pengaruh pemberian penyuluhan phbs tentang mencuci tangan ...
pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk ...
-
Upload
nguyenkien -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU
UNTUK MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM
DITINJAU DARI UMUR PADA GURU SMA DI KECAMATAN
SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2010
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan
Profesi Kesehatan
Disusun Oleh:
ESTI NUGRAHENY
(S540809307)
Program Pascasarjana Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU
UNTUK MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM
DITINJAU DARI UMUR PADA GURU SMA DI KECAMATAN
SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2010
Disusun Oleh :
Esti Nugraheny
NIM: S540809307
Telah disetujui oleh Pembimbing
Tanggal:
Menyetujui,
Pembimbing I
(Prof Dr Sunardi MSc)
NIP: 195409161977031001
Pembimbing II
(Jarot Subandono, dr,M.Kes)
NIP: 196807041999031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
(Prof Dr Didik Tamtomo, MM, M.Kes)
NIP: 194 80313 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU
UNTUK MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM
DITINJAU DARI UMUR PADA GURU SMA DI KECAMATAN
SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2010
Disusun Oleh :
Esti Nugraheny
NIM: S540809307
Telah disetujui oleh Penguji
Tanggal:
Ketua :Prof Dr Didik Tamtomo, MM, M.Kes
NIP: 194 80313 197610 1 001 (.......................................)
Sekertaris :Dr. Nunuk Suryani,M.Pd
NIP: 196611081990032001 (.......................................)
Anggota :Prof Dr Sunardi MSc
NIP: 195409161977031001 (.......................................)
:Jarot Subandono,dr,M.Kes
NIP: 196807041999031002 (.......................................)
Mengetahui,
Direktur, Ketua,
Program Pasca Sarjana UNS Prodi Magister Kedokteran Keluarga
( Prof Drs Suranto, MSc, Ph.D) (Prof Dr Didik Tamtomo, MM, M.Kes)
NIP: 195708201985031004 NIP: 194 80313 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Esti Nugraheny
NIM : S540809307
Prodi : Pendidikan Profesi Kesehatan
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat bertujuan untuk
memperkaya ilmu pengetahuan dan murni hasil pemikiran saya pribadi
serta bebas dari plagiatisme.
Yogyakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
Esti Nugraheny
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
INTISARI
Esti Nugraheny. S.540809307. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Terhadap
Perilaku Untuk Melakukan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Ditinjau Dari
Umur Pada Guru SMA Di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta Tahun
2010. Pembimbing 1: Prof Sunardi,Msc. Pembimbing 2: Jarot Subandono, dr,
M.Kes. Thesis, Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan
Profesi Kesehatan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar belakang. Penyuluhan adalah proses transfer teknologi, edukasi, inovasi,
fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi sebagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Penyuluhan tentang kanker leher rahim merupakan
kegiatan penyuluhan yang bertujuan mengajak masyarakat untuk mau
berpartisipasi aktif untuk melakukan skrining awal sebagai bentuk perilaku
ditinjau dari umur.
Tujuan. Mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk
melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di
Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta.
Metode. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu (quasi
eksperimental) dengan pencuplikan cluster random dari 3 SMA diambil 2 SMA
yaitu 1 SMA sebagai kelompok perlakuan dan 1 SMA sebagai kelompok kontrol,
dengan jumlah 30 orang pada kelompok perlakuan dan 21 orang pada kelompok
kontrol. Pengambilan data menggunakan ceklist. Analisa data memakai uji anova
dua jalur.
Hasil penelitian. Ada pengaruh yang bermakna/signifikan pemberian penyuluhan
terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim yang
ditunjukkan hasil nilai f hitung (18,404) > f tabel (2,56). Tidak ada pengaruh yang
bermakna/ signifikan umur terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker
leher rahim yang ditunjukan dengan hasil nilai f hitung (2,420) < f tabel (2,56). Tidak
ada pengaruh yang bermakna / signifikan pemberian penyuluhan terhadap
perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada
guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta yang ditunjukan dengan hasil
nilai f hitung (0, 816) < f tabel (2,56).
Simpulan. Ada pengaruh yang bermakna/signifikan pemberian penyuluhan
terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Tidak ada
pengaruh yang bermakna/ signifikan umur terhadap perilaku untuk melakukan
deteksi dini kanker leher rahim. Tidak ada pengaruh yang bermakna / signifikan
pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker
leher rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul
Yogyakarta.
Kata Kunci: Penyuluhan, Perilaku, Umur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Esti Nugraheny. S.540809307. The Effect Of Counseling On Behavior For
Early Detection Of Cervical Cancer Viewed From The Age at High School
Teacher in District Sanden Bantul Yogyakarta In 2010. Principal Advisor :
Prof Sunardi,Msc. Co-Advisor: Jarot Subandono, dr, M.Kes.
Background: Counseling is the process of technology transfer, education,
innovation, facilitation, consultation, supervision, monitoring and evaluation as
community empowerment activities. Counseling about cervical cancer is the
extension activities aimed at getting people to want to participate actively to
conduct initial screening viewed from the age.
Purpose: Know the effect of counseling on behavior for early detection of
cervical cancer viewed from the age at high school teacher in District Sanden
Bantul Yogyakarta.
Methods: This research uses quasi-experimental method (quasi experimental)
with a cluster random sample was taken 2 of 3 high school, 1 high school as the
treatment group and 1 high school as the control group, with the number of
respondents 30 in treatment group and 21 respondents in the control group.
Retrieving data using a likert scale. Data analysis using anova test two lines.
Results of the study: There was a significant influence / significance of giving
counseling to the behavior for early detection of cervical cancer, which indicated
the value of F count (18.404) > F table (2.56). No significant effect / significant
between age and behavior to perform early detection of cervical cancer which is
shown by the results of calculating the value of F (2.420) < F table (2.56). No
significant effect / significant between the provision of counseling on behavior for
early detection of cervical cancer viewed from the age at high school teacher in
District Sanden Bantul Yogyakarta, which is shown by the results of calculating
the value of F (0, 816) < F table (2.56).
Conclusion: There was a significant influence / significance of giving counseling
to the behavior for early detection of cervical cancer. No significant effect /
significant between age and behavior to perform early detection of cervical
cancer. No significant effect / significant between the provision of counseling on
behavior for early detection of cervical cancer viewed from the age at high school
teacher in District Sanden Bantul Yogyakarta.
Keywords: Counseling, Behavior, Age.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala sujud syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ar – Rahman dan
Ar – Rahim atas segala kasih sayangNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul ”Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kanker Leher Rahim terhadap
Perilaku ditinjau dari Umur pada Guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul
Yogyakarta” telah tersusun untuk memenuhi syarat penyusunan tesis Universitas
Sebelas Maret.
Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari doa, motivasi dan bantuan
dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih yang tulus kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof Dr Didik Tamtomo, MM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
4. dr Putu Suriyasa MS, PKK, SpoK selaku Sekretaris Program Studi
Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
5. dr P Murdani K.MHPEd, selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Kesehatan
6. Dr Nunuk Suryani, M.Pd, selaku Sekretaris Minat Utama Pendidikan
Kesehatan
7. Prof Dr Sunardi MSc, selaku pembimbing satu yang telah memfasilitasi
tempat dan waktu untuk memberikan bimbingan dan membantu dalam
penulisan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. dr Jarot Soebandono M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah memfasilitasi
tempat dan waktu untuk memberikan bimbingan dan membantu dalam
penulisan tesis ini.
Akhirnya, semoga Allah SWT selalu memberikan berkah kepada kita
semua, dan penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya.
Yogyakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................iv
INTISARI.................................................................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ..................................................................... .....................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...................................................................................... 7
1. Penyuluhan .................................................................................. 7
2. Kanker Leher Rahim..................................................................12
3. Sikap ......................................................................................... 15
4. Perilaku ...................................................................................... 21
5. Umur..........................................................................................27
6. Pengaruh pemberian penyuluhan kanker leher rahim terhadap
perilaku ditinjau dari umur.........................................................29
B. Penelitian yang Relevan.................................................................30
C. Kerangka Berfikir...........................................................................32
D. Hipotesis.........................................................................................34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ........................................................................... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 35
C. Variabel Penelitian ......................................................................... 35
D. Populasi dan Sampel....................................................................... 36
E. Definisi Operasional ....................................................................... 37
F. Instrumen Peneliian........................................................................37
G. Uji validitas dan Reliabelitas..........................................................38
H. Pengumpulan Data dan Analisa Data ............................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian...............................................................................43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Pembahasan....................................................................................6
2
C. Keterbatasan
Penelitian..................................................................68
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
........................................................................................69
B. Implikasi.........................................................................................7
0
C. Saran...............................................................................................7
0
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Kerangka Konsep ................................................................................ 32
Gambar 2. Kerangka Pikir..................................................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional ............................................................................ 37
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Keseluruhan ............................................. 43
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Perlakuan ............................... 44
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Kontrol ...... .............................45
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Keseluruhan................................47
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Perlakuan..................48
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol......................50
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan
Umur < 25 tahun.................................................................................51
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan
Umur 25 – 35 tahun............................................................................52
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan
Umur > 35 tahun.................................................................................54
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan
Umur 25 – 35 tahun............................................................................55
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan
Umur > 35 tahun.................................................................................56
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas............................................................................57
Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas.........................................................................58
Tabel 4.14 Data Analisis Deskriptif Kelompok Perlakuan dan Kontrol...............58
Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perilaku
ditinjau dari Umur...............................................................................59
Tabel 4.16 Data Post Hoc Test..............................................................................60
Tabel 4.17 Data Homogeneous Subset…………………………………………..61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Keseluruhan ............................................. 44
Grafik 4.2. Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Perlakuan ............................... 45
Grafik 4.3. Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Kontrol ...... .............................46
Grafik 4.4. Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Keseluruhan................................47
Grafik 4.5. Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Perlakuan..................49
Grafik 4.6. Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol......................50
Grafik 4.7. Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan
Umur < 25 tahun.................................................................................52
Grafik 4.8. Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan
Umur 25 – 35 tahun............................................................................53
Grafik 4.9. Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan
Umur > 35 tahun.................................................................................54
Grafik 4.10 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan
Umur 25 – 35 tahun............................................................................55
Grafik 4.11 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan
Umur > 35 tahun.................................................................................57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persetujuan menjadi responden
Lampiran 2. Ceklist pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk
melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada
guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta.
Lampiran 3. Hasil uji validitas dan reliabelitas
Lampiran 4. Ceklist hasil validitas dan reliabelitas
Lampiran 5. Karakteristik dan hasil responden yang diberi perlakuan
penyuluhan
Lampiran 6. Karakteristik dan hasil responden yang tidak diberi perlakuan
penyuluhan
Lampiran 7. Distribusi frekuensi pengaruh penyuluhan terhadap perilaku
ditinjau dari umur pada kelompok perlakuan
Lampiran 8. Distribusi frekuensi pengaruh penyuluhan terhadap perilaku
ditinjau dari umur pada kelompok kontrol
Lampiran 9. Hasil analisis anova dua jalur
Lampiran 10. Permohonan ijin penelitian
Lampiran 11. Surat keterangan ijin penelitian
Lampiran 12. Daftar hadir dan berita acara responden penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker leher rahim (Carsinoma serviks uteri) adalah kanker yang dapat
menyerang pada wanita yang pernah melakukan hubungan seksual dengan faktor
pencetus adanya Human Papiloma Virus (HPV). Menurut data WHO kanker leher
rahim merupakan pembunuh terbesar kedua setelah jantung. Angka kejadian
kanker leher rahim 15.000 kasus baru/ tahun, dengan angka kejadian meninggal
8000 orang/ tahun, dimana setiap hari 41 kasus kanker leher rahim baru (1/2 jam
ada kasus baru), setiap hari 20 kasus kanker leher rahim lama ( setiap 1 jam
meninggal 1 orang). 65%-77,7% kejadian kanker leher rahim diantara kanker
ginekologi dan lebih dari 70% didiagnosis pada stadium lanjut (Mock, et. all,
2007).
Jumlah penderita kanker leher rahim, menduduki peringkat teratas di antara
penyakit kanker pada pria dan wanita di Indonesia. Departemen Kesehatan RI
memperkirakan insidensnya adalah 100 per 100.000 penduduk pertahun. Data
yang dikumpulkan dari 13 laboratorium patologi-anatomi di Indonesia
menunjukkan bahwa frekuensi kanker leher rahim tertinggi di antara kanker yang
ada di Indonesia maupun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.
Ciptomangunkusumo (Aziz, 2001). Di Indonesia 5/880 wanita di Jakarta
terdeteksi kanker leher rahim, 4/919 di tasikmalaya dan 3/887 di Bali. Dari 305
sampel yang diambel secara cluster menurut golongan umur didapatkan 11,4%
positive HPV, 7,9% risiko tinggi HPV (Vet, et. all, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Masalah kanker leher rahim di Indonesia sangat khas yaitu banyak, dan
ditemukan pada stadium lanjut. Kondisi ini terjadi juga di beberapa negara
berkembang, atau di negara miskin. Agar tercapai hasil pengobatan kanker leher
rahim yang lebih baik, salah satu faktor utama adalah penemuan stadium lebih
awal. Pengobatan kanker leher rahim pada stadium lebih dini, hasilnya lebih baik,
mortalitas akan menurun (Nuranna, 2001).
Kanker leher rahim merupakan pembunuh utama wanita dalam kesehatan
reproduksi dengan insidensi 100/ 100.000 kejadian di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) . Dinas Kesehatan Propinsi DIY bidang Seksi Pengendalian
penyakit mempunyai program untuk mengefektifkan 10 puskesmas di DIY
sampai pada tahun 2014 dapat melakukan deteksi dini kanker leher rahim
(Unjianto, 2010).
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sebagai garda terdepan dalam mengelola
kesehatan masyarakat di wilayah Bantul sampai dengan monitoring dan evaluasi
mempunyai misi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Bantul
terutama kesehatan Ibu dan Anak. Kesehatan ibu salah satunya adalah melalui
Deteksi Dini Kanker leher rahim sebagai upaya dalam mencapai kesehatan
reproduksi.
Puskesmas Sanden sebagai puskesmas yang mendapatkan hibah dari Dinas
Kesehatan Propinsi DIY dalam pelaksanaan kesehatan reproduksi remaja di
wilayah Sanden dan sebagai puskesmas dengan pelaksanaan reproduksi yang
berbasis pada gender, sehingga Kecamatan Sanden sebagai wilayah binaan
puskesmas Sanden perlu untuk mendapat perhatian dalam penyuluhan kanker
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
leher rahim kepada para pendidik karena dari pendidik akan terjadi proses
transformasi ilmu kepada peserta didik.
Keprihatinan dari petugas kesehatan terhadap angka kejadian kanker leher
rahim di Indonesia karena banyaknya kasus kanker leher rahim, diperburuk lagi
dengan banyaknya (>70%) kasus yang sudah berada pada stadium lanjut ketika
datang ke Rumah Sakit, selain itu didapatkan data pada masyarakat di wilayah
Bantul khususnya masih terdapat hal yang “taboo” untuk dilakukan pemeriksaan
pada daerah kemaluan sehingga walaupun telah dilakukan penyuluhan tentang
kanker leher rahim tetapi kepatuhan untuk dilakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker leher rahim masih kurang, sehingga penelitian ini bertujuan tidak hanya
memberikan penyuluhan tentang deteksi dini kanker leher rahim tetapi sampai
dengan mengetahui perilaku guru di Kecamatan Sanden untuk melakukan deteksi
dini kanker leher rahim sampai dengan memberikan pelayanan langsung (delivery
service) untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim pada
tempat strategis yang mudah dijangkau oleh masyarakat agar masyarakat merasa
lebih nyaman berada di lingkungan yang mereka pilih untuk dilakukan
pemeriksaan pada daerah kelaminnya.
Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker leher
rahim, baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut terutama berkat
adanya program skrining massal antara lain dengan Tes Pap. Namun di Kabupaten
Bantul kebijakan penerapan program skrining kanker leher rahim kiranya masih
tersangkut dengan banyak kendala, antara lain kurangnya sumber daya manusia
sebagai pelaku skrining, khususnya kurangnya tenaga ahli patologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
anatomik/sitologi dan stafnya, teknisi sitologi/skriner. Bila andalan skrining
kanker leher rahim adalah metode Tes Pap, dengan mengkaji masalah yang ada di
Kabupaten Bantul, kiranya belum dapat diperkirakan perlu berapa dekade lagi
untuk dapat mewujudkan program skrining massal kanker leher rahim dengan tes
Pap di Kabupaten Bantul.
Deteksi dini kanker leher rahim di dunia saat ini dikembangkan dengan cara
Inspeksi Visual Aids (IVA) yang merupakan metode skrining awal yang dapat
menunjukan adanya sel abnormal pada mulut rahim yang ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi plak putih (aceto white epithelium) pada hasil
pemeriksaannya (Kamura, et. all, 2010). Pemeriksaan IVA memiliki sensitifitas
90,9%, spesivisitas 99,8%, hasil uji positif 83,3% dan hasil uji negatif 99,9%.
Keuntungan IVA adalah hasilnya dapat diketahui lebih cepat dan harganya lebih
terjangkau ( Reynolds, et. all, 2008).
Dalam kegiatan penelitian ini akan melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker leher rahim sebagai bahan pertimbangan prioritas dengan menggunakan
metode inspeksi visual aids (IVA) (Methode), yang dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan khususnya bidan (Man) sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan ibu
dan anak, dengan biaya yang relatif murah (Money), dengan menggunakan alat
yang sederhana (Material), serta waktu yang lebih cepat (Time) dengan hasil yang
akurat (Output).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pemberian penyuluhan tentang kanker leher rahim terhadap
perilaku untuk melakukan deteksi dini ditinjau dari umur pada guru di Kecamatan
Sanden Bantul Yogyakarta?.
C. Tujuan
1. Umum :
Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan tentang kanker leher
rahim terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini ditinjau dari umur pada
guru Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta.
2. Khusus:
a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku
untuk melakukan deteksi dini.
b. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap perilaku untuk melakukan
deteksi dini.
c. Untuk mengetahui interaksi antara pemberian penyuluhan dan umur
terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini.
D. Manfaat
1. Teoritis: Bagi pengembangan ilmu pengetahuan:
Dapat berguna untuk menambah informasi tentang pengaruh pemberian
penyuluhan tentang kanker leher rahim terhadap perilaku untuk melakukan
deteksi dini ditinjau dari umur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Praktis :
a. Bagi pihak institusi pelayanan yang bekerjasama:
1). Dapat dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan asuhan pada
wanita yang telah melakukan hubungan seksual dalam memberikan
informasi reproduksi sehat.
2). Dapat memberikan umpan balik yang segera kepada pelaksana tentang
perilaku guru di Kecamatan Sanden untuk melakukan deteksi dini
kanker leher rahim ditinjau dari umur.
b. Bagi peneliti:
1.) Dapat berguna untuk menambah pengalaman dalam menyusun karya
ilmiah, dan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.
2.) Dapat dijadikan study literatur berdasarkan hasil penelitian kepada
peserta didik.
c. Bagi peneliti selanjutnya: dapat dijadikan study literatur dan acuan dalam
melaksanakan penelitian lanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II:
TINJAUAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Penyuluhan
a. Pengertian Penyuluhan:
Penyuluhan merupakan transfer teknologi dan proses edukasi, yang
merupakan akronim dari fungsi-fungsi penyuluhan meliputi: diseminasi
inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan, evaluasi dan kegiatan
pemberdayaan masyarakat (Arif, 2009).
Menurut Notoadmodjo, (2007) penyuluhan merupakan metode promosi
kesehatan yang memiliki makna suatu proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Terkait dengan hal tersebut, dalam perjalanannya, kegiatan penyuluhan
diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti (Arif, 2009):
1.) Penyuluhan Sebagai Proses Penyebarluasan Informasi
Sebagai terjemahan dari kata extension, penyuluhan dapat diartikan
sebagai proses penyebarluasan yang dalam hal ini, merupakan
peyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan
praktis.
2). Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan/ Pemberian Penjelasan
Penyuluhan yang berasal dari kata dasar suluh atau obor, dapat diartikan
sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam
kegelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penerangan. Terkait dengan istilah penerangan, penyuluhan yang
dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat searah melainkan
harus diupayakan berlangsungnya komunikasi timbal-balik yang memusat
(convergence).
3). Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku
Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar
diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan
pasif. Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi
antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan
perilaku (behaviour) yang merupakan perwujudan dari: pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak
lain, baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan, bahasa tubuh)
maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya).
Implikasi dari pengertian perubahan perilaku ini adalah tidak hanya
terbatas pada masyarakat/klien yang menjadi sasaran utama penyuluhan,
tetapi penyuluhan harus mampu mengubah perilaku semua stakeholders
pembangunan, terutama aparat pemerintah selaku pengambil keputusan,
pakar, peneliti, pelaku bisnis, aktiivis LSM, tokoh masyarakat dan
stakeholders pembangunan yang lainnya.
4). Penyuluhan Sebagai Proses Belajar/Proses Belajar
Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa,
kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat
merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
proses pendidikan atau kegiatan belajar. Dalam kaitan ini, keberhasilan
penyuluhan tidak diukur dari seberapa banyak ajaran yang disampaikan,
tetapi seberapa jauh terjadi proses belajar bersama yang dialogis, yang
mampu menumbuhkan kesadaran (sikap), pengetahuan, dan ketrampilan
baru yang mampu mengubah perilaku kelompok sasarannya ke arah
kegiatan dan kehidupan yang lebih menyejahterakan setiap individu,
keluarga, dan masyarakatnya.
5). Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial
Penyuluhan tidak sekadar merupakan proses perubahan perilaku pada diri
seseorang, tetapi merupakan proses perubahan sosial, yang mencakup
banyak aspek, termasuk politik dan ekonomi yang dalam jangka panjang
secara bertahap mampu diandalkan menciptakan pilihan-pilihan baru
untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Yang dimaksud dengan
perubahan sosial di sini adalah, tidak saja perubahan (perilaku) yang
berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan
hubungan antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur, nilai-nilai,
dan pranata sosialnya, seperti: demokratisasi, transparansi, supremasi
hukum.
6). Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Sosial (Social Engineering)
Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses perubahan
sosial yang dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering disebut sebagai
proses rekayasa sosial (social engineering) atau segala upaya yang
dilakukan untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar mereka tahu, mau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
dalam sistem sosialnya masing-masing.
7). Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social Marketing)
Yang dimaksud dengan pemasaran sosial adalah penerapan konsep dan
atau teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial. Berbeda dengan
rekayasa sosial yang lebih berkonotasi untuk membentuk (to do to) atau
menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang baru sesuai yang
dikehendaki oleh perekayasa, proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk
menawarkan (to do for) sesuatu kepada masyarakat.
8). Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan Masyarakat (Community
Empowerment)
Inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat.
Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau
mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Pemberdayaan
masyarakat, dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan (capacity
strenghtening) masyarakat, agar mereka dapat berpartisipasi secara aktif
dalam keseluruahn proses pembangunan, terutama pembangunan yang
ditawarkan oleh penguasa dan atau pihak luar yang lain (penyuluh, LSM).
9). Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas (Capacity Strenghtening)
Kemampuan atau kapasitas masyarakat, diartikan sebagai daya atau
kekuatan yang dimiliki oleh setiap indiividu dan masyarakatnya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memobilisasi dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara lebih
berhasil guna (efektif) dan berdayaguna (efisien) secara berkelanjutan.
10).Penyuluhan Sebagai Proses Komunikasi Pembangunan
Sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar
upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah, untuk menumbuhkembangkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
b. Tindakan yang diharapkan
Menurut Stark, et al (2008) tindakan yang diharapkan dari hasil
penyuluhan dipengaruhi oleh:
1.) Pendidikan
Dari hasil penelitian didapatkan hasil responden dengan latar belakang
pendidikan lebih tinggi, lebih memiliki pengetahuan tentang HPV kanker
leher rahim. Pengetahuan didapat dengan berbagai cara salah satunya
melalui kegiatan penyuluhan. Dengan tingginya tingkat pengetahuan
mempengaruhi perilaku yang diharapkan dari hasil penyuluhan.
2.) Umur
Dari hasil penelitian didapatkan hasil responden dengan latar belakang
usia yang lebih muda lebih memiliki pengetahuan tentang HPV kanker
leher rahim. Pengetahuan didapat dengan berbagai cara salah satunya
melalui kegiatan penyuluhan. Dengan tingginya tingkat pengetahuan
mempengaruhi perilaku yang diharapkan dari hasil penyuluhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Notoadmodjo, (2007) tindakan Yang diharapkan dari hasil
penyuluhan dipengaruhi oleh:
1.) Informasi lain
Dengan memberikan informasi tentang hidup sehat akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat, selanjutnya dengan pengetahuan itu akan
menimbulkan kesadaran dan akhirnya akan menyebabkan orang berprilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
2.) Kesadaran diri
Kesadaran diri dipengaruhi oleh faktor emosional, salah satu bentuk
kesadaran diri melalui terbentuknya prasangka. Prasangka yang positif
akan mempengaruhi penerimaan terhadap informasi yang diberikan dalam
kegiatan penyuluhan, prasangka yang negatif akan mempengaruhi bentuk
penolakan.
2. Kanker Leher Rahim
a. Pengertian
Kanker leher rahim (carcinoma serviks uteri) adalah kanker yang dapat
menyerang pada wanita yang pernah melakukan hubungan seksual dengan
faktor pencetus adanya Human Papiloma Virus (Mock, et al, 2007). Dari hasil
penelitian yang dilakukan Nuranna, (2010) kanker leher rahim merupakan
pembunuh utama wanita dalam kesehatan reproduksi dengan insidensi 100/
100.000 penduduk pertahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Angka Kejadian:
Menurut data WHO kanker leher rahim merupakan pembunuh terbesar
kedua setelah jantung. Angka kejadian kanker leher rahim 15.000 kasus baru/
tahun, dengan angka kejadian meninggal 8000 orang/ tahun, dimana setiap
hari 41 kasus Kanker leher rahim baru (1/2 jam ada kasus baru), setiap hari 20
kasus kanker leher rahim lama ( setiap 1 jam meninggal 1 orang). 65%-77,7%
kejadian kanker leher rahim diantara kanker ginekologi dan lebih dari 70%
didiagnosis pada stadium lanjut (Mock, et. all, 2007).
Di Indonesia 5/880 wanita di Jakarta terdeteksi kanker leher rahim, 4/919
di tasikmalaya dan 3/887 di Bali. Dari 305 sampel yang diambel secara cluster
menurut golongan umur didapatkan 11,4% positive HPV, 7,9% risiko tinggi
HPV (Vet, et. all, 2008).
c. Predisposisi :
Menurut Vet, et al (2008) faktor predisposisi yang mempengaruhi kanker
leher rahim adalah:
1.) Hubungan sex terlalu dini
Angka kejadian kanker leher rahim meningkat pada wanita dengan riwayat
melakukan hubungan sexsual dibawah 20 tahun.
2.) Adanya infeksi di daerah kelamin
Kejadian kanker leher rahim semakin tinggi pada wanita dengan riwayat
memiliki infeksi di daerah kelamin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3.) Melahirkan banyak anak
Riwayat persalinan lebih dari empat meningkatkan angka kejadian kanker
leher rahim.
4.) Adanya infeksi virus lain
Herpes, Clamydia, dan HIV menigkatkan angka kejadian kanker leher
rahim.
5.) Merokok
Wanita perokok memiliki insidensi kanker leher rahim lebih tinggi
dibandingkan yang tidak merokok.
6.) Berganti pasangan.
Wanita yang berganti pasangan lebih meningkatkan angka kejadian kanker
leher rahim.
d. Tanda dan Gejala :
Menurut Stark, et. al (2008) tanda dan gejala pada wanita yang menderita
kanker leher rahim memiliki riwayat keluhan:
1.) Perdarahan abnormal setelah hubungan sex
2.) Perdarahan diluar siklus haid
3.) Perdarahan setelah menopause
4.) Keluar cairan kuning dan berbau
5.) Sakit/ nyeri di pinggul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. SIKAP
a. Pengertian
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
orang lain, objek atau issue (Azwar, 2010). Menurut Notoadmodjo, (2007)
sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek sehingga sikap adalah pandangan-pandangan atau
perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.
b. Komponen Sikap
Menurut Azwar, (2010) struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling
menunjang yaitu :
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan
(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversial.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-
cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis
untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam
bentuk tendensi perilaku.
c. Tingkatan Sikap
Menurut Notoadmodjo, (2007) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni :
1.) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide
tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,
misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya) untuk
menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah
suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan
dari mertua atau orang tuanya sendiri.
d. Sifat Sikap
Menurut Azwar, (2010) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula
bersifat negatif, berikut penjelasan mengenai hal tersebut:
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Ciri – Ciri Sikap
Menurut Azwar, (2010) ciri-ciri sikap adalah :
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap
mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap,
yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap.
Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya
pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap
yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap.
Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu
skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable
dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian
pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang
seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap
(Azwar, 2010). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan
responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan
dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat
responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2007).
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap
antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1). Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi
yang melibatkan faktor emosional.
2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3). Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat asuhannya.
4). Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5). Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau
pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6). Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2010).
4. PERILAKU
a. Pengertian
Menurut Notoadmodjo, (2007) perilaku adalah sebuah gerakan yang
dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai
motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya
kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk
perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah
buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca.
Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada
dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing.
Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan
atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau
Stimulus – Organisme – Respon.
1.) Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini
disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang
relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan
untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.
Responden respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya
mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian
meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2.) Operan respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau
job description) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya
(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi
dalam melaksanakan tugasnya.
b. Bentuk Perilaku
Menurut Notoadmodjo, (2007) dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1.) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan
sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
2.) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
c. Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari
stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya
sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – faktor
yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Notoadmojo, 2007):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1.) Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat
given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2.) Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi,
politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang
dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
d. Proses Tejadinya Perilaku
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni (Notoadmojo, 2007).
1.) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
2.) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3.) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5.) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif
maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng
(long lasting).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Perubahan (adopsi) Perilaku dan Indikatornya
Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks
dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau
seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya
melalui 3 tahap (Notoadmodjo, 2007).
1.) Pengetahuan
Sebelum seseorang menghadapi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu
terlebih dahulu apa arti manfaat perilaku bagi dirinya atau keluarganya.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau
kesadaran terhadap kesehatan:
a.) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
Penyebab penyakit
Gejala dan tanda – tanda penyakit
Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
Bagaimana cara penularannya
Bagaimana cara pencegahannya
b.) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup
sehat, meliputi:
Penyakit atau bahaya merokok, minuman keras, narkoba dan
sebagainya.
Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi.
Jenis makanan yang bergizi
c.) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Manfaat air bersih
Cara- cara pembuangan limbah yang sehat
Manfaat pencahayaan
Akibat polusi
2.) Sikap
Sikap adalah penilaian (dapat berupa pendapat) seseorang terhadap
stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses
selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan
tersebut. Oleh sebab itu indikator terhadap sikap kesehatan sejalan dengan
pengetahuan kesehatan, yakni:
a.) Sikap terhadap sakit dan penyakit
b.) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
c.) Sikap terhadap kesehatan lingkungan
3.) Praktik/ tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik
kesehatan, atau dapat juga disebut perilaku kesehatan. Oleh sebab itu indikator
praktik kesehatanmencakup hal – hal yakni:
a.) Tindakan sehubungan dengan penyakit
b.) Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c.) Tindakan kesehatan lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Cara mengukur indikator perilaku paling akurat melalui pengamatan
(observasi). Namun dapat juga dilakukan dengan wawancara dengan
pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh
responden beberapa waktu yang lalu.
5. Umur
Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik
penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah
laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting
adalah umur, atau yang sering juga disebut struktur umur. Struktur umur
penduduk dapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur
tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam
pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun
terakhir. Umur seseorang dapat diketahui apabila tanggal, bulan, tahun
kelahirannya diketahui. Di dalam penghitungan umur seseorang harus selalu
dibulatkan ke bawah atau umur menurut ulang tahun terakhir (Budiman.
2010).
Menurut Vet, et al, (2008) angka kejadian kanker leher rahim meningkat
pada umur < 25 tahun dan umur > 35 tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan
bekerja. Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam
berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam melakukan deteksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dini kanker leher rahim, juga mengetahui akan pentingnya deteksi dini kanker
leher rahim. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang
pentingnya deteksi dini kanker leher rahim.
Sehubungan dengan kondisi fisik subjek belajar, menurut Notoadmodjo,
(2007) ada enam faktor yang dapat menghambat proses belajar orang dewasa,
yakni :
a. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan, mulai bergerak makin
jauh.
b. Dengan bertambahnya usia, titik terjauh yang dapat dilihat dengan jelas
mulai berkurang.
c. Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang
diperlukan dalam situasi belajar.
d. Makin bertambah usia persepsi kontras warna cenderungke arah merah
dari pada spektrum. Hal ini disebabkan menguningnya kornea atau lensa
mata sehingga cahaya masukagak tersaring. Akibatnya ialah kemampuan
untuk membedakan warna – warna lembut mulai berkurang.
e. Makin bertambah usia kemampuan menerima suara makin menurun.
f. Makin bertambah usia, kemampuan untuk membedakan bunyi makin
berkurang. Dengan demikian pembicaraan orang lain yang terlalu cepat
makin sukar ditangkap (Notoatmodjo, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Terhadap Perilaku Ditinjau Dari
Umur.
Penyuluhan merupakan proses transfer teknologi sebagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak
pihak sejak dasawarsa 1990-an (Arif, 2009). Sikap adalah evaluasi umum
yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau issue
yang merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek yang berupa pandangan-pandangan atau perasaan
yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi. Perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang bersangkutan yang merupakan
tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati pihak luar yang merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Kanker leher rahim (kanker mulur
rahim) adalah kanker yang dapat menyerang pada wanita yang pernah
melakukan hubungan seksual dengan faktor pencetus adanya Human
Papiloma Virus (HPV).
Penyuluhan tentang Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) merupakan
kegiatan penyuluhan yang bertujuan mengajak masyarakat untuk mau
berpartisipasi aktif untuk melakukan skrining awal yang dapat menunjukan
adanya sel abnormal pada mulut rahim yang ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi plak putih (aceto white epithelium) pada hasil
pemeriksaannya. Pemeriksaan IVA memiliki sensitifitas 90,9%, spesivisitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99,8%, hasil uji positif 83,3% dan hasil uji negatif 99,9%. Keuntungan IVA
adalah hasilnya dapat diketahui lebih cepat dan harganya lebih terjangkau
(Reynolds, et. all, 2008). Tindakan yang diharapkan dari hasil penyuluhan
dipengaruhi oleh:informasi lain, kesadaran diri, pendidikan, umur, pendapatan
keluarga (Stark, et.all, 2008). Umur sampel cluster random dari peserta
diambil dengan mengelompokkan wanita dalam 11 kelompok umur 5 tahun:
<19, 20-24, 25 - 29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49, 50-54, 55-59, 60-64, dan > 65
tahun ( Vet, et. all, 2008).
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian semacam ini sebelumnya sudah pernah diteliti, namun terdapat
perbedaan dalam hal variabel dan tempat penelitian :
1. Prevalence of Human Papillomavirus in Indonesia: a Population – based
study in three regions (Vet, et.all, 2008), tempat penelitian ini di Jakarta,
Tasikmalaya dan Bali dengan metode penelitian case control study. Hasil
penelitian ini didapatkan bahwa angka prevalensi 11,4% dan 11,8% resiko
tinggi HPV, jumlah pernikahan tidak memiliki hubungan dengan angka
kejadian HPV (OR 1.81 95% CI 1.31-2.51)
2. Human Papillomavirus, Cervical Cancer and Womens Knowledge (Stark,
et.all, 2008), tempat penelitian di Amerika Serikat dengan metode
retrospective case series study. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat
pengetahuan tentang faktor resiko kanker leher rahim rendah. Responden
dengan latar belakang usia yang lebih muda dan berpendidikan lebih memiliki
pengetahuan tentang HPV kanker leher rahim, upaya yang paling penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan dari petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan
tentang kanker laher rahim dan pencegahan dengan vaksinasi.
3. Effective Lay Health Worker Outreach and Media Based Education For
Promoting Cervical Cancer among Vietnamese American Women (Mock, et.
all, 2007), tempat penelitian di kota Santa Clara Amerika Serikat dengan
metode penelitian eksperimental. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
pemberian perlakuan dengan menggunakan media gabungan lebih termotivasi
untuk mendapatkan skrinning kanker leher rahim dibandingkan dengan hanya
menggunakan satu media.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel penelitian,
pengambilan sampel, tempat dan waktu penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Kerangka Berfikir
1. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Penyuluhan Kanker
Leher Rahim
Perilaku
- Informasi lain: melalui media
massa, keluarga/teman
- Kesadaran diri
- Pendidikan
Umur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Kerangka Pikir
Penyuluhan merupakan proses transfer teknologi, edukasi, inovasi, fasilitasi,
konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi sebagai kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak sejak dasawarsa
1990-an (Arif, 2009). Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang
bersangkutan yang merupakan tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar yang merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Penyuluhan tentang kanker leher rahim merupakan kegiatan penyuluhan
yang bertujuan mengajak masyarakat untuk mau berpartisipasi aktif untuk
melakukan skrining awal ( Reynolds, et. all, 2008). Tindakan yang diharapkan
dari hasil penyuluhan dipengaruhi oleh: informasi lain, kesadaran diri, pendidikan,
umur, pendapatan keluarga, dalam penelitian ini akan ditinjau pengaruh
pemberian penyuluhan tentang kanker leher rahim terhadap perilaku untuk
melakukan deteksi dini ditinjau dari umur (Stark, et. all, 2008). Umur sampel dari
Penyuluhan Perilaku
Umur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peserta diambil dengan mengelompokkan wanita dalam 3 kelompok umur < 25
tahun, 25 - 35 tahun, > 35 tahun.
Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar
diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif.
Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara
penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan perilaku (behaviour)
yang merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang
yang dapat diamati oleh orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan,
tindakan, bahasa tubuh) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil
kerjanya). Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada
penyebarluasan informasi/inovasi, dan memberikan penerangan, tetapi merupakan
proses yang dilakukan secara terus-menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan
waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan
oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi klien penyuluhan
(Arif, 2009).
D. Hipotesis
1. Pemberian penyuluhan dapat mempengaruhi perilaku untuk melakukan
deteksi dini kanker leher rahim.
2. Umur dapat mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker
leher rahim.
3. Pemberian penyuluhan dan umur dapat mempengaruhi perilaku untuk
melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III:
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi
eksperimental) dengan desain post test only control design dan pencuplikan
cluster random dimana peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan
(judgment) tertentu sedemikian sehingga sampel yang dicuplik mewakili populasi
sasaran yang sedang diteliti maupun memungkinkan peneliti untuk melakukan
perbandingan kelompok – kelompok studi (Murti, 2010)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. Waktu
penelitian selama kurang lebih lima bulan (September 2010 – Januari 2011).
C. Variabel Penelitian
Variabel yang diukur adalah sebagai berikut:
Variabel bebas : Pemberian penyuluhan tentang kanker leher rahim.
Variabel terikat : Perilaku untuk melakukan deteksi dini.
Variabel moderator : Umur
Data yang digunakan adalah data primer yang diambil langsung dari
responden dengan teknik angket melalui instrument skala likert untuk mengkaji
perilaku dengan data umum umur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah guru wanita di SMA Kecamatan Sanden
berjumlah 90 orang. Jumlah SMA di Kecamatan Sanden Bantul berjumlah 3 SMA
peneliti mengambil sampel dengan teknik cluster random dari 3 SMA diambil 2
SMA yaitu : 1 SMA sebagai kelompok perlakuan dan 1 SMA sebagai kelompok
kontrol, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang dimana 34 orang
sebagai kelompok perlakuan pada SMAN 1 Sanden dan 26 orang sebagai
kelompok kontrol pada SMKN 1 Sanden.
Puskesmas Sanden sebagai puskesmas yang mendapatkan hibah dari Dinas
kesehatan prop DIY untuk melakukan kegiatan reproduksi remaja dan reproduksi
yang berbasis pada gender di wilayah binaannya. Kecamatan Sanden sebagai
wilayah binaan puskesmas Sanden yang lebih jauh diharapkan mampu untuk
melakukan transformasi ilmu kepada peserta didik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pencuplikan
cluster random dimana peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan
(judgment) tertentu sedemikian sehingga sample yang dicuplik mewakili populasi
sasaran yang sedang diteliti maupun memungkinkan peneliti untuk melakukan
perbandingan kelompok – kelompok studi (Murti, 2010)
Kriteria eksklusi (Azadeh, et all, 2009) :
1. Wanita yang masih perawan/ belum menikah
2. Wanita yang sudah menjalani hystrektomi.
Berdasarkan kriteria inklusi jumlah responden dalam penelitian ini adalah 51
orang yang terdiri dari 30 orang kelompok perlakuan pada SMAN 1 Sanden, dan
21 orang kelompok kontrol pada SMKN 1 Sanden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 : Definisi Operasional
No Definisi Operasional Skala Alat ukur Indikator
1 Penyuluhan adalah proses transfer
teknologi, edukasi, inovasi, fasilitasi,
konsultasi, supervisi, pemantauan dan
evaluasi sebagai kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
Nominal Ceklist Disuluh = 1
Tidak disuluh
= 0
2 Perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktifitas yang bersangkutan yang
merupakan tindakan atau aktifitas itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat
diamati pihak luar yang merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar) yang merupakan
perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan seseorang.
Ordinal Skala
Likert
Tinggi = 75-
100%
Sedang= 50-
74%
Rendah= <
50%
3 Umur adalah umur pada saat ulang tahun
terakhir.
Interval Ceklist < 25 tahun
25 – 35 tahun
> 35 tahun
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data yaitu skala likert. Skala
likert disusun berupa pernyataan untuk mendapatkan keterangan dari orang
mengenai perilaku dan umur. Bentuk skala likert dengan pernyataan yang sudah
disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai
dengan perilakunya. Jumlah pernyataan untuk perilaku semuanya 47 item. Setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pernyataan disediakan lima jawaban alternative (selalu, sering, kadang-kadang,
jarang, tidak pernah) dengan menggunakan skala ordinal.
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Pertanyaan
Variabel Bentuk
Pernyataan
No Item Jumlah
Item
Perilaku Pengetahuan 1,2,3,20,21,22,45,46,47 9
Sikap 10,11,12,16,17,18,23,25,26,27,
28,29,31,33,35,36,37,40,42,43,
44
21
Perilaku 4,5,6,7,8,9,13,14,15,19,24,30,32,34,38,39,41
17
Total 47
Untuk kelompok pernyataan favourable berjumlah 26 pernyataan pada no
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,32,36, dan 40.
Sedangkan untuk kelompok pernyataan unfavourable berjumlah 21 pernyataan
pada no 14,15,27,28,29,30,31,33,34,3537,38,39,41,42,43,44,45,46, dan 47.
G. Uji Validitas dan Reliabelitas
Populasi dalam uji validitas dan reliabelitas dalam penelitian ini adalah guru
SMKN 1 Bantul berjumlah 36 orang, berdasarkan kriteria inklusi didapatkan
jumlah sampel berjumlah 34 orang. Uji validitas terhadap instrument kuesioner
untuk menganalisa perilaku dengan menggunakan rumus product moment untuk
menguji validitas konstruksi, untuk dapat diputuskan instrumen itu reliable atau
tidak, harga r hitung dikonsultasikan dengan r tabel, apabila r hitung lebih besar
dari r tabel maka dapat disimpulkan instrument reliabel dan dapat digunakan
untuk penelitian.
2222
)()(
YYNXXN
YXXYNrxy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
X = skor setiap item
Y = skor total
N = ukuran sample
Uji reliabilitas dengan teknik alfa cronbach (Sugiyono, 2006). Rumus
koefesien reliabilitas Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:
Keterangan :
r = koefesien reabilitas yang dicari
k = jumlah butir pertanyaan
σi2
= varians butir-butir pertanyaan
Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan pada guru di SMKN 1
Bantul Yogyakarta yang memiliki karakteristik hampir sama dengan obyek yang
akan diteliti. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 47 pertanyaan variabel
perilaku, ada 9 butir pertanyaan yang tidak valid, yaitu nomor pernyataan 11, 13,
31, 33, 34, 37, 38, 42, dan 43. Butir pernyataan dikatakan valid untuk N = 34
apabila nilai rhitung > rtabel . Butir pernyataan dari variabel perilaku yang dipakai
dalam penelitian ini berjumlah 38 butir, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 35, 36, 39, 40,
41, 44, 45, 46 dan 47.
Uji reabilitas dihitung menggunakan rumus alpha cronbach melalui
komputerisasi. Bila nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuisioner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut reliable. Sebuah instrumen dinyatakan reliable, apabila nilai alpha
cronbach lebih besar dari 0,6 (Riwidikdo, 2009). Hasil validitas diketahui nilai
alpha cronbach untuk variabel perilaku sebesar 0,966. Hal ini berarti variabel
perilaku dalam penelitian ini adalah reliable, karena nilai alpha cronbach > 0,6.
H. Pengumpulan Data dan Analisis Data
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data menggunakan instrument skala likert dalam bentuk
pertanyaan tertutup dan format jawaban berbentuk skala likert untuk mengkaji
perilaku. Untuk mengkaji umur dengan menggunakan data umum yang
terdapat dalam instrumen penelitian. Pada waktu pengambilan data, responden
diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan penelitian, kemudian
responden diminta mengisi sendiri instrumen yang telah disediakan.
2. Pengolahan data
Pengolahan data akan dilakukan secara manual dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Editing
Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian
pada lembar pendapat sudah lengkap sebagai upaya untuk menjaga
kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut.
b. Coding
Pemberian atau pembuatan kode atau pengklasifikasian jawaban pada tiap
variabel yang diteliti untuk mempermudah pengolahan data. Klasifikasi ini
ditandai dengan memindahkan data dari daftar pertanyaan ke daftar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akan memberikan informasi data, yang kemudian di ubah menjadi bentuk
angka, untuk mempermudah perhitungan berikutnya, untuk kode
penyuluhan dengan ketentuan:
1) Tidak disuluh : 0
2) Disuluh : 1
Sedangkan untuk perilaku dengan pernyataan Favourobale diberi kode
dengan ketentuan:
1) Selalu : 5
2) Sering : 4
3) Kadang-kadang : 3
4) Jarang : 2
5) Tidak pernah : 1
Sedangkan untuk perilaku dengan pernyataan Unfavourobale diberi kode
dengan ketentuan:
1) Selalu : 1
2) Sering : 2
3) Kadang-kadang : 3
4) Jarang : 4
5) Tidak pernah : 5
Sedangkan untuk umur diberi kode dengan ketentuan:
1) < 25 : 0
2) 25- 35 : 1
3) > 35 : 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tabulating
Pengklasifikasian data agar dengan mudah dilakukan perhitungan statistik
eksperimental. Untuk menyimpulkan hasil dari ceklist perilaku untuk
melakukan deteksi dini kanker leher rahim, nilai persentase yang diperoleh
dimasukkan kedalam rentang nilai (Arikunto, 2002) :
1) Dikatagorikan tinggi nilai 75-100%
2) Dikatagorikan sedang nilai 50-74%
3) Dikatagorikan rendah nilai < 50%
3. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam pembuktian hipotesa adalah dengan
menggunakan statistik dengan Anova dua jalur menggunakan SPSS versi 15.
Rumus Penelitian ini menggunakan derajat kemaknaan 0,05 (α= 5%).
Apabila data berbentuk skala ordinal dalam mengukur interaksi
penyuluhan dan umur terhadap perilaku maka uji yang digunakan adalah
Anova dua jalur, apabila f hitung > dari f tabel, maka Ho ditolak artinya ada
beda varians diantara kelompok tersebut (Hadi (2004), Riwidikdo, (2009),
Ghozali (2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan
terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari
umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. Adapun hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.
1. Deskripsi Data
a. Deskripsi Data Umur Keseleluruhan
Distribusi frekuensi dan persentase umur pada kelompok yang diberi
perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan pada guru SMA di Kecamatan
Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Keseluruhan
No Umur f %
1 < 25 tahun 3 5,88
2 25 – 35 tahun 14 27,45
3 > 35 tahun 34 66,67
Total 51 100
Tabel 4.1. di atas menjelaskan bahwa distribusi frekuensi umur
responden terbanyak pada usia > 35 tahun dengan persentase 66,67%, dan
kelompok umur dengan frekuensi terendah < 25 tahun dengan persentase
5,88%. Dari hasil statistik deskriptif didapatkan data nilai standar deviasi
adalah 0.6, dengan sebaran umur antara 23 tahun sampai dengan 63 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
14
34
0
5
10
15
20
25
30
35
< 25 thn 25 - 35 thn > 35 thn
Umur
Umur
f
Grafik 4.1: Distribusi Frekuensi Umur Keseluruhan
Grafik 4.1 di atas menjelaskan umur responden terbanyak berada pada
kelompok umur > 35 tahun dengan jumlah 34 orang.
b. Deskripsi Data Umur Kelompok Perlakuan
Distribusi frekuensi dan persentase umur pada kelompok yang diberi
perlakuan pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat
dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Perlakuan
No Umur f %
1 < 25 tahun 3 10
2 25 – 35 tahun 6 20
3 > 35 tahun 21 70
Total 30 100
Tabel 4.2. di atas menjelaskan bahwa distribusi frekuensi umur
responden terbanyak pada umur > 35 tahun dengan persentase 70%, dan
kelompok umur dengan frekuensi terendah < 25 tahun dengan persentase
10%. Hasil statistik deskriptif menjelaskan bahwa nilai standar deviasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0.67 dengan sebaran umur minumum 23 tahun dan umur maksimum 63
tahun.
36
21
0
5
10
15
20
25
< 25 thn 25 - 35 thn > 35 thn
Umur
Umur Kelompok Perlakuan
f
Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Perlakuan
Kelompok umur terbanyak pada kelompok perlakuan terlihat dari
grafik 4.2 di atas pada kelompok umur > 35 tahun sebanyak 21 orang.
c. Deskripsi Data Umur Kelompok Kontrol
Distribusi frekuensi dan persentase umur pada kelompok yang tidak
diberi perlakuan pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta
dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Kontrol
No Umur f %
1 < 25 tahun 0 0
2 25 – 35 tahun 8 38,1
3 > 35 tahun 13 61,9
Total 21 100
Tabel 4.3. di atas menjelaskan bahwa distribusi frekuensi umur
responden terbanyak pada umur > 35 tahun dengan persentase 61,9%, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok umur dengan frekuensi terendah < 25 tahun dengan persentase
0%. Hasil statistik deskriptif didapatkan data standar deviasi umur
kelompok kontrol adalah 0.49 dengan sebaran umur minimum 26 tahun
dan umur maksimum 49 tahun.
0
8
13
0
2
4
6
8
10
12
14
< 25 thn 25 - 35 thn > 35 thn
Umur
Umur Kelompok Kontrol
f
Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Umur pada kelompok kontrol dari grafik 4.3 di atas terbanyak pada
kelompok > 35 tahun berjumlah 13 orang.
d. Deskripsi Data Perilaku Keseluruhan
Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden pada guru
SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.4
di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Keseluruhan
No Skor f %
1 82-91 6 11,76
2 92-101 12 23,52
3 102-111 8 15,68
4 112-121 5 9,80
5 122-131 6 11,76
6 132-141 3 5,88
7 142-151 2 3,92
8 152-161 4 7,84
9 162-171 4 7,84
10 172-181 1 1,96
Total 51 100
Tabel 4.4 di atas menjelaskan bahwa distribusi frekuensi
terbanyak dengan skor 92 – 101 dengan jumlah 12 orang, dan skor
yang paling sedikit distribusi frekuensinya yaitu skor 172-181
berjumlah 1 orang. Hasil statistik deskriptif didapatkan data nilai
standar deviasi adalah 26.67, dengan sebaran skor minimum 82 dan
skor maksimum 173 dan rata – rata skor perilaku keseluruhan adalah
154.
6
12
8
56
32
4 4
1
0
2
4
6
8
10
12
Frekuensi
82-
91
102-
111
122-
131
142-
151
162-
171
Skor Perilkau
Data Perilaku Keseluruhan
f
Grafik 4.4 Data Skor Perilaku Keseluruhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Grafik 4.4 di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi dengan skor
perilaku 92 – 101 dengan jumlah 12 orang, dan frekuensi terendah
dengan skor 172 – 181 dengan jumlah 1 orang.
e. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Perlakuan
Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden yang diberi
perlakuan pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat
dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Perlakuan
No Skor f %
1 82-91 4 13,33
2 92-101 8 26,67
3 102-111 7 23,33
4 112-121 3 10
5 122-131 4 13,33
6 132-141 1 3,33
7 142-151 1 3,33
8 152-161 1 3,33
9 162-171 1 3,33
Total 30 100
Tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan skor
92 – 101 yaitu 26,67%, dan persentase terendah dengan skor 132-141,
142-151, 152-161, dan 162-171 masing – masing yaitu 3,33%. Hasil
statistik deskriptif didapatkan data bahwa nilai standar deviasi adalah
18.71 dengan sebaran skor minimum 82 dan skor maksimum 162 dan rata
– rata skor perilaku kelompok perlakuan yaitu 108.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
8
7
3
4
1 1 1 1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Frekuensi
82-
91
102-
111
122-
131
142-
151
162-
171
Skor Perilaku
Data Perilaku Kelompok Perlakuan
f
Grafik 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Perlakuan
Grafik 4.5 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor
perilaku 92 – 101 dengan jumlah 8 orang, dan skor perilaku paling sedikit
dengan dengan skor 132-141, 142-151, 152-161, dan 162-171 berjumlah
masing – masing 1 orang.
f. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Kontrol
Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden yang tidak
diberi perlakuan pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta
dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol
No Skor f %
1 82-91 2 9,52
2 92-101 4 19,04
3 102-111 1 4,76
4 112-121 2 9,52
5 122-131 2 9,52
6 132-141 2 9,52
7 142-151 1 4,76
8 152-161 3 14,28
9 162-171 3 14,28
10 172-181 1 4,76
Total 21 100
Tabel 4.6 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan skor
92 – 101 yaitu 19,04%, dan persentase terendah dengan skor 102-111,
142-151, dan 172-181 yaitu masing – masing 4,76%. Hasil statistik
deskriptif didapatkan data nilai standar deviasi perilaku kelompok kontrol
adalah 28.24, dengan sebaran skor 86 sampai dengan 173 dan rata – rata
skor 129.
2
4
1
2 2 2
1
3 3
1
0
1
2
3
4
Frekuensi
Skor Perilaku
Data Perilaku Kelompok Kontrol
f
f 2 4 1 2 2 2 1 3 3 1
82- 92- 102-112-122-132-142-152-162-172-
Grafik 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Grafik 4.6 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor
perilaku 92 – 101 berjumlah 4 orang, dan skor paling sedikit berjumlah
masing – masing 1 orang dengan skor 102-111, 142-151, dan 172-181.
g. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur < 25 tahun
Hasil statistik deskriptif didapatkan data skor maksimum perilaku
kelompok perlakuan dengan umur < 25 tahun adalah 146 dan skor
minimum 169, nilai standar deviasi 13.31 dan skor rata – rata adalah
157.33. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden kelompok
perlakuan dengan umur < 25 tahun pada guru SMA di Kecamatan Sanden
Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan
Umur < 25 tahun
No Skor f %
1 146 - 153 1 33,33
2 154 - 161 1 33,33
3 162 - 169 1 33,34
Total 3 100
Tabel 4.7 di atas menjelaskan bahwa persentase masing – masing
skor sama yaitu 33,33%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1 1 1
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
Frekuensi
146 -
153
154 -
161
162 -
169
Skor Perilaku
Data Perilaku Kelompok Perlakuan < 25 tahun
f
Grafik 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol
Grafik 4.7 di atas terlihat bahwa frekuensi skor perilaku masing –
masing sama yaitu 1.
h. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur 25 – 35 tahun
Hasil statistik deskriptif didapatkan data skor maksimum perilaku
kelompok perlakuan dengan umur 25 - 35 tahun adalah 116 dan skor
minimum 147, nilai standar deviasi 12.80 dan skor rata – rata adalah
126.50. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden kelompok
perlakuan dengan umur 25-35 tahun pada guru SMA di Kecamatan
Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan
Umur 25-35 tahun
No Skor f %
1 116 - 126 3 50
2 127 - 138 2 33,33
3 139 - 149 1 16,67
Total 6 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.8 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan
skor 116-126 yaitu 50%.
3
2
1
0
1
2
3
Frekuensi
Skor Perilaku
Data Perilaku Kelompok Perlakuan 25-35 tahun
f
f 3 2 1
116 - 126 127 - 138 139 - 149
Grafik 4.8 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol
dengan umur 25-35 tahun
Grafik 4.8 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan
skor perilaku 116-126 berjumlah 3 orang dan skor perilaku dengan
frekuensi terendah dengan skor 139 – 149 yaitu 1 orang.
i. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur > 35 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil statistik deskriptif didapatkan data sebaran skor perilaku
kelompok perlakuan dengan umur > 35 tahun adalah 82 sampai dengan
162, nilai standar deviasi 19.28 dan skor rata – rata adalah 147.19.
Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden kelompok
perlakuan dengan umur >35 tahun pada guru SMA di Kecamatan Sanden
Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan
Umur >35 tahun
No Skor f %
1 82 - 102 8 38
2 103 - 123 7 33,33
3 124 - 144 5 23,80
4 145 - 165 1 4,78
Total 21 100
Tabel 4.9 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan skor
82 - 102 yaitu 38% dan persentase terendah dengan skor 145 – 165 yaitu
4,78%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
5
1
0
2
4
6
8
Frekuensi
Skor Perilaku
Data Perilaku Kelompok Perlakuan > 35 tahun
f
f 8 7 5 1
82 - 102 103 - 123 124 - 144 145 - 165
Grafik 4.9 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Perlakuan
dengan umur >35 tahun
Grafik 4.9 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor
perilaku 82-102 berjumlah 8 orang dan skor 145-165 dengan frekuensi
terkecil.
j. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Kontrol dengan Umur 25 – 35 tahun
Hasil statistik deskriptif didapatkan data sebaran skor perilaku
kelompok kontrol dengan umur 25 - 35 tahun adalah 95 sampai dengan
161, nilai standar deviasi 29.68 dan skor rata – rata adalah 165.25.
Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden kelompok kontrol
dengan umur 25-35 tahun pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul
Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan
Umur 25-35 tahun
No Skor f %
1 86 – 110 3 37,5
2 111 – 135 2 25
3 136 – 160 2 25
4 161 - 185 1 12,5
Total 8 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.10 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan
skor 86 - 110 yaitu 37,5% dan persentase terendah dengan skor 161-185
yaitu 12,5%.
3
2 2
1
0
1
2
3
Frekuensi
Skor Perilaku
Data Perilaku Kelompok Kontrol 25-35 tahun
f
f 3 2 2 1
86 – 110 111 – 136 – 161 - 185
Grafik 4.10 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol
dengan umur 25-35 tahun
Grafik 4.10 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor
86-110 berjumlah 3 orang dan skor 161-185 dengan frekuensi terkecil
berjumlah 1 orang.
k. Deskripsi Data Kelompok Kontrol dengan Umur > 35 tahun
Hasil statistik deskriptif didapatkan data sebaran skor perilaku
kelompok kontrol dengan umur > 35 tahun adalah 87 sampai dengan 173,
nilai standar deviasi 28.62 dan skor rata – rata adalah 172.46. Distribusi
frekuensi dan persentase perilaku responden kelompok kontrol dengan
umur >35 tahun pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta
dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan
Umur >35 tahun
No Skor f %
1 87 – 102 3 23,2
2 103 – 118 1 7,8
3 119 – 134 3 23,2
4 135 - 150 1 7,8
5 151 – 166 4 30,2
6 167 - 182 1 7,8
Total 13 100
Tabel 4.11 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan
skor 151 - 166 yaitu 30,2% dan persentase terendah dengan skor 103-
118,135-150, dan 167-182 yaitu 7,8%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
1
3
1
4
1
0
1
2
3
4
Frekuensi
Skor Perilaku
Data Perilaku Kelompok Kontrol >35 tahun
f
f 3 1 3 1 4 1
87 – 103 – 119 – 135 - 151 – 167 -
Grafik 4.11 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol
dengan umur > 35 tahun
Grafik 4.11 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor
perilaku 151-166 berjumlah 4 orang dan frekuensi terkecil pada skor 103-
118, 135-150, 167-182.
2. Uji Prasyarat Anova
a. Uji Normalitas
Untuk tujuan uji signifikansi maka variabel harus mengikuti distribusi
normal multivariat. Variabel dependen terdistribusi secara normal dalam
kategori variabel independen. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas
Variabel Zhitung Psig Ket
Perilaku (Perlakuan) 0,678 0,747 Normal
Umur (Perlakuan 0,696 0,717 Normal
Perilaku (Kontrol) 0,635 0,815 Normal
Umur (Kontrol) 0,666 0,766 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil analisis uji normalitas untuk kelompok penyuluhan dan kontrol
memiliki nilai Z hitung < Z tabel ( 1,645) dan Psig > 5%, sehingga umur
dan perilaku kedua –duanya memiliki distribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan agar variabel dependen memiliki varian yang
sama dalam setiap kategori variabel independen, maka harus ada homogenitas
dalam cell yang dibentuk oleh variabel independen kategorikal. Hasil uji
homogenitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig
1.160 1 49 0.287
Nilai Levene test pada tabel 4.13 menjelaskan bahwa signifikansi
0.287 (probabilitas > 0.05) maka hipotesis nol diterima bahwa grup memiliki
varians yang sama.
3. Pengujian Hipotesis
a. Data Analisis Deskriptif Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perilaku ditinjau
dari Umur
Hasil analisis data penelitian akan diuraikan dengan statistik deskriptif.
Hasil analisis deskriptif variabel penelitian disajikan sebagai berikut ini.
Tabel 4.14 Data Analisis Deskriptif Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Umur Perlakuan Kontrol
> 35 tahun n = 21 n = 13
x = 147.19 x = 172.46
SD = 19.28 SD = 28.62
25 – 35 tahun n = 6 n = 8
x = 126.50 x = 165.25
SD = 12.80 SD = 29.68
< 25 tahun n = 3
x = 157.33
SD = 13.31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.14. di atas menjelaskan bahwa pada kelompok umur > 35 tahun
rata – rata skor perilaku kelompok kontrol ( 172.46 ) > dari kelompok
perlakuan ( 147.19 ), nilai standar deviasi kelompok kontrol 28.62 > dari
kelompok perlakuan yaitu 19.28, makin besar standar deviasi menunjukkan
data semakin bervariasi. Untuk umur 25 – 35 tahun rata – rata skor perilaku
kelompok kontrol ( 165.25 ) dan nilai standar deviasi 29.68 > dari kelompok
perlakuan ( 126.50 ) dan nilai standar deviasi 12.80. Kelompok umur < 25
skor rata – rata kelompok perlakuan 157.33 dengan nilai standar deviasi 13.31.
b. Pengaruh Peyuluhan Terhadap Perilaku Ditinjau Dari Umur
Hasil penelitian diketahui pengaruh penyuluhan terhadap perilaku ditinjau
dari umur, dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini.
Tabel 4.15. Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perilaku
ditinjau dari umur
Variabel Fhitung Psig Ftabel
Penyuluhan 18.404 0,000
Umur 2.420 0,100
Penyuluhan*Umur .816 0,371 2,56
1). Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.15. di atas, menjelaskan
bahwa dari hasil uji anova dua jalur pengaruh penyuluhan terhadap
perilaku didapatkan hasil fhitung (18.404) < f*tabel (2,56) dengan signifikansi
0,00 < 0,05, sehingga ada pengaruh penyuluhan terhadap perilaku.
2). Untuk uji hipotesis 2, berdasarkan data pada tabel 4.15 pengaruh umur
terhadap perilaku didapatkan hasil fhitung (2.420) < f*tabel (2,56) dengan
signifikansi 0,1 > 0,05, sehingga tidak ada pengaruh pengaruh umur
terhadap perilaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3). Untuk mengetahui interaksi pemberian penyuluhan terhadap perilaku
ditinjau dari umur dianalisis menggunakan uji Anova dua jalur.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai f*tabel untuk n = 51 dengan
α = 0,05 adalah (2,56), maka fhitung (0,816) < f*tabel (2,56) dengan
signifikansi 0,371 > 0,05, berarti tidak ada pengaruh pemberian
penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher
rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul
Yogyakarta.
c. Uji Lanjut ANOVA Dua Jalur
1.) Tukey Test
Untuk menguji perbedaan perilaku antar ketegori umur dapat dilihat pada
output Tukey test berikut ini.
Tabel 4.16 Data Post Hoc Test
Umur (I) Umur (J) Mean Difference (I-J) Sig
> 35 tahun < 25 tahun -0.48 0.99
25 – 35
tahun
8.21 0.50
25 – 35 tahun < 25 tahun -8.69 0.82
> 35 tahun -8.21 0.50
< 25 tahun 25 – 35
tahun
8.69 0.82
> 35 tahun 0.48 0.99
Hasil Turkey menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku antara
kelompok umur > 35 tahun dan kelompok umur < 25 tahun dengan rata – rata
perbedaan perilaku 0.48 dan secara statistik tidak signifikan dengan p = 0.99.
Perbedaan perilaku antara kelompok umur > 35 tahun dan kelompok umur 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
– 35 tahun sebesar 8.21 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan
( p = 0.50 jauh di atas 0.05 ).
Perbedaan perilaku antara kelompok umur 25 – 35 tahun dan kelompok
umur < 25 tahun sebesar -8.69 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak
signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok umur 25 – 35 tahun dan
kelompok umur > 35 tahun sebesar -8.21 perbedaan ini kecil dan secara
statistik tidak signifikan.
Perbedaan perilaku antara kelompok umur < 25 tahun dan kelompok umur
25 - 35 tahun sebesar 8.69 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak
signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok umur 25 – 35 tahun dan
kelompok umur > 35 tahun sebesar 0.48 perbedaan ini kecil dan secara
statistik tidak signifikan.
2.) Homogeneous Subset
Homogeneous subset memberikan informasi kategori variabel umur dan
nilai rata – ratanya pada tabel di bawah ini
Tabel 4.17 Data Homogeneous Subset
Umur N Subset
1
> 35 tahun 34 158.85
25 – 35 tahun 14 148.64
< 25 tahun 3 157.33
Sig 0.766
Pada subset satu berisi nilai rata – rata perilaku untuk kategori umur > 35
tahun, 25 – 35 tahun dan < 25 tahun. Nilai signifikansi 0.766 menyatakan
bahwa rata – rata perilaku antara kategori umur > 35 tahun, 25 – 35 tahun dan
< 25 tahun tidak berbeda secara statistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Pembahasan
1. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Terhadap Perilaku
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa dengan taraf signifikansi 5%
didapatkan hasil Psig 0,00 < 0,05 dengan F hitung ( 18.404 ) > dari F tabel ( 2.56),
sehingga dapat diambil kesimpulan terdapat pengaruh pemberian penyuluhan
terhadap perlaku.
Penyuluhan adalah proses transfer teknologi, edukasi, inovasi, fasilitasi,
konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi sebagai kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang bersangkutan yang
merupakan tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar yang merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Penyuluhan tentang kanker
leher rahim merupakan kegiatan penyuluhan yang bertujuan mengajak masyarakat
untuk mau berpartisipasi aktif untuk melakukan skrining awal (Arif, 2009).
Tabel 4.4 di atas menjelaskan bahwa distribusi frekunsi terbanyak skor
perilaku dengan skor 92 – 101 berjumlah 12 orang, dan skor dengan frekuensi
terendah yaitu skor 172-181 berjumlah 1 orang. Hasil statistik deskriptif
didapatkan data nilai standar deviasi adalah 26.67, dengan sebaran skor minimum
82 dan skor maksimum 173 dan rata – rata skor perilaku keseluruhan adalah 154.
Hasil uji anova dua jalur didapatkan data f hitung > f tabel sehingga
terdapat pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan
deteksi dini kanker leher rahim. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Arif, (2009) bahwa penyuluhan bukan hanya sekedar sebagai proses penyebaran
informasi dan proses penerangan atau pemberian penjelasan tetapi juga sebagai
proses perubahan perilaku. Proses perubahan perilaku ini merupakan perwujudan
dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang
/ pihak lain, baik secara langsung (berupa ucapan, tindakan, bahasa tubuh)
maupun tidak langsung (melalui kinerja atau hasil kerjanya). Dengan kata lain,
kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada penyebarluasan informasi/inovasi, dan
memberikan penerangan, tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terus-
menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai
terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat
penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi klien penyuluhan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Leung, S dan Leung, I, (2010) yang menyebutkan bahwa srategi
program dengan cara promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan perlu
dikembangkan dan terbukti jelas promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan
berhubungan dengan tingkat kehadiran untuk melakukan deteksi dini kanker leher
rahim. Upaya promosi kesehatan harus berfokus pada peningkatan pengetahuan
perempuan pada faktor-faktor risiko dan meningkatkan pengawasan kesehatan
yang dirasakan mereka dengan memberikan informasi lebih lanjut tentang
hubungan antara deteksi dini dengan tingkat insiden rendah dan kematian akibat
kanker leher rahim.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nguyen. B, et. all, (2010) juga
menyebutkan bahwa perilaku untuk melakukan deteksi dini dipengaruhi oleh
pengetahuan dan sikap, Upaya promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan menggunakan media terbukti efektif untuk meningkatkan pengetahuan
dan sikap sehingga mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini.
2. Pengaruh Umur terhadap Perilaku
Hasil uji hipotesis pengaruh umur terhadap perilaku didapatkan data
bahwa F hitung ( 2.420 ) < dari F tabel ( 2.56 ), dengan taraf signifikansi 0,1
sehingga dapat diambil kesimpulan tidak terdapat pengaruh umur terhadap
perilaku. Tabel 4.1. di atas menjelaskan bahwa distribusi frekuensi umur
responden dengan presentase tertinggi pada umur > 35 tahun yaitu 66,67%, dan
kelompok umur dengan presentase terendah < 25 tahun yaitu 5,88%. Dari hasil
statistik deskriptif didapatkan data standar deviasi adalah 0.6, dengan sebaran
umur antara 23 tahun sampai dengan 63 tahun.
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa presentase tertinggi perilaku pada kelompok
umur 25 – 35 tahun pada kelompok kontrol dengan skor 116-126 yaitu 50%. Pada
kelompok perlakuan umur > 35 tahun didapatkan data pada tabel 4.9 bahwa
presentase tertinggi dengan skor 82 - 102 yaitu 38% dan presentase terendah
dengan skor 145 – 165 yaitu 4,78%. Tabel 4.10 di atas menjelaskan bahwa pada
kelompok kontrol umur 25 – 35 tahun presentase tertinggi dengan skor 86 - 110
yaitu 37,5% dan presentase terendah dengan skor 161-185 yaitu 12,5%. Pada
kelompok kontrol umur > 35 tahun didapatkan data pada tabel 4.11 bahwa
presentase tertinggi dengan skor 151 - 166 yaitu 30,2% dan presentase terendah
dengan skor 103-118,135-150, dan 167-182 yaitu 7,8%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil Tukey pada tabel 4.16 menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan
perilaku antara kelompok umur > 35 tahun dan kelompok umur < 25 tahun
dengan rata – rata perbedaan perilaku 0.48 dan secara statistik tidak signifikan
dengan p = 0.99. Perbedaan perilaku antara kelompok umur > 35 tahun dan
kelompok umur 25 – 35 tahun sebesar 8.21 perbedaan ini kecil dan secara statistik
tidak signifikan ( p = 0.50 jauh di atas 0.05 ). Perbedaan perilaku antara kelompok
umur 25 – 35 tahun dan kelompok umur < 25 tahun sebesar -8.69 perbedaan ini
kecil dan secara statistik tidak signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok
umur 25 – 35 tahun dan kelompok umur > 35 tahun sebesar -8.21 perbedaan ini
kecil dan secara statistik tidak signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok
umur < 25 tahun dan kelompok umur 25 - 35 tahun sebesar 8.69 perbedaan ini
kecil dan secara statistik tidak signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok
umur 25 – 35 tahun dan kelompok umur > 35 tahun sebesar 0.48 perbedaan ini
kecil dan secara statistik tidak signifikan.
Pada tabel 4.17 subset satu berisi nilai rata – rata perilaku untuk kategori
umur > 35 tahun, 25 – 35 tahun dan < 25 tahun. Nilai signifikansi 0.766
menyatakan bahwa rata – rata perilaku antara kategori umur > 35 tahun, 25 – 35
tahun dan < 25 tahun tidak berbeda secara statistik.
Hasil uji hipotesis dua tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
Notoatmodjo, (2007) yang menyebutkan bahwa dalam perubahan perilaku melalui
proses belajar, ada enam faktor yang dapat menghambat proses belajar orang
dewasa yakni: dengan bertambahnya usia kemampuan indra penglihatan dan
pendengaran menurun sehingga menghambat proses belajar orang dewasa sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
proses perubahan perilaku. Lebih jauh Notoatmodjo, (2007) menyampaikan
bahwa determinan perilaku dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah tingkat kecerdasan dan tingkat emosional
(kesadaran diri) yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini berarti meskipun
stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang karena
adanya pengaruh faktor internal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dang. J, Lee. J, and Tran
. J, (2010) meyebutkan bahwa kemauan untuk
melakukan deteksi dini dipengaruhi oleh kepercayaan (kesadaran diri) lebih tinggi
jika dibandingkan dengan pengetahuan. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh
Elsie. K, et. all (2010) yang menyebutkan bahwa yang mempengaruhi perilaku
untuk melakukan deteksi dini adalah status pekerjaan dan tingkat pendidikan
sedangkan status pernikahan dan umur tidak mempengaruhi perilaku untuk
melakukan deteksi dini.
3. Interaksi antara Pemberian Penyuluhan dan umur terhadap Perilaku
Hasil uji anova dua jalur pengaruh penyuluhan terhadap perilaku dapat
dilihat pada tabel 4.15. yang menjelaskan bahwa diperoleh nilai f*tabel untuk n =
51 dengan α = 0,05 adalah (2,56), maka fhitung (0,816) < f*tabel (2,56) dengan
signifikansi > 0,05, berarti tidak ada pengaruh pemberian penyuluhan terhadap
perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada
guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta.
Melakukan pemeriksaan kanker leher rahim merupakan salah satu bentuk
perilaku. Salah satu yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengenai kanker leher rahim yang didapat melalui pemberian informasi yang
merupakan faktor eksternal yang dapat berupa pemberian penyuluhan dan dapat
dipengaruhi oleh faktor internal salah satunya yaitu umur. Dari hasil penelitian ini
didapatkan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian penyuluhan terhadap
perilaku ditinjau dari umur, hal ini sesuai dengan pernyataan Lawrence Green, cit
Notoadmodjo, (2007) faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3
yaitu: faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Yang
termasuk faktor predisposisi diantaranya pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
dan nilai. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung adalah ketersediaan sarana-
sarana kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong adalah sikap
dan perilaku petugas kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal saja tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong yang kesemuanya
dapat mempengaruhi perilaku. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Leung, S dan
Leung, I, (2010) yang menyebutkan bahwa srategi program dengan cara promosi
kesehatan dan pendidikan kesehatan perlu dikembangkan dan terbukti jelas
promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan berhubungan dengan tingkat
kehadiran untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Upaya promosi
kesehatan harus berfokus pada peningkatan pengetahuan perempuan pada faktor-
faktor risiko dan meningkatkan pengawasan kesehatan yang dirasakan mereka
dengan memberikan informasi lebih lanjut tentang hubungan antara deteksi dini
dengan tingkat insiden rendah dan kematian akibat kanker leher rahim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nguyen. B, et. all, (2010) juga
menyebutkan bahwa perilaku untuk melakukan deteksi dini dipengaruhi oleh
pengetahuan dan sikap, Upaya promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan
dengan menggunakan media terbukti efektif untuk meningkatkan pengetahuan
dan sikap sehingga mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dang. J, Lee. J, and Tran
. J, (2010)
meyebutkan bahwa kemauan untuk melakukan deteksi dini dipengaruhi oleh
kepercayaan (kesadaran diri) lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengetahuan.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Elsie. K, et. all (2010) yang
menyebutkan bahwa yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini
adalah status pekerjaan dan tingkat pendidikan sedangkan status pernikahan dan
umur tidak mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini.
C. Keterbatasan Penelitian
Pengumpulan data menggunakan instrumen skala likert dan tidak dilakukan
dengan interview, sehingga belum bisa mengungkap secara mendalam tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker
leher rahim pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. Penelitian
ini masih belum dapat dikatakan sempurna karena belum dapat mengukur faktor-
faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi perilaku pada guru SMA di
Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta, misalnya mengenai adanya informasi lain
melalui media massa, informasi melalui keluarga / teman, tingkat kesadaran diri
(tingkat emosional), dan tingkat pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah dilakukan analisis menggunakan uji Anova dua jalur, maka
dapat diambil simpulan, yaitu:
1. Ada pengaruh yang bermakna/signifikan pemberian penyuluhan terhadap
perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim pada guru SMA
di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta yang ditunjukkan hasil nilai f
hitung (18,404) > f tabel (2,56 ) dengan Psig < 0,05.
2. Tidak ada pengaruh yang bermakna/ signifikan umur terhadap perilaku
untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim pada guru SMA di
Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta yang ditunjukan dengan hasil nilai
f hitung (2,420) < f tabel (2,56 ) dengan Psig > 0,05.
3. Tidak ada pengaruh yang bermakna / signifikan pemberian penyuluhan
terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim
ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul
Yogyakarta yang ditunjukan dengan hasil nilai f hitung (0, 816) < f tabel
(2,56), dengan Psig > 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Implikasi
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul sebagai pemegang kebijakan dalam meningkatkan program
pelayanan kesehatan reproduksi wanita, berdasarkan hasil dari penelitian ini
didapatkan data bahwa penyuluhan memiliki pengaruh terhadap perilaku
sehigga diharapkan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul lebih
mengefektifkan kegiatan penyuluhan terutama penyuluhan deteksi dini kanker
leher rahim sehingga dapat mempengaruhi perilaku masyarakat untuk
melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
C. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat disampaikan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagi Dinas Kesehatan Bantul Yogyakarta
a. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh yang bermakna / signifikan
pengaruh penyuluhan terhadap perilaku sehingga Dinas Kesehatan
diharapkan lebih mengefektifkan kegiatan penyuluhan untuk
melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
b. Hasil penelitian menunjukan tidak ada pengaruh yang bermakna/
signifikan umur terhadap perilaku sehingga dalam hal pemberian
penyuluhan, petugas kesehatan ataupun dinas kesehatan tidak perlu
memperhatikan faktor usia.
2. Bagi peneliti selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kepada peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan dan
mengembangkan penelitian ini dengan metode yang lebih baik seperti
wawancara mendalam atau dengan menambah variabel bebas lain yang
mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Arif. Pengertian penyuluhan. 2009. www.pondokinfo.co.id. Di unduh 20
Januari 2010
Aziz. F. 2001. Masalah pada kanker leher rahim. Cermin Dunia Kedokteran No
133. Di unduh 2 Februari 2010
Azwar. S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi ke 2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 4-15.
Budiman. 2010. Definisi dan konsep umur. http://www.datastatistik-
indonesia.com/content/view/210/210/. Diunduh tanggal 13 September 2010.
Dang. J, Lee. J, and Tran
. J. Knowledge, Attitudes, and Beliefs Regarding Breast
and Cervical Cancer Screening among Cambodian, Laotian, Thai, and
Tongan Women. PubMed Central. 2010 Desember. 25(4): 595–601. Di
unduh 27 Januari 2011.
Elsie. K, Gonzaga. M, Francis. B, Michael. K, Rebecca. K, Rosemary. B,and
Zeridah . M. 2010. Current Knowledge, Attitudes and Practices of Women
on Breast Cancer and Mammography at Mulago Hospital. PubMed Central.
2010 Mei. 5: 9. Di Unduh 27 Januari 2011.
Ghozali. I. 2007. Aplikasi Anova dengan Program SPSS. Semarang. Badan
Penerbit UNDIP. Hal 58-74.
Hadi. S. 2004. Statistik Jilid 3. Yogyakarta: Andi. Hal 325-347.
Kamura. T. 2010. Overview on the 1st International Workshop on Gynecologic
Oncology. PubMed Central. 2010 September. 21 (3); 135 – 136. Diunduh 26
November 2010
Leung.
S and Leung . I. 2010. Cervical Cancer Screening: Knowledge, Health
Perception and Attendance Rate Among Hong Kong Chinese women.
PubMed Central. 2010 Agustus. 2: 221–228. Di unduh 27 Januari. 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Mock. J, Stephen. J, Nguyen, Wong. C, Doan. H, Lai. K, Nguyen. K, Nguyen. T,
and Bui-Tong. N. 2007. Effective Lay Health Worker Outreach and Media-
Based Education for Promoting Cervical Cancer Screaning Among
Vietnamese American Women. PubMed Central. 2007 September. 97 (9);
1693-1700. Di unduh 22 Februari 2010
Murti. B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hal 15-18.
Nene. B, Jayant. S, Shastri. S, Budukh. A, Hingmire. A, Muwonge R, Malvi. S,
Dinshaw.K dan Sankarenarayanan.R. 2007. Determination of women’s
participation in cervical cancer screening trial, Maharashtra, India.
Bulletin of the WHO. April 2007, 85(4). Di unduh 7 Februari 2010.
Nguyen. B, McPhee. S, Stewart. S, and Doan. H. 2010. Effectiveness of a
Controlled Trial to Promote Colorectal Cancer Screening in Vietnamese
Americans. PubMed Central. 2010 Mei. 100(5): 870–876. Di unduh 27
Januari 2011.
Notoatmodjo. S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal 23,52-57,134-146.
Nuranna. L. 2001. Skrining kanker leher rahim dengan metode skrining alternatif
IVA. Cermin Dunia Kedokteran No 133. Di unduh 2 Februari 2010
Reynolds. F, Stanistreet. D, Elton. P. 2008. Women with learning disabilities and
access to cervical screeaning: retrospective cohort study using case control
methods. Pubmed Central v.8.January 2008. Di unduh 15 Februari 2010
Riwidikdo. H. 2009. Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi
Program R dan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Hal 130.
Stark. A, Gregoire. L, Pilarski. R, Zarbo. A. Gaba. A, and Wayne D, Lancaster.
2008. Human papilomavirus, cervical cancer and womens knowledge.
PubMed Central.. 32 (1): 15-22;10 April 2008. Di unduh 25 Januari 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Unjianto. B. 2010. Kanker leher Rahim Pembunuh Utama di DIY.
www.suaramerdeka.com. Di unduh 13 Maret 2010
Vet. J, Boer. A, Akker. A, Siregar. B, Lisnawati, Budiningsih. S, Tyasmorowati.
D, Moestikaningsih, Peters. C, and Fleuren. G. 2008. Prevalence of human
papilomavirus in Indonesia: a population-based study in three regions.
British Journal of Cancer V.99 (1) 214-218; Jul 8, 2008. Di unduh 15
Februari 2010