alur distribusi batik tulis kota yogyakarta tahun 2009 skripsi
PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS … filePENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK...
Transcript of PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS … filePENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS
TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA
DI INDUSTRI BATIK TULIS BROTOSENO
DESA KLIWONAN MASARAN
SRAGEN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
MUSLIKHAH
R0207040
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 17 Juni 2011
(Muslikhah)
NIM. R0207040
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA
WANITA DI INDUSTRI BATIK TULIS BROTOSENO DESA KLIWONAN
MASARAN SRAGEN
Muslikhah1, Tarwaka
2, Seviana Rinawati
3.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh rotasi
kerja terhadap stress kerja pekerja wanita di industri batik tulis Brotoseno Desa
Kliwonan Masaran Sragen.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Crossectional Analitic, dengan
sampel penelitian 30 pekerja wanita dibagian batik tulis. Teknik sampling yang
digunakan adalah Random Sampling dengan Restriksi dengan membagi responden
menjadi dua kelompok, kelompok I sebagai kelompok kontrol sedangkan
kelompok II diberi perlakuan Rotasi Kerja. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner scorring stress kerja. Analisis yang digunakan adalah uji
statistik non parametrik Mann-Whitney dengan program komputer SPSS versi
16.00.
Hasil : Hasil uji statistik terhadap perbedaan stress kerja setelah perlakuan antara
kelompok I dengan Kelompok II menunjukkan nilai signifikan p = 0.03.
Sedangkan hasil uji sebelum dilakukan perlakuan Rotasi Kerja menunjukkan nilai
yang tidak signifikan p = 0.967
Kesimpulan : Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan adanya perbedaan skor
stress antara tenaga kerja yang tidak dirotasi dengan tenaga kerja yang dirotasi.
Rotasi Kerja dapat menurunkan tingkat stress kerja.
Kata Kunci : Stress Kerja, rotasi kerja 1 Program Study D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas
Sebelas Maret Surakarta 2 Magister Ergonomi-Fisiologi, Universitas Udayana Bali
3 Sarjana Kesehatan Masayarakat, Universitas Negeri Diponegoro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF JOB ROTATION TOWARD THE JOB STRESS OF
WOMAN LABORERS IN ”BROTOSENO’S BATIK TULIS” INDUSTRY
KLIWONAN MASARAN SRAGEN.
Muslikhah1, Tarwaka
2, Seviana Rinawati
3.
Objective : This research was aimed to know and investigate the influence of job
rotation toword the job stress of woman laborer in ‟‟Brotoseno‟s batik tulis”
industry Kliwonan Masaran Sragen.
Methods : This research is crossectional analitic, with the sample were 30 woman
laborers of batik tulis. Sampling technique used in this research was restriction
random sampling by dividing the respondent onto two groups, the first group as a
control group while the second group was given job rotation treatment. The data
collection used questionnaire ”Scorring” job stress. The data analysis used
statistic experiment non parametric Mann-Whitney by using computer program
SPSS 16.00 Version.
Results : The result of statistic experiment toward the difference of job stress
after doing treatment between the first group and the second group showed
significance value p = 0.03. While the result before doing job rotation treatment
showed insignificance valeu p = 0,967.
Conclution : From the result above, it could be conclude that there was difference
of stress scores between the laborers who got the rotation treatment and did not
get the rotation treatment. Job rotation decresed the level of job stress.
The Key words : Job Stress, Job Rotation 1 Occupational Health Study Program of Medical Faculty, Sebelas Maret
University of Surakarta. 2 Magister Ergonomi-Fisiologi, Udayana University Bali
3 Public Health Degree, Diponegoro University
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan bimbinganNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Rotasi Kerja
terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa
Kliwonan Masaran Sragen”.
Skripsi ini bisa selesai karena bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sebelum 16 Mei
2011.
2. Bapak Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,SPD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode 16 Mei
2011 – 16 Mei 2015.
3. Bapak Putu Suryasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., selaku Ketua Program D.IV
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Periode Sebelum 16 Juni 2011
4. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si, selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode 16 juni
2011 – 16 Juni 2015
5. Bapak Tarwaka, PGDip, Sc, M.Erg. selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Seviana Rinawati, SKM. selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan
masukan dalam skripsi ini.
8. Bapak H. Eko Suprihono SE. selaku pemilik Industri Batik Tulis Brotoseno
yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
9. Ibu Tessa, selaku sekertaris pada Industri Batik Tulis Brotoseno yang telah
banyak membantu penulis dalam penelitian
10. Kedua orang tua dan saudara saya yang telah memberikan kasih sayang, doa
dan dukungan kepada penulis.
11. Sahabat, rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi civitas akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu
dibidang keselamatan dan kesehatan kerja
Surakarta, 17 Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
ABSTRAC ....................................................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1. Tujuan Umum ............................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
1. Secara Teoritis ............................................................................... 5
2. Secara Praktis ................................................................................ 5
a) Bagi Ilmu Pengetahuan ............................................................. 5
b) Bagi Peneliti ............................................................................. 6
c) Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja ....................................... 6
d) Bagi Tenaga Kerja .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
A. Pekerjaan monoton ............................................................................ 7
1. Pengertian Monoton ..................................................................... 7
2. Pengertian Pekerjaan Monoton ..................................................... 8
3. Jenis Pekejaan Monoton ............................................................... 8
4. Faktor yang Mempengaruhi Pekerjaan monoton.......................... 10
5. Penyebab Pekerjaan Monoton ...................................................... 10
6. Akibat Pekerjaan Monoton ........................................................... 11
B. Stress Kerja ....................................................................................... 14
1. Pengertian Stress........................................................................... 14
2. Pengertian Stress Kerja ................................................................. 15
3. Mekanisme Terjadinya Stress Kerja ............................................. 16
4. Faktor Penyebab Terjadinya Stress Kerja .................................... 19
5. Gejala Stress Kerja ....................................................................... 26
6. Dampak Stress Kerja .................................................................... 28
7. Pencegahan Stress Kerja ............................................................... 29
C. Pengaruh Pekerjaan Duduk Monoton terhadap Stress Kerja ............ 30
D. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 32
E. Hipotesis ............................................................................................ 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 34
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 34
C. Populasi Penelitian ............................................................................ 34
D. Teknik Sampling ............................................................................... 35
E. Sampel Penelitian .............................................................................. 35
F. Rancangan Penelitian ........................................................................ 37
G. Rancangan Perlakuan Rotasi Kerja ................................................... 38
H. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 38
I. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 39
J. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 43
K. Cara Kerja Penelitian ........................................................................ 44
L. Teknik dan Analisis Data .................................................................. 44
BAB IV HASIL ............................................................................................... 47
A. Gambaran Umum Tempat kerja ........................................................ 47
1. Profil Industri Batik Tulis Brotoseno ........................................ 47
2. Tenaga Kerja .............................................................................. 49
3. Bahan Baku yang digunakan ..................................................... 51
4. Peralatan yang digunakan .......................................................... 52
5. Proses Kerja Industri Batik Tulis Brotoseno ............................. 58
B. Data Tenaga Kerja Pada Bagian Batik Tulis .................................... 69
1. Usia ............................................................................................ 69
2. Masa Kerja ................................................................................. 69
3. Status Gizi.................................................................................. 70
C. Data Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ....................................... 72
1. Penerangan ................................................................................. 72
2. Iklim Kerja ................................................................................. 74
3. Kebisingan ................................................................................. 75
D. Hasil Pengujian Stress kerja .............................................................. 76
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 80
A. Gambaran Umum Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno ... 80
1. Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno ......................... 80
2. Peralatan yang Digunakan ......................................................... 81
3. Proses Kerja Pembuatan Batik Tulis ......................................... 81
B. Karakteristik Sampel ......................................................................... 83
1. Usia ............................................................................................ 83
2. Masa Kerja ................................................................................. 84
3. Status Gizi.................................................................................. 85
C. Lingkungan Kerja.............................................................................. 87
1. Penerangan ................................................................................. 87
2. Iklim Kerja ................................................................................. 88
3. Kebisingan ................................................................................. 89
D. Pengaruh Rotasi Kerja terhadap Stress Kerja ................................... 91
BAB VI PENUTUPAN ................................................................................... 95
A. Kesimpulan ....................................................................................... 95
B. Saran...... ............................................................................................ 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 98
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Karakteristik Usia Sampel Batik Tulis Brotoseno ................. 69
Tabel 2. Hasil Uji Mann-Whitney Usia Antara Kelompok I dengan
Kelompok II ................................................................................... 69
Tabel 3. Data Karakteristik Masa Kerja Sampel .......................................... 70
Tabel 4. Hasil uji Mann-Whitney Tenaga Kerja Antara KElompok I
dengan Kelompok II ....................................................................... 70
Tabel 5. Karakteristik Berat Badan Tinggi Badan dan IMT KElompok I ... 71
Tabel 6. Karakteristik Berat Badan Tinggi Badan dan IMT KElompok I ... 71
Tabel 7. Hasil Uji Mann-Whitney IMT antara Kelompok I dengan
Kelompok II ................................................................................... 72
Tabel 8. Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan pada Bagian Batik Tulis
dan Nolet ........................................................................................ 73
Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney Intensitas Penerangan Bagian Batik
Tulis dan Nolet ............................................................................... 73
Tabel 10. Hasil Pengukuran Iklim Kerja Ruangan Kerja Bagian Batik Tulis
dan Nolet ........................................................................................ 74
Tabel 11. Hasil Uji Mann-Whitney Iklim Kerja antara Batik Tulis Dengan
Nolet. .............................................................................................. 75
Tabel 12. Hasil pengukuran Beban Kerja Kelompok I dengan Kelompok II 75
Tabel 13. Hasil Uji Mann-Whitney Beban Kerja antara Kelompok I dengan
Kelompok II ................................................................................... 75
Tabel 14. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Bagian Batik Tulis dan
Nolet ............................................................................................... 76
Tabel 15. Hasil Uji Mann-Whitney Intensitas Kebisingan Bagian Batik
Tulis dan Bagian Nolet ................................................................... 76
Tabel 16. Hasil Skoring Tingkat Stress Kerja pada Kelompok I dan
Kelompok II sebelum perlakuan .................................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 17. Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dengan
Kelompok II Sebelum Perlakuan ................................................... 77
Tabel 18. Hasil Uji Mann-Whitney Stress Kerja Sebelum Perlakuan antara
Kelompok I dengan Kelompok II................................................... 78
Tabel 19. Hasil Skoring Tingakat Stress Kerja pada Kelompok I dan
Kelompok II Sesudah Perlakuan .................................................... 78
Tabel 20. Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dan
Kelompok II ................................................................................... 78
Tabel 21. Hasil Uji Mann-Whithney Stress Kerja Sesudah Perlakuan antara
Kelompok I dengan Kelompok II................................................... 79
Tabel 22. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung...................... 88
Tabel 23. Standar Iklim di Indonesia Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 ...................................... 88
Tabel 24. NAB Kebisingan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999................................................... 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Malam dan Paraffin .................................................................... 51
Gambar 2. Kain Mori .................................................................................... 52
Gambar 3. Pewarna Tekstil ........................................................................... 52
Gambar 4. Gawangan ................................................................................... 53
Gambar 5. Wajan .......................................................................................... 54
Gambar 6. Kompor ........................................................................................ 55
Gambar 7. Taplak .......................................................................................... 55
Gambar 8. Dingklik ....................................................................................... 56
Gambar 9. Canting ........................................................................................ 57
Gambar 10. Meja Batik Cap ........................................................................... 57
Gambar 11. Kayu Perata Zat Pewarna ............................................................ 58
Gambar 12. Pola Mika Untuk Batik Cap ........................................................ 58
Gambar 13. Membuat Pola ............................................................................. 61
Gambar 14. Proses Nglowong ......................................................................... 61
Gambar 15. Proses Ngiseni ............................................................................. 63
Gambar 16. Proses Nerusi ............................................................................... 64
Gambar 17. Proses Nemboki ........................................................................... 65
Gambar 18. Proses Medel ............................................................................... 66
Gambar 19. Proses Meyoga ............................................................................ 66
Gambar 20. Proses Nolet ................................................................................. 67
Gambar 21. Proses Nglorot ............................................................................. 67
Gambar 22. Penjemuran .................................................................................. 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner penilaian Stress Kerja dengan Skooring
Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Jadwal Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan sampai saat ini telah
menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan diberbagai bidang dan
sektor kehidupan. Selain itu, pembangunan telah memunculkan banyak
fenomena baru. Salah satu diantara fenomena itu adalah semakin besarnya
jumlah wanita yang bekerja. Bahkan saat ini banyak perusahaan yang
sebagian besar tenaga kerjanya adalah wanita. Jika dahulu wanita hanya
berperan sebagai ibu rumah tangga, namun sekarang banyak wanita yang
berpartisipasi dalam dunia kerja. Adanya tuntutan untuk mendukung
ekonomi rumah tangga menjadi salah satu alasan bagi wanita untuk
bekerja (Anoraga, 2009)
Saat melaksanakan pekerjaannya tenaga kerja wanita perlu
mendapatkan perlindungan sehingga terhindar dari segala risiko akibat
kerja, kecelakaan, atau penyakit akibat kerja. Hal ini telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 76
yang memuat waktu kerja, cuti haid, waktu melahirkan, perlindungan dari
jenis pekerjaan terburuk, dan sebagainya. Namun selain itu, tenaga kerja
juga berhak mendapatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,
mental maupun sosial (Budiono dkk, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setiap aspek pada pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress.
Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi
merupakan situasi stress. Berbagai tekanan yang dirasakan oleh tenaga
kerja dapat berasal dari faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan yang
menimbulkan kebosanan karena pekerjaan berulang-ulang dan tempat
kerja yang bising, konflik peran yang dirasakan wanita pekerja yaitu
sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai pekerja, adanya karir yang
tidak berkembang, hubungan yang buruk dengan rekan sekerja maupun
dengan atasan, ditambah lagi adanya struktur organisasi yang tidak baik,
kebijakan yang terlalu kaku, sedikitnya keterlibatan atasan, serta ciri
individu dalam menanggapi situasi yang dihadapi. Selain itu, tenaga kerja
dalam interaksinya dengan pekerjaan juga dipengaruhi pula oleh hasil
interaksi di tempat lain seperti di rumah, di perkumpulan dan sebagainya
(Sunyoto, 2001).
Jenis pekerjaan yang monoton dari pekerja batik tulis juga dapat
menimbulkan rasa bosan. Dalam bukunya yang berjudul Ergonomi
Konsep Dasar dan Aplikasinya, Nurmianto menyatakan bahwa rasa bosan
dikategorikan sebagai kelelahan. Rasa bosan adalah manifestasi dari reaksi
adanya suasana yang monoton (kurang bervariasi) (Nurmianto, 2004).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Risang (2004) terhadap
karyawan Mandarin Oriental Hotel Majapahit Surabaya faktor penyebab
stress kerja ada 4, yang paling dominan adalah beban kerja yang
berlebihan, faktor dominan kedua adalah tekanan atau desakan waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kemudian faktor dominan ketiga adalah pekerjaan yang monoton dan
yang terakhir yaitu kondisi lingkungan kerja
Batik brotoseno merupakan industri rumah tangga yang bergerak di
bidang produksi batik, di industri ini mempunyai tenaga kerja wanita
sebanyak 203 orang tenaga kerja, terdiri dari 76 tenaga kerja tetap dan 127
tenaga kerja borongan. Di industri ini menghasilkan 13.000 meter perbulan
untuk batik handprinting, 5000 potong perbulan untuk batik kombinasi,
1500 potong perbulan untuk batik tulis. Seluruh Kegiatan mulai dari
membuat pola sampai pemasaran dilakukan oleh industri itu sendiri. Jam
kerja karyawan mulai dari jam 08.00-16.00 WIB, waktu istirahat antara
jam 12.00-13.00 WIB. Dalam satu minggu terhitung 6 hari kerja yakni
Senin sampai dengan Sabtu.
Berdasarkan hasil pengukuran pendahuluan yang dilakukan pada
pekerja batik tulis Brotoseno dengan menggunakan Test Bourdan
Wiersma, sebanyak 15 tenaga kerja bagian batik tulis yang diukur sebelum
bekerja dan sesudah bekerja ternyata semuanya mengalami penurunan
tingkat konstansi. Sedangkan pada tingkat ketelitian ada tiga tenaga kerja
yang mengalami penurunan, sedangkan tingkat kecepatan relatif konstan.
Penurunan tingkat ketelitian dan konstansi merupakan gejala awal
timbulnya stress yakni kinerja menurun.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan mewawancarai 15
tenaga kerja wanita pada bagian batik tulis, semuanya mengeluhkan
kebosanan dengan pekerjaannya karena tidak ada variasi gerakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehari kerja yaitu hanya duduk membatik. Selain itu, jarak/posisi antara
tenaga kerja juga agak sempit berakibat mengurangi kebebasan mereka
dalam bergerak, sehingga menimbulkan kebosanan yang merupakan
dampak stress kerja.
Berdasarkan hasil pengukuran dan wawancara tersebut peneliti ingin
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan
Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis
Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”.
B. Rumusan masalah
Adakah Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis terhadap
Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa
Kliwonan Masaran Sragen ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis
terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis
Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan karateristik sampel dan kegiatan proses produksi
tenaga kerja di industri batik tulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Mendeskripsikan pengaruh lingkungan kerja terhadap kedua
sampel yang diteliti.
c. Menghitung tenaga kerja yang mengalami stress kerja.
d. Mengetahui pengaruh dari rotasi kerja yang dilaksanakan terhadap
tenaga kerja wanita industri rumah tangga Batik Tulis Brotoseno,
Masaran, Sragen.
e. Mengetahui analisis mengenai pengaruh rotasi kerja terhadap stress
kerja.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian tentang
Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis Terhadap Stress Kerja
Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran
Sragen adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Sebagai pembuktian adanya Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan
Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik
Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen
2. Secara praktis
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah informasi yang dapat digunakan sebagai data
pembanding atau dasar pertimbangan bagi peneliti lain tentang
”Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis Terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa
Kliwonan Masaran Sragen”
b. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal merencanakan
penelitian, melaksanakan penelitian dan mengetahui ”Pengaruh
Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis Terhadap Stress Kerja
Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan
Masaran Sragen”
c. Bagi Program Diploma IV Kesehatan Kerja
Menambah referensi kepustakaan Program Diploma IV Kesehatan
Kerja khususnya mengenai ”Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan
Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik
Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”
d. Bagi Pengusaha
Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam
membuat kebijakan dalam upaya peningkatan produktivitas
khususnya masalah stress kerja tenaga kerja.
e. Bagi Tenaga Kerja
Menjadikan koreksi bagi pekerja/tenaga kerja dalam bekerja yang
benar sehingga tidak menimbulkan beban tambahan akibat kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pekerjaan Monoton
1. Pengertian Monoton
Monoton merupakan lawan kata dari bervariasi, merupakan suatu
ciri lingkungan kehidupan manusia yang tidak berubah atau berulang-
ulang dalam suatu keadaan yang tetap dan merupakan hal yang sangat
mudah diperkirakan akan terjadi hal yang sama serta keadaan demikian itu
hanya membutuhkan tingkat kewaspadaan yang rendah (Setyawati 2010).
Monoton membuat manusia tidak dapat berkembang dan berkreatifitas
dikarenakan tidak ada tantangan yang dihadapi, sehingga tingkat
kewaspadaan akan potensi bahaya yang muncul pada pekerjaan menjadi
rendah.
Monoton juga didefinisikan sebagai suatu persepsi kesamaan
pekerjaan dari menit ke menit. Terdapat ciri pekerjaan yang tidak berubah
(Setyawati 2010)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian monoton
adalah selalu sama dengan yang dulu, itu-itu saja, tidak ada ragamnya (Zul
Fadjri, 1990).
Maka dapat disarikan bahwa monoton adalah suatu keadaan atau
kegiatan yang tidak bervariasi atau tidak berubah dari waktu ke waktu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehingga membuat kemampuan otak tidak dapat berkembang dan
menurunkan kreatifitas.
2. Pengertian Pekerjaan Monoton
Pekerjaan monoton adalah pekerjaan yang bersifat repetitif dan
berulang-ulang yang mengakibatkan kebosanan, dan mengakibatkan
kelelahan mental yang berakibat pada kesehatan jiwa (Prihartini 2007).
Sedangkan menurut Pusparini (2003) bahwa pekerjaan monoton adalah
suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau
waktu tertentu dan dalam jangka waktu yang lama.
Maka dapat disarikan bahwa pekerjaan monoton adalah pekerjaan
yang mengalami pengulangan gerakan yang berakibat pada kejenuhan
pada diri tenaga kerja dan berakibat pada kelelahan dan mengakibatkan
stress kerja.
3. Jenis Pekerjaan Monoton
Menurut Pusparini (2003) pekerjaan monoton dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Pekerjaan monoton dengan gerakan berulang
Jenis pekerjaan monoton ini biasanya dilakukan gerakan yang sama
secara berulang-ualng. Bila dilakukan dalam intensitas yang sering
dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berkembangnya suatu efek tertentu pada tenaga kerja. Hal ini
dipengaruhi oleh :
1) Banyaknya gerakan yang dilakukan dalam proses berulang.
2) Besar atau seringnya penggunaan otot.
3) Lamanya pekerjaan yang dilakukan.
Apabila dalam pekerjaan tersebut, tidak banyak dilakukan gerakan,
maka perputaran waktu antara untuk melakukan gerakan yang sama
akan menjadi lebih pendek. Dengan demikian pekerja akan menjadi
lebih sering melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang.
b. Pekerjaan monoton dengan pengamatan statis
Pekerjaan monoton dengan pengamatan statis merupakan pekerjaan
monoton yang dilakukan dengan membutuhkan pengamatan, biasanya
dilakukan untuk pekerjaan yang mebutuhkan ketelitian. Pekerjaan
monoton dengan pengamatan statis misalnya dilakukan oleh operator
mesin produksi. Pengamatan monoton dengan pengamatan statis di
pengaruhi oleh :
1) Aktivitas dari operator per unit waktu.
2) Jumlah objek yang diamati oleh operator
3) Seberapa sering operator harus memeriksa dan melaporkan objek
tersebut.
Semakin sedikit aktivitas dan objek yang diamati, serta semakin sering
operator harus memeriksa dan melaporkan maka semakin tinggi
gerakan berulang yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pembagian tersebut pekerjaan duduk membatik
termasuk ke dalam pekerjaan monoton golongan pertama yakni pekerjaan
monoton dengan gerakan berulang dan gerakan yang dilakukan adalah
gerakan sederhana.
4. Faktor yang Mempengaruhi Pekerjaan Monoton
Menurut Pusparini (2003) pekerjaan monoton dipengaruhi oleh :
a. Lingkungan kerja
Faktor lingkungan kerja yang dapat memperburuk akibat dari pekerjaan
monoton antara lain; kebisingan, getaran, penerangan yang tidak cukup,
dan iklim yang tidak nyaman.
b. Tenaga kerja
Faktor dari tenaga kerja meliputi jenis pekerjaan, keadaan fisik pekerja
keahlian pekerja, motivasi kerja, dan tingkat pendidikan.
5. Penyebab Pekerjaan Monoton
Menurut Prihartini (2007), Beban kerja yang terlalu berlebihan
akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi
emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah.
Sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi
hanya pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton,
dalam kerja rutin sehari-hari, karena tugas dan pekerjaan yang terlalu
sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang terlalu rendah
maupun berlebihan dapat menimbulkan stress.
Pekerjaan monoton biasanya disebabkan oleh spesialisasi kerja dan
pengulangan gerak dalam pekerjaan.
6. Akibat Pekerjaan Monoton
Menurut Oktarina (2009) bahwa tenaga kerja sebagai pelaku
sekaligus sasaran dari pembangunan harus dibina dan dikembangkan.
kualitas tenaga kerja tercermin dalam produktivitas tenaga kerja tersebut
sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk menciptakan lingkungan kerja
yang aman nyaman dan sehat untuk menunjang produktivitas. Selain itu,
perlu diperhatikan juga sistem kerja yang aman nyaman dan sehat untuk
menunjang produktivitas. Hal lain yang diperhatikan adalah sistem kerja
yang dilakukan oleh tenaga kerja itu sendiri, apakah mereka dalam bekerja
dilakukan rotasi kerja atau tidak, karena kerja monoton akan berdampak
pada reaksi psikologis mereka dan dapat mengakibatkan stress kerja.
Menurut Sutrisno dalam Oktarina (2009) bahwa rotasi kerja adalah
perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang memiliki
tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan sebelum mengalami pindah
kerja. Rotasi dilakukan untuk menghindari kejenuhan tenaga kerja pada
rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan serta memiliki fungsi
tujuan lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami pekerjaan
lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Chris Argyris dalam Suryatiningsih (2005) penulis
menaruh perhatian terhadap masalah-masalah yang timbul sebagai akibat
penyederhanaan kerja yang ekstrim terhadap individu. Peneliti
mengemukakan bahwa apabila pekerjaan sangat dispesialisasikan atau
difragmentasikan, maka karyawan akan merasakan bahwa tugas-tugas
mereka monoton, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan. Dengan
demikian, pekerja kehilangan rasa otonominya dan tidak menghadapi
tantangan atau menjadi tidak berdaya serta bergantung. Para peneliti ini
tidak menyebutkan bahwa semua bentuk spesialisasi tidak diinginkan.
Tetapi mereka mengemukakan bahwa spesialisasi dalam beberapa bidang
telah mencapai suatu titik dimana manfaat yang diharapkan dalam
efisiensi dan produktivitas tidak diperoleh karena lebih banyak
menyebabkan kerugian bagi manusia
Menurut Manuaba dalam Prihartini (2007) pekerjaan monoton
yaitu pekerjaan yang mengalami pengulangan gerak akan menimbulkan
rasa bosan. Kebosanan dalam pekerjaan rutin sehari-hari mengakibatkan
kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial
membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau terlalu rendah
akan menimbulkan stress kerja. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana
banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton.
Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau
sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan berkurangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perhatian. Hal ini, secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal
untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.
Menurut Pusparini (2003) efek dari pekerjaan monoton ada dua
yakni :
a. Efek kesehatan
Pekerjaan monton dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti;
sakit tenosynovitis, sindrom terowongan karpal, osteoarthritis dan
sakit pada lengan.
b. Efek psikologis
Efek psikologis yang timbul akibat pekerjaan monoton adalah :
1) Kebosanan
Akibat kebosanan pada pekerja yang telah melakukan gerakan
berulang dalam jangka waktu yang terus menerus, akan mengalami
penurunan tingkat mentalitas.
2) Hilangnya kewaspadaan
Akibat dari kepenatan dan keletihan dari pekerjaan yang terlalu
berat, tenaga kerja yang melakukan pekerjaan monoton akan
berkurang tingkat kewaspadaannya setelah melakukan pekerjaan
tersebut dalam jangka waktu yang lama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan akibat dari pekerjaan
monoton, spesialisasi pekerjaan dan pengulangan gerak akan
menimbulkan kurangnya perhatian pada pekerjaan, menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebosanan dalam bekerja yang berakibat pada penurunan tingkat
mentalitas.
B. Stress Kerja
1. Pengertian Stress
Stress lebih dianggap sebagai respon individu terhadap tuntutan
yang dihadapinya. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dibedakan dalam dua
bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan fisiologis dan
tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial. Tidak ada
aspek tunggal dari stimulus lingkungan yang dapat mengakibatkan stres,
tetapi semua itu tergabung dalam suatu susunan total yang mengancam
keseimbangan (homeostatis) individu (Andreas 2010).
Stress adalah reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi, maupun
perilaku bila seseorang mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan
yang dihadapi dengan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan tersebut
dalam jangka waktu tertentu (Tarupolo, 2002).
Menurut Anoraga (2010) stress merupakan suatu bentuk tanggapan
seseorang baik secara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan
dilingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam
Stress dapat dimaknai dari beberapa sudut pandang keilmuan.
menurut Tarwaka (2010) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Dalam bahasa teknik, stress dapat diartikan sebagai kekuatan-
kekuatan bagian-bagian tubuh
b. Dalam bahasa biologi dan kedokteran, Stress merupakan proses tubuh
untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan
terhadap tubuh.
c. Secara umum, stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang
dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.
Stress merupakan reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh tubuh akibat
dari tuntutan yang melebihi kemampuan tubuh yang dapat menimbulkan
penyakit baik fisik maupun jiwa.
2. Pengertian Stress Kerja
Setiap aspek pada pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress.
Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi
merupakan situasi stress atau tidak. Tenaga kerja dalam interaksinya
dipekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil interaksi di tempat lain, di rumah,
di sekolah, di perkumpulan, dan sebagainya (Sunyoto, 2001).
Menurut Tarwaka, dkk (2004) Stress muncul akibat beberapa
stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan
reaksi (Strain) dalam beraneka ragam tampilan. Stress juga merupakan
tekanan psikologis yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit
baik penyakit secara fisik maupun mental (Kejiwaan). Secara konsep stress
dapat didefinisikan sebagai variebel kajian :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Stress sebagai stimulus, stress sebagai variabel bebas menitik beratkan
lingkungan sekitarnya sebagai stressor.
b. Stress sebagai respon, stress sebagai variabel tergantung
memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor
3. Mekanisme Terjadinya Stress Kerja
Andreas (2010) mengembangkan konsep yang dikenal dengan
Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrome) yang
menjelaskan bila seseorang pertama kali mengalami kondisi yang
mengancamnya, maka mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
pada tubuh diaktifkan. Kelenjar-kelenjar tubuh memproduksi sejumlah
adrenalin cortisone dan hormon-hormon lainnya serta mengkoordinasikan
perubahan-perubahan pada sistem saraf pusat. Jika tuntutan-tuntutan
berlangsung terus, mekanisme pertahanan diri berangsur-angsur akan
melemah, sehingga organ tubuh tidak dapat beroperasi secara adekuat.
Jika reaksi-reaksi tubuh kurang dapat berfungsi dengan baik, maka hal itu
merupakan awal munculnya penyakit “gangguan adaptasi”. Penyakit-
penyakit tersebut muncul dalam bentuk maag, serangan jantung, tekanan
darah tinggi, atau keluhan-keluhan psikosomatik lainnya.
Menurut AERO (2003), proses stress dalam tubuh melalui 3 fase :
a. Fase I; reaksi kewaspadaan (alarm reaction) pada fase ini seluruh
sistem dirubah menjadi keadaan siaga, perubahan fisiologis yang terjadi
menyebabkan kulit tampak pucat dan terasa dingin, berdebar-debar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
darah mengalir cepat dan bersiap untuk lari atau melawan ancaman
yang ada. Fase ini tidak berlangsung lama.
b. Fase II; reaksi pertahanan (resistance reaction), pada fase ini tubuh
mengerahkan seluruh daya tahannya untuk mengadakan perlawanan
terhadap faktor-faktor yang menyebabkan stress, tubuh berusaha
melakukan adaptasi terhadap stress yang terjadi, akan tetapi daya tahan
tubuh terbatas. Dalam fase ini daya tahan sudah naik di atas daya tahan
normal, dan apabila stress terjadi terus menerus dan berat maka akan
berlanjut ke fase III.
c. Fase III; reaksi kelelahan (exhaustion reaction) pada fase ini terjadi
kelelahan/keletihan sehingga adaptasi yang baru dibangun runtuh. Daya
tahan tubuh melemah, energi untuk adaptasi habis, dan fase ini
berkaitan dengan terganggunya kesehatan individu.
Lazarus dan Launier dalam Andreas (2010) mengemukakan tahapan-
tahapan proses stress sebagai berikut :
1. Stage of Alarm
Individu mengidendentifikasi suatu stimulus yang memba-
hayakan. Hal ini akan meningkatkan kesiapsiagaan dan
orientasinyapun terarah kepada stimulus tersebut
2. Stage of Appraisals
Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang
mengenainya. Penilaian ini dipengaruhi oleh pengalaman-
pengalaman individu yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tahapan penilaian ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Primary Cognitive Appraisal
Primary Cognitive Appraisal adalah proses mental yang
berfungsi mengevaluasi suatu situasi atau stimulus dari sudut
implikasinya terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan,
merugikan, atau membahayakan individu yang bersangkutan.
b. Secondary Cognitive Appraisal
Secondary Cognitive Appraisal adalah evaluasi terhadap
sumber daya yang dimiliki individu dan berbagai alternatif
cara untuk mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi
oleh pengalaman individu pada situasi serupa, persepsi
individu terhadap kemampuan dirinya dan lingkungannya serta
berbagai sumberdaya pribadi dan lingkungan.
3. Stage of Searching for a Coping Strategy
Konsep “coping” diartikan sebagai usaha-usaha untuk mengelola
tuntutan-tuntutan lingkungan dan tuntutan internal serta
mengelolah konflik antara berbagai tuntutan. Tingkat kekacauan
yang dibangkitkan oleh satu sumber stres (stresor) akan menurun
jika individu memiliki antisipasi tentang cara mengelola atau
menghadapi stresor, yaitu dengan menerapkan strategi „coping‟
yang tepat. Strategi yang akan digunakan ini dipengaruhi oleh
pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks
situasi dimana stres berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Stage of The Stress Response
Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang
akut, seperti sedih, cemas, marah, dan panik. Mekanisme
pertahanan diri yang digunakan menjadi tidak adekuat, fungsi-
fungsi kognisi menjadi kurang terorganisasikan dengan baik, dan
pola-pola neuroendokrin serta sistem syaraf otonom bekerja terlalu
aktif.
Berdasarkan uraian di atas mekanisme terjadinya stress kerja
akibat pekerjaan duduk monoton adalah berawal dari kurangnya variasi
gerakan dalam duduk monoton. Kurangnya variasi mengkibatkan
gangguan fisik dan mental, gangguan fisik berupa kelelahan otot pada
bagian tertentu akibat dari asam laktat yang trakumulasi pada bagian
tertentu. Sedangkan kelelahan mental atau gejala psikologi ditandai
dengan munculnya perasaan kebosanan yang berasal dari kejenuhan
dalam melakukan pekerjaan yang tidak terjadi perubahan dalam waktu
yang lama. Gejala nyata dari tidak dapat dikelolanya kelelahan mental
adalah timbulnya stress kerja pada tenaga kerja.
4. Faktor Penyebab Terjadinya Stress
Menurut Tarwaka (2010) bahwa perbedaan reaksi antara individu
tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan sosial yang dapat
merubah dampak stressor bagi individu. Faktor-faktor tersebut antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Kondisi individu, seperti; umur, jenis kelamin, temperamental, generik,
intelegencia, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.
b. Ciri kepribadian; introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,
kepasrahan, kepercayaan diri, dan lain-lain.
c. Sosial-kognitif, seperti; dukungan sosial, hubungan sosial dengan
lingkungan sekitarnya.
d. Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.
Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi stress antara lain :
a. Faktor dari individu, yang terdiri dari :
1) Usia
Peran faktor usia memberikan respon terhadap situasi yang
potensial menimbulkan stress kerja. Tenaga kerja yang usianya
sudah lanjut (> 60 tahun) kemampuan dalam beradaptasinya
menurun karena adanya penurunan fungsi organ di dalam
tubuhnya. Penelitian pada kelompok usia lebih dari 40 tahun dan
di bawah 40 tahun, dengan indikator adrenalin dan tekanan darah,
mendapatkan hasil bahwa kelompok usia > 40 tahun lebih rentan
dalam menghadapi stress kerja (Adila, 2009).
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh terhadap stress yang ditimbulkan
akibat pekerjaan. Akibat pembangunan nasional banyak wanita
yang menjadi tenaga kerja karena mereka menghadapi tuntutan
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga(Anoraga. 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Status gizi
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang
baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi
merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja
dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya
(Budiono, dkk, 2003). Pada keadaan gizi buruk, dengan beban
kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan
ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga
mempercepat timbulnya kelelahan. Status gizi seseorang dapat
diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa Tubuh).
4) Kondisi Kesehatan
Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi stress, antara
lain; penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah
tinggi dan tekanan darah rendah.
5) Keadaan Psikologis
Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia juga
mempunyai perasaan-perasaan, pemikiran-pemikiran, harapan-
harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut berpengaruh pula
pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat,
motivasi, hadiah-hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya,
upah dan lain-lain (Suma‟mur P.K., 1996). Faktor psikologi
memainkan peran besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
timbul dari konflik mental yang terjadi dilingkungan pekerjaan,
akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (Budiono,
dkk, 2003).
6) Konflik Peran
Supaya menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu
mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk
dikerjakan serta scope dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka.
Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang
diharapkan dari pekerjaannya akan timbul konflik peran.
7) Peran Ganda
Pada pekerja wanita akan timbul peran ganda dalam melakukan
pekerjaannya sehingga akan menimbulkan dilema pada tenaga
kerja. Yaitu sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga
(Anoraga, 2009)
b. Faktor Dari Luar
1) Beban kerja
Beban kerja merupakan pembangkit stress yang lebih lanjut,
beban kerja yang terlalu banyak, atau terlalu sedikit, dan monoton
menyebabkan kebosanan, atau ketidakpuasan. Seorang tenaga
kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan
beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban
fisik, atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang
umum, mereka hanya mampu memikul beban pada suatu berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tertentu. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan,
pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya. Semakin
meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan
meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi
maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat
dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan
oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik.
Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan
meningkatnya kandungan asam laktat (Nurmianto, 2003).
2) Faktor hubungan kerja
Hubungan tidak baik antara karyawan ditempat kerja adalah
faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress di tempat
kerja. Kecurigaan antar pekerja, kurangnya komunikasi,
ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-
tanda adanya stress akibat kerja (Tarwaka dkk, 2004)
3) Intrinsik pekerjaan
Menurut Tarwaka (2010) bahwa intrinsik pekerjaan
meliputi lingkungan fisik pekerjaan yaitu:
a) Kebisingan
b) Vibrasi
c) Higiene
d) Iklim kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e) Kerja gilir. Penelitian menunjukkan bahwa kerja gilir dapat
menimbulkan stress. Hal ini disebabkan karena gangguan
pada ritme sirkardian tidur atau daur keadaan bangun, pada
suhu dan pengeluaran adrenalin
f) Penghadapan terhadap risiko atau bahaya. Pada saat para
pekerja melihat risiko atau bahaya berkaitan dengan
pekerjaan sebagai pembangkit stress, maka makin besar
kesadaran akan bahaya makin besar pula rasa kecemasan.
4) Organisasi kerja
a. Waktu kerja dan waktu istirahat
Menurut Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjan, Pasal 77 waktu kerja adalah 7 jam dalam satu
hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu
minggu atau 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5
hari kerja dalam satu minggu
b. Rotasi kerja
Menurut Sutrisno (2009) bahwa rotasi kerja adalah
perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang
memiliki tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan
sebelum mengalami pindah kerja. Rotasi dilakukan untuk
menghindari kejenuhan tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan
yang terkadang membosankan serta memiliki fungsi tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami
pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan.
Menurut Gibson dkk (1996), penyebab stress kerja ada 4 yaitu :
1) Lingkungan fisik
Penyebab stress kerja dari lingkungan fisik berupa; cahaya, suara,
iklim kerja, dan udara terpolusi.
2) Individual
Tekanan individual sebagai penyebab stress kerja terdiri dari:
konflik peran, peran ganda, beban kerja berlebih, tidak adanya
kontrol, tanggung jawab dan kondisi kerja.
3) Kelompok kerja
Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan di
antara kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang
kuat bagi beberapa individu. Ketidakpercayaan dari mitra pekerja
secara positif berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang
membawa pada kesenjangan komunikasi diantara orang-orang dan
kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya
hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.
4) Organisasi
Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek
dan tidak adanya kebijakan khusus
Stress kerja secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yakni
faktor internal dari dalam individu itu sendiri dan faktor eksternal. Faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
internal dari dalam individu meliputi usia, jenis kelamin, status gizi,
kondisi kesehatan, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda.
sedangkan faktor dari luar pekerjaan antara lain beban kerja, lingkungan
kerja, hubungan kerja, dan organisasi kerja.
5. Gejala Stress Kerja
Sebagai hasil dari adanya stress kerja karyawan mengalami
beberapa gejala stress yang dapat mengancam dan mengganggu
pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah, agresif, tidak dapat
santai, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan
tidak mampu terlibat dan susah tidur (Novitasari, 2009).
Sedangkan gejala stress ditempat kerja, meliputi:
a. Kepuasan kerja rendah
b. Kinerja yang menurun
c. Semangat dan energi menjadi hilang
d. Komunikasi tidak lancar
e. Kurang tepat dalam pengambilan keputusan
f. Kreatifitas dan inovasi kurang
g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif
Pengaruh stress di tempat kerja menurut Tarwaka (2010) bahwa
reaksi stress dikelompokkan menjadi dua pengaruh yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Pengaruh terhadap individu seseorang
1) Reaksi emosi, tanda-tandanya adalah mudah marah, emosi, tidak
terkontrol, mudah curiga dan lain-lain.
2) Reaksi perubahan kebiasaan, mudah merokok, minum minuman
keras, penggunaan obat terlarang.
3) Perubahan fisioligis, mudah sakit kepala, insomnia, hipertensi,
serangan jantung dan lain-lain.
b. Pengaruh terhadap organisasi
Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang
kurang baik. Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk
kerja, turnover, hubungan kerja jadi tegang dan rendahnya kualitas
kerja. Dari keadaan tersebut dapat mengganggu performansi kerja dan
meningkatkan terjadinya risiko terjadinya kecelakaan kerja, secara
khusus dapat menurunkan produktivitas kerja, menyebabkan biaya
kompetensi pekerja meningkat. Stress akibat kerja yang menyebabkan
menurunnya produktivitas kerja, antara lain disebabkan oleh karena ;
1) Performansi pekerjaan yang rendah.
2) Meningkatkan angka absensi.
3) Menurunnya moral kerja.
4) Meningkatnya turnover pekerja yang dapat menyebabkan
kehilangan banyak waktu kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Dampak Stress Kerja
Menurut Tarwaka dkk, (2004) bahwa pengaruh stress ada dua yaitu:
a. Pengaruhnya terhadap individu seseorang
1) Reaksi emosi, tanda-tandanya adalah mudah marah, emosi tidak
terkontrol, mudah curiga.
2) Reaksi perubahan kebiasaan, mudah merokok, minum-minuman
keras, penggunaan obat terlarang.
b. Pengaruhnya terhadap organisasi
Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang kurang baik.
Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk kerja,
turnover, hubungan kerja jadi tegang dan rendahnya kualitas kerja.
Reaksi tubuh terhadap stressor pada seseorang sangat bervariasi dan
berbeda dari masing-masing orang yang menerimanya. Perbedaan reaksi
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor psikologis dan faktor sosial-
budaya seseorang. Reaksi stress akibat kerja yaitu :
a. Reaksi psikologis
Stress kerja biasanya merupakan perasaan subjektif seseorang
sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan dan depresi. Reaksi
psikologis akibat stress kerja dapat dievaluasi dalam bentuk beban
mental, kelelahan dan perilaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Respon sosial
Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan, depresi, konflik
dan stress akibat kerja di tempat kerja, maka pengaruhnya akan
dibawa ke dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.
c. Respon stress akibat kerja pada gangguan kesehatan atau reaksi
fisiologis.
Bila tubuh mengalami stress akibat kerja, maka akan terjadi
perubahan fisiologis sebagai jawaban atas terjadinya stress kerja.
Sistem di dalam tubuh yang mengadakan respon adalah
diperantarai oleh saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis dan
pengeluaran petekolamin yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi
organ di dalam tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem
gastrointestinal dan gangguan penyakit lainnya.
d. Respon individu
Pengaruhnya akan sangat tergantung dari sifat dan kepribadian
seseorang.
7. Pencegahan Stress Kerja
Menurut Tarwaka, dkk (2004) cara-cara mencegah stress
akibat kerja secara lebih spesifik yaitu :
a. Redesain tugas-tugas pekerjaan
b. Redesain lingkungan kerja
c. Menerapkan waktu kerja yang fleksibel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Menerapkaan manajemen partisipatoris
e. Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier
f. Menganalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan
g. Mendukung aktivitas sosial
h. Membangun kerja tim yang kompak
Cara lain untuk pencegahan timbulnya stress di tempat kerja
(Rahayu, 2002), yaitu:
a. Faktor promosi kesehatan di tempat kerja
b. Penyesuaian pekerjaan dengan kemampuan dan kebutuhan
c. Menanggulangi stress dalam organisasi
d. Kontrol reaksi stress psikologis
e. Peranan profesi kesehatan kerja ditempat kerja
C. Pengaruh Rotasi Kerja terhadap Stress Kerja
Pekerjaan duduk monoton pada proses membatik adalah pekerjaan
duduk monoton tanpa ada variasi gerakan dalam melakukan pekerjaannya
dan terjadi dalam waktu yang lama dan pekerjaan tersebut mengalami
pengulangan gerak yang terpusat pada tangan sehingga sangat berpotensi
menimbulkan kelelahan otot dan kelelahan mental (kebosanan) yang
berakibat pada stress kerja.
Kelelahan otot yang terjadi pada otot-otot tertentu misalnya pada otot
daerah pinggang dan daerah bahu disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada daerah otot-otot tersebut sehingga asam laktat akan terakumulasi dan
mengakibatkan kelelahan otot.
Selain mengkibatkan kelelahan otot pekerjaan duduk monoton juga
mengakibatkan kelelahan mental yang berakibat pada timbulnya gangguan
psikologis berupa stress kerja. Pekerjaan duduk monoton tanpa adanya
variasi gerakan yang terjadi dalam jangka waktu lama, akan menimbulkan
gangguan mental berupa kebosanan atau kelelahan mental. kebosanan akan
berakibat pada motivasi kerja dan menurunnya produktivitas. Jika hal itu
tidak dapat segera dikendalikan maka akan menimbulkan gangguan
psikologis berupa stress kerja.
Untuk mengurangi stress yang diakibatkan oleh pekerjaan duduk
monoton dapat dilakukan dengan rotasi kerja, yakni rotasi dilakukan untuk
mengurangi kejenuhan tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan yang terkadang
membosankan serta memiliki fungsi tujuan lain supaya seseorang dapat
menguasai dan mendalami pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu
perusahaan. Stress kerja sendiri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
eksternal dan faktor internal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Kerangka Pemikiran
Bagan 1. Kerangka pemikiran
Menurunkan motivasi kerja
Stress Kerja
Faktor Eksternal :
a. Beban Kerja
b. Hubungan Kerja
c. Lingkungan Kerja
1. Kebisingan
2. Debu
3. Getaran
4. Iklim Kerja
5. Penerangan
d. Organisasi Kerja
1. Jam Kerja
2. Jam Istirahat
3. Rotasi Kerja
Faktor internal :
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Status Gizi
d. Kondisi
Kesehatan
e. Keadaan
Psikologis
f. Konflik peran
g. Peran ganda
Tidak ada variasi gerakan,
dalam jangka waktu lama
Timbul gangguan psikologis berupa
kebosanan/ kelelahan
mental
Pekerjaan duduk monoton
Kelelahan Mental
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Rotasi Kerja
pada Pekerjaan Batik Tulis terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri
Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik
dengan pendekatan crossectional, dimana data yang menyangkut variabel
bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan
(Arief, 2004). Jadi dalam penelitian ini semua subjek penelitian diamati pada
waktu yang sama.
B. Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Industri Batik Brotoseno Desa Kliwonan
Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen mulai Bulan November 2010 – Juni
2011
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan kelompok subjek, dapat berupa
manusia, hewan percobaan, data laboratorium dan lain-lain yang ciri-cirinya
akan diteliti (Arief, 2004)
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu seluruh tenaga
kerja wanita industri rumah tangga batik tulis Brotoseno, desa Kliwonan
Masaran Sragen. Jumlah tenaga kerja wanita keseluruhannya adalah 203
terdiri 76 tenaga kerja tetap dan 127 tenaga kerja borongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Teknik Sampling.
Sampel adalah hasil pemilihan subjek dari populasi untuk
memperoleh karakteristik populasi (Arief, 2004)
Pengambilan sampel melalui teknik random sampling dengan restriksi.
Menurut Murti (2006), restriksi yaitu metode untuk membatasi subjek
penelitian menurut kriteria tertentu pada populasi target (populasi sasaran),
maka diperoleh populasi sumber (populasi yang merupakan himpunan subjek
dari populasi sasaran yang digunakan sebagai sumber pencuplikan subjek
penelitian). Selanjutnya dilakukan random sampling sehingga diperoleh
sampel penelitian.
E. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah tenaga kerja wanita
tetap bagian batik tulis, dari restriksi kemudian dilakukan pembatasan
populasi target dengan kriteria sebagai berikut :
1. Usia : 20-40 tahun
Usia memberikan respon terhadap situasi yang potensial
menimbulkan stress kerja. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelompok
usia lebih dari 40 tahun dan dibawah 40 tahun dengan indicator adrenalin
dan tekanan darah, dinyatakan bahwa kelompok usia lebih dari 40 tahun
lebih rentan dalam menghadapi stress kerja. Sehingga sampel penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dibatasi berusai 20-40 tahun supaya stress kerja yang terjadi bukan karena
faktor usia.
2. Tidak sedang sakit.
Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi Stress, penyakit
tersebut antara lain; penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan
darah tinggi > 130/90 dan tekanan darah rendah 110/70 – 120/80 dalam
kondisi tidak hamil.
3. Masa kerja lebih dari 5 tahun.
Mempunyai keterampilan dan kemampuan kerja yang sama
terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena pekerjaan yang dilakukan
adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan keahlian
seseorang.
4. Waktu kerja 8 jam sehari
Tenaga kerja berada di satu tempat kerja dengan waktu kerja yang sama.
Setelah dilakukan pembatasan pada populasi target dengan restriksi,
maka diperoleh populasi sumber sejumlah 42 orang. Dari jumlah tersebut
kemudian dilakukan random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak
30 tenaga kerja wanita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Rancangan Penelitian
Bagan 2 Skema Desain Penelitian
Random sampling
Populasi umum
n=203
pekerjaan
m
o
n
o
t
o
n
Kelompok I
n=15
Kelompok II
n=15
Stress Kerja Stress Kerja
Kriteria :
Usia 20-40 tahun,
Tidak sedang sakit,
Masa kerja lebih dari 5
tahun. Lama kerja 8
jam sehari
Sesuai kriteria n=42
Kelompok I
Stress Kerja
Kelompok II
Stress Kerja
Tidak di
r
o
t
a
s
i
Perlakuan rotasi
kerja
,
adap
tasi
1
ming
gu
PRE Mann-Whitney
POST Mann-Whitney
Sampel n=30
Populasi target n=76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan :
= Menggunakan uji Mann-Whitney
= Perlakuan pada sampel
G. Rancangan Perlakuan Rotasi Kerja
H. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen variable),
variabel terikat (dependen variabel) dan variabel pengganggu.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independen yang diukur adalah pekerjaan
duduk monoton dan rotasi kerja.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah stress
kerja.
3. Variabel Penganggu
a) Variabel pengganggu terkendali dalam penelitian ini meliputi usia,
masa kerja, jenis kelamin, kondisi kesehatan, waktu kerja dan beban
kerja.
Nyanthing
(Memberi lilin)
(2 jam)
Nolet
(Memberi warna) (2 jam)
Istirahat
1 jam
Nyanthing
(Memberi lilin)
(1,5 jam)
Nolet
(Memberi warna) (1,5 jam)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Variabel pengganggu tidak terkendali dalam penelitian ini meliputi,
status gizi, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda, hubungan
kerja dan lingkungan kerja.
Bagan 3 Kerangka Variabel
I. Definisi Operasional Variabel
1. Rotasi Kerja
Rotasi kerja adalah perpindahan tenaga kerja dari pekerjaan
sebelumnya yaitu nyanting (statis) ke posisi pekerjaan yang mempunyai
tingkat level yang sama/beban kerja yang sama yaitu pekerjaan nolet
(dinamis).
Alat ukur : Checklist
Kategori : Rotasi dan tidak rotasi
Skala Pengukuran : Nominal
Variabel bebas :
Rotasi Kerja
Variabel Terikat:
Stress Kerja
Variabel penganggu :
a. Terkendali
1) Usia
2) Masa kerja
3) Jenis kelamin
4) waktu kerja
5) Kondisi kesehatan
6) Beban Kerja
b. Tidak Terkendali
1) Status gizi
2) Keadaan Psikologis
3) Konflik peran
4) Peran ganda
5) Hubungan kerja
6) Lingkungan kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Stress Kerja
Stress kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang dimana dia terpaksa
memberikan tanggapan melebihi kemampuan menyesuaikan diri terhadap
suatu tuntutan yang diakibatkan karena pekerjaan.
Alat ukur : Kuesioner penilaian stress kerja dengan scoring
Cara mengukur : Membagikan kuesioner pada dua kelompok tenaga
kerja yang mendapat perlakuan yang berbeda,
pemberian kuesioner dilakukan sebelum memberi
perlakuan dan sesudah memberi perlakuan.
sebelum membagikan kuesioner terhadap tenaga
kerja peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara
pengisian dan lembar persetujuan sebagai
responden. Kemudian menjumlah skor setiap
tenaga kerja dari kuesioner yang telah diisi oleh
tenaga kerja dan mengelompokkan total skor
kedalam kriteria stress kerja
Hasil : 140 – 175 : Stress tingkat rendah
105 – 139 : Stress tingkat sedang
70 – 104 : Stress tingkat tinggi
35 – 69 : Stress tingkat sangat tinggi
Skala Data : Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan
perempuan secara biologis, dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat
yang diterima dari orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan.
Dalam penelitian ini jenis kelamin dikendalikan yaitu jenis kelamin
wanita.
Alat ukur : Lembar isian data
Hasil pengukuran : Laki-laki dan Wanita
Skala pengukuran : Nominal
4. Usia
Usia adalah jumlah hari, bulan, tahun, yang telah dilalui sejak lahir
sampai dengan waktu tenaga kerja dilakukan wawancara yang tertera pada
kartu tanda penduduk. Dalam penlitian ini usia dikendalikan yaitu 20-40
tahun.
Alat ukur : Lembar isian data
Hasil pengukuran : tahun
Skala pengukuran : rasio
5. Masa Kerja
Masa kerja adalah waktu yang dihitung mulai dari tenaga kerja
bekerja pada pekerjaan batik tulis dan tempat batikan. Dalam penelitian ini
masa kerja dikendalikan yaitu > 5 tahun.
Alat ukur : Lembar isian data
Hasil pengukuran : tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Skala pengukuran : rasio
6. Penerangan
Penerangan adalah sumber cahaya yang mengenai permukaan
suatu benda yang menyebabkan terang kemudian berkontraksi dengan alat
penglihatan sehingga dapat melihat. Sumber penerangan dapat berupa
penerangan alami atau penerangan buatan.
Alat Ukur : Lux Meter ANA 999
Satuan : Lux
Skala pengukuran : Rasio
7. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan
yang sifat getarannya selalu berubah-ubah dan dapat menganggu tenaga
kerja.
Alat Ukur : Sound Level Meter merk RION
Satuan : dB
Skala pengukuran : Interval
8. Iklim Kerja
Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara, kelembapan
udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi.
Alat Ukur : Area Heat Stress Monitor
Satuan : 0C
Skala pengukuran : Interval
9. Status Gizi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Status gizi adalah keadaan gizi tenaga kerja yang diukur dengan
menggunakan Indeks Masa Tubuh tiap pekerja.
Alat ukur : Meteran Tinggi Badan dan Timbangan Berat Badan.
Hasil pengukuran : Kurus, Normal, Berat Berlebih, Obesitas.
Skala pengukuran : Ordinal
J. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian yang
dilaksanakan di industri Batik Tulis Brotoseno antara lain sebagai berikut :
1. Bahan
a. Kuesioner untuk tenaga kerja agar mengetahui karakteristik
responden mengenai : usia, masa kerja, jenis kelamin.
b. Kuesioner Stress Kerja, untuk mengukur stress kerja pada tenaga
kerja
c. Form pengukuran penerangan dengan Lux Meter
d. Form pengukuran suhu ruangan dengan Area Heat Stress Monitor
e. Form pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter
2. Alat
a. Lux Meter, untuk mengukur intensitas penerangan umum pada
lokasi industri batik tulis Brotoseno
b. Area Heat Stress Monitor, untuk mengukur iklim kerja tempat
kerja pada industri batik tulis Brotoseno
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Sound Level Meter, untuk mengukur intensitas kebisingan tempat
kerja pada industri batik tulis Brotoseno.
d. Alat tulis, berupa bolpoint/pena, untuk menulis data hasil
penelitian yang telah di peroleh
e. Alat dokumentasi, berupa kamera untuk mendokumentasikan hasil
penelitian yang telah dilakukan di industri batik tulis
K. Cara Kerja Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian di Industri Batik Tulis ini
adalah :
1. Wawancara menggunakan kuesioner atau checklist, dilakukan secara
langsung oleh peneliti kepada responden, lembar diisi oleh peneliti.
2. Pengukuran keadaan fisik lingkungan kerja dengan menggunakan alat
ukur seperti lux meter, heat stess area monitor dan sound level meter oleh
peneliti langsung.
3. Pengukuran stress kerja dengan menggunakan kuesioner stress kerja
dengan scoring dari HSE 2000 (Lampiran 1)
4. Mengolah dan menganalisa data penelitian
5. Menyusun laporan
6.
L. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data diolah melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Editing
Pada tahapan ini data yang telah terkumpul dikoreksi kembali untuk
mengetahui kesalahan yang ada.
2. Coding
Merupakan tahapan untuk menghasilkan data menurut variabel penelitian
yang ada. Coding digunakan untuk mempermudah dalam proses tabulasi
dan analisa data selanjutnya.
3. Entry
Memasukkan data penelitian kedalam program komputer untuk dilakukan
pengolahan data.
4. Tabulating
Data yang sudah melalui tahapan coding selanjutnya dikelompokkan
sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan kedalam tabel
yang sudah disiapkan dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel
statistik deskriptif.
5. Analisa Data
Analisis data yang digunakan adalah uji statistik non parametrik.
Uji statistik non parametrik adalah uji untuk mengetahui apakah ada
perbedaan nilai rata-rata antar dua kelompok. Uji Mann-Whitney
digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari suatu parameter
dari dua sampel yang independent (Riwidikdo, 2008).
Intepretasi hasil uji Mann-Whitney dengan program SPSS (Statistic
Product and Service Solution) Versi 16.0 adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Jika P value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
2) Jika P value > 0,01 - ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan
3) Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan
(Hartono, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL
A. Gambaran Umum Tempat kerja
1. Profil Industri Batik Tulis Brotoseno
Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno merupakan industri
perorangan yang dikelola sendiri dan dengan modal sendiri. Industri
rumah tangga batik tulis Brotoseno bergerak dalam bidang sektor informal
yang menghasilkan barang kerajinan berupa kain batik dengan berbagai
motif, pakaian jadi dengan berbagai model untuk pria maupun wanita dan
anak-anak. Selain itu industri rumah tangga batik tulis Brotoseno juga
memproduksi kaos bermotif batik dan aksesoris yang bermotif batik.
Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno berawal dari usaha
rumahan yang dijalankan oleh bapak Soeparjan pada tahun 1975 dengan
usaha keras dan tidak kenal menyerah walaupun dilanda krisis ekonomi
batik Brotoseno bisa tetap survive dan tidakterhempas badai krisis
ekonomi. Tongkat estafet kepemimpinan pada tahun 1997 oleh bapak
Soeparjan diserahkan kepada putranya yaitu bapak H. Eko Suprihono, SE
yang selanjutnya dibawah pemimpin baru ini industri rumah tangga batik
tulis Brotoseno lebih agresif dapat dilihat dari banyaknya pameran-
pameran yang diikuti, baik pameran skala daerah, nasional maupun
pameran dengan skala internasional. Pameran rutin yang dilakukan antara
lain Gelar Batik Nusantara, INACRAFT, ICRA, dan Adiwastra Nusantara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil produksi dari industri rumah tangga batik tulis Brotoseno
setiap bulan untuk batik tulis sebanyak 1500 potong, untuk batik
kombinasi dihasilkan 5000 potong perbulan, sedangkan untuk batik
handprinting dihasilkan 13.000 meter perbulan.
Penjualan dilakukan pada tiga tempat yakni pada dua showroom
yang terletak di Sragen tepatnya Jl. Raya Solo - Sragen Km. 18 Jawa
Tengah no telp (57282), (0271)661225, di Jakarta tepatnya Ruko Medical
A.1 Jl. Pondok Kelapa Raya Jakarta Timur No telp. (13450)
(021)86904304 dan di rumah yang sekaligus digunakan sebagai pabrik
tepatnya terletak di desa Kuyang Kliwonan Masaran Sragen.
Selain pemasaran yang dilakukan melalui dua showroom dan di
rumah, pemasaran juga dilakukan melalui internet tujuannya adalah pasar
luar negeri. Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno juga melayani
pemesanan dalam jumlah banyak. Selain itu juga melayani pembelian
dalam bentuk grosir maupun eceran. Industri rumah tangga batik tulis
Botoseno juga melayani kerjasama dengan industri batik lainnya, serta
membuka program belajar membatik yang bertujuan untuk melestarikan
budaya batik di Indonesia.
Seperti yang telah dibahas di atas industri rumah tangga batik tulis
Brotoseno juga melayani pemesanan dalam jumlah besar yang
berpengaruh terhadap omset dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan.
Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno memiliki tiga macam tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kerja, yaitu tenaga kerja tetap, tenaga kerja borongan dan mitra dari
industri lain.
Waktu kerja tenaga kerja di industri rumah tangga batik tulis
Brotoseno untuk tenaga kerja tetap adalah mulai pukul 08.00-16.00 WIB
dengan istirahat satu jam kerja yakni pada pukul 12.00-13.00 WIB. Dalam
satu minggu terhitung 6 hari kerja yaitu dari hari Senin sampai dengan hari
Sabtu. Sedangkan, untuk tenaga kerja borongan waktu kerja tidak tentu,
karena sebagian banyak tenaga kerja membawa pulang pekerjaannya dan
dikerjakan di rumah masing-masing.
2. Tenaga Kerja
Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno memiliki 203 tenaga
kerja wanita yang terdiri dari 76 tenaga kerja tetap dan 127 tenaga kerja
borongan.
Tenaga kerja di industri rumah tangga batik tulis Brotoseno
sebagian besar berasal dari masyarakat sekitar khususnya untuk tenaga
kerja tetap, sedangkan untuk tenaga kerja borongan sebagian besar berasal
dari luar daerah.
Upah yang diterima tenaga kerja bermacam-macam. Untuk tenaga
kerja tetap upah diberikan secara harian, namun pemberian upah dilakukan
tiap satu minggu sekali. Sedangkan untuk tenaga kerja borongan
pemberian upah berdasarkan pada per potong kain yang telah dikerjakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam melaksankan pekerjaannya sebagai pembatik tulis banyak
melakukan pekerjaan dengan posisi kerja yang tidak ergonomis dan
monoton, yaitu bekerja dengan posisi duduk menggunakan dingklik yang
tingginya 20 cm. Jarak antara tenaga kerja yang saling berdekatan dengan
alasan menghemat biaya untuk penyediaan kompor dan wajan. Satu
kompor dan wajan digunakan oleh 6 tenaga kerja, sehingga membatasi
gerak tenaga kerja, selain itu pekerjaan membatik tulis juga menuntut
tenaga kerja untuk melakukan gerakan yang monoton dengan posisi kerja
duduk yang tidak ergonomis dengan waktu yang sangat lama yaitu selama
7 jam sehari dan keadaan tersebut telah berlangsung bertahun-tahun sesuai
dengan masa kerja masing-masing tenaga kerja.
Tenaga kerja bagian nolet pekerjaan dapat dilakukan dengan duduk
maupun berdiri dan bergeser ke kanan dan ke kiri. Pekerjaan nolet
dilakukan di atas meja yang berukuran panjang 2,45 m dan lebar 1,22 m.
Satu meja kerja dikerjakan oleh 4-5 tenaga kerja tergantung dari motif
batikan.
Tenaga kerja bagian penggodogan kain yang bertujuan untuk
penghilangkan malam yang menempel pada kain dan proses pewarnaan
dilakukan dalam ruangan tersendiri yang masih bersebelahan dengan
bagian nolet dan batik tulis. Tenaga kerja bagian penggodokan semuanya
berjenis kelamin laki-laki.
Tenaga kerja bagian batik cap semuanya berjenis kelamin laki-laki.
Pekerjaan pada bagian batik cap dilakukan dengan berdiri. Pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan dengan meratakan cairan warna diatas mika berpola yang
diletakkan diatas kain mori yang terbentang sepanjang meja. Dalam
melaksankan pekerjaan batik cap satu meja kerja dikerjakan oleh 4 sampai
6 tenaga kerja laki-laki.
3. Bahan Baku yang Digunakan
Pada proses pembuatan batik tulis di industri rumah tangga batik
tulis Brotoseno, digunakan bahan baku berupa kain mori dengan berbagai
macam kualitas. Kain mori ini dibeli masih dalam gulungan panjang
kemudian diolah dan dipotong-potong sesuai kebutuhan. Bahan lainnya
yaitu berupa malam, paraffin, dan zat warna teksil.
Bahan baku pendukung yang dibutuhkan dalam pembuatan batik
tulis dan batik cap adalah minyak tanah dan kayu bakar.
Gambar 1 Malam dan Paraffin
(Sumber : Data Primer, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2 Kain Mori
(Sumber : Data Primer, 2011)
Gambar 3 Pewarna Tekstil
(Sumber : Data Primer, 2011)
4. Peralatan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dan tersedia dalam proses pembuatan
batik tulis dan batik cat pada industri rumah tangga batik tulis Brotoseno
ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Batik Tulis
1) Gawangan
Gawangan ialah perkakas untuk menyangkutkan dan
membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari
bahan kayu, atau bambu. Gawangan berukuran panjang 100 cm
dan tingginya 76 cm. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan.
Gambar 4 Gawangan
(Sumber : Data Primer, 2011)
2) Bandul
Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi.
Fungsi pokok bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik
agar tidak mudah tergeser ditiup angin, atau tarikan pembatik
secara tidak sengaja.
3) Wajan.
Wajan adalah perkakas untuk mencairkan malam (lilin untuk
membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari
perapian tanpa mempergunakan alat lain. Oleh karena itu wajan
yang dibuat dari tanah liat lebih baik dari pada yang dari logam,
karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak
lambat memanaskan malam.
Gambar 5 Wajan
(Sumber : Data Primer, 2011)
4) Kompor minyak tanah
Kompor yang digunakan berbahan dasar minyak tanah. Kompor
adalah alat perapian sebagai pemanas malam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 6 Kompor
(Sumber : Data Primer, 2011)
5) Taplak.
Taplak ialah kain untuk menutup paha pembatik supaya tidak
terkena tetesan malam panas sewaktu canting ditiup, atau waktu
membatik. Taplak biasanya dibuat dari kain bekas.
Gambar 7 Taplak/Kain Bekas
(Sumber : Data Primer, 2011)
6) Saringan malam.
Saringan ialah alat untuk menyaring malam panas yang banyak
kotorannya. Jika malam disaring, maka kotoran dapat dibuang,
Kompor
Taplak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehingga tidak mengganggu jalannya pada cucuk canting sewaktu
dipergunakan untuk membatik.
7) Dingklik.
Merupakan alat duduk pembatik yang terbuat dari bahan kayu.
Tinggi duduk 20 cm, lebar duduk 35 cm, panjang duduk 32 cm,
sedangkan tinggi sandaran 23 cm panjang sandaran 29 cm, dan
lebar sandaran 12 cm. Pada saat digunakan biasanya ditambah
dengan bantal kecil.
Gambar 8 Dingklik
(Sumber : Data Primer, 2011)
8) Canting.
Canting merupakan alat utama untuk membatik yang menentukan
apakah hasil pekerjaan itu dapat disebut batik, atau bukan batik.
Canting digunakan untuk menulis, membuat motif-motif batik yang
diinginkan. Alat Canting terbuat dari tembaga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 9 Canting
(Sumber : Data Primer, 2011)
b. Batik Cap
1) Meja
Meja yang digunakan terbuat dari kayu dengan tinggi 100 cm dan
lebar 200 cm dan panjangnya sesuai dengan panjang kain.
Gambar 10 Meja Batik Cap
(Sumber : Data Primer, 2011)
2) Kayu perata pewarna
Kayu ini digunakan untuk meratakan zat pewarna tekstil untuk
pewarnaan pada batik cap. Panjang kayu 150 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 11 Kayu Perata Zat Warna pada Batik Cap
(Sumber : Data Primer, 2011)
3) Motif mika
Motif mika merupakan motif yang sudah tertera pada mika yang
digunakan untuk memberi warna pada batik cap.
Gambar 12 Pola Mika untuk Batik Cap
(Sumber : Data Primer, 2011)
5. Proses Kerja Industri Batik Tulis Brotoseno
Proses Pembuatan batik tulis ada beberapa tahapan :
a. Tahap Persiapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Kompor dan wajan berisi malam harus sudah siap untuk mulai
membatik. malam harus sempurna cairnya (malam tua) supaya
lancar keluarnya melalui cucuk canting dan dapat meresap dengan
sempurna dalam mori. Api dalam kompor harus dijaga tetap kecil,
karena berbahaya kalau api naik keatas wajan dan membakar
malam dalam wajan.
2) Mori yang sudah dipersiapkan harus telah berbeda di atas
Gawangan dekat kompor. Pembatik duduk diantara gawangan dan
kompor. Gawangan berdiri di sebelah kiri dan kompor di sebelah
kanan pembatik.
3) Setelah semuanya siap selanjutnya pembatik memegang canting.
Cara memegang canting berbeda dengan cara memegang pensil,
atau bolpoint untuk menulis. Perbedaan itu terletak pada ujung
cucuk canting bentuknya melengkung dan berpipa besar, sedang
pensil atau bolpoin lurus. Memegang canting menggunakan ujung-
ujung ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah seperti memegang pensil
untuk menulis, tetapi tangkai canting horizontal. Posisi canting
demikian itu untuk menjaga agar malam dalam nyamplungan tidak
tumpah.
4) Pembatik menciduk/mengambil malam mendidih dari wajan
dengan canting kemudian dibatikan di atas mori. Sebelum
dibatikan canting ditiup lebih dahulu. Cara meniup pun dengan
cara tertentu, agar malam dalam nyaplungan tidak tumpah pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bibir pembatik. Canting ditiup untuk mengembalikan cairan malam
dalam cucuk kedalam nyamplungan, supaya tidak menetes sebelum
ujung canting ditempelkan pada mori. Untuk menghilangkan cairan
malam yang membasahi cucuk canting, karena cucuk canting yang
berlumuran cairan malam akan mengurangi kualitas goresan,
terutama ketika permulaan canting digoreskan pada mori. Untuk
mengontrol cucuk canting dari kemungkinan tersumbat oleh
kotoran malam. Jika tersumbat, maka cairan dalam nyamplungan
tidak bersuara, karena udara tidak dapat masuk. Maka lubang ujung
cucuk ditusuk memakai ijuk, atau serabut kelapa sampai masuk
sepanjang cucuk. Biasanya sesudah ditusuk ditiup kembali, atau
langsung dibatikkan pada mori. Keistimewaan menusuk ialah
memakai tangan kiri dengan cara tertentu dalam waktu yang
cepat. Canting yang bagus kemudian digoreskan pada mori.
Tangan kiri terletak disebalik mori sebagai landasan (penguat) mori
yang baru digores dengan canting. Jika cairan malam dalam
nyamplungan habis, atau kurang lancar disebabkan oleh
pendinginan, malam itu dikembalikan kedalam wajan, canting
dimasukkan pada cairan malam dalam wajan itu juga.
Pengembalian cairan malam yang sudah dingin tidak besar
pengaruhnya terhadap malam dalam wajan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tahap Membatik
1) Proses Memola
Tahap pertama pada kain mori yang sudah dipotong sesuai
dengan ukurannya, kemudian kain digambar pola dengan
menggunakan pensil.
Gambar 13 Membuat Pola
(Sumber : Data Primer, 2011)
2) Proses Menglowong
Pelekatan malam/lilin yang pertama ialah membatik
motif-motifnya diatas mori dengan menggunakan canting.
Gambar 14 Proses Nglowong
(Sumber : Data Primer, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Proses ngisen-Iseni
Proses ngisen-iseni berasal dari kata isi, ngisen-iseni
berarti memberi isi atau mengisi. Ngisen-iseni dengan
mempergunakan canting cucuk kecil disebut juga canting Isen,
canting isen bermacam-macam. Tetapi sepotong mori belum
tentu mengunakan seluruh macam canting isen, tetapi
tergantung pada motif yang akan dibuat. Membatik harus satu
persatu, dan setiap bagian harus selesai sebelum bagian yang
lain dikerjakan dengan canting lain misalnya pada proses
nyeceki (membuat motif yan terdiri dari titik-titik ), bagian
cecekan harus selesai seluruhnya.
Kegiatan mengerjakan bagian-bagian mempunyai nama
masing-masing, nama tersebut menurut nama canting yang
dipergunakan. Misalnya nyeceki mengunakan canting cecekan,
hasilnya nama cecekan. Neloni mengunakan canting telon,
hasilnya disebut telon. Mrapati ialah mempergunakan canting
prapatan, hasilnya bernama prapatan dan seterusnya. Nggalari
menggunakan canting galaran atau canting renteng, hasilnya
selalu disebut galaran.
Penggunaan canting dilakukan dengan bertahap hal itu
banyak keuntungannya. Keuntungan pertama ialah canting
dapat dipergunakan bergantian dalam satu rombongan pembatik
yang berbeda-beda tugasnya (berbeda tahap batikan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dikerjakan). Keuntungan kedua ialah mengurangi jumlah
canting yang semacam meskipun anggota pembatik cukup
banyak. Kalau dua orang bersamaan akan mengunakan canting
semacam, sedangkan canting hanya sebuah, maka salah satu
dapat menundanya dan mengerjakan bagian lain dengan canting
lain.
Selanjutnya, batikan yang lengkap dengan isen-isen
disebut reng-rengan. Oleh karena namanya reng-rengan, maka
pembatik yang membatik sejak permulaan sampai penyelesaian
(akhir) memberi isen-isen disebut ngengreng. Jadi ngengrengan
merupakan kesatuan motif dari keseluruhan yang dikehendaki.
Hal itu merupakan penyelesaian yang pertama.
Gambar 15 Proses Ngiseni
(Sumber : Data Primer, 2011)
4) Proses Nerusi.
Nerusi merupakan penyelesaian yang kedua. Batikan
yang berupa ngengrengan kemudian dibalik permukaannya, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dibatik kembali pada permukaan kedua itu. Membatik nerusi
ialah membatik mengikuti motif pembatikan pertama pada
bekas tembusinya. Nerusi sama dengan mola dan batikan
pertama berfungsi sebagai pola. Canting-canting yang
digunakan sama dengancCanting untuk ngengreng. Nerusi
bertujuan untuk mempertebal tembusan batikan pertama serta
untuk memperjelas. Batikan yang selesai pada tahap ini disebut
ngengreng. Pembatik yang membatik dari permulaan sampai
nerusi disebut ngengreng.
Gambar 16 Proses Nerusi
(Sumber : Data Primer, 2011)
5) Proses Menembok
Sebuah batikan tidak seluruhnya diberi warna, atau
akan diberi warna yang bermacam-macam pada waktu proses
penyelesaian menjadi kain. Maka bagian-bagian yang tidak akan
diberi warna, atau akan diberi warna sesudah bagian yang lain
harus ditutup dengan malam. Cara menutupnya seperti cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membatik bagian lain dengan mempergunakan canting
tembokan. Canting tembokan bercucuk besar. Orang yang
mengerjakan proses nembok disebut nemboki dan hasilnya
disebut tembokan. Bagian yang ditembok biasanya disela-sela
motif pokok.
Menembok biasanya mempergunakan malam kualitas
terendah. Meskipun malam penuh kotoran, tetapi canting
bercucuk besar tidak banyak terganggu. Selain itu bagian
tembokan cukup lebar dan tebal. Pada dasarnya fungsi malam
selain untuk membentuk motif, juga untuk menutup pada tahap-
tahap pemberian warna kain, dimana warna itu sebagai
pembentuk motif batik yang sesungguhnya. Nembok hanya pada
sebelah muka mori.
Gambar 17 Proses Nemboki
(Sumber : Data Primer, 2011)
6) Proses Medel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemberian warna pertama kedalam zat pewarna, tujuannya ialah
untuk memberi warna biru tua sebagai warna dasar kain.
Dimana zat tersebut lambat sekali meresap pada mori namun
sekarang menggunakan zat pewarna impor maka prosesnya jauh
lebih cepat dan pendek.
Gambar 18 Proses Medel
(Sumber : Data Primer, 2011)
7) Proses Meyoga
Pencelupan kedua, ditiap pencelupan harus diikuti dengan
penjemuran dengan udara.
Gambar 19 Proses Meyoga
(Sumber : Data Primer, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8) Proses Nolet
Pekerjaan nolet dilakukan untuk pemberian warna yang
lebih cerah menggunakan zat warna tekstil pada bagian-bagian
yang lebih kecil. Proses nolet dilakukan dengan
membentangkan kain mori yang sudah selesai dibliriki diatas
meja panjang.
Gambar 20 Proses Nolet
(Sumber : Data Primer, 2011)
9) Proses Nglorot (Meghilangkan Malam)
Malam yang masih tertinggal pada mori, perlu
dihilangkan semuanya. Yaitu dengan membersihkannya dalam
air mendidih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10) Penjemuran
Setelah selesai dilakukan pembersihan malam Kain
mori yang sudah bermotif dijemur sebentar hanya sampai
kering.
Gambar 22 Proses Penjemuran
(Sumber : Data Primer, 2011)
Penjemuran
Nglowong
Ngisen-iseni
Nerusi
Nolet
Nembok
Nglorot Menghila
ngkan
lilin
Tahap Persiapan
Mola
Meyoga Medel
Gambar 21 Proses Nglorot
(Sumber : Data Primer, 2011)
Bagan 1 Alur Proses Kerja
(Sumber : Data Primer, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Data Tenaga Kerja Pada Bagian Batik Tulis
1. Usia
Data usia tenaga kerja diperoleh dari formulir pambatasan populasi
yang berikan kepada tenaga kerja. Pengambilan data usia tenaga kerja
dilakukan pada awal penelitian berdasarkan pembatasan populasi dengan
restriksi (usia 20-40 tahun).
Tabel 1 Data Karakteristik Usia Sampel Batik Tulis Brotoseno
Sampel Usia (tahun)
Kelompok I Kelompok II
1 30 28
2 28 36
3 40 34
4 30 37
5 33 40
6 36 40
7 40 40
8 40 37
9 37 35
10 35 40
11 40 25
12 40 40
13 40 32
14 40 38
15 40 20
Rata-Rata 36.60 34.93
SD 4.38 5.99
(Sumber : Data Primer, 2011)
Tabel 2 Hasil Uji Mann-whitney Usia antara Kelompok I dengan
Kelompok II
(Sumber : Data Primer, 2011)
2. Masa Kerja
Data masa kerja tenaga kerja diperoleh dari formulir pambatasan
populasi yang diberikan kepada tenaga kerja. Pengambilan data masa kerja
No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi
1. Kelompok I 36.60 4.38 0,385
2. Kelompok II 34.93 5.99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tenaga kerja dilakukan pada awal penelitian, data masa kerja yang
dijadikan sampel adalah > 5 tahun.
Tabel 3 Data Karakteristik Masa Kerja Sampel
Sampel Masa Kerja (tahun)
Kelompok I Kelompok II
1 6 7
2 5 20
3 10 5
4 15 5
5 10 12
6 18 15
7 15 11
8 5 10
9 10 20
10 15 20
11 6 5
12 15 15
13 12 10
14 17 20
15 10 5
Rata-rata 11.27 12.33
SD 4.43 5.71
(Sumber : Data Primer, 2011)
Tabel 4 Hasil Uji Mann-Whitney Masa Kerja antara Kelompok I dengan
Kelompok II
No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi
1. Kelompok I 11.27 4.43 0,401
2. Kelompok II 12.33 5.71
(Sumber : Data Primer, 2011)
3. Status Gizi
Data status gizi tenaga kerja diperoleh dari pengukuran tinggi dan
berat badan dari sampel penelitian. Pengukuran tinggi dan berat badan
dilakukan pada setiap tenaga kerja yang dijadikan sampel. Pengukuran
dilakukan pada awal penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 5 Karakteristik Berat Badan, Tinggi Badan dan IMT Sampel
Kelompok I
Sampel Berat Badan
(Kg)
Tinggi
Badan (m)
IMT Kategori
1 48 1,51 21.05 Normal
2 42 1,45 20.00 Normal
3 58 1,56 23.86 Gemuk
4 50 1,45 23.80 Gemuk
5 42 1,45 20.00 Normal
6 41 1,48 19.52 Normal
7 40 1,49 18.01 Kurus
8 57 1,61 21.92 Normal
9 42 1,45 20.00 Normal
10 50 1,45 23.80 Gemuk
11 59 1,60 23.04 Gemuk
12 49 1,49 22.07 Normal
13 60 1,49 27.02 Gemuk
14 55 1,54 23.21 Gemuk
15 49 1,50 21.77 Normal
Rata-rata 49.50 1.50 20.59
SD 7.30 0.05 5.75
(Sumber : Data Primer, 2011)
Tabel 6 Karakteristik Berat Badan, Tinggi Badan dan IMT Sampel
Kelompok II
(Sumber : Data Primer, 2011)
Sampel Berat
Badan (Kg)
Tinggi
Badan (cm)
IMT Kategori
1 45 1,55 20.00 Normal
2 60 1,55 26.31 Gemuk
3 50 1,54 21.08 Normal
4 60 1,51 26.31 Gemuk
5 50 1,45 23.20 Gemuk
6 57 1,61 24.98 Gemuk
7 49 1,50 19.82 Normal
8 41 1,48 19.17 Normal
9 48 1,60 23.05 Gemuk
10 80 1,63 30.11 Obesitas
11 45 1,55 22.82 Normal
12 54 1,40 27.03 Normal
13 44 1,52 19.04 Normal
14 49 1,50 21.77 Normal
15 48 1,60 18.75 Normal
Rata-rata 48.91 1.54 22.86
SD 16.17 0.07 3.42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 7 Hasil Uji Mann-Whitney Nilai IMT antara Kelompok I dengan
Kelompok II
No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi
1. Kelompok I 20.59 5.76 0.693 2. Kelompok II 22.86 3.42
(Sumber : Data Primer, 2011)
C. Data Hasil Pengukuran Lingkungan kerja
1. Penerangan
Pengukuran intensitas penerangan dilakukan pada bagian membatik
tulis dan bagian nolet. Pengukuran intensitas penerangan dilakukan siang
hari yakni pukul 11.00 WIB. Alat yang digunakan untuk mengukur
intensitas penerangan tersebut adalah Lux Meter. Luas ruangan batik dan
nolet adalah 935 m2
Sumber penerangan berasal dari penerangan alami. Pada saat
pengukuran intensitas penerangan berlangsung cuaca dalam keadaan
cerah tidak mendung. Penerangan alami berasal dari tiga buah pintu
dengan ukuran 2 x 1 m, jarak antara pintu satu dengan pintu yang lainnya
adalah 2 m selain itu penerangan alami juga berasal dari lima buah atap
fiber putih dengan ukuran 2x1 m jarak antara fiber yang satu dengan
lainnya adalah 3 m. Sumber penerangan lainnya adalah genteng berbahan
kaca berukuran 0,5x0,25 m jarak antara genteng kaca yang satu dengan
yang lain adalah 2 m. Selain itu sumber penerangan berasal dari atap fiber
yang berukuran 0,75x2 m berjumlah 7 buah dengan jarak antara fiber
yang satu dengan fiber yang lain 1,5 m.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada ruangan kerja batik tulis dan nolet terdapat 9 buah lampu
berdaya masing-masing 45 watt, jenis lampu yang digunakan adalah
lampu TL, tetapi lampu tersebut tidak dinyalakan. Penyalaan lampu
dilakukan apabila cuaca diluar mendung atau sedang hujan. Sehingga
kurang memaksimalkan sumber penerangan buatan yang ada. Jenis
Pekerjaan pada batik tulis dan nolet termasuk kedalam pekerjaan menulis
yang memebutuhkan ketelitian.
Tabel 8 Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan pada Bagian Batik Tulis
dan Bagian Nolet
No. Titik
Pengukuran
Intensitas Penerangan (Lux)
Bagian batik tulis Bagian nolet
1 1 230 208
2 2 226 230
3 3 295 251
4 4 223 394
5 5 188 379
6 6 184 146
7 7 218 345
8 8 214 304
9 9 235 165
10 10 212 135
11 11 463 203
12 12 275 201
13 13 148 432
14 14 190 171
15 15 884 170
Rata-rata 279.00 248.93
SD 182.29 97.51
(Sumber : Data Primer, 2011)
Tabel 9 Hasil Uji Mann-Whitney Penerangan antara Bagian Batik Tulis
dengan Bagian Nolet
No Lokasi Rata-Rata SD Signifikansi
1 Batik tulis 279.00 182.29 0,619 2 Nolet 248.93 97.51
(Sumber : Data Primer, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Iklim kerja
Pengukuran iklim kerja dilakukan dibagian batik tulis dan bagian
nolet. Pengukuran dilakukan pada tiga titik bagian batik tulis dan tiga titik
pada bagian nolet. Pada tiap titik dilakukan pengukuran empat kali. Tiap
titik diukur setiap satu jam sekali. Alat yang digunakan adalah Area Heat
Stress Monitor. Sumber ventilasi pada bagian batik tulis dan nolet berasal
dari ventilasi alami yaitu jendela dan pintu.
Sedangkan untuk mengukur beban kerja fisik dilakukan
pengukuran denyut nadi setiap tenaga kerja yang dijadikan sampel.
Berdasarkan hasil pengukuran denyut nadi beban kerja pada tenaga kerja
yang menjadi sampel penelitian adalah beban kerja normal.
Pada saat pengukuran berlangsung cuaca luar agak mendung dan
hujan tiba pada pukul 13.45 – 14.15 WIB.
Tabel 10 Hasil Pengukuran Iklim Kerja pada Jam Kerja Bagian Batik
Tulis dan Bagian Nolet
No Titik
Pengukuran
ISBB (oC)
Bagian
batik tulis
Bagian
nolet
1. I 27,0 27,2
27,8 28,0
27,9 28,0
26,4 26,5
2. II 27,3 27,5
27,8 28,2
28,1 27,9
26,4 26,4
3. III 27,1 27,4
28,0 28,1
28,0 27,9
26,6 26,5
Rata-rata 27.36 27.55
SD 0.65 0.62
(Sumber : Data Primer, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 11 Hasil Uji Mann-Whitney Iklim Kerja antara Bagian Batik Tulis
dan Bagian Nolet
No Lokasi Rata-rata SD Signifikansi
1 Bagian batik tulis 27.36 0.65 0,543
2 Bagian nolet 27.55 0.62
(Sumber : Data Primer, 2011)
Tabel 12 Hasil Pengukuran Beban Kerja Kelompok I dan Kelompok II
No. Sampel
Kelompok II Kelompok II
Denyu nadi
(Denyut/menit)
Kriteria
beban
kerja
Denyu nadi
(Denyut/menit)
Kategori
beban
kerja
1. 1 91 Ringan 66 Ringan
2. 2 62 Ringan 78 Ringan 3. 3 77 Ringan 58 Ringan 4. 4 95 Ringan 77 Ringan 5. 5 62 Ringan 95 Ringan
6. 6 66 Ringan 79 Ringan 7. 7 89 Ringan 77 Ringan 8. 8 79 Ringan 62 Ringan
9. 9 62 Ringan 91 Ringan
10. 10 95 Ringan 58 Ringan 11. 11 72 Ringan 78 Ringan 12. 12 80 Ringan 80 Ringan
13. 13 89 Ringan 77 Ringan 14. 14 58 Ringan 80 Ringan
15. 15 77 Ringan 77 Ringan
Rata-rata 76.93 75.53
SD 12.89 10.62
(Sumber : Data Primer, 2011)
Tabel 13 Hasil Uji Mann-Whitney Denyut Nadi antara Kelompok I dengan
Kelompok II
No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi
1 Kelompok I 76.93 12.89 0,883 2 Kelompok II 75.53 10.62
(Sumber : Data Primer, 2011)
3. Kebisingan
Sumber kebisingan pada tempat kerja bagian batik tulis dan bagian
nolet berasal dari tenaga kerja sendiri. Karena hampir seluruh tenaga kerja
bagian batik tulis dan nolet adalah wanita dan jarak yang saling berdekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sangat memungkinkan untuk saling berkomunikasi diantara tenaga kerja
sehingga mengakibatkan sumber bising dalam ruangan kerja. Lama
paparan kebisingan yang diterima tenaga kerja adalah 8 jam sehari.
Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan pada saat tenaga kerja
bekerja. Pengukuran dilakukan pada bagian batik tulis dan nolet. Masing-
masing bagian dilakukan pengukuran 10 titik.
Tabel 14 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Bagian Batik Tulis dan
Bagian Nolet
No. Titik
pengukuran
Intensitas Kebisingan (dBA)
Batik tulis Nolet
1 1 65 63
2 2 60 64
3 3 55 57
4 4 55 55
5 5 60 56
6 6 70 67
7 7 60 65
8 8 60 57
9 9 63 60
10 10 65 55
Rata-rata 61.30 58.90
SD 4.62 3.81
(Sumber : Data Primer, 2011)
Tabel 15 Hasil Uji Mann-Whitney Kebisingan antara Bagian Batik Tulis
dan Bagian Nolet
No Lokasi Rata-rata SD Signifikansi
1 Batik tulis 61.30 4.62 0,565 2 Nolet 58.90 3.81
(Sumber : Data Primer, 2011)
D. Hasil Pengujian Stress Kerja
Pengukuran tingkat stress kerja terhadap tenaga kerja dilakukan pada
waktu sebelum dilakukan perlakuan terhadap sampel dan setelah dilakukan
perlakuan terhadap sampel, perlakuan dilakukan selama satu minggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Sebelum perlakuan
Sebelum dilakukan perlakuan pada dua kelompok yang berbeda
dilakukan pengukuran tingkat stress kerja dengan menggunakan skoring.
Sebelum dilakukan perlakuan baik kelompok I maupun kelompok II
melakukan pekerjaan yang sama yakni membatik dengan duduk monoton.
Tabel 16 Hasil Skoring Tingkat Stress Kerja pada Kelompok I dan
Kelompok II Sebelum Perlakuan
No. Sampe
l
Skor Stress
Kelompok I Kategori Kelompok II Kategori
1. 1 122 Sedang 116 Sedang
2. 2 123 Sedang 121 Sedang
3. 3 117 Sedang 119 Sedang
4. 4 131 Sedang 114 Sedang
5. 5 130 Sedang 104 Tinggi
6. 6 112 Sedang 110 Sedang
7. 7 126 Sedang 135 Sedang
8. 8 139 Sedang 112 Sedang
9. 9 106 Sedang 131 Sedang
10. 10 128 Sedang 130 Sedang
11. 11 134 Sedang 124 Sedang
12. 12 115 Sedang 121 Sedang
13. 13 113 Sedang 122 Sedang
14. 14 116 Sedang 127 Sedang
15. 15 102 Tinggi 133 Sedang
Rata-rata 120.93 121.27
SD 10.55 9.04
(Sumber : Data Primer, 2011)
Tabel 17 Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dan
Kelompok II Sebelum Perlakuan
No. Kriteria Prosentase
Kelompok I Kelompok II
1. Rendah 0 0 % 0 0 %
2. Sedang 14 93,3 % 14 93,3 %
3. Tinggi 1 6,67 % 1 6,67 %
4. Sangat Tinggi 0 0 % 0 0 %
Jumlah 15 100 % 15 100%
(Sumber : Data Primer, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 18 Hasil Uji Mann-Whitney Stress Kerja Sebelum Perlakuan antara
Kelompok I dengan Kelompok II
No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi
1 Kelompok I 120.93 10.55 0.967
2 Kelompok II 121.27 9.04
(Sumber : Data Primer, 2011)
2. Sesudah perlakuan
Pengambilan data sesudah perlakuan dilakukan setelah perlakuan
dilakukan selama satu minggu. Perlakuan dilakukan pada kelompok dua
yakni duduk tidak monoton dengan rotasi kerja.
Tabel 19 Hasil Skoring Tingkat Stress Kerja pada Kelompok I dan
Kelompok II Sesudah Perlakuan
No. Sampel Skor stress kerja
Kelompok I Kriteria Kelompok II Kriteria
1. 1 130 Sedang 140 Rendah
2. 2 120 Sedang 116 Sedang
3. 3 99 Tinggi 147 Rendah
4. 4 121 Sedang 144 Rendah
5. 5 117 Sedang 121 Sedang
6. 6 121 Sedang 116 Sedang
7. 7 97 Tinggi 145 Rendah
8. 8 108 Sedang 108 Sedang
9. 9 107 Sedang 140 Rendah
10. 10 94 Tinggi 134 Sedang
11. 11 110 Sedang 145 Rendah
12. 12 102 Tinggi 112 Sedang
13. 13 133 Sedang 140 Rendah
14. 14 108 Sedang 120 Sedang
15. 15 119 Sedang 140 Rendah
Rata-rata 112.40 131.20
SD 11.77 13.91
(Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 20 Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dan
Kelompok II
No. Kriteria Prosentase
Kelompok I Kelompok II
1. Rendah 0 0 % 8 53,3 %
2. Sedang 11 73.33 % 7 46,67 %
3. Tinggi 4 26,67 % 0 0 %
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Sangat
Tinggi
0 0 % 0 0 %
Jumlah 15 100 % 15 100%
(Sumber : Data Primer, 2011)
Tabel 21 Hasil Uji Mann-Whitney Stress Kerja Sesudah Perlakuan antara
Kelompok I dengan Kelompok II
No Kelompok Rata-rata SD Signifikansi
1 Kelompok I 112.40 11.77 0.03
2 Kelompok II 131.20 13.91
(Sumber : Data Primer, 2011)
Sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno
1. Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno
Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno merupakan industri
rumah tangga yang bergerak dibidang pembuatan batik. Industri ini
terletak di desa Kuyang Kliwonan Masaran Sragen untuk pabrik dan
tempat penjualan. Sedangkan untuk showroom terdapat di Masaran dan
Jakarta.
Proses produksi berlangsung dari jam 08.00-16.00 WIB dengan
waktu istirahat 12.00-13.00 WIB. Selama hari Senin sampai dengan hari
Sabtu sedangkan pada hari Minggu libur. Kecuali untuk tenaga kerja
borongan, waktu kerja tidak menentu karena pekerjaan dilakukan di rumah
masing-masing.
Kegiatan pemasaran dilakukan oleh industri itu sendiri. Pemasaran
dilakukan melalui showroom, pameran dan internet untuk pasar luar
negeri. Upah tenaga kerja untuk tenaga kerja tetap dihitung harian tetapi
pembayaran dilakukan setiap satu minggu sekali. Sedangkan untuk tenaga
kerja borongan dihitung berdasarkan hasil yang telah dikerjakan. Namun
untuk kesejahteraan tenaga kerja belum diperhatikan, baik oleh pemilik
industri maupun tenaga kerja sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sistem pengupahan untuk tenaga kerja borongan dapat membuat
tenaga kerja mengalami tekanan dalam bekerja. Sistem borongan akan
membuat tenaga kerja bekerja tanpa melakukan istirahat untuk
menyelesaikan target demi mendapatkan hasil yang lebih banyak yang
akan berimbas pada upah yang didapatkan. Pengaturan organisasi kerja
yang tidak baik akan mengakibatkan kelelahan yang dialami tenaga kerja.
2. Bahan Baku yang Digunakan
Pada proses pembuatan batik di industri rumah tangga batik tulis
Brotoseno digunakan bahan baku berupa kain mori, malam, dan pewarna
tekstil. Bahan baku barupa kain mori jika tidak diolah terlebih dahulu akan
mengakibatkan debu kapas yang masuk ke dalam paru-paru. Namun pada
proses membatik kain mori harus diolah terlebih dahulu karena
berpengaruh terhadap kualitas batik yang dihasilkan.
Potensi bahaya yang muncul adalah dermatitis, yang diakibatkan
kontak langsung dengan bahan kimia berbahaya. Pengendalian yang
dilakukan dengan menggunakan sarung tangan berbahan plastik, serta
sepatu boot.
3. Peralatan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dan tersedia di dalam proses pembuatan di
industri rumah tangga batik tulis Brotoseno adalah : canting, wajan,
kompor minyak tanah, gawangan, bandul, taplak, saringan malam, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dingklik. Dari peralatan-peralatan tersebut akan menimbulkan bahaya
berupa terciprat cairan malam, tersandung, keluhan-keluhan otot akibat
duduk menggunakan dingklik yang tidak sesuai dengan antropometri tubuh
manusia.
4. Proses Kerja Pembuatan Batik Tulis
Proses kerja pada pembuatan batik tulis dibagi dalam dua tahap yaitu
tahap persiapan dan tahap membatik. Pada tahap persiapan kegiatan yang
dilakukan adalah mempersiapkan perlatan untuk membatik, tidak hanya
peralatan tetapi peralatan bahan baku untuk membuat batik tulis seperti
kain mori yang sudah diolah terlebih dahulu, mempersiapkan api pada
kompor untuk melelehkan malam, kemudian melelehkan malam terlebih
dahulu sampai benar-benar meleleh tanpa ada gumpalan-gumpalan.
Tahap selanjutnya adalah tahap membatik. Pada tahap ini sebagian
besar pekerjaan dilakukan dengan posisi duduk diatas dingklik (kursi
kecil) yang tidak sesuai dengan antropometri tenaga kerja untuk posisi
kerja duduk. Dalam melakukan pekerjaan membatik hanya dilakukan
beberapa gerakan dan tidak bervariasi, gerakan-gerakan yang dilakukan
dalam proses membatik adalah gerakan tangan mengambil malam dari
wajan dengan menggunakan canting kemudian menulisnya pada kain mori
yang sudah berpola. Hampir seluruh gerakan membatik terpusat pada
gerakan tangan dengan duduk monoton. Selain beberapa proses yang
dilakukan dengan duduk monoton ada juga pekerjaan yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan berdiri dan terkadang duduk yaitu pekerjaan nolet. Dalam
melakukan proses nolet gerakan juga terpusat pada gerakan tangan tetapi
dilakukan dengan posisi duduk dan terkadang berdiri.
Potensi bahaya yang muncul dalam proses membatik adalah
kebosanan akibat monotoni pekerjaanyang dilakukan yaitu gerakan yang
berulang-ulang tanpa variasi. Hal itu sesuai dengan yang di kemukakan
oleh Pusparini (2003) bahwa pekerjaan yang dilakukan secara berulang-
ulang dengan intensitas yang sering dengan jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan penurunan tingkat mentalitas.
Proses selanjutnya adalah penggodogan atau penghilangan malam
dan penjemuran. Dalam proses ini biasanya dilakukan oleh tenaga kerja
laki-laki. Proses ini berpotensi menimbulkan bahaya berupa gangguan
kulit akibat kontak langsung dengan bahan kimia. Karena dalam
melakukan pekerjaan ini biasanya tenaga kerja tidak menggunakan alat
pelindung diri berupa sepatu boot dan sarung tangan karet.
B. Karakteristik Sampel
1. Usia
Pertambahan usia dapat menyebabkan bertambahnya risiko stress
kerja. Usia yang rentan terhadap timbulnya stress kerja menurut Rostam
dalam Adilla (2009) adalah di atas 40 tahun. Penelitian dengan
menggunakan indikator adrenalin dan tekanan darah pada usia di atas 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tahun dan di bawah 40 tahun. Didapatkan hasil bahwa kelompok usia
yang lebih dari 40 tahun lebih rentan dalam menghadapi stress kerja.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dengan mengendalikan
usia sampel yaitu 20-40 tahun. Nilai rerata kelompok 1 33.6±4.39, nilai
rerata kelompok II 34.93±5. Dari hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p
= 0.386 (pada tabel 2) dan berarti tidak signifikan. Hasil ini menunjukkan
bahwa variabel pengganggu usia dapat dikendalikan dan tidak
memberikan pengaruh yang berbeda pada dua kelompok variabel yang
diteliti.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jacinta F. Rini dalam Oktarina (2009) bahwa variabel usia bukan
merupakan faktor utama penyebab stress kerja. Usia seseorang tidak
memberikan pengaruh terhadap variabel yang dteliti . Selain itu hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktarina
(2009) tentang pengaruh rotasi kerja terhadap stress kerja di PT.PECGI
diperoleh nilai P = 0.227 menunjukkan tidak signifikan. Variabel
pengganggu usia bukan faktor utama penyebab terjadinya stress kerja
2. Masa Kerja
Masa kerja berpengaruh terhadap kinerja tenaga kerja, baik
pengaruh positif maupun negativ. Masa kerja memberi pengaruh positif
pada kinerja tenaga kerja, semakin lamanya masa kerja seseorang semakin
berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya, selain itu juga terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keterampilan dan pengalaman kerja yang dimiliki dalam melakukan
pekerjaannya. Masa kerja dapat berpengaruh negativ apabila dengan
semakin lamanya masa kerja akan timbul kebosanan pada tenaga kerja.
Hal ini, biasanya terkait dengan pekerjaan monoton dan bersifat berulang-
ulang. Grandjen menyatakan bahwa masa kerja yang panjang bisa
menyebabkan kelelahan kronis sebagai akumulasi kelelahan dalam jangka
yang panjang.
Hasil penelitian masa kerja dikendalikan yaitu > 5 tahun dengan
nilai rerata kelompok I 11.27±4.38, nilai rerata kelompok II 12.33±5.99.
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diperoleh p=0.401 (pada tabel 4)
yang artinya nilai p>0.05 dan berarti tidak signifikan. Hasil ini
menunjukkan bahwa variabel pengganggu masa kerja dapat dikendalikan
dan tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada dua kelompok
variabel yang diteliti
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Oktarina (2009) menyebutkan bahwa usia dan masa kerja seseorang
tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada kelompok variabel yang
diteliti. Usia dan masa kerja bukan merupakan faktor utama penyebab
terjadinya stress kerja dengan nilai signifikan 0.117.
3. Status Gizi
Menurut Sugeng Budiono (2003) keadaan gizi yang baik adalah
salah satu ciri kesehatan yang baik, sehingga tenaga kerja yang produktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terwujud. Status gizi buruk adalah salah satu penyebab kelelahan. Seorang
tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja
dan ketahan tubuh yang lebih baik. Sebaliknya pada keadaan gizi buruk,
dengan beban kerja yang berat akan mengganggu kerja dan menurunkan
efisiensi ketahanan tubuh sehingga mempercepat timbulnya kelelahan.
Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa
Tubuh)
Berdasarkan kriteria tersebut dari 30 sampel yang dilakukan
pengukuran diperoleh 1 orang (3.33%) kriteria kurus, 15 orang (50%)
kriteria normal, 11 orang (36.67%) kriteria gemuk, dan 1 orang (3.33%)
kriteria obesitas. Status gizi yang normal akan berpengaruh pada ketahan
fisik tubuh dalam mengadapi kelelahan. Dalam penelitian ini tenaga kerja
mempunyai nilai Indek Masa Tubuh yang beragam, tetapi yang paling
bayak adalah normal (50%) sehingga dalam penelitian ini gizi kerja tidak
memberikan pengaruh yang berbeda pada kedua kelompok yang diteliti.
Nilai rerata kelompok I 20.59±5.76, nilai rerata kelompok II
22.86± 3.42. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p=0,693
(pada tabel 7) yang artinya nilai p>0,05 dan berarti tidak signifikan. Hasil
ini menunjukkan bahwa variebel pengganggu status gizi dapat
dikendalikan dan tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada dua
kelompok variabel yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Lingkungan Kerja
1. Penerangan
Intensitas penerangan yang baik akan meningkatkan produktivitas
tenaga kerja dalam bekerja khususnya untuk pekerjaan yang membutuhkan
ketelitian tinggi. Intensitas penerangan yang dibutuhkan untuk pekerjaan
menulis menurut PMP No. 07 Tahun 1964 adalah paling sedikit 300 lux.
Dari hasil pengukuran intensitas penerangan pada bagian batik
tulis dan nolet industri rumah tangga batik tulis Brotoseno. Intensitas rata-
rata tersebut berdasarkan ketentuan di atas untuk pekerjaan menulis masih
belum sesuai dengan standar yakni minimal 300 lux.
Nilai rerata bagian batik tulis 279.00±182.29, nilai rerata bagian
nolet 248.93± 97.51. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai
p=0,619 (pada tabel 9) yang berarti nilai p>0,05 yang artinya hasil uji
tidak signifikan. Berdasarkan hasil uji tersebut maka intensitas penerangan
pada bagian batik tulis dan bagian nolet tidak memberikan pengaruh yang
berbeda pada kedua kelompok yang diteliti. Kondisi lingkungan kerja
khususnya penerangan bukan faktor utama penyebab terjadinya stress
ditempat kerja.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Oktarina (2009) penerangan dengan intensitas sesuai standar tidak
meberikan pengaruh yang signifikan terhadap stress di tempat kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Iklim Kerja
Iklim kerja yang nyaman akan mepengaruhi kenyamanan tenaga
kerja. Penilaian iklim kerja berdasarkan pada hasil pengukuran suhu
dengan beban kerja. Beban kerja fisik dapat dinilai melalui denyut
jantung/denyut nadi. Kriteria beban kerja berdasarkan denyut
jantung/denyut nadi adalah :
Tabel 22 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung
Kategori
beban kerja
Denyut jantung
Denyut/menit
Ringan 75 – 100
Sedang 100 – 125
Berat 125 – 150
Sangat berat 150 – 175
Sangat berat sekali >175
Berdasarkan standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 yaitu :
Tabel 23 Standar iklim di Indonesia Ditetapkan Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999
Pengaturan waktu kerja ISBB (oC)
Beban kerja
Waktu kerja Waktu
istirahat
Ringan Sedang berat
Kerja terus menerus - - - -
8 jam/hari - 30,0 26,7 25,0
75% 25% 28,0 28,0 25,9
50% 50% 29,4 29,4 27,9
25% 25% 32,2 31,1 30,0
(sumber : Christensen (1961:1699), Encyclopedia of
Occupational health anda safety,ILO,Geneva. dalam Tarwaka,
2004)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil pengukuran iklim kerja dan beban kerja berdasarkan
denyut jantung didapatkan hasil rerata ISBB bagian batik tulis 27.36±0.65,
rerata bagian nolet 27.55± 0.62, sedangkan hasil pengukuran denyut
jantung didapatkan nilai rerata kelompok I 76.93±12.89, nilai rerata
kelompok II 75.53± 10.62 jika dibandingkan dengan tabel di atas iklim
kerja untuk beban kerja ringan dengan waktu kerja 75% kerja dan 25%
istirahat yaitu 28,0 sehingga masih di bawah standar.
Setelah dilakukan uji Mann-whitney iklim kerja bagian batik tulis
dan nolet didapatkan nilai signifikan p=0,543 (pada tabel 11) sehingga
nilai p>0,05 yang artinya tidak signifikan. Berdasarkan hasil uji tersebut
maka iklim kerja pada bagian batik tulis dan bagian nolet tidak
memberikan pengaruh yang berbeda pada kedua kelompok yang diteliti.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Reyza,(2009) Tekanan darah tenaga kerja pada pemaparan iklim kerja
di atas NAB cenderung meningkat daripada tekanan darah tenaga kerja
pada pemaparan iklim kerja di bawah NAB. Berdasarkan referensi tersebut
meningkatnya tekanan darah merupakan gejala fisisk timbulnya stress
kerja.
3. Kebisingan
Nilai Ambang Batas Intensitas Kebisingan di tempat Kerja
menurut Surat Keputusan Menteri Tenaga kerja Nomor : Kep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ditempat kerja
adalah :
Tabel 24 NAB Kebisingan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999
Berdasakan hasil pengukuran Intensitas kebisingan pada bagian
batik tulis dan nolet diperoleh nilai rerata bagian batik tulis 61.30±4.62,
nilai rerata bagian nolet 58.80±3.81. Jika dibandingkan dengan tabel diatas
untuk pemajanan 8 jam perhari intensitas kebisingan yang diperbolehkan
adalah 85 dBA sehingga intensitas kebisingan pada kedua bagian tersebut
masih dibawah NAB..
Dari hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p=0,565 (pada tabel
15) sehingga nilai P>0,05 yang artinya tidak signifikan. Berdasarkan hasil
uji tersebut intensitas kebisingan pada bagian batik tulis dan bagian nolet
tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada kedua kelompok yang
diteliti. Kondisi lingkungan kerja khususnya kebisingan bukan faktor
utama penyebab terjadinya stress di tempat kerja.
Waktu pemajanan perhari Intensitas kebisingan
(dBA)
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 jam 94
30 Menit 97
15 Menit 100
7,5 Menit 103
3,75 Menit 106
1,88 Menit 109
0,94 Menit 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Yulianingsih (2009) tentang perbedaan tingkat stress kerja pada
kebisingan kurang dari NAB dan lebih dari NAB Pada Tenaga Kerja
Bagian Finishing Dan Assembling di PT. Panasonic Gobel Energy
Indonesia (PECGI). Tingkat stress kerja pada intensitas kebisingan lebih
dari NAB lebih tingggi daripada kebisingan kurang dari NAB
D. Pengaruh Rotasi Kerja Terhadap Stress Kerja
1. Analisis Berdasarkan Hasil Uji Statistik Non Parametrik Mann-Whitney
Menurut Sutrisno dalam Oktarina (2009) bahwa rotasi kerja
adalah perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang
memiliki tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan sebelum
mengalami pindah kerja. Rotasi dilakukan untuk menghindari kejenuhan
tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan serta
memiliki fungsi tujuan lain supaya seseorang dapat menguasai dan
mendalami pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan.
Hasil penilaian stress kerja dengan skoring antara kelompok I
(tidak dirotasi) dengan kelompok II(dirotasi), Sebelum dilakukan rotasi
diperoleh Nilai rerata kelompok I 120.9±10.55, nilai rerata kelompok II
121.27±9.04. Kemudian setelah dilakukan rotasi kerja nilai rerata
kelompok I 112.40±11.77, nilai rerata kelompok II 131.20±13.91. Setelah
dilakukan uji Mann-Whitney untuk stress kerja antara kelompok I dengan
kelompok II sebelum dilakukan perlakuan diperoleh hasil nilai p=0.967
(pada tabel 18), sedangkan hasil uji Mann-Whitney antara kelompok I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan kelompok II setelah dilakukan perlakuan diperoleh nilai p<0,05
(pada tabel 21).
Berdasarkan nilai signifikansi sebelum dilakukan perlakuan
p>0,05 maka dapat disimpulkan skor stress sebelum dilakukan perlakuan
tidak signifikan artinya tidak ada perbedaan skor stress antara kelompok I
dengan kelompok II. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pekerja pada
dua kelompok sama, stress yang dialami bukan karena faktor-faktor dari
luar pekerjaan melainkan karena beban kerja yang mereka terima.
Sedangkan nilai signifikasi setelah dilakukan perlakuan p<0,05 maka
dapat disimpulkan skor stress setelah dilakukan perlakuan signifikan
artinya terdapat perbedaan skor stress antara kelompok I dengan kelompok
II. Terjadi penurunan tingkat stress setelah dilakukan rotasi kerja hal ini
menunjukkan perubahan kondisi psikologis tenaga kerja. Manfaat rotasi
kerja dapat mengurangi rasa jenuh dan lelah pada rutinitas pekerjaan
sehingga suasana kerja menjadi nyaman. Dengan suasana kerja yang
nyaman tenaga kerja dapat terhindar dari stress kerja.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Penelitian yang
dilakukan oleh Oktarina (2009) mengenai perbedaan tingkat stress kerja
antara tenaga kerja yang dirotasi dengan tenaga kerja yang tidak di rotasi
di PT.PGEI. Ada perbedaan tingkat stress antara tenaga kerja yang dirotasi
dengan tenaga kerja yang tidak dirotasi. Dengan pengukuran sebelum dan
sesudah kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jacinta F Rini dalam
Oktarina (2009) mengenai stress kerja ditempat kerja, Rotasi kerja bahwa
rotasi antar karyawan di tempat kerja dapat menghindari terjadinya stress
kerja
2. Analisis Berdasarkan Kriteria Tingkat Stress.
Mengurangi stress kerja akibat pekerjaan monoton dapat
dilakukan dengan rotasi kerja. Sutrisno menyatakan bahwa rotasi kerja
dilakukan untuk mengurangi kejenuhan pada rutinitas pekerjaan yang
terkadang membosankan.
Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh tingkat stress kerja tenaga
kerja yang pada kelompok yang tidak dirotasi pengukuran sebelum dan
sesudah hasilnya sama yaitu stress tingkat sedang dan stress tingkat tinggi.
Sedangkan untuk kelompok yang dirotasi sebelum dilakukan rotasi kerja
tenaga kerja mengalami stress tingkat sedang adalah 93.3%, stress tingkat
tinggi 6.67 %. Kemudian pengukuran yang dilakukan setelah rotasi kerja
tenaga kerja yang mengalami stress tingkat sedang menjadi 46.67%, stress
tingkat rendah yang mulanya tidak ada menjadi 53,3% dan tidak ada yang
mengalami stress tingkat tinggi
Dari hasil tersebut dapat diketahui pada kelompok yang dirotasi
mengalami penurunan tingkat stress kerja yakni dari tingkat stress sedang
menjadi tingkat stress rendah. Hal ini munjukkan bahwa manfaat dari
perlakuan rotasi kerja dapat mengurangi rasa lelah dan jenuh pada rutinitas
dan tuntutan pekerjaan yang membosankan, sehingga tercipta suasana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kerja yang nyaman. dengan suasana yang nyaman atau tidak monoton
pada tenaga kerja dapat terhindar dari stress kerja tingkat tinggi atau
sangat tinggi.
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Oktarina (2009)
mengenai perbedaan tingkat stress kerja antara tenaga kerja yang dirotasi
dengan tenaga kerja yang tidak dirotasi di PT.PGEI. Tingkat stress kerja
pada kelompok sampel yang tidak dirotasi lebih tinggi dibandingkan pada
kelompok sampel yang dirotasi. Pada bagian yang tidak dirotsai tenaga
kerja yang mengalami stress kerja sebesar 73.33 % sedangkan tenaga kerja
yang dirotasi yang mengalami stress kerja adalah 46.67%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno dengan rangkaian proses
produksi dan karakteristik sampel yang meliputi usia, masa kerja, jenis
kelamin, dan gizi kerja tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
kedua kelompok sampel yang diteliti, hal tersebut berdasarkan hasil uji
Mann-Whitney terhadap keempat variabel tersebut menunjukkan hasil
yang tidak signifikan (p>0.05)
2. Faktor lingkungan fisik berupa kebisingan, penerangan, dan iklim kerja
pada kedua lokasi penelitian tidak memberikan pengaruh yang berbeda
pada kedua kelompok sampel yang diteliti, hal tersebut berdasarkan hasil
uji Mann-Whitney terhadap ketiga variabel tersebut menunjukkan hasil
yang tidak signifikan (p>0.05).
3. Faktor lingkungan fisik penerangan rata-rata pada bagian batik tulis 279
lux dan bagian nolet 248.93 lux berdasarkan strandar yang dianjurkan
untuk pekerjaan menulis minimal 300 lux. Faktor lingkungan fisisk
penerangan masih kurang dari standar yang dianjurkan sehingga
mengganggu kenyaman dalam bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Penurunan prosentase tingkat stress kerja setelah dilakukan rotasi kerja :
a. Stress tingkat sangat tinggi, tidak ada yang mengalami stress tingkat
sangat tinggi
b. Stress tingkat tinggi turun sebanyak 13.34%
c. Stress tingkat sedang turun sebanyak 18.33 %
d. Stress tingkat rendah naik sebanyak 26.67 %
5. Ada pengaruh yang signifikan antara rotasi kerja dengan stress kerja pada
dua kelompok tenaga kerja dengan uji Mann- Whitney nilai p value = 0.03
(0.03<0.05)
6. Rotasi kerja rotasi kerja dapat mengurangi rasa lelah dan jenuh pada
rutinitas dan tuntutan pekerjaan yang membosankan, sehingga tercipta
suasana kerja yang nyaman. dengan suasana yang nyaman atau tidak
monoton pada tenaga kerja dapat terhindar dari stress kerja tingkat tinggi
atau sangat tinggi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Sebaiknya meningkatkan intensitas penerangan yang ada dengan cara
memanfaatkan penerangan buatan yang sudah ada agar sesuai dengan
standar yang dianjurkan agar mengurangi kelelahan dan meningkatkan
kenyamanan dalam bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Sebaiknya dilakukan rotasi kerja dalam melaksanakan pekerjaan sehingga
mengurangi kejenuhan yang berdampak pada stress kerja. Desain rotasi
kerja :
3. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya memperhatikan faktor psikologis,
konflik peran dan peran ganda yang mempengaruhi stress kerja tenaga
kerja
Nyanting
(Memberi lilin)
2 jam
Nolet
2 jam
Istirahat
1 jam
Nyanting
(Memberi lilin)
1.5 Jam
Nolet
1.5 Jam