PENGARUH LINKAGE PROGRAM TERHADAP RASIO...
Transcript of PENGARUH LINKAGE PROGRAM TERHADAP RASIO...
PENGARUH LINKAGE PROGRAM TERHADAP RASIO PROFITABILITAS
(ROE) DAN RASIO KECUKUPAN MODAL (CAR) PADA BANK SYARIAH
MANDIRI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy)
Oleh:
RIKA MUDRIKAH
1110046100021
Prodi Muamalat
Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1435 H/ 2015 M
v
PENGARUH LINKAGE PROGRAM TERHADAP RASIO PROFITABILITAS
(ROE) DAN RASIO KECUKUPAN MODAL (CAR) PADA BANK SYARIAH
MANDIRI
Oleh: Rika Mudrikah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
Pembiayaan mikro yang diberikan Bank Syariah Mandiri melalui Linkage Program
terhadap Rasio Profitabilitas yang diukur dengan analisis Return on Assets (ROE)
dan Rasio Kecukupan Modal yang diukur dengan analisis Capital Adequacy Ratio
(CAR). Dalam penulisan skripsi ini menggunakan data primer, penulis melakukan
penelitian lapangan untuk memperoleh data primer dengan cara interview dan
pengambilan data langsung kepada pihak Bank Mandiri Syariah.
Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi berganda yaitu
untuk mengetahui korelasi dan pengaruh antara variabel bebas (Linkage Program)
dan variabel terikat (ROE dan CAR). Dan Berdasarkan hasil pengelolahan data
menunjukan bahwa pembiayaan pada Linkage program mempunyai berpengaruh
positif dan signifikan baik terhadap Rasio Profitabilitas (ROE) maupun terhadap
Rasio Kecukupan Modal (CAR).
Kata Kunci: Linkage Program, Rasio Profitabilitas (ROE), Rasio Kecukupan Modal
(CAR).
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahi rabbi al-‘alamin, segala puji dan syukur tak hentinya penulis
Panjatkan kehadirat Allah SWT, Zat yang maha pengasih dan penyayang yang telah
melimpahkan segala nikmat dan anugrah, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh
Linkage Program Terhadap Rasio Profitabilitas (ROE) dan Rasio Kecukupan
Modal (CAR) Pada Bank Syariah Mandiri” ini dapat terselesaikan. Selawat dan
Salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi ini dapat penulis selesaikan penyusunannya berkat bimbingan,
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan ini, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat serta ungkapan terimakasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Ayahhanda tercinta Bapak H. Mustopa dan ibunda HJ. Markasih yang telah
memberikan dukungan baik secara moril, materil serta doa yang selalu
dipanjatkan sehingga penulis diberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
2. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag. selaku ketua prodi studi Muamalat dan Bapak
Mu’min Rauf, M.Ag. selaku sekertaris prodi studi Muamalat.
vii
4. Dr. Nurhasanah, M.Ag. sebagai dosen pembimbing I dan Ahmad Chairul
Hadi, MA. Sebagai dosen pembimbing II yang telah berjasa meluangkan
waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
5. Dosen dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberi pengetahuan dan bantuan
kepada penulis.
6. Kakakku tersayang, Nur’Afifah yang juga terus memberiakan motivasi dan
dukungan baik moril dan materil serta kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga besar penulis yang telah memberi dukungan dan doa.
8. Bapak D. Hartanto, Selaku pelaksana marketing mikro. Eka, selaku Staff
linkage program dan seluruh pihat PT. Bank Mandiri Syariah yang telah
bersedia membantu dalam penelitian skripsi ini.
9. Petugas pengawas perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, petugas
pengawas perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
membantu peneliti dalam memberikan fasilitas penyediaan literatur untuk
penulisan skripsi ini.
10. Untuk teman-teman seperjuangan di kelas PS B, angkatan 2010 yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
11. Henita Sahany yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.
12. Dan semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberi dukungan sehingga selesainya penulisan skripsi ini.
viii
Semoga amal baik dan jasa yang telah diberikan para pihak kepada penulis
diterima oleh Allah SWT dan memberikan pahala yang berlipat ganda. Dengan
segala kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, besar harapan
penulis semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi setiap langkah kita. Aamiin.
Jakarta, 5 Mei 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….……..i
SURAT PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………...………...ii
SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN…………………...…………………iii
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………………..iv
ABSTRAK…………………………………………………………………………..v
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………....8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………….10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….11
E. Review Studi Terdahulu…………………………………….…..12
F. Sistematika Penulisan…………………………………………..16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori dan Konsep Pembiayaan Syariah……………………......19
1. Pengertian Pembiayaan Syariah……………………….19
x
2. Fungsi Pembiayaan Syariah…………………………..22
3. Tujuan Pembiayaan Syariah………………………......22
4. Jenis dan Produk Pembiayaan Syariah………………..24
B. Teori dan Konsep Linkage Program………….………………..29
1. Pengertian Linkage Program…………………………...29
2. Model Linkage Program……………………………….32
3. Manfaat Linkage Program……………………………..34
4. Kode etik dalam Linkage Program……………………36
5. Generic model Linkage Program………………………48
6. Kebijakan Terkait Linkage program……………….…..40
C. Teori Rasio Profitabilitas dan Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Perbankan Syariah
1. Rasio Profitabilitas……………………………………..42
2. Rasio kecukupan Modal (CAR)………………………..44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………..49
B. Jenis Penelitian………………………………………………...49
C. Objek Penelitian……………………………………………….50
D. Variabel Penelitian…………………………………………….50
E. Jenis Data dan Sumber Data…………………………………..51
xi
F. Metode pengumpulan Data……………………………………52
G. Metode Analisis Data………………………………………….53
H. Hipotesis…………………………………………………….....55
I. Uji Statistik……………………………………………..………57
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum objek penelitian (PT. Bank Syariah Mandiri,
Tbk)……………………………………………………………..60
B. Laporan Perkembangan Pembiayaan BSM……………………..70
C. Analisis Rasio – Rasio (ROE dan CAR)………………………..73
D. Analisis Data……………………………………………………77
1. Analisis Pengaruh Linkage Program terhadap Rasio
Profitabilitas (ROE)………………………………….……..78
2. Analisis Pengaruh Linkage Program terhadap Rasio
Kecukupan (CAR)………………………………………... 82
E. Interpretasi Data…………………………………………….… 85
BAB V PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………..87
Saran………………………………………………………………88
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….……90
xii
LAMPIRAN – LAMPIRAN……………………………………………….…… 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan
dunia usaha Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan
yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sehubungan
dengan hal tersebut. Keberadaan usaha mikro kecil dan menengah merupakan
wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia. Hal tersebut
karena usaha mikro, kecil dan menengah merupakan sektor terbesar pelaku
usaha yang dijalankan oleh masyarakat Indonesia.
Kehadiran pembiayaan mikro sangat dibutuhkan oleh masyarakat
kalangan bawah khususnya, karena terdapat beberapa masalah yang di hadapi
oleh para pengusaha mikro dalam mengembangkan usahanya, yaitu
kurangnya akses terhadap permodalan, kemitraan, serta peluang usaha.
Permasalahan tersebut dapat menghambat tumbuh dan berkembangnya usaha
mikro.
Masalah permodalan, baik keterbatasan kepemilikan modal maupun
kesulitan dalam mengakses sumber pembiayaan, sampai saat ini masih
merupakan kendala bagi Usaha Mikro dalam menjalankan dan
mengembangkan usahanya. Untuk mengatasi kendala di bidang pembiayaan
2
tersebut, maka perlu dilakukan upaya peningkatkan dan perluasan akses
kepada sumber-sumber pembiayaan, dengan mensinerjikan lembaga keuangan
bank termasuk bank umum.1
Peran Bank sebagai lembaga intermediasi yang merupakan jembatan
yang menemukan antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
kekurangan dana harus dijalankan dengan baik dan maksimal oleh
perbankan.2 Karna bila fungsi intermediasi baik dan maksimal maka akses
sektor rill terhadap pemodalan/pendanaan maka hal ini berimplikasi pada
perkembangan sektor rill UMKM kearah yang lebih baik, namun sebaliknya
bila fungsi intermediasi perbankan tidak berjalan dengan baik dan maksimal
maka akses terhadap pemodalan tidak dapat dipenuhi, dan hal ini akan
berimplikasi pada terhambatnya perkembangan pada sektor rill UMKM.
Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia yang berfungsi yang
mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan keuangan secara luas.3
maka Dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dan
memperluas penyaluran pembiayaan, Bank Indonesia membuat sebuah
program kerjasama antara Perbankan Umum dengan BPR dan Lembaga
1 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Pedoman
Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi, (Jakarta: Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah Republik Indonesia, 2009)
2 Ismail A. Manajemen Perbankan, (Jakarta: Kenana Prenada Media Group, 2010), h.3 3 Kasmir, Bank, dan lembaga keuangan lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012)
h.167
3
Keuangan Mikro (LKM) untuk penyaluran pembiayaan pada sektor UMKM
yang dinamakan Linkage Program.
Linkage Program adalah kerjasama yang dilakukan oleh Bank umum
kepada Lembaga Keuangan Mikro dalam bentuk kerjasama penyaluran
pembiayaan sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan usaha mikro dan
kecil.4 Linkage program juga sebagai program kerjasama antara bank umum
termasuk bank umum peserta kredit usaha rakyat (KUR) dengan koperasi.5
Linkage program ini diluncurkan sejak tahun 2002 merupakan
kerjasama antara bank umum dan lembaga keuangan mikro, akan tetapi pada
waktu itu belum dan terorganisasi dengan benar baik secara konsep dan
mekanisme.6 Linkage program mulai terorganisasi rapih ketika Bank
Indonesia (BI) meluncurkan arstitektur perbankan indonesia (API) pada tahun
2014 dan linkage menjadi salah satu progam dalam pilar satu API. Salah satu
yang membangkitkan linkage program adalah dikeluarkannya peraturan
Generic Model Linkage Program. Sejak itulah aturan-aturan linkage program
menjadi jelas, seperti adanya persyaratan minimum BPR peserta linkage,
munculnya tiga skim Penerapan linkage progam yaitu executing, channeling
dan joint financing serta kode etik peserta likage.
4 Euis Amalia, Keadilan Deskriptif dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009), h. 307 5 Peraturan Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI No.
03/Per/M.KUKM/III/2009:Pedoman umum linkage program dengan koperasi. h.2 6 Bank Indonesia, “Lampiran Siaran Pers No.11/11/PSHM/Humas, 2009” artikel diakses pada
tanggal 24 maret 2014 dari http://www.bi.go.id/web/id/ruang+media/siaranpers/sp_1111109.html
4
Sebagai lembaga keuangan yang berdasarkan syariah, maka bank
syariah juga harus meningkatkan pembiayaan mikro. Dan Pada prinsipnya
masing-masing bank memiliki cara dan strategi tersendiri dalam kegiatan
usaha penyaluran kreditnya, salah satu strategi yang dapat dilakukan
perbankan syariah untuk meningkatkan pembiayaan untuk mikro adalah
melakukan Linkage Program.
Antara Bank syariah dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah seperti
BMT memiliki gerak bisnis sangat penting dalam kegiatan pendanaan untuk
usaha mikro. Kekuatan dana dan permodalan Bank syariah sangat dibutuhkan
oleh lembaga Keuangan Syariah yang lebih kecil. untuk ekspansi
pembiayaannya. Sementara itu, jumlah unit, lokasi dan segmen pasar lembaga
Keuangan Mikro merupakan hal yang menarik bagi Bank syariah untuk
dijadikan sebagai garda depan dalam memasuki sektor pembiayaan mikro
tanpa harus membentuk unit bisnis mikro sendiri.
Linkage Program ini akan mendorong perbankan untuk lebih efisien
dimana perbankan tidak harus menyediakan sumberdaya bagi pemasaran
maupun aspek fungsional lainnya. keuntungan lainnya yang didapatkan
adalah ketidakharusan pihak perbankan dalam menghadapi risiko yang
diakibatkan oleh kredit macet karena ini adalah tanggung jawab kedua belah
pihak, yaitu bank syariah dan perusahaan mitra. Dan Penyaluran kredit juga
lebih cepat. Dengan Pembiayaan yang menggunakan skema linkage ini, Bank
syariah yang lebih besar menyalurkan pembiayaan Mikro-nya melalui
5
lembaga keuangan syariah yang lebih kecil, seperti BMT Hal ini dilakukan
karena memang jangkauan operasional Bank syariah besar belum bisa
mencapai pelosok-pelosok desa yang menjadi sentral usaha kecil. Oleh karena
itu diperlukan kerjasama dengan Lembaga Keuangan Mikro yang secara
oprasional mampu untuk menyentuh langsung para pelaku usaha yang berada
di pelosok desa. Selain itu BMT juga mampu melakukan pendampingan,
dorongan hingga pembelajaran bagi para pelaku usaha, sehingga dengan
begitu kegagalan para pelaku usaha bisa ditekan seminimal mungkin. Proses
pendampingan ini yang jarang bahkan tidak dilakukan oleh lembaga bank
konvensional. Oleh karena itu, mengingat betapa pentingnya peran Bank
syariah dan BMT bagi kesuksesan dan keberlanjutan Usaha Mikro maka
sudah seharusnya kedua lembaga ini bersinergi bersama dalam menyukseskan
para pelaku usaha Mikro khususnya UMKM.
Bank Syariah Mandiri yang dikenal proaktif terhadap UMKM dan
menjadi salah satu Bank Umum Syariah yang menerapkan Linkage program
ini. Direktur BSM Hanawijaya mengatakan: sebagai Bank Syariah, BSM
berusaha menjalankan nilai-nilai syariah yang salah satunya adalah dengan
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan dan masyarakat.
Kenyataan mayoritas usaha ditanah air adalah usaha mikro dan kecil, maka
perseroan menetapkan untuk masuk ke segmen ini.7
7 Infobanknews, “Headline Perbankan shariah insight” artikel diakses pada 31 agustus 2014
dari http://www.infobanknews.com/2013/04/bsm-patok-porsi-pembiayaan-umkm-jadi-75/
6
Ia menambahkan, untuk penyaluaran pembiayaan pihaknya menjalin
kerjasama Linkage dengan berbagai pihak, seperti Baitul Mal wat Tamwil
(BMT) dan BPRS. Sejumlah bank syariah Termasuk Bank Syariah Mandiri
memperbesar portofolio pembiayaan ke sektor mikro. Segmentasi pasar ke
sektor mikro dinilai memiliki potensi nasabah yang besar. Dan Bank Syariah
Mandiri (BSM) meningkatkan pembiayaan ke usaha mikro kecil menengah
(UMKM) lebih dari 73 persen di tahun 2012. “Selama ini, BSM ingin fokus
ke UMKM. Itu akan jadi lahan kita di 2012.” ujar Direktur Utama Bank
Syariah Mandiri, Yuslam Fauzi.8
Bank Syariah Mandiri (BSM) pada tahun 2013 menyalurkan kredit
usaha rakyat sebesar Rp 1,5 triliun. Angka ini naik 2 kali lipat dibanding
tahun 2012, yang sebesar Rp 750 miliar. Di Bank Syariah Mandiri, kredit
UMKM menguasai 18% dari keseluruhan aset nasional. Kebutuhan
pembiayaan UMKM kira-kira mencapai Rp 506 triliun. Maka tak heran
banyak bank-bank besar mulai turun ke kredit mikro. 9
Sejak diluncurkan oktober 2007 sampai 2013, bank Syariah mandiri
telah menyalurkan KUR sebesar 12,6 triliun untuk 250.032 debitur dengan
rata-rata kredit Rp. 50,4 juta per debitur, akan tetapi rasio pembiayaan
bermasalah (NPL) pada tahun 2013 yang meningkat menjadi 4,3%. Sunarso
8 Ibid, h.2 9 Liputan6 “Siapa Minat, Bank Syariah Mandiri Salurkan KUR Rp 1,5 Triliun” artikel diakses
23 july 2014 dari http://bisnis.liputan6.com/read/511502/siapa-minat-bank-syariah-mandiri-salurkan-kur-rp-15-triliun
7
mengatakan ini disebabkan ketidaklancaran penyaluran Linkage, bank mandiri
memiliki dua pola penyaluran KUR yakni pola linkage dan pola individual.
pada kuartal II-2013, ada kenaikan BI-rate maka penyaluran pembiayaan ke
Linkage tidak selancar semula. Dan untuk memenuhi target maka penyaluaran
pembiayaan mikro bayak lewat pola individu. Padahal penyaluran
pembiayaan melalui linkage lebih baik kualitasnya karna NPL rendah,
sedangkan penyaluran pembiayaan melalui individu lebih tinggi risiko
pembiayaan bermasalahnya. Dan Untuk kedepannya Bank Syariah Mandiri
optimistis dapat meningkatkan penyaluran melalui Linkage, salah satunya
dengan meningkatkan hubungan dengan nasabah grosir dan korporasi, serta
meningkatnya hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan Mikro di
Indonesia.10
Hal ini menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri serius menjalankan
linkage program ini, dan Kerjasama tersebut dalam rangka mempermudah
Bank syariah Mandiri untuk menyalurkan dana ke sektor mikro melalui
lembaga keuangan mikro. Berdasarkan hal-hal tersebutkan maka penulis
tertarik untuk meneliti penyaluran pembiayaan mikro melalui program ini.
Oleh sebab itu, penulisan memilih judul:
10 Republika “Bank kejar target penyaluran KUR” artikel diakses pada tanggal 31 agustus dari
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/mikro/13/11/22/bank-kejar-target-penyaluran-kur
8
“Analisis Pengaruh Linkage Program Terhadap Rasio
Profitabilitas (ROE) dan Rasio Kecukupan Modal (CAR) Pada Bank
Syariah Mandiri”
B. Identifikasi Masalah
Memperoleh laba (profit) merupakan tujuan utama berdirinya suatu
lembaga keuangan baik bank ataupun lembaga keuangan yang lainnya. Laba
yang diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai operasi perusahaan,
tetapi juga digunakan untuk ekspansi dimasa yang akan datang seperti
pendirian kantor cabang. Kemudian yang lebih penting lagi apabila suatu
lembaga keuangan terus-menerus memperoleh laba, maka ini berarti
kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan terjamin. Karena aktifitas
terbesar bank syariah adalah pada bidang pembiayaan, maka dari aktifitas ini
akan menentukan besarnya laba yang akan diperoleh dalam suatu periode.
oleh karena itu pengelolaan pembiayaan harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya karena pembiayaan merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar
dari bank syariah. Jadi semakin banyak pembiayaan yang disalurkan maka
tingkat laba (profit) bank syariah akan semakin tinggi. Dan Linkage program
hadir membawa angin segar bagi perbankan syariah untuk dapat memperluas
dan meningkatkan penyaluran pembiayaan. Karna Linkage program ini
adalah program pembiayaan yang bersifat kemitraan, pembiayaan disalurkan
9
lewat perusahaan mitra seperti Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) sehingga dengan adanya linkage
program bank syariah dapat menjangkau para pelaku usaha mikro dan dapat
memperluas jaringan dalam penyaluran pembiayaan.
Akan tetapi pembiayaan juga tidak terlepas dari risiko pembiayaan.
Oleh karna itu Rasio kecukupan modal (CAR) merupakan hal penting dalam
perbankan, terutama perbankan syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil.
Karna kecukupan modal berfungsi menampung risiko kerugian yang
kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik
kemampuan bank syariah tersebut untuk menanggung risiko dari setiap
pembiayaan/aktiva produktif yang berisiko. Bank yang memiliki tingkat
kecukupan modal baik menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat.
Dengan kehadiran linkage program diharapkan dapat mengurangi risiko
pembiayaan karna keuntungan lainnya dari linkage program adalah perbankan
syariah tidak harus menaggung semua risiko/kerugian karna ini adalah
tanggung jawab kedua belah pihak, yaitu antara Perbankan syariah dan
BPRS/LKMS.
10
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
. Berdasarkan dengan uraian diatas, untuk membatasi masalah
– masalah yang akan diteliti sehingga lebih terarah dan jelas, maka
skripsi ini akan mengkhususkan perhatian kepada hal-hal berikut ini:
a. Dana Linkage program dibatasi oleh dana yang diberikan
oleh Bank Syariah Mandiri kepada Lembaga Keuangan
Mikro Syariah, Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Kemitraan yang berupa kerja sama penyaluran akses
fasilitas pembiayaan mikro melalui Linkage program.
b. Rasio Profitabilitas dibatasi pada Return on Equity (ROE)
c. Rasio Kecukupan Modal dibatasi oleh Capital Adequacy
Ratio (CAR).
d. Objek pada penelitian ini adalah PT. Bank Syariah
Mandiri, Tbk kantor pusat yang beralamat di Jl. M. H
Thamrin No.5, Jakarta Pusat.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, skripsi ini
diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan, adapun rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
11
a. Apakah dengan penerapan Linkage Program berpengaruh terhadap
tingkat Rasio Profitabilitas (ROE)?
b. Apakah Linkage Program berpengaruh terhadap Rasio Kecukupan
Modal (CAR)?
c. Mana diantara ROE dan CAR yang lebih dipengaruhi Linkage
Program?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk beberapa tujuan sebagai berikut:
1) Menganalisis dan mengukur apakah pembiayaan mikro melalui
linkage program berpengaruh terhadap tingkat rasio
profitabilitas.
2) Menganalisis bagaimana pengaruh pembiayaan mikro melalui
linkage program terhadap Rasio Kecukupan modal (CAR).
3) Mengetahui diantara ROE dan CAR mana yang lebih
dipengaruhi Linkage Program.
2. Manfaat Penelitian
Dalam Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak terkait, diantaranya adalah:
12
1) Manfaat Bagi pihak penulis. penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan langsung mengenai penyaluran pembiayaan
mikro melalui linkage program dan bagaimana
perkembangannya pada saat ini..
2) Manfaat Bagi Perbankan. penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian
pembiayaan mikro yang tepat. dan akan bermanfaat untuk
meningkatkan peran intermediasi bank, khususnya dalam
menyediakan pembiayaan bagi masyarakat usaha mikro
3) Bagi kalangan masyarakat sektor usaha mikro, penelitian ini
akan bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai
prospek perkembangan pembiayaan mikro dari perbankan.
4) Bagi kalangan instansi Pemerintah, penelitian ini akan
bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai
perkembangan pembiayaan mikro dari bank umum. Dengan
demikian putusan kebijakan dan peraturan yang diambil
diharapkan dapat mendukung penyaluran dan kemudahan
akses pembiayaan bank oleh masyarakat usaha mikro dalam
menjalankan kegiatan usahanya.
5) Manfaat bagi pendidikan. Penelitian ini dapat dijadikan bahan
referensi atau masukan dalam pemberian pembiayaan mikro
melalui linkage program.
13
E. Review Study Terdahulu
Tabel 1.1. Perbandingan Studi Terdahulu
N
o
Judul Objek Keterangan Perbedaan
1 Skripsi Ahmad Al-
gazali tahun 2013
jurusan Muamalat
Konsentrasi
Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas
Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta
yang berjudul
“Tingkat
Kompotitif Pola-
Pola Linkage
Program Pada
Bank Syariah”
Bank
Muamalat
Indonesia
skripsi ini
menganalisis
tingkat kompotitif
masing-masing
pola linkage
program dari segi
risiko,profit dan
dari segi
pembiayaan. Juga
menjelaskan pada
setiap pola-pola
yang dijalankan
pada Bank
Muamalat
Indonesia, dimana
setiap pola yang
dijalankan berbeda
satu dengan yang
lainnya.
Skripsi ini tentunya
berbeda dengan
skripsi yang akan di
bahas penulis karna,
penulis akan meneliti
seberapa besar
pembiayaan mikro
melalui linkage
program
mempengaruhi
tingkat rasio
profitabilitas dan
rasio kecukupan
modal (CAR) di
Bank Syariah
Mandiri. .
2 Skripsi Rizal Efendi
tahun 2013 jurusan
Muamalat
Konsentrasi
Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan
KSU
Ubasyada
mitra
Bank
Syariah
Mandiri
Skripsi ini
menganalisa
bagaimana
implementasi
Linkage program
Bank Syariah
Skripsi ini meneliti
tingkat kesehatan
koperasi mitra dari
penerapan linkage
perogram ini.
Sedangkan penulis
14
Hukum Universitas
Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta
yang berjudul
“Kinerja Keuangan
Koperasi Mitra
Linkage Program
pada CAEL”
Mandiri dengan
koperasi mitranya,
sekaligus
menganalisa tingkat
kesehatan KSU
Ubasyada dengan
menggunakan
metode CAEL
menganalisis
pembiayaan Mikro
yang diberikan BSM
melalui Linkage
program ini apakah
berpengaruh besar
terhadap rasio
profitabilitas dan
rasio kecukupan
Modal.
3 Skripsi Siti Maesaroh
tahun 2011 jurusan
Muamalat
Konsentrasi
Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas
Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta
yang berjudul
“Efektifitas linkage
program Bank
Syariah dalam
penguatan
pembiayaan
lembaga keuangan
mikro”
Bank
Syariah
Mandiri
Skripsi meneliti
tingkat kesehatan
LKM, dan
membandingkan
rasio laba, modal,
aset, dan jumlah
nasabah sebelum
dan sesudah
linkage program
dengan
menggunakan
metode CAMEL
Hasil perhitungan
CAMEL
menunjukkan
bahwa adanya
linkage program
belum
mempengaruhi
tingkat kesehatan
LKM secara
Jika dalam skripsi ini
meneliti tingkat
kesehatan LKM dan
membandingkan
Rasio laba, modal,
aset dan jumlah
nasabah sebelum dan
sesudah Linkage
Program, maka
berdeda dengan
peneliti yang akan
lakukan yaitu untuk
mengetahui apakah
penyaluran
pembiayaan mikro
BSM melalui
Linkage berpengaruh
besar terhadap rasio
profitabilitas dan
rasio kecukupan
modal.
15
keseluruhan.
4 Skripsi Rian Kumara
tahun 2010 fakultas
Ekonomi Universitas
Gunadarma Depok
dengan judul
“Analisis Uji beda
kinerja BPR yang
mengikuti Linkage
Program dengan
BPR yang tidak
mengikuti Linkage
Program.
BPRS
wilayah
kerja
DPC
Depok
Skripsi ini menguji
dan menganalisis
perbedaan BPR
yang mengikuti
Linkage Program
dengan BPR yang
tidak mengikuti
Linkage Program
yang diukur
melalui LDR, NPI
dan ROA.
Skripsi ini tentunya
berbeda dengan
skripsi yang akan
penulis lakukan
karna skripsi ini
membahas perbedaan
BPR yang mengikuti
Linkage Program
dengan BPR yang
tidak sedangkan
penulis akan
membahas rasio
profitabilitas
danrasio kecukupan
modal Bank Syariah
Mandiri melalui
linkage program
5 Skripsi Jubaedah
tahun 2009 jurusan
Muamalat
Konsentrasi
Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas
Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta
yang berjudul
“Peran Strategis
Linkage Program
Bank Syariah
Bank
Muamalat
Indonesia
Skripsi ini
menjelaskan
tentang linkage
program melalui
pola excuting.
Penelitian ini untuk
mengetahui apakah
pembiayaan yang
diberikan Bank
Muamalat
meningkatkan
tingkat kesehatan
LKMS tersebut.
Skripsi ini untuk
mengetahui apakah
pembiyaan mikro
bank muamalat
melalui Linkage
program dapat
meningkatkan
tingkat kesehatan
LKMS yang
mengikuti program
ini. Sedangkan
penulis akan
menganalisis
16
Terhadap
Penguatan
Lembaga Keuangan
Mikro Syariah”
pembiayaan yang
diberikan BSM
melalui Linkage
program ini apakah
berpengaruh besar
terhadap rasio
profitabilitas dan
rasio kecukupan
modal di BSM
F. Sistematik Penulisan
Teknik pada penelitian ini merujuk pada Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN), Jakarta yang
diterbitkan oleh fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terstruktur dan sesuai
dengan kaidah penulisan, maka sistematik tulisan dalam penelitian ini disusun
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi terdahulu,
dan Sistematika Penulisan.
17
BAB II. LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas secara mendalam tinjauan pustaka, studi liteatur
dan teori – teori yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. yaitu Tinjauan
teoritis tentang Pembiayaan Syariah, Linkage Program Perbankan Syariah, analisis
rasio – rasio profitabilitas dan rasio kecukupan modal. Bab ini terdiri dari tiga sub.
Sub pertama membahas tentang pengetian pembiayaan syariah, jenis – jenis
pembiayaan syariah, produk – produk pembiayaan syariah, fungsi dan tujuan
pembiayaan syariah. Sub kedua membahas tentang pengetian linkage program, model
linkage program, manfaat linkage program, kode etik dalam linkage program,
Generic model linkage program, kebijakan terkait linkage program. Sub ketiga
membahas tentang rasio profitabilitas dan rasio kecukupan modal (CAR).
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang Ruang lingkup penelitian, jenis penelitian,
objek penelitian, variabel penelitian, jenis data dan sumber data, metode
pengumpulan data, metode analisis data, hipotesis, uji statistik.
BAB IV. ANALISIS PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi Gambaran umum PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk.
deskripsi hasil penelitian yaitu deskripsi rasio profitabilitas (ROE) dan rasio
kecukupan modal (CAR), hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
18
BAB V. PENUTUP
Pada bab ini penulis membuat kesimpulan dari pembahasan yang telah
diuraikan pada Bab – Bab sebelumnya dan memberikan saran – saran yang kiranya
bermanfaat bagi yang berkempentingan.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori dan Konsep Pembiayaan Syariah
1. Pengertian Pembiayaan Syariah
Istilah kredit banyak digunakan dalam sistem perbankan
konvensional yang berbasis pada bunga. Sedangkan Pembiayaan
merupakan istilah yang digunakan oleh bank syariah yang berbasis
pada keuntungan rill yang telah disepakati (margin) ataupun bagi
hasil (profit sharing).11
Kamus perbankan mendefinisikan pembiayaan sebagai
pengeluaran atau pengorbanan yang tidak terhindar untuk mendapat
barang atau jasa dengan tujuan memperoleh manfaat, seperti
penjualan untuk memperoleh pendapatan.12
Menurut Rifaat Ahmad Karim mendefinisikan Pembiayaan
adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak – pihak yang merupakan deficit unit.13 Dan Menurut
Muhammad, pembiayaan secara luas berarti pendanaan yang
11 Abdul Ghofur Ashori, Perbankan Syariah di Indonesia, Cet.I (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2007) h. 98 12 Bank Indonesia, Kamus Perbankan, cet.I, (Jakarta: Bank Indonesia, 1999) h. 30 13 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah dari teori ke praktek (Jakarta:
Gema Insani press, 2001), h. 160
20
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Dalam arti
sempit, pembiayaan dipakai untuk pendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti Bank Syariah kepada
nasabah.14
sedangkan dalam undang – undang nomor 21 tahun 2008
tentang perbankan syariah, pasal 1 ayat (2) menyebutkan pengertian
pembiayaan sebagai berikut:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan
Musyarakah.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau
sewa beli dalam bentuk ijaran muntahiyah bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah,
salam dan istishna.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang
qardh.
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah
untuk transaksi multijasa.
Kegiatan penyaluran pembiayaan mempunyai peran penting
bagi perbankan syariah, karna pembiayaan merupakan bagian terbesar
14 Muhammad, Manajement Bank Syariah (Yogyakarta: Akademi Manajemet
perusahaan YKPN, 2005), h. 304
21
sumber penghasilan bank. Apabila bank syariah tidak mampu
menyalurkan pembiayaannya, sementara dana yang terhimpun dari
Shahibul Maal (Dana pihak ketiga) terus bertambah, maka akan
terdapat banyak dana yang idle (menganggur) dapat berpengaruh
terhadap pendapatan dari Margin atau bagi hasil. Jadi bisa dikatakan
bahwa pembiayaan merupakan komponen utama bagi kelangsungan
aktivitas perbankan.15
Landasan Hukum Surat An – Nisa : 29
Artinya: “Hai orang orang yang beriman, Janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya allah adalah
maha penyayang kepadamu”. (Q.S. An – Nisa: 29)
15 Muhammad, Manajement Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), cet.2,
h. 5
22
2. Fungsi Pembiayaan Syariah
Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh Bank
Syariah diantaranya:16
a. Meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
usaha yang mandiri.
b. Membantu menanggulangi masalah kemiskinan melalui
pengembangan modal kerja dan program usaha bersama.
c. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhdap Bank
Konvensional.
3. Tujuan Pembiayaan Syariah
Tujuan pembiayaan adalah meningkatkan kesejahtraan
bersama melalui kegiatan ekonomi yang menaruh perhatian pada
nilai -nilai dan kaidah – kaidah muamalat syari’iyah yang memegang
teguh keadilan, keterbukaan dan kehati – hatian dan untuk memenuhi
stakeholder yaitu:17
a. Pemilik
Dari sumber pendapatan tersebut, para pemilik mengharapkan
akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada
lembga keuangan tersebut.
16 Muhammad, Manajement Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), cet.2,
h. 199 17 Muhammad, Manajement dana Bank Syariah, cet.1, (Yogyakarta: Akademi Manajemet
Perusahaan YKPN , 2004) h. 196
23
b. Pegawai
Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahtraan
dari lembaga keuangan yang dikelolanya.
c. Masyarakat
1) Pemilik dana: sebagai pemilik dana mereka mengharap
keuntungan dari dana yang di investasikannya.
2) Debitur yang bersangkutan: bagi mereka yang membutuhkan
dana terbantu dengan penyediaaan dana baginya guna
menjalankan usahanya atau terbantu untuk mengadakan
barang produksi.
3) Masyarakat umumnya (konsumen): mereka akan mendapat
barang yang diinginkan dengan adanya pembiayaan yang
disalurkan kepada para pengusaha.
4) Pemerintah: pemerintah terbantu dalam pembiayaan
pembagunan negara, disamping itu akan diperoleh pajak
(berupa pajak penghasilan atas keuntungan lembaga
keuangan dan juga perusahaan – perusahaan).
5) Lembaga keuangan (Bank atau BMT): bagi lembaga
keuangan yang bersangkutan, hasil dari penyaluran
pembiayaan diharapkan dapat meneruskan dan
mengembangkan usaha agar tetap bertahan dan meluas
24
jaringan usahanya, sehingga makin banyak masyarakat yang
dilayani.
4. Jenis dan produk Pembiayaan Syariah
Jenis – jenis pembiayaan pada dasarnya dikelompokan menurut
beberapa aspek, diantaranya:18
a. Pembiayaan menurut tujuan, dibedakan menjadi:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang
dimaksudkan untuk mendapat modal dalam rangkan
pengembangan usaha. Jangkan waktu pembiayaan modal
kerja maksimum 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai
dengan kebutuhan.
2) Pembiayaan Investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan
untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsuntif.
b. Pembiyaan menurut jangka waktu dibedakan menjadi:
1) Pembiayaan jangka waktu pendek. Yaitu pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
2) Pembiayaan jangka waktu menengah, yaitu pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun
18 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 231
25
3) Pembiayaan jangka waktu panjang, yaitu pembiayaan yang
dilakukan lebih dari waktu 5 tahun.
c. Pembiayaan menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dapat
dibagi menjadi dua macam jenis yaitu: pembiayaan produktif dan
pembiayaan konsumtif.19
1) Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu
untuk meningkatkan usaha produksi, perdagangan, maupun
industri.
2) Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
Dan produk - produk pembiayaan pada bank syariah dalam
bentuk pembiayaan menggunakan empat pola yang berbeda yaitu
sebagai berikut:20
a. Pembiayaan dengan pola bagi hasil, untuk jenis pembiyaaan
dengan pola ini meliputi:
1) Pembiayaan Mudharabah
19 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah dari teori ke praktek (Jakarta:
Gema Insani press, 2001), h. 160 20 Ascarya, Akad dan Produk bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2007)
h. 123
26
Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara
penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan
usaha tertentu, dengan pembagian kedua belah pihak
berdasarkan nisabah yang telah disepakati sebelummnya.
Dengan aplikasi pembiayaan modal, pembiyaan proyek dan
pembiyaaan ekspor.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian antara para
pemilik dana modal untuk mencampurkan dana atau modal
kerja pada suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
diantara pihak pemilik dana atau modal berdasarkan nisbah
yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dengan aplikasi
pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.
b. Pembiayaan dengan pola jual – beli. Untuk jenis pembiayaan
dengan pola ini meliputi:
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiyaan Murabahah adalah perjanjian jual beli
antara pihak lembaga keuangan syariah membeli barang yang
diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada
nasabah tersebut sebesar harga perolehan ditambah margin atau
keuntungan yang telah disepakati dalam akad. Dengan aplikasi
27
pembiyaaan investasi atau barang modal, pembiayaan
konsumtif, pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.
2) Pembiayaan Salam
Pembiyaan salam adalah perjanjian jual – beli barang
dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan
pembayaran harga terlebih dahulu. Dengan aplikasi
pembiayaan sektor pertanian dan produk manufakturing.
3) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan
penjual. Dengan aplikasi pembiayaan konstruksi, proyek dan
produk manufakturing.
c. Pembiayaan dengan pola sewa. Untuk pembiayaan dengan prinsip ini
meliputi:
1) Pembiyaaan Ijarah
Pembiayaan ijarah adalah pembiayaan sewa menyewa
suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
Dengan aplikasi pembiayaan sewa.
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bitamlik
Ijarah Muntahiyah Bitamlik adalah perjanjian sewa
menyewa suatu barang yang diakiri dengan perpindahan
28
kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada
pihak penyewa.
d. Pembiyaan dengan pola pinjaman untuk dana talangan (Qardh)
Qardh atau talangan adalah penyediaan dana atau tagihan
antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak
peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan
dalam jangka waktu tertentu.
Tabel 2.1. Produk – Produk Pembiayaan
No
Produk pembiayaan
Prinsip
1 Modal kerja Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,
salam
2 Investasi Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,
istishna, ijarah, ijarah muntahiyah bitamlik
3 Pengadaan barang investasi,
aneka barang
Murabahah, ijarah muntahiyah bitamlik,
musyarakah mutanaqisah
4 Perumahan/properti Murabahah, ijarah muntahiyah bitamlik,
musyarakah mutanaqisah
5 Proyek Mudharabah, Musyarakah
6 Ekspor Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,
29
7 Produk agribisnis/sejenis Salam, salam parallel
8 Manufaktur/konstruksi Istishna, Istishna parallel
9 Penyertaan Musyarakah
10 Surat berharga Mudharabah, qardh
11 Sewa Beli Ijarah Mutahiyah Bittamlik
12 Akusisi asset Ijarah Mutahiyah Bittamlik
B. Teori dan Konsep Linkage Program
Peranan perbankan sebagai lembaga keuangan tidak terlepas dari
masalah kredit atau pembiayaan, oleh karena itu pengelolaan
pembiayaan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.21 dalam rangka
meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dan memperluas
penyaluran pembiayaan oleh perbankan, maka pemerintah membuat
kebijakan linkage program.
1. Pengertian Linkage program
Linkage program menurut the basic english pocket dictionory
linkage berarti hubungan, pertalian, sambungan.22 Secara istilah
linkage program adalah kerjasama penyaluarn dana dari Bank
21 Kasmir. Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.71 22 Drs. Jalinus Syah dan Adam Shaleh, The Basic English Pocket Dictionory (Jakarta:
Akadoma, 1982) h. 332
30
Umum kepada atau melalui Lembaga Keuangan Mikro dalam
bentuk pembiayaan sebagai upaya dalam meningkatkan kegiatan
usaha Mikro dan Kecil.23
Jadi linkage program adalah program pembiayaan yang
bersifat kemitraan. Pembiayaan ini disalurakan lewat perusahaan
mitra (istilahnya two steps financing). Perusahaan mitra yang
menjadi partner Bank Syariah bisa berupa Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS), Multifinance dan Lembaga Keuangn
Mikro Syariah (LKMS) seperti Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS), Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) dan Baitul Mal Wat
Tamil (BMT). Bank Syariah juga melakukan Linkage Program
dengan Lembaga non Keuangan seperti perusahaan perkebunan
inti plasma atau perusahaan Franchise.
Linkage tidak dikenal dalam literatur islam, namun dilihat dari
maknanya yaitu mengkaitkan dua atau lebih pihak untuk mencapai
tujuan dengan cara Sharing resource, maka Linkage memiliki
kedekatan dengan pengertian ukhuwah yang artinya
persaudaraan.24
Linkage program dicanangkan semanjak tahun 2002 yang
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penyaluran pembiayaan
23 Euis Amelia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2009), h. 307
24 Bank Indonesia, Linkage antar LKS (Jakarta: Bank Indonesia, 2004), h. 22
31
dan efesiensi pelaksaan skim pembiayaan bank umum, terutama
untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil. Dengan linkage
program ini diharapakan pembiayaan bank umum kepada UKM
lebih optimal karna Lembaga keuangan mikro yang selama ini
dikenal memiliki keahlian dan pengalaman membiayai sektor
mikro. Dan juga diharapkan bisa menjadi sinergi berkeseimbangan
antara bank umum dan lembaga keuangna mikro dalam
menggerakan sektor riil. Melalui linkage program keterbatasan
jaringan yang dialami oleh bank dalam menyalurkan kredit dapat
diatasi, sedangkan keterbatasan pembiayaan yang dirasakan oleh
BMT, BPR/S, Koperasi dan Lembaga Keuangan Lainnya dapat
pula diatasi melalui linkage program ini.
Gambar 2.1. Konsep Likage Program
Linkage program
Lembaga Keuangan Mikro Bank umum
Pembiayaan mikro
32
2. Model Linkage Program
Agar Penerapan Linkage Program semakin jelas dan terarah
dalam pelaksanaanya maka Bank Indonesia melalui Arsitektur
Perbankan Indonesia (API) mengeluarkan generic linkage
program yang berisi mengenai aturan-aturan pelaksanaan Linkage
Program bagi Perbankan Syariah. Salah satu yang aturannya
adalah diterapkannya Beberapa pola linkage program yang
dilakukan perbankan yakni executing, channeling dan joint
financing. 25
Pada pola executing, yaitu Bank Umum Syariah memberikan
pembiayaan kepada Lembaga Keuangan Mikro Syariah dimana
kemudian meneruskannya kepada nasabah (UMK) sebagai end
user. Lembaga Keuangan Mikro diberikan kewenangan untuk
memutuskan calon nasabah yang akan mendapatkan fasilitas
pembiayaan. Dan dalam hal resiko pembiyaan, apabila kegagalan
pembiayaan karna kerugian Bisnis secara normal maka resiko
ditanggung oleh lembaga keuangan mikro syariah sebagai mitra.
Sehingga LKM tercatat sebagai debitor bank syariah sedangkan
pembiayaan kepada end user tercatat sebagai eksposur
25 Bank Indonesia, “lampiran siaran pers No 11/11/PSHM/Humas” diakses pada
tanggal 3 agustus 2014 http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Siaran+Pers/sp_1111109.htm
33
pembiayaan perusahaan mitra. Untuk Bank Syariah yang
melaksanakan Linkage Program dengan Lembaga Kuangan Mikro
digunakan akad Mudharabah, sedangkan akad antara LKMS
dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK.
Sedangkan pada pola channeling, Bank Syariah memberikan
pembiayaan secara langsung kepada nasabah (UKM) sebagai end
user melalui Lembaga Keuangan Mikro yang bertindak sebagai
wakil dari bank tersebut. Dan dalam hal resiko pembiyaan, apabila
kegagalan pembiayaan karna kerugian Bisnis secara normal maka
resiko ditanggung oleh Bank Umum. Pembiayaan kepada end user
adalah eksposur pembiayaan bank syariah. Sehingga Dalam pola
ini LKM tidak memiliki kewenangan memutuskan pembiayaan
kecuali setelah mendapat surat kuasa dari bank umum. Dan pada
Bank Syariah akad yang digunakan adalah wakalah.
Dan terakhir, pola joint financing adalah pembiayaan bersama
dimana sumber dananya merupakan sharing antara bank syariah
dan Lembaga Keuangan Mikro. Sehingga kewenangan
memutuskan pembiyaan ada pada Bank Umum dan perusahaan
mitra. Begitu juga dalam hal resiko pembiyaan, apabila kegagalan
pembiayaan karna kerugian Bisnis secara normal maka resiko
ditanggung bersama pula. Dan akad yang digunakan adalah
Musyarakah.
34
Gambar 2.2. Model - Model Linkage Program
Executing Channeling Joint Financing
3. Manfaat Linkage Program
a. Manfaat Bagi Bank Umum
Program Linkage Program ini tidak saja memberikan
manfaat bank umum itu sendiri, yaitu:
1) Deversifikasi Portopolio kredit (jenis kredit, Sektor
Ekonomi, wilayah)
2) Profitable, karna pinjaman diberikan dengan suku
bunga pasar untuk bank konvensional dan bagi hasil
untuk bank syariah
3) Potensi pasar cukup besar dan nasabah UKM dapat
naik kelas menjadi nasabah baru bank umum
LKM/S Bank
Umum Bank
Umum
Bank
Umum
LKM/SLKM/S
UMK (Nasabah) UMK (Nasabah) UMK (Nasabah)
35
4) Overhead dan handling cost relatif rendah Salah satu
alternatif merealisasikan bussiness plan untuk
pembiayaan usaha mikro.26
b. Manfaat Bagi Lembaga keuangan Mikro
Adapun manfaat linkage program bagi BMT, BPRS,
Koperasi dan Lembaga Keuangan mikro Lainnya yaittu:
1) Meningkatkan kapasitas penyaluran
pembiayaan BMT, BPRS, Koperasi dan
lembaga Keuangan Mikro lainnya dalam
pembiayaan usaha mikro dan kecil (UMK)
2) Teratasinya keterbatasan pembiayaan yang
dirasakan Lembaga keuang mikro baik BMT,
BPRS maupun Koperasi syariah.
Jadi dari uraian diatas terlihat linkage program ini merupakan
kerjasama yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Bagi
Bank Umum yang memiliki keterbatasan jaringan, dengan adanya
Linkage program ini dapat menjangkau usaha mikro dan kecil
yang terbukti tahan terhadap krisis ekonomi, dan bagi Lembaga
Keuangan Mikro yang memiliki dana terbatas akan sangan
26 Euis Amelia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja
Grafido Persada, 2009), h. 308
36
terbantu dengan adanya Linkage program ini sehingga LKM dapat
menyalurkan pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil.
4. Kode Etik Dalam Linkage Program27
Dalam pelaksanaan Linkage program agar bisa terus berjalan
sesuai dengan ketentuan yang ada, terdapat kode etik yang harus
dipatuhi oleh lembaga yang menjalani Linkage program, yaitu
sebagai berikut:
a. Bank umum yang melakukan kerjasama Linkage Program
dengan Lembaga Keuangan Mikro, tidak diperbolehkan
mengambil alih perbiayaan terhadap nasabah LKM yang
sedang dibiayai melalui Linkage program dan atau menjadi
nasabah LKM.
b. Bagi nasabah LKM yang telah naik kelas (dari nassabah mikro
menjadi kecil) dan memerlukan dana atau pembiayaan yang
lebih besar, namun LKM tidak mampu membiayai maka Bank
Umum dapt membiayai nasabah LKM yang dimaksud.
c. Bank Umum yang melakukan Linkage Program dengan
Lembaga Keuangan Mikro tidak diperbolehkan mengambil
sumber daya manusia LKM.
27 Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program (Jakarta: Bank Indonesia, 2010) h.10
37
d. Bank Umum dan Lembaga Keuangan Mikro harus transparan
dalam memberikan informasi yang terkait dengan linkage
program sejauh tidak melanggar ketentuan yang berlaku
(seperti: Laporan Keuangan struktur pendanaan dan company
profile)
e. Bagi LKM, satu jaminan hanya untuk dijaminkan kepada satu
Shoibul maal mitra pembiayaan (Bank umum).
f. Bank Umum tidak diperbolehkan untuk memanfaatkan data
nasabah pembiayaan LKM untuk kepentingan diluar Linkage
program.
g. Bank Umum dan LKM yang melaksanakan linkage program
dengan pola Chanelling and Joint Financing, tidak
perkenankan membebani nasabah pembiayaan dengan
margin/nisbah bagi hasil yang lebih tinggi dibanding harga
pasar untuk sektor usaha UMK yang dibiayai.
h. Bank Umum yang melakukan Linkage program dengan LKM,
tidak diperkenankan meminta laporan hasil pemeriksaan LKM
yang dikeluarkan Bank Indonesia.
i. Lembaga Keuangan Mikro yang mengikuti Linkage program
harus memelihara tingkat kesehatannya.
38
j. Setiap pelanggaran kode etik diatas oleh Bank Umum/LKM
dilaporkan kepada Bank Indonesia oleh pihak yang merasa
dirugikan.
5. Generic Model Linkage program
Generic model Linkage program antara Bank Umum Syariah
dan Lembaga Keuangan Syariah ialah sebagai berikut:28
a. Distribusi pendapatan, pada pola executing distribusi
pendapatan sesuai dengan nisabah yang telah disepakati antara
Bank Syariah dan LKM. Pada pola chanelling Bank Syariah
mendapat pendapatan dari nisbah bagi hasil/margin yang telah
disepakati dengan UMK, dan LKM mendapat upah/fee yang
besarnya disepakati antara Bank Syariah dan LKM. Dan pada
Pola Joint Financing Bank Syariah juga mendapat pendapatan
dari nisabah bagi hasil yang disepakati dengan UKM dan
pembagian pendapatan antara Bank syariah dan LKM sesuai
denagn porsi yang telah disepakati.
b. Dalam menentukan besarnya nisbah bagi hasil bagi UMK
harus merupakan kesepakatan bersama dengan pertimbangan
harga pasar untuk UMK yang akan dibiayai.
28 DKI Perbarindo, “generic model linkage program Bank Umum dengan BPR” artikel
diakses pada 28 agustus 2014 dari http://www.dki.perbarindo.org/artikel_detail.php
39
c. Target nasabah untuk pembiayaan dengan pola executing
sepenuhnya merupakan wewenang LKM, dan Untuk pola
Channeling sepenuhnya merupakan wewenang Bank Syariah.
Sedangkan untuk pola Joint financing merupakan kesepakatan
bersama antara bank syariah dan LKM.
d. Batas plafon per-nasabah pada pola executing harus sesuai
dengan batas maksimum pemberian kredit (BMPK), pada pola
channeling dan Joint Financing maksimum Rp. 500.000.000;
e. Jaminan utama dan tambahan dari UMK, harus sesuai dengan
Undang – Undang perbankan. Pada pola executing jenis dan
besarnya jaminan ditentukan oleh LKM dengan tetap
memperhatikan akad pembiayaan antara LKM dan UMK, dan
jaminan diadministrasikan oleh LKM. Pada pola channeling
jenis dan besarnya jaminan ditentukan oleh Bank Syariah
dengan tetap memperhatikan akad pembiayaan antara Bank
Syariah dan UMK, dan jaminan diadministrasikan oleh Bank
Syariah (Untuk jaminan tambahan, diadministrasikan dan
dapat diadministrasikan kepada LKM). Dan pada pola Joint
Financing jenis dan besarnya jaminan ditentukan oleh Bank
Syariah dan LKM, dengan tetap memperhatikan akad
pembiayaan antara Bank Syariah, LMK dan UMK, dan
40
jaminan diadministrasikan oleh LKM yang bertindak untuk diri
sendiri dan atas nama Bank Syariah.
f. Akad pembiayaan pada UMK, untuk pola Executing dilakukan
oleh LKM, untuk pola Channeling dilakukan oleh LKM atas
nama Bank Syariah, dan untuk pola Joint financing oleh LKM
yang bertindak untuk diri sendiri dan atas nama Bank Syariah.
g. Jangka waktu proses persetujuan pembiayaan dalam rangka
Linkage Program Bank Syariah dan LMK Maksimum dua
bulan setelah data dan persyaratan telah dipenuhi secara
lengkap.
6. Kebijakan terkait Linkage Program
Linkage Program merupakan salah satu program yang direkomendasikan
oleh Arsitekstur Perbankan Indonesia (API) dan Linkage Program ini
didukung oleh Bank Indonesia selaku otoritas tertinggi perbankan. BI sangat
menganjurkan agar Bank syariah aktif dalam menyalurkan pembiayaan
kepada BMT dan lembaga keuangan mIkro lainnya dalam skema linkage
program, hal ini bertujuan agar pembiayaan Bank syariah bisa semakin
menjangkau pelaku usaha dari kalangan menengah kebawah. Nasirwan
selaku Deputi departemen Indonesia mengatakan bahwa Bank Indonesia
pada tahun 2013 telah bekerja sama dengan World Bank dalam rangka
mengembangkan skema linkage program.
41
dalam hal ini Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan –
kebijakan mengenai Linkage program yaitu sebagai berikut:29
a. Penyediaan Informasi kinerja BPR (LKM) yang akan menjadi
calon peserta Linkage Program.
b. perlakuan khusus dalam penilaian Kolektibilitas dari
BUK/BUS/UUS yang menggunakan pola channeling.
c. Pertimbangan kemudahan pembukuan jaringan kantor cabang
BPR/LKM.
d. Penyediaan fasilitas infrastruktur pendukung antara lain pelaporan
BPR/LKM ke BI secara online.
e. Keikutsertaan dalam workshop setiap enam bulan sekali yang
terkait kebijakan Linkage program.
f. Promosi BUK/BUS/UUS dan BPR/LKM antara lain
mencantumkan nama bank dalam website Bank Indonesia,
pencantuman logo sebagai peserta linkage program di kantor
BPR/LKM.
g. Linkage Program Award, untuk BUK/BUS/UUS pemberi kredit
linkage program terbesar
h. Bank Indonesia dan BUK/BUS/UUS Menyebarkan informasi
Generic Model Linkage Program dimasing-masing website.
29 Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program (Jakarta: Bank Indonesia, 2012) h. 21
42
C. Teori Rasio Profitabilitas dan Rasio CAR Perbankan Syariah
1. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan atau laba dan mengukur tingkat efisiensi
operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya.
Menurut Petronila dan Mukhlasin (2003) profitabilitas merupakan
gambaran dan kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.
Pengukuran profitabilitas dapat menggunakan beberapa indikator
seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva,
dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Ini akan menunjukan
produktivitas dari seluruh dana/modal (dana sendiri dan dana
asing/luar).30
Profitabilitas penting bagi perusahaan dalam usaha
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang,
karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut
mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan
demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan
profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu
badan maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih
terjamin.
30 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Bumi Raksa, 2006) h. 229
43
Bagi perbankan Profitabilitas merupakan perbandingan laba
(setelah pajak) dengan Modal (Modal Inti) atau laba (sebelum pajak
dengan total assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar
hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real),
maka posisi modal atau assets dihitung secara rata – rata selama
periode tersebut. Analisis profitabilitas / rentabilitas bank adalah alat
untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Adapun alat
analisis yang di gunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain:
a. Return on Assets (ROA), adalah perbandingan laba bersih bank
dengan total aktiva.
b. Return on Equity (ROE), adalah perbandingan laba bersih bank
dengan modal sendiri.
c. Rasio biaya operasional, adalah perbandingan biaya (beban)
operasional dengan pendapatan operasional.
d. Net Profit Margin Ratio, adalah rasio yang menggambarkan
tingkat laba yang di peroleh bank dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima dari kegiatan operasional.31
31 Lukman Dendawijaya, Manajement Perbankan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) h. 119
44
2. Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Masalah kecukupan modal merupakan hal penting dalam bisnis
perbankan, terutama perbankan syariah yang menggunakan prinsip bagi
hasil. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan
indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal bank
menunjukkan keadaannya yang dinyatakan dengan suatu rasio tertentu
yang disebut rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR)
yang salah satunya diukur dengan membandingkan modal dengan aktiva
berisiko.
Secara umum, CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kecukupan
modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan
dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan
bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan/aktiva
produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut
mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi profitabilitas.
Sedangkan, menurut Dendawijaya (2005:121) CAR adalah ” Rasio
yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping
memperoleh dana - dana dari sumber - sumber di luar bank , seperti dana
45
dari masyarakat, pinjaman , dan lain – lain. CAR merupakan indikator
terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai
akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang
berisiko.32
Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:33
CAR = Modal Bank x 100% Aktiva Berisiko (ATMR) Dalam menelaah ATMR pada bank syariah, terlebih dahulu harus
dipertimbangkan bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas aktiva yang
didanai oleh modal sendiri/ atau kewajiban atau aktiva yang didanai oleh
rekening bagi hasil. Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 7/13/PBI/2005 yang diubah dalam PBI Nomor:
10/15/PBI/2008 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum bahwa bank umum yang menggunakan prinsip syariah wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan perseratus) dari
aktiva tertimbang menurut risiko.
32 Dendawijaya, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan (Yogyakarta: BPFE,
1997) h. 121 33 Slamet Riyadi, Banking Assets And Liability Manajement (Jakarta: Universitas
Indonesia, 2006) h.161
46
Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR) yang dimaksud dalam perhitungan ini ialah
mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang
bersifat administratif sebagaimana yang tercermin dalam kewajiban yang
masih bersifat kontingen dan komitmen yang disediakan bagi pihak
ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot
risiko yang besarnya berdasarkan pada kadar risiko yang terkandung
dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas penggolongan nasabah,
penjamin atau sifat barang jaminan.
Agar mampu berkembang dan bersaing secara sehat, maka
permodalannya perlu disesuaikan dengan ukuran internasional yang
dikenal dengan standar BIS (Bank for International Settlement). Modal
terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. dengan penjelasan Modal
Perbankan Syariah sebagai berikut:
1. Modal Inti, terdiri dari :
a. Modal Setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik.
b. Agio Saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai
nominal saham.
c. Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari
sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan
harga (apabila saham tersebutdijual).
47
d. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan
laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS.
e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS.
f. Laba Ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh
RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan.
g. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang
belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS (50%).
h. Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh
dalam tahun berjalan (50%).
i. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan
keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan
setelah dikompensasikan denganpenyertaan bank pada anak
perusahaan tersebut.
2. Modal Pelengkap, terdiri dari :
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap.
b. Cadangan penghapusan aktiva yang di klasifikasikan (1.25%
ATMR)
c. Modal pinjaman
d. Pinjaman subordinasi (maks. 50% dari modal inti) Khusus
menyangkut modal pinjaman dan pinjaman subordinasi, bank
syari’ah tidak dapat mengkategorikannya sebagai modal, karena
48
pinjaman menurut bank syari’ah harus tunduk pada prinsip qard
dan qard tidak boleh diberikan syarat – syarat.34
34 Muhammad, Bank Syari’ah Analisis kekuatan, kelemahan, Peluang, dan Ancaman
(Yogyakarta: Ekonisia 2002) h. 215-216
49
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh Linkage program
terhadap Rasio Profitabilitas, rasio kecukupan modal (CAR) dan dalam
penelitian ini PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk sebagai tempat penelitian.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang
terstruktur dan mengkualifikasikan data untuk dapat digeneralisasikan.35
Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan pengujian hipotesis,
pengukuran data dan pembuatan kesimpulan. Tujuan penelitian kuantitatif
adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-
teori atau hipotesis. Pendekatan kuantitatif menjelaskan bahwa suatu
fenomena dapat dianalisis kemudian ditemukan hubungan korelasi ataupun
sebab-akibat diantara variabel-variabel yang terlibat di dalamnya.36
35 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Grup,
2009) h. 211 36 Sujoko Efferin, Metode Penelitian Untuk Akuntansi (Surabaya: Bayumedia
Publishing, 2004) h. 23
50
C. Objek Penelitian
Objek penelitian kali ini menggunakan data laporan keuangan Bank
Mandiri Syariah pada tiga tahun terakhir yaitu priode 2009 sampai dengan
Desember 2013 sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran
yang jelas tentang pengaruh Linkage program Bank Syariah Mandiri terhadap
tingkat rasio profitabilitas yang terinci dalam ROE, rasio kecukupan modal
bank syariah yang terinci dalam CAR.
D. Variabel Penelitian
Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel
independen atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X
dan variabel dependen atau variabel terikat yang selanjutnya dinyatakan
dengan simbol Y.
1. Variabel Bebas (X)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
nilainya dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas atau
independent variabel (X) pada penelitian kali ini hanya terdiri dari
satu variabel yaitu :
X = Linkage Program
51
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
nilainya dipengaruhi atau tergantung oleh satu atau lebih variabel
bebas. Variabel terikat atau dependent variable (Y) pada penelitian
ini terdiri dari dua variabel yaitu :
Y1 = Rasio Profitabilitas
Y2 = Rasio Kecukupan Modal (CAR)
E. Jenis Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder
dan primer. data sekunder dengan perhitungan Laporan Keuangan PT.
Bank Syariah Mandiri, Tbk. priode tahun 2009-2013, sedangkan data
primer dengan melakukan interview/wawancara kepada pihak Bank
Syariah Mandiri.
2. Sumber Data
a. Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada, data ini
diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan
52
penelitian terdahulu maupun laporan keuangan perusahaan.37
Dan dalam penelitian ini data sekunder bersumber dari
Laporan Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk. priode
tahun 2009 - 2013.
b. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber
data pertama di lokasi penelitian dimana sebuah data
dihasilkan. Data primer juga merupakan data yang diperoleh
dari sumber pertama seperti hasil wawancara.38 Dan dalam
penelitian ini penulis melakukan wawancara langsung kepada
pihak Bank Syariah Mandiri.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan dalam penelitian
ini, maka dilakukan beberapa langkah metode pengumpulan dan pengolahan
data yaitu:
1. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data dari dokumen-dokumen ataupun
arsip-arsip yang memuat garis besar data yang akan dicari dan
37 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara,
2006) h. 19 38 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media, 2005)
h. 122
53
berkaitan dengan judul penelitian ini. Dalam hal ini data yang
dicari adalah data tentang laporan Keuangan PT. Bank Syari’ah
Mandiri periode 2011 – 2013. Dan rincian data yang dikumpulkan
yaitu rasio profitabilitas dan Rasio Kecukupan Modal (CAR).
2. Studi kepustakaan
Peneliti mengumpulkan data dengan cara memperoleh dari
kepustakaan dimana penulis mendapatkan teori-teori dan pendapat
ahli serta beberapa buku referensi dan jurnal yang ada
hubungannya dengan penelitian ini baik berupa catatan, transkrip,
buku – buku , surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda,
dan sebagainya.
3. Wawancara / Interview
Wawancara/interview, yaitu teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan
lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang
yang dapat memberikan keterangan kepada peneliti. Dalam hal ini,
peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada karyawan
di Bank Syariah Mandiri
G. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis dalam penelitian ini
adalah menggunakan analisis Kuantitatif. Dimana analisis kuantitatif adalah
54
studi yang bertujuan mencari uraian secara menyeluruh, teliti dan
komprehenif berdasarkan data empiris.
Suatu permasalahan yang diselesaikan dengan pendekatan kuantitatif,
analisis berkonsentrasi pada fakta kuantitatif atau data yang berhubungan
dengan masalah dan selanjutnya membuat model matematik yang
menjelaskan tujuan, hambatan dan lain-lain yang berhubungan dengan
permasalahan, kemudian dengan satu atau beberapa metode lainnya, analisis
akan memberikan rekomendasi berdasarkan data kuantitatif tersebut.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan rumusan –
rumusan untuk menentukan variabel-variabel penelitian. Rumusan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan sutau perusahaaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Dalam penelitian ini analisis
Rasio profitabilitas yang digunkan adalah return on equity (ROE).
ROE adalah rasio profitabilitas yang menunjukan
perbandingan antara laba setelah pajak (Laba bersih) dengan modal
inti (Modal sendiri) rasio ini menunjukan tingkat presentase (%) yang
dapat dihasilkan. Rumus:39
39 Bambang Riyanto, Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta :
BPFE, 1997) h. 35
55
ROE = Laba Bersih x 100% Modal Sendiri
2. Menghitung Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu
yang disebut dengan Capital Adequancy Ratio (CAR). CAR yaitu rasio
kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada ketentuan / standar
internasional yang dikeluarkan oleh Banking For International Settlement
(BIS).
Analisis dalam penelitian ini menggunakan yaitu membandingkan
modal Bank dengan aktiva beresiko. Rumus penghitungan CAR adalah:40
CAR = Modal Bank x 100% Aktiva Berisiko (ATMR)
H. Hipotesis
1. Pengaruh Linkage Program terhadap Rasio Profitabilitas
Linkage Program ini adalah salah satu strategi yang dilakukan Bank
syariah Mandiri untuk memperluas dan meningkatkan penyaluran
40 Slamet Riyadi, Banking Assets And Liability Manajement (Jakarta: Universitas
Indonesia, 2006) h.161
56
pembiayaan melalui lembaga keuangan syariah yang lebih kecil. dengan
Meningkatnya pembiayaan yang disalurkan maka akan meningkatkan
jumlah pendapatan (Laba). Dan berdasarkan teori tersebut, maka dapat
dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Linkage Program berpengaruh positif terhadap rasio profitabilitas di
Bank Syariah Mandiri
2. Pengaruh Linkage Program terhadap Rasio kecukupan Modal
Rasio kecukupan modal (CAR) berfungsi menampung risiko kerugian
yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka
semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari
setiap pembiayaan/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi
maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.
Dan dengan Linkage program pihak perbankan tidak harus
menanggung semuanya dalam menghadapi risiko karena ini adalah
tanggung jawab kedua belah pihak, yaitu bank syariah dan LKMS sebagai
perusahaan mitra. Dari teori tersebut maka hipotesis yang dapat diajukan
adalah sebagai berikut:
57
H2: Linkage Program berpengaruh positif terhadap Tingkat rasio CAR di
Bank Syariah Mandiri.
Selanjutnya akan dianalis dari hasil pengujian rasio profitabilitas dan
rasio kecukupan modal, faktor apa yang sangat berpengaruh apakah rasio
profitabilitas atau rasio kecukupan modal (CAR).
I. Uji Statistik
1. Menguji Korelasi
Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan
antara variabel X dengan variabel Y. Mencari koefisien Korelasi
antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi
product moment sebagai berikut:
Menghitung korelasi dilakukan dengan bantuan SPSS. Tidak
hanya menghitung korelasi antara variabel X dengan variabel Y1,
korelasi antara variabel X dengan variabel Y2, korelasi antara variabel
X dengan variabel Y3
58
Uji hipotesis dengan menggunakan uji koefisien korelasi agar
dapat menentukan arah atau bentuk dan kekuatan hubungan variabel
yang diteliti. Setelah mendapat nilai koefisien korelasi, kemudian
nilainya disubtitusikan kedalam rumus Uji-t.
Untuk mengetahui penerimaan atau penolakan terhadap
hipotesis, maka dilakukan uji hipotesis dengan penghitungan uji-t,
dengan rumus sebagai berikut:41
Ket:
t = uji Signifikasi
r = koefisien korelasi
n = jumlah sempel
untuk melakukan pengujian hipotesis, dilakukan dengan cara
membandingkan nilai thitung dengan ttabel, dimana:
apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima (terdapat
hubungan antara Variabel X dan variabel Y)
apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak
terdapat hubungan antara Variabel X dan variabel Y)
41 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfa Beta, 2008) h. 257
59
untuk mengedentifikasi tinggi redahnya korelasi digunakan kriteria
pedoman untuk koefisien menurut Sugiyono pada tabel dibawah ini:42
Tabel 3.2
Pedoman untuk memberikan interpretasi
koefisien korelasi
Interval koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
42 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfa Beta,
2008) h. 257
60
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian (PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk)
1. Sejarah Bank Syariah Mandiri
Kehadiran Bank Syariah Mandiri telah ada sejak tahun 1999,
sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis
ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis
ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap
seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.
Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi
oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah
akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB)
yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank
Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis.
BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya
61
merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
Dan Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank
Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan
tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan
Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan
Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun
1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan
Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga
kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank
yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
62
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto,
SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI
No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.
1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT
Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai
bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai
rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara
idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu
keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan
Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju
Indonesia yang lebih baik.
2. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri
Struktur organisasi Bank Syariah Mandiri terdiri dari Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah, Penasehat
Direksi, Divisi dan kator Cabang.
63
Dewan Direksi terdiri dari Presiden Direktur dan Direktur
Bidang Pemasaran Korporasi, Direksi Bidang Pemasaran Menengah-
Ritel, serta Direktur Bidang Operasi, kepatuhan dan Manajemen
Cabang.
Sebagai Bank Syariah, pada struktur organisasinya terdapat
Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengarahkan, memeriksa dan
mengawasi kegiatan bank guna menjamin bahwa bank telah beroperasi
sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip syariah islam.
3. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri
Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri yaitu terdiri dari:
Pendanaan
a. Tabungan
1) Tabungan Berencana BSM
2) Tabungan Simpatik BSM
3) Tabungan BSM
4) Tabungan BSM Dollar
5) Tabungan pensiun BSM
6) Tabungan Kurban BSM
7) Tabungan BSM Investasi Cendikia
8) Tabunganku BSM
b. Deposito
1) Deposito BSM
64
2) Deposito BSM Vallas
c. Giro
1) Giro BSM Euro
2) Giro BSM
3) Giro BSM Vallas
4) Giro BSM Singapore Dollar
d. Obligasi
1) Obligasi BSM
Pembiayaan
a. BSM Customer Network Financing
b. Pembiayaan resi gudang
c. PKPA
d. Pembiayaan Edukasi BSM
e. BSM Imbalan
f. Pembiayaan dana berputar
g. Pembiayaan Griya BSM
h. Pembiayaan Griya BSM Optima
i. Pembiayaan Griya Bersubsidi
j. Pembiayaan umroh
k. Pembiayaan BSM DP 0%
l. Gadai emas syariah mandiri
m. Pembiayaan Mudharabah BSM
65
n. Pembiayaan Musyarakah BSM
o. Pembiayaan Murabahah BSM
p. Pembiayaan talangan Haji BSM
q. Pembiayaan dengan anggunan investasi terkait BSM
r. Pembiayaan kepada pensiunan
s. Pembiayaan peralatan kedokteran
t. Pembiayyan Istishna BSM
u. Qardh
v. Ijarah Muntahiyah Bitamlik
w. Hawalah
x. Salam
Jasa
a. Jasa produk
1) BSM Card
2) Sentra bayar BSM
3) BSM SMS Banking
4) BSM Mobile Banking GPRS
5) BSM Net Banking
6) Pembayaran melalui menu pemindahbukuan di ATM
7) Jual beli valas BSM
8) Bank Garansi BSM
9) BSM Electronic Payroll
66
10) BSM Letter of Credit
11) BSM SUCH (Saudi umrah & Haj card)
b. Jasa operasional
1) Transfer lintas negara BSM Western Union
2) Kliring BSM
3) Inkaso BSM
4) BSM Intercity Clearing
5) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)
6) Transfer dalam kota
7) Transfer Valas BSM
8) Pajak Online BSM
9) Pajak Impor BSM
10) Referensi BSM
11) BSM Standing Order
c. Jasa Investasi
1) Reksadana
2) Sukuk Negara Ritel
Emas
a. BSM gadai Emas
b. BSM cicilan emas
Produk pembiayaan BSM dikelompokkan dalam beberapa
bagian antara lain:
67
1. Pembiayaan per skim antara lain: pembiayaan
murabahah, mudharabah, musyarakah dan lainnya.
2. Pembiayaan per sektor ekonomi antara lain:
pembiayaan pertanian, pertambangan, industri, listrik,
gas, air, konstruksi, perdagangan, transportasi dan
komunikasi, jasa dunia usaha, jasa sosial dan lain-lain.
3. Pembiayaan per segmen antara lain: pembiayaan
korporasi, komersial, kecil, usaha mikro dan konsumer.
4. Linkage Program Bank Syariah Mandiri
Linkage program Bank Mandiri Syariah terdiri dari dua pola
yaitu pola Executing dan pola Channeling. Untuk pola executing
menggunakan akad Mudharabah, sedangkan pola Chanelling biasanya
menggunakan akad Murabahah kepada calon nasabahnya dengan
tingkat margin 20%.
Linkage program di bank syariah mandiri di tunjukan kepada:
a. Lembaga keuangan mikro syariah (LKMS), Lembaga
Keuangan Bukan Bank.
b. Usaha sudah berjalan 2 tahun.
c. Usaha tersebut memenuhi ketentuan dan persyartan
pembiayaan yang berlaku serta dinyatakan layak oleh Bank
Syariah Mandiri.
68
Jika telah memenuhi syarat diatas dan ingin menjalin
Linkage program dengan Bank Syariah Mandiri harus mengikuti
standar operasional sebagai berikut:
a. Lembaga Keuangan Mikro Syariah melakukan
permohonan pembiayaan ke cabang PT Bank Syariah
Mandiri terdekat.
b. Wawancara dan pemenuhan informasi/data/dokumen
persyartan.
c. On the Spot (OTS) dan transaksi jaminan.
d. Analisa layak atau tidaknya diberikan pembiayaan.
e. Penandatangan surat persetujuan pembiayaan dari BSM.
f. Akad pembiayaan.
g. Pencairan pembiayaan.
Dana yang disalurkan oleh BSM untuk pembiayaan mikro
tergantung pricing. Sebagian dana yang diberikan berupa dana Cash
(Tunai) yang berupa modal kerja, sedangkan jaminan yang harus di
serahkan oleh nasabah dalam pembiayaan linkage program ini sebesar
100% dari pembiayaan yang disalurkan atau sesuai dengan ketentuan
Bank.
Linkage program BSM terdiri dari dua pola yakni Executing
dan Channeling. Adapun ketentuan yang berlaku pada kedua pola
tersebut di BSM yakni:
69
a. Wewenang memutuskan pembiayaan mengacu kepada
ketentuan Bank.
b. Bank melakukan analisa on desk dan on site (on the
spot) terhadap pemohonan pembiayaan dari LKMS
baik selaku Mudharib atau mitra kerja dengan
menggunakan format analisa pembiayaan yang berlaku
dibank.
c. Penyimpanan jaminan: pada Pola Executing, jaminan
end user disimpan LKMS. Sedangkan pada pola
channeling, jaminan end user disimpan oleh Bank.
Namun apabila tempat jaminan milik LMKS dinilai
layak oleh bank, maka jaminan dapat disimpan di
LKMS.
d. Coverage jaminan sebesar 100% dari besarnya limit
pembiayaan.
e. Jangka waktu pencairan limit pembiayaan ditetapkan
dalam akad pembiayaan maksimum satu tahun sejak
ditanda tanganinya akad pembiayaan.
f. Ketentuan margin/bagi hasil, denda (keterlambatan
pembayaran angsuran pokok dan margin bagi hasil) dan
pembiayaan administrasi sesuai dengan ketentuan bank.
70
Pada pola Executing sebelum LKMS Mengajukan pembiayaan kepada
Bank Syariah Mandiri, biasanya LKMS Telah mengelompokan calon yang
akan mendapatkan pembiayaan lewat dana yang di dapat dari Bank Syariah
Mandiri jika belum ada atau sedikit calon yang akan mendapatkan
pembiayaan dari LKMS, maka pencairan dana dapat dilakukan secara
berangsur. Sedangkan untuk pola channeling, LKMS mengajukan
pembiayaan kepada calon anggota yang ingin mendapatkan pembiayaan.
B. Laporan Perkembangan Pembiayaan BSM
Tabel 4.1 Perkembangan Pembiayaan BSM Periode 2009-2013
(dalam Rp milyar)
Grafik 4.1 Perkembangan Pembiayaan BSM Periode 2009-2013
Sumber: Bank Syariah Mandiri (data diolah)
71
Hingga tahun 2010, BSM telah menyalurkan pembiayaan untuk semua
segmen usaha sebesar Rp 23,97 triliun, meningkat sebesar Rp. 7,91 triliun
atau tumbuh 49,21% dibanding total pembiayaan Rp. 16,06 triliun di tahun
2009. Dan pada tahun 2011, BSM telah menyalurkan pembiayaan untuk
semua segmen usaha sebesar Rp36.73triliun, meningkat sebesar Rp12.76
triliun atau tumbuh 53,23% dibanding total pembiayaan Rp23,97 triliun di
tahun 2010. Pertumbuhan pembiayaan BSM yang melampaui pertumbuhan
pembiayaan perbankan syariah tersebut mendorong kenaikan pangsa pasar
pembiayaan BSM terhadap pembiayaan perbankan syariah dari 35,16% tahun
2010 ke 35,78% tahun 2011.
Dan Selama tahun 2013, BSM telah menyalurkan pembiayaan untuk
semua segmen usaha sebesar Rp50,46 triliun, meningkat sebesar Rp5,70
triliun atau tumbuh 12,75% dibanding total pembiayaan Rp44,75 triliun di
tahun 2012.
1. Porsi Pembiayaan UMKM
Tabel 4.2 Perkembangan Porsi Pembiayaan UMKM
Periode 2009-2013 (dalam Rp Milyar)
Tahun Nominal Share (%)
2009 2.146 13,36%.
2010 4.082 17,03%
2011 5.129 13,96%,
72
2012 7.356 16,44%
2013 8.618 17,08%
sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Porsi Pembiayaan UMKM di tahun 2010 sebesar Rp 4,08 triliun
dengan porsi 17,03%, meningkat dibandingkan porsi pembiayaan usaha mikro
dan kecil tahun 2009 sebesar 13,36%. Dan Pembiayaan usaha mikro dan kecil
di tahun 2011 sebesar Rp5,13 triliun dengan porsi 13,96%, menurun
dibandingkan porsi pembiayaan usaha mikro dan kecil tahun 2010 sebesar
17,03%. Pembiayaan usaha mikro dan kecil di tahun 2013 sebesar Rp8,6
triliun dengan porsi 17,08%,meningkat dibandingkan porsi pembiayaan usaha
mikro dan kecil tahun 2012 sebesar 16,44%.
2. Pembiayaan Pada Linkage Program
Tabel 4.3 Perkembangan Linkage Program BSM
Periode 2009-2013 (dalam Rp Milyar)
Tahun Nominal Share (%)
2009 834 12,35%
2010 920 15,04%
2011 1.491 29.08%
2012 1.360 18,49%
2013 1.934 41,58%
sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandir
73
C. Analisis Rasio - Rasio
1. Rasio profitabilitas
Profitabilitas (Y1) adalah kemampuan sutau perusahaaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Dalam penelitian ini analisis
profitabilitas yang digunkan adalah return on equity (ROE).
Return on equity (ROE)
ROE = Laba Bersih x 100%
Modal Sendiri
Tabel 4.4 ROE Bank Syariah Mandiri tahun 2009 - 2013
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri (data diolah)
ROE (%)
Tahun Presentase (%)
2009 21,40%
2010 25,05%
2011 24,24%
2012 25,05%
2013 15,34%
74
Grafik 4.2 Pertumbuhan ROE Bank Syariah Mandiri
Tahun 2009 - 2013
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
kinerja Return on Equity (ROE) BSM tahun 2010 menunjukkan
peningkatan. ROE BSM tahun 2010 sebesar 25,05% dan berada di atas rata-
rata ROE 5 (lima) Bank Umum Syariah Perbankan Nasional sebesar 17,62%.
Peningkatan tersebut terutama disebabkan pencapaian laba bersih yang
signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu BSM membukukan
pertumbuhan Laba Bersih sebesar Rp127,58 miliar atau 43,85% semula
Rp290,94 miliar di tahun 2009 menjadi Rp418,52 miliar di tahun 2010.
Akan tetapi pada tahun 2011 ROE BSM mengalami sedikit penurunan
yaitu sebesar 24,24% hal ini disebabkan adanya peningktan modal akan tetapi
peningkatan modal ini tidak dengan peningkatan laba bersih. dan ROE BSM
75
tahun 2012 sebesar 25,05%, naik dibandingkan ROE BSM tahun 2011 sebesar
24,24%. Peningkatan tersebut terutama disebabkan pencapaian laba bersih
yang signifikan dibandingkan laba bersih dengan tahun yaitu dari meningkat
sebesar Rp254,62 miliar atau 46,20%, semula Rp551,07 miliar di tahun 2011
menjadi Rp805,69 miliar di tahun 2012.
Pada tahun 2013 adalah ROE BSM terendah sebesar 15,34%, turun
dibandingkan ROE BSM tahun 2012 sebesar 25,05%. Posisi tersebut lebih
rendah dibandingkan dengan rata rata ROE Perbankan Syariah (BUS) sebesar
17,24%.
2. Rasio Kecukupan Modal (CAR)
CAR (Capital Adequacy Ratio) atau Rasio kecukupan modal (Y2)
adalah yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan
dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan
bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan/aktiva
produktif yang berisiko. Analisis dalam penelitian ini yaitu
membandingkan modal Bank dengan aktiva beresiko. Rumus
penghitungan CAR adalah:
CAR = Modal Bank x 100% Aktiva Berisiko (ATMR)
76
Tabel 4.6 CAR Bank Syariah Mandiri tahun 2009 - 2013
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri (data diolah)
Grafik 4.4 Pertumbuhan CAR Bank Syariah Mandiri
Tahun 2009 – 2013
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Ekspansi bisnis yang signifikan pada tahun 2010 menekan rasio
kecukupan modal (CAR) BSM pada level 10,60% menurun dibandingkan
CAR (%)
Tahun Presentase (%)
2009 12,39%
2010 10,60%
2011 14.57%
2012 13,82%
2013 14,10%
77
pada tahun 2009 sebesar 12,39%. Sedangkan Rasio kecukupan modal (CAR)
BSM pada level 14.57% pada tahun 2011 meningkat dibandingkan pada tahun
2010 sebesar 10.60%. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan modal
disetor pemegang saham secara tunai pada tahun 2011 sebesar Rp300 miliar.
Pada tahun yang sama, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan syariah
sebesar 16,63%.
Rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 13,82% pada tahun
2012 lebih rendah dibandingkan CAR pada tahun 2011 sebesar 14.57%. Hal
ini disebabkan adanya pembayaran pembiayaan diterima sebesar Rp150 miliar
dan pembayaran subordinasi sebesar Rp200 miliar. Dan Tingkat kecukupan
modal BSM tahun 2013 berdasarkan rasio kecukupan modal (CAR) berada
pada tingkat 14,10%, rasio tersebut meningkat dari
tahun sebelumnya pada level 13,82%. Struktur permodalan BSM tersebut
memiliki kapabilitas untuk mengimbangi risiko pasar dan risiko pembiayaan
dimana rasio tersebut lebih tinggi dari rasio kecukupan minimum BI dan
struktur modal BSM sudah memenuhi Peraturan BI.
D. Analisis Data
Pemamparan data-data diatas telah menggambarkan keadaan data yang
dijadikan referensi dalam penelitian ini. Langkah selanjutnya pengelolaan
data, Khususnya data Linkage program, Rasio Profitabilitas (ROE, ROA) dan
Rasio Kecukupan Modal (CAR). Untuk mendapatkan output yang baik maka
78
data tersebut harus diuji terlebih dahulu. variabel yang digunakan adalah
variabel Linkage Program Sebagai Variable bebas untuk pengaruhnya
terhadap Variabel Terikat yaitu Rasio Profitabilitas (ROE) dan Rasio
Kecukupan Modal (CAR).
Karna penelitian ini memiliki dua variabel yang terikat maka
pengujian akan dilakukan dua kali dengan menggunkan analisis linear
berganda. Pengujian pertama adalah pengujian variabel linkage Program
terhadap Rasio Profitabilitas dan pengujian kedua adalah pengujian variabel
linkage program terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR) dengan
menggunakan SPSS 16.0 maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Analisis Pengaruh Linkage Program terhadap Rasio Profitabilitas (ROE)
Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi
Rasio Profitabilitas (ROE)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .875a .766 .687 .250
a. Predictors: (Constant), linkage program
b. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
Berdasarkan tabel diatas, besarnya nilai Koefisien Korelasi (R)
menunjukan korelasi (hubungan) antar variabel Linkage Program dengan
79
variabel Rasio Profitabilitas (ROE), Besarnya hubungan tersebut adalah 0,875
atau 87,5%. Ini menunjukan bahwa linkage program (X) mempunyai peran
sebesar 87,5% terhadap peningkatan rasio Profitabilitas. Dengan kata lain
87,5% rasio profitabilitas (ROE) ditentukan oleh Linkage Program, dan
sebesar 12,5% ditentukan oleh faktor lain diluar variabel Linkage program.
Berdasarkan interprestasi koefisien korelasi antara 0,80-1,00 pada tabel
dibawah ini maka dapat diketahui bahwa hubungan antara kedua variabel
yaitu Linkage Program dan Rasio Profitabilitas (ROE) sangat kuat.
Sedangkan nilai R Square diatas menjelaskan tentang seberapa besar
nilai pengaruh yang dapat dijelaskan oleh variabel linkage program terhadap
variabel Rasio Profitabilitas. Karna nilai yang ada pada R Square adalah 0,766
maka dapat dikatakan bahwa variabel linkage Program dapat menjelaskan
76,6% pengaruhnya terhadap variabel Rasio Profitabilitas (ROE).
Tabel 4.11 Uji Anova
Rasio Profitabilitas (ROE)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .612 1 .612 9.800 .052a
Residual .188 3 .063
Total .800 4
a. Predictors: (Constant), linkage program
b. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
80
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikan adalah 0,052.
yang berarti bahwa nilai signifikasi Rasio Profitabilitas (ROE) lebih kecil
dari 0,05 maka Ho di tolak dan Ha di terima. Artinya adanya hubungan kedua
variabel linear, sehingga model regresi yang digunakan benar dan layak
digunakan.
Untuk mengetahui apakah signifikan atau tidak maka dilakukan uji
hipotesis. Dan pengujian hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
Jika Rasio Profitabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima Ha
Jika Rasio Profitabilitas > 0,05 maka Ho ditolak dan menolak Ha
Hasil penghitungan diketahui angka rasio profitabilitas (ROE) lebih
kecil dari 0,05 (0,052 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara Linkage program dengan Rasio
Profitabilitas (ROE).
Berdasarkan hasil penghitungan maka akan dapat sebuah model
Persamaan regresi. Analisis Regresi adalah salah satu teknik statistik yang
dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua variabel atau
lebih untuk variabel kuantitatif. Persamaan regresi akan digunakan untuk
meramalkan nilai suatu variabel. Berikut adalah hasil uji regresi yang dapat
dilihat melalui tabel berikut:
81
Tabel 4.14 Uji Koefisien Regresi
Rasio Profitabilitas (ROE)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.500 .250 10.000 .002
linkage program .437 .140 .875 3.130 .052
a. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai a atau konstanta sebesar 2.500
dan nilai b atau koefisien korelasi sebesar 0,437 dengan demikian dapat
diambil persamaan regresi Y= a+bX, berdasarkan hasil penghitungan
diperoleh persamaan regresi sebagi berikut:
Y = 2.500+0,437X
Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan koefisien regresi 0,437
menyatakan bahwa setiap penambahan penyaluran pembiayaan melalui
Linkage program akan meningkatkan rasio profitabilitas sebesar 0,437. Hal
ini juga berarti linkage program bernilai positif yang menunjukan bahwa
linkage program akan meningkatkan Rasio Profitabilitas (ROE).
Jadi dari hasil uji diatas menunjukan bahwa Linkage Program sangat
mempengaruhi tingkat Rasio Profitabilitas Bank Syariah Mandiri. Hubungan
ini sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa kecenderungan
82
peningkatan penyaluran pembiayaan akan menyebabkan peningkatan
Profitabilitas Bank. Kesesuaian ini disebabkan karna dalam penyaluran
pembiayaan menggunakan Linkage Program sehingga Bank dapat
meningkatkan penyaluran Pembiayaan melalui lembaga Keuangan yang lebih
kecil.
2. Analisis Pengaruh Linkage Program Terhadap Rasio Kecukupan Modal
(CAR)
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi
Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .869a .754 .673 .479
a. Predictors: (Constant), linkage program
b.Dependent Variable: Rasio kecukupan modal CAR
Berdasarkan tabel diatas, besarnya nilai Koefisien Korelasi (R)
menunjukan korelasi (hubungan) antar variabel Linkage Program dengan
variabel Rasio Kecukupan Modal (CAR), Besarnya hubungan tersebut adalah
0,869 atau 86,9%. Ini menunjukan bahwa linkage program (X) mempunyai
peran sebesar 86,9% terhadap peningkatan Rasio Kecukupan Modal (CAR).
83
Dengan kata lain 86,9% Rasio Kecukupan Modal (CAR) ditentukan
oleh Linkage Program, dan sebesar 13,1% ditentukan oleh faktor lain diluar
variabel Linkage program. Berdasarkan interprestasi koefisien korelasi
antara 0,80-1,00 maka dapat diketahui bahwa hubungan antara kedua variabel
yaitu Linkage Program dan Rasio Kecukupan Modal (CAR) sangat kuat.
Sedangkan nilai R Square diatas menjelaskan tentang seberapa besar
nilai pengaruh yang dapat dijelaskan oleh variabel linkage program terhadap
variabel Rasio Kecukupan Modal. Karna nilai yang ada pada R Square adalah
0,754 maka dapat dikatakan bahwa variabel linkage Program dapat
menjelaskan 75,4% pengaruhnya terhadap variabel Rasio Kecukupan Modal
(CAR).
Tabel 4.13 Uji Anova
Rasio Kecukupan Modal (CAR)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.113 1 2.113 9.218 .056a
Residual .688 3 .229
Total 2.800 4
a. Predictors: (Constant), linkage program
b. Dependent Variable: rasio kecukupan modal(CAR)
84
Hasil penghitungan diketahui angka rasio profitabilitas (ROE) lebih
kecil dari 0,05 (0,056 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara Linkage program dengan Rasio
Kecukupan modal (CAR).
Selanjutnya berdasarkan hasil penghitungan maka akan dapat sebuah
persamaan regresi yang dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 4.15 Uji Koefisien Regresi
Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .500 .479 1.044 .373
linkage program .812 .268 .869 3.036 .056
a. Dependent Variable: rasio kecukupan modal(CAR)
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai a atau konstanta sebesar 0,500
dan nilai b atau koefisien korelasi sebesar 0,812. Dan dari persamaan regresi
diatas dapat dijelaskan koefisien regresi 0,812 menyatakan bahwa setiap
penambahan penyaluran pembiayaan melalui Linkage program akan
meningkatkan rasio CAR sebesar 0,812. Hal ini juga berarti linkage program
85
bernilai positif yang menunjukan bahwa linkage program akan meningkatkan
Rasio Kecukupan Modal (CAR).
E. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa
linkage Program berpengaruh secara signifikan terhadap Rasio Profitabilitas
(ROE). Hal ini ditunjukan oleh besarnya nilai signifikan yang lebih kecil dari
0,05. Berdasarkan nilai tersebut berarti ada penolakan Ho dan penerimaan Ha.
hasil penelitian juga menunjukan bahwa Linkage Program memiliki hubungan
yang kuat terhadap Rasio Profitabilitas BSM, hal ini dibuktikan dengan nilai
R yang dihasilkan dari uji koefisien determinasi yaitu sebesar 0,875.
Berdasarkan nilai tersebut berarti Linkage Program memiliki pengaruh yang
besar terhadap Rasio Profitabilitas BSM.
Dan hasil penelitian juga menunjukan bahwa linkage program
memiliki hubungan yang kuat terhadap Rasio kecukupan Modal (CAR)
BSM, hal ini dibuktikan dengan nilai R yang dihasilkan dari uji koefisien
determinasi yaitu sebesar 0,869, Berdasarkan nilai tersebut berarti Linkage
Program memiliki pengaruh terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR) BSM.
Dan juga berdasarkan hasil analisis uji signifikasi menunjukan bahwa linkage
Program berpengaruh secara signifikan terhadap Rasio Kecukupan Modal
(CAR). Hal ini ditunjukan oleh besarnya nilai signifikan yang lebih kecil dari
0,05. Berdasarkan nilai tersebut berarti ada penolakan Ho dan penerimaan Ha.
86
Maka dari nilai hasil analisis menunjukan Linkage Program secara
positif dan signifikan mempengaruhi Rasio Profitabilitas (ROE) dan Rasio
kecukupan Modal (CAR) dan dari hasil analisis juga diketahui bahwa diantara
ROE dan CAR, Rasio Profitabilitas (ROE) yang lebih dipengarhui oleh
Linkage Program.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan dalam BAB IV, dan
didukung dengan teori – teori yang menjadi landasan berfikir dalam
memahami permasalahan, disertain pada pemaparan pada pembahasan dalam
skripsi ini, Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Porsi pembiayaan pada linkage program di Bank Syariah Mandiri dalam 5
tahun (2009-2013) mengalami peningkatan yang cukup signifikan kecuali
pada tahun 2012. Besarnya porsi pembiayaan pada linkage program dari tahun
2009 - 2013, masing - masing sebesar 12,35%, 15,04%, 29.08%, 18,49% dan
41,58%. Hal ini di sebabkan linkage program terbukti mampu meningkatkan
Penyaluran Pembiayaan BSM.
2. Penerapan pembiayaan pada linkage program di Bank Syariah Mandiri dalam
masalah kecukupan modal untuk menampung risiko kerugian yang dihadapi
oleh BSM tergolong baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai CAR selama 5
tahun (2009-2013) yaitu nilai CAR masing-masing 12,39% - 10,60% -
14.57% - 13,82% - 14,10% kelima nilai tersebut berada diatas minimal
kecukupan modal yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar
8%.
88
3. Berdasarkan hasil pengelolahan data menunjukan bahwa pembiayaan pada
Linkage program berpengaruh positif dan signifikan terhadap rasio
profitabilitas (ROE). Hal ini berarti Linkage Program dapat meningkatkan
penyaluran Pembiayaan sehingga apabila tingkat pembiayaan pada linkage
program mengalami peningkatan, maka rasio profitabilitas juga akan
meningkat.
4. Berdasarkan hasil pengelolahan data menunjukan bahwa pembiayaan pada
Linkage program berpengaruh positif dan signifikan terhadap Rasio
Kecukupan Modal (CAR). Itu berarti semakin baik kemampuan bank untuk
menanggung risiko dari setiap pembiayaan/aktiva produktif yang berisiko
dengan adanya penerapan Linkage Program.
B. Saran - Saran
1. Kepada Bank Syariah Mandiri diharapkan agar terus meningktakan porsi
pembiayaan pada linkage Program karna Linkage program memiliki
banyak manfaat yaitu dapat memberdayakan Lembaga Keuangan Mikro,
serta sektor usaha UMKM dan juga berdampak baik bagi BSM karna
melihat kondisi perkembangan pembiayaan pada linkage progam yang
baik pada setiap tahunnya, yaitu baik dari segi profit yang tumbuh setiap
tahunnya, Serta CAR yang relatif baik juga setiap tahunnya.
89
2. Perlu adanya pendampingan atau pengawasan dari Bank Syariah kepada
LKMS yang menjalin linkage Program agar tidak mengambil langkah –
langkah yang dapat merugikan kedua bela pihak.
3. Meningkatkan komunikasi kepada LKMS sebagai mitra usaha yang
menjalin linkage program, sebagai sarana untuk berbagi pengalaman
dalam menjalakan usaha-usahanya agar linkage program ini berjalankan
dengan lancar dan baik.
4. Agar setiap Bank Syariah memiliki penerapan linkage program, supaya
setiap lembaga mikro dapat mengases atau mendapatkan pembiayaan
tersebut.
5. Kepada Lembaga Keuangan Mikro Agar dapat lebih mengoptimalkan
pembiayaan yang didapat oleh Bank Syariah sehingga akan berdampak
positif bagi LKMS dan Bank Syariah tersebut.
6. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan maksud untuk mengetahui
faktor – faktor apa saja yang benar – benar sangat berpengaruh dengan
penerapan Linkage Program.
90
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. Keadilan Deskriptif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Islamic Banking Bank Syariah dari teori ke praktek.
Jakarta: Gema Insani press, 2001.
Ascarya. Akad dan Produk bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2007.
Ashori, Abdul Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia Cet.I. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2007.
Bank Indonesia. Generic Model Linkage Program. Jakarta: Bank Indonesia, 2010.
Bank Indonesia. Kamus Perbankan Cet.I. Jakarta: Bank Indonesia, 1999.
Bank Indonesia. Linkage antar LKS. Jakarta: Bank Indonesia, 2004.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media, 2005.
Dendawijaya. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE, 1997.
Efferin, Sujoko. Metode Penelitian Untuk Akuntansi. Surabaya: Bayumedia
Publishing, 2004.
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
91
Hasyim. Perkreditan Bank dan Lembaga-lembaga Keuangan Kita edisi pertama,
Yogyakarta: BPFE-UGM, 1987.
Ismail A. Manajement Perbankan. Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2010.
Jalinus Syah dan Adam Shaleh. The Basic English Pocket Dictionory. Jakarta:
Akadoma, 1982.
Jubaedah. “Peran Strategis Linkage Program Bank Syariah Terhadap Penguatan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia)”
skripsi S1 pada program studi muamalat, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009.
Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Raksa, 2006.
Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islam edisi ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Kasmir. Bank dan lembaga keuangan lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012.
92
Kumara, Rian. “Analisis Uji Beda Kinerja BPR YangMengikuti Linkage Program
Dengan BPR Yang Tidak Mengikuti Linkage Program Pada Wilayah DPC
Depok”. Skripsi S1 pada program studi management Ekonomi, Universitas
gunadarma Depok, 2010.
Laksono, Satrio. “Pola hubungan Bank Muamalat Indonesia dengan BMT shar-E
dalam penyaluran pembiayaan mikro (penelitian di Bank Muamalat
Indonesia dan LKMS BMT)” Skripsi S1 pada program studi Muamalat,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Dendawijaya, Lukman. Manajement Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Maesaroh, Siti. “Efektifitas Linkage Program Bank Syariah Mandiri Dalam
Penguatan Pembiayaan Lembaga Kauangan Mikro” Skripsi S1 pada program
studi Muamalat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Moloeng, Lexi. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006.
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia,
Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi,
Jakarta: Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah Republik
Indonesia, 2009.
93
Muhammad. Manajement Bank Syariah. Yogyakarta: Akademi Manajemet
Perusahaan YKPN, 2005.
Muhammad. Manajement dana Bank Syariah Cet.1. Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN , 2004.
Muhammad. Manajement Dana Bank Syariah Cet.2. Yogyakarta: Ekonisia, 2005.
Muhammad. Bank Syari’ah Analisis kekuatan, kelemahan, Peluang, dan Ancaman.
Yogyakarta: Ekonisia 2002.
Pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri
(UIN) Syarif Hidayatull. Jakarta, 2012.
Riyadi, Slamet. Banking Assets And Liability Manajement. Jakarta: Universitas
Indonesia, 2006.
Riyanto, Bambang. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE,
1997.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta,
2008.
Suryanto, Thomas Drs. Dasar Dasar perkreditan edisi keempat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007.
94
Sutinah dan Bagong Suyanto. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, cet. IV. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Bank Indonesia, lampiran siaran pers No 11/11/PSHM/Humas. artikel diakses pada
tanggal 24 Maret 2014 dari
http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Siaran+Pers/sp_1111109.htm
DKI Perbarindo, generic model linkage program Bank Umum dengan BPR. artikel
diakses pada 28 agustus 2014 dari
http://www.dki.perbarindo.org/artikel_detail.php
Infobanknews, Headline Perbankan shariah insight. artikel diakses pada 31 Agustus
2014 dari http://www.infobanknews.com/2013/04/bsm-patok-porsi-
pembiayaan-umkm-jadi-75/
Liputan6, Siapa Minat, Bank Syariah Mandiri Salurkan KUR Rp 1,5 Triliun. artikel
diakses 23 juli 2014 dari http://bisnis.liputan6.com/read/511502/siapa-minat-
bank-syariah-mandiri-salurkan-kur-rp-15-triliun
Republika. Bank kejar target penyaluran KUR. artikel diakses pada tanggal 31
agustus dari http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/mikro/13/11/22/bank-
kejar-target-penyaluran-kur
95
Tony Hidayat, linkage program Solusi Pembiayaan Bagi Hasil. Artikel di akses
pada 1 januari 2014 http://ib-
bloggercompetition.kompasiana.com/2009/10/31
WAWANCARA
Lokasi :
Kantor Pusat Bank Syraiah Mandiri jalan MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340,
Indonesia.
Waktu :
Tanggal : Jumat, 3 Oktober 2014
Jam : (setelah Sholat Jumat) 12:56 – 13: 32
Narasumber: D.Hartanto
Status : Staff Pelaksana Marketing Mikro
1. Kapan Mulai dilaksanakannya Linkage Program di Bank Syariah
Mandiri?
Penerapan Linkage Program Di BSM sudah dicanangkan tahun 2005
tapi secara Resmi dimulai pada tahun 2006. Dengan kerjasama antara Bank
Syariah Mandiri dengan 3 BPRS.
2. Bagaimana proses dan prosedur Bank Syariah Mandiri dalam
melakukan kerjasama Linkage program dengan Lembaga Keuangan
Mikro Syariah.?
BPRS/LKMS dapat mengajukan untuk mendapatkan pembiayaan
linkage Program atau dari pihak bank yang mengundang BPRS/LKMS untuk
ditawari produk pembiayaan Linkage Program, setelah itu bank akan
menganalisis data/informasi/ dokumen LKMS tersebut dan jika memenuhi
syarat dan layak untuk mendapatkan pembiayaan Linkage Program maka
Bank akan memproses dan melakukan perjanjian kerja sama kepada pihak
LKMS tersebut.
3. Pola linkage program apa saja yang diterapakan Bank Syariah Mandiri
dan apa saja akadnya?
Linkage program di Bank Syariah Mandiri terdiri dari dua pola yakni
pola Executing dan pola Channeling, Untuk pola executing menggunakan
akad Mudharabah, sedangkan pola Chanelling biasanya menggunakan akad
Murabahah.
4. Berapa Margin yang ditetapkan pada Linkage Program?
tingkat margin Linkage Program yang ditetapkan BSM yaitu 20%.
5. Apakah dengan diterapkannya linkage program sangat membantu
dalam meningkatkan pembiayaan Mikro?
ya, sangat membantu, sejak diterapkannya Linkage program
penyaluran pembiayaan mikro terus mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Karna dengan linkage program ini Bank jadi lebih mudah
menjangkau usaha – usaha mikro yang dibantu oleh LKMS/BPRS.
6. Bagaimana perbandingan rasio profitabilitas Bank syariah mandiri
sebelum dan sesudah diterapkannya linkage program?
Besarnya Rasio Profitabilitas baik ROE, ROA sebelum adanya
Linkage Program mengalami Fluktuasi pada tahun 2000 – 2005. Sedangkan
selama berlangsungnya Linkage program terhitung dari tahun 2006, Rasio
Profitabilitas BSM mengalami penibngkatan yang cukup signifikan.
7. Apakah Linkage program berkontribusi besar untuk meningkatkan
Profitabilitas Bank Syariah Mandiri?
Ya, sangat berkontribusi besar, target utama dari Bank Syariah
Mandiri adalah pelaku usaha-usaha mikro dan dengan adanya Linkage
Program, penyaluran pembiayaan mikro semakin meningkat dan untuk risiko
dengan penerapan linkage program ini risiko pun semakin kecil karna risiko
pembiayaan tdk hanya di tanggung oleh bank tapi di tanggung bersama, dan
dalam pemngawasannya lebih bisa diawasi karna LKMS/BPRS juga
bertanggung jawab dalam pengawasan pembiayaan yang diberikan ke
nasabah.
Lampiran : Hasil Uji Statistik
Uji Koefisien Determinasi
Rasio Profitabilitas (ROE)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .875a .766 .687 .250
a. Predictors: (Constant), linkage program
b. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
Uji Anova
Rasio Profitabilitas (ROE)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .612 1 .612 9.800 .052a
Residual .188 3 .063
Total .800 4
a. Predictors: (Constant), linkage program
b. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
Uji Koefisien Regresi
Rasio Profitabilitas (ROE)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.500 .250 10.000 .002
linkage program .437 .140 .875 3.130 .052
a. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
Koefisien Determinasi
Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .869a .754 .673 .479
a. Predictors: (Constant), linkage program
b.Dependent Variable: Rasio kecukupan modal CAR
Uji Anova
Rasio Kecukupan Modal (CAR)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.113 1 2.113 9.218 .056a
Residual .688 3 .229
Total 2.800 4
a. Predictors: (Constant), linkage program
b. Dependent Variable: rasio kecukupan modal(CAR)
Uji Koefisien Regresi
Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .500 .479 1.044 .373
linkage program .812 .268 .869 3.036 .056
a. Dependent Variable: rasio kecukupan modal(CAR)
PT Bank Syariah MandiriLaporan Tahunan 2013 14
KILAS KINERJA 2013
Fakta BSM Tahun 2013
Alhamdulillah, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatatkan pertumbuhan Aset sebesar Rp9,74 triliun atau 17,95%, semula sebesar Rp54,23 triliun di tahun 2012 menjadi Rp63,97 triliun di tahun 2013.
Total penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar Rp9,05 triliun atau 19,09%, semula Rp47,41 triliun di tahun 2012 menjadi 56,46 triliun di tahun 2013.
Penyaluran pembiayaan meningkat sebesar Rp5,71 triliun atau 12,75%, semula Rp44,76 triliun di tahun 2012 menjadi Rp50,46 triliun di tahun 2013.
Ekuitas tumbuh sebesar Rp681 miliar atau 16,29%, semula Rp4,18 triliun di tahun 2012 menjadi Rp4,86 triliun di tahun 2013.
Nilai komposit Good Corporate Governance (GCG) dalam pelaksanaan selft assessment GCG BSM ke Bank Indonesia mencapai sebesar 1,85 atau kategori “Baik”
Penghargaan (Award) dalam berbagai bidang dari beragam institusi sebanyak 42 penghargaan dari dalam dan luar negeri. Prestasi ini mencerminkan tingkat kepercayaan dan apresiasi masyarakat yang sangat tinggi kepada BSM.
Laporan Tahunan 201315PT Bank Syariah Mandiri
60
50
40
30
20
10
-
Rp Triliun Aset
32,48
48,6754,23
63,97
2010 2011 2012 2013
50
40
30
20
10
-
Rp Triliun Pembiayaan
23,97
36,73
44,75
2010 2011 2012 2013
50
40
30
20
10
-
Rp Triliun Dana Pihak Ketiga
29,00
42,62
47,4156,46
2010 2011 2012 2013
5
4
3
2
1
Rp Triliun Ekuitas
2,02
3,07
4,18
4,86
2010 2011 2012 2013
50,46
BSM menyelenggarakan Rakernas Tahun 2013, tanggal 19-21 Desember 2013. Rakernas diikuti oleh Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah (DPS), Direksi, Kepala Divisi, Kepala Bagian dan Kepala Cabang. Rakernas bertujuan untuk menyamakan persepsi dan spirit seluruh insan BSM dalam mencapai target bisnis.
PT Bank Syariah MandiriLaporan Tahunan 2013 16
KILAS KINERJA 2013
Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Posisi Keuangan
Aset 6.870 8.273 9.555 12.885 17.066 22.037 32.482 48.672 54.229 63.965
Aset Produktif 6.404 7.971 8.913 12.269 16.399 21.319 30.744 44.918 50.640 58.947
Penempatan SBIS. FASBIS dan Reverse Repo SBSN 325 1.373 780 670 1.305 2.381 3.412 4.850 3.125 5.918
Pembiayaan yang Diberikan 5.296 5.848 7.415 10.326 13.278 16.063 23.968 36.727 44.755 50.460
Liabilitas 1.420 1.700 2.658 2.647 2.343 3.273 5.010 7.041 9.169 11.029
Dana Syirkah Temporer 4.901 5.940 6.200 9.427 13.315 16.963 25.251 37.858 40.380 47.574
Surat Berharga yang Diterbitkan 200 200 200 400 200 200 200 700 500 500
Dana Pihak Ketiga 5.725 7.037 8.220 11.106 14.898 19.338 28.998 42.618 47.409 56.461
a. Giro 981 1.261 2.054 1.846 1.812 2.591 4.015 4.669 6.434 7.525
b. Tabungan 1.536 1.958 2.668 3.872 5.284 7.163 9.873 14.424 19.148 22.101
c. Deposito 3.208 3.818 3.498 5.388 7.802 9.584 15.110 23.525 21.827 26.834
Ekuitas 549 633 697 811 1.208 1.600 2.021 3.073 4.181 4.862
Posisi Keuangan2013
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
-
Aset (dalam Rp triliun)
6,878,27 9,55
12,8817,067
22,04
32,48
48,67
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
54,23
Aset Rp63,97 triliun
1. Sampai dengan akhir tahun 2013, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) belum melakukan aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak terdapat informasi yang memuat harga saham tertinggi, terendah dan tertutup serta volume saham yang diperdagangkan.
2. Sampai dengan akhir tahun 2013, BSM belum melakukan aktivitas penerbitan obligasi, sukuk atau obligasi konvertibel. Sehingga tidak ada informasi yang memuat tentang jumlah obligasi/sukuk/obligasi konversi yang beredar, tingkat imbal hasil, tanggal jatuh tempo dan peringkat obligasi/sukuk.
63,97
Laporan Tahunan 201317PT Bank Syariah Mandiri
Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Posisi Keuangan
Aset 6.870 8.273 9.555 12.885 17.066 22.037 32.482 48.672 54.229 63.965
Aset Produktif 6.404 7.971 8.913 12.269 16.399 21.319 30.744 44.918 50.640 58.947
Penempatan SBIS. FASBIS dan Reverse Repo SBSN 325 1.373 780 670 1.305 2.381 3.412 4.850 3.125 5.918
Pembiayaan yang Diberikan 5.296 5.848 7.415 10.326 13.278 16.063 23.968 36.727 44.755 50.460
Liabilitas 1.420 1.700 2.658 2.647 2.343 3.273 5.010 7.041 9.169 11.029
Dana Syirkah Temporer 4.901 5.940 6.200 9.427 13.315 16.963 25.251 37.858 40.380 47.574
Surat Berharga yang Diterbitkan 200 200 200 400 200 200 200 700 500 500
Dana Pihak Ketiga 5.725 7.037 8.220 11.106 14.898 19.338 28.998 42.618 47.409 56.461
a. Giro 981 1.261 2.054 1.846 1.812 2.591 4.015 4.669 6.434 7.525
b. Tabungan 1.536 1.958 2.668 3.872 5.284 7.163 9.873 14.424 19.148 22.101
c. Deposito 3.208 3.818 3.498 5.388 7.802 9.584 15.110 23.525 21.827 26.834
Ekuitas 549 633 697 811 1.208 1.600 2.021 3.073 4.181 4.862
dalam Rp miliar
Pembiayaan Rp50,46 triliun
DPKRp56,46 triliun
Pembiayaan (dalam Rp triliun)
5,30 5,85 7,41 10,33
13,28
16,06
23,97
36,7344,75
50.00
45.00
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
-
Dana Pihak Ketiga (dalam Rp triliun)
5,72 7,04 8,2211,11
14,90
19,34
29,00
42,62
47,41 50.00
45.00
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
-
50,46
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
56,46
PT Bank Syariah MandiriLaporan Tahunan 2013 18
KILAS KINERJA 2013
Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Laporan Laba Rugi
Pendapatan Pengelolaan Dana Oleh Bank Sebagai Mudharib 584 865 934 1.197 1.736 2.071 2.768 3.771 4.685 5.438
Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil Dana Syirkah Temporer 269 386 455 512 768 902 1.162 1.781 1.914 2.081
Pendapatan Pengelolaan Dana Oleh Bank Sebagai Mudharib - Bersih 315 479 479 685 968 1.169 1.606 1.990 2.771 3.357
Fee Based Income 102 94 145 210 301 347 567 1.082 1.139 1.193
Laba Usaha 141 137 101 167 283 426 580 761 1.119 898
Laba Sebelum Manfaat/ (Beban) Pajak Penghasilan 150 137 95 168 284 418 569 748 1.097 884
Laba Neto 103 84 65 115 196 291 419 551 806 651
Laba Komprehensif - - - - - - - 553 807 651
Laba Bersih Per Saham Dasar 1.443 1.169 914 1.611 1.759 2.210 3.179 3.376 3.382 2.232
LaporanLaba Rugi2013
Pendapatan Rp5.438 miliar
Pendapatan Pengelolaan Dana Oleh Bank Sebagai Mudharib ( (dalam Rp miliar)
584 865 934 1.197
1.736 2.071
2.768
3.771
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
4.6855.000
4.500
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
-
5.438
Laporan Tahunan 201319PT Bank Syariah Mandiri
dalam Rp miliar
Laba Usaha Rp898 miliar
Laba Neto
Rp651 miliar
Laba Usaha (dalam Rp miliar)
141 137 101 167
283
426
580
761
1.119 1.200
1.000
800
600
400
200
-
Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Laporan Laba Rugi
Pendapatan Pengelolaan Dana Oleh Bank Sebagai Mudharib 584 865 934 1.197 1.736 2.071 2.768 3.771 4.685 5.438
Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil Dana Syirkah Temporer 269 386 455 512 768 902 1.162 1.781 1.914 2.081
Pendapatan Pengelolaan Dana Oleh Bank Sebagai Mudharib - Bersih 315 479 479 685 968 1.169 1.606 1.990 2.771 3.357
Fee Based Income 102 94 145 210 301 347 567 1.082 1.139 1.193
Laba Usaha 141 137 101 167 283 426 580 761 1.119 898
Laba Sebelum Manfaat/ (Beban) Pajak Penghasilan 150 137 95 168 284 418 569 748 1.097 884
Laba Neto 103 84 65 115 196 291 419 551 806 651
Laba Komprehensif - - - - - - - 553 807 651
Laba Bersih Per Saham Dasar 1.443 1.169 914 1.611 1.759 2.210 3.179 3.376 3.382 2.232
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
898
Laba Neto (dalam Rp miliar)
103 84 65
115
196
291
419
551
806
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
900
700
500
300
100
-
651
PT Bank Syariah MandiriLaporan Tahunan 2013 20
KILAS KINERJA 2013
Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rasio - Rasio Utama
Pemenuhan Modal Minimum (CAR) 10,57% 11,88% 12,56% 12,43% 12,66% 12,39% 10,60% 14,57% 13,82% 14,10%
Imbal Hasil Rata-Rata Aset (ROA) - Sebelum Pajak 2,86% 1,83% 1,10% 1,53% 1,83% 2,23% 2,21% 1,95% 2,25% 1,53%
Imbal Hasil Rata-Rata Ekuitas (ROE) - Setelah Pajak 22,28% 14,56% 10,23% 16,05% 21,34% 21,40% 25,05% 24,24% 25,05% 15,34%
Pembiayaan Terhadap Dana Pihak Ketiga (FDR) 92,50% 83,09% 90,21% 92,96% 89,12% 83,07% 82,54% 86,03% 94,40% 89,37%
Pembiayaan Bermasalah Terhadap Total Pembiayaan (NPF NET) 1,97% 2,68% 4,64% 3,39% 2,37% 1,34% 1,29% 0,95% 1,14% 2,29%
Pembiayaan Bermasalah Terhadap Total Pembiayaan (NPF GROS) 2,42% 3,50% 6,94% 5,64% 5,66% 4,84% 3,52% 2,42% 2,82% 4,32%
Pendapatan Bagi Hasil Bersih Terhadap Aktiva Produktif (NIM) 6,91% 6,83% 5,63% 6,31% 6,73% 6,62% 6,57% 7,48% 7,25% 7,25%
Aset Lancar Terhadap Kewajiban Lancar 162,26% 207,16% 118,60% 171,09% 225,37% 209,34% 202,90% 262,62% 155,26% 178,65%
Liabilitas Terhadap Ekuitas (DER) 258,78% 268,79% 381,16% 326,19% 193,87% 204,53% 247,94% 229,11% 219,31% 226,85%
Liabilitas Terhadap Aset (DAR) 20,67% 20,55% 27,81% 20,54% 13,73% 14,85% 15,42% 14,47% 16,91% 17,24%
CAR 14,10%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
Pemenuhan Modal Minimum (CAR)
10,57%11,88%12,56% 12,43% 12,66% 12,39%
10,60%
14,57%13,82%
Rasio-rasio2013
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
14,10%
Laporan Tahunan 201321PT Bank Syariah Mandiri
Imbal Hasil Rata-Rata Ekuitas (ROE) - Setelah Pajak
22,28%
14,56%
10,23%
16,05%21,34% 21,40%
25,05% 24,24%
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
25,05%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rasio - Rasio Utama
Pemenuhan Modal Minimum (CAR) 10,57% 11,88% 12,56% 12,43% 12,66% 12,39% 10,60% 14,57% 13,82% 14,10%
Imbal Hasil Rata-Rata Aset (ROA) - Sebelum Pajak 2,86% 1,83% 1,10% 1,53% 1,83% 2,23% 2,21% 1,95% 2,25% 1,53%
Imbal Hasil Rata-Rata Ekuitas (ROE) - Setelah Pajak 22,28% 14,56% 10,23% 16,05% 21,34% 21,40% 25,05% 24,24% 25,05% 15,34%
Pembiayaan Terhadap Dana Pihak Ketiga (FDR) 92,50% 83,09% 90,21% 92,96% 89,12% 83,07% 82,54% 86,03% 94,40% 89,37%
Pembiayaan Bermasalah Terhadap Total Pembiayaan (NPF NET) 1,97% 2,68% 4,64% 3,39% 2,37% 1,34% 1,29% 0,95% 1,14% 2,29%
Pembiayaan Bermasalah Terhadap Total Pembiayaan (NPF GROS) 2,42% 3,50% 6,94% 5,64% 5,66% 4,84% 3,52% 2,42% 2,82% 4,32%
Pendapatan Bagi Hasil Bersih Terhadap Aktiva Produktif (NIM) 6,91% 6,83% 5,63% 6,31% 6,73% 6,62% 6,57% 7,48% 7,25% 7,25%
Aset Lancar Terhadap Kewajiban Lancar 162,26% 207,16% 118,60% 171,09% 225,37% 209,34% 202,90% 262,62% 155,26% 178,65%
Liabilitas Terhadap Ekuitas (DER) 258,78% 268,79% 381,16% 326,19% 193,87% 204,53% 247,94% 229,11% 219,31% 226,85%
Liabilitas Terhadap Aset (DAR) 20,67% 20,55% 27,81% 20,54% 13,73% 14,85% 15,42% 14,47% 16,91% 17,24%
ROA1,53%
ROE15,34%
Imbal Hasil Rata-Rata Aset (ROA) - Sebelum Pajak
2,86%
1,83%
1,10%
1,53% 1,83%
2,23% 2,21%
1,95%
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
2,25%
3,00%
2,00%
1,00%
0,00%
1,53%
15,34%