PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS...

30
1 PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KOTA BANDUNG (STUDI MENGENAI PEMANFAATAN RUANG DI WILAYAH BANDUNG UTARA) ASEP SUMARYANA Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung- Sumedang Km 21 Tlp (022) 7796416 Abstarct : The research’s title is The Influence Of Social Environment on Implementation Effectiveness of Spatial Utilization Planning (RTRW) in Bandung City (A Study on Spatial Utilization in North Bandung Area)”. RTRW should be a guidance on regulating spatial utilization. In fact, North Bandung area, which supposed to be a water conservation has be changed with more developing of building. This condition has influenced of social environment and task environment. To analyze to all problem above, Structural Equation Modeling (SEM) analysis is used . this research also use interview method w ith intellectual, practices and local population. The result shows that the influence of social environment in implementation effectiveness of RTRW in Bandung City is significant. That means a conservation or devastation is depended with two environment aspect. With positive influence from, sustainable spatial utilization should be better. But, if the influence is negative, spatial will be more devastated. Increasing physical development shows a negative influence, so RTRW not protected maximally. In social environment, there are two dominant aspect: population and nature resources. Growth of Bandung residence population push spatial needs until this resources experience damaged Keywords : social environment,, spatial utilization. Sebagai kota pusat pemerintahan propinsi Jawa Barat dan memiliki akses cepat ke ibukota negara, kota Bandung secara geografis terbagi menjadi dua bagian. Pertama wilayah dataran yang berada di sebelah Selatan dan perbukitan yang berada di wilayah Utara. Wilayah Utara diperuntukkan bagi wilayah konservasi air sehingga pembangunan fisik terus dibatasi agar fungsi tersebut dapat dipertahankan sesuai dengan Perda No 2 Tahun 04 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW.

Transcript of PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS...

Page 1: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

1

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI

KOTA BANDUNG (STUDI MENGENAI PEMANFAATAN RUANG DI WILAYAH BANDUNG UTARA)

ASEP SUMARYANA

Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP

Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung- Sumedang Km 21 Tlp (022) 7796416

Abstarct : The research’s title is The Influence Of Social Environment on Implementation Effectiveness of Spatial Utilization Planning (RTRW) in Bandung City (A Study on Spatial Utilization in North Bandung Area)”. RTRW should be a guidance on regulating spatial utilization. In fact, North Bandung area, which supposed to be a water conservation has be changed with more developing of building. This condition has influenced of social environment and task environment.

To analyze to all problem above, Structural Equation Modeling (SEM) analysis is used . this research also use interview method with intellectual, practices and local population.

The result shows that the influence of social environment in implementation effectiveness of RTRW in Bandung City is significant. That means a conservation or devastation is depended with two environment aspect. With positive influence from, sustainable spatial utilization should be better. But, if the influence is negative, spatial will be more devastated. Increasing physical development shows a negative influence, so RTRW not protected maximally.

In social environment, there are two dominant aspect: population and nature resources. Growth of Bandung residence population push spatial needs until this resources experience damaged

Keywords : social environment,, spatial utilization.

Sebagai kota pusat pemerintahan propinsi Jawa Barat dan memiliki akses

cepat ke ibukota negara, kota Bandung secara geografis terbagi menjadi dua

bagian. Pertama wilayah dataran yang berada di sebelah Selatan dan perbukitan

yang berada di wilayah Utara. Wilayah Utara diperuntukkan bagi wilayah

konservasi air sehingga pembangunan fisik terus dibatasi agar fungsi tersebut

dapat dipertahankan sesuai dengan Perda No 2 Tahun 04 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW.

Page 2: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

2

Fungsi lindung yang dikehendaki dapat terganggu dengan pertumbuhan

pembangunan fisik yang hampir pasti tidak dapat dikendalikan. Wilayah resapan

air yang semakin menyempit berakibat pada pemenuhan kebutuhan air penduduk

yang terus berkurang. Oleh sebab itu pembangunan fisik perlu terus dibatasi agar

tidak meluas (Pasal 12 Perda 02/041 tentang RTRW ayat 2, point c).

Tingkat kesuburan tanah yang baik bagi pertumbuhan pepohonan yang

ditanam menjadi semakin sempit dengan perluasan lahan yang digunakan

bangunan. Dampak mudahnya adalah semakin seringnya wilayah Bandung

Selatan tergenang banjir tatkala musim penghujan. Padahal dalam perda tersebut

areal lindung justru perlu diperbanyak dengan menggeserkan areal budidaya,

bukan sebaliknya. Pengaturan tersebut dimaksudkan untuk mengarahkan wilayah

Bandung Utara sebagai kawasan lindung mengingat kontur tanahnya berbukit dan

memiliki tingkat kesuburan yang baik. Oleh sebab itu, kebijakan pengembangan

kawasan lindung yang diatur oleh pasal 13 ayat 1 Perda tersebut.

Pertumbuhan penduduk di lima kecamatan yang ada di ketinggian

tersebut akan mempengaruhi kebutuhan ruang bagi tempat tinggal di wilayah

tersebut. Dengan posisi kota Bandung sebagai kota pariwisata, pendidikan dan

jasa cenderung akan mempercepat pertumbuhan penduduk di kelima kecamatan

tersebut. Dampaknya akan dirasakan terhadap lahan-lahan yang peruntukkannya

telah diatur sehingga pelanggaran atas peruntukan tersebut cenderung terjadi.

Beberapa petugas kecamatan yang berada di wilayah tersebut menrgakui jika

terjadi perubahan fungsi lahan sekitar 20% setiap tahunnya sehingga

1 Pasal ini tidak termasuk yang diubah oleh Perda No 03 Tahun 2006

Page 3: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

3

kemungkinan besar mengganggu lahan yang diproyeksikan sebagai lahan

konservasi yang ada di wilayah kota Bandung sebelah Utara.

Pergeseran diatas mempengaruhi kondisi lingkungan ideal. Kepentingan-

kepentingan aparat, pejabat serta pihak terkait lainnya dapat mengubah

peruntukkan ruang yang telah ditentukan oleh Perda 02/04. Dengan Perda

tersebut semestinya ruang sesuai peruntukkannya dipertahankan seperti diatur

dalam Peraturan tersebut. Inkonsistensi implementasi Perda yang ada menjadikan

ruang yang telah diatur menjadi berubah fungsi. Mungkin saja ke depan

peruntukkan tersebut semakin menjadi tidak menentu jika tidak dilakukan

antisipasi untuk mengatasinya.

Persoalan semacam diatas cukup menarik untuk dikaji sebab RTRW yang

dimuat dalam Perda 02/04 tidak dapat tegak sebagaimana mestinya. Personal

pelaksana kebijakan Perda tersebut dapat disorot sebagai personal yang dependen

dengan pihak lain terkait. Ada lingkungan yang senantiasa berada dekat dan

berinteraksi dengan dirinya. Dengan interaksinya, lingkungan semacam ini

memungkinkan terjadinya saling memengaruhi dan berdampak penyimpangan

kebijakan.

Rumusan Masalah

Penelitian iini mempertanyakan (problem statement) pengaruh lingkungan

sosial terhadap implementasi kebijakan RTRW yang ada di kota Bandung.

Dengan problem statement tersebutd, penelitian ini dirumuskan kedalam satu

pertanyaan yaitu : bagaimana pengaruh lingkungan sosial terhadap efektivitas

pemanfaat ruang di wilayah Utara kota Bandung ? Melalui pertanyaan tersebut,

Page 4: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

4

tujuan ini untuk mengetahui bagaimana lingkungan sosial memengaruhi

efektifitas pemanfaatan ruang yang ada di wilayah Utara kota Bandung;.

Implementasi Kebijakan

Dalam Kebijakan Publik, Budi Winarno (2007) menjelaskan bahwa

implementasi kebijakan publik merupakan tahap dari proses kebijakan. Sebagai

salah satu tahap, maka implementasi merupakan pelaksanaan undang-undang

dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama untuk

menjalankankebijakan...(2007 :144).

Implementasi kebijakan menentukan apakah kebijakan aplikabel di

lapangan dan berhasil untuk menghasilkan output dan uotcomes seperti yang

direncanakan (Indiahono, 2009: 143). Dalam konteks administrasi, pencapaian

sasaran seperti itu disebutnya efektif (Sumaryana, 2009: 23). Dalam konteks

diatas, implementasi kebijakan dilakukan oleh aparat dan pejabat pelaksana

kebijakan agar tujuan kebijakan dapat dicapai. Kesenjangan antara tujuan

kebijakan dengan hasil yang dijalankan menunjukkan ketidak-efektifan sebuah

impelemnatsi kebijakan tersebut. Untuk memudahkan pelaksanaan, standar

operasi mesti tersedia untuk memudahkan pelaksanaan kebijakan di lapangan oleh

aparat dan pejabat terkait (Lihat Winarno, 2007). Dari sisi ini berarti implementasi

kebijakan dapat dilaksanakan dengan berpedoman kepada peraturan yang

mengaturnya dalam pelaksanaan di lapangan (Budiman Rusli, 2010).

Dengan bertumpu pada kebijakan operasional sebagai panduan

implementasi kebijakan, maka efektivitas implementasi kebijakan dapat

dicapainya. Sebuah implementasi kebijakan dapat dikatakan efektif jika jika

tujuan dapat dicapai (Sumaryana, 2009:26). Oleh sebab itu, dalan konteks

Page 5: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

5

Bandung Utara, efektifitas pemanfaatan ruang juga dapat dikatakan efektif jika

program pemanfaatan lahan dapat dilaksanakan, pemanfaatan lahan di hutan

lindung dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku, serta

pemanfaatan lahan budidaya juga dicapai (Sugandhi, 1999).

Faktor Lingkungan

Tidak dapat dipngkiri jika keberhasilan implementasi kebijakan tidak

berdiri sendiri karena terkait dengan beragam kepentingan yang melekat pada

pihak yang terlibat. Sementara itu kepentingan terkait dengan beragam ajaran

yang telah tertanam dalam diri masing-masing pihak yang satu dengan yang

lainnya sering berbenturan (Sumaryana, 2010). Kondisi semacam inilah yang

menyebabkan implementasi kebijakan bisa menjadi sulit sehingga hasil

perumusan bisa berbeda jauh tatkala telah diimplementasikan..

Ibarat sistem terbuka, implementasi kebijakan terkait dengan aktor yang

satu dengan lainnya juga memiliki lingkungannya masing-masing. Dalam

perkembangannya, administrasi publik mulai meninggalkan paradigma sistem

tertutup menuju sistem terbuka. Paradigma semacam itu dibangun atas respons

organisasi terhadap lingkungannya. Keban (2008: 183-184) mengggambarkanya

sebagai berikut :

Sistem tertutup menggambarkan interaksi yang terbatas dari suatu organisasi terhadap lingkungannya, dan apa yang dikerjakan organisasi tersebut hampir tidak tergantung kepada dinamika lingkungan. Sebaliknya paradigma sistem terbuka menggambarkan interkasi yang begitu intensif antara suatu organisasi dengan lingkungannya sehingga apa yang dikerjakan oleh organisasi sangat didikte oleh lingkungannya. Robbins (1994:15-19) mengemukakan ciri sistem terbuka yang terdiri dari

input, proses transformasi, dan output. Dalam konteks tersebut, terdapat

kesadaran lingkungan yang memiliki ketergantungan satu dengan lainnya.

Page 6: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

6

Dampaknya, terdapat feedback sehingga organisasi senantiasa melakukan

perbaikan diri atas hubungannya dengan lingkungan. Dengan perbaikan yang

kontinyu, organisasi semakin bisa adaptasi dengan lingkungannya sehingga

eksistensi dirinya bisa terus dikembangkan.

Dalam kaitannya dengan lingkungan, Stephen P. Robbins (1994:226-229)

membagi lingkungan menjadi dua kelompok, yakni (1) lingkungan umum dengan

(2) lingkungan khusus. Pendapatnya, lingkungan umum yang memiliki dampak

terhadap organisasi yang tidak jelas dirasakannya, sementara yang khusus

meliputi banyak komponen seperti pelanggan, pemasok, pesaing, pemerintah,

serikat pekerja, dan juga kelompok penekan. Alam kaitan ini Salusu (2000:323)

lebih terfokus kepada lingkungan khusunya Robbins sehingga membaginya

menjadi dua. Pertama lingkungan kerja (task environment) yang dianggap

berpengaruh langsung terhadap organisasi, dan societal environment yang lebih

bersifat umum dan tidak mempengaruhi langsung.

Dalam konteks lingkungan sosial organisasi publik, khususnya dalam

birokrasi pemerintahan, interaksi dengan lingkungan khususnya lingkungan

sosial, dapat menjadi pemikiran bersama. Keban (2008:184) mengambil pendapat

Allison yang menyatakan bahwa banyaknya pemain diluar birokrasi dalam bentuk

negosiasi dan tawar menawar menunjukkan bahwa lingkungan begitu

berpengaruh. Demikian halnya pendapat Wilson (1989) bahwa apa yang

dilakukan oleh instansi pemerintah sebenarnya ditentukan dari luar.

Keban (2008) menguraikan bahwa pengaruh lingkungan berasal dari

stakeholder. Dijelaskan Keban sebagai berikut :

suatu organisasi merupakan suatu sistem sosial yang antara lain merupakan (1) kumpulan stakeholder internal dan eksternal; (2) setiap

Page 7: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

7

stakeholder bersifat khas, berbeda satu dengan yang lain; (3) yang memiliki network antara satu dengan yang lain; (4) perubahan strategi akan mengubah hubungan stakeholder; (5) hubungan antara setiap stakeholders bisa bersifat komando, persuasif, tawar menawar, negosiasi, sharing atau debat, dsb; (6)kondisi suatu organisasi terakhir merupakan gambaran dari hubungan terakhir dengan stakeholdernya Kondisi seperti diuraikan Mitrof dalam Keban menyuratkan bahwa

keberhasilan organisasi publik tidak lepas dari hubungan interaktif dengan

lingkungan sosialnya. Kegagalan mengadopsi kepentingan sosial sama saja

dengan mengabaikan kepentingan sebagian besar stakeholdernya. Dengan

demikian, akan banyak kebijakan yang tidak dapat dijalankan dalam pelaksanaan

tugasnya sebagai public service. Untuk itu komponen lingkungan mesti mendapat

perhatian serius dari aktor publik agar menjadi bahan pertimbangan dan menjadi

bagian dari proses pengambilan keputusan.

Sumaryana (2010) memberikan ilustrasi bahwa lambannya banyak

aktivitas publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat

menunjukkan adanya pengabaian terhadap lingkungan sosial yang dinamis dan

kritis. Peningkatan pendidikan warga masyarakat memberikan kontribusi besar

bagi peningkatan pengetahuan dan keberanian penerima pelayanan yang perlu

direspon pelaksana kebijakan. Diskriminasi pelayanan antara satu kelompok

masyarakat dengan yang lainnya bisa berdampak buruk terhadap kelangsungan

hidup organisasi publik. Oleh sebab itu edukasi ini perlu mengubah pola

komunikasi perangkat pemerintah dengan masyarakat terkait sebagai

stakeholdernya.

Berkaitan dengan hal diatas, perlu dipilah lingkungan yang ada agar bisa

dikaji lebih lanjut. Anderson (2006: 40) membagi lingkungan kedalam sumber

daya alam, tophografi dan sebagainya seperti dinyatakannya bahwa

Page 8: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

8

The environment, boardly viewed, includes geographic characteristic, such climate, natural resources, and tophography, demography variabels such as population size, age distributionsracial composition, and spatial location, political culture, social structure, or class system and the economic system. Pandangan Anderson memperbincangkan ras yang menjadi penting dalam

dinamika kehidupan seperti itu., khususnya dalam public policy making. Dalam

konteks implementasi kebijakan, Kast (1981:134) berpandangan, bila pelaksana

kebijakan menerima informasi dari lingkungan tersebut, baik berupa kondisi

empirik maupun kepentingan yang yang dimiliki oleh pemberi informasi.

Beragam informasi yang diterima dari lingkungan bisa dalam konteks hubungan

kerja ataupun hubungan sosial. Dalam hubungan sosial, informasi tersebut bisa

datang dari lingkungan terdekat dimana pejabat atayupun pelaksana kebijakan

berada sehingga pelaksanaan kebijakan bisa tidak lagi relevan dengan yang telah

digariskan.

Gambaran ini menunjukkan bahwa pelaksana kebijakan terkait dengan

beberapa pihak yang berada dalam lingkungan sosial. Dengan merinci lingkungan

sosial yang ada, tampaknya pandangan Kast berkaitan dengan studi sbelumnya

pada wilayah yang sama. Firmansyah (2006) menuliskan dalam disertasinya jika

pengaruh rencana tata ruang berkaitan dengan faktor manusia yang berada di

sekitar lokasi pelaksaan kebijakan tersebut. Manusia semacam itu menjadi bagian

dari lingkungan sosial sehingga menjadi perlu untuk ditelusuri interaksinya

dengan pelaksana kebijakan.

Untuk memudahkan penelusuran lingkungan sosial, digunakan

dimensi yang terdapat dalam Kast. (1981:131) yang terdiri dari :

(1) Budaya memiliki nilai, ideologi dan norma. Perkembangan

ataupun perubahan nilai dan norma yang dipatuhi bisa disebabkan

Page 9: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

9

oleh perkembangan kebutuhan serta upaya pemenuhannya.

Pandangan ini hampir sama dengan pandangan Dananjaya (1986)

yan menyebutkan nilai dengan kebutuhan senantiasa berada pada

kutub yang berbeda sehingga prilaku merupakan hasil pemilihan

dari kedua kutub tersebut.

(2) Teknologi bertumpu pada ketersediaan akses teknologi dengan

berbagai fasilitas pendukungnya. Faktor ini bisa menyebabkan

peningkatan kebutuhan selain meningkatnya pengetahuan dan

informasi. Dalam perjalanannya, teknologi yang dipandang

sebagai bebas nilai, bisa memberikan kontribusi dalam perubahan

nilai yang ada. Aksesibilitas orang terhadap perkembangan

teknologi dapat menyebabkan nilai berubah, prilaku pun secara

berangsur dapat berubah pula (Sumaryana, 2010).

(3) Pendidikan bisa menunjukkan peningkatan dinamika berpikir dan

keahlian. Dapat dipersepsikan bahwa pendidikan dijadikan

sebagai indikator tingkat kehidupan sosial. Oleh sebab itu,

kebanyakan orang merasa bangga ketika dapat menempuh

pendidikan lebih tinggi. Bahkan untuk menapaki karir pun

jenjang pendidikan lebih tinggi menjadi diperlukan. Kast

membenarkan bahwa pendidikan bertumpu pada keahlian dan

keterampilan. Oleh sebab itu, pendidikan dan latihan pun dapat

masuk dalam kategori pendidikan kendati tidak menimbulkan

civil effect.

Page 10: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

10

(4) Politik berkaitan dengan perolehan kekuasaan. Jabatan berkaitan

dengan kekuasaan juga dapat dijadikan indikator dunia dalam

kehidupan kesundaan : harta, tahta dan wanita2. Dalam konteks

sunda, harta merupakan sasaran yang pertama kali akan

diusahakan untuk bisa diraih, setelah itu barulah kekuasaan.

(5) Hukum atau Peraturan yang mengatur dan mengarahkan

kehidupan masyarakat dan aparat. Hukum yang memihak akan

dirasakan sebagai diskriminasi yang mengundang kritik. Pejabat

yang semestinya menegakkan aturan namun kemudian

melanggarnya akan memengaruhi kewibawaannya didepan

masyarakat yang dipimpinnya. Anderson dalam Islamy (1994:

19), menjelaskan tentang hal yang spesifik dari kebijakan publik

dari sudut implikasi yang disebabkannya, yaitu :bahwa kebijakan

pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan

atau selalu dilandaskan pada peraturan-peraturan perundang-

undangan yang bersifat memaksa (otoritatif). Oleh sebab itu,

konsistensi dalam menjalankan aturan sebagaimana dikemukakan

Edwards III (1980) tampaknya berkaitan dengan kewibawaan dan

kepercayaan masyarakat terhadap pejabat.

(6) Sumber daya alam, dianggap sebagai komponen lingkungan

sosial sebab manusia hidup beradaptasi dengan lingkungannya.

Ketika lingkungan sekitarnya hutan, maka kehidupan masyarakat

didalamnya akan memanfaatkan dan mengikuti irama kehidupan

2 Harta=kekayaan; tahta=kekuasaan/jabatan; dan wanita side effect keduanya.

Page 11: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

11

sumber daya yang ada didalamnya, demikian halnya dengan laut.

Oleh sebab itu, orang pegunungan tidak akan merusak kehidupan

yang ada di hutan karena darinya mereka hidup. Ketika hutan

menjadi rusak dan diganggu, kemungkinanannya, pengganggu

tersebut bukan orang setempat yang memiliki keterikatan

emosional dengan lingkungan tersebut.

(7) Penduduk tampaknya bisa memengaruhi perubahan yang terjadi.

Populasi penduduk dengan pertumbuhan yang cukup tinggi,

mortalitas, natalitas dan migrasi secara otomatis akan menuntut

penyediaan lahan yang memadai. Tidak mengherankan ketika

banyak lahan yang ada di kota Bandung digunakan sebagai

permukiman penduduk.

(8) Hubungan sosial seringkali diwarnai oleh kependudukan serta

kepentingan lainnya. Hubungan sesama bisa erat ataupun

renggang sesuai dengan kepentingan yang terus berkembang.

Yehezkel dalam Thoha (1984: 103) menganggap penting untuk

mengetahui semua preferensi nilai-nilai dalam masyarakat dan

tekanan kecenderungannya.

(9) Perekonomian yang didalamnya mencakup karakteristik

konsumsi, investasi serta sistem perbankan. Bisa jadi

pertumbuhan ekonomi akibat dari investasi yang demikian

banyak, sebaliknya tingkat investasi yang tinggi dapat

memajukan perekonomian negara maupun masyarakat.

Pengangguran dapat diminimalisir serta income dapat

Page 12: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

12

ditingkatkan. Bahkan dengan pertumbuhan yang baik,

kriminalitas dapat semakin dieliminasi. Namun dengan

pertumbuhan ekonomi ini dapat juga mengundang banyak

tawaran konsumsi yang memungkinkan income tersebut

disita habis oleh konsumsi. Kesembilan faktor diatas

merupakan faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap

implementasi RTRW khususnya di wilayah Bandung Utara.

Dalam kaitan ini, kesembilan faktor tersebut melekat

menjadi satu sebagai dimensi dalam lingkungan sosial.

Dengan demikian hipotesis yang dibangun adalah terdapat pengaruh

lingkungan sosial terhadap efektivitas implementasi kebijakan RTRW di wilayah

Bandung Utara;

Metode

Metode yang digunakan adalah eksplanatory survey. Dengan cara ini

diharapkan dapat mengungkap besarnya pengaruh dari masing-masing faktor yang

ada dalam lingkungan sosial terhadap implementasi kebijakan RTRW di kota

Bandung. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini terdiri atas variabel

lingkungan sosial sebagai variabel bebas (independent variable) dengan simbol

X, dan implementasi RTRW sebagai variabel terikat (dependent variable) dengan

simbol Y. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel terikat. Variabel bebas merupakan pula variabel yang

mempengaruhi variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Page 13: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

13

Untuk menelusuri pengaruh tersebut, seluruh pejabat dan aparat kota

Bandung yang menjadi implementor RTRW menjadi sasaran penelitian. Terdapat

sejumlah pejabat dan aparat yang terkait dengan implementasi RTRW. Pejabat

dan aparat tersebut tergabung dalam beberapa instansi terkait, yakni BPLH, Dinas

Tata Ruang dan Cipta Karya, Bappeda. Dalam kaitannya dengan wilayah

Bandung Utara yang diteliti, terdapat juga pejabat dan aparat kewilayahan yang

berada di :

1. kecamatan Sukasari;

2. kecamatan Cidadap;

3. kecamatan Coblong,

4. kecamatan Cibeunying Kaler;

5. kecamatan Cibiru

dari sejumlah instansi tersebut diatas, dapat dipetakan jumlah anggota

populasi dengan ukuran sample yang diambil dengan cara proporsional

random sapling sehingga tergambar seperti pada tabel berikut :

Responden Populasi Sampel

Bappeda kota Bandung 107 orang 18 orang

Badan Pengelola Lingkungan Hidup kota Bandung 56 orang 9 orang

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya kota

Bandung

439 orang 73 orang

Dinas Pertamanan Kota Bandung 76 orang 13 orang

Kecamatan 30 orang 5 orang

Kelurahan 90 orang 15 orang

Page 14: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

14

Total 798 orang 133 orang

Kepada seluruh responden disebarkan kuesioner yang berkaitan

dengan persoalan lingkungan sosial yang dibagi kedalam budaya,

teknologi, pendidikan, politik dan sebagainya. Seluruh pertanyaan yang

terkait dengan lingkungan sosial berjumlah 44 butir pertanyaan. Untuk

menentukan validitas kuesioner dilakukan uji validitas instrumen

penelitian, untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan

mampu mengukur objek yang diukurnya. Sebuah alat ukur dikatakan

valid apabila alat tersebut mampu mengukur obyek yang diukurnya

(Friedenberg, 1995 : 177 -255).

Dengan analisis regresi dapat dipetakan hubungan kedua variabel

sebagai berikut :

Page 15: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

15

kata lain bahwa objek yang nilainya kurang baik akan memperoleh

nilai rendah (xr), sedangkan objek yang baik akan memperoleh nilai tinggi

(Xt) , dimana nilainya dihitung dengan cara sebagai berikut :

Indeks Validitas : I V = ( x i t – x i r ) / n t

Indeks Kesukaran Pertanyaan : I K P = 1- x i t – x i r / n t

X1.1

X1.2

X1.3

X1.4

X1.5

X1.6

X1.7

X1.8

X1.9

X Y

Page 16: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

16

Harus diperhatikan nilai Indeks Validitas IV yang bernilai nol atau

negatif, nilai ini yang menyatakan bahwa pertanyaan tersebut tidak valid.

Untuk nilai indeks validitas nol atau negatif, perhatikan Indeks

Kesukaran Pertanyaannya (IKP) apabila IKP 0,5, maka pertanyaan

terebut terlalu sulit, jika nilai IKP 0,5 pertanyaan terlalu mudah, dan bila

nilai IKP 0,5 responden cenderung menebak-nebak untuk pertanyaan

tersebut.

Hasil Penelitian

Secara deskriptif, hasil yang diperoleh dari indikator lingkungan sosial (X)

cukup signifikan. Hampir semua indikator tersebut mendapat kesepakatan dari

responden dengan skor lebih dari 75% berdasarkan pertanyaan yang disebarkan

dalam kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam tabel berikut :

TABEL I : INDIKATOR LINGKUNGAN SOSIAL

NO Indikator Total Skor (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Budaya

Teknologi

Pendidikan

Politik

Hukum

Sumber daya alam

Penduduk

Hubungan Sosial

Ekonomi

86,4

86,2

77,0

80,8

85,9

88,2

84,1

86,3

76,1

Page 17: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

17

Persentase dalam tabel diatas menunjukkan tingkat kesepakatan atas

kesembilan komponen dalam lingkungan sosial dari seluruh responden yang

ditanyai. Tingginya tingkat persentase menunjukkan adanya kekuatan komponen

tersebut sebagai pemengaruh dalam prilaku manusia. Terkait dengan implementor

kebijakan, responden yang berstatus PNS memberikan kesepakatan tinggi jika

semuanya memiliki pengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijakan.

Tanpa kesembilan komponen tersebut, pelaksanaan kebijakan bisa sangat sulit

dijalankan leh siapapun. Dengan demikian, agar keberhasilan kebijakan dapat

ditunaikan dengan baik, maka perhatian terhadapkesembilan komponen menjadi

penting dilaksanakan oleh pemerintah.

TABEL 2 : INDIKATOR PEMANFAATAN RUANG

NO Indikator Total Skor (%)

1

2

3

Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan Ruang di Kawasan Lindung

Pemanfaatan Ruang di Kawasan Budi Daya

73,7

74,5

83,6

Dalam hal Pemanfaatan Ruang responden pun memberikan kesepakatan

tinggi terhadap komponen tiga komponen yang ada. Dengan persentase seperti

dalam tabel dua, maka ktiga komponen dipercaya responden sebagai ruang yang

senantiasa dimanfaatkan untuk banyak kepentingan dan tujuan. Hal demikian

terkait dengan semakin bertambahnya populasi penduduk yang membutuhkan

ruang untuk kepentingannya. Dampaknya, pemanfaatan ruang dalam ketiganya

semakin meluas dan sulit dikendalikan. Responden juga menyepakati jika hal

Page 18: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

18

demikian terkait dengan lingkungan sosial dengan seluruh komponennya yang

ada. Oleh sebab itu menjadi menarik untuk diketahui lebih jauh mengenai besaran

masing-masing dalam hitungan statistik.

Secara statistik hasil perhitungannya dapat ditampilkan dalam gambar

berikut :

Secara statistik tidak semua memiliki kekuatan pengaruh yang sama

sebagai lingkungan sosial. Komponen ekonomi ternyata memiliki kekuatan

lebih rendah dari kedelapan komponen lainnya. Dengan demikian bila

dirangkingkan, sumber daya alam memiliki rangking tertinggi sebagai

lingkungan sosial. Konteksnya, jika manusia senantiasa terkait dengan komponen

X Y

Page 19: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

19

yang satu ini. Karena t tabelnya (0,670) lebih rendah dari t hitung (12,950) maka

pengaruh lingkungan sosial terhadap pemanfaatan ruang cukup significan. Dari

sisi ini, maka pengaruh lingkungan sosial terhadap efektivitas pemanfaatan ruang,

secara statistik dapat diterima.

Pembahasan

Lingkungan sosial tersusun dari sembilan indikator dimana setiap

indikator terdiri dari beberapa item yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya

serta disimpulkan valid dan reliable. Keseleuruhan indikator yang dimunculkan

memiliki kekuatan yang signifikan berdasarkan Tabel I mengenai lignkungan

sosial. Dari perhitungan statistik juga tampak, bahwa komponen lingkungan

tersebut memiliki nilai cukup penting untuk mendapat perhatian dari seluruh

pemangku kepentingan. Hal demikian dapat dikaitkan jika pelaksanaan kebijakan

memerlukan penelurusuran dari sisi yang satu ini. Rusli (2000) telah mendorong

untuk mengkaji penelitian dari sisi lingkungan, kendati yang bersangkutan tidak

mengkajinya secara khusus. Demikian halnya Raharjo (2007) memperkirakan jika

partidsipasi masyarakat pun terkait dengan lingkungan yang terkait dalam

penyusunan perencaan tata ruang di wilayah yang sama.

Dari hasil penelitian Rianawati (2004) gangguan yang muncul dalam

pengembalian fungsi hidrologis di kawasan kota kesulitannya terletak pada

kekuatan yang melingkungi pemilik rumah dan lahan yang ada disana. Kondisi

seperti itu menyulitkan perbaikan fungsi hidrologis sehingga menyebabkan

kerusakan lingkungan semakin berkembang. Kekuatan yang melingkungi tersebut

merupakan lingkungan sosial yang perlu ditelusuri lebih jauh agar dapat diketahui

dan dicarikan solusinya agar kerusakan lingkungan dapat diatasi.

Page 20: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

20

Disertasi Frimansyah (2006) menyiratkan persoalan lingkungan dalam

implementasi kebijakan tata ruang di Jawa Barat. Kesulitan menunaikan

kewajiban publik terkait dengan ketidaktegasan aparat pelaksana dalam

melaksanakan tugasnya. Persoalan lingkungan yang mengelilingi aparat pelaksana

disinyalir sebagai faktor penting yang belum diteliti yang bersangkutan secara

mendalam. Oleh sebab itu, dimensi yang berkaitan dengan beberapa kajian

sebelumnya dijadikan bahan penelitian yang dilakukan penulis seperti ditampilkan

pada tabel diatas.

Persoalan yang terkait dengan lingkungan sosial diperoleh dari banyak

wawancara dengan responden. Kebiasaan sehari-hari memengaruhi prilaku yang

dijalankan oleh aparat dan juga pejabat. Ajaran untuk rikrik gemi3 semakin sulit

dijalankan sejalan dengan rongrongan beragam barang dan jasa yang

menghampiri hampir banyak pejabat dan aparat publik. Kemajuan teknologi yang

ditawarkan oleh banyak pihak merangsang banyak orang untuk memiliki barang

yang berteknologi maju sehingga melalui kepemilikan barang tersebut orang

semakin dimanjakan. Aparat dan pejabat publik juga banyak yang kemudian

tergiur untuk memiliki banyak barang sejenis itu. Kepemilikan barang sejenis itu

tidak hanya memanjakan pemiliknya, namun juga memberikan nilai baru melalui

penggunaan dan manfaat yang diperolehnya. saeutik mahi loba nyesa4 menjadi

semakin tergeser dan banyak aparat dan pejabat menjadi boros. Dari beberapa

wawancara dengan pelaksana kebijakan, kesulitan hidup sering muncul. Keluhan

kurang gaji dengan tingkat kebutuhan yang semakin besar menjadi dominan.

3 Sunda:gemar menabung 4 Sunda: tidak boros

Page 21: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

21

Semangat mengabdi pun seringkali dikalkulasi dengan sejumlah insentif dan

benefit yang diterima.

Dari pendapat dan persepsi aparat/pejabat pelaksana kebijakan, kebutuhan

diatas mendorong perubahan prilaku dan persepsi terhadap tugas. Dengan standar

gaji PNS yang masih dinaikan untuk ”sekedar” adaptif dengan kenaikan harga,

menjadi sulit untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat sejalan dengan

pertambahan kepemilikan barang yang berkaitan dengan teknologi yang

diperlukan. Dengan demikian teknologi tidak hanya mempermudah pekerjaan

dalam pelaksanaan tugas publik, namun juga mendorong peningkatan kebutuhan

pribadi tatkala teknologi tertentu melekat pada barang yang diperlukan

individunya. Akibatnya, tingkat kebutuhan bisa semakin besar dan melampaui

gaji yang diperolehnya.

Tatkala kebutuhan yang terus meningkat sejalan dengan konsumsi produk

barang dan jasa berteknologi, maka secara akumulatif akan memengaruhi upaya

pencarian tambahan penerimaan para aparat dan pejabat publik. Upaya keras ini

berdampak pada tingkat kepatuhan terhadap aturan yang berlaku yangsemakin

berkurang. Demikian halnya kerusakan lingkungan dan pelanggaran RTRW serta

kegagalan banyak program pembangunan seperti dirisaukan oleh Rusli (2000),

Riianawati (2004), Firmansyah (2006), Raharjo (2007) terkait dengan semakin

besarnya tingkat kebutuhan yang perlu dipenuhi aparat dan pejabat terkait.

Kebutuhan semacam itu, bisa saja dibisikkan oleh lingkungan sosialnya, atau bisa

juga karena ”rasa bersalah” aparat dan pejabat terhadap orang-orang dekat di

sekitarnya.

Page 22: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

22

Kebiasaan baik atau buruk yang diawali dari rumah melalui ajaran kedua

orangtuanya semakin bergeser di lapangan. Kekuatan kepala keluarga menjadi

penting untuk menentukan arah kebiasaan di rumahtangganya agar tidak terjadi

benturan nilai keduanya. Hanya saja dalam kondisi terdesak oleh kebutuhan,

kendali bergeser kepada pemenuhan kebutuhan ketimbang mengatur kebutuhan

agar sesuai dengan kapasitas pendapatan rutinnya. Ketidakmampuan mengatasi

kebutuhan seperti diatas, akan mengganggu integritas kerjanya sebagai pelayan

publik.

Kondisi diatas juga berkaitan dengan pendidikan sekolah dan keluarga

yang mesti steril dari gangguan materialisme. Secara umum responden

menyatakan bahwa sekolah adalah tempat mengajarkan nilai, dan sekolah juga

menjadi tempat pendidikan yang dinilai lebih penting dari pendidikan di keluarga.

Kondisi ini menjadi memprihatinkan karena fungsi sekolah semakin tinggi

dibandingkan fungsi keluarga. Disamping kesibukan orangtua dalam keluarga

yang sering berada diluar rumah, sekolah sudah menjadi andalan pendidikan

formal yang dianggap sanggup mendidik anak yang dititipkan. Dampaknya,

bargaining position sekolah bisa lebih tinggi daripada sebelumnya. Didorong oleh

tekanan kebutuhan yang datang dari peredaran barang dan jasa berteknologi, guru

pun tidak lepas dari tekanan kebutuhan semacam diatas. Tidak heran jika

komersialisasi sekolah dilakukan oleh oknum guru yang silau oleh peluang

memperoleh pendapatan berlebih..

Dari gambaran diatas, dapat dikatakan jika sekolah lebih bertumpu pada

pnyebaran ilmu pengetahuan dengan waktu yang terbatas, sementara keluarga dan

masyarakat mematangkan persoalan moral. Kondisi demikian tidak berjalan

Page 23: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

23

secara berimbang sehingga aktivitas pendidikan seringkali diterjemahkan dengan

biaya yang perlu dipenuhi. Dengan demikian, pendidikan bisa identik dengan

sejumlah biaya yang perlu dipenuhi oleh orangtua. Sejumlah responden mengakui

jika sedang terjadi gambling antara biaya dengan prilaku anak. Semakin besar

biaya dikeluarkan untuk sekolah bisa semakin terkendali prilaku anak melalui full

day school, hanya saja tidak semua orangtua mampu memenuhinya.

Sebagai PNS, aparat dan pejabat memiliki posisi yang semakin sulit,

tuntutan kebutuhan terus meningkat smentara pemenuhan kebutuhannya tidak

sejalan. Disamping kebutuhan pokok, juga kebutuhan anak sekolah serta tekanan

dari kehendak politik dari pihak terkait yang ada di lembaganya. Kondisi ini

menyebabkan konsistensi pelaksanaan tugas menjadi sulit dilaksanakan.

kewajiban itu melekat pada pelaksanaan fungsinya sebagai pelayan publik. Hanya

saja dalam pelaksanaannya, terdapat benturan antara keinginan pejabat lembaga

publik dengan haknya sebagai pribadi. Dalam menentukan pemimpin bangsa atau

daerah, seringkali tidak mudah bersikap netral, ada nuansa kepentingan internal

lembaga publik yang menuntut loyalitas dari anggotanya. Kepatuhan seperti itu

bisa tidak berkaitan dengan kepesatan karir, namun pembangkakangannya justru

bisa menjadi malapetaka.

Penegakan hukum atas kebijakan yang harus dijalankan masih perlu

perjuangan bersama. Setidaknya kondisi kehidupan yang sudah brgeser seperti

diuraikan diatas, terkait dengan kapasitas penegak hukum. Penngkatan kapasitas

akademik melalui pendidikan lanjutan dapat tidak berpengaruh significan tatkala

desakan kebutuhan yang melanda keluarganya semakin besar. Yang mungkin

terjadi adalah kemungkinan semakin terbukanya untuk memperdayai hukum itu

Page 24: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

24

sendiri untuk kepentingan pribadinya. Kondisi ini membuka pelanggaran hukum

bisa semakin besar, baik yang dilakukan aparat penegak hukum maupun oleh

pihak lain yang dipertukarkan dengan material oleh penegak hukum. Beragam

persoalan hukum yang menyeret pejabat publik sering menjadi bukti jika hukum

masih belum jadi panglima. Bahkan tatkala terjerat hkum pun, banyak pejabat

justru menikmati fasilitas berlebih di tempat yang semestinya dianggap sebagai

media hukuman yang tidak menyenangkan

Kondisi lingkungan terdekat aparat dan pejabat mendorong eksploitasi

besar-besaran lingkungan alam kendati pemahaman akan habisnya kekayaan suatu

ketika nanti masih dipercaya. Hanya saja saling tuding sebagai penyebab

kerusakan tersebut terus berjalan sambil terus menjual lokasi yang diperuntukkan

bagi hutan lindung melalui perijinan. Pandangan semacam diatas, mendorong

penggunaan lahan yang dijadikan wilayah konservasi air terus berlanjut. Dengan

demikian banyak pihak yang menghendaki tinggal di wilayah yang kesejukan dan

kenyamannya terjamin dapat diakomodasikan tanpa kendali yang berarti. Melalui

pembayaran dengan jumlah dana tertentu, ijin dapat dikeluarkan untuk

membangun lahan yang berada di wilayah terlarang pun melalui oknum aparat

ataupun pejabat. Dengan perolahan dana semacam itu, kebutuhan oknum dapat

dipenuhi lebih memadai. Dampaknya, kerusakan ruang di wilayah terlarang di

kota Bandung terus melebar.

Sebagai asset Negara penduduk pun menjadi lingkungan sosial yang tidak

kalah pentingnya. Implementasi kebijakan menjadi lancar ataupun terganggu

tatkala mereka berada pada posisi terjepit atau merasa telah menunaikan

kewajibannya. Tidak jarang penduduk yang berani menantang aparat dan pejabat

Page 25: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

25

sambil membawa golok tatkala dilakukan penertiban di wilayah resapan air bukan

pemandangan langka. Ketidak-berdayaan aparat dan pejabat terletak pada

kenekadan penduduk tertentu untuk mempertahankan tempat tinggalnya yang

dihuni turun temurun. Ukuran kaya dan miskin seringkali diasumsikan dengan

kemampuan membayar sejumlah dana kepada oknum pejabat dan aparat guna

memperoleh ijin membangun di tempat terlarang. Disamping itu, prilaku oknum

aparat yang memberikan ijin kepada pihak lain di wilayah yang sama menjadi

jualan penduduk untuk diperlakukan adil. Dengan kekayaannya, tebing dan hutan

diubah menjadi tempat tinggalnya. Kondisi ini mungkin tidak terlalu mengganggu

jika kemampuan aparat untuk tidak tergoda materi cukup memadai.

Daya tarik kota Bandung menyebabkan banyaknya penduduk dari luar

kota berdatangan untuk banyak alasan. Jika dikaitkan dengan UU 32/2004, maka

penduduk suatu kabupaten kota merupakan tanggung jawab pemerintahnya.

Semestinya, perpindahan penduduk ini disikapi bersama oleh seluruh pemerintah

daerah yang menjadi sumber penduduk itu sendiri. Dengan kesamaan sikap atas

perpindahan tersebut, kota Bandung tidak kelebihan penduduk yang berdampak

pada kelebihan penggunaan sarana dan prasarana kota serta penyempitan ruang

terbuka yang diperlukan. Disamping itu, mudahnya memperoleh status penduduk

di kota Bandung, tidak lepas dari prilakuoknum aparat dan pejabat yang

membantu dengan sejumlah uang pelicin yang disiapkan pendatang. Kondisi ini

memicu pula kesenjangan sosial-ekonomi antar orang serta mempercepat

terjadinya gesekan sosial dan meningkatnya tingkat kejahatan. Tindakan keliru

tersebut berjalan melalui percaloan tanda penduduk (KK/KTP) yang secara

Page 26: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

26

pribadi menghasilkan uang, namun secara kewilayahan berdampak kerusakan dan

persoalan baru.

Pergeseran dalam pelaksanaan kebijakan diatas terkait pula dengan

hubungan sosial yang dipersepsikan sebagai hubungan material. Keeratan sosial

sudah mulai ditentukan oleh kepemilikan material yang prestisius. Dampaknya

orang yang memiliki mobil bagus dapat penghormatan lebih ketimbang yang

sebaliknya. Kondisi ini mendorong orang memiliki materi yang bisa mendongkrak

status sosialnya. Hal yang sama juga dialami oleh banyak aparat dan pejabat

sehingga tidak sedikit yang mencoba memiliki simbol materi yang mendongkrak

status sosialnya. Kondisi ini, menyiratkan jika pengkelasan dalam hubungan

sosial sudah terbangun dengan sendirinya. Dalam pekerjaan di kantor pun sudah

ada jarak dalam jabatan seperti “basah” dengan “kering” yang berujung perbedaan

pendapatan dan status sosial. Selain kendaraan yang bagus dan baru, banyak pula

pejabat dan aparat yang mencoba memiliki rumah bagus kendati untuk

memperoleh penghargaan dari sesama dalam hubungan sosial-ekonomi kendat

utnuk itu komersialisasi jabatan menjadi inheren.

Lingkungan sosial diatas, tidak dapat dilepaskan dengan ketidak-efektifan

implementasi kebijakan. Pemanfaatan ruang yang diatur Perda kota Bandung No

2/2004 tentang RTRW dan Perda No 3/2006 tentang Perubahan Perda No 2/2004

menjadi terganggu. Kendati ada koordinasi antar instansi terkait dalam

pemanfaatan ruang, namun ruang terbuka hijau di wilayah Utara Bandung terus

menyusut. Dengan demikian kesepakatan akan ketiga indikator pemanfaatan

ruang berkaitan dengan penyempitan dan kerusakan ruang di ketiga indikator

diatas. Hal ini menunjukkan jika lingkungan sosial memiliki pengaruh yang

Page 27: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

27

signifikan atas menurunnya dqya dukung lingkungan sekaligus gagalnya

implementasi kebijakan yang sesuai dengan harapan untuk mengendalikan

lingkungan di wilayah Bandung Utara.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang penulis lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa lingkungan sosial memiliki pengaruh terhadap implementasi

kebijakan. Dalam konteks implementasi kebijakan di Utara kota Bandung

kesulitan melaksanakan tugas tampak menonjol apalagi jika aparat penegak

kebijakan berhadapan dengan penduduk penguasa lahan. Kerusakan lingkungan

pun menjadi besar tatkala sumber daya alam semakin menipis dan rusak.

Disamping itu, dapat ditemukan jika keluarga pejabat tertentu berkontribusi

terhadap implementasi kebijakan. Aparat menjadi sulit menegakkan aturan tatkala

penguasa lahan disana adalah keluarga pejabat, baik sipil maupun militer.

Komersialiasi pelayanan oleh aparat dan pejabat tidak lepas dari

lingkungan sosial yang mengitarinya sehingga melemahnya nilai yang harus

dijunjung serta menguatnya tekanan kebutuhan yang melanda lingkungan terdekat

aparat dan pejabat memperkokoh dorongan untuk mengkomersialkan pelayanan

tersebut. Desakan keluarga, kerabat dan sahabat dalam interaksi dengan

aparat/pejabat mendorongnya untuk mencoba mengakomodasi semua kepentingan

tersebut sekaligus memenuhi kebutuhan yang dirasakan semakin menguat.

Menguatnya kebutuhan tidak lepas dari pola konsumsi lingkungan terdekat

akan barang dan jasa yang ditawarkan secara bebas dan mudah. Barang elektronik

menjadi pendorong melunturnya budaya dan pendidikan yang baik. Melalui

barang semacam ini, kebutuhan semakin meningkat sejalan dengan ukuran

Page 28: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

28

prestise yang senantiasa diukur melalui kepemilikan barang semacam itu.

Dampaknya, aparat/pejabat mencoba memenuhi kebutuhan lingkungan

terdekatnya agar dianggap mampu membahagiakan keluarganya. Tanpa sadar

bahwa kepemilikan barang semacam itu mendorong kehendak memiliki barang

yang lebih prestisius sehingga tingkat pengeluarannya semakin besar. Kondisi ini

menyebabkan upaya untuk mendapatkan dana semakin besar pula. Hanya saja

tidak semua aparat/pejabat sanggup mencari tambahan penghasilan, kecuali

dengan memainkan kebijakan yang semestinya dijaga dan dijalankan.

Komersialisasi jabatan dan pelayanan publik terkait erat dengan upaya

memenuhi kebutuhan yang dipengaruhi lingkungan sosialnya. Pendidikan yang

awalnya dipercaya menjadi katup pengaman dalam implementasi kebijakan, tidak

dapat menjalankan fungsinya ketika keluarga sudah memercayakan pendidikan

kepada sekolah. Sayangnya, guru pun terkontaminasi oleh desakan kebutuhan

yang terus membengkak sehingga biaya pendidikan semakin besar dan harus

ditanggung orangtua siswa. Kondisi ini menyebabkan pengeluaran aparat/pejabat

yang memiliki anak sekolah menjadisemakin besar pula. Akibatnya, materialisme

semakin menguat yang berdampak pada terbukanya peluang mengkomersilkan

jabatan dan kekuasaan. Kondisi tersebut menyebabkan lahan yang dijaga bisa

dialihfungsikan untuk kepentingan lain oleh pemilik kapital. .Untuk

mengembalikan agar implementasi kebijakan pemanfaatan ruang dapat

dijalankan, materialisme di lingkungan sosial aparat dan pejabat perlu mendapat

perhatian. Kehadiran institusi Dharma Wanita menjadi penting untuk

diberdayakan kearah kontrol agar pejabat dan aparat mampu menegakkan

kebijakan tersebut serta menurunkan derajat komersialisme dari aparat terkait. Hal

Page 29: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

29

lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah kemampuannya menurunkan

kehidupan materialisme agar pengabdian menjadi prilaku utama ketimbang

komersialisasi jabatan.

Daftar Rujukan

Anderson. 2006. Public Policymaking, An Introduction. Six Edition. Wadworth. Budiman Rusli, 2000. Pola Kebijakan Publik Tentang Kerjasama Antar

Pemerintah Kotamadya dan Kabupaten DT II Cirebon Dalam Pembangunan Prasarana Kota Terpadu Cirebon Raya. Disertasi. Bandung : Program Pascasarjana Unpad.

Budiman Rusli. 2010. Kebijakan Renumerasi Berbasis Kinerja. Jurnal llmu

Administrasi Negara 5/2010. Unsub. Firmansyah . 2006. Pengaruh Implementasi Kebijakan Rencana Tata Ruang

Terhadap Efektivitas Pemanfaatan Ruang di Propinsi Jawa Barat . Disertasi. Bandung : Unpad.

Indiahono D. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis.

Yogyakarta: Gava Media. Islamy. I. 1994. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bina

Aksara. Keban Y. 2008. Enam Dimenasi Strategis Administrasi Publik. Yogyakarta :

Gaya Media Kast and Rosenweig. 1981. Organizational and Management. Tokyo: McGraw-

Hill International Book Company. Raharjo S.R. 2007. Pengaruh Perencanaan tata Ruang dan Partisipasi

Masyarakat Terhadap Pengendalian Kawasan Konservasi Bandung Utara. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana-Unpad

Rianawati. 2004. Kajian Teknologi Pengembalian Fungsi Hidrologis Lahan

Perumahan di Kawasan Kota Inti Bandung Raya Utara ( Studi Kasus : Villa Istana Bunga). Bandung :ITB

Robbin. S. 1994. Organizational Behavior (edisi Indonesia). Prentice Hall Inc. Sugandhi. 1999. Penataan Ruang Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama. Sumaryana, A, dkk. 2009. Pengantar llmu Administrasi. Bandung : LP3AN

Page 30: PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP EFEKTIVITAS ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pustaka_unpad... · Alam kaitan ini Salusu ... gambaran dari hubungan terakhir dengan

30

Sumaryana. A. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Jurnal ANE Unpad Edisi I. Sumaryana. 2010. Lingkungan dan Tata Ruang di Bandung Utara. Bandung:

Unpad Press Winarno, B. 2007. Kebijakan Publik, Teori & Proses. Yogyakarta : Media

Pressindo UU No 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah.