PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KEONG MAS (Pomacea …
Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KEONG MAS (Pomacea …
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KEONG MAS (Pomacea canaliculata)
TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG JOPER (Gallus gallus
domesticus )
Noorhidayati Shofi1, Aam Gunawan2 dan M. Irwan Zakir3
Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan
Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin 2020
Jalan Adhyaksa No. 2 Kayu Tangi Banjarmasin 70123 Kalimantan Selatan
Corresponding author
email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh penggunaan Tepung
Keong Mas (Pomacea canaliculata) Terhadap Performans Ayam Joper (Gallus gallus
domesticus ). Perlakuan terdiri atas P0 (0% tepung keong mas), P1 (5% tepung keong
mas), P2 (10% tepung keong mas), P3 (15% tepung keong mas), P4 (20% tepung keong
mas). Penelitian menggunakan 120 ekor ayam kampung joper yang dibagi 5 perlakuan
dan 4 ulangan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dalam
hal tersebut perlakuan yang disarankan pada konsumsi ransum, pertambahan berat
badan, konversi ransum dan berat badan akhir berpengaruh pada taraf 15%.
Kata kunci : Konsumsi ransum, Pertambahan Berat Badan, Konversi ransum, Berat
Badan Akhir
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of the use of Golden snail
Flour (Pomacea canaliculata) on the Performance of Joper Chicken (Gallus gallus
domesticus). The treatments consisted of P0 (0% golden snail flour), P1 (5% golden
snail flour), P2 (10% golden snail flour), P3 (15% golden snail flour), P4 (20% golden
snail flour). The study used 120 native hens, which were divided into 5 treatments and 4
replications. This study uses a Completely Randomized Design (CRD). In this case the
recommended treatment for ration consumption, weight gain, ration conversion and
final body weight have an effect on the level of 15%.
Keywords: Ration consumption, Weight gain, Feed conversion, Final Weight
PENDAHULUAN
Usaha peternakan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Pembangunan sub sektor peternakan mempunyai tujuan untuk meningkatkan
pendapatan hidup masyarakat, serta membuka lapangan kerja untuk berusaha, oleh
sebab itu pembangunan sub sektor peternakan perlu dilanjutkan serta ditingkatkan
melalui kemampuan pengelolaan dan penerapan teknologi yang tepat, salah satu potensi
sub sektor peternakan yang dapat dikembangkan dan memiliki nilai ekonomis tinggi
adalah ternak ayam kampung joper.
Ayam kampung joper ialah ayam lokal di Indonesia yang keberadaannya sudah
dekat dengan masyarakat (Iskandar, 2007). Pemeliharaan tersebut untuk menghasilkan
daging, telur dan sebagai tabungan. Penampilan fenotip ayam kampung joper beragam,
seperti warna bulu dan jengger (Iskandar, 2007). Peningkatan jumlah populasi serta
produksi harus di imbangi dengan ketersediaan pakan yang cukup. Untuk mendapatkan
pertumbuhan ayam yang cepat dan produktifitas tinggi diperlukan pakan yang cukup
mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan, baik secara kualitas maupun secara
kuantitas. Zat-zat makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin
harus tersedia dalam ransum. Ransum ialah komponen biaya terbesar yaitu 60-80% dari
seluruh biaya produksi pada ternak unggas (Rasyaf, 2006).
Performans adalah sifat-sifat yang dapat diamati atau dapat diukur merupakan
kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan. Perbedaan performans dari setiap
ternak umumnya ialah terletak pada konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan
konversi ransum (Rasyaf, 2003).
Kalimantan selatan mempunyai luas 3.737.743 Ha sebagian besar adalah rawa
dengan luas 800.000 Ha, yaitu 500.000 Ha rawa, 200.000 Ha rawa pasang surut dan
100.000 Ha kawasan banjir, yaitu merupakan tempat potensial bagi perkembangan
keong rawa (Dinas Peternakan Tingkat I Kalimantan Selatan, 2014). Dari hasil survei
pada tahun 2014 – 2015, keong rawa yang terdapat di perairan Kalimantan Selatan
(Hulu Sungai Utara) salah satunya adalah keong mas yang berwarna kuning dengan
cangkang lebih tipis sehingga bagian dalamnya kelihatan (Pomacea canaliculata).
Perkembangan keong mas di perairan rawa Kalimantan Selatan relatif cukup tinggi.
keong yang hidup di alam bebas mempunyai jumlah telur 200 sampai 1300 butir per
ekor dewasa per siklus (Dharmwati, 2006). Menurut Srinivet, n.d. ; Gonzales dan Olive
(2001) keong rawa dapat berkembangbiak secara cepat satu ekor keong bisa bertelur
300-3000 butir per bulan dengan tingkat lebih kurang 80% dalam waktu kurang lebih 7
– 14 hari. Daya tetas keong rawa spesies Pomacea canaliculata yaitu dengan kisaran 80-
95%.
Hasil pengamatan keong spesies Pomacea canaliculata memiliki daur hidup
yang singkat, yaitu 2,5 bulan sampai 3 bulan tergantung habitatnya. Produksi telur per
induk betina antara 267 – 600 butir. Setiap induk dapat berproduksi 5 – 6 periode
selama hidupnya dengan jumlah telur 1200 butir. Bentuk telur bergerombol hingga
mencapai panjang hingga 7 cm dan lebar 2 cm, tebal 1 - 1,5 cm. Induk betina mampu
mendapatkan gumpalan telur sebanyak 10 sampai dengan 17 gumpalan per bulan.
Keong mas menurut Soenarjo.dkk (1989) dari stadium telur sampai stadium telur
selanjutnya membutuhkan waktu tiga bulan.
Berdasarkan dari hasil pengamatan di wilayah Kabupaten Banjar, Pomacea
canaliculta dapat bertahan terhadap lingkungan yang ekstrim seperti tempat yang
berlumpur dengan pH 4 - 4,5, dan tahan terhadap kekeringan dan bisa melakukan estivasi
cukup lama dengan cara membenamkan diri ke dalam lumpur. Menurut Alis (1997) bahwa
keong mas mampu melakukan estivasi lebih dari satu tahun tanpa makan dengan tingkat
mortalitas yang rendah.
Keong mas sangat berpotensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan campuran
pakan ternak unggas seperti itik, ayam atau puyuh. Penelitian ini keong mas diolah
menjadi tepung. Sebaiknya keong direbus dahulu hingga 15-20 menit agar
menghilangkan zat anti nutrisi berupa enzim thiaminase yang terdapat dalam lendir
keong mas. Kandungan thiaminase pada keong mas segar dalam ransum dapat
menurunkan produksi telur dan menghambat pertumbuhan ternak. Tepung Keong Mas
mengandung protein kasar 51,8 %, lemak kasar 13,61 %, serat kasar 6,09 %, kadar abu
24 %, energi metabolis 2094,98 Kkal/Kg (Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak
USU, 2007 dalam Tarigan, 2008. Keong mas memiliki protein cukup tinggi sehingga
dapat meningkatan pertumbuhan berat badan. Dalam penelitian ini perlakuan
penggunaan tepung keong mas pada ayam joper dimulai dari umur 2 minggu hingga 8
minggu, kerena pada umur DOC sampai 2 minggu diberikan pakan komersil.
METODE
DOC Ayam kampung (Joper) sebanyak 120 ekor namun pada saat penelitian
penggunaan tepung keong mas dimulai pada ayam umur 2 minggu diperoleh dari PT
Widodo Makmur Unggas Yogyakarta.
Bahan ransum yang digunakan adalah tersusun dari dedak, konsentrat, jagung,
kacang hijau, tepung ikan, tepung keong mas, minyak kelapa, top mix, mineral.
Komposisi zat pakan dalam kandungan gizi masing-masing perlakuan disajikan pada
Tabel 5 dan Tabel 6.
Pemberian BR 1 dimulai DOC sampai 2 minggu, berikut kandungan gizi
disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Kandungan Bahan Pakan BR 1
No Bahan Jumlah
1 Air 12.0%
2 Protein Kasar 20.0-22.0%
3 Lemak Kasar 5.0%
4 Serat Kasar 5.0%
5 Abu 7.5%
6 Calcium 0.9%
7 Phospor 0.6%
Sumber: PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA
Tabel 6. Kandungan Nutrisi Bahan Ransum
No Bahan Protein
(%)
Lemak
(%)
Serat Kasar
(%)
EM
(Kkal/kg) Ca (%) P (%)
1 Tepung Keong Mas 51.80 13.61 6.09 2094.98 7.750 0.130
2 Dedak* 13.31 12.31 10.44 1630 0.160 1.390
3 Jagung* 7.51 3.42 3.28 3244 0.160 0.330
4 Tepung kedelai 41.7 27.1 3.20 440 195 554
5 Tepung ikan* 35.58 5.64 2.29 3080 7.890 0.600
6 Konsentrat** 37.00 6.00 6.00 2400 1.600 2.600
7 Minyak Kelapa 0.00 94.40 0.00 8600 0.000 0.000
8 Mineral 0.00 0.00 0.00 0 3.250 10.000
9 TTop mix 0.00 0.00 0.00 0 10.000 32.500
Sumber: *Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak USU (2007) **Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan IPB (2007)
Tabel 7. Susunan dan Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian
Bahan Pakan* Perlakuan
TK0(%) TK5(%) TK10(%) TK (%) TK20(%)
Tepung Keong Mas 0.00 5 10 15 20
Dedak 12.00 11.00 13.00 15.00 14.00
Jagung 45.00 49.00 49.00 49.00 55.00
Tepung kedelai 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Tepung ikan 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Konsentrat 37.00 29.00 22.00 15.00 5.00
Minyak Kelapa 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Mineral 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Top mix 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Komposisi Nutrien
Protein (%) 19.4 19.2 19.5 19.8 19
Lemak (%) 7.5 7.7 8.2 8.7 8.8
Serat kasar (%) 5.0 4.9 4.9 5.0 4.8
EM (Kkl/kg) 2.751 2.777 2.746 2.716 2.759
Ca (%) 2.845 3.109 3.388 3.666 3.902
P (%) 7.248 7.046 6.898 6.751 6.503
Keterangan: *Estimasi perhitungan formulasi ransum perlakuan
Metode penelitian menggunakan Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
TK0 : 100% Ransum
TK5 : Penggunaan tepung Keong mas 5% dalam Ransum
TK10 : Penggunaan tepung Keong mas 10% dalam Ransum
TK15 : Penggunaan tepung Keong mas 15% dalam Ransum
TK20 : Penggunaan tepung Keong mas 20% dalam Ransum
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan 4 ulangan sehingga terdiri 20 satu persatu model umum rancangan percobaan
yang digunakan:
Yij = µ + Ki + Ɛij
Keterangan :
Yij = Nilai hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j
µ = Nilai rata-rata umum pengamatan
Ki = Pengaruh tepung keong mas terhadap perlakuan ke-i
Ɛij = Pengaruh galat acak yang menerima perlakuan ke-i ulangan ke-j
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin
Utara yang dimulai bulan Maret 2020 sampai dengan bulan Mei 2020.
Variable yang diamati:
1. Konsumsi Ransum : Konsumsi ransum adalah banyaknya jumlah ransum yang
diberikan selama waktu tertentu dikurang dengan jumlah ransum yang tersisa (g).
Rumus Konsumsi Ransum = Ransum yang diberikan (g)–Ransum sisa (g).
2. Pertambahan Berat Badan : Pertambahan berat badan dihitung dengan cara
menimbang berat badan akhir penelitian dikurangi berat badan awal g/ekor.
Dihitung berdasarkan selisih antara berat badan akhir (g), dengan berat badan awal
dilakukan setiap minggu (Tilman,dkk. 1991).
3. Konversi Ransum : Merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi
dengan pertambahan berat badan pada waktu tertentu. Angka konversi ransum yang kecil
berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging
semakin sedikit.
Ransum = Jumlah Konsumsi Ransum
Pertambahan Berat Badan
4. Berat Badan Akhir : Diukur dengan menimbang berat badan akhir ayam kampung
(joper) umur 8 minggu pada akhir penelitian (g). Penimbangannya yaitu dengan
menggunakan timbangan duduk.
Data hasil pengamatan dari masing-masing respon variabel dikumpulkan dan
dianalisis. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variable respon yang
diamati, dliakukan analisis ragam setelah sebelumnya dilakukan uji Homogenitas
ragam dengan uji Bartlett. Jika hasil analisis ragam berpengaruh nyata, maka
dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan (DMRT) (Steel dan Torrie, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum
Data konsumsi ransum selama penelitian pada lampiran 2. Berdasarkan hasil
analisis ragam terhadap konsumsi pakan pada lampiran 5. Diketahui bahwa
penambahan tepung keong mas pada ransum berpengaruh nyata terhadap konsumsi
ransum. Rata-rata konsumsi ransum disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Konsumsi Ransum
Penambahan T. Keong mas (%) Rata-rata Konsumsi Ransum
TK0 1472.10a ± 0.79
TK5 1476.10b ± 1.52
TK10 1477.15b ± 1.34
TK15 1479.40b ± 0.48
TK20 1476.90b ± 1.37
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf superscript yang berbeda pada kolom rata-rata
menunjukkan perbedaan yang nyata pada DMRT 5%.
Tabel 8. menunjukkan bahwa hasil analisis ragam dalam penggunaan tepung
keong mas pada konsumsi ransum dalam campuran pakan berpengaruh sangat nyata.
Berdasarkan hasil uji DMRT berbeda nyata pada komsumsi ransum ayam kampung
joper pada taraf TK5%, TK10%, TK15% dan TK20%. Konsumsi ransum tanpa
menggunakan tepung keong mas TK0% (1472.10g/ekor) lebih rendah dibandingkan
dengan ransum yang menggunakan TK5% (1476.10g/ekor), TK10% (1477.15g/ekor),
TK15% (1479.40g/ekor), dan TK20% (1476.90g/ekor). Hal ini diduga dipengaruhi oleh
jenis ayam kampung yang digunakan dan kualitas kecernaan bahan bahan pakan
(Pesti,2009).
Pakan yang diberikan pada percobaan ini sudah cukup baik untuk pertumbuhan.
Tepung keong mas mempunyai kandungan protein yang tinggi, sehingga mampu
meningkatkan konsumsi pakan ayam kampung joper.
Pertambahan Berat Badan
Data Pertambahan berat badan selama penelitian pada lampiran 3, berdasarkan
hasil uji analisis ragam lampiran 8. Diketahui bahwa penambahan tepung keong mas
pada ransum berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat badan.
Pertambahan berat badan yang lebih besar diduga disebabkan oleh baiknya
pencernaan ransum sehingga mencukupi banyaknya nutisi yang diserap oleh tubuh
ayam. Rata-rata pertambahan berat badan ayam terlampir pada tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Pertambahan Berat Badan
Penambahan T. Keong mas (%) Rata-rata Pertambahan Berat Badan
TK0 724.35ab ± 1.51
TK5 726.58ab ± 1.88
TK10 730.46b ± 0.62
TK15 736.80c ± 1.20
TK20 721.62a ± 1.19
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf superscript yang berbeda pada kolom rata-rata
menunjukkan perbedaan yang nyata pada DMRT 5%.
Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil analisis ragam yang terlampir pada lampiran
6 dalam penggunaan tepung keong mas pada pertambahan berat badan berpengaruh
sangatt nyata. Pada hasil DMRT menunjukkan TK0%, TK5%, TK10%, TK15% dan
TK20% tidak berbeda nyata, tetapi pada TK15% menunujukkan berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Pertambahan berat badan ayam kampung joper nilai tertinggi pada
perlakuan TK15% sebesar 736.80 g/ekor dan nilai terendah pada perlakuan TK20%
sebesar 721.62 g/ekor. Hal ini Berbeda dengan hasil penelitian Adirangga F. dkk (2016)
nilai rata-rata pertambahan berat badan ayam lokal di Jimmy’s Farm sebesar 809,73
gram per 63 hari selama pemeliharaan dari awal hingga dipanen dengan rentan waktu
pemeliharaan bulan Mei sampai July 2016. Nilai minimal dan maksimal yang didapat
yaitu 611,88 gram per 63 hari dan 1020 gram per 63 hari.
Hal ini dapat menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ayam kampung
joper dengan penggunaan tepung keong mas dalam ransum menurun dengan
bertambahnya level pemberian tepung keong mas. Hal ini dapat disebabkan karena
faktor penggunaan ransum yang diberikan, bahwasannya pada keong mas yang diolah
masih terdapat kandungan zat anti nutrisi yaitu enzim thiaminase yang terdapat dalam
lendir keong mas. Kandungan thiaminase dalam ransum mampu menghambat
pertumbuhan ternak. Enzim tersebut merusak thiamin (vitamin B1), suatu senyawa
penting dalam metabolisme energi dan membuat thiamin tidak aktif. Defisiensi thiamin
pada ternak bisa menyebabkan gejala penurunan bobot badan dan lemas, hal ini
dikarenakan ternak tidak dapat menggunakan energi pakan secara maksimal. Ichwan
(2003) menyatakan bahwa, penambahan bobot badan akan di pengaruhi jumlah
konsumsi pakan yang dimakan dan kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan
tersebut. Pernyataan ini juga didukung oleh
Menurut Kurniawan, dkk (2012) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ayam kampung joper yaitu faktor nutrisional seperti protein, mineral,
vitamin dan kalsium. Faktor genetik seperti umur, penyakit, jenis kelamin dan
manajemen pemeliharaan.
Konversi Ransum
Data konversi ransum uji homogenitas pada lampiran 10, berdasarkan hasil uji
analisis ragam konversi pakan pada lampiran 11. Diketahui bahwa penambahan Tepung
Keong mas pada ransum berpengaruh nyata terhadap konversi pakan. Rata-rata konversi
ransum terlampir pada tebel 10.
Tabel 10. Rata-rata Konversi Ransum
Penambahan T.Keong mas (%) Rata-rata Konversi Ransum
TK0 2.03b ± 0.00408
TK5 2.03b ± 0.00408
TK10 2.02a ± 0.0025
TK15 2.01a ± 0.00408
TK20 2.05c ± 0.00479
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf superscript yang berbeda pada kolom rata-rata
menunjukkan perbedaan yang nyata pada DMRT %5.
Tabel 10. menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan tepung keong mas TK0%
(2.03) berbeda nyata dengan penggunaan TK10% (2.02) TK15% (2.01) dan TK20%
(2.05). Untuk TK10% (2.02) berbeda nyata dengan TK0%, TK5%, dan TK20%,
sedangkan TK20% berbeda nyata dengan TK0% TK5% TK10% dan TK15%. Nilai
konversi ransum pada ayam kampung joper tertinggi terdapat pada perlakuan TK20%
yaitu (2.05) dan konversi ransum terendah terdapat pada perlakuan TK15% (2.01). Hal
ini tidak sesuai dengan pendapat Adirangga F,dkk (2016) nilai rata-rata konversi ransum
yang diperoleh dari perhitungan ialah 2,30 sedangkan untuk nilai minimal dan maksimal
adalah 1,79 dan 3,42. Bahwasannya semakin besar angka konversi ransum berarti tidak
efisien dalam mencerna ransum.
Hal ini dikarenakan dipengaruhi oleh bau dan bentuk dari ransum. Semakin
tinggi level penambahan tepung keong mas maka bau pakan lebih menyengat. Fera
(2013) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konversi ransum diantaranya
bentuk fisik ransum, kandungan nutrisi ransum, lingkugan tempat pemeliharaan, strain,
berat badan dan jenis kelamin. Penggunaan tepung keong mas berpengaruh terhadap
konversi ransum jika semakin rendah konversi semakin tinggi efesiensi penggunaan
ransum.
Berat Badan Akhir
Data berat badan akhir uji homogenitas selama penelitian pada lampiran 13,
berdasarkan uji analisis ragam berat badan akhir lampiran 14. Diketahui bahwa
penambahan tepung keong mas pada ransum berpengaruh nyata terhadap berat badan
akhir. Rata-rata berat badan akhir terlampir pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata Berat Badan Akhir
Penambahan T.Keong mas (%) Rata-rata Berat Badan Akhir
TK0 801.75a ± 0.95
TK5 804.73b ± 0.96
TK10 811.06c ± 0.38
TK15 816.10d ± 0.19
TK20 802.07a ± 1.18
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf superscript yang berbeda pada kolom rata-rata
menunjukkan perbedaan yang nyata pada DMRT %5.
Tabel 11. menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan tepung keong mas TK0%
(801.75 g/ekor) berbeda nyata dengan penggunaan keong mas TK5% (804.73 g/ekor),
TK10% (811.06 g/ekor) TK15% (816.10 g/ekor) dan pada TK5% berbeda nyata pada
TK0%, TK10%, TK15% dan TK 20%. Berat badan akhir ayam kampung joper nilai
tertinggi pada perlakuan TK15% TK15% (816.10 g/ekor) dan terendah pada perlakuan
pada TK0% (801.75 g/ekor). Hasil dari penelitian ini sesuai dengan pendapat Istna
M.dkk (2018) bahwa ayam kampung joper dapat dipanen pada umur 50-60 hari dengan
bobot badan 0,7-0,85 kg.
Hal ini dapat disebabkan karena faktor penggunaan ransum yang diberikan,
bahwasannya pada keong mas yang diolah masih terdapat kandungan zat anti nutrisi
yaitu enzim thiaminase yang ada dalam lender tersebut. Thiaminase pada ransum yang
dapat menghambat pertumbuhan ternak.
Penggunaan tepung keong mas terhadap pemberian pakan ayam dikarenakan
tepung keong mas memliki kandungan protein cukup tingggi yang mampu mempercepat
pertambahan berat badan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan bahwa pengunaan tepung keong mas terhadap
performans ayam kampung joper berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum,
pertambahan berat badan, konversi ransum dan berat badan akhir.
Saran
Disarankan melakukan penelitian terhadap performans ayam kampung joper
menggunakan tepung keong mas pada taraf 15%.
DAFTAR PUSTAKA
Adirangga F.dkk. 2016. Konsumsi Ransun, Pertambahan Bobot Badan Dan Konversi
Ransun Ayam Lokal Di Jimmy’s Farm Cipanas Kabupaten Cianjur, Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran
Alis, F. 1997. Pertumbuhan Keong Murbei (Pomacea sp) yang Diberi Pakan Beberapa
Jenis Tumbuhan. Skripsi Fakultas MIPA IPB
Dharmawati, S, 2006. Pengaruh Pengolahan Keong Rawa “ Kalambuai” terhadap Nilai
Energi Metabolis dan Kecernaan Protein Serta Implakasinya pada Ayam
Broiler. Hasil Penelitian. Faperta Uniska Banjarmasin. Hal 12
Fera Aryanti, Muh. Bayu Aji, Nugroho Budiono. 2013. Pengaruh pemberian air gula
merah terhadap performans ayam kampung pedaging. Jurnal Sains Veteriner
31(2): 156-165
Ichwan, W.M. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Cet I.Jakarta: PT.
Agromedia Pustaka
Iskandar S. 2007. Mengenal PlasmaNutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya.
Edisipertama.Bogor (ID): Balai PenelitianTernak
Istna M..dkk. 2018. Perbaikan Pakan UntukMeningkatakan Produtivitas Ayam
Kampung Super Di Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal. Fakultas
Peternakan DAN Pertanian Universitas Di Penegoro Semarang Jurnal
DIANMAS, Volume 7, Nomor 1
Kurniawan, L.A; Atmomarsono, U dan Mahfudz, L. D. 2012. Pengaruh Berbagai
Frekuensi Pemberian Pakan dan Pembatasan Pakan Terhadap Pertumbuhan
Tulang Ayam Broiler. Jurnal Agromedia.
Pesti, G. M. 2009. Impact of dietary amino acid and crude protein levels in broiler feeds
on biological performance. Journal Appl. Poultry. Res. 18 : 477-486.
Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta
Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta
Soenarjo, E., Panuju, dan M. Syam , 1989. Siput Murbei Siput Indah yang dapat
Menimbulkan Malapetaka bagi Pertanaman Padi di Sawah. Warta Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pertanian Jakarta 9 (5) : 132-136.
Srinivet Sn.d. 2001. Management Options for the Golden Apple Snail. fdepartement of
Agriculture Extension, Ministry of Agriculture and Cooperative, Bangkok. 59
p.
Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Biometri. Penerbit PT Gramedia Utama. Jakarta.