PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA …lib.unnes.ac.id/29161/1/1401412123.pdf ·...
Transcript of PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA …lib.unnes.ac.id/29161/1/1401412123.pdf ·...
i
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KINERJA
KEPALA SDN DI KECAMATAN TULIS KABUPATEN BATANG
SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
olehNanda Septiani Eka Puteri
1401412123
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi yang
berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja terhadap Kinerja
Kepala SDN di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang” benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
hari/tanggal : Selasa, 19 Juli 2016
tempat :Tegal
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman
Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tulis
Kabupaten Batang” oleh Nanda Septiani Eka Puteri 1401412123, telah
dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada tanggal
8 Agustus 2016.
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
1. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan ada kemudahan. (Q.S AL-Insyiroh 5-6)
2. Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Dan
orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan.
(Mario Teguh)
Persembahan
Untuk Ibu Kurniasih, Bapak Budiyanto, adik
Dwiki Adi Prasetyo dan adik Alya Najwa
Nabilasertakeluarga besaryang tak henti-hentinya
mendukung, menyemangati, dan mendoakan.
vi
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan
Pengalaman Kerja terhadap Kinerja Kepala SDN di Kecamatan Tulis Kabupaten
Batang”.
Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat guna
mencapai gelar sarjana pendidikan. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan
dan rintangan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan
itu dapat teratasi. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah member kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas
Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah mengijinkan dan mendukung dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Drs. Isa Anshori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberi kesempatan untuk
memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.
4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal yang telah memfasilitasi
untuk melakukan penelitian.
vii
5. Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd., sebagai dosen pembimbing I yang telah
membimbing, memotivasi, dan mengarahkan kepada penulis selama
penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.
6. Dra. Umi Setijowati, M.Pd., sebagai dosen pembimbing II yang telah
membimbing, memotivasi, dan mengarahkan kepada penulis selama
penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.
7. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah banyak membekali
peneliti dengan ilmu pengetahuan.
8. Sriyanto,S.Pd., sebagai ketua UPTD Kecamatan Tulis yang telah mengijinkan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. Kepala Sekolah dan guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tulis yang
telah mengijinkan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
10. Rekan-rekan PGSD S1 angkatan 2012 Universitas Negeri Semarang yang
telah membantu dan memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Kemudian atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga
mendapat berkah dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya penulis sendiri.
Tegal, Juli 2016
Penulis
viii
ABSTRAK
Puteri,Nanda Eka S. 2016.Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja terhadap Kinerja Kepala SDN di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Sri Ismi
Rahayu, M.Pd., pembimbing II Dra. Umi Setijowati,M.Pd.
Kata Kunci:tingkat pendidikan; pengalaman kerja; kinerja kepala sekolah dasar
Tingkat pendidikan merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh
seseorang dan usaha lembaga-lembaga dalam mencapai tujuan. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan membutuhkan pemimpin yang profesional untuk
meningkatkan mutu sekolahnya. Oleh karena itu, kepala sekolah harus
mempunyai banyak pengalaman kerja untuk menjalankan tugas. Kinerja dari
masing-masing kepala sekolah pasti memiliki perbedaan, seperti halnya kinerja
kepala SDN di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh tingkat
pendidikan terhadap kinerja kepala sekolah dasar, (2) pengaruh pengalaman kerja
terhadap kinerja kepala sekolah dasar, (3) pengaruh tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar, (4) pengaruh tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar.
Populasi dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah dasar yang berjumlah
25 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik sampel jenuh.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian expos facto dengan jenis
pendekatan kuantitatif. Variabel penelitian meliputi kinerja kepala sekolah
sebagai variabel bebas, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja sebagai variabel
terikat. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan angket dengan
menggunakan skala likert 4. Teknik pengujian hipotesis menggunakan analisis
regresi, dan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov dan uji liniearitas. Semua penghitungan diolah dengan menggunakan
program SPSS versi 21.
Hasil penelitian menunjukkan pengujian hipotesis dengan taraf
signifikansi 5% menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan
dan pengalaman kerja terhadap kinerja kepala sekolah yang ditunjukkan oleh nilai
R square pada koefisien determinasi (R2) 22,1%.F hitung> F tabel (5.440> 3.443)
dan signifikansi < 0,05 (0,048 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata
analisis indeks variabel kinerja kepala sekolah diperoleh sebesar 80,70% sehingga
termasuk kategori kuat. Artinya, kinerja seluruh kepala SDN di Kecamatan Tulis
Kabupaten Batang yang dimiliki sudah baik. Variabel tingkat pendidikan
memberikan sumbangan pengaruh sebesar 3,9%. Variabel pengalaman kerja
memberikan sumbangan pengaruh sebesar 20,9% terhadap kinerja kepala sekolah
dasar. Sedangkan 77,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam
penelitian. Kepala sekolah hendaknya meningkatkan jenjang pendidikan dan
kompetensi kewirausahaan sehingga kinerjanya semakin baik.
ix
DAFTAR ISI Halaman
JUDUL ...............................................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .........................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................
PENGESAHAN .................................................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................
PRAKATA ......................................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8
1.3. Pembatasan Masalah ............................................................................... 8
1.4. Rumusan Masalah ................................................................................... 8
1.5. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
1.5.1. Tujuan Umum ........................................................................................ 9
1.5.2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 9
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................................... 10
1.6.1. Manfaat Teoritis ...................................................................................... 10
1.6.2. Manfaat Praktis ....................................................................................... 10
2. KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 12
2.1. Kajian Teori ............................................................................................. 12
2.1.1. Tingkat Pendidikan ................................................................................. 12
2.1.2. Pengalaman Kerja ................................................................................... 15
2.1.3. Kinerja Kepala Sekolah ........................................................................... 16
2.1.4. Peran Kepala Sekolah dalam Penciptaan Guru Profesional .................... 20
x
2.1.5. Kompetensi Kepala Sekolah ................................................................... 21
2.1.6. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah ........................................................... 25
2.1.7. Tujuan Penilaian Kinerja ......................................................................... 26
2.2. Hubungan antar Variabel ........................................................................ 30
2.3. Kajian Empiris ......................................................................................... 30
2.4. Kerangka Berpikir ................................................................................... 36
2.5. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 37
3. METODE PENELITIAN ....................................................................... 39
3.1. Desain Penelitian ..................................................................................... 39
3.2. Prosedur Penelitian ................................................................................. 41
3.2.1. Tahap Persiapan ...................................................................................... 41
3.2.2. Tahap Pelaksanaan .................................................................................. 44
3.2.3. Tahap Penyelesaian ................................................................................. 45
3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................... 46
3.3.1. Populasi ................................................................................................... 46
3.3.2. Sampel ..................................................................................................... 47
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .......................... 48
3.4.1. Variabel Penelitian .................................................................................. 48
3.4.2. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 48
3.5. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 49
3.5.1. Angket (Kuesioner) ................................................................................. 49
3.5.2. Dokumentasi ............................................................................................ 50
3.6. Instrumen Penelitian ................................................................................ 51
3.6.1. Validitas Instrumen ................................................................................. 52
3.6.2. Reliabilitas Instrumen ............................................................................. 54
3.7. Teknik Analisis Data ............................................................................... 55
3.7.1. Analisis Deskriptif Data .......................................................................... 56
3.7.2. Teknik Analisis Indeks ............................................................................ 57
3.7.3. Teknik Analisis Statistik Data ................................................................. 58
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 67
4.1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 67
xi
4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 67
4.1.2. Deskripsi Responden ............................................................................... 68
4.1.3. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ................................................... 72
4.1.4. Hasil Uji Prasyarat Analisis .................................................................... 87
4.1.5. Hasil Analisis Akhir ................................................................................ 90
4.1.6. Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................................... 100
4.2. Pembahasan .......... .................................................................................. 103
4.2.1. Tingkat Pendidikan .......... ....................................................................... 104
4.2.2. Pengalaman Kerja .......... ........................................................................ 105
4.2.3. Kinerja Kepala Sekolah .......... ............................................................... 105
4.2.4. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Kepala Sekolah .......... 108
4.2.5. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah .......... .. 110
4.2.6. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja terhadap Kinerja
Kepala Sekolah .......... ............................................................................. 111
5. PENUTUP .............................................................................................. 112
5.1. Simpulan ................................................................................................. 112
5.2. Saran ....................................................................................................... 113
5.2.1. Bagi Kepala Sekolah .............................................................................. 113
5.2.2. Bagi Dinas Pendidikan Setempat ........................................................... 114
Daftar Pustaka .................................................................................................... 115
Lampiran ............................................................................................................. 118
xii
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
2.1. Jumlah SD di Kecamatan Tulis .............................................................. 47
3.6. Skala Likert ............................................................................................ 52
3.7. Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kinerja Kepala Sekolah) ..................... 54
3.8. Pedoman untuk Memberikan Koefisien Korelasi ................................... 65
4.1. Data Jumlah Kepala SD Kecamatan Tulis
Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................................... 68
4.2. Data Jumlah Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Terakhir ................................................................................................... 70
4.3. Data Jumlah Kepala Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Tulis
Berdasarkan Masa Kerja ........................................................................ 71
4.4. Penilaian Kinerja Kepala SD di Kecamatan Tulis .................................. 71
4.5. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ......................................... 73
4.6 HasilAnalisis Indeks Variabel Y (Kinerja Kepala Sekolah) ................... 80
4.7. Kategori Skor Kinerja Kepala Sekolah ................................................... 83
4.9 Frekuensi Pengalaman Kepala SDN di Kecamatan Tulis ....................... 86
4.10 Hasil Uji Normalitas Data (Kolmogorov-Smirnov) ................................ 88
4.11. Hasil Uji Linieritas Data ......................................................................... 89
4.12. Hasil Perhitungan Analisis Regresi Sederhana ....................................... 90
4.13. Koefisien Regresi Sederhana .................................................................. 92
4.14. Hasil Perhitungan Analisi Regresi Sederhana......................................... 93
4.15. Koefisien Regresi Sederhana .................................................................. 95
4.16. Hasil Perhitungan Analisi Regresi Ganda ............................................... 96
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Hasil UKKS Tingkat Nasional Tahun 2015 ............................................ 6
2.1. Skema Kerangka Berpikir ....................................................................... 37
3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 40
4.8 Persentase Penyebaran Tingkat Pendidikan ............................................ 85
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman
1. Daftar Populasi dan Sampel Penelitian...................................................... 119
2. Kisi-Kisi Angket VariabelX ...................................................................... 120
3. Kisi-Kisi Angket Variabel Y ..................................................................... 121
4. Lembar Penelitian Angket untuk Kepala Sekolah ..................................... 122
5. Lembar Penelitian Angket untuk Guru ...................................................... 128
6. Lembar Penelitian Angket untuk Pengawas .............................................. 134
7. Rekap Hasil Pengisian Angket Penelitian Variabel Y
(Kinerja Kepala Sekolah) .......................................................................... 140
8. Lembar Validitas Logis ............................................................................. 143
9. Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba Variabel Y
(Kinerja Kepala Sekolah) .......................................................................... 148
10. Hasil Uji Reliabilitas Data ......................................................................... 151
11. Indeks Kinerja Kepala Sekolah ................................................................. 152
12. Hasil Uji Normalitas Data ......................................................................... 155
13. Hasil Uji Linearitas Data ........................................................................... 156
14. Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linear Sederhana .............................. 157
15. Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linear Ganda .................................... 159
16. Surat Rekomendasi Permohonan Ijin Kesbangpol .................................... 160
17. Surat Rekomendasi Permohonan Ijin BAPPEDA ..................................... 161
18. Surat Izin Penelitian SD............................................................................. 162
19. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 182
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan akan membahas mengenai hal-hal yang
mendasari peneliti untuk melakukan penelitian. Pada bab ini penulis akan
membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Uraian
selengkapnya dijelaskan sebagai berikut:
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memberikan kontribusi sangat besar terhadap kemajuan suatu
bangsa. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih Indonesia
masih tertinggal dengan negara-negara lainnya. Pada tahun 2012, peringkat daya
saing Indonesia berdasarkan Growth Competitiveness Index berada di urutan ke-
50 dari 144 negara. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu
faktor penyebabnya. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan SDM
yaitu melalui pendidikan.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I
Pasal 1 menjelaskan bahwa.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.
Melihat kondisi sekarang ini maka dibutuhkan strategi untuk
2
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.. Salah satunya dengan cara
memperbaiki sistem manajemen pendidikan secara efisien untuk menghadapi
tantangan global. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63
Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa “mutu pendidikan adalah tingkat
kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan
Nasional”.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab II Pasal 3 Ayat 1 menjelaskan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Mutu pendidikan Indonesia dapat dicapai jika melaksanakan ketentuan dan
ruang lingkup Sistem Pendidikan Nasional yang ada di Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 yang salah satu penjabarannya adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Sedangkan Sumadinata et, al.
(2006) dalam Karwati (2013:59) menyatakan bahwa “mutu pendidikan atau mutu
sekolah sangat tertuju pada mutu lulusan”.
Lulusan yang bermutu berasal dari sekolah yang bermutu pula yaitu yang
memiliki sarana dan prasarana, fasilitas, media serta sumber belajar yang
3
memadai. Selain itu, perlu adanya pemberdayaan dan pengoptimalan seluruh
sumber daya yang ada di sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan staf lainnya.
Kepala sekolah merupakan penanggung jawab utama pada satuan pendidikan
persekolahan. Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan untuk
memimpin suatu sekolah yang diselenggarakan proses belajar mengajar atau
tempat terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran.James M Liphalm (1985) dalam Karwati (2013:37)
menyebutkan bahwa ”kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui
tugas-tugas mereka dan yang menentukan irama sekolah”.
Salah satu prasyarat penting bagi calon kepala sekolah adalah pengalaman.
Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman menjadi guru. Oleh karena itu
dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007, seorang guru untuk menjadi kepala
sekolah harus memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
Mengingat salah satu tugas kepala sekolah adalah meningkatkan kemampuan
mengajar guru, maka pengalaman mengajar sangat penting bagi calon kepala
sekolah.Kepala sekolah harus bertanggung jawab mulai dari penyelenggaraan
pendidikan, kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan pendayagunaan sampai dengan pemeliharaan sarana dan prasarana
Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat
berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan
administrasi, memiliki komitmen tinggi dan luwes dalam melaksanakan tugasnya.
4
Kualitas kepemimpinan kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan
sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah memiliki kekuasaan tertinggi dalam
mengatur kebijakan dan sumber daya sekolah termasuk bekerja sama dengan
guru-guru untuk meningkatkan kinerja dalam mendidik siswa sesuai tujuan
pendidikan. Tidak mudah untuk menjadi kepala sekolah yang profesional, banyak
hal yang harus dipahami dan dikuasai. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah
harus memiliki kemampuan, keterampilan, komitmen, dan tanggung jawab yang
tinggi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga tujuan sekolah yang telah
ditetapkan tercapai dengan maksimal. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab tersebut, kepala sekolah dituntut memiliki beberapa kompetensi-
kompetensi tertentu karena kepala sekolah memegang peranan strategis dalam
membawa arah pendidikan yang lebih bermutu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007 kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi,
kompetensi kewirausahaan dan kompetensi sosial. Beberapa kompetensi tersebut
berpengaruh terhadap kinerja kepala sekolah. Milkovich dan Boudreau (1997)
dalam Karwati dan Priansa (2013:82) menjelaskan bahwa “ Performance is the
degree to which employees accomplish work requirement “ (kinerja merupakan
tingkatan dimana pegawai menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat
yang ditentukan). Kinerja kepala sekolah atau prestasi kerja merupakan
pencapaian hasil kerja dari tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas pengalaman dan kesungguhannya. Dengan pengalaman yang
5
dimiliki, kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dengan
memperbaiki kekurangan yang pernah dialaminya. Berbagai upaya yang telah
dilakukan pemerintah Kabupaten Batang untuk meningkatkan kinerja kepala
sekolah di bidang akademis diantaramya adalah kegiatan kelompok kerja guru
(KKG), pelatihan dan penataran, bimbingan teknik (Bimtek) dalam penyusunan
program kerja dan sebagainya
.Berdasarkan dari hasil UKKS (Uji Kompetensi Kepala Sekolah) yang
diselenggarakan Kemendikbud pada tahun 2015 menunjukkan bahwa hasil
kompetensi kepala sekolah dari beberapa provinsi di Indonesia masih banyak
yang berada di bawah nilai rata-rata nasional yaitu 44,24. Uji kompetensi kepala
sekolah (UKKS) ini dilakukan pada 166.333 orang kepala sekolah jenjang SD-
SMA/SMK di seluruh provinsi. Dimensi yang dinilai yaitu kepemimpinan dalam
pembelajaran, kewirausahaan, pengembangan sekolah, manajerial, dan supervisi.
Nilai tertinggi didapatkan pada jenjang SMA (51,75), disusul SMK (50,67) SMP
(50,26), dan SD (44,43). Kepala Bidang Pengembanagan Profesi Dikdas
Pusbangprodik, Menurut Dian Wahyuni selaku Kepala Bidang Profesi Pendidikan
Pusbangprodik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa dari
hasil uji kompetensi tersebut terlihat semakin lama masa kerja dari kepala
sekolah, nilai rata-rata yang didapatkan semakin menurun. Pada masa kerja 1-4
tahun, nilai rata-rata kepala sekolah sebesar 46,41. Setelah masa kerja lebih dari 9-
12 tahun hanya 45,47. Bahkan nilai tersebut turun drastis menjadi 42,78 persen
bagi kepala sekolah yang memiliki masa kerja lebih dari 12 tahun.
6
Kecenderungan turunnya prosentase nilai berdasarkan lama masa kerja
seorang kepala sekolah telah menunjukkan bahwa semakin lama orang menjabat
sebagai kepala sekolah, banyak yang merasa tantangannya sudah hilang sehingga
mereka monoton dalam berinovasi mengembangkan sekolahnya agar menjadi
lebih bermutu sesuai dengan visi dan misinya masing-masing. Cara kerja kepala
sekolah dalam menjalankan tugas-tugasnya menjadi kurang efektif untuk
menggerakkan bawahannya supaya tujuan yang telah ditetapkan tercapai dengan
maksimal. Hasil UKKS (Uji Kompetensi Kepala Sekolah) Tingkat Nasional tahun
2015 tergambar dalam grafik berikut ini:
Gambar 1.1 Hasil UKKS Tingkat Nasional Tahun 2015
Sumber : www.simankeling22.blogspot.com
Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Nurbaeti (2014), Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNNES yang berjudul “Pengaruh pendidikan,
7
pelatihan, dan pengalaman mengajar terhadap profesionalisme guru sekolah dasar
di daerah binaan IV kecamatan Comal kabupaten Pemalang” hasil penelitian
menunjukkan terdapat kontribusi yang signifikan antara tingkat pendidikan
terhadap profesionalisme guru, terdapat kontribusi yang signifikan antara
pelatihan mengajar terhadap kinerja guru, terdapat kontribusi yang signifikan
antara pengalaman terhadap kinerja guru, dan terdapat kontribusi yang signifikan
secara bersama-sama antara tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman
mengajar terhadap kinerja guru.
Berdasarkan penelitian ini dapat menguatkan peneliti tentang pengaruh
tingkat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman mengajar terhadap kinerja guru.
Penelitian ini telah membuktikan bahwa tingkat pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman mengajar mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru.Mengingat
Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa guru dapat
diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah untuk memimpin dan
mengelola sekolah/madrasah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, maka
peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja terhadap kinerja kepala sekolah.
Berdasarkan data kondisi sekolah dasar pada bulan Juli tahun 2015 dari
UPT DISDIKPORA Kecamatan Tulis, terdapat 25 kepala sekolah dasar yang
tersebar di 25 sekolah dasar negeri di Kecamatan Tulis yang berasal dari latar
belakang pendidikan dan jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Ada yang
jenjang pendidikannya Sarjana dan adapula yang sudah Magister. Masing-masing
memiliki masa kerja/pengalaman mengajar yang berbeda pula. Berdasarkan data
8
tersebut, peneliti ingin mngetahui sejauh mana perbedaan tersebut dan
pengaruhnya terhadap kinerja kepala sekolah. Dari uraian tersebut, maka penulis
akan melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Tingkat Pendidikan dan
Pengalaman Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Tulis Kabupaten Batang “ .
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1) Kinerja kepala sekolah cenderung belum optimal
2) Manajemen dan supervisi kepala sekolah belum maksimal
3) Kepala sekolah kurang menjadikan masa kerja sebagai pengalaman ke
depan untuk menjadi lebih baik.
4) Kurangnya kesiapan dan kompetensi yang cakap yang dimiliki kepala
sekolah.
5) Kepemimpinan kepala sekolah cenderung kurang efektif.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi cakupan permasalahan yang
diteliti dengan membahas mengenai pengaruh tingkat pendidikan (X1) dan
pengalaman kerja (X2) terhadap kinerja kepala sekola (Y). Populasi penelitian
terbatas hanya pada kepala sekolah dasar negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten
Batang berjumlah 25 orang.
9
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1) Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja kepala SD
Negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang?
2) Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja kepala SD Negeri
di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang?
3) Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap
kinerja kepala SD Negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang?
4) Seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja kepala SD
Negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang?
5) Seberapa besar pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja kepala SD
Negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang?
6) Seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
terhadap kinerja kepala SD Negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran
pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap kinerja kepala
sekolah dasar negeri di Kecamatan Tulis.
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk memeroleh gambaran pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman
kerja terhadap kinerja kepala sekolah dasar negeri di Kecamatan Tulis.
1.5.2 Tujuan Khusus
10
1) Menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja kepala SD
Negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang.
2) Menganalisis pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja kepala SD
Negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang.
3) Menganalisis pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap
kinerja kepala SD Negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang.
4) Menganalisis besarnya pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja
kepala SD Negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang.
5) Menganalisis besarnya pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja kepala
SD Negeri di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang.
6) Menganalisis besarnya pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
secara bersama-sama terhadap kinerja kepala SD Negeri di Kecamatan
Tulis Kabupaten Batang.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik teoritis maupun praktis.
1.6.1 Manfat Teoritis
Manfaat Teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai landasan ilmu
pengetahuan tentang manajemen pendidikan melalui kajian tingkat pendidikan
dan pengalaman kerja terhadap kinerja kepala sekolah.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat Praktis dalam penelitian ini adalah:
11
1.6.2.1 Bagi peneliti
Untuk menambah informasi tentang manajemen pendidikan khususnya
yang berkaitan dengan kinerja kepala sekolah.
1.6.2.2 Bagi Kepala Sekolah
diharapkan dapat memberikan masukan kepada kepala sekolah untuk
selalu memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya sebagai kepala sekolah yang
profesional.
1.6.2.3 Bagi Dinas Pendidikan
diharapkan dapat memberikan motivasi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
12
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Bagian ini akan dijelaskan tentang kajian teori, hubungan antar variabel,
kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Uraian selengkapnya
sebagai berikut:
2.1 Kajian Teori
Di dalam kajian teori akan dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan
dengan penelitian ini. Teori yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu
pengertian tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kinerja kepala sekolah, peran
kepala sekolah dalam penciptaan guru profesional, kompetensi kepala sekolah,
penilaian kinerja, dan tujuan penilaian kinerja. Untuk lebih jelasnya akan
diuraiakan secara lebih lengkap sebagai berikut:
2.1.1 Tingkat Pendidikan
Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu proses perubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Wahmuji, 2008:971). Pelatihan
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas sekarang, sedangkan pengajaran lebih berorientasi pada cara
mempersiapkan pengalaman belajar bagi seseorang. Selain itu, pengajaran
merupakan upaya pemanfaatan atau penggunaan ilmu yang didapat untuk
meningkatkan keterampilan, bakat dan potensi yang dimiliki seseorang untuk
13
menghadapi kemajuan zaman dan sebagai bekal seseorang untuk bersaing di
dalam kehidupan.
Driyarkara (1984) dalam Ihsan (2013:4) menyatakan bahwa “pendidikan
adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf
insani itulah disebut mendidik”. Menurut Hasbulah dalam Sari (2014) pendidikan
diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain
agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih
tinggi dalam arti mental. Ihsan (2013:7) mendefinisikan “pendidikan berarti pula
hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-
lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya”.
Fungsi pendidikan yang utama adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga dapat membentuk manusia seutuhnya
(manusia sebagai makhluk individual, sosial, susila dan religius). Pendidikan
diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal kemudian mengolah
informasi tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar
tidaklah instan melainkan secara bertahap sesuai tingkatan atau jenjang
pendidikan masing-masing.
Tingkat pendidikan atau jenjang pendidikan yaitu tahapan pendidikan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang
akan dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan (Munib, 2011:147).
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau
masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam
14
perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Selain itu, seseorang dapat menempatkan
dirinya di tengah masyarakat untuk kemudian bersosialisasi dengan baik antara
satu sama lain. Dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan formal dapat
menumbuhkembangkan seseorang sebagai makhluk individu melalui pembekalan
dalam bidang studi. Oleh sebab itu, seseorang dapat mengembangkan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotoriknya sehingga mampu menampilkan dirinya
sesuai dengan nilai dan norma yang hidup di masyarakat.
UU No.20 Tahun 2003 Pasal 14 Bab 1 menyebutkan jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menegah, dan pendidikan tinggi.
Ihsan (2013:22-3) menjelaskan pada prinsipnya pendidikan dasar merupakan
pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan kehidupan baik
untuk pribadi maupun masyarakat. Pendidikan menengah yaitu pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang dapat
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya maupun
alam sekitar dan dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia
kerja atau pendidikan tinggi. Pada pendidikan tinggi, peserta didik disiapkan
untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tinggi yang
bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan,
mengembangkan, maupun menciptakan ilmu pengetahuan dan seni dalam rangka
pembangunan nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah menjelaskan kualifikasi umum kepala sekolah antara lain
memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (DIV)
15
kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
Memiliki kualifikasi akademik yang tinggi tentunya akan menjadikan kualitas
kerjanya menjadi baik.
2.1.2 Pengalaman Kerja
Kamus Bahasa Indonesia (Depdiknas 2008), “pengalaman dapat diartikan
sebagai yang pernah dialami (dijalani, dirasa, ditanggung, dan sebagainya)”.
Johnson (2007:228) dalam Fitriyanto (2012:21) menyatakan bahwa “pengalaman
memunculkan potensi seseorang. Potensi penuh akan muncul seiring berjalannya
waktu sebagai tanggapan terhadap bermacam-macam pengalaman”. Maka pada
hakikatnya pengalaman adalah pemahaman terhadap sesuatu yang dihayati dan
dengan penghayatan serta mengalami sesuatu sehingga seiring berjalannya waktu
segala nilai ataupun keterampilan yang telah dialami akan menyatu dalam dirinya.
Dengan demikian, pemahaman-pemahaman akan hal baru yang pernah terjadi
tersebut diaplikasikan dalam setiap melaksanakn pekerjaannya.
Seseorang yang berpengalaman dalam bekerja memiliki kemampuan kerja
yang lebih baik dari orang yang baru saja memasuki dunia kerja. Hal itu terjadi
karena semakin banyak pengalaman, seseorang semakin banyak pula belajar dari
kegiatan-kegiatan dan permasalahan yang timbul dalam kerjanya. Sejalan dengan
hal itu, menurut hukum (law of exercise) dalam Mustaqim (2001:50)
diungkapakan bahwa dalam law of exercise atau the law disuse (hukum
penggunaan) dinyatakan bahwa “hubungan antara stimulus dan respon akan
bertambah kuat atau erat bila sering digunakan atau tidak sama sekali”. Dari
pendapat tersebut diketahui bahwa latihan berulang-ulang akan meningkatkan
16
pengetahuan dan kemampuan seseorang. Apabila seseorang dalam bekerja tidak
belajar untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus maka hasil kerjanya
rendah.
Pengalaman kerja merupakan proses penambahan ilmu pengetahuan, nilai,
keterampilan serta sikap pada diri seseorang, sehingga dapat menunjang dalam
mengembangkan diri dengan perubahan yang lebih baik. Pengalaman kerja juga
dapat diperoleh dengan melewati masa kerja yang telah dilalui di suatu tempat
kerja. Ranupandojo (1984:71) menyebutkan bahwa “pengalaman kerja adalah
ukuran lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat
memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan melaksanakan dengan baik”. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pengalaman kerja seseorang dengan masa kerja
yang semakin lama akan meningkatkan kemampuan dan kecakapan kerja
seseorang sehingga hasil kerja akan meningkat dan memuaskan. Oleh karena itu,
melalui belajar dari pengalaman dalam jabatan akan semakin memantapkan
kematangan pribadi seorang kepala sekolah dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya. Dengan begitu, kepala sekolah diharapkan berhasil untuk mengelola
dan mengembangkan lembaga pendidikan yang dinaunginya tersebut.
2.1.3 Kinerja Kepala Sekolah
Kinerja dalam Bahasa Inggris disebut dengan performance yang berarti
unjuk kerja atau prestasi kerja. Menurut Munir (2008:30), “kinerja adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi lembaga”.
17
Mangkunegara (2010) dalam Karwati dan Priansa (2013:82) menyatakan
bahwa “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Nawawi (1997) dalam
Karwati dan Priansa (2013:82) mendefinisikan “kinerja sebagai hasil pelaksannan
suatu pekerjaan baik bersifat fisik/material maupun non fisik/non material dalam
suatu tenggang waktu tertentu”. Lebih lanjut Suryadi (1999) dalam Munir
(2008:31) menjelaskan bahwa “kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu lembaga, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujusn lembaga
bersangkutan secara legal dan tidak melanggar hukum serta sesuai moral atau
etika”.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja kepala
sekolah merupakan arti penting dari hasil pelaksanaan suatu pekerjaan yang
mengarah pada tingkat keterampilan kepala sekolah dalam memajukan dan
menyelesaikan suatu pekerjaan yang diembannya. Kepala sekolah adalah
penanggungjawab seluruh kegiatan proses pendidikan di sekolah, sehingga
peranannya sangat dominan bagi terselenggaranya seluruh kegiatan sekolah.
Segala permasalahan yang dihadapi oleh seluruh komponen yang terlibat di
sekolah harus mampu diatasi oleh kepala sekolah. Dengan demikian, situasi
menjadi kondusif bagi pengembangan seluruh potensi sumberdaya yang terkait.
Wahjosumidjo (2013:81) menjelaskan bahwa kepala sekolah yang berhasil
adalah mereka yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang
18
kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai
seseorang yang bertanggungjawab untuk memimpin sekolah. Mulyasa (2011:181)
menyebutkan bahwa faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap mutu
pendidikan adalah kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Lebih lanjut
Wahjosumidjo (2013:84) menjelaskan bahwa kepala sekolah adalah jabatan
pemimpin yang diisi oleh orang-orang mealui prosedur dan persyaratan-
persyaratan tertentu seperti: latar belakang pengalaman atau pendidikan, pangkat,
usia dan integritas atau harga diri. Dengan demikian, seorang kepala sekolah
harus memiliki jiwa kepemimpinan untuk mengatur dan mengembangkan
sekolah. Jiwa kepemimpinan tersebut antara lain berkepribadian kuat, dapat
dipercaya, jujur dan bertanggung jawab, memiliki visi dan misi sekolah, memiliki
kemampuan mengambil keputusan dan sebagainya. Tugas kepala sekolah sebagai
pemimpin melakukan kegiatan kepemimpinannya melalui beberapa tahap, yaitu
tahap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan
pengawasan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Mulyasa (2014:126) menyebutkan
bahwa kriteria kepemimpinan sekolah yang efektif dalam MBS adalah sebagai
berikut:
a) mampu memberdayakan semua guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
yang baik, lancar, dan produktif.
b) dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan tepat waktu.
c) mampu menjalin hubungan yang harmonis dan melibatkan masyarakat secara
aktif guna terwujudnya tujuan sekolah dan pendidikan.
19
d) berhasil dalam menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai sekolah lainnya.
e) bekerja bersama tim manajemen.
f) berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan
yang sudah ditetapkan.
Menurut Danim (2002) dalam Karwati dan Priansa (2013:114) ciri-ciri
kepala sekolah profesionl adalah sebagai berikut:
1) kemampuan untuk menjalankan tanggung jawab yang diserahkan
kepadanya 2) kemampuan untuk menerapkan keterampilan-
keterampilan konseptual, manusiawi, dan teknis 3) kemampuan untuk
memotivasi guru, staf, dan pegawai lainnya untuk bekerja 4)
kemampuan untuk memahami implikasi-implikasi dan perubahan
sosial, ekonomis, dan politik terhadap pendidikan.
Menururt Greenfield (1987) dalam Mulyasa (2011:19), terdapat tiga
indikator kepala sekolah efektif secara umum antara lain: (1) komitmen terhadap
visi sekolah; (2) menjadikan visi sekolah sebagai pedoman untuk mengelola dan
memimpin sekolah; (3) selalu memfokuskan kegiatannya terhadap pembelajaran
dan kinerja guru di kelas. Mulyasa (2011:63-5) menguraikan bahwa keberhasilan
pendidikan sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola
dan memberdayakan seluruh warga sekolah, termasuk pengembangan guru dan
staf. Pengadaan guru dan staf merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
guru dan staf di sekolah, baik jumlah maupun kualitasnya dengan sistem
rekruitmen untuk mendapatkan calon-calon guru dan staf yang terbaik dan
tercakap. Sehubungan dengan hal tersebut, pengembanagan guru dan staf
merupakan fungsi pengelolaan personel yang mutlak dilakukan untuk
memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja.
20
Munir (2008:20-3) menjelaskan dalam rangka mewujudkan prestasi kerja
yang tinggi, seorang guru harus memperoleh tingkat kepuasan kerja yang optimal.
Kepuasan adalah faktor utama dalam meningkatkan kualitas kerja yang
dipengaruhi oleh kepemimpinan suatu lembaga. Guru akan merasa puas jika
kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya memberikan peluang
kepada guru untuk mengembangkan ide, kreativitas, dan minatnya sehingga akan
mendapatkan pengakuan yang sesuai dengan harapan. Termasuk untuk memenuhi
sarana prasana atau segala kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang
peningkatan kinerja guru. Oleh karena itu, apabila guru tidak merasa puas maka
tercipta suasana yang kaku dan membosankan sehingga semangat kerja tim
menjadi rendah. Hal tersebut berdampak pada tujuan organisasi atau sekolah yang
tidak tercapai secara optimal.
2.1.4 Peran Kepala Sekolah dalam Penciptaan Guru Profesional
Menurut Karwati dan Priansa (2013:88-9) kepala sekolah memiliki peran
yang sangat strategis dalam menciptakan guru profesional, karena guru yang
profesional memerlukan kepemimpinan kepala sekolah yang profesional. Kepala
sekolah diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan guru secara individu untuk
membangun kualitas sekolah yang bermutu. Selain itu, kepala sekolah harus
mampu memadukan informasi yang ada di lingkungan sekolah dengan
menerapkan cara dan sistem kerja serta kinerja dengan cara yang proporsional,
menyeluruh dan berkelanjutan dimana kemampuan profesional guru selalu
diaktualkan. Peran kepala sekolah sebagai penciptaan profesionalisme guru antara
lain: (1) menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif, yaitu berkaitan dengan
keterbukaan dan kedekatan guru dengan kepala sekolah dalam rangka
21
pengoptimalan kesejahteraan guru. (2) menciptakan iklim kelembagaan yang
kondusif, yaitu kepala sekolah memberikan peluang dan kesempatan kepada guru
untuk berkreasi dan berinovasi. (3) optimalisasi peran kepemimpinan, yaitu
kepala sekolah berttugas memimpin guru untuk membangkitkan semangat dan
motivasi kerjanya. (4) pelaksanaan supervisi klinis, yaitu meningkatkan
kemampuan dasar guru yang berkaitan dengan kompetensi mengajarnya.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan elemen
penting yang harus diberdayakan agar kinerjanya meningkat. Kepala sekolah
senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara
terus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan
secara efektif dan efisien. Selain itu, kepala sekolah dapat memberikan
kesempatan yang luas kepada guru untuk dapat melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Dengan upaya pembinaan tersebut, diharapkan guru dapat memperbaiki
kekurangan yang ada dan dapat mempertahankan keunggulannya dalam
melaksanakn tugas dan tanggung jawabnya.
2.1.5 Kompetensi Kepala Sekolah
Dalam melaksanakan tugasnya, kepala sekolah disyaratkan harus
menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu. Sahertian (1992) dalam
Wahyudi (2012:28) mendefinisikan ‘kompetensi sebagai kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan”. Tracey
(1974) dalam Wahjosumidjo (2013:385) menyebutkan bahwa “keahlian atau
kemampuan dasar yaitu sekelompok kemampuan yang harus dimiliki oleh tingkat
pemimpin apapun, yang mencakup technical, human, dan conceptual skiills”.
22
Menurut Wahjosumidjo (2013:385) yang dimaksud technical skills adalah
kecakapan khusus yang berhubungan dengan barang seperti fasilitas dan peralatan
sekolah. Sutisna (1993) dan Oliva (1984) dalam Wahyudi (2012:33) menjelaskan
human skills atau keterampilan hubungan manusia dalam organisasi pendidikan
adalah adalah kemampuan kepala sekolah untuk menciptakan dan memelihara
hubungan yang positif dengan guru dan personel sekolah lainnya. Sedangkan
conceptual skills atau keterampilan konseptual yaitu kemampuan seorang
pemimpin untuk melihat organisasi sebagai satu keseluruhan aktivitas,
kepentingan dan perspektif dari individu dan kelompok ke dalam satu organisasi
sebagai totalitas (Wahjosumidjo, 2013:386).
Kepala sekolah yang memenuhi kriteria dan persyarratan suatu jabatan
berarti sudah memenuhi persyaratan kompetensi yang berlaku. Dengan demikian,
kompetensi kepala sekolah merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan kepala sekolah dalam bertindak dan kebiasaan berfikir
dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah termasuk kemampuan
mengambil keputusan, pemanfaatan dan peningkatan sumberdaya sekolah.
Standar kompetensi kepala sekolah berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 antara lain: (1)
kompetensi kepribadian; (2) kompetensi manajerial; (3) kompetensi
kewirausahaan; (4) kompetensi supervisi; dan (5) kompetensi sosial.
Kompetensi kepribadian kepala sekolah menurut Sagala (2009) dalam
Karwati dan Priansa (2013:118-9) adalah memiliki integritas kepribadian yang
kuat sebagai pemimpin yang meliputi sikap konsisten, komitmen, tegas, dan
23
disiplin dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah.
Selanjutnya memiliki keingintahuan yang kuat dan tinggi dalam mengembangkan
diri,bersikap terbuka atas saran dan kritik, mampu mengendalikan diri dan tidak
mudah putus asa dalam menghadapi masalah, serta memiliki bakat dan minat
jabatan sebagai pemimpin pendidikan. Kompetensi kepribadian bermanfaat untuk
mencapai keseimbangan emosi ketika menghadapi persoalan apapun di samping
agar mempunyai kewibawan tinggi dalam memimpin bawahan. Oleh karena itu,
kepala sekolah dapat menjadi teladan yang baik untuk guru, siswa dan warga
sekolah lainnya.
Kompetensi manajerial kepala sekolah berkaitan dengan kompetensi
menerapakan fungsi dan keterampilan manajemen dalam seluruh aktivitas yang
dilaksanakan di sekolah. Wahjosumidjo (2013:95) menyebutkan bahwa “seorang
manajer atau seorang kepala sekolah pada hakikatnya adalah seorang perencana,
organisator, pemimpin, dan seorang pengendali”. Hal tersebut berkaitan dengan
kemampuan dalam mengembangkan organsasi sekolah, mengelola guru dan staf
secara optimal, mengelola sarana dan prasarana sekolah, dan sebagainya. (Karwati
dan Priansa, 2013:199). Dengan menguasai kompetensi manajerial kepala
sekolah diharapkan mampu merancang, mengorganisasi, mengevaluasi, dan
memperbaiki proses pengelolaan sekolah dengan baik dan profesional. Oleh
karena itu, seluruh sumber daya sekolah dikelola dengan optimal sehingga
memberikan kontribusi untuk tujuan peningkatan kualitas.
Mulyasa (2011:191) menjelaskan kompetensi kewirausahaan kepala
sekolah berkaitan dengan kemampuan dalam menemukan berbagai peluang dalam
24
setiap kegiatan pengembangan sekolah, menuju sekolah yang efektif, efisien,
proaktif, mandiri, dan akuntabel. Untuk merealisasikannya kepala sekolah harus
berani mengambil keputusan secara tepat. Oleh karena itu, kompetensi ini
mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku sehingga dapat
memajukan sekolah dengan menciptakan terobosan-terobosan baru yang kreatif
dan inovatif.
Kompetensi supervisi dalam kaitannya dengan manajemen dan
kepemimpinan kepala sekolah merupakan pembinaan dan peningkatan
kemampuan dan kinerja tenaga kependidikan di sekolah khususnya guru dalam
melaksanakan tugas seperti hal kegiatan belajar mengajar. Jadi, tujuan supervisi
adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada guru untuk belajar tentang
bagaimana meningkatkan kemampuan mereka dalam rangka mewujudkan tujuan
belajar siswa (Mulyasa, 2011:239-41). Guru senantiasa diberikan dorongan agar
mampu mengembangkan kualitasnya dan selalu melakukan inovasi. Selain itu,
melalui supervisi dapat membantu guru untuk mengajar sesuai dengan kurikulum-
kurikulum baru yang diatur undang-undang.
Karwati dan Priansa (2013:127) menyebutkan bahwa “kompetensi sosial
adalah kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, bergaul, bekerjasama, dan
memberi kepada orang lain”. Kompetensi sosial kepala sekolah meliputi terampil
dalam bekerjasama dengan orang lain, berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat, dan memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain. Kompetensi sosial
tidak hanya penting bagi kepala sekolah secara individu tetapi juga penting bagi
lembaga sekolah yang dikelola dan bagi masyarakat sekitar.
25
Sedangkan menurut Karwati dan Priansa (2013:244) merumuskan lima
kompetensi tersebut dengan cara mengelompokkan kompetensi yang serumpun ke
dalam aspek yang sama antara lain: kepribadian dan sosial; kepemimpinan
pembelajaran; pengembangan sekolah; manajemen sumber daya; kewirausahaan;
dan supervisi pembelajaran (Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional).
2.1.6 Penilaian Kinerja
Kinerja atau performance disebut juga dengan unjuk kerja, prestasi kerja,
atau hasil pelaksanaan kerja. Armstrong (2009) dalam Karwati dan Priansa
(2013:236) menyatakan bahwa “pada umumnya skema manajemen kinerja
disusun dengan menggunakan peringkat dan ditetapkan setelah dilaksanakan
penilaian kinerja” Peringkat tersebut menunjukkan kualitas kinerja atau
kompetensi yang ditampilkan pegawai.
Dharma (1998) dalam Rahadi (2010:79) mengemukakan bahwa penilaian
kinerja adalah “upaya menciptakan mengumpulkan masukan perbandingan-
perbandingan antara penampilan kerja dengan hasil kerja yang diharapkan”. Lebih
lanjut lagi Veithzal Rivai (2009) dalam Karwati dan Priansa (2013:236-7)
menyatakan bahwa “penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan
terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-
sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat
ketidakhadiran”. Dengan demikian, kinerja merupakan hasil kerja pegawai dalam
lingkup tanggung jawabnya.. Dengan demikian, penilaian kinerja kepala sekolah
26
merupakan hasil kerja kepala sekolah dalam lingkup dan tanggung jawabnya yang
berkenaan dengan sekolah. Penilaian kinerja kepala sekolah tidak hanya
menyangkut aspek karakter individu melainkan pada hal-hal yang menunjukkan
proses dan hasil kerja yang dicapainya seperti kualitas, kuantitas, ketepatan
waktu, dan sebagainya.
2.1.7 Tujuan Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja memiliki beberapa tujuan yang dilakukan terhadap
kepala sekolah, dengan mengadaptasi konsep Werther dan Davis (1996) dalam
Karwati dan Priansa (2013:238-40) tujuan tersebut yaitu:
a) Peningkatan Kinerja (Performance Improvement), Dinas Pendidikan
melakukan evaluasi dan bertugas mengambil kebijakan dalam peningkatan
kinerja kepala sekolah.
b) Penyesuaian Kompensasi (Compensation Adjustment), hasil penilaian kinerja
akan memberikan gambaran mengenai kelayakan kompensasi/inisiatif
tambahan yang diperoleh oleh kepala sekolah apabila memiliki unit produktif.
c) Keputusan Penempatan (Placement Decision), berkaitan dengan penetuan
promosi dan transfer yang dilakukan terhadap kepala sekolah.
d) Kebutuhan Pengembangan dan Pelatihan (Training and Development Needs),
berkaitan dengan kegiatan mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan
pengembangan bagi kepala sekolah agar kinerjanya lebih optimal.
27
e) Perencanaan dan Pengembangan Karir (Career Planning and Development),
berkaitan dengan penentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat dicapai
oleh kepala sekolah yang dinilai.
f) Prosedur Perekrutan (Process Deficiencies), berkaitan dalam hal
mempengaruhi prosedur perekrutan kepala sekolah yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan.
g) Kesalahan Desain Pekerjaan dan Ketidakakuratan Informasi (Informational
Inacuracies and Job-Design Errors), membantu menjelaskan apa saja
kesalahan yang telah terjadi dalam pengelolaan sekolah oleh kepala sekolah.
h) Kesempatan yang Sama (Equal Employment Opportunity), menunjukkan
bahwa setiap guru memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi kepala
sekolah.
i) Tantangan Eksternal (External Challenges), mengatasi hambatan dalam kinerja
kepala sekolah yang dipengaruhi oleh tantangan eksternal seperti faktor
keluarga, kesehatan, keuangan pribadi, dan sebagainya.
j) Umpan balik (Feedback), yaitu umpan balik diberikan baik bagi Dinas
Pendidikan maupun bagi kepala sekolah itu sendiri.
Unsur-unsur yang dapat dinilai dalam penilaian kinerja kepala sekolah
dengan mengadaptasi konsep Sastrohadiwiryo (2005) dalam Karwati dan Priansa
(2013:242-3) adalah: 1) kesetiaan, 2) prestasi kerja, 3) tanggung jawab, 4)
ketaatan, 5) kejujuran, 6) kerja sama, 7) prakarsa, 8) kepemimpinan.
Kesetiaan merupakan tekad dan kesanggupan kepala sekolah terhadap
tugas-tugas yang diembannya dengan menaati, melaksanakan, dan
28
mengamalkannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Dengan
demikian, kepala sekolah melakukan segala tugas dan pekerjaannya dengan usaha
yang maksimal.
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya berdasarkan
kecakapan dan pengalaman yang telah dimilki. Kepala sekolah yang
berpengalaman akan cakap dan terampil dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai kepala sekolah yang profesional.
Tanggung jawab adalah kesanggupan kepala sekolah dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang telah dibebankan kepadanya dengan sebaik-
baiknya dan tepat waktu. Selain itu, kepala sekolah berani menanggung resiko
dari setiap keputusan yang diambil atau tindakan yang dilakukannya.
Ketaatan yang dimaksud adalah kesanggupan kepala sekolah untuk tidak
melanggar larangan yang telah ditetapkan. Selain itu, kepala sekolah harus
mampu menaati segala ketetapan, peraturan perundang-undangan dan peraturan
perdinasan yang berlaku termasuk menaati peraturan perdinasan yang diberikan
oleh pimpinan yang lebih tinggi.
Kejujuran adalah ketulusan hati kepala sekolah dalam melaksanakan
segala tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah. Selalu bersikap
terbuka dengan tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan
kepadanya.
29
Kerja sama adalah kemampuan kepala sekolah untuk menjalin hubungan
yang baik dan bekerja sama dengan kepala sekolah lainnya dalam rangka
meningkatkan kualitas sekolah dan kualitas pendidikan.
Prakarsa adalah kemampuan kepala sekolah untuk mengambil langkah-
langkah, keputusan, atau melaksanakan tindakan yang diperlukan dalam
menjalankan tugas pokok tanpa menunggu perintah atau bimbingan dari Dinas
Pendidikan.
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki kepala sekolah untuk
mengelola dan meyakinkan pegawai lainnya sehingga tujuan sekolah dapat
tercapai dengan optimal.
Menurut Werther dan Davis (1999) dalam Rahadi (2010:95) menyebutkan
bahwa terdapat empat hal yang harus diperhatikan dalam menyusun standar
penilaian kinerja yang baik dan benar yaitu validity, agreement, realism, dan
objectivity.
1) Validity adalah keabsahan standar tersebut sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dinilai. Keabsahan yang dimaksud disini adalah
standar tersebut memang benar-benar sesuai atau relevan dengan jenis
pekerjaan yang akan dinilai tersebut. 2) Agreement berarti persetujuan,
yaitu standar penilaian tersebut disetujui dan diterima oleh semua
pegawai yang akan mendapatkan penilaian. Ini merupakan prinsip
validity di atas. 3) Realism berarti standar penilaian tersebut bersifat
realistis, dapat dicapai oleh para pegawai dan sesuai dengan
kemampuan pegawai. 4) Objectivity berarti standar tersebut bersifat
objektif, yaitu adil, mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya
tanpa menambah atau mengurangi kenyataan dan sulit untuk
dipengaruhi oleh bias-bias penilai.
30
2.2 Hubungan Antar Variabel
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu kinerja kepala sekolah (Y),
tingkat pendidikan (X1), dan pengalaman kerja (X2). Kinerja kepala sekolah
berdasarkan tugas dan peran kepala sekolah secara umum dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah meliputi 5 hal, yaitu: 1) kompetensi kepribadian, 2)
kompetensi manajerial, 3) kompetensi kewirausahaan, 4) kompetensi supervisi,
dan 5) kompetensi sosial.
Untuk menguasai semua kompetensi tersebut tentunya seorang kepala
sekolah perlu meningkatkan tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikannya dan semakin lama masa kerjanya maka akan semakin bertambah
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh kepala sekolah.
Selain itu, jika semakin banyak pengetahuannya maka pengalaman-pengalaman
yang diperoleh menjadi semakin banyak pula. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kualitas kinerja kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan perannya untuk
memajukan sekolah terutama dalam memberdayakan sumberdaya sekolah secara
optimal khusunya untuk peningkatan profesionalisme guru.
2.3 Kajian Empiris
Berbagai penelitian mengenai tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
terhadap kinerja kepala sekolah sebelumnya sudah pernah dilakukan. Hasil
31
penelitian tersebut memberikan gambaran kepada peneliti tentang pengaruh
tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap kinerja kepala SDN di
Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Hasil dari berbagai penelitian tersebut dapat
digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam melakukan penelitian agar menjadi
lebih baik.
Pertama, Ismanto (2007) mahasiswa program pascasarjana dari Universitas
Negeri Semarang jurusan Manajemen Pendidikan. Penelitian dengan judul
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Masa Kerja terhadap Kompetensi Pedagogik
Guru Madrasah Aliyah (MA) di Kudus. Penelitian ini mengambil sampel
sebanyak 212 guru. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara
tingkat pendidikan terhadap kompetensi guru MA di Kudus yaitu sebesar 2,7%,
pengaruh pula terjadi antara masa kerja terhadap kompetensi guru MA di Kudus,
yaitu sebesar 1,8%, serta pengaruh antara tingkat pendidikan bersama-sama
dengan masa kerja terhadap kompetensi guru MA di Kudus yaitu sebesar 4,9%.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Adapun perbedaannya yaitu lokasi penelitian, jumlah
sampel, variabel penelitian, dan subjek penelitiannya. Persamaan dari penelitian
ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan jenis
penelitiaan kuantitatif. Selain itu, variabel tingkat pendidikan dan masa kerja
(pengalaman kerja) sebagai dua variabel yang diteliti.
32
Kedua, Handoko (2008) mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Pendidikan Guru dan
Pengalaman Mengajar Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Muhammadiyah 1
Pekalongan. Penelitian tersebut mengambil sampel sebanyak 48 guru. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan guru berpengaruh terhadap
kinerja guru ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 0,178, nilai t hitung
sebesar 3,157, t tabel sebesar 2,021 atau 3,157>2,021. Sedangkan pengalaman
kerja berpengaruh terhadap kinerja guru ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi
sebesar 0,128, nilai t hitung sebesar 2,645, t tabel sebesar 2,021 atau
2,645>2,021. Tingkat pendidikan guru dan pengalaman kerja berpengaruh
terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 1 Pekalongan ditunjukkan oleh
F hitung sebesar 3,915 sementara F tabel n = 48, k = 3, sebesar 3,23 atau
3.915>3,23. Jadi, sumbangan efektifnya sebesar 78% sementara 22% lainnya
ditentukan oleh variabel di luar penelitian tersebut. Ketiga variabel dalam
penelitian tersebut memiliki persamaan dengan variabel yang akan diteliti. Selain
itu, jenis penelitiannya sama-sama menggunakan jenis penelitian kuantitatif.
Perbedaannya terletak pada tempat penelitian, jumlah sampel, subjek penelitian,
dan obyek penelitiannya.
Ketiga, Hartini (2012) mahasiswa IKIP PGRI Semarang. Penelitian
dengan judul Pengaruh Kualifikasi Akademik, Pengalaman Kerja dan Motivasi
Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Se Kecamatan Wiradesa Kabupaten
33
Pekalongan. Penelitian ini mengambil sampel 34 kepala sekolah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun bersama-sama yang
signifikan antara kualifikasi akademik, pengalaman kerja dan motivasi kerja
terhadap kinerja kepala sekolah dasar se Kecamatan Wiradesa Kabupaten
Pekalongan. Besarnya pengaruh kualifikasi akademik yaitu 32%, pengalaman
kerja 42,9%, motivasi kerja 35,2%, dan pengaruh secara bersama-sama 59,7%.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang kan
diteliti oleh peneliti. Perbedaannya yaitu jenis penelitian, tempat penelitian, dan
variabel penelitiannya. Sedangkan persamaannya yaitu variabel pengalaman kerja
dan kinerja kepala Sekolah Dasar sebagai dua variabel yang akan diteliti.
Keempat, Ukis (2012) mahasiswa Untan Pontianak. Penelitian dengan
judul Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja
Kepala Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Sintang. Penelitian ini mengambil
sampel sebanyak 89 kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap kontribusi kedua variabel tersebut terhadap kinerja kepala
sekolah dasar negeri di Kabupaten Sintang sebesar 27,8%. Selain itu, secara
sendiri tingkat pendidikan berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja kepala
sekolah dasar, namun pengalaman kerja berpengaruh signifikan. Penelitian ini
memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang kan diteliti oleh
peneliti. Perbedaannya yaitu sampel penelitian dan tempat penelitiannya.
34
Sedangkan persamaannya yaitu variabel tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan
kinerja kepala Sekolah Dasar sebagai variabel yang akan diteliti.
Kelima, Dhuey (2013) dari University of Toronto. Penelitian tentang
“Bagaimana Kepala Sekolah Mempengaruhi Belajar Siswa”. Melalui penelitian
ini kepala sekolah harus memiliki kualitas kinerja yang baik. Penelitian ini
mengukur efek dari kepala sekolah tentang keuntungan dalam matematika dan
nilai tes membaca siswa mulai dari kelas tiga. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mengganti kepala sekolah saat ini memberikan pengaruh yang kecil pada
berbagai non-tes input sekolah, tetapi kepala sekolah baru yang kurang
pengalaman memberikan efek yang merugikan pada hasil.
Keenam, Kotur (2014) dari Bharatidasan University. Penelitian dengan
judul “Pengaruh Pendidikan Pengalaman Kerja di Gaya Kepemimpinan”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan demokratis lebih dominan
diantara pekerja. Pendidikan dan pengalaman kerja keduanya memiliki pengaruh
masing-masing pada gaya kepemimpinan pekerja sendiri. Dengan meningkatkan
salah satu dari dua variabel, otoritas yang relatif lebih rendah ditunjukkan oleh
para pekerja.
Ketujuh, Clark (2009) dari University of Florida. Penelitian tentang
“Kepala Sekolah dan Kinerja Sekolah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada tahun pertama pengalaman kepala sekolah cenderung rendah. Oleh karena
itu, denagn kebijakan yang ada menyebabkan kepala sekolah meninggalkan tugas
35
mereka lebih awal misalnya melalui pensiun dini atau pindah tugas. Dengan
demikian, sekolah yang kurang beruntung dijalankan oleh kepala sekolah yang
kurang berpengalaman dapat memperburuk kesenjangan pendidikan. Kinerja
sekolah akan semakin baik jika kepala sekolah diberikan pelatihan kepala sekolah
formal dengan pengembangan profesional.
Kedelapan, Novitasari (2012) dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian tentag “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Lingkungan Kerja,
Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Guru”. Penelitian ini mengambil
sampel sebanyak 50 guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah, lingkungan kerja, pendidikan dan pelatihan memberikan
kontribusi sebesar 76,2% terhadap kinerja guru ekonomi/akuntansi SMA se-
Kabupaten Kendal. Dan kontribusi parsial dari kepemimpinan kepala sekolah
sebesar 23.9%, lingkungan kerja sebesar 10,8%, pendidikan sebesar 11.9%, dan
pelatihan sebesar 9,8%. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang kan diteliti oleh peneliti. Perbedaannya yaitu tempat penelitian,
dan beberapa variabel penelitiannya. Sedangkan persamaannya yaitu sama-sama
mengukur kinerja yang dijadikan sebagai variabel terikat.
Penelitian-penelitian yang telah dipaparkan merupakan penelitian yang
relevan dengan penelitian ini. Penelitian relevan digunakan sebagai landasan atau
acuan dan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penelitian ini. Pada
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan
36
pengalaman kerja terhadap kinerja kepala sekolah. Dalam penelitian akan
diketahui ada atau tidaknya pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
terhadap kinerja kepala sekolah dan seberapa besar pengaruhnya.
2.4 Kerangka Berfikir
Kinerja sangat penting dalam menetukan kualitas seseorang, termasuk
seorang kepala sekolah. Kinerja kepala sekolah berdasarkan tugas dan peran
kepala sekolah secara umum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 13
Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah meliputi 5 (lima) hal,
yaitu: 1) kompetensi kepribadian, 2) kompetensi manajerial, 3) kompetensi
kewirausahaan, 4) kompetensi supervisi, dan 5) kompetensi sosial.
Menjadi kepala sekolah yang berkualitas tidak lepas dari tingkat
penddikan yang telah ditempuh dan pengalaman kerja, baik pengalaman sejak
menjadi guru maupun pengalaman dalam jabatan kepala sekolah. Oleh karena itu,
semakin tinggi jenjang pendidikan dan semakin banyaknya pengalaman yang
dimiliki oleh kepala sekolah maka seharusnya kinerja kepala sekolah menjadi
lebih berkualitas.
Melalui penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam
pengoptimalan tingkat pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki kepala
sekolah, sehingga akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan
kwalitas kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya. Keterkaitan antara
37
tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap kinerja kepala sekolah
digambarkan dalam skema kerangka berfikir berikut ini:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teori diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ho1 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap
kinerja kepala SD Negeri di Kecamatan Tulis.
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap kinerja
kepala SD Negeri di Kecamatan Tulis.
Ho2 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengalaman kerja terhadap
kinerja kepala SD Negeri di Kecamatan Tulis.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan antara pengalaman kerja terhadap kinerja
kepala SD Negeri di Kecamatan Tulis.
Tingkat
Pendidikan
Pengalaman
Kerja
Kinerja Kepala Sekolah
38
Ho3 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja secara bersama-sama terhadap kinerja kepala SD
Negeri di Kecamatan Tulis.
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pengalaman
kerja secara bersama-sama terhadap kinerja kepala SD Negeri di
Kecamatan Tulis.
112
BAB 5
PENUTUP
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman
Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tulis
Kabupaten Batang” telah selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh dapat dibuat simpulan dan saran dari penelitian ini.
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data, pengujian hipotesis serta hasil pembahasan yang
telah dikemukakan penulis sebagai peneliti, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
(1) Tingkat pendidikan kepala SDN di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang
rata-rata memiliki tingkat pendidikan terakhir Diploma-IV/S1
kependidikan. Artinya, kesadaran kepala sekolah untuk terus
meningkatkan jenjang pendidikannya cenderung masih rendah.
(2) Tingkat pengalaman kerja kepala SDN di Kecamatan Tulis Kabupaten
Batang rata-rata memiliki pengalaman kerja yang baik yaitu telah
mencapai masa jabatan periode kedua dalam jabatan sebagai kepala
sekolah. Artinya, semakin tinggi pengalaman kerjanya maka semakin
tinggi pula kinerjanya.
(3) Tingkat kinerja kepala SDN di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang
tergolong tinggi dengan presentase 80,70%. Artinya, kompetensi-
kompetensi kepala sekolah telah dikuasai dengan baik.
113
(4) Terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja kepala SDN di
Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Artinya, semakin tinggi
pendidikannya maka semakin meningkatkan kinerja kepala sekolah.
(5) Besarnya pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja kepala SDN
tergolong rendah yaitu sebesar 3,9% saja.
(6) Terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja kepala SDN di
Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Artinya, semakin tinggi pengalaman
kerjanya maka semakin meningkatkan kinerja kepala sekolah.
(7) Besarnya pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja kepala SDN
tergolong sedang yaitu sebesar 20,9%.
(8) Terdapat pengaruh secara bersama-sama antar tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja terhadap kinerja kepala SDN di Kecamatan Tulis
Kabupaten Batang. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan dan
pengalaman kerjanya maka semakin meningkatkan kinerja kepala sekolah.
(9) Besarnya pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap
kinerja kepala SDN tergolong sedang yaitu sebesar 22,1%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas,
maka saran yang dapat disampaikan untuk kepala sekolah, dan dinas pendidikan
setempat ialah sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Peneliti
1) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor lain yang juga
memengaruhi kinerja kepala sekolah guna menambah ilmu pengetahuan
baru.
114
5.2.2 Bagi Kepala Sekolah
1) Kepala sekolah hendaknya merumuskan tujuan program kerja yang lebih
menantang untuk dirinya maupun guru dan staf guna meningkatkan
kualitas kinerjanya.
2) Kepala sekolah hendaknya senantiasa memperhatikan berbagai kesulitan
dan permasalahn yang dihadapi guru dan staf misalnya dengan
mengadakan pertemuan rutin untuk mengetahui hambatan-hambatan apa
saja yang dialami kemudian selalu mencari solusi terbaiknya.
3) Kepala sekolah juga hendaknya menciptakan kegiatan-kegiatan sekolah
yang lebih inovatif seperti mengadakan bakti sosial setiap 3 bulan sekali
untuk melatih dan menerapkan kepekaan sosial siswa sejak dini.
5.2.3 Bagi Dinas Pendidikan Setempat
1) Untuk dapat meningkatkan kinerja kepala sekolah, pihak unit pelaksana
teknis dainas pendidikan pemuda dan olahraga (UPTD DIKPORA)
hendaknya mengadakan berbagai pelatihan-pelatihan yang dapat
meningkatkan kompetensi kewirausahaan seperti kegiatan yang dapat
menciptakan inovasi-inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah
sehingga dapat memberikan motivasi kepada kepala sekolah untuk
mewujudkan kesuksesan sekolah yang telah dipimpinnya dan menjadikan
kepala sekolah lebih berprestasi.
115
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta Rineka Cipta.
Clark, Damon, 2009. School Principals and School Performance. Jurnal.
University of Florida. Available at
http//www0.gsb.columbia.edu/faculty/jrockoff/cmr principals calder WP.pdf
Dhuey, Elizabeth, 2013. Bagaimana Kepala Sekolah Mempengaruhi Belajar
Siswa. Jurnal Manajemen. Vol 12 (online)
homes,chass.utorontp.ca/.../dhuey_smith_princ_aug2013.pdf
Ferdinand, A. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Universitas
Diponegoro
Fitriyanto, N. 2012. Pengaruh Motivasi Kerja Disiplin Kerja dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. (online). Available at
http://eprints.uny.ac.id.pdf diakses 5 April 2016
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handoko, Umar Said Cokro, 2008. Pengaruh Tingkat Pendidikan Guru dan Pengalaman Mengajar Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Muhammadiyah 1 Pekalongan. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Jurnal. Available at
http//eprints.ums.ac.id/1908
Hartini, S. 2012. Pengaruh Kualifikasi Akademik, Pengalaman Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Se Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.Jurnal Manajemen Pendidikan. Vol 1
Nomor 3.
Himpunan Lengkap Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. 2014.
Jogjakarta: Saufa.
Ihsan, Fuad, 2013. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ismanto. 2007. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Masa Kerja terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Madrasah Aliyah (MA) di Kudus. Universitas
Negeri Semarang. Skripsi. Available at http//lib.unnes.ac.id.pdf
Karwati dan Priansa, 2013. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah.
Bandung: Alfabeta.
116
Keling, Siman, 2015. Hasil UKKS dan UKPS Online Tahun 2015. (online).
(https://simankeling22.blogspot.co.id/2015/04/hasil-ukks-dan-ukps-online-tahun-2015.html?m=1 diakses 29 Desember 2015).
Kotur,Bhargava R .2014. Age,Gender,Education,Work Experience Influence on the Leadership Styles. Journal of Management. Bharatidasan University.
Vol 3. Available at
http//reflection.rustomjee.com/index.php/reflections/article/view/43.pdf
Mulyasa, E, 2014. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
_________, 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Munir, Abdullah, 2008. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Yogyakarta: Ar-Razz
Media.
Munib, Achmad dkk, 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas
Negeri Semarang Press.
Mustaqim, 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurbaeti, Rizki Umi 2014. Pengaruh Pendidikan, pelatihan, dan Pengalaman
Mengajar terhadap Profesionalisme Guru Sekolah Dasar di Daerah Binaan
IV Kecamatan Comal kabupaten Pemalang Pengertian Pengalaman Kerja.
(online). (lib,unnes.ac.id diakses 26 Desember 2015).
Novitasari, A, 2012. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Lingkungan Kerja Pendidikan, dan Pelatihan terhadap Kinerja Guru.Universitas Negeri
Semarang. Vol 1. Availabe at http//journal.unnes.ac.id.pdf
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 Tentang
Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Available at
http://www.google.co.id/search?permendiknasnomor28tahun20107source+1
470790708527.pdf diakses 30 Desember 2015)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah. Available at
http://sukabumikota.kemenag.go.id.pdf diakses 30 Desember 2015)
.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Available at http://sindiker.dikti.go.id.pdf
diakses 20 Januari 2016)
117
Priyatno, Duwi, 2014. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Media Kom.
Ranpandojo, Heidjrachman dan Suad Husnan. 1984. Manajemen Personalia.BPFFE:Yogyakarta.
Rahadi, Dedi Rianto, 2010. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Malang:
Tunggal Mandiri.
Riduwan, 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan PenelitiPemuda. Bandung: Alfabeta.
Rukima, 2012. Pengertian Pengalaman (online).
(http//murnibaharu.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-pengalaman-pengalaman-adalah.html?m=1 diakses 29 Desember 2015)
Sari, Dini Komala, 2014. Definisi Tingkat Pendidikan. (online).
(https://dinikomalasari.wordpress.com/2014/04/07/definisi-tingkat pendidikan/ diakses 29 Desember 2015).
Sugeng, 2014. Pengertian Pengalaman Kerja. (online).
(skripsi.manajemen.blogspot.co.id/2011.02./pengertian-pengalaman-kerja.html?m=1 diakses 26 Desember 2015).
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
________, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Ukis, Magdalena. 2012. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah. Jurnal Manajemen Pendidikan.
Universitas Pontianak. Availabe at
http//jurnal,untan.ac.id.index.php./jpdpb/article/view//9181
Usman, Husaini, 2008. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Wahyudi, 2012. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta.
Wahmuji, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Wahjosumidjo, 2013. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Rajawali Pers.
194
PENYEBARAN ANGKET DI SD NEGERI BEJI 02