PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE DAN LATIHANeprints.ums.ac.id/50638/16/NASPUB.pdf ·...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE DAN LATIHANeprints.ums.ac.id/50638/16/NASPUB.pdf ·...
PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE DAN LATIHAN
SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN
AGILITY PEMAIN FUTSAL
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
FACHRURROZI RAMADAN
J120151009
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE DAN LATIHAN
SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN
AGILITY PEMAIN FUTSAL
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
FACHRURROZI RAMADAN
J120151009
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Agus Widodo, SSt.FT., M.Fis
i
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE DAN LATIHAN
SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN
AGILITY PEMAIN FUTSAL
Oleh:
Fachrurrozi Ramadan
J120151009
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa, 14 Maret 2017 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji,
Penguji Tanda Tangan
1. Agus Widodo, SSt.FT., M.Fis
(Ketua Dewan Penguji)
2. Totok Budi Santoso, S.Fis., M.PH
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Wijianto, SSt.FT., M.Or
(Anggota II Dewan Penguji)
( )
( )
( )
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dr. Suwaji, M.Kes
NIP. 19531123 198303 1 00
NIDN 0023115301
ii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggung jawabankan sepenuhnya.
Surakarta, 14 Maret 2017
Penulis,
Fachrurrozi Ramadan
J120151009
iii
1
PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE DAN LATIHAN
SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN
AGILITY PEMAIN FUTSAL
Abstrak
Latar Belakang: Permainan futsal merupakan permainan yang cepat dengan
waktu yang pendek dan ruang gerak yang sempit. Sehingga di dalam permainan
futsal dibutuhkan agility. Dalam upaya meningkatkan agility perlu dilaksanakan
latihan yang cermat, sistematis dan teratur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan agility pemain futsal melalui latihan core stability
exercise dan shuttle run.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh core stability exercise dan
shuttle run terhadap peningkatan agility pemain futsal.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan
rancangan Pre and Post Test Two Group Design. Populasi pada penelitian ini
adalah pemain futsal Tambusai FC yang berjumlah 16 orang.
Hasil Penelitian: Data berdistribusi normal dan variansi homogen, uji hipotesis
pada core stability exercise menggunakan Paired Sample T-Test dengan thitung
sebesar 28,333 dengan Sig (p value) 0,000 lebih kecil dari taraf nilai signifikansi
0,05 (0,000<0,05) artinya ada pengaruh peningkatan agility pemain futsal. Dan
pada shuttle run dengan thitung sebesar 36,425 dengan Sig (p value) 0,000 lebih
kecil dari taraf signifikansi 0,05 (0,000<0,05) artinya ada pengaruh peningkatan
agility. Untuk uji beda pengaruh menggunakan Independent Sample T-Test
dengan thitung sebesar -10,888 dengan Sig (p value) 0,000 lebih kecil dengan taraf
signifikansi 0,05 (0,000<0,05) artinya ada perbedaan pengaruh pemberian core
stability exercise dan shuttle run terhadap peningkatan agility pemain futsal.
Kesimpulan: Core stability exercise dan shuttle run dapat meningkatkan agility
pemain futsal. Akan tetapi pemberian shuttle run lebih efektif dalam
meningkatkan agility dibandingkan core stability exercise.
Kata Kunci: core stability exercise, shuttle run, agility, pemain futsal.
Abstract
Background: Futsal is a fast game with a short time and the space is cramped. So
that in a game of futsal required agility. In an effort to increase agility, exercise
should out carefully, systematically and regulary. This study aims to determine
the increase agility futsal players through core stability exercise and shuttle run
training.
Research Objective: To determine the effect of core stability exercise and shuttle
run to the improvement agility of futsal players.
2
Research Methods: This type of research is an experimental research design with
Pre and Post Test Two Group Design. The population in this study is Tambusai
FC futsal players who totaled 16 people.
Results: Normal distribution of data and homogeneous variance, hypothesis
testing on core stability exercise using Paired Sample T-Test with tvalue of 28,333
Sig (p value) 0,000 is smaller than 0,05 (0,000 <0,05) means there agility
increased influence of futsal players. And the shuttle run with tvalue of 36,425 with
Sig (p value) 0,000 is smaller than 0,05 (0,000 <0,05) means that there is the
effect of an increase in agility. To test the effect of different uses Independent
Sample T-Test with tvalue of -10.888 with Sig (p value) 0,000 smaller than the level
value of 0,05 (0,000 <0,05) means that there are differences in the effect of core
stability exercise and shuttle run to increase agility futsal players.
Conclusion: Core stability exercise and shuttle run can improve agility futsal
players. But the provision of shuttle run is more effective in improving agility than
core stability exercise.
Keywords: core stability exercise, shuttle run, agility, futsal players.
1. PENDAHULUAN
Futsal merupakan cabang olahraga yang populer dan digemari oleh
seluruh lapisan masyarakat terutama kaum laki–laki mulai dari anak-anak,
remaja dan dewasa. Hal tersebut terbukti bahwa sebagian besar orang lebih
menyukai permainan futsal dibandingkan permainan yang lain, baik
dimasyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan (Noviada et al., 2014).
Permainan futsal merupakan permainan yang cepat dengan waktu yang
pendek dan ruang gerak yang sempit. Sehingga di dalam permainan futsal
dibutuhkan agility. Agility adalah kemampuan untuk merubah arah dan posisi
tubuh dengan cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan.
Agility merupakan kombinasi dari kecepatan, kekuatan otot, kecepatan reaksi,
keseimbangan, fleksibiltas, dan koordinasi neuromuscular (Ismaryati, 2008).
Salah satu bentuk penanganan yang dilakukan oleh fisioterapi adalah dengan
memberikan suatu latihan atau olahraga yang bersifat teratur dan terarah
untuk meningkatkan kemampuan agility yaitu dengan Core stability Exercise.
Menurut Ahmed et al. (2014) mendefinisikan core stability exercise
sebagai kapasitas untuk mengontrol posisi dan gerakan dari bagian tengah
tubuh. Dengan kata lain core stability dapat memberikan kontrol atas posisi
dan gerakan yang terpusat pada bagian tengah tubuh yang dibutuhkan untuk
3
mengontrol perubahan posisi baik saat merubah arah dan gerakan yang
berpindah-pindah pada waktu atlet melakukan kelincahan. Dalam melakukan
core stability exercise terdapat beberapa macam latihan, diataranya adalah
plank position, oblique plank, the hip bridge exercise, lying spinal rotation
dan abdominal cycling.
Pada peningkatan agility diperlukan peningkatan faktor–faktor yang
mempengaruhinya, yaitu kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi,
keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi neuromuscular. Core Stability
Exercise bertujuan untuk meningkatkan stabilitas dan keseimbangan,
meningkatkan fungsi sensorimotor, dan memudahkan tubuh untuk bergerak
secara efektif dan efisien.
Di dalam permainan futsal latihan agility merupakan suatu bentuk
latihan yang disesuaikan agar seseorang mampu untuk bergerak dengan cepat
sambil merubah arah tanpa kehilangan keseimbangan tubuh. Shuttle run
adalah salah satu latihan agility yang dilakukan dengan cara lari bolak-balik
dari satu titik yang satu ke titik yang lainnya dengan jarak tertentu dengan
cepat (Restu, 2012). Pada saat melakukan shuttle run terjadi pergerakan
persendian lengan dan terutama tungkai sehingga akan meningkatkan
fleksibilitas. Kemudian, adanya kontraksi otot berulang akan menghasilkan
kekuatan otot yang berguna untuk meningkatkan kecepatan gerak. Saat
latihan berlangsung akan terjadi koordinasi fungsi otot yang berfungsi untuk
meningkatkan kecepatan gerak dan memelihara keseimbangan. Fleksibilias,
kekuatan, kecepatan dan koordinasi adalah hal-hal yang diperlukan untuk
meningkatkan kelincahan, sehingga jika semua komponen tersebut telah
dilatih akan berpengaruh terhadap peningkatan agility.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan
rancangan “two group pre-test and post-test design” dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh program pelatihan Core Stability Exercise dan Shuttle
Run terhadap peningkatan agility pemain futsal di Lapangan Hattrick Futsal.
4
Penelitian ini dilakukan di Lapangan Hattrick Futsal pada tanggal 09
Januari 2017 sampai 03 Februari 2017. Teknik pengambilan sample ini
menggunakan purposive sampling. Sampel pada penelitian ini adalah pemain
futsal Tambusai FC yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Umur Core Stability Exercise Shuttle Run Total
F % F % F %
20 tahun 5 62,50 4 50,00 9 56,25
21 tahun 2 25,00 3 37,50 5 31,25
22 tahun 1 12,50 1 12,50 2 12,50
Total 8 100,00 8 100,00 18 100,00
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden paling banyak
berumur 20 tahun yaitu terdapat 5 orang (62,50%) pada pemain futsal yang
diberikan core stability exercise dan terdapat 4 orang (50,00%) pada pemain
futsal yang diberikan shuttle run.
3.1.2 Data Hasil Penelitian
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Penelitian
Core Stability Exercise Shuttle Run
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Pre Test 13,4 14,7 14,050 0,4629 13,3 14,6 13,938 0,4719
Post Test 11,4 12,6 11,925 0,4200 10,1 11,1 10,500 0,3505
Selisih 1,8 2,4 2,125 0,2121 3,0 3,8 3,437 0,2669
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan pada pemain fulsal sebelum
diberikan latihan core stability exercise diperoleh nilai rerata dan SD sebesar
14,050 ± 0,4629, sesudah diberikan sebesar 11,925 ± 0,4299, selisih antara
rerata dan SD sebelum dan sesudah sebesar 2,125 ± 0,2121. Pada pemain
futsal sebelum diberikan shuttle run diperoleh nilai rerata dan SD sebesar
5
13,938 ± 0,4719, sesudah diberikan sebesar 10,500 ± 0,3505, selisih antara
rerata dan SD sebelum dan sesudah sebesar 3,437 ± 0,2669.
3.1.3 Hasil Uji Statistik
Tabel 3.
Pengaruh Core Stability Exercise Terhadap Peningkatan Agility
Pemain Futsal
Core Stability Exercise N Mean SD t Sig.
Sebelum 8 14,050 0,4629 28,333 0,000
Sesudah 8 11,925 0,4200
Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-Test diperoleh nilai thitung sebesar
28,333 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, nilai ini < 0,05, maka dapat
disimpulkan terdapat pengaruh core stability exercise terhadap peningkatan
agility pemain futsal.
Tabel 4.
Pengaruh Shuttle Run Terhadap Peningkatan Agility
Pemain Futsal
Shuttle Run N Mean SD t Sig.
Sebelum 8 13,937 0,4719 36,425 0,000
Sesudah 8 10,500 0,3505
Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-Test diperoleh nilai thitung sebesar
36,425 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 nilai ini < 0,05, maka dapat
disimpulkan terdapat pengaruh shuttle run terhadap peningkatan agility
pemain futsal.
3.1.4 Uji beda pengaruh Core Stability Exercise dan Shuttle Run
terhadap peningkatan Agility pemain futsal
Tabel 5.
Beda Pengaruh Core Stability Exercise dan Shuttle Run
terhadap Peningkatan Agility Pemain Futsal
Selisih N Mean SD t Sig.
Core Stability Exercise 8 2,12 0,212 -10,888 0,000
Shuttle Run 8 3,44 0,267
6
Berdasarkan hasil uji Independent Sample T-Test diperoleh nilai thitung
sebesar -10,888 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, nilai ini < 0,05, maka
dapat disimpulkan terdapat beda pengaruh Core Stability Exercise dan Shuttle
Run terhadap peningkatan Agility pemain futsal pada Club Tambusai FC.
Nilai Mean Defference menunjukkan besarnya perbedaan pengaruh
antara latihan Core Stability Exercise dibandingkan latihan Shuttle Run dalam
meningkatkan Agility pemain futsal, nilai mean defference sebesar -1,313,
sehingga dapat disimpulkan Shuttle Run memiliki kemampuan lebih baik
dibandingkan Core Stability Exercise dalam meningkatkan Agility para
pemain futsal.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Umur
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata usia terbanyak
adalah 20 tahun dari 16 pemain futsal. Faktor usia merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap tingkat kebugaran seseorang seperti
peningkatan kematangan tulang, otot, saraf, organ-organ yang dapat
mempengaruhi fisiologis tubuh dan kapasitas performance. Hal ini
sejalan dengan pendapat Nurhasan (2006) mengatakan bahwa tingkat
kebugaran jasmani akan meningkat sampai maksimal pada usia 25-30
tahun kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh
tubuh kira-kira 0,8-1% pertahun. Pada remaja menjelang usia 20 tahun
mengalami pembentukan tulang yang pesat yang merupakan masa
persiapan untuk mencapai puncak pertumbuhan masa tulang
(Hardiansyah, 2008).
3.2.2 Pengaruh Core Stability Exercise Terhadap Peningkatan
Agility Pemain Futsal
Hasil uji Paired Sample T-Test diperoleh nilai thitung sebesar
28,333 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, karena nilai sig. < 0,05,
7
maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh core stability exercise
terhadap peningkatan agility pemain futsal.
Latihan core stability exercise yang dilakukan secara berulang
akan menyebabkan terjadinya kontraksi otot dan gerakan yang berulang
pada area spine, pelvis dan hip. Latihan core stability melibatkan otot
obliques internal, obliques eksternal, mulfidus, quadratus lumborum,
otot-otot pelvic floor, diafragma, rectus abdominis, erector spine,
illopsoas dan glutealis (Clarck, 2012). Menurut Lesmana dkk. (2013)
aktivitas core stability akan membantu memelihara postur yang baik
dalam melakukan gerak serta menjadi awal semua gerakan pada lengan
dan tungkai.
Saat latihan core stability berlangsung maka akan terjadi
kombinasi fungsi otot-otot core, spine-pelvic-hip dan kontrol saraf yang
berfungsi untuk meningkatkan kelenturan (flecibility), kekuatan
(strength), kecepatan (speed), keseimbangan (balance), dan koordinasi
(coordination). Sehingga jika semua komponen tersebut telah dilatih
akan berpengaruh terhadap peningkatan kelincahan.
3.2.3 Pengaruh Shuttle Run terhadap peningkatan Agility pemain
futsal
Hasil uji Paired Sample T-Test diperoleh nilai thitung sebesar
36,425 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, karena nilai sig. < 0,05,
maka disimpulkan terdapat pengaruh shuttle run terhadap peningkatan
agility pemain futsal.
Shuttle run yang dilakukan secara berulang dan menyebabkan
terjadinya kontraksi otot dan gerakan yang berulang pada lengan dan
tungkai. Gerakan yang terjadi pada lengan adalah fleksi elbow secara
bergantian. Adapun gerakan yang terjadi pada tungkai secara bergantian
antara kedua tungkai yaitu satu tungkai fleksi hip, semi fleksi knee,
plantar ankle dan satu tungkai ekstensi hip, semi fleksi knee, dorsi fleksi
ankle. Pada saat melakukan shuttle run terjadi pergerakan persendian
8
lengan dan terutama tungkai sehingga akan meningkatkan fleksibilitas,
selain itu pada saat lari berbalik, tubuh akan berputar dengan sudut 180
derajat yang bila dilakukan dengan terus menerus maka akan membuat
seseorang memiliki kemampuan belok yang tajam. Kemudian adanya
kontraksi otot berulang akan menghasilkan kekuatan otot yang berguna
untuk meningkatkan kecepatan gerak.
Saat latihan berlangsung akan terjadi koordinasi fungsi otot yang
berfungsi untuk meningkatkan kecepatan gerak dan memelihara
keseimbangan. Fleksibilitas, keseimbangan, kecepatan dan koordinasi
adalah hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kelincahan, sehingga
jika semua komponen tersebut telah dilatih akan berpengaruh terhadap
peningkatan kelincahan.
3.2.4 Beda pengaruh Core Stability Exercise dan Shuttle Run
terhadap peningkatan Agility pemain Futsal
Hasil uji Independent Sample T-Test diperoleh nilai thitung sebesar
-10,888 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, karena nilai sig. < 0,05,
maka dapat disimpulkan terdapat beda pengaruh Core Stability Exercise
dan Shuttle Run terhadap peningkatan Agility para pemain futsal.
Nilai Mean Defference menunjukkan besarnya perbedaan
pengaruh antara core stability exercise dibandingkan latihan shuttle run
dalam meningkatkan agility pemain futsal, nilai mean defference sebesar
1,313, sehingga dapat disimpulkan shuttle run memiliki kemampuan
lebih baik dibandingkan core stability exercise dalam meningkatkan
agility pada pemain futsal.
Menurut Guyton (2014) dalam Fitria (2014) Saat berlari otot akan
mengalami kontraksi. Kontraksi tersebut dibagi ke dalam kontraksi
isometrik dan kontraksi isotonis. Saat lari terjadi mekanisme kontraksi
keduanya, kontraksi isometrik dalam usaha mempertahankan tungkai dan
kontraksi isotonis yang menggerakkan tungkai kaki. Kemudian saat
pemain mengurangi kecepatan sebelum mengubah arah 180 derajat untuk
9
berlari kembali titik mulai, memerlukan kontraksi secara bergantian pada
otot tertentu. Untuk itu otot perentang otot pinggul (knee ekstensor dan
hip ekstensor) mengalami kontraksi eksentris (penguluran), saat otot ini
memperlambat momentum tubuh yang bergerak kedepan, kemudian
dengan cepat otot ini memacu tubuh ke arah posisi yang baru (Ruslan
dalam Pratama 2014).
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh core stability exercise dan shuttle run terhadap peningkatan agility
pada pemain futsal. Hal ini menunjukkan bahwa latihan yang dilakukan
secara rutin dan rajin akan berpengaruh terhadap tingkat agility seseorang.
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai manfaat
adanya peningkatan agility, sehingga diharapkan para atlet futsal sebaiknya
melakukan core stability exercise dan shuttle run secara rutin sehingga dapat
meningkatkan performa selama bermain futsal.
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya.
Diharapkan peneliti lain dapat menambah jumlah responden, jenis penelitian,
dan menambah variabel penelitian yang berhubungan dengan kelincahan
sehingga diharapkan diperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam dan
variatif.
PERSANTUNAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk saya dalam
mengerjakan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati skripsi ini
dipersembahkan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ahmad Husin, S.Sos dan
Ibu Heriati, S.Pd dan untuk saudara tercinta yaitu abang Mahadi, kakak Yessi
Pratiwy dan Desnita Sari dan adik Maulana Hadi, terimakasih telah mendukung
dan senantiasa mendoakan saya sehingga mampu menyelesaikan pendidikannya.
10
Untuk pembimbing saya Bapak Agus Widodo, SSt.FT., M.Fis yang telah sabar
membimbing saya sampai selesai serta terimakasih kepada seluruh dosen dan staf
program studi Fisioterapi. Tidak lupa, ucapan terima kasih juga saya haturkan
untuk seluruh teman-teman mahasiswa fisioterapi dan Tim Futsal Tambusai FC
atas kesediaannya telah membantu menjadi bagian dari penelitian skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, M. E., El Azeim, F., & El Raouf, E. (2014). The Problem Solving
Strategy of Poor Core Stability in Children with Cerebral Palsy. Journal of
Pediatrics & Neonatal Care, 16-37.
Clark, M., Lucett, S., & Sutton, B. G. (2012). NASM Essentials Of Personal
Fitness Training 4th Edition. Philadephia: Wolters Kluwer
Health/Lippincott Williams & Wilkins.
Ismayati. (2008). Peningkatan Kelincahan Atlet Melalui Penggunaan Metode
Kombinasi Latihan Sirkuit Pliometrik dan Berat Badan. Surakarta:
Universitas Negeri Surakarta.
Kibler, W., Press, J., & Sciascia, A. (2006). The Role of Core Stability in Athletic.
Sports Medicine, 189-198.
Lesmana, S. I. (2013). Modul Pratikum Mata Kuliah Terapi Latihan . Jakarta:
Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul.
Mappaompo, M. A. (2012). Hubungan Koordinasi Mata-Kaki, Keseimbangan,
dan Kelincahan dengan Keterampilan Menggiring Bola dalam Permainan
Sepakbola Tim Gelora Kabupaten Sinjai. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.
Miller, S. (2006). Sport & Agility Phisycal Therapy. Michgan: North American
Sport Medicine Institue.
Mukholik, A. (2007). Pengaruh Latihan Shuttle Run Terhadap Peningkatan
Kelincahan Wasit pada Komunitas Futsal Kabupaten Barito. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
Noviada, G. (2014). Metode Latihan Taktis Passing Berpasangan Statis dan
Passing Sambil Bergerak Terhadap Keterampilan Tehnik Dasar Passing
Control Bola Futsal. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Perdana, A. (2014). Perbedaan Latihan Wooble Board dan Latihan Core Stability
Terhadap Peningkatan Keseimbangan pada Mahasiswa Esa Unggul.
Jakarta: Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul.
11
Poccok. (2008). Clinical Trials A Practical Aproach. A Willey Medical
Publication, 121-129.
Wonsiwor, D. (2011). Pelatihan Lari Dengan Sistem Sirkuit Haluan Kiri Lebih
Baik Dari Pada Haluan Kanan Pada Pemain Sepakbola. Denpasar:
Universitas Udayana.