PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE ...
Transcript of PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE ...
PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE
TERHADAP PERILAKU INOVATIF PADA
WIRAUSAHAWAN SUKU MINANGKABAU DI PASAR
TANAH ABANG JAKARTA
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Psikologi
Oleh :
PINGKY KOMALA
NIM : 106070002285
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
ii
PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE
TERHADAP PERILAKU INOVATIF PADA
WIRAUSAHAWAN SUKU MINANGKABAU DI PASAR
TANAH ABANG JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
PINGKY KOMALA 106070002285
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.Abdul Mujib, M.Ag Miftahuddin M.Si NIP. 1980614 199704 1 001 NIP. 19730317 200604 1 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2011 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE TERHADAP PERILAKU INOVATIF PADA WIRAUSAHAWAN SUKU MINANGKABAU DI PASAR TANAH ABANG JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 15 Maret 2011
Sidang Munaqosyah
Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si. NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2001
Anggota
Ikhwan Lutfi, M.Psi Prof.Dr.Abdul Mujib, M.Ag NIP. 1973-710 2005011 006 NIP. 1980614 199704 1 001
Miftahuddin M.Si
NIP. 19730317 200604 1 001
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Pingky Komala
NIM : 106070002285
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Budaya
Uncertainty Avoidance Terhadap Perilaku Inovatif Pada Wirausahawan
Suku Minangkabau Di Pasar Tanah Abang Jakarta ” adalah benar merupakan
karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam dalam menyusun
skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini
telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai sesuai dengan
undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau
jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Maret 2011
Pingky Komala NIM 106070002285
v
Motto: Yakin Usaha Sampai
vi
Karya Sederhana ini Ku Persembahkan Teruntuk Keluarga Tercinta,
Orang-orang yang Ku Sayang dan Menyayangi Ku
Semoga Allah SWT Memberikan Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat
vii
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Maret 2011 (C) Pingky Komala (D) Pengaruh Nilai Budaya Uncertainty Avoidance Terhadap Perilaku Inovatif
Pada Wirausahawan Suku Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta (E) Halaman : XVII + 84 haman + 27 Lampiran (F) Kewirausahaan tidak dapat lepas dan individu yang terlibat di dalamnya. Dari
sekian atribut personal yang terdapat dalam diri seorang wirausahawan, perilaku inovatif merupakan salah satu hal yang berperan penting. Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausahawan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi dengan begitu cepatnya, khususnya dalam menghadapi tantangan globalisasi. Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausahawan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai budaya uncertainty avoidance (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan , menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela), usia, lama berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap perilaku inovatif, sehingga dapat disusun rekomendasi untuk meningkatkan perilaku inovatif.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis regresi untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif. Sampel penelitian ini terdiri dari 100 responden dengan tehnik accidental sampling. Masing-masing responden diberikan angket dengan jumlah item sebanyak 69 item yang terdiri dari 25 item skala uncertainty avoidance dan 44 item skala perilaku inovatif. Hasil atau kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan nilai budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau P < 0,05. Adapun nilai R Square (R2) dari semua variabel penelitian yang telah diujikan adalah sebesar 0,623 atau 62,3% dan sisanya sebesar 37,7% dapat disebabkan oleh aspek atau faktor lainnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku inovatif. Sedangkan dari ke-12 IV yang ada, terdapat tiga IV yang memiliki pengaruh dan taraf signifikansi yang tinggi terhadap perilaku inovatif, yakni mencemaskan ketidakpastian, menghindari perubahan, dan partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela. Adapun variabel lainnya bila
viii
diujikan satu per satu, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
Berdasarkan hasil tersebut disarankan kepada pusat pelatihanwirausaha memperhatikan aspek-aspek psikologis dan nilai budaya masyarakat indonesia, dalam hal ini sebaiknya pelatihan yang mendalami bidang wirausaha, memformulasikan bagaimana caranya menghilangkan nilai budaya uncertainty avoidance tinggi, karena hal ini akan memberikan pengaruh negatif yaitu menghambat berkembangnya perilaku inovatif.
(G) Daftar Bacaan : 17 Buku
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim. Puji dan syukur kupersembahkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan berbagai nikmat, taufik dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan alam, penegak keadilan, pemberantas kedzaliman pengubah dekadensi moral manusia Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan semua umat manusia yang selalu berusaha melaksanakan sunahnya. Akhirnya, berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang yang penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi yang ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Budaya Uncertainty Avoidance Terhadap Perilaku Inovatif Pada Wirausahawan Suku Minangkabu di Pasar Tanah Abang Jakarta.” Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat dukungan, bantuan, dorongan dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Ucapan terimakasih tak terhingga, penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, dekan Fakultas Psikologi, ibu Dra. Fadhila Suralaga,
M.Si, pembantu dekan I sekaligus dosen pembimbing akademik. 2. Bapak Prof.Dr.Abdul Mujib, M.Ag, pembimbing I, dan Bapak Miftahudin
M.Si, pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini. Para pegawai bidang akademik dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian umum, serta seluruh civitas akademika Fakultas Psikologi atas bantuannya.
4. Kedua orang tua penulis Bapak (Alm) Hasan Basri dan Ibu Hamidah yang telah memberikan kasih sayang dan dukungannya baik dari segi moril maupun materiil, terima kasih sekali dengan kesabaranmu dan do’amu akhirnya skripsi ini selesai juga. Kedua saudara kandung penulis Muhammad Fauzi S.T, Nuri Haqi, S.Kom beserta suami (Bagus Priambodo, M.Ti) terima kasih atas perhatian dan semangat kalian karena kalianlah yang membuat penulis bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Terima kasih banyak kepada Andika Prabawa Kusuma yang telah membantu penulis dengan do’a dan semangat kepada penulis agar tidak pantang menyerah.
x
6. Kepada saudaraku dan sahabatku Raisa Azmi S.Psi dan Raguan Hana. Kalian benar-benar memberikan warna-warni dalam kehidupan perkuliahan Penulis.
7. Rekan-rekan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisaiat Psikologi Cabang Ciputat, Dewan Pimpinan Pusat Partai Reformasi Mahasiswa dan Lembaga Semi Otonom Trainers Community. Terima kasih atas proses berorganisasi yang sangat luar biasa.
8. Kepada teman-teman dan sahabatku yang membantu merampungkan skripsi ini: Fahry Wibowo, Idham Qodr Muthohar, Arif Rahman, Saiful Bahri, Saiful Arif, Fredy Kundarto Nazar Fathan, Yudi Rafrianto, Roby Sayahdien, Triyono, Elis, Kak Agus Noorbani S.Psi, Adiyo R S.Psi, Kak Nurhayatunnisa S.Psi, Kak Ashry Rizqan, Isni P. Noviansjah S.Psi, Elis Bunga Islamia, Aep Saepuloh dan Doni Priambodo.
9. Teman-teman psikologi angkatan 2006 khususnya kelas C dan D serta teman-teman angkatan di atas dan di bawah penulis, terima kasih banyak atas kebersamaannya dalam bersahabat dan begitu pula atas pembelajarannya selama ini.
10. Terima kasih kepada seluruh pedagang suku minangkabau yang telah bersedia menjadi responden, khususnya keluarga besar bapak Djasmar Sutan Penghulu pemilik toko Quintana dan kak Asril pemilik toko Folexo. Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu
dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih cukup jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar hasrat dan harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat yang sangat besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Halaman Persetujuan ............................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii
Halaman Pernyataan .............................................................................................. iv
Abstrak .................................................................................................................. vii
Kata pengantar ....................................................................................................... ix
Daftar Isi ................................................................................................................ xi
Daftar tabel ............................................................................................................ xiv
Daftar Gambar ....................................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2.Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ...................................... 9
1.2.1 Pembatasan Masalah .................................................................... 9
1.2.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 10
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................. 12
1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................................... 12
1.3.2 Manfaat Penelitian ........................................................................ 12
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................... 13
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1.Perilaku Inovatif Pada Wiausaha........................................................... 15
2.1.1.Definisi Perilaku Inovatif Pada Wirausaha ................................... 15
2.1.2.Ciri-ciri Perilaku Inovatif ............................................................. 16
2.2.Nilai Budaya Uncertainty Avoidance .................................................... 20
2.2.1.Definisi Budaya ........................................................................... 20
2.2.2 Definisi Nilai ............................................................................... 21
2.2.3 Penelitian Mengenai Nilai ............................................................ 22
2.2.4 Definisi Nilai Budaya Uncertainty Avoidance .............................. 24
xii
2.2.5 Ciri-ciri Nilai Budaya Uncertainty Avoidance .............................. 25
2.3.Kerangka Berpikir ................................................................................ 29
2.4.Hipotesis............................................................................................... 38
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Pendekatan dan Metode Penelititan ....................................................... 40
3.1.1.Pendekatan Penelitian .................................................................. 40
3.1.2.Metode Penelitian ........................................................................ 41
3.2.Variabel Penelitian................................................................................ 41
3.2.1. Definisi Konseptual .................................................................... 42
3.2.2. Definisi Operasional................................................................... 43
3.3.Pengambilan Sampel............................................................................. 44
3.3.1.Populasi ....................................................................................... 44
3.3.2.Sampel ......................................................................................... 44
3.3.3.Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 44
3.4.Pengumpulan Data ................................................................................ 45
3.4.1.Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 45
3.4.2.Instrumen Pengumpulan Data....................................................... 47
3.5.Uji Instrumen Penelitian ....................................................................... 51
3.5.1 Uji Validitas ................................................................................. 51
3.5.2 Uji Reliabelitas ............................................................................ 52
3.6.Metode Analisis Data. ........................................................................... 54
3.7.Prosedur Penelitian ............................................................................... 55
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1.Gambaran Umum Responden ............................................................... 57
4.2. Analisis Deskriptif ............................................................................... 60
4.3. Uji Hipotesis ........................................................................................ 63
4.4. Proposi Varian ..................................................................................... 67
xiii
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1.Kesimpulan .......................................................................................... 79
5.2.Diskusi ................................................................................................. 81
5.3.Saran .................................................................................................... 83
5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................... 83
5.3.2 Saran Praktis ................................................................................ 83
Daftar pustaka ............................................................................................ 84
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Masyarakan Uncertaity Avoidence Tinggi dan Rendah .......... 29
Tabel 3.1. Skor Skala Likert ................................................................................... 46
Tabel 3.2. Blue Print Try Out Skala Nilai Budaya Uncertainty Avoiance ............... 48
Tabel 3.3. Blue Print Penelitian Skala Nilai Budaya Uncertainty Avoiance ............ 49
Tabel 3.4. Blue Print Try Out Skala Perilaku Inovatif ............................................ 50
Tabel 3.5. Blue Print Penelitian Skala Perilaku Inovatif ......................................... 51
Tabel 3.6. Kriteria Reliabelitas ............................................................................... 53
Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 57
Tabel 4.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia .................................... 58
Tabel 4.3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............. 59
Tabel 4.4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Berwirausaha ............ 60
Tabel 4.5. Distribusi Skor Nilai Buaya Uncertainty Avoidance .............................. 61
Tabel 4.6. Kategorisaasi Skor Nilai Buaya Uncertainty Avoidance ......................... 61
Tabel 4.7. Distribusi Skor Perilaku Inovatif ........................................................... 62
Tabel 4.8. Kategorisaasi Skor Perilaku Inovatif ...................................................... 62
Tabel 4.9. Koefisien 12 Variabel ............................................................................ 63
Tabel 4.10. Model Summary Analisis Regresi 12 Variabel ..................................... 68
Tabel 4.11. Anova Analisis Regresi 12 Variabel .................................................... 68
Tabel 4.12. Model Summary Analisis Regresi 8 Variabel ....................................... 69
Tabel 4.13. Anova Analisis Regresi 8 Variabel ...................................................... 70
Tabel 4.14. Koefisien Regresi 8 Variabel ............................................................... 71
Tabel 4.15 Analisis Proposi Varian ........................................................................ 72
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Manifestasi Budya dalam Tingkat Kedalaman Bwerbeda....... 21 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .............................................................................. 37
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian. Pembahasan tersebut
meliputi lima bagian, yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Penelitian Kewirausahaan telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan
pertumbuhan sosioekonomi suatu negara. Dalam hal ini, tidak dapat dipungkiri
bahwa kewirausahaan dapat membantu menyediakan begitu banyak kesempatan
kerja, berbagai kebutuhan konsumen, jasa pelayanan, serta menumbuhkan
kesejahteraan dan tingkat kompetisi suatu negara. (Zahra dalam Peterson & Lee,
2000).
Dr. Suparman Sumahami Jaya (Bapak Kewirausahaan di Inodonesia)
mengatakan istilah kewirausahaan merupakan pengembangan dari istilah
kewiraswastaan. Perubahan istilah kewiraswastaan menjadi kewirausahaan lebih
banyak didasarkan pada alasan bahasa. Secara maknawi pengertian
kewiraswastaan pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan kewirausahaan. Ahli
bahasa diduga khawatir karena penggunaan istilah kewiraswastaan dapat
mempersempit makna yang sebenarnya, khususnya istilah swasta bila dikaitkan
sebagai lawan dari pemerintah (Herawati, 1998).Istilah kewirausahaan mulai
2
dipopulerkan pada tahun 1990 (www.otakusaha.wordpress.com). Herawaty
(1998) dalam bukunya mengungkapkan bahwa kewirausahaan adalah bekerja
pada bidang usaha tertentu
Seiring dengan berkembangnya arus globalisasi, kewirausahaan juga
semakin menjadi perhatian penting dalam menghadapi tantangan globalisasi yaitu
kompetisi ekonomi global dalam hal kreativitas dan inovasi (Peterson & Lee,
2000). Dalam menghadapi tantangan global, diperlukan inovasi untuk
menumbuhkan semangat kewirausahaan.(www.okezone.com)
Menurut Felix Jansen (2000), kini dunia memasuki era inovasi setelah
sebelumya berada di era efisiensi di tahun 1950-1960 dan era kualitas di tahun
1970-1980. Organisasi yang tidak melakukan inovasi yang berkelanjutan akan
terlindas oleh pesaing lainnya. (Usmara dan Diwantara, 2004). Artinya
organisasi-organisasi yang terampil dalam berinovasi, sukses menghasilkan ide-
ide baru akan mendapatkan keunggulan bersaing dan tidak akan tertinggal di
pasar dunia yang terus berubah dengan cepat.
Kewirausahaan tidak dapat lepas dan individu yang terlibat di dalamnya.
Individu yang bergelut dalam kewirausahaan biasa disebut dengan wirausahawan.
Wirausahawan (enterpreneur) adalah orang yang membeli jasa-jasa faktor
produksi dalam harga tertentu dan kemudian menjualnya dengan harga-harga
yang belum pasti dan dengan demikian kegiatan bisinis di masyarakat dapat terus
berjalan (Cantilllon dalam Herawaty 1998).
3
Kewirausahaan melekat pada diri manusia, sementara manusia dalam
dunia ini merupakan mahluk utama dan merupakan titik sentral berkembangnya
peradaban masyarakat. Pengembangan peradaban masyarakat yang digerakkan
dan didinamisir oleh unsur kewirausahaan dalam diri adalah untuk kesejahteraan
manusia (Herawaty, 1998). Sumarsono (2010) mengatakan bahwa seorang
wirausahawan yang unggul memiliki sifat-sifat kreatif, origanilitas, berani
mengambil resiko, berorientasi ke depan dan mengutamakan prestasi tahan uji,
tekun, tidak gampang patah semangat, bersemangat tinggi, berdisiplin baja, teguh
dalm pendirian dan inovatif.
Dari sekian atribut personal yang terdapat dalam diri seorang
wirausahawan, perilaku inovatif merupakan salah satu hal yang berperan penting
dalam menghadapi tantangan globalisasi. Perilaku inovatif yang dimiliki oleh
seorang wirausahawan secara umum dapat mengimbangi perubahan yang terjadi
dengan begitu cepatnya, khususnya dalam menghadapi tantangan globalisasi
(Peterson & Lee, 2000). Penelitian ini ingin melihat perilaku inovatif pada
wirausahawan.
Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan
yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Suatu proses pendidikan yang
benar-benar inovatif harus mempersiapkan anak didik untuk menghadapi
perubahan serta memberikan kemampuan kepada mereka untuk dapat menjawab
tantangan-tantangan lingkungan secara lebih efektif.
4
Dalam birokrasi pemerintah, perilaku inovatif juga menjadi pembahasan
yang penting. Mengacu pada definisi Lawson dan Samson (2001) tentang
kemampuan inovasi, kemampuan inovasi birokrasi pemerintah dimaknai sebagai
kemampuan birokrasi pemerintah untuk mentransformasikan secara berkelanjutan
pengetahuan dan gagasan ke dalam berbagai bentuk pelayanan, proses, dan sistem
yang baru, bagi keuntungan lembaga dan stakeholder. (Asropi, 2008).
Wahyu Aditya peraih World Winner of British Council - International
Young Creative Entrepreneur of The Year - Film Category (2007) sebagai
anggota Komite Inovasi Nasional (KIN) juga menekankan pentingnya inovasi
dalam persaingan kewirausahaan.( http://permitha.net/2010/10/simposium-
internasional-ppi-2010/.
Konsep inovatif tampaknya sudah menjadi satu dengan diri seorang
wirausahawan (Hisrich & Peters, 1998). Hal ini tercermin dalam suatu penelitian
yang dilakukan oleh Johnson, Danis, dan Dollinger (2008) yang menyatakan
bahwa seorang wirausahawan lebih berperan sebagai seorang inovator daripada
sebagai adaptor. Seorang inovator berani membuat perubahan, ingin melakukan
sesuatu secara berbeda daripada hanya membuatnya menjadi lebih baik,
sedangkan seorang adaptor mempunyai kecenderungan mengikuti pola yang
sudah ada, mengembangkan dan tidak mengubahnya. Dalam hal ini, seorang
wirausahawan yang inovatif suka dengan tantangan dimana mereka merupakan
pencari "masalah" sekaligus pemecah "masalah". Mereka tidak dapat bertahan
lama dengan tugas-tugas rutin. Mereka lebih suka mengambil kontrol pada
situasi-situasi yang berubah-ubah dan seringkali menantang aturan-aturan dan
5
tradisi yang ada. Wirausahawan yang inovatif juga tampak mempunyai tingkat
keraguan yang rendah dalam menghasilkan ide-ide baru dan juga kemampuan
mengambil keputusan secara mandiri (Danis & Dollinger dalam Johnson, Danis,
& Dollinger, 2008).
Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausahawan secara umum
dapat mengimbangi perubahan yang terjadi dengan begitu cepatnya, khususnya
dalam menghadapi tantangan globalisasi (Peterson & Lee, 2000). Dalam hal ini
dapat dilihat bahwa, seorang wirausahawan merupakan agen perubahan yang
mengenalkan inovasi-inovasi seperti produk, metode produksi, teknik penjualan,
dan tipe alat pekerjaan yang baru (Schumpeter dalam Mueller & Thomas 2000).
Perilaku inovatif yang dimiliki oleh para wirausahawan membuat mereka mampu
menghadapi tantangan dengan mengubahnya menjadi peluang. Hal ini dapat
menunjang kemajuan bisnis yang mereka geluti karena dengan perilaku inovatif,
mereka mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan
gagasan atau ide baru yang lebih baik dan berbeda dalam bentuk produk, teknik,
jasa, dan lain sebagainya (Shane Scott, 2005). Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa dalam menghadapi tantangan globalisasi dimana perkembangan dan
persaingan dalam dunia bisnis terus berkembang pesat, perilaku inovatif sangat
dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena tanpa gagasan atau ide baru yang inovatif,
kemungkinan bisnis yang digeluti menjadi ketinggalan karena konsumen selalu
menuntut hal baru seiring dengan berkembangnya arus globalisasi (Sangeeta
Singh. 2006).
6
Berger (dalam Peterson & Lee, 2000) mengatakan budaya merupakan salah
satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai
budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam
diri seorang wirausahawan .
Asair (1996) lebih detail mengatakan budaya atau kepribadian kelompok
memainkan peran penting dalam inovasi. Beberapa budaya mendukung inovasi
tetapi yang lain tidak. Ketika invididu seorang yang kreatif dan membangun
sebuah tim dengan kemampuan pemecahan masalah yang kreatif, kurang optimal
jika lingkungan organisasi kurang menghargai pendapat ide-ide baru.
Budaya didefnisikan sebagai suatu sistem yang membawahi nilai-nilai dari
kelompok dalam suatu masyarakat, yang membentuk beberapa trait
kepribadian yang mendorong individu di dalamnya untuk terlibat dalam suatu
perilaku atau kegiatan yang mungkin berbeda dari kelompok masyarakat yang
ada (Petrakis, 2003). Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai macam budaya yang
dapat dilihat dari keragaman suku bangsa yang ada. Salah satu suku bangsa di
Indonesia yang identik dengan kepiawaiannya dalam berwirausaha adalah
suku Minangkabau.
Dalam hubungannya dengan budaya, penelitian yang dilakukan Hofstede
mengelompokkan nilai budaya menjadi empat dimensi yaitu uncertainty
avoidance, power distance, masculinity-feminity, individual-collectivism (Wagner
dan Holenbeck, 1995). Uncertainty avoidance merupakan tingkat dimana anggota
dari suatu kelompok budaya merasa terancam dengan situasi yang tidak pasti atau
tidak diketahui (Hofstede & Hofstede, 2005).
7
Budaya dengan uncertainty avoidance yang rendah dapat menerima
ketidakpastian dalam hidup secara lebih mudah, sehingga mereka umumnya
mempunyai keinginan yang kuat untuk mengambil resiko. Mereka memiliki
kontrol terhadap konflik dan kompetisi. Selain itu, mereka juga menganggap
bahwa sesuatu yang berbeda yang ada di lingkungan bukanlah sesuatu yang
mengancam oleh karena itu mereka mempunyai toleransi yang tinggi terhadap
perilaku kreatif dan baru (Hotstede dalam Mueller & Thomas, 2000). Sedangkan
budaya dengan uncertainty avoidance yang tinggi biasanya menghindari adanya
konflik dan kompetisi sehingga mereka biasanya terpaku pada pola perilaku
tertentu. Oleh karena itu, mereka memiliki toleransi yang rendah kepada sesuatu
yang mereka anggap "berbeda" dan baru (Hofstede dalam Sangeeta Singh, 2006).
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa nilai budaya uncertainty
avoidance dan perilaku inovatif cenderung memiliki hubungan dalam hal
toleransi terhadap ambiguitas atau ketidakpastian. Perilaku inovatif cenderung
dihubungkan dengan peran seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya
(Cohumpeter, 1934 dalam Mueller & Thomas, 2000). Dalam hal ini,
wirausahawan dituntut mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan
dibawah kondisi yang tidak pasti misalnya saja ketika seorang wirausahawan
membuat keputusan mengenai bagaimana mengkombinasikan sumber yang ia
miliki menjadi sebuah produk yang baru tanpa mengetahui secara pasti apakah
hal tersebut akan diterima oleh masyarakat atau tidak.
8
Di sisi lain, budaya dengan uncertainty avoidance yang rendah lebih
mempunyai toleransi yang tinggi dalam menerima sesuatu yang baru atau
berbeda, hal ini dapat membuat wirausahawan lebih menikmati dan bebas dalam
menciptakan ide-ide yang baru atau berbeda di kondisi tersebut. Budaya ini juga
mempunyai tingkat toleransi yang tinggi terhadap konflik dan kompetisi dimana
individu di dalamnya tidak terpaku pada suatu pola perilaku tertentu seperti
mengumpulkan berbagai bukti-bukti atau mekanisme formal sebelum mengambil
keputusan sehingga kondisi ini memudahkan individu mengambil keputusan
dalam penciptaan ide-ide baru walaupun informasi yang ada hanya terbaias. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa, uncertainty avoidance yang rendah memacu
individu-individu di dalamnya untuk mencoba hal baru walaupun tidak ada
garansi bahwa akan ada kesuksesan yang mengikutinya sehingga kondisi ini
membuat individu di dalamnya semakin leluasa untuk mcnghasilkan ide-ide baru
yang inovatif.
Di Indonesia terdapat berbagai macam budaya yang dapat dilihat dari
suku-suku bangsa yang ada. Dari sekian banyak suku bangsa, suku Minangkabau
terkenal dengan kepiawaiannya dalam berwirausaha. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya wirausaha yang berasal dari suku tersebut. Suku Minangkabau
juga termasuk suku yang tidak rentan terhadap perubahan dan perbedaan (Navis,
1984), sehingga dapat dikatakan suku Minangkabau mempunyai tingkat
uncertainty avoidance yang rendah. Namun, penelitian yang dilakukan oleh
Mangundjaya (2006) menyatakan hal yang sebaliknya.
9
Faktor yang mendasari perbedaan masyarakat dengan nilai budaya
Uncertainty Avoidance rendah atau tinggi adalah: mencemasakan ketidakpastian,
mementingkan peraturan, menghindari konflik dan kompetisi , memiliki motivasi
berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan,
meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela.
Pada penelitian ini penulis juga ingin melihat faktor-faktor demografi yang
mempengaruhi perilaku inovatif, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
lama berwirausaha.
Berdasarkan alasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti
mengenai nilai budaya uncertainty avoidance dan perilaku inovatif pada
wirausahawan bersuku bangsa Minangkabau, sehingga penulis membuat
penelitian dengan judul: “Pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku Minangkabau di Pasar
Tanah Abang Jakarta”.
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka penelitian ini akan diberi
batasan sebagai berikut:
1. Uncertainty Avoidance yang dimaksud adalah Uncertainty Avoidance
menurut Hofstede & Hofstede yaitu besarnya perasaan terancam yang
dialami oleh anggota dari sebuah masyarakat budaya tertentu, akan
situasi yang tidak pasti atau ambigu.
10
2. Perilaku Inovatif yang dimaksud adalah Perilaku Inovatif menurut
Rosenfeld & Servo, yaitu mengubah ide kreatif ke dalam bentuk produk
atau proses yang nyata dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
dan pemotongan biaya produksi dalam organisasi.
3. Wirausahawan yang dimaksud sesuai dengan pendapat Cantillon, yaitu
orang membeli jasa-jasa faktor produksi pada tingkat dalam harga
tertentu dan kemudian menjualnya dengan harga-harga yang belum
pasti. Adapun batasan dari subjek penelitian yang hendak peneliti angkat
dalam penelitian ini adalah wirausaha bersuku minangkabau di Pasar
Tanah Abang Jakarta, dimana yang dimaksud dengan bersuku
minangkabau adalah salah satu orang tua responden merupakan
keturunan suku minangkabau.
1.2.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku
inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
1.1 Apakah mencemaskan ketidakpastian memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar
Tanah Abang Jakarta.
1.2 Apakah mementingkan peraturan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar
Tanah Abang Jakarta.
11
1.3 Apakah menghindari konflik dan kompetisi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku
minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
1.4 Apakah memiliki motivasi berpestasi rendah memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku
minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
1.5 Apakah memiliki tingkat stress tinggi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar
Tanah Abang Jakarta.
1.6 Apakah menghindari perubahan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar
Tanah Abang Jakarta.
1.7 Apakah meyakini pendapat ahli memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar
Tanah Abang Jakarta.
1.8 Apakah partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku
minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
2. Apakah usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif
pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
3. Apakah lama berwirausaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah
Abang Jakarta.
12
4. Apakah jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
5. Apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah
Abang Jakarta.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana nilai budaya uncertainty avoidance (mencemasakan ketidakpastian ,
mementingkan peraturan , menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi
berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan,
meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela), usia, usia
mulai berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap perilaku
inovatif, sehingga dapat disusun rekomendasi untuk meningkatkan perilaku
inovatif.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap:
1. Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan kepada pemerintah
atau pusat-pusat pelatihan kewirausahaan untuk membuat program
pengembangan kewirausahaan dalam meningkatkan perilaku inovatif
dengan menanamkan atau bahkan menghilangkan nilai budaya tertentu
13
agar dapat bersaing di era globalisasi yang ditandai dengan begitu
cepatnya perubahan yang terjadi.
2. Dapat memberikan informasi dan masukan kepada wirausahawan yang
berada di dalam maupun diluar kawasan penelitian untuk terus
memperhatikan dan meningkatkan aspek-aspek psikologi dalam kaitannya
dengan kinerja wirausahawan melakukan kewirausahaan.
3. Dapat menambah informasi untuk memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan khususnya Psikologi Industri dan Organisasi agar dapat
dijadikan pedoman untuk penelitian lebih lanjut terutama dalam mengkaji
variable lain yang berkaitan dengan nilai budaya uncertainty avoidance
dan perilaku inovatif degn kancah penelitian yang berbeda.
1.4 Sistematika Penulisan
Pada penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan kaidah American
Psychologycal Association (APA) style. Dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB 1 : Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian. Pembahasan tersebut
meliputi lima bagian, yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
14
BAB 2 : Kajian Teori
Bab ini membahas mengenai dasar penelitian ini. Pembahasan tersebut meliputi
empat bagian, yaitu teori nilai budaya uncertainty avoidace, teori perilaku
inovatif, kerangka berpikir dan pengajuan hipotesa.
BAB 3 : Metodelogi Penelitian
Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Pemahasan tersebut meliputi tujuh bagian yaitu pendekatan dan metode penelitian,
variabel penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data, uji instrumen
penelitian, metode analisa data dan prosedur penelitian.
BAB 4 : Analisis Hasil Penelitian
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan
tersebut meliputi tiga bagian yaitu gambaran umum responden analisis deskriptif
dan uji hipotesis.
BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pembahasan ini meliputi tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.
BAB 2
KAJIAN TEORI
Bab ini membahas mengenai dasar penelitian ini. Pembahasan tersebut meliputi
empat bagian, yaitu teori nilai budaya uncertainty avoidace, teori perilaku
inovatif, kerangka berpikir dan pengajuan hipotesa.
2.1 Perilaku Inovatif Pada Wirausaha 2.1.1 Definisi Perilaku Inovatif Pada Wirausaha
West (2000) menyatakan bahwa inovasi merupakan pengenalan dan penerapan
ide, proses, produk, atau prosedur baru yang lebih baik secara sengaja kepada
pekerjaan, tim kerja atau organisasi yang ada dengan tujuan menguntungkan
pekerjaan, tim kerja atau organisasi itu. Dalam hal ini inovasi bersifat relatif,
inovasi tidak harus setara dengan menentukan mesin uap. lnovasi adalah segala
bentuk produk baru yang lebih baik atau cara baru yang lebih baik dalam
mengerjakan berbagal hal, yang diperkenalkan oleh individu, kelompok atau
organisasi, dan yang mempengaruhi pekerjaan, individu, kelompok atau
organisasi (West, 2000).
Bird dalam Thomas & Mueller (2000), mengaitkan inovasi dengan
beberapa hal yaitu:
“…involves the commercialization of ideas. Implemantion, and the modification of existing products, systems and resources”
16
Kemudian lebih lanjut Rosenfeld & Servo (dalam West dan Farr, 2000)
menambahkan mengenai tantangan dari inovasi adalah:
“The challenge is to transform creative ideas into tangible products or processes that will improve customer services, cut costs and or generate new earning for an organization”
Bird dalam Thomas & Mueller (2000), menyatakan bahwa inovasi
berkaitan dengan komersialisasi ide, implementasi, dan modifikasi produk, sistem,
dan sumber daya yang ada. Lalu Rosenfeld & Servo (dalam West dan Farr. 2000),
menjelaskan bahwa tantangan dari inovasi adalah mengubah ide kreatif ke dalam
bentuk produk atau proses yang nyata dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan dan pemotongan biaya produksi dalam organisasi.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa inovasi merupakan
pengenalan dan penerapan ide baru yang lebih baik secara sengaja kepada
pekerjaan, tim kerja, atau organisasi yang ada melibatkan komersialisasi dari ide
tersebut, impelementasi, dan modifikasi dari produk, sistem dan sumber daya
yang sudah ada dimana terdapat tantangan dalam hal mengubah ide-ide kreatif ke
dalam bentuk produk dan jasa yang nyata agar dapat menguntungkan perusahaan
dan juga membawa manfaat bagi individu, kelompok, organisasi atau masyarakat
yang lebih luas.
2.1.2 Ciri-Ciri Perilaku Inovatif
Definisi mengenai perilaku inovatif itu sendiri pada awalnya dikemukakan oleh
Amabile (dalam Scott & Bruce, 1995) yang menyatakan bahwa individu yang
mempunyai perilaku inovatif merupakan individu yang gigih, penuh dengan
semangat kerja, rasa ingin tahu yang tinggi, dapat memotivasi diri sendiri,
17
mempunyai kemampuan kognitif yang luar biasa (seperti kemampuan untuk
berpikir kreatif atau bakat dalam bidang tertentu), berorientasi pada risiko,
mempunyai keahlian di bidangnya, senang bergaul serta mempunyai berbagai
macam pengalaman. Selain itu Farr & Ford dalam West & Fan (2000), juga
menjelaskan perilaku inovatif dengan menggunakan istilah work role innovation
dan memberikan definisinya sebagai :
“work role innovation as the intentional introduction within one’s work role of
new and usefull ideas, processes, products, and procedures”
Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan
mempunyai perilaku inovatif jika ia mempunyai usaha untuk memperkenalkan
secara sengaja sesuatu yang baru dan berguna, baik berupa ide, proses, produk,
atau prosedur dalam peran kerjanya. Selain itu West (1997) juga menjelaskan
mengenai individu yang mempunyai perilaku inovatif dimana mereka umumnya
mempunyai kecendrungan untuk menciptakan ide-ide baru dan lebih baik,
toleransi terhadap ambiguitas, mempunyai motivasi untuk menjadi efektif,
berorientasi pada inovasi, dan berorientasi pada pencapaian.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai ciri-ciri perilaku inovatif:
a. Kecenderungan menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang lebih baik
Individu yang mempunyai perilaku inovatif mempunyai kecenderungan
untuk menghasilkan ide-ide yang baru yang lebih baik. Ide-ide baru yang
lebih baik ini diimplementasikan dan diterapkan dalam bentuk produk,
sistem, proses, dan lain-lain. Kemudian mereka juga mengambil
18
keuntungan dari ide-ide baru tersebut. Oleh karena itu, individu-individu
ini biasanya sangat terbuka untuk menerima ide-ide baru dari orang lain.
b. Toleransi terhadap ambiguitas
Seseorang dengan perilaku inovatif mempunyai toleransi yang tinggi
terhadap situasi yang tidak jelas atau ambigu. Hal ini menstimulasi mereka
untuk mengeluarkan ide baru yang kreatif dan inovatif (out of the box).
Mereka cenderung mencerna situasi yang sedang terjadi dan menikmati
proses yang berlangsung.
c. Mempunyal motivasi untuk menjadi efektif
Individu yang mempunyai perilaku inovatif cenderung memotivasi diri
untuk mencapai hasil yang efektif dari hal yang ingin dicapai agar
mendapatkan kepuasan tersendiri. Mereka umumnya merasa puas jika
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan merasa kecewa jika
hasil pekerjaanya dibawah standar kerja. Oleh karena itu, mereka mencari
cara yang lebih baik untuk mencapai hasil yang efektif.
d. Orientasi pada inovasi
Orang yang inovatif umumnya akan berorientasi pada hal baru yang lebih
baik dari sebelumnya. Maka dari itu, dalam menghadapi persoalan-
persoalan yang rumit mereka umumnya berusaha memahaminya sehingga
dapat rnenghasilkan solusi baru untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka
juga mempunyai tujuan yang akan dicapai sehingga dalam keadaan
frustasi sekalipun mereka akan tetap berusaha mencapai tujuan mereka
dengan cara apapun. Mereka juga mempunyai keyakinan yang kuat
19
terhadap kelebihan dan keterampilan yang mendukung tujuan mereka
sehingga mereka tidak terpaku pada cara yang sudah ada dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan dan mencapai tujuan mereka.
e. Orientasi pada pencapaian
Orang-orang yang inovatif menganggap bahwa pekerjaanya adalah hal
yang sangat penting. Ia tidak cepat puas dengan apa yang di dapat saat ini,
maka dari itu mereka cenderung ingin mencapai pekerjaan yang lebih baik
dari sebelumnya dan mendapat kesuksesan pada akhirnya. Individu
cenderung berpikir ke masa depan yaitu kepada hal yang lebih baik
daripada saat ini, sehingga pada umumnya mereka mempunyai jiwa
kepemimpinan yang besar dan selalu menjadi orang yang terdepan dalam
menghasilkan hal yang baru danlebih baik. Ia menginginkan sesuatu yang
lebih baik bagi dirinya dan juga orang lain. Ia juga berusaha sebaik
mungkin agar orang lain dapat menaruh kepercayaan padanya sehingga
walaupun ia mempunyai kemandirian dalam membuat keputusan, ia masih
dapat menghargai pendapat orang lain.
Dari penjelasan mengenai perilaku inovatif tersebut, peneliti hanya akan
memfokuskan penelitian ini pada perilaku inovatif menurut West (1997). Hal ini
disebabkan karena, West menjelaskan perilaku inovatif secara lebih dalam dan
memiliki keterkaitan dengan kemampuan seorang wirausaha dalam menjalankan
kewirausahaannya.
20
2.2 Nilai Budaya Uncertainty Avoidance 2.2.1 Definisi Budaya
Terdapat beberapa pakar yang telah mencoba mendefinisikan budaya. Pengertian
budaya menurut Berry, Portinga, Seggall, dan Dassen (1992) adalah "The shared
way of life of a group of people" (p.165). Definisi lain dari budaya yaitu "a set of
attitudes, behaviors, and symbols shared by a large group of people and usually
communicated from one generation to the next" (Shiraev & Levy. 2004, p.4).
Disamping kedua definisi di atas, Hofstede & Hofstede (2005; Mead, 1990) juga
memberikan pendapatnya mengenai budaya yaitu: "(Culture is) the collective
programming of the mind which distinguishes the members of one human group
from another ".
Definisi budaya di atas saling mendukung, berdasarkan penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan suatu bentuk penyusunan
kolektif dalam pikiran masyarakat tertentu yang terdiri dari sikap, perilaku, dan
simbol yang dimiliki bersama dan menjadi bagian dari cara hidup mereka yang
diwariskan secara turun temurun serta dapat membedakan anggota masyarakat
yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, budaya tidak terbawa sejak
lahir, tetapi dipelajari melalui lingkungan sosial seseorang.
Dalam Hofstede & Hofstede (2005), konsep budaya secara keseluruhan
mencakup empat hal, yaitu simbol, tokoh pahlawan/ pemujaan, ritual, dan nilai.
Simbol menjelaskan budaya dari sisi yang paling luar, nilai menggambarkan sisi
terdalam dari suatu budaya, sementara tokoh pemujaan dan ritual ada di antaranya
(Hofstede, & Hofstede, 2005).
21
Gambar 2.1
Manifestasi Budaya dalam Tingkat Kedalaman Berbeda
(Sumber: Hofstede & Hofstede, 2005)
2.2.2 Definisi Nilai
Terdapat beberapa definisi mengenai nilai, Hofstede dan Hofstede (2005)
berpendapat bahwa nilai adalah :
"A broad tendencies to prefer certain states of affairs over others".
Kluckhohn (dalam Hofstede, 1980) memberikan definisi yang lebih luas terhadap
nilai, yaitu
"A value is a conception explicit or Implicit, distinctive of an individual or characteristics of a group, of the desirable which influences the selection from available modes, means and ends of actions".
Selain itu, Rokeach (1973) mendefmisikan nilai sebagai:
"An enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence (p.5).
22
Definisi dari beberapa pakar tersebut saling melengkapi, sehingga dapat
disimpulkan nilai adalah konsep keyakinan mendasar yang sudah berlangsung
lama dan menetap. Keyakinan tersebut bisa menjadi acuan utama dalam
menjelaskan cara berperilaku yang mempengaruhi tujuan akhir yang diinginkan
dan dapat diterima baik secara personal maupun sosiai. Nilai membedakan
karakteristik antar individu maupun kelompok.
Dalam Hofstede (2005), nilai terbentuk sejak awal kehidupan seseorang
melalui lingkungannya. Pada manusia, masa penyerapan informasi tentang nilai
ini berlangsung ketika berumur 10-12 tahun. Pada masa tersebut manusia dapat
dengan cepat dan secara tidak sadar mengambil informasi yang dibutuhkan
melalui lingkungannya. Informasi ini mencakup simbol (termasuk bahasa), tokoh
pahlawan (termasuk orang tua), ritual (termasuk toilet training), dan yang paling
penting adalah nilai-nilai dasar yang dimiliki manusia (Hofstede & Hofstede,
2005).
2.2.3 Penelitian Mengenai Nilai
Penelitian mengenai nilai yang paling banyak menjadi bahan acuan untuk
menganalisis variasi nilai budaya adalah penelitian dimensi budaya Hofstede.
Geert Hofstede (2005) melakukan penelitian mengenai nilai untuk mengetahui
dimensi budaya nasional yang ada pada masyarakat suatu negara. Dimensi
budaya merupakan aspek budaya yang dapat diukur dan berfungsi sebagai alat
untuk rnembandingkannya dengan budaya lain (Ndraha. 2005). Dengan
23
mereduksi domain nilai ke dalam dimensi, akan lebih mudah dalam mengukur
dan mernbandingkannya dengan budaya lain (Hofstede & Hofstede, 2005).
Dari penelitian Hofstede pada rentang tahun 1967-2001 terhadap pegawai
perusahaan IBM di 74 negara, diperoleh empat dimensi budaya yang menjadi
pembeda antar budaya (Hofstede & Hofstede, 2005), yaitu :
a. Power Distance (PD)
Kesenjangan antara pihak yang berkuasa dan tidak berkuasa. Kesenjangan ini
dari yang sangat kecil hingga yang sangat jauh/besar.
b. Uncertainty Avoidance (UA)
Toleransi terhadap ketidakpastian dan kebutuhan akan aturan formal. UA
dibagi menjadi UA rendah dan UA tinggi.
c. Individualism - Collectivism (I/C)
Individualism yaitu individu memilih tidak menjadi bagian dari kelompok,
sedangkan collectivism yaitu individu memilih hidup bersama-sama sebagai
bagian dari kelompok.
d. Masculinity - Femininity (MAS/FEM)
Apakah orientasi terletak pada tujuan atau pada pemeliharaan hubungan
interpersonal.
Dalam perkembangannya, pada tahun 2001 dilakukan replikasi penelitian
oleh Michael Harris Bond di 23 negara. Hasilnya, ditemukan dimensi budaya
yang kelima yaitu time orientation yang menggambarkan scjauh mana individu
mempunyai orientasi terhadap waktu. Kelima dimensi Hofstede & Hofstede
24
(2005) ini dapat dilihat secara terpisah. Dari kelima dimensi tersebut, peneliti
hanya akan memfokuskan pada dimensi uncertainty avoidance.
2.2.4 Definisi Nilai Budaya Uncertainty Avoidance
Hofstede & Hofstede (2005) mendefnisikan uncertainty avoidance-adalah: "the
extent to which the members of a culture feet threatened by ambigous or unknown
situations,". Disamping definisi tersebut, Wagner & Hollenbeck (1995)
menyatakan bahwa uncertainty avoidance adalah: "the degree to which people
are comfortable with ambiguous situation and with the inability to predict future
events with assurance".. Mead (1990) menyatakan bahwa uncertainty avoidance
adalah: "how far different cultures socialize their members into accepting
ambiguous situations and tolerating uncertainty about future" (p. 18).
Definisi dari pakar-pakar tersebut tidak memiliki perbedaan makna yang
jauh. Oleh sebab itu, definisi uncertainty avoidance yang digunakan dalam
penelitian ini adalah definisi dari Hofstede & Hofstede (2005). Berdasarkan
definisi Hofstede & Hofstede (2005), maka uncertainty avoidance adalah
besarnya perasaan terancam yang dialami anggota masyarakat budaya tertentu
oleh situasi yang tidak pasti atau ambigu.
Ketidakpastian yang di luar batas dapat menyebabkan kecemasan yang
tidak dapat ditoleransi. Inti dari ketidakpastian adalah suatu pengalaman atau
perasaan yang subjektif. Perasaan ini ditunjukkan melalui stres, rasa gelisah, dan
kebutuhan akan sesuatu untuk dapat menentukan kepastian, seperti kebutuhan
peraturan tertulis dan tidak tertulis. Perasaan ketidakpastian tidak hanya bersifat
25
personal, tetapi juga terbagi dengan anggota lainnya dalam suatu masyarakat.
Perasaan ini diwarisi dan dapat dipelajari melalui kelompok dasar dalam suatu
budaya, seperti masyarakat, sekolah, dan negara (Hofstede, 1997). Pola perilaku
dari suatu masyarakat dapat berbeda dengan anggota dari masyarakat yang lain.
Terdapat dua karakteristik uncertainly avoidance di masyarakat, yaitu
masyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi dan rendah. Berikut ini adalah
gambaran ciri-ciri masyarakat dengan tingkat uncertainty avoidance tinggi dan
rendah pada lingkungan keluarga, masyarakat dan organisasi.
2.2.5 Ciri-ciri Nilai Budaya Uncertainty Avoidance
Berikut adalah penjelasan Hoftede lebih lanjut mengenai masyarakat yang
mempunyai nilai budaya uncertainty avoidance:
a. Mencemasakan ketidakpastian.
Masyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi merasa nyaman bila
masa kini dan masa depan mereka berada dalam situasi dan kondisi yang
jelas. Mereka cenderung merasa cemas terhadap ketidakpastian hidup dan
memandangnya sebagai sesuatu yang mengancam dan harus dilawan.
Sedangakn individu yang memiliki uncertainty avoidance yang
rendah akan tetap merasa nyaman walaupun mereka tidak memiliki
kepastian terhadap masa kini maupun masa depan. Sikap tersebut
ditunjukkan dengan ciri-ciri pada masyarakat uncertainty avoidance
rendah, yaitu menerima bahwa hidup memang dipenuhi oleh
26
ketidakpastian dan cara menghadapinya adalah dengan menjalani masa
kini.
b. Mementingkan peraturan.
Masyarakat uncertainty avoidance tinggi mementingkan adanya
peraturan, institusi hukum, dan kontrol yang dapat mengurangi
ketidakpastian.. Oleh karena itu, masyarakat uncertainty avoidance tinggi
memiliki aturan yang ketat dan rinci dalam mengatur kehidupannya
sehari-hari. Dalam konteks keluarga, aturan diajarkan secara tegas kepada
anak-anak, antara lain tentang hal-hal apa yang dianggap tabu dan
pemikiran yang harus dihindari. Bagi keluarga dengan uncertainty
avoidance tinggi, perbedaan adalah hal yang harus dihindari karena
membahayakan.Dalam kehidupan bermasyarakat dengan uncertainty
avoidance tinggi, cenderung memiliki jumlah peraturan dalam kehidupan
bernegara yang lebih banyak dan lebih spesifik daripada negara dengan
uncertainty avoidance rendah. Bagi mereka kehadiran peraturan sangatlah
penting, walaupun tidak dipatuhi oleh warganya. Dalam lingkungan
organisasi, masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki banyak
aturan untuk mengendalikan kinerja karyawan.
Masyarakat uncertainty avoidance rendah meiliki sedikit peraturan
yang benar-benar dipakai dan perlu. Di dalam keluarga, orang dengan
uncertainty avoidance rendah tidak memiliki aturan yang ketat. Anak-
anak memiliki kebebasan untuk mengalami hal-hal baru dan dapat
27
memutuskan mana yang dianggap baik dan tidak baik. Sehingga
perbedaan yang muncul dalam keluarga dipandang sebagai sesuatu yang
wajar dan tidak harus dihindari. Dalam kehidupan bermasyarakat, hanya
terdapat sedikit aturan dan umum. Aturan yang ada dapat menjadi sesuatu
yang menyeramkan. Bagi mereka, aturan dan hukum hanya dibutuhkan
dalam situasi yang sangat penting. Mereka berkeyakinan bahwa masalah
dapat dipecahkan meskipun tanpa aturan formal.
c. Menghindari konflik dan kompetisi
Pada Masyarakat uncertainty avoidance tinggi, konflik dalam organisasi
adalah sesuatu yang tidak diinginkan, kompetisi antara karyawan tidak
bisa diterima.
Dalam organisasi masyarakat uncertainty avoidance rendah
memungkinkan antar karyawan untuk saling berkompetisi, adanya
harapan untuk sukses. Masyarakat uncertainty avoidance rendah dapat
mengatur konflik dan kompetisi sebagai suatu hal yang membangun.
d. Memiliki motivasi berprestasi rendah
Masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki motivasi berprestasi
yang rendah. Sedangkan masyarakat nilai budaya uncertainty avoidance
rendah memiliki motivasi berprestasi yang kuat.
e. Memiliki tingkat stress tinggi
Masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki tingkat stress yang
tinggi sedangkan masyarakat uncertainty avoidance rendah memiliki
stress pekerjaan dan kecemasan lebih rendah.
28
f. Menghindari perubahan
Dalam konteks organisasi, masyarakat dengan uncertainty avoidance
tinggi memiliki kecenderungan menghindari perubahan sedangkan
masyarakat uncertainty avoidance rendah terbuka dalam menghadapi
perubahan dan hal-hal baru.
g. Meyakini pendapat ahli
Organisasi pada masyarakat yang memilik nilai budaya uncertainty
avoidance tinggi cenderung memiliki banyak ahli karena mereka tidak
mempercayai pendapat awam.
Sedangkan di dalam lingkungan organisasi, masyarakat
uncertainty avoidance rendah mempercayai pendapat awam bila
menghadapi suatu masalah.
h. Partisipasi rendah pada kegiatan sukarela.
Masyarakat uncertainty avoidance rendah cenderung memiliki partisipasi
yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan aktivitas yang bermanfaat
bagi masyarakat.
Berikut ini pada tabel 2.1 adalah karakteristik mnasyarakat uncertainty
avoidance tinggi dan rendah pada lingkungan keluarga, masyarakat serta
organisasi.
29
Tabel 2. 1. Perbedaan Masyarakat Uncertainty Avoidance Tinggi dan Rendah
Lingkungan Uncertainty Avoidance Rendah Uncertainty Avoidance Tinggi Keluarga Aturan yang lemah mengenai hal-hal
yang kotor dan tabu bagi anak-anak Aturan yang keras mengenai hal- hal yang kotor dan tabu bagi anak-anak
Perbedaan menimbulkan rasa ingin tahu
Perbedaan merupakan hal yang membahayakan
Tingkat ketegangan dan kecemasan rendah
Tingkat ketegangan dan kecemasan tinggi
Ketidakpastian merupakan hal biasa, dan setiap harinya dianggap sebagai situasi yang tidak pasti
Ketidakpastian yang terjadi terus menerus dalam hidup merupakan ancaman yang harus dilawan
Nyaman dengan situasi ambigu dan risiko yang tidak dikenal
Menerima risiko yang dikenal, takut akan situasi ambigu dan risiko yang tidak dikenal.
Masyarakat Jika peraturan tidak lagi dipatuhi, sebaiknya diganti
Adanya peraturan adalah keharusan, meski tidak dipatuhi
Partisipasi tinggi terhadap gerakan dan kegiatan sukarela
Partisipasi rendah terhadap gerakan dan kegiatan sukarela
Toleransi, bahkan terhadap pendapat ekstrim
Menekan ekstrimis Liberal Konservatif, hukum, dan teratur
Aturan sedikit dan umum, baik tertulis maupun tidak tertulis
Aturan banyak dan spesifik, baik tertulis maupun tidak tertulis
Organisasi Mempercayai pendapat awam Meyakini pendapat ahli dan solusi Teknis
Toleransi pada ide-ide baru dan Berbeda
Menekan perubahan, ide-ide dan penlaku berbeda.
Baik dalam inovasi, buruk dalam Implementasi
Buruk dalam inovasi, baik dalam Implementasi
Fokus pada proses pengambilan Keputusan
Fokus terhadap isi keputusan
Toleransi pada ambiguitas dan kemungkinan mengalami kekacauan
Adanya kebutuhan akan ketepatan dan formalisasi
(Sumber: Hofstede & Hofstede
2.3 Kerangka Berpikir
Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan dimana
terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi
yang ada dalam diri seorang wirausaha
Budaya yang terdiri dari berbagai nilai erat hubungannya dengan ciri
personal seorang wirausaha. Hal ini secara tidak langsung juga berkaitan dengan
30
kemampuan seorang wirausaha menjalankan kewirausahaannya dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
Dari sekian ciri personal yang terdapat dalam diri seorang wirausaha,
perilaku inovatif merupakan salah satu ciri yang berperan penting dalam
menghadapi tantangan globalisasi Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang
wirausaha secara umum dapat mengimbangi perubahan yang terjadi dengan begitu
cepatnya di era globalisasi yang ada. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa, seorang
wirausaha merupakan agen perubahan yang mengenalkan inovasi-inovasi seperti
produk, metode prroduksi, teknik penjualan, dan tipe alat pekerjaan yang baru
Perilaku inovatif tersebut membuat mereka mampu dalam menghadapi tantangan
dengan mengubahnya menjadi peluang. Hal ini dapat menunjang kemajuan bisnis
mereka karena dengan perilaku inovatif, mereka mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dan mengimplementasikan gagasan atau ide baru yang lebih baik
dalam bentuk produk. Teknik, jasa, dan sebagainya Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa. dalam menghadapi tantangan globalisasi dimana perkembangan
dan persaingan dalam dunia bisnis terus berkembang pesat, perilaku inovatif
sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena tanpa gagasan atau ide baru yang
inovatif kemungkinan bisnis yang digelutinya menjadi ketinggalan atau tidak
dapat bertahan karena konsumen selalu menuntut hal yang baru seiring dengan
berkembangnya arus globalisasi
Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausaha tampak erat
hubungannya dengan budaya yang ada. Asair (1996) mengatakan budaya atau
kepribadian kelompok memainkan peran penting dalam inovasi. Beberapa budaya
31
mendukung inovasi tetapi yang lain tidak. Ketika invididu seorang yang kreatif
dan membangun sebuah tim dengan kemampuan pemecahan masalah yang
kreatif, kurang optimal jika lingkungan organisasi kurang menghargai pendapat
ide-ide baru.
Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan
dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-
potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha. uncertainty avoidance merupakan
salah salah satu nilai budaya yang dapat mempengaruhi ciri personal seorang
wirausaha Budaya dengan uncertainty avoidance yang rendah dapat menerima
ketidakpastian dalam hidup secara lebih mudah sehingga mereka umumnya
mempunyai keinginan yang kuat untuk mengambil risiko. Mereka meyakini
memiliki kontrol terhadap konflik dan kompetisi. Selain itu, mereka juga
menganggap bahwa sesuatu yang “berbeda” yang ada di lingkungan bukanlah
sesuatu yang mengancam. Oleh karena itu, mereka mempunyai toleransi yang
tinggi terhadap perilaku kreatif dan inovatif. Sedangkan budaya dengan
uncertainty avoidance yang tinggi biasanya menghindari adanya konflik dan
kompetisi sehingga mereka biasanya terpaku pada pola perilaku tertentu. Oleh
karena itu, mereka memiliki toleransi yang rendah kepada sesuatu yang mereka
anggap “berbeda” dan baru
Berdasarkan penelitian mengenai dimensi budaya yang telah dilakukan
oleh Hofstede dan Hofstede (2005) terhadap 74 negara, Indonesia yang
memperoleh skor 48 dan menempati posisi 60 untuk dimensi uncertainty
avoidance. Dengan demikian maka lndonesia tergolong memiliki uncertainty
32
avoidance yang rendah. Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mangundjaya (2006) pada sebuah BUMN X di Indonesia, menyatakan bahwa
pegawai pada BUMN X tersebut memiliki uncertainty avoidance tinggi. Adanya
perbedaan hasil penelitian ini mengarahkan pada perlunya penelitian-perielitian
lebih lanjut yang komprehensif mengenai dimensi uncertainty avoidance pada
masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan, masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat multi etnis yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki
karakteristik yang beragam pula. Pada penelitian kali ini akan dikaji dimensi
uncertainty avoidance khususnya pada suku Minangkabau. Walaupun pada
penelitian yang dilakukan oleh Mangundjaya (2006) ditemukan hasil bahwa
pegawai BUMN X yang bersuku Minangkabau mempunyal tingkat uncertainty
avoidance yang tinggi. Namun jika dilihat dari pernyataan Navis (1984),
masyarakat Minangkabau cenderung dapat menerima perubahan dan perbedaan
dalam masyarakat. Masyarakat Minangkabau juga cukup mempunyai fleksibilitas
dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian sehingga mereka cenderung
mempunyai uncertainty avoidance yang rcndah. Hal ini dapat dilihat dari aturan-
aturan yang dapat berubah sesuai kesepakatan yang ada. Dari hal tersebut dapat
dilihat bahwa terdapat perbedaan pendapat mengenai tingkat uncertainty
avoidance pada masyarakat Minangkabau.
Lebih lanjut, jika dikaitkan dengan perilaku inovatif. Masyarakat dengan
uncertainty avoidance yang rendah lebih mudah menerima perilaku yang bersifat
nontradisional. Hal ini membuat wirausaha pada konteks atau situasi ini dapat
dengan lebih mudah menikmati kebebasan dalam menampilkan perilaku inovatif
33
yang umumnya berbeda dari biasanya. Pada situasi uncertainty avoidance yang
tinggi perilaku dan ide yang berbeda dilihat sebagai hal yang mencurigakan dan
membahayakan sehingga sulit untuk menampilkan perilaku inovatif.
Masyarakat uncertainty avoidance tinggi cenderung mencemaskan
ketidakpastian. Hal ini tidak sesuai dengan ciri perilaku inovatif yang memiliki
toleransi terhadap ambigiusitas. Namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada
masyarkat uncertainty avoidance rendah.
Dalam menciptakn ide-ide baru, individu perlu berfikir out of the box hal
ini sesuai dengan masyarakat uncertainty avoidance rendah yang tidak erlalu
mementingkan peraturan yang ada. Namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada
masyarkat uncertainty avoidance tinggi.
Individu yang memiliki perilaku inovatif adalah individu yang berorientasi
pada pencapaian. Hal ini tidak menutup kemungkinan pada persaingan.
Masyarakat uncertainty avoidance tinggi akan menghindari konflik dan
kompetisi., namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada masyarkat uncertainty
avoidance tinggi.
Individu yang memiliki perilaku inovatif adalah individu yang berorientasi
pada pencapaian. Hal ini sejalan dengan masyarakat uncertainty avoidance rendah
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, namun hal sebaliknya yang akan terjadi
pada masyarkat uncertainty avoidance tinggi.
Masyarakat uncertainty avoidance rendah, memiliki tingkat stress yang
rendah juga. Tingkat stress yang tinggi tidak baik untuk pemunculan perilaku
34
inovatif. Karena individu yang inovatif adalah individu yang dapat memotivasi
dirinya sendiri untuk hasil yang efektif.
Inovatif adalah menciptakan ide-ide baru dalam bentuk produk, ataupun
jasa. Inovasi menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik, hal ini sejalan
dengan masyarakat uncertainty avoidance rendah yang tidak menghindari
perubahan namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada masyarkat uncertainty
avoidance tinggi.
Organisasi pada masyarakat yang memilik nilai budaya uncertainty
avoidance tinggi cenderung memiliki banyak ahli karena mereka tidak
mempercayai pendapat awam. Hal ini akan menghabat timbulnya perilaku
inovatif.
Masyarakat uncertainty avoidance rendah cenderung memiliki partisipasi
yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan aktivitas yang bermanfaat bagi
masyarakat. Dengan banyak bergabung dengan kegiatan sukarela akan
menumbuhkan peilaku inovatif, yaitu menimbulkan motivasi untuk menjadi lebih
efektif, untuk menolong orang banyak.
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati Umur diukur dari lahir sampai
masa kini atau dari kejadian bermula sampai masa yang sedang dijalani. Semakin
dewasa manusia,semakin mudah individu tersebut memiliki sikap toleransi.
Toleransi tehadap ambigiusitas adalah salah satu ciri dari individu yang meiliki
perilaku inovatif.
35
Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu
spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi
seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin
merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal
menjadi laki-laki dan perempuan. Pada masyarakat yang mengenal "machoisme",
umpamanya, seorang laki-laki diharuskan berperan secara maskulin ("jantan"
dalam bahasa sehari-hari) dan perempuan berperan secara feminin. Laki-laki dan
perempuan mempunyai kondisi psikologis dan orientasi yang berbeda.
Berorientasi pada inovasi dan berorientasi pada pencapaian adalah cirri individu
yang memiliki perilaku inovatif.
Pengalaman adalah guru yang sangat berharga. Dari pengalaman, individu
dapat mengetahui hal yang buruk dan baik serta belajar mengambil hikmahnya
untuk memperbaiki/mengoreksi kesalahan masa lalu guna mencapai kualitas
hidup yang lebih bernilai. Konsep ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan
berbisnis, berelasi, membangun jejaring (networking) ataupun bermasyarakat
Salah satu faktor yang menentukan banyaknya-tidaknya wirausahawan memiliki
pengalaman adalah lama nya wirausahawan bergelut dibidang wirausaha. Individu
yang mempunyai banyak pengalaman dan mengetahui kondisi sebelum masa kini,
cenderung mmpunyai motivasi untuk menjadi efektif dibanding sebelumnya.
Tingkat pendidikan individu sangat penting untuk diperhatikan karena
tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap
dan tingkah laku mereka. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan kegiatan
usaha hendaknya tingkat pendidikan individu harus benar-benar dipertimbangkan.
36
Individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tampak memiliki
produktivitas yang lebih tinggi pula, apalagi ditambah adanya tingkat lamanya
bekerja yang dapat mempengaruhi tingkat ketrampilan dan kreativitas kerjanya.
Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung akan menciptaan dan
menerapkan ide-ide baru yang lebih baik.
Dari penjelasan diatas, apat diambil kesimpulan bahwa nilai budaya
uncertainty aoidance (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan,
menghindari konflik dan kompetisi , memiliki motivasi berprestasi rendah,
memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli,
dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela), usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan lama berwirausaha memiliki pengaruh terhadap peirlaku inovatif.
37
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Berpikir
Nilai Budaya Uncertainty Avoidance
Perilaku inovatif
Mencemaskan ketidakpastian
Usia
Usia Mulai Berwirausaha
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Mementingkan Peraturan
Menghindari konflik dan kompetisi
Memiliki motivasi berprestasi rendah
Memiliki tingkat stress tinggi
Menghindari perubahan
Meyakini pendapat ahli
Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela
38
2.4. Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis mayor dan hipotesis minor,
sebagai berikut:
Hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah:
H1 : Nilai budaya uncertainty avoidance memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar
Tanah Abang Jakarta.
Hipotesis minor dalam penelitian ini adalah:
H1 : Cemas terhadap ketidakpastian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah
Abang Jakarta.
H2 : Mementingkan peraturan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah
Abang Jakarta.
H3 : Menghindari konflik dan kompetisi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar
Tanah Abang Jakarta.
H4 : Memiliki motivasi berpestasi rendah memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar
Tanah Abang Jakarta.
39
H5 : Memiliki tingkat stress tinggi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah
Abang Jakarta.
H6 : Menghindari perubahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang
Jakarta.
H7 : Meyakini pendapat ahli memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang
Jakarta.
H8 : Memiliki partisipasi rendah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah
Abang Jakarta.
H9 : Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada
wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H10 : Lama berwirausaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang
Jakarta.
H11 : Jenis Kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif
pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H12 : Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang
Jakarta.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Pemahasan tersebut meliputi tujuh bagian yaitu pendekatan dan metode penelitian,
variabel penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data, uji instrumen
penelitian, metode analisa data dan prosedur penelitian.
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini ingin melihat pengaruh nilai buaya uncertainty avoidance terhadap
perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang
Jakarta, pengaruh tersebut disajikan dalam data yang berbentuk angka-angka
sehingga bisa diketahui nilai hubungannya. Oleh karena itu jenis penelitian yang
digunakan oleh penelitian adalah penelitian kuantitatif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instruman penulisan, analisis bersifat kuantitatif atau statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Proses penulisan
bersifat deduktif, dimana untuk merumuskan masalah digunakan konsep atau teori
sehingga dapat dirumuskan hipotesis. (Sugiyono, 2008).
41
3.1.2. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Gay, dalam
Sevilla (1993) mengungkapkan bahwa metode deskriptif adalah kegiatan yang
meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipoteis atau menjawab
pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari
pokok suatu penelitian. Tujuan utama metode deskriptif adalah untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian
dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai, atau sifat
yang berdiri sendiri (Sevilla, 1993). Selanjutnya Kerlinger dalam Sevilla (1993)
juga menyebutkan variabel sebagai konstruksi atau sifat (properties) yang diteliti.
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas (Independent
Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Sugiyono (2008)
mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dan variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas.
Sesuai judul dalam penelitian ini, yaitu Pengaruh Nilai Budaya
Uncertainty Avoidance terhadap Perilaku Inovatif Pada Wirausaha Suku
Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, maka ada variabel yang diposisikan
sebagai akibat, yang disebut DV (Dependent Variable atau variabel terikat) dan
42
ada variabel yag diposisikan sebagai penyebab, yang disebut IV (Independent
Variable atau variabel bebas). DV dalam penelitian ini ialah perilaku inovatif,
sedangkan IV dalam penelitian ini ialah nilai budaya uncertainty avoidance yang
mencakup mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan, menghindari
konflik dan kompetisi , memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat
stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli, dan partisipasi
rendah pada kegiatan sukarela, dan variabel tambahan, yaitu usia, usia mulai
berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan yang dikategorikan
mempengaruhi perilaku inovatif.
3.2.1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nilai Budaya Uncertainty Avoidance yang dimaksud adalah besarnya
perasaan terancam yang dialami anggota masyarakat budaya tertentu oleh
situasi yang tidak pasti atau ambigu.
2. Perilaku Inovatif yang dimaksud adalah pengenalan dan penerapan ide baru
yang lebih baik secara sengaja kepada pekerjaan, tim kerja, atau organisasi
yang ada melibatkan komersialisasi dari ide tersebut, impelementasi, dan
modifikasi dari produk, sistem dan sumber daya yang sudah ada dimana
terdapat tantangan dalam hal mengubah ide-ide kreatif ke dalam bentuk
produk dan jasa yang nyata agar dapat menguntungkan perusahaan dan juga
membawa manfaat bagi individu, kelompok, organisasi atau masyarakat
yang lebih luas.
43
3.2.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dari kedua variable ersebut adalah:
1. Nilai Budaya Uncertainty Avoidance dalam penelitian ini adalah skor yang
diperoleh dari pengukuran terhadap skala uncertainty avoidance pada
wirausaha suku Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, yaitu:
mencemasakan ketidakpastian (x1), mementingkan peraturan (x2),
menghindari konflik dan kompetisi (x3), memiliki motivasi berprestasi rendah
(x4), memiliki tingkat stress tinggi (x5), menghindari perubahan (x6), meyakini
pendapat ahli(x7), dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela (x8).
2. Perilaku Inovatif dalam penelitian ini merupakan skor yang diperoleh dari
pengukuran terhadap skala perilaku inovatif pada wirausaha suku
Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, yaitu: kecenderungan
menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang lebih baik, memiliki toleransi
terhadap ambiguitas, mempunyai motivasi untuk menjadi efektif, berorientasi
pada inovasi, dan berorientasi pada pencapaian.
3. Usia, yaitu umur, lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)
4. Usia mulai berwirausaha, yaitu usia dimana wirausaha (pedagang) mulai
menggeluti dunia kewirausahaan.
5. Jenis kelamin, yaitu sifat (keadaan) laki-laki atau perempuan
6. Tingkat Pendidikan, yaitu pendidikan formal terakhir yang diselesaikan.
44
3.3. Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi
Menurut Hasan (2002), populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu
yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah wirausahawan bersuku minangkabau di di Pasar Tanah
Abang Jakarta.
3.3.2. Sampel
Menurut Kerlinger (1990), sampel adalah bagian populasi atau semesta sebagai
wakil (representasi) populasi atau semesta itu. Selanjutnya Hasan (2002) juga
menyebutkan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang
dianggap bisa mewakili populasi.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang. Hal
ini mengacu pada pendapat Bailey yang menyebutkan, bahwa untuk penelitian
yang akan menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel yang paling
minimum adalah 30 (Hasan, 2002).
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sample pada penelitian ini adalah non-probability sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan
yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
(Sugiyono,2007)
45
Responden dipilih melalui teknik accidental sampling, yaitu teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
(insidental) bertemu dengan peneliti, dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
(Sugiyono 2006) Accidental sampling dilakukan dengan cara memberikan alat
ukur berbentuk kuesioner kepada wirausaha bersuku Minangkabau yang
menjalankan usahanya di Pasar Tanah Abang Jakarta. Walaupun teknik
accidental sampling ini mempunyai kelemahan, yaitu dapat m nimbulkan bias
dan sulit dilakukan generalisasi terhadap populasi ( Shaughnessy &Zeichmer,
2000). Kelemahan ini dapat dikurangi dengan memperbesar jumlah sampel,
karena semakin besar jumlah sampel, semakin akurat pula perhitungan statistik
yang dilakukan pada sampel tersebut (Kumar, 1999).
3.4. Pengumpulan Data 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat pengumpul
data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari reponden.
Skala yang digunakan adalah skala Likert, yaitu pernyataan pendapat yang
disajikan kepada responden yang memberikan indikasi pernyataan setuju atau
tidak setuju (Sevilla,1993). Skala likert sangat bermanfaat dalam penelitian
tingkah laku karena lebih mudah dilakukan dan hasilnya sama dengan hasil skal
Thrustone yang lebih sulit digunakan (Kerlinger dalam Sevilla, 1993).
46
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan alat ukur
Likert antara lain adalah empat alternatif jawaban yang disediakan yaitu, sangat
sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negative, yang dapat berupa kata-kata.
Table 3.1
Tabel Skor skala Likert
Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable
Sangat Sesuai 4 1 Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Dan untuk mengukur vaiabel-varibel penelitian ini peneliti menggunakan
skala model likert yang telah dimodifikasi yaitu dengan menghilangkan jawaban
netral. Untuk item Favourabel skoringnya sebagai berikut :
a = 4, b = 3, c = 2, d = 1
Adapun untuk item unfavourabel peneliti membalik skornya sebagai
berikut :
a = 1, b = 2, c =3, d = 4
47
Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari tiga bagian,
yaitu :
a. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,
kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima kasih
peneliti.
b. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti nama, usia, jenis
kelamin, pendidikan terakhir dan usia mulai berwirausaha. Data kontrol ini
berisi pertanyaan terbuka.
c. Bagian inti, berisi dua alat ukur penelitian ini yaitu alat ukur uncertainty
avoidance dan perilaku inovatif.
3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala yang dipergunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala nilai budaya
uncertainty avoidance dan perilaku inovatif dengan model skala likert.
a. Nilai Budaya Uncertainty Avoidance
Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti untuk melakukan
pengukuran nilai budaya uncertainty avoidance menggunakan skala yang disusun
sebagaimana dalam tabel berikut ini:
48
Tabel 3.2
Blue Print Try Out SkalaNilai Budaya uncertainty Avoidance
No Indikator Pernyataan Jml Favorabel Unfavorabel
1 Mencemaskan ketidakpastian
1, 16, 33* 9*, 27*, 39* 6
2 Mementingkan peraturan
2*, 22 13*, 19, 36 5
3 Menghindari konflik dan kompetisi
3*, 10*, 25, 38*, 42*
29, 32*, 44* 8
4 Memiliki motivasi berprestasi rendah
21* 4, 31* 3
5 Memiliki tingkat stress tinggi
5, 14*, 26*, 28*
41* 5
6 Menghindari perubahan
20*, 34*, 43* 6, 15*, 42 6
7 Meyakini pendapat ahli
7*, 18, 35 12, 23*, 37 6
8 Partisipasi rendah tehadap kegiatan sukarela
11*, 24*, 30 8*, 17* 5
Jumlah 22 20 44 Keterangan : * = validitas > 0,3
49
Tabel 3.3
Blue Print Skala Penelitian Nilai Budaya uncertainty Avoidance
No Indikator Pernyataan Jml Favorabel Unfavorabel
1 Mencemaskan ketidakpastian
19 5, 16, 22 4
2 Mementingkan peraturan
1 8 2
3 Menghindari konflik dan kompetisi
2, 6, 21 25, 18 5
4 Memiliki motivasi berprestasi rendah
12 23 2
5 Memiliki tingkat stress tinggi
9, 15 17 3
6 Menghindari perubahan
11, 20 24 3
7 Meyakini pendapat ahli
3 13 2
8 Partisipasi rendah tehadap kegiatan sukarela
7, 14 4, 10 4
Jumlah 13 12 25
b. Perilaku Inovatif
Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti untuk melakukan
pengukuran perilaku inovatif menggunakan skala yang disusun sebagaimana
dalam tabel berikut ini:
50
Tabel 3.4
Blue Print Try Out Skala Perilaku Inovatif
No Indikator Pernyataan Jml Favorabel Unfavorabel
1 Kecenderungan menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang lebih baik
11, 29, 40, 50, 52, 57, 74, 75, 79*, 91*
28, 30, 41, 42*, 43*, 51, 53, 62*, 63*, 66*, 72*, 73*
22
2 Memiliki toleransi terhadap ambigiusitas
7, 9, 31, 33*, 46, 56, 70, 71, 80, 101*
45, 49*, 54*, 65, 69, 76*, 96*, 100*
18
3 Mempunyai motivasi untuk menjadi efektif
32, 39, 44, 58*, 81* 10, 12, 47*, 55*, 78 10
4 Berorientasi pada inovasi 3, 8, 18, 19, 22, 36, 68, 88*, 92*, 102
5, 24*, 27*, 34*, 48*, 64*, 77, 85*, 86, 90, 93*, 94*
22
5 Berorientasi pada pencapaian 1, 2*, 4*, 15, 20*, 21*, 25, 38, 59, 83*, 87*, 89*, 97, 98
6, 13, 14*, 16, 17, 23*, 26, 35*, 37, 60, 61*, 67*, 82, 84*, 95, 99*
30
Jumlah 49 53 102 Keterangan : * = validitas > 0,3
51
Tabel 3.5
Blue Print Skala Penelitian Perilaku Inovatif
No Indikator Pernyataan Jml Favorabel Unfavorabel
1 Kecenderungan menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang lebih baik
29, 37 12, 13, 21, 22, 24, 26, 27 9
2 Memiliki toleransi terhadap ambigiusitas
9, 44 16, 17, 28, 41, 43 7
3 Mempunyai motivasi untuk menjadi efektif
19, 30 14, 18 4
4 Berorientasi pada inovasi 35, 38 7, 8, 10, 15, 23, 33, 39, 40 10
5 Berorientasi pada pencapaian 1, 2, 4, 5, 31, 34, 36
3, 6, 11, 20, 25, 32, 42 14
Jumlah 15 29 44
3.5. Uji Instrumen Penelitian 3.5.1 Uji Validitas
Validitas skala adalah sejauh mana instrument itu dapat merekam/mengukur apa
yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur (Suryabrata, 2004).Suatu tes atau
instrument pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat
ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya tes yang
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan
sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2003).Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak.
52
Dari tabel 3.3 Skala peneltian nilai budaya uncertainty avoidance terlihat
bahwa ada 25 item valid, yang terbagi dalam: cemas terhadap ketidakpastian: 4
item, mementingkan peraturan: 2 item, menghindari konflik dan kompetisi: 5
item, memiliki motivasi berprestasi rendah: 2 item , memiliki tingkat stress tinggi:
3 item, menghindari perubahan: 3 item, dan meyakini pendapat ahli: 4 item
Dari tabel 3.5 skala perilaku inovatif terlihat bahwa ada 44 item valid, yang
terbagi dalam: kecenderungan menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang
lebih baik: 9 item ,memiliki toleransi terhadap ambigiusitas:7 item, mempunyai
motivasi untuk menjadi efektif: 4 item, berorientasi pada inovasi: 10 item
,berorientasi pada pencapaian: 14 item.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Anastasi dan Urbina (2007) memberikan pengertian bahwa suatu tes adalah
reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil yang konsisten meskipun
tes tersebut diberikan dan diskor oleh penilai yang berbeda, atau diberikan pada
waktu yang berlainan, atau menggunakan bentuk paralel dari tes tersebut.
Reliabililitas adalah kemantapan, konsistensi, prekditabilitas/keteramalan, dan
kejituan/ketepatan alias akurasi. (Kerlinger, 2006).
Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang
mengandung makna kecermatan pengukuran. Dalam aplikasinnya, reliabilitas
dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkannya berada dalam rentang 0
sampai dengan 1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00
53
berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah
menddekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. (Azwar, 2003)
Uji reliabilitas kedua skala ini menggunakan uji Statistic Alpha Cronbach
dengan menggunakan SPSS versi 16. hasil uji reliabilitas skala nilai budaya
uncertainty avoidance dan perilaku inovatif adalah sebagai berikut:
1. Nilai reliabilitas skala nilai budaya uncertainty avoidance dengan 25 item
valid adalah sebesar 0,902. Oleh karena itu, skala nilai budaya uncertainty
avoidance ini dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat
ukur penelitian.
2. Nilai reliabilitas skala perilaku inovatif dengan 44 item valid adalah
sebesar 0,916. oleh karena itu, skala perilaku inovatif ini dapat dikatakan
reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Hal ini berdasarkan norma reliabilitas yang dikemukakan Guilford seperti
dikutip oleh Hasan (2002) dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.6
Kriteria Reliabilitas
Kriteria Koefisien Reliabilitas Sangat Reliabel > 0,9 Reliabel 0,7 – 0,9 Cukup Reliabel 0,4 – 0,7 Kurang Reliabel 0,2 – 0,4 Tidak Reliabel < 0,2
54
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh nilai
budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif adalah menggunakan
analisi regresi. Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk
memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai
variabel independen di manipulasi/dirubah-rubah atau dinaik-turunkan.
(Sugiyono, 2007) .Jenis analisis regresi yang digunakan adalah anilisis regresi
berganda), yaitu analisis yang digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan
(naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen
sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nialinya). Analisis regresi
ganda dilakukan bila jumlah variabel indipenden nya minimal 2. (Sugiyono 2007)
Adapun persamaan regresi untuk n prediktor adalah:
y’= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bnXn
Ŷ : Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah kecerdasan
emosional.
X1, X2,....., XP : Independent variable (IV) yang jumlahnya p
p : Jumlah independent variable (IV)
a : Intercept / konstanta
b1, b2,......, bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
55
Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu :
1. R² yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dan dependent
variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV).
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yag signifikan
dari independent variabel (IV) yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat
prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV)
diketahui.
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Penelitian
- Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah.
- Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti.
- Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat.
- Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu skala nilai budaya uncertainty avoidance dan
perilaku inovatif yang dirancang berupa skala likert.
56
2. Tahap Uji Coba
Peneliti melakukan uji coba alat ukur kedua skala pada 40 pedagang suku minang
di Blok A Pasar Tanah Abang Jakarta.Tahap Pengambilan Data :
- Menentukan jumlah sampel penelitian.
- Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta
kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian.
- Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden.
3. Tahap Field Study
Skala nilai budaya uncertainty avoidance dan perilaku inovatif berjumlah 69 item
pernyataan. Selanjutnya skala ini diberikan kepada 100 pedagang suku minang di
Blok F2 Pasar Tanah Abang, Jakarta.
4. Tahap Pengolahan Data
- Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden.
- Analisis data menggunakan teknik statistik.
- Melakukan Interpretasi dan membahas hasil yang didapat, serta membuat
kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan
tersebut meliputi empat bagian yaitu gambaran umum responden, analisis
deskriptif, uji hipotesis, dan proposi varian
4.1. Gambaran Umum Responden
Dalam sub bab ini dibahas mengenai gambaran responden dari sampel yang
digunakan dalam penelitian. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah
wirausaha bersuku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, dimana yang
dimaksud dengan bersuku minangkabau adalah salah satu orang tua responden
merupakan keturunan suku minangkabau.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Laki-laki 67 67.0 67.0 67.0
Perempuan 33 33.0 33.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
58
Dari hasil persentase data di atas, diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini berjenis kelamin laki-laki sebanyak 67 orang (67%) dan perempuan
sebanyak 33 orang (33%). Jadi responden yang lebih banyak digunakan dalam
penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 4.2
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 20 - 25 tahun 29 29.0 29.0 29.0 26 - 35 tahun 40 40.0 40.0 69.0 36 - 45 tahun 18 18.0 18.0 87.0 > 45 tahun 13 13.0 13.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Dari hasil persentase data di atas, diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini berasal dari usia yang berbeda, yaitu dari < 20 tahun sampai >45
tahun. Terdiri dari 29 orang (29%) berusia rata-rata < 20-25 tahun, 40 orang
(40%) berusia rata-rata 26-35 tahun, 18 orang (18%) berusia rata-rata 36-40 tahun,
dan 13 orang (13%) berusia > 40 tahun. Jadi responden yang lebih banyak
digunakan dalam penelitian ini berasal dari usia 26-35 tahun.
59
Tabel 4.3
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 4 4.0 4.0 4.0 SMP 14 14.0 14.0 18.0 SMA 58 58.0 58.0 76.0 D3 5 5.0 5.0 81.0 S1-S2 19 19.0 19.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Dari hasil persentase diatas, dapat diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini berasal dari tingkat pendidikan yang berbeda, yaitu dari jenjang
Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (S1/S2). Terdiri dari 4 orang (4%)
merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD), 14 orang (14%) merupakan lulusan
Sekolah Menengah Pertama (SMP), 58 orang (58%) lulusan Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan sederajat, 5 orang (5%) lulusan Program Diploma 3 (D3), dan 19
orang (19%) lulusan Perguruan Tinggi (S1/S2). Jadi responden yang lebih banyak
digunakan dalam penelitian ini berasal dari lulusan Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan sederajat.
60
Tabel 4.4
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Berwirausaha
Lama Berwirausaha
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 5 tahun 30 30.0 30.0 30.0 6 - 10 tahun 30 30.0 30.0 60.0 11 - 15 tahun 16 16.0 16.0 76.0 16 - 20 tahun 9 9.0 9.0 85.0 > 21 tahun 15 15.0 15.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Dari hasil pesentase diatas, dapat diketahui bahwa lama responden dalam
berwirausaha sangat berbeda-beda, yiatu dari < 5 tahun sampai > 21 tahun. Terdiri
dari 30 orang (30%) telah berwirausaha selama < 5 tahun , 30 orang (30%) telah
berwirausaha selama 6-10 tahun, 16 orang (16%) telah berwirausaha selama 11-15
tahun, 9 orang (9%) telah berwiausaha selama 16-20 tahun, dan 15 orang (15%)
telah berwirausaha selama > 21 tahun. Jadi responden yang lebih banyak
digunakan dalam penelitian ini adalah responden yang telah berwirausaha selama
< 5 tahun dan antara 6 - 10 tahun.
4.2. Analisis Deskriptif
Berikut ini akan di uraikan analisis deskriptif nilai budaya uncertainty avoidance
dan perilaku inovatif., yang terdiri dari distribusi nilai skor dan kategorisasi skor
pada masing-masing variabel.
61
Tabel 4.5
Distribusi Skor Nilai Budaya Uncertainty Avoidance
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.5 tentang analisis deskriptif di
atas, maka dapat diketahui bahwa mean dari variabel nilai budaya uncertanity
avoidance adalah 55.5700, standar deviasi sebesar 5.81578 dengan nilai minimum
41 dan nilai maksimum 66. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 66-41 = 15,
jarak tersebut kemudian dibagi dua untuk dilihat nilai tengahnya yaitu 15/3 = 5.
Maka diperoleh kategorisasi sebagai berikut :
Tabel 4.6
Kategorisasi Skor Nilai Budaya Uncertainty Avoidance
Kategori Rentang Frekuensi % Tinggi X > 2x + min > 51 76 76%
Sedang X < min < X < 2x + min 46-51 20 20%
Rendah X < x + min < 46 4 4%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor nilai budaya uncertainty
avoidance, seperti ditunjukkan dalam tabel 4.6, diketahui bahwa mayoritas
responden (76%) memiliki nilai budaya uncertainty avoidance tinggi, (20%)
memiliki nilai budaya uncertainty avoidance sedang, dan (4%) memiliki nilai
budaya uncertainty avoidance rendah.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
uncertainty avoidance 100 41.00 66.00 55.5700 5.81578
Valid N (listwise) 100
62
Tabel 4.7
Distribusi Skor Perilaku Inovatif
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mean yang didapat adalah sebesar
1.3693 dan standar deviasi sebesar 14.16587. Nilai minimum yang didapatkan
adalah 98 dan nilai maksimum adalah 169. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah
169-98 = 71, jarak tersebut kemudian dibagi tiga untuk melihat luas jarak tiap
kategori yaitu 71/3 = 23,6, maka diperoleh kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 4.8
Kategorisasi Skor Perilaku Inovatif
Kategori Rentang Frekuensi % Tinggi X > 2x + min > 145 26 26%
Sedang X < min < X < 2x + min 121-145 62 62%
Rendah X < x + min < 121 12 12%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor perilaku inovatif, seperti
ditunjukkan dalam tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden (62%)
memiliki perilaku inovatif sedang, (26%) memiliki perilaku inovatif tinggi, dan
(12%) memiliki perilaku inovatif rendah.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
perilaku inovatif 100 98.00 169.00 1.3693E2 14.16587
Valid N (listwise) 100
63
4.3 Uji Hipotesis
Uji hiotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing IV
terhadap DV. Langkah pertama peneliti menganalisis dampak mencemasakan
ketidakpastian, mementingkan peraturan, menghindari konflik dan kompetisi,
memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari
perubahan, meyakini pendapat ahli, partisipasi rendah pada kegiatan sukarela,
usia, lama berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap perilakun
inovatif.
Tabel 4.9
Anova analisis regresi 8 variabel ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 12207.315 8 1525.914 18.130 .000a
Residual 7659.195 91 84.167 Total 19866.510 99
a. Predictors: (Constant), Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Mementingkan peraturan, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Memiliki tingkat stress tinggi, Menghindari konflik dan kompetisi, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian b. Dependent Variable: Perilaku inovatif
4.3.1 Uji Hipotesis Mayor
Uji hipotesis mayor merupakan uji hipotesis untuk menjawab pertanyaan :
apakah ada pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku
inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta. Dari
tabel 4.9 dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 18,130 dengan signifikansi
0,000. Artinya ke 8 IV (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan
menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah,
memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli,
dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela) memiliki pengaruh yang signifikan
64
terhadap perilaku inovatif.dan dapat digunakan untuk memprediksi variabel
perilaku inovatif.
Tabel 4.10
Tabel Koefisien 12 Variabel
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 205.723 10.135 20.299 .000
Mencemaskan ketidakpastian -3.268 .855 -.312 -3.821 .000
Mementingkan peraturan 1.377 .856 .111 1.609 .111
Menghindari konflik dan kompetisi -.837 .556 -.108 -1.506 .136
Memiliki motivasi berprestasi rendah -.895 .996 -.070 -.899 .371
Memiliki tingkat stress tinggi .373 .593 .050 .630 .531
Menghindari perubahan -5.077 .791 -.502 -6.421 .000
Meyakini pendapat ahli .477 .895 .040 .533 .596
Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela
-1.733 .628 -.209 -2.758 .007
Usia -.130 .240 -.090 -.542 .589
lama berwirausaha .108 .284 .063 .379 .706
Jenis kelamin -1.952 2.110 -.065 -.925 .358
Tingkat pendidikan 1.288 1.132 .094 1.138 .258 a. Dependent Variable: Perilaku inovatif
Berdasarkan tabel diatas, persamaan regresi berdasarkan nilai B yaitu:
(y’)= 205,723 + (-3,268)X1 + (1,377)X2 + (-0,837) X3 + (-0,895) X4 + (0,373) X5
+ (-5,077) X6 + (0,477) X7 + (-1,733) X8 + (-0,130) X9 + (0,108) X10 + (-1,952)
X11 + (1,288) X12
65
Keterangan:
y’ = Perilaku inovatif, X1 = Mencemasakan ketidakpastian, X2 = Mementingkan
peraturan, X3 = Menghindari konflik dan kompetisi, X4 = Memiliki motivasi
berprestasi rendah, X5 = Memiliki tingkat stress tinggi, X6 = Menghindari
perubahan, X7 = Meyakini pendapat ahli, X8 = Partisipasi rendah pada kegiatan
sukarela, X9 = Usia, X10 = Lama berwirausaha X11 = Jenis Kelamin, X12 = Tingkat
Pendidikan
Tabel diatas menjawab berbagai hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
4.3.2 Uji Hipotesis Minor
Uji hipotesis ini merupakan uji hipotesis untuk menjawab hipotesis minor,
rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk mencemaskan ketidakpastian =
0,000. Karena p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa mencemaskan
keidakpastian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif.
2. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk mementingkan peraturan = 0,111.
Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa mementingkan peraturan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
3. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk menghindari konflik dan kompetisi
= 0,136. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa menghindari
konflik dan kompetisi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif.
66
4. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk memiliki motivasi berprestasi
rendah = 0,371. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa memiliki
motivasi berprestasi rendah tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif.
5. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk memiliki tingkat stress tinggi =
0,531. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa memiliki tingkat
stress tinggi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif.
6. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk menghindari perubahan = 0,000.
Karena p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa menghindari perubahan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
7. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk meyakini pendapat ahli = 0,596.
Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa meyakini pendapat ahli
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
8. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk partisipasi rendah terhadap kegiatan
sukarela = 0,007. Karena p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku inovatif.
9. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk usia = 0,859. Karena p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif.
67
10. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk lama berwirausaha = 0, 706.
Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa lama berwirausaha tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
11. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk jenis kelamin = 0, 358. Karena p >
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
12. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk tingkat pendidikan = 0, 258.
Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
Jika akan dilakukan intervensi terhadap peningkatan perilaku inovatif,
maka variabel yang perlu diperhatikan adalah mencemaskan ketidakpastian,
menghindari perubahan, dan partisipasi rendah dalam kegiatan sukarela.
4.4 Proposi Varian
Untuk melihat proposi varian dari perilaku inovatif yang secara keseluruhan dapat
diterapkan pada 12 IV (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan,
menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah,
memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli,
dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela, usia, lama berwirausaha, jenis
kelamin dan tingkat pendidikan), peneliti melakukan uji analisis regresi berganda
menggunakan SPSS, hasilnya adalah seagai berikut:
68
Tabel 4.11
Model Summary Analisis Regresi 12 Variabel
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai R = 0,789 dengan nilai R2=
0,623. Artinya adalah proposi varians dari perilaku inovatif yang secara
keseluruhan dapat diterapkan pada 12 variabel ialah 62,3 %. Atau dengan kata
lain, 12 IV memberi pengaruh sebesar 62,3% terhadap perilaku inovatif.
Sedangkan sisanya 37,7 % dapat dijelaskan dengan variabel lain.
Tabel 4.12
Anova Analisis Regresi 12 Variabel ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 12378.453 12 1031.538 11.985 .000a
Residual 7488.057 87 86.070 Total 19866.510 99
a. Predictors: (Constant), Tingkat pendidikan, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, lama berwirausaha, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki tingkat stress tinggi, Jenis kelamin, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian, Usia b. Dependent Variable: Perilaku inovatif
Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 11,985 dengan
signifikansi 0,000. Artinya ke 12 IV dapat digunakan untuk memprediksi variabel
perilaku inovatif.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .789a .623 .571 9.27737 a. Predictors: (Constant), Tingkat pendidikan, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, lama berwirausaha, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki tingkat stress tinggi, Jenis kelamin, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian, Usia
69
Sedangkan untuk mengetahui proposi varians dari nilai budaya uncertainty
avoidance (8 variabel : mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan
menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah,
memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli,
dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela) terhadap perilaku inovatif, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.13
Model Summary Analisis Regresi 8 Variabel Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .784a .614 .581 9.17426 a. Predictors: (Constant), Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Mementingkan peraturan, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Memiliki tingkat stress tinggi, Menghindari konflik dan kompetisi, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian
Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa nilai R = 0,784 dengan nilai R2=
0,614. Artinya adalah proposi varians dari perilaku inovatif yang secara
keseluruhan dapat diterapkan pada 8 variabel (mencemasakan ketidakpastian,
mementingkan peraturan menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi
berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan,
meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela) ialah 61,4
%. Atau dengan kata lain, 8 IV (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan
peraturan menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi
rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat
ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela) memberi pengaruh sebesar
70
61,4% terhadap perilaku inovatif. Sedangkan sisanya 38,6 % dapat dijelaskan
dengan variabel lain
Berikut ini ditampilkan tabel koefisien analisis regresi dari ke 8 variabel
(mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan menghindari konflik dan
kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi,
menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada
kegiatan sukarela) , sebagai berikut:
Tabel 4.14
Tabel Koefisien Analisis Regresi 8 Variabel Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 205.277 9.474 21.666 .000
Mencemaskan ketidakpastian -3.419 .820 -.326 -4.172 .000
Mementingkan peraturan 1.257 .825 .101 1.523 .131
Menghindari konflik dan kompetisi -.927 .544 -.120 -1.702 .092
Memiliki motivasi berprestasi rendah -.692 .944 -.054 -.733 .465
Memiliki tingkat stress tinggi .447 .575 .060 .778 .439
Menghindari perubahan -5.177 .743 -.512 -6.965 .000
Meyakini pendapat ahli .561 .805 .047 .697 .488
Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela
-1.602 .614 -.193 -2.611 .011
a. Dependent Variable: Perilaku inovatif
71
Adapun persamaan regresi berdasarkan nilai B pada tabel 4.14 diatas
yaitu:
Perilaku inovatif (y’) = 205,277 3,419 X1 + 1,257 X2 0,927 X3 0,692 X4 +
0,447 X5 5,177 X6 + 0,561 X7 1,602 X8
Keterangan:
y’ = Perilaku inovatif, X1 = Mencemasakan ketidakpastian, X2 = Mementingkan
peraturan, X3 = Menghindari konflik dan kompetisi, X4 = Memiliki motivasi
berprestasi rendah, X5 = Memiliki tingkat stress tinggi, X6 = Menghindari
perubahan, X7 = Meyakini pendapat ahli, X8 = Partisipasi rendah pada kegiatan
Dari Tabel 4.14 dapat diketahui:
1. Nilai p untuk mencemaskan ketidakpastian = 0,000. Karena p < 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa mencemaskan keidakpastian memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
2. Nilai p untuk mementingkan peraturan = 0,131. Karena p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa mementingkan peraturan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
3. Nilai p untuk menghindari konflik dan kompetisi = 0,092. Karena p > 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa menghindari konflik dan kompetisi tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
72
4. Nilai p untuk memiliki motivasi berprestasi rendah = 0,465. Karena p >
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa memiliki motivasi berprestasi rendah
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
5. Nilai p untuk memiliki tingkat stress tinggi = 0,439. Karena p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa memiliki tingkat stress tinggi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.
6. Nilai p untuk menghindari perubahan = 0,000. Karena p < 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa menghindari perubahan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku inovatif.
7. Nilai p untuk meyakini pendapat ahli = 0,488. Karena p > 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa meyakini pendapat ahli tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku inovatif.
8. Nilai p untuk partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela = 0,011.
Karena p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi rendah
terhadap kegiatan sukarela memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif.
Selanjutnya peneliti menganalisis proporsi varians untuk masing-masing
variabel. Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan
tidaknya penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap IV, yang mana IV
tersebut dianalisis dengan menambahkan satu per satu IV, berikut ini ialah tabel
proposi varian perilaku inovatif yang terkait dengan IV, yaitu:
73
Tabel 4.15
Tabel Analisis Proposi Varians
No IV R2 R2 Change/ Kontribusi Varian (%)
Sig
1 X1 0,242 24,2% SIGNIFIKAN 2 X12 0,245 0,3% TIDAK SIGNIFIKAN 3 X123 0,305 6% TIDAK SIGNIFIKAN 4 X 1234 0,308 0,3% TIDAK SIGNIFIKAN 5 X12345 0,317 0,9% TIDAK SIGNIFIKAN 6 X123456 0,584 26,7% SIGNIFIKAN 7 X1234567 0,586 0,2% TIDAK SIGNIFIKAN 8 X1245678 0.614 2,8% SIGNIFIKAN 9 X123456789 0,615 0,1 % TIDAK SIGNIFIKAN 10 X12345678910 0.615 0% TIDAK SIGNIFIKAN 11 X1234567891011 0, 617 0,2% TIDAK SIGNIFIKAN 12 X123456789101112 0,623 0,6% TIDAK SIGNIFIKAN Total 62,3 %
Keterangan:
X1= mencemasakan ketidakpastian, X2= Mementingkan peraturan, X3=
Menghindari konflik dan kompetisi, X4= Memiliki motivasi berprestasi rendah,
X5= Memiliki tingkat stress tinggi, X6= Menghindari perubahan, X7= Meyakini
pendapat ahli, X8= Partisipasi rendah pada kegiatan sukarela, X9= Usia, X10=
Lama berwirausaha, X11 = Jenis Kelamin, X12 = Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.15, diketahui kontribusi masing-masing IV terhadap
perilaku inovatif, yaitu:
1. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian diperoleh R2 (R
Squere) sebesar 0,242. Artinya variabel mencemaskan ketidakpastian
memiliki kontribusi sebesar 24,2 % dalam mempengaruhi perilaku
74
inovatif. Selain itu pada tabel 4.10 diperoleh nilai B sebesar 3,268,
artinya mencemaskan ketidakpastian secara negatif mempengaruhi
perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecemasan
seseorang terhadap ketidakpastian, maka semakin rendah perilaku
inovatifnya dan juga sebaliknya.
2. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian dan mementingkan
peraturan diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,245. Artinya variabel
mementingkan peraturan memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,3 %
dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel 4.10
diperoleh nilai B sebesar 1,377, artinya mementingkan peraturan secara
positif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa
semakin seseorang mementingkan peraturan, maka semakin tinggi pula
perilaku inovatif seseorang dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak
signifikan.
3. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan
peraturan, dan menghindari konflik dan kompetisi diperoleh R2 (R Squere)
sebesar 0,305. Artinya variabel menghindari konflik dan kompetisi
memiliki tambahan kontribusi sebesar 6 % dalam mempengaruhi perilaku
inovatif. Selain itu pada tabel 4.10 diperoleh nilai B sebesar 0,837,
artinya menghindari konflik dan kompetisi secara negatif mempengaruhi
perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi keinginan
seseorang menghindari konflik dan kompetisi, maka semakin rendah
perilaku inovatifnya dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak
75
signifikan.
4. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan
peraturan, menghindari konflik dan kompetisi dan memiliki motivasi
berprestasi rendah diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,308. Artinya variabel
memiliki motivasi berprestasi rendah memiliki tambahan kontribusi
sebesar 0,3 % dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel
4.10 diperoleh nilai B sebesar 0,895, artinya memiliki motivasi
berprestasi rendah secara negatif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat
disimpulkan bahwa semakin rendah motivasi berprestasi seseorang, maka
semakin tinggi perilaku inovatifnya dan juga sebaliknya, namun hal
tersebut tidak signifikan.
5. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan
peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi
berprestasi rendah dan memiliki tingkat stress tinggi diperoleh R2 (R
Squere) sebesar 0,317. Artinya variabel memiliki tingkat stress tinggi
memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,9 % dalam mempengaruhi
perilaku inovatif. Selain itu pada tabel 4.10 diperoleh nilai B sebesar
0,373, artinya memiliki tingkat stress tinggi secara positif mempengaruhi
perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat stress
seseorang, maka semakin tinggi pula perilaku inovatifnya dan juga
sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.
76
6. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan
peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi
berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi dan menghindari
perubahan diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,584. Artinya variabel
menghindari perubahan memiliki tambahan kontribusi sebesar 26,7 %
dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel 4.10
diperoleh nilai B sebesar 5,077, artinya menghindari perubaan secara
negatif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa
semakin seseorang menghindari perubahan, maka semakin rendah perilaku
inovatifnya dan juga sebaliknya.
7. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan
peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi
berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan
dan meyakini pendapat ahli diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,586.
Artinya variabel meyakini pendapat ahli memiliki tambahan kontribusi
sebesar 0,2 % dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel
4.10 diperoleh nilai B sebesar 0,477, artinya meyakini pendapat ahli secara
positif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa
semakin seseorang meyakini pendapat ahli, maka semakin tinggi pula
perilaku inovatifnya dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak
signifikan.
77
8. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan
peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi
berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan
meyakini pendapat ahli dan partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela
diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,614. Artinya variabel partisipasi rendah
terhadap kegiatan sukarela memiliki tambahan kontribusi sebesar 2,8 %
dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel 4.10
diperoleh nilai B sebesar 1,733 artinya semaki rendah partisipasi rendah
terhadap kegiatan sukarela secara negatif mempengaruhi perilaku inovatif.
Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah partisipasi seseorang terhadap
kegiatan sukarela, maka semakin tinggi perilaku inovatifnya dan juga
sebaliknya.
9. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan
peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi
berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan
meyakini pendapat ahli, partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela dan
usia diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,615 Artinya variabel usia memiliki
tambahan kontribusi sebesar 0,1 % dalam mempengaruhi perilaku inovatif.
Selain itu pada tabel 4.10 diperoleh nilai B sebesar 0,130 artinya usia
secara negatif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa
semakin tua usia seseorang, maka semakin rendah perilaku inovatif
seseorang dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.
78
10. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan
peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi
berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan
meyakini pendapat ahli, partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, usia
dan lama berwirausaha diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,615. Artinya
variabel lama berwirausaha memiliki tambahan kontribusi sebesar 0 %
dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel 4.10
diperoleh nilai B sebesar 0,108 artinya lama berwirausaha secara positif
mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama
seseorang berwirausaha , maka semakin tinggi perilaku inovatif seseorang
dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.
11. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan
peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi
berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan
meyakini pendapat ahli, partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela,
usia, lama berwirausaha dan jenis kelamin diperoleh R2 (R Squere) sebesar
0,617. Artinya variabel jenis kelamin memiliki tambahan kontribusi
sebesar 0,2 % dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel
4.10 diperoleh nilai B sebesar 1,952 artinya jenis kelamin secara negatif
mempengaruhi perilaku inovatif, namun hal tersebut tidak signifikan.
12. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan
peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi
berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan
79
meyakini pendapat ahli, partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela,
usia, lama berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan diperoleh
R2 (R Squere) sebesar 0,623. Artinya variabel tingkat pendidikan memiliki
tambahan kontribusi sebesar 0,6 % dalam mempengaruhi perilaku inovatif.
Selain itu pada tabel 4.10 diperoleh nilai B sebesar 1,288 artinya tingkat
pendidikan secara positif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
semakin tinggi pula perilaku inovatif seseorang dan juga sebaliknya,
namun hal tersebut tidak signifikan.
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pembahasan ini meliputi tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara nilai
budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku
minangkabau di Jakarta. Rinciannya ialah sebagai berikut:
a. Mencemaskan ketidakpastian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang
Jakarta.
b. Mememntingkan peraturan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah
Abang Jakarta.
c. Menghindari konflik dan kompetisi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di
Pasar Tanah Abang Jakarta.
d. Memiliki motivasi berprestasi rendah tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di
Pasar Tanah Abang Jakarta.
81
e. Memiliki tingkat stress tinggi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah
Abang Jakarta.
f. Menghindari perubahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang
Jakarta.
g. Meyakini pendapat ahli tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang
Jakarta.
h. Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di
Pasar Tanah Abang Jakarta.
2. Usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada
wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
3. Usia lama berwirausaha tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang
Jakarta.
4. Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
5. Tingkat Pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
82
5. 2. Diskusi
Berdasarkan perhitungan dan analisis statistik, dapat dilihat bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara nilai budaya uncertainty avoidance dengan perilaku
inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Jakarta sebesar 61,4 %, hal ini
sesuai dengan penlitian Asair (1996) mengatakan budaya atau kepribadian
kelompok memainkan peran penting dalam inovasi. Beberapa budaya mendukung
inovasi tetapi yang lain tidak. Ketika invididu seorang yang kreatif dan
membangun sebuah tim dengan kemampuan pemecahan masalah yang kreatif,
kurang optimal jika lingkungan organisasi kurang menghargai pendapat ide-ide
baru.
Hal ini sesuai dengan pendapat Berger (dalam Peterson & Lee, 2000)
bahwa perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausaha tampak erat
hubungannya dengan budaya yang ada. Budaya merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam kewirausahaan dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang
mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha.
Uncertainty Avoidance merupakan salah salah satu nilai budaya yang dapat
mempengaruhi ciri personal seorang wirausaha (Peterson & Lee, 2000). Budaya
dengan Uncertainty Avoidance yang rendah dapat menerima ketidakpastian dalam
hidup secara lebih mudah sehingga mereka umumnya mempunyai keinginan yang
kuat untuk mengambil risiko (Hofstede & Hofstede, 2005). Sedangkan budaya
dengan Uncertainty Avoidance yang tinggi biasanya menghindari adanya konflik
dan kompetisi sehingga menekan biasanya terpaku pada pola perilaku tertentu.
83
Hasil dari penelitian ini, wirausahawan suku minangkabau di Pasara Tanah
Abang Jakarta mayoritas memiliki nilai budaya uncertianty avoidance yang
tinggi, hal ini sesuai dengan penlitian Mangundjaya pada sebuah BUMN X di
Indonesia, menghasilkan bahwa pegawai pada BUMN X tersebut memiliki
uncertainty avoidance tinggi, namun bertentangan dengan penelitian Hofstede
yang menyatakan lndonesia tergolong memiliki uncertainty avoidance yang
rendah. Hal ini mungkin saja disebabkan, masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat multi etnis yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki
karakteristik yang beragam pula.
Selanjutnya, variabel mencemaskan ketidakpastian memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku inovatif, dengan sumbangan pengaruh sebesar
24,2 %. Dengan arah hubungan yang negatif, artinya, semakin tinggi kecemasan
seseorang terhadap ketidakpastian, maka semakin rendah perilaku inovatifnya dan
juga sebaliknya.
Variabel menghindari perubahan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif, dengan sumbangan pengaruh sebesar 6 %. Dengan
arah hubungan negatif, artinya semakin seseorang menghindari perubahan, maka
semakin rendah perilaku inovatifnya dan juga sebaliknya.
Variabel partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif, dengan sumbangan pengaruh
sebesar 2,8 %. Artinya semakin rendah partisipasi seseorang terhadap kegiatan
sukarela, maka semakin tinggi perilaku inovatifnya dan juga sebaliknya.
84
Sedangkan variabel mementingkan peraturan, menghindari konflik dan
kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi,
meyakin pendapat ahli, usia, usia mulai berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat
pendidikan tiidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan perilaku inovatif.
5. 3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
5.3.1. Saran Teoritis
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang
hubungan nilai budaya uncertainty avoidance dengan melibatkan variabel lain
selain perilaku inovatif sebagai pembanding.
5.3.2. Saran Praktis
Diharapkan kepada pemusatan latihan wirausaha memperhatikan aspek-aspek
psikologis dan nilai budaya masyarakat indonesia, dalam hal ini sebaiknya
pelatihan yang mendalami bidang wirausaha, memformulasikan bagaimana
caranya menghilangkan nilai budaya uncertainty avoidance tinggi, karena hal ini
akan memberikan pengaruh negatif pada perilaku inovatif. Karena nilai budaya
uncertainty avoidance tinggi menghambat perilaku inovatif.
85
DAFTAR PUSTAKA
Asropi. (2010) Jurnal Ilmu Administrasi, Volume V, Nomor 3, September 2008, hal. 246-255 Azwar,Saifuddin (2008) Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Iqbal, Hasan. M. (2002). Pokok-pokok materi metodologi penelitian & Aplikasinya. Bogor : Ghalia Indonesia. G.Sevilla, Consusio, A.Ochavo. Jesus, G.Punsalan.Twilla, P.Regala.Bella, G.Uriarte.Gabriel. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta : UI-Press. Herawaty, Silvia.(1998).Kewiraswastaan.Jakarta: IPWI Hofstede, Geert. 1980. Culture’s consequences: international differences in Work-related values. California: Sage Publications. Hofstede, Geert & Gert Jan Hofstede. 2005. Cultures & organizations : software of the mind. New York : Mc Graw Hill Companies Inc. Hollenbeck J.R, Wagner J.A. (1995). Management of organizational Behavior.New Jersey: Prenticel Hell. Kerlinger, Fred.N (1990). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : UGM Press. Navis, A.A. 1984. Alam terkembang jadi guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau.Jakarta: PT. Temprint. Peters.Hisrich (1998). Entrepreneurship. Amerika: International Edotion Peterson .J,Sang M.Lee, Suzanne. Culture, entreneurial,orientation, an global Competitiveness. Vol. 11,1ss.2;pg29,17pg. Rokeach, Milton. (1973). The nature of human values. Amerika:The Frr Press Shiraev,E. Levy.D. (2007)Cross Cultural Psycology.Iggris: Pearson Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif. R&D. Bandung : Alfabeta. Sumarsono, Sony. 2010. Kewirausahaan.Yogyakarta. Graha Ilmu Waruwu, Nurdelima (2010). Pentingnya inovasi dalam pendidikan. Vol.35, issue 3, pages 359-372
LAMPIRAN
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE (try out)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
94.8250 144.302 12.01257 44
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 93.1000 140.503 .182 .852 VAR00002 92.4750 129.743 0.68 .840 VAR00003 91.8500 138.079 0.33 .849 VAR00004 93.0500 141.023 .131 .854 VAR00005 92.4000 138.964 .213 .852 VAR00006 92.8500 140.849 .157 .853 VAR00007 92.0500 134.818 0.53 .845 VAR00008 92.5000 135.590 0.44 .847 VAR00009 92.7000 138.933 0.32 .849 VAR00010 93.1500 136.541 0.4 .847 VAR00011 92.6000 130.708 0.61 .842 VAR00012 92.8750 140.625 .187 .852 VAR00013 91.7750 137.615 0.35 .849 VAR00014 91.8750 136.984 0.41 .847 VAR00015 93.3000 141.908 .177 .852 VAR00016 93.1500 141.003 .171 .852 VAR00017 92.5000 130.410 0.62 .841 VAR00018 92.4500 148.408 -.294 .860 VAR00019 92.9750 139.769 .282 .850 VAR00020 92.1750 135.379 0.44 .846 VAR00021 92.5500 136.972 0.43 .847 VAR00022 92.8250 140.353 .190 .852 VAR00023 92.1000 135.426 0.48 .846 VAR00024 92.5500 137.536 0.35 .849 VAR00025 92.8250 139.635 .281 .850 VAR00026 92.4750 132.615 0.57 .843 VAR00027 93.3750 138.189 0.49 .847 VAR00028 92.5500 129.690 0.69 .840 VAR00029 92.8750 142.163 .082 .855 VAR00030 92.6500 141.054 .188 .852 VAR00031 93.2750 141.948 .175 .852 VAR00032 93.0750 139.866 0.41 .849 VAR00033 92.1750 135.276 0.52 .845 VAR00034 92.5000 135.795 0.47 .846 VAR00035 91.7250 144.512 -.043 .857
VAR00036 92.5750 149.276 -.331 .862 VAR00037 92.7500 144.244 -.036 .859 VAR00038 93.2000 136.062 0.45 .846 VAR00039 92.4500 130.049 0.63 .841 VAR00040 93.0750 148.276 -.271 .860 VAR00041 93.1250 141.702 .190 .852 VAR00042 93.2000 137.754 0.33 .849 VAR00043 92.5250 130.204 0.66 .840 VAR00044 93.2500 138.346 0.37 .848
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.852 44
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE (field test)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
57.0000 108.872 10.43416 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 54.6500 95.515 .720 .892 VAR00002 54.0250 102.487 .394 .900 VAR00003 54.2250 100.281 .548 .897 VAR00004 54.6750 101.353 .429 .899 VAR00005 54.8750 104.369 .308 .902 VAR00006 55.3250 103.251 .324 .902 VAR00007 54.7750 95.717 .684 .893 VAR00008 53.9500 102.408 .389 .900 VAR00009 54.0500 101.638 .467 .899 VAR00010 54.6750 95.969 .672 .894 VAR00011 54.3500 101.259 .432 .899 VAR00012 54.7250 102.410 .437 .899 VAR00013 54.2750 100.512 .518 .898 VAR00014 54.7250 102.307 .395 .900 VAR00015 54.6500 98.387 .592 .896 VAR00016 55.5500 104.562 .394 .900 VAR00017 54.7250 95.076 .762 .891 VAR00018 55.2500 105.577 .344 .901 VAR00019 54.3500 100.746 .544 .897 VAR00020 54.6750 101.046 .497 .898 VAR00021 55.3750 103.369 .329 .901 VAR00022 54.6250 95.728 .679 .893 VAR00023 55.3750 104.804 .219 .904 VAR00024 54.7000 95.600 .724 .892 VAR00025 55.4250 104.302 .321 .901
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.902 25
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM PERILAKU INOVATIF (try out)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
297.1000 327.426 18.09491 102
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 293.8250 321.020 .261 .870 VAR00002 293.7000 318.933 0.39 .869 VAR00003 294.2750 318.769 .219 .871 VAR00004 293.8250 319.584 0.42 .869 VAR00005 294.2250 330.640 -.138 .875 VAR00006 294.4500 325.638 .069 .872 VAR00007 293.8750 327.446 -.016 .873 VAR00008 294.0000 325.179 .154 .871 VAR00009 294.2500 327.833 -.036 .873 VAR00010 294.2000 329.856 -.101 .875 VAR00011 294.0750 328.892 -.097 .873 VAR00012 294.9750 326.794 .002 .873 VAR00013 294.4500 334.459 -.240 .877 VAR00014 293.8750 316.830 0.32 .870 VAR00015 293.8000 323.241 .161 .871 VAR00016 294.6000 322.605 .179 .871 VAR00017 294.2750 329.692 -.095 .875 VAR00018 294.2250 323.974 .130 .872 VAR00019 294.2750 326.204 .040 .872 VAR00020 294.0000 317.744 0.36 .869 VAR00021 293.5000 321.077 0.34 .870 VAR00022 293.5250 325.487 .093 .872 VAR00023 293.6500 308.079 0.63 .865 VAR00024 294.3000 316.677 0.36 .869 VAR00025 293.7750 324.179 .119 .872 VAR00026 294.9250 321.712 .173 .871 VAR00027 294.0500 315.638 0.5 .868 VAR00028 294.8500 328.182 -.053 .873 VAR00029 294.0500 323.792 .167 .871 VAR00030 294.1250 319.138 .296 .870 VAR00031 294.1250 329.343 -.102 .874 VAR00032 294.4750 323.999 .134 .872 VAR00033 294.2750 320.717 0.33 .870 VAR00034 294.1750 318.456 0.39 .869 VAR00035 293.8000 318.831 0.31 .870 VAR00036 294.1750 322.610 .163 .871
VAR00037 294.9000 321.374 .284 .870 VAR00038 294.2750 325.128 .091 .872 VAR00039 294.5000 324.718 .101 .872 VAR00040 294.3000 324.574 .125 .872 VAR00041 294.1500 323.772 .153 .871 VAR00042 293.9750 314.128 0.45 .868 VAR00043 293.9250 314.174 0.5 .868 VAR00044 293.8750 329.907 -.122 .874 VAR00045 294.6000 324.605 .073 .873 VAR00046 294.1000 323.221 .179 .871 VAR00047 294.3750 317.728 0.34 .869 VAR00048 294.2500 317.013 0.38 .869 VAR00049 294.1500 311.874 0.72 .866 VAR00050 293.9500 323.228 .204 .871 VAR00051 294.9750 329.410 -.102 .874 VAR00052 293.9750 324.128 .163 .871 VAR00053 294.4000 318.554 .279 .870 VAR00054 294.3000 316.626 0.45 .868 VAR00055 294.0000 317.692 0.49 .868 VAR00056 294.0750 321.251 .283 .870 VAR00057 293.9500 325.895 .088 .872 VAR00058 293.9250 318.071 0.39 .869 VAR00059 293.9750 328.333 -.058 .873 VAR00060 294.2000 320.421 .292 .870 VAR00061 294.3000 316.831 0.44 .868 VAR00062 294.5250 313.743 0.43 .868 VAR00063 294.5250 316.717 0.4 .869 VAR00064 294.1250 317.138 0.45 .869 VAR00065 294.8250 321.122 .202 .871 VAR00066 294.4250 316.610 0.44 .868 VAR00067 294.0000 311.179 0.57 .867 VAR00068 294.1000 327.938 -.040 .873 VAR00069 294.4500 322.254 .214 .871 VAR00070 294.0750 326.020 .068 .872 VAR00071 293.9250 325.610 .076 .872 VAR00072 293.9500 320.151 0.33 .870 VAR00073 294.2500 321.013 0.32 .870 VAR00074 294.4000 321.015 .227 .871 VAR00075 294.6000 321.221 .252 .870 VAR00076 294.8500 316.695 0.35 .869 VAR00077 294.3250 321.046 .251 .870 VAR00078 294.6500 321.310 .249 .870 VAR00079 293.8250 317.738 0.38 .869 VAR00080 294.1750 324.815 .111 .872 VAR00081 293.8500 316.797 0.46 .868 VAR00082 294.2750 319.897 .276 .870 VAR00083 293.4000 320.144 0.43 .869 VAR00084 294.1500 315.362 0.48 .868
VAR00085 294.0250 316.589 0.45 .868 VAR00086 295.1250 330.830 -.208 .874 VAR00087 293.6750 317.763 0.44 .869 VAR00088 293.7750 317.153 0.53 .868 VAR00089 293.8750 318.830 0.37 .869 VAR00090 294.5500 325.331 .081 .872 VAR00091 293.8250 320.353 0.34 .870 VAR00092 293.8500 319.310 0.34 .870 VAR00093 293.9500 315.331 0.37 .869 VAR00094 293.8750 311.189 0.64 .866 VAR00095 294.9000 330.503 -.166 .874 VAR00096 294.2000 315.497 0.48 .868 VAR00097 294.6000 326.708 .002 .874 VAR00098 294.1250 324.522 .113 .872 VAR00099 294.2750 316.307 0.36 .869 VAR00100 294.9000 316.451 0.31 .870 VAR00101 293.8500 320.490 0.34 .870 VAR00102 293.7000 322.779 .222 .871
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.872 102
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM PERILAKU INOVATIF (field test)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
134.1000 193.733 13.91881 44
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 130.7000 186.882 .403 .915 VAR00002 130.8250 187.738 .414 .915 VAR00003 130.8750 184.728 .353 .916 VAR00004 131.0000 184.769 .439 .914 VAR00005 130.5000 190.564 .213 .916 VAR00006 130.6500 177.618 .683 .911 VAR00007 131.3000 187.805 .245 .917 VAR00008 131.0500 184.818 .490 .914 VAR00009 131.2750 189.538 .257 .916 VAR00010 131.1750 186.815 .389 .915 VAR00011 130.8000 186.985 .315 .916 VAR00012 130.9750 182.281 .507 .914 VAR00013 130.9250 181.456 .614 .912 VAR00014 131.3750 186.035 .348 .915 VAR00015 131.2500 185.679 .375 .915 VAR00016 131.1500 181.926 .711 .912 VAR00017 131.3000 185.754 .428 .915 VAR00018 131.0000 185.744 .517 .914 VAR00019 130.9250 186.943 .367 .915 VAR00020 131.3000 185.087 .466 .914 VAR00021 131.5250 181.487 .507 .914 VAR00022 131.5250 184.666 .442 .914 VAR00023 131.1250 184.215 .543 .913 VAR00024 131.4250 185.687 .426 .915 VAR00025 131.0000 180.103 .624 .912 VAR00026 130.9500 188.562 .304 .916 VAR00027 131.2500 186.603 .470 .914 VAR00028 131.8500 184.285 .401 .915 VAR00029 130.8250 186.353 .373 .915 VAR00030 130.8500 186.644 .389 .915 VAR00031 130.4000 189.067 .349 .915 VAR00032 131.1500 183.669 .523 .913 VAR00033 131.0250 185.256 .451 .914 VAR00034 130.6750 186.994 .393 .915 VAR00035 130.7750 185.204 .577 .913
VAR00036 130.8750 187.753 .330 .915 VAR00037 130.8250 189.276 .272 .916 VAR00038 130.8500 187.464 .340 .915 VAR00039 130.9500 183.074 .424 .915 VAR00040 130.8750 180.984 .653 .912 VAR00041 131.2000 182.933 .569 .913 VAR00042 131.2750 184.358 .395 .915 VAR00043 131.9000 184.913 .322 .916 VAR00044 130.8500 188.336 .342 .915
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.916 44
Regresi variabel 1 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .492a .242 .234 12.39419 a. Predictors: (Constant), Mencemaskan ketidakpastian Regresi variabel 1 &2 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .495a .245 .230 12.43392 a. Predictors: (Constant), Mementingkan peraturan, Mencemaskan ketidakpastian Regresi varibel 1,2,3 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .552a .305 .283 11.99672 a. Predictors: (Constant), Menghindari konflik dan kompetisi, Mementingkan peraturan, Mencemaskan ketidakpastian Regresi varibel 1,2,3,4 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .555a .308 .279 12.02593 a. Predictors: (Constant), Memiliki motivasi berprestasi rendah, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Mencemaskan ketidakpastian Regresi varibel 1,2,3,4,5 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .563a .317 .281 12.01082 a. Predictors: (Constant), Memiliki tingkat stress tinggi, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Mencemaskan ketidakpastian
Regresi varibel 1,2,3,4,5,6 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .764a .584 .557 9.42589 a. Predictors: (Constant), Menghindari perubahan, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Mencemaskan ketidakpastian, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Memiliki tingkat stress tinggi Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .765a .586 .554 9.45993 a. Predictors: (Constant), Meyakini pendapat ahli, Memiliki tingkat stress tinggi, Mementingkan peraturan, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari konflik dan kompetisi, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian Regresi varibel 1,2,3, 4,5,6,7,8 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .784a .614 .581 9.17426 a. Predictors: (Constant), Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Mementingkan peraturan, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Memiliki tingkat stress tinggi, Menghindari konflik dan kompetisi, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .784a .615 .576 9.22378 a. Predictors: (Constant), Usia, Menghindari konflik dan kompetisi, Mementingkan peraturan, Memiliki tingkat stress tinggi, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian
Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .784a .615 .571 9.27507 a. Predictors: (Constant), lama berwirausaha, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Mementingkan peraturan, Meyakini pendapat ahli, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki tingkat stress tinggi, Menghindari perubahan, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Mencemaskan ketidakpastian, Usia Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .786a .618 .570 9.28887 a. Predictors: (Constant), Jenis kelamin, Menghindari konflik dan kompetisi, Mementingkan peraturan, Memiliki tingkat stress tinggi, Usia, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Meyakini pendapat ahli, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian, lama berwirausaha Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .789a .623 .570 9.28391 a. Predictors: (Constant), Tingkat pendidikan, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, lama berwirausaha, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki tingkat stress tinggi, Jenis kelamin, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian, Usia