PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING …digilib.unila.ac.id/54755/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING …digilib.unila.ac.id/54755/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVINGTERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK KELAS IV SD
(Skripsi)
Oleh
MEILINDA HIKMATUNNISA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAPKETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS IV SD
Oleh
MEILINDA HIKMATUNNISA
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan berpikir kritis
peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Problem Solving terhadap
keterampilan berpikir kritis peserta didik. Metode penelitian ini adalah metode
eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain penelitian non-equivalent
control group design. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari tes, observasi dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji Regresi Linear sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
Problem Solving terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas IV di
SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung.
Kata kunci : Berpikir kritis, problem solving
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF PROBLEM SOLVING LEARNING MODEL TOCRITICAL THINKING SKILLS OF STUDENT CLASS IV SD
By
MEILINDA HIKMATUNNISA
The problem in this research is the low critical thinking skills of student class IVSD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung. The purpose of this research is todetermine the influence of the Problem Solving model to critical thinking skills ofstudents. This research method is quasi-experimental method with a non-equivalent control group design research design. The sampling technique used inthis research is purposive sampling. Research data obtained from tests,observations and documentation. The data analysis techniques using LinearRegression Test. The results shows that there is influence of the Problem Solvinglearning model to the critical thinking skills of student class IV SD Negeri 1Tanjung Raya Bandar Lampung.
Keywords: Critical thinking, problem solving
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVINGTERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK KELAS IV SD
Oleh
MEILINDA HIKMATUNNISA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah DasarJurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Meilinda Hikmatunnisa lahir di Bandar
Lampung, pada tanggal 2 Mei 1996, merupakan anak keempat
dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Drs. H. Suhaimi
Ujang dengan Ibu Nuraini, S.Pd.I. (Almh).
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Satria Kecamatan Sukarame Kota
Bandar Lampung pada tahun 2001 hingga tahun 2002. Penulis melanjutkan
pendidikan di SD Negeri 1 Sukarame Kota Bandar Lampung pada tahun 2003
hingga tahun 2008. Kemudian penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama
di MTs Negeri 1 Bandar Lampung selesai pada tahun 2011. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di MAN 1 (Model) Bandar Lampung pada tahun 2011
hingga tahun 2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tahun 2014. Pada
semester enam, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan
Terintegrasi Universitas Lampung (KKN-KT Unila) di Pekon Suka Mulya
Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Lampung Barat.
i
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmaanirrahim...Dengan mengucap puji syukur Alhamdullilah atas
kehadirat Allah SWT, Skripsi sederhanaku ini kupersembahkan kepada
Orang tuaku, Ayah dan Ibuku tercintaBapak Drs. H. Suhaimi Ujang dan Ibu Nuraini, S.Pd.I. (Almh)
yang selalu memberikan dukungan materil maupun moril selama menempuhpendidikan, yang selalu menyayangiku dan selalu mendo’akan keberhasilanku
demi tercapainya cita-citaku.
Kakak-kakakku tersayang Fikri Adi Dasustra, S.T., Brigpol Ramdhan Yunandadan Saddam Ridha yang selalu menjadi teladan dan motivasi untuk
keberhasilanku.
Teman terbaikku, Ilham Faisyalyang selalu meluangkan waktu untuk membantuku, memberi dukungan dan
motivasi, serta selalu mendengarkan segala keluh kesahku.
Para Guru dan Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yangsangat berharga melalui ketulusan dan kesabaranmu.
Semua Sahabat yang selalu memberikan motivasi dan tulus menerima segalakekuranganku.
Serta
Almamater Tercinta Universitas Lampung
ii
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain dan hanya kepada Tuhan-Mu hendaknya kamu berharap”
(QS: Al- Insyirah 6-8)
“Terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan
yang sempurna datang kepadamu”
(Raden Adjeng Kartini)
iii
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirahmanirrahim.
Alhamdullilah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Keterampilan Berpikir
Kritis Peserta Didik Kelas IV SD”. Penulis berharap karya yang merupakan
wujud kegigihan dan kerja keras penulis, serta dengan berbagai dukungan dan
bantuan dari banyak pihak karya ini dapat memeberikan manfaat dikemudian hari.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung dan selaku pembahas skripsi, atas kesediannya
memberikan bimbingan, motivasi, ilmu yang berharga, saran, dan kritik
selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
iv
3. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung dan selaku
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, pengarahan dan
bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediannya
memberikan bimbingan, motivasi, ilmu yang berharga, saran, dan kritik
selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik,
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan, motivasi, dan pandangan hidup yang baik kepada penulis.
6. Ibu Dra. Hj. Ernawati, selaku kepala sekolah SD Negeri 1 Tanjung Raya
Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
7. Ibu Yovita Oktavia Wirawan, S.Pd., dan IbuYeti Suryani, S.Pd., selaku wali
kelas IV B dan IV A SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung yang telah
memberikan bantuan dan memberikan solusi selama proses penelitian hingga
selesai.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas segala bantuan dan
dukungannya.
Bandar Lampung, 03 Desember 2018Penulis,
Meilinda Hikmatunnisa
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ .. xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 6
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
G. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran ............................................................................................. 10
1. Pengertian Pembelajaran ....................................................................... 10
B. Model Pembelajaran .................................................................................. 11
C. Model-model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ................................ 13
1. Jenis Model Pembelajaran ..................................................................... 13
2. Pengertian Model Problem Solving ....................................................... 15
3. Karakteristik Model Problem Solving ................................................... 17
4. Prinsip Model Problem Solving ............................................................. 18
5. Langkah-langkah Model Problem Solving ............................................ 19
6. Kelebihan Dan Kekurangan Model Problem Solving ........................... 21
D. Keterampilan Berpikir ............................................................................... 23
1. Pengertian Berpikir ................................................................................ 23
2. Pengertian Berpikir Kritis ...................................................................... 25
3. Karakteristik Berpikir Kritis .................................................................. 27
vi
4. Indikator-indikator Berpikir Kritis ........................................................ 28
E. Pembelajaran Tematik ............................................................................... 30
1. Pengertian Pembelajaran Tematik ......................................................... 30
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Tematik Terpadu .............................. 32
3. Pendekatan Scientific ............................................................................. 33
4. Ruang Lingkup Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu ......... 35
5. Tema Daerah Tempat Tinggalku ........................................................... 35
F. Implementasi Problem Solving dalam Pembelajaran ................................. 36
G. Penelitian Relevan ..................................................................................... 37
H. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 39
I. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 40
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 43
1. Tempat Penelitian .................................................................................. 43
2. Waktu Penelitian .................................................................................... 43
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 43
1. Populasi ................................................................................................. 43
2. Sampel ................................................................................................... 44
D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 45
E. Variabel Penelitian ..................................................................................... 46
F. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel .......................................... 47
1. Definsi Konseptual ................................................................................ 47
2. Definisi Operasional Variabel ............................................................... 48
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 49
1. Teknik Tes ............................................................................................. 49
2. Observasi ............................................................................................... 50
3. Dokumentasi .......................................................................................... 50
H. Instrumen Penelitian .................................................................................. 51
1. Jenis Instrumen ...................................................................................... 51
a. Intrumen Non-tes .............................................................................. 51
b. Instrumen Tes.................................................................................... 53
2. Uji Instrumen ......................................................................................... 53
1) Uji Coba Intrumen Non-tes .............................................................. 53
a. Uji Validitas Observasi................................................................. 53
2) Uji Instrumen Tes ............................................................................. 54
a. Uji Coba Instrumen Tes............................................................... 54
b. Uji Persyaratan Instrumen Tes ..................................................... 54
1. Validitas Soal........................................................................... 54
vii
2. Reliabilitas Soal ....................................................................... 56
3. Taraf Kesukaran Soal .............................................................. 57
4. Daya Beda Soal ....................................................................... 58
I. Teknik Analisis Data ................................................................................... 59
1. Uji Normalitas Data ............................................................................... 60
2. Uji Homogenitas Data ........................................................................... 60
J. Uji Hipotesis ............................................................................................... 61
1. Uji Regresi Linear Sederhana ................................................................ 61
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 63
1. Persiapan Penelitian ............................................................................... 63
2. Uji Penelitian ......................................................................................... 63
a. Validitas ............................................................................................ 63
b. Reliabilitas ........................................................................................ 64
c. Daya Beda Soal ................................................................................. 65
d. Taraf Kesukaran ................................................................................ 66
3. Pelaksanaan Penelitian........................................................................... 66
B. Pengambilan Data Penelitian ..................................................................... 67
C. Analisis Data Penelitian ............................................................................. 68
1. Data Aktivitas Peserta Didik dengan Model Problem Solving .............. 69
2. Data Keterampilan Berpikir Krtis Peserta Didik ................................... 70
3. Data Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas
Eksperimen ............................................................................................. 71
a. Nilai Data Pre-test............................................................................. 71
b. Nilai Data Post-test ........................................................................... 72
4. Data Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas
Kontrol ................................................................................................... 75
a. Nilai Data Pre-test............................................................................. 75
b. Nilai Data Post-test ........................................................................... 76
5. Deskripsi Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
dan Kontrol ............................................................................................ 78
D. Uji Prasyarat Analisis Data ........................................................................ 79
1. Uji Normalitas ....................................................................................... 79
2. Uji Homogenitas .................................................................................... 80
E. Pengujian Hipotesis ................................................................................... 81
1. Regresi Linear Sederhana ...................................................................... 81
F. Pembahasan ................................................................................................ 84
viii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 90
B. Saran .......................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 92
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... 96
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indikator Berpikir Kritis Menurut Facione .................................................. 28
2. Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis ...................................................... 30
3. Desain Penelitian .......................................................................................... 42
4. Data Jumlah Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Raya ............... 44
5. Kisi-kisi Variabel Problem Solving ............................................................. 52
6. Kisi-kisi Variabel Keterampilan Berpikir Kritis .......................................... 52
7. Klasifikasi Validitas Soal ............................................................................. 56
8. Klasifikasi Reliabilitas Soal ......................................................................... 57
9. Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal................................................................. 58
10. Klasifikasi Daya Beda Soal .......................................................................... 59
11. Ringkasan Anova ......................................................................................... 61
12. Hasil Analisis Uji Beda Butir Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis......... 65
13. Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal Tes Keterampilan
Berpikir Kritis .............................................................................................. 66
14. Jadwal dan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ............................................... 67
15. Rekapitulasi Aktivitas Peserta Didik ........................................................... 69
16. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta
Didik ............................................................................................................. 70
17. Distribusi Nilai Pre-test Kelas Eksperimen ................................................. 72
18. Distribusi Nilai Post-test Kelas Eksperimen ................................................ 73
19. Deskripsi Hasil Tes kelas Eksperimen ......................................................... 74
20. Distribusi Nilai Pre-test Kelas Kontrol ........................................................ 76
21. Distribusi Nilai Post-test Kelas Kontrol ..................................................... 77
22. Deskripsi Hasil Tes Kelas Kontrol ............................................................... 78
23. Hasil Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ........................................................................................ 80
24. Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ........................................................................................ 81
25. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ................................ 82
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Langkah-langkah Pendekatan Scientific ....................................................... 34
2. Kerangka Konsep Variabel ........................................................................... 40
3. Histogram Nilai Pre-test Kelas Eksperimen ................................................. 72
4. Histogram Nilai Post-test Kelas Eksperimen ................................................ 74
5. Histogram Nilai Pre-test Kelas Kontrol ........................................................ 76
6. Histogram Nilai Post-test Kelas Kontrol ...................................................... 77
7. Histogram Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kontrol ........................... 79
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Tematik Kelas IV ............................................................................. 97
2. RPP Kelas Eksperimen ................................................................................. 104
3. RPP Kelas Kontrol ........................................................................................ 127
4. Rubrik Penilaian Aktivitas Peserta Didik Menggunakan Model
Problem Solving ........................................................................................... 143
5. Rubrik Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis............................................ 145
6. Tabulasi Data Observasi Checklist Kegiatan Peserta Didik
Menggunakan Problem Solving ................................................................... 147
7. Tabulasi Data Observasi Checklist Keterampilan Berpikir Kritis ................ 149
8. Blue Print Tema 1 subtema 3 Kelas IV Semester 1, Pembelajaran 1-3 ....... 151
9. Soal Pre-test dan Post-test ........................................................................... 156
10. Lembar Kerja Peserta Didik Pembelajaran 1-3 ............................................ 158
11. Rekapitulasi Uji Validitas Soal Tes ............................................................. 169
12. Rekapitulasi Uji Reliabilitas Soal Tes.......................................................... 170
13. Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Soal Tes ................................................. 171
14. Rekapitulasi Uji Daya Beda Soal Tes .......................................................... 172
15. Rekapitulasi Uji Validitas Pengamatan Aktivitas Belajar Peserta
Didik Menggunakan Model Problem Solving .............................................. 173
16. Rekapitulasi Uji Reliabilitas Pengamatan Aktivitas Belajar Peserta
Didik Menggunakan Model Problem Solving .............................................. 174
17. Rekapitulasi Uji Validitas Pengamatan Keterampilan Berpikir Kritis
Peserta Didik ................................................................................................ 175
18. Rekapitulasi Uji Reliabilitas Pengamatan Keterampilan Berpikir
Kritis Peserta Didik ...................................................................................... 176
19. Rekapitulasi Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas
Eksperimen ................................................................................................... 177
20. Rekapitulasi Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas
Kontrol .......................................................................................................... 179
21. Tabulasi Data Observasi Checklist Kegiatan Peserta Didik
Menggunakan Model Problem Solving Pembelajaran 1-3 ........................... 181
22. Rekapitulasi Hasil Aktivitas Peserta Didik dengan Model Problem
Solving .......................................................................................................... 190
xii
23. Tabulasi Data Observasi Checklist Penilaian Keterampilan Berpikir
Kritis Peserta Didik Pembelajaran 1-3 ........................................................ 192
24. Rekapitulasi Hasil Observasi Pengamatan Keterampilan Berpikir
Kritis Peserta Didik ...................................................................................... 201
25. Hasil Uji Normalitas .................................................................................... 203
26. Hasil Uji Homogenitas ................................................................................. 210
27. Regresi Linear Sederhana ............................................................................ 216
28. Tabel Nilai- nilai r Product Moment α = 0,05 ............................................. 221
29. Tabel Distribusi χ² ...................................................................................... 222
30. Tabel F α = 0,05 .......................................................................................... 223
31. Tabel Kurva Normal 0-Z ............................................................................. 224
32. Surat Penelitian Pendahuluan ....................................................................... 225
33. Surat Balasan Penelitian Pendahuluan ......................................................... 226
34. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 227
35. Surat Balasan Izin Penelitian ....................................................................... 228
36. Foto Penelitian ............................................................................................. 229
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran yang dirancang
untuk memperlancar proses pembelajaran. Hal itu dilakukan untuk
menciptakan suasana yang menunjang agar peserta didik merasa bebas
merespon secara alami dan teratur, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara optimal. Model pembelajaran juga dapat membantu pendidik dan
peserta didik untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, bahkan
mengembangkan cara berpikir peserta didik sehingga memudahkan peserta
didik dalam belajar. Pemilihan model pembelajaran yang tepat perlu
dilakukan, agar sesuai dengan karakteristik peserta didik dan pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
Kurikulum merupakan komponen yang penting dalam pendidikan, kurikulum
yang berlaku saat ini kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan
kurikulum 2013. Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah yang menerapkan
sistem kurikulum 2013 pelaksanaan proses pendidikan dilakukan dalam
bentuk tematik-terpadu. Pembelajaran berbasis tematik didasarkan pada
sebuah tema yang didalam tema tersebut memiliki beberapa mata pelajaran
2
yang digabungkan menjadi sebuah tema. Adanya penggabungan mata
pelajaran tersebut dapat mempermudah peserta didik dalam menerima dan
lebih mudah memahami materi pelajaran.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 yaitu
pendekatan pendekatan ilmiah/scientific. Penerapan pendekatan scientific
sebagai cara untuk mengatasi kebosanan, kejenuhan, dan untuk meningkatkan
kemampuan belajar peserta didik pada saat proses pembelajaran. Pendekatan
scientific meliputi proses yang harus dilaksanankan pada saat proses
pembelajaran yaitu: mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan.
Manusia adalah makhluk yang berpikir. Keterampilan berpikir yang
melingkupi keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, berpikir pemecahan
masalah, dan berpikir metakognitif merupakan keterampilan yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran dengan pendekatan scientific.
Pembelajaran yang demikian adalah pembelajaran yang secara luas
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk beraktivitas secara
ilmiah. Model pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan secara optimal
dalam rangka mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik.
Suardana, dkk (2018) mengemukakan bahwa, “Critical thinking skills are
parts of analytical skills or higher order thinking skills. These skills include
the skills of analyzing arguments, making inferences using inductive or
3
deductive reasoning, judging or evaluating, and making decisions”. Pendapat
diatas jika diartikan maka, keterampilan berpikir kritis adalah bagian dari
keterampilan analitis atau keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan
ini termasuk keterampilan menganalisis argumen, membuat kesimpulan
menggunakan induktif atau penalaran deduktif, menilai atau mengevaluasi,
dan membuat keputusan
Peserta didik dapat meneliti dan memanipulasi pengetahuan untuk
menghasilkan sebuah pengetahuan yang baru dengan berpikir kritis. Anto, dkk
(2013) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan upaya pendalaman
kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang
sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan
gagasan yang dapat memecahkan masalah tersebut.
Sochibin, dkk (2009) mengemukakan bahwa peserta didik dapat berkembang
kemampuan beripikirnya apabila peserta didik terlibat dalam kegiatan-
kegiatan yang menuntut pelaksanaan tugas-tugas tersebut. Peserta didik benar-
benar belajar memahami pengetahuan, karena mereka harus mampu
mengevaluasi dan menerapkannya dalam situasi baru. Peserta didik juga
diberikan kesempatan untuk mengevaluasi solusi alternatif, dilatih
kemampuan metakognitifnya dalam memecahkan masalah, dan secara
berkelanjutan terus dikembangkan kemampuan berpikirnya.
Kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui kegiatan pembelajaran
yang mendorong peserta didik untuk aktif dalam mencari, menjelaskan
4
informasi dari berbagai sumber, dan mencari solusi, serta menilai dan
bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan. Salim, dkk (2018)
menyatakan, “The ability of critical thinking and mastery of the concept of
natural science in students can be built with a model of learning that
implements multi-directional communication both between students and
students with teachers, such learning model is student centered.”
Artinya, kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep ilmu alam pada
peserta didik dapat dibangun dengan model pembelajaran yang
mengimplementasikan komunikasi multi arah baik antara peserta didik dan
peserta didik dengan guru, model pembelajaran seperti itu berpusat pada
peserta didik.
Salah satu pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan dalam upaya
meningkatkan keterampilan berpikir kritis adalah yang menekankan pada
suatu masalah, yaitu dengan model pembelajaran Problem Solving. Model
pembelajaran Problem Solving dapat memperluas proses berpikir peserta
didik, karena model Problem Solving bukan hanya sekedar metode mengajar
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data dan akhirnya menarik kesimpulan.
Hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap walikelas IV
SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung menunjukkan bahwa pendidik
masih menggunakan metode ceramah atau konvensional, belum menerapkan
model Problem Solving dalam proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat
5
selama proses pembelajaran pada tema 5, pendidik menjelaskan materi
sementara peserta didik hanya mendengarkan penjelasan dari pendidik,
kemudian peserta didik mencatat materi yang diajarkan oleh pendidik. Proses
pembelajaran tersebut menyebabkan peserta didik menjadi kurang aktif
sehingga peserta didik kurang mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Proses pembelajaran seperti ini kurang efektif, karena pendidik dan peserta
didik dalam proses pembelajaran tidak saling bekerjasama. Suatu proses
pembelajaran dikatakan terjadi pembelajaran, apabila pendidik dan peserta
didik secara sadar bersama-sama mengarah pada tujuan yang sama.
Kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Raya
Bandar Lampung juga masih tergolong relatif rendah. Pertanyaan yang
diajukan pendidik untuk peserta didik hanya berupa pertanyaan-pertanyaan
pengetahuan yang bahkan jawabannya merupakan teori pada materi yang di
pelajari, bukan pertanyaan yang berupa pemecahan masalah. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan tersebut mengakibatkan peserta didik hanya
memberi jawaban yang singkat tanpa disertai penjelasan yang lebih rinci.
Penjelasan yang kurang rinci akan membuat peserta didik kurang
mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk menjelaskan dan
mengeluarkan pendapatnya. Berpikir kritis sangat penting dikembangkan
karena berpikir kritis dapat memberikan arahan yang tepat dalam melakukan
tindakan, berpikir, bekerja dan membantu dalam menentukan keterkaitan
antara sesuatu dengan yang lainnya secara akurat.
6
Mengatasi masalah tersebut, pendidik dapat melakukan inovasi agar kegiatan
pembelajaran berjalan secara efektif, tidak membosankan dan menyenangkan.
Pendidik juga harus mampu melatih peserta didik untuk menyelesaikan suatu
permasalahan, sehingga peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya untuk mengeluarkan pendapat, memahami, menganalisis dan
menyelesaikan permasalahan.
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penelitian ini berjudul pengaruh
model pembelajaran Problem Solving terhadap keterampilan berpikir kritis
peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Pendidik belum menerapkan model Problem Solving.
2. Proses pembelajaran hanya menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning, Discovery Learning dan Project Based Learning
3. Rendahnya keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas IV SD Negeri 1
Tanjung Raya Bandar Lampung.
4. Pertanyaan yang diajukan pendidik hanya berupa pertanyaan pengetahuan.
5. Peserta didik menjawab pertanyaan dengan singkat tanpa disertai
penjelasan yang lebih rinci.
6. Peserta didik kurang mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk
menjelaskan.
7
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti
membatasi permasalahan yaitu:
1. Berdasarkan cara bertanya pendidik, keterampilan berpikir kritis peserta
didik kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung masih
tergolong rendah.
2. Model pembelajaran Problem Solving belum diterapkan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini
yaitu “Bagaimana pengaruh model Problem Solving terhadap keterampilan
berpikir kritis peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar
Lampung?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model Problem Solving terhadap keterampilan berpikir kritis peserta
didik kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung.
F. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian eksperimen ini memberikan manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan gambaran yang jelas tentang pengaruh pembelajaran melalui
8
pemecahanan masalah terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik
di kelas.
2. Manfaat Praktis, bagi
a. Peserta Didik
Melalui model pembelajaran Problem Solving, peserta didik
diharapkan dapat memperoleh pembelajaran bermakna serta mampu
meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
b. Pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi tentang penggunaan model Problem Solving dan diharapkan
pendidik dapat mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan
yang bervariasi dalam rangka meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan.
c. Kepala Sekolah
Hasil penelitian diharapkan SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar
Lampung dapat menggunakan model Problem Solving dalam kegiatan
pembelajaran sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas
dan mutu pendidikan.
d. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja dan
menambah pengetahuan peneliti sebagai calon pendidik dalam
menciptakan pembelajaran yang aktif, sehingga mencetak peserta didik
yang mampu berpikir kritis dan terampil.
9
e. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
peneliti yang ingin meneliti lebih dalam tentang pengaruh model
Problem Solving keterampilan berpikir kritis.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis penelitian ini adalah eksperimen.
2. Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas IV B (kelas eksperimen)
dan kelas IV A (kelas kontrol) di SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar
Lampung pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.
3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Problem Solving.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara pendidik
dengan peserta didik, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap
muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai
media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut,
maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai pola pembelajaran.
Menurut Rusman (2015: 21) pembelajaran merupakan suatu sistem, yang
terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi.
Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh
pendidik dalam memilih dan menentukan media, metode, strategi dan
pendekatan apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan menurut Warsita dalam Rusman (2015: 21) “Pembelajaran
adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu
11
kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Pembelajaran juga dapat
diartikan sebagai upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20,
dipaparkan bahwa: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Kemudian Sudjana dalam Rusman (2015: 22) berpendapat bahwa
pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan
sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara
dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber
belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.
Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran merupakan suatu usaha yang
sistematik dan sengaja untuk menciptakan proses interaksi edukatif antara
pendidik dan peserta didik. Interaksi edukatif tersebut dilakukan baik
secara langsung dalam kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung
dengan menggunakan berbagai media, metode, strategi, dan pendekatan
pembelajaran.
B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah rangkaian dari pendekatan, strategi, metode,
teknik, dan taktik pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh pendidik. Model pembelajaran juga merupakan
12
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Joyce dalam
Sutirman (2013: 22) membagi empat kelompok model pembelajaran yaitu:
1. Model pengajaran memproses informasi.2. Model pengajaran sosial.3. Model pengajaran personal.4. Model pengajaran sistem prilaku.
Menurut Joyce dan Weil dalam Tim Pengembangan MKDP (2012: 198)
mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam
kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil
pembelajaran termasuk buku-buku, film, pita kaset, program media komputer,
dan kurikulum (serangkaian studi jangka panjang). Setiap model membimbing
kita ketika kita merancang pembelajaran untuk membantu para peserta didik
mencapai berbagai tujuan.
Adapun menurut Soekamto dalam Al-Tabany (2014: 24) menyatakan bahwa
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menuliskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas pembelajaran. Hal ini berarti model pembelajaran
memberikan kerangka dan arah bagi pendidik untuk mengajar.
Arends dalam Shoimin (2014: 23) menyatakan, “The term teaching model
refers to a particular approach to instruction the includes its goals, syntax,
13
environtment, and management system”. Artinya, istilah model pembelajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan,
sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.
Adapun menurut Sudrajat dalam Suryani dan Agung (2012: 8) berpendapat
bahwa model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik. Model
pembelajaran juga dapat diartikan sebagai bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Seadangkan
menurut Supriyono dalam Suryani dan Agung (2012: 8) model pembelajaran
dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum,
pengaturan materi dan memberi petunjuk kepada pendidik dikelas. Model
pembelajaran dapat diartikan pola yang dipergunakan sebagai pedoman dalam
perencanaan pembelajaran dikelas.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola atau kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Berfungsi sebagai pedoman atau petunjuk kepada
pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
C. Model- model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
1. Jenis Model Pembelajaran
Banyak model pembelajaran telah dikembangkan oleh pendidik yang pada
14
dasarnya untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
memahami dan menguasai suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu.
Pengembangan model pembelajaran sangat tergantung dari karakteristik
mata pelajaran ataupun materi yang akan diberikan kepada peserta didik
sehingga tidak ada model pembelajaran tertentu yang diyakini sebagai
model pembelajaran yang lebih baik. Semua tergantung pada situasi dan
kondisinya.
Model pembelajaran inovatif, peserta didik dilibatkan secara aktif dan
bukan hanya dijadikan sebagai objek. Pembelajaran tidak lagi berpusat
pada pendidik, tetapi pada peserta didik. Pendidik memfasilitasi peserta
didik untuk belajar sehingga mereka lebih leluasa untuk belajar. Metode
yang digunakan pada pembelajaran inovatif biasanya menggunakan
metode yang bersifat fleksibel dan dinamis sehingga dapat memenuhi
kebutuhan peserta didik secara keseluruhan, misalnya dengan metode
diskusi. Metode diskusi merupakan metode penyampaian bahan
pengajaran yang melibat aktifkan peserta didik untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat
problematis. Adanya diskusi akan memunculkan ide-ide kreatif peserta
didik sehingga menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan
membiasakan diri untuk aktif dalam pembelajaran.
15
Beberapa model pembelajaran inovatif yang biasa dipakai dalam
melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai dengan kurikulum 2013
menurut Shoimin (2014: 24):
1. Active Debate.2. Inkuiri.3. Problem Based Learning.4. Problem Posing (pengajuan masalah).5. Problem Solving (pemecahan masalah).
Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran Problem Solving
karena model Problem Solving dapat melatih dan membiasakan peserta
didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
Penggunaan model pembelajaran ini dapat digunakan secara optimal
dalam proses pembelajaran untuk melatih keterampilan berpikir kritis
peserta didik.
2. Pengertian Model Problem Solving
Model pemecahan masalah adalah salah satu model pembelajaran yang
digunakan oleh pendidik di kelas, pendidik memberikan suatu masalah di
kelas kemudian peserta didik menjawab, menyatakan pendapat atau
memberikan komentar sehingga mungkin masalah itu berkembang
menjadi masalah yang baru. Model pemecahan masalah memberikan
kesempatan peserta didik untuk berpikir secara kritis untuk memecahkan
suatu permasalahan sehingga peserta didik dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya.
16
Model pembelajaran Problem Solving adalah model pembelajaran yang
mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberi penekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar (Gulo, 2008: 111).
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan
kombinasi aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi
baru. Jadi dengan menerapkan pembelajaran Problem Solving peserta
didik diharapkan telah mengetahui teori-teori yang dipelajari, kemudian
dapat digunakan untuk memecahkan masalah (Wena, 2011: 22).
Menurut Pepkin dalam Shoimin (2014: 135) menyatakan bahwa Model
Problem Solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan
pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang
diikuti dengan penguatan keterampilan. Jadi, masalah dapat didefinisikan
sebagai suatu persoalan yang tidak rutin dan belum dikenal cara
penyelesaiannya. Problem Solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola atau aturan).
Menurut Majid (2015: 213) menyatakan Problem Solving merupakan
pembelajaran berbasis masalah, yakni pembelajaran yang berorientasi
“learner centered” dan berpusat pada pemecahan suatu masalah oleh
peserta didik melalui kerja kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa model Problem Solving merupakan salah satu model pembelajaran
berbasis masalah yang memusatkan pada peserta didik untuk
17
memecahkan suatu masalah dalam kegiatan proses pembelajaran secara
individu atau kelompok. Model ini dapat menstimulus peserta didik dalam
berpikir tinggi yang dimulai dari mencari data sampai merumuskan
kesimpulan sehingga peserta didik dapat mengambil makna dari kegiatan
pembelajaran.
3. Karakteristik Model Problem Solving
Karakteristik penyelesaian masalah Problem Solving adalah
menyelesaikan masalah secara bernalar dan ilmiah, maka dari itu untuk
mendukung strategi belajar mengajar ini pendidik perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi pelajaran tidak sebatas
hanya pada buku teks di sekolah tetapi juga diambil dari sumber-sumber
lingkungan seperti peristiwa kemasyarakatan.
Mengenai model atau pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving
Approach), maka berikut ini karakteristik pemecahan masalah menurut
Taplin dalam Permatasari (2012: 151):
1. Terjadi interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, daninteraksi pendidik dengan peserta didik.
2. Adanya dialog matematis dan konsesus antar peserta didik.3. Pendidik menjelaskan latar belakang atau maksud dari masalah, dan
peserta didik mengklarifikasi, menafsirkan, dan berusaha untukmembangun satu atau lebih proses solusi.
4. Pendidik menerima jawaban benar atau salah dalam cara nonevaluative (tanpa mengevaluasi).
5. Pendidik membimbing melatih dan mengajukan pertanyaan danberbagi wawasan dalam proses pemecahan masalah.
6. Pendidik mengetahui kapan saat yang tepat untuk campur tangan dankapan harus melangkah mundur dan membiarkan peserta didikmembuat jalan mereka sendiri.
18
7. Problem solving dapat digunakan untuk mendorong peserta didikuntuk membuat generalisasi aturan dan konsep, sebuah proses yangmemusatkan dalam pembelajaran.
Adapun menurut Yamin (2009: 82-83) mengemukakan karakteristik
Problem Solving adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil.2. Tugas yang diselesaikan adalah persoalan realistis untuk dipecahkan.3. Peserta didik menggunakan berbagai pendekatan jawaban.4. Hasil pemecahan masalah didiskusikan antara semua peserta didik.
Berdasarkan pendapat pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik Problem Solving yaitu adanya interaksi, adanya dialog
matematis, pendidik menjelaskan suatu permasalahan, pendidik menerima
jawaban dari peserta didik, pendidik membimbing dalam proses
pemecahan masalah, pendidik mengetahui waktu yang tepat dimana
pendidik akan membantu peserta didik dalam memecahkan masalah,
Problem Solving dapat mendorong peserta didik untuk memusatkan
perhatiannya dalam pembelajaran.
4. Prinsip Model Problem Solving
Problem Solving merupakan representasi dimensi-dimensi proses yang
alami, bukan suatu usaha yang dipaksakan. Problem Solving juga
merupakan pendekatan yang dinamis, peserta didik mempunyai posedur
internal yang lebih tersusun dari awal. Terdapat banyak kegiatan yang
melibatkan kreatifitas dalam pemecahan masalah seperti riset dokumen,
19
pengamatan terhadap lingkungan sekitar, kegiatan yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan, dan penulisan yang kreatif.
Model Problem Solving, peserta didik dapat memilih dan mengembangkan
ide dan pemikirannya. Berbeda dengan hafalan yang sedikit menggunakan
pemikiran, Problem Solving memperluas proses berpikir. Menurut
Iskandar (2017: 12) ada tiga prinsip yang ada pada Problem Solving, yaitu:
1. Problem Solving merupakan keterampilan yang biasa dipelajari danbukan merupakan bakat yang hanya dimiliki oleh sebagian orang saja.
2. Problem Solving merupakan kerangka berpikir yang sistematis danutuh untuk mendapatkan solusi.
3. Problem Solving merupakan kombinasi antara berpikir dan bertindak.
Peneliti menyimpulkan bahwa prinsip Problem Solving merupakan
keterampilan yang biasa dipelajari, kerangka berpikir yang sitematis, dan
kombinasi antara berpikir dan bertindak.
5. Langkah-langkah Model Problem Solving
Model Problem Solving atau model pemecahan masalah bukan hanya
sekedar metode mengajar. Model Problem Solving merupakan suatu
metode berpikir sebab dalam Problem Solving dapat digunakan metode-
metode lain yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik
kesimpulan. Langkah-langkah dalam penggunaan model Problem Solving
menurut Shoimin (2014: 137) sebagai berikut:
1. Masalah sudah ada dan materi diberikan.2. Peserta didik diberi masalah sebagai pemecahan/diskusi, kerja
kelompok.3. Masalah tidak dicari (sebagaimana pada problem based learning dari
kehidupan mereka sehari-hari).
20
4. Peserta didik ditugaskan mengevaluasi (evaluating) dan bukangrapping seperti pada problem based learning.
5. Peserta didik memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikansebagai hasil akhir.
6. Penerapan pemecahan masalah terhadap masalah yang dihadapisekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebutuntuk dapat sampai kepada kesimpulan.
Menurut Wena (2011: 56) langkah-langkah dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan model Problem Solving adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi permasalahan. Masalah ini harus tumbuh dari diri pesertadidik sendiri.
2. Membuat jawaban sementara.3. Perencanaan pemecahan. Peserta didik membuat suatu rencana yang
akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.4. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk menguji
jawaban sementara tersebut. Misalnya, dengan membaca buku-buku,meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya peserta didik harus sampai padakesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah sebelumnya.
Sedangkan menurut Jacobsen dalam Rochmawati (2012: 6), langkah-
langkah yang harus diperhatikan dalam pembelajaran Problem Solving,
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah: mengemukakan masalah kepada pesertadidik suatu peristiwa yang bermasalah.
2. Menegaskan masalah: mendiskusikan sebab-akibat timbulnya masalah.3. Memilih sebuah strategi: memilih dan menentukan berbagai cara
penyelesaian masalah sehingga peserta didik harus kreatif dan berpikir.4. Melaksanakan strategi: setelah berbagai cara ditentukan setelah maka
akan dipilih cara yang akan digunakan untuk memecahkan masalahdengan menggunakan pertimbangan yang cukup kritis, selektif danberpikir berkesinambungan.
5. Mengevaluasi hasil: peserta didik mempelajari apakah cara yangdipakai dapat memecahkan masalah.
21
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan langkah-
langkah pembelajaran Problem Solving meliputi (1) mengidentifikasi
masalah, (2) menegaskan masalah, (3) perencanaan pemecahan masalah,
(4) Peserta didik ditugaskan mengevaluasi untuk memecahkan masalah
dengan mencari data/ keterangan, (5) menarik kesimpulan.
6. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Solving
Setiap model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan,begitu pula dengan pembelajaran Problem Solving ini
memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan
pada model pembelajaran Problem Solving menurut Shoimin (2014: 137-
138), yaitu:
a. Kelebihan pada model Problem Solving, yaitu:
1. Dapat membuat peserta ddik lebih menghayati kehidupan sehari-hari.
2. Dapat membuat peserta ddik lebih menghayati kehidupan sehari-hari.
3. Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk4. menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.5. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara
kreatif.6. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.7. Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.8. Berpikir dan bertindak kreatif.9. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.10. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.11. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
b. Kelemahan pada model Problem Solving, yaitu:
1. Memerlukan cukup banyak waktu.2. Melibatkan banyak orang.
22
3. Dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar denganmendengarkan dan menerima informasi dari pendidik.
4. Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkanmasalah.
5. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metodeini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkanpeserta didik untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapatmenyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
6. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkandengan metode pembelajaran yang lain.
7. Kesulitan yang mungkin dihadapi.
Menurut Suryani dan Agung (2012: 17), pembelajaran pemecahan
memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan pada model Problem Solving, yaitu:
1. Lebih dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevandengan kehidupan peserta didik.
2. Proses pembelajaran melalui pemecahan masalah dapatmembiasakan peserta didik menghahadapi dan memecahkanmasalah secara terampil.
3. Menstimulus kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif danmenyeluruh, sebab dalam proses belajar peserta didik banyakberlatih memecahkan permasalahan dari segi dalam rangkapemecahannya.
b. Kelemahan pada model Problem Solving, yaitu:
1. Menentukan suatu masalah sesuai dengan tingkat kesulitan berpikirpeserta didik. sangat memerlukan pengetahuan dan pengalamanserta keterampilan pendidik.
2. Memerlukakan waktu yang cukup banyak.3. Mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan
dan menerima informasi dari pendidik menjadi belajar denganbanyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok,kadang memerlukan berbagai sumber dan merupakan kesulitantersendiri bagi peserta didik.
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
kelebihan pada model Problem Solving adalah mengajak peserta didik
23
untuk berpikir, tidak hanya sekedar mendengarkan tetapi juga
menganalisis masalah, dan mencari solusi untuk memecahkan masalah.
Adapun cara untuk mengatasi kelemahan pada model Problem Solving
dalam pembelajaran diperlukan beberapa kriteria, yaitu:
1. Masalah yang diajukan untuk diselesaikan, carilah masalah yang
aktual, sering terjadi.
2. Diusahakan agar melihat sesuatu masalah dari sudut lain, dalam arti
masalah itu harus diolah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prior
knowledge dan kemampuan peserta didik.
3. Menguraikan suatu masalah menjadi unsur-unsur sebab akibat, dan
pilihlah mana yang benar-benar cocok dengan keadaan peserta didik.
4. Cara menyelesaikan masalah, peserta didik bisa dibantu dengan
membuat model pohon masalah, atau memetakan masalah (problem
mapping) dan masing-masing dicarikan alternatif penyelesaiannya.
D. Keterampilan Berpikir Kritis
1. Pengertian Berpikir
Salah satu kecakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses
pendidik adalah ketrampilan berpikir. Kemampuan seseorang untuk dapat
berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan
berpikirnya, terutama dalam upaya membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Mengajarkan keterampilan
berpikir dan memadukannya dengan materi pembelajaran dapat membantu
24
peserta didik untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif secara efektif.
Berpikir merupakan salah satu aktivitas mental untuk menghasilkan
sebuah pengetahuan. Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas mental
manusia yang berfungsi untuk memformulasikan atau menyelesaikan
masalah, membuat keputusan serta mencari solusi.
Menurut Iskandar (2009: 86-87) berpikir merupakan kegiatan penalaran
yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses
intelektual yang melibatkan pembentukan konsep (conceptualizing),
aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau
dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai
landasan kepada suatu keyakinan dan tindakan. Berpikir adalah suatu
keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah
kepada suatu tujuan.
Kemampuan berpikir banyak ditunjang oleh faktor latihan. Bahwa peserta
didik yang sering berhadapan dengan berbagai problem, kemudian
memikirkan dan menemukan pemecahannya, akan mempunyai
kemampuan berpikir secara lebih baik. Apabila peserta didik dapat
memecahkan masalah yang kadar kepemilikannya sama atau lebih rendah,
dengan melatih terus menerus dapat memiliki kemampuan berpikir tingkat
tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai penggunaan
pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru. Kemampuan
25
berpikir tingkat tinggi menghendaki seseorang untuk menerapkan
informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi
untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi yang baru.
Macam-macam berpikir tingkat tinggi adalah berpikir analisis, berpikir
kritis, berpikir logis dan berpikir sistematis (Tawil dan Liliasari, 2013: 4).
Jadi, berpikir merupakan suatu proses penalaran yang reflektif, kritis, dan
kreatif untuk menghasilkan pengetahuan yang berfungsi membuat
keputusan dan menyelesaikan masalah. Peserta didik dilatih berhadapan
dengan berbagai problem, kemudian peserta didik memikirkan dan
menemukan pemecahannya, akan mempunyai kemampuan berpikir secara
lebih baik.
2. Pengertian Berpikir Kritis
Manusia merupakan subjek dalam kehidupan ini. Artinya manusia akan
cenderung berpikir. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam
kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikir.
Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana
keterampilan tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan
fungsi mental yang bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam
usaha memperoleh pengetahuan.
Semakin sering peserta didik dilatih untuk memecahkan suatu masalah,
peserta didik dapat memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berpikir
kritis menurut Syah (2012: 123) adalah perwujudan dari perilaku belajar
26
terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Adapun berpikir
kritis (Amri, 2015: 149) adalah suatu aktivitas kognitif yang berkaitan
dengan penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis seperti
menggunakan proses-proses mental seperti memperhatikan,
mengkategorikan, seleksi, dan menilai atau memutuskan.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa
bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi),
analisis, penalaran, penilaian, pengambil keputusan dan persuasi. Menurut
Stobaugh dalam Abidin (2016: 164) menyatakan bahwa berpikir kritis
adalah kemampuan memberikan jawaban yang bukan bersifat hafalan.
Berpikir kritis bukanlah mengingat kembali informasi yang diperoleh
secara sederhana dan bukan pula keterampilan berpikir yang tidak logis
dan rasional, melainkan berpikir kritis adalah berpikir reflektif dan
naluriah.
Berpikir kritis merupakan upaya mengolah pengetahuan untuk
mengidentifikasi hubungan antara disiplin ilmu dalam rangka mencari
solusi potensial kreatif untuk memecahkan masalah. Berkaitan dengan
konsepsi ini, Fisher dalam Abidin (2016: 166) memandang bahwa berpikir
kritis adalah keterampilan aktif dalam menginterpretasi dan mengevaluasi
hasil observasi, informasi, dan argumentasi.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa berpikir kritis merupakan suatu aktivitas kognitif dengan berpikir
27
pada tingkatan yang lebih tinggi dan merupakan kemampuan memberikan
jawaban yang bukan bersifat hafalan. Berpikir kritis juga dapat
menghasilkan kemampuan mengidentifikasi suatu masalah, menganalisis
masalah, dan menentukan langkah-langkah pemecahan, membuat
kesimpulan serta mengambil keputusan. Oleh sebab itu, kemampuan
berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah/pencarian
solusi.
3. Karakteristik Berpikir Kritis
Pemikir kritis hendaknya memiliki beberapa sikap antara lain berpikir
merdeka (bebas), berpikir terbuka, berkepala dingin, adil, objektif, dan
tidak memihak, analitis dan reflektif menurut Lau (dalam Abidin, 2016:
169). Adapun berpikir kritis juga memiliki beberapa karakteristik.
Menurut Perkin dalam Mustaji (2012: 13), berpikir kritis itu memiliki
empat karakteristik, yakni:
1. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yangakan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan logis.
2. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis danmembuat keputusan.
3. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasanuntuk menentukan dan menerapkan standar.
4. Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untukdipakai sebagai bukti yang mendukung suatu penilaian.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik
berpikir kritis yaitu bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis dengan
alasan logis, memakai standar penilaian sebagai hasil dan membuat
28
keputusan, menerapkan strategi yang tersusun dan memberikan alasan,
mencari informasi yang dapat dipercaya.
4. Indikator-indikator Berpikir Kritis
Berpikir kritis memiliki beberapa komponen untuk mengetahui tingkatan
kemampuan berpikir kritis seseorang. Selain sejumlah karakteristik dalam
berpikir kritis, ada beberapa aspek dan indikator. Adapun indikator yang
termasuk dalam ranah kemampuan berikir kritis sebagaimana
dikemukakan Facione dalam Yuni (2017: 14) sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator Berpikir Kritis Menurut Facione
No. Indikator
1. Interpretasi:Mengenali, mengklasifikasi, dan menjelaskan fakta.
2.Analisis:Mengindetifikasi masalah dan menyelidiki terhadap suatu peristiwauntuk mengetahui keadaan sebenarnya.
3. Evaluasi:Menilai kredibilitas informasi/pernyataan.
4. Inferensi:Menentukan kesimpulan sementara (inferensi)
5.Penjelasan:Menjelaskan data berdasar argument yang meyakinkan dan menyajikanbukti atau fakta
Sumber: Facione dalam Yuni (2017: 14)
Amri (2015: 151) mengemukakan lima indikator dalam berpikir kritis.
Lima indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan menganalisis, yaitu suatu keterampilan menguraikansebuah struktur kedalam komponen-komponen agar mengetahuipengorganisasian struktur tersebut.
2. Keterampilan mensintesis, yaitu keterampilan yang berlawanan denganketerampilan menganalisis. Keterampilan mensisntesis adalahketerampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukanatau susunan yang baru.
29
3. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, yaitu keterampilanaplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru.
4. Keterampilan menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusiaberdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya,dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) baru.
5. Keterampilan mengevaluasi, yaitu keterampilan yang menuntutpemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu denganberbagai kriteria yang ada.
Menurut Ennis dalam Komalasari (2011: 266) seseorang dikatakan
berpikir kritis dapat dilihat dari beberapa indikator. Ennis membagi
indikator keterampilan berpikir kritis menjadi lima kelompok, yaitu: (1)
memberikan penjelasan sederhana (elementaray clarification), (2)
membangun keterampilan dasar (basic support), (3) membuat kesimpulan
sementara/inferensi (inferring), (4) membuat penjelasan lebih lanjut
(advanced clarification), (5) mengatur strategi dan taktik (strategies and
tactics).
Adapun indikator berpikir kritis menurut Ennis secara rinci dapat dapat
dilihat pada pada tabel berikut:
30
Tabel 2. Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis
No. KeterampilanBerpikir Kritis
Sub Kemampuan Berpikir Kritis
1.Memberikan penjelasansederhana (elementarayclarification),
1. Memfokuskan pertanyaan2. Menganalisis argumen3. Bertanya dan menjawab pertanyaan
klarifikasi dan pertanyaan menantang
2.Membangun keterampilandasar (basic support)
1. Mempertimbangkan kredibilitas suatusumber
2. Mengobservasi danmempertimbangkan hasil observasi
3. Menyimpulkan(inferring)
1. Membuat deduksi danmempertimbangkan hasil deduksi
2. Membuat induksi danmempertimbangkan hasil induksi
3. Membuat dan mempertimbangkannilai keputusan
4.Membuat penjelasan lebihlanjut (advancedclarification)
1. Mendefinisikan istilah danmempertimbangkan suatu definisi
2. Mengidentifikasi asumsi-asumsi
5.Mengatur strategi dantaktik (strategies andtactics)
1. Menentukan suatu tindakan2. Berinteraksi dengan orang lain
Sumber: Ennis dalam Komalasari (2011: 267-268)
Berdasarkan indikator berpikir kritis di atas, keterampilan berpikir kritis
dapat diukur dengan memperhitungkan keterampilan: (1) memberikan
penjelasan sederhana, (2) membangun keterampilan dasar, (3) inferensi,
(4) membuat penjelasan lebih lanjut, (5) mengatur strategi dan taktik.
E. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar kelas I sampai
VI dilakukan dengan menggunakan pembelajaran tematik terpadu.
Sedangkan dalam Kurikulum Tahun 2006 (KTSP) pembelajaran tematik
terpadu dilaksanakan di kelas I sampai kelas III. Pembelajaran tematik
31
terpadu adalah pembelajaran yang dimuat dalam bentuk tema-tema
berdasarkan muatan beberapa mata pelajaran yang dipadukan atau
diintegrasikan sehingga membuat pembelajaran lebih bermakna dan
mudah dipahami oleh peserta didik.
Menurut Rusman (2015: 139) menyatakan bahwa pembelajaran tematik
terpadu merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran terpadu
(integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun kelompok,
aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu lebih
menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu
(learning by doing). Model pembelajaran tematik terpadu adalah model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan
beberapa muatan mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna
kepada peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran
tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahaminya.
Menurut Poerwadarminta dalam Rusman (2015: 140) pelaksanaan
pendekatan pembelajaran tematik terpadu bertolak dari suatu tema yang
dipilih dan dikembangkan oleh pendidik bersama peserta didik dengan
memerhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah
32
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam
suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-
konsep dari mata pelajaran lainnya.
Disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual
maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik.
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu memiliki tujuan dan fungsi, adapun tujuan
fungsi tersebut menurut Rusman (2015: 145) pembelajaran tematik
terpadu memiliki tujuan sebagai berikut.
1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
muatan mata pelajaran dalam tema yang sama.3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengaitkannya berbagai muatan mata pelajaran lain denganpengalaman pribadi peserta didik.
5) Lebih semangat belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalamsituasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligusmempelajari pelajaran yang lain.
6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yangdisajikan dalam konteks tema/subtema yang jelas.
7) Pendidik dapat menghemat waktu, karena muatan mata pelajaran yangdisajikan secar terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikandalam dua atau tiga petemuan bahkan lebih dan waktu selebihnyadapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, ataupengayaan.
33
8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuhkembangkandengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasidan kondisi.
Fungsi pembelajaran tematik terpadu yaitu untuk memberikan kemudahan
bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang
tergabung dalam tema serta dapat menambah semnagat belajar karena
materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan
bermakna bagi peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dan
fungsi pembelajaran tematik terpadu adalah memudahkan peserta didik
untuk memahami materi, mempelajari dan mengembangkan berbagai
kompetensi muatan mata pelajaran dalam tema yang sama. Pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, mengembangkan
kompetensi berbahasa lebih baik, lebih semangat belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata seperti bercerita, bertanya, menulis
sekaligus mempelajari pelajaran yang lain, lebih merasakan manfaat dan
makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema atau
subtema yang jelas. Proses pembelajaran tersebut dapat menghemat
banyak waktu, budi pekerti dan moral peserta didik juga dapat
ditumbuhkembangkan.
3. Pendekatan Scientific
Kurikulum 2013 yang diimplementasikan mengamanatkan bahwa
pembelajaran harus dilakukan dengan menerapkan pendekatan scientific
34
atau pendekatan ilmiah. Pembelajaran berbasis ilmiah dianggap lebih
efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.
Kemendikbud dalam Daryanto (2014: 51), menyatakan bahwa pendekatan
scientific disebut juga sebagai pendekatan ilmiah, proses pembelajaran
dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah sehingga Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan scientific dalam pembelajaran.
Kemendikbud dalam Daryanto (2014: 51) mengungkapkan pendekatan
scientific merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau
gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan
pengetahuan sebelumnya. Proses pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
meliputi pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau
informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan
menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta (Daryanto,
2014: 59).
Gambar 1. Langkah-langkah Pendekatan Scientific (Daryanto, 2014: 59)
Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
pendekatan scientific merupakan pendekatan pembelajaran yang
diamanatkan dalam Kurikulum 2013. Pendekatan scientific memiliki
Observing(mengamati)
Questioning(menanya)
Associating(menalar)
Experimentil(mencoba)
Networking(membentukjejaring)
35
langkah-langkah yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
4. Ruang Lingkup Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik terpadu meliputi
seluruh muatan mata pelajaran pada kelas I sampai dengan kelas VI
Sekolah Dasar, yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti, Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn), Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan
Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan dan Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan.
5. Tema Indahnya Kebersamaan
Pembelajaran dalam kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan
tematik terpadu. Kelas IV tema dibagi menjadi 9 tema, pada semester
ganjil terdapat 5 tema dan semester genap terdapat 4 tema yang masing-
masing tema terdapat 3 subtema dan tiap subtema di uraikan ke dalam 6
pembelajaran, 1 pembelajaran dialokasikan untuk 1 hari. Tema “Indahnya
Kebersamaan” yang terdapat pada semester ganjil yaitu pada tema 1. Tema
Indahnya Kebersamaan terdapat 3 subtema dan masing-masing subtema
terdiri dari 6 pembelajaran. Subtema yang pertama yaitu Keberagaman
Budaya Bangsaku, subtema yang kedua yaitu Kebersamaan dalam
Keberagaman, dan subtema yang ketiga yaitu Bersyukur atas
keberagaman.
36
F. Implementasi Problem Solving dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu usaha yang sistematik dan sengaja untuk
menciptakan proses interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik.
Interaksi edukatif tersebut dilakukan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung dengan menggunakan berbagai media, metode, strategi, dan
pendekatan. Kemampuan seseorang dikatakan berhasil ditententukan oleh
keterampilan berpikir. Peserta didik yang sering dilatih memecahkan masalah
dapat memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis. Salah
satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk membantu peserta didik
berpikir kritis yaitu dengan model Problem Solving.
Model Problem Solving merupakan salah satu model pembelajaran berbasis
masalah yang memusatkan pada peserta didik untuk memecahkan suatu
masalah dalam kegiatan proses pembelajaran secara individu atau kelompok.
Model ini dapat menstimulus peserta didik dalam berpikir yang dimulai dari
mencari data sampai merumuskan kesimpulan sehingga peserta didik dapat
mengambil makna dari kegiatan pembelajaran. Adapun tahap pembelajaran
model Problem Solving yang dapat diimplementasikan kepada peserta didik
yaitu (1) mengidentifikasi masalah, (2) menegaskan masalah, (3) perencanaan
pemecahan masalah, (4) Peserta didik ditugaskan mengevaluasi untuk
memecahkan masalah dengan mencari data/ keterangan, (5) menarik
kesimpulan.
37
Kelebihan pada model Problem Solving adalah mengajak peserta didik untuk
berpikir, tidak hanya sekedar mendengarkan tetapi juga menganalisis masalah,
dan mencari solusi untuk memecahkan masalah sehinggga peserta didik
memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis memiliki beberapa indikator antara lain yaitu
memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, inferensi,
membuat penjelasan lebih lanjut dan mengatur strategi dan taktik.
G. Penelitian Relevan
Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian eksperimen dalam
skripsi ini:
1. Safitri (2016) skripsi program studi pendidikan guru sekolah dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai thitung = 2,115 >
ttabel = 2,021 (dengan α= 0,05). Artinya, ada pengaruh signifikan penerapan
metode Problem Solving terhadap hasil belajar matematika peserta didik.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah peneliti lakukan
yaitu variabel terikatnya atau yang dipengaruhi yaitu hasil belajar,
sedangkan yang peneliti lakukan yaitu keterampilan berpikir kritis, tetapi
penelitian ini menggunakan model pembelajaran yang sama dengan model
pembelajaran yang akan peneliti lakukan yaitu pemecahan masalah
(Problem Solving).
38
2. Wardani (2014), hasil penelitian yang dilakukan wardani menunjukan
bahwa hasil belajar matematika kelompok eksperimen yang dibelajarkan
menggunakan metode Problem Solving berbantuan kartu kerja tergolong
sangat tinggi dengan rata-rata (M) 42,10 dan hasil belajar matematika
peserta didik kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan metode
ekspositori tergolong sedang dengan rata-rata (M) 32,64. Berdasarkan
hasil perhitungan uji-t diperoleh ttab dengan db = 56 dan taraf signifikan
5% adalah 2,003.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah peneliti lakukan
yaitu variabel terikatnya atau yang dipengaruhi yaitu hasil belajar
sedangkan yang akan peneliti lakukan yaitu keterampilan berpikir kritis,
tetapi penelitian ini menggunakan model pembelajaran yang sama dengan
model pembelajaran yang akan peneliti lakukan yaitu pemecahan masalah
(Problem Solving).
3. Atiqah (2011) skripsi program studi pendidikan fisika, jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian tersebut dikatakan bahwa
penggunaan metode pembelajaran pemecahan masalah polya dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada konsep listrik
dinamis, dengan uji hipotesis postest t- hitung > t-tabel (10,142 > 1,999)
maka Ho ditolak dan Ha diterima.
39
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah peneliti lakukan
yaitu variabel terikatnya atau yang dipengaruhi yaitu kemampuan analisis
sedangkan yang akan peneliti lakukan yaitu keterampilan berpikir kritis,
tetapi penelitian ini menggunakan model pembelajaran yang sama dengan
model pembelajaran yang akan peneliti lakukan yaitu model pembelajaran
pemecahan masalah (Problem Solving).
H. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan kesimpulan untuk mengetahui adanya hubungan
antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Kerangka pikir dalam
suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut terdapat
dua variabel atau lebih. Penelitian ini peneliti membandingkan keterampilan
berpikir kritis pada tema 1 Indahnya Kebersamaan antara kelas eksperimen
yang menggunakan model Problem Solving dan kelas kontrol menggunakan
model konvensional.
Model Problem Solving merupakan salah satu model pembelajaran berbasis
masalah yang memusatkan pada peserta didik untuk memecahkan suatu
masalah dalam kegiatan proses pembelajaran secara individu atau kelompok.
Model ini dapat menstimulus peserta didik dalam berpikir yang dimulai dari
mencari data sampai merumuskan kesimpulan sehingga peserta didik dapat
mengambil makna dari kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah
model Problem Solving meliputi:
40
1. Mengidentifikasi masalah,
2. Menegaskan masalah,
3. Perencanaan pemecahan masalah,
4. Peserta didik ditugaskan mengevaluasi untuk memecahkan masalah
dengan mencari data/ keterangan,
5. Menarik kesimpulan.
Berdasarkan pokok pikiran di atas, memungkinkan bahwa model Problem
Solving berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Hubungan antara variabel penelitian ini dapat dilihat pada kerangka berpikir
berikut ini:
Gambar 2. Kerangka Konsep Variabel
Keterangan:X : Model Problem SolvingY : Keterampilan Berpikir Kritis
Berdasarkan gambar 2. Alur kerangka pikir dapat di deskripsikan bahwa
model Problem Solving yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung
dapat malatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik
lebih baik.
I. Hipotesis Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti membuat dugaan sementara
mengenai hasil peneliatian yang akan dilaksanakan. Dugaan sementara atau
hipotesis disusun berdasarkan kajian yang relevan. Sugiyono (2017: 63)
YX
41
menyatakan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan
kerangka pikir.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di
atas, peneliti merumuskan hipotesis bahwa “Terdapat pengaruh model
pembelajaran Problem Solving terhadap keterampilan berpikir kritis peserta
didik kelas IV di SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung”.
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen semu (quasi exsperiment). Menurut Sugiyono (2017: 114) quasi
exsperiment merupakan penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Objek penelitian ini adalah pengaruh model Problem Solving (X) terhadap
keterampilan berpikir kritis peserta didik (Y). Penelitian ini menggunakan
non-equivalent control group design. Desain ini menggunakan dua kelompok,
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen
adalah kelompok yang mendapat perlakuan berupa model Problem Solving,
sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang menggunakan metode
ceramah. Desain penelitian ini, dapat dilihat seperti pada tabel 3. sebagai
berikut:
Tabel 3. Desain Penelitian
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Sumber: Sugiyono (2017: 79)
43
Keterangan:
X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model Problem Solving
O1 = Skor pre-test pada kelas eksperimen
O2 = Skor post-test pada kelas eksperimen
O3 = Skor pre-test pada kelas kontrol
O4 = Skor post-test pada kelas kontrol
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tanjung Raya Kota Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2018/2019.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah diawali dengan observasi pada penelitian pendahuluan
pada bulan November 2017 dan penelitian dilaksanakan pada semester
ganjil di kelas IV Tahun Ajaran 2018/2019.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menentukan populasi dan
sampel terlebih dahulu, setelah itu memberikan perlakuan agar tecapai
tujuan penelitian yang dilaksanakan. Menurut Sugiyono (2017: 80),
populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
44
kesimpulannya. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau
studi sensus.
Nawawi dalam (Margono, 2010: 118) berpendapat bahwa “populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda,
hewan, tumbuhan, gejala-gelaja, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai
sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu
penelitian”.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa populasi merupakan
keseluruhan objek atau subjek yang diteliti dan memiliki karakteristik dan
kualitas tertentu sebagai sumber data yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini
adalah seluruh peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar
Lampung pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019, yang dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data Jumlah Peserta didik Kelas IV SD Negeri 1 Tanjung
Raya
Kelas
Jumlah Peserta didik Total Peserta didik
L P
IV A 11 20 31
IV B 20 12 32
Jumlah 63
Sumber: Data Pendidik Kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Raya
2. Sampel
Peneliti menggunakan kedua kelas yaitu kelas IV A dan IV B sebagai
sampel penelitian ini. Kelas IV B sebagai kelas eksperimen dengan jumlah
45
peserta didik sebanyak 32 dan kelas IV A sebagai kelas kontrol dengan
jumlah peserta didik sebanyak 31. Alasan peneliti memilih kelas IV B
sebagai eksperimen karena rata-rata nilai ujian semester yang diperoleh
sedikit lebih rendah dibanding kelas IV A.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap prapenelitian, perencanaan dan
tahap pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari setiap tahapan
tersebut adalah:
1. Observasi Pendahuluan
a. Peneliti membuat surat izin observasi pendahuluan ke sekolah.
b. Melakukan observasi pendahuluan untuk mengetahui kondisi sekolah,
jumlah kelas dan peserta didik yang akan dijadikan subjek penelitian,
serta cara mengajar pendidik.
c. Menentukan sampel penelitian (kelas eksperimen dan kelas kontrol)
2. Tahap Perencanaan
a. Menetapkan kompetensi dasar dan indikator serta pokok bahasan yang
akan digunakan dalam penelitian.
b. Membuat perangkat pembelajaran berupa silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Solving pada kelas eksperimen dan metode
ceramah untuk kelas kontrol, dan lembar kerja peserta didik.
46
c. Menyiapkan instrumen penelitian tentang aktivitas peserta didik dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Solving
dan keterampilan berpikir kritis peserta didik, serta soal tes esai.
3. Tahap pelaksanaan
a. Mengadakan tes (pre-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Melaksanakan penelitian pada kelas eksperimen. Pada pembelajaran
kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan model Problem
Solving sebagai perlakuan dan pelaksanaan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah disusun.
c. Melaksanakan pembelajaran di kelas kontrol dengan menggunakan
metode pembelajaran yang biasa dilakukan pendidik.
d. Mengadakan tes (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
e. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
f. Membuat laporan hasil penelitian.
E. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2017: 38) mengemukakan bahwa variabel penelitian
adalah suatu sifat atau nilai orang, objek atau segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dipeoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Peneliti ini
terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).
47
1. Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono, 2017: 39). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu
model Problem Solving (X).
2. Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017: 39).
Variabel terikat pada penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis
peserta didik (Y).
F. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
1. Definisi Konseptual Variabel
a. Model Problem Solving adalah salah satu model pembelajaran berbasis
masalah yang memusatkan pada peserta didik untuk memecahkan
suatu masalah dalam kegiatan pembelajaran secara individu atau
kelompok. Model ini dapat menstimulus peserta didik dalam berpikir
yang dimulai dari mencari data sampai merumuskan kesimpulan
sehingga peserta didik dapat mengambil makna dari kegiatan
pembelajaran.
b. Keterampilan berpikir kritis merupakan suatu aktivitas kognitif dengan
berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi dan merupakan kemampuan
memberikan jawaban yang bukan bersifat hafalan. Berpikir kritis juga
dapat menghasilkan kemampuan mengidentifikasi suatu masalah,
menganalisis masalah, dan menentukan langkah-langkah pemecahan,
48
membuat kesimpulan serta mengambil keputusan. Oleh sebab itu,
kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan
masalah..
2. Definisi Operasional Variabel
a. Model Problem Solving merupakan proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan pengetahuan serta melatih keterampilan berpikir peserta
didik dengan pemecahan masalah. Adapun langkah-langkah model
Problem Solving meliputi:
1. Mengidentifikasi masalah,
2. Menegaskan masalah,
3. Perencanaan pemecahan masalah,
4. Peserta didik ditugaskan mengevaluasi untuk memecahkan
masalah dengan mencari data/keterangan,
5. Menarik kesimpulan.
b. Keterampilan berpikir kritis merupakan suatu aktivitas kognitif yang
berkaitan dengan penggunaan nalar. Keterampilan berpikir kritis, skor
yang diperoleh peserta didik melalui tes yang mengacu kepada
indikator kemampuan berpikir kritis dengan menyesuaikan pada
pemetaan kompetensi dasar. Keterampilan berpikir kritis meliputi
empat aspek yaitu; 1) keterampilan memberikan penjelasan
sederhana, 2) membangun keterampilan dasar, 3) inferensi, 4)
membuat penjelasan lebih lanjut, 5) mengatur strategi dan taktik.
49
Adapun indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melaporkan hasil pengamatan dengan singkat dan jelas
2. Mempertimbangkan hasil pengamatan
3. Mempertimbangkan berdasarkan hasil pengamatan
4. Mempertimbangkan suatu definisi istilah
5. Menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain
G. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini, selain perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu
memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Pengumpulan data
merupakan langkah awal yang harus dilakukan dari penelitian karena hakikat
penelitian adalah mengumpulkan data yang sesungguhnya secara objektif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini ada tiga teknik,
yaitu:
1. Teknik Tes
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini salah satunya adalah tes.
Menurut Arikunto (2013: 193) tes adalah serentetan pernyataan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Sedangkan menurut Sukardi (2012: 138) tes
merupakan prosedur sistematik dimana individu yang dites
dipresentasikan dengan suatu set stilumi jawaban mereka yang dapat
50
menunjukkan kedalam angka. Teknik dalam penelitian ini digunakan
untuk mengetahui data keterampilan berpikir kritis peserta didik untuk
kemudian diteliti guna melihat pengaruh dari penerapan model
pembelajaran Problem Solving.
2. Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi biasanya diartikan dengan metode
pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara
langsung di lapangan serta pencatatan sistematik fenomena-fenomena
yang diselidiki. Menurut Hadi dalam Sugiyono (2017: 145) observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi pada penelitian ini
dilakukan untuk melihat aktivitas belajar peserta didik selama proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving
dan ketercapaian indikator keterampilan berpikir kritis peserta didik yang
dilaksanakan di SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik (Arikunto, 2013: 219). Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan jumlah peserta didik dan nilai
hasil belajar peserta didik kelas IV A dan kelas IV B SD Negeri 1
Tanjung Raya Bandar Lampung.
51
H. Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Salah satu tujuan dibuatnya
instrumen adalah untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap
mengenai hal-hal yang ingin dikaji. Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah non-tes dan tes.
a. Instrumen Non-tes
Instrument non-tes pada penelitian ini untuk mengamati dan mengukur
aktivitas peserta didik saat pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Solving. Instrumen non-
tes yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas peserta didik
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem
Solving dan lembar penilaian keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Menurut Sugiyono (2017: 118) bentuk checklist dapat digunakan
sebagai pedoman observasi. Jadi, penilaian aktivitas dan keterampilan
berpikir peserta didik pada saat proses pembelajaran dapat dilakukan
dengan memberikan tanda checklist sesuai dengan aspek yang diamati.
52
Tabel 5. Kisi-kisi Variabel Problem Solving
No.
Langkah-
Langkah
Model
Problem
Solving
Kegiatan Peserta
Didik
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian Instrumen
1. Mengidentifika
si masalah
Peserta didik
mengidentifikasi
suatu masalah
Observasi Checklist Rubrik
2. Menegaskan
masalah
Peserta didik
mendiskusikan
sebab-akibat
timbulnya masalah
Observasi Checklist Rubrik
3.
Perencanaan
pemecahan
masalah
Peserta didik
membuat suatu
rencana yang akan
dilakukan untuk
pemecahan masalah
Observasi Checklist Rubrik
4. Mengevaluasi/
mencari data
Peserta didik
mencari data dan
mengumpulkan data
Observasi Checklist Rubrik
5. Kesimpulan
Peserta didik
memberikan
kesimpulan dari
jawaban yang
diberikan sebagai
hasil akhir
Observasi Checklist Rubrik
Sumber: Analisis Peneliti
Tabel 6. Kisi-kisi Variabel Keterampilan Berpikir Kritis
No.
Aspek
Berpikir
Kritis
Indikator
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian Instrumen
1.
Memberikan
penjelasan
sederhana
Melaporkan hasil
pengamatan dengan
singkat dan jelas
Observasi Checklist Rubrik
2.
Membangun
keterampilan
dasar
Mempertimbangkan
hasil pengamatan Observasi Checklist Rubrik
3. Inferensi
Mempertimbangkan
suatu keputusan
berdasarkan hasil
pengamatan
Observasi Checklist Rubrik
4.
Membuat
penjelasan
lebih lanjut
Mempertimbangkan
suatu definisi istilah Observasi Checklist Rubrik
5.
Membangun
strategi dan
taktik
Menentukan suatu
tindakan dan
berinteraksi dengan
orang lain
Observasi Checklist Rubrik
Sumber: Analisis Peneliti
53
b. Instrumen Tes
Menurut Margono (2010: 170) “tes ialah seperangkat stimuli atau
rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor
angka.
Penelitian ini tes yang digunakan berupa tes objektif dengan pemilihan
butir-butir soal esai yang berjumlah 20 item soal yang mengacu kepada
indikator keterampilan berpikir kritis dengan menyesuaikan pada
pemetaan kompetensi dasar. Tes terdiri dari tes awal (pre-test) dan tes
akhir (post-test). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
data keterampilan berpikir peserta didik untuk kemudian diteliti guna
melihat pengaruh dari perlakuan model Problem Solving.
2. Uji Instrumen
1) Uji Coba Instrumen Non- Tes
a. Uji Validitas Lembar Observasi
Uji validitas lembar observasi belajar peserta didik
menggunakan model Problem Solving pada penelitian ini
menggunakan uji validitas konten. Yaitu pengujiannya
menggunakan alat ukur berupa kisi-kisi instrumen atau lembar
observasi yang di uji oleh ahli.
54
2) Uji Instrumen Tes
a. Uji Coba Instrumen Tes
Sebelum soal tes diujikan kepada peserta didik, hal yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah uji coba instrumen. Uji coba
instrumen dilakukan pada peserta didik kelas V di SD Negeri 1
Tanjung Raya Bandar Lampung. Hal ini dilakukan untuk
menentukan instrumen butir soal yang valid untuk diujikan di kelas
yang dijadikan sampel penelitian.
b. Uji Persyaratan Instrumen Tes
Setelah dilakukan uji coba instrument tes, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis hasil uji coba yang bertujuan
untuk mengetahui validitas soal, reliabilitas soal, daya beda soal,
dan taraf kesukaran soal.
1. Validitas Soal
Validitas sangat erat kaitannyadengan tujuan pengukuran suatu
penelitian menurut Sugiyono (2017: 121) valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas instrument tes yang digunakan
adalah validitas isi, yakni yang ditinjau dari kesesuaian isi
instrument tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah. validitas
isi (content validity) yaitu validitas yang didasarkan butir-butir
55
item yang berguna untuk menunjukkan sejauh mana instrumen
tersebut sesuai dengan isi yang dikehendaki. Validitas pada
penelitian ini, digunakan untuk mengetahui kevalidan soal tes
yang digunakan dalam penelitian dan dilakukan sebelum soal
diajukan kepada peserta didik. Soal yang diuji kevalidaannya
sebanyak 20 soal. Untuk mengukur validitas menggunakan
metode Pearson Correlation, dengan rumus korelasi Product
Moment dengan rumus sebagai berikut:
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
Keterangan:
Rxy = Koefisien korelasi X dan Y
N = Jumlah responden
∑XY = Total perkalian skor X dan Y
∑Y = Jumlah skor variabel Y
∑X = Jumlah skor variabel X
∑X2 = Total kuadrat skor variabel X
∑Y2
= Total kuadrat skor variabel Y
(Arikunto, 2013: 72)
Kriteria pengujian apabila dengan α = 0,05
maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya
apabila maka alat ukur tersebut adalah tidak
valid. Perhitungan uji validas butir soal menggunakan bantuan
program Microsoft Office Excel.
56
Tabel 7. Klasifikasi Validitas Soal
No. Kriteria Validitas Keterangan
1. 0,00 > rxy Tidak Valid
2. 0,00 < rxy > 0,20 Sangat Rendah
3. 0,20 < rxy Rendah
4. 0,40 < rxy < 0,60 Sedang
5. 0,60 < rxy < 0,80 Tinggi
6. 0,80 < rxy < 1,00 Sangat Tinggi
Sumber: Arikunto (2013: 72)
2. Reliabilitas Soal
Reliabilitas adalah ketepatan hasil tes apabila diteskan kepada
subjek yang sama dalam waktu yang bersamaan. Instrumen
yang dikatakan reliabel adalah instrumen yang digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.
Uji realibilitas instrumen soal dilakukan dengan metode
Cronbach Alpha. Rumus Alpha sebagai berikut:
r11 = ⌊
( )⌋ ⌊
⌋
Keterangan :
= Koefisien reliabilitas
n = Banyaknya butir soal
= Jumlah varians butir
= Varians total
(Arikunto, 2013: 109)
Proses pengolahan data reliabilitas menggunakan program
Microsoft office exel dengan klasifikasi:
57
Tabel 8. Klasifikasi Reliabilitas Soal
No. Nilai Reliabilitas Kategori
1. 0,00 – 0,20 Sangat rendah
2. 0,21 – 0,40 Rendah
3. 0,41 – 0,60 Sedang
4. 0,61 – 0,80 Tinggi
5. 0,81 – 1,00 Sangat tinggi
Sumber: Arikunto (2013: 109)
3. Taraf Kesukaran Soal
Menguji tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini
menggunakan program Microsoft Office Excel. Rumus yang
akan digunakan untuk menghitung taraf kesukaran seperti
dikemukakan oleh Arikunto (2013: 208) yaitu:
p =
Keterangan:
P = Tingkat kesukaran
B = Jumlah peserta didik yang menjawab pertanyaan benar
JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Untuk instrumen berupa soal essay, rumus yang digunakan
untuk menguji tingkat kesukaran soal yaitu:
TK = X
Keterangan :
TK = Indeks Kesukaran
X = Nilai rata-rata tiap butir soal
SMI = Skor maksimum ideal
58
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang
diperoleh, semakin sulit soal tersebut. Sebaliknya semakin
besar indeks yang diperoleh, semakin mudah soal tersebut.
Klasifikasi taraf kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 9
sebagai berikut:
Tabel 9. Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal
No. Indeks Kesukaran Tingkat Kesukaran
1. 0,00 – 0,30 Sukar
2. 0,31 – 0,70 Sedang
3. 0,71 – 1.00 Mudah
Sumber: Arikunto (2013: 210)
4. Daya Beda Soal
Menganalisis daya pembeda soal artinya mengkaji soal-soal tes
dari segi kesanggupan tes tersebut dalam kategori tertentu.
Arikunto (2013: 211) daya pembeda adalah kemampuan soal
untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan
tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah.
Menguji daya pembeda soal dalam penelitian ini menggunakan
program Microsoft Office Excel.
Teknik yang digunakan untuk menghitung daya beda adalah
dengan mengurangi rata-rata kelompok bawah yang menjawab
benar, rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda
yaitu:
59
D =
Keterangan:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
soal dengan benar
P = Indeks Kesukaran
PA=
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab
benar.
PB =
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab
benar.
Kriteria daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Tabel Klasifikasi Daya Beda Soal
No. Indeks daya beda Klasifikasi
1. 0,00 – 0,19 Jelek
2. 0,20 - 0,39 Cukup
3. 0,40 – 0,69 Baik
4. 0,70 – 1,00 Baik Sekali
5. Negatif Tidak Baik
Sumber: Arikunto (2013: 218)
I. Teknik Analisis Data
Penelitian teknik analisis data yang digunakan adalah jenis data kuantitatif.
Analisis data digunakan untuk mengetahui pengaruh model Problem Solving
terhadap berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran terpadu di kelas IV
SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung. Data yang digunakan sebagai
landasan dalam menguji hipotesis penelitian.
60
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang berasal
dari kedua kelas berupa nilai hasil belajar berasal dari polulasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan rumus
Chi-kuadrat (X2), menurut Sugiyono (2017: 241) yaitu :
= ∑ ( )
Keterangan:
X2
=Chi-kuadrat/ normalitas sampel
Fo =Frekuensiyangdiobservasi
Fh =Frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian apabila ≤
dengan α = 0,05
berdistribusi normal, dan sebaliknya apabila
maka
tidak berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel
penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen. Uji
homogenitas dilakukan dengan One Way Anova. Menurut Sugiyono
(2017: 202) tabel ringkasan Anova yaitu:
61
Tabel 11. Ringkasan Anova
Sumber
Variasi
Dk Jumlah
Kuadrat
MK
Fh
Ftab Keputusan
Total N –1 Jktot -
α = 0,05 Fh > Ftab
homogen
Antar
Kelompok
m–1
Jkant
Mkant
Dalam
Kelompok
N –m
Jkdal
Mkdal
Sumber: Sugiyono (2017: 202)
Keterangan:
N = Jumlah seluruh Anggota Sampel
M = Jumlah kelompok sampel
Kriteria pengujian apabila
dengan α = 0,05, maka
homogen, dan sebaliknya apabila
maka tidak
homogen.
J. Uji Hipotesis
1. Uji Regresi Linear Sederhana
Untuk menguji hipotesis digunakan uji regresi linear sederhana guna
menguji ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran
Problem Solving keterampilan berpikir kritis peserta didik. Menurut
Siregar (2013: 379) rumus regresi linear sederhana, yaitu:
=
Keterangan:
= Variabel terikat
X = Variabel bebas
A dan b = Konstanta
62
Analisis uji regresi linear sederhana pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunkan aplikasi Microsoft Office Excel. Hipotesis yang akan di uji
pada penelitian ini sebagai berikut:
Ha= Terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Solving terhadap
keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas IV di SD Negeri 1
Tanjung Raya Bandar Lampung.
Ho= Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Solving
terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas IV di SD
Negeri 1 Tanjung Raya Bandar Lampung.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Problem Solving berpengaruh terhadap keterampilan
berpikir kritis peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Raya Bandar
Lampung pada pembelajaran tematik. Peserta didik tampak lebih kritis dalam
bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan pendidik maupun peserta
didik, mendisukusikan permasalahan yang diberikan oleh pendidik untuk
dipecahkan, menyampaikan hasil diskusi dengan percaya diri, serta dapat
melaporkan hasil pengamatan dengan jelas sehingga kelas eksperimen yang
menggunakan model Problem Solving memperoleh nilai rata-rata lebih tinggi
dari nilai rata-rata kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, maka diajukan
saran-saran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada
pembelajaran tematik peserta didik kelas IV, yaitu sebagai berikut.
a. Bagi pendidik
1. Diharapkan pendidik dapat mengembangkan pembelajaran dengan
91
menggunakan model pembelajaran Problem Solving untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan.
2. Diharapkan pendidik dapat menggunakan model pembelajaran
Problem Solving, karena dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis
peserta didik.
b. Bagi Kepala Sekolah
Sebaiknya kepala sekolah mengintervensikan pihak pendidik untuk
menggunakan model pembelajaran Problem Solving dalam
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
c. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dibidang ini,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi gambaran, informasi dan
masukan tentang pengaruh model pembelajaran Problem Solving
terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2016. Revitalisasi Penilaian Pembelajaran. PT Refika Aditama.Bandung.
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,Progresif, dan Kontekstual. Prenadamedia Group. Jakarta.
Amri, Sofan. 2015. Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013.Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Anto, Adi Afri, Akhdinirwanto, R. Wakhid dan Fatmaryanti, Siska Desy. 2013.Pemanfaatan Model Pembelajaran Problem Posing untuk PeningkatanKeterampilan Berpikir Kritis Siswa di SMP Negeri 27 Purworejo. JurnalPendidikan Fisika Vol. 2, No. 1 Adi Afri Anto.http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/view/345. Diaksestanggal 16 November 2018.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (EdisiRevisi VD). PT Renika Cipta. Jakarta.
Atiqah. 2011. Pengaruh Model Pemecahan Masalah Polya terhadap KemampuanAnalisis Siswa pada Konsep Listrik Dinamis di SMA Tangerang. Skripsi :UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24711/1/Atiqoh.pdf. Diakses tanggal 11 Februari 2018.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. GavaMedia. Yogyakarta.
Gulo, W. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Grasindo. Jakarta.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dankuantitatif). Gaung Persada Press. Jakarta.
Iskandar, Andy. 2017. Practical Problem Solving. PT Elex Media Komputindo.Jakarta.
93
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.Refika Aditama. Bandung.
Majid, Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Mustaji. 2012. Developing Critical Thinkers (Brookfield). Jossey Bass Publiser.San Fransisco.
Permatasari, Rina. 2012. Peningkatan Kemampuan Perkalian Bilangan CacahMelalui Pendekatan Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3,No. 5. Hal. 147-154.http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle=201174. Diakses tanggal 11 Februari 2018.
Rochmawati, Anita. 2012. Evaluasi Penerapan Metode Pembelajaran ProblemSolving (Pemecahan Masalah) Mata Pelajaran Matematika untukMeningkatkan Hasil Belajar Kelas VI di SDN Menanggal 601 Surabaya.Jurnal Unesa Vol. 01, No. 01. Hal 1-216.http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jmtp/article/view/8489.Diakses tanggal 17 Februari 2018.
Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik dan Penilaiain. PTRaja Grafindo Persada. Jakarta.
Safitri, Yeni. 2016. Pengaruh Penerapan Metode Problem Solving TerhadapHasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 10 Metro TimurTahun Pelajaran 2015/2016. Universitas Lampung.http://digilib.unila.ac.id/22340/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf. Diakses pada tanggal 12 Februari 2018.
Salim, Agus, Jamaludddin, dan Soepriyanto, Harry. 2018. The Problem BasedLearning Model To Improve The Students’ Critical Thinking Ability.IOSR Journal of Research & Method in Education. Vol 8, Issue 2 Ver. I.http://www.iosrjournals.org/iosr-jrme/papers/Vol-8%20Issue-2/Version-1/G0802013640.pdf. Diakses tanggal 9 November 2018.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta.PT Bumi Aksara.
Sochibin, A, Dwijananti, P dan Marwoto, P. 2009. Penerapan ModelPembelajaran Inkuiri Terpimpin untuk Peningkatan Pemahaman dan
94
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD. Jurnal Pendidikan FisiskaIndonesia.https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1017. Diaksestanggal 16 November 2018.
Suardana, I Nyoman, Redhana, I Wayan, dan Sudiatmika, A. A. Istri Agung Rai.2018. Students’ Critical Thinking Skills in Chemistry Learning UsingLocal Culture-Based 7E Learning Cycle Model. International Journal ofInstruction. Vol 11 No. 2. http://www.e-iji.net/volumes/350-april-2018,-volume-11,-number-2. Diakses tanggal 9 November 2018.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.Bandung.
Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara.Jakarta.
Suryani, Nunuk dan Agung, Leo. 2012. Strategi Belajar Mengajar. PenerbitOmbak. Yogyakarta.
Sutirman. 2013. Media dan Model-model Pembelajaran Inovatif. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Rajawali Pers. Jakarta.
Tawil, Muhammad dan Liliasari. 2013. Berpikir Kompleks. Makasar. BadanPenerbit Universitas Negeri Makasar. Makasar.
Tim Pengembangan MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi, dan ImplementasiDalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara.Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia. 2013. Sistem Pendidikan Nasional. RI.Jakarta.
Wardani. 2014. Pengaruh Metode Problem Solving Berbantu Kartu KerjaTerhadap Hasil Belajar Mattematika Siswa Kelas V SD Di Desa Tejakula.Universitas Pendidikan Ganesha. Denpasar.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=138701&val=1342&title=PENGARUH%20STRATEGI%20PROBLEM%20SOLVING%20BERBANTUAN%20KARTU%20KERJA%20TERHADAP%20HASIL%20BELAJAR%20MATEMATIKA%20SISWA%20KELAS%20V%20SD%20DI%20DESA%20TEJAKULA. Diakses pada tanggal 12 Februari 2018.
95
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara.Jakarta
Yamin, Martinis dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas: StrategiMeningkatkan Mutu Pembelajaran. Gaung Persada Press Group. Jakarta.
Yuni, Sayu. 2017. Pengaruh Model Problem Based Learning TerhadapKemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Universitas Lampung.http://digilib.unila.ac.id/27716/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf. Diakses pada tanggal 6 November 2017.