PENILAIAN AUTENTIK HASIL BELAJAR DALAM PENERAPAN KURIKULUM …
Transcript of PENILAIAN AUTENTIK HASIL BELAJAR DALAM PENERAPAN KURIKULUM …
PENILAIAN AUTENTIK HASIL BELAJAR DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SDN 2 KETANGGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018”
SKRIPSI
DisusunOleh:
ROHANA NIM: 151. 149. 126
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2019/2020
PENILAIAN AUTENTIK HASIL BELAJAR DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SDN 2 KETANGGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018”
SKRIPSI
DisusunOleh:
ROHANA NIM: 151. 149. 126
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2019/2020
DAFTAR ISI
MOTTO
Kegagalan terjadi karena terlalu banyak berencana, tapi sedikit berpikir
Jika orang lain bisa, maka aku juga termasuk bisa
Bejalar dari kegagalan adalah hal yang bijak
Kesuksesan tidak akan bertahan jika dicapai dengan jalan pintas
(Kata Hikmah)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada
keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa proses menyelsaikan proposal ini tidak akan
sukses tanpa bantuan dan tanpa keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu,
peneliti memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan trimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu ,yaitu mereka antara lain adalah:
1. Ibu Dra. Rabiatul Adawiyah.M.Ag sebagai pembimbing I dan Bapak Ar Rasikh. M. Fil. I. sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan,motivasi, dan koreksi menditail,terus menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan proposal ini lebih matang dan cepat selsai.
2. Dr. Ahmad Sulhan, M.Pd. sebagai ketua jerusan dan ahmad Khalakul khair, M.Ag. sebagai sekretaris jurusan yang telah memberi tempat bagi peneliti untuk menuntut ilmu, member bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama dikampus tanpa pernah selesai.
3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguguran; 4. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram. 5. Orang tua dan keluargaku yang selalu mendukung dan selalu memberikan
semangat sehingga proposal ini bisa diselesaikan dengan lancar.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat-ganda dari Allah swt. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
semesta. Amin.
Mataram,...................2019
Peneliti,
Rohana NIM. 151.149.126
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL . .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL . ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING . ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI . ........................................................ v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ............................................................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian .................................................... 5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ......................................... 6
E. Telaah Pustaka .............................................................................. 7
F. Kerangka Teori. ............................................................................. 10
G. Metode Penelitian .......................................................................... 23
H. Sistematika Penulisan ................................................................... 32
BAB II PAPARAN DAN TEMUAN DATA
A. Gamabar Umum dan Lokasi Penelitian ....................................... 34
B. Penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013 di SDN 2 Ketangga ............................................................................ 38
C. Faktor penghambat dalam penerapn penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013 .............................................................................. 48
D. Solusi untuk mengatasi hambatan dalam penerapan penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013 .......................................... 52
BAB III PEMBAHASAN
A. Penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013 di SDN 2 Ketangga ............................................................................ 54
B. Faktor penghambat dalam penerapn penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013 .............................................................................. 58
C. Solusi untuk mengatasi hambatan dalam penerapan penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013 .......................................... 60
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Penilaian Autentik Hasil Belajar Dalam Penerapan Kurikulum 2013 di SDN
2 Ketangga Tahun Pelajaran 2017/2018
Oleh:
Rohana NIM: 151. 149. 126
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan penilaian autentik
hasil belajar dalam penerapan Kurikulum 2013 di SDN 2 Ketangga tahun
pelajaran 2018/2019 dan faktor penghambat dalam pelaksanaan penilaian autentik
hasil belajar kurikulum 2013 dan solusinya di SDN 2 Ketangga tahun pelajaran
2018/2019.
Penelitian yang telah dilakukan termasuk dalam penelitian kualitatif, dengan
teknik pengumpulan data yaitu dengan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Adapun objek dalam penyusunan penelitian ini yaitu pelaksanaan
penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan Kurikulum 2013 di SDN 2
Ketangga desa Ketangga, kecamatan Suela, Lombok Timur.
Pendistribusian dana zakat produktif BAZNAS Lombok Tengah memilih
mustahik yang sesuai dengan asnaf dan belum menerima bantuan dari dinas atau
instansi pemerintah. adanya penambahan modal dari BAZNAS Lombok Tengah
mampu meningkatkan pendapatan mustahik dan kesejateraan mustahik.
Kata kunci: Pengelolaan Dana Zakat, Perkembangan Usaha.
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
sebagai dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem
penilaian. Dalam penilaian proses dan hasil belajar siswa di sekolah, aspek-
aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal,
pengolahan dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal untuk
memperoleh kualitas soal yang memadai, serta pemanfaatan data hasil
penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Oleh sebab itu,
kemampuan para guru dan calon guru dalam aspek-aspek tersebut mutlak
diperlukan.1
Upaya melaksanakan penilaian hasil belajar secara tepat dan baik
merupakan hal yang cukup, persiapan dan perencanaan yang optimal perlu
dilakukan terlebih dahulu. Agar dalam melakukan penilaian hasil belajar dapat
terlaksana dengan baik, maka guru dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan penilaian tersebut. Dalam perencanaan
penilaian, ada beberapa kegiatan yang mesti dilaksanakan terlebih dahulu,
yaitu menetapkan apa yang akan dinilai, menentukan metode dan instrumen
penilaian, metode penskoran dalam menentukan nilai akhir. Kalau guru telah
melakukan perencanaan penilaian tersebut sebelum melakukan penilaian,
maka hasil nilai akhir terssebut bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dan
selanjutnya dapat dilakukan tindak lanjut dari pelaksanaan penilaian tersebut.2
1 Nana Sudjana, Penilaian hsil Proses Belajar Mengajar, Bandung PT Remaja Rosdakarya
Offset, tahun 1990 , hlm. 1. 2 Agustian. Evaluasi Sistem Penilaian Hasil Belajar pada Program Keahlian Mekatronika
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-Kota Palembang dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), hlm. 4-5
2
2
Atas dasar itu maka lingkup sasaran penilaian mencakup tiga sasaran pokok,
yaitu program pendidikan, proses belajar-mengajar, dan hasil-hasil belajar.
Penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut
penilaian terhadap tujuan pendidkan, isi program, strategi pelaksanaan
program, dan sarana pendidikan penilaian proses belajar-mengajar menyangkut
penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola intraksi guru-siswa, dan
keterlaksanaan program belajar-mengajar. Sedangkan penilaian hasil belajar
menyangkut hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang3.
Suatu pendidikan tidak akan berjalan baik tanpa adanya kurikulum. Yang
dimana kurikulum adalah suatu kumpulan mata pelajaran dan program-
program pendidikan yang diberikan untuk setiap lembaga sekolah, untuk di
terapkan kepada peserta didik. Terdapat banyak pengertian tentang kurikulum,
“kurikulum merupakan seperangkat rencana dan cara mengadministrasikan
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk pedoman
penyelenggaraan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan”. Dengan
kurikulum dapat menjadikan pelaksanaan pembelajaran lebih terstruktur dan
sistematis.4
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia
ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau
komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah
tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta
evaluasi. Keempat kompenen tersebut berkaitan erat satu sama lain. Suatu
kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi
dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan,
kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar komponen-
3 Ibid,hlm.2. 4Herry Widyastono, Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2014), hlm. 1.
3
3
komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi
dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan
kurikulum.5
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap peserta didik secara holistic (seimbang). Kompetensi
pengetahuan, keterampilan dan sikap ditagih dalam raport dan merupakan
penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Kompetensi pengetahuan
peserta didik dapat dikembangkan meliputi mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi agar menjadi pribadi yang
mengusai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan berwawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. 6
Diantara keunggulan penerapan kurikulum 2013 yang didasarkan
pengembangan karakter dan kompetensi peserta mampu mewujudkan individu
yang beriman, memiliki karakter berbudi pekerti yang luhur, memiliki
tanggung jawab, produktif, kreatif dan memiliki ketrampilan yang sesuai
dengan pengetahuan yang relevan. Ada beberapa perubahan pada kurikulum
2013 diantaranya: 1) untuk standar kelulusan disesuaikan dengan kebutuhan
mendasar, karakteristik dan perkembangan siswa, yang berdampak pada
berkurangnya beban belajar; 2) seluruh mata pelajaran bergantung dan
berkaitan erat dengan kompetensi inti dan berkontribusi untuk membentuk
sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan siswa; 3) pada
kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa melalui pendekatan ilmiah; 4)
proses dan hasil dari penilaian tertuju pada pembentukan sikap spritual,m sikap
sosial, pengetahuan dan keterampilan.7
5Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan…, hlm. 102. 6Herry Widyastono,Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah (Jakatra: Bumi
Aksara, 2014), hlm. 119. 7 Wiranti, Penerapan Penilaian Hasil Belajar dalam Kurikulum 2013 di SMP (Studi Kasus
di MTs Negeri Yogyakarta II) ( Universitas Negeri Yogyakarta, 2015). hlm.2
4
4
Pada kurikulum 2013, penilaian hasil belajar terdiri dari penilaian
autentik dan penilaian non-autentik, dimana pada penilaian autentik dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung, baik proses maupun hasil dengan
berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi
yang ada di standard kompetensi (SK) atau kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD). Kalau penilaian non-autentik didapatkan berdasarkan
hasil tes, ulangan, dan ujian setelah selesainya proses pembelajaran. penilaian
dilaksanakan secara menyeluruh dalam upaya mengetahui perkembangan
peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya meliputi
kompetensi sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus secara
berkesinambungan dan terus-menerus.8
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliiti lakukan terhadap beberapa
guru diketahui bahwa salah satu kendala yang dihadapi oleh guru-guru di SDN
2 Ketangga adalah mengenai penilaian autentik. Terdapat beberapa guru
mata pelajaran penjas, mulok, agama dan guru kelas yang belum sepenuhnya
memahami tentang penilaian autentik, terutama pada aspek sikap spritual dan
sosial, apa yang harus dinilai dan bagaimana cara menetukan kriteria
penilaiannya, sementara guru diminta memperhatikan keseharian siswa untuk
mendapatkan penilaian secara utuh. Hal tersebut disebabkan kurang
optimalnya sosialisasi dan pelatihan kurikulum 2013 khususnya metode
penilaian sehingga para guru dituntut belajar sendiri metode pelaksanaan
penilaian autentik sesuai prosedur yang ditentukan. Di samping itu, masalah
yang muncul terkait dengan ketidaksiapan guru secara mental dalam
menerapkan penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013
pada pembelajaran, hal ini disebabkan penerapan kurikum 2013 tergolong baru
8 Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta: Rajawali, 2015), hlm. 35-36.
5
5
di SDn 2 Ketangga dan juga kurangnya kemampuan guru menguasai konsep
mengenai Kurikulum 2013 ini. Penyebabnya adalah guru belum begitu faham
konsepnya kemudian harus menerapkannya secara langsung, penerapan
kurikulum 2013 menjadi beban bagi para guru. Para guru merasa cemas
disebabkan singkatnya pelatihan kurikulum 2013 terutama menyangkut
pelaksanaan penilaian autentik, pelatihan yang pernah diikuti para guru hanya
beberapa hari saja. Pada pelatihan tersebut hanya membahas secara umum
mengenai kurikulum 2013 dan sedikit menyinggung tata cara penilaian
autentik. Demikian pula, waktu pelatihan begitu pendek waktunya, menuntut
guru mesti betul-betul serius dan bisa mengerti dengan baik dan tepat konsep,
isi, tujuan dan penerapannya pada proses pembelajaran, serta penilaian autentik
hasil belajar dalam kurikulum 2013.
Beberapa masalah yang muncul mencakup penilaian autentik hasil
belajar, ada sebagian kecil guru yang masih belum terlalu faham tentang
penialain autentik ini ketika diterapkan pada proses pembelajaran di dalam
kelas. Masalah utamanya yang dihadapi guru yaitu pada saat menilai aspek
sikap sosial siswa di dalam kelas, dimana guru sulit menentukan kriteria
keberhasilan yang dicapai masing-masing siswa, selain itu guru belum bisa
membedakan aspek-aspek yang semestinya diamati ketika proses pembelajaran
berlangsung.
Kesulitan lain yang dihadapi guru yaitu dalam mengelola waktu dalam
melaksanakan proses penilaian autentik hasil belajar pada penerapan kurikulum
2013. Waktu yang dibutuhkan guru dirasakan sangat kurang cukup
menyangkut prosedur penilaian autentik yang begitu rumit dan berbelit-belit.
Tuntutan yang harus dipenuhi guru ketika di dalam kelas, selain memberikan
pengajaran, guru juga harus memberikan penilaian dari aspek sikap spritual,
sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Cara melakukan penilaian ini
6
6
melalui pengawasan dengan memandang siswa secara individu, apakah telah
mengalami perkembangan dan perubahan dalam mengikuti pembelajaran.
tentunya masalah ini membutuhkan waktu yang banyak karena bagaimana pun
juga guru di samping dituntut menerangkan materi harus memperhatikan dan
mengamati perkembangan setiap individu siswa untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam
kelas.
Dari uraian latar belakang di atas, hal inilah yang membuat peneliti
merasa tertarik dan penting untuk melakukan penelitian. Sehingga mengangkat
judul “Penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013
di SDN 2 Ketangga Tahun 2018/2019”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah peneliti sampaikan di atas, maka
penliti ingin mengkaji rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan
kurikulum 2013 di SDN 2 Ketangga tahun pelajaran 2018/2019?
2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan penilaian
autentik hasil belajar kurikulum 2013 dan solusinya di SDN 2 Ketangga
tahun pelajaran 2018/2019?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan penilaian autentik hasil belajar dalam
penerapan kurikurlum 2013 di SDN 2 Ketangga tahun pelajaran
2018/2019
7
7
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan penilaian
autentik hasil belajar kurikulum 2013 dan solusinya di SDN 2 Ketangga
tahun pelajaran 2018/2019.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif
dalam perbaikan mutu pendidikan di Indonesia khususnya pengembangan
kurikulum di Indonesia terutama dalam penilaian hasil belajar dalam
penerapan kurikulum 2013 di SDN 2 Ketangga tahun pelajaran 2018/2019.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi sekolah
Peneliti ini diharapkan dapat dijadikan tolak ukur pengambilan
kebijakan dalam rangka perbaikan proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru sehingga tujuan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah dapat dicapai secara optimal.
2) Bagi peneliti
Dengan adanya penelitian ini akan menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti khususnya yang berkaitan dengan masalah
penilaian hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013.
3) Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar dalam
penerapan kurikulum 2013, dan sekaligus diharapkan hasil penelitian
berikutnya yang lebih sempurna.
8
8
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian skripsi ini dimaksudkan untuk
memperjelas judul proposal skripsi yang akan disusun oleh peneliti. Selain
itu juga untuk menghindari terjadinya penafsiran ganda dalam memahami
judul proposal skripsi “penilaian hasil belajar dalam penerapan Kurikulum
2013 di SDN 2 Ketangga” perlu kiranya peneliti memberikan beberapa
penegasan sebagai berikut:
a. Penilaian
Menurut Asmawi zainul dan Noehi nasution mengartikan penilaian
adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang
menggunakan tes maupun nontes. Sedangkan menurut Akhmat susrajat
penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
peserta didik.9 Dengan demikian penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu criteria
tertentu.10
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran yang meliputi ranah sikap, pengetahuan,
9 http//www.zonapendidikan.blogspot.com/pengertian penilaian menurut para ahli. diakses
pada tanggal 22 mei 2019, pukul 16.06. 10 Nana sudjana, penilaian hasil…,hlm.3.
9
9
dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik serta
proses dan hasil belajar secara utuh.11
b. Hasil belajar
“Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.” Nandang Kosasih
dan Dede Sumarna menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kompetensi
yang dimiliki peserta didik setelah mengalami proses belajar yang
ditunjukkan dengan adanya perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.”12
Berdasarkan penjelasan dua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perwujudan dari bentuk perubahan yang terjadi dalam
diri peserta didik akibat belajar yang berupa perubahan dalam aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik ke arah yang lebih baik.13.
Jadi penilaian hasil belajar merupakan sesuatu yang sangat penting
dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan penilaian hasil
belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik
telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru.
Melalui penilaian juga dapat dijadikan acuan untuk melihat tingkat
keberhasilan atau efektivitas guru dalam pembelajaran.14
c. Kurikulum 2013
Kurikulum nenurut drs. Cece wijaya,dkk kurikulum adalah semua
program dan kehidupan dalam sekolah. Sedangkan menurut harsono
11 Kurniasih dan Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan. (Surabaya:
Kata Pena, 2014). hlm.48 12 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014), h. 5 13 Nandang Kosasih dan Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi
Kecerdasan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 38. 14 Ibid.hlm. 61.
10
10
kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang dilakukan dengan
praktek.15
Dari pengertian di atas Kurikulum 2013 merupakan kumpulan
sejumlah mata pelajaran.16
2. Setting Penelitian
Dalam setting penelitian peneliti menguraikan tentang latar alamiah
(tempat atau lokasi) penelitian akan dilakukan. Penelitian ini dilakukan di
SDN 2 Ketangga yang beralamatkan di jalan Wisata Lemor Desa Ketangga,
Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur. Adapun alasan peneliti
melakukan penelitian di sekolah ini antara lain:
a. SDN ini adalah sekolah yang menjadi sekolah gugus/inti dari beberapa
sekolah yang berada di Desa Ketangga dan merupakan salah satu sekolah
yang telah menerapkan kurikulum 2013.
b. Lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh peneliti sehingga
mempermudah peneliti dalam mengambil data-data maupun informasi
yang terkait dan dibutuhkan dalam penyusunan proposal skeripsi ini.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan usaha untuk menjelaskan dimana posisi
penelitian atau kejadian yang sedang dilaksanakan diantara hasil-hasil
penelitian, pengkajian, jurnal, dan buku terdahulu yang bertopik senada.
Telahaan pustaka bertujuan untuk menjelaskan kebaruan, orisinalitas, dan
urgensi penelitian atau pengkajian bagi pengembangan keilmuan yang terkait.
Maka perlu bagi penulis untuk menjelaskan bahwa penulisan karya ilmiah ini
adalah baru dengan mengajukan tinjauan pustaka berikut:
15 http://www.bospengertian.com/pengertian kurikulum 2013,diakses tangga 22 Mei
2019,pukul 17:13. 16 Herry Widyastono, pengembangan kurikulum diera otonomi daerah, (Jakarta: PT bumi
aksara,2014),hlm.1.
11
11
1. Ummu Mawaddah.17 Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 5 yogyakarta meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Implementasi kurikulum
2013 oleh guru PAI sudah berjalan dengan baik meskipun belum
sepenuhnya maksimal, guru PAI menggunakan sainstifik dalam penelitian
autentik dalam pembelajaran. Adapun kesulitan yang di alami oleh guru
PAI dalam implementasi kurikulum 2013 meliputi:1. kesulitan dalam
menganalisis KI-KD, 2.Kesulitan dalam menentukan langkah-langkah
pembelajaran, 3. Kesulitan dalam menentukan dan menggunakan sumber
belajar, 4. Kesulitan dalam menyiapkan siswa secara fisik dan fisikis, 5.
Kesulitan dalam menerapkan prinsip penilain yang sesuai dengan
kurikulum 2013, 6. Kesulitan dalam menentukan acuan patokan dan
ketuntasan belajar, 7. Kesulitan dalam menerapkan teknik peneliain dan
instrumennya, 8. Kesulitan dalam menerapkan karakteristik penilaian
kurikulum 2013, dan 9. Kesulitan dalam pelaporan hasil pembelajaran.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan mengambil latar
SMA Negeri 5 Yogyakarta.
2. Yanuar Ismujoko.18 Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru FIQIH
Pedes mengimplementasikan pembelajaran Kurikulum 2013 dengan
menggunakan pendekatan tematik terpadu dan model pembelajaran
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Guru FIQIH Pedes sudah
mempersiapkan dan menyusun rencana pembelajaran kurikulum 2013
dengan baik sesuai dengan Permendikbud. Guru tidak mengalami kesulitan
dalam penyusunan Silabus dan RPP. Kesulitan implementasi kurikulum
17 Ummu mawaddah. Identifikasn kesulitan guru pendidikan agama islam dalam
implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 5 yogyakarta. 2015. 18Yanuar ismujoko.Identifikasi kesulitan guru fiqih pedes sedayu bantul dalam
implementasi kurikulum 2013. 2017.
12
12
2013 banyak ditemukan pada pelaksanaan dan penilaian pembelajaran
kurikulum 2013. Dalam pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013, guru
Fiqih Pedes mengalami dalam ketepatan alokasi waktu pembelajaran,
mengelola kelas secara efektif, analisis hasil belajar peserta didik dan
mewujudkan kegiatan belajar yang sesuai dengan cara belajar peserta
didiknya masing-masing. Kendala implementasi pada penilaian
pembelajaran kurikulum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan awal implementasi kurikulum 2013 dalam perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran di
kelas serta upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru
Fiqih.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara untuk
mengetahui permasalahan awal, observasi dan dokumentasi untuk
memperkuat data yang telah diperoleh. Data dianalisis dengan
menggunakan langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan
triangulasi teknik.
3. Suhartini.19 Perubahan kurikulum sering terjadi untuk memperbaharui
kurikulum menjadi lebih baik, namun dalam menerapkan kurikulum 2013,
guru masih mengalami kesulitan seperti dalam menerapkan pendekatan
saintifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja kesulitan guru
dalam menerapkan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik di kelas
tinggi Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif jenis
deskriptif. Data bersumber pada guru yang mengajar. Subjek penelitian ini
19 Suhartini. Identifikasi Kesulitan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 dengan
Pendekatan Saintifik di Kelas Tinggi Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh 2016.
13
13
adalah seluruh guru kelas tinggi yang ada di Gugus Mangga Kecamatan
Jaya Baru Banda Aceh. Pengumpulan datida menggunakan angket,
observasi dan wawancara. Data angket diolah dengan deskriptif persentase.
Data wawancara dan observasi diolah dengan reduksi, display dan
verifikasi. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan bahwa
dalam menerapkan pendekatan saintifik guru masih mengalami kesulitan
dalam menanya sebanyak 33% dan kesulitan dalam menalar sebanyak
33%. Kesimpulan penelitian ini adalah guru kelas tinggi di Gugus Mangga
di Gugus Mangga Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh masih kesulitan
dalam menerapkan pendekatan saintifik khususnya pada langkah menanya
dan menalar, sehingga proses pembelajaran tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Disarankan untuk para guru agar lebih banyak lagi
menekankan kegiatan-kegiatan yang berkaitan menanya dan menalar,
namun dengan cara yang dapat membuat siswa merasa tertarik, termotivasi,
serta berolmba untuk memberikan gagasan/ ide (menalar).
Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang
dilakukan sama- sama membahas tentang kurikulum 2013.
F. Kerangka Teori
1. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Hasil belajar
Penilaian pembelajaran bisa dimaknai sebagai penghimpunan
informasi yang sistematis mengenai pembelajaran siswa dalam hal
menjelaskan keputusan mengenai bagaimana mengembagnkan proses
belajar. Sedangkan hasil belajar ialah kompetensi atau kemampuan peserta
didik baik kognitif, afektif, ataupun psikomotorik yang dikuasai setelah
14
14
proses pembelajaran. 20 Hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian
hasil belajar ialah pengumpulan informasi tentang pencapaian kemampuan
atau kompetensi kognitif, afektif dan psikonotorik yang dimiliki siswa
setelah menerima pembelajaran dan pengalaman belajar.
Standar penilaian pendidikan ialah kriteria menyangkut mekanisme,
langkah-langkah, dan instrumen penilaian hasil belajar siswa. Penilaian
pendidikan sebagai proses penghimpunan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian
autentik, penilaian diri, penilaian berbasisi portofolio, ulangan, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir, ulangan akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional,
dan ujian sekolah/ madrasah.21
Keterangan terkait hal-hal di atas dirincikan sebagai berikut.
1) Penilaian autentik ialah penilaian yang dilakukan secara menyeluruh
untuk menilai masukan, proses dan keluaran pembelajaran.
2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh siswa
untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang ditelah
ditetapkan.
3) Penilaian berbasis portofolio merupakan penialain yang dilaksanakan
untuk menilai keseluruhan identitas proses belajar pesertqa didik
termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau
di luar kelas khususnya pada sikap/prilaku dan keterampilan.
20 Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013): Suatu Pendekatan Praktis disertai dengan Contoh. Ed. Rev. (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 62
21 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
15
15
4) Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur tingkat
pencapain kompetensi siswa secara berkesinambungan dalam proses
pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
siswa.
5) Ulangan harian ialah kegiatan yang dilakukan secara berkala untuk
menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi
Dasar (KD) atau lebih.
6) Ulangan tengah semester ialah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa setelah melakukan 8-9
minggu kegiatan pembelajaran. cakupan ulangan tengah semester
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada
periode tersebut.
7) Ulangan akhir semester ialah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk
mengukur pencapaian kompetensi siswa pada akhir semesterkompetensi
peserta didik pada akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
8) Ujian tingkat kompetensi (UTK) ialah kegiatan pengukuran yang
dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat
kompetensi. Cakupan UTK mencakup sejumlah KD yang menjabarkan
KI pada tingkat kompetensi tersebut.
9) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK) ialah kegiatan pengukuran
yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencpaian tingakt
kompetensi. Cakupan UMTK mencakup sejumlah KD yang
menjabarkan KI tersebut.
16
16
10) Ujian Nasional (UN) ialah kegiatan pengukuran kompetensi tertentu
yang dicapai siswa dalam rangka menilaia pencapaian Standar Nasional
Pendidikan yang dilaksanakan secara nasional.
11) Ujian Sekolah/Madrasalah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan
pendidikan.
b. Karakteristik Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.22
1) Objektif, penilaian yang berbasis pada standar dan tidak terpengaruh
faktor subjektivitas penilai.
2) Terpadu, penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu
dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3) Ekonomis, penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan.
4) Transparan, prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5) Akuntabel, penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur da
hasilnya.
6) Edukatif, penilaian tersebut mendidik dan memotivasi peserta didik dan
guru.
22 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
17
17
2. Kurikulum 2013
a. Pengertian Kurikulum 2013
Pengertian mengenai kurikulum juga tercantum dalam undang
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa kuirkulum ialah seperangkat
rencana dan pengaturanmengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaraqn untuk mencapai tujuan tertentu. Kurikulum dijadikan
sebagai acuan dalam mengembangkan proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran agar lebih terstruktur dan sistematis.23
Pada tahun pelajaran 2013/2014, mulai diterapkan kurikulum baru
yang dikenal dengan kurikulum 2013. Kurikulum ini ialah pengembangan
dari kurikulum yang telah ada sebelumnya. Hal yang menjadi titik tekan
pada kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan
soft skills dan hard skills yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.24 Kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-
nilai yang tercermin pada sikap agar dapat berbanding lurus dengan
keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan dibangku
sekolah.
Dengan hadirnya Kurikulum 2013 ini memiliki tujuan yaitu supaya
siswa mampu memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang meningkat dan berkembang sesuai dengan jenjang pendidikan yang
ditempuhnya sehingga dapat berpengaruh dan menentukan kesuksesan
dalam kehidupan selanjutnya.
23 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
24 Fadlillah 2014), hlm. 16
18
18
Rancangan pada kurikulum 2013 ini dengan mengembangkan
keseimbangan antara pengembangan sikap spritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kerja sana dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.25
Kesemua sikap, pengetahuan dan keterampilan tersebut
dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa
pada jenjangnya masing-masing. Siswa dituntut agar aktif mencari
informasi sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Pada
kurikulum ini memberikan pengajaran yang berpusat kepada siswa, dan
yang aktif dalam pembelajaran adalah siswa.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dimiliki oleh Kurikulum
2013 diatur dalam Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013. Standar
kompetensi lulusan adalah kriteria menyangkut kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Tujuan kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan kemerosotan karakter bangsa
Indonesia pada akhir-akhir ini. Korupsi, penyalahgunaan obat terlarang,
pembunuhan kekerasan, premanisme, dan lain-lain adalah kejadian yang
menunjukkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang rendah
serta rapuhnya pondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa.26 Selain itu,
penyebab perlunya mengembangkan kurikulum 2013 adalah beberapa
hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh Global Institute dan
Programe For Internasional Student Assesment (PISA) merujuk pada
suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan
terbelakang.
25 Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013): Suatu Pendekatan Praktis disertai dengan Contoh. Ed. Rev. (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 24
26 Mulyasa, Proses Belajar Mengajar (Surabaya: Usaha Nsional,2014), hlm.14.
19
19
Tujuan kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, berngara, dan peradaban dunia.
Kurikulum 2013 dikembangkan dari kurikulum 2006 (KTSP) yang
dilandasi pemikiran tentang tantangan masa depan, persepsi masyarakat,
perkembangan pengetahuan dan pedagogik, kompetensi masa depan, dan
fenomena negatif yang mengemuka (Pedoaman Pelatihan Implementasi
Kurikulum).
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan
kompetensi.27 Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan kepada
penguasaan kompetensi siswa, melainkan juga pembentukan karakter.
Sesuai dengan kompetensi inti (KI) yang telah ditentukan oleh
Kemendikbud, KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan tujuan pembentukan
karakter siswa sedangkan KI 3 dan KI 4 berkaitan dengan penguasaan
kompetensi siswa.
c. Karakteristik kurikulum 2013
Kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum 2006 maupun
kurikulum sebelumnya yang pernah digunakan di Indonesia. Dalam
kurikulum baru ini, menurut Mulyasa, Kurikulum 2013 dirancang dengan
karakteristik sebagai berikut :
1) Mengemban keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik.
27Mulyasa,Proses Belajar Mengajar(Surabaya: Usaha Nasional,2014),hlm.163.
20
20
2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar.
3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi ini kelas yang
terperinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing
elements) kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti.
7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).28
3. Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013
a. Pengertian penilaian autentik dalam kurikulum 2013
Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil
dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi yang ada distandarkompentensi (SK) atau kompetensi inti (KI)
dan kompetensi dasar (KD). 29
28Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu..,hlm. 6-7. 29 Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta: Rajawali, 2015), hlm. 35.
21
21
Dalam kurikilum 2013 memprertegas adanya pergeseran dalam
melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur
kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian
autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil) dalam penilaian autentik peserta didik
diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Autentik
berarti keadaan yang sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan
yang dimiliki oleh peserta didik.penilaian autentik mengacu pada penilaian
acuan patokan (PAP), yaitu pencapain hasil belajar didasarkan pada posisi
skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan demikian,
pencapaian kompetensi peserta didik tidak dalam konteks dibandingkan
dengan peserta didik lainnya, tetapi dibandingkan dengan standar atau
kriteria tertentu, yakni kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dalam
penilaian autentik guru melakukan penilaian tidak hanya pada penilaian
level KD, tetapi juga Kompetensi inti dan SKL.30
b. Karakteristik penilaian autentik dalam kurikulum 2013
1) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. Artinya, penilaian
autentik dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
terhadap satu atau beberapa kompetensi dasar (formatif) maupun
pencapaian kompetensi terhadap standar kompetensi atau kompetensi
inti dalam satu semester (sumatif).
2) Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
Artinya, penelitian autentik itu ditujukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi yang menekankan aspek keterampilan (skill) dan kinerja
30 Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta: Rajawali, 2015), hlm. 36.
22
22
(performance), bukan hanya mengukur kompetensi yang sifatnya
mengingat fakta (hafalan dan ingatan).
3) Berkesinambungan dan terintegrasi. Artinya, dalam melakukan
penilaian autentik harus secara berkesinambungan (terus menerus) dan
merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan
informasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik.
4) Dapat digunakan sebagai feed back. Artinya, penilaian autentik yang
dilakukan oleh guru dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap
pencapaian kompetesi peserta didik secara komprehensif.31
c. Fungsi dan Manfaat Penilaian Autentik
Menurut Thorndike dan hagen fungsi dan manfaat penilaian dalam
pendidikan diarahkan kepada keputusan-keputusan yang menyangkut:
1) Pengajaran
2) Hasil belajar
3) Diagnosis dan usaha perbaikan
4) Penempatan
5) Seleksi
6) Bimbingan dan konseling
7) Kurikulum dan
8) Penilaian kelembagaan
d. Penilaian Autentik dalam kurikulum 2013
Kuenasih dan Sani menjelaskan bahwa penilaian autentik siswa
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dilakukan secara berimbang. Kunandar juga menyatakan bahwa penilaian
autentik siswa mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
31 Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta: Rajawali, 2015), hlm. 39-40.
23
23
Pendapat para ahli tersebut diperkuat dengan adanya Salinan
Lampiran Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian
pendidikan. Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
Dalam kurikulum 2013, Cakupan penilaian sikap didasarkan pada
karakteristik dasar KI 1 (sikap spiritual), KI 2 (sikap sosial), KI 3
(pengetahuan), dan KI 4 (keterampilan). Acuan suatu penilaian adalah
indikator yang merupakan tanda tercapainya suatu kompetensi. Indikator
harus terukur. Dalam konteks penilaian indikator merupakan tanda-tanda
yang dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat diamati oleh guru
sebagai representasi dari sikap yang dinilai. Dibawah ini dideskripsikan
beberapa karakteristik dari sikap-sikap dasar yakni:
1) Sikap Spiritual (Kompetensi Inti 1)
Spiritual adalah hubungan dengan yang maha kuasa dan maha
pencipta tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu,
adapun sikap spritual sebagai berikut (Putri, 2015):
a) Menghargai menghayati ajaran agama yang dianut.
b) Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.
c) Menjalankan ibadah tepat waktu.
d) Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama
yang dianut.
e) Bersyukur atas nikmat dan karunia tuhan yang maha esa.
f) Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri
g) Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.
h) Berserah diri (tawakal) kepada tuhan setelah berikthiar atau
melakukan usaha.
24
24
i) Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan tuhan yang
maha esa.
j) Menghormati orang lain menjalankan ibada sesuai dengan
agamanya.
2) Sikap sosial (kompetensi Inti 2)
Sikap sosial adalah kesadaran individu yang menetukan perbuatan
yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek, kesadaran yang
menetukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial sikap
sosial dinyatakan tidak seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-
orang sekelompoknya. Ada beberapa aspek dalam sikap sosial yaitu
(Putri, 2015):
a) Jujur adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan tindakan dan
pekerjaan, tidak menjadi plagiat atau mengambil karya orang lain
tanpa menyebutkan sumber, mengungkapkan perasaan apa adanya,
menyerahkan kepada yang berwenag barang yang ditemukan
membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya,
mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki.
b) Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
c) Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat-masyarakat, lingkungan,
negara, dan tuhan yang maha esa. Melaksanakan tugas individu
dengan baik, menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, tidak
menyalahkan orang lain tanpa bukti yang akurat, mengembalikan
barang yang dipinjam, mengakui dan meminta maaf atas kesalahan
yang dilakukan, menepati janji, tidak menyalahkan orang lain untuk
25
25
kesalahan tidakan kita sendiri, melaksakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh atau diminta.
d) Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai keberagaman
latar belakang, pandangan dan keyakinan. Tidak mengganggu teman
yang berbeda pendapat, menerimah kesepakatan meskipun berbeda
dengan pendapatnya, dapat menerima kekurangan orang lain, dapat
memaafkan kesalahan orang lain, mampu dan mau bekerjasama
dengan siapapun yang memiliki keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan, tidak memaksakan pendapat atau
keyakinan diri pada orang lain, kesediaan untuk belajar dari
keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain
lebih baik, terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima sesuatu
yang baru.
e) Gotong royong adalah bekerja sama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong
menolong secara ikhlas. Terlibat aktif dalam bekerja bakti
membersihkan kelas atau sekolah, kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan, bersedia membantu orang lain tanpa mengharap
imbalan, tidak mendahulukan kepentingan pribadi, mencari jalan
untuk mengatasi perbedaan atau pendapat antar diri sendiri dengan
orang lain, mendorong orang lain untuk bekerjasama demi mencapai
tujuan bersama.
f) Santun atau sopan adalah sikap baik dalam pergaulan dalam
berbahasa maupun bertingkah laku. Norma kesatuan bersifat relatif
artinya yang dianggap baik atau santun pada tempat dan waktu
tertentu bisa berbeda pada tempat dan waktu yang lain.
Menghormati orang lain yang lebih tua, tidak menyela pembicaraan
26
26
pada waktu yang tidak tepat, mengucapkan terimah kasih setelah
menerimah bantuan orang lain, bersikap 3S (salam. senyum, sapa),
meminta izin ketikan memasuki ruangan orang lain atau
menggunakan brang milik orang lain, memperlakukan orang lain
sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan.
g) Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang
memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Berpendapat
atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.mampu membuat
keputusan dengan cepat, tidak mudah putus asa, tidak canggung
dalam bertindak, berani presentasi dalam kelas, berani berpendapat,
bertanya atau menjawab pertanyaan.
3) Pengetahuan ( Kompetensi Inti 3)
Ada enam kategori pada dimensi proses kognitif atau sasaran
penilaian pada ranah pengetahuan adalah sebagai berikut (Putri, 2015):
a) Mengingat, yaitu mengambil pengetahuan dari memori jangka
panjang.
b) Memahami, yaitu mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran
termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
c) Mengaplikasikan, yaitu menerapkan atau menggunakan suatu
prosedur kedalam keadaan tertentu.
d) Menganalisis, yaitu memecah-mecah meteri jadi bagian-bagian dan
hubungan antara bagian-bagian tersebut keseluruhan struktur dan
tujuan.
e) Mengevaluasi, yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria
dan/atau standar.
f) Mencipta, yaitu memadukan bagian-bagian untuk membentuk suatu
yang baru dan koheren untuk membuat suatu produk yang orisinil.
27
27
4) Keterampilan (Kompetensi Inti 4)
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan
dalam melakukan tugas tertentu diberbagai macam konteks sesuai
dengan indikator pencapaian kompetensi.
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik
yaitu (Putri, 2015):
a) Penilaian Praktik, adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan sesuatu aktivitas sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Dengan demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian
praktik adalah kualitas proses mengerjakan/melakukan suatu tugas.
b) Penilaian Produk, penilaian terhadap keterampilan peserta didik
dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki kedalam wujud
produk dalam waktu tertentu sesuai dengan kriteria yang telah di
tetapkan baik dari proses maupun hasil akhir.
c) Penilaian Projek, suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui
penyeselesaian suatu instrumen projek dalam periode/waktu tertentu.
d) Penilaian portofolio, merupakan teknik untuk melakukan penilaian
terhadap aspek keterampilan. Dalam panduan ini portofolio
merupakan kumpulan sampel karya terbaik dari KD-KD pada KI-4.
Berdasarkan uraian maka, dapat dinyatakan bahwa penilaian
autentik dalam kurikulum 2013 mencakup kompetensi sikap (spiritual
dan sosial), pengetahuan dan keterampilan. Sasaran penilaian autentik
yang digunakan dalam penilaian ini yaitu sasaran penilaian autentik
berdasarkan olahan Krathwohl, Anderson, dan Dyers yang sudah
tertera didalam salinan Lampiran Permendikbud Nomor 104 tahun 2014
28
28
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menegah.
Penilaian juga menuntuk peserta didik mendemonstrasik suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktis. Penilaian
sederhana juga tidak hanya melihat hasil akhir, tetapi juga kemajuan
hasil belajar siswa.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penelitian yang
dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Peneliti ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu data yang
dikumpulkan adalah berup fakta- fakta, gambar, dan bukan angka- angka.
Adapun alasan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif ini didasarkan
atas beberapa alasan antara lain:
a. Penelitian ini menekankan pada proses dan hasil.
b. Penelitian ini bersifat natural karena akan melaporkan apa adanya ( alami )
tanpa dilakukan perubahan atau intervensi oleh peneliti.
c. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Peneliti melakukan analisis data
dengan memberikan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk
uraian naratif. Data yang diperoleh secara utuh berupa kata-kata, gambar,
dan perilaku, tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik.
d. Data yang didapatkan langsung bersumber dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi secara langsung.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan sebagai instrumen
kunci. Oleh karena itu kehadiran peneliti dilapangan mutlak ada didalam
29
29
melakukan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai
pengamat biasa dalam artian peneliti tidak terlibat langsung kedalam
kehidupan objek yang diteliti.
Tujuan utama penelitian dilapangan adalah untuk mendapatkan data
informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti. Sesuai dengan hal tersebut, peneliti menciptakan hubungan sisoal
yang akrab dengan responden yang menjadi sumber data agar
mempermudahan dalam mengambil data sehingga data yang diperoleh
benar-benar valid.
Untuk mendapatkan data yang benar-benar valid, peneliti berusaha
mengumpulkan data semaksimal mungkin selama proses penelitian
dilakukan. Adapun hal-hal yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan observasi mengenai keadaan lokasi penelitian, khususnya
mengenai keadaan lingkungan sekolah, keadaan sosial guru dengan
peserta didik, serta bagaimana proses evaluasi penerapan Kurikulum
2013.
b. Mengadakan dialog atau wawancara dengan pihak-pihak terkait, yaitu:
kepala sekolah, guru-guru, dan peserta didik sebgai sumber informasi dan
mempunyai peran aktif dalam lingkungan pendidikan.
c. Menarik kesimpulan berupa gambaran umum keadaan lingkungan
sekolah, menguraikan bagaimana proses evaluasi penerapan Kurikulum
2013.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian berlangsung
untuk mencari dan menggali berbagai informasi dan data guna memecahkan
permasalahan yang ada. Lokasi penelitian yang peneliti pilih disini yaitu
30
30
SDN 2 Ketangga yang berada di Jalan Wisata Lemor, Desa Ketangga,
Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur. Lokasi ini peneliti pilih
karena ada beberapa alasan:
a. SDN ini adalah sekolah yang menjadi sekolah gugus/inti dari beberapa
sekolah yang berada di desa Ketangga dan merupakan salah satu sekolah
yang telah menerapkan kurikulum 2013.
b. Lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh peneliti sehingga
mempermudah peneliti dalam mengambil data-data maupun informasi
yang terkait dan dibutuhkan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
Sekolah ini berada dipinggir jalan raya kecamatan Suela.. Sekolah
ini merupakan sekolah yang cukup diminati dari beberapa sekolah yang
berada di Desa Ketangga. Sekolah ini juga memiliki ruangan perpustakaan
yang cukup luas. Selain itu juga sekolah ini merupakan sekolah yang
memiliki beberapa ekstra kulikuler yang cukup popular, salah satunya
seperti drum band.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari
dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya,
hasil yang diharapkan semua belum jelas.rancangan penelitian masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek
penelitian.32
Peneliti sebagai instrument kunci, berfungsi untuk memilih informan
sebagai sumber data. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain.
32 Sugiyono,Metode Penelitian pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2016), hlm.306.
31
31
a. Sumber Data primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh oleh peneliti sendiri
melalui wawancara dan observasi yang dilakukan di lokasi penelitian
maupun di sekitar lokasi penelitian. Kegiatan ini gabungan dari
mendengar, melihat, dan bertanya. Adapun yang menjadi data primer ialah
guru dan kepala sekolah.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data skunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Data skunder umumnya berupa bukti, catatan, atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan. 33 Adapun yang menjadi data
skunder ialah sejarah berdiri SDN 2 Ketangga, Visi Dan Misi SDN 2
Ketangga, sturuktur organisasi SDN 2Ketangga, keadaan tenaga
kependidikan, guru atau tenaga pendidik dan siswa SDN 2 Ketangga,
keadaan sarana dan prasarana SDN 2 Ketangga serta foto-foto guru saat
mengelola kelas.
5. Prosedur pengumpulan data
Dalam penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi.
a. Metode observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam
penelitian keika penelitian atau pengamat melihat situasi penelitian.
observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan
dengan kondisi atau ineraksi belajar mengajar, tingkah laku dan ineraksi
33 Etta Mamang Sangadji & Sopiah,Metedologi penelitian pendekatan praktis dalam
penelitian,(Yogyakarta; C.V Andi Offset,2010), hlm. 44.
32
32
kelompok.34 Adapun metode observasi adalah pengamatan langsung
menggunakan alat bantu untuk pengindraan suatu subjek atau objek.
b. Metode interview/wawancara
“Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan Tanya
jawab langsung kepada objek yang diteliti atau kepada perantara yang
mengetahui persoalan dari objek yang diteliti”.35 Adapun dalam karya
ilmiah ini wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah
pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur rmaupun tidak
terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun
dengan menggunakan telepon.
1) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyampaikan
instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternative jawabannya pun telah disiapkan.
Dalam penelitian karya ilmiah ini,peneliti menggunakan wawancara
tidak terstruktur untuk memperoleh data.
2) Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.36
34 Hamzah.B.Uno,dkk,Menjadi penelii PK yang Profesional dan R & D,( jakarta: PT Bumi
Aksara,2011),hlm. 90. 35Misbahuddin, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara,2004), hlm. 36Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2015), hlm. 230.
33
33
Dalam penelitian karya ilmiah ini, peneliti menggunakan wawancara
tidak terstruktur untuk memperoleh data.
c. Metode dokumentasi
Dokumenasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang
tertulis” di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan,noulen rapat, catatan harian,dan sebagainya.37 Adapun
data yang dikumpulkan melalui pedoman dokumenasi adalah data
mengenai dokumen atau arsip yang ada di SDN 2 Ketangga. Data tersebut
seperti gambaran pada umum SD, keadaan sarana dan prasarana, keadaan
guru dan siswa dan struktur organisasi SDN 2 Ketangga.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka perlu ada proses pemilihan data dan
kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dengan teliti, ulet dan cakap
sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang objektif. Analisis data adalah
kegiatan untuk memaparkan data, sehingga diperoleh suatu kebenaran atau
ketidakbenaran dari suatu refrensi.
Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar.38
Menurut Moeleong analisis data adalah proses pengorganisasian dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
37 Suharsimi Arikonto,prosedur peneliian suau pendekaan prakik,(Jakarta: Rineka Cipta,2006),hlm.1S8.
38Misbahuddin, Analisis, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara,2004), hlm. 32.
34
34
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja, seperti yang
disarankan oleh data.39
Dalam upaya menganalisa data guna memperoleh data yang valid
maka yang harus dilakukan peneliti adalah mengorganisasikan data,
mengurutkan data dan mengelompokkannya yang terdiri dari hasil observasi,
wawancara ataupun dokumentasi bahan komentar peneliti dilapangan dan
lain sebgainya. Pengroganisasian dan pengolahan data tersebut bertujuan
untuk menemukan tema yang terdiri dari hipotesisi kerja yang akhirnya
diangkat menjadi teori subtantif.
Karena keseluruhan langkah penelitian ini merupakan proses yang
berjalan secara serentak dan stimulan, maka secara teoritis analisa dan
pengumpulan data dilakukan secara berulang-ulang, karena dalam penelitian
kualitatif dikenal dengan adanya analisa data lapangan kendati analisa harus
dilaksanakan secara intuitif setelah pengumpulan data terakhir.
7. Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data atau kredibitas data, diperlukan
teknis pemeriksaan keabsahan. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang
disimpulkan mengandung kebenaran.
Adapaun teknik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
sebgai berikut :
a. Teknik Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan
39Ibid., hlm. 33.
35
35
atau tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara
rinci.40
b. Teknik Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi yang paling
banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Triangulasi dibedakan menjadi empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik
dan teori. Teknik triangulasi yang digunakan oleh peneliti untuk
memeriksakan keabsahan data di sini adalah triangulasi sumber data dan
triangulasi metode.
1) Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data berarti membandingkan dan mengecek balik
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
2) Triangulasi metode
Dalam triangulasi metode terdapat dua strategi yaitu : pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan
40Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya:
2007),hlm. 329-330.
36
36
bebrapa teknik pengumpulan. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber metode data yang sama.41
H. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dan penulisan dalam skripsi ini menjadi terarah, utuh
dan sistematis. Maka penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab, antara lain:
Bab pertama pendahuluan, meliputi : latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat peneitian, ruang lingkup dan setting penelitian,
telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan.
Bab kedua diungkapkan seluruh data dan temuan yang diperoleh dalam
penelitian yang meliputi : gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data dan
hasil wawancara tentang bagaimanakah penerapan kurikulum 2013.
Bab keempat yakni bab penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran.
41Ibid., hlm. 331.
37
37
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Keadaan Guru
Berdasarkan hasil wawancara dengan waka kurikulum menjelaskan
guru di SDN 2 Ketangga keseluruhan berjumlah 11 guru yang semuanya
PNS, dengan rincian 1 orang kepala sekolah, 1 orang waka kurikulum, 6
orang guru kelas, 1 orang guru penjaskes, 1 orang guru mulok dan 1 orang
guru Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan hasil dokumentasi data guru dapat dilihat dari latar belang
pendidikan terakhir seluruhnya dengan S1 pendidikan. Dilihat dari data
tersebut, guru-guru di SDN 2 Ketangga memiliki kemampuan mengajar yang
cukup mumpuni.
2. Kurikulum yang digunakan
SDN 2 Ketangga saat ini menggunakan Kurikulum 2013 sesuai dengan
Peraturan Pemerintah tahun 2016 tentang kurikulum 2013 (k-13) Tahun
2016.
Di SDN 2 Ketangga Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh kelas dari
kelas I sampai kelas VI yang dimulai pada tahun pelajaran 2017/2018, yang
sebelumnya masih menggunakan KTSP. Data diperoleh berdasarkan hasil
wawancara dengan waka kurikulum.
38
38
B. Penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013 di SDN 2 Ketangga
Berikut paparan hasil penelitian mengenai penilaian autentik hasil belajar
dalam penerapan kurikulum 2013 SDN 2 Ketangga tahun pelajaran 2019/2020.
Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru
bekerjasama dengan siswa. Dalam penilaian autentik keterlibatan siswa sangat
penting. Asumsinya peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar secara
lebih baik jika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Berikut hasil wawancara dengan beberapa guru di SDN 2 Ketangga
mengenai penilaian autentik sebagaimana dinyatakan oleh guru kelas I berikut:
Menurut saya penilaian autentik itu penilaian yang fokus pada penilaian kelas terhadap siswa secara keseluruhan baik ketika menyampaikan materi maupun ketika melakukan pengamatan terhadap gerak gerik siswa per individu42
Begitu pula pendapat guru kelas IV pada salah satu wawancara sebagai
berikut:
Menurut saya penilaian autentik itu lebih memfokuskan hanya pada penilaian ketika proses belajar mengajar berlangsung di kelas, yang menuntut guru lebih cermat dalam melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa disamping melakukan penilaian pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk tes43
Sejalan dengan pendapat di atas, guru Mulok juga memberikan
pernyataan dalam wawancara berikut
Menurut saya penerapan penilaian autentik mampu meningkatkan kualitas pembelajaran pada banyak hal, sebab menilai 3 aspek yaitu sikap spritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan, dan dilakukan secara serempak baik ketika menerangkan pelajaran sekaligus guru dituntut
42 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas II, di SDN 2 Ketangga pada tanggal 21 Juni 2019
43 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas IV di SDN 2 Ketangga pada tanggal 21 Juni
2019
39
39
melakukan pengamatan terhadap sikap siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.44
Dapat disimpulkan, bahwa menurut pemahaman para guru mengenai
penilaian autentik, dalam menerapkan penilaian autentik ialah guru dituntut
harus lebih memahami mengenai penerapan penilaian autentik pada penerapan
kurikulum 2013. Guru mesti melaksanakan penilaian autentik guna
memberikan penilaian terhadap peserta didik sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki siswa serta harus secara tepat dan sesuai menurut kondisi dalam
keseharian.
Ada empat komponen yang dinilai oleh guru dalam penilaian autentik
hasil belajar pada penerapan kurikulum 2013 secara berkesinambungan yakni
kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Data
diperkuat oleh pernyataan dari waka kurikulum, beliau menjelaskan bahwa
untuk penilaian raport ada 4 macam kompetensi yang dinilai yakni sikap
spritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan, sesuai dengan pernyataan
guru Waka kurikulum sebagai berikut:
“Kompetensi yang dinilai dalam Kurikulum 2013 seperti kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.”45 Guru Pendidikan Agama Islam juga menambahkan sebagai berikut:
“...memang ada aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.”46
44 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Mulok di SDN 2 Ketangga pada tanggal 21 Juni
2019
45 Hasil Wawancara peniliti dengan Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga pada tanggal 18
Juni 2019
46 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Pendidikan Agama Islam SDN 2 Ketangga pada
tanggal 18 Juni 2019
40
40
Selain dengan wawancara, peneliti juga melakukan analisis
menggunakan dokumen dari guru. Dokumen tersebut merupakan dokumen
raport yang meunjukan adanya 4 kompetensi yang dinilai, yaitu kompetensi
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
Aspek sikap spiritual yang dinilai guru mengacu pada Kompetensi Inti
I (KI I), yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan KI I tersebut aspek sikap spiritual yang diamati, yaitu menilai
ketika peserta didik berdoa baik sebelum dan sesudah belajar di kelas, serta
menilai perilaku peserta didik ketika membaca Yasin, asmaul husna dan
surat pendek/tadarusan baik ketika IMTAQ atau ketika pelajaran agama.
Data tersebut diperkuat dengan hasil observasi pada 21 Juni 2019 di
musholla, pukul 07.00 WIB semua peserta didik melaksanakan rutinitas
IMTAQ membaca surat Yasin, do’a, asma’ul husna yang dipandu oleh guru
agama melalui pengeras suara/speaker dan sholat Dhuha bersama. Begitu
juga di dalam kelas masing-masing yang dipandu oleh guru kelas masing-
masing membaca do’a sebelum kegiatan belajar dimulai dan beberapa ayat
pendek. Selama peserta didik membaca do’a dan ayat pendek, guru
mengamati sikap peserta didik sambil ikut membaca dengan suara pelan.
Selesai membaca do’a dan ayat pendek, dilanjutkan berdoa sebelum
memulai pembelajaran.47
Hasil observasi pada tanggal 20,21-22 Juni 2019 menunjukan bahwa
aspek sikap spiritual yang dinilai meliputi guru menilai saat peserta didik
terlihat melaksanakan shalat berjama’ah dan melaksanakan shalat Dhuha dan
47 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada tanggal 21 Juni 2019
41
41
baca yasin bersama ketika IMTAQ. Hal ini ditunjukan dengan kegiatan guru
sebelum memulai pembelajaran selalu menanyakan kepada peserta didik
sudah melaksanakan Shalat Subuh atau belum. Selain itu guru juga
mengamati kegiatan peserta didik di lingkungan sekolah pada jam 12.00
WIB. Guru mengamati peserta didik yang pergi ke mushola untuk sholat
dengan berjama’ah.48
Guru Pendidikan Agama Islam menjelaskan aspek sikap spiritual
mencakup beberapa indikator meliputi keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan YME seperti berdoa sebelum dan sesudah belajar, ketaatan dalam
beribadah, Sholat Zhuhur berjamaah di mushola, kegiatan IMTAQ yang diisi
dengan membaca Yasin dan diikuti dengan Sholat Dhuha setiap hari
Jum’at.49
Pernyataan guru kelas V menambahkan bahwa aspek yang diamati
seperti ketertiban dalam shalat, mentaati tata tertib ibadah dan sebagainya. 50
Sependapat dengan guru kelas VI menjelaskan bahwa aspek sikap spiritual
yang diamati seperti sikap berdoa, sikap membaca al-qur’an, dan sebagainya.
Beliau menambahkan bahwa masih mengalami kesulitan dalam menilai
aspek sikap spiritual, karena masih belum memahami bagaimana cara
menilai sikap spiritual yang tercermin pada perilaku peserta didik.51
Aspek sikap sosial yang dinilai guru mengacu pada Kompetensi Inti II
(KI II), yaitu menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
48 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada tanggal 20,21-22 Juni 2019
49 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Pendidikan Agama Islam SDN 2 Ketangga pada
tanggal 22 Juni 2019
50 Hasil Wawancara peniliti dengan guru V SDN 2 Ketangga pada tanggal 22 Juni 2019
51 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas VI SDN 2 Ketangga pada tanggal 22 Juni
2019
42
42
jawab, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. Guru kelas IV
menjelaskan dalam suatu wawancara bahwa:
Aspek yang dilihat pada saat pelajaran matematika misalnya yakni semangat dalam mengerjakan tugas, cepat tidaknya mengerjakan tugas (daya tanggap), percaya diri tampil di depan kelas, tidak mudah putus asa, berani berpendapat dan bertanya. Beliau juga menambahkan bahwa pelaksanaan penilaian tidak harus melihat perkembangan kognitif peserta didik saja, pengelompokan juga dapat mengasah keterampilan peserta didik.52
Data di atas didukung hasil observasi pada hari Sabtu, 22 Juni 2019,
terlihat peserta didik sangat antusias dalam mengerjakan soal yang diberikan
guru. Semua peserta didik mengerjakan bersama-sama kelompoknya saling
bantu ketika ada peserta didik dalam kelompok yang tidak dapat
mengerjakan.53 Dari hasil observasi tersebut, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa guru menilai semangat belajar peserta didik ketika diberi materi, guru
menilai kerjasama kelompok yang ditunjukan oleh peserta didik dalam
mengerjakan tugas, guru menilai rasa ingin tahu yang ditunjukan peserta
didik ketika mengerjakan tugas, guru menilai rasa percaya diri yang
ditunjukan peserta didik.
Guru Mulok menjelaskan dalam suatu wawancara sebagai berikut :
Aspek sikap sosial yang diamati seperti pada waktu ulangan peserta didik tidak mencontek, gotong royong membersihkan kelas, kepeduliannya terhadap kelasnya, selalu hadir tepat waktu dan sikap terhadap guru di dalam kelas.54
Data di atas didukung oleh hasil observasi pada hari Senin, 24 Juni
2019 di kelas V. Guru membuat kelompok dan memberikan tugas kepada
52 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas IV SDN 2 Ketangga pada tanggal 22 Juni
2019
53 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada tanggal 22 Juni 2019
54 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Mulok SDN 2 Ketangga pada tanggal 22 Juni
2019
43
43
peserta didik, dari tugas kelompok tersebut guru menilai sikap peserta didik
ketika mempresentasikan di depan kelas, menilai kerjasama kelompok ketika
mengerjakan tugas, dan menilai sikap tanggung jawab terhadap tugas
masing-masing peserta didik yang ditunjukan dengan patisipasinya ketika
kerja kelompok. Di tengah pembelajaran guru memberikan hukuman kepada
salah satu kelompok, karena kelompok tersebut tidak mendengarkan ketika
guru menjelaskan tugas yang diberikan. 55
Selain menilai aspek sikap sosial yang tercermin ketika mengikuti
pembelajaran guru juga menilai aspek yang tercermin di lingkungan sekolah
seperti menilai kehadiran peserta didik, terlambat atau datang tepat waktu.
Data sesuai dengan hasil observasi pada bulan Juni tanggal 3-8 Juni 2019.
Pukul 07.00 WIB gerbang utama sekolah ditutup dan semua peserta didik
yang datang tepat waktu melaksanakan rutinitas membaca do’a dan surat
pendek bersama di dalam kelas masing-masing. Bagi peserta didik yang
datang lebih dari jam 07.00 WIB, peserta didik wajib melapor ke guru piket
atau ke wali kelas masing-masing, agar dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran.56
Guru Penjas dalam suatu wawancara menjelaskan sebagai berikut:
Tidak semua aspek sikap sosial diambil penilaiannya. Kita hanya mengambil beberapa aspek yang disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari, misalnya di dalam RPP hanya diambil nilai kejujuran, disiplin, bertanggungjawab dan kerjasama. Namun, untuk penilaian raport harus mencakup semua aspek pada KI II yang diserahkan pada wali kelas.57
55 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada tanggal 24 Juni 2019
56 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada tanggal 3-8 Juni 2019
57 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Penjaskes SDN 2 Ketangga pada tanggal 24 Juni
2019
44
44
Pernyataan tersebut ditambahkan oleh waka kurikulum sebagai
berikut:
“Untuk aspek sikap tidak semua KD diambil penilaiannya dalam satu penilaian, jadi setiap materi aspek sikap yang diambil dapat hanya 1 saja, atau dua atau tiga saja, tetapi kalau di blangko raport yang diserahkan ke bapak ibu guru wali kelas kan harus ada 10 item, mau tidak mau dalam satu semester harus dinilai semua 10 item itu. 10 item itu mencakup sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual ada dua ketaqwaan dan ketaatan kepada Tuhan YME.”58
Sesuai dengan pernyataan Mulok dan Penjas bahwa aspek penilaian
sikap sosial seperti tanggung jawab, disiplin, dan sebagainya, tidak semua 8
aspek diterapkan pada satu Kompetensi Dasar (KD). Misalnya untuk
membuat work dest kerja kelompok yang dinilai hanya kerjasama,
kedisiplinan, atau tanggung jawabnya saja. Pernyataan tersebut sebagai
berikut:
“Menilai sikap sosial seperti tanggungjawab, disiplin, dan sebagainya, saya terapkan pada KD, tetapi tidak semuanya 8 aspek di dinilai pada satu KD. Misalnya membuat work desk kerja kelompok hanya dinilai kerjasamanya atau kedisiplinannya atau mungkin tanggung jawabnya saja.” 59
Pada ranah sikap (spritual dan sosial) pribadi siswa yang dinilai
melalui pengamatan secara langsung baik di dalam dan di luar kelas
ditentukan secara sepintas dan secara umum. Yang dilihat guru siswa yang
paling menonjol di kelas maupun di laur kelas, sedangkan yang lainnya
dinilai sama. Meskipun pengamatan dilakukan guru setiap hari selama
pembelajaran, ini disebabkan guru belum leluasa dan gagap dan belum
58 Hasil Wawancara peniliti dengan Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga pada tanggal 24
Juni 2019
59 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Mulok dan penjas SDN 2 Ketangga pada tanggal
24 Juni 2019
45
45
begitu paham harus diapakan penilaiannya. Selain itu, membutuhkan waktu
yang banyak untuk mencermatinya. Seperti pernyataan guruPAI:
“Dalam menilai sikap (spritual dan sosial) kita melakukan secara sekilas saja, menilainya diambil umum saja. Seperti menilai sikap spiritual, aspek yang diamati seperti mengamalkan ajaran agama agama diamati secara sepintas. Seringnya sebelum memberi materi saya menanyakan sudah shalat subuh atau belum, jika siswa A menjawab belum berarti nilainya kurang. Siswa B menjawab sudah berarti nilainya baik. Anak yang tidak menjawab akan disama ratakan untuk penilaiannya, hanya melihat beberapa yang sangat baik dan beberapa yang kurang baik. itu masuk dalam observasi saya. Observasi kepada siswa tidak memungkinkan dilakukan satu persatu mbak. Jadi pengamatan hanya saya lakukan sepintas saja. Dipilih secara global, kalau dipilih secara satu-satu tidak mampu.”60
Dari hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa
rata-rata semua guru masih mengalami kesulitan dan kebingungan ketika
menentukan penilaian terhadap sikap spritual dan sosial berdasarkan
indikator yang telah ditentukan pada form yang tersedia. Jadi, para guru
masih belum optimal dalam melakukan penilaian pada aspek sikap baik
sikap spritual maupun sikap sosial karena keterbatasan alat penilaian dan
waktu.
Selanjutnya untuk menilai kompetensi pengetahuan menggunakan
tes lisan, tertulis, dan penugasan. Tes tertulis dalam bentuk soal esai dan
pilihan ganda. Tugas diberikan misalnya membuatr makalah, kemudian
dibahas bersama-sama atau dibaca di depan kelas, dan simpulkan bersama.
Disamping itu, menerapkan pengamatan seprti saat siswa mampu
menyimpulkan suatu materi pada pembelajaran.
60 Hasil Wawancara peniliti dengan Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga pada tanggal 25
Juni 2019
46
46
Hasil wawancara dengan guru kelas II sebagai berikut:
“Kalau pengetahuan menggunakan ulangan harian baik bentuk teori atau praktek. Terkadang saya lontarkan pertanyaan, anak yang menjawab akan mendapat nilai tambahan.” 61 Guru kelas III menjelaskan juga dalam sebuah wawancara sebagai
berikut:
“Pengetahuan menggunakan tes tertulis dan pertanyaan langsung/tanya jawab di dalam kelas, namun saya lebih mengutamakan pertanyaan langsung di dalam kelas.”62
Guru kelas IV menjelaskan dalam wawancara bahwa untuk menilai
kompetensi pengetahuan menggunakan tes, tugas mandiri, dan tugas
terstruktur. Tes menggunakan pilihan ganda dan esai, untuk menilai ini
hampir mirip seperti ujian, tes, tugas, ulangan, Uts, Uas, yang disesuaikan
dengan indikatornya. Sebagaimana dijelaskan :
“Menilai kompetensi pengetahuan mengunakan tes biasa berupa pilihan ganda dan essay, ada juga tugas mandiri dan terstruktur. Menilai pengetahuan sekarang sebenarnya hampir-hampir sama seperti ujian, tes, ulangan, tugas, UTS, UAS. Untuk nilainya dilihat dari indikatornya.”63
Data diperkuat oleh pernyataan guru kelas V bahwa menilai
pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan tugas. Pernyataan
sebagai berikut:
61 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas II SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
62 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas III SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
63 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas IV SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
47
47
“Kalau pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan tugas. Tes tertulis seperti ulangan harian, biasanya dilakukan setelah semua KD terselesaikan.”64
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan dinilai menggunakan tes dan lisan. Tes tertulis menggunakan
pilihan ganda dan esai yang biasa dilakukan setelah semua KD
terselesaikan. Sedangkan untuk tes lisan tidak diadministrasikan menjadi
nilai rapor, hanya saja digunakan untuk menambah nilai yang kurang atau
kalau ada yang remidi atau nilainya di bawah KKM.
Selanjutnya untuk menilai kompetensi keterampilan berbeda pada
masing-masing mata pelajaran, sebagaimana hasil wawancara dengan guru
kelas V sebagai berikut:
“Kalau mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, untuk keterampilan saya nilai keterampilan berbicara, saya ambil penilaian menceritakan kembali. Kemarin masih banyak yang tidak bisa menceritakan kembali. Begini mbak, anak yang sering berkomunikasi di depan kelas saja kadang untuk berpidato atau presentasi masih bingung dan takut. Apa lagi anak yang tidak pernah berkomunikasi, jadi saya bingung mbak, harus menilainya bagaimana.”65
Hasil wawnacara di atas sesuai dengan pernyataan dari guru
Pendidikan Agama Islam berikut ini:
“Nilai praktek dilihat dari indikator penilaiannya. Misalnya masalah shalat, tadi niatnya sesuai dengan indikator tidak, kalau sesuai dinilai 10, tatacara berwudunya sesuai atau tidak, kalau sesuai dinilai 10. Nilai pada indikator tidak semua dinilai 10, tapi disesuaikan dengan pencapaian indikator yang dilakukan anak ketika praktek, dapat dinilai 8, 7, semua dirata-rata menjadi nilai raport.”66
64 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas V SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
65 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas V SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
66 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Pendidikan Agama Islam SDN 2 Ketangga pada
tanggal 25 Juni 2019
48
48
Berdasarkan wawancara dan didukung oleh hasil observasi pada hari
Senin, 25 Juni 2019. Peneliti mengamati guru membentuk kelompok
diskusi dengan jumlah anggota sekitar 4-5 orang dalam pembelajaran.
Guru memberikan tugas pada masing-masing kelompok tentang teks
bacaan cerpen. Kemudian tugas kelompok tersebut akan dipresentasekan
di depan kelas menurut kelompok yang paling awal menyelesaikan tugas
kelompoknya. Melalui observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas
diskusi diadakan untuk menilai keterampilan peserta didik dalam
menyajikan hasil dikusisnya di depan kelas secara lisan. Peneliti
mengamati bahwa guru belum menggunakan lembar observasi diskusi
kelompok dalam menilai unjuk kerja dalam diskusi kelompok dan
presentasi secara lisan. Guru hanya mengamati dan mendokumentasikan
siswa saat melakukan diskusi dan menampilkannya di depan kelas.67
C. Faktor penghambat dalam penerapn penilaian autentik hasil belajar
kurikulum 2013
Sebelum dipaparkan sosulis terlebih dahulu dipaparkan beberapa
kendala yang dihadapi guru dalam penilaian autentik pada penerapan
kurikulum 2013. Berikut ini penjelasan dari salah seorang guru kelas III di
SDN 2 Ketangga menyatakan bahwa :
“Kami mengalami kendala dalam melaksanakan penilaian autentik yaitu: a) belum meratanya kegiatan pelatihan dan kesempatan mengikuti seminar kurikulum 2013; b) belum mampu mengelolah waktu melakukan penilaian sesuai dengan kurikulum 2013; 3) kurang lengkap jenis penilaian yang digunakan dan d) belum terbiasa menyusun rubrik penilaian.”68
67 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada 25 Juni 2019
68 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas III SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
49
49
Sejalan dengan pernyataan salah satu guru kelas II berdasarkan hasil
wawancara sebagai berikut:
“Sebagai guru dalam melaksanakan penilaian autentik, ada beberapa kendala yang kami hadapi seperti : a) perencanaan yang rumit; b) banyaknya komponen yang diperhatikan guru secara bersamaan dalam melaksanakan penilaian; c) penilaian sikap yang harus memperhatikan secara detail dengan jumlah siswa yang banyak dalam satu ruangan.”69 Demikian juga pernyataan guru Mulok dalam suatu wawancara
menjelaskan sebagai berikut:
“Khusus penilaian kendalanya di penilaian sikap sosial yang harus dituntut ada 7 aspek yang dinilai, seperti gotong royong dan sebagainya. Kendalanya belum begitu memahami sikap gotong royong yang dimaksud seperti apa, saling komunikatif seperti apa tidak begitu jelas selama ini untuk penjelasannya. Gotong royong dan kerjasama itu hampir mirip, pembedanya dimana. Penilaian dilakukan pada saat diskusi saja. Kendalanya ketika menilai sikap sosial, selama ini tidak sampai benar-benar valid hanya sebatas waktu pelajaran matematika.” 70
Sesuai dengan pernyataan guru kelas I menjelaskan bahwa:
“Terus terang secara pribadi belum dapat menilai secara objektif. Misalnya ketika mengamati ada satu atau dua peserta didik terlihat ngeyel (tidak menurut), sehingga jugdment terhadap peserta didik tersebut bersikap tidak patuh. Selain itu, ketika diadakan pengamatan peserta didik bersikap baik dan bagus, akan tetapi ketika di luar sekolah sikap peserta didik menyimpang. Hal ini karena tidak dapat melihat secara langsung sikap peserta didik di luar sekolah.”71 Guru kelas IV juga menambahkan sebagai berikut: “Sebagai guru mengharapkan peserta didik tidak hanya tertib ketika diamati atau ketika ada guru saja, akan tetapi ketika di luar sekolah
69 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas II SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
70 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Mulok SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
71 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas I SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
50
50
peserta didik mampu menjadi pribadi yang disiplin tidak menyimpang”72 Dari beberapa paparan wawancara di atas, kendala yang dihadapi oleh
para guru dalam pelaksanaan penialain autentik dalam penerapan kurikulum
2013 yaitu seputar kurangnya pemahaman guru dalam menerapkan penilaian
autentik, terutama dalam kendala penilaian sikap, baik sikap spritual maupun
sikap sosial, komponen yang terlalu banyak untuk dinilai sedangkan waktu
terbatas dengan jumlah siswa yang banyak. Sementara tuntutan harus
memerhatikan secara detail per individu siswa yang diamati, ditambah lagi
karena keterbatasan dalam mengikuti pelatihan kurikulum 2013.
Seperti penjelasan dari Kepala Sekolah SDN 2 Ketangga yang
menyatakan:
“Kurangnya sosialisasi kurikulum 2013 di desa-desa sehingga saya bisa mengatakan bahwa kurikulum 2013 belum bisa dikatakan cukup memadai. Adapun alokasi waktu pembelajaran dalam seminggu cukup menguras waktu dan tenaga (padat), dan banyaknya jumlah peserta didik dalam 1 ruangan menyebabkan pembelajaran kurang efektif karena kesulitannya si pendidik dalam mengatasi siswa siswi. Selain itu masih kurangnya fasilitas yang memadai karena masih terdapat beberapa bangunan yang perlu direnovasi dan kurangnya beberapa media pembelajaran untuk menunjang keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar.”73 Hal serupa ditambahkan oleh Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga yang
menyatakan sebagai berikut:
“Kendala dalam penerapan penilaian pada kurikulum 2013 diantaranya partisipasi orang tua peserta didik salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik, dan salah satu faktor pendukung untuk bisa memahami penilaian autentik tidak lepas dari dorongan kepala sekolah yang selalu berusaha mencapai maksimal dalam meningkatkan
72 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas IV SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
73 Hasil Wawancara peniliti dengan Kepala Sekolah SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
51
51
kemampuan atau kompetensi para peserta didik di SDN 2 Ketangga untuk dapat menjalankan kurikulum 2013 dengan menggali informasi melalu media dan melakukan pelatihan secara inten.”74
Sama halnya sebagaimana yang dijelaskan oleh salah seorang guru
Pendidikan Agama Islam berikut dari hasil wawancara:
“Kepala sekolah sudah berusaha semaksimal mungkin dalam meningkatkan kompetensi peserta didik, siapapun yang akan menjadi pemimpin kita harus bekerja sama demi kemajuan sekolah dan adapun faktor penghambat yang saya temui dalam melakukan penilaian autentik yaitu: a) sosialisasi kurikulum 2013 belum berjalan dengan sehingga menghambat pemahaman guru tentang penilaian autentik; b) alokasi waktu pembelajaran dalam seminggu cukup padat, sehingga menguras tenaga waktu dan fikiran selain itu memerlukan staminah yang kuat; c) jumlah peserta didik dalam ruangan sekitar 30-35 orang itu cukup banyak sehingga kita sebagai pendidik sangat kewalahan dan mempengaruhi proses belajar mengajar yang kurang efektif atau kurang maksimal.”75
Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menghambat pada
pelaksanaan penilaian autentik hasil belajar begitu berpengaruh terhadap
proses pemahamna guru dalam melaksanakan penilaian autentik. Dari uraian
di atas terdapat beberapa faktor penghambat dalam menerapkan penilaian
autentik penilaian hasil belajar di SDN 2 Ketangga yaitu :
1. Faktor penghambat kurangnya sosialiasi kurikulum 2013.
2. Terlalu padatnya alokasi waktu pembelajaran dalam seminggu.
3. Cukup banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas.
4. Fasilitas di sekolah yang masih kurang memadai
Beberapa masalah yang merupakan kendala dalam penilaian autentik
hasil belajar di atas mestilah segera dicari solusinya guna memecahkan
74 Hasil Wawancara peniliti dengan Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga pada tanggal 25
Juni 2019
75 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Pendidikan Agama Islam SDN 2 Ketangga pada
tanggal 25 Juni 2019
52
52
masalah yang sedang dihadapi oleh para guru sehingga para guru lebih faham
dan mampu melaksanakan tugasnya dalam evaluasi pembelajaran pada akhir
kegiatan pembelajaran di kelas maupun akhir semester.
Solusi untuk mengatasi hambatan dalam penerapan penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013
Solusi timbul dari adanya kendala yang disebabkan dari penerapan suatu
model atau kebijakan. Dengan adanya solusi diharapkan mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi paling tidak mengurangi sehingga apa
yang menjadi tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Ada beberapa solusi yang dapat dilaksanakan oleh pihak sekolah di
SDN 2 Ketangga sebagaimana pemaparan hasil wawancara sebagai berikut.
Pernyataan Kepala Sekolah SDN 2 Ketangga:
“Kita sudah melakukan sosialisasi tentang penilaian dengan mengundang narasumber untuk workshop. Untuk workshop RPP, narasumber dari pengawas dinas maupun pengawas kemenag. Mengadakan sosialisasi dengan mengundang narasumber dari dinas dan kemenag adalah hal pertama kali yang kami lakukan untuk memberikan penyuluhan kepada para guru terkait penilaian autentik hasil belajar pada penerapan kurikulum 2013 ini.”76 Pernyataan ini diperkuat oleh Waka Kurikulum sebagai berikut: “Memang benar sekali, sosialisasi tentang penilaian pada penerapan kurikulum 2013 pihak sekolah telah berkoordinasi dengan pihak dinas ataupun kemenag agar didatangkan narasumberr untuk workshop RPP, evaluasi dan lainnya”77 Demikian juga dengan pernyataan guru kelas V sebagai berikut:
76 Hasil Wawancara peniliti dengan Kepala Sekolah SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
77 Hasil Wawancara peniliti dengan Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga pada tanggal 25
Juni 2019
53
53
“Kami dibekali dengan berbagai pelatihan baik dari dinas maupun dari kemenag berupa workshop. Awalnya guru mengikuti bimtek/sosialisasi selama 4 hari.”78 Hal senada diungkapkan oleh gru Pendidikan Agama Islam dan
Penjaskes
“Bimbingan dan pelatihan atau sosialisasi dilakukan secara umum bagi semua guru bukan hanya untuk guru mata pelajaran atau guru kelas saja. Untuk bimbingan dan latihan pembuatan perangkat pembelajaran seperti RP diadakan dua kali dalam satu semester, sedangkan untuk bimbingan dan latihan penilaian dan pengisian raport dilaksanakan dua kali juga. Dengan adanya Bimteg ini kami merasa beryukur, karena sedikit demi sedikit kebingungan kami berkurang’79
Selanjutnya wawancara dengan guru kelas I, II, dan III sebagai berikut:
“ Berangkat dari keluhan para guru akhirnya kami mengadukan kepada Kepala Sekolah agar mengundang narasumber untuk mengadan Bimtek/sosialisasi secara berkala dan berkelanjutan mengenai penerapan kurikulum 2013 baik penyusunan RPP hingga evalasui. Kami bersyukur sekolah kami mengadakan sosialisasi RPP 2 kali dalam 1 semester, kalau untuk penilaian dan raport dilakukan 2 kali juga. Sekarang permasalah sudah menjadi jelas, kami tidak bingung lagi.”80
Dari pemaran hasil wawancara di atas bahwa berbagai permasalahan
sebagai kendala bagi para guru dalam melakukan penilaian autentik hasil
belajar khususnya sudah mampu teratasi meski tidak sekaligus. Solusi yang
diberikan pihak sekolah dengan menkoordinasikan kepada pihak dinas dan
kemenag agar mengutus narasumber yang mumpuni untuk memberikan
bimteg atau sosialisasi dalam workshop. Secera berkala bimteg/ sosialisasi
dilakukan mengenai penerapan kurikulum 2013 terutama pada aspek penilaian
78 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas V SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
79 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Pendidikan Agama Islam dan Penjas SDN 2
Ketangga pada tanggal 25 Juni 2019
80 Hasil Wawancara peniliti dengan kelas I, II dan III SDN 2 Ketangga pada tanggal 25
Juni 2019
54
54
autentik hasil belajar. Setelah melalui pelatihan secara berkala menyangkut
penerapan penilaian autentik hasil belajar pada kompetensi sikap spritual,
sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan keterampilan, segala permasalahan
mampu terselesaikan dengan baik dan tuntas.
55
55
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013
Kegiatan menilai adalah satu kesatuan dari sebuah pembelajaran yang harus
dilaksanakan untuk mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran yang telah
dilasanakan, baik dalam bentuk ujian lisan maupun tulisan. Pada tiap kegiatan
pembelajaran, penilaian bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa mampu
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya.
Kegiatan penilaian pada setiap pembelajaran yang mencakup kompetensi
pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa menolong para guru untuk
mengevaluasi efektif atau tidaknya kurikulum, metode, media dan instrumen.
Tujuan penilaian autentik hasil belajar dipakai oleh guru adalah untuk
mengamati kemajuan belajar siswa, perkembangan kemampuan belajar, serta
tingkat pemahaman siswa. Penilaian autentik hasil belajar menurut kurikulum
2013 meliputi empat kompetensi inti yaitu penilaian sikap spritual (KI I), sikap
sosial (KI II), penilaian pengetahun (KI III), penilaian keterampilan (KI IV) sesuai
dengan pedoman yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar dijelaskan
bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses mengumpulkan informasi
mengenai pencapaian pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh siswa dalam
mengembangkan kompetensi sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan
keterampilan yang laksanakan secara sistematis selama dan setelah proses
pembelajaran.
56
56
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa
pelaksanaan penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013 di
SDN 2 Ketangga adalah belum optimal karena ada sebagian guru di SDN 2
Ketangga belum memahami mengenai prosedur pelaksanaan penilaian autentik
hasil belajar apalagi seluruh sekolah dasar negeri yang berada di bawah naungan
kementerian pendidikan nasional itu mesti menggunakan kurikulum 2013. Hal ini
menyebabkan guru-guru di SDN 2 Ketangga harus bekerja ekstra dalam
melaksanakan kurikulum 2013 termasuk memberikan penilaian kepada siswa
yang disebut dengan penilaian autentik.
Menurut pengertian global penilaian autentik didefinisikan sebagai penilaian
yang dilakukan secara menyeluruh untuk menilai sejak dari masukan, proses dan
keluaran.81 Penilaian autentik dilakukan untuk menilai sikap, kompetensi
pengetahuan ataupun kompetensi ketrampilan.
Adapun cakupan penilaian autentik hasil belajar siswa meliputi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang. Penilaian
autenti hasil belajar siswa meliputi sikap (spritual dan sosial) siswa, pengetahuan,
dan keterampilan. Keterangan tersebut sebagaimana dijelaskan pada salinan
lampiran Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar
oleh peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah bahwa ruang lingkup
dalam penilaian autentik meliputi kompetensdi sikap spritual dan sikap sosial,
pengetahuan dan keterampilan.82
81 Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 Tahun 2013
82 Putri, A.D. Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik pada Siswa
Kelas IV A SDN 4 Wates Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta, 2015 hlm. 5
57
57
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penilaian autentik merupakan
penilaian yang sesungguhnya, yaitu proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi mengenai perkembangan belajar dan perubahan tingkah
laku yang dimiliki siswa setelah suatu kegiatan belajar mengajar selesai.
Dilakukannya penilaian autentik untuk mengetahui apakah terjadi perubahan
tingkah laku siswa, apakah siswa menerapkan pengalaman belajar atau tidak serta
apakah proses belajar mengajar yang sudah berlangsung bernilai positif atau tidak.
Menurut data hasil penelitian, bahwa masing-masing guru menilai aspek
sikap spritual dan aspek sikap sosial berbeda-beda, aspek sikap spritual dan sikap
sosial sesuai dengan indikator pencapaian yang diinginkan. Untuk menentukan
penilaian pada aspek sikap spritual guru mengacu pada pedoman penilaian hasil
belajar kurikulum 2013 yang termuat pada Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 bahwa aspek sikap spritual berhubungan
dengan pembentukan siswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, sedangkan aspek sikap sosial berhubungan dengan menghargai dan
menghayati prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong,
santun, dan percaya diri. Aspek sikap spritual dan sikap sosial secara garis besar
mencakup sikap menerima nilai, menanggapi/ merespons, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Guru menilai pada aspek sikap spritual di SDN 2
Ketangga mencakup keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
seperti:
1. Sikap siswa ketika berdo’a sebelum dan selesai belajar.
2. Perilaku siswa saat menunaikan shalat wajib 5 waktu baik secara sendirian
maupun berjamah.
58
58
3. Tata cara siswa saat melaksanakan shalat misalnya: ketertiban ketika shalat,
mentaati tata tertib ibadah, dan sikap dalam berdo’a.
4. Sikap siswa saat membaca Al-Qur’an.
5. Sikap siswa saat membaca asmaul husna dan surat pendek. Siswa nampak
bermain dan sibuk sendiri atau sungguh-sungguh menghayati dalam
membaca. Sikap tersebut merupakan pencerminan dari pemahaman siswa
terhadap rukun iman.
Adapun aspek sosial yang dinilai oleh guru di SDN 2 Ketangga meliputi:
1. Sikap berani berpendapat siswa dan mengajukan pertanyan yang ditujukan
siswa di dalam kelas.
2. Perilaku jujur dan tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas yang
ditunjukkan siswa
3. Perilaku siswa yang mencerminkan percaya diri dalam presentasi di depan
kelas yang ditunjukkan oleh siswa secara lantang.
4. Perilaku semangat belajar yang ditunjukkan oleh siswa.
5. Perilaku disiplin atay selalu hadir tepat wajtu yang ditunjukkan siswa.
6. Perilaku siswa dalam bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok serta
kekompakan yang ditujukan oleh siswa.
7. Sikap menghormati dan patuh kepada orangtua dan guru yang ditunjukkan
oleh siswa.
8. Sikap siswa yang tidak mudah putus asa yang ditunjukkan.
9. Sikap gotong royong siswa membersihkan kelas dan halaman di depan kelas
yang ditunjukkan siswa.
10. Sikap peduli siswa terhadap teman dan kelas.
59
59
Guru mengamati aspek sikap spritual dan sikap sosial sesuai dengan
perkembangan perilaku siswa, tetapi tidak mengamati seluruh perkembangan
perilaku satu persatu siswa, guru hanya melihat perilaku siswa yang menonkol.
Contohnya guru fokus mengamati siswa yang malas, rajin dan nakal, sementara
bagi siswa yang tidak memperlihatkan perilaku tersebut akan dinilai sesuai
standar minimal. Tetapi juga guru mempunyai kebijakan tersendiri, tatkala siswa
yang bermasalah seperti berperilaku nakal akan mendapat nilai di bawah standar
minimal, siswa akan ditegur guru seperti berupa bisa tinggal kelas ataupun
dikembalikan kepada orangtua jikalau siswa sampai melakukan pelanggaran berat.
B. Faktor penghambat dalam penerapan penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013 dan Solusinya
Adapun faktor yang menghambat guru dalam pelaksanaan penilaian autentik
hasil belajar ialah menurut data hasil wawancara yang telah peneliti lakukan
diperoleh keterangan bahwa faktor yang menghambat guru dalam menerapkan
penilaian autentik di SDN 2 Ketangga adalah:
1. Kurangnya sosialisasi dan bimtek tentang kurikulum 2013, terutama di
kalangan para guru, mengingat tentang rentang waktu yang kurang memadai,
terkesan terburu-buru tentang kebijakan nasional mengenai perubahan
kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013
2. Pengalokasian waktu pembelajaran hanya 3 jam selama seminggu, terutama
untuk mengukur ketercapaian kompetensi siswa pada ranah afektif.
3. Jumlah siswa dalam satu kelas cukup besar antara 30-35 orang terutama ketika
melakukan pengamatan secara cermat dan personal mengalami kesulitan
dengan jumlah siswa yang cukup besar.
60
60
4. Kurang optimalnya partisipasi orangtua siswa, terutama yang berhubungan
dengan ketauladanan serta pembiasaan sikap spritual da sosial yang sudah
dilakukan disekolah belum secara optimal bersinergi ketika peserta didik ada
lingkungan keluarga dan masyarakat.
Pengembangan kurikulum 2013 dengan landasan filosof yang memberikan
dasar pengembangan seluruh potensi siswa menjadi manusia Indonesia lebih baik
dan berkualitas. Penilaian mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian pendidikan yang bertujuan untuk menjamin:
1. Perencanaan penilaian siswa sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan
berdasarkan prinsip-prinsip penilaian.
2. Pelaksanaan penilaian siswa secara profesional, terbuka, edukatif, efektif,
efisien dan sesuai dengan konteks sosial budaya dan
3. Pelaporan hasil penilaian siswa secara objektif, akuntabel, dan informatif.
Untuk menyusun rencana pembelajaran, guru butuh memperhatikan
instrumen penilaian yang harus digunakan mesti memantqau proses, kemajuan
dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Karena penilaian
memiliki makna yang penting, baik bagi siswa, bagi maupun bagi sekolah. Makna
penilaian untuk masing-masing pihak yaitu:
1. Bagi siswa, untuk mengetahui sejauh mana siswa sudah berhasil mengikuti
pembelajaran kompetensi yang telah tercapai selama siswa mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
2. Bagi guru, untuk mengetahui siswa yang berhak melanjutkan pembelajaran
sebab telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan mengetahui
apakah materi pelajaran yang telah diajarkan telah sesuai bagi siswa sehingga
61
61
tidak membutuhkan perubahan, mengetahui apakah strategi, metode dan
pendekatan yang digunakan sudah sesuai.
3. Bagi sekolah, untuk mengetahui penilaian yang dilakukan oleh guru apak
sudah sesuai dengan keadaan belajar yang kultur akademik sekolah, informasi
penilaian yang diperoleh sebagai patokan apakah sekolah memenuhi Standar
Nasional Pendidikan (SNP), informasi penilaian dapat menjadi bahan acuan
bagi sekolah dalam upaya menyusun program pendidikan untuk masa akan
datang yang lebih baik.83
Solusi untuk mengatasi hambatan dalam penerapan penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013
Solusi yang dilakukan oleh pihak sekolah SDN 2 Ketangga dalam
mengatasi kendala yang ada yaitu melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai
penilaian autentik dengan mengundang narasumber untuk workshop. Untuk
workshop RPP, narasumber dari pengawas dinas maupun kemenag. Berkoordinasi
dengan pihak dinas ataupun kemenag agar didatangkan narasumber untuk
workshop RPP, evaluasi dan lainnya. Bimbingan dan pelatihan serta kegiatan
sosialisasi dilakukan untuk umum bukan setiap guru mata pelajaran. Sedangkan
untuk bimtek dan sosialisasi RPP dilakukan 2 kali dalam satu semester, dan
demikian juga untuk penilaian raport juga dilakukan dua kali selaki dilakukan 2
kali juga. Dengan adanya Bimteg ini para guru merasa terbantu, karena sedikit
demi sedikit kebingungan para guru dalam melakukan penilaian autentik hasil
belajar pada penerapan kurikulum 2013 menjadi berkurang, artinya sekarang para
guru sudah memahami dengan baik teknik penilaian autentik berkati bimteg
83 Widodo S.E.P. Evaluasi Program Pembelajaran “Panduan Praktis bagi Pendidik dan
Calon Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)
62
62
tersebut. Para guru mampu melakukan penilaian autentik meski belum seratus
persen sempurna, setidaknya para guru sudah mampu memberikan penilaian pada
kompetensi sikap spritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan
kompetensi keterampilan.
63
63
BAB IV
PENUTUP
A. Keismpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan pada bagian sebelumnya dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pelaksanan penilaian autentik dalam penerapan kurikulum 2013 di SDN 2
Ketangga berdasarkan hasil penelitian masih belum optimal karena ada sebagian
besar guru yang belum terlalu mengerti dengan penilaian autentik sehingga masih
kesulitan untuk menerapkannya.
Faktor-faktor yang menjadi penghambat guru dalam menerapkan penilaian
autentik di SDN 2 Ketangga ialah sebagai berikut: 1) kurangnya sosialisasi dan
pelatihan kurikulum 2013 khususnya tentang penilaian autentik hasil belajar; 2)
terlalu padatnya alokasi waktu pembelajaran dalam seminggu; 3) Banyaknya
jumlah siswa dalam satu kelas; 4) kurangnya fasilitas yang ada di sekolah.
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut yaitu melakukan
sosialisasi tentang penilaian dengan berkoordinasi dengan pihak dinas dan
kemenag, mengundang narasumber untuk workshop, baik pelatihan RPP, maupun
evaluasi dan lainnya. Bimbingan dan pelatihan serta sosialisasi dilakukan untuk
umum tidak setiap guru mata pelajaran. Untuk bimtek dan sosialisasi RPP
dilakukan 2 kali dalam 1 semester, kalau untuk penilaian raport juga dilakukan 2
kali.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang diberikan terkait dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
64
64
1. Hendaknya guru yang sudah mengetahui cara mengerjakan penilaian autentik
agar bisa memberikan ilmunya kepada guru-guru yang lain yang masih kurang
pemahamannya dengan penilaian autentik.
2. Hendaknya guru lebih antusias mengikuti sosialisasi kurikulum 2013 sehingga
bisa belajar dengan baik tentang penilaian autentik. Disaran pula kepada guru-
guru yang sudah menggunakan smarphone agar bisa belajar belajar melalu
smarphonenya memanfaatkan jaringan internet sehingga dapat mengetahui
mengenai penilaian autentik.
65
65
DAFTAR PUSTAKA
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP) Tematik
Terpadu, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2008
E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013
Herry Widyastono, Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014
http://www.sarjanaku.com/2011/06/metode-dokumentasi.html, diakses
tanggal 4 januari 2018, pukul 12.56.
Ismujoko, Yanuar. Identifikasi kesulitan guru fiqih pedes sedayu bantul
dalam implementasi kurikulum 2013. 2017
Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014, hlm. 188
Kunandar, Penilaian Autentik, Jakarta: Rajawali, 2015
Lexy J. Moleong, metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya: 2007
Mawaddah, Ummu. Identifikasi kesulitan guru pendidikan agama islam
dalam implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 5 Yogyakarta. 2015
Misbahuddin, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2004
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.
Remaja Rodaskarya, 1997
66
66
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006
Pupuh, M. Sobry, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Refika
Aditama, 2014
Ramayulis, “Metodologi Pendidikan Agama Islam” Edisi Revisi Jakarta:
Kalam Mulia, 2010
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,Bandung : Alfabeta, 2015
Suhartini, Identifikasi kesulitan guru dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik dikelas tinggi gugus mangga
kecamatan jaya baru banda aceh, 2016
Sutjipto, “Dampak Pengimplementasian Kurikulum 2013 Terhadap
Performa Siswa Sekolah Menengah Pertama”, Jurnal Pendidikan Dan 6
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alafabeta,
2014
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik, Jakarta: Prenada
Media Group, 2011
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN
Balai
69
69
70
70
71
71