PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK …digilib.unila.ac.id/56055/3/TESIS TANPA BAB...
Transcript of PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK …digilib.unila.ac.id/56055/3/TESIS TANPA BAB...
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIKE-LEARNING SCHOOLOGY MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DANHASIL BELAJAR SEJARAH
(Tesis)
OlehGITA ADE PRADANA
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPSFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK E-LEARNINGSCHOOLOGY MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN HASIL BELAJAR SEJARAH
OlehGITA ADE PRADANA
Proses pembelajaran selama ini kurang efektif karena LKPD yang digunakan
belum bersifat E-Learning. Sehingga siswa kurang tertarik belajar, pasif
mendengarkan dan hanya mencatat apa yang disampaikan oleh guru dan
berdampak terhadap hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
LKPD E-learning melalui media Schoology pembelajaran Sejarah dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar menjadi optimal.
Metodologi penelitian ini mengikuti model pengembangan Borg dan Gall. Untuk
menguji kevalidan LKPD E-Learning ini diperlukan uji ahli materi, ahli bahasa
dan ahli media, serta subjek uji coba pada guru pembimbing dan siswa kelas XI
IPS 1 MA Ma’arif 5 Lampung Timur sebagai calon penguna produk, tujuannya
untuk memperoleh masukan, kritik, serta saran perbaikan untuk kesempurnaan
LKPD yang dikembangkan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa
cara antara lain: observasi, literatur, wawancara, angket dan tes. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa LKPD E-learning melalui media Schoology dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar dalam pembelajaran
Sejarah.
Kata Kunci : e-learning, schoology, kemampuan berpikir kritis dan hasil belajarsejarah
ABSTRACT
DEVELOPMENT STUDENT WORK SHEET OF SCHOOLOGY-BASEDE-LEARNING TO IMPROVE CRITICAL THINKING ABILITY AND
LEARNING OUTCOMES HISTORY
ByGITA ADE PRADANA
The learning process has been less effective because the LKPD isn’t used
e-learning. So the students are less interested in learning, passively listening and
noting what is conveyed by teachers and impact on learning outcomes. This study
aims to develop LKPD E-learning through History Schoology media in improving
the ability of critical thinking and learning outcomes to be effective. The
methodology of this study follows the Borg and Gall development model. The
Validation in this research are material linguist, media expert, and the
experimental subjects teacher and student subject of class XI MA Ma'arif 5
Lampung Timur as prospective user of the product, the purpose is to get input,
critic, and improvement suggestion for LKPD perfection developed. Data
collection techniques were conducted in several ways including: observation,
literature, interviews, questionnaires and tests. The results showed that LKPD
E-learning through the media Schoology can improve the ability of critical
thinking and learning outcomes in learning History class XI
Keywords: e-learning, schoology, critical thinking ability, learning outcomeshistory
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIKE-LEARNING SCHOOLOGY MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DANHASIL BELAJAR SEJARAH
Oleh
GITA ADE PRADANA
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPSFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPSFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Gita Ade Pradana, lahir pada tanggal 7 Maret 1991 anak
tunggal dari pasangan Bapak GITO, S.Pd dan Ibu SURIYAH.
Mengawali pendidikan formal di MIM Trimulyo tahun 1998-
2003, kemudian melanjutkan pendidikan di MTs Ma’arif NU
5 Sekampung Lampung Timur tahun 2003-2006, kemudian
dilanjutkan di SMA N 1 Batanghari tahun 2006-2009, di tingkat Universitas
mengambil program studi Sejarah di Universitas Muhammadiyah Metro tahun
2009-2013, pada tahun 2015 melanjutkan Strata 2 Pendidikan IPS di Universitas
Lampung. Penulis mengabdikan diri di MA Ma’arif NU 5 Sekampung Lampung
Timur dari tahun 2014 sampai dengan sekarang.
MOTTO
“Kebahagian yang kita cari itu adanya bukan hanya di seberang sana atau di atas
sana, tetapi di dasar samudera jiwa kita ....”
AN. UBAEDY (Learner Practicioner and Counselor)
PERSEMBAHAN
Dengan segenap hati yang tulus dan bahagia ku persembahkan Tesis ini kepada:
Bapak (GITO) dan Ibu (SURIYAH) serta seluruh keluargaku yang dengan
selaksa kasih dan untaian do’anya senentiasa mengiring langkahku.
Istriku (EVI JULIANTI) dan Anakku (DIVA ADEVI ARTANTI) yang selalu
memberi perhatian dan mendukungku dengan penuh kasih sayang.
Peserta didik Kelas XI MA Ma’arif NU 5 Sekampung.
Bapak Ibu Dewan Guru MA Ma’arif NU 5 Sekampung.
Teman-teman Kuliah Magister Pendidikan IPS angkatan 2015.
Almamater tercinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul
“Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik E-Learning Schoology
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Sejarah”, ditulis
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi
Pascasarjana Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung yang telah memfasilitasi sehingga penulisan tesis ini dapat
diselesaikan;
2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung yang telah memberi bimbingan, dukungan dan motivasi
sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan;
3. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberi bimbingan,
dukungan dan motivasi sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Bidang Akademik
dan Kerjasama.
5. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan
Kuangan.
6. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaaan
dan Alumni.
7. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah
memberi bimbingan, dukungan dan motivasi sehingga penulisan tesis ini dapat
diselesaikan;
8. Ibu Dr. Trisnaningsih, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung, sekaligus penguji I yang telah memberi bimbingan, dukungan, dan
motivasi sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan;
9. Bapak Dr. Darsono, M.Pd. selaku pembimbing pertama dan Ibu Dr. Erlina
Rufaidah, M.Si., selaku pembimbing kedua penulisan tesis ini yang telah
dengan sabar membimbing, mengarahkan, memberi dukungan, semangat,
motivasi sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan;
10. Bapak Dr. Pargito, M.Pd selaku penguji II yang telah memberi bimbingan,
dukungan, dan motivasi sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan;
11. Bapak dan Ibu dosen staf pengajar pada Program Studi Magister Pendidikan
IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, dukungan dan motivasi selama penulis
memempuh pendidikan;
12. Bapak Fitriyanto, S.Pd., selaku Kepala MA Ma’arif NU 5 Sekampung dan
Bapak Sayoga Destiawan, S.Pd., selaku guru bidang studi Sejarah yang telah
membantu dalam penelitian tesis ini;
13. Dewan guru di MA Ma’arif NU 5 Sekampung yang telah membantu
memberikan informasi, masukan dan sarannya dalam penelitian tesis ini;
14. Rekan-rekan di Program Studi Magister Manajemen Pendidikan IPS angkatan
2015, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang
telah memberikan dukungan dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini;
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
saran dan bantuannya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala dan kebahagiaan atas
bantuan, dukungan, serta bimbingannya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi orang
lain dan dunia pendidikan.
Bandar Lampung, 30 Januari 2019Penulis
GITA ADE PRADANANPM. 1523031021
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ixDAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 11.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 91.3 Batasan Masalah ............................................................................... 101.4 Rumusan Masalah.............................................................................. 111.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 111.6 Manfaat Penelitian ............................................................................ 111.7 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 13
II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 E-Learning ........................................................................................ 17
2.1.1 Pengertian E-learning ........................................................... 172.1.2 Konsep E-Learning................................................................ 212.1.3 Kelebihan dan Kekurangan E-Learning ............................... 222.1.4 Karakteristik dan Keunggulan E-learning............................. 232.1.5 Fungsi E-Learning ................................................................ 25
2.2 Schoology ......................................................................................... 262.2.1 Pengertian Schoology ........................................................... 262.2.2 Komponen Schoology ........................................................... 282.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Schoology ................................... 302.2.4 Langkah-langkah Schoology ................................................. 33
2.3 Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................. 342.3.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis ............................... 342.3.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis .................................. 362.3.3 Pengukuran Kemampuan Berpikir Kritis ............................. 38
2.4 Belajar ............................................................................................... 392.4.1 Pengertian Belajar ................................................................. 392.4.2 Teori Belajar ......................................................................... 402.4.3 Hasil Belajar ......................................................................... 48
2.5 Pembelajaran Sejarah ....................................................................... 502.5.1 Pengertian Sejarah ................................................................... 502.5.2 Tujuan dan Manfaat Sejarah .................................................... 512.5.3 Ruang Lingkup Sejarah ........................................................... 53
2.6 Penelitan yang Relevan .................................................................... 562.7 Kerangka Berpikir ............................................................................ 602.8 Hipotesis ........................................................................................... 63
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 643.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 643.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 653.4 Rancangan Penelitian ....................................................................... 653.5 Definisi Operasional Variabel .......................................................... 723.6 Sumber Data Penelitian .................................................................... 753.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 763.8 Alat Pengumpulan Data .................................................................... 783.9 Keabsahan Instrumen ....................................................................... 803.10 Analisis Data ..................................................................................... 803.11 Keabsahan Data ................................................................................... 86
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 874.1.1 Profil MA Ma’arif NU 5 Sekampung ................................... 874.1.2 Latar Belakang Historis ........................................................ 874.1.3 Kondisi Sekolah .................................................................... 904.1.4 Keadaan Fisik (Sarana dan Prasarana) ................................. 904.1.5 Tenaga Pendidik dan Kependidikan ..................................... 914.1.6 Keadaan Kantor dan Kepegawaian ...................................... 92
4.2 Hasil Penelitian.................................................................................. 934.2.1 Penelitian dan Pengumpulan Data (Research and Information
Collecting). ........................................................................... 944.2.2 Perencanaan (Planning) ........................................................ 954.2.3 Pengembangan Draf Produk (Develop Preliminary Form of
Product). ............................................................................... 974.2.4 Uji Coba Lapangan Awal (Preliminary Field Testing). ....... 1074.2.5 Merevisi Hasil Uji Coba (Main Product Revision). ............. 1084.2.6 Pelaksanaan Uji Coba Lapangan .......................................... 1094.2.7 Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan ........................ 1104.2.8 Uji Pelaksanaan Lapangan .................................................... 1114.2.9 Penyempurnaan Produk Akhir .............................................. 1154.2.10 Diseminasi dan Implementasi ............................................... 116
4.3 Pembahasan ...................................................................................... 116
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 1215.2 Implikasi ........................................................................................... 1213.1 Saran ................................................................................................. 122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Pengamatan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPS 1 ........................ 5
2.1 Fitur Schoology .............................................................................. 29
2.2 Resources Schoology ..................................................................... 30
2.3 Course Schoology .......................................................................... 31
2.4 Group Schoology ............................................................................ 31
2.5 Grade Schoology ............................................................................ 32
2.6 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................... 62
3.1 Langkah-langkah Model Borg Dan Gall ........................................ 67
4.1. Material Courses Schoology ........................................................... 97
4.2. Materi pada Schoology ................................................................... 98
4.3 Latihan dan Diskusi pada Schoology ............................................. 99
4.4 Tes pada Schoology ........................................................................ 99
4.5 Pengamatan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPS 1 ........................ 112
4.6 Deskripsi Kemampuan Awal (Pre-Test) dan Kemampuan
Akhir (Post-Test) Hasil Belajar ...................................................... 114
4.8 Penyampaian Tujuan Pembelajaran E-Learning Schoology .......... 205
4.9 Aktivitas Pembelajaran Sejarah dengan E-Learning
Schoology ....................................................................................... 205
4.10 Aktivitas Pembelajaran Sejarah dengan E-Learning
Schoology ....................................................................................... 206
4.11 Pengamatan Aktivitas Berpikir Kritis Mata Pelajaran Sejarah
dengan E-Learning Schoology ....................................................... 206
DAFTAR TABEL
HalamanTabel
1.1 Perbedaan antara LKPD konvnsional dengan LKPD berbasing
E-Learning ...................................................................................... 2
1.2. Data MA Ma’arif NU 5 Sekampung ............................................... 4
1.3. Hasil UTS Kelas XI.IPS 1 .............................................................. 5
2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ............................................ 36
3.1. Desain Pembelajaran ....................................................................... 70
3.2. Pedoman Mengkonversi Skor Ke Nilai Standar Berskala Lima ..... 81
3.3. Pedoman Mengubah Data Kuantitatif Menjadi Kualitatif .............. 82
4.1. Data Jumlah Siswa Pertahun ........................................................... 90
4.2 Kondisi Sarana Prasarana ............................................................... 91
4.3 Data Pendidik dan Kependidikan ................................................... 92
4.4 Kevalidan Media Oleh Ahli Materi ................................................ 101
4.5 Evaluasi Ahli Materi ....................................................................... 101
4.6 Kevalidan Oleh Ahli Media ............................................................ 102
4.7 Evaluasi Ahli Media ....................................................................... 103
4.8 Kevalidan Oleh Ahli Bahasa ........................................................... 104
4.9 Evaluasi Ahli Bahasa ...................................................................... 104
4.10 Skor Angket Penilaian Evaluasi Dari Ahli Materi tentang
LKPD .............................................................................................. 106
4.11 Skor Angket Penilaian Evaluasi Dari Ahli Media tentang
LKPD .............................................................................................. 106
4.12 Skor Angket Penilaian Evaluasi Dari Ahli Bahasa tentang
LKPD .............................................................................................. 107
4.13 Respon Guru dan Siswa Terhadap Media ....................................... 108
4.14 Respon Guru dan Siswa Terhadap Media ....................................... 110
4.15 Deskripsi Kemampuan Awal (Pre-Test) dan Kemampuan
Akhir (Post-Test) Hasil Belajar ...................................................... 114
4.16 Analisis Uji T .................................................................................. 115
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
I. RPP ...................................................................................................... 130
II. Observasi Kemampuan Berpikiri Kritis .............................................. 154
III. Soal Hasil Belajar ................................................................................ 166
IV. Hasil Uji T-Tes .................................................................................... 178
V. Tabel t .................................................................................................. 180
VI. Lembar Validasi LKPD ....................................................................... 181
VII. Angket LKPD Respon Guru dan Siswa .............................................. 196
VIII. Dokumentasi ........................................................................................ 210
IX. Surat Penelitian .................................................................................... 212
X. LKPD ................................................................................................... 215
1
I. PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat proses pembelajaran
dimana siswa mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Siswa bisa
belajar secara tuntas, melalui kurikulum tahun 2013 ditegaskan bahwa dalam
proses pembelajaran digunakan prinsip learning by doing dan individualized
learning. Learning by doing dapat menjadikan pembelajaran bermakna dan dapat
dikembangkan menjadi pembelajaran berbasis produksi. Individualized learning
memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan masing-masing dengan
pembelajaran sistem modular. Pembelajaran merupakan proses interaksi siswa
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada siswa. (Wena, 2011: 15)
2
Pada proses pembelajaran selalu dituntut bagaimana bahan pelajaran dari guru
bisa dikuasai oleh siswa secara tuntas. Agar materi pelajaran bisa lebih mudah
diterima oleh siswa, maka perlu digunakanannya beberapa prinsip pengelolaan
kelas, penentuan metode belajar, serta penggunaan media pembelajaran yang
efektif, dan efisien. Selama ini, model pembelajaran dengan menggunakan metode
ceramah, guru lebih banyak menyampaikan materi secara lisan yang dibantu
fasilitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh
pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKPD yang disusun
dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan
pembelajaran yang akan dihadapi. (Widjajajanti, 2008: 1).
Tabel 1.1Perbedaan antara LKPD Cetak dengan LKPD berbasis E-learning
No Perbedaan LKPD Cetak LKPD E-learning
1 Materi Disajikan dalambentuk deskriptif
Disajikan dalam bentuk hyperlink(materi, gambar, video)
2 Gambar, grafikmaupun tulisan
Disajikan dalambentuk statis
Disajikan dalam bentuk gambar,animasi dan didukung denganvideo pembelajaran
3 Komunikasi Dilakukan dengansatu arah
Dilakukan dengan interaktif dandiskusi online antara siswa ke gurudan siswa ke siswa.
4 Isi Menekankan banyakpada soal-soalkemampuan kognitif
Menekankan banyak pada soal-soalkemampuan kognitif dan analsisberpikir kritis
5 Tampilan Disajikan padalembar kertas
Disajikan dengan tampilan webpage (halaman internet) sistempembelajaran E-learning
6 Basis Berbasis media cetak Berbasis internet
3
Martin Luther King, mengatakan; intelligence plus character that is the goal of
true education (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang
sebenarnya). Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mendasar yang
harus ada dalam pendidikan berbangsa dan bernegara pastinya berdasar atas
hukum moral yang artinya sikap hormat dan bertanggung jawab. Nilai tersebut
mewakili dasar moralitas utama yang berlaku secara universal. Sebab, itu
memiliki tujuan dan merupakan nilai yang nyata bahwa terkandung nilai-nilai
baik bagi semua orang, baik secara individu maupun sebagai bagian dari
masyarakat. (Fauzan, 2011: 2)
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I
UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,
kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud
agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga
berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa
yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa
serta agama.
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal,
yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua,
kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat,
hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong
royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh,
kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan,
4
karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Jika sembilan pilar karakter ini
sukses diinternalisasikan oleh para guru di sekolah penulis yakin harapan
pemerintah sekarang untuk melakukan revolusi mental bukanlah sebuah mimpi.
(Ratna, 2004: 16).
Tabel 1.2Data MA Ma’arif NU 5 Sekampung
Guru SiswaKelas
IPA IPS IAI Jumlah
60 orang 728 6 9 4 19 kelas
Berdasarkan data MA Ma’arif NU 5 Sekampung Lampung Timur didapatkan:
jumlah guru sebanyak 60 orang dan 728 siswa dari 19 kelas baik jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) maupun jurusan Ilmu
Agama Islam (IAI). Banyaknya jumlah guru dan siswa yang ada menjadikan MA
Ma’arif NU 5 Sekampung sekolah yang memiliki daya saing untuk dapat
menghasilkan lulusan yang dapat diterima di dunia kerja yang menguasai bidang
strategis dengan mengandalkan kemampuan teknologi informasi komputer.
Berdasarkan hasil pengamatan di Madrasah Aliyah Ma’arif NU 5 Sekampung,
peneliti telah mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar siswa di kelas. Dalam
pembelajaran Sejarah hanya mendengarkan dan ada sebagian yang mencatat apa
yang disampaikan oleh guru, sekarang yang diharapkan adalah kemampuan
berpikir kritis siswa seperti halnya sikap menanya, menganalisis, mengevaluasi
hingga menjelaskan. Hasil pengamatan proses pembelajaran didapatkan data
sebagai berikut:
5
Gambar 1.1Pengamatan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPS 1
Hasil pengamatan menunjukkan kemampuan berpikir kritis anak rendah sebesar
41%, hal ini diindikatorkan pada pembelajaran terdapat 12 dari 29 anak yang
disaat pembelajaran hanya mampu memberikan penjelasan sederhana saat guru
memberikan pertanyaan, 10 orang atau 34% anak yang memiliki keterampilan
dasar dalam menerima penjelasan dan menyimpulkan. 7 dari 29 anak atau hanya
24% anak yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan memberikan
penjelasan yang terperinci dan menggunakan strategi yang baik. Kondisi ini
berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, sehingga sebagian besar siswa
belum mencapai kompetensi individu yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran
selanjutnya.
Tabel 1.3Hasil UTS Kelas XI.IPS 1
No Kriteria NilaiJenis Kelamin Total
Lk Prf %
F % F %1 > 75 5 17 6 21 11 382 < 75 8 28 10 34 18 62
Jumlah 13 45 16 55 29 100Sumber: Analisis Hasil Nilai UTS Siswa (2016)
41%
34%
24%
Kemampuan BerpikirKritis
Rendah
Sedang
Tinggi
6
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa aspek kemampuan kognitif siswa masih
sangat rendah. Terdapat 11 siwa dari 29 siswa di kelas X IPS 1 yang memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yakni 75. Sedangkan 11
siswa (38%) harus melakukan pendalaman materi melalui program pengayaan
materi pelajaran. Banyak faktor yang diduga melatarbelakangi bagaimana
kemampuan kognitif siswa kelas XI masih rendah seperti metode mengajar yang
digunakan selama ini kurang mampu memfasislitasi siswa dalam mengembangkan
pengalaman belajar di dalam kelas.
Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sangat pesat, merambah pada semua
aspek kehidupan, tak terkecuali pada bidang pendidikan dan pelatihan. Meskipun
awalnya dari ilmu dan teknologi komunikasi, namun dengan berkembangnya
teknologi komputer baik software maupun kemampuan hardware-nya, terjadilah
pergeseran paradigma yang berkembang pada tatanan masyarakat dimana
terbentuk suatu tatanan masyarakat informasi, yang mana menjadikan informasi
sebagai salah satu aspek dan pilar terpenting dalam kehidupan. Pada bidang
pendidikan khususnya pendidikan teknologi dan kejuruan (PTK). (Kuswadi, 2006:
25)
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, kebutuhan
akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI menjadi tak
terelakan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan E-learning ini
membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke
dalam bentuk digital, baik secara isi (content) dan sistemnya. E-learning
7
memberikan harapan baru sebagai alternatif solusi atas sebagian besar
permasalahan pendidikan di Indonesia, dengan fungsi yang dapat disesuikan
dengan kebutuhan, baik sebagai suplemen (tambahan), komplemen (pelengkap),
ataupun substitusi (pengganti) atas kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang
selama ini digunakan. (Ni Wyn, 2014: 2)
E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah
satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya
jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan proses belajar mengajar
berbasis web, sehingga dapat dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas
yaitu internet, Sistem elearning dengan menggunakan internet disebut juga
internet enabled learning. Penyajian E-learning berbasis web ini bisa menjadi
lebih interaktif. (Hidayati, 2010: 153-154)
E-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan
rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi
pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Pada pembelajaran dikelas dapat
digunakan E-learning berbasis Schoology yang juga merupakan bukti pesatnya
perkembangan tekonologi internet yang ada. Schoology adalah platform media
sosial bagi guru dan siswa atau dosen dan mahasiswa yang berfungsi untuk
berbagi ide, file, agenda kegiatan dan penugasan yang dapat menciptakan
interaksi guru dan siswa. Sehingga Schoology memungkinkan bisa diterapkan
sebagai media pembelajaran. (Yazdi, 2012: 146)
8
Peran Schoology dalam dunia pendidikan adalah sebagai media pendukung yang
dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas. Media pendukung ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Learning Management System
(LMS) adalah suatu perangkat lunak atau software untuk keperluan administrasi,
dokumentasi, laporan sebuah kegiatan, kegiatan belajar mengajar dan kegiatan
secara online (terhubung ke internet). E-learning dan materi-materi pelatihan,
yang semuanya dilakukan dengan online. Salah satu LMS yang dirasa cocok
digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran adalah Schoology (Pratiwi
2012: 3).
Berdasarkan hasil prasurvei di Madrasah Aliyah Ma’arif NU 5 Sekampung telah
melaksanakan program pembelajaran berbasis komputerisasi dan internet, hal ini
didukung dengan adanya laboratorium komputer yang ada di Madrasah Aliyah
Ma’arif NU 5 Sekampung. Selain itu juga latar belakang siswa-siswi yang
mayoritas berasal dari ekonomi menengah sehingga beberapa siswa memiliki
laptop ataupun telepon pintar (smartphone).
Selain itu juga di Madrasah Aliyah Ma’arif NU 5 Sekampung belum banyak guru-
guru yang mempuni di bidang komputerisasi, sehingga pelaksanaan pembelajaran
dengan memanfaatkan komputer hanya terbatas pada pelajaran TIK dan guru-guru
yang mampu IT. Berdasarkan visi dan misi MA Ma’arif bahwa: “Sebagai Pusat
Ilmu Pengetahuan dan Tekonologi (IPTEK) dan Seni yang Islami, Populis,
Berkualitas, bermanfaat bagi masyarakat dan Kemaslahatan Umat”, maka
diperlukan penerapan pembelajaran yang inovatif salah satunya adalah
9
pemanfaatan teknologi komputerisasi dalam setiap pembelajaran untuk
menunjang antusias dan kreatifitas setiap siswa.”
Latar belakang ini yang mendorong peneliti untuk memaksimalkan pemanfaatan
pembelajaran dengan komputer (E-learning) dengan melakukan pengembangan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pembelajaran E-learning berbasis Schoology
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sejarah kelas XI IPS di MA Ma’arif NU 5 Sekampung Lampung Timur.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Penentuan metode belajar, serta penggunaan media pembelajaran yang kurang
efektif, dan efisien. Selama ini, model pembelajaran dengan menggunakan
metode ceramah, dimana guru lebih banyak menyampaikan materi secara lisan
yang dibantu fasilitas LKPD cetak dan papan tulis, masih banyak diterapkan
di sekolah-sekolah.
2. Kurangnya daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan, proses
pembelajaran yang kurang efektif, serta menarik perhatian siswa, maka
diperlukan suatu metode pembelajaran yang inovatif, serta mudah difahami
oleh siswa.
3. Rendahnya minat belajar belum terlihat pada aktivitas seperti menanya,
menganalisis, mengevaluasi dan menjelaskan setiap pokok permasalahan yang
diberikan pada proses pembelajaran.
10
4. Siswa kurang tidak termotivasi untuk mencari penyelesaian soal-soal yang
sifatnya analisis sehingga kemampuan berpikir kritis anak kurang terbentuk
dalam setiap pembelajaran.
5. Kurang opimalnya pemanfaatan media pembelajaran berbasis komputer dan
internet bagi siswa sehingga metode-metode pembelajaran yang diterapkan
oleh guru kurang bervariasi.
6. Inteligensi kehadiran media E-learning sangat penting penggunaannya bagi
siswa. Namun, masih banyak guru yang belum memanfaatkan dalam
pembelajaran sejarah.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka fokus penelitian ini adalah
efektifitas pembelajaran Sejarah dengan E-learning berbasis Schoology terhadap
hasil belajar pembelajaran Sejarah dan kemampuan berpikir kritis siswa MA
Ma’arif NU 5 Sekampung Lampung Timur sebagai berikut:
1. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar
pada pembelajaran E-learning berbasis Schoology.
2. Fokus penelitian yang dilaksanakan pada pengembangan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) yang dirancang melalui media Schoology.
3. Dalam pembelajaran yang diterapkan, aspek yang diamati adalah kemampuan
berpikir kritis siswa dan hasil belajar pada mata pelajaran Sejarah materi
pokok Peristiwa Sekitar Proklamasi Sampai Terbentuknya NKRI.
4. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS di MA Ma’arif NU 5
Sekampung Lampung Timur.
11
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengembangan LKPD berbasis Schoology dalam pembelajaran
Sejarah siswa kelas XI MA Ma’arif NU 5 Sekampung?
2. Apakah LKPD E-learning berbasis Schoology dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar dalam pembelajaran Sejarah siswa
kelas XI MA Ma’arif NU 5 Sekampung?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan akan tercapai, setelah membaca dan memahami
penelitian ini, yakni sebagai berikut:
1. Menghasilkan LKPD berbasis Schoology dalam pembelajaran Sejarah
siswa kelas XI MA Ma’arif NU 5 Sekampung.
2. Mengetahui E-learning melalui media Schoology dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar dalam pembelajaran Sejarah
siswa kelas XI MA Ma’arif NU 5 Sekampung.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat:
1. Bagi Siswa
a. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda, mudah dan menyenangkan
(fun learning)
b. Menjadi sebuah literasi, sehingga pembelajaran terasa menjadi nyata.
12
c. Meningkatkan kemampuan IT siswa yang sangat berguna pada zaman
modernisasi saat ini.
d. Siswa dengan menggunakan Schoology dapan belajar secara berkelanjutan
baik di sekolah maupun di rumah.
e. Memupuk sifat bertanggung jawab siswa atas semua kegiatan belajar yang
dilakukan di dalam kelas.
2. Bagi Guru
Memberikan kemudahanan (efisiensi) kegiatan belajar dalam mentransfer
pengetahuan karena guru tidak harus melakukan kegiatan tatap muka secara
langsung dengan siswa. Guru cukup sebagai fasilitator yang baik di dalam
aktivitas belajar
3. Bagi Sekolah
Mencetak siswa dan guru yang berkualitas dan berkompetan dengan penerapan E-
learning melalui media Schoology.
4. Bagi Peneliti
Memberikan value added (nilai tambah) pembelajaran E-learning melalui media
Schoology terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu
juga memotivasi diri untuk menghasilkan inovasi yang lebih baik lagi untuk
pendidikan.
13
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar pembelajaran
E-learning berbasis Schoology untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah dengan mengambil tradisi
pewaris nilai kewarganegaraan (Citizenship Transmission) dan pembelajaran yang
mengidentifikasi masalah sosial melalui berpikir kritis (Reflective Inquiry).
1.7.1 Sifat dan Jenis Penelitian
Sifat penelitian adalah kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan sumber
informasi dari pengumpulan data-data di lapangan dan jenis penelitian ini
termasuk penelitian pengembangan (research and development / R&D) karena
peneliti ingin mengembangkan pembelajaran sejarah menggunakan E-learning
berbasis Schoology.
1.7.2 Model Pengembangan
Model pengembangan perangkat pembelajaran yang disusun dalam penelitian ini
mengacu pada jenis pengembangan model Borg & Gall. Model Borg & Gall
merupakan model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-
tahapan dasar desain sistem pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari.
1.7.3 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yang peneliti lakukan adalah pada tahun pelajaran
2016/2017.
14
1.7.4 Lokasi Penelitian
MA Ma’arif NU 5 Sekampung Lampung Timur
1.7.5 Hasil Belajar
Hasil belajar yang menjadi fokus penelitian adalah mata pelajaran sejarah pada
materi pokok Peristiwa Sekitar Proklamasi Sampai Terbentuknya NKRI.
1.7.6 Kajian Keilmuan
Kajian keilmuan meliputi kajian studi pustaka buku, literatur dan jurnal penelitian
tentang pembelajaran berbasis internet (E-learning) Schoology, kemampuan
berpikir kritis, belajar dan hasil belajar serta pembelajaran Sejarah.
1.7.7 Spesisfikasi Produk
E-learning adalah proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) secara sistematis dengan mengintegrasikan semua
komponen pembelajaran dapat berisikan berupa materi-materi tentang pelajaran
Sejarah yakni pada indikator 1) Jepang Kalah Perang dengan Sekutu; 2)
Perbedaan Pendapat dan Penculikan; 3) Perumusan Teks Proklamasi Hingga Pagi;
4) Pembacaan Proklamasi Pukul 10.00 Pagi dan 5) Kebahagiaan Rakyat atas
Kemerdekaan Indonesia, serta tempat mengerjakan atau mengapload tugas.
Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebuah perangkat LKPD
pembelajaran E-learning berbasis Schoology pada pembelajaran sejarah.
Perangkat yang dikembangkan dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran
mandiri.
15
Rismayanti (2012: 2) Schoology merupakan aplikasi yang menarik bagi guru dan
siswa dengan elemen sosial yang menyerupai Facebook, tapi sesungguhnya ada
nilai lebih besar dalam aplikasi edukasi berbasis jejaring sosial ini yang memiliki
konsep yang sama dengan LMS + Social Networking.
Schoology menawarkan lebih dari sekedar faktor Facebook. Ini adalah sistem
manajemen pembelajaran yang kuat dengan aplikasi yang tersedia untuk
perangkat Mobile iPad, iPhone, Android, dan Kindle. Siswa dapat mengirimkan
tugas, mengerjakan tes, membuat komentar, dan mengajukan pertanyaan terhadap
materi yang belum dipahami dalam proses pembelajaran.
LKPD pembelajaran E-learning berbasis Schoology memberikan fasilitas untuk
komunikasi interaktif memungkinkan guru dalam menyampaikan pembelajaran
Sejarah dalam membuat pertanyaan diskusi, kelompok kolaboratif untuk tugas
yang memungkinkan beberapa jenis interaksi yang dinamis antara penyampaian
materi oleh guru dan siswa. Aspek kedua meliputi pertukaran informasi akademik,
Schoology menyediakan in-service (pelayanan) bagi guru untuk mengakses nilai-
nilai siswa, catatan kehadiran, dan umpan balik guru pada tugas elektronik yang
dikirimkan. Singkatnya, melalui Schoology, berbagai E-learning tugas dan
penilaian yang berbeda dimasukkan untuk melengkapi intensif pertemuan tatap
muka tradisional.
Biswas (2013: 95) LKPD pembelajaran E-learning berbasis Schoology juga
menyediakan fasilitas untuk mengelola nilai (grade) hasil quis atau aktivitas lain,
via Gradebook dan juga bisa diakses melalui mobile device, dengan menginstal
16
Schoology Apps, yang bisa didownload dan gunakan secara gratis. Kita bisa
melakukan pengaturan/moderasi terhadap user yang ingin gabung pada
group/kelas, pada status Access Group sebagai Invite Only, Allow Requests
ataupun Open. Kita juga bisa memfilter posting-posting siswa pada sebuah course
sebelum postingan dipublish. Jadi siswa tidak bisa seenaknya update status pada
course-nya.
LKPD pembelajaran E-learning berbasis Schoology ini sangatlah lengkap dengan
berbagai alat pembelajaran, sama seperti di kelas dalam dunia nyata, mulai dari
absensi, tes dan kuis hingga kotak untuk mengumpulkan pekerjaan rumah.
Schoology menawarkan jejaring lintas sekolah, yang memungkin sekolah
berkolaborasi dengan berbagi data, kelompok dan juga diskusi kelas. Schoology
sangat cocok sebagai media pembelajaran dalam E-learning.
Mengembangkan pembelajaran media E-learning yang berbasis Schoology
pembelajaran Sejarah digunakan model Borg dan Gall. Pemilihan model ini
didasari atas pertimbangan bahwa model ini mudah untuk dipahami, selain itu
juga model ini dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan
teoretis desain pembelajaran yang dikembangkan. Model ini disusun secara
terprogram dengan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah
belajar yang berkaitan dengan media belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik siswa.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diutarakan secara berturut-turut adalah tentang E-learning
Schoology, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, penelitan yang relevan,
kerangka pikir dan hipotesis.
2.1 E-learning
2.1.1 Pengertian E-learning
E-learning sebagai pembelajaran jarak jauh, mungkin sudah mulai dilirik oleh
para pelaku pendidikan untuk dijadikan salah satu solusi dari masalah pendidikan
di atas. Lebih tepatnya lagi mulai menjadi “trend-center” dalam dunia pendidikan
kita. Sebenarnya istilah tersebut sudah lama digaungkan bahkan diterapkan oleh
para pendidik maupun siswa dalam suatu proses pembelajaran yang dalam hal ini
lebih banyak dilakukan secara terpisah di luar kelas. Secara terpisah disini berarti
antara pendidik dan siswa tidak berada dalam satu ruangan yang sama bahkan
waktunyanya pun berbeda.
E-learning atau pembelajaran elektronik, merupakan salah satu bentuk dari
aplikasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam kegiatan pembelajaran.
Ada beberapa definisi E-learning yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi-
definisi tersebut memiliki cakupan yang berbeda, tergantung dari perspektif yang
18
digunakan oleh ahli yang bersangkutan. Berikut adalah beberapa definisi
E-learning yang penulis dapatkan dari berbagai sumber:
a. Aldrich, Clark, (2010: 64) “A broad combination of processes, content, and
infrastructure to use computers and networks to scale and/or improve one or
more significant parts of a learning value chain, including management and
delivery.”
Definisi tersebut menyatakan bahwa E-learning berisi tentang kombinasi
antara proses, materi dan infrastruktur dalam penggunaan dan jaringannya
dalam rangka meningkatkan kualitas pada satu atau lebih bagian signifikan
dari aspek-aspek rangkaian kegiatan pembelajaran.
b. Jeurissen dalam Moeng, (2004: 75) “The use of innovative technologies and
learning models to transform the way individuals and organisations acquire
new skills and access knowledge”.
Definisi tersebut menyatakan bahwa E-learning sebagai pengaplikasian
teknologi dan model pembelajaran inovatif untuk mengubah cara individu atau
organisasi dalam mengakses ilmu pengetahuan dan keterampilan baru.
c. (Stockley, 2003: 153) “The delivery of a learning, training or education
program by electronic means. E-learning involves the use of a computer or
electronic device (e.g. a mobile phone) in some way to provide training,
educational or learning material.”
Definisi tersebut menyatakan bahwa E-learning adalah proses penyampaian
program pembelajaran, pelatihan atau pendidikan secara elektronik.
E-learning melibatkan penggunaan alat elektronik (misalnya telepon seluler)
19
dalam berbagai cara untuk memberikan pelatihan pendidikan atau materi
pembelajaran.
d. The American Society for Training and Development/ASTD (2012: 79) “E-
learning is a broad set of applications and processes which include web-based
learning, computer-based learning, virtual and digital classrooms. Much of
this is delivered via the Internet, intranets, audio and videotape, satellite
broadcast, interactive TV, and CD-ROM. The definition of E-learning varies
depending on the organization and how it is used but basically it is involves
electronic means of communication, education, and training.” metode
maupun media yang digunakan dalam proses E-learning dimuat dalam situs
web about-elearning.com.
Definisi tersebut menyatakan bahwa E-learning merupakan proses dan
kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web (web-based learning),
pembelajaran berbasis komputer (computer based learning), pendidikan
virtual (virtual education) dan/atau kolaborasi digital (digital collaboration).
Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut kebanyakan
dihantarkan melalui media internet, intranet, tape, video atau audio, penyiaran
melalui satelit, interaktif dan CD-ROM. Definisi ini juga menyatakan bahwa
definisi dari E-learning bervariasi tergantung dari penyelenggara kegiatan E-
learning tersebut dan bagaimana cara penggunaannya, termasuk juga apa
tujuan penggunaannya.
Definisi ini juga menyiratkan simpulan yang menyatakan bahwa E-learning pada
dasarnya adalah pengaplikasian kegiatan komunikasi, pendidikan dan pelatihan
20
secara elektronik. Definisi dari ASTD inilah yang banyak digunakan/dijadikan
pedoman oleh institusi-institusi pendidikan/penyedia layanan/software E-learning.
Contohnya: learnframe.com yang menyediakan manajemen E-learning atau
aplikasi CMS E-learning moodle yang banyak digunakan oleh institusi
pendidikan konvensional dalam kegiatan blended learningnya.
Proses pembelajaran elektronik ini dilaksanakan guna meningkatkan kualitas
rangkaian kegiatan pembelajaran. Selain sebagai sumber utama pengetahuan,
kegiatan pembelajaran ini juga memungkinkan penggunaan perangkat elektronik
lain seperti telepon seluler atau perangkat elektronik bergerak lainnya sebagai
media penyampaian materi pelajaran.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Web
(Web-Based Learning), Pembelajaran Berbasis Komputer (Computer Based
Learning), Pendidikan Virtual (Virtual Education) dan/atau Kolaborasi Digital
(Digital Collaboration). Sedangkan materi pelajarannya sendiri dihantarkan
melalui media internet, intranet, tape, video atau audio, penyiaran melalui satelit,
interaktif dan CD-ROM.
Berdasarkan 4 definisi E-learning yang telah dikemukakan oleh Clark Adrich,
Victor Jeurissen, Derek Stockley dan ASTD di atas, penulis membuat suatu
simpulan bahwa, E-learning adalah penggunaan teknologi dan jaringan yang
disertai oleh penerapan model pembelajaran inovatif dalam rangka pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang akan memberikan akses luas kepada siswa terhadap
ilmu pengetahuan agar mereka memperoleh keterampilan baru.
21
2.1.2 Konsep E-learning
Metode pengajaran tradisional masih kurang efektif jika dibandingkan dengan
metode pengajaran modern. Sistem E-learning diharapkan bukan sekedar
menggantikan tetapi diharapkan pula untuk dapat menambahkan metode dan
materi pengajaran tradisional seperti diskusi dalam kelas, buku, CD-ROM dan
pelatihan sistem non internet.
Elemen yang terdapat dalam sistem E-learning (Prasojo, 2010: 43) sebagai
berikut.
1) Soal-soal: materi dapat disediakan dalam bentuk LKPD, adanya soal-soal
yang disediakan dan hasil pengerjaannya dapat ditampilkan. Hasil tersebut
dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan pelajar mendapatkan apa yang
dibutuhkan.
2) Komunitas: para pelajar dapat mengembangkan komunitas online untuk
memperoleh dukungan dan berbagi informasi yang saling menguntungkan.
3) Pengajar online: para pengajar selalu online untuk memberikan arahan
kepada para pelajar, menjawab pertanyaan dan membantu dalam diskusi.
4) Kesempatan bekerja sama: Adanya perangkat lunak yang dapat mengatur
pertemuan online sehingga belajar dapat dilakukan secara bersamaan atau
real time tanpa kendala jarak.
5) Multimedia: penggunaan teknologi audio dan video dalam penyampaian
materi sehingga menarik minat dalam belajar.
22
2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan E-learning
2.1.3.1 Kelebihan E-learning
Beberapa kelebihan yang dimiliki dalam pemanfaatan E-learning untuk proses
pembelajaran sebagai berikut ini. (Prasojo, 2010: 46)
1) Pengalaman pribadi dalam belajar: pilihan untuk mandiri dalam belajar
menjadikan mahasiswa untuk berusaha melangkah maju, memilih sendiri
peralatan yang digunakan untuk penyampaian belajar mengajar,
mengumpulkan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.
2) Mengurangi biaya: lembaga penyelenggara E-learning dapat mengurangi
bahkan menghilangkan biaya perjalanan untuk pelatihan, menghilangkan
biaya pembangunan sebuah kelas dan mengurangi waktu yang dihabiskan
oleh pelajar untuk pergi ke sekolah.
3) Mudah dicapai: pemakai dapat dengan mudah menggunakan aplikasi
E-learning di manapun juga selama mereka terhubung ke internet.
E-learning dapat dicapai oleh para pemakai dan para pelajar tanpa dibatasi
oleh jarak, tempat dan waktu.
4) Kemampuan bertanggung jawab: kenaikan tingkat, pengujian, penilaian,
dan pengesahan dapat diikuti secara otomatis sehingga semua peserta
(pelajar, pengembang dan pemilik) dapat bertanggung jawab terhadap
kewajiban mereka masing-masing di dalam proses belajar mengajar.
2.1.3.2 Kekurangan E-learning
Prasojo (2010: 50) Beberapa kekurangan yang dimiliki dalam pemanfaatan
E-learning untuk proses pembelajaran sebagai berikut:
23
1) kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar
itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya
values dalam proses belajar mengajar;
2) kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial;
3) proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;
4) berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik
pembelajaran yang menggunakan ICT;
5) tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer);
6) kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan tentang
internet; dan
7) kurangnya penguasaan bahasa komputer.
2.1.4 Karakteristik dan Keunggulan E-learning
Pemanfaatan E-learning yang baik akan mendorong terciptanya lingkungan
belajar yang berpusat pada siswa (student-centered learning), karena E-learning
menuntut siswa untuk belajar secara mandiri dan mengkonstruk ilmu
pengetahuannya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik E-learning yang
dikemukakan Riyana (2007: 20) sebagai berikut:
a) Daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran tidak tergantung kepada
instruktur/guru, karena siswa mengkonstruk sendiri ilmu pengetahuannya
melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui interface situs web;
24
b) Sumber ilmu pengetahuan tersebar di mana-mana serta dapat diakses dengan
mudah oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan sifat media Internet yang
mengglobal dan bisa diakses oleh siapapun yang terkoneksi ke dalamnya;
c) Pengajar/lembaga pendidikan berfungsi sebagai mediator/pembimbing;
d) Diperlukan sebuah restrukturisasi terhadap kebijakan sistem pendidikan,
kurikulum dan manajemen yang dapat mendukung pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk pendidikan secara optimal.
Empat karakteristik di atas merupakan hal yang membedakan E-learning dari
kegiatan pembelajaran secara konvensional. Dalam E-learning, daya tangkap
siswa terhadap materi pembelajaran tidak lagi tergantung kepada
instruktur/pengajar, karena siswa mengkonstruk sendiri ilmu pengetahuannya
melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui interface aplikasi E-learning.
Dalam E-learning pula, sumber ilmu pengetahuan tersebar di mana-mana serta
dapat diakses dengan mudah oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan sifat media
internet yang mengglobal dan bisa diakses oleh siapapun yang terkoneksi ke
dalamnya. Terakhir, dalam E-learning pengajar/lembaga pendidikan berfungsi
sebagai mediator/pembimbing. Hal ini berkebalikan dengan kegiatan
pembelajaran konvensional di mana pengajar/lembaga pendidikan berfungsi
sebagai sumber utama ilmu pengetahuan.
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka E-learning memiliki kelebihan tersendiri
bila dipandang sebagai sebuah alternatif untuk model pembelajaran konvensional.
25
Lebih lanjut, Riyana (2007: 22) menyebutkan kelebihan-kelebihan tersebut
sebagai berikut:
1. Interactivity (Interaktifitas); tersedianya jalur komunikasi yang lebih
banyak, baik secara langsung (synchronous), seperti chatting atau
messenger atau tidak langsung (asynchronous), seperti forum, mailing list
atau buku tamu.
2. Independency (Kemandirian); fleksibilitas dalam aspek penyediaan waktu,
tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran
menjadi lebih terpusat kepada siswa (student-centered learning).
3. Accessibility (Aksesibilitas); sumber-sumber belajar menjadi lebih mudah
diakses melalui pendistribusian di jaringan Internet dengan akses yang
lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran
konvensional.
4. Enrichment (Pengayaan); kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah
dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan
perangkat teknologi informasi seperti video streaming, simulasi dan
animasi.
2.1.5 Fungsi E-learning
E-learning sebagai suatu model pembelajaran yang baru memiliki beberapa fungsi
terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction). Siahaan
dalam Kamil (2010: 16), memaparkan fungsi E-learning tersebut sebagai berikut:
1. Suplemen; Dikatakan berfungsi sebagai suplemen atau tambahan apabila
siswa mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi
26
pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada
kewajiban/keharusan bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran.
2. Komplemen; Dikatakan berfungsi sebagai komplemen atau pelengkap
apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi
materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas. Sebagai
komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk
menjadi materi reinforcement atau remedial bagi siswa di dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran secara konvensional.
3. Substitusi; Beberapa perguruan tinggi maju memberikan beberapa aternatif
model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya.
Tujuannya agar para mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan
perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari.
2.2 Schoology
2.2.1 Pengertian Schoology
Schoology merupakan salah satu Learning Management System (LMS) berbentuk
web sosial yang menawarkan pembelajaran sama seperti di dalam kelas secara
percuma (gratis) dan mudah digunakan seperti Facebook. (Ni Wyn, 2014: 2)
Sekian banyak fasilitas yang tersedia pada LMS untuk mendukung proses
pembelajaran, anehnya sedikit guru-guru di Indonesia terutama yang sekolahnya
mempunyai fasilitas hotspot untuk memanfaatkan pembelajaran berbasis LMS.
Penggunaan LMS dapat mendukung program MA Ma’arif NU 5 Sekampung dalam
melaksanakan program pembelajaran berbasis komputerisasi dan internet, dengan
27
memanfaatkan laptop ataupun telepon pintar (smartphone) yang dimiliki oleh para siswa.
Hal inilah yang mengatasi adanya masalah persepsi bahwa guru sebagai salah satu
fasilitator dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah sering kali belum dapat
bekerja secara optimal. (Basori, 2013: 2).
Perkembangan teknologi internet memberikan nuansa sistem pendidikan jarak
jauh yang lebih terbuka lagi. Sistem pembelajaran yang berbasis web yang
popular dengan sebutan electronic learning (E-learning), Web-Based Training
(WBT) atau kadang disebut Web-Based Education (WBE), kampus maya (Virtual
camous), m-learning (mobile learning) dan lain-lain sudah mulai dikembangkan
secara luas. Dengan keadaan yang demikianlah, belajar jarak jauh dan pendidikan
terbuka/jarak jauh akan menjadi pelopor memasuki dekade baru.
Sebagaimana dikemukakan oleh Pratiwi (2012: 5) bahwa “internet terbukti
berpengaruh dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.” Schoology
merupakan social network berbasis lingkungan sekolah (school based
environment). Tampilan Schoology hampir sama dengan jejaring sosial Facebook.
Situs jejaring sosial Facebook sudah lumrah di kalangan remaja bahkan anak usia
SD pun sudah mengenal apa yang namanya Facebook. Menurut Rismayanti
(2012: 2) Schoology adalah platform media sosial yang sering digambarkan
sebagai Facebook untuk sekolah dan dapat berfungsi lebih banyak lagi sesuai
dengan kebutuhan. Schoology merupakan aplikasi yang menarik bagi guru dan
siswa dengan elemen sosial yang menyerupai Facebook, tapi sesungguhnya ada
nilai lebih besar dalam aplikasi edukasi berbasis jejaring sosial ini.
28
Di Indonesia belum banyak yang mengenal Platform (program) ini. Schoology
adalah jaringan sosial untuk sekolah (sekolah menengah) dan lembaga pendidikan
tinggi difokuskan pada kerja sama, yang memungkinkan pengguna untuk
membuat, mengelola, dan berbagi konten akademis. Juga dikenal sebagai sistem
manajemen pembelajaran (LMS) atau sistem manajemen kursus (CMS), platform
berbasis cloud menyediakan peralatan untuk mengelola sebuah kelas online.
Schoology was released commercially in August 2009 and it is similar toFacebook. It is an online platform that marries social media and the principles ofan electronic classroom management system and looks just like Facebook. Theinterface isn't unfamiliar to most students and its basic features are free. Thus,Schoology enables to create assignments, events, tests and quizzes. It is easy viathis tool to manage the grade book and the attendance and to track students'usage and courses analytics. The social features are very familiar and close toFacebook like blogs and profile pages. Mchichi, (2012: 109).
Mchichi menyatakan bahwa Schoology dirancang mirip dengan Facebook, sebuah
platform online yang menggabungkan media sosial dan prinsip-prinsip sistem
manajemen kelas elektronik. Antarmuka tidak asing bagi sebagian besar siswa dan
fitur dasar bebas. Schoology memungkinkan untuk membuat tugas, diskusi, tes
dan kuis. Sangat buku kelas dan kehadiran dan untuk melacak penggunaan dan
program analisis siswa. Fitur sosial yang sangat akrab dan dekat dengan Facebook
seperti blog dengan halaman profil.
2.2.2 Komponen Schoology
Schoology memiliki konsep yang sama dengan LMS + Social Networking.
Schoology memiliki fitur yang nyaris sama dengan Facebook seperti gambar 2.1
di bawah ini.
29
Gambar 2.1. Fitur Schoology
Bagi para pengguna Facebook, tidak akan mengalami kesulitan ketika menjelajahi
fitur Schoology (lihat gambar 2.1 di atas). Meski tidak memiliki warna yang sama
dengan Facebook, namun fiturnya sangat mirip dengan fitur Facebook. Schoology
juga menggunakan istilah-istilah yang biasa kita gunakan pada Facebook seperti
Recent Activity, Messeges, Course, Resource, Groups, Assignment, Attendance
dan seterusnya.
Schoology menawarkan lebih dari sekedar faktor Facebook. Ini adalah sistem
manajemen pembelajaran yang kuat dengan aplikasi yang tersedia untuk
perangkat Mobile iPad, iPhone, Android, dan Kindle. Siswa menemukan bahwa
mengirimkan tugas, mengambil tes, membuat komentar, dan mengajukan
pertanyaan yang halus dan intuitif bagi mereka, dan mereka mempertahankan
akses ke sumber daya dalam kursus mereka setelah berakhir semester. (Alvin,
2015: 179). Pada Schoology, Library serupa dengan My Resources. Berikut
tampilannya:
30
Gambar 2.2. Resources Schoology
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Schoology
Kelebihan lain Schoology adalah tersedianya fasilitas Attandance/absensi, yang
digunakan untuk mengecek kehadiran siswa, dan juga fasilitas Analityc untuk
melihat semua aktivitas siswa pada setiap course, assignment, discussion dan
aktivitas lain yang kita siapkan untuk siswa. Melalui fitur analytic ini, kita juga
bisa melihat di mana saja atau pada aktivitas apa saja seorang siswa biasa
menghabiskan waktu mereka ketika log in.
Schoology kita bisa melakukan pengaturan/moderasi terhadap user yang ingin
gabung pada group/kelas, pada status Access Group sebagai Invite Only, Allow
Requests ataupun Open. Kita juga bisa memfilter posting-posting siswa pada
sebuah course sebelum postingan dipublish. Jadi siswa tidak bisa seenaknya
update status pada course-nya. (Biswas, 2013: 95)
31
Gambar 2.3. Course Schoology
Selain posting (update status), Schoology juga menyediakan fasilitas Blog untuk
memfasilitasi user yang ingin melakukan posting blog pada account Schoology-
nya. Secara khusus Schoology juga memiliki fasilitas untuk berkirim
surat/message dan hanya melalui direct post, maka pada Schoology, anda bisa
berkirim surat kemanapun melalui fasilitas Messages yang tersedia.
Schoology juga tidak hanya bisa mengupdate status Schoology untuk course atau
group anda saja, melainkan anda juga bisa mengintegrasikan (sharing) postingan
ke account Facebook atau Twitter. Choirudin (2017: 111)
Gambar 2.4. Group Schoology
Sejarah XI IPS 1
MA Ma’arif NU 5
Social
XI
32
The facility for interactive communication permits teachers to create discussionquestions, collaborative groups for assignments that allow some kind of dynamicinteraction among the in-service teachers and their teachers. As for the secondaspect of academic information exchange, Schoology provides the in-serviceteachers the opportunity to access their grades, attendance records, and teacherfeedback on electronically-submitted assignments. In short, via Schoology, arange of different E-learning tasks and assessments were included to complementthe traditional intensive face-to-face meetings. Kean Wah (2013: 58)
Fasilitas dalam Schoology untuk komunikasi interaktif antara guru dalam
membuat pertanyaan dan diskusi, kelompok kolaboratif untuk tugas yang
memungkinkan beberapa jenis interaksi yang dinamis antara dan guru dan siswa.
Adapun aspek kedua pertukaran informasi akademik, Schoology menyediakan
kesempatan untuk guru mengakses nilai-nilai, catatan kehadiran, dan umpan balik
guru pada tugas yang dikirimkan.
Schoology juga menyediakan fasilitas untuk mengelola nilai (grade) hasil quis
atau aktivitas lain, via Gradebook. Schoology juga bisa diakses melalui mobile
device, dengan menginstal Schoology Apps, yang bisa didownload dan gunakan
secara gratis.
Gambar 2.5. Grade Schoology
33
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam Schoology ini
sangatlah lengkap dengan berbagai alat pembelajaran, sama seperti di kelas dalam
dunia nyata, mulai dari absensi, tes dan kuis hingga kotak untuk mengumpulkan
pekerjaan rumah. Yang lebih hebat, Schoology menawarkan jejaring lintas
sekolah, yang memungkin sekolah berkolaborasi dengan berbagi data, kelompok
dan juga diskusi kelas. Schoology sangat cocok sebagai media pembelajaran
dalam E-learning.
Kelemahan penggunaan Schoology adalah 1) keterbatasan sekolah dalam
memenuhi kebutuhan fasilitas pendukung dalam pembelajaran seperti jaringan
internet yang kuat, fasilitas laboratorium yang memadai; 2) sulit diterapkan pada
guru-yang kurang memiliki kemampuan IT yang baik; 3) adanya masalah
eksternal seperti gangguan sinyal jaringan internet, serta listrik yang terkadang
tidak menentu; 4) File media yang akan digunakan sering kali terkena virus
sehingga file tersebut tidak bisa dibuka dan bahkan hilang. Hal tersebut tentunya
menghambat proses belajar siswa.
2.2.4 Langkah-langkah Schoology
Dalam mengembangkan pembelajaran media E-learning yang berbasis Schoology,
digunakan pembelajaran model Borg dan Gall. Pemilihan model ini didasari atas
pertimbangan bahwa model ini mudah untuk dipahami, selain itu juga model ini
dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoretis desain
pembelajaran yang dikembangkan. Model ini disusun secara terprogram dengan
kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan
34
dengan media belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. (Ni
Wyn, 2014: 3)
Schoology merupakan media pembelajaran yang menggabungkan fitur jejaring
sosial dimana kita bisa berinteraksi sosial sekaligus belajar, berikut adalah
langkah-langkah menggunakan schoology: (schooloy.com)
1) Buka site http://schoology.com
2) Klik Sign Up sehingga muncul pilihan Instructor dan Student
3) Masukan kode akses yang telah diberikan guru untuk akses pembelajaran, klik
Continue.
4) Jika kode akses yang dimasukan benar, maka akan muncul form Register, isi
dengan nama pengguna (username), email, dan password.
5) Setelah selesai mengisi form Register sukses, maka akan dilanjutkan untuk
mengikuti klik Next dan jika tidak Close.
6) Klik Course untuk masuk di kelas pembelajaran.
2.3 Kemampuan Berpikir Kritis
2.3.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
Sekolah artinya belajar menggunakan pikiran dengan baik, berpikir kritis
mengahdapi persoalan-persoalan penting, serta menanamkan kebiasaan untuk
berpikir. (Johnson, 2002: 181). Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kegiatan
atau proses kognitif dan tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan
melakukan keputusan secara deduktif dan induktif sesuai dengan tahapannya yang
35
dilakukan dengan berpikir secara mendalam tentang hal-hal yang dapat dijangkau
oleh pengalaman seseorang, pemeriksaan dan melakukan penalaran yang logis
yang diukur melalui kecakapan interpretasi, analisis, pengenalan asumsi-asumsi,
deduksi, evaluasi inference, eksplanasi/penjelasan, dan regulasi diri. Kowiyah
(2012: 121)
Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai
kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama. (Nurhadi
(2004: 56). Johnson (2002: 187) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas
mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat
keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah
pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis
adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir
kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot
pendapat pribadi dan orang lain. (Johnson, 2002: 183)
Berpikir kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif dan melibatkan evaluasi
bukti. Beberapa cara yang dapat digunakan guru untuk memasukkan pemikiran
kritis dalam proses pembelajaran, antara lain: (Santrock, 2008: 359)
1) Jangan hanya bertanya tentang “apa” yang terjadi, tetapi tanyakan juga
“bagaimana” dan “mengapa”.
36
2) Kaji dugaan “fakta” untuk mengetahui apakah ada bukti yang mendukung.
3) Berdebatlah secara rasional bukan emosional.
4) Akui terkadang ada lebih dari satu jawaban atau penjelasan yang baik.
5) Bandingkan berbagai jawaban untuk suatu pertanyaan dan nilailah mana
yang benar-benar jawaban yang terbaik.
2.3.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis dalam Hasaobah (2015: 87) memberikan lima kriteria berpikir
kritis, yaitu:
Tabel 2.1Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir Kritis Sub Berpikir Kritis
1. Memberikan penjelasansederhana
1. Memfokuskan pertanyaan2. Menganalisis pertanyaan dan bertanya3. Menjawab pertanyaan tentang suatu
penjelasan dan tantangan2. Membangun
keterampilan dasar4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak5. Mengamati serta mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi.3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi atau mempertimbangkan hasil
deduksi7. Meninduksi atau mempertimbangkan hasil
induksi8. Membuat serta menentukan nilai
pertimbangan4. Memberikan penjelasan
lanjut9. Mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi
pertimbangan serta dimensi10. Mengidentifikasi asumsi
5. Mengatur strategi danteknik
11. Menentukan tindakan12. Berinteraksi dengan orang lain
37
Peter Keneedler (dalam Dike, 2008: 22-24) mengedepankan pengembangan
kemampuan berpikir kritis model proses yang terbagi dalam 3 aspek kemampuan
berpikir kritis:
1. Definisi dan klarifikasi masalah (Defining and Clarifying the Problem) Aspek
ini memiliki sub indikator kemampuan berpikir kritis yaitu: (a)
mengidentifikasi isu-isu sentral atau pokok masalah, misal mengidentifikasi
ide-ide pokok, mencermati argumen-argumen atau pernyataan, (b)
membandingkan kesamaan-kesamaan atau perbedaan-perbedaan, (c)
menentukan informasi yang relevan, dan (d) kemampuan memformulasikan
atau menyusun pertanyaanpertanyaan secara tepat.
2. Menilai informasi yang berhubungan dengan masalah (Judging Information
Related the Problem)
Aspek ini memiliki sub indikator kemampuan berpikir kritis yaitu: (a)
kemampuan membedakan antara fakta, pendapat atau penilaian tertentu, yaitu
kemampuan untuk menggunakan kriteria-kriteria dalam menilai kualitas
pengamatan dan kesimpulan-kesimpulan, (b) mengecek konsistensi yaitu
kemampuan untuk menentukan apakah suatu pernyataan atau simbul-simbul yang
dipakai memiliki konsistensi satu sama lain, (c) mengidentifikasi asumsi-asumsi
yang tidak tertulis yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang penting
atau dibutuhkan meskipun tidak secara langsung dinyatakan dalam sebuah
argumen, (d) mengenali sterotip atau kata-kata klise yaitu kemampuan untuk
mengidentifikasi dugaan-dugaan ide atau gagasan dan pandangan umum terhadap
seseorang atau kelompok peristiwa atau kegiatan, (e) mengenali perbedaan
38
orientasi nilai dan ideologi-ideologi yaitu kamampuan untuk mengenal kesamaan
atau perbedaan pandangan, ideologi, peristiwa atau situasi yang terjadi dalam
kurun waktu atau fase tertentu,
3. Memecahkan masalah atau membuat kesimpulan (Solving Problem or
Drawing Conclution)
Aspek ini memiliki sub indikator kemampuan berpikir kritis yaitu: (a) memiliki
keakuratan data dan fakta yaitu kemampuan untuk mengetahui informasi atau data
yang benar dan valid untuk mambuat kesimpulan, generalisasi, keputusan atau
hipotesis secara tepat, (b) memprediksi konsekuensi yang mungkin terjadi yaitu
kemampuan untuk memprediksi atau mengantisipasi konsekuensi, risiko atau
dampak peristiwa atau rangkaian kegiatan.
2.3.3 Pengukuran Kemampuan Berpikir Kritis
Pendapat mengenai kriteria atau ciri-ciri berpikir kritis dari para ahli, peneliti
tidak akan menggunakan semua kriteria yang ada. Dalam penelitian ini akan
mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis siswa dalam hal (Desmita, 2016, 12):
(a) Menghindari pemikiran sempit, membiasakan mengeksplorasi opsi yang ada.
(b) Ditunjukan dengan kebiasaan bertanya, merenungkan, menyelidiki dan
meneliti.
(c) Menyusun rencana, menentukan tujuan, mencari arah untuk menciptakan hasil
(d) Adanya upaya mengecek ketidakakuratan atau kesalahan, bersikap cermat dan
teratur.
39
Berpikir kritis adalah kemampuan dan disposisi untuk melibatkan pengetahuan
sebelumnya, penalaran, dan strategi kognitif untuk menggeneralisasi,
membuktikan, atau mengevaluasi situasi yang kurang dikenal dengan cara yang
reflektif. Kemampuan berpikir kritis sebagai serangkaian kemampuan berpikir
berupa kemampuan menemukan analogi, analisis, evaluasi, memecahkan masalah
tidak rutin dan msembuktikan. Pada saat proses pembelajaran, guru melibatkan
siswa dalam pembelajaran dan menciptakan situasi dan kondisi yang membuat
siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pembelajaran harus difokuskan
pada pemahaman konsep dengan berbagai pendekatan dari pada keterampilan
dalam pembelajaran.
2.4 Belajar
2.4.1 Pengertian Belajar
Definisi belajar diungkapkan bahwa: “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik”. (Djamarah, 2006: 13)
Ditambahkan oleh Sanjaya (2010: 112) yang mengutif Hilgard mengungkapkan:
“Learning is the process by wich an activity originates or changed through
training procedurs (wheter in the laboratory or in the natural environment)”.
Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
40
Belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di
mana saja. Salah satu petanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
(Arsyad, 2013: 1)
Howard L. Kingsley berpendapat (dalam Soemanto, 2006: 104) bahwa “Learning
is the process by which behavior (in the broader sense) is origanated or changed
trough practice or training”. (Belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku
(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar proses perubahan
tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya
dan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri si belajar akibat dari pengalaman
yang diperoleh dari serangkaian kegiatan dan bukan perubahan tingkah laku yang
diakibatkan karena kematangan (mature) atau kerusakan pada susunan saraf.
2.4.2 Teori Belajar
Berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu
bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Di dalam masa perkembangan
psikologi pendidikan ini muncullah beberapa aliran psikologi pendidikan, di
antaranya yaitu:
41
1) Teori Belajar Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup lama dianut
oleh para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori behavioristik dengan
model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman (Nasution, 2011:
70).
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya
dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata
lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-
refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme adalah bahwa
proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian stimulus
(rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran
dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman (Nasution, 2011: 71) Belajar merupakan akibat adanya interaksi
42
antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus
dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada
ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga
aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
43
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai
dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan
tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari
kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara
individual (Degeng, 2006: 26).
Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik:a) Obyek psikologi adalah tingkah laku.b) Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.c) Mementingkan pembentukan kebiasaan.d) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.e) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.
2) Teori kognitivistik
Teori belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin (1890-1947), seorang
Jerman yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat.Teori kognitivisme ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran
melalui upayanya mengorganisir,menyimpan,dan kemudian menemukan
hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada.
Teori ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Karakteristik (Degeng, 2006: 30):a) Belajar adalah proses mental bukan behavioralb) Siswa aktif sebagai penyadurc) Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktifd) Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimuluse) Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuanf) Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.
44
3) Teori Konstruktivistik
Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah proses untuk
membanguin pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa
akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas dasar realitas
yang ada di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam treori
kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui kualitas
siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran (Nasution, 2011: 75).
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali diasosiasikan
dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan learning by doing. Teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal
dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini
membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia.
Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi
manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian, teori ini
mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang
berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya
pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa
45
mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai
berikut (Degeng, 2006: 37):
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yangmereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhioleh pengertian yang telah ia punyai.
2. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerusseumur hidup.
3. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasipada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentukpengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkanperkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan danpengaturan kembali pemikiran seseorang.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalamkeraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibriummerupakan situasi yang baik untuk belajar
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik danlingkungan siswa.
6. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan
sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks
yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik
pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak
lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut
teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan
cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan
realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi
pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses
yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal,
kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi
46
makna.Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori
belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif,
sehingga dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut
(Degeng, 2006: 43):
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan7. Mmencari dan menilai pendapat siswa8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
4) Teori Humanistik
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik
adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka (Nasution, 2011: 78).
Teori belajar humanistik pada proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari
proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang
47
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata
lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal
dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia
keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Teori belajar humanistik menganggap hasil belajar optimal jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya..
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:
1. Manusia mempunyai belajar alami2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam
memperoleh cara.6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya7. Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil
yang mendalam
48
9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan denganmembiasakan untuk mawas diri
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
2.4.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam
kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang yang disebut kegiatan
pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih
dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional. (Abdurrahman, 2009:
37-38)
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar guru
harus terampil memilih metode mengajar sehingga tujuan yang hendak dicapai
dapat terlaksana dengan baik yakni hasil belajar yang maksimal, karena pemilihan
metode di sini tiada lain adalah guna meningkatkan daya serap siswa terhadap
pelajaran yang diberikan.
Hasil belajar adalah suatu ukuran indikator pencapaian keberhasilan siswa dalam
belajar, hal ini senada dengan apa yang sampaikan oleh Pupuh Fathurrohman
sebagai berikut: Keberhasilah atau kegagalan dalam proses belajar merupakan
sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan
operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila diikuti
ciri-ciri. (Fathurrohman, 2007: 31)
49
- Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok
- Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) telah
dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.
- Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial (squential)
mengantarkan materi tahap berikutnya.
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan
yang dialami oleh seseorang setelah mengalami kegiatan belajar. Untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa, diperlukan tes yang akan dinyatakan
dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Hasil belajar sangat tergantung dari proses
pembelajaran yang dilalui oleh siswa, dalam hal ini siswa tidak bisa dipisahkan
dari peranan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.
Siswa dikatakan telah mengerti mengenai materi yang telah diajarkan atau belum
dapat dilihat dari hasil tes yang diperoleh siswa. Tujuan dari belajar adalah untuk
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan seta pembentukan
sikap. Untuk mendapatkan itu semua siswa harus belajar. Proses pembelajaran
yang berlangsung tentu harus menyenangkan agar siswa mudah dalam menyerap
pelajaran. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran maka
diadakan evaluasi dengan menggunakan tes.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menjadi dua macam, yakni:
(Ahmadi, 2005: 105-110),
50
a. Faktor dari Luar1) Faktor environmental input (lingkungan)2) Faktor-faktor instrumental (gedung perlengkapan belajar/alat-alat
praktikum, perpustakaan, metode belajar dan sebagainya)
b. Faktor dari dalam2) Kondisi fisiologis anak (kesehatan siswa)3) Kondisi psikologis
a) Minatb) Kecerdasanc) Bakatd) Motivasie) Kemampuan-kemampuan kognitif.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dalam penelitian ini hanya akan dibahas
yaitu faktor dari luar yakni penerapan pembelajaran E-learning berbasis
Schoology dan faktor dari dalam yaitu keterampilan dan keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar sejarah, sehingga faktor-faktor tersebut dapat
menimbulkan hasil belajar yang diharapkan sesuai dengan harapan dan tujuan
pendidikan.
2.5 Pembelajaran Sejarah
2.5.1 Pengertian Sejarah
Sejarah adalah rekontruksi masa lalu, rekontruksi dalam sejarah tersebut adalah
apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh
orang. Sejarah itu juga merupakan suatu ilmu yang mempelajari peristiwa dalam
kehidupan manusia pada masa lampau. Sejarah banyak memaparkan fakta, urutan
waktu dan tempat kejadian suatu peristiwa. Sejarah itu dalam wujudnya
memberikan pengertian tentang masa lampau. Sejarah bukan sekedar melahirkan
cerita dari suatu kejadian masa lampau tetapi pemahaman masa lampau yang di
dalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran
51
bagi manusia berikutnya. Sejarah itu juga sebagai cabang ilmu yang mengkaji
secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dan dinamika
kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi dimasa
lampau (Kuntowijoyo, 2005: 18).
Sedangkan menurut Daldjoeni mendefinisikan sejarah dalam dua arti yaitu dalam
arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas sejarah mewujudkan catatan tentang hal-
hal yang pernah dikatakan dan diperbuat manusia. Dengan demikian sejarah dapat
mencakup segalanya yang dibicarakan dalam ilmu-ilmu sosial. Sedangkan sejarah
dalam arti sempit adalah yang membatasi diri pada sejarah manusia berdasarkan
catatan yang tersedia sampai 5000 tahun yang lampau. (Daldjoeni, 2008: 71)
Sejarah merupakan satu system yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan
tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama juga sejarah adalah
peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan atau bukti-bukti yang
saling berhubungan dan konkrit. (Hugiono, Poerwananta, 2012: 12)
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah ilmu yang
mempelajari kehidupan dan kejadian-kejadian pada masa lalu serta merekontruksi
apa yang terjadi pada masa lalu masa lampau. Sejarah juga dipelajari oleh siswa
sehingga dapat membantu siswa dalam memahami perilaku manusia pada masa
lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
52
2.5.2 Tujuan dan Manfaat Sejarah
2.5.2.1 Tujuan Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran merupakan suatu upaya mengubah siswa yang belum terdidik,
menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan, menjadi
siswa yang memiliki pengetahuan. Dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran di
kelas difokuskan pada pembelajaran sejarah.
Amiruddin (2016: 199) mengemukakan ada 5 tujuan pembelajaran sejarah yang
harus dicapai, yaitu: Menambah pengetahuan mengenai fakta fakta sejarah;
Memahami nilai keteladanan dan memberikan apresiasi terhadap peristiwa
peristiwa sejarah; Mendapatkan kemampuan menilai dan mengkritik tulisan-
tulisan sejarah; Mempelajari teknik-teknik penulisan sejarah; dan Mempelajari
penulisan sejarah.
2.5.2.2 Manfaat Pembelajaran Sejarah
Sidi (2009: 4-10) mengidentifikasi empat jenis manfaat pembelajaran sejarah,
yakni edukatif, inspiratif, instruktif, dan rekreasi.
a) Edukatif
Artinya, bahwa sejarah membawa dan mengajarkan kebijaksanaan ataupun
kearifan-kearifan. Hal itu dikemukakan dalam ungkapan John Seeley yang
mempertautkan masa lampau dengan sekarang. “we study history, so that we may
be wise before the event”. Maka ada benarnya ungkapan yang mengatakan
belajarlah dari sejarah.
53
b) Tujuan Inspiratif
Artinya, dengan mempelajari sejarah dapat memberikan inspirasi atau ilham.
Sebagai contoh, melalui belajar sejarah perjuangan bangsa, kita dapat terilhami
untuk meniru dan bila perlu “menciptakan” peristiwa serupa yang lebih besar dan
paling tidak dengan belajar sejarah dapat memperkuat “lesprit de corps” yaitu
spirit dan moral.
c) Tujuan Instruktif
Bahwa dengan belajar sejarah dapat berperan dalam proses pembelajaran pada
salah satu kejuruan atau ketrmpilan tertentu, seperti navigasi, jurnalistik, senjata
atau militer, dan sebagainya.
d) Tujuan Rekreasi
Artinya, dengan belajar sejarah dapat memberikan rasa kesenangan maupun
keindahan.
Pendapat ahli di atas dapat diketahui bahwa manfaat belajar sejarah yang ada pada
pelajaran sejarah adalah sejarah menyadarkan kepada siswa tentang adanya
perubahan dari dimensi waktu. Selain itu manfaat belajar sejarah yaitu untuk
menjelaskan tentang jati diri bangsa di masa lalu, sekarang dan masa akan datang.
2.5.3 Ruang Lingkup Sejarah
Lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan
penelitian. Bila beberapa penulis seperti H.G. Wells, Will Durant, dan Ariel
Durant menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan sejarawan memiliki
keahlian dan spesialisasi masing-masing. Beberapa dari mereka sepakat untuk
54
membagi peranan kedudukan sejarah menjadi 3 kelompok besar yaitu; sejarah
sebagai peristiwa, sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cerita (Ismaun, 2013: 277)
1) Sejarah sebagai peristiwa
Sesuatu yang terjadi pada manusia di masa lampau. Pengertian manusia di masa
lampau adalah sesuatu yang penting dalam definisi sejarah. Pengertian sejarah
sebagai peristiwa sebenarnya memiliki makna yang sangat luas dan beraneka
ragam. Namun, keluasan dan keanekaragaman tersebut sama dengan luasnya
kompleksitas kehidupan manusia. Sejarah sebagai peristiwa selingjuga disebut
sejarah sebagai kenyataan dan sejarah sebagai objektif (Ismaun, 2013: 279).
Artinya, peristiwa-peristiwa tersebut benar-benar terjadi dan didukung oleh bukti
yang menguatkan seperti berupa peninggalan (relics atau remains). Dan catatan-
catatan (records). Selain itu, dapat pula peristiwa itu diketahui dari sumber-
sumber yang bersifat lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut.
2) Sejarah sebagai ilmu
Kita mengenal definisi sejarah yang bermacam-macarn, baik yang menyangkut
persoalan persoalan. Sejarah sebagai bagian dari ilmu sosial, sejarah sebagai
bagian dari ilmu yang berkernbang di sekitar makna dan hakikat yang terkandung
dalam sejarah.
Sejarah dikategorikan sebagai ilmu karena dalam sejarah pun memiliki batang
tubuh keilmuan (the body of knowledge), metodologi yang spesifik. Sejarah pun
memiliki struktur keilmuan tersendiri. Baik dalam fakta, konsep, maupun
generalisasiya. (Ismaun, 2013: 282)
55
3) Sejarah sebagai cerita
Sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun berdasarkan
pendapat seseorang, memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap suatu peristiwa
yang terjadi pada masa lampau. Disebut sejarah sebagai subyek yang aslinya
sejarah tersebut telah mendapatkan penafsiran dari penyusunan cerita sejarah.
(Kartodirdjo, 2012: 195).
4) Sejarah Politik
Sejarah politik memiliki kedudukan yang dominan dalam historiografi barat.
Akibatnya, timbul tradisi yang kokoh bahwa sejarah konvensional adalah sejarah
politik (Kartodirdjo, 2012: 46). Karakteristik utama dalam sejarah konvensional
adalah bersifat deskriptif-naratif. Dalam hal itu, proses politik diungkapkan
melalui satu dimensi politik belaka. Dalam sejarah politik gaya lama, biasanya
mengutamakan diplomasi dan peranan, tokoh-tokoh besar serta pahlawan-
pahlawan yang berpengaruh besar.
5) Sejarah Kebudayaan Rakyat
Sebenarnya agak sulit untuk membedakan sejarah kebudayaan dengan sejarah
kebudayaan rakyat atau the history of popular culture. Kesulitan itu secara teoritik
tidak membedakan secara eksplisit antar “kebudayaan atas” dengan “kebudayaan
Bawah”. Namun secara realitas – empiric, perbedaan ini tampak bukan dalam
struktur, melainkan praksisnya.
56
2.6 Penelitan yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang relevan tentang pembelajaran E-learning yang
dijadikan acuan bagi penelitian ini adalah.
1. Lantip Diat Prasojo (2010: 50), Disertasi: model pembelajaran berbasis
E-learning pada Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta. Perangkat lunak E-learning Prodi Manajemen
Pendidikan dikembangkan dengan menggunakan open source Moodle.
Perangkat lunak ini berupa frame work sehingga memungkinkan penggunanya
untuk mengembangkannya sendiri untuk kebutuhan proses pembelajaran.
Pengguna perangkat lunak ini dapat berfungsi sebagai admin sehingga sangat
memungkinkan untuk mengembangkannya dalam rangka mendukung proses
pembelajaran.
2. Ali Hidayat (2006: 14), Pengaruh Penggunaan E-learning terhadap Motivasi
dan Efektivitas Pembelajaran Fisika Bagi Siswa SMA (Studi Kasus di SMA
Negeri 1 Depok), Penggunaan E-learning dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga menumbuhkan semangat siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dan mampu
mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi.
3. Wensi Ronald Lesli Paat (2014: 124), Analisis dan Pembangunan E-learning
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komunikasi Fakultas
Teknik Universitas Negeri Manado, E-learning sebagai pendukung
pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan telah berhasil di
bangun berdasarkan konten dan struktur yang sesuai dengan kebutuhan pada
57
Prodi PTIK FATEK UNIMA, yaitu dengan mengintegrasikan fungsi-fungsi
yang selama ini di anggap kurang membantu dalam proses belajar mengajar
seperti sarana informasi yang up to date, pengunduhan materi, pengumpulan
tugas, ujian online maupun forum baik itu forum umum ataupun forum kelas.
4. Prima Cristi Crismono (2017: 78) Pengaruh Outdoor Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa, Mengacu pada teori
perkembangan kognitifnya penggunaan Outdoor Learning dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar pada media pembelajaran dan semua
aktifitas belajar yang dilakukan oleh siswa di bawah pengawasan dan
bimbingan guru. Penggunaan sumber belajar yang bersifat kontektual mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Hasil analisis
didapatkan Outdoor learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa.
5. Pramudya Dwi Aristya Putra, Sudarti (2015: 38) Pengembangan Sistem
E-learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa
Pendidikan Fisika. Perangkat yang dikembangkan melalui sistem e-learning
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Dengan hasil uji
validasi adalah 3,44 (cukup valid). Hasil nilai rata-rata mahasiswa dalam
keterampilan berpikir kritis setelah proses menggunakan sistem e-learning
adalah 68 dengan nilai gain ternormalisasi adalah 0,5 Nilai tersebut masuk
dalam katagori sedang. Untuk penelitian selanjutnya penilaian tidak hanya
ditinjau dari ranah kognitif saja akan tetapi perlu dikembangkan pula model
instrument melalui e-learning terkait afektif dan psikomotor siswa.
58
6. Mchichi, (2012: 15). Exploiting Web 2.0 Technologies in Promoting Learning
Activities E-learning - Web 2.0 Platform. ISESCO JOURNAL of Science and
Technology, Volume 8 – Number 14 November 2012 13-18. Schoology
memungkinkan untuk membuat tugas, peristiwa, tes dan kuis. Sangat mudah
melalui alat ini untuk mengelola buku kelas dan kehadiran dan untuk melacak
penggunaan dan program analisis siswa. Fitur sosial yang sangat akrab dan
dekat dengan Facebook seperti blog dengan halaman profil.
7. Lee, Kean Wah, Choon Keonga, T., Lajiuma, Denis, Shi Ing, N., (2013: 3).
Understanding the Blended Learning Experiences of English Language
Teachers in a Distance TESL Degree Programme in Malaysia. Jurnal
Teknologi Social Sciences 65:2 2013. Fasilitas untuk komunikasi interaktif
memungkinkan guru untuk membuat pertanyaan diskusi, kelompok
kolaboratif untuk tugas yang memungkinkan beberapa jenis interaksi yang
dinamis antara in-service guru dan guru-guru mereka. Adapun aspek kedua
pertukaran informasi akademik, Schoology menyediakan in-service guru
kesempatan untuk mengakses nilai-nilai mereka, catatan kehadiran, dan
umpan balik guru pada tugas elektronik yang dikirimkan. Singkatnya, melalui
Schoology, berbagai E-learning tugas dan penilaian yang berbeda dimasukkan
untuk melengkapi intensif pertemuan tatap muka tradisional.
8. Alvin S. Sicat., (2015: 5) Enhancing College Students’ Proficiency in
Business Writing Via Schoology. International Journal of Education and
Research Vol. 3 No. 1 January 2015. Schoology menawarkan lebih dari
sekedar faktor Facebook. Ini adalah sistem manajemen pembelajaran yang
59
kuat dengan aplikasi yang tersedia untuk perangkat Mobile iPad, iPhone,
Android, dan Kindle. Siswa menemukan bahwa mengirimkan tugas,
mengambil tes, membuat komentar, dan mengajukan pertanyaan yang halus
dan intuitif bagi mereka, dan mereka mempertahankan akses ke sumber daya
dalam kursus mereka setelah berakhir semester.
9. Biswas. Shampa. (2013: 192). Schoology-Supported Classroom Management:
A Curriculum Review. Journal Fall 2013, Volume 11, Number 2 188.
Schoology kita bisa melakukan pengaturan/moderasi terhadap user yang ingin
gabung pada group/kelas, pada status Access Group sebagai Invite Only,
Allow Requests ataupun Open. Kita juga bisa memfilter posting-posting siswa
pada sebuah course sebelum postingan dipublish. Jadi siswa tidak bisa
seenaknya update status pada course-nya.
10. The American Society for Training and Development/ASTD (2012: 26).
Definition of E-learning. tanggal akses 14 Februari 2016. E-learning
merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web (web-
based learning), pembelajaran berbasis komputer (computer based learning),
pendidikan virtual (virtual education) dan/atau kolaborasi digital (digital
collaboration). Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut
kebanyakan dihantarkan melalui media internet, intranet, tape, video atau
audio, penyiaran melalui satelit.
Perbedaan mendasar terhadap penelitian terdahulu yang relevan adalah E-learning
yang dikembangkan adalah Moodle, aplikasi Moodle dianggap terlalu luas dan
lebih sulit, hal ini akan menghambat kepada para guru dan calon tenaga pendidik
60
yang tidak memiliki pengetahuan IT akan sulit mengaplikasikan dalam
pembelajaran. Schoology lebih memiliki fitur yang sederhana dan mudah
diaplikasikan karena sama dengan jejaring sosial Facebook.
E-learning yang dikembangkan hanya sebatas pada peningkatan motivasi siswa
dalam belajar. Sedangkan Schoology lebih menekankan siswa dalam memperluas
kemampuan berpikir kritis sehingga akan mengoptimalkan hasil belajar.
2.6 Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagi cara dan menggunakan
media berbagai macam media pembelajaran. Karakteristik dan kemampuan
masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih
media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. (Wena, 2011: 10)
Perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat,
bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan
manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu. (Arsyad, 2013: 5)
Berdasarkan hasil kajian konsep teori hasil belajar dan hasil penelitian terdahulu
yang relevan tentang penerapan media pembelajaran E-learning serta analisis
kebutuhan terhadap pentingnya wawasan siswa, diidentifikasi bahwa mata
pelajaran sejarah dengan pembelajaran E-learning berbasis Schoology dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Pembelajaran
E-learning dapat lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar karena siswa tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih
61
banyak melakukan kegiatan belajar seperti aktivitas mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
Dari segi keaktifan, siswa aktif dalam mengikuti rangkaian pembelajaran oleh
guru. Siswa aktif bertanya apabila ada hal yang belum dipahami dan aktif
memperhatikan siswa lain yang maju ke depan serta bersikap kritis terhadap hasil
jawaban teman. Pemberian poin oleh guru juga turut memberikan motivasi kepada
siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran sejarah. Sekalipun teknologi web
memungkinkan pembelajaran dilakukan virtual secara penuh, namun kesempatan
itu tidak dipilih. Interaksi satu sama lain untuk dapat berkomunikasi langsung
secara tatap muka masih dibutuhkan. Ada tiga alasan interaksi atau tatap muka
masih dibutuhkan, yaitu: perlunya untuk menjelaskan maksud dan mekanisme
belajar yang akan dilalui bersama secara langsung dengan semua peserta didik,
perlunya memberikan pemahaman sekaligus pengalaman belajar dengan
mengerjakan tugas secara kelompok, dan perlunya pemberian pelatihan dengan
menggunakan komputer yang akan digunakan sebagai media komunikasi berbasis
web (Rusman, 2009: 337).
Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru dalam mengelola kegiatan
belajar untuk menciptakan proses belajar yang terarah dan terkendali sehingga
berdampak pada hasil belajar siswa. Input tentang keterbatasan media
pembelajaran, yaitu penggunaan LKPD sebagai sumber belajar, sarana
pembelajaran yang belum sebanding dengan jumlah siswa dan pembelajaran yang
berpusat pada guru berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Pengembangan
62
pembelajaran dengan pemanfaatan media pembelajaran E-learning schoology
sebagai perbaikan kualitas pembelajaran dalam sistem dapat dilakukan melalui
analisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran sebagai dasar memilih metode dan
media pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga outputnya
LKPD berbasis E-learning efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan hasil belajar siswa. Kerangka berpikir dalam penelitian dijelaskan oleh
gambar di bawah ini:
Gambar 2.6. Kerangka Pikir Penelitian
Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru dalam mengelola
kegiatan belajar untuk menciptakan proses belajar yang terarah dan terkendali
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
Input : Keterbatasan media pembelajaran, yaitu penggunaan LKPD sebagai
sumber belajar, sarana pembelajaran yang belum sebanding dengan jumlah
siswa dan pembelajaran yang berpusat pada guru berdampak pada rendahnya
hasil belajar siswa.
Pengembangan: Pemanfaatan media pembelajaran E-learning schoology
sebagai perbaikan kualitas pembelajaran dalam sistem dapat dilakukan
melalui analisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran sebagai dasar memilih
metode dan media pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
Output: LKPD berbasi E-learning efektif dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar siswa
63
2.7 Hipotesis
Hipotesis yang peneliti berikan adalah:
1) Terciptanya LKPD berbasis Schoology dalam pembelajaran Sejarah siswa
kelas XI MA Ma’arif NU 5 Sekampung.
2) E-learning melalui media Schoology dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar dalam pembelajaran Sejarah siswa kelas XI
MA Ma’arif NU 5 Sekampung.
64
III. METODE PENELITIAN
Berbagai hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (research and development /
R&D) dalam mengembangkan mata pelajaran sejarah menggunakan E-learning
berbasis Schoology dengan model Borg dan Gall (2003: 1) Penelitian dan
pengumpulan data (Research and information collecting). 2) Perencanaan
(Planning). 3) Pengembangan draf produk (Develop preliminary form of product).
4) Uji coba lapangan awal (Preliminary field testing). 5) Merevisi hasil uji coba
(Main product revision). 6) Uji coba lapangan (Main field testing). 7)
Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (Operasional product revision). 8) Uji
pelaksanaan lapangan (Operasional field testing). 9) Penyempurnaan produk akhir
(Final product revision). 10) Diseminasi dan implementasi (Dissemination and
implementation). Syaodih (2011: 169-170)
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Ma’arif NU 5 Sekampung
Lampung Timur. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
65
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Subjek dalam pengembangan media ini adalah siswa kelas XI IPS 1 Madrasah
Aliyah Ma’arif NU 5 Sekampung. Jumlah siswa tersebut sebanyak 29 siswa.
Sampel sebagai ujicoba produk di kelas XI IPS 2 meliputi kelas kecil yang
berjumlah 6 orang dan kelas besar sebanyak 32 siswa dan 1 orang guru Sejarah
sebagai uji respon penggunaan media.
Sampel yang akan digunakan adalah kelas XI IPS Madrasah Aliyah Ma’arif NU 5
Sekampung dengan teknik sampling yang digunakan adalah puposive random
sampling. (Arikunto, 2010: 108) Dari setiap kelompok siswa ditunjuk tersebut
diambil secara acak satu kelas sebagai kelas ujicoba instrumen penelitian yang
dapat mewakili seluruh siswa kelas XI IPS Madrasah Aliyah Ma’arif NU 5
Sekampung.
3.4 Rancangan Penelitian
Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg & Gall adalah suatu proses
yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
(Setyosari, 2010: 194). Penelitian pengembangan itu sendiri dilakukan
berdasarkan suatu model pengembangan berbasis industri, yang temuan-
temuannya dipakai untuk mendesain produk dan prosedur, yang kemudian secara
sistematis dilakukan uji lapangan, dievaluasi, disempurnakan untuk memenuhi
kriteria keefektifan, kualitas, dan standar tertentu. (Setyosari, 2010: 195)
66
Dari uraian di atas penelitian pengembangan adalah kegiatan yang menghasilkan
produk ataupun menyempurnakan produk kemudian diteliti keefektifan dan
kelayakan dari produk tersebut.
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan adalah untuk menghasilkan produk
berupa LKPD dengan E-learning berbasis Schoology. Rancangan penelitian dan
pengembangan ini mengacu pada percobaan yang telah dilakukan pada Far West
Laboratory, secara lengkap menurut Borg dan Gall ada 10 langkah pelaksanaan
strategi penelitian dan pengembangan, yaitu: Syaodih (2011: 169-170)
1) Penelitian dan pengumpulan data (Research and information collecting).
2) Perencanaan (Planning).
3) Pengembangan draf produk (Develop preliminary form of product).
4) Uji coba lapangan awal (Preliminary field testing).
5) Merevisi hasil uji coba (Main product revision).
6) Uji coba lapangan (Main field testing).
7) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (Operasional product revision).
8) Uji pelaksanaan lapangan (Operasional field testing).
9) Penyempurnaan produk akhir (Final product revision).
10) Diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation).
Sehingga langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini dapat dilihat pada
gambar 3.1.
67
Gambar 3.1: Langkah-langkah Model Borg Dan Gall
Syaodih (2011: 169-170)
Langkah-langkah pengembangan produk akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Penelitian dan Pengumpulan Data (Research and Information Collecting).
Peneliti memilih mengembangkan LKPD dengan E-learning berbasis Schoology
dan penelitian tersebut dilakukan di MA Ma’arif NU 5 Sekampung Lampung
Timur kelas XI, karena setelah melakukan wawancara dengan salah satu tenaga
pengajar disana diperoleh keterangan sebagai berikut:
a. Di MA Ma’arif NU 5 Sekampung pelajaran sejarah hanya menggunakan buku
paket saja, sehingga pelajaran terasa monoton dan kurang menarik.
b. Siswa kurang bersemangat dalam belajar (kurangnya motivasi).
Penelitian danPengumpulan Data
Perencanaan PengembanganDraf Produk
Ujicoba LapanganAwal
RevisiUjicoba Lapangan
PenyempurnaanProduk
PelaksanaanLapangan
PenyempurnaanProduk Akhir
Diseminasi danImplementasi
68
c. Siswa malas belajar sejarah karena menganggap sejarah itu sesuatu yang telah
lampau dan tidak penting untuk dipelajari.
2) Perencanaan (Planning).
Tahap kedua yaitu tahap perencanaan yang akan dikembangkan. Peneliti membuat
rancangan secara umum yang meliputi desain Courses (Kursus), dimana fasilitas
ini untuk membuat kelas mata pelajaran. Group (Kelompok) merupakan fasilitas
untuk mempermudah membuat kelompok, dimana siswa bisa berinteraksi dengan
siapa saja yang tergabung dengan Group. Resource (Sumber belajar) yang akan
disajikan. Selain itu, penentuan alur pembelajaran yang akan dibuat serta
merencanakan simulasi animasi dalam penyajian materi. Desain yang telah dibuat
akan dikonsultasikan kepada validator ahli yakni ahli materi, ahli media dan ahli
bahasa. Revisi dan perbaikan akan dilakukan jika desain tersebut belum sesuai.
Jika desain telah dinilai baik, proses pengembangan media tersebut meningkat ke
tahap selanjutnya, yaitu tahap development (pembuatan produk). Pembuatan
produk tersebut berpedoman pada desain yang telah dibuat.
3) Pengembangan Draf Produk (Develop Preliminary Form of Product).
Pengembangan produk melalui beberapa tahapan, di antaranya:
Pada tahap ini, peneliti melanjutkan pembuatan produk berdasarkan desain yang
telah dibuat. Ada tiga bagian utama dalam media ini, yaitu bagian Course, Group
dan Resources. Ketiga bagian tersebut dikembangkan dengan menggunakan
aplikasi E-learning Schoology. Tidak lupa pula, pada tahap awal pembuatan
produk ini, peneliti mengkonsultasikan kepada ahli media, ahli materi dan ahli
69
bahasa untuk revisi dan tindak lanjut tahap demi tahap. Media yang telah
dihasilkan kemudian dikaji oleh beberapa reviewer sebagai ahli media, ahli materi
dan ahli bahasa. Review media ini dilakukan untuk memperoleh penilaian
mengenai media yang telah dihasilkan dilihat dari tampilan dan dari cakupan
materi yang disajikan. Hasil penilaian dari reviewer digunakan untuk pedoman
revisi sehingga akan dihasilkan media yang layak uji baik dari segi tampilan
maupun materi.
4) Uji Coba Lapangan Awal (Preliminary field testing).
Produk yang telah dinyatakan layak uji oleh reviewer diujicobakan kepada 6 siswa
kelas XI IPS 2 serta 1 guru sejarah. Mereka menggunakan dan mengevaluasi
produk tersebut dengan mengisi angket evaluasi untuk guru dan angket respon
untuk siswa. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan masukan-masukan
atau koreksi terhadap produk yang telah dikembangkan. Sedangkan untuk siswa,
selain angket respon, siswa juga mendapatkan tes setelah menggunakan media
tersebut untuk mengetahui efektivitas media pembelajaran yang telah
dikembangkan.
Setelah produk selesai dan melewati evalusi media, selanjutnya peneliti
mengimplementasikan (menerapkan) produk yang telah dibuat kepada kelas
eksperimen. Adapun untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara
sebelum dan sesudah pembelajaran maka dilakukan tes awal (Pre-Test) dan tes
akhir (Post-Test).
70
Berdasarkan uraian tersebut maka metode yang digunakan adalah metode
eksperimen dengan desain penelitian One-Group Pre-Test-Post-Test (Syaodih dan
Nana, 2011: 204-205) sebagai berikut:
Tabel 3.1Desain Pembelajaran
Keterangan:
O1 : Pre-Test (tes kemampuan awal)X : pembelajaran E-learning melalui media SchoologyO2 : Post-Test (tes kemampuan akhir)
5) Merevisi hasil uji coba (Main product revision)
Tahap ujicoba akan diperoleh penilaian dan respon dari angket yang diberikan
kepada guru dan siswa serta hasil tes yang diberikan kepada siswa. Angket dan
hasil tes tersebut akan dianalisis yang selanjutnya dapat diketahui efektivitas
media tersebut. Hasil analisis ini digunakan sebagai acuan perlu tidaknya revisi
produk tahap akhir.
6) Uji Coba Lapangan
Langkah ini merupakan uji produk secara lebih, meliputi uji efektivitas desain
produk, uji efektivitas desain (pada umumnya menggunakan teknik eksperimen
model penggulangan). Hasil dari uji ini adalah diperolehnya desain yang efektif,
baik dari sisi substansi maupun metodologi. Uji ini dilakukan pada di kelas XI IPS
2 sebanyak 32 siswa. Pengumpulan data tentang dampak sebelum dan sesudah
Kelompok Pre-Test Treatment Post-Test
Kelas O1 X O2
71
implementasi produk menggunakan kelas khusus, yaitu data kuantitatif
penampilan subjek uji coba (guru) sebelum dan sesudah menggunakan model
yang dicobakan. Hasil-hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin
dibandingkan dengan kelompok pembanding.
7) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan
Langkah ini merupakan penyempurnaan produk atas hasil uji lapangan
berdasarkan masukan dan hasil uji lapangan utama. Jadi perbaikan ini merupakan
perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan
yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan
lebih memantapkan produk yang dikembangkan, karena pada tahap uji coba
lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain
yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat
internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil sehingga
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
8) Uji pelaksanaan lapangan
Uji coba lapangan skala luas/uji kelayakan. Langkah ini sebaiknya dilakukan
dengan skala besar, meliputi uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk, dan
uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk.
Hasil uji lapangan berupa model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi
substansi maupun metodologi. Misal uji ini dilakukan dilakukan melalui angket,
wawancara, dan observasi dan hasilnya dianalisis pada siswa kelas XI IPS 1
sebanyak 29 siswa.
72
9) Penyempurnaan produk akhir
Langkah ini merupakan penyempurnaan produk yang sedang dikembangkan.
Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang
dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat
efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir
memiliki nilai yang dapat diandalkan. Penyempurnaan didasarkan masukan atau
hasil uji kelayakan dalam skala luas.
10) Diseminasi dan implementasi
Setelah dihasilkan suatu produk final yang sudah teruji keampuhannya, langkah
selanjutnya adalah desiminasi, implementasi, dan institusionalisasi. Kegiatan ini
diwujudkan dalam bentuk sosialisasi terhadap produk hasil pengembangan kepada
calon pengguna dan pihak-pihak yang terkait di bidang pendidikan.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini dapat digambarkan operasionalisasi variabel berikut.
1) Sebagai variabel bebas (dependen variabel) yakni E-learning berbasis
Schoology
Aldrich, Clark, (2010: 64) E-learning adalah penggunaan teknologi komputer
dan jaringan komputer yang disertai oleh penerapan model pembelajaran
inovatif dalam rangka pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang akan
memberikan akses luas kepada peserta didik terhadap ilmu pengetahuan agar
mereka bisa memperoleh keterampilan baru. Schoology merupakan social
73
network berbasis lingkungan sekolah (school based environment). Yang
ditujukan untuk penggunaan bagi guru, siswa dan orang tua siswa.
Pengembangan LKPD E-learning berbasis Schoology dengan model Borg dan
Gall (2003: 1) Penelitian dan pengumpulan data 2) Perencanaan 3)
Pengembangan draf produk. 4) Uji coba lapangan awal (Preliminary field
testing). 5) Merevisi hasil uji coba (6) Uji coba lapangan (Main field testing).
7) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan. 8) Uji pelaksanaan lapangan (9)
Penyempurnaan produk akhir. 10) Diseminasi dan implementasi. Syaodih
(2011: 169-170).
LKPD yang dikembangkan dievaluasi kepada ahli media, ahli materi dan ahli
bahasa untuk menentukan kevalidan media serta evaluasi media sebagai acuan
revisi sebelum uji coba. Sekaligus diuji respon kepada siswa dan guru Sejarah
untuk mengetahui tingkat kelayakan.
2) Sebagai variabel terikat (independen variabel) pertama adalah kemampuan
berpikir kritis. Hasaobah (2015: 87) Kemampuan berpikir kritis adalah
kemampuan siswa dalam memberikan solusi pemecahan terhadap masalah
yang diberikan oleh guru dengan memperhatikan indikator-indikator yang
sesuai dengan kriteria berpikir kritis yaitu:
a) Memberikan penjelasan sederhana
b) Membangun keterampilan dasar
c) Menyimpulkan
d) Memberikan penjelasan lanjut
74
e) Mengatur strategi dan teknik
Untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa, dapat diketahui dengan
melihat kemampuan siswa melalui lembar observasi dengan memberikan nilai
1-4 dengan menceklis ( √ ) setiap aktivitas di kelas. Observasi dilakukan
sebanyak 5 kali selama siswa diberikan pembelajaran menggunakan LKPD
Schoology dan dihitung rata-rata untuk diketahui peningkatannya.
3) Sebagai variabel terikat (independen variabel) kedua adalah hasil belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap (Abdurrahman, 2009: 37-38).
Hasil belajar diukur dengan bentuk latihan soal pilihan ganda dengan jumlah
10 butir. Tes yang diberikan pada awal pembelajaran (pre test) dan di akhir
pembelajaran (post test) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
yang diajar dengan pembelajaran e-learning berbasis Schoology. Materi tes
disusun berdasarkan indikator materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Sampai
Terbentuknya NKRI materi Sejarah kelas XI IPS dengan kisi-kisi hasil belajar
sebagai berikut:
a) Jepang Kalah Perang dengan Sekutu
b) Perbedaan Pendapat dan Penculikan
c) Perumusan Teks Proklamasi Hingga Pagi
d) Pembacaan Proklamasi Pukul 10.00 Pagi
e) Kebahagiaan Rakyat atas Kemerdekaan Indonesia
75
3.6 Sumber Data Penelitian
Penelitian ini, data yang diperlukan adalah semua data yang berkaitan dengan MA
Ma’arif NU 5 Sekampung meliputi sejarah dan latar belakang, program kerja,
struktur organisasi, dan lainnya. Sumber data utama pada penelitian kualitatif
adalah kata-kata, dan tindakan. Selebihnya data tambahan seperti dokumen dan
lain-lainnya. Moeloeng (2015: 157) Sumber data dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua yaitu:
3.6.1 Data Primer
Data primer yaitu sumber data yang digali dalam penelitian yang terdiri dari
sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data
tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Sumber dan jenis data terdiri dari data
dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik Moeloeng (2015: 157). Kata-
kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan
sumber data utama. Sumber utama dicatat melalui catatan tertulis dan melalui
perekaman tape, pengambilan foto atau film, pencatatan sumber data utama
melaui wawancara atau pengamatan berperan serta sehingga merupakan hasil
utama gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. Nazir (2009: 50).
Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan sebagai subyek
penelitian ini, maka responden atau sumber data utama (primer), yaitu sumber
data yang diambil peneliti melalui wawancara dan observasi.
76
3.6.2 Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber data tambahan di luar kata-kata dan tindakan yakni
sumber data tertulis yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku harian,
dan sebagainya atau catatan tentang adanya suatu peristiwa atau catatan yang
jaraknya telah jauh dari sumber orisinil Nazir (2009: 50). Data sekunder yang
peneliti peroleh dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung
dari pihak yang berkaitan dan berbagai literatur lain yang relevan dengan
pembahasan penelitian.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang ada diperoleh peneliti dengan menggunakan beberapa teknik,
antara lain:
3.7.1 Teknik Observasi
Arikunto (2010: 98) Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data
utama yaitu kemampuan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran E-learning
dengan media Schoology. Selain itu pengamatan dilakukan untuk mengamati
aspek-aspek yang dibutuhkan yang terkait dengan pengembangan media ini. Di
antaranya tentang lingkungan sekolah dan pembelajaran di kelas, pemanfaatan
media pembelajaran termasuk pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran
yang ada di sekolah. Teknik observasi digunakan untuk mengetahui hasil dari
aktivitas dengan pembelajaran E-learning melalui media Schoology mata
pelajaran Sejarah siswa kelas XI MA Ma’arif NU 5 Sekampung.
77
3.7.2 Teknik Literatur
Arikunto (2010: 100) Teknik literatur dilakukan untuk memperoleh data tentang
istilah-istilah yang diperlukan dalam pengembangan media ini, baik sebagai acuan
maupun sebagai penguat data penelitian. Pendapat atau pun definisi yang
diperlukan akan dikutip dengan mencantumkan nama pemilik pendapat dan
pengarang buku sebagai referensi. Selain itu, teknik literatur ini dilakukan dalam
analisis karakteristik siswa, analisis kurikulum, analisis pemanfaatan komputer
sebagai media pembelajaran, serta analisis teknologi (E-learning Schoology).
Literatur yang digunakan untuk menganalisis karakteristik siswa dan teknologi
(E-learning Schoology) dapat berupa buku tentang perkembangan psikologi dan
tahapan berpikir anak serta tentang E-learning Schoology. Sedangkan untuk
analisis kurikulum dan analisis pemanfaatan komputer sebagai media
pembelajaran dapat dilakukan dengan literatur berupa standar isi yang memuat
SK-KD untuk memperoleh data berupa materi yang sesuai serta tentang mata
pelajaran sejarah di madrasah aliyah yang dapat menunjukkan kepemilikan
komputer di sekolah serta pemanfaatannya.
3.7.3 Teknik Wawancara
Arikunto (2010: 102) Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data informasi
permasalahan awal yang berkaitan dengan pembelajaran di kelas, metode dan
pemanfaatan media pembelajaran Sejarah, serta memperoleh informasi jumlah
siswa dan guru di MA Ma’arif NU 5 Sekampung. Teknik wawancara tersebut
dilakukan kepada kepala madrasah dan guru yang representatif.
78
3.7.4 Teknik Angket
Arikunto (2010: 108) Teknik angket ini dibagi ke dalam dua bentuk yang dibuat
untuk mengetahui tingkat kevalidan dan respon terhadap penggunaan LKPD.
Untuk menentukan kevalidan media, angket tersebut diberikan kepada ahli media,
materi dan bahasa untuk dilakukan evaluasi sebagai acuan revisi. Sedangkan
angket untuk siswa dan guru Sejarah digunakan untuk mengetahui respon siswa
terhadap media yang telah dikembangkan.
3.7.5 Teknik Tes
Nazir (2009: 38) Tes ini dilakukan kepada para siswa setelah menggunakan media
yang telah dikembangkan. Hasil tes tersebut digunakan untuk menentukan hasil
belajar serta peningkatannya setelah menggunakan LKPD. Tes yang diberikan
disajikan dalam menu yang menampilkan suatu proses uji kompetensi dari materi-
materi yang telah dipelajari dalam media ini. Uji kompetensi ini terdiri dari 10
soal pilihan ganda yang dibuat oleh peneliti sesuai indikator pembelajaran Sejarah
yang berkaitan dengan tema peristiwa seputar kemerdekaan Indonesia. Teknik
penilaian yang diberikan setiap soal pilihan ganda yang dijawab benar maka siswa
diberikan nilai 10, jika salah nilai 0, nilai minimal siswa 0 dan maksimal 100.
3.8 Alat Pengumpulan Data
3.8.1 Macam-macam Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam pengembangan media ini adalah
berupa angket penelitian serta soal tes. Angket tersebut ada dua jenis, yaitu angket
evaluasi sebelum ujicoba dan angket setelah ujicoba. Angket tersebut berupa
79
angket tertutup. Angket evaluasi sebelum ujicoba akan diberikan kepada ahli
media, ahli materi dan ahli bahasa yang akan menjadi acuan perlu tidaknya revisi
media sebelum ujicoba. Sedangkan angket respon setelah ujicoba akan diberikan
kepada guru dan siswa. Selain itu, siswa juga akan mengerjakan soal tes. Hal
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas media yang telah
dikembangkan serta sebagai acuan revisi tahap akhir.
3.8.2 Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi yang digunakan diadaptasi dari general evaluation guidelines for
educational E-learning (Forcier dan Descy, 2005: 35) serta kriteria-kriteria
keefektivan suatu media. Penjabaran indikator dilakukan berdasarkan kebutuhan
dan penyesuaian terhadap media yang telah dikembangkan. Dari sisi materi,
aspek-aspek yang termuat meliputi kulitas isi, kualitas pembelajaran, kualitas
interaksi, dan kualitas tampilan. Sedangkan dari sisi media, menurut Yamasari
(2010: 86) aspek-aspek yang bisa dilihat antara lain meliputi aspek
kesederhanaan, keterpaduan, keseimbangan, bentuk, warna, serta bahasa. Selain
itu, karakteristik multimedia yang mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas
penggunaannya di antaranya berkaitan dengan visualisasi dengan multimedia
yang meliputi teks, animasi, sesuai tuntutan materi serta user friendly yang
meliputi kejelasan petunjuk, kemudahan penggunaan, interaksi, dan penggunaan
bahasa. Kisi-kisi angket evaluasi ahli materi meliputi kualitas isi, kualitas
pembelajaran, kualitas interaksi, kualitas tampilan. kisi-kisi angket evaluasi ahli
media meliputi aspek kesederhanaan, aspek keterpaduan, aspek interaksi
pembelajaran, aspek keseimbangan, aspek bentuk, aspek warna. kisi-kisi angket
80
evaluasi ahli bahasa meliputi aspek huruf dan kata, spek keterpaduan. Kisi-kisi
angket respon guru dan siswa meliputi kualitas isi, kualitas pembelajaran, kualitas
interaksi dan kualitas tampilan. (Lampiran Kisi-kisi Instrumen)
3.9 Keabsahan Instrumen
Instrumen yang akan digunakan perlu diuji validitasnya. Validitas mempunyai arti
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen yang valid/sahih mempunyai validasi tinggi. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
Arikunto (2010: 136).
Peneliti mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing mengenai komponen serta
aspek-aspek evaluasi yang diperlukan. Kemudian, instrument tersebut
dikonsultasikan kepada ahli sebagai validator instrumen. Komponen, aspek-aspek
evaluasi, maupun redaksi penulisan akan direvisi jika belum sesuai, sehingga akan
dihasilkan instrumen yang valid. Hasil validasi tersebut merupakan instrumen
yang siap digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
3.10 Analisis Data
3.10.1 Data kualitatif
3.10.1.1 Data Angket Evaluasi Ahli Media, Ahli Materi dan Ahli Bahasa
Angket evaluasi ahli media, ahli materi dan ahli bahasa akan diperoleh saran dan
kritik perbaikan terhadap media yang telah dihasilkan. Selain itu, akan diperoleh
pula penilaian terhadap media sesuai dengan pernyataan yang ada dalam angket.
Penilaian tersebut akan diberi skor untuk menentukan kevalidan media.
81
Perhitungan skor kevalidan media dilakukan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Memberi skor untuk setiap butir pernyataan dalam angket berdasarkan
alternatif pilihan jawaban yang diberikan.
Pernyataan positif: Sangat Sesuai diberi skor 5Sesuai diberi skor 4Cukup Sesuai diberi skor 3Kurang Sesuai diberi skor 2Tidak Sesuai diberi skor 1
Pernyataan negatif: Sangat Sesuai diberi skor 1Sesuai diberi skor 2Cukup Sesuai diberi skor 3Kurang Sesuai diberi skor 4Tidak Sesuai diberi skor 5
2) Mengkonversi skor ke nilai standar berskala lima (stanfive)
Pedoman mengkonversi skor ke nilai standar berskala lima beserta pedoman
mengubah data kuantitatif menjadi kualitatif berikut sesuai yang diungkapkan
oleh Sudijono (2010: 329).
Tabel 3.2Pedoman Mengkonversi Skor Ke Nilai Standar Berskala Lima
Interval Skor Kategori
Mi + 1,5SDi < X Sangat validMi + 0,5SDi < X ≤ Mi + 1,5 Sdi ValidMi - 0,5SDi < X ≤ Mi + 0,5Sdi Cukup validMi - 1,5SDi < X ≤ Mi - 0,5Sdi Kurang valid
X ≤ Mi - 1,5Sdi Sangat kurang valid
Keterangan:
Mi = rerata ideal = 1/2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
82
SDi = simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal ideal – skor
minimal ideal)
X = skor hasil uji coba
Sehingga:
Mi = rerata ideal = 1/2 (1 + 5) = 3
SDi = simpangan baku ideal = 1/6 (5 – 1) = 0,67
Pedoman mengkonversi skor ke nilai standar berskala lima beserta pedoman
mengubah data kuantitatif menjadi kualitatif yang digunakan adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.3Pedoman Mengubah Data Kuantitatif Menjadi Kualitatif
Interval Skor Kategori
4 < X Sangat valid3,33 < X ≤ 4 Valid2,67 < X ≤ 3,33 Cukup valid2 < X ≤ 2,67 Kurang validX ≤ 2 Sangat kurang valid
Data-data yang diperoleh tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam
melakukan revisi tahap awal sebelum uji coba. Revisi akan dilakukan pada
bagian-bagian yang pencapaian aspek-aspeknya masih kurang. Hal tersebut dapat
dilihat dari kategori kevalidan yang diperoleh.
3.10.1.2 Data Angket Respon Guru dan Siswa
Angket respon guru dan siswa, masing-masing akan diperoleh penilaian dan
respon untuk setiap pernyataan dalam angket. Penilaian dan respon tersebut akan
83
diberi skor dan dipersentasekan berdasarkan aspeknya. Perhitungan tersebut
dilakukan dengan rumus yang diadaptasi dari rumus Yamasari (2010: 90).
Perhitungan persentase respon guru dan siswa mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menentukan kategori untuk setiap butir pernyataan dalam angket
berdasarkan alternatif pilihan jawaban yang diberikan
Pernyataan positif:
Sangat Sesuai diberi skor 5Sesuai diberi skor 4Cukup Sesuai diberi skor 3Kurang Sesuai diberi skor 2Tidak Sesuai diberi skor 1
Pernyataan negatif:
Sangat Sesuai diberi skor 1Sesuai diberi skor 2Cukup Sesuai diberi skor 3Kurang Sesuai diberi skor 4Tidak Sesuai diberi skor 5
2) Menghitung persentase respon tiap kategori tiap aspek
Persentase respon tiap kategori tiap aspek dihitung dengan rumus:
%100j-kekategorii-keaspekresponmaksimalJumlah
j-kekategorii-keaspekresponJumlahK ij
Keterangan: Kij = persentase respon aspek ke-i kategori ke-j
3) Menghitung persentase respon total tiap kategori
m
i 1ijj KK
Keterangan:
Kj = persentase respon total tiap kategori
84
m = banyaknya aspek
Perhitungan persentase respon positif guru dan siswa mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Memberi skor untuk setiap butir pernyataan dalam angket
berdasarkan alternatif pilihan jawaban yang diberikan
Pernyataan positif: Sangat Sesuai diberi skor 5Sesuai diberi skor 4Cukup Sesuai diberi skor 3Kurang Sesuai diberi skor 2Tidak Sesuai diberi skor 1
Pernyataan negatif: Sangat Sesuai diberi skor 1Sesuai diberi skor 2Cukup Sesuai diberi skor 3Kurang Sesuai diberi skor 4Tidak Sesuai diberi skor 5
2) Menghitung persentase respon tiap aspek
Persentase respon tiap aspek dihitung dengan rumus:
%100i-keaspekmaksimalSkor
R 1i
n
jjP
Keterangan: Ri = persentase respon aspek ke-i
Pj = skor pernyataan ke-j
n = banyaknya pernyataan dalam aspek ke-i
3) Menghitung rata-rata persentase total:
Rata-rata persentase total dihitung dengan rumus:
m
m
i 1
iRRT
Keterangan: RT = rata-rata persentase total
85
Ri = persentase respon aspek ke-i
m = banyaknya aspek
4) Menentukan kategori respon positif berdasarkan persentase yang
diperoleh
Kategori respon yang digunakan adalah menurut Yamasari (2010:
92), yaitu sebagai berikut:
85% ≤ RT: Sangat positif70% ≤ RT < 85%: Positif50% ≤ RT < 70%: Kurang positifRT < 50%: Tidak positifKet: RT = Rata-rata persentase respon
Data-data tersebut dapat diketahui respon siswa maupun guru terhadap media
yang telah dikembangkan. Selain itu masukan-masukan dari guru juga digunakan
sebagai pertimbangan untuk revisi tahap akhir.
3.10.2 Data Kuantitatif
Analisis data yang terakhir yaitu analisis statistik inferensial, analisis ini
digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas produk terhadap hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa Madrasah Aliyah Ma’arif NU 5 Sekampung
sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan learning berbasis
Schoology. Data uji coba kelompok sasaran dikumpulkan dengan menggunakan
Pre-Test dan Post-Test terhadap materi pokok yang diujicobakan. Hasil Pre-Test
dan Post-Test kemudian dianalisis menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedan
antara hasil Pre-Test dan Post-Test. Pengujian hipotesis digunakan uji t dengan
bantuan program komputer SPSS dan pentashihan hasil dengan penghitungan
manual. Adapun rumus untuk uji-t yaitu.
86
21
21
n
1
n
1s
XXt
Koyan (2012: 29)
Dimana
2nn
s1ns1ns
21
222
2112
Keterangan :
1X = rata-rata hasil belajar Pre-Test
2X = rata-rata hasil belajar Post-Testn1 = jumlah siswa Pre-Testn2 = jumlah siswa Post-Tests1 = standar deviasi hasil belajar Pre-Tests2 = standar deviasi hasil belajar Post-Tests = standar deviasi gabunganDengan kriteria uji terima H0 jika:
-t (1-½α)< t < t(1-½α), dk= n1 + n2 –2 (Susetyo, 2010: 203-204)
Hipotesis diterima apabila didapat nilai ttes yang dianalisis dari hasil Pre-Test dan
Post-Test lebih besar dari t-tabel yang didapat dari tabel kritis t, dengan jumlah
derajat kebebasan jumlah siswa pada Pre-Test dan siswa pada Post-Test.
3.11 Keabsahan Data
Moeloeng (2015: 165) Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
merupakan analisis data dengan mengecek dan memeriksa keabsahan data dengan
fenomena atau subyek studi maupun dokumentasi untuk membuktikan keabsahan
data yang peneliti kumpulkan. Dengan terkumpulnya data secara valid maka
selanjutnya diadakan analisis hasil penelitian dengan menyusun data-data yang
telah diperoleh dalam bentuk laporan hasil penelitian.
121
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengembangan media ini mengikuti model pengembangan Borg dan Gall
ada 10 langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan. Tahap
demi tahap telah dilaksanakan sesuai kebutuhan pengembangan. Salah satu
tahap yang utama adalah tahap development, yaitu pembuatan media serta
review ahli media, ahli materi dan ahli bahasa. Tujuan dari review oleh
ahli adalah untuk memperoleh masukan, kritik, serta saran perbaikan untuk
kesempurnaan media yang dikembangkan.
2. E-learning melalui media Schoology dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar dalam pembelajaran Sejarah siswa kelas XI
MA Ma’arif NU 5 Sekampung.
5.2 Implikasi
Implikasi dirumuskan berdasarkan temuan-temuan penelitian yang merupakan
konsekuensi untuk mencapai kondisi ideal dalam pelaksanaan program
pembelajaran pada bidang studi Sejarah yang berkualitas. Pembelajaran Sejarah
122
harus dirancang berdasarkan analisis kebutuhan yang akurat sehingga pelaksanaan
pembelajaran dapat terlaksana secara efektif, efisien dan hasilnya maksimal.
Pembelajaran dirancang menggunakan pembelajaran yang menekankan aktifitas
belajar menggunakan kemampuan berpikir kritis sehingga hasil belajarnya
maksimal.
5.3 Saran
Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan dalam mengembangkan
pembelajaran Sejarah adalah sebagai berikut:
1. Kepada para siswa agar lebih memupuk sifat bertanggung jawab dan
meningkatkan motivasi belajar di dalam kelas.
2. Bagi guru, dalam proses pembelajaran sebaiknya guru Sejarah mengurangi
pembelajaran yang bersifat konvensional tetapi memanfaatkan teknologi
dan komunikasi dengan menggunakan media yang komputer dan internet,
misalnya dalam proses pembelajaran Sejarah menggunakan media
E-learning melalui media Schoology. Sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
3. Kepada sekolah untuk dapat mengembangkan media pembelajaran yang
dapat mendukung proses pembelajaran agar pembelajaran Sejarah lebih
menarik, tidak membosankan, dan memotivasi siswa.
4. Kepada peneliti lain, kegiatan penelitian ini sangat bermanfaat khususnya
bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan penelitian ini
dikembangkan lebih lanjut pada materi dan populasi yang lebih luas.
123
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Rineka Cipta, Jakarta.
Adhim, Fauzan. 2011. Hubungan Pendidikan Karakter Terhadap KecerdasanEmosional Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas KanjuruhanMalang, Jurnal Inspirasi Pendidikan Universitas Kanjuruhan Malang
Ahmadi, Abu. & Tri Prasetya, Joko. 2015. Strategi Belajar Mengajar UntukFakultas Tarbiyah Komponen MKDK. Pustaka Setia, Bandung.
Akhmad Fathurohman 2011, Tesis, Pengaruh Pengembangan ModelPembelajaran E-Learning Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaFakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang, Diaksesdari: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-akhmadfath-6363-1-fathur.pdf
Aldrich, Clark. 2010. Learning Online with Games, Simulations, and VirtualWorlds: Strategies for Online Instruction. IGI Globa, USA.
Ali Hidayat 2006, Tesis: Pengaruh Penggunaan E-learning Terhadap Motivasidan Efektivitas Pembelajaran Fisika Bagi Siswa SMA Studi Kasus DiSMA Negeri 1 Depok. Diakses dari:http://lib.unnes.ac.id/17136/1/1102408024.pdf
Alvin S. Sicat., 2015 Enhancing College Students’ Proficiency in BusinessWriting Via Schoology. International Journal of Education and ResearchVol. 3 No. 1 January 2015.
Amiruddin. 2016. Peran Pendidikan Sejarah Dalam Membangun KarakterBangsa, Seminar Nasional “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial MembentukKarakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global” Kerjasama:Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan Himpunan SarjanaPendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion Hotel, Makassar,29 Oktober 2016
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik EdisiRevisi. Rineka Cipta, Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo, Jakarta.
124
Basori. 2013. “Pemanfaatan Social Learning Network Schoology dalamMembantu Perkuliahan Teori Bodi Otomotif di Prodi PTM JPTK FKIPUNS”. JIPTEK, Vol. No. 21.
Biswas. Shampa. 2013. Schoology-Supported Classroom Management: ACurriculum Review. Journal Fall 2013, Volume 11, Number 2 188.
Borg, W.R. & Gall, MD. 2003, Educational Research An Introduction SeventhEdition, University of Oregon Utah
Budiningsih, Asri C. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Choirudin. 2015. Efektifitas Pembelajaran Matematika Dengan E-LearningBerbasis Schoology, Jurnal Repository UT
___________ , 2017. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Schoology, JurnalMatematika dan Pendidikan Matematika Numerical Vol. 1, No. 2,Desember 2017, Hal 101 – 126
Clark, D. 2010. Defining eLearning. [Online]. Diakses dari:http://nwlink.com/~Donclark/hrd/elearning/define.html [24 Juli 2016].
Crismono, Prima Cristi. 2017. Pengaruh Outdoor Learning TerhadapKemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa, Jurnal PendidikanMatematika dan Sains UNY
Daldjoeni, N, 2008, Geografi Kota dan Desa. Penerbit Alumni. Bandung
Degeng. 2006. Teori Belajar dan Strategi Pembelajaran. Citra Raya. Surabaya.
Desmita. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja RosdaKarya.
Dike. 2008. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Model TASCThanking Actively in a Social Context pada Pembelajaran IPS SD. Tesistidak diterbitkan. Program Pasca Sarjan UNY, Yogyakarta.
Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Djamarah, Saiful Bahri., Zain, Azawar. 2013. Strategi Belajar Mengajar. RinekaCipta, Jakarta.
Fathurohman, Akhmad. 2011, Tesis, Pengaruh Pengembangan ModelPembelajaran E-Learning Terhadap Prestasi Belajar MahasiswaFakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang,
125
Fathurrohman, Pupuh. & Sobry, Muhammad. 2007. Strategi Belajar MengajarMelalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. PT. RefikaAditama, Bandung
Fauzan, Adhim, 2011. Hubungan Pendidikan Karakter Terhadap KecerdasanEmosional Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas KanjuruhanMalang, Jurnal Inspirasi Pendidikan Universitas Kanjuruhan Malang
Ferdinand P, Fictor dan Ariebowo, Moekti. 2009. Praktis Belajar Biologi. Jakarta:Pusat Perbukuan.
Forcier, Richard dan Descy, Don. 2005. The Computer as An Educational Tool:Productivity and Problem Solving. Pearson Education, New Jersey.
Hanum, Numiek Sulistyo 2013, Keefektifan E-Learning Sebagai MediaPembelajaran Studi Evaluasi Model Pembelajaran E-Learning SmkTelkom Sandhy Putra Purwokerto, Jurnal Pendidikan Vokasi,
Hassoubah, 2015. Cara Berpikir Kritis dan Kreatif. Bandung: Nuansa
Hidayati, Novi. 2010. Sistem E-learning Untuk Meningkatkan Proses BelajarMengajar: Studi Kasus Pada Sma Negeri 10 Bandar Lampung, JurnalTelematika MKom, Vol.2 No.2, September 2010 ISSN 2085-725X.
http://schoology.com
https://www.youtube.com/watch?v=ZRU93--5aOg
https://www.youtube.com/watch?v=PfSlRk9hokaaQ
https://www.youtube.com/watch?v=4JwruATFkFI
Hugiono dan P.K.Poerwantana. 2012. Pengantar Ilmu Sejarah. PT Bina Aksara.Jakarta
Ismaun. 2013. Pengantar Belajar Sejarah sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan.Bandung: Historia Utama Press
Johnson. 2002. Contextual Teaching and Learning. Menjadikan Kegiatan BelajarMengajar Mengasikkan dan Bermakna. PT. MLC, Bandung.
Kamil, Siahaan. 2010. E-learning Sebuah Prospek Pembelajaran. Diakses dari:http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_LUAR_SEKOLAH/196111
126
Kartodirjo, Sartono 2012. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: SejarahPergerakan Nasional.
Kean Wah, Lee. 2013 Understanding the Blended Learning Experiences ofEnglish Language Teachers in a Distance TESL Degree Programme inMalaysia, Jurnal Teknologi Social Sciences
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Sejarah Indonesia UntukSMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2, Kementerian Pendidikan danKebudayaan, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.
Kowiyah. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No.5 – Desember 2012
Koyan, I Wayan. 2012. Buku Ajar 2012; Statistik Teknik Analisis DataKuantitatif: Universitas Pendidikan Ganesha Press. Singaraja
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT. Bintang Pustaka
Kurt, Lewin. 1947. A Dynamic Theory of Personality: Selected Papers. NewYork: McGraw-Hill.
Kuswadi. 2006. Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. ElexMedia Komputindo. Jakarta
Lantip Diat Prasojo 2010, Disertasi: model pembelajaran berbasis E-learningpada Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Yogyakarta. Diakses dari:http://eprints.uny.ac.id/9716/4/bab%205%20-%20NIM%2007101241020.pdf
Lee, Kean Wah, Choon Keonga, T., Lajiuma, Denis, Shi Ing, N., 2013.Understanding the Blended Learning Experiences of English LanguageTeachers in a Distance TESL Degree Programme in Malaysia. JurnalTeknologi Social Sciences 65:2 2013
Mchichi, Tarik, Afdel, Karim., 2012. Exploiting Web 2.0 Technologies inPromoting Learning Activities E-learning - Web 2.0 Platform. ISESCOJOURNAL of Science and Technology, Volume 8 – Number 14 November2012 13-18.
Moeloeng, J. Lexy. 2005. Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,Bandung.
Moeng. 2004. IBM Tackles Learning in the Workplace. [Online]. tanggal akses 14Februari 2016
127
Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian, Ghalia Indo, Jakarta.
Ni Wyn. Mei Ananda Putri, Nyoman Jampel, I Kadek Suartama. 2014.Pengembangan E-learning Berbasis Schoology. Journal EdutechUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan Volume:2 No. 1 Tahun 2014.
Noormandiri, B.K., Endar Sucipto, Sejarah untuk SMA Jilid 1. Jakarta: Erlangga,2013.
Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. UMPress, Malang.
Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk SatuanPendidikan Dasar dan Menengah
Prasojo. 2010. Model Pembelajaran Berbasis E Learning Pada Prodi ManajemenPendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.Yogyakarta: Disertasi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas NegeriYogyakarta
Pratiwi , Dwi Rani. 2012. Pengaruh Pemanfaatan Internet Terhadap Hasil BelajarSiswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi danKomunikasi di SMA Negeri 1 Pengasih. Jurnal Elektronik PendidikanTeknik Informatika. 1,Volume 1, No: 3
Putra, Pramudya Dwi Aristya, Sudarti. 2015. Pengembangan Sistem E-Learninguntuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis MahasiswaPendidikan Fisika, Jurnal Fisika Indonesia
Ratna. 2004 diakses dari: http://www.pendidikankarakter.org/articles_004.html
Rismayanti, Anti. 2012. Mengenal Lebih Dekat Edmodo Sebagai Media E-learning dan Kolaborasi, diakses dari:http://download.smkn1majalengka.sch.id
Riyana. 2007. Konsep Dasar E-learning. Dokumen presentasi pada perkuliahanE-learning di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FakultasIlmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Rusman. 2009. Pemanfaatan Internet untuk Pembelajaran, dalam TeknologiInformasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran. Jurusan Kurikulum dan
128
Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PendidikanIndonesia. Bandung
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Kencana Prenada Media, Jakarta.
Santrock, John, W., 2008. Psikologi Pendidikan. Penerbit Kencana. Jakarta
Sembiring, Suwah. 2013. Sejarah SMA/MA kelas XI, Jakarta: YRama Widya
Setyosari, Punaji, 2010. Metode penelitian pendidikan dan pengembangan.Kencana. Jakarta
Sidi, Gizalda. 2009. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Bhatara Karya Aksara.Jakarta
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.Boston: Allyn and Bacon
Soemanto, Wasty. 2012. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja PemimpinPendidikan. Rineka Cipta Edisi Revisi. Jakarta
Stockley, Derek. 2003. Consultant Home. Tanggal Akses: tanggal akses 14Februari 2016
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Setatistik Pendidikan Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Suhmaji. 2014. Variasi Konstruk dalam pembelajaran Matematika JurnalKaunia, (9): 3.
Susetyo, B. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitan. Refika Aditama,Bandung.
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. PT RemajaRosdakarya. Bandung
The American Society for Training and Development/ASTD. 2012. Definition ofE-learning. tanggal akses 14 Februari 2016
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wena. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara, Jakarta.
Wensi Ronald Lesli Paat 2014, Tesis, Analisis dan Pembangunan E-LearningProgram Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komunikasi
129
Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado, Diakses dari: http://e-journal.uajy.ac.id/6555/1/MTF001901.pdf
Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Seminar Pelatihanpenyusunan LKS untuk Guru SMK/MAK pada Kegiatan PengabdianKepada Masyarakat Jurusan Pendidikan FMIPA Universitas NegeriYogyakarta.
Yamasari, Yuni. 2010. Pengembangan media Mata pelajaran sejarah BerbasisICT yang Berkualitas. Seminar Nasional Pascasarjana X-ITS, Surabaya,4 Agustus 2010.
Yazdi, Mohammad. 2012. E-learning Sebagai Media Pembelajaran InteraktifBerbasis Teknologi Informasi, Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1,Maret 2012.