PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION TERHADAP KEAKTIFAN DAN...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION TERHADAP KEAKTIFAN DAN...
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT
INSTRUCTION TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
DESAIN MEDIA INTERAKTIF DI SMK BAGIMU
NEGERIKU SEMARANG TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
Dwi Nur Amalia
1102415072
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Move in silence. Only speak when it’s time to say checkmate.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Almarhumah Ibu saya
2. Kakak saya Nurul, adik-adik saya Zahra dan Fino serta
bapak saya yang selalu menjadi penyemangat.
3. Sahabat-sahabat saya yang selalu mendukung saya dan
membatu saya dalam penyelesaian skripsi.
4. Teman-teman di Jurusan Teknologi Pendidikan angkatan
2015.
5. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
vi
ABSTRAK
Amalia, Dwi Nur. 2019. “Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction
Terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Desain Media
Interaktif SMK Bagimu Negeriku Semarang Tahun 2019”. Skripsi. Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing, Dra. Istyarini, M.Pd.
Kata Kunci : keaktifan, hasil belajar, desain media interaktif, explicit instruction
Rendahnya pemahaman siswa SMK Bagimu Negeriku Semarang terhadap
mata pelajaran Desain Media Interaktif menyebabkan tingkat pencapaian hasil
belajar yang masih kurang memuaskan. Pembelajaran yang membosankan juga
menyebabkan keaktifan siswa yang masih rendah. Model pembelajaran explicit
instruction ditujukan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh infomasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Hal tersebut
sesuai dengan pembelajaran desain media interaktif yang merupakan pembelajaran
menekankan pada keterampilan siswa dalam pemuatan media interaktif. Pada
model pembelajaran explicit instruction memungkinkan guru untuk menyampaikan
ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran melalui presentasi yang antusias yang
dapat merangsang keaktifan dan antusiasme siswa. Melalui pembelajaran yang
mengajarkan konsep dan keterapilan secara eksplisit menjadi cara yang efektif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana metode
pembelajaran explicit instruction berpengaruh terhadap peningkatan keaktifan dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Desain Media Interaktif SMK Bagimu
Negeriku Semarang. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode penelitian yang digunakan adalah pre-experimental
design bentuk one-group pre-test post-test design pada sampel siswa SMK kelas XI
Multimedia di SMK Bagimu Negeriku Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapat data bahwa nilai keaktifan siswa
pada pertemuan pertama sebesar 65,625%, pada pertemuan kedua sebesar 87,5%.
Pada penelitian ini didapat data bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pre-
test yang dilakukan sebelum perlakuan sebesar 65,00 dan nilai rata-rata post-test
setelah perlakuan sebesar 81,08. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran berpengaruh terhadap peningkatan keaktifan dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran desain media interaktif di SMK Bagimu Negeriku
Semarang tahun 2019.
vii
ABSTRACT
Amalia, Dwi Nur. 2019. "The Effect of Explicit Instruction Learning Model on
Student Activity and Learning Outcomes in Interactive Media Design Courses at
SMK Bagimu Negeriku Semarang in 2019". Final Project. Department of
Curriculum and Educational Technology. Faculty of Science Education. Semarang
State University. Advisor, Dra. Istyarini, M.Pd.
Keywords: activeness, learning outcomes, interactive media design, explicit
instruction
The low understanding of SMK Bagimu Negeriku Semarang students
towards Interactive Media Design subjects causes the level of achievement of
learning outcomes which is still unsatisfactory. Boring learning also causes low
student activity. The explicit instruction learning model is intended to help students
learn basic skills and obtain information that can be taught step by step. This is in
accordance with interactive media design learning which is learning emphasizes the
students' skills in interactive media loading. In explicit instruction learning models
allow teachers to convey personal interest about subjects through enthusiastic
presentations that can stimulate student activity and enthusiasm. Through learning
that teaches concepts and explicitness explicitly becomes an effective way to
improve student learning outcomes.
This study aims to determine the extent to which explicit instruction
learning methods have an effect on increasing the activeness and learning outcomes
of students in the subjects of Interactive Media Design at SMK Bagimu Negeriku
Semarang. The implementation of this study uses a quantitative approach with the
research method used is a pre-experimental design in the form of one-group pre-
test post-test design in a sample of students of Vocational High School class XI
Multimedia in SMK Bagimu Negeriku Semarang.
Based on the results of this study obtained data that the activeness value of
students at the first meeting amounted to 65.625%, at the second meeting of 87.5%.
In this study, the data obtained that the average value of student learning outcomes
in the pre-test conducted before treatment amounted to 65.00 and the post-test
average value after treatment was 81.08. Thus, it can be concluded that the learning
model influences the improvement of student activity and learning outcomes in
interactive media design subjects in SMK Bagimu Negeriku Semarang in 2019.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia serta hidayah-Nya sejak awal proses hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction Terhadap
Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Desain Media Interaktif di
SMK Bagimu Negeriku Semarang Tahun 2019” ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Dalam usaha menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat
bantuan dan dukungan dari Bapa/Ibu dosen, keluarga, instansi terkait, teman-teman
dan beberapa pihak lain. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk memperoleh pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah
membantu segala bentuk urusan administrasi.
3. Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
4. Dra. Istyarini, M.Pd., selaku pembimbing yang selalu sabar dalam memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat
menyelesaikan penulisan dengan baik.
ix
5. Bapak/Ibu dosen Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang yang telah membekali penulis dengan ilmu
pengetahuan dan pendidikan selama kuliah.
6. SMK Bagimu Negeriku Semarang yang telah bersedia memberikan ijin bagi
penulis untuk dapat melakukan penelitian.
7. Bapak Khusnul Khuluqi, S.Kom., M.Pd., guru pengampu mata pelajaran yang
telah banyak membantu penulis dalam penelitian, serta siswa kelas XI
Multimedia SMK Bagimu Negeriku Semarang yang telah membantu dalam
penelitian sehingga dapat terlaksana dengan baik.
8. Almarhumah Ibu saya, bapak saya, kakak saya Nurul, dan adik-adik saya Fino
dan Zahra yang selalu memberikan motivasi, doa, dukungan baik secara moril
maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat saya Ayu, Siska, Renika, Mila, Adi yang selalu memberikan
motivasi, dukungan, bantuan kepada saya dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Keluarga Adinda kos yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu yang
telah menjadi sahabat yang baik ketika hidup bersama.
11. Sahabat- sahabat TP 2015 namanya tidak bisa disebutkan satu persatu yang
telah menjadi sahabat yang baik ketika selama kita bersama.
Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi amalan baik dan
mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Semarang,
Penulis
x
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................... 7
1.3 Cakupan Masalah ........................................................................ 7
1.4 Rumusan Masalah ...................................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS ........................................................................................ 10
2.1 Model Pembelajaran ................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran ..................................... 10
2.1.2 Jenis-jenis Model Pembelajaran ..................................... 11
xi
2.1.3 Model Pembelajaran Explicit Instruction ....................... 11
2.2 Mata Pelajaran Desain Media Interaktif ..................................... 19
2.3 Keaktifan .................................................................................. 20
2.3.1 Pengertian Keaktifan ..................................................... 20
2.3.2 Indikator Keaktifan ........................................................ 22
2.4 Hasil Belajar .................................................................... 24
2.5 Kerangka Berpikir .................................................................... 27
2.6 Hipotesis .................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 31
3.1 Jenis dan Desain Penelitian .............................................................. 31
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 32
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 32
3.3.1 Populasi .................................................................... 32
3.3.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 33
3.4 Variabel Penelitian .................................................................... 34
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 34
3.5.1 Observasi .................................................................... 34
3.5.2 Tes .................................................................... 37
3.5.3 Dokumentasi .................................................................... 38
3.6 Instrumen ...................................................................................... 38
3.6.1 Uji Validitas Instrumen ..................................................... 38
3.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................... 40
3.7 Metode Analisis Data .................................................................... 42
xii
3.7.1 Analisis Deskriptif ............................................................. 42
3.7.2 Uji Prasyarat .................................................................... 42
3.7.3 Uji Hipotesis .................................................................... 44
3.7.3.1 Uji Hipotesis 1 ..................................................... 45
3.7.3.2 Uji Hipotesis 2 ..................................................... 45
3.7.3.3 Uji Hipotesis 3 ..................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 48
4.1 Hasil Penelitian .................................................................... 48
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian .............................................................. 48
4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran .............................................................. 51
4.1.3 Analisis Hasil Keaktifan Belajar ..................................................... 54
4.1.4 Analisis Data Keaktifan Belajar ...................................................... 63
4.1.4.1 Statistik Deskriptif .................................................... 63
4.1.4.2 Uji Normalitas ............................................................ 64
4.1.4.3 Uji Homogenitas ........................................................ 66
4.1.5 Analisis Data Hasil Belajar ............................................................. 67
4.1.5.1 Statistik Deskriptif ..................................................... 67
4.1.5.2 Uji Normalitas ............................................................ 68
4.1.5.3 Uji Homogenitas ........................................................ 70
4.1.6 Uji Hipotesis .................................................................................. 71
4.1.6.1 Uji Hipotesis 1 Keaktifan Belajar .............................. 71
4.1.6.2 Uji Hipotesis 2 Hasil Belajar ..................................... 73
4.1.6.3 Uji Hipotesis 3 Keaktifan dan Hasil Belajar .............. 74
xiii
4.2 Hasil Uji N-Gain .................................................................................. 76
4.3 Pembahasan .................................................................................. 76
4.3.1 Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction Terhadap Keaktifan
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Desain Media Interaktif di SMK
Bagimu Negeriku Semarang Tahun 2019 ....................................... 76
4.3.2 Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction Terhadap Keaktifan
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Desain Media Interaktif di SMK
Bagimu Negeriku Semarang Tahun 2019 ....................................... 82
4.3.3 Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction Terhadap Keaktifan
dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Desain Media Interaktif di
SMK Bagimu Negeriku Semarang Tahun 2019 .............................. 86
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 88
5.1 Simpulan ........................................................................................... 88
5.2 Saran ........................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 90
LAMPIRAN .................................................................................................... 93
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Populasi Penelitian ......................................................................... 29
Tabel 1.2 Sampel ............................................................................................ 30
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Siswa ................................................................ 35
Tabel 3.2 Ringkasan Hasil Validitas Soal Uji Coba ...................................... 38
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Soal .............................................................. 40
Tabel 4.1 Keaktifan Siswa Pertemuan Pertama ............................................. 54
Tabel 4.2 Keaktifan Siswa Pertemuan Kedua ................................................ 56
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Keaktifan Belajar Siswa ....................................... 61
Tabel 4.4 Deskriptif Data Keaktifan Belajar.................................................. 62
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Keaktifan Belajar Siswa ...................... 64
Tabel 4.6 Hasil Homogenitas Data Keaktifan Belajar Siswa ........................ 65
Tabel 4.7 Deskriptif Data Hasil Belajar Siswa .............................................. 66
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar ............................ 68
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar ............................................. 70
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Hipotesis 1 ......................................................... 71
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Hipotesis 2 ......................................................... 72
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Hipotesis 3 ......................................................... 72
Tabel 4.13 Hasil Uji N-Gain .......................................................................... 76
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................ 27
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Siswa ....................................................................... 89
Lampiran 2 Silabus Desain Media Interaktif ................................................... 90
Lampiran 3 Kisi-Kisi Soal Uji Coba ................................................................ 93
Lampiran 4 Soal Uji Coba................................................................................ 95
Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Uji Coba ...................................................... 108
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................. 109
Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Pre-Test dan Post-Test .......................................... 115
Lampiran 8 Soal Pre-Test dan Post-Test ......................................................... 118
Lampiran 9 Kunci Jawaban Pre-Test dan Post-Test ........................................ 127
Lampiran 10 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................ 128
Lampiran 11 Rekap Analisis Butir ................................................................... 131
Lampiran 12 Lembar Observasi Keaktifan ...................................................... 132
Lampiran 13 Tabulasi Keaktifan Siswa ........................................................... 138
Lampiran 14 Hasil Statistik Deskriptif, Normalitas, Homogenitas Keaktifan
Belajar Siswa .................................................................................................... 145
Lampiran 15 Hasil Pre-Test dan Post-Test ...................................................... 147
Lampiran 16 Hasil Statistik Deskriptif, Normalitas, Homogenitas Hasil
Belajar Siswa .................................................................................................... 148
Lampiran 17 Hasil Uji Hipotesis ..................................................................... 150
Lampiran 18 Dokumentasi ............................................................................... 152
Lampiran 19 Surat Penelitian ........................................................................... 154
Lampiran 20 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ............................... 155
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional sebagai alat dan tujuan memiliki posisi yang sangat
strategis sebagai alat perjuangan untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Oleh
karena itu sistem pendidikan nasional harus dilaksanakan secara semesta,
menyeluruh, dan terpadu (Munib, 2013:3). Sistem pendidikan di Indonesia ternyata
telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah
dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu
pendidikan nasional semakin mengalami kemajuan, pendidikan di sekolah-sekolah
telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi
karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga dalam mengajar pun guru
selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan
semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan
bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan nasional yang mencakup seluruh
komponen yang ada.
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga
mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Pendidikan menjadi sarana
utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai
pandangan teori dan praktek yang berkembang dalam kehidupan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah :
“ Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
2
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendapat tersebut
mengemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pengasuhan baik untuk
anak-anak ataupun orang dewasa, dimana pendapat tersebut masih mempunyai
anggapan bahwa pendidikan hanya merupakan proses pengajaran.
Peningkatan sumber daya manusia merupakan langkah penting yang harus
ditempuh. Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah
dengan meningkatkan mutu pendidikan sebagai sarana utama dalam
pencerdasan anak didik. Pendidikan merupakan proses yang sangat
menentukan dalam pencapaian kualitas terbaik sumber daya manusia karena
cukup disadari bahwa kemajuan masyarakat dilihat dari perkembangan pendidikan
bangsa. Kritikan dan sorotan tajam masyarakat tentang kualitas pendidikan
yang masih rendah ditujukan kepada lembaga pendidikan. Berbagai usaha
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan
melakukan perbaikan kurikulum pendidikan, meningkatkan mutu tenaga pengajar
serta perbaikan sarana dan prasarana khususnya dalam bidang pendidikan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa masih perlu dilakukan berbagai usaha untuk
meningkatkan pendidikan salah satu cara meningkatkan kualitas pendidikan
dapat ditempuh melalui penggunaan model pembelajaran yang mampu
mengembangkan cara belajar siswa aktif. Dengan demikian guru harus
menguasai berbagai metode mengajar dan model pembelajaran yang sesuai untuk
setiap materi yang akan diajarkan.
Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran
tertentu termasuk tujuannya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga
3
model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan,
strategi, metode atau prosedur.
Menurut Soekamto mengemukakan maksud dari model pembelajaran
adalah rangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini berarti model pembelajaran
memberikan rangka dan arah untuk mengajar. Model pembelajaran adalah bentuk
atau tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar
oleh guru kepada peserta didik.
Hasil proses belajar mengajar yang diharapkan adalah prestasi atau
hasil belajar yang baik sesuai yang ditargetkan oleh pemerintah sebagaimana yang
sudah ada dalam kurikulum pendidikan. Setiap orang pasti mendambakan
prestasi belajar yang baik. Untuk mencapai prestasi belajar siswa harus
mampu memahami, menjelaskan dan menerapkan atau mempraktikan pelajaran
yang sudah diajarkan. Prestasi belajar yang optimal tidak lepas dari kondisi-
kondisi dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan
dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis.
Beberapa permasalahan dalam pembelajaran desain media interaktif,
diantaranya kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran desain media interaktif,
hasil produk media yang kurang maksimal, rendahnya prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran desain media interaktif. Penyebab rendahnya prestasi belajar siswa,
4
antara lain: siswa kurang antusias atau kurang semangat dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar, serta kurang serius dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran desain media
interaktif dapat terlihat dari banyaknya siswa yang belum memenuhi nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk materi desain media interaktif yaitu sebesar
75. Rata-rata nilai ulangan harian sebesar 69,41. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa masih tergolong rendah.
Terdapat berbagai macam metode dalam pembelajaran, namun perlu diingat
bahwa tidak ada metode pembelajaran yang paling tepat dalam segala situasi dan
kondisi sehingga sebelum mengajar hendaknya memperhatikan kondisi siswa,
materi yang akan diajarkan, fasilitas yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Namun dalam praktiknya, menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Trianto
(2009:7) guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan
pelajaran tentang bagimana untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk
menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaiamana siswa seharusnya
menyelesaikan masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar, keaktifan siswa sangat
diperlukan karena suasana kelas yang aktif dan kondusif dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam berpikir secara sistematis, dan memperluas wawasan.
Berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti pada pembelajaran desain media
interaktif di kelas XI kompetensi keahlian Multimedia di SMK Bagimu Negeriku
Semarang, pemahaman serta penguasaan materi siswa masih tergolong rendah,
keaktifan siswa didalam kelas pun masih dikatakan kurang, hal ini dikarenakan
guru lebih sering memberikan catatan atau teori lebih banyak dibandingkan praktik.
5
Lulusan SMK dituntut untuk produktif, untuk itu mereka tidak hanya membutuhkan
teori saja namun juga praktik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru desain media interaktif SMK
Bagimu Negeriku Semarang, mata pelajaran desain media interaktif ini sendiri
dikenalkan untuk siswa pada kelas XI dimana pada pertemuan-pertemuan awal
pada mata pelajaran ini lebih cenderung ke materi untuk memperkenalkan produk
media interaktif dan bagaimana pembuatan storyboard sebagai rancangan
pembuatan produk media interaktif. Pada mata pelajaran ini guru menyampaikan
materi kemudian siswa mendengarkan dan mencatat, kemudian siswa diberi
kesempatan untuk mempraktekkan pembuatan media interaktif. Hal ini
mengakibatkan kegiatan menjadi membosankan dan siswa kesulitan dalam
melakukan praktik.
Adapun berdasarkan hasil wawancara dari beberapa siswa kelas XI
kompetensi keahlian multimedia di SMK Bagimu Negeriku Semarang, siswa
tersebut mengatakan bahwa pembelajaran desain media interaktif sulit untuk
dipraktikkan karena guru hanya memberikan materi kemudian siswa langsung
mempraktikkannya. Hal tersebut membuat siswa sulit mengingat langkah demi
langkah pembuatan media interaktif serta siswa kuarang memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
Dalam usaha untuk mengatasi kesulitan siswa, guru harus menerapkan
strategi tertentu dalam pembelajaran sehingga dalam mempelajari desain media
interaktif terutama penyampaian materi pembelajaran dapat berlangsung secara
6
optimal. “Strategi berupa urut-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan
metode pembelajaran dalam lingkungan tertentu” (Suprijono, 2014: 83).
Pembelajaran yang menyenangkan akan membangkitkan motivasi siswa, keaktifan
serta keterampilan proses siswa dalam mengikuti proses pelajaran. Banyak cara
bagi seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran yang membuat siswa
merasa senang, diantaranya dengan menggunakan metode atau model
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru yaitu
metode pembelajaran explicit instruction.
Metode pembelajaran explicit instruction ini dipilih karena akan
menjadikan siswa lebih aktif dan memberikan siswa pengalaman belajar yang
tinggi. Di samping itu, siswa akan mendapatkan bimbingan dari guru secara
bertahap, melihat bahwa siswa kurang mendapatkan pelatihan sebelumnya,
sehingga setiap siswa memahami pembelajaran yang diberikan dan mendapatkan
hasil pembelajaran yang maksimal.
Dengan demikian, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran
Explicit Instruction pada mata pelajaran desain media interaktif di kelas XI
kompetensi keahlian multimedia di SMK Bagimu Negeriku Semarang. Dalam
pembelajaran ini, untuk melatih siswa untuk belajar secara langsung dan aktif
terhadap lankah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan oleh guru. Dari
penerapan Explicit Instruction inilah peneliti tertarik untuk meneliti yang berjudul:
“Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction Terhadap Keaktifan dan
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Desain Media Interaktif di SMK
Bagimu Negeriku Semarang”.
7
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut penulis dapat mengidentifikasi
masalah yang timbul seperti :
1. Dalam proses pembelajaran siswa masih kurang aktif dan termotivasi untuk
belajar.
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran desain media interaktif.
3. Hasil produk multimedia kurang maksimal.
4. Kurangnya siswa dalam kecepatan belajar, motivasi, minat, keaktifan dan
kemampuan berpikir siswa dan umpan balik/penguatan.
1.3 Cakupan Masalah
Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, maka tidak mungkin
untuk meneliti semua masalah yang telah diidentifikasikan, maka objek kajian
masalah hanya pada masalah Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction
terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Desain Media
Interaktif di SMK Bagimu Negeriku Semarang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah model pembelajaran explicit instruction berpengaruh terhadap
keaktifan siswa pada mata pelajaran desain media interaktif di SMK Bagimu
Negeriku Semarang?
8
2. Apakah penerapan model pembelajaran explicit instruction berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran desain media interaktif di SMK
Bagimu Negeriku Semarang?
3. Apakah model pembelajaran explicit instructionber pengaruh terhadap
keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran desain media interaktif di
SMK Bagimu Negeriku Semarang?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan yang
hendak dicapai antara lain :
1. Untuk mengetahui keaktifan siswa setelah diterapkan model pembelajaran
Explicit Instruction pada mata pelajaran Desain Media Interaktif di SMK
Bagimu Negeriku Semarang.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran Explicit
Instruction terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Desain
Media Interaktif di SMK Bagimu Negeriku.
3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran explicit instruction terhadap
keaktifan dan hasil belajar siswa di SMK Bagimu Negeriku Semarang.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak,
diantaranya :
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang
pendidikan, khususnya dalam hal penerapan model pembelajaran.
9
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Mahasiswa yaitu menambah wawasan tentang berbagai macam
penerapan pembelajaran disekolah-sekolah.
b. Bagi Guru yaitu, hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat
untuk guru kompetensi keahlian multimedia pada mata pelajaran desain
media interaktif yang ingin meningkatkan kualitas proses belajar
mengaar dengan menggunakan pembelajaran Explicit Instruction yang
berbasis pembelajaran aktif.
c. Bagi Siswa yaitu, menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran
berlangsung dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Bagi sekolah yaitu, sebagai bentuk kontribusi kepada sekolah dalam
memberikan alternatif model pembelajaran explicit instruction
berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran disekolah.
e. Bagi peneliti lain, bahwa hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
masukan dalam rabgka melakukan pengembangan kurikulum serta
melanjutkan penelitian berikutnya yang berbeda.
10
BAB II
KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
2.1 Model Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu penentu
keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru.
Menurut Maulana ( 2014:5) model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru meliputi pendekatan,strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran yang sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh.
Menurut Joyce dalam Trianto (2013: 22) setiap model pembelajaran
mengarahkan guru ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta
didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan pedoman yang dibuat secara konseptual untuk memberi petunjuk bagi
guru dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar yang didalamnya terdapat
tujuan agar dapat memudahkan siswa menerima dan memahami materi
pembelajaran. Pedoman yang telah dibuat tersebut, jika dilaksanakan dengan baik
maka tujuan pembelajaran dapat tercapai.
11
2.1.2 Jenis-jenis Model Pembelajaran
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran. Guru harus memperhatikan model pembelajaran yang cocok untuk
mengajar agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Majid (2015:19)
menyatakan terdapat 5 model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu :
1) Belajar tuntas (mastery learning)
2) Belajar kontrol diri ( learning self control)
3) Latihan pengembangan keterampilan dan konsep diri ( training for skill
and concept development)
4) Latihan assertif, dan
5) Pembelajaran langsung ( explicit instruction)
Berdasarkan beberapa model pembelajaran diatas maka peneliti
menetapkan model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu
pembelajaran explicit instruction. Model pembelajaran explicit instruction adalah
model pengajaran secara langsung yang dirancang khusus untuk mengembangkan
belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari tahap demi tahap.
2.1.3 Model Pembelajaran Explicit Instruction
Menurut Suyatno, Explicit Instruction (pengajaran langsung) merupakan suatu
pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola
selangkah demi selangkah. Dalam hal ini siswa dituntut untuk dapat
mengembangkan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Dimana
12
pengetahuan deklaratif menuntut siswa agar mampu mengungkapkan suatu
tentang materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dan pengetahuan
prosedural menuntut siswa untuk dapat melakukan sesuatu yang telah diajarkan.
Menurut Archer dan Hughes , sebagaimana dikutip oleh Huda (2013:186),
strategi Explicit Instruction adalah salah satu pendekatan mengajar khusus yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa. Strategi ini berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dan
dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Strategi ini sering dikenal dengan model pengajaran langsung.
Explicit Instruction, menurut Kardi ( dalam Uno dan Nurdin, 2011:118),
dapat berbentuk “ceramah,demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja
kelompok”. Strategi ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang
ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Trianto (2009:41) menjelaskan
bahwa model Explicit Intruction disebut juga dengan direct instruction(pengajaran
langsung) merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Explicit Instruction atau model pengajaran langsung menurut Arends
ditujukan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
infomasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah (Trianto, 2009: 41).
13
Menurut Kardi & Nur, sebagaimana dikutip oleh Trianto (2009: 41-42) ada
beberapa ciri-ciri model Explicit Intruction (pengajaran langsung), yaitu sebagai
berikut.
1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian belajar.
2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran dan
3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar
kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
Selain itu, juga dalam Explicit Instruction (pengajaran langsung) harus
memenuhi suatu persyaratan, antara lain (1) ada alat yang akan didemonstrasikan,
(2) harus mengikuti tingkah laku mengajar (sintaks).
Explicit Intruction menurut Kardi, sebagaimana dikutip oleh Trianto
(2009: 43) digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan
langsung oleh guru kepada siswa.Terkait hal tersebut, maka dalam penerapannya
penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus
seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat, waktu yang
digunakan. Dari uraian tersebut, maka seorang guru harus memahami langkah-
langkah atau sintaks dari metode tersebut.
Rosenshine dan Stevens (1986) menegaskan enam fungsi mengajar
berdasarkan pada penelitian pengajaran efektif, meliputi (1) mengecek pekerjaan
harian, (2) menyajikan materi baru, (3) menentukan praktik terbimbing, (4)
memberikan umpan balik dan korektif berdasarkan pada jawaban siswa, (5)
menentukan praktik independen, dan (6) telaah mingguan dan bulanan.
14
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya
Algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah : sajian
informasi kompetensi, demonstrasi pelatihan penerapan, mengecek pemahaman
dan balikan, menyimpulkan dan evaluasi refleksi.
Tahapan atau sintaks strategi Explicit Instrucion adalah sebagai berikut :
1. Orientasi
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Presentasi
Guru mendemonstrasikan materi pelajaran, baik berupa keterampilan maupun
konsep atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
3. Latihan Terstruktur
Guru merencanakan dan memberi bimbingan instruksi awal kepada siswa.
4. Latihan Terbimbing
Guru memeriksa apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik
dengan memberinya kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan, lalu
melihat apakah mereka berhasil memberi umpan balik yang positif atau tidak.
5. Latihan Mandiri
Guru merencanakan kesempatan untuk melakukan instruksi lebih lanjut
dengan berfokus pada situasi yang lebih kompleks atau kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan fase atau tahapan tersebut, berikut penjelasan tiap fase. Pada
fase pertama merupakan fase menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,
meliputi: (1) guru memberikan tujuan langkah awal untuk menarik dan
15
memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam
pelajaran itu, (2) penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan oleh guru
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya dipapan
tulis, (3) kegiatan ini bertujuan menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian
siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang
telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.
Kemudian dilanjutkan dengan fase mendemontrasikan pengetahuan serta
keterampilan, meliputi (1) mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan
mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif, (2) kemampuan guru untuk
memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa mempunyai dampak
yang positif terhadap proses belajar siswa, (3) pengajaran langsung berperan teguh
pada asumsi, bahwa sebagaian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari
mengamati orang lain, (4) untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku
yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang
terjadi pada setiap tahap demontrasi.
Selanjutnya, fase pelatihan, meliputi: (1) agar guru dapat
mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif, dan
memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang
didemonstrasikan, (2) memberikan latihan terbimbing, dalam hal ini ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan,
yaitu sebagai berikut. (1) menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna,
(2) memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar mengusai
konsep/keterampilan yang dipelajari, (3) hati-hati terhadap latihan yang
16
berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama
dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa, (4) memperhatikan tahap-tahap awal
pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar
atau bahkan salah tanpa disadari.
Selanjutnya fase mengecek pemahaman dan memberikan umpan
balik.Tahap ini disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa
pertanyaan secara lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberikan respon
terhadap jawaban siswa. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk
memberikan umpan balik, misal umpan balik secara lisan, tes, dan komentar
tertulis.
Fase selanjutnya adalah memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan
dan penerapan yang dilakukan dengan memberikan kesempatan latihan mandiri
kepada siswa yang dapat dikerjakan di rumah atau di luar jam pelajaran.Dalam
melakukan hal ini yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas
mandiri, yaitu: a) tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari
proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran
berikutnya, b) guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang
tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa dirumah, dan c) guru perlu
memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa dirumah.
Explicit Instruction memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa
kelebihannya diantara lain : 1) guru bisa mengendalikan isi materi dan urutan
informasi yang diterima oleh siswa sehingga guru dapat mempertahankan fokus apa
yang harus dicapai oleh siswa; 2) dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang
17
besar maupun kecil ; 3) dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau
kesulitan- kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan; 4) dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur; 5) merupakan cara yang paling efektif
untuk mengajarkan konsep dan keterampilan- keterampilan yang eksplisit kepada
siswa yang berprestasi rendah; 6) dapat menjadi cara untuk menyampaikan
informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat dan dapat diakses secara
setara oleh seluruh siswa; dan 7) memungkinkan guru untuk menyampaikan
ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran ( melalui presentasi yang antusias )
yang dapat merangsang keterampilan dan antusiasme siswa.
Sementara itu, kelemahan strategi Explicit Instruction antara lain : 1)
terlalu bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi
melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat, sementara tidak semua
siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, sehingga guru masih harus
mengajarkannya kepada siswa; 2) kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya
belajar, atau ketertarikan siswa; 3) kesulitan siswa untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan interpersonal yang baik; 4) kesuksesan strategi ini hanya
bergantung pada penilaian dan antusiasme guru diruang kelas; dan 5) adanya
berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat struktur dan kendali
guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik strategi
Explicit Instruction, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian
masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
18
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
explicit instruction merupakan suatu pengajaran langsung yang dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan peserta didik untuk memecahkan tahapan masalah,
dan kemampuan untuk mengingat. Sehingga peserta didik dapat memahami
pembelajaran secara selangkah demi selangkah. Adapun langkah-langkah
penggunaan model explicit instruction yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu :
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa
2. Guru dan siswa mendemonstrasikan pengetahuan dan keteramplian
3. Guru membimbing pelatihan kepada siswa
4. Guru dan siswa bertanya jawab
5. Guru memberi latihan lanjutan
6. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Sehingga siswa yang dominan berperan dalam proses
pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator.
Materi tidak disajikan dalam bentuk jadi, tetapi harus merupakan temuan dari siswa
sehingga pembelajaran semakin bermakna.
2.2 Mata Pelajaran Desain Media Interaktif
Desain multimedia merupakan mata pelajaran yang membahas pengetahuan
dasar tentang multimedia, mulai dari pengertian hingga pembuatan desain untuk
produk multimedia.
19
Multimedia interaktif adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan
menggabungkan teks, gambar, suara, video, dan animasi dengan
menggabungkan perangkat - perangkat tertentu yang dapat memungkinkan
pengguna melakukan navigasi, berinteraksi dan berkomunikasi. Interaksi adalah
suatu fitur yang menonjol dalam multimedia yang memungkinkan
pembelajaran yang aktif (active learning). Pembelajaran yang aktif tidak saja
memungkinkan pengguna melihat atau mendengar (see and hear) tetapi juga
melakukan sesuatu (do). Dalam konteks multimedia do disini dapat berupa
memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan komputer atau aktif
dalam simulasi yang disediakan komputer.
Topik materi yang dipelajari dalam mata pelajaran ini antara lain adalah:
Konsep multimedia, alir proses produksi produk multimedia, gambar sketsa dan
gambar ilustrasi.
1. Topik konsep multimedia menjelaskan tentang pengertian multimedia,
tools multimedia, komponen multimedia dan produk multimedia.
2. Topik alir proses produksi multimedia menjelaskan tentang siklus hidup
pembuatan sebuah produk multimedia, yang meliputi pra produksi,
produksi dan pasca produksi.
3. Topik gambar sketsa menjelaskan tentang pengertian gambar sketsa,
teknik pembuatan gambar sketsa dan macam-macam bentuk gambar sektsa.
4. Topik ilustrasi menjelaskan tentang pengertian dan fungsi ilustrasi,
bentuk-bentuk ilustrasi, macam-macam gambar ilustrasi serta teknik
pembuatan gambar ilustrasi.
20
Kegiatan belajar menjelaskan tentang aktifitas pembelajaran yang dilakukan
peserta didik, meliputi mempelajari uraian materi, mengamati berbagai contoh yang
diberikan, mengerjakan test formatif dan tugas atau eksperimen dari proses
mengamati sampai menyusun laporan.
Pada pembelajaran desain media interaktif mengajarkan siswa keterampilan-
keterampilan dalam membuat produk media interaktif. Pembelajaran ini meliputi
pengenalan media interaktif, pengenalan aplikasi, pembuatan produk sampai ke
pengemasan produk media interaktif. Oleh karena itu, model pembelajaran explicit
instruction merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan- keterampilan yang eksplisit kepada siswa. Interaksi adalah suatu
fitur yang menonjol dalam multimedia yang memungkinkan pembelajaran yang
aktif (active learning). Oleh karena itu, penggunaan model explicit instruction
memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata
pelajaran ( melalui presentasi yang antusias ) yang dapat merangsang keterampilan
dan antusiasme siswa.
2.3 Keaktifan
2.3.1 Pengertian Keaktifan
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas
dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan
belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses
pembelajaran.
Keaktifan merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses
pembelajaran. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang
21
baru kemudian menyimpannya ke dalam otak. Salah satu faktor yang menyebabkan
informasi cepat hilang adalah faktor kelemahan otak manusia. Belajar yang hanya
mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil
yang diperoleh pada saat belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama.
Agar siswa dapat belajar secara aktif dan informasi yang didapatnya tidak cepat
hilang maka guru harus pintar-pintar dalam mengelola kelas. Selain menerangkan,
guru harus meminta siswa untuk mempraktikkan, mempresentasikan, dan
mendiskusikan agar siswa lebih aktif.
Hal ini didukung oleh pendapat Hartono (2013: 148) pembelajaran aktif
adalah pembelajaran yang memerlukan keterlibatan penuh semua siswa dan guru
secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus berkreasi
sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, serta melakukan kegiatan yang
mampu memberikan pengalaman langsung. Siswa yang aktif berupaya untuk
membangun pengetahuannya sendiri.
Menurut Taslimuharrom dalam Hartono (2013), sebuah proses belajar
dikatakan aktif apabila mengandung beberapa poin berikut :
1) Keterlekatan pada tugas (commitmen). Dalam hal ini, materi, metode,
dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa
(meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant),
danbersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi
(personal).
2) Tanggung jawab (responsbility). Dalam hal ini sebuah proses belajar
perlu memberikan wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara
22
bertanggungjawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan
menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang
kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
3) Motivasi (motivation). Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan
motivasi intrinsik siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif,
motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik
(bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak
bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. (hlm150).
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
keaktifan belajar siswa adalah segala kegiatan yang memerlukan keterlibatan siswa
baik secara fisik maupun non fisik.
2.3.2 Indikator Keaktifan
Hal yang paling utama yang menjadi pemicu keaktifan siswa di dalam
kelas adalah munculnya rasa ingin tahu, ketertarikan, dan minat siswa terhadap hal
yang sedang dipelajari. Menurut Djamarah (2006: 33) untuk menciptakan suasana
yang menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, mereka
perlu pengorganisasian proses belajar yang baik.
Menurut Sudjana (2010: 61) mengungkapkan bahwa keaktifan siswa dapat
dilihat dalam beberapa hal, yaitu :
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2) Terlibat dalam pemecahan masalah
23
3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Menurut Mulyono (2001: 26) keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau
segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non fisik. Paul B. Dierick dalam Sadirman membuat suatu daftar yang
berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain digolongkan sebagai berikut :
a) Visual activities; mencakup beberapa aktivitas seperti membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan
b) Oral activities; seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
c) Listening activities; seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
d) Writing activities; seperti menulis cerita karangan, laporan, angket,
menyalin.
24
e) Drawing activities; seperti menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f) Motor activities; seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g) Mental activities; seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h) Emotional activities; seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani,tenang, gugup.
Dari 8 macam aktivitas diatas siswa harus mampu menguasainya, namun
harus disesuaikan pula dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan
pembelajaran pada penerapan explicit instruction adalah meningkatkan keaktifan
belajar siswa. Berdasarkan model pembelajaran explicit instruction dalam suasana
yang menyenangkan maka aktivitas yang mungkin muncul dalam kegiatan
pembelajaran yaitu visual activities, listening activities, oral activities, drawing
activities, dan mental activities.
Berdasarkan penjelasan mengenai keaktifan diatas, keaktifan belajar siswa
merupakan segala kegiatan yang memerlukan keterlibatan siswa baik secara fisik
maupun non fisik. Pada model pembelajaran explicit instruction menuntut siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga siswa yang
dominan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan motivator. Hal tersebut dapat dilakukan dengan guru untuk
menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran ( melalui presentasi
yang antusias ) yang dapat merangsang keaktifan dan antusiasme siswa.
25
2.4 Hasil Belajar
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar
itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh
suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
pengajaran dari puncak proses belajar.
Menurut Dymiati dan Mujiono (2006: 38), hasil belajar adalah tingkat
keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan
pembelajaran, dimana tingkat tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa
huruf atau kata atau simbol.
Menurut Deni Kurniawan (2011:29), hasil belajar meliputi kemampuan
berupa ingatan terhadap sesuatu yang telah dipelajari. Sesuatu yang diingat bisa
berupa fakta, peristiwa, pengertian, kaidh, teori, prinsip, atau metode. Hasil belajar
yaitu kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari dalam suatu
situasi tiruan.
26
Benyamin Bloom membagi klasifikasi hasil belajar menjadi tiga ranah
yaitu :
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari 6 aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek, yakni
penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada aspek yakni, gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif serta gerakan
interpretatif.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang
bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Ketiga ranah yang telah dikemukakan diatas sebenarnya tidak berdiri sendiri,
melainkan selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (1990: 31-33), dalam proses belajar
mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika
27
dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik, karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Sekalipun demikian, tidak berarti bidang afektif dan psikomotorik diabaikan
sehingga tak perlu dilakukan penilaian.
Hasil belajar untuk mata pelajaran desain media interaktif lebih mengarah
pada ranah afektif dan psikomotorik. Tipe hasil belajar ranah afektif berkenaan
dengan perasaan, minat dan perhatian, keinginan, penghargaan, atau lebih dikenal
dengan keaktifan siswa saat mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan tipe
hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan
bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar ini sebenarnya
tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-
kecenderungan untuk berperilaku. Misalnya pada tipe hasil belajar afektif sikap
siswa: perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru mengenai fungsi dari
tools pada aplikasi, sedangkan pada tipe hasil belajar psikomotorik tindakan siswa:
menjalankan aplikasi dengan memanfaatkan tools sesuai fungsinya. Contoh lainnya
dalam tipe hasil belajar afektif: hasrat untuk bertanya kepada guru, tindakan siswa
dalam tipe tipe hasil belajar psikomotorik: mengangkat tangan dan bertanya kepada
guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas.
2.5 Kerangka Berpikir
Pembelajaran desain media interaktif mempelajari tentang produk media
interaktif dan pembuatan produk media interaktif. Untuk memahami langkah-
langkah pembuatan produk multimedia interaktif tidaklah mudah. Oleh karena itu,
agar proses belajar mengajar desain media interaktif berjalan dengan baik, perlu
28
adanya metode yang mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa serta mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, metode pembelajaran Explicit
Instruction dapat diterapkan dalam pembelajaran desain media interaktif, karena
metode ini merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus
untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi
yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Untuk itu, metode ini cocok
diterapkan dalam pembelajaran desain media interaktif yang pada intinya materi ini
tidak hanya membahas tentang pengertian media interaktif melainkan pembuatan
media interaktif sampai ke pengemasan produk media interaktif. Siswa akan lebih
mudah memahami materi saat siswa mempraktekkannya dimana guru akan
membimbing pelatihan serta mengecek pemahaman siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun skema kerangka berpikir
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Rendahnya keaktifan dan hasil
belajar pada mata pelajaran desain
media interaktif
Pembelajaran menggunakan model
pembelajaran explicit instruction
Keaktifan Meningkat
Hasil Belajar Meningkat
29
2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian masalah
yang didasarkan atas teori yang relevan. Oleh karena itu hipotesa adalah dugaan
yang mungkin benar atau juga mungkin salah. Adapun hipotesa dalam penelitian
ini adalah :
Ha1 : Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Explicit Instruction
terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Desain Media
Interaktif di SMK Bagimu Negeriku Semarang.
Ha2 : Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Explicit Instruction
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Desain Media Interaktif
di SMK Bagimu Negeriku Semarang.
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Explicit
Instruction terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Desain
Media Interaktif di SMK Bagimu Negeriku Semarang.
H02 : Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Explicit
Instruction terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Desain
Media Interaktif di SMK Bagimu Negeriku Semarang.
Ha3 : Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Explicit Instruction
terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Desain
Media Interaktif di SMK Bagimu Negeriku Semarang.
30
H03 : Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Explicit
Instruction terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Desain Media Interaktif di SMK Bagimu Negeriku Semarang.
87
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Hasil penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction
Terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Desain Media
Interaktif SMK Bagimu Negeriku Semarang Tahun 2019 dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran explicit instruction berpengaruh terhadap
keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran desain media interaktif SMK
Bagimu Negeriku Semarang tahun 2019.
2. Penerapan model pembelajaran explicit instruction berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran desain media interaktif SMK
Bagimu Negeriku Semarang tahun 2019.
3. Penerapan model pembelajaran explicit instruction berpengaruh terhadap
keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran desain media interaktif
SMK Bagimu Negeriku Semarang tahun 2019 .
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Pada saat pelaksanaan penelitian masih ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu
diharapkan guru lebih memperhatikan siswa-siswa tersebut dan
88
menerapkan pembelajaran lebih menarik dengan menggunakan model
pembelajaran explicit instruction dengan lebih baik.
2. Model pembelajaran explicit instruction merupakan pembelajaran secara
langsung yang dilakukan dengan pengajaran selangkah demi selangkah
merupakan pembelajaran yang baik untuk pembelajaran keterampilan
seperti desain media interaktif, pada saat penelitian guru masih belum
secara penuh memahami tahap demi tahap pembelajaran menggunakan
model pembelajaran explicit instruction. Untuk menerapkan
pembelajaran explicit instruction pada pembelajaran berikutnya, perlu
dilakukan persiapan yang matang dari segi peserta didik maupun
pengajar.
3. Keaktifan belajar mampu mempengaruhi hasil belajar dengan
penggunaan model pembelajaran explicit instruction. Oleh karena itu
peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting sebagai fasilitator dan
motivator sesuai dengan pembelajaran explicit instruction.
89
DAFTAR PUSTAKA
Anton, M, Mulyono. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung : Yrama.
Arikunto, S.2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Darmiyati, Riwi Noor H. 2017. “Penerapan Model Explicit Instruction
Dikombinasikan dengan Model Probing Promting dan Media Realita Pada
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”. Jurnal Vidya Karya, 32 (2):
138-147.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Fudholy, A.M. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit
Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang
Bilangan dan Penjumlahan pada Siswa Tunagrahita Ringan ( Penelitian
Tindakan Kelasdi Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi). Skripsi.
Bandung : FIP Universitas Pendidikan Indonesia.
Hidayati, A.N.2012. Efektivitas Model Pembelajaran Direct Instruction Terhadap
Hasil Belajar Matematika. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo.
Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Hartono. 2008. PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.Pekanbaru : Zanafa.
Hartono, R. 2013. Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid.
Jogjakarta:DIVA Press.
Khaiyali, A.T.S.A., 2013. ESL Elementary Teachers Use of Children’s Picture Books
to Initiate Explicit Instruction of Reading Comprenhension Strategies.
Canadian Center of Science and education. 7/2: 90-99.
Khotijah, S. 2013. Meningkatkan Keterampilan dan Hasil Belajar dengan Model
Explicit Instruction (pada Pokok Bahasan Penyimpanan Arsip Sistem Nomor
Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah Magelang). Skripsi.
Semarang: FE Universitas Negeri Semarang.
90
Lie, A. 2008. Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.
Lingli, D. dan A. Wannaruk. 2010. The Effects of Explicit and Implicit Instruction
in English Refusals. Chinese Journal of Applied Linguistics(Bimonthly).
33/3: 93-109.
Nuh, M. 2013. Permendikbud Nomor 70 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMK/MAK. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun
2003, No. 78. Sekretariat Negara. Jakarta.
Rifa’i, A. & C.T. Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Silma, Elghina. 2017. “ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Explicit
Instruction Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS Pada
Mata Pelajaran Ekonomi (Akutansi) di SMAN 1 Langgam Kabupaten
Pelalawan”. Pekbis Jurnal, 9 (1): 68-76.
Sudjana, Nana.1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya.
Sudjana, Nana. 2010. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sudjiono, Anas.2014. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Grafindo Persada.
Sugiyono. 2013. Cara Mudah Menyusun : Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung :
Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto.2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana
Pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Uno, H.B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Utari, Rahmawati. 2016.“Pengaruh Model Explicit Instruction Berbantuan
Lingkungan Alam Sekitar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV”.
Jurnal Penidikan, 4 (1): 1-10.
91
Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wibowo, M. E. dkk. 2010. Panduan Penulisan Karya Ilmiah Edisi V. Semarang: Unnes
Press.
Wiriaatmadja, R. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wiyanto dkk. 2011. Panduan Penulisan Skripsi dan Artikel Ilmiah. Semarang: FMIPA
Unnes
Yunarida, A. 2013. Efektivitas Metode Explicit Instruction dalam Pembelajaran
Menulis Karya Ilmiah Berbasis Kearifan Lokal pada Siswa Kelas XI SMAN 1
Toroh Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Semarang: FPBS IKIP PGRI
Semarang.
Yunita, N. A. & P. Utomo. 2012. Peningkatan Hasil Belajar. Siswa Menggunakan
Media Powe Point dan Animasi Berbasis Macromedia Flash dengan Model
Explicit Instruction pada Mata Pelajaran Desain Garfis Kelas XI IPA di
SMA Negeri Yogyakarta. Online. Tersedia di
http://journal.student.uny.ac.id [diakses 19-07-2014]. http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/8457/mod_resource/content/1/8_KB_4
_DESAIN_MULTIMEDIA_INTERAKTIF.PDF , 30 Januari 2019. Pkl. 21:35