PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

116
PENGEM TEKNOLOGI I DEVELOPME TECHNOL MBANGAN FARMING SISTEM DEN INDITIK PADA BERBAGAI VARIE ENT OF FARMING SYSTEM WITH LOGY IN VARIOUS VARIETIES OF ANSAR SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 NGAN ETAS PADI H INDITIK F RICE

Transcript of PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

Page 1: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI INDITIK PADA BERBAGAI VARIETAS PADI

DEVELOPMENT

TECHNOLOGY

PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN

TEKNOLOGI INDITIK PADA BERBAGAI VARIETAS PADI

DEVELOPMENT OF FARMING SYSTEM WITH INDITIK

TECHNOLOGY IN VARIOUS VARIETIES OF

ANSAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

FARMING SISTEM DENGAN

TEKNOLOGI INDITIK PADA BERBAGAI VARIETAS PADI

OF FARMING SYSTEM WITH INDITIK

OF RICE

Page 2: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

ii

PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN

TEKNOLOGI INDITIK PADA BERBAGAI VARIETAS PADI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Sistem Sistem Pertanian

Disusun dan diajukan oleh

ANSAR

Kepada

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

iii

Page 4: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Ansar

Nomor Mahasiswa : P0100215002

Program Studi : Sistem Sistem Pertanian

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Aapabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Januari 2018

Yang menyatakan

Ansar

Page 5: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

dengan selesainya tesis ini.

Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil

pengamatan penulis terhadap kehidupan para petani padi yang berkerja

mulai terbit fajar sampai larut senja tanpa henti, dengan penghasilan yang

hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum mereka. Penulis

bermaksud menyumbangkan beberapa konsep untuk mengangkat kondisi

kehidupan mereka yang umumnya berada di bawah garis kemiskinan ke

taraf yang lebih tinggi.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka

penyusunan tesis ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka

tesis ini selesai pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan

tulus menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir.Muh. Farid BDR, M.P

sebagai ketua komisi penasihat dan Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Garantjang,

M.Sc sebagai anggota komisi penasihat atas bantuan dan bimbingan yang

telah diberikan mulai dari pengembangan minat terhadap permasalahan

penelitian ini, pelaksanaan penelitiannya sampai dengan penulisan tesis

ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Jasmal A.

Syamsu, M.Si, Prof. Dr. Ir.Yunus Musa, M.Sc, dan Prof. Dr. Ir. Sylvia

Syam, MS selaku tim penilai yang telah banyak memberikan koreksi

berupa masukan dan saran yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian

Page 6: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

vi

tesis ini. Kepada Ayahanda Dg Baso dan Ibunda Rosmiati serta kakak dan

adikku tersayang terimakasih atas segala doa dan motivasinya, teman

teman kelas program studi sistem sistem pertanian angkatan 2015 yang

banyak memberikan nasihat dan motivasi, serta teman seangkatan

program studi pascasarjana lain yang tidak sempat disebutkan namanya

satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian

tesis ini.

Penulis berharap semoga apa yang terdapat dalam tesis ini dapat

bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Amin

Makassar, Januari 2018

Ansar

Page 7: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

vii

ABSTRAK

ANSAR. Pengembangan Farming Sistem dengan Teknologi Inditik padaBerbagai Varietas Padi (dibimbing oleh Muh. Farid BDR dan SyamsuddinGarantjang).

Penelitian ini bertujuan (1) mengkaji produktivitas berbagai varietaspadi dengan sistem monokultur dan produktivitas berbagai varietas padidengan teknologi Inditik, (2) mengkaji jumlah itik yang memberikanpengaruh optimal terhadap pertumbuhan dan produksi padi denganteknologi Inditik, dan (3) menganalisis interaksi antara jumlah itik denganvarietas terhadap pertumbuhan dan produksi padi dengan teknologiInditik.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2017 di DesaKampili Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Provinsi SulawesiSelatan. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan petakterpisah (RPT) dengan dua faktor. Faktor pertama yakni kepadatan itiksebagai petak utama, dan faktor kedua yakni varietas padi sebagai anakpetakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman padi denganteknologi Inditik pada perlakuan I1 memberikan hasil terbaik pada jumlahanakan, jumlah malai, panjang malai, berat bulir, jumlah bulir berisi, berat1000 bulir dan produktivitas tanaman padi, dan pada perlakuan I2memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman saja. Produktivitas berbagaivarietas padi dengan teknologi Inditik pada perlakuan I1 memberikan hasilterbaik (4,20 ton ha-1) dibandingkan dengan perlakuan I2 (3,72 ton ha-1),dan perlakuan I0 (3,38 ton ha-1). Varietas Mekongga memberikanproduktivitas terbaik (4,00 ton ha-1) dibandingkan dengan varietas lainnya.Pada penambahan bobot badan itik, perlakuan I1 memberikan hasil terbaik(2.958 g hari-1) dibanding dengan perlakuan I2 (2,678 g hari-1). Hasilusahatani dengan teknologi Inditik pada berbagai varietas padimenunjukkan bahwa perlakuan I1 memberikan pendapatan nilai R/C danB/C rasio tertinggi yaitu 2,63 dan 1,63 dibandingkan dengan perlakuan I2dan perlakuan I0.

Kata Kunci : Varietas padi, Kepadatan Itik, Teknologi Inditik.

Page 8: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

viii

ABSTRACT

ANSAR. Development of Farming System with "lnditik" Technology inVarious Varieties of Rice (supervised by Muh. Farid BDR andSyamsuddin Garantjang)

This study aims to: (1) analyse the productivity of rice varieties withmonoculture system and the productivity of rice varieties with inditik(intensifikasi padi dan itik or rice and duck intensification) technology; (2)analyse the number of ducks that can give an optimum effect on the growthand production of rice with inditik technology; and (3) analyse the interactionbetween the number of ducks and variaties in the growth and production ofrice with inditik technology.

The research was conducted from January to May 2017 at Kampilivillage, Pallangga subdistrict, Gowa regency, South Sulawesi province. Themethod of research was the split-plot design (SPD) with two factors. The firstfactor was duck density as the main plot, and the second factor was rice verietyas the subplot.

The results showed that rice plants treated with inditik technology in the11 treatment gave the best results in the number of tillers, the number of panicle,the length of panicle, the weight of grains, the number of filled grains, theweight of 1000 grains, and the productivity of rice plant. The 12 treatmentgave the best results only in the height of plant. In terms of the productivity ofvarious rice variaties with inditik technology, I, treatment gave the best result(4.20 tons ha-1) compared with the 12 treatment (3.72 tons ha-1) and lo treatment(3.38 tons ha-1). Mekongga variety gave the best productivity (4.00 tons ha-1)compared to the other varieties. In terms of the increase of duck body weight,the 11 treatment gave the best results (2.958 g day-1) compared with the 12

treatment (2.678 g day-1). The results of farming with inditik technology in variousrice varieties revealed that the treatment resulted in income values with thehighest ratio of R/C and B/C (2.63 and 1.63) compared with 12 and 10 treatments.

Keywords: Rice Variety, Duck Density, Inditik Technology

Page 9: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

ix

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………... iii

PRAKATA ……………………………………………………………. iv

ABSTRAK ……………………………………………………………. vi

ABSTRACT…………………………………………………………... vii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS………………………………… viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………….. xii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………… 4

C. Tujuan …………………………………………………………. 4

D. Manfaat ………………………………………………………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Tanaman Padi …………………………………. 6

B. Morfologi Padi …………………………………………………. 7

C. Syarat Tumbuh Tanaman Padi..……………………………... 8

D. Deskripsi Padi …………………………………………………. 9

1. Varietas Way Apo Buru ………………………………….. 10

2. Varietas Ciliwung …………………………………………. 11

3. Varietas Mekongga ……………………………………..… 11

4. Varietas Ciherang…………………………………………. 12

Page 10: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

x

E. Sistem Jajar Legowo (2:1) ……………………………………. 13

F. Pupuk Organik …………………………………………………. 15

1. Pupuk Kandang ……..…………………………………….. 16

2. Pupuk Organik Cair ………………………………………... 17

G. Itik ……………………………………………………………….. 18

H. Pakan …………………………………………………………… 20

I. Kebutuhan Gizi Itik …………………………………………..… 22

J. Kebutuhan Air Untuk Itik …………………………………….... 23

K. Teknologi Intensifikasi Padi dengan Itik (Inditik) ………........ 24

L. Kerangka Konseptual ………………………………………….. 26

M. Hipotesis ………………………………………………………… 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………….... 29

B. Alat dan Bahan …………………………………………………. 29

C. Rancangan Penelitian ……………………………………….… 30

D. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………….. 31

1. Persemaian …………………………………………………. 31

2. Persiapan dan Pengolahan Tanah Sawah ……………… 32

3. Penanaman …... ……………………………………………. 33

4. Pemeliharaan dan Pelepasan Itik ………………………… 33

5. Pemeliharaan Tanaman Padi ….…………………………. 35

6. Panen ……………………………………………………….. 37

7. Pengambilan Sampel ……………………………………… 38

E. Variabel Penelitian …………………………………………….. 38

F. Analisis Data ………………………………………………….… 40

G. Analisis Ekonomi ………………………………………………. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL …………………………………………………………… 43

Page 11: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

xi

1. Tinggi Tanaman……………………………………………. 43

2. Jumlah Anakan……………………………………………. 44

3. Jumlah Malai……………………………………………….. 45

4. Panjang Malai……………………………………………… 46

5. Berat Bulir…………………………………………………… 47

6. Jumlah Bulir Berisi…………………………………………. 48

7. Berat 1000 Bulir ……………………………………………. 49

8. Produktivitas Padi ………………………………………….. 50

9. Pertambahan Bobot Itik……………………………………. 51

10. Analisis Ekonomi………………………………………….. 52

B. PEMBAHASAN………………………………………………… 53

1. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi dengan

Teknologi Inditik……………………………………………. 53

2. Kepadatan Itik Terhadap Pertambahan Bobot Badan Itik.. 62

3. Dampak Interaksi Kepadatan Itik dengan Varietas

Tanaman Padi………………………………………………. 63

4. Analisis Usahatani Tanaman Padi dengan

Teknologi Inditik……………………………………………. 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN………………………………………………….. 68

B. SARAN………………………………………………………….. 69

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 70

LAMPIRAN……………………………………………………………… 76

A. Lampiran Tabel…………………………………………………. 77

B. Lampiran Gambar………………………………………………. 92

Page 12: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

xii

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1. Unsur Hara pada Pupuk Kandang Dalam Persen……….. 16

2. Kebutuhan Pakan Itik Sesuai Tahapan Pertumbuhan…… 22

3. Kebutuhan Gizi Itik Petelur pada Berbagai Umur…………. 23

4. Komposisi Pakan Penelitian…………………………………. 35

5. Deskripsi Varietas Way Apo Buru……………………………. 77

6. Deskripsi Varietas Ciliwung…………………………………... 78

7. Deskripsi Varietas Mekongga………………………………… 79

8. Deskripsi Verietas Ciherang………………………………….. 80

9. Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Padi………………………. 81

10. Rata-Rata Jumlah Anakan (Tanaman.Rumpun-1) Tanaman.. 82

11. Rata-Rata Jumlah Malai (Malai.Rumpun-1) Tanaman Padi…. 83

12. Rata-Rata Panjang Malai (cm.Malai-1) Tanaman Padi……….. 84

13. Rata-Rata Berat Bulir (g.Malai-1) Tanaman Padi……………… 85

14. Rata-Rata Jumlah Bulir Berisi (Bulir.Malai-1) Tanaman Padi… 86

15. Rata-Rata Berat 1000 Bulir (g) Tanaman Padi………………… 87

16. Rata-Rata Produktivitas Tanaman Padi (ton.ha-1)…………….. 88

17. Rata-Rata Pertambahan Bobot Badan (g) Itik…………………. 89

18. Analisis Usaha Tani Produksi Padi dengan Teknologi Inditik

dan Tanpa Teknologi Inditik……………………………………… 89

19.Analisi Usahatani Ternak Itik (600) Ekor…………………………. 91

Page 13: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

xiii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1. Pola Tanam Jajar Legowo 2:1…………………………. 13

2. Kerangka Konseptual Farming Sistem dengan Teknologi

Inditik pada Berbagai Varietas Padi………………………… 27

3. Tata Letak Penelitian………………………………………… 92

4. Pembuatan Petakan Percobaan……………………………. 93

5. Petakan Penelitian dengan Teknologi Inditik……………… 94

6. Pengukuran Tinggi Tanaman……………………………….. 95

7. Perbedaan Serangan Gulma pada Tanaman Padi Tanpa

dan dengan Teknologi Inditik.……………………………… 96

8. Identifikasi Gulma Tanaman Padi Tanpa Teknologi

Inditik…………………………………………………………… 97

9. Fase Pembungaan Tanaman Padi Umur 60 Hst………… 98

10.Pengukuran Panjang Malai…………………………………… 99

11.Penimbangan Berat 1000 Bulir……………………………….. 100

12.Penimbangan Berat Produktivitas Tanaman………………... 101

13.Masa Pembesaran Itik Umur 4-5 Minggu…………………… 101

14.Layout Kandang Itik Masing-Masing Perlakuan……………. 102

15. Penimbangan Bobot Badan Itik………………………………. 103

Page 14: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permintaan terhadap beras sebagai makanan utama sebagian

besar penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya,

hal ini dibarengi dengan kenaikan komsumsi beras yakni sebesar 2%,

disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan

komsumsi beras perkapita. Tercatat dalam Survei Sosial Ekonomi

Nasional oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, menyebutkan

bahwa komsumsi beras nasional perkapita per maret 2015 sebesar 98

kilogram per tahun, jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya

yang hanya 97,2 kilogram per tahun.

Produksi padi di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2015

tercatat sebanyak 5,47 juta ton gabah kering giling (GKG), dimana

mengalami kenaikan sebanyak 5,71 ribu ton (0,84%) dibandingkan tahun

2014. Berdasarkan angka realisasi tanam menunjukkan bahwa kenaikan

produksi padi pada tahun 2015 hanya terjadi pada fase tanam II (Mei-

Agustus), sedangkan pada fase tanam I (Januari-April) dan fase tanam III

(September-Desember) terjadi penurunan. Menurunnya produktivitas padi

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: iklim, penggunaan varietas,

jarak tanam, cara budidaya, kesuburan tanah dan perkembangan hama

penyakit yang semakin resisten akibat pemakaian bahan kimia secara

Page 15: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

2

terus menerus dengan dosis yang terus bertambah. Sedangkan

penurunan laju pertumbuhan produksi disebabkan oleh relatif mahalnya

harga input produksi akibat penghapusan subsidi pupuk dan benih secara

bertahap (Adnyana dan Kariyasa, 2000).

Rendahnya produktivitas pertanian di Indonesia saat ini

dikarenakan oleh berbagai faktor salah satunya pemilihan varietas, petani

cenderung menggunakan varietas yang sama dari tahun ke tahun dengan

memperhatikan hasil produksi padi secara visual saja tanpa

memperhitungkan faktor lainnya. Ditambah lagi dengan pengusahaan

tanaman padi pada lahan sawah secara monokultur sepanjang tahun

tanpa dibarengi dengan diversifikasi usaha tani akan dapat mengurangi

tingkat produktivitas lahan sawah. Hal ini disebabkan karena sifat fisika,

kimia tanah akan terganggu yang akhirnya membawa konsekuensi

terhadap pendapatan dan kesajahteraan petani.

Menghadapi kemungkinan terganggunya kegiatan usahatani oleh

meningkatnya harga-harga sarana produksi padi (saprodi) dan sarana

produksi ternak (sapronak), sedangkan dilain pihak harga produksinya

belum dapat mengimbangi kenaikan harga input tersebut, mengakibatkan

petani dan peternak sangat berat dalam menjalankan usaha taninya. Oleh

karena itu, perlu dipikirkan suatu metode yang dapat menekan biaya

produksi sekaligus meningkatkan hasil produksinya.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

produksi pertanian dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan mampu

Page 16: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

3

meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani adalah dengan

melaksanakan usaha pertanian yang saling terintegrasi yakni suatu

konsep usaha yang saling melengkapi dengan meniadakan limbah yang

selama ini terjadi.

Teknologi Intensifikasi padi dengan itik (Inditik) adalah salah satu

sistem “Mix Farming” yang merupakan suatu terobosan intensifikasi padi

dengan menggunakan ternak itik. Ternak itik difungsikan sebagai tenaga

untuk menyiangi padi, pengendali hama, dilain pihak ternak itik

mendapatkan area umbaran, yang saat ini area umbaran semakin sempit

karena banyaknya alih fungsi lahan pertanian. Hasil penelitian terdahulu

menunjukkan bahwa teknologi Inditik dapat menekan pakan itik sampai

50% dan produksi padi dapat meningkat 35% dibanding intensifikasi padi

biasa (Mahfudz dkk., 1999). Kepadatan itik 100 ekor.ha-1 mampu

mengendalikan gulma (Furuno, 2009). Teknologi Inditik selain menekan

biaya produksi dan meningkatkan hasil juga meningkatkan efesiensi,

karena pada lahan yang sama dan dalam waktu yang bersamaan dapat

diproduksi dua komoditas sekaligus yaitu padi dan itik.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian

berjudul “Pengembangan Farming Sistem dengan Teknologi Inditik

pada Berbagai Varietas Padi”

Page 17: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas maka dapat

disusun suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar produktivitas berbagai varietas padi dengan sistem

monokultur dan produktivitas berbagai varietas padi dengan

teknologi Inditik?

2. Berapa jumlah itik yang memberikan pengaruh optimal terhadap

pertumbuhan dan produksi padi dengan teknologi Inditik?

3. Bagaimana interaksi antara jumlah itik dengan varietas terhadap

pertumbuhan dan produksi padi dengan teknologi Inditik?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji produktivitas berbagai varietas padi dengan sistem

monokultur dan produktivitas berbagai varietas padi dengan

teknologi Inditik.

2. Untuk mengkaji jumlah itik yang memberikan pengaruh optimal

terhadap pertumbuhan dan produksi padi dengan teknologi Inditik.

3. Untuk menganalisis interaksi antara jumlah itik dengan varietas

terhadap pertumbuhan dan produksi padi dengan teknologi Inditik.

Page 18: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

5

D. Manfaat

1. Sebagai sumber informasi usahatani integrasi tanaman padi

dengan ternak itik bagi petani dan peternak.

2. Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti tentang

teknologi Inditik.

3. Sebagai bahan rujukan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi

terkait dalam mengambil kebijakan untuk peningkatan produktivitas

lahan tanaman pangan (Padi) ramah lingkungan dan berkelanjutan

dengan mengaplikasikan teknologi Inditik.

Page 19: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Tanaman Padi

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae (graminae

atau glumiflorae). Berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit

memanjang), urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun

sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa loret, floret

tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki

satu floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir atau

kariopsis. Daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau

tua,berurat daun sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang.

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim berasal

dari tumbuhtumbuhan golongan rumput-rumputan “graminae” yang

sudah dibudidayakan oleh petani di Indonesia sejak dahulu hingga

sekarang ini. Oleh karena itu padi adalah salah satu bahan pangan

pemegang kendali motivasi manusia Indonesia yang paling mendasar

yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Padi merupakan bahan

makanan pokok sehari-hari pada kebanyakan penduduk di Indonesia.

Padi dikenal sebagai sumber karbohidrat, terutama pada bagian

endosperma. Bagian lain dari padi umumnya dikenal sebagai bahan

bakuindustry, antara lain: minyak dari bagian kulit luar beras (katul),

sekam sebagai bahan bakar atau bahan pembuat kertas dan pupuk,

Page 20: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

7

dedak hasil dari penghilingan gabah sebagai bahan baku pakan

ternak. Padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi

dan tidak dapat digantikan oleh bahan makan yang lain. Oleh sebab

itu, padi juga disebut sebagai makanan energi (Aak, 1990).

B. Morfologi Padi

Menurut Ina (2007), tanaman padi secara morfologi di bagi atas

dua bagian yaitu bagian vegetatif dan generatif yaitu:

1. Bagian Vegetatif

a. Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat

makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas

tanaman.

b. Batang, tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas

ditutupi oleh pelepah daun yang berfungsi memperkuat batang

padi.

c. Anakan, tanaman padi akan membentuk rumpun dengan

anakannya, biasanya anakan akan tumbuh pada bagian dasar

batang. Pembentukan anakan teradi secara bersusun yaitu anakan

pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

d. Daun, ciri khas daun tanaman padi adalah sisik dan telinga daun.

Daun padi dibagi menjadi beberapa bagian yakni helaian daun,

pelapah daun, dan lidah daun.

Page 21: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

8

2. Bagian Generatif

a. Malai, merupakan sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar

dari buku paling atas. Bulir padi terletak pada cabang pertama dan

kedua. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam

dan cara menanamya.

b. Buah padi (gabah), merupakan ovary yang sudah masak, bersatu

dengan lema dan palea. Buah ini adalah hasil penyerbukan dan

pembuahan yang mempunyai bagian-bagian seperti embrio

(lembaga), endosperm, dan bekatul.

C. Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman padi

memerlukan syarat tumbuh yang cocok diantaranya tanah dan iklim.

Tanaman padi tumbuh di daerah tropis/sub tropis pada 45° Lintang Utara

sampai 45° Lintang Selatan, cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan

curah hujan rata-rata yang baik adalah 200 mm bulan-1 atau 1500-2000

mm tahun-1. Ketinggian tempat sesuai untuk tanaman padi yaitu di dataran

rendah. Tanaman padi tumbuh pada ketinggian 0-650 m di atas

permukaan laut (dpl) dengan suhu 22-27°C, sedangkan di dataran tinggi

650-1.500 mdpl dengan suhu 19-23°C (Ina, 2007).

Jenis tanah yang sesuai buat tanaman padi agar dapat tumbuh

dengan baik adalah tanah persawahan yang memiliki kandungan fraksi

pasir, debu dan lempung, dalam perbandingan tertentu dengan kebutuhan

Page 22: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

9

air dalam jumlah yang cukup. Padi sawah dapat tumbuh dengan baik

pada tanah lumpur yang subur dengan ketebalan lumpur 18-22 cm,

memiliki lapisan keras 30 cm di bawah tanah lumpur. Keasaman tanah

berkisar antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah penggenangan akan

mengubah pH tanah menjadi normal (Ina, 2007).

D. Deskripsi Padi

Keberlanjutan pertanian antara lain ditentukan oleh penggunaan

varietas unggul tahan hama penyakit dan hemat energi. Usaha untuk

menghasilkan varietas yang hemat energi di antaranya adalah dengan

mengubah tipe tanaman C3 menjadi C4, atau mengubah arsitektur

tanaman menjadi lebih produktif, misalnya padi tipe baru dengan anakan

sedikit dan bentuk daun yang memiliki kemampuan lebih tinggi untuk

berfotosintesis sehingga dapat berproduksi lebih tinggi (Cantrell, 2004).

Dalam memilih varietas yang akan ditanam, nilai tambah produksi dan

pemasaran juga perlu diperhitungkan. Hal ini penting artinya karena

setiap varietas mempunyai karakter yang berbeda. Dalam praktek

pertanian yang baik, petani perlu dibimbing dalam memilih varietas yang

tidak rakus hara, hemat air, tahan hama dan penyakit, dan berproduksi

normal di mana pun ditanam. Ini penting artinya agar mereka tidak

menggunakan input secara berlebihan, baik pupuk, air maupun

pestisida, sebagaimana yang dikehendaki oleh kaidah praktek

pertanianyang baik menuju keberlanjutan sistem produksi.

Page 23: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

10

Balai besar padi merupakansatu-satunya lembaga penelitian padi

di Indonesia yang berkerjasama dengan International Rice Research

Institute (IRRI) telah melakukan penelitian mengenai varietas padi yang

toleran rendaman dan tahan hama penyakit. Balai tersebut telah melepas

varietas padi unggul baru yang merupakan varietas padi yang diperoleh

dari persilangan varietas unggul padi lokal untuk menghasilkan varietas

padi unggulan (Balitbangtan, 2007).

1. Varietas Way Apo Buru

Varietas Way Apo Buru merupakan varietas introduksi dari IRRI

yang merupakan hasil seleksi persilangan antara IR18349-53-1-3-1-

3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64. Umur tanaman relatif genjah/pendek yaitu

115-125 hari setelah tanam serta memiliki anakan produktif yakni 15-18

batang.

Bentuk tanaman dan daun tegak dengan tinggi tanaman berkisar

105-113 cm, memiliki bentuk gabah panjang ramping dengan warna

gabah kuning bersih dengan kerontokan gabah sedang dan kerebahan

sedang. Way Apo Buru memiliki tekstur nasi pulen dengan kandungan

kadar amilosa berkisar ± 23%, rata-rata berat 1000 bulir varietas berkisar

27 g, rata-rata hasil berkisar 5,5 ton/ha dengan potensi hasil 8,0 ton/ha.

Way Apo Buru merupakan varietas yang tahan terhadap serangan hama

dan penyakit wereng coklat biotipe 2, dan rentan terhadap wereng batang

coklat biotipe 3. Tahan terhadap hawar daun bakteri strain II dan IV.

Page 24: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

11

2. Varietas Ciliwung

Varietas Ciliwung merupakan varietas introduksi dari IRRI yang

merupakan hasil seleksi persilangan antara IR38/ Pelita I-1/ IR4744-128-

4-1-2 yang toleran dan dapat bertahan terendam selama1-2 minggu pada

fase vegetatif. Umur tanaman relatif genjah/pendek yaitu 117-125 hari

setelah tanam serta memiliki anakan produktif yakni 18-25 batang.

Bentuk tanaman dan daun tegak dengan tinggi tanaman berkisar

114-124 cm, memiliki bentuk gabah sedang ramping dengan warna gabah

kuning bersih dengan kerontokan gabah sedang dan tahan kerebahan.

Ciliwung memiliki tekstur nasi pulen dengan kandungan kadar amilosa

berkisar ± 22%, rata-rata berat 1000 bulir varietas berkisar 23 g, rata-rata

hasil berkisar 4,8 ton /ha dengan potensi hasil 6,5 ton/ha. Ciliwung

merupakan varietas yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit

wereng coklat biotipe 1 dan 2, dan rentan terhadap wereng batang coklat

biotipe 3. Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV.

3. Varietas Mekongga

Mekongga merupakan persilangan antara padi jenis Galur A2970

yang berasal dari Arkansas, Amerika Serikat, dengan varietas yang

populer di Indonesia yaitu IR 64. Umur tanaman relatif genjah/pendek

yaitu 116-125 hari setelah tanam serta memiliki anakan produktif yakni 13-

16 batang.

Bentuk tanaman dan daun tegak dengan tinggi tanaman berkisar

91-106 cm, memiliki bentuk gabah ramping panjang dengan warna gabah

Page 25: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

12

kuning bersih dengan kerontokan gabah sedang. Verietas Mekongga

memiliki tekstur nasi pulen dengan kandungan kadar amilosa berkisar ±

23%, rata-rata berat 1000 bulir varietas berkisar 28 g, rata-rata hasil

berkisar 6,0 ton/ha dengan potensi hasil 8,4 ton/ha. Mekongga merupakan

varietas yang agak tahan terhadap serangan hama dan penyakit wereng

coklat biotipe 2 dan 3, agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV.

4. Varietas Ciherang

Varietas Ciherang merupakan varietas introduksi dari IRRI yang

merupakan hasil seleksi persilangan antara IR18349-53-1-3-1-

3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64. Umur tanaman relatif genjah/pendek yaitu

116-125 hari setelah tanam serta memiliki anakan produktif yakni 14-17

batang.

Bentuk tanaman dan daun tegak dengan tinggi tanaman berkisar

107-115 cm, memiliki bentuk gabah panjang ramping dengan warna

gabah kuning bersih dengan kerontokan gabah sedang dan kerebahan

sedang. Ciherang memiliki tekstur nasi pulen dengan kandungan kadar

amilosa berkisar ± 23%, rata-rata berat 1000 bulir varietas berkisar 28 g,

rata-rata hasil berkisar 6,0 ton/ha dengan potensi hasil 8,5 ton/ha.

Ciherang merupakan varietas yang tahan terhadap wereng coklat biotipe

2 dan agak tahan terhadap coklat biotipe 3. Tahan terhadap hawar daun

bakteri strain III dan IV.

Page 26: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

13

E. Sistem Jajar Legowo (2:1)

Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah

dengan pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan

kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong

dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Pada baris kosong,

di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi

untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada

tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda).

Gambar.1 Pola Tanam Jajar Legowo 2:1

Dalam penerapan sistem jarak tanam legowo dikenal Sistem

Legowo 2 : 1 , yaitu jarak tanam (20 cm x 10 cm) x 40 cm atau (25 cm x

12,5 cm) x 50 cm. Penerapan Sistem jarak tanam legowo 2:1 dengan

menggunakan jarak tanam 20 cm x 10 cm x 40 cm akan menghasilkan

jumlah populasi tanaman kurang lebih 333.300 rumpun per hektar,

sedangkan dengan menggunakan jarak tanam 25 cm x 12,5 cm x 50 cm

akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha kurang lebih 213.300

Page 27: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

14

rumpun per hektar , serta akan meningkatkan populasi tanaman 33,31%

dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha.

Hasil yang lebih tinggi dicapai dengan sistem tanam legowo

dibandingkan dengan sistem tegel (25x25) cm. Semakin lebar jarak tanam

menghasilkan anakan yang lebih banyak, pertumbuhan akar yang lebih

baik disertai dengan berat kering akar dan tekanan turgor yang tinggi, serta

kandungan prolin yang rendah dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih

sempit. Legowo 4:1 menghasilkan produksi gabah tertinggi, tetapi untuk

mendapat bulir gabah berkualitas benih lebih baik jika digunakan legowo 2:1.

Legowo 2:1 mampu mengurangi kehampaan akibat efek tanaman pinggir

(Badan Litbang Pertanian, 2007).

Pada jajar legowo 2:1 serangan penyakit leaf smut dan sheath blight

lebih rendah, populasi penggerek batang tidak berbeda nyata baik pada

penggunaan sistem tanam legowo 2:1 maupun tegel. Pada tanaman

padi dengan sebaran ruang legowo, wereng hijau kurang aktif berpindah

antar rumpun, sehingga penyebaran tungro terbatas. Tanam jajar legowo

mengakibatkan habitat kurang disukai tikus karena lebih menyukai

memakan tanaman yang berada di tengah petakan. Seperti halnya untuk

penyakit hawar daun bakteri yang serangannya menjadi berkurang.

Kemudahan yang diperoleh pada sistem legowo menurut dalam hal

cara penyiangan, pemupukan serta pemeliharaan tanaman (Kamandalu

dkk, 2006).

Page 28: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

15

F. Pupuk Organik

Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah

adalah dengan melakukan pemupukan menggunakan pupuk organik.

Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi,

selain itu pupuk ini juga data memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti

permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan

air dan kation-kation tanah. Pupuk organik berupa serasah, bahan

hijau daun, kompos, dan pupuk kandang berperan penting dalam

meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan melalui

perbaikan sifat-sifat tanah. Kandungan C-organik yang terkandung

dalam pupuk organik harus memenuhi kriteria minimal C-organik yaitu

sebesar 12 % (Hartatik dan Setyorini, 2009).

Bahan organik memiliki peranan cukup besar terhadap

perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah (Hartatik dan Setyorini,

2009). Bahan organik mampu memperbaiki aerasi tanah, penetrasi akar,

penyerapan air, dan mengurangi pengerasan permukaan tanah.

Penambahan bahan organik pada tanah berpasir dapat memperbaiki

retensi hara dan air Pemberian pupuk organik akan membantu

meningkatkan kesuburan tanah melalui pelepasan nitrogen dan unsur

hara lain secara perlahan-lahan melalui proses mineralisasi.

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman,

hewan atau manusia. Bahan dasar pupuk organik, baik dalam bentuk

kompos ataupun kandang, yang berasal dari limbah pertanian, antara lain

Page 29: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

16

jerami dan sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, batang jagung,

dan bahan hijauan lainnya. Sebaliknya, kotoran ternak yang banyak

dimanfaatkan sebagai pupuk kandang adalah kotoran sapi, kerbau,

kambing, ayam, itik dan babi (Sutanto, 2012).

1. Pupuk Kandang

Pupuk kandang terbuat dari kotoran hewan dan urin yang

dibiarkan membusuk dengan bantuan mikroorganisme tanah yang

mampu membusukkan sampah organik kompleks menjadi bahan-bahan

yang mudah diasimilasi oleh tanaman. Kandungan pupuk kandang

tergantung dari asal bahan yang digunakan sejauh mana telah terjadi

dekomposisi oleh mikroorganisme tanah (Rao, 1994). Kandungan hara

dalam pupuk kandang sangat menentukan kualitas pupuk kandang. Pupuk

kandang yang berasal dari kotoran ayam memiliki kandungan hara yang

lebih tinggi dibandingkan jenis ternak lainnya (Hartatik dkk., 2009).

Kandungan unsur hara dan berbagai kotoran ternak yang sudah

membusuk disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Unsur Hara pada Pupuk Kandang Dalam Persen (%)

Ternak N P2O5 K2O

Unggas (ayam) 1,70 1,90 1,50

Sapi 0,29 0,17 0,35

Kuda 0,44 0,17 0,35

Babi 0,60 0,41 0,13

Domba 0,55 0,31 0,15

Sumber: Hardjowigeno (2003).

Page 30: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

17

2. Pupuk Cair Organik

Pupuk organik cair (POC) adalah larutan dari pembusukan

bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,

dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.

Pupuk organik cair dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas

produksi serta mempercepat masa panen, karena mengandung unsur-

unsur hara yang sempurna. Pupuk organik cair selain dapat

memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu

meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk

tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai

alternatif pengganti pupuk kandang. Pupuk cair juga mempunyai

beberapa manfaat diantaranya adalah (Nur, Erlina, dan Nasih, 2007):

a. Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun

dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga

meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan

nitrogen dari udara.

b. Dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi

kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap

kekeringan, cekaman cuaca dan serangan pathogen penyebab

penyakit.

c. Merangsang pertumbuhan cabang produksi.

d. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta

e. Mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.

Page 31: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

18

Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi

atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Berdasarkan

beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk

organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil

tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah. Semakin

tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsure hara yang

diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan

semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada

tanaman, maka kandungan unsure hara juga semakin tinggi. Namun,

pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan

timbulnya gejala kelayuan pada tanaman (Abdul Rahmi dan Jumiati,

2007).

G. Itik

Itik dikenal dengan istilah Itik (bahasa Jawa), nenek moyang itik

berasal dari Amerika Utara yang merupakan itik liar (Anas Moscha)

atau Wild Mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga

jadilah itik yang dipelihara sekarang yang disebut Anas domesticus

(ternak itik).

Klasifikasi itik menurut tipenya dikelompokan dalam 3 (tiga)

gologan, yaitu: 1. Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell,

Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-INA, 2. Itik pedaging seperti Peking,

Rouen, Alylesbury, Muscovy, Cayuga, dan 3. Itik ornamental (itik

Page 32: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

19

kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun,

Blue Swedish, Crested, Wood.

Itik merupakan sumber keanekaragaman hayati ternak di

Indonesia yang mempunyai peluang utuk dikembangkan sebagai

penghasil telur dan daging. Keanekaragaman itik yang ada di Indonesia

didasarkan pada letak geografisnya, sehingga itik yang berkembang

memiliki nama dan karakteristik yang berbeda-beda. Beberapa jenis itik

yang ada di Indonesia sebagian besar dikenal dengan itik petelur dan

secara morfologi dapat dibedakan antara lain: Itik Cirebon, Itik

Cihateup, Itik Mojosari, Itik Magelang, Itik Turi, Itik Alabio dari

Kalimantan, Itik Damiaking dari Tenggerang Banten, Itik Lombok, dan

masih banyak itik lainnya yang tersebar dibeberapa wilayah Indonesia.

Itik pedaging merupakan ternak unggas penghasil daging yang

sangat potensial di samping ayam. Kelebihan ternak ini adalah lebih

tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras sehingga

pemeliharaannya mudah dan tidak banyak mengandung resiko. Daging

itik merupakan sumber protein yang bermutu tinggi dan itik mampu

berproduksi dengan baik, oleh karena itu pengembangannya

diarahkan kepada produksi yang cepat dan tinggi sehingga mampu

memenuhi permintaan konsumen (Ali dkk, 2009).

Pemanfaatan daging itik di masyarakat banyak digunakan

sebagai bahan baku masakan, seperti sate daging itik dan

daging itik bakar/panggang. Permintaan daging itik sebagai bahan untuk

Page 33: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

20

dikonsumsi masyarakat relatif besar. Itik yang sering dimanfaatkan

sebagai penghasil daging biasanya bertipe jantan. Namun, tipe betina

juga bisa dijadikan sebagai itik pedaging, tetapi yang sudah

memasuki masa afkir (kurang berproduksi lagi). Menurut Mulatshi

(2010), berat badan yang dicapai oleh itik jantan pada umur 0, 4, 8 dan

16 minggu, dapat mencapai 37 gram, 623 gram, 1.405 gram dan 1.560

gram, sedangkan pada umur 6 bulan dapat mencapai bobot 1.750 gram.

Adapun manfaat lain dari itik yaitu: 1. Untuk usaha ekonomi

kerakyatan mandiri, 2. Untuk mendapatkan telur itik komsumsi, daging,

dan juga pembibitan ternak itik, 3. Kotorannya bisa sebagai pupuk

tanaman pangan/palawija, 4. Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun,

dan 5. Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.

H. Pakan

Pakan merupakan kebutuhan primer dunia usaha perternakan

dimana dalam budidaya ternak secara intensif biaya pakan mencapai

sekitar 70% dari total biaya produksi, sehingga harga bahan pakan

sangat menentukan biaya produksi. Disamping harga pakan nilai gizi

pakan juga menentukan produksi ternak, dengan nilai gizi yang baik

maka produksi ternak semakin baik. Sementara itu beberapa bahan baku

masih di impor dengan harga mahal. Untuk menekan biaya produksi,

dibutuhkan bahan baku yang cukup murah dan mudah didapat dengan

gizi yang cukup.

Page 34: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

21

Salah satu cara memecahkan kendala tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pertanian. Limbah pertanian terdiri dari aneka

ragam jenis, dapat berupa limbah industri perkebunan seperti lumpur

sawit, bungkil inti sawit, bungkil kelapa, limbah kakao, atau limbah

industri kecil seperti ampas sagu, ampas ubi, ampas tahu, dan lain-lain.

Ampas tahu merupakan limbah industri tahu yang

mengandung protein, karbohidrat, lemak dan zat-zat mineral yang

sangat cocok untukcampuran makanan ternak. Menurut Lestari

(2001), ampas tahu dapat digunakan sebagai pakan ternak besar dan

kecil. Ampas tahu sangat cocok sebagai bahan campuran makanan

ternak selain dedak. Protein dalam kedelai hanya sebagian yang dapat

dimanfaatkan dan terserap pada tahu, sedangkan sebagian lagi masih

tertinggal dan terserap pada ampasnya. Pemberian ransum yang

mengandung ampas tahu 30% masih menghasilkan pertambahan bobot

badan yang tidak berbeda dengan ransum kontrol. Berdasarkan hasil

kandungan bahan pakan, komposisi ampas tahu 30% mengandung

lemak kasar 6,72%, dan 26,80% protein kasar. Pemberian ampas

tahu dengan batasan tertentu memberikan dampak yang positif

terhadap unggas.

Menurut Hardi (2010), kemampuan itik mencerna pakan lebih

baik dari ayam. Dedak padi dapat diberikan kepada itik sampai 75%

tanpa mempengaruhi bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan.

Dedak padi hanya dapat diberikan pada itik Pekin tidak lebih dari 40%

Page 35: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

22

karena akan menurunkan FCR (feed conversion ratio). Mereka juga

melaporkan bahwa pakan bentuk pelet meningkatkan FCR

karena proses pembuatan pelet cenderung meningkatkan daya cerna

gizi pakan. Untuk penggemukan itik, Sinurat (1993), dalam Hardi,

(2010) melaporkan bahwa dedak padi sebanyak 30 - 45% dengan

tingkat energi pakan sebanyak 2.700 kkal EM/kg dapat dipakai tanpa

mempengaruhi penampilan itik. Kandungan serat kasar pakan itik tidak

boleh lebih darungki 12%.

Tabel 2. Kebutuhan Pakan Itik Sesuai Tahapan Pertumbuhan

Uraian Umur (minggu) Kebutuhan Pakan gr/ekor/hari

Anak (starter layer) DOD-1

1-2

2-3

3-4

4-5

5-6

6-7

7-8

15

41

67

93

108

115

115

120

Dara (grower) 8-9

9-15

15-20

130

145

150

Dewasa (petelur) ≥ 20 160-180

Sumber: Sandy, 2009.

I. Kebutuhan Gizi Itik

Kebutuhan gizi untuk itik petelur pada fase pertumbuhan umur

1−16 minggu cenderung lebih rendah yaitu sekitar 85−100%, kebutuhan

Page 36: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

23

gizi untuk itik petelur fase produksi 6 bulan pertama cenderung lebih

rendah (± 3%) dibanding kebutuhan gizi pada fase produksi 6 bulan

kedua. Dilaporkan bahwa kebutuhan lisin untuk itik berumur 0 − 8 minggu

adalah 3,25 g/kkal EM dengan tingkat energi 3.100 kkal EM/kg dan 2,75

g/kkal EM dengan tingkat energi 2.700 kkal EM/kg pakan. Dalam penelitian

tersebut juga dilaporkan kebutuhan asam amino lain pada berbagai tingkat

energi pakan (Ketaren dan Prasetyo (2002) dalam Hardi, (2010)).

Tabel 3. Kebutuhan Gizi Itik Petelur pada Berbagai Umur

GiziStarter

(0-8 minggu)Grower

(9-20 minggu)Layer

(>20 minggu)Protein kasar (%) 17-20 15-18 17-19

Energi ( kkal EM/kg) 3100 2700 2700

Metionin (%) 0,37 0,29 0,37

Lisin (%) 1,05 0,74 1,05

Ca (%) 0,6-1,0 0,6-1,0 2,90-3,25

P tersedia (%) 0,6 0,6 0,6

Sumber: Sinurat (2000, dalam Hardi, 2010).

J. Kebutuhan Air Untuk Itik

Air adalah gizi yang sangat penting bagi seluruh jenis ternak,

misalnya, ayam tanpa air minum akan lebih menderita dan bahkan

lebih cepat mati dibanding ayam tanpa pakan. Sebagai contoh, sekitar

58% dari tubuh ayam dan 66% dari telur adalah air (Esmail, 1996 dalam

Hardi, 2010). Mutu air sering diabaikan oleh peternak karena kenyataan

yang mereka lihat yaitu itik mencari makan dan minum ditempat kotor

Page 37: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

24

seperti kali, sawah atau bahkan di selokan. Air juga dapat berfungsi

sebagai sumber berbagai mineral seperti Na, Mg dan Sulfur. Oleh

karena itu, mutu air akan menentukan tingkat kesehatan ternak itik. Air

yang sesuai untuk konsumsi manusia pasti juga sesuai untuk konsumsi

itik. Air harus bersih, sejuk dengan pH antara 5−7, tidak berbau,

tawar/tidak asin dan tidak mengandung racun. Jumlah kebutuhan air

untuk unggas secara umum termasuk ternak itik diperkirakan

sebanyak 2 kali dari kebutuhan pakan/ekor/hari. Esmail (1996,

dalam Hardi, 2010) mengestimasi bahwa konsumsi air untuk ayam

akan meningkat sebanyak 7% setiap kenaikan temperatur udara

lingkungan 1° C diatas 21° C.

K. Teknologi Intensifikasi Padi dengan Itik (Teknologi Inditik)

Teknologi intensifikasi padi dengan itik adalah suatu sistem “mix

farming” yang merupakan suatu terobosan intensifikasi padi dengan

menggunakan ternak itik. Adanya sistem integrasi padi dengan itik sangat

mendukung program pemerintah dalam melaksanakan penanaman padi di

berbagai daerah di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan. Hal ini

dilakukan sebagai salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan

produksi padi melalui kebijakan intesifikasi dilakukan secara berlebihan,

seperti penambahan input pupuk dan pestisida mengakibatkan polusi

lingkungan di daerah-daerah pertanian serta menyebabkan peningkatan

biaya produksi (Mulya, 2001).

Page 38: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

25

Pada penelitian terdahulu teknologi Inditik dapat menekan pakan

itik sampai 50 % dan produksi padi dapat meningkat 35 % dibanding

intensifikasi padi biasa (Mahfudz et al., 1999). Teknologi Inditik selain

menekan biaya produksi dan meningkatkan hasil juga meningkatkan

efesiensi, karena pada lahan yang sama dan dalam waktu yang

bersamaan dapat diproduksi 2 (dua) komoditas sekaligus yaitu padi dan

itik. Produknya merupakan bahan pangan organik yang sangat aman dan

sehat, karena tidak menggunakan pupuk buatan, pestisida, dan herbisida.

Selain itu juga menghemat tenaga menyiangi padi yang akhir-akhir ini

semakin langkah (Mahfudz et al,. 1999).

Di Aigamo, lokasi budidaya terpadu itik dan padi di Jepang, jumlah

pertumbuhan gulma ditekan dengan baik di plot-plot aigamo dibanding

dengan plot-plot yang diaplikasikan secara monokultur (Furuno, 1996;

Manda, 1992 dalam Cagauan, et.al., 2001). Pada percobaan di Philippina,

Cagauan (1997) bahwa total biomasa gulma di areal persawahan telah

dikurangi oleh itik-itik mallard dengan ratio antara 52 – 58%. Mekanisme

pengontrolan gulma oleh itik adalah dengan memakan beberapa jenis

gulma tertentu, dan aktivitas itik selama di area sawah juga mengganggu

aktivitas pertumbuhan dari gulma tersebut.

Dalam pelaksanaannya di lapangan, padi dapat ditanam dengan

sistem jejer legowo 2 atau 3 baris dengan jarak tanam 20 x 10 cm. Itik

yang dilepas biasa berumur 14 hari dengan jumlah 300-450 ekor/ha

(Suwandi, 2011; Hossain, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Page 39: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

26

Hossain (2005) mengemukakan bahwa kombinasi antara padi dengan itik

tidak hanya menurunkan populasi serangga hama, tetapi juga

meningkatkan kandungan N, P, K, S, dan Ca dalam tanah. Penelitian

yang sama juga menunjukkan bahwa tida perbedaan nyata jumlah

serangga menguntungkan antara pertanian konvensional dan kombinasi

padi dengan itik.

Itik mempunyai 6 manfaat untuk budidaya padi: 1. Manfaat untuk

penyiangan, 2. Manfaat pengendalian hama penyakit, 3. Manfaat

pemupukan, 4. Manfaat pembajakan dan penggemburan tanah sepanjang

waktu, 5. Manfaat mengendalikan keong emas, 6. Manfaat stimulasi

pertumbuhan padi. Di sisi lain sawah padi mempunyai manfaat untuk

pemeliharaan itik seperti berikut: 1. Penggunaan sumber alami sebagai

makanan seperti gulma, serangga, air tanaman, 2. Penggunaan ruang

yang tersisa di sawah padi sebagai habitat itik, 3. Penggunaan air yang

berlimpah, 4. Sebagai tempat itik bersembunyi dibawah daun padi.

L. Kerangka Konseptual

Pada teknologi intensifikasi padi dengan itik (Inditik), terjadi

interaksi timbal balik antara itik dan tanaman padi di lahan sawah.

Sistem padi dan itik menghasilkan keragaman output yang dihasilkan

dalam satu lahan usahatani dan dapat meningkatkan produktivitas lahan

yang berarti ikut meningkatkan pendapatan petani itu sendiri. Kerangka

konseptual penelitian disajikan pada gambar 2.

Page 40: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

27

Gambar 2. Kerangka Konseptual Farming Sistem dengan Teknologi

Inditik pada Berbagai Varietas Padi.

Produktivitas lahan sawah rendah

Teknologi intensifikasi padi dengan

itik (Inditik)

Varietas padi Kepadatan itik

Produksi padi dan itik meningkat

Pemeliharaan itik bersama padi

Evisiensi dan optimalisasi lahantercapai

Page 41: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

28

M. Hipotesis

1. Terdapat satu atau lebih varietas padi yang baik digunakan dengan

teknologi Inditik.

2. Terdapat jumlah itik yang memberikan pengaruh optimal terhadap

pertumbuhan dan produksi padi dengan teknologi Inditik.

3. Terdapat interaksi antara jumlah itik dengan varietas padi terhadap

pertumbuhan dan produksi padi dengan teknologi Inditik.

Page 42: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Lompokiti Desa Kampili

Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, dilakukan pada lahan sawah

irigasi, yang berlangsung dari bulan Februari sampai bulan Juni 2017.

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Benih padi yang terdiri dari 4 varietas: varietas Way Apo Buru,

varietas Ciliwung, varietas Mekongga, dan varietas Ciherang.

2. Itik yang digunakan adalah itik lokal, umur 60 hari sebanyak 72

ekor.

3. Pakan itik terdiri dari campuran dedak, jagung giling dan ampas

tahu.

4. Pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk kandang, pupuk anorganik

dan pupuk cair.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Penerapan tanaman padi: hand traktor, cangkul, ember, mistar, tali

rapiah, papan perlakuan, dan meteran.

Page 43: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

30

2. Penerapan Teknologi Inditik: terpal plastik, palu, gergaji, parang,

ajir bambu, jaring pengaman, gunting, baskom (tempat makan dan

minum itik), timbangan, kamera, dan alat tulis menulis.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode split plot petak terbagi

dalam bentuk percobaan di lapangan menggunakan Rancangan Petak

Terpisah (RPT) dengan dua faktor. Faktor pertama sebagai petak

utama adalah kepadatan itik yang digunakan terdiri dari 3 taraf yaitu: I0

(tanpa itik), I1 (2 ekor), dan I2 (4 ekor). Hal ini sesuai dengan

penyataan Furuno (2009), bahwa untuk meningkatkan padat tebar antara

150 dan 300 ekor itik ha-1 akan menguntungkan petani dengan

meningkatkan pengendalian hama, pasokan hara, dan mampu

meningkatkan kualitas tanah. Faktor kedua sebagai anak petakan

adalah perlakuan pada varietas padi, terdiri atas 4 taraf yaitu: V1

(Varietas Way Apo Buru), V2 (Varietas Ciliwung), V3 (Varietas

Mekongga) dan V4 (Varietas Ciherang). Adapun kombinasi perlakuan

adalah sebagai berikut:

I0V1 I0V2 I0V3 I0V4

I1V1 I1V2 I1V3 I1V4

I2V1 I2V2 I2V3 I2V4

Terdapat 12 kombinasi kepadatan itik dan perlakuan varietas

padi yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 petakan

Page 44: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

31

percobaan. Pengamatan sampel tanaman setiap petak percobaan

yaitu 10 % dari jumlah populasi tanaman. Ukuran petakan yaitu 2 x 5

meter (10 m2), hal ini sesuai dengan pernyataan Mahfudz (1999),

bahwa pengaruh luas areal sawah sebagai umbaran terhadap

pertumbuhan berat badan, berat badan akhir, persentase karkas dan

konversi pakan paling baik adalah 10 m2/ekor.

D. Pelaksanaan Penelitian

Sistem integrasi tanaman padi dengan ternak itik meliputi persiapan

lahan mulai dari persemaian, persiapan dan pengolahan tanah,

penanaman, pelepasan itik, pemeliharaan padi, pemeliharaan itik, panen

dan pengambilan sampel.

1. Persemaian

a. Penggunaan dan pemilihan benih unggul dan bersertifikat: benih padi

varietas Way Apo Buru, varietas Ciliwung, varietas Mekongga, dan

varietas Ciherang.

b. Pemeliharaan persemaian: pengairan pada persemaian kering

dilakukan dengan cara mengalirkan air keselokan yang berada

diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga pertumbuhan

tanaman dapat berlangsung. Pemupukan di persemaian dilakukan

dengan cara pemupukan basah yakni campuran pupuk urea dan TSP

dengan perbandingan 1:1, dilarutkan dalam air kemudian di

Page 45: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

32

semprotkan dalam bedengan yang berisi benih umur 1 minggu setelah

penaburan.

2. Persiapan dan Pengolahan Tanah Sawah

Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian

dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah)

yang dikehendaki. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap:

a. Pembersihan: sebelum tanah sawah dicangkul terlebih dahulu

dilakukan pembersihan jerami-jerami dengan cara dibabat.

b. Pencangkulan: perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar

dibajak.

c. Membajak dilakukan dengan menggunakan mesin hand traktor:

memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah, membalikkan

tanah beserta tumbuhan rumput (jerami) sehingga akhirnya

membusuk, dan proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme

yang ada dalam tanah. Selesai pembajakan sawah digenangi air

selama 5-7 hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman

dan melunakkan bongkahan-bongkahan tanah.

d. Penggaruan: Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan

tanah, pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah,

selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar

lumpur tidak hanyut terbawa air keluar, dan penggaruan yang

dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan yakni

permukaan tanah menjadi rata, air yang merembes kebawah menjadi

Page 46: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

33

berkurang, sisa tanaman atau rumput akan terbenam, penanaman

menjadi mudah, dan meratakan pembagian pupuk dan pupuk

terbenam.

e. Pembuatan petak percobaan dengan ukuran 2x5 m (10 m2), ketinggian

pematang 15 cm, lebar permukaan pematang10 cm.

f. Tiap petakan dibuat parit model keliling dengan lebar permukaan 25

cm dan kedalaman 25 cm.

g. Pemberian pupuk organik yakni pupuk kandang ayam, di lakukan

setelah pembuatan petakan atau 1 minggu sebelum penanaman

dilakukan. Pupuk organik yang diberikan kedalam lahan sebanyak 10

ton/ha.

3. Penanaman

Penanaman dilakukan pada saat benih padi berumur 21 hari setelah

semai, dengan menggunakan 3 benih perlubang tanam. Sistem tanam padi

yang digunakan adalah sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam

(20x10) x 40 cm. Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam apabila

terdapat tanaman yang mati. Pengairan berselang (tidak dilakukan), sawah

selalu tergenang.

4. Pemeliharaan dan Pelepasan Itik

Sebelum pelaksanaan sistem itegrasi tanaman padi dengan ternak

itik dilakukan, beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebagai berikut.

a. Penyiapan kandang itik terbuat dari kayu,bambu dan terpal plastik,

berbentuk kandang kelompok (postal) dengan lantai tanah yang diberi

Page 47: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

34

alas sekam atau rumput kering, terpal plastik sebagai atap kandang.

Kandang dibuat terpisah dari lahan sawah sebagai kandang utama.

b. Kandang kelompok diberi pencahayaan dari lampu neon, itik dipelihara

dalam kandang kelompok yang diberi lampu sebagai pencahayaan

pada malam hari saja.

c. Sawah padi ditutup dengan pagar bambu, dan plastik mengelilingi

setiap petakan sawah. Penutupan sawah ini bertujuan untuk menjaga

dan mencegah itik lepas keluar sawah.

d. Itik ditimbang dan dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan diberi

warna pada leher dan ekor itik: kelompok pertama pada perlakuan

kepadatan itik 0 ekor (I0) sebagai kontrol, kelompok dua pada

perlakuan kepadatan itik 2 ekor (I1) sebanyak 24 ekor diberi warna

merah dan kelompok tiga pada perlakuan kepadatan itik 4 ekor (I2)

sebanyak 48 ekor diberi warna kuning.

e. Itik dilepas secara bergiliran ke dalam masing-masing petakan yang

telah disediakan, itik pertama kali dilepas ketika padi sudah berumur

empat minggu atau ketika padi berumur 30 hari setelah tanam.

f. Itik dilepas di sawah pada pagi hari pukul 09.00 wita setelah

pemberian pakan pertama kemudian digiring masuk kandang pada

sore hari pukul 15.00 wita, untuk diberikan pakan kedua.

g. Itik diberi pakan 100 gram / ekor per hari dengan kombinasi dedak

halus (50 gram), jagung giling (20 gram) dan ampas tahu (30 gram).

Page 48: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

35

h. Pakan diberikan dua kali yakni pada pagi hari pukul 08.00 wita dan sore hari

pukul 16.00 wita. Pemberian pakan dilakukan di kandang adapun

banyaknya pakan yang diberikan yakni 100 gram per ekor hari-1.

Tabel 4. Komposisi Pakan Penelitian

Jenis bahanEnergi

metabolisme(kkal/kg)

Proteinkasar(%)

Fosfor(%)

Calcium(%)

Metionin(%)

Lisin(%)

Dedak padiJagungAmpas tahu

240033002830

12,08,524,5

1,00,300,88

0,200,021,1

0,250,18

-

0,450,20

-

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000.

i. Pada saat pemupukan itik di kandangkan agar tidak keracunan,

yakni pada pemupukan kedua dan ketiga ketika padi berumur 30

hts, dan 45 hst.

j. Jika intensitas hujan deras dan berlangsung lama (sehari penuh),

maka untuk mengantisipasi hal yang tidak dinginkan, itik

dikandangkan dan diberi pakan di kandang, dikawatirkan jika itik

dilepas akan mengakibatkan kematian karena kedinginan.

k. Sawah dijaga agar selalu tergenang, pada saat tidak ada air itik

dikandangkan untuk menghindari itik terbalut lumpur yang akan

menyebabkan kematian.

l. Pada saat tanaman padi berbunga (umur 70 hari) itik ditarik dari

sawah, untuk menghindari gangguan pembungaan.

5. Pemeliharaan Tanaman Padi

Pemeliharaan meliputi pengairan, penyiangan, penanggulangan

Page 49: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

36

hama penyakit, dan pemupukan.

a. Pengairan

Pengaturan kondisi air pada awal penanaman dibuat macak-

macak hingga tanaman berumur 4 hari setelah tanam (HTS). Setelah

tanaman berumur 10 HTS air dimasukkan dengan ketinggian 5 sampai

10 cm dan dibiarkan selalu tergenam.

b. Penyiangan

Pengendalian gulma pada sistem padi dan itik lebih praktis dan

lebih efisien, hal ini diakibatkan pertumbuhan gulma otomatis tertekan

karena lahan sawah tergenang air hampir sepanjang musim guna

pemeliharaan itik. Disamping itu juga dengan adanya itik akan dapat

mengendalikan gulma.

c. Penanggulangan Hama Penyakit

Beberapa hama pada budidaya padi itik seperti hama wereng,

putih palsu dan penggerek batang dapat ditekan perkembangan oleh

itik. Penanggulan hama dan penyakit dilakukan apabila terdapat

serangan hama dan penyakit yang melebihi ambang batas ekonomi

atau berpotensi merusak tanaman menggunakan pestisida nabati agar

tidak mengganggu itik.

d. Pemupukan

Penelitian ini menggunakan pupuk kandang ayam yang

diaplikasikan setelah terbentuk petakan percobaan perlakuan pupuk

organik yakni 7 hari sebelum penanaman benih padi. Selain itu pada

Page 50: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

37

penelitian ini juga melakukan pemupukan dengan pupuk anorganik

dengan kombinasi 300 kg pupuk NPK Ponska (kandungan hara

Nitrogen 15%, P2O5 15%, dan K2O 15%) dan 150 kg pupuk urea

(kandungan nitrogen 46%) per hektar, dikonversikan dalam luasan

lahan percobaan sehingga didapatkan penggunaan pupuk Ponska

sebesar 300g/10m2 dan pupuk urea sebesar 150g/10m2. Pemupukan

dilakukan tiga kali yakni pemupukan dasar pada umur 7 hari setelah

tanam, pemupukan kedua umur 30 hari setelah tanam dan pemupukan

ketiga umur 45 hari setelah tanam.

Pemupukan susulan menggunakan pupuk organik cair yang

diaplikasikan ketanaman dengan cara penyemprotan. Penyemprotan

pertama 15 hari setelah tanam, penyemprotan kedua 30 hari setelah

tanam dan penyemprotan ketiga 45 hari setelah tanam, dengan

rentang waktu aplikasi 15 hari sekali. Dosis pemakian 10 ml/liter air,

disemprotkan pada batang, daun sampai buah. Pemupukan dan

penyemprotan dilakukan sebelum jam 9 pagi atau setelah jam 4 sore.

6. Panen

Panen padi yang paling baik dilakukan ketika malai telah

memperlihatkan masak 90%. Adapun tanda-tanda padi yang siap

panen yaitu dengan malai yang telah menunduk, menghasilkan biji

atau bulir telah terisi penuh serta keras jika ditekan dan bulir yang telah

menguning.

Page 51: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

38

7. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada padi dilakukan dengan mengambil 7

sampel tanaman setiap petakan percobaan sehingga diperoleh 252

unit tanaman pengamatan, pengukuran sampel tinggi tanaman

dilakukan umur 20, 40, 60, dan 90 hst. Pada ternak itik penimbangan

bobot itik dilakukan 2 minggu sekali yakni umur 14, 28, 42, 56, dan 70

hari setelah tanam.

E. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi

dan diklasifikasi. Jumlah variabel bergantung dari luas serta sempitnya

penelitian yang akan dilakukan.

1. Paremeter pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman padi

yamg diamati sebagai data utama adalah sebagai berikut:

a. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal tanaman sampai ujung

daun tertinggi, berdasarkan fase pertumbuhan tanaman padi,

vegetatif pada umur 20 hst, umur 40 hst, fase generatif pada umur

60 hst, fase pemasakan pada umur 90 hst dan 115 umur panen

berdasarkan jumlah tanaman sampel per petak.

b. Jumlah anakan (tanaman rumpun-1), dihitung tanaman sampel per

petak pada saat panen.

c. Jumlah malai (malai rumpun-1), dihitung berdasarkan sampel

tanaman perpetak pada saat tanaman memasuki fase generatif

Page 52: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

39

atau pada waktu keluarnya malai.

d. Panjang malai (cm malai-1), diukur pada saat pemanenan padi

dilakukan dengan mengukur panjang malai yang dihasilkan.

e. Berat bulir per malai (g malai-1), dilakukan dengan cara menghitung

berat bulir per malai pada setiap sampel setelah panen.

f. Jumlah bulir berisi (bulir malai-1), dihitung semua bulir yang berisi

pada saat panen.

g. Berat 1000 bulir (g), ditimbang pada saat menimbang jumlah 1000

bulir setiap perlakuan varietas padi.

h. Produktivitas padi (ton ha-1).

2. Paremeter pengamatan pada ternak itik yaitu pertambahan bobot

badan harian (PBBH), pertumbuhan direfleksikan dengan

pertambahan bobot hidup ternak kurun waktu tertentu.

penimbangan bobot dilakukan setiap dalam dua minggu sekali

dihitung dengan rumus:

PBBH =ௐ మ� �ௐ భ

௧మ� �௧భ

(Ihwanul, Nasich, dan Marjuki, 2011)

Dimana: W1 = bobot badan awal (kg)

W2 = bobot badan akhir (kg)

t1 = waktu awal pengamatan (hari)

t2 = waktu akhir pengamatan (hari)

Page 53: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

40

F. Analisis Data

Hasil pengamatan yang diperoleh dari penelitian dianalisis

dengan menggunakan Analisis ragam. Apabila ada pengaruh

perlakuan pada analisis ragam maka dilakukan uji lanjut untuk

membedakan rerata antar perlakuan dengan menggunakan Uji Beda

Nyata Terkecil (BNT).

G. Analisis Ekonomi

Soekartawi (2006), menyatakan bahwa pendapatan diperoleh

dari total penerimaan dikurangi dengan biaya dalam satu proses

produksi.

Pendapatan usaha tani dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR – TC

Dimana:

Pd = pendapatan usaha tani (Rp)

TR = total penerimaan (total revenue) (Rp)

TC = total biaya (Rp)

Jumlah penerimaan usaha tani akan diterima dari suatu proses

produksi tertentu dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah hasil

produksi yang hasilkan dengan harga produksi tersebut. Pernyataan

tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

TR = Py . Y

Page 54: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

41

Dimana:

TR = total penerimaan (total revenue)

Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani

Py = harga produksi.

Analisis R/C Ratio (return cost ratio), Soekartawi (2006),

menyatakan R/C ratio adalah perbandingan (nisbah) antara

penerimaan dan biaya. Secara matematik R/C ratio dirumuskan

sebagai berikut:

a = R / C

R = Py.Y

C = FC + VC

a = {(Py.Y) / (FC + VC)}

Dimana:

a = R/C ratio

R = penerimaan

C = biaya

Py = harga output

Y = output

FC = biaya tetap (fixed cost)

VC = biaya variabel (variable cost)

Menurut Harmono dan Andoko (2005), dengan kriteria jika nilai

R/C ratio > 1, maka usaha tani telah efesien, artinya setiap tambahan

Page 55: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

42

biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan

yang lebih besar daripada tambahan biaya secara sederhana kegiatan

usaha tani menguntungkan. Kriteria R/C ratio adalah sebagai berikut:

R/C >1 : untung, R/C < 1: rugi, dan R/C = 1: impas

Analisis benefit-cost ratio (B/C) ratio pada prinsipnya sama saja

dengan analasis R/C: hanya saja pada analisis B/C ini data yang

dipentingkan adalah besarnya manfaat. Secara teoritis manfaat ini

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

�ൗ =

{(∑ ୀ )/(+ {(

{(∑ ୀ )/(+ ൘{(

B/C = benefit-cost ratio

i = tingkat bunga yang berlaku

t = jangka waktu usaha tani

Analisa benefit-cost ratio (B/C) ratio adalah perbandingan

tingkat keuntungan atau pendapatan yang telah diperoleh dengan total

biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan

manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari nol (0), semakin besar nilai

B/C maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha

tersebut (Rahardi dan Hartono, 2003:69). Kriteria B/C ratio adalah

sebagai berikut:

B/C > 1: layak dijalankan (memberi manfaat)

B/C < 1: tidak layak diusahakan (tidak memberi kemanfaatan)

B/C = 1: berada pada kondisi break even point atau merupakan

titik impas usaha.

Page 56: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Tinggi Tanaman

Hasil analisis ragam pengamatan tinggi tanaman padi pada Tabel 9

menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik dan varietas berpengaruh

sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi.

Tabel 9. Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Padi umur 90 Hst.

VarietasKepadatan Itik

Rata-rataNpv BNT

0,05i0 i1 i2v1 103,67 101,92 112,88 106,16q

v2 103,85 109,89 113,67 109,14q 3,33

v3 108,47 114,98 117,26 113,57p

v4 103,76 111,54 109,08 108,13q

Rata-rata 104,94b 109,59a 113,22a

Npi BNT 0,05 3,70

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (ab)dan kolom (pq) berarti tidak berbeda nyata pada uji BNTtaraf 5%

Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik 4 ekor (i2)

memberikan tinggi tanaman tertinggi (113,22 cm) dan berbeda nyata

perlakuan kepadatan itik 0 ekor (i0) tetapi tidak berbeda nyata dengan

perlakuan kepadatan itik 2 ekor (i1). Varietas Mekongga (v3) memberikan

tinggi tanaman tertinggi (113,57 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan

varietas lainnya.

Page 57: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

44

2. Jumlah Anakan

Hasil analisis ragam pada pengamatan jumlah anakan tanaman

padi (Tabel 10) menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik, varietas

dan interaksi antara kepadatan itik dengan varietas berpengaruh sangat

nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi.

Tabel 10. Rata-Rata Jumlah Anakan (Tanaman.Rumpun-1) Tanaman Padi.

Varietas Kepadatan Itik Rata- Npv BNTi0 i1 i2 rata 0,05

v1 13,42ݎ

16,24ݍ

17,29 15,65

v2 14,71ݍ

16,95ݍ 16,14

ݍ

15,93 0,77

v3 16,38

18,33 16,28

ݍ

17,00

v4 15,74 18,14

15,80

ݍ

16,56

Rata-rata 15,06 17,42 16,38Npi BNT 0,05 0,78

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (abc)dan kolom (pqr) berarti tidak berbeda nyata pada uji BNTtaraf 5%

Tabel 10 menunjukkan bahwa interaksi antara kepadatan itik 2 ekor

dengan varietas Mekongga (i1v3) memberikan jumlah anakan terbanyak

(18,33 tanaman rumpun-1) dan berbeda nyata dengan interaksi kepadatan

itik 4 ekor dengan varietas Mekongga (i2v3) dan interaksi kepadatan itik 0

ekor dengan varietas Mekongga (i0v3). Interaksi kepadatan itik 2 ekor

dengan varietas Mekongga (i1v3) memberikan jumlah anakan terbanyak

dan berbeda nyata dengan Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas

Way Apo Buru (i1v1) dan Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas

Page 58: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

45

varietas Ciliwung (i1v3), tetapi tidak berbeda nyata dengan Interaksi

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas varietas Ciherang (i1v4).

3. Jumlah Malai

Hasil analisis ragam pada pengamatan jumlah malai tanaman padi

(Tabel 11) menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik, varietas dan

interaksi antara kepadatan itik dengan varietas berpengaruh sangat nyata

terhadap jumlah malai tanaman padi.

Tabel 11. Rata-Rata Jumlah Malai (Malai.Rumpun-1) Tanaman Padi.

Varietas Kepadatan Itik Rata- Npv BNTi0 i1 i2 rata 0,05

v1 13,81ݎ

16,18ݍ 15,23

ݍ

15,07

v2 14,66ݍ

16,86ݍ 16,52

16,01 0,70

v3 15,93

17,90 16,23

16,69

v4 14,95ݍ 18,01

15,86

ݍ

16,27

Rata-rata 14,86 17,24 15,96Npi BNT 0,05 0,79

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (abc)dan kolom (pqr) berarti tidak berbeda nyata pada uji BNTtaraf 5%

Tabel 11 menunjukkan bahwa interaksi antara kepadatan itik 2 ekor

dengan varietas Ciherang (i1v4) memberikan jumlah malai terbanyak ( 18,

01 malai rumpun-1) dan berbeda sangat nyata dengan interaksi antara

kepadatan itik 0 ekor dengan varietas Ciherang (i0v4), tetapi berbeda nyata

dengan interaksi antara kepadatan itik 4 ekor dengan varietas Ciherang

(i2v4). Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciherang (i1v4)

Page 59: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

46

memberikan jumlah malai terbanyak dan berbeda nyata dengan Interaksi

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Way Apo Buru (i1v1) dan Interaksi

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciliwung (i1v2), tetapi tidak berbeda

nyata dengan Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Mekongga

(i1v3).

4. Panjang Malai

Hasil analisis ragam pada pengamatan panjang malai tanaman

padi (Tabel 12) menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik, dan

varietas berpengaruh sangat nyata dan interaksi antara kepadatan itik

dengan varietas berpengaruh nyata terhadap panjang malai tanaman

padi.

Tabel 12. Rata-Rata Panjang Malai (cm.malai-1) Tanaman Padi.

Varietas Kepadatan Itik Rata- Npv BNTi0 i1 i2 rata 0,05

v1 23,29ݍ

24,50ݍ 24,24

ݍ 24,01

v2 24,13

25,38ݍ 24,00

ݍ

24,50 0,57

v3 24,09ݍ

25,67 24,57

24,77

v4 23,47ݍ 23,95

ݍ 23,62

ݍ 23,68

Rata-rata 23,75 24,88 24,11Npi BNT 0,05 0,55

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (ab)dan kolom (pq) berarti tidak berbeda nyata pada uji BNTtaraf 5%

Tabel 12 menunjukkan bahwa interaksi antara kepadatan itik 2 ekor

dengan varietas Mekongga (i1v3) memberikan panjang malai terpanjang (

Page 60: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

47

25,67 cm malai-1) dan berbeda nyata dengan interaksi antara kepadatan

itik 0 ekor dengan varietas Mekongga (i0v3) dan interaksi antara kepadatan

itik 4 ekor dengan varietas Mekongga (i2v3). Interaksi kepadatan itik 2 ekor

dengan varietas Mekongga (i1v3) memberikan panjang malai terpanjang

dan berbeda nyata dengan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas

Way Apo Buru (i1v1) dan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas

Ciherang (i1v4), tetapi tidak berbeda nyata dengan interaksi kepadatan itik

2 ekor dengan varietas Ciliwung (i1v2).

5. Berat Bulir

Hasil analisis ragam pada pengamatan berat bulir tanaman padi

(Tabel 13) menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik, varietas dan

interaksi antara kepadatan itik dengan varietas berpengaruh sangat nyata

terhadap berat bulir tanaman padi.

Tabel 13. Rata-Rata Berat Bulir (g malai-1) Tanaman Padi.

VarietasKepadatan Itik Rata-

rataNpv BNT

0.05i0 i1 i2

v1 5,77

7,40ݍ 5,67

ݍ

6,28

v2 5,73 7,43

ݍ 6,23

ݍ

6,47 0,37

v3 5,57ݍ 7,83

6,60

6,67

v4 5,37ݍ

7,20ݍ 5,43

ݍ

6,00

Rata-rata 5,61 7,47 5,98Npi BNT 0,05 0,38

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (abc)dan kolom (pq) berarti tidak berbeda nyata pada uji BNTtaraf 5%

Page 61: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

48

Tabel 13 menunjukkan bahwa interaksi antara kepadatan itik 2 ekor

dengan varietas Mekongga (i1v3) memberikan berat bulir terberat (7,83 g

malai-1) dan berbeda sangat nyata dengan interaksi antara kepadatan itik

0 ekor dengan varietas Mekongga (i0v3), tetapi berbeda nyata dengan

interaksi antara kepadatan itik 4 ekor dengan varietas Mekongga (i2v3).

Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Mekongga (i1v3)

memberikan berat bulir terberat dan berbeda nyata dengan Interaksi

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Way Apo Buru (i1v1), Interaksi

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciliwung (i1v2), dan Interaksi

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciherang (i1v4).

6. Jumlah Bulir Berisi

Hasil analisis ragam pada pengamatan jumlah bulir berisi tanaman

padi (Tabel 14) menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik, varietas

dan interaksi antara kepadatan itik dengan varietas berpengaruh sangat

nyata terhadap jumlah bulir berisi tanaman padi.

Tabel 14 menunjukkan bahwa interaksi antara kepadatan itik 2 ekor

dengan varietas Mekongga (i1v3) memberikan jumlah bulir berisi terbanyak

(142,67 bulir malai-1) dan berbeda sangat nyata dengan interaksi antara

kepadatan itik 0 ekor dengan varietas Mekongga (i0v3), tetapi berbeda

nyata dengan interaksi antara kepadatan itik 4 ekor dengan varietas

Mekongga (i2v3). Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas

Mekongga (i1v3) memberikan jumlah bulir berisi terbanyak dan berbeda

sangat nyata dengan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Way

Page 62: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

49

Apo Buru (i1v1), dan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas

Ciherang (i1v4), tetapi berbeda nyata dengan interaksi kepadatan itik 2

ekor dengan varietas Ciliwung (i1v2).

Tabel 14. Rata-Rata Jumlah Bulir Berisi (bulir malai-1) Tanaman Padi.

VarietasKepadatan Itik Rata-

rataNpv BNT

0,05i0 i1 i2

v1 113,00ݍ

125,33ݎ

128,33 122,22

v2 115,33

138,33ݍ 111,67

ݎ

121,78 4,26

v3 103,67ݎ

142,67 122,00

ݍ

122,78

v4 117,00

122,33ݎ

113,33ݎ

117,56

Rata-rata 112,25 132,17 118,83Npi BNT 0,05 3,95

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (abc)dan kolom (pqr) berarti tidak berbeda nyata pada uji BNTtaraf 5%

7. Berat 1000 Bulir

Hasil analisis ragam pada pengamatan berat 1000 bulir tanaman

padi (Tabel 15) menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik

berpengaruh sangat nyata terhadap berat 1000 bulir tanaman padi.

Tabel 15 menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik 2 ekor (i1)

memberikan berat 1000 bulir terberat (30,55 gram) dan berbeda sangat

nyata dengan perlakuan kepadatan itik 0 ekor (i0), tetapi berbeda nyata

dengan perlakuan kepadatan itik 4 ekor (i2).

Page 63: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

50

Tabel 15. Rata-Rata Berat 1000 Bulir (g) Tanaman Padi.

VarietasKepadatan Itik Rata-

rata

Npv BNT

0,05i0 i1 i2v1 27,50 31,27 29,10 29,29

v2 27,53 29,93 26,10 27,86 1,51

v3 26,70 30,03 30,17 28,97

v4 25,90 30,97 29,03 28,63

Rata-rata 26,91c 30,55a 28,60b

Npi BNT 0,05 1,23

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (abc)berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

8. Produktivitas Padi

Hasil analisis ragam pada pengamatan produktivitas tanaman padi

(Tabel 16) menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik dan varietas

berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas tanaman padi.

Tabel 16. Rata-Rata Produktivitas Tanaman Padi (ton ha-1)

VarietasKepadatan Itik

Rata-rataNpv BNT

0,05i0 i1 i2v1 3,33 4,17 3,67 3,72q

v2 3,40 4,07 3,73 3,73q 0,09

v3 3,63 4,53 3,83 4,00p

v4 3,17 4,03 3,63 3,61r

Rata-rata 3,38c 4,20a 3,72b

Npi BNT 0,05 0,12

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (abc)dan kolom (pqr) berarti tidak berbeda nyata pada uji BNTtaraf 5%

Tabel 16 menunjukkan bahwa perlakuan (i1) memberikan

produktivitas tertinggi (4,20 ton ha-1), dan berbeda sangat nyata dengan

Page 64: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

51

perlakuan (i0), namun berbeda nyata dengan perlakuan (i2). Varietas

Mekongga (v3) memberikan produktivitas tertinggi (4,00 ton ha-1), dan

berbeda sangat nyata dengan perlakuan varietas Ciherang (v4), tetapi

berbeda nyata dengan perlakuan varietas Way Apo Buru (v1) dan

perlakuan varietas Ciliwung (v2).

9. Pertambahan Bobot Badan Itik

Selama penelitian, bobot badan itik yang ditebar pada setiap

perlakuan ditimbang sebanyak lima kali. Penimbangan dilakukan pada

saat akan dilepas, dan penimbangan selanjutnya dilakukan setiap dalam

dua minggu sekali.

Tabel 17. Rata-Rata Pertambahan Bobot Badan Harian (g) Itik Umur 15

Minggu

PerlakuanMinggu ke-

PBBH0 2 4 6 7

i1 854.16 920.83 968,75 993,75 1002,08 2,958

i2 852.08 911.45 940,62 963,54 986,45 2,678

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.

Tabel 17 menunjukkan rata-rata pertambahan bobot badan itik

sampai minggu ke 7 pada perlakuan kepadatan itik 2 ekor (i1) memberikan

pertambahan bobot badan harian lebih tinggi (2,958 g hari-1), dibanding

dengan perlakuan kepadatan itik 4 ekor (i2) dengan pertambahan bobot

badan harian 2,678 g hari-1.

Page 65: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

52

10.Analisis Ekonomi

Hasil analisis usahatani pada pertanian dengan teknologi Inditik

dan tanpa teknologi Inditik disajikan pada lampiran tabel 20. Perhitungan

R/C dan B/C rasio dalam analisis usahatani farming sistem dengan

teknologi Inditik pada berbagai varietas padi.

Tabel 18. Analisis Usahatani Produksi Padi dengan Teknologi Inditik dan

Tanpa Teknologi Inditik pada Berbagai Varietas

UraianTanpa

teknologi InditikDengan

teknologi Inditiki0 i1 i2

Total biaya produksi 7.850.000 11.686.000 16.652.000Total penerimaan 15.159.300 30.837.000 40.684.200Total pendapatan 7.309.300 19.151.000 24.032.200R/C rasio 1,93 2,63 2,44B/C rasio 0,93 1,63 1,44

Berdasarkan tabel 18 menunjukkan adanya perbedaan keuntungan

yang diperoleh, usahatani dengan teknologi Inditik baik perlakuan I1 dan

perlakuan I2 memberikan pendapatan tertinggi dibanding dengan

perlakuan I0 (tanpa teknologi Inditik). Dimana total pendapatan perlakuan

I1 sebesar Rp 19.151.000,00 dengan nilai R/C dan B/C rasio masing-

masing adalah 2,63 dan 1,63, total pendapatan perlakuan I2 sebesar Rp

24.032.200,00 dengan nilai R/C dan B/C rasio masing-masing adalah 2,44

dan 1,44. Sedangkan total pendapatan perlakuan I0 sebesar Rp

7.309.300,00 dengan nilai R/C dan B/C rasio masing-masing adalah 1,93

dan 0,93.

Page 66: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

53

B. PEMBAHASAN

1. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi dengan Teknologi

Inditik

Pertumbuhan dan produksi tanaman padi pada berbagai varietas

dengan teknologi Inditik secara umum dari hasil sidik ragam menunjukkan

bahwa perlakuan kepadatan itik dan varietas memberikan pengaruh

sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 90 Hst, jumlah anakan,

jumlah malai, panjang malai, berat bulir, jumlah bulir berisi, dan

produktivitas tanaman padi, namun tidak berpengaruh nyata terhadap

berat 1000 bulir. Adapun interaksi antara kepadatan itik dengan varietas

tanaman padi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah

anakan, jumlah malai, dan jumlah bulir berisi, dan berpengaruh nyata

terhadap panjang malai, dan berat bulir, tetapi tidak berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman, berat 1000 bulir, dan produktivitas tanaman padi.

a. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman umur 90 Hst dapat dilihat pada (Tabel 9), hasil sidik

ragam menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan 4 ekor itik (i2) pada

berbagai varietas padi memberikan tinggi tanaman tertinggi (113,22 cm)

dan berbeda nyata dengan perlakuan kepadatan itik 0 ekor (i0) tetapi tidak

berbeda nyata dengan perlakuan kepadatan itik 2 ekor (i1). Adanya

perbedaan rata-rata tinggi tanaman padi dimana pada petak perlakuan

padi dan itik lebih tinggi jika dibanding dengan petak perlakuan padi saja.

Hal ini dikarenakan bahwa dengan adanya aktivitas itik di dalam lahan

Page 67: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

54

padi secara tidak langsung akan mampu menambah pasokan unsur hara

dari feses itik selama berada di area sawah sehingga tanaman akan

tumbuh lebih baik dengan ketersediaan hara dalam tanah yang lebih

banyak. Seiring dengan pendapat Hossain (2005), yang mengemukakan

bahwa kepadatan itik 300 ekor per hektar akan menguntungkan petani

dengan meningkatnya pengendalian hama, menambah pasokan unsur

hara, meningkatkan kualitas tanah, serta mampu menjadi stimulus

tanaman padi.

Varietas Mekongga (v3) memberikan tinggi tanaman tertinggi

(113,57 cm) dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Hal ini diduga

karena tingkat kemampuan adaptasi varietas mekongga lebih baik

dibandingkan dengan varietas lainnya jika diintegrasikan dengan ternak

itik. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman varietas

Mekongga juga berbeda dengan deskripsi varietas Mekongga yang tertera

pada kemasan benih dengan tinggi tanaman varietas Mekongga antara

91-106 cm (Lampiran Tabel 7).

b. Jumlah Anakan

Hasil sidik ragam pada jumlah anakan tanaman padi yang disajikan

pada (Tabel 10) menunjukkan bahwa interaksi kepadatan itik 2 ekor

dengan varietas Mekongga (i1v3) memberikan jumlah anakan terbanyak

(18,33 tanaman rumpun-1) dan berbeda nyata dengan interaksi kepadatan

itik dengan varietas Mekongga lainnya. Interaksi kepadatan itik 2 ekor

dengan varietas Mekongga (i1v3) memberikan jumlah anakan terbanyak

Page 68: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

55

dan berbeda nyata dengan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas

Way Apo Buru (i1v1) dan varietas Ciliwung (i1v2), tetapi tidak berbeda

nyata dengan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciherang

(i1v4). Nampak bahwa variabel jumlah anakan produktif pada interaksi

kepadatan itik 4 ekor dengan varietas Mekongga (i2v3) lebih rendah

dibandingkan jumlah anakan produktif pada interaksi kepadatan itik 2 ekor

dengan varietas Mekongga (i1v3). Secara alamiah pembentukan anakan

susulan terus berlangsung beriringan dengan masa pertumbuhan meri,

namun demikian pembentukan anakan padi setelah pemasukan itik akan

terganggu dan mati akibat aktivitas itik di lahan sehingga anakan padi

cenderung tidak bertambah. Saat pemasukan itik tanaman padi sudah

berumur 30 hari sehingga jumlah anakan terbentuk sudah cukup banyak

dan kuat terhadap gangguan meri. Secara visual anakan padi yang dapat

bertahan sampai panen adalah anakan produktif yang terbentuk sebelum

pemasukan itik di lahan.

Interaksi kepadatan itik dengan varietas Mekongga dalam

menghasilkan jumlah anakan lebih banyak dibanding dengan varietas

Way Apo Buru, varietas Ciliwung dan varietas Ciherang. Menurut

Suprihatno (2010) bahwa potensi varietas Mekongga dalam membentuk

anakan dapat mencapai 16 batang per rumpun.

c. Jumlah Malai

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara kepadatan

itik 2 ekor dengan varietas Ciherang (i1v4) memberikan jumlah malai

Page 69: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

56

terbanyak (18,01 malai rumpun-1) dan berbeda sangat nyata dengan

interaksi kepadatan itik 0 ekor dengan varietas Ciherang (i0v4), tetapi

berbeda nyata dengan interaksi kepadatan itik 4 ekor dengan varietas

Ciherang (i2v4).

Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciherang (i1v4)

memberikan jumlah malai terbanyak dan berbeda nyata dengan Interaksi

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Way Apo Buru (i1v1) dan Interaksi

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciliwung (i1v2), tetapi tidak berbeda

nyata dengan Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Mekongga

(i1v3). Perolehan jumlah malai per rumpun berkaitan erat dengan

kemampuan tanaman menghasilkan anakan dan kemampuan

mempertahankan berbagai fungsi fisiologis tanaman. Semakin banyak

anakan yang terbentuk semakin besar peluang terbentuknya anakan yang

menghasilkan malai. Hal ini sejalan dengan pendapat Murayama (1995)

yang menyatakan bahwa pada saat tanaman mulai berbunga hampir

seluruh hasil fotosintesis dialokasikan ke bagian generative tanaman

(malai) dalam bentuk tepung. Selain itu, terjadi juga mobilisasi karbohidrat,

protein dan mineral yang ada di daun, batang dan akar untuk dipindahkan

ke malai.

d. Panjang Malai

Interaksi antara kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Mekongga

(i1v3) memberikan panjang malai terpanjang (25,67 cm malai-1) dan

berbeda nyata dengan interaksi antara kepadatan itik 0 ekor dengan

Page 70: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

57

varietas Mekongga (i0v3) dan interaksi antara kepadatan itik 4 ekor dengan

varietas Mekongga (i2v3). Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas

Mekongga (i1v3) memberikan panjang malai terpanjang dan berbeda nyata

dengan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Way Apo Buru

(i1v1) dan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciherang (i1v4),

tetapi tidak berbeda nyata dengan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan

varietas Ciliwung (i1v2). Setiap varietas memiliki karakteristik panjang

malai yang berbeda. Adanya perbedaan panjang malai berpengaruh

terhadap perbedaan jumlah bakal gabah dengan kecenderungan semakin

panjang malai semakin banyak bakal gabah yang terbentuk. Kemampuan

tanaman untuk menghasilkan jumlah gabah dipengaruhi oleh berbagai

faktor salah satu faktor yang paling penting adalah panjang malai dan

ketersediaan unsur hara.

e. Berat Bulir

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara kepadatan

itik 2 ekor dengan varietas Mekongga (i1v3) memberikan berat bulir

terberat (7,83 g malai-1) dan berbeda sangat nyata dengan interaksi antara

kepadatan itik 0 ekor dengan varietas Mekongga (i0v3), tetapi berbeda

nyata dengan interaksi antara kepadatan itik 4 ekor dengan varietas

Mekongga (i2v3).

Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Mekongga (i1v3)

memberikan berat bulir terberat dan berbeda nyata dengan Interaksi

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Way Apo Buru (i1v1), Interaksi

Page 71: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

58

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciliwung (i1v2), dan Interaksi

kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciherang (i1v4). Perbedaan berat

bulir per malai yang dihasilkan masing-masing varietas disebabkan oleh

faktor genetik masing-masing varietas. Varietas Mekongga relatif lebih

stabil dibanding varietas lainnya sehingga memiliki berat bulir yang tinggi.

Kondisi lingkungan tumbuh yang sesuai cenderung merangsang proses

inisiasi malai menjadi sempurna, sehingga peluang terbentuknya bakal

gabah menjadi lebih banyak. Namun demikian semakin banyak gabah

yang terbentuk, meningkatkan beban tanaman untuk membentuk gabah

bernas.

f. Jumlah Bulir Berisi

Pada komponen jumlah bulir berisi per malai, hasil sidik ragam

menunjukkan bahwa interaksi antara kepadatan itik 2 ekor dengan

varietas Mekongga (i1v3) memberikan jumlah bulir berisi terbanyak (142,67

bulir malai-1) dan berbeda sangat nyata dengan interaksi antara kepadatan

itik 0 ekor dengan varietas Mekongga (i0v3), tetapi berbeda nyata dengan

interaksi antara kepadatan itik 4 ekor dengan varietas Mekongga (i2v3).

Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya itik di dalam lahan padi,

tanaman padi tidak lagi dapat membentuk anakan baru akibat aktivitas itik

di dalamnya, sehingga tanaman padi akan mengkompensasi unsur hara

dengan jumlah gabah isi permalai yang lebih banyak yang prosesnya

mirip efek penjarangan pada tanaman pada umumnya.

Page 72: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

59

Interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Mekongga (i1v3)

memberikan jumlah bulir berisi terbanyak dan berbeda sangat nyata

dengan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Way Apo Buru

(i1v1), dan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan varietas Ciherang (i1v4),

tetapi berbeda nyata dengan interaksi kepadatan itik 2 ekor dengan

varietas Ciliwung (i1v2). Adanya perbedaan jumlah bulir berisi yang

dihasilkan dari masing-masing varietas disebabkan oleh faktor genetiknya.

Disamping itu faktor lingkungan ikut berperan dalam tinggi rendahnya

jumlah gabah permalai, karena keadaan cuaca yang cerah dapat

meningkatkan laju fotosintesis, energi cahaya yang digunakan untuk

merombak air dan gas asam arang dirubah menjadi makanan, fotosintat

yang dihasilkan akan disimpan dalam jaringan batang dan daun,

kemudian akan ditranslokasikan ke gabah tingkat pematangan. Hal ini

sejalan dengan pendapat Guswara (2007) jumlah gabah per malai

dipengaruhi oleh faktor genetik.

g. Berat 1000 Bulir

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan itik 2

ekor (i1) pada berbagai varietas memberikan berat 1000 bulir terberat

(30,55 gram) dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan kepadatan itik

0 ekor (i0), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan kepadatan itik 4 ekor

(i2).

Tinggi rendahnya berat bulir tergantung banyak atau tidaknya

bahan kering yang terkandung dalam biji, bahan kering dalam biji

Page 73: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

60

diperoleh dari hasil fotosintesis yang selanjutnya dapat digunakan untuk

pengisian biji. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rahmi dkk., 2011),

menyatakan bahwa rata-rata bobot biji sangat ditentukan oleh bentuk dan

ukuran biji pada suatu varietas, apabila tidak terjadinya perbedaan pada

ukuran biji maka yang berperan adalah faktor genetik. Tanaman yang

mendapat efek samping, menjadikan tanaman mampu memanfaatkan

faktor-faktor tumbuh yang tersedia seperti cahaya matahari, air dan CO

dengan lebih baik untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil, karena

kompetisi yang terjadi relative kecil (Wahyuni dkk., 2004).

h. Produktivitas Padi

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan (i1) memberikan

produktivitas tanaman padi lebih tinggi (4,20 ton ha-1) dibandingkan

dengan perlakuan (i0) dan perlakuan (i2) masing-masing sebesar (3,38 ton

ha-1) dan (3,72 ton ha-1). Tingginya produksi padi sawah pada tanaman

padi dengan penerapan teknologi Inditik baik perlakuan (i1) dan perlakuan

(i2) dikarenakan aktivitas itik di dalam lahan padi dapat menekan

pertumbuhan gulma dan serangga pengganggu tanaman padi lainnya.

Selain itu kotoran itik yang dihasilakan selama di areal lahan menjadi

pupuk yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan padi. Menurut

Hossain (2005) kombinasi antara padi dengan itik tidak hanya

menurunkan populasi serangga hama, tetapi juga meningkatkan

kandungan N, P, K, S, dan Ca dalam tanah. Hal ini sesuai dengan

beberapa penelitian terdahulu seperti Manda (1992) bahwa sistem aigamo

Page 74: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

61

di jepang yaitu itik Aigamo dilepas di sawah, pertumbuhan gulma dapat

ditekan jauh lebih rendah daripada sawah tanpa Aigamo dan sawah

herbisida. Demikian juga dengan jumlah belalang dan keong lumpur dapat

dikontrol dengan sistem Aigamo. Lebih lanjut Boray (1991) menyatakan

bahwa sehubungan dengan banyaknya itik yang digembalakan di sawah-

sawah di Indonesia hal ini diduga dapat menurunkan populasi siput.

Varietas Mekongga memberikan produktivitas tertinggi (4,00 ton ha-

1), berbeda nyata dengan varietas lainnya. Hasil produktivitas padi

berhubungan erat dengan komponen hasil seperti jumlah malai per

rumpun, jumlah gabah per malai, jumlah bulir berisi dan bobot 1000 bulir.

Tingginya perolehan produktivitas varietas Mekongga ditunjang oleh

jumlah anakan, panjang malai, berat bulir, dan jumlah bulir berisi yang

lebih banyak dibandingkan dengan varietas lainnya.

Menurut Basuki dan Setyapermas (2012), bahwa usaha

pembesaran itik bersama padi dapat menghasilkan gabah lebih bernas,

secara umum pada perlakuan introduksi pembesaran itik pada tanaman

padi akan menghasilkan produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan

tanaman padi monokultur sebagai dampak interaksinya berbagai

komponen teknologi secara sinergis dalam sistem usahatani termasuk

meningkatkan kesuburan tanah dari kotoran yang dihasilkan itik. Lebih

lanjut Subiharta dkk., (2001) menyatakan bahwa pada tanaman padi

tanpa ternak itik produksi padi gabah kering giling (GKG) sebanyak 3,58

ton ha-1 lebih sedikit dibanding produksi padi yang diintegrasikan dengan

Page 75: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

62

ternak itik yang mencapai 5,11 ton ha-1. Rendahnya produksi padi

tanaman padi tanpa ternak itik akibat serangan hama penyakit pada

tanaman padi.

2. Kepadatan Itik Terhadap Pertambahan Bobot Badan Itik

Kegiatan usaha tani yang terpengaruh secara langsung oleh

perlakuan kepadatan itik pada tanaman padi terhadap pertambahan bobot

badan itik disajikan pada Tabel 17. Rata-rata pertambahan bobot badan

itik penelitian pada perlakuan kepadatan itik 2 ekor (i1) yaitu 2,958 g ekor-

1 hari-1, lebih tinggi dibanding dengan perlakuan itik 4 ekor (i2) yaitu 2,678

g ekor-1 hari-1.

Pada perlakuan kepadatan itik 4 ekor (i2) bobot badan akhir itik

lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan itik 2 ekor (i1), hal ini diduga

karena jumlah kepadatan itik yang berbeda mempengaruhi tingkat

komsumsi makanan sehingga ada persaingan dalam perebutan makanan

baik pakan yang diberikan di kandang maupun pakan alamiah yang ada di

lahan sawah penelitian. Secara alamiah sifat itik apabila dipelihara pada

umbaran yang digenangi air, cenderung akan bermain dan mencari pakan

alami di areal umbaran. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan

alelomimetik yang meliputi tingkah laku berjalan, berlari, berenang dan

kegiatan yang dilakukan dalam satu kelompok (Wodzicka et al., 1991).

Akibatnya energi yang dikonsumsi banyak digunakan untuk aktivitas

gerak, sehingga berat badan akhir semakin menurun nyata. Widowson

Page 76: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

63

(1980), Wahyu (1992) dan Anggorodi (1997), proses fisologis tubuh

membutuhkan energi untuk hidup pokok, pengaturan suhu tubuh,

pergerakan dan produksi. Semakin banyak energi yang digunakan

semakin sedikit energi untuk pertumbuhan, sehingga berat badan semakin

menurun. Lebih lanjut Margawati (1985) yang menyatakan bahwa

konsumsi dan konversi pakan dipengaruhi oleh tingkat kepadatan

kandang. Pengaturan jumlah itik dalam satu koloni petakan sangat

menentukan keragaman pertumbuhan tanaman dan itik.

Konsumsi pakan diberikan per hari yakni konsumsi pakan per ekor

per hari yang diberikan adalah sebesar 100 gram-1 ekor-1 hari.

Diasumsikan bahwa pakan yang diberikan pada itik tidak terisisa setiap

harinya.

3. Dampak Interaksi Kepadatan Itik dengan Varietas Tanaman Padi

Kegiatan usahatani yang terpengaruh secara langsung oleh

perlakuan Integrasi tanaman padi dengan teknologi Inditik disajikan pada

Lampiran gambar 7, dari gambar tersebut nampak bahwa ada perbedaan

nyata serangan gulma pada perlakuan tanaman padi tanpa teknologi

Inditik dengan perlakuan tanaman padi dengan teknologi Inditik. Pada

perlakuan tanaman padi tanpa teknologi Inditik penyiangan dilakukan

sebanyak dua kali yakni pada tanaman padi umur 25 hst dan 45 hst,

sedangkan pada tanaman padi dengan teknologi Inditik dilakukan

penyiangan satu kali yakni pada umur 25 hst, nampak bahwa kegiatan

Page 77: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

64

usahatani dengan teknologi Inditik mengurangi waktu penyiangan dari dua

kali menjadi satu kali saja. Hal ini sesuai dengan pendapat Setioko dkk.,

(1999) dan Manda (1992) menyatakan bahwa itik akan makan gulma yang

ada disawah sehingga membantu penyiangan.

Pada perlakuan tanaman padi tanpa Teknologi Inditik ditemukan

beberapa jenis gulma disajikan pada (lampiran gambar 8) dan terdapat

beberapa jenis gulma yang ditemukan sedangkan pada tanaman padi

dengan teknologi Inditik hampir tidak ditemukan gulma. Hal ini diduga

terjadi karena keberadaan itik pada lahan bersama padi dapat menjadi

musuh biologi terhadap jenis gulma tertentu. Selama masa pembesaran

itik di lahan sangat aktif menjelajah sampai keseluruh petak untuk mencari

berbagai jenis tumbuhan dan binatang yang dapat dimakan. Hasil

penelitian Mahfudz et al., (2001) itik akan lebih aktif bergerak ke seluruh

sudut petakan yang luas meskipun disediakan pakan yang cukup. Pada

kondisi demikian keberadaan gulma menjadi makanan itik yang dapat

menekan pertumbuhan gulma serta menghemat biaya penyiangan

Produktivitas tanaman padi dengan teknologi Inditik pada perlakuan

(i1) memberikan produktivitas lebih tinggi yaitu 4,20 ton ha-1, dibanding

dengan perlakuan (i2) yaitu 3,72 ton ha-1. Hal ini diduga karena pada

perlakuan (i2) jumlah itik dalam satu petakan terlalu padat sehingga

mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Menurut

Mahfudz et al. (2001) jumlah koloni itik per petak harus optimal karena

apabila populasi itik melebihi daya dukung lahan (terlalu padat) maka

Page 78: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

65

keberadaan itik akan merusak tanaman padi, demikian pula sebaliknya

apabila jumlah itik terlalu sedikit maka fisiknya kecil karena energinya

banyak digunakan untuk bergerak dimana keadaan tersebut kurang baik

untuk pembesaran.

Menurut Dwiyanto (2001), integrasi antara tanaman dengan ternak

saling menguntungkan dilihat dari sisi tanaman maupun ternaknya.

Keuntungan yang didapat pada ternak itik adalah pakan yang ada di

sawah seperti serangga, katak, keong dan biota lain yang ditemui di

sawah. Tanaman padi akan mendapat keuntungan dari integrasi antara

lain gulma yang ada dimakan itik sehingga mengurangi penyiangan.

Ternak makan serangga pengganggu tanaman termasuk wereng coklat,

tentunya dengan prilaku ini dapat mengurangi penggunaan pestisida

untuk pemberantasan serangga, belum lagi itik akan menyosor ke tanah

untuk mencari cacing sehingga membantu penggemburan tanah, selain

itu kotorannya juga dapat memberikan pupuk pada tanaman. Seperti

dilaporkan penelitian sebelumnya bahwa biota berupa serangga maupun

keong pengganggu tanaman padi yang ada di sawah akan menjadi pakan

itik (Setioko dkk., 1999).

Di sisi lain sawah padi mempunyai manfaat untuk pemeliharaan itik

antara lain: penggunaan sumber alami sebagai makanan tambahan alami

seperti gulma, serangga air, keong mas, cacing dan katak kecil sehingga

dapat menekan jumlah pakan yang diberikan jika dibanding dengan

pemeliharaan itik secara intensif (tersendiri) dan tentunya menguntungkan

Page 79: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

66

peternak itik, penggunaan ruang yang tersisa di sawah padi dapat

dijadikan sebagai umbaran bagi itik yang saat ini umbaran itik semakin

sempit, penggunaan air yang berlimpah dilahan sawah dapat dijadikan

sebagai tempat bermain bagi itik sehingga dapat membantu menurunkan

tingkat stres pada itik jika di kandangkan setiap harinya, dan area sawah

juga dapat digunakan sebagai tempat itik bersembunyi dan berlindung

dibawah daun padi dari sinar matahari.

4. Analisis Usahatani pada Tanaman Padi dengan Teknologi Inditik

Aspek nilai produksi nampak bahwa keuntungan produksi

usahatani dengan teknologi Inditik lebih tinggi dibandingkan dengan

usahatani tanpa teknologi Inditik. Hal ini dapat terjadi karena nilai

akumulasi dari produksi padi dan produksi itik. Pada produktivitas

tanaman padi dengan teknologi inditik pada perlakuan (i1) total

pendapatan yang diterima sebesar Rp 19.151.000,00 dengan R/C rasio

2,63 yang artinya setiap pengeluaran uang Rp 100,00 untuk produksi padi

maka total penerimaan dari hasil produksi padi sebesar Rp 263,00 dengan

B/C rasio 1,63 lebih besar dari 1 yang artinya setiap pengeluaran Rp

100,00 untuk produksi padi maka total keuntungan dari hasil produksi padi

sebesar Rp 163,00. Pada usahatani tanpa teknologi Inditik (i2) total

pendapatan yang diterima sebesar Rp 24.032.200,00 dengan R/C rasio

yaitu 2,44 yang artinya setiap pengeluaran Rp 100,00 untuk produksi padi

maka total penerimaan dari hasil produksi padi sebesar Rp 244,00 dengan

Page 80: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

67

B/C rasio 1,44 lebih besar dari 1 yang artinya setiap pengeluaran Rp

100,00 untuk produksi padi maka total keuntungan dari hasil produksi padi

sebesar Rp144,00.

Berdasarkan indikator B/C rasio nampak bahwa kedua pola usaha

tani tersebut layak secara finasial. walaupun pada perlakuan I2 total

pendapatan lebih besar yakni sebesar Rp 24.032.200,00 dengan nilai R/C

dan B/C rasio masing-masing adalah 2,44 dan 1,44. Namun dari nilai R/C

dan B/C rasio pada perlakuan I2 lebih rendah dari nilai R/C dan B/C rasio

pada perlakuan I1 masing-masing 2,63 dan 1,63 sehingga perlakuan I1

tetap dianjurkan karena dari rata-rata produksi utama (Varietas) padi pada

perlakuan I1 juga lebih tinggi (4,20 ton ha-1) dibanding dengan perlakuan I2

(3,72 ton ha-1).

Menurut Mahfudz dan Prasetya (2005) bahwa integrasi itik dengan

padi dapat meningkatkan efisiensi teknis dan ekonomis serta

meningkatkan pendapatan petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Atikah

(2012), yang menyatakan kriteria penilaian B/C rasio pada peluang usaha

lebih dari 1, artinya usaha layak untuk dilaksanakan karena

menguntungkan. Pernyataan tersebut didukung oleh Diwyanto dan

Haryanto (2001), menyatakan bahwa penerapan sistem integrasi akan

meningkatkan penghasilan petani hampir dua kali lipat lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan pola tanam tanpa integrasi dengan ternak.

Page 81: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Produktivitas berbagai varietas padi dengan teknologi Inditik pada I1

memberikan hasil terbaik (4,20 ton ha-1) dibanding dengan I2 (3,72 ton

ha-1), dan I0 (3,38 ton ha-1).

2. Varietas Mekongga memberikan produktivitas lebih tinggi (4,00 ton ha-1)

dibanding dengan produktivitas varietas Way Apo Buru (3,72 ton ha-1),

varietas Ciliwung (3,73 ton ha-1), dan varietas Ciherang (3,61 ton ha-1).

3. Kepadatan itik 2 ekor per petak (I1) memberikan pengaruh nyata

terhadap jumlah anakan, jumlah malai, panjang malai, berat bulir,

jumlah bulir berisi, berat 1000 bulir, dan produktivitas padi, serta

pertambahan bobot harian itik.

4. Adanya interaksi antara kepadatan itik dengan varietas terhadap

pertumbuhan dan produksi padi berpengaruh sangat nyata terhadap

jumlah anakan, jumlah malai, berat bulir, dan jumlah bulir berisi,

berpengaruh nyata terhadap panjang malai, dan tidak berpengaruh

nyata terhadap tinggi tanaman, berat 1000 bulir, dan produktivitas

tanaman padi.

Page 82: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

69

B. SARAN

1. Kegiatan usahatani dengan teknologi Inditik dapat mengurangi waktu

penyiangan dari dua kali menjadi satu kali saja.

2. Sawah sebagai tempat tumbuhnya pakan alami itik sehingga dapat

membantu mengurangi biaya pakan.

3. Keuntungan yang diperoleh dengan teknologi Inditik adalah pada

luasan yang sama dan waktu yang sama dapat dipanen padi dan itik

secara bersamaan tanpa mengganggu produksi.

Page 83: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

70

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Abdul R. dan Jumiati., 2007. Pengaruh Konsentrasi Dan WaktuPenyemprotan Pupuk Organik Cair Sper ACI TerhadapPertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis, J. Agritrop., 26 (3)., 105-109.

Adnyana, M.O. dan K. Kariyasa.2000. Perumusan Kebijaksanaan HargaGabah dan Pupuk Dalam Era Pasar Bebas. Pusat Penelitian danPengembangan Soseial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Ali, Arsyadi dan Febrianti, Nanda. 2009. Performans Itik Pedaging(lokal x peking) Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan KandangYang Berbeda Di Desa Laboijaya Kabupaten Kampar. JurnalPeternakanVol 6 No 1 Februari 2009 (29 – 35) ISSN 1829 –8729. Pekanbaru.

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan TernakUnggas. Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Atikah, N., 2012. Analisis Peluang Usaha Lele Sangkuriang (ClarisGariepinus) Berbasis Sumberdaya Lokal. Meningkatkan DayaSaing dan Nilai Tambah Produk Pertanian BerbasisSumberdaya Lokal. Buku 4B: Social-Ekonomi-BudidayaPertanian Hal. 102-110.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapang PengelolaanTanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. DepartemenPertanian. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2000. PenyusunRamsum Untuk Itik Petelur. Intalasi Penelitian Dan PengkajianTeknologi Pertanian. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Padi di Provinsi Sulawesi Selatan.Diakses 27 Februari 2017 pukul 21.00 wita. Sulsel.bps.go.id.

Basuki, S, dan Setapermas. MN, 2012. Pemanfaatan Cuaca EkstrimDengan Pembesaran Itik Dalam Sistem Usahatani Padi (StudiKasus Di Kabupeten Brebes. Prosiding Seminar NasionalKedaulatan Pangan Dan Energi. Universitas Trunojoyo. Madura.

Page 84: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

71

Boray, J.C. 1991. Current Status Of The Control Of Trematode InfectionsIn Livestock In Developing Countries. Working Paper For ExpertConsultation On Helm Inth Infections Of Livestock In DevelopingCountries. FAO Rome pp. 1-33.

Cagauan, A.G. 1997. “ Final Report. Integrated Rice-Fish-Azolla-DuckFarming System”. A research project funded by the Food andAgriculture Organization (FAO), Catholic University of Louvain,Belgium, and the Freshwater Aquaculture Center, Center LuzonState University, Philippines. Pp. 265.

Cagauan, A.G. and R.C. Joshi. 2001. "Golden Apple Snail (Panaceaspp.) in the Philippine." In Wada, T. (Ed.), Proceeding of theSpecial Working Group on the Golden Apple Snail (Panaceaspp.) at the Seventh International Congress on Medical andApplied Malacology (7th ICMAM), Los Banos Laguna S EARCA, Philippines. October 2002. p. 1-36.

Cantrell. 2004. New technologies for rice farmers. ICM Edition, Bayer CropSci. 1: 21-22.

Diwyanto, K. and B. Haryanto, 2001. Impotance of Integration inSustainable Farming System. In: Integration of Agricultural andEnviromental Policies in an Environmental Age. KREI/FFTC-ASPAC, Seoul, Korea. pp. 97-111.

Dwiyanto. K, Prawiradiputra B.R, dan Lubis D., 2001. Integrasi TanamanTernak Dalam Pembangunan Agribisnis Yang Berdaya Saing,Berkelanjutan Dan Berkerakyatan. Prosiding Seminar NasionalTeknologi Perternakan dan Veteriner. PUSLITBANGNAK, Bogor.

Evans, AJ dan AR. Setioko. 1985. Traditional System of Layer FlockManagement in Indonesia. Duck Production in Indonesia. In DuckProduction and World Practice, Farrell, D.I and Stapleton, P. (Ed).University of New England, pp 306-322

Furuno, T. 2009. “Significance and Practice of Integrated RiceCultivation and Duck Farming-Sustainable Agriculture”. KyushuInternational Center, Japan International Cooperation Agency,and Kitakyushu Forum on Asia Women. Pp.12.

Guswara, A. 2007. Peningkatan Hasil Tanaman Padi MelaluiPengembangan Padi Hibrida: Dalam Kumpulan RDTP/ROPP.Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.

Page 85: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

72

Hardi.P.L., 2010. Panduan Budidaya dan Usaha Ternak Itik. BalaiPenelitian Ternak. Ciawi Bogor.

Hardjowigeno, Sarwono. 2003. IlmuTanah. Penerbit AkademikaPressindo: Jakarta

Harmono, dan Andoko. A. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis.Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hartatik W, Setyorini D. 2009. Pengaruh pupuk organic terhadap sifatkimia tanah dan produksi tanaman padi sawah organik.Prosiding Seminar Nasional dan Dialog Sumberdaya LahanPertanian. Bogor (ID). hlm 21-35.

Hasanuddin, A. 2005. Peranan proses sosialisasi terhadap adopsivarietas unggul padi tipe baru dan pengelolaannya. LokakaryaPemuliaan Partisipatif dan Pengembangan Varietas Unggul TipeBaru (VUTB). Bogor.

Hossain, S.T. (2005). Effect og integrated rice-duck farming on riceyield, farm productivity, and rice-provisioning ability of farmers.Asian Journal of Agriculture and Development 2 (1&2): 79-86.

Ihwanul A., Nasich M., dan Marzuki. 2011. Pertambahan Bobot BadanDan Konversi Pakan Sapi Limousine Cross Dengan PakanTambahan Probiotik. Jurnal Tidak Diterbitkan. Fakultasperternakan, Universitas Brawijaya Indonesia. Malang.

Ina, H. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media. Jakarta.

Irawan, Bambang. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu DanAgribisnis Yang Berbawawasan Lingkungan. Seminar NasioanalTeknologi Perternakan dan Veteriner. Bandung.

Iskandar, P., 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu. http://my greennature.blogspot.com/2008_03_01_archive.html?zx=50dd172e2d3d889. Diakses pada tanggal 16 Juni 2017.

Juliano, B. O. 2003. Rice Chemistry and Quality. Philippine: Philrice.

Kamandalu A.A.N.B., I B.K Suastika, dan I K.D Arsana,. 2006. Kajiansistem tanam jajar legowo terhadap produksi padi sawah. Prosidingseminar nasional percepatan transformasi teknologi pertanianuntuk mendukung pembangunan wilayah. Balai Besar Pengkajiandan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. 586 p.

Page 86: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

73

Lestari, S. 2001. Pengaruh Kadar Ampas T a h u Y a n g D i fe rmen tas iTerhadap Efisiensi Pakandan Pertumbuhan Ikan Mas(Cyprinuscarpio) .Skr ips i S1. Prodi Budidaya Perairan IPB,Bogor.

Mahfudz, L.D., S. Kismiatidan W. Sarengat. 1999. Pengaruh LuasLahan dan Pemberian Pakan Itik yang Dipelihara pada ArealSawah Terhadap Performans Itik. Pros. Seminar UnggasLokal II. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,Semarang.

Mahfudz, L.D., U. Atmomarsono dan N.S. Yuningsih. 1999.Pengaruh Luas Lahan dan Pemberian Pakan Itik yangDipelihara pada Areal Sawah Terhadap Persentase KarkasItik. Pros. Seminar UnggasLokal II. Fakultas PeternakanUniversitas Diponegoro, Semarang.

Mahfudz, L.D., W. Sarengatdan B. Srigandono. 1999. PenggunaanAmpas Tahu Sebagai Penyusun Ransum Ayam Broiler.Pros. Seminar Nasional Pengembangan Peternakan Lokal,Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.

Mahfudz, LD, dan E. Prasetya, 2005. Tingkat Efisiensi Teknis EfisiensiTeknis Dan Ekonomis Pada Sistem Pemeliharaan TerpaduAntara Tanaman Padi Itik Lokal Jantan. J. Indo. Trop. Anim.Agric. 30 (1) March.

Mahfudz, LD, Umiyati AM, Warsono S dan Nuniek SY, 2001a. PengaruhLuas Lahan Pada Sistem Integrasi Padi Dengan Itik TerhadapPerformans Itik Local Jantan. Animal Production, Edsus, Feb.Unsoed Press. Purwokerto.

Mahfudz, LD, W. Serengat, SM. Ardiningsari, E. Supriyati dan B.Srigandono, 2001b. Pemeliharaan Sistem Terpadu DenganTanaman Padi Terhadap Performans Dan Kualitas Karkas ItikLokal Jantan Umur 10 Minggu. Prosiding. Seminar NasionalIntegrasi Tanaman Ternak. Undip. Semarang.

Makarim, A.K. dan Suhartatik, E. 2006. “Partial Efficiency Concept InNew Rice Plant Type As Indicated By N Uptake”. InSumarnodkk. (Ed) Rice Industry, Culture, and Environment.Book 1 p. 185-191. Indonesian Center For Rice Research.

Manda, M., 1992. Paddy Rice Cultivation Using Crossbreed Ducks.Agricultural Science and Nature Resources, Faculty of

Page 87: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

74

Agrigulture; Kagoshima University. Farming Japan Vi. 26-4, pp35-42.

Manurung, S. O, dan M Ismunandi. 1999. Buku Padi. Ed ke-1. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Margawati, E. T. 1985. Pengaruh Tingkat Kepadatan Kandang Itik DalamSangkar Terhadap Pertambahan Berat Badan Pada PeriodeAwal Pertumbuhan. Prosiding Seminar Perternakan Dan ForumPeternak Unggas Dan Aneka Ternak. Pusat Penelitian DanPengembangan Peternakan, Badan Penelitian DanPengembangan Pertanian, Bogor. Hlm. 256-261.

Mugnisjah, W, Q., 2001. Ekolfisiologi Tanaman Tropika. ProgramPascaSarjana, Institute Pertanian Bogor.

Mulatshi, Sumiati, dan Tjakraddidjaja. 2010. Intensifikasi usahapeternakan itik. Kanisius. Yogyakarta.

Mulya, S.H, Ade. R, Agus, G, Trinty, R.K, dan Iwan. J., 2001. DampakPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Terhadap KelestarianLingkungan. Prosiding, Seminar Nasional PengelolaanLingkungan Pertanian. Pudlit Pengembang Tanah danAgroklimat, Bogor.

Murayama, N. 1995 Fertilizer application to rice in relation tonutriphysiology of ripening. 2.j.Agri.Sci.24:71-77.(J) dalam skripsiH. Sukardi. 2006. Pengaruh Dosis Pupuk Anorganik (NPK) danOrganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryzasativa L.). Fakultas Pertanian Unsika.

Nur F., Erlina A., dan Nasin W., 2007. Pengaruh Dosis Dan FrekuensiPemberian Pupuk Organic Cair Terhadap Pertumbuhan DanHasil Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Dataran Rendah. JurnalIlmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (2007) p:43-53

Prihatman, K. 2000. Padi (Oriza Sativa). Badan Pemberdayaan danPemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.

Rahmi, Z. Zuhry, E. Nurbaiti. 2011. Pengaruh Jarak Tanam TerhadapPertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L)Verietas Batang Piaman dengan Metode System of RiceIntensification (SRI) di Padang Marpoyan Pekanbaru. JurnalFakultas Pertanian. Universitas Riau.

Page 88: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

75

Rao, NS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.Susilo H, Penerjemah. Jakarta (ID) : UI Press.

Sandy, S. W. 2009. Berternak itik tanpa air. Penebar Swadaya.Jakarta.

Satri Rasyid, 2013. Evaluasi Pertambahan Bobot Badan dan EfisiensiPenggunaan Pakan Pada Itik Pedaging Yang Diberi Level AnpasTahu Yang Berbeda. Jurnal Galung Tropika, Januari 2013, hlmn.9-13. Pare-Pare.

Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi Indonesia. P.T. SastraHudaya. Jakarta.

Soekartawi. 2006. Analisis Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia.Jakarta.

Subiharta, Datjana, Widarto dan Hartono, 2001. Sistem Usaha TaniTerpadu Padi-Itik Mendukung Pengembangan PertanianOrganik. Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Pertanian.Puslit Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor

Suprihatno, AA Darajat, Satoto, SE. Baehaki, Suprihanto, A. Setyono,SD. Indrasari, IP. Wardana dan H. Sembiring, 2010. DeskripsiVarietas padi. BB Penelitian Tanaman Padi. Badan LitbangPertanian.

Sutanto, Rachman. 2012. Pertanian Organik, Menuju PertanianAlternatif dan Berkelanjutan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Ternak. Cetakan ke-2. Gajah MadaUniversity Press. Yogyakarta.

Wahyuni, S.U.S. Nugraha dan Soejadi. 2004. Karakteristik Dormansi danMetode Efektif Untuk Pematahan Dormansi Benih PlasmanutfahPadi. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan. Hal 12.

Widowson, E.M. 1980. Definition of Growth. Dalam: Mannual Nutrition ofGrowth. T.L.J. Lawrence (Ed.) Australia Vice Concelor Commite.

Wodzicka, M.T., I.K. Sutama, L.G. Putu dan T.D. Chaniago. 1991.Reproduksi, Tingkah Laku dan Reproduksi Ternak di Indonesia.PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Page 89: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

76

LAMPIRAN

Page 90: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

77

A. Lampiran Tabel

Tabel 5. Deskripsi Varietas Way Apo Buru

Nomor seleksi : S3383-1D-PN-16-2Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-

3//4*IR64Golongan : CereUmur tanaman : 115-125 hariBentuk tanaman : TegakTinggi tanaman : 105-113 cmAnakan produktif : 15-18 batangWarna kaki : HijauWarna batang : HijauWarna telinga daun : Tidak berwarnaWarna lidah daun : Tidak berwarnaMuka daun : KasarPosisi daun : TegakDaun bendera : TegakBentuk gabah : Panjang rampingWarna gabah : Kuning bersihKerontokan : SedangKerebahan : SedangTekstur nasi : PulenKadar amilosa : 23 %Bobot 1000 butir : 27 gRata-rata hasil : 5,5 t/haPotensi hasil : 8,0 t/haKetahanan terhadapHama Penyakit :Tahan wereng coklat biotipe 2 dan

rentanbiotipe 3Tahan hawar daun bakteri strain III dan IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasidataran rendah sampai sedang (600 m dpl)

Pemulia : Z. A. Simanulang, E. Sumadi, Taryat T.,Aan A. Daradjat dan B. Suprihatno

Dilepas tahun : 1998

Page 91: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

78

Tabel 6. Deskripsi Varietas Ciliwung

Nomor seleksi : B4183B-PN-33-6-1-2Asal persilangan : IR38//2*Pelita I-1/IR4744-128-4-1-2Golongan : CereUmur tanaman : 117 - 125 hariBentuk tanaman : TegakTinggi tanaman : 114 - 124 cmAnakan produktif : 18 - 25 batangWarna kaki : HijauWarna batang : HijauWarna telinga daun : Tidak berwarnaWarna lidah daun : Tidak berwarnaWarna daun : Hijau tuaMuka daun : KasarPosisi daun : TegakDaun bendera : Miring sampai tegakBentuk gabah : Sedang sampai rampingWarna gabah : Kuning bersihKerontokan : SedangKerebahan : TahanTekstur nasi : PulenKadar amilosa : 22%Indeks Glikemik : 86Bobot 1000 butir : 23 gRata-rata hasil : 4,8 t/haPotensi hasil : 6,5 t/haKetahanan terhadapHama Penyakit :Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan rentan

wereng coklat biotipe 3Agak tahan terhadaphawar daun bakteri strain IV

Anjuran tanam :Baik ditanam di lahan irigasi berelevasi rendahsampai 550 m dpl

Pemulia : I. Sahi, Taryat T., dan H. MaknunDilepas Tahun : 1988

Page 92: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

79

Tabel 7. Deskripsi Varietas Mekongga

Nomor seleksi : S4663-5D-KN-5-3-3Asal persilangan : A2790/2*IR64Golongan : CereUmur tanaman : 116-125 hariBentuk tanaman : TegakTinggi tanaman : 91-106 cmAnakan produktif : 13-16 batangWarna kaki : HijauWarna batang : HijauWarna telinga daun : Tidak berwarnaWarna lidah daun : Tidak berwarnaWarna daun : HijauMuka daun : Agak kasarPosisi daun : TegakDaun bendera : Miring sampai tegakBentuk gabah : Ramping panjangWarna gabah : Kuning bersihKerontokan : SedangKerebahan : SedangTekstur nasi : PulenKadar amilosa : 23%Indeks Glikemik : 88Bobot 1000 butir : 28 gRata-rata hasil : 6,0 t/haPotensi hasil : 8,4 t/haKetahanan terhadapHama Penyakit : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2

dan 3Agak tahan terhadap hawar daun bakteristrain IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataranrendah sampai ketinggian 500 m dpl

Institusi pengusul : Balitpa dan BPTP Sultra

Pemulia : Z. A. Simanullang, Idris Hadade, Aan A.Daradjat, dan Sahardi

Tim Peneliti : B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS.,Ismail B. P., Triny S. Kadir, dan A. Rifki

Teknisi : M. Suherman , Abd. Rauf Sery, Uan D.,S. Toyib S. M., Edi S. MK, M. Sailan, SailHanafi, Z. Arifin, Suryono, Didi dan NenengS.

Dilepas tahun : 2004

Page 93: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

80

Tabel 8. Deskripsi Varietas Ciherang

Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-

3//4*IR64Golongan : CereUmur tanaman : 116-125 hariBentuk tanaman : TegakTinggi tanaman : 107-115 cmAnakan produktif : 14-17 batangWarna kaki : HijauWarna batang : HijauWarna telinga daun : Tidak berwarnaWarna lidah daun : Tidak berwarnaMuka daun : Kasar pada sebelah bawahPosisi daun : TegakDaun bendera : TegakBentuk gabah : Panjang rampingWarna gabah : Kuning bersihKerontokan : SedangKerebahan : SedangTekstur nasi : PulenKadar amilosa : 23 %Bobot 1000 butir : 28 gRata-rata hasil : 6,0 t/haPotensi hasil : 8,5 t/haKetahanan terhadapHama Penyakit :Tahan wereng coklat biotipe 2 dan agak

tahan biotipe 3Tahan hawar daun bakteri strain III dan IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasidataran rendah sampai sedang (500 m dpl)

Pemulia : Z. A. Simanulang, E. Sumadi, Taryat T., danAan A. Daradjat.

Dilepas tahun : 1998

Page 94: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

81

Tabel 9a. Rata-Rata Pengamatan Tinggi Tanaman Padi (cm) Umur 90

HST

Kepadatan Itik danVarietas

Kelompoki ii iii

i0v1 101,06 103,17 106,78

i0v2 102,09 103,98 105,48

i0v3 106,01 109,21 110,19

i0v4 105,70 99,19 106,38

i1v1 101,75 92,54 111,48

i1v2 108,09 109,70 111,89

i1v3 110,52 116,48 117,95

i1v4 105,50 113,48 115,64

i2v1 113,83 110,91 113,91

i2v2 112,10 110,18 118,74

i2v3 116,29 116,95 118,54

i2v4 111,26 107,59 108,39

Tabel 9b. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi Umur 90 HST

Sidik

KeragamanDB JK KT F. Hit

F. Tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 147,83 73,92

i 2 414,13 207,07 19,42 ** 6,94 18,00

Error i 4 42,66 10,66

v 3 265,53 88,51 7,81 ** 3,16 5,09

i x v 6 161,07 26,85 2,37 tn 2,66 4,01

Error v 18 204,10 11,34

Total 35 1235,33

kk i 2,99%

kk v 3,08%

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata

** = berpengaruh sangat nyata

Page 95: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

82

Tabel 10a. Rata-Rata Pengamatan Jumlah Anakan (Tanaman.Rumpun-1)

Tanaman Padi.

Kepadatan Itik danVarietas

Kelompoki ii Iii

i0v1 13,33 13,47 13,47i0v2 15,33 14,47 14,33i0v3 16,33 16,19 16,61i0v4 16,50 15,50 15,21i1v1 16,57 16,14 16,00i1v2 16,85 17,14 16,85i1v3 18,71 18,14 18,14i1v4 18,00 18,14 18,28i2v1 17,14 17,43 17,29i2v2 16,14 16,43 15,86i2v3 16,14 16,71 16,00i2v4 16,85 16,14 14,42

Tabel 10b. Analisis Ragam Jumlah Anakan Tanaman Padi.

Sidik

KeragamanDB JK KT F. Hit

F. Tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 1,26 0,63

i 2 33,34 16,67 75,77 ** 6,94 18,00

Error i 4 0,86 0,22

v 3 9,99 3,33 16,65 ** 3,16 5,09

i x v 6 17,56 2,93 14,65 ** 2,66 4,01

Error v 18 3,58 0,20

Total 35 66,60

kk i 2,85%

kk v 2,74%

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Page 96: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

83

Tabel 11a. Rata-Rata Pengamatan Jumlah Malai (Malai.Rumpun-1)

Tanaman Padi.

Kepadatan Itik dan

Varietas

Kelompok

i ii Iii

i0v1 14,00 14,14 13,28

i0v2 15,00 14,57 14,42

i0v3 15,83 16,26 15,69

i0v4 15,03 15,12 14,69

i1v1 16,28 15,85 16,42

i1v2 17,29 17,14 16,14

i1v3 18,00 17,71 18,00

i1v4 18,14 18,00 17,88

i2v1 15,71 15,14 14,85

i2v2 16,85 17,28 15,42

i2v3 16,71 17,14 14,85

i2v4 15,86 16,00 15,71

Tabel 11b. Analisis Ragam Jumlah Malai Tanaman Padi.

Sidik

KeragamanDB JK KT F. Hit

F. Tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 2,87 1,43

i 2 34,66 17,33 49,51 ** 6,94 18,00

Error i 4 1,39 0,35

v 3 12,62 4,21 26,31 ** 3,16 5,09

i x v 6 3,90 0,65 4,06 ** 2,66 4,01

Error v 18 2,97 0,16

Total 35 58,39

kk i 3,68%

kk v 2,54%

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Page 97: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

84

Tabel 12a. Rata-Rata Pengamatan Panjang Malai (cm.Malai-1) Tanaman

Padi.

Kepadatan Itik danVarietas

Kelompoki Ii Iii

i0v1 23,29 23,57 23,00

i0v2 24,61 24,04 23,75

i0v3 24,04 24,18 24,04

i0v4 23,90 23,61 22,90

i1v1 24,85 24,43 24,23

i1v2 26,00 25,14 25,00

i1v3 26,43 25,57 25,00

i1v4 24,00 24,14 23,71

i2v1 24,57 24,00 24,14

i2v2 24,14 24,14 23,71

i2v3 24,57 25,28 23,86

i2v4 24,29 23,71 22,85

Tabel 12b. Analisis Ragam Panjang Malai Tanaman Padi.

SidikKeragaman

DB JK KT F. HitF. Tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 3,11 1,56

i 2 8,01 4,00 57,14 ** 6,94 18,00

Error i 4 0,26 0,07

v 3 6,51 2,17 19,73 ** 3,16 5,09

i x v 6 2,23 0,37 3,36 * 2,66 4,01

Error v 18 1,99 0,11

Total 35 22,11

kk i 1,06%

kk v 1,37%

Keterangan : * = berpengaruh nyata ** = berpengaruh sangat nyata

Page 98: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

85

Tabel 13a. Rata-Rata Pengamatan Berat Bulir (g.Malai-1) Tanaman

Padi.

Kepadatan Itik dan

Varietas

Kelompok

i ii iii

i0v1 5,70 5,70 5,90

i0v2 5,90 5,40 5,90

i0v3 5,50 5,70 5,50

i0v4 5,30 5,40 5,40

i1v1 7,90 7,10 7,20

i1v2 7,70 7,30 7,30

i1v3 7,90 7,80 7,80

i1v4 7,10 7,30 7,20

i2v1 5,70 5,50 5,80

i2v2 6,30 6,00 6,40

i2v3 6,60 6,50 6,70

i2v4 5,10 5,80 5,40

Tabel 13b. Analisis Ragam Berat Bulir.Malai-1 Tanaman Padi.

Sidik

KeragamanDB JK KT F. Hit

F. Tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 0,07 0,03

i 2 23,18 11,59 231,80 ** 6,94 18,00

Error i 4 0,22 0,05

v 3 2,17 0,72 14,40 ** 3,16 5,09

i x v 6 1,30 0,22 4,40 ** 2,66 4,01

Error v 18 0,86 0,05

Total 35 27,79

kk i 3,66%

kk v 3,43%

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Page 99: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

86

Tabel 14a. Rata-Rata Pengamatan Jumlah Bulir Berisi (Bulir.Malai-1)

Tanaman Padi.

Kepadatan Itik dan

Varietas

Kelompok

i ii iii

i0v1 118 112 109

i0v2 113 118 115

i0v3 102 104 105

i0v4 116 118 117

i1v1 123 127 126

i1v2 138 140 137

i1v3 145 143 140

i1v4 123 124 120

i2v1 128 127 130

i2v2 110 113 112

i2v3 126 121 119

i2v4 113 113 114

Tabel 14b. Analisis Ragam Jumlah Bulir Beriisi Malai-1 Tanaman Padi.

Sidik

KeragamanDB JK KT F. Hit

F. Tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 11,17 5,58

i 2 2471,17 1235,58 510,57 ** 6,94 18,00

Error i 4 9,67 2,42

v 3 153,86 51,29 8,30 ** 3,16 5,09

i x v 6 1585,72 264,29 42,77 ** 2,66 4,01

Error v 18 111,17 6,18

Total 35 4342,75

kk i 1,28%

kk v 2,05%

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata

Page 100: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

87

Tabel 15a. Rata-Rata Pengamatan Berat 1000 Bulir (g) Tanaman Padi.

Kepadatan Itik dan

Varietas

Kelompok

i ii iii

i0v1 27,80 28,00 26,70

i0v2 27,80 28,10 26,70

i0v3 26,80 27,10 26,20

i0v4 25,70 26,70 25,30

i1v1 32,50 28,40 32,90

i1v2 29,40 30,10 30,30

i1v3 31,70 31,70 26,70

i1v4 29,40 31,50 32,00

i2v1 31,70 29,00 26,60

i2v2 26,30 25,50 26,50

i2v3 30,80 29,80 29,90

i2v4 29,70 29,30 28,10

Tabel 15b. Analisis Ragam Berat 1000 Bulir Tanaman Padi.

Sidik

KeragamanDB JK KT F. Hit

F. Tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 2 5,82 2,91

i 2 2 79,70 39,85 33,77** 6,94 18,00

Error i 4 4 4,72 1,18

v 3 3 10,21 3,40 1,46 tn 3,16 5,09

i x v 6 6 26,62 4,44 1,91 tn 2,66 4,01

Error v 18 18 41,89 2,33

Total 35 35 168,96

kk i 3,79%

kk v 5,32%

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata ** = berpengaruh sangat nyata

Page 101: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

88

Tabel 16a. Rata-Rata Pengamatan Produktivitas (Ton.Ha-1) Tanaman

Padi.

Kepadatan Itik dan

Varietas

Kelompok

i ii iii

i0v1 3,20 3,40 3,40

i0v2 3,40 3,40 3,40

i0v3 3,80 3,50 3,60

i0v4 3,10 3,20 3,20

i1v1 4,20 4,20 4,10

i1v2 4,00 4,20 4,00

i1v3 4,60 4,60 4,40

i1v4 4,20 4,00 3,90

i2v1 3,70 3,70 3,60

i2v2 3,70 3,80 3,70

i2v3 3,90 3,80 3,80

i2v4 3,70 3,60 3,60

Tabel 16b. Analisis Ragam Produktivitas Tanaman Padi.

Sidik

KeragamanDB JK KT F. Hit

F. Tabel

0,05 0,01

Kelompok 2 0,03 0,02

i 2 4,05 2,02 202,00 ** 6,94 18,00

Error i 4 0,04 0,01

v 3 0,74 0,25 25,00 ** 3,16 5,09

i x v 6 0,14 0,02 2,00 tn 2,66 4,01

Error v 18 0,14 0,01

Total 35 5,14

kk i 2,71%

kk v 2,34%

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata ** = berpengaruh sangat nyata

Page 102: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

89

Tabel 17. Pertambahan Bobot Badan Itik (g), dan Rata-Rata Pertambahan

Bobot Badan Itik (g) pada Umur 15 Minggu

PerlakuanMinggu ke-

0 2 4 6 7

I1 20500 22100 23250 23850 24050

Rata-rata 854,16 920,83 968,75 993,75 1002,08

I2 40900 43750 45150 46250 47350

Rata-rata 852,08 911,45 940,62 963,54 986,45

Keterangan: I1 (24 ekor) dan I2 (48 ekor), minggu ke 7 (50 hari)

Tabel 18. Analisis Usahatani Pengembangan Farming System dengan

Teknologi Inditik pada Berbagai Varietas Padi

No

Uraian SatuanHargasatuan

Total harga

Tek. InditikNon Tek.

InditikTanaman Padi

1 Benih-Varietas Way apo buru-Varietas Ciliwung-Varietas mekongga-Varietas Ciherang

25 kg25 kg25 kg25 kg

8.0008.0008.0008.000

200.000200.000200.000200.000

200.000200.000200.000200.000

2.

Pupuk-Kandang Ayam-POC (600 ml)-Urea-Phonska

10 ton6 botol150 kg300 kg

15020.0002.0003.000

1.500.000120.000300.000900.000

1.500.000120.000300.000900.000

3.

Obat-obatan-Insektisida-Herbisida-Fungisida

3 liter1 liter1 liter

420.000/l140.000/l

45.000/100ml

000

1.260.000140.000450.000

4 Tenaga kerja-Traktor-Pencabutan Bibit-Penanaman-Penyiangan-Pemupukan-Pengendalian OPT-Panen

1 ha6 HOK

10 HOK

8 HOK4 HOK8 HOK

10 HOK

10.00030.00030.000

30.00030.00030.00030.000

1.000.000180.000300.000

0120.000

0300.000

1.000.000180.000300.000240.000120.000240.000300.000

Page 103: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

90

Total Input 5.520.000 7.850.000

Ternak Itik5 Perlakuan I1

-Anak itik (DOD)-Pakan Stater(0-4 minggu)-Pakan pertumbuhan(4-8minggu)-Pakan Grower(8-16 minggu)

dedak ampas tahu jagung giling

Kandang sederhanaTenaga kerja (4 bulan)

200 ekor90 kg

558 kg

600 kg360 kg240 kg1 buah

1 orang

5.0006.0004.000

500150

3.500200.000250.000

1.000.000540.000

2.232.000

300.00054.000

840.000200.000

1.000.000

000

0000

Total input perlakuan I 6.166.000 0Perlakuan I2-Anak itik (DOD)-Pakan Stater(0-4 minggu)-Pakan pertumbuhan(4-8minggu)-Pakan Grower(8-16 minggu)

dedak ampas tahu jagung giling

Kandang sederhanaTenaga kerja (4 bulan)

400 ekor180 kg

1.116 kg

1.200 kg720 kg480 kg1 buah

1 orang

5.0006.0004.000

500150

3.500200.000250.000

2.000.0001.080.0004.464.000

600.000108.000

1.680.000200.000

1.000.000

000

00000

Total input perlakuan II 11.132.000 06. Total biaya InputPerlakuan I0 7.850.000Perlakuan I1 11.686.000Perlakuan I2 16.652.000

OUTPUT

7. Pendapatan padi rata-rata

Perlakuan I0 3.38 ton/ha 4.485 15.159.300

Perlakuan I1 4.20 ton/ha 4.485 18.837.000

Perlakuan I2 3.72 tonha 4.485 16.684.200

8. Pendapatan itik

Perlakuan I0 0 60.000 0

Perlakuan I1 200 ekor/ha 60.000 12.000.000

Perlakuan I2 400 ekor/ha 60.000 24.000.000

9. Total pendapatanPerlakuan I0 15.159.300

Page 104: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

91

Perlakuan I1 30.837.000Perlakuan I2 40.684.20010. KeuntunganPerlakuan I0 7.309.300Perlakuan I1 19.151.000Perlakuan I2 24.032.20011. R/C rasioPerlakuan I0 1,93Perlakuan I1 2,63Perlakuan I2 2,4411. B/C rasioPerlakuan I0 0,93Perlakuan I1 1,63Perlakuan I2 1,44

Keterangan : I0 (Tanpa teknologi Inditik), I1 dan I2 (dengan teknologi Inditik)

harga gabah kering panen Rp 4.485 / kg (BPS Mei 2017)

Tabel 19. Analisis Usahatani Ternak Itik (600 ekor)

No Uraian Volume Satuan Total Biaya (Rp)

I BiayaAnak Itik (DOD) 600 ekor 5.000 3.000.000Pakan:*Pakan Stater (1-30 hari) 270 kg 6.000 1.620.000*Pakan pertumbuhan (30-60 hari) 1.674 kg 4.000 6.696.000Pakan penelitian:

*Perlakuan IDedak 600 kg 500 300.000Ampas Tahu 360 kg 150 54.000Jagung Giling 240 kg 3.500 840.000*Perlakuan IIDedak 1.200 kg 500 600.000Ampas Tahu 720 kg 150 108.000Jagung Giling 480 kg 3.500 1.680.000Kandang sederhana 2 buah 200.000 400.000tenaga kerja 4 bulan 250.000 1.000.000

Total 16.298.000II Produksi 600 ekor 60.000 36.000.000III Keuntungan 19.702.000

Page 105: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

92

B. Lampiran Gambar

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

I0V1 a I0V1 b I0V1 c

I0V2 a I0V2 b I0V2 c

I0V3 a I0V3 b I0V3 c

I0V4 a I0V4 b I0V4 c

I1V1 a I1V1 b I1V1 c

I1V2 a I1V2 b I1V2 c

I1V3 a I1V3 b I1V3 c

I1V4 a I1V4 b I1V4 c

I2V1 a I2V1 b I2V1 c

I2V2 a I2V2 b I2V2 c

I2V3 a I2V3 b I2V3 c

I2V4 a I2V4 b I2V4 c

Keterangan: I0, I1, I2 sebagai induk petak, dan V1, V2, V3, V4 anakpetak, ukuran anak petakan 2x5 = 10 m2, perlakuanI0 (tanpa itik), I1 (2 ekor per anak petakan), dan I2 (4ekor per anak petakan)

Gambar 3. Tata Letak Percobaan di Lapangan

I0

I1

I2

Page 106: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

Gambar 4. Pembuatan

(b) Petak Perlakuan

(a)

(b)

embuatan Petakan Percobaan (a) Pembuatan Parit

Petak Perlakuan dengan Teknologi Inditik .

Kedalaman 15 cm

Lebar Permukaan 20 cm

93

(a) Pembuatan Parit Petakan,

.

Kedalaman 15 cm

Lebar Permukaan 20 cm

Page 107: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

94

Gambar 5. Petakan Penelitian Sebelum Perlakuan Teknologi Inditik

(a) dan (b dan c) dengan Perlakuan Teknologi Inditik

(a)

(b)

(c)

Page 108: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

Gambar 6.

dengan

(a)

(c)

. Pengukuran Tinggi Tanaman pada Petak Percobaan

dengan Teknologi Inditik.

(b)

95

Petak Percobaan

Page 109: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

Gambar 7. Perbedaan Serangan Gulma

Teknologi Inditik (

dengan

a1

b1

. Perbedaan Serangan Gulma pada Tanaman Padi Tanpa

Teknologi Inditik (a), dan Serangan Gulma pada

dengan Teknologi Inditik (b).

a2

b2

96

Tanaman Padi Tanpa

pada Tanaman

Page 110: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

Gambar 8. Identifikasi Jumlah Gulma Yang Ditemukan

Padi Tanpa Teknologi Inditik

. Identifikasi Jumlah Gulma Yang Ditemukan pada

Padi Tanpa Teknologi Inditik (i0).

97

pada Tanaman

Page 111: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

Gambar 9. Pengamatan Langsung Tanaman Padi Umur 60

Mengalami Fase Pembungaan)

dengan

Pengamatan Langsung Tanaman Padi Umur 60

Mengalami Fase Pembungaan) pada Perlakuan Tanaman

dengan Teknologi Inditik

98

Pengamatan Langsung Tanaman Padi Umur 60 Hst (Sudah

Perlakuan Tanaman

Page 112: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

99

Gambar 10. Pengukuran Panjang Malai pada Varietas Mekongga, pada

(a) Perlakuan Tanpa Itik (I0), (b) Perlakuan Kepadatan 2

Ekor Itik (I1), dan (c) Perlakuan Kepadatan 4 Ekor Itik (I2).

(a) (b) (c)

Page 113: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

Gambar 11. Berat 1000 Bulir Berbagai Varietas PadiTanpa Teknologi Inditik (aKepadatan Itik 2 Ekor (bKepadatan Itik 4 Ekor (c

a1

b1

c1

. Berat 1000 Bulir Berbagai Varietas Padi padaTanpa Teknologi Inditik (a1,a2,a3,dan aKepadatan Itik 2 Ekor (b1, b2, b3, dan b4) dan padaKepadatan Itik 4 Ekor (c1, c2, c3, dan c4).

a2 a3

b2 b3

c2 c3

100

pada Perlakuana4), Perlakuanpada Perlakuan

a4

b4

c4

Page 114: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

101

Gambar 12. Penimbangan Berat Produktivitas Tanaman Padi Varietas

Mekongga pada Masing-Masing Perlakuan a (Perlakuan

Tanpa Itik), b (Perlakuan dengan Kepadatan Itik 2

Ekor/Petak), dan c (Perlakuan dengan Kepadatan Itik 4

Ekor/Petak).

Gambar 13. Pembesaran Itik Umur 1-2 Bulan Sebelum Penelitian

a b c

Page 115: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

102

Gambar 14. a.Layout Kandang Sederhana, b. Kandang Itik Perlakuan I1,

dan c. Kandang Itik Perlakuan I2.

a

b

c

Page 116: PENGEMBANGAN FARMING SISTEM DENGAN TEKNOLOGI …

103

Gambar 15. Pemberian Warna dan Penimbangan Bobot Badan Itik