Laporan Daslintan Gejala Dan Tanda Dari Serangan Hama Penyakit Tanaman
PENGENALAN GEJALA SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN.docx
-
Upload
adamkurniawan94 -
Category
Documents
-
view
208 -
download
1
Transcript of PENGENALAN GEJALA SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN.docx
PENGENALAN GEJALA SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)
Oleh Daryati
1214121047
LABORATORIUM HAMA TUMBUHAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Hasil yang didapatkan dari praktikum yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut :
No. Foto Gambar Keterangan1.
Sumber: http://gembeltajirblogspotcom.blogspot.com/2011/07/ulat-grayak-spodoptera-litura.html
Ordo : LepidopteraFamily : NoctuidaeGenus : SpodopteraSpesies : Spodoptera litura
2.
Sumber : http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pengelolaan-hama-kutu-daun-pada-jagung-dan-pengendaliannya
Ordo :HemipteraFamily:AphididaeGenus : AphisSpesies :Aphis sp.
3.
Sumber: http://apps.cs.ipb.ac.id/ipm/main/komoditi/detail/27
Ordo :HemipteraFamily: AlydidaeGenus : LeptocorisaSpesies : Leptocorisa oratorius
4.
Sumber: http://logmancing.blogspot.com/2013/01/gaang-orong-orong.html
Ordo : OrthopteraFamily:GryllotalpidaeGenus : GryllotalpaSpesies : Gryllotalpa sp.
5.
Sumber: http://centongkaleng.wordpress.com/2011/08/05/hama-padi-wereng/
Ordo :HemipteraFamily:DelphacidaeGenus : NilaparvataSpesies :Nilaparvata lugens
6.
Sumber: http://tipsmancing.info/burung/burung-gelatik-coklat.html
Ordo : Hemiptera
Family:Pseudococcid
ae
Genus: Pseudococcus
Spesies
: Pseudococcus
citriculus
7.
Sumber: http://infoopt.com/?Break_News:OPT_baru
Ordo : HemipteraFamily:DelphacidaeGenus : PeregrinusSpesies :Peregrinus maidis
8.
Sumber: http://hansdw08.student.ipb.ac.id/2011/09/14/serangan-hama-boleng-cylas-formicarius-pada-ubi-jalar/
Ordo:Family :Genus : CylasSpesies : Cylas formicarius
9.
Sumber: http://temanminumkopi.blogspot.com/2011_05_01_archive.html
Ordo :OrtopteraFamily:AcrididaeGenus:ValangaSpesies : Valanga nigricornis
Pembahasan
Dalam praktikum ini tanaman pangan yang digunakan adalah
kedelai,ganyong,padi,jagung,singkong,dan ubi jalar. Tanaman pangan
tersebut masing-masing memiliki hama yang menyerang. Hama tersebut
diantarnya adalah :
1. Pada tanaman kedelai
A. Ulat grayak (Spodoptera litura )
Bioekologi ulat grayak ini adalah ngengat dengan sayap bagian depan
berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna
keputihan, aktif malam hari. Telur berbentuk hampir bulat dengan
bagian datar melekat pada balik daun (kadang tersusun 2 lapis), warna
coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 200-
300butir) tertutup bulu seperti beludru, menetas 3-4 hari.
Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas
berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan
hidup berkelompok. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa
tanpa rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang
sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium
telur 3 -4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20-46 hari, pupa 8 – 11
hari).
Gejala serangan larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang
secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis
bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja, memakan
jaringan daun. Tipe mulut dari ulat ini adalah mandibulata (menggigit
dan mengunyah)
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
Pembakaran tanaman, pengolahan tanah yang intensif, mengumpulkan
larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian
memusnahkannya. Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk
ngengat, pemanfaatan musuh alami seperti
predator Sycanus sp., Andrallus spinideus,Selonepnis
geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis
similis, danPeribeae sp. Dan penggunaan insektisida yang dianggap
cukup efektif.
B. Kutu daun (Aphis sp.)
Serangga dewasa berwarna hitam dan berkilau. Tubuh lunak berbentuk
buah pear, badan tertutup tepung seperti mengandung lilin, panjang
tubuh 4-8 mm. Antena panjang, 3-7 ruas, tidak aktif. Kaki panjang dan
ramping, tidak untuk melompat, mempunyai bangunan seperti tanduk
sangat kecil di ujung abdomen. Ada yang bersayap ada yang tidak. Telur
berkembang di dalam induk dan keluar dalam bentuk nimfa. Dalam
beberapa hari nimfa mencapai stadia reproduksi. Imago dapat
menghasilkan 2-20 keturunan per hari pada kondisi yang sesuai. Hal ini
menyebabkan kepadatan populasi aphis meningkat secara cepat. Pada
awal-awal infestasi aphis dewasa tidak mempunyai sayap dan
bergerombol. Aphis bersayap muncul pada generasi selanjutnya dan
menyebar ke tanaman lainnya.
Serangan dari hama ini yaitu menyerang bagian pucuk-pucuk muda,
batang, bunga, daun, dan polong, mengisap cairan daun dan batang,
akibatnya warna dan bentuk daun tidak normal yang pada akhirnya
tanaman mengering Kutu da un ini menghasilkan honeydew yang
dikeluarkan melalui sersinya, sehingga memben tuk embun jelaga
berwarna hitam yang menutupi daun sehingga menghalangi proses
fotosintesis.
Pengendalian yang dilakukan diantaranya adalah dengan kultur teknis
yaitu dengan penanaman polikultur dan juga dengan menggunakan
insektisida kontak ataupun sistemik.
C. Kepik hijau (Nezara viridula)
Bioekologi hama ini diantaranya pada stadia imago berwarna hijau
polos, kepala berwarna hijau serna pronotumnya berwarna jingga dan
kuning keemasan, kuning kehijauan dengan tiga bintik berwarn hijau dan
kuning polos. Telur diletakkan berkelompok (10-90 butir/kelompok)
pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri dari 5 instar. Instar awal
hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar. Pada
kedelai nimfa dan imago terutama mengisap polong.
Gejala serangan dari hama ini pada fase nimfa dan serangga dewasa
merusak tanaman dengan cara mengisap polong kedelai. Pada polong
yang masih muda dan terserang kepik hijau menyebabkan polong
tersebut menjadi kosong (hampa) dan kempis karena biji tidak terbentuk
dan polong gugur. Pada polong tua menyebabkan biji keriput dan
berbintik-bintik hitam yang pada akhirnya biji menjadi busuk.
Pengendalian yang dilakukan diantaranya adalah mengumpulan kepik
dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan. Menjaga kebersihan lahan
dari gulma serta menggunakan pestisida yang bersifat kontak maupun
sistemik.
2. Pada tanaman ganyong
Belalang coklat ini berwarna kecoklatan, memiliki sepasang antenna, 2
buah mata majemuk. Memiliki 2 pasang sayap dimana sayap depan lebih
sempit disbanding sayap belakang, 3 pasang kaki dimana memiliki kaki
belakang yang besar. Memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih
sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras
dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan
vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di
bawah sayap depan.
Gejala serangan belalang ini yaitu daun yang dimakan terlihat dicabik-
cabik tidak teratur. Pada gejala serangan yang berat, tinggal hanya tulang
dan daun saja.
Pengendalian yang dilakukan diantaranya secara mekanis yaitu telur
belalang didalam tanah diambil, demikian juga nimfa yang ada. Secara
kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan phosdrin, diazinon,
basudin, dan insektisida lainnya. Secara biologis dilakukan dengan
musuh alami.
3. Pada tanaman padi
A. Walang sangit ( Leptocorisa oratorius)
Bioekologi hama ini yaitu walang sangit merupakan hama yang umum
merusak bulir padi pada fase pemasakan. Serangga apabila diganggu
akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau. Selain sebagai
mekanisme pertahanan diri, bau yang dikeluarkan juga digunakan untuk
menarik walang sangit lain dari spesies yang sama. Telur walang sangit
berwarna hitam kecoklat-coklatan yang diletakkan dalam barisan di
permukaan atas daun padi. Jumlah telur pada setiap kelompok kira-kira
10-20 butir. Setiap walang sangit betina dapat bertelur lebih dari 100
butir telur dan telur akan menetas setelah 6-7 hari.
Nimfa mengalami 5 instar selama 17-27 hari. Walang sangit yang
dewasa berbentuk langsing dan panjangnya sekitar 16-18 mm. Bagian
perut berwarna hijau atau krem dan pada punggungnya berwarna coklat
kehijau-hijauan. Daur hidup rata-rata mencapai sekitar 5 minggu, lebih
kurang 23-34 hari. Bila keadaan kehidupan ideal, daur hidupnya dapat
mencapai 115 hari.
Gejala yang ditimbulkan baik nimfa maupun walang sangit dewasa
mengisap bulir pada yang masih pada tingkatan masak susu sehingga
malai padi menjadi hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut,
berwarna coklat dan tidak enak. Sebelum butiran padi terbentuk, walang
sangit mengisap tunas-tunas muda dan daun muda yang empuk dan
berair. Pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-
bintik hitam.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Bertanam serempak agar makanan tidak tersedia terus-menerus
sehingga dapat memutus siklus hidupnya.
b. Peningkatan kebersihan dengan mengendalikan gulma di sawah
dan di sekitar pertanaman.
c. Mengumpulkan dan memusnahkan telur sehingga mengurangi
jumlah hama ini.
d. Melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba,
parasitoid Chrysona spp., capung.
e. Rotasi tanaman agar dapat memutus siklus hidup dari walang
sangit.
f. Penyemprotan dengan insektisida.
B. Wereng (Nilavaparvata lugens)
Bioekologi hama ini diantaranya Stadia tanaman yang rentan terhadap
serangan wereng coklat adalah dari pembibitan sampai fase matang susu.
Wereng coklat betina bertelur sebanyak ± 200-700 butir yang diletakkan
dalam pelepah daun atau sepanjang urat tengah dan menetas dalam 5-9
hari, telurnya berwarna keputih-putihan dalam barisan memanjang.
Nimfa mengalami 5 instar dalam waktu 12-18 hari, berwarna coklat
muda sampai tua. Wereng coklat mempunyai mulut pengisap dan
memasukkan alat pengisap untuk menghisap cairan tanaman pada
system vaskular (pembuluh tanaman). Siklus hidupnya 21-33 hari.
Dalam satu tahun mungkin ada 4 atau lebih generasi
Gejala yang ditimbulkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi
coklat dan mati. Dalam keadaan populasi wereng tinggi dan varietas
yang ditanam rentan wereng coklat dapat mengakibatkan tanaman
seperti terbakar atau “hopperburn”. Mengeluarkan embun madu yang
menyebabkan bercak hitam yang disebabkan cendawan jalaga.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan varietas
tahan wereng,menggunakan perangkap cahaya, penggunaan musuh
alami berupa parasitoid Aponteles spp., Cotesia spp.,dan penggunaan
pestisida.
C. Orong-orong (Grylotalpha sp.)
Hama ini memiliki tungkai depan yang besar. Siklus hidupnya
berlangsung enam bulan.
Gejala yang disebabkan hama ini dapat merusak tanaman pada semua
fase tumbuh. Benih yang disebar di persemaian juga dapat dimakannya.
Hama ini memotong tanaman pada pangkal batang .Orong-orong
merusak akar muda dan bagian pangkal tanaman yang berada di bawah
tanah. Pertanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga terlihat
adanya spot-spot kosong di sawah.
Pengendalian orong-orong dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. perataan tanah agar air tergenang merata.
2. penggenangan sawah 3-4 hari dapat membantu membunuh telur
orang-orong di tanah.
3. penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida).
4. penggunaan insektisida (bila diperlukan) yang berbahan
aktif karbofuran atau fipranil.
D. Penggerek batang padi (Scirpophaga sp.)
Larva merusak sistem pembuluh tanaman di dalam batang. Stadia
tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek adalah dari
pembibitan sampai pembentukan malai. Ngengat betina dewasa bertelur
lebih kurang 200 telur yang diletakkan pada daun atau pelepah daun
tanaman dan telurnya ditutup dengan bulu-bulu seperti beludru berwarna
coklat muda. beberapa telur ada yang berbentuk sisik. Telur akan
menetas sesudah 5-10 hari. Kemudian larva makan daun. Beberapa hari
kemudian, mereka akan menggerek batang dan masuk ke dalam batang
serta makan bagian dalam batang (teras) padi.
Tingkatan hidup larva lamanya sekitar 28-35 hari. Larva menjadi pupa
pada pangkal batang padi, walaupun mungkin juga terjadi dalam tanah.
Sekitar 10 hari pupa menetas menjadi ngengat. Siklus hidupnya 40-70
hari tergantung pada spesiesnya.
Gejala yang ditimbulkan pucuk tanaman layu, kering berwarna
kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang
kering. Tanaman padi menghasilkan malai-malai yang hampa dan
berwarna keputih-putihan.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan diantaranya dengan
menggunakan varitas tahan dan berumur pendek agar cepat panen.
Meningkatkan kebersihan lingkungan. Menggenangi sawah selama 15
hari setelah panen agar kepompong mati. Membakar jerami agar telur,
larva atau pupa yang masih tertinggal dalam jerami bisa dimusnahkan.
Penggunaan musuh alami seperti parasitoid Trichogramma japonicum,
Parasitoid Trichogramma braziliensis, kumbang tanah, jangkerik, semut,
laba-laba. Rotasi tanaman agar dapat memutus siklus hidup dari hama
tersebut.
4. Pada tanaman jagung
Wereng daun jagung (Peregrinus maidis)
Bioekologi hama wereng pada daun jagung ini hamper mirip dengan
wereng coklat. Bentuk dan ukuran serangga dewasa mirip dengan hama
wereng coklat dewasa yang meyerang padi. Memiliki siklus hidup 25
hari, masa telur 8 hari, telurnya berbentuk bulat panjang dan agak
membengkok (seperti buah pisang) (Lilies, 1991).
Nimpa mengalami 5 instar, instar pertama berwarna kemerah-merahan
kemudian berangsur-angsur berubah menjadi putih kekuning-kuningan.
Berkembang pada musim hujan lebih dari 500 ekor pertanaman pada
umur jagung ± 2 bulan, sedangkan pada musim kemarau populasi relatif
rendah hanya 1 – 23 ekor pertanaman (Mantik dan Asmaniar 1994).
Gejala serangan pada daun tampak bercak bergaris kuning, garis-garis
pendek terputus-putus sampai bersambung terutama pada tulang daun
kedua dan ketiga. Daun tampak bergaris kuning panjang, begitu pula
pada pelepah daun. Pertumbuhan tanaman akan terhambat, menjadi
kerdil, tanaman menjadi layu dan kering (hopper burn).
Pengendalian dilakukan dengan cara waktu tanam serempak, waktu
tanam dilakukan pada akhir musim hujan dan menggunakan insektisida
insektisida Carbofuran 3%.
5. Pada tanaman singkong
A. Kutu putih
Bioekologi hama ini telur diletakkan secara berkelompok dalam sebuah
kantung (ovisak), kantung telur terbuat dari benang-benang lilin yang
sangat lengket. Lalu telur diletakkan pada bagian bawah permukaan
tanaman. Setelah meletakkan telur yang pertama, imago kutu putih akan
maju beberapa langkah dan proses peletakan telur berikutnya segera
dimulai. Telur diletakkan di sisi telur terdahulu, sehingga letak telur
berjejer sepanjang tangkai dan tulang daun.
Panjang tubuh imago betina rata-rata 2,2 mm dengan kisaran 1,5-2,7 mm
dan lebar tubuh rata-rata 1,4 mm dengan kisaran 0,9-1,7 mm.
Imago betina biasanya meletakkan 100-600 telur dalam satu kantung
telur (ovisac). Peletakan telur biasanya berlangsung dalam 10 hari, dan
pada hari kesepuluh nimfa instar satu atau crawler sudah mulai aktif
mencari makan.
Imago jantan berwarna merah muda, terutama pada masa pra pupa dan
pupa, sedangkan pada saat instar pertama dan kedua berwarna kuning.
Panjang tubuh imago jantan rata-rata 0,6 mm dengan kisaran 0,5-1,0 mm
dan lebar tubuh 0,3 mm dengan kisaran 0,2-0,6 mm Imago jantan
memiliki antena dengan 10 segmen, aedagus terlihat jelas, memiliki
sejumlah pori lateral dan sayap berkembang dengan baik.
Gejala serangan hama kutu putih biasanya bergerombol sampai puluhan
ribu ekor. Mereka merusak dengan cara mengisap cairan. Semua bagian
tanaman bisa diserangnya dari buah sampai pucuk. Serangan pada pucuk
menyebabkan daun kerdil dan keriput seperti terbakar. Hama ini juga
menghasilkan embun madu yang kemudian ditumbuhi cendawan jelaga
sehingga tanaman yang diserang akan berwarna hitam. Serangga dewasa
dan nimfa menghisap bagian tanaman, sehingga terjadi perubahan
bentuk yang tidak normal. Pada tanaman yang terserang tampak
dipenuhi oleh kutu-kutu putih seperti kapa.
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menggunakan musuh alami
yang berupa predator atau parasitoid
B. Tungau merah
Tungau Merah / Spider Mite Adalah Hama Penghisap Cairan Sel - Sel
Daun (Klorofil) , Ukuranya Sangat Kecil Berkisar Antara 0,3 mm – 0,4
mm Berwarna Merah. Tungau lebih menyukai sisi daun bagian bawah
dan berkembang biak selama musim panas , cuaca kering dan umumnya
tidak merusak pada musim penghujan dengan cuaca lembab atau basah.
Gejala serangan hama ini diantaranya daun-daun yang terserang
pertama kali Akan kelihatan suram , tampak berbintik kuning yang
kemudian menyatu dan berubah seperti karat atau keperang - perangan
dan akhirnya rontok. Tanaman yang terserang tidak dapat tumbuh
normal, apabila serangan berat biasanya tanaman menjadi sangat kerdil
dan rontok.
Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan kultur teknis yaitu
melakukan waktu tanam yang tepat,melakukan sanitasi lahan dan juga
menggunakan insektisida berbahan aktif dikofol atau tetradifon.
6. Pada tanaman ubi jalar
Penggerek umbi ( Cylas formicarius)
Siklus hidup C. formicarius memerlukan waktu 1–2 bulan, secara umum
35–40 hari pada musim panas. Telur C. formicarius berwarna putih
krem, berbentuk oval tak beraturan berukuran 0,46–0,65 mm (Supriyatin
2001). Menurut Capinera (1998) panjang telur 0,77 mm dengan lebar
0,50 mm. Larva C. formicariusterdiri atas tigainstar dengan periode
instar pertama 8–16 hari, instar kedua 2–21 hari, dan instar ketiga 35–56
hari. Pupa berwarna putih, tetapi seiring dengan waktu dan
perkembangannya, berubah menjadi abu-abu dengan kepala dan mata
gelap. Lama masa pupa berkisar 7–10 hari, tetapi pada cuaca dingin
dapat mencapai 28 hari.
Gejala serangan dari hama ini yaitu menyerang epidemis akar atau
batang dan permukaan luar umbi dengan cara membuat lubang gerekan.
Larva juga menyerang akar, batang, dan umbi dengan cara yang sama,
tetapi sisa gerekan ditumpuk di sekitar lubang gerekan dengan bau yang
khas. Umbi yang rusak meng-hasilkan senyawa terpenoid sehingga
terasa pahit, dan tidak dapat dikonsumsi walaupun kerusakannya rendah
(Jansson et al. 1987).
Pengendalian hama ini diantaranya penggunaan varietas tahan, teknik
bercocok tanam yang baik , musuh alami yang berupa predator atau
prasitoid, dan penggunaan pestisida bila diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013. Hama Kutu Putih. http :// planthospital. Blogspot.com /2013/12/identifikasi-hama-pseudococcus.html. Diakses tanggal 19 April 2013.
Capinera, J.L. 1998. Sweet Potato Weevil, Cylas formicarius(Fabricius). Institute of Food and Agricultural Sciences. University of Florida. 7 pp.
Jansson, R.K., H.H. Bryan, and K.A. Sorensen.1987. Within-vine distribution and damage of sweet potato weevil, Cylas formicarius elegentulus (Coleoptera: Curculionidae), on four cultivars of sweet potato in Southern Florida. Florida Entomologist 70(4): 523− 526.
Lilies,C.S. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius.
Mantik,I. dan Asmaniar. 1994. Pengendalian Terpadu Hama Wereng Jagung. PEII cab. Sumbar Dalam Seminar Sehari di Padang.
Supriyatin. 2001. Hama boleng pada ubi jalar dan cara pengendaliannya. Palawija (no. 2):22−29