Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe...
Transcript of Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe...
1
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NHT BERBANTU MEDIA LKS PADA MATERI KUBUS DAN
BALOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII
SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA
JURNAL
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi S1 Pendidikan Matematika
Oleh
SRI PURWANINGSIH
202012068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
2
3
4
5
6
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NHT BERBANTU MEDIA LKS PADA MATERI KUBUS DAN BALOK
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII
SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA
Sri Purwaningsih1, Helti Lygia Mampouw
2, Erlina Prihatnani
3
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro No 52-60 Salatiga 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, e-mail : [email protected] 2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, e-mail : [email protected] 3Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, e-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantu media LKS pada
materi kubus dan balok terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII (82 Siswa). Pengambilan sampel dengan cluster random
sampling menghasilkan siswa kelas VIII B (28 siswa) sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII A (27
siswa) sebagai kelas kontrol. Desain penelitian ini menggunakan the randomized control group
pretest-posttest design. Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi, penilaian LKS,
observasi, dan tes. Instrumen dari penelitian ini terdiri dari instrumen lembar penilaian LKS,
observasi guru, dan tes. Analisis data yang digunakan adalah uji normalitas dengan Shapiro-Wilk, uji
homogenitas dengan Levene, dan uji rerata dengan independent sample t-test. Uji independent sample
t-test menyimpulkan bahwa kondisi awal kedua kelompok sampel seimbang untuk tingkat signifikan
5%. Adapun kondisi akhir menghasilkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 dengan nilai rata-rata
kelas eksperimen (82,04) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (75,07), sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantu media LKS terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga.
Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif, number heads together, lembar kerja siswa, kubus
balokkubus, ka
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika adalah suatu pembelajaran yang penting dan harus dipelajari
pada setiap jenjang pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan
menengah bahkan juga di beberapa jurusan dalam Perguruan Tinggi untuk membekali peserta
didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama (Samsarif, 2009). Tujuan pembelajaran matematika di sekolah
menurut Depdiknas (2004) adalah untuk melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik
kesimpulan; mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat
prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; mengembangkan kemampuan pemecahan masalah;
mengembangkan kemampuan menyampaikan infomasi dan mengkomunikasikan gagasan.
7
Pentingnya matematika tidak selalu diikuti dengan ketertarikan siswa terhadap matematika.
Puspawati (2009) menyatakan ketidaktertarikan siswa pada matematika dikarenakan
matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit dibandingkan dengan mata pelajaran
yang lain.
Kesulitan yang dialami siswa tercermin dari hasil belajar matematika siswa. Djamarah
(2000) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu indikator tercapai atau tidaknya
tujuan pembelajaran. Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar
dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru, tes tersebut misalnya ulangan
harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pembelajaran
berlangsung, tes akhir semester, dan sebagainya (Nasution, 2006). Selain itu, Tirtonegoro
(2001) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.
Hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011
menunjukkan bahwa penguasaan matematika siswa Indonesia berada pada peringkat 38 dari
42 Negara. Tidak jauh berbeda dari hasil TIMSS, hasil studi Programme for International
Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada
peringkat 64 dari 65 Negara (OECD PISA, 2014). Selain itu, berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, menunjukkan bahwa hasil UN untuk mata
pelajaran matematika tahun pelajaran 2014/2015 tingkat SMP/MTs di Kota Salatiga dengan
perolehan rata-rata (62,93) masih rendah dibanding mata pelajaran lain (Puspendik, 2015).
Hal ini mengindikasikan belum optimalnya hasil belajar matematika di Indonesia, khususnya
di Salatiga.
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Utami
(2012) mengungkapkan bahwa dalam memilih model pembelajaran, guru hendaknya memilih
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran adalah model Cooperative Learning.
Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok, peran guru dalam
model ini lebih sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah
pemahaman siswa yang lebih tinggi (Slavin, 2008). Johnson & Johnson (Trianto, 2010: 57)
mengemukakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar
siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
8
kelompok. Zamroni (Trianto,2010: 57) menyebutkan bahwa manfaat penerapan pembelajaran
kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input
pada level individual, dan untuk mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Numbered Heads Together (NHT).
NHT merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan
dimana model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat (Lie, 2002). Selain itu,
Hamdani (2011) mengungkapkan bahwa NHT adalah metode belajar dengan cara setiap
siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak guru memanggil
nomor dari siswa. Adapun langkah-langkah model NHT menurut Lie (2002) adalah 1)
Penomoran; 2) Pengajuan pertanyaan; 3) Diskusi kelompok; 4) Pemanggilan nomor; 5)
Tanggapan dari teman; 5) Penarikan kesimpulan.
NHT dapat digunakan untuk mengecek pemahaman anak terhadap mata pelajaran
dengan cara melibatkan lebih banyak peserta didik menelaah materi yang tercakup sehingga
dapat meningkatkan penguasaan akademik dan kemampuan berpikir kritis. Kagan (Lie, 2002)
menyebutkan bahwa NHT memiliki kelebihan, antara lain dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, memudahkan guru dalam pembagian tugas, siswa belajar melaksanakan tanggung
jawab pribadinya dalam saling terkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya, kelas menjadi
lebih aktif, setiap siswa mendapat kesempatan untuk berekspresi dan mengeluarkan
pendapatnya, muncul jiwa kompetensi yang sehat, waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa
lebih efektif dan efisien. Terdapat beberapa penelitian yang telah menunjukkan bahwa NHT
lebih baik dari model pembelajaran lainnya diantaranya penelitian Margana (2010) dalam
pembelajaran matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat bagi siswa
kelas X SMA, penelitian Risqi (2014) terhadap siswa kelas III SD dalam materi pecahan.
Kedua penelitian itu menunjukkan bahwa NHT menghasilkan hasil belajar lebih baik
dibandingkan model pembelajaran lainnya.
Selain penggunaan model pembelajaran yang tepat, hasil belajar juga dapat dipengaruhi
oleh media pembelajaran yang digunakan (Arsyad, 2010). Lebih lanjut, Arsyad menyatakan
bahwa dalam menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemampuan siswa
dibutuhkan media pembelajaran untuk mendorong terjadinya proses belajar mengajar yang
efektif dan efisien. Sejalan dengan hal tersebut, Utami (2012) menyatakan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Terdapat beberapa penelitian yang telah mengkolaborasikan
NHT dengan media pembelajaran, diantaranya penelitian Nugrahaeni (2010) yang
9
mengkolaborasikan NHT dengan media kartu soal dalam pembelajaran matematika materi
segiempat pada siswa SMP. Selain itu terdapat pula penelitian Shara (2014) yang
mengkolaborasikan NHT dengan media kartu posinega dalam pembelajaran matematika pada
materi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas VII.
Bentuk media pembelajaran lainnya yang dapat digunakan dalam pembelajaran termasuk
pembelajaran matematika adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Suyitno (Farid, 2010)
menyatakan bahwa LKS merupakan salah satu alternatif media pembelajaran yang tepat bagi
peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep
yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. LKS dapat dianggap sebagai suatu
media atau alat bantu pembelajaran, karena dipergunakan guru sebagai perantara dalam
melaksanakan kegiatan pengajaran untuk mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan
pembelajaran khusus (Hidayah, 2006). Lebih lanjut, Hidayah menjelaskan bahwa LKS
merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara
tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media grafis sebagai
media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Adapun isi pesan LKS harus
memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki materi (matematika) dan
pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efektif dan efisien. Hasil penelitian
Kusni (2012) menyatakan bahwa LKS merupakan alat bantu dalam pembelajaran yang dapat
mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan proses yang mampu memperkaya pengetahuan siswa,
termasuk dalam pembelajaran matematika.
Rustaman (Dewi, 2007) menyebutkan bahwa LKS berisi sejumlah pertanyaan dan
beberapa persiapan serta kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. LKS terdiri dari beberapa
komponen, yaitu ringkasan materi yang merupakan penjabaran dari pokok bahasan, isinya
singkat dan padat sehingga materi pada pokok bahasan tersebut tercangkup semua; lembar
kegiatan siswa yang berisi contoh-contoh soal dan penyelesaiannya, latihan soal,
eksperimen/demonstrasi dan soal-soal evaluasi (Inayati, 2003).
Permasalahan rendahnya hasil belajar matematika siswa SMP khususnya di Kota
Salatiga, menjadi dasar pemilihan lokasi penelitian ini. Penelitian ini akan dilakukan dalam
pembelajaran matematika pada salah satu sekolah di Salatiga, yaitu di SMP Pangudi Luhur
Salatiga. Adanya teori dan hasil penelitian baik tentang NHT maupun LKS menjadi dasar
pembelajaran NHT berbantu media LKS sebagai model yang akan diterapkan dalam
pembelajaran matematika. Model tersebut akan diterapkan dalam pembelajaran matematika
pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini
10
adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT berbantu media LKS pada materi kubus dan balok terhadap hasil belajar
siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Penelitian ini diharapkan mampu mewujudkan
proses pembelajaran yang berfokus pada siswa, sehingga dapat memberikan hasil belajar
siswa yang lebih baik.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi
experimental). Menurut Sugiyono (2010), penelitian eksperimental semu merupakan
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi
informasi yang dapat diperoleh dari eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasi semua variabel yang relevan. Penelitian
ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Salatiga yang berlokasi di Jalan Diponegoro No.90
Salatiga pada semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016
yang berjumlah 82 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan Cluster Random Sampling dan diperoleh dua kelas sampel yaitu kelas VIII B (28
siswa) sebagai kelas eksperimen dan VIII A (27 siswa) sebagai kelas kontrol. Kelas
eksperimen adalah kelas yang diberi perlakuan (treatment) menggunakan model kooperatif
tipe NHT berbantu media LKS, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang diberi perlakuan
menggunakan model konvensional. Proses pembelajarana dalam penelitian ini terjadi dalam 4
kali pertemuan yang masing-masing terdiri dari 2 jam pelajaran (2 × 40 menit).
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini berupa model pembelajaran yaitu model pembelajaran
konvensional dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu media LKS, sedangkan
variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika. Desain penelitian ini
menggunakan rancangan tes awal-tes akhir dengan pengacakan atau the randomized control
group pretest-posttest design, yaitu menggunakan dua kelas yang dipilih secara acak,
kemudian mengambil data pretest untuk mengetahui keseimbangan kondisi awal hasil belajar
siswa dan data posttest untuk mengetahui hasil belajar kedua kelompok sampel setelah diberi
perlakuan berbeda sebagai dasar uji hipotesis.
Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang digunakan untuk
memperoleh data pretest, metode penialain LKS yang digunakan untuk mendapatkan
informasi terkait kualitas bahan ajar matematika yang sedang digunakan, metode observasi
11
yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan model pembelajaran yang telah dirancang, dan
metode tes yang digunakan untuk mengambil data hasil belajar matematika siswa setelah
adanya perlakuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian
LKS, lembar observasi guru dan tes. Instrumen lembar penilaian LKS berupa suatu angket
yang berisi pernyataan dengan menggunakan skala likert dari 1 sampai 5. Dalam lembar
observasi responden cukup memberikan tanda centang pada kolom “Ya” atau “Tidak” untuk
mengamati tingkah laku peneliti sewaktu mengajar. Instrumen tes dalam penelitian ini berupa
posttest yaitu tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar setelah adanya perbedaan
perlakuan antara 2 kelompok sampel. Tes berbentuk soal uraian dengan jumlah 10 soal materi
kubus dan balok. Sebelum instrumen LKS dan tes digunakan terlebih dahulu dilakukan uji
validitas ahli oleh 3 validator. Ketiga validator menyatakan bahwa LKS dan tes layak untuk
digunakan.
Analisis data dimulai dengan analisis deskriptif yang bertujuan untuk mendeskriptifkan
hasil belajar matematika dari kedua kelas sampel. Sebaran nilai kelompok baik pretest
maupun posttest dibagi menjadi 3 kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan
panjang kelas interval untuk masing-masing kategori yaitu
(Widoyoko, 2013). Selanjutnya, dilakukan analisis inferensial untuk menguji keseimbangan
kondisi awal dan hipotesis dari penelitian ini. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu media LKS pada
materi kubus dan balok terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Pangudi
luhur Salatiga. Hipotesis penelitian diuji dengan Independent sample t-test dengan terlebih
dahulu menguji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas dengan
Levene’s. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak sedangkan uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah
data berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Jika homogen maka menggunakan
Independent sample t-test dengan tipe Equal variances assumed dan jika tidak homogen
maka menggunakan Independent sample t-tes dengan tipe Equal Variances Not-Assumed.
Keseluruhan uji dilakukan dengan tingkat signifikan 5% menggunakan alat bantu perhitungan
berupa Software SPSS 16.0 for widows.
12
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT berbantu Media LKS
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT
berbantu media LKS dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yang masing-masing terdiri
dari 2 jam pelajaran (2 × 40 menit). Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini
mengambil materi kubus dan balok dengan standar kompetensi memahami sifat-sifat
kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
Adapun kompetensi dasar dalam materi kubus dan balok adalah membuat jaring-jaring
kubus, balok, prisma dan limas; menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok,
prisma dan limas.
Pada pertemuan pertama, guru membagikan LKS kepada siswa dimana pada sampul
LKS telah tertulis nama dan kode siswa, kemudian siswa diminta bergabung dengan
teman yang memiliki kode sama. Selanjutnya guru membagikan media bangun ruang
kubus dan siswa diminta melakukan kegiatan 1.1 yaitu menggambar jaring-jaring kubus
dan dilanjutkan kegiatan 1.2 yaitu mengidentifikasi jaring-jaring kubus yang tercantum
di dalam LKS seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Kegiatan LKS Pertemuan 1
13
Pada Gambar 1, terlihat bahwa guru mengajukan beberapa soal dan siswa diminta
berdiskusi dalam mengerjakan soal tersebut. Setelah diskusi selesai, selanjutnya guru
akan memanggil kode siswa. Siswa yang kodenya dipanggil oleh guru harus maju ke
depan kelas dan menuliskan jawabannya di papan tulis. Pemanggilan nomor dilakukan
terus menerus oleh guru, sehingga setiap siswa memiliki peluang untuk menjawab
pertanyaan dari guru. Siswa dari kelompok lain juga diperbolehkan menanggapi
jawaban yang telah dituliskan di papan tulis. Pada akhir kegiatan, guru menyimpulkan
hasil diskusi dan meminta siswa mengumpulkan LKS.
Pada pertemuan kedua, guru membagikan LKS kepada siswa dan meminta siswa
untuk berkumpul dengan kelompok seperti pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya
guru membagikan media bangun ruang balok dan siswa diminta melanjutkan materi
terkait menggambar dan mengidentifikasi jaring-jaring balok. Guru meminta siswa
berdiskusi dan melakukan kegiatan 1.3 dan 1.4 seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Kegiatan LKS Pertemuan 2
Seperti halnya pada pertemuan 1, pada pertemuan 2 ini guru meminta siswa
berdiskusi dan menjawab berbagai pertanyaan pada kegiatan 1.3 dan 1.4. Selanjutnya,
guru akan memanggil kode siswa secara acak dan siswa yang kodenya terpanggil harus
menuliskan jawaban di papan tulis. Kelompok lain juga diminta menanggapi jawaban
yang dituliskan di papan tulis. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi pada
pertemuan 2. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi terkait materi jaring-
14
jaring kubus dan balok untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dan siswa
diminta mengumpulkan kembali LKS.
Adapun pada pertemuan 3, guru membagikan kembali LKS siswa dan siswa diminta
berkumpul dengan kelompok sebelumnya. Guru meminta siswa membuka LKS untuk
melanjutkan materi tentang menghitung luas permukaan kubus dan balok. Selanjutnya
siswa berdiskusi dalam melakukan kegiatan dalam pembelajaran 2 ini diantaranya
menentukan rumus luas permukaan kubus dan balok, kemudian menggunakan rumus
luas permukaan kubus dan balok. Setelah diskusi selesai, guru memanggil kode siswa
dan siswa yang kodenya dipanggil oleh guru harus menuliskan jawaban di papan tulis.
Guru juga meminta tanggapan dari kelompok lain terkait jawaban di papan tulis. Guru
bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi pada pertemuan 3, dan pada akhir
pembelajaran guru memberikan evaluasi terkait menghitung luas permukaan kubus dan
balok. Siswa diminta mengumpulkan LKS apabila telah selesai mengerjakan soal
evaluasi.
Pada pertemuan 4, guru membagikan LKS kepada siswa dan meminta siswa untuk
berkumpul dengan kelompok seperti pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru
meminta siswa mempelajari pembelajaran 3 di dalam LKS yaitu menghitung volume
kubus dan balok, kemudian siswa berdiskusi melakukan berbagai kegiatan diantaranya
menentukan dan menggunakan rumus volume kubus dan balok. Setelah diskusi selesai,
guru memanggil kode siswa untuk menuliskan jawabannya di papan tulis. Kelompok
lain juga diminta menanggapi jawaban yang ditulis di papan tulis. Selanjutnya guru
bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan evaluasi kepada siswa
untuk mengukur kemampuan siswa.
2. Kondisi Awal Hasil Belajar
a. Analisis Deskriptif Nilai Pretest
Data nilai pretest digunakan untuk melihat hasil belajar siswa sebelum dilakukan
penelitian dan diberikan perlakuan. Data yang digunakan sebagai nilai pretest adalah
nilai tes ulangan matematika pada materi lingkaran. Hasil analisis deskriptif nilai
pretest dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Deskripsi Statistika Nilai Pretest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 28 45 85 66.54 11.397
Kontrol 27 45 85 69.33 9.731
Valid N (listwise) 27
15
Berdasarkan Tabel 1, diketahui nilai terendah dan nilai tertinggi pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 45 dan 85. Jika dilihat dari nilai rata-rata dan
standar deviasi, maka nilai 27 siswa pada kelas kontrol memiliki rata-rata (69,33) dan
standar deviasi (9,371) lebih baik dibanding rata-rata dari 28 siswa kelas eksperimen
(66,54) dengan standar deviasi 11,397.
Hasil belajar dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, rendah.
Pengkategorian ini menggunakan nilai interval dengan rumus nilai tertinggi dikurangi
nilai terendah dibagi jumlah kelas interval (Widoyoko, 2013). Interval untuk kondisi
awal hasil belajar siswa adalah
. Hasil sebaran nilai hasil belajar siswa
dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 3.
Tabel 2
Pengkategorian Nilai Pretest
Kategori Interval Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Rendah 45,04 – 58,34 8 14,55% 3 5,45%
Sedang 58,35 – 71,65 10 18,18% 9 16,36%
Tinggi 71,66 – 84,96 10 18,18% 15 27,27%
Gambar 3. Sebaran Nilai Pretest
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 3, dapat disimpulkan jika di kelas eksperimen
persentase antara kategori tinggi dan sedang sama (18,18%). Meskipun demikian
sebagian besar siswa di kelas kontrol (27,27%) masuk kategori tinggi. Siswa yang
masih dalam kategori rendah lebih banyak berasal dari siswa pada kelas eksperimen
(14,55%) sedangkan siswa pada kelas kontrol yang masih dalam kategori rendah hanya
5,45%.
b. Uji Normalitas Nilai Pretest
Uji normalitas merupakan uji prasyarat sebelum melakukan uji beda rata-rata dua
sampel. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data kelas sampel berasal dari
16
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Sembiring (2003) menuliskan bahwa jika jumlah
sampel pada masing-masing kelas sampel kurang dari 50 maka menggunakan uji
Shapiro-Wilk. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Uji Normalitas Nilai Pretest
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa nilai signifikan kelas eksperimen 0,224 dan
kelas kontrol 0,086, keduanya lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
kedua kelas masing-masing berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
c. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Pretest
Hasil uji normalitas menyimpulkan bahwa kedua sampel masing-masing berasal dari
populasi berdistribusi normal. Oleh karena itu, analisis uji yang digunakan adalah
analisis statistika parametrik. Nilai pretest diuji menggunakan uji independent sample t-
test untuk mengetahui keseimbangan kondisi awal kedua kelas. Untuk itu diperlukan uji
homogenitas untuk menentukan jenis uji independent sample t-test yang akan
digunakan. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Hasil Uji Independent Sample t-test Nilai Pretest
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal
variances
assumed
1.020 .317 -.977 53 .333 -2.798 2.862 -8.539 2.944
Equal
variances not
assumed
-.980
52.24
7 .332 -2.798 2.854 -8.524 2.929
Uji homogenitas menggunakan uji Levene’s Test menghasilkan nilai signifikansi
0,317 (lebih dari 0,05) yang berarti data berasal dari populasi yang memiliki variansi
sama (homogen). Oleh karena itu, uji independent sample t-test yang digunakan adalah
Kelas
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Eksperimen .952 28 .224
Kontrol .934 27 .086
a. Lilliefors Significance Correction
17
uji independent sample t-test jenis equal variances assumed. Berdasarkan Tabel 4 pada
kolom t-test for Equality of Means diketahui bahwa uji independent sample t-test
dengan tipe equal variances assumed menghasilkan nilai signifikan 0,333 (lebih dari
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel memiliki
kemampuan awal hasil belajar yang sama.
3. Kondisi Akhir Hasil Belajar
a. Analisis Deskriptif Nilai Posttest
Data kemampuan akhir siswa diperoleh dari nilai posttest matematika siswa yang
diambil setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
NHT berbantu media LKS. Hasil analisis data statistik deskriptif dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5
Deskripsi Statistika Nilai Posttest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 28 60 98 82.04 11.824
Kontrol 27 50 92 75.07 10.183
Valid N (listwise) 27
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa dari 28 siswa pada kelas eksperimen memiliki
nilai minimal (60), maksimal (98), dan rata-rata (82,04) lebih baik dibanding 27 siswa
pada kelas kontrol yang nilai minimum, maksimum, dan rata-ratanya berturut-turut 50,
92, dan 75,07. Namun jika dilihat dari aspek standar deviasi, nilai 27 siswa kelas
kontrol lebih baik karena memiliki standar deviasi (10,183) lebih kecil dibanding
standar deviasi pada kelas eksperimen (11,824).
Berdasarkan data nilai minimum dan maksimum, maka panjang kelas untuk
pengkategorian hasil belajar kondisi akhir diperoleh dari
Hasil sebaran
nilai hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 4.
Tabel 6
Pengkategorian Nilai Posttest
Kategori Interval Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Rendah 49,99 – 65,99 2 3,64% 3 5,45%
Sedang 66,00 – 82,00 13 23,64% 16 29,09%
Tinggi 82,01 – 98,01 13 23,64% 8 14,55%
18
Gambar 4. Sebaran Nilai Posttest
Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 4, dapat disimpulkan jika di kelas eksperimen
persentase antara kategori tinggi dan sedang sama (23,64%), namun di kelas kontrol
sebagian besar (29,09%) masuk kategori sedang. Siswa yang masih dalam kategori
rendah lebih banyak berasal dari siswa pada kelas kontrol (5,45%) sedangkan siswa
pada kelas eksperimen yang masih dalam kategori rendah hanya 3,64%.
b. Uji Normalitas Nilai Posttest
Berdasarkan analisis deskriptif data kondisi akhir hasil belajar, maka dilakukan uji
normalitas dengan uji shapiro-wilk. Hasil uji normalitas nilai posttest dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7
Uji Normalitas Nilai Posttest
Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa nilai signifikan kelas eksperimen (0,055) dan
kelas kontrol (0,173) keduanya lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa kedua kelas masing-masing berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
c. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Posttest
Hasil uji normalitas nilai posttest menyimpulkan bahwa kedua sampel masing-
masing berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dapat
dilihat pada Tabel 8.
Kelas
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Eksperimen .928 28 .055
Kontrol .946 27 .173
19
Tabel 8
Hasil Hasil Uji Independent Sample t-test Nilai Posttest
Uji homogenitas menggunakan uji Levene’s Test menghasilkan nilai signifikansi
0,192 (lebih dari 0,05) yang berarti data berasal dari populasi yang memiliki variansi
sama (homogen). Oleh karena itu, uji independent sample t-test yang digunakan adalah
uji independent sample t-test jenis equal variances assumed. Uji ini menghasilkan nilai
signifikansi sebesar 0,023 (kurang dari 0,05), artinya terdapat perbedaan rerata hasil
belajar matematika yang signifikan antara kedua kelompok sampel, dan karena rata-rata
nilai hasil belajar kelas eksperimen (82,04) lebih tinggi daripada kelas kontrol (75,07),
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT
berbantu media LKS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Analisis data pretest dengan uji independent sample t-test menghasilkan nilai
signifikansi sebesar 0,333 lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi
awal hasil belajar matematika siswa antara kedua kelompok sampel seimbang. Adapun
hasil uji data posttest setelah ada tindakan berbeda selama 4 kali pertemuan (@ 2 jam
pelajaran) menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,023 (kurang dari 0,05) dengan nilai
rata-rata siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu media
LKS (82,04) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata siswa yang dikenai model
konvensional (75,07).
Perbedaan rata-rata yang signifikan ini diakibatkan karena adanya perbedaan proses
pembelajaran antara kedua kelompok sampel tersebut. Proses pembelajaran
menggunakan model NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal
variances
assumed
1.747 .192 2.336 53 .023 6.962 2.980 .984 12.939
Equal
variances not
assumed
2.342
52.34
7 .023 6.962 2.972 .999 12.925
20
dalam mempelajari materi secara berkelompok. Hal itu mempermudah siswa untuk
saling membantu dalam memahami suatu materi. Pelaksanaan diskusi secara optimal
dikontrol dengan adanya tuntutan pemanggilan nomor, dimana guru akan memanggil
nomor siswa secara acak yang telah diberikan kepada siswa pada tahap penomoran.
Guru juga menggunakan LKS untuk lebih mengontrol agar proses pembelajaran
dapat berjalan secara sistematis. LKS ini berisi beberapa pertanyaan yang dapat
digunakan guru dalam pengajuan pertanyaan yang akhirnya harus dijawab oleh siswa
dalam teknik pemanggilan nomor dalam NHT . Contohnya dapat dilihat pada Lembar
Kegiatan 1.3 dan Kegiatan 2.1 pada Gambar 5.
Gambar 5. Contoh Kegiatan di dalam LKS
Pada Kegiatan 1.3 terlihat bahwa siswa diminta membuka media bangun ruang yang
diberikan oleh guru dan menggambar jaring-jaring yang terbentuk dengan
memperhatikan skala pengukuran. Adapun pada Kegiatan 2.1 siswa diminta menentukan
rumus luas permukaan kubus dengan mengikuti langkah-langkah yang terdapat di dalam
LKS. Pada langkah selanjutnya, siswa diminta menuliskan jawabannya di papan tulis
apabila kodenya dipanggil oleh guru. Cara ini dilakukan terus menerus oleh guru pada
berbagai kegiatan di dalam LKS. Adanya tahap pemanggilan kode, membuat setiap
siswa dalam kelompok harus paham atas materi yang didiskusikan dan bersungguh-
sungguh dalam mengerjakan berbagai kegiatan di dalam LKS, karena setiap siswa
memiliki peluang untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Penggunaan LKS sebagai media pembelajaran dapat membuka kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran.
21
Dari uraian tersebut, tampak jelas bahwa guru berperan sebagai fasilitator. Sebagai
fasilitator guru mengatur, memonitoring, membimbing dan mengevaluasi jalannya
diskusi. Hal itu tidak terjadi pada kelas yang dikenai model konvensional, dimana
informasi materi sepenuhnya berasal dari guru, sehingga siswa cenderung kurang
memiliki aktivitas yang mendukung pembelajaran karena kurang interaktif antar siswa.
Hasilnya siswa bersifat pasif, sehingga pembelajaran cenderung bersifat satu arah. Proses
menjawab pertanyaan juga didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja,
sedangkan siswa yang berkemampuan sedang dan rendah cenderung diam dan hanya
menyalin jawaban teman di depan kelas.
PENUTUP
A. Simpulan
Hasil uji hipotesis Independent sample t-test dengan tipe Equal variances assumed
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,023 (kurang dari 0,05), dengan nilai rata-rata
kelas eksperimen (82,04) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (75,07), artinya hasil
belajar matematika siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe NHT berbantu media
LKS lebih baik dibanding hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
konvensional. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu media LKS terhadap
hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.
B. Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, maka disarankan kepada guru untuk dapat
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu media LKS sebagai
salah satu model dan media dalam melaksanakan pembelajaran matematika. Penelitian
ini telah memberikan data empirik tentang adanya pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu media LKS terhadap hasil belajar
matematika, oleh karena itu disarankan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
selanjutnya terkait penggunaan LKS berkolaborasikan model NHT pada materi lainnya
ataupun mengkolaborasikan LKS pada model pembelajaran kooperatif lainnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Depdiknas. 2004. Kurikulum Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas.
Dewi, N. 2007. Perbandingan Kemampuan Membuat Kesimpulan Antara Siswa yang
Menggunakan LKS Pertanyaan Pengarah dengan Siswa yang Menggunakan LKS Tanpa
Pertanyaan Pengarah (Penelitian eksperimen pada siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Kota
Bandung). Skripsi: FPMIPA UPI Bandung.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Farid, Muhammad. 2010. Pengembangan LKS. Diakses melalui (http://faridmuh.
wordpress.com/2010/12/19/pengembangan-lks/) pada tanggal 4 Desember 2015.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Inayati, S. 2003. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang diberi Tugas
Rumah dari LKS dengan Siswa yang diberi Tugas Rumah dari Buku Paket pada Siswa
Kelas II Semester I SMU Negeri Grobogan 2002/2003. Skripsi: Universitas Negeri
Semarang.
Kusni, Suhito. 2012. Keefektifan Pembelajaran dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa
terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep. Jurnal UJME 1(1). Semarang: FMIPA
UNNES. Diakses melalui (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujne) pada tanggal 20
Juli 2015.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kelas). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Margana, Robertus. 2010. “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA
N di Surakarta Tahun Pelajaran 2009-2010”. Tesis. Surakarta: Program Pasca Sarjana,
Universitas Sebelas Maret.
Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nugrahaeni, G. 2010. Pembelajaran NHT Bermediakan Kartu Soal untuk Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Segiempat. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
OECD PISA. 2014. “PISA 2012 Result In Focus What 15 Years Olds Know And What They
Can Do With What They Know”. Diakses melalui (http://www.oecd.org/pisa-2012-result-
overview.pdf) pada tanggal 28 Desember 2015.
Puspawati, Patria. 2009. Manajemen Pembelajaran Pengalaman Lapangan Bidang Studi
Matematika Kelompok Belajar Paket A Nusa Indah di Kecamatan Bandar Kabupaten
Batang: Jurnal PNFI-Andragorgia, 1(1): pp 83-110. Diakses melalui
23
(http://andragogia.p2pnfisemarang.org/wp-content/uploads/2010/11/andragogia1_5.pdf)
pada tanggal 27 Juli 2015.
Puspendik, 2015. Laporan Hasil Ujian Nasional. Diakses melalui
(http://118.98.234.50/lhun/index.aspx) pada tanggal 20 Maret 2016.
Rizqi, Husnul. 2014. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang”. Skripsi. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Samsarif, Maarif. 2009. Gaya Belajar. Diakses melalui (http://Samsarif.blogspot.com) pada
tanggal 25 Juli 2015.
Sembiring, R K. 2003. Analisis Regresi. Bandung: ITB
Shara, R. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Media
Kartu Posinega untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Siswa Kelas 48 VII SMP . Jurnal Elektronik Pendidikan
Matematika, 01(02). Yogyakarta: FMIPA UNY. Diakses melalui
(http://www.jurnal/.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/3223) pada tanggal
13 Agustus 2015.
Slavin, E Robert. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung : Nusa
Media.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tirtonegoro, S. 2001. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Trianto. 2010. Mendesain Pembelajaran Kontekstual di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka
Publisher.
Utami, M, S.C. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Widoyoko, Eko P. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
24
L
A
M
P
I
R
A
N
25
p
LEMBAR KERJA SISWA KUBUS DAN BALOK
26
LEMBAR KERJA SISWA KUBUS DAN BALOK
Untuk SMP Kelas VIII Semester 2
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil.
Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.
(Mahatma Ghandi)
27
Pembelajaran matematika merupakan suatu pembelajaran yang penting dan harus
dipelajari pada setiap jenjang pendidikan. Namun kenyataannya banyak siswa yang sering
mengalami kesulitan dalam memahami soal-soal matematika sehingga seringkali
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal itu dapat dilihat dari
hasil TIMSS (2011) dan PISA (2012). Proses pembelajaran menjadi penentu hasil
belajar siswa dimana guru harus menggunakan model pembelajaran yang memungkinkan
siswa dapat belajar aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif menjadi
alternatif dalam pembelajaran dimana siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok dan peran guru dalam model ini lebih sebagai fasilitator yang berfungsi
sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman siswa yang lebih tinggi.
Terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah tipe NHT.
Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan tanggung
jawab individual dalam kelompok serta membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang tepat. Dalam rangkaian kegiatan pembelajaran, untuk menyampaikan
informasi, gagasan, atau ide dibutuhkan juga media pembelajaran.
Salah satu media pembelajaran yang direncanakan dalam pembelajaran matematika
bagi siswa adalah LKS. LKS merupakan alat bantu dalam pembelajaran yang dapat
mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan proses yang mampu memperkaya pengetahuan siswa,
termasuk dalam pembelajaran matematika. Atas dasar itulah maka diduga penggunaan
model NHT berbantu media LKS dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
Penulis
P rakata
28
Halaman Judul ................................................................................................. i
Prakata ................................................................................................ii
Daftar isi .............................................................................................. iii
Pengantar awal pembelajaran ................................................................................................. 1
Pembelajaran 1 ............................................................................................... 4
Kegiatan 1.1 ............................................................................................... 5
Kegiatan 1.2 ............................................................................................... 7
Kegiatan 1.3 ............................................................................................... 9
Kegiatan 1.4 .............................................................................................. 11
Ayo berlatih .............................................................................................. 13
Pembelajaran 2 .............................................................................................. 15
Kegiatan 2.1 .............................................................................................. 16
Kegiatan 2.2 .............................................................................................. 17
Kegiatan 2.3 .............................................................................................. 19
Kegiatan 2.4 ............................................................................................. 20
Ayo berlatih ............................................................................................. 22
Pembelajaran 3 ............................................................................................. 23
Kegiatann 3.1 ............................................................................................. 24
Kegiatan 3.2 ............................................................................................. 25
Kegiatan 3.3 ............................................................................................. 27
Kegiatan 3.4 ............................................................................................. 28
Ayo berlatih ............................................................................................. 30
Daftar pustaka .............................................................................................. 31
d aftar i si
29
KUBUS DAN BALOK
Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-
bagiannya dan menentukan ukurannya.
Menggunakan sifat-sifat, jaring-jaring, luas permukaan dan volume kubus,
balok, prisma dan limas.
Menggambar dan mengidentifikasi rangkaian bangun datar yang
merupakan jaring-jaring kubus dan balok.
Menentukan dan menggunakan rumus luas permukaan kubus dan
balok
Menentukan dan menggunakan rumus volume kubus dan balok
30
KUBUS DAN BALOK
Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas.
Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.
Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam
buah sisi berbentuk persegi yang kongruen (sama besar).
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di samping.
- Jumlah sisi kubus 6, yaitu: ABCD, EFGH, ABFE, DCGH,
BCGF, ADHE
- Jumlah rusuk kubus 12 yaitu: AB, BC, CD, DA, AE, BF,
CG, DH, EF, FG, GH, HE
- Jumlah titik sudut kubus 8 yaitu: A, B, C, D, E, F, G, H
- Jumlah diagonal sisi kubus 12 yaitu: AF, BE, BG, FC,
CH, DG, AH, DE, BD, AC, EG, HF
- Jumlah diagonal ruang kubus 4 yaitu: BH, DF, AG, EC
- Jumlah diagonal bidang kubus berbentuk persegi
panjang 4 yaitu: ACGE, DBFH, ABGH, EFCD
Apa itu kubus dan balok??
Kubus ABCD.EFGH
31
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam
persegi panjang, dimana setiap sisi persegi panjang berimpit
dengan tepat satu sisi persegi panjang yang lain dan persegi
panjang yang sehadap adalah kongruen.
Perhatikan gambar balok ABCD.EFGH di samping.
- Jumlah sisi balok 6, yaitu: ABCD, EFGH, ABFE, DCGH,
BCGF, ADHE
- Jumlah rusuk balok 12 yaitu: AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG,
DH, EF, FG, GH, HE
- Jumlah titik sudut balok 8 yaitu: A, B, C, D, E, F, G, H
- Jumlah diagonal sisi balok 12 yaitu: AF, BE, BG, FC, CH,
DG, AH, DE, BD, AC, EG, HF
- Jumlah diagonal ruang 4 yaitu: BH, DF, AG, EC
- Jumlah diagonal bidang balok 4 yaitu: ACGE, DBFH, ABGH,
EFCD
Balok ABCD.EFGH
32
PEMBELAJARAN 1
Definisi Jaring-jaring Kubus dan
Jaring-jaring Balok
Jaring-jaring kubus diperoleh dari model kubus
yang diiris pada beberapa rusuknya, kemudian
direbahkan seperti gambar di samping. jaring-
jaring kubus merupakan rangkaian 6 buah persegi
yang kongruen.
Jaring-jaring balok diperoleh dari model balok
yang diiris pada beberapa rusuknya, kemudian
direbahkan seperti gambar di samping. jaring-
jaring balok merupakan rangkaian 6 buah persegi
panjang yaitu terdiri dari 3 pasang persegi
panjang yang kongruen.
Menggambar jaring-jaring kubus
Mengidentifikasi jaring-jaring kubus
Menggambar jaring-jaring balok
Mengidentifikasi jaring-jaring balok
33
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Perhatikan kubus yang dibagikan oleh guru!
a. Bukalah media bangun ruang yang dibagikan oleh guru dengan membuka isolasi
yang menempel pada tiap sisi bangun tersebut !
b. Gambarlah hasil jaring-jaring yang terbentuk pada lembar jawab 1 dengan
panjang rusuk 2 cm !
c. Jika kodemu disebut oleh guru, maka tempelkan di papan tulis jaring-jaring
yang kamu peroleh !
d. Salinlah gambar jaring-jaring kubus yang ada di papan tulis yang berbeda
dengan jaring-jaring yang telah kamu gambar pada lembar jawab 1 ke lembar
jawab 2 dengan panjang rusuk 1 cm !
Lembar Jawab 1
34
Lembar Jawab 2
35
1. Perhatikan rangkaian jaring-jaring kubus di bawah ini. Lingkarilah yang merupakan
jaring-jaring kubus dan beri keterangan alas dan tutupnya!
a.
i ii iii
b.
i ii iii
2. Perhatikan rangkaian jaring-jaring kubus di bawah ini. Lingkarilah yang bukan
merupakan jaring-jaring kubus!
a.
i ii iii
b.
i ii iii
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Perhatikan beberapa rangkaian jaring-jaring kubus berikut ini.
a. Lingkarilah jawaban yang tepat sesuai dengan pertanyaan yang diberikan !
b. Jika kodemu disebut oleh guru, maka berikan jawabanmu dan jelaskan !
36
3.
Pada jaring-jaring kubus di atas, sisi yang diarsir berhadapan dengan sisi…
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
1
2
3 4
37
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Perhatikan kubus yang dibagikan oleh guru!
a. Bukalah media bangun ruang yang dibagikan oleh guru dengan membuka isolasi
yang menempel pada tiap sisi bangun tersebut !
b. Gambarlah jaring-jaring yang terbentuk pada lembar jawab 3 dengan
memperhatikan skala pengukuran yang sudah ditentukan dan mencantumkan
panjang, lebar dan tinggi !
c. Jika kodemu disebut oleh guru, maka tempelkan di papan tulis jaring-jaring
yang kamu peroleh !
d. Salinlah gambar jaring-jaring balok yang ada di papan tulis yang berbeda
dengan jaring-jaring yang telah kamu gambar pada lembar jawab 3 ke lembar
jawab 4 lengkap dengan memperhatikan skala pengukuran yang sudah
ditentukan dan mencantumkan panjang, lebar dan tinggi !
Lembar Jawab 3
p=3 cm, l= 1 cm, t= 3 cm
38
Lembar Jawab 4
p=1 cm, l= 3 cm, t= 3 cm
p=3 cm, l= 2 cm, t= 1 cm
p=3 cm, l= 3 cm, t= 1 cm
39
1. Perhatikan rangkaian jaring-jaring balok di bawah ini. Lingkarilah yang merupakan
jaring-jaring balok!
a.
i ii iii iv
b.
i ii iii iv
2. Perhatikan rangkaian jaring-jaring balok di bawah ini. Lingkarilah yang bukan
merupakan jaring-jaring balok!
a.
i ii iii iv
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Perhatikan beberapa rangkaian jaring-jaring balok berikut ini.
a. Lingkarilah jawaban yang tepat sesuai dengan pertanyaan yang diberikan !
b. Jika kodemu disebut oleh guru, maka berikan jawabanmu dan jelaskan !
40
b.
i ii iii iv
3.
1
3
a
b c d e
f
4
5
Perhatikan rangkaian jaring-jaring balok di
samping.
Ketika jaring-jaring di samping dibentuk
menjadi balok, rusuk yang berimpit dengan
nomor 1 adalah rusuk nomor ….
a. 2 c. 4
b. 3 d. 5
41
1. Rangkaian persegi berikut ini adalah jaring-jaring kubus, kecuali …..
a. c.
b. d.
2.
3. Rangkaian persegi berikut yang merupakan jaring-jaring kubus adalah rangkaian…
a. I c. III
b. II d. IV
4.
B
E
R
L
A
T
I A
Y
O
H
Lingkarilah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
yang menurutmu benar. Kerjakan dengan caramu sendiri!
Pada gambar di samping, jika nomor 2 sebagai
alas kubus maka bidang atas kubus adalah…
a. 3 c. 5
b. 4 d. 6
3
6
4
2
2
1
5
I II III IV
Persegi yang diarsir pada gambar jaring-jaring di
samping merupakan alas kubus. Persegi yang
merupakan tutup kubus adalah persegi nomor…
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4
5 3
2 1
4
42
6. Perhatikan gambar berikut!
Yang merupakan jaring-jaring balok adalah gambar nomor…
a. I dan II c. II dan III
b. I dan IV d. II dan IV
7.
8.
(i) (ii) (iii) (iv)
Yang merupakan jaring-jaring balok adalah….
a. i dan ii c. iii dan iv
b. ii dan iii d. i dan iv
5. Gambar di samping adalah kubus dengan
jaring-jaringnya. Jika persegi yang diarsir
ABCD, maka persegi IV dan V adalah….
a. EFGH dan DHEA
b. AEDH dan EFGH
c. EFGH dan CDHG
d. ABFE dan ADHE
I II III IV
6
1 2 5
3
4
7 8
9
Agar berbentuk jaring-jaring balok, bidang yang
harus dihilangkan adalah nomor ...
a. 6, 8, 9
b. 2, 6, 8
c. 1, 4, 9
d. 1, 3, 6
V
III IV
II
I
A B
C D
43
Definisi Luas Permukaan Kubus
dan Luas Permukaan Balok
PEMBELAJARAN 2
Luas permukaan kubus adalah jumlah luas
seluruh sisi atau bidang pada bangun ruang
tersebut. Luas permukaan kubus merupakan
jumlah luas sisi-sisi kubus tersebut.
Luas permukaan balok adalah jumlah seluruh
luas dari bidang-bidang yang membatasi
balok.
Menentukan rumus luas permukaan kubus
Menggunakan rumus luas permukaan kubus
Menentukan rumus luas permukaan balok
Mengunakan rumus luas permukaan balok
44
Kubus 1 terdapat ......... buah persegi
Panjang rusuk masing-masing persegi …… cm
Luas masing-masing persegi ………….. cm2
Luas semua persegi = …………………..
= ………………….. Luas permukaan kubus = ……………
= ………………….. cm2 = ……………
= ……………. cm2
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Perhatikan sketsa kubus 1 dan kubus 2 berikut ini:
a. Salinlah gambar jaring-jaring kubus yang terdapat pada lembar jawab 1 ke
lembar jawab 5 !
b. Isilah titik-titik yang terdapat pada lembar jawab 5 berikut ini !
c. Jika kodemu disebut oleh guru, maka salinlah jawabanmu di papan tulis dan
jelaskan !
Lembar Jawab 5
Kubus 1
Kubus 2
45
1. Sebuah peti kayu berbentuk kubus akan dicat seluruh permukaannya.
Permukaan peti kayu tersebut memiliki panjang sisi 1,2 meter. Hitunglah
berapa meter persegi luas permukaan yang akan dicat!
2. Keliling alas sebuah kubus adalah 32 cm, maka luas permukaan kubusnya!
3. Panjang rusuk dua buah kubus masing-masing 9 cm dan 12 cm. Perbandingan
luas permukaan kubus adalah!
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Gunakan rumus luas permukaan kubus untuk menyelesaikan kegiatan berikut:
a. Bacalah dengan teliti pertanyaan yang diberikan !
b. Tuliskan jawabanmu pada lembar jawab 6 !
c. Apabila kodemu disebut oleh guru, maka tuliskan jawabanmu di papan tulis dan
jelaskan !
Lembar Jawab 6
46
Jika area pengerjaan masih kurang bisa lanjut di sini teman
47
Balok 1 terdapat ......... buah persegi panjang
…….. persegi panjang berukuran …… cm x ….. cm
…….. persegi panjang berukuran …… cm x ….. cm
…….. persegi panjang berukuran …… cm x ….. cm
Luas semua persegi panjang = …………………. Luas permukaan balok = ……………………
= ………………….. =……………………..
= ………………… cm2 = …………………..
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Perhatikan sketsa balok 1 dan balok 2 berikut ini:
a. Salinlah 1 gambar jaring-jaring balok yang terdapat pada lembar jawab 3 ke
lembar jawa 7 !
b. Isilah titik-titik yang terdapat pada lembar jawab 7 berikut ini !
c. Jika kodemu disebut oleh guru, maka salinlah jawabanmu di papan tulis dan
jelaskan !
Lembar Jawab 7
balok 1
balok 2
48
1. Akuarium dirumah Risna berbentuk balok. Panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50
cm. Berapa cm3 kapasitas akuarium tersebut?
2. Luas permukaan sebuah balok 352 cm2 dengan ukuran panjang 12 cm dan tinggi 4 cm.
Berapa lebar balok tersebut?
3. Hitunglah perbandingan luas permukaan dua buah balok yang berukuran (
) dan ( ) !
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Gunakan rumus luas permukaan balok untuk menyelesaikan kegiatan berikut:
a. Bacalah dengan teliti pertanyaan yang diberikan !
b. Tuliskan jawabanmu pada lembar jawab 8 !
c. Apabila kodemu disebut oleh guru, maka tuliskan jawabanmu di papan tulis dan
jelaskan !
Lembar Jawab 8
49
Jika area pengerjaan masih kurang bisa lanjut di sini teman
50
1. Hitunglah luas permukaan kubus tanpa tutup dengan panjang setiap rusuknya 4 cm!
2. Sebuah benda berbentuk kubus luas permukaannya 1.176 cm2. Berapa panjang
rusuk kubus itu?
3. Sebuah balok memiliki panjang 20 cm, lebar 14 cm dan tinggi 10 cm. Berapakah luas
permukaan dari balok tersebut?
4. Luas permukaan balok adalah 22 cm2. Jika ukuran panjang 3 cm dan lebarnya 2 cm,
hitunglah tinggi balok itu!
5. Luas karton untuk membuat sebuah balok berukuran 15 cm x 15 cm x 9
cm sama
dengan luas karton untuk membuat sebuah kubus. Tentukan panjang rusuk
tersebut!
B
E
R
L
A
T
I A
Y
O
H
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan caramu
sendiri pada lembar jawab 9!
Lembar Jawab 9
51
PEMBELAJARAN 3
Definisi Volume Kubus dan
Volume Balok
Volume kubus adalah isi/udara dalam ruang
kubus yang dibatasi sisi-sisi kubus
Volume balok adalah isi/udara dalam ruang
balok yang dibatasi sisi-sisi balok.
Menentukan rumus volume kubus
Mengunakan rumus volume kubus
Menentukan rumus volume balok
Mengunakan rumus volume balok
52
Kubus Banyak Kubus Volume
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Perhatikan sketsa kubus satuan dan kotak berbentuk kubus berikut ini:
a. Jawablah pertanyaan yang diberikan !
b. Perhatikan tabel 3.1 yang diberikan dan isilah titik-titik yang terdapat pada
table !
c. Apabila kodemu disebut oleh guru, maka tuliskan jawabanmu di papan tulis dan
jelaskan !
Apabila kubus satuan dimasukkan ke dalam kubus besar.
Hitunglah!
a. Berapa banyak kubus satuan pada baris pertama?
b. Jika kubus besar akan diisi penuh oleh kubus satuan,
maka berapa banyak kubus satuan yang diperlukan?
Tabel 3.1
s s
s
53
1. Sebuah kubus memiliki panjang rusuk 5 cm. Tentukan volume kubus itu!
2. Diketahui luas permukaan sebuah kotak berbentuk kubus 96 cm2. Hitunglah volume
kotak tersebut!
3. Sebuah kubus memiliki volume 343 cm3. Jika panjang rusuk kubus tersebut
diperbesar menjadi 4 kali panjang rusuk semula, tentukan volume kubus yang baru!
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Gunakan rumus volume kubus untuk menyelesaikan kegiatan berikut:
a. Bacalah dengan teliti pertanyaan yang diberikan !
b. Tuliskan jawabanmu pada lembar jawab 10 !
c. Apabila kodemu disebut oleh guru, maka tuliskan jawabanmu di papan tulis dan
jelaskan !
Lembar Jawab 10
54
Jika area pengerjaan masih kurang bisa lanjut di sini teman
55
Balok p l t Banyak Kubus Volume
……
……
……
…….. x …….. x …….
…… cm3
……
……
……
…….. x …….. x …….
…… cm3
……
……
……
…….. x …….. x …….
…… cm3
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Perhatikan sketsa kubus satuan dan kotak berbentuk balok berikut ini:
a. Jawablah pertanyaan yang diberikan !
b. Perhatikan tabel 3.2 yang diberikan dan isilah titik-titik yang terdapat pada
table !
c. Apabila kodemu disebut oleh guru, maka tuliskan jawabanmu di papan tulis dan
jelaskan !
Apabila kubus satuan dimasukkan ke dalam balok.
Hitunglah!
a. Berapa banyak kubus satuan pada baris
pertama?
c. Jika balok tersebut akan diisi penuh oleh kubus
satuan, maka berapa banyak kubus satuan yang
diperlukan?
Tabel 3.2
56
1. Sebuah balok berukuran panjang 18 cm, lebar 10 cm dan tinggi 12 cm. Tentukan
volume balok tersebut!
2. Sebuah mainan berbentuk balok volumenya 140 cm3. Jika panjang mainan 7 cm dan
tinggo mainan 5 cm, tentukan lebar mainan tersebut!
3. Diketahui panjang sebuah balok adalah tiga kali lebarnya, lebar = 8 cm, dan tinggi 12
cm. Berapakah volume balok tersebut?
A
Y
O
D
I
S
K
U
S
I
Gunakan rumus volume balok untuk menyelesaikan kegiatan berikut:
a. Bacalah dengan teliti pertanyaan yang diberikan !
b. Tuliskan jawabanmu pada lembar jawab 11 !
c. Apabila kodemu disebut oleh guru, maka tuliskan jawabanmu di papan tulis dan
jelaskan !
Lembar Jawab 11
57
Jika area pengerjaan masih kurang bisa lanjut di sini teman
58
1. Sebuah kubus panjang rusuknya 5 cm, sedangkan sebuah balok berukuran panjang 7
cm, lebar 5 cm dan tinggi 4 cm. Tentukanlah:
a. Volume kubus dan balok tersebut
b. Perbandingan bolume keduanya.
2. Perbandingan volume kubus yang luas permukaannya berbanding 1:9 adalah?
3. Sebuah balok yang rusuknya berbanding 2: 3: 5 mempunyai volume 810 cm3.
Tentukan panjang, lebar dan tinggi balok itu!
B
E
R
L
A
T
I A
Y
O
H
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan caramu
sendiri pada lembar jawab 12!
Lembar Jawab 9
59
DAFTAR PUSTAKA
Brainly.co.id [5 Desember 2015]
Fitriah, Y. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Problem
Solving dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada Materi Bangun
Ruang Sisi Datar untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah untuk
Siswa SMP. Skripsi. Universitas Yogyakarta.
Genius.smpn1-mgl.sch.id [24 Desember 2015]
Mafia.mafiaol.com [12 Januari 2016]
https://books.google.co.id/ [21 Desember 2015]
https://yos3prens.wordpress.com/ [19 Januari 2016]
Web-matematika.blogspot.co.id [10 Januari 2016]