Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva dan ... · keputusan struktur modal adalah:...
-
Upload
truongthuan -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva dan ... · keputusan struktur modal adalah:...
ii
Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva dan profitabilitas
terhadap hutang dan pengaruh hutang terhadap return saham
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta
Tahun 2001 – 2006)
Disusun oleh:
Dewi Yunita Purnomo
NIM. S. 4105054
Telah disetujui Pembimbing
Pada tanggal:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com., Ak. Drs. Heru Agustanto, MS.
NIP. 131 792 945 NIP. 131 570 301
Mengetahui:
Direktur Program Studi Magister Manajemen
Dr. Hartono, MS.
NIP. 130 814 578
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN AKTIVA DAN
iii
PROFITABILITAS TERHADAP HUTANG DAN PENGARUH HUTANG
TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta
Tahun 2001 – 2006)
Disusun oleh:
Dewi Yunita Purnomo
NIM. S. 4105054
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Pada tanggal:
Ketua Tim Penguji : Prof. Dr. Hartono, MS. ............................
Pembimbing I : Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. ............................
Pembimbing II : Drs. Heru Agustanto, MS. ............................
Mengetahui
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Mamajemen
Prof. Dr. Suranto, MSc. PhD. Prof. Dr. Hartono, MS.
NIP. 131 472 192 130 814 578
PERNYATAAN
iv
Yang bertanda tangan dibawah ini saya:
Nama : Dewi Yunita Purnomo
NIM : S.4105054
Sebagai Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan jiplakan dari karya
orang lain.
Dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar
Pustaka.
Surakarta, 6 Maret 2008
Dewi Yunita Purnomo
PERSEMBAHAN
v
Karya ini kupersembahkan untuk:
· Almamaterku
· Bapak dan Ibu Sidik Purnomo tercinta atas semua kasih saying dan
pengorbanan yang tiada akhir serta doa-doanya
· Adikku Sari Septiana Purnomo dan Krisna Dwipayana Purnomo yang
selalu membantuku
· Keluarga di Purbalingga yang selalu memberikan semangat dan doa
KATA PENGANTAR
vi
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan sebagai syarat
memperoleh derajat S2 di Program Studi Magister Manajemen Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Hutang dan Pengaruh Hutang
Terhadap Return Saham” ini, penulis tentu saja tidak terlepas dari segala bentuk
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku pembimbing utama
dalam penyelesaian tesis ini.
2. Bapak Drs. Heru Agustanto, MS. selaku pembimbing pendamping yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Segenap Bapak & Ibu pengajar yang telah memberikan didikan.
4. Semua staf pengelola Magister Manajemen yang telah membantu
kelancaran studi. Mbak Dewi, mbak Wawan, mbak Nita, mbak Neti, mas
Ir, terimakasih atas bantuannya.
5. Keluarga Sidik Purnomo yang selalu memberikan dukungan dan doa
dalam penyelesaian tesis ini.
6. Teman-teman MM UNS (Ambar, Jati, Iqbal, Amru, Bu Yasmin, Pak
Naryanto,dll), terima kasih atas segalanya.
vii
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang turut
membantu terselesainya tesis ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini karena
adanya beberapa keterbatasan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk tulisan ini. Terima kasih.
Surakarta, 6 Maret 2008
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL…………………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….. iii
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………... v
KATA PENGANTAR………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. xiii
INTISARI……………………………………………………………….. xiv
ABSTRACT……………………………………………………………... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian……………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian……………………………………… 6
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Modal dan Struktur Modal Perusahaan……………… 7
2. Teori Struktur Modal………………………………... 9
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal/Hutang…........................................... 15
4. Hubungan Hutang dengan Return Saham……………. 18
B. Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Terdahulu Tentang Faktor-faktor Penentu Hutang………………………. 19
2. Penelitian Terdahulu Tentang Hubungan Hutang dan Return Saham………………. 22
C. Perumusan Hipotesis…………………………………….. 23
D. Kerangka Konseptual……………………………………. 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………….. 29
B. Teknik Pengambilan Sampel……………………………. 29
C. Definisi Operasional Variabel…………………………... 30
D. Data dan Sumber Data…………………………………... 31
E. Metode Analisis Data……………………………………. 32
x
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Variabel………………………………………. 37
B. Pengujian Asumsi Klasik……………………………….. 41
C. Pengujian Hipotesis……………………………………... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………… 60
B. Keterbatasan……………………………………………... 61
C. Saran……………………………………………………... 61
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 63
LAMPIRAN…………………………………………………………….. 66
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian…………………………. 37
4.2 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva dan Profitabilitas terhadap TotalHutang/Aktiva…………………...... 41 4.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva dan Profitabilitas terhadap Hutang Jangka Panjang/Aktiva………… 44 4.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva dan Profitabilitas terhadap Hutang Jangka Pendek/Aktiva…………. 46
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual…………………………………… 28
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian…………………… 66
Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Total Hutang/Aktiva……………… 84
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Hutang Jangka Panjang/Aktiva…... 121
Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Hutang Jangka Pendek/Aktiva…... 137
Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Total Hutang/Aktiva terhadap Return Saham…………….................................................. 152 Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Hutang Jangka Panjang/Aktiva terhadap Return Saham….................................................... 167 Lampiran 7. Hasil Analisis Regresi Hutang Jangka Pendek/Aktiva terhadap Return Saham….................................................... 180
xiv
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva dan profitabilitas terhadap hutang. Tujuan yang lainnnya untuk mengetahui pengaruh hutang terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode tahun 2001-2006. Ada 96 perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linera berganda yang dilakukan dalam dua langkah. Langkah pertama melakukan regresi linear berganda atas variabel-variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva dan profitabilitas terhadap hutang. Langkah kedua melakukan regresi linear berganda atas hutang terhadap return saham. Pengukuran variabel ukuran perusahaan berdasarkan logaritma dari total asset. Pengukuran variabel pertumbuhan aktiva berdasarkan persentase perubahan asset. Pengukuran variabel profitabilitas berdasarkan net profit margin. Sedangkan hutang meliputi total hutang, hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dipengaruhi secara positif oleh total hutang dan hutang jangka panjang, dan dipengaruhi secara negative oleh hutang jangka pendek. Variabel pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap hutang. Variabel profitabilitas dipengaruhi secara negative oleh total hutang dan hutang jangka pendek, tetapi dipengaruhi secara positif oleh hutang jangka panjang. Sedangkan return saham dipengaruhi secara positif oleh total hutang dan hutang jangka panjang, tetapi dipengaruhi secara negatif oleh hutang jangka pendek. Kata kunci: ukuran perusahaaan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, total hutang,
hutang jangka panjang, hutang jangka pendek, return saham.
xv
ABSTRACT
The objective of this study is to examine the effect of firm size, asset growth and profitability toward debt. Another purpose of this study is to examine the effect of debt toward return. This study uses secondary data of manufacturing companies that are listed in Jakarta Stock Exchange on the period of 2001-2006. There are 96 manufacturing companies that used in this study. This study uses multiple regression analysis that applied in two steps. The first step regress the variables of firm size, asset growth and profitability toward debt. The second step regress the variable of debt toward return. Measurement of firm size is derived from logarithm of total asset, measurement of asset growth is derived from change (in percent) in asset from the prior year, measurement of profitability is derived from net profit margin. Debt consist of total debt, long term debt and short term debt. The first result of this study shows that firm size is affected positively by total debt and long term debt, but there is affected negatively by short term debt. The second result shows that there is not significant relationship between asset growth and debt. The third result shows that profitability is affected negatively by total debt and short term debt, but there is affected positively by long term debt. The fourth result shows that return affected positively by total debt and long term debt, but affected negatively by short term debt . Keywords: firm size, asset growth, profitability, total debt, long term debt, short
term debt, return. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer (keuangan)
dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusaan
pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu suatu keputusan keuangan yang
berkaitan dengan komposisi hutang, saham preferen dan saham biasa (common
stock) yang harus digunakan oleh perusahaan. Manajer harus mampu
menghimpun dana baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun luar
xvi
perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut merupakan
keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus
ditanggung perusahaan. Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan
tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang
dilakukan manajer. Ketika manajer menggunakan hutang, maka biaya modal yang
timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur, sedangkan jika
manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul opportunity
cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan yang
mencakup kebijakan penentuan besarnya hutang perusahaan yang dilakukan
secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal
yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas
perusahaan.
Keputusan struktur modal atau dapat dikatakan sebagai keputusan
penentuan hutang perusahaan, secara langsung berpengaruh terhadap besarnya
resiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian
atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001).
Keputusan struktur modal yang diambil oleh manajer tersebut tidak saja berpenga-
ruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap resiko
keuangan yang dihadapi perusahaan. Resiko keuangan tersebut meliputi
kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewaji-
bannya dan kemungkinan tidak tercapainya laba yang ditargetkan perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, tampak bahwa keputusan struktur modal meru-
xvii
pakan keputusan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam
menentukan struktur modal perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001)
faktor-faktor: resiko bisnis, pajak, fleksibilitas keuangan dan konservatisme atau
agresivitas manajemen merupakan faktor-faktor yang menentukan keputusan
struktur modal; khususnya pada struktur modal yang ditargetkan (target capital
structure). Secara lebih umum, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keputusan struktur modal adalah: stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage
operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap
manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan
dan fleksibilitas keuangan (Brigham dan Houston, 2001).
Menurut McCue dan Ozcan (1992) struktur modal dipengaruhi oleh
struktur aktiva (asset structure), pertumbuhan aktiva (asset growth),
kemampulabaan (profitability), resiko (risk), ukuran perusahaan (size), pajak (tax
shields), struktur kepemilikan perusahaan (ownership/system affiliation), sistem
pembayaran dari konsumen (payment system), dan kondisi pasar (market
conditions).
Penelitian yang dilakukan oleh Ghosh et al. (2000) tentang faktor-
faktor penentu struktur modal pada 362 perusahaan manufaktur di AS
menunjukkan bahwa variabel-variabel assets growth, fixed asset ratio, R&D
expenditure berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Krishnan dan Moyer (1996) terhadap perusahaan sample yang
berjumlah 283 yang tersebar di USA, Jepang, UK, Jerman, Prancis, dll,
xviii
menunjukkan bahwa, size, profit dan tax rate berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal perusahaan manufaktur. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Moh'd et al. (1998), struktur modal atau struktur hutang
perusahaan dipengaruhi ownership structure, dividend payments, growth
opportunities, firm size, asset structure, asset risk, profitability, dan tax rate.
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Bhaduri (2002) faktor-faktor yang
diduga menjadi penentu hutang perusahaan adalah asset structure, non-debt tax
shield, size, financial distress, growth, profitability, age, signaling dan
uniqueness.
Struktur modal yang secara langsung juga menyatakan komposisi
hutang yang dimiliki perusahaan, akan menjadi salah satu informasi yang
dipertimbangkan pemegang saham maupun calon pemegang saham atau investor
secara umum. Hutang yang dimiliki perusahaan dapat menjadi salah satu kriteria
dalam pengambilan keputusan pembelian oleh investor, hal ini disebabkan karena
hutang mengandung resiko yang dapat menjadikan perusahaan menjadi bangkrut
atau pailit. Sudah barang tentu bagi investor yang rasional, besar kecilnya hutang
perusahaan akan dihubungkan dengan manfaat atau keuntungan yang mungkin
dapat diperolehnya. Apakah dengan semakin besarnya hutang investor juga akan
dapat menikmati peningkatan keuntungan atau return dari saham yang
dimilikinya, atau apakah justru sebaliknya, dengan semakin besarnya hutang maka
investor akan menerima return yang semakin rendah. Menurut Harris dan Raviv
(1990) dalam Dichev dan Piotroski (1999) menyatakan bahwa berdasarkan toeri
agency maka penerbitan hutang merupakan berita baik. Namun demikian menurut
xix
Myers dan Majluf (1984) dalam Dichev dan Piotroski (1999) menyatakan bahwa
penerbitan hutang yang beresiko adalah suatu berita buruk dalam toeri pecking
order. Sedangkan Miller dan Rock (1985) dalam Dichev dan Piotroski (1999)
menyatakan bahwa penerbitan hutang juga merupakan berita buruk, dimana
penerbitan semua sekuritas menunjukkan kinerja yang lebih rendah daripada
kinerja operasi sekarang dan masa datang yang diharapkan.
Dengan demikian jika penerbitan hutang oleh perusahaan
dipersepsikan sebagai berita buruk (bad news) oleh investor di bursa maka harga
saham akan menurun dan return yang diterima oleh investor akan menurun.
Begitu juga sebaliknya jika penerbitan hutang oleh perusahaan dipersepsikan
sebagai berita baik (good news) maka harga saham akan naik dan return yang
diterima investor juga akan naik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Bhandari
(1988) dan Barbee et al. (1996), menunjukkan bahwa utang berpengaruh positif
signifikan terhadap return saham.
Mengingat keputusan tentang besarnya hutang merupakan keputusan
penting yang secara langsung akan menentukan kemampuan perusahaan untuk
dapat bertahan hidup dan berkembang, maka penulis tertarik untuk melakukan
kajian empiris terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur go public di BEJ. Selain itu juga
dihubungkan dengan return yang diperoleh oleh para pemegang saham untuk
melihat apakah investasi yang dilakukan para investor dipengaruhi oleh hutang
perusahaan.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
xx
seperti telah dijelaskan, maka beberapa faktor yang akan diteliti pengaruhnya
terhadap hutang perusahaan adalah: ukuran perusahaan (firm size), pertumbuhan
aktiva (asset growth), dan profitabilitas (profitability).
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang yang telah disampaikan tersebut, maka
rumusan masalah yang disampaikan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan (firm size), pertumbuhan aktiva (asset growth),
dan profitabilitas (profitability) berpengaruh terhadap hutang perusahaan.
2. Apakah hutang perusahaan berpengaruh terhadap return saham.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh:
1. Ukuran perusahaan (firm size), pertumbuhan aktiva (asset growth), dan
profitabilitas (profitability) terhadap hutang perusahaan.
2. Hutang perusahaan terhadap return saham.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,
xxi
antara lain:
1. Memberikan sumbangan keilmuan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi hutang perusahaan manufaktur go public di Indonesia.
2. Memberikan tambahan pengetahuan empiris penulis terhadap faktor-faktor
penentu hutang perusahaan manufaktur go public di Indonesia.
3. Memberikan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang berminat untuk meneliti
faktor-faktor penentu hutang perusahaan manufaktur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Modal dan Struktur Modal Perusahaan
Modal menurut Munawir (2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki
oleh pemilik perusahaan yang ditujukan dalam pos modal (modal saham), surplus
dan laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
terhadap seluruh hutang-hutangnya. Sumber dari modal adalah apa yang dapat
xxii
dilihat berupa hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal
menggambarkan hak pemilik atas perusahaan, yang timbul sebagai akibat
penanaman (investasi) yang dilakukan oleh pemilik atau para pemilik.
Modal pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal aktif
dan modal pasif. Modal aktif menurut Riyanto (2001) adalah modal yang tertera
di sebelah debet dari neraca yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam mana
seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan atau dengan kata lain modal
aktif merupakan modal yang menunjukkan bentuk. Berdasarkan cara dan lamanya
perputaran, modal aktif atau kekayaan suatu perusahaan dapat dibedakan antara
aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar menurut Riyanto (2001) adalah
aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses
perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari
satu tahun). Aktiva tetap menurut Riyanto (2001) adalah aktiva yang tahan lama
yang tidak atau yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses
produksi. Menurut Riyanto (2001), modal pasif adalah modal yang tertera di
sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana
diperoleh atau dengan kata lain modal pasif menunjukkan sumbernya atau
asalnya.
Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari
hutang, saham preferen, dan saham biasa. Sedangkan Husnan (1996) menyatakan
bahwa struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing
dengan modal sendiri. Struktur modal menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1997)
adalah penentuan kebijakan struktur keuangan akan berkait dengan struktur
xxiii
modal. Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi sehingga
dalam hal ini akan menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk
membiayai proyek investasi tersebut. Sumber dana tersebut pada dasarnya terdiri
dari penerbitan saham (equity financing), penerbit obligasi (debt financing) dan
laba ditahan (retained earning). Penerbitan saham dan obligasi sering disebut
dengan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan atau external financing
sedang laba untuk laba ditahan sering disebut dengan retained earning atau
sumber dana sebagai pembelanjaan yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri
atau internal financing. Modal asing dalam hal ini diartikan sebagai hutang baik
jangka panjang maupun jangka pendek. Sedang modal sendiri dapat terdiri dari
laba ditahan dan dapat juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Apabila dalam suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya
mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan akan sangat
mengurangi ketergantungan pada pihak luar. Apabila kebutuhan dana sudah
sedemikian meningkat karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber
intern sudah digunakan semua, maka sudah tidak ada pilihan lain selain meng-
gunakan dana yang berasal dari luar perusahaan yaitu dalam bentuk hutang.
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan kepu-
tusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal tersebut tercermin pada
hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan
tersebut merupakan dana permanen atau jangka panjang. Untuk mengukur
struktur modal tersebut digunakan rasio struktur modal yang disebut dengan
leverage ratio. Leverage ratio adalah perbandingan yang dimaksudkan untuk
xxiv
mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Dalam
perhitungan leverage ratio yang digunakan adalah long term debt to equity ratio.
Long term debt to equity ratio adalah persentase modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang yang dihitung dengan
membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Phillips dan
Sipahioglu, 2004).
2. Teori Struktur Modal
a. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H.
Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998), manajemen
merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para
pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan pemegang
saham, misalnya dalam penentuan keputusan pendanaan. Menurut Kamath
(1997) menyatakan bahwa keputusan pendanaan jangka panjang sama baiknya
dengan tindakan lain yang dilakukan oleh manajer yang mana merupakan
agen bagi pemegang saham yang didesain untuk membawa informasi
tambahan bagi pemegang sekuritas tentang kondisi keuangan pasar.
Namun demikian tidak selamanya hubungan antara pemegang saham
dan manajemen ini berjalan baik, kadang munculnya adanya konflik karena
perbedaan kepentingan diantara mereka. Untuk itu supaya manajemen dapat
melakukan fungsinya dengan baik (sejalan dengan keinginan pemegang
saham), manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai.
xxv
Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen,
pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang
dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan
biaya yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi menurut Horne dan
Wachowicz (1998) adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai
dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang
saham.
Menurut Horne dan Wachowicz (1998), salah satu pendapat dalam
teori keagenan adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya
yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. Sebagai misal,
pemegang obligasi, mengantisipasi biaya pengawasan, membebankan bunga
yang lebih tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin
tinggi tingkat bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang
saham. Biaya pengawasan berfungsi sebagai insentif dalam penerbitan
obligasi, terutama dalam jumlah yang besar. Jumlah pengawasan yang diminta
oleh pemegang obligasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
obligasi yang beredar.
b. Teori Signal (Signalling Theory)
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001) adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
Menurut Greenwald, Stiglitz dan Weiss (1984); Leland dan Pyle
xxvi
(1977); Myers dan Majluf (1984) dalam Majumdar dan Chhibber (1999)
menyatakan jika ada dua perusahaan yang memiliki prospek yang berbeda
yang mana diketahui oleh pihak manajemen tetapi tidak terlihat oleh investor,
maka hutang dapat digunakan sebagai sinyal yang menyatakan perbedaan
prospek dan penerbitan saham dipersepsikan sebagai sinyal negative.
Sedangkan Ross (1977) dalam Majumdar dan Chhibber (1999) menyatakan
bahwa perusahaan dengan prospek yang lebih baik dapat menerbitkan hutang
yang lebih banyak daripada perusahaan dengan prospek yang lebih buruk, hal
ini karena penerbitan hutang dikemudian hari akan menghasilkan
kemungkinan kebangkrutan yang lebih tinggi karena biaya pelayanan hutang
dibayar manajemen.
Menurut Brigham dan Houston (2001), perusahaan dengan prospek
yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain,
termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang
normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan
cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu
perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen
memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga
sahamnya akan menurun. Hal ini dikarenakan penerbitan saham baru
memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham
sekalipun prospek perusahaan cerah.
xxvii
c. Teori Ketidaksamaan Informasi (Asymmetric Information Theory)
Asymmetric information atau ketidaksamaan informasi menurut
Brighman dan Houston (2001) adalah situasi di mana manajer memiliki
informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan
daripada yang dimiliki investor. Menurut Phillips dan Sipahioglu (2004),
adanya ketidaksamaan informasi yang dimiliki antara manajer dan investor
tentang prospek, resiko dan nilai dari perusahaan tersebut akan berpengaruh
pada pemilihan pendanaan, apakah memilih pendanaan internal atau external.
Dan akan berpengaruh juga apakah akan memilih menerbitkan hutang baru
atau sekuritas yang lain (saham).
Ketidaksamaan informasi (asymmetric information) ini terjadi karena
pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para
pemodal (Husnan, 1996). Dengan demikian, pihak manajemen mungkin
berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Kalau
hal ini yang diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk
lebih baik menawarkan saham baru (sehingga dapat dijual dengan harga yang
lebih mahal dari yang seharusnya). Tetapi pemodal akan menafsirkan kalau
perusahaan menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah harga
saham saat ini sedang terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak
manajemen). Sebagai akibatnya para pemodal akan menawar harga saham
baru tersebut dengan harga yang lebih rendah. Karena itu emisi saham baru
akan menurunkan harga saham.
xxviii
d. Toeri Pecking Order (Pecking Order Theory)
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961
sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun
1984 (Husnan, 1996). Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: (a)
Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi peru-
sahaan berwujud laba ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar (external
financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang
paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian
diikuti oleh sekuritas yang berkerakteristik opsi (seperti obligasi konversi),
baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Sesuai
dengan pendapat Myers (1984) dalam Phillips dan Sipahioglu (2004) yang
menyatakan bahwa laba ditahan merupakan urutan teratas dan saham baru
merupakan urutan terbawah dalam teori pecking order. Hal ini
mengindikasikan bahwa jika laba ditahan merupakan alat untuk meningkatkan
investasi maka ratio modal akan meningkat, tapi jika itu tidak mencukupi
maka perusahaan akan meminjam atau berhutang daripada menerbitkan saham
baru sehingga menjadikan rasio hutang meningkat.
Menurut Myers dan Majluf (1977) dalam Hanafi (2004) menyatakan
bahwa perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal,
yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan
penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory
adalah: internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri).
Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio,
xxix
karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan external Dana internal
lebih disukai dari dana eksternal karena dana internal memungkinkan
perusahaan untuk tidak perlu membuka diri lagi dari sorotan pemodal luar.
Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri
karena dua alasan. Pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi
obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru. Menurut Husnan (1996)
hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga
saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan
ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal, dan membuat harga saham
akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya informasi
asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak pemodal.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal/Hutang
Salah salah tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana.
Di dalam melakukan tugas tersebut manajer keuangan dihadapkan adanya suatu
variasi dalam pembelanjaan, dalam arti kadang-kadang perusahaan lebih baik
menggunakan dana yang bersumber dari hutang (debt) kadang-kadang perusahaan
lebih baik kalau menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri (equity).
Oleh karena itu manajer keuangan di dalam operasinya perlu berusaha untuk
xxx
memenuhi suatu sasaran tertentu mengenai perimbangan antara besarnya hutang
jumlah modal sendiri yang tercermin dalam struktur modal perusahaan, perlu
diperhitungkan berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, yang
dapat diuraikan antara lain:
1) Ukuran Perusahaan (firm size)
Ukuran perusahaan menyatakan besarnya aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Banyak penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kebijakan
hutang perusahaan mungkin dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Jahera dan
Lloyd (1996) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar dipercaya
memiliki keunggulan yang lebih banyak dalam pasar modal. Namun demikian
belum tentu dapat diprediksikan apakah perusahaan yang lebih besar akan
menekankan pada hutang.
Warner (1977); Ang, Chua dan McConnell (1982) dalam Krishnan dan
Moyer (1996) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar seharusnya
mampu untuk meminjam lebih karena biaya potensi kebangkrutan merupakan
proporsi nilai yang lebih kecil bagi perusahaan tersebut. Sehingga biaya
potensi kebangkrutan tersebut berbanding terbalik dengan ukuran perusahaan.
Sedangkan menurut Bhaduri (2002), perusahaan yang lebih besar cenderung
terdiversifikasi dan karenanya mungkin lebih sulit terkena kebangkrutan. Wu
(2004) juga menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar lebih
terdiversifikasi dan cenderung sedikit bangkrut dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil. Dan hasilnya, perusahaan tersebut memiliki
kemampuan untuk memiliki hutang lebih banyak.
xxxi
Sedangkan Titman dan Wessels (1988) dalam Krishnan dan Moyer
(1996) berpendapat bahwa perusahaan yang lebih kecil mungkin akan
meminjam lebih karena biaya relatif untuk penerbitan saham lebih tinggi,
dengan demikian perusahaan yang lebih kecil mungkin memiliki hutang
jangka pendek yang lebih banyak.
2) Tingkat Pertumbuhan Aktiva (asset growth)
Pertumbuhan aktiva merupakan perubahan total aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan. Weston dan Brigham (1986) mengatakan perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan
pada modal eksternal. Floating cost pada emisi saham biasa adalah lebih
tinggi dibanding pada emisi obligasi. Dengan demikian perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan
hutang (obligasi) dibanding perusahaan yang lambat pertumbuhannya.
McCue dan Ozcan (1992) menyatakan bahwa rumah sakit dengan nilai
pertumbuhan asset yang cepat membayar kenaikan permintaan servisnya
cenderung dengan menggunakan hutang dibanding dengan laba ditahan.
Sedangkan menurut Myers (1977) dalam Krishnan dan Moyer (1996)
menyatakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang lebih tinggi
memerlukan dana yang lebih banyak yang dapat diharapkan dari hutang yang
lebih banyak.
Menurut Bhaduri (2002), pada perusahaan yang sedang tumbuh
menghadapi masalah tentang keagenan akan semakin berat karena pemilihan
investasi masa depan yang lebih fleksibel. Dan menurut Myers (1977) dalam
xxxii
Bhaduri (2002) menyatakan bahwa hutang jangka pendek dapat digunakan
untuk mengurangi masalah ini, perusahaan yang sedang tumbuh dapat
menggunakan hutang jangka pendek atau malahan hutang jangka panjang
untuk menghindari biaya keagenan ini.
3) Profitabilitas (profitability)
Brigham dan Houston (2001), mengatakan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang
relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal.
Menurut Moh’d et al. (1998), profitabilitas mencerminkan laba pada
investasi. Myers (1984) dalam Moh’d et al. (1998) menyatakan bahwa
manager yang menganut teori pecking order akan memilih laba ditahan
sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pendanaan hutang. Penjelasan lebih
lanjut oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Jensen et al. (1992) yang
menghubungkan profitabilitas dengan kebijakan hutang menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki untung lebih akan menurunkan hutangnya karena
dana internalnya akan mampu untuk mendanai investasi.
4. Hubungan Hutang dengan Return Saham
Bagi investor yang rasional, besar kecilnya hutang perusahaan akan
dihubungkan dengan manfaat atau keuntungan yang mungkin dapat diperolehnya.
Apakah dengan semakin besarnya hutang investor juga akan dapat menikmati
xxxiii
peningkatan keuntungan atau return dari saham yang dimilikinya, atau apakah
justru sebaliknya, dengan semakin besarnya hutang maka investor akan menerima
return yang semakin rendah.
Return saham adalah tingkat keuntungan yang diperoleh investor dari
perubahan harga saham yang dimilikinya.
%1001
1x
PitPitPit
Rit---
=
Dengan ketentuan : Rit : return saham
Pit : harga saham i pada t
Pit-1: harga saham I pada t-1
Penelitian yang dilakukan oleh Bhandari (1988), Barbee et al. (1996)
menunjukkan bahwa hutang berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
B. Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Terdahulu tentang Faktor-faktor Penentu Hutang
a. McCue dan Ozcan (1992)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruh struktur modal rumah sakit di California. Penelitian dilakukan
terhadap 414 rumah sakit selama tahun 1982 hingga tahun 1987. Variabel-
variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: asset structure,
xxxiv
growth, profitability, risk, size, tax shield, ownership/system affiliation,
payment system, dan market condition. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa, system affiliation, ownership, market condition, bed size, risk, growth,
asset structure merupakan factor-faktor yang signifikan pada hutang jangka
panjang. Sedangkan factor-faktor yang signifikan pada hutang jangka pendek
adalah system affiliation, bed size, payer mix, percentage of uncompensated
care, risk, growth, asset structure, profitability.
b. Jensen, Solberg dan Zorn (1992)
Penelitian ini mempelajari factor-faktor penentu perbedaan
kepemilikan, hutang dan kebijakan dividen. Sample perusahaan yang
digunakan sejumlah 565 perusahaan pada tahun 1982 dan 632 perusahaan
pada tahun 1987. Variabel yang digunakan meliputi: R&D expenses, business
risk, profitability, fixed asset, growth, investment, size, dan number of
divisions.
c. Krishnan dan Moyer (1996)
Penelitian ini meneliti faktor-faktor penentu struktur modal pada
perusahaan-perusahaan besar di negara-negara industri. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan data selama lima tahun, yang berakhir pada tahun 1992.
Perusahaan sample berjumlah 283 yang tersebar di USA, Jepang, UK, Jerman,
Prancis, dll. Variabel-variabel yang digunakan sebagai variabel bebas dalam
penelitian ini adalah asset structure, growth, size, profitability, R&D, tax rate,
xxxv
risk, country, dan industry. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
profitabilitas adalah factor utama, sedangkan ukuran (size) dan pertumbuhan
(growth) berpengaruh signifikan dalam menerangkan struktur modal.
d. Jahera dan Lloyd (1996)
Penelitian ini mempelajari keputusan struktur modal dengan melihat
hubungan antara kebijakan hutang dan variabel yang terdiri dari: risk, tax rate,
stock held by insider, firm diversification. Data yang digunakan dari tahun
1982 sampai dengan tahun 1985. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel-variabel: size, depreciation, diversifcation memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan struktur modal.
e. Moh'd, Perry dan Rimbey (1998)
Penelitian ini mempelajari dampak struktur kepemilikan dalam
kebijakan hutang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 311 perusahaan
sampel selama tahun 1972-1989 di Amerika Serikat. Variabel terikatnya
adalah rasio hutang perusahaan dan variabel bebasnya meliputi: ownership
structure, dividend payments, growth opportunities, firm size, asset structure,
asset risk, profitability, tax rate, non-debt shield dan uniqueness. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan
tersebut merupakan variabel penentu struktur modal yang signifikan.
f. Ghosh, Chai dan Li (2000)
Penelitian ini mempelajari faktor-faktor penentu struktur modal pada
perusahaan-perusahaan industri manufaktur di Amerika Serikat. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan 362 perusahaan sampel yang mencakup 19
xxxvi
sektor industri dan data pengamatan tahun 1982 dan 1992. Variabel-variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: asset size, growth of asset,
non-debt tax shield, fixed assets per total asset, net profit margin, R&D
expenditure, advertising expenditure, selling expense, coefficient variation of
cash flows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel asset
growth, fixed asset ratio, dan R&D expenditure merupakan variabel-variabel
yang menjadi penentu struktur modal perusahaan pada tahun 1992. Sedangkan
pada tahun 1982, fixed asset ratio, R&D expenditure, advertising expenditure
dan net profit margin berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
g. Bhaduri (2002)
Penelitian ini mempelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
hutang perusahaan di India. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi: asset structure, non-debt tax shield, size, financial distress,
growth, profitability, age, signaling dan uniqueness. Penelitian dilakukan
terhadap 363 perusahaan-perusahaan manufaktur yang mencakup 9 sektor
industri dengan data tahun 1989 hingga tahun 1995. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua variabel tersebut berpengaruh terhadap keputusan
struktur modal yang dilakukan oleh para manajer di India.
h. Wu (2004)
Penelitian ini mempelajari implikasi free cash flow pada struktur
kepemilikan dalam kebijakan struktur modal. Penelitian ini dilakukan di
Jepang dengan menggunakan sample perusahaan sebanyak 833 pada tahun
1992 sampai dengan tahun 2000. Variabel yang digunakan dalam penelitian
xxxvii
ini antara lain: ownership structure, growth opportunities, profitability, firm
size, R&D, uniqueness, non debt tax shield, volatility of profitability, keiretsu,
industry classification.
2. Penelitian Terdahulu tentang Hubungan Hutang dan Return Saham
a. Bhandari (1988)
Penelitian ini mempelajari hubungan antara return saham dengan rasio
hutang. Data yang digunakan adalah jumlah lembar saham, harga per lembar
saham dan return per bulan dari perusahaan yang melakukan perdagangan di
New York Stock Exchange. Periode waktu yang digunakan tahun 1948-1949
dan 1980-1981. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan positif
antara rasio hutang dan return saham.
b. Barbee, Mukherji, dan Raines (1996)
Barbee et al. (1996) melakukan penelitian terhadap perusahaan-
perusahaan bukan sektor keuangan yang terdaftar di New York Stock
Exchange. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode 1979-
1991. Penelitian ini meneliti hubungan beberapa variabel keuangan yang dapat
menerangkan return saham ke depan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
hutang perusahaan yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh
positif terhadap return saham.
c. Kallunki dan Martikainen (1997)
Penelitian ini mempelajari pengaruh liberisasi dalam perubahan
hubungan antara return saham dan leverage perusahaan di Finlandia. Periode
xxxviii
waktu yang digunakan adalah tahun 1975 sampai 1989. Hasilnya menyatakan
bahwa ada perubahan hubungan antara return dengan leverage, pada tahun
1975-1986 mempunyai hubungan yang negatif, sedangkan di akhir tahun
1980an hubungannya menjadi positif, hal ini karena pengaruh liberisasi pasar.
d. Welch (2004)
Penelitian ini dilakukan di Amerika dengan mengamati penerbitan dan
pembelian hutang dan modal yang dapat mempengaruhi struktur modal. Data
yang digunakan adalah periode 1962 sampai 2000. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa return saham adalah faktor utama penentu rasio hutang.
C. Perumusan Hipotesis
1. Ukuran Perusahaan (firm size)
Telah banyak penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan sebagai salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
penentuan struktur modal atau hutang. Pendapat yang dikemukakan Bhaduri
(2002) menunjukkan perusahaan yang lebih besar cenderung terdiversifikasi
dan karenanya mungkin lebih sulit terkena kebangkrutan. Dengan demikian
resiko kebangkrutan yang dihadapi perusahaan yang lebih besar semakin
rendah, hal ini membuka peluang bagi perusahaan untuk dapat memiliki
hutang yang lebih banyak. Menurut Eriotis et al. (2007), bank akan lebih
tertarik untuk meminjamkan dananya kepada perusahaan yang lebih besar
karena perusahaan tersebut lebih terdiversifikasi dan membutuhkan hutang
yang lebih banyak jika dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.
xxxix
Moh’d et al. (1998) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif
antara ukuran perusahaan dengan rasio hutang. Selain itu dalam penelitian
yang dilakukan oleh Chui et al. (2002) yang berdasarkan penelitian
sebelumnya juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan secara
positif dengan rasio hutang.
Berdasarkan keterangan dan hasil penelitian sebelumnya
dihipotesiskan sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh positif terhadap hutang
perusahaan
2. Tingkat Pertumbuhan Aktiva (asset growth)
Weston dan Brigham (1986) mengatakan perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal
eksternal. Sedangkan menurut Myers (1977) dalam Krishnan dan Moyer
(1996) menyatakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang lebih tinggi
memerlukan dana yang lebih banyak yang dapat diharapkan dari hutang yang
lebih banyak.
Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil penelitian sebelumnya maka
dihipotesiskan sebagai berikut:
H2 : Pertumbuhan aktiva (asset growth) berpengaruh positif terhadap hutang
perusahaan
3. Profitabilitas (profitability)
xl
Brigham dan Houston (2001), mengatakan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang
relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal.
Jika para manajer mengikuti hierarki pendanaan berdasarkan pada
teori pecking order, maka akan terjadi hubungan yang negative antara
profitability dan rasio hutang. Hal ini karena pada teori pecking order yang
diutamakan sebagai sumber pendanaan adalah laba ditahan (pendanaan
internal), diikuti oleh hutang (pendanaan external) dan barulah modal. (Moh’d
et al., 1998).
Menurut Myers dan Majluf (1984) dalam Wu (2004) menyatakan
bahwa adanya hubungan negative antara profitabilitas dan rasio hutang
dikarenakan perusahaan yang memiliki keuntungan lebih sangat tergantung
dengan pendanaan secara internal. Selain itu Booth et al. (2001); Rajan dan
Zingales (1995); Wald (1999) dalam Chui et al. (2002) juga menyebutkan
bahwa rasio hutang berhubungan negatif dengan profitabilitas.
Berdasarkan penjelasan dan penelitian terdahulu yang telah
dilakukan maka dihipotesiskan sebagai berikut:
H3 : Profitabilitas (profitability) berpengaruh negatif terhadap hutang
perusahaan
4. Hubungan Hutang dengan Return Saham
xli
Menurut Harris dan Raviv (1990) dalam Dichev dan Piotroski (1999)
menyatakan bahwa berdasarkan toeri keagenan maka penerbitan hutang
merupakan berita baik. Namun demikian menurut Myers dan Majluf (1984)
dalam Dichev dan Piotroski (1999) menyatakan bahwa penerbitan hutang
yang beresiko adalah suatu berita buruk dalam toeri pecking order. Sedangkan
Miller dan Rock (1985) dalam Dichev dan Piotroski (1999) menyatakan
bahwa penerbitan hutang juga merupakan berita buruk, dimana penerbitan
semua sekuritas menunjukkan kinerja yang lebih rendah daripada kinerja
operasi sekarang dan masa datang yang diharapkan.
Dengan demikian jika penerbitan hutang oleh perusahaan
dipersepsikan sebagai berita buruk (bad news) oleh investor di bursa karena
dianggap perusahaan tidak mempunyai banyak dana untuk operasional dan
memiliki kinerja yang buruk sehingga harus meminjam, maka harga saham
akan menurun dan return yang diterima oleh investor akan menurun.
Penerbitan hutang yang dipersepsikan sebagai berita buruk ini dapat terjadi
karena adanya ketidaksamaan informasi antara manajer dan investor. Begitu
juga sebaliknya jika penerbitan hutang oleh perusahaan dipersepsikan sebagai
berita baik (good news) karena investor beranggapan bahwa penerbitan hutang
yang dilakukan perusahaan adalah untuk ekspansi atau perluasan perusahaan
ke depannya. Dengan kondisi yang seperti ini maka diharapkan di tahun
berikutnya perusahaan akan memiliki kinerja yang lebih baik dan
menimbulkan penilaian positif dari para investor, dengan demikian harga
saham akan naik dan return yang diterima investor juga akan naik.
xlii
Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Bhandari (1988) dan
Barbee et al. (1996) menyatakan bahwa return saham berhubungan secara
positif dengan rasio hutang. Sehingga hipotesisnya adalah:
H4 : Hutang perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap return saham
D. Kerangka Konseptual
Berdasarkan banyak penelitian terdahulu yang mengemukakan tentang
factor-faktor penentu hutang, maka dalam penelitian ini dimunculkan tiga variabel
yang diduga berpengaruh terhadap hutang perusahaan. Karena penerbitan hutang
yang dilakukan oleh perusahaan belum tentu dipersepsikan sebagai berita baik,
bisa juga dipersepsikan sebagai berita buruk oleh para investor, maka dalam
penelitian ini mencoba meneliti pengaruh hutang terhadap return saham.
Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Ukuran Perusahaan (X1)
Pertumbuhan (X2)
Profitabilitas (X3)
Hutang (Y1)
Return Saham (Y2)
xliii
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian korelasional
(correlational research). Correlational research merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengidentifikasi variabel-variabel dalam situasi tertentu yang
mempengaruhi suatu fenomena yang sedang ditinjau (Sekaran, 2003).
xliv
B. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur go
public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode 2001-2006. Sedangkan
sampel penelitian adalah sebagian dari perusahaan tersebut yang diperkirakan
dapat mewakili karakteristik populasi, yaitu yang mempublikasikan laporan
keuangannya secara konsisten pada periode tahun tersebut. Penentuan anggota
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling.
Sampel awal sejumlah 118 perusahaan dan yang memenuhi kriteria sebanyak 96
perusahaan. Karena periode pengamatan tersebut, maka ada 384 (96 x 4) data
yang dianalisis. Penghilangan data yang tidak memenuhi standar dilakukan
sehingga ada 251 data yang digunakan.
C. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini ada dua langkah yang harus ditempuh. Langkah
pertama melibatkan empat variabel yang terdiri atas satu variabel terikat dan tiga
variabel bebas. Variabel terikatnya adalah hutang perusahaan, sedangkan variabel
bebas tersebut adalah: ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan profitabilitas.
Untuk langkah kedua melibatkan dua variabel, satu variabel bebasnya
adalah hutang perusahaan dan satu varibel terikatnya adalah return saham.
Adapun definisi dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai
xlv
berikut:
1. Hutang Perusahaan (Y1)
Hutang perusahaan merupakan seluruh hutang yang dimiliki
perusahaan yang meliputi hutang jangka panjang, jangka pendek. Mengacu
pada penelitian yang dilakukan oleh Bhaduri (2002), hutang perusahaan
diukur dengan menggunakan 3 buah variabel yaitu: rasio antara total hutang
dengan total asset, rasio antara hutang jangka panjang dengan total asset,
dan rasio antara hutang jangka pendek dengan total asset.
2. Ukuran Perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang
dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran
perusahaan mengacu pada penelitian Krishnan dan Moyer (1996), Bhaduri
(2002) di mana sebagai proxy ukuran perusahaan adalah nilai logaritma dari
total asset.
3. Pertumbuhan Aset (X2)
Pertumbuhan aset adalah perubahan (peningkatan atau penurunan)
total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung
sebagai persentase perubahan asset pada tahun tertentu terhadap tahun
sebelumnya. (Bhaduri, 2002).
4. Profitabilitas (X3)
Kemampulabaan atau profitabilitas (profitability) adalah kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba. Ukuran dari profitabilitas yang
xlvi
digunakan dalam penelitian mengacu pada penelitian Ghosh et al. (2000)
yaitu menggunakan net profit margin sebagai ukuran profitabilitas.
5. Return Saham (Y2)
Return saham adalah tingkat keuntungan yang diperoleh investor
dari perubahan harga saham yang dimilikinya.
%1001
1x
PitPitPit
Rit---
=
Dengan ketentuan : Rit : return saham Pit : harga saham i pada t Pit-1: harga saham I pada t-1
(Jogiyanto, 2001).
D. Data dan Sumber Data
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder. Sumber data yang digunakan adalah Laporan Keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan sampel.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model regresi linier berganda. Adapun model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan (X1)
Pertumbuhan (X2)
Profitabilitas (X3)
Hutang (Y1)
Return Saham (Y2)
xlvii
Adapun model regresinya adalah:
m++++= 3322111 XbXbXbbY o ( 1 )
m++= 112 YbbY o ( 2 )
Keterangan simbol:
Y1 : Hutang perusahaan pada tahun t Y2 : Return saham pada tahun t X1 : Ukuran perusahaan i pada tahun t-1 X2 : Pertumbuhan aset perusahaan i pada tahun t-1 X3 : Profitabilitas perusahaan i pada tahun t-1 m : Disturbance error
Sebelum model regresi di atas digunakan dalam pengujian hipotesis,
terlebih dahulu model tersebut akan diuji apakah model tersebut memenuhi
asumsi klasik atau tidak, yang mana asumsi ini merupakan asumsi yang mendasari
analisis regresi. Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan
bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis
regresi yang meliputi asumsi: tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi
multikolinearitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas.
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Pengujian Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota dalam data runtut
waktu (time series) atau antara space untuk data cross section. Keberadaan
autokorelasi yang signifikan maka penaksir dari OLS menjadi tidak konsisten,
xlviii
meskipun tak bias.
Pengujian terhadap adanya fenomena autokorelasi dalam data yang
dianalisis dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson Test, dengan
kriteria sebagai berikut :
d < dL : tolak Ho
d > dU : tidak menolak Ho
dL £ d £dU : pengujian tidak meyakinkan
d>4-dL : tolak Ho*
d > 4-dU : tidak menolak Ho*
4-du £ d £4-dL : pengujian tidak meyakinkan
di mana formula yang digunakan untuk menghitung statistik Durbin Watson
adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003):
2t
1tt2
1t2t
ˆ
ˆˆ2ˆˆd
mSmmS-mS+mS
= --
Keterangan simbol: d : Statistik Durbin-Watson
tm̂ : Nilai residual pada periode t
1tˆ -m : Nilai residual pada periode t-1
b. Pengujian Heteroskedastisitas
Homoskedastisitas (varian sama) merupakan fenomena di mana pada
nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan (ei) mempunyai
nilai varian yang sama sebesar s2. Jika model yang diperoleh ternyata tidak
memenuhi asumsi atau fenomena tersebut maka dalam model tersebut terjadi
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas ini mengakibatkan nilai-nilai estimator
(koefisien regresi) dari model tersebut tidak efisien meskipun estimator
tersebut tidak bias dan konsisten.
Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedastisitas dilakukan
xlix
dengan menggunakan Spearman's Rank Correlation Test. Pengujian adanya
fenomena heteroskedastisitas ini akan didasarkan pada hipotesis berikut ini;
Hipotesis:
Ho : rs = 0 tidak terjadi heteroskedastisitas Ha : rs > 0 terjadi heteroskedastisitas
Kriteria pengujian: jika rs<rtabel maka Ho diterima dan Ha ditolak,
yang berarti tidak terjadi fenomena heteroskedastisitas. Besarnya nilai rs
dihitung dengan menggunakan formula (Gujarati, 2003):
úû
ùêë
é-
S-=
)1²n(n
d61r
2i
s
Keterangan simbol: rs : Koefisien korelasi Spearman di : Selisih ranking n : Ukuran sample
c. Pengujian Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang
sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas yang lain.
Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya multikolinearitas ini
adalah kesalahan standar penaksir semakin besar, dan probabilitas untuk
menerima hipotesis yang salah menjadi semakin besar. Pengujian terhadap
ada tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan metode VIF
(Variance Inflation Factor). Adapun kriteria yang digunakan dalam pengujian
metode VIF ini adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003):
Jika VIFj>10 terjadi multikolinearitas tinggi antara regresor
(variabel bebas) j dengan regresor (variabel bebas) yang lain.
Formula untuk menghitung VIF adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003):
l
2
jjj
x)var(VIFs
Sb=
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis penelitian dilakukan dengan uji t.
a. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Hutang
Formulasi hipotesis pengujian pengaruh tersebut adalah sebagai berikut:
Ho : b1= 0 Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap hutang.
Ha : b1> 0 Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
hutang.
Jika probabilitas dari koefisien regresi b1<tingkat signifikansi (a) atau thitung
untuk b1>ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.
b. Pengaruh Pertumbuhan Aktiva terhadap Hutang
Formulasi hipotesis pengujian pengaruh tersebut adalah sebagai berikut:
Ho : b2=0 Pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap hutang.
Ha : b2> 0 Pertumbuhan aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap
hutang.
Jika probabilitas dari koefisien regresi b2<tingkat signifikansi (a) atau thitung
untuk b2>ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.
c. Pengaruh Profitabilitas terhadap Hutang
Formulasi hipotesis pengujian pengaruh tersebut adalah sebagai berikut:
li
Ho : b3= 0 Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap hutang.
Ha : b3< 0 Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap
hutang.
Jika probabilitas dari koefisien regresi b3<tingkat signifikansi (a) atau thitung
untuk b3>ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.
d. Pengaruh Hutang terhadap Return Saham
Formulasi hipotesis pengujian pengaruh hutang terhadap return saham
dilakukan sebagai berikut:
Ho : b1=0 Pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap hutang.
Ha : b1> 0 Pertumbuhan aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap
hutang.
Jika probabilitas dari koefisien regresi b1<tingkat signifikansi (a) atau thitung
untuk b1>ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disampaikan analisis data yang selanjutnnya disampaikan
pula pengujian terhadap hipotesis penelitian. Analisis data yang dilakukan dalam
bab ini meliputi analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian tanpa
menghubungkan atau membandingkan dengan variabel lain, jadi menceritakan
karakteristik statistik suatu variabel secara mandiri. Sedangkan analisis inferensial
digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis.
lii
A. Deskripsi Variabel
Nilai statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian ini
disajikan dalam tabel berikut;
Tabel 4.1.
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
Min Mak Rata² Deviasi Standar
Skewness Kurtosis
Return 0,000 0,134 0,034 0,030 0,815 -0,272 Hutang/Aktiva 0,062 0,999 0,538 0,232 -0,068 -0,945 Ukuran 4,368 7,713 5,865 0,623 0,359 0,482 Pertumbuhan -0,850 19,712 0,121 1,087 16,903 303,638 Profitabilitas -35,900 204,830 4,539 17,673 5,624 54,523
Sumber: Data prime diolah (Lampiran 1)
Berdasarkan statistik deskriptif variabel penelitian yang disajikan dalam
tabel di atas maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Return saham memiliki rata-rata sebesar 0,034; dengan minimum sebesar
0,000 dan maksimum sebesar 0,134. Deviasi standar variabel ini sebesar
0,030, hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan rata-rata variabel ini paling
tinggi sebesar 0,030 sedangkan penurunan rata-rata paling rendah sebesar
0,030. Bentuk distribusi data return saham sampel dapat diidentifikasi dari
nilai skewness dan kurtosis. Nilai skewness variabel ini sebesar 0,815. Oleh
karena nilai skwenessnya positif, maka distribusi data variabel tersebut
menceng ke kanan, dengan kata lain data dengan frekuensi rendah
terkonsentrasi di sebelah kanan nilai rata-ratanya. Nilai kurtosis sebesar -
liii
0,272. Oleh karena nilai kurtosis tersebut lebih kecil dari 3, maka bentuk
puncak distribusi data variabel return saham tersebut lebih datar dibanding
kurva normal. Berdasarkan nilai skewness (kemencengan) dan kurtosis
(keruncingan), maka dapat dikatakan bahwa distribusi data variabel return
saham tersebut tersebut tidak simetris.
2. Hutang/Aktiva memiliki rata-rata sebesar 0,538; dengan minimum sebesar
0,062 dan maksimum sebesar 0,999. Deviasi standar variabel ini sebesar
0,233, hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan rata-rata variabel ini paling
tinggi sebesar 0,233 sedangkan penurunan skor rata-rata paling rendah sebesar
0,233. Bentuk distribusi data Hutang/Aktiva sampel dapat diidentifikasi dari
nilai skewness dan kurtosis. Nilai skewness variabel ini sebesar -0,068. Oleh
karena nilai skwenessnya negatif, maka distribusi data variabel tersebut
menceng ke kiri, dengan kata lain data dengan frekuensi rendah terkonsentrasi
di sebelah kiri nilai rata-ratanya. Nilai kurtosis sebesar -0.945. Oleh karena
nilai kurtosis tersebut lebih kecil dari 3, maka bentuk puncak distribusi data
variabel Hutang/Aktiva tersebut lebih datar dibanding kurva normal.
Berdasarkan kemencengan dan keruncingannya, maka dapat dikatakan bahwa
distribusi data variabel Hutang/Aktiva tersebut tersebut tidak simetris.
3. Ukuran perusahaan memiliki rata-rata sebesar 5,856; dengan minimum
sebesar 4,368 dan maksimum sebesar 7,713. Deviasi standar variabel ini
sebesar 0,623, hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan rata-rata variabel ini
paling tinggi sebesar 0,623 sedangkan penurunan skor rata-rata paling rendah
sebesar 0,623. Bentuk distribusi data ukuran perusahaan sampel dapat
liv
diidentifikasi dari nilai skewness dan kurtosis. Nilai skewness variabel ini
sebesar 0,359. Oleh karena nilai skwenessnya positif, maka distribusi data
variabel tersebut menceng ke kanan, dengan kata lain data dengan frekuensi
rendah terkonsentrasi di sebelah kanan nilai rata-ratanya. Nilai kurtosis
sebesar 0,483. Oleh karena nilai kurtosis tersebut lebih kecil dari 3, maka
bentuk puncak distribusi data variabel ukuran perusahaan tersebut lebih datar
dibanding kurva normal. Berdasarkan kemencengan dan keruncingannya,
maka dapat dikatakan bahwa distribusi data variabel ukuran perusahaan
tersebut tersebut tidak simetris.
4. Pertumbuhan aktiva memiliki rata-rata sebesar 0,121; dengan minimum
sebesar -0,850 dan maksimum sebesar 19,712. Deviasi standar variabel ini
sebesar 1,087, hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan rata-rata variabel ini
paling tinggi sebesar 1,087 sedangkan penurunan skor rata-rata paling rendah
sebesar 1,087. Bentuk distribusi data pertumbuhan aktiva sampel dapat
diidentifikasi dari nilai skewness dan kurtosis. Nilai skewness variabel ini
sebesar 16,903. Oleh karena nilai skwenessnya positif, maka distribusi data
variabel tersebut menceng ke kanan, dengan kata lain data dengan frekuensi
rendah terkonsentrasi di sebelah kanan nilai rata-ratanya. Nilai kurtosis
sebesar 303,638. Oleh karena nilai kurtosis tersebut lebih besar dari 3, maka
bentuk puncak distribusi data variabel Pertumbuhan aktiva tersebut lebih
runcing dibanding kurva normal. Berdasarkan kemencengan dan
keruncingannya, maka dapat dikatakan bahwa distribusi data variabel
pertumbuhan aktiva tersebut tersebut tidak simetris.
lv
5. Profitabilitas perusahaan memiliki rata-rata sebesar 4,539; dengan minimum
sebesar -35,900 dan maksimum sebesar 204,830. Deviasi standar variabel ini
sebesar 17,674, hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan rata-rata variabel ini
paling tinggi sebesar 17,674 sedangkan penurunan skor rata-rata paling rendah
sebesar 17,674. Bentuk distribusi data profitabilitas perusahaan sampel dapat
diidentifikasi dari nilai skewness dan kurtosis. Nilai skewness variabel ini
sebesar 5,624. Oleh karena nilai skwenessnya positif, maka distribusi data
variabel tersebut menceng ke kanan, dengan kata lain data dengan frekuensi
rendah terkonsentrasi di sebelah kanan nilai rata-ratanya. Nilai kurtosis
sebesar 54,524. Oleh karena nilai kurtosis tersebut lebih besar dari 3, maka
bentuk puncak distribusi data variabel profitabilitas perusahaan tersebut lebih
runcing dibanding kurva normal. Berdasarkan kemencengan dan
keruncingannya, maka dapat dikatakan bahwa distribusi data variabel
profitabilitas perusahaan tersebut tersebut tidak simetris.
B. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis, terlebih
dahulu model yang diperoleh di atas harus dipastikan tidak melanggar asumsi
klasik; oleh karena itu terlebih dahulu harus untuk memastikan bahwa model
regresi yang diperoleh tersebut benar-benar telah memenuhi asumsi klasik yang
dipersyaratkan.
Hutang perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan tiga ukuran
yaitu: total hutang/aktiva, hutang jangka panjang/aktiva, dan hutang jangka
lvi
pendek/ aktiva. Oleh karena itu, pengujian terhadap hipotesis pertama ini
dilakukan tiga kali sebagai berikut:
1. Hutang perusahaan diukur dengan Total hutang/Aktiva
Hasil analisis regresi linear berganda pengaruh ukuran perusahaan,
pertumbuhan aktiva, dan profitabilitas terhadap total hutang/aktiva adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Ukuran perusahaan, Pertumbuhan aktiva, dan Profitabilitas terhadap Total hutang/Aktiva
Variabel Bebas
Koefisien Regresi
t p
Konstanta 0,074 Ukuran perusahaan (X1) 0,087 10,580 0,000 Pertumbuhan aktiva (X2) 0,002 0,563 0,575 Profitabilitas (X3) -0,006 -16,920 0,000 Variabel terikat = Total hutang/aktiva (Y) R²adjusted = 0,757 F = 120,121; p=0,000 dw = 1,858 Sumber: Lampiran 2
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam tabel di atas
maka diperoleh model regresi sebagai berikut;
321 X006,0X002,0X087,0074,0Y -++=
lvii
Keterangan: Y = Return saham X1 = Ukuran perusahaan X2 = Pertumbuhan aktiva X3 = Profitabilitas
a. Pengujian Autokorelasi
Nilai statistik Durbin-Watson (dw) model regresi tersebut
sebesar 1,858. Oleh karena nilai dw tersebut berada di sekitar 2, maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi tidak
terjadi autokorelasi.
b. Pengujian Heteroskedastisitas
Nilai koefisien rank Spearman antara masing-masing variabel
bebas ukuran perusahaan (X1), pertumbuhan aktiva (X2), dan profitabilitas
(X3) dengan nilai absolut residual masing-masing berturut-turut sebesar
rs1=0,056 (p=0,550); rs2=-0,901 (p=0,332); rs3=-0,092 (p=0,324)
(Lampiran 2). Oleh karena masing-masing korelasi memiliki nilai p>0,05
maka masing-masing korelasi tersebut tidak signifikan; sehingga dapat
disimpulkan bahwa model memenuhi asumsi tidak terjadi
heteroskedastisitas.
c. Pengujian Multikolinearitas
Nilai VIF dari masing-masing variabel bebas ukuran
perusahaan (X1), pertumbuhan aktiva (X2), dan profitabilitas (X3) masing-
masing berturut-turut sebesar 1,016; 1,001; 1,015 (Lampiran 2). Oleh
karena masing-masing variabel bebas memiliki nilai VIF<10 maka dapat
lviii
disimpulkan bahwa model memenuhi asumsi tidak terjadi
multikolinearitas.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan, ternyata
model regresi yang telah diperoleh sebagaimana tampak dalam tabel di atas,
telah memenuhi asumsi klasik yang dipersyaratkan sehingga dapat digunakan
untuk melakukan pengujian hipotesis.
Koefisien deteminasi adjusted (R²adjusted) sebesar 0,757 atau 75,7%.
Hal ini menunjukkan bahwa 75,7% perubahan yang terjadi pada Total
hutang/aktiva disebabkan atau dapat dijelaskan oleh Ukuran perusahaan,
Pertumbuhan aktiva, dan Profitabilitas, sedangkan 24,3% lainnya disebabkan
oleh variabel-variabel lain.
2. Hutang perusahaan diukur dengan Hutang jangka panjang/Aktiva
Hasil analisis regresi linear berganda pengaruh ukuran perusahaan,
pertumbuhan aktiva, dan profitabilitas terhadap hutang jangka panjang/aktiva
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Ukuran perusahaan,
Pertumbuhan aktiva, dan Profitabilitas terhadap Hutang jangka panjang/Aktiva
Variabel Bebas
Koefisien Regresi
t p
Konstanta -0,723 Ukuran perusahaan (X1) 0,159 10,786 0,000 Pertumbuhan aktiva (X2) 0,015 1,713 0,088 Profitabilitas (X3) 0,001 2,491 0,013
lix
Variabel terikat = Hutang jangka panjang/Aktiva (Y) R²adjusted = 0,244 F = 42,262; p=0,000 dw = 1,9555 Sumber: Lampiran 3 Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam tabel di
atas maka diperoleh model regresi sebagai berikut;
321 X001,0X015,0X159,0723,0Y +++-=
Keterangan: Y = Hutang jangka panjang/Aktiva X1 = Ukuran perusahaan X2 = Pertumbuhan aktiva X3 = Profitabilitas
a. Pengujian Autokorelasi
Nilai statistik Durbin-Watson (dw) model regresi tersebut sebesar
1,9555. Oleh karena nilai dw tersebut berada di sekitar 2, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi tidak terjadi
autokorelasi.
b. Pengujian Heteroskedastisitas
Nilai koefisien rank Spearman antara masing-masing variabel
bebas ukuran perusahaan (X1), pertumbuhan aktiva (X2), dan profitabilitas
(X3) dengan nilai absolut residual masing-masing berturut-turut sebesar
rs1=0,282 (p=0,100); rs2=-0,102 (p=0,065); rs3=0,098 (p=0,098) (Lampiran
3). Oleh karena masing-masing korelasi memiliki nilai p>0,05 maka
lx
masing-masing korelasi tersebut tidak signifikan; sehingga dapat
disimpulkan bahwa model memenuhi asumsi tidak terjadi
heteroskedastisitas.
c. Pengujian Multikolinearitas
Nilai VIF dari masing-masing variabel bebas ukuran perusahaan
(X1), pertumbuhan aktiva (X2), dan profitabilitas (X3) masing-masing
berturut-turut sebesar 1,001; 1,000; 1,01 (Lampiran 3). Oleh karena
masing-masing variabel bebas memiliki nilai VIF<10 maka dapat
disimpulkan bahwa model memenuhi asumsi tidak terjadi
multikolinearitas.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan, ternyata
model regresi yang telah diperoleh sebagaimana tampak dalam tabel di atas,
telah memenuhi asumsi klasik yang dipersyaratkan sehingga dapat digunakan
untuk melakukan pengujian hipotesis.
Koefisien deteminasi adjusted (R²adjusted) sebesar 0,244 atau 24,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa 24,4% perubahan yang terjadi pada hutang jangka
panjang/aktiva disebabkan atau dapat dijelaskan oleh ukuran perusahaan
pertumbuhan aktiva, dan profitabilitas, sedangkan 76,6% lainnya disebabkan
oleh variabel-variabel lain.
3. Hutang perusahaan diukur dengan Hutang jangka pendek/Aktiva
lxi
Hasil analisis regresi linear berganda pengaruh ukuran perusahaan,
pertumbuhan aktiva, dan profitabilitas terhadap hutang jangka pendek/aktiva
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4.
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Ukuran perusahaan, Pertumbuhan aktiva, dan Profitabilitas terhadap Hutang jangka
pendek/Aktiva
Variabel Bebas
Koefisien Regresi
t p
Konstanta 0,711 Ukuran perusahaan (X1) -0,050 -1,913 0,056 Pertumbuhan aktiva (X2) -0,018 -1,183 0,238 Profitabilitas (X3) -0,006 -9,403 0,000 Variabel terikat = Hutang jangka pendek/Aktiva (Y) R²adjusted = 0,193 F = 31,521; p=0,000 dw = 1,945 Sumber: Lampiran 4 Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam tabel di
atas maka diperoleh model regresi sebagai berikut;
321 X006,0X018,0X050,0711,0Y ---=
Keterangan: Y = Hutang jangka pendek/Aktiva X1 = Ukuran perusahaan X2 = Pertumbuhan aktiva X3 = Profitabilitas
a. Pengujian Autokorelasi
Nilai statistik Durbin-Watson (dw) model regresi tersebut sebesar
1,945. Oleh karena nilai dw tersebut berada di sekitar 2, maka dapat
lxii
disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi tidak terjadi
autokorelasi.
b. Pengujian Heteroskedastisitas
Nilai koefisien rank Spearman antara masing-masing variabel
bebas ukuran perusahaan (X1), pertumbuhan aktiva (X2), dan profitabilitas
(X3) dengan nilai absolut residual masing-masing berturut-turut sebesar
rs1=-0,085 (p=0,095); rs2=-0,137 (p=0,073); rs3=-0,142 (p=0,086)
(Lampiran 4). Oleh karena masing-masing korelasi memiliki nilai p>0,05
maka masing-masing korelasi tersebut tidak signifikan; sehingga dapat
disimpulkan bahwa model memenuhi asumsi tidak terjadi
heteroskedastisitas.
c. Pengujian Multikolinearitas
Nilai VIF dari masing-masing variabel bebas ukuran perusahaan
(X1), pertumbuhan aktiva (X2), dan profitabilitas (X3) masing-masing
berturut-turut sebesar 1,001; 1,000; 1,001 (Lampiran 4). Oleh karena
masing-masing variabel bebas memiliki nilai VIF<10 maka dapat
disimpulkan bahwa model memenuhi asumsi tidak terjadi
multikolinearitas.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan, ternyata
model regresi yang telah diperoleh sebagaimana tampak dalam tabel di atas,
telah memenuhi asumsi klasik yang dipersyaratkan sehingga dapat digunakan
untuk melakukan pengujian hipotesis.
lxiii
Koefisien deteminasi adjusted (R²adjusted) sebesar 0,193 atau 19,3%.
Hal ini menunjukkan bahwa 19,3% perubahan yang terjadi pada hutang jangka
pendek/aktiva disebabkan atau dapat dijelaskan oleh ukuran perusahaan,
pertumbuhan aktiva, dan profitabilitas, sedangkan 80,7% lainnya disebabkan
oleh variabel-variabel lain.
C. Pengujian Hipótesis
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama penelitian ini menduga bahwa ukuran perusahaan
(size) berpengaruh positif terhadap hutang perusahaan. Hipotesis tersebut
dapat diformulasikan dalam bentuk sebagai berikut:
Ho : b1= 0 Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap hutang.
Ha : b1> 0 Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap hutang.
Kriteria pengujiannya adalah: jika probabilitas dari koefisien regresi
b1<tingkat signifikansi (a) atau thitung untuk b1>ttabel maka Ha diterima dan Ho
ditolak
Hutang perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan tiga ukuran yaitu:
total hutang/aktiva, hutang jangka panjang/aktiva, dan hutang jangka pendek/
aktiva. Oleh karena itu, pengujian terhadap hipotesis pertama ini dilakukan
tiga kali sebagai berikut:
a. Hutang perusahaan diukur dengan Total hutang/Aktiva
lxiv
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam Tabel 4.2
tampak bahwa besarnya koefisien regresi ukuran perusahaan (X1) adalah
sebesar b1=0,087; t=10,580 dan p=0,000. Oleh karena nilai
p(0,000)<α(0,05) maka Ha diterima.
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah, ukuran
perusahaan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap total hutang/
aktiva. Semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan tersebut
cenderung menggunakan total hutang/aktiva yang besar pula.
b. Hutang perusahaan diukur dengan Hutang jangka panjang/Aktiva
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam Tabel 4.3
tampak bahwa besarnya koefisien regresi ukuran perusahaan (X1) adalah
sebesar b1=0,159; t=10,786 dan p=0,000. Oleh karena nilai
p(0,000)<α(0,05) maka Ha diterima.
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah, ukuran
perusahaan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap hutang jangka
panjang/aktiva. Semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan
tersebut cenderung menggunakan hutang jangka panjang /aktiva yang
besar pula.
c. Hutang perusahaan diukur dengan Hutang jangka pendek/Aktiva
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam Tabel 4.4
tampak bahwa besarnya koefisien regresi ukuran perusahaan (X1) adalah
sebesar b1=-0,050; t=-1,913 dan p=0,056. Oleh karena nilai
p(0,056)>α(0,05) maka Ho diterima.
lxv
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah, ukuran
perusahaan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang jangka
pendek/aktiva. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan mengenai hutang
jangka pendek yang dilakukan perusahaan, tidak mempertimbangkan
ukuran perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang sifatnya positif dan signifikan terhadap
total hutang/aktiva dan hutang jangka panjang/aktiva, tetapi terhadap hutang
jangka pendek/aktiva pengaruh tersebut bersifat negatif. Perusahaan-
perusahaan dengan ukuran besar berarti memiliki aktiva yang besar pula yang
dapat dijadikan jaminan atau agunan jika perusahaan tersebut memerlukan
hutang. Kreditur dalam memberikan pinjaman, pada umumnya juga
menggunakan kritera ukuran perusahaan (total aktiva) sebagai salah satu
kriteria untuk memberikan pinjaman. Dengan demikian perusahaan-
perusahaan yang berukuran besar relatif lebih mudah memperoleh hutang
dibanding dengan perusahaan-perushaan berukuran kecil, dengan kata lain
semakin besar ukuran perusahaan maka kemungkinan mendapat pinjaman
dana atau hutang juga semakin besar. Oleh karena itu sangat rasional jika
ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
total hutang/aktiva maupun hutang jangka panjang/aktiva.
Namun demikian, pengaruh ukuran perusahaan terhadap hutang jangka
pendek ternyata bersifat negatif, artinya semakin besar ukuran perusahaan
lxvi
maka kebutuhan hutang jangka pendeknya semakin kecil atau sebaliknya
semakin kecil ukuran perusahaan maka kebutuhan hutang jangka pendeknya
semakin besar. Perusahaan-perusahaan yang berukuran besar pada umumnya
memerlukan dana yang relatif besar yang digunakan untuk keperluan capital
budgeting, lain halnya dengan perusahaan-perusahaan yang berukuran kecil
yang pada umumnya memerlukan hutang untuk keperluan menambah modal
kerja, sehingga hutangnya relatif banyak pada hutang jangka pendek. Hal
inilah yang mungkin menjadi penyebab mengapa ukuran perusahaan
berpengaruh negatif pada hutang jangka pendek.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua penelitian ini menduga bahwa pertumbuhan aktiva
berpengaruh negatif terhadap hutang perusahaan. Hipotesis tersebut dapat
diformulasikan dalam bentuk sebagai berikut:
Ho : b2= 0 Pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap hutang.
Ha : b2> 0 Pertumbuhan aktiva berpengaruh positif signifikan
terhadap hutang.
Kriteria pengujiannya adalah: jika probabilitas dari koefisien regresi
b2<tingkat signifikansi (a) atau thitung untuk b2>ttabel maka Ha diterima dan Ho
ditolak
Hutang perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan tiga ukuran yaitu:
total hutang/aktiva, hutang jangka panjang/aktiva, dan hutang jangka pendek/
lxvii
aktiva. Oleh karena itu, pengujian terhadap hipotesis pertama ini dilakukan
tiga kali sebagai berikut:
a. Hutang perusahaan diukur dengan Total hutang/Aktiva
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam Tabel 4.2
tampak bahwa besarnya koefisien regresi pertumbuhan aktiva (X2) adalah
sebesar b2=0,002; t=0,563 dan p=0,575. Oleh karena nilai
p(0,575)>α(0,05) maka Ho diterima.
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah, pertumbuhan
aktiva (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap total hutang/aktiva.
Dengan demikian keputusan mengenai total hutang yang diambil oleh
manajer tidak mempertimbangkan pertumbuhan aktiva perusahaan.
b. Hutang perusahaan diukur dengan Hutang jangka panjang/Aktiva
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam Tabel 4.3
tampak bahwa besarnya koefisien regresi pertumbuhan aktiva (X2) adalah
sebesar b2=0,015; t=1,713 dan p=0,088. Oleh karena nilai
p(0,088)>α(0,05) maka Ho diterima.
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah, pertumbuhan
aktiva (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang jangka
panjang/aktiva. Dengan demikian keputusan mengenai hutang jangka
panjang yang diambil oleh manajer tidak mempertimbangkan
pertumbuhan aktiva perusahaan.
c. Hutang perusahaan diukur dengan Hutang jangka pendek/Aktiva
lxviii
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam Tabel 4.4
tampak bahwa besarnya koefisien regresi Pertumbuhan aktiva (X2) adalah
sebesar b2=-0018; t=-1,183 dan p=0,238. Oleh karena nilai
p(0,238)>α(0,05) maka Ho diterima.
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah, pertumbuhan
aktiva (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang jangka
pendek/aktiva. Dengan demikian keputusan mengenai hutang jangka
pendek yang diambil oleh manajer tidak mempertimbangkan pertumbuhan
aktiva perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas pertumbuhan aktiva terbukti tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total hutang/aktiva, hutang jangka
panjang/aktiva, hutang jangka pendek/total aktiva. Hal ini dapat diartikan
bahwa tinggi rendahnya pertumbuhan aktiva yang dicapai perusahaan tidak
mempengaruhi keputusan manajer dalam hutang yang digunakan. Jadi dalam
menentukan hutang perusahaan, manajer lebih memperhatikan faktor-faktor
lain selain faktor pertumbuhan aktiva tersebut.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga penelitian ini menduga bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap hutang perusahaan. Hipotesis tersebut dapat
diformulasikan dalam bentuk sebagai berikut:
Ho : b3= 0 Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap hutang.
lxix
Ha : b3< 0 Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap
hutang.
Kriteria pengujiannya adalah: jika probabilitas dari koefisien regresi
b3<tingkat signifikansi (a) atau thitung untuk b3>ttabel maka Ha diterima dan Ho
ditolak
Hutang perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan tiga ukuran yaitu:
total hutang/aktiva, hutang jangka panjang/aktiva, dan hutang jangka pendek/
aktiva. Oleh karena itu, pengujian terhadap hipotesis pertama ini dilakukan
tiga kali sebagai berikut:
a. Hutang perusahaan diukur dengan Total hutang/Aktiva
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam Tabel 4.2
tampak bahwa besarnya koefisien regresi profitabilitas (X3) adalah sebesar
b3=-0,006; t=-16,920 dan p=0,000. Oleh karena nilai p(0,000)<α(0,05)
maka Ha diterima.
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah, profitabilitas
(X3) berpengaruh negatif signifikan terhadap total hutang/aktiva. Dengan
demikian keputusan mengenai total hutang yang diambil oleh manajer
mempertimbangkan profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas
yang diperoleh perusahaan, maka perusahaan tersebut akan cenderung
menggunakan total hutang yang rendah.
b. Hutang perusahaan diukur dengan Hutang jangka panjang/Aktiva
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam Tabel 4.3
tampak bahwa besarnya koefisien regresi profitabilitas (X3) adalah sebesar
lxx
b3=0,001; t=2,491 dan p=0,013. Oleh karena nilai p(0,013)<α(0,05) maka
Ha diterima.
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah, profitabilitas
(X3) berpengaruh positif signifikan terhadap hutang jangka panjang/aktiva.
Dengan demikian keputusan mengenai hutang jangka panjang yang
diambil oleh manajer mempertimbangkan profitabilitas perusahaan.
c. Hutang perusahaan diukur dengan Hutang jangka pendek/Aktiva
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam Tabel 4.4
tampak bahwa besarnya koefisien regresi profitabilitas (X3) adalah sebesar
b3=-0,0006; t=-9,403 dan p=0,000. Oleh karena nilai p(0,000)<α(0,05)
maka Ha diterima.
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah, profitabilitas
(X3) berpengaruh signifikan terhadap hutang jangka pendek/aktiva.
Dengan demikian keputusan mengenai hutang jangka pendek yang diambil
oleh manajer mempertimbangkan profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas profitabilitas terbukti memiliki
pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap total hutang/aktiva dan hutang
jangka pendek/aktiva. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan
yang memperoleh profit yang tinggi atau meningkat cenderung mengurangi
kebutuhan hutang jangka pendeknya dan total hutangnya. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kebutuhan dana sebagian atau seluruhnya dapat
dicukupi oleh laba yang diperoleh. Sedangkan pengaruh profitabilitas terhadap
lxxi
hutang jangka panjang/aktiva bersifat positif signifikan, artinya semakin tinggi
laba yang diperoleh maka total hutang/aktivanya juga cenderung tinggi. Hal
ini dapat terjadi ketika menghadapi pengembangan atau ekspansi perusahaan
yang umumnya memerlukan dana yang besar, di mana dengan laba yang
diperoleh belum cukup untuk mencukupi kebutuhan dana tersebut. Pada
kondisi demikian, meskipun terjadi peningkatan profitabilitas namun hutang
jangka panjang tetap meningkat.
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat penelitian ini menduga bahwa Hutang perusahaan
berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Hipotesis tersebut dapat
diformulasikan dalam bentuk sebagai berikut:
Ho : b1=0 Hutang perusahaan tidak berpengaruh terhadap return
saham.
Ha : b1> 0 Hutang perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap return saham..
Kriteria pengujiannya adalah: jika probabilitas dari koefisien regresi
b1<tingkat signifikansi (a) atau thitung untuk b1>ttabel maka Ha diterima dan Ho
ditolak
Hutang perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan tiga ukuran yaitu:
total hutang/aktiva, hutang jangka panjang/aktiva, dan hutang jangka pendek/
lxxii
aktiva. Oleh karena itu, pengujian terhadap hipotesis pertama ini dilakukan
tiga kali sebagai berikut:
a. Hutang perusahaan diukur dengan Total hutang/Aktiva
Hasil analisis regres linear sederhana pengaruh total hutang/aktiva
terhadap return saham adalah sebagai berikut (Lampiran 5):
X091,0003,0Y +-=
t = 5,078; p = 0,000 Keterangan:
Y = Return saham X = Total hutang/aktiva
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas tampak bahwa besarnya
koefisien regresi total hutang/aktiva (X) adalah sebesar b=0,091; t=5,078;
p=0,000. Oleh karena nilai p(0,000)<α(0,05) maka Ha diterima.
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah return saham
perusahaan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh total
hutang/aktiva.
b. Hutang perusahaan diukur dengan Hutang jangka panjang/Aktiva
Hasil analisis regres linear sederhana pengaruh total hutang/aktiva
terhadap return saham adalah sebagai berikut (Lampiran 6):
X167,0002,0Y +=
t = 34,346; p = 0,000 Keterangan:
Y = Return saham X = Hutang jangka panjang/Aktiva
lxxiii
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas tampak bahwa besarnya
koefisien regresi hutang jangka panjang/aktiva (X) adalah sebesar
b=0,167; t=34,346; pt=0,000. Oleh karena nilai p(0,000)<α(0,05) maka Ha
diterima. Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah return
saham perusahaan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh hutang
jangka panjang/aktiva.
c. Hutang perusahaan diukur dengan Hutang jangka pendek/Aktiva
Hasil analisis regres linear sederhana pengaruh total pendek/aktiva
terhadap return saham adalah sebagai berikut (Lampiran 7):
X023,0048,0Y -=
t = -4,172; p = 0,000 Keterangan:
Y = Return saham X = Hutang jangka panjang/Aktiva
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas tampak bahwa besarnya
koefisien regresi hutang jangka pendek/aktiva (X) adalah sebesar b=-
0,023; t=-4,172; p=0,000. Oleh karena nilai p(0,000)<α(0,05) maka Ha
diterima. Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis ini adalah return
saham perusahaan dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh hutang
jangka pendek/aktiva.
Berdasarkan hasil penelitian ini, return saham ternyata dipengaruhi
secara signifikan positif oleh total hutang/aktiva dan hutang jangka
panjang/aktiva, tetapi dipengaruhi secara negatif signifikan oleh hutang jangka
lxxiv
pendek/aktiva. Hal ini karena return saham pada dasarnya ditentukan oleh
harga saham, sedangkan tinggi rendahnya harga saham di bursa pada dasarnya
dipengaruhi oleh preferensi dan persepsi investor terhadap faktor-faktor
fundamental perusahaan (salah satunya adalah rasio hutang). Jadi tinggi
rendahnya harga saham yang juga berarti tinggi rendahnya return saham,
tergantung pada bagaimana investor mempersepsikan prospek perusahaan.
Kemungkinan perusahaan yang memiliki total hutang/aktiva dan hutang
jangka panjang/aktiva yang tinggi dipersepsikan justru sebagai perusahaan
yang memiliki prospek baik di masa depan oleh para investor. Investor
menilai dengan semakin tingginya total hutang/aktiva dan hutang jangka
panjang/aktiva berarti perusahaan meningkatkan hutangnya untuk melakukan
ekspansi perusahaan ke depan sehingga diharapkan return saham yang akan
diperoleh meningkat. Hal ini menjadikan total hutang/aktiva dan hutang
jangka panjang/aktiva memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
return saham. Investor yang memandang demikian digolongkan sebagai
investor yang suka dengan resiko, karena tentunya semakin tinggi hutang
resiko yang dihadapi perusahaan semakin besar juga.
Di sisi lain, perusahaan yang memiliki konsentrasi hutang jangka
pendek yang tinggi dipersepsikan perusahaan yang memiliki prospek tidak
baik (mungkin dianggap perusahaan tersebut memiliki likuiditas yang jelek
sehingga mengalami kesulitan modal kerja, dan akhirnya dapat mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan di waktu yang akan datang). Hal ini yang
lxxv
mungkin menjadi penyebab hutang jangka pendek/total aktiva berpengaruh
negatif terhadap return saham.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap total hutang
dan hutang jangka panjang. Sedangkan pengaruh terhadap hutang jangka
pendek bersifat negatif signifikan. Dengan demikian ukuran perusahaan
dipertimbangkan oleh manajer dalam penentuan total hutang dan hutang
jangka panjang karena perusahaan yang lebih besar akan lebih terdiversifikasi
sehingga resiko kebangkrutan kecil sehingga memungkinkan berhutang lebih
lxxvi
banyak. Selain itu bank lebih tertarik meminjamkan dananya pada perusahaan
yang lebih besar.
2. Pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap hutang perusahaan, baik itu
total hutang, hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek. Dengan
demikian perusahaan tidak mempertimbangkan pertumbuhan aktiva dalam
menentukan hutangnya.
3. Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap total hutang dan hutang
jangka pendek. Dengan demikian perusahaan menganut pendanaan
berdasarkan pecking order teori, yang mana mengutamakan dana internal.
Sedangkan terhadap hutang jangka panjang bersifat positif signifikan,
dikarenakan dana internal tidak mencukupi untuk pengembangan perusahaan.
4. Total hutang dan hutang jangka panjang berpengaruh positif signifikan
terhadap return saham, sedangkan hutang jangka pendek berpengaruh negatif
signifikan. Dengan demikian investor menilai prospek perusahaan baik dengan
alasan total hutang dan hutang jangka panjang yang semakin tinggi digunakan
untuk ekspansi perusahaan, sehingga diharapkan return yang diperoleh akan
meningkat.
B. Keterbatasan
Keterbatasan penelitian ini berkaitan dengan hasil penelitian yang
didapat. Hasil penelitian ini kemungkinan tidak memiliki tingkat generalisasi yang
tinggi, artinya hasil penelitian ini belum tentu berlaku untuk kondisi jenis industri
dan waktu yang berbeda. Hal tersebut disebabkan penelitian ini didasarkan pada
data yang berasal dari perusahaan manufaktur saja dan periode pengamatannya
lxxvii
terbatas sehingga mungkin untuk jenis perusahaan yang lain misalnya untuk
sektor perbankan hasil penelitian ini belum tentu berlaku.
C. Saran
1. Bagi investor saham yang akan melakukan transaksi perdagangan saham di
bursa untuk memperoleh return saham yang tinggi, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam pengambilan keputusan
pembelian atau penjualan saham.
Pembelian saham sebaiknya dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang
memiliki total hutang/aktiva yang tinggi dengan mempertimbangkan ukuran
perusahaan yang lebih besar dan profitabilitasnya yang menurun. Atau dengan
memilih perusahaan yang memiliki hutang jangka panjang/aktiva yang tinggi
dengan mempertimbangkan ukuran perusahaan dan profitabilitas yang lebih
besar. Atau dengan memilih perusahaan dengan hutang jangka pendek/aktiva
yang rendah dengan pertimbangan ukuran perusahaan yang lebih kecil dan
profitabilitasnya menurun. Karena perusahaan jenis ini kecenderungannya
akan menghasilkan return yang tinggi. Misalnya memilih perusahaan Argo
Pantes.
Ketika akan melakukan penjualan saham yang telah dimiliki sebelumnya dan
sekarang masih, sebaiknya menjual saham-saham yang perusahaannya yang
memiliki total hutang/aktiva yang rendah dengan pertimbangan ukuran
perusahaannya lebih kecil dan profitabilitasnya meningkat. Atau perusahaan
yang memiliki hutang jangka panjang/aktiva yang rendah dengan
pertimbangan ukuran perusahaan dan profitabilitasnya yang rendah. Atau
lxxviii
perusahaan yang memiliki hutang jangka pendek/aktiva yang tinggi dengan
pertimbangan ukuran perusahaan dan profitabilitas yang meningkat. Karena
perusahaan jenis ini cenderung akan menghasilkan return saham yang rendah.
Misalnya memilih perusahaan Betonjaya Manunggal.
2. Bagi peneliti lain yang berminat melakukan kajian ulang terhadap penelitian
ini, diharapkan dapat melakukan pengembangan model. Pengembangan model
dapat dilakukan dengan cara menambahkan variasi jenis perusahaan yang
diteliti tidak hanya satu sektor saja. Selain itu, periode pengamatan juga dapat
diperpanjang misalnya sejak tahun 1990 hingga 2007. Dengan pengembangan
model ini diharapkan akan diperoleh hasil yang lebih baik dan komprehensif
mengenai fenomena hutang perusahaan serta pengaruhnya terhadap return
saham.
DAFTAR PUSTAKA
Barbee, W. C., S. Mukherji dan G. A. Raines. 1996. Do Sales-Price and Debt-
Equity Explain Stock Returns Better than Book-Market and Firm Size? Financial Analysts Journal; 52, 2, hal. 56-60.
Bhaduri, S. N. 2002. Determinant of Corporate Borrowing: Some Evidence from
the Indian Corporate Structure. Journal of Economics and Finance, Volume 26, No. 2, Summer, hal. 200-215.
Bhandari, L. C. 1988. Debt/Equity Ratio and Expected Common Stock Returns:
Empirical Evidence. The Journal of Finance, Vol. XLIII, No. 2, hal. 507-528
Brigham, E. F. dan Houston, J. F. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan
(Terjemahan), Erlangga, Jakarta.
lxxix
Chui, A. C. W; A. E. Lloyd; dan C. C. Y. Kwok. 2002. The Determination of Capital Structure: Is National Culture a Missing Piece to the Puzzle? Journal of International Business Studies, 33, 1, hal. 99-127.
Dichev, I. D dan J. D. Piotroski. 1999. The Performance of Long-run Stock
Returns Following Issues of Public and Private Debt. Journal of Business Finance & Accounting, 26 (9) & (10), hal. 1103-1132.
Eriotis, N; D. Vasiliou; dan Z. Ventoura-Neokosmidi. 2007. How Firm
Characteristics Affect Capital Structure: An Empirical Study. Managerial Finance, Vol. 33, No. 5, hal 321-331.
Ghosh, A; F. Cai; dan W. Li. 2000. The Determinants of Capital Structure.
American Business Review, Jun., 18, 2, hal. 129-132. Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics, Fourth Edition, International Edition,
McGraw-Hill, New York. Hanafi, M. M. 2004. Manajemen Keuangan. BPFE, Yogyakarta. Horne, J. C., dan J. M. Wachowicz. 1998. Prinsip-prinsi Manajemen Keuangan.
Edisi Kesembilan (Terjemahan). Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Husnan, S. 1996. Manejemen Keuangan. BP AMP YKPN, Yogyakarta. Jahera, J. S. dan W. P. Lloyd. 1996. An Empirical Assessment of Factors
Affecting Corporate Debt Levels. Managerial Finance, Volume 22, Number 2, hal. 29-38.
Jensen, G. R; D. P. Solberg; dan T. S. Zorn. 1992. Simultaneous Determination of
Insider Ownership, Debt, and Dividend Policies. Journal of Financial and Quantitative Analysis; 27, 2, hal. 247-263.
Jogiyanto. 2001. Teori Investasi dan Portofolio. Edisi Ketiga. BPFE UGM,
Yogyakarta. Kallunki, J. P. dan Martikainen, T. 1997. Financial Market Liberization and The
Relationship Between Stock Returns and Financial Leverage in Finland. Applied Economics Letters; 4, hal. 19-21.
Kamath, R. R. 1997. Long-Term Financing Decisions: Views and Practices of
Financial Managers of NYSE Firms. The Financial Review; 32, 2, hal. 331-356.
lxxx
Krishnan, V. S. dan R. C. Moyer. 1996. Determinant of Capital Structure: An Empirical Analysis of Firm in Industrialized Countries. Managerial Finance, 22, 2, hal. 39-55.
Majumdar, S. K dan P. Chhibber. 1999. Capital Structure and Performance:
Evidence From A Transaction Economy on An Aspect of Corporate Governance. Public Choice, 98, 3-4, hal 287-305.
McCue, M. J. and Y. A. Ozcan. 1992. Determinants of Capital Structure. Journal
of Healthcare Management, Fall, 37, 3. hal 333-346. Moh'd, M. A; L. G. Perry; dan J. N. Rimbey. 1998. The Impact of Ownership
Structure on Corporate Debt Policy: a Time-Series Cross-Sectional Analysis. The Financial Review, 33, hal. 85-98.
Munawir. 2001. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Phillips, P. A. and M. A. Sipahioglu. 2004. The Service Industries Journal, Vol.
24, No. 5, hal 31-51. Riyanto, B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Kelima. BPFE,
Yogyakarta. Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business; A Skill Building Approach.
Fourth Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York. Welch, I. 2004. Capital Structure and Stock Returns. Journal of Political
Economy, vol. 112, no. I, hal. 106-131. Weston, J. F. Dan E. F. Brigham. 1986. Manajemen Keuangan (Terjemahan).
Edisi Ketujuh Jilid Satu. Penerbit Erlangga, Jakarta. Wu, L. 2004. The Impact of Ownership Structure on Debt Financing of Japan
Firms With the Agency Cost of Free Cash Flow. Departemen of Economic and Finance, City University of Hong Kong.