PENGGUNAAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) … · LIMBAH CAIR TAMBANG EMAS TRADISIONAL...
Transcript of PENGGUNAAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) … · LIMBAH CAIR TAMBANG EMAS TRADISIONAL...
PENGGUNAAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica L.)
SEBAGAI KOAGULAN ALAMI PADA PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR TAMBANG EMAS TRADISIONAL
ROFI’UL HIDAYAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Biji Asam
Jawa (Tamarindus indica L.) sebagai Koagulan Alami pada Pengolahan Limbah
Cair Tambang Emas Tradisional adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2016
Rofi’ul Hidayah
NIM C24120006
ABSTRAK
ROFI’UL HIDAYAH. Penggunaan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.)
sebagai Koagulan Alami pada Pengolahan Limbah Cair Tambang Emas
Tradisional. Dibimbing oleh HEFNI EFFENDI dan SIGID HARIYADI.
Biji asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan biji yang memiliki
kandungan protein, tannin, dan antioksidan yang bisa digunakan sebagai koagulan
alami pada pengolahan limbah cair, termasuk limbah cair tambang emas
tradisional. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah koagulasi dengan
kecepatan 200 rpm selama satu menit dan 20 rpm selama 30 menit. Penelitian
bertujuan untuk menentukan dosis serbuk biji asam dalam pengolahan limbah cair
tambang emas tradisional. Penelitian menggunakan perlakuan dosis serbuk biji
asam (0,3 g/L; 0,4 g/L; dan 0,5 g/L) dengan tiga kali ulangan. Hasil yang didapat
dari penelitian adalah perubahan nilai parameter kualitas air dari kondisi awal air
limbah. Penurunan antara kontrol lapang (KL) dengan penambahan dosis
ditunjukkan oleh dosis 0,4 g/L pada nilai TSS sebesar 96,95%, dosis 0,3 g/L pada
nilai COD sebesar 76,74%, dan dosis 0,3 g/L pada nilai merkuri sebesar 93,03%.
Selanjutnya, peningkatan ditunjukkan oleh nilai pH pada dosis 0,3 g/L sebesar
44,97%. Perlakuan dosis serbuk biji asam jawa terbaik yang dapat digunakan
dalam mengolah limbah cair tambang emas tradisional adalah 0,3 g/L.
Kata kunci: Biji asam jawa, dosis koagulan, koagulasi, limbah cair tambang emas
tradisional
ABSTRACT
ROFI’UL HIDAYAH. The Utilization of Tamarind Seeds (Tamarindus indica
L.) as The Natural Coagulant for Wastewater Treatment of Traditional Gold Mine.
Supervised by HEFNI EFFENDI and SIGID HARIYADI.
Tamarind seeds (Tamarindus indica L.) are seeds that contain proteins,
tannins, and antioxidants that can be used as a natural coagulant in wastewater
treatment, including wastewater of traditional gold mine. The method used in the
study was coagulation with a speed of 200 rpm for one minute and 20 rpm for 30
minutes. The purpose of the study is to determine of tamarind seeds powder dose
for wastewater treatment of traditional gold mine. The present study used
different dosages of tamarind seeds powder (0.3 g/L; 0.4 g/L; and 0.5 g/L) with
three replications. The results of the study are changes in water quality parameter
values of the initial conditions of wastewater. The decrease between the control
field (KL) with increasing doses indicated by parameter in 0.4 g/L was TSS
(96.95%), 0.3 g/L was COD (76.74%), and 0.3 g/L was mercury (93.03%). pH
tend to increase in the experiments , for 0.3 g/L treatment the COD increase up to
44.79%. The best treatment dose of coagulant seeds powder acids that can be
used in wastewater of traditional gold mine is a dose of 0.3 g/L.
Keywords: Tamarind seeds, coagulant dose, coagulation, wastewater of traditional
gold mine
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
PENGGUNAAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica L.)
SEBAGAI KOAGULAN ALAMI PADA PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR TAMBANG EMAS TRADISIONAL
ROFI’UL HIDAYAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penggunaan Biji Asam (Tamarindus indica L.) sebagai Koagulan Alami
pada Pengolahan Limbah Cair Tambang Emas Tradisional”. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
1 IPB yang telah memberikan kesempatan untuk studi.
2 BIDIKMISI yang telah memberikan beasiswa selama studi di IPB.
3 Pusat Penelitian dan Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor atas dana
penelitian.
4 Prof Dr Ir M.F Rahardjo, DEA selaku dosen pembimbing akademik.
5 Dr Ir Hefni Effendi, MPhil dan Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc selaku dosen
pembimbing skripsi.
6 Dr Majariana Krisanti, SPi, MSi sebagai penguji luar komisi sidang
skripsi.
7 Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc sebagai penguji perwakilan program
studi Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
8 Bapak Manshur, Ibu Suliswatin, Enis Suhayati sekeluarga, Tatik
Khomaroh sekeluarga, Lutfi Nurhadi, SP, Slamet Heri Kiswanto, SPt, dan
keluarga besar lainnya yang telah memberikan do’a, bantuan dan
motivasinya.
9 Staf tata usaha Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
10 Ani Munawaroh, Aulia Maghfirotul Khotami, Devi Apriliyanti, Desi
Wulan Sari, SHut, Galuh Ajeng, SHut, Kurniatus Ziyadah, SP, MSi,
Adilla NZ, SP, MSi, Rizki Novia Rahmi, Fitri Afina Radityani, SPi, Aldi
Khuluk, SPt, Amir Muzakki, STp, Fitriana Kurniasih, Andi Fahmi K,
Aliyati Iswantari, SPi, MSi, dan Laboran produktivitas dan lingkungan
perairan atas bantuan dan kerja samanya.
11 Keluarga besar MSP angkatan 49, KMNU IPB, terutama angkatan 49,
OMDA Jombang (JAC) dan Hefni’s Fam atas doa dan motivasinya.
12 Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
Bogor, September 2016
Rofi’ul Hidayah
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2
METODE 3 Waktu dan Tempat Penelitian 3 Tahapan Penelitian 3 Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Hasil 6 Pembahasan 14
KESIMPULAN DAN SARAN 17 DAFTAR PUSTAKA 17 LAMPIRAN 20 RIWAYAT HIDUP 28
viii
DAFTAR TABEL
1 Rincian perlakuan pengolahan limbah cair tambang emas tradisional
menggunakan metode koagulasi 4 2 Parameter kualitas air, metode, dan alat ukur yang digunakan dalam
penelitian 5 3 Sidik ragam RAL 5 4 Karakteristik awal limbah cair pengolahan tambang emas tradisional
(KL) 7
DAFTAR GAMBAR
1 Skema perumusan masalah pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional dengan cara koagulasi 2 2 Perubahan nilai pH pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional dengan penambahan koagulan serbuk biji asam jawa. KL
(Kontrol Lapang) dan KP (Kontrol Pengendapan) 8 3 Perubahan nilai TSS pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional dengan penambahan koagulan serbuk biji asam jawa. KL
(Kontrol Lapang) dan KP (Kontrol Pengendapan) 8 4 Perubahan nilai COD pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional dengan penambahan koagulan serbuk biji asam jawa. KL
(Kontrol Lapang) dan KP (Kontrol Pengendapan) 9 5 Perubahan nilai merkuri pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional dengan penambahan koagulan serbuk biji asam jawa. KL
(Kontrol Lapang) dan KP (Kontrol Pengendapan) 10 6 Penurunan nilai TSS pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional pengendapan dengan penambahan koagulan serbuk biji asam
jawa. 11
7 Penurunan nilai TSS pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional lapang dengan penambahan koagulan serbuk biji asam jawa.
KP (Kontrol Pengendapan) 11 8 Peningkatan nilai COD pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional pengendapan dengan penambahan koagulan serbuk biji asam
jawa. 12 9 Penurunan nilai COD pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional lapang dengan penambahan koagulan serbuk biji asam jawa.
KP (Kontrol Pengendapan) 13
10 Penurunan nilai merkuri pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional dengan penambahan koagulan serbuk biji asam jawa 13 11 Penurunan nilai merkuri pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional lapang dengan penambahan koagulan serbuk biji asam jawa.
KP (Kontrol Pengendapan) 14
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1 Foto kondisi awal (limbah cair kontrol) dan kondisi akhir perlakuan 20 2 Pemanfaatan biji asam jawa sebagai koagulan pada penelitian
sebelumnya 21 3 Pengolahan limbah cair tambang emas tradisional dengan menggunakan
fitoremediasi dan zeolit 22 4 Hasil sidik ragam dan uji lanjut Tukey parameter pH 23 5 Hasil sidik ragam dan uji lanjut Tukey parameter TSS 24 6 Hasil sidik ragam dan uji lanjut Tukey parameter COD 25 7 Hasil sidik ragam dan uji lanjut Tukey parameter Merkuri (Hg) 26
8 Hasil analisis parameter kualitas air limbah tambang emas tradisional
(kontrol pengendapan (KP) dengan penambahan koagulan serbuk biji
asam jawa) 27 9 Hasil analisis parameter kualitas air limbah tambang emas tradisional
(kontrol lapang (KL) dengan penambahan koagulan serbuk biji asam
jawa) 27
x
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Limbah tambang emas tradisional merupakan limbah yang dihasilkan dari
proses pengolahan sumberdaya alam bijih emas secara sederhana dan skala rumah
tangga. Setiap tahapan dalam proses pengolahan emas secara ekologi membawa
dampak yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan (Sumual 2009).
Menurut Tommy dan Palapa (2009), aktivitas pertambangan emas rakyat telah
berkontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat sekitar daerah pertambangan. Proses pengolahan emas membutuhkan
merkuri untuk mengikat emas tersebut. Sugianti et al. (2014) menyatakan bahwa
para penambang emas secara tradisional menggunakan merkuri untuk menangkap
dan memisahkan butir-butir emas dari batuan.
Kandungan merkuri dalam limbah hasil pengolahan tambang emas akan
memberikan dampak buruk pada lingkungan. Hal ini menyebabkan perlu
dilakukan pengolahan limbah untuk menjaga kestabilan kualitas air pada
lingkungan. Air limbah yang secara langsung dibuang ke lingkungan akan
menyebabkan pencemaran, antara lain dapat menyebabkan polusi sumber-sumber
air, seperti sungai, sumber mata air, dan sumur penduduk (Siswoyo 2011).
Sebagian besar kandungan merkuri yang terlepas dari proses pertambangan
melekat pada sedimen dan sebagian berubah menjadi metil merkuri yang bersifat
sangat membahayakan fungsi pernafasan dan sistem metabolisme (Lestarisa 2010).
Diperlukan langkah-langkah yang bijaksana dalam penanganan limbah
pengolahan emas agar risiko terhadap kerusakan lingkungan dapat di minimalisasi
(Sumual 2009).
Pengolahan limbah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu secara kimia,
fisika, dan biologi. Metode kimia bisa dilakukan dengan proses koagulasi.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dalam limbah cair dengan
menambahkan bahan kimia (koagulan) (Nurika et al. 2007). Koagulan yang
sering digunakan adalah koagulan kimia, antara lain aluminium sulfat (tawas),
polialuminium klorida, feri klorida, feri sulfat, dan polimer kation (Nurika et al.
2007). Menurut Jeyakumar (2014), air limbah hasil olahan dengan koagulan
kimia seperti alum menyebabkan penyakit alzheimer karena pengendapan dari
sisa alum yang tinggi dalam pengolahan limbah.
Koagulan alami diantaranya biji asam jawa (Rahman et al. 2015) dan biji
kelor (Amagloh dan Benang 2009). Biji asam jawa (Tamarindus indica L.)
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Protein yang terkandung dalam
biji asam jawa diharapkan dapat berperan sebagai polielektrolit alami, seperti
koagulan sintetik (Hendrawati et al. 2013). Koagulan kimia lebih efektif daripada
koagulan alami, namun lebih mahal. Oleh karena itu diharapkan koagulan alami
biji asam jawa menjadi solusi, karena relatif lebih murah dan lebih ramah
lingkungan.
2
Perumusan Masalah
Pengolahan tambang emas tradisional menghasilkan limbah cair yang
berbahaya, sehingga diperlukan pengolahan limbah cair tambang emas tradisional.
Pengolahan dapat dilakukan dengan cara koagulasi. Koagulasi merupakan salah
satu cara pengolahan air limbah dengan menambahkan koagulan. Salah satu
koagulan yang dapat digunakan adalah biji asam jawa.
Pada penelitian dilakukan perlakuan dosis serbuk biji asam jawa. Perlakuan
dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif penambahan serbuk biji asam jawa
dalam mengolah limbah cair tambang emas tradisional. Peningkatan kualitas air
dapat ditentukan oleh perubahan nilai parameter kualitas air. Beberapa parameter
kualitas air yang diukur adalah pH, TSS, COD, dan merkuri. Uraian tersebut
dapat dirumuskan secara singkat dalam bentuk diagram alir yang tertera pada
Gambar 1.
Gambar 1 Skema perumusan masalah pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional dengan cara koagulasi
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis serbuk biji asam dalam
pengolahan limbah cair tambang emas tradisional dengan metode koagulasi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang dosis
koagulan biji asam jawa (Tamarindus indica L.) yang tepat dalam pengolahan
limbah cair tambang emas tradisional, sehingga dapat menghasilkan alternatif
pengolahan yang ekonomis dan ramah lingkungan.
- pH
- TSS
- COD
-Merkuri
Limbah cair
tambang emas
tradisional
Koagulasi
-Efektivitas
penambahan
dosis serbuk biji
asam jawa
-Perubahan
kualitas air
limbah
-
+
3
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret hingga Mei 2016. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling)
dan Biologi Mikro Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan air limbah
dilakukan di tempat pengolahan tambang emas tradisional yang bertempat di
daerah Rancabakti, Nanggung, Bogor.
Tahapan Penelitian
Penelitian perbaikan kualitas air limbah tambang emas tradisional
menggunakan metode koagulasi dibagi menjadi dua tahap, yaitu penelitian
pendahuluan dan penelitian utama. Tujuan dari penelitian pendahuluan adalah
menentukan dosis serbuk biji asam yang dapat diterapkan pada penelitian utama
berdasarkan terbentuknya flok, sedangkan tujuan dari penelitian utama adalah
menentukan dosis yang efektif dalam memperbaiki kualitas air limbah
menggunakan metode koagulasi.
Penelitian pendahuluan
Tahap penelitian pendahuluan meliputi penambahan beberapa dosis serbuk
biji asam jawa, yaitu 0,2 g/L; 0,4 g/L; 1 g/L; 2 g/L; 4 g/L; 6 g/L; 8 g/L; 10 g/L; 12
g/L; 14 g/L; 16 g/L; 18 g/L; 20 g/L; 22 g/L; 30 g/L. Berdasarkan percobaan
tersebut didapatkan dosis minimal terbentuknya flok adalah 0,4 g/L, sehingga
dalam penelitian utama digunakan dosis 0,3 g/L; 0,4 g/L; dan 0,5 g/L. Digunakan
dosis tersebut karena diharapkan pada dosis 0,3 g/L masih terbentuk flok. Jika
jarak antara dosis 0,3 g/L dan 0,4 g/L adalah 0,1 g/L maka dosis selanjutnya
adalah 0,5 g/L.
Penelitian pendahuluan dilakukan menggunakan alat jar test dengan
kecepatan 200 rpm selama satu menit dan 20 rpm selama 30 menit. Pengukuran
rpm dilakukan dengan menggunakan alat tachometer. Penelitian pendahuluan
dilakukan menggunakan gelas piala 1000 mL sebagai wadah limbah cair yang
akan diolah dengan metode koagulasi.
Penelitian utama
Kegiatan yang dilakukan pada tahap penelitian utama adalah penentuan
dosis serbuk biji asam jawa dalam memperbaiki kualitas air berdasarkan hasil dari
penelitian pendahuluan. Penelitian utama terdiri atas pengukuran kontrol lapang
(KL), pengukuran kontrol pengendapan (KP), dan pengukuran setelah
penambahan koagulan serbuk biji asam jawa. Penelitian utama menggunakan alat
magnetic strirrer dengan kecepatan 20 rpm selama satu menit dan 200 rpm
selama 30 menit. Alat yang digunakan pada penelitian utama berbeda dengan alat
4
yang digunakan pada penelitian pendahuluan, karena alat pada penelitian
pendahuluan mengalami kerusakan.
Penelitian utama dilakukan menggunakan gelas piala 500 mL untuk
menampung 250 mL limbah cair tambang emas tradisional. Air limbah yang
sudah diolah menggunakan koagulasi selanjutnya diambil bagian supernatan
sebanyak 200 mL untuk dianalisis. Rancangan yang digunakan dalam penelitian
adalah rancangan acak lengkap dengan dosis serbuk biji asam jawa sebagai
perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali.
Hasil dari penelitian utama dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap.
Rancangan acak lengkap digunakan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan
dosis koagulan serbuk biji asam jawa terhadap pengolahan limbah cair tambang
emas tradisional. Menurut Montgomery (2000) analisis menggunakan rancangan
acak lengkap ditunjukkan dalam rumus matematis sebagai berikut:
Уij = µ + τi + εij ; i = 1,2,….,α; j = 1,2,….,b
Keterangan :
Уij : pengamatan pada satuan percobaan ke-j yang mendapat perlakuan ke-i
µ : rata-rata keseluruhan
τi : pengaruh perlakuan ke-i (dosis koagulan serbuk biji asam jawa)
εij : komponen galat
Analisis kondisi awal air limbah terbagi menjadi dua, yaitu Kontrol Lapang
(KL) dan Kontrol Pengendapan (KP). Kontrol lapang didapat dari tiga contoh air
limbah yang diukur begitu selesai pengolahan emas secara tradisional dan kontrol
pengendapan didapat dari tiga contoh air limbah yang diukur setelah didiamkan
selama 17 jam, kemudian diaduk dan diendapkan selama satu jam. Air limbah
didiamkan selama 17 jam karena proses pengolahan emas selesai pada petang hari
dan keesokan harinya baru mulai diberikan perlakuan. Air limbah kontrol lapang
(KL) berbeda dengan kontrol pengendapan (KP), tetapi diasumsikan sama.
Pengukuran kualitas air kontrol lapang (KL) dan kontrol pengendapan (KP)
dilakukan sebelum air limbah tambang emas tradisional diolah dengan
penambahan serbuk biji asam jawa. Analisis kondisi akhir limbah didapatkan dari
15 contoh (satu kondisi awal dan empat perlakuan dengan tiga kali ulangan).
Analisis kualitas air menurut APHA (2012). Rincian perlakuan yang diberikan
pada penelitian disajikan pada Tabel 1 dengan analisis kualitas air yang disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 1 Rincian perlakuan pengolahan limbah cair tambang emas tradisional
menggunakan metode koagulasi Perlakuan Dosis koagulan (g/L) Keterangan
Kontrol Lapang 0 3 ulangan
Kontrol Pengendapan 0 3 ulangan
1 0,3 3 ulangan
2 0,4 3 ulangan
3 0,5 3 ulangan
5
Tabel 2 Parameter kualitas air, metode, dan alat ukur yang digunakan dalam
penelitian Parameter Unit Metode Alat
pH - Elektrometrik pH Meter
TSS mg/L Gravimetri Timbangan analitik
COD mg/L Refluks tertutup Spektrofotometer
Merkuri mg/L Cold vapor AAS
Analisis Data
Sidik ragam rancangan acak lengkap
Analisis data yang digunakan pada penelitian adalah rancangan acak
lengkap. Sidik ragam rancangan acak lengkap disajikan pada Tabel 3
(Montgomery 2000).
Tabel 3 Sidik ragam RAL Jenis
Keragaman
Derajat
Bebas (db)
Jumlah
Kuadrat (JK)
Kuadrat
Tengah (KT)
Fhitung Ftabel
Perlakuan α – 1 JKP
Fα–1;
α(b-1);(α)
Galat α(b – 1) JKG
Total αb – 1 JKT
Hipotesis
H0 : τ1 = τ2 = …= τ α = 0. (tidak ada pengaruh perlakuan dosis koagulan terhadap
pengolahan limbah cair tambang emas tradisional)
H1 : paling sedikit ada satu i dengan τi ≠ 0. (ada pengaruh perlakuan dosis
koagulan terhadap pengolahan limbah cair tambang emas tradisional)
Persen perubahan kualitas air (TSS, COD, dan merkuri)
Kualitas air dianalisis sebelum dan sesudah proses koagulasi dilaksanakan.
Analisis kualitas air dilakukan untuk melihat efektivitas dari penggunaan biji
asam jawa dalam metode koagulasi untuk meningkatkan kualitas air limbah
pengolahan tambang emas tradisional oleh Arifin (2000), yaitu
Keterangan:
A = nilai kualitas air sebelum pengolahan
B = nilai kualitas air setelah pengolahan
E = efektivitas pengolahan
Tingkat efektivitas pengolahan air limbah ditentukan dari nilai sebaran
setiap parameter yang diamati menurut Arifin (2000), yaitu 0-20% (buruk sekali);
21-40% (buruk); 41-60% (sedang); 61-80% (baik); dan 81-100% (baik sekali).
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengolahan air limbah tambang emas tradisional dilakukan menggunakan
penambahan serbuk biji asam jawa, yaitu 0,3 g/L, 0,4 g/L, dan 0,5 g/L. Hasil yang
didapat dari penelitian ini meliputi kondisi air limbah sebelum dan sesudah perlakuan
seperti yang tertera pada Lampiran 1.
Karakteristik biji asam jawa
Asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan tumbuhan yang memiliki
banyak manfaat mulai dari daging sampai biji. Biji asam jawa (Tamarindus
indica L.) selama ini hanya diketahui sebagai limbah yang jarang dimanfaatkan,
perlu dikembangkan lebih lanjut untuk pengolahan limbah cair yang lebih
ekonomis dan ramah lingkungan (Ramadhani dan Moesriati 2013). Biji asam
jawa tidak hanya ekonomis tetapi juga membantu memecahkan masalah
pembuangan limbah, karena biji asam jawa dibuang sebagai limbah (Ahalya et al.
2008). Serbuk biji asam jawa didapatkan dari buah asam jawa yang sudah matang
dan diambil pada bagian biji asam jawa.
Biji asam jawa memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Protein
yang terkandung dalam biji asam jawa diharapkan dapat berperan sebagai
polielektrolit alami, seperti koagulan sintetik (Hendrawati et al. 2013). Biji asam
jawa mengandung senyawa tannin, minyak esensial, serta polimer alami, seperti
pati, getah, perekat, alginat, dan lain-lain (Hendriarianti dan Suhastri 2011). Biji
asam jawa memiliki kandungan yang penting tidak hanya komponen nutrien,
tetapi juga antioksidan yang bisa digunakan sebagai pengolah limbah (Shlini dan
Murthy 2016).
Koagulan serbuk biji asam jawa sudah dilakukan pada berbagai limbah,
seperti tahu (Nurika et al. 2007), penyamakan kulit (Hendriarianti dan Suhastri
2011), dan tempe (Ramadhani dan Moesriati 2013) (Lampiran 2). Biji asam jawa
juga memiliki potensi pada masa mendatang karena ramah lingkungan, murah,
dan biodegradable (Madhavi dan Rajkumar 2013). Berikut merupakan klasifikasi
asam jawa menurut Soemardji (2007) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Tamarindus L.
Spesies : Tamarindus indica L.(abad 18)
Pengolahan dan karakteristik tambang emas tradisional
Pengolahan tambang emas tradisional merupakan kegiatan pemanfaatan
sumberdaya alam bijih emas skala rumah tangga yang dilakukan secara sederhana
di rumah warga. Aktivitas pengolahan tambang emas tradisional tersebut
7
menghasilkan limbah berupa cairan yang mengandung logam merkuri. Perlu
dilakukan pengolahan limbah tambang emas tradisional untuk memperbaiki
kualitas air. Pengolahan limbah cair tambang emas tradisional yang sudah
dilakukan pada penelitian sebelumnya adalah fitoremediasi (Mahmud et al. 2012)
dan zeolit (Agus et al. 2005) (Lampiran 3).
Pengolahan tambang emas tradisional di Bogor menggunakan mesin
gelundung berbentuk tabung yang digerakkan oleh dinamo listrik. Tahap pertama
pengolahan tambang emas tradisional adalah bongkahan batu yang mengandung
emas dihancurkan terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam mesin
gelundung tersebut. Setelah itu ditambahkan larutan air raksa untuk membantu
proses penyaringan bijih emas yang ada pada batuan. Kemudian semua
dimasukkan ke dalam mesin gelundung tersebut, mesin gelundung diputar
menggunakan dinamo listrik selama kurang lebih empat sampai lima jam.
Selanjutnya mesin gelundung dibuka dan air yang ada dibuang, sementara bijih
emas akan berikatan dengan air raksa, sehingga memisah dengan air. Tabel 4
merupakan karakteristik awal limbah cair pengolahan tambang emas tradisional
sebelum diolah dengan biji asam jawa yang dibandingkan dengan baku mutu
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (PerMen LH) Nomor 5 Tahun 2014 tentang
baku mutu air limbah.
Tabel 4 Karakteristik awal limbah cair pengolahan tambang emas tradisional
(KL) No Parameter Nilai Baku mutu (PerMen LH Nomor 5 Tahun 2014)
1 pH 4,00 6-9
2 TSS 1531,11 200
2 COD 544,51 100
3 Hg 0,0016 0,002
Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa limbah cair tambang emas
tradisional mempunyai parameter pH, TSS, dan COD belum sesuai dengan baku
mutu yang ditetapkan, namun parameter merkuri sudah sesuai dengan baku mutu.
Limbah cair pengolahan tambang emas tradisional bersifat asam, kandungan
bahan organik non-biodegradable yang tinggi, padatan tersuspensi tinggi, dan
kandungan bahan berbahaya merkuri juga tinggi.
pH
pH merupakan salah satu parameter kimia penting yang menyatakan
keadaan perairan dalam kondisi asam, netral, atau basa. Pada Gambar 2 dapat
diketahui adanya perubahan nilai pH limbah cair tambang emas tradisional setelah
diendapkan (KP) dan ditambahkan serbuk biji asam jawa. Nilai pH setelah
diendapkan dan ditambahkan serbuk biji asam jawa sudah sesuai dengan baku
mutu, karena berada pada rentan baku mutu yang sudah ditetapkan sebesar 6-9.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan sangat sangat nyata
(p<0,01), sangat nyata (p<0,05), dan nyata (p<0,1) pada perlakuan dosis serbuk
biji asam jawa dengan taraf (0,3 g/L; 0,4 g/L; dan 0,5 g/L) dalam menurunkan
nilai pH pada air limbah antara kontrol lapang (KL) dan kontrol pengendapan
(KP) (Lampiran 4). Adanya perbedaan sangat sangat nyata, sangat nyata, dan
nyata pada perlakuan yang diberikan menyebabkan perlu dilakukan uji lanjut
8
Tukey (Lampiran 4). Hasil yang didapat dari analisis uji lanjut Tukey merupakan
adanya perbedaan pengaruh yang nyata pada taraf dosis 0,5 g/L dengan air limbah.
Grafik perubahan nilai pH dicantumkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Perubahan nilai pH pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional dengan penambahan koagulan serbuk biji asam
jawa. KL (Kontrol Lapang) dan KP (Kontrol Pengendapan)
TSS
TSS (Total suspended solid) atau padatan tersuspensi total adalah bahan-
bahan tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan pada saringan millipore
dengan diameter pori 0,45 µm (Effendi 2003). Pada Gambar 3 dapat diketahui
adanya perubahan nilai TSS air limbah tambang emas tradisional setelah
diendapkan dan ditambahkan serbuk biji asam jawa. Nilai TSS setelah
ditambahkan serbuk biji asam jawa sudah sesuai dengan baku mutu, karena
berada di bawah nilai baku mutu yang sudah ditetapkan sebesar 200 mg/L. Grafik
perubahan nilai TSS dicantumkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Perubahan nilai TSS pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional dengan penambahan koagulan serbuk biji asam jawa.
KL (Kontrol Lapang) dan KP (Kontrol Pengendapan)
0
2
4
6
8
10
KL KP 0,3 0,4 0,5
pH
Dosis koagulan (g/L)
-500
0
500
1000
1500
2000
KL KP 0,3 0,4 0,5
TS
S (
mg/L
)
Dosis koagulan (g/L)
9
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan sangat sangat nyata
(p<0,01), sangat nyata (p<0,05), dan nyata (p<0,1) pada perlakuan dosis serbuk
biji asam jawa dengan taraf (0,3 g/L; 0,4 g/L; dan 0,5 g/L) dalam menurunkan
nilai TSS pada air limbah antara kontrol lapang (KL) dan kontrol pengendapan
(KP) (Lampiran 5). Adanya perbedaan sangat sangat nyata, sangat nyata, dan
nyata pada perlakuan yang diberikan menyebabkan perlu dilakukan uji lanjut
Tukey (Lampiran 5). Hasil yang didapat dari analisis uji lanjut Tukey merupakan
adanya perbedaan pengaruh yang nyata pada taraf dosis 0,4 g/L dengan air limbah.
COD
COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia adalah
jumlah oksigen yang diperlukan agar limbah organik yang ada dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia (Nurhasanah 2009). Nilai COD mengalami
penurunan setelah diendapkan dan mengalami peningkatan setelah ditambahkan
serbuk biji asam jawa. Nilai COD setelah diendapkan dan ditambahkan serbuk
biji asam jawa belum sesuai dengan baku mutu, karena berada di atas nilai baku
mutu yang sudah ditetapkan sebesar 100 mg/L. Grafik perubahan nilai COD
dicantumkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Perubahan nilai COD pada pengolahan limbah cair tambang
emas tradisional dengan penambahan koagulan serbuk biji
asam jawa. KL (Kontrol Lapang) dan KP (Kontrol
Pengendapan)
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan sangat sangat nyata
(p<0,01), sangat nyata (p<0,05), dan nyata (p<0,1) pada perlakuan dosis serbuk
biji asam jawa dengan taraf (0,3 g/L; 0,4 g/L; dan 0,5 g/L) dalam meningkatkan
nilai COD pada air limbah antara kontrol lapang (KL) dan kontrol pengendapan
(KP) (Lampiran 6). Adanya perbedaan sangat sangat nyata, sangat nyata, dan
nyata pada perlakuan yang diberikan menyebabkan perlu dilakukan uji lanjut
Tukey (Lampiran 6). Hasil yang didapat dari analisis uji lanjut Tukey adalah
adanya perbedaan pengaruh yang nyata pada taraf dosis 0,5 g/L dengan air limbah.
0
100
200
300
400
500
600
700
KL KP 0,3 0,4 0,5
CO
D (
mg/L
)
Dosis koagulan (g/L)
10
Merkuri (Hg)
Merkuri merupakan bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan,
organisme, dan makhluk hidup. Aktivitas pengolahan tambang emas tradisional
membutuhkan tambahan merkuri untuk proses pengikatan emas. Pada Gambar 5
dapat diketahui adanya perubahan nilai merkuri air limbah tambang emas
tradisional setelah diendapkan dan ditambahkan serbuk biji asam jawa. Nilai
merkuri setelah diendapkan dan ditambahkan serbuk biji asam jawa sudah sesuai
dengan baku mutu, karena berada di bawah nilai baku mutu yang sudah ditetapkan
sebesar 0,002 mg/L atau 2 µg/L.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan nyata (p<0,1) pada
perlakuan dosis serbuk biji asam jawa dengan taraf (0,3 g/L; 0,4 g/L; dan 0,5 g/L)
dalam menurunkan nilai merkuri pada air limbah pada kontrol pengendapan (KP),
tetapi tidak berbeda nyata (p<0,01 dan p<0,05) (Lampiran 7). Adanya perbedaan
nyata (p<0,1) pada perlakuan yang diberikan menyebabkan perlu dilakukan uji
lanjut Tukey (Lampiran 7). Hasil yang didapat dari analisis uji lanjut Tukey
adalah adanya perbedaan pengaruh yang nyata (p<0,1) pada taraf dosis 0,3 g/L
dengan air limbah. Grafik perubahan nilai merkuri dicantumkan pada Gambar 5.
Gambar 5 Perubahan nilai merkuri pada pengolahan limbah cair tambang
emas tradisional dengan penambahan koagulan serbuk biji asam
jawa. KL (Kontrol Lapang) dan KP (Kontrol Pengendapan)
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan sangat sangat nyata (p<0,01),
sangat nyata (p<0,05), dan nyata (p<0,1) pada perlakuan dosis serbuk biji asam
jawa dengan taraf (0,3 g/L; 0,4 g/L; dan 0,5 g/L) dalam meningkatkan nilai COD
pada air limbah antara kontrol lapang (KL) (Lampiran 7). Adanya perbedaan
sangat sangat nyata, sangat nyata, dan nyata pada perlakuan yang diberikan
menyebabkan perlu dilakukan uji lanjut Tukey (Lampiran 7). Hasil yang didapat
dari analisis uji lanjut Tukey adalah adanya perbedaan pengaruh yang nyata pada
taraf dosis 0,3 g/L
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
KL KP 0,3 0,4 0,5
Mer
ku
ri (
µg/L
)
Dosis koagulan (g/L)
11
Penurunan TSS dari kondisi kontrol pengendapan (KP) dengan perlakuan
serbuk biji asam jawa
Penurunan TSS merupakan nilai yang menunjukkan perubahan dari awal
limbah cair tambang emas tradisional yang sudah diendapkan dengan perlakuan,
yaitu penambahan dosis koagulan serbuk biji asam jawa. Grafik penurunan nilai
TSS dicantumkan pada Gambar 6.
Gambar 6 Penurunan nilai TSS pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional pengendapan dengan penambahan koagulan serbuk biji
asam jawa.
Gambar 6 dapat diketahui bahwa penurunan TSS terkecil terdapat pada
dosis koagulan 0,5 g/L sebesar 13,12 % yang termasuk buruk sekali karena dalam
rentang 0-20 %, sedangkan penurunan TSS terbesar terdapat pada dosis koagulan
0,4 g/L sebesar 29,82% yang termasuk buruk karena dalam rentang 21-40 %.
Penurunan TSS dari kondisi kontrol lapang (KL) ke kondisi kontrol
pengendapan (KP) dan perlakuan serbuk biji asam jawa
Penurunan TSS merupakan nilai yang menunjukkan perubahan dari awal
limbah cair murni tambang emas tradisional dengan perlakuan, yaitu penambahan
dosis koagulan serbuk biji asam jawa serta pengendapan. Grafik penurunan nilai
TSS dicantumkan pada Gambar 7.
Gambar 7 Penurunan nilai TSS pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional lapang dengan penambahan koagulan serbuk biji asam
jawa. KP (Kontrol Pengendapan)
0
10
20
30
40
0,3 0,4 0,5
Pen
uru
na
n T
SS
(%
)
Dosis koagulan (g/L)
94
95
95
96
96
97
97
98
KP 0,3 0,4 0,5
Pen
uru
nan
TS
S (
%)
Dosis koagulan (g/L)
12
Gambar 7 dapat diketahui bahwa penurunan TSS terkecil terdapat pada
dosis koagulan 0,5 g/L sebesar 96,23 % yang termasuk baik sekali karena dalam
rentang 81-100 %, sedangkan penurunan TSS terbesar terdapat pada dosis
koagulan 0,4 g/L sebesar 96,95% yang termasuk baik sekali karena dalam rentang
81-100 %. Penurunan TSS setelah pengendapan sebesar 95,65% yang termasuk
baik sekali karena dalam rentang 81-100 %.
Peningkatan COD dari kondisi kontrol pengendapan (KP) dengan perlakuan
serbuk biji asam jawa
Peningkatan COD merupakan nilai yang menunjukkan perubahan dari awal
limbah cair tambang emas tradisional yang sudah diendapkan dengan perlakuan,
yaitu penambahan dosis koagulan serbuk biji asam jawa. Pada Gambar 8 dapat
diketahui bahwa peningkatan COD terkecil terdapat pada dosis koagulan 0,3 g/L
sebesar 18,5%, sedangkan peningkatan COD terbesar terdapat pada dosis
koagulan 0,5 g/L sebesar 36,95%. Grafik peningkatan nilai COD dicantumkan
pada Gambar 8.
Gambar 8 Peningkatan nilai COD pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional pengendapan dengan penambahan koagulan serbuk biji
asam jawa.
Penurunan COD dari kondisi kontrol lapang (KL) ke kondisi kontrol
pengendapan (KP) dan perlakuan serbuk biji asam jawa
Penurunan COD merupakan nilai yang menunjukkan perubahan dari awal
limbah cair murni tambang emas tradisional dengan perlakuan, yaitu penambahan
dosis koagulan serbuk biji asam jawa serta pengendapan. Pada Gambar 9 dapat
diketahui bahwa penurunan COD terkecil terdapat pada dosis koagulan 0,5 g/L
sebesar 70,13% yang termasuk baik karena dalam rentang 61-80 %, sedangkan
penurunan COD terbesar terdapat pada dosis koagulan 0,3 g/L sebesar 76,74%
yang termasuk baik karena dalam rentang 61-80%. Penurunan COD setelah
pengendapan sebesar 81,17% yang termasuk baik sekali karena dalam rentang 81-
100%. Grafik penurunan nilai COD dicantumkan pada Gambar 9.
0
10
20
30
40
50
0,3 0,4 0,5
Pen
ingk
ata
n C
OD
(%)
Dosis koagulan (g/L)
13
Gambar 9 Penurunan nilai COD pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional lapang dengan penambahan koagulan serbuk biji asam
jawa. KP (Kontrol Pengendapan)
Penurunan merkuri (Hg) dari kondisi kontrol pengendapan (KP) dengan
perlakuan serbuk biji asam jawa
Penurunan merkuri merupakan nilai yang menunjukkan perubahan dari awal
limbah cair tambang emas tradisional yang sudah diendapkan dengan perlakuan,
yaitu penambahan dosis koagulan serbuk biji asam jawa. Gambar 10 dapat
diketahui bahwa penurunan merkuri terkecil terdapat pada dosis koagulan 0,5 g/L
sebesar 27,89% yang termasuk buruk karena dalam rentang 21-40%, sedangkan
penurunan merkuri terbesar terdapat pada dosis koagulan 0,3 g/L sebesar 59,38%
yang termasuk sedang karena dalam rentang 41-60%. Grafik penurunan nilai
merkuri dicantumkan pada Gambar 10.
Gambar 10 Penurunan nilai merkuri pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional dengan penambahan koagulan serbuk biji asam jawa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
KP 0,3 0,4 0,5
Pen
uru
nan
CO
D (
%)
Dosis koagulan (g/L)
0
20
40
60
80
0,3 0,4 0,5Pen
uru
nan
mer
ku
ri (
%)
Dosis koagulan (g/L)
14
Penurunan merkuri (Hg) dari kondisi kontrol lapang (KL) ke kondisi
kontrol pengendapan (KP) dan perlakuan serbuk biji asam jawa
Penurunan merkuri merupakan nilai yang menunjukkan perubahan dari awal
limbah cair murni tambang emas tradisional dengan perlakuan, yaitu penambahan
dosis koagulan serbuk biji asam jawa serta pengendapan. Grafik penurunan nilai
merkuri dicantumkan pada Gambar 11.
Gambar 11 Penurunan nilai merkuri pada pengolahan limbah cair tambang emas
tradisional lapang dengan penambahan koagulan serbuk biji asam
jawa. KP (Kontrol Pengendapan)
Gambar 11 dapat diketahui bahwa penurunan merkuri terkecil terdapat pada
dosis koagulan 0,5 g/L sebesar 87,66% yang termasuk baik sekali karena dalam
rentang 81-100 %, sedangkan penurunan merkuri terbesar terdapat pada dosis
koagulan 0,3 g/L sebesar 93,03% yang termasuk baik karena dalam rentang 81-
100%. Penurunan merkuri setelah pengendapan sebesar 82,89% yang termasuk
baik sekali karena dalam rentang 81-100%.
Pembahasan
Pengolahan limbah adalah kegiatan penting yang akan mempengaruhi
kehidupan pada lingkungan, termasuk limbah pengolahan emas. Pengolahan
emas menghasilkan buangan berupa air, lumpur, dan bahan-bahan yang dipakai
dalam proses pengolahan bijih emas (Siallagan 2010). Bahan yang digunakan
dalam pengolahan bijih emas adalah merkuri yang berfungsi sebagai pengikat
emas. Merkuri merupakan bahan berbahaya bagi organisme yang ada di perairan
dan bagi manusia yang ada di sekitar pengolahan emas. Sebagian besar
kandungan merkuri yang terlepas dari proses pertambangan melekat pada sedimen,
sebagian berubah menjadi metil merkuri yang bersifat sangat membahayakan
fungsi pernafasan dan sistem metabolisme (Lesatarisa 2010).
Metode pengolahan limbah cair tambang emas tradisional dapat dilakukan
dengan cara koagulasi. Pengolahan secara koagulasi membutuhkan bahan
koagulan, seperti biji asam jawa. Ramadhani dan Moesriati (2013) menyatakan
70
75
80
85
90
95
100
KP 0,3 0,4 0,5
Pen
uru
nan
mer
ku
ri (
%)
Dosis koagulan (g/L)
15
bahwa koagulan biji asam jawa berfungsi sebagai pengikat bahan tersuspensi yang
tidak dapat mengendap secara alami, karena stabilitas suspensi koloid.
Derajat keasaman (pH) merupakan istilah yang digunakan untuk
menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan (Sutrisno dan Eni
2006). Nilai pH murni limbah cair tambang emas tradisional sangat rendah,
karena penambahan merkuri ke dalam proses pengolahan emas tersebut, namun
nilai pH setelah didiamkan semakin meningkat sampai netral. Air limbah murni
atau kontrol lapang (KL) juga semakin meningkat setelah ditambahkan serbuk biji
asam jawa. Hal ini karena pengikatan ion H+
oleh biji asam jawa, sesuai dengan
Nurika et al. (2007) yang menyatakan bahwa partikel-partikel biji asam jawa
mampu mengikat ion H+ dari limbah cair menjadi mengumpul dan cepat
mengendap.
Hasil pengukuran parameter pH pada penelitian limbah cair tambang emas
tradisional sesuai dengan penelitian Nurika et al. (2007) yang menggunakan
limbah cair tahu. Nilai pH awal pada penelitian Nurika et al. (2007) sebesar 3,93,
setelah penambahan serbuk biji asam jawa rata rata nilai pH effluent limbah
berkisar antara 4,09-4,57. Peningkatan nilai pH pada penelitian Nurika et al.
(2007) sebesar 16,28%.
TSS adalah padatan tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung. Padatan tersuspensi terdiri
atas partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen,
seperti bahan-bahan organik tertentu, tanah liat dan lain-lain. Nilai TSS yang
terdapat dalam limbah cair tambang emas sangat tinggi sebesar 1531,11 mg/L.
Padatan tersuspensi yang sangat tinggi akan mengurangi penetrasi sinar matahari
ke dalam air, sehingga dapat mempengaruhi regenerasi oksigen melalui
fotosintesis. Setelah diendapkan nilai TSS turun menjadi 66,67mg/L.
Nilai TSS semakin menurun setelah ditambahkan serbuk biji asam jawa.
Hal ini disebabkan biji asam jawa mampu mengikat partikel-partikel pada limbah.
Nurika et al. (2007) menyatakan bahwa biji asam jawa mampu mengikat partikel-
partikel sisa yang tidak dapat menggumpal dan padatan tersuspensi menjadi cepat
mengendap dan menggumpal. Jeyakumar (2014) menyatakan bahwa penambahan
koagulan alami seperti biji asam jawa mampu menghambat pembentukan material
dan meningkatkan pengendapan partikel yang sudah terbentuk.
Hasil pengukuran parameter TSS pada penelitian limbah cair tambang emas
tradisional sesuai dengan penelitian Hendriarianti dan Suhastri (2011) yang
menggunakan limbah cair tempe. Hasil pengukuran TSS semakin menurun
setelah penambahan serbuk biji asam jawa. Nilai TSS awal pada penelitian
Hendriarianti dan Suhastri (2011) sebesar 1200 mg/L, setelah penambahan serbuk
biji asam jawa rata-rata nilai TSS effluent limbah berkisar antara 200-500 mg/L.
Penurunan nilai TSS pada penelitian Hendriarianti dan Suhastri (2011) sebesar
83,3%.
COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar limbah organik yang
ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia (Nurhasanah 2009). Nilai
COD yang terdapat dalam limbah cair tambang emas tradisional sebesar 544,51
mg/L, setelah diendapkan nilai COD turun menjadi 102,53 mg/L, namun setelah
ditambahkan serbuk biji asam jawa nilai COD meningkat. Hal ini menunjukkan
dengan proses pengendapan limbah cair tambang emas tradisional dapat
menurunkan nilai COD, tanpa perlu ditambahkan serbuk biji asam jawa.
16
Peningkatan nilai COD setelah ditambahkan serbuk biji asam dikarenakan
biji asam jawa mengandung bahan organik, sehingga bahan organik yang ada
pada limbah meningkat. Rosyidah (2008) menyatakan bahwa meningkatnya nilai
COD pada air menunjukkan bahwa kualitas air semakin menurun, jika kadar COD
menurun maka kualitas air semakin baik. Eddy in Rosyidah (2007) menyatakan
bahwa nilai COD yang ada di perairan tercemar semakin meningkat, karena bahan
organik yang mampu diuraikan secara kimia lebih besar dibandingkan pengurai
secara biologi. Menurut Hayati (2015) jika nilai pH semakin rendah, maka
kemampuan biji asam jawa dalam menurunkan bahan organik akan semakin
meningkat.
Hasil pengukuran parameter COD pada penelitian limbah cair tambang
emas tradisional berbanding terbalik dengan penelitian Hendriarianti dan Suhastri
(2011) yang menggunakan limbah cair tempe. Nilai COD semakin menurun
setelah penambahan serbuk biji asam jawa. Nilai COD awal pada penelitian
Hendriarianti dan Suhastri (2011) sebesar 993,3 mg/L dan setelah penambahan
serbuk biji asam jawa rata-rata nilai COD effluent limbah berkisar 73,33-126,67
mg/L. Penurunan nilai COD pada penelitian Hendriarianti dan Suhastri (2011)
sebesar 92,2%.
Merkuri merupakan salah satu jenis logam berat yang termasuk kategori
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), karena dapat membahayakan
makhluk hidup dan mencemari lingkungan (Rondonuwu 2014). Proses
pengolahan tambang emas tradisional membutuhkan merkuri untuk mengikat
emas. Merkuri yang digunakan untuk melindi emas mengakibatkan kerusakan,
yaitu pencemaran tanah, air dan vegetasi (Ferianto et al. 2012). Agus et al. (2005)
menyatakan bahwa merkuri yang digunakan sebagai bahan pemisah emas dengan
mineral lainnya menimbulkan dampak pencemaran lingkungan, terutama pada
kualitas air sungai, karena kandungan logam berat yang berbahaya.
Penambahan serbuk biji asam jawa pada limbah yang telah mengalami
pengendapan membuat nilai merkuri semakin menurun. Kualitas air akan lebih
baik bagi lingkungan, karena sedikit saja jumlah merkuri yang ada di alam akan
berbahaya bagi lingkungan. Hendrawati et al. (2013) menyatakan bahwa
mekanisme penyisihan ion logam dapat terjadi ketika terbentuknya flok pada
proses koagulasi. Flok-flok yang terbentuk dan mengendap akan ikut
mengendapkan logam merkuri dalam limbah, sehingga terjadi penurunan nilai
merkuri. Nilai pH yang semakin tinggi menyebabkan penyerapan merkuri
semakin rendah karena kelimpahan ion OH- (Gayathri et al. 2013).
Pengolahan limbah cair tambang emas tradisional dengan penambahan
serbuk biji asam jawa termasuk efektif. Hal ini terlihat dari persentase penurunan
parameter pH, TSS dan merkuri antara kontrol pengendapan (KP) dengan
penambahan serbuk biji asam jawa berturut turut sebesar 3,41%; 29,82%; dan
59,38%, namun nilai COD semakin meningkat. Peningkatan COD terkecil
terdapat pada dosis serbuk biji asam jawa 0,3 g/L. Penurunan pH terbesar
terdapat pada dosis 0,5 g/L, kemudian penurunan TSS terbesar terdapat pada dosis
0,4 g/L, sedangkan penurunan merkuri terbesar terdapat pada dosis 0,3 g/L. Hal
tersebut dapat diketahui bahwa dosis serbuk biji asam jawa yang paling efektif
adalah 0,3 g/L (Lampiran 8).
Efektivitas pengolahan limbah cair tambang emas tradisional dengan
penambahan serbuk biji asam jawa juga dapat dilihat dari persentase penurunan
17
parameter TSS, COD, dan merkuri dengan kontrol lapang (KL). Persentase
penurunan parameter TSS, COD, dan merkuri berturut turut sebesar 96,95%;
76,74%; dan 93,03%, namun nilai pH semakin meningkat. Peningkatan pH
terbesar terdapat pada dosis serbuk biji asam jawa 0,3 g/L. Penurunan TSS
terbesar terdapat pada dosis 0,4 g/L, kemudian penurunan COD terbesar terdapat
pada dosis 0,4 g/L, sedangkan penurunan merkuri terbesar terdapat pada dosis 0,3
g/L. Hal tersebut dapat diketahui bahwa dosis serbuk biji asam jawa yang paling
efektif adalah 0,3 g/L (Lampiran 9).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penambahan serbuk biji asam jawa dapat digunakan sebagai koagulan alami
pada pengolahan limbah cair tambang emas tradisional. Pada penelitian
didapatkan penurunan nilai pH, TSS, dan merkuri, tetapi tidak pada nilai COD.
Dosis serbuk biji asam jawa yang efektif sebagai koagulan pada pengolahan
limbah cair tambang emas tradisional sebesar 0,3 g/L.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada limbah cair dengan lama
pendiaman 12 jam dan dengan dosis 0,3 g/L, sehingga didapatkan perbedaan
antara pengolahan yang didiamkan selama 17 jam dan 12 jam dan diketahui yang
lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
[APHA] American Public Health Association. 2012. Standard Methods for The
Examination of Water and Waste Water 21st Edition. Ohio (US):American
Public Health Association.
Agus C, Sukandarrumidi, Wintolo D. 2005. Dampak Limbah Cair Hasil
Pengolahan Emas Terhadap Kualitas Air Sungai dan Cara Mengurangi
Dampak dengan Menggunakan Zeolit. Jurnal Manusia dan Lingkungan.
12(1):13-19.
Ahalya N, Kanamadi RD, Ramachandra TV. 2008. Bosorption of Chromium
(IV) by Tamarindus indica Pod Shell. Journal of Environmental Science
Research International. 1(2):77-81
18
Amagloh FK, Benang A. 2009. Effectiveness of Moringa oleifera seed as
coagulant for water purification. AJAR. 4(1):119-123.
Arifin M. 2000. Pengolahan limbah hotel berbintang [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Ferianto, Burhanuddin, Widiastuti T. 2012. Kadar dan Sebaran Pencemaran
Merkuri (Hg) Akibat Penambangan Emas Rakyat di Lokasi Hutan Kerangas
Kecamata Mandor Kabupaten Landak. Pontianak (ID): Universitas
Tanjungpura Press.
Gayathri R, Thirumarimurugan M, Kannadasan T. 2013. Removal of Chromium
(VI) Ions from Aqueous Solution Using Tamarind Seeds as an Adsorbent.
IJPCS. 2(2):984-991.
Hayati EI. 2015. Pemanfaatan serbuk biji asam jawa (Tamarindus indica L.)
untuk pengolahan limbah cair industri tempe [skripsi]. Semarang (ID):
Universitas Negeri Semarang.
Hendrawati, Syamsumarsih D, Nurhasni. 2013. Penggunanaan Biji Asam Jawa
(Tamarindus indica L.) dan Biji Kecipir (Phospocarpus tetragonolobus L.)
sebagai Koagulan Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Tanah. Valensi.
17(3):23-24.
Hendriarianti E, Suhastri H. 2011. Penentuan Dosis Optimum Koagulasi Biji
Asam Jawa (Tamarindus indica L.) dalam Penurunan TSS dan COD
Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit di Kota Malang. Spectra.
17(9):12-22.
Jeyakumar P. 2014. Purification of Pond Water by Natural Seeds and Dye Water
by Synthetic Coagulant. JCHPS. 50-51.
Lestarisa T. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan merkuri
(Hg) pada penambangan emas tanpa ijin (PETI) di kecamatan Kurun,
kabupaten Gunung mas, Kalimantan Tengah [tesis]. Semarang (ID):
Universitas Diponegoro.
Madhavi TP, Rajkumar R. 2013. Utilisation of Natural Coagulant for Reduction
of Turbidity from Waste Water. International Journal of Chemtech
Research. 5(3):1119-1123
Mahmud M, Lihawa F, Isa I, Patuti IM. 2012. Fitoremediasi Sebagai Alternatif
Pengurangan Limbah Merkuri Akibat Penambangan Emas Tradisional di
Ekosistem Sungai Tulabolo Kabupaten Bone Bolango. Universitas Negeri
Gorontalo Press. Montgomery DC. 2000. Design And Analysis of Experiments “5th ed”. New York
(US): John Wiley & Son,Inc.
Nurhasanah. 2009. Penentuan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada
limbah cair pabrik kelapa sawit, pabrik karet, dan domestik [karya ilmiah].
Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Nurika I, Mulyarto AR, Afshari K. 2007. Pemanfaatan Biji Asam Jawa
(Tamarindus indica) sebagai Koagulan pada Proses Koagulasi Limbah Cair
Tahu (Kajian Konsentrasi Serbuk Biji Asam Jawa dan Lama Pengadukan).
JTP. 8(3):215-220.
Rahman MM, Sarker P, Saha B, Jakarin N, Shammi M, M. Khabir U, Sikder MT.
2015. Removal of Turbidity from the River Water using Tamarindus indica
and Litchi chinensis Seeds as Natural Coagulant. IJEPP. 3(2-1):19-26.
19
Ramadhani GI, Moesriati A. 2013. Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus
indica) sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Menurunkan Kadar COD
dan BOD dengan Studi Kasus pada Limbah Cair Industri Tempe. POMITS.
2(1):2337-3539.
Rondonuwu SB. 2014. Fitoremediasi Limbah Merkuri Menggunakan Tanaman
dan Sistem Reaktor. Jurnal Ilmiah Sains. 14(1):53-59.
Rosyidah C. 2008. Uji dosis serbuk biji asam jawa (Tamarindus indica) sebagai
biokoagulan terhadap kualitas air ditinjau dari aspek fisik, kimia, dan
bakteriologi [skripsi]. Malang (ID): UIN Malang.
Shlini P, Murthy KRS. 2016. Purification of Phenolics from Defatted Tamarind
Kernel Powder. Asian J. Plants Sci. Res. 6(4):48-52.
Shoba B, Sakthiganesh R, Raju S. 2015. Treatment of Dairy Watewater Using
Tamarind Kernel Adsorbent. IJIREM. 3:221-223.
Siallagan MB. 2010. Analisis buangan berbahaya pertambangan emas di Gunung
Pongkor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Siswoyo. 2011. Dampak pembuangan limbah industri kecap terhadap kualitas air
sumur di kelurahan Purwodadi kecamatan Purwodadi kabupaten Grobogan
[skripsi]. Semarang (ID): Universitas Negeri Semarang.
Soemardji AA. 2007. Tamarindus indica L. or “Asam Jawa”: The Sour but
Sweet and Useful. University of Toyama. Japan.
Sugianti T, Sudjudi, Syahri. 2014. Penyebaran Cemaran Merkuri pada Tanah
Sawah Dampak Pengolahan Emas Tradisional di Pulau Lombok NTB.
Seminar Nasional Lahan Suboptimal; 2014 September 26-27; Palembang,
Indonesia. NTB (ID): BPTP. hlm 41 1-7.
Sumual H. 2009. Karakterisasi Limbah Tambang Emas Rakyat Dimembe
Kabupaten Minahas Utara. AGRITEK. 17(5):932-938.
Sutrisno T, Eni S. 2006. Teknologi penyediaan air bersih. Jakarta (ID): Rineka
Cipta.
Tommy, Palapa M. 2009. Bioremediasi Merkuri (Hg) dengan Tumbuhan Air
sebagai Salah Satu Alternatif Penanggulangan Limbah Tambang Emas
Rakyat. AGRITEK. 17(5):1-7.
20
LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto kondisi awal (limbah cair kontrol) dan kondisi akhir perlakuan
Limbah cair kontrol
Setelah perlakuan dosis 0,3 g/L Flok setelah perlakuan dosis 0,3 g/L
Setelah perlakuan dosis 0,4 g/L Flok setelah perlakuan dosis 0,4 g/L
Setelah perlakuan dosis 0,5 g/L Flok setelah perlakuan dosis 0,5 g/L
21
Lampiran 2 Pemanfaatan biji asam jawa sebagai koagulan pada penelitian sebelumnya
N
No Penelitian Limbah
Dosis
optimal
(g/l)
Serbuk
(mesh)
p
pH
Pengadukan Pengendapan
(menit) Parameter
Efisiensi (%)
Cepat Lambat Penurunan Peningkatan
1
1 Nurika et al. 2007 Cair tahu 14 60
100 rpm
3 menit 60
TSS 67,29
BOD5 24,18
DO
53,85
pH
16,28
2
2 Hendriarianti dan Suhastri 2011 Cair penyamakan kulit 3,5 150 mm 4,11
200 rpm
1 menit
20 rpm
30 menit 60
TSS 83,3
COD 92,2
3
3 Ramadhani dan Moesriati 2013 Cair industri tempe 1,5 60
5
5
180 rpm
1 menit
80 rpm
45 menit 60
COD 81,72
BOD 82,62
TSS 76,47
4
4 Shoba et al, 2015 Susu
4 50 7,8 6 menit 15 menit
Turbidity 57
Total solids 77,14
COD 68,18
Sulphate 71,42
4
120 rpm
15 menit
Turbidity 73
Total solids 76,19
COD 79,5
Sulphate 85,71
4
12 rpm
40 menit
Turbidity 78,8
Total solids 80,95
COD 92,05
Sulphate 88,75
21
22
Lampiran 3 Pengolahan limbah cair tambang emas tradisional dengan menggunakan fitoremediasi dan zeolit N
No Peneliti, tahun Judul Penyerapan Merkuri Efektivitas penurunan Merkuri
1
1 Mahmud et al, Fitoremediasi Sebagai Alternatif Pengurangan Rumput-rumputan
97,96% (sedimen pada bak)
2012 Penambangan Emas Tradisional di Ekosistem akar 20555,44 ppb 99,59% (effluent)
Sungai Tulabolo Kabupaten Bone Bolango daun 6135,53 ppb
Paku pakis
akar 4867,51 ppb
daun 2150,56 ppb
Colocasia esculenta batang hijau
akar 4628,92 ppb
daun 1356,76 ppb
Colocasia esculenta batang merah
akar 3428,62 ppb
daun 945,84 ppb
Keladi tikus
akar 984,53 ppb
daun 945,84 ppb
2
2 Agus et al, Dampak Limbah Cair Hasil Pengolahan Emas Terhadap
Kualitas Air Sungai dan Cara Mengurangi Dampak
dengan Menggunakan Zeolit
>90%
2005
22
23
Lampiran 4 Hasil sidik ragam dan uji lanjut Tukey parameter pH
a. Sidik ragam pH (kontrol pengendapan (KP) dengan penambahan koagulan
serbuk biji asam jawa)
Jenis Keragaman db JK KT Fhitung Ftabel(α 0,01)
Ftabel(α
0,05)
Ftabel(α
0,1)
Dosis koagulan 3 0,09 0,03 10,00 7,59 4,07 2,92
Galat 8 0,03 0,003
Total 11 0,12
b. Uji lanjut Tukey (α = 0,01; 0,05; 0,1)
Perlakuan Jumlah Rata rata Grup
1 3 7,41 A
2 3 7,26
B
3 3 7,22
B
4 3 7,17 B
c. Sidik ragam pH (kontrol lapang (KL) dengan penambahan koagulan serbuk biji
asam jawa)
Jenis Keragaman db JK KT Fhitung Ftabel(0,01) Ftabel(0,05) Ftabel(0,1)
Dosis koagulan 3 23,277 7,759 30,67 7,59 4,07 2,92
Galat 8 2,024 0,253
Total 11 25,301
d. Uji lanjut Tukey (α = 0,01; 0,05; dan 0,1)
Perlakuan Jumlah Rata rata Grup
2 3 7,26 A
3 3 7,22 A
4 3 7,17 A
1 3 4,00 B
24
Lampiran 5 Hasil sidik ragam dan uji lanjut Tukey parameter TSS
a. Sidik ragam TSS (kontrol pengendapan (KP) dengan penambahan koagulan
serbuk biji asam jawa)
Jenis Keragaman db JK KT Fhitung Ftabel(0,01) Ftabel(0,05) Ftabel(0,1)
Dosis koagulan 3 633,30 211,10 9,14 7,59 4,07 2,92
Galat 8 185,20 23,10
Total 11 818,40
b. Uji lanjut Tukey TSS (α = 0,01 dan 0,05)
Perlakuan Jumlah Rata rata Grup
1 3 66,67 A
4 3 57,78 A B
2 3 53,33
B
3 3 46,67 B
c. Uji lanjut Tukey TSS (α = 0,1)
Perlakuan Jumlah Rata rata Grup
1 3 66,67 A
4 3 57,78 A B
2 3 53,33
B C
3 3 46,67 C
d. Sidik ragam TSS (kontrol lapang (KL) dengan penambahan koagulan serbuk
biji asam jawa)
Sumber keragaman db JK KT Fhitung
Ftabel
(0,01)
Ftabel
(0,05)
Ftabel
(0,1)
Dosis koagulan 3 4918726,00 1639575,00 86293,42 7,59 4,07 2,92
Galat 8 148,00 19,00
Total 11 4918871,00
e. Uji lanjut Tukey TSS (α = 0,01; 0,05; dan 0,1)
Perlakuan Jumlah Rata rata Grup
1 3 1531,11 A
4 3 57,78
B
2 3 53,33
B
3 3 46,67 B
25
Lampiran 6 Hasil sidik ragam dan uji lanjut Tukey parameter COD
a. Sidik ragam COD (kontrol pengendapan (KP) dengan penambahan koagulan
serbuk biji asam jawa)
Jenis Keragaman db JK KT Fhitung Ftabel(0,01) Ftabel(0,05) Ftabel(0,1)
Dosis koagulan 3 6241,00 2080,60 40,24 7,59 4,07 2,92
Galat 8 413,90 51,70
Total 11 6655,80
b. Uji lanjut Tukey COD (α = 0,01; 0,05; dan 0,1)
Perlakuan Jumlah Rata rata Grup
4 3 162,66 A
3 3 148,95 A
2 3 126,79
B
1 3 102,53 C
c. Sidik ragam COD (kontrol lapang (KL) dengan penambahan koagulan serbuk
biji asam jawa)
Jenis Keragaman db JK KT Fhitung Ftabel(0,01) Ftabel(0,05) Ftabel(0,1)
Dosis koagulan 3 359059,50 119686,50 1648,57 7,59 4,07 2,92
Galat 8 580,80 72,60
Total 11 359640,40
d. Uji lanjut Tukey COD (α = 0,01; 0,05; dan 0,1)
Perlakuan Jumlah Rata rata Grup
1 3 544,51 A
4 3 162,66
B
3 3 148,95
B C
2 3 126,79 C
26
Lampiran 7 Hasil sidik ragam dan uji lanjut Tukey parameter Merkuri (Hg)
a. Sidik ragam merkuri (Hg) (kontrol pengendapan (KP) dengan penambahan
koagulan serbuk biji asam jawa)
Jenis Keragaman db JK KT Fhitung Ftabel(0,01) Ftabel(0,05) Ftabel(0,1)
Dosis koagulan 3 0,00 0,00 3,25 7,59 4,07 2,92
Galat 8 0,00 0,00
Total 11 0,00
b. Uji lanjut Tukey Merkuri (Hg) (α = 0, 1)
Perlakuan Jumlah Rata rata Grup
1 3 0,00019 A
4 3 0,00014 A B
3 3 0,00010 A B
2 3 0,00008 B
c. Uji lanjut Tukey Merkuri (Hg) (α = 0,01 dan 0,05)
Perlakuan Jumlah Rata rata Grup
1 3 0,00019 A
4 3 0,00014 A
3 3 0,00010 A
2 3 0,00008 A
d. Sidik ragam merkuri (Hg) (kontrol lapang (KL) dengan penambahan koagulan
serbuk biji asam jawa)
Jenis Keragaman db JK KT Fhitung Ftabel(0,01) Ftabel(0,05) Ftabel(0,1)
Dosis koagulan 3 2,485 0,828 414,00 7,59 4,07 2,92
Galat 8 0,020 0,002
Total 11 2,505
e. Uji lanjut Tukey Merkuri (Hg) (α = 0,01; 0,05; dan 0,1)
Perlakuan Jumlah Rata rata Grup
1 3 1,159 A
4 3 0, 143
B
3 3 0, 104
B
2 3 0,0 81 B
27
Lampiran 8 Hasil analisis parameter kualitas air limbah tambang emas tradisional
(kontrol pengendapan (KP) dengan penambahan koagulan serbuk
biji asam jawa)
Perlakuan Parameter Kualitas air (%)
pH TSS COD Merkuri
0,3 g/L 2,20 20,15 18,59* 59,38
0,4 g/L 2,65 29,82 31,11* 47,96
0,5 g/L 3,41 13,12 36,95* 27,89 Keterangan:
*Terjadi peningkatan konsentrasi pada parameter kualitas air yang diujikan
Lampiran 9 Hasil analisis parameter kualitas air limbah tambang emas tradisional
(kontrol lapang (KL) dengan penambahan koagulan serbuk biji asam
jawa)
Perlakuan Parameter Kualitas air (%)
pH TSS COD Merkuri
0,3 g/L 44,97* 96,52 76,74 93,03
0,4 g/L 44,66* 96,95 72,65 91,06
0,5 g/L 44,22* 96,23 70,13 87,66 Keterangan:
*Terjadi peningkatan nilai pada parameter kualitas air yang diujikan
28
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jombang pada tanggal 31
Oktober 1993 dari pasangan Bapak Manshur dan Ibu
Suliswatin sebagai anak keempat dari empat bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai dari RA Raudhatul Ulum
Kedungboto tahun 1998, MI Miftahul Ulum Balongsari
tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006, pada tahun 2009
penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di
MTs Negeri Mamba’ul Ulum Megaluh dan pada tahun 2012
penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA
Negeri 1 Ploso. Pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur undangan dan diterima di Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama perkuliahan penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum mata
kuliah Ilmu Tumbuhan Air dan Makroalgae (2015), Penulis juga berkesempatan
menjadi sekretaris 2 Keluarga Mahasiswa Nadhatul Ulama’ (KMNU) IPB pada
tahun 2014, sekretaris Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) JAC IPB pada
tahun 2014, dan pada tahun 2015 berkesempatan menjadi sekretaris 1 Keluarga
Mahasiswa Nadhatul Ulama’ (KMNU) IPB. Selain itu penulis juga aktif
mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di sekitar
kampus maupun di luar kampus. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Penulis melaksanakan penelitian yang berjudul
“Penggunaan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.) sebagai Koagulan Alami
pada Pengolahan Limbah Cair Tambang Emas Tradisional”.