PENGELOLAAN PROGRAM ALOKASI DANA DESA …
Transcript of PENGELOLAAN PROGRAM ALOKASI DANA DESA …
PENGELOLAAN PROGRAM ALOKASI DANA DESA
PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM
(Studi di Desa Kurma Kabupaten Polman)
Oleh
FAUSYAH ANWAR NIM: 14.2200.005
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (Sram
Studi Hukum Ekonomi Syariah Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Intitut Agama
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2018
ii
PENGELOLAAN PROGRAM ALOKASI DANA DESA
PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM
(Studi di Desa Kurma Kabupaten Polman)
Oleh
FAUSYAH ANWAR NIM: 14.2200.005
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
Intitut Agama Islam Negeri Parepare
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2018
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
ABSTRAK
FAUSYAH ANWAR. Pengelolaan Program Alokasi Dana Desa Perspektif Hukum
Ekonomi Islam (Studi di Desa Kurma Kabupaten Polman) (dibimbing oleh Hj.
Muliati dan Damirah).
Alokasi dana desa (ADD) dimaksudkan untuk membiayai program
pemerintahan desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat dengan adanya alokasi dana ke Desa, perencanaan
partisipatif berbasis masyarakat akan lebih berkelanjutan, karena masyarakat dapat
langsung berpartisipasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme
pengelolaan program ADD dan mekanisme pengelolaan program ADD perspektif
hukum ekonomi Islam.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif. Data diperoleh dari hasil dokumen-dokumen Desa, wawancara
dengan Pemerintah Desa, tokoh masyarakat dan masyarakat Desa Kurma.
Hasil penelitian dikemukakan bahwa: Pertama, proses pengelolaan ADD
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaporan dan pertanggungjawaban di
Desa Kurma telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun, pada proses
perencanaan Pada saat MusrenbangDesa program yang dilaksanakan selalu sama
setiap tahunnya, penggunan ADD lebih cenderung pada program yang akan
dilaksanakan dibuat oleh Kepala Desa sehingga pada saat Musrenbang tokoh
masyarakat yang hadir kesannya hanya sebatas untuk mendengar, dan yang
dihadirkan hanya orang-orang tertentu saja sementara hasil dari pembahasan rencana
penggunaan ADD tidak diinformasikan kepada masyarakat secara umum sehingga
masyarakat bahkan tidak tahu bahwa Desa mendapatkan bantuan dana yang besar
dari pemerintah. Kedua, Penggunaan Alokasi Dana Desa dibidang pemberdayaan
masyarakat yang dikelola melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Muda
Karya” dalam perspektif Hukum Ekonomi Islam yang terdiri dari Riba, Gharar,
Maisir, Haram, dan Zalim. Pengelolaannya telah sesuai dengan prinsip ekonomi
Islam.
Kata Kunci: Alokasi Dana Desa, Hukum Ekonomi Islam, Riba, Gharar, Maisir,
Haram dan zalim.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING ........................................ v
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .............................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ ix
ABSTRAK ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ..................................................................... 8
2.2 Tinjauan Teoritis ............................................................................................
2.2.1 Teori Pengelolaan ............................................................................. 12
2.2.2 Alokasi Dana Desa ............................................................................ 15
xii
2.2.3 Teori Prinsip-prinsip Hukum Ekonomi Islam .................................. 19
2.3 Tinjauan Konseptual .................................................................................. 29
2.4 Bagan Kerangka Pikir ................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 32
3.3 Fokus Penelitian ......................................................................................... 33
3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 33
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 34
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ......................................................... 38
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan mengenai Mekanisme Pengelolaan
Program Alokasi Dana Desa di Desa Kurma Kabupaten Polman. ............ 46
4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan mengenai Mekanisme Pengelolaan
Program Alokasi Dana Desa Kurma Kabupaten Polman Perspektif Hukum
Ekonomi Islam ........................................................................................... 62
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 63
5.2 Saran ........................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 69
RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................................ 126
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman
1.1
2.1
3.1
4.1
Struktur Organisasi Desa Kurma
Alur Perencanaan Penggunaan Alokasi Dana
Desa (ADD) di Desa Kurma
Pengorganisasian/pelaksanaan Alokasi Dana
Desa
Pertanggungjawaban Pengelolaan Alokasi
Dana Desa Kurma Tahun 2018
41
51
54
61
xiv
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
1.1
2.1
3.1
4.1
5.1
6.1
Jumlah Kappung/Dusun di Desa Kurma
Jumlah penduduk Desa Kurma
Luas Wilayah Desa Kurma
Batas Wilayah Desa Kurma
Program Kegiatan Alokasi Dana Desa di Desa
Kurma Tahun 2018
Penerimaan Tunjangan Aparat Desa
38
39
40
40
55
58
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Surat permohonan Izin Penelitian
Surat Izin Penelitian
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Surat Keterangan Wawancara
Laporan Realisasi Penyerapan Dana Desa Tahap I dan Tahap II
Anggaran 2017
Keputusan Kepala Desa Kurma Nomor 02 Tahun 2017 tentang Tim
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2018
Peraturan Bupati Polman No. 3 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa
Dokumentasi Kantor Desa Kurma
Dokumentasi Kegiatan dan Wawancara
Dokumentasi Musrenbang Desa
Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.1
Keberadaan Desa secara formal diakui dalam Undang Undang nomor 32
tahun 2004, tentang pemerintah daerah dan peraturan pemerintah daerah nomor 27
tahun 2005 tentang desa. Berdasarkan ketentuan ini desa diberi pengertian sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dalam
sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia.2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang
merupakan sebuah produk era reformasi yang menjadi bentuk awal kemandirian Desa
dalam penyelenggaraan Pemerintahan maupun dalam pengelolaan Keuangan Desa.
Mengingat dana yang diterima oleh Desa jumlahnya cukup besar dan terus meningkat
setiap tahunnya, maka dalam menyelenggarakan Pemerintahan dan Pengelolaan
1Tim Permata Press, Undang-Undang Desa & Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 60 Th 2014 Tentang Dana
Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Permata Press), h. 2.
2Alokasi Dana Desa Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Oleh Agung Pratama
(http://talikata11.blogspot.co.id/2015/05/makalah-alokasi-dana-desa-berdasarkan.html) (02 februari
2018).
2
Keuangan Desa, dibutuhkan kapasitas aparatur Desa yang handal dan sarana lainnya
yang memadai agar pelaksanaannya menjadi lebih terarah.
Pembangunan Desa agar menjadi setara dengan pembangunan kota diperlukan
sebuah kerja keras dari berbagai unsur yang ada seperti unsur pemerintah daerah,
Desa dan masyarakat itu sendiri. Tujuan dari pembangunan adalah untuk menjamin
sebuah kelangsungan pembangunan sehingga menjadikan taraf hidup masyarakat
desa semakin lebih baik. Islam menjawab persoalan pembangunan dan pemberdayaan
melalui Qs. Ar-Ra’du/13: 11.
Terjemahnya:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah. Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
3
Ayat di atas memberi sebuah peluang bahwa umat Islam dapat
memberdayakan dirinya melalui sebuah kerja keras. Kerja keras yang didukung oleh
pemerintah melalui berbagai programnya. Pemerintah selama ini menjalankan sebuah
program besar yang diharapkan menyentuh masyarakat pedesaan secara menyeluruh.
Program dana desa menjadi senjata dalam pembangunan dan pemberdayaan desa
3Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya (Percetakan Raja Fahd), h.199
3
diseluruh Indonesia. Dana Desa yang dimaksud adalah dana yang bersumber dari
APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota
dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah desa yang mencakup
pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat
sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara
maksimal untuk bertahan dan membangun diri secara mandiri baik di bidang
ekonomi, sosial, agama dan budaya.4
Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah bagian keuangan
Desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak Daerah dan bagian dari dana perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten.5 Alokasi dana desa
(ADD) dimaksudkan untuk membiayai program pemerintahan desa dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
desa. Tujuan ADD adalah untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa
dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan peberdayaan
masyarakat desa sesuai kewenangan yang dimilikinya, untuk meningkatkan
kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi Desa, untuk
meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan berusaha bagi
4Widjaja Haw, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom (Jakarta: P.T raja Grafindo Persada,
2011), h. 165.
5Peraturan Buapati Polewali Mandar Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa, h. 3.
4
masyarakat Desa dan untuk mendorong peningkatan swadaya gotong-royong
masyarakat Desa.6
Mengingat bahwa jumlah anggaran belanja pada ADD untuk setiap
program/kegiatan merupakan jumlah tertinggi yang dapat dipergunakan dan harus
dapat ditutup oleh pendapatan yang diperkirakan akan diterima oleh pemerintah Desa.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa program/kegiatan yang
telah memperoleh alokasi anggaran harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan, yakni terpecahkannya masalah
yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian
semakin besar anggaran belanja Desa akan semakin banyak program/kegiatan yang
dapat dilaksanakan, yang berarti pula akan semakin banyak masalah yang dapat
dipecahkan dan berdampak pada semakin besarnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dalam merencanakan besarnya anggaran belanja untuk setiap
program/kegiatan yang diusulkan hendaknya dikaji secara mendalam akan tingkat
kewajarannya, sehingga tidak berlebihan yang berakibat pada pemborosan anggaran.7
Dasar hukum pengalokasian Dana Perimbangan ke Desa sesuai dengan
amanat dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 72 ayat (4)8, jika hal
tersebut tidak dilaksanakan maka sanksi tegas dinyatakan dalam Pasal 72 ayat (6)9,
6Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa (Fokusmedia, 2015), h.
16.
7Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, h. 56.
8 Alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah setelah dikurangi Alokasi Dana Khusus.
9Bagi Kabupaten/Kota yang tidak memberikan alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana
perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya dislaurkan ke Desa.
5
dimana Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar
alokasi Dana Perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014 yang telah direvisi menjadi PP No 47 tahun
2015 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa Pasal 96 ayat (3) pengalokasian ADD disalurkan dengan pertimbangan jumlah
penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis.10
Dalam kaitannya dengan pemberian alokasi anggaran dana Desa di Kabupaten
Polman, Pemerintah Kabupaten telah memberikan petunjuk teknis mengenai proses
penyaluran dan jumlah anggaran setiap Desa melalui Peraturan Bupati Polman
Nomor 3 Tahun 2014 tetang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Polman ini didasarkan
pada realita bahwa sebagai pilar Otonomi daerah, Desa semakin membutuhkan
pendanaan yang seimbang untuk menjalankan peran yang lebih konkrit dalam
pembangunan daerah. Pemerintah Kabupaten Polman berharap dengan adanya
alokasi dana ke Desa, perencanaan partisipatif berbasis masyarakat akan lebih
berkelanjutan, karena masyarakat dapat langsung terlibat dalam pembuatan dokumen
perencanaan di desanya dan ikut merealisasikannya.
Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan, diperoleh informasi dari
masyarakat menggambarkan bahwa Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa
Kurma Kecamatan Mapilli Kabupaten Polman masih terdapat banyak permasalahan,
baik di bidang perencanaan, pengorganisasian, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan Desa (ADD). Pada tahapan perencanaan penggunan ADD lebih cenderung
pada program yang akan dilaksanakan dibuat oleh Kepala Desa sehingga pada saat
10
Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, h. 273
6
Musyawarah Rencana Pembangunan tokoh masyarakat yang hadir kesannya hanya
sebatas untuk mendengar.
Pada tahap pembahasan rencana penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD)
yang dihadirkan hanya orang-orang tertentu saja sementara hasil dari pembahasan
rencana penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) tidak diinformasikan kepada
masyarakat secara umum sehingga masyarakat bahkan tidak tahu bahwa Desa
mendapatkan bantuan dana yang besar dari pemerintah daerah melalui APBD yang
demikian berimplikasi pada partisipasi masyarakat yang cenderung apatis pada
kegiatan yang dilakukan oleh pengelola Alokasi Dana Desa (ADD).
Sehubungan dengan apa yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian di tempat tersebut dengan judul “Pengelolaan Program
Alokasi Dana Desa Perspektif Hukum Ekonomi Islam (Studi di Desa kurma Kab.
Polman).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan diteliti dan
dibahas dalam penelitian ini dapat penyusun rumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana mekanisme pengelolaan program alokasi dana di Desa Kurma
Kabupaten Polman?
1.2.2 Bagaimana mekanisme pengelolaan program alokasi dana Desa Kurma
Kabupaten Polman perspektif Hukum Ekonomi Islam?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam pembahasan ini, tujuan yang ingin dicapai penelitian sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan program alokasi dana di Desa
Kurma Kabupaten Polman.
7
1.3.2 Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan program alokasi dana Desa Kurma
Kabupaten Polman perspektif Hukum Ekonomi Islam.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.1.1 Menganalisis pengelolaan program Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Kurma
Kabupaten Polman melalui aspek hukum ekonomi Islam. Sehingga hasil
penelitian nantinya diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
kepada penulis secara pribadi dan masyarakat pada umumnya pada
pengelolaan ADD di Desa Kurma Kabupaten Polman.
1.4.1.2 Mendeskripsikan ADD yang relevan dengan hukum ekonomi Islam dalam
konteks yang berbeda, namun tanpa menghilangkan nilai-nilai ekonomi Islam
dari tujuan muamalah dalam Islam.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi peneliti:
Sebagai persyaratan mendapat gelar Strata Satu (S1) dan juga diharapkan
dapat menjadi penambah wawasan keilmuan dalam hukum ekonomi syariah.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi refrensi bagi penelitian sejenis
sehingga mampu menghasilkan penelitian-penelitian yang lebih mendalam.
1.4.2.2 Bagi masyarakat
Dapat menjadi acuan analisis evaluatif bagi masyarakat dan diharapkan dapat
menambah wawasan berkenaan dengan pemahaman hukum ekonomi Islam
yang sedang berkembang dan menampilkan pemahaman yang multi
interprestasi sehingga membudayakan sikap terbuka diantara masyarakat itu
sendiri.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjuan Penelitian Terdahulu
Karya ilmiah dengan tema Alokasi Dana Desa (ADD) ada beberapa penulis
yang temukan, diantaranya:
2.1.1 Nova Sulastri dari Universitas Halu Oleo Kendari tahun 2016 dengan judul
skripsi “Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
Meningkatkan Pembangunan Fisik Desa Lakapodo Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Efektifitas
Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam meningkatkan pembangunan fisik Di
Desa Lakapodo Kecamatan Watopute Kabupaten Muna, dimana ada tiga
tahap yakni perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban. Berdasarkan
hasil penelitian, tahapan perencanaan, dilihat dari musrembang yang diadakan
tim pelaksanaan Alokasi Dana Desa masih kurang efektif, dimana dalam
kegiatan musrembang partisipasi masyarakat masih sangat rendah,
dikarenakan kurangnya transparansi informasi yang disampaikan oleh
perangkat Desa Lakapodo kepada masyarakat. Tahapan pelaksanaan
berdasarkan hasil penelitian kurang efektif, dimana penggunaan anggaran
Alokasi Dana Desa dapat terselesaikan dengan baik namun dikarenakan
kurangnya transparansi informasi terkait pelaksanaan perencanaan kegiatan
oleh pemeintah desa kepada masyarakat, sehingga pencapaian tujuan
pengelolaan Alokasi Dana Desa yang dilakukan di Desa Lakapodo masih
kurang efektif. Pada tahapan pertanggungjawaban dalam proses Pengelolaan
Alokasi Dana Desa masih kurang efektif, dimana penyusunan laporan
9
pertanggungjawaban tidak disususn oleh pemerintah Desa Lakapodo serta
tidak adanya evaluasi kegiatan yang seharusnya dilakukan bersama masyakat
Desa Lakapodo. Hal ini karena proses yang tercipta dalam setiap tahapan
Pengelolaan Alokasi Dana Desa tersebut belum sesuai dengan prinsip
pengelolaan dan tujuan Alokasi Dana Desa yang mengutamakan transparansi
informasi kepada masyarakat sebagai tim evaluasi dari setiap kegiatan
pembangunan yang dilakukan. Sedangkan faktor-faktor penghambat adalah
sumber daya manusia yang kurang dari tim pelaksana pengelolaan,informasi,
serta kurangnya partisipasi masyarkat.11
Adapun perbedaan penelitian yang
dilakukan penulis dengan penelitian diatas, yaitu penelitian diatas meneliti
tentang efektivitas dan faktor-faktor yang menghambat efektivitas
pengelolaan alokasi dana desa dalam pembangunan fisik Desa sedangkan
penulis akan meneliti tentang mekanisme program alokasi dana desa
perspektif Hukum Ekonomi Islam.
2.1.2 Arif Mauliddin dari Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh tahun
2017 dengan judul skripsi “Efektifitas Penggunaan Program Dana Desa Di
Gampong Meunasah Mee Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie”.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pertama, Efektifitas Alokasi Dana
Desa (ADD) di Gampong Menasah Mee sudah cukup baik dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Pembangunan yang dilakukan berdasarkan hasil
kesepakatan dengan musyawarah bersama. Pembangunan seperti MCK, Jalan
desa, Saluran Pembuangan, kantor desa, kantor PKK dan pagar Meunasah.
11
Nova Sulastri, “Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Meningkatkan
Pembangunan Fisik Desa Lakapodo Kecamatan Watopute kabupaten Muna” (Skripsi Sarjana; Jurusan
Ilmu Ekonomi: Kendari, 2012), h. ix.
10
Kedua, pembangunan yang dilakukan oleh tim pelaksana Alokasi Dana Desa
(ADD) dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan dilakukan dengan
pengawasan semua pihak termaksud masyarakat. Mengawasi bersama
pembangunan infrasruktur menjadi sesuai seperti yang direncanakan di
awal.12
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian
diatas, yaitu penelitian diatas meneliti tentang efektivitas dan perbedaan
antara hasil yang diharapkan dengan hasil infrastruktur yang dibangun dari
program dana desa sedangkan penulis akan meneliti tentang mekanisme
program alokasi dana desa perspektif Hukum Ekonomi Islam.
2.1.3 Arista Widiyanti dari Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang 2017 dengan judul skripsi “Akuntabilitas dan Transparansi
Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Pada Desa Sumberejo dan Desa
Kandung di kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan)”. Hasil pengamatan
penatausahaan pengelolaan keuangan Desa Sumberejo sudah mengunakan
format sesuai dengan lampiran dalam Permendagri 113 tahun 2014 baik
format Raperdes tentang APBDes, proposal kegiatan, Rancangan Anggaran
Biaya (RAB), pernyataan pertanggungjawaban belanja, buku kas umum, buku
bak, buku pembantu pajak, buku pembantu kegiatan, laporan realisasi
APBDes, laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes,
laporan kekayaan milik desa, dan laporan sektoral dan program daerah masuk
ke Desa sudah. Semantara secara teknis penatausahaan Desa Sumberejo dari
sisi penerimaan, pengeluaran, pencatatan maupun pertanggungjawaban
12
Arif Mauliddin, “Efektifitas Penggunaan Program Dana Desa Di Gampong Meunasah Mee
Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie” (Skripsi Sarjana; Jurusan: Pengambanga Masyarakat
Islam, Makassar, 2017), h. 49.
11
bendahara telah sesuai dengan Permendagri 113 tahun 2014. Maka Desa
Sumberejo dalam proses penatausahaan dikatakan accountable. Sedangkan
untuk Desa Kandung menunjukkan Hasil pengamatan penatausahaan
pengelolaan keuangan Desa Kandung, untuk format Raperdes tentang
APBDes, proposal kegiatan, Rancangan Anggaran Biaya (RAB), pernyataan
pertanggungjawaban belanja, buku kas umum, buku bak, buku pembantu
pajak, buku pembantu kegiatan, laporan realisasi APBDes, laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes, laporan kekayaan milik
desa, dan laporan sektoral dan program daerah masuk ke Desa sudah sesuai
dengan Permendagri 113 tahun 2014. Namun meneliti tentang pelaksanaan
tidak sesuai Permendagri 113 tahun 2014. Penatausahaan yang seharusnya
sesuai Permendagri 113 tahun 2014 dilakukan oleh Bendahara Desa ternyata
tidak dilakukan oleh Bendahara melainkan oleh Kepala Desa. Sehingga disini
peneliti menyatakan bahwa penatausahaan Desa Kandung tidak
accountable.13
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan
penelitian diatas, yaitu penelitian diatas meneliti tentang akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan alokasi dana desa sedangkan penulis akan meneliti
tentang mekanisme program alokasi dana desa perspektif Hukum Ekonomi
Islam.
Dari pemaparan ketiga panelitian di atas, terdapat beberapa persamaan materi
yang akan dibahas dalam penelitian ini. Termasuk mengenai objek yang dibahas
dalam penelitian tersebut yaitu Alokasi Dana Desa (ADD). Akan tetapi penelitian
13
Arista Widiyanti, “Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi
Pada Desa Sumberejo dan Desa Kandung di Kecamatan Winongan Kabupatem Pasuruan)” (Skripsi
Sarjana; Jurusan Akuntansi: Malang 2017), h. xvi.
12
yang lakukan berbeda dengan penelitian terdahulu karena belum ada yang membahas
secara khusus mengenai pengelolaan alokasi dana desa perspektif hukum ekonomi
Islam. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut dengan judul Pengelolaan
Program Alokasi Dana Desa Perspektif Hukum Ekonomi Islam (Studi di Desa Kurma
Kab. Polman).
2.2 Tinjauan Teoritis
2.2.1 Teori Pengelolaan
2.2.1.1 Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan adalah penyelenggaraan, pengurus atau proses yang membantu
merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi.
Marry Parker Follet mendefinisikan Pengelolaan adalah seni atau proses
dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam
penyelesaian akan sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor yang terlibat:
2.2.1.1.1 Adanya penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya manusia
maupun faktor-faktor produksi lainya.
2.2.1.1.2 Proses yang bertahap mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan
pengawasan.
2.2.1.1.3 Adanya seni dalam penyelesaian pekerjaan.14
Pengelolaan sama halnya dengan manajemen, karena pengelolaan dalam
sebuah organisasi memerlukan pelaksanaan tanggung jawab manajerial secara terus
14
Erni Tisnawati Sule, Kurniwan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana Perdana
Media Goup, 2009), h. 6.
13
menerus dan tanggung jawab tersebut secara kolektif sering disebut sebagai fungsi
manajemen.
Manajemen dalam organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu
proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan melalui pelaksanaan empat fungsi
dasar: planning, organizing, actuating dan controling dalam penggunaan sumber dan
daya organisasi, manajemen memerlukan koordinasi sumber daya manusia dan
material ke arah tercapainya tujuan. Untuk memperjelas arti manajemen dibawah
kutipan pendapat beberapa ahli di bidang manajemen antara lain:
Manajemen menurut G. R. Terry adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.15
Oie Liang Lie mendefinisikan Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan sumber daya
manusia dan alam, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.16
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen adalah
ilmu dan seni yang mengatur dan memproses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
15
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah (Cet. VI, Jakarta:Bumi
Aksara, 2007), h. 2-3.
16Agus Sabardi, Manajemen Pengantar Edisi Revisi (Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2001), h.
4.
14
2.2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen
Menurut G. Terry fungsi-fungsi manajemen terdiri dari Perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, yaitu sebagai berikut:
2.2.1.2.1 Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan
dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.
2.2.1.2.2 Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang
diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap
individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.
2.2.1.2.3 Pengarahan (Actuating)
Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama
dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.
2.2.1.2.4 Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan, agar sesuai ketetapan-ketetapan dalam rencana.17
Berkaitan dengan aktivitas pengelolaan, seorang menejer dituntut untuk
mampu melaksanakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, tak
terkecuali dalam hal peneglolaan ADD. Mengingat dalam Alokasi Dana Desa (ADD)
adalah dana yang bersumber dari APBD Kabupaten, maka konsentrasi yang penuh
17
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta:Bumi Aksara,
2007), h. 40-41.
15
dalam pengelolaannya perlu untuk dilakukan. Oleh karena itu, pengelola dalam tubuh
organisasi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam upaya mewujudkan semua
hal agar menjadi lebih baik.
2.2.2 Alokasi Dana Desa
2.2.2.1 Pengertian Alokasi Dana Desa
Alokasi Dana Desa yang disingkat ADD adalah bagian keuangan Desa yang
diperoleh dari bagi hasil pajak Daerah dan bagian dari dana perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten.18
Alokasi Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten yang bersumber dari bagian
dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten setelah
dilakukan pengurangan terhadap belanja pegawai yang diberikan kepada Desa
sebesar 10% (sepuluh persen) atau sesuai kemampuan keuangan daerah.19
2.2.2.2 Tujuan Alokasi Dana Desa
Adapun tujuan dari Alokasi Dana Desa (ADD) ini adalah untuk:
2.2.2.2.1 Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan Desa dalam melaksanakan
pelayanan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
desa sesuai kewenanagan yang dimilikinya.
2.2.2.2.2 Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di Desa perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara pertisipatif sesuai
potensi desa.
18
Peraturan Bupati Polewali Mandar Nomor 3 Tahun 2014 Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa Pasal 1, h. 3.
19Peraturan Bupati Polewali Mandar Nomor 3 Tahun 2014 Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa Pasal 25, h. 15.
16
2.2.2.2.3 Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan berusaha
bagi masyarakat desa.
2.2.2.2.4 Mendorong peningkatan swadaya gotong-royong masyarakat desa.20
2.2.2.3 Prinsip-prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Untuk mencapai maksud dan tujuan diatas, pengelolaan ADD perlu
memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
2.2.2.3.1 Pengelolaan ADD merupakan bagian integral dari pengelolaan APBDesa,
2.2.2.3.2 Seluruh kegiatan yang dibiayai dari ADD harus direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh
unsur masyarakat desa,
2.2.2.3.3 Semua kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif,
secara teknis dan secara hukum,
2.2.2.3.4 Dilaksanakan secara ekonomis, efektif, efisien, terarah dan terkendali.21
2.2.2.4 Pengelolaan Keuangan Desa/Alokasi Dana Desa (ADD)
Pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban, dan
pengawasan keuangan desa.22
2.2.2.4.1 Perencanaan
Salah satu alasan utama menempatkan perencanaan sebagai fungsi organik
manajerial yang pertama ialah karena perencanaan merupakan langkah konkret yang
pertama-tama diambil dalam usaha pencapaian tujuan. Artinya, perencanaan
20
Chabib soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, h. 16.
21Chabib soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, h. 62-63.
22Peraturan Buapati Polewali Mandar Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa, Pasal 1, h. 3.
17
merupakan usaha konkretisasi langkah-langkah yang harus ditempuh yang dasar-
dasarnya diletakkan dalam strategi organisasi.23
Dalam merencanakan besarnya anggaran belanja untuk setiap
program/kegiatan yang diusulkan, hendaknya dikaji secara mendalam akan tingkat
kewajarannya, sehingga tidak berlebihan yang akan berakibat pada pemborosan
anggaran, demikian pula sebaiknya jangan sampai terjadi adanya kekurangan
anggaran sehingga program/kegiatan tidak dapat diselesaikan. Dalam mengkaji
tingkat kewajaran anggaran belanja untuk setiap program/kegiatan dapat dilakukan
dengan memperhitungkan biaya tetap dan baiaya variabel yang akan dikeluarkan bila
program/kegiatan tersebut dilaksanakan. Laju inflasi atau tingkat kenaikan harga
barang dan jasa juga perlu diperhitungkan secara cermat, sehingga perencanaan
alokasi anggaran untuk setiap program/kegiatan benar-benar berada pada tingkat yang
wajar.24
2.2.2.4.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian belanja desa tersebut memiliki arti penting bagi aparat
pemerintah desa baik ketika melakukan perencanaan alokasi untuk masing-masing
program yang akan diusulkan, tetapi juga memiliki arti penting dalam proses
pencairan, penyaluran, penatausahaan maupun dalam mempertanggung jawabkan
dana yang dikelolanya.25
23
Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Menejerial Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.
35.
24Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, h. 56-57.
25Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, h. 59.
18
2.2.2.4.3 Pelaporan Alokasi Dana Desa (ADD)
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan
keuangan adalah: Neraca atau laporan laba/rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas,
laporan perubahan posisi keuangan.26
Adapun bentuk laporan atas kegiatan-kegiatan dalam APBDesa yang dibiayai
dari ADD adalah sebagai berikut:
2.2.2.4.3.1 Laporan berkala yaitu laporan mengenai pelaksanaan penggunaan dana
ADD dibuat secara rutin setiap bulan yang didalamnya memuat laporan
realisasi penerimaan ADD dan reaslisasi pengeluaran/belanja ADD,
2.2.2.4.3.2 Laporan akhir dari penggunaan ADD yang mencakup perkembangan
pelaksanaan dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi dan
rekomendasi penyelesaian akhir penggunaan ADD,
2.2.2.4.3.3 Sistematika Laporan Tahunan ADD paling tidak memuat Bab I
Pendahuluan, Bab II Program Kerja ADD, Bab III Pelaksanaan ADD,
Bab IV Permasalahan dan Penyelesainan dan Bab V Penutup,
2.2.2.4.3.4 Penyampaian Laporan pertanggungjawaban ADD dilaksanakan melalui
jalur struktural yaitu dari Tim Pelaksanan Tingkat Desa yang diketahui
oleh Kepala Desa ke Tim Pemdamping Kecamatan secara bertahap,
2.2.2.4.3.5 Tim Pendamping Tingkat Kecamatan membuat laporan/rekapan dari
seluruh laporan tingkat desa di wilayah yang bersangkutan dan
26
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 105.
19
melaporkannya kepada Bupati/walikota cq Tim Fasilitas Tingkat
Kabupaten/Kota,
2.2.2.4.3.6 Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan tugas pendamping dibebankan
pada APBD diluar ADD.27
2.2.2.4.4 Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban ADD merupakan satu kesatuan dari
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa yang merupakan bagian dari Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDesa) yang disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati melalui Camat.28
Pertanggung jawaban ADD terintegrasi dengan
pertanggungjawaban APBDesa, sehingga bentuk pertanggung jawabannya adalah
pertanggungjawaban APDDesa.29
2.2.3 Teori Prinsip-prinsip Hukum Ekonomi Islam
2.2.2.1 Prinsip-prinsip hukum ekonomi Islam
Dalam Hukum Ekonomi Islam sebagai aturan yang ditetapkan syara’, terdapat
beberapa prinsip-prinsip, yaitu:
2.2.2.1.1 Prinsip Pertama
Dalam prinsip pertama hukum asal dalam semua bentuk muamalah yaitu
boleh dilakukan selama tidak ada dalil yang mengharamkannya berdasarkan kaidah
fikih muamalah berikut:
دَليِْلٌ عَلىَ تحَْرِيْم صْلُ فيِ المُعَامَلةَِ الِإباَحَةُ الاَّ أنَْ يدَُ لَّ الأ
27
Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, h. 65-66.
28Chabib soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, h. 21.
29Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, h. 65.
20
Artinya: Hukum asal semua bentuk muamalah adalah kebolehan dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
30
Kaidah muamalah ini mengandung arti hukum aktivitas ekonomi pada
awalnya diperbolehkan. Kebolehan itu berlangsung selama tidak atau belum
ditemukan nash Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menyatakan keharamanya. Ketika
ditemukan sebuah nash yang menyatakan haram, maka pada saat itu pula akad
muamalah tersebut menjadi terlarang bersarkan syara’. Prinsip Hukum Ekonomi
Syari’ah ini sebenarnya mengacu pada ketentuan-ketentuan umum yang termuat
didalam al-Qur’an dan Al-Hadits.31
2.2.2.1.2 Prinsip Kedua
Muamalah hendaknya dilakukan dengan cara suka sama suka dan tidak
ada unsur paksaan dari pihak manapun. Bila ada dalam sebuah aktivitas ekonomi
ditemukan unsur paksaan (ikrah), maka aktivitas ekonomi itu menjadi batal
berdasarkan syara’. Prinsip muamalah ini didasarkan pada nash yang tertuan dalam
QS. An-Nisa/4: 29.
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.”
32
30
A Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah Praktis, (Jakarta: Kencana Media Group, 2006), h.52 31
A Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah Praktis, h. 52. 32
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya (Percetakan Raja Fahd), h. 122
21
Ayat di atas menerangkan hukum transaksi secara umum, lebih khusus kepada
transaksi perdagangan, bisnis jual beli. Sebelumnya telah diterangkan transaksi
muamalah yang berhubungan dengan harta, seperti harta anak yatim, mahar, dan
sebagainya. Dalam ayat ini Allah mengharamkan orang beriman untuk memakan,
memanfaatkan, menggunakan, (dan segala bentuk transaksi lainnya) harta orang lain
dengan jalan yang batil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh syari’at. Kita boleh
melakukan transaksi terhadap harta orang lain dengan jalan perdagangan dengan asas
saling ridha, saling ikhlas. Dan dalam ayat ini Allah juga melarang untuk bunuh diri,
baik membunuh diri sendiri maupun saling membunuh. Dan Allah menerangkan
semua ini, sebagai wujud dari kasih sayang-Nya, karena Allah itu Maha Kasih
Sayang kepada kita.
2.2.2.1.3 Prinsip Ketiga
Prinsip yang ketiga adalah mendatangkan maslahat dan menolak
mudharat bagi kehidupan manusia. Hal ini berdasarkan kaidah fikih yang asasi (Al-
Qawa‟id Al-Asasiyah) berikut:
ءُ الْمَفاَسِدِ أوَْلىَ مِهْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ در Artinya:
Menolak keburukan (mafsadah) lebih diutamakan daripada meraih kebaikan (maslahah).
33
Prinsip ini mengandung arti, aktivitas ekonomi yang dilakukan hendaknya
memperhatikan aspek kemaslahatan dan kemudharatan. Dengan kata lain, aktivitas
ekonomi yang dilakukan itu hendaknya merealisasi tujuan-tujuan syari’at Islam
(maqashid al-syari‟ah), yakni mewujudkan kemaslahatan bagi manusia. Bila ternyata
33A Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah Praktis, h. 29.
22
aktivitas ekonomi itu dapat mendatangkan maslahat bagi kehidupan manusia, maka
pada saat itu hukumnya boleh dilanjutkan dan bahkan harus dilaksanakan. Namun
bila sebaliknya, mendatang mudharat, maka pada saat itu pula harus dihentikan.
Prinsip ketiga ini secara umum didasarkan pada firman Allah dalam QS. Al-
Anbiyaa/21: 107.
Terjemahnya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
34
Rahmat dalam ayat ini bisa diartikan dengan meraih kemaslahatan
menghindari kerusakan (jalb al-mashalih wa daf‟u al-mafasid).35
2.2.2.1.4 Prinsip keempat
Menurut Muhammad Najetullah siddiqi yang dikutip oleh Abdulahanaa
menyebutkan prinsip dalam ekonomi Islam, yaitu:
2.2.2.1.4.1 Prinsip keadilan dan kebajikan
2.2.2.1.4.2 Prinsip tidak mementingkan keuntungan semata-mata
2.2.2.1.4.3 Prinsip kejujuran dan kebenaran
2.2.2.1.4.4 Prinsip transparan (terbuka)
2.2.2.1.4.5 Prinsip menghindari spekulasi (perjudian)
2.2.2.1.4.6 Prinsip menghindari riba
2.2.2.1.4.7 Prinsip kerelaan36
34
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya , h. 508.
35Ika Yunia Fauzia dan abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Persfektif Maqasid
al-Syari‟ah (Jakarta: Kencana, 2014), h. 84.
36Abdulahanaa, Kaidah-Kaidah Keabsahan Multi Akad (Hybrid Contract) (Yogyakarta:
TrustMedia, 2014), h. 38.
23
2.2.2.1.5 Prinsip-prinsip ekonomi yang dilarang syariah
Kegiatan usaha yang berasaskan prinsip syari’ah, antara lain adalah kegiatan
yang tidak mengandung unsur37
riba, maisir, gharar, haram, dan zalim. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
2.2.2.1.5.1 Riba
Riba merupakan tambahan yang diambil atas adanya suatu utang piutang
antara dua pihak atau lebih yang telah diperjanjikan pada saat awal dimulainya
perjanjian. Menurut bahasa, riba adalah ziyadah, yaitu tambahan yang diminta atas
utang pokok38
sebagaimana terdapat dalam Q.S. Ar-Rum/30: 39.
Terjemahnya:
“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah.”
39
Barang siapa yang memberikan sesuatu kepada seseorang dengan harapan
orang itu akan membalas dengan pemberian yang lebih banyak daripada yang telah
diberikannya, maka pemberian yang demikian tidak berpahala di sisi Allah.
Sedangkan orang yang memberikan zakat kepada seseorang dengan tujuan untuk
mendapatkan keridhaan Allah, maka akan dilipatgandakan pahala dan balasan si
pemberinya oleh Allah.
37
Luhur Prasetiyo, Subroto, dan Munawir, Undang-undang Perbankan Syariah: Membaca
Makna dan Posisinya bagi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia (STAIN Press Ponorogo,
2010), h. 43
38Ismail, Perbankan syariah (Jakarta: Kencana, 2013), h. 11.
39Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, h. 647.
24
Hal tersebut disampaikan dalam ayat ini dengan maksud bahwa semua harta
yang dikeluarkan sesuai dengan aturan Allah dan diniatkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah akan dilipatgandakan pahala dan balasannya. Allah, sebagai Maha
Pemberi Rizki, tidak menambahkan keridhaannya kepada harta riba walaupun secara
nominal ada kemungkinan lebih banyak mendapatkan tambahan, namun karena tidak
diridhai Allah harta tersebut akan terasa tidak pernah cukup bagi para pemakan riba
tersebut. Terkadang banyaknya harta bukannya menandakan ukuran kekayaan
seseorang. Melainkan tercukupinya seluruh kebutuhannya bisa jadi menandakan
kekayaan seseorang yang sesungguhnya. Bisa dicukupi dengan harta yang
dimilikinya sendiri, bisa juga dicukupi dengan harta yang dimiliki oleh orang lain
yang digerakkan oleh Allah untuk mencukupi kebutuhan kita atau bisa juga dengan
rasa kecukupan yang diberikan Allah atas segala rizki sehingga orang tersebut tidak
pernah merasa kekurangan.
2.2.2.1.5.2 Gharar
Menurut bahasa, artinya gharar adalah al-khida “penipuan”, yaitu suatu
tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Gharar dari segi
fiqh berarti penipuan dan tidak mengetahui barang yang diperjualbelikan dan tidak
dapat diserahkan. Selanjutunya Muhammad syakir Sula mengutip pendapat Wabhah
az-Zuhali yang mengutip beberapa pengertian gharar yang dikemukakan oleh para
fiqaha yang maknanya hampir sama. Antara lain:
2.2.2.1.5.2.1 Asy-Syarkasi dari Mahzab Hanafi berpendapat, al-gharar ma yakun
Masnur al-aqibah “sesuatu yang tersembunyi akibatnya”.
2.2.2.1.5.2.2 Al-Qarafi dari Mahzab Maliki berpendapat, ashlu al-gharar huwa al-
ladzi la yudra hal tahsul am laka ath-thair fil al hawa‟ wa as-samak fi
25
al-ma “sesuatu yang tidak diketahui apakah ia akan diperoleh atau
tidak, seperti burung di udara dan ikan di air”.
2.2.2.1.5.2.3 Asy-Syirazi dari Mahzab Syafi’I berpendapat, al-gharar ma intawa
„anhamruh wa khafiy alaih „aqibatuh “sesuatu yang urusannya tidak
diketahui dan tersembunyi akibatnya”.40
Larangan gharar memiliki tujuan (maqshid) karena objek akadnya tidak pasti
diterima pembeli atau harga dan uang tidak pasti diterima penjual sehingga tujuan
pelaku akad untuk melakukan transaksi menjadi tidak tercapai. Padahal pembeli
bertransaksi untuk mendapatkan barang yang tanpa cacat dan sesuai keinginan, begitu
pula penjual bertransaksi untuk mendapatkan keuntungan.
Oleh karena itu, kondisi ini merugikan salah satu atau seluruh pelaku akad dan
sangat mungkin menimbulkan perselisihan dan permusuhan.
Sesungguhnya, setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip
kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus mempunyai
informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa
dicurigai (ditipu) karena ada suatu yang unknown to one party.
Inilah maqshad (tujuan) dilarangnya gharar, agar tidak ada pihak-pihak akad
dirugikan, karena tidak mendaptkan haknya, dan agar tidak terjadi perselisihan dan
permusuhan diantara mereka.41
40
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 46.
41Adiwarman A. Karim dan Oni Sahroni, Riba, Gharar dan Kaidah-kaidah Ekonomi Syariah
Analisis Fikih & Ekonomi (Cet. I, Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 79-80.
26
2.2.2.1.5.3 Maisir
Kata maisir dalam bahasa Arab arti secara harfiah adalah memperoleh
sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa
bekerja biasa juga disebut berjudi.
Prinsip berjudi ialah terlarang, baik itu terlibat secara mendalam maupun
hanya berperan sedikit saja atau tidak berperan sama sekali, lalu mengharapkan
keuntugan semata (misalnya hanya mencoba-coba) disamping sebagai orang-orang
yang terlihat melakukan kecurangan. Kita mendapatkan apa semestinya tidak kita
dapatkan, atau menghilangkan suatu kesempatan. Melakukan pemotongan dan
bertaruh benar-benar masuk dalam kategori definisi berjudi.42
Unsur maisir artinya adanya salah satu pihak yang untung, namun di lain
pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegangpolis
dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing
period, biasanya tahun ketiga (untuk produk tertentu), maka yang bersangkutan tidak
akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja.
Sebagaimana dalam Firman Allah dalam Q.S. Al-Maidah/5: 90.
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah
[434], adalah Termasuk
42
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional, h. 49.
27
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
43
Ayat diatas menerangka bahwa meminum khamar, berjudi, berhala dan
mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Dan Allah
memerintahkan kita untuk menjauhi perbuatan-perbuatan tersebut. Dalam kaitannya
dengan judul peneliti berkaitan dengan memperoleh harta dengan cara berjudi dimana
dalam pengelolaan usaha Allah melarang untuk melakukan spekulasi, taruhanan
ataupun segala permainan beresiko tinggi. Judi akan menimbulkan permusuhan
antara sesama penjudi dan mungkin pula permusuhan ini dilanjutkan dalam pergaulan
sehingga merusak masyarakat. Berapa banyak rumah tangga yang berantakan, harta
yang musnah karena judi. Tidak ada seorang yang kaya semata-mata karena berjudi.
Maka Allah memrintahkan untuk menjauhi perbuata-perbuatan itu agar kalian
mendapat keberuntungan-Nya.
2.2.2.1.5.4 Haram
Haram dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu terlarang (oleh agama
Islam), tidak halal.44
Haram berarti segala sesuatu atau perkara-perkara yang dilarang oleh
syara’ (hukum Islam), jika perkara tersebut dilakukan akan menimbulkan dosa dan
jika ditinggalkan akan berpahala, seperti mencuri, minum khamar dan yang
semisalnya.45
Hal ini terdapat dalam Q.S. Al-Maidah/5: 38.
43
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, h. 176.
44 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Empat. h. 482.
45Fikar0760.blogspot.co.id/2014/12/makalah-halal-haram-dan-syubhat.html?m=1 (27
Februari 2018)
28
Terjemahnya:
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
46
Telah dijelaskan mengenai hukum-hukum global mengenai seseorang yang
menentang. Yakni, seseorang yang dengan terang-terangan melakukan ancaman
menggunakan senjata, yang dapat merenggut jiwa dan harta masyarakat. Ayat ini juga
menerangkan syarat-syarat tertentu mengenai hukum mencuri, yang menurut
kebiasaanya pencuri itu mengambil harta atau milik seseorang secara diam-
diam. Biasanya, pencuri melaksanakan aksinya dengan menggunakan
tangannya. Karena itu tangan tersebut berkhianat terhadap harta milik masyarakat,
maka ia tidak ada nilainya.
Oleh sebab itulah Allah Swt dalam ayat ini mengatakan, barangsiapa yang
mencuri, baik laki-laki maupun perempuan, maka tangan keduanya harus dipotong.
Balasan ini adalah hasil dari perbuatannya sendiri, dan bukan kezaliman Allah.
Karena Allah Swt yang Maha Bijaksana telah menentukan balasan yang berat
semacam ini, guna menjaga keamanan masyarakat.
2.2.2.1.5.5 Zalim
Zalim mempunyai arti bengis, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, kejam
menganiaya, bertindak sewenangwenang, dan tidak adil.47
Secara terminologis, zalim
46Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, h. 165.
47Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Empat (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1569.
29
yaitu transaksi yanag menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya. Hal ini terdapat
dalam Q. S. Ar-Rahman/55: 9.
Terjemahnya:
“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”
48
Ayat diatas menerangkan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk
menegakkan timbangan dengan adil dan jangan berlaku curang. Ini menunjukkan
bahwa harus memperhatikan timbangan yang adil dalam semua amal perbuatan
manusia dan ucapan-ucapannya.
2.3 Tinjauan Konseptual
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memberikan pengertian, maka
peneliti memberikan penjelasan dari beberapa kata yang dianggap perlu agar mudah
diapahami, yaitu sebagai berikut:
2.3.1 Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang
menurut suatu perencana diperlukan untuk atau penyelesaian suatu kerja
tertentu.49
Pengelolan yang dimaksud di sini yakni pemanfaatan sumber daya
dalam hal ini pengelolaan alokasi dana Desa di Desa kurma Kab. Polman dan
yang menjadi pengelola di sini adalah sumber daya manusia itu sendiri.
2.3.2 Program merupakan pernyataan yang berisi kesimpulan dari beberapa harapan
atau tujuan yang saling bergantung dan saling terkait, untuk mencapai suatu
sasaran yang sama. Biasanya suatu program mencakup seluruh kegiatan yang
48
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, h. 885.
49http://bapatah.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-pengelolaan.html?m=1 ( 02 februari 2018).
30
berada di bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-sasaran yang saling
bergantung dan saling melengkapi, yang semuanya harus dilaksanakan secara
bersamaan atau berurutan.50
2.3.3 Alokasi Dana Desa yang disingkat ADD adalah bagian keuangan Desa yang
diperoleh dari bagi hasil pajak Daerah dan bagian dari dana perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten.51
2.3.4 Hukum Ekonomi Islam
Hukum dan ekonomi merupakan dua hal yang tidak boleh dipisahkan,
sebab dua hal ini saling melengkapi seperti dua sisi mata uang.52
Ekonomi
Islam adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-
permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami.53
Jadi hukum ekonomi Islam merupakan sebuah hukum mengatur akan
segala hal yang berkaitan dengan sistem ekonomi berdasarkan al-Qur’an,
Hadits, dan ijtihad para ulama.
50
Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana,
2009), h. 349.
51Peraturan Bupati Polewali Mandar Nomor 3 Tahun 2014 Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa Pasal 1.
52H. Abdul Manna, Hukum Ekonomi Syari‟ah: dalam Perspektif Kewenangan Peradilan
Agama (Jakarta: Kencana Prenadamedia group, 2015), h. 6.
53Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h. 17.
31
2.4 Kerangka fikir
Dalam sub bahasan ini, penulis menggambarkan kerang pikir tentang
Pengelolaan Program Alokasi Dana Desa di Desa Kurma Kabupaten Polman.
Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Hukum Ekonomi Islam
Perencanaan
Sesuai
Pertanggungjawaban Pelaporan Pengorganisasia
n
Tidak sesuai
Desa Kurma Kabupaten
Polman
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi) yang diterbitkan STAIN Parepare,
tanpa mengabaikan buku-buku metodologi lainnya. Metodologi penelitian dalam
buku tersebut, mencakup beberapa bagian, yakni jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, fokus penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.54
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang
kenyataan melalui proses berfikir induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat
mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.55
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka lokasi penelitian ini akan
dilaksanakan di Desa Kurma Kecamatan Mapilli Kabupaten Polman yang
melaksanakan program pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD).
54
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi) Edisi Revisi
(Parepare: STAIN Parepare, 2013), h. 30
55 Basrowi dan Suwandi, Mamahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 2.
33
3.2.2 Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian akan dilakukan dalam waktu kurang lebih dua bulan
lamanya (disesuaikan dengan kebutuhan penelitian).
3.3 Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada Pengelolaan Program Alokasi Dana Desa di Desa
Kurma Kabupaten Polman.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis data
Jenis penelitian ini adalah kualitatif artinya data yang berbentuk kata-kata,
bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh berbagai macam teknik
pengumpul data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau
observasi yang telah tuangkan dalam catatan lapangan (Transkip). Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
3.4.2 Sumber data
3.4.2.1 Sumber data primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari orang dari sumber asli
dalam hal ini maka proses pengumpulan datanya perlu dilakukan dengan
memperhatikan siapa sumber utama yang akan dijadikan objek penelitian.56
Dalam
penelitian ini yang menjadi data primer adalah data yang diperoleh dari hasil
56Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kualitatif (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008), h.103.
34
Interview (wawancara), pengamatan (observasi), dan dokumentasi. Sumber data
primer dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat dan aparatur Desa Kurma.
3.4.2.2 Sumber data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-
buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk
laporan, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, peraturan perundang-undangan, dan lain-
lain.57
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah Al-Quran,
Hadist, dokumen-dokumen resmi (perundang-undangan), buku-buku, hasil-hasil
penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah field risearch (penelitian
lapangan), yaitu suatu metode pengumpulan data dilapangan dengan memilih lokasi
Desa Kurma Kecamatan Mapilli Kabupaten Polman. Dalam penelitian lapangan ini
penulis mengumpulkan data dengan beberapa cara:
3.5.1 Teknik Library Reserarch
Teknik Library Reserarch digunakan oleh peneliti dengan mengumpulkan
beberapa literatur kepustakaan dan buku-buku serta tulisan-tulisan ilmiah yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini peneliti akan
mempelajari dan mencermati serta mengutip beberapa teori atau pendapat yang sesuai
dan berkaitan dengan judul dan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.
57
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 106.
35
3.5.2 Teknik Field Research
Teknik Field Research dilakukan dengan cara peneliti terjun langsung
kelapangan untuk mengadakan penelitian dan memperoleh data-data kongkret yang
berhubungan dengan pembahasan ini. Adapun teknik yang digunakan untuk
memperoleh data di lapangan yang sesuai dengan data yang bersifat teknis, yaitu
sebagai berikut:
3.5.2.1 Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai “Pengamatan langsung dan Pencatatan
dengan sistematis atas peristiwa-peristiwa yang akan diteliti”.58
Dalam pengertian
yang lain teknik observasi adalah cara menganalisa dan mengadakan pencatatan
secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati secara
langsung keadaan lapangan agar peneliti memperoleh gambaran luas tentang
permasalahan yang diteliti.
3.5.2.2 Wawancara
Wawancara atau Interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara. Inti dari metode wawancara ini bahwa di setiap
penggunaan metode ini selalu ada beberapa pewawancara, responden, materi
wawancara dan pedoman wawancara (yang terakhir ini tidak mesti ada). Dalam
penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.
58
Bungin, Peneliti Kualitatif: Komunikasi Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya
(Jakarta: Kencana Pradana Media Group, 2010), h. 108.
36
3.5.2.3 Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang, dan peneliti
akan mendokumentasi dengan gambar-gambar pada peristiwa tersebut.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penscandraan (description) dan penyusunan
transkrip serta material lain yang telah terkumpul. Maksudnya agar peneliti dapat
menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian menyajikannya
kepada orang lain lebih jelas rentang apa telah ditemukan atau didapatkan
dilapangan.59
Analisis data nantinya akan menarik kesimpulan yang bersifat khusus
atau berangkat dari kebenaran yang bersifat umum mengenai suatu fenomena dan
menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data yang
berindikasi sama dengan fenomena yang bersangkutan.60
Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah:
3.6.1 Reduksi data (data reduction)
Dalam teknik reduksi data yang pertama kali dilakukan adalah memilih hal-
hal pokok dan penting mengenai permasalahan dalam penelitian, kemudian
membuang data yang dianggap tidak penting.
59
Sudarman Damin, Menjadi Peneliti Kulitatif: ancangan Metodologi, Presentasi, dan
Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu sosial,
Pendidikan, dan humaniora (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h. 37.
60Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Cet. IIs; Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2000), h. 40.
37
3.6.2 Penyajian data (data display)
Data diarahkan agar terorganisasi dan tersusuan dalam pola hubungan, uraian
naratif, seperti hasil wawancara dan hasil bacaan. Data yang diperoleh baik dari studi
kepustakaan (data sekunder) maupun dari penelitian lapangan (data primer) akan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan memaparkan pengelolaan Alokasi Dana
Desa (ADD) di Desa Kurma Kabupaten Polman.
3.6.3 Penarikan Kesimpulan (conclution) atau verifikasi
Pengumpulan data pada tahap awal (studi pustaka) mengahasilkan kesimpulan
sementara yang apabila dilakukan verifikasi (penemuan bukti-bukti atau fakta-fakta
yang terjadi dilapangan) dapat menggunakan kasimpulan awal atau menghasilakan
kesimpulan yang baru. Kesimpulan-kesimpulan akan ditangani dengan longgar dan
tetap terbuka, tetapi kesimpulan sudah disediakan, yang mulanya belum jelas,
meningkat menjadi lebih rinci. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung.61
61
H.B Sutopo, Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. I; Surakarta: UNS Press,
2002), h. 91-93.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Desa Kurma
Desa Kurma tebentuk pada tahun 2002 singkatan dari Kurra Mapilli (Kurma).
Desa Kurma terletak di Kecamtan Mapilli Kabupaten Polman (Polewali Mandar)
Provinsi Sulawesi Barat dengan koordinat bujur 119.150179 BT/BB dan koordiat
lintang -3.343852 LS/LU dengan ketinggian DPL (M) 16.67. Yang pernah dijabat
oleh Kepala Desa yang terdiri dari:
1. M. Said (Pejabat)
2. H. Abdullah Jalil (Pejabat)
3. H. Abd. Kadir (2006-2011)
4. Judda (2011-2016)
5. Jais, S.Sos (2016-sekarang)
Desa Kurma terdiri dari 6 Kappung atau Dusun yang dapat dilihat pada table
dibawah ini:
Tabel 1.1 Jumlah Kappung/Dusun di Desa Kurma
No Kappung/Dusun RT/RW
1 Paredeang 4
2 Kurma 4
3 Bodang-bodang 2
39
4 Manye-manye 2
5 Kurra 2
6 Lamungan 2
Sumber: Profil Desa Kurma Tahun 2015
4.1.2 Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Desa Kurma sekitar 3.812 jiwa yang dapat dilihat dari table
dibawah ini:
Tabel 2.1 Jumlah penduduk Desa Kurma
No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa
1 Laki-laki 1.938
2 Perempuan 1.874
Total 3.812
Sumber: Profil Desa Kurma Tahun 2015
Rata-rata mata pencaharian masyarakat Desa Kurma yaitu bertani dan
berkebun karena dapat dilihat pada table 3 bahwa lahan persawahan dan lahan
perkebunan yang mendominasi lahan Desa Kurma.
40
4.1.3 Luas dan Batas Desa Kurma
Luas wilayah Desa Kurma yaitu 1.027 Ha yang dapat dilihat dari table
dibawah ini:
Tabel 3.1 Luas wilayah Desa Kurma
No Jenis Luas (Ha)
1 Lahan Sawah 682
2 Lahan Ladang 0
3 Lahan Perkebunan 300
4 Hutan 0
5 Waduk/Danau/Situ 7
6 Lahan lainnya 38
Total Luas 1.027
Sumber: Profil Desa Kurma Tahun 2015
Tabel 4.1 Batas wilayah Desa Kurma
No Batas Wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan
1 Utara Beroangin Mapilli
2 Selatan Bonne-bonne Mapilli
41
3 Timur Bakka-bakka Wonomulyo
4 Barat Mambu, Puccadi Luyo
Sumber: Daftar Isian Potensi Desa Kurma “PROFIL” Tahun 2015
4.1.4 Struktur Organisasi Desa
Gambar 1.1 Struktur organisasi Desa Kurma
42
Keterangan:
1. Kepala Desa : Jais, S.Sos
2. Sekertaris Desa : Mardawati, S.Ip
3. KA. Urusan Administrasi : Yunita
4. KA. Urusan Keuangan : Nurmiah
5. KA. Urusan Umum : Nirwana
6. KA. Seksi Pemerintahan : Mashab
7. KA. Seksi Pembanguna : Damra
8. KA. Seksi Kesejahteraan Masyarakat : Hartati, S.Pd
9. KA. Kappung Paredeang : Mu’ding
Ketua RT I : Rustam
Ketua RT II : Hamzah
Ketua RT III : Edi
Ketua RT IV : Baharuddin
10. KA. Kappung Kurma : Sanuddin
Ketua RT I : Yarif
Ketua RT II : Jambore
Ketua RT III : Bakri
Ketua RT IV : Herman
11. KA. Kappung Bodang-bodang :Tamrin
Ketua RT I : Bahar
Ketua RT II : Salama
12. KA. Kappung Manye-manye : Mansur Tanawali
Ketua RT I : Yakub
43
Ketua RT II : Mustamin
13. KA. Kappung Kurra : Sukur
Ketua RT I : Jubar
Ketua RT II : Anwar
14. KA. Kappung Lamungan : Saharuddin
Ketua RT I : Amir
Ketua RT II : Anwar
4.1.5 Visi Misi Desa Kurma
4.1.5.1 Visi
Mewujudkan Desa Kurma sebagai Desa percontohan
4.1.5.2 Misi
4.1.5.2.1 Pembangunan fisik
4.1.5.2.2 Pemabngunan non fisik
4.1.5.2.3 Pemberdayaan dan peningkatan ekonomi rakyat
4.1.5.2.4 Birokrasi pemerintah desa
4.1.5.2.5 Sosial kemasyarakatan
Adapun penjelasan singkat dari Misi, semoga dapat dicapai sesuai dengan
Visi tersebut, yaitu:
44
4.1.5.2.1 Pembangunan Fisik
4.1.5.2.1.1 Melaksanakan pembanguna Imprastruktur yaitu, jalan desa dan jalan tani
seperti: pengerasan jalan, rabat beton dan pengaspalan sesuai dengan kondisi yang
ada.
4.1.5.2.1.2 Malaksanakan pembangunan saluran pengairan dan pembuangan air bagi
petani.
4.1.5.2.1.3 Diusahakan semaksimal mungkin pembangunan fisik Desa Kurma
dilakukan atas sumber pendanaan dari APBN, APBD dari pemerintah kabupaten dan
pemerintah provinsi serta pendapatan asli Desa Kurma.
4.1.5.2.2 Pembangunan non fisik
4.1.5.2.2.1 Melaksanakan pembanguna yang berpedoman pada Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) yang telah dilahirkan sesuai
aturan yang berlaku.
4.1.5.2.2.2 Peningkatan aktivitas kehidupan beragama seperti, pemberian insentif
terhadap guru-guru pengaji yang ada di Desa Kurma dan menigkatkan pembinaan
keagamaan bagi kaum perempuan melalui kegiatan-kegiatan majelis taklim.
4.1.5.2.2.3 Melaksanakan pembinaan keagamaan bagi generasi muda melalui
kegiatan pada bulan suci Ramadhan yang sudah dikenal di Desa Kurma yaitu
kegiatan Gema Ramadhan.
4.1.5.2.2.4 Pengadaan perpustakaan umum Desa Kurma.
45
4.1.5.2.3 Pemberdayaan dan peningkatan ekonomi rakyat
4.1.5.2.3.1 Membuka lapangan kerja bagi masyarakat Desa Kurma melalui
kelompok-kelompok masyarakat guna meningkatkan pendapatan ekonominya, salah
satu contoh pembuatan Minyak Asli Mandar dan kegiatan lainnya sesuai dengan
kemampuan masyarakat itu sendiri.
4.1.5.2.4 Birokrasi pemerintahan
4.1.5.2.4.1 Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, dari korupsi dan bentuk-
bentuk penyelewengan lainnya yang dapat menimbulkan kerugian Negara terlebih
merugikan masyarakat Desa Kurma itu sendiri.
4.1.5.2.4.2 Mengoptimalisasikan tugas dan fungsi serta wewenang struktur
pemerintah Desa.
4.1.5.2.4.3 Memudahkan pelayanan yang lebih dekat terhadap kepentingan
masyarakat.
4.1.5.2.4.4 Lebih dekat kerjasama yang baik dengan BPD selaku mitra kerja kepala
desa dan kepada semua lembaga-lembaga yang ada di Desa sehingga jalannya
pemerintah desa lebih dapat terkontrol dengan baik.
4.1.5.2.5 Bidang sosial kemasyarakatan
4.1.5.2.5.1 Pengadaan mobil ambulans bagi masyarakat Desa Kurma dan mengontrak
rumah tunggu bagi Desa Kurma di sekitar Rumah Sakit Umum Polewali.
4.1.5.2.5.2 Peningkatan dan pemberdayaan generasi muda dalam bidang olahraga
atau pada bidang-bidang lainnya sesuai kebutuhan sehingga nantinya diharapkan
mendapatkan prestasi yang dapat mengharumkan nama Desa Kurma.
46
4.1.5.2.5.3 Mengedepankan musyawarah mufakat antar anggota masyarakat.
4.1.5.2.5.4 Bekerjasama dengan para tokoh-tokoh dari semua golongan yang ada di
Desa Kurma dalam membina kehidupan masyarakat yang lebih baik sepanjang tidak
bertentangan dengan pencasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta peraturan-
peraturan pemerintah lainnya.
Visi Misi Kepala Desa Kurma Jais, S.Sos Tahun 2015
4.2 Mekanisme Pengelolaan Program Alokasi Dana Desa di Desa Kurma
Kabupaten Polman
Menurut Undang-undang no. 6 tahun 2014 Alokasi Dana Desa (ADD) adalah
Alokasi Dana ke Desa dengan perhitungan dari Dana Perimbangan yang diterima
oleh Kabupaten sebesar 10% setelah dikurangi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Pengelolaan ADD meliputi Proses Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaporan dan
Pertanggung Jawaban. Semua proses ini dijalankan oleh Pemerintah Desa didampingi
oleh Tim Pendamping Kecamatan. Tidak hanya itu, masyarakat juga ikut
berpartisipasi dalam pengawasan ADD.
Sebelum Merencanakan Alokasi Dana Desa (ADD), terlebih dahulu dilakukan
penentuan besaran ADD. Penentuan besarnya Dana ADD yang akan diterima setiap
desa di Kabupaten Polman ditentukan berdasarkan perhitungan:
Rumus yang dipergunakan Alokasi Dana Desa adalah sebagai berikut:
ADD = ADDM + ADDP
Keterangan :
ADD = Alokasi Dana Desa
47
ADDM = Alokasi Dana Desa Minimal
ADDP = Alokasi Dana Desa Profesional
ADD Minimal merupakan dana yang dialokasikan untuk ADD yang dibagi
secara merata kepada seluruh desa se-Kabupaten Polman. Sedangkan ADD
Proporsional ditentukan berdasarkan nilai bobot Desa yang ditentukan dan
dirumuskan oleh Tim Fasilitasi Kabupaten serta ditetapkan dalam Keputusan Bupati.
Khusus untuk Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP) dihitung dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan indeks
prestasi PBB, yaitu dengan memperhitungkan besaran target PBB dan realisasi PBB
dalam satu desa.
4.2.1 Perencanaan
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan
dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Salah satu alasan
utama menempatkan perencanaan sebagai fungsi organik manajerial yang pertama
ialah karena perencanaan merupakan langkah konkret yang pertama-tama diambil
dalam usaha pencapaian tujuan. Artinya, perencanaan merupakan usaha konkretisasi
langkah-langkah yang harus ditempuh yang dasar-dasarnya diletakkan dalam strategi
organisasi.62
Dalam perencanaan keuangan desa, diperlukan rencana tahapan yang
strategis. Salah satu yang dapat direncanakan dalam hal tersebut adalah cara
mengalokasikan dana desa dengan sebaik-baiknya.
Tahap perencanaan Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Kurma, telah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dimana telah diawali dengan pembentukan tim
62
Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Menejerial Edisi Revisi, h. 35.
48
pelaksana dan proses perencanaan dilakukan dengan model partisipatif dalam
kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdesa). Tim
pelaksanaan Alokasi Dana Desa yang dimaksud dalam perencanaan tersebut terdiri
dari Kepala Desa selaku Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK), sekretaris
desa selaku Penanggung Jawab Administrasi (PJAK), bendahara desa selaku Kepala
Urusan Keuangan (KUK) dan dibantu oleh lembaga kemasyarakatan di desa.
Perencanaan dengan model partisipatif dilakukan melalui musrenbangdesa.
Musrenbangdesa adalah forum musyawarah yang membahas usulan-usulan rencana
kegiatan pembangunan desa yang berpedoman pada prinsip-prinsip perencanaan
pembangunan partisipasi masyarakat Desa serta transparansi pemerintah kepada
masyarakat, dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat mulai dari lembaga
masyarakat, tokoh masyarakat dan seluruh masyarakat desa. Musrenbang desa
tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat agar turut serta berpartisipasi dalam
menyusun dan menentukan rencana kegiatan pembangunan di desa. Sehingga rencana
kegiatan yang tertuang dalam Daftar Usulan Rencana Kegiatan (DURK) yang
dihasilkan adalah gambaran dari harapan dan kebutuhan seluruh masyarakat
setempat.
Pada Proses Perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) diawali dengan rapat
perdusun yaitu MUSDUS (Musyawarah Dusun), untuk menyusun rencana Kegiatan
tersebut harus melibatkan partisipasi seluruh komponen yang ada di Desa baik
lembaga kemasyarakatan maupun masyarakat umum melalui forum musyawarah
tingkat Desa. Hal tersebut diterangkan oleh Kepala Kappung Paredeang Mu’ding
yang mengatakan:
“Kurang lebih 1 bulan sebelum MusrenbangDesa kami kepala dusun mengadakan Rapat perdusun bersama masyarakat dan tokoh masyarakat, kemudian semua kadus rapat setelah itu kadus dan kepala Desa bersama
49
perangkat Desa mengadakan rapat kecil kecilan dan semua kegiatan yang ingin dirintis di survei terlebih dahulu”.
63
Wawancara yang dilakukan dengan Tokoh Masyarakat yang ada di Dusun
Kurma, untuk mengetahui pengetahuan mereka mengenai Alokasi Dana Desa (ADD)
dan bagaimana cara Pemerintah desa memberikan informasi kepada masyarakat jika
ada kegiatan. Tokoh masyarakat tersebut menyatakan bahwa:
“Saya tau kalau pemerintah Desa mendapat sumber pendapatan yang disebut ADD, kalau untuk pemberitahuan mengenai kegiatan dikantor Desa seperti Musrenbang kita diundang dan undangannya langsung dibawah ke rumah dan biasanya juga diumumkan di masjid setelah sholat duhur”.
64
Sebelum melaksanakan MusrenbangDesa, Pemerintah Desa membuat format
RKP Desa yang melibatkan masyarakat. Setelah itu, Pemerintah Desa membuat
daftar kebutuhan masyarakat yang akan disampaikan pada saat MusrenbangDesa. Hal
ini disampaikan oleh Sekertaris Desa, Mardawati, S.Ip mengatakan bahwa:
“Pertama dimulai dari penggalian gagasan, kemudian musyawarah tingkat dusun, kemudian musyawarah tingkat desa, kemudian musyawarah tingkat kecamatan, kemudian dituangkan dalam bentuk RKP (Rencana Kerja Pembangunan), tapi dengan ketentuan tidak boleh melakukan pembangunan bilamana tidak tertuang dalam RPJM dan RKP”.
65
Berikut hasil wawancara peneliti kepada Kepala Desa Kurma yaitu Bapak Jais
S.Sos mengenai tahapan Perencanaan pengelolaan ADD dan bagaimana partisipasi
masyarakat desa dalam kegiatan musrembang, yaitu sebagai berikut:
“Dalam pengelolaan ADD di utamakan transparansi dan semua mayarakat sudah tau bahwa Pemerintah Desa mendapatkan Dana ADD dan masalah tahapan perencanaan pengelolaan ADD diawali dengan Musdus (Musyawarah Dusun) kemudian dilanjukan dengan Musdes (Musyawarah Desa) dan saat semua telah terkumpul maka tahapan selanjunya dibahaslah di Rapat Musrenbang Desa”.
66
63
Mu’ding, Kepala Kappung Paredeang, Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar, wawancara oleh
penulis di Desa Kurma, 2 Juli 2018. 64
Rusli, tokoh masyarakat, Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar, wawancara oleh penulis di
Desa Kurma, 28 Juni 2018. 65
Mardawati S.Ip, Sekretaris Desa Kurma, Kec. Mapilli Kab. Polman wawancara oleh penulis
di Desa Kurma, 29 Juni 2018.
66Jais, S.Sos, Kepala Desa Kurma, Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar, wawancara oleh
penulis di Desa Kurma, 02 Juli 2018.
50
Wawancara dialakukan dengan masyarakat Desa Kurma mengenai respon
masyarakat tentang ADD yaitu Resky mengatakan bahwa :
“Pada saat MusrenbangDesa yang hadir itu cuman orang-orang tertentu saja jadi kita ini masyarakat biasa tidak tahu kalau ada lagi cair Dana Desa”
67
Salah satu Tokoh Masyarakat Rosma yang mengatakan bahwa :
“Saat MusrenbangDesa program yang akan dilaksanakan lebih cenderung pada program yang dibuat oleh Kepala Desa, kita tokoh masyarakat kesannya hanya sebatas mendengar saja”
68
Kegiatan selanjutnya dalam proses Perencanaan penggunaan Alokasi Dana
Desa (ADD) setelah penyusunan usulan prioritas rencana kegiatan Desa yang
dibiayai ADD adalah penyusunan Rencana Penggunaan Dana (RPD) Dalam RPD
Pemerintah Desa harus mengacu pada usulan rencana kegiatan desa yang telah
disepakati dan disahkan dalam Musyawarah Desa. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Urusan Keuangan Desa Kurma, Nurmiah mengatakan:
“Dalam Rencana Penggunaan Dana (RPD) Pemerintah Desa harus mengacu pada usulan rencana kegiatan desa yang telah disepakati dan disahkan dalam Musyawarah Desa”.
69
Berdasarkan pada hasil MusrenbangDesa, Pemerintah Desa harus membuat
RKPDesa yang memuat tentang Rencana Penyelenggaraan pemerintahan Desa,
Pelaksanaan Pembangunan, Pembinaan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa karena RKPDesa merupakan Penjabaran Dari RPJMDes untuk jangka waktu 1
Tahun. Hal ini di terangkan oleh sekertaris Desa, Mardawati bahwa:
67
Resky, masyarakat Kappung Manye-manye, Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar, wawancara
oleh penulis di Desa Kurma, 02 Juli 2018.
68Rosma, masyarakat Kappung Lamungan, Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar, wawancara
oleh penulis di Desa Kurma, 02 Juli 2018.
69Nurmiah, Kepala Urusan Keuangan Desa Kurma, Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar,
wawancara oleh penulis di Desa Kurma, 29 Juni 2018.
51
“Hasil dari MusrenbangDesa harus dibuatkan RKPDesa yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa, RKPDesa itu rencana Kerja pembagunan Desa yang jangka waktunya 1 tahun”.
70
Berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan, maka dapat digambarkan
proses perencanaan penggunaan ADD dalam skema berikut.
Gambar 2.1 Alur Perencaan Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) di
Desa Kurma.
Hasil wawancara dan pengamatan secara langsung yang telah dilakukan,
bahwa perencanaan Penggunaan ADD di Desa Kurma Kabupaten Polman sudah
dilakukan sesuai dengan Peraturan yang berlaku. Hal tersebut dapat terlihat dengan
kesesuaian antara perencanaan yang dilakukan dengan penyusunan rencana kegiatan
yang diatur dalam Peraturan Bupati Polman No. 3 tahun 2014 tentang pengelolaan
Keuangan Desa.
4.2.2 Pengorganisasian
70
Mardawati S.Ip, Sekretaris Desa Kurma, Kec. Mapilli Kab. Polman wawancara oleh penulis
di Desa Kurma, 29 Juni 2018.
Rapat Perdusun
Rapat Desa
Survei
Pembentukan TIM
pelaksanaan kegiataan
ADD masyarakat
Format RKP
Membuat daftar
kebutuhan masyarakat
Musrenbang
Desa
Evaluasi
Penetapan
RKPDesa
Penyusunan RPD
52
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang
diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap
individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.
Pengorganisasian belanja desa tersebut memiliki arti penting bagi aparat
pemerintah desa baik ketika melakukan perencanaan alokasi untuk masing-masing
program yang akan diusulkan, tetapi juga memiliki arti penting dalam proses
pencairan, penyaluran, penatausahaan maupun dalam mempertanggung jawabkan
dana yang dikelolanya.71
Pengorganisasian kegiatan Pengelolaan Alokasi Dana Desa Kurma didasarkan
pada Peraturan Bupati Polman No. 3 tahun 2014 tentang pengelolaan Keuangan Desa
pasal 29 tentang pelaksanaan kegiatan Dana ADD terdiri atas:
4.2.2.1 Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaan bersumber dari ADD dalam
APBDesa, sepenuhnya dilaksanakan oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan
Desa (PTPKD) mengacu pada Peraturan Bupati ini.
4.2.2.2 Penggunaan Alokasi Dana Desa adalah sebesar 30% (Tiga puluh persen)
untuk Operasional Pemerintah Desa, dan 70% (Tujuh puluh persen) untuk biaya
Pemberdayaan Masyarakat setelah dikurangi biaya Tunjangan Aparat Pemerintah
Desa masing-masing desa.
4.2.2.3 Belanja Aparatur dan Operasional Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat(2) digunakan untuk:
71
Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan Desa, h. 59.
53
4.2.2.3.1 biaya operasional pemerintah desa; dan
4.2.2.3.2 biaya operasional BPD.
4.2.2.4 Belanja Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (2)
digunakan untuk :
4.2.2.4.1 biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil
4.2.2.4.2 penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDesa
4.2.2.4.3 biaya untuk pengadaan ketahanan pangan
4.2.2.4.4 perbaikan lingkungan dan pemukiman
4.2.2.4.5 teknologi tepat guna
4.2.2.4.6 perbaikan kesehatan dan pendidikan
4.2.2.4.7 pengembangan sosial budaya
4.2.2.4.8 penyusunan profil desa
4.2.2.4.9 dan sebagainya yang dianggap penting
Adapun terkait dengan mekanisme pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa
Kurma dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 3.1 Pengorganisasian/pelaksanaan Alokasi Dana Desa
Pelaksanaa Kegiatan Desa
Mengajukan SPP ke Kepala
Desa yang terdiri dari Surat
Permintaan Pembayaran (SPP),
pernyataan pertanggungjawaban
belanja, lampiran bukti
transaksi
54
Sekertaris Desa Kepala Desa Bendahara
72
Tabel 5.1 Program Kegiatan Alokasi Dana Desa di Desa Kurma Tahun
2018
No Indikatif Program/Kegiatan Desa
I Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Sumber: Permendagri 133 tahun 2014, data diolah
Menerima SPP dan
menyerahkan ke
Sekertaris Desa
Menerima SPP dari
kepala Desa dan
memverifikasinya
Menerima SPP
dan melakukan
pembayaran
Dengan cara:
1. Meneliti kelengkapan permintaan
pembayaran yang diajukan oleh
pelaksana kegiatan.
2. Menguji kebenaran perhitungan
tagihan atas beban APBDes yang
tercantum dalam permintaan
pembayaran.
3. Menguji ketersediaan dana untuk
kegiatan dimaksud.
4. Menolak pengajuan permintaan
pembayaran oleh pelaksana
kegiatan apabila tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkkan.
Menyerahkan
kembali ke Kepala
Desa
Menerima,
menyetujui dan
memberikan tugas
kepada Bendahara
untuk melakukan
pembayaran
55
1. Tunjangan
2. Operasional Perkantoran
3. Operasional BPD
II Bidang Pemberdayaan Masyarakat
1. Bantuan Modal Ternak
2. Peningkatan Kapasitas Kades
Sumber : Program Kegiatan Alokasi Dana Desa di Desa Kurma Tahun 2018
Penggunaan Alokasi Dana Desa yang diterima oleh Desa digunakan untuk
pembiayaan Biaya penyelenggaraan pemerintah Desa dan Biaya Pemberdayaan
Masyarakat. Dimana untuk biaya penyelenggaraan pemerintah meliputi Tunjangan,
Operasional Perkantoran, Operasional BPD sedangkan untuk biaya pemberdayaan
sendiri meliputi biaya Bantuan Modal Ternak dan Peningkatan Kapasitas Kades.
Sementara Wawancara dilakukan dengan Masyarakat untuk mengetahui
ketepatan penggunaan ADD, masyarakat tersebut sebagai informan warga Kappung
Kurra yaitu Nurhaida mengatakan bahwa:
“ADD lebih banyak yang terarah pada pembangunan fisik untuk kebutuhan Desa seperti renovasi Kantor Desa, pembetonan jalan di setiap kappung”
73
73Nurhaida, masyarakat Kappung Kurra, Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar, wawancara
penulis di Desa Kurma, 02 Juli 2018.
56
Pelaksanaan penggunaan ADD yang diaksanakan oleh Pemerintah Desa
Kurma mendapat kritikan dari salah satu masyarakat Kappung Bodang-bodang yaitu
Kotong yang mengakatakan bahwa:
“Pada saat MusrenbangDesa program yang dilaksanakan selalu sama setiap tahunnya dan masih banyak yang lebih penting dari itu, kemudian terkait dengan BUMDes kami berharap agar bukan hanya elekton Gempar tapi jika dana Desa cair lagi agar ditambah BUMDes seperti bantuan modal kepada masyarakat seperti bantuan Modal Ternak”.
74
Wawancara juga dilakukan pada pelajar yang berada di Kappung Kurma yaitu
Sumartia yang mengatakan bahwa:
“Penggunaan ADD harusnya tidak hanya pada pembangunan fisik Desa tetapi memberikan modal usaha kepada masyarakat, mengupayakan usaha-usaha lain juga seperti pelayanan jasa, pembuatan pasar Desa, bantuan modal ternak, dan lain-lain sesuai dengan program-program BUMDes.”
75
Berdasarkan lampiran Laporan Realisasi Penyerapan Dana Desa Tahap I dan
Tahap II Tahun Anggaran 2017 Pemerintah Desa Kurma Kecamatan Mapilli
Kabupaten Polewali Mandar, penggunaan Alokasi Dana Desa Di Desa Kurma,
terlihat bahwa Pencatatan penggunaan ADD telah dilakukan dengan baik.
Penggunaan ADD pada bidang Operasional pemerintahan maupun pada bidang
pelaksanaan pembangunan Desa telah dirincikan dengan baik Alokasi penggunaanya
telah sesuai dengan Peraturan yang ada.
4.2.3 Pelaporan
Bentuk laporan atas kegiatan-kegiatan dalam APBDesa yang dibiayai oleh
ADD mempunyai dua tahap pelaporan. Pertama, laporan semesteran, yaitu laporan
74
Kotong, masyarakat Kappung Bodang-bodang , Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar,
wawancara penulis di Desa Kurma, 02 Juli 2018.
75Sumartia, masyarakat Kappung Kurma, Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar, wawancara
penulis di Desa Kurma, 02 Juli 2018.
57
mengenai pelaksanaan penggunaan ADD dibuat setiap 6 (enam) bulan sekali yang
meliputi realisasi penerimaan ADD dan realisasi belanja ADD. Kedua, laporan
tahunan, yaitu laporan mengenai pelaksanaan penggunaan ADD 1 (satu) tahun
anggaran berkenaan.
Penyampaian laporan semesteran dan laporan tahunan, disampaikan Kepala
Desa kepada Camat selaku Tim Pendamping Kecamatan, kemudian Camat membuat
laporan/rekapan dari seluruh laporan yang disamapaikan oleh Kepala Desa yang ada
wilayahnya untuk selanjutnya dilaporkan kepada Bupati melalui SKPD yang
membidangi Pemerintahan Desa, laporan ini selanjutnya dilaporkan kepada Bupati
melalui BPMPDK Kabupaten Polman sebagai dasar untuk melakukan penyaluran
dana.
Dalam proses penyampaian laporan penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD),
Kepala Desa yang bersangkutan dituntut untuk menyampaikan laporan tepat waktu.
Apabila laporan tersebut tidak tepat waktu atau terlambat dilaporkan maka Bupati
berhak untuk menunda pencairan dana untuk tahap selanjutnya dan pengurangan dana
yang bersumber dari APBD Kabupaten untuk tahun berikutnya sesuai dengan
penelian Tim pengendali Kabupaten dan tim fasilitasi Kecamatan yang di bentuk
dengan Keputusan Bupati.
Penerapan proses pelaporan yang telah ditentukan dalam Peraturan Bupati,
penulis melakukan penelitian terhadap proses pelaporan yang dilakukan oleh
pemerintah Desa di Desa Kurma dalam melaksanakan pelaporan Alokasi Dana Desa
(ADD), pelaporan penggunaanya dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap semester
58
pertama dan semester dua hal tersebut di terangkan oleh sekertaris Desa Kurma,
Mardawati yang meyatakan bahwa:
“Tahapan pelaporan dikerja dulu baru dilaporkan sesuai yang direalisasikan dilapangan baru diminta lagi untuk perealisasian untuk pembangunan tahap kedua. Ada dua tahapan pelaporannya, pelaporan LPJ Dana Desa baik itu APBD maupun ADD alhamdulillah tidak pernah terlambat karena jika terlambat maka dananya disetiap tahun dan disetiap tahapan tidak akan cair dan dapat dilihat bahwa Dana Desa di Desa Kurma disetiap tahunnya cair”.
76
Tabel 6.1 Penerimaan Tunjangan Aparat Desa Tahun 2017
No Nama Jabatan Besarnya
Tunjangan/Bulan
Jumlah
Diterima/Triwulan
1 Jais, S.Sos Kepala Desa Rp 540.000 Rp 3.240.000
2 Mardawati, S.Ip Sekertaris Rp 1.680.000 Rp 10.800.000
3 Nurmiah Kaur Keuangan Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
4 Damra Kaur
Pembangunan
Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
5 Yunita Kaur
Administrasi
Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
6 Hartati, S.Pd Kaur
Kesejahteraan
Masyarakat
Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
76
Mardawati, Sekertaris Desa Kurma, Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar, wawancara penulis
di Desa Kurma, 29 Juni 2018.
59
7 Mahsab Kaur
Pemerintahan
Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
8 Nirwana Kaur Umum Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
9 Mu’ding Kepala
Kappung
Paredeang
Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
10 Sainuddin Kepala
Kappung
Kurma
Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
11 Tamrin Kepala
Kappung
Bodang-
bodang
Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
12 Mansur
Tanawali
Kepala
Kappung
Manye-manye
Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
13 Syukur Kepala
Kappung Kurra
Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
14 Syaharuddin Kepala
Kappung
Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
60
Lamungan
JUMLAH Rp 100.440.000
Sumber : Penerimaan Tunjangan Aparat Desa Tahun 2017
Dari data dan hasil wawancara dan data diperoleh maka penulis
menyimpulkan bahwa dalam proses pelaporan dalam pengelolaan Aloksi Dana Desa
(ADD) oleh Pemerintah Desa Kurma telah sesuai dengan Peraturan yang telah
ditetapkan dimana Dana Desa baik itu APBD maupun ADD di Desa Kurma setiap
tahunnya dicairkan.
4.2.4 Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dengan pertanggungjawaban
APBDesa, sehingga untuk pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban
APBDesa. Semua penggunaan dana ADD harus dapat dipertanggungjawabkan secara
formil maupun materiil, dan surat pertanggungjawaban (SPJ) disimpan oleh Desa
sebagai objek pemeriksaan yang salinannya dikirim ke Kecamatan.
Gambar 4.1 Pertanggungjawaban Pengelolaan ADD
Kepala Desa Bupati/Walikota
Sumber: Permendagri 113 tahun 2014, data diolah
Menyampaikan laporan
pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan
Menyampaikan laporan
pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan
Terdiri dari pendapatan,
belanja dan pembiayaan
Mengevaluasi dan
mengarsip
61
Laporan Pertanggungjawaban Desa Kurma sudah baik, dimana mengatakan
bahwa Laporan Pertanggungjawaban yang dibuat dapat diterima dengan baik oleh
Pemerintah Kabupaten. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) yang dibuat oleh Pemerintah Desa Kurma dijadikan
percontohan untuk semua desa di Kecamatan Mapilli. Hal ini seperti yang
disampaikan oleh Kepala Urusan Administrasi Yunita, yang mengemukakan bahwa:
“Desa Kurma ini merupakan desa yang cukup baik dalam penyusunan Laporan pertanggungjawaban, selain selalu tepat waktu, LPJ Desa Kurma telah dijadikan sebagai LPJ percontohan untuk seluruh desa yang ada di Kecamatan Mapilli dimana telah diketui bahwa Desa Kurma telah diakui sebagai Desa yang baik dalam adminstrasinya yang ditandai dengan mendapatkan Juara pertama dalam lomba Administrasi tingkat kecamatan pada tahun 2016”.
77
Wawancara dilakukan dengan salah satu masyarakat Desa Kurma mengenai
pertanggungjawaban Dana Desa yaitu masyarakat Kappung Paredeang Hasan
mengatakan bahwa :
“Masalah Dana Desa baik itu APBD atau ADD Pemerintah Desa sudah transparan mengenai berapa jumlah dan perealisasian dana tersebut dapat dilihat dari baliho yang terpasang di depan kantor Desa di baliho tersebut dirincikan sekian jumlah anggaran proram-program yang akan dilaksanakan”
78
Pembuatan Pelaporan Pertanggungjawaban ini dimaksudkan agar setiap
kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa berdasarkan aturan yang ditetapkan
dan tidak menyimpang. Hal ini pun merupakan wujud transparansi Pemerintah Desa
kepada masyarakat realitas yang terjadi di Desa Kurma bahwa kegiatan laporan
77Yunita, Kepala Urusan Administrasi, Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar. Wawancara
penulis di Desa Kurma, 02 Juli 2018.
78 Hasan, masyarakat Kappung Paredeang , Kec. Mapilli Kab. Polman, Sulbar, wawancara
penulis di Desa Kurma, 02 Juli 2018.
62
pertanggungjawaban direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Hal ini terlihat
dengan ketepatan pembuatan laporan pertanggungjawaban yang dilakukan.
4.3 Mekanisme Pengelolaan Program Alokasi Dana Desa Kurma Kabupaten
Polman Perspektif Hukum Ekonomi Islam
Pada Penelitian ini peneliti terfokus pada penggunaan Alokasi Dana Desa
dibidang Pemberdayaan Masyarakat yaitu adanya BUMDes (Badan Usaha Milik
Desa) yang ada di Desa Kurma pada Tahun 2017.
4.3.1 Riba
Penggunaan Alokasi Dana Desa adalah sebesar 30% (Tiga puluh persen)
untuk Operasional Pemerintah Desa, dan 70% (Tujuh puluh persen) untuk biaya
Pemberdayaan Masyarakat setelah dikurangi biaya Tunjangan Aparat Pemerintah
Desa masing-masing desa.
Pengelolaan Dana Desa melalui BUMDes “Muda Karya” Desa Kurma jika
diperhatikan jasa penyewaannya sesuai dengan penyewaan elekton yang seharusnya.
Maka peneliti menganggap hal ini tidak mengandung unsur riba.
4.3.2 Gharar
Penggunaan Alokasi Dana Desa dibidang Pemberdayaan Masyarakat yaitu
BUMDes “Muda Karya” yaitu digunakan untuk membeli elekton yang bernama
“Gempar” yang digunakan sebagai usaha yang dapat disewakan jelas bentuk, objek,
keberadaan, kualitas dan ukuran barangnya. Dalam hal ini sesuai dengan hukum
ekonomi syari’ah karena kejelasan objek dalam transaksi barang dan kejelasan
keberadaan barang yang disewakan.
63
4.3.3 Maisir
Maisir adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras
atau mendapat keuntungan tanpa kerja. Semua usaha-usaha dilakukan dengan kerja
keras dan pengelolaan usaha yang baik. Dalam hal ini sesuai dengan hukum ekonomi
syari’ah karena usaha yang dijalankan tidak mengandung unsur judi, spekulasi yang
tinggi, taruhan atau permainan beresiko.
4.3.4 Haram
Memanfaatkan BUMDes “Muda Karya” untuk pengembangan ekonomi.
Penggunaan Alokasi Dana Desa dibidang Pemberdayaan Masyarakat yaitu BUMDes
“Muda Karya” tidak ditemukan unsur haram dalam pengelolaannya seperti mencuri.
4.3.5 Zalim
Analisis peneliti dalam pengembangan ekonomi masyarakat tidak ditemukan
unsur kezaliman dalam BUMDes “Muda karya” yaitu elekton “Gempar” digunakan
untuk pengembangan ekonomi masyarakat.
64
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya. Maka pada bab ini diuraikan kesimpulan dan
saran. Kesimpulan merupakan jawaban singkat dan tepat dari hasil penelitian dan
pembahasan, sedangkan saran merupakan rekomendasi atau masukan terhadap
kesimpulan yang tidak maksimal.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis
menyimpulkan sebagai berikut:
5.1.1 Mekanisme Proses Pengelolaan ADD meliputi Perencanaan, Pengorganisasian,
Pelaporan dan Pertanggungjawaban. Pertama, Proses perencanaan Penggunaan ADD
di Desa Kurma Kabupaten Polman sudah dilakukan sesuai dengan Peraturan yang
berlaku. Hal tersebut dapat terlihat dengan kesesuaian antara perencanaan yang
dilakukan dengan penyusunan rencana kegiatan yang diatur dalam Peraturan Bupati
Polman No. 3 tahun 2014 tentang pengelolaan Keuangan Desa. Namun, pada proses
perencanaan Pada saat MusrenbangDesa program yang dilaksanakan selalu sama
setiap tahunnya kemudian pada tahapan perencanaan penggunan ADD lebih
cenderung pada program yang akan dilaksanakan dibuat oleh Kepala Desa sehingga
pada saat Musyawarah Rencana Pembangunan tokoh masyarakat yang hadir
kesannya hanya sebatas untuk mendengar. Pada tahap pembahasan rencana
penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dihadirkan hanya orang-orang tertentu
saja sementara hasil dari pembahasan rencana penggunaan Alokasi Dana Desa
65
(ADD) tidak diinformasikan kepada masyarakat secara umum sehingga masyarakat
bahkan tidak tahu bahwa Desa mendapatkan bantuan dana yang besar dari pemerintah
daerah melalui APBD. Kedua, proses pengorganisasian Penggunaan ADD pada
bidang Operasional pemerintahan maupun pada bidang pelaksanaan pembangunan
Desa telah dirincikan dengan baik Alokasi penggunaanya telah sesuai dengan
Peraturan yang ada. Ketiga, proses pelaporan dalam pengelolaan Aloksi Dana Desa
(ADD) oleh Pemerintah Desa Kurma telah sesuai dengan Peraturan yang telah
ditetapkan dimana dana desa baik itu APBD maupun ADD di Desa Kurma setiap
tahunnya dicairkan. Dan keempat, laporan pertanggungjawaban direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik. Hal ini terlihat dengan ketepatan pembuatan laporan
pertanggungjawaban yang dilakukan.
5.1.2 Penggunaan Alokasi Dana Desa dibidang pemberdayaan masyarakat yang
dikelola melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Muda Karya” dalam
perspektif Hukum Ekonomi Islam yang terdiri dari Riba, Gharar, Maisir, Haram, dan
Zalim. Pengelolaannya telah sesuai dengan prinsip ekonomi Islam.
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian di Desa Kurma Kecamatan Mapilli Kabupaten
Polman berkaitan dengan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Perspektif Hukum
Ekonomi Islam maka penulis menyarankan:
Seharusnya dalam tahap pengelolaan ADD lebih mengutamakan transparansi
sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengelolaan Dana tersebut.
Kemudian pengelolaan BUMDes lebih ditingkatkan kinerja para pengurus dan juga
mengupayakan usaha-usaha lain juga seperti Bantuan modal untuk masyarakat,
66
pengeloaan lahan perkebunan yang dimanfaatkan oleh PKK, pelayanan jasa,
pengelolaan pasar Desa, dan lain-lain sesuai dengan program-program BUMDes.
Dengan demikian hal itu berdampak bertambahnya penghasilan Desa yang nantinya
dimanfaatkan dalam pembangunan Desa yang bertujuan untuk kepentingan
masyarakat. Selain itu program yang dilaksanakan agar diperbaharui yang sesuai
dengan kepentingan masyarakat.
67
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an Al-Karim.
Abdulahanaa. 2014. Kaidah-kaidah Keabsahan Multi Akad (Hybrid Contract). Yogyakarta: TrustMedia.
Ali, Zainuddin. 2011. Metode Pnenelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Azwar, Saifuddin. 2000. Metode Penelitian. Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Mamahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin. 2010 . Peneliti Kualitatif: Komunikasi Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Pradana Media Group.
Damin, Sudarman. 2012. Menjadi Peneliti Kulitatif: ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu sosial, Pendidikan, dan humaniora. Bandung: CV Pustaka Setia.
Departemen Agama RI. Al Quran dan Terjemahannya. Percetakan Raja Fahd.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Empat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Djazuli, A. 2006. Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah Praktis. Jakarta: Kencana Media Group.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Fauzia, Ika Yunia dan abdul Kadir Riyadi. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Persfektif Maqasid al-Syari‟ah. Jakarta: Kencana.
Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Cet. VI. Jakarta: Bumi Aksara.
Haw, Widjaja. 2011. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.
Ismail. 2013. Perbankan syariah. Jakarta: Kencana.
68
Karim, Adiwarman A. dan Oni Sahroni. 2015. Riba, Gharar dan Kaidah-kaidah Ekonomi Syariah Analisis Fikih & Ekonomi. Cet. I, Jakarta: Rajawali Pers.
Manna, H. Abdul. 2015. Hukum Ekonomi Syari‟ah: dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama Jakarta: Kencana Prenadamedia group.
Muhammad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng Listyo Prabowo. 2009. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Prasetiyo, Luhur, Subroto, dan Munawir. 2010. Undang-undang Perbankan Syariah: Membaca Makna dan Posisinya bagi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. STAIN Press Ponorogo.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2008. Ekonomi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sabardi, Agus. 2001. Manajemen Pengantar Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Siagian, Sondang P. 2007. Fungsi-fungsi Menejerial Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Soleh, Chabib dan Heru Rochmansjah. 2015. Pengelolaan Keuangan Desa Fokusmedia.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press.
Sule, Erni Tisnawati dan Kurniwan Saefullah. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Perdana Media Goup.
Sutopo, H.B. 2002. Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. I; Surakarta: UNS Press.
Tim Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi) Edisi Revisi. Parepare: STAIN Parepare.
Tim Permata Press. Undang-Undang Desa & Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 60 Th 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. Permata Press.
69
Referensi Undang-undang:
Keputusan Kepala Desa Kurma Nomor 02 Tahun 2017 Tentang Tim Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2018.
Peraturan Bupati Polewali Mandar Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan Keuangan Desa.
Refrensi Internet:
Alokasi Dana Desa Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Oleh Agung Pratama (http://talikata11.blogspot.co.id/2015/05/makalah-alokasi-dana-desa-berdasarkan.html) (diakses pada tanggal 02 februari 2018)
Fikar0760.blogspot.co.id/2014/12/makalah-halal-haram-dan-syubhat.html?m=1 (diakses pada tanggal 27 Februari 2018)
http://bapatah.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-pengelolaan.html?m=1(diakses pada tanggal 02 februari 2018).
Mauliddin, Arif. 2017. “Efektifitas Penggunaan Program Dana Desa Di Gampong Meunasah Mee Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie”. Skripsi sarjana; Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam: Banda Aceh. https://repository.ar-ranity.ac.id/1816/1GABUNG.pdf (diakses pada tanggal 05 Februari 2018).
Sulastri, Nova. 2012. “Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Meningkatkan Pembangunan Fisik Desa Lakapodo Kecamatan Watopute kabupaten Muna”. Skripsi Sarjana; Jurusan Ilmu Ekonomi: Kendari. http://sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/B1A112158_siitedis_SKRIPSI%NOVA20SULASTRI520B1A1%2012%20158.pdf (diakses pada tanggal 05 februari 2018).
Widiyanti, Arista. 2017. “Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Pada Desa Sumberejo dan Desa Kandung di Kecamatan Winongan Kabupatem Pasuruan)”. Skripsi Sarjana; Jurusan Akuntansi: Malang. http://etheses.uin-malang.ac.id/6066/1/12520107.pdf (diakses pada tanggal 05 Februari 2018).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAPORAN REALISASI PENYERAPAN DANA DESA
TAHAP I TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH DESA KURMA
KECAMATAN MAPILLI KABUPATEN POLEWALI MANDAR
NO
URAIAN
URAIAN
OUTPUT
VOLUME
OUTPUT
CARA
PENGAD
AAN
ANGGARAN
(RP)
REALISASI
(RP)
SISA
(RP)
%
CAP
AIAN
OUT
POT
TENA
GA
KERJA
(Orang)
DURASI
(Hari)
UPAH
(RP)
KE
T
1 2 3 4 5 6 7 8=6-7 9 10 11 12 13
1 PENDAPATAN 1.2 Pendapatan Transfer 1.2.1 Dana Desa Rp 825.672.000 Rp 825.672.000 Rp 0 100%
-TAHAP PERTAMA Rp 495.403200 Rp 495.403200 Rp 0 60% -TAHAP KEDUA Rp 330.268.800 Rp 330.268.800 Rp 0 40% JUMLAH
PENDAPATAN
2 BELANJA 2.1 BidangPenyelenggara
an Pemerintahan
2.1.1 Kegiatan 2.1.2 Dst.
2.2 Bidang Pembangunan
Desa
2.2.1 Pemb. Rabat Beton
Dusun Paredeang
Pembangu
nan Jalan
100x3x0,15M Swakelola Rp 55.668.000 Rp 55.668.000 Rp 0 100% 12
Orang
15 Hari Rp12.120.000
2.2.2 Pemb. Rabat Beton
Dusun Paredeang
Pembangu
nan Jalan
340x2,5x0,15M &
74x1,6x0,15M
Swakelola Rp 195.382.000 Rp 195.382.000 Rp 0 100% 12
Orang 45 Hari Rp38.440.000
2.2.3 Pemb. Rabat Beton Pembangu 100x1,5x0,15M Swakelola Rp 30.541.000 Rp 30.541.000 Rp 0 100% 9 Orang 10 Hari Rp 6.430.000
Dusun Paredeang nan Jalan
2.2.4 Pemb. Rabat Beton
Dusun Bodang-bodang
Pembangu
nan Jalan
Seg. 1
(21x5x0,15)M
Seg. 2
(155x4,5x0,15)M
Seg. 3 (13)M
Swakelola Rp 258.974.000 Rp 32.498.000 Rp
226.4
76.00
0
12 % 23
Orang
35 Hari Rp
60.270.000
2.2.5 Pengerasan Jalan Pembangu
nan Jalan
170x4x0,20M Swakelola Rp 43.450.000 Rp 0 Rp
43.45
0.000
0% 4 Orang 17 Hari Rp 4.760.000
2.2.6 Jalan 2.2 Pemb. Jamban Sehat
(WC)
Sanitasi
Lingkung
an
121 Unit Swakelola Rp 181.500.000 Rp 159.000.000 Rp
22.50
0.000
92% 12
Orang
41 Hari Rp
48.400.000
Sisa
5
unit
2.2 Pengadaan/Foto copy Pengadaa
n Laporan
1 Paket Pihak
Ketiga
Rp 1.356.000 Rp 356.000 Rp
1.000.
000
12% 1 Orang 12 Bulan Rp 1.356.000
2.2 Operasional TPK Honor
TPK
5 Orang Swakelola Rp 18.000.000 Rp 4.000.000 Rp
14.00
0.000
22% 5 Orang 12 Bulan Rp
18.000.000
2.3 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2.3.1 Fasilitas Elekton 20 Orang Swakelola Rp 36.000.000 Rp 18.000.000 Rp
18.00
0.000
50% 20
Orang
12 Bulan Rp
36.000.000
2.4 Bidang Pembinaan
Kemasyrakatan
2.4.1 Kegiatan....... 2.4.2 Dst. 2.5 Bidang Tak Terduga Kegiatan.......
Dst.
JUMLAH BELANJA
Rp 825.672.000
Rp 495.403.200
Rp
3300.
268.8
000
3 PEMBIAYAAN 3.1 Pengeluaran
Pembiayaan
3.1.2 Penyertaan Modal Desa -Modal Awal -Pengembangan Usaha JUMLAH
PEMBIAYAN
JUMLAH
(PENDAPATAN–
BELANJA-
PEMBIAYAAN)
Rp 825.672.000
Rp 495.403.200
Rp
3300.
268.8
000
LAPORAN REALISASI PENYERAPAN DANA DESA TAHAP II TAHUN ANGGARAN 2017
PEMERINTAH DESA KURMA
KECAMATAN MAPILLI KABUPATEN POLEWALI MANDAR
NO
URAIAN
URAIAN
OUTPUT
VOLUME
OUTPUT
CARA
PENGAD
AAN
ANGGARAN
(RP)
REALISASI
(RP)
SISA
(RP)
%
CA
PAI
AN
OU
TP
OT
TENAGA
KERJA
(Orang)
DURASI
(Hari)
UPAH
(RP)
KE
T
1 2 3 4 5 6 7 8=6-7 9 10 11 12 13
1 PENDAPATAN 1.2 Pendapatan Transfer 1.2.1 Dana Desa Rp 825.672.000 Rp 825.672.000 Rp 0 100
%
-TAHAP PERTAMA Rp 495.403200 Rp 495.403200 Rp 0 60% -TAHAP KEDUA Rp 330.268.800 Rp 330.268.800 Rp 0 40% JUMLAH
PENDAPATAN
2 BELANJA 2.1 BidangPenyelenggara
an Pemerintahan
2.1.1 Kegiatan 2.1.2 Dst.
2.2 Bidang Pembangunan
Desa
2.2.4 Pemb. Rabat Beton
Dusun Bodang-bodang
Pembangu
nan Jalan
Seg.1 (21x5x0,15)
M
Seg.2
Swakelola Rp 226.476.000 Rp 226.476.000 Rp 0 88% 23 Orang 35 Hari Rp60.270.000
(155x4,5x0,15) M
Seg.3 (13)M
2.2.5 Pengerasan Jalan Pembangu
nan Jalan
170x4x0,20 M Swakelola Rp 43.450.000 Rp 43.450.000 Rp 0 100
%
4 Orang 17 Hari Rp4.760.000
2.2.6 Rehabilitas Plat Duicker Pembangu
nan Jalan
1 Unit Swakelola Rp 4.801.000 Rp 4.801.000 Rp 0 100
%
4 Orang 4 Hari Rp1.120.000
2.2. Pemb. Jamban Sehat
(WC)
Sanitasi
Lingkung
an
121 Unit Swakelola Rp 22.500.000 Rp 22.500.000 Rp 0 8% 12 Orang 41 Hari Rp48.400.000
2.2. Pengadaan/Foto copy Pengadaa
n Laporan
1 Paket Pihak
Ketiga
Rp 1.356.000 Rp 1.000.000 Rp 0 88% 1 Orang 12 Bulan Rp 1.356.000
2.2. Operasional TPK Honor
TPK
5 Orang Swakelola Rp 18.000.000 Rp 14.000.000 Rp 0 78% 5 Orang 12 Nulan Rp18.000.000
2.3 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
Fasilitas Elekton 20 Orang Swakelola Rp 18.000.000 Rp 18.000.000 Rp 0 50% 20 Orang 12 Bulan Rp36.000.000 2.4 Bidang Pembinaan
Masyarakat
2.4.1 Kegiatan....... 2.4.1 Dst.
JUMLAH BELANJA
Rp 330.268.000
Rp 330.268.000
Rp 0
3 PEMBIAYAAN 3.1 Pengeluaran
Pembiayaan
3.1.2 Penyertaan Modal Desa -Modal Awal -Pengembangan Usaha JUMLAH
PEMBIAYAAN
JUMLAH
(PENDAPATAN–
BELANJA-
PEMBIAYAAN)
Rp 330.268.000 Rp 330.268.000 Rp 0
KABUPATEN POLEWALMANDAR
KEPUTUSAN KEPALA DESA KURMA
NOMOR 02 TAHUN 2017
TENTANG
TIM PENYUSUNAN RENCANA KERJA
PEMERINTAH DESA TAHUN 2018
KEPALA DESA KURMA
Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan
penyusunan Rencana Pembangunan Desa Kurma Tahun 2018, maka perlu membentuk Tim
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2018;
b. bahwa sehubungan dengan maksud pada huruf a
diatas, maka perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentangDesa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapakali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2005 tentang Perubahan Nama Kabupaten Polewali
Mamasa menjadi Kabupaten Polewali Mandar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 160): 7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5717);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558)
, sebagaimana telah siubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5694); 9. Peraturan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik
lndonesia Tahun 2014 Nomor 2093); 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094); 13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);
14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
15. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Polewali Mandar
Tahun 2012 Nomor 4); 16. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2014-2019(
Lembaran Daerah Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2014 Nomor 1);
17. Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2017 (Berita Daerah
Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2016 Nomor 14);
18. Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2017 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Desa Kurma Tahun 2016 (Lembaran
Desa Tahun 2016 Nomor 02); 19. Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2017 tentang
Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa Tahun Anggaran 2017(Lembaran Desa Tahun 2017 Nomor
02).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun
2018 dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari
Keputusan Kepala Desa ini. KEDUA : Tim penyusun sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU mempunyai tugas sebagai berikut : a. pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan
program/kegiatan masuk ke desa;
b. pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
c. penyusunan rancangan RKP Desa; dan
d. penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa. e.
KETIGA : Segala biaya yang berkaitan dengan
ditetapkannya Keputusan Kepala Desa ini
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa Tahun Anggaran 2018.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Desa Kurma pada tanggal 28 September 2017
KEPALA DESA KURMA
JAIS,S.Sos
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada: Yth. Sdr. 1. Camat Mapilli Di Mapilli (sebagai laporan); 2. Ketua Ketua BPD Desa Kurma di Kurma 3. Yang bersangkutan 4. Pertinggal.
DOKUMENTASI KANTOR DESA KURMA
DOKUMENTASI KEGIATAN & WAWANCARA
DOKUMENTASI KEGIATAN MUSYAWARAH RENCANA
PEMBANGUNAN DESA (MUSRENBANGDES)
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Fausyah Anwar, lahir di Desa Lampa, Kabupaten
Polman, Sulawesi Barat, pada tanggal 25 Desember 1995.
Merupakan anak Pertama dari 4 bersaudara. Anak dari
pasangan M. Anwar Natsir dan Nirwana Harusi. Penulis
berkebangsaan Indonesia dan beragama Islam. Penulis
beralamat di Paredeang, Desa Kurma, Kecamatan Mapilli,
Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat.
Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada tahun 2008 lulus dari SDN
051 Inpres Lampa, pada tahun 2011 lulus dari SMP Negeri Mapilli dan melanjutkan
sekolah di MAN Lampa dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Setelah itu
pada tahun 2014 melanjutkan kuliah di STAIN Parepare yang kemudian beralih
status menjadi IAIN Parepare. Dengan mengambil Jurusan Syariah dan Ekonomi
Islam, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah). Pada akhir semester
VIII tahun 2018 penulis telah menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengelolaan
Program Alokasi Dana Desa Perspektif Hukum Ekonomi Islam (Studi di Desa Kurma
Kabupaten Polman)”.