Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap...

download Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

of 15

description

Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

Transcript of Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap...

  • 1

    PENGARUH LIKUIDITAS, AUDIT LAG,

    DISCLOSURE, OPINION SHOPPING DAN KEPEMILIKAN

    PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING

    CONCERN

    Puput Anggraini

    Drs. H. Hardi, SH., MM., Ak, CPA

    Edfan Darlis, SE, M.Si., Ak

    Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru

    ABSTRACT

    The financial statements present the financial condition of the company's

    information to be used as a basis for making decisions. Therefore the auditor not

    only assess the fairness of a report or just detect irregularities, but also

    responsible for assessing the company's ability to continue its business activities.

    Going Concern Audit Opinion is an opinion in the auditor's assessment that there

    is substantial doubt about the ability of the company to maintain business

    continuity during a reasonable period of time.

    The aim of this study was to obtain empirical evidence about the influence

    of Liquidity, Audit Lag, Disclosure, Opinion Shopping and Corporate Ownership

    of Income Going Concern Audit Opinion. The sample was selected using

    purposive sampling technique. The population was all Mining and Mining

    Services Companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the

    years 2008-2011. By using the purposive sampling method 13 companies were

    sampled. All data were analyzed with logistic regression using SPSS version 17.0

    The results of this study indicate that Liquidity, Audit Lag, Disclosure and

    Opinion Shopping has a significant influence on the Going Concern Audit

    Opinion. While the Corporate Ownership are Managerial Ownership and

    Institutional Ownership does not significantly influence the Going Concern Audit

    Opinion.

    Keywords: Going Concern Audit Opinion, Audit Lag, Disclosure, Opinion

    Shopping, Corporate Ownership.

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Penelitian

    Saat ini dunia telah menghadapi krisis global yang berkelanjutan, pengaruh

    dari krisis keuangan memiliki peranan penting bagi perusahaan untuk tetap terus

    menjaga kelangsungan usahanya agar dapat terus beroperasi dalam jangka waktu

    yang lama. Krisis keuangan global menunjukkan bahwa krisis keuangan di salah

    satu Negara dapat berimplikasi terhadap negara-negara lain. Apa yang terjadi di

    Amerika Serikat bisa berdampak di Eropa, Indonesia atau bahkan negara-negara

    terbelakang di Afrika sekalipun. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan krisis

    keuangan global ini akan berakhir. Namun yang pasti, krisis keuangan global

    tersebut berdampak terhadap kemampuan perusahaan dalam menjaga

    kelangsungan hidupnya (Purba, 2009:2).

  • 2

    Opini audit going concern yang diberikan auditor menggambarkan kondisi

    internal perusahaan yang sedang bermasalah. Menurut Altman dan McGough (1974) dalam Praptitorini dan Januarti (2007), masalah going concern terbagi dua:

    pertama, masalah keuangan yang meliputi defisiensi likuiditas, defisiensi ekuitas,

    penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana. Kedua, masalah operasi yang

    meliputi kerugian operasi yang terus menerus, prospek pendapatan yang

    meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian yang lemah atas

    operasi.

    Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan)

    perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo

    secara tepat waktu (Widyantari, 2011). Dengan memperhatikan kemampuan

    perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dapat dinilai jika

    perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tersebut sehingga opini

    audit yang diterima atas laporan keuangan perusahaan cenderung merupakan opini

    yang bersih (clean opinion). Namun, jika sebaliknya jika perusahaan mengalami

    kesulitan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendek, akan berakibat

    diragukannya kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Audit lag didefinisikan

    sebagai jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan

    audit. Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering memberikan opini going

    concern ketika laporan audit tertunda lebih lama (McKeown et al, 1991).

    Disclosure atau pengungkapan berhubungan dengan komponen-komponen

    tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan

    semestinya (Mulyadi, 2002:73). Perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit

    informasi akuntansi cenderung menerima opini unqualified dari auditor eksternal

    (Gaganis dan pasiouras, 2007). Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai

    aktivitas mencari Auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang

    diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan (Januarti,

    2009). Tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan.

    Kepemilikan manajerial adalah salah satu bentuk mekanisme corporate

    governance yang bisa menyamakan kepentingan pemilik dan pengelola

    perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam

    perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan

    antara manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004). Kepemilikan

    Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan,

    institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi

    lainnya pada akhir tahun. Dengan kepemilikan perusahaan diharapkan akan ada

    monitoring atau pengawasan terhadap keputusan manajemen, sehingga

    mengurangi potensi kebangkrutan.

    TELAAH PUSTAKA

    Teori Keagenan (agency theory) Teori keagenan (agency theory) menjelaskan perbedaan kepentingan

    antara pemegang saham sebagai pelaku utama (principal) dan manajemen sebagai

    agen. Manajemen sebagai pengelola perusahaan berharap akan memperoleh bonus

    yang besar jika perusahaan menunjukkan laba yang besar pada akhir tahun. Oleh

    karena itu, kadang-kadang mereka dapat melaporkan laba yang tidak riil, dengan

  • 3

    melakukan window dressing atau earning management yang tidak sesuai dengan

    prinsip akuntansi (Agoes dan Husada, 2009:116).

    Going Concern dan Opini Audit Going Concern

    Going concern menurut Belkaoui (2009 : 271) adalah suatu dalil

    kontinuitas yang menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya

    cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang

    berkelanjutan. Going concern dipakai sebagai asumsi pelaporan keuangan

    sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Biasanya informasi

    yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup

    satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam

    memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian

    besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang,

    perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (SPAP

    Seksi 341 paragraf 6).

    Opini audit going concern merupakan opini audit yang telah dikeluarkan

    oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan

    entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAPI, 2011: SA Seksi

    341). Audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan

    bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan

    dalam bisnis.

    Pengaruh Likuiditas Terhadap Opini Audit Going Concern Likuiditas selalu digambarkan dengan kemampuan perusahaan dalam menutupi

    kewajiban jangka pendeknya yang diukur dengan current ratio. Oleh karena itu, makin

    rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan

    dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan tidak mampu

    memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal tersebut dapat memengaruhi

    kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal bahwa

    perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat mengganggu kelangsungan

    usahanya. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    H1: Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

    concern.

    Pengaruh Audit Lag Terhadap Opini Audit Going Concern

    Audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan

    keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan (Januarti, 2009). Dengan

    melihat rentang waktu dari tanggal disusunnya laporan keuangan dengan tanggal

    selesainya pekerjaan lapangan yang semakin lama menunjukkan bahwa terjadi

    beberapa indikasi yang dikemukakan oleh Lennox (2004). Jika semakin lama

    jarak antara kedua peristiwa tersebut, maka kemungkinan perusahaan dalam

    keadaan yang tidak baik dan kemungkinan memperoleh opini audit going concern

    dari auditor, sehingga memerlukan waktu yang lama bagi auditor untuk

    mengeluarkan opininya diakibatkan kemungkinan indikasi yang telah dijelaskan

    sebelumnya. Maka hipotesis yang disajikan adalah sebagai berikut:

    H2: Audit lag berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini

    audit going concern.

  • 4

    Pengaruh Disclosure Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

    Disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan

    sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan

    (Tanor, 2009). Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat disclosure

    perusahaan, maka semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan menerima opini

    audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis

    penelitian sebagai berikut:

    H3: Disclosure mempengaruhi dikeluarkannya opini going concern

    oleh auditor.

    Pengaruh Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

    Concern

    Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktivitas mencari

    auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen

    untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan (Januarti, 2009). Geiger et al (1996)

    menemukan bukti banyaknya perusahaan yang melakukan pergantian auditor

    ketika auditor mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang

    mempunyai masalah keuangan. Perusahaan biasanya menggunakan pergantian

    auditor (auditor switching) untuk menghindari penerimaan opini going concern

    dengan dua cara (Teoh, 1992), yaitu : (1) perusahaan dapat mengancam

    melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat

    mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going

    concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika

    auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik

    (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan

    menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen ini

    disebut opinion shopping. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diajukan dapat

    diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

    H4: Opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

    going concern.

    Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

    Concern

    Linoputri (2010), menunjukkan bahwa dewan direksi yang memiliki

    saham di perusahaan, apalagi dalam jumlah besar cenderung berusaha

    mempertahankan atau bahkan meningkatkan fungsi pengelolaan dan

    pengawasannya terhadap perusahaan agar kinerja perusahaan juga dapat lebih

    baik dan dapat bertahan dalam jangka panjang. Selain itu juga untuk mencegah

    auditor meragukan kelangsungan hidup perusahaan, sehingga tidak memberikan

    opini going concern pada laporan keuangannya. Maka dapat diajukan hipotesis

    penelitian sebagai berikut:

    H5: Kepemilikan manajerial dalam suatu dewan direksi perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

    Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Penerimaan Opini Audit

    Going Concern

    Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh

    pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain (Kadir,

  • 5

    2011). Dengan adanya pengawasan dari pemilik institusional ini, pihak

    manajemen akan selalu mengawasi agar tidak terjadi tindakan manipulasi. Jika

    tindakan manipulasi dalam suatu peusahaan dapat diminimalisir, maka perusahaan

    akan bisa terhindar dari penerimaan opini audit going concern yang akan

    diberikan oleh auditor. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diajukan hipotesis

    penelitian: H6: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap penerimaan

    opini audit going concern.

    METODE PENELITIAN

    Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa

    Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) yang bergerak dalam bidang Mining

    and Mining Services pada tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011 terdapat sebanyak 27

    perusahaan total keseluruhan dari populasi.

    Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia yang bergerak dalam bidang Mining and Mining Services pada tahun

    2005 sampai dengan tahun 2011 yang dipilih dengan metode purposive sampling,

    yaitu teknik penentuan sampel dengan jumlah tertentu (Sugiyono, 2012:122).

    Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Menurut

    Indriantoro dan Supomo (2012:147) data sekunder merupakan sumber data

    penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

    (diperoleh dan dicatat pihak lain). Data diperoleh dari laporan laporan keuangan

    auditan, laporan keuangan yang dipublikasikan dan annual report perusahaan

    yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian yaitu 2008-2011.

    Sumber data pada penelitian ini berasal dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM).

    Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

    Variabel Dependen

    Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi

    atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen atau variabel bebas

    (Sugiyono, 2012:59). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit

    going concern. Opini audit diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika

    auditee menerima opini audit going concern maka diberi nilai 1 dan jika auditee

    tidak menerima opini audit going concern maka diberi nilai 0.

    Variabel Independen

    Likuiditas (LIKD)

    Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio yaitu aktiva

    lancar dibagi kewajiban lancar (Mutchler, 1985 dalam Widyantari, 2011). Variabel ini diperoleh berdasarkan perhitungan:

    Current Ratio

    x 100 %

  • 6

    Audit Lag (ALAG)

    Audit lag merupakan jumlah kalender antara tanggal laporan keuangan

    sampai dengan tanggal opini auditor independen. Peraturan BAPEPAM dan

    Lembaga Keuangan NO. 06/BL/2006 menyatakan lamanya auditor dalam

    menerbitkan laporan auditor adalah maksimal tiga bulan setelah laporan keuangan

    disusun. Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering memberikan opini going

    concern ketika laporan audit tertunda lebih lama (McKeown et al, 1991).

    Disclosure (DISC)

    Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks, dimana peneliti akan

    melihat dari tingkat pengungkapan atas informasi keuangan perusahaan

    dibandingkan dengan jumlah yang seharusnya diungkapkan oleh perusahaan

    sesuai dengan peraturan BAPEPAM SE-02/PM/2002.

    Jika perusahaan mengungkapkan item informasi dalam laporan

    keuangannya, maka skor 1 akan diberikan dan jika item tersebut tidak

    diungkapkan, maka 0 akan diberikan. Setelah melakukan scoring, disclosure level

    dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Cooke, 1992) :

    Disclosure Level =

    Ket : Skor Maksimum = 33 Skor Minimum = 1

    Opinion Shopping (OS)

    Variabel opinion shopping diukur dengan menggunakan metode yang

    diterapkan oleh Lennox (2002). Variabel ini diukur dengan variabel dummy, 1 jika

    melakukan pergantian auditor ketika mendapat opini audit going concern, dan 0

    jika tidak melakukan pergantian auditor ketika mendapat opini audit going

    concern.

    Kepemilikan Manajerial (MAN_OWN)

    Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah

    menggunakan persentase proporsi kepemilikan saham oleh manajer terhadap

    jumlah saham yang beredar, yang dihitung sebagai berikut (Andreas, 2009:104):

    Kepemilikan Manajerial =

    Kepemilikan Institusional (INST_OWN)

    Dalam penelitian ini menggunakan indikator persentase jumlah saham

    yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.

    Kepemilikan Institusional =

    Metode Analisis Data

    Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan regresi logistik

    (Logistic Regression). Alasan dari penggunaan analisis logistik adalah

    dikarenakan variabel dependen bersifat dikotomi (menerima opini audit going

    concern dan tidak menerima opini audit going concern).

    Statistik Deskriptif

    Digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini,

    yaitu akan memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian yang terdiri

    dari rata-rata, nilai maksimum dan nilai minimum.

  • 7

    Analisis Statistik Inferensial

    Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang

    diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis

    multivariate dengan regresi logistik (logistic regression). Regresi logistik adalah

    regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel

    terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Sulistyo, 2010 :46). Model

    regresi logistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

    GC = a + b1 LIKD + b2 ALAG + b3 DISC + b4 OS + b5 MAN_OWN + b6

    INST_OWN+ e

    Keterangan :

    GC = Dummy variabel opini audit going concern

    a = Konstanta

    LIKD = Rasio Likuiditas

    ALAG = Audit Lag (jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai

    dikeluarkannya laporan audit)

    DISC = Disclosure (Tingkat pengungkapan)

    OS = Opinion Shopping (dummy 1 pergantian auditor dan 0 tidak)

    MAN_OWN = Kepemilikan Manajerial (rasio- proporsi kepemilikan saham

    oleh manajer terhadap jumlah saham yang beredar)

    INST_OWN = Kepemilikan Institusional (rasio-jumlah kepemilikan saham

    oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang

    dikelola)

    e= Kesalahan Residual Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

    tahapan sebagai berikut:

    Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

    Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima

    atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi

    Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang

    dihipotesiskan menggambarkan data input (Ghozali, 2005:218). Dengan alpha

    5%, cara menilai mode fit ini adalah sebagai berikut :

    1. jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data.

    2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data.

    Menilai Kelayakan Model Regresi

    Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

    Lemeshows Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak

    dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan

    model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali.

    2005:219).

  • 8

    Koefisien Determinasi

    Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

    variabilitas variabelvariabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen (Ghozali, 2005:224). Koefisien determinasi pada regresi

    logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square

    dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda.

    Matrik Klasifikasi

    Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi

    untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada

    auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification

    Table. Langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis.

    Pengujian Hipotesis

    Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan

    bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara

    membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (a). Jika

    nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi /a ) maka berarti H0

    ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara

    signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.

    HASIL PENELITIAN

    Gambaran Umum Objek Penelitian

    Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode

    purposive sampling (judgement sampling). Berdasarkan proses pemilihan

    tersebut, diperoleh 11 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dengan periode

    pengamatan selama empat tahun (2008-2011) sehingga total sampel keseluruhan

    adalah 44 sampel.

    Analisis Deskriptif

    Tabel IV.1.1 : Statistik Deskriptif

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    OPINI.GC 44 .00 1.00 .2955 .46152

    LIKD 44 47.19 1064.23 284.4327 206.58135

    ALAG 44 47.00 175.00 84.7955 28.90689

    DISC 44 .64 1.00 .8902 .11205

    OS 44 .00 1.00 .0909 .29080

    MAN_OWN 44 .00 5.41 .5043 1.56988

    INST_OWN 44 25.32 90.15 59.7020 16.48748

    Valid N (listwise) 44

    Sumber : Olah Data

    Dari data di atas rata-rata likuiditas perusahaan yang diteliti sebesar

    284,43 dan variasi yang terdapat dalam variabel ini sebesar 206,58. Nilai rata-rata

    audit lag atau mean pada variabel ini adalah sebesar 84,7955 dan nilai standar

    deviasinya sebesar 28,90689. Nilai rata-rata disclosure sebesar 0,8902 dengan

  • 9

    nilai deviasi standar sebesar 0,11205. Rata-rata opinion shopping sebesar 0,0909,

    dengan deviasi standar sebesar 0,29080. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial

    sebesar 0,5043 dengan nilai deviasi standar sebesar 1,56988. Nilai rata-rata

    kepemilikan institusional sebesar 59,7020, dengan deviasi standarnya sebesar

    16,48748.

    Analisis Statistik Inferensial

    Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model

    regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji

    apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel

    bebasnya (Sulistyo, 2010:46). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji

    normalitas, heteroscedasity, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya

    (Sulistyo, 2010:49).

    Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Tabel IV.2.1 : Iteration History

    a,b,c

    Iteration -2 Log likelihood

    Coefficients

    Constant

    Step 0 1 53.437 -.818

    2 53.413 -.869

    3 53.413 -.869

    Sumber : Olah Data

    Output SPSS pada tabel IV.2.1 memperlihatkan nilai -2 Log Likelihood

    pertama sebesar 53,413, angka ini secara matematik tidak signifikan terhadap

    alpha () 5% dan hipotesis nol diterima. Hal ini berarti bahwa hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam

    model regresi). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log

    Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood

    (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL

    awal dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL) menunjukkan model yang

    dihipotesiskan fit dengan data (Sulistyo, 2010:54).

    Tabel IV.2.2 : Iteration History

    a,b,c,d

    Sumber : Olah Data

    Iteration -2 Log likelihood

    Coefficients

    Constant LIKD ALAG DISC OS

    MAN_

    OWN

    INST_

    OWN

    Step 1 1 43.926 1.151 -.002 .014 -3.514 -.797 .060 .011

    2 41.596 1.978 -.005 .017 -4.556 -.738 .001 .018

    3 41.184 2.222 -.007 .018 -4.855 -.687 -.030 .022

    4 41.167 2.235 -.007 .018 -4.876 -.692 -.034 .023

    5 41.167 2.235 -.007 .018 -4.875 -.692 -.034 .023

  • 10

    Tabel IV.2.3 : Overall Model Fit

    -2LL awal (Block Number = 0) 53,413

    -2LL awal (Block Number = 1) 41,167

    Penurunan -2LL 12,246

    Sumber : Olah Data

    Pengujian Kelayakan Model Regresi

    Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan

    menggunakan Goodness of Fit Test yang diukur dengan Chi Square pada bagian

    bawah uji Hosmer and Lemeshow. Probabilitas signifikansi yang diperoleh

    kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi () 5%.

    Tabel IV .2.4 : Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig.

    1 11.053 8 .199

    Sumber : Olah Data

    Tabel IV.2.4 mengidentifikasikan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow.

    Dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,199, nilai signifikansi jauh lebih besar

    daripada 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak (diterima).

    Koefisien Determinasi

    Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai

    Nagelkarke R Square. Nilai Nagelkarke R Square dengan nilai maksimumnya.

    Tabel IV.2.5 : Model Summary

    Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

    1 41.167a .243 .346

    Sumber : Olah Data

    Tabel IV.2.5 menunjukkan nilai Nagelkarke R Square. Dilihat dari hasil

    output pengolahan data, nilai Nagelkarke R Square adalah sebesar 0,346 yang

    berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel

    independen adalah sebesar 34,6%, sisanya sebesar 65,4% dijelaskan oleh variabel-

    variabel lain diluar model penelitian.

    Matriks Klasifikasi Tabel IV.2.6 : Classification Table

    a

    Classification Tablea

    Observed

    Predicted

    OPINI GOING CONCERN Percentage

    Correct NGCAO GCAO

    OPINI.GC NGCAO 29 2 93.5

    GCAO 7 6 46.2

    Overall Percentage 79.5

    Sumber : Olah Data

  • 11

    Tabel IV.2.6 di atas menunjukkan bahwa kekuatan model regresi dalam

    memprediksi penerimaan opini audit going concern (GCAO) adalah sebesar

    46,2%, sedangkan kekuatan prediksi dari model untuk sampel yang menerima

    opini audit non going concern (NGCAO) adalah sebesar 93,5%, dan ketepatan

    prediksi secara keseluruhan model ini adalah sebesar 79,5%.

    Hasil Pengujian Hipotesis

    Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat variabel

    in the equestion, pada kolom Significant (Sig) dibandingkan dengan tingkat

    kealphaan 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0,05, maka Ha diterima.

    Tabel IV.2.7 : Variables in the Equation

    B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

    Step 1a LIKD -.007 .004 3.393 1 .005 .993

    ALAG .018 .013 2.891 1 .017 1.019

    DISC -4.875 3.999 2.486 1 .022 .008

    OS -.692 1.333 2.270 1 .036 .500

    MAN_OWN -.034 .243 .019 1 .890 .967

    INST_OWN .023 .028 .659 1 .417 1.023

    Constant 2.235 3.673 .370 1 .543 9.343

    Sumber : Olah Data

    Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

    Ha1 : Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

    Likuiditas yang diukur dengan menggunakan skala interval, pada tabel

    IV.2.7 memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0,005 < 0,05. Ini berarti bahwa

    Ha1 diterima.

    Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Church

    (1992) serta Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menemukan bukti bahwa rasio

    likuiditas, dengan menggunakan proksi current ratio, berpengaruh terhadap

    penerimaan opini audit going concern. Dimana dalam penelitian Januarti dan

    Fitrianasari (2008) mengatakan bahwa current ratio menggambarkan besarnya

    aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menanggung kewajiban lancar yang

    dimiliki.

    Ha2 : Audit lag berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

    Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel audit lag

    menunjukkan nilai koofisien positif sebesar 0,018 dengan tingkat signifikansi

    0,017 dimana lebih kecil dari 0,05. Karena tingkat signikansi sebesar 0,017 >

    0,05, ini berarti bahwa HA2 diterima.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Lennox (2002) yang

    menyatakan bahwa keterlambatan penerbitan opini audit yang berhubungan

    dengan going concern dikarenakan auditor banyak melakukan pengujian,

    manajemen mungkin melakukan negosiasi dengan auditor, dan auditor

  • 12

    memperlambat penerbitan opini dengan harapan manajemen dapat memberikan

    solusi dari masalah going concern yang dihadapinya. Adanya keterlambatan

    dalam mengeluarkan laporan auditor menunjukkan bahwa perusahaan

    memerlukan waktu untuk mengevaluasi perusahaan dan berusaha menghindari

    penerimaan opini going concern yang nantinya akan berimbas pada penurunan

    investor pada perusahaan itu sendiri.

    Ha3 : Disclosure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

    Disclosure yang diukur memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0,022.

    Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 berarti nilai 0,022 < 0,05, ini

    menunjukkan bahwa Ha3 diterima.

    Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Haron et al. (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan yang tidak

    mengungkapkan rasio-rasio keuangan yang bagus dan mengungkapkan dampak

    kondisi ekonomi atau keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya akan

    meningkatkan kemungkinan menerima opini audit going concern. Disclosure atas

    informasi dapat digunakan untuk membantu dalam memberikan gambaran yang

    lebih jelas mengenai kondisi perusahaan sebenarnya.

    Ha4 : Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

    concern

    Opinion shopping yang diukur menunjukkan nilai signifikansi sebesar

    0,036. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 berarti nilai 0,036 < 0,05,

    ini berarti bahwa Ha4 diterima. Hasil ini mendukung temuan Lennox (2002) yang

    menemukan bukti bahwa opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan

    opini audit going concern.

    Kondisi di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping yang

    dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu dua cara : (1) perusahaan dapat mengancam

    melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat

    mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going

    concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika

    auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik

    (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan

    menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen ini

    disebut opinion shopping.

    Ha5 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

    going concern

    Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel kepemilikan

    manajerial menunjukkan tingkat signifikansi 0,890 dimana lebih besar dari 0,05.

    Karena tingkat signikansi sebesar 0,890 > 0,05, ini berarti bahwa Ha5 ditolak,

    hasil perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha5 yang diajukan. Hasil ini

    tidak mendukung temuan dari Linoputri (2010) yang menunjukkan bahwa

    perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang lebih besar kemungkinannya

    kecil untuk menerima opini wajar dengan pengecualian. Tetapi hasil ini

    mendukung temuan Januarti (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan

    manajerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

    Meskipun ada kepemilkan manjerial ternyata fungsi pengawasan yang ada belum

  • 13

    menjamin untuk tidak diberikannya opini audit going concern, karena untuk

    kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.

    Ha6 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

    going concern

    Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel kepemilikan

    institusional menunjukkan tingkat signifikansi 0,417 dimana lebih besar dari 0,05.

    Karena tingkat signikansi sebesar 0,417 > 0,05, ini berarti bahwa Ha6 ditolak,

    hasil perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha6 yang diajukan. Hasil ini

    mendukung temuan Januarti (2009) yang menyatakan bahwa meskipun ada

    kepemilikan institusional ternyata fungsi pengawasan yang ada belum menjamin

    untuk tidak diberikannya opini audit going concern, karena untuk kinerja

    perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

    dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

    1. Pengujian dilakukan terhadap 11 perusahaan mining and mining services (Pertambangan) yang memenuhi kriteria, sehingga jumlah sampel yang diteliti

    sebanyak 44 buah (selama 4 tahun, periode 2008-2011).

    2. Hasil pengukuran keseluruhan model (Overall Model Fit) yang dilihat dari nilai Hosmer dan Lomeshows Goodness of Fit Test dan uji Log Likelihood menunjukan bahwa model yang digunakan fit dengan data, berarti model

    regresi dapat digunakan dan mampu untuk memprediksi nilai obeservasinya.

    3. Berkaitan dengan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen (Nagelkerke R Square), model yang digunakan hanya

    mampu menjelaskan fenomena tersebut sebesar 34,6% sementara 65,4% lagi

    dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. kekuatan prediksi

    dari model regresi yang digunakan dalam memprediksi variabel dependen

    (Classification Table) adalah sebesar 46,2% untuk memprediksi penerimaan

    opini going concern (GCAO) dan 93,5% untuk opini selain going concern

    (NGCAO). Ketepatan prediksi secara keseluruhan model ini sebesar 79,5%.

    4. Berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat signifikansi 5%, diperoleh bukti bahwa likuiditas, audit lag, disclosure dan opinion shopping berpengaruh

    terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan kepemilikan

    manajerial dan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini

    audit going concern.

    Saran

    Pada peneltian selanjutnya, bisa menambahkan variabel lain, seperti

    laporan arus kas yang menggambarkan aktifitas keuangan perusahaan yang

    sebenarnya, rasio produktifitas, rasio aktifitas, serta struktur modal perusahaan

    yang akan mempengaruhi profitabilitas. Bila memiliki banyak waktu, penelitian

    selanjutnya dapat memperpanjang periode pengamatan dan meneliti sampel

    perusahaan dari dua jenis industri atau lebih, sehingga hasil temuan yang didapat

    bisa mengeneralisir seluruh perusahaan go public di BEI.

  • 14

    Daftar Pustaka

    Agoes, Sukrisno dan Hoesada, jan. 2009. Bunga Rampai Auditing. Jakarta :

    Salemba Empat.

    Andreas. 2009. Tata Kelola Korporasi dan Masalah Keagenan di Indonesia.

    Argitek YPN : Malang.

    Belkaoui, Ahmed. R. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Buku Satu. Edisi

    5. Jakarta : Salemba Empat.

    Cooke, T.E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on

    Disclosure in the Annual Reports of Japanes Listed Corporations.

    Accounting and Business Research, London. Summer. Vol.22. Iss.87;

    pp229, 9 pgs.

    Chen, K C., Chruch, B K. 1992. Default on Debt Obligationts and The Issuance of

    Going Concern of Going Concern Report. Auditing : Journal Practice and

    Theory, Fall. pp 30-49.

    Faizal, 2004. Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan, dan Mekanisme Corporate Governance. Paper ini disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004.

    Gaganis, Chrysovalantis and Fotios Pasiouras. 2007. A Multivariate analisys of the determinants of auditors opinions on Asian Banks. Managerial Auditing Journal, Vol. 22, No. 3: pp.268-287.

    Geiger, M., K. Raghunandan, and D.V. Rama. 1996. Going-Concern Audit Report Recipients Before and After SAS No 59. National Public Accountant. pp 24-25.

    Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

    Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

    Haron, Hasnah, Bambang Hartadi, Mahfooz Ansari and Ishak Ismail. 2009.

    Factors Influencing Auditors' Going Concern Opinion. Asian Academy of

    Management Journal, Vol. 14, No. 1, 119, January 2009. Universiti Sains Malaysia : Pulau Pinang, Malaysia.

    Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis

    Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

    Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,

    Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

    Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia). Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi

    XII. Palembang: 4-6 November.

    Kadir, Abdul. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu

    Pelaporan Keuangan Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa

    Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol 12 No 1. April.

    Lennox, Clive S. 2002. Going-concern Opinions in Failing Companies: Auditor

    Independence and Opinion Shopping.www.google.com (accessed 25

    November 2012).

    Lennox, Clive. 2004. Do Companies Successfully Engage in Opinion Shopping: Evidence from The UK?. Journal of Accounting and Economics 29. pp 321-337.www.google.com. Di akses 23/11/2012.

    Linoputri, Ferima Purmateti. 2010. Pengaruh Corporate Governance Terhadap

    Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi Universitas Diponegoro :

    Semarang.

  • 15

    McKeown, J.C., J.F. Mutchler, dan W Hopwood. 1991. Toward An Explanation of Auditor Failure to Modify The Audt Reports of Bankrupt Companies. Auditing : A Journal of Practice & Theory, Supplement. Pp 1-13.

    Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1. Yogyakarta : Salemba Empat.

    Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 2. Yogyakarta : Salemba Empat.

    Praptitorini, Mirna dan Januarti, Indira. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit,

    Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going

    Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).

    Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.

    Purba, Marisi P. 2009. Asumsi Going Concern (Suatu Tinjauan Terhadap Dampak

    Krisis Keuangan atas Opini Audit dan Laporan Keuangan). Yogyakarta :

    Graha Ilmu.

    Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Perusahaan

    Terhdap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Vol. 13. No. 2.

    Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.

    Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Cakrawala. Jakarta.

    Tamba, Revol Ulung Bisara. 2009. Pengaruh Debet Default, Kualitas Audit, dan

    Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan

    Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi Universitas Sumatera Utara :

    Medan.

    Tanor, L.A.O. 2009. Pentingnya pengungkapan (Discosure) Laporan Keuangan

    dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi. Jurnal Formas. Vol 2, No. 4

    Juni 2009 hal 287-294.

    Teoh, S. 1992. Auditor Independence, Dismissal Threats, and The Market Reaction to Auditor Switches. Journal of Accounting Research 30. pp 1-23.

    Ujiyantho, Muh. Arief dan Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, Padang.

    Warnida. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini

    Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di

    BEI). Jurnal Akuntansi dan Manajemen Juni Vol. 1, No. 1, ISSN 1858-

    3687 hal 30-43.

    Widyantari, A.A.Ayu Putri. 2011. Opini Audit Going Concern dan Faktor-Faktor

    Yang Mempengaruhi : Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

    Indonesia. Tesis Universitas Udayana: Denpasar.

    Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.

    Jakarta : Salemba Empat.