PENGGUNAAN MEDIA LOOSE PARTS UNTUK MENGEMBANGKAN ...
Transcript of PENGGUNAAN MEDIA LOOSE PARTS UNTUK MENGEMBANGKAN ...
PENGGUNAAN MEDIA LOOSE PARTS UNTUK
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA
DINI DI PAUD AL-MUSFIROH GUNUNGSINDUR,
JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Oleh:
Azky Farida
NIM: 11160184000017
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Penggunaan Media Loose Parts untuk Mengembangkan
Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur, Jawa Barat
disusun oleh AZKY FARIDA Nomor Induk Mahasiswa 11160184000017,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 9 Juni
2021 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana SI (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
Jakarta, 14 Agustus 2021
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan:
Ketua Panitia (Kajur PIAUD)
Dr. Siti Khadijah, MA
NIP. 19700727 199703 2 004
Sekretaris (Sekjur PIAUD)
Miratul Hayati, M.Pd.
NIP. 19870524 201801 2 001
Penguji I
Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D.
NIP. 19780314 200604 2 002
Penguji II
Dewi Salistina, MA.
NIP. 19800524 201403 2 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Sururin, M.Ag.
NIP. 19710319 199803 2 001
20/08/2021
20/08/2021
20/08/2021
20/08/2021
iii
iv
vi
ABSTRAK
Azky Farida, NIM 11160184000017. Penggunaan Media Loose Parts untuk
Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur, Jawa Barat. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami penggunaan media loose parts untuk
mengembangkan kreativitas anak usia dini di kelompok TK B PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur, Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur, Jawa Barat. Pengambilan sumber data dalam penelitian ini
menggunakan teknik pemilihan melalui pertimbangan tertentu dengan 8
narasumber. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi observasi, wawancara
dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis Miles dan Huberman.
Penggunaan media Loose Parts dalam pembelajaran berperan dalam
mengembangkan kreativitas anak usia dini dengan cara melakukan seluruh tahapan
penggunaan media Loose Parts menggunakan strategi bermain, strategi beres-beres
dan menyimpan barang serta berbagai strategi peningkatan kreativitas (penciptaan
produk, imajinasi, eksplorasi, eksperimen, proyek, musik dan bahasa). Berkaitan
dengan hal tersebut, sekolah dan orang tua perlu menjalin kerjasama yang baik
sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan media Loose Parts untuk
mengembangkan kreativitas anak usia dini.
Kata Kunci: Penggunaan Media Loose Parts, Kreativitas Anak Usia Dini
vii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
senantiasa memberikan beribu nikmat, rahmat, dan karunia serta petunjuk-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Penggunaan Media Loose
Parts untuk Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur, Jawa Barat” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. sebagai suri tauladan terbaik dalam berbagai hal. Kepada keluarga, sahabat
dan juga kepada para pengikut yang mengikuti jejak sunnahnya hingga akhir zaman
yang semoga termasuk kita di dalamnya. Aamiin Ya Robbal Alamiin.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama skripsi ini disusun, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, tidak ada usaha yang menghianati
hasil. Berkat do’a, perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta nasihat-
nasihat yang positif dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini sehingga
Alhamdulillah dapat teratasi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Siti Khadijah, MA., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Miratul Hayati, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
5. Dr. Azkia Muharom Albantani, M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing
Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu membimbing
dan memberikan motivasi serta saran-saran yang membangun dari
semester awal hingga akhir terutama dalam menyusun dan menyelesaikan
skripsi.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen PIAUD mulai dari semester awal hingga
semester akhir yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
namun tidak mengurangi rasa hormat dan takzim penulis kepada beliau
yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat, pengalaman serta
motivasi kepada penulis semasa kuliah. Semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala selalu memberikan Kesehatan dan kebahagiaan kepada seluruh
Dosenku tercinta.
7. Bapakku (Sukardi) dan Mamahku (Hikmah) yang senantiasa mendukung
baik moriil maupun materiil. Terimakasih atas segala kesabaran,
dukungan, motivasi, saran dan doa selama ini. Kelulusan ini adalah salah
satu tanda bakti dan cinta penulis kepada bapak dan mamah. Semoga
bapak dan mamah selalu dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan. Penulis
sangat menyayangi kalian.
8. Kepala Sekolah PAUD Al-Musfiroh Bapak Angga, S.Kom.I, S.Pd. seluruh
jajaran dewan guru PAUD Al-Musfiroh, Ibu Cherin, Ibu Jihan, Ibu Yana,
dan siswa/I TK B (Kelas Matahari) PAUD Al-Musfiroh yang telah banyak
membantu penulis dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian di sekolah.
9. Walimurid PAUD Al-Musfiroh dan KB-RA Az-Zahra yang telah banyak
memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan terus belajar.
10. Saudara Muhamad Kholilul Rifqi yang selalu menemani, memberi saran
dan motivasi dalam segala kondisi. Terimakasih banyak untuk semuanya.
11. Sahabatku Dini Kartika Sari, Dika Cipta Raharjo dan Aditya Darmawan
yang mengajarkan bahwa apapun pasti bisa dihadapi selama tak gentar
untuk terus belajar.
ix
12. Sahabatku Dini Rizkia Anggraini dan Rani Dwi Kurniawati yang telah
sama-sama saling berbagi ilmu dan semangat berjuang sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
Demikian skripsi ini dibuat. Penulis menyadari dan mengakui bahwasanya
pasti masih terdapat berbagai kekurangan di dalamnya. Baik dari segi penulisan,
susunan kalimat dan sebagainya. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dalam penyempurnaan skripsi yang saya susun agar dapat memberi manfaat
bagi saya khususnya untuk menjadi acuan meraih prestasi di masa yang akan
datang.
Jakarta, 4 Januari 2021
Azky Farida
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI ............... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .............................................. iii
SURAT PERNYATAAN JURUSAN ........................................................... iv
SURAT KETERANGAN .............................................................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Batasan Masalah ................................................................................ 5
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori................................................................................... 8
1. Teori Humanistik ......................................................................... 8
2. Teori Loose Parts ......................................................................... 8
B. Kajian Pustaka ................................................................................... 9
xi
1. Kreativitas ................................................................................... 9
a. Pengertian Kreativitas .......................................................... 9
b. Ciri-Ciri Kreativitas ............................................................. 12
c. Komponen Pokok Kreativitas .............................................. 15
d. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Kreativitas ...... 16
e. Proses Kreatif ....................................................................... 20
f. Tujuan Pengembangan Kreativitas ...................................... 22
g. Fungsi Pengembangan Kreativitas ...................................... 23
h. Menumbuhkan Sikap Dasar Kreatif Anak ........................... 23
i. Strategi Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini ....... 24
j. Pentingnya Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini ..... 28
2. Loose Parts ................................................................................ 28
a. Pengertian Loose Parts ........................................................ 28
b. Pentingnya Loose Parts ....................................................... 30
c. Komponen Loose Parts ....................................................... 31
d. Manfaat Loose Parts ............................................................ 32
3. Penggunaan Media Loose Parts untuk Mengembangkan Kreativitas
Anak Usia Dini ........................................................................... 33
a. Strategi Penggunaan Media Loose Parts untuk Mengembangkan
Kreativitas Anak Usia Dini .................................................. 33
b. Loose Parts dan Kreativitas ................................................. 39
C. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 41
D. Kerangka Berpikir .............................................................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 45
1. Tempat Penelitian ....................................................................... 45
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 45
B. Latar Penelitian (Setting) ................................................................... 46
C. Metode Penelitian .............................................................................. 46
xii
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................... 48
1. Sumber Data Penelitian .............................................................. 48
2. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 49
3. Instrumen Penelitian ................................................................... 51
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ................................. 56
F. Analisis Data ...................................................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .................................................................................... 61
1. Karakteristik Lokasi Penelitian ................................................... 61
a. Profil PAUD Al-Musfiroh ................................................... 61
b. Sejarah Singkat PAUD Al-Musfiroh ................................... 61
c. Visi, Misi dan Tujuan PAUD Al-Musfiroh ......................... 62
d. Data Siswa 2 Tahun Terakhir .............................................. 63
e. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan ....................... 63
f. Sarana dan Prasarana ........................................................... 64
g. Struktur Organisasi .............................................................. 65
h. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................. 66
B. Hasil Penelian dan Pembahasan......................................................... 66
1. Media Loose Parts dalam Mengembangkan Kreativitas di PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur, Jawa Barat .......................................... 66
2. Strategi yang Digunakan untuk Mengembangkan Kreativitas Anak
Usia Dini dengan Media Loose Parts di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur, Jawa Barat .......................................................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 81
B. Implikasi ............................................................................................ 81
C. Saran .................................................................................................. 81
xiii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DAN PENGUMPULAN DATA... 86
LEMBAR UJI REFERENSI ......................................................................... 139
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Alokasi Waktu Penelitian ............................................................... 45
Tabel 3.2: Data Keperluan Dokumentasi ......................................................... 51
Tabel 3.3: Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur .................................................................................. 52
Tabel 3.4: Kisi-Kisi Instrumen Observasi Siswa PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur
......................................................................................................... 54
Tabel 4.1: Data Siswa 2 Tahun Terakhir ......................................................... 63
Tabel 4.2: Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan ....................... 63
Tabel 4.3: Daftar Sarana dan Prasarana ........................................................... 64
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Piramida Loose Parts .................................................................. 34
Gambar 2.2: Siklus Bermain Loose Parts ........................................................ 35
Gambar 2.3: Kerangka Berpikir ....................................................................... 43
Gambar 3.1: Uji Keabsahan Data..................................................................... 56
Gambar 3.2: Uji Kredibilitas Data ................................................................... 57
Gambar 3.3: Teknik Analisis Data ................................................................... 59
Gambar 4.1: Struktur Kepengurusan PAUD Al-Musfiroh .............................. 66
Gambar 4.2: Anak Bersemangat untuk Mengeksplorasi.................................. 67
Gambar 4.3: Kegiatan Eksperimen .................................................................. 69
Gambar 4.4: Provokasi dan Invitasi ................................................................. 70
Gambar 4.5: Anak Membuat Karya Sesuai Keinginan dan Kemampuannya .. 72
Gambar 4.6: Anak Membereskan dan Menyimpan Mainan ............................ 73
Gambar 4.7: Membangun Makna dan Tujuan Bermain................................... 74
Gambar 1: Kegiatan Wawancara ..................................................................... 136
Gambar 2: Kegiatan Penyambutan dan Absensi Pagi ...................................... 136
Gambar 3: Kegiatan Pembukaan Kelas Matahari ............................................ 136
Gambar 4: Kegiatan Inti 1 dan Strategi Bermain ............................................. 137
Gambar 5: Kegiatan Inti 2 ................................................................................ 137
Gambar 6: Kegiatan Beres-Beres ..................................................................... 137
Gambar 7: Kegiatan Penutup ........................................................................... 138
Gambar 8: Persiapan Pulang dan Penjemputan ............................................... 138
Gambar 9: Foto Bersama Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD Al-
Musfiroh ........................................................................................ 138
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam The Global Creativity Indeks tahun 2015, ditunjukkan bahwa dari
139 negara di Dunia, Indonesia berada pada posisi ke 115 dalam tingkat
kreativitas.1 Padahal banyak sekali peninggalan nenek moyang dahulu yang
memiliki nilai kreativitas tinggi, seperti berbagai tarian tradisional, rumah adat,
candi, dan masih banyak lagi. Diduga pendidikan selama ini tidak cukup
memberikan ruang untuk siswa menjadi kreatif. Di beberapa daerah-daerah
kecil seperti desa-desa di Gunungsindur, pendidikan masih belum dapat
menemukan metode dan alat yang tepat untuk mengembangkan kreativitas
anak. Terlebih lagi jika si anak memiliki orangtua yang minim pengetahuan.
Sehingga perkembangan anak hanya terfokus pada bagaimana anak dapat
membaca, menulis dan menghitung. Padahal bukan itu esensi utama dari
pendidikan anak usia dini. Belum lagi adanya ketentuan bahwa membaca,
menulis dan menghitung menjadi syarat utama untuk memasuki jenjang
Sekolah Dasar (SD). Sehingga keterampilan dianggap sebagai hal yang tidak
begitu penting. Pengembangan kreativitas sebenarnya dapat meningkatkan
prestasi akademik. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Yamamoto dalam
Diana Vidya Fakhriyani bahwa sangat penting untuk mengembangkan
kreativitas karena prestasi akademik dapat meningkat seiring berkembangnya
kreativitas.2 Jadi ketika kreativitas dikembangkan, maka prestasi akademik
juga dapat meningkat. Namun yang saat ini terjadi adalah orang tua dan sekolah
hanya mengedepankan peningkatan prestasi akademik dan mengesampingkan
pengembangan kreativitas.
1 Richard Florida, Charlotta Mellander, Karen King, The Global Creativity Indeks 2015,
(Toronto: Martin Prosperity Institute, 2015), h. 57 2 Diana Vidya Fakhriyani, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal Pemikiran
Penelitian Pendidikan dan Sains, Vol. 4, 2016, h. 193
2
Pendidikan anak usia dini pada prakteknya hanya mengembangkan
kreativitas melalui kegiatan menggambar dan mewarnai. Menggambar dan
mewarnai memang berperan dalam mengembangkan sebagian kecil kreativitas
anak usia dini. kreativitas tidak hanya berkutat dengan warna. Siswa atau anak
juga diharapkan dapat mengembangkan dan memperoleh kecakapan atau
keterampilan hidup, yang mana tidak hanya mencakup keterampilan motorik
semata, namun juga meliputi afektif dan motivasi untuk terampil menangani
berbagai persoalan kehidupan.3 Kreativitas dirasa cukup dikembangkan
melalui kegiatan menggambar dan mewarnai, karena kreativitas hanya seputar
warna dan kreasi. Padahal kreativitas mencakup hal yang lebih luas dari itu.
Kreatif dalam membuat karya, kreatif dalam memecahkan masalah, kreatif
dalam membuat keputusan dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut yang
terkadang diabaikan dan akhirnya tidak berkembang. Untuk mengembangkan
berbagai cakupan kreativitas, dibutuhkan media dan strategi yang berbeda di
luar menggambar serta mewarnai. Lingkungan bermain anak sebenarnya kaya
dengan berbagai material-material yang dapat menstimulasi berbagai aspek
perkembangan anak, terlebih lagi untuk mengembangkan kreativitas anak usia
dini. Baik material alam maupun material buatan. Namun, banyak lembaga
pendidikan yang tidak menyadari hal tersebut. Sehingga anak hanya diajarkan
bagaimana menghasilkan karya sesuai dengan apa yang sudah dibuat oleh
gurunya. Padahal anak dapat menghasilkan berbagai karya sendiri yang
merupakan bentuk visualisasi dari imajinasi yang dimiliki dengan berbagai
material atau media yang ada di lingkungan sekelilingnya. Kegiatan-kegiatan
pembelajaran harus memberikan kesempatan ini kepada anak-anak.
Penggunaan Loose Parts ini menjadi sumber belajar yang diperlukan anak
untuk bermain dan dapat menciptakan lingkungan yang lebih kaya bagi anak
untuk bermain, sehingga apapun bisa digunakan anak untuk bermain, karena
Loose Parts tidak memiliki ramuan khusus sehingga memberikan
3 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. 3, h. 174
3
kemungkinan-kemungkinan yang tak terbatas.4 Anak usia dini memiliki
pemikiran unik yang dapat menghasilkan berbagai karya sesuai dengan apa
yang pernah mereka lihat, dan dengar. Berbagai karya yang disesuaikan dengan
imajinasi anak dapat dibuat. Melalui penggunaan Loose Parts ini si anak
dibimbing dan difasilitasi untuk terus mengeluarkan imajinasi-imajinasi
kreatifnya serta mengkonkretkannya atau membuatnya menjadi sebuah karya
nyata sehingga anak merasa memiliki kebebasan untuk berekspresi dan
berkreasi sesuai kemampuannya.
Loose Parts tidak digunakan begitu saja. Diperlukan adanya
pendampingan dari guru dengan strategi tertentu agar Loose Parts bisa
digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak usia dini. Penggunaan media Loose Parts perlu didukung
dengan manajemen kelas yang baik. Mulai dari penataan alat main hingga
pengelolaan pengajaran. Strategi serta pengelolaan manajemen kelas yang baik
mulai dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti hingga kegiatan penutup.
Pendidik perlu melakukan pengarahan yang mendukung anak usia dini untuk
dapat membuat imajinasi anak menjadi sebuah karya, sehingga proses
pembelajaran memberikan banyak pengalaman bermain yang bermakna pada
anak dan anak dapat memaknai dunia di sekelilingnya melalui kegiatan
bermain. Namun masih terdapat beberapa sekolah yang memang masih belum
bisa mengarahkan penggunaan Loose Parts sebagai media pembelajaran yang
baik.
PAUD Al-Musfiroh berupaya mengembangkan kreativitas anak dengan
menggunakan berbagai barang yang ada di lingkungan sekitar anak. Dengan
adanya monitoring dari UNICEF di PAUD Al-Musfiroh menjadikan PAUD
Al-Musfiroh lebih kompeten dalam memanfaatkan media Loose Parts, terlebih
untuk meningkatkan pengembangan kreativitas anak usia dini. Di samping itu,
PAUD Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur berlokasi di pedesaan yang
kaya akan media Loose Parts, sehingga penggunaan media Loose Parts
4 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, (Semarang:
Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 9
4
menjadi lebih efektif dan bervariatif. Alasan tersebut yang membuat peneliti
memilih PAUD Al-Musfiroh untuk menjadi lokasi atau tempat penelitian.
Loose Parts adalah material yang mencerdaskan, karena mendorong anak
untuk memikirkan hendak dijadikan apa material-material tersebut. Material-
material yang memiliki nilai dan berpotensi untuk ditransformasi dengan
berbagai cara menjadi kreasi-kreasi dan temuan-temuan baru sehingga
mendorong kreativitas dan imajinasi.5 Anak dapat menemukan berbagai hal-
hal baru yang kemudian menjadi referensi bagi anak untuk memperoleh
pengetahuan baru dan kemudian difasilitasi dengan berbagai material yang
dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai karya dari imajinasi anak.
Gilman dari McGill University mengatakan Loose Parts sebagai mindset,
dengan pendekatan yang berorientasi pada sebuah proses dimana pada saat
anak bermain tiba-tiba muncul percakapan dari anak dan menjadikan
pembelajaran menjadi bermakna.6 Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali
lebih dalam terkait bagaimana penggunaan media Loose Parts dalam
meningkatkan pengembangan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh
Kecamatan Gunungsindur.
B. Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Perkembangan kreativitas pada anak usia dini yang kurang maksimal.
Melihat dan menganalisa semaksimal apakah perkembangan kreativitas
pada anak usia dini.
2. Media yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas hanya terpaut
pada kegiatan menggambar dan mewarnai.
3. Kegiatan pembelajaran anak usia dini yang tidak berfokus pada aspek
perkembangan anak melainkan pada kemampuan akademik seperti
membaca, menulis dan berhitung.
5 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 18 6 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 60
5
4. Peran media Loose Parts dalam mengembangkan kreativitas anak usia
dini. Sejauh mana peran media Loose Parts dalam meningkatkan
pengembangan kreativitas anak usia dini.
5. Penggunaan strategi yang belum maksimal. Strategi seperti apa yang
digunakan untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini dengan media
Loose Parts.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan pada hasil identifikasi masalah di atas, maka masalah yang
akan dibahas dapat diperjelas dengan membatasi masalah yang akan dibahas
dan diteliti. Peneliti memberikan batasan pada masalah sebagai berikut:
1. Peneliti membahas peran media Loose Parts dalam mengembangkan
kreativitas di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur tahun ajaran
2020/2021.
2. Peneliti membahas strategi yang digunakan untuk mengembangkan
kreativitas anak usia dini dengan media Loose Parts di PAUD Al-
Musfiroh Kecamatan Gunungsindur tahun ajaran 2020/2021.
D. Rumusan Masalah
Merujuk pada identifikasi masalah yang telah dipaparkan, peneliti
merumuskan masalah-masalah berikut:
1. Bagaimana media Loose Parts dapat mengembangkan kreativitas di
PAUD Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur?
2. Apakah strategi yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas anak
usia dini dengan menggunakan media Loose Parts di PAUD Al-Musfiroh
Kecamatan Gunungsindur?
6
E. Tujuan Penelitian
Penelitian terkait penggunaan media Loose Parts untuk meningkatkan
pengembangan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan
Gunungsindur memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis bagaimana media Loose Parts dapat mengembangkan
kreativitas di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur.
2. Untuk menganalisis apa strategi yang digunakan untuk mengembangkan
kreativitas anak usia dini dengan menggunakan media Loose Parts di
PAUD Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian penggunaan media Loose Parts untuk meningkatkan
pengembangan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan
Gunungsindur diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
bergelut di dunia pendidikan anak usia dini, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat bagi peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini memberikan berbagai manfaat seperti
dapat meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan pengaplikasiannya
dalam dunia pendidikan. Selain itu, peneliti dapat menjadi lebih peka
terhadap berbagai problematika dalam dunia pendidikan serta lebih kreatif
dalam mengatasi berbagai problematika tersebut.
2. Manfaat bagi pengajar
Bagi pendidik atau guru pendidikan anak usia dini, penelitian ini
memberikan berbagai manfaat seperti memperoleh alternatif pembelajaran
baru yang menyenangkan serta memperbanyak wawasan terkait
pengembangan kreativitas anak usia dini.
3. Manfaat bagi peserta didik
Bagi peserta didik atau anak usia dini, penelitian ini dapat
memberikan berbagai manfaat seperti mendapatkan pembelajaran dengan
7
cara baru yang kreatif, produktif, inovatif dan menyenangkan melalui
penggunaan media Loose Parts. Selain itu, anak dapat memiliki kebebasan
untuk berekspresi dan berkreasi sesuai dengan kemampuannya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Teori Humanistik
Teori Humanistik Carl Rogers. Carl Rogers berpendapat bahwa
kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya
yang mana terdapat tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif, yaitu
keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi
patokan pribadi seseorang (Internal Locus Of Evaluation) dan kemampuan
untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-konsep. Carl Rogers
berpandangan bahwa apabila seseorang memiliki ketiga ciri ini maka
Kesehatan prikologis sangat baik. Orang tersebut akan berfungsi
sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif dan hidup secara kreatif.7
Dari pandangan Carl Rogers tersebut, kreativitas dalam diri seseorang
muncul melalui proses interaksi seseorang dengan lingkungannya yang
berarti kreativitas diperoleh melalui pengalaman langsung yang dialami
seseorang dan merupakan proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Hal
ini sesuai dengan penggunaan media Loose Parts yang mengharuskan
anak belajar dan memperoleh pengalaman dari lingkungannya, serta
melakukan interaksi langsung dengan lingkungannya untuk
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak terutama kreativitas
2. Teori Loose Parts
Teori Loose Parts dikemukakan oleh Simon Nicolson. Simon
Nicolson menyatakan bahwa lingkungan adalah tempat interaktif bagi
anak, dimana anak itu sendiri terlahir sebagai pribadi yang kreatif, dengan
7 Masganti Sit, dkk, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan Praktik, (Medan:
Perdana Publishing, 2016), h. 33-34
9
lingkungan yang terbuka maka interaksi anak dengan lingkungan akan
memberikan kemungkinan-kemungkinan yang membuat anak bisa
menjadi penemu. Nicolson menggambarkan dengan Loose Parts, anak
senang bermain, bereksperimen, menemukan dan menjadi senang.8 Dari
pandangan yang dikemukakan Simon Nicolson, dapat dilihat bahwa anak
terlahir kreatif. Dari sifat kreatif tersebut, jika lingkungan di sekitar anak
mendukung dan memberikan berbagai kesempatan kepada anak, maka hal
tersebut dapat membuat anak menjadi penemu berbagai halm baik
pengetahuan, cara memecahkan dan menyelesaikan masalah, dan lain
sebagainya melalui kegiatan bermain dan berbagai eksperimen yang
dilakukan. Teori ini mendukung adanya teori humanistik oleh Carl Rogers.
Keduanya mengemukakan hal yang sependapat, yaitu bahwa lingkungan
bermain anak serta interaksi anak dengan lingkungan dapat memunculkan
dan mengembangkan sifat kreatif anak yang kemudian dapat pula
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak.
B. Kajian Pustaka
1. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kreatif secara terminologis dimaknai sebagai kemampuan untuk
berkreasi atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu.9 Selain itu,
kreativitas memiliki banyak definisi yang berbeda, diantaranya yaitu
Alex Sobour dalam M. Fadlillah mengartikan kreatif sebagai sesuatu
yang bermacam-macam diikuti dengan nalar dan pengertian yang
bersifat impulsif dalam menciptakan suatu keadaan atau benda.10
8 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 12 9 M. Fadlillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan Pembelajaran Menarik,
Kreatif dan Menyenangkan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 63 10 M. Fadlillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan Pembelajaran
Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, h.63
10
James J. Gallagher dalam Yeni Rachmawati memaparkan bahwa
“Creativity is a mental process by which an individual creates new
ideas or products, or recombines existing ideas and product, in
fashion that is novel him or her.”11 Yang jika diartikan ke dalam
bahasa Indonesia, kreativitas memiliki arti gagasan, produk baru, atau
kombinasi gagasan dan produk yang merupakan suatu proses mental
oleh seseorang yang pada akhirnya melekat dalam dirinya. Dengan
kata lain, kreativitas merupakan proses mental atau proses pembiasaan
seseorang untuk menghasilkan gagasan, produk baru maupun
keduanya sehingga proses tersebut berhasil tertanam atau terbiasa
dalam kepribadian.
Adapula menurut Semiawan dalam Yeni Rachmawati, kreativitas
merupakan kemampuan untuk memberikan ide baru dan
menerapkannya dalam upaya memecahkan masalah.12 Kreativitas
bukan hanya terbatas pada hasil yang berupa gagasan atau produk
baru, namun juga berorientasi pada penerapannya dalam memecahkan
masalah sehari-hari.
Chaplin dalam Yeni Rachmawati mengemukakan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan bentuk baru
dalam kesenian, atau dalam permesinan, atau dalam pemecahan
masalah-masalah dengan cara baru.13 Sejalan dengan itu, Rotherberg
dalam Novi Mulyani berpendapat bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan ide atau gagasan dan solusi yang
baru dan berguna untuk memecahkan masalah dan tantangan yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.14 Guilford dalam Novi
11 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 13 12 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 14 13 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 14 14 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2019), h. 3
11
Mulyani juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap
suatu masalah.15 Jadi, kreativitas juga dapat diartikan sebagai proses
penemuan atau penciptaan ide, gagasan, metode maupun produk baru
dalam kaitannya untuk melihat berbagai macam kemungkinan yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Sementara itu, Nur’aeni dalam Novi Mulyani mendefinisikan
kreativitas sebagai suatu pengalaman untuk mengutarakan dan
mengaktualisasikan identitas diri seseorang secara integratif dalam
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.16 Maka,
kreativitas tidak hanya berkaitan dengan pribadi seseorang, tetapi juga
berkaitan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Munandar dalam Diana Vidya Fakhriyani berpendapat bahwa
kreativitas adalah hasil interaksi antara diri seseorang dan
lingkungannya, kemampuan untuk membuat afiliasi baru,
berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah dikenal
sebelumnya.17 Hal tersebut dimaksudkan bahwa kemampuan yang
dimiliki untuk membuat kombinasi baru berasal dari pengalaman
yang dimiliki.
Solso dalam Rita Kurnia memaparkan bahwa kreativitas
merupakan aktivitas berpikir yang menghasilkan cara pandang baru
terhadap suatu situasi atau masalah.18 Kreativitas melibatkan proses
berpikir untuk dapat menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu
situasi atau masalah dengan solusi atau pemecahan masalahnya.
Silamy dalam Sri Hardiningsih mengatakan “Creativity is the
desire and talent to create a cast of all ages in all subjects and the
potential environmental and socio-cultural continuity is directly and
15 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 4 16 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 3 17 Diana Vidya Fakhriyani, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal Pemikiran
Penelitian Pendidikan dan Sains, Vol. 4, 2016, h. 195 18 Rita Kurnia, “Konsepsi Bermain dalam Menumbuhkan Kreativitas pada Anak Usia Dini”,
Educhild, Vol. 01, 2012, h. 82
12
closely”.19 Hal ini berarti bahwa kreativitas merupakan keinginan dan
bakat dalam membuat sesuatu pada berbagai jenjang usia dengan
berbagai subjek dan potensi yang berkesinambungan antara
lingkungan dengan sosial budaya secara langsung dan erat.
Merujuk pada berbagai macam definisi kreativitas yang telah
dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
kreativitas merupakan proses pembiasaan dalam menghasilkan
berbagai gagasan, ide, metode, maupun produk baru guna
memecahkan persoalan dan menghadapi berbagai tantangan yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari yang berhubungan dengan
diri sendiri, orang lain ataupun lingkungan sekitar.
b. Ciri-Ciri Kreativitas
Kreativitas (Creativity) adalah salah satu kemampuan kognitif
manusia yang sangat penting, dan oleh kebanyakan ahli psikologi
kognitif dimasukkan ke dalam kemampuan menangani dan
menemukan pemecahan masalah.20 Kreativitas dalam diri seseorang
dapat dilihat dari beberapa hal, Guilford dalam Ahmad Susanto
mengemukakan bahwa terdapat lima ciri dari kemampuan berpikir
kreatif, yaitu meliputi kelancaran atau Fluency (kemampuan
menghasilkan banyak gagasan), keluwesan atau Flexibility
(kemampuan mengemukakan berbagai pendekatan atau pemecahan
masalah), keaslian atau Originality (menggunakan cara yang asli),
penguraian atau Elaboration (menguraikan suatu benda secara jelas),
serta perumusan kembali atau Definition (kemampuan meninjau
dengan perspektif berbeda).21
19 Sri Hardiningsih Hanafi dan Sujarwo, “Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak dengan
Memanfaatkan Media Barang Bekas di TK Kota Bima”, Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Vol. 2, 2015, h. 3-4 20 Aisyah, “Permainan Warna Berpengaruh Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 1, 2017, h. 120 21 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 117-118
13
Supriyadi dalam Novi Mulyani memaparkan 24 ciri orang kreatif
melalui berbagai studi yang telah dilakukan, yaitu sebagai berikut:22
1) Terbuka terhadap pengalaman baru
2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon
3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan
4) Menghargai fantasi
5) Tertarik pada kegiatan kreatif
6) Memiliki pendapat sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang lain
7) Memiliki rasa ingin tahu yang besar
8) Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti
9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan
10) Percaya diri dan mandiri
11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen pada tugas
12) Tekun dan tidak mudah bosan
13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah
14) Kaya akan inisiatif
15) Peka terhadap situasi lingkungan
16) Lebih berorientasi kepada masa kini dan masa yang akan datang
daripada masa lalu
17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik
18) Tertarik pada hal-hal abstrak, kompleks, holistik, dan
mengandung teka teki
19) Memiliki gagasan yang orisinal
20) Memiliki minat yang luas
21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan
konstruktif bagi pengembangan diri
22) Kritis terhadap pendapat orang lain
23) Senang mengajukan pertanyaan yang baik
24) Memiliki kesadaran etika moral dan estetika yang tinggi
22 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 12-13
14
Ciri lain dari seseorang termasuk dalam kategori kreatif,
dipaparkan oleh Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani Sujiono
bahwa terdapat 12 indikator kreatif anak usia dini, antara lain sebagai
berikut:23
1) Anak berkeinginan untuk mengambil resiko berperilaku berbeda
dan mencoba hal-hal yang baru dan sulit.
2) Anak memiliki selera humor yang luar biasa dalam situasi
keseharian.
3) Anak berpendirian tegas atau tetap, terang-terangan serta
berkeinginan untuk berbicara secara terbuka dan bebas.
4) Anak adalah nonkonformis, yaitu melakukan hal-hal dengan
caranya sendiri.
5) Anak mengekspresikan imajinasinya secara verbal.
6) Anak tertarik pada berbagai hal, memiliki rasa ingin tahu dan
senang bertanya.
7) Anak menjadi terarah dan termotivasi sendiri, serta memiliki
imajinasi dan menyukai fantasi.
8) Anak terlibat dalam sistematis dan yang disengaja dalam
membuat rencana dari suatu kegiatan.
9) Anak menyukai imajinasinya dan menggunakannya dalam
bermain, terutama dalam bermain pura-pura.
10) Anak menjadi inovatif, penemu, dan memiliki banyak sumber
daya.
11) Anak bereksplorasi dan bereksperimen dengan objek, contoh,
masukan atau menjadikan sesuatu bagian dari tujuan.
12) Anak bersifat fleksibel dan berbakat dalam mendesain sesuatu.
Sangat banyak ciri yang menandakan bahwa seseorang tergolong
ke dalam orang yang kreatif. Ada ciri yang dilihat dari sisi perilaku
dan ada pula yang dilihat dari sisi emosional atau dengan kata lain,
23 Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
Jamak, (Jakarta: Indeks, 2010), h. 40
15
ciri tersebut dilihat dari sisi sikap dan sifat. Ciri yang dimiliki setiap
orang pun berbeda. Namun dari semua ciri yang telah dipaparkan di
atas, ciri paling menonjol yang menunjukkan bahwa seseorang
tersebut kreatif adalah tingkat inovasi dan rasa ingin tahu yang tinggi.
c. Komponen Pokok Kreativitas
Kreativitas memiliki komponen-komponen pokok yang menjadi
ciri khas dari kreativitas itu sendiri. Terkait dengan komponen-
komponen pokok kreativitas tersebut, Suharnan dalam Dadan Suryana
menjelaskan bahwa terdapat beberapa komponen pokok dalam
kreativitas, yaitu sebagai berikut:24
1) Aktivitas berpikir, kreativitas selalu melibatkan proses berpikir
dalam diri seseorang. Aktivitas ini merupakan suatu proses
mental yang tidak tampak oleh orang lain, dan hanya dirasakan
oleh orang yang bersangkutan. Aktivitas ini bersifat kompleks,
karena melibatkan sejumlah kemampuan kognitif seperti
persepsi, atensi, ingatan, penalaran, imajinasi, pengambilan
keputusan, dan pemecahan masalah.
2) Menemukan atau menciptakan sesuatu yang mencakup
kemampuan menghubungkan dua gagasan atau lebih yang semula
tampak tidak berhubungan, kemampuan mengubah pandangan
yang ada dan menggantikan dengan cara pandang lain yang baru,
dan kemampuan menciptakan suatu kombinasi baru berdasarkan
konsep-konsep yang telah ada dalam pikiran. Aktivitas
menemukan sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi yaitu
kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi di dalam
pikiran sebelum sesuatu yang baru diharapkan muncul.
3) Sifat baru atau orisinal. Umumnya kreativitas dilihat dari adanya
suatu produk baru. Produk ini biasanya akan dianggap sebagai
24 Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak,
(Jakarta: Kencana, 2016), h. 207-208
16
karya kreativitas bila belum pernah diciptakan sebelumnya,
bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat.
4) Produk yang berguna atau bernilai, suatu karya yang dihasilkan
dari proses kreatif harus memiliki kegunaan tertentu, seperti lebih
enak, lebih mudah dipakai, mempermudah, memperlancar,
mendorong, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi
hambatan, dan mendatangan hasil lebih baik atau lebih banyak.
Dalam dunia pendidikan anak usia dini, komponen-komponen
pokok tersebut mengartikan bahwa 1) anak mengalami proses berpikir
untuk mengatasi problem atau permasalahan yang dihadapinya,
meskipun masalah yang dihadapi anak hanyalah masalah kecil yang
biasa terjadi namun anak memerlukan kemampuan berpikir keras
untuk dapat mengatasi masalah yang dihadapinya; 2) menemukan
atau menciptakan berbagai ide, gagasan atau produk yang merupakan
bentuk visualisasi dari imajinasi yang dimilikinya; 3) sifat baru atau
orisinal dalam ide, gagasan atau produk yang dibuatnya; dan 4) ide,
gagasan atau produk yang dibuat berguna dan bernilai dalam
mengatasi masalah yang dihadapinya.
d. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Kreativitas
Kreativitas yang berkembang dalam diri seseorang dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Sternberg dalam Ratih Kusumawardhani
memaparkan bahwa kreativitas membutuhkan Kerjasama dari
kemampuan intelektual, pengetahuan, gaya berpikir, kepribadian,
motivasi dan lingkungan.25 Kuwato dalam Novi Mulyani
memaparkan bahwa setidaknya ada 3 faktor yang dapat memengaruhi
kreativitas, yaitu sebagai berikut:26
25 Ratih Kusumawardhani, dkk. “Profil Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun”, Jurnal Ilmiah Visi
PGTK PAUD dan Dikmas, Vol. 3, 2018, h. 12 26 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 26-27
17
1) Faktor kemampuan berpikir yang mencakup intelegensi dan
mengayakan bahan berpikir. Inteligensi merupakan petunjuk
kualitas kemampuan berpikir, sedangkan mengayakan bahan
berpikir dibedakan atas perluasan dan pendalaman dalam
bidangnya dan bidang disekitarnya. Dalam pendidikan anak usia
dini, inteligensi diibaratkan sebagai tingkat kemampuan berpikir
yang dimiliki anak, sedangkan mengayakan bahan berpikir
diibaratkan sebagai perluasan dan pendalaman dari apa yang
sedang dipikirkan atau dipecahkan atau dipelajari.
2) Faktor kepribadian. Seseorang yang memiliki kepribadian
pantang menyerah, optimis, rajin, ulet dan lainnya, akan memiliki
kreativitas yang berbeda dengan orang yang memiliki sifat
pesimis, mudah menyerah, malas, dan lainnya.
3) Faktor lingkungan. Kreativitas akan dapat berkembang apabila
lingkungan memberi dukungan dengan kebebasan sebagai
suasana yang mendukung perkembangan kreativitas. Kebebasan
yang diperlukan adalah kebebasan yang tetap mengacu pada
norma yang berlaku, tetapi harus saling menghargai dan
memahami sehingga memungkinkan rasa aman yang dinamis,
yang akan memberikan rangsangan dan kesempatan bagi
kreativitas untuk terus berkembang.
Selain itu, Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati menjelaskan
bahwa ada empat hal yang dapat diperhitungkan dalam
pengembangan kreativitas, yaitu sebagai berikut:27
1) Rangsangan mental
Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan
rangsangan mental yang mendukung baik pada aspek kognitif
maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psychological
Athmosphere). Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu
27 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 27-32
18
memberikan berbagai alternatif pada setiap stimulan yang
muncul. Pada aspek kepribadian anak distimulasi untuk
mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti
percaya diri, berani, ketahanan diri, dan sebagainya. Pada aspek
suasana psikologis distimulasi agar anak memiliki rasa aman,
kasih sayang dan penerimaan. Menerima anak dengan segala
kekurangan dan kelebihannya akan membuat anak berani
mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu secara spontan.28
2) Iklim dan kondisi lingkungan
Lingkungan yang sempit, pengap dan menjemukan akan
terasa muram, tidak bersemangat dan mengumpulkan ide
cemerlang. Maka, kreativitas dengan sendirinya akan mati dan
tidak berkembang dengan kondisi lingkungan yang tidak
mendukung.29
3) Peran guru
Peluang untuk munculnya siswa yang kreatif akan lebih
besar dari guru yang kreatif pula. Guru yang kreatif adalah guru
yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan
dalam proses kegiatan belajar dan membimbing siswanya. Ia juga
figur yang senang melakukan kegiatan kreatif dalam hidupnya.
Ada beberapa hal yang dapat mendukung peran guru dalam
mengembangkan kreativitas siswa, yaitu percaya diri, berani
mencoba hal baru, memberikan contoh, menyadari keragaman
karakteristik siswa, memberikan kesempatan pada siswa untuk
berekspresi dan bereksplorasi, serta berpikir positif.30
28 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 27-28 29 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 28 30 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 31-32
19
4) Peran orang tua
Utami Munandar dalam Yeni Rachmawati menyebutkan
beberapa sikap orang tua yang menunjang tumbuhnya kreativitas,
yaitu sebgai berikut:31
a) Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk
mengungkapkan.
b) Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan
berkhayal.
c) Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri.
d) Mendorong anak untuk menjajaki dan mendorong berbagai
hal.
e) Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang
ingin dicoba, dilakukan dan apa yang dihasilkan.
f) Menunjang dan mendorong kegiatan anak.
g) Menikmati keberadaannya bersama anak.
h) Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak.
i) Mendorong kemandirian anak dalam bekerja.
j) Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan anak.
Banyak hal yang menjadi faktor pendukung dari pengembangan
kreativitas. Namun, faktor-faktor pendukung tersebut juga dapat
menjadi faktor penghambat jika yang dilakukan menyimpang dari hal-
hal yang mendukung. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan kreativitas
terdiri dari faktor internal (kemampuan berpikir/intelektual, gaya
berpikir dan kepribadian) dan faktor eksternal (motivasi, rangsangan
mental, iklim dan kondisi lingkungan, peran guru serta peran
orangtua).
31 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 32-33
20
e. Proses Kreatif
Karya kreatif tidak hadir dengan begitu saja. Meskipun telah
memiliki bakat sejak lahir, bakat tersebut akan tumpul dan tidak
menghasilkan apa-apa tanpa dipelajari dan diasah dengan baik. Karya
kreatif dihasilkan melalui proses berpikir serta penyatuan dari
pengalaman-pengalaman yang sudah pernah dilalui. Hasan
Langgulung dalam Novi Mulyani mengemukakan bahwa proses
kreatif merupakan proses intelektual yang akan menghasilkan karya
kreatif. Proses tersebut bermula dengan mengenal masalah sehingga
merangsang untuk berpikir, kemudian berakhir dengan menghasilkan
karya kreatif.32
Merujuk pada teori Guilford, Munandar dalam Novi Mulyani
menyebutkan empat unsur berpikir kreatif yang meliputi unsur-unsur
kelancaran atau Fluency (kelancaran berpikir kreatif untuk
memikirkan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan
atau masalah), unsur fleksibilitas atau kelenturan (keluwesan berpikir
sehingga gagasan yang diungkapkan memiliki jangkauan yang lebih
luas dan beragam untuk memecahkan suatu masalah), unsur
orisinalitas atau keahlian (ide-ide atau gagasan yang diungkapkan
bersifat orisinil atau asli hasil pemikiran sendiri yang berdasar pada
pengalaman) dan unsur elaborasi (mengembangkan suatu ide,
merinci, melengkapi, dan penambahan detail terhadap ide sehingga
dapat dilaksanakan dan dikerjakan).33
Sejalan dengan unsur-unsur tersebut, Susanto dalam Nadia
Fauziah menjelaskan bahwa di dalam kreativitas terdapat empat
dimensi yang saling berkaitan yaitu Person (pribadi atau seseorang
yang melaksanakan kegiatan kreatif), Process (proses yang
dilaksanakan untuk menghasilkan kreativitas (gagasan, ide, maupun
32 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 19 33 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 19-20
21
produk), Press (dorongan atau dukungan dari lingkungan sekitar dan
diri sendiri), Product (kreativitas yang dihasilkan).34
Graham Wallas dalam Novi Mulyani menjelaskan empat tahapan
dalam proses kreativitas, yaitu tahap persiapan atau Preparation
(tahap dimana ide datang dan timbul dari berbagai kemungkinan),
tahap inkubasi atau Incubation (tahap pemahaman serta kematangan
terhadap ide yang timbul), tahap iluminasi atau Illumination (tahap
pengembangan dari ide yang telah diperoleh dan dipahami), serta
tahap verifikasi atau Verification (tahap perwujudan dari hasil dan
tanggung jawab terhadap hasil).35
Sejalan dengan Graham Wallas, David Cambell dalam Masganti
Sit menjelaskan lima tahap dalam proses kreatif, yaitu tahap persiapan
atau Preparation (peletakaan dasar, mempelajari latar belakang
masalah, seluk beluk dan problematikanya), tahap konsentrasi atau
Concentration (mencurahkan perhatian dan memusatkan pikiran pada
hal yang sedang dikerjakan), tahap inkubasi atau Incubation
(membebaskan diri dari kerutinan berpikir, kebiasaan bekerja, dan
kelaziman pemakai cara), tahap iluminasi (tahap ditemukannya
penerapan pemecahan masalah, penyelesaian perkara, cara kerja, dan
jawaban baru), dan tahap verifikasi atau produksi (memastikan solusi
itu benar-benar memecahkan masalah).36
Merujuk pada berbagai pemaparan di atas, proses kreatif terjadi
secara bertahap dengan lima tahapan, yaitu tahap persiapan,
konsentrasi, inkubasi, iluminasi dan tahap verifikasi. Tahapan-
tahapan tersebut mengandung empat unsur berpikir kreatif yang
meliputi kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi dengan
melibatkan empat dimensi yaitu Person, Process, Press dan Product.
34 Nadia Fauziah, “Penggunaan Media Bahan Alam untuk Meningkatkan Kreativitas Anak”,
Jurnal Ilmiah Visi P2TK PAUD NI, Vol. 8, 2013, h. 24 35 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 20-21 36 Masganti Sit, dkk, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan Praktik, h. 6-8
22
f. Tujuan Pengembangan Kreativitas
Kreativitas tidak dikembangkan tanpa tujuan. Secara garis besar,
pengembangan kreativitas bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir untuk mengekspresikan imajinasi serta
mengembangkan berbagai aspek perkembangan pada anak usia dini.
tujuan utama bermain kreatif adalah memelihara perkembangan atau
pertumbuhan optimal pada anak melalui bermain yang kreatif,
interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak.37 B.E.F.
Montolalu menyebutkan lima tujuan pengembangan kreativitas anak,
yaitu sebagai berikut:38
1) Mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui hasil karya
dengan menggunakan berbagai teknik yang dikuasainya.
2) Mengenalkan cara dalam menememukan berbagai alternatif
untuk memecahkan masalah.
3) Menanamkan sikap keterbukaan anak terhadap berbagai
pengalaman dengan tingkat kelenturan dan toleransi yang tinggi
terhadap ketidakpastian.
4) Membuat anak memiliki kepuasan diri terhadap apa yang
dilakukannya dan sikap menghargai hasil karya orang lain.
5) Membuat anak menjadi kreatif, yaitu anak yang memiliki:
a) Kelancaran untuk mengemukakan gagasan
b) Kelenturan untuk mengemukakan berbagai alternatif
pemecahan masalah
c) Orisinalitas dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran
d) Elaborasi dalam gagasan
e) Keuletan dan kesabaran atau kegigihan dalam menghadapi
rintangan dan situasi yang tidak menentu.
37 Khamim Zarkasih Putro, “Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Bermain”, Jurnal
Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Vol. 16, 2016, h. 22 38 B.E.F. Montolalu, dkk. Bermain dan Permainan Anak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009),
h. 3.5
23
g. Fungsi Pengembangan Kreativitas
Kreativitas tidak hanya memiliki berbagai tujuan dalam
pengembangannya, melainkan juga memiliki fungsi tersendiri. B.E.F.
Montolalu menjelaskan fungsi dari upaya mengembangkan kreativitas
anak yang terdiri dari fungsi upaya mengembangkan kreativitas
terhadap perkembangan kognitif, kesehatan jiwa, serta perkembangan
estetika.
Fungsi upaya mengembangkan kreativitas terhadap kognitif anak
dibuktikan dengan diperolehnya kesempatan penuh untuk memenuhi
keinginan berekspresi anak dengan caranya sendiri. Kreativitas
dikatakan memiliki fungsi terhadap kesehatan jiwa atau memiliki nilai
terapis karena anak dapat menyalurkan perasaan-perasaan yang dapat
menyebabkan ketegangan-ketegangan pada dirinya. Kreativitas juga
memiliki fungsi terhadap perkembangan estetika karena anak
dibiasakan dan dilatih untuk menghayati bermacam-macam
keindahan.39
h. Menumbuhkan Sikap Dasar Kreatif Anak
Anak memiliki keunikan dan kemampuannya masing-masing.
Anak yang memiliki kemampuan dalam segi kreativitas, jika tidak
diasah atau dilatih maka kemampuan tersebut hanya akan terendap.
Untuk terus mengaktifkan kemampuan tersebut, maka perlu adanya
stimulasi-stimulasi yang digunakan. Salah satu cara yang dapat
digunakan adalah dengan memerhatikan sifat natural anak yang
sangat menunjang tumbuh dan berkembangnya kreativitas seperti rasa
takjub terhadap sesuatu, pengembangan imajinasi, rasa ingin tahu,
serta banyak bertanya.40 Sejalan dengan itu, Fadlillah dan Khorida
juga memaparkan sikap natural atau karakter dasar anak yang sangat
39 B.E.F. Montolalu, dkk. Bermain dan Permainan Anak, h. 3.5-3.6 40 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h.38-40
24
menunjang tumbuhnya kreativitas yang meliputi bekal kebaikan, suka
meniru, suka bermain, rasa ingin tahu yang tinggi serta imajinasi yang
tinggi.41
Rasa takjub terhadap sesuatu merupakan sifat natural yang dapat
menunjang tumbuhnya kreativitas. Rasa takjub berkaitan dengan
pengembangan imajinasi. Rasa takjub terhadap sesuatu dimaknai
sebagai rasa takjub terhadap benda atau hal yang merupakan hasil
imajinasi anak tersebut. Sebagai contoh, seorang anak melihat sebuah
botol minum, si anak dapat merasa takjub terhadap botol tersebut
karena selain sebagai wadah air minum, botol tersebut juga bisa
digunakan sebagai Microphone, botol saus, botol kecap, tempat cat,
dan lain sebagainya.
Rasa ingin tahu membuat anak tidak pernah berhenti untuk
mencari dan menemukan informasi baru, cara baru untuk
mengerjakan sesuatu, eksperimen baru, pengalaman baru, dan
sebagainya. Rasa ingin tahu yang semakin tinggi akan memicu anak
untuk semakin banyak bertanya, dan semakin ingin mencoba.
Terlebih lagi, anak memiliki sikap natural suka meniru dan suka
bermain. Namun semua itu harus dibekali juga dengan karakter-
karakter kebaikan, sehingga seluruh sikap natural tersebut dapat
memicu hal-hal yang baik pula.
i. Strategi Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini
Kreativitas anak usia dini dapat dikembangkan melalui berbagai
cara atau strategi atau metode. M. Fadlillah beranggapan bahwa salah
satu upaya dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini adalah
dengan memberikan stimulus yang baik dan tepat, yaitu pembelajaran
melalui bermain.42 Selain itu, Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati
41 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 45-47 42 M. Fadlillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan Pembelajaran
Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, h. 12
25
mengemukakan tujuh strategi untuk mengembangkan kreativitas pada
anak usia dini yang meliputi pengembangan kreativitas melalui
menciptakan produk (hasta karya), melalui imajinasi, melalui
eksplorasi, melalui eksperimen, melalui proyek, melalui musik, dan
melalui bahasa.43
Hasta karya merupakan penciptaan produk yang mengandalkan
kreativitas pembuatnya. Pada dasarnya, hasil karya anak dibuat
melalui aktivitas membuat, menyusun atau mengkonstruksi. Hal ini
akan memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk menciptakan
benda buatan mereka sendiri yang belum pernah mereka temui.
Mereka juga dapat membuat modifikasi dari benda yang telah ada
sebelumnya.44
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, imajinasi
merupakan sifat natural anak. Dalam hal strategi mengembangkan
kreativitas anak usia dini, yang dimaksud adalah kemampuan berpikir
divergen seseorang yang dilakukan tanpa batas, seluas-luasnya, dan
multiperspektif dalam merespons suatu stimulasi. Melalui imajinasi,
daya pikir dan daya cipta anak dapat berkembang tanpa dibatasi
kenyataan dan realitas sehari-hari.45
Eksplorasi juga menjadi salah satu strategi mengembangkan
kreativias anak usia dini. Hal ini dikarenakan melalui eksplorasi anak
dapat memperoleh kesempatan untuk melihat, memahami, merasakan
dan pada akhirnya membuat sesuatu yang menarik perhatian
mereka.46
43 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 52-65 44 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 53 45 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 54 46 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 55
26
Selain melalui eksplorasi, eksperimen juga dapat menjadi salah
satu pilihan strategi untuk mengembangkan kreativitas pada anak usia
dini. Eksperimen berorientasi pada bagaimana anak dapat mengetahui
cara atau proses terjadinya sesuatu, mengapa sesuatu dapat terjadi
serta bagaimana mereka dapat menemukan solusi dari permasalahan
yang mereka hadapi hingga akhirnya munculah sesuatu yang
bermanfaat dari kegiatan tersebut.47
Adapula strategi mengembangkan kreativitas melalui proyek.
Metode proyek sendiri berasal dari gagasan John Dewey tentang
konsep “Learning by Doing”, yang berarti proses pembelajaran
dengan melakukan tindakan langsung sesuai dengan tujuan. Terutama
melakukan suatu pekerjaan yang terdiri atas serangkaian tingkah laku
untuk mencapai tujuan. Metode proyek dapat memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pola berpikir,
keterampilan dan kemampuannya untuk memaksimalkan sejumlah
permasalahan yang dihadapi mereka sehingga mereka memiliki
peluang untuk terus berkreasi dan mengembangkan diri seoptimal
mungkin.48
Penggunaan musik dan bahasapun dapat digunakan sebagai
strategi untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini. alam
tercipta kaya akan nuansa dan irama musik. Manusia tidak akan
pernah bisa lepas dari bunyi-bunyian yang terdengar setiap detik
dengan variasi jenis, frekuensi, durasi, tempo dan irama. Masing-
masing menampilkan kekhasan musik alaminya sendiri. Alam
mengajari manusia dengan keharmonisan, keseimbangan, simetris,
sistematis, dan rasa kebersamaan dan penyatuan melalui irama dari
bunyi-bunyian alamiah. Musik diyakini dapat melibatkan kedua
belahan otak kiri dan kanan karena aktivitas musik dapat
47 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 59 48 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 61-62
27
menggabungkan fungsi analitis dengan fungsi kreatif sekaligus.49
Sedangkan bahasa merupakan hal yang pasti digunakan di setiap hari
karena fungsi bahasa sendiri adalah sebagai alat komunikasi. Anak
sering berbicara untuk mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran
mereka. Sikap ini mendorong meningkatkan penggunaan bahasa dan
dialog dengan yang lain. Salah satu jalan bagi mereka untuk
menggunakan bahasa adalah ekspresi perasaan.50 Bahasa dikatakan
dapat menjadi salah satu strategi untuk mengembangkan kreativitas
pada anak usia dini karena melalui bahasa anak dapat
mengekspresikan apa yang dirasa dan dipikirkan.
Media Loose Parts melibatkan 7 strategi yang dipaparkan oleh
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniawati. Loose Parts memfasilitasi
anak untuk menciptakan produk (hasta karya) melalui imajinasi,
eksplorasi, dan eksperimen dalam bentuk proyek. Loose Parts juga
dapat dimanipulasi menjadi alat musik. Bahasa juga terlibat saat
menggunakan media Loose Parts melalui komunikasi antara satu anak
dengan anak yang lain.
Amabile dalam Aris Priyanto memaparkan bahwa keberhasilan
kreativitas merupakan persimpangan (Intersection) antara
keterampilan anak dalam bidang tertentu (Domain Skills),
keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, serta motivasi intrinsic atau
motivasi dari dalam diri. Persimpangan kreativitas tersebut disebut
dengan teori persimpangan kreativitas (Creativity Intersection).51
49 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 63-64 50 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 65 51 Aris Priyanto, “Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui Kreativitas
Bermain”, Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 2, 2014, h. 44
28
j. Pentingnya Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini
Kreativitas dalam diri seseorang tidak dapat berkembang bahkan
bisa terendap jika tidak dikembangkan. Kreativitas sangat penting
untuk ditumbuh kembangkan sejak anak usia dini dengan
mengoptimalkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak
secara seimbang dan berkesinambungan.52 Munandar dalam Diana
Vidya Fakhriyani menyebutkan bahwa terdapat empat alasan perlunya
mengembangkan kreativitas anak usia dini, yaitu dengan berkreasi
anak dapat mewujudkan dirinya, dapat menemukan berbagai cara baru
untuk memecahkan masalah, memberikan kepuasan tersendiri, serta
meningkatnya kualitas dan taraf hidup seseorang.53 Dari pendapat
tersebut, jelas bahwa kreativitas penting untuk dikembangkan.
Disamping dapat mengoptimalkan berbagai aspek perkembangan
secara holistik integratif, kreativitas dapat membantu anak
mengembangkan berbagai kemampuan yang ada di dalam dirinya.
2. Loose Parts
a. Pengertian Loose Parts
Istilah Loose Parts berasal dari bahasa Inggris yang jika diartikan
berarti bagian yang longgar atau lepasan. Disebut Loose Parts karena
material yang digunakan merupakan bagian atau kepingan yang
mudah untuk dilepas dan disatukan, dapat digunakan sendiri atau
dapat pula digabungkan dengan benda-benda lainnya untuk menjadi
satu kesatuan dan setelah tidak digunakan dapat dikembalikan pada
kondisi dan fungsi semula.54 Jadi, dikatakan Loose Parts karena
material yang digunakan dapat disatukan dan dapat dilepaskan
kembali. Istilah tersebut mulai digunakan pada tahun 1971 setelah
52 Luluk Asmawati, “Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Terpadu
Berbasis Kecerdasan Jamak”, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 11, 2017, h. 146 53 Nurlita, “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Percaya Diri Terhadap Kreativitas Anak Usia
5-6 Tahun”, Educhild, Vol. 01, 2012, h. 9 54 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 9
29
Simon Nicholson yang merupakan seorang arsitek kelahiran London
menerbitkan karyanya tentang “How Not to Cheat Children-the
Theory of Loose Parts” yang menyatakan bahwa lingkungan
merupakan tempat yang interaktif bagi anak. Yang mana, interaksi
anak dengan lingkungan akan memunculkan kemungkinan-
kemungkinan yang membuat anak bisa menjadi penemu yang
kreatif.55
Sally Haugheuy dalam Yuliati Siantajani menjelaskan bahwa
Loose Parts diartikan sebagai bahan-bahan yang terbuka, dapat
terpisah, dapat dijadikan satu kembali, dibawa, digabungkan, dijajar,
dipindahkan dan digunakan sendiri ataupun digabungkan dengan
bahan-bahan lain. Loose Parts biasanya berupa benda-benda alam
maupun sintetis.56 Sejalan dengan pemaparan Sally Haugheuy, Maria
Melita Rahardjo memaparkan bahwa Loose Parts merupakan bahan
yang dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang kembali,
dipisahkan dan disatukan kembali dengan menggunakan berbagai
cara.57 Maria Melita Rahardjo menambahkan bahwa Loose Parts
dapat dipindahkan ke seluruh ruangan baik di dalam maupun di luar
ruangan, dan digunakan dengan berbagai cara yang tidak terbatas.58
Merujuk pada berbagai pemaparan tersebut, Loose Parts dapat
dimaknai sebagai material yang dapat berupa bahan alam maupun
bahan sintetis yang dapat digabungkan maupun dipindahkan dan
dapat dipisahkan atau dilepaskan kembali, dapat digunakan di dalam
maupun diluar ruangan dengan berbagai cara.
55 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 12 56 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 12 57 Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal Pendidikan Usia
Dini, Vol. 13, 2019, h. 312 58 Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal Pendidikan Usia
Dini, h. 312
30
b. Pentingnya Loose Parts
Material Loose Parts mencakup berbagai benda yang ada di
sekitar anak dan memang mudah ditemukan. Namun banyak alasan
yang mendasari pentingnya penggunaan Loose Parts bagi
perkembangan anak usia dini. Secara garis besar, Loose Parts
memberikan kesempatan lebih besar kepada anak untuk bereksplorasi
dan berkreasi. Anggard dalam Caileigh Flannigan memaparkan
bahwa Loose Parts memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat
mengembangkan pengalaman bermain berdasarkan ide dan tujuan
yang mereka miliki sendiri (Loose Parts give children the freedom to
develop their play experience based on their ideas and goals).59
Dengan bermain anak mengeksplorasi segalanya yang ada dalam
bermain, baik sosial emosional, mengembangkan imajinasinya,
kreativitas dan kognitif.60 Itu berarti anak melakukan permainan
berdasarkan apa yang pernah mereka alami, sehingga mereka
memiliki target tersendiri terhadap ide dan tujuan yang akan mereka
capai dari permainan yang mereka lakukan.
Sejalan dengan hal tersebut, Maria Melita Rahardjo memaparkan
bahwa Loose Parts menyediakan kesempatan yang sangat luar biasa
bagi anak-anak untuk menjelajahi dunia di sekitar mereka dengan
menggunakan berbagai bahan atau material, baik yang alami, sintetis
maupun yang dapat didaur ulang sehingga anak dapat mempeoleh
pengalamannya sendiri (Provides exceptional opportunities for
children to explore the world around them using natural, synthetic,
and recyclable materials).61
59 Caileigh Flannigan dan Beverlie Dietze, “Children, Outdoor Play, and Loose Parts”, Journal
of Childhood Studies, Vol. 42, 2017, h. 54 60 Ade Holis, “Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan Kognitif Anak
Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 9, 2016, h. 26 61 Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal Pendidikan Usia
Dini, h. 312
31
Selain itu, Yuliati juga menjelaskan beberapa alasan penggunaan
Loose Parts sebagai pembelajaran anak seperti Loose Parts kaya
dengan nutrisi sensorial yang mana anak-anak masih mengetahui
berbagai hal secara konkret melalui alat sensorinya, dapat digunakan
sesuai dengan pilihan anak, dapat diadaptasi dan dimanipulasi dalam
banyak cara sehingga mendorong daya berpikir anak, mendorong
kreativitas dan imajinasi anak, mengembangkan lebih banyak
keterampilan dan kompetensi, dapat digunakan dengan cara-cara yang
berbeda sesuai ide anak, dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan
lain untuk mendukung imajinasi anak, serta dapat mendorong
pembelajaran terbuka.62
c. Komponen Loose Parts
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa Loose
Parts merupakan material di sekitar anak dengan berbagai komponen,
baik berupa benda alami (batu, daun, pasir, dan lain-lain), sintetis
(lego, puzzle, dan lain-lain) maupun bahan yang dapat di daur ulang
(kardus, botol plastik, dan lain-lain). Sebagaimana yang dipaparkan
oleh Maria Melia Rahardjo yang memaparkan bahwa Loose Parts
memberikan kesempatan untuk anak menggunakan material yang
alami, sintetis dan dapat di daur ulang.63
Komponen Loose Parts menurut Yuliati Sintiajani sangat
bervariasi, meliputi bahan alam atau bahan-bahan yang dapat
ditemukan di alam (batu, daun, pasir, dan lain-lain), plastik (sedotan,
botol plastik, tutup botol, dan lain-lain), logam (kaleng, sendok
alumunium, dan lain-lain), kayu dan bambu (balok, kepingan puzzle,
dan lain-lain), benang dan kain (aneka kain dan benang), kaca dan
keramik (botol kaca, manik-manik, kelereng, dan lain-lain), serta
62 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 16-21 63 Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal Pendidikan Usia
Dini, h. 312
32
bekas kemasan (kardus, gulungan benang, karton wadah telur, dan
lain-lain).64
d. Manfaat Loose Parts
Penggunaan Loose Parts dapat memberikan berbagai macam
manfaat bagi anak, yang secara garis besar membuka kesempatan
untuk bereksplorasi, berkreasi dan belajar dengan cara yang diperoleh
sendiri dan menemukan pengetahuan yang tidak terbatas. Namun, jika
diperhatikan lebih dalam, manfaat dari penggunaan Loose Parts
diantaranya yaitu membantu eksplorasi anak, sebagaimana yang
dipaparkan oleh Sheryl Smith dan Gilman. Sheryl Smith dan Gilman
juga memaparkan bahwa selain membantu eksplorasi anak, Loose
Parts juga dapat memberikan anak rasa memiliki dan mendorong
kemauan mereka sendiri. Selain itu, karena kegiatan dan sumber
dayanya yang beragam dan fleksibel, anak memiliki kesempatan
untuk membuat pilihan dan memutuskan bagaimana akan
menggunakan bahan-bahan tersebut (Loose parts materials supported
children’s explorations, offered them a sense of belonging and
encouraged their own willingness to take risks. Children had the
opportunity to make choices and to decide how to use the open-ended
materials.).65
Loose Parts bahkan mampu meningkatkan konsentrasi,
kreativitas, hingga keterampilan memecahkan persoalan yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari oleh anak, meningkatkan aspek motorik
anak melalui berbagai rangkaian aktivitas yang dilakukannya,
membantu penguasaan bahasa dan kosakata serta sosial emosional
melalui komunikasi yang dibangun dengan lingkungan di sekitarnya,
hingga penguasaan pemikiran matematika dan pemikiran ilmiah,
64 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 23 65 Sheryl Smith dan Gilman, “The Arts, Loose Parts and Conversations”, Journal of the
Canadian Association for Curriculum Studies, Vol. 16, 2018, h. 96
33
sebagaimana yang dikemukakan oleh Maria Melita Rahardjo (Loose
Parts can improve problem-solving skills, creativity, concentration,
hand and eye coordination, fine motor development, gross motor
development, help with language and vocabulary mastery,
mathematical thinking, scientific thinking, emotional literacy, and
social development.).66 Di samping itu, Ali Nugraha menambahkan
bahwa dengan meningkatnya pemikiran ilmiah atau sains, kreativitas
anak akan diwujudkan secara nyata dalam bentuk penemuan konsep
baru, mengkreasi keterampilan baru, dan lain-lain.67
Yuliati Siantajani menjelaskan empat manfaat utama dari
penggunaan Loose Parts, yaitu mengembangkan keterampilan inkuiri
yang diperlukan oleh anak untuk dapat memperoleh informasi,
menganalisa dan membuat pertimbangan-pertimbangan, dapat
mengajarkan anak untuk bertanya, mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak serta mengembangkan imajinasi dan kreativitas
yang tak terbatas.68
3. Penggunaan Media Loose Parts untuk Mengembangkan
Kreativitas Anak Usia Dini
a. Strategi Penggunaan Media Loose Parts untuk
Mengembangkan Kreativitas Anak
Penggunaan media Loose Parts juga melewati beberapa tahapan.
Tahapan-tahapan tersebut diimbangi dengan peran guru yang juga
dilakukan secara bertahap. Sebagaimana dilihat pada gambar berikut:
66 Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal Pendidikan Usia
Dini, h. 312 67 Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Bandung: JILSI
Foundation, 2008), h. 38 68 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 41-42
34
Gambar 2.1: Piramida Loose Parts69
Tahap pertama merupakan tahap eksplorasi. Pada tahap ini anak
menjelajahi benda-benda yang ada disekitarnya. Saat anak berada
pada tahap eksplorasi, guru memegang peran tahap edukasi untuk
mengenalkan strategi bermain, beres-beres dan menyimpan barang.
Yuliati Siantajani memaparkan bahwa tahap eksplorasi adalah tahap
dimana anak mulai berkenalan dengan Loose Parts, sehingga untuk
memenuhi rasa ingin tahunya, anak menjelajahi benda-benda berbagai
tekstur, warna, bentuk dan ukuran.70 Tahap kedua merupakan tahap
anak melakukan uji coba membuat sesuatu berdasarkan ide yang
dimilikinya atau disebut dengan tahap eksperimen. Pada tahap ini,
guru berperan melakukan invitasi dan provokasi atau disebut tahap
ekspansi. Yuliati Siantajani memaparkan bahwa setelah anak selesai
dengan tahapan eksplorasi, anak mulai melakukan uji coba membuat
sesuatu sebagaimana ide yang muncul dari dalam anak. Imajinasi anak
berkembang dalam tahap ini. Sedangkan guru memperluas ide-ide
anak yang telah mampu bereksperimen dengan berbagai Loose Parts
69 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 78 70 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 79
35
dan memberikan invitasi serta provokasi.71 Tahap ketiga yaitu tahap
kreatif yang mana anak membuat atau merancang berbagai produk
kreatif. Peran guru sampai pada tahap perkembangan, yaitu tahap guru
dokumentasi dan penilaian dari kegiatan yang anak lakukan. Bagian
teratas atau tahap terakhir yang ditunjukkan piramida Loose Parts
adalah membangun makna dan tujuan bermain yang mana tujuan guru
dalam memfasilitasi anak telah tercapai dan anak dapat memaknai
dunia disekelilingnya melalui permainan.72 Tahap ini merupakan
tahap kemampuan tertinggi yang dicapai oleh anak dan peran tertinggi
guru. Guru dapat menyaksikan kemajuan perkembangan anak, di
mana anak dapat memaknai dunia sekelilingnya melalui permainan
mereka. Tujuan bermain telah tercapai yang artinya tujuan guru dalam
memfasilitasi anak untuk berkembang secara maksimal juga telah
tercapai.73 Tahapan-tahapan tersebut terus berputar membentuk siklus
pembelajaran Loose Parts. Siklus tersebut digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.2 : Siklus Bermain Loose Parts74
71 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 79 72 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 78-79 73 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 79 74 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 82
36
Pada tahap satu, saat anak melakukan eksplorasi, guru berperan
memberikan edukasi untuk mengenalkan strategi bermain, beres-
beres dan menyimpan mainan kepada anak. Untuk mengenalkan
strategi bermain kepada anak, dapat dilakukan dengan cara berikut:75
1) Kenalkan satu jenis benda dalam jumlah yang terbatas. Seiring
waktu, tambahkan beberapa Loose Parts.
2) Taruh dalam tempat yang menarik anak.
3) Bangun rasa ingin tahu anak.
4) Izinkan anak untuk bereksplorasi.
5) Minta anak untuk menunjukkan atau mengeluarkan imajinasinya.
6) Hargai apapun yang anak buat.
7) Dengarkan penjelasan anak, dan berikan provokasi sederhana.
8) Apabila ingin menambahkan Loose Parts, usulkan Loose Parts
tertentu pada anak.
Setelah bermain anak-anak juga perlu dikenalkan dan dilatih
untuk membereskan dan menyimpan barang-barang yang telah
dipakainya ke tempat semula agar dapat bertanggung jawab terhadap
lingkungannya. Anak perlu dilatih peduli dan bertanggungjawab
terhadap lingkungannya dan benda-benda yang digunakannya. Karena
itu, penyimpanan Loose Parts merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang harus dilatihkan kepada anak.76 Untuk
mengenalkan beres-beres kepada anak, dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:77
1) Anak perlu memahami bahwa setiap barang punya tempat
(rumah).
2) Proses beres-beres memerlukan banyak waktu, maka jumlah
keping Loose Parts perlu dibatasi.
75 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 91 76 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 93 77 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 93
37
3) Bersabarlah sampai anak benar-benar bisa mengembalikan ke
tempat semula.
4) Mengajak anak membereskan sambil bernyanyi.
Sementara itu, dalam menyimpan Loose Parts dapat dilakukan
melalui cara sebagai berikut:78
1) Tatalah Loose Parts dalam wadah sehingga anak fokus.
Sesuaikan ukuran wadah dengan isinya.
2) Tatalah wadah-wadah tersebut di rak yang terbuka dan mudah
dijangkau oleh anak.
3) Berikan ruang atau kelonggaran tempat, sehingga memudahkan
anak untuk mengambil sesuai kebutuhannya.
4) Berikan waktu cukup pada anak, karena setiap anak memiliki
kecepatan bergerak yang berbeda-beda.
Tahapan selanjutnya yang dilalui anak setelah tahap eksplorasi
adalah tahap eksperimen. Dan pada tahap eksperimen, guru berperan
memberikan provokasi dan invitasi kepada anak (tahap ekspansi).
Provokasi dan invitasi tentu berbeda. Cooper dalam Yuliati Siantajani
berpendapat bahwa yang dimaksud provokasi adalah upaya keras guru
untuk terus menerus memprovokasi kecenderungan alami anak dalam
mencari makna dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
menginterpretasi fenomena. Yuliati menambahkan bahwa provokasi
merupakan sesuatu yang mengajak orang untuk semakin maju ke
depan dengan menstimulasi respon atau aksi. Provokasi dilakukan
untuk memperluas atau mengembangkan ide-ide unik, minat dan teori
dari anak. Provokasi dibangun dari observasi yang bermakna terhadap
hal-hal yang dilakukan anak, berdasarkan rasa ingin tahu dan
pemikiran anak. Provokasi akan memberikan pengalaman-
pengalaman dan hubungan-hubungan baru pada anak dalam mengejar
ide, minat dan teori. Provokasi menantang pemikiran anak untuk
78 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. h. 94
38
berpikir lebih tinggi.79 Sedangkan invitasi merupakan penataan
material yang dipilih dan ditata atau dipajang yang mengundang anak
untuk menggunakannya dalam pembelajaran. Invitasi merupakan
kesempatan bagi anak untuk belajar melalui eksplorasi berbagai
material konkret yang akan memberikan pengalaman belajar pada
anak. Material yang dipajang akan menawarkan pilihan pada anak
untuk memasuki dunia pengetahuan.80 Dengan kata lain, provokasi
berupa bahasa, sedangkan invitasi berupa penataan. Berikut cara
membuat tulisan provokasi:81
1) Tentukan topik/subtopik yang telah disepakati bersama anak.
2) Pikirkanlah ide yang dapat muncul dari topik/subtopik tersebut.
3) Pikirkan kegiatan yang mungkin akan dilakukan oleh anak.
4) Kalimat seperti apa yang akan memantik ide anak jika melihat
in,vitasi yang akan ditata?
5) Buatlah tulisan tentang kalimat itu dalam sebuah frasa atau
kalimat.
6) Perhatikan, provokasi mengandung suatu konsep yang
memungkinkan anak untuk mengeksplorasi dan menggali lebih
lanjut. Frasa atau kalimat bisa berupa pernyataan,
tantangan/permintaan, ekspresi /kekaguman.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menata invitasi
adalah sebagai berikut:82
1) Ambil papan tulisan dan letakkan pada tempat di mana invitasi
akan ditata.
2) Baca dan pahami tulisan tersebut. Pikirkan hal-hal berikut:
a) Apa yang mungkin dilakukan anak dengan provokasi seperti
itu?
79 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 97 80 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 102 81 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 107 82 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 108
39
b) Loose Parts apa saja yang diperlukan untuk mewujudkan
gagasan itu?
c) Bagaimana membuat penataan menjadi menarik dan
mengundang anak?
3) Persiapkan Loose Parts yang diperlukan.
4) Tata dan pajang agar menarik anak.
5) Sediakan area yang cukup sebagai tempat bagi anak untuk
melakukan aktivitas.
b. Loose Parts dan Kreativitas
Carl Rogers sudah memaparkan bahwa kreativitas muncul dari
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.83 Sejalan dengan hal
tersebut, Simon Nicolson memaparkan bahwa lingkungan merupakan
tempat interaktif bagi anak.84 Kedua teori tersebut memberikan gambaran
bahwa kreativitas seseorang dapat dibangun melalui interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Loose Parts merupakan berbagai
material yang terdapat di lingkungan sekitar anak. Baik berupa bahan
alam, plastik, logam dan sebagainya. Loose Parts memberikan kesempatan
yang luas kepada anak untuk dapat memunculkan, mengembangkan dan
mengoptimalkan berbagai aspek perkembangan termasuk kreativitas yang
ada di dalam dirinya.
Media Loose Parts digunakan melalui 4 tahapan bermain yang terdiri
dari tahapan guru dan tahapan anak yang saling berkaitan. Tahapan guru
meliputi tahap edukasi, tahap ekspansi, tahap perkembangan dan tahap
membangun makna dan tujuan bermain. Sedangkan tahapan anak meliputi
tahap eksplorasi, tahap eksperimen, tahap kreatif dan tahap membangun
makna dan tujuan bermain.85 Eksplorasi menjadi tahapan pertama pada
anak untuk memulai kegiatan pembelajaran menggunakan media Loose
83 Masganti, dkk, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan Praktik, h. 33 84 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 12 85 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 78
40
Parts. Eksplorasi dapat memicu rasa ingin tahu anak. Dari rasa ingin tahu
yang dimiliki anak itulah yang dapat memicu kreativitas dalam diri anak.
Memicu anak untuk terus mengetahui banyak hal di sekitarnya.
Selanjutnya eksperimen memicu anak berpikir kritis terhadap apa yang
sedang dihadapi, membuat mereka berusaha dan pantang menyerah untuk
dapat menemukan pemecahan masalah. Terlebih jika didukung dengan
adanya penataan invitasi yang memadai dan pengungkapan provokasi
yang tepat, anak akan semakin terpacu untuk melakukan eksplorasi dan
eksperimen. Dari kegiatan eksplorasi dan eksperimen itulah yang
kemudian memunculkan berbagai karya kreatif anak yang timbul dari
berbagai pemikiran yang diperolehnya selama melakukan eksplorasi dan
eksperimen. Kemudian dari ketiga tahap tersebut, anak dapat membangun
makna dan tujuan bermain.
Loose Parts sendiri memiliki 2 buah strategi khusus dalam
penggunaannya, yaitu strategi bermain serta strategi beres-beres dan
menyimpan barang.86 Kedua strategi tersebut dirasa dapat berpartisipasi
mengembangkan kreativitas anak usia dini. Melalui strategi bermain, anak
dilatih untuk dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya (kreatif membagi
dan memanfaatkan waktu untuk memainkan apa yang anak inginkan agar
selesai tepat pada waktunya). Dan melalui strategi beres-beres dan
menyimpan barang, anak dilatih untuk kreatif menata berbagai komponen
yang sudah digunakan agar tetap rapi di loker penyimpanan yang sudah
tersedia.
Kreativitas sendiri dapat dikembangkan melalui tujuh strategi yang
meliputi penciptaan produk, imajinasi, eksplorasi, eksperimen, proyek,
musik dan juga bahasa.87 Semua strategi tersebut bisa didapatkan melalui
peggunaan media Loose Parts. Dengan Loose Parts, anak didukung untuk
membuat atau menciptakan berbagai hasil karya, didukung untuk
86 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.89-93 87 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 52-65
41
berimajinasi dan mengungkapkan serta merealisasikan imajinasinya,
didukung untuk mengeksplorasi lingkungannya dan melakukan
eksperimen-esperimen, didukung untuk membuat proyek, didukung untuk
bermusik dan didukung untuk berbahasa reseptif maupun ekspresif.
C. Penelitian yang Relevan
Tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilaksanakan. Beberapa peneliti yang telah
melakukan penelitian sebelumnya terkait penggunaan media Loose Parts untuk
mengembangkan kreativitas anak usia dini diantaranya sebagai berikut:
1. Artikel Rita Kurnia yang berjudul “Konsepsi Bermain dalam
Menumbuhkan Kreativitas Anak Usia Dini”. Terbit di jurnal Educhild.
Rita Kurnia menyimpulkan bahwa bermain memberikan kesempatan besar
kepada anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Persamaan antara
penelitian Rita Kurnia dengan penelitian ini adalah menitik beratkan pada
pengembangan kreativitas anak melalui bermain, yang mana penggunaan
Loose Parts juga melalui kegiatan bermain. Sedangkan perbedaannya
terdapat pada kegiatan bermain yang dilakukan. Rita Kurnia
menggambarkan kegiatan bermain secara keseluruhan, sedangkan peneliti
memfokuskan pada kegiatan bermain Loose Parts.
2. Artikel Sri Hardiningsih Hanafi dan Sujarwo yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Kreativitas Anak dengan Memanfaatkan Media Barang
Bekas di TK Kota Bima”. Terbit di jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Sri Hardiningsih Hanafi dan Sujarwo berkesimpulan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan media barang bekas dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kreativitas anak. Hal yang menjadi
persamaan dari penelitian yang dilakukan Sri Hardiningsih Hanafi dan
Sujarwo dengan penulis adalah upaya meningkatkan kreativitas anak usia
dini. Sedangkan perbedaannya terletak pada media yang digunakan.
Penelitian yang dilakukan Sri Hardiningsih Hanafi dan Sujarwo
42
menggunakan media barang bekas yang memang merupakan bagian dari
Loose Parts, dan penulis menggunakan media Loose Parts secara
menyeluruh.
3. Artikel Nadia Fauziah dengan judul “Penggunaan Media Bahan Alam
untuk Meningkatkan Kreativitas Anak”. Terbit di jurnal Ilmiah Visi P2TK
PAUD NI. Nadia Fauziah menyimpulkan bahwa penggunaan media bahan
alam dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini pada rentang usia 5-6
tahun. Pembahasan mengenai meningkatnya kreativitas anak menjadikan
persamaan antara penelitian Nadia Fauziah dengan penulis. Namun, Nadia
Fauziah lebih menitik beratkan pada penggunaan media bahan alam,
sedangkan penulis menggunakan media Loose Parts secara menyeluruh.
4. Artikel Sheryl Smith dan Gilman dengan judul “The Arts, Loose Parts and
Conversations”. Terbit di Journal Of The Canadian Association For
Curriculum Studies. Sheryl Smith dan Gilman ini memaparkan terkait
antara seni, Loose Parts, dan percakapan. Loose Parts dipercaya dapat
mengaktifkan berbagai keterampilan pada anak. Hal yang menjadi
persamaan dari penelitian yang dilakukan Sheryl Smith dan Gilman
dengan penelitian yang dilakukan penulis terdapat pada penggunaan Loose
Parts pada pembelajaran. Sedangkan perbedaannya terdapat pada hal yang
dikembangkan. Sheryl Smith dan Gilman berfokus pada seni, sedangkan
penulis memiliki titik fokus yang terdapat seni di dalamnya, yaitu
kreativitas.
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
43
Gambar 2.3 : Kerangka Berpikir
Stimulasi terhadap semua aspek perkembangan anak muncul Ketika anak
bermain dengan Loose Parts. Salah satu yang paling penting adalah
kemampuan memecahkan masalah dan mengambil resiko. Kemampuan fisik
anak berkembang pada saat anak aktif mencari benda-benda yang ia perlukan
dan berkreasi dengan jari-jari tangannya menciptakan sesuatu. Sosial
emosional anak terstimulasi secara aktif saat berinteraksi dan bekerjasama,
munculnya perasaan tertantang ketika diprovokasi oleh guru dan bangga
setelah mendapatkan hasil yang dicapainya. Saat bermain Loose Parts anak
akan belajar untuk berkomunikasi dan bernegosiasi secara aktif, berkreasi
untuk menciptakan sesuatu sesuai dengan imajinasinya serta lebih mengenal
pencipta alam ini.88
88 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 42
44
Kreativitas akan membuka wacana dan wawasan baru dari satu episode
kehidupan ke episode berikutnya. Kreativitas akan memberikan semangat
dalam menghadapi kehidupan baru yang terkadang dihadapkan pada berbagai
persoalan rumit dan membutuhkan penyelesaian dengan jalan yang berbeda.89
Pengembangan kreativitas dapat terbentuk melalui terfasilitasinya
kebutuhan eksplorasi dan eksperimen dalam lingkungan anak. Baik lingkungan
rumah maupun lingkungan sekolah yang memang menjadi rumah kedua bagi
anak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam dirinya. Sekolah
memiliki acuan pada kurikulum yang kemudian dihubungkan dengan
penggunaan media Loose Parts, selanjutnya guru memegang peranan penting
untuk melaksanakan strategi penggunaan media Loose Parts dan strategi
pengembangan kreativitas agar dapat diterima dengan baik oleh siswa. Pada
penelitian ini, penggunaan media Loose Parts difokuskan untuk
pengembangan kreativitas pada anak usia dini.
89 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 51
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan
kreativitas anak usia dini dilakukan di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan
Gunungsindur. PAUD Al-Musfiroh berlokasi di Jl. Melati RT 02/03 Desa
Cidokom, Kecamatan Gunungsidur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan
kreativitas anak usia dini dilakukan dengan keterangan waktu sebagai
berikut:
Tabel 3.1 : Alokasi Waktu Penelitian
Deskripsi 2020
Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Survei Lokasi
Pembuatan Proposal
Seminar Proposal
Perizinan dan
Persiapan
Pelaksanaan
Penelitian dan
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan
Penelitian (Skripsi)
46
B. Latar Penelitian (Setting)
Loose Parts pertama kali dikenal melalui sebuah karya yang seorang
arsitek yaitu Simon Nicolson pada tahun 1971 dan sudah banyak berkembang
di Indonesia. Salah satunya di PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur yang
dipimpin oleh bapak Angga, S.Kom.I. PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur
sendiri memperoleh kesempatan dari UNICEF untuk mendalami Loose Parts
di Sekolah Alam Pelopor, Bandung dan kemudian memulai menggunakan
Loose Parts sebagai pembelajaran untuk anak di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur.
PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur memanfaatkan berbagai bahan atau
material yang terdapat di lingkungan sekitar sekolah sebagai bahan
pembelajaran. Dengan menerapkan pembelajaran saintifik, penggunaan Loose
Parts menjadi sangat efisien untuk mengembangkan berbagai aspek
perkembagan anak, terlebih lagi karena PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur
termasuk daerah pedesaan yang kaya akan bahan alam.
Hal yang menjadi alasan penulis memilih PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur sebagai tempat penelitian adalah karena PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur terhitung belum lama menerapkan pembelajaran menggunakan
Loose Parts. Sehingga penulis dapat meneliti secara rinci terkait penggunaan
Loose Parts dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-
Musfiroh Gunugsindur.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dideskripsikan
berupa kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.90 Penelitian kualitatif deskriptif
meliputi pengumpulan data agar dapat menguji hipotesis atau menjawab
90 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2017), Cet. 36, h. 6
47
pertanyaan mengenai status terakhir, baik karakteristik ataupun frekuensi dari
subjek yang dipelajari.91
Penelitian deskriptif memiliki tujuan utama untuk menggambarkan secara
sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.92
Dengan pendekatan bersifat kualitatif yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.93
Data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, maupun perilaku yang
tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap
dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau
frekuensi.94 Penelitian harus mendefinisikan dengan jelas dan spesifik terkait
tujuan yang akan dicapai. Kemudian rancangkan cara pendekatannya secara
mendetail dan mencakup berbagai kemungkinan. Dari rancangan tersebutlah
data dapat diperoleh dan dikumpulkan untuk disusun dalam laporan yang
disajikan dalam bentuk narasi.95
Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mendeskripsikan
terkait penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan kreativitas anak
usia dini di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur dengan
mengumpulkan data yang disajikan dalam bentuk narasi. Penelitian dilakukan
dengan melakukan observasi langsung dalam kegiatan pembelajaran di dalam
kelas. Kemudian hasil dari observasi dikuatkan dengan wawancara yang
dilakukan dengan Guru kelas.
91 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2018), h. 62 92 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet. 7, h. 157 93 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 4 94 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h. 39 95 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. 24, h. 77
48
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Sumber Data Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian penggunaan media Loose Parts
untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh
Kecamatan Gunungsindur diperoleh dari 8 orang partisipan yang terdiri
dari 1 (satu) orang Guru Kelas, dan 7 (tujuh) orang siswa dari kelas
Matahari (kelompok B atau anak usia 5-6 tahun) PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur. Alasan dari pemilihan partisipan tersebut adalah karena
kelas Matahari di PAUD Al-Musfiroh memenuhi syarat yang diperlukan
oleh peneliti untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD
Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur. Pengumpulan data dilakukan
melalui proses wawancara, observasi dan dokumentasi secara berkala yang
berasal dari dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer merupakan sumber data yang secara langsung memberikan
data kepada pengumpul data (peneliti), dan sumber sekunder merupakan
sumber yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data (peneliti).96 Data primer dapat diperoleh melalui wawancara dan
observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi (foto
selama kegiatan pembelajaran dan surat-surat atau dokumen tertulis yang
diperlukan). Dengan demikian, maka sumber data penelitian yang
digunakan selama pelaksanaan penelitian meliputi:
a. Hasil wawancara dengan guru kelas menggunakan teknik wawancara
terstruktur.
b. Hasil observasi selama pelaksanaan penelitian. Hasil observasi
diperoleh melalui pengamatan peneliti terhadap kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. (Peneliti melakukan kegiatan belajar
mengajar bersama guru kelas sambil mengamati siswa.
96 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 308-309
49
c. Dokumentasi yang berupa foto selama kegiatan pembelajaran dan
surat-surat atau dokumen tertulis yang diperlukan seperti sejarah
sekolah, data guru, struktur organisasi, dan data siswa.
2. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan dalam pengumpulan data banyak ditentukan oleh
kemampuan peneliti menghayati situasi sosial yang dijadikan fokus
penelitian. Peneliti dapat melakukan wawancara dengan subjek yang
diteliti, ia harus mampu mengamati situasi sosial yang terjadi dalam
konteks yang sesungguhnya, ia dapat memfoto fenomena, tanda dan
simbol yang terjadi, ia mungkin pula merekam dialog yang terjadi. Peneliti
tidak akan mengakhiri fase pengumpulan data sebelum ia yakin bahwa
data yang terkumpul dari berbagai sumber telah mampu menjawab tujuan
penelitian.97
Penelitian penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan
kreativitas anak menggunakan teknik triangulasi untuk pengumpulan data.
Teknik triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang berbeda-
beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.98
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.99 Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung
dengan berfokus pada subjek atau objek yang diamati dengan
mengesampingkan hal-hal diluar subjek atau objek yang diamati.
Penelitian penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan
97 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Kencana, 2018), Cet. 4, h. 372 98 Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017),
Cet. 26, h. 241 99 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h. 158
50
kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan
Gunungsindur menggunakan teknik observasi untuk melakukan
pengamatan saat pelaksanaan pembelajaran di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kejadian atau suatu proses interaksi
antara pewawancara (Interviewer) dan sumber informasi atau orang
yang diwawancarai (Interviewee) melalui komunikasi langsung atau
dapat pula dikatakan bahwa wawancara adalah percakapan tatap muka
(Face to Face) antara pewawancara dengan sumber informasi, di
mana pewawancara bertanya langsung tentang suatu objek yang
diteliti dan telah dirancang sebelumnya.100 Wawancara yang
dilakukan peneliti termasuk dalam wawancara terstruktur yang mana
peneliti mempersiapkan poin-poin pertanyaan yang akan menjadi
bahan wawancara atau tanya jawab dengan narasumber (Guru) untuk
memperoleh data atau gambaran dari penggunaan media Loose Parts
untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-
Musfiroh Kecamatan Gunungsindur,
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang
dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang.101 Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara. Dokumentasi yang
dilakukan berupa pengambilan foto saat pelaksanaan pembelajaran
beserta berbagai keterangan tertulis yang mendukung data penelitian.
Dokumen yang dibutuhkan untuk mendukung dan melengkapi data
penelitian adalah sebagai berikut:
100 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, h. 372 101 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
240
51
Tabel 3.2 : Data Keperluan Dokumentasi
No Dokumen yang Diperlukan Sumber Data
1 Sejarah Sekolah PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur Kepala Sekolah
2 Data Guru PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur
Sub. Bag.
Administrasi
3 Struktur Organisasi PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur
4 Data Siswa PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur
5 Foto Kegiatan Siswa PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur Siswa dan Guru
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data
seperti tes pada penelitian kualitatif.102 Dalam penelitian kualitatif, peneliti
lah yang menjadi instrumen atau alat penelitian. Oleh karena itu, peneliti
sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh kesiapan peneliti
yang meliputi pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek
penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.103
Keberhasilan penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan.
Untuk mendapatkan instrumen yang baik, maka peneliti perlu menyusun
kisi-kisi instrumen penelitian terlebih dahulu. Kisi-kisi instrumen yang
peneliti buat meliputi kisi-kisi instrumen wawancara dengan guru kelas,
serta kisi-kisi instrumen observasi siswa yang didasari pada teori strategi
penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan kreativitas anak
(merujuk pada piramida Loose Parts) yang berupa tahapan penggunaan
102 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, h. 168 103 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
305
52
media Loose Parts pada anak dan tahapan peran guru dalam penggunaan
media Loose Parts. Selain itu, kisi-kisi instrumen juga merujuk pada teori
yang dikemukakan oleh Catron dan Allen terkait 12 indikator kreatif anak
usia dini. Kemudian, teori tersebut diturunkan menjadi indikator kisi-kisi
intrumen. Kisi-kisi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur
No Fokus
Penelitian Pertanyaan Jawaban
1 Tahapan
penggunaan
media Loose
Parts
1. Bagaimana anak-anak saat
berada pada tahap eksplorasi
dalam pembelajaran?
2. Bagaimana anak-anak saat
berada pada tahap eksperimen
dalam pembelajaran?
3. Bagaimana anak-anak saat
berada pada tahap kreatif dalam
pembelajaran?
4. Bagaimana Ibu melakukan tahap
edukasi dalam pembelajaran?
5. Bagaimana Ibu melakukan tahap
ekspansi dalam pembelajaran?
6. Bagaimana Ibu melakukan tahap
perkembangan dalam
pembelajaran?
7. Bagaimana Ibu dan anak-anak
saat berada pada tahap
membangun makna dan tujuan
bermain?
53
2 Strategi
penggunaan
media Loose
Parts
1. Bagaimana Ibu mengenalkan
strategi bermain Loose Parts
kepada anak?
2. Bagaimana Ibu mengenalkan
strategi beres-beres dan
menyimpan barang kepada
anak?
3. Bagaimana Ibu memberikan
invitasi kepada anak terkait
penggunaan media Loose Parts
dalam pembelajaran?
4. Bagaimana Ibu memberikan
provokasi kepada anak terkait
penggunaan media Loose Parts
dalam pembelajaran?
3 Strategi
mengembangkan
kreativitas
1. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi penciptaan produk (hasta
karya) dalam pembelajaran?
2. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi imajinasi dalam
pembelajaran?
3. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi eksplorasi dalam
pembelajaran?
4. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi eksperimen dalam
pembelajaran?
5. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi proyek dalam
pembelajaran?
54
6. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi musik dalam
pembelajaran?
7. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi bahasa dalam
pembelajaran?
Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Instrumen Observasi Siswa PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur
No Indikator Catatan Observasi
1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak
terhadap berbagai
komponen di
sekitar dalam
kegiatan
pembelajaran
b. Uji coba anak
dalam mencoba
membuat sesuatu
berdasarkan ide
yang dimilikinya
(eksperimen)
c. Rancangan atau
pembuatan
berbagai produk
kreatif oleh anak
dalam
pembelajaran
55
d. Pemaknaan dunia
di sekeliling anak
melalui permainan
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak
bermain Loose
Parts
b. Strategi anak
beres-beres dan
menyimpan barang
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak
menciptakan
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran
b. Kemampuan anak
berimajinasi dalam
pembelajaran
c. Kemampuan anak
bereksplorasi
dalam
pembelajaran
d. Kemampuan anak
bereksperimen
dalam
pembelajaran
e. Kemampuan anak
menyelesaikan
56
proyek dalam
pembelajaran
f. Kemampuan anak
bermusik dalam
pembelajaran
g. Kemampuan anak
berbahasa dalam
pembelajaran
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas data, uji
Transferability, uji Dependability, dan uji Confirmability. Sebagaimana
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 : Uji Keabsahan Data
1. Uji kredibilitas (Credibility)
Peneliti melakukan uji kredibilitas agar penelitian yang dilakukan
membawa hasil yang tepat dan benar sesuai konteksnya, maka dapat
dilakukan dengan memperpanjang waktu keikutsertaan peneliti di
57
lapangan dan meningkatkan ketekunan pengamatan sehingga menyadari
betul bahwa subyektivitas peneliti akan memengaruhi objektivitas hasil
penelitian. Selain itu perlu diperhatikan untuk melakukan triangulasi
(pengumpulan data melalui berbagai teknik) agar data yang diperoleh lebih
variatif dan saling mendukung. Kemudian lakukan cek kembali dengan
teman sekelompok (Member Checks), analisis kasus negatif (Negatively
Case Analysis) dan gunakan bahan referensi yang tepat.104
Gambar 3.2 : Uji Kredibilitas Data
2. Uji transferabilitas (Transferability)
Transferabilitas dimaksudkan pada dapat atau tidaknya hasil
penelitian diaplikasikan di tempat lain. Uji transfeabilitas dilakukan
supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga
104 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, h. 394-
397
58
hasil penelitian tersebut memiliki kemungkinan untuk diterapkan, maka
peneliti harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat
dipercaya dalam membuat laporannya. Dengan demikian pembaca dapat
menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan
dapat atau tidaknya hasil penelitian tersebut diaplikasikan di tempat
lain.105
3. Uji dependibilitas (Depenability)
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono menjelaskan bahwa pengujian
dependibilitas dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Caranya melalui auditor yang independen
atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan
peneliti dalam melaksanakan penelitian, mulai dari menentukan fokus atau
masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan
analisis data, melakukan uji keabsahan data hingga membuat
kesimpulan.106
4. Uji konformitas/konfirmabilitas (Conformity/Confirmability)
Suatu penelitian dikatakan obyektif apabila hasil penelitian telah
disepakati oleh banyak orang. Kesepakatan banyak orang itu yang disebut
dengan konfirmabilitas. Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil
penelitian dengan mengaitkan proses yang dilakukan. Bila penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas.107
F. Analisis Data
Bogdan dan Biklen dalam Muri Yusuf menyatakan bahwa analisis data
merupakan suatu proses sistematis pencarian serta pengaturan transkrip
105 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
376-377 106 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
377 107 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
377-378
59
wawancara, observasi, dokumen, dan lain-lain untuk meningkatkan
pemahaman peneliti terkait data yang telah dikumpulkan, sehingga
memungkinkan temuan penelitian dapat disajikan dan diinformasikan kepada
orang lain.108 Miles dan Huberman dalam Sugiyono mengemukakan bahwa
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas data tersebut
meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data, dan kesimpulan atau
verifikasi109 yang digambarkan sebagai berikut:110
Gambar 3.3 : Teknik Analisis Data
1. Pengumpulan data, dilakukan melalui metode observasi, wawancara
mendalam, dan dokumentasi atau gabungan ketiganya (triangulasi)
sehingga data yang diperoleh menjadi bervariasi.111
2. Reduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya
sehingga akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah
108 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, h. 400-
401 109 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif. (Bandung: Alfabeta, 2020), Cet. 3, h. 132-133 110 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, h. 134 111 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, h. 134
60
peneliti melakukan pengumpulan selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.112
3. Display data atau penyajian data. Data yang telah dikumpulkan dan
direduksi dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, Flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman
menambahkan bahwa yang paling sering digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah berupa teks yang bersifat naratif.113
4. Kesimpulan atau verifikasi merupakan temuan baru yang belum pernah
ada sebelumnya. Dapat berupa deskripsi atau gambaran untuk
memperjelas suatu objek, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
hipotesis maupun teori.114
112 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, h. 135 113 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, h. 137 114 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, h. 142
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Karakteristik Lokasi Penelitian
a. Profil PAUD Al-Musfiroh
Nama Lembaga : PAUD Al-Musfiroh
Tanggal Berdiri : 17 Juli 2012
Alamat : Jl. Melati RT 02/03
Kelurahan : Cidokom
Kecamatan : Gunungsindur
Kota : Bogor
Izin Pendirian : Akta Notaris No. 03 tahun 2016 SK.
Menkumham RI No.
AHU 0044395.AH.01.04 tahun 2016
No. Telp. 081299084579
Nama Kepala Sekolah : Angga, S.Kom.I, S.Pd.
A.n. Lembaga : PAUD Al-Musfiroh
NPSN : 69869540
Penyelenggara : Yayasan Al-Musfiroh Amanah
Ummat
b. Sejarah Singkat PAUD Al-Musfiroh
Awalnya, sebelum PAUD Al-Musfiroh berdiri. Kegiatan belajar
mengajar hanya berupa majlis taklim Al-Musfiroh. Seiring
berjalannya waktu, Bapak Ust. Yakub selaku pemilik majlis taklim
mendapatkan usulan dari Bapak Lurah pada waktu itu untuk
mendirikan lembaga PAUD. Maka diputuskanlah untuk mendirikan
lembaga PAUD sebagai lembaga pendidikan yang diperuntukan bagi
62
anak usia dini. Pembangunan dibantu oleh mahasiswa KKN dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Kepala Sekolah pertama PAUD Al-
Musfiroh dijabat oleh Bapak Ust. Miftahuddin. Karena satu lain hal,
di bulan ke-6 masa jabatannya, Bapak Ust. Miftahuddin
mengundurkan diri. Kemudian Kepala Sekolah diganti dengan Bapak
Angga, S.Kom.I, S.Pd. sampai sekarang.
Pada tahun 2018, PAUD Al-Musfiroh terpilih dalam 100 lembaga
PAUD yang mendapat binaan dari UNICEF. Binaan tersebut berupa
bantuan operasional dan bantuan ilmu pengetahuan berupa pelatihan-
pelatihan peningkatan profesionalisme guru PAUD yang
dilaksanakan hingga tahun 2019.
c. Visi, Misi dan Tujuan PAUD Al-Musfiroh
1) Visi PAUD Al-Musfiroh
Visi PAUD Al-Musfiroh adalah sebagai berikut:
“Mencetak Generasi Cerdas, Berkarakter dan Berakhlakul
Karimah”
2) Misi PAUD Al-Musfiroh
Misi PAUD Al-Musfiroh adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
inovatif
b. Menjalin kemitraan (Stik Holder)
c. Mendidik anak secara optimal sesuai dengan kemampuan
anak
d. Mendidik anak melalui pendidikan yang berkualitas,
berkarakter dan berakhlakul karimah
e. Menerapkan pendidikan holistik integratif
3) Tujuan PAUD Al-Musfiroh
Tujuan PAUD Al-Musfiroh adalah sebagai berikut:
“Terciptanya pendidikan berkualitas, berkarakter dan berakhlakul
karimah melalui penerapan pendidikan holistik integratif dengan
63
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan inovatif yang disesuaikan
dengan kemampuan anak yang dilengkapi dengan jalinan
kemitraan guna mencetak generasi cerdas, berkarakter dan
berakhlakul karimah.”
d. Data Siswa 2 Tahun Terakhir
Data siswa PAUD Al-Musfiroh dalam 2 tahun terakhir
dipaparkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.1: Data Siswa 2 Tahun Terakhir
NAMA KELAS
JUMLAH SISWA
2019/2020 2020/2021
TK A_Kelas Bintang 8 7
TK B_Kelas Matahari 13 7
JUMLAH 21 14
e. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Daftar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan PAUD Al-
Musfiroh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2: Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
NO NAMA
TEMPAT,
TANGGAL
LAHIR
PENDIDIKAN JABATAN
1 Angga, S.Kom.I,
S.Pd.
Bogor,
24 Juni 1990
S1 Kepala
Sekolah
2 Yana Febriyanti Bogor,
08 Februari
1987
SMA Sekretaris
3 Dea Ananda
Putri, SE.
Bogor,
08 Juni 1997
S1 Bendahara
64
4 Cherin Claudia
Winokan
Bogor,
23 Mei 2000
SMA Guru Kelas
5 Roro Jihan
Hanifah A.S.
Tangerang,
30 April 2000
SMA Guru Kelas
f. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana PAUD Al-Musfiroh dapat dilihat dari tabel
di bawah ini:
Tabel 4.3: Daftar Sarana dan Prasarana
NO URAIAN JUMLAH KONDISI
1 Tanah 250 M ² Baik
2 Ruang Kelas 3 Buah Baik
3 Ruang Kantor 1 Buah Baik
4 Kamar Mandi 1 Buah Baik
5 Gudang Penyimpanan 1 Buah Baik
6 Papan Daftar Siswa 1 Pcs Baik
7 Papan Struktur
Organisasi 1 Pcs Baik
8 Papan Daftar Tenaga
Pendidik dan
Kependidikan
1 Pcs Baik
9 Papan Visi, Misi dan
Tujuan Sekolah 1 Pcs Baik
10 APE Luar
Ayunan 1 Pcs Baik
Jungkitan 1 Pcs Baik
65
Perosotan 1 Pcs Baik
Ayunan Putar 1 Pcs Baik
11 APE Dalam
Balok 2 Set Baik
Angklung 1 Set Baik
Puzzle 15 Set Baik
Meronce Geometri 2 Set Baik
Lego 2 Set Baik
Bola Warna 1 Set Baik
Parasut 1 Set Baik
Timbangan Simulasi 1 Set Baik
12 Poster 2 Set Baik
13 Buku Cerita 30 Pcs Baik
14 Papan Tulis 3 Pcs Baik
15 Rak Sepatu 3 Pcs Baik
16 Gantungan Tas Anak 6 Pcs Baik
17 Loker Mainan 3 Pcs Baik
18 Aneka Loose Parts 3 Loker Baik
19 Wadah Loose Parts
Kecil dan Sedang 3 Set Baik
g. Struktur Organisasi
Struktur kepengurusan atau struktur organisasi PAUD Al-
Musfiroh adalah sebagai berikut:
66
Gambar 4.1: Struktur Kepengurusan PAUD Al-Musfiroh
h. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian penggunaan media Loose Parts untuk
mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh
terdiri dari 7 orang siswa kelas B dan 1 orang Guru PAUD yaitu bu
Cherin sebagai wali kelas kelas B. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan berbagai teknik yang terdiri dari wawancara,
observasi dan dokumentasi.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Media Loose Parts dalam Mengembangkan Kreativitas di PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur, Jawa Barat
Media Loose Parts dapat mengembangkan kreativitas anak usia dini
di PAUD Al-Musfiroh dengan cara melakukan seluruh tahapan
penggunaan media Loose Parts. Baik tahapan pada anak maupun tahapan
pada peran guru. Anak menjadi sangat antusias saat mengeksplorasi
berbagai komponen-komponen yang ada di sekitarnya ketika melakukan
kegiatan pembelajaran menggunakan media Loose Parts. Hal ini peneliti
simpulkan dari wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin.
67
Beliau mengatakan bahwa pada tahap eksplorasi, anak-anak sangat
bersemangat dan antusias untuk mengeksplorasi atau menjelajahi benda-
benda atau komponen-komponen yang sudah disediakan. Anak-anak
mengamati dan mempelajari sendiri komponen-komponen tersebut untuk
kemudian anak membuat keputusan terkait komponen mana saja yang
akan digunakan dan akan digunakan untuk apa. Ibu Cherin juga
memaparkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru melakukan tahap
edukasi dengan mengenalkan strategi bermain, strategi beres-beres dan
menyimpan barang kepada anak, dan biasanya guru membimbing dan
memfasilitasi anak-anak untuk membuat peraturan sebelum melakukan
kegiatan main. Selain itu, melalui kegiatan observasi, peneliti juga melihat
bahwa anak-anak begitu bersemangat dan antusias melakukan kegiatan
eksplorasi terhadap berbagai komponen yang ada di sekitarnya ketika
melakukan kegiatan pembelajaran dengan media Loose Parts. Hal ini juga
dibahas oleh Yuliati Siantajani yang memaparkan bahwa tahap pertama
dalam penggunaan media Loose Parts adalah tahap eksplorasi yang
merupakan tahap dimana anak mulai berkenalan dengan Loose Parts,
sehingga untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak menjelajahi benda-
benda dengan berbagai tekstur, warna, bentuk dan ukuran.115
Gambar 4.2: Anak Bersemangat untuk Mengeksplorasi
115 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 79
68
Anak-anak juga sangat bersemangat dan antusias ketika melakukan
kegiatan eksperimen dari berbagai benda atau komponen Loose Parts yang
sudah anak eksplorasi sebelumnya. Terlebih ketika guru sudah
menyiapkan berbagai invitasi dan provokasi terkait yang membuat anak
menjadi lebih tertarik dan terarah dalam melakukan kegiatan eksperimen.
Hal ini peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas
Matahari, yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa sebelum anak
bereksperimen, guru melakukan ekspansi dengan menyiapkan
menyiapkan invitasi dan provokasi untuk kegiatan main anak. Invitasi
yang disiapkan dalam bentuk penataan lingkungan main yang berupa
pengelompokkan komponen-komponen yang sudah ditentukan dan
dilengkapi dengan provokasi yang berupa kalimat petunjuk atau perintah
yang ditujukan untuk memprovokasi anak melakukan atau membuat
sesuatu dengan berbagai komponen yang disediakan. Ibu Cherin juga
memaparkan bahwa pada tahap eksperimen, anak-anak sangat antusias
melakukan berbagai eksperimen atau percobaan-percobaan dengan
menggunakan berbagai komponen yang sudah anak amati dan pelajari
pada saat melakukan kegiatan eksplorasi. Ketika melakukan eksperimen
itu sendiri biasanya anak melakukan uji coba dengan melibatkan satu
persatu komponen yang anak anggap cocok untuk digunakan. Selain itu,
melalui kegiatan observasi, peneliti juga melihat bahwa anak-anak sangat
antusias dan percaya diri ketika melakukan berbagai eksperimen, anak-
anak tidak putus asa ketika percobaan pertamanya dirasa belum sesuai
dengan keinginan mereka, mereka terus mencoba berbagai hal dengan
komponen-komponen yang ada di sekeliling mereka. Hal ini juga dibahas
oleh Yuliati Siantajani yang memaparkan bahwa setelah anak selesai
dengan tahap eksplorasi, anak mulai melakukan uji coba membuat sesuatu
sebagaimana ide yang muncul dari dalam anak dan imajinasi anak
berkembang pada tahap ini.116
116 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 79
69
Gambar 4.3: Kegiatan Eksperimen
Guru memberikan provokasi berupa tulisan dan ucapan kalimat
petunjuk terkait apa yang harus anak hasilkan yang disesuaikan dengan
tema yang sedang dibahas. Provokasi ini ditujukan untuk menstimulasi
anak mengeluarkan dan menunjukkan kreativitasnya. Hal ini peneliti
simpulkan dari hasil wawancara dengan guru kelas Matahari, yaitu Ibu
Cherin yang mengatakan bahwa provokasi sendiri menyesuaikan dengan
tema yang dibahas. Jadi dari tema dan subtema yang sedang dibahas,
kemudian dikembangkan dan dituangkan ke dalam bentuk pertanyaan atau
ajakan untuk menghasilkan sesuatu. Biasanya kami menggunakan kata
“Bagaimana” dan “Ayo” untuk menstimulasi anak mengeluarkan serta
menunjukkan kreativitas, ide, dan gagasan yang dimilikinya. Selain itu,
melalui kegiatan observasi, peneliti melihat bahwa pada setiap invitasi
terdapat sebuah provokasi yang diperjelas oleh guru. Hal ini juga dibahas
oleh Yuliati Siantajani yang memaparkan bahwa provokasi merupakan
sesuatu yang mengajak orang untuk semakin maju ke depan dengan
menstimulasi respon atau aksi. Provokasi dilakukan untuk memperluas
atau mengembangkan ide-ide unik, minat dan teori dari anak. Provokasi
menantang pemikiran anak untuk berpikir lebih tinggi.117
117 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 97
70
Gambar 4.4: Provokasi dan Invitasi
Guru memberikan invitasi berupa penataan komponen-komponen
Loose Parts pada lingkungan main anak yang disesuaikan dengan
provokasi yang sudah ditentukan. Hal ini peneliti simpulkan dari hasil
wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin yang
mengatakan bahwa untuk invitasi biasanya menyesuaikan dengan
provokasi yang sudah dibuat. Material atau komponen yang digunakan
biasanya di Mix atau dicampur dalam arti bervariasi, ada yang berupa
bahan alam yang ditambah dengan bekas kemasan, bahan plastik, bahan
kayu, dan sebagainya. Semua disesuaikan dengan provokasi yang
diberikan. Selain itu, melalui kegiatan observasi, peneliti juga melihat
bahwa invitasi dilakukan oleh guru dengan menata komponen-komponen
Loose Parts yang bervariatif pada setiap invitasi. Hal ini juga dibahas oleh
Yuliati Siantajani yang memaparkan bahwa invitasi merupakan penataan
material yang dipilih dan ditata (dipajang) yang mengundang anak untuk
menggunakannya dalam pembelajaran. Invitasi merupakan kesempatan
bagi anak untuk belajar melalui eksplorasi berbagai material konkret yang
akan memberikan pengalaman belajar pada anak. Material yang dipajang
71
akan menawarkan pilihan pada anak untuk memasuki dunia
pengetahuan.118
Anak yang sudah melakukan berbagai kegiatan eksperimen akan
masuk ke tahap selanjutnya dari penggunaan media Loose Parts yaitu
tahap kreatif. Anak mendapatkan kesempatan yang luas untuk membuat
berbagai karya atau menghasilkan berbagai produk sesuai dengan apa yang
anak inginkan dengan menggunakan berbagai komponen yang anak pilih
berdasarkan uji coba yang sudah dilakukan sehingga anak sangat
bersemangat untuk membuat karya terbaiknya. Hal ini peneliti simpulkan
dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin yang
mengatakan bahwa pada tahap kreatif, anak sudah membuat keputusan
yang sebelumnya sudah diuji coba pada tahap eksperimen. Anak mulai
merencanakan atau merancang dan membuat berbagai produk dengan
menggunakan berbagai komponen yang sudah diuji coba sebelumnya.
Anak sangat antusias dan berusaha untuk menghasilkan sesuatu sebaik
mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Ibu Cherin juga
memaparkan bahwa pada saat anak berada pada tahap kreatif, guru
melaksanakan tahapan perkembangan yang mana ketika anak sedang
konsentrasi dalam membuat atau menghasilkan sesuatu, guru melakukan
kegiatan dokumentasi dan penilaian terhadap perkembangan anak.
Penilaian yang dilakukan pada dasarnya sama dengan yang dilakukan
lembaga pendidikan anak usia dini pada umumnya, namun yang
membedakan adalah penilaian dilakukan untuk kegiatan atau indikator
yang sama dalam satu minggu. Selain itu, melalui kegiatan observasi,
peneliti juga melihat bahwa anak-anak sangat bersemangat untuk berusaha
menghasilkan yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan pemahaman
mereka masing-masing. Hal ini juga dibahas oleh Yuliati Siantajani yang
memaparkan bahwa proses eksperimen yang penuh dengan imajinasi akan
118 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 102
72
membawa anak pada tahapan kreatif di mana anak membuat atau
merancang berbagai produk kreatif sebagai hasil dari proses kreatif.119
Gambar 4.5: Anak Membuat Karya Sesuai Keinginan dan Kemampuannya
Waktu kegiatan bermain habis, guru mengarahkan anak untuk segera
membereskan dan menyimpan barang atau komponen pada tempatnya.
Anak-anak dengan bersemangat dan saling membantu sama lain
membereskan seluruh komponen Loose Parts yang ada di sekitar anak dan
kemudian menyimpannya dengan rapi. Hal ini peneliti simpulkan dari
hasil wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin yang
mengatakan bahwa anak perlu sekali dikenalkan bahwa setiap barang
mempunyai rumah atau tempatnya masing-masing, dan setiap barang
memerlukan bantuan untuk kembali ke tempatnya sehingga setelah selesai
melakukan kegiatan main, anak bisa langsung melakukan kegiatan beres-
beres dan menyimpan barang di tempat yang seharusnya. Selain itu,
melalui kegiatan observasi, peneliti melihat bahwa ketika guru
mengingatkan waktu bermain sudah habis, anak secara langsung
membereskan seluruh komponen yang ada di sekitarnya dan menyimpan
119 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 79
73
komponen tersebut pada tempatnya. Hal ini juga dibahas oleh Yuliati
Siantajani yang memaparkan bahwa anak perlu dilatih untuk peduli dan
bertanggung jawab terhadap lingkungannya dan benda-benda yang
digunakannya. Maka dari itu, beres-beres dan menyimpan komponen
Loose Parts merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang harus
dilatihkan kepada anak.120
Gambar 4.6: Anak Membereskan dan Menyimpan Mainan
Guru memfasilitasi anak untuk mengutarakan apa yang anak pelajari
hari ini dan anak menanggapi serta memanfaatkan kesempatan tersebut
dengan sebaik-baiknya. Guru dan anak bersama-sama membangun makna
dan tujuan dari berbagai kegiatan main yang sudah dilakukan. Hal ini
peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu
Ibu Cherin yang mengatakan bahwa setelah anak-anak selesai
membereskan dan menyimpan seluruh komponen-komponen yang ada ke
dalam loker penyimpanan, guru mempersilahkan kepada anak untuk
menyampaikan apa yang sudah anak lakukan hari ini secara bergantian
satu persatu, kemudian guru mereview kembali apa yang sudah anak
pelajari hari ini dari kegiatan yang anak lakukan. Selain itu, melalui
120 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 92-93
74
kegiatan observasi, peneliti melihat bahwa anak-anak memahami apa yang
mereka lakukan dan apa tujuan dari kegiatan yang mereka yang lakukan.
Anak-anak juga sangat antusias saat diberi kesempatan untuk
menyampaikan kepada guru terkait apa yang sudah anak lakukan hari ini.
Hal ini juga dibahas oleh Yuliati Siantajani yang memaparkan bahwa
membangun makna dan tujuan bermain merupakan kemampuan tertinggi
yang dicapai oleh anak dan peran tertinggi yang dilakukan oleh guru. Guru
dapat menyaksikan kemajuan perkembangan anak, di mana anak dapat
memaknai dunia di sekelilingnya melalui permainan dan tujuan guru
dalam memfasilitasi anak untuk berkembang secara maksimal juga telah
tercapai.121
Gambar 4.7: Membangun Makna dan Tujuan Bermain
Loose Parts memiliki berbagai kelebihan dalam penggunaannya.
Yaitu sebagai berikut:
a. Dapat digunakan untuk berbagai kegiatan
b. Tidak habis dalam sekali pakai
c. Dapat dimanipulasi menjadi berbagai bentuk dan alat
d. Dapat menstimulasi berbagai perkembangan anak
121 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 79
75
e. Dapat memicu otak anak menjadi lebih kreatif dalam memanfaatkan
berbagai benda di sekelilingnya
f. Dapat menstimulasi anak untuk dapat memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
g. Dapat menstimulasi anak untuk mengeluarkan berbagai kemampuan,
minat dan bakat yang dimiliki
h. Lebih hemat dan mudah didapat
i. Mendorong anak untuk menemukan pengetahuan dan pengalaman
baru
Loose Parts juga memiliki kekurangan disamping kelebihan-
kelebihan yang dimiliki. Yaitu sebagai berikut:
a. Kesalahan penggunaan strategi dapat mengakibatkan kejenuhan
belajar pada anak
b. Kesalahan dalam penggunaan invitasi dan provokasi dapat
mengakibatkan aspek perkembangan anak terhambat.
2. Strategi yang Digunakan untuk Mengembangkan Kreativitas Anak
Usia Dini dengan Media Loose Parts di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur, Jawa Barat
Kreativitas anak usia dini dapat dikembangkan melalui penggunaan
media Loose Parts dengan menggunakan berbagai strategi pengembangan,
yaitu strategi penciptaan produk, imajinasi, eksplorasi, eksperimen,
proyek, musik dan bahasa. Anak menjadi lebih kreatif untuk menciptakan
berbagai hal ketika melakukan pembelajaran dengan menggunakan media
Loose Parts. Hal ini didukung dengan media Loose Parts yang digunakan
serta sikap guru yang memberikan kesempatan yang luas kepada anak
untuk menciptakan berbagai hal sesuai keinginan dan kemampuannya.
Berkaitan dengan hal tersebut peneliti simpulkan dari hasil wawancara
dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa
penciptaan produk dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada
anak pada tahap kreatif untuk menuangkan atau membuat sesuatu sesuai
76
dengan kemampuan dan keinginan anak masing-masing. Penciptaan
produk sendiri dapat berupa menciptakan sesuatu yang baru atau
memodifikasi benda atau produk yang sudah ada sebelumnya. Selain itu,
melalui kegiatan observasi, peneliti melihat bahwa dengan penggunaan
media Loose Parts dalam pembelajaran dapat memberikan kesempatan
yang lebih luas kepada anak untuk memilah komponen yang ingin
digunakan dan akan digunakan untuk apa komponen tersebut. Hal ini juga
dibahas oleh Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan
bahwa pada dasarnya hasil karya anak yang dibuat melalui aktivitas
membuat, menyusun atau mengkonstruksi ini akan memberikan
kesempatan bagi anak untuk menciptakan benda buatan mereka sendiri
yang belum pernah mereka temui, ataupun mereka membuat modifikasi
dari benda yang telah ada sebelumnya.122
Imajinasi anak dapat dengan bebas diekspresikan pada pembelajaran
menggunakan media Loose Parts. Hal ini dikarenakan guru memberikan
kesempatan yang luas kepada anak untuk mengungkapkan imajinasinya
masing-masing dan mengekspresikan atau menyampaikan imajinasinya
memalui berbagai hal yang anak buat. Berkaitan dengan hal tersebut
peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu
Ibu Cherin yang mengatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran atau
kegiatan main, anak justru dituntut untuk berimajinasi, mulai dari tahap
eksplorasi hingga tahap kreatif. Anak harus berimajinasi atau
merealisasikan imajinasi yang dimiliki untuk membuat atau menciptakan
sesuatu. Selain itu, melalui kegiatan observasi, peneliti juga melihat bahwa
anak-anak sangat antusias untuk berusaha mengutarakan dan
merealisasikan imajinasi-imajinasinya menjadi sebuah karya. Hal ini juga
dibahas oleh Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan
bahwa dengan imajinasi, anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya
122 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 53
77
ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan realitas sehari-hari. Ia bebas berpikir
sesuai pengalaman dan khayalannya.123
Ada banyak hal yang bisa di eksplorasi oleh anak ketika melakukan
kegiatan pembelajaran dengan media Loose Parts, terlebih karena guru
memberikan banyak kesempatan kepada anak untuk dapat melakukan
eksplorasi terhadap berbagai benda di sekitarnya. Berkaitan dengan hal
tersebut peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas
Matahari, yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa untuk strategi
eksplorasi sendiri sudah jelas berada di awal kegiatan. Hal ini karena
memang eksplorasi sendiri merupakan tahap pertama dalam penggunaan
media Loose Parts. Jadi, anak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
menjelajahi, mengamati dan mempelajari berbagai komponen-komponen
yang sudah disediakan. Selain itu, melalui kegiatan observasi, peneliti juga
melihat bahwa anak dapat lebih mudah mengenal berbagai hal di
sekitarnya melalui kegiatan eksplorasi. Hal ini juga dibahas oleh Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan bahwa eksplorasi dapat
memberikan kesempatan bagi anak untuk melihat, memahami, merasakan,
dan pada akhirnya membuat sesuatu yang menarik perhatian mereka.124
Anak bersemangat melakukan percobaan-percobaan dari berbagai
komponen yang ada di sekeliling anak karena media Loose Parts
memberikan banyak kemungkinan-kemungkinan dalam eksperimen anak.
Eksperimen tersebut pun menjadi terarah karena guru memberikan invitasi
dan provokasi yang memicu anak untuk banyak melakukan percobaan-
percobaan. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti simpulkan dari hasil
wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin yang
mengatakan bahwa dalam pembelajaran, strategi eksperimen dilakukan
dengan menstimulasi anak melalui invitasi dan provokasi yang sudah
disiapkan untuk mengarahkan eksperimen anak seperti apa yang harus
123 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 54 124 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 55
78
dilakukan atau apa tujuan akhir dari eksperimen yang akan anak lakukan,
sehingga eksperimen menjadi terarah. Selain itu, melalui kegiatan
observasi, peneliti melihat bahwa anak-anak dapat memahami sebab
akibat di lingkungan bermainnya, alasan memilih komponen dan tujuan
dari dipilihnya komponen tersebut. Hal ini juga dibahas oleh Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan bahwa eksperimen
dimaksudkan pada bagaimana anak dapat mengetahui cara atau proses
terjadinya sesuatu, dan mengapa sesuatu dapat terjadi serta bagaimana
mereka dapat menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada dan
pada akhirnya mereka dapat membuat sesuatu yang bermanfaat dari
kegiatan tersebut.125
Anak sangat antusias menyelesaikan berbagai rencana kegiatan main
yang telah mereka buat dan memiliki target untuk dapat bergantian
melakukan seluruh kegiatan yang telah disiapkan oleh guru. Proyek
kegiatan didukung oleh guru yang menyiapkan 6-8 kegiatan main untuk
satu minggu sehingga untuk satu minggu ada banyak kessempatan besar
untuk menyelesaikan seluruh kegiatan dan dalam satu kegiatan, ada
banyak kemungkinan yang dapat memicu anak melakukan sebuah proyek
besar. Hal ini peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas
Matahari, yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa untuk strategi proyek,
biasanya guru menyiapkan 6-8 kegiatan untuk satu minggu. Jadi, untuk
satu minggu itu anak diberikan kesempatan besar untuk menyelesaikan
kegiatan main yang disediakan sehingga terdapat banyak kemungkinan hal
yang akan anak lakukan. Maka, ketika anak merasa belum puas dengan
proyek yang dihasilkan, anak dapat memperbaiki atau melanjutkannya di
lain waktu. Selain itu, melalui kegiatan observasi, peneliti juga melihat
bahwa anak menjadi lebih bersemangat untuk menghasilkan banyak hal
dari berbagai komponen yang disiapkan terlebih guru menyiapkan banyak
kegiatan yang mendukung anak untuk mengekspresikan pola berpikir,
125 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 59
79
keterampilan dan kemampuannya. Hal ini juga dibahas oleh Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan bahwa metode proyek
dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pola
berpikir, keterampilan dan kemampuannya untuk memaksimalkan
sejumlah permasalahan yang dihadapi mereka sehingga mereka memiliki
peluang untuk terus berkreasi dan mengembangkan diri seoptimal
mungkin.126
Anak menghasilkan berbagai suara dan nada yang berbeda-beda yang
dihasilkan dari berbagai komponen yang ada di sekitarnya. Hal ini peneliti
simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu
Cherin yang mengatakan bahwa setiap komponen dapat menghasilkan
suara atau bunyi yang berbeda, terlebih jika satu komponen
dikombinasikan dengan komponen lain, hal tersebut juga dapat
menimbulkan bunyi atau suara yang berbeda, hal tersebut yang
dimanfaatkan oleh guru untuk menggunakan strategi musik dalam
pembelajaran menggunakan media Loose Parts. Selain itu, melalui
kegiatan observasi peneliti juga melihat bahwa dari berbagai komponen
yang ada di sekitar anak, anak dapat menghasilkan bunyi dan suara yang
beragam. Hal ini juga dibahas oleh Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati
yang memaparkan bahwa alam tercipta kaya akan nuansa dan irama musik.
Manusia tidak akan pernah bisa lepas dari bunyi-bunyian yang terdengar
setiap detik dengan variasi jenis, frekuensi, durasi, tempo dan irama. Alam
mengajari manusia dengan keharmonisan, keseimbangan, simetris,
sistematis, dan rasa kebersamaan dan penyatuan melalui irama dan bunyi-
bunyian alamiah.127
Anak memiliki kesempatan yang sangat luas untuk berkomunikasi
dengan lingkungannya, baik dengan teman ataupun gurunya, baik
berkomunikasi atau berbahasa reseptif maupun ekspresif. Berkaitan
126 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 62 127 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 63
80
dengan hal ini peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas,
yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa strategi bahasa diaplikasikan
dari awal memulai kegiatan main hingga selesai, seperti berkomunikasi
dengan anak terkait progress yang anak miliki untuk menyelesaikan suatu
kegiatan. Kemudian di akhir kegiatan pun anak diberikan kesempatan
untuk mengkomunikasikan berbagai kegiatan main yang sudah dilakukan
serta hal apa yang anak peroleh dari kegiatan tersebut. Selain itu, melalui
kegiatan observasi peneliti juga melihat bahwa anak dengan bebas
mengutarakan pendapat atau mengekspresikan diri kepada teman dan
gurunya. Hal ini juga dibahas oleh Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati
yang memaparkan bahwa anak-anak sering berbicara untuk mengeluarkan
apa yang ada dalam pikiran mereka. Sikap ini mendorong meningkatkan
penggunaan bahasa dan dialog dengan yang lain dan salah satu jalan bagi
mereka untuk menggunakan bahasa adalah ekspresi perasaan.128
128 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 65
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PAUD Al-Musfiroh terkait
penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan kreativitas anak usia
dini di PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur, Jawa Barat dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Penggunaan media Loose Parts pada pembelajaran PAUD Al-Musfiroh
dilaksanakan dengan menerapkan seluruh tahapan bermain Loose Parts
dengan memperhatikan strategi bermain, beres-beres dan menyimpan
barang yang dilakukan anak di setiap harinya.
2. Pembelajaran dilakukan dengan memadukan tujuh strategi
mengembangkan kreativitas anak usia dini yang meliputi penciptaan
produk, imajinasi, eksplorasi, eksperimen, proyek, musik dan bahasa.
B. Implikasi
Implikasi yang diperoleh dari penggunaan media Loose Parts untuk
mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh adalah
menjadikan siswa-siswinya memiliki kreativitas yang tinggi, baik dalam
pembuatan produk (hasta karya) maupun dalam menyelesaikan masalah.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Loose Parts
untuk Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Al-Musfiroh
Kecamatan Gunungsindur”, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Lembaga
Peneliti mengharapkan PAUD Al-Musfiroh mulai melibatkan anak
dalam pengumpulan dan netralisasi komponen-komponen Loose Parts
82
agar anak mengerti bagaimana jika menemukan komponen Loose Parts
dalam keadaan kotor di luar pengawasan guru dan orang tua.
2. Bagi Guru
Peneliti menyarankan agar guru menggunakan busana dengan warna-
warna yang lebih cerah agar anak memiliki rasa ketertarikan di awal
pembelajaran dan bisa lebih semangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang akan
melakukan penelitian terkait agar lebih selektif dalam mencari literatur
yang akan digunakan dan menambah literatur agar dapat melakukan
penelitian yang lebih mendalam tentang penggunaan media Loose Parts
dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini.
83
DAFTAR PUSTAKA
Fadlillah, M. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan Pembelajaran
Menarik, Kreatif dan Menyenangkan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2014.
Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniati. Strategi Pengembangan Kreativitas pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana, 2010.
Mulyani, Novi. Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2019.
Sugiono, Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono. Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks, 2010.
Suryana, Dadan. Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek Perkembangan
Anak. Jakarta: Kencana, 2016.
Sit, Masganti, dkk. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan Praktik.
Medan: Perdana Publishing, 2016.
Montolalu, B.E.F., dkk. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2009.
Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Siantajani, Yuliati. Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD.
Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020.
Nugraha, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Bandung:
JILSI Foundation, 2008.
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. 3, 2017.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. 36, 2017.
84
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2018.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara, Cet. 7, 2009.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 24, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif dan Konstruktif. Bandung: Alfabeta, Cet. 3, 2020.
----------------. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. 23, 2016.
----------------. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, Cet. 26, 2017.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Kencana, Cet. 4, 2018.
Florida, Richard, Charlotta Mellander, Karen King. The Global Creativity Indeks
2015. Toronto: Martin Prosperity Institute, 2015.
Fakhriyani, Diana Vidya. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jurnal
Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains. 4, 2016.
Kurnia, Rita. Konsepsi Bermain dalam Menumbuhkan Kreativitas pada Anak Usia
Dini. EDUCHILD. 1, 2012.
Hanafi, Sri Hardiningsih dan Sujarwo. Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak
dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas di Kota Bima. Jurnal
Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2, 2015.
Kusumawardhani, Ratih dkk. Profil Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal
Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS. 3, 2018.
85
Fauziah, Nadia. Penggunaan Media Bahan Alam untuk Meningkatkan Kreativitas
Anak. Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI. 8, 2013.
Nurlita. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Percaya Diri Terhadap Kreativitas
Anak Usia 5-6 Tahun. EDUCHILD. 1, 2012.
Rahardjo, Maria Melita. How to Use Loose Parts in STEAM? Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini. 13, 2019.
Aisyah. “Permainan Warna Berpengaruh Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini”.
Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 1. 2017.
Priyanto, Aris. “Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui Aktivitas
Bermain”. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”. No. 2. 2014.
Holis, Ade. “Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan
Kognitif Anak Usia Dini”. Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 9.
2016.
Putro, Khamim Zarkasih. “Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Bermain”.
Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama. Vol. 16. 2016.
Asmawati, Luluk. “Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran
Terpadu Berbasis Kecerdasan Jamak”. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.
Vol. 11. 2017.
Flannigan, Caileigh dan Beverlie Dietze. Children, Outdoor Play, and Loose Parts.
Journal of Childhood Studies. 42, 2017.
Smith, Sheryl dan Gilman. The Arts, Loose Parts and Conversation. Journal of the
Canadian Association for Curriculum Studies. 16, 2018.
86
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DAN PENGUMPULAN DATA
1.1 CATATAN WAWANCARA
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA GURU KELAS
Nama : Cherin Claudia Winokan
Hari/Tanggal : Kamis, 12 November 2020
Kelas : Matahari
Jam : 13.10 WIB
No Fokus
Penelitian Pertanyaan Jawaban
1 Tahapan
penggunaan
media Loose
Parts
a. Bagaimana anak-
anak saat berada
pada tahap
eksplorasi dalam
pembelajaran?
Pada tahap eksplorasi, anak-
anak sangat bersemangat dan
antusias untuk mengeksplorasi
atau menjelajahi benda-benda
atau komponen-komponen yang
sudah disediakan. Anak-anak
mengamati dan mempelajari
sendiri komponen-komponen
tersebut untuk kemudian anak
membuat kepotusan terkait
komponen apa saja yang akan
digunakan dan anak digunakan
untuk apa.
87
b. Bagaimana anak-
anak saat berada
pada tahap
eksperimen dalam
pembelajaran?
Pada tahap eksperimen, anak-
anak sangat antusias melakukan
berbagai eksperimen atau
percobaan-percobaan dengan
menggunakan berbagai
komponen yang sudah anak
amati dan pelajari pada saat
melakukan kegiatan eksplorasi.
Ketika melakukan eksperimen
itu sendiri biasanya anak
melakukan uji coba dengan
melibatkan satu persatu
komponen yang anak anggap
cocok untuk digunakan.
c. Bagaimana anak-
anak saat berada
pada tahap kreatif
dalam
pembelajaran?
Pada tahap kreatif, anak sudah
membuat keputusan yang
sebelumnya sudah diuji pada
tahap eksperimen. Anak mulai
merancang dan membuat
berbagai produk dengan
menggunakan berbagai
komponen yang sudah diuji
coba sebelumnya. Anak sangat
antusias dan berusaha untuk
menghasilkan sesuatu sebaik
mungkin sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Bagaimana Ibu
melakukan tahap
Dalam kegiatan pembelajaran,
tahap edukasi dilakukan dengan
mengenalkan strategi bermain,
88
edukasi dalam
pembelajaran?
strategi beres-beres dan
menyimpan barang kepada
anak. Biasanya pada tahap
edukasi, guru juga
membimbing dan memfasilitasi
anak-amak untuk membuat
peraturan sebelum melakukan
kegiatan main.
e. Bagaimana Ibu
melakukan tahap
ekspansi dalam
pembelajaran?
Pada tahap ekspansi, guru
menyiapkan invitasi dan
provokasi untuk kegiatan main
anak. Invitasi sendiri disiapkan
dalam bentuk penataan
lingkungan main yang berupa
pengelompokkan komponen-
komponen yang sudah
ditentukan dan dilengkapi
dengan provokasi yang berupa
kalimat petunjuk atau perintah
yang ditujukan untuk
memprovokasi anak melakukan
atau membuat sesuatu dengan
berbagai komponen yang
disediakan.
f. Bagaimana Ibu
melakukan tahap
perkembangan
dalam
pembelajaran?
Tahap perkembangan guru
lakukan dengan dokumentasi
dan penilaian. Tahap
perkembangan ini dilakukan
ketika anak berada pada tahap
kreatif. Jadi ketika anak sedang
89
komsentrasi dalam membuat
atau menghasilkan sesuatu,
guru melakukan kegiatan
dokumentasi dan penilaian
terhadap perkembangan anak.
Penilaian yang dilakukan pada
dasarnya sama dengan yang
dilakukan lembaga anak usia
dini pada umumnya. Namun
yang membedakan adalah
penilaian dilakukan untuk
kegiatan atau indikator yang
sama dalam satu minggu.
g. Bagaimana Ibu
dan anak-anak
saat berada pada
tahap membangun
makna dan tujuan
bermain?
Setelah anak-anak selesai
membereskan dan menyimpan
seluruh komponen-komponen
yang ada ke dalam loker
penyimpanan, guru
mempersilahkan kepada anak
untuk menyampaikan apa yang
sudah anak lakukan hari ini
secara bergantian satu persatu,
kemudian guru mereview
kembali apa yang sudah anak
pelajari hari ini dari kegiatan
yang anak lakukan.
2 Strategi
penggunaan
media Loose
Parts
a. Bagaimana Ibu
mengenalkan
strategi bermain
Biasanya sebelum memulai
melaksanakan kegiatan inti,
guru mengenalkan strategi
bermain kepada anak dengan
90
Loose Parts
kepada anak?
menstimulasi dan mengizinkan
anak untuk bereksplorasi serta
mengeluarkan atau
mengungkapkan imajinasinya.
Kemudian mengingatkan anak-
anak untuk tidak melupakan
peraturan selama melakukan
kegiatan main yang akan
dilakukan.
b. Bagaimana Ibu
mengenalkan
strategi beres-
beres dan
menyimpan
barang kepada
anak?
Anak perlu sekali dikenalkan
bahwa setiap barang
mempunyai rumah atau
tempatnya masing-masing, dan
setiap barang memerlukan
bantuan untuk kembali ke
tempatnya. Jadi, setelah selesai
melakukan kegiatan main,
anak-anak bisa langsung
melakukan kegiatan beres-beres
dan menyimpan barangnya di
tempat yang seharusnya.
c. Bagaimana Ibu
memberikan
invitasi kepada
anak terkait
penggunaan
media Loose Parts
dalam
pembelajaran?
Untuk invitasi biasanya
menyesuaikan dengan
provokasi yang sudah dibuat.
Material atau komponen yang
digunakan biasanya di Mix atau
dicampur dalam arti bervariasi,
ada yang berupa bahan alam
yang ditambah dengan bekas
kemasan, bahan plastik, bahan
91
kayu, dan sebagainya. Semua
disesuaikan dengan provokasi
yang diberikan.
d. Bagaimana Ibu
memberikan
provokasi kepada
anak terkait
penggunaan
media Loose Parts
dalam
pembelajaran?
Provokasi sendiri
menyesuaikan dengan tema
yang dibahas, jadi dari tema
dan subtema yang sedang
dibahas, kemudian
dikembangkan dan dituangkan
ke dalam bentuk pertanyaan
atau ajakan untuk menghasilkan
sesuatu. Biasanya guru
menggunakan kata
“Bagaimana” dan “Ayo” untuk
menstimulasi anak
mengeluarkan serta
menunjukkan kreativitas, ide,
dan gagasan yang dimilikinya.
3 Strategi
mengembangkan
kreativitas
a. Bagaimana Ibu
mengaplikasikan
strategi penciptaan
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran?
Penciptaan produk dilakukan
dengan memberikan
kesempatan kepada anak pada
tahap kreatif untuk
menuangkan atau membuat
sesuatu sesuai dengan
kemampuan dan keinginan
mereka masing-masing.
Penciptaan produk sendiri dapat
berupa menciptakan sesuatu
yang baru atau memodifikasi
92
benda atau produk yang sudah
ada sebelumnya.
b. Bagaimana Ibu
mengaplikasikan
strategi imajinasi
dalam
pembelajaran?
Dalam kegiatan pembelajaran
atau kegiatan main, anak
dituntut untuk berimajinasi,
mulai dari tahap eksplorasi
hingga tahap kreatif. Anak
harus berimajinasi atau
merealisasikan imajinasi yang
dimiliki untuk membuat atau
menciptakan sesuatu.
c. Bagaimana Ibu
mengaplikasikan
strategi eksplorasi
dalam
pembelajaran?
Untuk strategi eksplorasi
sendiri sudah jelas berada di
awal kegiatan. Hal ini karena
memang eksplorasi sendiri
merupakan tahap tahap pertama
dalam penggunaan media Loose
Parts. Jadi anak diberikan
kesempatan seluas-luasnya
untuk menjelajahi, mengamati
dan mempelajari berbagai
komponen-komponen yang
sudah disediakan.
d. Bagaimana Ibu
mengaplikasikan
strategi
eksperimen dalam
pembelajaran?
Dalam pembelajaran, strategi
eksperimen dilakukan dengan
menstimulasi anak melalui
invitasi dan provokasi yang
sudah disiapkan untuk
mengarahkan anak memutuskan
eksperimen seperti apa yang
93
harus anak lakukan, atau apa
tujuan akhir dari eksperimen
yang akan anak lakukan,
sehingga eksperimen menjadi
terarah.
e. Bagaimana Ibu
mengaplikasikan
strategi proyek
dalam
pembelajaran?
Untuk strategi proyek, guru
biasanya menyiapkan 6-8
kegiatan untuk satu minggu.
Jadi untuk satu minggu itu,
anak diberikan kesempatan
besar untuk menyelesaikan
kegiatan main yang disediakan.
Jadi untuk satu kegiatan ada
banyak kemungkinan hal yang
akan anak buat. Maka ketika
anak belum merasa puas
dengan hal yang dihasilkan,
anak dapat melanjutkannya di
lain waktu atau bahkan di lain
hari.
f. Bagaimana Ibu
mengaplikasikan
strategi musik
dalam
pembelajaran?
Setiap komponen dapat
menghasilkan suara atau bunyi
yang berbeda. Terlebih jika satu
komponen dikombinasikan
dengan komponen lain, hal
tersebut juga dapat
menimbulkan suara atau bunyi
yang berbeda. Hal tersebut
yang dimanfaatkan oleh guru
untuk menggunakan strategi
94
musik dalam pembelajaran
menggunakan media Loose
Parts.
g. Bagaimana Ibu
mengaplikasikan
strategi bahasa
dalam
pembelajaran?
Strategi bahasa diaplikasikan
dari awal memulai kegiatan
main hingga selesai. Seperti
berkomunikasi dengan anak
terkait progress yang anak
miliki untuk menyelesaikan
suatu kegiatan. Kemudian
diakhir kegiatanpun anak
diberikan kesempatan untuk
mengkomunikasikan berbagai
kegiatan main yang sudah
dilakukan serta hal apa yang
anak peroleh dari kegiatan
tersebut.
95
1.2 HASIL OBSERVASI
HASIL OBSERVASI
HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA
Nama : Abdul Hannan Syarif Wibowo
Kelas : Matahari
No Indikator Catatan Observasi
1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak
terhadap berbagai
komponen di
sekitar dalam
kegiatan
pembelajaran
Hannan mengeksplorasi berbagai komponen yang
sudah disediakan oleh guru. Hannan memegang-
megang berbagai komponen tersebut untuk
membedakan tekstur dari masing-masing
komponen.
b. Uji coba anak
dalam mencoba
membuat sesuatu
berdasarkan ide
yang dimilikinya
(eksperimen)
Hannan mengambil beberapa balok untuk
mencoba membuat sebuah bentuk televisi.
Awalnya Hannan mencoba dengan posisi balok
dijejerkan membentuk persegi, kemudian diganti
dengan menumpuk-numpuk balok agar bentuk
televisi menjadi lebih nyata.
c. Rancangan atau
pembuatan
berbagai produk
kreatif oleh anak
dalam
pembelajaran
Hannan membuat sebuah televisi dengan
menggunakan beberapa buah balok yang disusun
membentuk televisi dan kemudian diberikan
beberapa balok yang ditumpuk diatas televisi
sebagai antena dari televisi tersebut.
96
d. Pemaknaan dunia
di sekeliling anak
melalui permainan
Hannan bercerita kepada guru dan teman-teman
bahwa hari ini ia membuat sebuah televisi dengan
balok. Hannan berkata bahwa di tempat membuat
televisi masih ada tutup botol, daun, ranting dan
sebagainya, dan Hannan ingin membuat televisi
lagi dengan bahan-bahan yang lainnya.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak
bermain Loose
Parts
Hannan menyebutkan strategi bermain dengan
slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Hannan
mentebutkan tidak boleh berebut mainan sebagai
salah satu peraturan. Hannan memilih mainannya
sendiri dan memainkannya dengan penuh
konsentrasi.
b. Strategi anak
beres-beres dan
menyimpan barang
Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
habis, Hannan merapikan balok-balok ke loker
penyimpanan untuk disimpan. Kemudian Hannan
juga merapikan komponen-komponen lain yang
ada disekitarnya.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak
menciptakan
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran
Hannan membuat sebuah televisi dengan
menggunakan balok yang disusun.
b. Kemampuan anak
berimajinasi dalam
pembelajaran
Hannan berimajinasi bahwa televisi berbentuk 3
dimensi, sehingga Hannan berusaha membuat
televisi tersebut dengan posisi berdiri, tidak
tergeletak di lantai.
97
c. Kemampuan anak
bereksplorasi
dalam
pembelajaran
Hannan mengeksplorasi berbagai komponen yang
sudah disediakan oleh guru. Hannan memegang-
megang berbagai komponen tersebut untuk
membedakan tekstur dari masing-masing
komponen.
d. Kemampuan anak
bereksperimen
dalam
pembelajaran
Hannan mengambil beberapa balok untuk
mencoba membuat sebuah bentuk televisi.
Awalnya Hannan mencoba dengan posisi balok
dijejerkan membentuk persegi, kemudian diganti
dengan menumpuk-numpuk balok agar bentuk
televisi menjadi lebih nyata.
e. Kemampuan anak
menyelesaikan
proyek dalam
pembelajaran
Televisi dari balok yang sudah Hannan buat,
Hannan sempurnakan dengan mengganti balok
yang ia gunakan sebagai antena dengan dua buah
sedotan.
f. Kemampuan anak
bermusik dalam
pembelajaran
Hannan membenturkan dua buah balok dan
menghasilkan suara yang unik.
g. Kemampuan anak
berbahasa dalam
pembelajaran
Hannan menceritakan kepada guru dan teman-
teman tentang apa yang ia buat hari ini dan
berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.
98
HASIL OBSERVASI
HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA
Nama : Adeeva Bellvania Engrasia
Kelas : Matahari
No Indikator Catatan Observasi
1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak
terhadap berbagai
komponen di
sekitar dalam
kegiatan
pembelajaran
Adeeva memperhatikan berbagai komponen yang
sudah disiapkan guru, kemudian Adeeva
mengambil beberapa komponen untuk mengenal
tekstur dan jenis dari komponen yang belum ia
kenal.
b. Uji coba anak
dalam mencoba
membuat sesuatu
berdasarkan ide
yang dimilikinya
(eksperimen)
Adeeva mengambil beberapa tutup botol,
kemudian menyusunnya membentuk bunga, tutup
botol tersebut dibiarkan dan Adeeva mengambil
beberapa manik-manik untuk disusun dan
mencoba membentuk taman bunga. Adeeva
merubah manik-manik yang sudah disusun
membentuk taman bunga menjadi sebuah bunga
besar.
c. Rancangan atau
pembuatan
berbagai produk
kreatif oleh anak
dalam
pembelajaran
Adeeva membuat sebuah bunga besar dari susunan
manik-manik dan menebar manik-manik tersebut
menjadi bunga-bunga kecil, kemudian diberikan
beberapa batuan kecil di bagian bawah.
99
d. Pemaknaan dunia
di sekeliling anak
melalui permainan
Adeeva bercerita kepada guru dan teman-teman
bahwa hari ini ia membuat bunga pada gambar
televisi dengan menggunakan manik-manik bunga.
Adeeva berkata bahwa manik-manik tersebut bida
digunakan untuk membuat bunga besar dan kecil.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak
bermain Loose
Parts
Adeeva menyebutkan strategi bermain dengan
slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Adeeva memilih
mainan yang ia inginkan dan memainkan
mainannya dengan penuh konsentrasi.
b. Strategi anak
beres-beres dan
menyimpan barang
Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
habis, Adeeva merapikan tutup botol, manik-
manik dan batuan kecil yang tadi ia gunakan dan
memasukkannya ke loker penyimpanan.
Kemudian Adeeva juga merapikan komponen-
komponen lain yang ada di sekitarnya. Adeeva
juga membantu teman-teman lainnya untk
memasukkan komponen lainnya ke loker
penyimpanan.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak
menciptakan
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran
Adeeva membuat sebuah bunga besar dari manik-
manik dan membuat bunga-bunga kecil di
sekitarnya.
b. Kemampuan anak
berimajinasi dalam
pembelajaran
Adeeva berimajinasi bahwa di taman ada banyak
bunga. Ada yang kecil dan ada yang besar dengan
100
jumlah yang lebih dari satu sehingga Adeeva
berusaha membuat taman bunga di atas kertas.
c. Kemampuan anak
bereksplorasi
dalam
pembelajaran
Adeeva memperhatikan berbagai komponen yang
sudah disiapkan guru, kemudian Adeeva
mengambil beberapa komponen untuk mengenal
tekstur dan jenis dari komponen yang belum ia
kenal.
d. Kemampuan anak
bereksperimen
dalam
pembelajaran
Adeeva mengambil beberapa tutup botol,
kemudian menyusunnya membentuk bunga, tutup
botol tersebut dibiarkan dan Adeeva mengambil
beberapa manik-manik untuk disusun dan
mencoba membentuk taman bunga. Adeeva
merubah manik-manik yang sudah disusun
membentuk taman bunga menjadi sebuah bunga
besar.
e. Kemampuan anak
menyelesaikan
proyek dalam
pembelajaran
Bunga-bunga yang sudah Adeeva buat, Adeeva
tambahkan dengan kapas sebagai awan dan sebuah
tutup botol ukuran sedang sebagai matahari.
f. Kemampuan anak
bermusik dalam
pembelajaran
Adeeva memasukkan manik-manik ke dalam
toples kecil kemudian digoyangkan sehingga
menghasilkan bunyi.
g. Kemampuan anak
berbahasa dalam
pembelajaran
Adeeva menceritakan kepada guru dan teman-
teman tentang apa yang ia buat hari ini dan
berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.
HASIL OBSERVASI
HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA
101
Nama : Danish Raditya Putra Dianto
Kelas : Matahari
No Indikator Catatan Observasi
1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak
terhadap berbagai
komponen di
sekitar dalam
kegiatan
pembelajaran
Danish mengeksplorasi berbagai komponen yang
sudah disediakan oleh guru. Danish memegang-
megang berbagai komponen tersebut untuk
membedakan tekstur dari masing-masing
komponen. Danish merubah-rubah komponen
untuk mengetahui komponen tersebut bisa berada
dalam posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
b. Uji coba anak
dalam mencoba
membuat sesuatu
berdasarkan ide
yang dimilikinya
(eksperimen)
Danish melakukan uji coba dengan menggunakan
balok, kemudian balok tersebut dijejerkan
membentuk persegi. Namun kemudian, Danish
membiarkan baloknya dan mengambil beberapa
sedotan untuk dijejerkan membentuk persegi.
c. Rancangan atau
pembuatan
berbagai produk
kreatif oleh anak
dalam
pembelajaran
Danish membuat sebuah televisi dengan
menggunakan sedotan yang disusun membentuk
persegi dan memberikan tambahan dua buah
sedotan sebagai antena televisi.
d. Pemaknaan dunia
di sekeliling anak
melalui permainan
Danish bercerita kepada guru dan teman-teman
bahwa ia membuat sebuah televisi. Danish berkata
bahwa televisi buatannya akan ia beri hiasan dari
manik-manik dan daun di esok hari.
102
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak
bermain Loose
Parts
Danish menyebutkan strategi bermain dengan
slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Danish
menyebutkan tidak boleh lari-larian sebagai salah
satu peraturan, Danish memilih mainan yang ia
inginkan dan memainkan mainannya dengan
penuh konsentrasi.
b. Strategi anak
beres-beres dan
menyimpan barang
Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
habis, Danish merapikan balok dan sedotannya,
kemudian membawanya dan menyimpannya ke
loker penyimpanan. Danish juga membantu
Hannan untuk merapikan komponen lainnya ke
loker penyimpanan.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak
menciptakan
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran
Danish membentuk sebuah televisi menggunakan
sedotan.
b. Kemampuan anak
berimajinasi dalam
pembelajaran
Danish berimajinasi bahwa yang terpenting adalah
televisi berbentuk persegi dengan antena di
atasnya, sehingga Danish berusaha membuat
televisi dari sedotan agar bentuknya sama dengan
televisi
c. Kemampuan anak
bereksplorasi
dalam
pembelajaran
Danish mengeksplorasi berbagai komponen yang
sudah disediakan oleh guru. Danish memegang-
megang berbagai komponen tersebut untuk
membedakan tekstur dari masing-masing
103
komponen. Danish merubah-rubah komponen
untuk mengetahui komponen tersebut bisa berada
dalam posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
d. Kemampuan anak
bereksperimen
dalam
pembelajaran
Danish melakukan uji coba dengan menggunakan
balok, kemudian balok tersebut dijejerkan
membentuk persegi. Namun kemudian, Danish
membiarkan baloknya dan mengambil beberapa
sedotan untuk dijejerkan membentuk persegi.
e. Kemampuan anak
menyelesaikan
proyek dalam
pembelajaran
Televisi yang sudah Danish buat, Danish lengkapi
dan selesaikan dengan menempelkan beberapa
manik-manik ke tepi sedotan televisi agar lebih
indah.
f. Kemampuan anak
bermusik dalam
pembelajaran
Danish memasukkan manik-manik ke dalam
toples dan mengaduknya dengan sedotan sehingga
menghasilkan suara.
g. Kemampuan anak
berbahasa dalam
pembelajaran
Danish menceritakan kepada guru dan teman-
teman tentang apa yang ia buat hari ini dan
berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.
104
HASIL OBSERVASI
HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA
Nama : Muhamad Albiansyah
Kelas : Matahari
No Indikator Catatan Observasi
1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak
terhadap berbagai
komponen di
sekitar dalam
kegiatan
pembelajaran
Albi mengeksplorasi berbagai komponen yang
sudah disediakan oleh guru. Albi memegang-
megang berbagai komponen tersebut untuk
membedakan tekstur dari masing-masing
komponen. Albi merubah-rubah komponen untuk
mengetahui komponen tersebut bisa berada dalam
posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
b. Uji coba anak
dalam mencoba
membuat sesuatu
berdasarkan ide
yang dimilikinya
(eksperimen)
Albi mengambil sebuah sikat gigi, gelas, dan juga
pewarna makanan. Albi mencoba menyelupkan
sikat gigi tersebut ke dalam gelas yang sudah diisi
pewarna makanan, kemudian menggosokkannya
pada kertas yang sudah terdapat pola televisi,
hasilnya warna menjadi berceceran di kertas dan
kertas menjadi basah. Albi mengambil sebuah
sisir, kemudian mencoba mencipratkan warna dari
sikat gigi dengan sisir tersebut.
c. Rancangan atau
pembuatan
berbagai produk
Albi menciprat kertas yang sudah diberi cetakan
televisi menggunakan sikat gigi yang dicelupkan
105
kreatif oleh anak
dalam
pembelajaran
ke dalam pewarna dan dicipratkan dengan
menggunakan sisir.
d. Pemaknaan dunia
di sekeliling anak
melalui permainan
Albi bercerita kepada guru dan teman-teman
bahwa tadi ia menggunakan pewarna makanan
untuk menciprat, namun kertas pertamanya rusak
karena ia kurang hati-hati. Albi mengatakan
bahwa esok ia ingin membuat yang lebih bagus
lagi.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak
bermain Loose
Parts
Albi menyebutkan strategi bermain dengan slogan
urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan, mainkan,
selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-beres dan
ceritakan pada guru”. Albi menyebutkan tidak
boleh berisik sebagai salah satu peraturan. Albi
memilih mainan yang ia inginkan dan memainkan
mainannya dengan konsentrasi.
b. Strategi anak
beres-beres dan
menyimpan barang
Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
habis, Albi merapikan sikat gigi dan gelas serta
membersihkannya terlebih dahulu, kemudian
dikeringkan dan disimpan kembali di loker
penyimpanan. Albi juga membantu teman-teman
yang lain untuk menyimpan komponen-komponen
ke loker penyimpanan.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak
menciptakan
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran
Albi menciprat kertas dengan menggunakan
pewarna makanan untuk membuat bentuk televisi.
106
b. Kemampuan anak
berimajinasi dalam
pembelajaran
Albi berimajinasi bahwa dengan menggunakan
pewarna makanan bentuk televisinya akan lebih
terlihat, sehingga Albi berusaha menciprat bentuk
televisi.
c. Kemampuan anak
bereksplorasi
dalam
pembelajaran
Albi mengeksplorasi berbagai komponen yang
sudah disediakan oleh guru. Albi memegang-
megang berbagai komponen tersebut untuk
membedakan tekstur dari masing-masing
komponen. Albi merubah-rubah komponen untuk
mengetahui komponen tersebut bisa berada dalam
posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
d. Kemampuan anak
bereksperimen
dalam
pembelajaran
Albi mengambil sebuah sikat gigi, gelas, dan juga
pewarna makanan. Albi mencoba menyelupkan
sikat gigi tersebut ke dalam gelas yang sudah diisi
pewarna makanan, kemudian menggosokkannya
pada kertas yang sudah terdapat pola televisi,
hasilnya warna menjadi berceceran di kertas dan
kertas menjadi basah. Albi mengambil sebuah
sisir, kemudian mencoba mencipratkan warna dari
sikat gigi dengan sisir tersebut.
e. Kemampuan anak
menyelesaikan
proyek dalam
pembelajaran
Hasil cipratan Albi dilengkapi dan diselesaikan
dengan menambahkan beberapa bentuk cetakan
remote dan makanan kemudian diciprat ulang
sehingga menjadi hasil yang kompleks.
f. Kemampuan anak
bermusik dalam
pembelajaran
Albi membenturkan sikat gigi dan sisir sehingga
menghasilkan suara.
107
g. Kemampuan anak
berbahasa dalam
pembelajaran
Albi menceritakan kepada guru dan teman-teman
tentang apa yang ia buat hari ini dan
berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.
108
HASIL OBSERVASI
HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA
Nama : Nur Azzahra
Kelas : Matahari
No Indikator Catatan Observasi
1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak
terhadap berbagai
komponen di
sekitar dalam
kegiatan
pembelajaran
Zahra memperhatikan berbagai komponen yang
sudah disiapkan guru, kemudian Zahra mengambil
beberapa komponen untuk mengenal tekstur dan
jenis dari komponen yang belum ia kenal.
b. Uji coba anak
dalam mencoba
membuat sesuatu
berdasarkan ide
yang dimilikinya
(eksperimen)
Zahra mengambil sikat dan pewarna makanan.
Zahra menggosokkan sikat yang diberi pewarna
tersebut ke sebuah kertas. Zahra terlihat tidak puas
dengan hasilnya. Zahra mengambil serbuk krayon,
kemudian membiaskannya keluar cetakan
berbentuk televisi.
c. Rancangan atau
pembuatan
berbagai produk
kreatif oleh anak
dalam
pembelajaran
Zahra membias cetakan televisi di atas kertas
dengan serbuk krayon hingga warnanya terlihat
jelas.
109
d. Pemaknaan dunia
di sekeliling anak
melalui permainan
Zahra bercerita kepada guru dan teman-teman
bahwa ia menggunakan serbuk krayon untuk
memberi warna, Zahra juga mengatakan bahwa
tadi tangannya berwarna-warni karena serbuk
krayon tersebut, namun warna itu hilang setelah
tangannya dicuci menggunakan sabun.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak
bermain Loose
Parts
Zahra menyebutkan strategi bermain dengan
slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Zahra
menyebutkan tidak boleh mengganggu teman
sebagai salah satu peraturan. Zahra memilih
mainannya sendiri dan memainkan mainannya
dengan konsentrasi. Zahra menegur Albi ketika
Albi berisik. Zahra mengatakan bahwa Albi sudah
melanggar peraturan dan mengatakannya pada
guru.
b. Strategi anak
beres-beres dan
menyimpan barang
Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
habis, Zahra merapikan sikat gigi yang ia gunakan
dan membersihkannya kemudian menyimpannya
di loker penyimpanan. Zahra juga merapikan
komponen-komponen lain yang ada di sekitarnya.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak
menciptakan
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran
Zahra membuat bentuk televisi di atas kertas
dengan cara membias serbuk krayon.
110
b. Kemampuan anak
berimajinasi dalam
pembelajaran
Zahra berimajinasi bahwa bentuk televisi harus
jelas dan akan indah jika warna di sekelilingnya
terlihat jelas. Sehingga Zahra berusaha membuat
bentuk televisi tersebut dengan membias serbuk
krayon.
c. Kemampuan anak
bereksplorasi
dalam
pembelajaran
Zahra memperhatikan berbagai komponen yang
sudah disiapkan guru, kemudian Zahra mengambil
beberapa komponen untuk mengenal tekstur dan
jenis dari komponen yang belum ia kenal.
d. Kemampuan anak
bereksperimen
dalam
pembelajaran
Zahra mengambil sikat dan pewarna makanan.
Zahra menggosokkan sikat yang diberi pewarna
tersebut ke sebuah kertas. Zahra terlihat tidak puas
dengan hasilnya. Zahra mengambil serbuk krayon,
kemudian membiaskannya keluar cetakan
berbentuk televisi.
e. Kemampuan anak
menyelesaikan
proyek dalam
pembelajaran
Hasil Crayon Painting Zahra dilengkapi dan
diselesaikan dengan menambahkan beberapa
bentuk cetakan remote dan makanan, kemudian
dibias ulang sehingga menjadi hasil yang lebih
kompleks.
f. Kemampuan anak
bermusik dalam
pembelajaran
Zahra membereskan krayon ke dalam tempatnya,
kemudian digoyangkan sehingga menghasilkan
suara (karena krayonnya ada beberapa yang sudah
patah).
g. Kemampuan anak
berbahasa dalam
pembelajaran
Zahra menceritakan kepada guru dan teman-teman
tentang apa yang ia buat hari ini dan
berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.
111
HASIL OBSERVASI
HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA
Nama : Sahlan Mubarrak
Kelas : Matahari
No Indikator Catatan Observasi
1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak
terhadap berbagai
komponen di
sekitar dalam
kegiatan
pembelajaran
Sahlan mengeksplorasi berbagai komponen yang
sudah disediakan oleh guru. Sahlan memegang-
megang berbagai komponen tersebut untuk
membedakan tekstur dari masing-masing
komponen.
b. Uji coba anak
dalam mencoba
membuat sesuatu
berdasarkan ide
yang dimilikinya
(eksperimen)
Sahlan mengambil banyak batuan untuk disusun
membentuk sebuah mobil. Sahlan berusaha
membentuk sebuah mobil besar dari batuan
tersebut, namun lembar televisinya ternyata tidak
muat karena mobil yang Sahlan buat terlalu besar.
Sahlan memperkecil ukuran mobil yang ia buat,
namun ternyata bentuknya malah tidak sesuai
harapan Sahlan. Kemudian Sahlan memasukkan
batuan tersebut dan mengambil manik-manik
sebagai penggantinya.
c. Rancangan atau
pembuatan
berbagai produk
kreatif oleh anak
Sahlan membuat sebuah mobil dengan
menggunakan manik-manik yang disusun dengan
rapi dan beraneka warna. Kemudian
menambahkan batuan kecil sebagai jalan si mobil.
112
dalam
pembelajaran
d. Pemaknaan dunia
di sekeliling anak
melalui permainan
Sahlan bercerita kepada guru dan teman-teman
bahwa hari ini ia membuat sebuah mobil di dalam
televisi dengan manik-manik. Sahlan berkata
bahwa jika menggunakan batu, hasilnya terlalu
besar. Jadi tidak muat di dalam televisi dan
batunya ia jadikan sebagai jalan si mobil. Sahlan
berkata bahwa esok ia ingin mencoba membuat
pesawat tempur di dalam televisi.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak
bermain Loose
Parts
Sahlan menyebutkan strategi bermain dengan
slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Sahlan
menyebutkan tidak boleh bercanda sebagai salah
satu peraturan. Sahlan memilih mainan yang ia
inginkan dan memainkannya dengan penuh
konsentrasi.
b. Strategi anak
beres-beres dan
menyimpan barang
Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
habis, Sahlan merapikan batuan dan manik-manik
yang ia gunakan dan menyimpannya di loker
penyimpanan. Sahlan juga membantu Adeeva
untuk merapikan dan menyimpan komponen-
komponen lainnya ke loker penyimpanan.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak
menciptakan
produk (hasta
Sahlan membuat bentuk mobil dari manik-manik
yang disusun dan ditambah dengan batuan yang
disusun sebagai jalan si mobil.
113
karya) dalam
pembelajaran
b. Kemampuan anak
berimajinasi dalam
pembelajaran
Sahlan berimajinasi bahwa tayangan televisi akan
menarik jika ada mobil dan pemandangan di
dalamnya sehingga Sahlan berusaha membuat
mobil dan juga sebuah jalan di dalam pola
televisinya.
c. Kemampuan anak
bereksplorasi
dalam
pembelajaran
Sahlan mengeksplorasi berbagai komponen yang
sudah disediakan oleh guru. Sahlan memegang-
megang berbagai komponen tersebut untuk
membedakan tekstur dari masing-masing
komponen.
d. Kemampuan anak
bereksperimen
dalam
pembelajaran
Sahlan mengambil banyak batuan untuk disusun
membentuk sebuah mobil. Sahlan berusaha
membentuk sebuah mobil besar dari batuan
tersebut, namun lembar televisinya ternyata tidak
muat karena mobil yang Sahlan buat terlalu besar.
Sahlan memperkecil ukuran mobil yang ia buat,
namun ternyata bentuknya malah tidak sesuai
harapan Sahlan. Kemudian Sahlan memasukkan
batuan tersebut dan mengambil manik-manik
sebagai penggantinya.
e. Kemampuan anak
menyelesaikan
proyek dalam
pembelajaran
Hasil mobil dalam televisi Sahlan diganti dan
diselesaikan dengan membuat sebuah pesawat
tempur dari pasir yang ukurannya disesuaikan
dengan gambar televisi.
f. Kemampuan anak
bermusik dalam
pembelajaran
Sahlan memasukkan pasir ke dalam botol dan
menggoyangkan botolnya sehingga mengeluarkan
suara.
114
g. Kemampuan anak
berbahasa dalam
pembelajaran
Sahlan menceritakan kepada guru dan teman-
teman tentang apa yang ia buat hari ini dan
berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.
115
HASIL OBSERVASI
HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA
Nama : Yasmine Nusaibah
Kelas : Matahari
No Indikator Catatan Observasi
1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak
terhadap berbagai
komponen di
sekitar dalam
kegiatan
pembelajaran
Yasmine mengeksplorasi berbagai komponen yang
sudah disediakan oleh guru. Yasmine memegang-
megang berbagai komponen tersebut untuk
membedakan tekstur dari masing-masing
komponen. Yasmine merubah-rubah komponen
untuk mengetahui komponen tersebut bisa berada
dalam posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
b. Uji coba anak
dalam mencoba
membuat sesuatu
berdasarkan ide
yang dimilikinya
(eksperimen)
Yasmine mengambil kartu huruf untuk disusun
membentuk kata “Televisi”. Setelah coba disusun,
ternyata kartu huruf yang digunakan terlalu besar
sehingga menyulitkannya untuk menyusun.
Yasmine mengambil beberapa huruf yang
dibutuhkan untuk menyusun kata dari puzzle
huruf. Namun hasilnya tidak begitu memuaskan
menurut Yasmine. Yasmine mengganti lagi huruf
puzzle tersebut dengan kotak huruf.
c. Rancangan atau
pembuatan
berbagai produk
Yasmine menyusun huruf membentuk kata
“Televisi” dengan menggunakan kotak kecil
116
kreatif oleh anak
dalam
pembelajaran
berhuruf. Yasmine memilih warna yang sama
untuk seluruh hurufnya, yaitu warna biru.
d. Pemaknaan dunia
di sekeliling anak
melalui permainan
Yasmine bercerita kepada guru dan teman-teman
bahwa ia berhasil menyusun huruf membentuk
kata televisi. Yasmine berkata bahwa ia kesulitan
mencari huruf yang bagus dan cocok. Sebenarnya
Yasmine ingin menyusunnya dengan kartu, namun
kartunya terlalu besar sehingga ia menggunakan
kotak huruf berwarna biru.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak
bermain Loose
Parts
Yasmine menyebutkan strategi bermain dengan
slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Yamine
menyebutkan tidak boleh berteriak sebagai salah
satu peraturan. Yasmine memilih mainannya
sendiri dan memainkannya dengan penuh
konsentrasi.
b. Strategi anak
beres-beres dan
menyimpan barang
Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
habis, Yasmine merapikan kartu, puzzle dan kotak
huruf kemudian menyimpannya di loker
penyimpanan dan dibantu oleh Albi.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak
menciptakan
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran
Yasmine membuat kata “Televisi” dengan
Menyusun kotak-kotak berhuruf yang berwarna
biru.
117
b. Kemampuan anak
berimajinasi dalam
pembelajaran
Yasmine berimajinasi bahwa tulisan harus rapi dan
mudah dibaca sehingga Yasmine berusaha
membuat susunan huruf pembentuk kata
“Televisi” itu menjadi jelas.
c. Kemampuan anak
bereksplorasi
dalam
pembelajaran
Yasmine mengeksplorasi berbagai komponen yang
sudah disediakan oleh guru. Yasmine memegang-
megang berbagai komponen tersebut untuk
membedakan tekstur dari masing-masing
komponen. Yasmine merubah-rubah komponen
untuk mengetahui komponen tersebut bisa berada
dalam posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
d. Kemampuan anak
bereksperimen
dalam
pembelajaran
Yasmine mengambil kartu huruf untuk disusun
membentuk kata “Televisi”. Setelah coba disusun,
ternyata kartu huruf yang digunakan terlalu besar
sehingga menyulitkannya untuk menyusun.
Yasmine mengambil beberapa huruf yang
dibutuhkan untuk menyusun kata dari puzzle
huruf. Namun hasilnya tidak begitu memuaskan
menurut Yasmine. Yasmine mengganti lagi huruf
puzzle tersebut dengan kotak huruf.
e. Kemampuan anak
menyelesaikan
proyek dalam
pembelajaran
Huruf penyusun kata “Televisi” yang dibuat
Yasmine dilengkapi dan diselesaikan dengan
membentuk televisi dari kotak-kotak huruf yang
tersisa.
f. Kemampuan anak
bermusik dalam
pembelajaran
Yasmine membenturkan dua buah kotak huruf
sehingga menimbulkan suara.
118
g. Kemampuan anak
berbahasa dalam
pembelajaran
Yasmine menceritakan kepada guru dan teman-
teman tentang apa yang ia buat hari ini dan
berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.
119
1.3 CATATAN LAPANGAN
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK-B PAUD AL-MUSFIROH
Hari/Tanggal : Senin, 9 November 2020
Waktu : 07.00 - 11.15 WIB
Tempat : Kelas Matahari (TK-B)
Siswa datang ke sekolah pukul 07.00 pagi bersama orang tua/wali masing-
masing dan disambut oleh guru piket yang bertugas di depan pintu masuk. Guru
piket menyambut siswa dan orang tua/wali siswa dengan ramah dan mengucapkan
salam. Siswa dan orang tua/wali siswa menjabat tangan guru dan menjawab salam
dengan tersenyum. Orang tua/wali siswa berpamitan dengan anaknya. Kemudian
orang tua/wali siswa berpamitan kepada guru dan memberi salam untuk kembali.
Siswa menulis nama nya dan menggambar bebas sederhana pada lembar absensi
yang sudah disiapkan oleh guru piket dengan menggunakan alat tulis pilihannya.
Lalu siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menaruh tas di tempatnya dan
bermain bersama teman-temannya.
Pukul 07.50, guru kembali ke kelas dengan mengucapkan salam. Siswa
menyambut dengan menjawab salam dan mencium tangan guru. Pukul 08.00
kegiatan pembukaan dimulai dengan membuat lingkaran sambil menyanyikan lagu
Lingkaran Kecil. Setelah lingkaran dibuat, siswa duduk, guru memilih satu orang
untuk menjadi pemimpin hari ini. Pemimpin berdiri di depan dan menanyakan
kabar anak hari ini, menanyakan kegiatan yang dilakukan anak sebelum berangkat
ke sekolah (dengan nada tertentu), menyanyikan beberapa lagu, membaca surat-
surat pendek (An-Nas sampai At-Takatsur), membaca hadits pilihan (9 buah
hadits), membaca doa-doa pilihan (10 buah doa).
120
Pemimpin : “Teman-Teman, bagaimana kabarnya hari ini?”
Siswa : “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”
Pemimpin : “Siapa yang sudah sarapan angkat tangan?”
Siswa : “SAYA!”
(Dan seterusnya)
Selesai berdoa, guru mengucapkan terimakasih kepada pemimpin hari ini dan
memberikan bintang yang sesuai dengan sikap anak selama berdoa hari ini.
Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan bernyanyi dan kegiatan motorik. Siswa
berdiri dan tetap berada dalam posisi masing-masing, kemudian guru meminta
siswa untuk menentukan lagu dan permainan yang ingin dimainkan pagi ini. Siswa
bergantian mengungkapkan keinginannya. Dipilihlah 3 jenis lagu dan permainan
yang sudah disebutkan untuk dilaksanakan voting. Lagu dan permainan yang paling
banyak dipilihlah yang akan dinyanyikan dan dimainkan pagi ini. Peraturan pun
dibuat untuk mengkondusifkan kegiatan bernyanyi dan bermain.
Pukul 08.30 kegiatan inti dimulai. Guru dan siswa mengingat kembali
pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya dan mengenalkan tema yag
dibahas hari ini. Guru memberikan gambar, miniatur atau benda asli dari tema yang
sedang dibahas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi.
Kemudian guru membacakan cerita sesuai tema. Kemudian guru mengenalkan
ragam kegiatan main untuk tema yang sedang dibahas.
Pukul 09.00 Guru mempersilahkan siswa untuk bermain bebas bersama
temannya, sedangkan guru menyiapkan kegiatan main untuk siswa. Guru
menyiapkan 6-8 kegiatan main untuk siswa.
Pukul 09.30 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan
peraturan permainan dan dikonfirmasi ulang serta dilengkapi oleh guru. Sebelum
kegiatan main dilakukan, guru mengingatkan kembali strategi bermain.
121
Guru : “Teman-teman, sebelum bermain, jangan lupa yaaaaaa…..apa yang harus
kita lakukan selama bermain?”
Siswa : “Pilih mainan, Mainkan, Selesaikan mainanmu, Jangan lupa beres-beres,
dan Ceritakan pada guru.”
Anak melakukan kegiatan main selama 1 jam 10 menit. 10 menit dan 5 menit
sebelum waktu habis, guru memberitahukan kepada siswa terkait sisa waktu
bermain yang dimiliki. Siswa memilih kegiatan main yang mereka inginkan secara
bergantian sesuai kuota pemain yang telah ditentukan sebelumnya, mencoba hal-
hal baru, menemukan hal baru dan menghasilkan produk baru.
Pukul 10.40 kegiatan main selesai. Setelah melakukan kegiatan main, guru
memberitahu bahwa waktu bermain sudah habis. Siswa bersama-sama
membereskan barang-barang yang digunakan selama kegiatan main dan
menyimpan barang-barang tersebut pada tempatnya.
Pukul 10.50 Siswa duduk kembali membentuk lingkaran, guru
mempersilahkan siswa untuk bercerita. Siswa bercerita kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini secara bergantian. Kemudian guru menyampaikan kembali
pelajaran apa yang sudah diperoleh hari ini.
Pukul 11.00 Kegiatan ditutup dengan membaca doa. Siswa mengambil tas nya
masing-masing, berbaris, dan berjalan dengan tertib mengikuti guru untuk diantar
kepada orangtua/wali siswa yang sudah menjemput.
122
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK-B PAUD AL-MUSFIROH
Hari/Tanggal : Selasa, 10 November 2020
Waktu : 07.00 - 11.15 WIB
Tempat : Kelas Matahari (TK-B)
Siswa datang ke sekolah pukul 07.00 pagi bersama orang tua/wali masing-
masing dan disambut oleh guru piket yang bertugas di depan pintu masuk. Guru
piket menyambut siswa dan orang tua/wali siswa dengan ramah dan mengucapkan
salam. Siswa dan orang tua/wali siswa menjabat tangan guru dan menjawab salam
dengan tersenyum. Orang tua/wali siswa berpamitan dengan anaknya. Kemudian
orang tua/wali siswa berpamitan kepada guru dan memberi salam untuk kembali.
Siswa menulis nama nya dan menggambar bebas sederhana pada lembar absensi
yang sudah disiapkan oleh guru piket dengan menggunakan alat tulis pilihannya.
Lalu siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menaruh tas di tempatnya dan
bermain bersama teman-temannya.
Pukul 07.50, guru kembali ke kelas dengan mengucapkan salam. Siswa
menyambut dengan menjawab salam dan mencium tangan guru. Pukul 08.00
kegiatan pembukaan dimulai dengan membuat lingkaran sambil menyanyikan lagu
Lingkaran Kecil. Setelah lingkaran dibuat, siswa duduk, guru memilih satu orang
untuk menjadi pemimpin hari ini. Pemimpin hari ini adalah siswa yang berbeda dari
hari sebelumnya. Pemimpin berdiri di depan dan menanyakan kabar anak hari ini,
menanyakan kegiatan yang dilakukan anak sebelum berangkat ke sekolah (dengan
nada tertentu), menyanyikan beberapa lagu, membaca surat-surat pendek (An-Nas
sampai At-Takatsur), membaca hadits pilihan (9 buah hadits), membaca doa-doa
pilihan (10 buah doa).
123
Pemimpin : “Teman-Teman, bagaimana kabarnya hari ini?”
Siswa : “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”
Pemimpin : “Siapa yang sudah sarapan angkat tangan?”
Siswa : “SAYA!”
(Dan seterusnya)
Selesai berdoa, guru mengucapkan terimakasih kepada pemimpin hari ini dan
memberikan bintang yang sesuai dengan sikap anak selama berdoa hari ini.
Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan bernyanyi dan kegiatan motorik. Siswa
berdiri dan tetap berada dalam posisi masing-masing, kemudian guru meminta
siswa untuk menentukan lagu dan permainan yang ingin dimainkan pagi ini. Siswa
bergantian mengungkapkan keinginannya. Dipilihlah 3 jenis lagu dan permainan
yang sudah disebutkan untuk dilaksanakan voting. Lagu dan permainan yang paling
banyak dipilihlah yang akan dinyanyikan dan dimainkan pagi ini. Peraturan pun
dibuat untuk mengkondusifkan kegiatan bernyanyi dan bermain.
Pukul 08.30 kegiatan inti dimulai. Guru dan siswa mengingat kembali
pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya dan mengenalkan tema yag
dibahas hari ini. Guru memberikan gambar, miniatur atau benda asli dari tema yang
sedang dibahas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi.
Kemudian guru membacakan cerita sesuai tema. Kemudian guru mengenalkan
ragam kegiatan main untuk tema yang sedang dibahas.
Pukul 09.00 Guru mempersilahkan siswa untuk bermain bebas bersama
temannya, sedangkan guru menyiapkan kegiatan main untuk siswa. Guru
menyiapkan 6-8 kegiatan main untuk siswa.
Pukul 09.30 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan
peraturan permainan dan dikonfirmasi ulang serta dilengkapi oleh guru. Sebelum
kegiatan main dilakukan, guru mengingatkan kembali strategi bermain.
124
Guru : “Teman-teman, sebelum bermain, jangan lupa yaaaaaa…..apa yang harus
kita lakukan selama bermain?”
Siswa : “Pilih mainan, Mainkan, Selesaikan mainanmu, Jangan lupa beres-beres,
dan Ceritakan pada guru.”
Anak melakukan kegiatan main selama 1 jam 10 menit. 10 menit dan 5 menit
sebelum waktu habis, guru memberitahukan kepada siswa terkait sisa waktu
bermain yang dimiliki. Siswa memilih kegiatan main yang mereka inginkan secara
bergantian sesuai kuota pemain yang telah ditentukan sebelumnya, mencoba hal-
hal baru, menemukan hal baru dan menghasilkan produk baru. Guru mengawasi
siswa dan mengusahakan memberikan provokasi kepada siswa untuk tidak
melakukan kegiatan yang sama dengan hari sebelumnya. Jika kegiatan yang
dilakuan sama (karena belum mendapat giliran dikegiatan lain), guru bisa menilai
perkembangan yang terlihat pada kegiatan main siswa dari hari sebelumnya.
Pukul 10.40 kegiatan main selesai. Setelah melakukan kegiatan main, guru
memberitahu bahwa waktu bermain sudah habis. Siswa bersama-sama
membereskan barang-barang yang digunakan selama kegiatan main dan
menyimpan barang-barang tersebut pada tempatnya.
Pukul 10.50 Siswa duduk kembali membentuk lingkaran, guru
mempersilahkan siswa untuk bercerita. Siswa bercerita kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini secara bergantian. Kemudian guru menyampaikan kembali
pelajaran apa yang sudah diperoleh hari ini.
Pukul 11.00 Kegiatan ditutup dengan membaca doa. Siswa mengambil tas nya
masing-masing, berbaris, dan berjalan dengan tertib mengikuti guru untuk diantar
kepada orangtua/wali siswa yang sudah menjemput.
125
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK-B PAUD AL-MUSFIROH
Hari/Tanggal : Rabu, 11 November 2020
Waktu : 07.00 - 11.15 WIB
Tempat : Kelas Matahari (TK-B)
Siswa datang ke sekolah pukul 07.00 pagi bersama orang tua/wali masing-
masing dan disambut oleh guru piket yang bertugas di depan pintu masuk. Guru
piket menyambut siswa dan orang tua/wali siswa dengan ramah dan mengucapkan
salam. Siswa dan orang tua/wali siswa menjabat tangan guru dan menjawab salam
dengan tersenyum. Orang tua/wali siswa berpamitan dengan anaknya. Kemudian
orang tua/wali siswa berpamitan kepada guru dan memberi salam untuk kembali.
Siswa menulis nama nya dan menggambar bebas sederhana pada lembar absensi
yang sudah disiapkan oleh guru piket dengan menggunakan alat tulis pilihannya.
Lalu siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menaruh tas di tempatnya dan
bermain bersama teman-temannya.
Pukul 07.50, guru kembali ke kelas dengan mengucapkan salam. Siswa
menyambut dengan menjawab salam dan mencium tangan guru. Pukul 08.00
kegiatan pembukaan dimulai dengan membuat lingkaran sambil menyanyikan lagu
Lingkaran Kecil. Setelah lingkaran dibuat, siswa duduk, guru memilih satu orang
untuk menjadi pemimpin hari ini. Pemimpin hari ini adalah siswa yang berbeda dari
hari sebelumnya. Pemimpin berdiri di depan dan menanyakan kabar anak hari ini,
menanyakan kegiatan yang dilakukan anak sebelum berangkat ke sekolah (dengan
nada tertentu), menyanyikan beberapa lagu, membaca surat-surat pendek (An-Nas
sampai At-Takatsur), membaca hadits pilihan (9 buah hadits), membaca doa-doa
pilihan (10 buah doa).
126
Pemimpin : “Teman-Teman, bagaimana kabarnya hari ini?”
Siswa : “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”
Pemimpin : “Siapa yang sudah sarapan angkat tangan?”
Siswa : “SAYA!”
(Dan seterusnya)
Selesai berdoa, guru mengucapkan terimakasih kepada pemimpin hari ini dan
memberikan bintang yang sesuai dengan sikap anak selama berdoa hari ini.
Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan siswa berbaris seperti kereta di belakang
guru. Guru berjalan menuju lapangan diikuti oleh siswa. Seluruh kelas berkumpul
dan membuat barisan. Siswa berdiri dan tetap berada dalam posisi masing-masing,
kemudian guru memilih kembali satu orang pemimpin yang akan memimpin
kegiatan olahraga hari ini. Siswa yang terpilih pun maju kedepan dan bersiap
menjadi instruktur senam junior. Peraturan pun dibuat untuk mengkondusifkan
kegiatan senam. Selesai senam, siswa kembali berbaris dan berjalan mengikuti guru
untuk kembali ke kelas masing-masing.
Pukul 08.30 kegiatan inti dimulai. Guru dan siswa mengingat kembali
pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya dan mengenalkan tema yag
dibahas hari ini. Guru memberikan gambar, miniatur atau benda asli dari tema yang
sedang dibahas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi.
Kemudian guru membacakan cerita sesuai tema. Kemudian guru mengenalkan
ragam kegiatan main untuk tema yang sedang dibahas.
Pukul 09.00 Guru mempersilahkan siswa untuk bermain bebas bersama
temannya, sedangkan guru menyiapkan kegiatan main untuk siswa. Guru
menyiapkan 6-8 kegiatan main untuk siswa.
Pukul 09.30 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan
peraturan permainan dan dikonfirmasi ulang serta dilengkapi oleh guru. Sebelum
kegiatan main dilakukan, guru mengingatkan kembali strategi bermain.
127
Guru : “Teman-teman, sebelum bermain, jangan lupa yaaaaaa…..apa yang harus
kita lakukan selama bermain?”
Siswa : “Pilih mainan, Mainkan, Selesaikan mainanmu, Jangan lupa beres-beres,
dan Ceritakan pada guru.”
Anak melakukan kegiatan main selama 1 jam 10 menit. 10 menit dan 5 menit
sebelum waktu habis, guru memberitahukan kepada siswa terkait sisa waktu
bermain yang dimiliki. Siswa memilih kegiatan main yang mereka inginkan secara
bergantian sesuai kuota pemain yang telah ditentukan sebelumnya, mencoba hal-
hal baru, menemukan hal baru dan menghasilkan produk baru. Guru mengawasi
siswa dan mengusahakan memberikan provokasi kepada siswa untuk tidak
melakukan kegiatan yang sama dengan hari sebelumnya. Jika kegiatan yang
dilakuan sama (karena belum mendapat giliran dikegiatan lain), guru bisa menilai
perkembangan yang terlihat pada kegiatan main siswa dari hari sebelumnya.
Pukul 10.40 kegiatan main selesai. Setelah melakukan kegiatan main, guru
memberitahu bahwa waktu bermain sudah habis. Siswa bersama-sama
membereskan barang-barang yang digunakan selama kegiatan main dan
menyimpan barang-barang tersebut pada tempatnya.
Pukul 10.50 Siswa duduk kembali membentuk lingkaran, guru
mempersilahkan siswa untuk bercerita. Siswa bercerita kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini secara bergantian. Kemudian guru menyampaikan kembali
pelajaran apa yang sudah diperoleh hari ini.
Pukul 11.00 Kegiatan ditutup dengan membaca doa. Siswa mengambil tas
nya masing-masing, berbaris, dan berjalan dengan tertib mengikuti guru untuk
diantar kepada orangtua/wali siswa yang sudah menjemput.
128
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK-B PAUD AL-MUSFIROH
Hari/Tanggal : Kamis, 12 November 2020
Waktu : 07.00 - 11.15 WIB
Tempat : Kelas Matahari (TK-B)
Siswa datang ke sekolah pukul 07.00 pagi bersama orang tua/wali masing-
masing dan disambut oleh guru piket yang bertugas di depan pintu masuk. Guru
piket menyambut siswa dan orang tua/wali siswa dengan ramah dan mengucapkan
salam. Siswa dan orang tua/wali siswa menjabat tangan guru dan menjawab salam
dengan tersenyum. Orang tua/wali siswa berpamitan dengan anaknya. Kemudian
orang tua/wali siswa berpamitan kepada guru dan memberi salam untuk kembali.
Siswa menulis nama nya dan menggambar bebas sederhana pada lembar absensi
yang sudah disiapkan oleh guru piket dengan menggunakan alat tulis pilihannya.
Lalu siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menaruh tas di tempatnya dan
bermain bersama teman-temannya.
Pukul 07.50, guru kembali ke kelas dengan mengucapkan salam. Siswa
menyambut dengan menjawab salam dan mencium tangan guru. Pukul 08.00
kegiatan pembukaan dimulai dengan membuat lingkaran sambil menyanyikan lagu
Lingkaran Kecil. Setelah lingkaran dibuat, siswa duduk, guru memilih satu orang
untuk menjadi pemimpin hari ini. Pemimpin hari ini adalah siswa yang berbeda dari
hari sebelumnya. Pemimpin berdiri di depan dan menanyakan kabar anak hari ini,
menanyakan kegiatan yang dilakukan anak sebelum berangkat ke sekolah (dengan
nada tertentu), menyanyikan beberapa lagu, membaca surat-surat pendek (An-Nas
sampai At-Takatsur), membaca hadits pilihan (9 buah hadits), membaca doa-doa
pilihan (10 buah doa).
129
Pemimpin : “Teman-Teman, bagaimana kabarnya hari ini?”
Siswa : “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”
Pemimpin : “Siapa yang sudah sarapan angkat tangan?”
Siswa : “SAYA!”
(Dan seterusnya)
Selesai berdoa, guru mengucapkan terimakasih kepada pemimpin hari ini dan
memberikan bintang yang sesuai dengan sikap anak selama berdoa hari ini.
Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan bernyanyi dan kegiatan motorik. Siswa
berdiri dan tetap berada dalam posisi masing-masing, kemudian guru meminta
siswa untuk menentukan lagu dan permainan yang ingin dimainkan pagi ini. Siswa
bergantian mengungkapkan keinginannya. Dipilihlah 3 jenis lagu dan permainan
yang sudah disebutkan untuk dilaksanakan voting. Lagu dan permainan yang paling
banyak dipilihlah yang akan dinyanyikan dan dimainkan pagi ini. Peraturan pun
dibuat untuk mengkondusifkan kegiatan bernyanyi dan bermain.
Pukul 08.30 kegiatan inti dimulai. Guru dan siswa mengingat kembali
pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya dan mengenalkan tema yag
dibahas hari ini. Guru memberikan gambar, miniatur atau benda asli dari tema yang
sedang dibahas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi.
Kemudian guru membacakan cerita sesuai tema. Kemudian guru mengenalkan
ragam kegiatan main untuk tema yang sedang dibahas.
Pukul 09.00 Guru mempersilahkan siswa untuk bermain bebas bersama
temannya, sedangkan guru menyiapkan kegiatan main untuk siswa. Guru
menyiapkan 6-8 kegiatan main untuk siswa.
Pukul 09.30 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan
peraturan permainan dan dikonfirmasi ulang serta dilengkapi oleh guru. Sebelum
kegiatan main dilakukan, guru mengingatkan kembali strategi bermain.
130
Guru : “Teman-teman, sebelum bermain, jangan lupa yaaaaaa…..apa yang harus
kita lakukan selama bermain?”
Siswa : “Pilih mainan, Mainkan, Selesaikan mainanmu, Jangan lupa beres-beres,
dan Ceritakan pada guru.”
Anak melakukan kegiatan main selama 1 jam 10 menit. 10 menit dan 5 menit
sebelum waktu habis, guru memberitahukan kepada siswa terkait sisa waktu
bermain yang dimiliki. Siswa memilih kegiatan main yang mereka inginkan secara
bergantian sesuai kuota pemain yang telah ditentukan sebelumnya, mencoba hal-
hal baru, menemukan hal baru dan menghasilkan produk baru. Guru mengawasi
siswa dan mengusahakan memberikan provokasi kepada siswa untuk tidak
melakukan kegiatan yang sama dengan hari sebelumnya. Jika kegiatan yang
dilakuan sama (karena belum mendapat giliran dikegiatan lain), guru bisa menilai
perkembangan yang terlihat pada kegiatan main siswa dari hari sebelumnya.
Pukul 10.40 kegiatan main selesai. Setelah melakukan kegiatan main, guru
memberitahu bahwa waktu bermain sudah habis. Siswa bersama-sama
membereskan barang-barang yang digunakan selama kegiatan main dan
menyimpan barang-barang tersebut pada tempatnya.
Pukul 10.50 Siswa duduk kembali membentuk lingkaran, guru
mempersilahkan siswa untuk bercerita. Siswa bercerita kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini secara bergantian. Kemudian guru menyampaikan kembali
pelajaran apa yang sudah diperoleh hari ini.
Pukul 11.00 Kegiatan ditutup dengan membaca doa. Siswa mengambil tas
nya masing-masing, berbaris, dan berjalan dengan tertib mengikuti guru untuk
diantar kepada orangtua/wali siswa yang sudah menjemput.
131
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK-B PAUD AL-MUSFIROH
Hari/Tanggal : Jum’at, 13 November 2020
Waktu : 07.00 - 11.15 WIB
Tempat : Kelas Matahari (TK-B)
Siswa datang ke sekolah pukul 07.00 pagi bersama orang tua/wali masing-
masing dan disambut oleh guru piket yang bertugas di depan pintu masuk. Guru
piket menyambut siswa dan orang tua/wali siswa dengan ramah dan mengucapkan
salam. Siswa dan orang tua/wali siswa menjabat tangan guru dan menjawab salam
dengan tersenyum. Orang tua/wali siswa berpamitan dengan anaknya. Kemudian
orang tua/wali siswa berpamitan kepada guru dan memberi salam untuk kembali.
Siswa menulis nama nya dan menggambar bebas sederhana pada lembar absensi
yang sudah disiapkan oleh guru piket dengan menggunakan alat tulis pilihannya.
Lalu siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menaruh tas di tempatnya dan
bermain bersama teman-temannya.
Pukul 07.50, guru kembali ke kelas dengan mengucapkan salam. Siswa
menyambut dengan menjawab salam dan mencium tangan guru. Pukul 08.00
kegiatan pembukaan dimulai dengan membuat lingkaran sambil menyanyikan lagu
Lingkaran Kecil. Setelah lingkaran dibuat, siswa duduk, guru memilih satu orang
untuk menjadi pemimpin hari ini. Pemimpin hari ini adalah siswa yang berbeda dari
hari sebelumnya. Pemimpin berdiri di depan dan menanyakan kabar anak hari ini,
menanyakan kegiatan yang dilakukan anak sebelum berangkat ke sekolah (dengan
nada tertentu), menyanyikan beberapa lagu, membaca surat-surat pendek (An-Nas
sampai At-Takatsur), membaca hadits pilihan (9 buah hadits), membaca doa-doa
pilihan (10 buah doa).
132
Pemimpin : “Teman-Teman, bagaimana kabarnya hari ini?”
Siswa : “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”
Pemimpin : “Siapa yang sudah sarapan angkat tangan?”
Siswa : “SAYA!”
(Dan seterusnya)
Selesai berdoa, guru mengucapkan terimakasih kepada pemimpin hari ini dan
memberikan bintang yang sesuai dengan sikap anak selama berdoa hari ini.
Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan bernyanyi dan kegiatan motorik. Siswa
berdiri dan tetap berada dalam posisi masing-masing, kemudian guru meminta
siswa untuk menentukan lagu dan permainan yang ingin dimainkan pagi ini. Siswa
bergantian mengungkapkan keinginannya. Dipilihlah 3 jenis lagu dan permainan
yang sudah disebutkan untuk dilaksanakan voting. Lagu dan permainan yang paling
banyak dipilihlah yang akan dinyanyikan dan dimainkan pagi ini. Peraturan pun
dibuat untuk mengkondusifkan kegiatan bernyanyi dan bermain.
Pukul 08.30 kegiatan inti dimulai. Guru dan siswa berbaris membentuk saf
shalat. Siswa bersiap menggunakan peralatan shalat. Guru memilih satu orang laki-
laki untuk menjadi imam. Siswa yang menjadi imam, memimpin shalat dhuha
berjamaah dengan khusyuk didampingi oleh guru.
Pukul 09.00 Guru mempersilahkan siswa untuk bermain bebas bersama
temannya, Pukul 09.30 guru dan siswa duduk membentuk lingkaran. Guru dan
siswa bersama mereview berbagai kegiatan dan pelajaran yang telah dilaksanakan
selama satu minggu.
Pukul 10.15 guru dan siswa bermain kuis dengan tanya jawab seputar tema
yang dibahas. Siswa yang berhasil menjawab akan diberikan 1 buah bintang oleh
guru. Pukul 10.30 Kegiatan ditutup dengan membaca doa. Siswa mengambil tas
nya masing-masing, berbaris, dan berjalan dengan tertib mengikuti guru untuk
diantar kepada orangtua/wali siswa yang sudah menjemput.
133
1.4 KURIKULUM PAUD AL-MUSFIROH
KURIKULUM PAUD AL-MUSFIROH
Tahun Ajaran 2020-2021
Program Kegiatan Jangka Pendek
Program kegiatan jangka pendek bertujuan merealisasikan semua
program yang sudah disusun dalam satu tahun di semua bidang
pengembangan, yaitu tercapainya Visi, Misi dan Tujuan sekolah. Kegiatan
semester I dan semester II, yang sudah disepakati oleh pihak sekolah dan
semua orangtua anak PAUD Al-Musfiroh. Berikut adalah uraian tentang
program kegiatan jangka pendek PAUD Al-Musfiroh:
a. Kegiatan pengembangan agama
Kegiatan pengembangan agama bertujuan untuk membentuk
anak yang berkarakter dan berakhlakul karimah. PAUD Al-Musfiroh
melakukan kegiatan pengembangan agama melalui kegiatan
pembiasaan sebagai berikut:
1) Surat-surat pendek (dilakukan saat jurnal pagi, setiap hari)
2) Hadits-hadits pilihan (dilakukan saat jurnal pagi, setiap hari)
3) Doa-doa harian (dilakukan saat jurnal pagi, setiap hari)
4) Mufrodatul ‘araby (dilakukan saat jurnal pagi, setiap hari)
5) Iqra (dilaksanakan setiap hari jumat)
6) Praktikum ibadah seperti praktik wudhu, praktik shalat, dan
shadaqah dengan mengisi kotak amal (dilaksanakan setiap hari
jumat)
b. Kegiatan menanamkan kesadaran berperilaku hidup bersih dan
sehat
Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak-anak. Maka,
kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat tidak hanya dilakukan
dirumah, melainkan juga di sekolah. Sehingga anak tidak hanya
134
tumbuh menjadi anak yang cerdas, dan bekarakter, tetapi juga peduli
pada lingkungan. Kegiatan menanamkan kesadaran berperilaku hidup
bersih dan sehat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut:
1) Operasi semut (dilakukan setelah makan bersama dan selesai
kegiatan pembelajaran)
2) Mencuci tangan (dilakukan sebelum dan setelah makan bersama,
serta setelah melakukan kegiatan)
3) Menggosok gigi (dilakukan setelah makan bersama)
4) Sampah organik dan non organik (memasukkan sampah sesuai
tempat nya)
c. Kegiatan pemberian makanan tambahan
Kegiatan pemberian makanan tambahan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan anak yang dilakukan rutin
dalam 2 bulan sekali. Makanan tersebut disiapkan oleh orang tua
murid dengan konfirmasi guru. Biaya yang digunakan berasal dari kas
komite. Dalam kegiatan ini, anak mengambil sendiri makanan yang
disediakan.
d. Kegiatan parenting
Kegiatan parenting bertujuan untuk mengedukasi orang tua dalam
mengasuh, dan mendidik anak-anak. Kegiatan parenting dilakukan
dalam 2 kegiatan, yaitu temu wicara (dengan pakar pendidikan anak
usia dini) dan tatap muka (antara guru dan orang tua anak). Hal yang
disampaikan berupa keterlibatan orang tua, tingkat perkembangan
anak, peran orang tua, dan lain sebagainya. Kegiatan parenting
dilaksanakan dalam 2 bulan sekali.
e. Kegiatan pembelajaran bernuansa alam dengan material lepasan
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di PAUD Al-Musfiroh
merupakan kegiatan pembelajaran bernuansa alam yang
135
memanfaatkan berbagai bahan alam (batu, tanah, ranting, daun, dsb)
untuk melakukan pembelajaran dengan didukung oleh bahan lain
(pelastik, kaleng, kardus, dsb). Pembelajaran tersebut dapat dikatakan
sebagai pembelajaran menggunakan Loose Parts sehingga anak
mendapat pengalaman bermain yang bermakna.
f. Outing Class
Outing Class merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di luar kelas/Field Trip. Kegiatan Outing Class
bertujuan agar anak lebih mengenal lingkungan dan bersosialisasi,
serta merangsang perkembangan kecerdasan anak dan lebih
memberikan pengalaman secara nyata untuk meningkatkan rasa
percaya diri ketika anak berada dalam kegiatan di luar sekolah. Outing
Class dilaksanakan saat beberapa puncak tema.
g. Cooking Class and Market Day
Cooking Class and Market Day merupakan kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di area sekolah yang bertujuan untuk
mengenalkan kegiatan memasak dan jual beli kepada anak. Cooking
Class and Market Day dimulai dengan kegiatan memasak bersama,
kemudian hasil masakan tersebut dirapikan sedemikian rupa untuk
kemudian dijual kepada anak-anak.
136
1.5 CATATAN DOKUMENTASI
CATATAN DOKUMENTASI
Gambar 1: Kegiatan Wawancara
Gambar 2: Kegiatan Penyambutan dan Absensi Pagi
Gambar 3: Kegiatan Pembukaan Kelas Matahari
137
Gambar 4: Kegiatan Inti 1 dan Strategi Bermain
Gambar 5: Kegiatan Inti 2
Gambar 6: Kegiatan Beres-Beres
138
Gambar 7: Kegiatan Penutup
Gambar 8: Kegiatan Persiapan Pulang dan Penjemputan
Gambar 9: Foto Bersama Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD
Al-Musfiroh
139
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Azky Farida
NIM : 11160184000017
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul Skripsi : Penggunaan Media Loose Parts untuk Mengembangkan
Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur,
Jawa Barat
No Judul dan Halaman Buku
BAB I
1 Richard Florida, Charlotta Mellander, Karen King, The Global Creativity
Indeks 2015, (Toronto: Martin Prosperity Institute, 2015), h. 57
2 Diana Vidya Fakhriyani, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini”,
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains, Vol. 4, 2016, h. 193
3 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep
Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. 3, h. 174
4 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 9
5 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 18
6 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 60
BAB II
1 Maganti Sit, dkk., Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan
Praktik, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 33-34
2 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 12
140
3 M. Fadlillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan
Pembelajaran Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2014), h. 63
4 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 13
5 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 14
6 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 3
7 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 4
8 Diana Vidya Fakhriyani, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini”,
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains, Vol. 4, 2016, h. 195
9 Rita Kurnia, “Konsepsi Bermain dalam Menumbuhkan Kreativitas pada
Anak Usia Dini”, EDUCHILD, Vol. 01, 2012, h. 82
10 Sri Hardiningsih Hanafi dan Sujarwo, “Upaya Meningkatkan Kreativitas
Anak dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas di TK Kota Bima”,
Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, 2015, h. 3-4
11 Aisyah, “Permainan Warna Berpengaruh Terhadap Kreativitas Anak Usia
Dini”, Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 1, 2017, h.
120
12 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam
Berbsgsi Aspeknya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.
117-118
13 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 12-13
14 Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak, (Jakarta: Indeks, 2010), h. 40
15 Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek
Perkembangan Anak, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 207-208
141
16 Ratih Kusumawardhani, dkk. “Profil Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun”,
Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS, Vol. 3, 2018, h. 12
17 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 26-27
18 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 27-33
19 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 19-20
20 Nadia Fauziah, “Penggunaan Media Bahan Alam untuk Meningkatkan
Kreativitas Anak”, Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI, Vol. 8, 2013, h. 24
21 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 20-21
22 Masganti Sit, dkk, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan
Praktik, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 6-8
23 Khamim Zarkasih Putro, “Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui
Bermain”, Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Vol. 16, 2016, h. 22
24 B.E.F. Montolalu, dkk. Bermain dan Permainan Anak, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009), h. 3.5-3.6
25 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 38-40
26 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 45-47
27 M. Fadlillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan
Pembelajaran Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2014), h. 12
28 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 52-65
29 Aris Priyanto, “Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui
Kreativitas Bermain”, Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 2, 2014, h. 44
142
30 Luluk Asmawati, “Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui
Pembelajaran Terpadu Berbasis Kecerdasan Jamak”, Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, Vol. 11, 2017, h. 146
31 Nurlita, “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Percaya Diri Terhadap
Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun”, EDUCHILD, Vol. 01, 2012, h. 9
32 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 9
33 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 12
34 Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal
Pendidikan Usia Dini, Vol. 13, 2019, h. 312
35 Caileigh Flannigan dan Beverlie Dietze, “Children, Outdoor Play, and
Loose Parts”, Journal of Childhood Studies, Vol. 42, 2017, h. 54
36 Ade Holis, “Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan
Kognitif Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 9,
2016, h. 26
37 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 16-21
38 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 23
39 Sheryl Smith dan Gilman, “The Arts, Loose Parts and Conversations”,
Journal of the Canadian Association for Curriculum Studies, Vol. 16,
2018, h. 96
40 Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini,
(Bandung: JILSI Foundation, 2008), h. 38
41 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 41-42
42 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 78-79
143
43 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 82
44 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 91-94
45 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 97
46 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 102
47 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 107
48 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 108
49 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 89-93
50 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 51-65
BAB III
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. 36, h. 6
2 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama,
2018), h. 62
3 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif Edisi
Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Cet. 9, h. 3
4 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 7, h. 157
5 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 4
6 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta, 2013),
h. 39
144
7 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
Cet. 24, h. 77
8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 308-309
9 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2018), Cet. 4, h. 372
10 Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), Cet. 26, h. 241
11 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta, 2013),
h. 158
12 Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), Cet. 26, h. 240
13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. 36, h. 168
14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 305
15 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2018), Cet. 4, h. 394-397
16 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2018), Cet. 4, h. 400-401
16 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat
Eksploratif, Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, (Bandung: Alfabeta,
2020), Cet. 3, h. 132-135
17 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat
Eksploratif, Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, (Bandung: Alfabeta,
2020), Cet. 3, h. 137
18 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat
Eksploratif, Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, (Bandung: Alfabeta,
2020), Cet. 3, h. 142
145
19 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 376-377
20 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 377-378
Paraf Pembimbing
Dr. Azkia Muharrom Albantani, M.Pd.I
NIDN. 2025079101