pengembangan waralaba
-
Upload
johan-cahyadi -
Category
Documents
-
view
85 -
download
4
description
Transcript of pengembangan waralaba
1
PENGEMBANGAN USAHA WARALABA
I. Latar Belakang
Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac
Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi
penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah
yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS.
Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih sukses, John S
Pemberton, pendiri Coca Cola1. Namun, menurut sumber lain, yang
mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri
otomotif AS, General Motors Industry ditahun 18982. Contoh lain di AS ialah
sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh berbagai perusahaan
jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union3 serta persetujuan
eksklusif antar pabrikan mobil dengan dealer4
Waralaba atau Franchising (dari
.
bahasa Perancis untuk kejujuran atau
kebebasan5) adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun
layanan6. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Waralaba adalah
Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir,
dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau
perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur
dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu
meliputi area tertentu. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.42/2007,
yang dimaksud dengan Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang
perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha
dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil
dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan
perjanjian Waralaba.
1 http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/For-Gol/Franchising.html 2 http://paroki-teresa.tripod.com/Tonikum_WARALABA1.htm 3 http://invention.smithsonian.org/resources/fa_wu_index.aspx#series2 4 http://findarticles.com/p/articles/mi_m0FJN/is_n8_v30/ai_18728418 5 Random House Webster's Unabridged Dictionary, 2nd Edition 6 Oxford Learners Pocket Dictionary, New Edition
2
Berdasarkan definisi waralaba diatas dapat disimpulkan bahwa waralaba
merupakan salah satu bentuk dari kemitraaan yang memiliki resiko minim
(low risk) serta menguntungkan bagi kedua belah pihak. Dengan demikian,
konsep kemitraan yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah No.42/2007
tidak bisa dilepaskan dengan apa yang telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan dimana disebutkan
bahwa “Kemitraan” adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan
Usaha Menengah dan Usaha Besar disertai dengan pembinaan dan
pengembangan oleh Usaha Menengah dan Usaha Besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan.
Keterkaitan Peraturan Pemerintah No.42/2007 dengan peraturan lain,
salah satunya, adalah mengenai Toko Modern (retail), sebut saja Alfamart
dan Indomaret. Perkembangan waralaba yang demikian pesat di Indonesia
tentu saja berimplikasi pada perkembangan definisi terminologis dari Toko
Modern itu sendiri. Oleh karena itu, terminologis Toko Modern tidak boleh
lepas dari apa yang telah ditetapkan dalam Bab I (satu) pasal 5 Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, dimana
disebutkan bahwa “Toko Modern” adalah toko dengan system pelayanan
mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk
Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir
yang berbentuk Perkulakan. Tidak hanya itu, pada pasal 6 di Peraturan yang
sama juga di definisikan tentang Pengelolaan Jaringan Minimarket, yang
menyebutkan bahwa “Pengelola Jaringan Minimarket” adalah pelaku usaha
yang melakukan kegiatan usaha di bidang Minimarket melalui satu kesatuan
manajemen dan sistem pendistribusian barang ke outlet yang merupakan
jaringannya.
II. Tujuan
Perkembangan usaha dengan menggunakan sistem waralaba di Indonesia
saat ini dan di masa mendatang mempunyai prospek yang baik dan semakin
pesat kemajuannya, karena dapat menjanjikan manfaat mikro yakni bagi
3
Pemberi waralaba maupun Penerima Waralaba sendiri, dan manfaat makro
bagi konsumen yang mendapatkan jaminan produk bermutu, serta membuka
kesempatan berusaha dan lapangan kerja baru bagi angkatan kerja Indonesia
sekaligus dapat pula memperluas akses pasar bagi Barang dan/atau Jasa
produksi dalam negeri.
Pengembangan usaha dengan Sistem Waralaba bertujuan untuk
mendorong berkembangnya spesialisasi dan modernisasi usaha tradisional,
sehingga dapat menumbuhkan kreatifitas dalam mengembangkan inovasi
berusaha yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan efisiensi usaha,
distribusi dan nilai tambah aktifitas produksi nasional. Oleh karena itu usaha
Waralaba (Franchise) dapat dijadikan sebagai salah satu lahan usaha bagi
UKM, baik sebagai mitra usaha/Penerima Waralaba maupun sebagai
penyedia pemasok barang kepada Franchise.
Bidang atau jenis usaha yang potensial diwaralabakan antara lain:
Kuliner, hotel, properti, percetakan, pusat kebugaran, salon kecantikan,
pendidikan/kursus-kursus bahasa.
III. Peran Daerah Dalam Pengembangan Waralaba
Dalam Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2007 Tentang Waralaba, peran
Pemerintah Daerah sangat dibutuhkan untuk mendorong dalam
pengembangan usaha-usaha yang potensial diwaralabakan, baik itu sebagai
franchisor, franchisee maupun sebagai pemasok barang dan/atau jasa,
khususnya yang dilakukan oleh pengusaha-pengusaha kecil menengah.
Beberapa contoh daerah yang memiliki UKM dibidang kuliner/makanan
khas tradisional yang berpotensi untuk dikembangkan dengan sistem
waralaba: Solo; di kawasan Gladak tempat dikumpulkannya 76 UKM yang
khusus mengelola makanan tradisional yang masing-masing memiliki ciri
khasnya sendiri.
Pada tahun 2007 dan 2008, Departemen Perdagangan berkerjasama
dengan Dinas Perindag Propinsi Yogyakarta dan Jawa Timur telah
melakukan pelatihan kepada 30 pelaku usaha kecil menengah yang potensial
diwaralabakan di masing-masing daerah, seperti makanan, cafe, retail, jasa
laundry, perbengkelan, pendidikan.
4
IV. Beberapa Contoh Usaha Waralaba dan Potensial Diwaralabakan
A. INDOMARET
Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan
pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200
M2. Dikelola oleh PT Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan
Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta
Utara. Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba
pertama di Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230
gerai. Pada Mei 2003 Indomaret meraih penghargaan "Perusahaan
Waralaba 2003" dari Presiden Megawati Soekarnoputri.
Hingga Mei 2008 Indomaret mencapai 2636 gerai. Dari total itu 1539
gerai adalah milik sendiri dan sisanya 1097 gerai waralaba milik
masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta, Bali dan Lampung. Di DKI Jakarta
terdapat sekitar 300 gerai.
Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung
perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai
didasarkan pada motto "mudah dan hemat".
Lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan non-makanan tersedia
dengan harga bersaing, memenuhi hampir semua kebutuhan konsumen
sehari-hari. Didukung oleh 10 pusat distribusi, yang menggunakan
teknologi mutakhir, Indomaret merupakan salah satu aset bisnis yang
sangat menjanjikan. Keberadaan Indomaret diperkuat oleh anak
perusahaan di bawah bendera grup INTRACO, yaitu Indogrosir, Finco,
BSD Plaza dan Charmant.
5
B. Alfamart
PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) atau Alfamart merupakan
perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang perdagangan umum dan
jasa eceran yang menyediakan kebutuhan pokok dan sehari-hari.
Alfamart dapat dimiliki masyarakat luas dengan cara kemitraan.
Didirikan pada 27 Juni 1999 oleh PT Alfa Mitramart Utama dengan
rincian kepemilikan saham; PT Alfa Retailindo, Tbk sebanyak 51% dan
PT Lancar Distrindo sebanyak 49%. Gerai pertama dibuka pada 18
Oktober 1999 di Tangeran dengan nama Alfa Minimart dengan rincian
kepemilikan saham; PT HM Sampoerna, Tbk sebanyak 70% dan PT
Sigmantara Alfindo sebanyak 30%. Pada 1 Agustus 2002 kepemilikan
beralih ke PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) yang berimplikasi pada
penggantian nama Alfa Minimart menjadi Alfamart.
C. Circle – K
Circle K Stores Inc. adalah perusahaan yang berdiri dan berdomisili
di United States of America, sebelumnya dikenal sebagai The Circle K
Corporation, yang telah membuat dan mengembangkan system bisnis
Circle K di United States dan di Negara-negara lain di luar United States.
Circle K Stores Inc. dan perusahaan pendahulunya adalah pemilik merk
6
dan nama dagang Circle K beserta nama dagang yang lain yang
digunakan dalam hubungannya dengan system bisnis Circle K.
PT. Circleka Indonesia Utama adalah pemegang lisensi dari Circle K
Store Inc, untuk wilayah geografis negara Republik Indonesia,
berdasarkan amendment No. 2 tertanggal 1 Agustus 2004 dari perjanjian
lisensi terdahulu yang dibuat pada tanggal 15 Agustus 1986 antara The
Circle K Corporation dengan PT Circle K Indonesia Waserba. PT.
Circleka Indonesia Utama memiliki hak, sebagaimana disebutkan dalam
perjanjian, untuk melisensikan kepada pihak lain merk dagang Circle K
di wilayah negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang diisyaratkan dalam perjanjian lisensi. Saat ini jumlah outlet yang
tersebar di beberapa kota di Indonesia sebanyak 171 outlet.
D. Autobridal (Jasa Pencucian Mobil)
The Auto Bridal adalah perusahaan yang memfokuskan diri pada
perawatan mobil dengan konsep utama adalah look new & wet look
Tindak lanjut dari penandatanganan ini adalah dibukanya tiga outlet
sekaligus. Outlet pertama berlokasi di salah satu SPBU milik Petronas,
kedua di Mall, dan ketiga di Parking area Rich Pace Sdn Bhd. Sementara
itu pemasaran sub-franchisenya akan dilakukan pada pameran FIM 2008
bulan Agustus 2008 di PWTC, Kuala Lumpur. Adapun target yang telah
dicanangkan adalah dengan masa kontrak franchisee selam 15 tahun
maka The Auto Bridal Malaysia bisa mengembangka hingga 100 outlet
.
Salah satu gebrakan Perusahaan ini adalah melakukan ekspansi bisnis ke
Negeri Malaysia. Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya Master
Franchise Agreement antara The Auto Bridal International dengan Rich
Pace Sdn Bhd pada tanggal 17 Juni 2008 di Malaysia dan tanggal 29 Juni
2008 pada pembukaan Pameran International Franchise, License &
Business Concept Expo & Conference di Jakarta Convention Center.
7
LISIDU didirikan di surabaya pada tahun 1997 oleh Listianto (52th),
pria kelahiran kota Solo. Dengan idealisme beliau menghadirkan citarasa
.
E. Sate Lisidu (Makanan Khas)
7 Majalah Info Franchise Indonesia, 7/III/15 Juli-!4 Agustus 2008, hal 46-7
7
sate ayam yang prima. Konsistensi dalam menjaga kualitas hidangannya
membuahkan prestasi yang membanggakan. Tahun 2005, 2006 dan 2007
Sate Ayam LISIDU menjadi hidangan resmi perayaan Hari Kemerdekaan
RI di Istana Negara Jakarta.
Merek "LISIDU" sudah terdaftar dengan sertifikat nomor : IDM 0000
84133 tertanggal 14 Agustus 2006, sementara merek Sate Ayam "BK"
sedang dalam proses pendaftaran dengan Surat Permohonan pendaftaran
merek nomor: W.10.HC.01.01-08.
F. Bebek Goreng Mbah Wongso (Makanan Khas)
Bebek Goreng “Mbah Wongso” adalah rumah makan yang
menyajikan menu khas spesial bebek goreng dan aneka olahan daging
bebek dengan cita rasa khas masakan Indonesia. Berdiri pada 18 Agustus
2001, dalam rentang waktu beberapa tahun telah memiliki 4 cabang di
kota asalnya, Yogyakarta. Merk “Mbah Wongso” sudah didaftarkan di
Dirjen HKI dengan nomor pendaftaran J00-2006022839.
Konsep franchise yang ditawarkan adalah mini resto engan investasi
Rp.70 juta. Nilai investasi tersebut belum termasuk tempat dan cadangan
operasional tetapi sudah termasuk franchise fee sebesar Rp.25 Juta untuk
5 tahun, semua peralatan, meja kursi, SOP, interior dan eksterior. Royalti
fee dikenakan kepada franchisee sebesar 5% per bulan dari omset. Untuk
mendukung operasional franchisee akan di-support mulai dari suplai
bebek, pelatihan, pendampingan, quality control, dll8
Gudeg Ceker Bu Wiryo Solo sudah berdiri sejak tahun 1952,
didirikan oleh Bu Wiryo sesuai nama usaha ini. Pada awal berdiri sempat
diberi nama "Gudeg SIDO MAREM" karena rasanya betul - betul mantap
ada juga konsumen yang memberi nama Gudeg Ujung, karena berada di
ujung jalan Teuku Umar Solo. Pada awal berdiri sampai tahun 1980 menu
yang disajikan hanya nasi gudeg dengan lauknya berupa ayam, telur, atau
tahu. Baru pada awal tahun 1981 Ibu Wiryo punya gagasan untuk
.
G. Gudeg Ceker Bu Wiryo (Makanan Khas)
8 Ibid, hal 20
8
memperkenalkan menu baru yang masih cocok dengan bila
dikombinasikan dengan GUDEG yaitu CEKER AYAM dan opor9
A. Pokok-Pokok Yang Diatur
.
H. Bakso Malang Kota “Cak Eko” (Makanan Khas)
Perusahaan ini memulai melakukan usahanya dalam bentuk penjualan
berformat waralaba pada akhir 2004, dalam waktu kurang lebih dua tahun
yakni sampai dengan akhir tahun 2007, ada beberapa pemilik modal yang
telah membeli hak waralaba dengan membuka di Jakarta, Makassar,
Surabaya, Batam, Kediri, Samarinda, Manado, Ternate dan kota lainnya
termasuk kota Malang sendiri. Sementara itu, sampai sekarang, ada
beberapa permohonan dari kota-kota di Pulau Jawa maupun di luar Pulau
Jawa yang sedang dalam proses seleksi dan penyelesaian perjanjiannya.
V. Rancangan Perubahan Peraturan Menteri Perdagangan No.12 Tahun 2006 Tentang Waralaba
1. Penetapan kriteria Waralaba, dengan tujuan menghindarkan
masyarakat/calon investor Franchisee dari penipuan yang mungkin
dilakukan oleh pengusaha yang tidak beritikad baik dengan menawarkan
kerjasama sistem Waralaba padahal bukan Waralaba (Business
Opportunity/Konvensional).
2. Larangan menggunakan istilah dan/atau nama Waralaba untuk nama
dan/atau kegiatan usaha apabila tidak memenuhi kriteria Waralaba.
3. Kewajiban Franchisor untuk mendaftarkan Prospektus Penawaran
Waralaba, dengan ketentuan bahwa kegiatan usahanya telah terbukti
berhasil/menguntungkan selama kurang lebih 5 (lima) tahun yang
dibuktikan dengan laporan keuangan.
4. Franchisor diwajibkan memberikan Prospektus Penawaran Waralaba
kepada calon Franchisee paling sedikit 2 (dua) minggu sebelum
penandatanganan perjanjian Waralaba, dengan demikian calon Franchisee
mempunyai waktu yang cukup untuk mempelajari sebelum menetapkan
sikap menerima atau tidak.
9 Ibid, hal 21
9
5. Franchisor diwajibkan memberikan pembinaan secara berkesinambungan
kepada Franchiseenya, dengan tujuan agar Franchisee dapat berhasil
menjalankan usahanya dengan baik sesuai sistem yang diterapkan.
6. Kewajiban Franchisee untuk mendaftarkan perjanjian Waralaba, dengan
demikian ada kepastian bahwa hak dan kewajiban kedua belah pihak
telah diatur dan ditetapkan dalam perjanjian tertulis.
7. Kewajiban Franchisor dan Franchisee untuk mengutamakan penggunaan
barang dan/atau jasa produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar
mutu.
8. Franchisor harus bekerja sama dengan UKM setempat sebagai Franchisee
atau pemasok barang dan/atau jasa sepanjang memenuhi ketentuan yang
ditetapkan.
9. Bagi yang melanggar peraturan ini dapat dikenakan sanksi administratif
berupa peringatan tertulis paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) minggu, pemberhentian
sementara dan pencabutan STPW, serta sanksi denda paling banyak Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah) yang diawali dari Rp.2.500.000,- (dua
juta lima ratus ribu rupiah) dalam 3 (tiga) bulan pertama, dan setiap
keterlambatan 3 (tiga) bulan berikutnya dikenakan denda tambahan dalam
kurun waktu 3 s/d 5 tahun.
B. Tujuan Pengaturan
1. Menciptakan tertib usaha dengan sistem Waralaba sehingga Franchisor,
Franchisee, pemasok dan konsumen memperoleh jaminan perlindungan.
2. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan usaha dengan sistem
Waralaba khususnya usaha-usaha tradisional yang memiliki ciri khas,
kreatifitas, dan daya saing tinggi.
3. Mendorong peningkatan pemasaran barang dan/atau jasa produksi dalam
negeri melalui sistem Waralaba baik untuk pasar nasional maupun pasar
internasional.
4. Meningkatkan peran serta UKM dalam kegiatan usaha dengan sistem
Waralaba baik sebagai Franchisor maupun Franchisee, karena sistem
Waralaba mempunyai standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dan
10
baku sehingga mempunyai jaminan keberhasilan yang cukup tinggi
dibandingkan dengan sistem usaha lainnya.
5. Meningkatkan transparansi Franchisor melalui Prospektus Penawaran
Waralaba yang diberikan kepada calon Franchisee, dan pengelolaan
kegiatan usaha (keuangan dan managemen) oleh Franchisee dilakukan
secara terbuka.
VI. Penutup
A. Beberapa Keuntungan Dari Sistem Waralaba10
1. Mengurangi risiko – Waralaba biasanya memiliki tingkat kegagalan yang
lebih rendah daripada bisnis yang didirikan sejak awal. Alasannya? Anda
membeli konsep bisnis di mana sebagian besar kesulitannya telah
diselesaikan oleh orang lain.
:
2. Anda mendapatkan paket lengkap – Kegiatan coba-coba yang biasanya
dilakukan oleh bisnis yang baru berdiri sudah diselesaikan. Paket total
Anda dapat memasukkan merek dagang, akses mudah ke produk yang
sudah mapan; metode pemasaran yang sudah terbukti; perlengkapan;
inventaris, dll.
3. Kekuatan dalam jumlah – Pada saat Anda menjadi seorang pemegang
waralaba, Anda memiliki daya beli dari seluruh jaringan, yang dapat
membantu Anda mendapatkan produk dan bersaing dengan rangkaian
bisnis berskala nasional yang lebih besar.
4. Proses bisnis – Banyak pemilik waralaba yang menyediakan berbagai
sistem yang sudah teruji kepada pemegang waralaba termasuk sistem
keuangan dan akuntansi; pelatihan dan dukungan yang terus menerus;
penelitian dan pengembangan; bantuan penjualan dan pemasaran;
perencanaan dan peramalan; pengelolaan inventaris, dll. Mereka akan
menunjukkan kepada Anda teknik yang telah membuat bisnis berhasil
dan membantu Anda memanfaatkannya dalam mengembangkan bisnis
Anda sendiri.
5. Bantuan keuangan dan pemilihan tempat – Beberapa perusahaan akan
membantu Anda dalam membiayai waralaba awal Anda, yang
10 http://indonesia.smetoolkit.org/indonesia/id/content/id/580/Dasar-dasar-Waralaba
11
memberikan kesempatan kepada Anda membayar uang muka sekecil
mungkin. Mereka juga bisa membantu dalam memilih tempat, untuk
menjamin bahwa bisnis Anda berada di tempat dimana dapat tumbuh
dengan subur.
6. Pemasangan Iklan dan promosi – Anda tidak hanya diuntungkan oleh
kampanye iklan dan promosi berskala nasional atau regional dari pemilik
waralaba, namun mereka juga bisa membantu Anda dalam sejumlah
bidang lain – mulai dari menyediakan gambar yang siap cetak untuk iklan
Anda sendiri hingga pengembangan bahan didalam toko yang telah
dirancang untuk menarik minat nasabah Anda. Anda bisa menghabiskan
banyak uang apabila melakukan sendiri bahan-bahan seperti ini.
B. Kekurangan Waralaba11
1. Kurang pengendalian – Intisari sebuah waralaba – yaitu membeli dan
mengoperasikan konsep yang telah teruji – dapat membuat Anda lebih
seperti seorang manajer daripada seorang bos. Ini mungkin sulit diterima
bagi sebagian orang, terutama mereka yang lebih berjiwa wirausaha.
Orang semacam ini mungkin akan mengalami kesulitan menyesuaikan
dengan sistem orang lain.
:
Waralaba tentu saja tidak cocok untuk semua orang. Berikut ini adalah
potensi kekurangannya:
2. Biaya – Mungkin diperlukan uang dalam jumlah banyak untuk membuka
dan mengoperasikan waralaba. Biaya pada saat permulaan mungkin
cukup besar, dan Anda mungkin menemukan bahwa biaya royalti yang
dikeluarkan secara rutin akan berdampak besar pada arus kas Anda.
3. Anda tidak sendirian – Sebagaimana reputasi pemilik waralaba yang
dapat menguntungkan bisnis Anda sendiri, kesulitan yang dihadapi
pemilik waralaba juga akan menjadi kesulitan Anda. Jadi, apabila
perusahaan induk sedang mengalami masa-masa sulit, maka waralaba
Anda mungkin juga turut menderita, karena begitu eratnya kaitan antara
keduanya.
11 Ibid
12
4. Anda telah terikat perjanjian – Perjanjian waralaba merupakan sebuah
kontrak yang mengikat, dan dapat sangat membatasi. Anda akan terkunci
kedalam praktik bisnis tertentu, dan terikat pada biaya dan bahkan
penampilan bisnis Anda. Apabila Anda tidak setuju, maka Anda tidak
mempunyai jalan lain daripada mengikuti pedoman yang digariskan ini.
VII. Kesimpulan
Pengembangan usaha dengan Sistem Waralaba bertujuan untuk
mendorong berkembangnya spesialisasi dan modernisasi usaha tradisional,
sehingga dapat menumbuhkan kreatifitas dalam mengembangkan inovasi
berusaha yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan efisiensi usaha,
distribusi dan nilai tambah aktifitas produksi nasional. Oleh karena itu usaha
Waralaba (Franchise) dapat dijadikan sebagai salah satu lahan usaha bagi
UKM, baik sebagai mitra usaha/Penerima Waralaba maupun sebagai
penyedia pemasok barang kepada Franchisor.
Sesuai dengan perkembangan usaha dengan Sistem Waralaba yang cukup
pesat, baik secara nasional maupun internasional dan dalam rangka
menciptakan kepastian hukum dan perlindungan bagi usaha waralaba
nasional, maka peraturan tentang waralaba yang saat ini masih dalam tahap
pembahasan telah sesuai, saling terkait dan bahkan saling melengkapi dengan
peraturan terkait.