PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK PADA PAKAN ...repository.ub.ac.id/7787/1/Bachrul Alam.pdfii PENGARUH...
Transcript of PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK PADA PAKAN ...repository.ub.ac.id/7787/1/Bachrul Alam.pdfii PENGARUH...
i
PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK PADA PAKAN DENGAN PEMBERIAN DOSIS MINYAK IKAN YANG BERBEDA TERHADAP ASAM
LEMAK IKAN SIDAT (Anguilla sp.)
SKRIPSI
Oleh:
BACHRUL ALAM 135080501111122
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
ii
PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK PADA PAKAN DENGAN PEMBERIAN DOSIS MINYAK IKAN YANG BERBEDA TERHADAP ASAM
LEMAK IKAN SIDAT (Anguilla sp.)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
BACHRUL ALAM NIM. 135080501111122
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG Desember 2017
iii
iv
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK PADA PAKAN DENGAN PEMBERIAN DOSIS MINYAK IKAN YANG BERBEDA TERHADAP ASAM LEMAK IKAN SIDAT (Anguilla sp.)
Nama Mahasiswa : BACHRUL ALAM
NIM : 135080501111122
Program Studi : Budidaya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : DR. IR. ANIK MARTINAH HARIATI, MSc.
Pembimbing 2 : DR. ATING YUNIARTI., SPi. MAqua.
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : DR. IR. ARNING WILUJENG EKAWATI, MS.
Dosen Penguji 2 : NAILUL IZZAH, SPi., MSi.
Tanggal Ujian : 18 Desember 2017
v
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Laporan skripsi yang saya
tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
Oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
Skripsi ini hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Desember 2017
Mahasiswa,
(Bachrul Alam)
vi
RIWAYAT HIDUP
Bachrul Alam adalah nama penulis skripsi ini. Penulis lahir
dari orang tua Kasiadi dan Rowati sebagai anak pertama dari
dua bersaudara. Penulis dilahirkan di Kabupaten Sidoarjp,
Jawa Timur pada tanggal 29 April 1995. Penulis menempuh
pendidikan dimulai dari SD Negeri Penambangan, Kabupaten
Sidoarjo (lulus tahun 2007), melanjutkan ke SMP Negeri 1 Balongbendo
Kabupaten Sidoarjp (lulus tahun 2010) kemudian ke SMA 1 Tarik Kabupaten
Sidoaerjo (lulus tahun 2013), hingga akhirnya bisa menempuh masa kuliah di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Program Studi Budidaya Perairan.
Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis
telah berhasil menyelesaikan pengerjaan skripsi ini. Semoga dengan penulisan
skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Probiotik pada
Pakan dengan Pemberian Dosis Minyak Ikan yang Berbeda Terhadap Asam
Lemak Ikan Sidat (Anguilla sp.)”.
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang memberikan ridho dan rahmatnya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
2. Orang tua, Ibu Rowati, Bapak Kasiadi yang senantiasa memberikan
dukungan baik moril maupun materil.
3. Ibu Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS. selaku Ketua Jurusan MSP dan
selaku dosen penguji 1.
4. Bapak Dr. Ir. M. Fadjar., MSc selaku Ketua Program Studi BP.
5. Ibu Dr. Ir. Anik Martinah Hariati., MSc. selaku Dosen Pembimbing 1.
6. Ibu Dr. Ating Yuniarti, SPi., MAqua. selaku Dosen Pembimbing 2.
7. Mbak Endar dan pak Udin yang telah banyak membantu selama kegiatan
penelitian.
8. Aziz lazuardi, Fatwa Romadlon, Adin Sabillah, Lisa yang telah berjuang
bersama dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi.
9. Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada teman-temanku: Dedi,
Roy, Yere, Hanifah, Yosep, Ambar, Adit yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Teman – teman Aqua GT tercinta atas semangat dan dukungan yang
telah diberikan.
Malang, Desember 2017
Bachrul Alam
viii
PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK PADA PAKAN DENGAN PEMBERIAN DOSIS MINYAK IKAN YANG BERBEDA TERHADAP ASAM
LEMAK IKAN SIDAT (Anguilla sp.)
Bachrul Alam1, Anik Martina Hariati2, Ating Yuniarti2
ABSTRAK Budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) di Indonesia sudah dilakukan, akan tetapi produksinya masih rendah dibandingkan dengan jenis ikan lainya. Permasalahan utama pada budidaya Ikan Sidat adalah pertumbuhannya lambat dan konversi pakan yang tinggi. Untuk mencapai ukuran konsumsi yaitu sekitar 120 g/ekor adalah 8-9 bulan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ikan sidat yang dibudidayakan adalah dengan mempercepat pertumbuhannya melalui pemberian pakan buatan. Penelitian ini dilakukan selama pemeliharaan 30 hari. Tujuannya yaitu Mengetahui Pengaruh penambahan minyak ikan dan probiotik terhadap profit asam lemak pada tubuh ikan sidat (Anguilla sp.). Penambahan probiotik dan minyak pada pakan ikan sidat dapat memperbaiki asam lemak pada tubuh dan mempengaruhi pertumbuhan ikan sidat, pemberian probiotik dan penambahan minyak ikan pada pakan memberikan pengaruh terhadap asam lemak jenuh 33,56 % dan memberikan pengaruh dari asam lemak tak jenuh 65,71% dan memberi pengaruh dari n-3 16,76% dan memberi pengaruh dari n-6 4,42%, penambahan minyak ikan dan probiotik pada pakan juga mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik dengan sebesar 3,35%BB/hari.
Kata Kunci: Profit Asam Lemak, Laju Pertumbuhan Spesifik, dan Kualitas Air EFFECT OF ADDITION TO FEED THE PROVISION OF PROBIOTIC DOSAGE
OF DIFFERENT FISH OIL FATTY ACID FISH EEL(Anguilla sp.)
Bachrul Alam1), Anik Martinah Hariati 2), dan Ating Yuniarti 3)
ABSTRACT
Eels cultivation (Anguilla sp.) in Indonesia have been carried out, but production is still low compared with other fish species. The main problem in the cultivation of fish eel is slow growth and high feed conversion. To reach the consumption size is about 120 g / tail is 8-9 months. One effort to increase the production of farmed eel is to accelerate its growth through artificial feeding. This study was conducted over a 30-day maintenance. The goal is to know the effect of the addition of fish oil and probiotic on fatty acids in the body's profit eel (Anguilla sp.). The addition of probiotic and feed on eel fish oil can improve the fatty acid in the body and affect the growth of eel, probiotics and the addition of fish oil to the diet to give effect to 33.56% saturated fatty acids and the effect of unsaturated fatty acids 65.71% and gives the effect of n-3 16.76% and gives the effect of n-6 4.42%, the addition of fish oil and probiotics to the diet also affects the specific growth rate of 3.35% of body weight / day.
Keywords: Fatty Acids, Specific Growth, and Water Quality 1) Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University
2,3) Lecture of Fisheries and Marine Sciences Faculty, Brawijaya University
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, berkah, karunia,
hidayah serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan skripsi dengan
judul: “Pengaruh pemambahan probiotik pada pakan dengan pemberian dosis
minyak ikan yang berbeda terhadap asam lemak ikan sidat (Anguilla sp.)” Usulan
skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar dan keterbatasan dalam usulan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun.
Malang, Desember 2017
Bachrul Alam
x
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2 1.3 Tujuan ............................................................................................. 3 1.4 Hipotesis ......................................................................................... 3 1.5 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 3 1.6 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ..................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4 2.1 Biologi Ikan Sidat (Anguilla sp.) ........................................................ 4
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sidat (Anguilla sp.) ................... 4 2.1.2 Habitat dan Penyebaran ........................................................ 5 2.1.3 Siklus Hidup............................................................................. 6 2.1.4 Makan dan Kebiasaan ........................................................... 6
2.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan Sidat (Anguilla sp.)....................................... 7 2.2.1 Protein ................................................................................... 7 2.2.2 Lemak ................................................................................... 8 2.2.3 Karbohidrat ............................................................................ 9 2.2.4 Vitamin dan Mineral ............................................................... 9
2.3 Minyak Ikan ..................................................................................... 10 2.4 Probiotik ........................................................................................... 11
2.4.1 Devinisi Probiotik ................................................................... 11 2.4.2 Mekanisme Kerja Probiotik .................................................... 12 2.4.3 Bakteri Probiotik .................................................................... 12
2.5 Asam Lemak ................................................................................... 13 2.6 Gas Chromatography – Mass Spectrometer (GC-MS) .................... 14 2.7 Kualitas Air pada Lingkungan Pemeliharaan ................................... 16
3. METODE PENELITIAN ......................................................................... 17
3.1 Materi Penelitian .............................................................................. 17 3.1.1 Alat Penelitian .......................................................................... 17 3.1.2 Bahan Penelitian ....................................................................... 17
3.2 Metode Penelitian dan Rancangan Penelitian ................................. 18 3.2.1 Metode Penelitian .................................................................... 18 3.2.2 Rancangan Penelitian ............................................................... 18
xi
3.3 Prosedur Penelitian ......................................................................... 20 3.3.1 Persiapan Penelitian .............................................................. 20 3.3.2 Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 22 3.3.3 Parameter Penunjang ............................................................ 24
3.4 Analisa Data .................................................................................... 24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 25 4.1 Asam Lemak .................................................................................... 25
4.1.1 Total Asam Lemak Jenuh ....................................................... 26 4.1.2 Total Asam Lemak Tak Jenuh ............................................... 27 4.1.3 Total Asam Lemak n-3 ......................................................... 28 4.1.4 Total Asam Lemak n-6 ........................................................... 29 4.1.5 Total Rasio n-3 dan n-6 ........................................................ 30
4.2 Kualitas Air ...................................................................................... 31 4.3 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) ................................................... 32
5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 34 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 34 5.2 Saran .............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 35
LAMPIRAN ............................................................................................... 38
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan Sidat (Anguilla sp.) ...................................................................... 5
2. Mekanisme Kerja GC-MS. ................................................................... 15
3. Hasil Analisis GC-MS ........................................................................... 15
4. Desain Percobaan ............................................................................. 20
5. Total asam lemak jenuh daging ikan sidat ........................................... 27
6. Total asam lemak tak jenuh daging ikan sidat ...................................... 28
7. Total asam lemak omega 3 daging ikan sidat ...................................... 28
8. Total asam lemak omega 6 daging ikan sidat ...................................... 29
9. Total rasio omega 3 dan omega 6 daging ikan sidat ............................ 30
10. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Sidat ............................................... 33
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hasil Asam Lemak Daging Ikan Sidat ................................................. 25
2. Kualitas Air ……………………………… ............................................... 31
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 38
2. Komposisi Asam Lemak Tubuh Ikan Sidat .......................................... 39
3. Hasil Kualitas Air .................................................................................. 45
4. Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Sidat ........................................ 48
5. Hasil Analisa Proksimat Pakan ............................................................ 48
6. Dokumentasi ....................................................................................... 49
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) di Indonesia sudah dilakukan, akan tetapi
produksinya masih rendah dibandingkan dengan jenis ikan lainya. Permasalahan
utama pada budidaya Ikan Sidat adalah pertumbuhannya lambat dan konversi
pakan yang tinggi. Yudiarto et al. (2012), menyatakan bahwa waktu yang
dibutuhkan ikan sidat ukuran 10-20 g untuk mencapai ukuran konsumsi yaitu
sekitar 120 g/ekor adalah 8-9 bulan. Salah satu upaya untuk meningkatkan
produksi ikan sidat yang dibudidayakan adalah dengan mempercepat
pertumbuhannya melalui pemberian pakan buatan. Indonesia belum memproduksi
pakan buatan yang khusus untuk ikan sidat. Pakan buatan untuk ikan sidat baru
diproduksi diluar negeri. Oleh karna itu, banyak pembudidaya ikan sidat di
Indonesia menggunakan pakan yang kadar protein tinggi yang diperuntukkan
untuk ikan lain, seperti ikan lele. Akan tetapi kandungan nutrien pada pakan
tersebut belum semua memenuhi nutrient yang dibutuhkan ikan sidat. Salah
satunya adalah kandungan lemak yang belum mencukupi kebutuhan lemak ikan
sidat.
Lemak merupakan komponen nutrien penyusun tubuh yang juga
digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai aktivitas. Lemak berfungsi untuk
memelihara struktur dan fungsi membran, membantu dalam penyerapan vitamin
yang larut dalam lemak dan untuk mempertahankan daya tahan tubuh. Lemak
mengandung energi 8-9 kkal/g (NRC 1993), Lemak dapat menyediakan energi
untuk metabolisme, sehingga sebagian besar protein dapat dimanfaatkan untuk
mendukung pertumbuhan. Lemak juga merupakan sumber asam lemak esensial
(essential fatty acid = EFA) yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ikan tidak
2
mampu mensistesis asam lemak esensial di dalam tubuhnya,Sehingga asam
lemak esensial ini harus diperoleh dari pakan.
Pemberian probiotik dalam pakan berpengaruh dalam saluran pencernaan
ikan. Bakteri probiotik menghasilkan enzim yang mampu mengurangi senyawa
kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Dalam meningkatkan
nutrisi pakan, bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki beberapa enzim untuk
pencernaan pakan seperti amylase, protease, lipase dan selulase (Ahmadi et al.,
2012).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilakukan penelitian penambahan
minyak ikan dan probiotik pada pakan yang dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan ikan sehingga dapat menguntungkan bagi pada pembudidaya dalam
melakukan proses pemeliharaan sehingga diharapkan dapat meningkatkan profit
dan budidaya dilakukan secara berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
Salah satu permasalahan dalam budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) adalah
masa pemeliharaan ikan yang lama. Selain itu,penggunaan pakan berkualitas dan
lingkungan pemeliharaan yang sesuai juga dapat mempengaruhi budidaya ikan
sidat. Pakan khusus ikan sidat sudah diproduksi diluar negeri untuk berbagai
stadia serta ukuran, namun di Indonesia belum terdapat pabrik pakan yang
memproduksinya kalaupun ada di Indonesia, pakan tersebut memiliki harga yang
cukup tinggi. Oleh karna itu, pembudidaya menggunakan alternatif pakan komersil
berprotein cukup tinggi yang diperuntukan bagi ikan lain seperti pakan komersil
ikan lele. Kandungan lemak pakan ikan lele sesuai dengan kebutuhan ikan sidat
yaitu sebesar 5% akan tetapi kandungan lemaknya belum mencukupi kebutuhan
ikan sidat. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan kadar lemak dan probiotik
untuk menigkatkan pertumbuhan dan Sumber lemak yang biasanya yang
3
digunakan adalah minyak ikan, minyak ikan mengandung asam lemak esensial
yang diperlukan oleh ikan sidat. dan kandungan dari minyak ikan ini sendiri antara
lain EPA dan DHA kan mempengaruhi komposisi asam lemak pada tubuh ikan
sidat, sehingga biasa meningkatkan pertumbuhan ikan sidat.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian mengenai pengaruh penambahan probiotik pada pakan
dengan pemberian dosis minyak ikan yang berbeda terhadap daya cerna ikan
sidat (Anguilla sp.) Mengetahui Pengaruh penambahan minyak ikan dan probiotik
terhadap profit asam lemak pada tubuh ikan sidat (Anguilla sp.).
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Diduga pemberian variasi minyak ikan dan probiotik pada pakan
memberikan pengaruh terhadap asam lemak pada tubuh ikan sidat (Anguilla sp.).
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para
pembudidaya ikan sidat mengenai penambahan minyak ikan dan probiotik pada
pakan komersil yang dapat memberikan respon yang baik khususnya pada
Pertumbuhan pada ikan sidat dan asam lemak ikan sidat selama pemeliharaan.
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Repoduksi Ikan, laboratorium
Parasit dan Penyakit Ikan dan LPPT UGM Yogyakarta, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang pada bulan April 2017 sampai Juni
2017.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Sidat (Anguilla sp.)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Ruslan Roy (2013), klasifikasi ikan sidat adalah sebagai berikut.
Filum : Chordata
Subfilum : Euchordata (vertebrata : Pisces)
Class : Osteichtyes
Subclass : Actinoptygii
Infra class : Teleostei
Ordo : Anguilliformes
Famili : Anguillidae
Genus : Anguilla
Spesies : Anguilla sp.
Ikan sidat termasuk dalam famili Anguilladae yang juga merupakan famili
belut. Apabila dilihat sepintas bentuk sidat memang menyerupai belut Tetapi ikan
sidat sendiri mempinyai sirip dan kalua belut tidak mempunyai sirip. Sehingga
kebanyakan orang seringkali dikira ikan ikan sidat sama dengan belut. Di beberapa
daerah di indonesia sidat memiliki banyak nama yang berbeda seperti ikan moa
(Betawi), sungai atau sogili atau masapi (sulawesi), pelus (Jawa), dan ikan lubang
(sunda).
Tubuh sidat cenderung memanjang, dilapisi sisik kecil dan sirip di kedua
sisinya. Orang awam sering mengiranya bagian kecil di dekat kepala sidat tersebut
adalah telinga. Namun, sebenarnya itu adalah sirip sidat. Sisik sidat sangat unik
karena membentuk pola mozaik menyerupai anyaman dari bilik bambu. Sirip
5
dibagian anus menyatu dan membentuk jari-jari yang terlihat lemah. Julah sirip
pada dada mencapai 14-18 jari-jari sirip.
Gambar 1. Ikan Sidat (Anguilla sp.) ( Ruslan Roy, 2013)
Ikan sidat mempunyai bagian badan yang sensitif terhadap getaran
terutama di bagian lateral. Bagian badan yang sensitif ini sangat membantu ikan
sidat dalam bergerak karena kemampuan penglihatannya kurang baik. Di samping
itu, ikan sidat memiliki organ penciuman yang sangat baik untuk membantu
mengatasi kelemahan penglihatan (Fahmi, 2012).
2.1.2 Habitat dan Penyebaran
Menurut Ciptanto (2010), bahwa di dunia terdapat 350 jenis ikan sidat, 19
jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Namun demikian hanya 2 jenis yang
sering dibudidayakan, yaitu sidat kembang (Anguilla marmorata) dan sidat anjing
(Anguilla bicolor). Di Indonesia, sidat tersebar di sungai-sungai yang mengalir
menuju laut dalam seperti di pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Menurut Suitha dan Suhaeri (2008), sidat hidup di dua jenis perairan. Fase
larva hingga menjelang dewasa hidup di sungai. Setelah dewasa menuju laut
dalam untuk bereproduksi. Selanjutnya, larva hasil pemijahan terbawa arus ke
pantai dan menuju perairan tawar melalui muara sungai. Sidat dapat beradaptasi
pada suhu 12–31ºC. Perubahan produktivitas di suatu perairan mempengaruhi
distribusi jenis dan rasio kelamin sidat. Sidat betina lebih menyukai perairan esturia
6
dan sungai–sungai besar yang produktif. Sementara, ikan sidat jantan lebih
banyak menghuni perairan berarus deras dan berproduktifitas rendah.
2.1.3 Siklus Hidup
Ikan sidat termasuk dalam ikan katadromus, yaitu ikan yang dewasa
berada di hulu sungai atau danau, tetapi bila sudah matang gonad akan beruaya
dan memijah disana. Daur hidupnya terbagi menjadi 3 fase, fase di lautan, di
estuaria dan di air sungai. Ikan sidat memijah di lautan pada kedalaman 400-500
meter dan setelah telurnya dikeluarkan telur-telur tersebut akan mengapung
karena massa jenis telur tersebut lebih ringan dari massa jenis air di sekitarnya
maka telur-telur tersebut naik ke permukaan dan menetas menjadi larva
leptocephalus (Sasono, 2001)
Ikan sidat mengalami fase pertumbuhan. Larva sidat disebut glass eel
dengan berat per ekor kurang dari 1 gr. Tubuhnya lebar seperti daun dan
transparan. Kemudian ikan sidat tumbuh sebagai elver dengan berat per ekor
kurang dari 11 gr Tubuhnya lebar dan panjang dan tidak transparan lagi.
Selanjutnya menjadi fingerling dengan berat per ekor lebih dari 11 gr. Corak warna
dari ikan sidat sudah terlihat. (Suitha dan Suhaeri, 2008).
2.1.4 Makanan dan Kebiasaan Makan
Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan budidaya ikan sidat mulai dari pemeliharaan glass eel sampai ukuran
siap panen. Sepanjang hidupnya, di perairan umum terutama di air tawar, ikan
sidat bersifat karnivora. Sidat kecil bersifat omnivora. Larva yang baru menetas
makan mikroplankton. Saat fase elver mulai memakan organisme bentik seperti:
Crustacea (anak kepiting, anak udang), Polichaeta (cacing kecil), Larva
Chironomous, Bivalva (anak kerang/siput) (Khamilah, 2011).
Ikan sidat bersifat karnivor, dan pada umumnya lebih menyukai pakan yang
banyak mengandung protein hewani. Benih sidat yang ditangkap dari alam dan
7
dipelihara di dalam akuarium terdapat empat stadia awal. Pada umur 1-4 hari ikan
sidat tidak memakan apapun bersembunyi di bawah naungan seperti batu dengan
tubuh yang masih transparan. Pada umur 4-10 hari ikan sidat sudah mulai
memakan cacing yang ada pada dasar perairan di sekitar persembunyiannya.
Pada hari 10-20 ikan sidat berenang aktif selama setengan dari waktunya, tetap
bersembunyi dan mendeteksi keberadaan makanan dengan cepat walaupun
bersembunyi dan menghabiskan dalam waktu singkat, dimana fase ini ikan sidat
sudah mulai tumbuh dan dapat dilihat beberapa ikan dapat tumbuh lebih cepat
(Usui, 1974).
2.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan
2.2.1 Protein
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino.
Asam amino yang menyusun protein ada 20 macam. Protein terdapat dalam
sistem hidup semua organisme baik yang berada pada tingkat rendah maupun
organisme tingkat tinggi. Protein mempunyai fungsi utama yang kompleks di dalam
semua proses biologi (Katili, 2009).
Afrianto dan Liviawaty (2005), mengatakan bahwa protein dibutuhkan dalam
pakan untuk menyediakan asam amino esensial dan nitrogen untuk mensintesis
asam amino non esensial. Asam amino adalah bahan dasar pembentuk protein.
Senyawa ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu asam amino esensial dan
non esensial. Asam amino esensial tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan sehingga
harus selalu didapatkan dari luar tubuh melalui makanan. Kebutuhan ikan sidat
terhadap protein umumnya berkisar 38-52%. Ikan sidat Jepang Anguilla japonica
kandungan protein pakan optimal 45%, ikan sidal lokal Anguila bicolor kadar
protein optimalnya 45% atau kadar protein minimalnya 40% (Affandi, 1994).
8
2.2.2 Lemak
Lemak mempunyai peranan penting bagi ikan karena berfungsi sebagai
sumber energi dan asam lemak esensial. Kebutuhan ikan akan asam-asam lemak
esensial berbeda untuk setiap spesies ikan. Perbedaan kebutuhan ini terutama
dihubungkan dengan habitatnya (Rukmini, 2008), Lemak dan minyak yang dalam
istilah umum disebut lipid merupakan sumber energi paling tinggi dalam pakan.
Lemak dan minyak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik. Dasar perbedaan antara lemak dan minyak adalah pada
titik cairnya (melting point). Lemak cenderung lebih tinggi cairnya, molekulnya
lebih berat, dan rantai molekulnya lebih panjang, dengan bentuk yang sama
seperti molekul minyak (Kordi, 2009).
Selain itu fungsi lemak adalah sebagai sumber energi yang dibutuhkan ikan
dan merupakan sumber asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh
tubuh (NRC, 1993), Pakan ikan yang baik yaitu mengandung lemak 4-18%.
Kebutuhan lemak oleh ikan dilihat berdasarkan kebutuhannya akan energi dan
asam lemak essensial dalam hal ini asam lemak linoleat dan asam lemak linolenat
(Nuzuluddin, 2011), Kebutuhan nutrisi pada beberapa jenis ikan sidat yang telah
dilaporkan antara lain yaitu kebutuhan lemak ikan sidat Jepang Anguilla japonica
sebesar 6–11%. Ikan A. anguilla mencapai tingkat pertumbuhan terbaik pada
kadar lemak sebesar 13%. Kadar lemak sebesar 16% dapat mengurangi
penggunaan protein dari 51% menjadi 48% pada ikan A. rostrata ukuran 8 g dan
menghasilkan kinerja pertumbuhan yang terbaik (Mukti et al., 2014).
2.2.3 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi ikan. Menurut
Syamsunarno (2008), menyatakan bahwa karbohidrat dalam ransum ikan tropis
yang dimanfaatkan secara baik adalah 30%. Fungsi utama karbohidrat adalah
menyediakan energi untuk proses kehidupan normal. Sumber energi utama untuk
9
semua sel adalah glukosa. Peranan karbohidrat, selain sebagai sumber energi,
juga sebagai precursor berbagai hasil metabolit intermedier yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan, misalnya untuk biosintesa berbagai asam amino
non esensial dan asam nukleat. Manfaat lain karbohidrat, termasuk lemak dalam
pakan adalah dapat mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi yang
dikenal sebagai protein sparing effect. Terjadinya protein sparing effect oleh
karbohidrat dan lemak dapat menurunkan biaya produksi (pakan) dan mengurangi
pengeluaran limbah nitrogen ke lingkungan.
Karbohidrat terdiri atas serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Serat
kasar sangat sulit dicerna oleh ikan, namun kehadirannya dalam pakan tetap
diperlukan, yakni untuk meningkatkan gerak peristaltik usus. Pemberian serat
kasar dalam pakan perlu diperhatikan, jika jumlahnya berlebihan dapat
menyebabkan gangguan pada proses penyerapan pakan di dalam usus halus
(Afrianto dan Liviawaty, 2005).
2.2.4 Vitamin dan Mineral
Vitamin adalah zat gizi yang ditambahkan sebagai pembantu (katalis)
dalam proses pembentukan atau pemecahan zat gizi lain di dalam tubuh, jadi
hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Mineral dibutuhkan untuk membentuk
kerangka (tulang) tubuh, membantu pencernaan dan metabolisme dalam sel serta
untuk pembentukan kerabang (kulit) telur. Zat kapur (calcium) dan fosfor (P)
merupakan zat mineral yang paling banyak dibutuhkan (BPP, 2000).
Handajani dan Widodo (2010), berpendapat bahwa kebutuhan ikan akan
mineral merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kepentingan produksi
ikan itu sendiri. Kebutuhan tersebut menyangkut antara lain untuk perbaikan dan
pertumbuhan jaringan seperti dalam gigi dan tulang. Komposisi dari tulang segar
dan kalsium 36%, fosfor 17% dan magnesium 0,8%, juga untuk perbaikan dan
pertumbuhan jaringan lunak dan sel darah. Kebutuhan akan mineral juga
10
menyangkut kepentingan untuk regulator tubuh seperti proses regulasi dalam
bentuk ion, molekul, komponen vitamin, pembentukan enzim, dan pembentukan
hormon.
2.3 Minyak Ikan
Minyak ikan merupakan komponen lemak dalam jaringan tubuh ikan yang
telah diekstraksi dalam bentuk minyak. Beberapa ilmuan mendefinisikan
minyak/lemak atau lipid sebagai senyawa yang mengandung asam lemak atau
senyawa yang mirip dengan asam lemak seperti alkohol dan sfingosin. Minyak
ikan, yaitu mempunyai jenis asam lemak yang lebih beragam dengan asam lemak
yang dominan adalah asam lemak dengan jumlah atom karbon 20 (C20) dan 22
(C22) yang bersifat sangat tak jenuh karena mempunyai 5 dan 6 ikatan rangkap
dalam satu molekul. Asam lemak dominan tersebut ke dalam kelompok asam
lemak omega-3 (Estiasih, 2009).
Minyak ikan juga bermanfaat membantu absorpsi vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak serta mengurangi sifat berdebu dalam pakan. Suplementasi
minyak ikan dalam pakan merupakan salah satu metode untuk memenuhi
kebutuhan asam lemak tak jenuh pada pakan ikan karena mengandung asam
lemak omega-3 yang tinggi (asam lemak tidak jenuh/PUFA) (Sany et al., 2013).
2.4 Probiotik
2.4.1 Definisi Probiotik
Probiotik adalah produk yang tersusun oleh biakan mikroba atau pakan
alami mikroskopik yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi
pertumbuhan dan peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus hewan inang.
Bakteri probiotik menghasilkan enzim yang mampu mengurai senyawa kompleks
menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Dalam meningkatkan nutrisi
pakan, bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam
11
menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amylase,
protease, lipase dan selulose. Enzim tersebut yang akan membantu
menghidrolisis nutrien pakan (molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat,
protein dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana akan mempermudah
proses pencernaan dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan (Putra, 2010).
Probiotik diberikan sebagai pakan tambahan berupa sel mikroba utuh
(tidak harus hidup) yang menguntungkan bagi hewan inangnya melalui cara
menyeimbangkan kondisi mikrobiologis ikan, memodifikasi bentuk asosiasi
dengan inang atau komunitas mikroba lingkungan hidupnya, meningkatkan
pemanfaatan nutrisi pakan atau meningkatkan nilai nutrisinya, meningkatkan
respons kekebalan inang terhadap pathogen atau memperbaiki kualitas air
(Suwoyo dan Mangampa, 2010).
2.4.2 Mekanisme Kerja Probiotik
Ada dua macam cara aplikasi probiotik yaitu: 1) melalui lingkungan (air dan
dasar tambak) dan 2) melalui oral (dicampurkan ke dalam pakan). Aplikasi cara
kedua dapat meningkatkan kualitas pakan dengan menambahkan bahan aditif
berupa probiotik yang berisi mikroba pengurai ke dalam pakan yang dapat
berfungsi untuk memperbaiki kualitas pakan dengan cara penguraian sehingga
dapat meningkatkan kecernaan pakan (Mansyur dan Tangko, 2008).
Cara kerja probiotik terutama melalui modifikasi populasi bakteri usus dan
efektivitasnya tergantung atas status mikroba pada suatu individu. Beberapa
probiotik diketahui dapat menghasilkan enzim pencernaan seperti amylase,
protease dan lipase yang dapat meningkatkan konsentrasi enzim pencernaan
pada saluran pencernaan inang sehingga dapat meningkatkan perombakan
nutrient. Terdapat beberapa mekanisme respon probiotik yaitu meliputi produksi
bahan penghambat secara langsung, penurunan pH luminal melalui produksi
12
asam lemak terbang rantai pendek, kompetisi terhadap nutrient dan tempat
peletakan pada dinding usus dan interaksi bacterial (Haryati, 2011).
2.4.3 Bakteri Probiotik
Ada beberapa produk probiotik yang beredar di pasaran seperti Super NB
yang merupakan kolon bakteri Bacillus sp. yang mampu menguraikan senyawa
nitrit. Super PS yang merupakan koloni bakteri sulfur seperti bakteri Thiobacillus
yang mampu menguraikan senyawa H2S yang bersifat toksik bagi udang. Salah
tahu jenis probiotik komersial yang telah diuji cobakan/digunakan adalah probiotik
dengan nama dagang H-S dengan bahan dominan mengandung bakteri
Lactobacillus. Bakteri tersebut merupakan salah satu mikroorganisme fermentasi,
sehingga bila terdapat dalam bahan makananatau pakan yang dapat melakukan
perbaikan mutu pakan sehingga dapat meningkatkan kecernaan dan pertumbuhan
(Mansyur dan Tangko, 2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Feliatra et al. (2004), bakteri
yang berpotensi sebagai bakteri probiotik, yaitu Lactococcus sp., Carnoacterium
sp., Staphylococcus sp., Bacillus sp., Eubacterium sp., Pseudomonas sp.,
Lactobacillus sp., Micrococcus sp., dan Bifidobacterium sp. Bakteri tersebut
berpotensi sebagai probiotik karena memiliki ketahanan pada pH 2 yang
merupakan indicator utama sebagai bakteri probiotik. Bakteri pada genus Bacillus,
Bifidobacterium, Pseudomonas, Lactobacillus dan Micrococcus telah terbukti
sebagai bakteri yang menguntungkan dan dapat hidup berasosiasi sebagai flora
normal pad aorganisme baik di dalam maupun di luar tubuh, sedangkan bakteri
lainnya masih diduga sebagai bakteri probiotik yang menguntungkan.
2.5 Asam Lemak
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat dalam bentuk ester
trigliserida. Asam ini adalah asam karboksilat yang memiliki rantai karbon panjang.
13
Asam lemak yang paling banyak terdapat dalam makanan adalah asam lemak
dengan struktur lurus dengan jumlah atom karbon genap, dengan satu gugus
asam karboksilat (Winarno, 1993). Asam lemak dibagi menjadi dua yaitu asam
lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak
yang semua ikatan antar atom karbon dihubungkan dengan ikatan tunggal, kecuali
pada gugus karboksilnya, sedangkan posisi lainnya ditempati oleh atom
hidrogen. Pada asam lemak tidak jenuh terdapat ikatan rangkap antar dua
atom C-nya. Semakin panjang rantai karbon (R) dari asam lemak maka semakin
tinggi titik leburnya. Bila dibandingkan dengan asam lemak jenuh maka asam
lemak tidak jenuh mempunyai titik lebur yang lebih rendah. Sedangkan sifat
kelarutannya dalam air akan semakin berkurang dengan semakin
bertambahnya rantai karbon (Poedjiadji,1994).
Asam lemak yang tak jenuh diantaranya dikenal dengan Omega-3 dan
Omega-6. Asam-asam lemak alami yang termasuk asam lemak Omega-3
adalah asam linolenat (C18:3, w-3), asam eikosapentaenoat atau EPA
(C20:5,w-3), asam dokosaheksaetanoat atau DHA (C22:6,w-3) [1] ,
sedangkan untuk Omega-6 adalah asam linoleat (C18:2,w-6) dan asam
arakhidonat ARA (C20:4, w-6) adapun yang lebih dominan dalam minyak ikan
adalah DHA,ARA dan EPA. Mengingat besarnya gizi bagi kesehatan
(Almunandy et al., 2012).
2.6 Gas Chromatography-Mass spectrometer (GC-MS)
Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) merupakan metode
analisis yang mengkombinasikan gas-liqud chromatography dengan mass
spectrometry untuk mengidentifikasi perbedaan substansi yang terdapat pada
sampel yang diujikan. Gas Chromatography (GC) dapat memisahkan kompnen
volatile dan semi volatile dengan baik, tetapi tidak dapat mengidentifikasinya,
14
sedangkan mass spectrometry (MS) mampu menyediakan informasi secara
mendetail terkait dengan struktur komponen dan mampu menidentifikasinya
dengan sangat jelas, namun tidak dapat memisahkan komponen tersebut.
Instrumen GC-MS terdiri dari dua komponen utama, yaitu GC untuk memisahkan
komponen dari sampel berdasarkan volatibilty dengan mengalirkan sampel melalui
gas carier (helium) melewati kolom. Spektra dari komponen akan dikumpulkan
pada kolom keluar kromatografik oleh mass spectrometer yang kemudian akan
mengidentifikasi dan menjumlah total bahan kimia berdasarkan rasio massanya.
Hasil dari spekta tersebut akan disimpan pada komputer untuk selanjutnya
dianalisis (Husain dan Maqbool, 2014). Mekanisme kerja GC-MS disajikan pada
Gambar 2.
Gambar 2. Mekanisme Kerja GC-MS (Husain dan Maqbool, 2014)
Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) merupakan alat yang
digunakan untuk menganalisis suatu bahan guna mengetahui komponen senyawa
kimi yang terdapat pada bahan tesebut. Hasil analisis dengan GC-MS akan
diperoleh dua data yaitu kromatogram yang berasal dari hasil analisis kromatografi
gas (GC) dan spektrum massa dari hasil analisis spektroskopi massa (MS).
Spektrum massa tersebut kemudian dibandingkan dengan spektrum massa dari
senyawa pembanding yang diketahui dalam database yang telah terprogram pada
15
alat GC-MS (Prasad, et al., 2005). Contoh sperktrum massa hasil analisis dengan
GC-MS disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Hasil Analisis GC-MS (Hussain dan Muqbool, 2014).
2.7 Kualitas Air pada Lingkungan Pemeliharaan
Kualitas air sangat penting dan berpengaruh langsung terhadap kehidupan
ikan. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan kelulushidupan ikan
adalah air. Menurut Sholeh (2004), ikan sidat lebih cepat tumbuh pada daerah
yang bersuhu tinggi. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan ikan sidat adalah 23-
30°C. Kisaran oksigen yang dapat menunjang pertumbuhan ikan sidat adalah 1-
10 ppm. Lokasi pemeliharaan sidat harus memiliki tingkat pH antara 6,5-8.
Konsentrasi amoniak antara 1-2 ppm tidak menyebabkan dalam rentang 6,8-7,9.
Menurut Fekri et al. (2014), suhu pada media pemeliharaan sidat tergolong
baik berkisar antara 28,5–30,0°C. Nilai pH berkisar antara 7,0–7,4 nilai ini telah
sesuai dengan pH yang dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan sidat. Oksigen
terlarut (DO) selama pemeliharaan berkisar 3,2–7,5 mg/L nilai ini terkadang
mencapai batas minimum yang dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan sidat,
penurunan oksigen itu terjadi karena oksigen terlarut dalam air digunakan oleh
bakteri untuk merombak amonia menjadi nitrit sehingga dapat menjadi
penghambat pertumbuhan benih.
16
3. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
3.1.1 Alat Penelitian
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah
botol sprayer, nampan, mikroskop Olympus CX21, bola hisap D&N, pipet volume
10 ml dan pipet 1 ml , pipet tetes, elenmeyer 500 ml, autoklaf GEA, mikropipet
Eppendorf Reseach Plus, gelas ukur 100 ml, beaker glass Pyrex 250 ml, handtally
counter, gayung, washing bottle, cover glass, cuvet, oven RedLine RE53,
timbangan analitik Radwag AS2201X, tong fiber, refraktometer Agata, inkubator,
kalkulator, lux meter, spektrofotometer, Spectroquant Pharo 300, bunsen, botol
film, petridish, tabung reaksi, rak tabung reaksi, korek api, kompor gas, pisau,
blender, panci, Spatula, botol putih susu, dan objek glass, panic, akuarium ukuran
50x40x30 cm3, blower, batu aerasi, selang aerator, DO meter, pH meter,
timbangan digital, seser, oven, desikator, labu ektraksi, destruktor, soxhlet,
pendingin balik, muffle, crossable porselin.
3.1.2 Bahan Penelitian
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
adalah Ikan sidat,, Bacilus sp., air tawar, air kelapa tua, pakan ikan komersil, klorin,
Na Thiosulfat, alkohol 70%, tissue, kapas, kain saring, aquadest, benang kasur,
jarum ose, kertas koran, kertas label, alumunium foil, spirtus, TSB (Tryptone Soy
Broth), TSA (Tryptone Soy Agar), PCA, NaCl, plastik warp, jahe merah, kunyit,
temulawak, gula merah, susu segar, tetes (molase), dedak halus, markisa/nanas,
kencur, bawang putih, yakult, air kelapa, lengkuas, temu ireng, ragi.
17
3.2 Metode dan Rancangan Penelitian
3.2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen. Menurut Subali (2010), penelitian eksperimen yaitu dimana
peneliti melakukan intervensi dengan cara memanipulasi variabel bebas yang
dijadikan faktor untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan. Peneliti akan
mengontrol secara ketat semua faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi atau
menekan atau mengganggu hasil eksperimen. Hal ini didukung oleh pernyataan
Hastjarjo (2014), yang merumuskan rancangan eksperimen sebagai struktur
umum sebuah eksperimen, yang ditentukan oleh tiga aspek (a) jumlah variabel
independen atau perlakuan, (b) jumlah variasi variabel independen atau kondisi
perlakuan, dan (c) penggunaan subjek yang sama atau berbeda untuk masing-
masing kondisi perlakuan.
Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasi langsung terhadap obyek yang diteliti. Menurut Chariri (2009), observasi
partisipasi dilakukan secara langsung dengan mengamati perilaku individu dan
interaksi yang terdapat pada saat penelitian berlangsung. Oleh karena itu, peneliti
harus terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subyek yang diteliti.
Dengan cara ini maka peneliti dapat memperoleh data khusus di luar struktur dan
prosedur formal organisasi.
3.2.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan gambaran umum penelitian yang akan
dilaksanakan oleh peneliti untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
Penelitian ini menggunakan 2 metode, yaitu metode eksperimen dan deskriptif
dengan pendekatan secara kuantitatif. Menurut Wasis (2006), metode eksperimen
merupakan metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk hubungan sebab-
akibat melalui pemanipulasian variabel independen (misal treatment, stimulus,
18
kondisi) dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian. Efek dari
manipulasi disebut variabel dependen. Selama pemanipulasian perlakuan, peneliti
melakukan kontrol terhadap variabel luar (extraneous variables) agar perubahan
yang terjadi benar-benar akibat pemanipulasian, bukan disebabkan variabel
lainnya.
Perlakuan yang digunakan untuk respon pertumbuhan dan efisiensi pakan
dengan penambahan variasi probiotik yaitu dengan metode deskriptif Menurut
Azwar (2012), penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik
dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang
tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian data yang
dikumpulkan adalah bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari
penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi.
Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dengan tiga kali ulangan:
A: Perlakuan pemberian minyak ikan dengan dosis 5% dengan tanpa
penambahan probiotik.
B: Perlakuan pemberian minyak ikan dengan dosis 15% dengan tanpa
penambahan probiotik.
C: Perlakuan pemberian minyak ikan dengan dosis 5% dengan penambahan
probiotik 15 ml/kg.
D: Perlakuan pemberian minyak ikan dengan dosis 15% dengan
penambahan probiotik 15 ml/kg.
K : Perlakuan control
19
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan Penelitian
A. Persiapan Wadah
Pada penelitian ini, wadah yang digunakan adalah akuarium dengan ukuran
50x30x30 cm3 sebanyak 15 buah. Sebelum digunakan, akuarium dicuci dengan
deterjen kemudian direndam menggunakan klorin selama 30 menit. Setelah itu,
dinetralisir dengan menggunakan Na-Thiosulfat. Selanjutnya akuarium dibilas dan
dikeringkan selama 1 hari untuk kemudian siap diisi dengan media pemeliharaan
yaitu air tawar. Air diisi hingga tinggi air mencapai 15 cm dengan volume air ± 22,5
liter untuk kepadatan 1 ekor/L ikan dengan ukuran 5 ± 28 gram. Akuarium juga
dilengkapi dengan instalasi aerasi untuk ketersediaan oksigen.
B. Persiapan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan yaitu ikan sidat stadia elver yang memiliki ukuran
5±2,8 g/ekor sebanyak ± 300 ekor. Sebelum pelaksanaan penelitian, ikan sidat
diaklimatisasi selama satu minggu. Aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan
ikan terhadap lingkungan barunya dan mengurangi resiko stres yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan ikan. Pada masa pemeliharaan juga dilakukan
penyiponan setiap pagi apabila kondisi air dalam akuarium telah keruh akibat sisa
pakan dan feses. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya kondisi lingkungan
yang buruk pemicu terjadinya penyakit.
C. Sterilisasi Alat dan Bahan
Berdasarkan pendapat Adji et al. (2007), sterilisasi merupakan proses yang
menghancurkan semua bentuk kehidupan suatu benda yang steril dipandang dari
sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme yang bisa merugikan.
Biasanya dengan alat autoklaf untuk proses sterilisasi.
Prinsip kerja autoklaf adalah sterilisasi panas basah dengan tekanan 1 atm
pada suhu 1210C selama 30 menit. Peralatan lainnya yaitu akuarium dan bak
20
untuk pembuatan probiotik yang digunakan untuk kultur disterilisasi cara direndam
air tawar dan ditambahkan larutan klorin 30 ppm, didiamkan selama 24 jam
kemudian dinetralkan dengan larutan Na Thiosulfat 15 ppm.
D. Persiapan probiotik
Probiotik yang digunakan merupakan probiotik yang diproduksi sendiri.
Adapun komposisi dan proses pembuatan probiotik dapat dilihat pada Lampiran 3.
Sebelum diteteskan ke dalam pakan, probiotik terlebih dahulu dipindahkan ke
dalam wadah yang lebih kecil yaitu botol film dimana sebelumnya probiotik
disimpan di dalam botol susu. Botol film sebelum digunakan disterilisasi dengan
cara ditetes dengan menggunakan alkohol 70%. Setelah itu, tutup botol film
dibungkus dengan menggunakan plastik wrap dan disimpan di dalam kulkas.
Ketika akan diteteskan ke dalam pakan probiotik dikeluarkan dari dalam kulkas
dan ditunggu sampai suhunya sesuai dengan suhu ruang. Selanjutnya probiotik
diteteskan ke dalam pakan sesuai dosis yang telah ditentukan dengan
menggunakan mikropipet 1000 µL dan bluetip.
E. Persiapan Pakan
Pakan yang diberikan pada hewan uji yaitu berupa pakan komersil.
Kebutuhan pakan yang diberikan pada ikan dihitung sesuai dengan berat tubuhnya
sebesar 3% dari bobot biomassa ikan. Pencampuran pakan dengan probiotik
dengan dosis 15 ml/kg dan minyak ikan dengan cara ditetes sesuai dengan dosis
yang telah ditentukan dan dikondisikan agar steril dengan panas dari bunsen.
Pakan yang diberikan pada ikan sidat yaitu pakan pasta yang dibuat sendiri. Pakan
komersil diblender sampai halus.
21
3.3.2 Pelaksanaan Penelitian
A. Pemeliharaan Ikan Sidat (Anguilla sp.)
• Ikan dipuasakan selama satu hari, kemudian dilakukan penimbangan berat
tubuh awal (Wo).
• Penebaran benih ikan sidat dengan kepadatan 1 ekor/liter, pemeliharaan
dilakukan selama 30 hari.
• Pemberian pakan sebayak 3% dari berat total biomassa per hari sebanyak
3,75 gr/hari dengan frekuensi 2 kali sehari pukul 08.00 dan 16.00 WIB.
• Pengukuran kualitas air seperti oksigen terlarut, pH dan suhu dilakukan
setiap hari pada pagi hari dan sore hari pukul 07.00 dan 15.00 WIB.
B. Proses pengujian asam lemak
• Bahan baku yang digunakan berupa ikan sidat yang diambil dari hasil
pemeliharaan, setelah itu dipotong-potong sehingga menjadi potongan
kecil dengan berat lebih kurang 100 gram yang bertujuan untuk
memudahkan proses ekstraksi.
• Bagian-bagian ikan yang telah dipotong-potong kecil dimasukkan kedalam
panci stainless steel, kemudian ditambahkan akuades sebanyak 500 ml,
ikan direbus sampai mendidih, kemudian diamkan selama 30 menit sambil
diaduk perlahan. Rebusan ikan disaring untuk memisahkan Antara minyak
kasar dan padatan. Minyak kasar yang diperoleh dimurnikan dengan
penambahan NaCl 2,5% dan dipanaskan pada temperature 50 0C. Lapisan
minyak dan air dipisahkan dengan corong pisah. Diambil lapisan minyak,
kemudian ditambahkan bentonit ke dalam lapisan minyak sambil diaduk.
Setelah didiamkan beberapa saat, lalu disaring untuk memperoleh minyak
yang bersih. Minyak yang diperoleh disimpan di dalam wadah tertutup
22
rapat serta terhindar dari kontaminasi langsung dengan sinar matahari dan
udara.
• Isolasi asam lemak tak jenuh majemuk Omega-3 dan Omega-6, dilakukan
melalui 2 tahap yaitu penyabunan minyak ikan dan fraksinasi dengan urea,
sesuai dengan metode Medina.
• Analisis Omega-3 dan Omega-6 dilakukan dengan kromatografi gas (GC).
Persiapan sampel: dilakukan secara berikut, sampel minyak diambil 30-40
mg ditempatkan dalam tabung bertutup Teflon dan ditambahkan 1 mL
NaOH 0,5 N dalam methanol dan dipanaskan dalam penangas air selama
20 menit. Kemudian tambahkan 2 mL BF3 20% dipanaskan lagi selama 20
menit. Setelah dingin ditambahkan 2 mL NaCl jenuh dan 1 mL isooktan dan
dikocok dengan baik. Lapisan isooktan dipisahkan dengan bantuan pipet
tetes ke dalam tabung yang berisi 0,1g Na2SO4, dan dibiarkan selama 15
menit. Fasa cair dipisahkan dan selanjutnya diinjeksikan ke dalam
kromatografi gas. Untuk mengetahui waktu retensi EPA, ARA dan DHA,
disuntikkan terlebih dahulu ke dalam kromatografi gas ester asam lemak
dari standar metil ester asam lemak atau FAME yang mengandung EPA,
ARA dan DHA sebagai standar, adanya EPA, ARA dan DHA sample dapat
dilihat dengan menyamakan waktu retensi EPA. ARA dan DHA standart.
3.3.3 Parameter Penunjang
Parameter kualitas air yang digunakan sebagai media pemeliharaan ikan
nila meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH) yang diukur
setiap hari sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan sore selama 30 hari pemeliharaan.
23
3.4 Analisis Data
Analisa data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif Menurut
Sugiyono (2015), Analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan
atau interpretasi terhadap data yang diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan
bermakna dibandingkan dengan sekedar angka-angka. Langkah-langkahnya
adalah reduksi data, penyajian data dengan bagan dan teks, kemudian penarikan
kesimpulan.
24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Asam Lemak
Penambahan kadar minyak ikan yang berbeda dan penambahan probiotik
Bacillus pada pakan menghasilkan komposisi total asam lemak tubuh ikan sidat
yang berbeda. Hal ini dikarenakan minyak ikan mengandung asam lemak esensial
PUFA termasuk HUFA yaitu EPA dan DHA. Dan menurut Kompiang (2009) pada
bakteri Bacillus mempunyai sifat atau keunggulan yaitu menghasilkan enzim
pencernaan seperti protease dan amilase yang dapat membantu pencernaan,
serta memproduksi asam-asam lemak rantai pendek yang mempunyai sifat
antimikroba. Secara hasil yang lengkap kandungan asam lemak, dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Tabel 1. Hasil asam lemak daging ikan sidat.
Asam lemak Hasil (%)
A (5%) B (15%) C (5%+pro) D (15%+pro) K (0)
Total asam lemak jenuh 33,56 32,52 32,48 34,31 32,29
Total asam lemak tak jenuh 58,15 58,42 65,71 65,09 52,91
omega 3 14,85 16,05 16,76 15,89 15,00
omega 6 1,67 1,80 4,42 2,03 2,42
Rasio omega 3/omega 6 8,92 8,94 3,79 7,83 6,21
Pada Tabel 1 terlihat bahwa penambahan minyak ikan dengan kadar yang
berbeda dan penambahan bakteri Bacillus sp. akan menghasilkan komposisi asam
lemak tubuh ikan yang berbeda dan peran dari bakteri Bacillus sendiri yaitu untuk
meningkatkan enzim protease pada usus ikan sidat dan membantu mengubah
rantai-rantai pendek pada sistem asam lemak pada tubuh ikan sidat. Terjadi
kenaikan komposisi total asam lemak jenuh pada perlakuan A dan B dan terjadi
kenaikan asam lemak tak jenuh pada perlakuan C dan D. Komposisi asam lemak
n-3 dan n-6 tertinggi terdapat pada perlakuan C. kadar asam lemak n-3 dan n-6
25
pada tubuh ikan dapat mempengaruhi sifat fluiditas membran sel yang selanjutnya
dapat menunjang metabolisme sel secara keseluruhan, sehingga dapat
mempengaruhi penyimpanan protein dan lemak pada tubuh ikan. Selain itu, asam
lemak n-3 dan n-6 juga dapat memperbaiki fungsi membrane pada tubuh ikan
Sidat (Bell et al. 1986). Asam lemak esensial kelompok PUFA dan HUFA yang
mempunyai peranan yang penting untuk proses metabolisme sel dalam tubuh ikan
sidat. Mayes et al. (1999) menyatakan bahwa asam lemak esesensial, terutama
arakidonat (C20:4n-6) merupakan prekusor prostaglanding PGF2α yang dapat
mempengaruhi replikasi sel. Selain itu, beberapa jenis prostaglandin lainnya
mempunyai fungsi induksi dan pengaturan transpor ion, terutama pada bagian
insang yang berhubungan dengan proses pengaturan mineral dan osmoregulasi.
Adanya peranan asam lemak esensial tersebut secara keseluruhan dapat
meingkatkan metabolisme dalam sel, yang secara tidak langsung akan
menghasilkan penyimpanan protein tubuh yang lebih tinggi sehingga dapat
meningkatkan laju pertumbuhan harian.
Menurut Kompiang (1979) Bacillus sp. dapat memperbaiki sistem
pencernaan. Bacillus sp. dapat menghasilkan asam-asam organik rantai pendek
seperti asam asetat, butirat, propionat, dan asam laktat. Asam-asam organik rantai
pendek diketahui mempunyai sifat antimikroba dan digunakan dalam produksi
silase ikan
4.1.1 Total asam lemak jenuh
Pada komposisi total asam lemak jenuh (SFA) terjadi tenurunan pada
perlakuan C dan D (penambahan minyak ikan 5% + bakteri Bacillus dan
Penambahan minyak ikan 15% + bakteri Bacillus sp.), karena adanya
penambahan bakteri Bacillus sp. pada pakan ikan sidat biasanya menghasilkan
protease yang baik pada rantai molekul-molekul rantai pendek. Menurut Kompiang
(2009) menyatakan bahwa Pada bakteri Bacillus sp. mempunyai sifat atau
26
keunggulan yaitu menghasilkan enzim pencernaan seperti protease dan amilase
yang dapat membantu pencernaan, serta memproduksi asam-asam lemak rantai
pendek yang mempunyai sifat antimikroba. dan kenaikan komposisi asam lemak
jenuh (SFA) pada perlakuan A dan B (penambahan minyak ikan 5% dan
penambahan minyak ikan 15%), Hasil perhitungan dari asam lemak jenuh dapat
dilihat di Gambar 5.
Gambar 5. Total asam lemak jenuh daging ikan sidat
4.1.2 Total asam lemak tak jenuh
Pada komposisi total asam lemak tidak jenuh (PUFA dan HUFA) yang
tertinggi terdapat pada perlakuan C (penambahan minyak ikan 5% + pemberian
probiotik Bacillus sp.) yaitu sebesar 65,20% adanya peranan asam lemak esensial
secara keseluruhan dapat meningkatkan metabolisme dalam sel, yang secara
tidak langsung akan menghasilkan penyimpanan protein tubuh yang lebih tinggi
sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan harian dan dipengaruhi oleh
bakteri bacillus sp. yang dapat membantu proses pencernaan pada usus ikan
sidat. Menurut Sjofjan (2003), penambahan bakteri Bacillus sp. pada pakan dapat
meningkatnya aktivitas enzim protease pada usus halus dan serta memproduksi
33,56
33,19
32,4832,65
32,29
31.50
32.00
32.50
33.00
33.50
34.00
A B C D K
Tota
l asa
m le
mak
jen
uh
(%
)
Perlakuan
27
asam-asam lemak rantai pendek yang mempunyai sifat antimikroba. Hasil
perhitungan dari asam lemak tak jenuh dapat dilihat di Gambar 6.
Gambar 6. Total asam lemak tak jenuh daging ikan sidat
4.1.3 Total asam lemak n-3
Pada komposisi asam lemak n-3 yang terbaik yaitu pelakuan C dengan
hasil 16,76% disebabkan karena pemberian minyak ikan dengan 5% dapat
meningkatnya n-3 pada ikan sidat, karena ikan sidat membutuhkan asam lemak
n-3 dengan jumlah terbatas dan diduga bahwa penambahan minyak ikan sebesar
5% telah memenuhi kebutuhan asam lemak ikan sidat. Menurut Takeuchi et al.
(1980), menyatakan bahwa ikan A. japonica membutuhkan asam lemak linoleat
dan linolenat masing-masing sebesar 0,5% sedangkan Kamil (2000), menyatakan
bahwa ikan A. bicolor bicolor ukuran 1,4 g membutuhkan asam lemak linoleat dan
linolenat masing-masing sebesar 0,7% dan 0,8-1,2% pada kadar lemak 7%. Hasil
dari perhitugan asam lemak n-3 dapat dilihat di Gambar 7.
58,15 58,41
65,70 65,08
52,90
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
A B C D K
Tota
l asa
m le
mak
tak
jen
uh
(%
)
Perlakuan
28
Gambar 7. Total asam lemak omega 3 daging ikan sidat
4.1.4 Total asam lemak n-6
Pada komposisi asam lemak n-6 yang terbaik yaitu perlakuan C dengan
hasil 4,42% disebabkan karena pemberian minyak ikan 5% dapat meningkatkan
n-6 pada ikan sidat, karena ikan sidat membutuhkan n-6 dan n-3 diperlukan dalam
proses biosintesis lemak sehingga apabila terjadi kekurangan atau kelebihan pada
salah satu asam lemak pada maka menghambat laju biosintesis asam lemak yang
lain sehingga akan mempengaruhi komposisi asam lemak tubuh ikan. Menurut
Connor et al. (1992), tingginya asam lemak n-6 dapat menghambat laju biosintesis
DHA dari asam n-3 sehingga proses biosintesis tersebut akan berjalan lambat dan
kurang efisien. Sargent et al. (2002) menambahkan bahwa komposisi asam lemak
tubuh ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor metabolik antara lain β-oksidasi,
aktivitas lipogenik seta aktivitas desaturasi dan elongase asam lemak. Selain itu
juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan dan usia atau ukuran ikan.
Hasil dari perhitungan asam lemak n-6 dapat dilihat di Gambar 8.
14,85
16,05
16,76
15,89
15,00
13.50
14.00
14.50
15.00
15.50
16.00
16.50
17.00
A B C D K
Tota
l asa
m le
mak
om
ega
3(%
)
Perlakuan
29
Gambar 8. Total asam lemak omega 6 daging ikan sidat
4.1.5 Total rasio n-3 dan n-6
Pada rasio antara n-3 dan n-6 yang paling rendah yaitu hasil dari perlakuan
C dengan hasil 3.79% disebabkan karena terjadinya keseimbangan antara n-3 dan
n-6 sehingga menyebabkan terjadinya persaingan antara asam lemak n-3 dan n-
6 dalam memanfaatkan enzim desaturase dalam proses metabolisme lemak.
Kandungan asam lemak n-3 dan n-6 yang tinggi menyebabkan membran sel tidak
berfungsi dengan baik. Keadaan ini akan mengganggu aktivitas enzim-enzim pada
membran sel, sehingga sintesis protein dan sel juga rendah yang akhirnya
berakibat pada rendahnya laju pertumbuhan, konversi pakan meningkat,
kandungan air dalam daging semakin tinggi, menurunnya kadar protein pakan dan
lemak serta bobot ikan akan relatif turun (Takeuchi dan Watanabe 1979), Hasil
dari perhitungan dari rasio asam lemak n-3 dan n-6 dapat dilihat pada Gambar 9.
1,67 1,80
4,42
2,03
2,42
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
A B C D K
Tota
l asa
m le
mak
n-6
(%
)
Perlakuan
30
Gambar 9. Total rasio omega 3 dan omega 6 daging ikan sidat
4.2 Kualitas Air
Salah satu parameter penunjang dalam penelitian ini adalah kualitas air pada
media pemeliharaan. Kualitas air sangat mempengaruhi kelulus hidupan dan
pertumbuhan ikan. Air yang digunakan untuk media pemeliharaan harus memiliki
kualitas yang cocok dengan kebutuhan ikan. Parameter kualitas air yang diamati
adalah suhu, pH dan DO. Hasil pengamatan kualitas air selama 30 hari disajikan
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kualitas Air
Perlakuan Suhu DO pH
A 23,42±1,06 5,78±0,94 6,79±0,28
B 24,7±15,75 5,78±0,93 6,77±0,29
C 23,9±15,12 5,2±1,08 6,78±0,29
D 24,25±2,58 4,49±0,93 6,76±0,29
K 25,19±15,62 4,38±0,77 6,79±0,28
8,92 8,94
3,75
7,83
6,21
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
A B C D K
Tota
l ras
io n
-3 d
an n
-6 (
%)
Perlakuan
31
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat data kualitas air yang diperoleh, suhu air
pemeliharaan ikan sidat rata-rata berkisar 23°C-25°C. Nilai tersebut masih
tergolong baik karena masih pada kisaran suhu yang dapat ditolerir oleh ikan sidat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Usui (1991), bahwa suhu air yang cocok untuk
pertumbuhan ikan sidat pada suhu 23-30°C.
Selama waktu pemeliharaan ikan sidat, konsentrasi oksigen yang terlarut
dalam air akan berkurang karena oksigen di gunkan untuk pernafasan serta
aktifitas metabolisme sel. Kisaran nilai DO saat penelitian tergolong baik karena
masih pada kisaran suhu yang dapat ditolerir yaitu 4-5 mg/l. Menurut Mulis (2015),
oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan benih ikan sidat (Anguilla sp)
berkisar antara 4.0 – 8.0 mg/l.
Kisaran pH saat penelitian berkisar antara 6,76 - 6,79. Naik turunnya pH
pada media pemeliharaan salah satunya disebabkan oleh hasil metabolisme serta
sisa pakan yang tidak termakan. Fekri et al. (2014), menjelaskan bahwa pH media
pemeliharaan ikan sidat sebaiknya dipertahankan pada nilai netral pada kisaran
6,0-8,0.
4.3 Laju Pertumbuhan Spesifik atau Spesific Growth Rate (SGR)
Salah satu parameter penunjang dalam penelitian ini adalah laju pertumbuhan
spesifik. Laju pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertambahan berat
badan ikan sidat per hari yang dinyatakan dalam satuan %BB/hari. Pertumbuhan
terjadi karena adanya pembelahan sel secara mitosis yang terjadi karena
kelebihan input energi dan protein yang berasal dari pakan. Kelebihan input
tersebut digunakan oleh tubuh ikan sidat untuk metabolisme dan menghasilkan
pertumbuhan. Laju pertumbuhan akan meningkat seiring dengan bertambahnya
pakan yang diberikan. Laju pertumbuhan spesifik ikan sidat disajikan pada
Gambar 10.
32
Gambar 10. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Sidat
Berdasarkan Gambar 8. dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan spesifik ikan
sidat tertinggi didapat pada perlakuan C (probiotik dengan penambahan 5%
minyak ikan) yaitu sebesar 3,35 %BB/hari dan terendah pada perlakuan B (tanpa
probiotik dengan penambahan 15% minyak ikan) yaitu sebesar 2,9 %BB/hari.
Tingginya laju pertumbuhan ikan sidat pada perlakuan C dikarena penambahan
probiotik dan dosis minyak ikan yang diberikan sudah tepat. Menurut Banjanahor
et al. (2015), menjelaskan bahwa pakan yang mengandung bakteri probiotik
menghasilkan enzim yang mampu mengurai senyawa kompleks menjadi
sederhana sehingga bagus digunakan ikan. Seiring meningkatnya aktivitas enzim
pencernaan maka daya cerna pakan akan meningkat sehingga nutrient mudah
diserap oleh tubuh ikan sidat dan menghasilkan pertumbuhan yang baik untuk ikan
sidat (Susilowati et al., 2013).
Dosis minyak yang ditambahkan dalam pakan juga berpengaruh terhadap
kandungan nutrisi dalam pakan. Menurut Mudjiman (2004), aktivitas enzim
amilase, lipase dan protease sangat dipengaruhi oleh komposisi pakan dan
tingginya kandungan lemak pada pakan akan menyebabkan menigkatnya
terjadinya peroksidase lemak mengakibatkan rendahnya laju pertumbuha.
2,85 2,9
3,35
2,932,67
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
A B C D K
SGR
(%
BB
/Har
i)
Perlakuan
33
33
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
- Dosis minyak ikan yang terbaik, dengan penambahan minyak ikan sebesar
5% dan diberi probiotik Bacillus sp sebanyak 15 ml/kg.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu diharapkan
adanya penelitian lanjutan terhadap jenis probiotik Basillus sp. dan minyak ikan
yang dapat diaplikasikan pada skala yang lebih besar.
34
DAFTAR PUSTAKA
Affan, J. M. 2012. Identifikasi Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kualitas Air di Perairan Pantai Timur Bangka Tengah. Depik, 1(1) : 78-85.
Agradi E, Bonomi L, Rigamonti E, Ligouri M. !995. The effect of dientary lipids on tissue lipids and ammonia excretion in European eel (Anguilla anguilla). Camp. Biochem. Physiol. 3(3): 445-451.
Almunady, T. Panagan., Yohandini. H dan W. Mila. 2012. Analisa kualitatif dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3, Omega-^ dan Karakteristik Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius). Jurnal Penelitian Sains. 15(3) :102-106.
Banjarnahor, D. Murphy., S. Usman dan R. Leidonald. 2015. Pengaruh Pemberian
Probiotik EM-4 (Effective Microorganisme-4) pada Pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan lele (Clarias sp.)
Bell MV, Henderson RJ Sargent JR. 1986. The role of polyunsaturated fatty acids
in fish. Mini Review. Com. Biochem Physiology. (83B): 711-719.
Bhagavan NV. 1992. Medical Biochemistry. London (GB), Jones and Bartlett publisher. 980 pp.
Chariri, A. 2009. Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif, Paper disajikan pada Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Laboratorium Pengembangan Akuntansi (LPA). Universitas Diponegoro: Semarang. 13-14.
Connor WE, Neuringer M, Reisbick S. 1992. Essential fatty acids: the importance
of n-3 fatty acids in the retina and brain. Nutr. Rev 50: 21-29.
Dageni G. 1986. Dietary effect of lipid source, lipid level and temperature on growth of glass eel (Anguilla Anguilla). Aquaculture. 56: 207-214.
Hastjarjo, T. D. 2014. Rancangan eksperimen acak. Buletin Psikologi. 22(2): 73-86.
Hepher B. 1990. Nutrition of pond fishes. New York: Cambridge University press, Cambridge. 388 pp.
Hussain, S. Z., And K. Maqbool. 2014. GC-MS: Principle, technique and its application in food science. Int. J. Curr. Sci. 13:116-128.
Kamil MT. 2000. Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 Yang Berbeda Pada Kadar Asam Lemak n-3 Tetap Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor). [Tesis]. Program Pascasarjana. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kusmiyati, dan N. Wayan S. A. 2007. Uji aktivitas senyawa antibakteri dari mikroalga Porphyridium cruentum. BIODIVERSITAS. 8(1): 48-53.
35
Kordi, K dan Tancung. 2007. Budidaya Perairan. PT.Citra Aditya Bakti. Bandung. 121 hlm.
Kompiang, I P. 2009. Pengaruh suplementasi kultur Bacillus sp. melalui pakan
atau air minum terhadap kinerja ayam petelur. Jurnal IImu Ternak dan Veteriner 5(4): 205-209.
Mudjiman Ahmad (2004), Makanan Ikan. Edisi Revisi, Penebar Swadaya. Jakarta.
Sjofjan, O. 2003. Kajian Probiotik (Aspergillus niger dan Bacillus sp.) sebagai Imbuhan Ransum dan Implikasinya terhadap Mikroflora Usus serta Penampilan Produksi Ayam Petelur. Disertasi, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Takeuchi T, Watanabe T. 1979. Requirements of carp for essential fatty acid. Bull. Japan. Soc. Sci. Fish., 43(5): 541-551.
Takeuchi T, Arai S, Watanabe T, Shimma Y. 1980. Requirement of eel Anguilla japonica for essential fatty acids. Bulletin of the Japanese Society of Scientific Fisheries. 46: 345-353.
Yudianto S, Arif M, Agustiono. 2012. Pengaruh penambahan atraktan yang berbeda dalam pakan pasta terhadap retensi protein, lemak dan energy benih ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. JIPK. 4(2): 135-140.
[NCR] National Research Council. 1993. Nutrien Requirement of fish. Washington DC (US): National Academy press. 102 pp.
Prasad, S., P. C. Morris, R. Hansen, P. G. Meaden and B. Austin. 2005. A novel bacteriocin-like substance (BLIS) from a pathogenic strain of Vibrio harveyi. Microbiology. 151(9): 3051-3058.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakartan: Penerbit Universitas Indonesia.
Roy, R. 2013. Budidaya sidat. AgroMedia Pustaka: Jakarta Selatan. 153 hlm.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian Edisi Revisi. Kanisius: Yogyakarta. 276 hlm.
Sargent JR, Tocher DR, Bell JG. 2002. The lipids. In: Halver, J.E., Hardy, R.W.
(Eds Fish Nutrition). San Diego, CA (US): Academic Press, pp. 181– 257. Subali, B. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi. Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta. 58 hlm. Sugiono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Alfabeta:
Bandung. 234 hlm. Takeuchi T, Watanabe T. 1979. Requirements of carp for essential fatty acid. Bull.
Japan. Soc. Sci. Fish., 43(5): 541-551. Tibbetts SM, Lall SP, Anderson Dm. 2000. Dietary protein requirement of juvenil
American eel (Anguilla rostrata) fed practical diet. Aquaculture (186): 145-155.
36
Wasis. 2002. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 211 hlm.
Wantanabe T. 1980. Lipids. pp In Nutrition in fish and diet (Edited by Ogino C.), pp. 149-186 Tokyo (JP): Koseisha-Koseikaku.
Winarno, F.G. 1993. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.