PENGARUH PROMOSI PENJUALAN DAN HEDONIC SHOPPING …repository.unj.ac.id/2070/1/Skripsi Rico...
Transcript of PENGARUH PROMOSI PENJUALAN DAN HEDONIC SHOPPING …repository.unj.ac.id/2070/1/Skripsi Rico...
PENGARUH PROMOSI PENJUALAN DAN HEDONIC SHOPPING
MOTIVATION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA CARREFOUR
CBD CILEDUG
M. RICO NOVALDI
8215088337
Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
INFLUENCE OF SALES PROMOTION AND HEDONIC SHOPPING
MOTIVATION TOWARD IMPULSE BUYING AT CARREFOUR CBD
CILEDUG
M. RICO NOVALDI
8215088337
Thesis is Written As One Of The Requirements For Getting a Bachelor
Degree of Economics
BACHELOR DEGREE MANAGEMENT STUDY PROGRAM
HUMAN RESOURCES CONCENTRATION
DEPARTEMENT OF MANAGEMENT FACULTY OF ECONOMICS
STATE UNIVERSITY OF JAKARTA
2016
ABSTRAK
M. Rico Novaldi, 2015. Pengaruh Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping Motivation terhadap Impulse Buying pada Modern Market Store Carrefour CBD Ciledug. Skripsi, Jakarta: Konsentrasi Manajemen Pemasaran, Program Studi S1 Manajemen, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk menganalisa apakah promosi penjualan berpengaruh terhadap impulse buying. 2) untuk menganalisa apakah hedonic shopping motivation berpengaruh terhadap impulse buying. 3) untuk menganalisa apakah promosi penjualan dan hedonic shopping motivation berpengaruh terhadap impulse buying. Objek penelitian ini adalah pengunjung modern market store Carrefour CBD Ciledug sejumlah 100 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan kausal. Hasil penelitian deskriptif menunjukkan pengunjung merasa promosi penjualan dan keinginan berbelanja yang hedonis atau hedonic shopping motivation dapat mengakibatkan pembelian yang impulsif atau tidak terrencana. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan: 1) adanya pengaruh yang signifikan antara promosi penjualan dan impulse buying (28.7%), 2) adanya pengaruh signifikan antara hedonic shopping motivation dan impulse buying (29.7%), 3) promosi penjualan dan hedonic shopping motivation secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap impulse buying (45.1%). Kata kunci: promosi penjualan, hedonic shopping motivation, impulse buying
ABSTRACT
M. Rico Novaldi, 2015. The Influence of Sales Promotion and Hedonic
Shopping Motivation toward Impulse Buying in Modern Market Store
Carrefour CBD Ciledug. Skripsi, Jakarta: Marketing Management
Concentration, Management Study Program, Department of Management,
Faculty of Economics, State University of Jakarta.
The purpose of this study were : 1) for analyze influences between sales promotion and impulse buying. 2) to analyze influences between hedonic shopping motivation and impulse buying. 3) to analyze together between sales promotion and hedonic shopping motivation toward impulse buying. Object of this research is the customers Carrefour CBD Ciledug Mall total of 100 people. This research is Descriptive and causal research. The result of descriptive research indicates customers felt about sales promotion and hedonic shopping has give an impulsive buying. The hypothesis test shows: 1) there is a significant influence from sales promotion to impulse buying (28.7%), 2) there is a significant influence from hedonic shopping to impulse buying (29.7%), 3) there is significant influence from sales promotion to impulse buying (45.1%). Keywords: sales promotion, hedonic shopping motivation, impulse buying
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan Karya asli dan belum pemah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Negeri Jakarta maupun di Perguruan Tinggi lain.
2. Skripsi ini belum pemah dipublikasikan, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
3. Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Negeri Jakarta.
Jakarta, 12 Januari 2016 Yang membuat pernyataan
M. Rico Novaldi No. Reg. 821508837
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmad dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Promosi Penjualan dan Hedonic
Shopping Motivation terhadap Impulse Buying (Survei pada Carrefour CBD
Ciledug)”. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di bidang Pemasaran pada Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.
Selama penulisan Skripsi ini, penulis menyadari bahwa cukup banyak
menghadapi kendala, hambatan serta kesulitan, namun berkat doa, usaha dan
bantuan dari berbagai pihak yang terlibat maka Skripsi ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu penulis juga ingin berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Setyo Ferry Wibowo, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 dan Agung
Kresnamurti RP. ST,MM selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu dengan memberikan bimbingan dan masukan selama
proses penulisan Skripsi ini.
2. Drs. Dedi Purwana E.S., M.Bus selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Jakarta.
3. Dr. Hamidah, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen FE UNJ.
4. Dr. Gatot Nazir Ahmad S.Si, M.Si selaku Ketua Program Studi S1
Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
5. Dr. Muhammad Rizan, MM dan Dra. Usep Suhud, Ph.D yang telah menguji
dan memberikan saran akan perbaikan skripsi ini. Seluruh Dosen dan Staf
pengajar yang telah membantu memperluas pengetahuan penulis.
6. Para Responden pelanggan Carrefour CBD Ciledug yang telah memberikan
waktu luangnya untuk mengisi kuesioner yang penulis ajukan.
7. Mas Pendi (Staff Jurusan Manajemen) dan Teman-teman jurusan
Manajemen terutama Gesit Mardikobudi dan Ananda Muhammad Khatam
yang telah memberikan kritik, saran dan motivasi dalam penulisan Skripsi
ini.
8. Ayahanda Drs. Rezzy Erdiansyah dan Ibunda Susilawati, Adik ku M.
Renaldi dan sahabat saya Edy Sudrajat dan Bang Bule yang telah
memberikan doa, semangat, serta materi selama penulisan Skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap agar Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Jakarta, September 2015
Peneliti
M. Rico Novaldi
DAFTAR ISI
JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN ORIGINALITAS iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 8
C. Manfaat Penelitian 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 10
1. Promosi Penjualan 10
2. Hedonic Shopping 18
3. Impulse Buying 24
B. Review Penelitian yang relevan 28
C. Kerangka Pemikiran 34
D. Hipotesis 38
BAB III. OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian 39
B. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian 39
C. Metode Penelitian 43
D. Metode Penentuan Populasi dan Sampel 46
E. Prosedur Pengumpulan Data 49
F. Metode Analisis 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Unit Analisis 61
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 65
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 92
B. Implikasi Manajerial 93
C. Saran 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
I.1 Daftar hasil survei ISSI 2012 6
I.2 Daftar hasil survei ISSI 2013 7
II.1 Review penelitian yang relevan 33
III.1 Operasionalisasi Variabel 44
IV.1 Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin 61
IV.2 Karakteristik responden berdasarkan Usia 62
IV.3 Karakteristik responden berdasarkan Lama Menjadi Pelanggan 63
IV.4 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Pekerjaan 64
IV.5 Karakteristik responden berdasarkan Pengeluaran Belanja
per bulan 65
IV.6 Uji Validitas Variabel Promosi Penjualan (X1) 66
IV.7 Uji Validitas Variabel Hedonic Shopping Motivation (X2) 66
IV.8 Uji Validitas Variabel Impulse Buying (Y) 67
IV.9 Uji Reliabilitas 68
IV.10 Nilai Analisis Deskriptif Promosi Penjualan 69
IV.11 Nilai Analisis Deskriptif Hedonic Shopping Motivation 71
IV.12 Nilai Analisis Deskriptif Impulse Buying 76
IV.13 Uji Normalitas 78
IV.14 Uji Normalitas Residual 79
IV.15 Uji Linearitas 81
IV.16 Uji Multikolinearitas 82
IV.17 Uji Heterokedastisitas 83
IV.18 Uji Variabel Promosi Penjualan terhadap Impulse Buying 84
IV.19 Analisis Determinasi Promosi Penjualan terhadap
Impulse Buying 85
IV.20 Uji Variabel Hedonic Shopping Motivation Terhadap
Impulse Buying 86
IV.21 Analisis Determinasi Hedonic Shopping Motivation terhadap
Impulse Buying 87
IV.22 Uji F Variabel Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping
Motivation terhadap Impulse Buying 88
IV.23 Koefisien variabel Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping
Motivation terhadap Impulse Buying 89
IV.24 Analisis Determinasi Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping
Motivation terhadap Impulse Buying 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1 Kuesioner Penelitian
2 Hasil Kuesioner Validitas Instrumen X1
3 Hasil Kuesioner Validitas Instrumen X2
4 Hasil Kuesioner Validitas Instrumen Y
5 Hasil Uji Validitas Variabel Promosi Penjualan
6 Hasil Uji Validitas Variabel Hedonic Shopping Motivation
7 Hasil Uji Validitas Variabel Impulse Buying
8 Hasil Uji Realibilitas
9 Instrumen Penelitian Variabel Promosi Penjualan
10 Instrumen Penelitian Variabel Hedonic Shopping
Motivation
11 Instrumen Penelitian Variabel Impulse Buying
12 Hasil Uji Normalitas
13 Hasil Uji Linearitas
14 Hasil Uji Heteroskedastisitas
15 Hasil Uji Multikolinieritas
16 Hasil Uji t
17 Hasil Uji F
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pemenuhan kebutuhannya, konsumen bisa saja memutuskan
berbelanja di suatu toko padahal sebelumnya tidak merencanakan untuk
membeli barang tersebut. Bagi pemasar, perilaku impulse buying merupakan
sesuatu yang sangat menguntungkan. Konsumen yang tertarik secara
emosional, biasanya tidak melibatkan rasionalitas dalam keputusan pembelian
produk. Kadang, konsumen menggunakan alasan rasional hanya untuk
membenarkan keputusannya itu. Secara sederhana, konsumen sebenarnya
membeli berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan.
Retailer sangat sadar bahwa bagian volume penjualan yang cukup besar
dibangkitkan oleh sifat pembelian impulsif, dimana lebih dari sepertiga di
seluruh pembelian pada Department Store dilakukan secara impulsif,
sehingga hal ini tentu saja akan berdampak pada naiknya laba perusahaan1.
Namun bila dilihat dari sisi konsumen seringkali pembelian impulsif secara
khusus berhubungan dengan problem keuangan pasca pembelian, produk
mengecewakan, perasaan bersalah, dan ketidaksetujuan sosial.
1 Hetharie, Jondry. 2012. Model Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi pada Konsumen Matahari Departement Store Kota Ambon). Hal, 281
2
Menurut ACNielsen2, sebanyak 85% pembelian di pasar modern terjadi
tanpa rencana. Hanya 15% sisanya yang "berdisiplin" untuk berbelanja sesuai
dengan daftar belanjaan mereka. Keberadaan impulse buying adalah peluang
bagi pemasar untuk memperkenalkan produk baru. Melalui komunikasi yang
efektif di dalam toko dan program promosi, hal ini akan mempromosi. Hal ini
akan mempengaruhi pilihan merek yang dibeli konsumen dan mendorong
untuk belanja lebih banyak.
Strategi promosi merupakan salah satu dari bauran pemasaran ritel yang
sangat penting. Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi / membujuk, dan
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan
yang bersangkutan3. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Reveries 72%
responden (peritel dan perusahaan manufaktur) menyatakan bahwa promosi di
dalam toko merupakan salah satu media alternatif untuk menarik
konsumen membeli suatu produk4. Adapun bentuk-bentuk bauran promosi
di dalam ritel terdiri atas periklanan, hubungan masyarakat, penjualan
langsung, dan promosi penjualan.
2 http://www.merdeka.com/ireporters/uang/tips-meningkatkan-penjualan-dengan-impulse-buying.html 3 Tjiptono, Fandy, 2008. Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Offset Hal 219 4 (Majalah Marketing, vol. II No.08, edisi 2007)
3
Perkembangan bisnis ritel di Indonesia membuat Perusahaan ritel
tidak banyak lagi melakukan pembakuan produk dan jasa; yang lebih
banyak dilakukan perusahaan adalah penyesuaian dengan kebutuhan pasar.
Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya produsen yang terlibat dalam
pemenuhan dan keinginan pelanggan sehingga menyebabkan setiap
perusahaan harus menempatkan orientasi pada pelanggan sebagai tujuan
utama, serta perusahaan harus dapat memberikan kepada pelanggan barang
atau jasa yang mempunyai nilai lebih tinggi. Nilai yang dipikiran pelanggan
(CPV-customer perceived value) Customer perceived value is the difference
between the prospective customer’s evaluation of all the benefits and all the
cost of an offering and the perceived alternatives5. Nilai pelanggan total
(total customer value) adalah nilai moneter yang dipikirkan atas sekumpulan
manfaat ekonomis, fungsional, dan psikologis, yang diharapkan oleh
pelanggan atas tawaran pasar tertentu. Biaya pelanggan total (total customer
cost) adalah sekumpulan biaya yang harus dikeluarkan pelanggan untuk
mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan, dan membuang tawaran pasar
tertentu termasuk biaya moneter, waktu, energi dan psikis.
5 Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2012. Marketing Management. 14th edition. Prentice Hall, page 147
4
Dapat dilihat di ritel-ritel modern saat ini semakin banyaknya
promosi penjualan yang dibuat melalui diskon-diskon, display, iklan dan
poster yang ditempelkan pada rak di dalam toko. Dalam dunia ritel
modern saat ini, promosi penjualan sangat disukai oleh konsumen.
Kegiatan promosi penjualan di dalam toko tersebut dapat menimbulkan
keinginan, rangsangan atau gairah untuk membeli walaupun sebelumnya
konsumen tidak merencanakan membeli produk atau merek tersebut,
sehingga mendorong pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya
(impulse).
Pasar merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Berbagai jenis barang kebutuhan hidup
manusia diperjualbelikan dipasar. Di era pembangunan yang semakin
berkembang, pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia telah banyak
mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya. Dalam perkembangan pusat perbelanjaan di Jakarta bermula dari
Supermarket dan Department Store yang kemudian sejalan dengan
perkembangan kebutuhan dan pola hidup masyarakat yang semakin
menginginkan kenyamanan belanja, kepastian harga, dan keanekaragaman
barang kebutuhan dalam satu toko. sekarang ritel modern menggunakan cara
pengelolaan secara profesional untuk jaringan toko mencakup supermarket
dan Departement store6 .
6 Foster, Dr. Ir., Bob, M.M., 2008. Manajemen ritel, Jakarta: Alfabeta. Hal. 3
5
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang dengan ditopang oleh basis
konsumen dan daya beli yang kuat membuat konsep pola belanja di Indonesia
saat ini berubah dan berkembang sebagai sebuah cerminan gaya hidup yang
lebih modern dan lebih berorientasi rekreasi yang mementingkan aspek
kesenangan, kenikmatan, dan hiburan saat berbelanja. Hal ini mengakibatkan
masyarakat mulai beralih berbelanja di pasar modern. Berdasarkan data
Aprindo, pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun dan pasar
tradisional menyusut 8% per tahun7.
Perkembangan bisnis ritel asing terutama yang berskala besar di
Indonesia, didorong oleh Keppres Nomor 96 tahun 1998 yang kemudian
diperbaharui dengan Keppres Nomor 118 tahun 2000 yang menyatakan bahwa
perizinan dan persyaratan bagi peritel asing kini telah disamakan ketentuannya
dengan para peritel modern lokal. Kehadiran ritel besar seperti hypermarket,
mulai masuk dan berkembang di Indonesia sejak Keppres tersebut diterbitkan.
Hal ini diawali dengan pengoperasian hypermarket Carrefour dari Perancis
dan continent dari Australia di Jakarta yang kemudian kedua hypermarket
tersebut melakukan merger dan terbentuk dengan nama Carrefour8.
Perkembangan industri modern market bisa dikatakan berkembang
dengan sangat cepat sekarang ini. Diperoleh informasi dari Data Consult
(Business Research Studies Report), dalam periode lima tahun terakhir (2007-
2011) jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan
7 Nurmasarie, Rachma. Et al. 2013. PENGARUH PROMOSI PENJUALAN DAN PENJUALAN PERSEORANGAN TERHADAP KEPUTUSAN BELANJA TIDAK TERENCANA. Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 1 Nomor 2. Hal 528
8 http://indonesianconsume.blogspot.com/2013/02/perkembangan-baru-bisnis-ritel-modern.html)
6
hingga 17,57% per tahun. Padahal tahun 2007, jumlah gerai hanya 10.365
buah dan pada tahun 2011 jumlah gerai sudah mencapai 18.152 buah yang
tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Selain itu, diketahui bahwa jumlah
gerai Hypermarket naik lebih dari 50% yakni dari hanya 99 gerai menjadi 154
gerai (2007-2011). Berbeda dengan gerai hypermarket, pertumbuhan gerai
supermarket cenderung menurun, yakni pada tahun 2007 tercatat 1.377 gerai
turun menjadi sekitar 1.230 gerai (2011). Sementara sebagian gerai
supermarket diubah menjadi gerai hypermarket. Jika pada 2007 total gerai
minimarket hanya 8.889 maka pada 2010 melonjak pesat hingga mencapai
sekitar 15.538 buah9.
Dalam survei yang dilakukan oleh majalah Service Excellence bekerja
sama dengan carre-CCSL (center for customer satisfaction and loyalty) edisi
Mei 2012 dan Mei 2013 melalui index dibidang kepuasan layanan. Berikut
merupakan hasil tabel responden atas modern market store dalam ISSIndex
Tabel I.1 Daftar hasil survei Indonesia Service Satisfaction Index 2012 (ISSIndex 2012) dalam
Modern Market Store
No Brand People Service
Complaint Handling
PSQ PSV ISSI
2012 SQA 2012
1 Carrefour 4.006 4 4.0242 4.0573 4.0364 Diamond
2 Superindo 3.925 3.9333 3.9322 4.0333 3.9694 Gold
3 Giant 3.8645 3.8077 3.8609 3.8974 3.8743 -
4 Hypermart 3.8343 3.8519 3.8638 3.8704 3.8662 -
5 Lotte Mart 3.6199 3.6061 3.6641 3.6667 3.665 -
6 Others 3.8508 3.7632 3.7986 3.9737 3.8631 -
INDUSTRY 3.8781 3.8582 3.8906 3.9338 3.9065 Sumber: Hasil survei Majalah Service Excellence Page 46 edisi ke-1 Mei 2012
9 http://indonesianconsume.blogspot.com/2013/02/perkembangan-baru-bisnis-ritel-modern.html)
7
Tabel I.2 Daftar hasil survei Indonesia Service Satisfaction Index 2013 (ISSIndex 2013) dalam
Modern Market Store
No Brand People Service
Solution PSQ PSV
SQI 2013
SQA 2013
1 Carrefour 3.9067 3.9483 3.9888 4.0878 4.0342 Diamond
2 Hypermart 3.8897 3.874 3.8811 3.9535 3.9143 -
3 Lotte Mart 3.7606 3.8167 3.8462 3.9667 3.9015 -
4 Giant 3.8237 3.8133 3.8495 3.9451 3.8934 -
5 Super Indo 3.7098 3.8462 3.7672 3.72 3.7456 -
6 Others 3.8933 3.7727 3.9279 4.0435 3.9809 -
INDUSTRY 3.8663 3.8813 3.9126 4.0016 3.9535 Sumber: Hasil survei Majalah Service Excellence Page 39 edisi ke-2 Mei 2013
Berdasarkan hasil survey data tabel 1.2 dan tabel 1.3 di atas diketahui
bahwa Carrefour mendapatkan penilaian dengan rata-rata kepuasan terhadap
tingkat pengunjung (people) sebesar 4,0060 points di tahun 2012 turun
menjadi 3,9067 points di tahun 2013, kepuasan terhadap penanganan
masalah pelanggan (Service Complaint Handling atau Service Solution)
sebesar 4,000 points pada tahun 2012 dan turun menjadi 3,9483 points pada
tahun 2013, persepsi kualitas pelayanan terhadap pelanggan (PSQ atau
Perceived Service Quality) rata-rata 4,0242 points pada tahun 2012 dan
turun menjadi 3,9888 points pada tahun 2013, dari pemaparan tersebut
terlihat adanya penurunan poin tingkat pengunjung dan poin pelayanan yang
diberikan oleh Carrefour dalam kurun waktu 2012 dan 2013. penurunan ini
memberitahukan bahwa terjadi masalah pada tingkat penjualan dan
pelayanan pelanggan Carrefour.
Berdasarkan hasil survei terhadap 50 konsumen yang datang ke
Carrefour, 62% merencanakan pembelian dan 38% melakukan pembelian
tidak terencana. Kemudian sebanyak 78% konsumen melakukan pembelian
8
berdasarkan kebutuhan sedangkan 12% tidak melakukan pembelian yang
dibutuhkan. Berdasarkan hasil tersebut, mereka cenderung pergi ke Carrefour
karena memang sudah merencanakan terlebih dahulu apa yang akan mereka
beli sebelumnya dan cenderung melakukan pembelian yang dibutuhkan,
dengan beberapa alasan, yaitu jarang terlihat ada produk yang menarik diluar
toko, alasan lainnya adalah belum ada promosi secara direct yang
mengunggah konsumen untuk membeli.
Berdasarkan hasil survei terhadap 50 konsumen yang datang ke
Carrefour, indikator-indikator seperti potensi berbelanja, 60% konsumen
merasa menghabiskan waktu untuk berbelanja adalah bukan sebagai kegiatan
yang menyenangkan dan 40% lainnya mengatakan menghabiskan waktu untuk
berbelanja adalah kegiatan yang menyenangkan. Dan sebanyak 66%
konsumen mengatakan berbelanja hanya untuk barang yang dibeli sedangkan
44% konsumen menganggap berbelanja untuk menyenangkan diri.
Berdasarkan hasil tersebut menjelaskan bahwa konsumen berbelanja ke
Carrefour untuk membeli kebutuhan dan agak sedikit yang membeli barang
berdasarkan kesenangan.
B. Permasalahan
Berdasarkan permasalahan yang telah dipapakarkan sebelumnya, peneliti
ingin melakukan penelitian mengenai pembelian impulsif yang dipengaruhi
oleh sikap promosi penjualan dan nilai belanja berdasarkan kesenangan.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil objek penelitian yaitu
perusahaan ritel terkemuka di Indonesia, yaitu Carrefour. Untuk
9
mempermudah jalannnya penelitian, peneliti merumuskan permasalahan dari
penelitian ini diantaranya adalah :
1. Apakah promosi penjualan berpengaruh terhadap pembelian
impulsif ?
2. Apakah nilai belanja berdasarkan kesenangan berpengaruh terhadap
pembelian Impulsif ?
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai suatu
studi mengenai pembelian impulsif yang dipengaruhi dari promosi penjualan
yang dilakukan oleh konsumen dan kesenagan konsumen dalam berbelanja di
dalam toko pada situasi tertentu. Hubungan yang akan diteliti lebih dalam
adalah sikap pada promosi penjualan terhadap pembelian impulsif dan
pengaruh kesenangan dalam berbelanja terhadap pembelian impulsif.
Diharapkan penelitian ini menjadi suatu kontribusi positif pada ilmu
manajemen khususnya studi pemasaran dalam pengembangan ilmu mengenai
studi perilaku konsumen yang berkaitan dengan pembelian impulsif. Selain
itu, diharapkan pula penelitian ini membantu mengembangkan penelitian-
penelitian selanjutnya dalam melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelian impulsif secara signifikan.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Promosi Penjualan
Promosi merupakan kegiatan terpenting, yang berperan aktif dalam
memperkenalkan, memberitahukan dan mengingatkan kembali manfaat suatu
produk agar konsumen terdorong untuk membeli produk yang dipromosikan
tersebut. Dengan kata lain, tujuan promosi antara lain menginformasikan
(informing), membujuk pelanggan sasaran (persuading), dan mengingatkan
(remainding)10.
Promosi adalah suatu komunikasi dari penjual dan pembeli yang berasal
dari informasi yang tepat yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku
pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi
pembeli dan tetap mengingat produk tersebut11.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan promosi
merupakan salah satu alat untuk mengkomunikasikan produk ataupun jasa
secara persuasif untuk membentuk atau menciptakan suatu persepsi dan
tindakan positif terhadap suatu produk ataupun jasa sebagai akibat dari adanya
kegiatan promosi yang dilakukan tersebut.
10 Fitriyani Yunita, Persepsi Konsumen terhadap Impulse Buying, FISIP UI. 2008. Hal. 17
11 Hardiyanti Pratiwi, Erma. Discount (Potongan Harga) memiliki pengaruh terhadap Pembelian Impulsif produk
Pakaian pada Ramayana Departement Store – PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Bandung. Perpustakaan
UNIKOM. 2010. Hal 16
11
Selain definisi diatas, definisi lain dari promosi adalah bentuk persuasi
langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk
merangsang pembelian produk dengan segera dan meningkatkan jumlah
barang yang dibeli pelanggan12.
pengertian sales promotion (promosi penjualan) sebagai aktivitas
promosi yang memberikan keuntungan pada penjualan, dan dapat
meningkatkan volume penjualan dengan segera13.
Selanjutnya Sales promotion consists of short-term incentives to
encourage the purchase or sales of a product or service. Definisi ini
menjelaskan bahwa Promosi Penjualan berkaitan dengan Insentif jangka
pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan dari suatu produk atau
jasa. Insentif ini berkaitan dengan imbalan, apakah itu berkaitan dengan
pengembalian uang dalam bentuk diskon, jaminan atau dapat berupa sample
produk dan sebagainya14.
Promosi penjualan adalah kegiatan penjualan yang bersifat jangka
pendek dan tidak dilakukan secara berulang serta tidak rutin, yang ditunjukan
untuk mendorong lebih kuat mempercepat respon pasar yang ditargetkan
sebagai alat promosi lainnya dengan menggunakan bentuk yang berbeda15.
12 Nurmasarie, Rachma. Et al. 2013. PENGARUH PROMOSI PENJUALAN DAN PENJUALAN PERSEORANGAN TERHADAP KEPUTUSAN BELANJA TIDAK TERENCANA. Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 1 Nomor 2. Hal 531
13 Al Haq, Arini. PENGARUH SALES PROMOTION TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING WANITA BEKERJA PADA MATAHARI DEPARTMENT STORE PLAZA CITRA PEKANBARU. 2013. Hall 3
14 Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2012. Principles of Marketing. 14th edition. Pearson Prentice Hall, page 481 15 Hardiyanti Pratiwi, Erma. Discount (Potongan Harga) memiliki pengaruh terhadap Pembelian Impulsif produk Pakaian pada Ramayana Departement Store – PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Bandung. Perpustakaan UNIKOM. 2010. Hal
12
Keempat definisi diatas memiliki kesamaan dan mendefinisikan
promosi penjualan yaitu bahwa promosi penjualan (promotion sales)
merupakan suatu kebijakan yang diberikan oleh perusahaan yang bertujuan
untuk mencapai keuntungan perusahaan dengan menarik perhatian konsumen
dan menciptakan hasrat beli konsumen dengan sesegera mungkin melalui
upaya pemasaran dalam jangka waktu yang pendek.
Pengertian Promosi penjualan lainnya yang menyatakan melalui
promosi penjualan, perusahaan dapat menarik pelanggan baru,
mempengaruhi pelanggannya untuk mencoba produk baru, mendorong
pelanggan membeli lebih banyak16.
Pengertian dimensi promosi penjualan memiliki berbagai bentuk, mulai
dari penawaran potongan harga hingga kesempatan liburan gratis. Beberapa
teknik promosi penjualan diantaranya adalah sebagai berikut17 :
a. Sampel percobaan gratis
Teknik ini biasanya dilakukan ketika suatu produk baru diluncurkan
ke pasar. Teknik ini bekerja lewat pengalaman konsumen saat
menggunakan produk untuk yang pertama kali, serta menempatkan
konsumen kedalam kewajiban kecil untuk membeli produk. Teknik
ini efektif tetapi cukup mahal.
16 Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2012. Marketing Management. 14th edition. Prentice Hall, page 491
17 Fitriyani Yunita, Persepsi Konsumen terhadap Impulse Buying, FISIP UI. 2008. Hal. 10
13
b. Voucher atau kupon diskon dalam iklan di media massa
Memiliki kelebihan bagi perusahaan karena dapat mengetahui
efektifitas iklan dengan memeriksa kupon yang diperoleh oleh
konsumen dari iklan. Efektif digunakan pada konsumen yang sensitif
terhadap harga. Hal ini merupakan pertukaran merek produk dalam
jangka pendek, karena ketika penawaran berakhir, konsumen dapat
kembali beralih ke merek produk semula yang mereka gunakan.
c. Bayar 1 dapat 2
Teknik ini juga dapat menarik konsumen yang sensitif terhadap
harga, yang akan menukar produk dengan merek yang biasa
digunakan dengan merek baru yang lebih murah pada penawaran
yang akan datang. Dapat pula digunakan untuk mendorong dan
memberikan penghargaan bagi konsumen yang sudah ada.
d. Hadiah gratis dengan setiap pembelian
Sering diaplikasikan pada produk makanan dan minuman untuk anak.
Efektif untuk mendorong pertukaran merek produk dalam jangka
pendek, dan lebih disukai oleh konsumen yang sudah ada karena
mereka tidak selalu tertarik untuk menukar merek produk makanan
atau minuman bagi anak, dengan alasan kepercayaan atau kecocokan
terhadap merek tersebut.
e. Skema paket
Efektif mendorong pembeli untuk ikut mencoba produk yang
ditawarkan dalam paket tersebut. Teknik ini dapat dimodifikasi
14
dengan menggunakan voucher yang ditempelkan di belakang label
produk lain.
Dan definisi lain dari dimensi promosi penjualan adalah alat-alat yang
dapat digunakan dalam promosi penjualan adalah sebagai berikut18 :
a. Potongan harga: pengurangan harga produk dari harga normal dalam
periode tertentu.
b. Kupon : Tanda bukti utang yang diberikan oleh produsen.
c. Kontes dan Undian: Kontes adalah jenis promosi penjualan yang
sering dipakai oleh pemasar. Misalnya menghabiskan makanan
dengan cepat Sedangkan undian, kuis, atau permainan merupakan
salah satu promosi yang sering dipakai oleh para pemasar.
d. Program berkelanjutan (Continuity Programs): berupa pemberian
hadiah berjenjang jika konsumen melakukan pembelian yang lebih
tinggi. Semakin tinggi jumlah pembelian, semakin besar nilai hadiah
yang diperoleh.
e. Pemberian premium: Pemberian imbalan yang berwujud dari
pemasar karena penggunaan produk atau mengunjungi tempat
penjualan. Bisa secara langsung atau tidak langsung.
f. Rabat: salah satu teknik refund (pengembalian) dalam promosi
penjualan. Refund berarti pemasar akan mengembalikan uang kepada
konsumen yang telah dibayarkan untuk membeli produk.
18 Hardiyanti Pratiwi, Erma. Discount (Potongan Harga) memiliki pengaruh terhadap Pembelian Impulsif produk
Pakaian pada Ramayana Departement Store – PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Bandung. Perpustakaan
UNIKOM. 2010. Hal 18
15
g. Periklanan Khusus: kegiatan yang biasanya diselenggarakan sesuai
dengan kegiatan tahunan. Misalnya perusahaan membuat kalender
tahunan yang dibagikan secara gratis.
h. Sampel Gratis: Teknik yang biasa digunakan oleh perusahaan yang
meluncurkan produk baru yang sering menggunakan teknik
pemberian sampel gratis.
i. Promosi penjualan Bagi penjual kembali (Reseller): Promosi yang
ditujukan kepada konsumen yang membeli produk untuk dijual
kembali kepada konsumen akhir. Penjual kembali biasanya
mengambil margin tertentu (10%, 20%, atau 30%) dari harga
pembelian.
j. Point-of-Purchase Displays (POP): Didesain oleh produsen dan
diistribusikan kepada pengecer untuk mempromosikan merk atau
kelompok produk tertentu. Misalnya rak khusus, display karton,
banner, dan lambang, kartu harga atau bahkan mesin penjual produk.
k. Pameran dagang: Mendemonstrasikan poduk, memberikan informasi,
menjawab pertanyaan, membandingkan merek dengan pesaing dan
melakukan pesanan.
l. Push Money: Sejumlah bonus uang yang diberikan kepada petugas
penjualan yang didasarkan pada unit terjual selama periode tertentu.
m.Trade Deal: kesepakatan bahwa pengecer setuju untuk memberikan
usaha promosi khusus bagi produk produsen tertentu, sebagai
imbalannya pengecer akan memperoleh penghargaan khusus,
discount, barang atau uang tunai.
16
Dan Ada beberapa tujuan utama promosi yang ingin dicapai melalui
promosi penjualan diantaranya19:
a. Meningkatkan volume kunjungan
Hampir semua promosi penjualan akan meningkatkan jumlah orang
yang berkunjung, diluar waktu -waktu tertentu seperti ada event
khusus atau diskon musiman.
b. Meningkatkan frekuensi dan jumlah pembelian
Ini mungkin yang paling sering menjadi alasan dalam melakukan
promosi penjualan. Bayar 1 dapat 2, beli 1 dapatkan diskon gratis
untuk pembelian produk lain, dsb, adalah contoh dari promosi
penjualan yang bertujuan meningkatkan frekuensi atau jumlah
pembelian. Hal ini merupakan tujuan jangka pendek perusahaan pada
umumnya saat memutuskan melakukan promosi penjualan.
c. Meningkatkan loyalitas pelanggan
Loyalitas pelanggan dibangun dari kepuasan atas jasa atau produk
yang kita berikan dan berlanjut menjadi hubungan jangka panjang
yang saling menguntungkan. Oleh sebab itu promosi penjualan
digunakan selain untuk mendorong pembelian juga sekaligus
memberikan penghargaan atas loyalitas dan kepercayaan yang
diberikan pelanggan.
19 Fitriyani Yunita, Persepsi Konsumen terhadap Impulse Buying, FISIP UI. 2008. Hal. 7
17
d. Meningkatkan pembelian coba - coba (trial)
Target utama dalam meningkatkan pembelian coba - coba ini adalah
konsumen yang belum pernah menggunakan produk atau jasa anda
sebelumnya dan mereka yang sudah lama tidak menggunakannya
kembali. Contohnya adalah saat meluncurkan produk baru,
perusahaan mungkin mengirimkan sampel gratis kepada konsumen
potensial. Patut diingat, penawaran seperti tambahan produk secara
gratis, dsb, yang mengharuskan pembelian produk atau jasa anda
dalam kuantitas besar, kecil kemungkinannya dapat menarik
perhatian pencoba potensial. Mereka tidak akan membeli dalam
volume besar sebelum tahu bahwa mereka menyukainya.
e. Menciptakan ketertarikan
Promosi tehadap nilai yang menciptakan ketertarikan umumnya
bercirikan humor, hasil penemuan, menjadi topik pembicaraan, dan
berhubungan dengan gaya (style), contohnya antara lain : menjadi
yang pertama dalam menawarkan suatu produk atau jasa yang baru,
menghubungkan aktifitas promosi dengan selebriti atau kegiatan
sosial yang relevan, dan sebagainya.
f. Menciptakan kesadaran (awareness)
Untuk produk baru atau yang akan di re-launched, menciptakan
kesadaran merupakan tujuan utama. Bagi produk yang siklusnya
sudah matang (mature), tantangan yang dihadapi berbeda karena
tujuannya adalah menjaga ketertarikan. Merek ternama, misalnya The
18
Body Shop, Haagen Dazs, dan jam Swatch, diluncurkan dan
dikembangkan secara luas melalui aktifitas promosi.
g. Strategi persaingan
Promosi penjualan yang agresif terkadang dapat menyaingi produk
pesaing, atau setidaknya dapat menahan laju pesaing. Hal ini
dikarenakan konsumen pasti mengevaluasi alternatif sebelum
memutuskan pembelian, dimana salah satunya adalah mengevaluasi
keuntungan lebih apa yang akan diterima apabila memilih produk
sejenis tetapi berbeda merek, dan disinilah letak efektifitas promosi
penjualan terutama bagi konsumen yang sensitif terhadap harga.
h. Melakukan diskriminasi para pengguna
Tujuan utamanya tentu untuk memaksimalkan pendapatan, yang
berarti memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan yang
membutuhkan, dimana mereka yang bersedia membayar lebih
mendapatkan keuntungan dari harga yang dibayarkan tersebut.
2. Hedonic Shopping
motivasi berbelanja dikategorikan dalam dua aspek yaitu aspek
utilitarian dan hedonic. Perilaku berbelanja utilitarian merupakan
karakteristik yang berkenaan dengan tugas individu yang harus dipenuhi,
berorientasi produk, rasional, dan didorong karena adanya motivasi
ekstrinsik. Sedangkan perilaku berbelanja hedonic lebih mengarah pada
19
rekreasi, kesenangan, intrinsik, dan stimulasi yang berorientasi motivasi.
Dalam studi ini terfokus pada aspek hedonic sebagai alasan yang memotivasi
konsumen untuk berbelanja20.
Motivasi berbelanja hedonic sama dengan orientasi tugas dari motivasi
berbelanja utilitarian, hanya tugasnya lebih cenderung pada pemenuhan
kebutuhan hedonic seperti pengalaman mendapatkan kesenangan, fantasi, dan
stimulus sensory21.
Hedonic shopping motivations dapat diartikan juga sebagai perilaku
berbelanja yang berhubungan dengan alasan instrinsik, multisensory, fantasy,
dan aspek emosi dalam memenuhi kebutuhan. Pendapat ini mengacu pada
studi yang dilakukan oleh Dawson yang menjelaskan bahwa konsumen yang
termotivasi secara kuat oleh aspek hedonic akan mengarah berperilaku loyal
pada sebuah supermarket22.
Nilai hedonic dipercaya dapat berpotensi memberikan hiburan dalam
berbelanja. Konsumsi yang disediakan dari hedonic membuat konsumen
merasa menikmati manfaat dari sebuah produk tanpa harus membelinya23 .
Hedonisme adalah suatu paham yang dimiliki oleh seseorang
berdasarkan suatu kesenangan semata–mata yang difokuskan demi memenuhi
kepuasan pikiran dari orang tersebut. Hedonic Shopping merupakan suatu
20 Fatonah, Siti. 2009. Pengaruh Hedonic Shopping Motivation dan Store Attribute terhadap Shopper Loyalty. Jurnal
Siasat Bisnis Vol. 13 No. 3, Hal: 287
21 Fatonah, Siti. 2009. Pengaruh Hedonic Shopping Motivation dan Store Attribute terhadap Shopper Loyalty. Jurnal
Siasat Bisnis Vol. 13 No. 3, Hal: 290
22 ibid
23 Fatonah, Siti. 2009. Pengaruh Hedonic Shopping Motivation dan Store Attribute terhadap Shopper Loyalty. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 3, Hal: 288
20
keinginan seseorang untuk mendapatkan suatu kesenangan bagi dirinya
sendiri yang dapat dipenuhi dengan cara menghabiskan waktu untuk
mengunjungi pusat perbelanjaan atau mall, menikmati suasana atau atmosfer
yang ada di pusat perbelanjaan itu sendiri mesipun mereka tidak membeli
apapun atau hanya melihat – lihat saja24.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai motivasi belanja hedonik
tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belanja hedonik merupakan
perasaan emosional yang dirasakan konsumen dari pengalaman
berbelanjanya terhadap suatu gerai yang lebih bersifat subjektif dan pribadi,
bisa berupa kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan.
Shopping motivation, telah dipelajari dan disusun berdasarkan tipologi
motivasi Menurut tipologi motivasi tersebut, shopping motives dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori25:
a. Motif orientasi produk, mengunjungi toko untuk kebutuhan pembelian
atau keinginan untuk mendapatkan informasi produk.
b. Motif pengalaman, berorientasi pada hedonic atau rekreasi. Yaitu
sebuah toko atau pusat perbelanjaan dikunjungi untuk kesenangan
yang melekat pada kunjungan itu sendiri.
c. Motif kombinasi dari orientasi produk dan pengalaman.
24 Japarianto, Edwin. 2010, Faktor Type Hedonic Shopping Motivation dan Faktor Pembentuk Kepuasan Tourist Shopper. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN: Hal. 78
25 Japarianto, Edwin. 2010, Faktor Type Hedonic Shopping Motivation dan Faktor Pembentuk Kepuasan Tourist Shopper. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN: Hal. 77
21
Lima kategori besar dari dimensi motivasi Hedonic Shopping ini adalah
sebagai berikut26:
a. Adventure shopping
The first category is labeled “adventure shopping,” which
refers to shopping for stimulation, adventure, and the feeling of being
in another world Social Shopping “.
Sebagian besar konsumen berbelanja karena adanya sesuatu
yang dapat membangkitkan gairah belanja dari konsumen itu sendiri,
merasakan bahwa berbelanja adalah suatu pengalaman dan dengan
berbelanja konsumen serasa memiliki dunianya sendiri.
b. Social shopping
A second category is labeled „social shopping,‟ which refers to
the enjoyment of shopping with friends and family, socializing while
shopping, and bonding with others while shopping”
Sebagian besar konsumen beranggapan bahwa kenikmatan
dalam berbelanja akan tercipta ketika konsumen menghabiskan
waktu bersama dengan keluarga atau teman. Konsumen ada pula
yang merasa bahwa berbelanja merupakan kegiatan sosialisasi baik
26 Japarianto, Edwin. 2010, Faktor Type Hedonic Shopping Motivation dan Faktor Pembentuk Kepuasan Tourist
Shopper. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN: Hal. 78-79
22
itu antara konsumen yang satu dengan yang lain, ataupun dengan
karyawan yang bekerja dalam gerai. Konsumen juga beranggapan
bahwa dengan berbelanja bersama-sama dengan keluarga atau teman,
konsumen akan mendapat banyak informasi mengenai produk yang
akan dibeli.
c. Gratification shopping
“A third category is labeled “gratification shopping,” which
involves shopping for stress relief, shopping to alleviate a negative
mood, and shopping as a special treat to oneself”.
Berbelanja merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi
stress, mengatasi atmosfer hati yang buruk, dan berbelanja
merupakan sarana untuk melupakan masalah-masalah yang sedang
dihadapi.
d. Idea shopping
“A fourth category we label “idea shopping,” which refers to
shopping to keep up with trends and new fashions and to see new
products and innovations”
Konsumen berbelanja untuk mengikuti trend fashion yang baru
dan untuk melihat produk atau sesuatu yang baru. Biasanya
konsumen berbelanja karena melihat sesuatu yang baru dari iklan
yang ditawarkan melalui media massa.
e. Role shopping
“A fifth category of shopping motivations is labeled “role
shopping,” which reflects the enjoyment that shoppers derive from
23
shopping for others, the influence that this activity has on the
shoppers‟ feelings and moods, and the excitement and intrinsic joy
felt by shoppers when finding the perfect gift for others”
Banyak konsumen lebih suka berbelanja untuk orang lain
daripada untuk dirinya sendiri sehingga konsumen merasa bahwa
berbelanja untuk orang lain adalah hal yang menyenangkan untuk
dilakukan.
f. Value shopping
“The final category is labeled “value shopping,” which refers
to shopping for sales, looking for discounts, and hunting for
bargains”
Konsumen menganggap bahwa berbelanja merupakan suatu
permainan yaitu pada saat tawar menawar harga, atau pada saat
konsumen mencari tempat pembelanjaan yang menawarkan diskon,
obralan, ataupun tempat berbelanja dengan harga yang murah.
”Shopping thus occurs when a consumer‟s nedd for a particular good
is sufficient for allocating time and money to travel a store to go shopping, or
when a consumer need attention, wants similar interests, feels a need to
exercise, or simply has leisure time”27. Pengertiannya adalah aktivitas
berbelanja terjadi ketika kebutuhan konsumen untuk barang–barang tertentu
27 Japarianto, Edwin. 2010, Faktor Type Hedonic Shopping Motivation dan Faktor Pembentuk Kepuasan Tourist
Shopper. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN: Hal. 78
24
cukup untuk waktu dan uang dialokasikan untuk bepergian ke sebuah toko
atau pergi berbelanja, atau ketika seorang konsumen membutuhkan perhatian,
ingin bersama sahabat–sahabat, keinginan untuk bertemu orang – orang yang
mempunyai minat serupa, merasakan kebutuhan untuk berlatih atau hanya
mempunyai waktu luang”.
3. Impulse Buying
Definisi mengenai pembelian impulsif adalah suatu pembelian yang
segera dan tiba-tiba tanpa adanya niat sebelum belanja, untuk membeli
kategori produk yang spesifik dan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
Perilaku terjadi setelah mengalami suatu dorongan untuk membeli yang
sifatnya spontan tanpa banyak refleksi28.
,Pembelian impulsif terjadi ketika konsumen mengalami suatu kejadian
yang mendadak, sering kali muncul dorongan yang sangat kuat untuk
membeli sesuatu dengan segera29.
Pembelian impulsif adalah kecenderungan konsumen untuk melakukan
pembelian secara spontan, tidak terefleksi, secara buru-buru dan didorong
oleh aspek psikologi emosional terhadap suatu produk dan tergoda oleh
persuasi dari pemasar30.
28 Hetharie, Jondry. 2012. Model Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi pada Konsumen Matahari
Departement Store Kota Ambon). Hal. 282
29 ibid 30 ibid
25
Pembelanjaan impuls dapat diukur dengan sejumlah karakteristik yaitu
adanya perasaan yang berlebihan akan ketertarikan dari produk yang dijual,
perasaan untuk segera memiliki produk yang dijual, mengabaikan segala
konsekuensi dari pembelian sebuah produk, adanya perasaan puas dan
menyenangkan, adanya konflik yang terjadi antara pengendalian dengan
kegemaran di dalam diri orang tersebut31.
Dari beberapa definisi mengenai pembelian impuls diatas dapat
disimpulkan bahwa tindakan pembelian yang dilakukan oleh konsumen
dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya, yang ditimbulkan karena adanya
dorongan emosi yang kuat terhadap keinginan pada suatu produk yang
menimbulkan rasa ingin memiliki yang sangat besar (urgent) terhadap produk
tersebut.
Reaksi impulsif yang memunculkanya pembelian impulsif karena
tekanan ditempat kerja dan adanya waktu luang, mobilitas geografi, semakin
banyak suami istri yang bekerja, pendapatan semakin bertambah tinggi
sehingga konsumen kurang cukup memiliki waktu dan berupaya membuat
perencanaan pembelian32.
31 Karbasivar, A. dan Yarahmadi, H. 2011. Evaluating Effective Factors on Consumer Impulse Buying Behavior.
Asian Journal of Business Management Studies 2. Page 174
32 Hetharie, Jondry. 2012. Model Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi pada Konsumen Matahari Departement
Store Kota Ambon). Hal. 283
26
Elemen Impulse buying dirangkum sebagai berikut33: pertama, sudden
and spontaneuos desire to act, menunjukkan permulaan dari perilaku
sebelumnya24. Kedua, psychological disequilibrium menunjukkan sifat yang
dapat menyebabkan seorang individu merasakan secara temporer diluar
kontrol. Ketiga, psychological conflict and struggle yang mugkin terjadi.
Sering konsumen merasa ambivalen terhadap produk yang merupakan objek
impulsif. Reaksi impulsif sebagai suatu kondisi yang melibatkan antara
kesenangan dan realitas. Keempat,cognitive evaluation of product attributes
menunjukkan bahwa pembelian impulsif melibatkan perbedaan transrasional,
merupakan pernyataan emosional.
Definisi dimensi pembelian impulsif yang mengukur pembelanjaan
impuls dapat diukur melalui karakteristik antara lain34:
a. Spontanitas, yaitu pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi
konsumen untuk membeli sekarang;
b. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas: yaitu mungkin ada motivasi untuk
mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika,
c. kegairahan dan stimulasi, yaitu desakan mendadak untuk membeli
sering disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan”
atau “menggetarkan”;
33 Hetharie, Jondry. 2012. Model Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi pada Konsumen Matahari
Departement Store Kota Ambon). Hal. 283
34 Nurmasarie, Rachma. Et al. 2013. PENGARUH PROMOSI PENJUALAN DAN PENJUALAN PERSEORANGAN
TERHADAP KEPUTUSAN BELANJA TIDAK TERENCANA. Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 1 Nomor 2. Hal 532
27
d. Ketidakpedulian akan akibat, yaitu desakan untuk membeli dapat
menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif
diabaikan.
Dimensi lain mengemukakan bahwa pembelian impulsif dapat
dikategorikan dalam empat kategori, yaitu35:
a. Pure Impulse buying (Pembelian Impulse Murni)
Sebuah pembelian menyimpang dari pola pembelian normal. Tipe ini
dapat dinyatakan sebagai novelty / escape buying.
b. Reminder Impulse Buying (Pembelian impulse pengingat): Terjadi
ketika pelanggan membutuhkan sebuah barang saat mereka
melihatnya di toko atau diingatkan dalam sebuah iklan mengenai
barang tersebut dan keputusan sebelumnya untuk membeli.
c. Suggestion Impulse Buying (Pembelian Impulsif Sugesti): Terjadi
ketika pelanggan melihat produk untuk pertama kalinya di toko dan
memvisualisasikan kebutuhan untuk itu.
d. Planned Impulse Buying (Pembelian Impulsif Terencana): Terjadi
ketika pelanggan masuk kedalam toko dengan tujuan membeli barang
tertentu, tetapi menyadari bahwa mereka dapat membeli barang
lainnya tergantung dari promosi penjualan.
35 Semuel, Hatane. 2007. Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia, dan Gender Terhadap
Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk Pariwisata). Jurnal Manajemen Pemasaran. Vol
2. Hal 32
28
Dan dimensi dari pembelian impulsif diuraikan sebagai berikut36:
a. Merasa adanya kekuatan yang muncul dari suatu produk;
b. Merasa mempunyai kekuatan untuk membeli produk dengan
Segera
c. Mengabaikan segala konsekuensi negatif dari pembelian;
d. Perasaan gembira, bahkan euforia;
e. Konflik antara kontrol dan kegemaran yang tidak dapat ditahan.
B. Review Penelitian yang Relevan
2.2.1. Edwin Japarianto dan Sugiono Sugiharto (2011) “Pengaruh Shopping
Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior
masyarakat High Income Surabaya”. Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol.
6, No. 1, April 2011 halaman 32-41
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh shopping life
style dan fashion involvement terhadap perilaku impulse buying pada
masyarakat high income Surabaya. Populasi penelitan adalah seluruh
masyarakat high income di Surabaya. Penelitian ini menggunakan sampel
yang tinggal di Surabaya, memiliki pendapatan sendiri, memiliki
pengeluaran ≥ Rp 1,250,000.00, pernah berbelanja di Galaxy Mall ,
Lendmarc dan Grand City. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi
36 Hetharie, Jondry. 2012. Model Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi pada Konsumen Matahari
Departement Store Kota Ambon). Hal. 282
29
Linier berganda, dengan menggunakan program SPSS yang akan
mempermudah untuk melihat peranan Shopping lifestyle dan fashion
involvement terhadap perilaku impulse buying yang akan diuji. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa Hedonic Shopping Value dan Fashion
Involvement berpengaruh terhadap perilaku Impulse Buying pada
Masyarakat High Income Surabaya. Hal ini diketahui dari uji F hitung =
42.612. Nilai F table (df1=2; df2=107) adalah 3.081. Nilai F hitung > F
table, maka H0 ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa
variabel bebas X1 dan X2 secara simultan (bersama-sama) berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat (Y).
2.2.2. Hendro Eko Yulianto, Edy Yulianto, Wilopo (2013) “Pengaruh Retail
Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terrencana pada
Pusat Perbelanjaan (Survei pada Konsumen Matahari Department Store
cabang Matos)”. Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 1, No. 2, Mei 2013
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Retail
Marketing Mix yang terdiri dari lokasi, merchandise, pricing, periklanan
dan promosi, atmosfer dalam gerai, dan retail service terhadap keputusan
pembelian tidak terencana pada pusat perbelanjaan. Jenis penelitian pada
penelitian ini adalah explanatory research yang mana menggunakan
instrumen penelitian berupa kuesioner yang disebar kepada 100 responden
yang merupakan konsumen Matahari Department Store Cabang Matos
dan diukur dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari keenam variabel Retail Marketing Mix yaitu lokasi, merchandise,
30
pricing, periklanan dan promosi, atmosfer dalam gerai, dan retail service
secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian tidak
terencana pada Matahari Department Store Cabang Matos. Hal ini
diketahui dari uji F yang menunjukkan bahwa signifikansi sebesar 0,000 <
0,05. Secara parsial diketahui hanya variabel periklanan dan promosi dan
variabel atmosfer dalam gerai yang berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian tidak terencana.
2.2.3. Rachma Nurmasarie dan Sri Setyo Iriani (2013) “Pengaruh Promosi
Penjualan dan Penjualan Perseorangan terhadap Keputusan Belanja Tidak
Terencana”. Jurnal Ilmu Manajemen Volume 1 Nomor 2 Maret 2013,
Halaman 528-540
To knowing the growth of the retail industry in Indonesia making the
retail have to marketing strategy to be able to compete on a competitive
basis. Basic implementation of marketing strategies in the ritel is the
understanding of consumer shopping behavior. Impulse buying is one of
the shopping behavior that often occurs in retail. To stimulate consumer
interest in the store in order to impulse shopping, retail should promote
their products. One type of promotion is sales promotions featuring
discount, gifts, and free sampling. To promote their products, retail uses
personal selling that is put in every sales person for more outlets offering
products to consumers. In this study, the population is a 200 customer in
Hypermart Royal Plaza Surabaya. Data analysis used the multiple liniear
regression and using SPSS programs. Result of the study revealed that
variable promotion and personal selling together significantly positive
31
effect on impulse buying, and the most dominant is sales promotion. And
the result of F test show where the value is significant 0,000 < 0,005.
2.2.4. Sendi Sipahutar (2013) “Pengaruh Display Toko dan Motivasi Belanja
Berdasarkan Kesenangan (Hedonic) Terhadap Pembelian Impulsif pada
Konsumen Ouval Research Bandung”.
The research was conducted on consumers Ouval Research.
Consumers will experience when impulse buying is driven by the desire
hedonic or other causes beyond economic reasons, The purpose of this
study was to determine how much influence the hedonic shopping
motivation against impulse buying on consumers Ouval Research.
The method used in this study is a qualitative and quantitative methods.
The unit of analysis in this study is that consumers who make purchases
on Ouval Research Bandung, amounting to 600 people with a sample of
100 respondents. The test statistic used is the calculation of Pearson
correlation, regression analysis, correlation, coefficient of determination,
hypothesis testing, and also use the help of an application program SPSS
20.00 for windows.
The results showed that impulsive purchase in overall Research Ouval
in Bandung included in the criteria quite well. As for the hedonic
shopping motivation variable, included in the category is quite high. Its
shown by test F where the value Fcount (34,899) > F table (3,090),
Influence of store displays and hedonic shopping motivations, and
significant positive impact on consumer impulsive buying Ouval
Research. Then simultaneously greater impact than partial. This indicates
32
that the store displays and hedonic shopping motivations is able to arouse
consumer desire to make impulsive buying.
2.2.5. Arini Al Haq (2013) “Pengaruh Sales Promotion Terhadap Prilaku
Impulse Buying Wanita Bekerja pada Matahari Department Store Plaza
Citra Pekanbaru”.
Marketing communication is a communicating activity in order to
deliver a message to the consumers and customers. Marketing
communication strategy adjusted to customers behavior different, one of
them is sales promotion programs. The aims of this research are, to know
how much the sales promotion by Matahari Department Store Plaza Citra
Pekanbaru influence on impulse buying behavior by career women, and to
know what type of sales promotion programs that really influential.
The type of this research is quantitative with explanatory research. This
research used accidental technic in taking the samples with concideration
on the huge population, so it wasn‟t possible for the researcher to cover
the whole population to be respondents, then a samples representative
was formed. To find out the amount of the samples, the researcher used
Unknown Populations formula, and the result is 96 respondents. The
respondents are the customers who have ever been and are visiting, and
have done impulse buying.
The result of this research shows that : 1) Alternative hypothesis were
accepted, there is a positive relation between sales promotion program
with impulse buying behavior of career women. This result is proved by
test t where the value of tcount 6,224 > ttable 1,985. The coefficient of
33
determination (r2) is 0,292 which means the 29,2% of impulse buying
behavior by career women can be explained by sales promotion programs
by the company. Whereas, the rest of the 70,8% is affected by other
variables outside this research; 2) Discounts are type of sales promotion
programs that really influential to do impulse buying behavior that is
55,2%
1. 2.2.5.
Tabel II.1 Review Peneletian yang Relevan
Sumber : Data Diolah Peneliti
No Judul Promosi
Penjualan Hedonic Shopping
Impulse Buying
1
Edwin Japarianto dan sugiono sugiharto (2011) “Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior masyarakat High Income Surabaya”.
V v
2
Hendro Eko Yulianto, Edy Yulianto, Wilopo (2013) “Pengaruh Retail Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terrencana pada Pusat Perbelanjaan (Survei pada Konsumen Matahari Department Store cabang Matos)”
v v
3
Rachma Nurmasarie dan Sri Setyo Iriani (2013) “Pengaruh Promosi Penjualan dan Penjualan Perseorangan terhadap Keputusan Belanja Tidak Terencana”.
v v
4
Sendi Sipahutar (2013) “Pengaruh Display Toko dan Motivasi Belanja Berdasarkan Kesenangan (Hedonic) Terhadap Pembelian Impulsif pada Konsumen Ouval Research Bandung”
V v
5
Arini Al Haq (2013) “Pengaruh Sales Promotion Terhadap Prilaku Impulse Buying Wanita Bekerja pada Matahari Department Store Plaza Citra Pekanbaru”.
v v
34
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting37.
Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan
segera dan meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan38.
Sales promotion consists of short-term incentives to encourage the purchase
or sales of a product or service. Definisi ini menjelaskan bahwa Promosi
Penjualan berkaitan dengan Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian
atau penjualan dari suatu produk atau jasa. Insentif ini berkaitan dengan imbalan,
apakah itu berkaitan dengan pengembalian uang dalam bentuk diskon, jaminan
atau dapat berupa sample produk dan sebagainya39.
marketers harus membuat desain program promosi penjualan yang menjadi
dimensi dalam penelitian ini40. Pertama, marketers harus memberikan size of the
incentive (ukuran/besaran insentif), bila insentif yang diberikan rendah maka
sangat sedikit sekali kemungkinan kegiatan promosi akan sukses. Sedangkan bila
insentif iberikan lebih besar akan membuat respon penjualan lebih banyak. Yang
kedua
37 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta.
38 Tjiptono, Fandy, 2008. Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Offset
39 Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2012. Principles of Marketing. 14th edition. Pearson Prentice Hall, page 481
35
40 Anwar, Qoirul. 2014. PENGARUH PROGRAM PROMOSI PENJUALAN TERHADAP MINAT BELI HARIAN KOMPAS
DI SURABAYA SELATAN. Skripsi. Scribd.com (Diakses pada tanggal 2 Oktober 2015)
adalah marketers harus membuat kondisi bagi partisipan (condition for
participation), maksudnya adalah tujuan diberikannya insenstif apakah untuk ke
semua konsumen atau hanya beberapa grup. Hal ini dapat dilihat dari produknya,
sebagai contoh pemasar pada produk air mineral akan memberikan insentif bagi
semua konsumen, sedangkan pemasar produk bayi hanya memberikan insentif
bagi ibu menyusui. Dan yang ketiga adalah lamanya waktu promosi (length of the
promotion), jika periode promosi penjualan terlalu pendek, beberapa konsumen
prospek (yang tidak dapat membeli pada periode promosi) akan kehilangan
kesempatan mereka. Namun jika periode promosi penjualan terlalu lama,
transaksi akan hilang karena tindakan cepat konsumen.
Hedonic shopping motivations diartikan sebagai perilaku berbelanja yang
berhubungan dengan alasan intrinsik, multisensory, fantasy, dan aspek emosi
dalam memenuhi kebutuhan41. Dalam studi ini, variabel ini dioperasionalisasi
dalam enam dimensi. Pertama belanja untuk suatu perjalanan (adventure
shopping) yang diukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:
(1) dengan berbelanja, dapat berkeliling memilih barang sesuai dengan selera; (2)
dapat lupa waktu ketika berbelanja karena keasyikan memilih barang; (3)
memperoleh sensasi/ kepuasan
41 Fatonah, Siti. 2009. Pengaruh Hedonic Shopping Motivation dan Store Attribute terhadap Shopper Loyalty. Jurnal Siasat
Bisnis Vol. 13 No. 3, Hal: 292
36
batin; (4) merasa lebih bersemangat, dan menikmati waktu ketika berbelanja
karena dengan belanja seperti memiliki dunia sendiri. Kedua, belanja untuk
kepuasan (gratification shopping) yang diukur dengan indikator-indikator sebagai
berikut: (1) belanja dapat menghilangkan stress; (2) belanja dapat menghilangkan
rasa kebosanan; (3) belanja dapat menyenangkan diri, dan (4) belanja ketika ingin
menghibur diri. Ketiga,belanja untuk suatu peran (role shopping) yang diukur
dengan indikasi sebagai berikut: (1) merasa senang ketika berbelanja untuk orang
lain; (2) merasa senang ketika bisa membeli sesuatu untuk orang yang spesial
dalam hidup; (3) senang berbelanja untuk teman atau keluarga, dan (4) senang
berbelanja ketika berkeliling dapat menemukan hadiah untuk orang yang lain.
Keempat, belanja untuk suatu nilai (value shopping) yang diukur dengan
indikator-indikator sebagai berikut: (1) mencari potongan harga; (2) mencari
harga yang murah; (3) senang berbelanja karena memperoleh potongan harga, dan
(4) berbelanja karena adanya promosi penjualan. Kelima, belanja untuk suatu
tujuan sosial (social shopping) yang diukur dengan indikator-indikator sebagai
berikut: (1) belanja sebagai ajang untuk meluangkan waktu bersama teman atau
keluarga; (2) untuk menjalin kebersamaan dengan teman dan keluarga; (3)
berinteraksi dengan pengunjung lain ketika berbelanja, dan (4) menambah teman.
Keenam, belanja untuk suatu ide (idea shopping) yang diukur dengan indikator-
indikator sebagai berikut: (1) mengikuti trend; (2) memperoleh mode baru; (3)
untuk melihat produk terbaru, dan (4) memperoleh informasi baru yang
menambah pengalaman.
37
Pembelian impulsif adalah suatu pembelian yang segera dan tiba-tiba tanpa
adanya niat sebelum belanja, untuk membeli kategori produk yang spesifik dan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Perilaku terjadi setelah mengalami suatu
dorongan untuk membeli yang sifatnya spontan tanpa banyak refleksi42.
Pengukuran (dimensi) pembelanjaan impuls (impulsive buying) dapat diukur
melalui karakteristik antara lain43:
a. Spontanitas, yaitu pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi
konsumen untuk membeli sekarang;
b. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas: yaitu mungkin ada motivasi untuk
mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika,
c. kegairahan dan stimulasi, yaitu desakan mendadak untuk membeli sering
disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan” atau
“menggetarkan”;
d. Ketidakpedulian akan akibat, yaitu desakan untuk membeli dapat menjadi
begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.
Model konseptual dalam mengukur penelitian pengaruh Promosi Penjualan
dan Hedonic Shopping Value sebagai variabel independen dan Pembelian
Impulsif (Impulse Buying) sebagai variabel dependen pada gambar II.1 sebagai
berikut:
42 Hetharie, Jondry. 2012. Model Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi pada Konsumen Matahari Departement Store
Kota Ambon). Hal. 282
43 Nurmasarie, Rachma. Et al. 2013. PENGARUH PROMOSI PENJUALAN DAN PENJUALAN PERSEORANGAN
TERHADAP KEPUTUSAN BELANJA TIDAK TERENCANA. Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 1 Nomor 2. Hal 532
38
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
Sumber : Data diolah Peneliti
D. Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji guna menjawab tujuan-tujuan
penelitian, yaitu:
H1: Terdapat pengaruh Promosi Penjualan terhadap Impulse Buying
H2: Terdapat Pengaruh Hedonic Shopping Motivation terhadap
Impulse Buying
H3: Terdapat pengaruh Antara Promosi Penjualan dan Hedonic
Shopping Motivation terhadap Impulse Buying
Promosi Penjualan
(X1)
Hedonic Shopping
Motivation
(X2)
Impulse Buying
(Y)
H1
H2
H3
39
39
BAB III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan perumusan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisa apakah promosi penjualan berpengaruh
terhadap pembelian impulsif.
2. Untuk menganalisa apakah hedonic shopping motivation
berpengaruh terhadap pembelian impulsif.
3. Untuk menganalisa apakah promosi penjualan dan hedonic shopping
motivation berpengaruh terhadap pembelian impulsif.
B. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Carrefour di Indonesia hadir sejak tahun 1996 dengan membuka
gerai pertama di Cempaka Putih pada Oktober 1998. Pada saat yang
sama, Continent, sebagai perusahaan ritel Prancis, membuka gerai
pertamanya di Pasar Festival. Pada tahun 1999, Carrefour dan Promodes
(sebagai pemegang saham utama dari Continent) menggabungkan semua
kegiatan ritel bisnis di seluruh dunia dengan nama Carrefour. Hal tersebut
40
menjadikan Carrefour sebagai ritel terbesar kedua di dunia. Pada Bulan
Januari 2013 Trans Corp resmi membeli Carrefour dan berganti Nama
menjadi PT. Trans Retail Indonesia44.
Carrefour Internasional sendiri awalnya adalah Perusahaan dagang
yang dibentuk tahun 1959 oleh keluarga Fournier dan Defforey, disusul
dengan pembukaan supermarket Carrefour setahun kemudian di kota
Annecy, wilayah sebelah timur Prancis. Penemuan konsep swalayan baru
“hypermarket” oleh perusahaan ini pada tahun 1963 direalisasikan dengan
pembukaan hypermarket Carrefour di Sainte-Genevieve-des-Bois, suatu
kawasan di kota Paris, dengan menempati lahan seluas 2500 m2 yang
memuat 400 buah areal parkir dan 12 jalur kasa pembayaran. Tahun
1973, Carrefour membuka cabang pertama di luar negeri, yaitu di
Spanyol. Dilanjutkan dengan pembukaan cabang di Brazil pada tahun
1975, Argentina pada tahun 1982, Italia pada tahun 1993. Pembukaan
cabang Carrefour untuk kawasan Asia pertama kali dilakukan di Taiwan
pada tahun 1989, kemudian di Malaysia pada tahun 1994, Cina pada
tahun 1995, Singapura pada tahun 1997, Indonesia pada tahun 1998, dan
Jepang pada tahun 200045.
44 http://www.carrefour.co.id/id/shop/carrefour/
45 http://id.wikipedia.org/wiki/Carrefour_Group
41
PT Trans Retail Indonesia berinovasi dalam memberikan standar
pelayanan kelas dunia diindustri ritel Indonesia. Carrefour juga
memperkenalkan konsep hipermarket dan menyediakan alternatif belanja
baru di Indonesia bagi pelanggan Carrefour. Carrefour menawarkan
konsep One-Stop Shopping yang menawarkan lebih dari 40.000 produk.
Pelanggan dapat memperoleh pilihan produk yang lengkap untuk
memenuhi segala kebutuhan sehari-hari dengan harga kompetitif. Hal ini
didukung dengan lingkungan belanja yang nyaman dengan pelayanan
terbaik untuk mencapai kepuasan pelanggan. Saat ini, PT Trans Retail
Indonesia sudah beroperasi di 84 gerai dan menyebar ke 28 kota di
Indonesia. Sekitar + 72 juta pelanggan setia berbelanja di Carrefour
setiap tahunnya. Sebagai salah satu pemain ritel terkemuka, Carrefour
berusaha untuk mengikuti trend yang berkembang di masyarakat46.
PT Trans Retail Indonesia tumbuh dan berkembang bersama-sama
dengan pelanggan, lingkungan, karyawan (asosiasi), mitra bisnis, sektor
pertanian dan industri terkait. Carrefour juga telah berkontribusi untuk
menciptakan kesempatan kerja langsung dan tidak langsung untuk lebih
46 http://www.carrefour.co.id/id/shop/carrefour/
42
dari 28.000 orang dan menekankankan penggunaan produk lokal yang
pada gilirannya menciptakan lebih banyak peluang lapangan kerja di
wilayah sehingga akan mengurangi urbanisasi ke kota. Carrefour telah
bermitra dengan sekitar 4.000 pemasok yang hampir 70% dari mereka
yang dikategorikan sebagai UMKM (Usaha Mikro Kecil & Menengah) 47.
Selain itu, dengan kehadiran Carrefour, Carrefour berharap bahwa
industri terkait seperti transportasi, logistik, konstruksi, pergudangan juga
akan berkembang. Sejalan dengan program Pemerintah tentang Corporate
Social Responsibility (CSR), PT Trans Retail Indonesia melakukan
sebuah program yang komprehensif, terpadu dan berkelanjutan, yaitu
program "Pojok Rakyat" yang sepenuhnya didukung oleh Kementerian
Perdagangan RI, Kementerian Koperasi & UMKM RI serta Kementerian
Perikanan dan Kelautan RI48.
Carrefour mengalokasikan "Pojok Rakyat" di sebuah lokasi khusus
di 18 gerai yang tersebar di 9 Provinsi. Carrefour menyediakan akses
pasar dan kegiatan promosi untuk memastikan bahwa produk UMKM
tersebut berhasil. PT Trans Retail Indonesia juga telah memberikan
kontribusi dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan daerah di sektor
47 http://www.carrefour.co.id/id/shop/carrefour/
48 http://www.carrefour.co.id/id/shop/carrefour/
43
Pertanian dengan membeli 95% produk dari pasar domestik,
meningkatkan kehidupan petani dengan menjaga hubungan jangka
panjang dan memperluas akses pasar di gerai Carrefour, meningkatkan
perkembangan kualitas produk lokal dengan memperkenalkan metode
pertanian modern dan lebih aman, misalnya pengembangan aktif pupuk
alami, dan menerapkan sistem kontrol yang ketat49.
C. Metode Penelitian
Desain penelitian adalah pendekatan kausal dan deskriptif. Desain
penelitian kausal adalah penelitian yang menjelaskan hubungan sebab
akibat antar variabel penelitian50. Sedangkan desain penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripikan tentang variabel-
variabel penelitian dalam situasi tertentu51. Metode yang digunakan untuk
penelitian ini adalah metode survei. Metode survei yaitu struktur kuesioner
yang diberikan kepada sampel dari suatu populasi dan dirancang untuk
mendapatkan informasi yang spesifik dari responden52.
49 http://www.carrefour.co.id/id/shop/carrefour/
50 Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Hal 126
51 Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Hal 121
52 Malhotra, Naresh K. 2009. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. Edisi Bahasa Indoensia. PT Indeks. Hal
151
44
Berdasarkan dimensi waktu, Penelitian ini menggunakan studi lintas-
seksi (cross-sectional) yaitu pengumpulan data dilakukan hanya sekali
(yang dilakukan dalam periode hari, minggu, atau bulan) untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Tabel III.1 Definisi Operasional
Variabel Dimensi Indikator
Sales Promotion
Size of the Incentive
1. Manfaat pada fungsi dari hadiah yang diberikan
2. banyaknya insentif yang diberikan
Promosi Penjualan 3. Nilai pada insentif yang diberikan
Menurut Kotler dan Armstrong (2012 : 481)
mengatakan bahwa Sales promotion consists of short-term incentives to encourage
the purchase or sales of a product or service. Definisi
ini menjelaskan bahwa Promosi Penjualan berkaitan
dengan Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian
atau penjualan dari suatu produk atau jasa.
Condition for Participation
1. Strategi pesan dari suatu insentif
2. Strategi kreatif untuk
suatu insentif
the Length of the Promotion
1. promosi tidak terlalu sebentar sehingga ada kesempatan untuk mendapatkan produk promosi
45
2. Promosi tidak terlalu lama sehingga tidak efektif
Social Shopping
1. meluangkan waktu bersama teman untuk berbelanja
Hedonic Shopping
Motivation
2. berinteraksi dengan pengunjung lain saat berbelanja
3. menambah teman ketika berbelanja
Motivasi berbelanja berdasarkan Kesenangan
Adventure Shopping
1. memilih barang sesuai selera
Menurut Hirschman & Holbrook dalam Fatonah,
(2009:292).Hedonic shopping motivations diartikan sebagai
perilaku berbelanja yang berhubungan dengan alasan
intrinsik, multisensory, fantasy, dan aspek emosi
dalam memenuhi kebutuhan
2. lupa waktu karena memilih barang
3. lebih bersemangat dan menikmati waktu berbelanja
Gratification Shopping
1. belanja dapat menghilangkan stress
2. belanja dapat menghilangkan kebosanan
3. belanja dapat menyenangkan diri
Role Shopping
1. senang berbelanja untuk orang lain
2. senang berbelanja untuk teman atau keluarga
3. senang berbelanja untuk memberikan hadiah kepada orang lain
Value Shopping
1. mencari potongan harga
2. mencari harga yang murah
46
3. berbelanja karena adanya promosi
Idea Shopping
1. mengikuti trend
2. melihat produk terbaru
3. memperoleh informasi baru yang menambah pengalaman
Impulse Buying
Spontanitas
1. Harga yang ditawarkan rendah
pembelian tidak Terrencana 2. display produk yang menarik
Pembelian impulsif menurut Beatty dan Ferrell dalam
Jondry (2012) adalah suatu pembelian yang segera dan tiba-tiba tanpa adanya niat
sebelum belanja, untuk membeli kategori produk yang spesifik dan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Perilaku
terjadi setelah mengalami suatu dorongan untuk membeli yang sifatnya
spontan tanpa banyak refleksi.
Tidak dapat menolak keinginan
1. keinginan untuk membeli produk baru
2. keinginan untuk mempunyai barang berkualitas dengan harga rendah
Ketidakpedulian akan
akbiat
1. Coba-coba barang baru
2. kebutuhan bahan pelengkap
Sumber : Data diolah peneliti
E. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Jadi
47
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subyek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki
subyek atau objek itu54.
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh pelanggan yang sudah
melakukan pembelanjaan minimal dua kali dalam satu bulan terakhir di
Carrefour CBD Ciledug. Populasi ini merupakan populasi tak terbatas
karena tidak diketahui secara pasti ukuran populasi sebenarnya dari
pelanggan Carrefour CBD Ciledug. Populasi ini juga bersifat heterogen
yang dapat dilihat dari beragamnya usia, jenis kelamin, dan pendidikan.
Sedangkan sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini adalah penelitian sampel
sebab tidak seluruh anggota populasi diambil, melainkan hanya sebagian
dari populasi dan hasil penelitian akan digeneralisasikan pada seluruh
populasi55.
54 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta. Hal 115
55 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta. Hal 116
48
Dalam penelitian ini, untuk menentukan sampel peneliti menggunakan
nonprobability sampling yaitu cara pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan)
yang ada dalam populasi itu56. Jenis populasi yang digunakan adalah
populasi infinite. Populasi infinite adalah populasi yang jumlahnya tidak
terbatas atau tidak diketahui. Dimana teknik penentuan sampel dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sejumlah 100 orang.
Menurut Teori Roscoe jumlah sampel ini telah memenuhi persyaratan
sampel ideal yang harus dipenuhi dalam alat analisis regresi berganda jika
jumlah populasi tidak diketahui dengan jelas, dimana jumlah variabel
dalam penelitian ini adalah tiga variabel. Jadi sampel yang digunakan telah
memenuhi syarat yang ditentukan minimal yaitu 3057.
Roscoe memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
56 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta. Hal 118
57 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta. Hal 129
49
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior,
dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori
adalah tepat
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel
dalam penelitian
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol
eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin
dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
F. Prosedur Pengumpulan Data
Data dapat berasal dari dokumen maupun keterangan responden, baik
dalam bentuk statistik, atau dalam bentuk lain untuk keperluan penelitian.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium
dengan metode eksperimen, di tempat perbelanjaan, di rumah dengan
berbagai responden, pada suatu seminar, dan sebagainya58. Jenis dan
sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
58 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta. Hal 401
50
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengisian kuesioner oleh
responden, yaitu pelanggan Carrefour CBD Ciledug.
Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara), data ini diperoleh dengan cara
melakukan wawancara atau menyebarkan kuesioner kepada responden.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengisian
kuesioner oleh responden, yaitu pelanggan Carrefour CBD Ciledug
mengenai pengaruh promosi penjualan dan hedonic shopping motivation
terhadap impulse buying.
Sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari:
majalah, internet, buku-buku penunjang materi penelitian, jurnal, majalah
dan literatur-literatur yang didapat diperpustakaan.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab. Pernyataan-pernyataan dalam angket tertutup dibuat dengan
menggunakan skala Likert. Skala likert adalah skala pengukuran pada
kuesioner dengan 5 kategori respon dari sangat tidak setuju sampai sangat
51
setuju, yang nantinya digunakan responden untuk menyatakan tingkat
kesetujuan atau ketidaksetujuan dari serangkaian pernyataan yang
diberikan peneliti terkait dengan objek penelitian. Skala likert yang
digunakan59:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Kurang Setuju (KS)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
G. Metode Analisis
1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner60.
59 Malhotra, Naresh K. 2009. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. Edisi Bahasa Indoensia. PT Indeks. Hal 258
60 Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Hal 49
52
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Suatu instrumen yang valid mempunyai
validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas yang rendah.
Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur yang
diinginan serta dapat mengungkapkan data dari validitas yang diteliti
secara tepat. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan
teknik korelasi product moment dengan cara mengkorelasi setiap skor
indikator dengan total skor indikator variabel. variabel dapat
dikatakan valid apabila mean r-hitung > 0,361 (dengan jumlah
responden minimal sebanyak 30 dan α = 0,05).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas atau kepercayaan mengandung pengertian apakah
sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara
konsisten dari waktu ke waktu. Jadi kata kunci untuk syarat
kualifikasi suatu instrumen pengukuran adalah konsistensi, atau tidak
berubah-ubah61.
61 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta. Hal 183
53
Uji reliabilitas sebenarnya merupakan alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel62. Suatu kuesioner
dikatakan reliable jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
adalah konstan dari waktu ke waktu. Instrumen yang reliable adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengujian
ini dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach Alpha dari
masing-masing instrumen dalam satu variabel. Suatu variabel
disebut reliable, apabila :
Hasil > 0,60 maka hasilnya adalah reliabel.
Hasil < 0,60 maka hasil yang didapat tidak reliabel.
2. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan
variabel tak bebas mempunyai distribusi normal. Untuk Menguji hal
tersebut dapat dipergunakan metode grafis Normal P-P Plot dari
standardized residual cumulative probability, dengan identifikasi
apabila sebarannya berada di sekitar garis normal, maka asumsi
kenormalan dapat dipenuhi. Selain itu Uji Kolmogrov-Smonov juga
62 Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Hal 45
54
dapat dipergunakan untuk melihat kenormalan dengan identifikasi
jika nilai p-value lebih besar dari alpha, maka asumsi kenormalan
dapat diterima.
Uji dilakukan dengan menggunakan One sample Kolmogrov-
Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5%
atau 0,05.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini
biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau
regresi linier. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for
Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan
mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi kurang dari 0,05.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas yaitu ada hubungan linier yang pasti antara
peubah -peubah bebasnya63. Untuk mengetahui ada tidaknya masalah
multikolinearitas dapat mempergunakan nilai VIF (Variance Inflation
63 Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom. Hal 99
55
Factory). Jika nilai VIF masih kurang dari nilai 10 maka disimpulkan
tidak terjadi multikolinieritas. Dengan terpenuhinya semua asumsi-
asumsi dalam regresi linier tersebut diatas, maka model yang
dihasilkan dianggap baik untuk digunakan melihat pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebasnya.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana terjadi
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi64. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya masalah heteroskedastisitas
4. Analisis Regresi linear Berganda
Dalam upaya menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka
digunakan analisis regresi linear berganda (Multiple Regression).
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis
pengaruh antara variabel independen yaitu promosi penjualan dan
64 Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom. Hal 83
56
Hedonic sopping motivation terhadap variabel dependen impulse
buying. Rumus matematis dari regresi linear berganda yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
Keterangan :
Y = Impulse Buying (variabel dependen)
= Promosi Penjualan (variabel independen)
= Hedonic Shopping Motives (variabel independen)
= Konstanta
= Koefisien regresi variabel Promosi Penjualan
= Koefisien regresi variabel Hedonic Shopping Motives
= error
5. Uji Hipotesis
a. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh suatu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t untuk
mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak65.
Rumus t hitung pada analisis regresi adalah:
65 Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Hal 82
57
t hitung = bi
Sbi
Keterangan :
bi = koefisien regresi variabel i
Sbi = standar error variabel i
Kriteria pengujian :
a. Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel atau nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05. Artinya variabel X tidak
berpengaruh terhadap variabel Y
b. Ho ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel atau
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Artinya variabel X
berpengaruh terhadap variabel Y
b. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat66.
66 Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Hal 92
58
Uji F akan digunakan untuk menguji hipotesis alternatif. Untuk
menguji kedua hipotesis yaitu F hitung dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
1kn/R1k/RhitungF 2
2
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah data atau kasus
k = Jumlah variabel independen
Kriteria pengujian :
a. Ho diterima bila F hitung ≤ F tabel atau nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05. Artinya variabel X1 dan X2 secara bersama-
sama tidak berpengaruh terhadap variabel Y.
b. Ho ditolak bila F hitung > F tabel atau nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05. Artinya variabel X1 dan X2 secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel Y.
59
6. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan varian variabel
dependen/terikat67. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen atau bebas dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas.
Nilai koefisien determinasi dapat dihitung dengan rumus :
R2 = (ryx1)2 + (ryx2)2– 2.(ryx1).(ryx2). (rx1.x2
1 – (rx1 x2)2 Keterangan:
R² = Koefisien Determinasi
= Korelasi sederhana antara X₁ dengan Y
= Korelasi sederhana antara dengan Y
= Korelasi sederhana antara X₁ dengan
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Karena kelemahan
mendasar penggunaan R² adalah bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukan ke dalam model. Setiap tambahan
67 Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Hal 82
60
satu variabel independen maka R² pasti meningkat tidak perduli
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Sedangkan nilai Adjusted R² dapat naik atau
turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam
model, maka dalam hal ini peneliti akan menggunakan nilai
Adjusted R² untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan varian variabel dependen.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Unit Analisis
Dalam sub bab ini, peneliti ingin mendeskripsikan data responden
yang berjumlah 100 orang dan sudah minimal dua kali belanja di Carrefour
CBD Ciledug. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
menyebarkan langsung kuesioner kepada responden. Karakteristik responden
yang akan dideskripsikan meliputi: jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan,
jumlah pengeluaran per bulan.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel IV.1 Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki - Laki 16 16 %
Perempuan 84 84 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: data diolah peneliti
Berdasarkan tabel IV.1 dapat dilihat bahwa responden laki-laki
sebanyak 16 responden dengan persentase 16 % dan berikutnya perempuan
sebanyak 84 responden dengan persentase 84 %. Artinya data diatas
menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang merupakan pelanggan
Carrefour CBD Ciledug adalah perempuan. Deskripsi ini mensinyalir
62
Carrefour CBD Ciledug untuk tetap mempertahankan besarnya jumlah
pelanggan perempuan serta tak lupa berusaha meningkatkan jumlah
pelanggan laki-laki. Hal ini dapat dilakukan dengan cara promo potongan
harga bagi transaksi belanja lebih dari Rp 1.000.000 mendapat potongan
sebesar 10% atau sejumlah Rp.100.000. Serta dapat juga dilakukan dengan
memberikan penggantian oli motor gratis dengan melakukan transaksi
belanja minimal Rp.1.000.000 agar menarik perhatian calon pelanggan laki-
laki yang mayoritas gemar otomotif.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel IV.2 Karakteristik responden berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
≤ 19 tahun 4 4 %
20 – 29 tahun 28 28 %
30 – 39 tahun 61 61 %
≥ 40 tahun 7 7 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: data diolah peneliti
Berdasarkan tabel IV.2 diketahui karakteristik usia dari 100 responden
yang pelanggan Carrefour CBD Ciledug yang dijadikan sampel, pelanggan
Carrefour CBD Ciledug terbanyak yaitu berada pada usia 30 - 39 tahun
berjumlah 61 responden dan pada usia 20 – 29 tahun berjumlah 28
63
responden. Artinya, mayoritas pelanggan Carrefour CBD Ciledug
merupakan ibu rumah tangga. Implikasinya adalah Carrefour CBD Ciledug
perlu lebih memperhatikan kesenangan dari pelanggan ibu rumah tangga ini
dengan memberikan promo. Misalnya, memberikan promo potongan harga
bagi transaksi minimal Rp 1.000.000 dengan membawa teman belanja yang
melakukan transaksi minimal Rp 500.000 mendapatkan potongan harga 5%
dari total transakasi yang dilakukan.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan lama menjadi pelanggan
Tabel IV.3 Karakteristik responden berdasarkan Lama menjadi pelanggan
Lama menjadi pelanggan Frekuensi Persentase
< 1 tahun 36 36 %
1 – 5 tahun 58 58 %
> 5 tahun 6 6 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: data diolah peneliti
Berdasarkan tabel IV.3 dijelaskan bahwa dari 100 responden,
diketahui bahwa responden pelanggan terbanyak Carrefour CBD Ciledug
58 % reponden menjadi pelanggan 1 hingga 5 tahun. Artinya Carrefour CBD
Ciledug ini memiliki pelanggan yang rata-rata sudah merasakan
kebutuhannya terpenuhi dengan berbelanja disini. Para responden ini bukan
hanya pertama kali berbelanja di Carrefour CBD Ciledug, tetapi minimal
64
sudah dua kali. Hal ini tentunya berimplikasi positif bagi peningkatan omzet
penjualan barang perusahaan.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel IV.4 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Pekerjaan Lama menjadi pelanggan Frekuensi Persentase
Pegawai negeri 9 9 %
Pegawai Swasta 24 24 %
Wiraswasta 12 12 %
Mahasiswa 6 6 %
Pelajar 2 2 %
Lainnya 47 47 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: data diolah peneliti
Dari data pada tabel IV.4 menunjukkan bahwa sebanyak 47 atau 47%
responden yang memiliki pekerjaan lainnya. Artinya mayoritas pelanggan
merupakan karakteristik lainnya disini ialah ibu rumah tangga. Hal ini
sangatlah wajar dikarenakan kebanyakan dari pengunjung Carrefour ataupun
Supermarket lainnya ialah para Ibu Rumah Tangga yang gemar berbelanja
untuk kebutuhan sehari-hari atau sekedar mencari bahan atau barang
pelengkap.
65
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Belanja per
Bulan.
Tabel IV.5 Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran belanja per bulan
Pengeluaran Per Bulan Frekuensi Persentase
< Rp. 499.999,- 4 4 %
Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.499.999,- 52 52 %
Rp. 1.500.000,- s/d Rp.2.999.999,- 37 37 %
> Rp. 3.000.000,- 7 7 %
Jumlah 100 100 %
Sumber: data diolah peneliti
Dari data pada tabel IV.5 menunjukkan sebanyak 76 responden atau
76% serta pengeluaran per bulan sebesar Rp 500.000 – Rp 1.499.999.
Artinya mayoritas responden Pelanggan Carrefour CBD Ciledug lebih
banyak berbelanja bahan makanan pokok. Implikasinya adalah Carrefour
CBD Ciledug perlu memudahkan dan memberikan jaminan pelanggan akan
bahan makanan pokok. misalnya, dengan menjaga kesegaran bahan makanan
pokok dengan tanggal kadaluarsa yang masih lama.
B. Hasil Penelitian
1. Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat
kevalidan dari instrumen yang digunakan yaitu apakah ada pertanyaan-
66
pertanyaan pada kuesioner yang harus diperbaiki atau dihilangkan.
Pengujian validitas menggunakan perhitungan metode product moment.
Pengujian validitas dilakukan menggunakan software SPSS 22.0 dengan
taraf signifikansi 0.05 (5%), maka didapat r tabel sebesar 0.361. Item
pernyataan yang dinilai valid jika r hitung > r tabel.
Tabel IV.6 Uji Validitas Variabel Promosi Penjualan (X1)
No r hitung r table Keterangan
1 0,452 0.361 Valid
2 0,746 0.361 Valid
3 0,539 0.361 Valid
4 0,454 0.361 Valid
5 0,854 0.361 Valid
6 0,681 0.361 Valid
Sumber: data diolah peneliti
Tabel IV.6 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan variabel
Promosi Penjualan (X1) dinyatakan valid karena r hitung > r tabel, dan
item-item tersebut berkorelasi signifikan sehingga tidak perlu dikeluarkan
atau diperbaiki (valid). Karena semua butir valid, maka tidak ada butir
yang harus dihilangkan.
67
Tabel IV.7 Uji Validitas Variabel Hedonic Shopping Motivation (X2)
No r hitung r table Keterangan
7 0,529 0.361 Valid
8 0,551 0.361 Valid
9 0,778 0.361 Valid
10 0,626 0.361 Valid
11 0,545 0.361 Valid
12 0,846 0.361 Valid
13 0,537 0.361 Valid
14 0,591 0.361 Valid
15 0,591 0.361 Valid
16 0,695 0.361 Valid
17 0,390 0.361 Valid
18 0,508 0.361 Valid
19 0,822 0.361 Valid
20 0,594 0.361 Valid
21 0,662 0.361 Valid
22 0,750 0.361 Valid
23 0,720 0.361 Valid Sumber: data diolah peneliti
Tabel IV.7 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan variabel
Hedonic Shopping Motivation (X2) dinyatakan valid karena r hitung > r
tabel, dan item-item tersebut berkorelasi signifikan sehingga tidak perlu
dikeluarkan atau diperbaiki (valid). Karena semua butir valid, maka tidak
ada butir yang harus dihilangkan.
68
Tabel IV.8 Uji Validitas Variabel Impulse Buying (Y)
No r hitung r table Keterangan
24 0,662 0.361 Valid
25 0,610 0.361 Valid
26 0,505 0.361 Valid
27 0,471 0.361 Valid
28 0,575 0.361 Valid
29 0,516 0.361 Valid
30 0,420 0.361 Valid
31 0,662 0.361 Valid Sumber: data diolah peneliti
Tabel IV.8 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan variabel
Impulse Buying (Y) dinyatakan valid karena r hitung > r tabel, dan item-
item tersebut berkorelasi signifikan sehingga tidak perlu dikeluarkan atau
diperbaiki (valid). Karena semua butir valid, maka tidak ada butir yang
harus dihilangkan.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini diujikan kepada 30 responden yang merupakan
Pelanggan Carrefour CBD Ciledug. Pengujian reliabilitas dilakukan
menggunakan software SPSS 22.0 dengan taraf signifikansi 5%. Peneliti
menggunakan batasan 0.6. Apabila nilai alpha lebih besar dari 0.6, maka
dinyatakan varibel tersebut dinyatakan reliable.
69
Tabel IV.9 Uji Reliabilitas
No Variabel Nilai Alpha Keterangan
1 Promosi Penjualan (X1) 0.836 Reliable
2 Hedonic Shopping Motivation (X2) 0.928 Reliable
4 Impulse Buying (Y) 0.816 Reliable
Sumber: data diolah peneliti
Dari hasil uji reliabilitas diatas, diketahui bahwa nilai koefisien
korelasi variabel X1, X2 dan Y lebih dari 0.60 yaitu 0.836, 0.928, dan
0.816 untuk masing-masing variabel. Jadi, instrumen dari ketiga variabel
dapat dinyatakan reliabel.
2. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan untuk
menggambarkan setiap jawaban yang diberikan responden yang berasal
dari kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti. Berdasarkan data kuesioner
terhadap 100 responden, dapat dilihat respon responden pada variabel pada
tabel di bawah ini:
70
a. Variabel Promosi Penjualan (X1)
Tabel IV.10 Nilai Analisis Deskriptif Promosi Penjualan
NO Pernyataan STS TS KS S SS Total
Dimensi Size of the Incentive
1
Merasa tertarik ketika banyak produk yang menawarkan insentif
1 12 5 33 49 100
Dalam % 1% 12% 5% 33% 49% 100
2
Merasa puas dengan insentif yang diberikan ketika berbelanja
4 13 22 32 29 100
Dalam % 4% 13% 22% 32% 29% 100
Total 5 25 27 65 78 200
Total (dalam %) 2.5 12.5 13.5 32.5 39 100
NO Pernyataan STS TS BS S SS Total
Dimensi Condition for Participation
3
Merasa tertarik untuk membeli produk tertentu ketika ada penawaran insentif
2 18 11 33 36 100
Dalam % 2% 18% 11% 33% 36% 100
4
Merasa tertarik untuk membeli produk yang sedang promosi khusus
3 11 12 41 33 100
Dalam % 3% 11% 12% 41% 33% 100
Total 5 29 23 74 69 200
Total (dalam %) 2.5 14.5 11.5 37 34.5 100
NO Pernyataan STS TS BS S SS Total
Dimensi The Length of Promotion
5
Merasa ingin segera membeli produk promosi karena takut kehabisan
0 40 9 21 30 100
71
Dalam % 0% 40% 9% 21% 30% 100
6
Merasa ingin segera membeli produk promosi karena takut waktu promosi telah selesai
0 9 30 33 28 100
Dalam % 0% 9% 30% 33% 28% 100
Total 0 49 39 54 58 200
Total (dalam %) 0 24.5 19.5 27 29 100
Sumber: data diolah peneliti
Variabel Promosi Penjualan (X1) terdiri dari tiga dimensi yaitu, Size
of the Incentive (Besaran Insentif), Condition for Participation (Kondisi
Partisipan), dan The Length of the Promotion (Jangka waktu promosi).
Dimensi pertama, Besaran Insentif responden secara umum
memberikan respon yang cukup positif, yaitu dengan jawaban setuju
32.5%, 39% sangat setuju, 12.5% menjawab tidak setuju dan 2.5%
menjawab sangat tidak setuju. Maka dapat dinyatakan bahwa dari dimensi
Besaran Insentif, respon yang didapatkan cukup baik, perusahaan
menerima saran dan komentar yang diberikan oleh pelanggan.
Untuk dimensi kedua yaitu Kondisi Partisipan didapatkan hasil,
untuk jawaban sangat setuju diperoleh 34.5%, setuju 37%, tidak setuju
14.5%, dan sangat tidak setuju 2.5%. Maka dapat dinyatakan bahwa dari
dimensi Kondisi Partisipan merasa cukup baik dengan tanggapan yang
diinginkan perusahaan. Untuk dimensi ketiga yaitu Jangka Waktu Promosi,
untuk jawaban sangat setuju diperoleh 29%, setuju 27%, tidak setuju
24.5% dan sangat tidak setuju 0%. Maka dapat dinyatakan bahwa dari
72
dimensi jangka waktu promosi merasa cukup baik dengan waktu promosi
yang diberikan.
b. Variabel Hedonic Shopping Motivation (X2)
Tabel IV.11 Nilai Analisis Deskriptif Hedonic Shopping Motivation (X2)
Dimensi Social Shopping
NO Pernyataan STS TS KS S SS Total
7 Merasa senang berbelanja bersama teman
2 5 7 30 56 100
Dalam % 2% 5% 7% 30% 56% 100%
8
Merasa senang berbelanja karena senang berinteraksi dengan pengunjung lain
1 6 21 36 36 100
Dalam % 1% 6% 21% 36% 36% 100%
9
Senang berbelanja karena ada kemungkinan saya mendapat relasi atau teman baru ketika berbelanja
4 11 5 34 46 100
Dalam % 4% 11% 5% 34% 46% 100%
Total 7 22 33 100 138 300
Total (dalam %) 2.33 7.33 11 33.33 46 100
Dimensi Adventure Shopping
NO Pernyataan STS TS BS S SS Total
10 Merasa lupa akan waktu ketika sedang berbelanja
0 3 5 32 60 100
Dalam % 0% 3% 5% 32% 60% 100%
11
Ketika berbelanja, dapat merasakan petualangan yang menyenangkan
1 6 1 49 43 100
Dalam % 1% 6% 1% 49% 43% 100%
73
12
Merasa ingin berbelanja bukan karena membutuhkan sesuatu tapi karena ingin berbelanja
0 3 14 42 41 100
Dalam % 0% 3% 14% 42% 41% 100%
Total 1 12 20 123 144 300
Total (dalam %) 0.33 4 6.67 41 48 100
Dimensi Gratification Shopping
NO Pernyataan STS TS BS S SS Total
13
Menghabiskan waktu untuk berbelanja adalah kegiatan yang sangat menyenangkan
1 12 8 37 42 100
Dalam % 1% 12% 8% 37% 42% 100%
14
Dengan berbelanja, dapat melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi
4 16 30 29 21 100
Dalam % 4% 16% 30% 29% 21% 100%
15 Berbelanja untuk menghilangkan rasa bosan
3 26 9 20 42 100
Dalam % 3% 26% 9% 20% 42% 100%
Total 8 54 47 86 105 300
Total (dalam %) 2.67 18 15.67 28.67 35 100
Dimensi Role Shopping
NO Pernyataan STS TS BS S SS Total
16 Merasa senang berbelanja untuk orang lain.
3 15 20 33 29 100
Dalam % 3% 15% 20% 33% 29% 100%
17 Senang berbelanja untuk orang-orang yang disayangi
0 5 15 39 41 100
Dalam % 0% 5% 15% 39% 41% 100%
18
Senang berbelanja hanya untuk membelikan hadiah kepada orang lain
3 18 14 38 27 100
74
Dalam % 3% 18% 14% 38% 27% 100%
Total 6 38 49 110 97 300
Total (dalam %) 2 12.67 16.33 36.67 32.33 100
Dimensi Value Shopping
NO Pernyataan STS TS BS S SS Total
19 Senang berbelanja produk yang sedang promosi
0 6 4 36 54 100
Dalam % 0% 6% 4% 36% 54% 100%
20 Gemar mencari produk dengan harga yang murah
1 12 11 23 53 100
Dalam % 1% 12% 11% 23% 53% 100%
Total 1 18 15 59 107 200
Total (dalam %) 0.5 9 7.5 29.5 53.5 100
Dimensi Idea Shopping
NO Pernyataan STS TS BS S SS Total
21 Senang membeli produk terbaru. 0 12 8 33 47 100
Dalam % 0% 12% 8% 33% 47% 100%
22 Senang membeli produk yang sedang trend
1 4 5 50 40 100
Dalam % 1% 4% 5% 50% 40% 100%
23
Dengan berbelanja akan memperoleh informasi baru yang akan menambah pengalaman berbelanja
2 25 2 34 37 100
Dalam % 2% 25% 2% 34% 37% 100%
Total 3 41 15 117 124 300
Total (dalam %) 1 13.67 5 39 41.33 100
Sumber: data diolah peneliti
75
Variabel Hedonic Shopping Motivation terdiri dari enam dimensi,
yaitu Social Shopping, Adventure Shopping, Gratification Shopping, Role
Shopping, Value Shopping, dan Idea Shopping.
Pada dimensi Social Shopping, responden menjawab setuju 33.33%,
sangat setuju 46%, tidak setuju 7.33%, dan sangat tidak setuju sebesar
2.33%. Maka dapat dinyatakan bahwa dari dimensi Social Shopping,
konsumen tidak suka berbelanja sendirian dan menginginkan teman untuk
berbelanja. Pada dimensi Adventure Shopping menjawab setuju sebesar
41%, sangat setuju 48%, tidak setuju sebanyak 4%, dan sangat tidak setuju
sebanyak 0.33%. Maka dapat dinyatakan bahwa dari dimensi Adventure
Shopping, konsumen dapat menghabiskan waktunya hanya untuk
berbelanja saja.
Untuk dimensi Gratification Shopping sebagian responden menjawab
setuju sebesar 28.67%, sangat setuju 35%, kurang setuju 15.67%, tidak
setuju 18%, dan sangat tidak setuju 2.67%. Dapat dilihat pula bahwa pola
konsumen berbelanja lebih karena untuk menyenangkan diri ataupun
menghilangkan kebosanan semata.
Pada dimensi Role Shopping, Rata-rata nilai keseluruhan yaitu
dengan presentase 36.67% menyatakan setuju, 32.33% menjawab sangat
setuju, 16.33% menjawab kurang setuju, 12.67% menjawab tidak setuju
dan 2% menjawab sangat tidak setuju. Untuk dimensi ini beberapa
76
konsumen lebih suka berbelanja bukan untuk dirinya saja, namun untuk
orang lain juga.
Pada dimensi Value Shopping, Rata-rata nilai keseluruhan yaitu
dengan presentase 29.5% menyatakan setuju, 53.5% menjawab sangat
setuju, 7.5% menjawab kurang setuju, 9% menjawab tidak setuju dan 0.5%
menjawab sangat tidak setuju. Untuk dimensi Value Shopping, banyak dari
responden mencari produk yang murah ketimbang kualitas dari produk
tersebut.
Pada dimensi Idea Shopping, Rata-rata nilai keseluruhan yaitu
dengan presentase 39% menyatakan setuju, 41.3% menjawab sangat setuju,
5% menjawab kurang setuju, 13.67% menjawab tidak setuju dan 1%
menjawab sangat tidak setuju. Dan pada dimensi idea shopping, responden
cenderung berbelanja mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.
c. Variabel Impulse Buying (Y)
Tabel IV.12 Nilai Analisis Impulse Buying (Y)
Dimensi Spontanitas
NO Pernyataan STS TS BS S SS Total
24
Seringkali merasa ingin membeli sesuatu secara tiba-tiba
0 6 15 32 47 100
Dalam % 0% 6% 15% 32% 47% 100
25
Seringkali merasa ingin membeli barang karena harga yang ditawarkan lebih rendah
5 5 8 24 58 100
77
Dalam % 5% 5% 8% 24% 58% 100%
26
Merasa ingin berbelanja karena melihat display produk yang menarik
3 15 10 37 35 100
Dalam % 3% 15% 10% 37% 35% 100%
Total 8 26 33 93 140 300
Total (dalam %) 2.67 8.67 11 31 46.67 100
Dimensi Tidak dapat Menolak Keinginan
NO Pernyataan STS TS BS S SS Total
27
Merasa ingin sekali berbelanja ketika ada produk yang sesuai keinginan
0 15 5 50 30 100
Dalam % 0% 15% 5% 50% 30% 100%
28
Adanya bujukan dari sales promotion girl atau ajakan untuk membeli suatu produk
6 15 15 38 26 100
Dalam % 6% 15% 15% 38% 26% 100%
29 Merasa ingin sekali mencoba produk baru
0 3 4 50 43 100
Dalam % 0% 3% 4% 50% 43% 100%
Total 6 33 24 138 99 300
Total (dalam %) 2 11 8 46 33 100
Dimensi Ketidakpedulian akan Akibat
NO Pernyataan STS TS BS S SS Total
30
Seringkali merasa ingin berbelanja kebutuhan bahan pelengkap
3 7 2 40 48 100
Dalam % 3% 7% 2% 40% 48% 100%
31
Merasa ingin sekali berbelanja ketika melihat produk yang berkualitas
2 9 13 37 39 100
Dalam % 2% 9% 13% 37% 39% 100%
78
Total 5 16 15 77 87 200
Total (dalam %) 2.5 8 7.5 38.5 43.5 100
Sumber: data diolah peneliti
Variabel Impulse Buying terdiri dari tiga dimensi, yaitu spontanitas,
tidak dapat menolak keinginan, dan ketidakpedulian akan akibat. Dari tabel
IV.12 di atas sebagian responden menjawab setuju mengenai keseluruhan
pertanyaan tentang variabel Impulse Buying. Dengan rincian untuk dimensi
spontanitas responden sebesar 31% menyatakan setuju, 46.67% menjawab
sangat setuju, 11% menjawab kurang setuju, 8.67% menjawab tidak setuju
dan 2.67% menjawab sangat tidak setuju. Rata-rata dari responden
menjawab setuju karena dimensi spontanitas sadar atau tidak terjadi saat
responden akan berbelanja.
Pada dimensi tidak dapat menolak keinginan, responden menjawab
setuju 46%, sangat setuju 33%, Kurang setuju 8%, tidak setuju sebesar
11%, dan sangat tidak setuju 2%. Pada dimensi ini, responden tertarik
untuk tiba-tiba membeli suatu produk ketika ada bujukan atau keinginan
untuk membeli produk baru.
Dan pada dimensi ketidakpedulian akan akibat, responden menjawab
setuju 38.5%, sangat setuju 43.5%, Kurang setuju 7.5%, tidak setuju
sebesar 8%, dan sangat tidak setuju 2.5%. Pada dimensi ini, responden
tanpa berfikir panjang untuk berbelanja kebutuhan pelengkap atau produk
berkualitas.
79
3. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini akan digunakan uji
One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi
0.05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari
0.05 atau 5%.
Tabel IV.13 Uji Nomalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti
c df Sig.
Statisti
c df Sig.
Impulse Buying (Y) .082 100 .094 .964 100 .008
Promosi Penjualan
(X1)
.067 100 .200* .984 100 .270
Hedonic Shopping
Motivation (X2)
.067 100 .200* .979 100 .110
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance. Sumber: data diolah peneliti
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan menggunakan SPSS 22,
ketiga variabel yaitu: Promosi Penjualan (X1), Hedonic Shopping
Motivation (X2), dan Impulse Buying (Y) memiliki nilai signifikansi 0.200,
0.200, 0.094. karena nilai signifikansi ketiga variabel tersebut melebihi
nilai signifikansi sebesar 0.05 atau 5%, maka nilai ketiga variabel tersebut
dapat dinyatakan berdistribusi normal.
80
Model regresi yang baik adalah model yang memiliki nilai
residualnya terdistribusi normal. Dalam penelitian ini untuk menguji nilai
residualnya digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan
mengkorelasikan nilai residual (Unstandarized residual) dengan masing-
masing variabel yang menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05.
Tabel IV.14 Uji Nomalitas Residual
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti
c df Sig.
Statisti
c df Sig.
Y atas X1 (Res-1) .051 100 .200* .983 100 .241
Y atas X2 (Res -2) .082 100 .096 .978 100 .098
Y atas X1 dan X2
(Res-3)
.087 100 .058 .980 100 .130
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance. Sumber: data diolah peneliti
Berdasarkan uji normalitas residual yang dilakukan menggunakan
SPSS 22, ketiga variabel yaitu: Unstandardized Residual_1 memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.200, Unstandardized Residual_2 memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.096, Unstandardized Residual_3 memiliki nilai
signifikansi 0.058. Karena nilai signifikansi residual variabel tersebut
melebihi dari α = 0.05, maka dapat dikatakan bahwa data ketiga variabel
tersebut berdistribusi normal.
81
b. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pada
penelitian ini, pengujian linearitas dengan menggunakan Test of Linearity
dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5%. Artinya dua variabel dikatakan
mempunyai hubungan yang linear bila signifikansinya kurang dari 0.05
atau 5%.
Tabel IV.15 Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Impulse
Buying (Y) *
Promosi
Penjualan
(X1)
Between
Groups
(Combined) 608.424 16 38.026 3.764 .000
Linearity 415.251 1 415.251 41.105 .000
Deviation from
Linearity
193.172 15 12.878 1.275 .237
Within Groups 838.486 83 10.102
Total 1446.910 99
Sumber: data diolah peneliti
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Impulse Buying
(Y) * Hedonic
Shopping
Motivation (X2)
Between
Groups
(Combined) 867.159 31 27.973 3.281 .000
Linearity 429.213 1 429.213 50.343 .000
Deviation
from Linearity
437.946 30 14.598 1.712 .035
Within Groups 579.751 68 8.526
Total 1446.910 99
Sumber: data diolah peneliti
82
Seperti yang ditunjukkan dalam tabel IV.15, hasil dari uji linearitas
yang dilakukan pada X1 terhadap Y memiliki nilai uji linearitas sebesar
0.000 karena nilai ini lebih kecil dari 0.05, maka variabel X1 dinyatakan
terdapat hubungan linear dengan variabel Y, X2 terhadap Y memiliki nilai
uji linearitas sebesar 0.000 karena nilai ini lebih kecil dari 0.05, maka
variabel X2 dinyatakan terdapat hubungan linear dengan variabel Y.
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya
hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Dalam
penelitian ini uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai inflation
factor (VIF) pada model regresi. Jika nilai VIF masih kurang dari nilai 10
maka disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel IV.16 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Promosi Penjualan (X1) .913 1.096
Hedonic Shopping Motivation
(X2)
.913 1.096
Sumber: data diolah peneliti
83
Hasil dari uji multikolinearitas menunjukkan nilai VIF dari variabel
X1 dan X2 masing-masing sebesar 1.096 dan 1.096. karena nilai VIF dari
ketiga variabel ini lebih kecil dari 10 (sepuluh), maka dinyatakan bahwa
tidak ada masalah multikolinearitas pada kedua variabel tersebut. Artinya
tidak ada hubungan linear antara variabel independen X1 dan X2.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi.
Tabel IV.17 Uji Heteroskedastisitas
Correlations
Unstandardized Residual
Promosi Penjualan
(X1)
Hedonic Shopping
Motivation (X2)
Spearman's rho
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient
1.000 .022 -.070
Sig. (2-tailed) . .831 .490 N 100 100 100
Promosi Penjualan (X1)
Correlation Coefficient
.022 1.000 .219*
Sig. (2-tailed) .831 . .028 N 100 100 100
Hedonic Shopping Motivation (X2)
Correlation Coefficient
-.070 .219* 1.000
Sig. (2-tailed) .490 .028 . N 100 100 100
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: data diolah peneliti
84
Dari uji heteroskedastisitas, seperti yang ditunjukkan pada tabel
IV.17, nilai pada kolom Unstandardized Residual variabel Promosi
Penjualan menunjukkan angka 0.831 dimana angka tersebut melebihi 0.05.
variabel Hedonic Shopping Motivation menunjukkan angka 0.490 dimana
angka tersebut melebihi 0.05. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kedua
variabel tersebut (Promosi penjualan dan Hedonic Shopping Motivation)
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
5. Analisis Regresi
a. H1: Pengaruh Promosi Penjualan Terhadap Impulse Buying
i. Uji t
Tabel IV.18 Uji Variabel Promosi Penjualan Terhadap Impulse Buying
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 18.636 2.226 8.371 .000
Promosi
Penjualan (X1)
.607 .097 .536 6.281 .000
Sumber : Data diolah peneliti
Pada penelitian ini menggunakan nilai signifikansi 0.05. Seperti
yang ditunjukkan dari tabel IV.18 bahwa nilai t hitung pada variabel
promosi penjualan adalah 6.281 dengan tingkat signifikansi 0.000. Karena
signifikansi 0,000 < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat
85
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel Promosi
Penjualan Terhadap Impulse Buying.
ii. Persamaan Regresi Linear Sederhana
Y= a+bX1
Y= 18.636+0.607X1
Keterangan :
Y = Impulse Buying
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1= Promosi Penjualan
Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Koefisien regresi variabel Promosi Penjualan (X1) sebesar 0.607;
artinya jika variabel Promosi Penjualan (X1) mengalami kenaikan satu
satuan, maka variabel Impulse Buying (Y) akan mengalami kenaikan
sebesar 0.607. koefisien bernilai positif berarti terjadi pengaruh signifikan
antara variabel Promosi Penjualan dengan Impulse Buying.
86
iii. Determinasi
Tabel IV.19 Analisis Determinasi Promosi Penjualan Terhadap Impulse Buying
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .536a .287 .280 3.245
Sumber : Data diolah peneliti
Dari data di atas, (R square) sebesar 0.287 atau 28.7%. Angka
ini menjelaskan bahwa variasi variabel independen yang digunakan dalam
model, yaitu Promosi Penjualan (X1) mampu menjelaskan sebesar 28.7%
variasi pada variabel independen, yaitu impulse buying. Sedangkan
sisanya 71.3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian ini misalkan variabel produk, variabel harga, variabel
pelayanan. Dari analisis regresi diatas, didapat bahwa koefisien bernilai
positif, artinya terjadi pengaruh positif antara Promosi Penjualan dengan
Impulse Buying.
87
b. H2: Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
i. Uji t
Tabel IV.20 Uji Variabel Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse Buying
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.963 3.361 3.262 .002
Hedonic Shopping
Motivation (X2)
.312 .049 .545 6.429 .000
a. Dependent Variable: Impulse Buying (Y) Sumber: data diolah peneliti
Pada penelitian ini menggunakan nilai signifikansi 0.05. Seperti
yang ditunjukkan dari tabel 4.23 bahwa nilai t variabel lokasi adalah
6.429 dengan tingkat signifikansi 0.000. Karena signifikansi 0,000 < 0.05
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variabel Hedonic Shopping Motivation
terhadap Impulse Buying.
ii. Persamaan Regresi Linear Sederhana
Y= a+bX2
Y= 10.963+0.312X2
Keterangan :
Y = Impulse Buying
a = Konstanta
88
b = Koefisien Regresi
X2= Hedonic Shopping Motivation
Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Koefisien regresi variabel Hedonic Shopping Motivation (X2)
sebesar 0.312; artinya jika variabel Hedonic Shopping Motivation (X2)
mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel Impulse Buying (Y) akan
mengalami kenaikan sebesar 0.312 koefisien bernilai positif berarti terjadi
pengaruh positif antara variabel Hedonic Shopping Motivation dengan
Impulse Buying.
iii. Determinasi
Tabel IV.21 Analisis Determinasi Hedonic Shopping Motivation Terhadap Impulse
Buying Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .545a .297 .289 3.223
Sumber : data diolah peneliti
Dari data di atas, (R square) sebesar 0.297 atau 29.7%.
Angka ini menjelaskan bahwa variasi variabel independen yang
digunakan dalam model, yaitu Hedonic Shopping Motivation (X2)
mampu menjelaskan sebesar 29.7% variasi pada variabel independen,
yaitu Impulse Buying. Sedangkan sisanya 70.3% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini
misalkan variabel produk, variabel harga, variabel promosi. Dari
89
analisis regresi diatas, didapat bahwa koefisien bernilai positif, artinya
terjadi pengaruh positif antara Hedonic Shopping Motivation dengan
Impulse Buying.
c. H3: Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping Motivation Terhadap
Impulse Buying
i. Uji F
Tabel IV.22 Uji F Variabel Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping
Motivation terhadap Impulse Buying ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 651.862 2 325.931 39.765 .000a
Residual 795.048 97 8.196
Total 1446.910 99
Sumber : data diolah peneliti
Pada penelitian ini menggunakan nilai signifikansi 0.05 dan
nilai F hitung dengan tingkat signifikansi 0.000. Karena 0,000 < 0.05
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka itu berarti terdapat pengaruh
secara simultan (bersama-sama) antara variabel Promosi Penjualan
dan Hedonic Shopping Motivation terhadap Impulse Buying.
90
ii. Persamaan Regresi Linear Berganda
Tabel IV.23 Koefisien variabel Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping Motivation
Terhadap Impulse Buying Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.152 3.187 1.616 .109
Promosi Penjualan
(X1)
.465 .089 .411 5.212 .000
Hedonic Shopping
Motivation (X2)
.243 .045 .423 5.373 .000
Sumber : data diolah peneliti
Y= a+b1X1+b2X2
Y= 5.152+0.465X1+0.243X2
Keterangan :
Y = Impulse Buying
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1= Promosi Penjualan
X2= Hedonic Shopping Motivation
Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Koefisien regresi variabel Promosi Penjualan (X1) sebesar 0.465;
artinya jika variabel Promosi Penjualan mengalami kenaikan satu
91
kesatuan, nilai variabel Hedonic Shopping Motivation (X2) tetap, maka
variabel Impulse Buying (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.465.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh signifikan antara
Promosi Penjualan dengan Impulse Buying.
Koefisien regresi variabel Hedonic Shopping Motivation (X2)
sebesar 0.243; artinya jika variabel Hedonic Shopping Motivation
mengalami kenaikan satu kesatuan, nilai variabel Promosi Penjualan (X1)
tetap, maka variabel Impulse Buying (Y) akan mengalami kenaikan
sebesar 0.243. Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif
antara Hedonic Shopping Motivation dengan Impulse Buying.
iii. Determinasi
Tabel IV.24 Analisis Determinasi Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping Motivation
Terhadap Impulse Buying Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .671a .451 .439 2.863
Sumber : data diolah peneliti
Dari tabel di atas, sebesar 0.451 atau 45.1%. Angka ini
menjelaskan bahwa variasi variabel independen yang digunakan dalam
model, yaitu Promosi Penjualan (X1) dan Hedonic Shopping Motivation
(X2) mampu menjelaskan sebesar 45.1% variasi pada variabel dependen,
92
yaitu Impulse Buying. Sedangkan sisanya 54.9% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini misalkan variabel produk,
variabel harga, variabel pelayanan. Kemudian dari analisis regresi di atas
didapat bahwa koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif
antara promosi penjualan dan hedonic shopping motivation dengan
Impulse Buying.
C. Pembahasan
1. Promosi Penjualan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Impulse
Buying pada Carrefor CBD Ciledug. Hipotesis pertama yang menyatakan
bahwa ada pengaruh antara Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping
Motivation dapat diterima karena telah didukung dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh penulis terhadap 100 responden melalu hasil uju
regresi dengan taraf signifikansi 0,05. Dan hasil dari uji tersebut
memiliki nilai signifikansi < 0,05 yaitu nilai signifikansi sebesar 0,000.
Hasil penelitian ini didukung oleh Kotler dan Keller, yaitu Promosi
Penjualan menjelaskan keterkaitan dengan pemberian insentif jangka
pendek yang akan mendorong pembelian secara tiba-tiba. Penelitian ini
juga relevan dengan penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Hendro
Eko Yulianto, Edy Yulianto, dan Wilopo pada tahun 2013, Rachma
Nurmasarie dan Sri Setyo Iriani pada tahun 2013, dan Arini Al Haq pada
tahun 2013.
93
2. Hedonic Shopping Motivation memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Impulse Buying pada Carrefour CBD Ciledug. Hipotesis kedua
yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara Hedonic Shopping
Motivation dengan Impulse Buying dapat diterima karena didukung
dengan hasil uji penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 100
responden melalui hasil uji regresi dengan taraf signifikansi sebesar 0,05
dan hasil dari uji tersebut memiliki nilai signifikansi < 0,05, yaitu
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil penelitian ini didukung
oleh Siti Fatonah, yang mendeskripsikan perilaku Hedonic Shopping
Motivation berhubungan dengan alasan instrinsik, multisensory, fantasy,
dan aspek emosi dalam memenuhi kebutuhan. Hal tersebut dapat
membuat konsumen bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu untuk
membeli suatu produk. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Edwin Japarianto dan sugiono
sugiharto pada tahun 2011, Sendi Sipahutar pada tahun 2013, dan Fita
Eka Prastia pada tahun 2013.
3. Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping Motivation memiliki pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama terhadap Impulse Buying pada
Carrefor CBD Ciledug. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ada
pengaruh yang siginikan antara Promosi Penjualan dan Hedonic
Shopping Motivation secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Impulse Buying dapat diterima karena didukung dengan hasil uji
94
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 100 responden
melalui hasil uji regresi berganda dengan taraf signifikansi sebesar 0,05
dan hasil tersebut memiliki nilai signifikansi sebesar < 0,05, yaitu
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti Promosi
Penjualan berjalan baik dalam mempengaruhi konsumen dan konsumen
pun termotivasi untuk berbelanja secara hedonic sehingga berpengaruh
terhadap pembelian secara impuls. Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Revalia Luthfiana pada tahun
2014 yang menyatakan bahwa Promosi Penjualan dan Hedonic Shopping
Motivaton secara bersama-sama berpengaruh terhadap Impulse Buying.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah menganalisis data primer mengenai pengaruh Promosi
penjualan dan Hedonic Shopping Motivation terhadap Impulse Buying
Carrefour CBD Ciledug, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis deskriptif pada penelitian ini diantaranya:
a. Deskripsi variabel Promosi Penjualan yang diberikan oleh
Carrefour CBD Ciledug dinilai belum cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari 4 pernyataan yang mendapatkan respon negatif lebih
dari 30% pada variabel Promosi Penjualan yang mencakup dimensi
size of the Incentive, Condition for Participation, dan The Length of
Promotion.
b. Deskripsi variabel Hedonic Shopping Motivation yang ditunjukkan
oleh konsumen Carrefour CBD Ciledug dinilai cukup baik. Hal ini
dapat dilihat dari respon positif para responden pada pernyataan-
pernyataan di variabel Hedonic Shopping Motivation yang
mencakup dimensi social shopping, adventure shopping, value
shopping, dan idea shopping. Namun masih ada 4 pernyataan yang
mendapatkan respon negatif lebih dari 30%.
c. Deskripsi variabel Impulse Buying yang ditunjukkan oleh konsumen
Carrefour CBD Ciledug dinilai cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari
94
respon positif para responden pada pernyataan-pernyataan di
variabel Impulse Buying yang mencakup dimensi spontanitas, tidak
dapat menolak keinginan, dan ketidakpedulian akan akibat. Namun
masih ada 1 pernyataan yang mendapatkan respon negatif lebih dari
30%
2. Variabel Promosi Penjualan berpengaruh terhadap impulse buying
Carrefour CBD Ciledug. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig 0.000
yang lebih kecil dari 0.05. Karena signifikansi 0,000 < 0.05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara variabel Promosi Penjualan Terhadap Impulse
Buying.
3. Variabel Hedonic Shopping Motivation berpengaruh terhadap Impulse
Buying Carrefour CBD Ciledug. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig
0.000 yang lebih kecil dari 0.05. Karena signifikansi 0,000 < 0.05
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variabel Hedonic Shopping
Motivation terhadap Impulse Buying.
Ketiga variabel independen yaitu Promosi Penjualan dan
Hedonic Shopping Motivation juga secara bersama-sama memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Impulse Buying.
Karena nilai sig 0.000 lebih kecil dari 0,05. Karena 0,000 < 0.05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Maka itu berarti terdapat pengaruh secara
95
simultan (bersama-sama) antara variabel Promosi Penjualan dan
Hedonic Shopping Motivation terhadap Impulse Buying. Dan variasi
nilai Impulse Buying yang dijelaskan oleh Promosi Penjualan dan
Hedonic Shopping Motivation sebesar 45.1%.
B. Implikasi Manajerial
Hasil analisa yang menyatakan kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan
dan lokasi berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan dapat dilakukan
dengan meningkatkan kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dan lokasi
bagi pelanggan
Hasil analisa yang menyatakan pengaruh promosi penjualan dan
Hedonic Shopping Motivation dapat dilakukan dengan meningkatkan
promosi penjualan serta mengetahui Shopping Motivation pelanggan.
Berdasarkan temuan pada analisis deskriptif, beberapa aspek pada
promosi penjualan dan hedonic shopping motivation yang perlu ditingkatkan
adalah:
1. Dilihat dari pernyataan nomor 2 pada dimensi Size of the Incentive,
sebanyak 35% responden menjawab negatif, hal tersebut
mengimplikasikan bahwa Carrefour CBD Ciledug Mall belum
memberikan jumlah insentif yang pas untuk konsumennya
dibandingkan modern market lainnya.
2. Dilihat dari pernyataan nomor 3 pada dimensi Condition for
Participation, sebanyak 31% responden menjawab negatif, hal
96
tersebut mengimplikasikan bahwa Carrefour CBD Ciledug Mall
belum memberikan insentif yang menyasar pada segmen tertentu.
Misal, diskon untuk pelajar atau diskon untuk produk tertentu.
3. Dilihat dari pernyataan nomor 5 pada dimensi Length of the
Promotion, sebanyak 49% responden menjawab negatif, hal
tersebut mengimplikasikan bahwa Carrefour CBD Ciledug
memberikan waktu promosi yang agak lama sehingga konsumen
berfikir bahwa mereka tidak takut kehabisan barang promosi.
4. Dilihat dari pernyataan nomor 6 pada dimensi Length of the
Promotion, sebanyak 39% responden menjawab negatif, hal
tersebut mengimplikasikan bahwa Carrefour CBD Ciledug Mall
memberikan waktu promosi yang lama sehingga daya tarik
konsumen untuk membeli produk yang sedang promosi berkurang.
5. Dilihat dari pernyataan nomor 14 pada dimensi Gratification
Shopping, sebanyak 50% responden menjawab negatif, hal tersebut
mengimplikasikan bahwa pelanggan merasa berbelanja memang
sebagai kegiatan yang menyenangkan namun bukan untuk
menghilangkan stress.
6. Dilihat dari pernyataan nomor 15 pada dimensi Gratification
Shopping, sebanyak 38% responden menjawab negatif, hal tersebut
mengimplikasikan bahwa pelanggan berbelanja bukan untuk
menghilangkan bosan saja.
97
7. Dilihat dari pernyataan nomor 16 pada dimensi Role Shopping,
sebanyak 35% responden menjawab negatif. Hal tersebut
mengimpilkasikan bahwa para pelanggan Carrefour memang rata-
rata membeli kebutuhan pribadi.
8. Dilihat dari pernyataan nomor 18 pada dimensi Role Shopping,
sebanyak 35% responden menjawab negatif, hal tersebut
mengimplikasikan bahwa memang Carrefour adalah modern market
store yang bertujuan untuk belanja kebutuhan sehari-hari.
9. Dilihat dari pernyataan nomor 28 pada dimensi tidak dapat menolak
keinginan, sebanyak 36% responden menjawab negatif, hal tersebut
mengimplikasikan bahwa responden belum melihat adanya
pengaruh bujukan untuk membeli suatu produk.
C. Saran
1. Saran – saran untuk penelitian lanjutan:
a. Penelitian ini dapat dilakukan kembali dengan objek penelitian
yang berbeda seperti modern market store yang lain.
b. Hendaknya menambahkan variabel lain seperti Emosi Positif,
Store Atmosphere, dan fashion involvement agar dapat
mengeksplorasi kemungkinan variabel lain yang berpengaruh
terhadap Impulse Buying.
98
2. Saran – saran yang ditujukan untuk Carrefour ITC CBD Ciledug:
a. Untuk mengatasi masalah pada dimensi size of the incentive,
Carrefour CBD Ciledug harus memberikan insentif yang sesuai
dengan yang diharapkan oleh pelanggan seperti penambahan
diskon pada produk-produk tertentu.
b. Untuk mengatasi masalah pada dimensi Condition for
Participation, Carrefour CBD Ciledug harus memberikan
insentif kepada segmen konsumen tertentu, misal diskon bagi
pelajar dengan menggunakan kartu pelajar untuk meningkatkan
jumlah pengunjung kalangan muda.
c. Untuk mengatasi masalah pada dimensi Length of the
Promotion, Carrefour CBD Ciledug harus memberikan waktu
promosi yang tidak terlalu lama supaya konsumen berfikir
bahwa barang promosi terbatas dan berbondong-bondong untuk
membelinya.
d. Untuk mengatasi masalah pada dimensi dimensi Length of the
Promotion, Carrefour CBD Ciledug tetap memberikan jangka
waktu yang tidak terlalu sedikit, pun tidak terlalu lama supaya
daya tarik promosinya berjalan baik.
e. Untuk mengatasi masalah pada dimensi Gratification
Shopping, Carrefour CBD Ciledug perlu mempelajari karakter-
karakter dari pengunjung yang datang kesana. Hal ini dilakukan
99
untuk mengetahui karakter pengunjung yang sedang ingin relax
dengan kegiatan berbelanja.
f. Untuk mengatasi masalah pada dimensi Gratification
Shopping, Carrefour CBD dapat melakukan kegiatan yang
bersifat menghibur. Misal mengadakan event-event dengan
mengajak interaksi para pengunjung atau Talkshow yang
berhubungan dengan suatu produk sehingga meningkatkan
animo pengunjung di Carrefour CBD Ciledug.
g. Untuk mengatasi masalah pada dimensi role shopping
Carrefour CBD Ciledug dapat memberikan diskon untuk
pembelian kedua atau belanja produk A mendapatkan produk
B.
h. Untuk mengatasi masalah pada dimensi role shopping
Carrefour CBD Ciledug dapat membuat packaging packet
untuk gift atau pemberian-pemberian sehingga konsumen akan
tertarik untuk memberikan hadiah kepada orang lain.
i. Untuk mengatasi masalah pada dimensi Tidak Dapat Menolak
Keinginan, Carrefour CBD Ciledug dapat menambah jumlah
sales promotion supaya meningkatkan rayuan untuk membeli
suatu produk
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, M.j, & Kristy E. Reynolds. 2003. Hedonic Shopping motivations. Journal of
Retailing. Vol. 79, pp.77-95
Anwar, Qoirul. 2014. Pengaruh Program Promosi Penjualan terhadap Minat Beli
Harian KOMPAS di Surabaya Selatan. Skripsi. Scribd.com (Diakses pada
tanggal 2 Oktober 2015)
Babin, B.J., William R.D., & Mitch G. 1994. Work and/or Fun: Measuring Hedonic
and Utilitarian Shopping Value. Journal of Consumer Research. Vol. 20
Bayley, G., and Clive Nancarrow. (1998). Impulse Purchasing: A Qualitaive
Exploration of the Phenomenon. An International Journal 2: 99-114 dalam
Model Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi pada Konsumen Matahari
Departement Store Kota Ambon) Jondry A. Hetharie Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi dan Manajemen (STIEM) Rutu Nusa Ambon (2012)
Cobb, Cathy J. and Wayne D. Hoyer. (1986). Planned Versus Impulse Purchase
Behavior. Journal of Retailing 62 ( 4). 114 dalam Model Kecenderungan
Pembelian Impulsif (Studi pada Konsumen Matahari Departement Store Kota
Ambon) Jondry A. Hetharie Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Manajemen
(STIEM) Rutu Nusa Ambon (2012)
Cummins, Julian. Roddy Mullin. 2004. Sales Promotion . PPM. Jakarta
Dawson, S., Peter H.B., & Nancy M.R. 1990. Shopping motives, emotional states,
retail outcomes. Journal of Retailing. Vol. 66, No. 4
Fatonah, Siti. 2009. Pengaruh Hedonic Shopping Motivation dan Store Attribute
terhadap Shopper Loyalty. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 3, Hal: 287–300
Foster, Dr. Ir., Bob, M.M., 2008. Manajemen ritel, Jakarta: Alfabeta
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Hansen, Kare dan Olsen, Svein Ottar. (2008). Impulsive Buying and Store Patronage:
The Role of Convenience Orientation and Time Pressure. Paper, The Norwegian
College of Fishery Science, University of Tromso, Norway.
Hardiyanti Pratiwi, Erma. Thesis. The Implementation Of Discount and The Influence
Toward Impulse Buying Apparel at Ramayana Department Store “ PT.
Ramayana Lestari Sentosa, Ltd. Bandung (Survey to The Consumer of
Ramayana Department Store Bandung 2010 Undergraduate Theses from
JBPTUNIKOMPP /
Hausman, A. (2000), A Multi-method Investigation of Consumer Motivations in
Impulse Buying Behavior.Journal of Consumer Marketing 17 (5): 403-417.
dalam Model Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi pada Konsumen
Matahari Departement Store Kota Ambon) Jondry A. Hetharie Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi dan Manajemen (STIEM) Rutu Nusa Ambon (2012)
Hetharie, Jondry. 2012. Model Kecenderungan Pembelian Impulsif (Studi pada
Konsumen Matahari Departement Store Kota Ambon).
Japarianto, Edwin (2010), Faktor Type Hedonic Shopping Motivation dan Faktor
Pembentuk Kepuasan Tourist Shopper. JURNAL MANAJEMEN DAN
KEWIRAUSAHAAN: 76-85
Jim blythe , Persepsi Konsumen Terhadap..., Yunita Fitriyani, FISIP UI, 2008
Jones, M. A., dkk, 2006, Hedonic and utilitarian shopping value: Investigating
differential effects on retail outcomes, Journal of Business Research, March: pp
974–981.
Karbasivar, A. dan Yarahmadi, H. 2011. Evaluating Effective Factors on Consumer
Impulse Buying Behavior. Asian Journal of Business Management Studies 2:
p.174-181, (Online), (www.sciencedirect.com, diakses Oktober 2012).
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13.
Airlangga
Levy, M and Weitz, B. A., 2009, Retailing Management, Seventh Edition, Mc Graw-
Hill.
Malhotra, Naresh K. 2009. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. Edisi Bahasa
Indoensia. PT Indeks.
Nguyen, T. T. dkk, 2007, Hedonic shopping motivations, supermarket attributes, and
shopper loyalty in transitional markets, Asia Pacific Journal of Marketing and
Logistics, Vol. 19, No. 3, pp. 227-239.
Nurmasarie, Rachma. Et al. 2013. PENGARUH PROMOSI PENJUALAN DAN
PENJUALAN PERSEORANGAN TERHADAP KEPUTUSAN BELANJA
TIDAK TERENCANA. Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 1 Nomor 2
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakom
Semuel, H., 2005, Respons Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian
Tidak Terencana pada Toko Serba Ada (Toserba), Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan, vol. 7, no. 2, September: pp 152-170.
Semuel, Hatane. 2005. Respons Lingkungan Belanja sebagai Stimulus Pembelian
Tidak Terencana pada Toko Serba Ada (Studi Kasus Carrefour Surabaya).
Semuel, Hatane. 2007. Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia, dan Gender
Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk
Pariwisata). Jurnal Manajemen Pemasaran. Vol 2
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis edisi 4. Jakarta: Salemba
Empat
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Widya Utami, Christina. 2010. Manajemen Ritel (edisi 2). Jakarta:Salemba Empat.
No. STS TS RR S SS Total 1 1 12 5 33 49 100 2 4 13 22 32 29 100 3 2 18 11 33 36 100 4 3 11 12 41 33 100 5 0 40 9 21 30 100 6 0 9 30 33 28 100
No. STS TS RR S SS Total 7 2 5 7 30 56 100 8 0 3 5 32 60 100 9 4 11 5 34 46 100 10 1 6 21 36 36 100 11 1 6 1 49 43 100 12 0 3 14 42 41 100 13 1 12 8 37 42 100 14 1 12 11 23 53 100 15 3 26 9 20 42 100 16 3 15 20 33 29 100 17 0 5 15 39 41 100 18 0 12 8 33 47 100 19 0 6 4 36 54 100 20 4 16 30 29 21 100 21 3 18 14 38 27 100 22 1 4 5 50 40 100 23 2 25 2 34 37 100
No. STS TS RR S SS Total 24 0 6 15 32 47 100 25 5 5 8 24 58 100 26 3 15 10 37 35 100 27 6 15 15 38 26 100 28 0 15 5 50 30 100 29 0 3 4 50 43 100 30 3 7 2 40 48 100 31 2 9 13 37 39 100
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Impulse Buying (Y) .082 100 .094 .964 100 .008
Promosi Penjualan (X1) .067 100 .200* .984 100 .270
Hedonic Shopping
Motivation (X2)
.067 100 .200* .979 100 .110
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Normalitas Residual
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Y atas X1 (Res-1) .051 100 .200* .983 100 .241
Y atas X2 (Res -2) .082 100 .096 .978 100 .098
Y atas X1 dan X2 (Res-3) .087 100 .058 .980 100 .130
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Linieritas
Means
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total N Percent N Percent N Percent
Impulse Buying (Y) * Promosi Penjualan (X1)
100 100.0% 0 .0% 100 100.0%
Impulse Buying (Y) * Hedonic Shopping Motivation (X2)
100 100.0% 0 .0% 100 100.0%
Impulse Buying (Y) * Promosi Penjualan (X1)
Report
Impulse Buying (Y) Promosi Penjualan (X1) Mean N
Std. Deviation
14 25.00 1 . 15 31.00 2 .000 16 26.00 2 7.071 17 20.00 1 . 18 28.25 4 2.754 19 30.40 5 4.037 20 30.75 8 3.495 21 31.45 11 2.697 22 33.08 12 4.144 23 33.25 12 1.765 24 33.91 11 3.239 25 34.33 9 2.500 26 33.33 6 2.422 27 33.60 10 3.748
28 36.50 2 .707 29 34.00 2 2.828 30 38.00 2 .000 Total 32.47 100 3.823
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Impulse Buying (Y) * Promosi Penjualan (X1)
Between Groups
(Combined) 608.424 16 38.026 3.764 .000 Linearity 415.251 1 415.251 41.105 .000 Deviation from Linearity
193.172 15 12.878 1.275 .237
Within Groups 838.486 83 10.102 Total 1446.910 99
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared Impulse Buying (Y) * Promosi Penjualan (X1)
.536 .287 .648 .420
Impulse Buying (Y) * Hedonic Shopping Motivation (X2)
Report
Impulse Buying (Y) Hedonic Shopping Motivation (X2) Mean N
Std. Deviation
51 25.00 1 . 52 24.00 1 . 53 21.00 1 . 54 20.00 1 . 55 25.00 1 .
56 29.00 1 . 57 31.00 1 . 58 27.00 1 . 59 27.00 1 . 60 34.00 2 1.414 62 31.67 3 5.774 63 33.25 4 2.363 64 33.00 4 2.944 65 33.43 7 2.573 66 30.50 4 4.655 67 32.17 6 2.317 68 31.20 5 2.387 69 33.43 7 2.637 70 34.40 5 2.510 71 32.67 6 3.777 72 33.43 7 1.813 73 32.38 8 2.560 74 32.40 5 2.793 75 34.75 4 2.062 76 30.00 1 . 77 32.60 5 3.507 78 38.50 2 2.121 79 35.50 2 3.536 80 31.00 1 . 81 39.00 1 . 82 40.00 1 . 83 38.00 1 . Total 32.47 100 3.823
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Impulse Buying (Y) *
Between Groups
(Combined) 867.159 31 27.973 3.281 .000 Linearity 429.213 1 429.213 50.343 .000
Hedonic Shopping Motivation (X2)
Deviation from Linearity
437.946 30 14.598 1.712 .035
Within Groups 579.751 68 8.526 Total 1446.910 99
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared Impulse Buying (Y) * Hedonic Shopping Motivation (X2)
.545 .297 .774 .599
Uji Multikolenieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 Promosi Penjualan
(X1) .913 1.096
Hedonic Shopping Motivation (X2)
.913 1.096
a. Dependent Variable: Impulse Buying (Y)
Uji Heterokedastisitas
Correlations
Unstandardized Residual
Promosi Penjualan
(X1)
Hedonic Shopping
Motivation (X2)
Spearman's rho
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient
1.000 .022 -.070
Sig. (2-tailed) . .831 .490 N 100 100 100
Promosi Penjualan (X1)
Correlation Coefficient
.022 1.000 .219*
Sig. (2-tailed) .831 . .028 N 100 100 100
Hedonic Shopping Motivation (X2)
Correlation Coefficient
-.070 .219* 1.000
Sig. (2-tailed) .490 .028 . N 100 100 100
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Uji Regresi X1 terhadap Y
Regression
Variables Entered/Removed
b Model Variables
Entered Variables Removed Method
1 Promosi Penjualan (X1)a
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Impulse Buying (Y)
Model Summary Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .536a .287 .280 3.245 a. Predictors: (Constant), Promosi Penjualan (X1)
ANOVAb
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 415.251 1 415.251 39.446 .000a Residual 1031.659 98 10.527 Total 1446.910 99
a. Predictors: (Constant), Promosi Penjualan (X1) b. Dependent Variable: Impulse Buying (Y)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 18.636 2.226 8.371 .000
Promosi Penjualan (X1)
.607 .097 .536 6.281 .000
a. Dependent Variable: Impulse Buying (Y)
Uji Regresi X2 terhadap Y
Regression
Variables Entered/Removed
b Model
Variables Entered Variables Removed Method
1 Hedonic Shopping
Motivation (X2)a . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Impulse Buying (Y)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .545a .297 .289 3.223 a. Predictors: (Constant), Hedonic Shopping Motivation (X2)
ANOVA
b Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 429.213 1 429.213 41.331 .000a
Residual 1017.697 98 10.385 Total 1446.910 99
a. Predictors: (Constant), Hedonic Shopping Motivation (X2) b. Dependent Variable: Impulse Buying (Y)
Coefficients
a Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 10.963 3.361 3.262 .002
Hedonic Shopping Motivation (X2)
.312 .049 .545 6.429 .000
a. Dependent Variable: Impulse Buying (Y)
Uji Regresi X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y Regression
Variables Entered/Removed
b Model
Variables Entered Variables Removed Method
1 Hedonic Shopping Motivation (X2), Promosi Penjualan (X1)a
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Impulse Buying (Y)
Model Summary Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .671a .451 .439 2.863 a. Predictors: (Constant), Hedonic Shopping Motivation (X2), Promosi Penjualan (X1)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 651.862 2 325.931 39.765 .000a Residual 795.048 97 8.196 Total 1446.910 99
a. Predictors: (Constant), Hedonic Shopping Motivation (X2), Promosi Penjualan (X1) b. Dependent Variable: Impulse Buying (Y)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 5.152 3.187 1.616 .109
Promosi Penjualan (X1)
.465 .089 .411 5.212 .000
Hedonic Shopping Motivation (X2)
.243 .045 .423 5.373 .000
a. Dependent Variable: Impulse Buying (Y)
Kuesioner
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda Checklist (√) pada setiap kolom jawaban yang anda pilih.
Setiap pernyataan berisi 5 kolom yang terdiri dari :
a. TP : Tidak Pernah
b. JRG : Jarang
c. N : Netral / Biasa saja
d. Ser : Sering
e. Sel : Selalu
Pilihlah dari ke lima kolom tersebut yang menurut anda sesuai
No Pernyataan
STP TP N P SP
1 saya seringkali merasa ingin membeli sesuatu secara tiba-tiba
2 ketika saya di Carrefour, saya melihat banyak barang yang ingin saya beli, meskipun barang tersebut tidak ada di daftar belanja saya.
3 Saya merasa tidak ingin membeli barang yang tidak ada dalam shopping list saya
4 Saya tidak menghabiskan waktu luang saya untuk berbelanja
5 Berbelanja tidak menghibur bagi saya
6 Pada saat saya berbelanja di Carrefour, saya membeli barang yang tidak saya rencanakan sebelumnya
7 Saya merasa senang membeli secara spontan
8 Saya membeli barang di Carrefour secara spontan
9 “Saya lihat, dan saya beli” adalah cara saya berbelanja di Carrefour
10 Saya merencanakan terlebih dahulu barang apa yang saya ingin beli di Carrefour
11 Saya merasa tidak hati-hati dalam membeli barang ketika saya berbelanja di Carrefour
12 Saya merasa berbelanja adalah hal yang sangat menyenangkan
13 saya merasa ingin berbelanja bukan karena membutuhkan sesuatu tapi karena ingin berbelanja
14 saya bisa melupakan masalah ketika berbelanja, seakan-akan "lari" dari kenyataan
15 menghabiskan waktu untuk berbelanja adalah kegiatan yang sangat menyenangkan
16 saya berbelanja untuk menyenangkan diri sendiri, tidak hanya untuk barang yang dibeli
17 ketika berbelanja, saya merasakan petualangan yang seru dan menyenangkan
18
saya tertarik untuk membeli produk yang memberikan insentif ekstra untuk setiap pembelian
19 saya merasa tertarik ketika banyak produk yang menawarkan insentif
20 saya merasa puas dengan insentif yang diberikan ketika berbelanja
21
saya merasa tertarik untuk membeli produk ketika anda tahu anda akan mendapatkan insentif dari produk tersebut
22 saya tertarik untuk membeli produk yang sedang promosi
23 saya ingin segera membeli produk promosi karena takut kehabisan
24 saya ingin segera membeli produk promosi karena takut waktu promosinya telah selesai
Profil
1. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
2. Usia
<20 tahun
20 – 30 tahun
31 – 41 tahun
42 – 52 tahun
>53 tahun
3. Domisili
Jakarta
Bogor
Tangerang
Depok
Bekasi
Lainnya : _______
4. Pendidikan Terakhir
SMA
D3
S1
Lainnya : _______
5. Pekerjaan
Pelajar / Mahasiswa
Pegawai Negeri
Pegawai swasta
Wiraswasta
Lainnya : _______
6. Pengeluaran per bulan
<Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 – Rp. 4.999.999
Rp. 5.000.000 – Rp. 9.999.999
>Rp. 10.000.000
RIWAYAT HIDUP PENULIS
M. Rico Novaldi, lahir di Jakarta 08 November 1990. Anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan dimulai dari SDN Sudimara 07 Ciledug, Tangerang dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke SMP Budi Mulia Ciledug, Tangerang dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya melanjutkan ke SMAN 13 Tangerang dan lulus pada tahun 2008. Selanjutnya Penulis melanjutkan studi ke jenjang perkuliahan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan
mengambil program Strata Satu Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen dan memilih konsentrasi Manajemen Pemasaran.
Pada jenjang S1, Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan selama dua bulan pada tahun 2012 di PT. Pertamina Retail (Persero) pada bagian Admin Marketing Fuel WAA. Penulis juga pernah bekerja selama dua tahun di Primagama QuantumKids sebagai staf pengajar dan staf pemasaran dari tahun 2009 hingga 2012. Penulis juga pernah bekerja selama dua bulan pada PT. Sianyu Perkasa, salah satu mitra dealer Telkomsel wilayah Tangerang 3 sebagai Sales Canvasser dari tahun 2014 hingga 2015.