PENGARUH PENGGUNAAN BEDONG TERHADAP MOTORIK BAYI BARU LAHIR
-
Upload
anisa-nur-fauziyyah -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
description
Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN BEDONG TERHADAP MOTORIK BAYI BARU LAHIR
HALAMAN JUDULPENGARUH PENGGUNAAN BEDONG TERHADAP PENGARUH
PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI BARU LAHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Pendidikan Program Studi DIII Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes R.I.
Bandung
Disusun Oleh
ANISA NUR FAUZIYYAH
NIM. P 17324413012
KEMENTRIAN KESEHATAN R.I
POLITEKNIK KESEHETAN BANDUNG
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN KARAWANG
2013
i
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENGGUNAAN BEDONG TERHADAP PENGARUH
PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI BARU LAHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Pendidikan Program Studi DIII Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes R.I.
Bandung
Disusun Oleh :
Anisa Nur Fauziyyah
NIM. P 17324413012
Menyetujui,Dosen Pembimbing
Drs.Asep Sihabudin S.Pd M.Pd NIP. 196405301988031004
Koordinator Mata Kuliah
Mamat, SKM,MKMNIP.19681121989031001
Mengetahui,Ketua Program Studi Kebidanan KarawangPoliteknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Rahayu Pertiwi, M.K.MNIP. 196408151986032001
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T., karena atas ridhonya penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada
umat hingga akhir zaman.
Karya tulis ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia dengan karya tulis yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Bedong Terhadap
Perkembangan Motorik Bayi Baru Lahir”.
Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis banyak menemukan kesulitan khususnya
kurangnya pengetahuan. Dengan penyelesaian karya tulis ini, penulis mengalami berbagai
kesulitan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis ini dapat
diselesaikan. Walaupun masih banyak kekurangannya, sudah sepantasnya penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Asep Sihabudin M.Pd
2. Teman-teman CINEMA yang telah memberikan banyak inspirasi. SUKSES HIJI
SUKSES SADAYANA♥
3. Teman-teman kamar 11 yang selalu memberikan semangat♥
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan harapan
penulis yaitu agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Karawang, November 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iv
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI..................................................................................................................3
2.1 Pengertian Bedong.......................................................................................................3
2.2 Mitos pada bedong.......................................................................................................3
2.3 Sistem Peredaran Darah dan Sistem Pernafasan Pada Bayi Baru Lahir......................5
2.4 Perkembangan Motoric pada Bayi Baru Lahir.............................................................9
BAB III.....................................................................................................................................14
PEMBAHASAN.......................................................................................................................14
3.1 Pengaruh bedong pada bayi baru lahir............................................................................14
3.2 Penggunaan bedong yang baik bagi bayi baru lahir........................................................17
BAB IV.....................................................................................................................................18
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................18
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................18
4.2 Saran................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................v
LAMPIRAN...............................................................................................................................vi
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara degan berbagai macam budaya dan kebiasaan unik
didalamnya. Di dalam proses hamil dan melahirkan ini pun banyak munculnya mitos yang
bermunculan, bahkan menjadikannya sebuah budaya.
Kebiasaan masyarakat kita, setiap bayi baru (hampir) pasti dibedong.Satu kebiasaan yang
sudah berlangsung lama, mungkin sejak jaman nenek moyang kita. Menurut orang-orang tua
dulu, dengan membedong bayi erat-erat dipercaya dapat mencegah kakinya berbentuk O pada
saat ia besar nanti.
Kebiasaan membedong bayi memang lebih umum dipraktekkan oleh masyarakat Asia.
Tapi sebenarnya, masyarakat di Negara-negara maju lainnya bukannya sama sekali tak
mengenal praktek membedong (swaddling) ini. Cukup banyak orangtua baru saat ini yang
dibuat bingung dengan pro-kontra yang timbul dari ’tradisi’ bedong membedong ini.Apa sih
manfaat sebenarnya, dan apa kerugiannya jika bayi tidak dibedong. Oleh sebab itu, penulis
tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam karya tulis berjudul “Pengaruh Penggunaan
Bedong Terhadap Perkembangan Motorik Bayi Baru Lahir”.
1.2 Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, ada beberapa masalah
yang dilihat, ialah :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan bedong terhadap bayi baru lahir?
2. Bagaimana penggunaan bedong yang baik bagi bayi baru lahir?1
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bedong terhadap bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui penggunaan bedong yang baik bagi bayi baru lahir
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bedong
Bedong (SWADDLING) adalah cara membungkus bayi dengan selimut yang
bertujuan untuk memberikan rasa hangat dan nyaman. Sebenarnya, membedong atau
swaddling sudah dilakukan sejak lama oleh orangtua-orangtua kita dulu. Di banyak
daerah di kawasan asia, membedong bayi baru lahir merupakan tradisi turun temurun,
bahkan diselimuti hal-hal mistis seperti untuk melindungi bayi dari gangguan roh jahat.
Saat ini, dunia kedokteran pun sudah membuktikan manfaat bedong bagi bayi.
2.2 Mitos pada bedong
Ada banyak mitos seputar bedong yang kemudian menggiring para orangtua hingga
membuat kesalahan-kesalahan fatal dalam proses membedong. Salah satu yang paling
sering didengar adalah bahwa membedong penting untuk meluruskan kaki bayi, sehingga
saat ia besar nanti kakinya tidak bengkok. Padahal, kaki bengkok pada bayi baru lahir
adalah wajar. Mengingat selama di dalam rahim, ia seringkali berada pada posisi
meringkuk, terutama di bulan-bulan terakhir ketika ruang di dalam rahim tak lagi luas
bagi tubuhnya yang kian membesar. Kaki yang bengkok ini perlahan-lahan akan lurus
dengan sendirinya seiring ia bertambah dewasa.
Mitos tersebut akhirnya membuat bayi-bayi dibedong dengan sangat ketat hingga tak
bisa bergerak.Padahal bedong yang terlalu ketat meningkatkan resiko SIDS atau Sudden
Infant Death Syndrom pada bayi. Karena bedong yang terlalu ketat membuat proses
3
bernapas bayi terganggu. Selain itu, perkembangan motorik bayi juga bisa terhambat
mengingat ia terikat hingga tidak dapat bergerak. Membedong dengan memaksa kaki
bayi lurus juga beresiko bayi menderita hip dysplasia atau keadaan di mana formasi soket
panggul bayi tidak normal.
Namun, selama bedong bayi tidak mengikatnya dengan ketat, melainkan hanya
membungkusnya agar hangat, bedong memiliki banyak manfaat.
Selain pelukan, bedong adalah ‘replika’ yang paling mampu memberikan suasana
mirip dengan saat ia masih di dalam rahim ibu. Di bulan pertama kehadirannya di dunia,
bayi masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, maka tak heran
kalau bayi cenderung rewel.Dengan bedong, bayi mendapatkan perasaan hangat,
terlindungi dan terdekap layaknya di dalam rahim ibu. Bedong juga membantu bayi agar
tidak terganggu dengan startle/moro reflex nya sendiri (reflek menghentakkan seluruh
badan seperti sedang kaget). Dengan bedong, bayi juga tidak dapat mencakar mukanya,
sesuatu yang sering kali dilakukan bayi baru lahir karena belum mampu mengendalikan
anggota tubuhnya.Karena itu bedong membantu bayi lebih tenang, lebih mudah tertidur,
dan tidurnya pun menjadi lebih nyenyak.
Tetapi perlu diingat, tidak semua bayi senang dibedong.Jika bayi Anda malah rewel
ketika dibedong, jangan dipaksakan.Bedong bertujuan untuk memberi kenyamanan, jika
bayi tidak merasa nyaman, maka bedong menjadi tidak perlu.Saat cuaca panas juga
sangat tidak disarankan untuk membedong bayi. Keadaan overheat bagi bayi bisa
mengganggu sistem pernapasannya.
Tak selamanya pula bayi butuh dibedong. Biasanya para orangtua berhenti
membedong bayi di usia 1-2 bulan. Pada usia tersebut, bayi mulai banyak bergerak, dan
bedong bisa menggangu gerakannya. Beberapa bayi juga mulai berguling ke samping di
usia 2 bulan. Berguling dalam posisi masih dibedong akan sangat berbahaya bagi bayi.
4
Bayi yang sudah tidak mengalami startle/moro reflex juga sudah tak perlu dibedong.
Itu menandakan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya. Penelitian
juga menyebutkan bahwa membedong bayi di usia dua bulan ke atas tidak memberikan
manfaat signifikan untuk meredakan tangisnya.
Tetapi, di sisi lain, ada beberapa bayi yang justru menjadi kecanduan bedong dan
sulit tidur tanpa dibedong. Seiring usianya bertambah besar, longgarkan bedongnya,
hingga perlahan-lahan benar-benar longgar dan bisa berhenti digunakan tanpa ia sadari.
2.3 Sistem Peredaran Darah dan Sistem Pernafasan Pada Bayi Baru Lahir
Plasenta sebagian berasal dari janin dan sebagian lagi dari ibu.Kontribusi janin berasal
dari korion, sedangkan kontribusi ibu berasal dari desidua (endometrium) di tempat
implantasi.
Sirkulasi plasenta terdiri atas dua sirkulasi terpisah, yakni sirkulasi ibu dan sirkulasi
janin, yang memiliki area pertukaran materi antara dua sirkulasi seperti yang berlangsung
melalui membran plasenta. Membran plasenta terdiri atas lapisan-lapisan pada lapisan di
luar janin antara darah yang beredar pada sirkulasi janin dan ibu.Lapisan-lapisan ini
adalah trofoblas (sinsitiotrofoblas primer), jaringan penghubung pada vili korionik dan
endotel pada kapiler janin.Membran plasenta mendapat istilah yang tidak tepat, yakni
sebagai penghalang plasenta, meski sebagian besar substansinya, termasuk obat-obatan,
dapat dideteksi telah melewati membrane ini. Tanpa memperhatikan seberapa tipis
membrane ini pada akhirnya setelah plasenta matang, baik fungsi maupun efektifitas
membrane sama sekali tidak mengalami perubahan.
Sirkulasi janin ke plasenta berasal dari dua arteri umbilicus.Melalui arteri ini, darah
yang telah mengalami deoksigenasi meninggalkan janin. Arteri-arteri ini akan terbagi lagi
dan bercabang pada pelat korionik kemudian masuk ke dalam vili korionik. Di sini terjadi
5
pemabgian lebih lanjut pada cabang-cabang vili yang akan membentuk jaringan vena
kapiler yang meluas pada pembagian akhirnya. Terjadi pula transfer plasenta yang
memungkinkan transfer materi antara sirkulasi janin dan ibu yang berlangsung pada
membrane plasenta. Sirkulasi balik ke janin adalah melalui percabangan vena umbilicus,
yang serupa dengan percabangan arteri menuju pelat korionik dan kemudian dengan
pertemuan lebih lanjut ke vena umbilicus. Disini darah yang kaya oksigen akan dibawa
menuju fetus.
Sirkulasi ibu pada plasenta biasanya berada di system peredaran darah ibu. Darah yang
kaya oksigen masuk ke dalam ruang antarvilus melalui arteri-arteri endometrium spiral,
sedangkan darah yang tidak kaya oksigen akan keluar dari ruang antarvilus melalui
muara vena yang menuju vena umbilicus. Jalan masuk arteri dan jalan keluar vena yang
menyuplai tiap kotiledon secara acak berpencar melalui plasenta.Meski berbagai ahli
telah mengajukan sejumlah angka, kemungkinan terdapat kurang lebih 120 jalan masuk
arteri spiral ke dalam ruang antarvilus dari plasenta yang telah matang.Darah masuk ke
dalam ruang antarvilus dari arteri spiral yang berada di bawah tekanan yang luar biasa,
sesuai kondisi tekanan darah ibu.Hasilnya adalah alirandarah yang menyembur secara
ritmik ke dalam dan melalui ruang antarvilus melalui pelat korionik.Darah kemudian
diedarkan ke samping dengan batasan ini dan mengalir pada permukaan banyak cabang
pada vili korionik.Aliran ini cukup lambat sehingga memungkinkan pertukaran materi
antara sirkulasi ibu dan janin sepanjang membrane plasenta.Pada akhirnya darah ibu yang
telah mengalami deoksigenasi keluar melalui gerbang vena.
Pada janin masih terdapat fungsi foramen ovale, duktus arteriosus Botalli, arteri
umbilikalis lateral dan duktus venosus arantii.
Mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta, melalui
vena umbilikalis, masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut melalui
duktus venosus arantii akan mengalir ke vena kava inferior pula. Di dalam atrium dekstra
6
sebagian besar darah ini akan mengalir secara fisiologik ke atrium sinistra melalui
foramen ovale yang terletak di antara atrium dekstra dan atrium sinistra.
Dari atrium sinistra selanjutnya darah ini akan mengalir ke ventrikel kiri yang
kemudian dipompakan ke aorta. Hanya sebagian kecil darah dari atrium kanan mengalir
ke ventrikel kanan bersama-sama dengan darah yang berasal dari vena kava superior.
Karena terdapat tekanan dari paru-paru yang belum berkembang, sebagian besar darah
dari ventrikel kanan ini, yang seyogyanya mengalir melalui arteri pulmonalis ke paru-
paru, akan mengalir melalui duktus Botalli ke aorta. Sebagian kecil akan menuju ke paru-
paru, dan selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis.
Darah dari aorta akan mengalir ke seluruh tubuh untuk member nutrisi dan oksigenasi
pada sel-sel tubuh. Darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-
sisa pembakaran dan sebagainya akan dialirkan ke arteri melalui 2 arteri umbilikalis.
Seterusnya diteruskan ke peredaran darah di kotiledon dan jonjot-jonjot dan kembali
melalui vena umbilikalis ke janin.Demikian seterusnya, sirkulasi janin ini berlangsung
ketika janin berada di dalam uterus.
Jalur peredaran darah janin dapat digambarkan :
1. Plasenta - vena umbilicalis - hati - ductus venosus /vena hepatica - vena
cava inferior - atrium kanan - foramen ovale - Atrium kiri - ventrikel
kiri - aorta - kepala, tangan/ abdomen, thorax, kaki - arteri umbilicalis -
plasenta.
Ini aliran darah yg kaya oksigen.
2. Dari kepala dan tangan - vena cava superior - atrium kanan - ventrikel
kanan - arteri pulmonalis/ductus arteriosus - paru/aorta dorsalis -
abdomen, thorax, kaki - arteri umbilicalis - plasenta
7
Ini adalah peredaran darah yang miskin oksigen.Darah miskin oksigen yang datang ke
plasenta mendapat oksigenasi pada villus, sehingga jadi kaya oksigen.
Ketika janin dilahirkan, segera bayi mengisap udara dan menangis kuat. Dengan
demikian, paru-parunya akan berkembang. Tekanan dalam paru-paru mengecil dan
seolah-olah darah terisap ke dalam paru-paru.Dengan demikian, duktus Botalli tidak
berfungsi lsgi. Demikian pula, karena tekanan dalam atrium kiri meningkat, foramen
ovale akan tertutup, sehingga foramen tersebut selanjutnya tidak berfungsi lagi.
Darah dari vena cava inferior, bersama dari vena cava superior sama-sama masuk
atrium kanan dan sama-sama masuk semua ke ventrikel kanan pula.Dari ventrikel kanan
semua darah dioksigenasi ke paru, dan tak ada lagi sebagian masuk aorta
langsung.Kembali dari paru semua darah masuk atrium kiri, terus ke ventrikel kiri.Dari
ventrikel kiri semua darah keluar jantung lewat aorta.
Akibat dipotong dan diikatnya tali pusat, arteri umbilicalis dan duktus venosus arantii
akan mengalami obiliterasi. Dengan demikian, setelah bayi lahir, maka kebutuhan
oksigen dipenuhi oleh udara yang diisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi
oleh makanan yang dicerna dengan system pencernaan sendiri.
8
2.4 Perkembangan Motoric pada Bayi Baru Lahir
Motorik kasar dan halus bayi memiliki "pola" tersendiri.Bila tak sesuai dengan "pola"
tersebut berarti adaketerlambatan.Sejak lahir, bayi sebetulnya sudah membawa 4 aspek
perkembangan.Yakni grossmotor atau gerakan/motorik kasar, fine motor atau
gerakan/motorik halus, aspek komunikasi-bicara, sertaaspek sosial dan
kemandirian.Bahkan begitu bayi lahir, aspek motoriknya sudah mulai berkembang.Pada
prinsipnya, motorik kasarmerupakan gerakan otot-otot besar.Yakni gerakan yang
dihasilkan otot-otot besar seperti otot tungkai danlengan.Misalnya gerakan menendang,
menjejak, meraih dan melempar.Sedangkan motorik halus merupakankoordinasi antara
jari-jemari, telapak tangan dan kaki, serta mata.Masing-masing tahap perkembangan
motorik kasar dan halus memiliki kurun waktu/milestone perkembangan.Kurun waktunya
pun berbeda antara tahap perkembangan yang satu dengan lainnya.Mengangkat kepala
sejauh 45 derajat, contohnya, bisa dilakukan sampai bayi berusia 2,5 bulan. Stimulasi
motorik kasar dan halus secara sekaligus perlu dilakukakn untuk merangsang
perkembangan anak. Misalnya,sambil melatih bayi tengkurap, taruh mainan di depannya
hingga ia sekaligus belajar meraih benda di sekitarnya. Jangan lupakan pula aspek
bahasa, sosial, dan kemandiriannya.
Perkembangan motorik halus untuk mendeteksi gangguan/penyimpangan
perkembangan, bisa dilakukan dengan alatskrining perkembangan Denver II. Di situ akan
terlihat, gerakan apa saja yang sudah dicapai untuk range usia tertentu. Berikut garis
besar skrining perkembangan motorik kasar menurut Denver II:
9
1. Gerakan Seimbang (sejak lahir hingga 0,5 bulan)
a. Gerakan seimbang bisa dilihat dari anggota geraknya, yakni tangan dan kaki. Saat
kaget, keempat anggotageraknya yang semula dalam posisi menekuk seperti
katak, mengalami ekstensi menjadi lurus secarabersamaan.
b. Stimulasi yang disarankan, tarik selimutnya saat anak sedang tidur, baik dalam
posisi tengkurap atautelentang. Jika salah satu dari keempat anggota geraknya tak
simetris, semisal kaki kanannya tampaklemas/tak terangkat, perlu dicermati
sebagai tanda mencurigakan.
2. Mengangkat Kepala (20 hari - belum genap sebulan).
a. Dalam range waktu antara beberapa hari sejak lahir hingga usia 2,5 bulan, anak
sudah bisa mengangkat kepalanya sekitar 45 derajat.
b. Selanjutnya, sekitar 1 bulan 10 hari-3,5 bulan, sudah bisa mengangkat kepala
sejauh 90 derajat.
c. Cara stimulasi, posisikan anak tengkurap/telungkup. Jika tak ada kelainan, secara
spontan bayi akan berusaha mengangkat kepalanya sendiri. Lakukan di bawah
pengawasan orang tua.
3. Duduk dengan Kepala Tegak (1,5 bulan - 3 bulan 3 minggu)
Cara stimulasi, pangku dan sandarkan anak pada tubuhnya hingga kepalanya
ikut tegak.Orang tua patutcuriga jika kepala bayi tampak lemas, terjatuh, atau
menunduk.
4. Menumpu Badan pada Kaki (1,2 bulan - 4 bulan 3 minggu)
Stimulasi yang disarankan, posisikan tengkurap. Perhatikan, tubuh bayi akan
terlihat bertumpu pada kakinya.
5. Dada Terangkat Bertumpu pada Lengan (2,5 bulan - mendekati 5 bulan)
a. Cara stimulasi, balik/telungkupkan tubuhnya. Perhatikan kemampuannya
mengangkat lengan dan dada,hingga posisi lengannya tegak.
10
b. Untuk bisa bertumpu pada tangannya, ulurkan mainan yang bersuara atau coba
panggil namanya, hinggadia mencoba melihat ke arah suara dan mengangkat
kepalanya. Kadang ia terjatuh, dalam arti menundukkan kepalanya.
6. Tengkurap Sendiri (1 bulan 3 minggu - 5,5 bulan)
Cara stimulasi,jangan sering menggendong bayi atau menaruhnya di ayunan
karena anak tak akan punyakesempatan belajar tengkurap. Sebaiknya taruh anak di
tempat tidur dengan posisi telentang. Kemudiansedikit demi sedikit bantu ia
membalikkan posisi tubuhnya.
7. Ditarik untuk Duduk Kepala Tegak (2 bulan 3 minggu - 6 bulan)
Cara stimulasi, tidurkan anak dengan posisi telentang, lalu tarik perlahan kedua
lengannya.Perhatikan, apakah kepalanya sudah dapat mengikuti tubuh untuk tegak
atau tidak.Jika kepala tetap lunglai, besarkemungkinan ada kelainan yang umumnya
terjadi di susunan saraf pusat.
8. Duduk Tanpa Pegangan (5 bulan 1 minggu - 7 bulan)
Bila sesudah ditarik kedua tangannya kepala bayi bisa tegak, coba lepaskan
kedua tangannya secara perlahanagar dia bisa duduk sendiri.
Aneka Perkembangan Motorik Halus
Berikut tahapan beberapa perkembangan motorik halus seperti dijelaskan Rini.
1. Mengikuti Objek ke Garis Tengah
a. Dilakukan kira-kira ketika usia bayi 1 minggu dan sudah harus bisa sampai
usianya 1 bulan 2 minggu.
b. Objeknya bisa berupa sinar/cahaya, suara dan benda. Biasanya objek yang
menarik perhatian karenamemiliki warna-warna "menyala" seperti merah, kuning,
hijau.
11
c. Cara stimulasi, gerakkan objek dengan warna terang tadi dari pinggir mata sampai
kira-kira ke arah garistengah. Diharapkan bayi akan mengikuti objek tersebut
sampai ke garis tengah.
2. Mengikuti Objek Lewat Garis Tengah (usia 3 minggu - 2 bulan 3 minggu)
Cara stimulasi, arahkan benda dari arah pinggir sampai lewat garis tengah.
Diharapkan mata bayi akan mengikuti gerakan benda tersebut.
3. Menggenggam (1 bulan 3 minggu - 3 bulan 1 minggu)
Cara stimulasi, beri mainan yang mengeluarkan bunyi dan memiliki pegangan
(kerincingan). Biarkan iamenggenggamnya.
4. Kedua Tangan Bersentuhan (1,5 bulan - 3 bulan)
a. Umumnya bayi suka sekali memainkan/mengamati tangannya. Di usia ini kedua
tangannya mulai salingmenyentuh atau malah menyatu.
b. Cara stimulasi, gantungkan benda atau mainan di atas tempat tidurnya, agar bayi
berusaha meraihnya.Sebaiknya, objeknya jangan berputar karena koordinasi
matanya belum baik. Benda berputar juga membuatmata bayi tidak terfokus pada
satu objek.
5. Mengikuti Objek 180 Derajat (1 bulan 3 minggu - sekitar 4 bulan)
Bayi mengikuti objek yang digerakkan oleh orang tuanya dari pinggir yang
satu sampai ke ujung pinggir matalainnya.
6. Meraih Benda (3 bulan 3 minggu - 5 bulan)
Orang tua dapat menaruh obyek atau mainan di dekatnya, biarkan bayi
mencoba meraihnya.Prinsipnya, di sini belum ada mobilisasi/perpindahan
benda.Jadi, hanya gerakan tangan yang meraih saja.
7. Mencari Benda yang Dijatuhkan (4 bulan 1 minggu - nyaris 6 bulan)
a. Stimulasi diberikan untuk menilai koordinasi gerakan benda yang berpindah dan
apakah bayi dapat melihatsekaligus mengikuti benda yang bergerak tadi.
12
b. Cara stimulasi, buat gumpalan benang warna merah (bisa dari benang wol)
menjadi semacam pom-pomdengan diameter sekitar 4-5 cm. Taruh di atas kepala
anak lalu gelindingkan. Ia akan berusaha melihatgumpalan benang yang berada di
atas kepalanya itu. Begitu juga ketika benangnya dijatuhkan, dia akanmencarinya.
7. Menggaruk Manik-manik (4 bulan 3 minggu - 6 bulan)
a. Jangan pilih manik-manik yang ukurannya kelewat kecil, karena bahaya bila
tertelan. Bukan pula makanankecil yang tergolong keras seperti kacang, tapi
gunakan kismis. Dudukkan bayi dan taruh kismis di depannya.Ia akan
mengambilnya menggunakan kelima jarinya.
b. Kemampuan menggaruk ini nantinya akan berkembang menjadi kemampuan
menjumput di usia 9 bulanan.
8. Memindahkan Kubus ke Tangan Lain (5 bulan 1 minggu - sekitar 8 bulan)
Cara stimulasi, beri sebuah kubus. Dia akan memegang kubus tersebut dengan
sebelah tangannya kemudianmemindahkannya ke tangan lain. Pilih kubus yang
terbuat dari kain.
9. Mengambil 2 Kubus (5 bulan 3 minggu - 9 bulan 3 minggu)
Cara stimulasi, taruh beberapa kubus di hadapannya. Di range usia ini ia sudah mulai
bisa mengambil lebihdari satu kubus dengan menggunakan kedua tangannya.
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh bedong pada bayi baru lahir
Pernahkah Anda melihat anak berjalan pincang, kaki terlihat lebih pendek pada
satu sisi ? jika melihat hal itu kemungkinan penyebabnya adalah terjadinya dislokasi
(lepas sendi) panggul atau gangguan pertumbuhan sendi panggul developmental
dysplasia of the hip (DDH), yang merupakan varian lebih ringan dari dislokasi sendi
panggul. Kelainan ini dapat terjadi karena komponen sendi panggul yang terdiri dari
kepala tulang paha (femur) dan bagian dari tulang panggul, yaitu mangkuk asetabulum
tidak berada pada posisi normal sehingga pertumbuhan keduanya terganggu.
Sejatinya pertumbuhan kedua komponen ini saling mempengaruhi, bahkan boleh
dibilang keduanya tumbuh bersama-sama seprti kue yang mengembanng di dalam oven
mengikuti cetakannya, apabila posisinya berubah maka pertumbuhan masing-masing
menjadi independent tidak saling mempengaruhi sehingga bentuk kepala tulang paha dan
asetabulum menjadi abnormal (dysplasia) dan tidak cocok satu sama lain (dyskongruen)
kepala tulang paha yang seharusnya bulat menjadi oval dan rata, sedangkan mangkuk
asetabulum yang seharusnya memiliki kecekungan yang dalam menjadi dangkal atau
bahkan mendatar. Akhirnya menjadi gangguan sendi, panjang kaki berbeda antara yang
normal antara sisi yang dyplasia dan berujung pada cara jalan yang tidak normal. Angka
kejadian DDH bervariasi tergantung pada lokasi dimuka bumi ini. Menarik untuk melihat
bahwa insiden DDH ditemukan jauh lebih tinggi pada daerah dingin yang dekat dengan
kutub, insiden juga jauh lebih tinggi pada bayi-bayi yang dilahirkan pada musim dingin.
14
Hal ini diyakini berhubungan dengan kebiasaan mengguanakan pakaian hangat berlapis-
lapis dan relatif ketat pada bayi tersebut. Walaupun di Indonesia berada di daerah tropis
yang hangat, tetapi tetap ada kebiasaan menggunakan pakaian yang hangat dan relatif
ketat yang disebut bedong. Yang lebih disebabkan kebiasaan dan kepercayaan. Alasannya
klasik agar tubuh anak dapat tumbuh lurus dan membuatnya nyaman.
Mengapa tidak boleh di bedong ?
Posisi aman agar kepala femur tidak keluar dari mangkuk asetabulum adalah paha
dibuka lebar. Sebenarnya bayi akan mengambil posisi sendiri apabiala ia tidak dibedong
secara ketat, sedangkan bila anak dibedong maka sendi panggul menjadi lurus dan paha
merapat. Hal itu membuat kepala tulang paha mudah keluar dari mangkuk asetabulum
maka atas sebab itulah pembedongan ketat pada bayi sudah ditinggalkan karna terbukti
dapat menimbulkan masalah pada sendi panggul. Pada sebagian besar negara maju
bahkan sudah dilakukan program skrining nasional untuk deteksi dini DDH karena biaya
yang harus dikeluarkan untuk menangani DDH ini jauh lebih murah dibandingkan
stadium lanjut apabila tidak ditangani dini pada saat pasien mencapai usia produktif DDH
akan menurunkan kualitas hidup secara signifikan karena mobilitas pasien akan sangat
terganggu. Pada usia tua pasien akan mengalami proses degeneratif/ pengapuran leih
awal sehingga sering membutuhkan tindakan operasi penggatian sendi.
Diagnosis Penyakit
Pada bayi baru lahir yang mengalami DDH akan terlihat tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lipatan paha yang tidak simetris
2. Perbedaan panjang kaki
3. Terbatasnya ruang lingkup sendi panggul pada arah abduksi ( membuka paha)
15
Kelainan tersebut dapat dikonfirmasikan pada pemeriksaan yang lebih spesifik oleh
dokter dan pemeriksaan USG atau foto rongent tergantung pada usia sang anak. Pada
anak yang berusia lebih tua hanya terlihat tungkai yang lebih pendek dan cara berjalan
yang tidak normal.
Penatalaksanaan dan Pengobatan DDH
Penatalaksanaan DDH tergantung pada usia dan derajat dysplasia yang terjadi.
Semakin muda usianya, semakin mudah terapinya. Semakin kecil kemungkinan
dilakukan tindakan operatif, dan hasilnya jauh lebih optimal. Karena masalah pada DDH
adalah mekanis, maka terapinya tidak dapat dilakukan hanya dengan pemerian obat-
obatan, harus dilakukan manipulasi secara mekanis. Pada usia sebelum merangkak,
penatalaksanaanya adalah dengan memakai falic harness. Apabila bayi sudah mampu
merangkak maka terapi terapi dengan falic harness menjadi tidak efektif. Terapinya
adalah dengan melakukan reposisi tertutup (mengembalikan posisi kepala tulang femur
kedalam mangkuk asetabulum dalam bius umum tanpa melakukan sayatan).
Selanjutnya dipasangkan gip untuk mempertahankan posisinya untuk mengetahui
apakah sendi panggul sudah aman atau belum dilakukan evaluasi dengan arthrogram
(foto rongent dengan kontras). Apabila dari arthrogram diketahui reposisi tertutup gagal
maka dilakukan reposisi terbuka (reposisi dengan sayatan atau operasi) untuk
menggemblikan posisi sendi panggul, selnjutnya di pertahankan atau imobilotas gips
dalam kurung waktu tertentu.
Jika derajat dsyplasianya tinggi, terjadi perubahan siknifikan. Pada bentuk kepala
tulang femur atau mangkuk asetabulum sehingga perlu dilakukan tindakan rekontruksi
tulang. Tujuannya agar kepala tulang femur dapat masuk kembali ke mangkuk
asetabulum, sehingga posisinya stabil dan kisaran gerak sendi menjadi optimal.
16
3.2 Penggunaan bedong yang baik bagi bayi baru lahir.
Bila Anda ingin membedong bayi Anda, pastikan cara membedongnya baik dan benar, sehingga
dampak negatif yang ditakutkan para ahli dapat dihindari. Berikut ini tips yang perlu diikuti:
Pilih bahan yang nyaman dan tebalnya disesuaikan dengan kondisi udara agar bayi tidak
kepanasan.
Jangan memaksa meluruskan kaki bayi, karena dapat mengganggu tulang pangkal paha. Ada
pendapat yang mempercayai bahwa kaki bayi yang cenderung dilipat adalah hal alami dan akan lurus
sendiri tanpa bantuan bedong. Dalam hal ini, di bagian kaki bayi dapat diberikan ruang gerak yang
cukup supaya bayi masih dapat menggerakkan kakinya.
Pastikan wajah, terutama mulut dan hidung bayi tidak tertutup kain.
Pantau terus reaksi bayi – bila ia terlihat tidak nyaman, segera bukakan bedong karena ia mungkin
kepanasan atau bedongan terlalu kencang.
Bila Anda kurang mahir membedong, kantong bayi atau bedong modern yang banyak dijual akhir-
akhir ini, dapat menjadi pilihan lain.
17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Membedong boleh-boleh saja semasa transisi bayi agar dia tetap merasa nyaman
seperti dikandungan.Bayiyang dibedong juga memudahkan ibu untuk menyusui.Tapi
membedong bukanlah untuk meluruskan kakibayi.Jika bayi tidak kaget-kaget lagi ketika
tidur itu tanda si bayi sudah mulai beradaptasi dan penggunaan bedong sebaiknya jangan
terlalu sering agar otot motoriknya bisa bergerak maksimal.
4.2 Saran
Sebaiknya orangtua tidak asal membedong bayinya, karena jika bedongannya terlalu
kuat atau tebal bisaberbahaya bagi bayi itu sendiri. Jika udara disekitar panas dan
orangtua membedong bayi secara ketat akanmembuat bayi menjadi kepanasan (overheat).
Hal ini bisa mempengaruhi sistem saluran pernapasan daribayi tersebut.
Sebaiknya setiap 2 jam orangtua mengecek kondisi bayinya dan jangan membedong bayi
terlalu lama. Kalaubayi terlihat berkeringat maka ini menjadi tanda bahwa bayi merasa
kepanasan, karenanya lebih baikmelepas terlebih dahulu bedongannya.
Kalau bayi memang senang dibedong, maka tak ada salahnya untuk selalu
membedong bayi.Tapi sebaiknyajika bayi sudah mulai aktif bergerak orangtua tak perlu
membedong seluruh tubuhnya biarkan tangan bayikeluar agar bisa bergerak-
18
gerak.Namun jika bayi tidak merasa nyaman untuk membedong, orangtua jangan
memaksanya.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bundakonicare.com/post/mitos-fakta/fakta-menarik-seputar-bedong
http://www.adikbayi.com/products/56/0/Bedong-Modern-Instan-Bedong-Bayi-klasik-dan-Alas-Ompol
http://www.tipsbayi.com/bedong-bayi-manfaat-dan-cara-membedong-yang-baik.html
http://id.theasianparent.com/apakah-bedong-berdampak-negatif/
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2012/12/12/mitos-bedong-dalam-pandangan-orang-kampung-510417.html
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Bayi/Tanya+-+Jawab/cara.benar.bedong.bayi/001/006/910/1
v
LAMPIRAN
vi