PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH HIJAUAN KANGKUNG … · Pengamatan kualitas telur dilakukan setiap 6...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH HIJAUAN KANGKUNG … · Pengamatan kualitas telur dilakukan setiap 6...
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH HIJAUAN KANGKUNG
PADA LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS
TELUR AYAM RAS
Oleh :
CECENG TENRIAWARU
I 111 10 279
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH HIJAUAN KANGKUNG
PADA LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS
TELUR AYAM RAS
SKRIPSI
Oleh:
CECENG TENRIAWARU
I 111 10 279
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ceceng Tenriawaru
NIM : I 111 10 279
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sepenuhnya.
Makassar, Mei 2016
TTD
Ceceng Tenriawaru
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Limbah Hijauan Kangkung pada
Level yang Berbeda Terhadap Kualitas Telur Ayam
Ras
Nama : Ceceng Tenriawaru
No. Pokok : I 111 10 279
Program Studi : Produksi Ternak
Jurusan : Produksi Ternak
Fakultas : Peternakan
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Dr. Ir. Wempie Pakiding. M.Sc.
NIP. 19640503 199003 1 002
Dekan Fakultas Peternakan
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc.
NIP. 19641231 198903 1 025
Tanggal Lulus :
Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Ir. H. Ambo Ako. M.Sc.
NIP. 19641231 198903 1 026
Ketua Jurusan Produksi Ternak
Muhammad Yusuf. S.Pt, Ph.D.
NIP. 19700725 199903 1 001
v
RINGKASAN
CECENG TENRIAWARU. I 111 10 279. Pengaruh Pemberian Limbah
Hijauan Kangkung pada Level yang Berbeda Terhadap Kualitas Telur Ayam Ras.
Dibawah Bimbingan: Wempie Pakiding dan Ambo Ako.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
hijauan limbah kangkung (Ipomoea aquatica) sebagai pakan tambahan terhadap
peningkatan kualitas telur ayam ras.Penelitian dilakukan secara eksperimen
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 4 kali
ulangan. Adapun perlakuan yang diterapkan adalah level pemberian makanan
tambahan berupa hijauan limbah kangkung yang dihitung berdasarkan persentase
dari everyday basic (120g/ekor/hari). yaitu P0= Pemberian 0% hijauan,
P1=Pemberian 2% hijauan dan P2=Pemberian 4% hijauan, P3=Pemberian 6%
hijauan. Pengamatan kualitas telur dilakukan setiap 6 minggu menggunakan 16
butir dengan 4 butir Perulangan, pengamatan ini dilakukan sebanyak 2 periode
pengamatan dengan total telur yang digunakan 32 butir. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian limbah hijauan kangkung dengan level yang
berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas eksterior dan interior yaitu
berat telur, warna kerabang, tebal kerabang dan tekstur kerabang, indeks yolk,
indeks albumen, berat yolk, berat albumen, warna yolk dan nilai Haugh Unit.
Kata Kunci : Limbah Hijauan Kangkung, Kualitas Telur, Ayam Ras Petelur.
vi
ABSTRACT
CECENG TENRIAWARU. I 111 10 279. Effect of Different Level Water
Spinach on egg Quality Supervisor: Wempie Pakiding and Co. Supervisor Ambo
Ako.
The aimed of this study was to determine the effect of water spinach waste
(Ipomoea aquatica) as a feed supplement to improve the quality of Lohman
Brown eggs. This experiment was arranged using completely randomized design 4
treatments , with 4 replications. The treatment used was the level of
supplementary feeding water spinach waste which is calculated based on the
percentage of everyday basic (120g / head / day). P0 = 0% of water spinach , P1 =
2% of water spinach P2 = 4% of water spinach, and P3 = 6% of water spinach.
Observation on egg quality eggs was done in every six weeks using a 16 eggs
with 4 eggs per repetition, This observation was done 2 periodes observation with
a total egg use was of 32 . The results showed that the addition of water spinach
waste at different levels did not attact the quality of the exterior and interior which
is egg weight, the color of eggshell, thick shell and texture of the shell, yolk
index, albumen index, yolk and albumen weight, the color of the yolk and the
value of Haugh Unit.
Keywords: Water Spinach Waste, Egg Quality Egg, Lohman Brown.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah rabbil alamin, segala Puja dan Puji bagi Allah SWT,
sebanyak tetesan air hujan, sebanyak butiran biji-bijian, sebanyak makhluk-Nya
dilangit, dibumi dan diantara keduanya. Segala puja dan puji yang banyak dan tak
berkesudahan untuk Allah SWT, meskipun puja segala pemuji selalu kurang dari
sewajarnya.
Rasa syukur yang sangat dalam penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala berkat dan pertolongan-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian hingga penyusunan skripsi ini, yang merupakan salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik
bantuan moril maupun materil. Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan
dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Sembah sujudku kepada Ayahanda Muh. Ilyas dan Ibunda Andi Nurhidayat
tercinta yang telah mengajarkan banyak hal, memberikan motivasi, dukungan,
materi dan doa yang tak henti-hentinya terucap untuk penulis.
2. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Wempie Pakiding, M.
Sc, sebagai Pembimbing Utama, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M. Sc.
sebagai Pembimbing Anggota yang telah bersedia meluangkan waktu dan
viii
memberikan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, serta mengajarkan banyak hal tentang kedisiplinan.
3. Ibu Dr. Naharia,S.Pt.,MP., sebagai Penasehat Akademik yang senantiasa
memberikan motivasi dan nasehat yang berarti bagi penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Wempie Pakiding,M.Sc., selaku Kepala Laboratorium Ternak
Unggas yang memberikan kelancaran karena telah memberikan izin dan
kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
5. Terima kasih kepada Dekan, Wakil Dekan I, II, III Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin dan seluruh staf yang telah menerima dan membantu
penulis dalam proses akademik.
6. Bapak Muhammad Yusuf, S. Pt, Ph.D sebagai Ketua Jurusan Produksi
Ternak dan Bapak Muhammad Ihsan A.dagong, S.Pt, M.Si sebagai Sekretaris
Jurusan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. Bapak Ir. Mustakim Mattau M.S
dan Ibu Dr. Naharia,S.Pt M.P, sebagai pembahas yang telah memberikan
masukan dalam proses perbaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen yang telah sabar membimbing penulis selama masa
perkuliahan.
9. Kawan-kawan“L10N 10” terima kasih telah menemani penulis disaat suka
maupun duka selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
10. Kepada teman- teman prodi produksi ternak atas dukungannya kepada
penulis.
ix
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, Terima Kasih atas
bantuannya.
Melalui kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya mendidik, apabila dalam penyusunan skripsi ini terdapat kekurangan dan
kesalahan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca
Amin.
Makassar, Mei 2016
Ceceng Tenriawaru
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
RINGKASAN ........................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiiv
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
Tinjauan Umum Mengenai Ayam Petelur ......................................... 3
Kualitas Telur Ayam Ras .................................................................. 4
Hijauan Kangkung .................................. ......................................... 8
Pengaruh Pakan HijauanTerhadapKualitas Telur.............................. 11
xi
MATERI DAN METODE PENELITIAN .............................................. 13
Waktu dan Tempat ............................................................................. 13
Materi Penelitian ................................................................................ 13
Rancangan Penelitian......................................................................... 13
Prosedur Penelitian ............................................................................ 13
Parameter yang Diamati .................................................................... 15
Analisa Data ...................................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 18
A. Kualitas Eksterior .............................................................................. 18
Berat Telur ......................................................................................... 18
Warna Kerabang Telur ...................................................................... 19
Tebal Kerabang Telur ……………………………………………… 20
B. Kualitas Interior ................................................................................. 21
Indeks Kuning Telur (yolk) ................................................................ 21
Indeks Putih Telur (albumen) ............................................................ 22
Berat Kuning Telur (yolk) .................................................................. 24
Berat Putih Telur (albumen) .............................................................. 25
Warna Kuning Telur (Yolk) ............................................................... 26
Nilai Haugh Unit ............................................................................... 28
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 31
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………… 48
xii
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Kandungan Nutrisi Inti pada Kangkung …........................... 9
2. Kandungan Nutrisi Vitamin pada Kangkung ….................... 10
3. Kandungan Nutrisi Mineral pada Kangkung ….................... 10
4. Komposisi Ransum Basal………………….….................... 15
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Rata-rata berat telur ayam ras petelur Lohman Brown yangdiberi pakan
Limbah Hijauan Kangkung pada level yang berbeda ……… ............. 18
2. Rata-rata warna kerabang ayam ras petelur Lohman Brown yangdiberi
pakan Limbah Hijauan Kangkung pada level yang berbeda…………. 19
3. Rata-rata tebal kerabang ayam ras petelur Lohman Brown yangdiberi
pakan Limbah Hijauan Kangkung pada level yang berbeda ............... 21
4. Rata-rata indeks yolk ayam ras petelur Lohman Brown yangdiberi pakan
limbah hijauan kangkung pada level yang berbeda ……...................... 22
5. Rata-rata indeks albumen ayam ras petelur Lohman Brown yangdiberi
pakan limbah hijauan kangkung pada level yang berbeda…….. ........ 23
6. Rata-rata berat yolk ayam ras petelur Lohman Brown yangdiberi pakan
limbah hijauan kangkung pada level yang berbeda…….. ................... 24
7. Rata-rata berat albumen ayam ras petelur Lohman Brown yangdiberi
pakan limbah hijauan kangkung pada level yang berbeda…….. ........ 25
8. Rata-rata warna yolk ayam ras petelur Lohman Brown yangdiberi pakan
limbah hijauan kangkung pada level yang berbeda…….. ................... 27
9. Rata-rata haugh unit ayam ras petelur Lohman Brown yangdiberi pakan
limbah hijauan kangkung pada level yang berbeda…….. ................... 28
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Hasil analisis ragam terhadap berat telur ayam ras petelur yang diberi
limbah hijauan kangkung dengan level yang berbeda ……….............. 34
2. Hasil analisis ragam terhadap warna kerabang ayam ras petelur yang
diberi limbah hijauan kangkung dengan level yang berbeda ............... 35
3. Hasil analisis ragam terhadap tebal kerabang ayam ras petelur yang
diberi limbah hijauan kangkung dengan level yang berbeda .............. 36
4. Hasil analisis ragam terhadap indeks yolk ayam ras petelur yang
diberi limbah hijauan kangkung dengan level yang berbeda …........... 37
5. Hasil analisis ragam terhadap indeks albumen ayam ras petelur yang
diberi limbah hijauan kangkung dengan level yang berbeda ………... 38
6. Hasil analisis ragam terhadap berat yolk ayam ras petelur yang
diberi limbah hijauan kangkung dengan level yang berbeda ………... 39
7. Hasil analisis ragam terhadap berat albumen ayam ras petelur yang
diberi limbah hijauan kangkung dengan level yang berbeda ………... 40
8. Hasil analisis ragam terhadap warna yolk ayam ras petelur yang
diberi limbah hijauan kangkung dengan level yang berbeda ………... 41
9. Hasil analisis ragam terhadap haugh unit ayam ras petelur yang
diberi limbah hijauan kangkung dengan level yang berbeda ………... 42
10. Tabel Pemberian Kangkung dan Max pada ayam ras petelur Loghman
Brown………………………………………………………………..... 43
11. Dokumentasi Penelitian……………………………………………….. 46
1
PENDAHULUAN
Telur merupakan salah satu produk peternakan yang memiliki tingkat
permintaan yang tinggi oleh karena telur memiliki kandungan gizi yang lengkap
dengan harga yang relatif terjangkau oleh konsumen. Disamping itu telur
merupakan bahan pangan yang dapat digunakan untuk membuat berbagai produk
olahan dan untuk beberapa olahan tertentu telur tidak dapat disubtitusi oleh bahan
pangan lainnya.
Telur yang ada dipasaran sebagian besar dihasilkan oleh ayam ras petelur
yang dikelola dengan sistem pemeliharaan intensif dengan bahan pakan yang
bersumber dari produk industri. Komposisi dan sumber bahan pakan merupakan
salah satu faktor yang menentukan kualitas produk telur yang dihasilkan. Narahari
et al.(2005), mengemukakan bahwa telur merupakan bahan pangan yang dapat
difortifikasi dengan komponen yang bermanfaat bagi kesehatan melalui
modifikasi pada komposisi pakan, misalnya melalui penambahan ekstrak
tanaman. Thiruvengadam et al. (2006) yang melakukan penelitian mengenai
penggunaan campuran berbagai jenis hijauan dalam pakan ayam ras petelur,
menyimpulkan bahwa telur yang berasal dari ayam yang diberi tambahan
campuran hijauan kangkung dapat meningkatkan kualitas telur dengan
memperbaiki nilai yolk indeks, albumen indeks, nilai Haugh Unit (HU) serta
warna yolk.
Hasil penelitian pada sistem pemeliharaan secara free-range dimana ayam
memiliki kesempatan memperoleh makanan tambahan dari hijauan yang tersedia
pada lingkungan pemeliharaannya memperlihatkan adanya perbaikan beberapa
parameter kualitas telur. Namun pada sistem pemeliharaan ini memiliki
2
keterbatasan dalam hal memahami jumlah hijauan yang dapat dikonsumsi dan
ditolerir dalam sistem pencernaan unggas. Untuk itu pemberian hijauan dengan
level yang terkontrol pada ayam yang dipelihara pada sistem battery dapat
memberi gambaran tentang toleransi ayam dalam memanfaatkan hijauan sebagai
sumber makanan tambahan.
Limbah kangkung merupakan salah satu jenis hijauan yang dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu jenis hijauan pada pakan unggas. Jenis hijauan ini
dapat diperoleh sepanjang tahun sebagai sumber pangan dan sering menjadi
limbah rumah tangga dan pasar apabila kualitasnya telah menurun. Kangkung
juga diketahui memiliki nilai nutrisi, seperti protein, mineral dan vitamin yang
relatif lebih tinggi dibanding jenis hijauan lainnya. Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu kajian tentang pemanfaatan limbah kangkung sebagai pakan
tambahan pada ayam ras petelur untuk memperbaiki kualitas telur yang
dihasilkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
hijauan limbah kangkung (Ipomoea aquatica) sebagai pakan tambahan terhadap
peningkatan kualitas telur ayam ras. Kegunaan dari penelitian yaitu diperoleh
informasi tentang alternatif pemeliharaan dan pemberian hijauan pada ayam ras
petelur, khususnya dalam upaya peningkatan kualitas telur ayam ras.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum mengenai Ayam Petelur
Ayam domestik termasuk dalam spesies Gallus gallus tetapi terkadang
ditujukan kepada Gallus domesticus. Ayam diklasifikasikan sebagai berikut
(Scanes et al., 2004) :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Superordo : Carinatae
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus
Asal mula ayam petelur berasal dari ayam liar yang ditangkap dan
dipelihara karena mampu menghasilkan telur yang banyak.Tahun demi tahun
ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar.Arah seleksi
ditujukan pada produksi yang banyak sehingga seleksi tadi mulai lebih
spesifik.Pada awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab
dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Kemudian pada tahun 1940-an,
orang mulai mengenal ayam yang saat itu dipelihara oleh penduduk Belanda,
sehingga diberi nama ayam Belanda atau ayam negeri. Pada perkembangan
selanjutnya, ayam liar ini disebut ayam lokal atau ayam kampung, sedangkan
ayam Belanda disebut ayam ras (Suprijatna, 2008).
4
Ayam ras petelur terbagi menjadi dua yaitu tipe ayam petelur ringan, tipe
ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai
badanyang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar.Bulunya berwarna
putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni White
leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak
dijual di Indonesia denganberbagai nama. Tipe yang kedua adalah tipe ayam
petelur medium, bobot tubuh ayamini cukup berat. Namun, beratnya masih berada
diantara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini
disebut tipe ayam petelur medium.Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak
terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang
banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang
cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya
mempunyai warna bulu yang cokelat juga (Zulfikar, 2013).
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus
untuk diambil telurnya. Ayam petelur memiliki tubuh yang relatif lebih
kecil.Produksi telurnya antara 250 sampai 280 butirper tahun. Telur pertama
dihasilkan pada saat berumur 5 bulan dan akan terus menghasilkan telur sampai
umurnya mencapai umur 2 tahun. Umumnya produksi teluryang terbaik akan
diperoleh pada tahun pertama ayam mulai bertelur. Produksi telur pada tahun-
tahun berikutnya cenderung akan terus menurun (Zulfikar, 2013).
Kualitas Telur Ayam Ras
Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang
popular dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan
masyarakat dapat mengonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan
5
protein hewani. Hal ini karena telur ayam ras relatif murah dan mudah diperoleh
serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan (Lestari, 2009).
Telur ayam ras segar adalah telur yang tidak mengalami proses
pendinginan dan tidak mengalami penanganan pengawetan serta tidak
menunjukan tanda-tanda pertumbuhan embrio yang jelas, yolk belum tercampur
dengan albumen, utuh, dan bersih (Standar Nasional Indonesia, 1995). Telur
tersusun oleh tiga bagian utama yaitu kulit telur (kerabang), bagian cairan bening
(albumen), dan bagian cairan yang berwarna kuning (yolk) (Rasyaf, 1990).
Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar
bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Dari sebutir telur
didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang
lengkap dan mudah dicerna, termasuk diantaranya telur ayam ras. Telur ayam ras
secara fisik terdiri dari 10% kerabang (kulit telur, cangkang), 60% putih telur dan
30% kuning telur (Sarwono, dkk, 1995). Menurut North & Bell (1990) kandungan
dari zat-zat makanan kuning telur yaitu protein 17,5%, lemak 32,5%. Selanjutnya
Saerang (1997) menambahkan bahwa kandungan kolesterol pergram dari telur
ayam muda yang berumur 24 minggu kadar kolesterol telurnya 121 mg/butir,
sedangkan ayam yang berumur 68 minggu kadar kolesterolnya 313 mg/butir,
dengan berat telur 50-70 g.
Kerabang telur terdiri atas membran kerabang telur (outher shell
membrane) dan membran albumen (inner shell membrane).Albumen terdiri atas
lapisan encer luar (outer thin white), lapisan encer dalam (firm/ thick white),
lapisan kental (inner thin white), dan lapisan kental dalam (inner thick white).
6
Chalazae yang membatasi albumen dan yolk. Yolk terdiri atas membrane viteline,
germinal disc, dan yolk sack (Buckle et al.,2007).
Indeks Kuning Telur (IKT) adalah perbandingan tinggi kuning telur
dengan garis tengah kuning telur. Telur segar mempunyai IKT 0,33-0,50 dengan
rata-rata 0,42. Semakin tua/lama umur telur unggas sejak ditelurkan, IKT
menurun karena penambahan ukuran kuning telur akibat perpindahan air (dari
putih ke kuning telur). Standar untuk IKT adalah sebagai berikut: 0,22 = jelek;
0,39 = rata-rata, dan 0,45 = tinggi. Indeks putih telur (IPT) adalah perbandingan
tinggi putih telur (albumin) kental dengan rata-rata garis tengahnya. Pengukuran
dilakukan setelah kuning telur dipisahkan dengan hati-hati. Telur yang baru
mempunyai IPT antara 0,050-0,174, tetapi biasanya berkisar antara 0,090 dan
0,120. IPT menurun selama penyimpanan, karena pemecahan ovomucin yang
dipercepat oleh naiknya pH (Koswara, 2009).
Menurut Yunita (2014) bahwa kualitas telur dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Kualitas AA (Mutu 1)
Kondisi telur bersih, halus, licin, tidak retak, dan bentuknya normal.
Kedalaman kantung udara tidak boleh lebih dari 3,2 mm (SNI : < 0,5 cm).
Putih telur harus bersih, kental dan stabil, dengan konsistensi seperti
gelatin, Ketika diteropong, kuning telur tidak bergerak-gerak, berbentuk
bulat, terletak ditengah telur,kuning telur bersih dari bercak darah atau
noda apapun. Bayangan batas-batas kuning dan putih telur ketika di
teropong tidak terlihat jelas.
7
b. Kualitas A (Mutu 2)
Cangkang telur bersih, halus, licin, tidak retak, dan bentuknya normal.
Kedalaman rongga udara tidak boleh lebih dari 4,8 mm (SNI : 0,5-0,9 cm).
Putih telur harus bersih, dan kental. Bayangan batas-batas kuning dan
putih telur ketika diteropong mulai terlihat agak jelas. Kuning telur
berbentuk bulat, posisinya di tengah, harus bersih, dan tidak ada bercak
atau noda.
c. Kualitas B (Mutu 3)
Cangkang bersih, tidak boleh retak, agak kasar, dan mungkin bentuknya
abnormal. Kantung udara lebih dari 1,6 mm (SNI : > 1 cm). Putih telur
encer, sehingga kuning telur bebas bergerak saat diteropong.Ada noda
sedikit, tetapi tidak boleh ada benda asing lainnya dan bagian kuning
belum tercampur dengan putih. Kuning telur terlihat gepeng (pipih)
bentuknya, agak melebar, bintik atau noda darah mungkin ada, tetapi
diameternya tidak boleh lebih dari 3,2 mm.
8
Hijauan Kangkung
Kangkung (Ipomoea aquatica) tergolong sayur yang sangat populer,
karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water
convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke
Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-
kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-
tumbuhan diklasifikasikan ke dalam:
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Species : Ipomoea reptans
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil
dalam waktu 4- 6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama
Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang
disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah,
rawa atau parit-parit. Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air:
a. Warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan
kangkung darat bunga putih bersih.
b. Bentuk daun dan batang, kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dari
pada kangkung darat, Warna batang berbeda.Kangkung air berbatang hijau,
sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan.
9
Selain itu, kangkung juga tinggi kadar seratnya dan mengandung
fosfor, zat besi, hentriakontan, dan sitosterol. Berkat kandungan yang dimiliki,
kangkung berpotensi juga sebagai antiracun, antiradang, penenang (sedatif) dan
diuretik.
Perbandingan kandungan nutrisi,vitamin, dan mineral pada hijauan
kangkung dengan sayuran lainya, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Inti Pada Kangkung
Nama sayuran Kalori Protein Lemak Karbohidrat Serat kasar
Kkal (gr) (gr) (gr) (gr)
Kangkung 50 3,3 0,7 10,0 2,0
Bayam 23 2,9 0,4 3,6 2,2
Sawi hijau/caisin 25 1,3 0,1 5,8 2,5
Sawi Putih/ petsai 16 1,2 0,2 3,2 1,2
Sawi Sendok/Pak choi 13 1,5 0,2 2,2 1,0
Andewi/Sawi Keriting 17 1,3 0,2 3,4 3,1
Asparagus 20 2,2 0,1 4,0 2,1
Paprika Hijau 20 0,9 0,2 4,6 1,7
Paprika merah 31 1,0 0,3 6,3 2,1
Brokoli 34 2,8 0,4 6,6 2,6
Wortel 41 0,9 0,2 9,6 2,8
Seledri 16 0,7 0,2 3,4 1,6
Labu Siam 19 0,8 0,1 4,5 1,7
Labu Kuning 16 1,2 0,2 3,3 1,1
Selada 15 1,4 0,2 2,8 1,3
Lobak 16 0,7 0,1 3,5 1,6 Keterangan: Perbandingan Kandungan Nutrisi Inti Pada Kangkung Dan Sayuran Lainnya (Dalam
100 Gram Sayuran.
10
Tabel 2. Tabel kandungan vitamin pada kangkung dan sayuran lainnya
Nama Sayuran Vit A VitC Vit
E
Vit
K
Vit
B
Vit
B2
Vit
B3
Vit
B5
Vit
B6
Vit
B8 (IU) mg mg mcg mg mg Mg mg mg mcg
Kangkung
Bayam
Sawi hijau/caisin
Sawi Putih/ petsai
Sawi Sendok/Pakchoi
Andewi/SawiKeriting
Asparagus
Paprika Hijau
Paprika merah
Brokoli
Wortel
Seledri
Labu Siam
Labu Kuning
Selada
Lobak
15379
9376
98
318
4468
2167
756
370
3131
623
16705
449
0
200
74004
7
120
28,1
36,6
27
45
6,5
5,6
80,4
128
89,2
5,9
3,1
7,7
17
18
14,8
0
2,0
0,2
0,1
0,1
0,4
1,1
0,4
1,6
0,8
0,7
0,3
0,1
0,1
0,3
0
817
483
76
42,9
45,5
231
41,6
7,4
4,9
102
13,2
29,3
4,1
4,3
174
1,3
0,1
2,0
0,1
0
0
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0
0
0
0,1
0
0,1
0,2
0
0,1
0,1
0,1
0,1
0
0,1
0,1
0,1
0,1
0
0,1
0,1
0
1,0
0,7
0,2
0,4
0,5
0,4
1,0
0,5
1,0
0,6
1,0
0,3
0,5
0,5
0,4
0,3
0,1
0,1
0,2
0,1
0,1
0,9
0,3
0,1
0,3
0,5
0,3
0,2
0,2
0,2
0,1
0,2
0,3
0,2
0,1
0,2
0,2
0
0,1
0,2
0,3
0,2
0,1
0,1
0,1
0,2
0,1
0,1
29
194
43
79
66
142
52
10
46
63
19
36
93
29
38
25 Keterangan: Keterangan: Vit B1= Thiamin Vit B3 = Niasin Vit B6 = Piridoksin Vit B12=
KolalalaminVit B2 = Riboflavin Vit B5 = Asam Pentatonat Vit B9 = Asa m Folat
IU = Satuan Vitamin A; mg=miligram; mcg=microgram
Tabel 3. Kandungan Mineral pada kangkung
Nama Sayuran Ca P K Na Fe Zn Cu Mg Mn Se
mg mg mg mg mg mg mg mg mg mcg
Kangkung 135 56 447 43 1,7 0,4 0,3 34 0,8 0,9
Bayam 99 49 558 79 2,7 0,5 0.1 79 0,9 1,0
Sawi hijau/caisin 40 26 170 18 0,5 0,2 0 12 0,2 0,3
Sawi Putih/ petsai 77 29 238 9 0,3 0,2 0 13 0,2 0,6
Sawi Sendok/Pak choi 105 37 252 65 0,8 0,2 0 19 0,2 0,5
Andewi/Sawi Keriting 52 28 314 22 0,8 0,8 0,1 15 0,4 0,2
Asparagus 24 52 202 2,0 2,1 0,5 0,2 14 0,2 2,3
Paprika Hijau 10 20 175 3,0 0,3 0,1 0,1 10 0,1 0
Paprika merah 7 26 211 4,0 0,4 0,3 0 12 0,1 0,1
Brokoli 47 66 316 33 0,7 0,4 0 21 0,2 2,5
Wortel 33 35 320 69 0,3 0,2 0 12 0,1 0,1
Seledri 40 24 260 60 0,2 0,1 0 11 0,1 0,4
Labu Siam 17 18 125 2,0 0,3 0,7 0,1 12 0,2 0,2
Labu Kuning 15 39 262 10 0,4 0,3 0,1 17 0,2 0,2
Selada 36 29 194 28 0,9 0,2 0 13 0,3 0,6
Lobak 25 20 233 39 0,3 0,3 0,1 10 0,1 0,6 Keterangan: Ca= Kalsium K = Kalium/Potasium Fe=Ferum/Zat BesiCu=Cuprum Mn=Magaan
P= Fospor Na=Natrium/Sodium Zn= Zincum/Zeng Mg=Magnesium Se=Selenium
Mg= Miligram; mcg= Microgram.
11
Pengaruh Pakan Hijauan Terhadap Kualitas Telur
Penyediaan dan kualitas hijauan sangat menentukan produktivitas dan
perkembangan ternak. Jenis hijauan yang dapat diberikan kepada ternak adalah
hijauan kangkung. Kualitas dan produksi hijauan dipengaruhi oleh jenis tanaman,
umur tanaman, dan tempat produksi (iklim dan kesuburan tanah).Pemanenan
hijauan dipengaruhi oleh musim, umur pemotongan dan interval pemotongan
(Kartasapoetra, 1991). Optimalisasi dan efesiensi penggunaan pakan dapat
dilakukan apabila diketahui kandungan nutrisi, konsumsi, dan kecernaan bahan
pakan tersebut. Informasi manajemen defoliasi menyangkut interval dan tinggi
pemotongan penting artinya dalam mengelola tanaman pakan untuk menghasilkan
produksi dan kualitas nutrisi yang optimal, bila digunakan sebagai hijauan pakan
(Tarigan, dkk, 2010). Semakin tua umur pemotongan maka semakin tinggi
produksi namun berbanding terbalik dengan kualitas pakan (kandungan serat
kasar meningkat, protein kasar menurun).
Menurut Narahari et al. (2005), telur merupakan bahan pangan yang dapat
difortifikasi dengan komponen yang bermanfaat bagi kesehatan melalui
modifikasi pada komposisi pakan, misalnya melalui penambahan ekstrak
tanaman. Sehubungan dengan hal tersebut, Thiruvengadam et al. (2006) yang
melakukan penelitian mengenai penggunaan campuran berbagai jenis hijauan
pada pakan ayam ras petelur, menyimpulkan bahwa telur yang berasal dari ayam
yang diberi tambahan campuran hijauan dapat meningkatkan kualitas telur dengan
memperbaiki nilai indeks yolk, indeks albumen, nilai haugh unit (HU) serta warna
yolk lebih baik dibandingkan dengan control, demikian pula dapat meningkatkan
12
kandungan asam lemak tidak jenuh, selenium, dan pigmen karotenoid
menunjukkan peningkatan, namun menurunkan kandungan kolesterol pada telur.
Surai et al. (2000) melaporkan bahwa karotenoid yang memberi warna
kuning pada yolk memiliki pengaruh terhadap peningkatan sistem imun melalui
peningkatan metabolisme vitamin A serta hubungannya dengan antioksidan yang
terdapat dalam bahan pakan lainnya, dimana antioksidan dapat melindungi
membran sel dari peroksidasi lemak dan menjaga kerja reseptor yang terdapat
pada membran sel. Kajian mengenai sumber karotenoid dalam pakan
menunjukkan bahwa warna kuning telur merupakan hasil deposisi oksikarotenoid,
sehingga karotenoid harus berada dalam keadaan berikatan dengan gugus
fungsional yang mengandung oksigen seperti hydroxyl, keto, dan ester yang
memiliki sifat polar agar dapat dibawa dari saluran pencernaan menuju ovarium
dan yolk (Stadelman dan Cotterill, 1995; Surai et al., 2000).
13
METODE PENELITIAN
Waktu Dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 - Januari 2016
bertempat di Laboratorium Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam ras petelur, pakan
(konsentrat, jagung, dedak dan hujauan kangkung). Peralatan yang digunakan
adalah kandang, alat pencampur pakan, rak telur (egg tray), timbangan, meja
kaca, jangka sorong, yolk colour fan, egg quality slide ruler, micrometer.
Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Adapun perlakuan yang
diterapkan adalah level pemberian makanan tambahan berupa hijauan limbah
kangkung yang dihitung berdasarkan persentase dari everyday basic
(120g/ekor/hari). Level yang diterapkan terdiri atas:
P0 = Pemberian hijauan kangkung 0% (kontrol)
P1 = Pemberian hijauan kangkung 2%
P2 = Pemberian hijauan kangkung 4 %
P3 = Pemberian hijauan kangkung 6 %
Prosedur Penelitian
1. Ternak, Kandang dan Fasilitas
Penelitian ini menggunakan ternak sebanyak 16 ekor ayam ras petelur
fase layerstrain Longman Brown yang telah berumur 37 minggu. Dalam setiap
14
unit perlakuan ditempatkan satu ekor ayam,sehingga total jumlah ayam yang
digunakan adalah 16 ekor.
Ayam ditempatkan dalam kandang cage berderet dengan ukuran setiap
unit cage adalah lebar 40 cm, panjang 30 cm dan tinggi 40 cm, berdinding dan
berlantai kawat, dilengkapi dengan tempat makan dan minum, terbuat dari pipa
pvc (puralon). Cage ditempatkan dalam kandang postal permanen dengan ukuran
6 x 30 m yang dilengkapi dengan lampu penerang.
2. Penyediaan Limbah Kangkung.
Kangkung yang digunakan diperoleh dari limbah pasar (kangkung yang
tidak terjual pada hari itu). Kangkung diiris tipis-tipis utuk memudahkan ayam
mengkonsumsi selanjutnya diberikan dalam bentuk segar sesuai dengan level
perlakuan yang diterapkan.
3. Manajemen Pemeliharaan Ternak
Selama proses pemeliharaan dan pengamatan, ayam diberi pakan
campuran jagung, dedak dan konsentrat komersil yang disusun secara isokalori
dan isoprotein sesuai dengan rekomendasi NRC (Tabel 1). Jumlah pakan yang
diberikan didasarkan pada everyday basis (120g/ekor/hari) yang diberikan pada
pagi dan sore hari dengan jumlah yang sama. Pemberian hijauan kangkung
dilakukan secara bersamaan dengan pemberian pakan mash sesuai dengan level
perlakuan, kemudian dicampur secara merata ditempat makan. Pemberian air
minum dilakukan secara adlibitum.
15
Tabel 4.Komposisi Ransum Basal yang digunakan selama penelitian.
Bahan Pakan Komposisi (%)
Konsentrat Layer 33,33
Jagung Kuning 50,00
Dedak 16,67 *Dihitung berdasarkan rekomendasi National Research Coucil, jumlah protein kasar yaitu 17.6*
(Anonim,1994).
Parameter yang Diamati
Pengambilan sampel untuk pengamatan kualitas telur dilakukan pada hari
ke 28 (minggu ke 4) dan hari ke 42 (minggu ke 6). Setiap pengamatan digunakan
1 butir telur perulangan sehingga jumlah telur tiap pengamatan sebanyak 16 butir
dan total keseluruhan telur yang digunakan adalah 32 butir. Pengamatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Eksterior
a. Berat telur diperoleh dengan menimbang telur.
b. Warna kerabang telur; pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat
Colorimeter Portable TES 135 Digital Color.
c. Tebal Kerabang; Telur yang telah dipecah dikeluarkan membran bagian
dalamnya selanjutnya dilakukan pengukuran tebal kerabang dengan
menggunakan micrometer.
2. Kualitas Interior
Pengamatan dilakukan dengan memecah telur diatas kaca datar dan
mengamati:
a. Indeks Kuning Telur (yolk); adalah perbandingan tinggi kuning telur
dengan garis tengah kuning telur dihitung dengan rumus (Koswara, 2009):
16
b. Indeks Putih Telur (albumen); adalah perbandingan tinggi putih telur
(albumen) kental dengan rata-rata garis tengahnya dihitung dengan rumus
(Koswara, 2009) :
c. Berat yolk dan albumen dipisahkan selanjutnya dilakukan penimbangan
pada masing-masing bagian.
d. Warna yolk diukur dengan menggunakan Colorimeter Portable TES 135
Digital Color dan membandingkan dengan yolk color fen.
1. Nilai Haugh Unit : Menurut Kurnia et al. (2012) nilai Haugh Unit di hitung
dengan rumus:
[ ]
Keterangan :
H = Tinggi putih telur (mm)
W = Berat telur (g)
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis ragam berdasarkan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 4 ulangan dengan menggunakan Program SPSS.
Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yi j = μ + αi + εij
i = 1,2,3,4
j = 1,2,3,4
17
dimana:
Yij = Nilai parameter taraf ke-i dan pada ulangan ke-j.
Μ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh perlakuan pada taraf ke-i
εij = Pengaruh galat dari satuan ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Eksterior
1. Berat Telur
Rata-rata berat telur ayam ras petelur strain Lohman Brown yang diberikan
perlakuan dengan penambahan limbah hijauan kangkung pada level yang berbeda
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Rata-rata Berat Telur Ayam Ras Petelur Lohman Brown yang
diberikan limbah hijauan kangkung dengan level yang
berbeda,(keterangan : P0= 0%, P1= 2%, P2= 4%, dan P3= 6%).
Dari hasil yang diperoleh (Gambar 1) memperlihatkan bahwa, berat telur
ayam ras Petelur Lohman Brown yang diberi perlakuan penambahan limbah
hijauan kangkung berkisar antara 55,64-62,08 g/butir dengan berat telur terendah
diperoleh pada perlakuan pemberian hijauan kangkung 4% (P2) dan tertinggi
deperoleh pada perlakuan 6% (P3).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian limbah hijauan
kangkung pada level yang berbeda tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap berat
telur ayam ras petelur. Hal ini disebabkan karena ransum yang diberikan pada
57.23 60.97 55.64
62.08
0
10
20
30
40
50
60
70
P0 P1 P2 P3
Be
rat
Te
lur
(g)
Perlakuan
19
setiap perlakuan memiliki kandungan zat-zat nutrisi yang hampir sama sehingga
menghasilkan berat telur yang hampir sama, selain itu belum diketahui
sejauhmana ayam dapat mencerna hijauan kangkung yang diberikan dalam bentuk
segar. Wahju (2004)menyatakan bahwa 50% bahan kering yang terkandung dalam
telur adalah protein. Jika terjadi defisiensi asam amino dapat menurunkan berat
telur dan dalam kondisi defisiensi yang berat dapat menghentikan produksi telur.
Berdasarkan pengelompokan ukuran telur oleh North dan Bell (1990) telur yang
dihasilkan ini digolongkan pada telur dengan ukuran medium yaitu kisaran 55-62
gram/butir.
2. Warna Kerabang Telur
Rata-rata warna kerabang ayam ras petelur yang diberikan limbah hijauan
kangkung pada level yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Rata-rata Warna Kerabang Ayam Ras Petelur Lohman Brown yang
diberikan limbah hijauan kangkung pada level yang
berbeda,(keterangan : P0= 0%, P1= 2%, P2= 4%, dan P3= 6%).
3.5 3.4 3.7 3.6
0
1
2
3
4
P0 P1 P2 P3
Wa
rna
Ke
rab
an
g T
elu
r
Perlakuan
20
Dari hasil yang diperoleh (Gambar 2) memperlihatkan bahwa, warna
kerabang telur ayam ras petelur Lohman Brown yang diberi perlakuan
penambahan limbah hijauan kangkung berkisar antara 1-3 (sangat coklat). Warna
kerabang telur ayam ras dibedakan menjadi tiga warna, yaitu sangat coklat
(bernilai 1), coklat (bernilai 2) dan pucat (bernilai 3).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian limbah hijauan
kangkung pada level yang berbeda tidak berpengaruh terhadap warna kerabang
telur. Hal ini disebabkan karena warna coklat pada telur ayam pada dasarnya
dipengaruhi oleh faktor genetik yaitu adanya zat warna phorpyrin di saluran
reproduksi ayam. Menurut Jazil, dkk. (2012) warna coklat pada kerabang
dipengaruhi oleh phorpyrin yang tersusun dari protophorpyrin, koprophorpyrin,
urophorpyrin, dan beberapa jenis phorpyrin yang belum teridentifikasi. Gosler et
al. (2005) mengatakan bahwa pigmen protoporpirin pada telur coklat memiliki
hubungan dengan ketebalan kerabang, diyakini bahwa protoporpirin memiliki
fungsi dalam pembentukan kekuatan struktur kerabang.
3. Tebal Kerabang Telur
Dari hasil yang diperoleh (Gambar 3) memperlihatkan bahwa, tebal
kerabang telur ayam ras Petelur Lohman Brownyang diberi perlakuan
penambahan limbah hijauan kangkung berkisar antara 0,38-0,41 dengan tebal
kerabang telur terendah diperoleh pada perlakuan pemberian hijauan kangkung
2% (P1) dan tertinggi deperoleh pada perlakuan 0% (P0). Menurut Steward dan
Abbott (1972) tebal kerabang telur pada umumnya berkisar antara 0,33-0,35 mm
.
21
Gambar 3. Rata-rata Tebal Kerabang Telur Ayam Ras Petelur Lohman Brown
yang diberikan limbah hijauan kangkung pada level yang berbeda,
(keterangan : P0= 0%, P1= 2%, P2= 4%, dan P3= 6%).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa sistem pemberian limbah hijauan
kangkung pada level yang berbeda tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap tebal
kerabang telur ayam ras petelur. Hal ini disebabkan karena umur induk dan
volume pakan yang diberikan. Menurut Hargitai et al. (2011) tebal tipisnya
kerabang telur dipengaruhi oleh strain ayam, umur induk, pakan, stres dan
penyakit pada induk.
B. Kualitas Interior
1. Indeks Kuning Telur (yolk)
Dari hasil yang diperoleh (Gambar 4) memperlihatkan bahwa, Indeks
kuning telur ayam ras Petelur Lohman Brown yang diberi perlakuan penambahan
limbah hijauan kangkung berkisar antara 0,09-0,23 dengan Indeks yolk terendah
diperoleh pada perlakuan pemberian hijauan kangkung 6% (P3) dan tertinggi
deperoleh pada perlakuan 4% (P2).
0.41 0.38 0.39 0.39
0
0.1
0.2
0.3
0.4
P0 P1 P2 P3
Te
ba
l Ke
rab
an
g T
elu
r(m
m)
Perlakuan
22
Gambar 4. Rata-rata Indeks Kuning Telur (yolk) Ayam Ras Petelur Lohman
Brown yang diberikan perlakuan pemberian hijauan kangkung pada
level yang berbeda, (keterangan: P0= 0%, P1= 2%, P2= 4%, dan P3=6%).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan Limbah
hijauan kangkung pada level yang berbeda tidak berpengaruh terhadap lebar
kuning telur (yolk) ayam ras petelur strain Lohman Brownhal ini disebabkan
karena tingkat konsumsi berkurang sehinggah pakan yang biasanya dikonsumsi
oleh ayam ras tersebut untuk pembentukan kuning telur berkurang. Menurut Argo,
dkk. (2013) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi indeksyolk antara lain
kualitas membran vitelin dan pakan.
Menurut Bhale at al. (2003) bahwa indeks kuning telur (yolk)
mengindikasikan penurunan progresif dari fungsi membran vitelin pada telur,
dimana semakin kecil indeks yolk maka mutu telur semakin berkurang. Salah satu
indikasi rusaknya telur, terutama disebabkan oleh difusi air dari albumen ke
kuning telur.
2. Indeks Putih Telur (Albumen)
Dari hasil yang diperoleh (Gambar 5) memperlihatkan bahwa, Indeks putih
telur (albumen) ayam ras Petelur Lohman Brown yang diberi perlakuan
0,11
0,10
0,23
0,09
0
0.06
0.12
0.18
0.24
P0 P1 P2 P3
Ind
ek
s Y
olk
Perlakuan
23
penambahan limbah hijauan kangkung berkisar antara 0,29-0,41 dengan indeks
putih telur (albumen)terendah diperoleh pada perlakuan pemberian hijauan
kangkung 4% (P2) dan tertinggi deperoleh pada perlakuan 6% (P3).
Gambar 5. Rata-rata Indeks Albumen Ayam Ras Petelur Lohman Brown yang
diberi pakan tambahan limbah hijauan kangkung dengan level yang
berbeda, (keterangan : P0= 0%, P1= 2%, P2= 4%, dan P3= 6%).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian limbah
hijauan kangkung dengan level yang berbeda tidak berpengaruh terhadap indeks
putih telur (albumen).
Hal ini di sebabkan karena tingkat kesukaan terhadap hijauan kangkung
pada ayam ras berbeda- beda, dimana kita ketahui hijauan kangkung itu sendiri
memiliki kandungan protein, kandungan protein dalam pakan dapat
mempengaruhi kekentalan albumen, semakin kental putih telur maka semakin
tinggi nilai indeks putih telur untuk mempertahankan kualitas putih telur. Menurut
Zakiyurrahman (2006) bahwa kerusakan jala-jala ovomucin mengakibatkan air
dari protein putih telur akan keluar dan putih telur akan menjadi encer. Menurut
0,39 0,40
0,29
0,41
0
0.06
0.12
0.18
0.24
0.3
0.36
0.42
P0 P1 P2 P3
Ind
ek
s A
lbu
me
n
Perlakuan
24
Etches (1996) bahwa ovomucin termasuk protein utama albumen, yang
menentukan tinggi rendahnya indeks albumen/ kekentalan albumen.
4. Berat Kuning Telur (Yolk)
Rata-rata berat kuning telur (yolk) ayam ras petelur strain Lohman Brown
yang diberikan perlakuan pemberian hijauan kangkung pada level yang berbeda
dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Rata-rata Berat Kuning Telur (Yolk) Ayam Ras Petelur Lohman Brown
yang diberikan perlakuan pemberian hijauan kangkung pada level
yang berbeda, (keterangan : P0= 0%, P1= 2%, P2= 4%, dan P3= 6%).
Dari hasil yang diperoleh (Gambar 6) memperlihatkan bahwa, berat
kuning telur (yolk) ayam ras Petelur Lohman Brown yang diberi perlakuan
penambahan limbah hijauan kangkung berkisar antara 13,75-16,65 g/butir dengan
berat kuning telur(yolk) terendah diperoleh pada perlakuan pemberian hijauan
kangkung 4% (P2) dan tertinggi deperoleh pada perlakuan 6% (P3).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian hijauan kangkung pada
level yang berbeda tidak berpengaruh terhadap berat kuning telur (yolk) ayam ras
petelur strain Lohman Brown. Hal ini disebabkan karena deposit lemak terbanyak
15.46 16.07
13.75
16.65
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
P0 P1 P2 P3
Be
rat
Ku
nin
g T
elu
r (g
)
Perlakuan
25
berada didalam kuning telur sedangkan ditinjau dari komposisi telur air 50%,
lemak 32%-36%, protein 16% dan glukosa 1%-2% (Bell dan Weaver,2002).
selain itu berat kuning telur di pengaruhi oleh konsumsi pakan yang rendah. Hal
ini sesuai pendapat Sihombing, dkk.(2006) berat kuning telur dalam telur dan
ukuran besar kecilnya dipengaruhi oleh konsumsi protein. Apabila konsumsi
protein rendah maka akan terbentuk kuning telur yang kecil dan sebaliknya jika
konsumsi protein tinggi maka akan terbentuk kuning telur yang lebih besar.
5. Berat Putih Telur (Albumen)
Rata-rata berat putih telur (albumen) ayam ras petelur strain Lohman
Brown yang diberikan perlakuan pemberian hijauan kangkung pada level yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Rata-rata Berat Putih Telur (Albumen) Ayam Ras Petelur Lohman
Brown yang diberikan perlakuan pemberian hijauan kangkung pada
level yang berbeda, (keterangan : P0= 0%, P1= 2%, P2= 4%, dan P3=
6%).
33,60 35,63 35,79
38,81
0
5
10
15
20
25
30
35
40
P0 P1 P2 P3
Be
rat
Pu
tih
Te
lur
(g/
Bu
tir)
Perlakuan
26
Dari hasil yang diperoleh (Gambar 7) memperlihatkan bahwa, berat putih
telur (Albumen) ayam ras petelur Lohman Brown yang diberi perlakuan
penambahan limbah hijauan kangkung berkisar antara 33,60-38,81 g/butir dengan
berat putih telur (Albumen) terendah diperoleh pada perlakuan pemberian hijauan
kangkung 0% (P0) dan tertinggi deperoleh pada perlakuan 6% (P3).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan hijauan
kangkung pada level yang berbeda tidak berpengaruh terhadap berat putih telur
(albumen) ayam ras petelur strain Lohman Brown. Hal ini disebabkan karena pada
sistem pemberian pakan yang kurang, sehingga konsumsi pakan ayam rendah.
Menurut Sihombing, dkk (2006) albumen mengandung 11% protein, sehingga
konsumsi protein mempengaruhi persentase berat albumen. Perubahan protein
dalam ransum sangat berpengaruh terhadap pembentukan albumen(Etches, 1996).
6. Warna Kuning Telur (yolk)
Rata-rata warna kuning telur ayam ras petelur strain Lohman Brown yang
perlakuan yang diberikan perlakuan pemberian hijauan kangkung pada level yang
berbedadapat dilihat pada Gambar 8.
27
Gambar 8. Rata-rata Warna Kuning Telur (yolk) Ayam Ras Petelur Lohman
Brown yang diberikan perlakuan pemberian hijauan kangkung pada
level yang berbeda, (keterangan: P0= 0%, P1= 2%, P2= 4%,dan P3=6%).
Dari hasil yang diperoleh (Gambar 8) memperlihatkan bahwa, warna
kuning telur (Yolk) ayam ras Petelur Lohman Brown yang diberi perlakuan
penambahan limbah hijauan kangkung berkisar antara 2,71-3,12 dengan warna
kuning telur (yolk) terendah diperoleh pada perlakuan pemberian hijauan
kangkung 4% (P2) dan tertinggi deperoleh pada perlakuan 0% (P0). Warna yolk
diukur dari skala 1 kuning pucat sampai 15 kuning tua atau orange menurut skala
Roche Yolk Colour.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian hijauan kangkung pada
level yang berbeda tidak berpengaruh terhadap warna kuning telur (yolk) ayam ras
petelur strain Lohman Brown. Dari Gambar 6 terlihat warna kuning telur (yolk)
pada P0 sedikit lebih tinggi 3,12 (kuning agak pucat), hal ini disebabkan karena
ayam mendapatkan tambahan pakan hijauan seperti hijauan kangkung dimana
dalam hijauan terkandung pigmen xantofisl yang dapat menyebabkan warna yolk
3.12 2.87
2.71
3
0
0.8
1.6
2.4
3.2
P0 P1 P2 P3
Wa
rna
Ku
nin
g T
elu
r
Perlakuan
28
menjadi lebih gelap. Menurut Anggorodi (1985) berubahnya warna yolk
disebabkan karena penurunan kandungan pigmen xantofil dalam rumput.
7. Nilai Haugh Unit
Rata-rata haugh unit ayam ras petelur strain Lohman Brown yang
diberikan limbah hijauan kangkung dengan level yang berbeda dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Rata-rata Haugh Unit Ayam Ras Petelur Lohman Brown yang
diberikan limbah hijauan kangkung pada level yang berbeda,
(keterangan : P0= 0%, P1= 2%, P2= 4%, dan P3= 6%).
Dari hasil yang diperoleh (Gambar 9) memperlihatkan bahwa, nilai Haugh
Unit ayam ras Petelur Lohman Brown yang diberi perlakuan penambahan limbah
hijauan kangkung berkisar antara 55,64-62,08 dengan nilai Haugh unit terendah
diperoleh pada perlakuan pemberian hijauan kangkung 4% (P2) dan tertinggi
deperoleh pada perlakuan 6% (P3).
56.83 60.97
55.64
62.08
0
10
20
30
40
50
60
P0 P1 P2 P3
Nil
ai
Ha
ug
h U
nit
Perlakuan
29
Hasil ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan limbah hijauan
kangkung pada level yang tidak berpengaruh (P<0.05) terhadap Haugh Unit. Hal
ini disebabkan karena kurangnya jumlah pemberian limbah hijauan kangkung
yang menyebabkan menurunnya khualitas albumen dan berat telur. Menurut
Tugiyanti dan Iriyanti (2012) kualitas telur dapat diukur berdasarkan nilai HU
(Haugh Unit), yaitu diukur berdasarkan tingginya albumen, semakin tinggi nilai
HU, semakin tinggi putih telur, semakin bagus kualitas telur tersebut dan
menunjukkan juga bahwa telur masih baru atau segar. Hasil ini hampir sama
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mampioper, dkk. (2008) yang
memperoleh nilai Haugh Unitbervariasi antara 84.120 – 93.324.Semakin rendah
nilai Haugh Unit, maka kondisi albumen sangat encer. Menurut pendapat Shinta,
dkk. (2012) karakter yang lebih spesifik pada albumen adalah kandungan protein
(lisosim), yang berpengaruh pada kualitas albumen (kekentalan albumen baik
yang kental maupun encer) yang merupakan pembungkus yolk.
30
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh pemberian limbah hijauan kangkung pada level yang berbeda
tidak berpengaruh terhadap berat telur, tebal kerabang telur, warna kerabang telur,
berat yolk, berat albumen, dan warna kuning telur dan juga terhadap tekstur
kerabang telur, indeks yolk, indeks albumen.
Saran
Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai kualitas telur ayam ras petelur
strain Lohman Brown yang diberikan limbah hijauan kangkung dengan level yang
berbeda.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.
Universitas Indonesia Perss.jakarta
Anonim. 2011. Telur dan Problematikanya. https:// info. Anonim. co. id/index.
php/ artikel/ layer/ penyakit/ telur- dan- problematikanya. Diakses pada
tanggal 2 Februari 2016.
Anonim, 2013. Klasifikasi tanaman hijauan
kangkunghttp://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/KANGKUN
G.pdfkung.
Anonim, 2014. Manfaat dan khualitas gizi hijauan kangkung.
http://manfaatnyasehat.blogspot.com/2014/01/kandungan-gizi-dan-
manfaat-kangkung.html
Argo, L. B., Tristiarti dan I. Mangisah. 2013. Kualitas telur ayam arab petelur fase
I dengan berbagai level azolla mikrophylla. Animal Agricultural
Journal.2(I) 445-447
Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah H. Purnomo dan Adiono.Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Etches, R.J. 1969. Reproduction In Poultry. Departement Of Animal Science And
Poultry Science Universityo Of Guelph. Guelph Ontario Canada N1G
2W1. Cab International. P. 286-297.
Gaspersz. 1991. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung
Gosler, A. G., J. P. Higham, S. J. Reynolds. 2005. Why are bird’s eggs speckled.
Ecol Lett. 8: 1105W1113.
Hargiati, R., R.Mateo and J. Torok. 2011. Shell thickness and pore density in
relation to shell colouration female characterstic, and enviroental factors
in the collared flyctcher ficedula albicolis. J. Ornithol.152:579-588.
Jacob, J.P., R.D. Miles, and F.B. Mather.2009.Egg Quality.InstituteofFoodand
AgriculturalSciencesUniversityofFlorida,Gainesville.
Jazil.N, Hintono.A dan Mulyani.S. 2012. Penurunan kualitas telur ayam ras
Dengan Intensitas Warna Coklat Kerabang Berbeda Selama
Penyimpanan. Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Fakultas
Peternakan Dan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
Indonesia Vol. 2 No. 1- Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
32
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Telur (Teori dan Praktek). eBook
Pangan.com.
Kurnia, S. D., K. Praseno dan Kasiyati. 2012. Indeks kuning telur (IKT) dan
Haugh Unit (HU) Telur Puyuh Hasil Pemeliharaan dengan Pemberian
Kombinasi Larutan Mikromineral (Fe, Co, Cu, Zn) dan Vitamin (A, B1,
B12, C) Sebagai Drinking Water. Anatomi dan Fisiologi.xx(2): 24-31.
Lestari, P, I. 2009. Kajian Supply Chain Management: Analisis Relationship
Marketing Antara Peternakan Pamulihan Farm Dengan Pemasok Dan
Pelanggannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor
North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th
Ed. Chapman and Hall. London.
Narahari, D. P. Michealraj, A. Kirubakaran, and T. Sujatha. 2005. Antioxidant,
cholesterol reducing, immunomudulating and other health promoting
properties of herbal enriched egg. In: Proceeding of XIth European
Symposium on The Quality of Eggs and Egg Products. Doorwerth,
Netherland. Pp. 194-201.
Scanes, C. G, G. Brant, and M. E. Ensminger. 2004. Poultry Science. Fourth
Edition. Food Products Press. An Imprint of the Haworth Press, Inc. New
York.
Sihombing, G., Avivah dan S. Prastowo. 2006. Pengaruh penambahan zeolit
dalam ransum terhadap kualitas telur burung buyuh. J. Indon. Trop.
Anim. Agric. 31(1): 28-31.
Stadelman, W.J. and O.J Cotteril. 1977. Egg Science and Technology. The Avi
Publishing. Westport, Connecticut.
Standar Nasional Indonesia.1995. Standar Pertanian Indonesia. Standar Telur
Ayam Untuk Konsumsi (SNI 01-3926-1995). Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
Solomon. S. E. 1997. Egg and Aggshell Quality.Iowa State University Press.
America
Surai P.F., R.M. McDevitt., B.K. Speake and N.H.C.Sparks 2000.Carotenoid
distribution in issues of the laying hen depending on their dietary
supplementation. Proc. Nutr. Soc. 58: 30A.
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna, E., 2008. Ayam Buras Krosing Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta
33
Steward, G.F. and J.C Abbott.1972. Marketing Eggs and Poultry. Third Printing.
Food and Agricultural Organization (FAO), The United Nation. Rome.
Thiruvengadam, R., M. Ahmeed, R. Prabakaran, D. Narahari, and V. Sundararasu.
2006. Herbal enrichment of eggs to improve their health promoting
properties. Tamilnadu J. Vet. Anim. Sci. 2(6): 212-219.
Wahju, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Yunita. 2010. Penentuan Mutu Telur. http:// penentuan mutu.blogspot.com
Diakses pada tanggal 30 Januari 2014
Zulfikar. 2013. Manajemen pemeliharaan ayam petelur ras. Pasca Sarjana
Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet). Thesis. Unsyiah
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil analisisragam terhadap Berat Telur Ayam Ras Petelur strain
Lohman Brown yang diberi limbah hijauan kangkung pada level
yang berbeda
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERATTELUR
Perlakuan Mean Std. Deviation N
P0 57.4300 2.57461 4
P1 62.8375 2.70834 4
P2 57.1575 3.77069 4
P3 64.9475 10.31592 4
Total 60.5931 6.25581 16
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:BERATTELUR
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 183.227a 3 61.076 1.815 .198
Intercept 58744.429 1 58744.429 1.746E3 .000
Perlakuan 183.227 3 61.076 1.815 .198
Error 403.800 12 33.650
Total 59331.456 16
Corrected Total 587.027 15
a. R Squared = ,312 (Adjusted R Squared = ,140)
35
Lampiran 2. Hasil analisis ragam terhadap Warna Kerabang Ayam Ras Petelur
strain Lohman Brown yang diberi limbah hijauan kangkung pada
level yang berbeda
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Warna Kerabang
Perlakuan Mean Std. Deviation N
P0 1.0000 . 1
P1 .5000 .70711 2
P2 1.8571 1.34519 7
P3 1.5000 1.04881 6
Total 1.5000 1.15470 16
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Warna Kerabang
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3.143a 3 1.048 .746 .545
Intercept 13.038 1 13.038 9.281 .010
Warna.Kerabang.telur 3.143 3 1.048 .746 .545
Perlakuan 16.857 12 1.405
Total 56.000 16
Corrected Total 20.000 15
a. R Squared = ,157 (Adjusted R Squared = -,054)
36
Lampiran 3. Hasil analisis ragam terhadap Tebal Kerabang Ayam Ras Petelur
strain Lohman Brown yang diberi limbah hijauan kangkung pada
level yang berbeda
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Tebal kerabang
PERLAKUAN Mean Std. Deviation N
P0 .412500 .0119024 4
P1 .385000 .1078579 4
P2 .387500 .0104083 4
P3 .393750 .0217466 4
Total .394687 .0509401 16
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:kerabang
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .002a 3 .001 .200 .894
Intercept 2.492 1 2.492 806.863 .000
PERLAKUAN .002 3 .001 .200 .894
Error .037 12 .003
Total 2.531 16
Corrected Total .039 15
a. R Squared = ,048 (Adjusted R Squared = -,190)
37
Lampiran 4. Hasil analisis ragam terhadap Indeks Yolk Ayam Ras Petelur strain
Lohman Brown yang diberi limbah hijauan kangkung pada level
yang berbeda.
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Indeks Yolk
Perlakuan Mean Std. Deviation N
P0 .103788 .0325297 4
P1 .097938 .0093251 4
P2 .096468 .0118579 4
P3 .103352 .0308431 4
Total .100387 .0214134 16
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Indeks yolk
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .000a 3 5.563E-5 .099 .959
Intercept .161 1 .161 288.308 .000
Perlakuan .000 3 5.563E-5 .099 .959
Error .007 12 .001
Total .168 16
Corrected Total .007 15
38
Lampiran 5. Hasil analisis ragam terhadap Indeks Albumen Ayam Ras Petelur
strain Lohman Brown yang diberi limbah hijauan kangkung pada
level yang berbeda
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Indeks albumen
PERLAKUAN Mean Std. Deviation N
P0 .103788 .0325297 4
P1 .097938 .0093251 4
P2 .114619 .0282139 4
P3 .103352 .0308431 4
Total .104925 .0248510 16
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Indeks albumen
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .001a 3 .000 .270 .846
Intercept .176 1 .176 243.594 .000
PERLAKUAN .001 3 .000 .270 .846
Error .009 12 .001
Total .185 16
Corrected Total
.009 15
a. R Squared = .063 (Adjusted R Squared = -.171)
39
Lampiran 6. Hasil analisis ragam terhadap Berat Yolk Ayam Ras Petelur strain
Lohman Brown yang diberi limbah hijauan kangkung pada level
yang berbeda
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Berat Yolk
Perlakuan Mean Std. Deviation N
P0 15.4625 1.35313 4
P1 16.0775 1.49114 4
P2 13.9850 1.22557 4
P3 16.6475 1.84711 4
Total 15.5431 1.68647 16
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Berat Yolk
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 15.758a 3 5.253 2.343 .125
Intercept 3865.420 1 3865.420 1.724E3 .000
perlakuan 15.758 3 5.253 2.343 .125
Error 26.905 12 2.242
Total 3908.083 16
Corrected Total 42.663 15
a. R Squared = ,369 (Adjusted R Squared = ,212)
40
Lampiran 7. Hasil analisis ragam terhadap Berat Albumen Ayam Ras Petelur
strain Lohman Brown yang diberi limbah hijauan kangkung pada
level yang berbeda
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Berat Albumen
Perlakuan Mean Std. Deviation N
P0 33.6000 1.40209 4
P1 35.6300 1.26683 4
P2 35.7900 2.80894 4
P3 38.8150 6.24235 4
Total 35.9587 3.71230 16
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:data
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 55.434a 3 18.478 1.466 .273
Intercept 20688.507 1 20688.507 1.641E3 .000
perlakuan 55.434 3 18.478 1.466 .273
Error 151.284 12 12.607
Total 20895.224 16
Corrected Total 206.717 15
a. R Squared = ,268 (Adjusted R Squared = ,085)
41
Lampiran 8. Hasil analisis ragam terhadap Warna kuning telur Ayam Ras Petelur
strain Lohman Brown yang diberi limbah hijauan kangkung pada
level yang berbeda
Descriptive Statistics
Dependent Variable:data
Perlakuan Mean Std. Deviation N
P0 3.375 .4787 4
P1 3.375 .7500 4
P2 3.375 .7500 4
P3 3.625 .2500 4
Total 3.438 .5439 16
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:data
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .188a 3 .062 .176 .910
Intercept 189.062 1 189.062 533.824 .000
perlakuan .188 3 .062 .176 .910
Error 4.250 12 .354
Total 193.500 16
Corrected Total 4.438 15
a. R Squared = ,042 (Adjusted R Squared = -,197)
42
Lampiran 9. Hasil analisis ragam terhadap Haugh Unit Ayam Ras Petelur strain
Lohman Brown yang diberi limbah hijauan kangkung pada level
yang berbeda
Descriptive Statistics
Dependent Variable:HU
PERLAKUAN Mean Std. Deviation N
P0 89.87 11.712 4
P1 88.97 3.031 4
P2 90.36 3.975 4
P3 90.35 9.716 4
Total 89.89 7.187 16
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:HU
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 5.095a 3 1.698 .026 .994
Intercept 129279.352 1 129279.352 2.016E3 .000
PERLAKUAN 5.095 3 1.698 .026 .994
Error 769.695 12 64.141
Total 130054.142 16
Corrected Total 774.790 15
a. R Squared = ,007 (Adjusted R Squared = -,242)
43
Lampiran 10. Tabel Pemberian Pakan (Kangkung Dan Max ) Pada Ayam Ras
Petelur Loghman Brown.
Perlakuan Ulangan
Minggu 1
Tanggal 3 Desember-11 Desember Pemberian Kangkung
Dan Max Sisa Max Sisa Kangkung
Kontrol(0%)
P0.1 120 gr 20,7 gr -
Po.2 120 gr 32,6 gr - P0.3 120 gr - - P0.4 120 gr 10,3 gr -
2%
P1.1 120 gr +2,4 gr 100,2 gr 1,8 gr
P1.2 120 gr +2,4 gr 41 gr 2,24 gr P1.3 120 gr +2,4 gr 67 gr - P1.4 120 gr +2,4 gr 11,2 gr -
4%
P2.1 120 gr +4,8 gr 63 gr - P2.2 120 gr +4,8 gr 38 gr - P2.3 120 gr +4,8 gr 91 gr - P2.4 120 gr +4,8 gr 25,6 gr -
6%
P3.1 120 gr +7,2 gr - - P3.2 120 gr +7,2 gr 80,9 gr 1,12 gr P3.3 120 gr +7,2 gr 84 gr - P3.4 120 gr +7,2 gr 70,2 gr -
Perlakuan Ulangan
Minggu 2 Tanggal 12 Desember-18 Desember
Pemberian Kangkung Dan Max Sisa Max Sisa Kangkung
Kontrol(0%)
P0.1 120 gr 12 gr 9 gr Po.2 120 gr 22 gr - P0.3 120 gr 8 gr - P0.4 120 gr 11 gr -
2%
P1.1 120 gr +2,4 gr 28 gr 7 gr P1.2 120 gr +2,4 gr 36 gr 8 gr P1.3 120 gr +2,4 gr 34 gr 3,1 gr P1.4 120 gr +2,4 gr 20 gr -
4%
P2.1 120 gr +4,8 gr 17 gr - P2.2 120 gr +4,8 gr 20 gr 8,4 gr P2.3 120 gr +4,8 gr 37 gr - P2.4 120 gr +4,8 gr - -
6%
P3.1 120 gr +7,2 gr - 8,2 gr P3.2 120 gr +7,2 gr 18 gr - P3.3 120 gr +7,2 gr - - P3.4 120 gr +7,2 gr 43 gr 2,7 gr
44
Perlakuan Ulangan
Minggu 3
Tanggal 19 Desember-25 Desember Pemberian Kangkung
Dan Max Sisa Max Sisa kangkung
Kontrol(0%)
P0.1 120 gr 9 gr -
Po.2 120 gr - - P0.3 120 gr - - P0.4 120 gr - -
2%
P1.1 120 gr +2,4 gr 20 gr -
P1.2 120 gr +2,4 gr 64 gr - P1.3 120 gr +2,4 gr 46 gr - P1.4 120 gr +2,4 gr 31 gr -
4%
P2.1 120 gr +4,8 gr 48 gr -
P2.2 120 gr +4,8 gr 44 gr - P2.3 120 gr +4,8 gr 40 gr - P2.4 120 gr +4,8 gr 84 gr -
6%
P3.1 120 gr +7,2 gr 56 gr 1,3 gr P3.2 120 gr +7,2 gr 70 gr - P3.3 120 gr +7,2 gr 45 gr - P3.4 120 gr +7,2 gr 68 gr -
Perlakuan Ulangan
Minggu 4
Tanggal 26 Desember- 2 januari Pemberian Kangkung
Dan Max Sisa Max Sisa Kangkung
Kontrol(0%)
P0.1 100 gr 20 gr -
Po.2 100 gr - - P0.3 100 gr - - P0.4 100 gr - -
2%
P1.1 100 gr +2,4 gr - -
P1.2 100 gr +2,4 gr 39 gr - P1.3 100 gr +2,4 gr - - P1.4 100 gr +2,4 gr - -
4%
P2.1 100 gr +4,8 gr 63 gr 0,6 gr P2.2 100 gr +4,8 gr - - P2.3 100 gr +4,8 gr 45 gr - P2.4 100 gr +4,8 gr - -
6%
P3.1 100 gr +7,2 gr 50 gr 1,2
P3.2 100 gr +7,2 gr 39 gr - P3.3 100 gr +7,2 gr - - P3.4 100 gr +7,2 gr 8 gr -
45
Perlakuan Ulangan
Minggu 5 Tanggal 3 januari- 9 januari
Pemberian Kangkung Dan Max
Sisa Max Sisa Kangkung
Kontrol(0%)
P0.1 100 gr - - Po.2 100 gr - - P0.3 100 gr - - P0.4 100 gr - -
2%
P1.1 100 gr +2,4 gr 27 gr - P1.2 100 gr +2,4 gr 61 gr - P1.3 100 gr +2,4 gr 25 gr - P1.4 100 gr +2,4 gr - -
4%
P2.1 100 gr +4,8 gr - - P2.2 100 gr +4,8 gr 18 gr - P2.3 100 gr +4,8 gr 14 gr - P2.4 100 gr +4,8 gr 21 gr -
6%
P3.1 100 gr +7,2 gr 41 gr - P3.2 100 gr +7,2 gr 43 gr - P3.3 100 gr +7,2 gr 50 gr - P3.4 100 gr +7,2 gr 38 gr -
Perlakuan Ulangan
Minggu 6 Tanggal 10- 16 januari
Pemberian Kangkung Dan Max
Sisa Max Sisa Kangkung
Kontrol(0%)
P0.1 100 gr - - Po.2 100 gr - - P0.3 100 gr - - P0.4 100 gr - -
2%
P1.1 100 gr +2,4 gr 67 gr 1,04 gr P1.2 100 gr +2,4 gr 81 gr 1,81 gr P1.3 100 gr +2,4 gr 45 gr - P1.4 100 gr +2,4 gr 27 gr -
4%
P2.1 100 gr +4,8 gr 12,3 gr - P2.2 100 gr +4,8 gr 37 gr - P2.3 100 gr +4,8 gr 18 gr - P2.4 100 gr +4,8 gr 28 gr -
6%
P3.1 100 gr +7,2 gr 64 gr 1,07 gr P3.2 100 gr +7,2 gr 47 gr - P3.3 100 gr +7,2 gr 24,6 gr - P3.4 100 gr +7,2 gr 48 gr -
46
Lampiran 11. Dokumentasi penelitian
Alat Pengukur Tebal Kerabang
ColoryMeter digunakan untuk mengukur kualitas telur
Proses Pencacahan Kangkung
47
Proses Penimbangan Telu
Pengukuran Panjang Telur
48
RIWAYAT HIDUP
Ceceng Tenriawaru (I 111 10 279), lahir di Bone pada
tanggal 20 Agustus 1992. Anak tunggal dari pasangan Andi
Masnurang dan Andi Nurhidayat Penulis menyelesaikan
Sekolah Dasar di SDN 184 Polewali, kab. Bone tahun 2003,
kemudian melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah
Pertama di MTs Negeri 1 Libureng, kab. Bone selesai pada tahun 2006, dan
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Libureng,
Kab. Bone dan selesai pada tahun 2009. Penulis diterima di Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) melalui jalur SNMPTN dan diterima di Fakultas Peternakan,
jurusan Produksi Ternak. Selama kuliah penulis menjadi pengurus di Himpunan
Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTEK) 2011-2013 Pengurus di Senat
Mahasiswa Peternakan 2012-2013. Dan berbagai organisasi lain diluar kampus.