PENGARUH PEMASARAN POLITIK TERHADAP PERILAKU PEMILIH ...
Transcript of PENGARUH PEMASARAN POLITIK TERHADAP PERILAKU PEMILIH ...
PENGARUH PEMASARAN POLITIK TERHADAP PERILAKU PEMILIHPEMULA PADA PEMILUKADA DI KABUPATEN ENREKANG
TAHUN 2018
SYAMSUL
Nomor Stambuk : 105640173213
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PENGARUH PEMASARAN POLITIK TERHADAP PERILAKU PEMILIHPEMULA PADA PEMILUKADA DI KABUPATEN ENREKANG
TAHUN 2018
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
SYAMSUL
Nomor Stambuk : 105640173213
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Syamsul
Nomor Stambuk : 105640173213
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis atau dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekali pun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, Februari 2020
Yang Menyatakan,
Syamsul
ABSTRAK
Syamsul,2020. Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap Perilaku PemilihPemula Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Enrekang Tahun2018. (Dibimbing oleh Hafis Elfiasya Parawu dan Rudi Hardi )
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik pemasaranpolitik, seberapa baik perilaku pemiilih pemula, dan mengetahui seberapa besarpengaruh pemasaran politik terhadap perilaku pemilih pemula pada pemilihankepala daerah di Kabupaten Enrekang tahun 2018.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodepenelitian analisis deskriptif dan regresi linear sederhana dengan analisiskuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan informasidari informan, reduksi data dan penyajian data. Hipotesis yang dikemukakanadalah pemasaran politik berpengaruh terhadap perilaku pemilih pemula. Datayang diperoleh dari 57 responden yang merupakan masyarakat pemilih pemula dikelurahan Kambiolangi, melalui kusioner, dan kemudian dianalisis dengankorelasi product moment dan koefisien determinan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemasaran politik sangatberpengaruh terhadap perilaku pemilih pemula di kabupaten Enrekang. Terdapatpengaruh yang signifikan partisipan politik terhadap pemasaran politik kabupatenEnrekan, diketahui dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa pemasaranpolitik mempunyai pengaruh terhadap perilaku pemilih pemula di KelurahanKambiolangi Kabupaten Enrekang, hal ini terbukti dari perhitungan r = 0,651 danini berarti koefisien korelasi menunjukkan hubungan positif antara pemasaranpolitik terhadap perilaku pemilih dengan signifikasi sebesar 65,1%.
Kata Kunci : Pemasaran Politik, Pemilih Pemula, Pemilukada
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum AlaikumWarahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemasaran Politik TerhadapmPerilaku Pemilih
Pemula Pasa Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Enrekang Tahun
2018”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyususnan skripsi ini akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulisi dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahman Rahim, MM selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Hafis Elfiansyah Parawu, M. Si dan Bapak Rudi Hardi, S.
Sos,.M. Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar mengarahkan
penulis dalam penyususnan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Para Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang
selama ini memberikan ilmunya kepada penulis serta dorongan dan
semngat yang selalu diberikan.
6. Orang tua yang selalu mendoakan hingga penulis sampai pada tahap ini
serta saudara-saudariku yang selalu memberikan dukungan dan bantuan
materi.
7. Seluruh staff bagian pegawai Kelurahan Kabiolangi Kecamatan Alla
Kabupaten Enrekang yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada Bapak Saharuddin selaku Kepala Desa Batunoni Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang yang telah memberikan bantuan dan
selalu mau direpotkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Kepada seluruh keluraga besar Syairi yang selalu memberikan dukungan,
suport serta canda tawa kepada penulis.
10. Kepada pembimbimg ke 3 Nur Asyah.S S. Sos dan Sulfiati Amd.Kep
yang selalu mau direpotkan oleh penulis sehingga skripsi ini selesai.
11. Kepada orang spsesial yang tidak bisa saya sebutkan namanya dalam
skripsi ini yang selalu menemani penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi kesempurnaannya skripssi ini. Atas segala kekurangan yang
ada, penulis memohon maaf.
Makassar, Juni 2019
Syamsul
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA ILMIAH................................ iv
PENERIMAAN TIM ................................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR............................................................................... vii
DAFTAR ISI.............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
1. Kegunaan Teoritis .......................................................................... 7
2. Kegunaan Praktis ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Defenisi dan Teori ................................................................. 8
1. Konsep Demokrasi dan Politik ....................................................... 8
2. Pemasaran Politik ........................................................................... 10
3. Proses Pemasaran Politik ................................................................ 15
4. Segmentasi Politik ........................................................................... 15
5. Perilaku Politik Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih........... 19
B. Pemilih Pemula.................................................................................... 31
C. Kerangka Pikir .................................................................................... 33
D. Defenisi Operasional Variabel .......................................................... 36
E. Hipotesis .............................................................................................. 38
1. Hipotesis Alternatif (Ha)................................................................... 38
2. Hipotesis Nihil (Ho) ........................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................. 39
B. Jenis dan Tipe Penelitian ................................................................... 39
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 40
1. Observasi ........................................................................................... 40
2. Metode Kosioner................................................................................ 40
E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 45
F. Teknik Analisis Data........................................................................... 45
1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif................................................. 45
2. Regresi Linear Sederhana................................................................. 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian................................................................ 48
1. Kondisi Geografis Kabupaten Enrekang ........................................ 49
2. Batas-Batas Daerah Kabupaten Enrekang ..................................... 49
vi
i
3. Pemerintahan Kabupaten Enrekang ............................................... 50
4. Keadaan Penduduk Kabupaten Enrekang ..................................... 51
5. Visi Misi Kabupaten Enrekang ........................................................ 52
6. Tujuan Kabupaten Enrekang .......................................................... 54
7. Profil Kelurahan Kambiolangi......................................................... 55
8. Monografi Kelurahan Kambiolangi ................................................ 56
9. Keadaan Umum ................................................................................. 57
10. Visi dan Misi Kelurahan Kambiolangi ............................................ 58
B. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 59
1. Pemasaran Politik Pada Pemilukada Enrekang 2018 ...................... 59
2. Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilukada Enrekang 2018 ........... 64
3. Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap Perilaku Pemilih Pemula
Pada Pemilukada 2018......................................................................... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 74
B. Saran ................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 ................................................................................................. 13
TABEL 2.2 ................................................................................................. 16
TABEL 3.1 ................................................................................................. 42
TABEL 3.2 ................................................................................................. 43
TABEL 3.3 ................................................................................................. 43
TABEL 3.4 ................................................................................................. 44
TABEL 3.5 ................................................................................................. 45
TABEL 3.6 ................................................................................................. 46
TABEL 4.1 ................................................................................................. 52
TABEL 4.2 ................................................................................................. 57
TABEL 4.3 ................................................................................................. 59
TABEL 4.4 ................................................................................................. 61
TABEL 4.5 ................................................................................................. 63
TABEL 4.6 ................................................................................................. 65
TABEL 4.7 ................................................................................................. 67
TABEL 4.8 ................................................................................................. 69
TABEL 4.9 ................................................................................................. 70
TABEL 4.10 ............................................................................................... 72
TABEL 4.11 ............................................................................................... 72
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 ............................................................................................ 36
GAMBAR 4.1 ............................................................................................ 48
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : 1. Tabulasi Sistem Komputerisasi
2. Tabulasi Efektivitas KerjaPegawai
Lampiran 3 : 1. Hasil Uji Validitas
2. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 4 : Analisis Data
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilih di Indonesia merupakan salah satu segmen dalam pesta demokrasi
disetiap tingkatan. Jumlahnya yang besar menjadikan segmen ini menarik bagi
bara praktisi demi memenangkan persaingan di dunia politik. Pemilih pemula
mempunyai karakteristik sendiri sebagai pemilih yang baru memulai
menggunakan hak suaranya dalam pemilihan umum.
Dalam pemilu, pemberian suara merupakan salah satu bentuk dari sekian
bentuk partisipasi politik dalam berdemokrasi. Pemberian suara menjadi ukuran
paling dasar dalam politik konvensional. Dalam partisipasi pemilih, salah satu
basis suara diperebutkan dalam disetiap tingkatan pemilihan adalah basis suara
pemilih pemula. Pemilih pemula merupakan pemilih yang baru pertama kali
memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih yaitu 17 hingga 21
tahun. UU No. 7 tahun 2017 tentang pemilu memberikan jaminan bagi pemilih
pemula yang genap berusia 17 tahun guna menyalurkan hak pilihnya pada pemilu.
Partisipasi politik memiliki peran penting dalam proses pemilihan umum
pesta demokrasi. Jenis pemilih yang perlu diperhatikan tingkat partisipasi politik
pemilihnya adalah bagi para pemilih pemula. Kurangnya kesadaran berpolitik atau
rendahnya pendidikan politik bagi para pemilih pemula dikhawatirkan akan
menurunkan tingkat partisipasi politik dalam pemilu. Mengingat pentingnya
partisipasi politik pemula dalam agenda kontestasi dalam Pemilu, maka perlu
pemilih pemula menjadi incaran para kontestan Pemilu. Baik dari partai politik
maupun personal termasuk pendukungnya. Pemilih pemilu yang rentan
1
dipengaruhi ini sangat mudah dijaring dan akan menjaring teman yang lain.
Dalam proses pemilu peran pemilih pemula juga cukup penting untuk mencegah
golput.
Pengenalan pemilih pemula dalam pesta demokrasi masih rendah dan
mudah dipengaruhi kepentingan keluarga, orang tua dan kerabat. Keterlibatan
Pemilih Pemula dari data disetiap gelaran pemilu mencapai 30%. Angka yang
sangat besar singga menjadi sasaran atau segmen para peserta pemilu yang ikut
kontestasi. Cukup besarnya persentase pemilih pemula ini maka suara pemilih
pemula menjadi basis yang sangat diperhitungkan dalam memenangkan
konstestasi dalam pesta demokrasi. Selain itu pemilih pemula juga merupakan
segmen yang menarik dan unik, dimana antusisme tinggi dan bisa berpikir
rasional. Perilaku pemilih pemula yang baru memasuki usia hak pilih pastilah
belum mimiliki jangkauan politik yang sangat luas untuk menentukan calon yang
harus dipilih. Masa depan sebagai pemilih pemula dalam pemilu juga sangat
penting karena mayoritas adalah pelajar sehingga masa depan bagi mereka salah
satunya juga tergantung pada pemimpin yang dipilih.
Pemilih pemula merupakan salah satu segmen yang memang menjanjikan
secara kuantitas dalam pemilu. Termasuk pula pada pemilukada Enrekang ini.
Berdasarkan data KPU Enrekang, jumlah pemilih pemula yang terdaptar sebanyak
19.788 jiwa atau dengan persentase 11,65% dari jumlah DPT yang ada. Dengan
jumlahnya yang cukup besar menjadi ladang perebutan bagi yang berkepentingan
dalam kontestasi 5 tahunan ini. Pemilih pemula memiliki antusiasme tinggi
sementara keputusan pilihan yang belum bulat, menempatkan pemilih pemula
sebagai swing voters yang sesungguhnya. Pilihan politik segmen ini belum
dipengaruhi motivasi ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika
lingkungan politik lokal. Pemilih pemula mudah dipengaruhi hal-hal tertentu,
terutama oleh orang terdekat seperti anggota keluarga, kerabat, teman, maupun
media massa
Partisipasi politik pemilih pemula cukup menentukan kemenangan calon dalam
pemilihan umum. Oleh karena itu peran partai politik dan kontestan calon dalam
sosialisasinya untuk mencari dukungan dan meningkatkan partisipasi politik
pemilih pemula untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum dan
menggunakan hak politiknya dalam pemilihan. Pemilih Pemula yang baru
memasuki hak pilih juga memiliki jangkauan pemahaman politik yang cukup luas
dalam menentukan calon pilihannya. Secara common sense, pemilih pemula
menggunakan ilmu ekonomi sebagai panutannya. Hal ini dapat dilihat ketika pemilih
pemula memilih kandidat yang dapat memberinya keuntungan yang sebesar-
besarnya. Misalnya, memilih kandidat yang memberinya uang atau materi sebagai
harga dari suara yang akan digunakannya. Selain itu, pemilih pemula juga
cenderung memilih kandidat berdasarkan figurnya bukan kemampuannya
sehingga pemilih pemula juga cenderung mudah dimanfaatkan oleh kontetastan
yang bertarung dalam kontestasi.
Berbagai cara yang dilakukan politisi, calon kandidat atau yang berkepentingan
dalam kontestasi politik untuk menggaet suara pemilih pemula untuk
berpartisipasi menentukan pilihannya di Pemilukada Enrekang ini. Kegiatan-
kegiatan dilakukan oleh kandidat juga tim sukses kotak kosong untuk menggat
suara pemilih pemula seperti halnya mengadakan pertandingan olahraga,
perlombaan kesenian, membiayai tim pemuda dalam sebuah pertandingan juga
perlombaan, bahkan sampai mengadakan perlombaan balap motor, pula
perlombaan motor trail. Tidak sedikit pemilih pemula yang juga tidak terlalu
peduli dengan persoalan program yang ditawarkan oleh pasangan calon. Sebagus
apa pun program yang telah dibuat dan diusung, bagi mereka yang terpenting
adalah bagaimana mendapat uang saat kampanye, atau memperoleh atribut seperti
kaos, topi, stiker, dan bahkan dapat melihat artis secara langsung saat kampanye
yang diselenggarakan oleh kandidat pilkada untuk menghibur.
Dinamika komunikasi politik dalam masyarakat terdapat berbagai tahap
penyelenggaraan pemilihan umum semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya persiapan dari kandidat pula yang berkepentingan dalam pesta
demokrasi. Upaya dalam meraih kemenangan dilakukan usaha menarik perhatian
dan dukungan publik. Kualitas komunikasi dapat dilihat bagaimana isi pesan
dapat sampai dari komunikator kepada masyarakat sehingga memilih atau
mendukung misalnya melalui sosialisasi program, menyampaikan keunggulan
figur atau kandidat. Dukungan atau penolakan terhadap isi komunikasi. Dari segi
kandidat politik, pada masa pemilihan umum, terutama dalam tahapan kampanye,
mereka disibukkan dengan kalkulasi serta penyusunan strategi dalam mencari
dukungan suara sebanyak-banyaknya.
Dalam proses inilah manajemen kampanye bagi partai politik maupun kandidat
perindividu dianggap penting, dengan menggunakan berbagai sarana dan
prasarana serta sumber daya yang dimiliki secara optimal untuk bersaing dengan
partai politik maupun kandidat lain dalam memenangkan pemilihan umum.
Tahun 2018 merupakan tahun politik dalam di Indonesia. Sebanyak 171 daerah
akan melakukan ajang pemilihan kepala daerah (Pemilukada) di tahun tersebut.
Baik ditingkat pemilihan Gubernur, Walikota dan juga Bupati. Dalam pemilihan
umum, semua warga negara berhak ikut dalam memilih dengan catatan telah
memenuhi syarat sebagai pemilih. Turut serta dalam proses penyelenggaraan
demokrasi sangat penting karena pemimpin yang terpilih dalam pemilu sangat
menentukan nasib rakyat. Salah satu kabupaten yang melaksanakan pemilukada
tahun 2018 adalah Kabupaten Enrekang, yang berada di Provinsi Sulawesi-
Selatan (Sul-Sel).
Setelah melewati tahapan-tahapan, pemilukada ini di ikuti satu pasang calon
(Drs. H. Muslimin Bando, M.Pd-Asman SE), dan berhadapan dengan Kotak
Kosong. Calon Bupati ini merupakan petahana atau incumbent dan menjabat
sebagai Ketua Partai Golongan (Golkar) dan calon Wakil Bupati sebelumnya
merupakan Anggota DPR Kab Enrekang dan juga menjabat sebagai Ketua Partai
Nasional Demokrat (Nasdem). Pemilukada ini, terdapat 169.836 jiwa daftar
pemilih tetap (DPT), dimana terbagi 86.417 jiwa pemilih Laki-laki dan 83.419
jiwa pemilih perempuan yang tersebar di 12 Kecamatan dan terdapat 129 Desa
dan Kelurahan.
Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Enrekang,
kontestasi ini dimenangkan oleh pasangan H. Muslimin Bando-Asman dengan
kemenangan 78.586 jiwa atau dengan persentase 67,15%. Sedangkan jumlah yang
memilih Kotak Kosong adalah 35.856 atau dengan persentase 32,85%. Partisipasi
politik dalam pesta demokrasi ini yang menggunakan hak suaranya sebanyak
115.450 Jiwa, atau dengan persentase 67,97%. Dari data KPU pula diketahui
pasangan ini menang disemua kecamatan yang ada. Pemilih Berdasarkan realitas
diatas maka penulis tertarik untuk menganalisis fenomena pemilih pemula
kabupaten Enrekang melalui penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemasaran
Politik Terhadap perilaku Pemilih Pemula pada Pemilukada Kabupaten
Enrekang Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, mengantarkan pada refleksi
rumusan masalah:
1.Seberapa baik pemasaran politik pada Kabupaten Enrekang tahun 2018?
2.Seberpa baik perilaku pemilih pemula pada Kabupaten Enrekang tahun
2018 ?
3.Seberapa besar pengaruh pemasaran politik terhadap perilaku pemilih
pemula pada Kabupaten Enrekang tahun 2018 ?
C. Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan dari peneliti sebagai berikut
1. Untuk mengetahui seberapa baik pemasaran politik pada Kabupaten
Enrekang tahun 2018
2. Untuk mengetahui baik perilaku pemilih pemula pada Kabupaten
Enrekang tahun 2018
3. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh pemasaran politik terhadap
perilaku pemilih pemula pada Kabupaten Enrekang tahun 2018
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat secarah teoritis dalam memberikan
gambaran yang jelas pengaruh pemasaran politik terhadap perilaku pemilih
pemula dalam pemilu.
2. Kegunaan Praktis
Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
pertimbangan dalam pesta demokrasi terkhusus pada pemilihan kepala
daerah kabupaten Enrekang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Defenisi dan Teori
1. Konsep Demokrasi dan Politik
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani (dēmokratía) ‘kekuasaan rakyat’,
yang dibentuk dari kata dêmos ‘rakyat’ dan kratos ‘kekuasaan’, merujuk pada
sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di
Athena. Demokrasi secara harfiah diartikan sebagai sistem politik dimana
kedaulatan berada ditangan rakyat. Hampir semua negara di dunia menyakini
demokrasi sebagai tolak ukur tak terbantah dari keabsahan politik. Keyakinan
bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintah menjadi
basis bagi tegak kokohnya sistem politik demokrasi. Dengan hal itu
menunjukan bahwa rakyat di letakkan pada posisi penting walaupun secara
operasional implikasinya diberbagai negara tidak selalu sama.
Demokrasi secara mendasar dapat dipahami sebagai suatu sistem politik di
mana semua warga negara memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam
pemilu yang diadakan secara periodik dan bebas, yang secara efektif
menawarkan peluang pada masyarakat untuk mengganti elit yang memerintah.
Menguatnya tuntutan demokrasi dipandang sebagai sistem yang mampu
mengantar masyarakat ke arah transformasi sosial politik lebih ideal.
Demokrasi dinilai lebih mampu mengangkat harkat manusia, lebih rasional,
dan realistis untuk mencegah munculnya suatu kekuasaan yang dominan.
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga
8
negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Didalam
sistem demokrasi, salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif)
untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas
(independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain.
Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol
berdasarkan prinsip checks and balances.
Dalam konsep demokrasi, dimana kedaulatan ditangan rakyat itu masih
menjadi perdebatan antara para ahli-ahli politik didunia. Misalnya Joseph A.
Schumpeter yang mengatakan, pemerintahan yang dibentuk melalui pemilu
yang bebas dan adil merupakan pengertian demokrasi. Demikian juga
dijelaskan Samuel P. Huntington bahwa suatu sistem dikatakan demokratis
sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu
dipilih melalui pemilu yang adil, jujur dan berkala didalam sistem itu para
calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dari hampir semua penduduk
dewasa yang berhak memberikan hak suara.
Dengan melihat pandangan kedua ilmuan politik ini dapat digolongkan
kedalam persfektif demokrasi prosedural, karena menekankan pemilu yang
bebas dan adil sebagai dasar dari pengertian demokrasi. Dengan devenisi ini
yang kurang memuaskan sehingga melahirkan kritik dari ahli politik lain.
Lyman Tower misalnya menyebutkan ciri-ciri demokrasi meliputih:
keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik, tingkat
persamaan tertentu diantara warga negara, tingkat kebebasan atau kemerdekaan
tertentu yang diakui oleh warga negara, suatu sistem perwakilan dan suatu
sistem pemilihan kekuasaan mayoritas. Demikan halnya David Beetham bahwa
masyarakat demokratis haruslah mencakup empat hal: pemilu bebas dan jujur,
keterbukaan dan akuntabilitas pemerintahan, jaminan terhadap kebebasan
politik, dan tersedianya masyarakat kewargaan (civil society).
Pasca Orde Baru, perdebatan antara demokrasi langsung dengan demokrasi
perwakilan juga mewarnai perkembangan pemikiran sistem demokrasi di
Indonesia. Setelah praktek demokrasi perwakilan melalui pemilu tahun 1999
kurang memuaskan, sehingga hal tersebut mendorong pelaksanaan pemilihan
secara langsung. Dengan pemilihan umum dan pemilukada secara langsung,
Indonesia disebut mengadopsi demokrasi campuran. Meskipun terdapat
perbedaan dalam mendefenisikan demokrasi, namun para ahli politik tetap
beranggapan pemilu merupakan syarat minimal harus tersedia dalam negara
yang menganut demokrasi. Secara teoritis, mekanisme pemilihan secara
langsung baik pemilihan umum presiden dan maupun pemilukada bersifat lebih
demokratis, karna memberikan hak kepada setiap warga negara untuk
menentukan pilihan politiknya secara langsung.
2. Pemasaran Politik (Marketing Politik)
Sistem demokrasi yang diterapkan oleh Indonesia mengatarkan masyarakat
ke arah yang lebih baik yang mana masyaraat lebih kritis dalam menilai dan
menganalisis apa yang dilakukan oleh kandidat dan partai politik. Pada masa
sebelum demokrasi diterapkan masyarakat cenderung akan diam dan menerima
ketika partai politik hanya memberikan janji tanpa ada realisasi. Pendekatan yang
diterapkan oleh kandidat dan partai politik pada masa lalu hanya melihat arti
penting masyarakat sebagai alat memenangkan pemilihan umum. Pendekatan ini
hanya menjadikan masyarakat sebagai alat dan instrumen kandidat dan partai
politik untuk memenangkan pemilihan.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi maka
masyarakat masa kini lebih sadar dan mengetahui bagaimana cara berpolitik yang
benar. Dampak bagi kandidat dan partai politik akan semakin ditinggalkan oleh
konstituen atau pendukung mereka dan akan semakin kehilangan peluang untuk
memenangkan pemilihan. Oleh sebab itu, maka pendekatan baru yaitu pendekatan
political marketing perlu diterapkan oleh partai politik atau kandidat apabila
mereka tidak menginginkan kehilangan dukungan dari masyarakat sebagai
pemilih.
Political marketing terdiri atas dua kata yaitu “political” dan “marketing”.
Political Marketing menurut Lock dan Harris sebagai berikut: “political
marketing is concerned with communicating with party members, media and
prospective sources of funding as well as the electorate”. Sedangkan Wring
dalam Inco Hary Perdana (2012:19) mendefinisikan political marketing sebagai
“the party or candidate’s use of opinion research and enviromental analysis to
produce and promote a competitive offering which will help realise
organisational aims and satisfy groups of electors in exchange for their votes”.
Dalam Model Laswell, Komunikasi Politik dihubungkan dengan political
marketing adalah political marketing merupakan bagian dari Komunikasi Politik.
Political Marketing digunakan dalam konteks dan tujuan yang lebih sempit.
Sehingga dapat dikatakan bahwa semua kegiatan political marketing merupakan
bagian dari kegiatan Komunikasi Politik sedangkan ada bagian lain dari
Komunikasi Politik yang bukan merupakan kegiatan Political Marketing (Inco
Hary Perdana, 2012:18).
Penggunaan pendekatan marketing dalam dunia politik dikenal dengan
marketing politik (political marketing). Dalam marketing politik, yang ditekankan
adalah penggunaan pendekatan marketing untuk membantu politikus (dalam
“kandidat”, dan partai politik agar lebih efisien dan efektif dalam membangun
hubungan dua arah dengan masyarakat. Hubungan ini diartikan sangat luas, dari
kontak fisik selama periode kampanye sampai dengan komunikasi tidak langsung
melalui pemberitaan di media massa (Firmanzah, 2012:128). Marketing yang
diadaptasi ke dalam dunia politik, dapat memberikan inspirasi tentang cara
seorang kandidat dalam membuat produk berupa isu dan program kerja
berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat.
Tabel 2.1
Hubungan Model Laswell dengan Komunikasi Politik &
Political Marketing
Model
Laswell
Hubungan dengan komunikasi politik dan political
Marketing
Komunikator Komunikator Pada komunikasi politik komunikator bersifat
dua arah misalkan Pemerintah yang awalnya merupakan
komunikator politik, bisa menjadi komunikan pada saat
lain. Namun, pada political marketing, komunikator terbatas
kepada para pelaku politik yang akan ikut dalam pemilu seperti
partai atau kandidat.
Pesan Pada komunikasi politik, pesan bisa diartikan secara luas.
Pesan dapat merupakan himbauan pemerintah kepada
masyarakat, masyarakat kepada pemerintah dan bahkan
masyarakat kepada masyarakat. Pada political marketing pesan
diartikan lebih sempit. Konten pesan biasanya berupa promise
dari kandidat yang ditawarkan melalui berbagai macam
rencana kebijakan. Pesan disampaikan oleh partai atau
kandidat. Dari pesan tersebut, electore (para pemilih) akan
mempunyai alasan kenapa partai atau kandidat tersebut harus
dipilih. Dalam bahasa Pemasaran Komersial sering
disebut dengan reason to believe.
Khalayak Pada Komunikasi Politik yang dimaksudkan dengan khalayak
atau komunikan bisa sangat luas. Bisa masyarakat sipil, NGO
atau pemerintah, ketika memang pesan ditujukan untuk
mereka. Pada political marekting, yang dimaksud dengan
khalayak adalah electore atau para pemilih.
Channel/
Media
Pada Komunikasi Politik yang dimaksud adalah media massa.
Sedangkan pada political marketing, media bisa berarti media
massa namun juga melalui perwakilan langsung atau
tokoh/kelompok yang berpengaruh terhadap nilai-nilai di
sebuah daerah. Hal ini dalam strategi kampanye political
marketing dikenal dengan push,pull atau pass Political
Marketing.
Efek Pada Komunnikasi Politik yang dimaksud dengan efek dari
komunikasi bisa dilihat secara luas seperti civil education
sedangkan dalam political marketing lebih sempit cakupannya.
Yang ingin dihasilkan berupa electore electore yang aktif
dalam pemilu dan memilih kandidat tertentu. Sedikit lebih luas
lagi, dalam political marketing juga ingin dihasilkan efek
bahwa partai atau kandidat menjadi naik citra dan popularitas.
Sumber : Laswell dalam Inco Hary Perdana , 2012:17-18
Konsep marketing politik mencoba untuk melakukan perubahan-perubahan
didalam dunia politik dengan tujuan agar dapat mengembalikan dunia politik
kepada tujuan semula yaitu menyerap dan mengapresiasikan pendapat
masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya (dikutip dari O’Cass
dalam Firmanzah 2012: 156) adalah :
a. Menjadikan pemilih sebagai subjek, bukan objek dari para kandidat.
Menjadi subjek berarti bebas menentukan pilihan sendiri tanpa adanya
tekanan dari apapun dan manapun. Subjek menentukan mana yang terbaik
bagi dirinya sendiri dan bukannya ditentukan oleh pihak lain atau orang
lain. Sedangkan menjadi objek berarti tidak dapat menentukan pilihan
mereka sendiri.
b. Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih sebagai langkah awal
dalam menyusun program kerja yang ditawarkan sebagai pemecahan
masalah.
c. Marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tetapi
menyediakan tools untuk menjaga hubungan dengan pemilih sehingga dari
situ akan terbangun kepercayaan, sehingga selanjutnya akan diperoleh
dukungan suara mereka.
Menurut Firmanzah (2012: 156), marketing politik bukanlah konsep untuk
menjual partai politik atau kandidat individu ke pemilih, namun sebuah konsep
yang menawarkan bagaimana sebuah partai politik atau kandidat individu bisa
membuat program yang berhubungan dengan permasalahan aktual. Marketing
politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan terus menerus oleh kandidat
dalam membangun kepercayaan melalui proses jangka panjang bukan hanya pada
saat kampanye.
3. Proses Pemasaran Politik (Political Marketing)
Seorang kandidat harus mampu menangkap keresahan dan permasalahan yang
ada dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, program-program yang
mereka tawarkan bisa menjawab akar permasalahan yang ada dan juga mampu
menumbuhkan keyakinan pemilih untuk memberikan suaranya kepada kandidat
tersebut.
Guna tercapainya tujuan tersebut, seorang kandidat perlu menerapkan metode
dan cara yang tepat. Metode yang tepat diharapkan secara menyeluruh dapat
mengembangkan produk politik yang dimiliki, mengemas strategi komunikasi
yang tepat dengan kelompok sasaran, melakukan distribusi pesan dan pada
akhirnya dapat memenangkan persaingan. Marketing politik adalah salah satu
metode yang dapat digunakan karena pemikiran dasar marketing politik adalah
melihat bahwa kebutuhan konsumen adalah hal terpenting, sehingga perlu
diidentifikasi dan dicari cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Segmentasi Politik
Masyarakat terdiri dari banyak individu yang memiliki nilai kebenaran
masing-masing dalam menilai sesuatu. Begitupula dalam menilai kandidat hingga
penentuan kandidat mana yang akan dipilih. Dinamika masyarakat yang berbeda
satu sama lain menuntut partai politik atau kandidat untuk dapat mengidentifikasi
kelompokkelompok yang terdapat didalam masyarakat untuk memahami
karakteristik masing-masing. Aktivitas ini dapat dikatakan sebagai proses
segmentasi.
Segmentasi pemilih menurut Kollat dalam Firmanzah (2012:187) dapat
dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 2.2
Metode Segmentasi Pemilih
Dasar
Segmentasi
Detil Penjelasan
Geografi Masyarakat dapat disegmentasikan berdasarkan geografis dankerapatan (density) populasi. Misalnya produk dan jasa yangdibutuhkan oleh orang yang tinggal di pedesaan akan berbedadengan produk politik yang dibutuhkan oleh orang perkotaan.Bagitu juga antara pegunungan dengan pesisir, masing-masing memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain.
Demografi Komsumen politik dapat dibedakan berdasarkan umur, jeniskelamin, pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan kelas sosial.Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang berbedatentang isu politik satu sama lain. Sehingga perlu untukdikelompokkan berdasarkan kategori demografi.
Psikografi Psikografi memberikan tambahan metode segmentasiberdasarkan geografi. Dalam metode ini, segmentasidilakukan berdasarkan kebiasaan, lifestyle, dan perilaku yangmungkin terkait dalam isu-isu politik.
Perilaku
(behavior)
Masyarakat dapat dibedakan dan dikelompokkan berdasarkanproses pengambilan keputusan, intensitas ketertarikan danketerlibatan dengan isu politik, loyalitas, dan perhatianterhadap permasalahan politik. Masing-masing kelompokmemiliki perilaku yang berbeda-beda, sehingga perlu untukdiidentifikasikan.
Sosial-budaya Pengelompokan masyarakat dapat dilakukan melaluikarakteristik sosial dan budaya. Klasifikasi seperti budaya,suku, etnik, dan ritual spesifik seringkali membedakanintensitas, kepentingan dan perilaku terhadap isu-isu politik.
Sebab-akibat Selain metode segmentasi yang bersifat statis, metode inimengelompokkan masyarakat berdasarkan perilaku yangmuncul dari isu-isu politik. Sebab-akibat ini melandaskanpersfektif pemilih (voters). Pemilih dapat mengelompokkanberdasarkan pemilih rasional, tradisional, kritis dan pemilihmendua.
Sumber : Kollat et al; Dalrymple & Parson; Cui & Liu dalam Firmanzah
Orientasi pasar sangat tergantung pada segmentasi yang merupakan aktivitas
seperti deteksi, evaluasi dan pemilihan kelompok yang memiliki kesamaan
karakteristik sehingga memungkinkan untuk mendesain suatu strategi yang sesuai
dengan karakteristik tersebut (Francisco dalam Firmanzah, 2012: 182).
Segmentasi sangat diperlukan untuk menyusun program yang sesuai dengan
karakteristik kelompok. Dengan adanya segmentasi juga akan memudahkan
kandidat dalam berkomunikasi dan membangun interaksi dengan masyarakat.
Dari sudut kandidat politik, Czudnowski dalam Riswanda Imawan (1988: 42-
43) mengemukakan tujuh variabel yang menentukan seseorang terpilih atau tidak
terpilih dalam suatu pemilihan. Bahkan ketujuh variabel ini berpengaruh terhadap
kinerja (performance) seorang (calon) elit politik:
1. Social Bacground.
Faktor ini berhubungan dengan pengaruh status social ekonomi keluarga, di
mana seseoran kandidat dibesarkan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa seseorang.
2. Political Socialization.
Sosialisasi politik yang diterima seseorang terbukti akan membetuk persepsi
politiknya. Melalui sosialisasi, seseorang akan mengetahui penanganan
tugas-tugas dan isu-isu yang berkaitan dengan tugas politik tertentu.
Pengalaman sosialisasi ini akan dapat memberikan masukan tentang
berbagai jabatan publik, kemampuan dan ketrampilan yang dibutuhkan
untuk meraih jabatan publik tertentu yang dianggap cocok. Dengan berbagai
pengetahuan itu maka seorang kandidat akan dapat mempersiapkan
kampanye dengan baik untuk meraih suara dalam sebuah pemilihan.
3. Initial Political Activity.
Faktor ini menunjuk pada latar belakang aktivitas dan pengalaman politik
seseorang kandidat. Pengalaman berorganisasi misalnya, akan memberi
bekal bagaimana sebuah team bekerja sama dan bernegoisasi dalam rangka
menggolkan sebuah isu politik menjadi sebuah kebijakan.
4. Apprenticeship.
Magang merupakan cara paling effektif mengenalkan kandidat terhadap
peran politik yang dikehendakinya dengan bimbingan orang yang lebih
berpengalaman. Dengan cara ini seseorang kandidat akan tahu mekanisme
dan budaya kerja yang terkait dengan pekerjaan dalam jabatan publiknya.
5. Occupational Variables.
Faktor ini menunjukkan perlunya seorang kandidat meningkatkan
kemampuan dan pengalaman kerjanya, agar ia dapat melakukan tugas-tugas
yang terkait dengan pengelolaan aspirasi masyarakat.
6.Motivations.
Asumsi pakar politik tentang motivasi seseorang terjuan dalam politik
adalah karena adanya harapan atau ekspektasi terhadap penghargaan pribadi
(personal reward), dan orientasi mereka terhadap tujuan bersama (collective
goals). Seorang elit biasanya menggabungkan keduanya, atau bahkan
memanipulasi tujuan pribadi (personal needs) menjadi kepentingan
masyarakat (public objective).
7. Selection.
Hal ini terutama berkaitan dengan cara seleksi seseorang menjadi kandidat.
Seleksi tertutup mengharuskan seorang kandidat berasal dari dalam partai
ini berlaku dalam pemilihan umum legislative 2004 tetapi pada tahun 2009
masyarakat menghendaki calon-calon yang dekat dengan mereka dan UU
Pemilu memungkinkan pemilih memilih nama. Dengan jumlah pemilih 147
juta, maka untuk effisiensi kontestan pemilihan umum harus menyusun
strategi dan menentukan skala prioritas dengan mengidentifikasi dan
membuat klasifikasi segmen calon pemilih.
5. Perilaku Politik, Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih
Pendekatan perilaku sendiri muncul dan berkembang dalam masa sesudah
Perang Dunia II. Gerakan ini terpengaruh oleh karya-karya sarjana sosiologi Max
Weber dan Talcott Parsons, di samping penemuan-penemuan baru di bidang
psikologi. Para sarjana ilmu politik yang terkenal karena pendekatan perilaku
politik ini adalah Gabriel A. Almond (struktural functional analysis), David
Easton (general sistems analysis), Karl W.Deutsch (communications theory)
David Truman, Robert Dahl, dan sebagainya. Salah satu pemikiran pokok dari
para pelopor pendekatan perilaku adalah bahwa perilaku politik, atau kekuasaan,
atau keyakinan politik.
Harold d. Lasswell, memberikan catatan penting mengenai perilaku politik
yaitu: Pertama, perilaku politik selalu berorientasi pada nilai atau berusaha
mencapai tujuan. Nilai dan tujuan dibentuk dalam proses perilaku politik, yang
sesungguhnya merupakan satu bagian. Kedua, perilaku politik bertujuan
menjangkau masa depan, bersifat mengantisipasi, berhubungan dengan masa
lampau, dan senantiasa memperhatikan kejadian masa lalu.
Dari dua catatan perilaku politik tersebut, jelas bahwa perilaku politik memiliki
dimensi orientasi, dimensi nilai, dan dimensi waktu. Dimensi orientasi
menunjukkan harapan-harapan individu atau kelompok yang hendak dicapai;
dimensi nilai lebih menunjukkan suatu hal, baik abstrak maupun konkret yang
diperbuat, dirumuskan, dilaksanakan, dan diperebutkan; sedangkan dimensi waktu
menunjukkan adanya keterkaitan langsung antara perilaku politik sekarang, latar
belakang perilaku politik sebelumnya, serta berhubungan langsung dengan
perilaku politik yang akan berkembang pada masa akan datang. Dari ketiga
dimensi tersebut, dimensi orientasi dan nilai lebih baik menunjukkan bahwa
perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
Perilaku politik dapat di rumuskan sebagai hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat, diantara lembaga-lembaga pemerintah, diantara kelompok dan
individu dalam masyarakat menyangkut proses pembuatan, pelaksanaan dan
penegakan keputusan-keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku
politik. Menurut Robert K carl bahwa perilaku politik adalah suatu telaah
mengenai kelakuan manusia dalam situasi politik.
Secara umum perilaku politik dapat diartikan sebagai buah pikiran atau
tindakan manusia yang berkaitan dengan proses pemerintahan. Perilaku politik
dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pelaksanaan
keputusan politik. Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antar lembaga dan
pemerintahan serta antara kelompok individu dalam masyarakat untuk proses
pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya
merupakan perilaku politik. Perilaku politik meliputi tanggapan internal seperti
persepsi, sikap, orientasi dan keyakinan serta tindakan-tindakan nyata seperti
pemberian suara, protes, lobi dan sebagainya. Persepsi politik berkaitan dengan
gambaran suatu obyek tertentu, baik mengenai keterangan, informasi dari sesuatu
hal, maupun gambaran tentang obyek atau situasi politik dengan cara tertentu.
Sedangkan sikap politik adalah merupakan hubungan atau pertalian diantara
keyakinan yang telah melekat dan mendorong seseorang untuk menanggapi suatu
objek atau situasi politik dengan cara tertentu.
Sikap dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh proses dan peristiwa historis
masa lalu dan merupakan kesinambungan yang dinamis. Peristiwa atau kejadian
politik secara umum maupun yang menimpa pada individu atau kelompok
masyarakat, baik yang menyangkut sistem politik atau ketidakstabilan politik,
janji politik dari calon pemimpin atau calon wakil rakyat yang tidak pernah
ditepati dapat mempengaruhi perilaku politik masyarakat. Adapun yang dimaksud
dengan perilaku politik.
a. Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin.
b. Berhak dan memiliki wewenang untuk mengikuti suatu partai politik atau
parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau (LSM) lembaga
swadaya masyarakat.
c. Ikut serta dalam partisipasi politik.
d. Ikut mengkritik para pelaku politik yang berotoritas.
e. Berhak untuk menjadi pimpinan politik.
Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai pelaku politik
guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-
undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku.
Ramlan Surbakti dalam bukunya memahami ilmu politik mengatakan bahwa
perilaku politik itu merupakan suatu kegiatan ataupun aktivitas yang berkenaan
ataupun berhubungan langsung dengan proses politik, baik itu dalam pembuatan
keputusan politik sampai kepada pelaksanaan aktivitas politik secara periode. Ada
dua variabel yang mempengaruhi perilaku politik seseorang dalam berpartisipasi
politik yaitu kesadaran dan kepercayaan kepada unsur politik yang ada. variabel
tersebut menyatu dalam faktor status sosial, status ekonomi, afiliasi politik dan
pengalaman organisasi. Kesadaran adalah sadar akan perbuatan (kepada keadaan
yang sebenarnya) kesadaran yang dimiliki oleh manusia adalah bentuk unik
dimana ia dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang ia yakini. Refleksi
adalah ungkapan kesadaran dimana ia dapat memberikan atau bertahan pada
situasi dan kondisi tertentu dalam sebuah lingkungan.
Kesadaran disini menjelaskan bahwa seorang aktor politik sadar bahwa dirinya
memiliki kemampuan politik guna memenuhi haknya. Usaha calon kandidat untuk
meraih kemenangan dan menjadi pemimpin harus disertai oleh dukungan dan
kepercayaan masyarakat. Oleh karena merupakan kunci utama setiap kandidat
untuk untuk bisa memperoleh keuasaan dalam pemerintahan. kepercayaan adalah
kunci kompetisi kepemimpinan, kepercayaan merupakan amanah. Kepercayaan
masyarakat terbentuk karena status dan orientasi politik yang dimiliki oleh para
calon kandidat. Misalnya status sosial yang dimiliki oleh salah satu calon kandidat
karena status kebangsawanannya sehingga masyarakat percaya akan
kemapuannya.
Fiorina (1976) menyatakan bahwa keputusan memilih selama pemilu adalah
perilaku “ekpresif”. Perilaku ini tidak jauh dengan perilaku Supporter yang
memberikan dukungannya pada tim yang mereka dukung. Menurut mereka,
perilaku pemilih sangat dipengaruhi oleh loyalitas dan ideologi. Keputusan untuk
memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas
pemilih yang cukup tinggi kepada partai politik jagoannya. Begitu juga
sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya kalau mereka menganggap
bahwa suatu partai politik tidak loyal serta tak konsiten terhadap janji dan harapan
yang telah mereka berikan.
Konsep loyalitas di sini harus di lihat dari dua arah, yaitu konstituen kepada
partai politik dan dari partai politik konstituennya. Selain itu perilaku memilih
juga syarat dengan kedekatan ideologis antara pemilih dengan partai politik.
Melimpahnya informasi dan pesan politik menjelang kampanye pemilihan umum
menyulitkan pemilih untuk mengolah dan menganalisisnya. Disamping itu,
informasi yang tersedia sering sekali bertolak belakang dengan kenyataan yang
sebenarnya. Hal ini bisa diakibatkan oleh teknik manipulasi politik untuk
menyudutkan lawan politik, janji-janji politik, penggunaan konsep dan bahasa
yang rumit serta pesan propaganda di satu sisi, sedangkan di sisi lain para
pemilihnya mengidap keterbatasan kognitif (Bounded Rational) (Simon, 1960).
Studi pemilu dari masa ke masa di identikkan dengan persoalan partisipasi.
Partisipasi politik masyarakat, khususnya partisipasi pada pemilu dalam ilmu
politik terangkum sebagai bagian dari kajian perilaku politik. perilaku memilih
tidak lepas dari tinjauan perilaku politik itu sendiri. Hal ini didasari bahwa
perilaku memilih merupakan bagian dalam budaya perilaku politik. Perilaku
pemilih merupakan tingkah laku dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling
disukai atau paling cocok. Perilaku merupakan tanggapan yang diaplikasikan
lewat tindakan terhadap sesuatu yang dirasakan oleh setiap individu pada pesta
demokrasi tersebut. Menurut Samuel P. Huntington, partisipasi politik adalah
kegiatan warga negara pribadi yang bertujuan mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah.
Dalam pandangan lain ilmuan politik lainnya, McClosky menekankan
kesukarelaan dalam mendefenisikan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses
pembentukan kebijakan umum.
Sedangkan Nie dan Verba bahwa partisipasi politik adalah kegiatan pribadi
warga negara yang legal dan sedikit banyak langsung bertujuan untuk
mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan atau tindakan yang diambil oleh
mereka. Kegiatan mengikuti pemilihan termasuk di dalamnya bekerja dalam suatu
pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, mengorganisir sumbangan
untuk kampanye hanyalah salah satu bentuk partisipasi politik diantara beberapa
partisipasi politik lainnya.
Terdapat beberapa budaya politik, satu diantaranya adalah budaya politik
partisipatif atau disebut juga budaya politik demokrasi yakni suatu kumpulan
sistem keyakinan, sikap, norma, persepsi dan sejenisnya yang menopang
terwujudnya partisipasi. Untuk terwujudnya partisipasi itu warga negara harus
yakin akan kompetensinya untuk terlibat dalam proses politik dan pemerintah
memperhatikan kepentingan rakyat agar rakyat tidak kecewa dan apatis terhadap
pemerintah. Dalam studi yang dilakukan oleh Almond dan Verba ditemukan
bahwa negara-negara yang mempunyai budaya politik yang sudah matang akan
menopang demokrasi yang stabil. Sebaliknya, negara-negara yang memiliki
derajat budaya politik yang belum matang tidak mendukung terwujudnya
demokrasi yang stabil. Kematangan budaya politik tersebut ditunjukkan dengan
peluang yang diberikan oleh negara kepada masyarakat untuk mandiri, sehingga
akhirnya memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.
Pemilu dengan sistem demokrasi “one person, one vote”, dapat juga
digambarkan kaitan antara sikap pemilih dalam menentukan pilihan terhadap
kandidat. Dapat dijelaskan bahwa penentuan sikap sangat tergantung pada tiga hal
yaitu, persepsi, kepribadian, dan motivasi. Persepsi merupakan aktivitas pikiran
seseorang secara aktif dalam memberikan tanggapan, pandangan atau respon
terhadap objek atau stimulus. Perbedaan-perbedaan latar belakang pengetahuan,
kondisi psikologis, pengaruh lain kelompok dan sebagainya akan membedakan
pandangan-pandangan tertentu dalam menentukan sikap dan tindakan seseorang.
Pada dasarnya teori perilaku dalam ilmu sosial diilhami oleh B.F. Skinner.
Skinner dan para penganut teori perilaku secara umum tertarik pada hubungan
antara manusia dengan lingkungan mereka yang terdiri dari bermacam-macam
obyek sosial dan non sosial. Mereka berargumentasi bahwa perilaku individu
merupakan hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya. Penganut teori
perilaku beranggapan bahwa individu tidak memiliki kesadaran dalam merespon
stimuli. Respon stimuli ditentukan oleh stimuli eksternal atau lingkungan
sekitarnya (Ritzer, 1992).
Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan
pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok. Perilaku merupakan
tanggapan yang diaplikasikan lewat tindakan terhadap sesuatu yang dirasakan
oleh setiap individu. Bicara tentang perilaku memilih jika dikaitkan dengan
dengan devenisi perilaku diatas maka dapat kita artikan bahwa perilaku
memilih merupakan suatu tanggapan dalam mendukung sebuah partai politik
atau kandidat yang diimplementasikan lewat pemberian suara dalam pemilu.
Menurut Dennis Kavanagh (2004) pendekatan pemilih dan pendekatan
dalam memilih dapat dianalisis dengan lima pendekatan. Pendekatan kelima
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pendekatan Sosiologi atau Sosial Struktural
Pendekatan sosiologi cenderung menempatkan kegiatan memilih dengan
mengaitkan dengan konteks sosial. Konkretnya, pilihan seseorang dalam
pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi
seperti jenis kelamin tempat tinggal (kota ataupun desa), pekerjaan, pendidikan,
kelas, pendapatan atau agama.
Pomper (2012) mengatakan bahwa adanya hubungan antara predisposisi
sosial ekonomi pemilih dan keluarga dalam kaitannya dengan perilaku pemilih.
Menurutnya, predisposisi sosial ekonomi pemilih dan keluarga pemilih
mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku memilih seseorang.
Misalnya prefensi-prefensi politik keluarga, apakah prefensi politik pilihan
ayah atau prefensi pilihan ibu akan berpengaruh pada prefensi politik anak
Predisposisi sosial ekonomi bisa berupa agama yang dianut, tempat tinggal,
kelas sosial, karakteristik demografis dan sebagainya.
b. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologi sosial menjelaskan bahwa tingkahlaku pemilih
akan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara faktor internal dan ekternal
individu dalam bermasyarakat. Pendekatan Psikologi sosial juga bisa
menjelaskan bagaimana sikap (attitude) dan harapan (expectation) masyarakat
dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegangan teguh pada
tuntutan sosial (conformity). Salah satu konsep psikologi sosial yang digunakan
untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum adalah
berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atau
partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai
tertentu.
Dalam hal pendekatan psikologis, seperti namanya, pendekatan ini
menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sikap dan
sosialisasi untuk menjelaskan pilihan karena pengaruh kekuatan psikologis yang
berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses sosialisasi. Mereka
menjelaskan bahwa sikap seseorang sebagai dalam mempengaruhi pemilih.
Misalnya sistem kepercayaan, agama, dan pengalaman hidup seseorang. Dalam
pendekatan ini dipercaya bahwa tingkahlaku individu akan membentuk norma
kepercayaan individu tersebut Pendekatan psikologi lebih menitih beratkan
konsep sosialisasi dan sikap sebagai variabel utama dalam menjelaskan perilaku
memilih, daripada pengelompokan sosial. Menurut pendekatan ini, para pemilih
menentukan pilihannya terhadap seorang kandidat karena pengaruh kekuatan
psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari sosialisasi yang
mereka terima.
Penganut pendekatan ini menjelaskan bahwa sikap seseorang sebagai reflekasi
kepribadian seseorang merupakan variabel yang cukup menentukan perilaku
politik seseorang. Oleh karena itu, pendekatan psikologis, menurut Richard Rose
dan Ian Mc. Alliser (dalam politk explore, 2012), menekankan pada tiga aspek
psikologi sebagai kajian utama, yaitu ikatan emosional pada suatu parpol,
orientasi terhadap isu-isu dan orientasi terhadap kandidat. Bagi pendekatan
psikologis, faktor sikap merupakan sikap yang penting.
c. Pendekatan Rasional
Pilihan adalah mengenai komitmen memilih antara dua atau lebih kandidat,
dan sering terbawa bersamanya. Suatu pertimbangan tentang mengapa salah satu
terpilih di antara yang lain. Dalam hal ini, pilihan adalah suatu pengambilan
tindakan yaitu memutuskan pilihan. Secara umum teori pilihan rasional diadopsi
oleh ilmuwan politik dari ilmu ekonomi. Karena didalam ilmu ekonomi
menekankan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Hal ini senada dengan perilaku politik yaitu seseorang
memutuskan memilih kandidat tertentu setelah mempertimbangkan untung
ruginya sejauh mana program-program yang disodorkan oleh kandidat tersebut
akan menguntungkan dirinya, atau sebaliknya malah merugikan.
Ramlan Surbakti menyatakan bahwa pilihan rasional melihat kegiatan perilaku
memilih sebagai produk kalkulasi antara untung dan rugi Ini disebabkan karena
pemilih tidak hanya mempertimbangkan ongkos memilih dan kemungkinan
suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga perbedaan dari
alternatif-alternatif berupa pilihan yang ada. Pemilih di dalam pendekatan ini
diasumsikan memiliki motivasi, prinsip, pendidikan, pengetahuan, dan informasi
yang cukup. Pilihan politik yang mereka ambil dalam pemilu bukanlah karena
faktor kebetulan atau kebiasan melainkan menurut pemikiran dan pertimbangan
yang logis. Berdasarkan informasi, pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki
pemilih memutuskan harus menentukan pilihannya dengan pertimbangan untung
dan ruginya untuk menetapkan pilihan atas alternatif-alternatif yang ada kepada
pilihan yang terbaik dan yang paling menguntungkan baik untuk kepentingan
sendiri maupun untuk kepentingan umum.
Fenomena terjadinya perubahan pilihan dari pemilu ke pemilu yang lain
menunjukkan bahwa terdapat variabel-variabel lain yang mempengaruhi, seperti
faktor situasional. Faktor ini turut mempengaruhi pemilih ketika menentukan
pilihan politiknya pada pemilu. Hal ini disebabkan seorang pemilih tidak hanya
pasif, terbelenggu oleh karakteristik sosiologis dan faktor psikologis akan tetapi
juga merupakan individu yang aktif dan bebas bertindak. Menurut teori rasional,
faktor-faktor situasional berupa isu-isu politik dan kandidat yang dicalonkan
memiliki peranan yang penting dalam menentukan dan merubah referensi pilihan
politik seorang pemilih karena melalui penilaian terhadap isu-isu politik dan
kandidat dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang rasional, seorang
pemilih akan dibimbing untuk menentukan pilihan politiknya. Orientasi isu
berpusat pada pertanyaan apa yang seharusnya dilakukan dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang sedang dihadapi olah masyarakat, bangsa dan negara.
Sementara orientasi kandidat mengacu pada persepsi dan sikap seorang pemilih
terhadap kepribadian kandidat itu sendiri tanpa memperdulikan label dari partai
yang mengusung kandidat tersebut.
Dalam menilai seorang kandidat menurut Him Melweit, terdapat dua
variabel yang harus dimiliki oleh seorang kandidat. Variabel pertama adalah
kualitas instrumental yaitu tindakan yang diyakini pemilih akan direalisasikan
oleh kandidat apabila ia kelak menang dalan pemilu. Variabel kedua adalah
kualitas simbolis yaitu kualitas keperbadian kandidat yang berkaitan dengan
integrasi diri, ketegasan, kejujuran, kewibawaan, kepedulian, ketaatan pada norma
dan aturan dan sebagainya. Pendapat Ramlan Surbakti dan Him Melweit tersebut
senada dengan apa yang dikemukakan oleh Dan Nimmodalam bukunya
Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek yang mengatakan: “Pemberi suara yang
rasional pada hakikatnya aksional diri, yaitu sifat yang intrinsik pada setiap
karakter personal pemberi suara yang turut memutuskan pemberian suara pada
kebanyakan warga negara”. Menurutnya bahwa orang yang rasional adalah :
1. Selalu dapat mengambil keputusan bila dihadapkan pada alternatif
2. Memilah alternatif-alternatif sehingga masing-masing apakah lebih
disukai, sama saja atau lebih rendah bila dibandingkan dengan alternatif
yang lain
3. Menyusun alternatif-alternatif dengan cara yang transitif; jika A lebih
disukai daripada B, dan B daripada C, maka A lebih disukai daripada C
4. Selalu memilih alternatif yang peringkat preferensi paling tinggi
B. Pemilih Pemula
Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap berusia 17 tahun atau
lebih atau sudah/pernah kawin. Pemilih dalam setiap pemilihan umum didaftarkan
melalui pendataan yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh penyelenggara
pemilihan umum. Pemilih pemula merupakan pemilih yang baru pertama kali
memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih yaitu 17 hingga 21
tahun. Pengetahuan mereka terhadap pemilu tidak berbeda jauh dengan kelompok
lainnya, yang membedakan adalah soal antusiasme dan preferensi.
Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan seseorang dapat
memilih adalah:
1. WNI yang berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.
2. Tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya
3. Terdaftar sebagai pemilih
4. Bukan anggota TNI/Polri (Purnawirawan / Sudah tidak lagi menjadi
anggota TNI / Kepolisian).
5. Tidak sedang dicabut hak pilihnya
6. Terdaftar di DPT.
Khusus untuk Pemilukada calon pemilih harus berdomisili sekurangkurangnya
6 (enam) bulan didaerah yang bersangkutan Pentingnya peranan pemilih pemula
karena sebanyak 10-20 % dari seluruh pemilih adalah pemilih pemula, dengan
demikian jumlah pemilih pemula sangatlah besar, sehingga hak warga negara
dalam menggunakan hak pilihnya janganlah sampai tidak berarti akibat dari
kesalahan-kesalahan yang tidak diharapkan, misalnya jangan sampai sudah
memiliki hak pilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak terdaftar
atau juga masih banyak kesalahan dalam menggunakan hak pilihnya, dll.
Siapapun itu yang bisa merebut perhatian kalangan akan dapat merasakan
keuntungannya. Lahirnya dukungan dari kelompok ini secara tidak langsung
membawa dampak pencitraan yang sangat berarti. Setidaknya untuk pengamanan
proses regenerasi kader politik kedepan, meskipun membutuhkan biaya yangtidak
sedikit. Ketiadaan dukungan dari kalangan ini akan terasa cukup merugikan bagi
target-target suara pemilu yang telah ditetapkan tiap-tiap parpol.
Pemilih pemula yang terdiri atas pelajar, mahasiswa atau pemilih dengan
rentang usia 17-21 tahun menjadi segmen yang memang unik, seringkali
memunculkan kejutan dan tentu menjanjikan secara kuantitas. Disebut unik, sebab
perilaku pemilih pemula dengan antusiasme tinggi, relatif lebih rasional, haus
akan perubahan dan tipis akan kadar polusi pragmatisme.
Pemilih pemula memiliki antusiasme yang tinggi sementara keputusan pilihan
yang belum bulat, sebenarnya menempatkan pemilih pemula sebagai swing
vooters yang sesungguhnya. Pilihan politik mereka belum dipengaruhi motivasi
ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik
lokal. Pemilih pemula mudah dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu,
terutama oleh orang terdekat seperti anggota keluarga, mulai dari Orang tua
hingga kerabat dan teman. Selain itu, media massa juga lkut berpengaruh terhadap
pilihan pemilih pemula. Hal ini dapat berupa berita di televisi, spanduk, brosur,
poster, dan lain-lain.
Pemilih pemula khususnya remaja (berusia 17 tahun) mempunyai nilai
kebudayaan yang santai, bebas, dan cenderung pada hal-hal yang informal dan
mencari kesenangan, oleh karena itu semua hal yang kurang menyenangkan akan
dihindari. Disamping mencari kesenangan, kelompok sebaya adalah paling
penting dalam kehidupan seorang remaja, sehingga bagi seorang remaja perlu
mempunyai kelompok teman sendiri dalam pergaulan.
C. Kerangka Pikir
Era demokrasi sekarang ini pemilihan umum adalah senjata bagi para calon
penghuni panggung kekuasaan di negeri ini untuk merebut hati para pemilih.
Berbagai cara dilakukan oleh aktor politik yang akan bertarung di pemilihan
umum untuk mencapai tujuan mereka termasuk penggunaan money politik.
Kesadaran para pemilih sangat dibutuhkan dalam menangkal setiap tindakan
money politik yang dilakukan oleh para calon agar pemilihan yang berlangsung
nantinya bersifat jujur dan adil sesuai dengan asas-asas pemilihan umum.
Tujuan dari partai politik atau calon kepala daerah adalah jelas merebut
hati para pemilih agar memilihnya pada saat pemilihan kelak. Untuk itu mereka
harus mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pemilih yang berada di daerah
tersebut terkhusus di Kabupaten Enrekang.
Mengenai perilaku pemilih tersebut masih dalam tataran kerangka dasar
pemikiran yang tetap berlandas pada faktor-faktor yang mempengaruhi yakni
sosiologi, psikologi dan rasionalitas serta didukung oleh dua pendekatan atau
mazhab besar yakni mazhab Columbia dan mazhab Michigan serta satu
mazhab tambahan yakni mazhab rasional.
Pendekatan sosiologis menekankan peranan sosiologis sebagai faktor
pembentuk peranan seseorang. Pada pendekatan sosiologis mengedepankan
pandangan seseorang berdasarkan status sosial. Masyarakat secara menyeluruh
merupakan kelompok orang yang memiliki kesadaran yang sangat kuat.
Pendekatan ini menjelaskan karakter sosial dan menjelaskan tentang
pengelompokan sosial berdasarkan kelompok jenis kelamin, pekerjaan, umur,
agama yang dapat membentuk perilaku politik pemilih di setiap daerah sama
halnya di Kabupaten Enrekang.
Selain pendekatan sosiologis ada juga pendekatan besar yang dapat
menjelaskan perilaku pemilih. Pendekatan itu adalah pendekatan psikologis.
Pada pendekatan psikologis menjelaskan tentang bagaimana karakteristik
seseorang terhadap isu-isu yang beredar di dalam masyarakat sehingga
membentuk pandangan politik tersendiri. Keterikatan seseorang terhadap partai
politik tertentu dan kedekatan seseorang terhadap pemimpin juga merupakan
faktor yang dapat menjelaskan perilaku memilih bagi seorang pemilih.
Selain mazhab kedua besar pada penjelasan sebelumnya juga ditemukan
mazhab yang baru seiring dengan berkembangnya studi tentang perilaku
memilih yaitu pendekatan rasional. Pada pendekatan ini memandang pemilih
dalam menentukan sikap dalam pemilihan umum berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan rasional. Pendekatan rasional yang dikenalkan oleh Downs
(1975) yang mengasumsikan bahwa pemilih pada dasarnya bertindak secara
rasional ketika membuat pilihan dalam tempat pemungutan suara, tanpa
melihat agama, jenis kelamin, kelas, latar belakang orang tua, dan macam
sebagainya.
Berdasarkan konteks pilihan rasional, pemilih akan menjatuhkan pilihan
terhadap partai politik atau kandidat tertentu ketika pemilih merasa
mendapatkan faedah yang sesuai dengan mengedepankan keuntungan
setelahnya.
Jika dilihat dari konteks kewilayahan, Kabupaten Enrekang merupakan
daerah yang mayoritas penduduknya memiliki pendidikan yang cukup tinggi.
Sehingga untuk konteks pemilihan umum, rasionalitas mungkin menjadi
pertimbangan utama dalam menentukan pilihan. Untuk itu penulis
menggambarkan skema pemikirannya sebagai berikut (gambar ada dibelakang)
Kerangka Pikir
Pemilihan umum kepala daerah
Kabupaten Enrekang Tahun
2018
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir
D. Defenisi Oprasional Variabel
1.Pemasaran Politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan oleh sebuah
partai politik, politikus, atau kontestan dalam membangun kepercayaan an citra
public.
a. Iklan Politik adalah iklan sebagai alat komunikasi untuk mencari
dukungan masyarakat.Bentuk dan isi dari iklan yang mampu meraih
audiens melalui media ini di bawah kendali dari aktor politik, media
(TV, radio, surat kabar, internet) dan saluran transmisi lainnya.
b. Promosi Politik adalah dalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi
yang diramu sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyaraka.
c. Citra Politik adalah Citra politik adalah gambaran yang melekat pada diri
politisi tersebut. Jika dimaknai lebih dalam lagi, citra politik tersebut
merupakan pilihan ideologi sang politisi yang diwujudkan melalui
sebuah keputusan, tindakan dan keberpihakan.
Pemasaran Politik
1. Iklan politik
2. Promosi Politik
3. Citra Politik
McCarthy (1957)
Perilaku Pemilih
1. Psikologi
2. Sosiologis
3. Rasional
Kavanagh (1994)
Perilaku pemilih pemilihan umum kepala
daerah di kabupaten Enrekang yang lebih
baik pada priode berikutnya
2. Perilaku Pemilih adalah merupakan tindakan seseorang untuk memberikan
suara dalam pemilihan umum, dimana yang menjadi perhatian adalah mengapa
seorang pemilih memilih partai tertentu atau kandidat tertentu dan bukan partai
lainnya atau kandidat lainnya
a. Pendekatan Psikologis
1. Keputusan memilih berdasarkan kedekatan kandidat
2. Keputusan memilih berdasarkan kedekatan tim sukses kanidat
3. Keputusan memilih berdasarkan kedekatan/emosional partai
4. Keputusan memilih berdasarkan kedekatan partai kandidat
b. Pendekatan Sosiologis
1. Keputusan memilih berdasarkan usia
2. Keputusan memilih berdasarkan jenis kelamin
3. Keputusan memilih berdasarkan agama
4. Keputusan memilih berdasarkan pekerjaan
5. Keputusan memilih berdasarkan kelas sosial
6. Keputusan memilih berdasarkan ikatan keluarga
7. Keputusan memilih berdasarkan kesamaan daerah
c. Pendekatan Rational Choice
1. Keputusan memilih berdasarkan visi-misi
2. Keputusan memilih berdasarkan orientasi isu
3. Keputusan memilih berdasarkan orientasi kandidat
4. Keputusan memilih berdasarkan program kerja ditawarkan
E. Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ho = Tidak ada pengaruh antara pemasaran politik terhadap perilaku pemilih
pemula pada pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Enrekang
tahun 2018.
Ha = Ada pengaruh antara pemasaran politik terhadap perilaku pemilih pemula
pada pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Enrekang tahun
2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini kurang lebih selama 2
(Dua) Bulan .lokasi penalitian di Kabupaten Enrekang Kecematan Alla Desa
Kambiolangi. karna peneliti melihat banyaknya pemilih pemula di kabupaten
enrekang yang setiap Tahunya bertambah.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini mengunakan jenis penelitian kuantitaif dengan alasan peneliti
mengunakan jenis penelitian ini karna penelitian kuantitatif memiliki banyak
keungulan seperti memberikan kesimpulan lebih tepat dan berdasrkan fakta yang
terjadi serta penelitian ini juga mengunakan sampel jadi sangat efisien,dan tipe
penelitian yang digunakan yaitu deskriftif karna judul peneliti ini menghubungkan
antara variabel dan menguji hipotesis, hal ini dapat dilihat dari judul “ pengaruh
pemasaran politik terhadap perilaku pemilih pemula pada pemilihan umum kepala
daerah di kabupaaten enrekang”.
C. Populasi dan Sampel
populasi yang digunakan pada penelitian ini yakni pemilih pemula di
kabupaten Enrekang, Kecematan Alla Desa Kambiolangi pengunaan populasi
dalam penelitian sebanyak 57 pemilih pemula, sedangkan sampel yang digunakan
adalah pemilih pemula, mengunakan populasi sebagai sampel yang berjumlah 86
masyarakat.
39
Jumlah Pemilih Pemulah Kabupaten Enrekang,Kecematan Alla,Desa
Kambiolangi = .D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi, adalah metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan dan pengindraan dalam pengumpulan data. Dengan tujuan
mendapatkan gambaran yang benar tentang suatu gejala sosial atau
peristiwa tertentu yang ada dan terjadi pada suatu lokasi dalam suatu daerah.
Untuk itu sebelum melakukan penelitian penulis akan melakukan observasi
awal di Kabupaten Enrekang
2. Metode Kusioner (angket), merupakan penelitian yang dialkukan dengan
cara dibagikan keseluruh sampel untuk jawap. Kusioner dibagikan
secarah langsung maupun tidak langsung yang terdiri dari pertayaan dan
peryataan, kepada responden dengan cara dikirim melalu pos atau
internet.
Kosioner dilengkapi dengan skala pengukuran untuk menghasilkan data
kuantitatif. Nilai variabel yang diukur mengunakan instrumen yang dapat
dinyatakan secara efesien dalam bentuk angka. Sakala likert digunakan dalam
penelitian ini untuk mengukur perilaku, pendapat dan pandangan masyrakat
mengenai masalah variabel penelitian, yang terdiri atas variabel sistem
selanjutnya dijabarkan menjadi indikator variabel akaan dijadikan dasar dalam
penyusanan item-item instrumen yang berupa pertayaan atau peryataan. Jenis
kusioner tertutup yaitu jawaban sudh disediakan dalam bentuk checlist sehingga
responden muda menetukan pilihan jawaban. Ada 5 (lima) pilihan jawaban pada
setiap item pertanyaan, yaitu:
1. Jawaban Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5
2. Jawaban Setuju (S) : diberi skor 4
3. Jawaban Ragu-Ragu (RR) : diberi skor 3
4. Jawaban Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2
5. Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1
Kuesioner penelitian yang dibuat oleh peneliti ini akan diuji validitas dan
reliabilitasnya sebelum dan sesudah penelitian. Uji validitas dilakukan untuk
menguji keakuratan/ kevalidan kuesioner penelitian, sedangkan uji reliabilitas
dilakukan untuk menguji kehandalan/ konsistensi kuesioner penelitian. Peneliti
akan melakukan uji validitas menggunakan bantuan software SPSS version 24.0.
Pengujian validitas cukup dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel
Product Moment (lihat Lampiran). Jika nilai rhitung ≥ rtabel maka indikator atau
pertanyaan kuesioner dikatakan valid, begitupula sebaliknya. Data juga dikatakan
valid jika nilai sig. (2-tailed) data < 0.05
Pengujian realibilitas cukup dengan membandingkan ralpha atau angka
cronbach alpha dengan nilai 0,7. Jika ralpha atau angka cronbach alpha ≥ 0,7 maka
indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan reliabel, begitupula sebaliknya.
Adapun uji validitas dan rebilitias instrumen penelitian sebagai berikut:
1. Uji validitas dan Reliability
Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat pengukur
dapat mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Dalam analisis ini
item dikatakan valid pasti reliabel 18 item tersebut semua valid. Untuk
mengetahui tingkat validitas dapat dilihat korelasi antara skor item dengan skor
total item (nilai r hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung
lebih besar dari nilai r tabel atau r hitung > nilai r tabel ( pada taraf signifikansi
5% ) maka item tersebut adalah valid (Riduwan dan Sunarto, 2015). Pengujian
validitas selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
a. Hasil uji validitas dan reliability variabel pemasaran politik
Tabel 3.1Hasil Uji Validitas Pemasaran Politik (X)
No. Instrumen r hitung r tabel Keterangan
1 0,667 >0,2564 Valid
2 0,576 >0,2564 Valid
3 0,441 >0,2564 Valid
4 0,404 >0,2564 Valsid
5 0,320 >0,2564 Valid
6 0,527 >0,2564 Valid
7 0,638 >0,2564 Valid
8 0,460 >0,2564 Valid
9 0,576 >0,2564 Valid
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen dari kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel
pemasaran politik yaitu dinyatakan valid.
Tabel 3.2Hasil Uji Reliability variabel Pemasaran Politik (X)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,623 9
Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha dari semua
variabel lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen dari
kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel pemasaran politik
dinyatakan handal atau dapat di percaya.
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen dari kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel
motivasi yaitu dinyatakan valid.
Hasil Uji Reliability variabel motivasi
Tabel 3.3
Hasil Uji Realibilitas Variabel Motivasi (X)
Reliability StatisticsCronbach's
Alpha N of Items
,813 12
Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha dari semua
variabel lebih besar dari 0,7 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen dari
kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel motivasi dinyatakan
handal atau dapat di percaya.
b. Hasil uji validitas dan reliability variabel perilaku pemilu
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Pemilu (Y)
No. Insrumen r hitung r tabel Keterangan
1 0,678 >0,2564 Valid
2 0,591 >0,2564 Valid
3 0,324 >0,2564 Valid
4 0,545 >0,2564 Valid
5 0,380 >0,2564 Valid
6 0,473 >0,2564 Valid
7 0,678 >0,2563 Valid
8 0,545 >0,2564 Valid
9 0,591 >0,2564 Valid
Sumber: data primer diolah 2018
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen dari kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel
perilaku pemilu yaitu dinyatakan valid.
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliability variabel Perilaku Pemilu
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,655 9
Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha dari semua
variabel lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen dari
kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel perilaku pemilu
dinyatakan handal atau dapat di percaya.
D. Instumen Penelitian
Jumlah instrumen penelitian berdasrkan pada jumlah variabel yang akan diteliti.
Penelitian ini bemaksud meneliti tentang “ Pengaruh Pemasaran politik Terhadap
Perilaku Pemilih Pemula Pada Kabupaten Enrekang” oleh sebab itu ada (2)
intsrumen yang akan dibuat dalam penelitian ini yaitu (a) untuk mengukur
variabel Pemasaran politik dana (b) mengukur variabel pemilih pemula .
penelitian ini membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk memudahkan proses
penilayan.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis data, yaitu:
1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif, yaitu menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data kuesioner yang telah terkumpul
dari jawaban responden. Teknik analisis statistik deskriptif yang digunakan
dalam penelitian ini berupa tabel, perhitungan modus, median, mean
(pengukuran tendensi sentral), perhitungan penyebaran data melalui
perhitungan rata-rata dan standar deviasi, serta perhitungan persentase (%).
Penentuan persentase dari perolehan data hasil kuesioner dari masing-masing
variabel menggunakan rumus perhitungan persentase:
% = x 100%
Keterangan rumus:
n = Skor yang diperoleh
N = Skor ideal
% = Persentase
Data yang sudah dipersentasekan lalu ditafsirkan dengan kalimat-kalimat
yang bersifat kualitatif, dimana hasil persentase itu dapat digolongkan
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6
Kriteria Jawaban Responden
Persentase Jawaban Tafsiran Kualitatif
80% - 100%
60% - <80%
40% - <60%
20% - < 40%
0% - < 20%
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Tidak Baik
(Arikunto, 2010: 246)
2. Teknik Analisis Regresi Linier Sederhana
Teknik analisis regresi sederhana digunakan untuk melihat besaran
pengaruh variable Pemasaran politik terhadap variable Perilaku Pemilih
pemula pada Masyarakat kabupaten Enrekang. Digunakan pula untuk
membangun persamaan dan digunakan untukt untuk membuat perkiraan
(prediction). Adapun rumus persamaan regresi sederhana yang digunakan
dalam penelitian ini, adalah:
Ý = a + b X
Keterangan rumus:
Ý = variable pemasarn Politik
X = variable Pemilih Pemula
a = konstanta
b = koefisien regresi
Analisis regresi dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan
software SPSS version 24.0. Hasil analisis regresi dapat digunakan pula untuk
melakukan uji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Dasar pengambilan
keputusannya, adalah:
a. Jika nilai P value (sig) ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak
b. Jika nilai P value (sig) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Kabupaten Enrekang yang sejak abad XIV dikenal dengan sebutan
Massenrempulu yang berarti “ menyusur gunung” dengan ibu kotanya adalah
Enrekang dan merupakan salah satu kabupaten di provinsi sulawesi selatan yang
mempunyai keunikan tersendiri karena terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit
yang sambung-menyambung sekitar 85% dari luas wilayahnya. Sebutan
Enrekang berasal dari kata Endek yang berarti naik atau panjat, dari sinilah asal
mula sebutan Endekan. Masih ada persi lain yang ada dalam pengertian umum
sampai sekarang dan bahkan ada dalam administrasi pemerintah yang lebih di
kenal dengan sebutan Enrekang. Adapun gambaran Kabupaten Enrekang dapat di
lihat dari Peta berikut ini:
Gambar 4.1: Peta Wilayah Kabupaten Enrekang
48
1. Kondisi Geografis Kabupaten Enrekang
Kabupaten Enrekang termasuk dalam salah satu wilayah dalam Provinsi
Sulawesi Selatan yang secara astronomis terletak pada 3° 14’ 36” - 3° 50’ 00” dan
119° 40’ 53”- 120° 06’ 33” BT dan berada pada ketinggian 442m dpl, dengan luas
wilayah sebesar 1.786.02 km². Kabupaten Enrekang berbatasan dengan Tana
Toraja disebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan
Sidrap, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidrap dan sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Pinrang.
2. Batas-Batas Daerah Kabupaten Enrekang
Selama dasawarsa terjadi perubahan administrasi pemerintahan baik tingkat
Kecamatan maupun pada tingkat Kelurahan atau Desa, yang awalnya pada tahun
1905 hanya berjumlah 5 kecamatan dan 54 desa atau kelurahan, tetapi pada tahun
2008 jumlah kecamatan menjadi 12 kecamatan dan 129 desa dan kelurahan.
Adapun pembagian kecamatan dalam lingkup Kabupaten Enrekang antara lain:
a. Kecamatan Alla
b. Kecamatan Anggeraja
c. Kecamatan Enrekang
d. Kecamatan Masalle
e. Kecamatan Buntu Batu
f. Kecamatan Baroko
g. Kecamatan Cendana
h. Kecamatan Curio
i. Kecamatan Malua
j. Kecamatan Baraka
k. Kecamatan Bungin
l. Kecamatan Maiwa
Secara umum terletak topografi wilayah Kabupaten Enrekang terbagi atas
wilayah perbukitan kasrt(kapur) yang terbentang dibagian utara dan tengah,
lembah-lembah yang curam, sungai serta tidak mempunyai wilayah pantai. Jenis
Flora yang banyak ditemukan pohon bitti atau yang bisa disebut vitex coffasus,
pohon hitam sulawesi atau diospyros celebica, pohon ulin atau kayu besi
euisideraxylon zwageri, pohon lithocarpus celebica, kayu bayam kayu agatis-
agatis celebica, kayu kuning – arcangelisia flava merr. Selain itu terdapat juga
rotan lembah – calamus sp, rotan tohiti – calamus inops becc. Rotan taman jenis
angrek juga banyak ditemukan anggrek yaitu goodyera celebica, anggrek
Sulawesi dari spesies phalaenopsis venosa, anggrek kalajengking arachnis
celebica. Anggrek pleomele angustifolia. Anggrek cymbidium finlaysonianum,
dan jenis tanaman lainnya.
3. Pemerintahan Kabupaten Enrekang
Awal mula terbentuknya Kabupaten Enrekang yang telah beberapa kali
mengalami pergantian Bupati sampai sekarang. Pelantikan Bupati Enrekang yang
pertama yaitu pada tanggal 19 Februari 1960 dan ditetapkan sebagai hari
terbentuknya Daerah Kabupaten Enrekang. Berikut adalah daftar Bupati
Kabupaten Enrekang yang menjabat sejak terbentuknya pada tahun 1960:
a. Andi Babba Mangopo (1960-1963)
b. Muhammad Nur (1963-1964)
c. Muhammad Cahtif Lasiny (1964-1965)
d. Bambang Soetrisna (1965-1969)
e. Abdullah Rachman, B. A (1969-1971)
f. Drs. Mappatoeran Parawansa (1971-1973)
g. Mochammad Daud (1973-1978)
h. H. Abdullah Dollar, B. A(1978-1983)
i. Muhammad Saleh Nurdin Agung (1983-1988)
j. Mayjend TNI H.M Amin Syam (1988-1993)
k. Andi Rachman (1993-1998)
l. Drs. Andi Iqbal Mustafa (1998-2003
m. Ir. H. La Tinro La Tunrung (2003-2008)
n. H. Muhammad Lody Sindingan, S.H, M.Si (2008 Pelaksana Tugas)
o. Ir. H. La Tinro La Tunrung (2008-20013)
p. rs. H. Muslimin Bando, M.Pd (2013-Sekarang)
4. Keadaan Penduduk Kabupaten Enrekang
Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang di beberapa Kecamatan
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk di Kabupaten Enrekang
No Nama Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Cendana 4241 4564 8805
2. Baraka 11161 10920 22081
3. Buntu Batu 6827 6524 13351
4. Anggeraja 11412 12456 24868
5. Malua 3908 4092 8000
6. Alla 11140 10589 21729
7. Curio 8641 7674 17315
8. Masalle 65017 6207 71224
9. Baroko 5406 5101 10507
10. Enrekang 99490 98704 198194
11. Bungin 2284 11667 23312
12. Maiwa 11.655 2098 4328
Sumber: BPS Enrekang 2019
5. Visi Misi Kabupaten Enrekang
Enrekang sebagai daerah yang cukup potensial dilihat dari segi sumber daya
alam, tingkat aksebilitas sarana dan prasarana sesungguhnya memungkinkan
untuk mencapai daerah agropolitan dimana pola pengembangannya sektor
pertanian selanjutnya akan memberikan efek eksternal terhadap tumbuh
kembangnya berbagai sektor lainnya seperti industri pengelolaan perdagangan,
lembaga keuangan dan sebagainya. Pengembangan daerah agropolitan dimaksud
harus tetap mengacu pada prinsip otonomi dan kemandirian melalui
pengembangan interkoneksitas antar daerah baik Sulawesi Selatan maupun diluar
Sulsel. Pengembangan daerah harus dipandang dalam persfektif masa depan
sehingga pelaksanaan pembangunan akan selalu ditempatkan dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan, kerangka pembangunan seperti itu akan
meningkatkan aspek kelestarian lingkungan sebagai persyaratan utama.
Merupakan proses untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Adapun misi
Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut:
a. Pilar pendukung perekonomian bagi pengembangan perekonomian Sul-Sel
melalui pengembangan berbagai komoditas unggulan khususnya sektor
pertanian.
b. Mengembangkan kerjasama karyawan dan keterkaitan fungsional antara daerah
agar tetap mengacu pada semangat dan otonomi.
c. Mengembangkan implementasi pembangunan yang lebih menekankan pada
pengembangan kawasan Timur Enrekang (KTE) dalam rangka mewujudkan
keseimbangan pembangunan antara wilayah di Kabupaten Enrekang.
d. Melakukan penataan tata ruang yang mampu memberikan peluang bagi
terciptanya struktur ekonomi dan wilayah yang kuat serta memungkinkan
munculnya interkoneksitas antar wilayah.
e. Mengedepankan norma dan nilai-nilai budaya tradisional dan keagamaan
seperti kejujuran, keadilan, keterbukaan, dan saling menghormati, semngat
gotong royong dan kerja sama, dalam berbagai aktivitas pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan.
6. Tujuan Kabupaten Enrekang
Merupakan penjabaran dari misi dan bersifat operasional tentang apa yang
dicapai:
a. Komoditas Kabupaten Enrekang mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal,
regional, maupun untuk kebutuhan ekspor.
b. Pembangunan sumber daya yang menjadi pilar pendukung ekonomi
kerakyatan.
c. Tercapainya kerjasama antar wilayah dan antar kawasan Kabupaten Enrekang.
d. Terwujudnya kerjasama antar pemerintah Kabupaten Enrekang dengan
berbagai pihak.
e. Meningkatkan pengelolaan potensi di kawasan Timur Enrekang.
f. Terwujudnya penataan wilayah/kawasan yang berdaya guna dan hasil guna.
g. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan sosial.
h. Terwujudnya ketahanan budaya dan spritual.
i. Terwujudnya kepemerintahan yang baik partisipasif transparan dan akuntabel.
j. Tercapainya peraturan keagamaan ketertiban dalam masyarakat.
7. Profil Kelurahan Kambolangi
Terbentuk jadi Desa Kambiolangi pada tahun 1956 yang dipimpin oleh Bapak
Tahali. Seiring berjalanya pemerintahan maka proses pergantian pejabat kepala
Desa Kambiolagi itu sebanyak 7 (tujuh) kali sampai pada tahun 1994.
Setelah tahun 1995 Desa kambiolangi berubah menjadi kelurahan Kambiolangi
yang dipimpin oleh Bapak Amma Leha, dengan pembagian wilayah lingkungan
menjadi 3 lingkungan yaitu :
a. Lingkungan Kecok
b. Lingkungan Belajen Barat
c. Lingkungan Belajen Utara
Selanjutnya urutan pejabat dan masa jabatanya
a. Amma leha : Pada Tahun 1995-1999
b. Saleh : Pada Tahun 2002-2003
c. Amiruddin Amin S.IP : Pada Tahun 2004-2007
d. Salama S.Sos : Pada Tahun 2008-2010
e. Nana Muliana S.Sos : Pada Tahun 2010-2012
f. Ansyar S.Pd : Pada Tahun 2012-2013
Pada masa jabatan ini kelurahan Kambiolangi menambah wilayah
lingkunganya menjadi lima lingkungan Yaitu :
1. Lingkungan Kecok
2. Lingkungan belajen barat
3. Lingkungan belajen utara
4. Lingkungan belajen timur
5. Lingkungna curiak
g. Padeli SE : Pada Tahun 2014-2016
Pada masa jabatan ini kelurahan kambiolangi memekarkan lingkungnya
menjadi 6 lingkungan :
1. Lingkungan Kecok
2. Lingkungan belajen barat
3. Lingkungan belajen utara
4. Lingkungan belajen timur
5. Lingkungna curiak
6. Lingkungan Rondo
h. Acmad Faisal, SH, MM : Pada Tahun 2016
Menjabat sebagai pelaksana tugas
i. ABD. Salam SE (Februari Tahun 2017 Sampai Skrang)
8. Monografi Kelurahan Kambiolangi
1. Kelurahan : Kambolangi
2. Kecematan : Alla
3. Kabupaten : Enrekang
4. Propinsi : Sulawesi- Selatan
5. Keadaan Tahun : 2017
9. Keadaan Umum
1. Luas dan Batas Wilayah
a. Luas wilayah kelurahan : 350 H
b. Batas Wilayah
1.Sebelah Utara : Kel. Buntu Sugi
2. Sebelah Selatan : Kel. Kalosi
3. Sebelah Barat : Desa Suliman
4. Sebelah Timur : Desa Taulo
c. Kondisi Geografi
1. ketinggian Tana Dari Pemukiman Laut : 700 m s/d 820 m
2. Bayaknya Curah Hujan : 1500 s/d 2.2500
3. Tofografi : Tinngi
4. Suhu Udara Rata-rata : 25 s/d 27c
d. Obserfasi
1. Jarak dari Pemerintah Kekabupaten : 35 cm
2. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten : 35 cm
3. Jarak dari Ibukota Propensi : 275 cm
Tabel 4.2Nama Lingkungan diKelurahan Kambiolangi
No NAMA
LINGKUNGAN
JLMH
KK
JMLH
JIWA
JENIS KELAMIN
L P
1 Belajen Utara 211 922 483 439
Curiak 162 836 225 611
Belajen Timur 175 799 387 412
Kecok 103 438 213 225
Belajen Barat 167 756 394 362
Rondo 79 367 195 172
Jumlah 897 4118 1897 2221
10. Visi dan Misi Kelurahan Kambiolangi
Visi: Mewujudkan kelurahan kambiolangi menjadi pusat perdangan hasil
pertanian terbesar di sulawesi selatan tahun 2023.
Misi :
a. Perdangan perbankan.
b. Pengadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan Ekonomi kerakyatan .
c. Pengembangan infrastruktur .
d. Membentuk kelompok usaha Ekonomi kerakyatan .
e. Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pelatihan dan keterampilan .
f. Adanya sarana imformasi pasar.
g. Memudahkan investor .
h. Membuka akses pasar.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pemasaran Politik Pada Pemilukada Enrekang 2018
Untuk mendapatkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian Pengaruh
Pemasaran Politik terhadap Perilaku Pemilih Pemula pada Pemilukada Enrekang
2018 di Kelurahan Kambiolangi Kabupaten enrekang maka dapat dilihat dari
indikator pemasaran politik yang meliputi:
a. Iklan Politik
Iklan Politik adalah iklan sebagai alat komunikasi untuk mencari dukungan
masyarakat.Bentuk dan isi dari iklan yang mampu meraih audiens melalui media
ini di bawah kendali dari aktor politik, media (TV, radio, surat kabar, internet) dan
saluran transmisi lainnya. Dengan adanya subindikator tentang iklan politik dapat
membantu hasil penelitian yang dilakukan sehingga dapat memperjelas data yang
diperoleh sesuai yang diinginkan. Adapun hasil kuesioner yang dihasilkan dari
beberapa pernyataan mengenai prestasi di Kelurahan Kambiolangi yang memiliki
57 pemilih pemula dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.3:
Hasil Responden Tentang Iklan Politik pada Pemilukada Enrekang 2018
No. Item-item
instrumen
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUMLAH
(%)
1. Memperoleh
informasi
kandidat melalui
media massa
35,1 56,1 8,8 0 0 100
2. Memperoleh
informasi
perkembangan
politik melalui
media
komonikasi
35,1 50,9 10,5 3,5 0 100
3. Pemasangan
baliho baik
dimedia cetak
maupun di
media sosial
28,1 45,6 24,6 1,8 0 100
Rata-rata (%)32,7 50,8 14,6 1,7 0 100
Sumber : Data primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.3 diatas tentang pemilih pemula memperoleh
informasi pada Pemilukada Enrekang 2018 Melalui Media Massa dimana
persentase pemilih pemula menjawab Sangat Setuju sebanyak 35,1%, Setuju
sebanyak 56,1%, Kurang Setuju 8,8%, Tidak Setuju sebanyak 0% dan Sangat
Tidak Setuju 0%. Dari data ini mengkonfirmasi bahwa tentang kandidat calon
Bupati di Enrekang, pemilih pemula membutuhkan media massa untuk
memperoleh informasi.
Untuk perkembagan politik melalui media komunikasi pada Pemilukada
ini, persentase pemilih pemula menjawab Sangat Setuju 35,1%, Setuju sebanyak
50,9%, Ragu-Ragu sebanyak 10,5%, Tidak Setuju sebanyak 3,5%, dan Sangat
Tidak Setuju sebanyak 0% (tidak ada). Dari data ini menunjukkan bahwa
dinamika perkembangan politik, pemilih pemula membutuhkan media komunikasi
dalam memperoleh informasi tentang perkembangan politik pada pemilukada
Enrekang.
Intdikator ke-3 dari pemasaran politik pada Pemilukada Enrekang 2018
yaitu pemasangan Baliho. Dari jawaban pemilih pemula dalam tabel 4:3, dapat
diketahui bahwa pemilih pemula sangat setuju sebanyak 28,1%, setuju sebanyak
45,6%, ragu-ragu sebanyak 24,6%, tidak setuju sebanyak 1,8%, sangat tidak
setuju 0%. Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa pemasangan baliho baik
dimedia cetak maupun dimedia massa di Kabupaten Enrekang cukup berpengaruh
dalam melakukan kampanye politik.
b. Promosi Politik
Promosi Politik merupakan upaya dalam periklanan, kehumasan dan promosi
yang diramu sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan
adanya sub indikator tentang promosi politik dapat membantu hasil penelitian
yang dilakukan sehingga dapat memperjelas data yang diperoleh sesuai yang
diinginkan. Adapun hasil kuesioner yang dihasilkan dari beberapa pernyataan
mengenai promosi politik di Kelurahan Kambiolangi yang memiliki 57 pemilih
pemula dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.4:
Hasil Responden Tentang Promosi Politik pada Pemilukada Bupati Enrekang
2018
No.Item-iteminstrumen
SS(%)
S(%)
RR(%)
TS(%)
STS(%)
JUMLAH(%)
1. Kandidatbupati danwakil bupati2018melakukankampanye
43,9 40,4 12,3 2 0 100
2. Memperolehinformasikandidatmelalui mediaperiklanan
19,3 49,1 24,6 7,0 0 100
Rata-rata (%) 30,4 43,3 16,4 8,8 0,6 100
Sumber : data primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4:4 diatas tentang promosi politik terkait calon kandidat
melakukan kampanye politik pada pemilukada Enrekang 2018, dapat diketahui
bahwa pemilih pemula menjawab Sangat Setuju sebanyak 43,9%, Setuju
sebanyak 40,4%, Ragu-Ragu sebanyak 12,3%, Tidak Setuju sebanyak 3,5%, dan
Sangat Tidak Setuju 0%. Dari data ini mengkonfirmasi bahwa pemilih pemula
cukup peduli calon kandidat melakukan promosi politik lewat kampanye
pasangan calon pada Pemilukada 2018 ini.
Terkait untuk memperoleh informasi kandidat melalui media periklanan
pada Pemilukada Enrekang 2018 ini, dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pemilih
pemula menjawab Sangat Setuju sebanyak 19,3%, Setuju sebanyak 49,1%, Ragu-
Ragu sebanyak 24,6%, Tidak Setuju sebanyak 7,0%, Sangat Tidak Setuju 0%.
Dari data ini dapat diketahui bahwa pemilih pemula pada Pemilukada ini untuk
memperoleh informasi lewat media periklanaan cukup setuju.
c. Citra Politik
Citra Politik merupakan gambaran yang melekat pada diri pilitisi tersebut atau
lebih khususnya citra politik merupakan pilihan ideologi sang politisi yang
diwujudkan melalui sebuah keputusan, tindakan dan keberpihakan. Dengan
adanya subindikator tentang citra politik dapat membantu hasil penelitian yang
dilakukan sehingga dapat memperjelas data yang diperoleh sesuai yang
diinginkan. Adapun hasil kuesioner yang dihasilkan dari beberapa pernyataan
mengenai citrai politik di Kelurahan Kambiolangi yang memiliki 57 pemilih
pemula dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Responden Tentang Citra Politik Pada Pemilukada Bupati 2018
No. Item-item
instrumen
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUMLAH
(%)
1. Kandidat timsuksesmenjanjikanfasilitas umumjika terpilih
35,1 50,9 10,5 3,5 0100
2. MemilihBupatiEnrekang 2018berdasarkanvisi dan misiyang diberikan
28,1 54,4 7,0 8,8 1,8100
Rata-rata (%) 25,1 43,3 16,9 14,0 0,6100
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.5 tentang Citra Politik terkait Kandidat tim sukses
menjanjikan fasilitas umum jika terpilih bahwa Pemilih Pemula pada Pemilukada
2018 Sangat Setuju sebanyak 35,1%, Setuju sebanyak 50,9%, Ragu-Ragu
sebanyak 10,5%, Tidak Setuju sebanyak 3,5%, Sangat Tidak Setuju 0%. Dari
hasil pengolahan tersebut dapat diketahui bahwa Kandidat tim sukses menjanjikan
fasilitas umum jika terpilih Pemilih Pemula cukup berpengaruh untuk
berpengaruh membangun Citra Politik.
Dari jawaban responden tersebut menyangkut memilih Bupati Enrekang
2018 berdasarkan visi misi yang diberikan pada Pemilukada Bupati 2018 maka
dapat dilihat nilai rata-rata yang dimiliki dari jumlah penyataan ini dapat
diuraikan bahwa memilih Bupati berdasarkan visi misi yang diberikan pada
pilkada Bupati 2018 khususnya di Kelurahan Kabiolangi Kabupaten Enrekang
dari nilai pernyataan tersebut yang menjawab sangat setuju sebanyak 28,1% ,
setuju sebanyak 54,4% , ragu-ragu sebanyak 7,0%, tidak setuju sebanyak 8,8%,
sangat tidak setuju 1,8%. Dari hasil pengolahan tersebut dapat disimpulkan bahwa
jawaban mendominasi pada instrumen Pemilih Pemula berpengaruh dalam
menggunakan hak pilih pada Pemilukada Bupati 2018 yaitu “Setuju”, sehingga
pemilih pemula memilih Bupati bersarkan visi misi yang diberikan.
2. Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilukada Enrekang 2018
Untuk mendapatkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian Pengaruh
Pemasaran Politik terhadap Perilaku Pemilih Pemula pada Pemilihan Umum
Kepala Daerah di Kelurahan Kambiolangi Kabupaten enrekang maka dapat dilihat
dari indikator Perilaku Mmemilih yang meliputi antara lain:
a. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan Sosiologis, dimana keputusan memilih berdasarkan usia, memilih
berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan agama, pekerjaan, kelas sosial, ikatan
kelurga, serta memilih berdasarkan kesamaan daerah. Dengan adanya
subindikator tentang pendekatan psikologis dapat membantu hasil penelitian yang
dilakukan sehingga dapat memperjelas data yang diperoleh sesuai yang
diinginkan. Adapun hasil kuesioner yang dihasilkan dari beberapa pernyataan
mengenai pendekatan psikologis di Kelurahan Kambiolangi yang memiliki 57
pemilih pemula dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.6
Hasil Responden tentang Pendekatan Sosiologis pada Pemilukada Enrekang 2018
No Item-Item
Instrumen
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUMLAH
(%)
1. Memilih
berdasarkan
usia.
49,1 33,3 1,8 8,8 7,0 100
2. Memilih
berdasarkan
ikatan
keluarga.
29,8 56,1 5,3 7,0 1,8 100
3. Memilih
berdasarkan
kesamaan
21,1 24,6 28,1 26,3 0 100
daerah.
Rata-rata (%) 33,3 38 11,7 14,0 2,9 100
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari jawaban responden menyangkut tentang pendekatan sosiologis maka
dapat dilihat dengan adanya nilai rata-rata yang dimiliki dari jumlah pernyataan
memilih berdasarkan usia pada pemilihan Bupari Enrekang 2018 di Kelurahan
Kambiolangi maka yang menjawab Sangat Setuju sebanyak 49,1%, Setuju
sebanyak 33,3%, Ragu-Ragu sebanyak 1,8%, Tidak Setuju sebanyak 8,8%,
Sangat Tidak Setuju sebanyak 7,0%. Sedangkan untuk pernyataan memilih
berdasarkan ikatan keluarga maka yang menjawab Sangat Setuju sebanyak 29,8%,
Setuju sebanyak 56,1%, Ragu-Ragu sebanyak 5,3%, Tidak Setuju sebanyak 7,0%,
Sangat Tidak Setuju 1,8%. Dan untuk pernyataan memilih berdasarkan kesamaan
daerah yang menjawab Sangat Setuju sebanyak 22,1%, Setuju sebanyak 24,6%,
Ragu-Ragu sebanyak 28,1%, Tidak Setuju sebanyak 26,3%, Sangat Tidak Setuju
0%. Data membuktikan bahwa pemilih pemula setuju dengan indikator
pendekatan sosiologis dalam perilaku pemilih pada pemilu Bupati 2018 di
Kabupaten Enrekang khususnya Kelurahan Kambiolangi.
b. Pendekatan Psikologis
Pendekatan Psikologis, dimana keputusan memilih berdasarkan kedekatan
kandidat, kedekatan tim sukses kandidat, kedekatan emosional partai serta
memilih berdasrkan kedekatan partai kandidat. Dengan adanya subindikator
tentang pendekatanpsikologis dapat membantu hasil penelitian yang dilakukan
sehingga dapat memperjelas data yang diperoleh sesuai yang diinginkan. Adapun
hasil kuesioner yang dihasilkan dari beberapa pernyataan mengenai pendekatan
psikologis di Kelurahan Kambiolangi yang memiliki 57 pemilih pemula dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil Responden tentang Pendekatan pada Pemilukada Enrekang 2108
No. Item-Item
Instrumen
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUMLAH
%
1. Memilih
berdasarkan
kedekatan
figus kandidat
28,1 31,6 21,1 19,3 0 100
2. Memilih
berdasarkan
kedekatan tim
suskses
kandidat.
22,8 42,1 21,1 14,0 0 100
3. Memilih
berdasarkan
kedekatan
emosional
partai
52,6 45,6 1,8 0 0 100
Rata-rata 34,5 39,8 14,6 11,1 0 100
Sumber: data primer diolah, 2019
Dari jawaban responden menyangkut tentang pendekatan psikologis maka
dapat dilihat dengan adanya nilai rata-rata yang dimiliki dari jumlah pernyataan
memilih berdasarkan kedekatan figur kandidat pada pemilihan Bupari Enrekang
2018 di Kelurahan Kambiolangi maka yang menjawab Sangat Setuju sebanyak
428,1%, Setuju sebanyak 31,6%, ragu-ragu sebanyak 21,1%, Tidak Setuju
sebanyak 19,3%, sangat tidak setuju sebanyak 0%. Sedangkan untuk pernyataan
memilih berdasarkan kedekatan tim sukses kandidat maka yang menjawab sangat
Setuju sebanyak 22,8%, Setuju sebanyak 42,1%, Ragu-Ragu sebanyak 21,1%,
Tidak Setuju sebanyak 14,0%, Sangat Tidak Setuju 0%. Dan untuk pernyataan
memilih berdasarkan kedekatan emosional partai yang menjawab Sangat Setuju
sebanyak 52,6%, Setuju sebanyak 45,6%, Ragu-Ragu sebanyak 1,8%, Tidak
Setuju sebanyak 0%, Sangat Tidak Setuju 0% (tidak ada). Data membuktikan
bahwa pemilih pemula setuju dengan indikator pendekatan psikologis dalam
perilaku pemilih pada pemilu Bupati 2018 di Kabupaten Enrekang khususnya
Kelurahan Kambiolangi.
c. Pendekatan Rasional
Pendekatan Rasional, dimana keputusan memilih berdasarkan visi-misi,
memilih berdasarkan orientasi isi, orientasi kandidat, serta keputusan memilih
berdasarkan program kerja yang ditawarkan. Dengan adanya subindikator tentang
pendekatan rasional dapat membantu hasil penelitian yang dilakukan sehingga
dapat memperjelas data yang diperoleh sesuai yang diinginkan. Adapun hasil
kuesioner yang dihasilkan dari beberapa pernyataan mengenai pendekatan
rasional di Kelurahan Kambiolangi yang memiliki 57 pemilih pemula dapat
dilihat dari tabel berikut
Tabel 4.8
Hasil Responden tentang Pendekatan Rasional Pada Pemilukada Enrekang 2018
No. Item-item instrumen
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
Jumlah
1. Memilih berdasarkan
visi-misi. 52,5 45,6 1,8 0 0 100
2. Memilih kandidat
karena kepribadian
seperti integritas,
ketegasan, kejujuran,
kewibawaan,
kepedulian, ketaatan
pada norma dan
aturan.
45,6 50,9 1,8 0 0 100
3. Memilih berdasarkan
program kerja yang
ditawarkan kandidat. 38,6 49,1 12,3 0 0 100
Rata-rata 45,6 48,6 5,3 0 0 100
Sumber: Data primer diolah, 2019Dari jawaban responden menyangkut tentang pemilih pendekatan rasional
dapat dilihat dengan adanya nilai rata-rata yang dimiliki dari jumlah pernyataan
memilih berdasarkan visi-misi kandidat pada pemilihan Bupari Enrekang 2018 di
Kelurahan Kambiolangi maka yang menjawab Sangat Setuju sebanyak 52,6%,
Setuju sebanyak 45,6%, Ragu-Ragu sebanyak 1,8%, Tidak Setuju sebanyak 0%,
dan Sangat Tidak Setuju sebanyak 0%. Sedangkan untuk pernyataan memilih
kandidat karena keperibadian kandidat seperti integritas, ketegasan, kejujuran,
kewibawaan, kepedulian, ketaatan pada norma dan aturan maka yang menjawab
sangat setuju sebanyak 45,6%, setuju sebanyak 50,9%, ragu-ragu sebanyak 1,8%,
tidak setuju sebanyak 1,8%, sangat tidak setuju 0%. Dan untuk pernyataan
memilih berdasarkan program kerja yang ditawarkan yang menjawab Sangat
Setuju sebanyak 38,6%, Setuju sebanyak 49,1%, Ragu-Ragu sebanyak 12,3%,
Tidak Setuju sebanyak 0%, Sangat Tidak Setuju 0%. Data membuktikan bahwa
Pemilih Pemula setuju dengan indikator pendekatan rasional dalam perilaku
pemilih pada pemilu Bupati 2018 di Kabupaten Enrekang khususnya Kelurahan
Kambiolangi.
3. Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap Perilaku Pemilih Pemula Pada
Pemilukada Enrekang 2018
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemasaran politik (X) dengan
perilaku pemilu (Y), maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Uji Parsial (Uji T)
Uji t untuk menguji kemaknaan atau keberartian koefisien regresi parsial.
Pengujian melalui uji t adalah membandingkan t hitung dengan t tabel pada taraf
nyata α = 0,05. Uji t berpengaruh signifikan apabila hasil perhitungan thitung lebih
besar dari t tabel (t hitung > t tabel) atau probabilitas kesalahan lebih kecil dari 5%
(sig<0,05). Dalam penelitian ini t tabel yang digunakan adalah 1,672.
Tabel 4.9Hasil Uji Parsial (Uji T)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 8,485 4,348 1,951 ,056
Pemasaran Politik ,755 ,119 ,651 6,359 ,000
a. Dependent Variable: Perilaku Pemilu
Berdasarkan tabel 4.9, maka pengujian variabel bebas dijabarkan sebagai berikut:
a) Pengaruh pemasaran politik terhadap perilaku pemilih pemula
Variabel pemasaran politik (X) menunjukkan nilai thitung lebih besar dari
ttabel (1,951 >1,672),atau sig<α (0,000 < 0,05), berarti variabel pemasaran
politik (X) berpengaruh terhadap pemilih pemula (Y) di Kelurahan
Kambiolangi Kabupaten Enrekang.
b) Analisis Regresi Linear Sederhana
Untuk mengetahui apakah ada pengeruh antara pemasaran politik (X)
dengan perilaku pemilih (Y), maka menggunakan rumus regresi linear
sebagai berikut:
Rumus : Y= a + bx
Keterangan:
Y = subjek atau nilai dalam dependen
a = harga Y, apabila X= 0 (harga konstan)
b = angka arah atau koefisien yang menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang di dasarkan pada variabel
independen.
X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Berdasarkan hasil pengolahan data analisis regresi linear sederhana melalui
SPSS versi 20, maka diperoleh sebagai berikut:
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat a = 8,485 dan b = 0,651
kemudian disusun persamaan:
Y = a + Bx
Y = 8,485 + 0,651X
a) Nilai konstanta (a), yaitu 8,485 artinya apabila pemasaran politik sama
dengan nol, maka perilaku politik di Kelurahan Kambiolangi adalah positif.
b) Nilai koefisien regresi untuk variabel pemasaran politik (X), yaitu 8,485.
Hal ini berarti bahwa pemasaran politik berpengaruh positif sehingga
dengan adanya pemasaran politik yang semakin baik maka berpengaruh
positif terhadap perilaku pemilih pemula pada pemilukada di Kelurahan
Kambiolangi Kabupaten Enrekang 2018.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F merupakan uji secara simultan untuk mengetahui apakah variabel X
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. Uji F dilakukan
dengan membandingkan Fhitung dan Ftabel. Dari hasil analisis diperoleh hasil output
pada tabel:
Tabel 4.10Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 481,781 1 481,781 40,442 ,000b
Residual 655,201 55 11,913
Total 1136,982 56
a. Dependent Variable: Perilaku Pemilu
b. Predictors: (Constant), Pemasaran Politik
Berdasarkan tabel uji F yang diperoleh dari hasil pengolahan komputerisasi
dengan menggunakan SPSS versi 20 maka diperoleh Sig F 0,000 < 0,05 (5%)
dengan Ftabel 4,01 (Fhitung > F tabel ) = 40,442 > 4,03 maka model regresi dapat
dipergunakan. Jadi, dapat simpulkan bahwa pemasaran politik secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilih pemula pada pemilukada di
Kelurahan Kambiolangi Kabupaten Enrekang 2018.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya jumlah
pengaruh variabel pemasaran politik (x) dengan pemilih pemula (y). Kemudian
dapat dilakukan dengan cara menghitung koefisien yang ditentukan. Berikut
adalah model Summary berdasarkan hasil pengelolahan SPSS versi 20. Adapun
hasil dan koefisien determinasi dapa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11Tabel Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,651a ,424 ,413 3,45149
a. Predictors: (Constant), Pemasaran Politik
Berdasarkan hasil uji koefisien determasi diatas, nilai R2 (Adjusted R
Square). Dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel bebas (independent) dalam menerangkan variabel terikat
(dependent). Dari tabel diatas diketahui bahwa R2 sebesar 0,424, hal itu berarti
42,4% yang menunjukkan bahwa pemhasaran politik dipengaruhi oleh pemilih
pemula. Sisanya 57,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum diteliti dalam
penelitian ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya,maka berikut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan partisipan politik terhadap pemasaran politik kabupaten Enrekang .hal
ini dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan spss versi 20 diperoleh niliai
signifikan 0,00 yang lebih kecil atau berada dibawa nilai 0,05 .ini menunjukkan
bahwa variabel partisipan politik terhadap pemasaran politik Kabupaten Enrekang
dengan demikian Ha diterima dan Ho di tolak. Partisipasi pemilih pemula juga
sangat ditentukan oleh faktor pendekatan psikologis, sosiologis, dan rasional,
choice.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan secara rinci sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak penyelangara adalah sebagai
berikut
1. Faktor penghambat partisipasi politik pemilih pemula yaitu; kesibukan
kegiatan sehari-hari, perasaan tidak mampu, dan larangan dari pihak orang
tua.
2. Pendidikan bagi pemilih perlu mendapatkan fokus yang jelas. Ini terkait
dengan proses sosialisasi bagi pemilih pemula. Dalam upaya melakukan
pendidikan bagi pemilih pemula tentunya tidak hanya dilakukan ketika
masuk usia pilih. Namun lebih dari itu, pendidikan bagi pemulaharus
dilakukan sedini mungkin, sehingga pemahaman hakekat demokrasi sudah
terbangun dan ketika sudah mencapai usia pemilih, para pemilih pemula
sudah siap menggunakan hak pilihnya secara cerdas.
3. Tentu saja peningkatan kinerja penyelenggara Pemilu atau KPU, bukan
hanya terkait dengan kinerja teknis penyelenggaraan, namun juga dalam
hal memberikan pemahaman tentang pentingnya partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan Pemilu, sehingga masyarakat bisa memahami
partisipasi apa saja yang dapat dilakukan dan apa output dari partisipasi
tersebut. Bentuk netralitas, transparansi dan tanggung jawab sebagai
kepribadian utama dari penyelenggara pemilu perlu dikedepankan dalam
mengawal suksesnya setiap tahapan penyelenggaraan pemilu. Jika sudah
ditanamkan kepercayaan atas komitmen kejujuran dan ketidakberpihkan,
maka masyarakat bisa antusias untuk ikut berpartisipasi dalam setiap
penyelenggaraan pemilu.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1
1. Kusioner Penelitian
KUSIONER PENELITIAN PENGARUH PEMASARAN POLITIK
TERHADAP PERILAKU PEMILIH PEMULA PADA PEMILUKADA
DI KABUPATEN ENREKANG 2018
Kepada yang terhormat,
Saya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar
Nama : SYAMSUL
NIM : 105640173213
Melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap
Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilukada Di Kabupaten Enrekang 2018”. Oleh
karena itu, saya membutuhkan partisipasi Bapak/Ibu untuk mengisi kusioner
dibawah ini, sebagai data penelitian yang akan saya olah nanti. Berilah jawaban
yang paling objektif. Jawaban dari Bapak/Ibu atas setiap pernyataan hanya
dipergunakan untuk kepentingan akademis semata.
Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
1. IdentitasNama :
Umur :
Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Pendidikan : a. SD d. Diploma
b. SMP e. Sarjana
c. SMA f. Pasca Sarjana
Golongan : a. Ia-Id c. IIIa-IIId
b. IIa-IId d. IVa-Ivd
2. Petunjuk
Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang saudara pilih.
Kriteria penilaian.
No. Peryataan Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Ragu-Ragu (RR) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Pemasaran Politik (Y) dan Perilaku Pemilih Pemula (Y)
No Pernyataan Alternatif
SS S RR TS STS
Iklan politik
1 Saya memperoleh informasi caleg melalui media
massa
2 Saya memperoleh informasi perkembangan
politik saat ini melaui media komunikasi
3 Bagaimnamenurut Bapak/Ibu/Saudara (i) apa
bila ada pemasangan baliho baik dimedia cetak
maupun dimedia massa
Promosi politik
4 Saya pernah ikut dalam menjaga keamanan dan
ketertiban pilkada Bupati Enrekang 2018
5 Menurut Bapak/Ibu/Saudara (i) bagaimna jika
kandidat Bupati dan Wakil Bupati Enrekang
2018 melakukan kampanye?
6 Saya memeperoleh informasi melalui media
periklanan.
Citra politik
7 Apakah kaum intelektual mempengarauhi anda
untuk menggunakan hak pilih dalam pilkada
Bupati Enrekang 2018.
8 Pada Pemilihan Bupati Enrekang 2018, ada
kandidat atau tim sukses menjanjikan pasilitas
umum kampung/desa kalau terpilih,
9 Saya memilih Bupati Enrekang 2018
berdasarkan visi misi yang diberikan.
Pendektan Sosiologis
10 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkan usia
11 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkan ikatankeluarga.
12 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkankesamaan daerah
Pendekatan Psikologis
13 Bagaimana menurut Bapak/Ibu/Saudara(i) padapemilihan Bupati Enrekang memilih berdasarkankedekatan figur kandidat ?
14 Bagaimna jika dalam pemilihan Bupati Enrekang2018 Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkan
kedekatan tim sukses kandidat ?
15 Saya memilih Bupati Enrekang 2018 berdasarkankedekatan/ emosional partai .
Pendekatan Rasional
16 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkan visi-misi kandidat.
17 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih kandidat karnakepribadian kandidat seperti integritas diri,ketegasan, kejujuran, kewibawaan, kepedulian,ketaatan pada norma dan aturan.
18 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkanprogram kerja yang ditawarkan kandidat.
Lampiran 2
1. Tabulasi Variabel Pemasaran Politik (X)
Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Jumlah
1 2 4 5 3 4 4 4 4 4 32
2 5 5 4 4 5 4 4 4 4 39
3 5 5 4 4 4 5 4 5 4 40
4 4 3 4 4 5 2 2 4 5 33
5 4 2 4 5 5 4 4 4 5 37
6 4 3 4 4 5 2 2 4 5 33
7 5 4 5 4 4 4 4 4 5 39
8 5 4 4 2 5 4 2 4 5 35
9 4 5 4 5 4 4 4 5 4 39
10 4 5 4 5 4 4 5 4 5 40
11 5 4 4 5 5 4 3 5 4 39
12 4 3 5 3 4 3 3 4 5 34
13 5 5 4 5 5 4 4 5 5 42
14 5 5 4 4 4 4 4 4 4 38
15 4 5 4 5 5 3 3 5 5 39
16 5 5 5 4 5 5 5 3 5 42
17 5 5 5 4 4 4 5 4 5 41
18 4 4 5 1 5 4 3 5 5 36
19 4 4 5 3 4 5 3 5 4 37
20 4 4 4 5 4 4 3 2 4 34
21 5 4 3 5 5 4 5 5 4 40
22 5 4 5 5 4 5 4 5 5 42
23 5 5 5 5 4 5 5 4 5 43
24 5 2 5 5 5 5 5 5 5 42
25 5 5 5 4 5 5 4 4 5 42
26 3 4 4 5 4 5 3 3 5 36
27 5 4 5 2 4 4 3 4 5 36
28 5 5 5 2 3 5 2 4 4 35
29 4 4 4 4 4 4 2 4 4 34
30 4 5 4 4 4 4 3 2 4 34
31 5 4 3 4 4 4 3 4 5 36
32 4 4 4 4 4 4 3 5 5 37
33 4 4 3 5 4 3 3 5 3 34
34 4 4 4 2 3 4 3 4 4 32
35 3 3 4 2 3 3 4 4 5 31
36 4 4 2 4 4 4 2 4 4 32
37 4 4 5 2 5 4 3 4 3 34
38 4 4 4 2 3 4 3 4 4 32
39 4 5 4 2 5 4 2 2 5 33
40 4 5 5 2 5 5 2 2 5 35
41 4 5 4 5 4 4 5 4 5 40
42 4 4 3 4 5 3 2 4 5 34
43 4 4 3 4 3 2 4 2 4 30
44 4 4 5 4 4 2 2 3 4 32
45 4 4 3 4 5 3 2 4 5 34
46 4 4 4 4 2 4 4 3 4 33
47 3 3 3 3 3 3 4 4 4 30
48 3 3 3 5 2 5 2 4 5 32
49 5 5 4 3 5 3 3 5 5 38
50 4 4 3 2 4 3 2 1 5 28
51 5 5 4 3 5 3 3 5 5 38
52 5 5 4 3 5 3 3 5 5 38
53 3 5 3 5 3 4 3 5 5 36
54 4 4 3 4 5 3 2 4 5 34
55 4 4 3 4 5 3 2 4 5 34
56 4 4 3 4 5 4 2 4 5 3557 4 4 3 4 5 3 2 4 5 34
2. Tabulasi Variabel Perilaku Pemilih Pemula (Y)
Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Jumlah1 4 4 4 2 2 4 5 5 5 352 5 4 4 4 4 5 5 5 5 413 5 5 4 4 5 4 5 4 5 414 1 3 4 3 2 4 5 5 4 315 4 4 4 4 5 4 4 4 4 376 1 3 4 3 2 4 5 5 4 317 5 4 3 3 3 5 5 4 5 378 4 2 2 4 4 4 5 5 5 359 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4110 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3811 5 2 5 2 5 4 5 5 4 3712 1 3 4 3 3 4 5 5 4 3213 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4314 5 4 4 4 4 3 4 5 4 3715 5 4 5 2 5 5 5 5 4 4016 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4317 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4518 4 4 5 3 4 5 4 5 4 3819 4 4 5 4 3 3 4 4 4 3520 4 2 4 2 2 4 4 5 4 3121 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4422 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4223 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4424 5 5 4 3 3 5 4 5 5 3925 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4026 3 4 4 3 4 4 5 4 3 3427 4 4 4 3 3 4 5 5 4 3628 5 5 4 2 5 2 4 5 5 3729 2 4 4 4 4 4 4 4 5 3530 4 5 5 3 5 3 4 4 4 3731 4 5 4 4 5 4 5 4 4 3932 4 5 3 5 5 3 5 4 5 3933 4 3 5 2 3 2 5 4 4 3234 5 5 4 4 2 2 4 4 4 3435 2 2 4 3 4 5 5 5 4 3436 4 4 2 2 4 4 2 3 4 2937 4 4 4 4 4 3 4 4 3 34
38 2 2 4 2 3 3 4 4 4 2839 5 2 1 2 2 2 5 5 5 2940 5 2 2 2 3 2 5 5 4 3041 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4042 5 5 4 3 5 4 4 4 3 3743 4 2 4 2 4 3 5 2 4 3044 4 2 4 2 2 2 5 5 4 3045 5 5 4 5 2 3 4 4 3 3546 5 5 3 4 2 4 4 4 4 3547 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3648 1 2 4 2 3 3 5 5 5 3049 5 5 5 5 2 5 4 4 5 4050 4 3 4 2 3 2 5 4 4 3151 2 2 2 2 2 2 4 4 5 2552 5 5 5 5 3 5 4 4 5 4153 2 2 5 3 4 4 5 5 5 3554 5 5 4 3 5 4 4 4 3 3755 5 5 4 3 4 3 4 4 3 3556 5 5 4 3 3 3 4 4 3 3457 4 5 4 3 4 3 4 4 5 36
Lampiran 3
3. Uji ValiditasPemasaran Politik
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Jumlah
P1
Pearson
Correlation1 ,360** ,374** ,018 ,408** ,241 ,321* ,257 ,360** ,667**
Sig. (2-tailed) ,006 ,004 ,894 ,002 ,071 ,015 ,053 ,006 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P2
Pearson
Correlation,360** 1 ,121 -,012 ,103 ,224 ,142 -,021
1,000*
* ,576**
Sig. (2-tailed) ,006 ,371 ,932 ,445 ,094 ,293 ,878 ,000 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P3
Pearson
Correlation,374** ,121 1 -,249 ,085 ,385** ,341** ,049 ,121 ,441**
Sig. (2-tailed) ,004 ,371 ,062 ,529 ,003 ,009 ,717 ,371 ,001
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P4Pearson
Correlation,018 -,012 -,249 1 ,029 ,083 ,348** ,220 -,012 ,404**
Sig. (2-tailed) ,894 ,932 ,062 ,832 ,538 ,008 ,100 ,932 ,002
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P5
Pearson
Correlation,408** ,103 ,085 ,029 1 -,141 -,125 ,171 ,103 ,320*
Sig. (2-tailed) ,002 ,445 ,529 ,832 ,297 ,354 ,203 ,445 ,015
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P6
Pearson
Correlation,241 ,224 ,385** ,083 -,141 1 ,343** ,087 ,224 ,527**
Sig. (2-tailed) ,071 ,094 ,003 ,538 ,297 ,009 ,519 ,094 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P7
Pearson
Correlation,321* ,142 ,341** ,348** -,125 ,343** 1 ,212 ,142 ,638**
Sig. (2-tailed) ,015 ,293 ,009 ,008 ,354 ,009 ,113 ,293 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P8
Pearson
Correlation,257 -,021 ,049 ,220 ,171 ,087 ,212 1 -,021 ,460**
Sig. (2-tailed) ,053 ,878 ,717 ,100 ,203 ,519 ,113 ,878 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
P9
Pearson
Correlation,360** 1,000*
* ,121 -,012 ,103 ,224 ,142 -,021 1 ,576**
Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,371 ,932 ,445 ,094 ,293 ,878 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
JML
Pearson
Correlation,667** ,576** ,441** ,404** ,320* ,527** ,638** ,460** ,576** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001 ,002 ,015 ,000 ,000 ,000 ,000
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pemasaran Politik
No. Instrumen r hitung r tabel Keterangan
1 0,667 >0,2564 Valid
2 0,576 >0,2564 Valid
3 0,441 >0,2564 Valid
4 0,404 >0,2564 Valsid
5 0,320 >0,2564 Valid
6 0,527 >0,2564 Valid
7 0,638 >0,2564 Valid
8 0,460 >0,2564 Valid
9 0,576 >0,2564 Valid
Perilaku Pemilih Pemula
No. Insrumen r hitung r tabel Keterangan
1 0,678 >0,2564 Valid
2 0,591 >0,2564 Valid
3 0,324 >0,2564 Valid
4 0,545 >0,2564 Valid
5 0,380 >0,2564 Valid
6 0,473 >0,2564 Valid
7 0,678 >0,2563 Valid
8 0,545 >0,2564 Valid
9 0,591 >0,2564 Valid
4. Uji Rehabilitas
Variabel X
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,655
9
Variabel Y
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,623 9
RIWAYAT HIDUP
SYAMSUL, lahir pada tanggal 03 September 1994 di DesaBatunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Iaanak ketiga dari tiga bersaudara, buah Cinta dari daripasangan Iskandar dan Alm. Norma. Penulis menempuhpendidikan Sekolah Dasar di SDN 59 Garotin mulai tahun2001 sampai tahun 2007. Pada tahun yang sama penulismelanjutkan pendidikan di SMPN 1 Anggeraja dan tamatpada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2010, penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Anggeraja dan tamat pada tahun 2013.Kemudian pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggitepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar pada jurusan IlmuPemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik strata 1 (S1). Pada tahun2020 penulis berhasil mempertanggungjawabkan hasil karya ilmiah di depanpenguji yang berjudul “Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap Perilaku PemilihPemula Pada Pemilukada di Kabupaten Enrekang Tahun 2018” dan mendapatkangelas S.IP.