PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA … · Data dan informasi dikumpulkan dengan metode...
Transcript of PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA … · Data dan informasi dikumpulkan dengan metode...
PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN
KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI
BUDI YADHIKA SARJONO
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian
Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Budi Yadhika Sarjono
NIM A24100003
ABSTRAK
BUDI YADHIKA SARJONO. Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo
Abadi. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN.
Magang ini dilaksanakan di Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu
Nabatindo Abadi (WNA) dari Maret sampai Juni 2014. Tujuan kegiatan ini adalah
menambah pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tentang usaha perkebunan
kelapa sawit secara umum dan pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit
secara khusus. Data dan informasi dikumpulkan dengan metode langsung dan
tidak langsung. Penulis mengamati dominansi gulma di pasar pikul BKLE dengan
parameter pengamatan yang terdiri atas spesies, frekuensi, kerapatan, dan bobot
basah biomassa. Pengamatan lain adalah gejala kerusakan penyemprotan kentosan
4 minggu setelah aplikasi. Data penilaian gulma dianalisis dengan menggunakan
analisis nisbah jumlah dominansi (NJD), sedangkan penyemprotan kentosan
dianalisis secara deskriptif. Pasar pikul BKLE didominasi oleh Nephrolepis
biserrata, Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, dan Digitaria adscendens.
Penyemprotan kentosan menyebabkan banyak kentosan yang mengalami
kematian namun masih ada yang tetap tumbuh.
Kata kunci: dominansi gulma, kerusakan kentosan, nisbah jumlah dominansi,
pasar pikul, piringan
ABSTRACT
BUDI YADHIKA SARJONO. Weed Control of Oil Palm Plantation (Elaeis
guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate of PT Windu Nabatindo Abadi.
Supervised by SOFYAN ZAMAN.
This intership was conducted at Bangun Koling Estate (BKLE) of PT
Windu Nabatindo Abadi (WNA) from March to June 2014. The aim of this
activity were to improve knowledge, skill, and experience about oil palm
plantation in general and specifically about weed control of oil palm plantation.
Collection of data and information was carried out by direct and indirect methods.
The author observed weed domination in harvester path of BKLE with
observation parameter consisting of species, frecuency, density, and biomass wet
weight. Another observation was the damage symptom of voluntary oil palm
seedlings (VOPs) spraying in the circle 4 weeks after application. The output of
weed domination observation was analyzed with Summed Dominance Ratio
(SDR), while VOPs spraying was analyzed descriptively. The harvester path of
BKLE was dominated by Nephrolepis biserrata, Ageratum conyzoides, Cyperus
rotundus, and Digitaria adscendens. VOPs spraying caused many VOPs dead but
few keep growing.
Key words: circle, harvester path, summed dominance ratio, VOPs damage, weed
domination
2
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN
KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
BUDI YADHIKA SARJONO
3
4
Judul Skripsi :Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo
Abadi
Nama : Budi Yadhika Sarjono
NIM : A24100003
Disetujui oleh
Ir Sofyan Zaman, MP
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
5
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melindungi dan melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi”. Skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dan lulus
di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Skripsi ini merupakan laporan hasil magang yang dilaksanakan selama
empat bulan di perkebunan kelapa sawit Kebun Bangun Koling, PT Windu
Nabatindo Abadi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis, Bapak Ir
Sarjono Damanik, Ibu Rosnilawaty Alifia, Suci Aripurnami, dan Devita Sandra
M. atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis; Bapak Ir Sofyan
Zaman, MP selaku dosen pembimbing skripsi dan Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi,
MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan
saran dalam proses magang dan akademik sampai dengan penyusunan skripsi ini;
Bapak Dr Ir Herdhata Agusta dan Bapak Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP MSi
selaku dosen penguji. Keluarga besar Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo
Abadi, terutama Bapak Syahbudin selaku Manajer Kebun dan Bapak Gunawan
Setiaji selaku Asisten Divisi 2 BKLE yang telah memberikan bimbingan dan
masukan kepada penulis. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 47
beserta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Penulis
amat senang menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Bogor, Desember 2014
Budi Yadhika Sarjono
6
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Tanaman Kelapa Sawit 2
Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit 3
Pengendalian Gulma 4
METODE MAGANG 4
Tempat dan Waktu 4
Metode Pelaksanaan 5
Pengamatan dan Pengumpulan Data 6
Analisis Data dan Informasi 6
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 7
Letak Geografis dan Wilayah Administratif 7
Keadaan Iklim dan Tanah 7
Luas Areal dan Tata Guna Lahan 8
Keadaan Tanaman dan Produksi 8
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 9
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10
Aspek Teknis 10
Aspek Manajerial 17
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Dominansi Gulma 19
Teknik Pengendalian Gulma 22
Faktor Penentu Keberhasilan Pengendalian Gulma 26
Estimasi Biaya Pengendalian Gulma 28
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 30
RIWAYAT HIDUP 39
DAFTAR TABEL
1 Luas areal kebun dan tata guna lahan di BKLE 8
2 Populasi tanaman per tahun tanam di BKLE 9
3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2013 9
7
4 Status dan jumlah karyawan BKLE tahun 2014 10
5 Nisbah jumlah dominansi gulma per tahun tanam 20
6 Nilai koefisien komunitas berdasarkan analisis vegetasi dari dua
komunitas yang berbeda 21
7 Rekap anggaran biaya pengendalian gulma BKLE tahun 2014 28
DAFTAR GAMBAR
1 Kegiatan penyemprotan piringan, pasar pikul, & TPH 12
2 Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH 13
3 Kegiatan penaburan pupuk rock phosphate 15
4 Kegiatan panen dengan dodos 17
5 Dendrogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis gerombol 22
6 Hasil semprot kentosan 4 minggu setelah aplikasi 26
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 31
2 Data curah hujan 2009-2013 Bangun Koling Estate, PT Windu
Nabatindo Abadi 32
3 Struktur organisasi Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 33
4 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Bangun Koling Estate,
PT Windu Nabatindo Abadi 34
5 Rekomendasi dosis pupuk tahun 2014 di BKLE 35
6 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Bangun Koling Estate,
PT Windu Nabatindo Abadi 36
7 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Bangun Koling Estate,
PT Windu Nabatindo Abadi 37
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
nabati unggulan dan berpengaruh besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam memproduksi minyak kelapa sawit
(MKS) karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif berupa mikroklimat
yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Tingginya pertumbuhan
industri kelapa sawit di Indonesia berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja dan penambahan devisa negara.
Peningkatan pendapatan domestik bruto dan pertumbuhan penduduk dunia
mengakibatkan peningkatan kebutuhan minyak nabati dunia. Minyak kelapa
sawit, sebagai salah satu minyak nabati unggulan, merupakan bahan baku utama
pembuatan minyak goreng pada industri minyak goreng dan bahan baku
oleochemical utama pada industri makanan, industri shortening, dan industri
farmasi (kosmetik), sehingga MKS memiliki nilai yang strategis.
Data dari Kementrian Perindustrian (2012) menunjukkan bahwa
penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi tertinggi dalam
pasar minyak nabati dunia sejak tahun 2004 yaitu mencapai sekitar 30 juta ton
dengan pertumbuhan rata-rata 8% per tahun. Tingginya permintaan akan minyak
kelapa sawit di dalam dan luar negeri merupakan indikasi pentingnya produksi
minyak kelapa sawit yang optimal.
Indonesia sebagai salah satu produsen MKS terbesar di dunia terus
berusaha mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Usaha ini terlihat dari
peningkatan luas areal dan produktivitas perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2012) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 8 992 824 ha
pada tahun 2011 menjadi 9 074 621 ha pada tahun 2012 dan terus meningkat.
Produktivitas MKS adalah 3.53 ton/ha pada tahun 2011 dan meningkat menjadi
3.57 ton/ha pada tahun 2012.
Tingginya pertumbuhan industri kelapa sawit merupakan hal positif yang
perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Usaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan produktivitas tanaman dapat dilakukan melalui kegiatan
pemeliharaan yang tepat. Salah satu unsur pemeliharaan kebun kelapa sawit pada
periode tanaman menghasilkan (TM) adalah pengendalian gulma.
Kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat mengakibatkan
penurunan kuantitas dan kualitas produksi tandan buah segar (TBS), gangguan
terhadap pertumbuhan tanaman, peningkatan serangan hama dan penyakit,
gangguan tata guna air, dan secara umum akan meningkatkan peningkatan biaya
usaha tani (Pahan 2006). Pengendalian gulma menjadi topic penting yang penulis
pilih untuk diamati sebagai bahan kajian tugas akhir magang karena pengendalian
gulma memiliki pengaruh yang besar terhadap produksi TBS tanaman kelapa
sawit.
2
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan pemamaham
proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis lapangan,
meningkatkan kemampuan manajerial dan analisis kegiatan di lapangan
perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah
meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tentang pemeliharaan
tanaman kelapa sawit terutama pengendalian gulma yang terdiri dari dominansi
gulma, teknik pengendalian gulma, faktor penentu keberhasilan pengendalian
gulma, dan estimasi biaya pengendalian gulma.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Pahan (2006), dalam dunia botani, semua tumbuhan
diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode
pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus.
Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : 1. E. guineensis Jacq.
: 2. E. oleifera (H.B.K) Cortes
: 3. E. odora
Tanaman kelapa sawit menghasilkan buah yang disebut tandan buah segar
(TBS). Menurut Corley (2003) produktivitas tandan kelapa sawit meningkat
dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian
menurun secara perlahan-lahan sesuai dengan umur tanaman yang semakin tua
hingga umur ekonomis 25 tahun. Adi (2010) menambahkan, kelapa sawit
merupakan suatu tanaman yang menghasilkan minyak nabati sebagai hasil
utamanya yang memiliki produktivitas paling tinggi dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya. Tinggi pohon kelapa sawit dapat mencapai 24
meter. Buah dari kelapa sawit memiliki warna merah kehitaman pada kondisi
telah matang. Daging dan kulit pada buah tersebut mengandung minyak yang
dapat digunakan sebagai minyak goreng, peralatan kosmetik, bahan baku
margarin, dan bahan baku minyak alkohol.
Tandan buah segar akan menghasilkan minyak setelah diolah. Minyak
yang berasal dari kelapa sawit terdiri atas dua macam. Pertama, minyak yang
berasal dari daging buah (mesocarp) yang dihasilkan melalui perebusan dan
pemerasan (press). Minyak jenis ini dikenal sebagai minyak sawit kasar atau
3
crude palm oil (CPO). Kedua, minyak yang berasal dari inti sawit, dikenal sebagai
minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO) (Pardamean 2008).
Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan,
gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi
dengannya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi
sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi
sehingga unggul dalam persaingan dengan tanaman budi daya dalam hal
perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati)
yang disekresikan (Pahan 2006).
Menurut Sembodo (2010), penggolongan gulma berdasarkan kesamaan
responnya terhadap herbisida paling banyak digunakan bila dikaitkan dengan
upaya pengendalian gulma. Kesamaan respon terhadap herbisida adalah sifat atau
gejala umum yang ditunjukkan gulma tersebut apabila dikenai suatu jenis
herbisida. Berdasarkan respon gulma terhadap herbisida, maka gulma dapat
digolongkan menjadi: (1) gulma rumputan (grasses), (2) gulma golongan tekian
(sedges), dan (3) gulma golongan berdaun lebar (broadleaves).
Jenis-jenis gulma yang dominan yang terdapat di perkebunan dapat
berbeda-beda jenisnya dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan juga
bergantung pada umur dari tanaman pokoknya (Sastroutomo 1990). Soedarsan et
al. (1983) mencatat 8 jenis gulma penting pada pertanaman kelapa sawit yang
terdiri dari 6 jenis rerumputan, 1 jenis gulma berdaun lebar, dan 1 jenis pakis.
Jenis-jenis ini adalah I. cylindrica, A. compressus, Ottochloa sp., P. repens, P.
conjugatum, D. adscendens, Mikania micrantha, dan Nephrolepis biserrata.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, gulma dibedakan
menjadi gulma kelas A, B, C, D, dan E. Gulma kelas A adalah jenis-jenis gulma
yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara
tuntas, contohnya Imperata cylindrica, Mikania sp., dan Mimosa sp.. Gulma kelas
B adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu
dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian, contohnya Lantana
camara, Melastoma malabathricum, dan Scleria sumatrensis. Gulma kelas C
adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dan
memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut
tergantung pada keadaan, misalnya ketersediaan biaya, atau mempertimbangkan
segi estetika (kebersihan kebun), contohnya Axonopus compressus, Cyperus sp.,
dan Nephrolepis biserrata. Gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang
merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian,
contohnya Ageratum conyzoides, Cyrtococcum sp., dan Digitaria sp.. Gulma kelas
E adalah jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman
perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau, contohnya
Calopogonium sp., Centrosema pubescens, dan Pueraria sp. (Barus 2003).
4
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budi daya
lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, CO2, ruang dan lain-lainnya. Mungkin
dengan adanya pengendalian yang terus-menerus akan dapat merusak tanaman
karena sentuhan mekanik dan dengan sendirinya akan dapat mengurangi hasil dan
demikian seterusnya. Kehilangan hasil tersebut dapat pula didekati dengan
membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir 1993).
Beberapa laporan menginformasikan pengaruh gulma pada perkebunan
kelapa sawit dapat mengurangi produksi panen kelapa sawit. Mikania micrantha
misalkan, dilaporkan dapat menurunkan produksi Tandan Buah Segar (TBS)
sebesar 20% karena pertumbuhannya sangat cepat dan mengeluarkan zat
allelopatik yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tahun 2010, di Provinsi Jambi
tercatat kerugian hasil pada komoditi kelapa sawit yang disebabkan oleh Mikania
micrantha sebesar Rp 38 110 500,00 dengan luas serangan 757.5 ha, Imperata
cylindrica sebesar Rp 59 971 500,00 dengan luas serangan 1 086 ha, Paspalum
conjugatum sebesar Rp 43 416 599,00 dengan luas serangan 1 149.9 ha
(Dirjenbun 2013).
Menurut Pahan (2006), pengendalian/pemberantasan gulma di perkebunan
kelapa sawit dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan dan gawangan
(interrow). Ada tiga jenis gulma yang perlu dikendalikan, yaitu (1) ilalang di
piringan dan gawangan, (2) rumput-rumputan di piringan, (3) tumbuhan
pengganggu/anak kayu di gawangan, (4) gulma lainnya, yaitu keladi liar, dan
pisang liar. Pengendalian gulma dilakukan dengan pendekatan konsep ambang
ekonomi. Artinya, selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma
tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk
pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan.
Sembodo (2010) menambahkan, langkah awal sebelum dilakukan
pengendalian gulma dalam suatu areal usaha tani yang luas seperti perkebunan,
terlebih dahulu perlu dilakukan penilaian terhadap gulma yang ada. Tahapan
penilaian gulma dalam suatu areal tertentu adalah survei primer (pendahuluan),
penetapan contoh yang mewakili (sampling), pencatatan jenis dan parameter
gulma, penilaian kondisi gulma, dan penetapan kebijakan pengelolaan gulma. Ada
enam metode pengendalian gulma, yaitu preventif atau pencegahan, mekanik atau
fisik, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Kebun Bangun Koling PT Windu
Nabatindo Abadi di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah pada 1 Maret
sampai dengan 30 Juni 2014.
5
Metode Pelaksanaan
Magang dilaksanakan dengan metode memberikan penulis tanggung jawab
sebagai karyawan lapangan selama satu bulan, pembantu mandor selama satu
bulan, dan pembantu asisten selama dua bulan, serta mempelajari administrasi dan
pengumpulan data di kantor. Penulis mengikuti semua kegiatan yang ada di
lapangan (kebun), baik yang bersifat teknis maupun administratif, bekerja seperti
halnya karyawan perusahaan, di bawah pengawasan pembimbing lapangan,
berdiskusi dengan para asisten mengenai semua aspek pengelolaan kebun,
khususnya aspek budidaya tanaman, menerima tugas sebagai mandor atau
melaksanakan kegiatan administrasi di bawah bimbingan asisten perusahaan,
mempelajari administrasi kebun dengan bimbingan asisten administrasi,
menyesuaikan variasi jadwal dan jenis kegiatan yang ditangani dengan kegiatan
yang ada dilapangan, melakukan analisis deskriptif terhadap data dan informasi
yang berhasil dikumpulkan, dan membahas permasalahan yang dihadapi baik dari
aspek teknis maupun manajerial sehingga dapat memberikan rekomendasi
perbaikan-perbaikan kepada perusahaan tempat magang.
Penulis bertanggung jawab sebagai karyawan lapangan pada bulan pertama
dan melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun. Penulis
terlibat dalam kegiatan pengendalian gulma, pemupukan, pemanenan, dan
perawatan. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat prestasi kerja
penulis, karyawan, dan norma yang berlaku di perusahaan, serta diskusi dengan
karyawan lapangan.
Kegiatan sebagai pembantu mandor berlangsung pada bulan kedua.
Kegiatan yang dipelajari adalah batas kewenangan dan tanggung jawab seorang
Mandor. Sesuai dengan aspek agronominya, masing-masing mandor menentukan
jumlah tenaga kerja, alat, dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan esok hari,
memeriksa kehadiran, mengorganisir dan mengawasi pelaksanaan di lapangan,
membuat laporan harian mandor, mengisi administrasi pada tingkat mandor.
Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat jumlah karyawan yang diawasi,
luas areal pengawasan, dan lama pekerjaan, pengambilan contoh gulma di blok-
blok contoh untuk penilaian dominansi gulma, dan melakukan diskusi dengan
Mandor.
Kegiatan sebagai Pendamping Asisten Divisi dilakukan pada dua bulan
terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan yang
dilakukan oleh Asisten seperti membuat rencana kerja harian dan bulanan,
melakukan kegiatan manajemen tingkat divisi, mengarahkan kerja mandor,
membuat laporan harian asisten, mengisi administrasi tingkat divisi, dan
memeriksa pelaksanaan kegiatan di lapangan untuk setiap aspek agronomi.
Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat jumlah mandor yang diawasi,
luas areal pengawasan, dan lama pekerjaan, dan melakukan diskusi dengan asisten
dan manajer.
6
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data primer dan data sekunder selama kegiatan
magang. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan penulis
secara langsung di lapangan yang meliputi penilaian gulma dan efektivitas
penyemprotan kentosan. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
pengamatan dan dokumentasi pihak lain, umumnya tersedia di kantor kebun, dan
tidak diperoleh oleh penulis secara langsung di lapangan. Data sekunder yang
dikumpulkan meliputi letak georafis dan administratif, keadaan iklim dan tanah,
luas areal dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, dan struktur
organisasi dan ketenagakerjaan.
Pengamatan penilaian gulma dilakukan pada 5 blok tahun tanam, yaitu
2006 (L20), 2007 (M21), 2008 (M23), 2009 (K15), dan 2010 (K14). Distribusi
petak contoh yang digunakan adalah sampling beraturan, yaitu 20 petak contoh
pada 4 pasar pikul di setiap blok, masing-masing pasar pikul diambil 5 petak
contoh, dengan menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm.
Penilaian gulma ini dilakukan untuk menentukan spesies gulma dominan melalui
parameter frekuensi mutlak (FM), kerapatan mutlak (KM), dan bobot basah
biomassa atau bobot basah mutlak (BBM). Penyemprotan kentosan di piringan
diamati 4 minggu setelah aplikasi.
Analisis Data dan Informasi
Data primer yang diperoleh dikelompokkan dan diolah lebih lanjut. Data
penilaian gulma dianalisis dengan menggunakan analisis Nisbah Jumlah
Dominansi (NJD), sedangkan penyemprotan kentosan dianalisis secara deskriptif.
NJD dihitung dengan rumus (Fitriana et al. 2013):
N
KN (kerapatan nisbi) adalah nilai KM spesies gulma tertentu dibagi total
KM semua jenis gulma. BBN (bobot basah nisbi) adalah nilai BBM spesies gulma
tertentu dibagi total BBM semua jenis gulma. FN (frekuensi nisbi) adalah nilai
FM spesies gulma tertentu dibagi total FM semua jenis gulma. NJD
mengindikasikan kemampuan penguasaan sarana tumbuh yang ada oleh suatu
jenis gulma tertentu.
Tingkat kesamaan vegetasi gulma dari setiap blok dibandingkan dengan
cara menghitung koefisien komunitas (KK) menggunakan indeks kesamaan Bray-
Curtis (Ludwig dan Reynolds 1988). KK dihitung dengan rumus:
Nilai W adalah jumlah individu terendah dari spesies gulma yang terdapat di
2 blok yang dibandingkan. Nilai a adalah jumlah semua individu dari spesies
7
gulma pada blok pertama, dan b adalah jumlah semua individu dari spesies gulma
pada blok kedua. KK menunjukkan tingkat kesamaan antara 2 blok yang
dibandingkan. Koefisien ketidaksamaan dari nilai KK dianalisis dengan analisis
gerombol metode single-linkage dan ditampilkan dalam bentuk dendrogram.
Data sekunder yang diperoleh dibandingkan dengan literatur hasil studi
pustaka yang terkait dengan kegiatan magang dan norma yang berlaku di
perkebunan kelapa sawit secara umum.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) adalah grup perusahaan yang bergerak
di bidang perkebunan kelapa sawit. PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) adalah
salah satu anak perusahaan dari BGA yang mengelola empat unit usaha, yaitu
Selucing Agro Mill (SAGM), Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga
Estate (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). BKLE terdiri atas 4 divisi.
Penulis melakukan kegiatan magang di Divisi 2 BKLE. Tanaman tertua di BKLE
adalah tahun tanam 2006 dan yang termuda adalah 2010. Progeni yang ditanam di
BKLE terdiri atas Costa Rica, Papua New Guinea, Marihat V, dan Socfindo.
Letak Geografis dan Wilayah Administratif
BKLE terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas areal BKLE
sebelah timur berbatasan dengan SCME, sebelah selatan berbatasan dengan PT
SS, sebelah barat berbatasan dengan PT TASK, dan sebelah utara berbatasan
dengan PT NKU. Letak geografis BKLE yaitu pada koordinat di antara 112.01°-
113.09°BT dan 1.45°-1.85°LS. Peta BKLE dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah
Rata-rata curah hujan di BKLE sejak tahun 2009-2013 adalah 3 940.84
mm per tahun. Rata-rata hari hujan adalah 137.8 hari per tahun. Jumlah Bulan
Basah adalah 11 bulan (September s.d. Juli) serta Bulan Kering 1 bulan (Agustus)
sehingga iklim di BKLE menurut klasifikasi Scmidt-Ferguson termasuk tipe iklim
A (Sangat Basah). Suhu rata-rata harian di BKLE yaitu 27 °C dengan kisaran suhu
23-33 °C. Curah hujan BKLE dapat dilihat pada Lampiran 2.
Jenis tanah di BKLE terdiri dari tanah inseptisol 64.7%, entisol 30.4%,
histosol 7.11%, dan ultisol 0.71% sehingga tanah yang dominan di BKLE adalah
tanah inseptisol. Kesesuaian lahan untuk kelapa sawit di BKLE termasuk dalam
kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir. Topografi
mayoritas datar dengan tingkat kemiringan 0-8 %, sedikit daerah bergelombang
dengan tingkat kemiringan 9-15 % dan berbukit dengan kemiringan 15-30 %.
8
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal kebun BKLE adalah 3 183 ha dengan rincian 2 669 ha sudah
diusahakan yang terdiri dari 2 505 ha areal Tanaman Menghasilkan (TM) dan 25
ha areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). BKLE mempunyai empat divisi,
yaitu Divisi I seluas 845 ha, Divisi II seluas 714 ha, dan Divisi III seluas 1 110 ha.
Areal yang ditanam di BKLE terdiri atas TM dengan tahun tanam 2006-2010 dan
TBM dengan tahun tanam 2011. BKLE mempunyai areal prasarana seluas 140 ha,
areal yang bisa ditanam seluas 158 ha, dan areal yang tidak bisa ditanam seluas
356 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas areal kebun dan tata guna lahan di BKLE
Uraian Luas (ha)
I. Areal Diusahakan = A + B 2 669
A. Areal Ditanam = 1 + 2 2 530
1. Tanaman Menghasilkan (TM) 2 505
1.1 Tahun Tanam 2006 560
1.2 Tahun Tanam 2007 1 527
1.3 Tahun Tanam 2008 261
1.4 Tahun Tanam 2009 35
1.5 Tahun Tanam 2010 122
2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 25
2.1 Tahun Tanam 2011 25
B. Areal Prasarana = 3 + 4 140
3. Emplasemen 67
4. Jalan dan Jembatan 72
II. Areal Bisa Ditanam = C 158
C. Okupasi 158
III. Areal Tidak Bisa Ditanam = D + E 356
D. Tanah Desa 53
E. Bukit, Sungai, Rawa, Pasir, dll 303
Total Luas Areal Kebun = I + II + III 3 183
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
Keadaan Tanaman dan Produksi
BKLE menanam kelapa sawit varietas tenera dengan berbagai macam
progeni. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan Satuan
Pokok per Hektar (SPH) adalah 136 tanaman per ha. Adanya batas-batas alam
menyebabkan luasan blok di BKLE tidak semuanya baku 30 ha. Ada blok-blok
yang luasannya lebih dari 30 ha dan ada yang kurang dari 30 ha. Jumlah populasi
tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 2.
9
Tabel 2 Populasi tanaman per tahun tanam di BKLE
Tahun Tanam Luas Areal (ha) Jumlah Tanaman SPH (pokok/ha)
2006 0 560.06 075 514 135
2007 1 526.55 206 200 135
2008 0 261.05 034 107 131
2009 0 034.63 005 056 146
2010 0 122.35 013 254 108
2011 0 025.01 004 374 175
Total 2 529.65 338 505 134
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
Tanaman tahun tanam 2006 di BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009.
Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE terus meningkat dari
tahun ke tahun dan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2013
Tahun Luas TM (ha) Produksi (ton) BJR (kg) Produktivitas (ton/ha)
2009 0 560 01 868 3.97 00.83
2010 2 086 10 441 4.10 04.45
2011 2 347 21 892 4.76 09.33
2012 2 381 32 778 6.20 13.76
2013 2 503 38 963 7.52 15.56
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
BKLE dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh
Kepala Administrasi (Kasi) dan empat Asisten Divisi. Asisten Divisi dibantu oleh
mandor I, kerani divisi, mandor semprot, mandor until, mandor pupuk, mandor
panen, kerani panen, kerani transport, mandor perawatan, dan mandor traksi. Kasi
dibantu oleh accounting, mantri, admin tanaman, kasir, personalia, dan kerani
gudang.
Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola
dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang
meliputi produksi, areal statement, sumber daya manusia, dan biaya. Asisten
Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di
lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas melalui
pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi,
memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan kepada manajer
kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM dan dalam
menjalankan tugasnya akan dibantu oleh mandor I, mandor, dan kerani divisi.
Kasi adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengelola semua kegiatan
administrasi di kebun. Kasi dibantu oleh karyawan kantor kebun. Struktur
organisasi BKLE dapat dilihat pada Lampiran 3.
Sistem ketenagakerjaan BKLE terbagi menjadi karyawan staf dan karyawan nonstaf. Karyawan staf terdiri atas Estate Manager (EM), Asisten
10
Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan
Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL).
Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung seperti karyawan kantor
kebun, mandor, dan kerani. KHT dan KHL terdiri atas pekerja langsung lapangan.
Data jumlah karyawan staf dan non staf di BKLE dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Status dan jumlah karyawan BKLE tahun 2014
No Status Karyawan Jumlah
1 Karyawan Staf 006
2 Karyawan Bulanan 013
3 Karyawan Harian Tetap (KHT) 292
4 Karyawan Harian Lepas (KHL) 116
Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.12
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
Indeks tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah total tenaga kerja
dan luas areal kebun. BKLE menerapkan 7 jam kerja per hari dan 6 hari kerja per
minggu. Karyawan bekerja 7 jam untuk memenuhi satu Hari Kerja (1 HK),
kecuali hari Jumat 1 HK hanya 5 jam. Sistem pembagian gaji untuk karyawan
non staf berbeda-beda sesuai status karyawan, yaitu:
1. Karyawan Bulanan: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per bulan
sesuai golongan dan kebijakan kebun, insentif tahunan, tunjangan hari raya,
tunjangan jamsostek, dan tunjangan kesehatan.
2. Karyawan Harian Tetap: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per
bulan sesuai Upah Minimum Sektoral Kabupaten (UMSK) sebesar Rp 1 908
525,00 setiap bulan, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek,
dan tunjangan kesehatan.
3. Karyawan Harian Lepas: fasilitas rumah, listrik, air, upah harian sebesar Rp 76
341,00 setiap hari dikalikan hari kerja, tunjangan hari raya, dan setelah 3 bulan
diangkat menjadi karyawan harian tetap.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan
aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis bekerja aktif melakukan
kegiatan teknis di lapangan sebagai karyawan lapangan. Aspek manajerial ialah
kegiatan penulis bekerja aktif melakukan kegiatan pengawasan, evaluasi,
perencanaan, dan administrasi sebagai mandor dan asisten. Asisten divisi sebagai
pembimbing lapang memberikan arahan kepada penulis dalam melaksanakan
kegiatan magang.
Aspek Teknis
Pelaksanaan aspek teknis sehari-hari diawali dengan apel pagi. Apel pagi
di BKLE terdiri atas apel pagi tahap 1 dan apel pagi tahap 2. Apel pagi tahap 1
11
berlangsung pukul 04.45-05.00 WIB berisi pengingatan atau pemastian kembali
oleh asisten kepada para mandor tentang ada atau tidaknya perubahan rencana
kerja harian (RKH) pada hari tersebut. Perubahan RKH dapat terjadi apabila saat
apel cuacanya hujan atau ada sumberdaya yang tidak tersedia di luar perkiraan.
Apel pagi tahap 2 berlangsung pukul 05.00-05.30 WIB berisi pemeriksaan
kehadiran dan pengarahan oleh mandor per jenis kegiatan kepada karyawan
lapangannya masing-masing tentang rencana kerja hari tersebut sesuai instruksi
dari asisten saat apel pagi tahap 1. Setelah apel pagi tahap 2 selesai, karyawan
lapangan bergegas sarapan dan berangkat ke lahan sehingga pukul 06.00 WIB
pekerjaan sudah bisa dimulai. Jam kerja karyawan lapangan dimulai pukul 06.00
sampai dengan 13.30 WIB dengan jeda istirahat pukul 09.30-10.00 WIB. Karena
semua tanaman kelapa sawit di lokasi penulis magang (divisi 2) statusnya adalah
tanaman menghasilkan (TM), maka aspek teknis yang penulis lakukan selama
kegiatan magang hanya terdiri dari 3 kegiatan rutin seperti pengendalian gulma,
pemupukan, dan pemanenan. Jurnal harian sebagai karyawan lapangan dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma di BKLE adalah salah satu kegiatan utama yang
sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap akses menuju pokok dan
kelancaran kegiatan operasi secara umum. Kegiatan ini dilakukan secara kimiawi
dan manual dengan fokus lokasi pengendalian pada piringan, pasar pikul, tempat
pengumpulan hasil (TPH), dan gawangan mati. Gulma yang banyak ditemukan di
BKLE adalah Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, Stenochlaena palustris,
Melastoma malabathricum, kentosan, dan Scleria sumatrensis.
Pengendalian gulma secara kimiawi. Salah satu tindakan pengendalian
gulma dengan mempertimbangkan aspek biaya, tenaga kerja, dan waktu yang
relatif rendah adalah dengan menggunakan herbisida (Monaco et al. 2002).
Pengendalian gulma secara kimiawi di BKLE merupakan kegiatan pemeliharaan
yang menelan biaya produksi terbesar kedua setelah pemupukan. Oleh karena itu,
pelaksaannya diatur dalam sistem tersendiri yang disebut dengan Barcode
Spraying System (BSS). Tim kerja semprot BSS di BKLE terdiri atas 28 tenaga
penyemprot, 2 tenaga pengairan, 1 orang supir, dan 1 orang mandor. Satu tim
kerja semprot BSS menangani seluruh divisi di BKLE. Rotasi semprot piringan,
pasar pikul, dan TPH di divisi 2 dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Standar
output semprotnya adalah 3 ha/HK.
Tim kerja semprot BSS dilengkapi dengan 1 unit modifikasi truk dengan
tangki berkapasitas 3000 liter. Masing-masing penyemprot dilengkapi dengan 1
unit knapsack sprayer semi-otomatis bertekanan konstan “SA15” yang dinomori
sesuai nomor tenaga penyemprot, fan nozzle kuningan berjenis very low volume
200 l/ha “VLV200“, bendera kuning, dan parang. Bendera kuning digunakan
sebagai tanda batas terakhir penyemprotan apabila larutan semprot habis sebelum
pasar pikul selesai disemprot. Apabila hari hujan dan penyemprotan terpaksa
harus dialihkan, maka parang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual
atau babat tumbuhan pengganggu (BTP). Alat pelindung diri yang digunakan oleh
penyemprot terdiri atas sepatu boot, topi, masker, sarung tangan, rompi (perlak),
dan kacamata. Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH dapat dilihat pada
Gambar 1.
12
Gambar 1 Kegiatan penyemprotan piringan, pasar pikul, & TPH
Tenaga pengairan dilengkapi dengan gelas ukur berkapasitas 1 liter untuk
penakaran herbisida. Herbisida yang digunakan adalah glifosat “ROUN UP 486
SL”, metsulfuron methyl “AMIRON-M 20 WG”, dan parakuat “GRAMOXONE
276 SL”. ROUNDUP 486 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat
sistemik berbentuk larutan, berwarna coklat kuning emas, dan digunakan untuk
mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Bahan aktifnya adalah
isopropil amina glifosat 486 g/l atau setara dengan glifosat 360 g/l. AMIRON-M
20 WG adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk
butiran, berwarna putih yang dapat didispersikan dalam air untuk mengendalikan
gulma rumput, berdaun lebar dan teki. Bahan aktifnya adalah Metsulfuron methyl
20%. GRAMOXONE 276 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak
non selektif, berbentuk larutan, berwarna hijau tua, dan digunakan untuk
mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Bahan aktifnya adalah
Paraquat diklorida 276 g/l atau setara dengan Ion parakuat 200 g/l.
Penggunaan herbisida tersebut tergantung pada jenis gulma yang akan
dikendalikan. Namun, umumnya bahan aktif yang sering digunakan untuk
penyemprotan rutin piringan, pasar pikul, dan TPH adalah Glifosat 1% yang
dicampur dengan Metsulfuron Methyl 0.05%. Pencampuran racun dilakukan di
lahan sebelum penyemprotan dimulai. Tahap pertama pencampuran racun adalah
membagi racun Glifosat baru bervolume 20 L menjadi 2 jerigen masing-masing
10 L. Tahap kedua adalah membuat larutan racun 250 gr Metsulfuron Methyl
yang dicampur dengan air secukupnya dan diaduk merata. Tahap ketiga adalah
memasukkan larutan Metsulfuron Methyl ke dalam jerigen berisi Glifosat 10 L.
Tahap keempat adalah mengisi jerigen berisi campuran racun tersebut hingga 20 L
dan diaduk merata. Dosis campuran racun adalah 200 ml per knapsack sprayer
bervolume 15 L. Volume semprot efektif per ha untuk kegiatan semprot piringan,
pasar pikul, dan TPH adalah 58.78 L atau setara dengan 4 knapsack sprayer per
ha. Khusus untuk pengendalian kentosan dan ilalang (tidak rutin), bahan aktif
yang digunakan adalah Paraquat 0,5% yang dicampur dengan Metsulfuron methyl
0,03%.
13
Mandor dilengkapi dengan pancang bendera berwarna merah sebagai
tanda batas ancak penyemprotan. Pelaksanaan penyemprotan dimulai dengan
pencampuran bahan oleh tenaga pengairan dan penancapan pancang bendera
berwarna merah oleh mandor di sepanjang collection road (CR) blok yang akan
disemprot. Setelah batas ancak masing-masing penyemprot terlihat dengan jelas,
tenaga penyemprot langsung menuju ancak yang telah ditentukan sesuai dengan
nomor urut tenaga penyemprot pada bendera merah. Penyemprotan pasar pikul
dilakukan dengan cara 1 tenaga penyemprot untuk tiap 1 pasar pikul. Areal yang
disemprot adalah piringan, pasar pikul, dan TPH. Tenaga penyemprot mengatur
agar posisi nozel saat penyemprotan tetap stabil pada ketinggian 40 cm dari
permukaan gulma. Penyemprotan gulma di piringan, pasar pikul, dan TPH
dimulai dari CR menuju barisan pokok secara selang seling sampai piringan pada
pasar pikul tersebut tersemprot semua. Mandor semprot menancapkan kembali
bendera merah pada ancak berikutnya sementara tenaga pengairan mencampur
kembali herbisida yang akan digunakan. Penyemprot yang sudah selesai
menyemprot satu pasar pikul, dapat pindah ke pasar pikul selanjutnya sesuai
nomor tenaga penyemprot yang terdapat di bendera merah sampai ancak pada hari
tersebut selesai. Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual
adalah kegiatan BTP menggunakan parang. Kegiatan BTP ini dilakukan apabila
hujan turun dan/atau gulma sasaran tidak bisa dikendalikan secara kimiawi.
Sasaran BTP adalah kacangan Mucuna bracteata (MB) yang merambat ke pokok
sawit, kentosan (anakan sawit liar) di piringan, pasar pikul, dan TPH, serta anak
kayu di gawangan mati seperti Chromolaena odorata (krinyuh), Clidemia hirta
(haredong), Lantana camara (tahi ayam), dan Melastoma malabathricum
(senduduk).
Pembabatan kacangan MB dilakukan pada pokok kelapa sawit yang terlilit
MB sehingga kekurangan penyinaran matahari untuk proses fotosintesis.
Pembabat yang sudah menyelesaikan satu pasar pikul dapat berpindah ke pasar
pikul selanjutnya sesuai dengan ancaknya pada hari tersebut. Pembabatan anak
kayu dilakukan pada anak kayu yang berada di gawangan mati. Anak kayu ini
juga merugikan bagi pertanaman kelapa sawit karena menghalangi penyinaran
matahari untuk proses fotosintesis. Anak kayu yang berdiameter di bawah 10 cm
14
dibabat pada ketinggian < 15 cm dari permukaan tanah agar tanaman kelapa sawit
mendapatkan penyinaran matahari yang optimal. Pembabat yang telah selesai
membabat habis satu gawangan dapat berpindah ke gawangan selanjutnya sesuai
dengan ancaknya pada hari tersebut. Standar kerja pengendalian gulma secara
manual di BKLE adalah 0.5 ha per HK.
Alat pelindung diri. Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan
herbisida yang beracun bagi tubuh manusia. Herbisida yang terpapar ke tubuh
dapat menyebabkan keracunan atau bahkan penyakit. Oleh karena itu tenaga
semprot diharuskan menggunakan APD. Alat pelindung diri tersebut di antaranya
adalah baju dan celana pelindung, sarung tangan karet, pelindung wajah dan
kepala, sepatu boot, dan apron.
Pemupukan
Pemupukan adalah salah satu kegiatan utama pemeliharaan yang sangat
penting karena pemupukan menelan biaya produksi terbesar dan berpengaruh
langsung terhadap kuantitas dan kualitas buah yang dihasilkan. Oleh karena itu,
pelaksanaanya diatur dalam sistem tersendiri yang disebut dengan Barcode
Manuring System (BMS). Pupuk dapat dianggap sebagai bahan baku yang diolah
oleh pokok kelapa sawit untuk menghasilkan buah. Pemupukan di BKLE
dilakukan dengan metode untilan dan penaburan manual di piringan.
Tim kerja pupuk BMS di BKLE terdiri dari 1 orang mandor BMS yang
membawahi 1 mandor until, 1 mandor tabur, dan 1 supir light truck (LT). Mandor
until membawahi 7 tenaga penguntil pupuk dan 4 tenaga muat-langsir. Mandor
tabur membawahi 7 tenaga pengecer dan 14 tenaga penabur. Organisasi
penaburan pupuk dilakukan dengan pembentukan kelompok kerja pupuk (KKP)
yang terdiri dari 1 tenaga pengecer dan 2 tenaga penabur. Satu tim kerja pupuk
BMS menangani seluruh divisi di BKLE. Pemupukan dilakukan 1 kali per tahun
atau 2 kali per tahun tergantung unsur pupuknya. Pupuk yang diaplikasikan terdiri
dari Urea (N), Rock Phosphate (P), Muriate of Potash (K), Kieserit (Mg),
Zincopper (Cu), dan High Grade Fertilizer Borate (B). Dosis aplikasi masing-
masing pupuk dapat dilihat pada Lampiran 5.
Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah pembuatan untilan pupuk
dari goni berukuran 50 kg menjadi goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan
kemudahan operasional pemupukan di lapangan. Stok pupuk yang lama
diprioritaskan untuk diuntil lebih dahulu. Proses penguntilan dimulai dengan
pembukaan karung dan penuangan pupuk ke lantai until. Pupuk yang
menggumpal dipecahkan dengan alat pemecah gumpalan. Pupuk yang sudah tidak
menggumpal dimasukkan ke dalam takaran until masing-masing pupuk. Berat
untilan untuk masing-masing pupuk berbeda-beda tergantung standar yang
ditetapkan oleh perusahaan (biasanya 12-16 kg per untilan). Pupuk yang ada
ditakaran diratakan “peres” dengan alat perata. Pupuk yang sesuai takaran
dimasukkan ke dalam goni bekas dan diikat dengan tali yang terbuat dari goni
bekas yang sudah rusak dan dipotong membentuk tali. Untilan disusun dan
ditumpuk 15 until per tumpuk di atas pallet yang terbuat dari kayu. Untilan
disusun teratur agar mudah untuk dihitung saat proses muat ke LT. Standar
output penguntilan adalah 2.5 ton/HK.
Pengangkutan dan pelangsiran untilan pupuk. Kegiatan ini dilakukan
olen tenaga muat-langsir dan sopir LT. Proses pengangkutan dan pelangsiran
15
untilan pupuk dimulai dengan pemuatan untilan pupuk ke LT oleh tenaga muat-
langsir saat karyawan lain apel pagi. Setelah pupuk selesai dimuat ke LT (dengan
kapasitas maksimal yang diizinkan adalah 7 ton), sopir LT menjalankan LT
menuju CR blok yang akan dipupuk. Setibanya di CR, sopir LT menghentikan
kendaraan di setiap tempat peletakan pupuk. Pelangsiran pupuk dilaksanakan
terus sampai semua TPP di blokyang piringannya akan dipupuk hari itu mendapat
untilan yang cukup. TPP disediakan di setiap 3 gawangan atau 6 barisan. Artinya,
setiap 3 gawangan atau 6 barisan terdapat satu TPP. Biasanya tenaga muat-langsir
juga bertugas untuk mengumpulkan kembali karung bekas untilan dan
menggulung per 10 karung untuk dikembalikan lagi ke gudang pupuk.
Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk adalah mengecer untilan pupuk
dari TPP ke sepanjang pasar pikul di dalam blok. Setiap KKP terdiri atas 1
pengecer dan 2 penabur. Pengeceran pupuk dilakukan dengan cara dipikul.
Pengeceran dimulai dengan meninggalkan 1 untilan pupuk untuk aplikasi pertama
oleh tenaga tabur (kondisi untilan sudah terbuka talinya). Untilan pupuk dibawa
sesuai barisan tanaman ke dalam blok. Untilan pupuk diletakkan pada pokok
dalam piringan sesuai dengan jumlah pokok per until. Bekas karung untilan pupuk
dibawa dan diletakkan di jalan CR oleh pengecer, diambil dan dikumpulkan oleh
tenaga muat-langsir.
Penaburan pupuk. Penaburan pupuk adalah menabur pupuk dari untilan
ke setiap piringan kelapa sawit. Penaburan dilakukan oleh dua orang penabur
yang terdapat dalam 1 KKP. Penabur harus mengetahui dosis pupuk per pokok
dengan menggunakan takaran yang disesuaikan untuk bobot masing-masing
pupuk. Penaburan dimulai dengan penuangan pupuk dari untilan ke dalam ember
tabur yang terbuat dari jerigen bekas herbisida yang sudah dimodifikasi.
Penaburan pupuk dilakukan ke piringan sesuai arah barisan tanaman ke dalam
blok. Goni untilan yang sudah kosong dibawa dan diletakkan ke CR untuk
dikumpulkan oleh tenaga muat-langsir. Penaburan pupuk dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3 Kegiatan penaburan pupuk rock phosphate
Panen
Panen merupakan pekerjaan utama karena langsung menjadi sumber
pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS)
dan inti kelapa sawit (IKS). Panen adalah kegiatan memotong tandan buah yang
ada di pokok, mengutip brondolan yang ada di piringan, dan memindahkannya ke
TPH oleh pemanen serta pengangkutannya ke PKS. Buah yang dipanen
16
diupayakan berada pada tingkat kematangan yang sesuai dan diantar ke pabrik
sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan
kerusakan pada tanaman. Karena pentingnya kegiatan panen, maka pelaksanaan
panen di BKLE diatur dalam Barcode Harvesting System (BHS). Sistem kerja
potong buah yang dilaksanakan di BKLE adalah Sistem Kerja Potong Buah-1
(SKP-1). Pelepah dipotong dan dirumpuk, buah dipotong, brondolan dikutip, dan
diangkut ke TPH, semuanya dilaksanakan oleh satu orang pemanen.
Seksi dan pusingan panen. Seksi panen adalah kelompok blok yang
harus dipanen di hari yang sama dan biasanya terdiri dari 5 blok. Kebun BKLE
membagi seksi panen menjadi 6 seksi yang harus diselesaikan dalam waktu 6 hari
kerja per minggu. BKLE Divisi II membagi seksi panen menjadi 6 seksi dengan
luasan yang berbeda-beda. Seksi A dari blok K22-K24 dengan luasan 88.91 ha,
seksi B dari blok L23-L21 dengan luasan 92.79 ha, seksi C dari blok M23-M19
dengan luasan 140.3 ha, seksi D dari blok L20-L17 dengan luasan 93.4 ha, seksi E
dari blok K16-K18 dengan luasan 77.51 ha, dan seksi F dari blok K19-K21
dengan luasan 72.51 ha. Seksi panen mempengaruhi pusingan panen. Pusingan
panen adalah interval waktu antara satu kegiatan panen dengan kegiatan panen
selanjutnya pada ancak yang sama dan blok yang sama. Pusingan panen yang
diterapkan di BKLE adalah 7 hari.
Peralatan panen. Peralatan panen adalah alat-alat yang digunakan untuk
melaksanakan panen. Peralatan panen digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu alat
untuk memotong TBS, alat untuk membawa TBS ke TPH, dan alat untuk memuat
TBS dari TPH ke dump truck (DT). Berdasarkan tinggi tanaman, alat untuk
memotong TBS dibagi menjadi 2, yaitu dodos dan egrek. BKLE menggunakan
dodos sebagai alat potong buahnya karena tanaman kelapa sawit yang ada di
BKLE umumnya belum mencapai tinggi 3 meter. Alat untuk membawa TBS ke
TPH terdiri atas gancu dan angkong. Alat untuk memuat TBS dari TPH ke DT
terdiri atas tojok dan goni bekas pupuk.
Pelaksanaan Panen. BKLE Divisi 2 memiliki dua kemandoran panen.
Masing-masing kemandoran terdiri atas 15 orang. Sistem pengancakan yang
diterapkan adalah ancak giring tetap. Mandor panen menentukan ancak setiap
pemanen. Satu ancak terdiri dari 4 baris yang berdekatan. Kegiatan potong buah
diawali dengan memotong pelepah tua sehingga songgo diupayakan tetap berada
pada kondisi optimum, yaitu songgo 3. Pelepah tua dirumpuk di gawangan mati.
Buah dipotong dengan cara “dicuri”, sehingga tidak ada pelepah muda yang
dipotong. Tangkai buah yang panjang dipotong rapat ke buah tapi tidak mengenai
buah. Brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah dikorek menggunakan gancu.
Brondolan yang ada di piringan dikutip sampai bersih. Buah dan brondolan di
keluarkan ke TPH, disusun rapi, dan diberi nomor pemanen. Kerani buah
memeriksa kematangan buah, menghitung jumlah janjang, mencatatnya dalam
buku penerimaan buah, dan menandai buah yang sudah dihitung dengan kupon
kecil yang ditancapkan ke salah satu duri TBS. Basis borong minimal yang
diterapkan di BKLE adalah 1270 kg per HK. Kelebihan borong dibayarkan
sebagai premi.
Kriteria mutu buah dan mutu ancak panen. Kriteria matang panen
adalah ciri-ciri yang digunakan sebagai penanda bahwasannya suatu buah siap
untuk dipanen. BKLE menerapkan ciri-ciri brondolan yang lepas sebagai kriteria
matang panen. Buah dianggap matang dan layak untuk dipanen apabila terdapat
17
lebih dari 9 brondolan yang membrondol secara alami di piringan. Buah yang
belum membrondol lebih dari 5 namun belum lebih dari 9 dianggap sebagai buah
kurang matang. Buah yang belum membrondol 5 dianggap sebagai buah mentah.
Buah yang membrondol lebih dari 20 dianggap buah terlalu matang. Buah yang
hampir membrondol semua dianggap sebagai buah busuk. Ancak panen dianggap
baik apabila pelepah disusun rapi di gawangan mati, tidak ada pelepah sengkleh,
semua buah matang dan brondolan disusun rapi di TPH, tidak ada buah tinggal
atau pun brondolan yang tidak dikutip. Panen dengan dodos dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4 Kegiatan panen dengan dodos
Aspek Manajerial
Kegiatan manajerial terdiri dari pendampingan mandor dan pendampingan
asisten. Penulis mendampingi mandor selama 1 bulan dan mendampingi asisten
selama 2 bulan. Kegiatan manajerial dilakukan di lapangan dalam bentuk
pengawasan dan pemeriksaan hasil kerja dan di kantor kebun dalam bentuk
pelaporan hasil kerja secara administratif. Jurnal harian sebagai pendamping
mandor dapat dilihat di Lampiran 6. Jurnal harian sebagai pendamping asisten
dapat dilihat di Lampiran 7.
Pendamping Mandor
Mandor I. Mandor I adalah atasan langsung mandor-mandor di divisi dan
bertanggung jawab langsung kepada asisten. Kegiatan utama Mandor I adalah
membantu asisten dalam mengawasi semua mandor-mandor dan kerani agar
pengawasan masing-masing kegiatan berjalan sebagaimana mestinya. Mandor I
dianggap sebagai “tangan kanan” asisten dalam hal pengawasan dan pemeriksaan
hasil kerja di lapangan.
Kerani Divisi. Kerani Divisi adalah atasan langsung kerani-kerani di
divisi dan bertanggung jawab langsung kepada asisten. Kegiatan utama Kerani
Divisi adalah membantu asisten dalam mengumpulkan hasil pencatatan mandor-
18
mandor dan kerani-kerani agar tersusun rapi dan up to date. Kerani Divisi
dianggap sebagai “tangan kanan” asisten dalam hal pengumpulan laporan hasil
kerja di kantor kebun secara administratif. Kerani Divisi membantu asisten dalam
merekap semua laporan harian mandor (LHM), membuat laporan harian asisten
(LHA), menerbitkan bon permintaan barang, menginput HK, surat pengantar buah
(SPB), kartu kerja mesin (KKM) ke dalam website Bumitama Plantation System
(BPS), dan meng-update papan monitoring yang ada di kantor divisi setiap
harinya.
Mandor Panen. Mandor Panen adalah atasan langsung pemanen di divisi
dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I. Kegiatan utama Mandor Panen
adalah membagi ancak pemanen, mengawasi pelaksanaan panen, memeriksa mutu
ancak, dan melaporkannya secara secara tertulis pada laporan harian mandor
(LHM) kepada kerani divisi. Mandor panen juga bertugas untuk selalu memonitor
pusingan panen, membuat denda panen berdasarkan hasil pemeriksaan mutu
ancak.
Kerani Buah. Kerani Buah adalah karyawan yang bertanggung jawab
langsung kepada kerani divisi. Kegiatan utama Kerani Buah adalah memeriksa
mutu buah yang disusun di TPH, mencatatnya dalam buku penerimaan buah, dan
melaporkannya secara administratif kepada kerani divisi. Kerani buah juga
bertugas untuk membuat denda panen berdasarkan hasil pemeriksaan mutu buah.
Kerani Transpor. Kerani Transpor adalah atasan langsung pemuat buah
di divisi dan bertanggung jawab langsung kepada kerani divisi. Kegiatan utama
Kerani Transpor adalah mengarahkan DT dan pemuat mengenai lokasi TPH yang
buahnya siap untuk dimuat. Kerani transport juga bertugas untuk menuliskan surat
pengantar buah (SPB) untuk sopir setelah kapasitas DT penuh (7.5 ton).
Mandor Pupuk. Mandor Pupuk adalah atasan langsung penguntil,
pemuat-langsir, pengecer, dan penabur pupuk di kebun dan bertanggung jawab
langsung kepada mandor I. Kegiatan utama Mandor Pupuk adalah mengawasi
penguntilan, pemuat-langsiran, pengeceran, dan penaburan agar berjalan sesuai
rencana dan melaporkan prestasi kerja karyawannya secara tertulis pada LHM ke
kerani divisi. Mandor pupuk juga melakukan uji petik terhadap untilan yang sudah
selesai diuntil dan memeriksa mutu ancak penaburan pupuk. Mandor pupuk secara
rutin mengisi buku monitoring pemupukan dan melihat buku rekomendasi
pemupukan untuk mengetahui kebutuhan pupuk blok yang akan dipupuk esok
hari.
Mandor Semprot. Mandor Semprot adalah atasan langsung penyemprot
dan pengairan di kebun dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I.
Kegiatan utama Mandor Semprot adalah mengawasi penyemprotan gulma agar
berjalan sesuai rencana dan melaporkan prestasi kerja karyawannya secara tertulis
pada LHM ke kerani divisi. Mandor semprot juga melakukan pemeriksaan mutu
ancak penyemprotan gulma. Mandor semprot secara rutin mengisi monitoring
realisasi penyemprotan yang ada di TUS setiap hari kerja.
Pendamping Asisten
Asisten divisi adalah staf yang bertugas mengelola divisinya secara teknis
maupun administratif yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Jam
kerja asisten divisi adalah 7 jam per hari namun tanggung jawabnya adalah 24 jam
per hari. Tanggung jawab ini meliputi operasional kebun maupun lingkungan
19
masyarakat. Tugas utama seorang asisten divisi adalah pengendalian biaya
melalui pengendalian sumberdaya manusia yang efisien dan efektif. Keberhasilan
seorang asisten dalam memimpin divisinya tercermin dari produksi TBS yang
tinggi dan berkelanjutan dengan penggunaan HK yang terkendali.
Penulis ikut aktif memonitor aktivitas mandor di masing-masing kegiatan.
Asisten sebagai perwakilan perusahaan dituntut untuk ikut memikirkan inovasi-
inovasi yang semakin memajukan perusahaan. Inovasi ini berkaitan dengan cara
pelaksanaan, penemuan alat-alat dan bahan-bahan yang lebih efisien dan efektif
dalam menunjang operasional kebun. Asisten dalam praktek perencanaan
membuat rencana kerja harian, rencana kerja bulanan, dan rencana kerja bulanan.
Setiap kali ada inovasi cara baru, asisten melakukan simulasi di lapangan
langsung dengan karyawan pelaksana. Asisten juga diharuskan untuk melakukan
kontrol kerja jalan kaki dalam blok agar lebih memahami keadaan tanaman yang
menjadi tanggung jawabnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dominansi Gulma
Nisbah Jumlah Dominansi
Dominansi gulma di suatu pertanaman dapat diketahui melalui kegiatan
penilaian gulma. Informasi mengenai gulma dominan yang diperoleh dari
kegiatan penilaian gulma berpengaruh langsung terhadap pengambilan kebijakan
pengendalian gulma khususnya mengenai cara, alat, dan bahan yang digunakan
agar pengendalian gulma menjadi efisien dan efektif.
Pengamatan penilaian gulma dilakukan pada 5 blok tahun tanam, yaitu
2006 (L20), 2007 (M21), 2008 (M23), 2009 (K15), dan 2010 (K14). Distribusi
petak contoh yang digunakan adalah sampling beraturan, yaitu 20 petak contoh
pada 4 pasar pikul di setiap blok, masing-masing pasar pikul diambil 5 petak
contoh, dengan menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm.
Penilaian gulma ini dilakukan untuk menentukan spesies gulma dominan melalui
parameter frekuensi, kerapatan, dan bobot basah biomassa.
Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) adalah gambaran kemampuan suatu jenis
gulma tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang ada. Tingginya persentase
nilai NJD berpengaruh langsung terhadap tingginya dominansi suatu jenis gulma.
NJD dihitung berdasarkan parameter frekuensi, kerapatan, dan bobot basah
biomassa. Jumlah dominansi gulma per lokasi disajikan dalam Tabel 5.
20
Tabel 5 Nisbah jumlah dominansi gulma per tahun tanam
No Jenis Gulma NJD per Tahun Tanam (%)
2006 2007 2008 2009 2010
Rumput
1 Axonopus compressus 01.86
2 Centotheca lappacea 20.70 01.86
3 Cyrtococcum accrescens 01.97
4 Digitaria adscendens 01.62 04.69 08.32 22.65
5 Echinochloa colonum 10.35 02.95 01.07
6 Eleusine indica 02.27
7 Ottochloa nodosa 08.22 08.85
8 Paspalum commersonii 09.45
9 Pennisetum polystachyon 05.93
Subtotal 41.24 07.55 09.5 29.55 24.92
Teki
10 Cyperus rotundus 08.90 19.03 04.93 11.56
11 Fimbristylis milliacea 01.19
12 Scleria sumatrensis 01.33 0.55 01.97
Subtotal 10.09 20.36 05.48 13.53
Daun Lebar
13 Ageratum conyzoides 07.95 15.09 24.43 22.46 19.35
14 Asystasia intrusa 12.66 15.82
15 Borreria laevis 01.90 09.36
16 Borreria latifolia 02.69 05.37
17 Chromolaena odorata 02.15
18 Clibadium surinamense 01.94
19 Clidemia hirta 01.55
20 Erechtites valerianifolia 02.54 01.07
21 Hyptis brevipes 02.80 02.96 03.35
22 Hyptis rhomboidea 22.46 01.96 00.87 03.15
23 Kentosan 11.53 11.65 08.52 07.44
24 Ludwigia hyssopifolia 01.71
25 Melastoma malabathricum 02.09 09.77 14.09 01.12 01.33
26 Mikania micrantha 05.63 01.76
27 Mimosa pudica 02.54 01.72
28 Mucuna bracteata 06.21 03.62 05.10
29 Nephrolepis biserrata 21.97 06.78 05.32
30 Stenochlaena palustris 15.33 01.48 01.42
31 Synedrella nodiflora 01.29 02.37
32 Urena lobata 02.25
33 Subtotal 58.87 82.37 70.15 64.98 61.55
34 Total 100 100 100 100 100
Hasil penilaian gulma pada Tabel 5 menunjukkan bahwa gulma yang
paling dominan pada blok tahun tanam 2006 adalah Nephrolepis biserrata dengan
NJD 21.97%. Gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam 2007 adalah
Hyptis rhomboidea dengan NJD 22.46%. Gulma yang paling dominan pada blok
tahun tanam 2008 adalah Ageratum conyzoides dengan NJD 24.43%. Gulma yang
21
paling dominan pada blok tahun tanam 2009 adalah Ageratum conyzoides dengan
NJD 22.46%. Gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam 2010 adalah
Digitaria adscendens dengan NJD 22.65%. Terdapat 4 gulma golongan daun
lebar yang mendominasi dari 5 spesies gulma yang paling dominan pada 5 blok
tersebut dan terdapat 1 golongan rumput yang juga mendominasi.
Gulma golongan rumput yang jumlahnya tertinggi terdapat pada blok
tahun tanam 2006 dengan jumlah 41.24%. Jumlah gulma golongan teki yang
tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2008 dengan jumlah 20.36%. Jumlah
gulma golongan daun lebar yang tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2007
dengan jumlah 82.37%.
Koefisien Komunitas
Koefisien komunitas adalah nilai yang menggambarkan kesamaan pola
komunitas gulma antara satu areal dengan areal lain. Hasil penilaian dominansi
gulma dijadikan dasar dalam membandingkan nilai kerapatan gulma sehingga
diperoleh koefisien komunitasnya. Koefisen komunitas (C) dihitung berdasarkan
2W/(A+B)x100%; (W: Jumlah dari dua kuantitas terendah untuk jenis dari
masing-masing spesies, A: Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama,
B: Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas kedua). Koefisien komunitas
yang nilainya >70% menunjukkan bahwa vegetasi antara satu areal dengan areal
lain relatif homogen (Santosa et al. 2009). Nilai koefisien komunitas dari 4 areal
yang telah dilakukan analisis vegetasi disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Nilai koefisien komunitas berdasarkan analisis vegetasi dari dua
komunitas yang berbeda
Komunitas 1 Komunitas 2 Nilai Koefisien Komunitas (%)
TT06 TT07 29.83
TT06 TT08 28.25
TT06 TT09 27.66
TT06 TT10 09.28
TT07 TT08 57.29
TT07 TT09 33.76
TT07 TT10 35.19
TT08 TT09 47.69
TT08 TT10 47.93
TT09 TT10 54.38
Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada hasil perhitungan nilai koefisien
komunitas yang >70%. Hal ini menandakan bahwa komunitas gulma antar tahun
tanam tidak homogen. Nilai koefisien komunitas terendah ditunjukkan oleh
perbandingan antara tahun tanam 2006 dan 2010 dengan nilai 9.28%. Nilai
koefisien komunitas tertinggi, namun tetap belum mencapai 70%, ditunjukkan
oleh perbandingan antara tahun tanam 2007 dan tahun tanam 2008 dengan nilai 57.29%.
Koefisien Ketidaksamaan
Koefisien ketidaksamaan komunitas dapat dianalisis dengan analisis
gerombol dan divisualisasikan dalam bentuk dendrogram. Semakin pendek jarak
22
yang terlihat di dendrogram, kesamaan vegetasi semakin tinggi. Semakin panjang
jarak yang terlihat di dendrogram, kesamaan vegetasi semakin rendah. Komunitas
gulma dibagi menjadi 4 kelompok yaitu A, B, C, dan D. Blok TT07 dan TT08
membentuk kelompok A karena memiliki jarak terpendek senilai 0.42. Blok TT09
dan TT10 membentuk kelompok B dengan jarak kedua terpendek senilai 0.45.
Kelompok A dan B membentuk kelompok C dengan jarak ketiga terpendek senilai
0.52. Blok TT06 dan kelompok C membentuk kelompok D dengan jarak terjauh
senilai 0.70. Dendrogram koefisien ketidaksamaan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Dendrogram koefisien ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis
gerombol
Menurut Palijama et al. (2012) keragaman gulma dipengaruhi oleh banyak
faktor, beberapa di antaranya adalah kelembaban tanah dan intensitas cahaya.
Kelembaban tanah pada pertanaman tahun tanam yang lebih tua relatif lebih
lembab dibandingkan dengan pertanaman tahun tanam yang lebih muda.
Intensitas cahaya yang diteruskan ke permukaan tanah pada pertanaman tahun
tanam yang lebih tua juga relatif lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh penutupan
tanah yang lebih luas oleh tajuk tanaman kelapa sawit tua. Penutupan ini menjaga
suhu permukaan tanah tetap sejuk, penguapan berjalan lambat, tanah tetap
lembab, sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah relatif sedikit, dan
pertumbuhan gulma tertekan. Hal ini berpengaruh terhadap koefisien
ketidaksamaan antara gulma pada tahun tanam 2007 dengan 2008 dan 2009
dengan 2010. Gulma pada tahun tanam 2006 sudah sangat tertekan
pertumbuhannya karena tajuk tanaman kelapa sawit yang sudah menutup
sempurna.
Teknik Pengendalian Gulma
Analisis Vegetasi Metode estimasi visual. Estimasi visual dilakukan berdasarkan
pengamatan visual atau dengan cara melihat dan menduga parameter gulma yang
TT06
TT07
TT08
0.43
TT09
TT10
0.46
0.52
0.70
0 0.25 1 0.5
0
0.75
Koefisien Ketidaksamaan
23
akan diamati, misalnya tingkat penutupan, kelimpahan, dan distribusi gulma.
Peubah tersebut dikelompokkan dalam dominansi dan frekuensi. Perhitungan
dapat dilakukan seperti contoh pada metode kuadrat. Cara ini berguna apabila
vegetasi gulma yang diamati cukup merata dan seragam serta waktu yang tersedia
terbatas.
Karena metode ini lebih mengandalkan penaksiran secara visual, maka
akan dijumpai beberapa kelemahan, yaitu pengamat berkecenderungan untuk
menaksir lebih besar terhadap jenis gulma yang menyolok pandangan mata,
misalnya karena warna daun atau bunga yang cerah atau tekstur daun yang besar
atau lebar akan dinilai lebih dominan; pengamat berkecenderungan menilai jenis
gulma yang sulit dikenali dan kurang menarik penampakannya dengan nilai
taksiran yang lebih rendah, misalnya karena tekstur daunnya yang halus atau
sempit dan kecil-kecil; dan hasil yang diperoleh kurang mewakili populasi yang
diamati, baik jenis gulma maupun penyebarannya.
Metode kuadrat. Kuadrat adalah ukuran luas yang dihitung dalam satuan
kuadrat (m2, cm
2, dan sebagainya). Dalam pelaksanaan di lapangan lebih sering
digunakan bujur sangkar. Besaran atau peubah yang dapat diukur dengan
menggunakan metode ini adalah kerapatan, dominansi, frekuensi, nilai penting,
dan nisbah jumlah dominansi (NJD). NP dan NJD dapat dihitung berdasarkan
dominansi dengan frekuensi, kerapatan dengan frekuensi, atau dominansi,
kerapatan, dan frekuensi. Makin banyak peubah yang digunakan makin mendekati
nilai kebenaran yang akan diduga. NJD menggambarkan kemampuan suatu jenis
gulma tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang ada. Semakin besar nilai
NJD maka gulma tersebut semakin dominan. Apabila nilai NJD diurutkan dari
yang tertinggi hingga terendah, semua gulma harus diberi nomor urut walaupun
nilai NJD-nya sama, maka urutan NJD tersebut menggambarkan komposisi jenis
gulma yang ada pada areal pengamatan.
Luasan Semprot dan Dosis Luasan semprot adalah luasan areal yang akan disemprot dan biasanya
terdiri atas dua jenis luasan, yaitu luasan blanket dan luasan efektif. Dosis adalah
jumlah bahan herbisida dalam liter atau kilogram tiap satuan luas tertentu (liter/ha
atau kg/ha). Setiap jenis produk herbisida memiliki dosis rekomendasi dalam
satuan per hektar blanket yang dianjurkan oleh formulatornya. Dalam aplikasi di
lapangan, luas areal yang disemprot tidak selalu penuh satu hektar. Misalnya
penyemprotan khusus di piringan, pasar pikul, dan TPH. Oleh karena itu,
digunakan dosis tanaman (dosis efektif), yaitu dosis penggunaan herbisida sesuai
dengan luas penyemprotan yang sebenarnya. Perbandingan antara luas tanaman
dan luas total disebut spray factor. Untuk mencari dosis efektif, sebelumnya harus
dihitung luas efektif yang akan disemprot. Sebagai contoh adalah sebagai berikut.
Luas piringan =
= 3.14 x 2 m x 2 m x 136
= 1 709.71 m2
Luas pasar pikul =
=
= 938.4 m2
24
Spray factor =
=
= 26.48 %
Dosis tanaman = dosis anjuran x spray factor
= 1.5 l/ha (setara 540 g glifosat per ha) x 26.48 %
= 0.39 l/ha efektif
Rotasi semprot piringan, pasar pikul, dan TPH pada TBM (8 kali) di
BKLE lebih banyak dibandingkan dengan TM (6 kali). Hal ini dipengaruhi oleh
penutupan tanah oleh tajuk tanaman. Penutupan tanah oleh tajuk tanaman pada
TBM umumnya masih kurang, sehingga banyak permukaan tanah yang langsung
mendapat penyinaran matahari. Hal ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
gulma sehingga pada TBM kerapatan gulmanya sangat tinggi. Kerapatan yang
tinggi berpengaruh kepada pemakaian rotasi semprot yang lebih banyak juga.
Kalibrasi Alat Kalibrasi alat adalah penghitungan kebutuhan (volume) larutan per satuan
luas (ha) sesuai dengan alat semprot yang digunakan. Hasil kalibrasi yang tepat
berpengaruh terhadap efiensi biaya dan efektivitas pengendalian gulma.
Kebutuhan larutan dipengaruhi oleh jenis alat semprot (sprayer), nozzle,
kecepatan jalan penyemprot, kondisi gulma, dan topografi.
Langkah-langkah kerja kalibrasi alat dilakukan sebagai berikut.
1. Flow rate larutan (output) semprotan (liter/menit) diukur dengan cara
menampung larutan yang keluar dari nozzle selama satu menit pada
gelas ukur.
2. Lebar semprotan (m) diukur dengan alat meteran.
3. Kecepatan jalan penyemprot (m/menit) diukur dengan alat meteran dan
stopwatch.
4. Pengukuran (no. 1 – 3) diulang sebanyak tiga kali, kemudian diambil
rata-ratanya.
Berdasarkan hasil kalibrasi tersebut dapat dihitung volume larutan yang
dibutuhkan.
V =
V = volume larutan (liter)
F = flow rate larutan (liter/menit)
W = kecepatan jalan penyemprot (m/menit)
S = lebar semprotan (m)
Contoh perhitungan:
F = flow rate larutan adalah 1.6 liter/menit
W = kecepatan jalan penyemprot adalah 48 m/menit
S = lebar semprotan adalah 1.5 m
V =
=
= 222 l/ha
25
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa luasan piringan, pasar pikul, dan
TPH pada areal 1 ha dengan jumlah pokok 136 adalah 2 648.11 m2. Luasan efektif
(spray factor) yang disemprot adalah 26.48% dari luasan blanket. Volume
semprot efektif dapat dihitung sebagai berikut.
Volume semprot efektif = volume semprot blanket x spray factor
= 222 l/ha x 26.48%
= 58.78 l/ha
Konsentrasi
Konsentrasi adalah banyaknya herbisida (terlarut) dalam cc atau gram
setiap liter air (pelarut) yang dinyatakan dalam persen. Kebutuhan herbisida per
knapsack sprayer didasarkan pada konsentrasi yang dipakai. Konsentrasi
diperoleh dengan cara membandingkan dosis efektif dengan volume semprot
efektif. Berikut contoh penghitungan konsentrasi untuk penyemprotan piringan,
pasar pikul, dan TPH dengan volume semprot efektif 58.78 l dan dosis efektif
1.58 l/ha.
Konsentrasi =
=
= 25.51%
Dosis herbisida per sprayer = konsentrasi x dosis efektif
= 25.51% x 0.39 l/ha
= 101.32 ml
Hasil penghitungan menunjukkan konsentrasi sebesar 0.25%. Kebutuhan
herbisida per knapsack sprayer berkapasitas 15 liter adalah 101.32 ml/knapsack
sprayer.
Semprot Kentosan Brondolan yang tercecer selama proses panen berkecambah dan tumbuh
menjadi kentosan. Setidaknya ada 3 kerugian yang ditimbulkan oleh kentosan.
Pertama adalah kehilangan hasil panen dalam bentuk brondolan. Kedua adalah
gangguan yang ditimbulkan kentosan terhadap operasional pemupukan dan
pemanenan. Ketiga adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk
memberantas kentosan. Herbisida yang digunakan untuk semprot kentosan di
BKLE adalah GRAMOXONE 276 SL berbahan aktif Paraquat diklorida 276 g/l
dan herbisidaAMIRON-M20 WG berbahan aktif Metsulfuron methyl 20%.
Gejala kerusakan sudah dapat dilihat sehari setelah aplikasi karena sifat
herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak. Gejala kerusakan pada 2 MSA
menunjukkan gejala kerusakan berupa kering seperti terbakar, namun pada 4
minggu setelah aplikasi, ternyata kentosan yang pada 2 MSA dianggap mati
kering masih ada yang bertahan hidup. Adanya kentosan yang bertahan hidup ini
salah satunya disebabkan oleh tidak sampainya larutan semprot ke titik tumbuh di
dasar daun muda. Sehingga dasar daun muda yang tidak tersemprot tetap tumbuh.
Hasil semprot kentosan 4 minggu setelah aplikasi dapat dilihat pada Gambar 6.
26
Gambar 6 Hasil semprot kentosan 4 minggu setelah aplikasi
Faktor Penentu Keberhasilan Pengendalian Gulma
Faktor Lingkungan
Curah hujan merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
manusia. Curah hujan perlu mendapat perhatian karena pengaruhnya sangat besar
terhadap hasil akhir pengendalian gulma. Curah hujan yang tinggi akan
berpengaruh langsung terhadap cuaca. Cuaca yang harus dihindari adalah pada
saat akan turun hujan, setelah hujan deras, cuaca terlalu panas dan angin kencang.
Apabila cuaca hujan, maka cara dan hasil dari pengendalian yang dilakukan
terpaksa disesuaikan.
Kondisi ideal untuk aplikasi pengendalian gulma secara kimia adalah
cuaca cerah yang tidak turun hujan 6 jam sebelum atau sesudah penyemprotan.
Saat curah hujan tinggi dan hari hujan, pengendalian secara kimia akan sangat
tidak efisien dan efektif. Ketidakefisienannya disebabkan oleh tercucinya
herbisida yang disemprotkan dan sangat kecilnya kerusakan yang ditimbulkan
oleh sisa herbisida yang disemprotkan. Kondisi yang kadang-kadang
menyebabkan kehilangan herbisida yang tinggi adalah ketika penyemprotan
dilakukan cuaca dalam keadaan cerah, namun segera setelah penyemprotan
diselesaikan cuaca berubah menjadi hujan seketika.
Selain hujan, cuaca yang terlalu panas atau pun ketika angin sedang
kencang juga berpengaruh negatif terhadap pengendalian gulma secara kimia.
Cuaca yang suhunya terlalu panas menyebabkan penyemprot merasa kepanasan
dan mengurangi kinerja penyemprot sehingga penyemprotan menjadi terkesan
asal-asalan. Angin yang bertiup kencang juga mengganggu pengendalian gulma
secara kimia karena butir-butir larutan semprot ikut terbawa angin sehingga butir-
butir larutan jatuh di lokasi lain yang tidak sesuai dengan keinginan penyemprot.
Hal ini berdampak pada hasil semprot yang terlihat tidak merata dan relatif
berbahaya bagi kesehatan penyemprot.
27
Faktor Manusia
Kualitas sumber daya manusia adalah salah satu faktor utama yang
menentukan keberhasilan pengendalian gulma di perkebunan. Pencapaian efiensi
dan efektivitas dalam pengendalian gulma membutuhkan pengetahuan yang
memadai mengenai berbagai aspek aplikasi herbisida, disiplin, serta kerja keras
tenaga pelaksana. Manajer, asisten, dan mandor satu sebagai unsur pimpinan
kebun terlibat langsung dalam proses aplikasi herbisida. Mereka semua harus ikut
bertanggung jawab terhadap keberhasilan pekerjaan.
Pembinaan mengenai aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan aplikasi
herbisida seperti pengenalan jenis-jenis gulma dan pengaruhnya terhadap tanaman
perkebunan, pengetahuan tentang jenis, dosis, dan teknik aplikasi herbisida,
pemakaian alat aplikasi yang tepat diberikan kepada semua unsur pimpinan
tersebut. Pembinaan yang perlu diberikan kepada mandor lapangan dan karyawan
penyemprotan, terutama mengenai masalah-masalah teknik, yaitu kalibrasi alat,
cara mencampur, pemakaian dan perawatan alat aplikasi, serta masalah
pengamanan dan keamanan kerja.
Faktor Metode
Umumnya metode pengendalian yang digunakan dalam pengendalian
gulma adalah secara kimiawi dan manual. Pemilihan metode pengendalian
disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Pengendalian secara kimiawi memiliki
kelebihan yang lebih besar dalam hal kerusakan gulma yang ditimbulkannya
dibandingkan dengan pengendalian secara manual, namun juga membutuhkan
biaya yang cukup mahal dan kondisi lingkungan yang ideal. Pengendalian secara
manual memiliki kelebihan dalam hal keserbagunaannya, artinya bisa digunakan
dalam segala kondisi cuaca.
Faktor Alat
Pengenalan alat semprot sangat diperlukan untuk memperoleh hasil
pengendalian yang efektif. Alat semprot umumnya terdiri atas dua bagian, yaitu
sprayer dan nozzle. Aplikasi herbisida tidak boleh menggunakan peralatan yang
rusak, bocor, atau tidak berada dalam kondisi standar. Ketiga hal tersebut dapat
menyebabkan proses pekerjaan terganggu, terjadinya pemborosan, dan
kemungkinan akan membahayakan pelaksana penyemprotan. Pemeliharaan alat
agar tetap prima setiap akan digunakan dilakukan dengan cara setelah digunakan
dicuci bersih, diberi pelumas, dan tangki diisi dengan air bersih sebanyak
seperempat volume tangki untuk menjaga agar kondisi tangki tetap lembap dan
mencegah terjadinya kekeringan dan keretakan pada karet piston.
Faktor Material
Gulma sasaran yang akan dikendalikan menentukan herbisida yang
digunakan. Kesesuaian herbisida dengan gulma sasaran berpengaruh besar
terhadap efektivitas pengendalian. Kesesuaian herbisida dinilai berdasarkan cara
kerja, waktu pemakaian, dan kombinasi bahan aktif. Berdasarkan cara kerjanya
herbisida dibagi menjadi herbisida kontak dan herbisida sistemik. Berdasarkan
waktu pemakaiannya herbisida dibagi menjadi herbisida pra tumbuh dan herbisida
purna tumbuh. Berdasarkan kombinasi bahan aktifnya herbisida dibagi menjadi
herbisida tunggal dan herbisida campuran. Selain kesesuaian herbisidanya,
28
konsentrasi yang digunakan juga sangat menentukan efisiensi. Konsentrasi
optimal perlu diketahui agar penggunaan herbisida bisa ditekan sehemat mungkin
namun tetap membunuh gulma sasaran.
Estimasi Biaya Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma adalah salah satu dari 3 kegiatan utama di perkebunan
kelapa sawit. Karena sifatnya sebagai kegiatan utama yang rutin, pengendalian
gulma memakan biaya pemeliharaan terbesar kedua setelah pemupukan. Kegiatan
pengendalian gulma di BKLE dilakukan pada TBM dan TM. TBM memakan
biaya lebih besar daripada tanaman TM karena pada tanaman TBM pertumbuhan
gulma lebih banyak. Pengendalian gulma di BKLE dibagi menjadi 5 kegiatan,
yaitu piringan, pasar pikul, & TPH manual, semprot piringan, pasar pikul, & TPH,
gawangan manual, semprot gawangan, dan pemberantasan lalang. Komponen
biaya pengendalian gulma di BKLE terdiri atas upah karyawan dan herbisida.
Upah karyawan mewakili biaya pengendalian gulma dengan persentase 90.12%
sedangkan herbisida hanya mewakili 9.88%. Rekap nggaran biaya pengendalian
gulma BKLE tahun 2014 disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Rekap anggaran biaya pengendalian gulma BKLE tahun 2014
Tahun
Tanam
Luas areal
(ha)
Biaya upah Biaya bahan
Rp/ha Total (Rp) % Rp/ha Total (Rp) %
2006 0 560 543 474 304 345 608 20.15 59 577 33 363 601 2.21
2007 1 527 543 474 829 885 256 54.94 59 577 90 975 392 6.02 2008 0 261 543 474 141 846 729 09.39 59 577 15 549 821 1.03
2009 0 035 543 474 019 021 600 01.26 59 577 02 085 225 0.14
2010 0 122 543 474 066 303 864 04.39 59 577 07 268 498 0.48
Total 2530 Total 1 361 403 057 90.12 Total 149 215 537 9.88
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penulis, melalui kegiatan magang ini, telah meningkatkan pemahaman
proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis lapangan,
meningkatkan kemampuan manajerial dan analisis kegiatan di lapangan
perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, gulma yang
dominan di BKLE adalah Nephrolepis biserrata, Hyptis rhomboidea, Ageratum
conyzoides, dan Digitaria adscendens. Berdasarkan nilai koefisien komunitas dari
hasil analisis vegetasi, masing-masing areal memiliki vegetasi gulma yang tidak
homogen. Pengendalian gulma di BKLE dilakukan dengan 2 metode yaitu
pengendalian secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma manual adalah
gawangan manual. Pengendalian gulma kimiawi yang rutin dilaksanakan adalah
semprot piringan, pasar pikul, dan TPH. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
29
pengendalian gulma adalah lingkungan, manusia, metode, alat, dan material.
Kegiatan semprot kentosan pada salah satu divisi di BKLE kurang berjalan
dengan baik. Hal tersebut ditandai dengan adanya kentosan yang belum terkendali
pada waktu 4 minggu setelah aplikasi. Pengendalian gulma membutuhkan biaya
yang relatif tinggi dengan persentase biaya upah mencapai 90.12% dan biaya
herbisida mencapai 9.88%.
Saran
Pengamatan untuk mengetahui tingkat kematian kentosan perlu diamati
secara kuantitatif agar diketahui angka yang valid. Dominansi gulma tertentu
perlu diteliti lebih lanjut, selain dibedakan berdasarkan tahun tanamnya, juga
perlu diamati pengaruh jenis tanahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi P. 2010. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Pustaka Baru
Press.
Corley RHV, Tinker PB. 2003. The Oil Palm. 4th ed. United Kingdom (GB):
Blackwell Scientific. 562 p.
Dirjenbun. 2012. Produksi, Luas Areal dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia
[internet]. [diunduh 2013 Nov 26]. Tersedia pada:
www.deptan.go.id/Indikator/tabel-3-prod-lsareal-prodvitas-bun.pdf
________. 2013. Pengelolaan Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit [internet].
[diunduh 2013 Des 10]. Tersedia pada:
http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-196-pengelolaan-
gulma-pada-perkebunan-kelapa-sawit.html
Fitriana M, Parto Y, Munandar, Budianta D. 2013. Pergeseran Jenis Gulma
Akibat Perlakuan Bahan Organik pada Lahan Kering Bekas Tanaman
Jagung (Zea mays L.) J Agron Indonesia. 41(2): 118-125.
Kemenperin. 2012. Prospek dan Permasalahan Industri Sawit [internet]. [diunduh
2013 Nov 26]. Tersedia pada: http://kemenperin.go.id/artikel/494/Prospek-
Dan-Permasalahan-Industri-Sawit
Ludwig JA, Reynold JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and
Computing. New York (US): John Wiley & Sons Inc. 337 p.
Moenandir J. 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. Jakarta (ID): Raja
Grafindo Persada.
Monaco TJ, Weller SM, Ashton FM. 2002. Weed Science: Principles and
Practices. 4th ed. United States of America (US): John Wiley & Sons. 671
p.
Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Palijama W, Riry J, Wattimena AY. 2012. Komunitas Gulma pada Pertanaman
Pala (Myristica fragrans H) Belum Menghasilkan dan Menghasilkan di
Desa Hutumuri Kota Ambon. Agrologia. 1(2):91-169.
30
Pardamean M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Perdana E. 2009. Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Kebun Bukit Pinang, PT Bina Sains Cemerlang, Kabupaten Musi Rawas,
Propinsi Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Santosa E, Zaman S, Puspitasari ID. 2009. Simpanan Biji Gulma dalam Tanah di
Perkebunan Teh pada Berbagai Tahun Pangkas. J Agron Indonesia.
37(1):46-54.
Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Sembodo DRJ. 2010. Gulma dan Pengelolaaanya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Soedarsan A, Basuki, Wirjahardja S, dan Rifai MA. 1983. Pedoman Pengenalan
Berbagai Jenis Gulma pada Tanaman Perkebunan. Jakarta (ID):
Dirjenbun.
31
Lampiran 1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
Lampiran 2 Data curah hujan 2009-2013Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-Rata
CH(mm) HH(hari) CH(mm) HH(hari) CH(mm) HH(hari) CH(mm) HH(hari) CH(mm) HH(hari) CH(mm) HH(hari)
Januari 298.25 14 471.00 16 415.75 14 110.00 9 330 14 325.00 13.4
Februari 246.00 13 285.50 13 292.00 06 156.00 14 624 17 320.70 12.6
Maret 800.50 18 318.50 16 233.75 10 134.50 11 466 15 390.65 14
April 558.00 14 198.50 11 373.50 12 206.35 16 329 14 333.07 13.4
Mei 293.00 10 437.10 15 208.50 08 302.00 12 459 13 339.92 11.6
Juni 245.00 07 464.75 18 105.75 06 097.50 4 260 09 234.60 8.8
Juli 242.00 06 414.75 15 081.75 04 250.50 12 427 15 283.20 10.4
Agustus 017.00 01 201.00 12 208.50 02 271.60 07 160 09 171.62 6.2
September 026.00 02 532.25 13 062.75 04 134.50 05 467 13 244.50 7.4
Oktober 544.00 10 427.75 16 233.55 08 422.00 12 498 09 425.06 11
November 546.50 20 404.25 18 342.25 09 469.00 15 243 07 401.00 13.8
Desember 850.80 22 363.75 12 249.25 11 459.00 17 637 16 511.96 15.6
BB 10
12 9
11
12
10.8
BK 02
00 1 01
0
01.2
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)
Keterangan :
BB = Bulan Basah (Curah Hujan > 100 mm) Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson :
BK = Bulan Kering ( Curah Hujan <100 mm) Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100 %
CH = Curah Hujan Q = 0.8/10.8 X 100 %
HH = Hari Hujan Q = 7.41% (Tipe A/Sangat Basah)
32
Lampiran 3 Struktur Organisasi Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
Lampiran 1Struktur Organisasi Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
ROBI FIRMAN HAKIKI
KASIE ADMINISTRASI
TRAKSI
ARIF WIHARJA
DRIVER BS-003
DIVISI 1 DIVISI 2 DIVISI 3A DIVISI 3B
ADRIANUS N
MANDOR TRAKSI
ANTON R.A
JAYENG SUKMONO G
MANDOR TP2A
HATNIATI
KRANI PANEN
EKO PRASETYO
KRANI PANEN
RITA B
KRANI PANEN
SANTI K
KRANI PANEN
AAN RUBIANTO
KRANI PANEN
KANTOR KEBUN
HENNY RUSMANA
PERSONALIA
RESTI KURNIATY
ADM. RSPO
SECURITY
DRIVER DT-027
DRIVER DT-022
DRIVER LT-003
DRIVER DT-004
DRIVER DT-012
DRIVER DT-017
EDUARDUS AGUNG
KRANI TRAKSI
MEKANIK
SUYANTO
SUPRIADI
SODIRIN
STEFANUS N
HLP. MEKANIK
ADM. TANAMAN
DANRU
SRI TAMBAH
KASIR MANDOR TP2A
MANDOR BMS MANDOR RAWAT
BETTY AFIF VACANT
OPIK
VACANT
SECURITY
TOHIRIN
KRANI TRANSPORT
MANDOR BSS MANDOR BMS MANDOR PANEN
MARCOPOLO HENDRO YUSTINA TEI TONY SETYAWAN
RONNY
SECURITY
SYAIFULLAH
SECURITY KRANI PANEN MANDOR BMS
MANDOR 1 MANDOR 1 MANDOR 1
BAYU HERNITA VACANT
MANDOR RAWAT
MANTRI HPT
SECURITY MANDOR PANEN MANDOR PANEN MANDOR PANEN
USIK PETRUS JUDI HAIRULLAH
DIKI MARTA S
MANTRI PRODUKSI
ALIMHADI SUSANTO
KRANI GUDANG
MANTRI TANAMAN
DEDI SETYAWAN
JAYENG PONCO N
STRUKTUR ORGANISASIBANGUN KOLING ESTATE
SYAHBUDIN
ESTATE MANAGER
VACANT
ASKEP
FEBRI SETYO N
RUKHIANI
GULANDIA M. YUNUS
SHOHAFIN GUNAWAN SETIAJI
ARDI JUNAIDI MISRIYADI MISRIYADI
ABDULLAH ISMAIL S EKA SISWANTO
ASISTEN DIVISI 1 ASISTEN DIVISI 2 ASISTEN DIVISI 3A ASISTEN DIVISI 3B
ACCOUNTING MANDOR 1
RUSTI YULANDASARI
PASIRAN
SUHARDI B MURNI SIMAMORA EKA SUSANTI RUSTI YULANDASARI
MANDOR RAWAT
RUSLAN B MARTIN AHMAD MUHEL MUHILIN
SRI WAHYUNI S
SECURITY MANDOR PANEN MANDOR PANEN MANDOR PANEN
SECURITY KRANI DIVISI KRANI DIVISI KRANI DIVISI KRANI DIVISI
RUSLAN A
SECURITY
DRIVER TT-001
FERDINANDUS
ERICSON
KRANI TRANSPORT
SEBASTIANUS M
KRANI TRANSPORT
HINDRAS DWI K
MANTRI KLINIK
AHMAD PRIANTO
DRIVER RANGER
SECURITY
RIKSEN ARGA A.S
33
Lampiran 4 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja
Lokasi Penulis Karyawan Standar
01/03/2014 Perkenalan kebun 6 jam 6 jam 6 jam Kantor kebun
02/03/2014 Libur hari minggu - - - -
03/03/2014 Gawangan manual 0.2 ha 0.4 ha 0.4 ha Blok K07 04/03/2014 Semprot piringan, pasar pikul, & TPH 7 jam 3 ha 3 ha Blok K07
05/03/2014 Semprot piringan, pasar pikul, & TPH 7 jam 3 ha 3 ha Blok O30
06/03/2014 Gawangan manual 1 gawangan 1 gawangan 1 gawangan Blok K07
07/03/2014 Semprot kentosan 7 jam 8 baris 8 baris Blok K24 08/03/2014 Piringan, pasar pikul, & TPH manual 3 ha 3 ha 3 ha Blok K17 & K18
09/03/2014 Libur hari minggu - - - -
10/03/2014 Kutip brondolan 4 blok 4 blok 4 blok Blok K19-K22
11/03/2014 Catat buah di TPH 7 jam 7 jam 7 jam Blok K20-K23 12/03/2014 Cek dokumen untuk ISPO 7 jam 7 jam 7 jam Kantor kebun
13/03/2014 Cek dokumen untuk ISPO 7 jam 7 jam 7 jam Kantor kebun
14/03/2014 Cek dokumen untuk ISPO 7 jam 7 jam 7 jam Kantor wilayah
15/03/2014 Cek dokumen untuk ISPO 7 jam 7 jam 7 jam Kantor wilayah 16/03/2014 Libur hari minggu - - - -
17/03/2014 Muat langsir pupuk 2.5 ton 2.5 ton 2.5 ton Divisi 1
18/03/2014 Pemasangan nomor dan pengecekan APAR 7 jam 7 jam 7 jam Emplasemen utama
19/03/2014 Membantu kegiatan kantor kebun 7 jam 7 jam 7 jam Kantor kebun 20/03/2014 Until pupuk dan membuat sign board 7 jam 7 jam 7 jam Gudang pupuk dan NKT
21/03/2014 Until pupuk 7 jam 2 ton 2 ton Gudang pupuk
22/03/2014 Sanitasi 7 jam 5 baris 5 baris Blok K14
23/03/2014 Libur hari minggu - - - - 24/03/2014 Pengairan 7 jam 7 jam 7 jam Blok M19
25/03/2014 Pengairan 7 jam 7 jam 7 jam Blok L8-L10
26/03/2014 Membantu kantor kebun 7 jam 7 jam 7 jam Kantor kebun
27/03/2014 Muat langsir pupuk dan bibit 2.3 ton pupuk
& 53 bibit
2.3 ton pupuk
& 53 bibit
2.3 ton pupuk
& 53 bibit
Blok J07, M22, & L16
28/03/2014 Sisip bibit 50 bibit 55 bibit 50 bibit Blok M22
29/03/2014 Sensus sisip, monitoring level air, dan until pupuk 7 jam 7 jam 7 jam Blok M21-M22, tunggul air, & gudang pupuk
30/03/2014 Libur hari minggu - - - - 31/03/2014 Membantu kantor kebun 7 jam 7 jam 7 jam Kantor kebun
34
40
Lampiran 5 Rekomendasi Dosis Pupuk Tahun 2014 di BKLE
UREA RP MOP KIESERITEZINCOPPER HGFB TOTAL
INCEPTISOL TT 1998-2010 2,25 2,00 3,00 1,25 - 0,20 8,70
overall Rot 1 1,25 2,00 1,50 1,25 - 0,10 6,10
Rot 2 1,00 1,50 0,10 2,60
ULTISOL TT 1998-2010 2,25 2,00 3,00 1,25 - 0,20 8,70
overall Rot 1 1,25 2,00 1,50 1,25 - 0,10 6,10
Rot 2 1,00 - 1,50 - - 0,10 2,60
ENTISOL TT 1998-2007 2,50 2,50 3,50 1,75 0,20 0,20 10,65
Prime Rot 1 1,50 2,50 2,00 1,75 0,20 0,10 8,05
Rot 2 1,00 1,50 0,10 2,60
TT 2008-2010 2,25 2,00 3,00 1,25 0,20 0,20 8,90
Young Rot 1 1,25 2,00 1,50 1,25 0,20 0,10 6,30
Rot 2 1,00 - 1,50 - - 0,10 2,60
SPODOSOL TT 1998-2007 2,50 2,50 3,50 1,75 0,20 0,20 10,65
Prime Rot 1 1,50 2,50 2,00 1,75 0,20 0,10 8,05
Rot 2 1,00 1,50 - - 0,10 2,60
TT 2008-2010 2,25 2,00 3,00 1,25 0,20 0,20 8,90
Young Rot 1 1,25 2,00 1,50 1,25 0,20 0,10 6,30
Rot 2 1,00 - 1,50 - - 0,10 2,60
HISTOSOL TT 1998-2010 1,75 1,75 4,50 - 0,20 0,20 8,40
overall Rot 1 1,00 1,75 1,50 - 0,20 0,10 4,55
Rot 2 0,75 - 1,50 - - 0,10 2,35
Rot 3 - - 1,50 - - - 1,50
Jenis TanahUmur/
Tahun Tanam
Jenis Pupuk (kg/pkk/thn)
35
41
Lampiran 6 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
Tanggal Uraian Kegiataan
Prestasi Kerja
Lokasi Jumlah Karyawan
yang Diawasi (orang)
Luas Areal
yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan
(jam)
01/04/2014 Gawangan manual 3 8.07 7 Blok K15
02/04/2014 Pembuatan TPH 4 35.98 7 Blok L20 03/04/2014 Perawatan jalan 3 36.46 7 Blok M21
04/04/2014 Piringan, pasar pikul, & TPH manual 2 26.1 7 Blok M23
05/04/2014 Cabut kentosan dan pendataan primer - - 7 Blok K14 & L29
06/04/2014 Libur hari minggu - - - - 07/04/2014 Muat langsir pupuk 3 80.87 7 Blok L22-24
08/04/2014 Muat langsir dan penaburan pupuk 19 50.74 7 Blok N31-32
09/04/2014 Libur pemilu - - - -
10/04/2014 Muat langsir pupuk dan pencatatan buah 20 98.49 9 Gudang pupuk, Blok K24, & L20-22 11/04/2014 Muat langsir, pengeceran, dan penaburan pupuk 33 66.89 5 Blok L26-27
12/04/2014 Until dan muat langsir pupuk 7 1 7 Gudang pupuk
13/04/2014 Libur hari minggu - - - -
14/04/2014 Panen 4 110.38 7 Blok K16-18 15/04/2014 Panen 3 29.65 7 K17
16/04/2014 Pencatatan buah 8 83.35 7 K20-22
17/04/2014 Pencatatan buah 16 110.25 7 L19-21
18/04/2014 Libur keagamaan - - - - 19/04/2014 Pembuatan SPB 7 58.88 7 M22-23
20/04/2014 Libur hari minggu - - - -
21/04/2014 Semprot piringan, pasar pikul, & TPH 29 81 7 M19-M21
22/04/2014 Semprot piringan, pasar pikul, & TPH 26 59 7 M22-M23 23/04/2014 Semprot piringan, pasar pikul, & TPH 28 96 7 L18-20
24/04/2014 Semprot piringan, pasar pikul, & TPH 27 93 7 Blok L21-23
25/04/2014 Semprot piringan, pasar pikul, & TPH 29 78 7 Blok K16-18
26/04/2014 Bengkel 3 1 6 Kantor traksi 27/04/2014 Libur hari minggu - - - -
28/04/2014 Bengkel 5 1 7 Bengkel traksi
29/04/2014 Klinik Kerja Mandor Panen - - 7 Blok K21-24
30/04/2014 Pembuatan struktur organisasi Traksi - - 7 Kantor kebun
36
Lampiran 7 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
Tanggal Uraian Kegiataan
Prestasi Kerja
Lokasi Jumlah Mandor
yang Diawasi (orang)
Luas Areal
yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan
(jam)
01/05/2014 Libur hari buruh - - - -
02/05/2014 Until pupuk 1 1 7 Gudang pupuk 03/05/2014 Supervisi dosen - - - Kantor wilayah
04/05/2014 Libur hari minggu - - - -
05/05/2014 Pemupukan 2 48.7 7 Blok L24-25
06/05/2014 Panen 3 68 7 Blok 17-19 07/05/2014 Administrasi kantor divisi - - 7 Kantor divisi 2
08/05/2014 Panen 3 114 7 Blok K20-23
09/05/2014 Panen 3 55.94 5 Blok K23-24
10/05/2014 Perawatan 1 19.7 7 Blok K14-15 11/05/2014 Libur hari minggu - - - -
12/05/2014 Akunting - - 7 Kantor kebun
13/05/2014 Panen 2 66.43 7 Blok L20 & M20
14/05/2014 Panen 2 30.45 7 Blok M20 15/05/2014 Libur keagamaan - - - -
16/05/2014 Pemupukan 2 67.19 5 Blok L21-22
17/05/2014 Panen 2 149.72 7 Blok K7-L20
18/05/2014 Libur hari minggu - - - - 19/05/2014 Panen 2 212.34 7 Blok K17-24
20/05/2014 Until pupuk 3 1 7 Gudang pupuk
21/05/2014 Simulasi pemupukan - - 7 SCME
22/05/2014 Pemupukan 3 7 Blok L16-17 23/05/2014 Administrasi kantor divisi 1 1 5 Kantor divisi 2
24/05/2014 Pembuatan patok blok - - 6 Kantor kebun
25/05/2014 Libur hari minggu - - - -
26/05/2014 Kunjungan ke PKS - - 7 Pabrik 27/05/2014 Libur keagamaan - - - -
28/05/2014 Kunjungan ke PKS - - 7 Pabrik
29/05/2014 Libur keagamaan - - - -
30/05/2014 Pembuatan patok blok - - 5 Kantor kebun 31/05/2014 Pembuatan patok blok - - 6 Kantor kebun
37
Lampiran 7 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi (lanjutan)
Tanggal Uraian Kegiataan
Prestasi Kerja
Lokasi Jumlah Mandor
yang Diawasi (orang)
Luas Areal
yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan
(jam)
01/06/2014 Libur hari minggu - - - -
02/06/2014 Pembuatan patok blok - - 7 Kantor kebun
03/06/2014 Pembuatan patok blok - - 7 Kantor kebun
04/06/2014 Pembuatan patok blok - - 7 Kantor kebun 05/06/2014 Pembuatan presentasi - - 7 Kantor kebun
06/06/2014 Pembuatan presentasi - - 5 Kantor kebun
07/06/2014 Kunjungan ke riset - - 7 Kantor riset
08/06/2014 Libur hari minggu - - - - 09/06/2014 Pembuatan presentasi - - 7 Kantor kebun
10/06/2014 Panen 3 128.77 7 Blok L20-23
11/06/2014 Panen 3 140.3 7 Blok M19-23
12/06/2014 Pemasangan patok blok - - 7 Blok M19-23 13/06/2014 Perbaikan makalah - - 5 Kantor kebun
14/06/2014 Panen 3 119.73 7 Blok K21-24
15/06/2014 Libur hari minggu - - - -
16/06/2014 Pemupukan 1 36.92 7 Blok P27-28 17/06/2014 Pemupukan 1 38.07 7 Blok 029-30
18/06/2014 Pemupukan 1 43.16 7 Blok 027-28
19/06/2014 Until pupuk 1 1 7 Gudang until 20/06/2014 Kunjungan dan presentasi wilayah - - 5 Kantor wilayah
21/06/2014 Kunjungan dan presentasi wilayah - - 7 Kantor wilayah
22/06/2014 Libur hari minggu - - - -
23/06/2014 Pemupukan 1 70.2 7 Blok N26-27 24/06/2014 Leaf sampling unit 1 72.51 7 Blok K19-21
25/06/2014 Pemupukan 2 76.55 7 Blok M16-17
26/06/2014 Perawatan 1 43.69 7 Blok O27-28
27/06/2014 Perawatan 1 43.69 5 Blok O27-28 28/06/2014 Pembuatan kokpit divisi - 1 6 Kantor kebun
29/06/2014 Libur hari minggu - - - -
30/06/2014 Perpisahan - - 7 Emplasemen utama
38
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1992 di Meulaboh dan merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sarjono Damanik dengan Ibu
Rosnilawaty Alifia.
Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD
Negeri 1 Langsa. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 16
Medan dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Shafiyyatul Amaliyyah Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama,
penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada program sarjana melalui USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa: Tahun 2010 sampai
dengan 2012 sebagai anggota Div. Humas BKIM IPB, Tahun 2012/2013 sebagai
anggota Div. Mibaorsen Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta
IPB. Selain itu, penulis aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa daerah
IMMAM (Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan).
40
39