PENGARUH PENGUKUSAN DEDAK PADI DAN SUPLEMENTASI filemenyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh...
-
Upload
trinhquynh -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of PENGARUH PENGUKUSAN DEDAK PADI DAN SUPLEMENTASI filemenyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh...
i
PENGARUH PENGUKUSAN DEDAK PADI DAN SUPLEMENTASI
METHIONIN HIDROXY ANALOG (MHA) DALAM RANSUM
TERHADAP PERFO RMAN DOMBA LO KAL JANTAN
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Peternakan
Oleh : Puput Ajik Karjito
H0505053
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
ii
PENGARUH PENGUKUSAN DEDAK PADI DAN SUPLEMENTASI
METHIONIN HIDROKSI ANALOG (MHA) DALAM RANSUM
TERHADAP PERFO RMAN DOMBA LO KAL JANTAN
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Puput Ajik Karjito H0505053
te lah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 23 April 2010
dan dinyatakan telah m em enuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Ir. Susi Dwi W idyawati, M. S NIP. 19610313 198502 2 001
Anggota I
Ir. Joko Riyanto, M. P NIP. 19620719 198903 1 001
Anggota II
Ir. Sudiyono, M. S
NIP. 19590905 198703 1 001
Surakarta, April 2010
Mengetahui Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. NIP. 19551217 198203 1 003
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pengukusan Dedak Padi Dan
Suplementasi Methionin Hidroxy Analog (MHA) Dalam Ransum Terhadap
Performan Domba Lokal Jantan
Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya
skripsi ini telah mendapat bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ibu. Ir. Susi Dwi Widyawati, M.S selaku pembimbing utama dan dosen
penguji.
4. Bapak. Ir. Joko Riyanto, M.P selaku pembimbing pendamping dan dosen
penguji.
5. Bapak Ir. Sudiyono, MS selaku dosen penguji.
6. Kedua orang tua beserta adikku atas cinta, kasih sayang dan doanya.
7. Teman-teman 2005 yang telah memberi dukungan dan doanya
8. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan
skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.
Surakarta, April 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….
RINGKASAN………………………………………………………………
SUMMARY………………………………………………………………...
I. PENDAHULUAN................................................................................
A. Latar Belakang………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………
C. Tujuan Penelitian………………………………………………
II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………...
A. Domba Lokal Jantan…………………………............................
B. Sistem Pencernaan Ruminansia………………………………
C. Pakan …………………………………………………………
D. Dedak Padi……………………………………………………
E. Rumput Raja………………………………................................
F. Pengukusan……………………………………………………
G. Methionin Hidroxy Analog……………………………………
H. Konsumsi Pakan………………………………………………...
I. Pertambahan Bobot Badan...........................................................
J. Konversi Pakan ...........................................................................
K. Feed Cost per Gain……………..................................................
L. Efisiensi Protein Ransum...........................................................
HIPO TESIS.........................................................................................
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
x
1
1
3
4
5
5
6
7
8
8
9
10
10
11
11
12
12
14
v
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN…………………………
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………..
B. Materi dan Metode……………………………………………
C. Persiapan Penelitian…………………………………………….
D. Cara Penelitian………………………………………………….
E. Analisis Data………………………………………………........
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………
A. Konsumsi Pakan……………………………………...................
B. Konsumsi Protein Kasar……………………………………….
C. Pertambahan Bobot Badan Harian……………………………..
D. Konversi Pakan…………………………………………............
E. Efisiensi Protein Ransum ……………………………………..
F. Feed Cost per Gain…………………………………..................
V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
LAMPIRAN………………………………………………………………...
15
15
15
18
19
21
22
22
23
24
26
28
29
31
31
31
32
35
vi
DAFTAR TABEL
1. Kebutuhan nutrien untuk domba……...................................................
2. Kandungan nutrien bahan pakan untuk ransum.....................................
3. Komposisi dan kandungan nutrien ransum percobaan (%BK)..................................................................................................
4. Rerata konsumsi pakan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari)...........................................................................................
5. Rerata konsumsi protein pakan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari)...........................................................................................
6. Rerata pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari)...........................................................................
7. Rerata konversi pakan domba lokal jantan selama penelitian...............................................................................................
8. Rerata efisiensi protein ransum domba lokal jantan selama penelitian...............................................................................................
9. Rerata feed cost per gain domba lokal jantan selama penelitian (Rp/kg) ..................................................................................................
15
16
16
22
23
24
26
28
29
Nomor Judul Halam an
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
1. Analisis variansi rerata konsumsi pakan dom ba lokal jantan
(g/ekor/hari) ............................................................................................. 35 2. Analisis variansi rerata konsumsi protein domba lokal jantan
(g/ekor/hari)............................................................................................... 36 3. Analisis kovariansi rerata pbbh domba lokal jantan (g/ekor/hari) .............. 37
4. Analisis variansi rerata konversi pakan domba lokal jantan ................... 39
5. Analisis variansi rerata efisiensi protein domba lokal jantan ................... 40
6. Feed cost per gain domba lokal jantan (Rp/kg) ........................................ 41
7. Bobot badan awal dan akhir domba lokal jantan...................................... 42
8. Temperatur lingkungan kandang selama penelitian ................................ 43
9. Denah kandang domba pada saat penelitian ............................................. 45
10. Hasil analisa proksimat rumput raja ......................................................... 46
11. Hasil analisa proksimat dedak padi........................................................... 47
viii
PENGARUH PENGUKUSAN DEDAK PADI DAN SUPLEMENTASI METHIONIN HIDROXY ANALOG (MHA) DALAM RANSUM
TERHADAP PERFO RMAN DOMBA LO KAL JANTAN
Puput Ajik Karjito
H0505053
RINGKASAN
Usaha peternakan domba dihadapkan dengan mahalnya biaya pengadaan
konsentrat. Bahan pakan alternatif dengan memanfaatkan limbah pertanian yaitu
dedak padi. Pengolahan pakan untuk mengopt imalkan dedak padi salah satunya
dengan pengukusan dan untuk meningkatkan kandungan nutrient ransum maka
disuplementasikan MHA. Pengukusan dedak padi dan suplementasi MHA dalam
ransum diharapkan dapat saling melengkapi kandungan nutriennya dan dapat
menggantikan konsentrat sebagai bahan pakan sumber energi. Pengukusan dan
suplementasi MHA diharapkan meningkatkan keuntungan dalam pemeliharaan
ternak karena dapat menekan biaya pengadaan konsentrat sebagai pakan penguat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengukusan dedak
padi dan suplementasi MHA dalam ransum terhadap performan domba lokal
jantan. Penelitian dilaksanakan selama 12 minggu mulai tanggal 11 Agustus – 2
November 2009, di mini farm Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret Surakarta berlokasi di Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo,
Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah. Materi yang digunakan adalah
domba lokal jantan sebanyak 12 ekor dengan bobot badan rata-rata 10,32 ± 1,02
kg dibagi dalam tiga macam perlakuan dan empat ulangan, setiap ulangan terdiri
dari satu ekor domba.
Ransum yang diberikan berupa hijauan rumput raja, dedak padi, dedak
padi kukus, dan dedak padi kukus ditambah MHA. Perlakuan yang diberikan
masing-masing adalah P0 (rumput Raja 60% + dedak padi 40%), P1 (rumput
ix
Raja 60% + dedak padi kukus 40%), P2 (rumput Raja 60% + dedak padi kukus
40% + MHA 1%). Parameter yang diamati meliputi konsumsi pakan, konsumsi
protein, pertambahan bobot badan harian (PBBH), konversi pakan, efisiensi
protein ransum dan feed cost per gain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata dari ketiga macam perlakuan
yaitu P0, P1, dan P2 berturut-turut untuk konsumsi pakan 999,46, 936,84, dan
935,58 gram/ekor/hari, konsumsi protein 171,57; 160,76; dan 160,55
gram/ekor/hari, pertambahan bobot badan harian 51,530; 58,163; dan 62,625
gram/ekor/hari, konversi pakan 20,288, 16,934, dan 16,623, efisiensi protein
ransum 0,299; 0,365; dan 0,391, dan feed cost per gain Rp. 21428,78/kg; Rp.
18013,51/kg; dan Rp. 18068,88/kg.
.Hasil analisis variansi untuk konsumsi, konsumsi protein, konversi
pakan dan efisiensi protein ransum dan analisis kovariansi untuk pertambahan
bobot badan harian dari ketiga macam perlakuan masing-masing adalah berbeda
tidak nyata (P>0,05).
Pengukusan dedak padi dan suplementasi MHA tidak meningkatkan
performan domba lokal jantan (konsumsi pakan, konsumsi protein, pertambahan
berat harian, konversi pakan, efisiensi protein ransum). Feed cost per gain yang
paling murah pada perlakuan ransum yang dikukus.
Kata kunci: domba lokal jantan, dedak padi, performan, MHA.
x
INFLUENC E OF RICE BRAN STEAMED AND SUPPLEMENTATIO N OF
METHIONIN HIDROXY ANALOG (MHA) O N THE RATION O N
PERFORMANC E OF LO CAL MALE SHEEP
Puput Ajik Karjito
H0505053
SUMMARY
Farm businesses sheep are faced with the high cost of procurement of
concentrates. Alternative feed material by utilizing agricultural waste is rice bran.
proseccing feed rice bran to optimize one with steaming and to increase the
nutrient content of the rations supplemented with MHA. Steaming rice bran and
MHA supplementation in the rat ion is expected to complement each other and
nutrient content can replace the feed concentrate as an energy source material.
Steaming and MHA supplementation is expected to increase profits in raising
cattle because it can reduce the cost of procurement of feed concentrate as
reinforcement.
This study aims to find out effect steaming rice bran and suplementation
MHA in rations for male performance of local male sheep. The study was
conducted over 12 weeks start ing on 11 August to 2 November 2009, in
Department of Animal Science of Agriculture Faculty of Sebelas Maret
University located in Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar. Research carried
out experimentally using the Completly Random Design (CRD) one way
classification. The material used is a local male sheep as many as 12 males
weighing an average of 10.32 ± 1.02 kg were divided into three kinds of
treatments and four replications, every replication use one local male sheep.
Rations are given in the form of king grass, rice bran, rice bran steamed,
rice bran steamed and plus MHA. The treatment given each of them is P0 (60%
king grass + 40% rice bran), P1 (60% king grass + rice bran steamed 40%, P2
(60% king grass + rice bran steamed 40% + 1% MHA, . The parameters observed
xi
included feed consumption, protein consumption, Average Daily Gain (ADG),
feed conversion, protein efficiency ratio and feed cost per gain.
The results showed that the average of the three kinds of treatment that
is P0, P1, and P2, respectively for the consumption of 999.46, 936.84, and 935.58
grams / head / day, consumption of protein, 171.57; 160.76; and 160.55 grams /
head / day, average daily gain 51.530; 58.163 and 62.625 grams / head / day, feed
conversion 20.288, 16.934, and 16.623, protein efficiency ration 0.299; 0.365 and
0.391, and feed cost per gain Rp. 21428,78/kg; Rp. 18013,51/kg; dan Rp.
18068,88/kg.
The results of analysis of variance for consumption, protein
consumption, feed conversion and protein efficiency ration and analysis
covariance to average daily gain of the three types of treatment, respectively, are
different is not significant (P> 0,05).
Steamed rice bran and MHA supplementation did not improve on
performance local male sheep (feed consumption, protein consumption, average
daily gain , feed conversion, protein efficiency ration). Feed cost per gain the
most efficient in the treatment rat ion steamed.
Keywords: local male sheep, rice bran, perform ance, MHA.
ABSTRAK
P enel itian ini bertujuan untuk mengetahui pengaru h pengukusan dedak padi dan sup lementasi MHA dalam ran sum terhadap performan domba lok al jantan . P enelitian dil aksanakan selama 12 minggu mulai tanggal 11 A gus tus – 2 No vember 2009, di mini farm Jurusan P etern akan, Fak ultas Pertanian, Univers itas Sebelas Maret Surakarta berlokasi di Desa Jat ikuwung, Kecamatan Gon dangrejo, Kabupaten Karan ganyar. P enel itian dilakukan secara eksperimental menggu nakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ) pola searah. Materi yang dig unakan adalah domba lokal jantan sebanyak 12 ekor dengan bobot badan rata-rata 10,32 ± 1,02 kg d ibagi dalam tiga macam perlakuan dan empat ulangan, set iap ulangan terd iri d ari satu ekor domba.
Ransu m yang diberikan berupa hijauan rumput raj a, dedak padi, dedak pad i kuk us, dan dedak padi kukus ditambah MHA. Perlakuan yang diberikan masing-masing adalah P0 (rumput Raja 60% + dedak padi 40%), P 1 (rumput Raja 60% + dedak padi kuk us 4 0%), P2 (rumput Raja 60% + dedak padi kuk us 40% + MHA 1%). P arameter yang diamati meliputi
konsumsi pakan, konsumsi protein, pertambahan bobot badan harian (P BBH), kon versi pakan, efisiensi protein ransum dan feed cost per gain . Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata dari
ketiga macam perlakuan yai tu P0, P1, dan P2 berturut-turut untuk ko nsumsi pakan 999,4 6, 936,84, dan 935,58 gram/ekor/hari , konsu msi protein 171,5 7; 160,7 6; dan 160,55 gram/ekor/hari , pertambahan bobot badan harian 51,530; 58,163; dan 62,62 5 gram/ekor/hari, konvers i pakan 20,288, 16,934, dan 16,623, efisiensi protein ransum 0,299; 0,365 ; dan 0,391, dan feed cost per gain Rp. 21428,78/kg; Rp. 18 013 ,51/kg; dan Rp. 18 068,88/kg.
.Hasil anal isis variansi untu k kon sumsi, konsu msi p rotein, konversi pak an dan efisiensi protein ransum dan anal isis kovariansi untuk p ertambahan bobot badan hari an dari ketiga macam perlakuan masing-masing adalah berbeda tidak nyata (P >0,05).
P engukusan dedak padi dan supl ementasi MHA tidak mening katkan performan domba lokal jantan (konsu msi pakan , konsumsi pro tein, pertambahan berat harian, ko nversi pakan, efisiensi protein ransum). Feed cost per gain yang paling murah pada perlakuan ransum yang dikuku s.
Kata kunci: domba lokal jan tan, dedak padi, performan, MHA.
1)Mahasiswa Jurusan P etern akan Fak ult as P ertan ian Univ ersitas Seb elas Maret Su rakart a,
dengan NIM. H0505 053 2)Dosen P embimbing u tama skripsi dengan NIP . 196103 13 1 985 02 2 001 3)Dosen Pembimbing p endamping sk ripsi dengan NIP . 1962071 9 198 903 1 001
PENG ARUH PENG UKUSA N DEDAK PADI DAN SUPLEMENTASI METHIONIN HIDROXY ANALOG (MHA) DALAM RANSUM
TER HADAP PER FOR MAN DOMB A LOKAL JANTAN
PUPUT AJIK KARJITO1) Ir. Susi Dwi Widyawati, MS2) dan Ir. Joko Ri yanto, MP3)
INFLU ENCE OF RICE BRA N STEAMED AND SU PPLEMENTATION OF METHIONIN HIDROXY ANALOG (MHA) ON THE RATION ON
PERFORMANCE OF LOCAL MALE SHEEP
PUPUT AJIK KARJITO1) Ir. Susi Dwi W idyawati , MS2) dan Ir. Joko Riyanto , MP3)
ABSTRAK
This stu dy aims to find out effect steaming rice b ran and su plementat ion MHA in rat ions for male performance o f local male sheep. The study was conducted over 12 weeks
start ing on 11 August to 2 November 2009, in Department of Ani mal Science of Agriculture Facu lty of Sebel as Maret Univ ersity located in Jatikuwung, G ondangrejo, Karan ganyar. Research carried out experimentally usin g the Completly Rando m Design (CRD) one way
classificat ion. The material used is a local male sheep as many as 12 males weighing an average of 10.32 ± 1.02 kg were d ivided into three k inds of treatments and four replicat ion s, every rep licat ion us e one local male sheep.
Rat ions are given in the form of kin g gras s, rice bran, rice bran steamed, rice bran steamed and plus MHA. The treatment given each of them is P0 (60% king grass + 40% rice bran), P 1 (60% king grass + rice bran steamed 40%, P 2 (60% king gras s + rice b ran steamed 40% + 1% MH A, . The parameters observed included feed consumption, prot ein consu mption, Average Daily Gain (ADG), feed convers ion, p rotein efficiency rat io an d feed cost per gain.
The result s showed that the average of the three kinds of treatment that is P0, P1,
and P2 , respectively for the co nsumption of 999.4 6, 936.84 , and 935 .58 g rams / head / day, consumption of protein, 171.57 ; 160.76; and 160 .55 g rams / head / day, averag e dai ly gain 51.530; 58.16 3 and 62.625 grams / head / day, feed convers ion 20 .288 , 16.934, and 16.62 3, protein efficiency ration 0.299; 0.365 and 0.391 , and feed cost per gain Rp. 21428,78/kg; Rp. 18013,51 /kg ; dan Rp. 18068,88 /kg.
The res ult s of analysis of vari ance for consumption, protein consu mption, feed convers ion and protein efficiency rat ion and analysis covariance to average daily gain of the three types of treat ment, respect ively, are d ifferent i s not sign ificant (P > 0,05 ).
Steamed rice bran and MH A su pplementation did not improve on performance local male sheep (feed consumption, protein consu mption, averag e dai ly gain , feed convers ion, protein efficiency ration). Feed cost per gain the most efficient in the treatment ration steamed.
Keywords: local male sheep , rice bran , performance, MHA.
1)Mahasiswa Jurusan P etern akan Fak ult as P ertan ian Univ ersitas Seb elas Maret Su rakart a, dengan NIM. H0505 053
2)Dosen P embimbing u tama skripsi dengan NIP . 196103 13 1 985 02 2 001 3)Dosen Pembimbing p endamping sk ripsi dengan NIP . 1962071 9 198 903 1 001
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebutuhan protein hewani masyarakat dari tahun ke tahun terus
meningkat sebanding dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran
akan pentingnya kebutuhan gizi. Kebutuhan protein hewani dapat dipenuhi
dengan mengkonsumsi komoditas peternakan seperti daging, telur, dan susu.
Konsumsi daging masyarakat Indonesia sebesar 7,10 kg perkapita pertahun
lebih tinggi dibanding dengan konsumsi telur sebesar 3,48 kg perkapita
pertahun dan konsumsi susu sebesar 6,50 kg perkapita pertahun
(Husodo, 2003). Pengembangan komoditas peternakan mempunyai peranan
yang besar dalam pencukupan kebutuhan protein hewani masyarakat.
Domba merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging sumber
protein hewani bagi kebutuhan masyarakat. Domba merupakan ternak yang
cukup potensial dikembangkan diIndonesia karena mudah beradaptasi
terhadap berbagai lingkungan dan cepat berkembang biak, karena dalam
waktu 1 tahun dapat beranak 2 kali, serta sekali beranak dapat mencapai 2
ekor (Sugeng, 1990)
Usaha menigkatkan pengadaan daging domba baik dalam jumlah
maupun kualitas dapat dilakukan dengan usaha penggemukan. Menurut
Murtidjo (1992) menyatakan bahwa pakan bagi ternak domba dari sudut
nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat pent ing dalam menunjang
kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Kebutuhan pakan dapat
dipenuhi dengan hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat sebagai pakan
penguat untuk berproduksi (Hatmono dan Hastoro, 1997). Selain itu
pemberian ransum berupa kombinasi dari kedua bahan tersebut memberikan
terpenuhinya nutrient (Siregar, 1994).
Pakan tambahan yang biasa digunakan peternak untuk melengkapi
kebutuhan nutrient dari ternak adalah konsentrat. Penggunaan konsentrat
dalam usaha peternakan sering menimbulkan kendala karena harganya yang
mahal, oleh karena itu perlu dicari bahan pakan alternat if yang murah, masih
1
2
diberikannya dedak padi untuk pakan ternak secara tunggal maka perlu
dilakukan tekhnologi pengolahan dedak padi agar penggunaanya lebih opt imal
dan juga dilakukan penambahan nutrient .
Dedak padi merupakan salah satu bahan pakan yang murah, mudah
diperoleh dan jumlahnya melimpah. Kandungan serat kasar yang relatif tinggi
yang dapat mengganggu proses pencernaan pakan dalam saluran pencernaan
dan mudah menjadi tengik apabila disimpan dalam waktu lama menyebabkan
kualitas dedak padi sebagai pakan ternak menurun. Williamson and Payne
(1993) menyatakan bahwa dedak padi terdiri dari lapisan luar beras,
mengandung lemak dan serat kasar tinggi. Ditambahkan oleh Rasyaf (1990)
bahwa kandungan serat kasar dedak sebesar 13 %, dimana enam kali lebih
besar daripada kandungan serat kasar jagung dan menurut Anonimus (1986)
kadar serat kasar yang terlalu tinggi dapat mengganggu pencernaan sehingga
daya cerna dari bahan tersebut menjadi berkurang.
Tekhnologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan
bahan pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi dan
memperpanjang daya simpan, tetapi juga dilakukan dengan tujuan untuk
mengubah limbah pertanian menjadi berdaya guna. Salah satu tekhnologi yang
dilakukan adalah dengan pengukusan, karena dengan pengukusan akan
meningkatkan kelarutan dalam air dari beberapa komponen penyusun pakan.
Pengukusan dapat memecah rantai karbon sehingga nutrien dapat diserap utuh
oleh tubuh.
Sumber methionin bahan pakan ternak sebagian besar berasal dari
tanaman. Methionin merupakan asam amino pembatas (yang terkecil
jumlahnya) pada bahan pakan nabati, akibatnya pakan tersebut kekurangan
methionin (Edwards dan Hassal, 1971). Methionin merupakan asam amino
esensial yang dibutuhkan oleh hewan untuk pertumbuhan dan kesehatan
normal dan harus tersedia dalam tubuh. Kekurangan methionin dapat
menyebabkan penurunan bobot badan. Padahal bagi ruminansia justru asam
amino metionin dianggap sebagai faktor pembatas untuk berproduksi sesuai
dengan mutu genetiknya. Methionin berfungsi untuk pertumbuhan tulang,
3
urat, daging, kulit, bulu dan menggantikan jaringan tubuh yang rusak.
Mengingat metionin dapat digantikan sebagian besar oleh analognya yang
dalam perdagangan disajikan dengan nama Methionin Hidroxy Analog
(MHA). Formulasi MHA tersebut adalah (CH3SCH2CH2CHOHCOO)2Ca
(Dilaga,1992).
Suplementasi MHA dalam ransum masa pertumbuhan oleh enzym
transaminase didalam tubuh akan diubah menjadi asam amino metionin. Asam
amino ini nant inya dapat berperan sebagai donor sulfur. Sulfur sangat pent ing
dalam metabolisme lemak, karbohidrat, dan energi, maka jika defisiensi akan
menyebabkan pertumbuhan terhambat. Untuk itu, suplementasi MHA dalam
ransum pertumbuhan awal perlu diperhatikan. Penambahan MHA dalam
ransum pada masa pertumbuhan bermanfaat dalam meningkatkan peningkatan
bobot badan. Penambahan MHA dapat meningkatkan fermentasi selulosa dan
glukosa, serta mepercepat laju pertumbuhan mikrobia rumen, memacu
kecernaan karbohidrat dan meningkatkan sintesis protein mikroba
(Dilaga, 1992).
Berdasarkan alasan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengukusan pada pakan sumber energi dan suplementasi MHA dalam ransum
ransum terhadap performan ternak domba lokal jantan
B. Perumusan Masalah
Usaha peternakan sering kali dihadapkan dengan masalah mahalnya
biaya pakan. Pakan konsentrat yang digunakan sebagai pakan penguat dalam
pemeliharaan ternak domba menjadi satu masalah karena biaya pengadaannya
yang mahal. Dedak padi yang masih digunakan sebagai pakan tunggal perlu
adanya tekhnologi pengolahan dan suplementasi nutrient agar penggunaanya
lebih optimal.
Dedak padi merupakan sisa pengolahan gabah menjadi beras yang
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena masih mengandung protein,
harganya murah dan jumlahnya melimpah. Dedak padi memiliki kekurangan
apabila digunakan sebagai pakan yaitu tingginya kandungan serat kasar yang
dapat mengganggu proses pencernaan. Selain itu kandungan lemak yang
4
tinggi mengakibatkan tengik (rancid) bila disimpan dalam waktu yang lama,
sehingga kualitas dedak padi sebagai pakan menurun.
Penggunaan dedak padi agar menjadi lebih optimal pemanfaatnnya
maka diperlukan suatu tekhnologi pengolahan pakan, salah satunya yaitu
dengan pengukusan. Pengaruh utama dari perlakuan pengukusan adalah
palatabilitas naik penurunan kontaminasi jamur. Metionin sintesis sudah
banyak terdapat dipasaran dalam bentuk MHA sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai suplemen dalam ransum untuk memperbaiki kualitas. Penambahan
MHA dalam ransum pada masa pertumbuhan bermanfaat dalam meningkatkan
peningkatan bobot badan. Penambahan MHA dapat meningkatkan fermentasi
selulosa dan glukosa, serta mempercepat laju pertumbuhan mikrobia rumen,
memacu kecernaan karbohidrat dan meningkatkan sintesis protein mikroba
Pengukusan bahan pakan sumber energi dan suplementasi MHA dengan
perbandingan 60% :40% diharapkan berpengaruh terhadap performan domba
lokal jantan.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
Mengetahui pengaruh pengukusan dedak padi dan suplementasi MHA
dalam ransum terhadap performan domba lokal jantan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Dom ba Lokal Jantan
Menurut Kartadisastra (1997), semua domba memiliki beberapa
karakteristik yang sama kedudukanya dalam sistematika hewan yaitu :
Filum : Chodata
Sub. Filum : Vertebrata (bertulang belakang)
Marga : Gnastomata (mempunyai rahang)
Kelas : Mamalia (menyusui)
Bangsa : Plasentalia (mem punyai plasenta)
Suku : Ungulata (berkuku)
Ordo : Artiodactyla (berkuku genap)
Sub. Ordo : Selenodanta (ruminansia)
Seksi : Pecora (memamah biak)
Famili : Bovidae
Sub. Famili : Caprinus
Genus : Oris aries
Domba lokal juga disebut dom ba kampung, dom ba negeri atau domba
kacang. Domba lokal berasal dari Bangladesh atau India. Domba ini telah
beradaptasi sejak ribuan tahun lalu di Jawa sehingga dianggap sebagai ternak
asli Indonesia. Disetiap daerah domba mempunyai nama berbeda-beda sesuai
dengan banyaknya sub populasi yang berkembang. Populasi domba lokal di
Jawa sekitar 67% dari total populasi dom ba yang terdapat di Indonesia. Bobot
domba lokal yang telah dewasa antara 20-30 kg, sedangkan betina dewasa 15-
20 kg. bobot anak lahir 2,7 kg, bobot anak sapih 7,2 kg, dan bobot domba
berumur 7 bulan berkisar 15 kg. (Mulyono dan Sarwono, 2004).
Domba lokal merupakan dom ba asli Indonesia, sekitar 80%
populasinya ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mempunyai tubuh
yang kecil sehingga disebut domba kacang atau domba Jawa. Selain bentuk
badan yang kecil, ciri yang lain yaitu : ekor relatif kecil dan tipis, biasanya
5
6
bulu badanya berwarna putih, hanya kadang-kadang ada berwarna lain, misal
belang-belang hitam disekitar mata, domba jantan bertanduk kecil, dan
melingkar dan domba betina umumnya tidak bertanduk dan berat badan domba
jantan dewasa berkisar 30-40 kg dan berat badan betina 15-20 kg.
(Mulyono, 1998).
B. Sistem Pencernaan Ruminansia
Ternak ruminansia memiliki keistimewaan dalam struktur anatomi
saluran pencernaan. Saluran pencernaan ruminansia tergolong istimewa karena
terdiri dari empat bagian yaitu : rumen, ret ikulum, om asum dan abomasum.
Saluran pencernaan sepert i itu merupakan keunggulan, karena pakan dapat
dicerna dengan sangat sempurna sehingga nutrien dapat diserap relatif lebih
optimal dibandingkan dengan hewan lainnya (Hatmono dan Hastoro, 1997).
Menurut Arora (1989) rumen merupakan tabung besar dengan berbagai
kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba.
Rumen adalah bagian perut yang paling besar dengan kapasitas paling banyak.
Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan yang dikonsumsi
(Kartadisastra, 1997)
Retikulum merupakan perut yang mempunyai bentuk permukaan
menyerupai sarang tawon, dengan struktur yang halus dan licin serta
berhubungan langsung dengan rumen. Omasum merupakan bagian perut yang
mempunyai bentuk permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar.
Bentuk fisik ini dengan gerakan peristaltik berfungsi sebagai penggiling
makanan dan menyerap sebagian besar air. Abomasum adalah bagian perut
yang terakhir sebagai tempat hasil pencernaan untuk diserap oleh tubuh
(Kartadisastra, 1997).
Proses pencernaan ruminansia dimulai diruang mulut. Didalam mulut
pakan yang masih berbentuk kasar dipecah menjadi part ikel-partikel kecil
dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva (Siregar, 1994).
Pencernaan kimiawi dan penyerapan nutrien terjadi pada sepanjang
usus halus (Hatmono dan Hastoro, 1997). Unsur-unsur penyusun berbagai
7
nutrien (asam amino, gula, asam lemak dan sebagainya) dihasilkan
diabomasum melalui proses kerja cairan lambung terhadap bakteri dan
protozoa dan diserap melalui didnding usus halus (Srigandono, 1998).
C. Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat pent ing dalam
menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi domba. Bahan pakan yang
dapat diberikan pada dom ba terdiri dari dua jenis yaitu hijauan pakan dan
konsentrat (Murtidjo, 1992)
Menurut Hatmono dan Hastoro (1997), kebutuhan ternak ruminansia
terdiri dari dua macam yaitu pakan sumber energi dan pakan sumber protein.
Pakan berserat sepert i hijauan merupakan pakan sumber energi dan secara
alamiah ternak domba lebih menyukai pakan berserat dari pada konsentrat.
Hijauan tersebut pada umumnya merupakan bahan pakan yang kandungan serat
kasarnya relatif tinggi. Ternak ruminansia mampu mencerna hijauan yang
umumnya mengandung selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya
mikroorganisme didalam rumen, makin tinggi populasinya akan semakin tinggi
pula kemampuan mencerna selulosa (Siregar, 1994).
Konsentrat merupakan pakan tambahan yang diberikan untuk
melengkapi kekurangan nutrien yang didapat dari pakan utama yaitu hijauan.
Konsentrat mempunyai kandungan energi, protein dan lemak yang relatif tinggi
dengan kandungan serat kasar yang rendah dibanding hijauan yang diberikan.
Pemberian ransum berupa kombinasi kedua bahan itu akan memberi peluang
akan terpenuhinya nutrien yang dibutuhkan. Konsentrat untuk domba
umumnya disebut pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki
kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Konsentrat terdiri
dari biji-bijian yang digiling halus, seperti jagung, bungkil kelapa, bungkil
kedelai, dan dedak (Williamson dan Payne, 1993).
Pakan penguat merupakan pakan yang mempunyai kandungan zat
makanan tertentu dengan kandungan energi relatif tinggi. Serat kasar rendah
dan daya cerna relatif baik, mempunyai palatabilitas (rasa enak), aseptabilitas
8
(kemampuan ternak mengkonsumsi) yang lebih tinggi. Bahan pembuat
konsentrat dapat dari dedak, bekatul, bungkil dan biji-bijian yang digiling halus
seperti jagung. Bahan pakan tersebut umumnya memiliki kandungan serat
kasar rendah sehingga mudah dicerna (Mulyono, 1998).
D. Dedak padi
Menurut Anggorodi (1994), dedak padi adalah sisa penggilingan/
penumbukan padi. Bahan pakan tersebut sangat populer dan banyak sekali
digunakan dalam ransum ternak. Dedak padi yang diperoleh dari penggilingan
atau penumbukan padi kualitasnya sangat bervariasi tergantung pada kualitas
padi yang digiling, cara pengolahan padi atau gabah tersebut dan lama serta
cara menyimpannya.
Menurut Rasyaf (1990), bahwa dedak padi merupakan bahan pakan
potensial di Indonesia tersedia melimpah, harganya murah dan kandungan
nutrisinya cukup baik. Kandungan nutrisi yang menyebabkan dedak padi masih
berguna bagi unggas dan ternak lain adalah kandungan protein kasar sebesar
13,5%.
E. Rumput Raja
Rumput raja atau king grass (Pennisetum hibrida) m erupakan salah satu
jenis rumput unggul yang merupakan hasil persilangan antara rumput gajah
varietas Hawai (Pennisutum purpureum) dengan rumput gajah varietas Afrika
Timur (Pennisetum typhoides). Perbandingan batang dan daun yaitu 48:52
(Siregar, 1994).
9
Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa rumput raja atau King
Grass mempunyai sistematika sebagai berikut :
Filum : Spermatophyta
Sub Filum : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Glum iflora
Famili : Gram ineae
Sub Famili : Panicoideae
Genus : Pennisetum
F. Pengukusan
Menurut Agus (1999) menyatakan bahwa pemanfaatan tekhnologi
dengan pengukusan pakan didasarkan pada aktivitas hidrolitik pada suhu tinggi
yang memegah ikatan-ikatan karbon dan menyebabkan berbagai tingkat
degradasi yang meningkatkan kecernaan. Pengaruh utama dari perlakuan
pengukusan adalah meningkatkan kelarutan dalam air dan beberapa komponen
penyusun pakan. Perlakuan pengukusan juga akan menyebabkan terjadinya
proses gelatinisasi part ial pada bahan pati sehingga mengikat dan melapisi
bahan pakan penyusun ransum dan akan terhindar dari proses degradasi
didalam rumen, untuk selanjutnya dicerna dalan usus halus
Proses pengukusan sumber karbohidrat adalah salah satu cara untuk
meningkatkan daya cerna serta efisiensi penggunaan ransum. Pengukusan ubi
kayu dengan tambahan urea yang diberikan pada domba yang mendapat
rumput sebagai hijauan meningkatkan efisiensi ransum yanmg diberikan
(Manik, 1985).
Pemanasan suspense pati pada suhu 650C atau lebih akan
mengakibatkan sel-sel pati mengembang dan juga terjadi penguraian granula
pati. Selain itu ikatan pati akan lebih longgar sehingga terjadi pembebasan
amilosa yang akan menyebabkan daya larutnya meningkat (Manik, 1985).
10
G. Methionin Hidroxy Analog
Suplementasi MHA dalam ransum pertumbuhan awal, oleh enzim
transminase didalam tubuh akan diubah menjadi asam amino metionin. Asam
amino ini nant inya dapat berperan sebagai donor sulfur dalam pembentukan
sisitin dan sistein. (Larvor, 1983)
Penambahan MHA dalam ransum mungkin sekali kurang manfaatnya
bila dalam ransum terdapat cukup sulfur, karena sulfur mempunyai
kemampuan untuk menghemat penggunaan metionin. (Parakkasi, 1987).
MHA tahan terhadap degradasi oleh mikroba rumen, karena tidak ada
gugus amino pada karbon alfanya, sehingga lolos dari perombakan oleh
mikroba. MHA yang lolos dari mikroba rumen akan diserap oleh usus dan
menjadi tambahan nutrisi protein bagi ternak selain protein mikroba
(Dilaga, 1992).
Suplementasi MHA dalam ransum dapat meningkatkan fermentasi
selulosa dan glukosa, mempercepat laju pertumbuhan mikroba rumen dan
memacu kecernaan karbohidrat . MHA yang diberikan pada ransum
pertumbuhan awal bermanfaat dalam meningkatkan bobot badan anak sapi
(Dilaga, 1992).
H. Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi pakan atau Voluntary Feed Intake (VFI) adalah
jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak dan bahan pakan tersebut diberikan
secara adlibitum. VFI dalam bidang peternakan dapat pula disamakan dengan
palatabilitas (Parakkasi, 1999).
Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu tanda terbaik
produktivitas ternak. Jumlah konsumsi pakan adalah faktor penentu yang
paling pent ing yang menentukan jumlah nutrien yang diperoleh ternak dan
selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi (Woodzicka, et al, 1993).
Menurut Arora (1989) bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh
kecepatan pakan melewati saluran pencernakan dan ukuran part ikel pakan.
11
Konsumsi pakan akan lebih banyak jika paka melewati saluran pencernaan
dengan cepat. Ukuran partikel pakan yang kecil akan lebih meningkatkan
konsumsi pakan dari pada ukuran partikel yang besar, kaarena ukuran part ikel
yang lebih kecil lebih cepat melewati saluran pencernaan.
I. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan pada umumnya mengalami pertumbuhan
tulang, diikuti dengan pertumbuhan otot dan yang terakhir adalah jaringan
lemak (Anggorodi, 1994). Pertambahan bobot badan terjadi apabila pakan yang
dikonsumsi telah melebihi kebutuhan hidup pokok, maka kelebihan nutrien
akan dirubah menjadi daging dan lemak. Pertambahan besar otot tulang, organ-
organ dalam dan bagian-bagian lain dari jaringan tubuh dan merupakan
kelanjutan dari perkembangan jaringan yang mengakibatkan perubahan berat,
bentuk, dan komposisi tubuh hewan (Williamson dan Payne, 1993).
Pertumbuhan pada ternak diikuti dengan mencatat pertambahan bobot
badan dengan penimbangan secara reguler sehingga dapat dihitung tiap hari,
minggu, atau waktu tertentu. Kenaikan berat badan dalam pertumbuhan
biasanya dinyatakan sebagai pertambahan berat badan harian atau Average
Daily Gain disingkat ADG (Tillman et al, 1991).
J. Konversi Pakan
Efisiensi penggunaan pakan dapat diketahui dari konversi pakan yakni
jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mencapai pertambahan bobot badan per
satu kilogram bobot badan. Konsumsi pakan atau ransum yang diukur adalah
bahan kering sehingga efisiensi penggunaan pakan atau ransum dapat
ditentukan berdasarkan konsumsi bahan kering untuk mencapai satu kilogram
pertambahan bobot badan (Siregar, 1994).
Martawidjaja (1998) menyatakan bahwa kualitas pakan menentukan
konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan
bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah
12
pakan yang dikonsumsi minimal namun menghasilkan pertambahan bobot
badan yang tinggi.
K. Feed Cost Per Gain
Feed cost per gain didapat dengan menghitung jumlah pakan yang
diperlukan untuk menghasilkan setiap kenaikan satu kilogram bobot badan.
Feed cost per gain pada usaha peternakan digunakan sebagai salah satu
parameter untuk mengetahui efisiensi pakan yang didapat, dimanfaatkan dan
diubah menjadi daging. Nilai feed cost per gain erat kaitannya dengan nilai
konversi , maka semakin rendah biaya yang harus dikeluarkan untuk
pertambahan bobot badan dalam satuan yang sama (Sugiharto, et al. 2004 yang
disitasi oleh Mulyani, 2006).
Feed cost per gain apabila dikaitkan dengan kurva pertumbuhan akan
diperoleh angka feed cost per gain yang semakin tidak efisien. Hal ini
disebabkan dengan bertambahnya umur ternak, dan setelah ternak dewasa
maka pertumbuhan berat badan menurun, padahan konsumsi pakan relatif
tetap. Feed cost per gain membandingkan atas satuan unit penjualan yang
menandakan situasi laba atau rugi (Anonimus, 2006).
L. Efisiensi Prote in Ransum
Protein adalah senyawa organik komplek yang mempunyai berat
molekul tinggi. Protein mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen,
dan semua protein mengandung nitrogen. Kebanyakan protein mengandung
sulfur. Hampir 50% dari berat kering suatu sel hewani adalah protein.
Penyusun struktur sel-sel, antibodi-ant ibodi dan banyak hormon-hormon adalah
protein. Molekul protein adalah sebuah polimer dari asam-asam amino yang
digabungkan dengan ikatan-ikatan peptida (T illman et al, 1991).
Protein kasar yang masuk dalam retikulo-rumen berasal dari pakan dan
saliva. Protein kasar dapat berupa protein murni dan Nitrogen Non Protein
13
(NPN) seperti amida, amina, urea garam-garam amonium dan lain-lainya
(Soebarinoto, 1991).
Protein dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan sumbernya yaitu protein
yang berasal dari tanaman (protein nabati), dan golongan protein yang berasal
dari hewan. Kedua golongan protein tersebut didalam alat pencernaan ternak
ruminansia didalam rumen dihidrolisis oleh enzyme yang disekresikan bakteri
rumen menjadi asam amino dan CO2. (Kartadisastra, 1997)
Pengadaan ransum merupakan biaya terbesar dalam usaha peternakan
bila dibanding dengan biaya produksi lainnya, yaitu dapat mencapai 60-80 %.
Semakin besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk ransum disebabkan
semakin tingginya harga bahan baku pakan sumber protein. Untuk itu perlu
adanya alternatif sumber bahan pakan lainnya (Rasyaf, 2002).
Menurut Rasyaf (1990), hal yang menyebabkan harga ransum mahal
adalah bahan sumber protein hewani dengan kualitasnya tinggi. Sumber protein
hewani ini mempunyai keseimbangan asam amino yang baik. Keseimbangan
asam amino inilah yang menyebabkan mahalnya ransum. Menurut Murtidjo
(1992), mahalnya harga ransum ternak unggas di Indonesia selama ini karena
Indonesia masih mengimpor kebutuhan bahan baku pakan ternak unggas
potensial sepert i bungkil kedelai dan tepung ikan.
Efisiensi penggunaan protein ransum dipengaruhi oleh pertambahan
bobot badan dan konsumsi protein. Nilai Protein Efficiency Ratio (PER)
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, lama percobaan dan kadar protein dalam
pakan. Nilai PER bervariasi dengan sumber protein yang berbeda karena
komposisi protein bervariasi terhadap asam-asam amino asensial untuk laju
pertumbuhan maksimum. Berbagai tingkatan protein yang diperlukan
tergantung kualitas (Tillman et al. 1991).
14
HIPO TESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengukusan dedak padi dan
suplementasi m ethionin hidroxy analog dalam ransum berpengaruh meningkatkan
performan domba lokal jantan.
15
III. MATERI DAN METO DE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kandang Percobaan Jatikuwung Jurusan
Peternakan Fakultas Pertanian UNS selama tiga bulan dari tanggal 11 Agustus
sampai 2 November 2009. Analisis bahan pakan dikerjakan di Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan dan Laboratorium Biologi
Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UNS.
B. Materi dan metode
1. Materi
Materi yang digunakan adalah 12 ekor domba jantan lepas sapih
dengan bobot 10,32 ± 1,02 kg.
2. Metode
Bahan ransum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
Rumput raja, dedak padi, dedak padi yang dikukus, dan dedak padi
ditambah MHA. Air minum diberikan secara ad libitum. Kebutuhan
nutrien domba, kandungan nutrien bahan penyusun ransum dan susunan
pakan beserta kandungan nutriennya dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2 dan
tabel 3.
Tabel 1. Kebutuhan nutrien untuk domba.
Nutrien Kebutuhan PK (%) TDN (%) Ca (%) P (%)
8,7 67,85 0,51 0,25
Sumber: Kearl, 1982
15
16
Tabel 2. Kandungan nutrien bahan pakan untuk ransum
Bahan Pakan BK PK TDN Ca P SK Metionin (%)
Rumput raja(1)
88,26
15,31 52,38 (6)
0,44 0,54 28 - Dedak padi
(2) 90,75 11,54 82,13
(6) 0,1 1,3 11,06 0,22
(5)
Minyak sawit - 15,3(5) 200(5) - - - - Urea
- 281
(3) - - - - -
MHA - - - - - - 86(3)
Premix - - - 45(4)
35(4)
- - Molases(6) 77 4,2 41 0,84 0,09 7,7 -
Sumber: 1) Hasil Analisis Di Laboratorium Biologi Tanah 2) Hasil Analisis Di Laboratorium Nutrisi Dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan 3) Belasco (1954)
4) Produksi Eka Poultry Semarang (mineral BR) 5) NRC (1994)
6) Hartadi, et al., (1990). TDN(%) = 37,937 – 1,018 (SK)–4,886 (LK) +0,173(BETN)+1,042(PK)+0,015(SK)
2 -0,058(LK)
2+0,008(SK)
(BETN +0,119(LK)(BETN)+0,038(L K)(PK)+0,003(LK )2(PK)
Tabel 3. Komposisi dan kandungan nutrien ransum percobaan (% BK)
Bahan Pakan Perlakuan
P0 P1 P2 Rumput raja 60 60 60 Dedak padi 31 - - Dedak padi dikukus - 31 31 MHA - - 1 Vitamin dan mineral 2 2 2 Minyak sawit 0,5 0,5 0,5 Urea 1,5 1,5 1,5 Molases 5 5 5
Jumlah 100 100 101 Kandungan Nutrien
PK (Protein Kasar) 17,87 17,87 17,08 TDN (Total Digestible Nutrien) 59,90 59,90 59,36 Ca (Kalsium) 1,23 1,23 1,22 P (Phospor) 1,43 1,43 1,41 SK (Serat Kasar) 20,6 20,6 20,4 Methionin - - 0,92
Sumber: Hasil perhitungan dari table 2 dan 3
17
3. Kandang dan Peralatan
Penelitian ini menggunakan kandang individual berukuran p x l :
100 cm x 70 cm sebanyak 12 buah dengan menggunakan bahan dari
bambu.
Peralatan kandang yang digunakan adalah :
a. Tempat pakan dan minum
Tempat pakan terdiri dari tempat pakan rumput raja dan tem pat
pakan berupa ember plastik kapasitas 1,5 liter yang ditempatkan pada
setiap petak kandang. Tempat air minum berupa ember plastik
kapasitas 1,5 liter yang ditempatkan pada setiap petak kandang.
b. Timbangan
Timbangan yang digunakan terdiri dari timbangan pakan
konsentrat kapasitas 3 kg dengan kepekaan 0.1 g (elekt rik), t imbangan
rumput merk five goat dengan kapasitas 5 kg kepekaan 20 g dan
timbangan gantung kapasitas 20 kg kepekaan 100 g yang digunakan
untuk menimbang bobot badan domba.
c. Sapu lidi
Sapu lidi digunakan untuk membersihkan kandang setiap
harinya.
d. Termometer
Termometer yang digunakan adalah termometer ruang
bertujuan mengetahui suhu dalam dan luar kandang. Termometer
diletakkan di dalam bangunan kandang, dan diukur pada pukul 07.00
WIB dan pukul 17.00 WIB.
e. Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat data setiap hari.
f. Lampu Pijar
Lampu digunakan untuk penerangan kandang
18
C. Persiapan Penelitian
1. Persiapan Kandang
Kandang dan peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian dilakukan
pengapuran pada lantai dan dinding kandang sebelum proses
pemeliharaan. Selanjutnya kandang dan semua peralatan disemprot dengan
rodalon (dosis 10 ml / 2,5 liter air).
2. Penentuan petak kandang
Domba sebanyak 12 ekor dimasukkan dalam petak kandang
individu secara acak.
3. Pengukusan pakan
Pengukusan dilakukan pada suhu sekitar 1000 C selama 60 menit
4. Pencampuran pakan perlakuan
Pencampuran ransum perlakuan dilakukan sesuai bagian bahan
penyusun ransum hasil perhitungan pada Tabel 3 dengan mengalikan BK
masing-masing bahan pakan. Pencampuran juga dilakukan secara
sederhana dengan cara yang sama sepert i pencampuran dedak padi dengan
MHA
5. Masa adaptasi dan penyesuaian pakan
Domba sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu diberikan
obat cacing Nemasol untuk menghilangkan parasit dalam saluran
pencernaan. Masa adaptasi lingkungan dan penyesuaian terhadap pakan
perlakuan dilakukan selama 3 minggu sebelum penelitian.
19
D. Cara Penelitian
1. Macam penelitian
Penelitian tentang pengukusan bahan pakan sumber energi dan
suplementasi MHA terhadap performan domba lokal jantan dilakukan
secara eksperimental.
2. Rancangan Percobaan
Metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) 3 macam perlakuan (P0, P1, P2, dengan satu perlakuan sebagai
kontrol penelitian (P0)). Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan
sebanyak empat kali. Setiap ulangan terdiri dari satu domba, sehingga
jumlah total yang digunakan adalah 12 ekor domba lokal jantan .
Ransum perlakuan yang diberikan sebagai berikut :
P0 = rumput raja 60% + dedak padi 40%
P1 = rumput raja 60% + dedak padi yang dikukus 40 %
P2 = rumput raja 60% + dedak padi yang dikukus 40% + MHA 1%
3. Pelaksanaan penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 12 minggu yang terdiri dari dua
tahap penelitian, yaitu tahap persiapan selama 3 minggu untuk masa
adaptasi lingkungan dan penyesuaian terhadap pakan perlakuan, Tahap
kedua adalah tahap pengambilan data selama 9 minggu. Setelah masa
adaptasi penelitian dilakukan penimbangan bobot badan domba sebagai
bobot badan awal penelitian. Pada tahap penelitian dilakukan pengambilan
data meliputi data konsumsi tiap hari dan penimbangan bobot badan satu
minggu sekali.
Penelitian dengan memberikan ransum rumput raja, dedak padi
yang dikukus dan yang sudah ditambah MHA sesuai dengan perlakuan.
Pakan yang diberikan enam persen dari bobot badan. Pemberian pakan
dilakukan dua kali sehari dengan pemberian ransum sebelum pemberian
rumput raja. Pakan konsentrat diberikan pada pukul 07.30 WIB sedangkan
rumput raja diberikan pulul 09.00 WIB pada pemberian pakan pertama.
Pemberian pakan konsentrat kedua dilakukan pada pukul 13.00 dan pukul
20
15.00 untuk rumput raja. Pemberian air minum diberikan secara ad
libitum .
Pengambilan data dilakukan pada tahap penelitian, selama 9
minggu meliputi :
a. Konsumsi pakan (Feed Intake)
Konsumsi pakan diperoleh dengan menghitung selisih jumlah
pakan yang diberikan dengan sisa pakan setiap harinya dan dinyatakan
dengan gram per ekor per hari.
Konsumsi Pakan= pemberian (%BK) – sisa (%BK)
b. Konsumsi protein
Konsumsi protein diperoleh dari jumlah ransum yang
dikonsumsi oleh domba setiap harinya dikalikan dengan kandungan
protein ransum. Dinyatakan dengan gram/ekor/hari
Konsumsi protein= konsumsi pakan x protein ransum
c. Pertambahan bobot badan harian
Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara membagi
selisih bobot badan (bobot akhir – bobot awal) dengan lama hari
penimbangan. Dilakukan selama dua minggu sekali, dinyatakan
dengan gram per ekor per hari.
d. Efisiensi protein ransum
Efisiensi protein ransum diperoleh dengan cara membagi
pertambahan bobot badan dengan konsumsi protein.
EPR = PBBH / konsumsi protein
21
e. Konversi pakan
Konversi pakan dihitung dengan cara membagi angka rata –
rata konsumsi bahan kering per ekor per hari dengan angka rata – rata
produksi pertambahan bobot badan per ekor per hari.
Konversi Pakan =
f. Feed cost per gain
Feed cost per gain adalah besarnya biaya pakan yang
dikonsumsi ternak untuk menghasilkan 1 kg gain dan dihitung dengan
mengalikan nilai konversi pakan dengan harga pakan (Rp/kg)
E. Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari penelitian dianalisis variansi
berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL). Model matematika yang
dilakukan dalam rancangan ini adalah :
Yij = µ + Ti + ε ij
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan perlakukan ke – i dan ulangan ke- j
µ = nilai tengah umum
Ti = pengaruh pelakuan ke-i
ε ij = kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
(Gaspersz, 1991).
22
IV. H ASIL DAN PEMBAHASAN
A. Konsumsi Pakan
Pengaruh pengukusan dedak padi dan suplementasi MHA dalam
ransum terhadap konsumsi pakan domba lokal jantan selama penelitian
ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rerata konsumsi pakan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan
Rerata 1 2 3 4
P0 1005,65 1027,28 1066,97 897,92 999,46 P1 972,07 995,08 882,48 897,73 936,84 P2 952,92 959,61 947,14 882,68 935,58
Rerata konsumsi pakan pada penelitian ini berturut-turut dari P0, P1,
dan P2 adalah 999,46; 936,84; dan 935,58 gram/ekor/hari. Hasil analisis
variansi menunjukkan bahwa pengukusan dedak padi dan suplementasi MHA
dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P≥0,05) terhadap konsumsi bahan
kering pakan.
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa bahwa pengukusan dedak
padi yang ditambah MHA tidak mempengaruhi konsumsi pakan domba lokal
jantan. Menurut Parakkasi (1999) tinggi rendahnya konsumsi pakan
dipengaruhi oleh palatabilitas. Palatabilitas pakan berhubungan dengan
kepuasan terhadap suatu pakan dan banyaknya pakan yang dikonsumsi oleh
ternak. Konsumsi pakan yang berbeda tidak nyata juga dipengaruhi oleh
kualitas nutrien dalam ransum, terutama kandungan energi dan protein.
Masing-masing ransum perlakuan mempunyai perbandingan energi dan
protein yang relatif sama, sehingga pemberian ransum dengan energi yang
sama menyebabkan domba mengkonsumsi ransum dalam jumlah yang relatif
sama. Menurut Parakkasi (1999), bahwa kebutuhan akan beberapa nutrien
didalam ransum tergantung dari jumlah energi yang dikonsumsi. Konsumsi
akan menurun pada tingkat energi tertentu, karena kebutuhan energi telah
22
23
terpenuhi. Pengukusan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini
karena kualitas dedak padi rendah dimana telah mengalami proses
penggilingan sehingga tidak mempengaruhi konsumsi pakan.
Konsumsi pakan pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kebuthan
energi ternak, sehingga ternak akan berhenti makan apabila telah merasa
tercukupi kebutuhan energinya. Menurut Erwanto (1995) Pada saat konsumsi
bahan pakan ransum mencapai kapasitas maksimum daya tampung rumen,
maka pasokan nutrien kepada ternak masih dapat ditinggkatkan dengan
mengoptimalkan proses fermentasi rumen. Penambahan MHA dapat
meningkatkan fermentasi selulosa dan glukosa, serta mepercepat laju
pertumbuhan mikrobia rumen, memacu kecernaan karbohidrat dan
meningkatkan sintesis protein mikroba (Dilaga, 1992). Tetapi hasil penelitian
pengukusan dan suplementasi MHA tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap konsumsi pakan. Hal ini disebabkan kualitas pakan ransum perlakuan
hampir sama. Parakkasi (1999) menambahkan bahwa tingkat konsumsi
dipengaruhi oleh bobot badan, kondisi tubuh, palatabilitas, kualitas pakan, dan
temperatur lingkungan.
B. Konsumsi Protein Kasar
Rerata konsumsi protein kasar domba lokal jantan pada penelitian ini
disajikan pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Rerata konsumsi protein pakan domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan
Rerata 1 2 3 4
P0 172,57 176,28 183,09 154,08 171,51 P1 166,81 170,76 151,43 154,05 160,76 P2 163,52 164,67 162,53 151,47 160,55
Rerata konsumsi protein kasar pada P0, P1, dan P2 berturut-turut
adalah 171,57; 160,76; dan 160,55 g per ekor per hari. Hasil analisis variansi
konsumsi protein kasar bahwa konsumsi protein ketiga perlakuan berbeda
tidak nyata (P>0,05), art inya bahwa konsumsi protein domba yang diberi
24
dedak kukus dan dedak kukus yang ditambah MHA sama dengan dedak non
kukus. Laju pakan di dalam lambung yang sama menyebabkan konsumsi
pakannya tidak berbeda. Semakin cepat laju pakan menyebabkan lambung
cepat kosong dan merangsang ternak untuk mengkonsumsi pakan kembali
(Arora, 1989).
Konsumsi protein masing – masing perlakuan yang berbeda tidak
nyata karena kandungan protein pada pakan perlakuan relatif sama. Menurut
Manik (1985) pengukusan mempengaruhi konsumsi protein, karena dengan
meningkatnya konsumsi berarti lebih banyak protein yang dipecah menjadi N
yang lebih sederhana sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jasad
renik rumen. Menurut pendapat Cantor (1976) cit Mirnawati dan Ciptaan
(1999) menyatakan bahwa semakin banyak konsumsi ransum maka semakin
banyak pula konsumsi protein yang berasal dari ransum tersebut. Jumlah
konsumsi protein yang berbeda tidak nyata ini menunjukkan bahwa
pengukusan dan suplementasi MHA dalam ransum perlakuan memiliki tingkat
palatabilitas yang relatif sama dengan ransum kontrol. MHA dapat
menigkatkan sintesis protein tetapi hasil yang didapatkan menunjukan hasil
berbeda tidak nyata. Hal ini disebabkan ransum perlakuan memiliki
kandungan protein yang relatif sama.
C. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Pengaruh pengukusan dedak padi dan suplementasi MHA dalam
ransum terhadap pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan selama
penelitian ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rerata pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan selama penelitian (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan
Rerata 1 2 3 4
P0 64,347 48,980 55,102 34,694 51,530 P1 61,224 40,816 59,184 71,429 58,163 P2 85,714 65,306 69,388 32,653 63,265
25
Rerata pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan pada
penelitian ini berturut-turut dari P0, P1,dan P2 adalah 51,530 g/ekor/hari,
58,163 g/ekor/hari, dan 63,265 g/ekor/hari.
Hasil analisis kovariansi menunjukkan bahwa pertambahan bobot
badan harian domba lokal jantan berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini berart i
bahwa pemberian pakan dedak kukus yang ditambah MHA berpengaruh tidak
nyata terhadap pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan.
Diungkapkan oleh Parakkasi (1999) bahwa ternak yang mempunyai sifat dan
kapasitas konsumsi yang lebih tinggi, produksinya relatif akan lebih tinggi
dibanding dengan ternak sejenis dengan kapasitas konsumsi rendah dengan
ransum yang sama.
Hasil berbeda tidak nyata dipengaruhi oleh konsumsi ransum yang
berbeda tidak nyata dan jumlah nutrien terutama energi dan protein yang
dikonsumsi juga sama. Hal ini juga disebabkan rerata konsumsi pakan yang
berbeda tidak nyata. Semakin tinggi kandungan energi ransum, maka
konsumsi energi semakin tinggi pula, sehingga pertambahan bobot badan
harian yang dihasilkan semakin meningkat, walaupun secara statistik belum
menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini selaras dengan pendapat
Suparno(1992) bahwa konsumsi bahan kering dan kandungan nutrien
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertambahan bobot ternak,
sehingga apabila konsumsi bahan kering tidak menunjukan perbedaan yang
nyata, maka dimungkinkan pertambahan bobot badan tidak menunjukan
perbedaan yang nyata pula.
Pertumbuhan secara umum diketahui dengan pengukuran kenaikan
bobot tubuh, yang dengan mudah dapat dilakukan lewat penimbangan
berulang-ulang, serta dicatat pertumbuhan bobot tubuh tiap hari, minggu, atau
bulan. Pertumbuhan ternak ditentukan oleh takaran makanannya. Secara
umum bila ternak diberi pakan dalam jumlah yang banyak, maka
pertumbuhannya juga cepat dan bisa mencapai ukuran bobot opt imal sesuai
dengan kemampuan genetiknya. Bila ternak memperoleh makanan kurang dari
cukup, maka pertumbuhannya akan lamban (Murtidjo, 1992). Pengukusan
26
dapat meningkatkan palatabilitas dan daya cerna domba dan kandungan serat
kasar dedak padi kukus lebih rendah dari dedak padi biasa, karena dengan
pengukusan menyebabkan granulasi pati sehingga meningkatkan
fermentabilitas rumen (Manik, 1985). Semakin baik fermentabilitas rumen
jumlah mikobia rumen akan meningkat sehingga asupan nutrien akan
meningkat maka pertumbuhan bobot badan akan meningkat . Tetapi hasil
penelitian pengukusan dan suplementasi MHA tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap PBBH. Hal ini dikarenakan konsumsi pakan yang
berbeda tidak nyata dan kandungan enrgi pakan perlakuan hampir sama.
Wodzicka (1993) yang menyatakan bahwa jumlah konsumsi pakan adalah
merupakan faktor yang paling menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh
ternak dan selanjutnya mempengaruhi pertambahan bobot badan, sehingga
dengan konsumsi yang berbeda tidak nyata, PBBH domba juga berbeda tidak
nyata.
D. Konversi Pakan
Pengaruh pengukusan dedak padi dan suplementasi MHA dalam
ransum terhadap konversi pakan domba lokal jantan selama penelitian
ditampilkan pada tabel 7.
Tabel 7. Rerata konversi pakan domba lokal jantan selama penelitian
Perlakuan Ulangan
Rerata 1 2 3 4
P0 14,932 20,974 19,364 25,881 20,288 P1 15,877 24,380 14,911 12,568 16,934 P2 11,117 14,694 13,650 27,032 16,623
Konversi pakan dihitung dengan membandingkan antara konsumsi
bahan kering pakan dan pertambahan bobot badan harian dom ba. Rerata
konversi pakan dalam penelitian ini berturut-turut dari P0, P1,dan P2 adalah
20,288, 16,934, dan 16,623. Angka diatas pada pakan perlakuan P0
menggambarkan bahwa domba lokal jantan pada penelitian mengkonsumsi
bahan kering sebanyak 20,288 g untuk menaikkan 1 g bobot badannya,
sedangkan pada pakan perlakuan P1 membutuhkan pakan sebanyak 16,934 g
27
untuk menaikkan 1 g bobot badan dan seterusnya. Semakin kecil nilai
konversi pakan maka didapat nilai efisiensi pakan yang lebih tinggi.
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa pengukusan dedak padi
dan suplementasi MHA dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P≥0,05)
terhadap konversi pakan. Perbedaan kandungan nutrien pada pakan perlakuan
belum cukup mampu menyebabkan konversi pakan yang dihasilkan tidak
berbeda nyata. Berpengaruh tidak nyata konsumsi dan pertambahan bobot
badan harian domba lokal jantan dalam penelitian menyebabkan konversi
pakan berpengaruh tidak nyata.
Menurut Anggorodi (1994), konversi pakan adalah jumlah pakan yang
dikonsumsi persatuan pertambahan bobot badan yang dihasilkan, dimana
konversi pakan memiliki art i penting dari segi manajemen. Namun
berdasarkan hasil analisis variansi menunjukkan hasil yang berbeda tidak
nyata, sehingga dedak padi kukus yang ditambah MHA tidak mempengaruhi
konversi pakan. Hal ini diduga kualitas dedak padi kukus yang ditambah
MHA kandungan nutrientnya hampir sama, sehingga memberikan asupan
nutrien yang tidak jauh berbeda. Besar kecilnya konversi pakan tergantung
pada besar kecilnya konsumsi dan pertambahan bobot badan. Martawidjaja
(1998) menyatakan bahwa konversi pakan berhubungan dengan pertambahan
bobot badan, kualitas pakan dan kecernaan. Semakin baik kualitas pakan yang
dikonsumsi maka akan meningkatkan kecernaan pakan dan akan
menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi sehingga nilai konversi
pakan menjadi rendah.
28
E. Efisiensi Protein Ransum
Rerata efisiensi protein ransum domba lokal jantan selama penelitian
disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Rerata efisiensi protein ransum domba lokal jantan selama penelitian.
Perlakuan Ulangan
Rerata 1 2 3 4
P0 0,390 0,278 0,301 0,225 0,299 P1 0,367 0,239 0,391 0,464 0,365 P2 0,524 0,397 0,427 0,216 0,391
Rerata efisiensi protein ransum pada P0, P1, dan P2 berturut-turut adalah
0,299; 0,365; dan 0,391. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa
pengukusan dedak padi dan suplementasi MHA berbeda tidak nyata terhadap
rasio efisiensi protein ransum.
Dalam ransum perlakuan kandungan protein yang diberikan relative
sama berkisar 17-18%, tetapi ada kecenderungan meningkatkan efisiensi.
Ransum yang digunakan dalam penelitian disusun berdasarkan isoprotein.
Dari penelitian ini didapatkan hasil berbeda tidak nyata pada konsumsi
ransum, sehingga konsumsi proteinnya relatif sama. Dari penelitian ini juga
didapatkan hasil berbeda tidak nyata pada pertambahan bobot badan. Scot t et
al (1982) dalam Mirnawati (1999) mengatakan bahwa ratio efisiensi protein
menunjukkan penggunaan protein untuk pertumbuhan yang diperoleh dari
perbandingan pertambahan bobot badan dan konsumsi protein. Hasil analisis
menunjukan efisiensi protein ransum yang berbeda tidak nyata, hal ini
disebabkan karena pertambahan bobot badan harian dan konsumsi perotein
yang berbeda tidak nyata pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyu (1985),
mengatakan metode untuk mengukur kualitas protein adalah rasio efisiensi
protein yang diperoleh dengan sederhana dari pertambahan bobot badan dibagi
konsumsi protein. Menurut Kamal (1994), konsumsi protein dipengaruhi oleh
banyaknya bahan kering yang dikonsumsi oleh ternak. Nilai efisiensi protein
dipengaruhi oleh kandungan protein dalam ransum (Tillman et al, 1991).
29
F. Feed Cost per Gain
Feed cost per gain merupakan perbandingan yang menyatakan biaya
pakan yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk satu kg pertambahan
bobot badan. Perhitungan feed cost per gain diperoleh dengan mengalikan
biaya pakan pada saat penelitian dengan konversi pakan pakan perlakuan pada
saat penelitian seperti terlihat pada tabel 9
Tabel 9. Rerata feed cost per gain domba lokal jantan selama penelitian (Rp/kg)
Perlakuan Ulangan
Rerata 1 2 3 4
P0 15772.29 22153.36 20452.69 27336.79 21428.78 P1 16889.32 25933.76 15861.47 13369.48 18013.51 P2 12084.13 15971.82 14836.90 29382.69 18068.88
Tabel 9. menunjukkan bahwa feed cost per gain pengaruh pengukusan
dedak padi dan suplementasi MHA dalam ransum terhadap performan domba
lokal jantan pada perlakuan P0, P1, dan P2 berturut-turut : Rp. 21428,78, Rp.
18013,51, dan Rp. 18068,88.
Feed cost per gain adalah besarnya biaya pakan yang diperlukan
ternak untuk menghasilkan satu kg (pertambahan bobot badan ternak)
(Suparman, 1994). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa dengan
pengkusan dedak padi menghasilkan nilai feed cost per gain lebih rendah dari
kontrol. Hal tersebut berarti bahwa pemberian dedak padi kukus dalam ransum
mampu menurunkan biaya pakan dalam menghasilkan per kilogram bobot
badan yang sama. Hal ini disebabkan karena dedak padi kukus (Rp. 18013,51)
lebih murah bila dibandingkan dengan harga dedak padi non kukus (Rp.
21428,78).
Ransum perlakuan dedak padi kukus mempunyai nilai feed cost per
gain yang paling kecil dibandingkan dengan ransum perlakuan yang lain. Hal
ini berarti bahwa ransum perlakuan dedak padi kukus dari segi ekonomi
penggunaan pakan paling efisien. Ini dikarenakan dengan konsumsi yang
cenderung sama dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih
tinggi dari perlakuan yang lain, sehingga menghasilkan nilai konversi pakan
30
yang rendah. Karena menurut Rasyaf (2002) nilai konversi pakan rendah
diperoleh apabila pada konsumsi yang sama menghasilkan pertambahan bobot
badan yang tinggi sehingga dapat menekan biaya pakan.
Menurut Basuki, (2002) untuk mendapatkan feed cost per gain rendah
maka pemilihan bahan pakan untuk menyusun ransum harus semurah
mungkin dan tersedia secara kontinyu atau dapat juga menggunakan limbah
pertanian yang tidak kompetitif. Feed cost per gain dinilai baik apabila angka
yang diperoleh serendah mungkin, yang berarti dari segi ekonomi penggunaan
pakan efisien.
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengukusan dedak padi dan suplementasi MHA tidak meningkatkan
performan domba lokal jantan (konsumsi pakan, konsumsi protein,
pertambahan bobot badan harian, konversi pakan, efisiensi protein ransum),
berdasarkan analisis deskript if fedd cost per gain yang paling murah pada
perlakuan dedak yang dikukus.
B. Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan menaikan level pemberian
MHA
32
DAFTAR PUSTAKA
Agus. A. 1999.Teknologi Pakan Konsentrat. Skripsi UGM. Yogyakarta.
Anggorodi, R., 1994. Ilmu Makanan Ternak Um um . PT Gramedia, Jakarta.
Anonimus, 1986. Kawan Beternak. Kanisius. Yogyakarta
________., 2006. Sam pah Organik untuk Pakan Ternak. ht tp://Poultry Indonesia.com/modules.php?name=News&Life=article&sid=712. diakses pada bulan Januari 2009.
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikrobia pada Rum inansia. Gadjah mada University. Press. Yogyakarta.
Basuki, P. 2002. Dasar Ilm u Ternak Potong dan Kerja. Bahan Ajar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Belasco, J.C.1954. New Nitrogen Coumpound for Ruminant a Laboratory Evaluation. J.Anim. Sci. 13 : 601 – 610.
Dilaga, S.H. 1992. Penggunaan Analog Hidroksi Metionin dalam Ransum Pertumbuhan Awal Anak Jantan Sapi Holstein. Disertasi Program PPs. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Edwards, N. A and Hassall. 1971. Celuler Biochem istry and Physiology. Mcgraw Hill. London
Erwanto. 1995. Optimalisasi Sistem Ferm entasi Rum en Melalui Suplementasi Sulfur, Defaunasi, Reduksi Emisi Metan dan Stim ulasi Pertumbuhan Mikroba pada Ternak Rum inansia. Pascasarjana. IPB. Bogor.
Gaspersz, V., 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV Armico. Bandung.
Hartadi, H.; S. Reksohadiprodjo; dan A. D. Tillman., 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hatmono, H. dan Hastoro, 1997. Urea Molasses Block Pakan Suplemen Ternak Rum inansia. Trubus Agriwidya, Ungaran.
Husodo, S. Y, 2003. Membangun Kemandirian Di Bidang Pangan: Suatu Kebutuhan Bagi Indonesia.. Artikel HKTI. Jakarta.. Th. II - No. 6 - September 2003.
Kamal, M., 1994.Nutrisi Ternak I.Laboratorium Makanan Ternak.Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada
Kartadisastra, H.R., 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Rum inansia. Kanisius. Yogyakarta.
Kearl, L.C., 1982. Nutrient Requirem ents Of Ruminant In Developing Countries. International Feedstuff. Institute Utah Agricultural Experim ent Station. Utah State University, Logan Utah.
32
33
Larvor, P. 1983. The Pools of Cellular Nutrients: Minerals. In. Dynamics biochem istry of Anim al Production. Ed. By. Riis, P. M. Elsevier-Publish.
Manik. I, G.1985. Pengaruh Pengukusan Ubi Kayu dalam Cam puran dengan Urea Sebagai ransum Penguat Terhadap metabolism e Glukosa, Nitrogen dan Energi Pada Kambing Menyusui dan Tidak Menyusui. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Martawidjaja, M. 1998. Pengaruh Taraf Pemberian Konsentrat Terhadap Keragaan Kambing Kacang Betina Sapihan. Pada: Prosiding Sem inar Nasional Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Mirnawati dan G. Ciptaan. 1999. Pem akaian Em pulur Sagu (Metroxylon, sp) Fermentasi dalam Ransum terhadap Retensi Nitrogen dan Rasio Effisiensi Protein pada Ayam Broiler. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. 05(01): 8-12
Mulyani, S. 2006. Pengaruh Substitusi Konsentrat dengan Ampas Brem dalam Ransum Terhadap Performan Sapi Peranakan Sim mental Jantan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret . Surakarta.
Mulyono, S. 1998. Teknik Pem bibitan Kambing dan Domba. Penebar Swdaya. Jakarta.
Mulyono, S dan Sarwono. 2004. Beterrnak Dom ba Prolifik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Murtidjo, B.A., 1992. Memelihara Domba. Kanisius. Yogyakarta.
NRC. 1994. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. Sixth revised Ed. National Academy Press. Wahington.
Parakkasi, A. 1987. Ilm u Nutrisi Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor
_______., 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Rum inan. UI Press. Jakarta.
Rasyaf, M., 1990. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius. Fakultas Peternakan IPB Bandung.
________, 2002. Makanan Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
Reksohadiprodjo, S., 1985. Produksi Tanam an Hijau Makanan Ternak. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Scot t, M.L, M.C. Meishem, and R.J. Young, 1982. Nutrition of Chicken. Third Edition M.L . Scott and Associates. Ithaca. New York.
Siregar, S., 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Srigandono, B. 1998. Ilm u Peternakan Edisi Keem pat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi., 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang
34
Soeparno, 1992. Ilm u dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sugeng, Y. B. 1990. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suparman, D., 1994. Kinerja Produksi Kelinci Lokal Jantan dengan Pemberian Pakan Kering vs Basah. Skripsi S1 . Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta.
Tillman, A.D.; H. Hartadi; S. Reksohadiprojo; S. Prawirokusumo; dan S. lebdosoekojo., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wahyu, J., 1985. Ilm u Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Williamson, G. dan J. A Payne ., 1987. An Intoduction to Animal Husbandry in The Tropics. Dalam Darmadja, D. (edt). 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah mada University Press, Yogyakarta.
Wodzicka, T.M.; I.M. Mastika; A. Djajanegara; S. Gardiner; dan T.R. Wiradaya., 1993. Produksi Kambing dan Dom ba di Indonesia. Sebelas Maret Universitas Press. Surakarta.