PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA BERGAMBAR … · persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan...
-
Upload
vuongkhanh -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA BERGAMBAR … · persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan...
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA BERGAMBAR
TENTANG TRADISI NGLARUNG DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
KARAKTER KEBANGSAAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Maria Nike Prasetyo Wido Saputri
NIM: 121134033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA BERGAMBAR
TENTANG TRADISI NGLARUNG DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
KARAKTER KEBANGSAAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Maria Nike Prasetyo Wido Saputri
NIM: 121134033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu setia menyertai dan memberi
kekuatan jasmani dan rohani.
2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Fredericus Triwidodo dan Ibu Florentina
Menik Prastiwi yang selalu memberikan semangat, doa, perhatian dan kasih
sayang yang tak pernah putus.
3. Eyang FX. Dawam dan Mamak F. Chubariah serta kakak tersayang
Matheas Bayu Prasetyo Wido Saputro
4. Teman terdekat Stefanus Candra Saputra yang selalu memberi semangat,
dukungan, doa, dan kasih sayang yang manja, selalu siap lembur bersama.
5. Univeristas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Apabila kita manusia yang penuh dosa bisa mengasihi sedemikian rupa, betapa
lebih besar kasih Allah, Sang Bapa yang tanpa dosa dan tidak pernah
memikirkan diri sendiri, mengasihi kita?
(Matius 7:11)
Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya
(Pengkhotbah 3:11a)
Cintailah apa yang kamu pilih dan serahkanlah semuanya kepada Tuhan Yesus
(Ibu Florentina Menik Prastiwi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA BERGAMBAR
TENTANG TRADISI NGLARUNG DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
KARAKTER KEBANGSAAN
Maria Nike Prasetyo Wido Saputri
Universitas Sanata Dharma
2016
Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan terkait dengan
tradisi nglarung. Potensi yang terdapat pada tradisi nglarung, yaitu adanya
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yang mengandung nilai-nilai bersyukur,
kerjasama/persaudaraan/persatuan, dan kegigihan. Masalah yang peneliti dapatkan
dari hasil kuesioner yang diberikan kepada 17 anak usia 9-11 tahun, yaitu 71%
anak tidak mengerti tata cara persiapan tradisi nglarung yang bertujuan
mempererat persaudaraan/persatuan, 76% anak juga tidak mengerti aktivitas yang
dilakukan nelayan pada saat sesaji dilarung yang bermakna mengungkapkan rasa
syukur, serta 76% anak memerlukan buku tentang penjelasan tradisi nglarung dan
65% anak mengharapkan adanya buku cerita. Peneliti terdorong mengembangkan
prototipe berupa buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung dalam konteks
pendidikan karakter kebangsaan. Tujuannya untuk menjelaskan pengembangan
dan kualitas prototipe buku tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research &
development) dengan menggunakan enam langkah menurut Sugiyono, yaitu: (1)
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain,
(5) revisi desain dan (6) uji coba produk. Prototipe berbentuk buku cerita
bergambar “Ayo Mengenal Tradisi Nglarung”. Prototipe divalidasi seorang
validator bahasa dan sastra dengan nilai 4.5 (sangat baik). Dengan demikian
prototipe tersebut sangat layak digunakan.
Uji coba terbatas dilakukan dua kali di SD Kanisius Gowongan Yogyakarta
yang diikuti oleh 18 anak. Hasil refleksi setelah uji coba, peneliti mendapatkan
data: bahwa 100% anak memahami upacara tradisi nglarung yang dilakukan oleh
nelayan yang mengandung nilai-nilai untuk mengungkapkan rasa syukur,
kerjasama/persaudaraan/persatuan, dan kegigihan.
Kata kunci: pengembangan, buku cerita bergambar, pendidikan karakter, tradisi
nglarung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE PROTOTYPE STORYBOOK DEVELOPMENT ABOUT NGLARUNG
TRADITION IN THE CONTEXT OF NATIONALITY CHARACTER
EDUCATION
Maria Nike Prasetyo Wido Saputri
Universitas Sanata Dharma
2016
This thesis was a result of research and development about nglarung. The
potentiality in the tradition of nglarung are the society expressed an habit to give
thanks to God, the togetherness and persistence. A problem that researchers
found out from the results of quetionare for the 17 children in the age of 9-11 was
71% these children did not aware about the meaning of nglarung tradition which
had purpose strengthen brotherhood/unity, 76% didn’t know the activities about
nglarung, 76% children need the story book and 65% children hope presence the
story book. Researcher was encouraged to develop the prototype of the children
book story concerning nglarung tradition in the context of national character
education. It aimed to explain the process of development and describe the quality
of the prototype.
This was a research and development. There were six steps applied
throughout according to Sugiyono including: (1) the potentiality and problems,
(2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision
and (6) product testing. The prototype produced was in form of book “Ayo
Mengenal Tradisi Nglarung”. The prototype was validated by a literature and
language validator with the value 4.5 (very good). Thus, this prototype was
suitable to apply.
The product testing was two times in Kanisius Gowongan Yogyakarta who
followed by 18 children. The result of testing reflection, the researcher found that:
100% of the children understood the nglarung purpose, in which to give thanks,
worked together, and persistence.
Keywords: development, story book, character education, nglarung tradition
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA BERGAMBAR
TENTANG TRADISI NGLARUNG DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
KARAKTER KEBANGSAAN. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga
untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
4. Wahyu Wido Sari, S.Si. M.Biotech. Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran dan tenaga untuk
membimbing peneliti dalam menyelesaikan skrispi.
5. Seluruh dosen dan staf karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan pelayanan prima selama perkuliahan.
6. Kepala Sekolah, guru, dan anak-anak yang sudah mengizinkan peneliti
mengambil data analisis kebutuhan dan uji coba prototipe.
7. Validator instrumen prapenelitian dan validator prototipe.
8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Fredericus Triwidodo dan Ibu Florentina
Menik Prastiwi yang selalu memberikan semangat, doa, perhatian dan kasih
sayang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ..................................................................vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .........................................................................................xvi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xix
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.5 Spesifikasi Prototipe yang Diharapkan ........................................................ 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1.6 Definisi Operasional .................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 9
2.1 Landasan Teoritis ......................................................................................... 9
2.1.1 Tradisi atau Upacara Adat Jawa.......................................................... 9
2.1.1.1 Pengertian Tradisi Jawa atau Upacara Adat Jawa ................. 9
2.1.1.2 Macam-macam Tradisi Jawa ............................................... 10
2.1.1.3 Tradisi Nglarung .................................................................. 13
2.1.2 Pendidikan Karakter Kebangsaan ..................................................... 17
2.1.2.1 Arti Karakter ......................................................................... 17
2.1.2.2 Karakter Kebangsaan ............................................................ 18
2.1.2.3 Pendidikan Karakter Kebangsaan ......................................... 19
2.1.3 Buku Cerita Anak ............................................................................... 20
2.1.3.1 Arti Buku Cerita Anak ........................................................... 20
2.1.3.2 Tujuan Buku Cerita Anak ...................................................... 21
2.1.3.3 Macam-macam Bentuk Buku Cerita ...................................... 22
2.1.4 Media Gambar .................................................................................... 23
2.1.4.1 Pengertian Media .................................................................... 23
2.1.4.2 Media Gambar......................................................................... 23
2.1.5 Perkembangan Anak Usia 9-11 tahun ................................................. 24
2.1.5.1 Psikologi Perkembangan Anak Usia 9-11 .............................. 24
2.1.5.2 Tugas Perkembangan Anak Usia 9-11 .................................... 25
2.2 Penelitian yang Relevan ............................................................................. 27
2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.4 Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 33
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 33
3.2 Setting Penelitian ....................................................................................... 33
3.2.1 Tempat Penelitian ............................................................................. 33
3.2.2 Subyek Penelitian .............................................................................. 34
3.2.3 Objek Penelitian ................................................................................ 34
3.2.4 Waktu Penelitian ............................................................................... 34
3.3 Prosedur Pengembangan ............................................................................ 34
3.3.1 Potensi dan Masalah .......................................................................... 36
3.3.2 Pengumpulan Data ............................................................................. 37
3.3.3 Desain Prototipe ................................................................................. 37
3.3.4 Validasi Prototipe ............................................................................... 38
3.3.5 Revisi Prototipe .................................................................................. 38
3.3.6 Uji Coba Prototipe ............................................................................. 39
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 39
3.4.1 Instrumen Prapenelitian untuk Anak................................................... 39
3.4.2 Instrumen Validasi Prototipe .............................................................. 42
3.4.3 Instrumen Uji Coba Prototipe ............................................................. 43
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 44
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 45
3.6.1 Data Kualitatif ................................................................................... 45
3.6.2 Data Kuantitatif ................................................................................. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 47
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 47
4.1.1 Langkah-langkah Pengembangan ..................................................... 47
4.1.1.1 Potensi dan Masalah ............................................................. 47
4.1.1.2 Pengumpulan Data ................................................................ 48
4.1.1.3 Desain Prototipe .................................................................... 51
4.1.1.4 Validasi Prototipe .................................................................. 55
4.1.1.5 Revisi Prototipe ..................................................................... 56
4.1.1.6 Uji Coba Prototipe ................................................................ 57
4.1.2 Deskripsi Kualitas Prototipe ...................................................... 58
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 60
4.3 Kelebihan dan Kelemahan Prototipe.......................................................... 66
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ......................... 68
5.1 Simpulan .................................................................................................... 68
5.2 Keterbatasan ............................................................................................... 68
5.3 Saran .......................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 70
LAMPIRAN ..................................................................................................... 72
BIOGRAFI PENELITI .................................................................................. 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.2.1 Skema Penelitian yang Relevan ................................................... 30
Bagan 3.3.1 Langkah-langkah Metode Reaserch and Development ............... 35
Bagan 3.3.2 Prosedur Pengembangan Prototipe .............................................. 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Prapenelitian untuk Anak ................................... 39
Tabel 2. Instrumen Prapenelitian untuk Anak ................................................. 41
Tabel 3. Instrumen Validasi Prototipe ............................................................. 42
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Prototipe ............................................. 43
Tabel 5. Instrumen Uji Coba Prototipe ............................................................ 44
Tabel 6. Tabel Klasifikasi Kelayakan Skor Skala Empat ................................ 45
Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Data Kuesioner Pra penelitian Untuk Anak ........ 49
Tabel 8. Hasil Validasi Prototipe ..................................................................... 55
Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Refleksi Anak ...................................................... 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sketsa Awal .................................................................................... 51
Gambar 2. Urutan Isi Prototipe Buku Cerita Bergambar ................................. 53
Gambar 3. Perubahan Cover Sebelum dan Setelah Direvisi ............................ 57
Gambar 4. Kegiatan Uji Coba Prototipe .......................................................... 58
Gambar 5. Hasil Refleksi Anak ....................................................................... 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Analisis Kebutuhan .................................................... 73
Lampiran 2. Lampiran Izin Uji Coba Prototipe .............................................. 74
Lampiran 3. Hasil Analisis Data Pra Penelitian Untuk Anak .......................... 75
Lampiran 4. Hasil Analisis Instrumen Uji Coba Prototipe .............................. 76
Lampiran 5. Hasil Refleksi Anak ..................................................................... 77
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Uji Coba Prototipe ............................... 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi prototipe yang
diharapkan, dan definisi operasional.
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Kebudayaan di Indonesia beraneka ragam bentuknya. Keanekaragaman
tersebut merupakan kekayaan yang bernilai sehingga setiap insan warga negara
Indonesia selalu menjaga dan melestarikannya. Warga mempelajari kebudayaan
yang di dalamnya terkandung nilai-nilai kehidupan. Salah satu kebudayaan di
Indonesia khususnya di daerah Jawa, yaitu upacara tradisional atau upacara adat
Jawa (tradisi Jawa). Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan
kebudayaan (Purwadi, 2005:1). Pendapat lain diungkapkan oleh Soepanto dalam
Sunjata (2013:76) bahwa upacara adat Jawa merupakan suatu bentuk kegiatan
sosial yang melibatkan warga masyarakat di Jawa dengan tujuan untuk mencari
keselamatan secara bersama-sama. Salah satunya, yaitu upacara atau tradisi
nglarung.
Nglarung berasal dari kata larung, yaitu membuang sesuatu ke dalam air
(sungai atau laut). Dalam konteks ini, tradisi nglarung adalah memberi sesaji
kepada roh halus yang berkuasa di satu tempat (Suyami, 2008:101). Tradisi
nglarung merupakan salah satu kegiatan budaya yang sampai sekarang masih
diselenggarakan oleh masyarakat khususnya di daerah Bantul. Tradisi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pada umumnya dilakukan satu tahun sekali pada bulan Sura (Sunjata, 2013:75).
Namun, tidak semua masyarakat Jawa memahami tradisi nglarung.
Peneliti melakukan wawancara kepada anak-anak di daerah Prambanan,
Sleman, Pekalongan, dan Purworejo usia 9-11 tahun. Peneliti memilih daerah
pertanian (Prambanan dan Purworejo) serta pesisir pantai (Pekalongan) dengan
alasan untuk mengetahui data awal mengenai pemahaman anak di daerah
pertanian dan pesisir pantai tentang tradisi nglarung. Berdasarkan wawancara
kepada tujuh anak di daerah Prambanan, Sleman, seorang di Purworejo, dan
seornag di Pekalongan, peneliti mendapatkan informasi bahwa mereka tidak
memahami tentang tradisi nglarung. Seharusnya tradisi nglarung dapat dipahami
oleh anak-anak karena mengandung nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan
karakter kebangsaan.
Karakter kebangsaan adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang
khas baik yang tercermin dalam kesadaran maupun pemahaman terhadap rasa,
karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati,
olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang
(Pemerintah Republik Indonesia, 2010:7). Nilai-nilai yang terkandung dalam
tradisi nglarung sesuai dengan karakter individu yang dijiwai sila-sila Pancasila,
yaitu karakter yang bersumber dari olah hati, olah pikir, olah raga/ kinestetik,
serta olah rasa dan karsa. Karakter yang bersumber dari olah hati memiliki nilai
ketuhanan/ ketaqwaan (bertaqwa).
Tujuan tradisi nglarung, yaitu mengucap syukur kepada Tuhan. Nglarung
biasanya dilakukan oleh warga yang berada di pesisir pantai, yaitu para nelayan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Para nelayan bersama dengan pemimpin upacara atau sesepuh (orang yang
dituakan) mendoakan sesaji sebelum dilarung.
Olah pikir terwujud dalam pelaksanaan tradisi nglarung, yaitu ketika
nelayan berkreasi membuat tempat sesaji dan menghias perahu, kemudian
merefleksikan diri untuk menambah motivasi nelayan dalam mengarungi
kehidupan (kreatif dan reflektif). Olah raga/ kinestetik tercermin dari nelayan
bersama masyarakat sekitar pantai dengan gigih membersihkan lingkungan,
mendorong perahu yang digunakan untuk melarung, dan berebut sesaji di tengah
laut. Olah rasa dan karsa tercermin dalam nilai gotong royong nelayan ketika
memasang tenda di tepi pantai. Nilai etos kerja diwujudkan oleh nelayan ketika
menyiapkan kelengkapan sesaji, segala macam sesaji tidak boleh basi dan harus
baru.
Pada bulan November 2015, peneliti melakukan penyebaran kuesioner
kepada 17 anak usia 9-11 tahun di SD Kanisius Gowongan. Peneliti mendapatkan
data: (1) 24% anak tidak mengetahui bahwa para nelayan melarung sesaji di
tengah laut dan merebutkan sesaji. (2) 29% tidak mengetahui bahwa setelah
membersihkan lingkungan, nelayan bergotong royong memasang tenda di tepi
pantai. Kemudian (3) 81% anak memerlukan buku yang berisi penjelasan tentang
tradisi nglarung.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti sebagai calon guru SD terdorong
untuk menyusun buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung yang dikemas
dalam bentuk buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung. Prototipe berupa
buku cerita bergambar terdiri dari cover berjudul “Ayo Mengenal Tradisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Nglarung”. Isinya memuat kata pengantar untuk membantu anak agar mudah
memahami isi keseluruhan dari buku. Isi buku terdiri dari cerita tentang rangkaian
kegiatan tradisi nglarung. Cerita tersebut diperkuat dengan 9 gambar kegiatan
tradisi nglarung. Prototipe ini juga berisi daftar kepustakaan yang berkaitan
dengan tradisi nglarung dan pendidikan karakter kebangsaan serta biografi
penulis.
Peneliti memilih buku cerita bergambar karena sesuai dengan salah satu
tujuan buku cerita anak yaitu dapat mengembangkan imajinasi anak (Raines,
2002:vii). Melalui buku cerita bergambar anak lebih termotivasi dan lebih tertarik
untuk membaca dan mengetahui isi cerita bergambar. Hal yang sama juga
dipaparkan oleh Sari (2010:28), pada usia 9-11 tahun anak mulai mengepresikan
imajinasi melalui contoh-contoh yang konkret.
Peneliti menyusun buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung untuk
anak 9-11 tahun sesuai dengan perkembangan psikologi anak menurut Piaget
dalam Santrock (2011:27) tahap ini termasuk tahap operasional konkret (7-11
tahun) yaitu anak-anak dapat melakukan operasi (psikomotorik) yang melibatkan
objek-objek dan juga bernalar logis dan diterapkan dengan contoh-contoh konkret.
Buku cerita bergambar tersebut juga dapat digunakan sebagai media oleh anak-
anak untuk melatih psikomotoriknya.
Prototipe buku cerita bergambar yang disusun sesuai dengan tugas
perkembangan usia 9-11 tahun yaitu pertama, belajar ketampilan dasar dalam
membaca, menulis, dan berhitung. Melalui buku cerita bergambar tentang tadisi
nglarung anak-anak dilatih keterampilan membaca cerita yang berisi rangkaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
tradisi nglarung. Buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung dirangkai
dengan kalimat yang mudah dipahami oleh anak-anak. Kedua, belajar
mengembangkan konsep sehari-hari yang diajarkan di sekolah dengan
menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep tersebut
meliputi kaidah-kaidah atau ajaran-ajaran agama (moral, ilmu pengetahuan, adat
istiadat, dan budaya. Konsep adat istiadat dan budaya terdapat dalam buku cerita
bergambar yang peneliti susun, yaitu berisi tentang tadisi nglarung sebagai salah
satu budaya Jawa yang masih ada sampai sekarang, melalui buku cerita
bergambar tentang tradisi nglarung anak-anak dilatih untuk mengembangkan
konsep budaya tradisi tersebut dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung
nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti sebagai calon guru SD
mengembangkan buku cerita bergambar untuk membantu pemahaman anak
tentang tradidi nglarung. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Pengembangan
Prototipe Buku Cerita Bergambar Tentang Tradisi Nglarung dalam Konteks
Pendidikan Karakter Kebangsaan”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana prosedur atau langkah-langkah pengembangan prototipe buku
cerita anak tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karater
kebangsaan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.2.2 Bagaimana kualitas prototipe buku cerita anak dapat membantu anak
memahami tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karater
kebangsaan?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian pengembangan buku cerita bergambar tentang tradisi
nglarung ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui prosedur atau langkah-langkah pengembangan prototipe buku
cerita anak tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter
kebangsaan.
1.3.2 Mendeskripsikan kualitas prototipe buku cerita bergambar untuk
memahami tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter
kebangsaan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Bagi Peneliti
Melatih peneliti untuk melalukan pengembangan prototipe buku cerita anak
tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.
1.4.2 Bagi Anak
Prototipe buku cerita bergambar dapat membantu anak memahami tentang
tadisi nglarung dan mengembangkan imajinasi melalui gambar-gambar.
1.4.3 Bagi Masyarakat Jawa
Penelitian ini mengajak dapat masyarakat untuk melestarikan dan memiliki
kebiasaan untuk menghidupkan tradisi nglarung, yaitu memotivasi masyarakat
untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas rejeki atau hasil laut dan keselamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yang diberikan, mencintai kebersamaan, kebersihan, kebersamaan, dan gotong
royong.
1.5 SPESIFIKASI PRTOTIPE
Spesifikasi prototipe yang dihasilkan, antara lain:
1.5.1 Prototipe berupa buku cerita “Ayo Mengenal Tradisi Nglarung”.
1.5.2 Prototipe terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, 9 gambar tentang
rangkaian tradisi nglarung, refleksi, daftar pustaka, dan biografi penulis.
1.5.3 Kata pengantar berisi penjelasan tentang tradisi nglarung agar dapat
membantu anak mengerti isi kesuluruhan buku.
1.5.4 Sembilan gambar peneliti dapat membantu anak untuk memahami tentang
tradisi nglarung yang memiliki nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.
1.6 DEFINISI OPERASIONAL
1.6.1 Prototipe
Prototipe adalah model atau simulasi dari semua aspek prototipe
sesungguhnya yang akan dikembangkan, model ini harus bersifat representatif
dari prototipe akhirnya.
1.6.2 Buku Cerita Anak
Buku cerita anak merupakan cerita yang ditujukan untuk anak dan
menggunakan sudut pandang anak yang menggambarkan pengalaman atau
gambaran kehidupan sehari-hari.
1.6.3 Tradisi Nglarung
Tradisi nglarung merupakan salah satu kegiatan budaya yang pada
umumnya dilakukan satu tahun sekali pada bulan Sura oleh masyarakat nelayan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
yang bertujuan untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas penghasilan yang
berlimpah.
1.6.4 Pendidikan Karakter Kebangsaan
Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan
peserta didik guna pembangun karakter pribadi atau kelompok, baik yang
tercermin dalam kesadaran maupun pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku
berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yaitu olah hati,
olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa. Pendidikan karakter kebangsaan
tersebut diharapkan terwujud dalam tiap pribadi anak dengan mengenal
kebudayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai Landasan Teoritis,
Penelitian yang Relevan, dan Kerangka Berpikir. Ketiga hal tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
2.1 LANDASAN TEORITIS
Landasan teoritis merupakan sebuah acuan yang digunakan peneliti dalam
membuat prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung. Teori-teori
yang digunakan merupakan definisi dan hasil analisis pakar yang telah ahli
dibidang pendidikan dan kebudayaan. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
2.1.1 Tradisi atau Upacara Adat Jawa
Berikut akan dijelaskan kajian teori mengenai tradisi atau upacara adat
Jawa, macam-macam tradisi Jawa, dan tradisi nglarung.
2.1.1.1 Pengertian Tradisi Jawa atau Upacara Adat Jawa
Tradisi atau upacara adat Jawa merupakan salah satu hasil budaya Jawa
yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya, karena upacara adat
merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Pelestarian suatu tradisi memberikan dampak positif, yaitu generasi
penerus dapat mengetahui warisan budaya luhur (Sunjata, 2013:73). Soepanto
(1992:5) dalam Sunjata (2013:76) menjelaskan bahwa tradisi Jawa merupakan
suatu bentuk kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat di Jawa bertujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
untuk mencari keselamatan secara bersama-sama. Pada umumnya upacara adat
Jawa bertujuan untuk mensyukuri karunia Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk
keberhasilan dalam kehidupannya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa tradisi atau upacara adat Jawa merupakan sarana untuk
mensyukuri karunia Tuhan dan memohon keselamatan dalam mengarungi hidup.
Budaya jawa memiliki berbagai tradisi atau upacara adat. Peneliti akan
menjelaskan mengenai lima macam tradisi jawa, yaitu nglarung, nyadran,
ruwatan, mitoni, dan wiwit (methik).
2.1.1.2 Macam-macam Tradisi Jawa
Berikut ini terdapat lima macam tradisi Jawa khususnya yang ada di daerah
Yogyakarta:
1. Nglarung
Tradisi nglarung merupakan salah satu upacara tradisional yang ada di
Jawa. Nglarung berasal dari kata larung, yaitu membuang sesuatu ke dalam air
(sungai atau laut). Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tradisi nglarung
adalah memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di suatu tempat (Suyami,
2008:101). Tradisi tersebut pada umumnya dilakukan satu tahun sekali pada bulan
Sura (Sunjata, 2013:75). Tujuan pelaksanaan upacara tersebut sebagai ungkapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang telah
dilimpahkan berupa hasil tangkapan ikan, di samping bentuk persembahan kepada
penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul (Sunjata, 2013:117).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Ruwatan
Herawati (2010:3) ruwatan adalah tradisi ritual jawa sebagai sarana
pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa manusia yang bisa membawa
bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat di dalam hidupnya. Istilah ruwatan dalam
cerita Jawa, berasal dari kata ruwat, ruwuwat, atau mengruwat yang artinya
membuat tak kuasa, menghapus kutukan, kemalangan dan lain-lain dan terbatas
dari hal-hal yang tidak baik (membebaskan). Objek yang diruwat atau dibebaskan,
menurut kitab Kuncaranarna dan apa yang disebut dalam Kandhang Ringgit
Purwa adalah papa (kesengsaraan), mala (noda), rimang (kesedihan atau
kesusahan), kalengka (kejahatan), wirangrewang (kebingungan atau kekusutan).
3. Nyadran
Upacara tradisi nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi
tradisi masyarakat Jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan
puasa (Herawati, 2010:25). Tradisi ini dilakukan pada tanggal 15 Ruwah
(pembukaan nyadran), 17 Ruwah (Sadranan Pitulasan), 21 Ruwah (Sadranan
Slikuran), 23 Ruwah (Sadranan Telulikuran), dan 25 Ruwah (Sadranan
Penutup/Sadranan Slawean). Tujuannya adalah mengingatkan pada kematian,
hidup hanya mampir minum, dan kuburan adalah rumah masa depan kita yang
sesungguhnya (nilai berempati dan nilai ketuhanan), menggambarkan betapa
penting kita belajar untuk akrab dengan kematian (nilai reflektif) dan juga bisa
menyehatkan jiwa dan kesadaran kita (nilai kesehatan) karena adanya kekuatan
psikologis untuk meneguhkan kembali jati diri dan identitas kita sebagai manusia
(nilai kemanusiaan) (Prasetyo, 2010:6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Tradisi nyadran diawali dengan acara besik, yaitu kegiatan membersihkan
makam dengan sapu, cangkul, atau dengan alat yang lain. Kegiatan dilanjutkan
dengan menabur bunga dan berdoa. Acara selanjutnya adalah kendurenan
merupakan acara bertukar makanan yang dibawa dari rumah masing-masing dan
berdoa secara bersama-sama. Acara terakhir dalam upacara nyadran adalah
bakdan. Bakdan, yaitu acara bersilahturahmi yang dilakukan anak muda kepada
orang tua.
4. Mitoni (Tujuh Bulanan)
Dalam tradisi jawa mitoni merupakan rangkaian upacara yang saat ini masih
dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Upacara mitoni merupakan suatu
upacara yang dilakukan pada seorang perempuan yang sedang hamil dan
dilakukan pada saat usia kandungan menginjak usia tujuh bulan. Upacara ini
bertujuan agar bayi yang ada dalam kandungan dan ibu yang mengandung
senantiasa memperoleh perlindungan dan keselamatan (Yana, 2012: 49).
Upacara yang dilakukan pada saat mitoni, antara lain siraman, memasukkan
telor ayam kampung ke dalam kain dari calon ayah ke calon ibu, ganti busana,
memasukkan kelapa gading, memutus lilitan lawe/lilitan benang/janur,
memecahkan periuk dan gayung, minum jamu sorongan, dan nyolong endhog
(Yana, 2012: 50).
5. Wiwit (Methik)
Tradisi wiwit disebut juga dengan upacara mboyong mbok Sri, yaitu
perilaku untuk memuliakan mbok Sri atau Dewi Padi. Orang yang melaksankan
upacara tersebut adalah penduduk pedesaan, khususnya yang melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pekerjaan sebagai petani. Mereka melakukan hal itu karena merupakan
kelanjutan, menyusul setelah panenan pertama (methik) (Saksono, 2012:78).
2.1.1.3 Tradisi Nglarung
Prototipe yang peneliti kembangkan mengenai makna dan rangkaian
kegiatan tradisi nglarung, maka peneliti menguraikan mengenai tradisi nglarung
yang diambil dari beberapa teori dan ahli. Tradisi nglarung merupakan salah satu
upacara tradisional yang ada di Jawa. Nglarung berasal dari kata larung, yaitu
membuang sesuatu ke dalam air (sungai atau laut). Dalam konteks ini, yang
dimaksud dengan tradisi nglarung adalah memberi sesaji kepada roh halus yang
berkuasa di suatu tempat (Suyami, 2008:101). Tradisi tersebut pada umumnya
dilakukan satu tahun sekali pada bulan Sura (Sunjata, 2013:75). Tujuan
pelaksanaan upacara tersebut sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan berupa hasil tangkapan ikan dan
bentuk persembahan kepada penguasa laut selatan, yaitu Kanjeng Ratu Kidul
(Sunjata, 2013:117). Dari beberapa pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa nglarung adalah kegiatan budaya yang dilakukan masyarakat nelayan
setiap satu tahun sekali, yaitu pada bulan Sura dengan menghanyutkan
sesuatu/sesaji ke dalam air (sungai atau laut) sebagai ungkapan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat berupa hasil tangkapan ikan.
2.1.1.3.1 Tata Cara Tradisi Nglarung
Tradisi nglarung dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada bulan Sura.
Tradisi tersebut berlangsung dua tahap tata cara, yaitu kegiatan-kegiatan yang
bersifat persiapan dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan upacara (Purwadi, 2005:86).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
1. Kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan
Kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan adalah kegiatan yang dilakukan
sebelum upacara dimulai. Pamong desa bertugas sebagai penanggung jawab untuk
menyiapkan tempat dan tenda untuk penampungan pengunjung yang nantinya
akan datang pada hari pelaksanaan nglarung serta menyiapkan pertunjukkan dan
sebagainya. Pamong desa memimpin warga yang sebagian besar adalah nelayan
untuk membersihkan dan mendirikan tenda. Beberapa warga lain melakukan
kegiatan seperti mengadakan komunikasi satu sama lain. Intinya saling
mengingatkan bahwa kegiatan nglarung sudah semakin dekat. Kemudian, para
nelayan yang memiliki perahu bersama nelayan lain dengan rela hati mengecat
perahu mereka, nantinya perahu mereka akan membawa sesaji yang dilarung.
Masyarakat nelayan dan warga sekitar dengan sukarela menyumbangkan
bahan-bahan sesaji, baik yang berupa hewan kurban maupun bumbu masak, dan
peralatan atau perlengkapan untuk keperluan kegiatan upacara nglarung.
Sesajinya, antara lain beras, beras ketan, kelapa, gula pasir, kopi, teh, daun sirih,
tembakau, pinang, injet, gambir, ayam, kerbau, kambing, seikat kayu bakar,
bunga-bunga, sayur-sayuran, dan bumbu masak.
Kegiatan persiapan selanjutnya, yaitu malam tirakatan. Menurut tradisi,
kegiatan ini berlangsung malam hari sebelum esok harinya diselenggarakan
upacara tradisi nglarung. Pada malam tirakatan, masyarakat nelayan dan warga
sekitar berbincang-bincang dan memanjatkan doa kepada Tuhan yang Maha
Kuasa agar upacara tradisi nglarung berjalan dengan lancar tidak ada halangan.
Doa dipimpin oleh pemimpin upacara nglarung hingga fajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan upacara.
Pagi harinya pemimpin upacara tradisi nglarung membakar kemenyan yang
merupakan tanda dimulainya kegiatan memasak dan menyiapkan sesaji.
Masyarakat nelayan dan warga secara bergotong-royong menyiapkan sesaji,
antara lain menyembelih kurban (ayam, kerbau, dan kambing, kemudian memasak
bahan-bahan, kemudian menempatkan sesaji yang sudah siap pada tempatnya.
Mereka dengan penuh rasa tanggung jawab dan mampu bekerja sama sehingga
semua kegiatan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Kegiatan selanjutnya, yaitu sambutan resmi oleh Pemerintah Daerah
Tingkat II Kabupaten, acara dilanjutkan dengan mendoakan sesaji yang akan
dilarung dipimpin oleh pemimpin upacara tradisi nglarung. Pemimpin upacara
dan masyarakat membakar kemenyan dan memanjatkan doa di depan sesaji,
memohon agar sesaji diterima oleh Kanjeng Ratu Kidul serta mereka diberi
keselamatan dan murah rejeki.
Setelah pembacaan doa selesai, mulailah para nelayan menggotong sesaji
dan menaikkan ke atas perahu untuk dilarung. Masyarakat dan pengunjung lain
mempersiapkan di tengah laut untuk berebut sesaji. Pemimpin upacara menunjuk
bagian laut yang tepat untuk sesaji dilarung dan digulingkan kemudian
diperebutkan. Mereka memperebutkan sesaji karena di kalangan masyarakat telah
tumbuh kepercayaan bahwa sesaji yang diperebutkan (nasi, ketan, ayam, bunga,
sayur, kepala kambing, kepala kerbau, gula, kopi, dan kinangan) memiliki khasiat
yang cukup ampuh. Khasiat itu diantaranya menambah berkah, rejeki, dan
mengobati penyakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.1.1.3.2 Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Nglarung
Tradisi nglarung mengandung nilai-nilai budaya. Sunjata (2013:110-112)
juga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan upacara adat nglarung mengandung
nilai-nilai budaya, antara lain: (a) nilai gotong-royong, tercermin mulai dari
persiapan sampai akhir upacara melibatkan banyak orang; (b) nilai etos kerja,
menjadi salah satu bentuk pemacu motivasi dalam bekerja atau etos kerja bagi
masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan; (c) nilai ketaqwaan
kepada Sang Pencipta, pelaksanaan upacara tersebut sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan–
Nya, selain itu juga untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan dalam
mengarungi hidup ini.
Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nglarung sesuai dengan karakter
individu yang dijiwai sila-sila Pancasila, yaitu karakter yang bersumber dari olah
hati, olah pikir, olah raga/kinestetik, serta olah rasa dan karsa. Karakter yang
bersumber dari olah hati memiliki nilai ketuhanan/ketaqwaan (bertaqwa) dilihat
dari tujuan tradisi nglarung, yaitu mengucap syukur kepada Tuhan, selain itu
nelayan bersama-sama mendoakan sesaji sebelum dilarung yang dipimpin oleh
pemuka agama.
Olah pikir terwujud dalam pelaksanaan tradisi nglarung, yaitu nelayan
berkreasi membuat sesaji dan menghias perahu kemudian merefleksikan diri
untuk menambah motivasi nelayan dalam mengarungi kehidupan (kreatif dan
reflektif). Olah raga/kinestetik hal ini tercermin ketika nelayan bersama
masyarakat sekitar pantai dengan gigih membersihkan lingkungan, mendorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
perahu yang digunakan untuk melarung, dan berebut sesaji di tengah laut. Olah
rasa dan karsa yang tercermin dalam nilai gotong-royong, ketika nelayan
bersama-sama memasang tenda di tepi pantai, nilai etos kerja yang diwujudkan
oleh nelayan ketika menyiapkan kelengkapan sesaji, yaitu segala macam sesaji
tidak boleh basi dan harus baru.
2.1.2 Pendidikan Karakter Kebangsaan
2.1.2.1 Arti Karakter
Kusuma (2011:11) karakter merupakan suaru nilai yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku kepada anak. Tokoh lain, yaitu Tillman (2004) menjelaskan
bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani
bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain; yang harus dilatihkan/
dibiasakan sedari anak-anak. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu,
pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan
karakter individu seseorang.
Pemerintah Republik Indonesia (2010:07) menyatakan bahwa karakter
adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri
dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren
memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau
sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan
ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Karakter memiliki tiga unsur yang meliputi pengetahuan, perasaan, dan
tindakan moral. Ketiganya sering dilambangkan sebagai kepala, hati, dan tangan.
Kepala merupakan simbol dari Competence, hati adalah simbol dari Conscience,
dan tangan serta kaki sebagai simbol dari Compassion manusia. Ketiga metafora
bagian tubuh manusia itu digunakan untuk menandaskan bahwa karakter manusia
adalah suatu kesatuan yang utuh, yakni kesatuan yang meliputi segi jasmani dan
rohani juga segi pribadi dan sosial (Ignatia, 2015:10).
Berdasarkan bebrapa pengertian di atas dapat disimpulan bahwa karakter
merupakan nili-nilai perilaku yang berubungan dengan sikap, moral dan
keterampilan yang menjadi ciri khas manusia.
2.1.2.2 Karakter Kebangsaan
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas–
baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku
berbangsa dan bernegara sebagai hasil (1) olah pikir yang berkenaan dengan
proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis,
kreatif, dan inovatif. Karakter yang bersumber dari olah pikir, antara lain cerdas,
kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, prototipetif, berorientasi IPTEKS, dan reflektif.
(2) Olah hati, berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan.
Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa,
jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.
(3) Olah rasa dan karsa, berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang
tercermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan.
Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa, antara lain
kemanusiaan, saling menghargai, gotong-royong, kebersamaan, ramah,
hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan
kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa
dan prototipe Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. (4) Serta olah
raga seseorang atau sekelompok orang berkenaan dengan proses persepsi,
kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas.
Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika, antara lain bersih, dan sehat,
sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria, dan gigih (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:21-22).
Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan
Indonesia yang khas–baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa,
karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan
nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI (Pemerintah Republik Indonesia,
2010:07).
2.1.2.3 Pendidikan Karakter Kebangsaan
Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan
peserta didik guna pembangunan karakter pribadi dan/atau kelompok yang khas–
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku
berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati,
olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa.
Pertama adalah olah hati, berkenaan dengan perasaan sikap dan
keyakinan/keimanan. Kedua olah pikir, berkenaan dengan proses nalar guna
mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Ketiga
olah raga, berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan
penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas. Serta yang keempat adalah olah rasa
dan karsa, berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tercermin dalam
kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan (Pemerintah Republik Indonesia,
2010: 28). Buku cerita bergambar tentang tradisi Nglarung merupakan buku yang
memadukan empat bagian karakter kebangsaan, yaitu olah hati, olah pikir, olah
rasa dan karsa, serta olah raga.
2.1.3 Buku Cerita Anak
2.1.3.1 Hakekat Buku Cerita Anak
Hardjana (2006:2-3) mengungkapkan bahwa cerita anak adalah cerita yang
ditujukan untuk anak-anak, dan bukan cerita tentang anak. Dalam buku cerita
anak yang menjadi tokoh tidak harus terdiri dari anak, melainkan apa saja atau
siapa saja dapat dijadikan tokoh/pelaku dalam sebuah cerita tersebut. Orang tua,
kakek, nenek, pak guru, mahasiswa, anak remaja, binatang, bahkan peri atau
makhluk halus boleh menjadi tokoh cerita.
Hal yang serupa dipaparkan oleh Wahyudi (2013:18) mengungkapkan cerita
anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
cerita adalah pengalaman sehari-hari, pengalaman itu harus ditulis dengan
menggunakan sudut pandang anak. Jika cerita adalah gambaran sehari-hari,
gambaran kehidupan itu harus ditulis dengan sudut pandang anak.
Dari kedua pengertian buku cerita anak menurut para ahli, peneliti dapat
menarik simpulan bahwa buku cerita anak merupakan cerita yang ditujukan untuk
anak dan menggunakan sudut pandang anak yang menggambarkan pengalaman
atau gambaran kehidupan sehari-hari.
2.1.3.2 Tujuan Buku Cerita Anak
Buku cerita bergambar yang dibuat oleh peneliti memiliki tujuan yang
berguna bagi anak-anak. Berikut ini merupakan tujuan dari buku cerita anak
diantaranya adalah (a) dengan buku cerita dapat membuat anak menjadi
terinspirasi, (b) membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural, (c)
memperluas pengetahuan anak, (d) menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak,
(e) mengembangkan imajinasi anak, dan (d) dapat memotivasi anak untuk lebih
banyak menggali literatur (Raines, 2002:vii).
Sesuai dengan salah satu tujuan cerita anak yaitu mengembangkan
imajinasi anak buku cerita anak bergambar yang disusun untuk memfasilitasi anak
dalam mengembangkan imajinasi. Melalui gambar-gamabar yang terdapat pada
buku cerita. Berikut buku cerita anak dapat dikemas dalam berbagai bentuk buku.
Berikut merupakan macam-macam bentuk buku anak menurut para ahli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.1.3.3 Macam-macam Bentuk Buku Cerita
Menurut Tarigan dalam Hardjana (2006:4) mengarang buku cerita anak
dapat menggunakan bentuk atau wadah: cerita pendek, novelet dan novel. Dalam
ilmu kesusastraan ketiga bentuk cerita tadi disebut fiksi. Kata fiksi dalam bahasa
Inggris dinamakan fiction diturunkan dari bahasa Latin fictio yang berarti:
membentuk, membuat, mengadakan, menciptakan. Cerita fiksi adalah cerita yang
dibentuk, cerita yang dibuat, cerita yang diadakan atau yang diciptakan. Oleh
sebab itu, cerita fiksi juga disebut sebagai cerita rekaan. Selain fiksi ada juga
cerita nonfiksi, kalau fiksi berdasar khayalan atau tidak nyata sedangkan nonfiksi
merupakan nyata.
Perbedaan utama antara fiksi dengan nonfiksi terletak dalam tujuan.
Maksud dan tujuan narasi nonfiksi adalah untuk menciptakan kembali sesuatu
yang telah terjadi secara aktual. Karena itu dengan kata lain dapat dikatakan (a)
narasi nonfiksi mulai dengan mengatakan: karena semua ini fakta, maka beginilah
yang harus terjadi, dan (b) narasi fiksi mulai dengan mengatakan: seandainya
semua ini fakta, maka beginilah yang akan terjadi (Hardjana 2006:5).
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan ada dua bentuk buku cerita
yaitu fiksi dan on fiksi. Fiksi itu apa yang dapat terjadi, tetapi belum tentu terjadi/
rekaan, sedangkan non fiksi apa yang benar terjadi/ nyata.
Buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung merupakan buku cerita
yang berbentuk nonfiksi, artinya buku tersebut dibuat berdasarkan fakta tentang
tradisi nglarung dalam kehidupan masyarakat. Cerita nonfiksi tersebut dikemas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dalam bentuk buku cerita sederhana yang ditambahkan gambar-gambar kegiatan
tentang tradisi nglarung agar mudah dipahami oleh anak-anak.
2.1.4 Media Gambar
2.1.4.1 Pengertian Media
Munadi (2008: 6) menyatakan bahwa kata media berasal dari bahasa
Latin, yakni medius (tengah atau perantara). Perantara yang berarti yang
mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke
sisi lainnya. Smaldino (2011: 7) mengatakan bahwa media merupakan sarana
komunikasi yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah
penerima. Arsyad (2007: 4-5) mengemukakan bahwa media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa buku cerita
bergambar merupakan salah satu media yang dapat membantu anak memahami
tentang tradisi nglarung. Di bawah ini, peneliti akan menjelaskan tentang media
gambar.
2.1.4.2 Media Gambar
Menurut Sumanto (2005:5) menggambar merupakan suatu perbuatan
seseorang dalam usahanya untuk mengungkapkan buah pikiran, sehingga
bermakna visual pada suatu bidang dan hasilnya disebut gambar. Media gambar
memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media gambar
dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Pendapat lain
dipaparkan oleh Nur’aini (2010:12) menjelaskan bahwa alam pikir anak adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
gambar. Dengan perkataan lain, ‘bahasa alam pikir anak adalah bahasa gambar’.
Semua informasi yang dia terima, akan dia pikirkan di alam pikirannya dalam
bentuk konkret, bentuk yang sesuai dengan pemikirannya sendiri.
Menurut Sari (2010:28) Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan
media gambar adalah anak dapat memahami isi gambar, sehingga anak lebih
termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita bergambar
2.1.5 Perkembangan Anak Usia 9-11 Tahun
2.1.5.1 Psikologi Perkembangan Anak Usia 9-11 Tahun
Teori Piaget dalam Santrock (2011:27) menyatakan bahwa anak-anak
secara aktif membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melalui empat
tahap perkembangan kognitif. Empat tahap perkembangan kognitif menurut
Piaget: (1) tahap sensorimotor (0-2 tahun) dalam tahap ini bayi membangun
pemahaman mengenai dunianya dengan mengkoordinasikan pengalaman-
pengalaman sensoris dengan tindakan fisik dan motorik. (2) tahap praoperasi (2-7
tahun), tahap ini anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar.
(3) tahap operasi konkret (7-11 tahun), tahap ini anak-anak dapat melakukan
operasi yang melibatkan objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis dan
diterapkan dengan contoh-contoh yang konkret. (4) tahap operasi formal (11-15
tahun), tahap ini individu melampaui pengalaman-pengalaman konkret dan
berpikir secara abstrak dan lebih logis. Prototipe penelitian ini dikembangkan
sesuai dengan perkembangan anak usia 9-11 tahun yang berada pada tahap
operasional (7-11 tahun). Prototipe ini dikembangkan untuk membantu anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
berpikir logis mengnai rangkaian kegiatan tentang tradisi nglarung dalam bentuk
cerita bergambar.
2.1.5.2 Tugas Perkembangan Anak Usia 9-11 tahun
Menurut Yusuf (2009: 69) anak usia 9-11 tahun masuk dalam kategori
tahap perkembangan anak usia 6-12 tahun. Tugas perkembangan anak usia 6-12
tahun adalah sebagai berikut: (a) belajar memperoleh keterampilan fisik untuk
melakukan permainan. Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan
berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat. (b) Belajar membentuk sikap
yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis. Hakikat tugas ini
ialah mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan,
kesehatan dan keselematan diri dan mengembangkan sikap positif terhadap jenis
kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik rupa wajahnya
maupun postur tubuh) secara positif. (c) Belajar bergaul dengan teman-teman
sebaya, yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru
serta teman-teman sebayanya. Pergaulan anak di sekolah atau teman sebayanya
mungkin diwarnai perasaan senang, karena secara kebetulan temannya berbudi
baik, tetapi mungkin juga diwarnai perasaan tidak senang karena teman
sepermainannya suka mengganggu atau nakal. (d) Belajar memainkan peranan
sesuai dengan jenis kelaminnya.
Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan semakin
tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa anak laki-laki tidak
akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainan yang khas laki-laki,
seperti main bola, kelereng, dan layang-layang. (e) Belajar keterampilan dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam membaca, menulis, dan berhitung. Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun
disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya
sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam
masyarakat yang berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah dasar (SD),
karena dari sekolah dasar anak sudah memperoleh keterampilan dasar dalam
membaca, menulis, dan berhitung. (f) Belajar mengembangkan konsep sehari-
hari. Apabila kita telah melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium, dan
mengalami, maka tinggalah suatu ingatan pada kita. Ingatan mengenai
pengamatan yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan). Semakin bertambah
pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Tugas sekolah,
yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu,
meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat-istiadat
dan sebagainya.
Dalam mengembangkan tugas perkembangan anak ini, maka guru dalam
mendidik/mengajar di sekolah sebaiknya memberikan bimbingan kepada anak
untuk banyak melihat, mendengar, dan mengalami sebanyak-banyaknya tentang
sesuatu yang bermanfaat untuk peningkatan ilmu dan kehidupan bermasyarakat.
Kemudian banyak membaca buku-buku media cetak lainnya. Semakin dipahami
konsep-konsep tersebut, semakin mudah untuk memperbincangkannya dan
semakin mudah pula bagi anak untuk mempergunakannya pada waktu berpikir.
(g) Mengembangkan kata hati. Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap
dan perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut
penerimaan dan penghargaan terhadap peraturan agama (moral) disertai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
perasaan senang untuk melakukan atau tidak melakukannya. Tugas perkembangan
ini berhubungan dengan masalah benar-salah, boleh-tidak boleh, seperti jujur itu
baik, bohong itu buruk, dan sebagainya. (h) Belajar memperoleh kebebasan yang
bersifat pribadi. Hakikat tugas ini adalah untuk dapat menjadi orang yang berdiri
sendiri dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa
yang akan datang bebas dari pengaruh orang tua dan orang lain. (i)
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-
lembaga. Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap
tenggang rasa, mau bekerja sama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat
orang lain dan menghargai hak orang lain. Nilai-nilai tersebut berkaitan dengan
pendidikan karakter kebangsaan dan juga pada buku cerita bergambar tentang
tradisi nglarung. Prototipe yang akan dikembangkan menjadi slaah satu sarana
anak-anak untuk dapat mengembangkan sikap mencintai kebersihan, gotong
royong dan kerjasama sesuai dengan tugas perkembangan anak usia 9-11 tahun.
2.2 PENELITIAN RELEVAN
Penelitian yang berkaitan dengan buku cerita anak tentang tradisi nglarung
dalam konteks pendidikan karakter masih sangat terbatas untuk dijadikan sebagai
sumber penelitian yang relevan. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang
relevan:
Penelitian yang pertama berjudul “Pengaruh Buku Bergambar terhadap
Minat Baca Siswa di SDN Lempuyangwangi Yogyakarta” yang ditulis oleh Ratna
Dwi Astuti (2012). Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan keadaan buku
bergambar, keadaaan minat baca siswa, dan pengaruh buku bergambar terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
minat baca siswa di SDN Lempuyangwangi Yogyakarta. Jenis penelitian ini
adalah kuantitatif dengan metode penelitian survei. Penelitian ini menggunakan
subjek 28 anak untuk tabulasi buku bergambar dan minat baca dan 77 anak untuk
uji coba buku bergambar dan minat baca. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket, dokumentasi, wawancara dan observasi. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, angket dan
lembar observasi. Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data
analisis kebutuhan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, angket
digunakan untuk memperoleh data minat baca siswa terhadap buku bergambar.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil
analisis menunjukan bahwa keadaan buku bergambar di SDN Lempuyangwangi
Yogyakarta sangat baik, dengan skor 3,38. Keadaan minat baca siswa di SDN
Lempuyangwangi Yogyakarta juga sangat baik dengan skor 3,40. Pengaruh antara
buku bergambar terhadap minat baca siswa agak kurang berpengaruh dengan nilai
korelasi sebesar 0,466.
Penelitian relevan yang kedua berjudul “Ritual Sesaji Sebagai Bentuk
Persembahan Untuk Kanjeng Ratu Kidul di Desa Karangbolong Kecamatan
Buayan Kabupaten Kebumen” ditulis oleh Haniyaturroufah (2013). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui (1) prosesi ritual sesaji, (2) makna simbolik sesaji,
dan (3) fungsi ritual sesaji di pesanggrahan Kanjeng Ratu Kidul di Desa
Karangbolong Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif, dengan menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Hasil dari penelitian ini adalah prosesi ritual sesaji, makna simbolik sesaji, dan
fungsi dari ritual sesaji. Prosesi ritual meliputi: persiapan pada hari Rabu
dilakukan proses penjemuran pakaian yang berada di dalam pesanggrahan dan
hari Kamis Juru Kunci dan warga memulai berbelanja barang-barang yang akan
dimasak untuk sesaji, pelaksanaan pada hari Jumat dilakukan prosesi
penyembelihan kerbau sebagai sesaji, peletakan sesaji di pesanggrahan, dan acara
kenduri bersama warga dan perangkat desa, prosesi puncak dilaksanakan pada
jumat malam jam 24.00 WIB dengan ditandai pembersihan semua sesaji yang ada
di ruang sesaji. Adapun makna simbolik sesaji, meliputi: janur kuning
mempunyai makna “sing kukuh sing ngening”, cengkir atau kelapa muda
mempunyai makna “kencenge pikir”. Fungsi folklor dalam upacara ritual ini, yaitu
fungsi ritual dan fungsi sosial. Di antara fungsi sosial yang ada, antara lain (a)
fungsi sebagai sarana kerukunan hidup, (b) fungsi sebagai kegotongroyongan, (c)
fungsi sebagai alat pengendali atau pengawas norma-norma masyarakat yang
selalu dipatuhi oleh pendukungnya, (d) fungsi sebagai sarana hiburan, (e) fungsi
pelestarian tradisi, dan (f) fungsi sebagai pengesahan pranata dan lembaga-
lembaga kebudayaan masyarakat desa Karangbolong. Fungsi pelestari tradisi,
yaitu masih dilaksanakannya ritual sesaji sebanyak empat kali dalam satu tahun,
karena merupakan warisan dari leluhur yang tidak ditinggalkan.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, pengembangan prototipe buku
cerita anak tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter
kebangsaan masih relevan untuk diteliti. Peneliti berharap buku cerita bergambar
yang dikembangkan oleh peneliti dapat membantu anak untuk memahami tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tradisi nglarung yang memiliki nilai-nilai pendidikan karakter. Kedua penelitian
yang relevan dapat digambarkan dalam sebuah bagan atau skema agar lebih jelas.
Skema tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti.
Bagan 2.2.1 Skema Penelitian yang Relevan
Peneliti I
Ratna Dwi Astuti (2012)
Peneliti II
Haniyaturroufah (2013)
“Ritual Sesaji Sebagai Bentuk
Persembahan Untuk Kanjeng Ratu Kidul
di Desa Karangbolong Kecamatan
Buayan Kabupaten Kebumen”
“Pengaruh Buku Bergambar Terhadap Minat Baca Siswa
Di SDN Lempuyangwangi Yogyakarta”
Mengetahui pengaruh buku bergambar
terhadap minat baca siswa
Untuk mengetahui (1) prosesi ritual
sesaji, (2) makna simbolik sesaji, dan (3)
fungsi ritual sesaji di pesanggrahan
Kanjeng Ratu Kidul di Desa
Karangbolong Kecamatan Buayan
Kabupaten Kebumen
Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi “Nglarung” dalam
Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Penelitian dan pengembangan mengenai buku cerita bergambar untuk
meningkatkan minat baca siswa merupakan usaha untuk mengembangkan sebuah
prototipe tentang buku bergambar. Prototipe yang peneliti kembangkan berupa
buku cerita bergambar yang berjudul “Ayo Mengenal Tradisi Nglarung”.
Prototipe tersebut dapat dijadikan sarana pembelajaran (baik di dalam maupun di
luar kelas) untuk mengembangkan pendidikan karakter kebangsaan melali buku
cerita tentang tradisi nglarung.
Memprihatinkan apabila anak-anak sebagai generasi muda tidak
memahami tradisi nglarung yang mengandung nilai-nilai ketuhanan, nilai etos
kerja, mencintai kebersihan, gotong royong, dan kebersamaan. Peneliti sebagai
calaon guru SD terdorong untuk memfasilitasi anak-anak dalam memahami tradisi
nglarungmelalui buku cerita bergambar. Selain itu, menanamkan pendidikan
karakter dapat dilakulakukan di dalam kelasa maupun di luar kelas.
Hal tersebut mendorong peneliti untuk mengembangkan sebuah prototipe
berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak Tentang Tradisi Nglarung
dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”. Peneliti menyusun prototipe
berupa buku cerita bergambar berjudul “Ayo Mengenal Tradisi Nglarung” yang
terdiri dari cover, kata pengantar untuk membantu anak agar mudah memahami isi
keseluruhan buku, daftar isi, isi buku dengan 9 gambar kegiatan tradisi nglarung
serta menonjolkan nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter
kebangsaan. Prototipe juga berisi daftar pustaka yang berkaitan dengan tradisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
nglarung dan pendidikan karakter kebangsaan, refleksi bertujuan untuk membantu
anak memahami tradisi nglarung, serta biografi pnulis.
2.4 PERTANYAAN PENELITIAN
Pertanyaan penelitian ini sebagai berikut:
2.4.5 Bagaimana langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita
bergambar tentang tadisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter
kebangsaan?
2.4.6 Bagaimana kualitas prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi
nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai Jenis Penelitian, Setting
Penelitian, Prosedur Pengembangan, Uji Coba Prototipe, Instrumen Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.
3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan yang
biasa dikenal dengan R&D (Research and Development). Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
prototipe tertentu, dan menguji keefektifan prototipe tertentu (Sugiyono,
2012:297). Penelitian akan mengembangkan prototipe berupa pengembangan
prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung dalam konteks
pendidikan karakter kebangsaan.
3.2 SETTING PENELITIAN
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan wawancara di Yogyakarta, Pekalongan,
dan Purworejo. Peneliti membuat prototipe di laboratorium IPA Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, kemudian peneliti menyebarkan kuesioner pra
penelitian di SD Kanisius Gowongan. Uji coba prototipe dilaksanakan di SD
Kanisius Gowongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak usia 9-11 tahun untuk
menggalipemahaman mereka tentang tradisi nglarung. Keseluruhan subjek uji
coba prototipe berjumlah 18 anak.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengembangan prototipe buku cerita
bergambar tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter
kebangsaan.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan delapan bulan terhitung mulai dari bulan Juni
2015 sampai Januari 2016.
3.3 PROSEDUR PENGEMBANGAN
Prosedur pengembangan prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi
nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan mengikuti langkah-
langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2012:298). Adapun
prosedur pengembangan ini melalui sepuluh langkah prosedur pengembangan
menurut Sugiyono (2012:298), yaitu tahap (1) potensi dan masalah, (2)
pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji
coba produk, (7) revisi produk, (8) ujicoba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10)
prototipesi masal. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut
Sugiyono ditunjukkan pada bagan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Bagan 3.3.1: Langkah-langkah Metode Research and Development
(Sugiyono, 2012:298)
Peneliti mengadopsi enam langkah-langkah pengembangan prototipe buku
cerita bergmabar tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter
kebangsaan akan dijelaskan pada bagan 3.3.2.
Potensi dan
Masalah
Pengumpulan
Data
Desain
Produk
Validasi
Desain
Revisi
Produk
Uji coba
Pemakaian
Uji coba
Prduk
Revisi
Desain
Revisi
Produk Produksi
Masal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Bagan 3.3.2: Prosedur Prototipe Pengembangan Buku Cerita Anak tentang
Tradisi Nglarung dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan
3.3.1 Potensi dan Masalah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi dan masalah yang ditemukan
oleh peneliti bahwa tradisi nglarung memiliki nilai-nilai yang berkaitan dengan
pendidikan karakter kebangsaan. Masalah yang peneliti dapatkan melalui
wawancara tujuh anak di daerah Prambanan, Sleman, seorang anak di
Pekalongan, dan seorang anak di Purworejo usia 9-11 tahun. Selanjutnya peneliti
membagikan kuesioner analisis kebutuhan anak di SD Kanisius Gowongan,
Yogyakarta.
Data analisis kebutuhan dengan membagikan lembar kuesioner bertujuan
untuk mengetahui apakah anak usia 9-11 tahun membutuhkan sebuah buku cerita
Melakukan uji coba terbatas sebanyak dua
kali.
Tahap I
Potensi dan Masalah
Tahap II
Pengumpulan Data
Tahap III
Desain Prototipe
Tahap IV
Validasi Desain
Tahap V
Revisi Desain
Tahap VI
Uji Coba Prototipe
Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar tentang Tradisi Nglarung dalam Konteks
Pendidikan Karakter Kebangsaan
Potensi: Tradisi nglarung memiliki nilai-nilai
yang berkaitan dengan pendidikan karakter
kebangsaan.
Masalah: kurang memahami tentang tradisi
nglarung
Wawancara
Pembagian lembar kuesioner prapenelitian
Merancang buku cerita
Menentukan gambar tradisi nglarung
Membuat sketsa
Konsultasi dan revisi
Menggabungkan antara cerita dan gambar
oleh ahli desain grafis
Prototipe divalidasi oleh dosen bahasa dan
sastra
Perbaikan prototipe sesuai saran validator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
bergambar tentang tradisi nglarung dalam meningkatkan pengembangan karakter.
Hal ini mendorong peneliti sebagai calon guru SD untuk membuat buku cerita
bergambar tentang tradisi nglarung dengan tujuan menanamkan pendidikan
karakter sejak dini dan anak-anak dapat memahami tradisi nglarung. Maka dari
itu, buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung ini disusun dan dikembangkan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan konteks pendidikan
karakter kebangsaan.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengumpulkan lembar
kuesioner yang telah dibagikan kepada 17 anak usia 9-11 tahun di SD Kanisius
Gowongan. Lembar kuesioner analisis kebutuhan berisi 13 pernyataan berkaitan
dengan tradisi nglarung. Lembar kuesioner digunakan sebagai salah satu cara
untuk mengetahui bentuk perencanaan buku cerita bergambar yang akan dibuat
sehingga prototipe yang dihasilkan dapat membantu pemahaman anak-anak
terhadap tradisi nglarung sebagai pembentuk karakter kebangsaan.
3.3.3 Desain Prototipe
Pada tahap ini, peneliti merancang dan menyusun prototipe buku cerita
bergambar tentang tradisi nglarung agar gambar-gambar yang terkandung di
dalam buku tersebut dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap tradisi
nglarung. Desain prototipe diawali dengan membuat cerita sederhana dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak. Cerita yang
dipaparkan tentu saja mengandung nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan
karakter. Setelah itu, peneliti menentukan gambar-gambar dalam buku cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bergambar tentang tradisi nglarung. Kemudian, peneliti mencoba menggambar
sketsa kegiatan dalam tradisi nglarung, seperti menghias perahu, membersihkan
pantai, mendirikan tenda, membuat sesaji, mendoakan sesaji, mendorong perahu,
dan melarung sesaji. Peneliti menggabungkan antara cerita dan gambar dengan
bantuan ahli desain grafis.
Peneliti kemudian menentukan sumber pustaka yang akan digunakan
dalam penyusunan buku cerita bergambar. Desain prototipe yang terdiri dari
cover, daftar isi, kata pengantar, sembilan gambar tentang tradisi nglarung,
refleksi, daftar pustaka dan biografi penulis.
3.3.4 Validasi Prototipe
Prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung divalidasi oleh
seorang dosen bahasa dan sastra. Validasi prototipe bertujuan untuk mendapatkan
kritik dan saran serta penilaian prototipe yang dikembangkan dari dosen. Melalui
kritik dan saran maka peneliti dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari
prototype yang dikembangkan.
3.3.5 Revisi Prototipe
Revisi desain dilakukan setelah mendapatkan kritik dan saran dari dosen
bahasa dan sastra. Hasil kritik dan saran dari dosen menjadi landasan bagi peneliti
dalam memperbaiki kekurangan dari prototipe buku cerita bergambar tentang
tradisi nglarung menjadi lebih baik dan mudah dipahami oleh anak-anak usia 9-11
tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.3.6 Uji Coba Prototipe
Uji coba prototipe dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi
untuk menentukan kualitas buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung. Data
tersebut diperoleh dari hasil pengisian refleksi anak-anak setelah menggunakan
prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung. Uji coba ini bertujuan
untuk mengetahui kelayakan buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung ini
benar-benar layak dan mempunyai kualitas yang baik untuk membantu
pemahaman anak tentang tradisi nglarung.
3.4 INSTRUMEN PENELITIAN
Peneliti menyusun tiga instrument, yaitu instrumen prapenelitian untuk
anak, instrumen validasi prototipe, dan instrumen uji coba prototipe berupa
refleksi anak.
3.4.1 Instrumen prapenelitian untuk anak
Peneliti menyusun instrumen prapenelitian untuk anak agar dengan
menyusun kisi-kisi terlebih dahulu. Penyusunan kisi-kisi diawali dengan
menentukan empat aspek, yaitu (1) definisi tradisi nglarung, (2) tujuan nglarung,
(3) kegiatan-kegiatan dalam tradisi nglarung, dan (4) upaya mengenalkan budaya
Jawa menggunakan buku cerita bergambar.
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Prapenelitian untuk Anak
No Aspek Nomor
Item Pernyataan
1. Definisi tradisi
nglarung.
1 dan 11 1. Tradisi nglarung adalah kegiatan
budaya yang dilakukan masyarakat
nelayan setiap satu tahun sekali pada
bulan Sura dengan menghanyutkan
sesuatu/ sesaji ke dalam air (sungai atau
laut) (olah pikir).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. Pada tradisi nglarung, para nelayan
merefleksikan diri untuk menambah
motivasi nelayan dalam mengarungi
kehidupan (olah pikir).
2. Tujuan nglarung
pada umumnya.
2 1. Tujuan dari tradisi nglarung adalah
untuk mengucap syukur kepada Tuhan
atas hasil laut yang didapat para
nelayan (olah hati).
3. Kegiatan-kegiatan
pada tradisi
nglarung.
3, 4, 5, 6,
7, 8, 9,
dan 10
1. Sebelum melaksanakan tradisi nglarung
para nelayan menghias perahu (olah
pikir).
2. Setelah menghias perahu, para nelayan
membersihkan lingkungan pantai
(kinestetik/ olahraga).
3. Setelah membersihkan lingkungan,
nelayan bergotong royong memasang
tenda di tepi pantai (olah rasa dan
karsa).
4. Menjelang pelaksanaan tradisi nglarung
para nelayan bersama-sama membuat
tempat sesaji (olah rasa dan karsa).
5. Para nelayan menyiapkan kelengkapan
sesaji di mana segala macam sesaji
tidak boleh basi dan harus baru (olah
rasa dan karsa).
6. Para nelayan mendoakan sesaji yang
akan dilarung yang dipimpin oleh
pemuka agama (olah hati).
7. Para nelayan dengan gigih mendorong
perahu yang digunakan untuk melarung
(kinestetik/ olahraga).
8. Para nelayan melarung sesaji di tengah
laut dan memperebutkan sesaji
(kinestetik/ olahraga).
4. Upaya
mengenalkan
budaya jawa
menggunakan buku
cerita
12 dan 13 1. Perlu buku yang berisi penjelasan
tentang nglarung.
2. Buku tentang nglarung sebaiknya
berupa buku cerita bergambar.
Setelah menentukan empat aspek, peneliti mengmbangkan 13 pernyataan
dan diberi pilihan “ya” dan “tidak” sehingga menjadi kuesioner prapenelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mudah dipahami oleh anak. Bentuk instrumen prapenelitian untuk anak dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Instrumen Prapenelitian untuk Anak
No Pernyataan
Pilihan
Jawaban
Ya Tidak
1. Tradisi nglarung adalah kegiatan budaya yang dilakukan
masyarakat nelayan setiap satu tahun sekali pada bulan Sura
dengan menghanyutkan sesuatu/ sesaji ke dalam air (sungai
atau laut).
2. Tujuan dari tradisi nglarung adalah untuk mengucap syukur
kepada Tuhan atas hasil laut yang didapat para nelayan.
3. Sebelum melaksanakan tradisi nglarung para nelayan
menghias perahu.
4. Setelah menghias perahu, para nelayan membersihkan
lingkungan pantai.
5. Setelah membersihkan lingkungan, nelayan bergotong royong
memasang tenda di tepi pantai.
6. Menjelang pelaksanaan tradisi nglarung para nelayan
bersama-sama membuat tempat sesaji.
7. Para nelayan menyiapkan kelengkapan sesaji di mana segala
macam sesaji tidak boleh basi dan harus baru.
8. Para nelayan mendoakan sesaji yang akan dilarung yang
dipimpin oleh pemuka agama.
9. Para nelayan dengan gigih mendorong perahu yang digunakan
untuk melarung.
10. Para nelayan melarung sesaji di tengah laut dan
memperebutkan sesaji.
11. Pada tradisi nglarung, para nelayan merefleksikan diri untuk
menambah motivasi nelayan dalam mengarungi kehidupan.
12. Saya perlu buku yang berisi penjelasan tentang tradisi
nglarung.
13. Buku tentang tradisi nglarung sebaiknya berupa buku cerita
dan mewarnai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3.4.2 Instrumen validasi prototipe
Peneliti menyusun instrumen validasi prototipe yang akan digunakan oleh
dosen (validator) untuk menilai kualitas prototipe buku cerita bergambar tentang
tradisi nglarung. Instrumen validasi terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) bahasa, (2)
format penulisan, dan (3) isi. Ketiga aspek tersebut dikembangkan menjadi
delapan pernyataan yang penilainnya dengan cara mencentang nilai/skor pada
kolom skor dan memberikan kritik serta saran pada kolom saran. Kriteria
penilaian ada 4 skor, yaitu 5=sangat baik, 4=baik, 2=tidak baik, dan 1=sangat
tidak baik.
Tabel 3. Instrumen Validasi Prototipe
No Item yang dinilai Skor
Saran 1 2 4 5
1. Bahasa
a. Sesuai dengan kaidah penulisan
EYD
b. Dapat dipahami oleh anak-anak.
2. Format penulisan
a. Sesuai dengan kaidah penulisan
buku cerita
b. Menggunakan kepustakaan yang
sesuai dengan teori kebudayaan
Jawa yaitu nglarung yang
diintegrasikan dengan pendidikan
karakter kebangsaan.
3.
Isi
a. Memuat cerita tentang salah satu
tradisi Jawa.
b. Memuat nilai-nilai pendidikan
karakter yang terdapat dalam
cerita tentang tradisi nglarung.
c. Memuat gambar-gambar yang
berkaitan dengan alur cerita
tentang tradisi nglarung.
d. Memuat sembilan gambar tentang
tradisi nglarung
Total Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3.4.3 Instrumen uji coba prototipe
Peneliti menyusun instrumen uji coba prototipe berupa refleksi untuk
anak. Instrumen uji coba prototipe diisi oleh anak-anak usia 9-11 tahun setelah
menggunakan prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung.
Penyusunan instrumen berawal dengan menyusun kisi-kisi. Kisi-kisi disusun dari
empat aspek yang diambil dari empat bagian dalam pendidikan karakter
kebangsaan yaitu oleh hati, oleh pikir, oleh rasa dan karsa, serta olah raga.
Kemudian peneliti memasukan kegiatan tradisi nglarung sesuai dengan empat
bagian dari pendidikan karakter kebangsaan. Kisi-kisi intrumen uji coba prototipe
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba Prototipe
No. Aspek Indikator No
Pernyataan
1. Olah hati - Pemacu motivasi dalam bekerja
- Memohon keselamatan dan
kesejahteraan dalam mengarungi hidup
8
6
2. Olah pikir - Sebagai ungkapan syukur para nelayan
kepada Tuhan atas hasil tangkapan ikan
- Sebagai persembahan kepada penguasa
laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul
1
2
3. Olah raga - Membersihkan lingkungan pantai,
menghias perahu, dan berebut sesaji.
3,4,7
4. Olah rasa
dan karsa
- Bergotong royong untuk membuat
sesaji
5
Peneliti mengembangkan dari enam indikator menjadi sepuluh pernyataan
yang diberi alternatif jawaban “ya” dan “tidak” untuk diisi anak-anak usia 9-11
tahun. Berikut instrumen uji coba prototipe berupa refleksi untuk anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 5. Instrumen Uji Coba Prototipe Berupa Refleksi untuk Anak
Pernyataan Ya Tidak
Setelah membaca buku “Bercerita dan Mewarnai Tradisi
‘Nglarung’”, saya memahami:
1. Tujuan nglarung untuk mengucap syukur nelayan atas hasil
tangkapan ikan.
2. Makna “nglarung” untuk memberikan sesaji kepada
penguasa laut.
3. Perlunya para nelayan bekerja sama dengan cara menghias
perahu yang akan digunakan untuk melarung.
4. Para nelayan bergotong royong membersihkan lingkungan
pantai sebelum mereka melakukan upacara nglarung.
5. Para nelayan bersama-sama membuat sesaji yang akan
mereka letakkan di dalam perahu yang digunakan untuk
melarung.
6. Sebelum sesaji dilarung, para nelayan berdoa bersama untuk
memohon keselamatan.
7. Para nelayan bersama-sama mendorong perahu ke laut untuk
melarung sesaji dan masyarakat berebut sesaji tersebut.
8. Sesaji yang didapat nelayan dengan cara berebut dibawa
pulang untuk memotivasi mereka bekerja dengan penuh
semangat.
9. Buku cerita bergambar tentang nglarung membantu saya
mengerti arti dari tradisi Nglarung.
10. Buku cerita bergambar tentang nglarung mendorong saya
untuk menghormati tradisi Nglarung.
3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
wawancara kepada anak usia 9-11 tahun dan pengumpulan kuesioner analisis
kebutuhan anak yang telah diberikan kepada 17 anak usia 9-11 tahun di SD
Kanisius Gowongan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk
mendapatkan informasi mengenai kebutuhan anak tentang tradisi nglarung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3.6 TEKNIK ANALISIS DATA
Data penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan
penjelasan sebagai berikut.
3.6.1 Data kualitatif
Data kualitatif berupa komentar pada validasi prototipe yang dikemukakan
oleh dosen bahasa dan sastra. Jumlah item pada lembar validasi prototipe tersebut
adalah delapan item. Data dianalisis sebagai pedoman untuk memperbaiki dan
mengetahui kelayakan prototipe yang diujicobakan.
3.6.2 Data kuantitatif
Data kuantitatif pada penelitian ini berupa skor penilaian dari hasil validasi
prototipe oleh dosen bahasa dan sastra. Data dianalisis sebagai dasar dari
kuesioner diubah menjadi data interval. Skala yang peneliti susun dalam bentuk
suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan tingkatan.
Skala penilaian terhadap pengembangan buku cerita bergambar adalah sangat baik
(5), baik (4), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1). Pilihan respon skala empat
mempunyai variabilitas respon lebih baik atau lebih lengkap dibandingkan skala
tiga dan skala lima. Selain itu, tidak ada peluang bagi responden untuk bersikap
netral/cukup/ragu-ragu sehingga memaksa responden untuk menentukan nilai
terhadap pernyataan dalam instrumen (Widoyoko, 2012:104). Skor yang sudah
didapat kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif menggunakan tabel
konversi nilai skala empat berdasarkan skala Likert (Widoyoko, 2012:112).
Penyusunan tabel klasifikasi menggunakan aturan yang sama dengan dasar jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
respnden, yaitu dicari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak
interval.
Skor tertinggi = 5
Skor terendah = 1
Jumlah kelas = 4
Jarak interval = (5-1)/4 = 1
Tabel 6. Tabel Kalsifikasi Kelayakan Skor Skala Empat
Rentang Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan
>4,2 s/d 5,0 Sangat Baik (SB)
>3,4 s/d 4,2 Baik (B)
>1,8 s/d 2,6 Tidak Baik (TB)
>1,0 s/d 1,8 Sangat Tidak Baik (STB)
Hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan akan
dicari rerata skor perolehannya kemudian dapat dikonversikan dari data kuantitatif
ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera pada tabel kriteria
skor skala empat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan: hasil penelitaian yang berisi
tentang: (1) langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita bergambar
tentang tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan, (2)
deskripsi kualaitas prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung
dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Pembahasan dari hasil berkaitan
dengan hasil penelitian dan pengembangan diurikan sebagai berikut.
4.1. HASIL PENELITIAN
4.1.1 Langkah-langkah Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar
Tentang Tradisi Nglarung dalam Konteks Pendidikan Karakter
Kebangsaan
Prototipe buku cerita yang berjudul “Ayo Mengenal Tradisi Nglarung”
disusun berdasarkan enam tahapan dari 10 langkah penelitian Sugiyono. Langkah-
langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
5.1.1.1 Potensi dan Masalah
Potensi yang peneliti soroti adalah tradisi nglarung. Tradisi nglarung
adalah kegiata budaya yang dilakukan setahun sekali yaitu pada bulan sura,
dengan tujuan untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas rejeki dan keselamatan
yang diberikan, mencintai kebersamaan, kebersihan, gotong royong, dan
kegigihan.
Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara kepada tujuh anak di
daerah Prambanan, Sleman, seorang anak di Pekalongan, dan seorang anak di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Purworejo usia 9-11 tahun, peneliti mendapatkan data anak-anak tersebut tidak
memahami tentang makna dari tradisi nglarung. Padahal tradisi tersebut memiliki
beberapa nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan.
Selanjutnya, peneliti mendapatkan data dari analisis kebutuhan anak di SD
Kanisius Gowongan, Yogyakarta sejumlah 17 anak.
Analisis kebutuhan dilakukan dengan membagikan lembar kuesioner. Hal
ini mendorong peneliti sebagai calon guru SD untuk membuat buku cerita
bergambar tentang tradisi nglarung dengan tujuan menanamkan pendidikan
karakter sejak dini dengan tujuan menananmkan pendidikan karakter dan anak-
anak memahami tradisi nglarung.
5.1.1.2 Pengumpulan Data
Peneliti mendapatkan data dari wawancara kepada tujuh anak di daerah
Prambanan, Sleman, seorang anak di Pekalongan, dan seorang anak di Purworejo
dan pengumpulan kuesioner yang diberikan kepada 17 anak umur 9-11 tahun di
SD Kanisius Gowongan pada tanggal 26 November 2015. Data yang peneliti
dapatkan adalah (1) 24% anak tidak mengetahui bahwa para nelayan melarung
sesaji di tengah laut dan memperebutkan sesaji, (2) 29% anak tidak mengetahui
bahwa setelah membersihkan lingkungan, nelayan bergotong-royong memasang
tenda di tepi pantai, (3) kemudian 76% anak memerlukan buku yang berisi
penjelasan tentang tradisi nglarung. Berikut hasil data kuesioner prapenelitian
untuk anak yang disajikan dalam bentuk table 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Data Kuesioner Prapenelitian untuk Anak
Pernyataan
Jawaban
Probandus Persentase
No. Ya Tidak Ya Tidak
1.
Tradisi nglarung adalah kegiatan
budaya yang dilakukan masyarakat
nelayan setiap satu tahun sekali
pada bulan Sura dengan
menghanyutkan sesuatu/ sesaji ke
dalam laut.
16 1 94% 6%
2.
Tujuan dari tradisi nglarung adalah
untuk mengucap syukur kepada
Tuhan atas hasil laut yang didapat
para nelayan.
11 6 65% 35%
3.
Sebelum melaksanakan tradisi
nglarung para nelayan menghias
perahu
9 8 53% 47%
4.
Setelah menghias perahu, para
nelayan membersihkan lingkungan
pantai.
8 9 47% 53%
5.
Setelah membersihkan
lingkungan, nelayan bergotong
royong memasang tenda di tepi
pantai.
5 12 29% 71%
6.
Menjelang pelaksanaan tradisi
nglarung para nelayan bersama-
sama membuat tempat sesaji.
16 1 94% 6%
7.
Para nelayan menyiapkan
kelengkapan sesaji di mana segala
macam sesaji tidak boleh basi dan
harus baru.
11 6 65% 35%
8.
Para nelayan mendoakan sesaji
yang akan dilarung yang dipimpin
oleh pemuka agama.
9 8 53% 47%
9. para nelayan dengan gigih
mendorong perahu yang akan 9 8 53% 47%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
digunakan melarung.
10.
Para nelayan melarung sesaji di
tengah laut dan memperebutkan
sesaji.
4 13 24% 76%
11.
Pada tradisi nglarung, para nelayan
merefleksikan diri untuk menambah
motivasi nelayan dalam
mengarungi kehidupan.
7 10 41% 59%
12.
Saya perlu buku yang berisi
penjelasan tentang tradisi
nglarung
13 4 76% 24%
13.
Buku tentang tradisi nglarung
sebaiknya berupa buku cerita
bergambar
11 6 65% 35%
Peneliti memilih aitem nomor 5, 10, 12, dan 13 untuk menunjukkan
bahwa penelitian ini relevan untuk diteliti. Data tersebut menjadi acuan bagi
peneliti untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam menyusun buku
cerita bergambar tentang tradisi nglarung. Buku cerita bergambar tradisi nglarung
diharapkan dapat membantu anak-anak di Yogyakarta supaya menyadari tentang
pentingnya melestarikan tradisi nglarung sedini mungkin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
5.1.1.3 Desain Prototipe
Desain prototipe diawali dengan membuat cerita sederhana berbahasa
Indonesia supaya mudah dipahami anak-anak. Peneliti mebuat cerita yang
menonjolkan nilai-nilai karakter kebangsaan. Kemudian membuat sketsa yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dalam tradesi nglarung dan menentukan
judul buku, yaitu “Ayo Mengenal Tradisi Nglarung”. Peneliti bekerjasama dengan
desain grafis untuk membantu memperbaiki sketsa yang nantinya menjadi
prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung.
Gambar (1) Gambar (2)
Gambar 1. Sketsa Awal
Prototipe buku cerita bergambar ini terdapat cover buku dengan dominan
warna yang cerah dan terdapat judul “Ayo Mengenal Tradisi Nglarung”. Cover
depan berisi gambar yang berkaitan dengan tradisi nglarung, yaitu gambar Candra
mengetahui makna dari tradisi nglarung. Peneliti membuat cover dengan warna
yang cerah supaya anak-anak tertarik untuk menggunakan buku cerita bergambar
tradisi nglarung. Kemudian buku diberi kata pengantar mengenai isi cerita dalam
buku tersebut, dan juga diberi sembilan gambar yang dalam setiap gambar ada
cerita sederhana mengenai kegiatan-kegiatan tradisi nglarung. Tentu saja gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
yang dibuat mudah untuk diwarnai oleh anak usia 9-11 tahun. Kemudian peneliti
menambahkan refleksi, daftar pustaka serta biografi penelis.
Gambar halaman 1 menggambarkan seorang anak bernama Candra
berlibur ke Bantul bersama kedua orang tuanya. Gambar halaman 2
menggambarkan percakapan ayah dan Candra yang menjelaskan arti tradisi
nglarung. Gambar halaman 3 menggambarkan kegiatan awal nglarung, yaitu para
nelayan menghiasi perahu semenarik mungkin. Gambar halaman 4
menggambarkan kegiatan para nelayan yang bekerjasama membersihkan
lingkungan pantai dan mendirikan tenda. Gambar halaman 5 menggambarkan
para nelayan berkerjasama unyuk menyiapkan sesaji berupa sayur-sayuran, buah-
buahan, kepala kerbau, dan bunga untuk dilarung.
Gambar halaman 6 menggambarkan sesaji yang didoakan bersama-sama,
mengucap syukur kepada Tuhan atas rejeki yang diberikan, dan mohon
keselamatan. Pada gambar halaman 7 menggambarkan para nelayan bergotong-
royong memanggul sesaji yang sudah didoakan ke atas perahu dan siap dilarung
ke tengah laut. Kemudian gambar halaman 8 menggambarkan para nelayan
dengan gigih menghanyutkan sesaji ke tengah laut dan para nelayan dan
masyarakat memperebutkan sesaji yang sudah dilarung di tengah laut yang
kemudian para nelayan membawa pulang beberapa sesaji yang telah diperebutkan.
Para nelayan dan masyarakat sekitar percaya bahwa dengan membawa
pulang beberapa sesaji yang telah diperebutkan akan mendapat berkat yang lebih.
Buku cerita dan mewarnai diakhiri dengan gambar halaman 9 yang berisi tentang
Candra yang akhirnya mengetahui makna dari tradisi nglarung. Peneliti juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mencantumkan kepustakaan yang terkait pada buku “Buku Cerita Bergambar
Tradisi Nglarung”. Bagian akhir buku terdapat daftar pustaka yang berkaitan
dengan tradisi nglarung. Berikut adalah urutan isi dari buku cerita dan mewarnai
yang dibantu oleh ahli desain grafis.
(Cover)
(1) Halaman 1 (2) Halaman 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
(2) Halaman 3 (4) Halaman 4
(5) Halaman 5 (6) Halaman 6
(7) Halaman 7 (8) Halaman 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
(9) Halaman 9
Gambar 2. Urutan Isi Protitipe Buku Cerita Bergambar Tentang Tradisi
Nglarung
5.1.1.4 Validasi Prototipe
Validasi prototipe dilakukan satu kali oleh dosen bahasa dan sastra.
Berikut ini hasil validasi prototipe oleh dosen.
Tabel 8. Hasil Validasi Prototipe
No Item yang dinilai Skor
Saran 1 2 4 5
1. Bahasa
2.2 Sesuai dengan kaidah penulisan EYD √ Perhatikan SPOK
dan tanda baca,
bedakan kata depan
dan imbuhan,
kalimat langsung
dan tak langsung.
2.3 Dapat dipahami oleh anak-anak. √ Baik
2. Format penulisan
a. Sesuai dengan kaidah penulisan
buku cerita dan mewarnai.
√ Baik
b. Menggunakan kepustakaan yang
sesuai dengan teori kebudayaan
Jawa, yaitu nglarung yang
√ Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
diintegrasikan dengan pendidikan
karakter kebangsaan.
3.
Isi
a. Memuat cerita tentang salah satu
tradisi Jawa.
√ Baik
b. Memuat nilai-nilai pendidikan
karakter yang terdapat dalam cerita
tentang tradisi nglarung.
√ Baik
c. Memuat gambar-gambar yang
berkaitan dengan alur cerita tentang
tradisi nglarung.
√ Beberapa gambar
pecah, posisi
gambar dan cover
perlu konsisten
supaya enak
dibaca.
d. Memuat sembilan gambar tentang
tradisi nglarung
√ Baik
Total Skor 34
Nilai 34 : 8 = 4.5
Hasil validasi prototipe dari validator adalah 4.5 (sangat baik).
Berdasarkan tabel klasifikasi, prototipe yang dikembangkan peneliti “sangat baik”
sehingga layak diujicobakan.
5.1.1.5 Revisi Prototipe
Peneliti melakukan revisi desain sesuai saran validator yang pertama, yaitu
mengubah beberapa gambar yang pecah. Kedua, peneliti menambahkan ejaan
sesuai EYD. Selain itu, peneliti juga mempertajam warna cover buku, awalnya
cover berwarna biru muda dipertajam menjadi warna biru tua. Kemudian judul
buku cerita, dari “Buku Cerita Tradisi Nglarung” berubah menjadi “Ayo
Mengenal Tradisi Nglarung”. Peneliti juga menambahkan nama penyusun buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
pada bagian bawah cover depan buku, nama Universitas Sanata Dharma di cover
bagian belakang. Berikut adalah gambar desain cover dengan judul buku setelah
revisi.
Gambar 3. Perubahan cover sebelum dan setelah Direvisi
5.1.1.6 Uji Coba Prototipe
Uji coba prototipe dilakukan oleh peneliti sebanyak dua kali di SD
Kanisius Gowongan Yogyakarta diikuti 18 anak.
5.1.1.6.1 Uji Coba Prototipe di SD Kanisius Gowongan
Uji coba prototipe pertama dilakukan pada tanggal 21 Januari 2016 di SD
Kanisius Gowongan Yogyakrta. Uji coba prototipe pertama diikuti oleh 9 anak
yang berusia 9-11 tahun. Sebelum melakukan uji coba prototipe, peneliti
mengundang anak-anak untuk berkumpul di perpustakaan. Mereka sangat antusias
untuk mengikuti arahan dan mengikuti kegiatan hingga akhir. Kegiatan
berlangsung selama 1 jam, mulai pukul 11.00 WIB-12.00 WIB. Kegiatan diawali
dengan tanya–jawab tentang tradisi nglarung. Ternyata semua anak tidak
mengetahui tentang tradisi nglarung dan mereka sangat antusias untuk
Buku Cerita Tradisi
Nglarung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mendengarkan cerita dan penjelasan peneliti. Kegiatan ditutup dengan
memberikan lembar refleksi kepada semua anak.
Gambar 4. Kegiatan uji coba prototipe di SD Kanisius Gowongan
Uji coba prototipe hari kedua dilakukan pada tanggal 25 Januari 2015,
diikuti 9 anak. Tempat uji coba prototipe, yaitu di SD Kanisius Gowongan.
Kegiatan tersebut dimulai pukul 12.30 WIB. Anak-anak yang mengikuti uji coba
pada hari kedua berbeda dengan anak-anak yang uji coba pada hari pertama.
Kegiatan diawali dengan tanya–jawab tentang tradisi nglarung. Ternyata semua
anak tidak mengetahui tentang tradisi nglarung dan mereka sangat antusias untuk
mendengarkan cerita dan penjelasan peneliti. Kegiatan ditutup dengan
memberikan lembar refleksi kepada semua anak.
4.1.2 Deskripsi Kualitas Prototipe Buku Cerita Bergambar tentang Tradisi
Nglarung dalam Konteks Pendididkan Karakter Kebangsaan
Deskripsi kualitas prototipe buku cerita bergambar “Ayo Mengenal Tradisi
Nglarung” peneliti dapatkan setelah mengolah kuesioner berupa refleksi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dibagikan kepada 18 anak usia 9-11 tahun di SD Kanisius Gowongan, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Berikut merupakan hasil rekapitulasi refleksi anak.
Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Refleksi Anak
Pernyataan
Jawaban
Probandus Persentase
Ya Tidak Ya Tidak
Setelah membaca buku “Ayo
Mengenal Tradisi Nglarung”, saya
memahami:
1. Tujuan nglarung untuk mengucap
syukur nelayan atas hasil
tangkapan ikan.
18 0 100% 0%
2. Mankna nglarung untuk memberikan
sesaji kepada penguasa laut. 1 17
6% 94%
3. Perlunya para nelayan bekerjasama
dengan cara menghias perahu yang
akan digunakan untuk melarung
16 2 89% 11%
4. Para nelayan bergotong royong
membersihkan lingkungan pantai
sebelum mereka melakukan
upacara nglarung.
18 0 100% 0%
5. Para nelayan bersama-saman
membuat sesaji yang akan mereka
letakkan di dalam perahu yang
digunakan untuk melarung.
16 2 89% 11%
6. Sebelum sesaji dilarung, para nelayan
berdoa bersama untuk memohon
keselamatan.
15 3 83% 17%
7. Para nelayan bersama-sama
mendorong perahu ke laut untuk
melarung sesaji dan masyarakat
berebut sesaji tersebut.
16 2 89% 11%
8. Sesaji yang didapat nelayan dengan
cara berebut dibawa pulang untuk
memotivasi mereka bekerja dengan
penuh semangat.
16 2 89% 11%
9. Buku cerita bergambar tradisi
nglarung membantu saya mengerti
arti dari tradisi nglarung.
18 0 100% 0%
10. Buku cerita bergambar nglarung
mendorong saya untuk mengormati
tradisi nglarung.
17 1 92% 6%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Dilihat dari tabel hasil rekapitulasi tersebut, peneliti mendapatkan data
bahwa: (1) 100% anak telah memahami tujuan nglarung untuk mengucap syukur
nelayan atas hasil tangkapan ikan, (2) 100% anak mengerti bahwa para nelayan
bergotong royong membersihkan lingkungan pantai sebelum mereka melakukan
upacara nglarung, (3) 100% anak menyatakan bahwa buku cerita bergambar
membantu anak untuk mengerti arti dari tradisi nglarung. Berdasarkan data
tersebut, prototipe buku cerita bergambar tradisi nglarung membantu anak
terhadap pemahaman tentang tradisi nglarung yang berkaitan dengan pendidikan
karakter melalui cerita dan gambar-gambar kegiatan tradisi nglarung.
4.2 PEMBAHASAN
Nilai dari hasil validasi prototipe buku bergambar “Ayo Mengenal Tradisi
Nglarung” adalah 4,5 (sangat baik) sehingga layak untuk diujicobakan. Uji coba
prototipe dilaksanakan dua kali pada tanggal 21 dan 25 Januari 2016 di SD
Kanisius Gowongan Yogyakarta. Secara keseluruhan, uji coba diikuti oleh 18
anak, lembar refleksi telah diisi dan dikembalikan oleh 18 anak yang berusia 9-11
tahun.
Prototipe buku cerita bergambar dinilai sangat baik oleh validator dan
refleksi anak terhadap prototipe juga sangat baik karena prototipe dikembangkan
peneliti dengan memperhatikan beberapa prinsip berikut:
4.2.1 Prototipe disusun untuk memfasilitasi anak memahami tradisi
nglarung.
Tradisi nglarung merupakan salah satu upacara tradisional yang ada di
Jawa. Tradisi tersebut pada umumnya dilakukan satu tahun sekali pada bulan Sura
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(Sunjata, 2013:75). Tujuan pelaksanaan upacara tersebut sebagai ungkapan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan
berupa melimpahnya hasil tangkapan ikan, di samping bentuk persembahan
kepada penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul (Sunjata, 2013:117). Peneliti
terdorong untuk mengetahu pemahaman anak mengenai makna dan kegiatan
tradisi nglarung, oleh karena itu peneliti melakukan pengumpulan data.
Peneliti melakukan wawancara kepada anak-anak di daerah Prambanan,
Sleman, Purworejo dan Pekalongan. Peneliti memilih daerah pertanian
(Prambanan dan Purworejo) serta pesisir pantai (Pekalongan) dengan alasan untuk
mengetahui data awal mengenai pemahaman anak di daerah prtanian dan pesisir
pantai tentang tradisi nglarung. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti kepada tujuh anak usia 9-11 tahun di daerah Prambanan, Sleman, seorang
anak di Purworejo dan seorang anak di Pekalongan, peneliti mendapatkan
informasi bahwa mereka tidak memahami tentang tradisi nglarung.
Selanjutnya peneliti membagikan kuesioner kepada 17 anak usia 9-11
tahun di SD Kanisius Gowongan. Data yang didapat untuk mengetahu anak usia
9-11 tahun membutuhkan sebuah buku certa bergambar dalam meningkatkan
pengembangan karakter. Hal ini mendorong peneliti sebagai calon guru untuk
mengembangkan buku cerita bergambar tentag tradisi nglarung dengan tujuan
menanamkan pendidikan karakter sejak dini dan memahami tradisi nglarung.
Peneliti menyusun prototipe buku cerita bergambar berjudul “Ayo
Mengenal Tradisi Nglarung” yang terdiri dari cover, kata pengantar untuk
membantu anak agar mudah memahami isi keseluruhan buku, daftar isi, isi buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dengan sembilan gambar kegiatan tradisi nglarung dengan menonjolkan nilai-nilai
yang berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan. Prototipe juga berisi
refleksi, daftar pustaka yang berkaitan tentang tradisi nglarung dan pendidikan
karakter kebangsaan, serta bografis penulis.
Setelah menyusun prototipe, peneliti melakukan uji coba prototipe kepada
anak usia 9-11 tahun untuk mengetahui kualitas prototipe yang dikembangkan.
Setelah melakukan uji coba prototipe, peneliti melihat adanya perbedaan
pemahaman anak sebelum dan setelah melakukan uji coba. Sebelum melakukan
uji coba, anak tidak memahami mengenai makna dan kegiatan tradisi nglarung,
setelah mengikuti uji coba anak memahami makna dan kegitan tradisi nglarung.
Hal ini dapat ditunjukan melalui refleksi hasil persepsi anak sebagai berikut.
Gambar 5. Hasil Refleksi Persepsi Anak terhadap Kualitas Prototipe
Buku Cerita Bergambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
4.2.2 Prototipe disusun dengan menonjolkan nilai-nilai pendidikan
karakter kebangsaan di dalam tradisi nglarung.
Isi Prototipe buku yang dikembangkan peneliti terdiri dari Sembilan
gambar kgiatan yang berkaitan tentang tradisi nglarung. Sembilan gambar
tersebut disertai dengan cerita sederhana yang menonjolkan nilai-nilai pendidikan
karakter kebangsaan di dalam tradisi nglarung.
Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk
meujudkan suasana serta proes pemberdaya potensi dan pembudayan peserta
didik. Hal tersebut berguna sebgai pembangun karakter pribadi dan/atau
kelompok yang khas-baik tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa,
dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian
yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah
Republik Indonesia, 2010: 28).
Olah hati dalam tradisi nglarung dapat dilihat dari tujuan tradisi nglarung
yaitu menucap syukur kepada Tuhn, selain itu nelayan bersama-sama mendoakan
sesaji sebelum dilarung yang dipimpin oleh pemuka agama. Olah pikir dalam
tradisi nglarung dapat terlihat pada pelksanaan tradisi nglarung yaitu nelayan
berkreasi membuat sesaji. kemudian masyarakat nelayan menghias perahu.
Setelah melaksnakan tradisi nglarung, masyarakat nelayan merefleksikan diri
untuk menambah motivasi nelayan dalam mengarungi kehidupan.
Olah rasa dan karsa dalam tradisi nglarung tercermin pada nilai gotong
royong di mana nelayan bersama-sama memasang tenda ditepi pantai dan
mnyiapkan segala sesaji yang tidak boleh basi dan harus baru. Olah raga/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kinestetik dalam tradisi nglarung tercermin ketika nelayan bersama masyarakat
sekitar pantai dengan gigih membersihkan lingkungan, menggotong sesaji,
mendorong perahu, dan berebut sesaji di tengah laut. Keterpaduan empat bagian
(olah hati, olah pikir, olah rasa dan karsa, serta olah raga) peneliti mengaitkan ke
dalam buku cerita anak yang dikemas dalam prototipe buku cerita bergambar
tentang tradisi nglarung.
Setelah melakukan uji coba prototipe, peneliti melihat bahwa nak-anak
sudah mampu memahami tentang nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan yang
terkandung dalam tradisi nglarung. Hal tersebut terbukti dengan anak-anak
menggambarkan bagian dari cerita yang mereka anggap paling menarik dan
mengandung nilai-nilai karakter.
4.2.3 Prototipe disusun dalam bentuk buku cerita bergambar
Peneliti sebagai calon guru SD, menyusun prototipe buku cerita bergambar
tentang tradisi nglarung untuk memfasilitasi pemahaman anak tentag tradisi
nglarung yang berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan.
Berdasarkan salah satu tujuan buku cerita yaitu mengembangkan imajinasi
(Raines, 2002:7) buku cerita bergambar yang disusun memfasilitasi anak untuk
mengembangkan imajinasi. Melalui membaca buku cerita bergambar anak dapat
berimajinasi tentang kegiatan-kegiatan tradisi nglarung.
4.2.4 Prototipe disusun sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 9-11
tahun
Prototipe yang dikembangkan yaitu untuk anak usia 9-11 tahun, dimana
pada tahap usia tersebut masuk dalam tahap operasional konkret yaitu usia 7-11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
tahun (Piaget dalam Santrock 2011:27). Prototipe yang dikembangkan berisi
cerita sederhana dan gambar sehingga anak-anak usia 9-11 tahun dilatih untuk
berpikir logis mengenai rangkaian kegiatan tradisi nglarung dalam bentuk buku
cerita bergambar.
Menurut Yusuf (2009:69) anak usia 9-11 tahun termasuk dalam kategori
tahap perkembangan anak usia 6-12 tahun. Beberapa perkembangan anak usia 6-
12 tahun, yaitu (1) belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung. Melalui buku cerit bergambar tentang tradisi nglarung anak-anak
dilatih untuk membaca cerita yang berisi kegiatan tradisi nlarung. (2) Belajar
mengembangkan konsep sehari-hari, salah satunya adalah konsep adat istiadat
dipelajari memlalui media cetak.
Buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung merupakan salah satu
media cetak yang dapat digunakan guru maupun orang tua untuk membantu
pemahaman anak tentang makna dan rangkaian kegiatan tradisi nglarung. Tradisi
nglarung merupakan salah satu budaya yang harus dilestarikan oleh generasi
penerus. Melalui buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung, anak semakin
bertambah pengetahuan tentang budaya atau adat istiadat. (3) Mengembangkan
sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
Mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tenggang rasa, mau bekerjasama
dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan menghargai hak
rang lain. Dalam tradisi nglarung terdapat nilai-nilai ketuhanan, nilai etos kerja,
mencintai kebersihan, gotong royong dan bekerjasama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Nilai-nilai tersebut berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan.
Prototipe yang dikembangkan menjadi salah satu sarana untuk mengembangkan
sikap mencintai kebersihan, gotong royong dan bekerjasama sesuai dengan tugas
perkembangan anak usia 9-11 tahun
4.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PROTOTIPE
Melalui validasi dan uji coba prototipe, peneliti mendapatkan kritik dan
saran tentang prototipe buku cerita bergambar yang dikembangkan. Data tersebut
membantu peneliti untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan prototipe yang
dikembangkan. Berikut ini akan dijelaskan kelebihan dan kelemahan prototipe
buku cerita bergambar yang berjudul “Ayo Mengenal Tradisi Nglarung” dalam
konteks pendidikan karakter kebangsaan.
4.3.1 Kelebihan prototipe
4.3.1.1 Prototipe berupa buku cerita bergambar yang berisi sembilan gambar
tentang tradisi nglarung.
4.3.1.2 Setiap gambar diberi penjelasan tentang nilai-nilai pelaksanaan tradisi
nglarung.
4.3.1.3 Prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung dapat membantu
anak dalam mengembangkan imajinasi untuk membayangkan pelaksanaan
tradisi nglarung.
4.3.1.4 Prototipe buku cerita bergambar tersebut berisi informasi tentang nilai
bersyukur, kerjasama/persaudaraan/persatuan, dan kegigihan yang terdapat
didalam tradisi nglarung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
4.3.1.5 Refleksi dalam prototipe buku cerita bergambar dapat membantu anak
memahami tentang tradisi nglarung.
4.3.1.6 Harga prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung yang
mudah dijangkau oleh guru, orang tua maupun anak-anak.
4.3.2 Kelemahan
4.3.2.1 Gambar pada cover tidak menghadap pembaca tetapi membelakangi
pembaca.
4.3.2.2 Ukuran huruf dalam prototipe buku cerita bergambar terlalu kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang simpulan dari keseluruhan
penelitian, keterbatasan pada penelitian, dan saran.
5.1 SIMPULAN
Simpulan yang dapat peneliti uraikan dari keseluruhan penelitian adalah:
5.1.1 Langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita bergambar tentang
tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan
mengadopsi enam langkah menurut Sugiyono yang meliputi: (1) potensi
dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain prototipe, (4) validasi
prototipe, (5) revisi prototipe dan (6) uji coba prototipe.
5.1.2 Kualitas prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung dalam
konteks pendidikan karakter kebangsaan mendapatkan nilai 4,5 (sangat
baik) sehingga layak diujicobakan.
5.2 KETERBATASAN
Beberapa keterbatasan pada penelitian ini, antara lain:
5.2.1 Prototipe buku cerita bergambar hanya divalidasi oleh seorang validator
dengan latar belakang bahasa dan sastra, tidak melibatkan validator yang
memahami tradisi Jawa.
5.2.2 Analisis data awal bersumber dari anak-anak di daerah pertanian dan
pesisir pantai sedangkan uji coba prototipe hanya dilakukan kepada anak-
anak di daerah perkotaan. Hal ini mengindikasikan bahwa data awal dan
data akhir tidak sinkron karena berbeda subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
5.3 SARAN
Berikut ini merupakan beberapa saran yang peneliti tuangkan untuk penelitian
yang selanjutnya.
5.3.1 Prototipe buku yang berkaitan dengan tradisi Jawa sebaiknya divalidasi
bukan hanya oleh dua orang validator dengan latar belakang bahasa dan
sastra melainkan juga perlu validator yang memahami tradisi Jawa.
5.3.2 Uji coba prototipe sebaiknya tidak hanya kepada anak-anak di daerah
perkotaan tetapi sebaiknya juga dilakukan di daerah pertanian dan di
daerah pesisir pantai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pressindo.
Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Astuti, Ratna Dwi. 2012. Pengaruh Buku Bergambar Terhadap Minat Baca Siswa
di SDN Lempuyangwangi Yogyakarta. Skripsi yang tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Farida, Nur’aini. 2010. Membentuk Karakter Anak dengan Dongeng. Surakarta:
Indi Parent.
Haniyaturroufah. 2013. Ritual Sesaji sebagai Bentuk Persembahan Untuk
Kanjeng Ratu Kidul di Desa Karangbolong Kecamatan Buayan Kabupaten
Kebumen. Skripsi yang tidak diterbitkan. Purworejo: Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Hardjana. 2006. Cara Mudah Mengarang Cerita Anak-anak. Jakarta: Grasindo.
Herawati, Nanik. 2010. Mutiara Adat Jawa. Jawa Tengah: PT Mancana Jaya
Cemerlang.
Ignatia, dkk. 2015. Pengembangan Pembelajaran Kurikulum Berbasis Konteks
Kelas 2 SD untuk Membangun Karakter Kebangsaan: Sebuah Refleksi.
Yogyakarta: USD
Kusuma. Dharma. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Rineka Cipta.
Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP)
Press.
Nur’aini, Farida. 2010. Membentuk Karakter Anak dengan Dongeng. Surakarta:
Indi Parent.
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa. Kemendiknas
Prasetyo, Yanu. 2010. Mengenal Tradisi Bangsa. Yogyakarta: Perpustakaan
Nasional.
Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa Menggali Untaian Kearifan Lokal.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Raines & Isbell. 2002. Tujuh Belas Cerita Moral dan Aktivitas Anak. Jakarta: PT
Elex Media Computindo Kelompok Gramedia, IKAPI.
Saksono, Gatut Ign. dkk. 2012. Faham Keselamatan dalam Budaya Jawa.
Yogyakarta: Ampera Utama.
Samani, Muchlas. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Remaja Rosdaklarya.
Santrock, John. W. 2012. Perkembangan Masa Hidup. Life-span Development.
Jakarta: Erlangga.
Sari. Anita Kurniya. 2010. Pengaruh Penggunaan Media Cetak Bergambar
terhadap Peningkatan Menyimak dan Membaca pada Anak Berkesulitan
Belajar. Skripsi yang tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Smaldino, S. E. 2011. Instructional Technologi & Media For Learning: Teknologi
Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
Sunjata, Wahyudi Pantja, dkk. 2013. Upacara Sedhekah Laut Ngentak Poncosari.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya.
Suyami. 2008. Upacara Ritual di Keraton Yogyakarta Refleksi Metologi dalam
Budaya Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.
Tillman. 2004. Living Values: Educational Programe. Pendidikan Nilai untuk
Anak Usia 8-14 tahun. Jakarta: Grasindo.
Wahyudi. Yukshan. 2013. Cerita Anak Karya Heru Kurniawan (Kajian Moral
dan Persepsi Siswa serta Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di
Sekolah Dasar). Tesis yang tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Widoyoko, Eko Putro, dkk. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Yana. 2012. Filsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Bintang
Cemerlang.
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 1. Surat Izin Analisis Kebutuhan SD Kanisius Gowongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 2. Surat Izin Uji Coba Prototipe di SD Kanisius Gowongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 3. Hasil Analisis Data Kuesioner Prapenelitian untuk Anak
Probandus
Nomor soal Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 10
2 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 8
3 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 8
4 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
6 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 5
7 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 6
8 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 9
9 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 7
10 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5
11 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 8
12 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 6
13 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 6
14 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 7
15 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 8
16 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 9
17 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 7
Jumlah 16 11 9 8 5 16 11 9 9 4 7 13 11
% 94%
65%
53%
47%
29%
94%
65%
53%
53%
24%
41%
76%
65%
Keterangan:
Kode Probandus = jumlah sample anak
1 = jabawab “ya”
2 = jawaban “tidak”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 4. Hasil Analisis Instrumen Uji Coba Prototipe Berupa Refleksi
untuk Anak
Probadus Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
8 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
9 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0
10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
13 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
15 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
18 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1
Jumlah 18 1 16 18 16 15 16 16 18 17
Keterangan:
Kode Probandus = jumlah sample anak
1 = jabawab “ya”
2 = jawaban “tidak”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 5. Hasil Refleksi Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 6. Dokumentasi Uji Coba Prototipe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
BIOGRAFI PENELITI
Maria Nike Prasetyo Wido Saputri, lahir di
Pekalongan pada tanggal 24 Mei 1994. Penulis menempuh
pendidikan formal di SD Negeri Karanggondang
Pekalongan pada tahun 2006, SMP Negeri 1 Wonopringgo
Pekalongan pada tahun 2009, dan SMA Negeri 1 Doro
Pekalongan pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis
melanjutkan studi S1 di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjadi mahasiswa PGSD 2012,
penulis aktif mengikuti kegitan di beberapa bidang, seperti: (1) Kegiatan wajib
INSADHA, INFISA, INSIPRO, dan KMD. (2) Mendapatkan kejuaraan di bidang
musik seperti lomba musikalisasi puisi dan tari tradisional dalam malam
kreativitas PGSD 2012 dan 2015. (3) Mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa
“Grisadha” sebagai anggota dan mengikuti pagelaran sendratari “Prahara Cinta
Tangkuban Perahu” (4) Peserta seminar dengan tema: “Dimensi Hasil Magang
International Baccalaureate-Primary Years Programme (IB-PYP)”. (5) Peserta
seminar dan workshop “UNA Seminar and Workshop On Anti Bias Curriculum
and Teaching” 2012. (6) Peserta seminar “Learning From the Past a Better
Future: We and the 1965 Tragedy”. (7) Dampok Inisiasi Fakultas Sanata Dharma
(INFISA) 2013. (8) Peserta seminar “The Greatest Love Of All” 2013. (9)
Koordinator dampok Inisiasi Fakultas Sanata Dharma (INFISA) 2014. (10)
Peserta seminar “Love Datting and Sex, Pacaran dengan Akal Sehat” 2014. (11)
Fasilitator pada kegiatan Conservation Scout 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI