PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE...
-
Upload
phungthien -
Category
Documents
-
view
244 -
download
1
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA
KELAS X PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI MAN BABAKAN LEBAKSIU TEGAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Dalam Ilmu Pendidikan Biologi
Oleh :
INDAH BUDI LESTARI NIM : 3104236
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2 0 0 9
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal Tanda Tangan
Nur Khasanah, S.Pd. M.Kes _____________ _____________ Pembimbing I Dra. Miswari, M.Ag. _____________ _____________ Pembimbing II
iii
PENGESAHAN PENGUJI Tanggal Tanda Tangan Dra. Miswari, M.Ag. Ketua Sidang
Hj. Tuti Qurrotul Aini, M.SI Sekretaris Sidang
Drs. Abdul Rohman, M.Ag. Penguji I
Lianah, M.Pd Penguji II
iv
MOTTO
#θçΡ uρ$ yè s? uρ ’ n?tã ÎhÉ9ø9$# 3“uθø) −G9$# uρ ( Ÿωuρ (#θçΡ uρ$ yè s? ’ n?tã ÉΟøO M} $# Èβ≡uρô‰ãè ø9 $# uρ
“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan dan jangan tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran”.(Q.S. Al-Maidah: 2)
v
PERSEMBAHAN
Karya yang sangat sederhana ini kupersembahkan kepada:
Ayahanda Sopan dan Ibunda Fasikha, walaupun karya ini tidak sebanding dengan kasih
sayang yang mereka berikan untuk ananda, tak sebanding juga dengan tetes air mata yang
mengiringi setiap doa dan setiap titik-titik keringat dalam pengorbanan dan usaha demi
ananda.
Kakakku Khamdani dan adiku Rifki ardiyan, terima kasih atas motivasi, bantuan doanya
dan masukan-masukan yang membuat aku semakin dewasa.
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 5 Januari 2009
Deklarator,
Indah Budi Lestari NIM: 3104236
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Rabb al-
Izzati, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-
Nya.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
nabi akhir zaman dan pembawa rahmat bagi makhluk seluruh alam.
Tidak ada kata yang pantas penulis ungkapkan kepada pihak-pihak yang
membantu proses pembuatan skripsi ini, kecuali terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Rektor IAIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. Abdul Djamil, MA
2. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.
Ed.
3. Dosen pembimbing Nur Khasanah S.Pd, M.Kes dan Dra. Miswari M.Ag, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi.
4. Kepala MAN Babakan Lebaksiu Tegal H. Bukhori S.Ag yang berkenan
memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di MAN Babakan .
5. Guru pengampu mata pelajaran Biologi kelas X MAN Babakan, Mohamad
Muntoha S.Pd yang memberikan banyak arahan dan informasi tentang data
penelitian.
6. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali banyak pengetahuan
kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.
7. Segenap pegawai Fakultas Tarbiyah, pegawai perpustakaan IAIN, pegawai
perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan pegawai perpustakaan TPM yang telah
memberikan layanan yang baik bagi penulis.
8. Bapak, Ibu serta saudara-saudara penulis yang tidak henti-hentinya memberikan
dorongan baik moril maupun materiil dan tidak pernah bosan mendoakan penulis
dalam menempuh studi dan mewujudkan cita-cita.
9. Neneku Nyai Rohmah, saudara-saudara penulis terimakasih atas segala nasehat
dan kasih sayang yang telah diberikan.
viii
10. Temanku dikala suka maupun duka Choirul Rohman terimakasih atas semua
motivasi, support dan kasih sayangmu.
11. Seluruh personil KMBN (Resimen Mahasiswa) Satuan 906 “Sapu Jagad” IAIN
Walisongo, yang menemani dalam suka dan duka dalam mengarungi hidup
berorganisasi, terimakasih atas semuanya.
12. Teman-temanku paket Biologi 2004 trimakasih atas dukungan dan
kekompakannya.
13. Sahabat-sahabatku Irma, ida, Naily, Riska, Ela, etc, terimakasih atas masukan dan
dukungannya .
14. Teman-teman PPL MTs Al-Asror Gunung Pati (Udin, Ahsan, Malik, Mujiono,
Umam, Hendra, Royanti, Ilyana) terimakasih telah ngajari banyak hal tentang
“Teaching”.
15. Teman-teman KKN Posko 18 Bringinsari Kendal (Pendi, Ami, Wildan, Aan,
Ikhfa, Ina, Faizah, Dwi, Pujiono, Mb. Nur, Irma, Afif, Ahsan, Uplik, Nedi, Lulu,
Agung), terimakasih atas dukungan dan desakannya.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi materi dan analisisnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap, semoga apa yang tertulis dalam
skripsi ini bisa bemanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada
umumnya. Amin.
Semarang, 5 Januari 2009
Penulis
ix
ABSTRAK
Indah Budi Lestari (NIM. 3104236). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Biologi Di MAN Babakan Lebaksiu Tegal. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Biologi IAIN Walisongo, 2004.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:1)Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran biologi kelas X MAN Babakan (X); 2) Bagaimana minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Biologi (Y); 3) Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN Babakan Lebaksiu Tegal.
Penelitian ini menggunakan metode survai dengan tehnik analisis regresi satu prediktor. Populasi penelitian sebanyak 353 orang, kemudian diambil sampel 11,9% sehingga diperoleh sampel sebanyak 42 orang. Pengumpulan data menggunakan metode angket, dokumentasi dan observasi. Metode angket digunakan untuk menggali data tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal, metode dokumentasi digunakan untuk menggali data-data tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran Biologi.
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi dan korelasi (analisis regresi dan satu prediktor dengan skor deviasi). Pengujian hipotesis penelitian menunjukan bahwa: 1) Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas X MAN Babakan berada dalam kategori ”cukup”, dan rata-ratanya adalah 66 pada interval 65-67. 2) Minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Biologi juga dalam kategori ”cukup” dan rata-ratanya adalah 65,92 yang berada pada interval 65-67. 3) Ada pengaruh positif antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal yang ditunjukan oleh rxy = 0,6365. sementara berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dapat diketahui bahwa persamaan regresi Y = 0,5182 X + 31,3701 sedangkan untuk menguji signifikansi dari persamaan regresi tersebut digunakan analisis varian untuk regresi.
Adapaun pengaruh signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Biologi hal ini ditunjukan dari nilai bahwa Fhitung = 27,2373 > Ftabel untuk taraf signifikansi 5% adalah 4,08 sedangkan pada taraf signifikansi 1% adalah 7,31. Karena Fhitung > Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tesebut signifikan. Sedangkan pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Biologi yaitu sebesar 0,6365. Yang sebesar 0,304 pada taraf signifikansi 5% dan 0,393 pada taraf signifikansi 1%. Karena rxy > rt, maka hasilnya signifikan.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
HALAMAN DEKLARASI ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... ix
HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
HALAMAN DAFTAR DIAGRAM ..................................................................... xiv
BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II: LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Pembelajaran Kooperatif ............................................................... 6
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ......................................... 6
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif ............................................ 7
3. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ...................................... 7
4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif................................................ 9
5. Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif............................. 11
6. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ............. 12
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...........................................
13
xi
C. Minat Belajar ................................................................................ 16
1. Pengertian Minat Belajar............................................................ 16
2. Unsur-Unsur Minat .................................................................... 18
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat ............................... 19
4. Usaha Untuk Membangkitkan Minat ........................................ 20
D. Biologi ........................................................................................... 21
1. Hakikat Biologi ......................................................................... 21
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Biologi................................
E. Tabulasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi
Pelajaran Biologi Kelas X ............................................................
23
23
23
F. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Terhadap Minat Belajar Siswa......................................................
24
G. Kajian Penelitian yang Relevan .................................................... 26
H. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 27
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ..........................................................................
28
B. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................ 28
C. Variabel Penelitian ........................................................................
D. Metodologi Penelitian ..................................................................
28
29
E. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel ..................... 30
F. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 30
G. Metode Analisis Data ................................................................... 32
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Belakang MAN Babakan .....................................................
1. Tinjauan Historis .......................................................................
2. Visi, Misi dan Tujuan MAN Babakan ......................................
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian .....................................................
1. Data Tentang Model Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw ........................................................................................
2. Data Tentang Minat Belajar Siswa.............................................
34
34
35
36
36
40
44
xii
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................
1. Analisis Pendahuluan ................................................................
44
2. Analisis Uji Hipotesis................................................................. 46
D. Pembahasan Hasil Penelitian.........................................................
E. Keterbatasan Penelitian..................................................................
53
55
BAB V: SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................ 57
B. Saran .............................................................................................. 58
C. Penutup .......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif ... 11
2. Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar............................................. 23
3. Tabel 4.1 Nilai Instrumen Kuesioner Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw ........................................................................................................ 36
4. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Mean Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw ......................................................................................................... 38
5. Tabel 4.3 Kualifikasi dan Interval Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw ......................................................................................................... 39
6. Tabel 4.4 Rekapitulasi Jawaban Angket Minat Belajar Siswa Kelas X ............ 40
7. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Mean Minat Belajar Siswa Kelas X ......... 42
8. Tabel 4.6 Kualifikasi dan Interval Minat Belajar Siswa Kelas X ...................... 44
9. Tabel 4.7 Tabel Kerja Koefisien Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw dan Minat Belajar Siswa Kelas X .................................................. 45
10. Tabel 4.8 Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi ............................................ 52
11. Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Ujireg dan rxy ............................................................ 52
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Ilustrasi Jigsaw .................................................................................. 14
2. Gambar 1 Histogram Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsa .................... 40
Gambar 2 Histogram Minat Belajar Siswa Kelas X Pada Mata
Pelajaran Biologi................................................................................................. 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai
hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1 Dengan
belajar tersebut siswa melakukan kualitatif individu, sehingga tingkah lakunya
berkembang selanjutnya akan bermanfaat bagi kehidupan kelak, belajar bukan
suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.2 Oleh karena
itu belajar berlangsung dengan aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai
bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan, semua aktifitas dan prestasi hidup
manusia tidak lain adalah hasil dari proses belajar.3
Pada masa sekarang ini anak-anak sekolah kurang memperhatikan belajar,
mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dengan bermain atau
menonton televisi dari pada belajar. Sehingga minat belajar pada diri peserta
didik berkurang atau bahkan tidak ada minat belajar dalam diri siswa.
Dalam pengelolaan pengajaran, peserta didik yang duduk dengan rapi dan
diam juga tidak dapat dipastikan memperhatikan semua penjelasan guru bisa saja
pandangan mata peserta didik terarah pada gerak sikap dan gaya mengajar. Guru
juga sadar bahwa pelajaran yang diberikan tidak semuanya dapat diserap peserta
didik, untuk memudahkan guru mengajar dalam jiwa peserta didik harus ada
minat untuk belajar.
Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan
bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya. Dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Minat tidak dibawa
1 Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995),hlm. 2. 2 Oemar Hamalik , Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi aksara, 2003), hlm. 29. 3 Wasti Sumanto, Psikologi Pendidikan . (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hlm. 99.
2
sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Mengembangkan minat terhadap
sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan
antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai
individu.4
Guru yang mengetahui seberapa besar minat belajar siswa terhadap suatu
mata pelajaran yang disampaikan, akan lebih mudah melaksanakan tugas
mengajar dan mendidik. Bila siswa berminat terhadap suatu pelajaran dengan
sendirinya dia akan memperhatikan dalam jangka waktu tertentu.5
Mata pelajaran Biologi berkaitan erat dengan cara mencari tahu, atau
proses penemuan untuk memahami alam secara secara sistematis. Dalam
pembelajaran Biologi guru harus memberi pengalaman belajar. Yang mendorong
keberhasilan belajar adalah siswa harus mempunyai minat untuk belajar.
Minat bukan sesuatu yang dimiliki seseorang dengan begitu saja
melainkan harus diusahakan dan dikembangkan, begitu juga dengan minat
belajar pada mata pelajaran Biologi, seorang guru harus dapat menjadikan
siswanya supaya mau belajar dengan giat baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Melihat problematika di atas guru Biologi dalam mengatasi hal tersebut
harus menggunakan salah satu model pembelajaran, supaya siswanya mempunyai
minat untuk belajar. Para ahli menganggap metodologi pengajaran sebagai ilmu
bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang
lain dalam proses pengajaran.6 Untuk mengatasi problematika tersebut dengan
menggunakan salah satu metode mengajar, yaitu model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama
yang terdiri 5-6 orang siswa. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah
usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa. Sedangkan Jigsaw merupakan
strategi pembelajaran kooperatif yang memungkinkan masing-masing siswa
dalam suatu kelompok mengkhususkan diri pada suatu materi pembelajaran.
4 Slameto, op.cit., hlm. 180. 5 Syaiful Bahri Djamarah , Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka
Cipta , 2000) hlm. 20. 6 Slameto, op.cit., hlm. 184
3
Pada pembelajaran tipe ini tiap anggota kelompok mempelajari materi yang
berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya. Jadi
disini setiap anggota kelompok harus siap dan bertanggungjawab terhadap materi
yang akan diajarkan pada teman sekelompoknya. Dengan tujuan membiasakan
dan merangsang siswa untuk tekun, rajin dan giat dalam belajar.
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diharapkan dapat
menumbuhkan minat belajar pada siswa dengan sendirinya. Belajar dengan minat
akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat. Minat ini
timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya,
atau merasa bahwa sesuatu yang dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.
Minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk membahas dalam
skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Biologi di MAN
Babakan Lebaksiu Tegal”.
B. Identifikasi Masalah
1. Para siswa kurang sekali memperhatikan belajarnya, khususnya pada mata
pelajaran Biologi mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
bermain atau menonton TV dari pada belajar. Akibatnya minat belajar pada
diri siswa kurang atau bahkan tidak ada minat pada diri siswa.
2. Kurangnya perhatian pada diri siswa dalam hal belajar khususnya mata
pelajaran Biologi sebagai wujud kurangnya pengawasan guru dan orang tua.
3. Secara umum adanya keterbatasan jam pelajaran Biologi di MAN, sehingga
perlu dikembangkan komunikasi aktif antara guru dan orang tua untuk
menjebatani masalah tersebut.
4
C. Pembatasan Masalah
Berangkat dari permasalahan di atas, serta pertimbangan waktu dan biaya,
maka penulis membatasi permasalahan ini sebagai berikut:
1. Sasaran penelitian terbatas pada siswa kelas X semester gasal tahun ajaran
2008/2009.
2. Sasaran penelitian terbatas pada mata pelajaran Biologi materi pokok Virus
dan Bakteri.
Dalam pembatasan masalah ini, agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam
memberikan interpretasi serta memudahkan dalam pemahaman maka perlu
dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam skripsi ini:
a. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, ras atau suku yang
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap siswa harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. 7
b. Jigsaw
Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen.
Materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa berupa teks dan setiap
anggota bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari.8
c. Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.9
Belajar adalah suatu proses suasana yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.10
7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Wina Sanjaya, 2006), hlm. 242. 8Muslimin Ibrahim, op.cit. hlm. 21. 9 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 136.
5
Sehingga minat belajar adalah kecenderungan yang agak menetap
dimana subyek dalam hal ini siswa merasa senang dalam mengikuti pelajaran,
tertarik untuk belajar dan adanya dorongan yang kuat dalam untuk belajar
serta perhatian dalam hal belajar.
d. Biologi
Biologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk mahluk hidup,
hewan, tumbuhan dan jasad renik.11
D. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah :
1. Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran
Biologi kelas X di MAN Babakan Lebaksiu Tegal?
2. Bagaimana minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Biologi di MAN
Babakan Lebaksiu Tegal?
3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap
minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Biologi di MAN Babakan
Lebaksiu Tegal?
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan informasi bagi kalangan pendidik tentang model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran Biologi di MAN
Babakan Lebaksiu Tegal dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa pada
mata pelajaran Biologi
2. Memberikan masukan pada pihak sekolah terhadap ketepatan pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran Biologi di
MAN Babakan Lebaksiu Tegal
3. Menambah wawasan keilmuwan bagi penulis dan sebagai informasi bagi
masyarakat tentang pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
pada mata pelajaran Biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal.
10 Slameto, op.cit., hlm.2 11 M.H Sitorus, Istilah-Istilah Biologi, (Bandung: Irama Wijaya, 1999), hlm. 23.
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap siswa harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.1
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman
sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan pada siswa yang berbeda latar belakangnya.2
Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas
praktis yang dapat digunakan guru untuk membantu siswanya belajar
setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai
pemecahan kompleks. Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu belajar satu sama
lainnya. Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi
pembelajaran di dalam kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi
selama proses pembelajaran, pembelajaran yang terbaik tercapai di tengah
percakapan di antara siswa. Guru mengubah deretan tempat duduk siswa
yang telah mereka duduki sekian lama dan dengan menciptakan
lingkungan kelas baru tempat siswa, secara rutin dapat saling membantu
satu sama lain guna menuntaskan bahan ajar akademiknya.3
1 Wina Sanjaya, Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2007), hlm.242. 2 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), hlm.42. 3 Mohamad Nur, Pembelajaran kooperatif, (Surabaya: Unesa, 2005), hlm.1-2.
7
Dalam agama Islam juga mengenal kerjasama sebagaimana
terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2:
(#θçΡuρ$yès?uρ ’n? tã ÎhÉ9 ø9$# 3“ uθ ø)−G9 $# uρ ( Ÿωuρ (#θ çΡuρ$ yès? ’n? tã ÉΟøO M}$# Èβ≡uρô‰ ãèø9 $# uρ
“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan dan jangan tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran”.
Ayat tersebut merupakan prinsip dasar dalam menjalin kerjasama
dengan siapapun selama tujuannya adalah kebajikan dan ketakwaan.4
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:5
a. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajarnya
b. Kelompok di bentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah
c. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu
3. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa unsur, di antaranya
sebagai berikut :
a. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat begantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa
mencapai tujuan mereka.6
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota
masing-masing kolompok perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan
kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan
4 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta
Lentera Hati, 2005), Cet, I, hlm. 14 5 Ibid, hlm. 7. 6 Anita Lie, op. cit., hlm. 32.
8
kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan
positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan
manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan
semua ini memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing
anggota kelompok.7
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran
kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok
adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka
dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih kaya
daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil
kerjasama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing
anggota.8
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling
memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka
akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota
kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi
kekurangan masing-masing.9
d. Komunikasi antar anggota
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting
sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh
karena itu, sebelum melakukan pembelajaran, guru perlu membekali
7 Wina Sanjaya, op. cit., hlm. 246. 8 Anita Lie, op. cit., hlm. 33. 9 Wina Sanjaya, op. cit., hlm. 147.
9
siswa dengan kemampuan bekomunikasi. Tidak semua siswa
mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan
mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan
kelompok ditentukan oleh partisiasi setiap anggotanya.10
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar
selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini
tidak harus diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar
terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.11
4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para
siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka
butuhkan supaya bisa menjadi masyarakat yang bahagia dan memberikan
konstribusi. Pembelajaran koopertif juga menciptakan situasi dimana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya.12
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap individu, dan pengembangan keterampilan
sosial.
a. Hasil Belajar Akademik
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademik penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur
10 Ibid. 11 Anita Lie,op. cit., hlm. 35. 12 Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2008), hlm. 82.
10
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan
hasil belajar.
b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu.
Tujuan lain pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara
luar dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, dan kemampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang
bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan Keterampilan Sosial.
Unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai
keterampilan sosial seperti tenggangrasa, perilaku sopan santun
terhadap teman, menghargai orang lain, mempertahankan ide yang
logis dan keterampilan lain yang bermanfaat seperti kepemimpinan
kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola
konflik. Semua diajarkan untuk menjalin interpersonal.13
Pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi keterampilan-keterampilan
sosial. Penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda
masih kurang dalam keterampilan sosial.14
Tujuan pembelajaran kooperatif akan tercapai jika siswa dapat
bekerjasama dan tiap-tiap individu ikut andil menyumbang untuk
mencapai tujuan tersebut. Pola pencapaian tujuan dalam pembelajaran
kooperatif ini dapat digambarkan seperti dua orang yang memikul balok.
Balok akan dapat dipikul bersama-sama jika kedua orang tersebut berhasil
memikulnya, kegagalan salah satunya saja dari kedua orang itu berarti
kegagalan keduanya. Demikian pula dengan tujuan yang akan dicapai oeh
suatu kelompok siswa. Tujuan kelompok akan tercapai apabila semua
anggota kelompok mencapai tujuannya bersama-sama.
13 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 122.
14 Muslimin Ibrahim, op.cit., hlm.7-9.
11
5. Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,
terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Terdapat empat pendekatan
yang merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif yaitu STAD, Jigsaw, Investigasi
Kelompok (Teams Games Tournamens atau TGT), dan pendekatan
Structural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head
Together (NHT).15
Tabel 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif
STAD JIGSAW INVESTIGASI
KELOMPOK
PENDEKATAN
STRUKTURAL Tujuan
Kognitif
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik tingkat
tinggi dan
ketrampilan inkuiri
Informasi akademik
sederhana
Tujuan
Sosial
Kerja
kelompok dan
kerja sama
Kerja kelompok
dan kerja sama
Kerjasama dalam
kelompok
kompleks
Ketrampilan
kelompok dan
ketrampilan sosial
Struktur
Tim
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 4-5
orang anggota
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 4-6
orang anggota
menggunakan
pola kelompok
“asal” dan
kelompok “ahli”
Kelompok belajar
dengan 4-6anggota
homogen
Bervariasi berdua,
bertiga, kelompok
dengan 4-6 anggota
Pemilihan
Topik
Pelajaran
Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Tugas
Utama
Siswa dapat
menggunakan
Siswa
mempelajari
Siswa
menyelesaikan
Siswa mengerjakan
tugas-tugas yang di
15 Ibid, hlm.49-50.
12
lembar
kegiatan dan
saling
membantu
untuk
menuntaskan
materi
belajarnya
materi itu inkuiri kompleks berikan sosial dan
kognitif
Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dapat berupa tes mingguan
Menyelesaikan proyek dan
menulis laporan, dapat
menggunakan tes essay
Bervariasi
6. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
a. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
1. Tidak terlalu menggantungkan kepada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain.
2. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
3. Dapat membantu anak untuk tanggap pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
5. Untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan
sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain dan mengembangkan
ketrampilan mengatur waktu.
6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa auntuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,
13
karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
7. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini
berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
1. Memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit dan perencanaan
yang matang.
2. Persaingan tidak sehat akan terjadi manakala guru tidak dapat
memberikan pengertian kepada siswa.
3. Bagi siswa yang tidak memiliki disiplin diri atau malas terbuka
kemungkinan tetap pasif dan kemungkinan besar bisa
mempengaruhi dan mengganggu kelompoknya sehingga kelompok
tersebut mengalami kegagalan
4. Jika tugas yang diberikan kepada masing-masing kelompok tidak
dibatasi dengan waktu tertentu, maka tugas cenderung terabaikan
5. Tugas guru akan menjadi lebih berat.16
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan teman-teman di Universitas John
Hopkins pada tahun 1978.17 Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
orang secara heterogen. Materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa
berupa teks dan setiap anggota bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari.18
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
16 Wina Sanjaya., op. cit. 249-250. 17 Robert E. Slavin, op.cit., hlm. 235. 18Muslimin Ibrahim,. op.cit. hlm. 21.
14
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari
materi yang ditugaskan”.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk yang
merupakan gabungan dari beberapa kelompok ahli. Kelompok ahli yaitu
anggota dari kelompok asal berbeda yang mendapat tugas topik yang sama
berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut.19
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi
yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu
sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan
selesai, para anggota kelompok kemudian kembali kepada kelompok asal dan
mengajarkan kepada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan
pada saat pertemuan di kelompok ahli.20
Kelompok asal (4-5 anggota yang heterogen dikelompokan)
Kelompok ahli (Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal)
Gambar. I
Ilustrasi yang menunjukan Tim Jigsaw
19 Ibid. 20 Robert E. Slavin, op. cit, 237.
ABCDE
ABCDE
ABCDE
ABCDE
ABCDE
AAAAA
BBBBB
CCCCC
DDDDD
EEEEE
Kelompok asal
Kelompok ahli
15
Langkah-langkah yang dipersiapkan dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut: 21
1. Materi
Memilih satu atau dua bab, cerita atau unit-unit lainnya, yang masing-
masing mencakup materi untuk dua atau tiga hari, kemudian membuat
sebuah lembar ahli untuk tiap topik. Lembar ahli ini akan mengantarkan
kepada siswa untuk berkonsentrasi saat membaca dan dengan kelompok
ahli yang akan bekerja. Lembar ini berisi empat sampai enam topik
2. Membagi siswa ke dalam kelompok asal
Membagi siswa ke dalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai
enam anggota, tim tersebut terdiri dari seorang siswa yang berprestasi
tinggi, berprestasi sedang dan yang berprestasi rendah.
3. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli
Kelompok ahli diambil dari kelompok asal yang berbeda, apabila jumlah
siswa lebih dari enam maka kelompok ini dibagi menjadi dua supaya lebih
maksimal.
Adapun kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara
instruksional sebagai berikut:22
1. Membaca
Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk
menemukan informasi yang berhubungan dengan topik mereka.
2. Diskusi kelompok ahli
Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya
dalam kelompok-kelompok ahli.
3. Laporan tim
Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing (kelompok
asal) untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya.
21 Ibid, hlm. 238-241 22 Ibid.
16
4. Tes
Setelah selesai menjelaskan pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa
yang dipelajari selama bekerja kelompok dengan menggunakan tes secara
individual.
C. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Untuk dapat memahami minat, di bawah ini akan dikemukakan
beberapa pendapat para ahli mendefinisikan tentang minat, diantaranya:
a. Slameto
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu
hal atau aktivitas.23
b. Elizabeth B. Hurlock
“Interest are source of motivation which drive people to do what they
want to do when they are free to choose. When they see that
something will bebefit them, they become interested in it”.24
Minat adalah sumber motivasi yang mengarahkan orang untuk
berbuat. Ketika ia menjumpai sesuatu akan dibutuhkannya mereka
menjadi tertarik di dalamnya.
c. Sholeh Abdul Aziz dalam bukunya yang berjudul At Tarbiyah wa
Thuruqu at Tadris Juz 1, mendefinisikan
25مظاهر الفعالالهتمام هو استعدادىف ا“Minat adalah kecenderungan yang berhubungan dengan perbuatan”
Dari beberapa definisi di atas disimpulkan bahwa minat adalah
kecenderungan terhadap sesuatu yang terdiri dari suatu campuran perasaan
senang, harapan, perasaan tertarik, pemusatan perhatian yang terlahir
23Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1995), hlm.180. 24Elizabeth B. Hurlock, Child Development, . p.420, tt. 25 Sholeh Abdul Aziz, At Tarbiyah wa Thuruqu at Tadris Juz 1, (Makkah: Darul Ma’arif,
1971), hlm.206.
17
dengan penuh kemauan dan kecenderungan-kecenderungan yang lain,
yang mengarah pada suatu pilihan atau motif.
Sedangkan pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relative tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman.26 Untuk lebih
jelasnya penulis paparkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar
antara lain:
a. Clifford T Morgan
“Learning may be defined as any relatively permanent change in
behavior which occurs as a result of experience or practice”27
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang
relative tetap merupakan hasil dari pengalaman atau latihan.
b. Jabir Abdul Hamid Jabir dalam bukunya yang berjudul
Siikuuluujiyyah At Ta’lum mendefinisikan
28يعرف التعلم بانه تغري ىف االراء أوتعديل ىف السلوف عن اخلرية املوان
“Dinamakan Belajar dikarenakan karena adanya perubahan tindakan atau penyesuaian tingkah laku melalui pengetahuan”.
c. Oemar Hamalik
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi
antara individu dan lingkungan.29
Dari beberapa definisi di atas disimpulkan bahwa belajar adalah
usaha perubahan-perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
26Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm.34 27 Cliford T. Morgan, Indroduction to psychology, (New York, M. Grow - Hill, 1971), hlm.
63 28 Jabir Abdul Hamid Jabir, Siikuuluujiyyah At Ta’lum, (Mesir: Daarun Nahdhoh Al
Arabiyah, 1978), hlm. 8. 29Oemar hamalik, Pendekatan Baru Strategi belajar mengajar Berdasarkan CBSA,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), Cet III, hlm. 4.
18
Dari beberapa definisi di atas yang dimaksud dengan minat belajar adalah
suatu kecenderungan hati seseorang terhadap sesuatu obyek, yang disertai
adanya perhatian dan keaktifan yang saling berhubungan untuk tujuan
melalui aktifitas disengaja akhirnya melahirkan perubahan yang relative
tetap baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2. Unsur-unsur Minat
a. Perasaan senang.
Syaiful Bahri Djamarah mengungkapkan bahwa seseorang yang
berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas
tersebut dengan rasa senang.30 Dengan kata lain minat adalah suatu
rasa lebih suka pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.
b. Perhatian.
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu
obyek.31 Minat dan perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu
berkaitan. Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar akan
timbul perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Tidak
semua siswa mempunyai perhatian yang sama terhadap pelajaran yang
di sajikan oleh guru. Oleh karena itu diperlukan kecakapan guru untuk
membangkitkan perhatian siswa. Ada dua macam jenis perhatian yaitu
perhatian yang disengaja dibangkitkan oleh seorang guru dan perhatian
spontan yang timbul dengan sendirinya dalam diri siswa.
c. Motif.
Motif menurut S. Nasution adalah segala daya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.32 Dalam proses pembelajaran,
motivasi sangat diperlukan sebab siswa yang tidak mempunyai
motivasi memungkinkan besar tidak akan melakukan aktivitas belajar
dengan baik. Munculnya motivasi dalam diri siswa bukan hanya
30 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm.132 31 Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Malang, Rineka Cipta, 1990), hlm. 32 32 S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hlm. 73
19
menjadi tanggung jawab siswa itu sendiri, tapi juga tanggung jawab
guru.
d. Perasaan tertarik.
Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran akan mempelajarinya
dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik bagi dirinya.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.
Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tumbuh berkembangnya minat yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.33
a. Faktor Internal ( faktor dalam diri siswa )
1) Motivasi.
Motivasi merupakan kondisi fisiologis dan psikologis yang
terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.34 Minat
mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi sebab motivasi
muncul karena adanya kebutuhan begitu juga minat sehingga dapat
dikatakan bahwa minat adalah alat motivasi yang pokok.
2) Kebutuhan.
Seseorang yang berbuat atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya
ada kebutuhan di dalam dirinya atau sesuatu yang hendak
dicapainya.35
3) Sikap terhadap Obyek
Sikap senang terhadap obyek dapat memperbesar minat seseorang
terhadap suatu obyek. Sebaliknya jika seseorang mempunyai rasa
tidak senang terhadap obyek maka minatnya juga sedikit.
4) Tingkat Kecerdasan.
33 Lester D. Crow dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Nur Cahaya: 1989),
hlm. 303 34 Djalali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 101 35 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.
61.
20
Seseorang yang cerdas dapat mengkondisikan diri untuk
menentukan apakah berminat atau tidak.
5) Kesehatan.
Kondisi organ tubuh seperti kebugaran jasmani, tingkat gizi
mempengaruhi kondisi fisik seseorang sehingga berpengaruh
terhadap minat suatu aktivitas.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan Sosial.
Meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga
memegang peranan penting karena keluarga adalah sekolah
pertama. Dalam keluargalah seseorang dapat membina kebiasaan,
cara berfikir, sikap dan cita-cita yang mendasari kepribadianya.36
Lingkungan sosial inilah yang dapat mempengaruhi minat karena
kebiasaan yang telah ada pada lingkungan-lingkungan tersebut.
2) Lingkungan Non Sosial.
Meliputi gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal dan
letaknya, keadaan belajar, waktu belajar dan sebagainya. Hal ini
terkait dengan sarana dan fasilitas yang menunjang minat
seseorang.
4. Usaha Untuk Membangkitkan Minat.
Minat dapat timbul karena daya tarik luar dan juga datang dari hati
sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar
artinya untuk mencapai dan memperoleh benda atau tujuan yang diminati
itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal antara lain karena
keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan
yang baik serta ingin hidup bahagia. Minat belajar yang besar cenderung
menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat yang rendah akan
menghasilkan prestasi rendah.37
36 Ibid, hlm. 104. 37 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 56-57
21
Pelajaran akan berjalan lancar bila ada minat. Anak-anak malas,
tidak belajar, gagal karena tidak ada minat. Minat dapat dibangkitkan
dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Membangkitkan suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau.
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d. Menggunakan berbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja
kelompok, membaca, dan sebagainya.38
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa minat besar
pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap
suatu pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena ada
daya tarik baginya. Minat merupakan alat motivasi utama yang dapat
membangkitkan kegairahan belajar siswa dalam rentang waktu tertentu
oleh karena itu guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran
yang diberikan mudah dipahami.
Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari
pada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan
sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya, atau merasa bahwa sesuatu
yang dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.
D. Biologi
1. Hakikat Biologi
Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA),
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. IPA merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan
yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah.
Hakikat IPA meliputi empat unsur utama:
38 S. Nasution, op.cit., hlm.82
22
a. Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang
dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
b. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode
ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
c. Produk : berupa fakta, prinsip, teori dan hukum
d. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari.39
Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan
pengetahuan atau berbagai macam fakta yang perlu dihafal, IPA juga
merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam
mempelajari gejala alam.40
Biologi merupakan cabang IPA memfokuskan pembahasan pada
masalah-masalah biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah.
Sebagai cabang IPA maka dalam pembelajaran Biologi berpatokan pada
pembelajaran IPA yaitu berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi
produk, proses, sikap dan aplikasi melalui ketrampilan proses.41
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran biologi lebih
menekankan pada keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-
fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah. Pembelajaran
Biologi selama ini lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori
saja. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dikembangkan strategi
pembelajaran Biologi yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka.
39 Pusat Kurikulum, Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan rencana
Pelaksanaan Pembelajaran IPA terpadu, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang depdiknas), hlm. 1 40 Musahir, Panduan Pengajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi,
(Jakarta : CV Irfandi Putra, 2003), cet. I, hlm. 4 41 Pusat Kurikulum,, op.cit., hlm.2.
23
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Biologi
Mata pelajaran Biologi berfungsi untuk menanamkan kesadaran
terhadap keindahan dan keteraturan alam sehingga siswa dapat
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagai warga
negara yang menguasai sains dan teknologi untuk meningkatkan mutu
kehidupan dan melanjutkan pendidikan.
Mata pelajaran Biologi bertujuan untuk:
a. Memahami konsep-konsep Biologi dan saling keterkaitannya
b. Mengembangkan keterampilan dasar Biologi untuk menumbuhkan
nilai serta sikap ilmiah.
c. Menerapkan konsep dan prinsip Biologi untuk menghasilkan karya
teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
d. mengembangkan kepekaan nalar untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan proses kehidupan sehari-hari.
e. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
f. memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan.42
E. Tabulasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pelajaran
Biologi Kelas X
Materi pelajaran Biologi kelas X di MAN Babakan Lebaksiu Tegal
yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:
Materi Pembelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Sejarah Virus
Ciri-ciri Virus
Struktur Virus
Replikasi Virus
Peran Virus
Memahami prinsip-
prinsip pengelompokan
makhluk hidup
Mendesdeskripsikan
ciri-ciri, replikasi dan
peran virus dalam
kehidupan
Ciri-ciri Bakteri
Struktur Bakteri
Memahami prinsip-
prinsip pengelompokan
Mendeskripsikan ciri-
ciri, Archaeobacteria
42 Kurikulum 2004 Standar kompetensi Mata pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas,
(Jakarta: Departemen pendidikan Nasional, 2003), hlm. 2.
24
Klasifikasi
Bakteri
Replikasi Bakteri
Peran Bakteri
makhluk hidup dan Eubacteria dan
peran bakteri dalam
kehidupan
F. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Minat
Belajar Siswa
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Dalam kelas kooperatif, siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan
dan berargumentasi untuk mengarah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar
kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru,
tetapi lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat duduk yang
individual, cara belajar yang individual dan dorongan yang individul. Apabila
diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu
sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah
menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan.43
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan kelompok secara heterogen dan setiap
kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu. Tujuan
kelompok dan tanggung jawab individu adalah dalam memberikan insentif
kepada siswa untuk saling membantu satu sama lain dan untuk saling
mendorong melakukan usaha maksimal. Jika nilai siswa cukup baik sebagai
kelompok, dan kelompok hanya akan berhasil dengan memastikan bahwa
semua anggotanya telah mempelajari materinya, maka anggota akan
termotivasi untuk saling mengajar.44 Siswa yang saling memberikan
penjelasan secara terperinci satu sama lain adalah siswa yang paling banyak
43 Robert E. Slavin,op. cit.,hlm , 4. 44 Ibid, hlm. 237
25
belajar. Dengan termotivasi untuk saling mengajar ini menunjukan langkah
awal adanya minat untuk belajar.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw para siswa diberi
tugas untuk membaca beberapa bab atau unit dan diberikan lembar ahli yang
terdiri atas topik-topik yang berbeda, dan ini menjadi fokus perhatian masing-
masing anggota tim saat mereka membaca. Jadi setiap siswa harus menguasai
materi yang menjadi bagiannya supaya bisa mengajari teman satu timnya
mengenai topik mereka.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat menumbuhkan minat
belajar pada siswa dengan sendirinya, karena dalam pembelajaran ini
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk terlibat secara aktif dalam
proses berfikir dan kegiatan belajar. Belajar dengan minat akan mendorong
siswa belajar lebih baik dari pada tanpa minat.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan manfaat pembelajaran
kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar rendah antara lain sebagai berikut :
- Pemahaman yang lebih mendalam.
- Motivasi belajar yang lebih besar.
- Hasil belajar lebih tinggi.45
Ketika para siswa bekerja, bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan
kelompok, mereka akan mengekspresikan norma-norma yang baik dalam
melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan kelompok. Para siswa
di dalam kelas-kelas pembelajaran kooperatif merasa bahwa teman sekelas
mereka ingin agar mereka belajar. Pembelajaran menjadi aktivitas yang bisa
membuat para siswa lebih baik prestasinya.46
45 Muslimin Ibrahim., op. cit.hlm. 18-19. 46 Ibid, 35
26
G. Kajian Penelitian yang Relevan
Kajian Penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara
masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai serta
hubungannya dengan penelitian terdahulu yang relevan.47 Pada dasarnya
urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan auto kritik terhadap penelitian
yang ada baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya sekaligus sebagai
bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Dan untuk menghindari
terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang
sama dan hampir sama dari seseorang baik dalam bentuknya skripsi buku dan
dalam bentuk lainnya. Maka peneliti akan memaparkan karya- karya yang
relevan dengan penelitian ini.
1. Skripsi yang disusun oleh Mahpuroh mahasiswa IKIP PGRI Semarang,
dengan judul “Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Kelas VIIA
Melalui Pembelajaran kooperatif Jigsaw Pada Pokok Bahasan
Keanekaragaman Makhluk Hidup MTs Assalam Kejene Tahun Pelajaran
2007/2008”. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
penerapan jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIIA
MTs Assalam Kejene.
2. Skripsi yang disusun oleh Diah Isnaniyah mahasiswa IKIP PGRI
Semarang dengan judul “Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan Jigsaw
Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Siswa SMP Negeri 27 Semarang
Kelas VIII Semester 1 Tahun 2006/2007”. Berdasarkan penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw nilai rata-
rata kelas naik dan aktivitas siswa di dalam kelas meningkat
3. Skripsi yang disusun oleh Evi Heri Kustanti pada tahun 2005 Mahasiswa
fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang dengan judul “Penerapan
Strategi Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa
Kelas II MTs N Parakan Temanggung Pada Konsep Sistem Saraf”
berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan jigsaw
47 Sujai, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, ( Semarang :
Tarbiyah Press, 2007), Cet. III, hlm. 41.
27
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas II MTs N
Parakan Temanggung pada konsep sistem saraf.
H. Pengajuan Hipotesis
Hipotesa berasal dari kata ”hypo” yang berarti dibawah dan ”thesa”
yang berarti kebenaran. Hipotesis adalah suatu jawaban bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai akhir terbukti melalui data yang
terkumpul.48
Dalam hal ini peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada pengaruh
positif pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat
belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Biologi di MAN Babakan Tegal.
48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta:
Rineka Cipta, 2002), hlm.46.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
pada mata pelajaran Biologi kelas X di MAN Babakan Lebaksiu Tegal.
2. Untuk mengetahui seberapa besar minat belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran Biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw terhadap minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran
Biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1) Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian tanggal 24 September sampai dengan 23 Oktober
tahun 2008.
2) Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Babakan Lebaksiu
Tegal, pada kelas X.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu, variabel
bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable)
a. Variabel bebas yaitu variabel yang memberikan pengaruh. Variabel
bebas disini berupa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dengan
indikator:
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 96.
29
1. Adanya saling ketergantungan positif
2. Adanya tanggung jawab individual
3. Tatap muka antar anggota kelompok
4. Adanya komunikasi antar anggota kelompok
5. Adanya evaluasi proses kelompok
b. Variabel terikat yaitu variabel yang diberikan pengaruh. Variabel terikat
disini berupa minat belajar, dengan indikator:
1. Perasaan senang siswa pada pembelajaran Biologi
2. Ketertarikan siswa pada mata pelajaran Biologi
3. Motivasi siswa untuk belajar pada mata pelajaran Biologi
4. Perhatian siswa saat berlangsungnya pembelajaran Biologi
D. Metodologi Penelitian
Metode adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses
penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan
yang di jalankan untuk memperoleh fakta-fakta dalam prinsip-prinsip dengan
sabar, hati-hati dan sistematis untuk menjawab kebenaran.2
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai
dengan analisis regresi. Penelitian survai adalah penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok.3 Sedangkan tehnik analisis regresi yang
digunakan adalah tehnik analisis regresi satu prediktor dengan skor deviasi.
Tehnik ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai taraf hubungan
yang terjadi variable (ubahan) kriterium dan prediktor.4
2 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hlm. 24. 3 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989)
Cet I, hlm. 1. 4 Sutrisno Hadi, Analisis regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm. 1.
30
E. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sudjana
mengatakan populasi sebagai karakteristik tertentu dari semua anggota
kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.5
Penelitian yang penulis lakukan menggunakan obyek siswa kelas X MAN
Babakan Lebaksiu Tegal, terdapat sembilan kelas. Keseluruhan siswa kelas
X berjumlah 353 orang. Untuk itulah penulis menggunakan penelitian
sampel.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti.6 Adapun sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa kelas X MAN Babakan
yang terdiri dari 42 orang siswa.
3. Tehnik Pengambilan sampel
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tehnik Random sampling. Random sampling adalah pengambilan
sampel penelitian secara random atau tanpa pandang bulu.7 Hasil dari
Random Sampling memiliki sifat yang obyektif.
Mengenai penelitian yang dilakukan berkaitan dengan banyak
sedikitnya subyek yang diteliti, Suharsimi berpendapat apabila subyeknya
kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Selanjutnya apabila
jumlah populasi tersebut besar atau lebih dari 100 maka dapat di ambil 10-
15 % atau 20-25% atau lebih.8 Berdasarkan pendapat tersebut, maka
sampel yang akan diambil adalah 11,9%, dari populasi yang ada.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data, maka penulis menggunakan metode-metode
sebagai berikut:
5 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), hlm. 6. 6 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 239. 7 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta, Andi Offset, 2000), hlm. 75. 8 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 112
31
a. Metode Angket
Angket merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.9 Angket ini diberikan kepada siswa untuk
memperoleh data mengenai tanggapan tentang model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran
Biologi. Jenis angket yang dipakai dalam penelitian ini adalah instrumen
quesioner skala Likert, dengan 20 pertanyaan tentang model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan 20 pertanyaan tentang minat belajar pada mata
pelajaran Biologi yang terdiri atas pertanyaan positif dan pertanyaan
negatif. Masing-masing butir pertanyaan diikuti dengan empat alternatif
jawaban yaitu:
1. Sangat Setuju ( SS )
2. Setuju ( S )
3. Tidak Setuju ( TS )
4. Sangat Tidak Setuju ( STS )
Pertanyaan tersebut menggunakan scoring 4,3,2,1 untuk pertanyaan positif
dan 1,2,3,4 untuk pertanyaan negatif.10
b. Metode Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan atau
data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan.11 Sesuai dengan data yang dikumpulkan maka dalam
penelitian penulis melakukan pengamatan dengan observasi non partisipasi
yaitu penulis duduk di belakang mengamati kegiatan yang dilakukan oleh
guru mata pelajaran Biologi dalam proses belajar mengajar.
9 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 199 10 Mardalis, Op.cit., hlm. 70. 11 Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2006),
hlm. 76.
32
c. Metode Dokumentasi
Metode dokomentasi merupakan metode yang digunakan dengan
mencari data melalui peninggalan tertulis seperti arsip dan termasuk juga
buku- buku tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian12. Dokumen yang dikumpulkan berupa profil sekolah,
data siswa dan rencana pelaksanaan pembelajaran, hal ini dimaksudkan
untuk memperoleh data yang berhubungan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran Biologi kelas X di MAN
Babakan Tegal.
G. Metode Analisis Data
1. Deskripsi Data
Yaitu menggambarkan data yang ada untuk memperoleh data dari
responden, sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang
tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Analisis yang digunakan
adalah statistic deskriptif untuk melakukan perhitungan terhadap harga
rata-rata mean dari setiap variabel penelitian, dari perhitungan tersebut
kemudian dideskripsikan dalam distribusi frekuensi skor masing-masing
variabel penelitian dan divisualisasikan dalam histogram.
2. Melakukan Inferensi
Untuk mendapatkan sebuah kesimpulan secara logis atas data yang ada
dalam penelitian ini, maka perlu diuji melalui uji hipotesis. Dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari korelasi antara Prediktor (X) dan Kriterium (Y)
Dengan menggunakan tehnik korelasi momen tangkar dari pearson,
dengan rumus sebagia berikut:13
( )( )∑∑∑=
22 xx
xyrxy
12 S. Margono, op. cit., hlm. 181. 13 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm.4.
33
b. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak
c. Mencari persamaan garis regresi metode skor devisiasi, dengan rumus:
N
YY ∑= &
NX
X ∑=
d. Mencari varian regresi dengan menggunakan rumus regresi satu
predictor dengan analisis Varian, yaitu dengan rumus:14 Sumber Variasi db JK RK F reg
Regresi 1
( )∑∑
2
2
XXY
reg
reg
DbJK
Residu (N-2)
( )∑∑∑ − 2
22
XXY
Y reg
reg
DbJK
res
reg
RKRK
Total N-1 Σ Y² -
Dari perhitungan menggunakan rumus di atas, maka dapat
diketahui hasilnya (Freg). Setelah mengetahui harga F regresi maka dapat
dilakukan uji hipotesis dengan membandingkan regresi dengan nilai table
yang ada dengan patokan:
a. Bila Freg yang diperoleh yaitu sama atau lebih besar dari harga Ftabel
yang ada pada tabel (F teoritis) pada taraf signifikansi 1% atau 5%
maka harga Fregresi yang diperoleh berarti signifikan atau hipotesis
diterima.
b. Bila Freg yang diperoleh itu lebih kecil dari harga Ftabel yang ada
pada tabel (F teoritis) pada taraf signifikansi 1% atau 5 % maka harga
F regresi yang diperoleh berarti tidak signifikan atau hipotesis
ditolak.
14 Ibid, hlm.16.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Dan Perkembangan MAN Babakan
1. Tinjauan Historis
Keberadaan MAN Babakan tidak bisa lepas dari ikatan pondok
Pesantren Lebaksiu Tegal, karena MAN lahir dari gagasan dan usaha
pengurus pondok pesantren Ma’hadut Tholabah Babakan saat itu. MAN
berdiri sebagai manifestasi dari rasa tanggung jawab para ulama kalangan
pondok pesantren untuk ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan bangsa dan
Negara dari ajaran komunis pasca G 30 S / PKI.
Sejarah ini berawal dari restrukturisasi organisasi kepengurusan
pondok pesantren Babakan di bawah tahun 1966, pada masa kepemimpinan
KH. Isa Mufti sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pondok pesantren
Babakan dan untuk memenuhi kebutuhan keragaman pendidikan sesuai
tuntutan zaman. Maka dari itu dikembangkanlah “Madrasah Diniyah
Tsanawiyah” untuk dipercayakan kepada beliau Kyai Baidowi “Madrasah
Diniyah Muallimat” dipercayakan kepada beliau Muslich Ma’sum, BA. Dan
untuk pendidikan umumnya dikembangkanlah (Madrasah Menengah
Pertama) dan (Madrasah Menengah Atas) dipercayakan kepada beliau KH.
Sofwan Mufti, BA.
Penegrian MMP Menjadi MTs AIN (Madrasah Tsanawiyah Agama
Islam Negeri) tanggal 20 April 1968 dengan kepala Madrasah Sofwan
Mufti, Ba. Maka usulan permohonan penegrian MMA tanggal 1 maret 1968
yang ditanda tangani oleh ketua pengasuh ketua pondok pesantren Bapak
KH. Isa Mufti dan Kepala Madrasah Sofwan Mufti, BA juga turun dengan
SK Menteri Agama Nomor: 81 tahun 1968 tanggal 19 April 1968. MMA
berubah menjadi MAAIN (Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri).
Kondisi MAAIN saat ini sangat memprihatinkan kelas dengan pagar
bambu berlantaikan tanah, berpapan tulis kusam. Semua bangunan masih
meminjam milik pondok pesantren Babakan. Walaupun sudah resmi di
35
bawah naungan Departemen agama kondisi muridnya masih hanya kalangan
santri yang mondok di pondok pesantren Babakan. Hingga akhir tahun
1979/1980 MAAIN berkesempatan memiliki tanah dengan jalan tukar
tambah dengan “Tanah Bengkok Carik” yang terletak di sebelah timur desa
Babakan dengan luas 2580 M2 kemudian dibangun lokasi dan 1 kantor
bantuan dari Departemen Agama, yang pada akhirnya dari tahun ketahun
terus bertambah lokal dan prasarana lainnya.
Nama MAAIN terus disandang hingga akhir tahun 1978, berdasarkan
SK Menteri Agama MAAIN berubah menjadi MAN mulai tahun 1978
bersamaan dengan perpanjangan tahun ajaran menjadi menjadi 1½ tahun.
Kurikulum MAN dengan mata pelajaran Agama mengalami perubahan
jurusan IPA dan IPS. Untuk jurusan IPA Terealisir pertamakali tahun
1982/1983 . Kurikulum diperbaharui dengan kurikulum 1994 dengan
jurusan-jurusan Bahasa, IPA dan IPS. Di MAN ditawarkan jurusan IPA dan
IPS sedangkan jurusan bahasa belum bisa dilaksanakan.
Status keberadaan MAN semakin meningkat dalam hasanah
pendidikan nasional dengan UU no. 2 tahun. 1992 tentang pendidikan
nasional. Dalam undang-undang tersebut disebutkannya bahwa MAN adalah
SLTA umum (bukan kejurusan kedinasan atau yang lain) yang dikelola
Departemen Agama yang bercirikan agama Islam. Oleh karena itu mulai
tahun 1993/1995 EBTANAS dilaksanakan bersama-sama dengan SMA dan
MAN berbeda.
2. Visi, misi dan tujuan MAN Babakan
Visi MAN Babakan Lebaksiu Tegal adalah:
1. Berilmu ilmiah
2. Beramal islamiyah
3. Berahlaqul karimah
Misi MAN Babakan Lebaksiu Tegal:
1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian
prestasi akademik dan non akademik yang islamiyah
2. mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan berahlaqul karimah
36
Sedangkan tujuan MAN Babakan Lebaksiu Tegal adalah dengan ilmu
kehidupan lebih mudah dengan agama kehidupan lebih terarah dan
bermakna.
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Untuk memperoleh data angka mengenai model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran
Biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal dapat diperoleh dari hasil angket
yang telah diberikan kepada para siswa yang berjumlah 42 siswa.
Dalam angket terdapat 40 item dengan rincian: 1) Untuk variabel
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (X) terdapat 20 item dengan 15
item positif dan 5 item negatif, 2) Untuk variabel minat belajar siswa pada
mata pelajaran Biologi (Y) terdapat 20 item dengan 15 item positif dan 5 item
negatif.
Dari 40 item tersebut terdapat 4 buah jawaban dengan ketentuan dan
skor sebagai berikut: 1) Untuk item positif dengan jawaban SS, S, TS dan STS
masing-masing secara berurutan memperoleh skor 4, 3, 2, dan 1, 2) Untuk
item negatif dengan jawaban SS, S, TS dan STS masing-masing secara
berurutan memperoleh skor 1, 2, 3, 4. Hasil angket tersebut dimasukkan ke
dalam tabel untuk mengubah kualitatif menjadi kuantitatif.
1. Data Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Untuk menentukan nilai kuantitatif model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dengan menjumlahkan skor jawaban angket responden sesuai
dengan frekuensi jawaban. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4. 1
berikut ini:
Tabel 4. 1 Rekapitulasi Nilai Instrumen Kuesioner Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Kelas X Di MAN Babakan Lebaksiu Tegal
No Resp Nilai R_1 R_2 R_3 R_4
67 60 63 63
37
R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21 R_22 R_23 R_24 R_25 R_26 R_27 R_28 R_29 R_30 R_31 R_32 R_33 R_34 R_35 R_36 R_37 R_38 R_39 R_40 R_41 R_42
70 67 70 62 72 65 70 67 70 64 73 66 64 59 66 66 66 66 73 65 66 65 68 72 67 59 65 62 67 59 66 60 69 71 61 64 65 74
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penelitian yang
dilakukan di MAN Babakan Lebaksiu Tegal dengan jumlah sampel 42
responden menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw di MAN Babakan Lebaksiu Tegal nilai tertinggi adalah 74 dan
38
nilai terendah adalah 59. Dari data di atas dapat kita tentukan kualifikasi
interval nilai dengan cara:
1. Mencari kelas interval dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 42
= 1+ 3,3 ( 1,623)
= 1+ 5,35672
= 6,35672 dibulatkan menjadi 6
2. Mencari Range
R = H – L
Keterangan: R = range
H = nilai tertinggi
L = nilai terendah
Dengan demikian:
R = H – L
= 74 – 59 = 15
3. Menentukan interval kelas
KRi =
6
15= = 2,5 dibulatkan menjadi 3
Jadi interval kelas adalah 3 dan jumlah interval adalah 6.
Kemudian hasil ini dicocokkan pada table distribusi skor mean
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Skor Mean Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Interval M’ f x’ fx’ (x’)² f(x’)² Fr(%) 74 – 76 71 – 73 68 – 70 65 – 67 62 – 64 59 – 61
75 72 69 66 63 60
1 5 6 17 7 6
3 2 1 0 -1 -2
3 10 6 0 -7 -12
9 4 1 0 1 4
9 20 6 0 7 24
2,4% 11,9% 14,3% 40,5% 16,6% 14,3%
42 0 66 100%
39
Untuk mencari rata-rata (mean) variabel model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw menggunakan rumus:
N
fxiMM ∑+= '
420366 +=
= 66
Setelah diketahui distribusi skor mean, kemudian mencari standar
deviasi yaitu menggunakan rumus:
( ) 2'2'
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−= ∑∑
Nfx
Nxf
iSD
=2
420
42663 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−
= 05714,13 −
= 3 (1,2536)
= 3,7607
Kemudian mengubah skor mentah ke dalam nilai standar skala
lima:
M + 1,5 SD = 66 + 1,5 (3,7607) = 66 + 5, 64105 = 71,6411
M + 0,5 SD = 66 + 0,5 (3,7607) = 66 + 1,88035 = 67,8804
M – 0,5 SD = 66 – 0,5 (3,7607) = 66 – 1,88035 = 64,1197
M – 1,5 SD = 66 – 1,5 (3,7607) = 66 – 5,64105 = 60,3590
Dari hitungan nilai standar skala lima diperoleh data interval dan
kualifikasi sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Kualifikasi Dan Interval Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (X)
Nilai Interval Rata-rata Kualifikasi Kategori
71 ke atas 68 – 70 65 – 67 62 – 64
Ke bawah 61
66
Istimewa Baik
Cukup Kurang Buruk
Cukup
40
Dari data di atas dapat diketahui bahwa mean model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw sebesar 66 dalam kategori “cukup” yaitu pada
frekuensi 40,5% berada pada interval 65 – 67.
Setelah data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi maka
data kemudian divisualisasikan dalam bentuk histogram seperti pada
gambar berikut ini:
X
Freq
uenc
y
72686460
12
10
8
6
4
2
0
Mean 66StDev 4N 42
Histogram of XNormal
Gambar I: Histogram
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2. Data Tentang Minat Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran
Biologi
Untuk menentukan nilai kuantitatif minat belajar siswa kelas X
pada mata pelajaran Biologi dengan menjumlahkan skor jawaban angket
responden sesuai dengan frekuensi jawaban. Agar lebih jelas dapat dilihat
pada tabel 4. 4 berikut ini:
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Instrumen Kuesioner Minat Belajar Siswa Kelas X Pada
Mata Pelajaran Biologi Di MAN Babakan Lebaksiu Tegal
No Responden Nilai R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11
64 65 66 61 70 68 64 65 71 67 70
41
R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21 R_22 R_23 R_24 R_25 R_26 R_27 R_28 R_29 R_30 R_31 R_32 R_33 R_34 R_35 R_36 R_37 R_38 R_39 R_40 R_41 R_42
68 70 62 64 63 62 64 62 69 69 67 71 66 69 66 68 70 63 60 66 65 63 64 62 60 68 68 60 61 66 68
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa penelitian yang
dilakukan di MAN Babakan Lebaksiu Tegal dengan jumlah sampel 42
responden menunjukan bahwa minat belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran Biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal tertinggi adalah 71
dan nilai terendah 60 dari di atas dapat kita tentukan kualifikasi interval
nilai dengan cara:
1. Mencari kelas interval dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 42
= 1 + 3,3 (1,623)
42
= 1 + 5,3567
= 6,3567 dibulatkan menjadi 6
2. Mencari Range
R = H – L
Keterangan : R = range
H = nilai tetinggi
L = nilai terendah
Dengan demikian:
R = H – L
= 71 – 60
= 11
3. Menentukan interval kelas
KRi =
= 6
11
= 1,8 dibulatkan menjadi 2
Jadi interval kelas adalah 2 dan jumlah interval adalah 6.
Kemudian hasil ini dicocokan pada tabel distribusi skor mean
minat belajar siswa pada mata pelajaran Biologi:
Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Skor Mean Minat Belajar Pada Mata Pelajaran Biologi
Interval M’ f x’ fx’ (x’)² f(x’)² fr(%) 70 – 71 68 – 69 66 – 67 64 – 65 62 – 63 60 – 61
70,5 68,5 66,5 64,5 62,5 60,5
6 9 7 8 7 3
3 2 1 0 -1 -2
18 18 7 0 -7 -6
9 4 1 0 1 4
54 36 7 0 7 12
14,3% 21,4% 16,7% 19,0% 16,7% 7,1%
42 30 116 100%
43
Untuk mencari rata-rata (mean) variabel minat belajar pada mata
pelajaran Biologi menggunakan rumus:
Nfx
iMM ∑+= '
= 423025,64 +
= 64,5 + 2 (0,714)
= 64,5 + 1,4285
= 65,92 dibulatkan menjadi 66
Setelah diketahui distribusi skor mean, kemudian mencari nilai
standar deviasi yaitu dengan menggunakan rumus:
( ) 22' '
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−= ∑∑
Nfx
Nxf
iSD
2
4230
421162 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛−=
= 2 ( )2714,07619,2 −
= 5102,07169,22 −
= 2517,22
= 2 (1,5006)
= 3,0011
Kemudian mengubah skor mentah ke dalam nilai standar skala
lima:
M + 1,5 SD = 65,92 + 1,5 (3,0011) = 65,92 +4,50165 = 70,42165
M + 0,5 SD = 65,92 + 0,5 (3,0011) = 65,92 + 1,50055 = 67,42055
M – 0,5 SD = 65,92 – 0,5 (3,0011) = 65,92 – 1,50055 = 64,41945
M – 1,5 SD = 65,92 – 1,5 (3,0011) = 65,92 – 4,50165 = 61,41835
Dari hitungan nilai standar skala lima diperoleh data interval dan
kualifikasi sebagai berikut:
44
Tabel 4. 6 Kualifikasi dan Interval Minat Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Biologi (Y)
Nilai Interval Rata-rata Kualivikasi Kategori 71 ke atas 68 – 70 65 – 67 62 – 64
Ke bawah 61
65,92
Istimewa Baik
Cukup Kurang Buruk
Cukup
Dari data di atas dapat diketahui bahwa mean minat belajar siswa
pada mata pelajaran Biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal sebesar
65,92 dalam kategori “cukup” yaitu pada frekuensi 16,7% dan berada pada
interval 65 – 67.
Setelah data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
maka data kemudian divisualisikan dalam bentuk histogram seperti pada
gambar sebagai berikut ini:
Y
Freq
uenc
y
7269666360
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Mean 66StDev 3N 42
Histogram of YNormal
Gambar II. Histogram
Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi
C. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui model
pembelajaran koopertif tipe Jigsaw dan minat belajar siswa pada mata
pelajaran Biologi. Dalam analisis langkah-langkah yang ditempuh adalah
45
memasukan data-data hasil angket yang diperoleh ke dalam tabel kerja
analisis regresi yang melibatkan data-data tersebut.
Tabel 4. 7 Tabel Kerja Koefisien Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan
Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi
Resp X Y X² Y² XY R_1 67 64 4489 4096 4288R_2 60 65 3600 4225 3900R_3 63 66 3969 4356 4158R_4 63 61 3969 3721 3843R_5 70 70 4900 4900 4900R_6 67 68 4489 4624 4556R_7 70 64 4900 4096 4480R_8 62 65 3844 4225 4030R_9 72 71 5184 5041 5112R_10 65 67 4225 4489 4355R_11 70 70 4900 4900 4900R_12 67 68 4489 4624 4556R_13 70 70 4900 4900 4900R_14 64 62 4096 3844 3968R_15 73 64 5329 4096 4672R_16 66 63 4356 3969 4158R_17 64 62 4096 3844 3968R_18 59 64 3481 4096 3776R_19 66 62 4356 3844 4092R_20 66 69 4356 4761 4554R_21 66 69 4356 4761 4554R_22 66 67 4356 4489 4422R_23 73 71 5329 5041 5183R_24 65 66 4225 4356 4290R_25 66 69 4356 4761 4554R_26 65 66 4225 4356 4290R_27 68 68 4624 4624 4624R_28 72 70 5184 4900 5040R-29 67 63 4489 3969 4221R_30 59 60 3481 3600 3540R_31 65 66 4225 4356 4290R_32 62 65 3844 4225 4030R_33 67 63 4489 3969 4221R_34 59 64 3481 4096 3776R_35 66 62 4356 3844 4092R_36 60 60 3600 3600 3600R_37 69 68 4761 4624 4692
46
R_38 71 68 5041 4624 4828R_39 61 60 3721 3600 3660R_40 64 61 4096 3721 3904R_41 65 66 4225 4356 4290R_42 74 68 5476 4624 5032
Jumlah 2774 2755 183868 181147 182299
Dari tabel di atas dapat diketahui:
N = 42 ∑X² = 183868
∑X = 2774 ∑Y² = 181147
∑Y = 2755 ∑XY = 182299
2. Analisis Uji Hipotesa
Untuk membuktikan hipotesis yang di ajukan penulis, maka dilakukan
uji hipotesis satu persatu dengan menggunakan analisis regresi satu
prediktor.
Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Mencari korelasi antara prediktor (X) dengan kriterium (Y)
Mencari korelasi antara prediktor (X) dengan kriterium (Y) dengan
menggunakan teknik korelasi momen tangkar dari Pearson, dengan
rumus sebagai berikut:
( )( )∑∑∑=
22 yx
xyr
Namun sebelum mencari rxy harus mencari nilai x2, y2 dan xy dengan
rumus sebagai berikut:
( )( )∑ ∑ ∑∑−=
NYX
XYxy
( )∑ ∑ ∑−=
NX
Xx2
22
( )∑ ∑ ∑−=
NY
yy2
22
47
Hasil dari masing-masing nilai di atas adalah sebagai berikut:
1. ( )
∑ ∑ ∑−=NX
Xx2
22
= ( )42
27741838682
−
= 42
7695076183868 −
= 0952,183216183868 −
= 651,9048
2. ( )
∑ ∑ ∑−=NY
yy2
22
= ( )42
27551811472
−
= 42
7590025181147 −
= 881,180714181147 −
= 432,1190
3. ( )( )
∑ ∑ ∑∑−=N
YXXYxy
= ( )( )42
27552774182299 −
= 42
7642370182299 −
= 1905,18196118299 −
= 337,8095
Sehingga:
( )( )∑∑∑=
22 yx
xyrxy
= ( )( )1190,4329048,651
8095,337
48
= 4503,281700
8095,337
= 7546,5308095,337
= 0,6365
Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki
korelasi positif dengan minat belajar siswa kelas X pada mata
pelajaran Biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal, yaitu sebesar
0,6365. Hal ini terbukti dengan semangat dan sikap antusias siswa saat
pembelajaran pada mata pelajaran Biologi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Misalnya kegairahan siswa
bertanya kepada temannya mengenai materi yang di diskusikan,
kemudian mereka lebih senang karena bisa belajar bersama.
b. Uji signifikansi korelasi melalui uji t
Rumus: 212
rnrth−
−=
= ( )26365,01
2426365,0
−
−
= 4051,01
406365,0−
= ( )( )7713,0
3246,66365,0
= 8782,00256,4
= 4,5837
Karena t hitung = 4,5837 > t tabel (0,05 = 40) = 2,70 dan t hitung = 4,5837 > t
tabel (0,01 = 40) = 2,42 berarti korelasi antara variabel X dengan Y
signifikan.
49
c. Mencari persamaan garis regresi
Mencari persamaan garis regresi dengan menggunakan rumus
regresi sederhana satu prediktor, sebagai berikut:
KaXy +=)
Keterangan:
y) = Kriterium
x = Prediktor
a = Bilangan koefisien prediktor
K = Bilangan konstan
Untuk mengetahui y) terlebih dahulu harus dicari harga a
dan K dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
( )∑ ∑
∑ ∑ ∑−
−= 22 XXN
YXXYNa
= ( ) ( )( )( ) ( )2277418386842
2755277418229942−
−
= 7695076772245676423707656558
−−
= 2738014188
=0,5182
Jadi harga a adalah 0,5182 maka tentukan Y dengan
menggunakan rumus:
N
YY ∑=
=42
2755
= 65,5952
Dan tentukan X dengan menggunakan rumus:
N
XX ∑=
50
= 42
2774
= 66,0476
Sedangkan untuk menghitung K menggunakan rumus sebagai
berikut:
K = XaY −
= 65,5952 – (0,5182)(66.0476)
= 65,592 – 34,2259
= 31,3701
Setelah diketahui nilai a sebesar 0,5182 dan nilai K sebesar
31,3701 maka persamaan garis regresinya adalah:
Jadi KaXy +=)
Y = 0,5182 X + 31,3701
d. Mencari Varian Regresi
Mencari varian regresi dengan menggunakan rumus-rumus
regresi bilangan F (uji F) dengan skor deviasi sebagai berikut:
Freg 1; == dbRKRK
res
reg lawan N – 2
Keterangan:
Freg : harga bilangan F untuk garis bilangan regresi
RKreg : Kuadrat rerata garis regresi
RKres : Kuadrat rerata residu
Untuk memudahkan perhitungan bilangan F maka dibuat tabel
ringkasan garis regresi sebagai berikut: Sumber Variasi db JK RK F reg
Regresi 1 ( )∑∑
2
2
XXY
reg
reg
DbJK
Residu (N-2) ( )∑∑∑ − 2
22
XXY
Y reg
reg
DbJK
res
reg
RKRK
Total N-1 Σ Y² -
51
Selanjutnya rumus-rumus tersebut diaplikasikan ke dalam data
yang ada pada tabel kerja yang telah diketahui persamaan garis regresi
=Y)
0,5182 X +31,3701 selanjutnya dimasukan ke dalam rumus:
JK(T) = ∑ 2y
= 432,1190
JKreg( )
∑ ∑∑−= 2
22
xxy
y
= 432,1190 ( )9048,6518095,337 2
−
= 432,1190 9048,651
2583,114115−
= 432,1190 – 175,0490
= 257,0700
JKres ( )∑∑= 2
2
xxy
= ( )9048,6518095,337 2
= 175,0490
RKreg reg
reg
dbJK
=
= 10490,175
= 175,0490
RKres res
res
db
JK=
= 242
0700,257−
= 6,4268
Jadi Freg adalah:
52
Freg res
reg
RKRk
=
= 4268,60490,175
= 27,2373
Harga F diperoleh Freg kemudian dikonsultasikan dengan harga
F tabel pada taraf signifikansi 1% dan 5% dan db = N – 2. Hipotesis
diterima jika Freg>Ftabel. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Tabel 4. 8 Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi
Ft Sumber
Variasi
db
JK Rk Freg
5% 1%
Kriteria
Regresi 1 175,0490 175,0700 27,2373 4,08 7,31 SignifikanResidu 40 257,0700 6,4268 - - - - Total 41 - - - - - -
Setelah diadakan uji hipotesis, baik melalui analisis regresi dan
korelasi, maka hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada F tabel dan r
tabel pada taraf signifikansi 5% dan 1%. Dan hasil konsultasi
diperoleh, bahwa pada F tabel taraf signifikansi 5% nilainya 4,08
sedangkan F tabel pada taraf signifikansi 1% nilainya sebesar 7,31.
Sementara itu nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% nilainya sebesar
0,304 sedangkan pada taraf signifikansi 1% nilainya sebesar 0,393.
Tabel 4. 9 Ringkasan Hasil Uji Freg dan rxy
Tabel Uji Hipotesis
Nilai 5% 1%
Keterangan Hipotesis
Freg 27,2373 4,08 7,31 rxy 0,6365 0,304 0,393
Signifikan Diterima
53
Dari uji analisis di atas dapat diketahui bahwa baik taraf
signifikan 5% menunjukan signifikan dan taraf 1% signifikan. Artinya
terdapat pengaruh positif anatara model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Biologi baik
taraf signifikansi 5% maupun 1%. Artinya semakin baik kualitas
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka semakin tinggi minat
belajar siswa pada mata pelajaran Biologi. Sebaliknya semakin rendah
kualitas model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka semakin
rendah pula minat belajar siswa pada mata pelajaran Biologi.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu metode
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada semua siswa, untuk
terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan belajar, karena dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw setiap siswa harus bertanggungjawab atas
materi yang diberikan, siswa harus mencari dan menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw ternyata dapat merangsang siswa untuk belajar, baik dari siswa
kelompok bawah maupun siswa kelompok atas. Ini menunjukan sebagai
langkah awal adanya minat belajar siswa.
Minat dapat dibentuk dari faktor-faktor eksternal salah satunya adalah
dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang akan membangun
minat tersebut. Dari sini dapat dikatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat menumbuhkan minat belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis dapat dijelaskan
bahwa pada proses belajar mengajar mata pelajaran Biologi kelas X di MAN
Babakan Lebaksiu Tegal dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat merangsang siswa untuk belajar.
Sebagai contoh sebelum membagi bahan pelajaran yang akan
diberikan guru memperkenalkan materi yang akan dibahas pada hari itu, guru
menuliskan topik dipapan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui
54
mengenai materi itu, dengan tujuan mengaktifkan skemata siswa agar lebih
siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Kemudian guru membagi siswa
dalam kelompok dengan anggota kelompok yang heterogen, seorang siswa
mempelajari tentang sejarah virus, siswa lain mempelajari ciri-ciri dan struktur
virus, siswa lain mempelajari replikasi virus dan siswa yang lain lagi
mempelajari peran virus. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas
topik sama berkumpul dalam kelompok ahli, untuk berdiskusi dan
mengerjakan bagian mereka masing-masing. Setelah selesai siswa kembali ke
kelompok asal untuk mengajari mengenai bagian yang dibaca dan dikerjakan
kepada teman-temannya. Dalam diskusi siswa sangat antusias untuk bertukar
informasi dengan temannya, dan mereka juga gembira karena bisa belajar
bersama untuk saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan dari guru. Kemudian kegiatan diakhiri dengan diskusi dengan
seluruh siswa mengenai topik dalam pelajaran hari itu dan masing-masing
siswa akan mendapat tes mengenai semua topik.
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa merasa
senang karena mereka dapat saling membantu dan bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dari guru, sehingga dengan
pembelajaran ini rasa kebersamaan antara anggota kelompok akan tumbuh.
Hal ini sesuai yang dikemukakan Ibrahim, dkk bahwa selain unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, pembelajaran
kooperatif ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan
kerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman.
Dari perhitungan yang dilakukan diketahui bahwa variabel model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran Biologi di MAN
Babakan Lebaksiu Tegal dalam kategori “cukup” yaitu pada frekuensi 40,5%
berada pada interval 65 – 67.
Sedangkan variabel minat belajar siswa pada mata pelajaran Biologi di
MAN Babakan Lebaksiu Tegal dalam kategori “cukup” yaitu pada frekuensi
16,7% dan berada pada interval 65 – 67. Sementara itu berdasarkan hasil uji
hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dapat diketahui
55
bahwa persamaan regresi Y = 0,5182 X + 31,3701 sedangkan untuk menguji
signifikansi dari persamaan regresi tersebut digunakan analisis varian untuk
regresi.
Berdasarkan hasil hitungan diperoleh bahwa Fhitung = 27,2373 > Ftabel
untuk taraf signifikansi 5% adalah 4,08 sedangkan pada taraf signifikansi 1%
adalah 7,31. Karena Fhitung > Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan
regresi tesebut signifikan. Berdasarkan perhitungan ini, maka hipotesis nihil
(Ho) yang berbunyi: “Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak
berpengaruh terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Biologi”
ditolak. Dan hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi: “Model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh terhadap minat belajar siswa pada mata
pelajaran Biologi” diterima. Sedangkan pengaruh positif model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran
Biologi yaitu sebesar 0,6365. Yang sebesar 0,304 pada taraf signifikansi 5%
dan 0,393 pada taraf signifikansi 1%. Karena rxy > rt, maka hasilnya
signifikan.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
berpengaruh terhadap minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran biologi
di MAN Babakan Lebaksiu Tegal.
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini pasti terjadi banyak
kendala dan hambatan. Hal tersebut bukan karena faktor kesengajaan,
melainkan karena adanya keterbatasan yang dialami penulis dalam penelitian
ini adalah minimnya pengetahuan dalam hal minat belajar karena minat
bersifat abstrak.
Kondisi psikologis responden pada saat mengisi angket tidak
diperhatikan dan diamati peneliti secara khusus, sehingga memungkinkan
responden takut untuk menjawab sebagaimana keadaan sebenarnya yang
dialami pada diri responden terpilih akan mengisi angket, peneliti sebelumnya
memberikan pengarahan agar responden yang terpilih akan mengisi angket.
56
Peneliti sebelumnya memberikan pengarahan agar responden menjawab
dengan sejujur-jujurnya dan adapun jawabannya tidak mempengaruhi nilai
mata pelajaran Biologi.
Selain itu, tempat penelitian terbatas hanya di MAN Babakan,
sehingga apabila dilakukan di sekolah lain hasil penelitian ini dimungkinkan
berbeda. Namun demikian penelitian ini dapat mewakili siswa kelas X di
MAN Babakan Lebaksiu Tegal
Keterbatasan lainnya adalah waktu penelitian yang relatif singkat,
sehingga frekuensinya hanya kecil (sebentar). Oleh karena itu penulis
melakukan efektivitas dan efisien waktu dengan mengoptimalkan
pengumpulan data.
Demikianlah beberapa keterbatasan penelitian ini. Untuk selanjutnya
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak sebatas stimulus pada minat
belajar siswa saja, melainkan berlanjut pada proses belajar mengajar dengan
mengutamakan aspek kognitif menuju aspek psikomotorik siswa hal ini
dimaksudkan adanya tindak lanjut dari model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw menggiring siswa dalam menuntut ilmu.
Untuk perlu adanya penelitian lebih lanjut yang membahas tentang
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai sarana atau perantara
penyampaian materi dalam proses belajar mengajar. Karena pada dasarnya
pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diprioritaskan untuk
kemudahan siswa selama mengikuti pelajaran.
Meskipun banyak hambatan dan halangan yang dihadapi dalam
penelitian ini, bukanlah batu sandungan tetapi menjadi tantangan tersendiri
untuk penelitian kemudian.
57
BAB V
SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar siswa kelas
X pada mata pelajaran Biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kategori variabel model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (X) di kelas X
MAN Babakan Lebaksiu Tegal berada dalam kategori “Cukup” yang
terletak pada frekuensi 40,5% berada pada interval 65 – 67.
2. Kategori variabel minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Biologi
di MAN Babakan Lebaksiu Tegal berada dalam kategori “Cukup” yang
terletak pada frekuensi 16,7% dan berada pada interval 65 – 67.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki korelasi positif
dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran Biologi di MAN Babakan,
yaitu sebesar 0,6365. Sementara itu berdasarkan hasil uji hipotesis dengan
menggunakan analisis regresi sederhana dapat diketahui bahwa persamaan
regresi Y = 0,5182 X + 31,3701. Ada pengaruh signifikan antara model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar siswa pada
mata pelajaran Biologi. Hal ini ditunjukan dari nilai Freg sebesar 27,2373.
Berdasarkan hasil hitungan diperoleh bahwa Fhitung = 27,2373 > Ftabel untuk
taraf signifikan 1% adalah 7,31. Karena Fhitung > Ftabel, maka dapat
disimpulkan bahwa persamaan regresi tersebut signifikan. Berdasarkan
perhitungan ini, maka hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi: “Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak berpengaruh terhadap minat
belajar siswa pada mata pelajaran Biologi” ditolak. Dan hipotesis kerja
(Ha) yang berbunyi: “Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
berpengaruh terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Biologi”
diterima. Sedangkan pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Biologi yaitu
58
sebesar 0,6365. Yang sebesar 0,304 pada taraf signifikansi 5% dan 0,393
pada taraf signifikansi 1%. Karena rxy > rt, maka hasilnya signifikan.
B. Saran – saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang penulis lakukan kiranya
dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi kepala MAN, diharapkan menghimbau kepada staf pengajar untuk
senantiasa menerapkan pembelajaran kooperatif sesuai dengan prosedur,
karena jika pembelajaran kooperatif diterapkan secara asal-asalan maka
tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
2. Bagi guru, sebaiknya sebelum mengajar guru melakukan persiapan yang
lebih matang baik persiapan yang tertulis maupun yang tidak tertulis,
seyogyanya guru dapat memilih dan memilah metode mana yang cocok
untuk dipakai dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, karena tidak
semua metode bisa dipakai.
3. Bagi siswa, hendaknya faham dan mengerti tujuan dari diterapkannya
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran Biologi untuk
belajar bersama. Bagi yang pinter jangan sungkan untuk membantu
temannya karena ilmu tidak akan pernah habis jika diajarkan pada orang
lain, akan tetapi malah menjadikan kita semakin mantap terhadap ilmu
tersebut, sedangkan bagi yang kurang pandai diharapkan jangan hanya
menggantungkan diri pada temannya, karena sikap itu akan membunuh diri
sendiri.
C. Penutup
Dengan mengucap alkhamdulillahi rabbil ‘alamin akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini atas rahmat, nikmat dan hidayah
Allah SWT yang telah diberikan. Dialah tuhan yang maha penyayang, yang
sayangnya tiada terbilang. Dialah yang maha pengasih, yang kasihnya tiada
pilih kasih
59
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu tersususnnya skripsi ini. Kami menyadari dalam penyusunan
skripsi ini sudah barang tentu masih banyak kekurangan, hal demikian
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca demi karya mendatang.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini merupakan salah satu
amal Shaleh penulis dan dapat bermabfaat bagi penulis sendiri dan pembaca.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002.
Cliford T. Morgan, Indroduction to psychology, New York, M. Grow - Hill, 1971.
Crow, Alice dan Lester D. Crow , Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Nur Cahaya: 1989.
Dalyono.M, psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Djalali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Djamarah , Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
Jakarta: Rineka Cipta , 2000. , Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Hadi, Sutrisno, Analisis regresi, Yogyakarta: Andi Offset, 2004. , Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta, Andi Offset,
2000.
Hamalik , Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi aksara, 2003.
, Pendekatan Baru Strategi belajar mengajar Berdasarkan CBSA, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003, Cet III.
Hurlock, Elizabeth B, Child Development, . p.420, tt. Jabir Abdul Hamid Jabir, Siikuuluujiyyah At Ta’lum, Mesir: Daarun
Nahdhoh Al Arabiyah, 1978. Kurikulum 2004 Standar kompetensi Mata pelajaran Biologi Sekolah
Menengah Atas, Jakarta: Departemen pendidikan Nasional, 2003 Margono. S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2000.Cet 2.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Musahir, Panduan Pengajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata
Pelajaran Biologi, Jakarta : CV Irfandi Putra, 2003,Cet I. Nasution. S, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2000. Nur, Mohamad, Pembelajaran kooperatif, Surabaya: Unesa, 2005. Nurkuncana, Wayan, dkk., Evaluasi Pendidikan, Surabaya, Usaha
Nasional, 1986. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Pusat Kurikulum, Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA terpadu, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang depdiknas.tt.
Sanjaya, Wina Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an, Jakarta Lentera Hati, 2005. Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian, Metode Penelitian Survai,
Jakarta: LP3ES, 1989, Cet I. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1995.
Slavin,Robert E., Cooperative Learning, Bandung: Nusa Media, 2008 Sitorus. M. H, Istilah-Istilah Biologi, Bandung: Irama Wijaya, 1999.
Soemanto, Wasti, Psikologi Pendidikan, Malang, Rineka Cipta, 1990.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2002.
Sujai, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo, Semarang : Tarbiyah Press, 2007, Cet III.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Indah Budi Lestari
NIM : 3104236
Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 14 September 1986
Alamat Asal : Pamiritan Balapulang Tegal
Alamat Sekarang :Tanjungsari RT 03 RW 05 Ngaliyan
Semarang
A. Jenjang Pendidikan
1. MI Islamiyah Pamiritan Balapulang Tegal lulus tahun 1998
2. MTs Taswiriyah Balapulang Tegal lulus tahun 2001
3. MAN Babakan Lebaksiu Tegal lulus tahun 2004
4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Angkatan tahun
2004
Semarang, 10Januari 2009
Penulis
Indah Budi Lestari NIM: 3104236
KISI-KISI INSTRUMEN ANGKET
No Variabel Indikator No Soal Prosentase 1. Model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw
• Saling ketergantungan positif
• Tanggung jawab perseorangan
• Tatap muka • Komunikasi antar
anggota • Evaluasi
1 s/d 4
5 s/d 8
9 s/d 12 13 s/d 16
17 s/d 20
20%
20%
20% 20%
20%
2. Minat belajar siswa • Perasaan senang • Tertarik • Dorongan kuat atau
motif • Perhatian
1 s/d 5 6 s/d 10 11 s/d 15
16 s/d 20
25% 25% 25%
25%
INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI MAN BABAKAN LEBAKSIU TEGAL
I. PETUNJUK 1. Bacalah setiap pernyataan ini dengan teliti 2. Pilihlah alternatif jawaban yang benar-benar sesuai dengan keadaan anda
dengan memberikan tanda centang (√ ) pada kotak jawaban yang telah disediakan dengan ketentuan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
3. Jawablah dengan sejujurnya karena hasil angket ini tidak akan mempengaruhi pada nilai raport anda
4. Jawaban anda akan dirahasiakan 5. Atas partisipasi anda kami ucapkan terima kasih
II. IDENTITAS 1. Nama : 2. Kelas :
III. DAFTAR PERNYATAAN 1. ANGKET MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Pilihan jawaban No
Daftar pernyataan SS S TS STS
Saling ketergantungan positif 1 2 3 4
Dalam belajar kelompok setiap anggota saling membantu dan bekerja sama Anggota kelompok berkumpul untuk memecahkan masalah Setiap anggota kelompok beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama Saya berusaha memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompok
Tanggung jawab perseorangan 1
2 3 4
Saya melaksanakan tugas dengan tanggung jawab Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw setiap anggota kelompok mendapat materi yang berbeda- beda Setiap anggota kelompok membaca dan mengerjakan satu bagian materi Anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugasnya dibiarkan saja
Tatap muka antar anggota kelompok 1
Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan yang sama untuk bertemu dan berdiskusi
2. ANGKET MINAT BELAJAR PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI
2 3 4
Setiap anggota kelompok tidak harus berpartisipasi dalam diskusi Saya menghargai perbedaan masing- masing kelompok Dalam belajar kelompok saya memperhatikan satu sama lain
Komunikasi antar anggota kelompok 1 2 3 4
Guru tidak perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi Dalam belajar kelompok saya bersedia untuk mendengarkan dan berbicara dengan baik Saya mengabaikan jika teman sekelompok berbicara Setiap anggota kelompok saling bertukar informasi
Evaluasi proses kelompok 1 2
3 4
Guru mengawasi proses kerja kelompok Guru membiarkan anggota kelompok yang tidak bekerjasama Setiap anggota kelompok dikenakan evaluasi Guru perlu membuat format untuk evaluasi
Pilihan jawaban No Daftar pernyataan SS S TS STS
Perasaan senang 1 2 3 4 5
Saya senang pada pembelajaran Biologi Saya selalu mengikuti pelajaran Biologi Saya sering bolos jika ada pelajaran Biologi Saya senang belajar Biologi jika setiap pertemuan diberi tugas Saya senang belajar biologi dengan menerapkan model pembelajaran kooperaatif tipe jigsaw karena saling membantu dan berkerjasama
Tertarik 1
2 3 4 5
Saya tertarik untuk belajar Biologi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Jika guru memberi contoh saya selalu mempraktekannya Saya selalu mengerjakan tugas dari guru Setiap guru menerangkan selalu saya abaikan Saya ingin mengembangkan minat belajar Biologi
Dorongan kuat atau motif 1 2 3
Tidak ada yang memaksa untuk belajar Biologi Saya selalu belajar Biologi dengan sungguh- sungguh Saya ingin berhasil dalam belajar Biologi
4 5
Saya termotivasi untuk belajar Biologi jika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Guru tidak memberi motivasi pada siswa
Perhatian 1 2 3 4 5
Setiap pelajaran Biologi dimulai saya memperhatikan penjelasan dari guru Perhatian saya terfokus belajar Biologi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Saya selalu diam jika guru menerangkan Saya lebih memperhatikan teman dari pada pelajaran Saya tidak memperhatikan pelajaran Biologi