PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata L.) …digilib.unila.ac.id/31715/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata L.) …digilib.unila.ac.id/31715/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata L.)
PADA MEDIUM MURASHIGE AND SKOOG (MS) TERHADAP
PERTUMBUHAN EKSPLAN KRISAN( Dendranthema
grandiflora Tzvelev) KULTIVAR PINK FIJI
SECARA IN VITRO
Skripsi
Oleh
Nalindri Impitasari
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata L.) PADA
MEDIUM MURASHIGEAND SKOOG (MS) TERHADAP PERTUMBUHAN
EKSPLAN KRISAN( Dendranthema grandiflora Tzvelev) KULTIVAR PINK
FIJI SECARA IN VITRO
Oleh
Nalindri Impitasari
Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) adalah salah satu komoditas tanaman
hias yang penting di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.Tanaman
ini dikenal sebagai penghasil bunga dengan bentuk dan warna yang menarik.
Melihat besarnya minat masyarakat dan potensi pemanfaatan krisan,
menyebabkantanaman ini semakin banyak dikembangkandan dibudidayakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak tauge yang
optimum terhadap pertumbuhan eksplan krisan secara in vitro. Penambahan
ekstrak tauge (Vigna radiataL.)dengan konsentrasi 0 % v/v, 2 % v/v, 4 % v/v, 6 %
v/v dan 8 % v/v pada medium Murashige and Skoog (MS) terhadap pertumbuhan
eksplan krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji telah
dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan Fakultas MIPA Jurusan Biologi
Universitas Lampung dari bulan November sampai Desember 2017.Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor dengan 5 kali ulangan.
Analisis ragam dan uji BNT dilakukan pada taraf 5%. Hasil penelitian
menunjukkan pemberian ekstrak tauge (Vigna radiataL.) tidak berpengaruh
terhadap tinggi planlet, jumlah tunas dan jumlah daun planlet krisan. Persentase
planlet hidup pada penelitian ini menunjukkan hasil 100% planlet hidup.
Penambahan ekstrak tauge pada medium dengan konsentrasi 4% v/v optimum
terhadap kandungan klorofil b dan klorofil total planlet krisan, tetapi tidak
berpengaruh terhadap kandungan klorofil c planlet krisan (Dendranthema
grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji.
Kata kunci :Eksrak Tauge,In vitro, Krisan,Pertumbuhan.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata L.)
PADA MEDIUM MURASHIGE AND SKOOG (MS) TERHADAP
PERTUMBUHAN EKSPLAN KRISAN( Dendranthema
grandiflora Tzvelev) KULTIVAR PINK FIJI
SECARA IN VITRO
Oleh
Nalindri Impitasari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Branti pada tanggal
26 Oktober 1995. Penulis merupakan anak tunggal
dari pasangan Bapak Imam Mahbub dan Ibu
Nafsiah.
Penulis menempuh pendidikan pertama di Taman
Kanak- Kanak Dharma Wanita Rawa Jitu Selatan
pada tahun 2000. Tahun 2002, Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar
Bumi Dipasena Jaya Rawa Jitu Selatan. Selanjutnya, pada tahun 2006 penulis
melanjutkan sekolah dasar di Bandar Lampung karena kepentingan orang tua,
yaitu di Sekolah Dasar Swasta Al- Kautsar Bandar Lampung. Penulis pada tahun
2008 melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Swasta Al- Kautsar
Bandar Lampung dan pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Swasta Al- Kautsar Bandar Lampung. Penulis tercatat sebagai
salah satu mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam di Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui Jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa di
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung, Penulis pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi. Selama kuliah
penulis aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) FMIPA Unila
sebagai anggota bidang Sains dan Teknologi (Saintek).
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tanjung Krajan
Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah pada Januari- Februari
2017 dan melaksanakan Kerja Praktik di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Subtropika (Balitjestro) di Batu Jawa Timur pada Juli-Agustus 2017.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, Alhamdulillahi Robbil „Alamin, dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT.
Yang tak henti melimpahkan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah- Nya, Kupersembahakan karya ini untuk : Bapak dan Ibuku tersayang yang senantiasa selalu
menyebut namaku dalam do‟a nya selalu memberikan dukungan, motivasi dan menguatkan
setiap langkah hidupku semoga Allah selalu melindungi Bapak dan Ibu ,
Keluarga besarku yang selalu memberi semangat untuk tetap berjuang, serta Bapak dan Ibu Dosen
yang tak hentinya memberikan ilmu yang bermanfaat dan terimakasih telah mengantarkanku
dalam menggapai kesuksesan, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian,
Teman – teman, sahabat, kakak-kakak dan adik-adik
yang selalu memberikanku pengalaman berharga dan semangat,
serta Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
MOTTO
Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani) yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya
“Rasa Sakit”
(Ali bin Abi Thalib)
“Percayalah, Jika sesuatu ditakdirkan untukmu, sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi milik
oranglain.”
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan ridho
Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian
Ekstrak Tauge (Vigna radiata L.) Pada Medium Murashige and Skoog (MS)
Terhadap Pertumbuhan Eksplan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev)
Kultivar Pink Fiji Secara In Vitro”
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang
telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik, dan bimbingannya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan, anatara lain kepada :
1. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Imam Mahbub dan Ibu Nafsiah
terimakasih telah membesarkan aku dan selalu mendoakan keberhasilanku.
2. Ibu Dr. Endang Nurcahyani, M.Si. selaku pembimbing I yang telah sabar
dalam memberikan bantuan, semangat, masukan dan arahan dalam
penulisan skripsi.
3. Ibu Dra. Tundjung Tripeni H, M.S. selaku pembimbing II yang telah
memberikan bantuan, semangat, arahan serta berbagai ilmu selama
penulisan skripsi.
4. Ibu Dra. Yulianty, M.Si. selaku Pembahas atas semua ilmu, bantuan,
bimbingan, nasihat, saran, dan pengarahan, baik selama perkuliahan
maupun penyusunan skripsi.
5. Ibu Dra. Etti Ernawiati, M.P. selaku Pembimbing Akademik.
6. Kepala Laboratorium Botani, Jurusan Biologi FMIPA Unila beserta
seluruh staf yang telah memberi izin, fasilitas dan bantuan kepada penulis
selama melakukan penelitian.
7. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung
8. Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
9. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung.
10. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung
yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis.
11. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan
skripsi.
12. Mengki sahabatku yang selalu memberikan semangat dan kasih sayang
untuk penulis.
13. Essy Pratiwi yang sangat dekat dengan saya, menjadi rekan floristsynal,
rekan kerja praktik,skripsi dan tak bisa saya sebutkan satu per satu.
14. Sahabat SMA saya yang selalu membuat saya tidak pernah merasa
sendirian (Shelma Anantapuri, Zahra Zafira Irawan, Fitriani Akrima
Rosdiana, Bayu Armandha, M. Haekal Abubakar). Terimakasih untuk
kebahagiaan yang selalu kalian berikan.
15. Teman-teman Biologi 2014 atas kebersamaan, bentuan dan dukungan
selama penulis kuliah semoga Allah membalas kebaikan kalian.
16. Nida sahabatku yang selalu membantu dalam menyelesaikan penulisan
skripsi.
17. Pejuang skripsi Essy Pratiwi, Nadya Rosyalina P, Dwi Sindy A, Genta
Dwi Destarini, Fesya Salma P, Tara Sesafia P, Anis ashari, Nadya
Fakhriati A, Betara Sona dan Athiya Nur F yang selalu memberikan
arahan, motivasi dan semangat dalam pelaksanaan maupun penulisan
skripsi.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam
penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 24 Mei 2018
Penulis,
Nalindri Impitasari
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL DALAM.............................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................. viii
MOTTO ................................................................................................... ix
SANWACANA ........................................................................................ x
DAFTAR ISI........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. LatarBelakang ................................................................................ 1
B. TujuanPenelitian ............................................................................. 3
C. ManfaatPenelitian ........................................................................... 4
D. KerangkaPemikiran ........................................................................ 4
E. Hipotesis ......................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
A.TanamanKrisan ............................................................................... 6
B. Kultur Jaringan ............................................................................... 9
C. Multiplikasi .................................................................................... 10
D. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) .......................................................... 11
E. Ekstrak Tauge ................................................................................. 13
F. Klorofil ............................................................................................ 14
III. METODE KERJA ............................................................................ 15
A. WaktudanTempat ........................................................................... 15
B. AlatdanBahan Penelitian ................................................................ 15
C. RancanganPercobaan ...................................................................... 16
D. BaganAlirPenelitian ....................................................................... 17
E. PelaksanaanPenelitian..................................................................... 19
1. Sterilisasi ................................................................................... 19
2. Proses Perkecambahan .............................................................. 19
3. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Tauge ................................... 20
4. Pembuatan Medium Tanam ...................................................... 20
5. Penananam eksplan Krisan ke Medium Tanam ........................ 21
6. Pengamatan ............................................................................... 22
a. Persentase Planlet Hidup ....................................................... 22
b .Tinggi Tanaman .................................................................... 23
c. Jumlah Tunas ......................................................................... 23
d. Jumlah Daun ......................................................................... 23
e. Kandungan Klorofil ............................................................... 23
7. Analisis Data ............................................................................. 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 25
A. Persentase Jumlah Planlet Hidup .................................................. 25
B. Tinggi Planlet ................................................................................ 27
C. Jumlah Tunas ................................................................................ 30
D. Jumlah Daun ................................................................................. 32
E. Kandungan Klorofil ...................................................................... 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Tata letaksatuanpercobaanpengaruhpemberianekstrak
tauge (Vigna radiata) pada medium Murashige and Skoog
(MS) terhadap pertumbuhan eksplan krisan
(DendranthemagrandifloraTzvelev)kultivar Pink Fiji
secarain vitro ................................................................................ 17
2. Susunantabelpengenceranekstraktauge ......................................... 20
3. Persentase jumlah planlet hidup krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji
umur 4 minggu pada beberapa konsentrasi
ekstrak tauge (Vigna radiata) ....................................................... 27
4. Rata-rata tinggi planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev)kultivar Pink Fiji
pada beberapa konsentrasi ekstrak tauge (Vignaradiata) ............. 27
5. Rata-rata jumlah tunas planlet krisan
(Dendranthema grandifloraTzvelev) kultivar Pink Fiji
pada beberapa konsentrasi ekstrak tauge (Vignaradiata) ............. 30
6. Rata-rata jumlah daun planlet krisan
(Dendranthema grandifloraTzvelev) kultivar Pink Fiji
pada beberapa konsentrasi ekstrak tauge (Vignaradiata) ............. 32
7. Rata-rata kandungan klorofil a planlet krisan
(DendranthemagrandifloraTzvelev) kultivar Pink Fiji
pada beberapa konsentrasi ekstrak tauge (Vignaradiata) ............. 34
8. Rata-rata kandungan klorofil b planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji
pada beberapa konsentrasiekstrak tauge (Vignaradiata) .............. 35
9. Rata-rata kandungan klorofil total planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji
pada beberapa konsentrasi ekstrak tauge (Vignaradiata) ............. 37
10. Komposisi medium Murashige and Skoog (MS) .......................... 44
11. Jumlah planlet hidup(Dendranthema grandiflora Tzvelev) ......... 45
12. Analisis data tinggi planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji .............. 46
13. Analisis data jumlah tunas krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji .............. 48
14. Analisis data jumlah daun krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji .............. 50
15. Analisis kandungan klorofil a planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev)kultivar Pink Fiji ............... 52
16. Analisis kandungan klorofil b planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji .............. 53
17. Analisis kandungan klorofil total planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji .............. 54
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Bunga Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev)
kultivar Pink Fiji ........................................................................... 7
2. Batang bunga Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev)
kultivar Pink Fiji ........................................................................... 7
3. Lokasi meristem utama ................................................................. 10
4. Bagan Alir Penelitian .................................................................... 18
5. Teknik Perbanyakan ...................................................................... 22
6. Pertumbuhan planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji
4 minggu setelah tanam pada medium MS
dengan penambahan ekstrak tauge (Vigna radiata)
berbagai konsentrasi ...................................................................... 27
7. Grafik rata-rata laju pertumbuhan tinggi planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji
setiap 6 hari sekali pengamatan..................................................... 29
8. Grafik rata-rata laju pertumbuhan jumlah tunas planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji
setiap 6 hari sekali pengamatan..................................................... 31
9. Grafik rata-rata laju pertumbuhan jumlah tunas planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji
setiap 6 hari sekali pengamatan..................................................... 33
10. Kacang hijau setelah di rendam akuades ...................................... 55
11. Kacang hijau yang sudah berkecambah ........................................ 55
12. Alat dan bahan pembuatan ekstrak tauge ...................................... 55
13. Proses pembuatan larutan stok ekstrak tauge ................................ 56
14. Penyaringan larutan ekstrak tauge ................................................ 56
15. Persediaan larutan stok ekstrak tauge ........................................... 56
16. Pembuatan medium tanam ............................................................ 57
17. Planlet krisan yang akan dimultiplikasi ........................................ 57
18. Penanaman eksplan ke medium tanam ......................................... 57
19. Penimbangan daun planlet krisan ................................................. 58
20. Larutan sampel yang sudah disentrifuge ....................................... 58
21. Analisis klorofil menggunakan spektrofotometer ......................... 58
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) merupakan komoditas
tanaman hias dengan nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Produksi krisan
terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2010 produksi krisan
mencapai 185.232.970 tangkai per tahun, meningkat menjadi 305.867.882
tangkai pada tahun 2011 dan 397.228.983 tangkai pada tahun 2012
(Badan Pusat Statistik, 2012).
Krisan banyak diminati masyarakat karena memliki tingkat kelayuan
bunga yang rendah. Negara yang menjadi pasar potensial penjualan bunga
krisan Indonesia antara lain Jerman, Inggris, Italia, Swiss, Australia,
Amerika Selatan, Swedia, Denmark, Jepang dan beberapa negara Eropa
lainnya (Zamroni dan Maryani, 2005).
Teknik kultur jaringan adalah salah satu upaya yang dapat di gunakan pada
berbagai jenis tanaman (tanaman pot, bunga potong, buah-buahan dan
tanaman berumbi). Kualitas bibit krisan yang unggul dan tahan terhadap
penyakit merupakan salah satu hal yang diinginkan dari perbanyakan
tanaman dengan cara kultur jaringan. Dengan cara tersebut dapat
2
di harapkan juga tingkat produksi bibit krisan lebih tinggi serta waktu yang
digunakan untuk perbanyakan relatif lebih singkat dibandingkan
perbanyakan secara konvensional (Yusnita, 2003).
Kultur jaringan merupakan suatu teknik mengisolasi bagian tanaman, baik
berupa organ, jaringan, sel atau pun protoplasma dan selanjutnya
mengkultur bagian tanaman tersebut pada medium buatan dengan kondisi
lingkungan yang steril dan terkendali (Basri, 2004). Bagian-bagian
tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap kembali
(Vasil, 1988).
Medium tanam merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
kultur jaringan tumbuhan. Hal yang perlu diperhatikan pada komposisi
suatu medium yaitu kombinasi dan konsentrasi dari zat pengatur tumbuh
yang digunakan. Dalam kultur jaringan, terdapat dua kelompok zat
pengatur tumbuh yang paling sering digunakan, yaitu auksin, seperti NAA
dan IBA, serta sitokinin seperti BAP. Penggunaan auksin bersama
sitokinin pada konsentrasi yang tepat dapat memacu pertumbuhan eksplan,
terutama dalam pembentukan daun, tunas dan ruas yang intensif
(Gunawan, 1988).
Pemanfaatan ekstrak tauge sebagai ZPT alami pernah dilakukan pada
penelitian-penelitian sebelumnya, menurut Fadhillah (2015) mengatakan
penambahan ekstrak tauge sebanyak 20 g/L menunjukkan hasil terbaik
berdasarkan parameter jumlah akar planlet kentang (Solanum tuberosum
3
L.). Penggunaan ekstrak tauge 150gram/L memberikan pengaruh yang
baik terhadap pertumbuhan anggrek bulan dengan menunjukkan hasil
tertinggi (Amilah dan Astuti, 2006).
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan ekstrak tauge dapat
menggantikan peran ZPT sintentik yang berfungsi bagi pertumbuhan
eksplan krisan. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian pengaruh
pemberian ekstrak tauge (Vigna radiata) pada medium Murashige and
Skoog (MS) terhadap pertumbuhan eksplan krisan (Dendranthema
grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji secara in vitro.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Mengetahui konsentrasi ekstrak tauge (Vigna radiata) yang optimum
untuk pertumbuhan eksplan krisan (Dendranthema grandiflora
Tzvelev) kultivar Pink Fiji secara in vitro.
2. Mengetahui kandungan klorofil a,b dan total yang optimum pada
planlet krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji
secara in vitro setelah penambahan ekstrak tauge (Vigna radiata) pada
berbagai konsentrasi.
4
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
penggunaan ekstrak tauge (Vigna radiata) yang optimal dalam
pertumbuhan eksplan krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar
Pink Fiji. Membantu masyarakat dalam budidaya krisan melalui kultur
jaringan tumbuhan. Secara ilmiah diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang
pemuliaan tanaman.
D. Kerangka Pemikiran
Krisan adalah salah satu tanaman hias yang diminati berbagai kalangan
masyarakat, karena nilai jual yang tinggi dan memiliki keindahan bentuk,
warna dan bunganya. Karena produksi bunga yang meningkat, salah satu
cara perbanyakan yang efektif yaitu melalui teknik kultur jaringan.
Perbanyakan tanaman krisan yang dilakukan dengan cara kultur jaringan
diharapkan dapat menghasilkan kualitas bibit krisan yang seragam serta
waktu yang relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan perbanyakan
secara konvensional.
Namun dalam teknik kultur jaringan penggunaan konsentrasi zat pengatur
tumbuh (ZPT) yang diperlukan pada setiap tumbuhan perlu diperhatikan.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) sangat berpengaruh dalam pertumbuhan suatu
eksplan. Untuk merangsang pertumbuhan akar digunakan ZPT jenis
5
auksin, pertumbuhan pucuk dan tunas menggunakan sitokinin dan
diferensiasi serta perubahan fungsi sel terutama pembentukan kalus
menggunakan giberelin.
Hasil penelitian Fadhillah (2015), penambahan ekstrak tauge sebanyak 20
g/L menunjukkan hasil terbaik berdasarkan parameter jumlah akar planlet
kentang (Solanum tuberosum L.). Hasil penelitian tersebut dapat dikatakan
bahan ekstrak tauge dapat berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT)
alami.
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dilakukan penelitian tentang
pengaruh pemberian ekstrak tauge (Vigna radiata) pada medium
Murashige and Skoog (MS) terhadap pertumbuhan eksplan krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji secara in vitro.
E. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
1. Terdapat konsentrasi ekstrak tauge (Vigna radiata) yang optimum pada
pertumbuhan planlet krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev)
kultivar Pink Fiji secara in vitro.
2. Terdapat kandungan klorofil a, b dan total yang optimum pada planlet
krisan (Dendrantema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji secara
in vitro setelah penambahan ekstrak tauge (Vigna radiata).
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman krisan
Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Sistem klasifikasi Cronquist
(1981) dan APG II, adalah sebagai berikut:
Kerajaan: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Dendranthema
Jenis : Dendranthema grandiflora Tzvelev
Menurut Krisantini (2006), kultivar bunga krisan sekarang banyak
bermunculan dengan beragam warna. Bentuk bunga krisan telah
diperkenalkan oleh nursery dan floris terkemuka di dunia. Di Amerika,
bunga krisan sering disebut “Ratu musim gugur”. Krisan juga merupakan
bunga nasional di negara Jepang. Bunga krisan (Dendranthema
grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji disajikan pada Gambar 1.
7
Gambar 1. Bunga krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar
Pink Fiji (Foto Impitasari, diambil di Rose Florist, Lampung, 2017).
Tanaman krisan termasuk bunga majemuk lengkap terminalis yang terdiri
atas bunga pita dan bunga tabung. Tanaman krisan memiliki pertulangan
daun menyirip dam sistem perakaran tunggang. Batang tanaman krisan
berupa herba, pada umumnya batangnya tegak dan jarang membentuk
cabang (Wediyanto dkk., 2007). Batang krisan (Dendranthema grandiflora
Tzvelev) kultivar Pink Fiji disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Batang krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar
Pink Fiji (Foto Impitasari, diambil di Rose Florist, Lampung, 2017).
8
Menurut Balithi (2007), kedudukan Indonesia sebagai negara tropis
memiliki sumberdaya lahan dan agroklimat yang sesuai bagi pertumbuhan
tanaman hias, telah memungkinkan tanaman krisan dapat diproduksi
sepanjang tahun sehingga dapat memenuhi permintaan pasar yang terus
meningkat. Produksi bunga potong krisan pada tahun 2012 menempati
urutan kedua terbesar setelah bunga mawar yaitu mencapai 3.9 juta
tangkai/tahun (BPS, 2012).
Menurut Yuzamini dkk., (2010), selain sebagai tanaman hias, tanaman
krisan memiliki banyak manfaat lain, diantaranya dapat menyerap polusi
udara di dalam ruangan, dapat dijadikan obat berbagai penyakit seperti
sakit mata, batuk, sakit kepala, gangguan pernapasan, dan diare, serta
sebagai sumber insektisida alami karena mengandung phyretrin yaitu suatu
senyawa yang dapat melemahkan saraf serangga.
Salah satu cara petani untuk menjaga stabilitas bibit krisan adalah
perbanyakan bibit secara sederhana. Petani umumnya menggunakan
metode perbanyakan dengan stek pucuk. Walaupun stek pucuk biasa
digunakan sebagai metode perbanyakan, stek pucuk dianggap belum
menyelesaikan masalah karena tanaman krisan memiliki sifat degenerasi
kualitas bibit sejalan dengan bertambahnya usia vegetatif tanaman. Oleh
karena itu diperlukan pembaruan bibit secara berkelanjutan agar
produktivitas dan kualitas bunga yang dihasilkan dapat seragam dan
konsisten (Muhit, 2007).
9
B. Kultur Jaringan
Teknik kultur jaringan merupakan salah satu teknik perbanyakan pada
tanaman dengan menggunakan sel atau jaringan tanaman yang masih aktif.
Sel atau jaringan tanaman yang masih aktif ini ditumbuhkan pada media
buatan yang diletakkan pada tabung kaca atau suatu wadah yang dapat
ditembusi oleh cahaya. Penggunaan teknik kultur jaringan ini bisa
menghasilkan bibit dalam jumlah banyak atau tidak terbatas yang
mewarisi sifat identik dengan induknya. Biasanya teknik kultur jaringan
ini dilakukan di dalam laboratorium dengan menggunakan peralatan-
peralatan yang steril. Kultur jaringan ini sering digunakan untuk
memperbanyak tanaman-tanaman langka yang terancam punah dan sangat
sulit untuk dilakukan perbanyakan secara konvensional, serta untuk
perbanyakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti
kentang, pisang, anggrek dan sebagainya (Rahardja dan Wiryanta, 2003).
Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ketersediaan bibit
krisan adalah dengan kultur jaringan. Menurut Yusnita (2003),
penggunaan teknik kultur jaringan yang dilakukan selama ini dirasa cukup
efektif untuk mengembangkan bibit yang berkualitas dan seragam pada
berbagai jenis tanaman (tanaman pot, bunga potong, buah-buahan, dan
tanaman berumbi). Perbanyakan tanaman krisan yang dilakukan dengan
cara kultur jaringan diharapkan dapat menghasilkan kualitas bibit krisan
yang unggul dan seragam, tahan terhadap penyakit, tingkat produksi tinggi
10
serta waktu yang relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan
perbanyakan secara konvensional.
C. Multiplikasi
Multiplikasi adalah salah satu tahap dalam pertumbuhan tanaman secara in
vitro dimana terjadi perkembangan (diferensiasi) sel menjadi banyak sel
dan membentuk tunas atau organ lain yang dibutuhkan (Salisbury dan Ros
1995). Menurut Gunawan (2004), multiplikasi adalah tahap perbanyakan
atau penggandaan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Pada tahap
ini terjadi perbanyakan tunas dengan mendorong tunas lateral atau
merangsang tunas adventif (Yusnita, 2003). Pertumbuhan adalah
bertambahnya jumlah sel, berat jaringan dan faktor lainnya yang
menjadikan suatu eksplan dapat hidup menjadi individu yang utuh
(Hidayat, 1995).
Gambar 3. Lokasi meristem utama (Campbel dkk., 2003)
11
Proses multiplikasi suatu eksplan diharapkan dapat membentuk organ atau
bagian tubuh lain yang menunjang pertumbuhan selanjutnya seperti
tunas, akar dan daun. Sedangkan parameter terjadinya multiplikasi dapat
diukur berdasarkan jumlah tunas pada tiap eksplan, jumlah daun dan tinggi
tunas. Teknik multiplikasi terdiri atas dua metode yaitu metode
percabangan tunas lateral dan pembentukan tunas adventif. Perbanyakan
eksplan dengan metode percabangan tunas lateral lebih banyak digunakan
karena relatif sederhana, aberasi genetik sangat kecil, perbanyakannya
berlangsung cukup cepat, dan tanaman yang dihasilkan tumbuh dengan
baik (Yusnita, 2003).
Tingkat keberhasilan pada teknik kultur jaringan sangat ditentukan oleh
pemilihan eksplan sebagai bahan dasar, penggunaan medium yang tepat,
keadaan lingkungan yang steril, dan sirkulasi udara yang baik. Selain itu
tanaman yang akan dikultur adalah jaringan muda yang masih dalam
proses pertumbuhan, seperti pucuk, daun muda, tunas maupun akar. Kultur
jaringan termasuk teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
berdasarkan sifat totipotensi tumbuhan, yaitu kemampuan suatu sel
tanaman yang masih dalam proses pertumbuhan (Kurniati, 2013).
D. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa yang berperan penting dalam
mengarahkan pertumbuhan sel tanaman. Kombinasi zat pengatur tumbuh
yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Dalam kultur
12
jaringan, penggunaan zat pengatur tumbuh tergantung pada arah yang
pertumbuhan yang diinginkan. Terdapat dua golongan zat pengatur
tumbuh dalam kultur jaringan yang sangat berperan penting, yaitu
sitokinin dan auksin (Gunawan, 1992).
Zat pengatur tumbuh auksin adalah zat yang memiliki sifat khas yang
dapat mempercepat perpanjangan sel pucuk, sedangkan zat pengatur
tumbuh sitokinin mempunyai peran dalam proses pembelahan sel. Bila
konsentrasi auksin lebih besar daripada sitokinin maka kalus akan tumbuh,
namun jika konsentrasi sitokinin lebih besar daripada auksin maka tunas
akan tumbuh (Nursetiadi, 2008). Menurut Yuliarti (2010), zat pengatur
tumbuh tanaman merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam
penggunaannya adalah konsentrasi, urutan penggunaan, dan periode masa
induksi dalam kultur jaringan.
Menurut Maysarah (2012), bahwa zat-zat organik yang bisa digunakan
untuk menunjang keberhasilan kultur in vitro adalah ekstrak ragi, air
kelapa, pisang, jeruk, tauge, tomat, alpukat, pepaya dan masih banyak lagi
yang dapat dijadikan sebagai bahan tambahan dalam media kultur in vitro.
Hal ini didukung oleh Safitri dkk., (2013) yang mengungkapkan bahwa
media kultur in vitro dapat dilengkapi dengan zat organik tambahan seperti
ekstrak tauge, air kelapa, maupun hasil fermentasi berupa ragi.
13
E. Ekstrak Tauge
Tauge merupakan kecambah yang berasal dari biji-bijian, seperti kacang
hijau, yang memiliki bagian putih dengan panjang hingga tiga sentimeter.
Kacang hijau termasuk dalam suku Fabaceae. Bentuk kecambah diperolah
setelah biji diproses selama beberapa hari. Tauge mengandung banyak
sekali senyawa fitokimiawi yang sangat berkhasiat (Amilah dan Astuti,
2006).
Saat dalam bentuk tauge, kecambah memiliki kandungan vitamin lebih
banyak dari kandungan bijinya. Dibandingkan kadar dalam biji, kadar
vitamin B dan E meningkat jumlahnya, dari 2,5 sampai 3 kali lebih besar.
Sedangkan vitamin C yang sangat sedikit pada biji-bijian kering, dalam
bentuk tauge meningkat menjadi 20 mg/100 g (kacang hijau) (Winarno,
1987).
Kecambah kacang hijau (tauge) merupakan jenis sayuran yang umum
dikonsumsi, mudah diperoleh, ekonomis, dan tidak menghasilkan senyawa
yang berefek toksik. Ekstrak kecambah kacang hijau memiliki konsentrasi
senyawa zat pengatur tumbuh auksin 1,68 ppm, giberelin 39,94 ppm dan
sitokinin 96,26 ppm (Ulfa, 2014).
Menurut Fadhillah (2015), penambahan ekstrak tauge sebanyak 20 g/L
menunjukkan hasil terbaik berdasarkan parameter jumlah akar planlet
kentang (Solanum tuberosum L.). Hadi (2006) juga mengatakan bahwa
14
penambahan ekstrak tauge 37,5 g/l memberi pengaruh yang baik terhadap
tinggi tunas anggrek Dendrobium.
F. Klorofil
Pigmen hijau yang terdapat dalam kloroplas dan berperan dalam
fotosintesis disebut Klorofil. Kloroplas berasal dari proplastida atau
plastida yang belum dewasa dan hampir tidak berwarna (Salisbury dan
Ross, 1991). Tiga fungsi utama klorofil dalam proses fotosintesis adalah
memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan
karbohidrat, dan menyediakan energi bagi ekosistem secara keseluruhan
(Campbell dkk., 2002).
Terdapat 2 macam klorofil pada tanaman tingkat tinggi yaitu klorofil a
(C55H72O5N4Mg ) berwarna hijau tua dan klorofil b (C55H70O6N4Mg)
berwarna hijau muda. Sifat fisik klorofil yaitu menerima dan memantulkan
cahaya dengan gelombang yang berlainan atau berpendar. Sinar yang
diserap klorofil berwarna merah dan biru dengan panjang gelombang 400-
700 nm. Selain sifat fisik, klorofil juga memiliki sifat kimia yaitu tidak
larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik yang lebih besar, seperti
etanol dan kloroform (Dwidjoseputro, 1994).
15
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai bulan
Desember 2017 di Laboratorium Botani (ruang penelitian in vitro),
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat-alat penelitian
Alat- alat yang digunakan adalah aluminium foil, Autoklaf, Laminar
Air Flow (LAF) merk ESCO, pinset, scalpel, mata pisau scalpel,
Erlenmeyer berukuran 50 ml, cawan petri berdiameter 10 cm, corong,
botol kultur berukuran 250 ml, gelas ukur bervolume 100 ml dan 500
ml, mikroskop, mikropipet, pipet tip, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
timbangan analitik, waterbatt dan kamera.
Alat-alat yang digunakan untuk analisis klorofil: gunting, timbangan
analitik, mikropipet, spektrofotometer, pisau silet, kuvet, alat-alat gelas
16
(pipet ukur dan tabung reaksi), mortar dan penumbuk, rak tabung
reaksi , dan corong.
2. Bahan-bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Planlet yang krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji berumur 7
bulan yang dibeli di CV. Muria Sari Bumi terletak di Batu Jawa Timur,
akuades, Benzine Amino Purine (BAP), sukrosa, agar, Plant
Preservative Mixture (PPM), Kalium Hidroksida (KOH), Asam
Chlorida (HCl), asam salisilat, kertas label, kertas filter, tisu dan bahan
kimia medium Murashige and Skoog (MS) “use ready” dan alkohol
96 %.
C. Rancangan Percobaan
Metode Penelitian disusun dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari 1 faktor yaitu ekstrak tauge dengan lima taraf
konsentrasi, yaitu 0 % v/v, 2% v/v, 4% v/v, 6% v/v dan 8% v/v. Penelitian
ini dilakukan dengan 5 ulangan, sehingga total botol yang digunakan
dalam penelitian berjumlah 25 botol. Tata letak satuan percobaan dapat di
lihat pada Tabel 1.
17
Tabel 1. Tata letak satuan percobaan pengaruh pemberian ekstrak tauge
(Vigna radiata) pada medium Murashige and Skoog (MS)
terhadap pertumbuhan eksplan krisan (Dendranthema
grandiflora T.) kultivar Pink Fiji secara in vitro.
ET0U2 ET1U1 ET3U1 ET1U5 ET4U5
ET2U1 ET3U3 ET2U4 ET1U3 ET0U1
ET2U5 ET0U3 ET4U4 ET2U2 ET3U4
ET4U2 ET1U4 ET0U4 ET3U5 ET4U1
ET0U5 ET2U3 ET3U2 ET4U3 ET1U2
Keterangan :
ET0 : Ekstrak tauge 0 % v/v
ET1 : Ekstrak tauge 2 % v/v
ET2 : Ekstrak tauge 4 % v/v
ET3 : Ekstrak tauge 6 % v/v
ET4 : Ekstrak tauge 8 % v/v
U1-U5 : Ulangan 1-5
D. Bagan Alir Penelitian
Penelitian terdiri atas beberapa tahap, yaitu: 1) Penentuan kisaran
konsentrasi ekstrak tauge, 2) Penanaman eksplan krisan berukuran ± 2 cm
dalam medium Murashige and Skoog (MS) yang sudah ditambahkan
ekstrak tauge sesuai konsentrasi, 3) Penentuan kisaran konsentrasi ekstrak
tauge yang optimal untuk pertumbuhan planlet krisan secara in vitro,
4) Data dihomogenkan lalu di analisis dengan parameter tinggi planlet,
jumlah tunas, jumlah daun dan kandungan klorofil. Tahap penelitian
disajikan dalam bentuk bagan alir seperti Gambar 4.
18
Gambar 4. Bagan Alir Penelitian
Indikator Perlakuan Luaran
Pembuatan
medium MS
dengan
penambahan
ekstrak tauge
berbagai
konsentrasi
Medium tanam
krisan
(Dendranthema
grandiflora T.)
kultivar Pink Fiji
berjumlah banyak
untuk stok uji
Medium yang
baik digunakan
tidak terjadi
kontaminan dan
tidak terlalu
padat atau cair
Penanaman
eksplan krisan
(Dendranthema
grandiflora T.)
kultivar Pink Fiji
ke medium
perlakuan
Terdapat
konsentrasi
ekstrak tauge
yang efektif
untuk
pertumbuhan
eksplan krisan
(Dendranthema
grandiflora T.)
kultivar Pink Fiji
Munculnya tunas
dan daun pada
eksplan krisan
(Dendranthema
grandiflora T.)
kultivar Pink Fiji
Parameter eksplan
krisan
(Dendranthema
grandiflora T.)
kultivar Pink Fiji
berupa persentase
planlet
hidup,tinggi
planlet,jumlah
daun dan tunas
serta kandungan
klorofil
Terdapat
peningkatan
klorofil a dan b
serta
pertumbuhan
eksplan krisan
(Dendranthema
grandiflora T.)
kultivar Pink Fiji
Terjadi
pertumbuhan
berupa tinggi,
tunas, daun, dan
peningkatan
kandungan
klorofil eksplan
krisan
(Dendranthema
grandiflora T.)
kultivar Pink Fiji
19
E. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian meliputi beberapa langkah sebagai berikut :
1. Sterilisasi
a. Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian dicuci dengan air dan
deterjen sampai bersih, kemudian dibungkus dengan kertas,
selanjutnya disterilkan ke dalam autoclave pada temperatur 1210C
selama 20 menit. Untuk alat penanaman setelah disterilkan di
autoclave, alat berupa pinset dan gunting direndam dengan alkohol
96% lalu panaskan di atas nyala api bunsen dengan tujuan agar tetap
steril saat penanaman berlangsung.
b. Sterilisasi Ruang Kerja
Sterilisasi ruang kerja dilakukan di dalam ruang inkubasi dengan
menggunakan desinfektan dan di dalam Laminar Air Flow. Sinar UV
dinyalakan selama 45 menit, lalu nyalakan blower dan lampu, lalu
disemprotkan alkohol 70% pada permukaan LAF , selanjutnya
dibersihkan menggunakan tissue steril.
2. Proses perkecambahan
Proses perkecambahan dilakukan dengan cara biji kacang hijau yang
diekstrak dikecambahkan dengan cara merendam selama 24 jam,
kemudian ditiriskan dan diletakkan di atas baki plastik yang dilapisi
20
handuk lembab, dijaga kelembabannya dengan memercikkan air sesuai
kebutuhan dan menempatkan di tempat gelap. Dua hari berselang, biji
kacang hijau mulai berkecambah (Ulfa, 2014).
3. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Tauge
Menurut Ulfa, (2014), tauge yang sudah dibersihkan ditambahkan
aquades dengan perbandingan 1:1 (100 gram tauge ditambahkan 100
ml aquades) , kemudian diblender sampai halus. Ekstrak tauge dituang
ke dalam Erlenmeyer, selanjutnya ekstrak tauge disaring ke dalam
Erlenmeyer dengan menggunakan kertas saring Whatman no.1
sehingga diperoleh larutan stok ekstrak tauge dengan konsentrasi
100%. Untuk mendapatkan masing-masing konsentrasi ekstrak tauge
dalam perlakuan perlu dilakukan pengenceran sebagai berikut.
Tabel 2. Susunan tabel pengenceran ekstrak tauge.
Konsentrasi Volume larutan stok (ml) Volume aquades (ml)
0 % v/v 0 100
2 % v/v 2 98
4 % v/v 4 96
6 % v/v 6 94
8 % v/v 8 92
4. Pembuatan Medium Tanam
Medium yang digunakan dalam penelitian ini adalah Murashige &
Skoog ( MS) “use ready”. Untuk pembuatan medium 1 L dibutuhkan
21
MS “use ready sebanyak 4,43 gram. Untuk memudahkan pembuatan
medium dengan 5 taraf konsentrasi yang berbeda maka, 4,43 gram/L
MS “use ready tersebut dibagi menjadi lima bagian sehingga menjadi
0,886 g/200ml. Selanjutnya dicampurkan dengan gula 30g/L yang
sudah dibagi lima bagian menjadi 6g/200ml ditambahkan aquades
secukupnya, selanjutnya dilarutkan ke dalam beaker glass dengan
menggunakan magnetic strirer dan diletakkan di atas hotplate.
Kemudian medium dimasukkan medium yang sudah dilarutkan ke
dalam gelas ukur dengan ditambahkan aquades mendekati ± 95 ml dan
ditambahkan larutan stok ekstrak tauge sebanyak 100ml, lalu
dimasukkan ke dalam panci dan diukur pH-nya hingga 5,7 (jika
medium terlalu asam tambahkan KOH 1 N, namun jika medium terlalu
basa tambahkan HCl 1 N). Agar (swallow) 4 g/L dan PPM 0,5 ml/L
dimasukkan ke dalam panci (sambil diaduk) dan masak hingga
mendidih. Selanjutnya, medium dituangkan ke botol kultur dengan
takaran 200 ml untuk 10 botol kultur. Sterilisasi medium dengan
menggunakan autoclave pada tekanan 17,5 psi, temperatur 121oC
selama 15 menit.
5. Penanaman eksplan Krisan ke medium tanam
Eksplan berasal dari planlet tanaman krisan (Dendranthema
grandiflora T.) kultivar Pink Fiji. Planlet krisan kemudian di
multiplikasi dengan cara menghilangkan bagian akar dan daunnya.
Kemudian planlet dipotong sepanjang ± 2 cm dan diambil 1 bagian
22
yaitu bagian batang atas tanaman. Setelah itu eksplan ditanam di
medium tanam dengan berbagai perlakuan dan masing masing botol
berisi 3 eksplan tanaman krisan. Teknik perbanyakan dapat di lihat
pada Gambar. 5
Gambar 5. Teknik Perbanyakan: dari eksplan diinisiasi langsung untuk
membentuk multiplikasi tunas; eksplan dapat berasal dari
jaringan meristem, pucuk atau tunas samping.
(sumber: Taji, Kumar & Lakshmanan, 2002) dalam
(Andriana, 2010).
6. Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan eksplan krisan dilakukan setiap 3 hari sekali
selama 4 minggu setelah penanaman. Parameter yang diamati dan
diukur dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Persentase Jumlah Planlet Hidup
Persentase planlet yang hidup di hitung pada hari terakhir
pengamatan.
Jumlah planlet hidup x 100%
Jumlah seluruh planlet
(Nurcahyani, dkk., 2014)
23
b. Tinggi Planlet (cm)
Tinggi planlet diukur dari luar botol menggunakan mistar dimulai
dari permukaan medium sampai titik tumbuh.
c. Jumlah Tunas (Tunas)
Jumlah tunas dihitung berdasarkan banyaknya tunas yang muncul
pada eksplan krisan (Dendranthema grandiflora T.) kultivar Pink
Fiji.
d. Jumlah Daun (Helai)
Jumlah daun dihitung berdasarkan banyaknya daun yang muncul
pada eksplan krisan (Dendranthema grandiflora T.) kultivar Pink
Fiji.
e. Kandungan Klorofil
Analisis kandungan klorofil dilakukan pada hari terakhir
pengamatan. Bahan analisis klorofil menggunakan daun planlet
krisan (Dendranthema grandiflora T.) kultivar Pink Fiji yang
sudah diimbas dengan ekstrak kecambah menggunakan metode
spektrofotometer. Dapat dilakukan dengan cara daun planlet krisan
(Dendranthema grandiflora T.) kultivar Pink Fiji yang seragam
sebanyak 0,1 g dihilangkan ibu tulang daunnya, kemudian digerus
dengan mortar dan ditambahkan 10 ml aseton 80%. Setelah itu
larutan disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 dan
dimasukkan ke dalam flakon lalu ditutup rapat. Larutan sampel dan
larutan standar (ethanol) diambil sebanyak 1 mL dimasukkan
dalam kuvet.
24
Setelah itu dilakukan pembacaan serapan dengan spektrofotometer
UV pada panjang gelombang (λ) 648 nm dan 664 nm, dengan tiga
kali ulangan setiap sampel.
Kadar klorofil dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
Klorofil total = 5,24 λ664 + 22,24 λ648 mg/l
Klorofil a = 13,36 λ664 – 5,19 λ648 mg/l
Klorofil b = 27,43 λ648 – 8,12 λ664 mg/l (Miazek, 2002).
7. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pertumbuhan planlet krisan (Dendranthema
grandiflora T.) kultivar Pink Fiji selama perlakuan dengan ekstrak
tauge (Vigna radiata) dihomogenkan menggunakan uji Levene.
Kemudian data dianalisis ragam (ANARA) atau ANOVA. Dilanjutkan
dengan uji BNT pada taraf 5% jika terdapat beda nyata antar
perlakuan.
38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemberian ekstrak tauge (Vigna radiata) tidak memberikan
pengaruh nyata untuk pertumbuhan tinggi, tunas dan daun planlet
krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji.
2. Pemberian ekstrak tauge (Vigna radiata) pada konsentrasi 4% v/v
optimum terhadap kandungan klorofil b dan total pada planlet
krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian
ekstrak tauge (Vigna radiata L.) terhadap pertumbuhan planlet krisan
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) kultivar Pink Fiji dengan
memperpanjang waktu pengamatan yang lebih lama.
39
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, 2010. Perbanyakan Mikropropagasi. Tissue Culture and Agriculture.
Jawa Barat. http://perbanyakan-mikropropagasi–kultur.html. Diunduh pada
13 Oktober 2017.
Amilah dan Astuti, Yuni. 2006. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Taoge Dan
Kacang Hijau Pada Media Vacin and Went (VW) Terhadap pertumbuhan
kecambah Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis L. Buletin Penelitian
No.09,2006.
APG (Angiosperm Phylogeny Group) II. 2003. An update of the Angiosperm
Phylogeny group classfication for the orders and families of flowering
Plant : APG II. Botanical Journal of the Linnean Society 141 : 399-436
[Balithi] Balai Penelitian Tanaman Hias. 2007. Pengelolaan hama dan penyakit
tanaman hias di rumah plastik. Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 29(6):16-1
Basri, Z.,2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Tadulako Press, Palu.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2012. Produksi tanaman hias di Indonesia
[Internet][diunduh September 26]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.
Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi kelima Jilid
1. Erlangga, Jakarta.
Campbell NA, JB Reece & LG Mitchell. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Cronquist, A.1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.
Columbia University Press. New York.
Damanik, S. A. 2002. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Sukrosa pada Penyimpanan
Gelap Terhadap Pertumbuhan Planlet Krisan (Chrysantemum sp.) dan
Kentang (Solanum tuberosum L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor
.
Dwidjoseputro D. 1980.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta
40
Fadhillah, L. 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Tauge Pada Media MS
Modifikasi terhadap pertumbuhan planlet kentang Granola (Solanum
tuberosum L. cv Granola) Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh.
Gardner F.P., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell.1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya.UIPress. Jakarta
Gunawan, L. W. 1992. Teknik Kultur Jaringan. Pusat Antar Universitas. IPB,
Bogor.
Gunawan, L.W., 1988.Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan
Tanaman. Pusat Anta, Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gunawan. 2004. Untung Besar dari Usaha Pembibitan. Agromedia pustaka.
Online [diakses pada 10 Oktober 2017].
Hadi, S. 2006. Penggunaan Pupuk Majemuk, Ekstrak Tauge dan Bubur Pisang
Pada Perbanyakan dan Perbesaran Anggrek Dendrobium kanayao Secara
In Vitro. Skripsi. IPB. Bogor.
Hidayat E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB.
Krisantini.2006. Produksi Krisan Pot : Budidaya Bunga dan Tanaman Hias.
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. 16 hal.
Kurniati, Eveline. 2013. Induksi Kalus dan Penghasilan Capsaicin Pada Variasi
Kadar Nutrien Media Murashige and Skoog (MS) dan Kombinasi Zat
Pengatur Tumbuh. S1 Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Maysarah. 2012. Pertumbuhan Eksplan Manggis (Garcinia mangostana L.)
Secara In Vitro dengan Air Kelapa, Ekstrak Tauge, dan Ragi. Skripsi.
Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Miazek, Mgr Inz. 2002. Krystian. Chlorophyll Extraktion From Harvested Plant
Material. Supervesior: Prof. Dr. Ha. Inz Stanislaw Ledakowicz.
Muhit A. 2007. Teknik Produksi Tahap Awal Benih Vegetatif Krisan
(Chrysanthemum morifolium R.). Buletin Teknik Pertanian, 12(1),14-18
Nurcahyani, E., B. Hadisutrisno, I. Sumardi, dan E. Suharyanto. 2014. Identifikasi
galur planlet vanili (Vanilla planifolia Andrews) Resisten terhadap infeksi
Fusarium oxysporum f. sp. vanillae hasil seleksi in vitro dengan asam
fusarat. Prosiding Seminar Nasional: “Pengendalian Penyakit Pada
Tanaman Pertanian Ramah Lingkungan”. Perhimpunan Fitopatologi
Indonesia Komda Joglosemar-Fakultas Pertanian UGM. ISBN 978- 602-
71784-0-3./2014. pp 272- 279.
41
Ni’Mah, F., Ratnasari, E., & Budipramana, L. S. 2012. Pengaruh Pemberian
Berbagai Kombinasi Konsentrasi Sukrosa dan Kinetin Terhadap Induksi
Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum L.) Kultivar Granola Kembang
Secara In Vitro. LenteraBio, 1(1): 41-48.
Nursetiadi, E. 2008. Kajian Macam Media dan Konsentrasi BAP Terhadap
Multiplikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana l.) Secara In
Vitro Disertasi, Universitas Sebelas Maret
Rahardja, P. C., & Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Safitri, R. R. E., Wulandari, R. S., dan Darwati, H. 2013. Penambahan Ragi
Terhadap Multiplikasi Subkultur Tunas Manggis (Garcinia mangostana
L.) Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Salaki, M. (2000). Biologi sel. Proyek Pengembangan Perguruan Tinggi
Indonesia Timur Kerjasama Universitas Sam Ratulangi Canadian
Internasional Development Agency Simon Fraser Universit.
Salisbury F.B. & C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung:
Penerbit ITB.
Ulfa, Fachirah. 2014. Peran Senyawa Bioaktif Tanaman Sebagai Zat Pengatur
Tumbuh Dalam Memacu Produksi Umbi Mini Kentang Solanum
tuberosum L. Pada Sistem Budidaya Aeroponik. Disertasi Program Studi
Ilmu Pertanian Pasca Sarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Vasil, T.K., 1988. Progress in The Regeneration and Genetic Manipulation Of
Cereal Crops. Bio/6: 397-402.
Wediyanto A., B. Marwoto, R.G. Rochalia, M. Syai, F. Nuraini, D. Gandasari, K.
Lesmana, S. Ernawati. 2007. Standart Operasional Prosedur Budidaya
Krisan Potong. Jakarta: Departemen Pertanian Winarno, F.G. 1981. Dari
Nilai Gizi Tauge sampai Noda Bitot. Kumpulan Pikiran
dan Gagasan Tertulis. Pusbangtepa, IPB. Bogor.
Yuliarti, N. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga. Andi,
Yogyakarta.
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan :Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien.
Jakarta. Agromedia Pustaka.
Yuzamini, Wiyoto JR, Hidayat S, Handayani T, Sugiarti, Mursidawati S, Triono
T,Astuti IP, Sudarmono, Ningrum HW. 2010. Ensiklopedia Flora.
Zakiyah UY,Zulfikar R, Basri DH, editor. Bogor (ID): PT Kharisma
Ilmu.
42
Zamroni & Y. Maryani. 2005. Penggandaan Tunas Krisan Melalui Kultur
Jaringan. Ilmu Pertanian, 12(1) : 51-55.