PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP...
-
Upload
truonghuong -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP...
PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA
SKRIPSI
Oleh :
Agnes Stefanny Gondo
201210230311388
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi
Oleh :
Agnes Stefanny Gondo
201210230311388
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Skripsi : Pengaruh Sibling Rivalry terhadap Efektivitas Komunikasi
Interpersonal pada Teman Sebaya
2. Nama Peneliti : Agnes Stefanny Gondo
3. NIM : 201210230311388
4. Fakultas : Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
6. Waktu Penelitian : 16 Desember 2015 – 20 Januari 2016
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 29 Januari 2016.
Dewan Penguji
Ketua : Hudaniah, S.Psi, M.Si
Anggota Penguji : 1. Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi
2. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si
3. Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A
Pembimbing I Pembimbing II
Hudaniah, S.Psi, M.Si Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi
Penguji I Penguji II
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A
Malang Januari 2016
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Agnes Stefanny Gondo
NIM : 201210230311388
Fakultas / Jurusan : Psikologi / Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah MalangMenyatakan bahwa skripsi /
karya ilmiah yang berjudul :
Pengaruh Sibling Rivalry terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada Teman
Sebaya
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk
kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak
bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan Undang-undang yang
berlaku.
Malang, Januari 2016
Mengetahui
Ketua Program Studi Yang Menyatakan,
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si Agnes Stefanny Gondo
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Sibling Rivalry Terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada Teman Sebaya”,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Hudaniah, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Diana Savitri
Hidayati, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan hingga selesainya skripsi ini.
4. Para dosen dan staff TU Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan
pembelajaran serta proses pendewasaan.
5. Kepada kedua orang tua dan adik tercinta yang selalu memberikan dukungan, do’a
dan kasih sayangnya sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku Dilla, Disti, Lupita, Intan, dan Rika yang selalu memberikan
semangat, hiburan, cerita dan manfaat yang begitu luar biasa dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Sahabat dan orang terdekat Novia, Cita, Firly dan Rafi yang telah membantu selama
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
8. Aris dan Andreas yang selama ini membantu dalam memberikan masukan dan
nasihat dalam skripsi ini.
vi
9. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2012 khususnya kelas G yang
memberikan semangat, dukungan serta berbagi ilmu dan saling melengkapi
kekurangan masing-masing.
10. Teman satu kos di Malang mbak Yenis yang selama ini memberikan bantuan selama
pengerjaan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan pada penulis dalam menyelesaiakan skripsi ini, dan semoga menjadi amal
ibadah yang diterima oleh Allah SWT.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, Januari 2016
Penulis
Agnes Stefanny Gondo
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
ABSTRAK............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 2
TINJAUAN TEORI ................................................................................................. 5
METODE PENELITIAN
a. Rancangan Penelitian .................................................................................. 8
b. Subjek Penelitian ......................................................................................... 9
c. Variabel dan Instrumen Penelitian .............................................................. 9
d. Prosedur Penelitian .................................................................................... 10
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 11
DISKUSI ............................................................................................................... 13
SIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................................................ 16
REFERENSI .......................................................................................................... 17
viii
DAFTAR TABEL
TABEL 1
Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ................................................................................. 10
TABEL 2
Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ............................................................................. 10
TABEL 3
Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................................................. 11
TABEL 4
Data Deskriptif Hasil Penelitian .......................................................................................... 12
TABEL 5
Analisis Regresi Linier Sederhana ...................................................................................... 13
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Blue Print Skala Sibling Rivalry dan Skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal ............ 19
LAMPIRAN 2
Skala Sibling Rivalry dan Skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal .............................. 20
LAMPIRAN 3
Validitas dan Reliabilitas ..................................................................................................... 25
LAMPIRAN 4
Uji Regresi Linier Sederhana .............................................................................................. 34
LAMPIRAN 5
Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................................................. 35
LAMPIRAN 6
Tabulasi ............................................................................................................................... 38
1
PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA
Agnes Stefanny Gondo
Fakultas Psikologi, Univesitas Muhammadiyah Malang
Manusia membutuhkan dan berusaha terbuka dalam menjalin sebuah komunikasi atau
hubungan dengan sesamanya. Efektivitas komunikasi Interpersonal atau berkomunikasi
merupakan keharusan bagi manusia tak terkecuali bagi seorang remaja kepada teman
sebayanya. Sibling rivalry merupakan perilaku antagonis atau permusuhan yang terjadi
antar saudara kandung. Perilaku ini sering menjadi pola hubungan sosial untuk
diterapkan dengan teman sebayanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman
sebaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif prediktif. Pengambilan data
menggunakan skala sibling rivalry dan skala efektivitas komunikasi Interpersonal.
Penelitian ini melibatkan 155 subjek SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang usia
remaja awal dengan teknik quota sampling dan menggunakan analisis regresi linier
sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif yang signifikan
antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal, dengan nilai R =
0,283; F = 13,317; p = 0,000, β = -0,240. Hal ini berarti semakin tinggi sibling rivalry
semakin rendah efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya dan
sebaliknya semakin rendah sibling rivalry maka semakin tinggi efektivitas komunikasi
Interpersonal pada teman sebaya.
Kata kunci : Sibling rivalry, efektivitas komunikasi Interpersonal, teman sebaya
Humans need and attempt to extroverted a communication or relation with others. The
effectiveness of Interpersonal communication (communicating) is a necessity for
human beings including a teenager with their peers. Sibling rivalry is kind of antagonist
behavior or hostility which occurs between siblings. This behavior frequently becomes
the pattern of social relation to applied among peers. This study was aimed to determine
the effect of sibling rivalry on effectiveness of Interpersonal communication in peer
friends. This study using predictive quantitative approach. Sibling rivalry scale and
effectiveness of Interpersonal communication scale were used in collecting the data.
This research involved 155 subjects at SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang with
early adolescence ages by using quote sampling and simple linear regression
technique. The results showed that there was significant negative effect between sibling
rivalry on effectiveness Interpersonal communication, with a value of R = 0,283; F =
13,317; p = 0,000, β = -0,240. It means that the higher the sibling rivalry, the lower
the effectiveness of Interpersonal communication in peer friends. Conversely, the lower
sibling rivalry, the higher the effectiveness of Interpersonal communication in peer
friends.
Keywords: sibling rivalry, the effectiveness of Interpersonal communication, peer
friends.
2
Komunikasi antar pribadi atau secara ringkas disebut sebagai berkomunikasi merupakan
keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta
menjalin sebuah komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah
kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat berkomunikasi dengan
sesamanya. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menjadi terampil dalam berkomunikasi
(Supratiknya, 1995). Dengan berkomunikasi seseorang dapat membina hubungan baik dengan
orang lain di sekitarnya. Menurut Lake (1986) hubungan yang baik tergantung pada komunikasi
yang baik. Hubungan baik disini merupakan hubungan yang membuat kedua belah pihak saling
berbagi persoalan yang terjadi dalam kehidupan, dengan melakukan komunikasi orang mampu
mengalami, memahami serta menanggapi hal-hal yang dirasakan oleh orang lain dan manfaat
seperti itulah yang sangat diperlukan oleh remaja dalam berkomunikasi dengan teman
sebayanya.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Papalia (Ling & Dariyo, 2002) mengungkapkan bahwa
remaja lebih banyak bergaul dan menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya.
Selain itu, teman-teman sebaya merupakan faktor penting yang membantu remaja mengatasi
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pengaruh dari teman sebaya ini dapat berupa
hal positif maupun negatif (Rubin, Bukowski, & Parker, dalam King 2013). Salah satu aspek
kunci dalam memiliki hubungan teman sebaya yang positif yaitu dengan memiliki salah satu
atau lebih sahabat karib, sedangkan beberapa teman sebaya dan sahabat dapat memberikan
pengaruh negatif kepada perkembangan remaja, pada awal masa remaja (13-16 tahun)
merupakan tingkat keterlibatan teman sebaya yang lebih tinggi (Nation & Heflinger, dalam
King 2013). Selain itu pada usia remaja ini seringkali membangun interaksi dengan teman
sebayanya dalam bentuk geng, interaksi pertemanan ini seringkali menimbulkan sebuah
konflik, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja tersebut (Firmanto, 2013).
Remaja membutuhkan rasa diterima di lingkungan teman sebayanya, seperti yang dijelaskan
oleh Mappiare (1982) bahwa pada periode perkembangannya ini remaja sangat takut dikucilkan
oleh teman sebayanya, hal inilah yang menyebabkan remaja sangat intim dan bersikap perasaan
terikat dengan teman sebayanya.
Hasil penelitian dari Rusda (1991) menyebutkan bahwa remaja yang mampu diajak berbicara
atau berdiskusi tentang berbagai hal, terbuka dan cocok sebagai tempat curahan hati,
menduduki urutan kedua untuk alasan dipilihnya remaja tersebut menjadi teman bergaul yang
menyenangkan di sekolah, dengan prosentase pemilih sebesar 10,87%, sehingga kemampuan
remaja dalam berkomunikasi secara efektif dengan teman sebaya merupakan salah satu faktor
penting yang turut menentukan diterimanya remaja tersebut di kelompok teman sebayanya.
Berdasarkan hasil fenomena di salah satu sekolah Banjarnegara diperoleh informasi ada
beberapa anak yang kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman sebaya seperti ketika di
dalam kelas siswa malu untuk bertanya saat ia tidak tahu, hal ini menunjukkan siswa tidak dapat
terbuka. Tingkat empati siswa juga masih rendah, siswa tidak membantu ketika ada teman yang
membutuhkan bantuan. Siswa tidak mau mendengarkan ketika teman sedang berbicara didalam
kelas, hal ini menunjukkan siswa belum mampu memberikan dorongan/dukungan saat teman
berkomunikasi. Siswa menganggap teman yang tinggal kelas dianggap sebagai anak yang
bodoh, sikap ini menunjukkan siswa belum dapat berpikir positif kepada teman dan terdapat
kelompok geng yang membuat siswa cenderung hanya bermain dengan teman gengnya,
sehingga komunikasi dengan teman lainnya berkurang dan belum memahami apa itu kesamaan
dalam berteman (Sulistinganah, 2013). Oleh karena itu efektivitas dalam berkomunikasi sangat
diperlukan remaja agar pesan yang ingin disampaikan oleh remaja tersebut tidak disalahartikan
3
oleh pasangan komunikasinya, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman diantara kedua
belah pihak yang dapat memicu timbulnya perselisihan. Dimana perselisihan yang mungkin
terjadi justru akan merenggangkan dan memperburuk hubungan remaja tersebut dengan teman
sebayanya (Lake, 1986). Rendahnya efektivitas komunikasi yang terjadi pada remaja dengan
teman sebayanya ini diduga disebabkan karena adanya perilaku sibling rivalry ketika di rumah.
Beberapa penelitian menemukan bahwa dimensi hubungan antar saudara kandung berpengaruh
terhadap perilaku antisosial dalam hubungan dengan teman sebaya. Remaja yang memiliki
hubungan antar saudara kandung dengan konflik yang tinggi cenderung lebih agresif terhadap
teman sebayanya, dimana salah satu perilaku agresif dapat ditunjukkan dalam bentuk verbal
seperti dalam hal berkomunikasi (Criss & Shaw, dalam Lerner & Steinberg 2009). Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Hurlock (1999) bahwa aspek yang paling serius dari perselisihan saudara
adalah hubungan buruk ini sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak keluar
rumah untuk diterapkan dalam hubungannya dengan teman sebaya.
Menurut Bee & Boyd (Rahmawati, 2013) menyampaikan bahwa ketika orang tua memutuskan
memiliki lebih dari satu anak, maka akan ada kehadiran sibling dalam kehidupan anak pertama.
Sibling dalam konsep psikologi diartikan sebagai saudara laki-laki atau perempuan yang tinggal
bersama dalam satu pengasuhan orang tua yang sama. Secara umum kehadiran sibling baru
umumnya terjadi ketika seorang ibu melahirkan adik baru bagi kakak. Tentunya kehadiran adik
baru bagi seorang kakak biasanya disambut dengan perasaan senang oleh kakak karena
dianggap sebagai teman atau mainan baru, namun seiring berjalannya waktu seringkali kakak
merasa bosan dan adik tidak lagi di anggap sebagai mainan yang menyenangkan.
Kehadiran seorang adik atau saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial
dan emosional seorang anak, serta hampir tidak akan pernah bisa dihindari adanya persaingan
antar saudara kandung atau yang sering disebut sebagai sibling rivalry. Menurut Reber & Reber
(2010) sibling rivalry merupakan sebuah istilah popular bagi interaksi yang sering kali agresif
dan suka menimbulkan pertengkaran di antara saudara-saudara kandung. Reaksi Sibling rivalry
dapat dilakukan dengan cara memukul, menggigit, menendang, mendorong, mencubit,
menghakimi, menyindir/mengejek, menertawakan, mengancam dan mengabaikan (Hurlock,
1999 ; Daly & Perez, 2009). Sibling rivalry pada kenyataannya tidak hanya dialami pada masa
kanak-kanak namun juga terjadi pada masa remaja yakni antara usia 13-15 tahun. Rentang usia
dimana anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) memasuki fase remaja awal. Pada masa ini
emosi remaja awal masih labil dan belum terkendali seperti marah, gembira atau kesedihannya
masih dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat (Nurihsan & Agustin, 2013).
Selain itu Hurlock (2007) mengungkapkan bahwa pada masa remaja merupakan fase penuh
konflik dan fase penuh penentangan, tidak terkecuali kepada saudara kandungnya.
Hasil survei oleh Roscoe, Goodwin & Kennedy (1987) menunjukkan bahwa siswa SMP
mengalami bentuk kekerasan dalam keluarga yaitu dengan saudara kandung, mereka
menemukan bahwa 88 % remaja laki-laki dan 94 % remaja perempuan melaporkan mereka
telah menjadi korban dari kekerasan dengan saudara mereka selama 1 tahun terakhir. Selain itu
berdasarkan hasil penelitian oleh mahasiswa psikologi di Unika Atma Jaya Jakarta yang
membahas mengenai konflik persaingan dalam keluarga suku Palembang, menunjukkan bahwa
konflik yang terjadi kepada keluarga suku Palembang yang memiliki 15 anak disebabkan oleh
pengasuhan orang tua kepada anak-anaknya, hubungan saudara kandung dipengaruhi oleh
suasana pertengkaran, saling mengejek, dan toleransi membuat konflik persaingan dalam
keluarga dan menimbulkan permusuhan. Dari hasil penelitian tersebut mengungkap suatu
pandangan bahwa sibling rivalry tidak hanya berhenti pada fase kanak-kanak namun hal itu
4
dapat berlanjut pada fase remaja, dan apabila masalah ini tidak diatasi maka akan berdampak
pada fase dewasa anak nantinya (Arif , 2013).
Menurut Palombo & Meyer (2014) studi menunjukkan bahwa perhatian orang tua menjadi
salah satu faktor yang paling penting dalam persaingan antar saudara. Ibu dan ayah dapat
memberikan kontribusi negatif bagi perkembangan anak-anak mereka melalui perlakuan yang
berbeda. Dalam satu studi perlakuan yang berbeda dan favoritisme yang dirasakan dikaitkan
dengan tingginya tingkat permusuhan di antara saudara kandung, dan banyak lagi perlakuan
orang tua dari salah satu orang tua tertentu menyebabkan lebih intensnya persaingan antar
saudara (Meunier, Roskam, Stievenart, Moortele, Browne, & Wade dalam Palombo & Meyer :
2014). Selain itu salah satu faktor penyebab terjadinya sibling rivalry menurut Hurlock (1999)
yaitu sikap orang tua, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara, pola asuh, pengaruh orang
luar dan urutan kelahiran dimana keluarga yang memiliki anak lebih dari satu, tentunya semua
anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut.
Sibling rivalry sering dianggap sebagai hal biasa yang tidak perlu dikhawatirkan, padahal
banyak menimbulkan dampak negatif yang akan mempengaruhi perkembangan anak
selanjutnya seperti menyebabkan perilaku agresif terutama kepada saudara maupun dengan
yang lain. Selain itu sibling rivalry juga memiliki dampak positif seperti anak mampu
memahami tindakan dan pikiran orang lain selama mereka konflik serta menciptakan kesadaran
dan kepedulian terhadap diri sendiri dan dalam hubungan sosial (Thompson, 2004).
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa sibling rivalry yang dilakukan pada masa
remaja awal terjadi dikarenakan pada fase ini remaja memiliki emosi yang labil dan belum
terkendali. Jarak usia yang saling berdekatan antar saudara juga dapat menimbulkan sibling
rivalry yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak usia yang lebih besar (Hurlock, 1999).
Pada fase ini remaja cenderung menghabiskan banyak waktu bersama teman sebayanya ketika
berada di luar rumah. Perilaku sibling rivalry ini akan mempengaruhi hubungan sosial remaja
ketika berada di luar rumah dengan teman sebayanya dalam bentuk agresi verbal seperti
berkomunikasi. Hal ini dikarenakan teman sebaya memiliki usia yang saling berdekatan sama
halnya dengan saudara kandung, sehingga remaja memiliki efektivitas komunikasi
Interpersonal yang rendah dengan teman sebayanya. Salah satu bentuk rendahnya efektivitas
komunikasi Interpersonal pada teman sebaya dapat ditunjukkan seperti tidak memiliki rasa
empati, tidak terbuka, tidak memiliki sikap mendukung, tidak memiliki sikap positif dan tidak
memiliki sifat kesetaraan (Devito, 2011). Oleh sebab itu diperlukan efektivitas komunikasi
Interpersonal yang baik, sehingga komunikasi antara kedua belah pihak berjalan dengan baik
dan pesan yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh sibling rivalry terhadap
efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui besarnya pengaruh sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal
pada teman sebaya. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini yaitu untuk memberikan
informasi dan pengetahuan kepada para remaja dan orang tua mengenai pengaruh sibling
rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Manfaat teoritis
penelitian ini adalah dapat menambah pembelajaran teori-teori psikologi, terutama psikologi
perkembangan dan sosial yang berkaitan dengan sibling rivalry dengan efektivitas komunikasi
Interpersonal pada teman sebaya.
5
Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Komunikasi menurut Rakhmat (2014) adalah usaha untuk membuat satuan sosial dari individu
dengan menggunakan bahasa atau tanda untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Pareek
(1991) komunikasi adalah pengiriman suatu pesan yang berorientasikan tujuan melalui suatu
medium atau media dari seseorang kepada orang lain yang menerima pesan tersebut.
Komunikasi merupakan tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima
pesan dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (Devito, 2011).
Komunikasi Interpersonal adalah pemberian pesan-pesan yang berorientasikan tujuan antara
dua orang atau lebih melalui suatu medium atau media (Pareek, 1991). Sedangkan menurut
Maulana & Gumelar (2013) komunikasi Interpersonal yaitu komunikasi antara komunikator
dengan komunikan, komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau
nonverbal sedangkan efektivitas merupakan kemampuan dalam mencapai tujuan yang pasti.
Jadi efektivitas komunikasi Interpersonal yaitu kemampuan individu dalam mengirimkan suatu
pesan melalui bahasa, tulisan maupun media kepada orang lain untuk mencapai tujuan serta
mendapatkan umpan balik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal menurut (Rakhmat,
2014):
a. Persepsi Interpersonal
Persepsi Interpersonal adalah persepsi tentang manusia, perilaku kita dalam komunikasi
Interpersonal tergantung pada persepsi Interpersonal.
b. Konsep diri
Dalam kenyataan tidak ada orang yang sepenuhnya berkonsep diri negatif atau positif
tetapi untuk efektivitas komunikasi Interpersonal sedapat mungkin kita memperoleh
banyak mungkin tanda-tanda konsep diri positif.
c. Atraksi Interpersonal
Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut sebagai atraksi
Interpersonal. Dengan mengetahui siapa tertarik dengan siapa atau siapa menghindari
siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi Interpersonal yang dapat terjadi.
d. Hubungan Interpersonal
Makin baik hubungan Interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan
dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga
makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara komunikan.
Karakteristik Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (2011) menguraikan bahwa tanda-tanda dari keefektifan komunikasi
Interpersonal atau antar pribadi apabila dilihat dari sudut pandang humanistik adalah sebagai
berikut :
a. Keterbukaan (openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antar pribadi
yaitu :
6
1. Adanya kesediaan komunikator untuk membuka diri kepada orang yang diajaknya
berinteraksi mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut.
2. Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.
3. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
dilontarkan adalah memang “milik” individu dan ia bertanggung jawab atasnya.
b. Empati (empathy)
Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lain itu melalui kacamata orang lain itu.
c. Sikap Mendukung (supportivenness)
Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap :
1. Deskriptif bukan evaluatif
Bila anda mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi
atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu, umumnya tidak merasakan sebagai
ancaman. Anda tidak ditantang dan tidak perlu membela diri. Di pihak lain
komunikasi yang bernada menilai seringkali membuat kita bersikap defensif.
2. Spontan bukan Strategik
Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam
mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama terus terang dan
terbuka. Sebaliknya bila kita merasa bahwa seseorang menyembunyikan
perasaannya yang sebenarnya bahwa dia mempunyai rencana dan strategi
tersembunyi kita bereaksi dengan defensif.
3. Provisional bukan sangat yakin
Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia
mendengar pandangan yang berlawanan.
d. Sikap Positif (positiveness)
Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi ada dua cara yaitu :
1. Menyatakan sifat positif
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dan komunikasi antarpribadi.
Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memilliki sikap positif terhadap
diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada
umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
2. Secara positif mendukung orang yang menjadi teman kita berinteraksi
Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking (dorongan).
Dorongan (stroking) dapat verbal dan non verbal. Dorongan positif umumnya
berbentuk pujian atau penghargaan. Sebaliknya dorongan negatif bersifat
menghukum dan menimbulkan kebencian.
e. Kesetaraan (equality)
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja, semua perilaku verbal dan
non verbal pihak lain.
7
SIBLING RIVALRY
Sibling rivalry merupakan perilaku antagonis atau permusuhan yang terjadi antarsaudara
kandung dan seringkali ditandai dengan perselisihan atau perkelahian dalam memperebutkan
waktu, perhatian, cinta dan kasih sayang orang tua yang diberikan pada masing-masing anaknya
(Boyle, 1999). Sedangkan menurut Reber & Reber (2010) sibling rivalry merupakan sebuah
istilah popular bagi interaksi yang sering kali agresif dan suka menimbulkan pertengkaran di
antara saudara-saudara kandung.
Jadi sibling rivalry yaitu perilaku antagonis yang ditandai dengan permusuhan atau perselisihan
antara saudara kandung dalam memperebutkan waktu, cinta, perhatian dan kasih sayang orang
tua, sehingga menimbulkan sebuah pertengkaran.
Faktor-Faktor Penyebab Sibling Rivalry
Menurut Hurlock (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sibling rivalry yaitu:
a. Sikap orang tua. Sikap orang tua yang tampak menyukai salah satu daripada yang lain
dapat menimbulkan perasaan bahwa orangtua pilih kasih dan hal itu membuat perasaan
benci terhadap saudara kandung.
b. Urutan kelahiran. Jika peran yang diberikan bukan peran yang dipilihnya sendiri maka
kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali dan dapat menyebabkan memburuknya
hubungan orang tua anak maupun hubungan antar saudara kandung.
c. Jenis kelamin. Anak perempuan dengan saudara perempuan akan terjadi iri hati yang
lebih besar daripada antara anak perempuan dengan saudara kandung laki-laki atau anak
laki-laki dengan saudara kandung laki-laki.
d. Perbedaan usia. Bila perbedaan usia antar saudara itu besar, baik jenis kelamin sama
ataupun berlainan, hubungan terjalin akan lebih ramah, dan saling mengasihi daripada
jika usia antar saudara kandung berdekatan.
e. Jumlah saudara. Jumlah saudara kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih
banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar.
f. Pola asuh. Hubungan antar saudara kandung tampak jauh lebih rukun dalam keluarga
yang menggunakan pola asuh otoriter dibandingkan dengan keluarga yang mengikuti
pola asuh permisif.
g. Pengaruh orang luar. Ada tiga faktor yang memberi pengaruh terhadap hubungan antar
saudara kandung, yaitu kehadiran orang diluar rumah, tekanan orang luar pada anggota
keluarga, dan perbandingan anak dengan saudara kandungnya oleh orang luar.
Menurut Boyle (1999) sibling rivalry sendiri dapat menimbulkan kompetisi antar saudara
kandung dalam sebuah keluarga yang memperebutkan dalam hal :
a. Waktu yaitu sebuah kebersamaan yang diluangkan oleh sesama individu
b. Perhatian yaitu aktifitas yang dilakukan oleh individu dengan kesadaran penuh dan
pemusatan tenaga psikis pada individu lain.
c. Cinta yaitu ungkapan atau gambaran perasaan yang terdalam kepada sesama individu.
d. Kasih sayang yaitu suatu sikap saling mengasihi antar sesama individu.
8
Situasi ini dapat dilihat jika dalam sebuah keluarga memiliki anak tunggal maka waktu,
perhatian, cinta dan kasih sayang orang tua hanya tertuju pada satu anak namun, jika dalam
keluarga memiliki anak dua atau lebih maka akan dibagi menjadi sejumlah anak yang dimiliki
keluarga tersebut.
Dampak Sibling Rivalry
Thompson (2004) sibling rivalry banyak menimbulkan dampak negatif yang akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya seperti menyebabkan perilaku agresif terutama
kepada saudara maupun dengan yang lain. Selain itu sibling rivalry juga memiliki dampak
positif seperti mampu memahami tindakan dan pikiran orang lain selama mereka konflik serta
menciptakan kesadaran dan kepedulian terhadap diri sendiri dan dalam hubungan sosial.
Hubungan antara Sibling Rivalry dengan Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada
Teman Sebaya
Dalam hal ini perilaku sibling rivalry yang terjadi pada remaja dapat mempengaruhi efektivitas
komunikasi Interpersonal dengan teman sebayanya. Ketika di dalam rumah seorang remaja
yang memiliki perilaku sibling rivalry cenderung akan berpengaruh pada komunikasi
Interpersonal dengan teman sebayanya ketika berada di luar rumahnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh (Criss & Shaw, dalam Lerner & Steinberg 2009) bahwa
remaja yang memiliki hubungan antar saudara kandung dengan konflik yang tinggi cenderung
lebih agresif terhadap teman sebayanya, dimana salah satu perilaku agresif dapat ditunjukkan
dalam bentuk verbal seperti dalam hal berkomunikasi
Hipotesis
“Ada pengaruh antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman
sebaya.”
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif prediktif, karena peneliti ingin mengetahui
apakah ada pengaruh antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada
teman sebaya.
9
Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang yang
berjumlah 250 orang. Sesuai dengan tabel Morgan subjek dalam penelitian ini sebesar 152 dan
dibulatkan menjadi 155 subjek dengan taraf kesalahan sebesar 5%. Sampel dalam penelitian ini
yaitu Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang kelas VII, VIII, X dan memiliki saudara
kandung. Pengambilan subjek menggunakan teknik quota sampling. Quota sampling dilakukan
dengan menetapkan terlebih dahulu jumlah individu yang akan diteliti dan sesuai dengan
karakteristik atau persyaratan yang ditetapkan sebelumnya, apabila jumlah sampel sudah sesuai
quota yang telah ditetapkan maka kegiatan penelitian segera dihentikan (Winarsunu, 2009).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas komunikasi Interpersonal karena
dipengaruhi oleh perilaku sibling rivalry. Efektivitas komunikasi Interpersonal yaitu respon
subjek dalam mengirimkan sebuah pesan yang disampaikan dalam bentuk bahasa, tulisan
maupun media dengan tujuan dan mendapatkan umpan balik. Sedangkan variabel bebas dari
penelitian ini yaitu sibling rivalry karena mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal
pada teman sebaya. Sibling rivalry yaitu respon subjek berupa perilaku antagonis antar saudara
kandung yang ditandai dengan permusuhan atau perselisihan dalam memperoleh perhatian
orang tua, sehingga akan menimbulkan pertengkaran diantara kedua belah pihak.
Metode pengumpulan data yang digunakan penelitian ini yaitu menggunakan skala Likert,
dimana akan disajikan daftar pernyataan tertulis yang telah disusun sebelumnya dan akan
responden jawab. Dalam penyusunannya skala likert ini berisikan poin yang menunjukkan
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Item pernyataan
terdiri dari item-item yang bersifat favourable, yaitu item yang mendukung terhadap indikator
variabel yang diungkap dan item-item yang bersifat unfavourable, yaitu item yang tidak
mendukung terhadap indikator variabel yang diungkap. Penelitian ini menggunakan dua macam
skala yaitu skala sibling rivalry dan efektivitas komunikasi Interpersonal. Skala sibling rivalry
disusun berdasarkan teori dari Boyle (1999) yang berjumlah 4 aspek yaitu : waktu, perhatian,
cinta dan kasih sayang orang tua. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 28
item. Untuk efektivitas komunikasi Interpersonal disusun berdasarkan teori dari Devito (2011)
yang berjumlah 5 aspek yaitu : keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan
kesetaraan. Skala diadaptasi dari skala efektivitas komunikasi Interpersonal yang disusun oleh
Prasetyawati (2005) yang berjumlah 40 item.
Berdasarkan hasil try out diperoleh bahwa uji validitas skala efektivitas komunikasi
Interpersonal menunjukkan dari 40 item yang diujicobakan terdapat 15 item gugur dan 25 item
valid, sehingga item yang valid dapat digunakan penelitian sebanyak 25 item dengan nilai
validitas -0,066 – 0,831. Sedangkan skala sibling rivalry dari 28 item yang diujicobakan
terdapat 12 item gugur dan 16 item valid, sehingga item yang valid dapat digunakan penelitian
sebanyak 16 item dengan nilai validitas -0,137 – 0,860. Adapun detail nilai validitas dapat
dilihat pada tabel 1.
10
Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Skala Jumlah item yang
diujikan
Jumlah item yang
valid
Indeks validitas
Skala Efektivitas
Komunikasi
Interpersonal
Skala Sibling Rivalry
40
28
25
16
-0,066 – 0,831
-0,137 – 0,860
Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Alat Ukur Alpha Keterangan
Skala Efektivitas
Komunikasi Interpersonal
Skala Sibling Rivalry
0,915
0,934
Reliabel
Reliabel
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat nilai cronbach alpha diatas 0,06 dan
item-item dalam penelitian data dapat dikatakan valid jika memiliki korelasi item skor total ≥
0,3 (Azwar, 2013). Dengan demikian skala tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Secara umum penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki tiga prosedur yaitu sebagai
berikut:
Tahap persiapan diawali dengan menyusun proposal kemudian membuat instrumen penelitian
dan mempersiapkan pelaksanaan try out setelah instrumen penelitian berupa skala selesai
disusun dan diadaptasi oleh peneliti. Selanjutnya melaksanakan try out skala kepada 40 subjek
pada tanggal 08 dan 10 Desember 2015 untuk memperoleh validitas dan reliabilitas instrumen.
Pada tahap pelaksanaan diawali dengan pengambilan data kepada siswa-siswi di SMP
Muhammadiyah 06 DAU-Malang. Penyebaran skala dilakukan pada tanggal 16 dan 17
Desember 2015 kepada siswa-siswi di SMP Muhammadiyah 06 DAU-Malang sebanyak 155
subjek dimana satu subjek diberi dua skala sekaligus dan langsung diisi secara bersamaan yaitu
skala sibling rivalry sebanyak 16 item dan skala efektivitas komunikasi Interpersonal sebanyak
25 item, setelah itu dilakukan skoring hasil pengambilan data.
Tahap terakhir yaitu melakukan entry data untuk dianalisis. Kemudian melakukan analisa data
dengan perhitungan secara statistik program SPSS (Statistical Program for Social Science) for
Windows (SPSS 21.00) dengan teknik regresi linier sederhana, dimana teknik ini digunakan
untuk menentukan dasar ramalan dari distribusi data yang terdiri dari variabel (Y) dan variabel
prediktor (X) (Winarsunu, 2009).
11
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan pada Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 155 orang. Berikut tabel deskripsi subjek penelitian.
Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian
Variabel Frekuensi Presentase (%)
Jenis Kelamin
Perempuan, Perempuan
Laki-laki, Laki-laki
Perempuan, Laki-laki
Laki-laki, Perempuan
41
41
37
36
26,5 %
26,5 %
23,9 %
23,2 %
Jumlah Saudara
1
2
3
155 subjek
93
39
23
100%
60 %
25,2 %
14,8 %
Urutan Kelahiran
1
2
3
4
155 subjek
65
52
27
11
100%
41,9 %
33,5 %
17,4 %
7,1 %
Pekerjaan Ayah
Swasta
Wiraswasta
155 subjek
58
97
100%
37,4 %
62,6 %
Pekerjaan Ibu
Swasta
Wiraswasta
IRT
155 subjek
18
36
101
100%
11,6 %
23,2 %
65,2 %
Pendidikan Ayah
SD
SMP
SMA
S1
S2
155 subjek
54
33
50
12
6
100%
34,8 %
21,3 %
32,3 %
7,7 %
3,9 %
Pendidikan Ibu
SD
SMP
SMA
155 subjek
51
40
49
100%
32,9 %
25,8 %
31,6 %
12
S1
S2
13
2
8,4 %
1,3 %
155 subjek 100%
Tabel 4. Data Deskriptif Hasil Penelitian
Variabel Frekuensi Presentase (%)
Sibling Rivalry
Tinggi
Sedang
Rendah
32
85
38
20,6 %
54,8 %
24,5 %
Efektivitas Komunikasi
Interpersonal
Tinggi
Sedang
Rendah
155 subjek
45
66
44
100%
29,0 %
42,6 %
28,4 %
155 subjek 100%
Pada tabel 4 disajikan data deskriptif hasil penelitian yang mana pada variabel sibling rivalry
diperoleh data sebanyak 32 orang dengan persentase sebesar 20,6 % berada pada kategori
tinggi, sedangkan sebanyak 85 orang dengan persentase sebesar 54,8 % berada pada kategori
sedang dan sebanyak 38 orang dengan persentase sebesar 24,5 % berada pada kategori rendah.
Pada variabel efektivitas komunikasi Interpersonal diperoleh data sebanyak 45 orang dengan
persentase sebesar 29,0 % berada pada kategori tinggi, sedangkan sebanyak 66 orang dengan
persentase sebesar 42,6 % berada pada kategori sedang dan sebanyak 44 orang dengan
persentase sebesar 28,4 % berada pada kategori rendah.
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien R = 0,283, F = 13,317 dengan signifikansi atau p
= 0,000 (p<0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh signifikan sibling rivalry
terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Nilai skor R square = 0,080,
hal ini menunjukkan bahwa sibling rivalry mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal
sebesar 8 % sedangkan 92% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diukur dalam
penelitian ini.
13
Tabel 5. Koefisien Regresi
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std.
Error
Beta
1 (Constant)
Sibling
Rivalry
84,207
-,240
2,555
,066
-,283
32,952
-3,649
,000
,000
Pada tabel 5 menunjukkan nilai konstan a dan b dimana nilai a = 84,207 ; b = -0,240, dengan
signifikansi sebesar 0,000, sehingga persamaan regresi dalam penelitian ini adalah : Y = 84,207
- 0,240X. Koefisien regresi variabel sibling rivalry sebesar -0,240 artinya jika sibling rivalry
mengalami kenaikan sebesar 1 nilai maka variabel efektivitas komunikasi Interpersonal akan
mengalami penurunan sebesar 0,240. Koefisien bernilai negatif, ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh negatif yang signifikan variabel sibling rivalry terhadap variabel efektivitas
komunikasi Interpersonal.
DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa ada pengaruh negatif yang signifikan antara
sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Hasil tersebut
membuktikan hipotesis penelitian yang telah diajukan terbukti atau diterima (R = 0,283; F =
13,317; p = 0,000). Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh negatif yang signifikan yaitu
semakin tinggi sibling rivalry semakin rendah efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman
sebaya dan sebaliknya semakin rendah sibling rivalry maka semakin tinggi efektivitas
komunikasi Interpersonal pada teman sebaya.
Penelitian dari Jennifer & Kristen (2007) juga menyebutkan bahwa kecemburuan antar saudara
memiliki hubungan negatif terhadap kepuasan dalam berkomunikasi. Ini menunjukkan bahwa
jika seorang remaja mengalami sibling rivalry maka akan berpengaruh pada penurunan dalam
hal berkomunikasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Canary &
Cupach (1988) bahwa konflik antar saudara memiliki hubungan negatif dengan kepuasan dalam
berkomunikasi. Selain itu perselisihan antar saudara ini cenderung akan berdampak pada
hubungan sosial remaja tersebut ketika berada di luar rumah. Hal ini sejalan juga dengan
pendapat dari Hurlock (1999) bahwa aspek yang paling serius dari perselisihan saudara adalah
hubungan buruk ini sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak keluar rumah
untuk diterapkan dalam hubungannya dengan teman sebaya. Selain itu beberapa penelitian yang
menemukan bahwa dimensi hubungan antar saudara kandung berpengaruh terhadap perilaku
antisosial dalam hubungan dengan teman sebaya. Remaja yang memiliki hubungan antar
saudara kandung dengan konflik yang tinggi cenderung lebih agresif terhadap teman sebayanya,
dimana salah satu perilaku agresif dapat ditunjukkan dalam bentuk verbal seperti dalam hal
berkomunikasi (Criss & Shaw, dalam Lerner & Steinberg 2009).
Dalam hal ini hubungan antar saudara kandung dapat mempengaruhi individu dalam memilih
teman dan didalam kelompok sebayanya, tentu peran orang tua sangat penting dalam hubungan
antar saudara kandung ini dengan memberikan penghargaan dengan tidak membanding-
bandingkan anak dengan saudaranya, menghabiskan waktu bersama, tidak memihak salah satu
14
dari mereka dan tetap mendukung dalam menyelesaikan konflik diantara mereka (Sailor,
2014).
Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian sebelumnya dari Etika (2013), namun
penelitian ini mencakup konteks secara luas yakni dalam hal penyesuaian sosial, hasilnya dapat
diketahui bahwa ada hubungan negatif antara sibling rivalry dengan penyesuaian sosial.
Penelitian Nuswantari (Etika, 2013) tentang hubungan antara sibling rivalry dengan perilaku
asertif pada remaja juga menunjukkan hubungan yang negatif artinya semakin tinggi sibling
rivalry, maka semakin rendah perilaku asertif pada remaja, dimana perilaku asertif merupakan
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pendapat, saran serta keinginan yang dimilikinya
secara langsung, jujur dan terbuka kepada orang lain, namun tetap menjaga perasaan pihak lain.
Hal serupa juga disampaikan oleh Bank (Etika, 2013) bahwa hubungan tidak harmonis antar
saudara kandung (sibling rivalry) akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian
sosial seperti hubungan yang buruk dengan teman sebaya, perilaku antisosial, kesulitan belajar
dan menunjukkan tanda psikopatologi seperti cemas, depresi dan ketakutan. Jika suasana
hubungan antar saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang
memudahkan untuk tercapainya penyesuaian sosial yang lebih baik. Selain itu kemampuan
penyesuaian sosial seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kondisi fisik,
perkembangan, pengalaman, pembelajaran, konflik, lingkungan rumah, hubungan dengan
orang tua, hubungan dengan saudara, masyarakat dan sekolah (Sunarto dalam Etika, 2013).
Selain kurang memberikan perhatian, cinta, waktu dan kasih sayang orang tua kepada anak
mereka dengan setara, cara berkomunikasi antara orang tua dengan anak menjadi salah satu
penyebab timbul sibling rivalry. Salah satunya dengan membeda-bedakan cara berbicara orang
tua kepada salah satu dari anak mereka, seperti ketika orang tua berbicara dengan nada tinggi
dalam menolak keinginan salah satu dari anak mereka sedangkan saudara yang lain tidak. Hal
ini akan memberikan persepsi pada anak bahwa orang tua berlaku tidak adil padanya, sehingga
timbul rasa iri hati dan perselisihan dengan saudara kandungnya. Usia yang saling berdekatan
antar saudara kandung juga sering menjadi salah satu pemicu timbulnya sibling rivalry. Sibling
rivalry yang dilakukan pada usia remaja awal cenderung akan berdampak pada teman
sebayanya dalam bentuk agresi verbal salah satunya berkomunikasi. Dikarenakan teman sebaya
memiliki usia yang saling berdekatan sama halnya dengan saudara kandung mereka, disisi lain
remaja juga lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Oleh sebab itu remaja
yang memiliki sibling rivalry akan membuat remaja tersebut memiliki efektivitas komunikasi
Interpersonal yang rendah dengan teman sebayanya. Remaja yang memiliki keterampilan
seperti hobi dapat menjadi salah satu alternatif cara untuk mencegah terjadinya sibling rivalry,
hal ini sesuai dengan pendapat bahwa keterampilan yang dimiliki oleh remaja akan membuat
hubungan saudara kandung menjadi positif (Lerner & Steinberg, 2009).
Selain didapat hasil bahwa hipotesis peneliti terbukti atau diterima, terdapat penemuan variabel
sibling rivalry pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam urutan kelahiran anak
pertama terbukti memiliki sibling rivalry yang lebih tinggi daripada urutan kelahiran yang
lainnya. Menurut Adler (Alwisol, 2009) anak pertama atau sulung mendapat perhatian yang
utuh dari orang tua sampai perhatian itu terbagi saat ia mendapat seorang adik. Ia harus
membagi kasih sayang saat anak ke dua lahir dan dapat membuat anak sulung bertingkah laku
seperti: membenci orang lain, melindungi diri, dan merasa tidak aman. Pada perbedaan usia,
subjek yang memiliki sibling rivalry tinggi terdapat pada jarak usia antar saudara kandung yang
berdekatan atau lebih kecil yakni jarak usia 1 sampai 4 tahun. Hal ini senada dengan pendapat
15
dari Hurlock (1999) mengungkapkan bahwa bila perbedaan usia antar saudara itu besar, baik
jenis kelamin sama ataupun berlainan, hubungan terjalin akan lebih ramah, dan saling
mengasihi daripada jika usia antar saudara kandung yang berdekatan. Untuk jumlah saudara,
sibling rivalry yang tinggi terdapat pada subjek yang memiliki jumlah saudara 1, hasil ini sesuai
dengan pendapat dari Hurlock (1999) bahwa jumlah saudara kecil cenderung menghasilkan
hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang lebih besar.
Jenis kelamin laki-laki dengan saudara laki-laki cenderung memiliki sibling rivalry yang tinggi
daripada jenis kelamin lainnya. Namun hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Hurlock (1999)
yang mengungkapkan bahwa anak perempuan dengan saudara perempuan akan terjadi iri hati
yang lebih besar daripada antara anak perempuan dengan saudara kandung laki-laki atau anak
laki-laki dengan saudara kandung laki-laki. Subjek yang memiliki sibling rivalry tinggi terdapat
pada subjek yang ayahnya bekerja pada pegawai swasta, hal ini disebabkan karena pekerjaan
swasta lebih terikat dengan lembaga atau perorangan, sehingga waktu yang dihabiskan oleh
seorang ayah cenderung lebih banyak berada di luar rumah daripada di dalam rumah dan tidak
memiliki banyak waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Sedangkan pekerjaan wiraswasta
biasanya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan tidak terikat oleh waktu serta
lembaga/perorangan. Subjek yang memiliki seorang ibu tidak bekerja atau Ibu rumah tangga
memiliki sibling rivalry yang tinggi. Sebenarnya ibu yang tidak bekerja atau bukan sebagai
wanita karir memiliki banyak waktu untuk merawat anaknya terutama dapat memahami
mengenai informasi dalam pencegahan terjadinya sibling rivalry, sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupan keluarganya. Sedangkan untuk pendidikan ayah dan ibu subjek yang memiliki
sibling rivalry tinggi terdapat pada orang tua yang menempuh pendidikan terakhir SMA.
Menurut Notoatmojo (2003) bahwa pendidikan dan kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sebenarnya orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan SMA sudah termasuk pada tingkat pendidikan tinggi dibandingkan dengan
pendidikan SMP maupun SD. Kebanyakan orang tua memiliki peran yang cukup dan baik
dalam mencegah terjadinya sibling rivalry dan hal ini dapat ditunjang dengan usaha orang tua
dalam memperoleh berbagai informasi karena dengan pendidikan SMA sudah dapat menerima
dan memahami informasi, sehingga mudah diterapkan dalam keluarganya.
Sibling rivalry merupakan sebuah kondisi yang umum terjadi pada suatu keluarga dengan anak
lebih dari satu, dimana hal tersebut dapat memicu terjadinya kecemburuan, perselisihan, dan
pertengaran dalam memperebutkan perhatian, waktu, cinta, dan kasih sayang orang tua yang
diberikan kepada anak-anak mereka. Oleh karena itu peran bagi orang tua disini sangat penting
dalam memberikan perhatian, waktu, cinta, dan kasih sayang mereka dengan setara, sehingga
tidak menimbulkan sibling rivalry. Meskipun sibling rivalry merupakan kejadian yang terjadi
pada keluarga dengan anak lebih dari satu, dan jika hal ini tidak segera diatasi maka akan
menimbulkan dampak negatif termasuk dalam hal efektivitas komunikasi Interpersonal, sesuai
dengan hasil penelitian ini yang menyebutkan bahwa sibling rivalry memiliki pengaruh negatif
terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Dalam hal ini pada siswa
SMP khususnya usia remaja awal cenderung lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman
sebayanya, oleh sebab itu diperlukan adanya efektivitas komunikasi Interpersonal agar pesan
yang ingin disampaikan oleh remaja kepada teman sebayanya sesuai dengan tujuan dan tidak
disalahartikan oleh lawan bicaranya tersebut.
Adapun sumbangan efektif dalam penelitian ini pada siswa SMP usia remaja menunjukkan
bahwa sibling rivalry memberikan kontribusi sebesar 8% terhadap efektivitas komunikasi
16
Interpersonal. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor lain yang dapat mempengaruhi
efektivitas komunikasi Interpersonal dengan kontribusi yang lebih besar yaitu sebesar 92%,
seperti persepsi Interpersonal, konsep diri, atraksi Interpersonal dan hubungan Interpersonal
(Rakhmat, 2014).
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh
negatif yang signifikan antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal
pada teman sebaya. Artinya semakin tinggi sibling rivalry maka efektivitas komunikasi
Interpersonal pada teman sebaya semakin rendah, dan sebaliknya semakin rendah sibling
rivalry maka efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya akan semakin tinggi. Hal
ini dibuktikan dengan hasil analisa yang memunculkan nilai R sebesar 0,283 dengan nilai p
sebesar 0,000. Selain itu sumbangan efektif dari sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi
Interpersonal sebesar 8%. Sedangkan 92% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.
Implikasi dari penelitian ini meliputi :
1. Bagi orang tua
Diharapkan bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja atau SMP dan memiliki
saudara kandung adik/kakak yaitu dengan cara berkomunikasi yang baik kepada anak,
seperti tidak membeda-bedakan anak satu dengan yang lainnya, tidak berbicara dengan
nada tinggi atau kasar kepada salah satu dari mereka, sehingga anak tidak menganggap
orang tua tidak berlaku adil dan terhindar dari sibling rivalry diantara mereka. Selain itu
diharapkan bagi orang tua untuk dapat memberikan perhatian, cinta, waktu dan kasih
sayang yang setara sesuai porsinya kepada masing-masing anak.
2. Bagi subjek
Untuk remaja yang memiliki keterampilan bermain bola atau menggambar dapat
digunakan sebagai media. Dengan menggambar subjek dapat menuangkan isi hatinya
pada kertas sedangkan bermain bola subjek dapat melatih dirinya dalam interaksi sosial,
kompetisi, aturan main atau dengan keterampilan yang lainnya, sehingga sibling rivalry
dapat dicegah dan tidak mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal pada
teman sebayanya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperluas usia subjek penelitian agar
hasil yang didapatkan bukan hanya untuk remaja awal namun juga untuk dewasa.
Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan variabel lain yang dapat mempengaruhi
efektivitas komunikasi Interpersonal atau variabel lain yang dapat dipengaruhi oleh
sibling rivalry.
17
REFERENSI
Arif, F. (2013). Mengatasi sibling rivalry dalam keluarga melalui konseling rational emotive
behavior dengan teknik reframing pada siswa kelas VII E Mts NU Ungaran. Skripsi.
Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. (Ed. revisi). Malang : UMM Press.
Azwar, S. (2013). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Boyle, W.A. (1999). Sibling rivalry and why everyone should care about this age old problem.
Diakses pada tanggal 09 Oktober 2015 dari
http://www.angelfire.com/md/imsystem/sibriv2.html.
Daly, L & Perez, L. (2009). Exposure to media violence and other correlate of aggressive
behavior in preschool children. Journal of Early Childhood Research & Practice, 11, 2.
Devito, J.A. (2011). Komunikasi antar manusia. Edisi Kelima. (diterj. Agus Maulana).
Tangerang: Karisma Piblishing Group.
Canary, D.J & Cupach, W. R. (1988). Relational and episodic characteristics associated with
conflict tactics. Journal of Social and Personal Relationships, 5, 305-325.
Etika. (2013). Hubungan sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial. Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Firmanto, A. (2013). Buku belajar psikologi perkembangan. Malang : Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
Hurlock, B.E. (1999). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
(2007). Perkembangan anak. Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Jennifer, L.B & Kristen, A.S. (2007). Jealousy expression and communication satisfaction in
adult sibling relationships. Journal of Communication Reaserch Reports, 24, 1.
King, L.A. (2013). Psikologi umum. Jakarta : Salemba Humanika.
Lake, T. (1986). Kesepian. Jakarta: Arcan.
Lerner, R.M & Steinberg, L. (2009). Adolescent psychology. Canada : Hoboken.
Ling, Y. & Dariyo, A. (2002). Interaksi sosial di sekolah dan harga diri pelajar SMU :
Phronesis.
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan.
Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja. Surabaya : Usaha Nasional.
18
Maulana & Gumelar. (2013). Psikologi komunikasi dan persuasi. Jakarta : Akademia Permata.
Notoatmojo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.
Palombo, E & Meyer, M.D.E. (2014). Sibling communicaton in emerging adulthood : young
women’s articulations of relationships, identity and conflict. Vol. XXX.
Pareek, U. (1991). Perilaku Organisasi : Pedoman ke Arah Pemahaman Proses Antar Pribadi
dan Motivasi Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.
Prasetyawati, E. (2005). Hubungan antara harga diri dengan efektivitas komunikasi
Interpersonal pada remaja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang.
Rakhmat, J. (2014). Psikologi komunikasi (Ed. revisi). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Rahmawati, A. (2013). Sibling rivalry pada anak usia dini. Jurnal Ilmiah Pendidikan, Sejarah
dan Sosial Budaya, Vol. 15, No. 1.
Reber & Reber. (2010). Kamus Psikologi. Edisi ketiga. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Roscoe, B., Goodwin, M., & Kennedy, D. (1987). Sibling violence and agonistic interactions
experienced by early adolescents. Journal of Family Violence. 2, 121-138.
Rusda, U. (1999). Kondisi-kondisi yang mempengaruhi penerimaan remaja di sekolah. Skripsi.
Fakultas Psikologi UMM.
Sailor, D. H. (2014). Influence on sibling relationship. Diakses pada tanggal 10 Januari 2015
dari http://www.education.com/reference/article/influences-sibling-relationships.
Sulistinganah. (2013). Meningkatkan kemampuan komunikasi antar teman sebaya
menggunakan bimbingan kelompok berbasis permainan. Skripsi. Jurusan bimbingan
dan konseling fakultas ilmu pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi : Tinjauan psikologis. Yogyakarta :
Kanisius.
Thompson, J. A. (2004). Implicit Belief about Relationship Impact the Sibling Jealousy
Experience. Thesis. Faculty of North Carolina State University.
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi & pendidikan. Malang: UMM Press.
19
BLUEPRINT SKALA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL
No. Indikator Item-Item
Favourable Unfavourable
1. Keterbukaan
Kesediaan komunikator untuk membuka diri
dan jujur kepada orang yang diajaknya
berinteraksi.
- 1, 2
2. Empati
Kemampuan seseorang untuk mengetahui
apa yang dialami orang lain pada saat
tertentu.
3, 5 4
3. Sikap Mendukung
Berpikiran terbuka dan bersedia mendengar
pandangan yang berlawanan.
6, 8, 10, 12 7, 9, 11, 13
4. Sikap Positif
Perilaku yang mendorong untuk menghargai
keberadaan dan kepentingan orang lain.
14, 17, 19 15, 16, 18, 20
5. Kesetaraan
Terdapat pengakuan secara diam-diam bahwa
kedua belah pihak bernilai dan berharga serta
upaya untuk memahami perbedaan daripada
menjatuhkan pihak lain.
21, 24 22, 23, 25
Jumlah 11 item 14 item
25 item
BLUEPRINT SKALA SIBLING RIVALRY
No. Indikator Item-Item
Favourable Unfavourable
1. Waktu
Sebuah kebersamaan yang diluangkan oleh
sesama individu.
1, 2, 3, 4 -
2. Perhatian
Aktifitas yang dilakukan oleh individu
dengan kesadaran penuh dan pemusatan
tenaga psikis pada individu lain.
5, 6, 7, 8 -
3. Cinta
Ungkapan atau gambaran perasaan yang
terdalam kepada sesama individu.
9, 10, 11 -
4. Kasih Sayang
Suatu sikap saling mengasihi antar sesama
individu.
12, 13, 14, 15, 16 -
Jumlah 16 item -
16 item
20
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Jln. Raya Tlogomas No. 246 Telp. (0341) 464318 Pes. 134 Fax. (0341) 460782
Malang 65144
Kepada :
Yth. Saudara/i
Di tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya Agnes Stefanny Gondo, mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang angkatan 2012 yang sedang mengadakan penelitian untuk memenuhi
salah satu persyaratan wajib dalam menyelesaikan Program Sarjana. Sehubungan dengan hal
itu, saya mengharapkan bantuan dari Saudara/i untuk memberikan informasi yang tepat sebagai
data penelitian dalam bentuk pengisihan skala.
Perlu diketahui bahwa pengisian skala ini hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian ilmiah dan tidak dipergunakan untuk maksud lain. Peneliti mengharapkan kepada
Saudara/i untuk tidak perlu ragu-ragu dalam memberikan informasi melalui jawaban atas
pernyataan yang disediakan. Jawablah dengan jujur dan sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Data atau informasi yang terkumpul akan digunakan untuk keperluan skripsi. Saya
menjamin kerahasiaan jawaban yang Saudara/i berikan.
Atas kesediaan Saudara/i dalam membantu kelancaran penelitian ini, saya ucapkan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hormat saya,
Peneliti
Agnes Stefanny Gondo
21
Petunjuk Pengisian Skala
1. Isi identitas Saudara/i terlebih dahulu.
2. Jawablah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda centang (√)
yang menunjukkan tingkatan kesesuaian dengan keadaan, perasaan, dan pikiran saudara
dari keempat pilihan yang disediakan yaitu :
(SS) : Jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut
(S) : Jika Anda Setuju dengan pernyataan tersebut
(TS) : Jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
(STS) : Jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
Contoh :
NO. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Orang tua lebih peduli terhadap
saudara daripada saya. √
3. Tidak ada jawaban benar atau salah, dan jawablah semua pernyataan, sehingga tidak
ada yang terlewatkan.
Identitas Responden
Nama (inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin : L / P *
Kelas :
Anak ke : …… dari…… bersaudara
Prestasi yang pernah dicapai :
Pekerjaan Orang Tua : Bapak : ………………… Ibu : …………………
Pendidikan Orang Tua : Bapak : ………………… Ibu : …………………
No. Kakak Usia Pekerjaan/Sekolah Adik Usia Pekerjaan/Sekolah
1. L / P * L / P *
2. L / P * L / P *
3. L / P * L / P *
4. L / P * L / P *
5. L / P * L / P *
(*) Lingkari yang sesuai
22
Skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal
No. Pernyataan
Jawaban
SS S TS STS
1. Saya tidak berterus terang pada teman tentang apa yang
saya rasakan.
2. Ketika saya mempunyai masalah, saya
menyembunyikannya dari teman.
3. Saya menghibur teman yang bersedih.
4. Saya tidak peduli terhadap permasalahan teman,
sehingga kurang terjalin keakraban diantara kami.
5. Saya mendengarkan ketika teman sedang
mengungkapkan perasaannya.
6. Saya bersedia untuk mendengarkan pendapat teman
yang berbeda, sehingga diskusi berjalan dengan baik.
7. Dalam musyawarah saya tetap mempertahankan
pendapat saya meskipun dapat menghambat
kesepakatan bersama.
8. Menurut saya sesama teman harus saling menghargai
satu sama lain, sehingga tercipta suasana akrab di kelas.
9. Tanpa saya sadari, saya meremehkan pendapat teman,
sehingga mereka menjauhi saya.
10. Saya tidak memotong pembicaraan ketika teman sedang
berbicara.
11. Cara saya berbicara membuat teman merasa
tersinggung.
12. Saya memberi kesempatan pada teman untuk
mengungkapkan pendapatnya, sehingga tercipta suasana
menyenangkan dalam diskusi.
13. Saya meyakini pendapat sayalah yang paling benar
meskipun menghambat jalannya diskusi.
14. Saya bertegur sapa dengan teman ketika bertemu di
jalan.
15. Saya gugup ketika mengikuti diskusi, sehingga
pembicaraan saya sulit dimengerti.
16. Berbicara dengan teman hanya menimbulkan
perselisihan.
17. Saya tersenyum ketika bertemu teman di jalan.
18. Saya sulit tersenyum kepada orang yang belum saya
kenal, sehingga pembicaraan terkesan kurang akrab.
19. Saya mendengarkan dan memperhatikan ketika teman
mengungkapan pendapat.
20. Saya cemas ketika menghadapi diskusi, sehingga saya
mengurungkan niat untuk mengungkapkan pendapat.
23
SS S TS STS
21. Dalam bergaul, saya tidak membedakan latar belakang
teman, sehingga persahabatan berlangsung akrab.
22. Dalam bergaul saya membedakan latar belakang teman,
sehingga teman-teman jengkel dengan sikap saya.
23. Dalam mengerjakan tugas kelompok, saya tidak
menghargai pendapat teman yang salah.
24. Dalam mengerjakan tugas kelompok, saya menghargai
semua pendapat teman, sehingga terjalin kerjasama
baik.
25. Saya membatasi jumlah teman dalam bergaul.
24
Skala Sibling Rivalry
Penggambaran situasi dalam pernyataan-pernyataan di bawah ini dibandingkan diri
saya dengan saudara kandung.
No. Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1. Orang tua lebih banyak meluangkan waktu untuk
berdiskusi dengan adik/kakak saya tentang pelajaran di
sekolahnya.
2. Orang tua lebih meluangkan waktunya untuk mengantar
dan menjemput adik/kakak saya di sekolah.
3. Ketika saya sedih orang tua tidak menghampiri dan
menghibur saya.
4. Ketika saya dan adik/kakak saya sakit orang tua lebih
menjaga dan menemani adik/kakak saya.
5. Orang tua lebih menyiapkan / menghidangkan makanan
yang disukai adik/kakak saya.
6. Orang tua membelikan snack makanan yang lebih
banyak untuk adik/kakak saya.
7. Ketika saya dan adik/kakak saya tidak di rumah, orang
tua lebih menanyakan kabar tentang adik/kakak saya.
8. Orang tua lebih memperhatikan makanan yang
dikonsumsi adik/kakak saya.
9. Ketika ada barang yang rusak di rumah orang tua lebih
menyalahkan saya.
10. Orang tua lebih mengunggulkan prestasi adik/kakak
saya.
11. Orang tua lebih marah kepada saya ketika saya dan
adik/kakak saya berbuat salah.
12. Ketika saya dan adik/kakak saya mendapatkan nilai
jelek, orang tua lebih marah pada saya.
13. Orang tua membelikan pakaian yang lebih banyak
kepada adik/kakak saya daripada saya.
14. Orang tua lebih mendengarkan keluh kesah adik/kakak
15. Ketika saya dan adik/kakak saya bertengkar orang tua
lebih membela saudara saya.
16. Ketika saya dan adik/kakak saya bercerita, orang tua
lebih menanggapi cerita dari adik/kakak saya.
25
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKALA
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.886 40
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Y1 122.475 172.153 .076 .887
Y2 123.475 166.256 .302 .884
Y3 122.375 170.189 .237 .885
Y4 123.625 169.061 .142 .888
Y5 122.825 167.071 .292 .884
Y6 123.125 165.497 .405 .883
Y7 122.950 172.869 .002 .889
Y8 122.925 171.148 .076 .889
Y9 122.400 168.708 .249 .885
Y10 123.650 174.285 -.066 .889
Y11 122.550 165.126 .344 .884
Y12 122.525 159.948 .583 .879
Y13 122.600 162.759 .551 .880
Y14 123.125 168.522 .227 .885
Y15 123.075 168.687 .155 .888
Y16 122.750 169.833 .153 .887
Y17 122.475 162.820 .532 .880
Y18 123.150 164.233 .360 .884
Y19 122.250 162.808 .714 .879
Y20 123.025 157.204 .689 .877
Y21 122.475 165.487 .502 .882
Y22 122.800 163.651 .482 .881
Y23 122.400 164.246 .509 .881
Y24 122.600 161.323 .600 .879
Y25 122.400 163.579 .628 .880
Y26 123.225 163.051 .489 .881
26
Y27 123.050 168.510 .195 .886
Y28 122.925 160.225 .442 .882
Y29 122.400 165.272 .515 .881
Y30 123.275 164.051 .396 .883
Y31 122.525 163.794 .542 .881
Y32 123.100 161.221 .566 .880
Y33 122.400 164.195 .638 .880
Y34 122.575 156.353 .762 .876
Y35 122.250 168.910 .320 .884
Y36 122.750 162.244 .596 .880
Y37 122.425 165.789 .446 .882
Y38 123.050 166.049 .239 .887
Y39 122.525 167.999 .293 .884
Y40 122.575 163.789 .518 .881
27
TAHAP II
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.914 26
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Y2 81.325 117.046 .306 .915
Y6 80.975 117.358 .350 .914
Y11 80.400 116.041 .351 .914
Y12 80.375 112.292 .558 .910
Y13 80.450 114.818 .512 .911
Y17 80.325 113.353 .592 .910
Y18 81.000 115.179 .372 .914
Y19 80.100 113.785 .757 .908
Y20 80.875 108.984 .722 .907
Y21 80.325 116.379 .514 .911
Y22 80.650 113.721 .561 .910
Y23 80.250 115.731 .491 .912
Y24 80.450 111.638 .690 .908
Y25 80.250 114.500 .664 .909
Y26 81.075 114.328 .497 .911
Y28 80.775 111.461 .467 .913
Y29 80.250 117.423 .430 .912
Y30 81.125 115.240 .397 .914
Y31 80.375 115.471 .515 .911
Y32 80.950 112.254 .606 .909
Y33 80.250 115.936 .596 .910
Y34 80.425 107.892 .820 .905
Y35 80.100 120.092 .260 .915
Y36 80.600 113.733 .600 .910
Y37 80.275 116.256 .485 .912
Y40 80.425 114.610 .551 .911
28
TAHAP III
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.915 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Y2 77.650 113.874 .305 .916
Y6 77.300 114.215 .346 .914
Y11 76.725 113.025 .342 .915
Y12 76.700 109.036 .566 .911
Y13 76.775 111.871 .498 .912
Y17 76.650 110.182 .594 .910
Y18 77.325 112.122 .366 .915
Y19 76.425 110.507 .769 .908
Y20 77.200 105.651 .737 .907
Y21 76.650 113.310 .506 .912
Y22 76.975 110.384 .574 .910
Y23 76.575 112.661 .484 .912
Y24 76.775 108.538 .689 .908
Y25 76.575 111.379 .661 .910
Y26 77.400 111.221 .494 .912
Y28 77.100 108.144 .477 .914
Y29 76.575 114.302 .424 .913
Y30 77.450 112.049 .399 .914
Y31 76.700 112.421 .507 .912
Y32 77.275 109.076 .610 .910
Y33 76.575 112.917 .583 .911
Y34 76.750 104.654 .831 .905
Y36 76.925 110.635 .597 .910
Y37 76.600 113.015 .490 .912
Y40 76.750 111.577 .543 .911
29
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKALA SIBLING RIVALRY
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.893 28
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X1 54.325 135.046 .565 .887
X2 55.150 144.746 .157 .895
X3 54.675 136.687 .599 .887
X4 55.200 141.549 .278 .893
X5 54.925 133.917 .506 .889
X6 55.175 144.558 .134 .896
X7 54.600 133.067 .522 .888
X8 54.875 134.830 .588 .887
X9 55.725 146.769 .056 .895
X10 54.950 133.690 .765 .884
X11 55.550 141.997 .344 .892
X12 54.775 130.794 .744 .883
X13 54.650 133.926 .597 .886
X14 55.250 135.167 .600 .887
X15 54.675 149.917 -.137 .903
X16 55.125 142.369 .238 .894
X17 55.450 141.126 .280 .893
X18 55.075 132.122 .733 .884
X19 55.575 142.917 .247 .893
X20 54.500 136.974 .365 .893
X21 55.075 133.353 .623 .886
X22 55.450 141.844 .283 .893
X23 55.225 132.487 .726 .884
X24 55.450 146.151 .073 .896
X25 54.975 130.538 .822 .882
X26 55.225 132.999 .698 .884
X27 54.875 128.728 .797 .881
X28 54.525 141.384 .290 .893
30
TAHAP II
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.930 17
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X1 34.000 100.667 .648 .926
X3 34.350 102.695 .658 .926
X5 34.600 101.887 .466 .931
X7 34.275 100.563 .511 .930
X8 34.550 101.792 .595 .927
X10 34.625 100.292 .811 .923
X11 35.225 110.128 .196 .934
X12 34.450 97.485 .798 .922
X13 34.325 100.071 .657 .926
X14 34.925 101.712 .631 .927
X18 34.750 98.859 .776 .923
X20 34.175 101.635 .462 .932
X21 34.750 99.987 .659 .926
X23 34.900 100.246 .704 .925
X25 34.650 97.464 .869 .921
X26 34.900 100.195 .707 .925
X27 34.550 95.895 .838 .921
31
TAHAP III
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.934 16
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X1 32.475 97.640 .658 .930
X3 32.825 99.635 .669 .930
X5 33.075 99.353 .449 .937
X7 32.750 97.474 .522 .935
X8 33.025 98.846 .598 .932
X10 33.100 97.426 .811 .927
X12 32.925 94.584 .803 .927
X13 32.800 97.087 .664 .930
X14 33.400 98.862 .629 .931
X18 33.225 96.128 .769 .928
X20 32.650 98.387 .479 .936
X21 33.225 97.153 .658 .930
X23 33.375 97.317 .708 .929
X25 33.125 94.779 .860 .926
X26 33.375 97.522 .695 .930
X27 33.025 93.256 .829 .926
32
HASIL TRYOUT SKALA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL
No. Indikator
Item Valid Jum
lah
Item Tidak Valid Juml
ah Favoura
ble
Unfavoura
ble
Favoura
ble
Unfavour
able
1. Keterbukaan
Kesediaan komunikator
untuk membuka diri dan
jujur kepada orang yang
diajaknya berinteraksi.
- 2, 6 2 1, 3, 5, 7 4, 8 6
2. Empati
Kemampuan seseorang
untuk mengetahui apa
yang dialami orang lain
pada saat tertentu.
11, 13 12 3 9, 15 10, 14, 16 5
3. Sikap Mendukung
Berpikiran terbuka dan
bersedia mendengar
pandangan yang
berlawanan.
17, 19,
21, 23
18, 20, 22,
24 8 - - 0
4. Sikap Positif
Perilaku yang
mendorong untuk
menghargai keberadaan
dan kepentingan orang
lain.
25, 29,
31
26, 28, 30,
32 7 27 - 1
5. Kesetaraan
Terdapat pengakuan
secara diam-diam bahwa
kedua belah pihak
bernilai dan berharga
serta upaya untuk
memahami perbedaan
daripada menjatuhkan
pihak lain.
33, 37 34, 36, 40 5 35, 39 38 3
25
Item
15
Item
33
HASIL TRYOUT SKALA SIBLING RIVALRY
No. Indikator
Item Valid Jum
lah
Item Tidak Valid Juml
ah Favoura
ble
Unfavoura
ble
Favoura
ble
Unfavour
able
1. Waktu
Sebuah kebersamaan
yang diluangkan oleh
sesama individu.
1, 3, 5, 7 - 4 - 2, 4, 6 3
2. Perhatian
Aktifitas yang
dilakukan oleh individu
dengan kesadaran
penuh dan pemusatan
tenaga psikis pada
individu lain.
8, 10, 12,
13, 14 - 5 - 9, 11 2
3. Cinta
Ungkapan atau
gambaran perasaan
yang terdalam kepada
sesama individu.
18, 20 - 2 16 15, 17, 19 4
4. Kasih Sayang
Suatu sikap saling
mengasihi antar sesama
individu.
21, 23,
25, 26,
27
- 5 28 22, 24 3
16
Item
12
Item
34
UJI REGRESI LINIER SEDERHANA
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .283a .080 .074 8.569
a. Predictors: (Constant), Sibling_Rivalry
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 977.766 1 977.766 13.317 .000b
Residual 11233.330 153 73.420
Total 12211.097 154
a. Dependent Variable: E_K_I
b. Predictors: (Constant), Sibling_Rivalry
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 84.207 2.555 32.952 .000
Sibling_Rivalry -.240 .066 -.283 -3.649 .000
a. Dependent Variable: E_K_I
35
DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Statistics
Kategori_SR Kategori_EKI
N Valid 155 155
Missing 0 0
Mean 1.96 2.01
Median 2.00 2.00
Mode 2 2
Std. Deviation .673 .760
Minimum 1 1
Maximum 3 3
Percentiles
25 2.00 1.00
50 2.00 2.00
75 2.00 3.00
KATEGORISASI SIBLING RIVALRY
Kategori_SR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 38 24.5 24.5 24.5
Sedang 85 54.8 54.8 79.4
Tinggi 32 20.6 20.6 100.0
Total 155 100.0 100.0
KATEGORISASI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Kategori_EKI
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 44 28.4 28.4 28.4
Sedang 66 42.6 42.6 71.0
Tinggi 45 29.0 29.0 100.0
Total 155 100.0 100.0
36
Interval
Sibling Rivalry Kategori
Efektivitas Komunikasi
Interpersonal
29,58 – 44,16 Rendah 28,41 – 42, 63
44,17 – 58,75 Sedang 42,64 – 56,86
58,76 – 73,33 Tinggi 56,87 – 71,08
DISTRIBUSI FREKUENSI
Pekerjaan_Ayah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Swasta 58 37.4 37.4 37.4
Wiraswasta 97 62.6 62.6 100.0
Total 155 100.0 100.0
Pekerjaan_Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Swasta 18 11.6 11.6 11.6
Wiraswasta 36 23.2 23.2 34.8
IRT 101 65.2 65.2 100.0
Total 155 100.0 100.0
Pendidikan_Ayah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SD 54 34.8 34.8 34.8
SMP 33 21.3 21.3 56.1
SMA 50 32.3 32.3 88.4
S1 12 7.7 7.7 96.1
S2 6 3.9 3.9 100.0
Total 155 100.0 100.0
37
Pendidikan_Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
SD 51 32.9 32.9 32.9
SMP 40 25.8 25.8 58.7
SMA 49 31.6 31.6 90.3
S1 13 8.4 8.4 98.7
S2 2 1.3 1.3 100.0
Total 155 100.0 100.0
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
P-P 41 26.5 26.5 26.5
LK-LK 41 26.5 26.5 52.9
P-LK 37 23.9 23.9 76.8
LK-P 36 23.2 23.2 100.0
Total 155 100.0 100.0
Jumlah_Saudara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Jumlah_Saudara_1 93 60.0 60.0 60.0
Jumlah_Saudara_2 39 25.2 25.2 85.2
Jumlah_Saudara_3 23 14.8 14.8 100.0
Total 155 100.0 100.0
Urutan_Kelahiran
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Urutan_Kelahiran_1 65 41.9 41.9 41.9
Urutan_Kelahiran_2 52 33.5 33.5 75.5
Urutan_Kelahiran_3 27 17.4 17.4 92.9
Urutan_Kelahiran_4 11 7.1 7.1 100.0
Total 155 100.0 100.0
38
39
40
41
42
43
x = Item Sibling Rivalry
44
45
46
47
48
49
50
y = Item Efektivitas Komunikasi Interpersonal
51
TABULASI DATA SUBJEK
No.
Urutan
Kelahiran
Perbedaan
Usia
Jumlah
Saudara
Jenis
Kelamin
Pekerjaan
Ayah
Pekerjaan
Ibu
Pendidikan
Ayah
Pendidikan
Ibu
1 3 14 2 P-P Wiraswasta IRT SD SMP
2 3 3 2 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD
3 4 2 3 P-LK Swasta IRT SMP SD
4 1 5 2 P-P Swasta IRT SMP SMP
5 4 3 3 P-P Wiraswasta Wiraswasta SMP SMP
6 1 9 1 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SMP SMP
7 3 6 2 P-P Wiraswasta IRT SD SD
8 1 10 1 P-LK Wiraswasta IRT SMA SMA
9 1 2 1 P-P Wiraswasta Swasta SMA SMA
10 2 12 1 P-P Swasta Swasta S1 S1
11 1 2 1 P-P Swasta IRT SMP SMA
12 2 4 2 P-P Swasta IRT SMP SMP
13 3 4 2 LK-P Wiraswasta Wiraswasta SD SD
14 3 4 2 LK-P Wiraswasta IRT SMP SMP
15 3 6 2 P-P Wiraswasta IRT SMA SMP
16 1 12 1 LK-P Swasta IRT SMA SMA
52
17 1 10 1 P-LK Wiraswasta IRT SMP SMP
18 3 2 3 LK-P Swasta IRT SMP SMP
19 3 6 2 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SMA SMA
20 1 7 1 P-P Wiraswasta IRT SMA SMA
21 3 2 2 P-P Wiraswasta IRT SMA SMA
22 4 5 3 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SMP SMP
23 1 6 1 LK-LK Swasta Swasta S1 S2
24 1 1 1 LK-LK Swasta IRT SMA SMA
25 2 3 1 P-LK Swasta Wiraswasta SMA SMA
26 2 8 2 P-LK Swasta Wiraswasta SD SD
27 1 3 1 P-P Swasta IRT SMA SMA
28 2 6 2 P-P Wiraswasta Wiraswasta SMA SMP
29 2 5 1 LK-LK Swasta IRT SD SMA
30 3 1 3 LK-P Wiraswasta IRT SMA SMA
31 2 5 3 P-LK Wiraswasta IRT SMA SMP
32 1 9 1 P-P Wiraswasta IRT SD SMP
33 3 2 3 P-LK Wiraswasta IRT SD SD
34 2 8 1 LK-LK Wiraswasta IRT SD SMP
53
35 3 3 2 P-LK Swasta IRT SMP SMA
36 1 9 1 LK-P Swasta Wiraswasta S2 S2
37 1 3 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SMP SD
38 1 3 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD
39 3 3 2 LK-P Swasta IRT SMA SMA
40 2 3 1 LK-P Wiraswasta IRT SMA SD
41 2 6 1 LK-P Swasta Wiraswasta S2 SMA
42 1 5 1 LK-LK Swasta Wiraswasta SMA SMA
43 1 4 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SMA SMA
44 2 2 3 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SMA S1
45 1 3 1 P-LK Wiraswasta IRT SMP SMA
46 2 1 1 P-P Swasta IRT SMP SMP
47 2 2 2 P-P Wiraswasta IRT SMA SD
48 2 3 2 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD
49 2 3 1 LK-LK Wiraswasta IRT SMA SD
50 1 5 1 LK-P Wiraswasta IRT SD SMP
51 1 11 1 LK-P Wiraswasta IRT SMA SMA
52 1 6 1 LK-LK Wiraswasta IRT SMP SMP
54
53 2 3 2 P-P Wiraswasta IRT SMA SMP
54 2 3 1 P-P Wiraswasta IRT SMP SMP
55 2 4 1 LK-P Wiraswasta Swasta SD SD
56 3 3 2 P-P Wiraswasta IRT SD SMP
57 2 2 1 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SMP
58 1 4 1 P-LK Swasta Swasta SD SMA
59 3 2 3 P-P Swasta IRT S1 SMA
60 2 8 1 P-P Wiraswasta IRT SD SMP
61 4 2 3 P-LK Wiraswasta IRT SMP SMA
62 1 9 1 LK-LK Wiraswasta IRT SMA SMA
63 3 2 2 P-LK Wiraswasta IRT SD SMP
64 1 11 1 LK-LK Swasta Wiraswasta SMA SMA
65 1 11 1 LK-P Wiraswasta IRT SMA SMA
66 1 6 1 P-LK Wiraswasta IRT SD SD
67 1 4 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD
68 1 13 1 P-P Wiraswasta Wiraswasta SD SD
69 2 7 1 P-LK Wiraswasta IRT SMA SMA
70 1 10 1 P-LK Wiraswasta IRT SD SD
55
71 2 9 1 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD
72 3 8 2 P-P Wiraswasta IRT SD SD
73 1 10 1 LK-LK Wiraswasta IRT SD SD
74 1 5 2 P-P Wiraswasta Wiraswasta SD SD
75 2 2 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD
76 1 3 1 LK-LK Wiraswasta IRT SD SD
77 1 3 2 LK-LK Swasta Swasta SMA SMA
78 2 2 1 LK-LK Wiraswasta IRT SMA SMP
79 1 4 1 LK-P Wiraswasta Swasta SMA SMA
80 2 2 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD
81 3 4 2 LK-P Swasta IRT SMP SMP
82 1 4 1 LK-LK Swasta IRT SMA SMA
83 3 1 2 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD
84 4 5 3 LK-LK Swasta IRT S1 SMA
85 1 3 1 LK-P Wiraswasta Swasta SMP S1
86 1 9 1 LK-P Wiraswasta Swasta SD SMP
87 1 4 1 LK-LK Wiraswasta Swasta SMP SMA
88 1 4 1 LK-P Swasta Swasta SD SMP
56
89 2 3 1 LK-P Wiraswasta IRT SMP SMP
90 3 6 2 P-LK Swasta Swasta SMP SMP
91 3 2 3 LK-P Wiraswasta Wiraswasta SD SD
92 1 8 1 LK-P Swasta IRT SMP SMA
93 1 8 1 LK-LK Wiraswasta IRT SMP SMP
94 1 4 1 LK-P Swasta IRT SMA SMA
95 1 3 2 LK-LK Swasta IRT SD SD
96 1 4 1 LK-P Wiraswasta IRT SD SD
97 1 2 1 P-P Wiraswasta IRT SD SD
98 2 6 1 LK-LK Wiraswasta IRT SMA SMP
99 2 8 1 P-LK Wiraswasta IRT SMP S1
100 2 2 1 LK-LK Swasta IRT SMA SMA
101 2 7 2 LK-LK Swasta Wiraswasta SMP SMP
102 1 2 1 P-P Swasta IRT SD SD
103 1 10 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SMP SD
104 4 4 1 LK-LK Swasta IRT SD SMP
105 1 27 1 LK-LK Swasta IRT SMA SMP
106 3 2 2 P-LK Swasta Swasta S2 S1
57
107 2 2 1 P-LK Wiraswasta IRT SMA S1
108 1 4 3 LK-P Wiraswasta IRT SD SMP
109 1 1 1 LK-P Swasta IRT SD SD
110 1 4 1 P-P Swasta IRT SMP SD
111 2 2 1 P-P Swasta IRT SD SD
112 2 1 3 LK-P Wiraswasta IRT S1 SMA
113 2 4 1 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD
114 3 3 3 P-P Swasta IRT SMA SMP
115 4 10 3 LK-LK Swasta Swasta SD SD
116 2 6 2 P-P Swasta IRT SMA SD
117 4 1 3 LK-P Wiraswasta IRT SD SD
118 4 2 3 LK-LK Swasta IRT S2 S1
119 2 5 2 LK-LK Wiraswasta IRT SD SD
120 1 3 1 LK-P Swasta IRT SMA S1
121 2 2 3 P-LK Wiraswasta IRT SMA SMA
122 1 4 2 LK-LK Wiraswasta IRT S1 SMA
123 1 10 1 P-LK Wiraswasta IRT SD SMA
124 2 3 2 P-P Wiraswasta Wiraswasta SMA SD
58
125 3 2 2 LK-P Wiraswasta IRT SMA S1
126 1 13 1 P-P Wiraswasta IRT S1 SMA
127 1 8 1 P-LK Wiraswasta IRT SD SD
128 4 6 3 P-P Wiraswasta IRT SMP SMP
129 2 4 1 P-LK Swasta IRT S1 SMA
130 1 8 2 LK-P Wiraswasta Swasta S1 S1
131 2 7 1 P-P Wiraswasta IRT SMA SD
132 3 7 2 P-LK Wiraswasta IRT SMP SD
133 1 6 1 LK-P Swasta IRT S2 S1
134 1 5 1 LK-P Swasta Swasta SMA S1
135 1 9 2 LK-P Swasta Swasta S1 S1
136 1 2 1 LK-P Swasta IRT SD SD
137 2 3 2 LK-P Wiraswasta Wiraswasta SMA SMA
138 3 2 3 P-P Wiraswasta IRT SMA SMA
139 2 5 2 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SMP SD
140 4 11 3 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD
141 3 3 2 P-P Wiraswasta Wiraswasta SD SD
142 2 1 3 P-LK Wiraswasta IRT SMA SMA
59
143 2 4 1 LK-P Swasta Swasta SMA SMA
144 2 8 1 P-LK Wiraswasta IRT SMP SD
145 2 2 1 P-P Swasta IRT SD SMP
146 1 1 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SMA SMA
147 2 3 1 P-LK Wiraswasta IRT SD SD
148 1 4 1 P-LK Swasta IRT SMP SMP
149 2 3 1 P-LK Swasta IRT SD SD
150 2 7 1 P-P Swasta IRT SMA SMP
151 2 4 1 LK-LK Swasta IRT S1 SMA
152 2 5 1 P-P Swasta IRT S2 SMA
153 2 7 1 P-P Wiraswasta IRT SMA SMA
154 1 11 1 P-P Swasta IRT SD SD
155 1 4 1 LK-LK Wiraswasta IRT S1 SMA
60
TABULASI VARIABEL SIBLING RIVALRY KATEGORI TINGGI
No Urutan
Kelahiran
Perbedaan
Usia
Jumlah
Saudara
Jenis
Kelamin
Pekerjaan
Ayah
Pekerjaan
Ibu
Pendidikan
Ayah
Pendidikan
Ibu Kategori
1. 4 2 3 P-LK Swasta IRT SMP SD Tinggi
2. 2 12 1 P-P Swasta Swasta S1 S1 Tinggi
3. 2 4 2 P-P Swasta IRT SMP SMP Tinggi
4. 3 6 2 P-P Wiraswasta IRT SMA SMP Tinggi
5. 1 7 1 P-P Wiraswasta IRT SMA SMA Tinggi
6. 1 1 1 LK-LK Swasta IRT SMA SMA Tinggi
7. 2 8 2 P-LK Swasta Wiraswasta SD SD Tinggi
8. 1 3 1 P-P Swasta IRT SMA SMA Tinggi
9. 2 8 1 LK-LK Wiraswasta IRT SD SMP Tinggi
10. 1 9 1 LK-P Swasta Wiraswasta S2 S2 Tinggi
11. 2 2 2 P-P Swasta IRT SMA SD Tinggi
12. 1 11 1 LK-P Wiraswasta IRT SMA SMA Tinggi
13. 2 4 1 LK-P Wiraswasta Swasta SD SD Tinggi
14. 3 2 3 P-P Swasta IRT S1 SMA Tinggi
15. 1 9 1 LK-LK Wiraswasta IRT SMA SMA Tinggi
16. 1 4 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD Tinggi
17. 1 10 1 LK-LK Wiraswasta IRT SD SD Tinggi
18. 1 3 1 LK-LK Wiraswasta IRT SD SD Tinggi
19. 3 4 2 LK-P Swasta IRT SMP SMP Tinggi
20. 4 5 3 LK-LK Swasta IRT S1 SMA Tinggi
21. 1 4 1 LK-LK Wiraswasta Swasta SMP SMA Tinggi
22. 2 3 1 LK-P Wiraswasta IRT SMP SMP Tinggi
23. 1 8 1 LK-P Swasta IRT SMP SMA Tinggi
24. 1 2 1 P-P Wiraswasta IRT SD SD Tinggi
61
25. 2 6 1 LK-LK Wiraswasta IRT SMA SMP Tinggi
26. 2 2 1 LK-LK Swasta IRT SMA SMA Tinggi
27. 4 4 1 LK-LK Swasta IRT SD SMP Tinggi
28. 1 27 1 LK-LK Swasta IRT SMA SMP Tinggi
29. 1 4 2 LK-LK Wiraswasta IRT S1 SMA Tinggi
30. 1 5 1 LK-P Swasta Swasta SMA S1 Tinggi
31. 2 2 1 P-P Swasta IRT SD SMP Tinggi
32. 1 4 1 LK-LK Wiraswasta IRT S1 SMA Tinggi
Keterangan :
62