PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL ...
Transcript of PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL ...
PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN
AUDIT INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi
Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
ATIKA FITRIA
NIM: 204082002303
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN
AUDIT INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakkultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi
Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
ATIKA FITRIA
NIM: 204082002303
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA. CPA
NIP. 131474891 NIP. 132055044
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
Hari ini Kamis tanggal 05 bulan Maret tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Atika Fitria NIM 204082002303 dengan judul
skripsi: “PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT
INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Maret 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Rahmawati. SE., MM
Ketua Sekretaris
Rini. SE., Ak., MSi
Penguji Ahli
Hari ini Senin, tanggal 22 bulan Juni tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Atika Fitria NIM: 204082002303 dengan judul Skripsi:
“PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN PENERAPAN AUDIT
INTERNAL TERHADAP SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Drs. Abdul Hamid Cebba. MBA. CPA
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Atika Fitria
Agama : Islam
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 13 April 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Beringin blok A2 no 12 Graha Permai Ciputat
RT 002/09 Kp. Sawah Lama Tangerang 15413
Hobi : Jalan jalan m Moluv dan Olah Raga
Telp / HP : 0813 1060 9260
021-98559851
E-mail : [email protected]
Motto : I’m happy life with 1st just only have one spirit
thanks God.
PENDIDIKAN FORMAL
Tk. : Tadika Puri Lulus tahun 1991
MI : Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Lulus tahun 1997
MTs : MTs Negeri 3 Pondok Pinang Lulus tahun 2000
MAN : MAN 4 Pondok Pinang Lulus tahun 2003
S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lulus tahun 2009
PENGALAMAN ORGANISASI
Anggota PMR MAN 4 Pondok Pinang Tahun 2002-2003
BEM FEIS Ekstensi:
Pengurus BEM FEIS Eks. Bid Kerohanian Tahun 2005-2006
Pengurus BEM FEIS Eks. Bid. Lit-Bang Tahun 2006-2007
ORANG TUA
Nama Orang Tua
Ayah : Sunardi HD
Ibu : Wati Harsini
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Pensiunan PNS BI (Bank Indonesia)
Ibu : PNS DIKNAS
Alamat Tinggal : Jl. Beringin A2. no 12 Graha Permai Ciputat
Tangerang Selatan 15413
Influence of Assessment of Performance and Internal Audit ofApplying
to Company Internal Control System
By
Atika Fitria
ABSTRACT
This research aim to know influence of assessment of internal audit
performance to internal control system, influence of applying of internal audit to
internal control system, and influence of assessment of performance and applying
of internal audit both of internal control system. The research has been done by
questionnaires internal auditor. The respondent are auditor’s who worked in
company of bankings residing in Jakarta Pusat counted 45 responders. To
analyze data researcher used SPSS 12 Version.
Partially, internal audit performance and internal audit applying variable
have influence significance of internal control system.
Keywords: assessment of internal audit performance, applying of internal audit,
auditing standard, internal control system.
Pengaruh Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit Internal
terhadap Sistem Pengendalian Intern Perusahaan
Oleh
Atika Fitria
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penilaian kinerja audit
internal terhadap sistem pengendalian intern, pengaruh penerapan audit internal
terhadap sistem pengendalian intern, dan pengaruh penilaian kinerja dan
penerapan audit internal secara bersama terhadap sistem pengendalian intern.
Penelitian dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh auditor internal. Responden
penelitian adalah para auditor yang bekerja di perusahaan perbankan yang berada
di Jakarta Pusat sebanyak 45 responden. Sedangkan untuk metode analisis data
dan uji hipotesis penulis menggunakan metode regresi berganda yang didukung
program SPSS versi 12.
Secara parsial, variabel penilaian kinerja audit dan variabel penerapan audit
internal berpengaruh signifikan terhadap sistem pengendalian intern.
Kata Kunci: penilaian kinerja audit internal, penerapan audit internal, standar auditing, sistem pengendalian intern.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara hati yang bersifat mulia,
sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur
cahaya Ilham, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang Kekasih
tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan.
Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, yang
telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran islam yang telah
terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-
syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan,
dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, untuk Papa Sunardi (Alm) yang temani ika
selama ini semasa hidup, papa sudah memberikan pelajaran dan pedoman
yang Ika jaga sampai sekarang, semoga papa bangga disana. Dan Mama
Wati Harsini, makasi mama sudah mau memberikan yang terbaik sampai
ika selesai dalam kuliah ini, dan Kalian adalah harta terbesar dalam
hudupku. Untuk adik-adikku (wahyu, cepat lagi selesain kuliahnya. Bagas,
jadi anak yang sayang mama ya…). Terima kasih kalian selalu
memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, dan doa restu untuk
hidupku. Adik sepupuku Ayu dan Desi…makasi ya udah mau temenin
mba berantem, isi waktu luang mba dirumah.. jadi anak yang baik ya…
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi. Terima kasih Pak Hamid untuk doa dan semangat yang diberikan..
3. Drs. Abdul Hamid Cebba. MBA. CPA, selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan waktu, bimbingan dan pengarahannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Pak Cebba, selalu ada saat
saya dalam kesulitan.
4. Rahmawati. SE., MM, selaku dosen favorit saya, terima kasih bu atas doa
dan dukungannya. Semoga Allah membalas semua kebaikan ibu.
5. Seluruh Dosen, staf administrasi, staf perpustakaan, Mas Shandy, Bu Ani,
Mas Alfred, Azis, Heri, Budi, Pak Sukmadi dan seluruh staf atas semua
bantuan, kemudahan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan.
6. Papa Ali dan Mama Asih, buat semangat dan doanya sehingga Tika lulus
dengan hasil yang baik. Terima kasih ya Papa-Mama Syahrial.
7. Untuk Kamu yang selalu temani aku, support aku, dan menyangangi aku
tanpa henti, supaya aku cepat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Makasi y MyBrian. My 1st everythink, miracle in mylife Makasi banyak ya
Bebeb.. oia, buat Moluv yang selalu antarin bunbun jalan-jalan.makasi ya..
8. Buat Putri, DikaDee, Fara S, Syifa F, DikaUnca, Maryati, Mba Evie
(teman seperjuangan nyelesaikan skripsi) Edi, Nando, Bayu n Bagonk,
Prita, Ana, AyuLisa. Makasi banyak buat setiap kebersamaan dan
9. Semua teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2004 yang tidak
bisa disebutkan namanya satu per satu, terimakasih telah memberikan
masa kebersamaan, keakraban, dan kepeduliannya.
10. Bagian Satuan Pengendalian Intern Bank BNI (Persero) Tbk. atas
bantuannya dalam penelitian ini.
11. Untuk semua orang atau semua pihak yang telah membantu saya tapi tidak
tercantum namanya, saya mengucapkan terima kasih banyak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan
karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Jakarta, Juni 2009
Atika Fitria
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI......................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................. vi
ABSTRAK................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR.............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8
A. Definisi Akuntansi .............................................................. 8
B. Penilaian Kinerja ................................................................ 9
1. Definisi Penilaian Kinerja ............................................. 9
2. Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja ... 12
3. Fungsi Penilaian Kinerja yang Mengacu pada Kualitas . 15
C. Penerapan Audit Internal .................................................... 17
1. Standar Auditing ........................................................... 18
D. Ruang Lingkup Auditing .................................................... 25
1. Definisi Auditing .......................................................... 25
2. Jenis-jenis Audit ........................................................... 28
3. Jenis-jenis Auditor ........................................................ 29
E. Ruang Lingkup Audit Internal ............................................ 30
1. Definisi Audit Internal .................................................. 30
2. Fungsi Audit Internal .................................................... 31
3. Teknik-teknik Audit Internal ......................................... 32
F. Sistem Pengendalian Intern Perusahaan .............................. 37
1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern.......................... 37
2. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern....................... 40
3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern ............................... 42
G. Penelitian Terdahulu ........................................................... 43
H. Kerangka Pemikiran ........................................................... 44
I. Hipotesis............................................................................. 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 45
A. Ruang Lingkup Penelitian................................................... 45
B. Metode Penentuan Sampel .................................................. 45
C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 46
D. Metode Analisis Data.......................................................... 46
1. Statistik Deskriptif ........................................................ 46
2. Uji Kualitas Data .......................................................... 47
3. Uji Hipotesis ................................................................. 49
E. Variabel dan Pengukurannya............................................... 50
1. Variabel Independen (X) ............................................... 50
2. Variabel Dependen (Y) ................................................. 50
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 55
A. Gambaran Umum Objek Penelitian..................................... 55
1. Sejarah Singkat Perusahaan........................................... 55
2. Visi dan Misi Bank Negara Indonesia ........................... 57
B. Karakteristik Responden ..................................................... 60
C. Penemuan dan pembahasan................................................ 61
1. Statistik Deskriptif ........................................................ 61
2. Uji Instrumen Penelitian................................................ 63
3. Uji Asumsi Klasik......................................................... 68
4. Uji Hipotesis ................................................................. 71
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI........................................ 78
A. Kesimpulan......................................................................... 78
B. Implikasi............................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 82
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
Gambar 2.1 Permasalahan-permasalahan Utama Sistem Panilaian
Kinerja
12
Gambar 2.2 Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja 13
Gambar 2.3 Penilaian Kinerja yang Efektif 17
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran 44
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas 69
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas 70
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
Tabel 3.1 Pedoman untuk Penilaian Tingkat Reliabilitas 49
Tabel 3.2 Rancangan Pengukuran Kuesioner 51
Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian 51
Tabel 4.1 Data Distribusi Kuesioner 60
Tabel 4.2 Usia Responden 61
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden 62
Tabel 4.4 Pengalaman Masa Kerja 62
Tabel 4.5 Pendidikan Terakhir Responden 63
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Independen (X) 65
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Dependen (Y) 66
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas 67
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas 71
Tabel 4.10 Hasil Uji T 72
Tabel 4.11 Hasil Uji F ANNOVA (b) 74
Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 75
Tabel 4.13 Hasil Regresi Berganda 76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Menurut Nung Harjanto, 1999, perkembangan dunia usaha dan
globalisasi perekonomian Indonesia menyebabkan kebutuhan terhadap jasa
akuntan publik dari waktu ke waktu semakin meningkat. Peningkatan
kebutuhan terhadap jasa akuntan publik tidak berarti melegalkan penurunan
kualitas audit itu sendiri, tetapi justru meningkatkan tingkat pengharapan klien
terhadap kualitas audit.
Pemakai jasa akuntan publik dapat dikelompokkan menjadi pihak
internal dan pihak eksternal. Pihak internal adalah manajemen perusahaan,
sedangkan pihak eksternal meliputi pemilik, kreditur, debitur dan lain
sebagainya. Pihak internal mempekerjakan akuntan publik agar mendapat
pengakuan performance dalam mengelola dana yang telah ditanamkan pada
perusahaan melalui pendapat misalnya wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan untuk tujuan pengambilan keputusan, perlu memastikan bahwa
informasi yang tersaji dalam laporan keuangan dapat dipercaya.
Setelah auditor mendapatkan hasil dari penilaian kinerja tersebut,
auditor akan melakukan penerapan terhadap hasil penilaian kinerja tersebut.
Dan untuk memudahkan auditor dalam menjalankan tugasnya dengan baik,
perlu adanya standar yang membantunya sebagai acuan untuk memberikan
pendapat terhadap hasil yang akan dicapainya. Auditor melakukan kinerjanya
harus memenuhi kriteria prosedur dan standar auditing yang ditetapkan. Tetapi
standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Prosedur berkaitan
dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkenaan
dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan
dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut.
Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu
professional auditor independen dan pertimbangan yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.
Menurut Mulyadi (1993: 2-6) dalam Doddy Hapsoro (1999), pada
dasarnya sistem merupakan sekelompok unsur yang erat berhubungan satu
dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan
tertentu. Sistem diciptakan untuk menangani sesuatu yang berulangkali atau
yang secara rutin terjadi. Sedangkan prosedur adalah suatu urutan kegiatan
klerikal, yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen
atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi
perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Apabila perusahaan dapat melaksanakan semua kegiatan rutin
usahanya berdasarkan rancangan sistem prosedur yang telah ditetapkan,
sehingga mampu menghasilkan tingkat keuntungan sebagaimana yang
diharapkan. Dengan adanya keuntungan itulah dapat dipastikan bahwa
perusahaan akan mampu menjamin dan mempertahankan keberadaan serta
kelangsungan hidupnya. Namun demikian, tidak bisa diabaikan bahwa
keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan harus didukung
pula oleh adanya sistem pengendalian intern (internal control system) yang
memadai.
Sistem pengendalian intern pada dasarnya merupakan struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi, serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Boockholdt (1993), struktur
pengendalian intern pada dasarnya terdiri atas berbagai kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan di dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan. Lebih jauh Boockholdt (1993) juga
mengemukakan bahwa meskipun struktur tersebut meliputi berbagai macam
variasi tindakan yang diarahkan untuk mencapai berbagai tujuan, namun pada
umumnya para akuntan lebih menekankan kepada empat aspek tujuan sebagai
berikut: (1) menjaga kekayaan organisasi, (2) mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, (3) mendorong efisiensi, (4) mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen. (Bockholdt, 1993:421-422)
Bagaimana seharusnya suatu perusahaan menyiapkan sistem
pengendalian intern yang dimilikinya? Di dalam suatu lingkungan yang
semakin kompleks seperti sekarang ini, pertanyaan ini tidak mudah dijawab.
Di satu sisi, perkembangan yang terjadi di dalam bidang bisnis, hukum, dan
sosial sebagaimana yang berkembang pada saat ini, mengharuskan setiap
perusahaan untuk selalu meningkatkan penekanan perhatiannya pada aspek
pengendalian intern. Tanpa adanya perhatian yang serius terhadap sistem
pengendalian intern, akan mengakibatkan tidak tercapainya empat tujuan
sebagaimana telah dikemukakan di atas. Di balik pentingnya keberadaan dan
peranan pengendalian intern bagi perusahaan, di sisi lain terjadi kecendrungan
perkembangan yang mengeksplorasi terjadinya konflik kecendrungan dan
sekaligus menawarkan pandangan yang lebih seimbang mengenai keberadaan
dan peranan sistem pengendalian intern bagi perusahaan.
Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah, di satu sisi keberadaan
sistem pengendalain intern dianggap telah menyebabkan terjadinya begitu
besar pengorbanan yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan
dengan adanya sistem pengendalian intern yang terlalu ketat. Sementara itu di
sisi lain, diakui telah terjadi kerugian atau pengorbanan yang dirasakan terlalu
besar yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan terlalu
sedikitnya perhatian terhadap aspek pengendalian intern. Kuncinya adalah
dengan mencoba meminimalkan total biaya/pengorbanan yang harus
ditanggung oleh perusahaan melalui penetapan sistem pengendalian intern
yang tepat sesuai tingkat resiko yang akan dihadapi perusahaan.
Sistem pengendalian intern yang dipengaruhi oleh penilaian kinerja
dan penerapan audit internal karena keduanya cukup berpengaruh dalam
sistem pengendalian intern yang dapat dilihat dalam pengambilan keputusan
dan kebijakan di dalam pengendalian tersebut. Salah satu contohnya adalah
apabila penilaian kinerja dan penerapan audit internal itu bermasalah, maka
sedikit banyak akan berpengaruh terhadap sistem pengendalian intern tersebut.
Tetapi, apabila penilaian dan penerapan audit internal bekerja dengan baik,
maka akan mendapatkan hasil yang baik bagi perusahaan. Perusahaan
melakukan penerapan dengan berdasarkan pada standar audit bagi auditor
internal. Penerapan itu akan membantu auditor dalam menjalankan
pekerjaannya dengan sebaiknya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dan telaah atas penelitian-
penelitian sebelumnya, maka penulis mengkaji penelitian mengenai
“Pengaruh Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit Internal Terhadap
Sistem Pengendalian Intern Perusahaan”.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian
Agus (2007), dalam penelitiannya dilakukan pada tahun 2007 dengan
menggabungkan beberapa variabel seperti sistem pengendalian intern dan
pengelolaan persediaan. Tujuan dari penelitian inipun menurut Agus adalah
mencari variabel mana yang paling dominan berpengaruh sistem pengendalian
intern dan pengelolaan persediaan terhadap audit operasional pada PT
Pertamina (persero). Penelitian yang dilakukan oleh Siti (2007), hanya
menjelaskan audit internalnya, pada penelitian yang sekarang lebih kepada
pengukuran kinerjanya. Penelitiannyapun dilakukan pada tahun 2007. Tujuan
penelitian ini adalah terdapat pengaruh auditor internal terhadap efektivitas
manajemen risiko perusahaan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah yang dapat penulis rumuskan adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara penilaian kinerja audit
internal dengan sistem pengendalian intern perusahaan?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan audit internal
dengan sistem pengendalian intern perusahaan?
3. Apakah penilaian kinerja dan penerapan audit internal secara bersama
berpengaruh terhadap sistem pengendalian intern pada perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian
ini adalah:
a. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh penilaian
kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian intern perusahaan.
b. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh penerapan
audit internal terhadap sistem pengendalian intern perusahaan.
c. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh secara bersama
penilaian kinerja dan penerapan audit internal terhadap sistem
pengendalian intern perusahaan.
2. Manfaat penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat
diantaranya adalah:
a. Bagi penulis
1) Untuk memenuhi syarat meraih gelar sarjana ekonomi pada
program studi akuntansi.
2) Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh
dibangku kuliah berupa teori-teori, sehingga teori yang telah
diperoleh dapat digunakan pada kondisi yang sesungguhnya.
3) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis
berkaitan dengan penilaian kinerja audit internal terhadap sistem
pengendalian intern suatu perusahaan.
b. Bagi pembaca
Sebagai salah satu bahan bacaan ilmu pengetahuan tentang
pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian
intern perusahaan.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Dalam hal ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
FEIS, penulis dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian
intern perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Akuntansi
Beberapa ahli telah mengembangkan definisi-definisi akuntansi, yang
antara lain adalah:
1. Rollin C. Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess
dalam bukunya yang berjudul “Accounting” dan diterjemahkan oleh
Alfonsus Sirait, Helda Gunawan, mendefinisikan akuntansi sebagai
berikut:
“Secara umum akuntansi didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan” (Rollin C. Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, 1999:6).
Pihak yang berkepentingan (stakeholders) menggunakan laporan
akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan keputusan
mereka.
2. Charles T. Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson,
1997:3, mendefinisikan akuntansi dan laporan keuangan sebagai berikut:
“Akuntansi adalah suatu sistem yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis,
memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporan–laporan, dan
mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan“ (Charles T.
Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson, 1997:3).
“Laporan keuangan adalah dokumen-dokumen yang melaporkan kegiatan
bisnis pribadi atau organisasi ke dalam satuan moneter” (Charles T.
Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson, 1997:3)
B. Penilaian Kinerja
1. Definisi Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan fungsi kunci
untuk melaksanakan manajemen sumber daya manusia secara efektif. Namun
dalam banyak kondisi, fungsi penilaian kinerja dipandang sebelah mata oleh
para pengambil kebijaksanaan dalam organisasi. Martin (1995) dalam
Fahrudin JS Pareke, 2000, berpendapat bahwa kegiatan penilaian kinerja
dalam organisasi menempati posisi undervalued. Masalah umum yang timbul
pada perspektif ini adalah bahwa kegiatan penilaian kinerja menghabiskan
begitu banyak waktu, dan sebagian besar orang-orang (para karyawan dan
eksekutif) dalam organisasi tidak begitu menyukai kegiatan ini, meskipun
mereka berkepentingan secara langsung terhadap fungsi tersebut.
Ketika sebuah organisasi baik yang berorientasi laba (perusahaan)
maupun nisbah (lembaga) mulai berusaha untuk mempertahankan dan
memperbaiki kinerjanya secara keseluruhan, atau memperbaiki kinerja
anggota-anggotanya, maka fungsi penilaian kinerja akan memiliki peranan
penting. Setidaknya, ada 3 alasan menurut Ghorpade dan Chen (1995) dalam
Fahrudin JS Pareke, 2000 yang membuat fungsi penilaian kinerja begitu
penting kedudukannya dalam organisasi. Pertama, karena fungsi penilaian
kinerja merupakan sesuatu yang inherent dan tak terelakkan dalam setiap jenis
organisasi. Dengan kegiatan penilaian kinerja, (1) organisasi mengetahui
prestasi para anggotanya, (2) penilaian diperlukan untuk menghitung
kontribusi masing-masing individu terhadap kemajuan organisasi, dan (3)
penilaian kinerja formal dapat melindungi organisasi dari tindakan-tindakan
negatif para anggota organisasi.
Kedua, fungsi penilaian kinerja merupakan kegiatan yang penuh
dengan konsekuensi-konsekuensi, baik terhadap individu-individu dalam
organisasi maupun bagi organisasi itu sendiri. Dari perspektif organisasi
kelemahan-kelemahan sistem dan kesalahan-kesalahan praktik penilaian
kinerja akan berakibat terhadap ketidakefektifan pelaksanaan fungsi-fungsi
SDM yang lainnya seperti fungsi kompensasi, fungsi pelatihan dan
pengembangan dan sebagainya.
Ketiga, kegiatan penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang
mengharapkan penilai dengan kondisi yang mengharuskannya untuk
mendapatkan hasil penilaian yang bersih, akurat dan peringkat yang
berdasarkan pada jasa individual. Pada titik ini, fungsi penilaian kinerja
bersama-sama dengan variabel lainnya, menentukan tingkat pencapaian
kinerja organisasi.
Alasan keempat, menurut Longenecker dan Gioia (1992) dalam
Fahrudin JS Pareke, 2000, adalah adanya kenyataan bahwa fungsi penilaian
kinerja cenderung terpengaruh oleh sistem politik dalam organisasi. Kuatnya
peranan pertimbangan-pertimbangan politis dalam proses penilaian kinerja,
dikarenakan pada kenyataannya, (1) para eksekutif mempertimbangkan
dinamika interaksi keseharian mereka dengan para bawahan, (2) hasil proses
penilaian formal berbentuk dokumen tertulis yang permanen, dan (3) penilaian
format memiliki pengaruh kuat terhadap karir dan kemajuan bawahannya.
Karena pertimbangan-pertimbangan politis tersebut, para eksekutif
sering kali melakukan manipulasi-manipulasi hasil (dari proses) penilaian
dengan sengaja dan sistematis. Manipulasi-manipulasi hasil dan proses
penilaian dapat mengambil bentuk inflating, yaitu melaporkan hasil penilaian
yang lebih tinggi dari hasil yang sesungguhnya, atau deflating, yaitu karyawan
dinilai lebih rendah dari kinerjanya yang sesungguhnya.
Adanya kesepakatan umum tentang pentingnya fungsi penilaian
kinerja dalam hal meningkatkan motivasi karyawan dan kinerja organisasi
secara keseluruhan, tidak begitu saja membuat fungsi ini bekerja dengan baik.
Seperti yang dikatakan oleh Moss (dalam Lamont, et al:1999) dalam Fahrudin
JS Pareke, 2000, kenyataan pahit yang dialami oleh organisasi-organisasi kita
adalah bahwa kita telah melaksanakan fungsi penilaian kinerja selama 30
tahun, dan kita masih berusaha keras untuk melaksanakannya dengan benar.
Untuk itu diperlukan tujuan yang jelas, sistem yang baik dan manajer yang
efektif, yang kesemuanya saling melengkapi agar fungsi penilaian kinerja
dapat bekerja dengan baik.
Penilaian kinerja merupakan alat yang baik untuk meningkatkan
kinerja organisasi, namun untuk menjadikan aktivitas ini dapat berfungsi
dengan efektif, bukanlah sebuah pekerjaan yang sederhana. Tulisan ini
berusaha memberikan pemahaman mengapa fungsi penilaian kinerja dalam
organisasi tidak bekerja, dan mencoba memberikan alternatif pemecahan agar
aktivitas tersebut dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.
2. Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja
Menurut Anthony, et al (1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000,
penyebab-penyebab ketidak-efektifan penilaian kinerja merupakan
permasalahan-permasalahan yang terletak pada sistem penilaian kinerja yang
tidak baik, yang terdiri dari 5 masalah utama, seperti yang diperlihatkan
gambar 2.1.
Gambar 2.1.
Permasalahan-permasalahan Utama Sistem Penilaian Kinerja
1. sistem penilaian yang didefinisikan dengan buruk
2. sistem komunikasi penilaian yang buruk
3. sistem penilaian yang tidak sesuai
4. pendukung sistem penilaian yang buruk
5. sistem penilaian yang tidak di monitoring
Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber
Penyebab-penyebab yang lainnya adalah tujuan penilaian sering kali
tidak ditentukan secara jelas dan kegiatan penilaian dianggap hanya sebagai
kegiatan ritual tahunan (Noe, et al : 2000). Dengan demikian kita dapat
mengidentifikasikan 7 hal yang menyebabkan fungsi penilaian kinerja dalam
organisasi tidak efektif, seperti pada gambar 2.2.
Tujuan penilaian tidak jelas. Penyebab ketidak-efektifan fungsi
penilaian yang pertama adalah ketidak-jelasan tujuan penilaian. Penilaian
kinerja dapat ditujukan untuk tujuan strategis, administratif atau pengembang,
tujuan strategis dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap
pencapaian tujuan organisasi. Tujuan administratif adalah untuk kepentingan-
kepentingan administrasi, seperti promosi, kenaikan gaji, dan lain sebagainya.
Sedangkan tujuan yang bersifat pengembangan adalah untuk meningkatkan
kinerja karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan mereka (Noe, et al : 2000).
Gambar 2.2.
Penyebab Ketidak-efektifan Fungsi Penilaian Kinerja
fungsi
penilaian
kinerja tidak
efektif
Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber
Pendefinian sistem yang buruk. Pendefinisian sistem yang buruk
berarti sistem dirancang atau dimodifikasi tanpa memperhatikan tujuan dan
strategi organisasi. Kenyataan ini menyebabkan penilaian kinerja dalam
organisasi menjadi tidak efektif, di mana organisasi mengabaikan keterkaitan
(link) antara kebijakan penilaian kinerja dengan strategi-strategi dan tujuan-
tujuan organisasi. Noe, et al.(2000), mengatakan bahwa sistem penilaian
kinerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem manajemen
kinerja, yang harus mendukung tujuan strategis organisasi.
Tujuan penilaian tidak jelas
Penilaian hanya sebagai ritual tahunan
Sistem komunikasi penilaian yang buruk
Sistem penilaian tidak dimonitoring
Pendefinisian sistem yang buruk
Sistem penilaian tidak didukung
Sistem penilaian tidak tepat
Sistem penilaian yang tidak didukung dengan baik. Sistem penilaian
yang tidak didukung, berarti tidak adanya keterlibatan dan keterikatan
(komitmen) top manajemen, individu-individu yang dinilai, maupun
personalia pelaksana penilaian dalam kegiatan penilaian kinerja. Tanpa
dukungan dari tiap manajemen, maka rancangan dan praktik-praktik penilaian
kinerja tidak memberikan kontribusi terhadap kinerja organisasi, karena
manajemen tidak akan menggunakan hasil penilaian tersebut untuk kebijakan-
kebijakan organisasi. Sebaliknya, jika sistem penilaian tidak diterima dan
didukung oleh para karyawan dan personalia pelaksana penilaian, maka
mereka tidak akan berusaha keras untuk menjadikan kegiatan penilaian
tersebut berhasil (Athony, et al : 1999).
Sistem penilaian tidak tepat. Ketidakcocokan sistem penilaian, berarti
praktik penilaian tidak sesuai dengan sistem yang diharapkan, yang
menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan praktik dalam proses penilaian.
Menurut Hubartt (1995) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, beberapa kesalahan
praktik yang sering terjadi dalam penilaian kinerja adalah kegiatan penilaian
kinerja tidak konsisten dalam menetapkan peringkat, kegagalan dalam
penentuan sasaran kinerja dan ketidak-mampuan menangani karyawan yang
berkinerja rendah.
Penilaian hanya sebagai ritual tahunan. Penyebab ketidak-efektifan
kegiatan penilaian kinerja yang kelima, adalah kegiatan ini hanya dipandang
sebagai sebuah kegiatan ritual tahunan. Para manajer hanya melengkapi
(mengisi) formulir penilaian dengan cepat dan menggunakannya untuk
mendaftar semua informasi negatif yang mereka kumpulkan atas seorang
karyawan selama setahun yang lalu. Para manajer ini tidak menghendaki
adanya konfrontasi dan tidak mengetahui bagaimana cara menyajikan hasil
evaluasi negatif yang mereka dapatkan. Beberapa manajer bahkan
menghabiskan sedikit mungkin waktu untuk memberikan umpan-balik pada
karyawan (Noe, et al : 2000). Padahal kegiatan penilaian merupakan sebuah
proses, bukan hanya sebuah kejadian (event) tertentu. Agar proses ini menjadi
lebih mudah, perlu diingat bahwa penilaian lebih dari sekedar mengisi
formulir (Hadden : 1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000.
Sistem komunikasi penilaian yang jelek. Sistem komunikasi penilaian
yang jelek artinya sistem penilaian tidak di komunikasi (disosialisasi) dengan
baik kepada setiap orang yang terlibat dalam proses penilaian. Buruknya
komunikasi sistem penilaian menyebabkan para penilai dan individu-individu
yang dinilai memiliki persepsi yang berbeda tentang tujuan dan pentingnya
kegiatan penilaian kinerja yang dilakukan (Anthony, et al : 1999). Perbedaan
persepsi ini akan mengurangi penerimaan karyawan terhadap proses dan hasil
penilaian, sehingga keterlibatan mereka dalam kegiatan penilaian menjadi
rendah.
Sistem penilaian tidak di monitoring. Sedang sistem yang tidak di
monitoring akan menghasilkan permasalahan yang serius, yang
menyebabkan tidak adanya tindakan-tindakan perbaikan atas kesalahan yang
terjadi selama proses penilaian (Anthony, et al. : 2000).
3. Fungsi Penilaian Kinerja yang Mengacu pada Kualitas
Saat ini semakin banyak organisasi yang menyadari bahwa penilaian
kinerja yang efektif merupakan satu hal yang paling esensial untuk
melaksanakan strategi-strategi mereka (Grote : 2000). Namun, seperti yang
dikemukakan oleh Longenecker (1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000,
untuk menciptakan fungsi penilaian kinerja yang bermanfaat, yang
memungkinkan organisasi untuk mengeksekusi strategi-strateginya, bukanlah
merupakan suatu hal yang mudah.
Sekali lagi ingin kita pertegas, bahwa ketidak-efektifan proses
penilaian kinerja akan berpengaruh terhadap organisasi dan individu-individu
dalam organisasi. Dari sudut pandang individu, penilaian kinerja yang tidak
adil dan tidak akurat akan menumbuhkan perasaan tidak nyaman atau tidak
puas, yang pada gilirannya akan menurunkan kinerja karyawan. Di samping
itu mereka akan menemukan secara jelas bahwa masa depan dan karir mereka,
sedikit sekali ditentukan oleh kinerja mereka saat ini.
Di pihak organisasi, penilaian kinerja yang tidak efektif akan menjadi
batu sandungan bagi kemajuan dan perkembangan organisasi. Penilaian
kinerja yang tidak adil akan menyebabkan organisasi kehilangan aset-aset
SDM nya, yang merasa diperlakukan secara tidak adil. Akhirnya, organisasi
akan kehilangan daya saing dan kompetensi-kompetensinya, terutama
kompetensi sumber daya manusianya.
Longenecker (1999) dalam Fahrudin JS Pareke, 2000, mengajukan tiga
elemen kritis untuk mengefektifkan fungsi penilaian kinerja dalam organisasi,
yaitu: (1) rancangan sistem yang efektif, (2) praktik manajerial penilaian yang
efektif, dan (3) sistem pendukung penilaian yang efektif. Ketiga elemen ini
dijabarkan menjadi 10 kunci penyelenggaraan sistem penilaian yang efektif,
seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3.
Penilaian Kinerja yang Efektif
Sumber: Data Diolah dari Berbagai Sumber
C. Penerapan Audit Internal
Penerapan adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan apabila telah
memenuhi prosedur atau proses yang berdasarkan standar audit dalam
melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan. Tujuan dari
penerapan ini adalah untuk memeriksa atau melihat tingkat kewajaran dalam
Menciptakan Tujuan dengan Jelas
Keterlibatan Karyawan/Manajer
Prosedur & Instrumen yang baik & mudah digunakan
Pelatihan Personalia Pelaksana Penilaian
Perencanaan Penilaian
Pelatihan & bimbingan yang terus-
menerus
Motivasi Personalia Pelaksana Penilaian
Dukungan Top Manajemen
Keterkaitan Penilaian dgn tujuan
organisasi
Sistem Peninjauan & tindakan Per
Praktik
Managerial
yang
Efektif
Sistem
Pendukung
Penilaian
yang
Efektif
Fungsi
Penilaian
Kinerja
yang
efektif
Pelatihan Personalia Pelaksana Penilaian
Perencanaan Penilaian
Pelatihan & bimbingan yang terus-
menerus
Motivasi Personalia Pelaksana Penilaian
Dukungan Top Manajemen
Keterkaitan Penilaian dengan tujuan
organisasi
Sistem Peninjauan & tindakan Perbaikan
yang terus menerus
Rancangan
Sistem yang
Efektif
Praktik
Managerial
yang
Efektif
Sistem
Pendukung
Penilaian
yang
Efektif
Fungsi
Penilaian
Kinerja
yang
efektif
suatu laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor internal. Prosedur
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar
berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur
tersebut. Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup
mutu profesional auditor independen dan pertimbangan yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Auditing)
1. Standar Auditing
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Prosedur
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar
berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan
prosedur tersebut. Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar
auditing mencakup mutu profesional auditor independen dan pertimbangan
yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit
(Abdul Halim, 2008).
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan
menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar umum
Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan
persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar umum ini
mencakup tiga bagian, yaitu:
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Dalam melaksanakan audit sampai pada suatu pernyataan pendapat,
auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai
dari pendidikan formal ditambah dengan pengalaman-pengalaman
dalam praktik audit dan menjalani pelatihan teknis yang cukup.
Asisten junior yang baru masuk dalam karir auditing harus
memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan
supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya
yang lebih berpengalaman.
Pelatihan yang dimaksudkan di sini, mencakup pula pelatihan
kesadaran untuk secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang
terjadi dalam bidang bisnis dan profesinya. Ia harus mempelajari,
memahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip
akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Standar ini mengharuskan seorang auditor bersikap independen, yang
artinya seorang auditor tidak mudah dipengaruhi, karena pekerjaannya
untuk kepentingan umum. Kepercayaan masyarakat umum atas
independensi sikap auditor independen sangat penting bagi
perkembangan profesi akuntan publik. Untuk menjadi independen,
seorang auditor harus secara intelektual jujur.
Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan
Indonesia, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan
persepsi independensi dari masyarakat. Independensi secara intrinsik
merupakan masalah mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang
dirumuskan untuk dapat diuji secara objektif. BAPEPAM juga dapat
menetapkan persyaratan independensi bagi auditor yang melaporkan
tentang informasi keuangan yang akan diserahkan, yang mungkin
berbeda dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam
organisasi auditor. Selain itu juga menyangkut apa yang dikerjakan
auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya tersebut. Seorang
auditor harus memiliki “tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki”
oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan
tersebut dengan “kecermatan dan keseksamaan yang wajar”. Untuk itu,
auditor dituntut untuk memiliki skeptisme profesional dan keyakinan
yang memadai dalam mengevaluasi bukti audit.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan terdiri dari tiga, yaitu:
1) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya.
Poin ini menjelaskan bahwa, penunjukan auditor independen secara
dini akan memberikan banyak manfaat bagi auditor maupun klien.
Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan
pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan
seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal
neraca.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
Untuk semua auditor harus memperoleh pemahaman tentang
pengendalian internal yang memadai untuk merencanakan audit
dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian
yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah
pengendalian intern tersebut dioperasikan. Setelah memperoleh
pemahaman tersebut, auditor menaksir risiko pengendalian untuk
asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi, dan
komponen pengungkapan dalam laporan keuangan. Kemudian, auditor
dapat mencari pengurangan lebih lanjut risiko pengendalian taksiran
untuk asersi tertentu.
Auditor menggunakan pengetahuan yang dihasilkan dari pemahaman
atas pengendalian intern dan tingkat risiko pengendalian taksiran
dalam menentukan sifat, saat dan luas pengujian substantif untuk asersi
laporan keuangan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memahami untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka
memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Bukti audit sangat
bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan
bukti lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh
terhadap kompetensi bukti.
c. Standar Pelaporan
Standar pelaporan terdiri dari empat item, di antaranya:
1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Standar pelaporan pertama ini tidak mengharuskan untuk menyatakan
tentang fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan
auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan
keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi tersebut.
Prinsip akuntansi berlaku umum atau “generally accepted accounting
principles” mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang diperlukan
untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah
tertentu dan pada waktu tertentu.
2) Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
Standar ini juga disebut dengan standar konsistensi. Standar
konsistensi menuntut auditor independen untuk memahami hubungan
antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan. Kurangnya
konsistensi penerapan prinsip akuntansi dapat menyebabkan
kurangnya daya banding laporan keuangan.
Standar ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa jika daya
banding laporan keuangan di antara kedua periode dipengaruhi secara
material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan
mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya. Caranya,
dengan menambahkan paragraf penjelasan yang disajikan setelah
paragraf pendapat.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif
yang memadai atas hal-hal material, di antaranya bentuk, susunan, dan
isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Auditor
harus selalu mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-hal tertentu
yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang
diketahuinya pada saat audit.
Dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengungkapan,
auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas dasar
kepercayaan bahwa auditor akan merahasiakan informasi tersebut.
Tanpa kepercayaan, auditor akan sulit untuk memperoleh informasi
yang diperlukan untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangannya.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.
Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk mencegah salah tafsir
tentang tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila
namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Seorang akuntan
dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengizinkan namanya
dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi
laporan tersebut. Bila seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya
atau pihak lain suatu laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu
penyusunannya, maka ia juga dianggap berkaitan dengan laporan
keuangan tersebut, meskipun ia tak mencantumkan namanya dalam
laporan tersebut. (Abdul Halim, 2008).
D. Ruang Lingkup Auditing
1. Definisi Auditing
“Report of committee on basic auditing concepts of the American
Accounting Association” (Accounting Review, Vol 47) memberikan definisi
auditing sebagai berikut:
“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan”.
Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang
logis, terstruktur dan terorganisir. Auditing Standards Board (ASB =
Dewan Standar Auditing) menerbitkan Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS = Standar Auditing yang Berlaku Umum) sebagai
pedoman profesional berkaitan dengan proses audit.
b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa
dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak
dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan (entitas) yang
membuat asersi tersebut.
c. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi
yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan subjek
pokok auditing.
d. Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan di mana asersi dapat
diidentifikasikan dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Ekspresi kesesuaian ini dapat berbentuk kuantitas, seperti jumlah
kekurangan dana kas kecil, atau dapat juga berbentuk kualitatif, seperti
kewajaran (keabsahan) laporan keuangan.
e. Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-satandar yang digunakan
sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan. Kriteria dapat berupa
peraturan-peraturan spesifik yang dibuat oleh badan legislatif, anggaran
atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan oleh manajemen, Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP = Prinsip-prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum) yang ditetakan oleh Financial Accounting Standards
Board (FASB = Badan Standar Akuntansi Keuangan) serta badan-badan
pengatur lainnya.
f. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan.
Kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh
pihak yang diaudit.
g. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan
(mengandalkan ) temuan-temuan auditor. Dalam lingkungan bisnis,
mereka adalah para pemegang saham, manajemen, kreditor, kantor
pemerintah, dan masyarakat luas.
Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan hal
penting sebagai pedoman auditor dalam pengumpulan bukti. Auditing
Standards Board (ASB) telah mengakui lima kategori asersi laporan keuangan
sebagai berikut:
a. Keberadaan atau Keterjadian (existence or occurrence)
Berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar
ada pada tanggal tertentu, dan transaksi yang dicatat benar-benar telah
terjadi selama periode tertentu.
b. Kelengkapan (completeness)
Berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus
disajikan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan.
c. Hak dan Kewajiban (rights and obligations)
Berkaitan dengan apakah aktiva telah menjadi hak entitas dan hutang
memang telah menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal tertentu.
d. Penilaian atau Alokasi (valuation or allocation)
Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan,
dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah
semestinya.
e. Penyajian dan Pengungkapan (presentation and disclosure)
Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah
digolongkan, diuraikan, dan diungkapkan sebagaimana mestinya.
2. Jenis-jenis Audit
Terdapat tiga jenis audit yang umum dilakukan (Amir Abadi Jusuf,
2003:4), yaitu:
a. Audit Laporan Keuangan
Bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara
keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi
telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria
yang dimaksud adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Hasil audit laporan keuangan didistribusikan kepada para pengguna
seperti para pemegang saham, kreditor, kantor pemerintah dan masyarakat
umum melalui laporan auditor atas laporan keuangan. Selain itu, auditor
independen juga menyiapkan laporan kepada dewan direksi tentang
pengendalian intern perusahaan serta temuan-temuan audit lainnya.
b. Audit Operasional
Merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan
metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya.
Umumnya auditor akan memberikan saran atau rekomendasi kepada pihak
manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan dan untuk
peningkatan kinerja perusahaan. Karena lingkup evaluasi efektivitas
operasi begitu luas, maka tidak mungkin untuk menentukan ciri
pelaksanaan audit operasional dengan pasti. Di dalam suatu organisasi,
bisa jadi auditor mengevaluasi apakah manajemen telah menggunakan
informasi yang tepat dan mencukupi dalam pengambilan keputusan
pembelian aktiva yang baru, sedang dalam organisasi yang berbeda
barangkali ia akan mengevaluasi efisiensi administrasi penjualan. Dalam
audit operasional, tinjauan yang dilakukan tidak terbatas pada masalah-
masalah akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap struktur
organisasi, pemanfaatan komputer, dan bidang-bidang lain sesuai dengan
keahlian auditor.
c. Audit Ketaatan
Bertujuan mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti
prosedur atau aturan yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas
lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak
luar, tetapi kepada pihak tertentu dalam organisasi. Pimpinan organisasi
adalah pihak yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan
aturan yang telah ditetapkan.
3. Jenis-jenis Auditor
Dalam pelaksanaan suatu audit, pada umumnya jenis auditor
diklasifikasikan menjadi tiga jenis (William C. Boyton, Raymond N. Johnson,
Walter G. Kell, 2001:8), yaitu:
a. Auditor Independen (Independent Auditor)
Terdapat dalam Kantor Akuntan Publik (KAP), yang umumnya
mengambil peran sebagai seorang auditor eksternal atas perusahaannya
yang menyediakan laporan guna kebutuhan tertentu dari klien untuk
menjalankan bisnisnya. Klien auditor independen dapat berasal dari
perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor
pemerintah atau perorangan.
b. Auditor Internal (Internal Auditor)
Merupakan pegawai dari organisasi yang diaudit. Tugas auditor
internal beragam, sesuai dengan kebutuhan dan permintaan manajemen
perusahaan. Auditor internal wajib memberikan informasi yang berguna
bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
operasional perusahaan.
c. Audit Pemerintah (Government Auditor)
Di Indonesia terdapat beberapa lembaga ataupun badan yang
bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan
atau keuangan Negara, di antaranya Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Irjen) pada departemen
pemerintah. Sebagian tugas BPKP tidak jauh berbeda dengan KAP,
sebagian besar informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai badan
pemerintah telah diaudit oleh BPKP, di samping atas audit laporan
keuangan, pada masa sekarang sering kali dilakukan evaluasi atas efisiensi
dan efektifitas operasi berbagai program pemerintah dan BUMN.
D. Ruang Lingkup Audit Internal
1. Definisi Audit Internal
American Accounting Association mendefinisikan internal audit sebagai:
“Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk
meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan”.
Definisi tersebut ditujukan untuk menggambarkan proses yang
dilakukan di semua jenis audit, tetapi istilah “tindakan dan kejadian ekonomi”
mengarah pada aspek keuangan atau akuntansi.
Definisi audit internal berikut ini di ciptakan untuk menggambarkan
lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas eksternal.
“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan
operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan
telah diidentifikasi dan di minimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan
dan prosedur internal yang bisa diterima telah diakui; (4) kriteria operasi yang
memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien
dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua
dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara
efektif”.
Pengertian audit internal di atas tidak hanya mencakup peranan dan
tujuan auditor internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan
tanggung jawab. Dalam perkembangan terakhir seseorang yang melakukan
peran sebagaimana seorang auditor internal, tidak selalu menggunakan
sebutan internal auditor saja , namun telah meluas menjadi kontrol atau sistem
analisis.
2. Fungsi Audit Internal
Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai “adik” dari profesi
auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan
angka-angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri
menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas.
Karena pergeseran pandangan mengenai fungsi audit internal, maka audit
internal yang memiliki aspek kerja yang lebih luas ini sering disebut sebagai
audit internal modern. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang
mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata
kelola (governance) perusahaan publik maupun privat. Aspek keuangan
hanyalah salah satu aspek saja dalam lingkup pekerjaan audit internal.
3. Teknik-teknik Audit Internal
a. Penentuan risiko
Penentuan risiko (risk assessment) adalah identifikasi dan analisis
risiko-risiko yang relevan untuk mencapai tujuan (entitas), yang
membentuk suatu dasar untuk menentukan cara pengelolaan risiko. Audit
internal harus memasukkan hasil penentuan risiko ke dalam program audit
untuk mengurangi risiko. Risiko audit terdiri atas:
1) Risiko bawaan (inherent risk), yaitu kerentanan suatu asersi atas
terjadinya salah saji yang material, dengan mengasumsikan bahwa
tidak ada kebijakan atau prosedur struktural kontrol internal terkait
yang ditetapkan. Bank menghadapi seperangkat risiko bawaan karena
bergerak dalam pengelolaan uang dan kredit.
2) Risiko kontrol (control risk), yaitu risiko bahwa salah saji material
yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi
secara tepat waktu oleh struktur, kebijakan, atau prosedur kontrol
internal suatu entitas.
3) Risiko deteksi (detection risk), yaitu risiko bahwa auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji material yang terdapat pada suatu asersi.
b. Survei pendahuluan
Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang
tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit.
Dalam survei pendahuluan, auditor internal mengidentifikasi tujuan
operasi, risiko, kondisi-kondisi operasi, dan kontrol yang diterapkan.
Auditor internal sebaiknya melakukan survei dalam tujuh langkah dasar,
antara lain:
1) Melakukan studi awal, yang mencakup penelaahan atas kertas kerja
tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan
dokumen lain yang membantu untuk lebih memahami subjek audit.
2) Pendokumentasian, yang mengarah pada pertemuan awal antara
auditor dengan manajer klien.
3) Bertemu klien, menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan
dilakukan kepada manajer klien.
4) Mengumpulkan bahan bukti.
5) Mengamati, pengamatan dilakukan terus selama survei pendahuluan.
6) Membuat bagan alir, memberikan gambaran sistem dan merupakan
sarana menganalisis operasi yang kompleks-analisis yang tidak selalu
bisa dicapai dengan narasi yang rinci.
7) Melaporkan atas tahap-tahap yang telah dilakukan dalam survei
pendahuluan.
c. Program audit
Langkah-langkah audit dirancang untuk mengumpulkan bahan bukti
audit, dan untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat
mengenai efisiensi, ekonomis, dan efektifitas aktivitas yang akan
diperiksa. Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei
pendahuluan dengan pekerjaan lapangan.
d. Pekerjaan lapangan
Pekerjaan lapangan (field work) merupakan proses untuk mendapatkan
keyakinan dengan mengumpulkan bukti secara objektif mengenai operasi
entitas, mengevaluasinya, dan melihat apakah operasi tersebut memenuhi
standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan, serta menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan
oleh manajemen. Tujuan pekerjaan lapangan untuk membantu pemberian
keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di
program audit, sesuai tujuan audit yang ingin dicapai. Tujuan audit
dirancang untuk menentukan apakah tujuan audit telah tercapai. Tujuan
audit dicapai dengan menerapkan prosedur-prosedur audit untuk
menentukan apakah prosedur-prosedur operasi berfungsi sebagaimana
mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi. Tujuan operasi ditetapkan
oleh manajemen. Tujuan operasi adalah hasil-hasil yang ingin dicapai
oleh manajer operasi. Tujuan audit ditetapkan oleh auditor.
e. Temuan audit
Selama pelaksanaan pekerjaan, auditor internal mengidentifikasi
kondisi-kondisi yang membutuhkan tindakan perbaikan. Penyimpangan-
penyimpangan dari norma-norma atau kriteria yang dapat diterima disebut
temuan audit (audit findings). Beberapa kelemahan (temuan) bersifat kecil
dan tidak membutuhkan perhatian manajemen. Semua temuan audit yang
dapat dilaporkan haruslah:
1) Cukup signifikan agar layak dilaporkan ke manajemen.
2) Didokumentaiskan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang
memadai, kompeten, dan relevan.
3) Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka.
4) Relevan dengan masalah-masalah yang ada.
5) Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.
Dalam temuan audit ini auditor memberikan rekomendasi kepada
manajemen. Rekomendasi menggambarkan tindakan yang mungkin
dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang
salah dan untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol.
Mengidentifikasikan kondisi yang tidak memuaskan adalah tanggung
jawab audit. Sedangkan memperbaikinya adalah tanggung jawab
manajemen. Lebih disukai auditor internal mengusulkan metode tindakan
perbaikan untuk pertimbangan manajemen.
Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit
adalah membahasnya dengan manajemen operasional sebelum laporan
audit tertulis diterbitkan. Pada saat itu harus dicapai kesepakatan mengenai
fakta-fakta dan beberapa tindakan perbaikan untuk memperbaiki
kekurangan.
f. Kertas kerja
Kertas kerja (working paper) berisi catatan informasi yang
diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja
disiapkan sejak auditor memulai pekerjaannya hingga auditor menelaah
tindakan perbaikan dan mangakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi
dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit:
1) Rencana audit, termasuk program audit.
2) Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektifitas sistem kontrol
internal.
3) Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dicapai.
4) Penelaahan kertas kerja oleh penyelia.
5) Laporan audit.
6) Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.
Auditor internal menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang
berbeda, antara lain:
1) Untuk mendukung laporan audit
2) Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab,
penelaahan instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses,
pengamatan kondisi, dan pemeriksaan transaksi
3) Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan
audit, mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan terjadi
dan luasnya kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan
4) Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi
5) Untuk menjadi dasar penyelia dalam menelaah kemajuan dan
penyelesaian audit
6) Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang
melibatkan kecurangan, tuntutan hukum, dan klaim asuransi
7) Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi
pekerjaan audit internal dan kemudian menggunakannya dalam
penilaian audit eksternal atas sistem kontrol internal organisasi
8) Menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan
selanjutnya
9) Untuk membantu memfasilitasi penelaahan. Baik auditor eksternal
atau konsultan perlu mengevaluasi aktivitas audit internal
10) Menjadi bagian dokumentasi
E. Sistem Pengendalian Intern Perusahaan
1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Suatu sistem merupakan subjek dari kesalahan-kesalahan, kecurangan-
kecurangan, dan penyelewengan-penyelewengan umum lainnya, maka untuk
mencegah atau menjaga hal-hal yang tidak diinginkan dan ingin membentuk
suatu sistem tersebut dilengkapi dengan suatu pengendalian yang berguna
untuk mencegah atau menjaga hal-hal yang negatif tersebut. Sedangkan
pengendalian intern adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan dalam rangka meningkatkan kemungkinan tercapainya berbagai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pengendalian
dirancang dalam rangka untuk menjamin agar organisasi dapat menjalankan
tugasnya dengan baik sesuai dengan standar atau rencana yang ditetapkan
(Institute of Internal Auditors, 1993). Contoh pelaksanaan kegiatan
pengendalian antara lain meliputi penggunaan anggaran biaya atau anggaran
penjualan, penggunaan passwords computer, atau bahkan penggunaan kunci
gembok gudang atau perkantoran.
Untuk itu sebelum mengemukakan dan membahas tentang sistem
pengendalian intern, di sini akan dijelaskan beberapa definisi umum mengenai
sistem pengendalian intern yang di kemukakan oleh beberapa ahli:
Menurut Widjajanto (2001:18), “Pengendalian intern adalah suatu sistem
pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan
ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk: (1)
mengamankan aktiva perusahaan, (2) mengecek kecermatan dan ketelitian
data akuntansi, (3) meningkatkan efisiensi, dan (4) mendorong agar kebijakan
manajemen di patuhi oleh segenap jajaran organisasi”.
Mulyadi (2002:180) menyatakan bahwa: “Pengendalian intern adalah suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum, dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi”.
Menurut Guy, Alderman, Winters (2002:2206) pada SAS No 55 mendefinisikan: “Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dihasilkan
oleh dewan direksi entitas, manajemen dan personil lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak dalam pencapaian tujuan kategori-
kategori berikut: (1) keandalan (reliabilitas) laporan keuangan, (2) ketaatan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan (3) efektifitas dan efisiensi
operasi”.
Secara definisi, pengertian sistem pengendalian intern adalah suatu
kumpulan pengendalian yang dirancang untuk memberikan jaminan yang
masuk akal bahwa perusahaan mampu memenuhi beberapa sasaran sebagai
berikut: (1) meningkatkan reliabilitas dan integritas informasi, (2) memenuhi
kebijakan atau rencana yang ditetapkan serta hukum yang berlaku, (3)
mengamankan kekayaan perusahaan, (4) meningkatkan efisiensi penggunaan
sumber daya, dan (5) memenuhi tujuan yang ditetapkan (Institute of Internal
Auditors, 1993).
Dengan demikian, apabila suatu perusahaan tidak dapat memenuhi
kelima tujuan di atas, maka perusahaan tersebut akan menerima risiko, sanksi,
atau akibat yang sangat merugikan. Oleh karena itu, suatu sistem pengendalian
intern yang berhasil disusun atau dirancang dengan baik merupakan sistem
pertahanan efektif terhadap kemungkinan terjadinya berbagai risiko yang
diperkirakan akan terjadi.
Agar suatu sistem pengendalian intern dapat berjalan dengan efektif ,
suatu sistem pengendalian intern yang akan diterapkan oleh suatu organisasi
usaha sekurang-kurangnya harus memperhatikan tiga elemen sebagai berikut:
(1) lingkungan pengendalian, (2) sistem akuntansi, dan (3) prosedur
pengendalian individual (Hermanson dan Hermanson, 1994:29). Lingkungan
pengendalian meliputi struktur organisasi perusahaan, filosofi dan gaya
operasi manajemen (management’s operating style), praktik kerja yang biasa
digunakan karyawan, dan metode penetapan otoritas serta
pertanggungjawaban karyawan. Sementara itu, sistem akuntansi yang
dirancang oleh perusahaan dimaksudkan untuk melaksanakan identifikasi,
pencatatan, dan pelaporan secara akurat setiap transaksi yang terjadi didalam
perusahaan. Sedangkan prosedur pengendalian meliputi penetapan peraturan
dan kebijakan yang disusun secara rinci, misalnya: otorisasi transaksi,
pemisahan tugas, pendokumentasian, pengawasan kekayaan perusahaan secara
fisik, dan penilaian kinerja secara independen.
2. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern
Menurut COSO dalam Guy, Alderman, Winters (2002:226), unsur
pengendalian intern terdiri dari lima, yaitu:
a. Lingkungan pengendalian (control environment)
Lingkungan pengendalian menentukan kualitas entitas dengan
mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orang di
sekitarnya. Lingkungan pengendalian merefleksikan keseluruhan sikap,
kesadaran, dan tindakan dewan direksi, manajemen, karyawan, serta
pihak-pihak lainnya mengenai pentingnya pengendalian tersebut. Hal itu
merupakan pondasi kedisiplinan dan struktur dari semua komponen
pengendalian intern lainnya. Lingkungan pengendalian terdiri dari tujuh
faktor: (1) integritas dan nilai-nilai etis, (2) komitmen terhadap
kompetensi, (3) partsipasi dewan direksi dan komite audit, (4) gaya
operasi dan filosofi manajemen, (5) struktur organisasi, (6) pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab, dan (7) kebijakan dan praktik sumber
daya manusia dan aplikasinya.
b. Penilaian risiko (risk assessment)
Penilaian risiko adalah identifikasi, dan manajemen risiko entitas
yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara
wajar sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses
penilaian risiko harus memperhatikan keadaan serta kejadaian internal dan
eksternal yang dapat sangat mempengaruhi kemampuannya dalam
mencatat, memproses, dan melaporkan data keuangan yang konsisten
dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.
c. Aktivitas pengendalian (control activities)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
dikembangkan oleh manajemen untuik mengantisipasi risiko yang dapat
menghalangi entitas mencapai tujuannya. Aktivitas pengendalian memiliki
berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkat organisasional
atau fungsional dalam sebuah entitas.
d. Pemrosesan informasi dan komunikasi
Komponen ini terdiri dari sistem informasi yang digunakan untuk
menghasilkan informasi keuangan dan bagaimana mengkomunikasikan
informasi tersebut. Sistem informasi pelaporan keuangan yang mancakup
sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang ditetapkan untuk
mengidentifikasi, menyatukan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat,
dan melaporkan transaksi entitas (kejadian dan kondisi) serta untuk
mempertahankan akuntabilitas atas aktiva dan kewajiban yang berkaitan.
Komunikasi melibatkan penyediaan informasi yang dihasilkan oleh sistem
informasi pelaporan keuangan kepada pihak-pihak terkait dari suatu entitas
secara tepat waktu. Komunikasi juga mencakup tujuan yang lebih luas
dalam hal memberikan pemahaman yang jelas tentang peranan individu
dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pengendalian intern atas
pelaporan keuangan. Komunikasi mencakup perluasan pemahaman
personil tentang bagaimana aktivitas mereka dalam sistem informasi
pelaporan keuangan berhubungan dengan pekerjaan lainnya, dan ahli
pengecualian pelaporan pada tingkat yang lebih tinggi dalam entitas.
e. Pamantauan (monitoring)
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian
internal dari waktu ke waktu. Pemantauan dapat dilakukan melalui
aktivitas manajemen terus-menerus atau evaluasi terpisah. Prosedur
pemantauan yang terus-menerus dilakukan terhadap aktivitas rutin yang
normal terjadi, dalam sebuah entitas serta mencakup aktivitas manajemen
dan pengawasan yang biasa. Evaluasi terpisah adalah penilaian periodik
atas semua atau sebagai pengendalian internal. Evaluasi tersebut dapat
dilakukan oleh personil internal atau oleh pihak luar.
3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Menurut Abdul Halim, 2008 tujuan sistem pengendalian intern adalah
sebagai berikut:
a. Menjaga kekayaan dan catatan perusahaan
Harta kekayaan perusahaan merupakan sarana untuk keberhasilan
perusahaan, untuk itu perlu dilindungi dengan pengawasan yang memadai
agar tidak sesat atau hilang dari usaha penyalahgunaan dan usaha
pencarian. Hal ini dapat juga terjadi pada harga tidak berwujud seperti
tagihan, dokumen-dokumen penting seperti surat kontrak, dan pembukuan
seperti buku besar dan jurnal.
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
Manajemen hendaknya memiliki informasi-informasi yang tepat
dan dapat dipertanggungjawabkan dalam melaksanakan kegiatannya
dalam pengambilan keputusan-keputusan penting.
c. Mendorong efisiensi dan operasional usaha
Pengendalian di dalam suatu perusahaan merupakan untuk
mencegah pekerjaan yang tidak perlu. Pemborosan dalam setiap segi
usaha, dan menguji setiap penggunaan sumber daya yang tidak efisien,
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Setiap pengendalian intern diharapkan dapat memberikan jaminan
yang layak agar peraturan dan prosedur ditaati untuk mencapai tujuan
perusahaan.
F. Peneltian Terdahulu
1. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Agus
(2007), dalam penelitiannya dilakukan pada tahun 2007 dengan
menggabungkan beberapa variabel seperti sistem pengendalian intern dan
pengelolaan persediaan. Tujuan dari penelitian inipun menurut Agus adalah
mencari variabel mana yang paling dominan berpengaruh sistem pengendalian
intern dan pengelolaan persediaan terhadap audit operasional pada PT
Pertamina (persero).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti (2007), hanya menjelaskan audit
internalnya, pada penelitian yang sekarang lebih kepada pengukuran
Penilaian Kinerja Audit
Internal
Penerapan Audit Internal
(Standar Audit)
kinerjanya. Penelitiannyapun dilakukan pada tahun 2007. Tujuan penelitian ini
adalah terdapat pengaruh auditor internal terhadap efektivitas manajemen
risiko perusahaan.
G. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis
menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber
H. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem
pengendalian intern perusahaan.
2. Terdapat pengaruh penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian
intern perusahaan.
3. Terdapat pengaruh antara penilaian kinerja dan penerapan audit internal
terhadap sistem pengendalian intern perusahaan.
Sistem Pengendalian Intern
Perusahaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tempat yang digunakan peneliti sebagai tujuan penelitian adalah
perusahaan perbankan yang berada di Jakarta untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dan ruang lingkup pada
penelitian ini membahas dua (2) variabel, yang terdiri dari variabel
independen yaitu penilaian kinerja audit internal dan penerapan audit internal,
dan variabel dependen yaitu sistem pengendalian intern.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah audit internal yang berada pada
perusahaan bank X. Sedangkan untuk metode penentuan sampel yang
digunakan adalah metode convenience sampling yaitu anggota sampel yang
dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data yang
dibutuhkan. Menurut Abdul Hamid (2005:24) dalam Laily, 2008, convenience
sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur
pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampel yang mudah
ditarik, tidak menyusahkan, mudah diukur dan bersifat kooperatif.
C. Metode Pengumpulan Data
Sumber data peneliti merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data dapat
diperoleh dari sumber, data primer (primary data) data primer merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara), berupa opini subjek (orang) secara individual atau
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan,
dan hasil pengujian (Indrianto dan Supomo, 2002:147). Dan data primer yang
dipakai adalah kuesioner yang penelitian dilakukan dengan cara mengajukan
daftar pertanyaan langsung kepada responden untuk memperoleh data yang
relevan. Observasi, penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke bank
tersebut untuk mengadakan pengamatan langsung dan pengambilan data objek
penelitian.
Sedangkan untuk memperoleh data-data yang tidak langsung atau data
sekunder dengan cara seperti riset kepustakaan, penelitian kepustakaan
dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca, dan memahami buku,
catatan perkuliahan, artikel, jurnal, atau data dari internet.
D. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data.
Dalam hal ini, statistik deskriptif menjelaskan mengenai karakteristik
responden dan variabel yang digunakan. Gambaran umum mengenai
karakteristik responden dijelaskan dengan tabel statistik deskriptif
responden yang diukur dengan skala nominal.
Penyusunan kuesioner adalah dengan menggunakan skala likert
dengan kuesioner variabel bebas dan variabel terikat. Skala likert (likert
scale) di desain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak
dengan pertanyaan pada lima (5) titik dengan susunan responden terhadap
sejumlah item yang berkaitan dengan konsep atau variabel tertentu
kemudian diajukan kepada tiap responden (Uma Sekaran, 2006:31).
2. Uji Kualitas Data
Dalam suatu penelitian diperoleh instrumen yang valid dan
reliabel. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat
mengukur apa yang ingin diukur. Reliabilitas adalah suatu nilai yang
menunjukkan konsistensi suatu alat ukur pengukur didalam mengukur
gejala yang sama (Husein, 2003:113) dalam Agus, 2007.
a. Uji Validitas
Validitas adalah untuk melihat kecermatan alat ukur yaitu mengukur
apa-apa yang akan diukur. Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid.
Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid.
Menurut Sugiyono (2002:263) dalam Agus Setiyawan:2007 analisis
validitas dapat digunakan teknik korelasi product moment dengan cara
mengkorelasikan antara skor masing-masing item dan skor totalnya. Adapun
rumus dari product moment adalah sebagai berikut:
Keterangan:
N : jumlah responden
x : skor pernyataan
y : skor total
Dimana π harus lebih besar 0.50, maka kuesioner tersebut bisa
dikatakan valid atau akurat.
b. Uji Reliabilitas
Salah satu metode pengujian reliabilitas adalah dengan menggunakan
metode Cronbach’s Alpha. Satndar yang digunakan dalam menentukan
reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umunya adalah perbandingan
antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau ditingkat
signifikan 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode
Cronbach’s Alpha, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai Alpha. Menurut
Santoso (2001:227) dalam Agus, 2007, apabila Alpha hitung lebih besar
daripada r tabel dan Alpha hitung bernilai positif, maka suatu instrumen
penelitian dapat disebut reliabel.
Tabel 3.1
Pedoman untuk Penilaian Tingkat Reliabilitas
Interval Tingkat reliabilitas
0,00 – 0,20 Kurang reliabel
>0,20 – 0,40 Agak reliabel
>0,40 – 0,60 Cukup reliabel
>0,60 – 0,80 Reliabel
>0,80 – 1,00 Sangat reliabel
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda (multiple regression) yang
digunakan untuk menguji H0, H1 dan H2. Dengan persamaan regresinya
adalah:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + еt
Dimana,
Y = sistem pengendalian intern
α = konstanta
β = koefisien
X1 = penilaian kinerja audit internal
X2 = penerapan audit internal
еt = error term
b. Uji R2 (koefisien determinasi)
Uji koefisien determinan digunakan untuk menentukan seberapa
besar variabel independent dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai
koefisien determinan antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi
variabel dependent amat terbatas (Imam Ghozali, 2005:83)
E. Variabel dan Pengukurannya
Menurut Sugiono (2005:2) dalam, variabel penelitian adalah suatu hal
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel
penelitian dalam skripsi ini ada dua variabel, yaitu:
1. Variabel Independen (X)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus atau sering
disebut sebagai variabel bebas. Variabel independen merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel independen adalah penilaian kinerja dan penerapan, dalam
penerapan ini akan dijelaskan bahwa standar auditing yang akan
digunakan sebagai acuan bagi auditor internal itu sendiri dalam
menjalankan tugasnya memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen atau sering disebut dengan variabel terikat. Variabel dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya
variabel independen. Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini
adalah sistem pengendalian intern perusahaan.
Tabel 3.2
Rancangan Pengukuran Kuesioner
Pengaruh Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit Internal Terhadap Sistem
Pengendalian Intern Perusahaan
Variabel Skala Keterangan
1 STS
2 TS
3 N
4 S
Penilaian Kinerja Audit
Internal (X1)
Penerapan Audit
Internal (X2)
Sistem Pengendalian
Intern (Y)
5 SS
Tabel 3.3
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Subvariabel Indikator Skala
• Mengetahui prestasi para
anggotanya
• Melindungi organisasi dari
tindakan negatif
• Merupakan kegiatan yang
penuh dengan risiko dan
konsekuensi
• Mendapatkan hasil penilaian
yang baik
• Menentukan tingkat
pencapaian kinerja organisasi
tersebut
• Menjauh dari sistem politik
Penilaian
kinerja
(Variabel X1)
Kedudukan
fungsi
penilaian
kinerja
• Hasil penilaian berbentuk
dokumen
• Penilaian mempengaruhi
kemajuan suatu perusahaan
• Menciptakan tujuan dengan
jelas
• Keterlibatan karyawan dan
manajer
• Prosedur dan instrument yang
baik dan mudah digunakan
• Pelatihan personalia pelaksana
penilaian
• Perencanaan penilaian
• Pelatihan dan bimbingan yang
terus menerus
• Memotivasi personalia
pelaksana penilaian
• Dukungan top manajemen
• Keterkaitan penilaian dengan
tujuan organisasi
Penilaian
kinerja yang
efektif
• Sistem peninjauan dan
tindakan perbaikan terus
menerus
• Keahlian dan pelatihan teknis
yang memadai
• Independendi dalam sikap
mental
Standar Umum
• Penggunaan kemahiran
professional dengan cermat
dan seksama
Penerapan
(Standar
Audit)
(Variabel X2)
Standar
Pekerjaan
• Perencanaan dan supervisi
audit
• Pemahaman yang memadai
atas pengendalian intern
Lapangan
• Bukti audit kompeten yang
cukup
• Pernyataan tentang kesesuaian
laporan keuangan dengan
prinsip akuntansi yang berlaku
umum
• Pernyataan mengenai
ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi yang berlaku
umum
• Pengungkapan informatif
dalam laporan keuangan
Standar
Pelaporan
• Prnyataan pendapat atas
laporan keuangan secara
keseluruhan
• Struktur organisasi satuan
usaha
• Filososfi dan gaya operasi
manajemen
• Fungsi dewan komisaris dan
komite audit
• Metode pengendalian
• Kebijakan prosedur
• Kesadaran keadilan
Lingkungan
pengendalian
• Faktor-faktor ekstern
• Transaksi yang dicatat semua
sah
Sistem
pengendalian
intern
(Variabel Y)
Sistem
akuntansi
• Pencatatan transaksi
• Transaksi yang terjadi harus
dinilai wajar
• Periode transaksi secara tepat
• Menyajikan transaksi dan
membuat laporan
• Pemisahan tugas yang
memadai
• Prosedur otorisasi yang
memadai
• Perencanaan dan penggunaan
dokumen dan catatan yang
cukup
• Pengendalian fisik atas
kekayaan dan catatan
Prosedur
pengendalian
• Pengecekan secara independen
Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara
Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia.
Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi
pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang
Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya
beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut
diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya
yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari
Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah
membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank
sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan,
dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan
akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank
Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah.
Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha
nasional.
Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian
dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan
mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia
lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah
diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas
perusahaan tahun 1988.
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank
Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan
publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada
tahun 1996.
Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan
lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui
penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa.
Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan
kualitas kinerja secara terus-menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai
digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik,
setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI'
dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan
dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional
pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya,
BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta
senantiasa menjadi kebanggaan negara.
2. Visi dan Misi Bank Negara Indonesia
a. Visi BNI
Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan
Terdepan dalam Layanan dan Kinerja
b. Pernyataan Visi
Menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan
terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial
dan consumer.
c. Misi BNI
1) Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada
seluruh nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice)
2) Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
3) Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi.
4) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan
sosial.
5) Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan
yang baik.
d. Values
Kenyamanan dan Kepuasan
e. Filosofi Logo Baru
Identitas Baru BNI – Dasar Pembuatan Desain Identitas baru BNI
merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang
tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta menggambarkan posisi
dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand
baru yang tersusun dari simbol “46” dan kata “BNI” yang selanjutnya
dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI.
f. Huruf BNI
Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk
mencerminkan kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang
lebih modern. Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan
struktur yang orisinal dan unik.
g. Simbol “46”
Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus
mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia. Dalam
logo ini, angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna
jingga untuk menggambarkan BNI baru yang modern.
h. Palet Warna
Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap
mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga.
Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat
mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru
lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih percaya diri dan segar.
Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan dinamis.
Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat identitas
tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar
perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern.
i. Budaya Perusahaan
Budaya Kerja BNI”PRINSIP 46”merupakan Tuntunan Perilaku
Insan BNI, terdiri dari
4 (Empat) Nilai Budaya Kerja
1) Profesionalisme
2) Integritas
3) Orientasi pelanggan
4) Perbaikan tiada henti
6 (Enam) Nilai Perilaku Utama Insan BNI
1) Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil Terbaik
2) Jujur, Tulus dan Ikhlas
3) Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab
4) Memberikan Layanan Terbaik Melalui Kemitraan yang Sinergis
5) Senantiasa Melakukan Penyempurnaan
6) Kreatif dan Inovatif
Setiap Nilai Budaya Kerja BNI memiliki Perilaku Utama yang
merupakan acuan bertindak bagi seluruh Insan BNI, 6 (enam) Perilaku
Utama Insan BNI adalah :
4 NILAI
BUDAYA KERJA BNI
6 NILAI PERILAKU UTAMA
INSAN BNI
Profesionalisme (Professionalism)
• Meningkatkan Kompetensi dan Memberikan Hasil
Terbaik
Integritas
(Integrity)
• Jujur, Tulus dan Ikhlas
• Disiplin, Konsisten dan Bertanggungjawab
Orientasi Pelanggan (Customer Orientation
• Memberikan Layanan Terbaik Melalui Kemitraan
yang Sinergis
Perbaikan Tiada Henti
(Continuous
Improvement)
• Senantiasa Melakukan
Penyempurnaan • Kreatif dan Inovatif
B. Karakteristik Responden
Instrumen penelitian atau data yang digunakan adalah kuesioner.
Pengiriman kuesioner dilakukan pada akhir bulan Maret 2009, sedangkan
proses pengembalian dan pengumpulan data dilakukan pada awal bulan April
2009. Kuesioner yang diberikan kepada responden adalah sebanyak 50 lembar
dan dari jumlah tersebut yang kembali adalah sebanyak 45 keusioner atau
sebesar 90% dari total yang diberikan. Keusioner yang tidak kembali sebanyak
5 kuesioner atau sebesar 10%.
Tabel 4.1
Data Distribusi Kuesioner
Kuesioner Jumlah Persentase
Kuesioner yang dikirim 50 100%
Kuesioner yang kembali 45 90%
Kuesioner yang tidak kembali 5 10%
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
C. Penemuan dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Deskriptif Demografi Responden
Deskriptif demografi responden adalah memberikan gambaran mengenai
karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang menunjukkan
besarnya frekuensi absolut dan persentase (dengan pembulatan tanpa koma)
usia, jenis kelamin, pengalaman masa kerja dan pendidikan terakhir.
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan usia
yang terbanyak berkisar pada usia 36 – 40 tahun, yaitu sebanyak 23 responden
atau sebesar 51%. Sedangkan untuk responden terbanyak kedua yang usianya
berkisar antara 31 – 35 adalah sebanyak 14 responden atau sebesar 31%.
Untuk responden yang berusia 25 – 30 adalah sebanyak 5 responden atau
sebesar 11%. Dan responden dengan usia antara 41 – 45 adalah hanya
sebanyak 3 responden atau sebesar 7%.
Tabel 4.2
Usia Responden
Usia (kisaran) Absolut Persentase
25 – 30 5 11%
31 – 35 14 31%
36 – 40 23 51%
41 – 45 3 7%
Jumlah 45 100%
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenis
kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 29 responden atau sebesar
64%, sedangkan sisanya adalah responden perempuan yaitu sebanyak 16
responden atau sebesar 36%. Artinya adalah bahwa sebagian besar responden
yang mengisi kuesioner adalah laki-laki.
Tabel 4.3
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Absolut Persentase
Laki-laki 29 64%
Perempuan 16 36%
Jumlah 45 100%
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang didasarkan pada
pengalaman masa berkerja terbanyak adalah yang dibawah 10 tahun yaitu
sebanyak 23 responden atau sebesar 51%, sedangkan untuk sisanya adalah
responden yang memiliki pengalaman masa bekerja diatas 10 tahun yaitu
sebanyak 22 responden atau sebesar 49%.
Tabel 4.4
Pengalaman Masa Kerja
Masa Bekerja Absolut Persentase
≤ 10 tahun 23 51%
> 10 tahun 22 49%
Jumlah 45 100%
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang mengisi
kuesioner tersebar pada responden yang memiliki pendidikan terakhir yaitu
Strata Satu (S1) sebanyak 32 responden atau sebesar 71% dan juga responden
yang memiliki pendidikan terakhir yaitu Strata Dua (S2) adalah sebanyak 13
responden atau sebesar 29%. Dapat dilihat tidak ada responden yang yang
berpendidikan selain dari S1 dan S2, artinya kondisi ini menggambarkan
bahwa responden sebagian besar memiliki pendidikan terakhir adalah Strata
Satu (S1).
Tabel 4.5
Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan Absolut Persentaase
SLTA/sederajat 0 0%
Akademi (D1/D2/D3) 0 0%
Strata Satu (S1) 32 71%
Sttrata Dua (S2) 13 29%
Lainnya 0 0%
Jumlah 45 100%
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
2. Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang
ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam
penelitian ini (Ghozali, 2001:45) dalam Laily: 2008, maksudnya untuk
mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan
dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur
oleh kuesioner tersebut. Instrumen yang valid adalah alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat digunakan
mengukur apa yang hendak diukur.
Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi
antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel.
Setelah itu tentukan hipotesis Hο: skor butir pertanyaan berkorelasi positif
dengan total skor konstruk dan Hα: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi
positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis Hο dan
Hα, kemudian uji dengan membandingkan r hitung (tabel corrected item-
total correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment dengan
signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2, dimana “n” adalah
jumlah sampel peneltian sebanyak 45 responden, sehingga diperoleh nilai
(df) = 45-2 atau nilai (df) dari 43 adalah 0,2483. Suatu kuesioner
dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2001:45) dalam Laily,
2008.
Hasil r hitung dari 59 pertanyaan dalam kuesioner pada penelitian
ini terdapat 2 pertanyaan yang dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai
r hitung < r tabel. Dalam tabel 4.6 untuk variabel X1 atau penilaian kinerja
audit internal terdapat dua pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu
pertanyaan ke 1 dan 6 dari variabel penilaian kinerja audit internal (PKA)
atau PKA1 dan PKA6. Sedangkan untuk variabel X2 atau penerapan audit
internal (standar auditing) dinyatakan sebagai valid semua. Seluruh
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada responden dianggap tidak
menyusahkan atau membuat responden tidak mengerti dan memahami
pertanyaan tesebut.
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kinerja dan Penerapan Audit
Internal (Variabel X1 dan X2)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Keterangan
PKA1 242,09 312,992 ,189 ,955 TIDAK VALID
PKA2 242,42 311,113 ,298 ,955 VALID
PKA3 242,36 308,598 ,367 ,954 VALID
PKA4 241,98 311,068 ,283 ,955 VALID
PKA5 242,33 306,227 ,499 ,954 VALID
PKA6 241,96 311,407 ,214 ,955 TIDAK VALID
PKA7 242,40 308,018 ,389 ,954 VALID
PKA8 242,42 305,249 ,502 ,954 VALID
PKA9 242,42 305,522 ,489 ,954 VALID
PKA10 242,53 302,664 ,546 ,954 VALID
PKA11 242,27 309,064 ,336 ,955 VALID
PKA12 242,24 303,553 ,522 ,954 VALID
PKA13 242,29 306,665 ,489 ,954 VALID
PKA14 242,53 306,027 ,483 ,954 VALID
PKA15 242,31 304,174 ,587 ,953 VALID
PKA16 242,20 304,073 ,542 ,954 VALID
PKA17 242,31 308,537 ,440 ,954 VALID
PKA18 242,20 306,800 ,516 ,954 VALID
PSA1 242,16 309,134 ,378 ,954 VALID
PSA2 242,31 308,537 ,440 ,954 VALID
PSA3 242,24 307,643 ,543 ,954 VALID
PSA4 242,18 304,331 ,592 ,953 VALID
PSA5 242,58 303,386 ,547 ,954 VALID
PSA6 242,27 304,018 ,609 ,953 VALID
PSA7 242,42 301,931 ,654 ,953 VALID
PSA8 242,11 307,556 ,533 ,954 VALID
PSA9 242,24 305,507 ,525 ,954 VALID
PSA10 242,13 307,845 ,476 ,954 VALID
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS
Dan untuk variabel Y atau sistem pengendalian intern dalam hasil
pengujian validitas ini juga tidak terdapat data yang dinyatakan tidak valid.
Sehingga peneliti menganggap bahwa responden dapat mengerti atau
memahami setiap pertanyaan yang diajukan.
Selain dari pertanyaan tersebut, semua pertanyaan dinyatakan valid
karena memiliki nilai corrected item-total correlation > dari r tabel yaitu
sebesar 0,2483.
Tabel 4.7
Hasil uji validitas Instrumen Sistem Pengendalian Intern
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Keterangan
SPI1 242,24 307,643 ,543 ,954 VALID
SPI2 242,27 308,609 ,500 ,954 VALID
SPI3 242,47 305,845 ,587 ,954 VALID
SPI4 242,31 309,765 ,342 ,954 VALID
SPI5 242,49 303,483 ,641 ,953 VALID
SPI6 242,49 303,301 ,608 ,953 VALID
SPI7 242,44 305,525 ,538 ,954 VALID
SPI8 242,38 304,331 ,682 ,953 VALID
SPI9 242,24 303,871 ,536 ,954 VALID
SPI10 242,18 304,331 ,592 ,953 VALID
SPI11 242,58 303,386 ,547 ,954 VALID
SPI12 242,27 304,018 ,609 ,953 VALID
SPI13 242,42 301,931 ,654 ,953 VALID
SPI14 242,11 307,556 ,533 ,954 VALID
SPI15 242,24 305,507 ,525 ,954 VALID
SPI16 242,13 307,845 ,476 ,954 VALID
SPI17 242,47 307,209 ,471 ,954 VALID
SPI18 242,29 302,937 ,678 ,953 VALID
SPI19 242,44 308,434 ,425 ,954 VALID
SPI20 242,42 310,931 ,383 ,954 VALID
SPI21 242,09 304,856 ,580 ,954 VALID
SPI22 242,24 306,234 ,571 ,954 VALID
SPI23 242,11 305,328 ,562 ,954 VALID
SPI24 242,24 307,825 ,443 ,954 VALID
SPI25 242,20 306,391 ,589 ,954 VALID
SPI26 242,18 308,422 ,510 ,954 VALID
SPI27 242,29 305,392 ,598 ,953 VALID
SPI28 242,13 304,845 ,519 ,954 VALID
SPI29 242,27 306,791 ,472 ,954 VALID
SPI30 242,31 309,356 ,435 ,954 VALID
SPI31 242,20 306,164 ,551 ,954 VALID
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban
dari responden melalui pertanyaan yang diberikan. Instrumen yang reliabel
berarti instrumen tersebut bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas
sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel
atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu.
Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode
statistik Cronbach’s Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar
0,6, dimana jika nilai Cronbach’s Alpha dari suatu variabel lebih besar
dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen
tersebut memiliki reliabilitas yang memadai atau dapat dinyatakan
reliabel. Sebaliknya jika nilai Cronbach’s Alpha dari suatu variabel lebih
kecil dari 0,6 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak reliabel.
Tabel 4.8
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
,955 ,955 59
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS
Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan nilai Cronbach’s Alpha
atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Secara general
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner memiliki nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0,955. Berdasarkan kriteria yang telah dijelaskan sebelumya, maka
dapat disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
penelitian ini adalah reliabel.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal.model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling
tidak mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik. Jiaka data (titik) menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka menunjukkan pola
distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari garis diagonal
dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka tidak menunjukkan
pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak
memenuhi asumsi normallitas (Ghozali, 2001:10).
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Ex
pe
cte
d C
um
Pro
b
Dependent Variable: SPI
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS
Pada gambar 4.1 (grafik normal probability plot) menunjukkan adanya
persebaran data (titik) pada sumbu diagonal. Berdasarkan pedoman uji
normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titik) mengikuti atau
mendekati garis normal, maka suatu penelitian dapat dikatakan normal.
Pada gambar histogram juga menunjukkan adanya normalitas dalam
penelitian ini. Melihat hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini memenuhi uji normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat
dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scaterrplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah
diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya)
yang telah di-studentized.
Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika
plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka O pada sumbu Y, maka mengindikasikan telah terjadi
homokedastisitas. Dan model regresi yang baik adalah yang
mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas
(Ghozali, 2001:105).
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value
-4
-3
-2
-1
0
1
2
Reg
ressio
n S
tud
en
tize
d R
esid
ual
Dependent Variable: SPI
Scatterplot
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS
Pada gambar 4.2, menunjukkan tidak terjadi pola tertentu yang teratur
seperti bergelombang, melebar dan lain-lain. Sesuai dengan pedoman uji
heterokedastisitas, maka dalam penelitian ini tidak terjadi
heterokedastisitas atau dapat disebut homokedastisitas. Hal ini dibuktikan
dengan grafik plot diatas yang tidak membentuk pola tertentu yang teratur,
sehingga penelitian ini layak dilakukan pengujian lebih lanjut.
c. Uji Multikolinearitas
Deteksi terhadap multikolinearitas dapat dilihat dari variance inflation
factor (VIF) dan tolerance (TOL).
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
PKA ,615 1,625
PSA ,615 1,625
a Dependent Variable: SPI
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS
Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa nilai tolerance tidak kurang dari
0,1 dan nilai varian inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10, dapat
disimpulkan hasil tersebut mengindikasikan tidak terdapat gejala
multikolinearitas terhadap variabel penelitian. Sehingga model regresi
berganda dapat digunakan dalam penelitian.
4. Uji Hipotesis
a. Hasil Uji T
Untuk mengetahui pengaruh varibel independen secara parsial
terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai t dan p value (sig) yang
dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel coefficients. Dasar
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis tiap
variabel independen adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig < 0,05) dan nilai t lebih besar dari nilai 2 atau (t > 2), maka Ha
diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (variabel independen secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen).
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig > 0,05) dan nilai t lebih kecil dari nilai 2 atau (t < 2), maka Ha
ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (variabel independen
secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen).
Tabel 4.10
Hasil Uji T
Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 13,051 9,410 1,387 ,173
PKA ,245 ,145 ,147 1,692 ,098
PSA 2,329 ,254 ,798 9,172 ,000
a Dependent Variable: SPI
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS
Hipotesis dan hasil analisis SPSS 12 untuk varibel independen (X)
yaitu penilaian kinerja dan penerapan audit internal dijabarkan sebagai
berikut:
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.10 dapat diidentifikasi bahwa
variabel penilaian kinerja memiliki nilai t sebesar 1,692 dengan nilai
probabilitas sig 0,098, ini berarti nilai t lebih kecil dari 2 atau ( t < 2) dan
nilai probabilitas sig yang digunakan untuk variabel penilaian kinerja
adalah 0,10 artinya bahwa nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,10 atau (0,098 > 0,10). Maka, terdapat pengaruh yang
signifikan antara panilaian kinerja audit internal terhadap sistem
pengendalian intern. Dan hasil analisis pada tabel 4.10 diidentifikasikan
bahwa variabel penerapan audit internal memiliki nilai t sebesar 9,172
dengan nilai probabilitas sig 0,000, ini berarti nilai t lebih besar dari 2 atau
( t > 2) dan nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
(0,000 > 0,05). Maka, terddapat pengaruh yang signifikan antara variabel
penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian intern.
b. Uji statistik F (uji simultan)
Pengujian adanya pengaruh variabel independen secara simultan
terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai F yang dapat
dideteksi dari output SPSS pada table ANOVAa. Dasar pengambilan
keputusan uji simultan antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y
adalah sebagai berikut :
1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig < 0,05) dan nilai F lebih besar dari nilai 4 atau (F > 4), maka Ha
diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (variabel independen secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen).
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau
(sig > 0,05) dan nilai F lebih kecil dari nilai 4 atau (F < 4), maka Ha
ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (variabel independen
secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen).
Tabel 4.11
Hasil Uji F ANNOVA (b)
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3596,772 2 1798,386 86,335 ,000(a)
Residual 874,873 42 20,830
Total 4471,644 44
a Predictors: (Constant), PSA, PKA b Dependent Variable: SPI
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS
Berdasarkan tabel 4.12, terlihat nilai F adalah 86,335 dengan
probabilitas 0.000, karena probabilitas 0.000 jauh lebih kecil dari 0,05 dan
nilai F 86,335 lebih besar dari 4, maka model regresi bisa dipakai untuk
memprediksi sistem pengendalian intern. Atau bisa dikatakan penilaian
kinerja dan penerapan audit internal secara bersama berpengaruh
signifikan terhadap sistem pengendalian intern.
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel
dependen dengan variabel independen terdapat hubungan. Hasil uji
koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,897(a) ,804 ,795 4,564
a Predictors: (Constant), PSA, PKA b Dependent Variable: SPI
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS
Nilai koefisien determinan (R square) pada tabel model summaryb
sebesar 0,804 dan nilai koefisien determinan yang sudah disesuaikan
(adjusted R square) sebesar 0,795, karena jumlah variabel independen
tidak lebih dari dua, maka peneliti menggunakan koefisien determinasi (R
square) dan bukan adjusted R square (Singgih Santoso, 2000:167 dalam
Rudi, 2009). Jadi, nilai yang dipakai adalah 0,804, jika disajikan dalam
bentuk persentase adalah 80,4%. Angka tersebut mempunyai maksud
bahwa variabel penilaian kinerja dan penerapan audit internal secara
bersama dapat menjelaskan 80,4% terhadap variabel sistem pengendalian
intern dan sisanya 19,6% (100% - 80,4%) dipengaruhi oleh variabel lain
dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.
Standard error of estimate adalah sebesar 4,564, semakin kecil standar
error of estimate maka akan membuat model regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen, namun dikarenakan nilai hasil uji secara
simultan sebesar 80,4%, maka itu dirasa kurang, sebab pada analisis
sebelumnya diperoleh hasil penilaian kinerja tidak memiliki pengaruh
terhadap sistem pengendalian intern, sedangkan pada pengujian penerapan
audit internal terhadap sistem pengendalian intern memiliki pengaruh
sebesar 0,798 atau 79,8%. Hal tersebutlah yang menyebabkan pengolahan
data secara simultan hanya menunjukkan angka 80,4% Jika pengujian
penilaian kinerja audit internal memiliki pengaruh maka, dapat dipastikan
analisis secara simultan bisa menunjukkan hasil yang lebih baik.
d. Analisis regresi berganda
Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap varibel dependen dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13
Hasil Regresi Berganda
Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 13,051 9,410 1,387 ,173
PKA ,245 ,145 ,147 1,692 ,098
PSA 2,329 ,254 ,798 9,172 ,000
a Dependent Variable: SPI
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS
Hasil analisis tabel 4.13 diatas memperlihatkan bahwa nilai constant
13,051, penilaian kinerja audit internal 0,245 dan penerapan audit internal
2,329, sehingga berdasarkan analisis regresi berganda diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Y = 13,051 + 0,245X1 + 2,329X2
Hal ini mengindikasikan bahwa jika tidak ada variabel penilaian
kinerja audit internal dan penerapan audit internal, maka sistem
pengendalian intern bernilai 13,051. Koefisien regresi 0,245 menyatakan
bahwa setiap penambahan sejumlah penilaian kinerja audit internal akan
meningkatkan sistem pengendalian intern sebesar 0,245 dan koefisien
regresi 2,329 menyatakan bahwa setiap penambahan sejumlah penerapan
audit internal akan meningkatkan system pengendalian intern sebesar
2,329.
Dengan memperhatikan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Agus adalah bahwa hasil penelitiannya yaitu sistem pengendalian intern
dan pengelolaan persedian mempunyai pengaruh terhadap audit
operasional pada perusahaan Pertamina. Sedangkan pada hasil penelitian
yang dilakukan oleh Siti adalah terdapatnya pengaruh auditor internal
terhadap efektivitas manajemen risiko perusahaan.Berdasarkan hasil yang
telah dianalisa disimpulkan pada penelitian sekarang bahwa penilaian
kinerja dan penerapan audit internal mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap sistem pengendalian intern.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis signifikansi
pengaruh penilaian kinerja audit internal terhadap sistem pengendalian intern,
signifikansi pengaruh penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian
intern dan secara simultan signifikansi pengaruh penilaian kinerja dan penerapan
audit internal terhadap sistem pengendalian intern. Metode penelitian yang
digunakan adalah hipotesis.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil uji t menunjukkan penilaian kinerja audit internal (variabel X1) yang
diukur oleh sistem pengendalian intern (variabel Y) secara parsial diperoleh
nilai t sebesar 1,692 dengan nilai probabilitas sig 0,098. Ini berarti nilai t lebih
kecil dari 2 dan probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,10.
Berdasarkan temuan penelitian ini disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian
yang menyatakan penilaian kinerja berpengaruh secara signifikan terhadap
sistem pengendalian intern.
2. Hasil uji t menunjukkan penerapan audit internal (variabel X2) yang diukur
oleh sistem pengendalian intern (variabel Y) secara parsial diperoleh nilai t
sebesar 9,172 dengan nilai probabilitas sig 0,000, ini berarti nilai t lebih besar
dari 2 dan nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05.
Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis
penelitian yang menyatakan penerapan audit internal berpengaruh signifikan
terhadap sistem pengendalian.
3. Hasil uji F menunjukkan penilaian kinerja audit internal (variabel X1) dan
penerapan audit internal (variabel X2) secara simultan diperoleh F sebesar
86,335 dengan nilai probabilitas sig sebesar 0,000. Ini berarti nilai F lebih
besar dari nilai 4 dan nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas
0,05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis
penelitian yang menyatakan penilaian kinerja audit internal dan penerapan
audit internal secara bersama berpengaruh signifikan terhadap sistem
pengendalian intern.
B. Implikasi
Penelitian ini memiliki implikasi terhadap auditor internal pada perusahaan
perbankan khususnya. Seorang auditor internal memiliki tanggung jawab terhadap
semua tugas yang dikerjakan dan hasil yang dilaporkan, apalagi seorang auditor
internal bekerja pada perusahaan yang memiliki manajemen yang membuat sistem
untuk diikuti dan dijalankan. Auditor internal juga bertanggung jawab terhadap
hasil laporan keuangan manajemen perusahaan tempatnya bekerja. Auditor
internal dituntut untuk memberikan hasil terbaik terhadap perusahaan. Penilaian
kinerja oleh auditor internal terhadap manajemen suatu perusahaan tempatnya
bekerja adalah merupakan salah satu cara agar perusahaan dapat mengoreksi
setiap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan nantinya. Penilaian tersebut akan
sangat dapat berdampak baik untuk perbaikan sistem manajemen yang telah
dibuat dan digunakan. Setelah penilaian yang diutarakan oleh auditor internal
terhadap pihak manajemen (bisa dalam bentuk laporan), adalah penerapan yang
sebaiknya dilakukan setelah penilaian tersebut. Auditor mendapatkan hasil dari
penilaian kinerja tersebut, auditor akan melakukan penerapan terhadap hasil
penilaian kinerja tersebut. Dan untuk memudahkan auditor dalam menjalankan
tugasnya dengan baik, perlu adanya standar yang membantunya sebagai acuan
untuk memberikan pendapat terhadap hasil yang akan dicapainya.
Penilaian kinerja yang telah dilakukan oleh auditor internal terhadap
manajemen perusahaannya, baik menilai terhadap kinerja karyawan, perencanaan
terhadap tujuan perusahaan, prosedur yang harus dilakukan setiap individu dalam
menjalankan tugasnya dan berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan
kemajuan perusahaan nantinya. Setelah penilaian tersebut dilaporkan kepada
pihak manajemen perusahaan, tahap selanjutnya adalah peninjauan ulang kinerja
setiap karyawan dengan penerapan. Maksudnya adalah auditor internal setelah
mendapatkan hasil penilaian sebaiknya itu diterapkan pada kegiatan pekerjaannya,
dan acuan yang digunakan adalah standar. Standar inilah yang akan membantu
auditor internal untuk mencapai sistem pengendalian intern perusahaan yang
baik.
Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam penelitian ini,
maka dapat di kemukakan beberapa saran di antaranya:
1. Karyawan yang bekerja pada bagian manajemen suatu perusahaan sebaiknya
memberi masukan kepada pihak yang berkaitan dengan proses penilaian
kinerja sebelum dilakukannya kegiatan penilaian tersebut. Dan penilaian
tersebut dilakukan oleh auditor, karena penilaian ini akan dapat
mempengaruhi peningkatan kinerja yang terus membaik.
2. Auditor internal dalam melakukan tugasnya, dalam hal ini adalah penilaian
kinerja terhadap karyawan adalah menyatakan pendapat yang sebenarnya.
Tetapi auditor harus mengacu pada standar auditing, agar hasil yang dicapai
adalah baik untuk sistem pengendalian intern yang ada di dalam perusahaan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, ”Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”,
Edisi Ketiga, Jilid 1, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2007.
Bariyah, Siti Chaerul. “Pengaruh Auditor Internal Terhadap Efektivitas
Manajemen Risiko Perusahaan”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2007.
Boynton, William C, Ramond N. Johnson dan Walter G. Kell, “Modern
Auditing”, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003.
Fitria, Syifa. “Korelasi Hasil Audit Internal dengan Kemampuan Kinerja
Perusahaan”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2008.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Penerbit
Badan Penerbit Universita Diponegoro, Semarang, 2005.
Halim, Abdul, “Auditing 1 (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan)”, Unit
Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2008.
Hamid, Abdul, “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Hapsoro, Doddy. “Keberadaan Sistem Pengendalian Intern dalam Perusahaan:
suatu Paradoks”, Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Vol 2
No.2, Agustus, 1999.
Harjanto, Nung. “Pengendalian Kualitas Audit untuk Memenuhi Harapan Pihak
Internal dan Eksternal”, Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Vol 2 No.2, Agustus, 1999.
Heryanto dan Lukman, ”Statistik Ekonomi”, Lembaga Penerbit Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, Salemba Empat, Yogyakarta, 2000.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), “Standar Profesional Akutan Publik Per
1 Januari 2001 / untuk Ikatan Akuntan Indonesia Kompartement Akuntan
Publik” , Cetakan Keempat, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), ”Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil /
Institut Akuntan Publik Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Mulyadi dan Kanaka Puradiredja, “Auditing”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta,
2000.
Niswonger, Rillin C., Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess. “Prinsip-
prinsip Akuntansi”, Edisi 19, Buku satu, Erlangga, Jakarta, 1999.
Pareke, Fahriddin JS. “Penilaian Kinerja:Keefektifan dan Kesalahan-kesalahan
Umum yang Sering Terjadi”. Media Ekonomi Vol. 1 No.2. November 2000.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Penerbit PT Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2000.
Sarwono, Jonathan, “Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS”, Penerbit
ANDI, Yogyakarta, 2006.
Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner. “Sawyer’s
Internal Auditing: Audit Internal Sawyer”, Buku Satu, Salemba Empat,
Jakarta, 2005.
Setiyawan, Agus. “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern dan Pengelolaan
Persediaan terhadap Audit Operasional pada PT. Pertamina
(Persero)”, Skripsi FEIS, Jakarta, 2007.
Sugiyono, “Statistika Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005.
Umar, Husein, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis” Edisi Kedua, Penerbit
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Yusup, Al, Haryono, ”Auditing (Pengauditan)”, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2001.
http://sai.ugm.ac.id, diakses pada tanggal 10 Oktober 2008, tentang sistem
pengendalian intern.
http://fianka.wordpress.com/2008/09/11/Penilaian _Kinerja/, diakses pada
tangggal 10 Oktober 2008, tentang penilaian kinerja.
http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Auditing, diakses pada tanggal 8 Juni 2009,
tentang standar auditing.