65 Tidak Tuntas 43,5% 8,7%
Jumlah 100%
Sumber : Data ketuntasan hasil belajar siklus I dan II
81
50
64.17 6255
8.6813 10
90
60
78 80 80
7.44
21
2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Max Min Mean Median Modus SD Tuntas TidakTuntas
Siklus I
Siklus II
HAJAR & ITA SURYANINGSIH
130 Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016
Gambar 2. Gambar Perbandingan Ketuntasan Belajar pada Siklus I dan II
Berdasarkan hasil tabel 8 dan gambar 2 menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan
dua kali tes yaitu tes yang dilakukan di akhir siklus I dan di akhir iklus II, banyaknya
persentase peserta didik yang tuntas pada siklus adalah I adalah 56,5% meningkat
menjadi 91,3% pada siklus II. Pada siklus I ketidaktuntasan belajar peserta didik
mencapai 43,5% menurun 8,7% Pada siklus II.
3. Hasil analisis kualitatif (Aktivitas belajar)
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data aktivitas
peserta didik kelas VIII SMPN 26 Satu Atap pallantikang yaitu dengan menggunakan
lembar observasi.
Tabel 9. Hasil Observasi Kegiatan Belajar Sisiwa Siklus I Dan II
No Komponen yang
Diamati Siklus
Pertemuan Rerata Persentase
I II III IV
1 Peserta didik yang hadir
saat pembelajaran
berlangsung
I
II
21
22
23
23
23
23
23
23
22,5
22,75
97,82
98,91
2
Peserta didik yang
memberikan tanggapan
terhadap presentasi
peserta didik lain
I
II
13
20
18
21
13
20
14,66
20,33
63,76
88,40
3
Peserta didik yang aktif
dalam tiap kelompok/
kerjasama
I
II
23
23
22
23
23
23
22,66
23
98,52
100
4
Peserta didik yang aktif
dalam
mempersentasikan hasil
kerja kelompok
I
II
11
16
10
19
11
16
10,66
17
46,34
73,91
5
Peserta didik yang aktif
bertanya tentang materi
yang belum dimengerti
dalam tiap kelompok
I
II
18
15
16
16
16
15
16,66
15,33
72,43
66,65
Sumber : Data hasil observasi kegiatan belajar siklus I dan II
56.5%
91.3%
65-100 Tuntas
Siklus I
Siklus II
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR KOMPETENSI LINGKARAN MELALUI METODE KINESTETIK. . .
Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016 131
Tabel 9 menunjukkan bahwa terjadi perubahan keefektifan peserta didik selama
proses belajar mengajar berlangsung pada siklus I dan II. Adapun perubahan yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
Perbandingan persentase peserta didik yang hadir saat pembelajaran pada siklus I
dengan siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,09% dari 97,82% pada siklus I dan
menjadi 98,91% pada siklus II, peserta didik yang memberikan tanggapan terhadap
presentasi peserta didik lain mengalami peningkatan sebesar 24,64% dari 63,76 pada
siklus I dan menjadi 88,40% pada siklus II, peserta didik yang aktif dalam tiap
kelompok mengalami peningkatan sebesar 1,48% dari 98,52 pada siklus I dan menjadi
100% pada siklus II, peserta didik yang aktif dalam mempersentasikan hasil kerja
kelompok mengalami peningkatan sebesar 27,57% dari 46,34% pada siklus I dan
menjadi 73,91% pada siklus II, peserta didik yang aktif bertanya tentang materi yang
belum dimengerti dalam tiap kelompok mengalami penurunan sebesar 5,78% dari
72,43% pada siklus I berkurang menjadi 66,65% pada siklus II.
4. Refleksi terhadap Pelaksanaan Tindakan dalam Proses Belajar Mengajar
Matematika
Refleksi setiap siklus tidak dijelaskan setiap pertemuan hanya dijelaskan setiap
siklus karena tidak ada perubahan yang signifikan. Adapun refleksi setiap siklus adalah
sebagai berikut:
1) Refleksi Siklus I
Siklus I terdiri dari 4 pertemuan, yaitu 3 pertemuan untuk membahas materi dan 1
pertemuan untuk evaluasi. Kegiatan proses belajar mengajar berjalan cukup baik,
namun kadang-kadang peserta didik mengalami sedikit kesulitan. Pada saat dijelaskan
langkah-langkah pemecahan masalah, secara teoretis nampaknya seluruh peserta didik
dapat mengetahuinya. Namun setelah diberikan soal yang harus diselesaikan dengan
langkah-langkah tersebut, sebagian besar peserta didik telah mampu pada tahap apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal, namun belum mampu
menyelesaikannya hingga tuntas.
Perhatian peserta didik terhadap proses belajar mengajar dengan menggunakan
metode kinestetik meningkat. Hal ini dilihat dengan peningkatan peserta didik yang
memperhatikan penekanan suatu materi. Peserta didik yang melakukan kegiatan ini
pada saat pembahasan materi tersebut atau pada proses belajar mengajar berlangsung
berbeda.
Kendala yang dirasakan penulis pada saat penelitian, yaitu banyaknya peserta
didik yang aktif bertanya karena belum mengerti dan membutuhkan bimbingan
sehingga penulis kadang memerlukan waktu yang cukup lama pada saat pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi, skenario tindakan berubah sesuai
dengan kasus dan tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian.
Selama berlangsung kegiatan tersebut, hingga akhir penelitian Siklus I dapat
HAJAR & ITA SURYANINGSIH
132 Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016
dikemukakan bahwa kegiatan penelitian telah menemukan bentuk tersendiri sesuai yang
dikehendaki, meskipun disadari bahwa apa yang ingin dicapai pada Siklus I ini masih
jauh dari yang diinginkan. Pada pertemuan kedua jumlah peserta didik yang memahami
materi yang diberikan berdasarkan metode kinestetik mengalami peningkatan. Dilihat
dari hasil pekerjaan peserta didik saat diberikan tugas untuk membuat alat peraga
lingkaran dan evaluasi.
Meskipun demikian, dalam proses belajar mengajar masih terlihat peserta didik
yang bersikap pasif dalam mengikuti pelajaran bahkan ada yang melakukan kegiatan
lain di kelas. Pada umumnya mereka yang pasif ini mempunyai perasaan takut dan
kurang percaya diri untuk menjawab pertanyaan ataupun mengajukan pertanyaan pada
pendidik.
2) Refleksi Siklus II
Siklus II ini terdiri dari 4 pertemuan, yaitu 3 pertemuan untuk membahas materi
dan 1 pertemuan untuk pemberian tes Siklus II. Memasuki Siklus II, perhatian,
motivasi, serta keaktifan peserta didik semakin memperlihatkan kemajuan, karena
peneliti bertindak lebih tegas dalam menegur atau mengingatkan peserta didik yang
bermain-main dalam kelas.
Pada siklus II ini terlihat banyaknya peserta didik yang memperhatikan materi
mengalami peningkatan, sedangkan peserta didik yang melakukan kegiatan lain pada
proses belajar mengajar yang sedang berlangsung sudah berkurang, dimana peserta
didik lebih aktif dalam proses belajar mengajar terlebih pada saat peserta didik
diberikan soal-soal latihan.
Hal ini berarti bahwa secara umum kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan
masalah lingkaran sudah mulai berkurang dan perlu dilakukan penelitian lanjutan yang
lebih mengintensifkan pemberian bimbingan dalam belajar dan menyelesaikan soal-
soal.
Berdasarkan hasil analisis kualitatif dapat disimpulkan bahwa dari lembar
observasi aktifitas peserta didik terjadi perubahan sikap, kehadiran, perhatian, rasa
percaya diri dan keaktifan peserta didik dari Siklus I ke Siklus II.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus terlihat adanya
peningkatan aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran sedang berlangsung dengan
Metode kinestetik. Begitu pula yang terjadi pada hasil belajar peserta didik dengan
materi lingkaran yang menggunakan metode kinestetik di SMPN 26 Satu Atap
pallantikang Kecamatan Maros Baru, hasil belajar peserta didik meningkat.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah rekapitulasi hasil observasi dan hasil belajar
peserta didik setiap siklus.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR KOMPETENSI LINGKARAN MELALUI METODE KINESTETIK. . .
Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016 133
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Observasi Pada Saat Pembelajaran Berlangsung.
No Komponen yang diamati Persentase
Siklus I
Persentase
Siklus II Ket
1 Peserta didik yang hadir saat
pembelajaran berlangsung. 97,82 98,91 Meningkat
2 Peserta didik yang memberikan
tanggapan terhadap preentasi
peserta didik lain
63,76 88,40 Meningkat
3 Peserta didik yang aktif dalam tiap
kelompok/kerjasama 98,52 100 Meningkat
4 Peserta didik yang aktif dalam
mempresentasikan hasil kerja
kelompok
46,34 73,91 Meningkat
5 Peserta didik yang aktif bertanya
tentang materi yang belum
dimengerti dalam tiap kelompok
72,43 66,65 Menurun
Rata-rata 75,77 85,57 Meningkat
Dari Tabel 10 menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik terhadap beberapa
komponen secara keseluruhan dari setiap siklus mengalami peningkatan. Dapat dilihat
dari persentase peningkatan aktivitas dari siklus I sebesar 75,77% menjadi 85,57% pada
siklus II. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Peningkatan tersebut
terjadi karena peserta didik mulai memahami metode pembelajaran yang dilaksanakan
sehingga peserta didik termotivasi untuk lebih aktif. Peserta didik lebih merasa percaya
diri sehingga minat peserta didik terhadap pembelajaran meningkat. Percaya diri
merupakan komponen utama dalam model pembelajaran tersebut sehingga yang harus
dibangun terlebih dahulu adalah rasa percaya diri dari peserta didik tersebut untuk
memenuhi komponen yang diamati.
Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Belajar Peserta didik Siklus I dan Siklus II
No Nilai Kategori Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
0 – 54
55 – 64
65 – 79
80 – 89
90 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
1
9
11
2
0
4,3
39,1
47,9
8,7
0
0
2
9
10
2
0
8,7
39,1
43,5
8,7
Jumlah 23 100 15 100
Gambar Diagram Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Dari tabel 11 rekapitulasi hasil belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II
terlihat bahwa kemampuan siswa meningkat. Peningkatan tersebut terjadi karena
metode kinestetik mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dalam
menemukan penyelesaian suatu masalah nyata yang terjadi dan membangun
pengetahuan baru dari proses penyelesaian tersebut. Berbagai penelitian mengenai
penerapan pembelajaran metode kinestetik menunjukkan hasil positif yang menjadikan
HAJAR & ITA SURYANINGSIH
134 Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016
peserta didik mampu mengidentifikasi informasi yang diketahui dan diperlukan serta
strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Jadi, penerapan pembelajaran
kinestetik dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah.
Tabel 12. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Peserta didik
Skor Kategori Siklus I Siklus II
F % F %
0 – 64 Tidak Tuntas 13 56,52 2 8,7
65 - 100 Tuntas 10 43,48 21 91,3
Jumlah 15 100 5 100
Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa frekuensi ketuntasan belajar
pada siklus I sebanyak 10 orang dengan persentase 43,48% dan pada siklus II sebanyak
21 orang dengan persentase 91,3%, sehingga ketuntasan belajar peserta didik
meningkat. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah diagram rekapitulasi ketuntasan belajar:
Gambar 7. Diagram Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siklus I Dan Siklus II
Evaluasi pada siklus I diadakan pada tanggal 4 April 2016, dan evaluasi Pada
siklus II diadakan pada tanggal 20 April 2016. Berdasarkan hasil analisis deskriptif di
atas menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik kelas VIII SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang Kabupaten Maros Baru pada siklus I nilai rata-rata yang dicapai adalah
64,17 dari nilai ideal 100, yang dikategorikan rendah dengan persentase ketuntasan
52,2% , dan pada siklus II nilai rata-rata yang dicapai adalah 78 dari nilai ideal 100,
yang dikategorikan tinggi dengan persentase ketuntasan 43,5%. Hal ini berarti terjadi
peningkatan hasil belajar peserta didik yang berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan peserta didik dari kategori rendah menjadi kategori tinggi setelah
digunakan metode pembelajaran kinestetik.
Faktor fisik, emosional, sosiologi dan lingkungan merupakan variabel-variabel
56.52
43.48
8.7
91.3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tidak Tuntas Tuntas
Siklus I
Siklus II
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR KOMPETENSI LINGKARAN MELALUI METODE KINESTETIK. . .
Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016 135
yang mempengaruhi cara belajar orang. Cara belajar yang berbeda akan menghasilkan
hasil belajar yang berbeda pula meskipun orang memiliki cara belajar sendiri tetapi
mereka akan berada di ruangan dan suasana yang sama ketika proses 9 pembelajaran
hingga ujian berlangsung. Sehingga gaya belajar yang berbeda tidak bisa secara
langsung berhubungan dengan hasil belajar. Russel (2012) menambahkan bahwa
kecenderungan gaya belajar seseorang dapat diwujudkan dalam banyak kebiasaan yang
ditentukan tidak hanya oleh preferensi tertinggi namun juga yang sedang dan terendah.
Kecenderungan gaya belajar dapat berubah seiring dengan menuju kedewasaan
seseorang sehingga untuk menentukan gaya belajar diperlukan waktu yang cukup dalam
penentuannya ditambah dengan hasil pengamatan maka kecenderungan gaya belajar
yang diperoleh akan semakin akurat. Hasil penelitian yang dilakukan Sembiring, Rosali
Br dan Mukhtar (2013) yang berjudul “Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar
terhadap Hasil Belajar Matematika” menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara
penggunaan strategi pembelajaran dengan minat belajar dalam mempengaruhi hasil
belajar. Sedangkan Mustamin, St. Hasmiah (2010) dalam penelitiannya berjudul
“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Asesmen Kinerja”
menyimpulkan bahwa salah satu faktor penentu hasil belajar siswa adalah metode-
metode yang dilakukan oleh guru selama pelaksanaan proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar dapat
meningkatakan aktivitas siswa dalam belajar matematika tetapi tidak dapat
meningkatkan pemahaman konsep dalam matematika sehingga hasil belajar yang
diperoleh siswa dirasa kurang maksimal. Di sisi lain, hasil belajar dapat meningkat jika
penggunaan strategi dan model pembelajaran dapat diterapkan dengan baik oleh guru
selain itu minat belajar matematika juga perlu diperhatikan sehingga hasil belajar dapat
lebih dimaksimalkan. Tetapi masih diperlukan pengkajian variabel lain yang
berhubungan dengan hasil belajar sehingga hasil belajar akan sesuai dengan yang
diharapkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi dari hasil data penelitian yang dilaksanakan pada siklus I
dan siklus II dapat disimpulkan bahwa:
1. Penguasaan materi atau hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang Kabupaten Maros pada siklus I setelah diberikan tindakan dalam
pembelajaran dengan penerapan metode kinestetik pembelajaran berada pada
kategori rendah dengan nilai rata-rata 64,17%.
2. Penguasaan materi atau hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 26 Satu Atap
Pallantikang Kabupaten Maros Baru pada siklus II setelah diberikan tindakan dalam
pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran kinestetik berada pada
kategori tinggi dengan nilai rata-rata 43,5%
HAJAR & ITA SURYANINGSIH
136 Jurnal Biotek Volume 4 Nomor 1 Juni 2016
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka. Cipta
Handayasari, Yayu. (2014). “Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory
Kinestetic)”. Online. (Diakses di
http://googleweblight.com/?lite_url=http://yayuhandayasari92.blogspot.com/2014
/12/model-pembelajaran-vak-visualization.html?m%3D1&ei=AoW9s_FD&lc=id-
ID&s=1&m=540&ts=1452919519&sig=ALL1Aj4qTxh8HvsLyqGIgmF_fLvs5Bj
L9A, pada tanggal 16 januari 2016)
Handoyo, Bekti Hermawan. (2011). Membuat Anak Gemar & Pintar Matematika.
Jakarta: Transmedia Pustaka
Manis, Hoeda. (2010). Learning Is Easy. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Mustamin, St Hasmiah. (2010). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui
Penerapan Asesmen Kinerja. Jurnal Lentera Pendidikan. 13 (1): 33-43.
Nuharini, Dewi, dan Tri Wahyuni. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta: Hamudha Prima Media
Russel, Lou. (2012). The Accelerated Learning Fieldbook: Panduan Belajar Cepat
untuk Pelajar dan Umum. Bandung: Nusa Media.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sembiring, Rosali Br dan Mukhtar. (2013). Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar
Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan 6(1): 228.
Suherman, E. et. al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
TIM MKPBM JICA-UPI.
Suherman, E. et. al. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: TIM
MKPBM JICA-UPI.
Sumantoro, dkk. (2007). Silabus. Yogyakarta: Kanisius.
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Pelajar
Uno, Hamzah B. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Gorontalo: Bumi Aksara