Pengaruh Konsentrasi Pupuk Cair Green Tama Terhadap Laju ...
Transcript of Pengaruh Konsentrasi Pupuk Cair Green Tama Terhadap Laju ...
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)
291
OPEN ACCES
Vol. 12 No. 2: 291-2298 Oktober 2019
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.12.2.291-298
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Cair Green Tama Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii)
(The Effect of Liquid Fertilizer Concentration of Green Tama Against the Rate Growth of Seaweed (Eucheuma c o ttonii))
Samsia Umasugi1 dan Abdussabar Polanunu1
1Universitas Iqra Buru, Namlea, Indonesia. E-mail: [email protected]. [email protected]
Info Artikel:
Diterima: 09 Sept. 2019
Disetujui: 23 Sept. 2019
Dipublikasi: 08 Nov. 2019
Artikel Penelitian
Keyword:
Pupuk Cair, Pertumbuhan,
Rumput Laut , Eucheuma
cottonii
Korespondensi:
Samsia Umasugi
1Universitas Iqra Buru,
Namlea, Indonesia
Email:
Copyright©
Oktober 2019 AGRIKAN
Abstrak. Rumput laut (Eucheuma cottonii) merupakan salah satu jenis rumput laut yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi dan banyak dikembangkan di Kabupaten Buru. Budidaya rumput laut yang dilakukan selama
ini oleh masyarakat belum memenuhi permintaan pasar selain itu sistem budidaya masih dilakukan tanpa
menggunakan pupuk cair sehingga hasil panen yang diperoleh tidak menunjukkan peningkatan. Tujuan dari
penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pemberian pupuk cair green tama terhadap laju pertumbuhan
rumput laut Eucheuma cottonii dengan konsentrasi A. 250 cc, B. 300 cc dan C. 350cc. pengamatan dilakukan
terhadap laju pertumbuhan mingguan, laju pertumbuhan mutlak, dan laju pertumbuhan spesifik. Hasil
penelitian menunjukkan laju pertumbuhan rumput laut berpengaruh nyata dimana perlakuan terbaik
terdapat pada perlakuan B (dosis 300 cc) dengan lama perendaman 6 jam dengan nilai pertumbuhan pada
akhir penelitian yaitu pertumbuhan mingguan sebesar 576,222 gram, pertumbuhan mutlak sebesar 546,222
gram dan pertumbuhan spesifik sebesar 7,767 %..
Abstact. Seaweed (Eucheuma cottonii) is one of the high economic value of seaweed type that is more
developed in Buru Regency. Seaweed cultivation which is done so far by the community has not met the market
demand, besides that the cultivation system is still carried out without using liquid fertilizer so that the yields
obtained do not show an increase. The purpose of this study to analyze the effect of the provision of green
liquid fertilizer all of the rate of growth of grass sea Eucheuma c o ttonii with a concentration of 250 cc A., B.
and C. 350 cc to 300 cc. The observations were made on the weekly growth rate, absolute growth rate, and
specific growth rate. The results showed that the rate of seaweed growth had a real influence where the best
treatment was on the treatment B ( dose of 300 cc) with 6 hours shoaking with the value growth at the end of
the study is growing weekly at 576.222 grams, growth in the absolute of 546.222 grams and specific growth
was 7.767 %.
I. PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan salah satu jenis
organisme laut yang pada umumnya digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan berbagai macam
produk makanan ataupun kosmetik. Berdasarkan
senyawa kimia yang dikandungnya rumput laut
dapat dikelompokkan menjadi rumput laut
penghasil karaginan (karagenofit), agar (agarofit)
dan alginat (alginofit) (syahputra, 2005). Beberpa
jenis yang telah diusahakan untuk dibudidayakan
oleh masyarakat pesisir karena memiliki nilai
ekonomis penting seperti Gellidium, Hipnea,
Eucheuma, Gracilaria dan Sargasum. Kelima marga
yang memiliki nilai ekonomis tersebut, Eucheuma
dan Gracilaria mempunyai potensi untuk
dikembangkan usaha budidayanya karena dapat
berkembang dengan baik dari batang secara
vegetatif (Rahayu.D.I dan Sumandhiharga, 1982).
Rumput laut yang digunakan dalam
penelitian adalah yang mempunyai thallus
berbentuk selindris atau pipih, percabangan
thallus tidak teratur, berujung runcing atau
tumpul cabangnya bersifat dichotomus atau
trichotomus, berwarna merah, merah coklat, hijau
kuning, serta memiliki nodule dan spine (Meiyana
dkk., 2001). Pemelihan Eucheuma cottonii sebagai
obyek penelitian dengan alasan jenis tersebut
tersebut banyak dibudidayakan di Kabupaten
Buru sehingga bibitnya mudah diperoleh.
Permintaan rumput laut sebagai suatu komoditas
ekspor begitu tinggi dipasar.
Kabupaten Buru memiliki luar perairan
yaitu ±1.972,5 km² dengan panjang garis pantai ±
232,2 km serta memiliki luas daratan ±7.549,98
km². Dengan melihat kondisi periran yang
demikian, maka Kabupaten Buru memiliki potensi
perikanan dan lautan yang cukup besar yang
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)
292
didukung oleh berbagai ekosistem yang
dimilikinya. (Anonimous, 2011). Kabupaten Buru
memiliki potensi sumberdaya perikanan yang
cukup tinggi baik perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya. Budidaya rumput laut sudah
berlangsung sejak lama tepatnya sekitar tahun
2007, namun dari tahun ke tahun hasil produksi
rumput laut belum maksimal sesuai data Dinas
Perikanan Kabupaten Buru tahun permintaan
pasar rumput laut (Ternate, Ambon dan Bau-Bau)
mencapai 1.200 ton setiap tahun tetapi Kabupaten
Buru hanya mampu memenuhi 21% data produksi
rumput laut lima tahun terakhir 2014-2017 dari
permintaan pasar maka perlu dilakukan
peningkatan pula dalam pembudidayaan rumput
laut, khususnya di Kabupaten Buru. Berdasarkan
uraian diatas maka penelitian tentang
penggunakan pupuk cair perlu dilakukan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan pupuk cair
Green Tama terhadap laju pertumbuhan rumput
laut Eucheuma cottonii.
Tujuan dan manfaat penelitian adalah
penelitian mengetahui konsentrasi berapa persen
(%) pupuk cair dapat berpengaruh meningkatkan
laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cattoni,
sedangkan manfaat yang dapat diperoleh sebagai
bahan informasi sekaligus bahan pembanding
bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang ingin
menjajaki lebih dalam tentang penggunaan pupuk
pada tanaman rumput laut dalam rangka
meningkatkan produksi yang optimal.
II. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada lahan
budidaya rumput laut di Kabupaten Buru.
Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai
dengan bulan Agustus 2019. Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan Yang digunakan Serta Kegunaannya.
No Alat/Bahan Satuan Kegunaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Termometer
Refraktometer
Kertas lakmus
Timbangan
Layangan arus
Kamera digital
Gunting
Gelas Ukur
Perahu
Buku dan pena
0C
ppm
-
g
m/s-
-
-
-
-
Untuk mengukur suhu perairan
Untuk mengukur salinitas perairan
Untuk mengukur pH perairan
Untuk menimbang berat rumput laut
Untuk mengukur kecepatan arus
Untuk mendokumentasikan kegiatan
Untuk memotong bibit
Untuk mengukur Pupuk Uji
Untuk alat transportasi
Untuk mencatat hasil penelitian
11.
12.
13.
14.
15.
Bibit rumput laut
Pupuk Cair
Green Tama
Super
Tali Polyethilene
- 8 mm
- 3 mm
- 1 mm/tali raffia
Botol aqua
pemberat
g
l
Milimeter
Milimeter
Millimeter
Buah
Kg
Sebagai sampel penelitian
Sebagai pupuk uji
- Tali Jangkar
- Untuk tali ris
- Untuk tali cabang pengikat bibit
rumput laut
Sebagai pelampung
Sebagai penahan tali utama/tali induk agar
tidak terbawa arus dan ombak
Lokasi pengamatan merupakan pusat
budidaya rumput laut yang telah dilakukan sejak
dulu oleh masyarakat setempat. Adapun lokasi
yang ditetapkan diusahakan merupakan daerah
yang memiliki potensi sumberdaya perairan yang
cukup besar.
Metode pengambilan data saat penulis melakukan
observasi secara langsung di lapangan, pendekatan
metode ini adalah :
1. Data primer : data yang diperoleh dari kegiatan
pengamatan di lapangan, melihat secara
langsung teknik budidaya dan wawancara
terhadap responden yang dianggap mengetahui
obyek yang diteliti.
2. Data sekunder : data yang diperoleh dari buku-
buku, tesis dan internet yang dapat menunjang
hasil peneitian. Selain mencatat semua
informasi yang di peroleh pada waktu peneliti
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)
293
dilapangan yang erat kaitannya dengan obyek
yang diteliti.
Dalam penelitian ini digunakan metode
penanaman yaitu tali panjang (metode long line).
Metode long line pada prinsipnya hampir sama
dengan metode rakit, tetapi tidak menggunakan
bambu sebagai rakit. Tetapi menggunakan tali
plastik atau botol aqua bekas sebagai pelampung.
Metode ini dimasyarakatkan karena selain lebih
ekonomis juga bisa diterapkan diperairan yang
ada agak dalam. Menurut Wisnu (2006),
keuntungan dari metode ini yaitu sebagai berikut:
a. Tanaman cukup menerima sinar matahari
b. Tanaman lebih tahan terhadap perubahan
kualitas air
c. Terbebas dari hama yang biasanya menyerang
dari dasar perairan
d. Pertumbuhan lebih cepat
e. Cara kerjanya lebih mudah dan biayanya lebih
murah
Prosedur penelitian dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Prosedur Penelitian
Pertumbuhan Berat Mutlak, untuk
mengetahui laju pertumbuhan mutlak dilakukan
pengukuran berat rumput laut pada awal dan
akhir penelitian. Selanjutnya berat rumput laut
yang diperoleh dihitung dengan menggunakan
rumus menurut Jana, dkk (2009) sebagai berikut :
Keterangan :
G = Laju pertumbuhan mutlak
Wt = Berat rata-rata rumput laut pada akhir
penelitian
W0 = Berat rata-rata rumput laut pada awal
penelitian
Laju Pertumbuhan Spesifik, Laju
pertumbuhan spesifik diukur setiap selang waktu
tujuh hari sekali, selama 35 hari, terhitung lima
kali penyamplingan hingga akhir penelitian.
Untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik
digunakan turunan dari persamaan Huisman
(Dawes, 1994 dalam Andy dkk 2018).
Dengan
LPS : Laju pertumbuhan spesifik rata-rata (%)
Wt : Berat bibit pada tI (gr) (I = minggu I,minggu
II...t)
W0 : berat bibit awal (gr)
t : Periode pengamatan (minggu)
Menurut Jalil Silea.L.M dan Lita Masitha
(2004), rumput laut tumbuh baik pada larutan
bionik pada kosentrasi 150 cc dengan lama
perendaman 6 jam. Sedangkan Yanto.A.A (2008)
mengungkapkan pada penelitiannya yang
sebelumnya dengan perlakuan 100 cc, 150 cc dan
200 cc mengatakan bahwa pertumbuhan yang baik
Prosedur Penelitian
Tahapan Persiapan:
1. Alat Pengukur Kualitas
Air
2. Satu unit long line (tali
berdiameter 8 mm, 4
mm, 1 mm, Pelampung,
dan Pemberat
3. Peralatan yang lain:
keranjang, ember,pisau
dan sampan
Memilih Bibit
1. berwarna cerah
segar, dan bercabang
2. Bahan uji beratnya
harus seragam yaitu
30 gram.
3. Rendam bahan uji
kedalam larutan yang
telah diberi pupuk
Perlakuan Penelitian
1. Bahan uji direndam
dengan konsentrasi
250 cc/L, 300 cc/L
dan 350 cc/L
(simbol = A, B, C ).
2. Lama Perendaman 6
Jam dengan tiap
perlakuan diulang
sebanyak 3 kali
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)
294
yaitu pada larutan konsentrasi 200 cc. Oleh karena
itu penulis melakukan penelitian ini
menggunakan 3 perlakuan konsentrasi pupuk cair
yang berbeda yaitu Perlakuan A (dosis 250 cc),
perlakuan B (dosis 300 cc) dan perlakuan C (dosis
350 cc). Percobaan ini melakukan pengulangan
sebanyak 3 kali ( i = 1, 2, 3 ) sesuai pada Gamabr 3,
maka rancangan yang digunakan yaitu Rancangan
Acak Lengkap (RAL). menurut Gasperz (1994)
sebagai berikut :
Keterangan:
μ : Nilai tengah populasi;
ti : Pengaruh aditif dari perlakuan ke- i;
Eij : Galat percobaan dari perlakuan ke- I pada
pengamatan ke – j;
I : Jumlah perlakuan ( i = 1 , 2 ,3, <n ) ;
J : Jumlah ulangan pada perlakuan ( j = 1, 2, 3,.n )
atau jumlah suatu percobaan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pertumbuhan Rata-Rata Rumput Laut
(E.cattonii) Per Minggu
Hasil pertumbuhan rata-rata rumput laut
Eucheuma cattonii tiap minggu berdasarkan
pengaruh pemberian pupuk cair tertera pada Tabel
3 dan Gambar 2.
3.2. Laju Pertumbuhan Mutlak
Data laju pertumbuhan mutlak rumput laut
(E.cattonii) selama penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4 dan Gambar 3.
3.3. Kualitas Air
Sebagai data penunjang dari penelitian ini
dilakukan pengukuran kualitas air. Parameter
kualitas air diamati setiap 7 hari, meliputi:
kecepatan arus, kecerahan, suhu, salinitas, dan pH
yang diamati selama proses penelitian yaitu 35
hari. Hasil pengukuran kualitas air selama
penelitian, sebagaimana tertera pada Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 2
menunjukkan bahwa pertumbuhan rata-rata
rumput laut Eucheuma cottonii meningkat dengan
bertambahnya waktu pengamatan pada tiap-tiap
perlakuan. Pertumbuhan berat tertinggi diperoleh
pada perlakuan B (dosis 300 cc) dengan berat akhir
pada minggu ke V sebesar 576,222 gram, diikuti
perlakuan C (dosis 350 cc) yaitu 569,444 gram dan
perlakuan A (dosis 250 cc) yaitu 565,889 gram.
Sedangkan pada variabel kontrol
pertumbuhannya hanya mencapai 558,778 gram.
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)
295
Tabel 3. Berat Rata-Rata Pertumbuhan Rumput Laut (E.cattonii )Per Minggu
No Perlakuan Waktu Pengamatan ( Minggu )
M I M II M III M IV M V
1 VK 38,667 73,333 137,889 286,222 558,778
2 A 42,667 77,889 144,111 295,111 565,889
3 B 45,111 81,444 150,333 306,222 576,222
4 C 43,556 79,111 146,333 299,889 569,444
Keterangan : VK = Variabel kontrol, A = dosis 250 cc B = dosis 300 cc, C = dosis 350 cc
Gambar 2. Grafik Berat Rata-Rata Rumput Laut E.cattonii Per Minggu Selama Penelitan
Tabel 4. Pertumbuhan Mutlak Rumput Laut (E.cattonii ) Per Minggu
No Perlakuan Laju Pertumbuhan Mutlak Rata-Rata Per Minggu (Gram)
M I M II M III M IV M V
1 VK 8,667 43,333 107,889 256,222 528,778
2 A 12,667 47,889 114,111 265,111 535,889
3 B 15,111 51,444 120,333 276,222 546,222
4 C 13,556 49,111 116,333 269,889 539,444
Keterangan : VK = Variabel kontrol, A = dosis 250 cc, B = dosis 300 cc, C = dosis 350 cc
Gambar 3 : Grafik Pertumbuhan Mutlak Rumput Laut Eucheuma cattonii
Tabel 5 : Hasil Pengukuran Kualitas Air Selama Penelitian.
Parameter Kisaran
Suhu ( °C)
Kecerahan ( m )
Arus (m/detik)
Salinitas (ppt)
pH
28-29
4 - 5
0,46 – 0,57
36 – 37
7
0
100
200
300
400
500
600
700
M I M II M III M IV M V
Waktu Pengamatan ( Minggu )
La
ju P
ertu
mb
uh
an
(G
ram
)
VK
A
B
C
0
500
1000
1500
2000
2500
M I M II M III M IV M V
Waktu Pengamatan (Minggu)
Laju
Per
tum
bu
han
Mu
tlak
( G
ram
) C
B
A
VK
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)
296
Meningkatnya berat rumput laut Eucheuma
cattonii dengan pemberian pupuk cair green tama
super dosis 300 cc dengan lama perendaman 6 jam
diduga dosis yang diberikan mencukupi
kebutuhan rumput laut Eucheuma catoniii yang
dapat dimanfaatkan oleh rumput laut Eucheuma
cattonii untuk melakukan pertumbuhan. Hal ini
dijelaskan pula oleh Heddy (1986) dalam Kadir.S
(2010) jika tanaman dirangsang dengan zat
perangsang tumbuhan, maka akan merangsang
pembelahan sel jaringan meristem, sehingga sel
semakin bertambah..
3.4. Laju Pertumbuhan Mutlak
Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 3
menunjukan laju pertumbuhan mutlak tertinggi
pada minggu ke V yaitu perlakuan B (dosis 300 cc)
sebesar 546,222 gram. Kemudian diikuti perlakuan
C (dosis 350 cc) yaitu 539,444 gram dan perlakuan
A (dosis 250 cc) yaitu 535,889 gram. Sedangkan
pada variabel control pertumbuhannya hanya
mencapai 528,778 gram.
Dalam penelitian ini terlihat bahwa rumput
laut Eucheuma cattonii yang diberikan pupuk cair
dengan dosis 300 cc ( perlakuan B ) merupakan
dosis yang ideal terhadap pertumbuhan rumput
laut disamping faktor pendukung yaitu kualitas
air. Hal ini sesuai dengan pendapat Aslan (2006)
dalam Kadir S (2010) menyatakan bahwa unsur
hara berperan penting dalam pertumbuhan
rumput laut Eucheuma cattonii adalah fosfor,
nitrogen dan sulfur yang penting sebagai
pembentuk protein.
Pada perlakuan C (dosis 350 cc) tidak
memberikan peningkatan berat rumput laut
Eucheuma cattonii yang signifikan. Hal ini dapat
dilihat pada pertumbuhan mutlak rumput laut
Eucheuma cattonii pada awal hingga akhir
penelitian mengalami penurunan dibandingkan
pada perlakuan B (dosis 300 cc). Menurunnya berat
rumput laut Eucheuma cattonii pada perlakuan C
(dosis 350 cc) diduga rumput laut dalam menyerap
unsur hara terlalu besar sehingga menimbulkan
efek jenuh yang kemudian akan berakibat pada
matinya sebagian sel yang berdampak pada berat
rumput laut Eucheuma cattonii hal ini juga
ditegaskan oleh Sutejo (2002) selama pertumbuhan
tanaman memerlukan 16 unsur hara esensial
(makro dan mikro ), jika salah satu unsur hara
tidak tersedia atau justru berlebihan maka dapat
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman serta produktifitasnya terhambat.
Berdasarkan hasil analisis ragam
(ANOVA) terhadap pertumbuhan berat mutlak
pada minggu ke V dapat dilihat bahwa Fhitung
lebih besar dari Ftabel, maka sangat berpengaruh
nyata.
Suhu mempunyai peranan yang sangat
penting bagi kehidupan dan pertumbuhan rumput
laut. Suhu air laut dapat berpengaruh terhadap
beberapa fungsi fisiologi rumput laut seperti
fotosintesis, respirasi, metabolisme, pertumbuhan
dan reproduksi (Dawes, 1981). Perbedaan suhu
dari tiap pengamatan terjadi dikarenakan adanya
perbedaan energi matahari yang masuk ke dalam
perairan. Hal ini dapat meningkatkan kecepatan
fotosintesis sampai pada radiasi tertentu. Selama
melakukan penelitian, suhu perairan pada lokasi
penelitian dapat dikatakan ideal terhadap laju
pertumbuhan yaitu kisaran 28ºC - 29 ºC. Hal ini
didukung dengan pendapat Aslan (1998)
mengatakan suhu yang baik untuk budidaya
rumput laut jenis Eucheuma cottonii berkisar
antara 27°C – 30°C, dipertegas pula oleh Suparman
(2013) mengatakan kisaran suhu perairan yang
baik untuk budidaya rumput laut antara 27°C –
30,2°C
Salinitas perairan penting bagi organisme
laut terutama dalam mengatur tekanan osmosis
yang ada dalam tubuh organisme dengan
lingkungannya. Hasil pengukuran salinitas
perairan selama penelitian berkisar antara 36 - 37
ppt, dari hasil penelitian nilai salinitas cenderung
konstan karena diduga adanya aliran arus yang
sedang dan merata sehingga memperlihatkan
bahwa salinitas pada perairan ini cukup
menunjang pertumbuhan dan perkembangan
rumput laut Eucheuma cattonii. Hal ini didukung
dengan pendapat Aslan (1998) salinitas yang cocok
untuk pertumbuhan rumput laut Eucheuma
cattonii berkisar antara 30 – 37 ppt. dan dipertegas
pula oleh Suparman (2013) mengatakan kisaran
salinatas yang baik untuk pertumbuhan rumput
laut yaitu 31 – 35,8 ppt.
Pengukuran pH digunakan untuk
menyatakan intensitas dari kondisi asam atau basa
suatu larutan. pH erat hubungannya dengan
aktifitas fotosintesis. Penyerapan CO2 dari air pada
proses fotosintesis akan meningkatkan pH
menjadi lebih basa. pH perairan selama penelitian
adalah 7. Selama pengamatan pH perairan relatif
stabil dan berada pada kisaran normal dalam
mendukung kehidupan dan pertumbuhan rumput
laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aslan (1998)
kisaran pH yang sesuai untuk budidaya rumput
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)
297
laut adalah yang cenderung basah, pH yang sangat
sesuai untuk budidaya rumput laut adalah
berkisar antara 7,0 – 8,5 dan dipertegas pula oleh
Suparman (2013) mengatakan kisaran pH yang
baik yaitu 7,2 – 8,2.
Kecerahan perairan laut terkait erat dengan
sejauh mana penetrasi cahaya matahari dapat
masuk ke perairan yang dibutuhkan untuk proses
fotosintesis. Hasil pengukuran kecerahan perairan
laut dilokasi penelitian diketahui bahwa, cahaya
matahari dapat menembus hingga kedalaman 5
meter.
Hasil penelitian diatas, menunjukkan
bahwa kondisi kecerahan di perairan lokasi
penelitian sangat baik untuk pertumbuhan
rumput laut, hal ini didukung dengan kondisi
cuaca di Kabupaten Buru khususnya di Dusun
Saliong dimana selama penelitian tidak terjadi
hujan baik siang maupun malam hari.
Kecepatan arus merupakan faktor penentu
lama waktu keberadaan substansi gas, unsur hara
terlarut dan padatan partikel berada pada suatu
habitat dan kolom air. Kecepatan arus secara tidak
langsung menjadi penentu pemasok unsur hara,
pembersih/pengangkut padatan partikel yang
dapat menempel pada rumput laut dan mengatasi
kenaikan temperatur air laut. Kecepatan arus
selama penelitian dilokasi budidaya Eucheuma
cattonii berkisar antara 0,46-0,57 m/s. Hal ini
didukung dengan pendapat Aslan (1998)
mengatakan kecapatan arus yang baik untuk
pertumbuhan Eucheuma cattonii yaitu 20 – 40
meter tiap menit dan dipertegas pula oleh
Suparman (2013) kecapatan arus yaitu 0,41 – 0,45
m/s.
IV. PENUTUP
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil penelitian ini yaitu pemberian pupuk
cair green tama super berpengaruh sangat nyata
terhadap laju pertumbuhan rumput laut, baik
terhadap pertumbuhan mingguan, pertumbuhan
mutlak maupun pertumbuhan spesifik dimana
pertumbuhan yang terbaik terdapat pada
perlakuan B (dosis 300 cc) dengan lama
perendaman 6 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Andy Arjuni., Nunik Cokrowati dan Rusman. (2018). Pertumbuhan Rumput Laut (Kappapycus alvarezii)
Hasil Kultur Jaringan. Jurnal Biologi Tropis, 2018.
Anonimous, 2011.Letak Geografis Wilayah Kabupaten Buru.
Aslan, L. M., 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius . Yogyakarta
Doty, M. S. 1973. Eucheuma Farming for Carrageenan. Univ. Hawaii. Sea Grant Report. Unihi
Seagrant.United States of Amerika
Gasperz., 1994. Metode Perancangan Percobaan ; untuk Ilmu – Ilmu Pertanian, Ilum Ilmu Tekhnik dan
Biologi. CV. Armico. Bandung. 8-13 Hal
Jana.T.Anggadiredja, Achmad Zatnika, Heri Purwoto dan Sri Istiani, 2006. Rumput Laut. Penebar
Swadaya Jakarta
Jalil Silea.L.M dan Lita Masitha. 2004. Penggunaan Pupuk Bionik Pada Tanaman Rumput Laut
(Eucheuma sp). Harian Kompas
Kadir.S.,2010. Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Phospat (P2O5) yang berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cattonii) di Desa Jikumerasa Kecamatan Namlea. Skripsi
Universitas Iqra Buru
Rahayu D.I., dan Sumandhiharga. (1982). Sumberdaya Hayati dan Rumput Laut Di Maluku. Stasion
Penelitian Ambon. LON. LIPI. Jakarta.
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)
298
Suparman. 2013. Cara Mudah Budidaya Rumput Laut. Pustaka Baru Press. Jakarta
Sutejo. M.Mulyani, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Wisnu Sujatmiko, 2006. Teknik Budidaya Rumput Laut dengan Metode Tali Panjang. Direktorat
Pengajian Ilmu Kehidupan. BPPT.Jakarta.
Yanto.A.A. 2008. Pengaruh Frekuensi Penyemprotan dan Kosentrasi Pupuk Cair Yang Berbeda Terhadap
Laju Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cattonii) Di Perairan Desa Jikumurasa. Skripsi
Universitas Iqra Buru
Yulianto. K., dan Mira. S. 2009. Budidaya Makroalga K. alvarezii (Doty) Secara Vertikal Dengan Gejala
Penyakit Ice-Ice Diperairan Pulau Pari. UPT. Lokal Pengembangan Kompetensi SDM
Oseanografi Pulau Pari-LIPI. 334 hal.
Yusnaini, Ramli, U.K. Pangerang. 2000. Budidaya Intensif Teripang Pasir Holothuria scabra dengan
Menggunakan Alga Eucheuma cottoni Sebagai Shelter. Laporan Hasil Penelitian Lembaga
Penelitian. Universitas Haluoleo. Kendari
Zatnika, A. 2009. Pedoman Teknis Budidaya Rumput Laut. Jakarta : Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT)