PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR … digilib.uns.ac.id commit to user ii PENGARUH PEMBERIAN...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR … digilib.uns.ac.id commit to user ii PENGARUH PEMBERIAN...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR DARI
ORANG TUA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA, DAN
PROBLEMA REMAJA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 5 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010
OLEH
LIA ROSINA ANGGREINI
K1303046
PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR DARI
ORANG TUA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA, DAN
PROBLEMA REMAJA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 5 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010
OLEH
LIA ROSINA ANGGREINI
K1303046
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Lia Rosina Anggreini. PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR DARI ORANG TUA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA, DAN PROBLEMA REMAJA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ada atau tidak adanya
pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap prestasi belajar
matematika, (2) ada atau tidak adanya pengaruh minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika, (3) ada atau tidak adanya pengaruh problema remaja
terhadap prestasi belajar matematika, (4) ada atau tidak adanya interaksi
pemberian motivasi belajar dari orang tua dan minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika, (5) ada atau tidak adanya interaksi pemberian
motivasi belajar dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi belajar
matematika, (6) ada atau tidak adanya interaksi minat belajar siswa dan problema
remaja terhadap prestasi belajar matematika, (7) ada atau tidak adanya interaksi
pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar siswa, dan problema
remaja terhadap prestasi belajar matematika.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Boyolali
semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah 210 siswa yang terbagi
dalam lima kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-A dan VIII-B,
berjumlah 78 siswa yang diambil dengan cara cluster random sampling yaitu
dipilih dua kelas secara acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
metode angket untuk data pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar
matematika, dan problema remaja dan metode dokumentasi untuk data prestasi
belajar matematika. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
variansi tiga jalan dengan sel sama 3x3x3. Sebelumnya dilakukan uji normalitas
dengan menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan
menggunakan metode Bartlett.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Setelah diadakan penelitian dan perhitungan dengan teknik analisis
variansi tiga jalan dengan sel tak sama, akan diambil kesimpulan sesuai dengan
aturan jika Fobs > Ftabel maka H0 ditolak, sedangkan jika Fobs < Ftabel maka H0 tidak
ditolak. Dari perhitungan, kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Ada
pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap prestasi belajar
matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 7,25 > 3,15 = F tabel ,
dengan demikian H0A ditolak, (2) Ada pengaruh minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 6,49 > 3,15
= F tabel, dengan demikian H0B ditolak, (3) Ada pengaruh problema remaja
terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs =
4,36 > 3,15 = F tabel, dengan demikian H0C ditolak, (4) Tidak adanya interaksi
pemberian motivasi belajar dari orang tua dan minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 1,12 < 2,52
= F tabel, dengan demikian H0AB tidak ditolak, (5) Tidak ada interaksi pemberian
motivasi belajar dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi belajar
matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 1,60 < 2,52 = F tabel, dengan
demikian H0AC tidak ditolak, (6) Tidak ada interaksi minat belajar siswa dan
problema remaja terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan
diperoleh Fobs = 0,68 < 2,52 = F tabel, dengan demikian H0BC tidak ditolak, (7)
Tidak ada interaksi pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar siswa,
dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan
perhitungan diperoleh Fobs = 0,74 < 2,10 = F tabel, dengan demikian H0ABC tidak
ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Lia Rosina Anggreini. THE EFFECT OF LEARNING MOTIVATION GIVEN BY PARENTS, LEARNING MATHEMATIC INTEREST, AND ADOLESCENT PROBLEM TOWARD MATHEMATIC LEARNING ACHIEVEMENT OF EIGHT’S GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 5 BOYOLALI YEAR OF STUDY 2009/2010. Thesis. Surakarta: Teaching and Education Faculty Sebelas Maret University, July 2010 The purpose of this research is to know if: (1) there is influence of learning
motivation given by parents toward learning mathematic achievement, (2) there is
influence of learning mathematic interest toward learning mathematic
achievement, (3) there is influence of adolescent problem toward learning
mathematic achievement, (4) there is interaction between learning motivation
given by parents and learning mathematic interest toward learning mathematic
achievement, (5) there is interaction between learning motivation given by
parents and adolescent problem toward learning mathematic achievement, (6)
there is interaction beetween learning mathematic interest and adolescent problem
toward learning mathematic achievement, (7) there is interaction between learning
motivation given by parents, learning mathematic interest and adolescent problem
toward learning mathematic achievement.
The population of this research is eight’s grade students of SMP Negeri 5
Boyolali at first semester year of study 2009/2010 consist of 210 students devided
into five classes. The sample of this research is class VIII-A and VIII-B, total 78
students taken by cluster random sampling, randomly chosen two classes. Data
collecting technique used is questionnaire methode for data of learning motivation
given by parents, learning mathematic interest, and adolescent problem and
documentation methode for data of learning mathematic achievement. Analysis
technique used is three-ways analysis of variance technique with unequal cell
3x3x3. Before that, we use normality test by Lilliefors methode and homogenity
test by Bartlett methode.
After we did research and calculate by three-ways analysis of variance
technique with unequal cell 3x3x3, we took conclusion appropriate with rule if
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Fobs>Flist so H0 is rejected, while if Fobs < Flist so H0 is not rejected. From the
calculation, the conclution of this research are : (1) There is influence of learning
motivation given by parents toward learning mathematic achievement, based on
calculation we got result Fobs = 7,25 > 3,15 = F list, so H0 is rejected, (2) There is
influence of learning mathematic interest toward learning mathematic
achievement, based on calculation we got result Fobs = 6,49 > 3,15 = F list, so H0 is
rejected, (3) There is influence of adolescent problem toward learning
mathematic achievement, based on calculation we got result Fobs = 4,36 > 3,15 =
F list, so H0 is rejected, (4) There is no interaction between learning motivation
given by parents and learning mathematic interest toward learning mathematic
achievement, based on calculation we got result Fobs = 1,12 < 2,52 = F list, so H0AB
is not rejected, (5) There is no interaction between learning motivation given by
parents and adolescent problem toward learning mathematic achievement, based
on calculation we got result Fobs = 1,60 < 2,52 = F list, so H0AC is not rejected, (6)
there is no interaction beetween learning mathematic interest and adolescent
problem toward learning mathematic achievement, based on calculation we got
result Fobs = 0,68 < 2,52 = F list, so H0ABC is not rejected, (7) There is no
interaction beetwen learning motivation given by parents, learning mathematic
interest and adolescent problem toward learning mathematic achievement, based
on calculation we got result Fobs = 0,74 < 2,52 = F list, so H0ABC is not rejected.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
“Sedikit pengetahuan yang digunakan untuk berkarya sungguh lebih berharga daripada
banyak pengetahuan yang disimpan saja.”
(Kahlil Gibran)
“Tidak ada orang yang melampaui fajar tanpa melalui malam.”
(anonim)
“Segala sesuatu ada waktunya, apa yang tercipta merupakan jawaban dari putaran waktu
yang telah Allah sediakan. Nikmati hidup apa adanya karena semua berawal dari sana.
Yakin segala sesuatu ada waktunya dan terjadi tepat pada waktunya.”
(LEE..)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Sebuah karya bagi mereka yang menantikan
saat-saat indah ini.
Bapak dan Ibu, semoga Allah senantiasa
melindungi dan memberikan guyuran rahmat
kepada keduanya.
Bapak dan Ibu di Boyolali, untuk semangat
dan doa yang selalu ada dan akan terus
mengalir.
SCK, terima kasih untuk semua kebahagiaan
yang kau berikan pada Lee.. semoga Allah
selalu meridhoi kita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas pertolongan yang
tak terkira dan nikmat sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Problema Remaja dan Minat Belajar Matematika
Terhadap Prestasi Belajar Matematika”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
kesarjanaan pada Program Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa pada proses penyusunan skripsi ini banyak
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah
memberikan izin menyusun skripsi ini.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang
telah memberikan izin menyusun skripsi ini.
3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS yang telah
memberikan izin menyusun skripsi ini.
4. Drs. Mardjuki, M.Si. Pembimbing I yang telah membimbing penulis hingga
skripsi ini dapat tersusun.
5. Ristu Saptono, S.Si, M.T. Pembimbing II yang telah membimbing penulis
hingga skripsi ini dapat tersusun.
6. Kirdjono, S.Pd, M.M. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Boyolali yang telah
memberi ijin tryout demi kelancaran penulisan skripsi.
7. Dra. Hj. Widhiani PN, M.Si. Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Boyolali yang
telah memberi ijin penelitian demi kelancaran penulisan skripsi.
8. FX Windoe Poernomo, S.Pd. Guru Matematika SMP Negeri 5 yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan serta meluangkan waktu untuk
membantu terlaksananya penelitian ini.
9. Kedua orang tuaku dan Bapak/Ibu Boyolali yang selalu memberikan doa
restu, kasih sayang dan dukungan yang tak ternominalkan.
10. SCK, untuk segalanya…………..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
11. Jojo dan Danang, terimakasih telah memberi warna dalam hidupku, I love u
all..
12. Mas Sofyan Pasca UNS, untuk les privatnya….
13. Teman-teman P.Math ’03 atas segala kebersamaan dan kenangan kita
bersama.
14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan
dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Perumusan Masalah .................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian....................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8
1. Prestasi Belajar Matematika .................................................. 8
a. Prestasi...................... ...................................................... 8
b. Belajar.............................................................................. 8
c. Prestasi Belajar................................................................. 10
d. Hakekat Matematika........................................................ 11
e. Pengertian Prestasi Belajar Matematika........................... 12
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Matematika...................................................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
2. Motivasi Belajar..................................................................... 13
a. Pengertian Motivasi ........................................................ 13
b. Teori-teori Motivasi ........................................................ 14
c. Macam-macam Motivasi................................................. 16
d. Fungsi Motivasi………………………………………… 17
e. Cara Memotivasi Anak………………………………… 17
f. Tugas dan Tangung Jawab Orang Tua Dalam Keluarga.. 19
g. Bentuk Motivasi dari Orang Tua..................................... 19
h. Indikator Motivasi Belajar dari Orang Tua……………. 20
3. Minat………………………………………………………. 21
4. Problema Remaja…………………. ..................................... 24
a. Pengertian Remaja…………………………………. ..... 24
b. Tugas-tugas Perkembangan Usia Remaja……………. .. 26
c. Pengertian Tentang Problema Remaja…. ....................... 27
B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 31
C. Kerangka Berfikir ....................................................................... 32
D. Perumusan Hipotesis…………………………………………… 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 37
1. Tempat penelitian .................................................................. 37
2. Waktu Penelitian ................................................................... 37
B. Metode Penelitian ...................................................................... 37
C. Populasi dan Sampel ................................................................... 37
1. Populasi……………………………………………………. 37
2. Sampel……………………………………………………... 38
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 38
1. Metode Pengumpulan Data………………………………… 38
2. Instrumen Penelitian………………………………………... 39
E. Variabel Penelitian ...................................................................... 41
1. Variabel Bebas……………………………………………… 41
2. Variabel Terikat…………………………………………….. 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 43
1. Uji Normalitas…………………………………………… ... 43
2. Uji Homogenitas………………………………………… ... 44
3. Analisis Variansi Tiga Jalan……………………………….. 45
4. Uji Komparasi Ganda……………………………………… 49
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 52
A. Deskripsi Data ............................................................................. 52
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen ............................................. 52
2. Data Skor Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ...... 54
3. Data Skor Minat Belajar Siswa ............................................. 55
4. Data Skor Problema Remaja ................................................. 55
5. Data Skor Prestasi Belajar Matematika ................................ 55
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................... 56
1. Uji Normalitas……………………………………………. .. 56
2. Uji Homogenitas…………………………………………... 57
C. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................... 58
1. Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama .............. 58
2. Uji Lanjut Pasca Anava......................................................... 59
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ................................................. 61
1. Hipotesis Pertama ................................................................. 61
2. Hipotesis Kedua .................................................................... 62
3. Hipotesis Ketiga .................................................................... 63
4. Hipotesis Keempat ................................................................ 63
5. Hipotesis Kelima ................................................................... 64
6. Hipotesis Keenam ................................................................. 64
7. Hipotesis Ketujuh .................................................................. 65
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................. 66
A. Kesimpulan ................................................................................. 66
B. Implikasi...................................................................................... 69
1. Implikasi Teoritis .................................................................. 69
2. Implikasi Praktis ................................................................... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
C. Saran ............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 72
LAMPIRAN ..................................................................................................... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Notasi dan Tata Letak Data .................................................... 46
Tabel 3.2 Rangkuman analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama ........ 49
Tabel 4.1 Rangkuman data prestasi belajar matematika siswa ............... 56
Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas ............................ 57
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Analisis Uji Homogenitas ........................ 57
Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak
Sama ....................................................................................... 58
Tabel 4.7 Rangkuman Uji Komparasi Antar Baris ................................. 59
Tabel 4.8 Rangkuman Uji Komparasi Antar Kolom .............................. 60
Tabel 4.9 Rangkuman Uji Komparasi Antar Sub Kolom ....................... 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua
(Try Out) ................................................................................ 75
Lampiran 2 Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua
(Try Out) ................................................................................. 77
Lampiran 3 Uji Konsistensi Internal Angket Pemberian Motivasi Belajar
Dari Orang Tua ....................................................................... 82
Lampiran 4 Lembar Validasi Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari
Orang Tua ............................................................................. 83
Lampiran 5 Reliabilitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari
Orang Tua ........................................................................... 88
Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang
Tua ........................................................................................ 89
Lampiran 7 Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ............. 90
Lampiran 8 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Matematika (Try Out) ........... 94
Lampiran 9 Angket Minat Belajar Matematika (Try Out) ......................... 96
Lampiran 10 Uji Konsistensi Internal Angket Minat Belajar Matematika .. 102
Lampiran 11 Lembar Validasi Angket Minat Belajar Matematika .............. 104
Lampiran 12 Reliabilitas Angket Minat Belajar Matematika ..................... 108
Lampiran 13 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Matematika ........................... 110
Lampiran 14 Angket Minat Belajar Matematika .......................................... 112
Lampiran 15 Kisi-kisi Angket Problema Remaja (Try Out) ........................ 117
Lampiran 16 Angket Problema Remaja (Try Out) ....................................... 118
Lampiran 17 Uji Konsistensi Internal Angket Problema Remaja ................ 124
Lampiran 18 Lembar Validasi Angket Problema Remaja............................ 126
Lampiran 19 Reliabilitas Angket Problema Remaja .................................... 130
Lampiran 20 Kisi-kisi Angket Problema Remaja......................................... 132
Lampiran 21 Angket Problema Remaja ....................................................... 133
Lampiran 22 Data Induk Penelitian .............................................................. 138
Lampiran 23 Uji Normalitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Orang Tua Rendah .................................................................. 141
Lampiran 24 Uji Normalitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari
Orang Tua Sedang ................................................................... 143
Lampiran 25 Uji Normalitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari
Orang Tua Tinggi .................................................................... 145
Lampiran 26 Uji Normalitas Angket Minat Belajar Matematika Rendah.... 147
Lampiran 27 Uji Normalitas Angket Minat Belajar Matematika Sedang .... 149
Lampiran 28 Uji Normalitas Angket Minat Belajar Matematika Tinggi ..... 151
Lampiran 29 Uji Normalitas Angket Problema Remaja Rendah ................. 153
Lampiran 30 Uji Normalitas Angket Problema Remaja Sedang .................. 155
Lampiran 31 Uji Normalitas Angket Problema Remaja Tinggi ................... 158
Lampiran 32 Uji Homogenitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari
Orang Tua ............................................................................... 160
Lampiran 33 Uji Homogenitas Angket Minat Belajar Matematika ............. 163
Lampiran 34 Uji Homogenitas Angket Problema Remaja ........................... 166
Lampiran 35 Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ................ 169
Lampiran 36 Uji Komparasi Ganda.............................................................. 178
Lampiran 37 Daftar Tabel ............................................................................ 181
Lampiran 38 Perijinan .................................................................................. 188
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jum’at
Tanggal : 9 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi :
Ketua : Triyanto, S.Si, M.Si. (………………)
Sekretaris : Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si. (………………)
Anggota I : Drs. Mardjuki, M.Si (………………)
Anggota II : Ristu Saptono, S.Si, M.T (………………)
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. Salah satu
faktor penentu bagi kelestarian dan kemajuan bangsa adalah sektor pendidikan.
Pendidikan bukan hanya sekedar media dalam menyampaikan dan meneruskan
kebudayaan dari generasi ke generasi, melainkan dapat menghasilkan perubahan
dan pengembangan kemajuan kehidupan bangsa. Keberhasilan program
pendidikan dapat membantu kelancaran pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di dalam keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan nasional tanggung jawab bersama
antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Peningkatan mutu pendidikan pada masyarakat terutama anak-anak
bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau sekolah saja, melainkan juga
merupakan tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan
prinsip yang diberikan oleh Ki Hajar Dewantoro bahwa pendidikan menurut
tempatnya dibedakan menjadi tiga yaitu pendidikan di dalam keluarga, pendidikan
di dalam sekolah, dan pendidikan di dalam masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pendidikan yang berlangsung di dalam
keluarga, orang tua mempunyai tugas untuk mendidik dan membimbing putra-
putrinya dengan baik. Orang tua berkewajiban memberikan dasar-dasar
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan kepada putra-putrinya, karena dalam
keluarga anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Keberhasilan
orang tua dalam menanamkan sikap dan pengertian yang baik akan menunjang
keberhasilan pendidikan di sekolah dan di masyarakat. Salah satu hal yang
penting dalam menunjang pendidikan dalam keluarga adalah sikap dan pengertian
orang tua terhadap pentingnya pendidikan sekolah bagi putra-putrinya. Orang tua
harus menyadari bahwa kebutuhan sekolah merupakan kebutuhan anak untuk
bekal hidup saat terjun di masyarakat.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor di dalam diri siswa
(intern) dan faktor dari luar siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa
merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar.
Hal tersebut dapat dipahami sebab dalam proses belajar sasaran utamanya adalah
individu sebagai subjek belajar.
Salah satu faktor ekstern yang ikut menentukan keberhasilan belajar
siswa adalah pemberian motivasi belajar dari orang tua. Pemberian motivasi
belajar dari orang tua adalah dorongan yang berasal dari orang tua untuk
membantu dalam memperoleh prestasi belajar yang baik. Oleh karena siswa
mengalami kehidupan yang pertama dan utama dalam keluarga. Mereka akan
tumbuh dan berkembang sesuai pendidikan yang diperoleh dari orang tuanya.
Dalam hal ini orang tua hendaknya dapat membantu pihak sekolah untuk dapat
memberikan motivasi yang positif agar siswa memperoleh prestasi belajar yang
tinggi. Pemberian motivasi belajar dari orang tua dapat dengan mengadakan
pengawasan, memupuk rasa optimis, memberikan pujian, memberikan hadiah,
memenuhi kebutuhan sekolah, memberi nasehat, dan sebagainya.
Posisi orang tua dalam keluarga adalah sebagai pemimpin dan
penanggung jawab keluarga. Lebih dari itu, dengan adanya anak maka fungsi
orang tua bertambah yaitu sebagai guru, pendidik, pembimbing, serta motivator
dalam mencapai prestasi belajar yang optimal. Motivasi yang kuat akan dapat
merangsang pengungkapan potensi secara konstruktif yang dapat menimbulkan
kegairahan belajar yang tinggi. Oleh karena itu diharapkan keikutsertaan orang tua
dalam membantu belajar anaknya dengan jalan memotivasi anaknya, juga
mengadakan fasilitas belajar yang diperlukan.
Dalam kaitannya dengan pendidikan yang berlangsung di sekolah, selain
guru, siswa juga berperan penting dalam pencapaian prestasi, diantaranya minat
belajar siswa itu sendiri. Minat belajar siswa merupakan salah satu contoh faktor
intern siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Selanjutnya
minat belajar siswa satu dengan yang lainnya tidak sama. Siswa yang mempunyai
minat belajar yang tinggi kemungkinan akan mempunyai prestasi berbeda dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Siswa yang mempunyai minat
belajar tinggi akan lebih giat belajar daripada siswa yang mempunyai minat
belajar yang rendah. Siswa yang berperasaan senang dan berminat belajar, akan
mudah berkonsentrasi dalam belajar. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Ini
berarti bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditunjang oleh minat belajarnya.
Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa selain dipengaruhi oleh
hal-hal diatas tersebut, yang tak kalah penting adalah keadaan psikis siswa
diantaranya problema yang dihadapi. Usia anak Sekolah Menengah Pertama
(SMP) berkisar antara 13 tahun sampai 15 tahun. Pada usia ini, anak sedang
mengalami masa remaja, tepatnya adalah remaja awal. Masa remaja adalah suatu
fase perkembangan yang berada di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Dengan kata lain, masa remaja adalah fase perkembangan yang paling unik di
antara fase-fase perkembangan yang dilalui dalam kehidupan manusia. Pada masa
ini, seorang remaja sedang mengalami pertentangan batin yang memuncak.
Mereka sering dicekam kebingungan, kepedihan dan kadang-kadang muncul
kegembiraan yang menggelora. Pada masa remaja muncul kesadaran akan
kepribadian dan mulai berusaha mencari identitas diri. Mereka tertarik pada
pribadi yang ideal sebagai tokoh atau idola bagi dirinya. Remaja sangat
mengagumi atau memuja tokoh idolanya. Selain itu, pada masa remaja anak mulai
tertarik pada lawan jenisnya. Mereka mulai berusaha untuk mempertampan dan
mempercantik dirinya. Jadi, pada masa ini berbagai perasaan muncul secara silih
berganti pada diri remaja. Keadaan yang demikian sangat membingungkan
mereka, sehingga mereka memerlukan seseorang yang dapat membantu dirinya
dalam mencurahkan perasaan yang membingungkan tersebut.
Pada usianya remaja mempunyai sejumlah tugas yang timbul pada suatu
periode tertentu dalam kehidupan individu yang disebut sebagai tugas
perkembangan. Tugas perkembangan timbul karena adanya kematangan dalam
diri individu, adanya tuntutan khusus terhadap individu serta adanya harapan yang
harus dimiliki oleh individu tersebut. Tugas perkembangan yang tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
diselesaikan akan membawa akibat perilaku menyimpang pada remaja. Perilaku
menyimpang ini oleh remaja belum tentu dianggap sesuatu yang buruk. Sebagai
contoh kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan atribut yang diberikan
masyarakat terhadap perilaku remaja yang menyimpang dari aturan-aturan
normatif yang dianut oleh anggota masyarakat dimana remaja itu hidup. Tingkah
laku yang dianggap menyimpang oleh masyarakat, biasanya belum tentu diterima
begitu saja oleh remaja. Apalagi bila atribut itu diberikan oleh masyarakat yang
otoriter. Dalam masyarakat yang seperti ini, komunikasi hanya terjadi satu arah
yaitu dari atas kebawah, yang berupa perintah, celaan, makian, bahkan ancaman.
Remaja sebagai anggota masyarakat sedang berada pada masa berfikir obyektif,
tidak senang melihat adanya kepincangan-kepincangan sosial, bahkan mereka bisa
melakukan kritik spontan yang dapat menimbulkan ketegangan emosional dan
frustasi yang disalurkan dalam bentuk kenakalan.
Problema-problema yang dihadapi remaja karena tugas perkembangan
yang belum terselesaikan ini terjadi pada setiap remaja. Mungkinkah problema
yang dihadapi remaja ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa khususnya
pada bidang studi matematika?
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah
pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar matematika, dan
problema yang dihadapi remaja akan berpengaruh terhadap prestasi belajar bidang
studi matematika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Terdapat siswa yang memperoleh pemberian motivasi belajar dari orang
tua tinggi, dan juga terdapat siswa yang memperoleh pemberian motivasi
belajar dari orang tua sedang maupun rendah. Adanya perbedaan tingkat
pemberian motivasi belajar dari orang tua siswa menyebabkan prestasi
belajar matematika yang dicapai siswa juga berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Terdapat siswa yang mempunyai minat belajar tinggi dan ada siswa yang
mempunyai minat belajar sedang maupun rendah. Adanya perbedaan
tingkat minat belajar yang dimiliki siswa menyebabkan prestasi belajar
matematika yang di capai siswa juga berbeda.
3. Pada umumnya banyak remaja yang menghadapi masalah. Hal ini
disebabkan remaja masih dalam mas transisi sehingga memiliki emosi
yang cenderung labil.
4. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika
diantaranya pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar
matematika, dan problema remaja. Namun beberapa pihak (pelaku atau
lingkungan sekitar) kurang memperhatikan hal tersebut sehingga
pencapaian hasil belajar kurang optimal.
C. Pembatasan Masalah
Melihat banyaknya permasalahan yang muncul berdasarkan latar
belakang dan identifikasi masalah yang ada, pembatasan masalah dititik beratkan
pada:
1. Minat belajar siswa dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa
terhadap matematika.
2. Pemberian motivasi belajar dari orang tua dalam penelitian ini adalah
pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap matematika.
3. Problema remaja pada penelitian ini adalah problema-problema yang
dihadapi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Boyolali semester I tahun
ajaran 2009/2010.
4. Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai ujian mid
semester bidang studi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 5
Boyolali semester I tahun ajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua
terhadap prestasi belajar matematika?
2. Apakah ada pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika?
3. Apakah ada pengaruh problema remaja terhadap prestasi belajar
matematika?
4. Apakah ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua
dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika?
5. Apakah ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua
dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika?
6. Apakah ada interaksi antara minat belajar siswa dan problema remaja
terhadap prestasi belajar matematika?
7. Apakah ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua,
minat belajar siswa, dan problema remaja terhadap prestasi belajar
matematika?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh pemberian motivasi belajar
dari orang tua terhadap prestasi belajar matematika.
2. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika.
3. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh problema remaja terhadap
prestasi belajar matematika.
4. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar
dari orang tua dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
5. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar
dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika.
6. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi minat belajar siswa dan
problema remaja terhadap prestasi belajar matematika.
7. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar
dari orang tua, minat belajar siswa, dan problema remaja terhadap
prestasi belajar matematika.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan bagi peneliti sebagai calon guru agar
mempunyai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi orang tua siswa.
3. Memberikan masukan kepada siswa melalui guru, tentang minat belajar
kaitannya dengan pencapaian prestasi yang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Prestasi
Pada akhir proses belajar-mengajar, siswa selalu dituntut untuk
memberikan prestasi-prestasi tertentu yang menampakkan hasil belajar secara
nyata dan relevan bagi tujuan instruksional, sehingga prestasi diperlukan untuk
mengetahui apakah tujuan yang dituju telah tercapai.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian prestasi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2003: 787) kata prestasi mempunyai arti bahwa Prestasi adalah
hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
Sedangkan Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil
dari kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu
hal.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah
bukti nyata atau hasil yang telah dicapai dari kemampuan, keterampilan dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.
b. Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh
siswa sebagai anak didik.
Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a change in
behaviour as a result of experience”.
2) Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to
imitate to try something themselves, to listen, follow direction”.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Geoch mengatakan: “Learning is a change in performance as a result of
practice”.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik (Sardiman A.M, 2001: 20).
Slameto (1995: 5), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Jadi belajar lebih menekankan pada perubahan tingkah
laku seseorang dalam belajar sebagai hasil pengalaman dan latihan.
Menurut Sardiman A.M. (2001: 21), dalam arti luas belajar dapat diartikan
sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.
Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai uasaha penguasaan
materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya.
Welger, James, dan Gardner (2009: 1) berpendapat bahwa ”Belajar
merupakan proses mendapatkan informasi baru, pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan, dan nilai penting pada masa yang akan datang”.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang baru dalam berinteraksi dengan
lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Dalam belajar akan menghasilkan suatu perubahan, tetapi tidak berlaku
sebaliknya, karena perubahan yang terjadi dalam diri manusia banyak sekali
jenisnya dan tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan
dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan dan
pertumbuhan tidak termasuk dalam pengertian belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Lebih lanjut bahwa didalam proses belajar terdapat ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam pengertian belajar yang menurut pendapat Syaiful Bahri
Djamarah (2002: 15-16) adalah sebagai berikut:
1) Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa individu dalam belajar, akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang tejadi dalam diri individu
berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi
menyebabkan perubahan berikutnya dan berguna dalam proses belajar
berikutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan ini bersifat aktif artinya bahwa perubahan ini tidak terjadi
dengan sendirinya dan perubahan tersebut bertujuan untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara terjadi hanya untuk beberapa saat saja,
tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku secara menyeluruh dalam
sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.
c. Prestasi Belajar
Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila tujuan
instruksional dapat tercapai. Pada saat tertentu dilakukan penelitian atau penilaian
untuk mengetahui sejauh mana perubahan setelah proses belajar itu tadi. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penilaian itu yang memberikan gambaran mengenai hasil dari perubahan. Hasil
dari perubahan itulah yang kemudian disebut sebagai prestasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 787), prestasi adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
guru.
Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa prestasi adalah
kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dala menyelesaikan suatu hal.
Sedangkan menurut pendapat Sutratinah Tirtonegoro (1984: 43), prestasi adalah
penilaian hasil usaha yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
dalam periode tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi
belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar atau tingkat penguasaan yang
dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan
nilai tes yang diberikan oleh guru.
d. Hakekat Matematika
Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran. Sehingga dalam mempelajari matematika
diperlukan adanya pengertian, pikiran dan penalaran, tidak cukup hanya dengan
hafalan saja.
Ruseffendi (1988: 261) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu
tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasi, mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau
postulat dan akhirnya ke dalil dan matematika adalah pelayan ilmu. Sedangkan
menurut Purwoto (2003 : 12) matematika adalah pengetahuan deduktif, artinya
menerima generalisasi yang didasarkan pembuktian secara deduktif dan tidak
menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 723) dikemukakan bahwa
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dan prosedur operasional yang digunakan dipenyelesaian masalah mengenai
bilangan.
Alexander Khait (2005: 137 – 159) menyatakan bahwa “Matematika
merupakan sebuah ilmu bahasa yang penting yang dicirikan dengan gabungan
kata-kata yang tepat maknanya”.
Dalam jurnal internasional yang dituliskan oleh Sarno dikemukakan
bahwa matematika merupakan ilmu yang penting untuk dipelajari dan sebagai
dasar dari semua ilmu. Dengan belajar matematika, siswa dapat
mengorganisasikan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan berpikir logis dan
analitik untuk menyelesaikan masalah. Sarno (2008) menyatakan bahwa:
“Mathematics is known as one of the gate keepers for success in all fields of life. It is a common saying that Mathematics is mother of all subjects. That’s why it is considered to be more than a subjct and is conceived as a key for solving the problem. The first question which arises in our mind as teachers that why should we teach Mathematics to our students? One of the main objectives of teaching and learning Mathematics is to prepare students for practical life. Students can develop their knowledge, skills, logical and analytical thinking while learning Mathematics and all these can lead them for enhancing their curiousity and to develop their ability to solve problems in almost all field of life”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan hasil pemikiran manusia yang berhubungan
dengan ide dan penalaran yang didasarkan atas pembuktian secara deduktif yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan.
e. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia selalu menginginkan
keberhasilan. Begitu juga dalam kegiatan mengajar di sekolah. Siswa yang
melakukan kegiatan belajar selalu menginginkan keberhasilan dalam belajar.
Dalam dunia pendidikan keberhasilan belajar ini disebut dengan prestasi belajar.
Dari pengertian belajar, prestasi belajar, dan matematika dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika yang menunjukkan
kecakapan siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 130), prestasi yang
dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor
eksternal).
Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1) Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dsb.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Faktor ini terdiri dari:
a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan faktor kecakapan.
b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, emosi, dan penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1) Faktor sosial, terdiri dari:
a) lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
d) Lingkungan kelompok
2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
2. Motivasi Belajar
a . Pengertian Motivasi
Tingkah laku atau kegiatan individu bukanlah suatu kegiatan yang
terjadi begitu saja, melainkan faktor yang mendorong dan selalu ada yang dituju.
Faktor pendorong itu adalah motivasi, yang tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan mempertahankan keberadaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut Ngalim Purwanto ( 1990: 72) mendefinisikan sebagai berikut :
“Motivasi adalah sesuatu usaha yang disadari untuk menggerak dan mengerahkan,
serta menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.”
Menurut Mc. Donald dalam bukunya Oemar Hamalik ( 1992: 173)
menyatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
Dari uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
sesuatu usaha atau kekuatan yang timbul dari dalam dan mendorong seseorang
untuk melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan tertentu.
b . Teori-teori Motivasi
Tindakan memotivasi akan berhasil apabila tujuan jelas dan didasari oleh
kebutuhan, tetapi perlu diketahui bahwa tujuan dan kebutuhan setiap individu
tidaklah sama, oleh karenanya timbullah motivasi yang berbeda. Hal inilah yang
mendasari munculnya teori-teori motivasi. Teori-teori tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Teori Hedonisme
Menurut teori ini bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah
mencari kesenangan ( hedone ) yang bersifat duniawi. Manusia pada hakekatnya
adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan
kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi masalah yang perlu dipecahkan,
manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan
kesenangan daripada mengakibatkan kesulitan.
Inti dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung
menghindari hal-hal yang sulit dan lebih suka melakukan sesuatu yang
mendatangkan kesenangan baginya. Misalnya, siswa akan merasa senang apabila
gurunya tidak hadir untuk mengajar. Menurut teori ini para siswa harus diberi
motivasi secara tepat agar tidak malas dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Teori Naluri
Dalam teori ini menugungkapkan bahwa pada dasarnya manusia
memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang disebut naluri, yaitu :
a) Dorongan nafsu mempertahankan diri
b) Dorongan nafsu mengembangkan diri
c) Dorongan nafsu mengembangkan / menyatakan jenis
Oleh karena itu kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia yang
diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri
tersebut. Dalam teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri
mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Misalnya seorang pelajar sangat
tekun dan rajin dalam belajarnya karena ia ingin menjadi pandai (naluri
mengembangkan diri).
3) Teori Reaksi yang Dipelajari
Menurut teori ini bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan pada naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang
dipelajari. Teori ini sering disebut teori lingkungan kebudayaan, karena
berpandangan bahwa orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di
tempat ia hidup dan dibesarkan.
4) Teori Daya Pendorong
Menurut teori ini motivasi timbul didasarkan pada naluri dan teori
reaksi yang dipelajari atau reaksi yang dipelajari dari lingkungan kebudayaan
yang dimilikinya.
5) Teori Kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada
hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun
psikis. Oleh karena itu ada beberapa teori kebutuhan yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow dalam Ngalim Purwanto (1990: 80) bahwa ada lima kebutuhan
pokok manusia, yaitu:
a) Kebutuhan fisiologis
b) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
c) Kebutuhan sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
d) Kebutuhan akan penghargaan
e) Kebutuhan akan aktualisasi diri
Dalam pandangan Maslow, terpenuhinya kebutuhan yang satu akan
mengakibatkan pada kebutuhan yang lain dan kecenderungan pengalihan ini tidak
senantiasa bersifat kaku, dimana kebutuhan seseorang pada kondisi tertentu
cenderung meningkat kekuatannya, sedangkan pada kondisi lain mengalami
penurunan kekuatannya.
c . Macam-macam Motivasi
Woodworth & Marquis/ Ruhiyat dalam bukunya Abdul Rochman Abror (
1993: 119) berpendapat bahwa motivasi itu mempunyai tiga tingkat, yaitu:
1) Kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang didasarkan pada kebutuhan rohani
meliputi kebutuhan minum, kebutuhan bernafas, berbuat, dan beristirahat.
2) Motif-motif darurat, yaitu motif-motif untuk melepaskan diri dari bahaya,
melawan, berusaha, mengejar, dan menangkap. Motif ini pada dasarnya
bersifat bawaan yang berkembang karena pengaruh dari belajar.
3) Motif objektif, yaitu motif-motif untuk melaksanakan eksplorasi, manipulasi,
dan menaruh minat. Motif ini diarahkan untuk dapat berhubungan dengan
dunia luar secara efektif (sosial dan non sosial).
WS.Winkel (1990: 92) mengemukakan bahwa motivasi belajar di
sekolah dibedakan dalam dua bentuk:
1) Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsi tanpa dirangsang dari luar.
2) Motivasi Ekstrinsik yaitu motif-motif yang baru berfungsi bila ada rangsangan
dari luar.
Jadi dalam motif intrinsik itu telah ada kesadaran dari individu akan kebutuhan
dan upaya untuk memenuhinya. Yang termasuk motif intrinsik adalah siswa
belajar karena semata-mata ingin mendalami suatu masalah, ingin menjadi orang
yang sukses, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam motif ekstrinsik
adalah siswa belajar karena ingin menghindar dari hukuman, siswa belajar untuk
memperoleh hadiah, pujian, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
d . Fungsi Motivasi
Tingkah laku atau kegiatan individu bukanlah kegiatan begitu saja
terjadi, tetapi ada faktor yang mendorong yang disebut motivasi.
Menurut Ngalim Purwanto ( 1990: 70-71) fungsi motivasi meliputi :
1) Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak
2) Menentukan arah kegiatan
3) Menyeleksi perbuatan
Sedangkan Ahmad Tabrani Rustam, Atang Kusndinar, Zaenal Arifin (
1989: 123 ) mengemukakan fungsi motivasi sebagai berikut :
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan.
2) Mengarahkan aktivitas belajar anak didik.
3) Menggerakkan seperti mesin mobil
Seorang ahli mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.
Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual termasuk salah satunya motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan belajar mengajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar mengajar itu demi mencapai suatu tujuan. (WS. Winkel, 1990 : 115)
Dari uraian fungsi motivasi di atas dapatlah disimpulkan bahwa pada
pokoknya fungsi motivasi adalah mendorong manusia agar melakukan perbuatan
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi adalah
untuk menggiatkan semangat belajar siswa sehingga siswa akan lebih bergairah
dalam belajar.
e . Cara Memotivasi Anak
Dalam kegiatan belajar mengajar sering dijumpai bahwa motivasi
intrinsik tidak selamanya dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, guru maupun orang
tua siswa diharapkan berusaha menimbulkan motivasi agar siswa giat belajar dan
mencapai prestasi yang memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dalam jurnal internasional Othman Talib (2009:9) mengemukakan
bahwa:
”The students tend to be more motivated, and would be more eager to make sure that their ongoing performance meets the expectations of parents. Often, supportive parents would also take all necessary measures within their means to ensure their children succeed academically including sending them for tuition”. Guru maupun orang tua dapat mempergunakan berbagai bentuk motivasi
agar siswa giat belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan. Dan hal-hal yang
dapat memotivasi siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan penghargaan
lisan, seperti mengatakan “bagus”, “hebat” dan penghargaan berupa tulisan seperti
memberi nilai dari kegiatan belajarnya. Nilai-nilai yang baik, bagi siswa
merupakan motivasi yang sangat kuat.
f . Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Keluarga
Orang tua menurut Singgih D. Gunarso (1992 : 35) bahwa orang tua
adalah manusia yang telah dewasa dan mempunyai tanggung jawab dalam
mendidik anak-anaknya. Orang tua yang penulis maksud disini adalah bapak/ibu
atau orang yang menjadi wali bagi anak yang bersangkutan yaitu sebagai
penanggung jawab atas segala keperluan hidupnya, khususnya yang berhubungan
dengan si anak.
Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan pusat pendidikan yang
utama dan pertama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan anak diperoleh
dari orang tua dan keluarga itu sendiri. Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga
mempunyai tugas dan kewajiban untuk mengantarkan anak-anaknya menuju
kearah kedewasaan agar nantinya dapat mandiri. Peran keluarga yaitu :
1) Melindungi dan memelihara aanggota keluarga.
2) Mendidik anggota keluarga.
3) Mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.
4) Penghubung anak dengan lingkungan masyarakat.
5) Menciptakan suasana aman, damai dan bahagia bagi anggota
keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Oleh karena itu keluarga menduduki tempat terpenting bagi terbentuknya
anak keseluruhan yang akan dibawa sepanjang hidupnya. Keluarga adalah
pembentuk watak, pemberi dasar agama, penanaman sifat,kebiasaan,hobi, cita-cita
dan sebagainya.
g . Bentuk Motivasi dari Orang Tua
1) Mengadakan Persaingan
Persaingan merupakan hal positif sebagai alat untuk mencapai prestasi
yang lebih tinggi. Sikap anak dalam setiap persaingan berbeda satu dengan yang
lain. Ada yang ingin mempertinggi harga diri bila menang, ada yang tidak suka
dan tidak berani bersaing, ada pula yang acuh tak acuh karena tidak ada harapan
untuk menang. Persaingan dapat dilakukan antar teman sekolah saudara, antar
teman sepermainan, antar tetangga, dan sebagainya.
2) Memberi Hadiah
Hadiah tidak selamanya berupa uang dan barang. Hadiah disini adalah
memberikan penguatan pada anak atas prestasi yang dicapainya. Penguatan itu
dapat bersifat verbal yaitu berupa kata-kata, kalimat, pemberian penghargaan.
Sedangkan penguatan non verbal dapat berupa mimik dan goresan badan,
misalnya mengacungkan jempol, sentuhan dengan jabat tangan untuk
mengucapkan selamat atas keberhasilannya.
3) Memberi Hukuman
Menghukum anak bukan berarti melampiaskan nafsu amarah melainkan
supaya anak tersebut bertaubat dari perbuatannya yang salah. Sebelum
memberikan hukuman, anak-anak diterangkan dulu apa kesalahannya. Hukuman
yang baik bertalian dengan kata hati, artinya akibat dari hukuman tersebut dapat
mewujudkan sikap yang positif pada anak dan bukan sebaliknya. Untuk
mengisyaratkan hukuman itu positif, T. Gordon (1996 : 32 ) mengemukakan
pendapatnya :
a) Hukuman harus dapat dirasakan anak yang diawasi sebagai larangan yang
membahayakan, meniadakan, tidak diinginkan, merugikan, yaitu harus aversif
bagi yang diawasi (berlawanan dengan kebutuhan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b) Hukuman harus cukup aversif agar menghasilkan eliminasi atau hilangnya
perlakuan yang tidak diingikan.
c) Yang diawasi tidak mampu melarikan diri dari situasi hukuman atau terkunci
dalam hubungan karena ketergantungan pada pengawas untuk menyediakan
kebutuhan apa yang diawasi.
4) Nasehat
Nasehat dari orang tua merupakan pendorong semangat dalam belajar
atau melaksanakan suatu kegiatan. Namun demikian orang tua jangan terlalu
sering menasehati anak, karena dengan seringnya menasehati maka akan terjadi
kebosanan dan kurang bebas.
5) Memberikan Tempat dan Alat Belajar
Tempat belajar yang tertata rapi dan nyaman akan dapat membangkitkan
motivasi belajar anak. Orang tua seharusnya menyediakan tempat khusus untuk
belajar, agar anak tidak belajar di sembarang tempat. Di samping itu orang tua
juga harus memperhatikan tersedianya peralatan yang diperlukan untuk belajar
anaknya.
h . Indikator Motivasi Belajar dari Orang Tua
1) Mengadakan persaingan.
2) Memberi hadiah.
3) Memberi hukuman.
4) Memberi nasehat.
5) Memberikan tempat dan alat belajar.
3. Minat
Belajar dengan minat akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih
baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan
sesuatu, karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang
akan dipelajarinya dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun bila minat itu tidak
disertai dengan usaha yang baik, maka belajar juga sulit untuk berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Para ahli psikologi telah mendefinisikan minat dengan berbagai variasi.
Walaupun demikian merupakan pendapat yang saling melengkapi satu sama lain.
Definisi minat sendiri menurut W.S Winkel (1996: 188), minat diartikan sebagai
kecenderungan yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok
bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Siswa yang
berperasaan senang akan mudah berkonsentrasi dalam belajar. Pada dasarnya
konsentrasi merupakan akibat dari perhatian yang sifatnya spontan dan
ditimbulkan oleh minat terhadap suatu hal. Jika siswa berminat terhadap suatu
pelajaran tertentu, maka ia akan berkonsentrasi terhadap pelajaran itu. Siswa tidak
akan bosan menekuni sesuatu apabila ia memang berminat terhadapnya. Minat
siswa terhadap sesuatu berpengaruh terhadap perilakunya dan perhatiannya.
Sedangkan menurut Slameto (1995: 180), Minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.
Sardiman A.M (1990: 180) mengatakan bahwa minat dapat dibangkitkan
dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Sardiman A.M (1990: 76) menyatakan bahwa minat diartikan sebagai
suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara
situasi yang dihubungkannya dengan keinginan-keinginannya dan kebutuhan-
kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan
dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan
kecenderungan jiwa seseorang terhadap sesuatu karena merasa ada kepentingan
dengan sesuatu itu. Jadi jelas bahwa minat selalu berkaitan dengan kebutuhan.
Minat pada dasarnya adalah pencerminan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minat. Adanya proses belajar pada diri subjek belajar
menumbuhkan interaksi aktif terhadap lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Perubahan terjadi relatif konstan dan terbatas. Setiap kegiatan belajar akan
menimbulkan perubahan. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan
yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya,
tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam kegiatan.
Siswa yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya itu dan sama sekali tidak
menghiraukan sesuatu yang lainnya.
Jadi kesimpulannya, minat adalah perasaan yang didapatkan karena
berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu
bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan hasil belajar dan cenderung mendukung
aktivitas belajar berikutnya.
Hakekat belajar sangat pribadi dan oleh karenanya minat sangat berbeda
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, bahkan minat dalam diri
seseorang berbeda dari waktu ke waktu. Minat besar pengaruhnya terhadap
prestasi belajar. Ada tidaknya minat terhadap pelajaran dapat dilihat dari cara
siswa mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan. Minat dan belajar dapat
mempengaruhi seseorang dalam berkonsentrasi didalam kegiatan belajar.
Dari uraian di atas dapat ditentukan beberapa unsur-unsur penting atau
indikator-indikator minat, yaitu sebagai berikut:
a. Perasaan senang
Seseorang akan merasa senang terhadap sesuatu yang diminatinya karena
ia mempunyai sangkut paut dengan subjek di luar dirinya, juga dapat disebabkan
karena ia telah menerima informasi yang jelas mengenai obyek tersebut. Dalam
proses belajar mengajar keadaan yang dihadapi siswa kemungkinan besar akan
berpengaruh besar. Siswa yang tidak merasa senang terhadap guru bidang studi
tertentu akan sangat menghambat dalam proses belajar mengajar, karena perasaan
senang akan membantu mengembangkan minat dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Perhatian
Seseorang yang mempunyai minat terhadap obyek atau bidang tertentu,
ia akan menaruh perhatian pada bidang atau obyek tertentu tersebut. Minat
merupakan kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik terhadap
bidang tertentu. Dalam hubungannya dengan perhatian, Oemar Hamalik (1989:
13) berpendapat bahwa, “Minat menetukan sukses dan gagalnya kegiatan
seseorang. Kurangnya minat menyebabkan kurangnya perhatian dan usaha
belajar, sehingga menghambat studinya”.
c. Kesadaran
Kesadaran merupakan suatu aktifitas psikis yang mampu
mengkonsentrasikan pikiran dan mampu mengesampingkan hal-hal yang
mengganggu aktifitas tersebut. Minat merupakan pemusatan tenaga psikis yang
tertuju pada suatu obyek, yang menetukan banyak atau sedikitnya kesadaran yang
menyertai suatu kreatifitas yang sedang dilakukan.
d. Kemauan
Seseorang dapat dikatakan mempunyai minat terhadap sesuatu apabila
seseorang tersebut mempunyai kecenderungan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, atau mempunyai kemauan untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang
dikehendaki. Dengan demikian kemauan tersebut akan mendorong kehendak yang
dikendalikan oleh pikiran dan terarah pada suatu tujuan.
Dapat disimpulakan pula, bahwa minat belajar matematika adalah
kemauan dan kesadaran untuk mempelajari matematika dengan perasaan senang,
penuh perhatian dan konsentrasi yang tinggi. Dengan demikian makin besar minat
akan makin besar pula perhatiannya, sehingga kesadaran dan kemauan
mempelajari matematika akan semakin besar. Dan pada akhirnya memperoleh
prestasi yang memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Problema Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan
tidak mantap. Seorang individu yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang
lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum sampai pada masa atau usia
dewasa yang penuh tanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun kepada
masyarakat. Lamanya masa peralihan ini tergantung kepada keadaan dan tingkat
sosial masyarakat di mana ia hidup.
Remaja pada masa peralihan ini sama halnya seperti pada masa anak
mengalami perubahan jasmani, kepribadian, intelek dan peranan di dalam maupun
di luar lingkungan. Perbedaan proses perkembangan yang jelas pada masa remaja
ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang mempengaruhi
tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak tidak nyata
pengaruhnya.
Pengertian remaja menurut Singgih D. Gunarsa (1991: 6)
mengemukakan, “Masa remaja adalah masa anak ke masa dewasa, meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa”.
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat dalam Sofyan S. Willis (1981: 22), Remaja
adalah usia transisi. Seorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang
lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan
penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat.
Banyaknya masa transisi ini tergantung kepada keadaan dan tingkat sosial
masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia
remaja, karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam
masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya.
Sarlito Wirawan Sarwono (1994: 4) dalam psikologi remaja memberikan
definisi remaja dari berbagai segi, yaitu:
1) Remaja Ditinjau dari Segi Hukum 2) Remaja Ditinjau dari Segi Perkembangan Fisik 3) Batasan Remaja Menurut WHO 4) Remaja Ditinjau dari Segi Sosial-Psikologik 5) Definisi Remaja Untuk Masyarakat Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Di Indonesia konsep “Remaja” tidak dikenal, hanya mengenal anak-anak
dan dewasa dengan batasan yang bermacam-macam. Dalam pasal 7 UU No.
1/1974 tentang perkawinan menganggap mereka yang di atas usia 16 tahun (untuk
wanita) dan 19 tahun (untuk pria) sebagai bukan anak-anak lagi, tetapi mereka
juga belum dianggap sebagai dewasa penuh, sehingga masih diperlukan ijin orang
tua untuk mengawinkan mereka. Inilah yang dapat disejajarkan dengan
pengertian-pengertian “Remaja” dalam ilmu-ilmu sosial yang lain.
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang terikat (seperti Biologi dan
Faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat
kelamin manusia mencapai kematangannya. Perkembangan yang terjadi yaitu
seorang pria yang berotot dan berkumis atau berjanggut yang mampu
menghasilkan beberapa ratus juta sel mani setiap kali ia berejakulasi, aau seorang
wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya
mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya.
Pada tahun 1974, WHO memberikan devinisi tentang remaja ke dalam 3
kriteria yaitu biologi, psikologi dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap
definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:
Remaja adalah suatu masa dimana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
yang relatif lebih mandiri.
Masa remaja merupakan masa mulai bangkitnya rasa kepribadian dan
sosial. Keadaan yang demikian mendorong remaja untuk mengenal masyarakat
yang ditampakkan dari jalur kebudayaan yang selalu ia soroti dan mempunyai
ciri-ciri kebudayaan berbeda dari orang tua atau keluarganya. Remaja merupakan
suatu individu yang berusaha lepas dari orang tuanya, baik dari segi pembiayaan,
pola berfikir, situasi kekeluargaan atau bahkan dari segi aturan norma-norma.
Jiwa remaja mengalami transisi dari sifat kejiwaan yang dialami anak-anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
berubah kearah jiwa dewasa yang dimiliki oleh individu yang sudah
masak/mengalami kedewasaan. Pada masa ini timbul gangguan-gangguan
keseimbangan psikis, sehingga timbul konflik, pertentangan batin,
pemberontakan, dan kegelisahan.
Kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah
untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1) Pada usia 11 tahun tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria
fisik).
2) Banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh,
baik menurut adat maupun agama (Kriteria sosial).
3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa seperti
tercapainya identitas diri, fase genital dari perkembangan psikoseksual
dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria
psikologik).
4) Orang-orang yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat memenuhi
persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologik masih dapat
digolongkan remaja.
5) Definisi remaja di sini dibatasi, khususnya yang belum menikah.
b. Tugas-tugas Perkembangan Usia Remaja
Proses perkembangan yang dialami remaja akan menimbulkan
permasalahan bagi mereka sendiri dan mereka yang dekat dengan lingkungan
hidupnya. Proses remaja menuju kedewasaan tidaklah berjalan lancar, akan tetapi
banyak mengalami rintangan. Besar kecilnya rintangan itu ditentukan oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi anak di rumah tangga dan di lingkungan masyarakat di
mana anak itu hidup dan berkembang.
“Tugas perkembangan ialah tugas yang timbul pada periode tertentu
dalam kehidupan individu. Juga tugas itu berhasil akan menimbulkan kebahagiaan
individu, sebaliknya jika tugas itu gagal akan menimbulkan kesulitan baginya
pada masa mendatang” Sofyan S. willis (1981: 8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tugas yang tidak terselesaikan di masa sebelum remaja merupakan
penyebab utama timbulnya kelainan-kelainan tingkah laku seperti salah satunya
kenakalan remaja.
Sofyan S. Willis (1981: 10) menyebutkan adanya 9 tugas perkembangan
remaja, yaitu:
1) Memperoleh sejumlah norma-norma dan nilai-nilai sebagai pedoman dan pandangan hidup untuk masa depan.
2) Belajar memiliki peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin masing-masing.
3) Menerima kenyataan jasmaniyah serta dapat menggunakan seefektif-efektifnya dan merasa puas terhadap keadaan jasmaninya tersebut.
4) Mencapai kebebasan daripada ketergantungan terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.
5) Mencapai kebebasan ekonomi. 6) Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai
dengan bakat dan kesanggupannya. 7) Memperoleh informasi tentang kehidupan perkawinan dan
mempersiapkan diri untuk itu baik persiapan fisik, mental, emosional dan sosial.
8) Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang kehidupan bermasyarakat.
9) Memiliki konsep-konsep tentang tingkah laku sosial yang perlu untuk kehidupan bermasyarakat.
Dari tugas-tugas perkembangan tersebut dapatlah terlihat hubungan yang
cukup erat antara lingkungan kehidupan sosial dan tugas-tugas yang diselesaikan
oleh seorang remaja dalam hidupnya. Hal ini merupakan pondasi supaya mereka
dapat hidup dalam masyarakat.
c. Pengertian Tentang Problema Remaja
Seperti pendapat-pendapat yang telah dikemukan di depan bahwa remaja
adalah suatu masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan yang terjadi itu meliputi beberapa segala segi kehidupan
manusia, yaitu: jasmani, rohani, pikiran, perasaan, dan sosial.
Menurut Sofyan S. Wilis (1981: 33) yang dimaksud dengan problema
remaja adalah masalah-masalah yang dihadapi para remaja sehubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
adanya kebutuhan-kebutuhan mereka dalam rangka penyesuaian diri terhadap
lingkungan dimana remaja itu hidup dan berkembang.
Beberapa problema tersebut antara lain:
1) Problema yang berhubungan dengan tujuan hidupnya
Sering dijumpai remaja yang berbadan sehat, tampan dan cerdas, tetapi
kelihatan sedih, rendah diri seolah-olah menderita penyakit sehingga hidupnya
tidak bersemangat. Hal ini sering disebabkan persoalan pribadinya yang tidak bias
dipecahkan oleh dirinya sendiri.
Anak remaja selalu ingin sukses dalam hidupnya. Ia mempunyai cita-cita
dan idealisme yang tinggi. Ia berada dalam gelombang cita-cita dan idealisme.
Karenanya, ia kerap kali ingin mempunyai kedudukan sosial yang tinggi di dalam
lingkungannya, atau di antara kawan-kawannya. Untuk mencapai status tersebut
kadang-kadang para remaja menggunakan jalan ekstrem.
Ia banyak menilai orang lain, juga dirinya sendiri. Oleh sebab itu, ia
sering menyendiri, tetapi kadang-kadang menonjolkan diri untuk menarik
perhatian orang lain. Kadang-kadang semangatnya membaja, namun bisa hancur
dan frustasi bila gagal cita-citanya. Karena itulah masa remaja disebut pula masa
gelombang angin topan. Disinilah orang tua mutlak dibutuhkan oleh remaja.
2) Problema yang berhubungan dengan perubahan jasmaninya
Masalah pertama yang dihadapi oleh para remaja ialah perubahan
jasmaninya. Akibat perubahan itu, sering menggelisahkan mereka sendiri.
Perubahan-perubahan itu antara lain:
a) Pertumbuhan anggota kelamin.
b) Pertumbuhan yang membedakan seks antara laki-laki dan perempuan.
c) Pertumbuhan badan yang sangat cepat.
d) Terjadi menstruasi yang pertama bagi anak perempuan dan mimpi bagi
anak laki-laki.
e) Pertumbuhan anggota badan berjalan tidak seimbang, misalnya hidung
lebih cepat besar daripada bagian muka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
f) Tumbuhnya jerawat dan bintik-bintik pada muka, punggung dan bagian
lain pada tubuhnya.
Karena perubahan ini sering timbul perubahan tingkah lakunya, misalnya
yang semula lincah dan periang berubah menjadi pemalu, rendah diri, rendah hati,
kadang-kadang kasar, tidak tau malu dan sebagainya.
3) Problema remaja yang berhubungan dengan orang tua
Salah satu yang sering timbul dikalangan para remaja ialah karena orang
tua kurang mengikuti dan memahami ciri-ciri dan sifat-sifat remaja, baik yang
berhubungan dengan perkembangan fisik maupun mentalnya. Hal yang
menimbulkan ketegangan antara orang tua dan anak remajanya ialah peraturan-
peraturan kaku yang dibuat oleh orang tua dan sangat mengikat para remaja.
4) Problema remaja yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya
Masalah-masalah lain yang sering menimbulkan kesukaran-kesukaran
bagi remaja ialah masalah sosial, sebab pada masa remaja ini berada dalam masa
pembentukan kepribadiannya. Ia sering mencontoh apa yang dilihat dan
didengarnya dari lingkungan sekelilingnya.
Persoalan lain lagi, ia sudah merasakan matang fungsi seksnya. Dengan
kematangan ini mereka ingin berkenalan dengan lawan jenisnya. Dari sini timbul
kelakuan-kelakuan yang aneh, baik dalam cara berpakaian, berbicara, maupun
gerak-geraknya seolah-olah disengaja dan dibuat-buat secara berlebih-lebihan
untuk menarik teman dan lawan jenisnya.
Masalah-masalah inilah yang perlu mendapat perhatian sehingga kita
dapat membimbing para remaja kearah yang lebih baik, menjadi warga negara
yang baik, berkepribadian, berbudi pekerti, bermental, dan bermoral tinggi.
5) Problema ekonomi dan mendapatkan pekerjaan
Masalah mendapatkan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi,
merupakan masalah yang cukup menggelisahkan para remaja. Seorang remaja
kelas II SMA mengeluh bahwa dia ingin bekerja menghasilkan uang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
memenuhi kebutuhan dirinya dan membantu meringankan beban orang tuanya. Ia
ingin bekerja sambil belajar. Dari keluhan remaja itu dapat ditarik kesimpulan
bahwa ia ingin melepaskan diri dari orang tua untuk mencapai otonomi dibidang
ekonomi dan keuangan.
Di dalam masyarakat modern orang amat menghargai kerja. Siapa yang
tidak bekerja untuk menghasilkan uang akan tersisihkan, dalam kondisi ini kaum
remaja pun terpengaruh, sehingga terasa pengaruh itu di dalam kelas dimana
remaja itu bersekolah. Perhatian kepada pelajaran berkurang, karena ada anggapan
bahwa bersekolah dan ijasah tidak menentukan pangkat dan penghasilan di
masyarakat. Hal ini diperkuat oleh sementara pendapat orang tua yang
mengatakan kepada anaknya bahwa tanpa sekolah tinggi ia dapat berhasil dalam
bidang ekonomi dan keuangan. Motivasi belajar berkurang, dan bahkan menjadi
putus sekolah karena pengaruh ekonomi.
6) Problema beragama
Masalah agama pada remaja sebenarnya terletak pada tiga hal yaitu
keyakinan beragama, pelaksanaan ajaran agama secara teratur, dan perubahan
tingkah laku karena agama.
a) Keyakinan dan kesadaran beragama
Keyakinan dan kesadaran beragama harus ditumbuhkan dengan sengaja
sejak anak masih kecil. Biasanya melalui latihan-latihan di rumah. Dan yang
paling penting lagi ialah membiasakan perbuatan-perbuatan yang terpuji. Pada
masa remaja kebiasaan-kebiasaan yang telah ditanamkan pada waktu kecil akan
mengalami tantangan dengan adanya pemikiran rasional dan adanya kenyataan
hidup orang dewasa yang dilihatnya amat bertentangan denga keyakinan yang
telah ia terima. Hal ini menimbulkan kekaburan nilai-nilai yang telah dia terima di
waktu kecil. Akibatnya akan menimbulkan kegoncangan jiwa pada remaja.
b) Pelaksanaan ajaran agama secara teratur
Jika keyakinan beragama atau kesadaran beragama sudah tumbuh dengan
subur, maka untuk melaksanakan ajaran agama dengan konsekuen akan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
mudah. Terutama sekali harus dibina disiplin menjalankan ajaran agama semenjak
kecil, sehingga dimasa remaja kebiasaan itu mudah berkembang.
c) Perubahan tingkah laku karena ajaran agama
Tingkah laku yang perlu ditumbuhkan kepada remaja adalah berbuat
sesuatu karena Allah, karena keinginan Allah dan karena mengharapkan ridhlo
Allah semata. Jika ini sudah berkembang dalam diri mereka, maka tampak
kesungguhan dan kegairahan beribadah dan bekerja, semangat berkorban, toleran
dan kemauan keras.
7) Problema mengisi waktu luang
Waktu terluang ialah waktu kosong setelah sehabis belajar dan bekerja.
Bila anak dan remaja ini dibiarkan mengatur sendiri waktu luangnya tanpa
bimbingan orang tua, guru dan masyarakat, disinilah pangkal pokok terjadinya
hal-hal yang kurang diingini oleh masyarakat.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain,
sebagai berikut.
Wiwit Pitados Ingtyas (2006) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Kemampuan Penalaran, Kemampuan Spasial dan Minat Belajar
Matematika terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Dimensi
Tiga Siswa Kelas X Semester II SMA N 1 Purworejo”, menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh minat belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika.
Persamaan penelitian yang relevan di atas dengan penelitian yang penulis lakukan
yaitu sama-sama menggunakan tinjauan tentang pengaruh minat belajar
matematika terhadap prestasi belajar matematika. Perbedaannya adalah penelitian
di atas meneliti tentang pengaruh kemampuan penalaran dan kemampuan spasial
terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan dimensi tiga sedangkan
penelitian yang penulis lakukan tidak menggunakan tinjauan tentang kemampuan
penalaran dan kemampuan spasial terhadap prestasi belajar matematika pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pokok bahasan dimensi tiga, tetapi menggunakan tinjauan tentang pengaruh minat
belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika.
Endah Noviasari (2002) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Nilai Ebtanas Murni (NEM) dan Problema Remaja terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas I SMU N 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2001/2002”,
menyimpulkan bahwa: (i) Ada pengaruh NEM terhadap prestasi belajar
matematika. (ii) Tidak ada pengaruh problema remaja terhadap prestasi belajar
Matematika. (iii) Tidak terdapat interaksi antara NEM dan problema remaja
terhadap prestasi belajar matematika. Kesamaan penelitian di atas dengan
penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama menggunakan tinjauan tentang
pengaruh problema remaja terhadap prestasi belajar matematika. Perbedaannya
adalah penelitian di atas meneliti pengaruh NEM terhadap prestasi belajar
matematika sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak menggunakan
tinjauan tentang pengaruh NEM terhadap prestasi belajar matematika, tetapi
menggunakan tinjauan tentang pengaruh minat belajar matematika terhadap
prestasi belajar matematika.
C. Kerangka Berfikir
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasikan, dan
berkembang disebabkan oleh belajar. Anak didik merupakan subjek belajar yang
sangat penting dalam proses belajar mengajar. Proses belajar menunjukkan
adanya suatu rangkaian yang menyeluruh menyangkut berbagai faktor dan situasi
yang berada di sekitarnya. Dengan demikian keberhasilan dalam proses belajar
mengajar tergantung dari faktor yang mempengaruhinya.
Prestasi belajar ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu
contoh faktor internal dan eksternal dalam penelitian ini adalah minat belajar
siswa dan pemberian motivasi belajar dari orang tua. Dengan demikian baik
tidaknya prestasi belajar dipengaruhi juga oleh minat belajar siswa dan pemberian
motivasi belajar dari orang tua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kegiatan belajar perlu adanya minat belajar karena siswa yang memiliki
minat belajar yang tinggi akan memiliki daya atau energi untuk melakukan
kegiatan belajar sehingga keberhasilan di dalam proses akan tercapai dengan baik.
Sebaliknya seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi mungkin akan
mengalami kegagalan di dalam proses belajar dikarenakan dalam dirinya tidak
tumbuh minat untuk belajar. Jadi ada pengaruh minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika.
Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan pusat pendidikan yang
utama dan pertama, .Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga mempunyai tugas
dan kewajiban untuk mengantarkan anak-anaknya menuju kearah kedewasaan
agar nantinya dapat mandiri. Salah satunya adalah pemberian motivasi belajar dari
orang tua karena tidak semua anak memiliki motivasi intrinsik sehingga perlu
adanya motivasi dari orang lain (orang tua). Dengan adanya pemberian motivasi
belajar dari orang tua memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik dan tepat
sehingga prestasi belajar matematika juga baik. Sebaliknya orang tua yang tidak
pernah atau sedikit dalam memberikan motivasi belajar pada anaknya dapat
mengakibatkan anak kuramg bersemangat untuk belajar sehingga mereka tidak
mampu berprestasi maksimal khususnya dalam bidang studi matematika
Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah problema
yang dihadapi siswa atau remaja menuntut untuk mendapatkan penyelesaian.
Kalau problema yang satu tidak segera diselesaikan maka akan menyebabkan
bertambahnya problema pada periode berikutnya. Problema-problema ini akan
terus menumpuk pada siswa. Sehingga siswa akan terganggu jiwanya. Pikirannya
akan tertekan dan sulit untuk berkosentrasi. Problema yang dihadapi siswa
menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Terlebih lagi prestasi belajar
matematikanya. Karena matematika merupakan salah satu kegiatan pikiran. Disini
terlihat dengan jelas bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh keadaan
kejiwaan siswa. Keadaan jiwa ini tergantung pada problema-problema yang
dihadapi siswa. Sehingga problema-problema yang dihadapi siswa akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Pada dasarnya, pemberian motivasi belajar dari orang tua memiliki
hubungan yang sangat erat dengan minat belajar matematika. Tinggi rendahnya
motivasi yang diberikan oleh orang tua akan mempengaruhi ada tidaknya minat
untuk belajar matematika. Apabila orang tua kurang memberikan motivasi belajar
pada anak, tentu saja dalam diri mereka tidak akan tumbuh minat untuk
mempelajari matematika. Sebaliknya, jika orang tua memberikan motivasi belajar
pada anak maka akan tumbuh sedikit demi sedikit minat untuk belajar
matematika.
Problema remaja juga berhubungan erat dengan pemberian motivasi
belajar dari orang tua dan minat belajar siswa. Banyak sedikitnya problema
remaja yang dialami akan mempengaruhi ada tidaknya minat untuk belajar
matematika. Apabila remaja sedang mengalami banyak masalah, tentu saja dalam
diri mereka tidak akan tumbuh minat untuk mempelajari matematika. Hal itu
dikarenakan mereka sudah merasa sibuk dengan problema-problema tersebut.
Pemberian motivasi belajar dari orang tua berperan untuk membantu dan
mengarahkan anak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Jika orang
tua kurang memberikan motivasi belajar, maka anak akan terbebani dengan
masalah yang dihadapinya. Sebaliknya, apabila problema yang mereka alami
sedikit, maka akan tumbuh sedikit demi sedikit minat untuk belajar matematika
sebab tidak ada sesuatu yang membebani pikiran mereka.
Hubungan antara pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat
belajar matematika, dan problema remaja seperti yang telah diuraikan di atas, juga
akan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Orang tua yang tidak
memotivasi anaknya untuk belajar dan dengan problema yang dihadapi remaja
tentu akan mengurangi minat belajar matematika sehingga prestasi belajar
matematika akan menurun. Dan jika orang tua memeberikan motivasi belajar
tinggi kepada anak dan sedikitnya problema yang dihadapi remaja maka minat
belajar matematika anak tersebut akan meningkat sehingga prestasi belajar
matematika pun akan lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Berdasarkan uraian di atas, maka pemberian motivasi belajar dari orang
tua, minat belajar siswa, dan problema remaja saling berinteraksi berpengaruh
terhadap prestasi belajar matematika.
Dari kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, dapat digambarkan
suatu paradigma penelitian sebagai berikut :
Keterangan :
: pengaruh
D. Perumusan Hipotesis
Dari kerangka pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini diajukan
hipotesis sebagai berikut :
1. Ada pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap prestasi
belajar matematika.
2. Ada pengaruh minat belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika.
3. Ada pengaruh problema remaja terhadap prestasi belajar matematika.
4. Ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua dan minat
belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika.
5. Ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua dan problema
remaja terhadap prestasi belajar matematika.
6. Ada interaksi antara minat belajar matematika dan problema remaja terhadap
prestasi belajar matematika.
Minat Belajar Siswa
Prestasi Belajar
Matematika
Problema Remaja
Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua
(PMBDOT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
7. Ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar
matematika, dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Boyolali pada kelas VIII
semester I tahun pelajaran 2009/2010. Sedangkan uji coba instrumen dilaksanakan
di SMP yang prestasi belajarnya setara dengan SMP yang diteliti, dimana SMP
yang digunakan untuk uji coba instrumen adalah SMP Negeri 4 Boyolali pada
kelas VIII semester I tahun pelajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2009 sampai dengan Januari
tahun 2010.
B. Metode Penelitian
“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya” (Suharsimi Arikunto, 2002: 151). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausal komparatif, dimana
variabel-variabel bebasnya tidak dikendalikan oleh peneliti dan bersifat expost
facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan telah
berlangsung atau telah lewat.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2002: 115) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subyek yang akan diteliti. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
populasi adalah jumlah keseluruhan subjek yang ciri-cirinya akan diteliti. Dalam
penelitian ini populasinya adalah siswa SMP Negeri 5 Boyolali kelas VIII
semester I tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah 210 siswa yang terbagi
dalam lima kelas.
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Sampel
Mengingat besarnya populasi dan keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan
pikiran peneliti, maka tidak mungkin peneliti melakukan penelitian pada seluruh
populasi. Untuk mengatasinya perlu ditetapkan sampel representatif yang dapat
mewakili populasi.
Suharsimi Arikunto (2002: 109) berpendapat bahwa sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Untuk memperoleh sampel yang representatif terhadap populasi perlu
digunakan sampling yang tepat. Dalam penelitian ini digunakan teknik random
kluster. Menurut Budiyono (2003: 37), sampling random kluster adalah sampling
random yang dikenakan berturut-turut terhadap unit-unit atau sub-sub populasi”.
Dalam penelitian ini populasi dibagi menjadi lima kluster atau rumpun,
kemudian dari kluster-kluster tersebut diambil satu secara acak untuk menjadi
sampel. Sehingga dalam penelitian ini dilakukan pengundian kelas mana yang
menjadi sampel, dan diperoleh kelas VIII-A dan VIII-B yang menjadi sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk
mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan suatu alat tertentu.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Angket
Budiyono (2003: 47) berpendapat bahwa metode angket adalah cara
pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada
subjek peneliti, responden atau sumber data yang jawabannya diberikan juga
secara tertulis.
Suharsimi Arikunto (2002: 139) berpendapat bahwa metode angket atau
kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data data
tentang problema remaja dan minat belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b. Metode Dokumentasi
Menurut Budiyono (2003: 54), metode dokumentasi adalah cara
pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen resmi yang telah
terjamin keakuratannya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan
untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar matematika yaitu dari hasil ujian
mid semester 1 bidang studi matematika kelas VIII-A dan VIII-B SMP Negeri 5
Boyolali.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti (orang lain yang ditugasi) dalam kegiatan pengumpulan data agar
kegiatan pengumpulan data menjadi sistematis dan mudah (Budiyono, 2003: 47).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah angket, yaitu
angket pemberian motivasi belajar dari orang tua dan angket minat belajar
matematika. Pertanyaan atau pernyataan dalam angket disusun dengan
menggunakan skala Likert dan dalam dua bentuk yang bersifat positif dan negatif.
Pemberian skornya adalah sebagai berikut:
a. Untuk pertanyaan / pernyataan positif a = 4, b = 3, c = 2 dan d = 1.
b. Untuk pertanyaan / pernyataan negatif a = 1, b = 2, c = 3 dan d = 4.
Setelah instrumen dibuat dan dikonsultasikan, instrumen akan diuji
cobakan pada siswa. Uji coba dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah angket memenuhi syarat validitas isi, konsistensi internal dan reliabilitas.
Alat pengukur yang berfungsi dengan baik akan mampu mengukur apa
yang diinginkan dan dapat dipertanggung jawabkan, untuk memenuhi hal itu
diperlukan syarat-syarat validitas isi, konsistensi internal dan reliabilitas.
a. Validitas Isi
Dalam penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas isi adalah: membuat
kisi-kisi butir angket, menyusun soal-soal butir angket, kemudian menelaah butir
angket. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah suatu
instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah
melalui experts judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
berikutnya, para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah
disusun cocok atau relevan dengan kisi-kisi yang ditentukan.
Lebih lanjut lagi, tentang langkah-langkah memvalidasi isi butir soal
menurut Budiyono (2003: 59) adalah penilai menilai apakah kisi-kisi yang dibuat
oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah
mewakili isi (substansi) yang akan diukur. Dalam penelitian ini butir angket
dikatakan valid jika memenuhi 8 kriteria penelaahan, yaitu: kesesuaian dengan
kisi-kisi tes, kesesuaian dengan teori pemberian motivasi dari orang tua (minat
belajar), kesesuaian dengan tujuan penelitian, butir soal telah mempresentasikan
jenis pemberian motivasi dari orang tua (minat belajar), butir soal telah
merupakan sampel yang representative, titik berat item yang diujikan telah
seimbang dengan titik berat tahap perkembangan siswa SMP kelas VIII, item soal
tidak memerlukan pengetahuan lain untuk menjawabnya, soal menggunakan
bahasa yang mudah dipahami, tidak ambigu, dan sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia.
b. Konsistensi Internal
Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor
butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Biasanya untuk menghitung konsistensi
internal untuk butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen
produk dari Karl Pearson sebagai berikut:
å åååååå
--
-=
))(())(( 2222 YYnXXn
YXXYnrxy
dengan
rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y = total skor (dari subjek uji coba)
(Budiyono, 2003: 65)
Suatu butir tes disebut valid apabila rxy yang diperoleh lebih besar dari
rxy pada tabel dengan mengambil tingkat signifikansi tertentu. Dalam penelitian
ini digunakan taraf signifikansi 5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
c. Reliabilitas
“Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan
instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengkuran tersebut dilakukan pada
orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang
berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada
waktu yang berlainan” (Budiyono, 2003: 65).
Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan teknik Cronbach alpha.
÷÷ø
öççè
æ-÷
øö
çèæ
-=
åå
2
2
11 t
ixy S
S
nn
r
dengan
r11 = indeks reliabilitas
n = banyaknya butir instrument
si2 = variansi butir ke-i, i = 1,2,….n
st2 = variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba
(Budiyono, 2003: 70)
Untuk memutuskan apakah instrumen yang disusun akan dipakai atau
dibuang, digunakan nilai 0,70 sebagai ukuran standar dimana jika hasil
pengukuran mempunyai indeks reliabilitas ≥ 0,70 maka instrumen akan dipakai,
jika kurang dari 0,70 maka instrumen tidak akan dipakai (Budiyono, 2003: 72).
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
a. Pemberian Motivasi Belajar dari Orang Tua
1) Definisi Operasional : Pemberian motivasi belajar dari orang tua yaitu
motivasi yang tumbuh dari orang tua siswa yang bersangkutan yang dapat
mendorong gairah belajar agar memperoleh prestasi belajar matematika
yang memuaskan
Indikator : Skor dari angket yang telah diisi siswa.
2) Skala Pengukuran : Skala interval yang ditransformasi ke skala ordinal
yaitu terdiri dari siswa dengan tingkat pemberian motivasi belajar dari
orang tua rendah (A1), sedang (A2) dan tinggi (A3). Dengan ketentuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
rendah jika skor < X - s, sedang jika X - s ≤ skor ≤ X + s dan tinggi jika
skor angket > X + s.
b. Minat Belajar Matematika
1) Definisi Operasional : Minat belajar siswa adalah suatu faktor intern yang
mendorong dan mempengaruhi tingkah laku siswa untuk merasa tertarik
dan menunjukkan perhatian untuk belajar matematika. Skor tentang minat
belajar matematika diperoleh dari angket minat belajar matematika yang
telah diisi oleh siswa.
2) Indikator : Skor angket minat belajar matematika.
3) Skala Pengukuran : Skala interval yang ditransformasi ke sakala ordinal
yaitu terdiri dari siswa dengan tingkat minat belajar matematika rendah
(B1), sedang (B2) dan tinggi (B3). Dengan ketentuan, rendah jika skor <
X - s, sedang jika X - s ≤ skor ≤ X + s dan tinggi jika skor angket > X + s.
c. Problema Remaja
1) Definisi Operasional : Problema remaja adalah sejumlah persoalan yang
dihadapai oleh anak usia remaja akibat perubahan-perubahan yang terjadi
pada dirinya. Skor tentang problema remaja diperoleh dari angket
problema remaja yang telah diisi oleh siswa.
2) Indikator : Skor dari angket yang telah diisi siswa.
3) Skala Pengukuran : Skala interval yang ditransformasi ke sakala ordinal
yaitu terdiri dari siswa dengan tingkat problema remaja rendah (A1),
sedang (A2) dan tinggi (A3). Dengan ketentuan, rendah jika skor < X - s,
sedang jika X - s ≤ skor ≤ X + s dan tinggi jika skor angket > X + s.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.
a. Definisi Operasional : Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang
telah dicapai siswa setelah menikuti proses belajar mengajar bidang studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
matematika yang berakibat pada perubahan penguasaan dan kecakapan dalam
kurun waktu tertentu. Hasil prestasi belajar diperoleh dari nilai ujian mid
semester I.
b. Indikator : Nilai mata pelajaran matematika pada ujian mid semester 1
c. Skala Pengukuran : Skala interval
F. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, maka data tersebut akan dianalisis guna
menguji kebenaran hipotesis dan juga memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian
ini digunakan analisis anava tiga jalan 3 x 3 x 3. Sebelum melakukan analisis
variansi terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
1. Uji Normalitas
Sebelum data diolah untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu di uji
apakah sample berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk
keperluan ini digunakan metode Lilliefors, dengan statistik uji sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Statistik Uji
)()( ii ZSZFmaksL -=
dengan
F(Zi) = P(Z ≤ Zi)
Z ~ N(0,1)
S(Zi) = Proporsi cacah Z ≤ Zi terhadap seluruh Zi
s
XXZ i
i
-=
s = Simpangan baku
)1(
)( 22
-
-= åå
nn
XXNs
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Daerah Kritik
Dk = {L / L > L n;a }
d. Keputusan Uji
H0 ditolak jika LÎDk atau diterima jika ÏDk
(Budiyono,2000: 169)
2. Uji Homogenitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Metode yang digunakan adalah metode Bartlett
dengan statistik uji.
a. Hipotesis
H0 : 222
21 ... ksss === (sampel berasal dari populasi homogen)
H1 : sekurang-kurangnya ada satu variansi yang tidak sama (sampel tidak
homogen)
b. Statistik Uji
å-= )loglog(203.2 22
jj SfRKGfc
X
Dengan
X2 ~ X2 (k – 1)
k = Banyaknya populasi = banyaknya sampel
f = Derajat kebebasan untuk RKG = N – k
fj = Derajat kebebasan untuk Sj2 = nj – 1
j = 1, 2, … k
N = Banyaknya seluruh nilai
nj = Banyaknya nilai (ukuran) ke-j = ukuran sampel ke-j
÷÷ø
öççè
æ-
-+= å ffk
cj
11)1(3
11
( ) 2
22
)1(; jjj
jjj
j
i Snn
XXSS
f
SSRKG -=-== ååå
å
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Daerah Kritik
Dk = { X2/X2 > X2 a ;k – 1}
d. Keputusan Uji
H0 ditolak jika X2 ÎDk atau diterima jika X2 ÏDk
(Budiyono, 2000: 176)
3. Analisis Variansi Tiga Jalan
a. Tujuan
Analisis variansi tiga jalan ini bertujuan untuk menguji signifikansi
perbedaan efek baris, efek kolom dan kombinasi efek kolom terhadap variabel
terikat.
b. Model
Xijkl = µ + αi + βi + gk + αβij + αgik + βgjk + αβgijk
Dengan :
Xjkl = Pengamatan ke-i di bawah faktor A (pemberian motivasi belajar
dari orang tua), kategori i, faktor B (minat belajar) kategori j, dan
faktor C (kecemasan menghadapi tes matematika) kategori k.
i = 1,2,3, ..., p; p = cacah kategori A,
j = 1,2,3, ..., q; q = cacah kategori B,
k = 1,2,3, ..., r; r = cacah kategori C,
1 = 1,2,3, ..., n; n = cacah pengamatan setiap sel
nijk = Cacah observasi pada sel abcijk
µ = Rerata besar (pada populasi)
α1 = Efek faktor ke A kategori ke-i
βj = Efek faktor ke B kategori ke j
gk = Efek faktor ke C kategori ke-k
αβij = Interaksi faktor A dan faktor B
αgik = Interaksi faktor A dan faktor C
βgjk = Interaksi faktor B dan faktor C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
αβgijk = Interaksi faktor A, faktor B, dan faktor C
εijkl = Deviasi data amatan terhadap rataan populasinya (µij) yang
berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi σij2.
c. Tata Letak Data
Tabel 3.1 Notasi dan Tata Letak Data
A B B1 B2 B3
C C1 C2 C3 C2 C2 C3 C1 C2 C3
A1 abc111 abc112 abc113 abc121 abc122 abc123 abc121 abc122 abc123
A2 abc211 abc212 abc213 abc221 abc222 abc223 abc221 abc222 abc223
A3 abc311 abc312 abc313 abc321 abc322 abc323 abc321 abc322 abc323
d. Hipotesis
Pada analisis tiga jalan terdapat tujuh pasang hipotesis yang perumusannya
adalah sebagai berikut:
1) (H0)A : αi = 0 untuk semua i
(H1)A : αi ≠ 0 untuk sekurang-kurangnya satu i
2) (H0)B : βj = 0 untuk semua j
(Hi)B : βj ≠ 0 untuk sekurang-kurangnya satu j
3) (H1)C : gk = 0 untuk semua k
(H0)C : gk ≠ 0 untuk sekurang-kurangnya satu k
4) (H0)AB : αβij = 0 untuk semua pasang (i, j)
(H0)AB : αβij ≠ 0 untuk sekurang-kurangnya satu (i,j)
5) (H0)AC : αgik = 0 untuk semua pasang (i, k)
(H1)AC : αgik ≠ 0 untuk sekurang-sekurangnya satu (i, k)
6) (H0)BC : βgjk = 0 untuk semua pasang (j, k)
(H1)BC : βgjk ≠ 0 untuk sekurang-kurangnya satu (j, k) .
7) (H0)ABC : αβgijk = 0 untuk semua pasang (i,j,k)
(H1)ABC : αβgijk ≠ 0 untuk sekurang-kurangnya satu (i, j, k)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
e. Statistik
Untuk hipotesis 1 dengan FA = RKA/RKG
Untuk hipotesis 2 dengan FB = RKB/RKG
Untuk hipotesis 3 dengan FC = RKC/RKG
Untuk hipotesis 4 dengan FAB = RKAB/RKG
Untuk hipotesis 5 dengan FAC = RKAC/RKG
Untuk hipotesis 6 dengan FBC = RKBC/RKG
Untuk hipotesis 7 dengan FABC = RKABC/RKG
Dengan
RKA = JKA/dkA RKB = JKB/dkB
RKC = JKC/dkC RKAB = JKAB/dkAB
RKAC = JKAC/dkAC RKBC = JKBC/dkBC
RKABC = JKABC/dkABC RKG = JKG/dkG
Dengan
dkA = (p-1) dkB = (q-1)
dkC = (r-1) dkAB = (p-1) (q-1)
dkAC = (p-1) (r-1) dkBC = (q-1) (r-1)
dkABC = (p-1) (q-1) (r-1) dkG = N - pqr
Jumlah Kuadrat (JK) diperoleh dari :
a. Komponen JK
(1) =pqrG 2
(6) = åji
2y
r
AB
,
(2) = åijk
ijkSS (7) = åki
2ik
qAC
,
(3) = åi
2j
qr
A (8) = å
kj
2jk
p
BC
,
(4) = åj
2j
pr
B (9) = å
kji
2ijkABC
,,
(5) = åk
2k
pqC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b. JK dihitung dengan menggunakan simbol-simbol dari 1) yaitu:
JKA = n h {(3) - (1)}
JKB = n h {(4) - (1)}
JKC = n h {(5) - (1)}
JKAB = n h {(6) - (4) - (3) + (1)}
JKAC = n h {(7) - (5) - (3) + (1)}
JKBC = n h {(8) - (5) - (3) + (1)}
JKABC = n h {(9) - (8) - (7) - (6) + (5) + (4) + (3) + (1)}
JKG = (2)
+
JKT = n h {(9) - (1)} + JKg
Dengan n h =
åijk ijkr
1pqr
f. Daerah Kritik
Daerah kritik atau duerah penolakan untuk hipotesis nol masing-masing
perlakuan sebagai berikut:
Fa = { Fa | Fa > Fa , dka ; N-pqr }
Fb = { Fb | Fb > Fa , dkb ; N-pqr }
Fc = { Fc | Fc > Fa , dkc ; N-pqr }
Fab = { Fab | Fab > Fa , dkab ; N-pqr }
Fac = { Fac | Fac > Fa , dkac ; N-pqr }
Fbc = { Fbc | Fbc > Fa , dkbc ; N-pqr }
Fabc = { Fabc | Fabc > Fa , dkabc ; N-pqr }
Dengan a adalah taraf signifikan.
g. Keputusan Uji
H0 ditolak apabila harga statistik uji yang bersesuaian melebihi harga kritiknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 3.2 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fobs Fa P
A JKA dkA RKA FA F* < a atau > a
B JKB dkB RKB FB F* < a atau > a
C JKC dkC RKC FC F* < a atau > a
AB JKAB dkAB RKAB FAB F* < a atau > a
AC JKAC dkAC RKAC FAC F* < a atau > a
BC JKBC dkBC RKBC FBC F* < a atau > a
ABC JKABC dkABC RKABC FABC F* < a atau > a
Galat JKG dkG N-pqr - - -
Total JKT N-1 - - -
Keterangan: p adalah probabilitas amatan; F* adalah nilai F yang diperoleh
dari tabel.
(Budiyono, 2000:237)
4. Uji Komparasi Ganda
Uji ini untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan kolom dan
pasangan sel. Dalam uji ini digunakan metode Scheffe dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan dan merumuskan
hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
b. Menentukan tingkat signifikansi a
c. Mencari nilai statistik uji F dan menentukan daerah kritik dengan
menggunakan formula berikut :
1) Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar baris.
( )
úúû
ù
êêë
é+
-=-
..
2
....
11
ji
jiji
nnRKG
XXF
dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Fi.-j. = Nilai F pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
.iX = Rataan pada baris ke-i
.jX = Rataan pada baris ke-j
RKG = Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
ni. = Ukuran sampel baris ke-i
nj. = Ukuran sampel baris ke-j
Dk = {F / F > (p – 1) Fa ;p-1, N-pq}
2) Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom.
( )
úúû
ù
êêë
é+
-=-
ji
jiji
nnRKG
XXF
..
2
....
11
dengan
F.i-.j = Nilai F pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
iX . = Rataan pada kolom ke-i
jX . = Rataan pada kolom ke-j
RKG = Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
n.i = Ukuran sampel kolom ke-i
n.j = Ukuran sampel kolom ke-j
Dk = {Fb / Fb > (q – 1) Fa ;q-1, N-pq}
3) Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama.
( )
úúû
ù
êêë
é+
-=-
ji
jiji
nnRKG
XXF
11
2
dengan
Fij-kj =Nilai F pada pembandingan baris ke-ij dan baris ke-kj
ijX = Rataan sel ke-ij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
kjX = Rataan pada sel ke-kj
RKG = Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
nij = Ukuran sampel sel ke-ij
nkj = Ukuran sampel sel ke-kj
Dk = {F / F > (pq-1)Fa ;pq-1,N-pq}
4) Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama.
( )
úúû
ù
êêë
é+
-=-
ji
jiji
nnRKG
XXF
11
2
dengan
Fij-ik =Nilai F pada pembandingan baris ke-ij dan baris ke-kj
ijX = Rataan sel ke-ij
ikX = Rataan pada sel ke-ik
RKG =Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
nij = Ukuran sampel sel ke-ij
njk =Ukuran sampel sel ke-jk
Dk = {F / F > (pq-1)Fa ;pq-1,N-pq}
d. Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparsi ganda.
e. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data uji coba angket pemberian
motivasi belajar dari orang tua, uji coba angket minat belajar matematika, dan uji
coba problema remaja, data angket pemberian motivasi belajar dari orang tua, data
angket minat belajar matematika, dan data problema remaja dari masing-masing
kelompok sampel penelitian.
Setelah data dari hasil uji coba dan data dari setiap variabel yaitu data
angket pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar matematika, dan
problema remaja siswa terkumpul, selanjutnya data tersebut akan diuji. Berikut ini
akan diberikan uraian tentang data-data yang diperoleh.
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang diuji cobakan dalam penelitian ini berupa angket untuk
mengungkapkan data mengenai pemberian motivasi belajar dari orang tua dan
minat belajar matematika.
a. Hasil uji coba angket pemberian motivasi belajar dari orang tua
1) Validitas isi uji coba angket
Angket pemberian motivasi belajar dari orang tua terdiri dari 30
butir. Melalui dua orang validator, yaitu guru SMP Negeri 4 Boyolali dan
guru SMP Negeri 5 Boyolali, diperoleh bahwa 30 butir angket dinyatakan
valid secara validitas isi karena memenuhi kriteria yang diberikan.
2) Konsistensi internal angket
Angket yang diuji cobakan terdiri dari 30 butir. Dari hasil uji
konsistensi internal dengan menggunakan rumus korelasi produk moment
diperoleh 26 butir yang konsisten sebab rhit dari 26 butir tersebut lebih
besar dari rtab = 0,329. Sedang 4 butir tidak valid sebab rhit 4 soal tersebut
kurang dari rtab = 0,329.
(Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 3)
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3) Reliabilitas uji coba angket
Dengan menggunakan rumus Alpha, diperolah r11 = 0,82315787.
Karena indeks reliabilitasnya lebih dari 0,70, maka angket tentang
pemberian motivasi belajar dari orang tua tersebut akan dipakai dan
karena r11 = 0,82315787 > 0,70, maka angket dikatakan reliabel.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5)
Dari persyaratan di atas diperoleh 26 butir yang dapat digunakan
untuk penelitian, 4 butir tidak digunakan karena tidak memenuhi syarat
yaitu 4, 12, 17, 23.
b. Hasil uji coba angket minat belajar matematika
1) Validitas isi uji coba angket
Angket minat belajar matematika terdiri dari 30 butir. Melalui dua
orang validator, yaitu guru SMP Negeri 4 Boyolali dan guru SMP Negeri
5 Boyolali, diperoleh bahwa 30 butir angket dinyatakan valid secara
validitas isi karena memenuhi kriteria yang diberikan.
2) Konsistensi internal angket
Angket yang diuji cobakan terdiri dari 30 butir. Dari hasil uji
konsistensi internal dengan menggunakan rumus korelasi produk moment
diperoleh 27 butir yang konsisten sebab rhit dari 27 butir tersebut lebih
besar dari rtab = 0,329. Sedang 3 butir tidak valid sebab rhit 3 soal tersebut
kurang dari rtab = 0,329.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10)
3) Reliabilitas uji coba angket
Dengan menggunakan rumus Alpha, diperolah r11 = 0,874234.
Karena indeks reliabilitasnya lebih dari 0,70, maka angket tentang minat
belajar matematika tersebut akan dipakai dan karena r11 = 0,874234 >
0,70, maka angket dikatakan reliabel.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dari persyaratan di atas diperoleh 27 butir yang dapat digunakan
untuk penelitian, 3 butir tidak digunakan karena tidak memenuhi syarat
yaitu nomor 1, 5, 30.
c. Hasil uji coba angket problema remaja
1) Validitas isi uji coba angket
Angket minat belajar matematika terdiri dari 30 butir. Melalui dua
orang validator, yaitu guru SMP Negeri 4 Boyolali dan guru SMP Negeri
5 Boyolali, diperoleh bahwa 30 butir angket dinyatakan valid secara
validitas isi karena memenuhi kriteria yang diberikan.
2) Konsistensi internal angket
Angket yang diuji cobakan terdiri dari 30 butir. Dari hasil uji
konsistensi internal dengan menggunakan rumus korelasi produk moment
diperoleh 26 butir yang konsisten sebab rhit dari 26 butir tersebut lebih
besar dari rtab = 0,329. Sedang 4 butir tidak valid sebab rhit 4 soal tersebut
kurang dari rtab = 0,329.
(Perhitungan selengkapnya tertuang dalam Lampiran 14)
3) Reliabilitas uji coba angket
Dengan menggunakan rumus Alpha, diperolah r11 = 0,880876.
Karena indeks reliabilitasnya lebih dari 0,70, maka angket tentang minat
belajar matematika tersebut akan dipakai dan karena r11 = 0,880876 > 0,70,
maka angket dikatakan reliabel.
(Perhitungan selengkapnya tertulis pada Lampiran 15)
Dari persyaratan di atas diperoleh 27 butir yang dapat digunakan
untuk penelitian, 3 butir tidak digunakan karena tidak memenuhi syarat
yaitu nomor 4, 14, 17, 27.
2. Data Skor Pemberian Motivasi Belajar Dari Oleh Orang Tua
Pemberian motivasi belajar dari orang tua diukur dengan menggunakan
angket. Data skor pemberian motivasi belajar yang diperoleh dikelompokkan
menjadi 3 kategori, yaitu rendah (X < 66,13), sedang (66,13 ≤ X ≤ 84,97), dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
tinggi (X > 84,97). Berdasarkan perolehan data, dari 78 siswa terdapat 16 siswa
termasuk kategori rendah, 45 siswa termasuk kategori sedang, dan 17 siswa
termasuk kategori tinggi.
(Perhitungan selengkapnya diuraikan dalam Lampiran 22)
3. Data Skor Minat Belajar Matematika
Minat belajar matematika diukur dengan menggunakan angket. Data skor
angket minat belajar matematika yang diperoleh dikelompokkan menjadi 3
kategori, yaitu rendah (X < 63,18), sedang (63,18 ≤ X ≤ 80,98), dan tinggi (X >
80,98). Berdasarkan perolehan data, dari 78 siswa terdapat 22 siswa termasuk
kategori rendah, 35 siswa termasuk kategori sedang, dan 21 siswa termasuk
kategori tinggi.
(Perhitungan selengkapnya tertuang dalam Lampiran 22)
4. Data Skor Problema Remaja
Problema remaja diukur dengan menggunakan angket. Data skor angket
problema remaja yang diperoleh dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu rendah
(X < 42,60), sedang (42,60 ≤ X ≤ 58,58), dan tinggi (X > 58,58). Berdasarkan
perolehan data, dari 78 siswa terdapat 14 siswa termasuk kategori rendah, 53siswa
yang termasuk kategori sedang, dan 11 siswa yang termasuk kategori tinggi.
(Perhitungan selengkapnya diuraikan dalam Lampiran 22)
5. Data Skor Prestasi Belajar Matematika
Data prestasi belajar matematika siswa diperoleh dari data hasil ujian mid
semester 1. Perolehan nilai masing-masing siswa dapat dilihat dalam daftar
perolehan tes prestasi belajar matematika siswa (Lampiran 22). Data prestasi
belajar matematika siswa ditinjau dari pemberian motivasi belajar dari orang tua
(A), minat belajar matematika (B) dan problema remaja (C), selengkapnya dapat
dilihat dalam rangkuman data dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4.1 Rangkuman data prestasi belajar matematika siswa
A B B1 B2 B3
C C1 C2 C3 C1 C2 C3 C1 C2 C3
A1 50 47, 50, 51, 50,
44 50 66
65, 41, 46, 55
55 65 65 69
A2 50
48, 73, 64, 60, 64, 48, 59, 53,
55
48
79, 65, 62, 78, 77
82, 46, 63, 60, 63, 66, 63, 63,60, 60, 57, 65, 71, 69, 55,
43, 71
47, 55, 55
63, 65
78, 67, 69, 69, 95, 85
60
A3 83 64, 79 55 70 63, 63 65 78
90, 86, 87, 80, 70, 90,
78
60
Nilai-nilai diatas adalah data prestasi belajar matematika siswa, yang diambil dari
nilai mid semester 1 kelas VIII-A dan VIII-B SMP Negeri 5 Boyolali tahun
pelajaran 2009/2010. Nilai-nilai tersebut digolongkan sesuai dengan hasil angket
yang diperoleh pada penelitian.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Salah satu syarat dapat digunakannya teknik analisis variansi adalah
terpenuhinya uji normalitas. Untuk menguji normalitas populasi dalam penelitian
ini digunakan metode liliefors. Uji ini dikenakan pada variabel bebas yaitu
pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar matematika, dan
problema remaja. Adapun hasil statistik uji (Lobs) beserta harga kritik (Ltabel) untuk
tiap-tiap kategori adalah seperti tertera dalam tabel dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Faktor Kategori Lobs df Ltabel Kesimpulan
Pemberian motivasi
belajar dari orang
tua (A)
Rendah
Sedang
Tinggi
0,2068
0,1071
0,1439
16
45
17
0,2130
0,1321
0,2060
H0 tidak ditolak
H0 tidak ditolak
H0 tidak ditolak
Minat Belajar (B)
Rendah
Sedang
Tinggi
0,1874
0,1086
0,1853
22
35
21
0,1900
0,1498
0,1900
H0 tidak ditolak
H0 tidak ditolak
H0 tidak ditolak
Problema Remaja
(C)
Rendah
Sedang
Tinggi
0,1428
0,1027
0,2078
14
53
11
0,2270
0,1217
0,2490
H0 tidak ditolak
H0 tidak ditolak
H0 tidak ditolak
Dari Tabel 4.2 tampak bahwa harga statistik uji (Lobs) masing-masing kategori
tidak melebihi Ltabel. Dengan demikian keputusan yang diambil adalah H0 tidak
ditolak atau sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
(Perhitungan selengkapnya tertulis pada Lampiran 23 - 31)
2. Uji Homogenitas
Syarat lain dalam penggunaan analisis variansi adalah bahwa populasi-
populasinya harus homogen dan memiliki variansi yang sama. Untuk mengetahui
apakah syarat tersebut terpenuhi, dalam penelitian ini digunakan salah satu uji
homogenitas, yaitu metode Bartlett. Adapun hasil pengujian homogenitas adalah
seperti tertera dalam rangkuman berikut ini.
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Faktor X2obs X2
tabel Kesimpulan
Pemberian motivasi belajar dari
orang tua (A) 0,988 5,910 H0 tidak ditolak
Minat belajar matematika (B) 0,236 5,910 H0 tidak ditolak
Problema Remaja (C) 5,613 5,910 H0 tidak ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dari Tabel 4.3 tampak harga statistik uji (X2obs) masing-masing kelompok tidak
melebihi X2tabel. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa H0 tidak
ditolak atau sampel berasal dari populasi yang homogen.
(Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 32 - 34)
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama
disajikan pada rangkuman dibawah ini.
Tabel 4.4 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fobs F0,05
PMBDOT (A) 1025,00 2 512,50 7,25 3,15
Minat (B) 917,33 2 458,67 6,49 3,15
Problema (C) 616,87 2 308,43 4,36 3,15
Interaksi AB 315,77 4 78,94 1,12 2,52
Interaksi AC 451,41 4 112,85 1,60 2,52
Interaksi BC 193,45 4 48,36 0,68 2,52
Interaksi ABC 419,15 8 52,39 0,74 2,10
Galat 3604,78 51 70,68 - -
Total 7651 77 - - -
Dari Tabel 4.4 di atas tampak bahwa faktor pemberian motivasi belajar dari orang
tua (A), faktor minat belajar matematika (B) dan faktor problema remaja (C)
harga statistik ujinya (Fobs) lebih besar dari Ftabel. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa H0A ditolak artinya ada pengaruh antara pemberian motivasi
belajar dari orang tua terhadap prestasi belajar matematika, H0B ditolak artinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
ada pengaruh antara minat belajar matematika terhadap prestasi belajar
matematika, dan H0C ditolak artinya ada pengaruh problema remaja terhadap
prestasi belajar matematika.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35)
2. Uji Lanjut Pasca Anava
a. Uji Komparasi Rataan Antar Baris
Berdasarkan anava tiga jalan dengan sel tak sama yang terangkum
dalam Tabel 4.4 diperoleh bahwa H0A ditolak. Oleh karenanya perlu
dilakukan uji komparasi ganda antar baris yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Rangkuman Uji Komparasi Antar Baris
Komparasi
RKG F Kritik Keputusan
µ1 vs µ2 33,9889 0,0847 70,68 5,685 6,30 Ho diterima
µ1 vs µ3 382,9849 0,1213 70,68 44,69 6,30 Ho ditolak
µ2 vs µ3 188,7876 0,0810 70,68 32,97 6,30 Ho ditolak
Keterangan:
µ1 = rataan siswa yang mempunyai tingkat pemberian motivasi belajar dari
orang tua rendah
µ2 = rataan siswa yang mempunyai tingkat pemberian motivasi belajar dari
orang tua sedang
µ3 = rataan siswa yang mempunyai tingkatpemberian motivasi belajar dari
orang tua tinggi
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Tingkat pemberian motivasi belajar dari orang tua sedang memberikan
pengaruh yang sama baik terhadap prestasi belajar matematika daripada
tingkat pemberian motivasi belajar dari orang tua rendah.
2) Tingkat pemberian motivasi belajar dari orang tua tinggi memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar matematika daripada
tingkat pemberian motivasi belajar dari orang tua rendah maupun sedang.
( )2ji xx -÷÷ø
öççè
æ+
ji nn
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
b. Uji Komparasi Rataan Antar Kolom
Berdasarkan anava tiga jalan dengan sel tak sama yang terangkum
dalam Tabel 4.4 diperoleh bahwa H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji
komparasi ganda antar kolom yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Komparasi
RKG F Kritik Keputusan
µ1 vs µ2 15,3664 0,0740 70,68 2,938 6,30 Ho diterima
µ1 vs µ3 334,5241 0,0930 70,68 50,86 6,30 Ho ditolak
µ2 vs µ3 206,4969 0,0762 70,68 38,35 6,30 Ho ditolak
Keterangan:
µ1 = rataan siswa yang mempunyai tingkat minat belajar matematika rendah
µ2 = rataan siswa yang mempunyai tingkat minat belajar matematika sedang
µ3 = rataan siswa yang mempunyai tingkat minat belajar matematika tinggi
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Tingkat minat belajar matematika sedang memberikan pengaruh yang
sama baik terhadap prestasi belajar matematika daripada tingkat minat
belajar matematika rendah.
2) Tingkat minat belajar matematika tinggi memberikan pengaruh yang lebih
baik terhadap prestasi belajar matematika daripada tingkat minat belajar
matematika rendah maupun sedang.
c. Uji Komparasi Rataan Antar Sub Kolom
Berdasarkan anava tiga jalan dengan sel tak sama yang terangkum
dalam Tabel 4.4 diperoleh bahwa H0C ditolak, maka perlu dilakukan uji
komparasi ganda antar sub kolom yang disajikan pada tabel berikut.
( )2ji xx - ÷÷ø
öççè
æ+
ji nn
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Sub Kolom
Komparasi
RKG F Kritik Keputusan
µ1 vs µ2 59,7529 0,0903 70,68 9,354 6,30 Ho ditolak
µ1 vs µ3 102,8196 0,1098 70,68 8,95 6,30 Ho ditolak
µ2 vs µ3 5,8081 0,0973 70,68 0,75 6,30 Ho diterima
Keterangan:
µ1 = rataan siswa yang mempunyai tingkat problema remaja rendah
µ2 = rataan siswa yang mempunyai tingkat problema remaja sedang
µ3 = rataan siswa yang mempunyai tingkat problema remaja tinggi
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Tingkat problema remaja rendah memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap prestasi belajar matematika daripada tingkat problema remaja
sedang maupun tinggi.
2) Tingkat problema remaja sedang memberikan pengaruh yang sama baik
terhadap prestasi belajar matematika daripada tingkat problema remaja
tinggi.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh FA =
7,25 > 3,15 = Ftabel. Berarti H0A ditolak, sehingga ada pengaruh pemberian
motivasi belajar dari orang tua terhadap prestasi belajar matematika.
Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F│F > 6,30} dan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a. F1-2 = 5,685 Ï DK
Hal ini berarti tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi
belajar matematika pada kelompok siswa dengan tingkat pemberian motivasi
belajar dari orang tua sedang (rataan 64,02) dan prestasi belajar matematika
( )2ji xx - ÷÷ø
öççè
æ+
ji nn
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
pada kelompok siswa dengan tingkatpemberian motivasi belajar dari orang
tua rendah (rataan 58,19).
b. F1-3 = 44,69 Î DK
Hal ini berarti ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan tingkat pemberian motivasi belajar
dari orang tua tinggi (rataan 77,76) dan prestasi belajar matematika pada
kelompok siswa dengan tingkat pemberian motivasi belajar dari orang tua
rendah (rataan 58,19).
c. F2-3 = 32,97 Î DK
Hal ini berarti ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan tingkat pemberian motivasi belajar
dari orang tua sedang (rataan 64,02) dan prestasi belajar matematika pada
kelompok siswa dengan tingkat pemberian motivasi belajar dari orang tua
tinggi (rataan 77,76).
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh FB =
6,49 > 3,15 = Ftabel. Berarti H0B ditolak, sehingga ada pengaruh minat belajar
matematika terhadap prestasi belajar matematika.
Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F│F > 6,30} dan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a. F1-2 = 2,938 Ï DK
Hal ini berarti tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi
belajar matematika pada kelompok siswa dengan tingkat minat belajar rendah
(rataan 59,14) dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan
tingkat minat belajar sedang (rataan 63,06).
b. F1-3 = 50,86 Î DK
Hal ini berarti ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan tingkat minat belajar rendah (rataan
59,14) dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan tingkat
minat belajar tinggi (rataan 77,43).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
c. F2-3 = 38,35 Î DK
Hal ini berarti ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan tingkat minat belajar sedang (rataan
63,06) dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan tingkat
minat belajar tinggi (rataan 77,43).
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh FC =
4,36 > 3,15 = Ftabel. Berarti H0C ditolak, sehingga ada pengaruh antara problema
remaja yang dihadapi siswa terhadap prestasi belajar matematika.
Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F│F > 6,30} dan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a. F1-2 = 9,354 Î DK
Hal ini berarti ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan tingkat problema remaja rendah
(rataan 72,50) dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan
tingkat problema remaja sedang (rataan 64,77).
b. F1-3 = 8,95 Î DK
Hal ini berarti ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan tingkat problema remaja rendah
(rataan 72,50) dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan
tingkat problema remaja tinggi (rataan 62,36).
c. F2-3 = 0,75 Ï DK
Hal ini berarti tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi
belajar matematika pada kelompok siswa dengan tingkat problema remaja
sedang (rataan 64,77) dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa
dengan tingkat problema remaja tinggi (rataan 62,36).
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh FAB =
1,12 < 2,52 = Ftabel. Berarti H0AB tidak ditolak, sehingga tidak ada interaksi antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pemberian motivasi belajar dari orang tua dan minat belajar matematika terhadap
prestasi belajar matematika. Artinya siswa yang memiliki tingkat pemberian
motivasi belajar dari orang tua tinggi, sedang maupun rendah jika ditinjau dari
kategori minat belajar matematika tinggi akan memperoleh prestasi belajar
matematika yang tidak berbeda dengan siswa yang mempunyai tingkat minat
belajar matematika sedang maupun rendah. Demikian juga untuk siswa yang
mempunyai tingkat minat belajar matematika sedang akan memperoleh prestasi
belajar matematika yang tidak berbeda dengan siswa yang mempunyai tingkat
minat belajar matematika rendah, baik jika ditinjau dari tingkat pemberian
motivasi belajar dari orang tua tinggi, sedang maupun rendah.
5. Hipotesis Kelima
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh FAC =
1,60 < 2,52 = Ftabel. Berarti H0AC tidak ditolak, sehingga tidak ada interaksi antara
pemberian motivasi belajar dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi
belajar matematika. Artinya siswa yang memiliki tingkat pemberian motivasi
belajar dari orang tua tinggi, sedang maupun rendah jika ditinjau dari kategori
problema remaja tinggi akan memperoleh prestasi belajar matematika yang tidak
berbeda dengan siswa yang mempunyai tingkat problema remaja sedang maupun
rendah. Demikian juga untuk siswa yang mempunyai tingkat problema remaja
sedang akan memperoleh prestasi belajar matematika yang tidak berbeda dengan
siswa yang mempunyai tingkat problema remaja rendah, baik jika ditinjau dari
tingkat pemberian motivasi belajar dari orang tua tinggi, sedang maupun rendah.
6. Hipotesis Keenam
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh FBC =
0,68 < 2,52 = Ftabel. Berarti H0BC tidak ditolak, sehingga tidak ada interaksi antara
minat belajar matematika dan problema remaja terhadap prestasi belajar
matematika. Artinya siswa yang memiliki tingkat minat belajar matematika tinggi,
sedang maupun rendah jika ditinjau dari kategori problema remaja tinggi akan
memperoleh prestasi belajar matematika yang tidak berbeda dengan siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
mempunyai tingkat problema remaja sedang maupun rendah. Demikian juga
untuk siswa yang mempunyai tingkat problema remaja sedang akan memperoleh
prestasi belajar matematika yang tidak berbeda dengan siswa yang mempunyai
tingkat problema remaja rendah, baik jika ditinjau dari tingkat minat belajar
matematika tinggi, sedang maupun rendah.
7. Hipotesis Ketujuh
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh
FABC = 0,74 < 2,10 = Ftabel. Berarti H0ABC tidak ditolak, sehingga tidak ada
interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar
matematika dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika. Artinya
siswa yang memiliki tingkat pemberian motivasi belajar dari orang tua tinggi jika
ditinjau dari tingkat minat belajar tinggi, sedang, atau rendah dan tingkat prolema
remaja tinggi, sedang, atau rendah maka akan memperoleh prestasi belajar yang
tidak berbeda dengan siswa yang memperoleh tingkat pemberian motivasi belajar
dari orang tua sedang atau rendah. Selanjutnya siswa yang memiliki tingkat minat
belajar tinggi jika ditinjau dari tingkat pemberian motivasi belajar dari orang tua
tinggi, sedang,atau rendah dan memiliki tingkat problema remaja tinggi, sedang,
atau rendah maka akan memperoleh prestasi belajar yang tidak berbeda dengan
siswa yang memiliki tingkat minat belajar sedang atau rendah.
Tidak ada interaksi antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang
lain dalam penelitian ini mungkin dikarenakan ketiga variabel bebas tidak berada
pada waktu yang bersamaan. Selain itu, dimungkinkan juga karena banyak faktor
diluar variabel bebas dalam penelitian ini yang dapat mempengaruhi proses
pencapaian prestasi belajar, dimana peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor
luaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap
prestasi belajar matematika siswa. Siswa dengan pemberian motivasi belajar
dari orang tua tinggi memiliki prestasi belajar matematika lebih baik daripada
siswa yang mendapatkan pemberian motivasi belajar dari orang tua sedang
maupun rendah. Siswa yang mendapatkan pemberian motivasi belajar dari
orang tua sedang memiliki prestasi belajar matematika sama baik dengan
siswa yang mendapatkan pemberian motivasi belajar dari orang tua rendah.
2. Terdapat pengaruh minat belajar matematika terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Siswa dengan minat belajar matematika tinggi memiliki
prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang memiliki minat
belajar matematika sedang maupun rendah. Siswa yang memiliki minat belajar
matematika sedang memiliki prestasi belajar matematika sama baik dengan
siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah.
3. Terdapat pengaruh problema remaja yang dialami siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa. Siswa dengan problema remaja rendah memiliki
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
problema remaja sedang dan tinggi. Siswa yang mengalami problema remaja
sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa
yang mengalami problema remaja tinggi.
4. Tidak ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua dan
minat belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika. Berarti siswa
dengan pemberian motivasi belajar dari orang tua tinggi memiliki prestasi
belajar matematika lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pemberian
motivasi belajar dari orang tua sedang maupun rendah dan siswa yang
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
mendapatkan pemberian motivasi belajar dari orang tua sedang memiliki
prestasi belajar matematika sama baik dengan siswa yang mendapatkan
pemberian motivasi belajar dari orang tua rendah baik untuk minat belajar
kategori tinggi, sedang, atau rendah. Demikian juga untuk siswa dengan minat
belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika lebih baik
daripada siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang maupun
rendah dan siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang memiliki
prestasi belajar matematika sama baik dengan siswa yang memiliki minat
belajar matematika rendah baik untuk untuk pemberian motivasi belajar dari
orang tua kategori tinggi, sedang, atau rendah.
5. Tidak ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua dan
problema remaja terhadap prestasi belajar matematika. Berarti siswa dengan
pemberian motivasi belajar dari orang tua tinggi memiliki prestasi belajar
matematika lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pemberian motivasi
belajar dari orang tua sedang maupun rendah dan siswa yang mendapatkan
pemberian motivasi belajar dari orang tua sedang memiliki prestasi belajar
matematika sama baik dengan siswa yang mendapatkan pemberian motivasi
belajar dari orang tua rendah baik untuk problema remaja kategori tinggi,
sedang, atau rendah. Demikian juga untuk siswa dengan problema remaja
rendah memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
yang memiliki problema remaja sedang dan tinggi, dan siswa yang mengalami
problema remaja sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik
dengan siswa yang mengalami problema remaja tinggi untuk pemberian
motivasi belajar dari orang tua kategori tinggi, sedang, atau rendah.
6. Tidak ada interaksi antara minat belajar matematika dan problema remaja
terhadap prestasi belajar matematika. Siswa dengan minat belajar matematika
tinggi memiliki prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang
memiliki minat belajar matematika sedang maupun rendah dan siswa yang
memiliki minat belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar
matematika sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika
rendah baik untuk untuk problema remaja kategori tinggi, sedang, atau rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Demikian juga untuk siswa dengan problema remaja rendah memiliki prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki problema
remaja sedang dan tinggi, dan siswa yang mengalami problema remaja sedang
memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang
mengalami problema remaja tinggi untuk minat belajar kategori tinggi, sedang,
atau rendah.
7. Tidak ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat
belajar matematika, dan problema remaja terhadap prestasi belajar siswa.
Berarti siswa dengan pemberian motivasi belajar dari orang tua tinggi
memiliki prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan pemberian motivasi belajar dari orang tua sedang maupun
rendah dan siswa yang mendapatkan pemberian motivasi belajar dari orang
tua sedang memiliki prestasi belajar matematika sama baik dengan siswa yang
mendapatkan pemberian motivasi belajar dari orang tua rendah baik untuk
minat belajar kategori tinggi, sedang, atau rendah dan problema remaj kategori
tinggi, sedang, atau rendah. Siswa dengan minat belajar matematika tinggi
memiliki prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang memiliki
minat belajar matematika sedang maupun rendah dan siswa yang memiliki
minat belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar matematika sama
baik dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah baik untuk
untuk pemberian motivasi belajar dari orang tua kategori tinggi, sedang, atau
rendah dan pronlema remaja kategori tinggi, sedang, atau rendah. Demikian
juga untuk siswa dengan problema remaja rendah memiliki prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki problema remaja
sedang dan tinggi, dan siswa yang mengalami problema remaja sedang
memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang
mengalami problema remaja tinggi untuk pemberian motivasi belajar dari
orang tua kategori tinggi, sedang, atau rendah dan minat belajar kategori tinggi,
sedang, atau rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dengan pemberian motivasi
belajar dari orang tua tinggi memiliki prestasi belajar matematika lebih baik
daripada siswa yang memiliki pemberian motivasi belajar dari orang tua
sedang maupun rendah. Siswa yang mendapatkan pemberian motivasi belajar
dari orang tua sedang memiliki prestasi belajar matematika sama baik dengan
siswa yang mendapatkan pemberian motivasi belajar dari orang tua rendah..
Salah satu faktor ekstern yang ikut menentukan keberhasilan belajar siswa
adalah pemberian motivasi belajar dari orang tua. Pemberian motivasi belajar
dari orang tua adalah dorongan yang berasal dari orang tua untuk membantu
dalam memperoleh prestasi belajar yang baik. Oleh karena siswa mengalami
kehidupan yang pertama dan utama dalam keluarga. Mereka akan tumbuh dan
berkembang sesuai pendidikan yang diperoleh dari orang tuanya. Dalam hal ini
orang tua hendaknya dapat membantu pihak sekolah untuk dapat memberikan
motivasi yang positif agar siswa memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
Pemberian motivasi belajar dari orang tua dapat dengan mengadakan
pengawasan, memupuk rasa optimis, memberikan pujian, memberikan hadiah,
memenuhi kebutuhan sekolah, memberi nasehat, dan sebagainya.
2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa dengan minat belajar
matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika lebih baik daripada
siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang maupun rendah. Siswa
yang memiliki minat belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar
matematika sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika
rendah. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa yang
mempunyai minat belajar tinggi akan lebih giat belajar daripada siswa yang
mempunyai minat belajar yang rendah. Siswa yang berperasaan senang dan
berminat belajar, akan mudah berkonsentrasi dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
3. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa dengan problema remaja
rendah memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dengan siswa
yang memiliki problema remaja sedang dan tinggi. Problema remaja
berpengaruh terhadap konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa
yang memiliki tingkat problema tinggi, maka konsentrasinya dalam belajar
akan terganggu, sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi orang tua,
guru dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan
prestasi belajar matematika siswa. Para guru dan calon guru sebaiknya
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses
belajar mengajar matematika di sekolah, baik faktor dari dalam maupun dari luar
diri siswa. Masing-masing faktor memiliki kontribusi yang berbeda-beda dalam
mempengaruhi pencapaian prestasi belajar matematika. Oleh karena itu guru tidak
hanya terfokus pada satu atau dua faktor saja seperti minat belajar dan pemberian
motivasi belajar dari orang tua , namun perlu memperhatikan faktor-faktor lain
seperti gaya belajar dan strategi pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut.
a. Kepada guru, alangkah baiknya senantiasa memperhatikan faktor minat
belajar siswa. Guru harus menilai apakah sistem pembelajaran yang
diterapkan mendapatkan respon dan minat yang baik dari siswa. Minat siswa
dalam proses pembelajaran membantu siswa untuk lebih berkonsentrasi dalam
proses pembelajaran, sehingga prestasi belajar mereka dapat meningkat.
b. Kepada siswa, sebaiknya mampu memisahkan antara problema yang mereka
hadapi di luar sekolah dengan kondisi di sekolah. Ketika di sekolah, siswa
hendaknya sejenak mampu melupakan problema yang mereka hadapi,
sehingga konsentrasi belajar mereka terjaga dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
c. Kepada orang tua, alangkah baiknya menyadari bahwa peran orang tua dalam
keberhasilan belajar anaknya cukup tinggi. Orang tua berperan dalam menjaga
motivasi dan semangat belajar siswa dalam pembelajaran. Motivasi yang
tinggi dalam belajar berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa.
d. Kepada para peneliti diharapkan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
dengan subyek yang sama tetapi untuk variabel bebas atau variabel terikat
yang berbeda atau dengan subyek yang berbeda tetapi untuk variabel bebas
atau variabel terikat yang sama guna menentukan faktor-faktor lain yang dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika serta melanjutkan penelitian ini
sehingga diperoleh hasil yang lebih lengkap dan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Pengajaran. Bandung Cipta.
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Budiyono. 2000. Statistik Dasar untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press.
, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press
Calhoun James F dan Joan Ross. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (Terjemahan Satmoko). Semarang. IKIP Press.
JJ Hasibuan Moedjiono. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Joula Eka Ningsih Paimin. 1998. Agar Anak Pintar Matematika. Jakarta : Puspa Swara.
Khait, Alexander. 2005. “The Definition of Mathematics: Philosophical and
Pedagogical Aspect”. Journal of Science and Education. 14(2). 137 –
159.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 1989. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, cetakan kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Purwoto. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.
Ruseffendi. 1998. Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG. Bandung. Tarsito
Sardiman A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rajawali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Sarlito Wirawan Sarwono. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sarno. 2008. “Students Perceptions About The Symbols, Letters, and Signs in Algebra and How Do These Affect Their Learning of Algebra: A Case Study in A Goverment Girls Secondary School Karachi”. Journal of Mathematical Research. 3(4). 363 – 370.
Singgih D. Gunarsa. 1992. Psikologi Remaja. Bandung: Angkasa.
Slametto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sofyan S. Willis. 1981. Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung: Angkasa.
Suharsini Arikunto. 1998. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Suharno dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta : UNS Press
Sutratinah Tirtonegoro. 1984. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bineka Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Rineka Karya.
Talib, Othman. 2009. “Uncovering Malaysian Students Motivation to Learning Science”. European Journal of Social Sciences. 8(2). 266 – 276.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Welger, James, and Gardner. 2009. “Learning: Peering Backward and Looking Forward in The Digital Era”. International Journal of Learning and Media. 1(1). 1-18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Wilis Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Winkel, W.S. 1990. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia
Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75