PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK MENULIS …digilib.unila.ac.id/57965/3/TESIS TANPA BAB...
Transcript of PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK MENULIS …digilib.unila.ac.id/57965/3/TESIS TANPA BAB...
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK MENULIS TEKS ANEKDOTBERBASIS PROJECT BASED LEARNING UNTUK SISWA KELAS X SMK
(Tesis)
Disusun oleh
Nadya Arizona
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAJURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LKPD MENULIS TEKS ANEKDOTBERBASIS PROJECT BASED LEARNING UNTUK SISWA KELAS X SMK
Oleh
NADYA ARIZONA
Permasalahan penelitian ini berkaitan dengan pengembangan LKPD menulis teks
anekdot berbasis project based learning untuk siswa kelas X SMK. Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkapkan permasalahan dan mengembangkan produk
bahan ajar (LKPD), mendeskripsikan kelayakan produk bahan ajar (LKPD), dan
menguji efektivitas bahan ajar berupa “LKPD Menulis Teks Anekdot Berbasis
Project Based Learning untuk Siswa Kelas X SMK”.
Metode penelitian menggunakan desain penelitian dan pengembangan yang
mengadaptasi tiga dari sepuluh langkah dalam prosedur penelitian dan
pengembangan menurut Borg and Gall. Teknis pengumpulan data dengan
observasi, wawancara, dan penyebaran angket di tiga sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) berhasil dikembangkan bahan ajar
berupa “LKPD Menulis Teks Anekdot Berbasis Project Based Learning untuk
Siswa Kelas X SMK”, 2) kelayakan lembar kegiatan peserta didik secara
keseluruhan dinyatakan “sangat layak” oleh ahli materi, ahli media, dan
praktisi dengan persentase penilaian 81,60, 85,47, dan 82,57, 3) lembar
kegiatan peserta didik efektif meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot
pada masing-masing sekolah dengan nilai N-gain sebesar (0,33), (0,35), dan
(0,52) termasuk dalam kategori sedang.
Kata kunci: lembar kegiatan peserta didik, teks anekdot, project based learning.
ABSTRACT
DEVELOPING STUDENTS' WORKSHEET IN WRITING ANECDOTETEXT BASED ON PROJECT ABSED LEARNING FOR THE TENTH
GRADERS OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL
BY
NADYA ARIZONA
The problem in the research is connected to the students' worksheet development
in writing anecdote bases on the project based learning for the tenth graders of
vocational high school. The purpose of the research is to create a teaching
material product, describe the advisability of teaching product, and examine the
effectivity of teaching material.
Research design and development that adapt the three tenth steps of research
procedure and development by Borg and Gall were used as the methos of the
research. Observation, interview, and questionairre were used to collect the data at
three different schools.
The results of the research show that the students' worksheet in writing anecdote
text is 1) successfully developed; 2) stated advisable by the expert of media,
material, and practitioners with the 81.60, 85.47, and 82.57 scoring percentage;
and 3) effective in increasing the students' skill in writing the anecdote text in
each school with the N-gain (0.33), (0.35), and (0.52) that are categorised as
middle.
Keywords: students' worksheet, anecdote text, project based learning
PENGEMBANGAN LKPD MENULIS TEKS ANEKDOTBERBASIS PROJECT BASED LEARNING UNTUK SISWA KELAS X SMK
Oleh
NADYA ARIZONA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaJurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro, Lampung pada 18 September 1994, sebagai anak keempat
dari empat bersaudara, dari Bapak Sutrisno dan Ibu Lismiati. Penulis mulai mengenyam
pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyah Metro diselesaikan pada tahun
2001, Sekolah Dasar (SD) di SD Pertiwi Teladan Metro diselesaikan pada tahun 2006,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Al-Kautsar Bandarlampung diselesaikan pada
tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN3 Metro diselesaikan pada tahun
2012. Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan melalui Ujian Mandiri (UM). Tahun 2017 penulis menjadi mahasiswa Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung.
MOTO
)ا6) إن مع العسر یسر(5فإن مع العسر یسرا (
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudahkesulitan itu ada kemudahan." (Qs. Asy Syarh: 5-6)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Untuk segenap kesabaran akan sebuah penantian terikat dengan kekuatan kasih,
cinta, dan rasa syukur hamba kepada Allah SWT. Sang Illahi berkuasa di atas
segalanya yang telah banyak memberikan keajaiban bagiku agar selalu bersabar
dan bersyukur dalam menepaki sepenggal warna kehidupan-Nya untuk mampu
berdiri dan menetap ke depan dengan optimis, aku persembahkan tesis ini kepada.
1. Kedua Orangtua
Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Lismiati, terima kasih atas doa yang terus kau
lantunkan, menasehati tanpa lelah, dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan ini.
2. Ketiga Kakakku
Astria Violita, Nicky Trisyana, dan M. Nanda Ramadhan, terima kasih untuk
motivasi, dukungan, dan usaha untuk memberikan keceriaan.
3. Suamiku Tercinta
Fandu Chairul Nur, seseorang yang Allah pilihkan untuk menjadi Imam
dalam Shalatku, pemilik tangan gagah yang akan selalu menolongku ketika
aku terpuruk dan jatuh, dan sang nahkoda yang akan menuntun dan
membimbingku menuju Surga Illahi. Terima kasih atas segala dukungan dan
kasih sayangmu.
4. Almamater
Terima kasih telah mendewasakanku dalam berpikir, bertutur, bertindak, dan
memberikanku banyak pengalaman yang tidak terlupakan.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
karunia, dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul Pengembangan LKPD Menulis Teks Anekdot Berbasis Project
Based Learning untuk Siswa Kelas X SMK. Tesis ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar magister Strata 2 (S2) pada Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Dalam proses penyusunan tesis ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa sebagai wujud rasa hormat
penulis. Pihak-pihak tersebut sebagai berikut.
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung;
3. Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung;
4. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni, Universitas Lampung sekaligus sebagai validator ahli materi
yang telah bersedia memberikan pengarahan, bimbingan, saran, dan
nasihat selama penulisan tesis ini;
5. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. sebagai pembimbing I yang telah
membimbing, memberi arahan, saran-saran, motivasi, dan nasihat yang
sangat bermanfaat dengan penuh kebijakan dan kesabaran hingga tesis ini
selesai.
6. Dr. Sumarti, M.Hum., sebagai pembimbing II yang telah membimbing,
memberi arahan, saran-saran, motivasi, dan nasihat yang bermanfaat dengan
penuh kebijakan hingga tesis ini selesai.
7. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberi
banyak arahan, saran-saran, dan nasihat dengan penuh kebijakan terhadap
penulis hingga tesis ini selesai.
8. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung.
9. Bapak Amarulloh, M.Kom., selaku validator ahli media untuk bahan ajar
dari unsur media pembelajaran.
10. Ibu Sari Yunis, M.Pd., selaku validator praktis untuk bahan ajar dari
unsur praktisi pembelajaran.
11. Fisnia Praami, M.Pd., guru bahasa Indonesia SMKN 3 Metro, Nova
Cahya, S.Pd. guru bahasa Indonesia SMK Muhammadyah 2 Metro, dan
Ibu Heni Triwastuti, S.Pd. guru bahasa Indonesia SMKN 2 Metro.
12. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Seni dan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya
selama perkuliahan.
13. Ayahanda (Sutrisno) dan Ibunda (Lismiati) yang penulis cintai, yang selalu
dengan sabar memberikan nasihat, selalu mendoakan dan lapang dada, dan
mendengarkan keluh kesah penulis selama proses mendapatkan sebuah
gelar Magister Strata 2 (S2).
14. Ketiga kakakku (Astria Violita, Nicky Trisyana, M. Nanda Ramadhan)
yang selalu dengan sabar memberikan perhatian, motivasi, doa dan kasih
sayang kepada penulis.
15. Suamiku Fandu Chairul Nur, yang telah memberikan semangat,
motivasi, dan kesetiaannya untuk menemani selama penulis membuat
tesis ini.
16. Sahabat Tersayang (Fitri Anggraini, Tika Qurratun, Faris Hidayahtulloh,
Hendri Wakaimbang, Teguh, Rischa, Pulsha, Dika,) terima kasih atas
keceriaan, kebersamaan, dukungan dan setia menemani dari awal
perkuliahan hingga penulis menyelesaikan tesis ini.
17. Teman-teman Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2017, terimakasih atas kebersamaan yang luar biasa
indah yang telah teman-teman berikan.
18. Keluarga besar SMK Karya Wiyata, terima kasih atas dukungan, pengertian,
dan perhatian selama penulis menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna. Untuk
itu, kritik, dan saran pembaca sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini
bermanfaat dan berguna bagi kita.
Bandar Lampung, Mei 2019
Nadya ArizonaNPM 1723041025
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………………. iHALAMAN JUDUL …………………………………………………… vLEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………. viRIWAYAT HIDUP …………………………………………………….. viiPERSEMBAHAN……………………………………………………….. viiiMOTO ………………………………………………………………….... ixSANWACANA ………………………………………………………….. xDAFTAR ISI …………………………………………………………….. xiDAFTAR TABEL ………………………………………………………. xviDAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xviii
1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 91.3 Tujuan Masalah................................................................................. 91.4 Spesifikasi Produk Pengembangan .................................................. 91.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 101.6 Ruang Lingkup ................................................................................. 12
2. LANDASAN TEORI2.1 Bahan Ajar ......................................................................................... 13
2.1.1 Fungsi Bahan Ajar ....................................................................... 132.1.2 Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar .............................. 142.1.3 Jenis Bahan Ajar ......................................................................... 16
2.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ................................................. 222.2.1 Komponen LKPD ........................................................................ 222.2.2 Fungsi LKPD ............................................................................... 242.2.3 Tujuan LKPD ............................................................................... 252.2.4 Langkah-langkah Penyusunan LKPD .......................................... 26
2.3 Pengertian Menulis ............................................................................. 272.3.1 Tujuan Menulis ............................................................................ 28
xiv
2.3.2 Manfaat Menulis .......................................................................... 302.4 Teks Anekdot ..................................................................................... 312.5 Pembelajaran Berbasis Project Based Learning ................................ 32
2.5.1 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Project Based Learning .... 342.5.2 Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Project Based Learning .. 372.5.3 Kelebihan Pemebelajaran Berbasis Project Based Learning ....... 382.5.4 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Project Based
Learning ........................................................................................ 42
2.5.5 Perbedaan Penekanan Pembelajaran Berbasis Proyek danPembelajaran Tradisional ............................................................. 45
2.5.6 Langkah-langkah Mendesain Suatu Proyek ................................. 472.5.7 Prosedur atau Desain Pembelajaran Berbasis Project Based
Learning ....................................................................................... 492.5.8 Pedoman Bimbingan Pembelajaran Berbasis Proyek ................... 51
3. METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 553.2 Tempat Penelitian ............................................................................ 563.3 Prosedur Pengembangan .................................................................. 56
3.3.1 Studi Pendahuluan ..................................................................... 603.3.2 Proses Pengembangan Produk ................................................... 623.3.3 Evaluasi Produk ......................................................................... 65
3.4 Sumber Data dan Subjek Penelitian ................................................. 653.5 Analisis Data ................................................................................... 663.6 Instrumen .......................................................................................... 67
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 86
4.1.1 Studi Pendahuluan ...................................................................... 874.1.2 Analisis Kebutuhan .................................................................... 97
4.2 Pengembangan Produk ..................................................................... 984.2.1 Desain Produk Awal .................................................................. 984.2.2 Validasi Desain .......................................................................... 105
4.2.2.1 Validasi Ahli Materi ............................................................. 1064.2.2.2 Validasi Ahli Media ............................................................. 1084.2.2.3 Validasi Praktisi ................................................................... 109
4.2.3 Revisi Desain ............................................................................. 1114.2.4 Uji Coba Produk ......................................................................... 113
4.2.4.1 Uji Coba Kelas Kecil ........................................................... 1134.2.4.2 Uji Coba Skala Besar ........................................................... 117
4.2.5 Revisi Produk.............................................................................. 1384.2.6 Produk Akhir Bahan Ajar ........................................................... 1394.2.7 Uji Efektivitas Produk ................................................................ 140
4.3 Pembahasan ..................................................................................... 148
xv
4.3.1 Karakteristik LKPD Teks Anekdot untuk MeningkatkanKeterampilan Menulis Siswa Kelas X SMK.............................. 148
4.3.2 Hasil Uji Efektivitas LKPD Berbasis Project Based Learning . 153
5. SIMPULAN DAN SARAN5.1 Simpulan ........................................................................................... 1565.2 Saran .................................................................................................. 158
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Proyek 46Tabel 2.2 Langkah-langkah Mendesain Proyek ................................... 47Tabel 2.3 Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Project Based Learning 49Tabel 3.1 Subjek Penelitian ................................................................... 65Tabel 3.2 Penilaian Kelayakan Pengembangan LKPD .......................... 66Tabel 3.3 Konversi Penilaian Pengembangan LKPD ........................... 66Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi N-gain .................................................... 67Tabel 3.5 Indikator Menulis Teks Anekdot ........................................... 69Tabel 3.6 Instrumen Kerangka LKPD ................................................... 72Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket Wawancara Guru terhadap Kebutuhan LKPD 73Tabel 3.8 Kisi-kisi Angket Wawancara Siswa Terhadap Kebutuhan LKPD 74Tabel 3.9 Instrumen Evaluasi Formatif LKPD Menulis Teks Anekdot 76Tabel 3.10 Instrumen Penilaian Teman Sejawat/Praktisi Uji Coba LKPD 77Tabel 3.11 Instrumen Uji Coba LKPD kepada Siswa sebagai Pengguna 79Tabel 3.12 Soal Uji Teks Anekdo ……………………………..….…. 82Tabel 3.13 Penskoran Teks Anekdot …………………………..….… 82Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Teks Anekdot ……………………… 83Tabel 3.15 Kategori Penilaian Teks anekdot ………………………… 85Tabel 4.1 Hasil Wawancara Guru Terhadap Kebutuhan Bahan Ajar ... 87Tabel 4.2 Analisis Hasil Rekapitulasi Angket Analisis Kebutuhan Siswa 93Tabel 4.3 Kompetensi Inti …………………………………………… 100Tabel 4.4 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi .. 100Tabel 4.5 Uji Validasi Ahli Materi ………………………………….. 106Tabel 4.6 Hasil Validasi Ahli Materi ………………………………... 107Tabel 4.7 Uji Validasi Ahli Media ………………………………...… 108Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Media ……………………………….... 109Tabel 4.9 Uji Validasi Praktisi ………………………………………. 110Tabel 4.10 Hasil Validasi Praktisi …………………………………… 111Tabel 4.11 Saran Perbaikan LKPD Ahli Materi …………………….. 112Tabel 4.12 Saran Perbaikan LKPD Ahli Media ……………………... 112Tabel 4.13 Saran Perbaikan LKPD Praktisi …………………………. 113Tabel 4.14 Hasil Uji Penggunaan LKPD pada Skala Kecil …………. 116Tabel 4.15 Hasil Uji Penggunaan LKPD Skala Luas di SMKN 3 Metro 120Tabel 4.16 Hasil Uji Penggunaan LKPD Skala Luas di SMK
xvii
Muhammadyah Metro…………………………………………… 125Tabel 4.17 Hasil Uji Penggunaan LKPD Skala Luas di SMKN 2 Metro 129Tabel 4.18 Tingkat Kelayakan oleh Guru Bahasa Indonesia ……….. 131Tabel 4.19 Hasil Penilaian LKPD pada Uji Skala Luas Responden Siswa 134Tabel 4.20 Hasil Penilaian LKPD pada Uji Skala Luas Responden Guru 137Tabel 4.21 Saran Perbaikan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia …… 138Tabel 4.22 Saran Perbaikan Siswa SMK …………………………… 139Tabel 4.23 Perbandingan Nilai Hasil Pratest dan Pascatest ……….. 142Tabel 4.24 Daftar Nama Responden SMKN 3 Metro ………………. 142Tabel 4.25 Daftar Nama Responden SMK Muhammadyah 2 Metro .. 144Tabel 4.26 Daftar Nama Responden SMKN 2 Metro ……………… 146
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Project Based Learning .............. 54Gambar 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D ................... 57Gambar 3.2 Tahapan-tahapan R&D ...................................................... 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Meningkatkan sumber daya manusia agar menjadi sumber daya yang berkualitas
akan melahirkan generasi penerus bangsa dengan mutu tinggi. Meningkatkan
sumber daya manusia tersebut dapat dimulai dari meningkatkan pendidikannya.
Peningkatan pendidikan dapat dilakukan melalui pembelajaran yang inovatif dan
kreatif. Kurikulum 2013 saat ini menggunakan pembelajaran yang berbasis teks,
melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004
dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006. Kurikulum 2013
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu
(Kemendikbud, 2013: 72).
Kurikulum 2013 menuntut pada pendidikan yang berkarakter bukan hanya
mengajarkan yang benar atau yang salah saja, tetapi pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan yang baik sehingga peserta didik mampu memahami
pengetahuan mana yang baik dan mana yang salah (ranah kognitif), memiliki
keterampilan yang baik di masyarakat atau di lingkungan sekolah (ranah afektif),
dan dapat melakukannya di kehidupan sehari-hari (ranah psikomotorik).
Pembelajaran bahasa Indonesia mencapai kompetensi antara pemahaman teks
sastra dengan pemahaman teks non-sastra.
2
Pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan pengetahuan berbahasa,
tetapi juga sebagai alat untuk menjawab tataran masyarakat sekitar. Pembelajaran
di sekolah terutama pembelajaran bahasa Indonesia tidak akan berhasil jika guru
tidak memiliki bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar di kelas. Bahan ajar dapat berupa tulis dan tidak tertulis. Bahan ajar
terdapat beberapa macam bentuk dan model yang biasa dipergunakan, yaitu buku,
modul, handout, LKS (Lembar Kerja Siswa), brosur, dan lain-lain. Bentuk bahan
ajar tersebut merupakan jenis bahan ajar visual. Adapun jenis bahan ajar lainnya,
yaitu bahan ajar audio, audio visual, dan multimedia interaktif.
Sutjipta dan Swacita (2006: 7) menyatakan bahan ajar memiliki beberapa manfaat
yaitu: (1) pendidik dapat memberikan orientasi kepada peserta didik dengan lebih
mudah; (2) pendidik lebih mudah membuat variasi pengajaran dan tidak terikat
memberi teori saja; (3) proses belajar peserta didik lebih baik, lebih lengkap, lebih
cepat, dan lebih aktif; (4) peserta didik dapat mempersiapkan diri di rumah; (5)
peserta didik dapat membaca kembali hal-hal yang belum jelas; (6) peserta didik
dapat diberi tugas rumah secara teratur; (7) motivasi belajar peserta didik lebih
tinggi; (8) informasi tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peserta didik
dapat diberikan; dan (9) kesulitan mengenai bahasa dapat diatasi. Memilih dan
menentukan bahan ajar harus bertujuan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa
bahan ajar dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi sehingga bahan
ajar dapat dibuat dengan kebutuhan KD (Kompetensi Dasar). Bahan ajar terdapat
berbagai macam dan model bahan ajar yang sering digunakan. Menurut Sani dan
Imas (2004: 60), macam dan bentuk bahan ajar yang sering digunakan pada
3
jenjang terendah sampai tertinggi yaitu: 1) buku; 2) modul; 3) analisis KI
(Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar), dan 4) handout. Menurut
Dwicahyono dan Daryanto (2014: 173), yaitu bahan ajar pandang (visual), bahan
ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audio visual), dan bahan ajar
multimedia interaktif.
Bahan ajar dalam penelitian ini menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik atau
LKPD. LKPD dapat disebut juga dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKPD
merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang
harus dikerjakan peserta didik yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus
dicapai (Prastowo, 2015: 204). LKPD sangat berperan penting bagi pembelajaran
di kelas untuk memecahkan suatu masalah.
Menurut Trianto dalam jurnal Siti (2017: 133), LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang dilakukan peserta didik
untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar
sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Di dalam LKPD
terdapat indikator yang harus dicapai, yaitu pembelajaran teks anekdot.
Pembelajaran teks anekdot pada Kurikulum 2013 terdapat pada kompetensi dasar
kelas X SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Kosasih dalam Meliza (201: 93),
memaparkan teks anekdot tidak semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu, tetapi
juga berupa pesan yang diharapkan bisa memberikan pelajaran pada khalayak.
Anekdot merupakan teks lucu yang mengesankan. Anekdot adalah cerita singkat
dan lucu yang digunakan untuk menyampaikan kritik melalui sindiran lucu
4
terhadap kejadian yang menyangkut orang banyak atau perilaku tokoh publik
(Kemendikbud, 2015). Pembelajaran teks anekdot dalam pokok bahasan yang ada
di dalam silabus terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) 3.5 Menganalisis Teks
Anekdot Dari Aspek Makna Tersirat dan 3.6 Mengevaluasi Struktur Dan
Kebahasaan Teks Anekdot.
Pembelajaran teks anekdot, siswa diminta untuk mengembangkan cerita humor
yang memberikan kesan menarik. Hal utama dalam penulisan teks anekdot yaitu
kreativitas seorang anak dalam menulis dan menciptakan sendiri karyanya
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada kenyataannya, pembelajaran di
dalam kelas selalu diarahkan dengan teoritis, sehingga siswa tidak mampu
mengembangkan ide-ide atau karya yang siswa miliki dan tidak tercapainya
pengembangan siswa pada keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan belajar-
mengajar pada saat pembelajaran menulis teks anekdot, siswa masih banyak
mengalami kesulitan untuk menuangkan ide atau gagasan pikiran dalam bentuk
paragraf.
Kesulitan lain dalam menulis teks anekdot yaitu siswa bingung harus mulai
menulis teks dan menyusunnya sebagai bentuk paragraf yang baik dan benar
akibat metode pembelajaran guru dalam kelas yang kurang menarik. Metode
dalam pembelajaran sangat dibutuhkan pada guru agar peserta didik mampu
menciptakan dan mengembangkan menulis teks anekdot yang kreatif dan
berkesan. Teks anekdot ialah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan
kejadian yang sebenarnya (Kemendikbud, 2013: 111).
5
Teks anekdot dalam pembelajaran bahasa Indonesia terlihat jelas dalam
Kompetensi Dasar Keterampilan, yaitu menciptakan kembali teks anekdot dengan
memperhatikan struktur dan kebahasaan baik lisan maupun tulis. Begitu
kompleksnya kegiatan tersebut, sehingga diperlukan strategi pembelajaran
sehingga penulis tertarik untuk melakukan pengembangan bahan ajar berupa
LKPD menulis teks anekdot. Model atau strategi pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk menyelesaikan masalah, kreatif dalam berpikir, interaktif,
dan mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata, yaitu Project Based Learning
(PBL). Strategi pembelajaran Project Based Learning (PBL) merupakan
pembelajaran inovatif yang memfokuskan pada belajar kontekstual melalui
kegiatan yang kompleks (CORD dalam Sutirman, 2013).
Suzie & Jane dalam Sutirman (2013) menyatakan, bahwa “Project based learning
is strategy certain to turn traditional classroom upsie down”. Project Based
Learning adalah suatu strategi untuk mengubah kelas tradisional. Project Based
Learning ini mengajarkan siswa untuk mandiri dalam menyelesaikan tugas. Waras
Kamdi dalam Sutirman, (2013) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis proyek
dianggap cocok sebagai suatu model untuk pendidikan yang merespons isu-isu
peningkatan kualitas pendidikan kejuruan dan perubahan-perubahan besar yang
terjadi di dunia kerja. Berbeda dengan pembelajaran tradisional, yang umumnya
bercirikan praktik kelas yang berdurasi pendek dan aktivitas pembelajaran
berpusat pada guru, model Project Based Learning menekankan kegiatan belajar
yang relatif berdurasi panjang, holistik-interdisipliner, berpusat pada siswa, dan
terintegrasi dengan praktik dan isu-isu dunia nyata.
6
Berdasar pada hasil wawancara, observasi, dan angket analisis guru kelas yang
dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Metro, SMK N 3 Metro, dan SMK N 2
Metro, guru sudah menggunakan Kurikulum 2013. SMK Muhammadiyah 2
Metro, SMK N 3 Metro, dan SMKN 2 Metro merupakan SMK yang
menggunakan Kurikulum 2013 dari pertama diterapkannya kurikulum tersebut
hingga saat ini. Guru kelas yang bersangkutan sudah menggunakan buku teks
yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Sejalan dengan hasil wawancara kepala
sekolah, bahwa buku teks yang disediakan di sekolah sudah mengikuti Kurikulum
2013 sesuai dengan kebijakan yang berjalan. Namun, buku teks pelajaran bahasa
Indonesia Kurikulum 2013 yang ada di sekolah jumlahnya masih terbatas dan ada
yang sudah cukup. Setiap kelas peserta didik masih ada yang belum dapat buku
teks bahasa Indonesia, sehingga beberapa peserta didik menggunakan satu buku
untuk bersama. Jadi, guru dan kepala sekolah memberikan kebijakan untuk setiap
peserta didik diperbolehkan meminjam buku teks yang ada di perpustakaan atau
ruang baca yang sesuai dengan Kurikulum 2013 untuk menunjang belajar peserta
didik baik di rumah.
Proses pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru. Kesibukan guru yang
menjelaskan full materi di kelas membuat kurang terkendalinya kelas. Peserta
didik kurang aktif untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan permasalahan yang
telah diajukan oleh guru. Guru belum ada yang mencoba menggunakan
pendekatan lain untuk memberikan variasi dalam pembelajaran.
Bahan ajar yang digunakan tiga sekolah tersebut menggunakan buku teks yang
disediakan oleh sekolah. Berdasarkan informasi yang disampaikan guru, kepala
7
sekolah, dan peserta didik, diketahui bahwa bahan ajar pada tiga SMK tersebut
menggunakan buku teks yang tersedia di sekolah. Hal ini dapat dibuktikan dengan
hasil analisis tiga sekolah tersebut, menyatakan bahwa 47% guru menggunakan
buku teks di dalam kelas. Guru belum menggunakan bahan ajar tambahan, seperti
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) atau bahan ajar lainnya.
Sehubungan dengan kebutuhan bahan ajar di sekolah, siswa menyatakan
membutuhkan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) yang menarik, hal tersebut
dapat dibuktikan dengan jawaban dalam angket pra penelitian, yaitu terdapat 80%
siswa menyatakan membutuhkan panduan kegiatan berupa LKPD dalam
pembelajaran teks anekdot, 20% menyatakatan tidak membutuhkan LKPD. Bahan
ajar yang selama ini digunakan hanya berisikan materi dan soal-soal. Selain itu,
juga kertas yang digunakan untuk mencetak kumpulan soal adalah kertas yang
sudah berulang kali difotokopi dan sudah tidak rapih lagi buku tersebut sehingga
tidak terlalu jelas untuk di baca oleh peserta didik.
Pembelajaran menulis teks anekdot pada kelas X SMK sangat tepat menggunakan
strategi Project Based Learning agar siswa mampu mengerjakan tugasnya dengan
mandiri, kreatif, dan inovatif. Penulis melakukan penelitian pada pembelajaran
teks anekdot untuk menciptakan kembali teks anekdot dengan memerhatikan
struktur dan kebahasaan.
Berdasar pada penelitian sebelumnya, pernah dilakukan dengan model
pembelajaran berbasis proyek dengan kemampuan menulis oleh Maria Susanti
(2016), Sundyana (2016), dan jurnal Sang Putu Merta Pujawan, N. Martha, N.
Suandi dari Universitas Pendidikan Ganesha. Dari para penelitian sebelumnya,
8
bahwa pembelajaran model Project Based Learning berhasil dilakukan pada saat
pembelajaran menulis, dengan model berbasis proyek siswa mampu menulis
dengan kreatif, mandiri, dan inovatif.
Dari uraian di atas, alasan penulis memilih judul penelitian “Pengembangan
Lembar Kerja Peserta Didik Menulis Teks Anekdot Berbasis Project Based
Learning untuk Siswa Kelas X SMK”, yaitu untuk mengembangkan kemampuan
anak dalam menulis teks anekdot dengan menggunakan strategi baru dalam
pembelajaran. Model pembelajaran Project Based Learning memiliki beberapa
kelebihan pada saat pembelajaran, yaitu Pertama, meningkatkan motivasi. Kedua,
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Ketiga, meningkatkan
kemampuan studi pustaka. Keempat, meningkatkan kolaborasi. Kelima,
meningkatkan keterampilan manajemen sumber daya (Wena, 2011: 147).
Kelebihan lain dalam pembelajaran menggunakan model Project Based Learning
siswa dapat memperluas akses belajar siswa sehingga menjadi strategi melibatkan
siswa dengan beragam.
Pembelajaran menulis anekdot dengan menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning menggunakan tahap pembelajaran, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi (Wena, 2011: 108). Pada tahap pembelajaran ini,
dilakukan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek agar tercapainya sebuah
tujuan, sebagai berikut: 1) mulai dengan pertanyaan esensial; 2) membuat desain
rencana proyek; 3) membuat jadwal; 4) memantau siswa dan kemajuan proyek; 5)
menilai hasil; dan (6) refleksi (Sutirman, 2013).
9
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan
masalah pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengembangan LKPD menulis teks anekdot berbasis Project
Based Learning untuk siswa kelas X SMK?
2. Bagaimanakah kelayakan LKPD menulis teks anekdot berbasis Project Based
Learning untuk siswa kelas X SMK?
3. Bagaimanakah efektivitas LKPD berbasis Project Based Learning untuk
meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Menghasilkan produk bahan ajar “LKPD menulis teks anekdot berbasis
Project Based Learning untuk siswa kelas X SMK”.
2. Mendeskripsikan kelayakan bahan ajar “LKPD menulis teks anekdot berbasis
Project Based Learning untuk siswa kelas X SMK” yang dikembangkan
berdasarkan ahli media, ahli materi, guru, dan siswa.
3. Menguji efektivitas LKPD berbasis Project Based Learning untuk
meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot.
1.4 Spesifikasi Produk Pengembangan
Produk pengembangan bahan ajar menulis teks anekdot berupa Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) berbasis Project Based Learning dengan spesifikasi
sebagai berikut:
10
1. Produk yang dikembangkan pada penelitian ini berupa LKPD tentang
menulis teks anekdot puisi berbasis berbasis Project Based Learning berisi
tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa kelas X SMK.
2. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas sesuai dengan KD (Kompetensi Dasar) 3.5 Menganalisis teks
anekdot dari aspek makna tersirat, 4.5 Mengonstruksi makna tersirat dalam
sebuah teks anekdot baik lisan maupun tulis, 3.6 Mengevaluasi struktur dan
kebahasaan teks anekdot, dan 4.6 menciptakan kembali teks anekdot dengan
memerhatikan struktur, dan kebahasaan baik lisan maupun tulis.
3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ini digunakan pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk siswa SMK kelas X sebagai pendamping buku paket
yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran terkait menulis teks anekdot.
4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ini disusun dengan struktur: judul,
petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-
tugas dan langkah kerja, serta penilaian.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun
secara praktis. Adapun, manfaat tersebut sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
mengembangkan bahan ajar Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada saat pembelajaran menulis teks
anekdot untuk siswa kelas X SMK.
11
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian pengembangan ini dibedakan menjadi tiga yaitu
bagi peserta didik, bagi guru, dan bagi sekolah. Hal tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Manfaat bagi peserta didik, hasil penelitian pengembangan ini dapat
membantu peserta didik agar mampu menulis teks anekdot berdasarkan
struktur dan kaidah kebahasaan yang baik dan benar.
2. Manfaat bagi guru, hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan
sebagai alternatif atau bahan rujukan untuk pembelajaran menulis, khususnya
menulis teks anekdot dan memberikan motivasi bagaimana menulis teks
anekdot secara kreatif dan mandiri melalui model pembelajaran Project
Based Learning.
3. Manfaat bagi sekolah, hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan
sebagai bahan pengambilan kebijakan sekolah berkaitan dengan bahan ajar,
strategi pembelajaran, khususnya bahan ajar lembar kerja peserta didik dan
strategi pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based Learning
untuk pembelajaran bahasa Indonesia.
12
1.6 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X SMK N 3 Metro, SMK
Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N 2 Metro.
2. Objek penelitian ini adalah menulis teks anekdot berdasarkan peristiwa yang
dialami dengan menggunakan struktur dan kebahasaan yang baik dan benar.
3. Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah SMK N 3 Metro, SMK
Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N 2 Metro.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bahan Ajar
Menurut Majid (2013: 174), bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi,
alat, dan teks yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Bahan Ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara
sistematis, baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan atau suasana
yang memungkinkan siswa untuk belajar. Guru harus memiliki atau menggunakan
bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntunan
pemecahan masalah belajar (Dwicahyono dan Daryanto, 2014: 171). Menurut
Prastowo (2015: 6), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Bahan ajar
merupakan informasi, alat, dan teks yang dibutuhkan guru atau instruktur untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah
segala bentuk materi tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan untuk
membantu guru atau instruktur pada saat melaksanakan pembelajaran di dalam
kelas.
2.1.1 Fungsi Bahan Ajar
Lebih lanjut Djamarah (2014: 330) menyebutkan lima fungsi bahan ajar dalam
pembelajaran sebagai berikut.
14
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih
baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi sehingga
dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual
dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional dan (b)
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannya.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:
(a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis dan (b)
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan: (a) meningkatkan
kemampuan sumber belajar dan (b) penyajian informasi dan bahan secara
lebih konkret.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan
antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang
sifatnya konkret dan (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun bertujuan
1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
15
2. Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-
buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Manfaat penyusunan bahan ajar ini dapat diperoleh oleh seorang guru dan bagi
siswanya, berikut manfaat bagi guru dan bagi siswanya.
1. Manfaat bagi guru sebagai berikut:
a. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa.
b. Tidak lagi bergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk
diperoleh.
c. Bahan ajar memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan
berbagai referensi.
d. Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis
bahan ajar.
e. Bahan ajar mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif
antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada
gurunya.
f. Guru juga dapat menambah angka kredit DUPAK (Daftar Usulan
Pengusulan Angka Kredit) saat dikumpulkan menjadi buku dan
diterbitkan.
16
2. Manfaat bagi siswa sebagai berikut:
a. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas lebih menarik.
b. Siswa mampu belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan pada
kehadiran guru.
c. Siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi
dasar yang harus mereka kuasai.
Penyusunan bahan ajar ini dibuat oleh guru atau instruktur lainnya dengan prinsip
pengembangan. Pertama, mulai dari yang mudah untuk memahami materi yang
sulit dari yang konkret untuk memahami yang abstrak. Kedua, terdapat
pengulangan di dalam bahan ajar agar memperkuat pemahaman siswa. Ketiga,
terjadinya umpan balik positif yang akan menguatkan pemahaman siswa.
Keempat, memberikan motivasi yang tinggi merupakan salah satu faktor
keberhasilan belajar. Kelima, membuat target untuk mencapai sebuah tujuan
pendidikan.
2.1.3 Jenis Bahan Ajar
Menurut Depdiknas (2008: 12-15), macam-macam bahan ajar cetak sebagai
berikut.
A. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambilkan dari
beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau KD
(Kompetensi Dasar) dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
17
Saat ini, handout dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain dengan cara
download dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
B. Buku
Buku dapat ditulis oleh seorang penulis atau guru. Buku berisikan sebuah pikiran
yang harus mengikuti KD (Kompetensi Dasar) yang terdapat dalam kurikulum,
sehingga buku akan memberikan makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik
yang mempelajarinya. Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya, isi buku
didapat dari berbagai cara, misalnya hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi
pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.
Buku adalah sejumlah lembaran kertas, baik cetakan maupun kosong, yang dijilid
dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu
pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku yang
baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah
dimengerti, disajikan secara menarik, dilengkapi dengan gambar dan keterangan-
keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide
penulisannya.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku
adalah sebagai berikut:
1. Memahami kurikulum dan menganalisisnya.
2. Menentukan judul buku yang akan ditulis.
3. Merancang outline buku, agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang
diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi yang diinginkan.
18
4. Mengumpulkan berbagai macam referensi yang sesuai dan lebih utama
referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.
5. Menulis buku dilakukan dengan memerhatikan penyajian kalimat yang
disesuaikan dengan usia pembaca.
6. Mengevalusi atau mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang.
7. Memperbaiki tulisan.
C. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi
paling tidak tentang 1) petunjuk belajar (petunjuk guru atau siswa); 2) kompetensi
yang akan dicapai; 3) content atau isi materi; 4) informasi pendukung; 5) latihan-
latihan; 6) petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja (LK); 7) evaluasi; dan 8)
balikan terhadap hasil evaluasi. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik
dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul
memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam
belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD (Kompetensi Dasar)
dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian, modul harus
menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan ilustrasi.
D. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kegiatan Siswa (Student Worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
19
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD (Kompetensi Dasar) yang
akan dicapainya. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan
oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau
referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Keuntungan adanya lembar
kegiatan bagi guru yakni memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Sedangkan, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan
menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam menyiapkannya, guru harus cermat dan
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai karena sebuah lembar
kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau
tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.
E. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan
dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi
lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, brosur dapat dimanfaatkan
sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD (Kompetensi Dasar)
yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja, brosur dapat menjadi bahan ajar
yang menarik karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur
tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi
dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk
menggunakannya.
20
F. Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tetapi tidak
dimatikan atau dijahit. Agar terlihat menarik, biasanya leaflet didesain secara
cermat, dilengkapi dengan ilustrasi, dan menggunakan bahasa yang sederhana,
singkat, serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat
materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD
(Kompetensi Dasar).
G. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus atau proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih
menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan
tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam
kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart
didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart
harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan
tentang KD (Kompetensi Dasar) dan materi pokok yang harus dikuasai oleh
peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya.
Sebagai contoh, wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular,
tikus, dan lingkungannya.
H. Foto atau Gambar
Foto atau gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang
baik, agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto atau gambar, siswa
dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD
21
(Kompetensi Dasar). Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari
mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto atau
gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik.
Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis.
Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
Bahan ajar adalah seperangakat pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Bahan ajar memliki cakupan yang sangat luas, sehingga bahan ajar menurut
(Dwicahyono dan Daryanto, 2014: 173) dibagi beberapa jenis, yaitu Pertama,
bahan ajar pandang (visual) yang terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara
lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau
gambar, model atau maket. Kedua, bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,
piringan hitam, dan compact disk audio. Ketiga, bahan ajar pandang dengar
(audio visual) seperti video compact disk dan film. Keempat, bahan ajar
multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer
Assisted Instruction), Compact Disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan
bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Selanjutnya, pada penelitian ini akan dibahas tentang bahan ajar cetak. Bahan ajar
(printed) cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak
tersusun secara baik, bahan ajar terdapat beberapa keuntungan yaitu: a) bahan
tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang
guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang
dipelajari; b) biaya untuk pengadaannya relatif sedikit; c) bahan tertulis cepat
digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah; d) susunannya menawarkan
22
kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu; e) bahan tertulis relatif
ringan dan dapat dibaca di mana saja; f) bahan ajar yang baik akan dapat
memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, dan
membuat sketsa; g) bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang
bernilai besar; dan h) pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
2.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat disebut juga dengan Lembar Kerja
Siswa (LKS). Lembar Kerja Peserta Didik merupakan suatu bahan ajar cetak yang
berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk
pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan peserta didik yang
mengacu pada Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai (Prastowo, 2015: 204).
LKPD sangat berperan penting bagi pembelajaran di kelas untuk memecahkan
suatu masalah. LKPD dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan semua
aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Menurut
Hidayah dan Sugiarto dalam Majid (2015: 232), LKPD merupakan salah satu
jenis alat bantu pembelajaran. Menurut Trianto dalam jurnal Siti (2017: 133),
LKPD memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang dilakukan peserta didik
untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar
sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.
2.2.1 Komponen Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Komponen Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) menurut Majid (2015: 233),
yang dikenalkan adalah informasi atau konteks permasalahan dan pertanyaan atau
perintah dengan ciri-ciri sebagai berikut.
23
a. Informasi
Informasi hendaknya „menginspirasi‟ peserta didik untuk menjawab atau
mengerjakan tugas tidak terlalu sedikit atau kurang jelas sehingga peserta didik
„tidak berdaya‟ untuk menjawab atau mengerjakan tugas, tetapi tidak juga terlalu
banyak sehingga mengurangi ruang kreativitas peserta didik. Informasi dapat
diganti dengan gambar, teks, label, atau benda konkret.
b. Pernyataan Masalah
Pernyataan masalah hendaknya harus benar-benar menuntut peserta didik
menemukan cara atau strategi untuk memecahkan masalah tersebut.
c. Pertanyaan atau Perintah
Pertanyaan atau perintah hendaknya merangsang peserta didik menyelidiki,
menemukan, memecahkan masalah, dan berimajinasi atau mengkreasi. Usahakan
jumlah pertanyaan dibatasi, misalnya tiga buah saja, sehingga LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik) tidak seperti „hutan belantara‟ yang menjadi beban baca
peserta didik. Bila guru mempunyai tiga pertanyaan yang bagus, hendaknya
pertanyaan tersebut disimpan dalam pikirannya dan baru diajukan secara lisan
kepada peserta didik sebagai tambahan bila perlu. Pernyataan dapat bersifat
terbuka atau membimbing (guide).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik) memiliki ciri-ciri informasi bersifat menginspirasi,
pernyataan masalah yang menuntut peserta didik menemukan cara untuk
memecahkan masalah, dan bersifat terbuka dan membimbing.
24
2.2.2 Fungsi LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Widjajanti (2008: 2), menjelaskan bahwa LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.
a. LKPD merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau
memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar-
mengajar.
b. LKPD dapat mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu
penyajian suatu topik.
c. Dapat mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai peserta didik.
d. Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran terbatas.
e. LKPD membantu peserta didik lebih efektif dalam proses pembelajaran.
f. Dapat membangkitkan minat peserta didik jika LKPD disusun secara
sistematis, rapih, dan mudah dipahami peserta didik.
g. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, meningkatkan
motivasi belajar, dan rasa ingin tahu.
h. Dapat mempermudah menyelesaikan tugas perorangan, kelompok, atau
klasikal karena peserta didik dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan
kecepatan belajarnya.
i. Dapat digunakan untuk melatih peserta didik menggunakan waktu
seefektif mungkin dan peserta didik mampu memecahkan masalah.
Fungsi LKPD menurut Prastowo (2015: 205-206), menjelaskan bahwa LKPD
memiliki setidaknya empat fungsi, sebagai berikut: Pertama, LKPD sebagai
bahan ajar yang dapat meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan
25
peserta didik. Kedua, LKPD mempermudah peserta didik untuk memahami materi
yang diberikan. Ketiga, LKPD bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk
berlatih. Keempat, memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) dalam pembelajaran yaitu berupa bahan ajar yang lebih
memudahkan pemahaman peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar,
memahami materi, memudahkan guru untuk memberikan tugas, dan peserta didik
mampu memecahkan masalah.
2.2.3 Tujuan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Prastowo (2015: 206), menyatakan bahwa tujuan LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik) terdapat empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKPD, yaitu
a. Menyajikan bahan ajar yang mudah bagi peserta didik untuk berinteraksi
dengan materi yang diberikan.
b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik dalam
materi yang disampaikan.
c. Melatih kemandirian belajar peserta didik.
d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa tujuan penyusunan LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) adalah memudahkan peserta didik dalam proses kegiatan belajar-
mengajar, memahami setiap materi atau KD (Kompetensi Dasar) yang disediakan,
dan memudahkan guru untuk melatih peserta didik secara mandiri melalui tugas-
tugas yang diberikan.
26
2.2.4 Langkah-Langkah Penyusunan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Langkah-langkah menulis LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) menurut Prastowo
(2014: 276) sebagai berikut.
1. Merumuskan Kompetensi Dasar (KD)
Merumuskan Kompetensi Dasar (KD) dapat dilakukan dengan cara menurunkan
rumusannya langsung dari kurikulum yang berlaku.
2. Menentukan Alat Penilaian
Menentukan alat penilaian didasarkan pada pendekatan pembelajaran yang
digunakan. Bila pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi,
maka penilaian didasarkan pada penguasaan kompetensinya, dan penilaian yang
sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau
Criterion Referenced Assesment.
3. Menyusun Materi
Untuk menyusun materi LKPD, ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu
a. Materi LKPD sangat bergantung pada kompetensi dasar yang ingin
dicapainya. Materi LKPD dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran
umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari.
b. Materi yang dapat diambil dari berbagai sumber, seperti: buku, majalah,
internet, dan jurnal hasil penelitian.
c. Menunjukkan referensi yang digunakan di dalam LKPD agar peserta didik
dapat membaca lebih jauh tentang materi tersebut.
27
4. Memperhatikan Struktur LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Struktur LKPD terdiri dari enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar
(petunjuk peserta didik) kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung,
tugas dan langkah-langkah kerja, dan penilaian.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahawa langkah-langkah
penyusunan LKPD (Lemabar Kerja Peserta Didik), yaitu merumuskan KD
(Kompetensi Dasar), menentukan alat penilaian, menyusun materi, dan struktur
LKPD harus diperhatikan.
2.3 Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi)
secara tulisan kepada pihak lain menggunakan bahasa tulis sebagai alat untuk
medianya. Menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu penulis sebagai penyampai
pesan, isi tulisan, dan saluran atau media kepada pembaca. Dikemukakan oleh
Tarigan (2008: 4), bahwa menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar
atau bangsa yang terpelajar. Suparno dan Yunus (2008: 13), mengemukakan
bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Sejalan dengan
kedua pendapat di atas, Dalman (2012: 3), mengemukakan bahwa menulis
merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaiaan pesan (informasi)
secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai alat
atau medianya.
28
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa menulis merupakan
salah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis merupakan proses
kreatif untuk menuangkan gagasan atau ide pokok dalam bentuk bahasa tulisan
sebagai alat atau medianya, menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan
merangkai huruf menjadi kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain.
Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara
otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
2.3.1 Tujuan Menulis
Menulis sebagai sarana untuk mengungkapkan pendapat, pikiran, dan perasaan
seseorang memiliki tujuan sendiri bagi penulisnya. Dijelaskan oleh Sumardjo
(2007: 89), para penulis kurang menyadari pentingnya tujuan dalam menulis. Hal
ini tanpak bahwa beberapa penulis memulai dan mengembangkan cerpennya
tanpa tujuan yang jelas. Akibatnya, jalan ceritanya teratur dan bertele-tele,
memerlukan pengalaman dalam cerita. Menurut Tarigan (2008: 24), setiap jenis
tulisan mengandung beberapa tulisan tetapi karena tujuan itu sangat beraneka
ragam, bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan
katagori berikut ini: (1) memberitahukan atau mengajar; (2) meyakinkan atau
mendesak; (3) menghibur atau menyenangkan; dan (4) mengutarakan atau
mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Berdasar beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud tujuan
menulis adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain melalui tulisan.
Agar maksud dan tujuan penulis tercapai dan pembaca memberikan responsi yang
29
diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya, mau tidak mau dia harus menyajikan
tulisan yang baik, ciri-ciri tulisan yang baik itu, antara lain:
a. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada
yang serasi.
b. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-
bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh.
c. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan
jelas dan tidak samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan
contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh
penulis. Dengan demikian, para pembaca tidak usah payah-payah bergumul
memahami makna yang tersurat dan tersirat.
d. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara
meyakinkan. Menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta
mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal, cermat, dan teliti
mengenai hal itu. Dalam hal ini, haruslah dihindari penggunaan kata-kata dan
pengulangan frase-frase yang tidak perlu. Setiap kata haruslah menunjang
pengertian yang serasi, sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis.
e. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik
naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Mau dan mampu
merevisi naskah pertama merupakan kunci utama penulisan yang tepat guna
atau penulisan efektif.
f. Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulisan dalam naskah atau
manuskrip, kesudian mempergunakan ejaan dan tanda baca serta saksama,
memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat
30
sebelum menyajikannya kepada para pembaca. Penulis yang baik, menyadari
benar-benar bawa hal-hal seperti ini dapat memberi akibat yang kurang baik
terhadap karyanya (Adelstein & Pival, 1976: XXI).
Secara singkat, ada pula ahli yang merumuskan ciri-ciri tulisan yang baik itu
seperti berikut ini.
1. Jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau ide anda.
2. Jelas: jangan membingungkan para pembaca.
3. Singkat: jangan boroskan waktu para pembaca.
4. Usahakan keanekaragaman: panjang kalimat yang beraneka ragam, berkarya
dengan penuh kegembiraan (Mc. Mahan & Day, 1960: 6).
2.3.2 Manfaat Menulis
Kegiatan menulis memiliki langkah yang harus kita tempuh sebelum
menghasilkan sebuah tulisan yang baik nantinya. Dikemukakan oleh Percy (dalam
Gie, 2002: 21), tidak kurang dari enam manfaat dari kegiatan menulis atau
mengarang, yaitu (1) Suatu sarana yang menggunakan diri; (2) Suatu sarana untuk
pemahaman; (3) Suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan
pribadi; (4) Suatu sarana untuk peningkatan kesadaran dan pencerapan terhadap
lingkungan sekeliling seseorang; (5) Suatu sarana untuk keterlibatan secara
bersemangat dan bukannya penerima yang pasrah; dan (6) Suatu sarana untuk
mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampun menggunakan bahasa.
Dijelaskan oleh Tarigan (2008: 22), sangat penting bagi pendidik karena
memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita berpikir secara
kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-
31
hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-
masalah yang kita dapati, dan menyusun urusan bagi pengalaman.
Berdasarkan beberapa pemaparan pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan manfaat menulis adalah memberikan keterampilan dan
pemahaman terhadap penulis agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam
menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat menuangkannya
secara sistematis dan terstruktur dalam sebuah tulisan. Menulis seperti juga halnya
dengan keterampilan berbahasa lainnya, yaitu suatu proses perkembangan
melalaui karya yang kreatif. Seseorang dapat menulis ketika memiliki
pengalaman, waktu kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus,
dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis menuntut gagasan-gagasan
yang tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik.
2.4 Teks Anekdot
Basiran dalam Haryanti (2013: 2), menyatakan bahwa teks anekdot merupakan
teks berjenis narasi yang relatif pendek yang mengandung kelucuan, bisa berupa
ketololan, kesalahpahaman, kesalahdengaran, ketidaktahuan, kesombongan,
kecelakaan akibat ulah sendiri, dan lain-lain. Anekdot ialah cerita singkat yang
menarik, karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau
terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Teks anekdot dapat berisi
peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel atau konyol bagi partisipan yang
mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan krisis yang
ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman dan tidak nyaman, puas
dan frustrasi, serta tercapai dan gagal (Maryanto dalam Jurnal Imania, dkk, 2014).
32
Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah anekdot.
Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang
kasar dan menyakiti. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh
masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata
ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan.
Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam
anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot
yang tidak berasal dari kejadian nyata (Kemdikbud, 2015: 81).
2.5 Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
Buck Institute for Edition (2003), menyatakan bahwa pembelajaran bebasis
proyek adalah “suatu metode pengajaran sistematis yang melibatkan para siswa
dalam mempelajari banyak pengetahuan dan keterampilan melalui proses yang
terstruktur, pengalaman nyata, dan teliti yang dirancang untuk menghasilkan
produk”. Sedangkan Guarsa at. All. (2006), menyatakan bahwa pembelajaran
berbasis proyek adalah srategi yang berpusat pada siswa yang mendorong inisiatif
dan memfokuskan siswa pada dunia nyata, dan dapat meningkatkan motivasi
mereka.
Pembelajaran berbasis Project Based Learning merupakan pembelajaran inovatif
yang memfokuskan pada belajar kontekstual melalui kegiatan yang kompleks
(CORD dalam Wasis, 2008). Suzie & Jane (2007: 11), menyatakan bahwa
“Project Based Learning... is strategy certain to turn traditional classroom upsie
down”. Pembelajaran berbasis Project Based Learning adalah suatu strategi untuk
mengubah kelas tradisional. Menurut Semiawan, dkk dalam Wena (2010: 107),
33
menyatakan strategi proyek bertujuan untuk memantapkan pengetahuan yang
dimiliki siswa, serta memungkinkan siswa memperluas wawasan pengetahuanya
dari suatu mata pelajaran tertentu. Demikian pula pengetahuan yang diperoleh
siswa menjadi lebih berarti dan kegiatan belajar-mengajar akan menjadi lebih
menarik, karena pengetahuan itu lebih bermanfaat baginya untuk mengapresiasi
lingkungannya, memahami serta memecahkan masalah yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan
produk atau proyek yang nyata. Proyek-proyek yang dibuat oleh sisa mendorong
berbagai kemampuan, tidak hanya pengetahuan atau masalah teknis, tetapi juga
keterampilan praktis, seperti mengatasi informasi yang tidak lengkap, menentukan
tujuan sendiri, dan kerja sama kelompok.
Pembelajaran berbasis Project Based Learning, siswa dituntut untuk merumuskan
tujuan pembelajaran sendiri secara khusus. Proyek apa yang ingin dibuat harus
didasarkan pada minat dan kemampuan, baik secara pribadi maupun kelompok.
Siswa juga dituntut untuk mengatur sendiri kegiatan belajarnya dengan membagi
beban kerja diantara mereka dan mengintegrasikan tugas-tugas yang berbeda yang
dikembangkan oleh masing-masing siswa.
Fokus pembelajaran dalam pembelajaran berbasis Project Based Learning adalah
terletak pada prinsip-prinsip dan konsep-konsep inti dari disiplin ilmu, melibatkan
siswa dan investigasi pemecahan masalah dan tugas-tugas yang bermakna yang
34
lain, memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri dalam
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, serta target utamanya adalah
menghasilkan produk yang nyata. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi
yang sangat besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menerik dan
bermakna bagi siswa (Wasis, 2008).
Waras Kamdi (2011), berpendapat bahwa pembelajaran berbasis proyek dianggap
cocok sebagai suatu model untuk pendidikan yang merespon isu-isu peningkatan
kualitas pendidikan kejuruan dan perubahan-perupahan besar yang terjadi di dunia
kerja. Berbeda dengan pembelajaran tradisional, yang umumnya bercirikan
praktik kelas yang berdurasi pendek dan aktivitas pembelajaran berpusat pada
guru, model Project Based Learning menekankan kegiatan belajar yang relatif
berdurasi panjang, holistik-interdisipliner, berpusat pada siswa, dan terintegrasi
dengan praktik dan isu-isu dunia nyata. Dengan demikian, pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran yang sangat ideal untuk diterapkan pada
pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi. Pembelajaran berbasis proyek sangat
memperhatikan proses kerja yang sistematis untuk menghasilkan karya yang
nyata dan bermanfaat.
2.5.1 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
Grant (2005), mengidentifikasi utama dalam pembelajaran berbasis proyek, yaitu
pengantar, definisi tugas pembelajaran, prosedur investigasi, sumber yang
disarankan, mekanisme, kolaborasi, serta refleksi dan transfer kegiatan. Moursund
sebagaimana dikutip oleh Wasis (2008), mengemukakan beberapa keunggulan
pembelajaran berbasis proyek, yaitu (1) meningkatkan motivasi siswa; (2)
35
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; (3) memperbaiki sikap kerja
sama; serta (4) meningkatkan keterampilan mengelola sumber daya.
Karakteristik pembelajaran berbasis Project Based Learning meliputi isi,
kegiatan, kondisi, dan hasil. Dalam pembelajaran berbasis proyek, aspek
pembelajaran memiliki karakteristik: (1) masalah disajikan dalam bentuk
keutuhan yang kompleks; (2) siswa menemukan hubungan antar ide secara
interdisipliner; (3) siswa berjuang mengatasi ambiguitas; dan (4) menjawab
pertanyaan yang nyata dan menarik perhatian siswa. Aspek kegiatan memiliki
karakteristik: (1) siswa melakukan insvestigasi selama periode tertentu; (2) siswa
dihadapkan pada suatu kesulitan, pencarian sumber, dan pemecahan masalah; (3)
siswa membuat hubungan antar ide dan memperoleh keterampilan baru; (4) siswa
menggunakan perlengkapan alat yang sesunguhnya; dan (5) siswa menerima
feedback tentang gagasannya dari orang lain.
Aspek kondisi mencakup karakteristik (1) siswa berperan sebagai masyarakat
pencari dan melakukan latihan kerjanya dalam konteks sosial; (2) siswa
mempraktikkan perilaku manajamen waktu dalam melaksanakan tugas secara
individu maupun kelompok; (3) siswa mengarahkan kerjanya sendiri dan
melakukan kontrol belajarnya; dan (4) siswa melakukan simulasi kerja
profesional. Yang terakhir adalah aspek hasil. Karakteristik hasil meliputi: (1)
siswa menghasilkan produk intelektual yang kompleks sebagai hasil belajarnya;
(2) siswa terlibat dalam melakukan penilain diri; (3) siswa bertanggung jawab
terhadap pilihannya dalam mendemonstrasikan kompetensi mereka; dan (4) siswa
memperagakan kompetensi nyata mereka.
36
Bucks Institut for Education sebagaimana dikutip oleh Wena (2011: 145),
memberikan karakteristik pembelajaran yang berbasis proyek, yaitu
1. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.
2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.
3. Siswa merancang proses mencapai hasil.
4. Siswa bertanggung jawab mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan.
5. Siswa melakuan evaluasi secara kontinu.
6. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
7. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.
8. Atmosfir kelas memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
Berdasarkan beberapa karakteristik di atas, pembelajaran berbasis Project Based
Learning menjadi model pembelajaran yang dapat membangun kemandirian dan
kreativitas siswa. Selain itu, melalui pembelajaran berbasis proyek siswa dilatih
untuk terbiasa bertanggung jawab mewujudkan apa yang telah direncanakan
sesuai dengan minat dan kemampuanya. Hal tersebut sangat berarti untuk
memberikan bekal kompetensi siswa sekolah kejuruan agar siap terjun ke dunia
kerja.
2.5.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
Menurut Wena (2011: 145) mengutip dari Thomas, pembelajaran berbasis Project
Based Learning memiliki beberapa prinsip dalam penerapanya. Prinsp-prinsip
tersebut, yaitu
37
1. Sentralistis
Maksudnya, bahwa model pembelajaran ini merupakan pusat dari strategi
pembelajaran, karena siswa mempelajari konsep utama dari suatu pengetahuan
melalui proyek. Pekerjaan proyek merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa di kelas.
2. Pertanyaan Penuntun
Hal ini mengandung makna bahwa pekerjaan proyek yang dilakukan oleh siswa
bersumber pada pertanyaan atau persoalan yang menuntun siswa untuk
menemukan konsep mengenai bidang tertentu. Dalam hal ini, aktivitas bekerja
sebagai motivasi eksternal yang dapat membangkitkan motivasi internal pada diri
siswa untuk membangun kemandirian dalam menyelesaikan.
3. Investigasi Konstruktif
Artinya, bahwa dalam pembelajaran berbasis proyek terjadi proses investigasi
yang dilakukan oleh siswa untuk merumuskan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk mengerjakan proyek. Oleh karena itu, guru harus dapat merancang strategi
pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan proses pencarian dan atau
pendalaman konsep pengetahuan dalam rangka menyelesaikan masalah atau
proyek yang dihadapi.
4. Otonomi
Dalam pembelajaran-pembelajaran berbasis proyek, siswa diberi kebebasan atau
otonomi untuk menentukan target sendiri dan bertanggung jawab terhadap apa
yang dikerjakan. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk
mendukung keberhasilan siswa dalam belajar.
38
5. Realitas
Proyek yang dikerjakan oleh siswa merupakan pekerjaan nyata yang sesuai
dengan kenyataan di lapangan kerja atau masyarakat. Proyek yang dikerjakan
bukan dalam bentuk simulasi atau imitasi, melainkan pekerjaan atau permasalahan
yang benar-benar nyata.
Mengacu kepada prinsip-prinsip tersebut di atas, maka pembelajaran dengan
menerapkan Project Based Learning akan sangat bermanfaat bagi pengembangan
diri dan masa depan siswa. Siswa yang terbiasa belajar dengan pekerjaan proyek,
akan menjadi pribadi yang ulet, kritis, mandiri, dan produktif.
2.5.3 Kelebihan Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
Menurut Moursound yang dikutip oleh Wena (2011: 147), keuntungan
pembelajaran berbasis Project Based Learning sebagai berikut.
1. Meningkatkan motivasi.
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
3. Meningkatkan kemampuan studi pustaka.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Meningkatkan keterampilan manajemen sumber daya.
Pengalaman yang dilakukan oleh Intel Corpration melalui Intel Teach Program
(2007), menunjukkan bahwa penerapan Project Based Learning membawa
keuntungan terutama pada siswa, yaitu
1. Meningkatkan frekuensi kehadiran, menumbuhkan kemandirian, dan sikap
positif terhadap belajar.
39
2. Memberikan keuntungan akademik yang sama atau lebih baik daripada yang
dihasilkan oleh model lain, di mana siswa yang terlibat dalam proyek
memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk pembelajaran mereka
sendiri.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan yang kompleks, seperti berpikir tingkat tinggi, pemecahan
masalah, bekerja sama, dan berkomunikasi.
4. Memperluas akses belajar siswa, sehingga menjadi strategi yang melibatkan
siswa dengan beragam.
Berdasarkan pengalaman dan pendapat mengenai penerapan pembelajaran
berbasis proyek, maka dapat diidentifikasi beberapa kelebihan dari Project Based
Learning jika dilihat dari perspektif siswa, yaitu
1. Meningkatkan kemampuan siswa dan melakukan analisis dan sintetis
tentang suatu konsep.
2. Membiasakan siswa untuk melakukan proses belajar dan bekerja secara
sistematis.
3. Melatih siswa untuk melakukan proses berpikir secara kritis dalam rangka
memecahkan suatu masalah yang nyata.
4. Menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar dan bekerja.
5. Menumbuhkan produktivitas siswa.
Menurut Sanjaya (2012: 220-221), kelebihan dan kekurangan Project Based
Learning sebagai berikut.
40
A. Kelebihan
1. Project Based Learning merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
2. Project Based Learning dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
siswa.
3. Project Based Learning dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa.
4. Project Based Learning dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5. Project Based Learning dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Selain itu, pemecahan masalah
juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap
hasil maupun proses belajarnya.
6. Project Based Learning menunjukkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu
yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari
guru atau dari buku-buku saja.
7. Project Based Learning lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8. Project Based Learning dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
41
9. Project Based Learning dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
10. Project Based Learning dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal
telah berakhir.
B. Kekurangan
1. Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui Project Based Learning
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari.
Selanjutnya, menurut Hamdani (2011: 88), kekurangan Project Based Learning,
yaitu
a. Bagi siswa yang malas, tujuan tidak dapat tercapai.
b. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
c. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan menggunakan Project Based
Learning.
42
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model Project Based
Learning memiliki kelebihan, yaitu
a. Memudahkan siswa untuk memahami isi pembelajaran.
b. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa di dalam kelas.
c. Mampu mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis.
d. Membuat siswa lebih bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
Selain memiliki banyak kelebihan, Project Based Learning ini juga memiliki
kekurangan yang harus diperhatikan oleh guru terutama dalam memilih materi
yang sesuai untuk dikembangkan menggunakan model Project Based Learning,
guru harus dapat menyiapkan masalah yang menarik yang dapat merangsang
siswa untuk menyelesaikan masalah, guru harus menjadi pembimbing siswa
dalam mengarahkan pemecahan masalah.
2.5.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
Menurut The George Lucas Educantional Foundation yang dikutip Sabar
Nurohman (2007), langkah-langkah Project Based Learning sebagai berikut.
1. Mulai dengan Pertanyaan Esensial
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
mendorong siswa untuk melakukan suatu aktivitas.
2. Membuat Desain Rencana Proyek
Siswa dapat pendampingan dari guru dalam membuat desain rencana
proyek yang akan dilakukan. Rencana proyek ditentukan oleh siswa
43
sendiri dan mengacu kepada pertanyaan esensial yang telah dikemukakan
sebelumnya.
3. Membuat Jadwal
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal pelaksanaan
pembelajaran. Aktivitas pada tahap ini antara lain (1) membuat timeline
untuk meyelesaikan proyek; (2) membuat deadline penyelesaian proyek;
(3) mengarahkan siswa agar merencanakan cara yang baru; (4)
mengarahkan siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek; dan (5) meminta siswa untuk memberi alasan tentang cara
yang dipilih.
4. Memantau Siswa dan Kemajuan Proyek
Guru bertanggung jawab memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan
proyek untuk mengetahui kemajuan proyek dan mengantisipasi hambatan
yang dihadapi siswa.
5. Menilai Hasil
Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi
kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai, dan menjadi bahan pertimbangan dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
44
6. Refleksi
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijadikan. Proses refleksi dilakukan
secara individu maupun kelompok.
Wena (2011: 108), membagi tahap pembelajaran praktik kejuruan berbasis proyek
menjadi tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap
evaluasi. Tahap perencanaan pembelajaran proyek meliputi kegiatan merumuskan
tujuan proyek; menganalisis karakteristik siswa; merumuskan strategi
pembelajaran; membuat jobsheet; merancang kebutuhan sumber belajar; dan
merancang alat evaluasi. Tahap pelaksanaan mencakup aktivitas mempersiapkan
sumber belajar yang diperlukan, menjelaskan tugas proyek, mengelompokkan
siswa sesuai dengan tugas, dan mengerjakan tugas. Tahap evaluasi dilakukan
dengan cara mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Hasil
evaluasi menjadi bahan masukan bagi guru dan bagi siswa untuk merancang
pembelajaran selanjutnya.
Jika memperhatikan tahapan pembelajaran yang diungkapakan di atas, maka
langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dapat dirangkum menjadi tahap
orientasi, desain, pelaksanaan, dan evaluasi. Pertama, tahap orientasi adalah tahap
menumbuhkan motivasi belajar siswa, memberi pemahaman kepada siswa tentang
tujuan yang akan dicapai, dan menjelaskan kegiatan yang dilakukan. Pada tahap
orientasi ini pula pertanyaan-pertanyaan penuntun disampaikan oleh guru kepada
siswa. Kedua, tahap desain yaitu tahap di mana siswa menindaklanjuti
pertanyaan-pertanyaan penutun yang disampaikan oleh guru dengan merancang
45
proyek yang akan dibuat. Pada tahap ini juga disusun jadwal kegiatan untuk
menyelesaikan proyek tersebut. Ketiga, tahap pelaksanaan merupakan kegiatan
inti, yaitu siswa mengerjakan proyek yang telah dirancang sebelumnya, sesuai
dengan jadwal yang telah disusun. Keempat, tahap evaluasi merupakan upaya
yang dilakukan untuk menilai proses kegiatan hasil kerja proyek. Tahap evaluasi
berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam merancang dan melaksanakan
strategi pembelajaran. Selain bagi guru, berguna pula bagi siswa untuk
mengetahui efektivitas rencana dan proses kerja proyek yang dilakukan, serta
mengukur sejauh mana kualitas produk yang dihasilkan.
2.5.5 Perbedaan Penekanan Pembelajaran Berbasis Proyek dan
Pembelaran Berbasis Tradisional
Menurut Buck Institue for Education dalam Wena (2010: 148) menyatakan bahwa
terdapat perbedaan antara pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran
berbasis tradisional.
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pembelajaran
Berbasis Tradisional
Aspek Pendidikan Penekanan Pembelajaran
Berbasis Proyek
Penekanan
Pembelajaran
Berbasis Tradisional
Fokus Kurikulum Kedalaman pemahaman Cakupan isi
Penguasaan konsep dan
prinsip
Pengetahuan tentang
fakta
Pengembangan keterampilan
pemecahan masalah kompleks
Belajar keterampilan
“building block” dalam
isolasi
Lingkup dan urutan Mengikuti minat siswa Mengikuti urutan
kurikulum secara ketat
Unit-unit besar terbentuk dari
problem dan isu yang
kompleks
Berjalan dari blok ke
blok atau unit ke unit
Meluas, fokus, interdisipliner Memusat, fokus,
berbasis disiplin
Peran guru Penyedia sumber belajar dan Penceramah dan
46
Aspek Pendidikan Penekanan Pembelajaran
Berbasis Proyek
Penekanan
Pembelajaran
Berbasis Tradisional
partisipan di dalam kegiatan
belajar
direktur pembelajaran
Pembimbing atau partner Ahli
Fokus pengukuran Proses dan produk Produk
Pencapaian yang nyata Skor tes
Unjuk kerja yang standar dan
kemajuan dari waktu ke waktu
Membandingkan
dengan yang lain
Demonstrasi pemahaman Reproduksi informasi
Bahan-bahan
pembelajaran
Langsung sumber asli, bahan-
bahan tercetak, interview,
dokumen, dan lain-lain
Teks, ceramah, dan
presentasi
Data dan bahan dikembangkan
oleh siswa
Kegiatan dan lembar
latihan dikembangkan
guru
Penggunaan Utama, integral Pendukung periferal
Teknologi Diarahkan siswa Dijalankan guru
Kegunaan untuk memperluas
presentasi siswa atau
penguatan kemampuan siswa
Kegunaan untuk
perluasan presentasi
guru
Konteks kelas Siswa bekerja dalam
kelompok
Siswa bekerja sendiri
Siswa kolaboratif satu dengan
yang lainnya
Siswa kompetisi satu
dengan yang lainnya
Siswa mengonstruksi,
berkontribusi, dan melakukan
sintesis informasi
Siswa menerima
informasi guru
Peranan siswa Melakukan kegiatan belajar
yang diarahkan oleh diri
sendiri
Menjalankan perintah
guru
Pengkaji, integrator, dan
penyaji ide
Pengingat dan
pengulang fakta
Siswa menentukan tugas
mereka sendiri dan bekerja
secara independen dalam
waktu yang besar
Pembelajar menerima
dan menyelesaikan
tugas-tugas laporan
pendek
Tujuan jangka
pendek
Pemahaman dan aplikasi ide
dan proses yang kompleks
Pengetahuan tentang
fakta istilah dan isi
Tujuan jangka
panjang
Dalam pengetahuan Luas pengetahuan
Lulusan yang berwatak dan
terampil mengembangkan diri,
mandiri, dan belajar sepanjang
hayat
Lulusan yang memiliki
pengetahuan yang
berhasil pada tes
standar pencapaian
(Wena, Made, 2010: 150).
47
2.5.6 Langkah-Langkah Mendesain Suatu Proyek
Stienberg (1997) dalam Wena (2010), mengajukan 6 (enam) strategi dalam
mendesain suatu proyek yang disebut dengan, The six A’s of Designing Projects,
yaitu: (1) Authenticity (Keautentikan); (2) Academic Rigor (Ketaan terhadap Nilai
Akademik); (3) Applied Learning (Belajar pada Dunia Nyata); (4) Active
Exploration (Aktif Meneliti); (5) Adult Relationship (Hubungan dengan Ahli), dan
(6) Assessment (Penelitian).
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Mendesain Suatu Proyek
Langkah-Langkah Pertanyaan Penuntun
Keautentikan Apakah proyek-proyek tersebut mengacu pada
permasalahan yang bermakna bagi siswa?
Apakah masalah tersebut mungkin secara nyata
dapat dikerjakan oleh siswa?
Apakah siswa dapat menciptakan atau menghasilkan
sesuatu, baik sebagai pribadi maupun kelompok di
luar lingkaran sekolah?
Ketaatan terhadap
nilai akademik Apakah proyek tersebut dapat membantu atau
mengarahkan siswa untuk memperoleh dan
menerapkan pokok pengetahuan dalam satu atau
lebih disiplin ilmu?
Apakah proyek tersebut dapat atau mampu memberi
tantangan pada siswa untuk menggunakan strategi-
strategi penemuan (ilmiah) dalam satu atau lebih
disiplin ilmu? (Contoh: berfikir dan bekerja seperti
ilmuwan)
Apakah siswa dapat mengembangkan keterampilan
dan kebiasaan berpikir tingkat tinggi? (Contoh:
pencarian fakta memandang suatu masalah dari
berbagai sudut).
Belajar pada dunia
nyata Apakah kegiatan belajar yang dilakukan siswa
berada dalam konteks permasalahan semi
terstruktur, mengacu pada kehidupan nyata, dan
bekerja atau berada pada dunia lingkungan luar
sekolah?
Apakah proyek dapat mengarahkan untuk menguasai
dan meggunakan unjuk kerja yang dipersyaratkan
dalam organisasi kerja yang menuntut persyaratan
tinggi? (Contoh: kerja tim, menggunakan teknologi
48
Langkah-Langkah Pertanyaan Penuntun
yang tepat, pemecahan masalah, dan komunikasi).
Apakah pekerjaan tersebut mempersyaratkan siswa
untuk melakukan pengembangan organisasi dan
mengelola tampilan pribadi?
Aktif meneliti Apakah siswa menggunakan sejumlah waktu secara
signifikan untuk mengerjakan bidang utama
pekerjaannya?
Apakah proyek tersebut mempersyaratkan siswa
untuk melakukan penelitian nyata, dan
menggunakan berbagai macam strategi, media, dan
berbagai sumber lainnya?
Apakah siswa diharapkan dapat atau mampu untuk
berkomunikasi tentang apa yang dipelajari, baik
melalui presentasi maupun unjuk kerja?
Hubungan dengan
ahli Apakah siswa menemui dan mengamati (belajar
dari) teman atau orang sebaya (dewasa) yang
memiliki pengalaman dan kecapakan yang relevan?
Apakah siswa berkesempatan bekerja atau
berdiskusi secara teliti dengan paling tidak seorang
teman?
Apakah orang dewasa (di luar siswa) dapat bekerja
sama dalam merancang dan menilai hasil kerja
siswa?
Penilaian Apakah siswa dapat merefleksi secara berkalan
proses belajar yang dilakukannya dengan
menggunakan kriteria proyek yang jelas, yang
kiranya dapat membantu dalam menentukan
kinerjanya?
Apakah orang luar dapat membantu siswa
pengembangan pengertian tentang standar kerja
dunia nyata dalam suatu jenis pekerjaan?
Apakah ada kesempatan secara reguler untuk
menilai kerja siswa, terkait dengan strategi yang
digunakan termasuk melalui pameran dan
portofolio?
(Wena, Made, 2010: 152).
Keenam langkah evaluatif tersebut dapat dijadikan pedoman dalam merancang
suatu bentuk pembelajaran berbasis Project Based Learning. Dengan mengacu
pada standar tersebut, pembelajaran Project Based Learning yang dilakukan
peserta didik dapat lebih bermakna bagi pengembangan dirinya.
49
2.5.7 Prosedur atau Desain Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
Pembimbingan oleh guru dan penyelesaian tugas oleh peserta didik mengacu pada
prinsip metode pembelajaran berbasis Project Based Learning seperti berikut:
Tabel 2.3 Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
Prinsip Pengertian Aplikasi
Keautentikan Proyek yang dikerjakan
siswa harus mengacu pada
permasalahan yang
bermakna bagi siswa.
Proyek atau masalah
tersebut harus secara nyata
dapat dikerjakan oleh
siswa.
Dari kegiatan proyek
tersebut siswa harus dapat
diciptakan atau
menghasilkan sesuatu, baik
sebagai pribadi maupun
kelompok di luar
lingkungan sekolah.
Proyek yang
dikerjakan harus
berguna baik secara
praktis maupun
secara teoretis bagi
siswa.
Proyek tersebut
harus dapat
dikerjakan oleh
siswa dalam rentang
waktu yang
ditentukan (1
semester).
Proyek harus
menghasilkan
produk (pengetahuan
atau keterampilan
baru).
Keadaan terhadap
nilai-nilai
akademik
Kegiatan proyek harus
dapat membantu atau
mengarahkan siswa untuk
memperoleh dan
menerapkan pokok
pengetahuan dalam satu
atau lebih disiplin ilmu.
Proyek tersebut harus
dapat atau mampu
memberi tantangan pada
siswa untuk menggunakan
metode-metode penemuan
(ilmiah) dalam satu atau
lebih disiplin ilmu (contoh:
berpikir dan bekerja seperti
ilmuwan).
Proyek harus mampu
mendorong siswa
mengembangkan
Dalam kegiatan
proyek, siswa dapat
mengaplikasikan
pengetahuan bidang
studi pokok yang
dipelajarai.
Kegiatan proyek
tersebut dapat
merangsang siswa
menggunakan
metode-metode
penemuan (ilmiah)
dalam satu atau lebih
disiplin ilmu yang
dipelajari.
Kegiatan proyek
harus dapat
merangsang siswa
menggunakan
50
Prinsip Pengertian Aplikasi
keterampilan dan
kebiasaan berpikir tingkat
tinggi (contoh: pencarian
fakta, memandang sesuatu
masalah dari berbagai
sudut).
keterampilan dan
kebiasaan berpikir
tingkat tinggi.
Belajar pada dunia
nyata Apakah kegiatan belajar
yang dilakukan siswa
berada dalam konteks
permasalahan semi
terstruktur mengacu pada
kehidupan nyata, dan
bekerja atau berada pada
dunia lingkungan luar
sekolah.
Apakah proyek dapat
mengarahkan untuk
menguasai dan
menggunakan unjuk kerja
yang dipersyaratkan dalam
organisasi kerja yang
menuntut persyaratan
tinggi (contoh: kerja tim,
menggunakan teknologi
yang tepat, pemecahan
masalah, dan komunikasi).
Proyek harus
mengacu pada
kehidupan nyata atau
permasalahan yang
ada di masyarakat.
Proyek harus
merangsang siswa
untuk bekerja secara
tim, menggunakan
teknologi yang tepat.
Proyek tersebut
mampu merangsang
siswa untuk
melakukan
pengembangan
organisasi dan
mengelola
keterampilan
pribadi.
Aktif meneliti Apakah siswa
menggunakan sejumlah
waktu secara signifikan
untuk mengerjakan bidang
utama pekerjaannya.
Apakah proyek tersebut
mempersyaratkan siswa
untuk mampu melakukan
penelitian nyata, dan
menggunakan berbagai
macam metode, media, dan
berbagai sumber lainnya.
Apakah siswa diharapkan
dapat mampu untuk
berkomunikasi tentang apa
yang dipelajari, baik
melalui presentasi maupun
unjuk kerja.
Proyek harus
diselesaikan tepat
waktu.
Proyek harus
merangsang siswa
untuk mampu
melakukan
penelitian nyata, dan
menggunakan
berbagai macam
metode, media, dan
berbagai sumber
lainnya.
Siswa harus mampu
untuk berkomunikasi
tentang apa yang
dipelajari baik
melalui presentasi
maupun unjuk kerja.
Hubungan dengan Apakah siswa menemui Siswa harus mampu
51
Prinsip Pengertian Aplikasi
ahli dan mengamati (belajar
dari) teman atau orang
sebaya (dewasa) yang
memiliki pengalaman dan
kecakapan yang relevan.
Apakah siswa dapat
kesempatan untuk bekerja
atau berdiskusi secara
teliti?
Apakah orang dewasa (di
luar siswa) dapat bekerja
sama dalam merancang
dan menilai hasil kerja
siswa.
belajar dari teman
atau orang sebaya
(dewasa) yang
memiliki
pengalaman dan
kecakapan yang
relevan.
Siswa harus teliti
dengan paling tidak
seorang teman.
Siswa harus dapat
bekerja sama dalam
merancang dan
menilai hasil kerja
siswa.
Penilaian Apakah siswa dapat
merefleksi secara berkala
proses yang dilakukannya
dengan menggunakan
kriterianya dapat
membantu dalam
menentukan kinerjanya.
Apakah orang luar dapat
membantu siswa
mengembangkan
pengertian tentang standar
kerja dunia nyata dalam
suatu jenis pekerjaan?
Apakah ada kesempatan
secara reguler untuk
menilai kerja siswa, terkait
dengan metode yang
digunakan, termasuk
melalui pameran dan
portofolio.
Siswa harus mampu
menilai unjuk
kerjanya.
Siswa harus mampu
bekerja sama dengan
orang luar (ahli atau
praktisi yang
sebidang dengan
kegiatan proyek).
Ada sistem penilaian
reguler untuk
menilai kerja siswa,
terkait dengan
metode yang
digunakan, termasuk
melalui pameran dan
portofolio.
(Wena, Made, 2010: 153).
2.5.8 Pedoman Bimbingan Pembelajaran Berbasis Proyek
Dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran berbasis proyek, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pijakan tindakan. Adapun
pedoman pembimbingan tersebut antara lain sebagai berikut:
52
A. Keautentikan
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi sebagai berikut.
1. Mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari
tugas yang dikerjakan.
2. Merancang tugas siswa sesuai dengan kemampuannya sehingga ia mampu
menyelesaikan tepat waktu.
3. Mendorong dan membimbing siswa agar mampu menghasilkan sesuatu dari
tugas yang dikerjakan.
B. Ketaatan terhadap Nilai-Nilai Akademik
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi sebagai berikut.
1. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menerapkan berbagai
pengetahuan atau disiplin ilmu dalam menyelesaikan tugas yang dikerjakan.
2. Merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang dapat memberi tantangan
pada siswa untuk menggunakan berbagai metode dalam pemecahan masalah.
3. Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi
dalam memecahkan masalah.
C. Belajar pada Dunia Nyata
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.
1. Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu bekerja pada konteks
permasalahan yang nyata yang ada di masyarakat.
53
2. Mendorong dan mengarahkan agar siswa mampu bekerja dalam situasi
organisasi yang menggunakan teknologi tinggi.
3. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu mengelola kemampuan
keterampilan pribadinya.
D. Aktif Meneliti
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.
1. Mendorong dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan tugasnya
sesuai dengan jadwal yang telah dibuatnya.
2. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian dengan
berbagai macam metode, media, dan berbagai sumber lainnya.
3. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu berkomunikasi dengan
orang lain, baik melalui presentasi ataupun media lain.
E. Hubungan dengan Ahli
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.
1. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mampu belajar dari orang lain
yang memiliki pengetahuan yang relevan.
2. Mendorong dan mengarahkan siswa bekerja atau berdiskusi dengan orang
lain atau temannya dalam memecahkan masalahnya.
3. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak atau meminta pihak
luar untuk terlibat dalam menilai unjuk kerjanya.
F. Penilaian
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.
54
1. Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu melakukan evaluasi diri
terhadap kinerjanya dalam mengerjakan tugasnya.
2. Mendorong dan mengarahkann siswa untuk mengajak pihak luar untuk
terlibat mengembangkan standar kerja yang terkait dengan tugasnya.
3. Mendorong dan mengarahkan siswa untuk menilai unjuk kerjanya.
Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
Realitas
Otonomi
Investigasi
Konstruktif
Pertanyaan
Sentralistis
Autentik
PROSEDUR
MENDESAIN
PRINSIP
PEMBELAJARAN
Ketaatan terhadap
Nilai-Nilai Akademik
Belajar pada Dunia
Nyata
Aktif Meneliti
Hubungan dengan
Ahli
Penilaian
55
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan (Margono, 2010: 100).
Rancangan penelitian (desain) ini menggunakan metode penelitian dan
pengembangan (Reasearch and Development atau R&D), yaitu metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut.
Model Research and Development (R&D) dikelompokkan menjadi tiga kegiatan,
yakni penelitian pendahuluan, penelitian pengembangan, dan penelitian uji
efektivitas. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya mengembangkan dua
kegiatan, yakni penelitian pendahuluan dengan menerapkan pendekatan deskriptif
kualitatif dan penelitian pengembangan produk. Pada tahap penelitian
pengembangan, peneliti mendesain model yang berupa Lembar Kegiatan Peserta
Didik (LKPD) untuk pembelajaran menulis teks anekdot. Melalui desain
penelitian (Reasearch and Development atau R&D), peneliti diharapkan dapat
memberikan hasil sebuah produk untuk dikembangkan kepada siswa. Produk yang
dikembangkan yaitu lembar kerja peserta didik pada pembelajaran menulis teks
anekdot berbasis Project Based Learning. LKPD dikembangkan agar peserta
didik mampu membuat karya sendiri secara kreatif dan memperhatikan struktur
56
kebahasaan yang baik dan benar. Berdasarkan tujuannya tersebut, maka desain
penelitian ini sangat tepat digunakan karena sesuai dengan tujuan dilakukannya
penelitian ini, yaitu untuk mengembangkan LKPD menulis teks anekdot berbasis
Project Based Learning untuk siswa kelas X SMK.
3.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SMK N 3 Metro, SMK Muhammadiyah 2 Metro,
dan SMK N 2 Metro.
3.3 Prosedur Pengembangan
Prosedur dalam penelitian ini adalah mengikuti prosedur penelitian dan
pengembangan menurut Borg & Gall yang terdiri atas sepuluh langkah (tahap).
Sepuluh tahap tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and
Development (R&D) menurut Borg dan Gall
Research
and
Information
Collecting
Planning
Develop
Preliminar-
y Form of
Product
Main
Product
Revision
Preliminar-
y Field
Resting
Operationa
-l Field
Testing
Final
Product
Revision
Main Field
Testing
Operationa
-l Product
Revision
Final
Product
Revision
57
Disadari oleh Borg and Gall bahwa penelitian dan pengembangan memerlukan
biaya yang besar, yang tentunya menyulitkan bagi para mahasiswa pascasarjana
dalam pembiayaannya. Oleh sebab itu, Borg dan Gall menyarankan sebagai
berikut: “Yang terbaik adalah melakukan proyek dengan skala kecil yang hanya
melibatkan sedikit rancangan pembelajaran yang asli. Juga, kecuali anda memiliki
sumber keuangan yang memadai, anda perlu menghindari penggunaan media
pembelajaran yang mahal seperti film dan cara lain untuk memperkecil proyek
adalah membatasi pengembangan hanya pada beberapa langkah dari siklus
penelitian dan pengembangan.” (Borg and Gall, 1989: 798).
Prosedur dalam penelitian ini adalah mengikuti penelitian pengembangan menurut
Borg dan Gall yang terdiri atas sepuluh tahapan, yaitu: (1) pengumpulan informasi
dan kajian literer; (2) penyusunan desain dan media pengembangan; (3)
pengumpulan data lapangan; (4) analisis data awal; (5) penyusunan media
pengembangan; (6) uji coba lapangan; (7) workshop penyusunan media; (8)
review pakar; (9) penyempurnaan media; dan (10) penyusunan media. Atas dasar
ini, peneliti memodifikasi kesepuluh tahapan pengembangan tersebut di atas
menjadi 3 tahap. Hal ini dilakukan dengan alasan disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian. Langkah-langkah hasil modifikasi tersebut dibagi menjadi 3 tahapan
utama, yakni:
1. Penelitian pendahuluan;
2. Proses Pengembangan bahan ajar;
3. Pengembangan produk bahan ajar.
58
Tiga tahapan tersebut, di dalamnya terdapat tahapan-tahapan, yaitu (1) studi
pendahuluan; (2) membuat rancangan desain produk; (3) mengembangkan bentuk
produk awal; (4) melalukan uji awal (penilaian praktisi); (5) melakukan revisi
awal; (6) melakukan uji pakar atau ahli; (7) melakukan revisi kedua; (8)
melakukan uji coba kelompok kecil; (9) revisi ketiga; (10) uji coba kelas besar;
dan (11) tahap pengembangan produk.
Gambar 3.2 Tahapan-Tahapan R&D Adaptasi dari Borg and Gall
Kajian
Konseptual
Studi
Lapangan
Analisis
Kebutuhan
Tahap 1
Penelitian
Pendahuluan
Membuat
Prototipe
Bahan Ajar
Penilaian
Teman
Sejawat
Revisi
Uji Pakar
atau Ahli
Revisi 2
Proses
Pengembang
-an Bahan
Ajar Produk
Uji Coba
Kelas
Terbatas
Revisi 3
Produk atau
Pengembang
an Bahan
Ajar
Uji Coba
Kelas
Besar
Revisi 4 Produk
Akhir
59
3.3.1 Studi Pendahuluan
Hasil studi pendahuluan diperlukan untuk mendesain dan mengembangkan
produk yang akan dilaksanakan. Desain produk dibuat berdasarkan penilaian
sistem kerja lama, sehingga dapat ditemukan kelemahan-kelemahan terhadap
sistem tersebut. Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa desain produk baru
yang lengkap dengan spesifikasinya dibandingkan sebelumnya. Desain produk
diwujudkan dalam bentuk gambar atau bagan, sehingga dapat mempermudah
menilai dan membuatnya. Teknik pengumpulan data dan analisis data akan
dilaksanakan di SMK N 3 Metro, SMK Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N 2
Metro. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan menelaah dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan
dengan bahan ajar yang berupa LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) dalam
pembelajaran menulis teks anekdot. Dokumentasi dilakukan pada perangkat
pembelajaran berupa silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Buku
Paket Siswa, media, kondisi guru, siswa, dan perpustakaan sekolah.
2. Observasi
Teknik observasi lapangan dilakukan dengan mengamati langsung proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh deskripsi kegiatan
guru dalam metode atau teknik pembelajaran, memanfaatkan bahan ajar,
menggunakan media, mengevaluasi pembelajaran, dan sikap siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
60
3. Angket
Pemberian angket ditujukan kepada guru dan siswa. Tujuan penyebaran angket
untuk mendapatkan deskripsi tentang kondisi pembelajaran dan bahan ajar.
4. Wawancara
Wawancara dan diskusi dilakukan dengan guru, siswa, dan kepala sekolah untuk
mengetahui secara langsung kondisi pembelajaran yang dilakukan berkaitan
dengan pendekatan yang digunakan dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
Fokus utama dalam studi pendahuluan adalah mendapatkan deskripsi kebutuhan
bahan ajar LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) dalam menulis teks anekdot.
Dasar yang digunakan adalah penyebaran angket tentang perlunya bahan ajar
LKPD untuk menulis teks anekdot. Angket ditujukan kepada guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas X SMK, berjumlah 1 (satu) orang guru, 2 (dua) wakil
kepala sekolah bidang kurikulum dan kesiswaan, serta 10 (sepuluh) siswa masing-
masing sekolah dipilih secara acak.
Hasil observasi, wawancara, dan angket tersebut dianalisis dengan teknik
triangulasi untuk mendapatkan deskripsi yang tepat tentang kondisi pembelajaran
dan bahan ajar. Hasil analisis kebutuhan berupa deskripsi bahan ajar yang
diperlukan, yaitu bahan ajar Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa SMK. Hasil studi pendahuluan dijadikan
landasan untuk menetapkan desain produk bahan ajar lembar kerja peserta didik.
61
3.3.2 Proses Pengembangan Produk
Setelah mengetahui desain produk bahan ajar LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik) sebagai pengembangan pembelajaran, selanjutnya proses pembuatan
produk awal. Pembuatan produk awal ini didasari oleh desain produk yang
dihasilkan pada tahap studi pendahuluan, setelah dibuat produk awal bahan ajar
LKPD, langkah selanjutnya melakukan pengujian serangkaian proses
pengembangan produk atau validasi desain. Validasi produk dapat dilakukan
dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah
berpengalaman untuk menilai produk baru yang telah dirancang.
1. Uji Praktisi atau Teman Sejawat
Uji praktisi atau teman sejawat dilakukan untuk memperoleh masukan sebanyak
mungkin dari praktisi atau teman sejawat, yaitu guru kelas, dan wakil kepala
sekolah.
2. Uji Ahli atau Pakar
Pelaksanaan uji ahli atau pakar dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari
ahli atau pakar yang memiliki kompetensi pada bidang yang relevan. Dalam hal
ini, adalah ahli di bidang materi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Ahli Teknologi
Pendidikan. Hasil uji ahli atau pakar berupa komentar, kritik, saran, dan koreksi
terhadap penilaian produk pengembangan. Uji ahli dilakukan dengan diskusi,
wawancara, dan angket. Penilaian ahli atau pakar untuk merevisi desain produk
sampai produk layak digunakan.
62
3. Uji Coba Lapangan dalam Kelompok Kecil
Uji coba lapangan dalam kelompok kecil melibatkan 10 (sepuluh) siswa. Uji coba
lapangan dalam kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui respons siswa
mengenai kelayakan penggunaan LKPD (L embar Kerja Peserta Didik) melalui
angket uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKPD. Pelaksanaan uji
dilakukan pada siswa kelas X SMK N 2 Metro. Hasil uji lapangan kelompok kecil
akan dimanfaatkan untuk merevisi rancangan produk LKPD sebelum diujikan
dalam kelompok besar.
4. Uji Coba Lapangan dalam Kelompok Besar
Pada tahap ini, produk pengembangan yang telah diujikan di kelompok kecil
mengalami revisi. Setelah mengalami revisi pada uji kelompok kecil, selanjutnya
produk akan diujikan kembali pada uji coba lapangan dalam kelompok besar.
Adapun uji coba lapangan dalam kelompok besar yaitu sebagai berikut:
Uji coba lapangan dalam kelompok besar dilakukan pada tiga sekolah yang
berbeda. Uji coba lapangan dalam kelompok besar dilakukan dengan
mengujicobakan produk pengembangan kepada guru dan siswa sebagai calon
pengguna produk. Hasil uji lapangan dalam kelompok besar juga dimanfaatkan
untuk merevisi produk. Uji coba lapangan dalam kelompok besar dan revisi
produk dilakukan secara berkolaborasi antara guru, peneliti, dan memperhatikan
saran atau komentar dari siswa. Uji coba lapangan dalam kelompok besar
dilakukan sampai diperoleh produk yang siap untuk digunakan sebagai bahan ajar.
Bahan ajar LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) pada uji skala luas ini melibatkan
63
tiga sekolah, yakni SMK N 3 Metro, SMK Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N
2 Metro.
5. Uji Coba Produk
Uji produk ini dilakukan oleh siswa selaku responden dan juga pengguna untuk
mendapatkan informasi mengenai bahan ajar tersebut. Hasil akhir pengembangan
ini berupa produk Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) menulis teks anekdot
berbasis Project Based Learning untuk siswa kelas X SMK. Berikut ini adalah
langkah-langkah pengembangan produk:
a. Menyiapkan perangkat untuk uji coba (kriteria LKPD yang layak dan angket
kelayakan).
b. Menentukan responden uji coba pada tiap-tiap kelompok belajar kelas X SMK
yang telah ditentukan.
c. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
mengimplementasikan LKPD dalam pembelajaran.
d. Menginformasikan kepada responden tentang tujuan uji coba dan kegiatan
yang harus dilakukan oleh responden.
e. Melakukan uji coba sebagaimana kegiatan pembelajaran materi menulis teks
anekdot menggunakan LKPD berbasis Project Based Learning yang
dihasilkan sebagai bahan ajarnya.
f. Mengumpulkan data hasil uji coba lembar angket uji daya tarik.
g. Mengolah data dan menyimpulkan hasilnya.
64
3.3.3 Evaluasi Produk
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli
lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut
selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain.
3.4 Sumber Data dan Subjek Penelitian
Sebuah penelitian sangat berkaitan erat dengan sumber data. Sumber data dalam
penelitian adalah sumber yang di mana dapat diperolehnya data yang terdapat
sebagai objek penelitian. Sedangkan, data merupakan objek yang diteliti atau
dianalisis dalam penelitian. Sumber data penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
X SMK yang terdiri setiap kelas terdiri dari 30 (tiga puluh) siswa. Berdasarkan
jumlah siswa kelas SMK data yang dijadikan sampel, yaitu tiga sekolah dengan
mengambil satu kelas masing-masing dari sekolah SMK N 3 Metro, SMK
Muhammadiyah 2 Metro, dan SMK N 2 Metro.
Data penelitian ini menggunakan data kualitatif berupa deskriptif yang berisi
saran, kritik, koreksi, dan penilaian dari siswa, praktisi, dan pakar. Subjek
penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga tahap penelitian, yaitu subjek
penelitian tahap awal atau studi pendahuluan, tahap proses, dan tahap produk atau
hasil. Subjek penelitian dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
No Tahapan Penelitian Subjek Keterangan
1.
Potensi dan masalah serta
pengumpulan data.
1. Mengevaluasi keadaan
pembelajaran dan
penggunaan bahan
ajar
Satu orang guru mata
pelajaran Bahasa
Indonesia kelas X
SMK N 3 Metro,
SMK
Muhammadiyah 2
Metro, dan SMK N
2 Metro.
65
No Tahapan Penelitian Subjek Keterangan
2. Membuat analisis
bahan ajar
2.
Proses pengembangan
LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik).
1. Penilaian teman
praktisi sejawat
2. Penilaian pakar
(materi)
Guru, 10 (sepuluh)
siswa, dan 1 (satu)
kelas di SMK N 3
Metro, SMK
Muhammadiyah 2
Metro, dan SMK N 2
Metro.
SMK N 3 Metro,
SMK
Muhammadiyah 2
Metro, dan SMK N
2 Metro.
3.5 Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan menggunakan analisis deskriptif yang diperoleh dari
hasil analisis data dari ahli atau pakar, dan analisis data saat uji coba produk.
Aturan pemberian skor di bawah ini sesuai menurut Sugiyono (2016: 135):
1. Uji Kelayakan Pakar atau Ahli dan Praktisi
Kegiatan analisis data dari hasil angket dilakukan dengan mencari rata-rata skor
skala likert berdasarkan tiap-tiap aspek atau domain. Penilaian kuesioner
dilakukan dengan kriteria 1 = tidak relevan atau tidak sesuai, 2 = kurang relevan
atau kurang layak, 3 = relevan atau layak, dan 4 = sangat relevan atau sangat
layak. Hasil rata-rata penilaian angket tersebut kemudian dihitung berdasarkan
rumus:
Hasil penilaian kemudian dirata-ratakan dan dikelompokkan dalam tiga kategori
penilaian seperti tersaji dalam tabel 3.2 berikut.
66
Tabel 3.2 Penilaian Kelayakan Pengembangan LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik)
Presentase Nilai (%) Klasifikasi
66≤ x ≤100 Layak
33≤ x <66 Kurang Layak atau Perbaiki
0≤ x <33 Tidak Layak atau Tidak Diperlukan
2. Uji Kelayakan Penggunaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Data kualitatif yang diperoleh dari sebaran angket untuk mengetahui kelayakan
penggunaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) menulis teks anekdot berbasis
Project Based Learning yang digunakan guru dalam menyampaikan materi untuk
siswa kelas X SMK. Data kemudahan, kemenarikan, dan kemanfaatan LKPD
sebagai bahan belajar diperoleh dari uji coba terbatas kepada siswa sebagai
pengguna. Angket respons terhadap penggunaan produk memiliki empat pilihan
jawaban sesuai konten pertanyaan. Tiap-tiap pilihan jawaban memiliki skor
berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Hasil
penilaian angket tersebut kemudian dihitung berdasarkan rumus:
Nilai yang didapat kemudian dikonversikan dalam kelompok kategori penilaian,
seperti dalam tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Konversi Penilaian Pengembangan LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik)
Kategori Presentase Kategori
75≤ x ≤100 Sangat Baik
50≤ x <75 Baik
25≤ x <50 Cukup Baik
0≤ x <25 Kurang Baik
67
3. Uji Efektivitas LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Tahapan yang terakhir setelah menghitung presentase kelayakan LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik) yakni menghitung efektivitas dengan menghitung rata-rata
pretes, postes, dan n-gain. Skor gain, yaitu perbandingan gain aktual dengan gain
maksimum. Gain aktual yaitu selisih skor post test terhadap skor pretest. Rumus
n-gain adalah sebagai berikut:
N-Gain =skor postest– skortes kemampuan awal
skor maksimum – skorTes Kemampuan Awal
Kriteria interpretasi n-gain yang dikemukakan oleh Meltzer (2002), seperti pada
tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi N-gain
Rata-Rata Gain Ternormaliasi Kriteria Interpretasi
g> 0,7 Tinggi
0,3< g≤ 0,7 Sedang
g≤ 0,3 Rendah
3.6 Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti yang bertindak sebagai pelaku
utama. Dalam melaksanakan tugas, peneliti dibantu dengan instrumen. Adapun
instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lembar indikator menulis teks anekdot sebagai panduan peneliti untuk
mempermudah melaksanakan penelitian.
68
Tabel 3.5 Indikator Menulis Teks Anekdot
No Masalah Indikator Deskriptor Alokasi
Waktu
1.
Penyusunan
LKPD
(Lembar
Kerja Peserta
Didik)
Menulis Teks
Anekdot
KD (Kompetensi
Dasar) 3.5
Menganalisis teks
anekdot dari
aspek makna
tersirat.
KD (Kompetensi
Dasar) 4.5
Mengonstruksi
makna tersirat
dalam sebuah
teks anekdot baik
lisan maupun
tulis
KD (Kompetensi
Dasar) 3.6
Mengevaluasi
struktur dan
kebahasaan teks
anekdot.
KD (Kompetensi
Dasar) 4.6
Menciptakan
kembali teks
anekdot dengan
memerhatikan
struktur, dan
kebahasaan baik
lian maupun tulis,
KD (Kompetensi
Dasar) 3.5 dan 4.5
Menganalisis makna
tersirat anekdot
berbeda dengan
sindiran dan
kritikan, tetapi lebih
mengarah pada
tujuan yang ingin
disampaikan oleh si
pembuat kritik.
KD (Kompetensi
Dasar) 3.6 Struktur
teks anekdot.
Anekdot memiliki
struktur teks yang
membedakannya
dengan teks lainnya.
Teks anekdot
memiliki struktur
abstraksi, orientasi,
krisis, reaksi, dan
koda.
a. Abstraksi
merupakan
pendahuluan
yang
menyatakan
latar belakang
atau gambaran
umum tentang
isi suatu teks.
b. Orientasi
merupakan
bagian cerita
yang mengarah
pada terjadinya
suatu krisis,
konflik, atau
peristiwa utama.
Bagian inilah
yang menjadi
penyebab
timbulnya krisis.
c. Krisis atau
KD
(Kompetensi
Dasar) 3.5, 4.5,
dan 3.6 2X1
Tatap Muka.
KD
(Kompetensi
Dasar) 4.6 2X1
Tatap Muka.
69
No Masalah Indikator Deskriptor Alokasi
Waktu
komplikasi
merupakan
bagian dari inti
peristiwa suatu
anekdot. Pada
bagian krisis
itulah terdapat
kekonyolan
yang
menggelitik dan
mengundang
tawa.
d. Reaksi
merupakan
tanggapan atau
respons atas
krisis yang
dinyatakan
sebelumnya.
Reaksi yang
dimaksud dapat
berupa sikap
mencela atau
menertawakan.
e. Koda
merupakan
penutup atau
kesimpulan
sebagai petanda
berakhirnya
cerita. Di
dalamnya dapat
berupa
persetujuan,
komentar,
ataupun
penjelasan atas
maksud dari
cerita yang
dipaparkan
sebelumnya.
Bagian ini
biasanya
ditandai oleh
kata-kata,
seoerti itulah,
70
No Masalah Indikator Deskriptor Alokasi
Waktu
akhirnya, dan
demikianlah.
Keberadaan
koda bersifat
opsional; bisa
ada ataupun
tidak ada.
KD (Kompetensi
Dasar) 3.6 Fitur
kebahasaan anekdot
yang khas, yaitu: (a)
menggunakan
kalimat yang
menyatakan
peristiwa masa lalu;
(b) menggunakan
kalimat retoris,
kalimat pertanyaan
yang tidak
membutuhkan
jawaban; (c)
menggunakan
konjungsi (kata
penghubung) yang
menyatakan
hubungan waktu
seperti kemudian,
lalu, dan
sebagainya; (d)
menggunakan kata
kerja aksi seperti
menulis, membaca,
berjalan, dan
sebagainya; (e)
menggunakan
imperative sentece
(kalimat perintah);
dan (f)
menggunakan
(kalimat seru).
Khusus untuk
anekdot yang
disajikan dalam
bentuk drama atau
dialog, penggunaan
kalimat langsung
71
No Masalah Indikator Deskriptor Alokasi
Waktu
sangat dominan.
KD (Kompetensi
Dasar) 4.6
Menyusun anekdot,
ada beberapa hal
yang harus
ditentukan lebih
dulu. Hal tersebut
adalah tema, kritik,
kelucuan, tokoh,
struktur, dan pola
penyajian teks
anekdot.
Langkah-Langkah
ini akan
memudahkan kamu
untuk belajar
menyusun anekdot.
Jadi, baca dengan
teliti contoh
penyusunan anekdot
agar nantinya kamu
bisa menyusun
anekdotmu sendiri.
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
2015. Buku Guru Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
Tabel 3.6 Instrumen Kerangka LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
No Indikator Deskriptor Alokasi
Waktu
1.
a. Menganalisis teks
anekdot dari aspek
makna tersirat.
a. Mengonstruksi makna
tersirat dalam sebuah
teks anekdot baik lisan
maupun tulis.
Mengenal teks anekdot
secara umum.
Mengetahui definisi teks
anekdot serta buktikan
contoh teks anekdot.
Mengidentifikasi struktur
dan kaidah kebahasaan
teks anekdot serta
buktikan contoh.
Menganalisis struktur dan
kaidah kebahasaan teks
anekdot.
Menyimpulkan makna
tersirat dalam teks
anekdot.
2X1
Pertemuan
72
No Indikator Deskriptor Alokasi
Waktu
2.
3.6 Mengevaluasi struktur
dan kebahasaan teks
anekdot
b. Menciptakan kembali
teks anekdot dengan
memerhatikan struktur
dan kebahasaan baik
lisan maupun tulis
Mengidentifikasi struktur
dan kaidah kebahasaan
teks anekdot.
Menciptakan teks anekdot
berdasarkan lingkungan
sekitar.
Menyusun kembali teks
anekdot berdasarkan
struktur dan kaidah
kebahasaannya.
2X1
Pertemuan
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
2015. Buku Guru Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
2. Lembar wawancara kebutuhan guru dan siswa, untuk mengetahui LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik) yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Angket Wawancara Guru terhadap Kebutuhan LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik)
No Aspek Pertanyaan
1. Ketersediaan bahan
ajar
Apakah Bapak atau Ibu menggunakan bahan ajar
sebagai panduan siswa dalam kegiatan
pembelajaran menulis teks anekdot?
Jika ada, apakah bahan ajar tersebut buatan sendiri?
Jika tidak ada, modul, LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik), atau buku teks sebagai panduan
pembelajaran menulis teks anekdot yang biasa
digunakan?
2.
Kesesuaian dengan
standar kompetensi
pembelajaran
Apakah panduan kegiatan belajar siswa yang
digunaan sudah sesuai dengan KI (Kompetensi Inti)
dan KD (Kompetensi Dasar) pembelajaran menulis
teks anekdot?
Jika tidak sesuai, apa kekurangan panduan kegiatan
tersebut apa masih harus diperbaiki atau
dilengkapi?
3. Penyajian
Apakah bahan ajar yang digunakan memudahkan
Bapak atau Ibu dalam mencapai tujuan belajar
siswa yaitu mampu menganalisis teks anekdot dari
aspek makna tersirat dan mengevaluasi struktur dan
kebahasaan teks anekdot?
Apakah bahan ajar yang digunakan memudahkan
Bapak atau Ibu dalam mencapai tujuan belajar
siswa yaitu mampu mengonstruksi makna tersirat
dalam sebuah teks anekdot baik lisan maupun tulis
73
No Aspek Pertanyaan
dan menciptakan kembali teks anekdot dengan
memerhatikan struktur, dan kebahasaan baik lisan
maupun tulis?
Apakah bahan ajar memberikan panduan langkah-
langkah belajar menulis teks anekdot?
Adakah Bapak atau Ibu mengalami kendala selama
memberikan materi menulis teks anekdot
menggunakan panduan yang ada?
Jika ada, apa menciptakan kembali teks anekdot
yang mendasari kesulitan untuk mengajarkan
menulis teks anekdot kepada siswa?
4. Pengayaan materi
Apakah panduan kegiatan belajar siswa yang
digunakan memberikan pengayaan materi?
Jika ada, pengayaan berupa soal pilihan ganda atau
essay yang disajikan dalam materi menulis teks
anekdot ini?
Jika tidak ada, pengayaan seperti contoh soal-soalm
beserta pengayaan essay secara detail yang
diinginkan dalam pembelajaran menulis teks
anekdot?
Apakah Bapak atau Ibu membutuhkan panduan
kegiatan dalam bentuk LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) untuk membantu membelajarkan
materi menulis teks anekdot pada siswa?
5.
Penambahan
pembelajaran
berbasis Project
Based Learning
Apakah Bapak atau Ibu setuju jika ada
pengembangan LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik) yang dilengkapi dengan penggunaan model
pembelajaran Project Based Learning khususnya
pada materi menulis teks anekdot?
Jika tidak, apakah alasan Bapak atau Ibu model
pembelajaran Project Based Learning sulit untuk
dipahami siswa?
Selain pada guru, wawancara juga dilakukan pada siswa untuk mengetahui
kebutuhan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) sebagai panduan pembelajaran
menulis teks anekdot.
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Angket Wawancara Siswa terhadap Kebutuhan LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik)
No Aspek Pertanyaan
1.
Ketersediaan LKPD
(Lembar Kerja
Peserta Didik)
Apakah Anda menggunakan LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) sebagai panduan kegiatan
pembelajaran menulis teks anekdot?
74
No Aspek Pertanyaan
Jika tidak ada, apakah Anda menggunakan bahan
ajar lainnya untuk pembelajaran menulis teks
anekdot?
2. Kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran
Apakah panduan kegiatan belajar sesuai dengan
tujuan pembelajaran menulis teks anekdot?
Jika tidak sesuai, apa kekurangan panduan kegiatan
tersebut masih harus diperbaiki atau dilengkapi?
3. Penyajian
Apakah bahan ajar yang digunakan memudahkan
siswa mencapai tujuan belajar siswa yaitu
menganalisis teks anekdot dari aspek makna tersirat
dan mengevaluasi struktur dan kebahasaan teks
anekdot?
Apakah bahan ajar yang digunakan memudahkan
siswa mencapai tujuan belajar siswa yaitu
mengonstruksi makna tersirat dalam sebuah teks
anekdot baik lisan maupun tulis dan menciptakan
kembali teks anekdot dngan memerhatikan struktur,
dan kebahasaan baik lisan maupun tulis?
Apakah bahan ajar memberikan panduan materi
untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis teks
anekdot?
Jika ya, apakah bahan ajar menulis teks anekdot
memaparkan contoh yang sesuai dengan keadaan di
sekitar kita?
Apakah Anda mengalami kendala dalam
menganalisis dan menciptakan kembali teks
anekdot?
Jika ada, kendala apa yang mendasari kesulitan
khususnya dalam menganalisis dan menciptakan
kembali teks anekdot?
Apakah Anda membutuhkan panduan kegiatan
dalam bentuk LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
khususnya pada materi menulis teks anekdot?
4. Pengayaan materi
Apakah panduan kegiatan belajar yang Anda
gunakan memberi pengayaan materi?
Jika ada, pengayaan seperti aoa yang disajikan
dalam materi menulis teks anekdot?
Jika tidak ada, pengayaan seperti apa yang
diinginkan dalam materi menulis teks anekdot?
Apakah Anda membutuhkan panduan kegiatan
dalam bentuk LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
untuk membantu mempelajari materi menulis teks
anekdot?
75
3. Validasi pakar atau ahli melalui angket uji pakar atau ahli untuk menilai
kelayakan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) yang dihasilkan. Angket
berupa lembar instrumen evaluasi formatif LKPD menulis teks anekdot
berbasis Project Based Learning yang mengacu pada panduan penyusunan
bahan ajar Depdiknas (2008: 16).
Tabel 3.9 Instrumen Evaluasi Formatif LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Menulis Teks Anekdot
No Komponen 1 2 3 4 5
KELAYAKAN ISI
1. Kesesuaian dengan KI (Kompetensi Inti) dan KD
(Kompetensi Dasar)
2. Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
3. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4. Kebenaran substansi materi
KEBAHASAAN
5. Keterbacaan
6. Kejelasan informasi
7. Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia
8. Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien
SAJIAN
9. Kejelasan tujuan
10. Urutan penyajian
11. Pemberian motivasi
12. Interaktivitas (stimulasi dan respons)
13. Kelengkapan informasi
KEGRAFISAN
14. Penggunaan font (jenis dan ukuran)
15. Lay out dan tata letak
16. Ilustrasi, grafis, gambar, dan foto
17. Desain tampilan, penggunaan warna yang sesuai
Penilaian dilakukan dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang paling
sesuai berdasarkan kriteria 1 = sangat tidak baik atau tidak sesuai, 2 = kurang
sesuai, 3 = 66 cukup, 4 = baik, dan 5 = sangat baik atau sesuai. Selain penilaian,
validator ahli atau pakar juga memberikan saran perbaikan LKPD (Lembar Kerja
Peserta Dididik) sehingga layak digunakan.
76
4. Angket penilaian teman sejawat atau praktisi untuk menilai kelayakan
penggunaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) dalam pembelajaran.
Tabel 3.10 Instrumen Penilaian Teman Sejawat atau Praktisi untuk Uji Coba
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
Aspek Deskriptor
Pilihan
Jawaban
1 2 3 4
Bahasa
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
menggunakan bahasa yang mudah
dipahami
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
menggunakan bahasa Indonesia yang
sesuai dengan kaidah EBI (Ejaan
Bahasa Indonesia)
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
menggunakan kalimat-kalimat yang
efektif
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
menggunakan paragraf-paragraf yang
tidak terlalu panjang
Isi LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik)
Apakah materi yang disajikan sistematis
Apakah materi pembelajaran disajikan
dengan memanfaatkan alam sekitar atau
pengalaman siswa (pada kegiatan siswa
menulis puisi)
Apakah LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik) tidak hanya memuat teori saja,
tetapi bisa diaplikasikan dalam praktik
Apakah materi dalam LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik) disajikan secara
kontekstual sesuai dengan lingkungan
belajar
Apakah LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik) memudahkan dalam memahami
materi pelajaran
Kemenarikan
penyajian
Apakah bahan ajar menyajikan materi
secara menarik dan menyenangkan
Apakah contoh-contoh dalam bahan ajar
sesuai dengan lingkungan dan masalah
anak didik
Apakah materi disajikan secara runtut
Apakah materi yang disajikan
melibatkan siswa secara aktif
Apakah materi yang disajikan sesuai
77
Aspek Deskriptor
Pilihan
Jawaban
1 2 3 4
dengan kompetensi dasar yang ada
dalam kurikulum
Apakah bahan ajar memuat glosarium
Apakah bahan ajar menimbulkan
motivasi belajar bagi anak
Apakah bahan ajar disusun dengan
memandu siswa bekerja sama dengan
temannya
Apakah materi disajikan dengan
petunjuk cara melakukan secara jelas
Apakah bahan ajar terdapat perintah
menyelesaikan tugas secara kelompok
Apakah bahan ajar mengajak siswa
untuk melakukan kesimpulan tentang
materi yang dibahas
Apakah bahan ajar mengajak siswa
untuk merefleksi diri tentang
pemahaman yang didapat
Kegrafisan
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
memenuhi kelengkapan fisik anatomi
buku, sampul, dan perwajahan awal
Memuat daftar pustaka dan glosarium
Memiliki ilustrasi dan penggunaan
warna yang sesuai
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
membangkitkan motivasi untuk belajar
Penilaian oleh teman sejawat atau praktisi yaitu guru Bahasa Indonesia yang
dilakukan dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang paling sesuai
berdasarkan kriteria 1 = tidak baik atau tidak sesuai, 2 = kurang sesuai atau
kurang, baik, 3 = baik atau sesuai, dan 4 = sangat baik atau sangat sesuai. Selain
penilaian, guru sebagai penggunaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) juga
memberikan saran perbaikan sehingga LKPD yang dikembangkan layak untuk
digunakan.
78
Angket uji coba produk LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) sebagai bahan ajar
dalam pembelajaran menulis teks anekdot yang diberikan kepada siswa. Angket
diberikan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap LKPD yang telah
dihasilkan melalui dua tahap, yaitu uji kelas kecil dan uji kelas besar atau kelas
pembelajaran sebenarnya. Tanggapan siswa pada kelas kecil menjadi masukan
perbaikan sebelum diujicobakan pada kelas pembelajaran. Penilaian angket
dilakukan menggunakan skala likert dengan kriteria TM (Tidak Menarik atau
Sesuai) = 1, KM (Kurang Menarik atau Sesuai) = 2 M (Menarik atau Sesuai) = 3,
dan SM (Sangat Menarik atau Sesuai) = 4.
Tabel 3.11 Instrumen Uji Coba LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) kepada
Siswa sebagai Pengguna
No Komponen
Pilihan Jawaban
Saran TM
(1)
KM
(2)
M
(3)
SM
(4)
A. Kemenarikan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
1.
Apakah variasi penggunaan huruf
(ukuran, bentuk, jenis, dan warna)
membuat LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) menarik dipelajari?
2.
Apakah ilustrasi yang ada
membuat LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) menarik dipelajari?
3.
Apakah desain lay out membuat
LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik) menarik dipelajari?
4.
Apakah penggunaan variasi warna
membuat LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) menarik dipelajari?
5.
Apakah dengan penggunaan
gambar-gambar membuat LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik)
menarik dipelajari?
6.
Apalah kesesuaian permasalahan
membuat LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) menarik dipelajari?
7. Apakah dengan adanya contoh
membuat LKPD (Lembar Kerja
79
No Komponen
Pilihan Jawaban
Saran TM
(1)
KM
(2)
M
(3)
SM
(4)
Peserta Didik) menarik dipelajari?
8.
Apakah kesesuaian gambar
membuat LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) menarik dipelajari?
9.
Apakah soal-soal latihan dan tes
formatif dalam LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik) menarik
untuk dipelajari?
10.
Apakah format keseluruhan LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik)
menarik dipelajari?
B. Kemudahan Pengguna
1.
Apakah cakupan isi LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik)
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
2.
Apakah kejelasan isi LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik)
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
3.
Apakah alur penyajian LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik)
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
4.
Apakah bahasa yang digunakan
dalam LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) dapat dipahami
secara jelas sehingga
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
5.
Apakah kejelasan pemaparan
materi LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) mempermudah
Anda menggunakan bahan ajar?
6.
Apakah petunjuk-petunjuk atau
panduan dalam LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik) dapat
dipahami maksudnya secara jelas
sehingga mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
7.
Apakah pertanyaan-pertanyaan
dalam LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) dapat Anda pahami
maksudnya secara jelas sehingga
80
No Komponen
Pilihan Jawaban
Saran TM
(1)
KM
(2)
M
(3)
SM
(4)
mempermudah penggunaan bahan
ajar?
C. Kemanfaatan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) Pembelajaran
1.
Apakah LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) membantu Anda
meningkatkan minat mempelajari
materi?
2.
Apakah LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik) membantu Anda
mempelajari materi secara lebih
mudah?
3.
Apakah evaluasi (soal latihan dan
ulangan harian) yang ada
membantu Anda mengetahui
kemampuan konsep yang anda
kuasai?
3.7 Instrumen Tes
Penelitian ini menggunakan instrumen tes dengan tujuan untuk mengetahui hasil
pembelajaran menulis teks anekdot. Instrumen tes dalam penelitian ini mencakup
pretest dan post test serta kriteria penilaian teks anekdot. Pretest dilakukan untuk
mengetahui hasil pembelajaran menulis teks anekdot sebelum perlakuan, dan post
test dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran menulis teks anekdot setelah
mendapat perlakuan. Jenis tes yang digunakan adalah tes tulis. Bentuk instrumen
pretest dan post test yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah sebagai berikut.
a. Lembar Soal
Lembar soal yang diberikan kepada siswa sebagai instrumen tes untuk
mengetahui kemampuan menulis teks anekdot siswa.
81
Tabel 3.12 Soal Uji Teks Anekdot
MARI MENULIS ANEKDOT!
Nama:
Kelas:
No. Absen
Petunjuk Umum:
Kerjakan soal berikut dengan baik! Jawaban ditulis pada lembar yang telah
disediakan!
Soal:
Buatlah sebuah anekdot dengan memerhatikan ketentuan berikut ini!
1. Kesesuaian isi cerita anekdot dengan tema yang mengangkat fenomena
sekitar.
2. Kelengkapan unsur anekdot antara lain tokoh, alur, latar, terutama humor dan
kritiknya.
3. Kelengkapan struktur teks anekdot dalam cerita.
4. Ketetapan penggunaan bahasa sesuai kaidah kebahasaan teks anekdot.
Disesuaikan dengan kriteria penilaian yang diadaptasi oleh Kosasih (2014).
b. Kriteria Penilaian Teks Anekdot
Kriteria penilaian ini digunakan sebagai acuan untuk menilai hasil teks anekdot
yang dibuat oleh siswa. Di dalamnya memuat aspek-aspek yang harus ada di
dalam sebuah teks anekdot yang baik dan benar. Adapun kriteria penilaian
menulis teks anekdot adalah sebagai berikut. Pedoman penilaian diambil dari
skripsi yang disusun oleh Wahyudin (2014) dan diadaptasi dari Kosasih (2014):
Tabel 3.13 Penskoran Teks Anekdot
No Aspek Skor
1 2 3 4
1. Kesesuaian isi dengan tema yang mengangkat fenomena
sekitar
2. Kelucuan
3. Kandungan amanat
4. Kelengkapan struktur teks
5. Ketetapan penggunaan bahasa
Diadaptasi dari Kosasih, 2014, hlm. 15-16)
82
Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Teks Anekdot
No. Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
1.
Kesesuaian isi dengan
tema yang mengangkat
fenomena sekitar
a. Tema mengangkat fenomena sekitar
b. Isi dengan tema relevan dan
substansial
c. Isi sangat menonjolkan kekritisan
penulis
4
a. Tema mengangkat fenomena sekitar
b. Isi dengan tema cukup relevan
namun kurang substansial
c. Isi cukup menonjolkan kekritisan
penulis
3
a. Tema mengangkat fenomena sekitar
b. Isi dengan tema kurang relevan dan
tidak substansia
c. Isi kurang menonjolkan kekritisan
penulis
2
a. Tema tidak mengangkat fenomena
sekitar
b. Isi dengan tema tidak relevan dan
tidak substansial
c. Isi tidak menonjolkan kekritisan
penulis
1
2. Kelucuan
a. Kreatif membangun kelucuan
b. Kelucuan relevan dengan fenomena
sekitar yang diceritakan
c. Kelucuan santun
4
a. Kreatif membangun kelucuan
b. Kelucuan kurang relevan dengan
fenomena sekitar yang diceritakan
c. Kelucuan cukup santun
3
a. Kurang kreatif membangun
kelucuan
b. Kelucuan kuang relevan dengan
fenomena sekitar yang diceritakan
c. Kelucuan kurang santun
2
a. Tidak memiliki kelucuan
b. Kelucuan tidak relevan dengan
fenomena sekitar yang diceritakan
c. Kelucuan tidak santun
1
3. Kandungan amanat
a. Amanat mengandung ajaran moral
disampaikan baik secara implisit
maupun eksplisit
b. Amanat berhubungan dengan
masalah sekitar yang diceritakan
4
a. Amanat mengandung ajaran moral
disampaikan baik secara implisit 3
83
No. Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
maupun eksplisit
b. Amanat kurang berhubungan
dengan masalah sekitar
a. Amanat kurang mengandung ajaran
moral baik secara implisit maupun
eksplisit
b. Amanat kurang berhubungan
dengan masalah sekitar yang
diceritakan
2
a. Amanat tidak mengandung ajaran
moral baik secara emplisit maupun
eksplisit
b. Amanat tidak berhubungan dengan
masalah sekitar yang diceritakan
1
4. Kelengkapan struktur
teks
a. Teks anekdot yang dibangun
memiliki struktur yang lengkap
yaitu abstraksi, orientasi, krisis,
reaksi, dan koda
b. Setiap struktur saling berkaitan
4
a. Teks anekdot yang dibangun tidak
memiliki struktur lengkap atau
hanya memiliki tiga struktur yaitu
orientasi, krisis, dan koda
b. Setiap struktur saling berkaitan
3
a. Teks anekdot yang dibangun
memiliki atau tidak memiliki
struktur lengkap atau hanya
memiliki tiga struktur yaitu
orientasi, krisis, dan koda
b. Setiap struktur kurang berkaitan
2
a. Teks anekdot yang dibangun
memiliki struktur kurang dari tiga
b. Setiap struktur tidak berkaitan
1
5. Ketetapan penggunaan
bahasa
a. Adanya kalimat langsung atau tidak
langsung
b. Fungsi kalimat jelas
c. Memakai kata ganti orang ketiga
tunggal
d. Ketetapan kata kerja, konjungsi, dan
penulisan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan)
4
a. Adanya kalimat langsung atau tidak
langsung
b. Fungsi kalimat jelas
c. Memakai kata ganti orang ketiga
tunggal
3
84
No. Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
d. Kata kerja, konjungsi, dan penulisan
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
kurang tepat
a. Adanya kalimat langsung atau tidak
langsung
b. Fungsi kalimat kurang jelas
c. Memakai kata ganti orang ketiga
tunggal
d. Kata kerja, konjungsi, dan penulisan
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
kurang tepat
2
a. Adanya kalimat langsung atau tidak
langsung
b. Fungsi kalimat tidak jelas
c. Tidak memakai kata ganti orang
ketiga tunggal
d. Kata kerja, konjungsi, dan penulisan
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
tidak tepat
1
SKOR IDEAL 20
Sumber: Kokasih, 2014, hlm. 15-16
Skor maksimal: 20, hasil penilaian dihitung dengan rumus
Pada tahap selanjutnya, nilai yang telah diperoleh dikategorikan berdasarkan tabel
kategori penilaian tes keterampilan menulis teks anekdot sebagai berikut.
Tabel 3.15 Kategori Penilaian Teks Anekdot Siswa
Nilai Kategori Keterangan
85 -- 100 A Sangat Baik
75 -- 84 B Baik
60 --74 C Cukup
40 --59 D Kurang
0 --39 E Sangat Kurang
155
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasar pada analisis data hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
mengenai pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) menulis teks
anekdot berbasis project based learning untuk siswa kelas X SMK dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Pengembangan LKPD pembelajaran sastra dilakukan melalui tiga tahapan.
Tahap pertama, studi pendahuluan, yaitu dengan melakukan observasi,
dokumentasi, angket guru dan siswa, dan wawancara. Tahap kedua, proses
pengembangan produk. Hal ini ditandai dengan pembuatan produk awal
didasari oleh desain produk yang dihasilkan pada tahap studi pendahuluan,
setelah dibuat produk awal bahan ajar LKPD, langkah selanjutnya
melakukan pengujian serangkaian proses pengembangan produk atau
validasi desain. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan
beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai
produk baru yang telah dirancang. Proses pengembangan produk dilakukan
dengan validasi produk oleh pakar, yaitu uji ahli materi, uji ahli media, dan
uji praktisi. Uji coba kelas kecil, dilakukan di satu sekolah, yaitu SMK
Muhammadyah 2 Metro diambil sepuluh siswa dengan sistem acak. Setelah
156
itu, mendapatkan beberapa masukan dan saran dari siswa tentang memilih
gambar dan warna pada LKPD agar lebih menarik kemudian melakukan
revisi. Uji coba kelas besar, yaitu dilakukan terhadap tiga sekolah, SMKN 3
Metro di ambil 30 siswa kelas X, SMK Muhammadyah 2 Metro di ambil 29
siswa kelas X, SMKN 2 Metro di ambil 33 siswa kelas X. Tahap ketiga,
evaluasi produk. Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan
pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya.
Kelemahan tersebut selanjutnya di coba untuk dikurangi dengan cara
memperbaiki desain. Produk dikembangkan berdasarkan studi
pendahuluan, pengumpulan data, dan analisis data di tiga SMK yang ada di
Metro. Hasil pengembangan bahan ajar sastra difokuskan pada produk
berupa LKPD menulis teks anekdot berbasis project based learning untuk
siswa kelas X SMK.
2. LKPD menulis teks anekdot berbasis Project Based Learning yang
dikembangkan dinyatakan sangat layak oleh siswa pada tiga sekolah yang
dijadikan lokasi uji coba. Perolehan hasil uji coba kelayakan produk dirinci
sebagai berikut.
a. Pada SMKN 3 Metro diperoleh 81,60% (kriteria sangat layak).
b. Pada SMK Muhammadyah 2 Metro diperoleh 85,47% (kriteria sangat
layak).
c. Pada SMKN 2 Metro diperoleh 82,57% (kriteria sangat layak).
3. LKPD menulis teks anekdot berbasis Project Based Learning yang
dikembangkan dinyatakan cukup efektif untuk digunakan pada
pembelajaran teks anekdot di kelas X SMK. Hasil tersebut diperoleh dari
157
pencapaian efektivitas kategori “sedang” pada saat uji coba penggunaan
LKPD di tiga sekolah. Rincian hasil uji efektivitas dari ketiga sekolah
tersebut sebagai berikut.
a. Rata-rata N-gain SMKN 3 Metro sebesar 0,33 termasuk kategori sedang.
b. Rata-rata N-gain SMK Muhammadyah 2 Metro sebesar 0,35 termasuk
kategori sedang.
c. Rata-rata N-gain SMKN 2 Metro sebesar 0,52 termasuk kategori sedang.
Perbedaan rata-rata N-gain disebabkan oleh setiap sekolah memiliki tingkat
kecerdasan, karakteristik, dan keadaan fasilitas sekolah yang berbeda.
5.2 Saran
Berdasar pada hasil penelitian dan pembahasan berikut peneliti uraikan beberapa
saran sebagai berikut.
1. Bahan ajar ini bisa digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa SMK,
khususnya di SMKN 2 Metro, SMK Muhammadyah 2 Metro dan SMKN 3
Metro untuk menambah referensi yang terkait dengan materi pembelajaran
menulis teks anekdot.
2. Bahan ajar ini dapat membantu peserta didik agar mampu menulis teks
anekdot berdasarkan struktur dan kaidah kebahasaan yang baik dan benar.
3. Bahan ajar bagi guru dapat digunakan sebagai alternatif atau bahan rujukan
untuk pembelajaran menulis, khususnya menulis teks anekdot dan
memberikan motivasi bagaimana menulis teks anekdot secara kreatif dan
mandiri melalui model pembelajaran Project Based Learning.
158
4. Bahan Ajar dapat digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan sekolah
berkaitan dengan bahan ajar, strategi pembelajaran, khususnya bahan ajar
lembar kerja peserta didik dan strategi pembelajaran dengan model
pembelajaran Project Based Learning untuk pembelajaran bahasa Indonesia.
xix
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.Bandung: Refika Aditama.
Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2008. Panduan PengembanganBahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.Jakarta: Rineka Cipta.
Dwicahyono, Aris & Daryanto. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran(Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar). Yogyakarta: Gava Media.
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Haryanti. 2014. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Anekdot dengan MediaGambar Karikatur Pada Siswa Kelas X Man Purworejo Tahun Pelajaran2014/2015. FKIP: Universitas Muhammadyah Purworejo.
Kementrian dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2015. Buku Guru BahasaIndonesia. Jakarta: Kemdikbud.
Kurniasih & Berlin. 2014. Buku Teks Pelajaran Sesuai Dengan Kurikulum 2013.Kata Pena: Surabaya.
Mahmudah, Siti. 2017. Pengembangan LKPD. FKIP: UMP.
Majid, Abdul. 2003. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan StandarKompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja.
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prastowo, Andi. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan LengkapAplikatif. Diva Press: Yogyakarta.
xx
Priyanti, Tri Endah. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Suandi, N. dkk. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Teks Anekdot dalamPembelajaran Bahasa Indonesia untuk Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2Semarapura. FKIP: Universitas Pendidikan Ganesha.
Sutirman. 2013. Media & Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: GrahaIlmu
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sundayana. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Model Project BasedLearning pada Peserta Didik Kelas VII D SMP Negeri 1 Tumijajar Tahun
Pelajaran 2015/2016. FKIP: Universitas Lampung.
Susanti, Maria. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Model ProjectBased Learning pada siswa kelas VIII SMP Negeri 16 Pesawaran Tahun
Pelajaran 2015/2016. FKIP. Universitas Lampung.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
------------. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
------------- 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa Bandung.
------------ 2005. Menulis Sebagaia Keterampilan Berbahasa. Bandung: AngkasaBandung.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu TinjauanKonseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.