PENGARUH PEMBELAJARAN METODE PENUGASAN...
Click here to load reader
Transcript of PENGARUH PEMBELAJARAN METODE PENUGASAN...
PENGARUH PEMBELAJARAN METODE PENUGASAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP FUNGI
(Kuasi Eksperimen di SMA 1 Barunawati)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Intan Cahyaning Aprilia
NIM : 1111016100034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
ABSTRAK
Intan Cahyaning Aprilia. 1111016100034. Pengaruh Pembelajaran Metode Penugasan terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Fungi. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran penugasan terhadap hasil belajar siswa pada konsep fungi. Penelitian ini dilaksanakan di SMAS 1 Barunawati Jakarta. Metode penelitian yang digunakan Quasi Experimental dengan rancangan penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel yang digunakan dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 34 siswa pada kelompok eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran penugasan dan kelompok kontrol berjumlah 34 siswa. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk uraian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil analisis data kedua kelompok menggunakan Uji-t diperoleh thitung 2.67 dan ttabel
pada taraf signifikansi 5% sebesar 2.00, maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran dengan penugasan terhadap hasil belajar siswa pada konsep fungi.
Kata Kunci : Metode Pembelajaran, Penugasan, Hasil Belajar Siswa, Fungi.
v
ABSTRACT
Intan Cahyaning Aprilia. 1111016100034. The Effect of Assignment Method towards Students Learning Results on The Concept of Fungi. Thesis Biology Education Program, Department of Science Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Jakarta Islamic State University. The purpose of this study is to determine the effect of instructional methods of assignment to student learning outcomes on the concept of fungi. This research was conducted at SMAS 1 Barunawati Jakarta. The research method used Quasi Experimental with the research design of The Pretest-Posttest Control Group Design. The sample used was chosen by using simple random sampling technique. The sample of the study were 34 students in the experimental group using the assignment learning method and the control group were 34 students. Data retrieval using a learning test instrument in the form of a description that has been tested for its validity and reliability. The result of data analysis of both groups using t-test obtained tcount 2.67 and ttable at 5% significance level of 2.00, then tcount > ttable. This shows that there is influence of learning method with assignment to result of student learning at concept of fungi.
Key Words : Learning Method, Assignment Method, Students Learning Results, Fungi.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah
rahmat dan hidayah yang telah Engkau berikan. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Alhamdulillah, karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dukungan, dorongan, do’a baik moril maupun materiil dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya dan Nabi
Muhammad SAW.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, selaku Dosen Penasehat Akademik yang banyak
memberikan saran, motivasi dan inspirasi kepada penulis.
6. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan,
motivasi dan sabar dalam membimbing penulis sehingga terselesaikannya
skripsi ini.
7. Para dosen yang mengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya
yang mengajar di Jurusan Pendidikan IPA, peneliti banyak mengucapkan
terima kasih.
8. Ibu Dra. Tri Ujiati, M.Pd, selaku Kepala SMAS 1 Barunawati beserta para
stafnya, terutama bapak Agus Sucipto, S.Pd, selaku guru Biologi Kelas X yang
vii
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian,
memberikan saran, motivasi, semangat, inspirasi dan pengarahan kepada
penulis selama penulisan skripsi.
9. Orang Tua (Heru Nurcahyono dan Sri Gunarsih), adik (Anugrah Oktavino),
keponakan (Ahmad Kamaluddin A.) dan keluarga besar tercinta yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materiil, memberikan pengertian,
mencurahkan cinta dan kasih sayang kepada penulis dan selalu mendoakan
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Syahrul Falakh, teman peneliti yang telah memberikan dukungan, motivasi,
semangat, masukan dalam proses skripsi ini.
11. Rekan seperjuangan, yaitu Dwi Puji Astuti, S.Pd, Henny Ernawati, S.Pd.,
Rahmatun Nazillah, S.Pd, Aal Alviyah, yang setia memberikan semangat,
arahan dan bantuan dalam proses skripsi ini.
12. Teman-teman tercinta di Pendidikan Biologi angkatan 2011 yang telah
memberikan semangat juang tinggi dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan
karena terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin.
Tangerang Selatan, Mei 2018
Penulis
Intan Cahyaning Aprilia
viii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................. i
KARYA SENDIRI ............................................................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................ iii
PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ...................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoretik ......................................................................................... 6
1. Metode Penugasan .................................................................................. 6
2. Belajar dan Hasil Belajar ........................................................................ 16
3. Konsep Fungi ......................................................................................... 26
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................................... 28
ix
C. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 32
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 34
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ............................................................. 34
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 35
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 36
E. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 36
F. Kalibrasi Instrumen ............................................................................................... 37
G. Teknik Analisis Data ............................................................................................ 41
H. Hipotesis Statistik ................................................................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................................... 45
1. Hasil Pretest …………………………………............................................... 45
2. Hasil Posttest ………………………………….. .......................................... 45
3. Pencapaian Hasil Belajar ……………. .......................................................... 46
4. Hasil N-Gain ................................................................................................. 48
5. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa ............................................................ 49
B. Analisis Data......................................................................................................... 51
1. Uji Prasyarat Analisis Data ............................................................................ 51
a. Uji Normalitas Data ................................................................................... 51
b. Uji Homogenitas ........................................................................................ 51
2. Uji Hipotesis ................................................................................................... 52
C. Pembahasan .......................................................................................................... 54
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 57
B. Saran ............................................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58
LAMPIRAN ....................................................................................................... 61
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 34
3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar .................................................................. 37
3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran ....................................................................... 39
3.4 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen .......................................................... 40
3.5 Klasifikasi Daya Beda .................................................................................. 40
3.6 Kriteria N-Gain ............................................................................................. 41
4.1 Hasil Pretest ................................................................................................ 45
4.2 Hasil Posttest ............................................................................................... 46
4.3 Pencapaian Hasil Belajar Pretest .................................................................. 46
4.4 Pencapaian Hasil Belajar Posttest ................................................................. 47
4.5 Pencapaian Hasil Belajar Kognitif Siswa ..................................................... 48
4.6 Data Skor N-Gain .......................................................................................... 49
4.7 Nilai LKS Kelompok Kontrol ....................................................................... 50
4.8 Nilai LKS Kelompok Eksperimen ................................................................ 50
4.9 Uji Normalitas Pretest dan Posttest .............................................................. 51
4.10 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest........................................................ 52
4.11 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest .................................................... 53
4.11 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Posttest .................................................... 53
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. RPP ................................................................................................................ 61
2. LKS Eksperimen ........................................................................................... 103
3. LKS Kontrol ................................................................................................. 112
4. Rubrik Penilaian LKS .................................................................................. 121
5. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar .................................................................. 141
6. Rubrik Penilaian Instrumen Hasil Belajar..................................................... 148
7. Soal Pretest dan Posttest ............................................................................ 153
8. Hasil Validasi dengan Anates ....................................................................... 154
9. Data Nilai Pretest dan Posttest ..................................................................... 165
10. Analisis Persentase Hasil Belajar Pretest-Posttest ...................................... 166
11. Analisis N-Gain ........................................................................................... 174
12. Uji Normalitas .............................................................................................. 176
13. Uji Homogenitas .......................................................................................... 180
14. Uji Hipotesis ................................................................................................ 182
15. Uji Referensi ................................................................................................ 185
16. Dokumentasi ................................................................................................ 190
17. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ...................................... 191
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemandirian siswa dalam belajar dewasa ini semakin berkurang, sehingga
berpengaruh terhadap kurangnya pemahaman konsep dan rendahnya hasil belajar.
Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa peserta didik belum memiliki kemandirian
dalam belajar dan belum menyadari pentingnya arti pendidikan.
Padahal kurikulum 2013 menuntut siswa untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam
setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah menjadikan siswa lebih
banyak belajar mandiri dan berfikir kritis sehingga akan memberikan
perkembangan yang baik bagi siswa tersebut, siswa akan terpupuk
kemandiriannya serta akan bertambah pula wawasan dan pengalamannya. Dalam
hal ini diperlukan adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Komponen tersebut meliputi: tujuan,
materi, metode, dan evaluasi.1
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah
interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu peserta
didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Keaktifan anak didik tentu mencakup
kegiatan fisik dan mental, individual dan kelompok.2
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas
mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pembelajaran yang
dilakukan seharusnya lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut
berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara
belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses
1Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.1.
2 Pupuh dan Sobry. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. (Bandung: PT.Refika Aditama, 2007), h.14.
1
2
pembelajaran itu sendiri, maka disini pengalaman siswa lebih diutamakan dalam
memutuskan titik tolak kegiatan.3
Pada faktanya, proses pembelajaran yang berlangsung saat ini belum
sepenuhnya berpusat pada siswa. Hal ini terlihat ketika melakukan pengamatan
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di SMAS 1 Barunawati Jakarta.
Menurut hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa siswa masih
belum banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Salah satunya disebabkan
karena metode yang sering di gunakan oleh guru adalah metode ceramah. Metode
ceramah adalah metode yang bersifat teacher centered, sehingga kurang
melibatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Metode tersebut selalu
diterapkan oleh guru pada setiap materi dan setiap proses pembelajaran
berlangsung, sehingga minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran
sangatlah kurang. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya antusias siswa untuk
memperhatikan penjelasan dari guru.
Faktor penentu keberhasilan dari proses belajar mengajar adalah siswa sebagai
pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran, kemauan dan keterlibatan siswa,
maka proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Dengan demikian dalam proses
belajar mengajar, siswa dituntut memiliki sikap mandiri, artinya siswa perlu
memiliki kesadaran, kemauan dan motivasi dari dalam diri siswa dan bukan
semata-mata karena terpaksa atau tekanan guru maupun pihak lain. Adanya sikap
mandiri dalam diri siswa, maka tujuan belajar akan berhasil dicapai sesuai yang
diharapkan. Namun keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari peranan
seorang guru.
Pemilihan metode pembelajaran yang dilakukan harus mengacu pada
karakteristik materi dan juga karakteristik siswa yang melakukan proses belajar.
Disamping itu, pemilihan metode pembelajaran diupayakan adalah metode yang
dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk melakukan aktifitas
belajar. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah metode pemberian tugas.
Pemberian tugas merupakan alat motivasi yang baik. Melalui pemberian tugas
kepada siswa, siswa akan memiliki keinginan dan tuntutan untuk melakukan
3 Martinis Yamin. Kiat Membelajarkan Siswa. (Jakarta : Gaung Persada Press, 2007), h.1.
3
aktifitas belajar, yaitu kebutuhan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Proses pemberian tugas kepada siswa harus dilakukan secara terencana, yaitu
format tugas yang diberikan harus dirancang dan disusun secara sistematis dengan
tujuan pencapaian yang ditentukan harus jelas.4
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pemberian tugas dapat
memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Widyaningsih menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan metode
pemberian tugas dengan peta konsep pada pokok bahasan klasifikasi mahkluk
hidup dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII B SMPN 3 Godean,
yaitu dari 65.4 pada siklus I menjadi 73.77 pada siklus II.5 Hasil penelitian lain
menemukan bahwa pemberian tugas terstruktur disertai umpan balik pada siswa
kelas X6 SMA Negeri 3 Watampone dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa. Peningkatan tersebut ditunjukkan oleh persentase rata-rata hasil
angket motivasi pada siklus I yaitu 70,10 (kategori tinggi) menjadi 85,10 (kategori
tinggi) pada siklus II, serta pada aspek hasil belajar ditunjukkan oleh perolehan
ketuntasan belajar pada siklus I (45,16%) menjadi 80,65% pada siklus II. Hasil
tersebut telah mencapai indicator ketuntasan yang ditetapkan yaitu 80%.6
Aldila dan Mulyanratna melaporkan hasil penelitiannya bahwa metode
pemberian tugas memberikan pengaruh positif dan berkorelasi kuat terhadap hasil
belajar siswa pada materi fluida statis di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Maospati.7
Hasil penelitian yang dilakukan Prasetyo (2010) menyimpulkan bahwa siswa
memberikan respon yang positif terhadap metode pemberian tugas yang
4A.M. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005)
5Widyaningsih. Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Peta Konsep sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPA Biologi Pokok Bahasan Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas VII B SMPN Godean Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009.
6Sitti Sabriani. Penerapan Pemberian Tugas Terstruktur disertai Umpan Balik pada Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa (Studi pada Materi Pokok Struktur Atom Kelas X6 SMA Negeri 3 Watampone. Jurnal Chemica, 13(2). 2012, h. 39-46.
7Aldila, Herman dan Mulyanratna, Madewi. Pengaruh Pemberian Tugas Terstruktur dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Fluida Statis di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Maospati. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2(2): 2013, h. 49-54.
4
digunakan bersama-sama dengan metode diskusi ditinjau dari kemampuan awal
dan kemampuan penalaran pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Adimulyo
Kebumen.8 Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode pemberian
tugas memberikan pengaruh yang positif terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA, yang ditunjukkan dengan
peningkatan hasil belajar siswa dan juga sikap yang ditunjukkan siswa selama
proses pembelajaran.
Pemilihan konsep fungi dalam penelitian ini dirasa sesuai dengan metode
penugasan dikarenakan fungi berkaitan dengan kehidupan dan terdapat
dilingkungan sekitar. Fungi dapat menguntungkan dan merugikan untuk manusia,
adapun yang menguntungkan dapat dijadikan bahan makanan dan dikonsumsi.
Sedangkan yang merugikan dapat menyebabkan penyakit tersendiri.
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang penerapan metode pemberian tugas terhadap
peningkatan hasil belajar siswa dengan judul penelitian “Pengaruh Pembelajaran
Metode Penugasan terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Fungi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan kurang meningkatkan minat dan hasil belajar siswa
2. Proses pembelajaran biologi masih didominasi oleh guru, dengan metode
ceramah dan kurang melibatkan siswa secara aktif, sehingga hasil belajar
kurang maksimal.
3. Rendahnya hasil belajar siswa terlihat dari banyaknya siswa yang memperoleh
nilai dibawah KKM.
8Suseno Hari Prasetyo. Pembelajaran IPA Terstruktur melalui Metode Diskusi dan Pemberian Tugas Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Kemampuan Menalar Siswa (Studi Kasus SMP Negeri 2 Adimulyo Kebumen, Kelas VII, Konsep Besaran dan Satuan, Semester Gasal Tahun 2009/2010. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010. Tidak dipublikasikan.
5
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:
1. Subyek penelitiannya adalah siswa SMA kelas X IPA di SMAS 1 Barunawati
Jakarta, tahun ajaran 2017/2018.
2. Hasil belajar yang diukur berupa hasil belajar kognitif pada C1, C2, C3, dan
C4.
3. Konsep biologi yang dibatasi pada materi fungi.
4. Metode penugasan berupa proyek pembuatan tempe.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang akan di teliti dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh pembelajaran metode
penugasan terhadap hasil belajar siswa pada konsep fungi?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh pembelajaran metode penugasan terhadap hasil belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik kepada
semua pihak yang terkait langsung kepada dunia pendidikan, terutama bagi:
1. Bagi guru, agar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam memilih
variasi pembelajaran biologi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pengajaran.
3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi referensi untuk
melakukan pengembangan dalam penelitian selanjutnya.
4. Peneliti, dapat menambah wawasan dan pengalaman.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Metode
Istilah Metode berasal dari bahasa Yunani “Metodos“. Kata ini terdiri dari
dua suku kata yaitu “Metha“ yang berarti melalui atau melewati dan “hodos’ jalan
atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.9
Adapun menurut terminologi, dikutip dari buku Pemikiran Para Tokoh
Pendidikan Islam, karangan Abudin Nata, Metode diartikan sebagai cara yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu perubahan-
perubahan kepada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.
Metode tersebut digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi
agama Islam sebagai mata pelajaran atau bidang studi sesuai dengan kurikulum.
Setiap metode mengajar mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-masing,
semakin mampu guru mengurangi kelemahan dalam mempergunakan suatu
metode maka akan semakin tinggi pula efesiensi dan efektifitasnya.
2. Metode Penugasan / Resitasi
Metode penugasan pada hakikatnya adalah menyuruh siswa untuk melakukan
kegiatan (pekerjaan) belajar, baik berguna bagi dirinya sendiri maupun dalam
proses memperdalam dan memperluas pengetahuan dan pengertian bidang studi
yang dipelajarinya. Ada suatu asusmsi yang mengatakan bahwa segala sesuatu
yang terjadi disekolah tergantung para pendidik, bagaimana pendidik itu bias
menumbuhkan motivasi anak didiknya dan sebagainya. Oleh karena itu dalam
proses belajar mengajar guru menerapkan salah satu metode yang sekiranya bias
membantu anak didik serta guru juga harus paham kelebihan, kekurangan serta
cara penerapannya dan masih banyak lagi) mengenai metode yang akan
9 Abudin Nata, Pemikiran para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2000), h.34.
6
7
digunakan dalam metode pengajaran.10 Tugas dapat merangsang siswa untuk
aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.
Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi
belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan
peserta didik disekolah ataupun dirumah secara perorangan atau berkelompok”.
Imansyah Alipandie mengemukakan bahwa, “Metode penugasan adalah cara
untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa
Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi
belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan
peserta didik disekolah ataupun dirumah secara perorangan atau berkelompok”.
Imansyah Alipandie mengemukakan bahwa, “Metode penugasan adalah cara
untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada
siswa”.11
Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat mendefinisikan bahwa
yang dimaksud dengan metode resitasi adalah penyajian bahan pelajaran dimana
guru memberikan tugas kepada siswa baik lisan atau tulisan, kemudian siswa
harus mempertanggungjawabkan dari apa yang ditugaskan guru kepada siswa.
Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara
waktu sedikit. Artinya banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang
seimbang. Agar bahan pelajaran selesai dengan waktu yang ditentukan, maka
metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya. Tugas dari
resitasi ini tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR) tetapi jauh lebih luas dari
pada itu.
Tampaknya pemberian tugas kepada siswa untuk diselesaikan di rumah, di
laboratorium maupun diperpustakaan cocok dalam hal ini, karena dengan tugas
ini akan merangsang siswa untuk melakukan latihan-latihan atau mengulangi
materi pelajaran yang baru didapat disekolah atau sekaligus mencoba ilmu
10 Hilyah Alan Finanda, Efektifiras Metode Resitasi dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Peserta Didik, Jurnal Pendidikan, Vol. 17, No. 3, Palembang: 2012, h.2.
11 Alipandie, Imansyah, Didaktik Metodik Pendidikan, (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional, 1984), h.91.
8
pengetahuan yang telah dimilikinya, serta membiasakan diri siswa mengisi waktu
luangnya di luar jam pelajaran. Dengan sendirinya telah berusaha memperdalam
pemahaman serta pengertian tentang materi pelajaran.
Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa cukup heterogen, sebagian
dapat langsung mengeri pelajaran hanya satu kali penjelasan oleh guru, sebagian
dapat mengerti bila diulangi dua atau tiga kali materinya dan sebagian lagi baru
dapat mengerti setelah diulangi di rumah atau bahkan tidak dapat mengerti sama
sekali.
Umumnya seorang guru mengatur kecepatan mengajarnya sesuai dengan
keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian terhadap yang kurang
mampu ataupun yang dianggap pandai. Walaupun demikian kemungkinan
sebagian besar siswa cara belajarnya belum sesuai benar, bagi mereka masa
belajar di kelas merupakan ajang untuk memulai materi. Pemberian tugas-tugas
untuk diselesaikan di rumah, diperpustakaan maupun di laboratorium akan
memberikan kesempatan untuk belajar aktif yang sesuai dengan irama kecepatan
belajarnya. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang sejati bagi individu yang
bersangkutan.
Memberikan tugas-tugas kepada siswa berarti memberi kesempatan untuk
mempraktekkan keterampilan yang baru saja mereka dapatkan dari guru
disekolah, serta menghafal dan lebih memperdalam materi pelajaran. Peranan
penugasan kepada siswa sangat penting dalam pengajaran, hal ini dijelaskan oleh
I. L. Pasaribu :Metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode
mengajar. Karena tugas-tugas meninjau pelajaran baru, untuk menghafal
pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan-latihan, dengan tugas untuk
mengumpulkkan bahan, untuk memecahkan suatu masalah dan seterusnya.12
Penggunaan metode pemberian tugas bertujuan:
1. Menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif
2. Mendorong perilaku kreatif
3. Membiasakan berpikir komprehensif
12 I.L.Pasaribu dan B. Simanjuntak. Proses Belajar Mengajar. (Bandung : Tarsito, 1983), h. 108.
9
4. Memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran
Metode pemberian tugas yang digunakan secara tepat dan terencana dapat
bermanfaat untuk menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam
lingkungan bersama (kolektif) maupun sendiri. Melatih cara mencari informasi
secara langsung darisumber belajar yang terdapat di lingkungan sekolah,
rumah dan masyarakat.
Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menggairahkan (rekreatif).
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sesuai dengan prinsip belajar menurut
teori behaviorisme yaitu pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila siswa
ikut terlibat secara aktif di dalamnya. Dalam melibatkan siswa dalam
pembelajaran dibutukan suatu metode. Salah satu metode yang dapat
mengaktifkan siswa adalah dengan memberikan tugas. Tugas dapat lebih
meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam,
memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari. Mereka
berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif,
bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
Siswa yang dapat memahami dan menyelesaikan tugas dengan baik akan
merasakan manfaatnya. Mereka dengan mudah menyelesaikan soal-soal ujian dan
mendapatkan nilai yang tinggi. Siswa yang selalu mengerjakan tugas akan
menciptakan suatu kebiasaan sehingga akan berdampak positif dalam kehidupan
sehari-harinya. Tugas dapat melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam belajar,
dan hasil belajar siswa serta upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan
memberikan alternatif kepada guru kimia serta menentukan metode pembelajaran
yang tepat dalam menyampaikan materi.
3. Langkah-langkah Kegiatan Metode Resitasi
Kegiatan Guru dalam memberikan tugas-tugas, guru mempertimbangkan
apakah tugas itu akan dikerjakan secara individu maupun kelompok. Dalam
memberikan tugas guru harus mempertimbangkan kemampuan dan kecerdasan
siswa. Tugas yang diberikan siswa hendaknya dapat dimengerti maksud dan
10
tujuannya oleh siswa. Selalu mengecek apakah siswa benar-benar mengerti apa
yang sedang atau telah dikerjakan. Selalu melanyani pertanyaan dari siswa jika
belum jelas dan memperjelas tugas yang harus diselesaikan. Tugas hendaknya
tidak membebankan siswa oleh karena itu diberikan dalam bentuk mingguan atau
bulanan.
Kegiatan Siswa memilih dan mendiskusikan tugas dengan guru. Menerima
tugas yang telah dibicarakan bersama guru. Menyusun rencana penyelesaian
tugas. Mencari sumber-sumber data. Mengolah data baik yang sifatnya tugas
individu maupun tugas kelompok. Menyerahkan tugas yang telah selesai
dikerjakan.
Metode resitasi dalam tiga fase atau tahapan, yakni fase pemberian tugas, fase
pelaksanaan tugas, dan fase mempertanggung jawabkan tugas.
a. Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut. Tujuan yang akan dicapai dalam pemberian tugas dan resitasi
pada bidang studi matematika yaitu untuk memacu siswa agar selalu siap belajar
tetapi jangan sampai terjadi kebiasaan siswa baru akan melakukan belajar jika
metode ini akan diterapkan dalam pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan siswa. Ada petunjuk atau
sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa seperti buku paket dari guru atau
lembar kerja siswa (LKS). Diharapkan siswa menyediakan waktu yang cukup
untuk mengerjakan tugas.
b. Fase Pelaksanaan Tugas
Langkah pelaksanaan tugas meliputi hal-hal sebagai berikut. Diberi
bimbingan berupa penjelasan materi pada pokok bahasan tertentu dalam bidang
studi matematika atau diberi pengawasan dalam pelaksanaan tugas oleh guru.
Sebelum melaksanakan tugas seharusnya siswa diberikan dorongan sehingga
siswa mau bekerja. Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh
orang lain. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang telah dikerjakan
dengan baik dan sistematik.
11
c. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
Hal-hal yang harus dikerjakan dalam fase mempertanggungjawabkan tugas
adalah laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakan
pada soal-soal matematika yang diberikan oleh guru. Ada tanya jawab atau
diskusi kelas tentang soal-soal yang diberikan sehingga guru mengetahui apakah
siswa mengerjakan tugas tersebut sendiri atau menyuruh orang lain. Penilaian
hasil pekerjaan siswa dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.13
d. Jenis Penugasan
Terdapat dua macam penugasan, yakni penugasan terstruktur dan penugasan
tak terstruktur. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik
untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi dan atau kemampuan lainnya
pada kegiatan TM. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh
pendidik. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan, dan
percepatan. Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas
terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru
dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena
itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang
digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
Sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tugas terstruktur dirancang
dan dicantumkan dalam jadwal pelajaran meskipun alokasi waktunya lebih sedikit
dibandingkan dengan kegiatan tatap muka. Kegiatan tugas terstruktur merupakan
kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik,
peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan
adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode
yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian
pustaka atau internet, atau simulasi.
13 Siti Masruroh,”Pengaruh Penggunaan Tugas dan Resitasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 2 Semester 2 Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel SMP Islam Sultan Agung I Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006”, Skripsi pada Universitas Negeri Semarang, (Semarang: 2006), h. 11.
12
Penugasan tak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik
untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran atau lintas mata
pelajaran atau kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri
oleh peserta didik.14
Sudirman N. membagi berbagai jenis tugas yang dapat diberikan kepada
siswa antara lain: Tugas membuat rangkuman (report) beberapa halaman, topik,
bab, atau buku seperti; merangkum beberapa halaman atau suatu topik
merangkum satu bab (chapter report); Merangkum suatu buku atau beberapa
buku; tugas membuat makalah; tugas menjawab pertanyaan atau menyelesaikan
soal-soal tertentu; tugas mengadakan observasi atau wawancara; tugas
mengadakan latihan; tugas mendemontrasikan sesuatu; tugas menyelesaikan
proyek.15
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
tugas yang diberikan kepada siswa itu banyak ragamnya, dan tentunya di
dalamnya bukan hanya metode resitasi saja, akan tetapi ada metode-metode
lainnya.
Jenis-jenis tugas pada dasarnya dapat dibagi pada jenis tugas dalam bentuk
lisan, tugas dalam bentuk tulisan dan dalam bentuk motorik, namun jenis-jenis
tugas yang diberikan kepada siswa tersebut tentunya harus disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai, materi kemampuan siswa, kematangan siswa dan
waktu yang tersedia. Karena hal ini akan menunjang pada pencapaian tujuan yang
diharapkan.
e. Teknik Pemberian Tugas
Teknik pemberian tugas atau resitasinya biasanya digunakan dengan tujuan
agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan
latihan-latihan dalam melaksanakan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam
mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan siswa
mengalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-
14 Anonim,Juknis Pengembangan Pembelajaran TM, PT, dan KMTT di SMA, (Direktorat Pembinaan SMA, 2010), h. 52.
15Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Rosda Karya, 1984), h. 141.
13
masalah baru. Adanya kegiatan melaksanakan tugas siswa aktif belajar dan
merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif
dan berani bertanggungjawab sendiri.
Setelah siswa memahami tujuan dan makna tugas, maka mereka akan
melaksanakan tugas dengan belajar sendiri, atau mencari nara sumber sesuai
dengan tujuan yang telah digariskan dan penjelasan dari guru. Pada proses ini
guru perlu mengontrol pelaksanaan tugas itu, apakah dikerjakan dengan baik,
apakah dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain, maka perlu
diawasi dan diteliti.
Siswa bila telah selesai melaksanakan atau mempelajari tugas, maka mereka
harus membuat laporan (fase resitasi) yang bentuknya juga telah ditentukan sesuai
dengan tujuan tugas. Guru harus sudah menyiapkan alat evaluasi, agar dapat
menilai hasil kerja siswa dan dapat memberi gambaran yang objektif mengenai
usaha siswa melaksanakan tugas itu. Evaluasi ini penting untuk siswa karena
dapat menumbuhkan semangat kerja yang lebih baik, dan meningkatkan hasrat
belajar.
Ralph Tyler mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian
mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Definisi yang lebih luas dikemukakan
oleh Cronbach dan Stufflebeam yang menyatakan bahwa evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tercapainya suatu tujuan, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan.16
Berdasarkan pengertian evaluasi tersebut di atas, maka evaluasi dalam
metode resitasi diperlukan dan perlu dilaksanakan, karena dengan
dilaksanakannya evaluasi, kita dapat mengetahui tingkat kemajuan yang telah
dicapai.
Penggunaan teknik resitasi ini siswa mempunyai kesempatan untuk saling
membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat mempelajari dan
mendalami hasil uraian orang lain, dengan demikian akan memperluas,
16 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011), h.3.
14
memperkaya, dan memperdalam, serta menambah pengalaman siswa. Tugas yang
dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman, perpustakaan,
bengkel, di rumah siswa itu sendiri, atau dimana saja asal tugas itu dapat
dilaksanakan.
Hal-hal tertentu yang harus diperhatikan oleh guru sebelum memberikan
tugas kepada anak didik, supaya siswa tidak merasa jenuh dan siswa termotivasi
untuk mengerjakannya. Adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan itu di
antaranya tugas itu bermanfaat atau tidak bagi siswa, tugas itu wajar diberikan
tanpa membebankan siswa, selama siswa melaksanakan tugas dapat berjalan
biasa, serta dapat dilaksanakan pengawasan yang baik, dipikirkan kemungkinan-
kemungkinan yang dapat mengganggu siswa.
Metode tugas dan resitasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut. Kelebihan metode tugas dan resitasi, yaitu: Lebih merangsang
siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok. Dapat
mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. Dapat membina
tanggung jawab dan disiplin siswa. Siswa bersungguh-sungguh mempelajari
materi pelajaran karena mereka akan ditanyai tentang materi tersebut. Dengan
pertanyaan-pertanyaan dari guru akan memperkuat asosiasi. Dapat
mengembangkan kreatifitas siswa. Memperkuat kepercayaan diri akan
kemampuan bila siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru. Memupuk
kesiapan pengetahuan yang dimiliki siswa.
Kelebihan Metode Penugasan / Resitasi menurut Sudirman yaitu tugas lebih
merangsang siswa untuk untuk belajar lebih banyak , baik pada waktu di kelas
maupun di luar kelas. Metode ini dapat mengembangkan kemandiria siswa yang
diperlukan kehidupan kelak. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang
dipelajari dari guru, lebih memperdalam , memperkaya atau memperluas
pandangan tentang apa yang dipelajari. Tugas dapat membina kebiasaan siswa
untuk mencari dan mengolah sendiri imformasi dan komunikasi. Metode ini dapat
15
membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan belajar dilakukan dengan
berbagai variasi sehingga tidak membosankan.17
Kekurangan tugas dan resitasi, yaitu: Pekerjaan siswa sulit dikontrol (apakah
benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain). Khusus untuk tugas kelompok,
tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota
tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi. Tidak mudah
memberikan tugas dengan perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas
yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa. Siswa hanya akan belajar
jika ada perintah dari guru. Ada suasana takut dari siswa bila akan menghadapi
metode ini, khususnya bagi siswa yang tidak siap.18
Dalam memberikan tugas yang baik, guru hendaklah memperhatikan dan
menempuh empat langkah. Pertama materi tugas yang diberikan atau pekerjaan
yang perlu diselesaikan oleh siswa harus jelas.kedua tujuan tugas yang diberikan
akan lebih baik apabila dijelaskan kepada siswa. Ketiga apabila tugas kelompok,
seyogyanya ada ketua dan anggota kelompok sesuai dengan kebutuhan agar ada
yang bertanggung jawab. Keempat tempat dan lama waktu
penyelesaian tugas hendaknya jelas.
Metode resitasi tepat digunakan apabila guru mengharapkan agar siswa
mengetahui yang diterima anak itu lebih lengkap. Selain itu, untuk mengaktifkan
anak-anak mempelajari sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri dan mencoba
sendiri mempraktekkan pengetahuannya. Metode ini merangsang anak untuk lebih
aktif dan rajin.
f. Tujuan dan Prinsip-prinsip Pemberian Tugas
Agar pemberian tugas memberikan efek yang baik, maka guru dalam
memberikan tugas perlu memperhatikan, mengarahkan dan membimbing siswa
sehingga maksud dan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Adapun maksud dan tujuan pemberian tugas antara lain: Untuk
memelihara dan memantapkan tingkah laku yang telah dipelajari. Untuk melatih
17 Sudirman, dkk, Op.cit. h. 142. 18Siti Masruroh, Op.cit.
16
keterampilan, konsep, dan prinsip yang baru saja dikembangkan untuk
memperoleh pengertian yang lebih dalam tentang konsep itu. Untuk
mengingatkan kembali dan memelihara topik-topik yang telah dipelajari
sebelumnya.
Menurut Hartono Kasmadi pemberian tugas mempunyai maksud dan tujuan
sebagai berikut. Latihan dan keterampilan, serta untuk menambah kecepatan
belajar dan keakuratan belajar. Membaca, meresapkan, dan meringkas apa yang
dipelajari. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran.
Mengembangkan belajar mandiri.19
Menurut I wayan Laba dalam catatan harian penelitiannya menyatakan
maksud dan tujuan dari pemberian tugas antara lain untuk memelihara dan
memantapkan tingkah laku yang dipelajari, melatih keterampilan, konsep, dan
prinsip yang baru saja dikembangkan untuk memperoleh pengertian yang lebih
dalam tentang konsep itu, dan terakhir adalah mengingatkan kembali serta
memelihara topik-topik yang sudah dipelajari.20
4. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi
melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak
lahir da nada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan
perkembangan sangat erat kaitannya.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara, baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan
pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud yaitu perubahan perilaku tetap
berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru
diperoleh indvidu. Adapun pengalaman merupakan interaksi antara individu dan
lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar disini diartikan sebagai proses
19Ibid., h. 17 20I Wayan Laba. Upaya Pembelajaran dengan Metode Resitasi Tugas dalam Mata
Pelajaran Matematika. Denpasar: Jurnal Ilmiah, 2011.h.4.
17
perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi
paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama
menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu
sendiri.21
Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau
tingkah lakunya orang tersebut masih lemah atau kurang. Tingkah laku memiliki
unsur objektif dan subjektif. Unsur objektif adalah unsur motorik atau unsur
jasmaniah, sedangkan unsur subjektif adalah unsur rohaniah.22Jenis belajar dapat
dibedakan antara belajar konsep dan belajar proses. Belajar konsep menekankan
pada hasil belajar merupakan pengetahuan faktual dan prinsipil mengenai suatu
materi sedangkan pengetahuan proses menekankan pada masalah bagaimana
materi dipelajari dan diorganisir lebih cepat.23
Siswa dikatakan telah belajar jika terdapat perubahan dalam sikap dan
perilakunya. Belajar tidak hanya untuk transfer ilmu pengetahuan yang bersifat
pengetahuan umum saja tetapi juga harus menghasilkan keterampilan yang baik
pula. Keterampilan harus dikuasai siswa karena hal ini sangat berkaitan erat
dengan profesi dan potensi seseorang.
Belajar juga merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut Dahar menyatakn bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dpat
diamati melalui hubungan stimulus dan respons. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan
pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses belajar dapat
melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada belajar kognitif,
prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berfikir, pada
belajar afektif mengakibatkan perubahan pada aspek kemampuan merasakan,
sedangkan belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan.24
18Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual, (Jakarta:Prenadamedia group, 2014), h.18-19.
19Oemar Hamalik, Ibid., h. 38. 20Pupuh Fathurrohman dan Sorby Sutikno, Strategi Belajar dan Mengajar, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2009), Cet 3, h.6. 24 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h. 42.
18
b. Ciri - Ciri Belajar
Belajar sesungguhnya memiliki beberapa ciri –ciri (karakteristik) tertentu.
Pertama belajar adalah menguasai atau memperoleh pengetahuan. Kemudian
mengingat-ingat informasi atau keterampilan. Proses mengingat melibatkan
sistem penyimpanan, memori, dan organisasi kognitif. Selanjutnya melibatkan
perhatian aktif sadar dan bertindak menurut peristiwa-peristiwa diluar serta di
dalam organisme. Bersifat permanen, melibatkan berbagai bentuk latihan. Yang
merupakan suatu perubahan perilaku.25
Seseorang dapat dikatakan telah belajar apabila terdapat perubahan tingkah laku
dan pemahaman karena serangkaian latihan. Tingkah laku yang dihasilkan bersifat
menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Belajar tidak
dipengaruhi oleh kematangan jadi proses penguasaan keterampilan yang diperoleh
siswa berasal dari pengetahuan dan latihan-latihan yang dilakukan siswa.
Perubahan sikap ini bersifat permanen. Belajar tidak hanya bagaimana siswa
menguasai kemampuan analisis dan sintesis tetapi juga keterampilan khusus.
Hasil belajar dapat dilihat dalam bentuk perubahan tingkah laku. Belajar
berlangsung dalam bentuk latihan dan pengalaman.
c. Pengertian Hasil Belajar
Hakikatnya hasil belajar digunakan untuk menilai sejauh mana penguasaan
siswa terhadap tujuan pembelajaran. Dalam mencapai tujuan pembelajaran siswa
harus melakukan serangkaian kegiatan yang dinamakan dengan proses belajar
mengajar. Jadi hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya. Terdapat tiga macam hasil belajar, yaitu
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan citacita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan
dalam kurikulum.
Sidharta menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan
21 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet 1, h. 18-19.
19
yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari
pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah
tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap.
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas. Penilaian kelas
merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi untuk pemberian
keputusan terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya
sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan
kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes
tertulis (paper and pen), dan penilaian sikap.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar Perolehan aspek-aspek perubahan perilku
tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasil belajar yang
dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya.
Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom dalam Anni et al, mengemukakan taksonomi
yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Zubaidah menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri
siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan,
cacat tubuh), (2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah
(metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat
20
(kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat).26
Kemudian Sidharta menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor)
maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang
diperoleh adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan
dan sikap. Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas. Penilaian
kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi untuk
pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan tahapan kemajuan
belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan
kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes
tertulis (paper and pen), dan penilaian sikap.27
Hasil belajar berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi
kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Informasi verbal, yaitu kemampuan
mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespon secara spesifik tidak memerlukan memanipulasi symbol, pemecahan
masalah dan penerapan aturan. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan
mempresentasikan konsep yangterdiri dari kemampuan mengkategorisasi,
analisis-sintesis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif
yang khas. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah. Keterampilan Motorik, yaitu kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga
26Siti Zubaidah. Beberapa alternatif pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman terhadap istilah atau konsep Biologi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang, 9 (1), 2002, h. 23-24
27Arief Sidharta. Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Jurnal Penelitian Kependidikan, 13 (2), 2005, h. 32-56.
21
terwujud otomatisme gerak jasmani. Sikap adalah kemampuan menerima atau
menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.28
Hasil belajar merupakan perilaku dan pribadi siswa yang tercermin dalam
ciri-ciri kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan khusus pembelajaran. Dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional mengguanakan klasifikasi hasil belajar yang secara
garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintetis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat
rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah
afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari liama aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek dalam ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.29
Ketiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik merupakan objek
penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu ranah kognitflah yang paling
banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan
para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.30 Proses kognitif terbagi
menjadi beberapa kategori, yaitu mengingat pengetahuan dari jangka panjang,
mengkonstruk makna materi pelajaran (memahami), menerapkan suatu prosedur
(mengaplikasikan), memecah bagian penyusun materi dan menentukan
hubungannya (menganalisis), mengambil keputusan berdasarkan kriteria
28 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Op.cit., h. 23 29 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), Cet. 12, h. 22 30Nana Sudjana, Ibid., h. 22-23
22
(mengevaluasi), memadukan bagian-bagian untuk sesuatu yang baru (mencipta).31
Teori-teori di atas menunjukkan bahwa seseorang akan memperoleh hasil belajar
dalam kegiatan belajar mengajar. hasil belajar tersebut dapat berbentuk kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang penilaiannya melalui tes.
Ranah kognitif mencakup hal-hal yang bertujuan untuk mengukur
penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa
materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk
dikategorikan lebih terperinci secara hierarkis ke dalam enam jenjang
kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3).
Analisia (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
Pada pembelajaran kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak hanya yang
bersifat metariil, tetapi juga yang bersifat tidak materiil. Objek-objek yang berifat
materiil diantaranya orang, binatang, bangunan, kendaraan, perabot rumah tangga,
dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan objek yang bersifat tidak materiil misalnya
seperti ide kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan, dan sebagainya. Berarti
semakin banyak suatu gagasan atau ide yang didapat siswa maka semakin
berkembanglah hasil belajar kognitifnya.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas sebagai
hasil belajar. Hasil belajar dapat dicapai peserta didik melalui usaha-usaha sebagai
perubahan tingkah laku, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara
optimal. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik tidak sama karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilannya dalam proses belajar. Faktor
yang mempengaruhi antara lain, tujuan adalah sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran direncanakan untuk menentukan
arah dan target akhir prosedur yang dilakukan. Tujuan dalam pendidikan dan
pengajaran bersikap normatif karena terdapat sejumla nilai yang harus ditanamkan
pada peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus berkembang secara
31Lorin W. Anderson, dan David R. Krathwohl, Pembelajaran Pengajaran, dan Asesmen, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet 1, h. 43.
23
dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan perkembangan masyarakat. Bahan
ajar siswa harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi
perkembangan yang akan terjadi di masa depan.
Kegiatan belajar mengajar harus melibatkan peserta didik serta guru dengan
bahan pelajaran sebagai mediumnya. Siswa harus lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran, bukan guru. Interaksi dikatakan optimal jika terjadi antara guru
dengan semua siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta siswa dengan
bahan dan media pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan yang telah ditentukan.
Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar
mengajar. Alat merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Alat dapat dibagi menjadi dua yaitu, alat
verbal dan alat bantu non verbal. Alat verbal berupa perintah dan larangan,
sedangkan alat non verbal berupa papan tulis, gambar, diagram, slide, diagram,
dambar dan video. Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipegunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran bisa didapatkan. Evaluasi
adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam
dunia pendidikan. Pelaksanaan evaluasi memiliki manfaat yang besar bagi proses
belajar mengajar.32
Penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru terhadap kegiatan pembelajaran
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai
bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses
pembelajaran.33 Penilaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
menggunakan tes atau nontes, fungsinya adalah untuk mengukur ketercapaian
kompetensi siswa setelah proses pembelajaran dan melakukan perbaikan kegiatan
pembelajaran jika nilai siswa rendah.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengungkapkan, bahwa
untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar tersebut dapat dilakukan melalui
32Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Op. Cit., h . 13-17. 33Rusman, loc. cit. h. 13.
24
ter prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar
dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian, yaitu tes formatif, tes subsumatif, dan
tes sumatif. Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap
siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu. Tes Subsumatif, tes
ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu
tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam
menentukan nilai rapor. Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap
siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu
semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan
tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu.
Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat
(rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.34
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa sendiri) yang meliputi
aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh melalui usaha. Termasuk aspek ini adalah tonus (tegangan otot), kondisi
organ tubuh, panca indera, dan kelenjar hormonal tertentu yang membawa
kelainan tingkah laku. Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah), banyak faktor
yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran siswa. Adapun faktor psikologis yang akan
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi,
motivasi dan kemampuankemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi,
ingatan, dan berpikir. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja
merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak.
34 Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 120-121.
25
Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka
faktor luar akan kurang signifikan.
Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa), meliputi faktor
lingkungan sosial: lingkungan sekolah, keluarga, masyarkat, dan kelompok.
Faktor lingkungan non-sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa.
Klasifikasi Hasil Belajar, Horward Kingsley membagi 3 macam hasil belajar,
yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-
cita. Sedangkan Gagne membagi 5 kategori hasil belajar, yakni informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.
e. Minat Mempengaruhi Hasil Belajar
Minat merupakan salah satu faktor psikologis yang amat berpengaruh bagi
kelangsungan proses belajar siswa maupun hasil belajar siswa. Menurut Slameto,
minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubbungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan
bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang
memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Menurut Dalyono jika minat belajar seseorang itu besar akan cenderung
menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan
menghasilkan prestasi yang rendah. Minat diartikan oleh Hagard sebagai
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan.
Ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untukmembangkitkan
minat anak didik diantaranya dengan membandingkan adanya suatu kebutuhan
26
pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan. Menghubungkan
bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak
didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran. Memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan
cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. Menggunakan
berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual
anak didik. Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha
menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Membangkitkan rasa ingin
tahu dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Menyajikan gambaran
yang jelas mengenai situasi kehidupan sebenarnya, dan melibatkan anak didik
secara langsung dalam proses belajar.
5. Konsep Fungi
Konsep Jamur adalah konsep yang dipelajari di kelas X SMA pada Semester
Genap. Berdasarkan buku Panduan Kurikulum 2013, konsep ini masuk dalam
kompetensi inti mengenai pemahaman prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk
hidup. Sedangkan, kompetensi dasarnya yaitu menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui
pengamatan secara teliti dan sistematis.35
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memanfaatkan jenis jamur tertentu dalam
pembuatan beberapa bahan makanan, misalnya tempe da noncom. Jamur dapat
tumbuh di kulit dan menyebabkan noda-noda putih serta menimbulkan rasa gatal.
Jamur juga dapat ditemukan di tempat pembuangan sampah, di bagian kayu yang
mati atau lapuk, ata di tumpukan jerami padi. Tanpa jamur, bumi ini akan penuh
dengan bangkai dan sampah.
Jamur dikenal dengan istilah kapang (mold), khamir (yeast), ragi, atau
cendawan (mushroom). Istilah kapang digunakan untuk menyebut jamur pada
tahap reproduksi secara aseksual (vegetatif). Pada tahap tersebut, miselium
tumbuh dengan cepat dan menghasilkan banyak spora aseksual. Contohnya,
35 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia, Pedoman Kompetensi Dasar Kurikulum 2013, 2014,
27
kapang roti Rhizopus. Istilah ragi dan khamir digunakan untuk menyebut jamur
bersel satu (uniseluler), misalnya ragi pengembang adonan roti Saccharomyces
cerevisiae. Istilah cendawan digunakan untuk menyebut jamur pada saat
membentuk tubuh buah, misalnya jamur merang (Volvariella volvacea) yang
berbentuk seperti payung.36
Dalam dunia biologi, jamur dikenal dengan istilah Fungi. Ilmu yang
mempelajari jamur adalah mikologi, yang berasal dari bahasa Yunani mykes
(jamur) dan logos (ilmu).
Para ahli mikologi memperkirakan terdapat sekitar 1,5 juta spesies jamur di
seluruh dunia. Jamur yang sudah berhasil diidentifikasi berjumlah lebih dari
100.000 spesies. Ahli taksonomi mengelompokkan berbagai jenis jamur dalam
satu kingdom fungi. Kingdom fungi dibagi menjadi empat divisi berdasarkan cara
reproduksi secara generatif (seksual), yaitu Zygomycota (menghasilkan
zigospora), Ascomycota (menghasilkan askospora), Basidiomycota (menghasilkan
basidiospora), dan Deuteromycota (belum diketahui cara reproduksi seksualnya).
Beberapa jamur dapat hidup bersimbiosis mutualisme dengan organisme lain.
Ada jamur yang bersimbiosis dengan ganggang biru, ganggang hijau dan ada pula
yang bersimbiosis dengan tumbuhan tingkat tinggi. Jenis jamur yang paling
banyak bersimbiosis dengan organisme lain berasal dari divisi Basidiomycota.
Bentuk simbiosis mutualisme antara jamur dengan ganggang dikenal sebagai
liken (lumut kerak). Simbiosis antara jamur dengan tumbuhan tingkat tinggi
biasanya terjadi pada akar yang dikenal sebagai mikoriza.
Lumut kerak merupakan asosiasi simbiosis antara jamur mikobion dan alga
fikobion. Lumut kerak tumbuh pada batang pohon, kayu busuk, bebatuan, dan di
atas tanah. Lumut kerak dapat bertahan dalam keadaan panas, dingin dan kering
luar biasa. Oleh karena itu, lumut kerak dianggap sebagai vegetasi perintis.
36 Irnaningtyas, BIOLOGI untuk SMA/MA kelas X, (Jakarta : Erlangga 2016).h. 227.
28
Mikoriza adalah simbiosis antara hifa jamur dengan akar suatu tumbuhan. Jamur
tersebut biasanya dari golongan Ascomycota, Zygomycota, dan Deuteromycota .37
Peran jamur bagi kehidupan ada yang menguntungkan dan ada pula yang
merugikan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain:38 1)
Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein
tinggi; 2) Saccharomyces berguna sebagai fermentator dalam industri keju, roti,
dan bir; 3) Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer; 4)
Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum berguna sebagai penghasil
antibiotik.
Selain peranan menguntungkan, jamur juga mempunyai peranan merugikan,
yaitu:39 1) Aspergillus nidulans dan Aspergillus niger berperan sebagai jamur
penyebab penyakit otomikosis; 2) Aspergillus fumigatus adalah jamur yang hidup
dan menimbulkan penyakit di paru-paru burung; 3) Amanita phalloides
menghasilkan racun falin yang dapat merusak sel-sel darah merah.
Dalam kehidupan manusia, jamur mempunyai berbagai manfaat, antara lain
menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem, sebagai sumber bahan makanan
bergizi tinggi, untuk membuat jenis makanan baru dan makanan suplemen, untuk
obat-obatan, dan membasmi organisme penyebab penyakit.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Peta
Konsep sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPA Biologi
Pokok Bahasan Klasifikasi Makhluk Hidup”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang baik dengan penerapan metode
pemberian tugas peta konsep untuk meningkatkan minat serta prestasi belajar IPA
Biologi siswa kelas VII B SMP N 3 Godean tahun ajaran 2008/2009 pada pokok
bahasan klasifikasi makhluk hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan
metode pemberian tugas peta konsep dapat meningkatkan minat belajar dan
37 D.A. Pratiwi, dkk, Biologi untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 155-156.
38 Dinda Mahariesti, Generasi Biologi untuk Kelas X, (Bandung: Sinergi, 2006), h. 102. 39 Tajudin, Jago Biologi SMA Kelas 1, 2 dan 3, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2010), h. 72-73.
29
prestasi belajar IPA Biologi siswa pada pokok bahasan klasifikasi makhluk hidup.
Hasil analisis minat siswa pada siklus I minat belajar kategori kurang adalah 25%,
pada kategori cukup sebesar 58.33% sedangkan persentase siswa dengan kategori
minat tinggi sebesar 16.67%. Pada siklus II terjadi peningkatan pada kategori
minat tinggi mencapai 30,56%, kategori minat rendah berkurang menjadi 13.89%,
sedangkan pada kategori minat cukup berkurang menjadi 55.56%. Peningkatan
prestasi belajar dapat dilihat dari meningkatnya rata-rata nilai hasil tes penguasaan
konsep, Nilai rata-rata penguasaan konsep siklus I adalah 65.4. Pada siklus II nilai
rata-rata meningkat mencapai 73.77, adapun effect size siklus I dan siklus II
adalah 8.35.40
Penelitian yang berjudul “Penerapan Pemberian Tugas Terstruktur disertai
Umpan Balik pada Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa (Studi Pada Materi Pokok Struktur Atom Kelas X6 SMA
Negeri 3 Watampone)”. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan pemberian tugas terstruktur disertai umpan balik untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa kelas X6 SMA Negeri 3 Watampone. Subyek dari
penelitian ini adalah 31 orang. Data hasil penelitian diperoleh dengan memberikan
angket motivasi dan tes hasil belajar diakhir masingmasing siklus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa setelah diterapkan pemberian tugas terstruktur yang disertai
umpan balik pada pembelajaran langsung diperoleh motivasi dan hasil belajar
belajar siswa kelas X6 SMA Negeri 3 Watampone mengalami peningkatan.41
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Tugas Terstruktur dalam
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Materi Fluida Statis di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Maospati”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji hubungan antara metode pemberian tugas terstruktur
terhadap hasil belajar siswa. Metode pemberian tugas terstruktur merupakan
40Widyaningsih. Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Peta Konsep sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPA Biologi Pokok Bahasan Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas VII B SMPN Godean Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009, tidak dipublikasikan.
41Sitti Sabriani, Penerapan Pemberian Tugas Terstruktur disertai Umpan Balik pada Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa (Studi pada Materi Pokok Struktur Atom Kelas X6 SMA Negeri 3 Watampone. Jurnal Chemica, 2012.
30
metode dimana guru memberikan penugasan yang waktunya telah ditentukan oleh
guru dan guru membahas tuntas tugas tersebut secara klasikal. Populasi dari
penelitian ini adalah siswa kelas XI dan sample dari penelitian ini adalah siswa
kelas XI IPA 5 di SMA Negeri 1 Maospati. Desain penelitian yang digunakan
adalah The One Group Pretest-Posttest Design. Berdasarkan hasil penelitan
dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi didapatkan koefisien korelasi
dan persamaan regresi untuk masing-masing ranah hasil belajar siswa yaitu ranah
kognitif dengan koefisien korelasi sebesar 0,798 dengan persamaan regresi Yˆ =
21,134+0,904X, ranah psikomotor dengan koefisien korelasi sebesar 0,791
dengan persamaan regresi Yˆ = 24,048+0,798X, dan ranah afektif dengan
koefisien korelasi sebesar 0,783 dengan persamaan regresi Yˆ = 24,931+0,767X.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa, metode pemberian tugas
terstruktur terhadap hasil belajar siswa memiliki pengaruh yang positip dan
korelasi yang kuat. Hal ini menandakan bahwa perubahan dari penerapan metode
pemberian tugas terstruktur berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa.42
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Peta Konsep dan
Metode Pembelajaran Resitasi Berbantuan Media Gambar terhadap Kemampuan
Berpikir Siswa SMP Negeri 9 Purworejo Kelas VII Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Penelitian untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran peta konsep
berbantuan media gambar dengan metode resitasi berbantuan media gambar pada
pembelajaran IPA Fisika pokok bahasan perubahan zat terhadap kemampuan
berpikir siswa SMP Negeri 9 Purworejo kelas VII tahun pelajaran 2013/2014.
Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 9 Purworejo yang
berjumlah 6 kelas. Sampel penelitian berjumlah 2 kelas. Teknik pengambilan
sampel dilakukan secara random sampling yang berjumlah 60 siswa. Instrumen
pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar yang masing-masing sudah diuji
cobakan dan telah memenuhi syarat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya beda. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t. Dengan α = 0.05
42Aldila, Herman dan Mulyanratna, Madewi. Pengaruh Pemberian Tugas Terstruktur dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Fluida Statis di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Maospati. Jurnal Inovas Pendidikan Fisika, 2013.
31
menunjukkan nilai thitung = 2,66 dan ttabel = 1,84 sehingga nilai thitung > ttabel
maka berada di daerah penolakan H0 dan penerimaan Ha. Jadi terdapat pengaruh
metode pembelajaran peta konsep bantuan media gambar dan metode resitasi
berbantuan media gambar pada meteri pokok perubahan zat terhadap kemampuan
berpikir siswa pada kelas VII SMP Negeri 9 Purworejo tahun pelajaran
2013/2014.43
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Resitasi terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Reproduksi Kelas XI SMA
Negeri 7 Cirebon”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana
penerapan metode resitasi pada pokok bahasan sistem reproduksi, perbedaan
antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode resitasi dan siswa yang tidak
menggunakan metode resitasi, dan seberapa besar pengaruh metode resitasi
terhadap hasil belajar biologi. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI semester II SMA Negeri 7 Cirebon
tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 166 siswa. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik random sampling, diperoleh siswa kelas XI IPA 1
sebagai kelas eksperimen sebanyak 38 siswa, sedang kelas kontrolnya adalah
kelas XI IPA 4 sebanyak 38 siswa. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa diperoleh nilai rata-rata n-gain kelas eksperimen adalah 0,43
dan kelas kontrol 0,34. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode resitasi
lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional terhadap
peningkatan hasil belajar pada pokok bahasan sistem reproduksi siswa kelas XI
semester 2 tahun ajaran 2011/2012. Besar pengaruh dari penggunaan metode
resitasi terhadap hasil belajar sebesar 60,84% sedangkan sisanya 39,16%
dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti bakat, intelegensi, sarana prasarana,
lingkungan, dan lain-lain.44
43 Pramesti Chintya Dewi, dkk. Pengaruh Metode Pembelajaran Peta Konsep dan Metode Pembelajaran Resitasi Berbantuan Media Gambar terhadap Kemampuan Berpikir Siswa SMP Negeri 9 Purworejo Kelas VII Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Radiasi, Vol, 06 No.1, 2015,
44 Lulindayati. Pengaruh Penerapan Metode Resitasi terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Reproduksi Kelas XI SMA Negeri 7 Cirebon. Jurnal pendidikan, 2012.
32
Penelitian yang berjudul “Implementasi Metode Inquiry untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Biologi”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar biologi pada siswa kelas VIIE SMP N 2 Wonosobo semester 1 tahun
pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran biologi melalui Implementasi Metode
Inquiry. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Implementasi Metode
Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi. Dari
penelitian ini disarankan agar guru-guru mencari inovasi-inovasi baru yang dapat
merangsang sehingga proses pembelajaran lebih bermakna.45
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran di sekolah terdapat banyak metode yang dapat digunakan dalam
mencapai kompetensi siswa. Jika dilihat dari cara mengajar guru yang masih
kurang dalam memanfaatkan metode. Pembelajaran di sekolah saat ini umumnya
masih berpusat pada guru. Sehingga pencapaian proses belajar kurang optimal.
Cara belajar yang digunakan masih berupa hafalan saja sehingga konsepnya akan
mudah dilupakan.
Metode resitasi disebut juga dengan metode penugasan. Metode penugasan
tidak sama dengan istilah pekerjaan rumah, tapi jauh lebih luas. Tugas
dilaksanakan di rumah. Metode penugasan untuk merangsang anak aktif belajar
baik secara individual atau kelompok.
Pemberian tugas akan menjadi bekal bagi siswa untuk mengikuti materi
pembelajaran selanjutnya. Dalam kenyataannya, banyak siswa yang dalam
mengerjakan tugas hanya menyalin pekerjaan temannya tanpa memahami tugas
tersebut. Untuk mengurangi kebiasaan tersebut maka siswa dilatih untuk
mempertanggungjawabkan (resitasi) tugas yang dikerjakan. Sehingga diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Memberikan tugas-tugas kepada siswa berarti memberi kesempatan untuk
mempraktekkan keterampilan yang baru saja mereka dapatkan dari guru
45 T.H. Agustanti. Implementasi Metode Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2012.
33
disekolah, serta menghafal dan lebih memperdalam materi pelajaran. Sehingga
metode penugasan tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah : “Terdapat pengaruh penggunaan metode
penugasan terhadap hasil belajar siswa pada konsep fungi”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SMAS 1 Barunawati yang beralamat Jl.
X – II Aipda KS Tubun II/III No. 7, kel. Slipi, kec. Palmerah, kotamadya Jakarta
Barat, DKI Jakarta. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap
tahun ajaran 2017/2018.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif dengan kuasi
eksperimen. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Pada desain penelitian ini menggunakan desain The
pretest-posttest Control Group Design, dengan 2 kelompok. Kelompok pertama
adalah kelompok eksperimen dengan pembelajaran dilakukan secara saintifik
berbantu penugasan berupa proyek pembuatan tempe serta di
pertanggungjawabkan pada pertemuan kedua. Sedangkan kelompok kedua adalah
kelompok kontrol dengan pembelajaran dilakukan secara saintifik dengan
pengamatan langsung pada pertemuan kedua. Namun dua kelompok pada
pertemuan pertama melaksanakan diskusi kelompok dengan pemberian LKS
wacana. Adapun desain penelitian dapat dilihat di tabel 3.1.
Tabel. 3.1. Desain Penelitian.46
Kelompok Pretest Treatment Posttest
Ekperimen Q1 X1 Q2
Kontrol Q2 X2 Q2
46 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. VIII, h. 116.
34
35
Keterangan:
X1 : Pembelajaran dengan penugasan proyek
X2 : Pembelajaran dengan pengamatan LKS
Q1 : Tes awal (pretest) yang sama pada kedua kelompok
Q2 : Tes akhir (posttest) yang sama pada kedua kelompok
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.47 Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa-siswi SMAS 1 Barunawati. Untuk lebih rinci mengenai populasi
dapat diurutkan sebagai berikut:
Populasi target : Seluruh siswa X SMAS 1 Barunawati
Populasi terjangkau : Siswa Kelas X SMAS 1 Barunawati
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.48 sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X SMAS 1 Barunawati sebanyak dua kelas.
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah simple
random sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil anggota
sample dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada didalam
populasi itu.49
Untuk menentukan kelas mana yang diajarkan dengan penerapan asesmen
kinerja pada pembelajaran dengan metode penugasan, dilakukan secara random
dengan teknik undian karena semua kelas dianggap memiliki kemampuan yang
sama sehingga memiliki kesempatan yang sama pula untuk menjadi kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol dan didapat kelas X IPA 1 sebagai
kelompok eksperimen dan kelas X IPA 2 sebagai kelompok kontrol.
47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta Rineka Cipta, 2010), h.173.
48 Ibid, h.174. 49 Sugiyono, Op.cit, h. 120.
35
Siswa dari kedua kelas yang dijadikan sampel diuji kehomogenitasannya.
Cara membandingkan nilai pretest kedua kelas tersebut dengan menggunakan
analisis statistik perbandingan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes dan non tes. Pretest
adalah tes uraian yang diterapkan dalam proses belajar, tujuannya untuk
mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa. Posttest merupakan tes uraian setelah
proses pembelajaran berlangsung, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh
mana pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa akibat dari adanya perlakuan
tersebut.
E. Instrumen Penelitian
Suatu penelitian membutuhkan instrumen untuk mengumpulkan data.
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut
variabel penelitian. Sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan, penelitian ini
menggunakan dua instrumen penelitian yaitu:
1. Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. yang
disusun berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang dipelajari.
Adapun tipe tes tertulis yang digunakan adalah tes uraian untuk mengukur hasil
belajar siswa. Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat
berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
atau dijawab oleh responden yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, serta kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok.50 Tes meliputi pretest dan posttest, pretest adalah tes yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum diberikan penugasan.
50 Zainal arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 118.
36
Sedangkan posttest adalah tes yang dilakukan setelah diberikan tugas untuk
mengukur hasil belajar akibat adanya perlakuan.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar
Indikator Pembelajaran
Proses Kognitif Jumlah Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6
Mengklasifikasi ciri-ciri jamur 1 1
Menganalisis sistem reproduksi pada jamur 2 1
Menjelaskan struktur dan fungsi jamur 3 1
Mendeskripsikan ciri-ciri jamur 4, 9
2
Menjelaskan peranan jamur bagi
kelangsungan hidup organisme
5 1
Merencanakan percobaan pembuatan
tempe
6 1
Menganalisis proses pembuatan tempe 7 1
Menjelaskan struktur dan organ fungsi
jamur 10 8 2
Jumlah 2 5 1 1 1 20
F. Kalibrasi instrumen
Instrumen penelitian tes terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden,
dalam hal ini diluar sampel yang sudah ditetapkan. Setelah ini instrumen diukur
tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda, sehingga dapat
dipertimbangkan kelayakan dari instrumen tersebut.
37
1. Uji Validitas
Validitas adalah tingkat sesuatu tes mampu mengukur apa yang hendak
diukur.51 Pengujian validitas butir soal atau butir instrumen dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total tes. Soal
dianggap valid bila skor soal tersebut mempunyai koefisien korelasi signifikan
dengan skor total tes. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan koefisiean
korelasi biseral sebagai berikut.52
r bis (i) =Xi − Xt
St�
piqi
Keterangan: r bis (i) : koefisien korelasi biseral antara skor butir soal nomor I dengan skor total
Xi : rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor i
Xt : rata-rata skor total semua responden
St : standar deviasi skor total semua responden
pi : proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i
qi : proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i
Dari 20 butir soal, terdapat 10 soal yang tervalidasi. Namun soal yang dari 10
soal dipilih 8 soal berdasarkan indicator yang diterapkan dalam proses
pembelajaran.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Suatu butir soal uraian menghendaki gradualisasi penilaian,
setiap soal memiliki nilai tertinggi masing yang berbeda-beda. Sehingga untuk
mencari nilai reliabilitas dari soal uraian ini dapat dihitung dengan menggunakan
alpha cronbach, rumusnya yaitu: 53
51 Arikunto, Op. Cit, h. 170-179. 52 Arikunto, Op. Cit, h. 93. 53 Ibid., h. 122.
38
rii = nn−1
�1 − ∑σi2
σt²�
Keterangan: rii : koefisien reliabilitas tes
n : jumlah item
∑σi2 : jumlah varians skor tiap-tiap item
σt² : varians total
Hasil uji reliabilitas tes yang di dapat yaitu 0.68, masuk ke dalam kategori reliabilitas tinggi.
3. Tingkat kesukaran (Difficulty Index)
Soal yang telah dibuat diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal dengan menggunakan rumus:
P =BN
Keterangan :
P : Proporsi (indeks kesukaran)
B : Jumlah siswa yang menjawab benar
N : Jumlah peserta tes
Adapun klasifikasi indeks kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.3.54
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kriteria
0.00-0.30 Sukar
0.31-0.70 Sedang
0.71-1.00 Mudah
Perhitungan reliabilitas instrumen juga dapat dilakukan dengan menggunakan
software Anates versi 4.0.5. Prosedur yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaran sama dengan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. Uji Taraf Kesukaran
instrumen KPS dengan menggunakan Anates versi 4.0.5 dapat dilihat pada Tabel
3.4.
54 Ibid., h 225.
39
Tabel 3.4 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen
Kategori Soal Jumlah Soal Nomor Soal Sangat sukar - - Sukar 1 15 Sedang 10 2,5,6,7,9,11,12,13,14,
16 Mudah 6 3,4,8,10,17,19 Sangat mudah 3 1,18,20
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Daya pembeda ini dapat dihitung menggunakan rumus:
D =(Ba − Bb)
0,5N
Keterangan: Ba : jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas Bb : jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah N : jumlah peserta tes
Adapun klasifikasi indeks daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.5.55
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Beda
Rentang Keterangan
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek (poor)
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik (good)
0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali (excellent)
-(negatif) Semuanya tidak baik
55 Ibid., h. 232.
40
5. Teknik Analisis Data
Dalam pengolahan dan penganalisisan data tersebut digunakan statistik.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan statistik untuk pengolahan
data tersebut adalah sebagai berikut.
1. Nilai N-Gain
Gain adalah selisih antara nilai postest dan pretest. Penghitungan N-Gain
dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang diperoleh setelah
kegiatan pembelajaran dengan kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Normalized gain dianalisis berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir siswa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: 56
N-Gain = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑠𝑠𝑠𝑠𝑝𝑝𝑝𝑝𝑠𝑠 − 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑠𝑠𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑠𝑠
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑠𝑠𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑠𝑠𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑠𝑠
Tabel 3.6 Kriteria N-Gain
Rentang Kriteria
n-g ≤ 0.7 Tinggi
0.3 ≤ n-g < 0.7 Sedang
n-g < 0.3 Rendah
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi
sampel yang diteliti. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji liliefors dengan
langkah-langkah yaitu, urutkan data sampel dari yang terbesar hingga yang
terkecil. Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data berikut dengan rumus:
56 David E. Meltzer, “The relationship between mathematics preparation and conceptual learning gains in physics: a possible ‘hidden variable’ in diagnostic pretest scores”, American Journal of Physics, Vol. 70, 2002, No. 12, h. 2.
41
𝑍𝑍𝑍𝑍 = 𝑥𝑥 − �̅�𝑥𝑆𝑆
Keterangan:
Zi = skor baku
�̅�𝑥 = nilai rata-rata
X = skor baku
SDi = standar deviasi total
Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Zi
sebutkan dengan F (Zi) dengan aturan jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel,
jika Zi < 0, maka F (Zi) = 1- (0,5 + nilai tabel). Selanjutnya hitung proporsi Z1,
Z2,...Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. Jika, proporsi dinyatakan oleh S
(Z1), maka:
𝑠𝑠 (𝑍𝑍𝑍𝑍) = 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑍𝑍1, Z2 … … Zn yang < Zn
𝑏𝑏
Hitung selisih F (Zi) – S (Zi), kemudian tentukan harga mutlak. Ambil nilai
terbesar diantara harga mutlak selisih tersebut, nilai ini dinamakan Lo. Memberi
interpretasi Lo kemudian dibandingkan dengan Lt, Lt adalah harga yang diambil
dari tabel harga kritis uji liliefors. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo
dan Lt yang telah didapat , apabila Lo < Lt maka sampel berasal dari distribusi
normal.
3. Uji Homogenitas
Pengujian dilakukan dengan uji homogenitas dua varians, rumus uji
homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, yaitu:57
𝐹𝐹 = 𝑆𝑆12
𝑆𝑆22 dimana 𝑆𝑆2 = 𝑛𝑛 ∑ 2𝑥𝑥 − (∑𝑥𝑥)2
𝑛𝑛 (𝑛𝑛−1)
Keterangan:
F = homogenitas
𝑆𝑆12 = varians terbesar atau data pertama
𝑆𝑆22 = varians terkecil atau data kedua
𝐹𝐹ℎ𝑚𝑚𝑝𝑝𝑖𝑖𝑛𝑛𝑖𝑖 < 𝐹𝐹𝑝𝑝𝑚𝑚𝑡𝑡𝑝𝑝𝑚𝑚 = sampel homogen
𝐹𝐹ℎ𝑚𝑚𝑝𝑝𝑖𝑖𝑛𝑛𝑖𝑖 > 𝐹𝐹𝑝𝑝𝑚𝑚𝑡𝑡𝑝𝑝𝑚𝑚 = sampel tidak homogenya
57 Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Rose Mata Sampurna, 2010), h.113.
42
4. Uji Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.
Apabila sampel berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji parametrik
dengan statistik Uji-t dengan ≤ 0,05. Uji Hipotesis ini dilakukan melihat
perbedaan hasil tes siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:58
thitung = 𝑋𝑋�1− 𝑋𝑋�2
𝑆𝑆 � 1𝑛𝑛1+
1𝑛𝑛2
, dimana 𝑆𝑆 = �(𝑛𝑛1−1)𝑠𝑠12+(𝑛𝑛2−1)𝑠𝑠22
𝑛𝑛1+𝑛𝑛2−2
Keterangan:
X1 : rerata keterampilan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen
X2 : rerata keterampilan berpikir kritis siswa kelompok kontrol
n1 : jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 : jumlah anggota sampel kelompok kontrol
S12 : varians kelompok eksperimen
S22 : varians kelompok kontrol
S : nilai varians gabungan
Hasil pengujian hipotesis berupa harga t selanjutnya dilakukan pengujian
kebenaran kedua hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian kebenaran, terlebih
dahulu ditetapkan derajat kebebasannya atau degrees of fredom. Pengujian
kebenaran kedua hipotesis dilakukan dengan membandingkan besarnya thitung dan
ttabel, dengan rumus:
df=(n1+n2)-2
Derajat kebebasan dilakukan pada taraf kepercayaan 95% atau taraf
signifikasni (≤) 5%. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan
besarnya thitung dengan ttabel. Kriteria pengujian hipotesis adalah jika thitung lebih
kecil dari ttabel maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak.
Sedangkan, jika thitung lebih besar atau sama dengan ttabel maka hipotesis nol
ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
58 Sudjana,. Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2009), h. 239 .
43
1. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ho : µA = µB, maka Ho diterima, Ha ditolak
Ha : µA> µB, maka Ha diterima, Ho ditolak
Keterangan:
µA : Nilai rata-rata kelompok eksperimen
µB : Nilai rata-rata kelompok kontrol
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data yang terkumpul dalam penelitian terdiri dari pretest, posttest, dan N-
gain pada saat pembelajaran berlangsung. Berikut ini data-data yang diperoleh
dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
1. Hasil Pretest
Hasil perhitungan data pretest pada kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil pretest
Data Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
N 34 34
Max 48 60
Min 4 4
Rerata 25.53 27.88
SD 15.85 13.16
Nilai rata-rata hasil pretest pada kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan
nilai pretest kelompok eksperimen. Begitupun dengan nilai Standar Deviasi (SD)
atau simpangan baku dari dua kelompok tersebut, kelompok kontrol lebih rendah
dibandingkan nilai SD atau simpangan baku kelompok eksperimen. Rekapitulasi
pretest-posttest dapat dilihat pada lampiran..
2. Hasil Posttest
Hasil perhitungan data posttest pada kedua kelompok setelah diberikan
perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.2.
45
46
Tabel 4.2. Hasil posttest
Data Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
N 34 34
Max 84 84
Min 36 36
Rerata 60.59 68.82
SD 15.07 10.69
Nilai rata-rata hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Nilai SD atau simpangan baku hasil
posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen sebesar 15,07 dan 10,69.
Rekapitulasi nilai pretest dan posttest dapat dilihat pada lampiran
3. Pencapaian Hasil Belajar pada Indikator Pembelajaran
Hasil perhitungan presentase hasil belajar pretest dan posttest pada kelompok
eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Pencapaian Hasil Belajar Indikator Pretest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Indikator Kelas
Kontrol Kelas
Eksperimen F % F %
Mengklasifikasi ciri-ciri jamur 5 14.70 8 23.52
Menganalisis sistem reproduksi pada
jamur 3 8.82 11 32.35
Menjelaskan struktur dan fungsi jamur 5 14.70 0 0.00
Mendeskripsikan ciri-ciri jamur 9 55.87 17 49.99
Menjelaskan peranan jamur bagi 28 82.35 0 0.00
47
kelangsungan hidup organisme
Menjelaskan struktur dan organ fungsi
jamur
0 0.00 0 0.00
2 5.88 3 8.82
Rata-rata 22.79 14.33 Keterangan : F = Jumlah siswa yang tuntas belajar
Berdasarkan tabel 4.3 pencapaian hasil belajar indikator pretest pada kelas kontrol dan eksperimen. Pada kelas kontrol indikator tertinggi yaitu menjelaskan peranan jamur bagi kelangsungan hidup organisme, dengan pencapaian nilai 82.35. Sedangkan pada kelas eksperimen indikator yang tertinggi yaitu menganalisis sistem reproduksi pada jamur dan mendeskripsikan ciri-ciri jamur yaitu 32.35.
Tabel 4.4 Pencapaian Ranah Kognitif pada Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Ranah Kognitif
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen F % F %
C3 24 70.58 18 52.94 C4 14 41.17 19 55.88 C1 20 58.82 31 91.17 C2 29 85.29 34 100.00 C2 23 67.64 33 97.05 C2 26 76.47 34 100.00 C2 9 26.47 0 0.00 C1 22 58.82 26 76.47
Rata-rata 59.99 71.01
Berdasarkan tabel 4.4 menjelaskan ranah kognitif mengalami
peningkatan sehingga siswa memperoleh nilai > 66 kategori tuntas lebih banyak
dari sebelum perlakuan. Berdasarkan data posttest pada kelas eksperimen yang
paling banyak memperoleh nilai > 66 kategori tuntas. Dapat terlihat pada tabel
perhitungan presentase mengalami peningkatan baik kelas eksperimen maupun
kontrol. Pencapaian kategori pada kelas eksperimen dengan rerata 71,01,
sedangkan pada kelas kontrol dengan rerata 59.99. Perhitungan pencapaian hasil
belajar dapat dilihat pada Lampiran. Adapun pencapaian hasil belajar kognitif
siswa data posttest dapat dilihat pada Tabel 4.5.
48
Tabel 4.5 Pencapaian Hasil Belajar Kognitif pada Posttest Siswa
Indikator Pembelajaran
Posttest Kelas
Kontrol Kelas
Eksperimen Mengklasifikasi ciri-ciri
jamur 70.58 52.94
Menganalisis sistem reproduksi pada jamur
41.17 55.88
Menjelaskan struktur dan fungsi jamur
58.82 91.17
Mendeskripsikan ciri-ciri jamur
85.29 100.00
67.64 97.05
Menjelaskan peranan jamur bagi
kelangsungan hidup organisme
76.47 100.00
Menjelaskan struktur dan organ fungsi jamur
26.47 0.00
Rata-rata 60.92 71.01
Berdasarkan pada tabel 4.5 terlihat pencapaian hasil belajar kognitif pada
posttest siswa pada kelas kontrol pencapaian hasil belajar siswa tertinggi pada
indikator mendeskripsikan ciri-ciri jamur dengan perolehan nilai 85.29 dan rata-
rata keseluruhan tiap indikator 60.92. Sedangkan pada kelas eksperimen
pencapaian hasil belajar tertinggi pada indikator mendeskripsikan ciri-ciri jamur
dan menjelaskan peranan jamur bagi kelangsungan hidup organisme, masing-
masing memperoleh nilai 100.00 dan rata-rata keseluruhan tiap indikator 71.01.
4. Hasil N-Gain
Perhitungan N-Gain dilakukan untuk mengetahui hasil penelitian dengan
membandingkan hasil pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan
kelompok control. Hasil perhitungan rata-rata N-Gain dapat dilihat pada Tabel
4.6.
49
Tabel 4.6 Data Skor N-Gain
Normal Gain Kelompok Kontrol Kelompok
Eksperimen
Max 0.82 0.78
Min 0.00 0.00
Rerata 0.47 0.57
kategori Sedang Sedang
Rerata N-gain pada kedua kelompok memiliki perbedaan dengan selisih 0.10,
perbedaan rerata N-gain tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan kategori
dari kedua kelompok yang masuk ke dalam kategori sedang. Artinya, kelompok
eksperimen terjadi peningkatan hasil belajar yang lebih besar dengan kelompok
kontrol.
Hasil kategori N-gain pada kelompok eksperimen terdapat 4 siswa dengan
kategori rendah (< 0,30), 23 siswa dengan kategori sedang (0,30 ≤ G ≤ 0,70) dan 7
siswa dengan kategori tinggi (≤ 0,70). Sedangkan hasil kategori N-gain kelompok
kontrol masih terdapat siswa dengan kategori rendah sebanyak 9 orang, 19 siswa
dengan kategori sedang dan 5 siswa dengan kategori tinggi. Nilai terendah pada
kelompok kontrol yaitu 0.00, yang artinya tidak terjadi perubahan secara
signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kelompok
eksperimen mengalami peningkatan lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
5. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai bahan ajar pada saat pembelajaran
untuk membantu melatih hasil belajar siswa siswa. Hasil penilaian LKS yang
dikerjakan oleh siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7.
50
Tabel 4.7 Nilai LKS Kelas Kontrol
Data
Penugasan
Rerata Wacana Pengamatan
kel. 1 83 77 80
kel. 2 83 72 77,5 kel. 3 77 72 74,5
kel. 4 72 66 69 kel. 5 66 61 63,5
Rata-rata 76,2 69,6 72,9
Nilai LKS pada kelas kontrol yang tertinggi yaitu 83 dan terkecil 66 pada
LKS wacana. Sedangkan pada LKS dengan penugasan pengamatan langsung nilai
tertinggi kelompok 1 dengan nilai 77 dan kelompok terkecil 61 yaitu kelompok 5.
Adapun rata-rata nilai pada LKS wacana yaitu 76.2 dan LKS pengamatan 69.9.
Tabel 4.8 Nilai LKS Kelas Eksperimen
Data Penugasan
Rerata Wacana Proyek kel. 1 86 77 81,5
kel. 2 80 72 76
kel. 3 66 66 66
kel. 4 66 61 63,5
kel. 5 60 66 63
Rata-rata 71,6 68,4 70
Nilai untuk LKS kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai akhir LKS kelompok kontrol. Nilai rata-rata LKS wacana kelompok
eksperimen yaitu 71.6 Sedangkan pada LKS penugasan proyek nilai rata-rata
68.4.
51
B. Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi
kriteria Lhitung< Ltabel dengan taraf signifikansi 0.05. Perhitungan dilakukan
dengan menggunakan Uji Lilliefors terhadap data pretest dan posttest pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.9 Uji Normalitas Pretest dan Posttest
Data Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 34 34 34 34
Lhitung 0.1068 0.1156 0.1510 0.1163
Ltabel 0.1542 0.1542
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Hasil perhitungan pada keempat data diperoleh bahwa Lhitung data pretest
untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu 0.1510 dan 0.1068.
Sehingga nilai Lhitung< Ltabel berdasarkan data pretest pada kedua kelompok.
Sedangkan pada data posttest untuk kelompok eksperimen dan kontrol yaitu
0.1510 dan 0.1163. Sehingga Lhitung< Ltabel berdasarkan data pretest dan posttest
pada kedua kelompok. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa keempat data
tersebut berdistribusi normal. Perhitungan Uji Normalitas selengkapnya dilihat
pada Lampiran.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan setelah melakukan uji normalitas pada kedua
kelompok penlitian. Nilai homogenitas pada penelitian di dapat dengan
menggunakan Uji Fisher pada taraf signifikansi 0.05. Sampel dinyatakan
homogeny apabila Fhitung< Ftabel. Hasil dari Uji Homogenitas kedua kelompok
dapat dilihat pada Tabel 4.10.
52
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Data Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
N 34 34 34 34
S2 148.84 173.19 114.28 216.38
Fhitung 1.16 1.89
Ftabel 1.79
Kesimpulan Homogen Homogen
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa sampel memilikivariansi populasi yang
homogen, karena hasil uji menunjukkan bahwa Fhitung data pretest (1.16) maupun
posttest (1.89) lebih kecil dari Ftabel (1.79). Perhitungan Uji Homogenitas
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
2. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dapat dilakukan setelah didapatkan hasil uji prasyarat analisis
data (Uji Normalitas dan Uji Homogenitas) yang menunjukkan bahwa dara
tersebut berdistribusi normal dan homogen. Uji Hipotesis dilakukan untuk
mengetahui adanya perbedaan pada hasil pretest dan posttest siswa dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Uji Hipotesis menggunakan Uji-t pada taraf
signifikan 5% dan derajat kebebasan (df= n1+n2-2) dengan kriteria sebagai
berikut:
thitung < ttabel = Ho diterima
thitung > ttabel = Ho ditolak
a. Uji Hipotesis Pretest
Hasil Uji-t pada pretest kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 4.11.
53
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest
Data Uji-t
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Mean 25.53 27.88
thitung 0.77
ttabel 2.00
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Tabel 4.11 menunjukkan data pretest Uji Hipotesis dengan perhitungan
menggunakan rumus nilai thitung sebesar 0.77 < ttabel, maka hipotesis nol (Ho)
diterima. Sehingga thitung < ttabel dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompo eksperimen dan kelompok
kontrol.
b. Uji Hipotesis Posttest
Hasil Uji-t pada posttest kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Posttest
Data Uji-t
Kontrol Eksperimen
Mean 68.82 60.59
thitung 2.67
ttabel 2.00
Kesimpulan Terdapat perbedaan yang signifikan
Tabel 4.10 menunjukkan data posttest Uji Hipotesis di dapatkan nilai thitung >
ttabel, maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Dari data tersebut diketahui bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Perhitungan Uji Hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran.
54
C. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis data pretest pada kedua kelompok menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, dengan nilai thitung < ttabel yaitu ≤0.77≤< 2.0. dengan demikian
H0 diterima dan Ha ditolak, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata hasil belajar antara kedua kelompok hasil Uji-t
tersebutjuga menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
memiliki pengetahuan awal yang sama, sehingga dapat dibandingkan hasil
belajarnya setelah diberi perlakuan yang berbeda pada kedua kelompok tersebut.
Hasil data posttest menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata dari
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, setelah diberi perlakuan. Nilai rata-
rata posttest kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Proses pembelajaran pada kelompok eksperimen membuat hasil belajar
pada siswa lebih unggul dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil pengujian
hipotesisi data posttest pada kedua kelompok menunjukkan nilai thitung > ttabel yaitu
2.67 > 2.00. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar kelompok
eksperimen dan rata-rata hasil belajar kelompok kontrol.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan
pada kedua kelompok penelitian, dengan metode penugasan pada kelompok
eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan model konvensional.
Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan dalam menggunakan metode
penugasan terhadap hasil belajar pada konsep fungi. Penggunaan metode
pembelajaran penugasan pada kelompok eksperimen lebih meningkatkan hasil
belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Pada penelitian sebelumnya metode pemberian tugas terstruktur terhadap
hasil belajar siswa memiliki pengaruh yang positif dan korelasi yang kuat. Hal ini
55
menandakan bahwa perubahan dari penerapan metode pemberian tugas terstruktur
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa.1
Penerapan metode resitasi antara hasil belajar siswa yang menggunakan
metode resitasi dan siswa yang tidak menggunakan metode resitasi, dan seberapa
besar pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar biologi. Dari hasil penelitian
sebelumnya diperoleh nilai rata-rata n-gain kelas eksperimen adalah 0,43 dan
kelas kontrol 0,34. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode resitasi lebih
baik dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional terhadap
peningkatan hasil belajar siswa. Besar pengaruh dari penggunaan metode resitasi
terhadap hasil belajar sebesar 60,84% sedangkan sisanya 39,16% dipengaruhi oleh
faktor lainnya, seperti bakat, intelegensi, sarana prasarana, lingkungan, dan lain-
lain.2
Pengunaan metode pembelajaran penugasan merupakan pembelajaran
inovatif yang berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru
sebagai fasilitator , dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom
mengkonstruksi belajarnya dalam mengasah kemampuan siswa untuk menerapkan
teori-teori yang dipelajari. Metode penugasan mencakup kegiatan menyelesaikan
masalah (problem solving), pengambilan keputusan, keterampilan melakukan
investigasi, dan keterampilan membuat karya. Peserta didik harus fokus pada
penyelesaian masalah atau pertanyaan yang memandu mereka untuk memahami
konsep dan prinsip yang terkait dengan penugasan. Masing masing kelompok
belajar pada penugasan yang berbeda untuk menyelesaikan permasalahan yang
ditemui. Guru berperan dalam membantu peserta didik merencanakan pengerjaan
penugasan, menganalisis sketsa atau rancangan penugasan jika diminta oleh
kelompok, mengurus kebutuhan kerja sama yang mungkin diperlukan, dan
sebagainya, namun tidak memberikan arahan tentang bagaimana menyelesaikan
tugas yang direncanakan oleh peserta didik. Pemahaman peserta didik secara
1 Aldila, Herman dan Mulyanratna, Madewi. Pengaruh Pemberian Tugas Terstruktur dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Fluida Statis di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Maospati. Jurnal Inovas Pendidikan Fisika, 2013.
2 Lulindayati. Pengaruh Penerapan Metode Resitasi terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Reproduksi Kelas XI SMA Negeri 7 Cirebon. Jurnal pendidikan, 2012.
56
mendalam tentang konsep dan prinsip merupakan sasaran yang dikehendaki dalam
melibatkan mereka mengerjakan tugas.
Proses pembelajaran juga menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
digunakan oleh kedua kelompok, pada kelompok ekperimen menyesuaikan
dengan metode pembelajaran yang digunakan. Sehingga rata-rata nilai LKS setiap
pertemuan di kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya kenaikan data pretest dan posttest
pada uji N-Gain, kelompok eksperimen memiliki kenaikan data yang lebih besar
dibandingkan kelompok kontrol meskipun keduanya berada pada kategori sedang.
Nilai rata-rata N-Gain untuk kelompok eksperimen yaitu 0.57 dan rata-rata N-
Gain kelompok kontrol yaitu 0.47.
Metode pemberian tugas dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap
peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian sebelumnya bahwa penerapan
metode pemberian tugas d dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dari
65.4 pada siklus I menjadi 73.77 pada siklus II.3
Pengunaan metode pembelajaran penugasan merupakan strategi belajar
mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah tugas yang banyak
bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan.
Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang kompleks dan
membutuhkan penguasaan berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya
penyelesaiannya. Sesuai dengan karakteristik sains yang berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya fakta, konsep, prinsip
saja namun menekankan pada penemuan. Kemampuan siswa dalam menemukan
konsep perlu dibekalkan dengan kegiatan pembelajaran yang berorientasi proses
(student centered). Dalam hal ini guru dapat mengembangkan hasil belajar dalam
pembelajaran sains.
3 Widyaningsih. Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Peta Konsep sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPA Biologi Pokok Bahasan Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas VII B SMPN Godean Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil perhitungan membuktikan bahwa adanya suatu pengaruh yang
signifikan antara hasil belajar biologi siswa menggunakan penugasan dengan
kelas konvensional pada konsep fungi di kelas X SMAS 1 Barunawati Jakarta,
semester genap, tahun ajaran 2017/2018. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
data yang telah dilakukan, diperoleh hasil belajar siswa pada kelas kontrol dengan
skor rata-rata posttest sebesar 60.59 dan skor rata-rata posttest kelas eksperimen
sebesar 68.82. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimn
dengan penugasan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional. Hasil
perhitungan uji hipotesis data posttest dengan menggunakan uji-t pada taraf
signifikansi 0.05 didapatkan hasil thitung> ttabel yaitu 2.67 > 2.00. Hasil tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa uji hipotesis menolak hipotesis nol (H0) dan
menerima hipotesis alternatif (Ha).
B. Saran
Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan merupakan
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu model
pembelajaran tersebut sangat dianjurkan untuk diterapkan karena dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka
penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Metode penugasan dapat dijadikan alternatif model pembelajaran Biologi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata posttest
yang diperoleh siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).
2. Metode penugasan siswa masih bisa dikembangkan lagi, disarankan kepada
peneliti berikutnya agar mencoba membuat variasi soal, kelompok siswa dan
topik yang berbeda dan mencoba membandingkan metode pembelajaran
sejenis.
57
58
DAFTAR PUSTAKA
Agustanti, T.H. Implementasi Metode Inquiry Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Biologi. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2012. Aldila, Herman dan Mulyanratna, Madewi. Pengaruh Pemberian Tugas
Terstruktur dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Fluida Statis di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Maospati. Jurnal Inovas Pendidikan Fisika, 2013.
Alipandie, Imansyah. Didaktik Metodik Pendidikan. Surabaya : Penerbit Usaha
Nasional, 1984. Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010. Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual, Jakarta:Prenadamedia group, 2014. D.A. Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno dan Bambang S. Biologi untuk
SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010. Finanda, Hilyah Alan. Efektifitas Metode Resitasi dalam Menumbuhkan Motivasi
Belajar Peserta Didik. Jurnal Pendidikan, Volume 17, No. 3, Palembang: 2012.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. I.L.Pasaribu dan B. Simanjuntak. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito,
1983. Irnaningtyas. BIOLOGI untuk SMA/MA kelas X. Jakarta : Erlangga, 2016. Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:Rose Mata Sampurna,
2010. Laba, I Wayan. Upaya Pembelajaran dengan Metode Resitasi Tugas dalam Mata
Pelajaran Matematika. Denpasar: Jurnal Ilmiah. Lorin W. Anderson, dan David R. Krathwohl. Pembelajaran Pengajaran, dan
Asesmen. Jakarta: Pustaka Pelajar. Cet I, 2010.
59
Lulindayati. Pengaruh Penerapan Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sistem Reproduksi Kelas XI SMA Negeri 7 Cirebon. Journal pendidikan, 2012.
Mahariesti, Dinda. Generasi Biologi untuk Kelas X. Bandung: Sinergi, 2006. Masruroh, Siti. Pengaruh Penggunaan Tugas dan Resitasi terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas 2 Semester 2 Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel SMP Islam Sultan Agung I Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang, 2006.
Meltzer, David E. The relationship between mathematics preparation and
conceptual learning gains in physics: a possible ‘hidden variable’ in diagnostic pretest scores, American Journal of Physics, Vol. 70, No. 12, 2002.
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media. Cet I, 2011. Nata, Abudin. Pemikiran para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers,
2002. Pedoman Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia. Pramesti Chintya Dewi, dkk. Pengaruh Metode Pembelajaran Peta Konsep Dan
Metode Pembelajaran Resitasi Berbantuan Media Gambar Terhadap Kemampuan Berpikir Siswa SMP Negeri 9 Purworejo Kelas VII Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Radiasi Volume 06, No.1. 2015.
Prasetyo, Suseno Hari. Pembelajaran IPA Terstruktur melalui metode Diskusi dan
Pemberian Tugas Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Kemampuan Menalar Siswa (Studi Kasus SMP Negeri 2 Adimulyo Kebumen, Kelas VII, Konsep Besaran dan Satuan, Semester Gasal Tahun 2009/2010. Tesis.. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010. tidak publikasikan.
Pupuh Fathurrohman dan Sorby Sutikno, Strategi Belajar dan Mengajar.
Bandung: PT Refika Aditama. Cet III, 2009. Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Tajudin. Jago Biologi SMA Kelas 1, 2 dan 3. Jakarta: Kawan Pustaka, 2010.
60
S, Zubaidah. Beberapa alternatif pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman terhadap istilah atau konsep Biologi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang, 2002.
Sabriani, Sitti. Penerapan Pemberian Tugas Terstruktur disertai Umpan Balik
pada Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa (Studi pada Materi Pokok Struktur Atom Kelas X6 SMA Negeri 3 Watampone. Jurnal Chemica, 2012.
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005. Sidharta, A. Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium
Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Jurnal Penelitian Kependidikan, 2005.
Sudjana. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. 2005 Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Cet. 12, 2008. Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan. Bandung : Rosda Karya, 1984. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan
R&. Bandung: Alfabeta, 2009. Widyaningsih. Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Peta Konsep sebagai
Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPA Biologi Pokok Bahasan Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas VII B SMPN Godean Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009. tidak publikasikan.
Yamin, Martinis. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta : Gaung Persada Press,
2007.
Lampiran 1 61
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA/MA Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X / II
Materi : Fungi/Jamur Pertemuan : I Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar :
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium
3.7 Mengelompokkan jamur berdasarkan ciri-ciri cara reproduksi, dan mengkaitkan perannya dalam kehidupan.
EKSPERIMEN
62
Indikator:
3.6.1 Mengamati peran jamur Zygomycota dan Ascomycota.
3.6.2 Mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Zygomycota dan Ascomycota.
3.6.3 Mengklasifikasi jamur Zygomycota dan Ascomycota berdasarkan ciri-ciri dan
cara reproduksinya.
3.6.4 Menganalisis informasi mengenai divisi fungi Zygomicota dan Ascomicota.
3.6.5 Menganalisis peranan jamur Zygomycota dan Ascomycota bagi kehidupan.
4.7. Menyajikan laporan hasil investigasi tentang keanekaragaman jamur dan perannya dalam kehidupan.
Indikator:
4.7.1 Membuat laporan secara tertulis berdasarkan hasil kerja kelompok tentang ciri-ciri,
habitat, cara reproduksi dan peranan jamur dalam kehidupan.
4.7.2 Membuat tugas kelompok berupa tempe, salah satu produk bioteknologi
konvensional yang pembuatannya dibantu oleh kapang Rhizopus sp.
C. Tujuan Pembelajaran:
Setelah melaksanakan proses pembelajaran, siswa mampu:
1. Siswa dapat mengamati peranan dan ciri-ciri jamur Zygomycota dan Ascomycota
melalui hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
2. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Zygomycota melalui hasil
pengamatan secara teliti dan sistematis.
3. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Asomycota melalui hasil
pengamatan secara teliti dan sistematis.
4. Siswa dapat mengklasifikasi jamur Zygomycota dan Ascomycota berdasarkan ciri-
ciri dan cara reproduksinya berdasarkan hasil pengamatan dan studi literatur.
5. Siswa dapat menganalisis informasi mengenai divisi Zygomicota dan Ascomicota
melalui kegiatan pengamatan.
63
D. Materi Pembelajaran
JAMUR (FUNGI) Jamur memiliki peranan penting bagi kehidupan, pembuatan beberapa bahan makanan dan minuman, misalnya oncom dan tempe, obat-obatan, sampai menguraikan sampah-sampah organik di lingkungan. Jamur dapat tumbuh di kulit dan menyebabkan noda-noda putih serta dapat menimbulkan rasa gatal. Jamur juga dapat ditemukan di tempat pembuangan samapah, dibagian kayu yang mati atau lapuk atau di tumpukan jerami padi. Jamur tumbuh subur terutama dimusim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi, jamur juga dapat ditemukan hampeir di semua tempat dimana ada materi organik. Jika lingkungan sekitar mengering, jamur akan mengalami tahapan hidup istirahat atau menghasilkan spora. Jamur bukan termasuk tumbuhan, meskipun menyerupai tumbuhan. Jamur tidak memiliki klorofil sehingga jamur tidak dapat berfotosintesis. Jamur ditempatkan pada kingdom tersendiri berdasarkan sel yang multiseluler dan cara jamur dalam memperoleh makanan. Jamur bersama dengan bakteri merupakan makhluk hidup dekomposer atau pengurai. Tanpa bantuan jamur, kemungkinan besar permukaan bumi akan penuh dengan sampah.
64
Karakteristik / Ciri umum Jamur 1. Merupakan organisme uniseluler (satu sel) maupun multiseluler (banyak sel).
Namun sebagian besar merupakan jamur multiseluler yaitu terdiri atas banyak sel. Jamur yang uniseluler berukuran mikroskopik contohnya Khamir (Saccharomyces). Jamur multiseluler ada yang berukuran mikroskopik dan makroskopik. Jamur multiseluler memiliki sel-sel memanjang berupa benang-benang yang disebut hifa, hifa bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman disebut miselium. Hifa pada beberapa jamur ada yang bersekat disebut hifa bersepta, dan ada yang tidak bersekat disebut hifa asepta (hifa senositik). Pada hifa bersekat, tiap – tiap sekat adalah satu sel dengan 1 atau beberapa inti.
2. Dinding sel mengandung kitin. Kitin adalah polisakarida yang juga terdapat pada kulit kepiting atau udang.
3. Eukariotik (memiliki membran inti). Sel-sel jamur sudah memiliki membran inti (membran nukleus) sehingga jamur disebut organisme eukariotik.
4. Tidak berklorofil. 5. Hidup secara heterotrof (menyerap zat organik dari lingkungannya) dengan jalan
saprofit (menguraikan sampah organik), parasit (merugikan organisme lain), dan simbiosis (berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya)
A. Divisi Zygomycota Ciri-ciri: • Tubuh terdiri atas hifa tak bersekat dan banyak inti sel • Menghasilkan zigospora sebagai hasil reproduksi seksual • Septa hanya terdapat pada sel untuk reproduksi • Dinding sel mengandung zat kitin • Tidak memiliki tubuh buah • Bersifat multiseluler • Reproduksi vegetatif / aseksual dengan cara membentuk spora vegetatif / spora aseksual yaitu sporangiospora terjadi bila kondisi lingkungan baik dan mendukung serta ada juga secara seksual dapat terjadi bila kondisi lingkungan kering dan tidak menguntungkan.
B. Divisi Ascomycota Ciri-ciri :
65
• Hidup saprofit, parasit atau bersimbiosis • Tubuhnya ada yang uniseluler seperti Saccharomyces dan ada yang multiseluler dengan hifa bersekat dan bercabang-cabang. • Reproduksi aseksual dengan membentuk konidiospora yang dihasilkan oleh struktur yang disebut konidium sedangkan reproduksi seksual dengan membentuk askospora di dalam askus. Umumnya askus tersebut dibentuk dalam tubuh buah yang disebut askokarp.
C. Divisi Basidiomycota Ciri-ciri : Basidiomycota adalah jamur multiseluler yang hifanya bersekat.Hifa vegetatifnya terdapat dalam substrat, misalnya pada kulit kayu, tanah dan serasah daun.Jalinan hifa generative jamur ini ada yang membentuk tubuh buah ada yang tidak.Tubuh buahnya disebut basidokarp. Basidiokarp berukuran makroskopis sehingga dapat diamati .bentuknya bermacam – macam, ada yang berbentuk payung, kuping, bulat atau setengah lingkaran. Basidiokarp ada yang bertangkai da nada yang tidak.Pada bagian bawah tudung basidiokarp terdapat lembaran – lembaran. Pada lembaran ini banyak terdapat basidium yang akan mengahasilkan spora basidium ( spora generative / basidiospora ).
66
D. Divisi Deuteromycota Jamur ini disebut jamur tidak sempurna (fungi imperfecti) karena perkembangbiakkan generatifnya belum diketahui. Contoh klasik ialah Monilia sitophila, jamur ini masuk Deuteromycotina. Tetapi setelah ditemukan alat pembiakan generetif oleh Dodge (1927) dan Dwijosoeputro (1961), jamur ini dikelompokkan ke dalam Ascomycotina dan namanya diganti menjadi Neurospora sitophila. Ciri-cirinya: • Tubuh terdiri dari hifa bersekat • Dinding sel tersusun atas zat kitin • Hidup parasit atau saprofit • Reproduksi aseksual dengan konidium (jamak: konidia), sedangkan reproduksi seksual belum diketahui sehingga jamur ini disebut jamur tidak sempurna (fungi imperfect)
67
E. Peta Konsep
Saproba Vegetatif
Parasit
Generatif
Zygomycota
Warna Ascomycota
Struktur Basidiomycota
Ukuran Deuteromycota
Bentuk
Merugikan
Menguntungkan
F. Metode pembelajaran :
1. Pendekatan : Saintifik 2. Metode : Ceramah, Diskusi Kelompok dan Penugasan
G. Sumber Pembelajaran
1. Irnaningtyas. 2016. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2. Nurhayati, Nunung, dkk. 2016. Buku Guru Biologi: SMA dan MA untuk Kelas X.
Bandung: Yrama Widya. 3. Lembar Kerja Siswa
H. Media / Alat Pembelajaran
1. Media jamur dan gambar jamur 2. White board dan alat tulis 3. Bahan presentasi Microsoft Power Point 4. Laptop dan infokus
FUNGI /
JAMUR
Pengertian
Ciri-ciri Tubuh
Cara Hidup
Habitat
Reproduksi
Klasifikasi
Peranan
68
I. Langkah-langkah Pembelajaran
6. Kegiatan Awal (10 menit)
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu
Guru Siswa Pembukaan 1. Memberi salam
2. Meminta siswa berdoa sebelum belajar
3. Menanyakan kabar siswa, mengecek absensi, mengecek kesiapan siswa dan menyiapkan media pembelajaran.
1. Menjawab salam 2. Berdoa bersama 3. Mempersiapkan
buku pelajaran. 2 menit
Apersepsi Memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan:
1. Pernahkah kalian memakan jamur?
2. Pernahkah kalian berpikir jamur jenis apa yang kalian makan dan bagaimana struktur tubuh jamur yang kalian makan tersebut?
Memperhatikan dan menjawab pertanyaan dari guru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang dimiliki siswa sebelumnya.
6 menit
Motivasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa pada bahasan jamur.
Siswa memperhatikan penjelasan guru. 1 menit
7. Kegiatan Inti (110 menit) Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Waktu Guru Siswa
Mengumpulkan informasi
Guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan mengintruksikan untuk berkumpul dengan kelompok yang telah ditentukan
Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
2 menit
Fase Pemberian Tugas Guru membagikan LKS
Siswa menerima LKS wacana dari guru
1 menit
69
( Penugasan I
kelompok dengan wacana)
wacana pertemuan pertama kepada siswa.
Fase Pelaksanaan Tugas Guru meminta siswa mengerjakan LKS pertemuan pertama mengenai wacana mengenai Tempe.
Siswa dengan kelompoknya masing-masing mengerjakan instruksi dari guru.
30 menit
Guru memfasilitasi dan mengarahkan siswa jika menemukan kesulitan.
Siswa mendiskusikan tugas wacana pada LKS.
8 menit
Mengamati Guru memperlihatkan berbagai jenis jamur yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu jamur tempe, jamur roti, dan jamur oncom.
Siswa memperhatikan gambar jamur yang diperlihatkan oleh guru.
2 menit
Guru meminta siswa mengamati berbagai jamur yang diperlihatkan guru baik dari bentuk dan warna.
Siswa mengamati berbagai jamur yang diperlihatkan guru baik dari bentuk, dan warna.
7 menit
Menanya Guru memfasilitasi, mengarahkan dan memberikan motivasi kepada siswa untuk memberikan pertanyaan mengenai jamur.
Siswa bertanya kepada guru mengenai jamur.
5 menit
Guru memberikan penjelasan awal mengenai peranan jamur
Siswa mendengarkan penjelasan guru.
5 menit
Mengasosiasikan Guru meminta siswa untuk menganalisis informasi tentang divisi Jamur Ascomycota dan Zygomycota dari berbagai sumber.
Siswa menganalisis informasi tentang divisi Jamur Ascomycota dan Zygomycota dari berbagai sumber
10 menit
Mengkomunikasikan
(Konfirmasi penugasan wacana)
Guru meminta siswa untuk mengaitkan hasil pengamatan dengan hasil analisis tentang jamur Ascomycota dan Zygomycota .
Siswa mengaitkan hasil pengamatan dengan hasil analisis tentang Jamur Ascomycota dan Zygomycota .
7 menit
70
Fase Mempertanggungjawabkan Tugas Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan kelompok masing-masing.
Siswa dari masing-masing kelompok mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.
2 menit
8. Kegiatan Akhir (15 menit)
Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Alokasi Waktu Guru Siswa
Evaluasi
(Penugasan II dengan proyek)
Guru memfasilitasi siswa dalam melakukan evaluasi melalui hasil kerja siswa dan mereview materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan penjelasan guru
5 menit
Fase Pemberian Tugas Guru memberikan instruksi berupa penugasan kedua yang dilaksanakan dirumah pembuatan tempe untuk pembelajaran pada pertemuan kedua.
Siswa mendengarkan penjelasan guru serta memperhatikan LKS untuk pertemuan kedua.
7 menit
Fase Pelaksanaan Tugas Guru mengingatkan penugasan dirumah tugas merupakan pertemuan kedua.
Siswa menyimak dan memperhatikan penjelasan guru serta mencatat hal-hal yang perlu dicatat.
5 menit
Guru bertanya kepada siswa hal-hal yang masih belum dipahami dari materi yang telah disampaikan.
Siswa menanyakan hal-hal yang masih belum dipahami
3 menit
Penutup
Menutup pembelajaran dan berpesan kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.
Siswa mendengarkan penjelasan guru.
2 menit
Guru menutup pelajaran dengan salam
Siswa menjawab salam
1 menit
71
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA/MA Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X / II Materi : Fungi/Jamur Pertemuan : II Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar :
1.2 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup
2.2 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium
3.7 Mengelompokkan jamur berdasarkan ciri-ciri cara reproduksi, dan mengkaitkan perannya dalam kehidupan.
72
Indikator:
3.6.6 Mengamati peran jamur Basidiomycota dan Deuteromycota.
3.6.7 Mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Basidiomycota.
3.6.8 Mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Deutromycota.
3.6.9 Mengklasifikasi jamur Basidiomycota dan Deuteromycota berdasarkan ciri-
ciri cara reproduksinya.
3.6.10 Menganalisis informasi mengenai divisi fungi Basidiomycota dan
Deuteromycota.
3.6.11 Menganalisis peranan jamur Basidiomycota dan Deuteromycota bagi
kehidupan.
4.7 Menyajikan laporan hasil investigasi tentang keanekaragaman jamur dan perannya dalam kehidupan.
Indikator:
4.7.1 Melaporkan hasil penugasan pembuatan tempe berdasarkan hasil kerja kelompok.
C. Tujuan Pembelajaran:
Setelah melaksanakan proses pembelajaran, siswa mampu:
1. Siswa dapat mengamati peranan dan ciri-ciri jamur Basidiomycota dan
Deuteromycota melalui hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
2. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Basidiomycota melalui
hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
3. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Deuteromycota melalui
hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
4. Siswa dapat mengklasifikasi jamur Basidiomycota dan Deuteromycota berdasarkan
ciri-ciri dan cara reproduksinya berdasarkan hasil pengamatan dan studi literatur.
5. Siswa dapat menganalisis informasi mengenai divisi Basidiomycota dan
Deuteromicota melalui kegiatan pengamatan.
6. Siswa dapat mendeskripsikan habitat jamur Basidiomycota dan Deuteromycota
melalui hasil pengamatan dan kajian literatur.
7. Siswa dapat mendeskripsikan reproduksi jamur Bascomycota dan Deuteromycota
melalui hasil pengamatan dan kajian literatur.
73
8. Siswa dapat memberikan contoh spesies jamur Basidiomycota dan Deuteromycota
melalui hasil pengamatan dan kajian literatur.
9. Siswa dapat menganalisis peran jamur Basidiomycota dan Deuteromycota dalam
kehidupan melalui hasil pengamatan dan kajian literatur dengan memecahkan contoh
kasus dalam kehidupan sehari-hari.
D. Materi Pembelajaran
ZYGOMYCOTA Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi
seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan
perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak
spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa
angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh
menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini
diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan.
Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan
pada bagian- bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium
tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian
berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh,
dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis,
menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan
membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut
sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual
dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangiumhingga sporangium tersebut
pecah dan spora tersebar keluar.
Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan. Jenis-jenis jamur
tersebut antara lain:
74
a) Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki
rizoid dan stolon.Merupakan saprofi t yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat
dalam pembuatan tempe.
b) Rhizophus nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.
c) Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan
kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki sporangium
yang dilengkapi oleh sporangiofor.
ASCOMYCOTA
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas
dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual
pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung
hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan
spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus dan
askospora. Askospora dari 2tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan
sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora
(haploid) dihasilkan lagi. Askosporahaploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai
sel ragi baru. Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak
bisa dilakukan, misalnya
bila suplai makanan terganggu ataulingkungan hidupnya tidak mendukung. Dalam
kehidupan manusia, S. cerevisiae
dimanfaatkandalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Prose
s yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
BASIDIOMYCOTA
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau
yang sering disebutjamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini
75
bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan
basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp . Basidia
tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau
struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya
dikaryotik (binukleat, dengan2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling
mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggota nya
kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat
dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang
berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofit dan parasit, umumnya
berkembang biak secara aseksual dengan konidium.
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang
tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa
tersebut kemudian tumbuh membentukmiselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan
hifa (-), bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur
diikuti dengan larutnya masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel
pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel
dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi
tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat
basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing
basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebutmengalami meiosis dan akhirnya
terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang
sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora
seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari
adalah anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
a. Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas lembaran-
lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih kemerah-
merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar
kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak
dibudidayakan.
76
b. Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping merupakan jamur saprofit pada kayu yang mati. Tubuh buahnya
berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya
enak dan bisa dimakan seperti sayuran. Jamur ini pun sekarang sudah banyak
dibudidayakan.
DEUTEROMYCOTA
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan
ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering
disebut sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami
reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang
memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya
sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”, tempat
sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya. Apabila
pada penelitian berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur
anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau
Divisi Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan
ke dalam kelompok Ascomycotina.
Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara aseksual dengan
konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung pada hifa yang bebas.
Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan yang tenggelam di dasar
sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang lain merupakan parasit pada
protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai cara. Beberapa jenis juga
ditemui pada semut dan sarang rayap.
Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched
body di dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien
sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi rantai spora yang
mungkin menempel atau termakan oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya.
Cara lain adalah dengan
menangkapmangsanya dengan hifa yang dapat menusuk, dengan menumpangi
dan melekat pada amuba. Salahsatu kelompok jamur penghuni tanah ada yang mampu
menangkap cacing nematoda dengan membentuk cincin hifa atau
hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuhnematode dan run
77
cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan kepalanya ke dalam cincin
hifa, cacing tersebut cenderung berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan mundur,
sehingga cacing tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut. Perhatikan
Gambar 5.26. Setelah berhasil menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk
haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh cacing dan mencernanya.
Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya menyebabkan
penyakit. Epidermophyton fl oocosum menyebabkan penyakit kaki atlet, sedangkan
Microsporum sp. dan Trichophyton sp. menyebabkan penyakit kurap atau panu. Karena
hidup dikulit, kedua jamur tersebut sering disebut juga sebagai dermatophytes. Jenis lain
yang merupakan penyebab
penyakit pada manusia adalah Candida albicans. Jamur mikroskopis ini memiliki be
ntuk tubuh mirip ragi,tetapi sifat hidupnya adalah parasit. Penyakit yang ditimbulkannya
adalah penyakit keputihan yang terjadi karena adanya infeksi pada vagina.
Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakan penyebab
penyakit pada tanaman. Sclerotium rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit
busuk pada tanaman budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae adalah contoh
jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan buah serta dapat menimbulkan noda-
noda berwarna hitam pada daun inangnya.
78
E. Peta Konsep
Saproba Vegetatif
Parasit
Generatif
Zygomycota
Warna Ascomycota
Struktur Basidiomycota
Ukuran Deuteromycota
Bentuk
Merugikan
Menguntungkan
F. Metode pembelajaran :
1. Pendekatan : Saintifik 2. Metode : Ceramah, Diskusi Kelompok dan Penugasan
G. Sumber Pembelajaran
1. Irnaningtyas. 2016. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2. Nurhayati, Nunung, dkk. 2016. Buku Guru Biologi: SMA dan MA untuk Kelas X.
Bandung: Yrama Widya. 3. Lembar Kerja Siswa
FUNGI /
JAMUR
Pengertian
Ciri-ciri Tubuh
Cara Hidup Reproduksi
Klasifikasi
Peranan
Habitat
79
H. Media / Alat Pembelajaran
3. Media jamur dan gambar jamur 4. White board dan alat tulis 5. Bahan presentasi Microsoft Power Point 6. Laptop dan infokus
I. Langkah-langkah Pembelajaran
1.Kegiatan Awal (10 menit)
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu
Guru Siswa Pembukaan 1. Memberi salam
2. Meminta siswa berdoa sebelum belajar
3. Menanyakan kabar siswa, mengecek absensi, mengecek kesiapan siswa dan menyiapkan media pembelajaran.
1. Menjawab salam
2. Berdoa bersama
3. Mempersiapkan buku pelajaran.
2 menit
Apersepsi Memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan: 1. Pernahkah
kalian mendengar orang yang keracunan jamur?
2. Menurut kalian jamur seperti apa yang dapat menyebabkan keracunan?
Memperhatikan dan menjawab pertanyaan dari guru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang dimiliki siswa sebelumnya.
6 menit
Motivasi Guru menyampaikan tujuan pembelajarn yang harus dicapai oleh siswa pada bahasan jamur.
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
1 menit
80
2.Kegiatan Inti (110 menit)
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi Waktu Guru Siswa
Guru mengintruksikan siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
3 menit
Mengamati Guru memperlihatkan gambar berbagai jenis jamur yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu jamur tiram, kancing, dan gambar jamur penyebab kaki atlet.
Siswa memperhatikan gambar jamur yang diperlihatkan oleh guru.
2 menit
Guru meminta siswa mengamati berbagai jamur yang diperlihatkan guru baik dari bentuk, warna, dan tekstur.
Siswa mengamati berbagai jamur yang diperlihatkan guru baik dari bentuk, warna, dan tekstur.
7 menit
Guru bertanya kepada siswa mengenai “pernahkah kalian mendengar orang yang keracunan jamur?”.
Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru.
8 menit
Menanya Guru memfasilitasi, mengarahkan dan memberikan motivasi kepada siswa untuk memberikan pertanyaan mengenai jamur.
Siswa bertanya kepada guru mengenai jamur.
4 menit
Guru memberikan penjelasan mengenai peranan jamur
Siswa mendengarkan penjelasan guru
5 menit
81
Mengkomunikasikan
(Penugasan II (lanjutan))
Fase Mempertanggungjawabkan Tugas Guru meminta siswa melaporkan hasil tugas pembuatan tempe pada perwakilan dari 5 kelompok.
3 kelompok melaporkan hasil tugas pembuatan tempe yang dilakukan dirumah.
40 menit
Mengumpulkan Informasi
Guru meminta siswa untuk menganalisis informasi tentang divisi Jamur Basidiomycota dan Deuteromycota dari berbagai sumber
Siswa menganalisis informasi tentang divisi Jamur Basidiomycota dan Deuteromycota dari berbagai sumber
10 menit
Mengasosiasikan
Guru meminta siswa untuk mengaitkan hasil pengamatan dengan hasil analisis tentang jamur Basidiomycota dan Deuteromycota .
Siswa mengaitkan hasil pengamatan dengan hasil analisis tentang Jamur Basidiomycota dan Deuteromycota.
7 menit
Guru memberikan penguatan dan meluruskan jawaban.
Siswa menyimak penjelasan dari guru.
7 menit
Guru meminta siswa untuk mengaitkan analisis jamur dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya: “Apa peranan jamur Basidiomycota dan Deuteromycota dalam kehidupan sehari-hari?” “Bagaimana cara menanggulangi masalah terkait penyakit yang disebabkan oleh jamur Basidiomycota dan Deuteromycota dengan mengaitkan ciri, struktur dan habitat jamur?”
Siswa mengaitkan analisis jamur tersebutdengan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
20 menit
82
3.Kegiatan Akhir (15 menit)
Jakarta, April 2018 Peneliti Intan Cahyaning Aprilia
Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Alokasi Waktu Guru Siswa
Evalusasi Guru memfasilitasi siswa dalam melakukan evaluasi melalui hasil kerja siswa dan mereview materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan penjelasan guru
9 menit
Guru bertanya kepada siswa hal-hal yang masih belum dipahami dari materi yang telah disampaikan.
Siswa menanyakan hal-hal yang masih belum dipahami
3 menit
Penutup
Menutup pembelajaran dan berpesan kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.
Siswa mendengarkan penjelasan guru.
2 menit
Guru menutup pelajaran dengan salam
Siswa menjawab salam 1 menit
83
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA/MA Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X / II
Materi : Fungi/Jamur Pertemuan : I Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar :
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium
3.7 Mengelompokkan jamur berdasarkan ciri-ciri cara reproduksi, dan mengkaitkan perannya dalam kehidupan.
Indikator: 3.6.1 Mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Zygomycota. 3.6.2 Mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Ascomycota. 3.6.3 Mengklasifikasi jamur Zygomycota dan Ascomycota berdasarkan ciri-ciri dan cara
reproduksinya. 3.6.4 Menganalisis informasi mengenai divisi fungi Zygomicota dan Ascomicota. 3.6.5 Mengamati peran jamur Zygomycota dan Ascomycota.
KONTROL
84
3.6.6 Menganalisis peranan jamur Zygomycota dan Ascomycota bagi kehidupan.
4.7 Menyajikan laporan hasil investigasi tentang keanekaragaman jamur dan perannya dalam kehidupan.
Indikator:
4.7.1 Membuat laporan secara tertulis berdasarkan hasil kerja kelompok tentang ciri-ciri, habitat,
cara reproduksi dan peranan jamur dalam kehidupan.
C. Tujuan Pembelajaran:
Setelah melaksanakan proses pembelajaran, siswa mampu:
1. Siswa dapat mengamati ciri-ciri dan struktur jamur Zygomycota dan Ascomycota melalui hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
2. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Zygomycota melalui hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
3. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Ascomycota melalui hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
4. Siswa dapat mengklasifikasi jamur Zygomycota dan Ascomycota berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya berdasarkan hasil pengamatan dan studi literatur.
5. Siswa dapat menganalisis informasi mengenai divisi Zygomicota dan Ascomicota melalui kegiatan pengamatan.
6. Siswa dapat mendeskripsikan habitat jamur Zygomycota dan Ascomycota melalui hasil pengamatan dan kajian literatur.
D. Materi Pembelajaran
JAMUR (FUNGI) Jamur memiliki peranan penting bagi kehidupan, pembuatan beberapa bahan makanan dan minuman, misalnya oncom dan tempe, obat-obatan, sampai menguraikan sampah-sampah organik di lingkungan. Jamur dapat tumbuh di kulit dan menyebabkan noda-noda putih serta dapat menimbulkan rasa gatal. Jamur juga dapat ditemukan di tempat pembuangan samapah, dibagian kayu yang mati atau lapuk atau di tumpukan jerami padi. Jamur tumbuh subur terutama dimusim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi, jamur juga dapat ditemukan hampeir di semua tempat dimana ada materi organik. Jika lingkungan sekitar mengering, jamur akan mengalami tahapan hidup istirahat atau menghasilkan spora. Jamur bukan termasuk tumbuhan, meskipun menyerupai tumbuhan. Jamur tidak memiliki klorofil sehingga jamur tidak dapat berfotosintesis. Jamur ditempatkan pada kingdom tersendiri berdasarkan sel yang multiseluler dan cara jamur dalam memperoleh makanan. Jamur bersama dengan bakteri merupakan makhluk hidup dekomposer atau pengurai. Tanpa bantuan jamur, kemungkinan besar permukaan bumi akan penuh dengan sampah.
85
Karakteristik / Ciri umum Jamur
1. Merupakan organisme uniseluler (satu sel) maupun multiseluler (banyak sel). Namun sebagian besar merupakan jamur multiseluler yaitu terdiri atas banyak sel. Jamur yang uniseluler berukuran mikroskopik contohnya Khamir (Saccharomyces). Jamur multiseluler ada yang berukuran mikroskopik dan makroskopik. Jamur multiseluler memiliki sel-sel memanjang berupa benang-benang yang disebut hifa, hifa bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman disebut miselium. Hifa pada beberapa jamur ada yang bersekat disebut hifa bersepta, dan ada yang tidak bersekat disebut hifa asepta (hifa senositik). Pada hifa bersekat, tiap – tiap sekat adalah satu sel dengan 1 atau beberapa inti.
2. Dinding sel mengandung kitin. Kitin adalah polisakarida yang juga terdapat pada kulit kepiting atau udang.
3. Eukariotik (memiliki membran inti). Sel-sel jamur sudah memiliki membran inti (membran nukleus) sehingga jamur disebut organisme eukariotik.
4. Tidak berklorofil. 5. Hidup secara heterotrof (menyerap zat organik dari lingkungannya) dengan jalan saprofit
(menguraikan sampah organik), parasit (merugikan organisme lain), dan simbiosis (berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya)
86
A. Divisi Zygomycota Ciri-ciri: • Tubuh terdiri atas hifa tak bersekat dan banyak inti sel • Menghasilkan zigospora sebagai hasil reproduksi seksual • Septa hanya terdapat pada sel untuk reproduksi • Dinding sel mengandung zat kitin • Tidak memiliki tubuh buah • Bersifat multiseluler • Reproduksi vegetatif / aseksual dengan cara membentuk spora vegetatif / spora aseksual yaitu sporangiospora terjadi bila kondisi lingkungan baik dan mendukung serta ada juga secara seksual dapat terjadi bila kondisi lingkungan kering dan tidak menguntungkan.
B. Divisi Ascomycota Ciri-ciri : • Hidup saprofit, parasit atau bersimbiosis • Tubuhnya ada yang uniseluler seperti Saccharomyces dan ada yang multiseluler dengan hifa bersekat dan bercabang-cabang. • Reproduksi aseksual dengan membentuk konidiospora yang dihasilkan oleh struktur yang disebut konidium sedangkan reproduksi seksual dengan membentuk askospora di dalam askus. Umumnya askus tersebut dibentuk dalam tubuh buah yang disebut askokarp.
87
C. Divisi Basidiomycota Ciri-ciri : Basidiomycota adalah jamur multiseluler yang hifanya bersekat.Hifa vegetatifnya terdapat dalam substrat, misalnya pada kulit kayu, tanah dan serasah daun.Jalinan hifa generative jamur ini ada yang membentuk tubuh buah ada yang tidak.Tubuh buahnya disebut basidokarp. Basidiokarp berukuran makroskopis sehingga dapat diamati .bentuknya bermacam – macam, ada yang berbentuk payung, kuping, bulat atau setengah lingkaran. Basidiokarp ada yang bertangkai da nada yang tidak.Pada bagian bawah tudung basidiokarp terdapat lembaran – lembaran. Pada lembaran ini banyak terdapat basidium yang akan mengahasilkan spora basidium ( spora generative / basidiospora ).
D. Divisi Deuteromycota Jamur ini disebut jamur tidak sempurna (fungi imperfecti) karena perkembangbiakkan generatifnya belum diketahui. Contoh klasik ialah Monilia sitophila, jamur ini masuk Deuteromycotina. Tetapi setelah ditemukan alat pembiakan generetif oleh Dodge (1927) dan Dwijosoeputro (1961), jamur ini dikelompokkan ke dalam Ascomycotina dan namanya diganti menjadi Neurospora sitophila. Ciri-cirinya: • Tubuh terdiri dari hifa bersekat • Dinding sel tersusun atas zat kitin • Hidup parasit atau saprofit • Reproduksi aseksual dengan konidium (jamak: konidia), sedangkan reproduksi seksual belum diketahui sehingga jamur ini disebut jamur tidak sempurna (fungi imperfect)
88
E. Peta Konsep
Saproba Vegetatif
Parasit
Generatif
Zygomycota
Warna Ascomycota
Struktur Basidiomycota
Ukuran Deuteromycota
Bentuk
Merugikan
Menguntungkan
FUNGI /
JAMUR
Pengertian
Ciri-ciri Tubuh
Cara Hidup Reproduksi
Klasifikasi
Peranan
Habitat
89
F. Metode pembelajaran :
1. Pendekatan : Saintifik 2. Metode : Ceramah, dan Diskusi Kelompok
G. Sumber Pembelajaran
1. Irnaningtyas. 2016. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2. Nurhayati, Nunung, dkk. 2016. Buku Guru Biologi: SMA dan MA untuk Kelas X. Bandung:
Yrama Widya. 3. LKS
H. Media / Alat Pembelajaran
1. Media jamur dan gambar jamur 2. White board dan alat tulis 3. Bahan presentasi Microsoft Power Point 4. Laptop dan infokus
I. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit) Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi
waktu Guru Siswa
Pembukaan 1. Memberi salam 2. Meminta siswa berdoa
sebelum belajar 3. Menanyakan kabar
siswa, mengecek absensi, mengecek kesiapan siswa dan menyiapkan media pembelajaran.
1. Menjawab salam 2. Berdoa bersama 3. Mempersiapkan
buku pelajaran. 2 menit
Apersepsi Memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan: 1. Pernahkah kalian
memakan jamur? 2. Pernahkah kalian
berpikir jamur jenis apa yang kalian makan dan bagaimana struktur tubuh jamur yang kalian makan tersebut?
Memperhatikan dan menjawab pertanyaan dari guru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang dimiliki siswa sebelumnya. 6 menit
Motivasi Guru menyampaikan tujuan pembelajarn yang harus dicapai oleh siswa pada bahasan jamur.
Siswa memperhatikan penjelasan guru. 1 menit
90
2. Kegiatan Inti (110 menit)
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi Waktu Guru Siswa
Guru membagikan siswa perkelompok dan mengintruksikan untuk berkumpul dengan kelompok yang telah ditentukan
Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
2 menit
Mengumpulkan Informasi
(Penugasan
Wacana)
Guru membagikan LKS pertemuan pertama kepada siswa
Siswa menerima LKS dari guru
1 menit
Mengamati
Menanya
Guru mengorientasi siswa pada masalah dengan memperlihatkan roti berjamur, oncom dan memberikan pertanyaan Gambar. Jamur pada Roti
Gambar. Jamur pada Oncom Mengapa roti cepat sekali
tumbuh jamur? Jamur jenis apakah yang
terdapat pada roti yang sudah kadaluarsa?
Faktor apa yang menyebabkan oncom berwarna kemerah-merahan?
Jamur jenis apa yang terdapat pada oncom?
Siswa memperhatikan jamur yang diperlihatkan oleh guru. Siswa menjawab sesuai pengetahuan siswa
2 menit
91
Guru meminta siswa mengamati gambar berbagai jamur yang diperlihatkan guru baik dari bentuk, warna, dan tekstur.
Siswa mengamati gambar berbagai jamur yang diperlihatkan guru baik dari bentuk, warna, dan tekstur.
13 menit
Guru memberikan penjelasan mengenai pengamatan pada gambar berbagai jamur
Siswa menyimak dan memperhatikan penjelasan guru
10 menit
Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok untuk mengumpulkan informasi dari berbagai literatur
Siswa berdiskusi untuk mengumpulkan informasi dari berbagai literatur
30 menit
Mengasosiasikan Guru memfasilitasi siswa dalam pengerjaan LKS.
Siswa berdikusi serta mengerjakan LKS dengan kelompoknya masing-masing.
4 menit
Mengkomunikasikan
Guru meminta siswa untuk mepersiapkan presentasi.
Siswa mempersiapkan bahan untuk presentasi
3 menit
Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
Siswa mempresentasikan hasil diskusi
24 menit
Guru mengevaluasi jawaban dan kinerja kelompok
Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru serta mencatat hal-hal yang perlu dicatat
4 menit
Guru memberikan penguatan dan meluruskan jawaban
Siswa menyimak penjelasan dari guru
3 menit
Guru bersama siswa membuat kesimpulan
siswa dibantu guru membuat kesimpulan
2 menit
3. Kegiatan Akhir (15 menit)
Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Alokasi Waktu Guru Siswa
Evaluasi Guru memfasilitasi siswa dalam melakukan evaluasi melalui hasil kerja siswa dan mereview materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan penjelasan guru
9 menit
Guru bertanya kepada siswa hal-hal yang masih belum dipahami dari materi yang telah disampaikan.
Siswa menanyakan hal-hal yang masih belum dipahami
4 menit
92
Penutup
Menutup pembelajaran dan berpesan kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.
Siswa mendengarkan penjelasan guru.
1 menit
Guru menutup pelajaran dengan salam
Siswa menjawab salam 1 menit
Jakarta, April 2018 Peneliti Intan Cahyaning Aprilia
93
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA/MA Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X / II Materi : Fungi/Jamur Pertemuan : II Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar :
1.2 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup
3.7 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium
3.7 Mengelompokkan jamur berdasarkan ciri-ciri cara reproduksi, dan mengkaitkan perannya dalam kehidupan.
Indikator: 3.6.7 Mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Basidiomycota dan Deuteromycota. 3.6.8 Mengklasifikasi jamur Basidiomycota dan Deuteromycota berdasarkan ciri-ciri dan
cara reproduksinya. 3.6.9 Menganalisis informasi mengenai divisi jamur Basidiomycota dan Deuteromycota 3.6.10 Mengamati peran jamur Basidiomycota dan Deuteromycota 3.6.11 Menganalisis peranan jamur Basidiomycota dan Deuteromycota bagi kehidupan.
94
4.7 Menyajikan laporan hasil investigasi tentang keanekaragaman jamur dan perannya dalam kehidupan.
Indikator:
4.7.1 Membuat laporan secara tertulis berdasarkan hasil kerja kelompok tentang ciri-ciri, habitat,
cara reproduksi dan peranan jamur dalam kehidupan.
C. Tujuan Pembelajaran:
Setelah melaksanakan proses pembelajaran, siswa mampu:
1. Siswa dapat mengamati ciri-ciri dan struktur jamur Basidiomycota dan Deuteromycota melalui hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
2. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Basidiomycota melalui hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
3. Siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur jamur Deuteromycota melalui hasil pengamatan secara teliti dan sistematis.
4. Siswa dapat mengklasifikasi jamur Basidiomycota dan Deuteromycota berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya berdasarkan hasil pengamatan dan studi literatur.
5. Siswa dapat menganalisis informasi mengenai divisi Basidiomycota dan Deuteromycota melalui kegiatan pengamatan.
D. Materi Pembelajaran
ZYGOMYCOTA Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi seksual,
jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan
(germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora
matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut
jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali
ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-
masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian-
bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan
kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora
(diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam.
Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang
sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur
penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual
95
dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangiumhingga sporangium tersebut pecah dan
spora tersebar keluar.
Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan. Jenis-jenis jamur tersebut
antara lain:
a) Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki
rizoid dan stolon.Merupakan saprofi t yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam
pembuatan tempe.
b) Rhizophus nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.
c) Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran
ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi
oleh sporangiofor.
ASCOMYCOTA
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas dan spora
aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi
pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut
konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara
eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus dan
askospora. Askospora dari 2tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel
diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid)
dihasilkan lagi. Askosporahaploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi
baru. Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan, misalnya
bila suplai makanan terganggu ataulingkungan hidupnya tidak mendukung. Dalam kehidupan
manusia,S.cerevisiae dimanfaatkan
96
dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam
pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
BASIDIOMYCOTA
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau
yang sering disebutjamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi
secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam
tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp . Basidia tersebut bisa berkembang dalam
bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina
umumnya dikaryotik (binukleat, dengan2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling
mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggota nya kebanyakan
berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh
buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat.
Jamur ini umumnya hidup saprofit dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual
dengan konidium.
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh
menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa
tersebut kemudian tumbuh membentukmiselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-),
bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur
diikuti dengan larutnya masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke
sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut
akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat basidium
yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing
basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebutmengalami meiosis dan akhirnya terbentuk
4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang
sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora
seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari adalah
anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
97
a. Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas lembaran-
lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih kemerah-merahan. Jamur
ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena
memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.
b. Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping merupakan jamur saprofit pada kayu yang mati. Tubuh buahnya berbentuk
seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa
dimakan seperti sayuran. Jamur ini pun sekarang sudah banyak dibudidayakan.
DEUTEROMYCOTA
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan ke dalam
Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak sempurna atau the
imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap
aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini
menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai
“keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum jelas
statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu
jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina
atau Divisi Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke
dalam kelompok Ascomycotina.
Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara aseksual dengan konidia.
Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung pada hifa yang bebas. Beberapa jenis
hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras.
Beberapa kelompok yang lain merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya
dengan berbagai cara. Beberapa jenis juga ditemui pada semut dan sarang rayap.
Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched body di
dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien sampai korbannya
mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi rantai spora yang mungkin menempel atau
termakan oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan
menangkapmangsanya dengan hifa yang dapat menusuk, dengan menumpangi
dan melekat pada amuba. Salahsatu kelompok jamur penghuni tanah ada yang mampu
98
menangkap cacing nematoda dengan membentuk cincin hifa atau
hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuhnematode dan run cing pada
kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan kepalanya ke dalam cincin hifa, cacing tersebut
cenderung berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan mundur, sehingga cacing tersebut
justru terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut. Perhatikan Gambar 5.26. Setelah berhasil
menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk haustoria yang tumbuh menembus ke
dalam tubuh cacing dan mencernanya.
Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya menyebabkan penyakit.
Epidermophyton fl oocosum menyebabkan penyakit kaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan
Trichophyton sp. menyebabkan penyakit kurap atau panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur
tersebut sering disebut juga sebagai dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebab
penyakit pada manusia adalah Candida albicans. Jamur mikroskopis ini memiliki bentuk tub
uh mirip ragi,tetapi sifat hidupnya adalah parasit. Penyakit yang ditimbulkannya adalah penyakit
keputihan yang terjadi karena adanya infeksi pada vagina.
Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakan penyebab penyakit
pada tanaman. Sclerotium rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada tanaman
budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae adalah contoh jamur parasit yang dapat merusak
kecambah dan buah serta dapat menimbulkan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.
99
E. Peta Konsep
Saproba Vegetatif
Parasit
Generatif
Zygomycota
Warna Ascomycota
Struktur Basidiomycota
Ukuran Deuteromycota
Bentuk
Merugikan
Menguntungkan
F. Metode pembelajaran :
1. Pendekatan : Saintifik 2. Metode : Ceramah, dan Diskusi Kelompok
G. Sumber Pembelajaran
1. Irnaningtyas. 2016. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2. Nurhayati, Nunung, dkk. 2016. Buku Guru Biologi: SMA dan MA untuk Kelas X. Bandung:
Yrama Widya. 3. LKS
FUNGI /
JAMUR
Pengertian
Ciri-ciri Tubuh
Cara Hidup Reproduksi
Klasifikasi
Peranan
Habitat
100
H. Media / Alat Pembelajaran
1. Media jamur dan gambar jamur 2. White board dan alat tulis 3. Bahan presentasi Microsoft Power Point 4. Laptop dan infokus
I. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 menit)
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu
Guru Siswa Pembukaan 1. Memberi salam
2. Meminta siswa berdoa sebelum belajar
3. Menanyakan kabar siswa, mengecek absensi, mengecek kesiapan siswa dan menyiapkan media pembelajaran.
1. Menjawab salam 2. Berdoa bersama 3. Mempersiapkan
buku pelajaran. 2 menit
Apersepsi Memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan: 1. Pernahkah kalian
melihat orang yang terinfeksi jamur?
2. Apa yang kalian ketahui tentang cara pencegaan atau pengobatan infeksi jamur?
Memperhatikan dan menjawab pertanyaan dari guru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang dimiliki siswa sebelumnya. 6 menit
Motivasi Guru menyampaikan tujuan pembelajarn yang harus dicapai oleh siswa pada bahasan jamur.
Siswa memperhatikan penjelasan guru. 3 menit
2.Kegiatan Inti (110 menit)
Tahapan Aktivitas Pembelajaran Alokasi Waktu Guru Siswa
Guru mengintruksikan siswa untuk berkumpul dengan kelompok yang telah ditentukan
Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
3 menit
Mengamati Guru mengorientasi siswa pada masalah dengan memperlihatkan jamur tiram dan jamur penyebab kaki atlet, kemudian memberikan
Siswa memperhatikan jamur yang diperlihatkan oleh guru. Siswa menjawab sesuai
2 menit
101
pertanyaan. Gambar. Jamur Tiram
Gambar. Jamur Penyebab Kaki Atlet Apa manfaat jamur
tiram? Apakah semua jamur
dapat dimakan? Bagaimana jamur
penyebab kaki atlet dapat menyerang manusia?
Bagaimana cara pencegahannya?
pengetahuan siswa
Guru meminta siswa mengamati berbagai jamur yang diperlihatkan guru baik dari bentuk, warna, tekstur dan ukurannya.
Siswa mengamati berbagai jamur yang diperlihatkan guru baik dari bentuk, warna, tekstur dan ukurannya.
7 menit
Menanya Guru meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan tambahan mengenai masalah yang telah diberikan.
Siswa mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diberikan
8 menit
Guru membagikan LKS pertemuan kedua pada tiap kelompok.
Siswa menerima dan memperhatikan LKS.
Mengumpulkan Informasi
(Pengamatan
langsung)
Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok untuk mengumpulkan informasi dari berbagai literatur dalam pengerjaan LKS.
Siswa berdiskusi untuk mengumpulkan informasi dari berbagai literatur.
8 menit
Guru membimbing siswa untuk menulis informasi yang didapat secara individu.
Siswa menulis informasi yang didapat secara individu
30 menit
Mengasosiasikan Guru meminta siswa untuk mengembangkan data yang
Siswa mengembangkan data yang diperoleh
4 menit
102
diperoleh dengan pemecahan masalah yang akan dilakukan.
Guru meminta siswa untuk mepersiapkan presentasi
Siswa mempersiapkan bahan untuk presentasi
3 menit
Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi
24 menit
Mengkomunikasikan
Guru mengevaluasi jawaban dan kinerja kelompok.
Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru serta mencatat hal-hal yang perlu dicatat
4 meint
Guru memberikan penguatan dan meluruskan jawaban
Siswa menyimak penjelasan dari guru
3 menit
Guru bersama siswa membuat kesimpulan
siswa dibantu guru membuat kesimpulan
5menit
3. Kegiatan Akhir (15 menit)
Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Alokasi Waktu Guru Siswa
Evaluasi Guru memfasilitasi siswa dalam melakukan evaluasi melalui hasil kerja siswa dan mereview materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan penjelasan guru
9 menit
Guru bertanya kepada siswa hal-hal yang masih belum dipahami dari materi yang telah disampaikan.
Siswa menanyakan hal-hal yang masih belum dipahami
4 menit
Penutup
Menutup pembelajaran dan berpesan kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.
Siswa mendengarkan penjelasan guru.
1 menit
Guru menutup pelajaran dengan salam
Siswa menjawab salam 1 menit
Jakarta, April 2018 Peneliti Intan Cahyaning Aprilia
Lampiran 2 103
Pertemuan ke-1
Kelas Eksperimen
1.
2.
3.
4.
5.
104
TEMPE
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini
secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis
senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia.
Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan
dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotic untuk
menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai
terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe,
40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco,kecap, dan lain-lain). Standar
teknis untuk tempe telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia dan yang berlaku sejak 9
1. Mendeskripsiskan ciri-ciri mahluk hidup yang termasuk kelompok jamur
2. Mengklasifikasi jamur berdasarkan ciri-ciri, habitat dan reproduksi jamur dari masing-
masing kelompok jamur
3. Membuat proyek berupa tempe, salah satu produk bioteknologi konvensional yang
pembuatannya dibantu oleh kapang Rhizopus sp.
3.7 Mengelompokkan jamur berdasarkan ciri-ciri cara reproduksi, dan mengkaitkan
perannya dalam kehidupan.
4.7 Menyajikan laporan hasil investigasi tentang keanekaragaman jamur dan perannya
dalam kehidupan.
105
Oktober 2009 ialah SNI 3144:2009. Dalam standar tersebut, tempe kedelai didefinisikan sebagai
"produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp.,
berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas tempe".
Selain di Indonesia, tempe terkenal di mancanegara. Bahkan telah diakui oleh UNESCO.
Tapi penghargaan yang tinggi di luar negeri ini tampak tak sebanding dengan persepsi
masyarakat tentang tempe di negara sendiri. frasa 'mental tempe' yang biasa diartikan lemah atau
orang yang merasa terjajah.
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur
Diskusikanlah dengan anggota kelompokmu mengenai permasalahan yang telah kamu
identifikasi pada artikel di atas, kemudian buatlah penyelesaian dari masalah yang kalian
temui bersama kelompokmu!
1. Tulislah masalah yang kalian temui pada wacana di atas!
106
2. Apakah penyebab munculnya permasalahan tersebut?
3. Bagaimana dampak yang timbul dari permasalahan tersebut?
4. Usaha apakah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalah pada wacana tersebut?
5. Berdasarkan wacana tersebut jamur apa saja yang digunakan!
107
Pertemuan ke-2
Kelas Eksperimen
1.
2.
3.
4.
5.
108
1. Proyek yang dibuat harus berkaitan dengan keterkaitan jamur dengan peranannya dalam
kehidupan.
2. Tentukan alat dan bahan yang ingin kalian gunakan dalam pembuatan proyek tersebut.
3. Gunakan alat dan bahan yang mudah didapat.
LEMBAR RANCANGAN DESAIN PROYEK PENUGASAN
Judul Proyek :
BAHAN :
• Kedelai / Kacang Hijau/ Jagung.
• Ragi Tempe Rhizopus sp.
• Kantong plastic / daun pisang.
ALAT :
• Baskom • Saringan • Dandang • Kipas Angin /Kipas • Sotel kayu • Tampah • Kompor • Peralatan lain yang
109
1. Cucilah tampah, ayakan, kipas dan cukil yang akan digunakan, kemudian dikeringkan.
2. Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci hingga bersih.
3. Rendam kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air dingin biasa (proses hidrasi agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin ).
4.. Lepaskan kulit biji kedelai yang telah lunak, kemudian cuci atau bilas dengan menggunakan air bersih.
5. Kukus / rebus biji kedelai tersebut sampai empuk. 6. Setelah biji kedelai terasa empuk, tuangkan biji-biji tersebut pada tampah yang telah
dibersihkan, lalu diangin-angin dengan kipas/ kipas angin sambil diaduk-aduk hingga biji-biji tersebut terasa hangat.
7. Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya merata (1,5 gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai). 8. Siapkan kantong plastik atau daun pisang, atau daun jati untuk pembungkus. Bila kantong plastik yang digunakan sebagai pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakan lidi atau garpu.
8. Masukan kedelai yang telah diberi ragi tempe ke dalam pembungkusnya, atur ketebalannya sesuai dengan selera
9. Proses fermentasi kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau hingga seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur. Catatan:
Perhatikan kebersihan tempat kerja dan kebersihan peralatan kerja akan meningkatkan kualitas tempe yang dihasilkan.
Suhu ruang yang lebih hangat mempercepat proses fermentasi jamur pada tempe.
110
Buatlah rencana tindakan atau langkah-langkah yang akan dilaksanakan di proyek tersebut dalam bentuk jadwal kegiatan!
No. Kegiatan Hari ke-
1 2 3 4 5 6
FOTO PROSES PEMBUATAN PRODUK
111
FOTO PRODUK
1. Apakah terdapat kendala saat proses pembuatan produk?
2. Pelajaran apa yang didapatkan dari kegiatan pembuatan proyek ini?
Lampiran 3 112
Pertemuan ke-1
Kelas Kontrol
1.
2.
3.
4.
5.
113
Aspergillosis
Aspergillosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kelompok jamur Aspergillus
sp., yaitu Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger, dan Aspergillus terreus.
Jamur-jamur ini secara alamiah terdapat diseluruh dunia, terutama pada makanan basi, sayuran
basi, sampah, dan tumpukan kompos. Konidiosporanya terdapat di udara, baik di dalam ruangan
maupun luar ruangan sehingga penyebaran dan infeksinya dapat terjadi melalui pernapasan.
Aspergillosis muncul sebagai infeksi sekunder pada penderita AIDS, asma, gangguan
paru-paru kronis, dan anak-anak yang peka terhadap infeksi jamur. Infeksi pada orang sehat
biasanya tidak menimbulkan gejala yang menggangu. Gejala aspergillosis dapat berupa
gangguan pernapasan akibat kerusakan, penyumbatan, dan pelebaran bronkus atau terjadinya
penimbunan hifa jamur pada rongga jaringan paru-paru (disebut bola jamur atau aspergilloma).
Aspergillosis dapat pula menyebar ke pembuluh darah, otak, dan ginjal hingga menyebabkan
kematian. Pencegahan aspergillosis dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan
menggunakan high efficiency particulate air (HEPA) sebagai penyaring udara ruangan.
Diskusikanlah dengan anggota kelompokmu mengenai permasalahan yang telah kamu
identifikasi pada artikel di atas, kemudian buatlah penyelesaian dari masalah yang kalian
temui bersama kelompokmu!
1. Mendeskripsiskan ciri-ciri mahluk hidup yang termasuk kelompok jamur.
2. Mengklasifikasi jamur berdasarkan ciri-ciri, habitat dan reproduksi jamur dari masing-
masing kelompok jamur.
1. Tulislah masalah yang kalian temui pada wacana di atas!
114
2. Apakah penyebab munculnya permasalahan tersebut?
3. Bagaimana dampak yang timbul dari permasalahan tersebut?
4. Usaha apakah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalah pada wacana tersebut?
5. Berdasarkan wacana tersebut jamur apa yang timbul dan penyakit apa saja yang ditimbulkan!
115
Lengkapilan ciri-ciri anggota kelompok jamur dibawah ini!
Kelompok
Ciri-ciri
Zygomycota Ascomycota Basidiomycota Deuteromycota
Miselium
(Hifa)
Reproduksi
aseksual
Reproduksi
seksual
Habitat
116
Pertemuan ke-2
Kelas Kontrol
1.
2.
3.
4.
5.
117
A. Dasar teori
Istilah Jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti
tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh
buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan.
Jamur atau fungi banyak dikenal sebagai cendawan, lapuk, kulat, atau kapang.
Jamur dapat ditemukan tumbuh pada batang tumbuhan, di halaman rumah setelah hujan,
pada sisa makanan yang sudah basi, dan di tempat-tempat yang basah atau kaya zat
organik. Jamur bukan termasuk tumbuhan, meskipun menyerupai tumbuhan. Jamur tidak
memiliki klorofil sehingga jamur tidak dapat berfotosintesis. Jamur jelas bukan termasuk
hewan da juga tidak menyerupai bakteri maupun protozoa. Oleh R.H. Whittaker (1966),
jamur ditempatkan pada kingdom tersendiri berdasarkan sel yang multiseluler dan cara
jamur dalam memperoleh makanan. Jamur bersama dengan bakteri merupakan makhluk
hidup detrivor atau pengurai. Tanpa bantuan jamur, kemungkinan besar permukaan bumi
akan penuh dengan sampah.
B. Alat dan bahan
1) Jamur tempe
2) Jamur pada roti busuk
3) Gambar mikroskopis jamur tempe
4) Gambar mikroskopis jamur pada roti busuk
C. Langkah kerja
1) Mengamati stuktur jamur tempe dan jamur pada roti
2) Mengamati gambar mikroskopis jamur tempe dan jamur pada roti
3) Menggambar jamur yang diamati dan menuliskan klasifikasinya
Untuk mengetahui struktur jamur dari divisi zygomycota
118
D. Hasil pengamatan
Gambar Klasifikasi
Kingdom:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Kingdom:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
E. Pertanyaan
1. Sebutkan ciri-ciri jamur yang kamu amati?
2. Bagaimana cara reproduksi jamur tsb !
3. Apa peranan jamur tsb?
F. Pembahasan
119
G. Kesimpulan
H. Daftar pustaka
LAMPIRAN
Gambar mikroskopis jamur tempe
120
Gambar mikroskopis jamur pada roti busuk
121
Lampiran 4 121
Kunci jawaban LKS Wacana
Soal LKS Kunci Jawaban Kriteria Penilaian Skor
1. Tulislah masalah yang kalian
temui pada wacana di atas!
Tempe terkenal di mancanegara, bahkan telah diakui
oleh UNESCO. Tapi penghargaan yag tinggi diluar
negeri ini tampak tak sebanding dengan persepsi
masyarakat tentang tempe di negara sendiri. Frasa
“mental tempe” yang biasa diartikan lemah atau orang
yang merasa terjajah.
a. jika menjelasakan sesuai dengan
wacana yang telah disediakan.
b. jika menjelaskan kurang sesuai
dengan yang telah disediakan.
c. jika menjelaskan yang tidak sesuai
dengan yang telah disediakan.
d. jika tidak menjelaskan.
3
2
1
0
2. Apakah penyebab munculnya
permasalahan tersebut?
Persepsi masyarakat tentang frasa “mental tempe”
yang biasa diartikan lemah atau orang yang merasa
terjajah. Padahal tempe sangat baik komposisi gizinya,
baik kadar protein, lemak dan karbohidrat.
a. jika membuat sesuai dengan
permasalahan
b. jika kurang tepat sesuai dengan
permasalahan
c. jika tidak sesuai dengan
permasalahan
3
2
1
122
d. jika tidak membuat permasalahan 0
3. Bagaimana dampak yang
timbul dari permasalahan
tersebut?
Beberapa masyarakat memandang rendah tempe
seperti yang dikatakan istilah frasa “mental tempe”,
tanpa mengerti kandungan tempe yang baik untuk
pencernaan dan juga mengandung antibakteri.
a. jika pembahasan sesuai dengan
wacana
b. jika pembahasan kurang sesuai
dengan wacana
c. jika pembahasan tidak sesuai
dengan wacana
d. jika pembahasan salah
3
2
1
0
4. Usaha apakah yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan
permasalah pada wacana
tersebut?
Sosialisasi ke masyarakat mengenai manfaat tempe
yang baik untuk kesehatan. Dan dapat dikonsumsi
kepada segala kelompok umur.
a. jika pembahasan sesuai dengan
wacana
b. jika pembahasan kurang sesuai
dengan wacana
c. jika pembahasan tidak sesuai
dengan wacana
d. jika pembahasan salah
3
2
1
0
123
5. Berdasarkan wacana tersebut
jamur apa saja yang digunakan!
Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus
stolonifer, Rhizopus arrhizus.
a. jika sesuai dengan wacana
b. jika kurang sesuai dengan wacana
c. jika tidak sesuai dengan wacana
d. jika salah
3
2
1
0
Nilai 15
124
Kunci Jawaban LKS Proyek
Bagian LKS Kunci Jawaban Kriteria Penilaian Skor
Judul Proyek
Pembuatan Tempe
a. jika yang sesuai dengan bacaan yang
telah disediakan
b. jika kurang sesuai dengan bacaan
yang telah disediakan
c. jika tidak sesuai dengan bacaan
yang telah disediakan
d. jika tidak membuat judul
3
2
1
0
Alat dan Bahan
ALAT :
1. Baskom 2. Saringan 3. Dandang 4. Kipas Angin /Kipas 5. Sotel kayu 6. Tampah
a. jika menentukan alat dan bahan tepat
b. jika menentukan alat dan bahan
kurang tepat
c. jika merancang langkah kerja tidak
tepat
d. jika tidak menentukan alat dan
bahan
3
2
1
0
125
7. Kompor
BAHAN :
• Kedelai / Kacang Hijau/ Jagung.
• Ragi Tempe Rhizopus sp.
• Kantong plastic / daun pisang.
Langkah Kerja
1. Cucilah tampah, ayakan, kipas dan cukil yang akan digunakan, kemudian dikeringkan.
2. Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci hingga bersih.
3. Rendam kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air dingin biasa (proses hidrasi agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin ).
4.. Lepaskan kulit biji kedelai yang telah lunak, kemudian cuci atau bilas dengan menggunakan air
a. jika langkah kerja sesuai dengan
percobaan
b. jika langkah kerja kurang sesuai
dengan percobaan
c. jika langkah kerja tidak sesuai
dengan percobaan
d. jika tidak mengisi langkah kerja
3
2
1
0
126
bersih.
5. Kukus / rebus biji kedelai tersebut sampai empuk.
6. Setelah biji kedelai terasa empuk, tuangkan biji-biji tersebut pada tampah yang telah dibersihkan, lalu diangin-angin dengan kipas/ kipas angin sambil diaduk-aduk hingga biji-biji tersebut terasa hangat.
7. Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya merata (1,5 gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai). 8. Siapkan kantong plastik atau daun pisang, atau daun jati untuk pembungkus. Bila kantong plastik yang digunakan sebagai pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakan lidi atau garpu.
8. Masukan kedelai yang telah diberi ragi tempe ke dalam pembungkusnya, atur ketebalannya sesuai dengan selera
9. Proses fermentasi kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau hingga seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
127
Rencana tindakan penugasan
proyek
a. jika tabel diisi dengan data yang
sesuai dengan percobaan
b. jika tabel diisi dengan data yang
kurang sesuai dengan percobaan
c. jika tabel diisi dengan data yang
tidak sesuai dengan percobaan
d. jika tidak mengisi tabel dengan
data hasil percobaan
3
2
1
0
128
Foto proses pembuatan tempe
a. jika tabel diisi dengan dokumentasi
yang sesuai dengan percobaan
b. jika tabel diisi dengan dokumentasi
yang kurang sesuai dengan
percobaan
c. jika tabel diisi dengan dokumentasi
yang tidak sesuai dengan
percobaan
d. jika tidak mengisi tabel dengan
dokumentasi hasil percobaan
3
2
1
0
129
Foto produk
a. jika tabel diisi dengan dokumentasi
yang sesuai dengan percobaan
b. jika tabel diisi dengan dokumentasi
yang kurang sesuai dengan percobaan
c. jika tabel diisi dengan dokumentasi
yang tidak sesuai dengan percobaan
d.jika tidak mengisi tabel dengan
dokumentasi hasil percobaan
3
2
1
0
Nilai 18
130
Kunci Jawaban LKS Wacana
Soal LKS Kunci Jawaban Kriteria Penilaian Skor
1. Tulislah masalah yang
kalian temui pada
wacana di atas!
Kelompok jamur yang merugikan dapat menyebabkan penyakit
terdapat diudara, baik di dalam ruangan maupun luar ruangan
sehingga penyebaran infeksin dapat terjadi melalui pernapasan.
a. jika membuat masalah
yang sesuai dengan
bacaan yang telah
disediakan
b. jika terdapat masalah
yang kurang sesuai
dengan bacaan yang telah
disediakan
c. jika membuat masalah
yang tidak sesuai dengan
bacaan yang telah
disediakan
d. jika tidak membuat
masalah
3
2
1
0
131
2. Apakah penyebab
munculnya
permasalahan tersebut?
Kurangnya perhatian dalam menjaga kebersihan, terutama dalam
penyaringan udara yang terdapat pada ruangan-ruangan.
a. jika sesuai dengan
permasalahan
b. jika kurang tepat sesuai
dengan permasalahan
c. jika tidak sesuai dengan
permasalahan
d. jika tidak membuat
3
2
1
0
3. Bagaimana dampak
yang timbul dari
permasalahan tersebut?
Dampak permasalahan tersebut yaitu berupa gangguan pernapasan
akibat kerusakan, penyumbatan, dan pelebaran bronkus, dan dapat pula
menyebar ke pembuluh darah, otak, ginjal bahkan kematian.
a. jika sesuai dengan
permasalahan
b. jika kurang tepat sesuai
dengan permasalahan
c. jika tidak sesuai dengan
permasalahan
d. jika tidak membuat
3
2
1
0
132
4. Usaha apakah yang
dapat digunakan untuk
menyelesaikan
permasalah pada wacana
tersebut?
Pencegahan aspergillosis dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
menggunakan high efficiency particulate air (HEPA) sebagai penyaring
udara ruangan.
a. jika sesuai dengan
permasalahan
b. jika kurang tepat sesuai
dengan permasalahan
c. jika tidak sesuai dengan
permasalahan
d. jika tidak membuat
3
2
1
0
133
5. Berdasarkan wacana
tersebut jamur apa yang
timbul dan penyakit apa
saja yang ditimbulkan!
Aspergillosis : menyebabkan gejala alergi pada sistem pernapasan.
Aspergiloma : gangguan paru-paru yang disebabkan oleh jamur
Aspergillus flavus yang merupakan bola-bola jamur.
a. jika menjelaskan
penyakit yang
ditimbulkan sesuai
dengan wacana
b. jika menjelaskan
penyakit yang
ditimbulkan kurang
sesuai dengan wacana
c. jika menjelaskan
penyakit yang
ditimbulkan tidak sesuai
3
2
1
134
dengan wacana
d. jika tidak menjelaskan
0
6. Lengkapilan ciri-ciri
anggota kelompok jamur
a. jika jawaban tepat dan
sesuai berdasarkan
sumber
b. jika jawaban kurang tepat
dan sesuai berdasarkan
sumber
c. jika jawaban tidak tepat
dan sesuai berdasarkan
sumber
d. jika tidak memberikan
jawaban
3
2
1
0
Nilai 18
135
Kunci Jawaban LKS Pengamatan Langsung
136
Hasil Pengamatan
a. jika membuat klasifikasi
sesuai berdasarkan sumber
b. jika membuat klasifikasi
kurang sesuai berdasarkan
sumber jika terdapat
rumusan
c. jika membuat klasifikasi
tidak sesuai berdasarkan
sumber jika terdapat
rumusan
d. jika tidak membuat
klasifikasi
3
2
1
0
137
Sebutkan ciri-ciri jamur
yang kamu amati?
Menjelaskan ciri-ciri jamur yang diamati a. jika menjelaskan ciri-ciri
jamur secara tepat
b. jika menjelaskan ciri-ciri
jamur kurang tepat
c. jika menjelaskan ciri-ciri
jamur tidak tepat
d. jika tidak menjelaskan ciri-
ciri jamur
3
2
1
0
Bagaimana cara
reproduksi jamur tsb !
Menjelaskan reproduksi pada jamur a. jika menjelaskan reproduksi
jamur secara tepat
b. jika menjelaskan reproduksi
jamur kurang tepat
c. jika menjelaskan reproduksi
jamur tidak tepat
d. jika tidak menjelaskan
reproduksi jamur
3
2
1
0
138
Apa peranan jamur tsb?
Menjelaskan peranan jamur
a. jika menjelaskan peranan
jamur secara tepat
b. jika menjelaskan peranan
jamur kurang tepat
c. jika menjelaskan peranan
jamur tidak tepat
d. jika tidak menjelaskan
peranan jamur
3
2
1
0
139
Pembahasan
Menjelaskan pembahasan a. jika pembahasan sesuai
dengan data hasil percobaan
b. jika pembahasan tidak
sesuai dengan data hasil
percobaan
c. jika pembahasan salah
d. jika tidak membuat
pembahasan
3
2
1
0
Kesimpulan a. jika membuat kesimpulan
yang sesuai dengan
percobaan yang telah
dilakukan
b. jika membuat kesimpulan
yang kurang sesuai dengan
percobaan yang telah
3
2
140
dilakukan
c. jika membuat kesimpulan
yang tidak sesuai dengan
percobaan yang telah
d. jika tidak membuat
kesimpulan
2
0
Nilai 18
Lampiran 5 141
KISI-KISI INSTRUMEN HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar : 3.7 Mengelompokkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengkaitkan peranannya dalam kehidupan
4.6 Menyajikan laporan hasil investigasi tentang keanekaragaman jamur dan perannya dalam kehidupan.
Pokok Pembelajaran : Fungi/Jamur
Satuan Pendidikan : SMAS 1 Barunawati
Kelas/Semester : X (Sepuluh)/II
Jenis Soal : Essay
No Indikator Pembelajaran
Indikator Soal Butir Soal Jawaban Ranah
Kognitif
1. Mendeskripsikan ciri-ciri jamur
Menyebutkan ciri-ciri jamur
Sebutkan ciri-ciri jamur secara umum! 1. bersel satu atau banyak dengan dinding sel dari zat kitin dan tidak berklorofil
2. mempunyai keturunan diploid yang singkat 3. tubuh jamur umumnya multiseluler 4. jamur dapat di jumpai di tempat yang lembab 5. bersifat eukariotik
C1
2. Mendeskripsikan ciri-ciri jamur
Menjelaskan perbedaan ciri jamur
Jelaskan perbedaan antara Zygomycota, Ascomycota dan Basidiomycota?
Zygomycota Ascomycota Basidiomycota Zygomycota: hifanya tidak bersekat (soenositik), contohnya jamur
hifanya bersekat dan berinti banyak , contohnya sacaromyces (jamur tape) struktur tubuhnya ada
hifanya bersekat, contohnya pleurotus sp.(jamur tiram) struktur tubuhnya multiseluler dan biasanya makroskopis cara hidupnya ada yg saprofit mempunyai
C2
142
ryzopus (jamur tempe) hidup di tempat yang lembab membentuk spora istirahat berdinding tebal yang disebut zigospora mempunyai hifa yang bercabang dengan dinding sel tersusun dari zat kitin umumnya mempunyai rizoid yang berguna untuk melekat pada substrat
yng uniseluler, bersel bnyak dan mebentuk miselium asoenositik (contoh: penicillium) ascomycota yg bersel banyak dan membentuk badan buah (contoh: nectria) cara hidupnya adalah saprofit menghasilkan spora dlm askus
badan buah yg di sebut basidiokarp
3. Mengklasifikasi ciri-ciri jamur
Mengklasifikasi ciri-ciri jamur
Sebutkan klasifikasi jamur beserta contohnya …. 1. Zygomycota, contoh Rhizopus oryzae 2. Ascomycota, contoh Saccharomises cerevisiae 3. Basidiomycota, contoh Volvaiella volvacea 4. Deuteromycota, contoh Aspergillus wenti
C3
4. Mendeskripsikan peranan jamur bagi kelangsungan hidup
Menjelaskan peranan jamur terkait pengaruh terhadap kelangsungan
Jamur merupakan pengurai utama yang menjaga tersedianya nutrient anorganik dalam lingkup ekosistem. Jika seluruh jamur di permukaan bumi mati, menurutmu bagaimana pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup seluruh organisme di bumi?
Jamur dan Bakteri merupakan pengurai utama yang menjaga tersedianya nutrien anorganik, yakni menguraikan organisme mati, dedaunan yang gugur, feses dan bahan organik lainya yang sangat penting
C2
143
organisme
hidup organisme
bagi pertumbuhan tanaman. Jika jamur tidak ada, maka ekosistem akan musnah dan tumbuhan serta hewan yang bergantung pada jamur akan kelaparan dan mati.
5. Menganalisis sistem
reproduksi pada jamur
Menganalisis sistem reproduksi jamur Zygomycota secara seksual
Perhatikan gambar di bawah ini !
Cobalah kamu uraikan reproduksi seksual dari Zygomycota berdasarkan gambar diatas !
1. Hifa (+) dan hifa (-) saling berdekatan membentuk cabang hifa yang disebut gametangium yang mengandung inti haploid (n) 2. Dinding kedua gametangium pecah, terjadi penyatuan plasma sel. 3. Inti haploid hifa (+) bergabung dengan inti haploid hifa (-) membentuk zigospora yang memiliki inti-inti yang diploid (2n) 4. Inti-inti diploid membelah secara meiosis menghasilkan inti haploid 5. Zigispora mengalamai penebalan dinding sel dan mengalami dormansi 6. Jika kondisi lingkungan menguntungkan, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium 7. Jika sporangium masak, dindingnya akan pecah sehingga spora tersebar 8. Spora yang jatuh di tempat yang sesuai berkembang menjadi jamur baru
C4
6. Menjelaskan peranan jamur
bagi
Menjelaskan manfaat Saccharomyces
Apakah manfaat Saccharomyces cereviceae? Gambarkan siklus hidupnya dan berilah keterangan!
Manfaat dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake.
C2
144
kelangsungan hidup
organisme
cereviceae berdasarkan siklus hidup
Daur hidup Saccharomyces cerevisiae aseksual
145
7. Menjelaskan struktur dan fungsi jamur
Menjelaskan struktur mikroskopis tubuh Rhizopus sp.
Gambarkan struktur mikroskopis tubuh Rhizopus sp. lengkap dengan keterangan bagian-bagiannya.
.
C1
8.
Mendeskripsikan ciri-ciri jamur
Menjelaskan ciri fungi deuteromycetes berdasarkan siklus hidup
Mengapa jamur Deuteromycota disebut sebagai fungi imperfecti? Fungi Deuteromycetes adalah fungi imperfect atau tidak sempurna karena tidak memiliki fase seksual yang jelas.
C2
9. Menjelaskan peranan jamur
bagi kelangsungan
hidup organisme
Menjelaskan peranan liken dalam pembentukan tanah
Mengapa liken disebut organisme perintis? karena lichen dapat hidup pada lingkungan dengan syarat lingkungan ya amat minim dan kemampuannya membantu pelapukan batuan, lichen mempunyai peranan yg sangat besar dlm pembentukan tanah dari batuan.
C2
10. Menentukan dampak yang ditimbulkan oleh jamur
Mencegah timbulnya ketombe akibat jamur
Bagaimana cara menjaga tubuh agar terhindar dari ketombe yang timbul karena jamur?
1. Konsumsi makanan bergizi 2. Cukupi kebutuhan cairan harian 3. Pilih shampoo yang tepat 4. Olahraga teratur 5. Bersihkan kepala secara rutin
C3
11. Menganalisis proses terkait kelainan yang
Menganalisis proses jamur Aspergillus
Secara tidak sengaja, mungkin kita pernah memakan roti yang telah berjamur. Jamur yang tumbuh pada roti adalah Aspergillus flavus yang menghasilkan racun Alfatoksin. Jika terlalu sering
Racun Alfatoksin (bersifat karsinogenik) dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus yang tumbuh pada roti yang sudah basi,
C4
146
disebabkan oleh jamur
flavus terkait kelainan atau penyakit
mengonsumsi makanan berjamur akan berisiko terserang kanker hati dan menurunnya kekebalan tubuh. Bagaimana pendapatmu mengenai pernyataan tersebut?
berjamur dan makanan yang disimpan di tempat lembab. Aflatoksin tumbuh subur pada kelembaban tinggi dan menjadi jamur karsinogenik yang memiliki efek toksik lebih hebat dibadingkan dengan jamur lainnya. Apabila sering mengkonsumsi makanan yang sudah berjamur dapat menimbulkan keracunan, menurunnya kekebalan tubuh bahkan bisa memicu tumbuhnya kanker hati.
12. Menjelaskan peranan jamur
bagi kelangsungan
hidup organisme
Menentukan produk makanan atau minuman yang dibuat dengan kapang
Sebutkan produk makanan atau minuman yang dibuat dengan bantuan kapang. Sebutkan jenis kapangnya!
Makanan - Roti (Saccharomyces cerevisiae) - Nata de coco (Acetobacter xylinum)
Minuman - Bir (Saccharomyces cerevisiae)
C3
13. Menjelaskan struktur dan organ fungsi
jamur
Menjelaskan istilah bagian-bagian struktur organ jamur
Jelaskan yang dimaksud dengan istilah berikut. a. Hifa, miselium, dan tubuh buah. b. Sporangiospora dan konidiospora. c. Askokarp, askus, dan askospora. d. Basidiokarp, basidium, dan basidiospora.
A. Hifa : Hifa adalah struktur penyusun tubuh jamur makroskopis memanjang membentuk benang.
Miselium : Miselium adalah jalinan benang yang tersusun oleh cabang-cabang hifa. Tubuh buah : Tubuh buah adalah jalinan-jalinan semu yang tersusun atas miselium.
B.Sporangiospora:Sporangiospora adalah spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus Konidiospor : Konidiospora adalah Spora aseksual yang dihasilkan di ujung konidiofor pada Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
C. Askokarp : Tubuh buah yang berisi askus (kantong). Askus : Kantong yang menjadi tempat terbentuknya askospora. Askospora : Spora bersel satu.
C2
147
D. Basidiokarp : Tubuh buah Basidiomycota tempat basidium
berkumpul. Basidium :Penghasil basidiospora pada jamur Basidiomycota. Basidiospora : Spora yang berada dalam basidium.
14. Mendeskripsikan ciri-ciri jamur
Menjelaskan ciri-ciri liken
Mengapa liken berwarna biru kehijauan? Karena ganggang tersebut adalah ganggang cyanophyta yang memang berwarna birukehijauan dan bersimbiosis dengan jamur.
C2
15. Menentukan dampak yang ditimbulkan oleh jamur
Menjelaskan kerugian yang ditimbukan oleh jamur
Apa saja kerugian yang akan ditimbulkan oleh jamur? - membuat makanan menjadi basi - menghasilkan racun aflaktosin - parasit pada beberapa tanaman
C1
16. Mendeskripsikan ciri-ciri jamur
Menjelaskan ciri-ciri bagian struktur organ jamur
Organisme yang memiliki dinding sel, nucleus, mitokondria, Retikulum endoplasma, bagan golgi, serta tidak memiliki sentriol, flagella, dan kloroplas dapat disimpulkan yang memiliki ciri-ciri tersebut adalah ….
Fungi C2
17. Menjelaskan struktur dan organ fungsi jamur
Mengelompokkan jamur basidiomycota
Dalam sistem klasifikasi, jamur ini termasuk kelompok ….
Basidiomycota C1
18. Menjelaskan proses/mekanis
me jamur
Menjelaskan proses jamur dalam mengurai kotoran hewan
Jamur pengurai kotoran hewan yang menunjukkan gerak fototropisme positif adalah ….
Pilobolus C2
Lampiran 6 148
No Jawaban Skor 1. 1. Zygomycota, contoh Rhizopus oryzae
2. Ascomycota, contoh Saccharomises cerevisiae
3. Basidiomycota, contoh Volvaiella volvacea
4. Deuteromycota, contoh Aspergillus wenti (4 jawaban benar)
3
2-3 jawaban benar 2 1 jawaban benar 1 Tidak menjawab 0
2. 1. Hifa (+) dan hifa (-) saling berdekatan membentuk cabang hifa yang disebut gametangium yang mengandung inti haploid (n) 2. Dinding kedua gametangium pecah, terjadi penyatuan plasma sel. 3. Inti haploid hifa (+) bergabung dengan inti haploid hifa (-) membentuk zigospora yang memiliki inti-inti yang diploid (2n) 4. Inti-inti diploid membelah secara meiosis menghasilkan inti haploid 5. Zigispora mengalamai penebalan dinding sel dan mengalami dormansi 6. Jika kondisi lingkungan menguntungkan, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium 7. Jika sporangium masak, dindingnya akan pecah sehingga spora tersebar 8. Spora yang jatuh di tempat yang sesuai berkembang menjadi jamur baru (≥6 jawaban benar)
4
4-5 jawaban benar 3 2-3 jawaban benar 2 1 jawaban benar 1 Tidak menjawab 0
149
3.
3
Gambar benar, bagian/keterangan salah 2 Gambar salah, bagian/keterangan salah 1 Tidak menjawab 0
4. Fungi Deuteromycetes adalah fungi imperfect atau tidak sempurna karena tidak memiliki fase seksual yang jelas.
3
Fungi Deuteromycetes adalah fungi imperfect karena tidak memiliki fase seksual yang jelas.
2
Fungi Deuteromycetes adalah fungi imperfect atau tidak sempurna
1
Tidak menjawab 0 5. karena lichen dapat hidup pada lingkungan
dengan syarat lingkungan ya amat minim dan kemampuannya membantu pelapukan batuan, lichen mempunyai peranan yg sangat besar dlm pembentukan tanah dari batuan.
3
karena lichen dapat hidup pada lingkungan dengan syarat lingkungan ya amat minim dan kemampuannya membantu pelapukan batuan
2
karena lichen dapat hidup pada lingkungan dengan syarat lingkungan ya amat minim
1
Tidak menjawab 0 6. Hipotesis : Tempe hasil dari fermentasi apabila
diletakkan ditempat yang lembab atau tertutup rapat akan cepat membusuk
4
Hipotesis : Tempe hasil dari fermentasi diletakkan ditempat yang lembab akan cepat membusuk
3
Hipotesis : Tempe hasil fermentasi akan cepat membusuk ditempat yang lembap
2
150
Hipotesis : Tempe hasil cepat membusuk ditempat lembap
1
Tidak menjawab 0 7. Alat : Kompor, panci, saringan/peniris,
tampah, sendok, kantung plastik/daun pisang, kain serbet Bahan : Kacang kedelai, air, ragi tempe
3
Alat: Kompor, panci, tampah, sendok, kantung plastic/daun pisang Bahan: Kacang kedelai, air, ragi tempe
2
Alat : Kompor, panci, , sendok, kantung plastik/daun pisang, Bahan : Kacang kedelai, ragi tempe
1
Tidak menjawab 0 8. A. Hifa : Hifa adalah struktur penyusun tubuh
jamur makroskopis memanjang membentuk benang.
Miselium : Miselium adalah jalinan benang yang tersusun oleh cabang-cabang hifa. Tubuh buah : Tubuh buah adalah jalinan-jalinan semu yang tersusun atas miselium.
B.Sporangiospora:Sporangiospora adalah spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus Konidiospor : Konidiospora adalah Spora aseksual yang dihasilkan di ujung konidiofor pada Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
C. Askokarp : Tubuh buah yang berisi askus (kantong). Askus : Kantong yang menjadi tempat terbentuknya askospora. Askospora : Spora bersel satu.
D. Basidiokarp : Tubuh buah Basidiomycota tempat basidium berkumpul. Basidium :Penghasil basidiospora pada jamur Basidiomycota. Basidiospora : Spora yang berada dalam basidium.
4
A. Hifa : Hifa adalah struktur penyusun tubuh jamur makroskopis memanjang membentuk
3
151
benang. Miselium : Miselium adalah jalinan benang
yang tersusun oleh cabang-cabang hifa.
B.Sporangiospora:Sporangiospora adalah spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus Konidiospor : Konidiospora adalah Spora aseksual yang dihasilkan di ujung konidiofor pada Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
C. Askokarp : Tubuh buah yang berisi askus (kantong). Askus : Kantong yang menjadi tempat terbentuknya askospora.
D. Basidiokarp : Tubuh buah Basidiomycota tempat basidium berkumpul. Basidium :Penghasil basidiospora pada jamur Basidiomycota.
A. Hifa : Hifa adalah struktur penyusun tubuh jamur makroskopis memanjang membentuk benang.
B.Sporangiospora:Sporangiospora adalah spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
C. Askokarp : Tubuh buah yang berisi askus (kantong). Askus : Kantong yang menjadi tempat terbentuknya askospora.
D. Basidiokarp : Tubuh buah Basidiomycota tempat basidium berkumpul. Basidium :Penghasil basidiospora pada jamur Basidiomycota.
2
A. Hifa : Hifa adalah struktur penyusun tubuh jamur makroskopis memanjang membentuk benang.
1
152
B.Sporangiospora:Sporangiospora adalah spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
C. Askokarp : Tubuh buah yang berisi askus (kantong).
D. Basidiokarp : Tubuh buah Basidiomycota tempat basidium berkumpul.
Tidak menjawab 0 9. Karena ganggang tersebut adalah ganggang
cyanophyta yang memang berwarna biru kehijauan dan bersimbiosis dengan jamur
2
Karena ganggang tersebut adalah ganggang cyanophyta yang memang berwarna biru kehijauan
1
Tidak menjawab 0 10. Basidiomycota 2
Jawaban salah 1 Tidak menjawab 0
Lampiran 7 153
SOAL
PETUNJUK UMUM
1. Isilah soal essay di bawah ini dengan tepat 2. Gunakan waktu dengan efektif dan efisien 3. Periksalah pekerjaan Anda sebelum dikumpulkan 4. Kerjakan soal secara jujur dan mandiri
1. Sebutkan klasifikasi jamur beserta contohnya …. 2. Perhatikan gambar di bawah ini !
Cobalah kamu uraikan reproduksi seksual dari Zygomycota berdasarkan gambar diatas !
3. Gambarkan struktur mikroskopis tubuh Rhizopus sp. lengkap dengan keterangan bagian-bagiannya.
4. Mengapa jamur Deuteromycota disebut sebagai fungi imperfecti? 5. Mengapa liken disebut organisme perintis? 6. Jelaskan yang dimaksud dengan istilah berikut.
a) Hifa, miselium, dan tubuh buah. b) Sporangiospora dan konidiospora. c) Askokarp, askus, dan askospora. d) Basidiokarp, basidium, dan basidiospora.
7. Mengapa liken berwarna biru kehijauan? 8. Dalam sistem klasifikasi, jamur ini termasuk kelompok ….
Lampiran 8 154
RELIABILITAS TES
================
Rata2= 36,07
Simpang Baku= 7,41
KorelasiXY= 0,52
Reliabilitas Tes= 0,68
Nama berkas: C:\USERS\INTAN\DOCUMENTS\INTANC.A
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 1 Indah Putri K 12 22 34
2 2 Nilam Chandra 21 22 43
3 3 Aulia Permata 21 19 40
4 4 Ikhwan Bintang 22 19 41
5 5 Novia Damayanti 13 19 32
6 6 Danang Syaile... 23 20 43
7 7 Aditya Rizki ... 8 13 21
8 8 Junior Riyo 19 13 32
9 9 Astya Az-Zahra 15 19 34
10 10 Desyanda Ariana 15 20 35
11 11 Adinda Sekarsari 14 23 37
12 12 M. Gibran Adi... 17 19 36
13 13 Achmad Yogi A... 10 18 28
155
14 14 Rezkya Jihan 15 23 38
15 15 Revaldi Rizky... 10 15 25
16 16 Dirham Sanad 14 19 33
17 17 Ranisa Serafina 12 19 31
18 18 Jasmine Hanifa 16 16 32
19 19 Pratama Kurni... 10 10 20
20 20 Adilla Kamil 12 17 29
21 21 Amala Maharani 23 17 40
22 22 M. Hamka 17 20 37
23 23 Azka Danendra... 22 24 46
24 24 Dirga Rajendra 19 18 37
25 25 Yolanda Shahf... 18 21 39
26 26 Kalina Septyara 23 23 46
27 27 Alita Samara ... 26 23 49
28 28 Soni Alfarizi 24 22 46
29 29 Ammar Fahreza 25 22 47
30 30 Reyna Ruby 15 16 31
156
SKOR DATA
=========
Rata2= 36,07
Standar Deviasi= 7,41
Keterangan: data terurut berdasarkan skor (tinggi ke rendah)
Nama berkas: C:\USERS\INTAN\DOCUMENTS\INTANC.A
Nomor Nomor No. Butir Baru -----> Skor 1 2 3 4 5 6 7 8
Urut Subyek No. Butir Asli ---> 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama|Skr Ideal -> 3 3 3 3 4 4 3 3
1 27 Alita Samara Dewi 49 3 2 3 3 3 2 3 3
2 29 Ammar Fahreza 47 3 2 3 3 3 2 2 3
3 23 Azka Danendra Putro 46 2 3 3 2 2 2 3 3
4 26 Kalina Septyara 46 3 3 3 3 2 2 2 3
5 28 Soni Alfarizi 46 3 2 3 3 3 2 3 3
6 2 Nilam Chandra 43 3 0 1 2 2 3 3 3
7 6 Danang Syailendra 43 2 0 3 2 4 4 3 3
8 4 Ikhwan Bintang 41 3 0 3 2 2 3 3 3
9 3 Aulia Permata 40 2 3 2 2 3 1 2 2
10 21 Amala Maharani 40 3 3 3 2 3 1 1 3
11 25 Yolanda Shahfitri 39 3 2 3 3 1 2 2 3
12 14 Rezkya Jihan 38 3 2 0 2 0 3 0 3
157
13 11 Adinda Sekarsari 37 3 2 3 3 0 4 0 3
14 22 M. Hamka 37 3 2 0 2 2 2 2 2
15 24 Dirga Rajendra 37 2 3 3 3 2 2 2 3
16 12 M. Gibran Adiputra 36 2 0 0 2 0 2 0 3
17 10 Desyanda Ariana 35 3 3 3 2 0 2 0 2
18 1 Indah Putri K 34 2 2 1 0 0 4 0 3
19 9 Astya Az-Zahra 34 3 0 2 2 2 2 0 3
20 16 Dirham Sanad 33 3 2 1 0 0 4 0 3
21 5 Novia Damayanti 32 2 2 0 2 0 1 2 2
22 8 Junior Riyo 32 3 0 2 2 2 1 1 2
23 18 Jasmine Hanifa 32 2 3 3 2 2 1 0 3
24 17 Ranisa Serafina 31 3 2 2 3 0 2 0 2
25 30 Reyna Ruby 31 3 2 3 2 1 1 2 0
26 20 Adilla Kamil 29 3 3 1 2 0 1 0 2
27 13 Achmad Yogi Adiputera 28 3 2 1 2 0 2 0 3
28 15 Revaldi Rizky Pahlevi 25 3 0 1 3 0 1 0 3
29 7 Aditya Rizki Septian 21 1 2 1 2 1 1 1 2
30 19 Pratama Kurniantama 20 2 0 2 2 2 1 0 0
Nomor Nomor No. Butir Baru -----> Skor 9 10 11 12 13 14 15 16
Urut Subyek No. Butir Asli ---> 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama|Skr Ideal -> 3 3 4 4 3 3 4 2
158
1 27 Alita Samara Dewi 49 3 3 2 3 3 2 2 1
2 29 Ammar Fahreza 47 3 2 2 4 3 1 2 1
3 23 Azka Danendra Putro 46 2 3 2 2 2 3 2 2
4 26 Kalina Septyara 46 2 3 2 3 3 1 2 1
5 28 Soni Alfarizi 46 3 2 1 3 2 2 2 1
6 2 Nilam Chandra 43 2 2 2 4 3 2 1 2
7 6 Danang Syailendra 43 2 2 3 4 2 3 0 0
8 4 Ikhwan Bintang 41 2 2 3 4 3 0 0 1
9 3 Aulia Permata 40 2 2 3 3 2 1 2 2
10 21 Amala Maharani 40 3 2 2 0 3 1 1 1
11 25 Yolanda Shahfitri 39 2 2 0 2 2 1 1 2
12 14 Rezkya Jihan 38 1 2 2 3 3 2 2 2
13 11 Adinda Sekarsari 37 2 2 0 2 2 2 0 1
14 22 M. Hamka 37 2 2 3 4 3 0 0 2
15 24 Dirga Rajendra 37 2 2 0 0 2 0 2 1
16 12 M. Gibran Adiputra 36 3 2 3 3 3 1 2 2
17 10 Desyanda Ariana 35 0 2 2 2 3 2 0 1
18 1 Indah Putri K 34 2 2 0 4 3 2 0 1
19 9 Astya Az-Zahra 34 0 2 0 3 3 2 1 1
20 16 Dirham Sanad 33 2 2 2 2 2 1 0 1
21 5 Novia Damayanti 32 2 3 2 3 2 1 0 1
22 8 Junior Riyo 32 3 3 4 0 2 1 0 0
23 18 Jasmine Hanifa 32 3 2 2 0 2 1 0 0
159
24 17 Ranisa Serafina 31 3 3 0 0 2 1 0 2
25 30 Reyna Ruby 31 0 3 1 2 1 1 0 1
26 20 Adilla Kamil 29 0 3 2 0 0 1 2 1
27 13 Achmad Yogi Adiputera 28 0 3 2 0 2 1 0 1
28 15 Revaldi Rizky Pahlevi 25 3 2 0 1 1 1 0 0
29 7 Aditya Rizki Septian 21 0 1 2 2 1 1 0 0
30 19 Pratama Kurniantama 20 0 2 2 0 0 1 0 0
Nomor Nomor No. Butir Baru -----> Skor 17 18 19 20
Urut Subyek No. Butir Asli ---> 17 18 19 20
Nama|Skr Ideal -> 2 2 2 2
1 27 Alita Samara Dewi 49 2 2 2 2
2 29 Ammar Fahreza 47 2 2 2 2
3 23 Azka Danendra Putro 46 2 2 2 2
4 26 Kalina Septyara 46 2 2 2 2
5 28 Soni Alfarizi 46 2 2 2 2
6 2 Nilam Chandra 43 2 2 2 2
7 6 Danang Syailendra 43 2 2 2 0
8 4 Ikhwan Bintang 41 1 2 2 2
9 3 Aulia Permata 40 1 2 2 1
10 21 Amala Maharani 40 2 2 2 2
11 25 Yolanda Shahfitri 39 2 2 2 2
160
12 14 Rezkya Jihan 38 2 2 2 2
13 11 Adinda Sekarsari 37 2 2 2 2
14 22 M. Hamka 37 0 2 2 2
15 24 Dirga Rajendra 37 2 2 2 2
16 12 M. Gibran Adiputra 36 2 2 2 2
17 10 Desyanda Ariana 35 2 2 2 2
18 1 Indah Putri K 34 2 2 2 2
19 9 Astya Az-Zahra 34 2 2 2 2
20 16 Dirham Sanad 33 2 2 2 2
21 5 Novia Damayanti 32 1 2 2 2
22 8 Junior Riyo 32 0 2 2 2
23 18 Jasmine Hanifa 32 0 2 2 2
24 17 Ranisa Serafina 31 2 2 0 2
25 30 Reyna Ruby 31 2 2 2 2
26 20 Adilla Kamil 29 2 2 2 2
27 13 Achmad Yogi Adiputera 28 0 2 2 2
28 15 Revaldi Rizky Pahlevi 25 0 2 2 2
29 7 Aditya Rizki Septian 21 1 2 0 0
30 19 Pratama Kurniantama 20 2 2 0 2
161
TINGKAT KESUKARAN
=================
Jumlah Subyek= 30
Butir Soal= 20
Nama berkas: C:\USERS\INTAN\DOCUMENTS\INTANC.A
No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 87,50 Sangat Mudah
2 2 54,17 Sedang
3 3 75,00 Mudah
4 4 79,17 Mudah
5 5 42,19 Sedang
6 6 46,88 Sedang
7 7 52,08 Sedang
8 8 81,25 Mudah
9 9 58,33 Sedang
10 10 79,17 Mudah
11 11 43,75 Sedang
12 12 50,00 Sedang
13 13 62,50 Sedang
14 14 45,83 Sedang
15 15 20,31 Sukar
162
16 16 43,75 Sedang
17 17 75,00 Mudah
18 18 100,00 Sangat Mudah
19 19 81,25 Mudah
20 20 87,50 Sangat Mudah
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL
=================================
Jumlah Subyek= 30
Butir Soal= 20
Nama berkas: C:\USERS\INTAN\DOCUMENTS\INTANC.A
No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi
1 1 0,291 -
2 2 0,185 -
3 3 0,437 Signifikan
4 4 0,266 -
5 5 0,560 Sangat Signifikan
6 6 0,363 -
7 7 0,687 Sangat Signifikan
8 8 0,539 Signifikan
163
9 9 0,497 Signifikan
10 10 0,129 -
11 11 0,144 -
12 12 0,560 Sangat Signifikan
13 13 0,664 Sangat Signifikan
14 14 0,338 -
15 15 0,596 Sangat Signifikan
16 16 0,437 Signifikan
17 17 0,377 -
18 18 NAN NAN
19 19 0,552 Sangat Signifikan
20 20 0,108 -
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:
df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01
10 0,576 0,708 60 0,250 0,325
15 0,482 0,606 70 0,233 0,302
20 0,423 0,549 80 0,217 0,283
25 0,381 0,496 90 0,205 0,267
164
30 0,349 0,449 100 0,195 0,254
40 0,304 0,393 125 0,174 0,228
50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208
Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
Lampiran 9 165
Nilai Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Siswa Pretest Posttest Pretest Posttest
1 48 48 44 68 2 16 40 32 72 3 44 84 20 56 4 36 68 36 60 5 40 64 28 64 6 36 52 16 76 7 4 52 32 80 8 36 48 32 76 9 12 64 24 72 10 20 36 36 36 11 36 52 12 60 12 48 84 24 60 13 24 48 60 68 14 12 72 20 72 15 24 48 12 72 16 28 40 32 52 17 32 76 32 76 18 24 48 20 60 19 8 52 24 68 20 4 84 36 80 21 16 56 32 84 22 40 76 8 56 23 28 60 32 68 24 20 44 16 76 25 24 56 32 84 26 20 80 4 56 27 4 72 56 84 28 16 40 32 76 29 12 84 24 68 30 28 56 32 80 31 24 44 8 80 32 40 60 20 72 33 16 64 24 60 34 12 72 56 68 N 34 34 34 34
Max 48 84 60 84 Min 4 36 4 36 SD 15,85 13,16 10,69 15,07
Mean 25,53 60.59 27.96 68.82 Median 24 30 70 58 Modus 24 32 68 84
Lampiran 9 166
Analisis Presentase Hasil Belajar Pretest Kelas Eksperimen
No. Nama Jumlah %
SA1 SA2 SA3 SA4 SA5 SA6 SA7 SA8 Skor HB
Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor %
1 Agustina 1 33,33 2 66,67 0 0 3 100 2 66,67 0 0 0 0 3 75 11 44 2 Alifni Fitri Ridwan 1 33,33 1 33,33 0 0 1 33,33 2 66,67 0 0 1 33,33 2 50 8 32 3 Ananda Luthfi Jamii Jein 0 0 0 0 0 0 2 66,67 3 100 0 0 0 0 0 0 5 20 4 Audrey Deswita Septia S 0 0 1 33,33 0 0 3 100 3 100 2 40 0 0 0 0 9 36 5 Aulia Rahmadanti 0 0 0 0 0 0 0 0 2 66,67 0 0 3 100 2 50 7 28 6 Bayu Seto Adji 0 0 0 0 0 0 0 0 2 66,67 1 20 1 33,33 0 0 4 16 7 Chairunnisa 3 100 2 66,67 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 8 32 8 Damar Makrad Ramadhan 1 33,33 1 33,33 2 40 0 0 3 100 1 20 0 0 0 0 8 32 9 Delia Rahma Nova M 0 0 1 33,33 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 2 50 6 24
10 Eka Sarafika Nur Latifa 0 0 2 66,67 0 0 3 100 3 100 1 20 0 0 0 0 9 36 11 Fairuz Nafidzta Ramadhan 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 3 12 12 Hana Hamidah 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 1 33,33 2 50 6 24 13 Himna Nabila 3 100 2 66,67 0 0 3 100 2 66,67 0 0 3 100 2 50 15 60 14 Kevin Prasana Andrianto 0 0 1 33,33 0 0 0 0 2 66,67 0 0 0 0 2 50 5 20 15 Luqy Azri 0 0 0 0 0 0 0 0 2 66,67 1 20 0 0 0 0 3 12 16 Michelle Aprillia Maulidina 3 100 2 66,67 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 8 32 17 M. Reza Rachmansyah 2 66,67 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 0 0 8 32 18 M. Apriadi Ramlan 0 0 1 33,33 0 0 0 0 3 100 1 20 0 0 0 5 20 19 M. Isnaini Syaifudin 0 0 0 0 2 40 0 0 3 100 1 20 0 0 0 0 6 24 20 M. Syahril 0 0 2 66,67 0 0 3 100 2 66,67 0 0 1 33,33 1 25 9 36 21 Nabila Enjelina Putri 3 100 2 66,67 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 8 32 22 Naufal Al-Azis 0 0 0 0 0 0 0 0 2 66,67 0 0 0 0 0 0 2 8 23 Novita Sari 3 100 2 66,67 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 8 32 24 Oktaviani 0 0 1 33,33 0 0 0 0 1 33,33 0 0 0 0 2 50 4 16 25 Pramugia Putri Hakim 3 100 2 66,67 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 8 32
167
26 Raditya Ahmad Fahreza P 0 0 0 0 0 0 0 0 1 33,33 0 0 0 0 0 0 1 4 27 Raditya Rizky Ilhamsyah 0 0 3 100 3 60 0 0 2 66,67 0 0 3 100 3 75 14 56 28 Rendy Pramudya Z 0 0 0 0 0 0 2 66,67 2 66,67 2 40 2 66,67 0 0 8 32 29 Safitri Dwi Puspitasari 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 0 0 6 24 30 Sakila Nur Azahra 0 0 0 0 0 0 0 0 2 66,67 0 0 3 100 3 75 8 32 31 Shafanny Rasya 0 0 0 0 0 0 0 0 2 66,67 0 0 0 0 0 0 2 8 32 Syaima Fatima 0 0 0 0 0 0 0 0 2 66,67 0 0 1 33,33 2 50 5 20 33 Tite Ruby Kharisma 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 0 0 6 24 34 Zulfa Alifia Putri Kiddi 3 100 2 66,67 0 0 3 100 1 33,33 0 0 3 100 2 50 14 56
Rerata Sub Aspek 0,76 25,49 0,88 29,41 0,21 4,12 0,94 31,37 2,41 80,39 0,29 5,88 0,67 21,57 0,82 20,59 6,99 27,96 Rerata Aspek 19,67 31,37 5,88 21,08 20,59
168
Analisis Presentase Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen
No. Nama Jumlah %
SA1 SA2 SA3 SA4 SA5 SA6 SA7 SA8 Skor HB
Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor %
1 Agustina 0 0 1 50 2 100 3 100 3 100 1 25 3 100 4 100 17 68
2 Alifni Fitri Ridwan 3 100 1 50 2 100 3 100 3 100 0 0 3 100 3 75 18 72
3 Ananda Luthfi Jamii Jein 0 0 2 100 2 100 2 66,67 3 100 0 0 2 66,67 3 75 14 56
4 Audrey Deswita Septia S 1 33,33 2 100 2 100 2 66,67 3 100 0 0 2 66,67 3 75 15 60
5 Aulia Rahmadanti 1 33,33 1 50 2 100 3 100 3 100 1 25 2 66,67 3 75 16 64
6 Bayu Seto Adji 2 66,67 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 2 66,67 3 75 19 76
7 Chairunnisa 3 100 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 2 66,67 3 75 20 80
8 Damar Makrad Ramadhan 3 100 2 100 2 100 3 100 3 100 1 25 2 66,67 3 75 19 76
9 Delia Rahma Nova M 3 100 1 50 2 100 3 100 3 100 0 0 3 100 3 75 18 72
10 Eka Sarafika Nur Latifa 0 0 0 0 0 0 3 100 2 66,67 0 0 2 66,67 2 50 9 36
11 Fairuz Nafidzta Ramadhan 0 0 1 50 2 100 3 100 3 100 1 25 2 66,67 3 75 15 60
12 Hana Hamidah 1 33,33 1 50 2 100 3 100 3 100 0 0 2 66,67 3 75 15 60
13 Himna Nabila 1 33,33 1 50 2 100 3 100 3 100 1 25 3 100 3 75 17 68
14 Kevin Prasana Andrianto 2 66,67 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 2 66,67 2 50 18 72
15 Luqy Azri 1 33,33 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 2 66,67 3 75 18 72
16 Michelle Aprillia Maulidina 1 33,33 0 0 2 100 3 100 2 66,67 0 0 3 100 2 50 13 52
17 M. Reza Rachmansyah 2 66,67 2 100 2 100 3 100 3 100 1 25 3 100 3 75 19 76
18 M. Apriadi Ramlan 2 66,67 0 0 1 50 3 100 3 100 1 25 2 66,67 3 75 15 60
19 M. Isnaini Syaifudin 1 33,33 0 0 2 100 2 66,67 3 100 2 50 3 100 4 100 17 68
20 M. Syahril 3 100 2 100 2 100 3 100 3 100 1 25 3 100 3 75 20 80
21 Nabila Enjelina Putri 3 100 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 3 100 3 75 21 84
22 Naufal Al-Azis 2 66,67 0 0 2 100 2 66,67 3 100 1 25 2 66,67 2 50 14 56
23 Novita Sari 2 66,67 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 2 6,67 1 25 17 68
24 Oktaviani 2 66,67 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 2 6,67 3 75 19 76
25 Pramugia Putri Hakim 3 100 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 3 100 3 75 21 84
169
26 Raditya Ahmad Fahreza P 1 33,33 1 50 2 100 2 66,67 3 100 1 25 2 66,67 2 50 14 56
27 Raditya Rizky Ilhamsyah 3 100 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 3 100 3 75 21 84
28 Rendy Pramudya Z 3 100 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 1 33,33 3 75 19 76
29 Safitri Dwi Puspitasari 1 33,33 2 100 2 100 3 100 2 66,67 2 50 2 66,67 3 75 17 68
30 Sakila Nur Azahra 3 100 2 100 2 100 3 100 3 100 1 25 3 100 3 75 20 80
31 Shafanny Rasya 3 100 2 100 2 100 3 100 3 100 0 0 3 100 4 100 20 80
32 Syaima Fatima 1 33,33 2 100 2 100 3 100 3 100 2 50 3 100 2 50 18 72
33 Tite Ruby Kharisma 1 33,33 1 50 2 100 3 100 3 100 0 0 3 100 2 50 15 60
34 Zulfa Alifia Putri Kiddi 1 33,33 1 50 2 100 3 100 3 100 1 25 3 100 3 75 17 68
Rerata Sub Aspek 1,74 57,84 1,41 70,59 1,91 95,59 2,85 95,10 2,91 97,06 1,12 27,94 2,44 77,84 2,82 70,59
Rerata Aspek 74,67 95,10 27,94 74,22 70,59
170
Analisis Presentase Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol
No. Nama Jumlah %
SA1 SA2 SA3 SA4 SA5 SA6 SA7 SA8 Skor HB
Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor %
1 Adam Salman 3 100 3 150 3 150 3 100 3 100 2 50 2 66,67 2 50 21 84
2 Adelia Nanda F 0 0 0 0 0 0 0 0 1 33,33 1 25 1 33,33 1 25 4 16
3 Aisyah Vila S 1 33,33 1 50 1 50 2 66,67 3 100 2 50 0 0 1 25 11 44
4 Alfia Mahira 2 66,67 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 1 25 9 36
5 Amelia Sari 2 66,67 0 0 2 100 0 0 3 100 0 0 1 33,33 2 50 10 40
6 Ananda Dwi Putri R 2 66,67 0 0 2 100 0 0 3 100 0 0 1 33,33 1 25 9 36
7 Barnas Atalla 0 0 0 0 0 0 0 0 1 33,33 0 0 0 0 0 0 1 4
8 Dina Purnawati 2 66,67 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 1 25 9 36
9 Dewi Yulfira G 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 3 12
10 Ferry Putranto 0 0 0 0 0 0 2 66,67 3 100 0 0 0 0 0 0 5 20
11 Fikrie Ardiansyah 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 1 33,33 2 50 9 36
12 Gita Amara Putri 1 33,33 2 100 2 100 3 100 3 100 1 25 0 0 0 0 12 48
13 Hani Hanifah 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 1 33,33 2 50 6 24
14 Jefranda Samudra 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 3 12
15 Jhasmine Dwiyanti 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 0 0 6 24
16 Muhammad Haekal 0 0 0 0 0 0 1 33,33 3 100 0 0 3 100 0 0 7 28
17 Maria Angelina 1 33,33 0 0 0 0 1 33,33 3 100 0 0 3 100 0 0 8 32
18 Masya Fitriana 0 0 0 0 0 0 3 100 2 66,67 0 0 1 33,33 0 0 6 24
19 Muhammad Adjie F 0 0 0 0 0 0 1 33,33 1 33,33 0 0 0 0 0 0 2 8
20 Muhammad Ramadhany 0 0 0 0 0 0 0 0 1 33,33 0 0 0 0 0 0 1 4
21 Novita Anggraini 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 1 25 4 16
22 Nurul Fatimah H 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 1 33,33 3 75 10 40
23 Raphael Dewa H 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 1 33,33 0 0 7 28
24 Rizani Harianjah 0 0 0 0 2 100 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 5 20
171
25 Robby Hidayat 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 0 0 6 24
26 Saghita Sofa P 0 0 0 0 0 0 3 100 2 66,67 0 0 0 0 0 0 5 20
27 Samuel Christoper S 0 0 1 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4
28 Satria Nur Alif 0 0 0 0 0 0 1 33,33 1 33,33 0 0 2 66,67 0 0 4 16
29 Silvi Martin Z 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 3 12
30 Siti Komariah 0 0 0 0 1 50 2 66,67 3 100 0 0 1 33,33 0 0 7 28
31 Tegar Dwi Nugroho 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 0 0 6 24
32 Yayang Sahnaya 0 0 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 1 33,33 3 75 10 40
33 Zhafira Mahdiyah 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 1 25 4 16
34 Zulfi Mahisa 0 0 0 0 0 0 0 0 3 100 0 0 0 0 0 0 3 12
Rerata Sub Aspek 0,41 13,73 0,21 10,29 0,38 19,12 1,44 48,04 2,56 85,29 0,18 4,41 0,59 19,61 0,62 15,44
Rerata Aspek 14,38 66,67 17,52
172
Analisis Presentase Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol
No. Nama Jumlah %
SA1 SA2 SA3 SA4 SA5 SA6 SA7 SA8 Skor HB
Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor %
1 Adam Salman 2 66,67 2 100 2 100 3 100 3 100 3 75 3 100 3 75 21 84
2 Adelia Nanda F 1 33,33 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 3 100 2 50 12 48
3 Aisyah Vila S 3 100 2 100 2 100 3 100 3 100 3 75 3 100 2 50 21 84
4 Alfia Mahira 2 66,67 2 100 1 50 3 100 3 100 3 75 2 66,67 1 25 17 68
5 Amelia Sari 2 66,67 1 50 2 100 0 0 3 100 2 50 3 100 3 75 16 64
6 Ananda Dwi Putri R 2 66,67 1 50 2 100 0 0 3 100 0 0 2 66,67 3 75 13 52
7 Barnas Atalla 1 33,33 2 100 1 50 3 100 2 66,67 0 0 2 66,67 2 50 13 52
8 Dina Purnawati 3 100 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 3 75 12 48
9 Dewi Yulfira G 2 66,67 1 50 2 100 0 0 3 100 2 50 3 100 3 75 16 64
10 Ferry Putranto 3 100 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 0 0 9 36
11 Fikrie Ardiansyah 1 33,33 1 50 2 100 3 100 3 100 0 0 0 0 3 75 13 52
12 Gita Amara Putri 2 66,67 2 100 2 100 3 100 3 100 3 75 3 100 3 75 21 84
13 Hani Hanifah 1 33,33 0 0 2 100 3 100 0 0 2 50 1 33,33 3 75 12 48
14 Jefranda Samudra 3 100 1 50 2 100 3 100 3 100 0 0 3 100 3 75 18 72
15 Jhasmine Dwiyanti 1 33,33 0 0 0 0 3 100 3 100 0 0 3 100 2 50 12 48
16 Muhammad Haekal 0 0 1 50 0 0 3 100 3 100 0 0 0 0 3 75 10 40
17 Maria Angelina 3 100 1 50 2 100 3 100 3 100 0 0 3 100 4 100 19 76
18 Masya Fitriana 3 100 1 50 2 100 0 0 3 100 0 0 3 100 0 0 12 48
19 Muhammad Adjie F 2 66,67 1 50 2 100 0 0 3 100 1 25 3 100 1 25 13 52
20 Muhammad Ramadhany 3 100 1 50 2 100 2 66,67 2 66,67 4 100 3 100 4 100 21 84
21 Novita Anggraini 2 66,67 0 0 2 100 2 66,67 2 66,67 2 50 2 66,67 2 50 14 56
22 Nurul Fatimah H 3 100 2 100 1 50 2 66,67 2 66,67 3 75 3 100 3 75 19 76
23 Raphael Dewa H 2 66,67 2 100 1 50 2 66,67 1 33,33 2 50 2 66,67 3 75 15 60
24 Rizani Harianjah 1 33,33 1 50 2 100 2 66,67 3 100 0 0 1 33,33 1 25 11 44
25 Robby Hidayat 1 33,33 2 100 2 100 3 100 1 33,33 1 25 1 33,33 3 75 14 56
173
26 Saghita Sofa P 3 100 2 100 2 100 3 100 2 66,67 3 75 2 66,67 3 75 20 80
27 Samuel Christoper S 3 100 2 100 1 50 2 66,67 2 66,67 4 100 1 33,33 3 75 18 72
28 Satria Nur Alif 1 33,33 2 100 1 50 2 66,67 0 0 1 25 1 33,33 2 50 10 40
29 Silvi Martin Z 3 100 2 100 2 100 3 100 1 33,33 3 75 3 100 4 100 21 84
30 Siti Komariah 2 66,67 1 50 0 0 3 100 1 33,33 0 0 3 100 4 100 14 56
31 Tegar Dwi Nugroho 1 33,33 2 100 0 0 2 66,67 2 66,67 2 50 1 33,33 1 25 11 44
32 Yayang Sahnaya 2 66,67 1 50 1 50 3 100 0 0 2 50 3 100 3 75 15 60
33 Zhafira Mahdiyah 3 100 1 50 2 100 2 66,67 3 100 1 25 1 33,33 3 75 16 64
34 Zulfi Mahisa 3 100 2 100 2 100 2 66,67 1 33,33 2 50 3 100 3 75 18 72
Rerata Sub Aspek 2,06 68,63 1,24 61,76 1,382 69,12 2,26 75,49 2,24 74,51 1,44 36,03 2,06 68,63 2,53 63,24
Rerata Aspek 66,50 75 65,93
Lampiran 12 174
Analisis N-Gain
Siswa Pretest Posttest N-Gain Kriteria Pretest Posttest N-Gain Kriteria
1 48 48 0 Rendah 44 68 0,43 Sedang
2 16 40 0,29 Rendah 32 72 0,59 Sedang
3 44 84 0,71 Tinggi 20 56 0,45 Sedang
4 36 68 0,50 Sedang 36 60 0,38 Sedang
5 40 64 0,40 Sedang 28 64 0,50 Sedang
6 36 52 0,25 Rendah 16 76 0,71 Tinggi
7 4 52 0,50 Sedang 32 80 0,71 Tinggi
8 36 48 0,19 Rendah 32 76 0,65 Sedang
9 12 64 0,59 Sedang 24 72 0,63 Sedang
10 20 36 0,20 Rendah 36 36 0,00 Rendah
11 36 52 0,25 Rendah 12 60 0,55 Sedang
12 48 84 0,69 Sedang 24 60 0,47 Sedang
13 24 48 0,32 Sedang 60 68 0,20 Rendah
14 12 72 0,68 Sedang 20 72 0,65 Sedang
15 24 48 0,32 Sedang 12 72 0,68 Sedang
16 28 40 0,17 Rendah 32 52 0,29 Rendah
17 32 76 0,65 Sedang 32 76 0,65 Sedang
18 24 48 0,32 Sedang 20 60 0,50 Sedang
19 8 52 0,48 Sedang 24 68 0,58 Sedang
20 4 84 0,83 Tinggi 36 80 0,69 Sedang
21 16 56 0,48 Sedang 32 84 0,76 Tinggi
22 40 76 0,60 Sedang 8 56 0,52 Sedang
175
23 28 60 0,44 Sedang 32 68 0,53 Sedang
24 20 44 0,30 Sedang 16 76 0,71 Tinggi
25 24 56 0,42 Sedang 32 84 0,76 Tinggi
26 20 80 0,75 Tinggi 4 56 0,54 Sedang
27 4 72 0,71 Tinggi 56 84 0,64 Sedang
28 16 40 0,29 Rendah 32 76 0,65 Sedang
29 12 84 0,82 Tinggi 24 68 0,58 Sedang
30 28 56 0,39 Sedang 32 80 0,71 Tinggi
31 24 44 0,26 Rendah 8 80 0,78 Tinggi
32 40 60 0,33 Sedang 20 72 0,65 Sedang
33 16 64 0,57 Sedang 24 60 0,47 Sedang
34 12 72 0,68 Sedang 56 68 0,27 Rendah
Rerata 25,53 60,59 0,47 Sedang 27,88 68,82 0,57 Sedang
Lampiran 12 176
Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
Jumlah : 948 Stdev : 13,16 Max : 60 L Hitung : 0,1510
Rerata : 27,88 Min : 4 L Tabel : 0,1542
L hitung < L tabel = 0,1510< 0.1542, sehingga data pretest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
No siswa Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S (Zi)
26 4 -1,8153 0,0347 0,0294 0,0053 22 8 -1,5113 0,0654 0,0588 0,0065 15 8 -1,5113 0,0654 0,0882 0,0229 31 12 -1,2072 0,1137 0,1176 0,0040 6 12 -1,2072 0,1137 0,1471 0,0334 14 16 -0,9032 0,1832 0,1765 0,0067 18 16 -0,9032 0,1832 0,2059 0,0227 24 20 -0,5992 0,2745 0,2353 0,0392 32 20 -0,5992 0,2745 0,2647 0,0098 19 20 -0,5992 0,2745 0,2941 0,0196 9 20 -0,5992 0,2745 0,3235 0,0490 12 24 -0,2951 0,3840 0,3529 0,0310 2 24 -0,2951 0,3840 0,3824 0,0016 3 24 -0,2951 0,3840 0,4118 0,0278 8 24 -0,2951 0,3840 0,4412 0,0572 28 24 -0,2951 0,3840 0,4706 0,0866 33 28 0,0089 0,5036 0,5000 0,0036 4 32 0,3130 0,6229 0,5294 0,0934 10 32 0,3130 0,6229 0,5588 0,0640 11 32 0,3130 0,6229 0,5882 0,0346 29 32 0,3130 0,6229 0,6176 0,0052 5 32 0,3130 0,6229 0,6471 0,0242 17 32 0,3130 0,6229 0,6765 0,0536 7 32 0,3130 0,6229 0,7059 0,0830 16 32 0,3130 0,6229 0,7353 0,1124 20 32 0,3130 0,6229 0,7647 0,1419 21 32 0,3130 0,6229 0,7941 0,1713 23 36 0,6170 0,7314 0,8235 0,0921 25 36 0,6170 0,7314 0,8529 0,1215 30 36 0,6170 0,7314 0,8824 0,1510 1 44 1,2251 0,8897 0,9118 0,0220 27 56 2,1373 0,9837 0,9412 0,0425 34 56 2,1373 0,9837 0,9706 0,0131 13 60 2,4413 0,9927 1,0000 0,0073
177
Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen
No siswa Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S (Zi)
26 36 -3,0714 0,0011 0,0294 0,0283 22 52 -1,5742 0,0577 0,0588 0,0011 3 56 -1,1999 0,1151 0,0882 0,0268 5 56 -1,1999 0,1151 0,1176 0,0026 10 56 -1,1999 0,1151 0,1471 0,0320 33 60 -0,8256 0,2045 0,1765 0,0280 16 60 -0,8256 0,2045 0,2059 0,0014 11 60 -0,8256 0,2045 0,2353 0,0308 4 60 -0,8256 0,2045 0,2647 0,0602 12 60 -0,8256 0,2045 0,2941 0,0896 18 64 -0,4513 0,3259 0,3235 0,0023 29 68 -0,0771 0,4693 0,3529 0,1163 1 68 -0,0771 0,4693 0,3824 0,0869 34 68 -0,0771 0,4693 0,4118 0,0575 23 68 -0,0771 0,4693 0,4412 0,0281 15 68 -0,0771 0,4693 0,4706 0,0013 13 68 -0,0771 0,4693 0,5000 0,0307 6 72 0,2972 0,6169 0,5294 0,0874 14 72 0,2972 0,6169 0,5588 0,0580 19 72 0,2972 0,6169 0,5882 0,0286 24 72 0,2972 0,6169 0,6176 0,0008 32 72 0,2972 0,6169 0,6471 0,0302 2 76 0,6715 0,7491 0,6765 0,0726 8 76 0,6715 0,7491 0,7059 0,0432 17 76 0,6715 0,7491 0,7353 0,0138 28 76 0,6715 0,7491 0,7647 0,0157 7 76 0,6715 0,7491 0,7941 0,0451 9 80 1,0458 0,8522 0,8235 0,0286 20 80 1,0458 0,8522 0,8529 0,0008 21 80 1,0458 0,8522 0,8824 0,0302 25 80 1,0458 0,8522 0,9118 0,0596 27 84 1,4201 0,9222 0,9412 0,0190 30 84 1,4201 0,9222 0,9706 0,0484 31 84 1,4201 0,9222 1,0000 0,0778
Jumlah : 2340 Stdev : 10,69 Max : 84 L Hitung : 0,1163
Rerata : 68,82 Min : 36 L Tabel : 0,1542
L hitung < L tabel = 0,1163< 0.1542, sehingga data pretest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
178
Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
No siswa Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
5 4 -1,6189 0,0527 0,0294 0,0233 7 4 -1,6189 0,0527 0,0588 0,0061 20 4 -1,6189 0,0527 0,0882 0,0355 9 8 -1,2912 0,0983 0,1176 0,0193 19 12 -0,9634 0,1677 0,1471 0,0206 28 12 -0,9634 0,1677 0,1765 0,0088 2 12 -0,9634 0,1677 0,2059 0,0382 13 12 -0,9634 0,1677 0,2353 0,0676 14 16 -0,6357 0,2625 0,2647 0,0022 18 16 -0,6357 0,2625 0,2941 0,0316 27 16 -0,6357 0,2625 0,3235 0,0610 34 16 -0,6357 0,2625 0,3529 0,0904 16 20 -0,3079 0,3791 0,3824 0,0033 24 20 -0,3079 0,3791 0,4118 0,0327 10 20 -0,3079 0,3791 0,4412 0,0621 17 24 0,0199 0,5079 0,4706 0,0373 26 24 0,0199 0,5079 0,5000 0,0079 29 24 0,0199 0,5079 0,5294 0,0215 31 24 0,0199 0,5079 0,5588 0,0509 6 24 0,0199 0,5079 0,5882 0,0803 25 28 0,3476 0,6359 0,6176 0,0183 11 28 0,3476 0,6359 0,6471 0,0111 21 28 0,3476 0,6359 0,6765 0,0405 23 32 0,6754 0,7503 0,7059 0,0444 30 36 1,0031 0,8421 0,7353 0,1068 33 36 1,0031 0,8421 0,7647 0,0774 3 36 1,0031 0,8421 0,7941 0,0480 8 36 1,0031 0,8421 0,8235 0,0186 15 40 1,3309 0,9084 0,8529 0,0554 32 40 1,3309 0,9084 0,8824 0,0260 22 40 1,3309 0,9084 0,9118 0,0034 4 44 1,6587 0,9514 0,9412 0,0102 1 48 1,9864 0,9765 0,9706 0,0059 12 48 1,9864 0,9765 1,0000 0,0235
Jumlah : 784 Stdev : 12,20 Max : 4 L Hitung : 0,1068
Rerata : 23,76 Min : 48 L Tabel : 0,1542
L hitung < L tabel = 0,1068< 0.1542, sehingga data pretest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
179
Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol
No siswa Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
10 36 -1,6229 0,0523 0,0294 0,0229 28 40 -1,3511 0,0883 0,0588 0,0295 31 40 -1,3511 0,0883 0,0882 0,0001 2 40 -1,3511 0,0883 0,1176 0,0293 7 44 -1,0792 0,1402 0,1471 0,0068 13 44 -1,0792 0,1402 0,1765 0,0362 16 48 -0,8073 0,2097 0,2059 0,0039 18 48 -0,8073 0,2097 0,2353 0,0256 24 48 -0,8073 0,2097 0,2647 0,0550 15 48 -0,8073 0,2097 0,2941 0,0844 19 52 -0,5355 0,2962 0,3235 0,0274 32 52 -0,5355 0,2962 0,3529 0,0568 8 52 -0,5355 0,2962 0,3824 0,0862 11 52 -0,5355 0,2962 0,4118 0,1156 21 56 -0,2636 0,3960 0,4412 0,0451 23 56 -0,2636 0,3960 0,4706 0,0746 25 56 -0,2636 0,3960 0,5000 0,1040 30 60 0,0082 0,5033 0,5294 0,0261 33 60 0,0082 0,5033 0,5588 0,0555 6 64 0,2801 0,6103 0,5882 0,0221 4 64 0,2801 0,6103 0,6176 0,0073 22 64 0,2801 0,6103 0,6471 0,0368 34 68 0,5520 0,7095 0,6765 0,0330 5 72 0,8238 0,7950 0,7059 0,0891 9 72 0,8238 0,7950 0,7353 0,0597 14 72 0,8238 0,7950 0,7647 0,0303 20 76 1,0957 0,8634 0,7941 0,0693 26 76 1,0957 0,8634 0,8235 0,0399 27 80 1,3675 0,9143 0,8529 0,0613 29 84 1,6394 0,9494 0,8824 0,0671 17 84 1,6394 0,9494 0,9118 0,0377 1 84 1,6394 0,9494 0,9412 0,0083 3 84 1,6394 0,9494 0,9706 0,0212 12 84 1,6394 0,9494 1,0000 0,0506
Jumlah : 1976 Stdev : 14,71 Max : 36 L Hitung : 0,1156
Rerata : 59,88 Min : 84 L Tabel : 0,1542
L hitung < L tabel = 0,1156< 0.1542, sehingga data pretest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Lampiran 13 180
Uji Homogenitas Data Pretest
2. Menentukan Ftabel dari dk (derajat kebebasan).
dk pembilang = ո - 1 = 34 – 1 = 33 dk penyebut = ո – 1 = 34 – 1 = 33
Ftabel untuk dk pembilang 33 dan dk penyebut 33 pada taraf signifikan 0.05 dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Sehingga dicari dengan rumus excel (=FINV(0.05,33,33)), didapatkan nilai Ftabel sebesar 1.79. Fhitung < Ftabel (1.16 < 1.79), sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest kedua kelas memiliki varians yang homogen.
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
N 34 34
23,76 27,88
SD 12,20 13,16
Varians 148,84 173,19
1. Fhitung =
=
F Hitung = 1,16
F Tabel = 1,79
181
Uji Homogenitas Data Posttest
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
N 34 34
68,82 59,88
SD 10,69 14,71
Varians 114,28 216,38
1. F hitung =
=
F Hitung = 1,89
F Tabel = 1,79
2. Menentukan Ftabel dari dk (derajat kebebasan).
dk pembilang = ո - 1 = 34 – 1 = 33 dk penyebut = ո – 1 = 34 – 1 = 33
Ftabel untuk dk pembilang 33 dan dk penyebut 33 pada taraf signifikan 0.05 dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Sehingga dicari dengan rumus excel (=FINV(0.05,33,33)), didapatkan nilai Ftabel sebesar 1.79. Fhitung > Ftabel (1.89 > 1.79), sehingga dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas memiliki varians yang homogen.
Lampiran 14 182
Uji Hipotesis
Rumus uji t
Data Pretest
1. Menentukan S
S =(n1 − 1) S12 + (n2 − 1)S22
n1 + n2 − 2
�(34 − 1) (173.19) + (34 − 1) (148.84)34 + 34 − 2
�5715.27 + 4911.7266
�10626.9966
√161.015
S = 12.69
2. Menentukan thitung
t = x1− x2
S � 1n1+ 1n2
27.88 − 25.53
12.69 � 134 + 1
34
2.35
12.69� 234
thitung = 𝑋𝑋�1− 𝑋𝑋�2
𝑆𝑆 � 1𝑛𝑛1+
1𝑛𝑛2
, dimana 𝑆𝑆 = �(𝑛𝑛1−1)𝑠𝑠12+(𝑛𝑛2−1)𝑠𝑠22
𝑛𝑛1+𝑛𝑛2−2
183
2.353.04
thitung = 0,77
3.Menentukan ttabel
Menentukan ttabel
dk = n1+n2-2 = 34+34-2 = 66
ttabel pada taraf signifikansi α = 0.05 dengan dk 66 tidak didapatkan dari tabel. Sehingga dicari dengan rumus Excel (=T.INV. (0,05;66)) dan didapatkan nilai sebesar 2.00.
thitung < ttabel yaitu 0,77< 2,00. Maka, hipotesis data pretest sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat pengaruh pembelajaran metode penugasan terhadap hasil belajar siswa.
Data Posttest
1. Menentukan S
S = 12.85
S=�(34−1) 216.38 +(34−1) 114.2834+34−2
S =�(33) 216.38 +(33) 114.2866
S =�7140.54+3771.2466
𝑆𝑆 = �10.911,7866
S = �165,33
184
2. Menentukan thitung
2.67
ttabel pada taraf signifikansi α = 0.05 dengan dk 66 tidak didapatkan dari tabel. Sehingga dicari dengan rumus Excel (=T.INV. (0,05;66)) dan didapatkan nilai sebesar 2.00
thitung > ttabel yaitu 2.67 > 2,00. Maka, hipotesis data pretest H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, terdapat pengaruh pembelajaran metode penugasan terhadap hasil belajar siswa
𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑛𝑛𝑖𝑖 :
68.82− 60.59
12.85 � 134 + 1
34
8.23
12.85 � 134 + 1
34
8.23
12.85 � 234
8.23
12.85 �0,05
8.233.08
𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑛𝑛𝑖𝑖 :
Lampiran 16 190
FOTO KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR