PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN...
Transcript of PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN...
PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN
PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA
AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan)
Oleh :
DEVA APRIANTI
206082003977
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN
PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN
ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
DEVA APRIANTI
NIM: 206082003977
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM Rahmawati,SE.,MM
NIP. 196902032001121003 NIP. 197708142006042003
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Hari ini Kamis Tanggal 18 Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Skripsi atas nama Deva Aprianti NIM : 206082003977 dengan judul skripsi ”
PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN
PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA
AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI”. Memperhatikan kemampuan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Maret 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Ketua Sekretaris
Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM Rahmawati,SE.,MM
NIP. 196902032001121003 NIP. 197708142006042003
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
Dr. Yahya Hamja, MM Rini, SE, AK, M.SI
NIP. 194906021978031001 NIP. 197603152005012002
Hari ini Rabu Tanggal 10 Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas Nama Deva Aprianti NIM : 206082003977 dengan judul skripsi
”PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN
PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA
AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI”. Memperhatikan kemampuan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Maret 2010
Penguji Ujian Komprehensif
Rahmawati,SE.,MM Hepi Prayudiawan, SE., Ak, MM
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Deva Aprianti
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 20 April 1987
3. Alamat : Jl. Kihajar Dewantoro Rt 01/Rw 04 No. 32
Ciputat
4. Nomor Telepon : Rumah (021) 7428961
Hp. (021) 085717931271
5. Status : Belum menikah
6. Agama : Islam
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Alamat Email : [email protected]
Data Pendidikan Formal
1. Tahun 1992-1993 TK Asyiah Rempoa Jakarta Selatan
2. Tahun 1993-1999 SDN 2 Ciputat Ciputat
3. Tahun 1999-2002 SLTP Negeri 4 Ciputat Ciputat
4. Tahun 2002-2005 MAN 4 Jakarta Jakarta Selatan
5. Tahun 2006-2010 FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Selatan
B. Data Pengalaman Organisasi/Training
1. Tahun 2006 : Sekertaris BEM UIN Syarif Hidayatullah Fakultas
FEB
2. Tahun 2008 s.d 2009 : Staff di ADI (Asosiasi Dosen Indonesia)
C. Data Pengalaman Kerja
Tahun 2005 – 2010 : Guru TK, TPA ADZKIYA
Tahun 2009 : KKS di koperasi MP (Madrasah Pembangunan)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Kompetensi, Independensi, dan Keahlian Profesional terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai variabel moderasi. Data yang diperoleh berupa data primer dari Kantor Akuntan Publik (KAP) di Wilayah Jakarta Selatan. Metode statistik yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel Kompetensi, Independensi, Keahlian Profesional, dan Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, sedangkan secara parsial variabel Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, variabel Independensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, variabel Keahlian Profesional berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, interaksi variabel Kompetensi dan Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, interaksi variabel Independensi dan Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, dan interaksi variabel Keahlian Profesional dan Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit. Kata kunci : Kompetensi, Independensi, Keahlian Profesional, Etika Auditor, dan Kualitas Audit.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of variable competence, independence,
and Expertise on the Quality of Professional Ethics Audit by the Auditor as a moderating variable. Data in the form of primary data from Public Accounting Firm (KAP) in South Jakarta area. The statistical method used is multiple linear regression analysis. The results show that together (simultaneously) variable Competence, Independence, Professional Skills, and Ethics Auditors significant effect on audit quality, while Competency partially significant effect on audit quality, the variables significantly influence the independence of the Audit Quality, Professional Expertise variables significant impact on audit quality, the interaction variables Auditor Competency and Ethics significant effect on audit quality, the interaction variables Auditor Independence and Ethics significant effect on audit quality, and interaction variables and the Ethics of Professional Expertise Auditors significant effect on audit quality. Key words: Competence, Independence, Professional Skills, Ethics Auditors, and Audit Quality.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam kepada sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang saya harapkan. skripsi
ini disusun sebagai suatu syarat untuk mencapai tahap kelulusan dalam proses
perkuliahan, mudah-mudahan menjadi karya yang spektakuler.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam
rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dalam penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada :
1. Mama dan Papa, yang telah membesarkan saya dan mendoakan serta
memberikan dukungan yang sangat besar terhadap saya, sehingga
tersusunnya skripsi yang menjadi persyaratan mencapai suatu kelulusan.
2. Bang Eris, de Winda, jagoan Q raihan, Bunda ina, yang telah memberi
dukungan serta doanya yang sangat bermanfaat, sehingga skripsi and kompre
yang telah dilakukan dapat dilewati dengan lancar terkendali
3. Pacar sekaligus Calon Suamiku Firmansyah, SE tercinte, yang udah
menemaniku dalam suka, duka dalam merintis dikehidupan yang semu ini,
dan terus memberikan semangat, bantuan, dan kesetiaan dalam
menyelesaikan skripsi saya.
4. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta.
5. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6. Suhendra, S.Ag.,MM., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis..
7. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan masukan, semangat, dan bimbingan dengan kesabaran dan
ketabahannya.
8. Rahmawati,SE.,MM., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
masukan dalam proses penyusunan skripsi saya dengan sabar dan penuh
keikhlasan.
9. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis khususnya
jurusan Akuntansi yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam
proses perkuliahan.
10. Mbak ani dan Mpo yang udah melayani saya dan teman-teman dalam proses
pendaftaran, mulai dari ujian KOMPRE dan SKRIPSI.
11. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang telah bekerja
dengan baik melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima Allah
SWT.
12. Kawan-kawanku di Akuntansi A dan Akuntansi B yang telah membantu
saya, dan memberikan semangat sehingga tersusunnya skripsi. Terus
berjuang sampai tetes darah penghabisan..!
13. Kawan-kawanku di Akuntansi Audit, yang udah menjadi pendorong/motivasi
semangat saya, dalam penyelesaian skripsi.
14. Kak Astri, Kak Abdul Khoer, Kak Dadi, Kak Firmansyah, Indah, tata, lucky,
dodi, Alya, yang telah memberi semangat dan dukungan kepada saya dari
mulai ujian kompre sampe dengan selesainya skripsi saya, “Moga kita semua
bisa menjadi penyemangat satu sama lainnya”.
15. Keluarganya Ayang ku Firmansyah yang telah menerima saya dan teman-
teman untuk belajar kompre di rumahnya semoga menjadi keluarga yang
selalu dilindungi Allah SWT dan dibalas semua kebaikannya dengan
kebaikan yang lebih baik lagi.
16. Kawan-kawanku yang telah membantu, baik secara materil maupun secara
moril, semoga amalnya diterima Allah SWT.
17. Kawan-kawanku dalam dunia komunikasi FB, makasih atas do’anya.
18. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu.
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf dan berharap
skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berharap skripsi
yang saya susun ini menjadi suatu karya yang baik serta menjadi suatu persembahan
terbaik bagi para dosen-dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
Demikianlah kata pengantar dari saya dan sebagai suatu introspeksi diri, saya
mohon maaf atas kekurangan dan kesalahannya. Dan kekurangan hanya terdapat
pada diri saya, karena kebenaran sejati hanya milik Allah SWT saya ucapkan terima
kasih.
Jakarta, 14 April 2010
(Deva Aprianti)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan Skripsi ..................................................................... i
Halaman Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................... ii
Halaman Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ iv
Abstrak ........................................................................................................ v
Abstract ....................................................................................................... vi
Kata Pengantar ........................................................................................... vii
Daftar Isi ..................................................................................................... xi
Daftar Tabel ................................................................................................ xiii
Daftar Gambar ............................................................................................ xvii
Daftar lampiran ............................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………....... 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………...... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………….... 9
1. Tujuan penelitian ………………………………….... 10
2. Manfaat penelitian ………………………………...... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................... 12
1. Kompetensi .................................................................... 12
1.1 Pengetahuan ........................................................ 14
1.2 Pengalaman ......................................................... 16
2 Independensi ................................................................... 17
3 Keahlian Profesional ……………………………... ....... 25
4 Etika Uditor ……………………………………........... 29
5 Kualitas Audit …………………………………........... 31
B. Penelitian Sebelumnya ...................................................... 33
C. Kerangka Pemikiran .......................................................... 36
D. Hipotesis ............................................................................ 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................. 38
B. Metode Penentuan Sampel ............................................ 38
C. Metode Pengumpulan Data ........................................... 39
D. Metode Analisis Data .................................................... 41
E. Operasional Variabel ..................................................... 54
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 57
B. Analisis Deskriptif Kualitatif ....................................... 62
C. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 100
D. Analisis Regresi Linear Berganda ............................... 104
E. Uji Hipotesis ................................................................ 107
F. Interprestasi Hasil Analisis .......................................... 116
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................. 121
B. Implikasi ...................................................................... 124
C. Saran ............................................................................ 124
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Keterangan Halaman
Tabel 4.1 Pedoman Untuk Memberikan Koefisien Korelasi 44
Tabel 4.2 Operasional Variabel Penelitian 54
Tabel 4.3 Alamat dan Nama KAP 58
Tabel 4.4 Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner 59
Tabel 4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia 60
Tabel 4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 60
Tabel 4.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan dalam KAP 61
Tabel 4.8 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 61
Tabel 4.9 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Sebagai auditor 61
Tabel 4.10 Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah
Pelatihan yang Telah Diikuti 62
Tabel 4.11 Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Penugasan 62
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Kompetensi 63
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Independensi 64
Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Keahlian Profesional 64
Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas Etika Auditor 65
Tabel 4.16 Hasil Uji Validitas Kualitas Audit 65
Tabel 4.17 Hasil Uji Reliabilitas 67
Tabel 4.18 Auditor harus mengetahui tentang fakta – fakta apa saja yang
akan di audit 68
Tabel 4.19 Seorang auditor wajib mengetahui prosedur – prosedur standar
yang akan di audit 68
Tabel 4.20 Untuk melakukan audit yang baik, auditor membutuhkan
pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal 69
Tabel 4.21 Selain pendidikan formal, untuk melakukan audit yang baik,
auditor juga membutuhkan pengetahuan yang diperoleh
dari kursus dan pelatihan khususnya di bidang audit 70
Tabel 4.22 Semakin banyak jumlah klien yang auditor audit menjadikan
audit yang auditor lakukan semakin lebih baik 71
Tabel 4.23 Seorang auditor disebut berpengalaman apabila memiliki
masa kerja lebih dari 4 tahun 72
Tabel 4.24 Pengalaman penugasan audit mempengaruhi ketepatan
dalam menganalisis suatu kasus 72
Tabel 4.25 Level jabatan dan tanggung jawab sangat mempengaruhi
pengalaman auditor dalam mengaudit 73
Tabel 4.26 Seorang auditor tidak harus dapat bekerja sama dalam
sebuah tim 74
Tabel 4.27 Seorang auditor harus kreatif dalam menyelesaikan permasalahan
yang ada 74
Tabel 4.28 Auditor yang kompeten akan dengan mudah beradaptasi dengan
perubahan lingkungan bisnis kliennya 75
Tabel 4.29 Seorang auditor harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi
kecurangan dalam laporan keuangan 76
Tabel 4.30 Auditor sebaiknya memiliki hubungan dengan klien yang sama
paling lama 3 tahun 76
Tabel 4.31 Jika audit yang auditor lakukan buruk, maka auditor dapat
menerima sanksi dari klien 77
Tabel 4.32 Jika audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar dari
total pendapatan suatu kantor akuntan maka hal ini dapat merusak
independensi akuntan publik 78
Tabel 4.33 Fasilitas yang auditor terima dari klien menjadikan auditor sungkan
terhadap klien sehingga kurang bebas dalam melakukan audit 79
Tabel 4.34 Auditor tidak membutuhkan telaah dari rekan auditor lain untuk
menilai prosedur auditnya karena kurnag dirasa manfaatnya 79
Tabel 4.35 Auditor bersikap jujur untuk menghindari penilaian kurang
dari rekan seprofesi (sesama auditor) dalam tim 80
Tabel 4.36 Selain memberikan jasa audit, suatu kantor akuntan dapat pula
memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama 81
Tabel 4.37 Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat meningkatkan informasi
yang disajikan dalam laporan pemeriksanaan akuntan publik 82
Tabel 4.38 Keahlian yang dilaksanakan seorang auditor harus sesuai dengan
bidang yang ditugasinya 83
Tabel 4.39 Auditor melakukan profesi atau tugas sesuai dengan standar baku
dibidang profesinya 83
Tabel 4.40 Auditor harus mematuhi etika yang telah ditetapkan 84
Tabel 4.41 Profesional seorang akuntan publik terbentuk
dari tempat pelatihan 85
Tabel 4.42 Asosiasi profesional harus dimiliki seorang akuntan publik 85
Tabel 4.43 Seorang akuntan yang profesional harus memiliki kode etik 86
Tabel 4.44 Auditor mencerminkan profesi yang berdedikasi sesuai dengan
pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya 87
Tabel 4.45 Auditor mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban
sosial 87
Tabel 4.46 Profesional mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari
pihak lain 88
Tabel 4.47 Seorang profesional harus yakin terhadap profesi
yang dijalankan 89
Tabel 4.48 Auditor harus memiliki hubungan sesame profesi dengan
menggunakan ikatan profesi sebagai acuannya 89
Tabel 4.49 Imbalan yang auditor terima dapat mempengaruhi perilaku auditor
agar memiliki kinerja yang optimal 90
Tabel 4.50 Organisasi di tempat auditor bekerja sangat berarti bagi seorang
auditor 91
Tabel 4.51 Lingkungan keluarga auditor bekerja sangat berarti
bagi seorang auditor 91
Tabel 4.52 Auditor merasa terikat secara emosional dengan organisasi di
tempat Bekerja 92
Tabel 4.53 Besarnya kompetensi yang auditor terima akan mempengaruhi
auditor dalam melaporkan kesalahan klien 93
Tabel 4.54 Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien dapat
menjadikan pelaporan audit menjadi lebih baik 93
Tabel 4.55 Auditor mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan
audit dalam waktu yang tepat 94
Tabel 4.56 Seorang auditor harus berpedoman pada prinsip auditing dan
prinsip akuntan dalam melakukan pekerjaan lapangan 95
Tabel 4.57 Auditor tidak mudah percaya terhadap pernyataan klien selama
melakukan audit 95
Tabel 4.58 Auditor selalu berusaha berhati-hati dalam pengambilan keputusan
selama melakukan audit 96
Tabel 4.59 Seorang akuntan publik harus memiliki konsistensi dalam
profesinya 97
Tabel 4.60 Seorang auditor harus menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi akuntan publik 97
Tabel 4.61 Auditor menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan laporan 98
Tabel 4.62 Seorang akuntan publik harus mematuhi SOP yang ada 99
Tabel 4.63 Descriptive Statistics 99
Tabel 4.64 Uji Multikolinearitas 101
Tabel 4.65 Coefficients 105
Tabel 4.66 Coefficients 105
Tabel 4.67 Coefficients 106
Tabel 4.68 Coefficients 106
Tabel 4.69 Hasil Uji Koefisien Determinasi 108
Tabel 4.70 Hasil Uji F Statistik 109
Tabel 4.71 Hasil Uji T Statistik 110
Tabel 4.72 Hasil Uji T Statistik 113
Tabel 4.73 Hasil Uji T Statistik 114
Tabel 4.74 Hasil Uji T Statistik
115
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Keterangan Halaman
Gambar 1.1 Struktural Hubungan variabel X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y 36
Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas 102
Gambar 4.3 Uji Normalitas 104
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Distribusi Frekuensi Kompetensi
Lampiran 3. Distribusi Frekuensi Independensi
Lampiran 4. Distribusi Frekuensi Keahlian Profesional
Lampiran 5. Distribusi Frekuensi Etika Auditor
Lampiran 6. Distribusi Frekuensi Kualitas Audit
Lampiran 7. Validitas dan Reliabilitas Kompetensi
Lampiran 8. Validitas dan Reliabilitas Independensi & Validitas dan
Realibilitas Keahlian Profesional
Lampiran 9. Validitas dan Reliabilitas Etika Auditor
Lampiran 10. Validitas dan Reliabilitas Kualitas Audit
Lampiran 11. Regresi dan Moderasi
Lampiran 12. Interaksi Kompetensi dan Etika Auditor
Interaksi Independensi dan Etika Auditor
Interaksi Keahlian Profesional dan Etika Auditor
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Auditor adalah pihak yang diyakini berperan sebagai pengontrol dan
penjaga kepentingan publik dibidang yang terkait dengan keuangan. Auditor
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Sebagai seorang ahli, auditor harus memiliki kemampuan yang memadai
tentang teknik – teknik audit dan memahami kriteria yang digunakan. Hal ini
dapat diperoleh melalui pendidikan baik secara formal maupun informal, serta
pengalaman dalam melakukan audit.
Meningkatnya persaingan saat ini membuat para akuntan publik menjadi
lebih sulit berperilaku secara profesional, dan membuat banyak kantor akuntan
publik lebih berkepentingan untuk mempertahankan klien dan laba yang besar.
Banyak kantor akuntan publik telah menerapkan falsafat dan praktik yang sering
disebut sebagai praktik bisnis yang disempurnakan. Pada saat ini kebutuhan akan
etika cukup penting, karena dengan beretika semuanya akan berjalan secara
teratur.
Kasus ENRON, sebuah perusahaan raksasa di AS melakukan skandal yang
menghebohkan dunia karena berkolusi dengan KAP Arthur Andersen, kecaman
masyarakat terhadap profesi auditor mengalir dengan derasnya. Kepercayaan
masyarakat AS khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya terhadap
profesi di bidang jasa publik ini semakin merosot. Di balik kecurangan atau
kebodohan publik yang dilakukan oleh perusahaan raksasa Amerika yaitu
ENRON. Sangat ironis sebuah perusahaan beromzet US$ 100 miliar sekonyong
– konyong kolaps dan harus menanggung rugi tak kurang dari $50 miliar. Harga
sahamnya terjungkal hingga tinggal seperduaratusnya. Simpanan dana pensiun $
1 miliar milik 7.500 karyawan amblas karena manajemen ENRON menanamkan
dana tabungan karyawan itu untuk membeli sahamnya sendiri. Pelaku pasar
modal kehilangan $ 32 miliar. Inilah sebuah rekor kebangkrutan bisnis terburuk
di Amerika sepanjang sejarah. Ironisnya, tragedi ini justru terjadi di negeri yang
otoritas pasar modalnya sangat ketat menerapkan standar transparasi dan
pembeberan (disclosure) bagi perusahaan publik.
Kontroversi demi kontroversi segera saja mengiringi proses penyelidikan
sebab-sebab kebangkrutan itu. Pertama-tama, diketahui bahwa manajemen
Enron telah melakukan window dressing, memanipulasi angka-angka laporan
keuangan agar kinerjanya tampak kinclong. Tak kepalang tanggung, pendapatan
di-mark-up dengan $ 600 juta, dan utangnya senilai $ 1,2 miliar disembunyikan
dengan teknik off-balance sheet. Auditor Enron, Arthur Andersen kantor Huston,
dipersalahkan karena ikut membantu proses rekayasa keuangan tingkat tinggi itu.
Manipulasi ini telah berlangsung bertahun-tahun, sampai Sherron Watskin, salah
satu eksekutif Enron yang tak tahan lagi terlibat dalam manipulasi itu, mulai
melaporkan praktek tidak terpuji itu. Keberanian Watskin yang juga pernah
bekerja di Andersen inilah yang membuat semuanya menjadi terbuka.
Kontroversi lainnya adalah mundurnya beberapa eksekutif terkemuka Enron dan
"dipecatnya" sejumlah partner Andersen. Terbongkar juga kisah pemusnahan
ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit
Enron oleh petinggi di firma audit Arthur Andersen.
Kini, Arthur Andersen sedang berjuang keras menghadapi serangan
bertubi-tubi, bahkan berbagai tuntutan di pengadilan. Diperkirakan tak kurang
dari $ 32 miliar, harus disediakan Arthur Andersen untuk dibayarkan kepada
para pemegang saham Enron yang merasa dirugikan karena auditnya yang tidak
becus. Ratusan mantan karyawan yang marah juga sudah melayangkan gugatan
kepada Andersen, yang tentu akan menambah beban Andersen. Di luar itu,
otoritas pasar modal dan hukum Amerika Serikat pasti akan memberi sanksi
berat jika tuduhan malapraktek itu terbukti. Majalah Business Week mensinyalir
kecilnya peluang Arthur Andersen untuk bertahan karena beratnya risiko yang
harus dihadapi akibat malapraktek itu.
Skandal Enron, tak bisa dimungkiri, merupakan kejahatan ekonomi
multidisiplin. Segelintir penguasa informasi telah menipu banyak pihak yang
sangat awam tentang seluk-beluk transaksi keuangan perusahaan. Mereka terdiri
dari para profesional-CEO, akuntan, auditor, pengacara, bankir, dan analis
keuangan yang telah mengkhianati tugas mulianya sebagai penjaga kepentingan
publik yang tak berdosa. Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi
tanggung jawab banyak pihak, dalam kedudukannya sebagai auditor, tanggung
jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron sangatlah besar.
Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab
memberikan assurance services. Sementara manajemen, dibantu oleh para
pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi keuangan,
akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya
atau tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu perusahaan sangat
bergantung pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata "publik" yang
menyertai akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan
karena itu tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest).
Sementara itu, kata "wajar tanpa pengecualian", yang menjadi pendapat akuntan
publik, mengandung makna bahwa informasi keuangan yang telah diauditnya
layak dipercaya, tidak mengandung keragu-raguan. Karena itu, dalam
menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi kemungkinan kecurangan dan
kekeliruan yang material. Kalau saja auditor Enron bekerja dengan penuh kehati-
hatian (due professional care), niscaya manipulasi yang dilakukan manajemen
dapat dibongkar sejak dulu dan kerugian yang lebih besar dapat dicegah lebih
dini. Buktinya, si pemberani Watskin dengan mudah dapat menemukan
manipulasi itu.
Sebaliknya, hilangnya obyektivitas dan independensi dapat membuat
penglihatan auditor menjadi kabur. Penyimpangan (irregularities) dan
kecurangan (fraud) akan dianggap sebagai kelaziman. Kegagalan untuk bersikap
obyektif dan independen sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi.
Membenarkan, bahkan menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-
jelas merupakan pengkhianatan terhadap tugas "suci" profesi akuntan publik.
Karena itu, sangat wajar jika, dalam kasus Enron auditor paling dipersalahkan
karena telah gagal melindungi kepentingan publik.
Respon masyarakat terhadap kasus ENRON dan KAP Arthur Andersen
yang terjadi di AS ini menunjukkan bahwa profesi Auditor (Akuntan Publik)
memang sebuah industri keahlian dan kepercayaan. Sehingga, apabila
kepercayaan dilanggar maka reputasi juga akan menurun. Hal inilah yang
menjadi tantangan besar bagi para auditor masa depan untuk bekerja sesuai
dengan etika profesi dan standar yang telah ditetapkan di tengah persaingan yang
semakin ketat dalam industri jasa ini (Majalah Auditor Edisi 35, 2008).
Dengan mematuhi kode etik profesional maka diharapkan profesi akuntan
publik agar berprilaku pantas dan profesional serta melaksanakan audit beserta
jasa-jasa terkait dengan mutu tinggi. Selain itu seorang akuntan harus
mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan menerapkan etika secara memadai
dalam pekerjaan profesionalnya dan melandaskan pada standar moral dan etika
tertentu. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi pelanggaran etika yang dilakukan
oleh para akuntan.
Akuntan publik tidak dapat memihak, baik untuk kepentingan klien ataupun
pihak ketiga. Bukan hanya penting bagi akuntan publik untuk memelihara sikap
mental independen dalam memenuhi tanggung jawab mereka, tetapi penting juga
bahwa pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan terhadap independensi
tersebut. Independensi dalam kenyataannya auditor mampu mempertahankan
sikap yang tidak memihak sepanjang melakukan auditnya (Ubaidillah dan
Arafah, 2009).
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan
tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan
dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Profesi akuntan
publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal
sebagai dasar pengambilan keputusan.
Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik maka auditor
dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan
cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang
mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan
lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor
untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara
keseluruhan.
Selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi
yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya
baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini
mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian
profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang
auditor dalam menjalankan profesinya.
Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit
perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam
lingkungan perusahaan klien yakni ketika akuntan publik mengemban tugas dan
tanggung jawab dari manajemen (Agen) untuk mengaudit laporan keuangan
perusahaan yang dikelolanya. Dalam hal ini manajemen ingin supaya kinerjanya
terlihat selalu baik dimata pihak eksternal perusahaan terutama pemilik
(prinsipal). Akan tetapi disisi lain, pemilik (prinsipal) menginginkan supaya
auditor melaporkan dengan sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang
telah dibiayainya. Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang
berbeda antara manajemen dan pemakai laporan keuangan (Elfarini, 2007).
Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai
pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk
meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat
diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Untuk dapat meningkatkan sikap
profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, hendaknya
para akuntan publik memiliki pengetahuan audit yang memadai serta dilengkapi
dengan pemahaman mengenai kode etik profesi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2008)
menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi
kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan
tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Semakin tinggi
tingkat profesionalisme akuntan publik pengetahuannya dalam mendeteksi
kekeliruan dan ketaatannya akan kode etik semakin baik pula pertimbangan
tingkat materialitasnya dalam melaksanakan audit laporan keuangan. Secara
keseluruhan dengan meningkatkan profesionalisme akuntan publik,
memberikan pengetahuan yang memadai bagi akuntan publik dalam mendeteksi
kekeliruan dan meningkatkan rasa kepatuhan terhadap etika profesi dalam
setiap pelaksanaan proses audit atas laporan keuangan dapat dihasilkan laporan
keuangan auditan yang berkualitas.
Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan
tidak semata–mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk
pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat
mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan
keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang
memadai.
Selain menjadi seorang profesional yang memiliki sikap profesionalisme,
akuntan publik juga harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam
profesinya untuk mendukung pekerjaannya dalam melakukan setiap
pemeriksaan. Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh etika
profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI),
agar situasi penuh persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Selain itu, dalam
perencanaan audit, akuntan publik harus mempertimbangkan masalah penetapan
tingkat risiko pengendalian yang direncanakan dan pertimbangan awal tingkat
materialitas untuk pencapaian tujuan audit (Herawaty dan Susanto, 2008).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka Skripsi ini diberi judul
“Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Keahlian Profesional terhadap
Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus
pada KAP di Wilayah Jakarta Selatan)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah kompentensi, independensi, dan keahlian profesional berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai veriabel
moderasi ?
2. Apakah kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit ?
3. Apakah interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit ?
4. Apakah independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit ?
5. Apakah interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit ?
6. Apakah keahlian profesional berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit ?
7. Apakah interaksi keahlian profesional dan etika auditor berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui apakah kompetensi, independensi dan keahlian
profesional berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dengan
etika auditor sebagai variabel moderasi.
b. Untuk mengetahui apakah kompetensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
c. Untuk mengetahui apakah interaksi kompetensi dan etika auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualias audit.
d. Untuk mengetahui apakah independensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
e. Untuk mengetahui apakah interaksi independensi dan etika auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
f. Untuk mengetahui apakah keahlian profesional berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit.
g. Untuk mengetahui apakah interaksi keahlian profesional dan etika
auditor berpengaruh signifikan terhadap kualiast audit.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut :
a. Bagi Akademisi.
Penelitian ini memberi bukti empiris tentang bagaimana pengaruh
kompentensi, independensi, dan Keahlian Profesional terhadap
kualitas audit. Selain itu dapat memperkaya bahan kajian atau
referensi untuk penelitian yang akan datang.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini akan menjadi masukkan dan bahan acuan dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan kualitas audit.
c. Bagi Pihak Investor
Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan dan acuan
dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan untuk
memperoleh informasi yang akan digunakan untuk mengembil
keputusan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kompetensi
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor,
sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan
seksama (due professional care) (Elfarina, 2007).
Lee dan Stone (1995) dalam Elfarina (2007), mendefinisikan
kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat
digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Pendapat lain adalah dari
Dreyfus dan Dreyfus (1986), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian
seseorang yang berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya
melalui proses pembelajaran, dari “ mengetahui sesuatu “ ke “ mengetahui
bagaimana “. Seperti misalnya dari sekedar pengetahuan yang tergantung
pada aturan tertentu kepada suatu pernyataan yang bersifat intuitif. Sedangkan
Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang
berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan
pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah
membuat kesalahan.
Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Lastanti
(2005:88) mendefinisikan kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli.
Dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat
ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang
diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
Menurut Bedard (1986) dalam lastanti (2005:88) mengartikan keahlian
atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan
ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.
Sementara itu dalam artikel yang sama, Shanteau (1987) mendefinisikan
keahlian sebagai orang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan pada
derajad yang tinggi.
Menurut kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002)
kompetensi didefinisikan sebagai aspek – aspek pribadi dari seorang pekerja
yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek –aspek
pribadi ini mencakup sifat, motif – motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan
ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan
tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto (2000) definisi tentang
kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang
mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga
merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan
dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-
pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering
diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).
Menurut pendapat Murtanto (1998) dalam Alim dkk (2007)
menunjukan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri
atas :
1. komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu
kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta,
prosedur-prosedur dan pengalaman. Kamfer dan Ackerman (1989) juga
mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam
menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.
2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas,
kemampuan bekerja sama.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi
auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup
dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.
1.1 Pengetahuan
Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor
karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak
pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga
dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu
auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin
kompleks (Meinhard et.al, 1987 dalam Harhinto, 2004:35).
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk
memahami entitas yang diaudit dan membantu pelaksanaan audit.
Pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan untuk melakukan review
analitis, pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi,
pengetahuan auditing, dan pengetahuan tentang sektor publik.
Pengetahuan akuntansi mungkin akan membantu dalam mengolah angka
dan data, namun karena audit kinerja tidak memfokuskan pada laporan
keuangan maka pengetahuan akuntansi bukanlah syarat utama dalam
melakukan audit (Rai, 2008).
Secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang
auditor (Kusharyanti, 2003), yaitu: (1) Pengetahuan pengauditan umum,
(2) Pengetahuan area fungsional, (3) Pengetahuan mengenai isu-isu
akuntansi yang paling baru, (4) Pengetahuan mengenai industri khusus,
(5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.
Pengetahuan pengauditan umum seperti risiko audit, prosedur audit, dan
lain-lain kebanyakan diperoleh di perguruan tinggi, sebagian dari
pelatihan dan pengalaman. Untuk area fungsional seperti perpajakan dan
pengauditan dengan komputer sebagian didapatkan dari pendidikan
formal perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan dan pengalaman.
Demikian juga dengan isu akuntansi, auditor bisa mendapatkannya dari
pelatihan profesional yang diselenggarakan secara berkelanjutan.
Pengetahuan mengenai industri khusus dan hal-hal umum kebanyakan
diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
1.2 Pengalaman
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak
faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut
Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman
memiliki keunggulan dalam hal: (1) Mendeteksi kesalahan, (2)
Memahami kesalahan secara akurat, (3) Mencari penyebab kesalahan.
Menurut Gibbins (1984) dalam Hernadianto (2002:25), pengalaman
menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari
pengetahuan yang sistemtis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan
dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengalaman
langsung masa lalu. Singkat kata, teori ini menjelaskan bahwa melalui
pengalaman auditor dapat memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang berpengalaman
akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik
dibandingkan auditor yang belum berpengalaman.
Libby (1991) dalam Hernadianto (2002:26) mengatakan bahwa
seorang auditor menjadi ahli terutama diperoleh melalui pelatihan dan
pengalaman. Seorang auditor yang lebih berpengalaman akan memiliki
skema yang lebih baik dalam mendefinisikan kekeliruan-kekeliruan
daripada auditor yang kurang berpengalaman.
Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2002:5)
menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman
yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang
masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat
mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur
dari sistem akuntansi yang mendasari (Libby et. al, 1985) dalam
Mayangsari (2003:4).
Menurut Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa pengalaman
auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Widhi (2006)
memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang
menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor maka
semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit.
2. Independensi
Definisi independesi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox
adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan
independent bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen.
Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan
publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik
berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002) dalam
(Elfarina, 2007).
Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi
adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak
mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang
bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus
memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesionalnya dan setiap
auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau
pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak
memihak, dan melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.
Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi
akuntan publik, yaitu: (1) Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting
interest dengan klien, (2) Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri, (3)
Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan (4) Bertindak
sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan terganggu
independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen
atau karyawan dengan kliennya (Elfarina, 2007).
Lavin (1976) dalam Elfarina (2007) meneliti 3 faktor yang
mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu: (1) Ikatan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien, (2) Pemberian jasa lain selain jasa audit kepada
klien, dan (3) lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien.
Shockley (1981) dalam Elfarina (2007) meneliti 4 faktor yang mempengaruhi
independensi, yaitu (1) Persaingan antar akuntan publik, (2) Pemberian jasa
konsultasi manajemen kepada klien, (3) Ukuran KAP, dan (4) Lamanya
hubungan audit.
Menurut Supriyono (1988) dalam Elfarina (2007) meneliti 6 faktor yang
mempengaruhi independensi, yaitu: (1) Ikatan kepentingan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien, (2) Jasa-jasa lainnya selain jasa audit, (3)
Lamanya hubungan audit antara akuntan publik dengan klien, (4) Persaingan
antar KAP, (5) Ukuran KAP, dan (6) Audit fee.
Menurut Aturan Etika Kompartemen Akuntansi Publik Peraturan 101
dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana
diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan IAI. Sikap
mental independensi tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact)
maupun dalam penampilan (in apearance). Oleh karena itu, ia tidak
dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana
tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap independensi (tidak memihak) yang justru
sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya (Ubaidillah
dan Arafah, 2009).
Menurut Arens (2006:84) dalam Ubaidillah dan Arafah (2009)
independensi adalah cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan
pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Unsur –
unsur mengenai independensi akuntan publik, yaitu sebagai berikut:
1. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, obyektivitas dan kebebasan
akuntan publik dari pengaruh pihak lain.
2. Kepercayaan akuntan publik terhadap diri sendiri yang merupakan
integritas profesionalnya.
3. Kemampuan akuntan publik meningkatkan kredibilitas pernyataannya
terhadap laporan keuangan yang diperiksa.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi
independensi akuntan publik adalah sikap pikiran dan sikap mental akuntan
publik yang jujur dan ahli, serta bebas dari bujukan, pengaruh, dan
pengendalian pihak lain dalam melaksanakan perencanaan, pemerikasaan,
penelitian, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Mayangsari (2003:6) disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang
diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi
dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan
objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas
dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua
kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap
seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan-
temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.
Menurut Halim (2001:21) dalam Desyanti dan Ratnadi (2006) ada tiga
aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut. (1) Independence
in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran
yang tinggi. (2) Independence in appearance (independensi dalam
penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor
sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya
sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi
dan objektivitasnya. (3) Independence in competence (independensi dari sudut
keahlian) yang berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Christina (2007) meneliti 4 faktor yang mempengaruhi independensi,
yaitu :
1. Lama hubungan dengan klien
Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan
klien sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri
tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien
yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5
tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan
klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.
2. Tekanan dari klien
Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik
kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin
operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar
melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan
penghargaan. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen
perusahaan melakukan tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan
auditan yang dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien (Media
akuntansi, 1997) dalam Elfarina (2007). Pada situasi ini, auditor
mengalami dilema. Pada satu sisi, jika auditor mengikuti keinginan klien
maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika auditor tidak mengikuti
klien maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP
auditornya.
Goldman dan Barlev (1974) dalam Christina (2007) berpendapat
bahwa usaha untuk mempengaruhi auditor melakukan tindakan yang
melanggar standar profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi
konflik ada kekuatan yang tidak seimbang antara auditor dengan kliennya.
Klien dapat dengan mudah mengganti auditor KAP jika auditor tersebut
tidak bersedia memenuhi keinginannya. Sementara auditor membutuhkan
fee untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga akan lebih mudah dan murah
bagi klien untuk mengganti auditornya dibandingkan bagi auditor untuk
mendapatkan sumber fee tambahan atau alternatif sumber fee lain (Nichols
dan Price, 1976) dalam Elfarina (2007).
Selain itu, persaingan antar kantor akuntan (KAP) semakin besar.
KAP semakin bertambah banyak, sedangkan pertumbuhan perusahaan
tidak sebanding dengan pertumbuhan KAP. Terlebih lagi banyak
perusahaan yang melakukan merjer atau akuisisi dan akibat krisis ekonomi
di Indonesia banyak perusahan yang mengalami kebangkrutan. Sehingga
oleh karena itu KAP akan lebih sulit untuk mendapatkan klien baru
sehingga KAP enggan melepas klien yang sudah ada.
Kondisi keuangan klien berpengaruh juga terhadap kemampuan
auditor untuk mengatasi tekanan klien (Knapp,1985) dalam Elfarina
(2007). Klien yang mempunyai kondisi keuangan yang kuat dapat
memberikan fee audit yang cukup besar dan juga dapat memberikan
fasilitas yang baik bagi auditor. Selain itu probabilitas terjadinya
kebangkrutan klien yang mempunyai kondisi keuangan baik relatif kecil.
Pada situasi ini auditor menjadi puas diri sehingga kurang teliti dalam
melakukan audit.
3. Telaah dari rekan auditor
Tuntutan pada profesi akuntan untuk memberikan jasa yang
berkualitas menuntut tranparansi informasi mengenai pekerjaan dan operasi
Kantor Akuntan Publik. Kejelasan informasi tentang adanya sistem
pengendalian kualitas yang sesuai dengan standar profesi merupakan salah
satu bentuk pertanggung jawaban terhadap klien dan masyarakat luas akan
jasa yang diberikan.
Pekerjaan akuntan publik dan operasi Kantor Akuntan Publik perlu
dimonitor dan di “audit“ guna menilai kelayakan desain sistem
pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standar kualitas yang
diisyaratkan sehingga output yang dihasilkan dapat mencapai standar
kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme monitoring
dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan
audit. Peer review dirasakan memberikan manfaat baik bagi klien, Kantor
Akuntan Publik yang direview dan auditor yang terlibat dalam tim peer
review. Manfaat yang diperoleh dari peer review antara lain mengurangi
resiko litigation, memberikan pengalaman positif, mempertinggi moral
pekerja, memberikan competitive edge dan lebih meyakinkan klien atas
kualitas jasa yang diberikan.
4. Jasa non audit
Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan
juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan
perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan
(Kusharyanti, 2002:29) dalam Elfarina (2007). Adanya dua jenis jasa yang
diberikan oleh suatu KAP menjadikan independensi auditor terhadap
kliennya dipertanyakan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas audit.
Pemberian jasa selain audit ini merupakan ancaman potensial bagi
independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada
auditor agar bersedia untuk mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh
manajemen, yaitu wajar tanpa pengecualian (Barkes dan Simnet (1994),
Knapp (1985)) dalam Elfarina (2007). Pemberian jasa selain jasa audit
berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada
saat dilakukan pengujian laporan keungan klien ditemukan kesalahan yang
terkait dengan jasa yang diberikan auditor tersebut. Kemudian auditor tidak
mau reputasinya buruk karena dianggap memberikan alternatif yang tidak
baik bagi kliennya. Maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit dari
auditor tersebut.
3. Keahlian Profesional
Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai
pihak yang dianggap independen, menurut profesi akuntan publik untuk
meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat
diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Untuk dapat meningkatkan sikap
profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, hendaknya
para akuntan publik memiliki pengetahuan audit yang memadai serta
dilengkapi dengan pemahaman mengenai kode etik profesi.
Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan
keuangan tidak semata–mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan
juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para
pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki
kompetensi yang memadai.
FASB dalam Statement of Financial Accounting Concept No.2,
menyatakan bahwa relevansi dan reliabilitas adalah dua kualitas utama yang
membuat informasi akuntansi berguna untuk pembuatan keputusan. Untuk
dapat mencapai kualitas relevan dan reliabel maka laporan keuangan perlu
diaudit oleh akuntan publik untuk memberikan jaminan kepada pemakai
bahwa laporan keuangan tersebut telah disusun sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di
Indonesia (Herawaty dan Susanto, 2008).
Profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk profesi akuntan
karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut. Gambaran terhadap
profesionalisme dalam profesi akuntan publik seperti yang dikemukakan oleh
Hastuti et al. (2003) dicerminkan melalui lima dimensi, yaitu pengabdian
pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan
hubungan dengan rekan seprofesi.
Selain menjadi seorang profesional yang memiliki sikap
profesionalisme, akuntan publik juga harus memiliki pengetahuan yang
memadai dalam profesinya untuk mendukung pekerjaannya dalam melakukan
setiap pemeriksaan. Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh
etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), agar situasi penuh persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Selain
itu, dalam perencanaan audit, akuntan publik harus mempertimbangkan
masalah penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan dan
pertimbangan awal tingkat materialitas untuk pencapaian tujuan audit
(Herawaty dan Susanto, 2008).
Libby (1995) dalam artikel Koroy (2005:917) menyatakan bahwa
pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert).
Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia
menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin
kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap
penerapan struktur pengendalian intern.
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika
memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan
menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan
menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah
ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual
seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003). Profesi merupakan jenis
pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme
merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu
pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang
profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien
termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya.
Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional
meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat
mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan
profesionalisme yang tinggi (Jusuf 1997:78–79) dalam Herawaty dan Susanto
(2008). Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan
seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003) dalam Herawaty dan Susanto
(2008), berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek
sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan
tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode
etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa
profesionalisme.
Hastuti dkk. (2003) dalam Herawaty dan Susanto (2008) menyatakan
bahwa profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai
akuntan publik. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi
dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu pertama, pengabdian
pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan
dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan
pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari
pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Kedua, kewajiban social
adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat
yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya karena
adanya pekerjaan tersebut. Ketiga, kemandirian dimaksudkan sebagai suatu
pandangan bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien dan mereka
yang bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap
sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Keempat, keyakinan
terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang
menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan profesional atau tidak adalah
rekan sesama profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi
dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut. Kelima, hubungan dengan sesama
profesi adalah dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di
dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama
dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Etika Auditor
Kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor dalam
penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban
untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi
dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri
dimana akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi komponen dan untuk
menjagaintegritas dan obyektivitas mereka (Nugrahaningsih, 2005).
Payamta (2002) menyatakan bahwa berdasarkan “Pedoman Etika”
IFAC, maka syarat-syarat etika suaru organisasi aakuntan sebaliknya
didasarkan prinsip-prinsip dasar yang mengatur tindakan/perilaku seorang
akuntan dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Prinsip tersebut adalah (1)
integritas, (2) obyektifitas, (3) independen, (4) kepercayaan, (5) standar-
standar teknis, (6) kemampuan profesional, dan (7) perilaku etika.
Semakin meluasnya kebutuhan jasa professional akuntan publik
sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik
untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang
dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Untuk dapat meningkatkan
sikap profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan,
hendaknya para akuntan publik memiliki pengetahuan audit yang memadai
serta dilengkapi dengan pemahaman mengenai kode etik profesi.
Etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan
berperilaku terhadap sesamanya (Kell et al., 2002) dalam Alim, dkk (2007).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) etika berarti nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Maryani dan
Ludigdo (2001) dalam Alim, dkk (2007) mendefinisikan etika sebagai
seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur manusia, baik
yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi. Penelitian
yang dilakukan Maryani dan Ludigno (2001) dalam Herawaty dan Susanto
(2008) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap
mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan serta faktor yang dianggap
paling domonan pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku tidak etis akuntan.
Hasil yang diperoleh dari kuesioner tertutup menunjukkan bahwa terdaat
sepuluh faktor yang dianggap oleh sebagian besar akuntan mempengaruhi
sikap dan perilaku mereka. Sepuluh faktor tersebut adalah religiusitas,
pendidikan, organisasional, emotional quotient, lingkungan keluarga,
pengalaman hidup, imbalan yang diterima, hukum, dan posisi atau
kedudukan.
5. Kualitas Audit
De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan
kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor
akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem
akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji
tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara
tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor.
Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan.
Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya
harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) dalam
Elfarina (2007) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :
1. Tanggung jawab profesi.
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik.
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas.
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
intregitas setinggi mungkin.
4. Objektivitas.
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati,
kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.
6. Kerahasiaan.
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.
7. Perilaku Profesional.
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan.
B. Penelitian Sebelumnya
No. Penelitian Judul Variabel Method Penemuan
1 Ubaidillah dan Agung Arafah
Faktor – faktor yang mempengaruhi independensi dalam melakukan pemeriksaan pada kantor akuntan publik di Palembang
1. Variabel Bebas - lamanya
penugasan auditor dalam melakukan pemeriksaan (audit)
- Audit Fee - Keahlian Auditor - Hubungan
keluarga dan pribadi auditor dan penerimaan barang / jasa dari klien
- Obyek Penelitian : penelitian ini adalah semua auditor yang bekerja di KAP yang berlokasi di Palembang
- Periode Penelitian : tidak disebutkan dalam penelitian ini
- Populasi Penelitian : 5 KAP yang berlokasi dipalembang.
- Metode : Analisis Regresi Sederhana Dan Analisis Regresi Berganda.
Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap independensi adalah penerimaan barang atau jasa dari klien, faktor yang tidak berpengaruh atas independensi pada KAP adalah audit fee, lamanya penugasan audit, audit fee, keahlian auditor, hubungan keluarga dan pribadi auditor dan penerimaan barang / jasa dari klien secara bersama – sama berpengaruh atau mempengaruhi independensi pada
KAP Palembang.
2 Arleen Herawaty dan yulius Kurnia Susanto
Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan tingkat Materialitas
1. Variabel Bebas - Profesionalisme - Pengetahuan
akuntan public dalam mendeteksi kekeliruan
- Etika Profesi 2. Variabel Tak Bebas -Pertimbangan
tingkat materialitas
- Obyek Penelitian : Kantor akuntan publik(KAP) yang terdaftar pada ddirektori Institut akuntan Publik Indonesia 2008 di wilayah Jakarta dengan akuntan public yang bekerja di KAP dijadikan sebagai responden
- Periode Penelitian : Thn 2008
- Populasi Penelitian : Kantor
Akuntan Publik - Metode : Regresi
Berganda
Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
3 Ni Putu Eka Desyanti dan Ni Made Dwi Rattnadi
Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan pengalaman Kerja Pengawas intern Terhadap efektivitas penerapan Struktur pengendalian intern pada bank perkreditan rakyat di kabupaten bandung.
1. Variabel Bebas - Independensi - Keahlian
Profesional - Pengalaman
kerja - Pengawas intern
2. Variabel Tak
Bebas - Stuktur
Pengendalian Intern
- Obyek Penelitian : Bank perkreditan rakyat di kabupaten bandung
- Periode Penelitian : Thn 2006
- Populasi Penelitian : bank Perkreditan rakyat
- Metode :Regresi Berganda
independensi, keahlian professional, dan pengalaman kerja pengawas intern, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap efektivitas penerapan atruktur pengendalian intern pada bank perkreditan rakyat di kabupaten Bandung
4 M. Nizarul Alim dan Trisni Hapsari dan Liliek Purwanti
Pengaruh Kopetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai
1. Variabel Bebas - Kompetensi - Independensi - Etika auditor
2. Variabel Tak Bebas - Kualitas audit
- Obyek Penelitian : Di KAP Jawa Timur
- Periode Penelitian : Thn 2006
- Populasi Penelitian : 5 KAP Jawa Timur
- Metode Regresi
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. penelitian ini juga
variabel moderasi
berganda
menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
5 Yulius jogi christiawan
Kompetensi dan independensi akuntan publik : Refleksi hasil penelitian Empiris
1. Variabel bebas - kompetensi - Independensi 2. Variabel Tak bebas - kualitas audit
- Obyek Penelitian : Akuntan Publik - Periode penelitian : Thn 2000- 2002 - Populasi Penelitian : Akuntan publik
Bahwa penggunaan banyaknya tahun pengalaman untuk akuntan pemeriksa sebagai satu-satunya ukuran keahlian adalah kurang tepat dan untuk melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan auditor tentang kekeliruan.
6 Susiana dan Arleen Herawaty
Analisis pengaruh independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan
1. Variabel bebas - Independensi - Mekanisme
Corporate Governance
- Kualitas audit 2. Variabel tak bebas - Laporan
keuangan
- Objek penelitian : Di KAP
- Periode Penelitian : Thn 2000-2003
- populasi Penelitian : 5 KAP
- Analis regresi berganda
independensi yang diukur dengan fee
audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan, independensi yang diukur dengan fee
audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan, mekanisme corporate
governance yang diukur dengan keberadaan komite audit dalam perusahaan, keberadaan komisaris independen dalam perusahaan, persentase saham yang dimiliki oleh institusi, serta persentase saham
yang dimiliki oleh manajemen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan, mekanisme corporate
governance yang diukur dengan keberadaan komite audit dalam perusahaan, keberadaan komisaris independen dalam perusahaan, persentase saham yang dimiliki oleh institusi, serta persentase saham yang dimiliki oleh manajemen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan, dan kualitas audit yang diukur dengan ukuran KAP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tujuan penelitian diatas mengenai Pengaruh Kompetensi,
Independensi, dan Keahlian Profesional Terhadap Kualitas audit dengan Etika
Auditor Sebagai Variabel Moderasi, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian
sebagai berikut :
Gambar 1.1 Struktural Hubungan variabel X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan suatu
hipotesis yang merupakan dugaan sementara dalam menguji suatu penelitian,
yaitu:
H1: terdapat pengaruh signifikan dari variabel kompetensi, independensi, keahlian profesional, dan etika auditor terhadap kualitas audit.
H2: terdapat pengaruh signifikan dari variabel kompetensi terhadap kualitas audit.
H3: terdapat pengaruh signifikan dari variabel independensi terhadap kualitas audit.
H4: terdapat pengaruh signifikan dari variabel keahlian profesional terhadap kualitas audit.
H3: terdapat pengaruh signifikan dari interaksi variabel kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit.
H5: terdapat pengaruh signifikan dari interaksi variabel independensi dan etika auditor terhadap kualitas audit.
H7: terdapat pengaruh signifikan dari interaksi variabel keahlian profesional dan etika auditor terhadap kualitas audit.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Pablik (KAP) yang terdaftar
pada Direktori Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2008 di Wilayah
Jakarta. Jenis penelitian ini menjelaskan fenomena dalam bentuk pengaruh
antara Kompetensi, Independensi dan Keahlian Profesional terhadap Kualitas
Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi pada Kantor Akuntan
Pablik (KAP) di Wilayah Jakarta Selatan.
G. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah Auditor Eksternal pada Kantor
Akuntan Pablik (KAP) di Wilayah Jakarta Selatan.
2. Teknik Sampling
Penelitian ini dibatasi pada populasi Auditor pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Wilayah Jakarta Selatan. Sedangkan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 70 responden. Metode pengambilan
sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah non random sampling,
artinya peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota
populasi untuk dijadikan anggota sampel. Teknik yang digunakan dalam
penentuan sampel adalah Purposive Sampling atau Judgment Sampling,
yakni teknik yang dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian atau pertimbangan dari peneliti. Dengan kata lain, asal saja
calon responden tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang
diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana dan kapan saja
ditemui dijadikan sebagai elemen-elemen sampel penelitian (Hamid, 2005).
H. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer (Primery Data)
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), berupa persepsi
(opini, sikap, pengalaman) secara individual atau kelompok, hasil observasi
suatu kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data primer yang
penulis gunakan yaitu :
a. Kuesioner
Kuesioner merupakan penelitian dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan langsung kepada responden, yaitu Auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Pablik (KAP). Skala yang digunakan adalah skala likert
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang kejadian
atau gejala sosial. Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian A yang
berisi pernyataan data dan keterangan pribadi responden, bagian B berisi
pernyataan yang merupakan penjabaran dari operasional variabel
Kompetensi, Independensi, Keahlian Profesional, Etika Auditor, dan
Kualitas Audit.
Kategori dari penilaian skala likert ;
SS = Sangat Setuju diberi skor 5
S = Setuju diberi skor 4
R = Ragu – Ragu diberi skor 3
TS = Tidak Setuju diberi skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
Manfaat penggunaan skala Likert yaitu keragaman skor (variability of
score) dengan menggunakan skala tingkat 1 – 5.
b. Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan observasi pada Kantor Akuntan Pablik
(KAP) berupa pengamatan langsung dan pengambilan data objek
penelitian.
2. Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Adapun data
sekunder yang penulis pakai yaitu:
a. Riset kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca
buku, literatur, catatan perkuliahan, artikel, jurnal dan data dari internet.
b. Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mengutip langsung data yang diperoleh dari lembaga (instansi) terkait,
yang berhubungan dengan penelitian.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan secara umum adalah metode kuantitatif.
Analisa kuantitatif adalah analisis yang mengguanakan alat analisis yang bersifat
kuantitatif atau menggunakan model – model seperti matematika.
Untuk menjaga validitas dan reabilitas butir – butir pertanyaan yang ada
pada kuisioner dilakukan uji validitas dan reabilitas terhadap Kualitas Audit.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner (Ghozali, 2005:45).
Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap butir dalam telah ditunjukkan skor totalnya yang merupakan skor tiap
butir. Dengan nilai 0.01 jika kurang dari 0.01 maka pertanyaan dinyatakan
tidak valid.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.
Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel
tertentu. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil SPSS pada
table dengan judul Item – Total Statistic. Menilai kevalidan masing-masing
butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-total correlation
masing-masing butir pertanyaan.
Uji reliabilitas (Keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-
konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun
dalam bentuk kuisioner. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila
terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Reabilitas menunjukan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala
pengukuran) reabilitas berbeda dengan validitas, karena yang pertama
memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedang yang kedua lebih
memperhatikan masalah ketepatan (Sekaran, 2000 : 205).
2. Analisa Koefisien Korelasi
Analisa statistik ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya
hubungan antara 3 ( tiga ) varibel, yaitu variabel bebas, variabel moderasi dan
variabel terikat.
Dalam hal ini yang akan dicari adalah hubungan antara Kompetensi,
Independensi, dan Keahlian Profesional sebagai variabel bebas, Etika Auditor
sebagai variabel moderasi dan Kualitas Audit sebagai variabel terikat.
Koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan
antara ketiga variabel (independent, moderasi dan dependent). Dengan
demikian dapat dicari nilai koefisien korelasi dengan rumus:
))()(()(
)()(
2222∑∑∑
∑ ∑ ∑−−
−
=
yynxxn
yxxynr
Keterangan : n = Jumlah responden
x = Kompetensi, independensi, keahlian professional, dan
etika auditor
y = kualitas audit
r = Koefisien korelasi
Bila r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara ketiga variabel sangat
lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.
Bila r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan positif dan
hubungannya sangat kuat.
Bila r = -1, atau mendekati -1, maka korelasinya dikatakan negatif dan
hubungannya sangat kuat.
Tanda plus (+) dan (-) pada koefisien korelasi memiliki arti yang khas.
Bila r = posistif, maka korelasi antara ke 3 variabel bersifat searah,
dengan kata lain kenaikan atau penurunan nilai-nilai (x) terjadi bersama-sama
dengan kenaikan atau penurunan nilai (y).
Bila r = negatif, maka kenaikan nilai-nilai (x) terjadi bersama-sama
dengan penurunan nilai-nilai (y) atau sebaliknya. (Dajan, 1996).
Tabel 4.1
Pedoman Untuk Memberikan Koefisien Korelasi
Internal Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat kuat
Sumber : Sugiono, Metodologi Penelitian Bisnis, 2003:183
Dalam mempermudah melihat tanggapan konsumen maka besarnya
frekuensi tanggapan pelanggan untuk tiap alternative tanggapan dapat
disajikan kedalam bentuk persentase dengan rumus koefisien penentu:
Kp = r2 x 100%
Dalam menguji signifikasi hubungan yang ditemukan itu berlaku
untuk semua responden maka perlu di uji dengan tingkat signifikansi sebesar
5 % dengan rumus uji signifikasi product moment. (Sugiono, 2003:184).
Rumus : r √ n - 2 t = ———— √ 1 – r2
Dimana dengan ketentuan :
bila t hitung lebih kecil dari t table (t hitung < t table), maka Ho ditolak.
bila t hitung lebih besar dari t table (t hitung > t table), maka Ho diterima.
3. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolineritas
Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Jika variabel independen berkorelasi maka variabel-variabel
ini tidak ortogonal (Ghozali,2005). Nilai cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukan adanya multikoloniaritas adalah nilai Tolerance <
0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokodastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskesdasitas atau tidak terjadi heterokesdasitas (ghazali,2005).
Dalam analisis memiliki dasar yaitu :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah
terjadi heteroskedasitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokedastisitas ada beberapa cara
yaitu:
1) Melihat grafik plot antara nilai predeksi variabel terikat (ZPRED)
dengan residualnya (SPRESID). Deteksi ada tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu, pada grafik scatterplot antara SPRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual
(Y predeksi – Y sesungguhnya) (Ghozali, 2001:69).
2) Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang
membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka, mengidikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas secara titik-ttik menyebar diatas dan
dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas (Ghozali, 2005).
3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melakukan pengujian apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk medeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan
uji statistik (Ghozali,2005).
1) Analisa Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
2) Uji Statistik
Selain dengan analisis grafik maka perlu dianjurkan dengan uji
statistik, agar mencapai keakuratan yang lebih baik lagi. Uji statistik
sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan
skewness dari residual.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya. Adapun dasar pengambilan keputusan:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode regresi linear berganda dimaksudkan untuk mengetahui
keeratan hubungan yang ada diantara kedua variabel. metode regresi linear
ini juga dapat digunakan untuk peramalan dengan menggunakan data berkala
(time series).
Berdasarkan hubungan antara variabel kompetensi (X1), independensi
(X2), keahlian profesional (X3), etika auditor (X4), dan kualitas audit (Y),
maka akan digunakan model analisa regresi linear sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X1X4 + b6 X2X4+ b7 X3X4 + ε
keterangan :
a = Konstanta b = Koefisien regresi Y = kualitas audit X1 = kompetensi X2 = independensi X3 = keahlian profesional X4 = etika auditor ε = standar error
Dari perhitungan dengan SPSS 16.0 akan diperoleh keterangan atau
hasil tentang koefisien determinasi, Uji F, Uji t untuk menjawab perumusan
masalah penelitian. berikut ini keterangan yang berkenaan dengan hal
tersebut diatas, yakni :
1) Uji F (Uji Simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel X1, X2, X3, dan
variabel X4 secara keseluruhan terhadap variabel Y. untuk menguji
hipotesa : Ho : b = 0, maka langkah – langkah yang akan digunakan
untuk menguji hipotesa tersebut dengan uji F adalah sebagai berikut :
(a) Menentukan Ho dan Ha
Ho : β1 = β2 = β3 =0 ( tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel independen, variabel moderasi dan variabel
dependen)
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠0 ( terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen, variabel moderasi dan variabel
dependen )
(b) Menentukan Level of Significance
Level of Significance yang digunakan sebesar 5% atau (α ) = 0,05
(c) Menentukan nilai F ( Fhitung )
menentukan Fhitung perumusannya sebagai berikut:
R2 / 2 F = ———————— (1 – R2) / (n – k 1)
Keterangan :
R2 = Koefesien determinasi
n = Jumlah sampel
k-1 = Jumlah variabel independent
(d) Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho, dengan melihat
tingkat probabilitasnya, yaitu :
Jika probabilitas < 0,05 tolak Ho
Jika probabilitas > 0,05 diterima Ho
Atau dengan melihat daerah kritis atau daerah penolakan yaitu,
apabila t hitung > t tabel atau t hitung < - (t tabel)
Jika F hitung > F tabel tolak Ho
Jika F hitung < F tabel diterima Ho
2) Uji t (Uji Parsial)
Uji t pada dasarnya digunakan untuk mengetahui tingkat
signifikan koefisien regresi. jika suatu koefesien regresi signifikan
menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
(explanatory) secara individual dalam menerangkan variabel dependen
Untuk menguji koefisien hipotesa : Ho = 0. untuk itu langkah
yang digunakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan uji t adalah
sebagai berikut :
(a) Menentukan Ho dan Ha
Ho : β1 = β2 = β3 =0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen, variabel moderasi dan variabel
dependen)
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 (terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen, variabel moderasi dan variabel
dependen)
(b) Menentukan Level of Significance
Level of Significance yang digunakan sebesar 5% atau (α ) = 0,05
(c) Menentukan nilai t ( thitung )
Menentukan Fhitung perumusannya sebagai berikut :
bi – (βi) bi thitung = ———— βi = 0 dengan rumus thitung = ———
Sb Sb
Dimana :
bi = Koefisien Variabel ke-i
βi = Parameter ke-1 yang dihipotesiskan
Sb = Kasalahan standar
Sb adalah standar error dari koefisien regresi dengan rumus
matematis, adalah sebagai berikut :
se Sb = ——————— ( ∑ e2 )2 ∑X2 - ———– √ n
se adalah standart error sampel yang dirumuskan sebagai
berikut :
∑ e2 se = ———— √ n – 2
Dimana ∑ e2 akan dirumuskan sebagai berikut:
∑ e2 = ∑ Y2 - a ∑Y – b ∑Y
(d) Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho
Jika probabilitas < 0,05 tolak Ho
Jika probabilitas > 0,05 diterima Ho
D. Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (1993:31), variabel penelitian adalah suatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi. Operasional variabel penelitian adalah sebuah konsep yang
mempunyai penjabaran dari variabel yang ditetapkan dalam suatu penelitian dan
dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas dapat
ditetapkan indikatornya.
1. Variabel Dependen
Variabel Y ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel terikat. Variabel dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya
variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen
yaitu Kualitas Audit.
2. Variabel Moderasi
Etika Auditor adalah etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang
harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia
atau masyarakat atau profesi.
3. Variabel Independen
a. Kompetensi
Kompetensi adalah sebagai aspek – aspek pribadi dari seorang
pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek
–aspek pribadi ini mencakup sifat, motif – motif, sistem nilai, sikap,
pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan
tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
b. Independensi
Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor
untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan
tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas
profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua
kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa independensi
merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan
melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.
c. Keahlian Profesional
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika
memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan
tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi
dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan
dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang
telah ditetapkan.
Tabel 4.2
Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Demensi
Indikator Skala
Pengukuran
Kompetensi (X1)
Murtanto (1998)
dalam Elfarina
(2007)
1. Pengetahuan
2. Psikologi
1. Pengetahuan tentang fakta – fakta
2. Pengetahuan tentang prosedur – prosedur audit
3. Pengetahuan dari pendidikan strata
4. Pengetahuan dari pelatihan dan kursus
5. Pengalaman dari jumlah klien yang diaudit
6. Pengalaman lamanya menjadi auditor
7. Pengalaman dalam menganalisis suatu kasus
8. Pengalaman Level / Jabatan dalam KAP
1. Kemampuan berkomunikasi 2. Kreativitas 3. Kemampuan Beradaptasi
dengan perubahan 4. Kemampuan belajar terus
menerus
Skala Likert
(Ordinal)
Independensi (X2)
Elfarina (2007)
1. Lama hubungan
dengan klien
2.Tekanan dari
klien
1. lama mengaudit klien
1.pemberian sanksi dan ancaman
pergantian auditor dari klien
Skala Likert
(Ordinal)
3.Telaah dari rekan
auditor
4. Jasa non audit
2.besar fee audit yang diberikan klien
3. fasilitas dari klien
1. manfaat telaah dari rekan auditor
2.konsekuensi terhadap audit yang
Buruk
1.pemberian jasa audit dan non audit
pada klien yang sama
2 pemberian jasa non audit dapat
meningkatkan informasi pada
laporan keuangan.
Keahlian
Profesional (X3)
Lekatompessy
(2003) dalam
Herawati, dan
Susanto (2008)
1.Aspek Struktural
2. Aspek Sikap
1. Keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya
2. Profesi atau tugas dengan menetapkan standar baku di bidang profesinya.
3. Mematuhi etika yang telah ditetapkan .
4. Pembentukan tempat pelatihan 5. Pembentukan asosiasi
profesional 6. Pembentukan kode etik
1. Profesi dicerminkan dari
dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan.
2. Mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban sosial.
3. Profesional mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain.
4. Seorang profesional harus yakin terhadap profesi yang dijalankan.
5. Memiliki hubungan sesama profesi dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan
Skala Likert
(Ordinal)
Etika Auditor (X4)
Maryani dan
ludigno (2001)
dalam Alim, dkk
1. Aturan atau
norma atau
pedoman
prilaku
1. Imbalan yang diterima auditor 2. Organisasional auditor 3. Lingkungan keluarga auditor 4. Emotional quotient seorang
auditor
Skala Likert
(Ordinal)
(2007)
Kualitas Audit (Y)
Simamora (2002)
dalam elfarina
(2007)
1. Tanggung
jawab profesi
2.Kepentingan
Publik
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kehati – katian
profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku
Profesional
8. Standar Teknis
1. Melaporkan semua kesalahan
klien
1. Pemahaman terhadap sistem
informasi akuntansi klien
1. Komitmen yang kuat dalam
menyelesaikan audit
1. Berpedoman pada prinsip
auditing dan prinsip akuntansi
dalam melakukan pekerjaan
lapangan
1. Tidak percaya begitu saja pada
pernyataan klien
1. Sikap hati – hati dalam
pengambilan keputusan
1. Berperilaku yang konsisten
2. Menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi
1. Kesesuaian dengan SPAP
2. Kepatuhan terhadap SOP
Skala Likert
(Ordinal)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik yang berwilayah di Jakarta Selatan dengan kriteria yang mempunyai
jabatan dari junior auditor sampai manajer. Pada dasarnya peneliti melakukan
pemilihan beberapa Kantor Akuntan Publik untuk menjadi sasaran
penyebaran kuesioner. Dalam hal ini peneliti mendatangi langsung Kantor
Akuntan Publik yang terdapat di Wilayah Jakarta Selatan.
Daftar nama KAP dan Alamat penyebaran kuesioner dapat ditunjukkan
dalam tabel berikut:
Tabel.4.3 Alamat dan Nama KAP
No. Nama Kantor Akuntan Publik Alamat
1 Junaedi, Chairul, Labib,
Subyakto dan Rekan
Jl. Raya Kebayoran Lama No.194
Blok B-3 Jakarta Selatan
2 Noor Salim, Nurselan dan
Sinarahardja
Jl. Anggrek III No.28 Larangan
Indah Kebayoran Lama-Jakarta
Selatan
3 Usman dan Rekan Jl. Cipulir V No.5 Kebayoran
Lama-Jakarta Selatan
4 Nugroho dan Rekan Jl. RS. Fatmawati Raya No.43 B
Cilandak Barat, Cilandak-Jakarta
Selatan
5 Gatot Permadi Joewono Kebayoran Plaza Blok B-2 Jl.
Kebayoran Lama No.194A
Jakarta Selatan
6 Heliantono dan Rekan Aminta Plaza 7th Floor Svlite
No.704 Jl. TB.Simatupang
Kav.10 Jakarta Selatan
7 DRA.E.M.Widianingsih Jl. Tulodong Bawah X No.45
Kebayoran Baru-Jakarta Selatan
8 DRS.Hananta Budianto dan
Rekan
Jl. Wijaya II No.79 Kebayoran
Baru-Jakarta Selatan
9 DRS.Thomas, Lesmana, Henky
dan Rekan
Jl. Sisingamangaraja No.65
Kebayoran Baru-Jakarta Selatan
10 Heryanto, Sidik dan Rekan Darmangwasa Square Jl.
Darmawangsa VI No.23 Jakarta
Selatan
Sumber: hasil penelitian yang diolah, 2010
Penyebaran sebanyak 85 kuesioner dilakukan mulai tanggal 01
Februari 2010 dan pengumpulan sampai tanggal 19 Februari 2010 sebanyak
70 buah kuesioner yang kembali dan dapat diolah seluruhnya. Hal ini dapat
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel. 4.4
Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah
Penyebaran Kuesioner 85
Kuesioner yang terkumpul 70
Kuesioner yang bisa diolah 70
Tingkat pengembalian (Response rate) 80%
Sumber: hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 85 kuesioner yang disebarkan
yang dapat terkumpul sebanyak 70 buah kuesioner dan semuanya dapat
diolah sebagai data penelitian. Tingkat pengembalian yang diperoleh adalah
sebesar 80% dari total kuesioner. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian
kuesioner yang cukup tinggi karena peneliti mendatangi langsung Kantor
Akuntan Publik dalam melakukan penyebaran kuesioner.
2. Analisis Deskriptif Responden
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner untuk
mendapatkan data primer sebagai sumber penelitian. Pada kuesioner tersebut
terdapat pernyataan tentang karakteristik responden dengan delapan butir
pernyataan yang terdiri dari usia/umur, jenis kelamin, jabatan dalam KAP,
pendidikan terakhir, lama bekerja sebagai auditor, jumlah pelatihan yang telah
diikuti, dan jumlah penugasan atau klien yang diaudit.
Berikut ini adalah karakteristik dari responden yang disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.5
Deskripsi Responden berdasarkan Usia
Frequency
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 18-22 tahun 22-25 tahun 25-35 tahun Total
40 21 9 70
40.0 21.0 9.0 70.0
40.0 21.0 9.0 70.0
40.0 61.0 70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden di lingkungan KAP yang
berusia 18-22 tahun ada sebanyak 40 responden, 21 responden berusia 22-25
tahun, sedangkan sisanya sebanyak 9 responden berusia 25-35 tahun.
Tabel 4.6
Deskripsi Responden berdasarkan Jenis kelamin
Frequency
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki Perempuan Total
42 28 70
42.0 28.0 70.0
42.0 28.0 70.0
42.0 70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari tabel diatas diketahui bahwa 42 responden adalah berjenis kelamin
laki-laki, sedangkan 28 responden lainnya berjenis kelamin perempuan.
Tabel 4.7
Deskripsi Responden berdasarkan Jabatan dalam KAP
Frequency
Percent Valid Percen
t
Cumulative
Percent
Valid Manager Supervisor/Senior Auditor Junior Auditor Total
9 21 40 70
9.0 21.0 40.0 70.0
9.0 21.0 40.0 70.0
9.0 30.0 70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari tabel diatas diketahui bahwa 9 responden menjabat sebagai
manager, sebanyak 21 responden menjabat sebagai supervisor/senior auditor,
sedangkan sebanyak 40 responden menjabat sebagai junior auditor.
Tabel 4.8
Deskripsi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid D3 S1 S2 Total
10 57 3 70
10.0 57.0 3.0 70.0
10.0 57.0 3.0 70.0
10.0 67.0 70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari tabel diatas diketahui bahwa 10 responden memiliki pendidikan
terakhir yaitu D3, 57 responden memiliki pendidikan terakhir yaitu S1,
sedangkan 3 responden memiliki pendidikan terakhir yaitu S2.
Tabel 4.9
Deskripsi Responden berdasarkan Lama Bekerja sebagai Auditor
Frequency
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < 4 tahun > 4 tahun Total
57 13 70
57.0 13.0 70.0
57.0 13.0 70.0
57.0 70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari tabel diatas diketahui bahwa 57 responden memiliki lama bekerja
sebagai auditor, sedangkan 13 responden memiliki lama bekerja sebagai
auditor.
Tabel 4.10
Deskripsi Responden berdasarkan Jumlah Pelatihan yang Telah Diikuti
Frequency
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-5 kali > 5 kali Total
61 9 70
61.0 9.0 70.0
61.0 9.0 70.0
61.0 70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari tabel diatas diketahui bahwa 61 responden telah mengikuti
pelatihan, sedangkan 9 responden juga telah mengikuti pelatihan.
Tabel 4.11
Deskripsi Responden berdasarkan Jumlah Penugasan
Frequency
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-10 klien > 10 klien Total
61 9 70
61.0 9.0 70.0
61.0 9.0 70.0
61.0 70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari klien yang diaudit atau jumlah penugasan adalah sebanyak 61
responden telah mengaudit 1-10 klien, sedangkan sebanyak 9 responden telah
mengaudit > 10 klien.
B. Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan menginterprestasikan
hasil uji validitas dan reliabilitas serta distribusi frekuensi pernyataan kuesioner
dan juga analisis deskriptif. Dengan cara data skor pernyataan untuk setiap
variabel sehingga menghasilkan Correlation Matrix dan Reliability Coefficients.
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r
tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah sampel.
Pada penelitian ini jumlah sampel (n) = 70 dan besarnya df dapat dihitung
70-2 dengan df = 68 dan alpha = 0.05 didapat r tabel = 0.198. hasil pengujian
validitas ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Kompetensi
Pernyataan r hitung r tabel Kesimpulan
Butir 1 0.693 0.198 Valid
Butir 2 0.691 0.198 Valid
Butir 3 0.642 0.198 Valid
Butir 4 0.621 0.198 Valid
Butir 5 0.698 0.198 Valid
Butir 6 0.669 0.198 Valid
Butir 7 0.673 0.198 Valid
Butir 8 0.691 0.198 Valid
Butir 9 0.642 0.198 Valid
Butir 10 0.621 0.198 Valid
Butir 11 0.696 0.198 Valid
Butir 12 0.706 0.198 Valid
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Independensi
Pernyataan r hitung r tabel Kesimpulan
Butir 1 0.783 0.198 Valid
Butir 2 0.810 0.198 Valid
Butir 3 0.798 0.198 Valid
Butir 4 0.817 0.198 Valid
Butir 5 0.779 0.198 Valid
Butir 6 0.793 0.198 Valid
Butir 7 0.791 0.198 Valid
Butir 8 0.781 0.198 Valid
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Keahlian Profesional
Pernyataan r hitung r tabel Kesimpulan
Butir 1 0.717 0.198 Valid
Butir 2 0.713 0.198 Valid
Butir 3 0.685 0.198 Valid
Butir 4 0.680 0.198 Valid
Butir 5 0.711 0.198 Valid
Butir 6 0.705 0.198 Valid
Butir 7 0.706 0.198 Valid
Butir 8 0.713 0.198 Valid
Butir 9 0.685 0.198 Valid
Butir 10 0.680 0.198 Valid
Butir 11 0.722 0.198 Valid
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas Etika Auditor
Pernyataan r hitung r tabel Kesimpulan
Butir 1 0.336 0.198 Valid
Butir 2 0.488 0.198 Valid
Butir 3 0.625 0.198 Valid
Butir 4 0.277 0.198 Valid
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.16
Hasil Uji Validitas Kualitas Audit
Pernyataan r hitung r tabel Kesimpulan
Butir 1 0.725 0.198 Valid
Butir 2 0.724 0.198 Valid
Butir 3 0.695 0.198 Valid
Butir 4 0.688 0.198 Valid
Butir 5 0.721 0.198 Valid
Butir 6 0.712 0.198 Valid
Butir 7 0.713 0.198 Valid
Butir 8 0.724 0.198 Valid
Butir 9 0.695 0.198 Valid
Butir 10 0.688 0.198 Valid
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari hasil tabel-tabel diatas diketahui bahwa semua variabel tersebut
dinyatakan valid, karena mempunyai nilai r hitung lebih besar dari r tabel.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk, suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu kontruk atas variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0.60
(Nunally,1967) dalam Ghozali (2005). Hasil pengujian reliabilitas
ditampilkan dalam tabel berikut ini
Tabel 4.17
Hasil Uji Reliabilitas
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan intrumen untuk setiap variabel
penelitian adalah reliabel, karena α hitung > 0.60. Pada variabel Kompetensi
Variabel Jumlah butir pernyataan
Cronbach alpha
Kompetensi 12 butir 0.691
Independensi 8 butir 0.816
Keahlian Profesional 11 butir 0.720
Etika Auditor 4 butir 0.658
Kualitas Audit 10 butir 0.728
memiliki α hitung 0.691 > 0.60. Variabel Independensi memiliki α hitung
0.816 > 0.60. Variabel Keahlian Profesional memiliki α hitung 0.720 > 0.60.
Variabel Etika Auditor memiliki α hitung 0.658 > 0.60. Dan variabel
Kualitas Audit memiliki α hitung 0.728 > 0.60.
3. Distribusi Frekuensi pernyataan kuesioner
Selain uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner. Penelitian ini juga
terdapat pernyataan tentang empat variabel dalam penelitian ini yang terdiri
dari Kompetensi (X1), Independensi (X2), Keahlian Profesional (X3), Etika
Auditor (X4), dan Kualitas Audit (Y). berikut ini adalah jumlah hasil dari
distribusi frekuensi dari pernyataan pada kuesioner ini.
a. Kompetensi (X1)
Tabel 4.18
Auditor harus mengetahui tentang fakta-fakta apa saja yang akan di audit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 5 7.1 7.1 7.1
ragu-ragu 19 27.1 27.1 34.3
setuju 43 61.4 61.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak empat
puluh tiga responden menjawab setuju untuk pernyataan auditor harus
mengetahui tentang fakta-fakta apa saja yang akan di audit. Sembilan
belas responden menyatakan ragu-ragu, lima responden menyatakan tidak
setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan sangat
setuju untuk pernyataan auditor harus mengetahui tentang fakta-fakta apa
saja yang akan di audit.
Tabel 4.19
Seorang auditor wajib mengetahui prosedur-prosedur standar yang akan di audit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak tiga puluh
satu responden menjawab setuju untuk pernyataan seorang auditor wajib
mengetahui prosedur-prosedur standar yang akan di audit. Dua puluh
Sembilan responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden menyatakan
tidak setuju, sedangkan sisanya menyatakan sangat setuju untuk
pernyataan seorang auditor wajib mengetahui prosedur-prosedur standar
yang akan di audit.
Tabel 4.20
Untuk melakukan audit yang baik, auditor membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak lima
puluh delapan responden menjawab setuju dan ragu-ragu pada pernyataan
untuk melakukan audit yang baik, auditor membutuhkan pengetahuan
yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal. Tujuh responden
menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak lima responden
menyatakan sangat setuju pada pernyataan untuk melakukan audit yang
baik, auditor membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari tingkat
pendidikan formal.
Tabel 4.21
Selain pendidikan formal, untuk melakukan audit yang baik, auditor juga membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari kursus dan pelatihan
khususnya di bidang audit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak dua puluh
sembilan responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan Selain
pendidikan formal, untuk melakukan audit yang baik, auditor juga
membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari kursus dan pelatihan
khususnya di bidang audit. Dua puluh enam responden menyatakan setuju,
Sembilan responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak enam responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan
Selain pendidikan formal, untuk melakukan audit yang baik, auditor juga
membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari kursus dan pelatihan
khususnya di bidang audit.
Tabel 4.22
Semakin banyak jumlah klien yang auditor audit menjadikan audit yang auditor lakukan semakin lebih baik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 23 32.9 32.9 34.3
ragu-ragu 28 40.0 40.0 74.3
setuju 15 21.4 21.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak dua puluh
delapan responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan semakin banyak
jumlah klien yang auditor audit menjadikan audit yang auditor lakukan
semakin lebih baik. Dua puluh tiga responden menyatakan tidak setuju,
lima belas responden menyatakan setuju, tiga responden menyatakan
sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak satu responden menyatakan
sangat tidak setuju untuk pernyataan semakin banyak jumlah klien yang
auditor audit menjadikan audit yang auditor lakukan semakin lebih baik.
Tabel 4.23
Seorang auditor disebut berpengalaman apabila memiliki masa kerja lebih dari 4 tahun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 4.3 4.3 4.3
tidak setuju 19 27.1 27.1 31.4
ragu-ragu 36 51.4 51.4 82.9
setuju 12 17.1 17.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak tiga puluh enam
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang auditor disebut
berpengalaman apabila memiliki masa kerja lebih dari 4 tahun. Sembilan
belas responden menyatakan tidak setuju, dua belas responden
menyatakan setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden
menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan Seorang auditor disebut
berpengalaman apabila memiliki masa kerja lebih dari 4 tahun.
Tabel 4.24
Pengalaman penugasan audit mempengaruhi ketepatan dalam menganalisis suatu kasus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 16 22.9 22.9 25.7
ragu-ragu 35 50.0 50.0 75.7
setuju 14 20.0 20.0 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh lima responden
menjawab ragu-ragu untuk pernyataan pengalaman penugasan audit
mempengaruhi ketepatan dalam menganalisis suatu kasus. Enam belas
responden menyatakan tidak setuju, empat belas responden menyatakan
setuju, tiga responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak dua responden menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan
pengalaman penugasan audit mempengaruhi ketepatan dalam
menganalisis suatu kasus.
Tabel 4.25
Level jabatan dan tanggung jawab sangat mempengaruhi pengalaman auditor dalam mengaudit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh satu responden
menjawab setuju untuk pernyataan level jabatan dan tanggung jawab
sangat mempengaruhi pengalaman auditor dalam mengaudit. Dua
Sembilan responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden menyatakan
tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan
sangat setuju untuk pernyataan level jabatan dan tanggung jawab sangat
mempengaruhi pengalaman auditor dalam mengaudit.
Tabel 4.26
Seorang auditor tidak harus dapat bekerja sama dalam sebuah tim
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh delapan
responden menjawab setuju dan ragu- ragu untuk pernyataan seorang
auditor tidak harus dapat bekerja sama dalam sebuah tim. Tujuh
responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak lima
responden menyatakan sangat setuju untuk pernyataan seorang auditor
tidak harus dapat bekerja sama dalam sebuah tim.
Tabel 4.27
Seorang auditor harus kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang Ada
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh sembilan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang auditor harus
kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Dua puluh enam
responden menyatakan setuju, sembilan responden menyatakan sangat
setuju, sedangkan sisanya sebanyak enam responden menyatakan tidak
setuju untuk pernyataan seorang auditor harus kreatif dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada.
Tabel 4.28
Auditor yang kompeten akan dengan mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis kliennya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
ragu-ragu 20 28.6 28.6 30.0
setuju 30 42.9 42.9 72.9
sangat setuju 19 27.1 27.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh responden
menjawab setuju untuk pernyataan auditor yang kompeten akan dengan
mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis kliennya. Dua
puluh responden menyatakan ragu-ragu, Sembilan belas responden
menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak satu responden
menyatakan tidak setuju untuk pernyataan auditor yang kompeten akan
dengan mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis kliennya.
Tabel 4.29
Seorang auditor harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
ragu-ragu 14 20.0 20.0 21.4
setuju 34 48.6 48.6 70.0
sangat setuju 21 30.0 30.0 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh empat
responden menjawab setuju untuk pernyataan seorang auditor harus
mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan
keuangan. Dua puluh satu responden menyatakan sangat setuju, empat
belas responden menyatakan ragu-ragu, sedangkan sisanya sebanyak satu
responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan seorang auditor
harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kecurangan dalam
laporan keuangan.
b. Independensi (X2)
Tabel 4.30
Auditor sebaiknya memiliki hubungan dengan klien yang sama paling lama 3 tahun
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 1 1.4 1.4 2.9
ragu-ragu 10 14.3 14.3 17.1
setuju 51 72.9 72.9 90.0
sangat setuju 7 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh satu
responden menjawab setuju untuk pernyataan auditor sebaiknya memiliki
hubungan dengan klien yang sama paling lama 3 tahun. Sepuluh
responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden menyatakan sangat
setuju, sedangkan sisanya sebanyak dua responden menyatakan sangat
tidak setuju dan tidak setuju untuk pernyataan auditor sebaiknya memiliki
hubungan dengan klien yang sama paling lama 3 tahun.
Tabel 4.31
Jika audit yang auditor lakukan buruk, maka auditor dapat menerima sanksi dari klien
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 4 5.7 5.7 5.7
ragu-ragu 16 22.9 22.9 28.6
setuju 42 60.0 60.0 88.6
sangat setuju 8 11.4 11.4 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh dua
responden menjawab setuju untuk pernyataan jika audit yang auditor
lakukan buruk, maka auditor dapat menerima sanksi dari klien. Enam
belas responden menyatakan ragu-ragu, delapan responden menyatakan
sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak empat responden menyatakan
tidak setuju untuk pernyataan jika audit yang auditor lakukan buruk, maka
auditor dapat menerima sanksi dari klien.
Tabel 4.32
Jika audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan maka hal ini dapat merusak independensi
akuntan publik
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 2 2.9 2.9 4.3
ragu-ragu 11 15.7 15.7 20.0
setuju 50 71.4 71.4 91.4
sangat setuju 6 8.6 8.6 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh responden
menjawab setuju untuk pernyataan jika audit fee dari satu klien
merupakan sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan
maka hal ini dapat merusak independensi akuntan publik. Sebelas
responden menyatakan ragu-ragu, enam responden menyatakan sangat
setuju, dua responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya
sebanyak satu responden menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan
jika audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar dari total
pendapatan suatu kantor akuntan maka hal ini dapat merusak independensi
akuntan publik.
Tabel 4.33
Fasilitas yang auditor terima dari klien menjadikan auditor sngkan terhadap klien sehingga kurang bebas dalam melakukan audit
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
ragu-ragu 6 8.6 8.6 10.0
setuju 53 75.7 75.7 85.7
sangat setuju 10 14.3 14.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh tiga responden
menjawab setuju untuk pernyataan fasilitas yang auditor terima dari klien
menjadikan auditor sungkan terhadap klien sehingga kurang bebas dalam
melakukan audit. Sepuluh responden menyatakan sangat setuju, enam
responden menyatakan ragu-ragu, sedangkan sisanya sebanyak satu
responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan fasilitas yang auditor
terima dari klien menjadikan auditor sungkan terhadap klien sehingga
kurang bebas dalam melakukan audit.
Tabel 4.34
Auditor tidak membutuhkan telaah dari rekan auditor lain untuk menilai prosedur auditnya karena kurnag dirasa manfaatnya
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 3 4.3 4.3 7.1
ragu-ragu 14 20.0 20.0 27.1
setuju 42 60.0 60.0 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh dua
responden menjawab setuju untuk pernyataan auditor tidak membutuhkan
telaah dari rekan auditor lain untuk menilai prosedur auditnya karena
kurang dirasa manfaatnya. Empat belas responden menyatakan ragu-ragu,
Sembilan responden menyatakan sangat setuju, tiga responden
menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak dua responden
menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan auditor tidak
membutuhkan telaah dari rekan auditor lain untuk menilai prosedur
auditnya karena kurang dirasa manfaatnya.
Tabel 4.35
Auditor bersikap jujur untuk menghindari penilaian kurang dari rekan seprofesi (sesame auditor) dalam tim
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 9 12.9 12.9 14.3
ragu-ragu 34 48.6 48.6 62.9
setuju 23 32.9 32.9 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh empat
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan auditor bersikap jujur
untuk menghindari penilaian kurang dari rekan seprofesi (sesame auditor)
dalam tim. Dua tiga responden menyatakan setuju, Sembilan responden
menyatakan tidak setuju, tiga responden menyatakan sangat setuju,
sedangkan sisanya sebanyak satu responden menyatakan sangat tidak
setuju untuk pernyataan auditor bersikap jujur untuk menghindari
penilaian kurang dari rekan seprofesi (sesame auditor) dalam tim.
Tabel 4.36
Selain memberikan jasa audit, suatu kantor akuntan dapat pula memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 4 5.7 5.7 8.6
ragu-ragu 12 17.1 17.1 25.7
setuju 43 61.4 61.4 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh tiga
responden menjawab setuju untuk pernyataan selain memberikan jasa
audit, suatu kantor akuntan dapat pula memberikan jasa-jasa lainnya
kepada klien yang sama. Dua belas responden menyatakan ragu-ragu.
Sembilan responden menyatakan sangat setuju. Empat responden
menyatakan tidak setuju. sedangkan sisanya sebanyak dua responden
menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan selain memberikan jasa
audit, suatu kantor akuntan dapat pula memberikan jasa-jasa lainnya
kepada klien yang sama.
Tabel 4.37
Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam laporan pemeriksanaan akuntan publik
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 5 7.1 7.1 8.6
ragu-ragu 20 28.6 28.6 37.1
setuju 37 52.9 52.9 90.0
sangat setuju 7 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh tujuh
responden menjawab setuju untuk pernyataan pemberian jasa selain jasa
audit dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam laporan
pemeriksaan akuntan publik. Dua puluh responden menyatakan ragu-ragu,
tujuh responden menyatakan sangat setuju. Lima responden menyatakan
tidak setuju. Sedangkan sisanya sebanyak satu responden menyatakan
sangat tidak setuju untuk pernyataan pemberian jasa selain jasa audit
dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam laporan pemeriksaan
akuntan publik.
c. Keahlian Profesional (X3)
Tabel 4.38
Keahlian yang dilaksanakan seorang auditor harus sesuai dengan bidang yang ditugasinya
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 5 7.1 7.1 7.1
ragu-ragu 19 27.1 27.1 34.3
setuju 43 61.4 61.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh tiga
responden menjawab setuju untuk pernyataan keahlian yang dilaksanakan
seorang auditor harus sesuai dengan bidang yang ditugasinya. Sembilan
belas responden menyatakan ragu-ragu, lima responden menyatakan tidak
setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan sangat
setuju untuk pernyataan keahlian yang dilaksanakan seorang auditor harus
sesuai dengan bidang yang ditugasinya.
Tabel 4.39
Auditor melakukan profesi atau tugas sesuai dengan standar baku dibidang profesinya
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh satu
responden menjawab setuju untuk pernyataan auditor melakukan profesi
atau tugas sesuai dengan standar baku dibidang profesinya. Dua puluh
Sembilan responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden menyatakan
tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan
sangat setuju untuk pernyataan auditor melakukan profesi atau tugas
sesuai dengan standar baku dibidang profesinya.
Tabel 4.40
Auditor harus mematuhi etika yang telah ditetapkan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh delapan
responden menjawab setuju dan ragu-ragu untuk pernyataan auditor harus
mematuhi etika yang telah ditetapkan. Tujuh responden menyatakan tidak
setuju, sedangkan sisanya sebanyak lima responden menyatakan sangat
setuju untuk pernyataan auditor harus mematuhi etika yang telah
ditetapkan.
Tabel 4.41
Profesional seorang akuntan publik terbentuk dari tempat pelatihan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh sembilan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan profesional seorang
akuntan publik terbentuk dari tempat pelatihan. Dua puluh enam
responden menyatakan setuju, sembilan responden menyatakan sangat
setuju, sedangkan sisanya sebanyak enam responden menyatakan tidak
setuju untuk pernyataan profesional seorang akuntan publik terbentuk dari
tempat pelatihan.
Tabel 4.42
Asosiasi profesional harus dimiliki seorang akuntan publik
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 23 32.9 32.9 34.3
ragu-ragu 28 40.0 40.0 74.3
setuju 15 21.4 21.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh delapan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan asosiasi profesional
harus dimiliki seorang akuntan publik. Dua puluh tiga responden
menyatakan tidak setuju, lima belas responden menyatakan setuju, tiga
responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak satu
responden menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan asosiasi
profesional harus dimiliki seorang akuntan publik.
Tabel 4.43
Seorang akuntan yang profesional harus memiliki kode etik
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 4.3 4.3 4.3
tidak setuju 19 27.1 27.1 31.4
ragu-ragu 36 51.4 51.4 82.9
setuju 12 17.1 17.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh enam
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang akuntan yang
profesional harus memiliki kode etik. Sembilan belas responden
menyatakan tidak setuju, dua belas responden menyatakan setuju,
sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan sangat tidak
setuju untuk pernyataan seorang akuntan yang profesional harus memiliki
kode etik.
Tabel 4.44
Auditor mencerminkan profesi yang berdedikasi sesuai dengan pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 16 22.9 22.9 25.7
ragu-ragu 35 50.0 50.0 75.7
setuju 14 20.0 20.0 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh lima responden
menjawab ragu-ragu untuk pernyataan auditor mencerminkan profesi yang
berdedikasi sesuai dengan pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya.
Enam belas responden menyatakan tidak setuju, empat belas responden
menyatakan setuju, tiga responden menyatakan sangat setuju, sedangkan
sisanya sebanyak dua responden menyatakan sangat tidak setuju untuk
pernyataan auditor mencerminkan profesi yang berdedikasi sesuai dengan
pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya.
Tabel 4.45 Auditor mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban sosial
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh satu responden
menjawab setuju untuk pernyataan auditor mempunyai pandangan tentang
pentingnya kewajiban sosial. Dua sembilan responden menyatakan ragu-
ragu, tujuh responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya
sebanyak tiga responden menyatakan sangat setuju untuk pernyataan
auditor mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban sosial.
Tabel 4.46
Profesional mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh delapan
responden menjawab setuju dan ragu-ragu untuk pernyataan profesional
mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Tujuh
responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak lima
responden menyatakan sangat setuju untuk pernyataan profesional mampu
membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain.
Tabel 4.47
Seorang profesional harus yakin terhadap profesi yang dijalankan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh sembilan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang profesional
harus yakin terhadap profesi yang dijalankan. Dua puluh enam responden
menyatakan setuju, sembilan responden menyatakan sangat setuju,
sedangkan sisanya sebanyak enam responden menyatakan tidak setuju
untuk pernyataan seorang profesional harus yakin terhadap profesi yang
dijalankan.
Tabel 4.48
Auditor harus memiliki hubungan sesam profesi dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuannya
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
ragu-ragu 10 14.3 14.3 17.1
setuju 44 62.9 62.9 80.0
sangat setuju 14 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh empat
responden menyatakan setuju untuk pernyataan auditor harus memiliki
hubungan sesama profesi dengan menggunakan ikatan profesi sebagai
acuannya. Empat belas responden menyatakan sangat setuju, sepuluh
responden menyatakan rgau-ragu, sedangkan sisanya sebanyak dua
responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan auditor harus
memiliki hubungan sesama profesi dengan menggunakan ikatan profesi
sebagai acuannya.
d. Etika Auditor (X4)
Tabel 4.49
Imbalan yang auditor terima dapat mempengaruhi perilaku auditor agar memiliki kinerja yang optimal
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
ragu-ragu 4 5.7 5.7 5.7
setuju 48 68.6 68.6 74.3
sangat setuju 18 25.7 25.7 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh delapan
responden menjawab setuju untuk pernyataan imbalan yang auditor terima
dapat mempengaruhi perilaku auditor agar memiliki kinerja yang optimal.
Delapan belas responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak empat responden menyatakan ragu-ragu untuk pernyataan
imbalan yang auditor terima dapat mempengaruhi perilaku auditor agar
memiliki kinerja yang optimal.
Tabel 4.50
Organisasi di tempat auditor bekerja sangat berarti bagi seorang auditor
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
ragu-ragu 5 7.1 7.1 8.6
setuju 52 74.3 74.3 82.9
sangat setuju 12 17.1 17.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh dua responden
menjawab setuju untuk pernyataan organisasi di tempat auditor bekerja
sangat berarti bagi seorang auditor. Dua belas responden menyatakan
sangat setuju, lima responden menyatakan ragu-ragu, sedangkan sisanya
sebayak satu responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan
organisasi di tempat auditor bekerja sangat berarti bagi seorang auditor.
Tabel 4.51
Lingkungan keluarga auditor bekerja sangat berarti bagi seorang auditor
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
ragu-ragu 3 4.3 4.3 5.7
setuju 51 72.9 72.9 78.6
sangat setuju 15 21.4 21.4 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh satu
responden menjawab setuju untuk pernyataan lingkungan keluarga auditor
sangat mempengaruhi perilaku auditor. Lima belas responden menyatakan
sangat setuju, tiga responden menyatakan ragu-ragu, sedangkan sisanya
sebanyak satu responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan
lingkungan keluarga auditor sangat mempengaruhi perilaku auditor.
Tabel 4.52
Auditor merasa terikat secara emosional dengan organisasi di tempat bekerja
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
ragu-ragu 5 7.1 7.1 7.1
setuju 40 57.1 57.1 64.3
sangat setuju 25 35.7 35.7 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh responden
menjawab setuju untuk pernyataan auditor merasa terikat secara
emosional dengan organisasi di tempat bekerja. Dua puluh lima responden
menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak lima responden
menyatakan ragu-ragu untuk pernyataan auditor merasa terikat secara
emosional dengan organisasi di tempat bekerja.
e. Kualitas Audit (Y)
Tabel 4.53
Besarnya kompetensi yang auditor terima akan mempengaruhi auditor dalam melaporkan kesalahan klien
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 5 7.1 7.1 7.1
ragu-ragu 19 27.1 27.1 34.3
setuju 43 61.4 61.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh tiga
responden menjawab setuju untuk pernyataan besarnya kompetensi yang
auditor terima akan mempengaruhi auditor dalam melaporkan kesalahan
klien. Sembilan belas responden menyatakan ragu-ragu, lima responden
menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden
menyatakan sangat setuju untuk pernyataan besarnya kompetensi yang
auditor terima akan mempengaruhi auditor dalam melaporkan kesalahan
klien.
Tabel 4.54
Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien dapat menjadikan pelaporan audit menjadi lebih baik
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh satu responden
menjawab setuju untuk pernyataan pemahaman terhadap sistem informasi
akuntansi klien dapat menjadikan pelaporan audit menjadi lebih baik. Dua
puluh sembilan responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden
menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden
menyatakan sangat setuju untuk pernyataan pemahaman terhadap sistem
informasi akuntansi klien dapat menjadikan pelaporan audit menjadi lebih
baik.
Tabel 4.55
Auditor mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan audit dalam waktu yang tepat
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh delapan
responden menjawab setuju dan ragu-ragu untuk pernyataan auditor
mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan audit dalam waktu
yang tepat. Tujuh responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya
sebanyak lima responden menyatakan sangat setuju untuk pernyataan
auditor mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan audit
dalam waktu yang tepat.
Tabel 4.56
Seorang auditor harus berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntan dalam melakukan pekerjaan lapangan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh sembilan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang auditor harus
berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntan dalam melakukan
pekerjaan lapangan. Dua puluh enam responden menyatakan setuju,
sembilan responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak enam responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan
seorang auditor harus berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip
akuntan dalam melakukan pekerjaan lapangan.
Tabel 4.57
Auditor tidak mudah percaya terhadap pernyataan klien selama melakukan audit
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 23 32.9 32.9 34.3
ragu-ragu 28 40.0 40.0 74.3
setuju 15 21.4 21.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh delapan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan auditor tidak mudah
percaya terhadap pernyataan klien selama melakukan audit. Dua puluh
tiga responden menyatakan tidak setuju, lima belas responden menyatakan
setuju, tiga responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak satu responden menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan
auditor tidak mudah percaya terhadap pernyataan klien selama melakukan
audit.
Tabel 4.58
Auditor selalu berusaha berhati-hati dalam pengambilan keputusan selama melakukan audit
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 4.3 4.3 4.3
tidak setuju 19 27.1 27.1 31.4
ragu-ragu 36 51.4 51.4 82.9
setuju 12 17.1 17.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh enam
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan auditor selalu berusaha
berhati-hati dalam pengambilan keputusan selama melakukan audit.
Sembilan belas responden menyatakan tidak setuju, dua belas responden
menyatakan setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden
menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan auditor selalu berusaha
berhati-hati dalam pengambilan keputusan selama melakukan audit.
Tabel 4.59
Seorang akuntan publik harus memiliki konsistensi dalam profesinya
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 16 22.9 22.9 25.7
ragu-ragu 35 50.0 50.0 75.7
setuju 14 20.0 20.0 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh lima reponden
menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang akuntan publik harus
memiliki konsistensi dalam profesinya. Enam belas responden
menyatakan tidak setuju, empat belas responden menyatakan setuju, tiga
responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak dua
responden menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan seorang
akuntan publik harus memiliki konsistensi dalam profesinya.
Tabel 4.60
Seorang auditor harus menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi akuntan publik
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh satu responden
menjawab setuju untuk pernyataan seorang auditor harus menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi akuntan publik. Dua puluh
sembilan responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden menyatakan
tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan
sangat setuju untuk pernyataan seorang auditor harus menjauhi tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi akuntan publik.
Tabel 4.61
Auditor menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan laporan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh delapan
responden menjawab setuju dan ragu-ragu untuk pernyataan auditor
menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan
laporan. Tujuh responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya
menyatakan lima responden menyatakan sangat setuju untuk pernyataan
auditor menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan laporan.
Tabel 4.62 Seorang akuntan publik harus mematuhi SOP yang ada
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh sembilan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang akuntan publik
harus mematuhi SOP yang ada. Dua puluh enam responden menyatakan
setuju, sembilan responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak enam responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan
seorang akuntan publik harus mematuhi SOP yang ada.
4. Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil pengolahan data regresi linier berganda dengan
menggunakan SPSS 16.0 for windows dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.63
Descriptive Statistics Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
kualitasaudit 33.24 4.206 70
kompetensi 41.27 4.491 70
independensi 32.19 1.755 70
keahlianprofesional 37.24 4.305 70
etikaauditor 16.70 .906 70
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel descriptive statistic diatas menunjukkan bahwa:
a. Rata-rata nilai kualitas audit adalah 33.24 dengan standart deviation
4.206.
b. Rata-rata nilai kompetensi adalah 41.27 dengan standart deviation 4.491.
c. Rata-rata nilai independensi adalah 32.19 dengan standart deviation
1.755.
d. Rata-rata nilai keahlian professional adalah 37.24 dengan standart
deviation 4.305.
e. Rata-rata nilai etika auditor adalah 16.70 dengan standart deviation 0.906.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolineritas
Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas model regresi adalah
dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Model
regresi yang bebas multikolinearitas nilai VIF berkisar pada angka 1 hingga
10 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1. (Ghozali, 2005:91-92).
Tabel 4.64
Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) .534 1.284 .416 .679
kompetensi .340 .038 .363 8.990 .000 .085 11.747
independensi .205 .033 .086 6.199 .000 .729 1.372
keahlianprofesional .668 .039 .683 17.002 .000 .086 11.635
1
etikaauditor .025 .033 .086 6.190 .000 .715 1.399
a. Dependent Variable: kualitasaudit
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.64 dapat diketahui bahwa setiap variabel memiliki
nilai Tolerance tidak kurang dari 0.10 dan nilai Variance Inflation Faktor
(VIF) tidak lebih dari 10. Analisis ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
gejala multikolinearitas terhadap variabel penelitian. Sehingga layak untuk
digunakan dalam pengujian selanjutnya.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yang homokedastisitas dan
tidak terjadi heterokedastisitas. (Ghozali, 2005:105).
Gambar 4.2
Uji Heterokedastisitas
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan gambar diatas, scatterplot menunjukkan penyebaran titik
data sebagai berikut, menunjukkan model regresi linear berganda terbebas
dari uji asumsi klasik hetrokedastisitas yaitu:
a. Titik-titik data menyebar diatas dan sekitar angka nol.
b. Titik-titik data tidak berkumpul hanya diatas atau dibawah saja.
c. Penyebaran titik tidak membentuk suatu pola tertentu.
d. Penyebaran titik tidak membentuk pola bergelombang melebar,
kemungkinan menyempit dan melebar kembali.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa regresi berganda antara variabel
kompetensi, independensi, keahlian profesional, dan etika auditor terhadap
kualitas audit tidak memiliki heteroskedastisitas.
4. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik. (Ghozali, 2005:110-112).
a. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian
hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya
untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif
dari distribusi normal.
b. Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati
secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya.
Gambar 4.3
Uji Normalitas
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (mengikuti pada
wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini
terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk
memprediksi variabel dependen yaitu kualitas audit berdasarkan masukan
variabel independen yaitu kompetensi, independensi, keahlian profesional,
dan etika auditor.
D. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui hubungan dua atau lebih independen variabel dengan
satu dependen variabel, misalnya dalam penelitian ini penulis menggunakan
kompetensi, independensi, keahlian profesional, dan etika auditor terhadap
kualitas audit. Berdasarkan pada pengolahan data, menggunakan software SPSS
16.0 maka didapatkan suatu model regresi linear bergada dalam tabel 4.65
sebagai berikut:
Tabel 4.65 Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) .534 1.284 .416 .679
kompetensi .340 .038 .363 8.990 .000 .085 11.747
independensi .205 .033 .086 6.199 .000 .729 1.372
keahlianprofesional .668 .039 .683 17.002 .000 .086 11.635
1
etikaauditor .025 .033 .086 6.190 .000 .715 1.399
a. Dependent Variable: kualitasaudit
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.66
Interaksi Kompetensi dan Etika Auditor
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 7.660 9.639 .795 .430
kompetensi .170 .230 .182 .739 .462
independensi .205 .033 .086 6.190 .000
keahlianprofesional .668 .039 .684 16.958 .000
etikaauditor .402 .576 .087 .699 .487
1
moderasi .205 .033 .086 6.190 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.67
Interaksi Independensi dan Etika Auditor Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std.
Error Beta t Sig.
(Constant) 6.387 17.852 .358 .722
kompetensi .340 .038 .363 8.925 .000
independensi .384 .546 .160 .703 .484
keahlianprofesional .668 .040 .684 16.888 .000
etikaauditor .325 1.065 .070 .305 .761
1
moderasi2 .340 .038 .363 8.925 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Tabel 4.68
Interaksi Keahlian Profesional dan Etika Auditor Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std.
Error Beta t Sig.
(Constant) 12.340 9.209 1.340 .185
kompetensi .038 .038 .362 9.009 .000
independensi .207 .033 .087 6.293 .000
keahlianprofesional .360 .241 .368 1.493 .140
etikaauditor .680 .548 .146 1.241 .219
1
moderasi3 .038 .038 .362 9.009 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisien dari persamaan
regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi berganda yang digunakan adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X1X4 + b6 X2X4+ b7 X3X4 + ε
keterangan :
a = Konstanta b = Koefisien regresi Y = kualitas audit X1 = kompetensi X2 = independensi X3 = keahlian profesional X4 = etika auditor ε = standar error
Dari output didapatkan model persamaan regresi :
Persamaan Model Y=0.534+0.340X1+0.205X2+0.668X3+0.025X4+0.205
X1X4+0.340 X2X4+0.038X3X4
Persamaan regresi berganda ini merupakan model terbaik, karena variabel
independen yang dimasukkan dalam persamaan regresi merupakan variabel yang
memberikan pengaruh terhadap variabel dependennya.
E. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian asumsi-asumsi klasik statistik dan telah
terbukti bahwa data terbebas dari asumsi-asumsi klasik tersebut, maka data
dalam penelitian ini telah memenuhi syarat untuk dilakukan uji statistik untuk
membuktikan kebenaran uji hipotesis.
a. Uji Koefisien Determinasi
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel
independen, yaitu kompetensi, independensi, keahlian profesional. Dan
variabel moderasi yaitu etika auditor dalam menjelaskan variasi variabel
dependen, yaitu kualitas audit. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat
pada kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.69
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .996a .991 .990 .411
a. Predictors: (Constant), moderasi3, independensi, etikaauditor, kompetensi, keahlianprofesional, moderasi2, moderasi
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien Adjusted R
Square yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen dan moderasi
sebesar 0.990 yang artinya adalah 99% variabel dependen kualitas audit
dijelaskan oleh variabel independen dan variabel moderasi yaitu kompetensi,
independensi, keahlian profesional, dan etika auditor, sisanya sebesar 1%
dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan.
Angka koefisien korelasi (R) pada tabel 4.71 sebesar 0.996
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dan moderasi
dengan variabel dependen adalah sangat kuat karena memiliki nilai koefisien
korelasi diatas 0.05. Standar Error of the Estimate (SEE) sebesar 0.411
makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen atau Standar Error of the Estimate (SEE)
lebih kecil dari angka koefisien korelasi (R) model baik dan bisa dipercaya.
b. Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Untuk menunjukkan apakah semua variabel independen dan moderasi
yang digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel dependen maka digunakan uji F,
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.70
Hasil Uji F Statistik ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1210.410 7 172.916 1.025E3 .000a
Residual 10.462 62 .169
1
Total 1220.871 69
a. Predictors: (Constant), moderasi3, independensi, etikaauditor, kompetensi, keahlianprofesional, moderasi2, moderasi
b. Dependent Variable: kualitasaudit
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0.000
atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0.05 (0.000 < 0.05), ini berarti
bahwa variabel independen dan moderasi yaitu kompetensi, independensi,
keahlian profesional, dan etika auditor mempunyai pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama terhadap kualitas variabel dependen yaitu kualitas audit.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H1 : Kompetensi, independensi, keahlian profesional, dan etika auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
c. Pengujian secara parsial (Uji t)
Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji pengaruh
dari masing-masing variabel independen dan moderasi secara parsial terhadap
variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-
masing variabel independen dan moderasi terhadap variabel dependen dapat
dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari masing-
masing variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0.05. jika
p-value lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa variabel-variabel
independen dan moderasi secara parsial mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Hasil uji regresi secara parsial (uji t) dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.71
Hasil Uji t Statistik Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .534 1.284 .416 .679
kompetensi .340 .038 .363 8.990 .000
independensi .205 .033 .086 6.199 .000
keahlianprofesional .668 .039 .683 17.002 .000
1
etikaauditor .025 .033 .086 6.190 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
1. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien kompetensi adalah
8.990, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0.05,
karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi 2
menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah
jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah 1.99.
Variabel kompetensi memiliki nilai p-value 0.000 (0.000 < 0.05).
sedangkan thitung > ttabel (8.990 > 1.99) maka hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara parsial ada pengaruh
variabel independen kompetensi (X1) terhadap variabel dependen kualitas
audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh kompetensi yang dimiliki
seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H2 : Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit.
2. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien independensi adalah
6.199, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0.05,
karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi 2
menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah
jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah 1.99.
Variabel independensi memiliki nilai p-value 0.000 (0.000 < 0.05),
sedangkan thitung > ttabel (6.199 > 1.99) maka hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara parsial ada pengaruh
variabel independen independensi (X2) terhadap variabel dependen
kualitas audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh independensi yang
dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H3 : Independensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit.
3. Pengaruh Keahlian Profesional terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien keahlian profesional
adalah 17.002, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α =
0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α
dbagi 2 menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari rumus n-2, dimana n
adalah jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah 1.99.
Variabel keahlian profesional memiliki p-value 0.000 (0.000 < 0.05).
sedangkan thitung > ttabel (17.002 > 1.99) maka hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara parsial ada pengaruh
variabel independen keahlian profesional (X3) terhadap variabel dependen
kualitas audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh keahlian profesional yang
dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H4 : Keahlian Profesional berpengaruh signifikan terhadap Kualitas
Audit.
Tabel 4.72
Hasil Uji T Statistik
Interaksi Kompetensi dan Etika Auditor Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 7.660 9.639 .795 .430
kompetensi .170 .230 .182 .739 .462
independensi .205 .033 .086 6.190 .000
keahlianprofesional .668 .039 .684 16.958 .000
etikaauditor .402 .576 .087 .699 .487
1
moderasi .205 .033 .086 6.190 .000
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 7.660 9.639 .795 .430
kompetensi .170 .230 .182 .739 .462
independensi .205 .033 .086 6.190 .000
keahlianprofesional .668 .039 .684 16.958 .000
etikaauditor .402 .576 .087 .699 .487
1
moderasi .205 .033 .086 6.190 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
4. Interaksi Kompetensi dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien interaksi kompetensi
dan etika auditor adalah 6.190, sedangkan ttabel bisa dihitung pada t-test,
dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari
ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari rumus n-2,
dimana n adalah jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah 1.99.
Variabel interaksi kompetensi dan etika auditor memiliki p-value
0.000 (0.000 < 0.05). sedangkan thitung > ttabel (6.190 > 1.99) maka hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara
parsial ada pengaruh interaksi variabel independen dan moderasi
kompetensi (X1) dan etika auditor (X4) terhadap variabel dependen
kualitas audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh interaksi kompetensi dan
etika auditor yang dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H5 : Interaksi Kompetensi dan Etika Auditor berpengaruh signifikan
terhadap Kualitas Audit.
Tabel 4.73
Hasil Uji T Statistik
Interaksi Independensi dan Etika Auditor Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std.
Error Beta t Sig.
(Constant) 6.387 17.852 .358 .722
kompetensi .340 .038 .363 8.925 .000
independensi .384 .546 .160 .703 .484
keahlianprofesional .668 .040 .684 16.888 .000
etikaauditor .325 1.065 .070 .305 .761
1
moderasi2 .340 .038 .363 8.925 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
5. Interaksi Independensi dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien interaksi independensi
dan etika auditor adalah 8.925, sedangkan ttabel bisa dihitung pada t-test,
dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari
ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari rumus n-2,
dimana n adalah jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah 1.99.
Variabel interaksi independensi dan etika auditor memiliki p-value
0.000 (0.000 < 0.05). sedangkan thitung > ttabel (8.925 > 1.99) maka hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara
parsial ada pengaruh interaksi variabel independen dan moderasi
independensi (X2) dan etika auditor (X4) terhadap variabel dependen
kualitas audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh interaksi independensi dan
etika auditor yang dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H6 : Interaksi Independensi dan Etika Auditor berpengaruh signifikan
terhadap Kualitas Audit.
Tabel 4.74
Hasil Uji T Statistik
Interaksi Keahlian Profesional dan Etika Auditor Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std.
Error Beta t Sig.
(Constant) 12.340 9.209 1.340 .185
kompetensi .038 .038 .362 9.009 .000
independensi .207 .033 .087 6.293 .000
keahlianprofesional .360 .241 .368 1.493 .140
etikaauditor .680 .548 .146 1.241 .219
1
moderasi3 .038 .038 .362 9.009 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
6. Interaksi Keahlian Profesional dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien interaksi keahlian
profesional dan etika auditor adalah 9.009, sedangkan ttabel bisa dihitung
pada t-test, dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika
mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari
rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah
1.99.
Variabel interaksi independensi dan etika auditor memiliki p-value
0.000 (0.000 < 0.05). sedangkan thitung > ttabel (9.009 > 1.99) maka hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara
parsial ada pengaruh interaksi variabel independen dan moderasi keahlian
profesional (X3) dan etika auditor (X4) terhadap variabel dependen
kualitas audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh interaksi keahlian
profesional dan etika auditor yang dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H7 : Interaksi Keahlian Profesional dan Etika Auditor berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas Audit.
F. Interprestasi Hasil Analisis
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompetensi,
independensi, keahlian profesional, dan etika auditor mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif,
yaitu semakin tinggi tingkat kompetensi, independensi, keahlian professional,
dan etika auditor yang dimiliki oleh seorang akuntan publik maka akan semakin
tinggi pula tingkat kualitas audit yang dihasilkan oleh seorang auditor tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama bahwa kompetensi,
independensi, keahlian profesional, dan etika auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit.
Hasil penelitian berdasarkan hipotesis kedua menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang positif, hal ini berarti sesuai dengan pengujian hipotesis kedua
bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Kompetensi tersebut
terdiri dari dua dimensi yaitu pengetahuan dan psikologi. Auditor sebagai ujung
tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa meningkatkan
pengetahuan yang telah dimilikinya, akan tetapi hal tersebut tidak berkaitan
dengan psikologi yang harus dimiliki seorang auditor dalam praktiknya.
Penerapan pengetahuan yang maksimal sejalan dengan psikologi yang dimiliki.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby
(1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991) dalam Mayangsari (2003),
dan Alim, dkk (2007) bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor
penting yang berkaitan dengan pemberian opini audit, dimana dalam penelitian
ini hal tersebut termasuk dalam risiko audit sebagai indikator pada kualitas audit.
Hasil pengujian dengan regresi berganda menunjukkan bahwa independensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dimana hal ini telah sesuai
dengan hipotesis ketiga bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Hasil ini sesuai dengan penelitian Deis dan Giroux (1992) dan jua
Alim, dkk (2007) bahwa lama waktu auditor melakukan kerjasama dengan klien
berpengaruh terhadap kualitas audit, dimana klien merupakan hal yang terkait
dengen independensi. Pendapat De Angelo (1981) yang menyatakan bahwa
independensi merupakan hal yang penting selain kemampuan teknik auditor juga
sesuai dengan hasil penelitian ini. Lama hubungan dengan klien yang auditor
jalin selama ini mengakibatkan tekanan dari klien semakin berkurang, hal ini
memberikan telaah dari rekan auditor untuk memberikan jasa non audit. Hal
tersebut bertentangan dengan aturan atau pedoman perilaku yang harus dimiliki
oleh seorang auditor dalam menjalankan tugasnya.
Hasil pengujian dengan regresi berganda menunjukkan bahwa keahlian
profesional berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, dimana hal ini telah
sesuai dengan hipotesis keempat bahwa keahlian profesional berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini berhasil mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Lekatompessy (2003) dalam Herawaty dan Susanto (2008) yang
mendefinisikan bahwa profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi
beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual
yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau
tidak. Seorang akuntan publik yang professional harus memenuhi tanggung
jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku
semestinya. Pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi professional,
pembentukan kode etik, dan juga pembentukan jiwa profesionalisme yang harus
dilakukan oleh seorang auditor dalam hal ini untuk mencapai kualitas audit. Hal
tersebut bertentangan dengan tanggung jawab profesi yang dimiliki seorang
auditor dalam melaporkan semua kesalahan kliennya.
Pengaruh interaksi kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Behn et al.
(1997) dalam Widagdo et al. (2002) yang mengembangkan atribut kualitas audit
dimana salah satunya adalah standar etika yang tinggi, sedangkan atribut lainnya
terkait dengan kompetensi. Hal ini sesuai dengan hipotesis kelima bahwa
interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis keenam bahwa interaksi
independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Deis da Giroux (1992)
dan juga Alim, dkk (2007) bahwa kemampuan auditor untuk bertahan di bawah
tekanan klien, dalam hal ini independensi, tergantung pula oleh etika profesional.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketujuh bahwa interaksi keahlian
professional dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003)
dalam Herawaty dan Susanto (2008) bahwa profesi merupakan jenis pekerjaa
yang memenuhi beberapa kriteria. Seorang akuntan publik yang professional
harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan
seprofesi untuk berperilaku semestinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetensi,
independensi dan keahlian professional terhadap kualitas audit dengan etika
auditor sebagai variabel moderasi. Berdasarkan data yang diperoleh maupun
hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
mengenai pengaruh kompetensi, independensi dan keahlian professional
terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi, yaitu:
1. Hasil uji F variabel kompetensi, independensi, keahlian professional, dan
etika auditor mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
terhadap kualitas audit.
2. Hasil uji t variabel kompetensi menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby (1989), Ashton (1991),
Choo dan Trootman (1991) dalam Mayangsari (2003), dan Alim, dkk (2007)
bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang
berkaitan dengan pemberian opini audit, dimana dalam penelitian ini hal
tersebut termasuk dalam risiko audit sebagai indikator pada kualitas audit.
3. Hasil uji t variabel Independensi menunjukkan bahwa independensi
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Deis dan Giroux (1992) dan jua Alim, dkk (2007) bahwa lama
waktu auditor melakukan kerjasama dengan klien berpengaruh terhadap
kualitas audit, dimana klien merupakan hal yang terkait dengen
independensi. Pendapat De Angelo (1981) yang menyatakan bahwa
independensi merupakan hal yang penting selain kemampuan teknik auditor
juga sesuai dengan hasil penelitian ini. Lama hubungan dengan klien yang
auditor jalin selama ini mengakibatkan tekanan dari klien semakin
berkurang, hal ini memberikan telaah dari rekan auditor untuk memberikan
jasa non audit. Hal tersebut bertentangan dengan aturan atau pedoman
perilaku yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam menjalankan
tugasnya.
4. Hasil uji t variabel keahlian profesional menunjukkan bahwa keahlian
professional berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini
berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003)
dalam Herawaty dan Susanto (2008) yang mendefinisikan bahwa profesi
merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan
profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa
melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang
akuntan publik yang professional harus memenuhi tanggung jawabnya
terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku
semestinya. Pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi
professional, pembentukan kode etik, dan juga pembentukan jiwa
profesionalisme yang harus dilakukan oleh seorang auditor dalam hal ini
untuk mencapai kualitas audit. Hal tersebut bertentangan dengan tanggung
jawab profesi yang dimiliki seorang auditor dalam melaporkan semua
kesalahan kliennya.
5. Hasil uji t interaksi variabel Kompetensi dan etika auditor menunjukkan
bahwa interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Behn et al. (1997) dalam Widagdo et al. (2002) yang
mengembangkan atribut kualitas audit dimana salah satunya adalah standar
etika yang tinggi, sedangkan atribut lainnya terkait dengan kompetensi. Hal
ini sesuai dengan hipotesis kelima bahwa interaksi kompetensi dan etika
auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
6. Hasil uji t interaksi variabel Independensi dan etika auditor menunjukkan
bahwa interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas audit. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Deis da Giroux (1992) dan juga Alim, dkk (2007) bahwa kemampuan
auditor untuk bertahan di bawah tekanan klien, dalam hal ini independensi,
tergantung pula oleh etika profesional.
7. Hasil uji t interaksi variabel keahlian professional dan etika auditor
menunjukkan bahwa interaksi keahlian profesional dan etika auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003) dalam
Herawaty dan Susanto (2008) bahwa profesi merupakan jenis pekerjaa yang
memenuhi beberapa kriteria. Seorang akuntan publik yang professional harus
memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan
seprofesi untuk berperilaku semestinya.
B. Implikasi
Berdasarkan atas kesimpulan diatas, terdapat implikasi yang diperoleh dari
penelitian ini, yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) harus tetap menjaga
kompetensi, independensi, keahlian profesional dan etika auditor sehingga kualitas
audit yang dihasilkan dari seorang auditor dapat terlaksana secara maksimal dan
tetap konsisten dengan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan).
Hal yang berkaitan dengan hasil dari penelitian ini yang menjelaskan
bahwa variabel kompetensi, independensi, keahlian profesional dan etika auditor
berpengaruh terhadap kualitas audit.
C. Saran
1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat memperluas wilayah cakupan
lebih banyak KAP dan tidak hanya yang di wilayah Jakarta Selatan saja
sehingga diperoleh hasil penelitian yang tingkat generalisasinya lebih
tinggi.
2. Diharapkan dapat melakukan wawancara secara langsung dan lebih terlibat
dalam aktivitas KAP sehingga penelitian selanjutnya dapat lebih
memahami dan dapat memberikan solusinya.
3. Pengetahuan dan pengalaman atau keahlian yang tidak didorong dengan
kemauan dan keyakinan pekerja mengenai tanggung jawab atas
pekerjaannya tidak dikatakan seorang yang kompeten. Oleh karena itu
dibutuhkan kesadaran auditor untuk terus mengoptimalkan nilai-nilai
kompetensi yang dimilikinya.
Daftar Pustaka
Arens, Alvin A. 2006. Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Edisi Indonesia, Jakarta PT. Indeks
Christiawan, Yulius Jogi. 2003. Kompetensi dan Independensi Akuntansi Publik :
Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vo.4 No.2 (Nov) Hal. 79 – 92
Dajan, Anton, 1996. “Pengantar Metode Statistik “, jilid 2, LP3ES, Jakarta,.
Elfarina, Christina, Eunike. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit. Semarang. Skripsi S1 : Universitas Negri Semarang
Ghozali, Imam, 2005 “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS“, BP
UNDIP, Semarang. Halim, Abdul. 2001. Auditing 1 (Dasar – dasar Audit Laporan Keuangan).
Yogyakarta : AMP YKPN Hamid, Abdul. 2007 “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEIS Press Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas
Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi Universitas Diponegoro.(Tidak dipublikasikan).
Hastuti, T.D., S.L. Indriarto. 2003. Hubungan antara Profesionalisme dengan
Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan
Keuangan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, hlm. 1206 – 1220.
Herawaty, Arleen, dan Kurnia, Susanto, Yulius. 2008 Profesionalisme Pengetahuan
Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan
Pertimbangan Tingkat Materialitas. Jurnal Trisakti School Of Management, Grogol, Jakarta
Hernadianto. 2002. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pengetahuan dan
Penggunaan Infuisi Mengenai Kekeliruan (Pada KAP di Jakarta). Semarang, Tesis Maksi : Universitas Diponegoro (Tidak dipublikasikan).
Husein, Umar, 2003 “Riset Strategi Pemasaran”, Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2003.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2008. Directory 2008 Kantor Akuntan Publik dan
Akuntan Publik. Jakarta Kartika Widhi, Frianty . 2006. Pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi
auditor terhadap kualitas audit (Studi Empiris:KAP di Jakarta). Semarang. Skripsi S1: Universitas Diponegoro.(Tidak dipublikasikan).
Kell, W.G., R.N. Johnson dan W.C. Baynton.2002. Modern Auditing, Edisi Ketujuh.
Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga. Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan
topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen
(Desember). Hal.25-60. Lasmahadi,A.2002. Sistem Manajemen SDM Berbasis Kompetensi. www.e-
Psikologi .com Lekatompessy, J.E.2003. Hubungan Profesionalisme dengan konsekuensinya:
Komitmen Organisasional, Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja dan Keinginan
Berpindah (Studi Empiris di Lingkungan Akuntan Publik). Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.5, No.1, April, hlm. 69 – 84.
Maryani, T. dan U. Ludigdo. 2001. Survei Atas Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. TeMA. Volume 11 Nomor 1. Maret. P. 49 – 62.
Majalah Auditor Edisi 35/VII/ April – Mei 2008. “Sarbanes Oxley No Way”. Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh keahlian dan independensi terhadap pendapat
audit: Sebuah kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.6 No.1 (Januari).
Narbuko, Kholid, dan Achmadi, Abu. 2008. Metodologi Penelitian : memberikan
bekal teoretis pada mahasiswa tentang metodologi penelitian serta
diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang
benar. Jakarta : Bumi Angkasa. Ni Putu Eka Desyanti dan Ni Made Dwi Ratnadi. 2006. Pengaruh Independensi,
Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap
Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Bank
Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Payamta. 2002. Sikap Akuntan dan Pengguna Jasa Akuntan Publik Terhadap
Advertensi Jasa Akuntan Publik. SNA 5 Semarang. P. 544 – 559.
Purnomo, Adi, 2007. Persepsi auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan
independensi terhadap kualitas audit. Tersedia: http://[email protected].
Rai, I Gusti Agung. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.
Saifuddin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Opini Audit
Going Concern ( Studi Kuasieksperimen pada Auditor dan Mahasiswa ).
Semarang. Tesis Undip.(Tidak dipublikasikan). Sekaran, U, 200. “Research Methods For Business: A Skill Building Approach”,
3nd Ed, John Willey & Sons, Inc, New York.. Simamora, Henry.2002. Auditing. Yogyakarta : UPP AMP YKPN Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi
Akuntan Publik : Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005. Hal 85-97
Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) : Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta. Salemba Empat.
Sugiyono, 1994. “Statistik Untuk Penelitian”, Penerbit Alfabeta, Bandung. Sugiono, 2003. “Metode penelitian Bisnis”, CV, Alfabeta, Bandung. Santoso, Singgih, 2002. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Jakarta: Elek
Media Komputindo. Yarmin, Wiwik. 2008. Analisis Pengaruh Perbedaan Kompetensi dan Independensi
Auditor dalam Melakukan Audit Lingkungan Sebagai Sarana untuk
Meningkatkan Akuntabilitas Publik. FEIS, Jakarta. Ubaidillah, dan Agung Arafah. 2009. Faktor – faktor yang mempengaruhi
independensi dalam melakukan pemeriksaan pada kantor akuntansi public
di Palembang. Jurnal Fakultas Universitas Sriwijaya Vol. 3 No.1 (januari).
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER PENELITI
Deskripsi Responden
Istilah dengan singkat dan jelas berdasarkan diri Bapak/Ibu/Saudara dengan
memberikan tanda checklist ( � ) pada jawaban yang telah disediakan.
1. Umur
2. Jenis Kelamin
Laki – laki Perempuan
3. Jabatan dalam KAP
Manager Supervisor/Auditor Senior Auditor Junior
4. Pendidikan terakhir
D III S1 S2 S3
5. Lama bekerja sebagai auditor : …. Tahun …. Bulan
6. Jumlah pelatihan yang telah di ikuti
Selama dua tahun terakhir : …. Kali
7. Jumlah penugasan/klien yang diaudit
Rata – rata setiap tahun : .... Klien
Pernyataan berikut ini mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi Kualitas Hasil
Kerja Auditor dalam proses penugasan audit.
Nyatakan pendapat anda dengan memberi tanda ( � ) pada salah satu jawaban dari
lima alternatif yang paling sesuai dengan pilihan anda.
Keterangan :
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
N = Netral
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
1. Pernyataan mengenai Kompetensi Auditor
No Pernyataan STS TS N S SS
A. Pengetahuan
1 Auditor harus mengetahui
tentang fakta – fakta apa saja
yang akan di audit
2 Seorang auditor wajib
mengetahui prosedur – prosedur
standar yang akan di audit
3 Untuk melakukan audit yang
baik, auditor membutuhkan
pengetahuan yang di peroleh
dari tingkat pendidikan formal.
4. Selain pendidikan formal, untuk
melakukan audit yang baik,
auditor juga membutuhkan
pengetahuan yang diperoleh dari
kursus dan pelatihan khususnya
di bidang audit.
5. Semakin banyak jumlah klien
yang auditor audit menjadikan
audit yang auditor lakukan
semakin lebih baik.
6. Seorang auditor disebut
berpengalaman apabila memiliki
masa kerja lebih dari 4 tahun
7. Pengalaman penugasan audit
mempengaruhi ketepatan dalam
menganalisis suatu kasus
8. Level jabatan dan tanggung
jawab sangat mempengaruhi
pengalaman auditor dalam
mengaudit
B. Psikologi
1. Seorang auditor tidak harus
dapat bekerja sama dalam
sebuah tim
2. Seorang auditor harus kreatif
dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada
3. Auditor yang kompeten akan
dengan mudah berdaptasi
dengan perubahan lingkungan
bisnis kliennya
4. Seorang auditor harus
mempunyai kemampuan untuk
mendeteksi kecurangan dalam
laporan keuangan.
2. Pernyataan mengenai Independensi
No Pernyataan STS TS N S SS
A. Lama hubungan dengan klien
1. Auditor sebaiknya memiliki hubungan
dengan klien yang sama paling lama 3
tahun
B. Tekanan dari klien
1. Jika audit yang auditor lakukan buruk,
maka auditor dapat menerima sanksi
dari klien
2. Jika audit fee dari satu klien merupakan
sebagian besar dari total pendapatan
suatu kantor akuntan maka hal ini dapat
merusak independensi akuntan public.
3. Fasilitas yang auditor terima dari klien
menjadikan auditor sungkan terhadap
klien sehingga kurang bebas dalam
melakukan audit.
C. Telaah dari rekan audotor
1. Auditor tidak membutuhkan telaah dari
rekan auditor lain untuk menilai
prosedur auditnya karena kurang dirasa
manfaatnya.
2. Auditor bersikap jujur untuk
menghindari penilaian kurang dari rekan
seprofesi (sesama auditor) dalam tim.
D. Jasa non audit
1. Selain memberikan jasa audit, suatu
kantor akuntan dapat pula memberikan
jasa – jasa lainnya kepada klien yang
sama
2. Pemberian jasa lain selain jasa audit
dapat meningkatkan informasi yang
disajikan dalam laporan pemeriksaan
akuntan publik.
3. Pernyataan mengenai Keahlian Profesional
No Pernyataan STS TS N S SS
A. Aspek Struktural
1. Keahlian yang dilaksanakan seorang
auditor harus sesuai dengan bidang yang
ditugasinya.
2. Auditor melakukan profesi atau tugas
sesuai dengan standar baku dibidang
profesinya.
3. Auditor harus mematuhi etika yang
telah ditetapkan.
4. Profesional seorang akuntan publik
terbentuk dari tempat pelatihan
5. Asosiasi profesional harus dimiliki
seorang akuntan publik
6. Seorang akuntan yang profesional harus
memiliki kode etik
B. Aspek Sikap
1. Auditor mencerminkan profesi yang
berdedikasi sesuai dengan pengetahuan
dan kecakapan yang dimilikinya.
2. Auditor mempunyai pandangan tentang
pentingnya kewajiban social.
3. Professional mampu membuat
keputusan sendiri tanpa tekanan dari
pihak lain.
4. Seorang profesional harus yakin
terhadap profesi yang dijalankan.
5. Auditor harus memiliki hubungan
sesamaprofesi dengan menggunakan
ikatan profesi sebagai acuannya.
4. Pernyataan mengenai Etika Auditor
No Pernyataan STS TS N S SS
1. Imbalan yang auditor terima dapat
mempengaruhi perilaku auditor agar
memiliki kinerja yang optimal.
2. Organisasi di tempat auditor bekerja
sangat berarti bagi seorang auditor.
3. Lingkungan keluarga auditor sangat
mempengaruhi perilaku auditor.
4. Auditor merasa terikat secara emosional
dengan organisasi di tempat bekerja.
5. Pernyataan mengenai Kualitas Audit
No Pernyataan STS TS N S SS
1. Besarnya kompetensi yang auditor
terima akan mempengaruhi auditor
dalam melaporkan kesalahan klien.
2. Pemahaman terhadap sistem informasi
akuntansi klien dapat menjadikan
pelaporan audit menjadi lebih baik.
3. Auditor mempunyai komitmen yang
kuat untuk menyelesaikan audit dalam
waktu yang tepat
4. Seorang auditor harus berpedoman pada
prinsip auditing dan prinsip akuntan
dalam melakukan pekerjaan lapangan
5. Auditor tidak mudah percaya terhadap
pernyataan klien selama melakukan
audit
6. Auditor selalu berusaha berhati – hati
dalam pengambilan keputusan selama
melakukan audit.
7. Seorang akuntan publik harus memiliki
konsistensi dalam profesinya
8. Seorang auditor harus menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi akuntan publik
9. Auditor menjadikan SPAP sebagai
pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan laporan
10. Seorang akuntan publik harus mematuhi
SOP yang ada
LAMPIRAN 2
DISTRIBUSI FREKUENSI KOMPETENSI K1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 5 7.1 7.1 7.1
ragu-ragu 19 27.1 27.1 34.3
setuju 43 61.4 61.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 23 32.9 32.9 34.3
ragu-ragu 28 40.0 40.0 74.3
setuju 15 21.4 21.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 4.3 4.3 4.3
tidak setuju 19 27.1 27.1 31.4
ragu-ragu 36 51.4 51.4 82.9
setuju 12 17.1 17.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 16 22.9 22.9 25.7
ragu-ragu 35 50.0 50.0 75.7
setuju 14 20.0 20.0 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
ragu-ragu 20 28.6 28.6 30.0
setuju 30 42.9 42.9 72.9
sangat setuju 19 27.1 27.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
K12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
ragu-ragu 14 20.0 20.0 21.4
setuju 34 48.6 48.6 70.0
sangat setuju 21 30.0 30.0 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
LAMPIRAN 3 DISTRIBUSI FREKUENSI INDEPENDENSI
I1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 1 1.4 1.4 2.9
Ragu-ragu 10 14.3 14.3 17.1
setuju 51 72.9 72.9 90.0
sangat setuju 7 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
I2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 4 5.7 5.7 5.7
Ragu-ragu 16 22.9 22.9 28.6
setuju 42 60.0 60.0 88.6
sangat setuju 8 11.4 11.4 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
I3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
snagat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 2 2.9 2.9 4.3
Ragu-ragu 11 15.7 15.7 20.0
setuju 50 71.4 71.4 91.4
sangat setuju 6 8.6 8.6 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
I4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
Ragu-ragu 6 8.6 8.6 10.0
setuju 53 75.7 75.7 85.7
sangat setuju 10 14.3 14.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
I5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat setuju 2 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 3 4.3 4.3 7.1
Ragu-ragu 14 20.0 20.0 27.1
setuju 42 60.0 60.0 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
I6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 9 12.9 12.9 14.3
Ragu-ragu 34 48.6 48.6 62.9
setuju 23 32.9 32.9 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
I7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 4 5.7 5.7 8.6
Ragu-ragu 12 17.1 17.1 25.7
setuju 43 61.4 61.4 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
I8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 5 7.1 7.1 8.6
Ragu-ragu 20 28.6 28.6 37.1
setuju 37 52.9 52.9 90.0
sangat setuju 7 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
LAMPIRAN 4
DISTRIBUSI FREKUENSI KEAHLIAN PROFESIONAL KP1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 5 7.1 7.1 7.1
ragu-ragu 19 27.1 27.1 34.3
setuju 43 61.4 61.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KP2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KP3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KP4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KP5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 23 32.9 32.9 34.3
ragu-ragu 28 40.0 40.0 74.3
setuju 15 21.4 21.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KP6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 4.3 4.3 4.3
tidak setuju 19 27.1 27.1 31.4
ragu-ragu 36 51.4 51.4 82.9
setuju 12 17.1 17.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KP7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 16 22.9 22.9 25.7
ragu-ragu 35 50.0 50.0 75.7
setuju 14 20.0 20.0 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KP8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KP9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KP10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KP11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
ragu-ragu 10 14.3 14.3 17.1
setuju 44 62.9 62.9 80.0
sangat setuju 14 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
LAMPIRAN 5 DISTRIBUSI FREKUENSI ETIKA AUDITOR
EA1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
ragu-ragu 4 5.7 5.7 5.7
setuju 48 68.6 68.6 74.3
sangat setuju 18 25.7 25.7 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
EA2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
ragu-ragu 5 7.1 7.1 8.6
setuju 52 74.3 74.3 82.9
sangat setuju 12 17.1 17.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
EA3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
ragu-ragu 3 4.3 4.3 5.7
setuju 51 72.9 72.9 78.6
sangat setuju 15 21.4 21.4 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
EA4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
ragu-ragu 5 7.1 7.1 7.1
setuju 40 57.1 57.1 64.3
sangat setuju 25 35.7 35.7 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
LAMPIRAN 6 DISTRIBUSI FREKUENSI KUALITAS AUDIT
KA1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 5 7.1 7.1 7.1
ragu-ragu 19 27.1 27.1 34.3
setuju 43 61.4 61.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KA2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KA3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KA4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KA5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4
tidak setuju 23 32.9 32.9 34.3
ragu-ragu 28 40.0 40.0 74.3
setuju 15 21.4 21.4 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KA6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 4.3 4.3 4.3
tidak setuju 19 27.1 27.1 31.4
ragu-ragu 36 51.4 51.4 82.9
setuju 12 17.1 17.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KA7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 2.9 2.9 2.9
tidak setuju 16 22.9 22.9 25.7
ragu-ragu 35 50.0 50.0 75.7
setuju 14 20.0 20.0 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KA8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 31 44.3 44.3 95.7
sangat setuju 3 4.3 4.3 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KA9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 7 10.0 10.0 10.0
ragu-ragu 29 41.4 41.4 51.4
setuju 29 41.4 41.4 92.9
sangat setuju 5 7.1 7.1 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
KA10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 8.6 8.6 8.6
ragu-ragu 29 41.4 41.4 50.0
setuju 26 37.1 37.1 87.1
sangat setuju 9 12.9 12.9 100.0
Valid
Total 70 100.0 100.0
LAMPIRAN 7
VALIDITAS DAN RELIABILITAS KOMPETENSI
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
K1 37.64 18.726 .165 . .693
K2 37.84 18.424 .192 . .691
K3 37.81 16.298 .524 . .642
K4 37.73 15.389 .630 . .621
K5 38.33 18.079 .175 . .698
K6 38.46 17.353 .349 . .669
K7 38.27 17.186 .320 . .673
K8 37.84 18.424 .192 . .691
K9 37.81 16.298 .524 . .642
K10 37.73 15.389 .630 . .621
K11 37.31 18.451 .162 . .696
K12 37.20 19.090 .080 . .706
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.691 .686 12
LAMPIRAN 8 VALIDITAS DAN RELIABILITAS INDEPENDENSI
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
I1 26.03 12.231 .633 .512 .783
I2 26.14 12.820 .420 .229 .810
I3 26.09 12.601 .510 .514 .798
I4 25.89 13.871 .342 .153 .817
I5 26.16 11.236 .635 .536 .779
I6 26.66 11.910 .546 .518 .793
I7 26.16 11.526 .560 .420 .791
I8 26.29 11.424 .620 .476 .781
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.816 .814 8
VALIDITAS DAN RELIABILITAS KEAHLIAN PROFESIONAL
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
KP1 70.86 70.994 .232 . .717
KP2 71.06 70.113 .284 . .713
KP3 71.03 65.159 .670 . .685
KP4 70.94 64.229 .694 . .680
KP5 71.54 69.121 .289 . .711
KP6 71.67 68.514 .397 . .705
KP7 71.49 68.427 .354 . .706
KP8 71.06 70.113 .284 . .713
KP9 71.03 65.159 .670 . .685
KP10 70.94 64.229 .694 . .680
KP11 70.49 71.993 .145 . .722
TotalKP 37.24 18.534 1.000 . .704
LAMPIRAN 9 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.720 .778 12
VALIDITAS DAN RELIABILITAS ETIKA AUDITOR
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
EA1 12.50 .775 -.250 .075 .336a
EA2 12.63 .701 -.194 .041 .488a
EA3 12.56 .656 -.150 .024 .625a
EA4 12.41 .739 -.264 .087 .277a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
a
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
a N of Items
.658 .652 4
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
LAMPIRAN 10
VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUALITAS AUDIT
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
KA1 62.86 67.516 .248 . .725
KA2 63.06 66.982 .271 . .724
KA3 63.03 62.202 .653 . .695
KA4 62.94 60.924 .709 . .688
KA5 63.54 65.817 .292 . .721
KA6 63.67 64.919 .426 . .712
KA7 63.49 64.717 .389 . .713
KA8 63.06 66.982 .271 . .724
KA9 63.03 62.202 .653 . .695
KA10 62.94 60.924 .709 . .688
TotalKA 33.24 17.694 1.000 . .721
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.728 .796 11
LAMPIRAN 11 REGRESI DAN MODERASI
Variables Entered/Removed
b
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 etikaauditor, kompetensi, independensi, keahlianprofesional
a
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: kualitasaudit
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .995a .991 .990 .412
a. Predictors: (Constant), etikaauditor, kompetensi, independensi, keahlianprofesional
b. Dependent Variable: kualitasaudit
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1209.855 4 302.464 1.785E3 .000a
Residual 11.017 65 .169
1
Total 1220.871 69 a. Predictors: (Constant), etikaauditor, kompetensi, independensi, keahlianprofesional
b. Dependent Variable: kualitasaudit
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .534 1.284 .416 .679
kompetensi .340 .038 .363 8.990 .000
independensi -.205 .033 -.086 -6.199 .000
keahlianprofesional .668 .039 .683 17.002 .000
1
etikaauditor .340 .038 .363 8.990 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit
LAMPIRAN 12 INTERAKSI KOMPETENSI DAN ETIKA AUDITOR
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 7.660 9.639 .795 .430
kompetensi .170 .230 .182 .739 .462
independensi -.205 .033 -.086 -6.190 .000
keahlianprofesional .668 .039 .684 16.958 .000
etikaauditor -.402 .576 -.087 -.699 .487
1
moderasi -.205 .033 -.086 -6.190 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit
INTERKASI INDEPENDENSI DAN ETIKA AUDITOR
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 6.387 17.852 .358 .722
kompetensi .340 .038 .363 8.925 .000
independensi -.384 .546 -.160 -.703 .484
keahlianprofesional .668 .040 .684 16.888 .000
etikaauditor -.325 1.065 -.070 -.305 .761
1
moderasi2 .340 .038 .363 8.925 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit
INTERAKSI KEAHLIAN PROFESIONAL DAN ETIKA AUDITOR
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 12.340 9.209 1.340 .185
kompetensi .038 .038 .362 9.009 .000
independensi -.207 .033 -.087 -6.293 .000
keahlianprofesional .360 .241 .368 1.493 .140
etikaauditor -.680 .548 -.146 -1.241 .219
1
moderasi3 .038 .038 .362 9.009 .000
a. Dependent Variable: kualitasaudit