PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR...
Transcript of PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR...
PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP
INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING DENGAN RETALIASI
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Rizqi Awaliya Nikmah
NIM: 1110082000123
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP
INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING DENGAN RETALIASI
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Rizqi Awaliya Nikmah
NIM: 1110082000123
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Rizqi Awaliya Nikmah
2. Tempat, Tanggal Lahir : Kendal, 1 Februari 1992
3. Alamat : Ds. Kalirejo Rt 03 Rw 03 Kec.
Kangkung, Kab. Kendal,
Semarang-Jateng 51353
4. Telepon : 087871195980
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN 02 Kalirejo Tahun 1997-2003
2. SMP N 1 Cepiring Tahun 2003-2006
3. SMA N 1 Kendal Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2014
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Masduki
2. Tempat, Tanggal Lahir : Kendal, 25 Mei 1959
3. Ibu : Ninik Karyati
4. Tempat, Tanggal Lahir : Kendal, 28 Maret 1968
5. Alamat : Ds. Kalirejo Rt 03 Rw 03 Kec.
Kangkung, Kab. Kendal,
Semarang-Jateng 51353
vii
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar “Anti-Corruption Training Road to Campus” oleh KPK, Jakarta 21
Oktober 2010.
2. Seminar Nasional “Menatap Masa Depan Demokrasi Indonesia” oleh BEM
FEB, Jakarta 28 Februari 2011.
3. Stadium General IESP oleh Fakulta Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, Jakarta
28 Maret 2012.
4. Seminar di Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI, Jakarta 4
Mei 2012.
5. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi oleh HMJ Akuntansi, Jakarta 3
Oktober 2012.
6. Workshop “Hidup Positif Bermakna untuk Sesama Tanpa Narkoba” oleh
Gerakan Nurani Nusantara, Jakarta 15 Desember 2012.
7. Diskusi Interaktif “APEC di Mata Anak Muda” oleh Kompas, Jakarta 2
Oktober 2013.
viii
ABSTRACT
The Effect of Auditors Professional Commitment on Whistleblowing Intention
with Retaliation as Moderate Variable
The purpose this study to examine the effect of auditor’s professional
commitment on whistleblowing intention with retaliation as moderate variable.
Based on purposive sampling method, this study used a sample of 70 respondents
who work as internal auditors in General Inspectorate in some ministries in
Indonesia. This study used primary data with questionary. Data were analyzed
using simple regression analysis and Moderated Regression Analysis (MRA) with
SPSS 21 processing.
The result indicates that auditors professional commitment effect on
whistleblowing intention. While the effect auditors professional commitment on
whistleblowing intention can not be a moderated variable by retaliation.
Keyword: auditors professional commitment, retaliation, whistleblowing intention
ix
ABSTRAK
Pengaruh Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi Melakukan
Whistleblowing dengan Retaliasi Sebagai Variabel Moderating
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh komitmen
profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing dengan retaliasi
sebagai variabel moderating. berdasarkan metode purposive sampling, penelitian
ini menggunakan sampel sebanyak 70 responden yang berprofesi sebagai auditor
internal yang bekerja di Inspektorat Jenderal pada beberapa kementerian di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan Moderate
Regression Analysis (MRA) yang pengolahannya melalui SPSS 21.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen profesional auditor
berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Sedangkan retaliasi
tidak memoderasi pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi
melakukan whistleblowing.
Kata kunci: komitmen profesional auditor, retaliasi, intensi melakukan
whistleblowing
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman , yang telah membimbing umatnya
menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Bapak Masduki dan Ibu Ninik Karyati tercinta, terima kasih atas segala
dukungan, perhatian, doa, serta bantuan moril dan materiil. Tiada kata yang
mampu melukiskan rasa terima kasihku kepada kalian.
2. Adikku M. Wahyu Adi Nugroho yang menjadi penyemangatku.
3. Lutfil Khakim, Dini Indri Hapsari, keponakan-keponakan, dan seluruh
keluarga di Depok, terima kasih atas semua yang diberikan selama ini,
semangat, perhatian, kasih sayang.
4. Bapak Prof. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah.
5. Ibu Dr. Rini selaku Ketua Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak.,CA selaku Sekertaris Jurusan
Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan
xi
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah
Bapak berikan selama ini
8. Bapak Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA selaku dosen pembimbing II yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat,
memberikan semangat dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
Terima kasih atas ilmu yang sudah Bapak berikan selama ini.
9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama
menempuh masa studi.
10. Bapak/Ibu sekertaris, kepala bagian kepegawaian, kasubag kepegawaian,
staff, dan auditor dari Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan RI,
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Kementerian Agama RI, yang
telah mengizinkan peneliti untuk menyebar kuesioner di sana.
11. Sahabat-sahabatku tersayang yang tergabung dalam Cossin Generation:
Lenny Anggraeni, Ririn Annisa Priliani, Rizqi Awaliya Nikmah, Diah
Anugraheni, dan Heva Nur Adri. Terima kasih atas segala bantuan, support,
doa dan keceriaan yang telah kalian berkan. Terima kasih sudah mau menjadi
sahabatku, yang mau menerima aku dengan segala kekuranganku. Semoga
persahabatan ini akan tetap terjaga.
12. Sahabat-sahabatku tersayang yang tergabung dalam My Limun. Yang terdiri
dari, Najibatul Labibah, Tika Zahara, Eka Novi Astria Beti, Rizka Dhiani,
Husnul Khotimah. Terima kasih banyak sudah mau berbagi tempat tinggal
denganku walaupun sempit-sempitan, berbagi kesedihan dan keceriaan. Pasti
aku bakal merindukan saat-saat dimana kita tidur bareng, makan bareng,
nonton tv bareng, becanda bareng. Semoga kebersamaan kita akan tetap ada
walaupun nanti kita akan berpisah.
13. Teman-teman Akun D “Daeng Tata”, terima kasih atas dukungan, doa,
keceriaan, dan kebersamaan yang telah kalian berikan. Pasti aku merindukan
suasana kelas yang sarat akan kehangatan dan kebersamaan. Aku berharap
suatu saat kita bisa jalan-jalan bareng sekelas.
xii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 Juni 2014
(Rizqi Awaliya Nikmah)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ..................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .............................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .......................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ........................................... v
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................... vi
Abastract ..................................................................................................... viii
Abstrak ........................................................................................................ ix
Kata Pengantar ........................................................................................... x
Daftar Isi ...................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ................................................................................................ xvii
Daftar Gambar ........................................................................................... xix
Daftar Lampiran ........................................................................................ xx
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
xiv
B. Perumusan Masalah ......................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 12
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 15
A. Tinjauan Literatur ............................................................ 15
1. Internal Audit ............................................................. 15
2. Aparat Pengawas Internal Pemerintah ........................ 18
3. Teori Perilaku Terencana ............................................ 19
4. Komitmen Profesional Auditor ................................... 22
5. Retaliasi ....................................................................... 25
6. Whistleblowing ............................................................ 27
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ..................................... 30
C. Kerangka Pemikiran ........................................................ 39
D. Dasar Perumusan Hipotesis ............................................. 41
1. Komitmen Profesional Auditor dengan Intensi
Melakukan Whistleblowing ........................................ 41
2. Retaliasi Memoderasi Komitmen Profesional
Auditor terhadap Intensi Melakukan
Whistleblowing ........................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 46
A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................. 46
B. Metode Penentuan Sampel............................................. 46
C. Metode Pengumpulan Data ........................................... 47
xv
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ....................... 47
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ........................ 47
D. Metode Analisis Data ..................................................... 48
1. Analisis Deskriptif ...................................................... 48
2. Uji Kualitas Data ........................................................ 48
3. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 49
4. Uji Hipotesis ............................................................... 52
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................. 56
1. Komitmen Profesional Auditor .................................. 56
2. Retaliasi ...................................................................... 56
3. Intensi Melakukan Whistleblowing ............................ 57
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .............................. 60
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................. 60
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................. 60
2. Karakteristik Profil Responden ............................... 61
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...................................... 65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................... 65
2. Hasil Uji Kualitas Data ........................................... 66
3. Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................... 69
4. Hasil Uji Hipotesis .................................................. 74
C. Pembahasan ................................................................... 78
BAB V PENUTUP ......................................................................... 83
xvi
A. Kesimpulan ................................................................... 83
B. Saran ............................................................................. 84
Daftar Pustaka ............................................................................................. 85
Lampiran-lampiran ...................................................................................... 90
xvii
Daftar Tabel
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu .................................................. 31
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................. 58
4.1 Data Sampel Penelitian ................................................................... 61
4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian .................................................. 61
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 62
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .......................... 63
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ......... 64
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir ........................................................................ 64
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan
Pengalaman Kerja ........................................................................... 65
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................... 66
4.9 Hasil Uji Validitas Komitmen Profesional ..................................... 67
4.10 Hasil Uji Validitas Retaliasi ............................................................ 68
xviii
No Keterangan Halaman
4.11 Hasil Uji Validitas Intensi Melakukan Whistleblowing ................. 68
4.12 Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 69
4.13 Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................. 70
4.14 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) ............................................. 71
4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y dan X1 ............... 74
4.16 Hasil Uji Statistik t Variabel Y dan X1 ............................................ 75
4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, dan X2 ......... 76
4.18 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1, dan X2 ..................................... 77
xix
Daftar Gambar
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ........................................................... 39
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ........................ 72
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ................. 72
4.3 Grafik Scatterplot ........................................................................... 73
xx
Daftar Lampiran
No Keterangan Halaman
1. Surat Penelitian Skripsi...................................................................... 90
2. Surat Keterangan dari Kementerian................................................... 93
3. Kuesioner Penelitian .......................................................................... 97
4. Jawaban Responden ........................................................................... 108
5. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ............................................... 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan profesi internal auditing dalam era globalisasi saat
ini sangat pesat, bahkan internal auditor telah diakui keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi perusahaan (corporate governance) yang
dapat membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja pemerintah
maupun perusahaan, terutama dalam aspek pengendalian. Dengan adanya
hal tersebut, diharapkan supaya auditor dapat meningkatkan sistem
pengendalian intern karena sistem pengendalian intern ini merupakan
prasyarat bagi penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan keuangan
negara yang baik.
Sistem pengendalian intern ini merupakan salah satu unsur fungsi
audit internal. Dengan demikian, fungsi audit internal yang berjalan
dengan baik akan menghasilkan keluaran yang baik yang akan menjadi
masukan bagi auditor eksternal, eksekutif, dan legislatif dalam
memperbaiki pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan pada waktu
yang akan datang. Oleh karena itu, sudah selayaknya fungsi pengawasan
internal lebih diberdayakan dan dilaksanakan secara baik demi tercapainya
tujuan berbangsa dan bernegara atau good governance pada sektor publik,
yaitu terwujudnya transparansi, akuntabilitas, kejujuran, keadilan, dan
kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut auditor internal
2
sebagai salah satu pengendali intern dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pengelolaan laporan keuangan negara harus mengeluarkan pendapat
atau opini pada laporan keuangan yang akan diterbitkan.
Auditor internal pemerintah tergabung dalam APIP. Menurut
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 11 menerangkan
bahwa Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada
institusi lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan
pengawasan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
Tugas, fungsi, dan kewenangan APIP dapat dilihat di pasal-pasal lain
dalam Perpres 54/2010, diantaranya yaitu Pasal 17, 32, 81, 99, dan 177.
Kalau melihat pasal-pasal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa APIP
sama dengan inspektorat di instansi pemerintah (Inspektorat Jenderal,
Inspektorat, Inspektorat Kabupaten, Inspektorat Provinsi) dengan jabatan
fungsional auditor sebagai SDM-nya.
Akhir-akhir ini kasus whistleblowing banyak diperbincangkan.
Whistleblowing dianggap sebagai sistem yang mempunyai manfaat
memperkuat sistem pengendalian internal. Manfaat tersebut, antara lain
tersedianya cara penyampaian informasi yang penting dan kritis,
tersedianya mekanisme deteksi dini atas kemungkinan terjadinya masalah
akibat suatu pelanggaran, adanya kesempatan untuk menangani masalah
pelanggaran secara internal sebelum meluas, dan mengurangi adanya
resiko dari dampak pelanggaran.
3
Di Amerika Serikat kasus whistleblowing yang paling terkenal
adalah kasus pengungkapan kecurangan yang dilakukan oleh Jeffrey
Wigand. Wigand merupakan direksi di bagian Riset dan Pengembangan
(1988-1993) perusahaan rokok Brown and Williamson Tobacoo
Corporation. Dia memberikan laporan mengungkap kesaksian adanya
praktik manipulasi kadar rokok nikotin rokok di perusahaan tempatnya
bekerja.
Tidak dapat dipungkiri, keberadaan whistleblower sangat
membantu dalam pengungkapan kecurangan/fraud. Apalagi, telah
diketahui banyak kalangan, bahwasannya praktik kecurangan/fraud telah
marak terjadi. Dalam buku Memahami Whistleblower, dikatakan bahwa
whistleblower biasanya ditujukan kepada seseorang yang pertama kali
mengungkapkan atau melaporkan suatu tindak pidana atau tindakan yang
dianggap ilegal di tempatnya bekerja atau orang lain berada, kepada
otoritas internal organisasi atau kepada publik, seperti media massa atau
lembaga pemantau publik. Seorang whistleblower biasanya merupakan
orang dalam, yaitu orang yang mengungkap dugaan pelanggaran dan
kejahatan yang terjadi di tempatnya bekerja atau ia berada. Karena skandal
kejahatan selalu terorganisir, maka seorang whistleblower kadang
merupakan bagian dari pelaku kejahatan atau kelompok mafia itu sendiri.
Dia terlibat dalam skandal lalu mengungkapkan kejahatan yang terjadi.
Di dalam perusahaan, umumnya terdapat dua cara sistem
pelaporan, yaitu sistem pelaporan internal dan sistem pelaporan eksternal.
4
Sistem pelaporan internal umumnya dilakukan melalui saluran-saluran
komunikasi yang sudah baku dalam perusahaan. Sistem pelaporan internal
whistleblower perlu ditegaskan kepada seluruh karyawan. Dengan
demikian, karyawan dapat mengetahui otoritas yang dapat menerima
laporan. Melalui sistem pelaporan internal, para karyawan dapat
melaporkan adanya dugaan tindakan kecurangan kepada atasannya
langsung. Perusahaan di Indonesia yang sudah menerapkan sistem
pelaporan internal adalah Pertamina, United Tractors, Sinar Mas, dan
beberapa perusahaan lainnya. Sedangkan sistem pelaporan eksternal,
memerlukan lembaga di luar perusahaan yang memiliki wewenang dalam
menerima pelaporan kecurangan. Di Indonesia, lembaga di luar
perusahaan yang menangani laporan kecurangan belum berkembang.
Berbeda dengan luar negeri. Di Luar negeri, misalnya di Australia sudah
ada lembaga yang menangani laporan kecurangan yang dilakukan
whistleblower dari sektor swata. Misalnya, Mission Australia. Lembaga ini
memiliki komitmen tinggi terhadap perilaku yang mengedepankan standar
legal, beretika, dan bermoral pada perusahaan. Di Amerika Serikat (AS),
perusahaan-perusahaan swasta, khususnya perusahaan yang sudah go
public, diwajibkan membuat sistem pelaporan yang memungkinkan
seorang whistleblower melaporkan suatu pelanggaran. Kewajiban itu
diatur dalam Sarbanes-Oxley Act yang disahkan tahun 2002. Sarbanes-
Oxley Act merupakan undang-undang yang disahkan guna menghindari
5
penyimpangan keuangan di perusahaan-perusahaan terbuka, termasuk
penyimpangan laporan keuangan yang dibuat oleh kantor akuntan publik.
Walaupun di Indonesia sudah terdapat Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK) yang mempunyai tugas memberikan
perlindungan bagi saksi dan korban, namun lingkup LPSK belum
menjangkau whistleblower. UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Saksi dan Korban tidak mencantumkan bahwa pelapor atau whistleblower
adalah pihak yang diberikan perlindungan. Oleh sebab itu, banyak kasus
buram yang menimpa whistleblower. Seperti kasus Endin Wahyudin,
pelapor kasus penyuapan tiga hakim agung, dipenjarakan karena dianggap
mencemarkan nama baik. Khairiansyah Salman, mantan auditor Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), yang melaporkan kasus korupsi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU), dijadikan tersangka dengan tuduhan korupsi atas
Dana Abadi Umat Rp 10 juta. Dan lebih ironis lagi nasib Vincentius Amin
Sutanto, yaitu pelapor dugaan mega skandal pajak Asian Agri Group milik
taipan Sukanto Tanoto senilai Rp 1,3 triliun ini justru dijerat dengan
dakwaan pencucian uang. Ia divonis 11 tahun penjara dan tidak ada
pengurangan keringanan hukuman seperti yang dijanjikan dalam Undang-
Undang (Widayati, 2012).
Munculnya kasus-kasus kecurangan keuangan harus diatasi secara
cepat supaya tidak semakin membudidaya di Indonesia. Whistleblowing
adalah suatu tindakan yang diharapkan dapat mengurangi tindakan
kecurangan. Whistleblowing itu sendiri merupakan pelaporan oleh anggota
6
dari suatu organisasi (sekarang atau terdahulu) mengenai praktek ilegal,
imoral, dan haram yang dilakukan oleh orang atau organisasi yang
mungkin dapat mengakibatkan suatu tindakan (Elias, 2008). Atau suatu
tindakan yang melaporkan adanya tindakan kecurangan atau perilaku tidak
etis di dalam organisasi kepada pihak internal organisasi atau kepada pihak
eksternal organisasi, yaitu media massa. Disini, profesi akuntansi yang
memiliki peran yang penting dalam kasus kecurangan, seharusnya menjadi
orang pertama yang dapat mendukung whistleblowing.
Karir merupakan hal besar dalam kehidupan seseorang dan
komitmen profesional memiliki implikasi yang penting terhadap hal
tersebut. Selain memiliki implikasi bagi individu, komitmen profesi
berimplikasi pula bagi organisasi (Mardikawati, 2012). Komitmen
profesional dikaitkan dengan meningkatnya kinerja, turunnya niat untuk
pindah kerja, serta kepuasan kerja yang lebih besar (Meixner dan Bline,
1989 dikutip oleh Elias, 2008). Whistleblowing sering dikaitkan dengan
komitmen profesional. Menurut James (1995) dalam Jalil (2013),
Whistleblowing merupakan usaha yang dilakukan seorang pekerja atau
mantan pekerja suatu organisasi untuk mengungkap sesuatu yang dia
yakini merupakan kesalahan yang terjadi dalam organisasinya.
Whistleblowing adalah fenomena yang komplek. Sebagai karyawan akan
menghadapi dilema etika, dimana dia harus mengambil pilihan yang
sangat sulit antara kesetiaan mereka terhadap organisasi atau moral dan
sosial yang menekankan pada pelaporan tindak kecurangan.
7
Tidak semua karyawan atau pekerja yang mengetahui tindakan
kecurangan akan melaporkan tindak kecurangan tersebut kepada pimpinan
perusahaan atau publik. Whistleblower harus mempunyai motivasi pilihan
etis yang kuat untuk berani mengungkapkan skandal kejahatan terhadap
pimpinan perusahaan atau publik. Dengan berani mengungkapkan
kebenaran dan kesalahan, diharapkan pelanggaran atau kejahatan dapat
terungkap. Penekanan pada aspek moralitas itu sangat penting pada saat
nilai-nilai yang dapat menjadi acuan hidup bersama menjadi kendur.
Penekanan pada aspek moralitas itu sangat penting karena moralitas
adalah sebuah aspek dari kehidupan sosial, dan hanya dengan demikian
moralitas dapat digerakkan dan dihubungkan dengan praktik-praktik sosial
yang ada.
Selain itu, yang ditekankan dari seorang whistleblower dalam
muatan informasi yang sangat penting bagi kehidupan publik, misalnya
dalam skala yang besar tentu dapat menggoyahkan kondisi sebuah
perusahaan, bahkan perekonomian sebuah negara. Penyalahgunaan
keuangan akan membuat investor tidak mempercayai kinerja perusahaan,
dan pada akhirnya mereka tidak akan mau menanamkan investasi pada
perusahaan tersebut. Efek yang ditimbulkan dari adanya skandal keuangan
akan panjang. Mulai dari keluarnya para investor, bangkrutnya perusahaan
dan pemutusan hubungan kerja bagi karyawan atau pemecatan. Sehingga
whistleblower memegang posisi yang penting guna menjaga kesehatan
perusahaan dan perekonomian negara.
8
Seorang auditor harus memiliki etika dan moral dalam
melaksanakan pekerjaannya. Sehingga apabila dia dihadapkan pada
pilihan yang sulit, dia mampu memberikan keputusan yang tepat, yang
sesuai dengan kode etik profesi akuntan. Taylor dan Curtis (2010) dalam
Jalil (2013) mengatakan bahwa komitmen profesional merupakan salah
satu faktor penentu dalam keputusan seseorang untuk melaporkan perilaku
tidak etis yang mereka temukan. Auditor yang profesional diharapkan
memiliki komitmen profesional yang tinggi sehingga lebih mengutamakan
profesionalisme dan etika profesi yang mereka miliki.
Menurut Tjiptohadi dalam Sagara (2013), profesionalisme bisa
mempunyai beberapa makna. Pertama, profesionalisme berarti suatu
keahlian, mempunyai kualitas tertentu, berpengalaman sesuai bidang
keahliannya, atau memperoleh imbalan karena keahliannya. Seseorang
bisa dikatakan profesional apabila telah mengikuti pendidikan tertentu
yang menyebabkan mempunyai keahlian atau kualifikasi tertentu. Kedua,
profesionalisme merujuk pada suatu standar pekerjaan, yaitu prinsip-
prinsip moral dan etika profesi. Prinsip-prinsip moral, seperti halnya
norma umum masyarakat, mengarahkan auditor agar berperilaku sesuai
dengan tatanan kehidupan seorang profesional. Ketiga, profesional berarti
moral. Kadar moral seseorang yang membedakan antara auditor satu
dengan auditor lainnya. Moral seseorang dan sikap menjunjung tinggi
etika profesi bersifat sangat individual.
9
Penelitian mengenai komitmen profesional, pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Sagara (2013) meneliti mengenai profesionalisme
internal auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing. Sagara (2013)
menilai profesionalisme dengan menggunakan konsep dari Kalbers dan
Forgathy (1995). Menurut mereka, terdapat empat dimensi untuk menilai
profesionalisme, yaitu (1) afiliasi dengan komunitas; (2) tuntutan untuk
mandiri; (3) keyakinan terhadap peraturan sendiri atau profesi; dan (4)
kepentingan sosial. Dari hasil penelitian, hanya profesionalisme auditor
internal dimensi tuntutan untuk mandiri yang berpengaruh positif terhadap
intensi melakukan whistleblowing.
Jalil (2013) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh
komitmen profesionalisme auditor terhadap intensi melakukan
whistleblowing dengan locus of control sebagai variabel moderating. Hasil
dari penelitian tersebut menyatakan bahwa komitmen profesional tidak
berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Hasil tersebut
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gani (2010). Dalam
penelitian yang dilakukan Gani (2010) berhasil membuktikan bahwa
komitmen profesional mahasiswa akuntansi (PPA dan Non-PPA)
berpengaruh positif terhadap persepsi mereka akan pentingnya
whistleblowing dan intensi melakukan whistleblowing.
Menurut Liyanarachchi dan Newdick (2009), terdapat dua faktor
yang paling penting dan relevan untuk memahami kecenderungan
seseorang melakukan whistleblowing adalah tingkatan moral reasoning
10
dan adanya retaliasi dalam whistleblowing. Mereka meneliti mengenai
dampak moral reasoning dan retaliasi mahasiswa akuntansi tingkat akhir
terhadap whistleblowing. Penelitian tersebut dilakukan di Selandia Baru.
Liyanarachchi dan Newdick (2009) membagi moral reasoning menjadi
dua tingkatan yaitu rendah dan tinggi. Sedangkan retaliasi dibagi juga
menjadi dua tingkatan, yaitu kuat (penalti) dan lemah (afiliasi). Penelitian
berhasil membuktikan bahwa dua tingkatan moral reasoning (rendah dan
tinggi) dan retaliasi (kuat dan lemah) berpengaruh positif terhadap intensi
melakukan whistleblowing. Jadi, pada saat individu berada dalam
tingkatan moral reasoning yang tinggi lebih cenderung melakukan
whistleblowing daripada individu dalam tingkatan moral reasoning yang
rendah. Individu yang menghadapi retaliasi yang lemah akan lebih
cenderung melakukan whistleblowing daripada individu yang mengalami
retaliasi yang tinggi. Sedangkan kekuatan retaliasi tidak signifikan
mempengaruhi hubungan antara penalaran moral dan kecenderungan
individu untuk melakukan whistleblowing.
Dalam Pedoman Pelaporan Sistem Pelanggaran yang diterbitkan
oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menjelaskan
bahwa penelitian yang dilakukan oleh Institute of Business Ethics (2007)
diantara 4 karyawan yang mengetahui adanya pelanggaran, kurang dari
52% yang melaporkan adanya tindakan kecurangan. Dan sisanya hanya
diam dan tidak berbuat apa-apa. Tindakan diam tersebut, bertentangan
dengan profesionalisme auditor. Seorang auditor yang profesional haruslah
11
mengungkapkan kecurangan yang mereka temukan, walaupun mereka
berpotensi mendapatkan retaliasi. Retaliasi dapat berupa pengucilan,
pemberian tugas kerja yang berlebihan, mutasi kerja, dan bahkan yang
lebih parah yaitu pemecatan kerja. Dengan adanya retaliasi tersebut,
profesionalisme auditor diuji.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian ini karena pertama, seorang akuntan profesional
diharapkan memiliki komitmen profesional yang tinggi dimana mereka
lebih mengutamakan profesionalisme terhadap pekerjaannya. Seorang
internal auditor yang memiliki komitmen profesional yang tinggi
cenderung akan melakukan tindakan whistleblowing. Tetapi, apabila
auditor internal dihadapkan dengan retaliasi, akankah mereka tetap untuk
melakukan tindakan whistleblowing tersebut. Sehingga, diharapkan
penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai interaksi antara
retaliasi dengan komitmen profesional terhadap intensi melakukan
whistleblowing. Kedua, karena dalam penelitian sebelumnya variabel
locus of control (Jalil, 2013) tidak memoderasi hubungan antara komitmen
profesional auditor dengan intensi melakukan whistleblowing. Dan Jalil
(2013) menyarankan untuk meneliti mengenai retaliasi. Ternyata,
penelitian mengenai retaliasi terhadap intensi melakukan whistleblowing
masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Dan dalam penelitian
sebelumnya mengenai whistleblowing, Jalil (2013), Sagara (2013), dan
Elias (2008), menggunakan responden auditor KAP dan mahasiswa
12
akuntansi. Dan dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengambil
responden auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat Jenderal
Kementerian RI.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor
terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing dengan Retaliasi Sebagai
Variabel Moderating”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah
yang selanjutnya akan diteliti adalah:
1. Apakah komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap intensitas
untuk melakukan whistleblowing?
2. Apakah retaliasi dapat memoderasi hubungan antara komitmen
profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan latar belakang dan perumusan masalah
penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris
atau hal-hal sebagai berikut:
1. Menguji pengaruh komitmen profesional auditor terhadap intensi
melakukan whistleblowing.
13
2. Menguji pengaruh retaliasi yang memoderasi pengaruh komitmen
profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat berguna bagi:
a. Kontribusi Praktis
1) Auditor Internal Pemerintah, sebagai tinjauan yang diharapkan
dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan komitmen
profesional sebagai auditor supaya berani untuk melakukan
whistleblowing. Dan dapat mengambil sikap bila terjadi tindakan
pembalasan, baik itu dari atasan, rekan kerja, maupun klien.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang intensi melakukan
whistleblowing dan aspek keperilakuan yang dimiliki auditor
dengan memberikan bukti yang empiris mengenai pengaruh
interaksi antara retaliasi dengan komitmen profesional auditor
terhadap intensi melakukan whistleblowing inspektorat jenderal
beberapa kementerian di Indonesia.
b. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan
pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
14
2) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai auditing, terutama mengenai intensi
melakukan whistleblowing.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Internal Audit
a. Pengertian Internal Audit
Sukrisno Agoes (2012:2004) mendefinisikan internal audit
sebagai berikut:
“Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh bagian internal perusahaan, terhadap laporan
keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan
terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan
ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan
dari ikatan profesi yang berlaku.”
American Accounting Association (Sawyer, 2005:8)
mendefinisikan audit internal sebagai:
“proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan
mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini
dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke
pengguna yang berkepentingan.”
Guidance Task Force (GTF) (Sawyer, 2005:9) pada musim
semi tahun 1999 menyerahkan definisi berikut untuk ditanggapi
oleh para anggota IIA:
“Audit internal adalah sebuah akivitas konsultasi dan keyakinan
objektif yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan
diarahkan oleh filosofi penambahan nilai meningkatkan
operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang
sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
16
efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol, dan
pengelolaan organisasi.”
“Audit internal merupakan profesi yang dinamis dan terus
berkembang yang mengantisipasi perubahan dalam lingkungan
operasinya dan beradaptasi terhadap perubahan dalam struktur
organisasi, proses, dan teknologi. Profesionalisme dan komitmen
yang tinggi difasilitasi dengan bekerja dalam kerangka praktik
profesional yang dikembangkan oleh Institute of Internal
Auditors.”
Pada pemerintahan, auditor internal merupakan unit
pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi.
Auditor internal terdiri dari Inspektorat Jenderal Kementerian,
Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga negara dan
BUMN/BUMD, Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota
(Itwilkab/Itwilkot), dan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang merupakan lembaga pemeriksa
independen.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
audit internal adalah suatu fungsi atau kegiatan yang bebas dalam
suatu organisasi dan sebagai pelayanan jasa dalam organisasi
tersebut.
b. Fungsi Internal Audit
Sawyer (2005) mengemukakan bahwa fungsi audit internal
adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi,
guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan
perusahaan untuk memberikan saran-saran kepada manajemen.
17
Tujuannya adalah membantu tingkatan manajemen, agar tanggung
jawabnya dilaksanakan secara efektif.
Adapun fungsi audit internal secara menyeluruh mengenai
pelaksanaan kerja audit internal dalam mencapai tujuannya:
1) Membahas, menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan
pengendalian akuntansi, keuangan, serta operasi.
2) Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan,
rencana, dan prosedur yang ditetapkan.
3) Meyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi
dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman
terhadap segala kemungkinan risiko kerugian.
4) Meyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya
yang dikembangkan dalam organisasi.
5) Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang
telah dibebankan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan fungsi audit
internal adalah untuk membantu manajemen dalam menilai kinerja,
prosedur, dan kebijakan yang ditetapkan dalam organisasi agar
dapat meyakinkan dan memperbaiki pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab manajemen untuk mengurangi risiko-risiko yang
terdapat dalam organisasi sehingga dalam organisasi dapat berjalan
efektif.
18
2. Aparat Pengawas Internal Pemerintah
Auditor internal pemerintah merupakan auditor yang bekerja
untuk melayani kebutuhan-kebutuhan pemerintah. Selanjutnya, auditor
internal pemerintah disebut sebagai Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP). Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 Pasal 47 ayat 2 (a), Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
merupakan aparat yang melakukan pengawasan intern atas
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan negara.
Menurut Pasal 48 ayat 2, Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah melakukan pengawasan intern melalui audit, review,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah terdiri atas:
a. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern.
c. Inspektorat Provinsi.
d. Inspektorat Kabupaten/Kota.
Adapun masing-masing wewenang dan komponen Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah yaitu:
BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas
keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:
a. kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
19
b. kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan
penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara; dan
c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari presiden.
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern melakukan pengawasan
terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas
dan fungsi kementerian negara/lembaga yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Inspektorat Provinsi melakukan pengawasan terhadap seluruh
kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
satuan kerja perangkat daerah provinsi yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap
seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.
3. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behaviour)
Manusia adalah makhluk yang unik. Antara manusia satu
dengan manusia yang lain memiliki perbedaan. Salah satu perbedaan
yang dapat dilihat adalah dari tindakan yang mereka lakukan yaitu
tindakan yang baik dan buruk. Setiap tindakan yang dilakukan
20
seseorang pasti memiliki latar belakang dan tujuan serta dampak bagi
individu yang melakukan. Teori perilaku terencana (theory of planned
behaviour) merupakan perluasan dari teori tindakan beralasan (theory
of reasoned action) yang dikembangkan oleh Ajzen dan Martin
Fishbein (1980).
Dalam teori perilaku terencana (theory of planned behaviour)
menambah satu komponen teori yang sebelumnya tidak ada di teori
tindakan beralasan (theory of reasoned action), yaitu aspek perilaku
kontrol yang dihayati (perceived behavioral control) yang sebelumnya
tidak ada dalam teori tindakan beralasan. Teori perilaku terencana
(theory of planned behaviour) bertujuan untuk memprediksi dan
memahami dampak niat berperilaku, mengidentifikasi strategi untuk
merubah perilaku serta menjelaskan perilaku nyata manusia. Faktor
utama dari suatu perilaku yang ditampilkan individu adalah niat
individu tersebut untuk menampilkan perilaku tertentu. Park dan
Blenkinsopp (2009), mengatakan bahwa niat diasumsikan sebagai
faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Niat merupakan
indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak
usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Jadi,
semakin keras niat seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku,
semakin besar kecenderungan orang tersebut untuk melakukan
perilaku tersebut (Buchan, 2005). Niat untuk berperilaku dapat
21
menjadi perilaku sebenarnya apabila perilaku tersebut berada di bawah
kontrol orang tersebut.
Menurut Park dan Blenkinsopp (2009), teori perilaku terencana
menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi niat individu
untuk berperilaku, yaitu:
1. Sikap terhadap perilaku (Attitude Toward The Behavior)
Merujuk pada tingkatan yang dimiliki oleh seseorang dalam
membuat evaluasi yang sifatnya baik dan tidak baik terhadap suatu
perilaku. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat
atau menghindar, merespon positif atau negatif terhadap berbagai
keadaan sosial. Sikap terhadap perilaku yang dianggap positif yang
nantinya akan dijadikan pilihan seseorang untuk membimbingnya
dalam berperilaku di dalam kehidupan .
2. Norma Subjektif (Subjective Norm)
Merujuk pada tekanan sosial yang dihadapi seseorang untuk dapat
menampilkan perilaku tertentu atau tidak menampilkannya (Ajzen,
1991 dalam Park dan Blenkinsopp, 2009). Hal ini didasarkan oleh
keyakinan normatif, yang merupakan pikiran seseorang tentang
kemungkinan orang yang penting baginya akan mendukung atau
tidak mendukung perilaku tersebut.
3. Persepsi kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control)
Merujuk pada faktor-faktor yang dapat berfungsi sebagai hambatan
atau peluang untuk mencapai hasil yang diinginkan (Buchan,
22
2005). Ajzen (1991) dalam Park dan Blenkinsopp (2009)
mengemukakan bahwa hambatan dan peluang tersebut
diasumsikan bahwa keyakinan di dalamnya dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu. Kontrol perilaku menjadi faktor penentu
intensi yang sangat penting ketika seseorang telah memilki
pengalaman sebelumnya akan perilaku yang akan ditampilkan
merupakan perilaku yang asing atau baru bagi seseorang.
4. Komitmen Profesional Auditor
Smith dan Hall (2008) dalam Jalil (2013) mendefinisikan
komitmen profesional sebagai suatu kecintaan yang dibentuk oleh
seorang individu pada profesinya. Komitmen profesional dapat
didefinisikan sebagai: (1) sebuah kepercayaan pada dan penerimaan
terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari profesi, (2) sebuah kemauan
untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan
profesi, dan (3) sebuah keinginan keanggotaan dalam profesi (Aranya
et al. , 1981, dalam Restuningdiah, 2009). Komitmen profesional
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
penelitian maupun praktik akuntansi yang ada saat ini. Tranggono dan
Kartika (2008) mendefinisikan komitmen profesional sebagai tingkat
loyalitas individu pada profesinya seperti yang telah dipersepsikan
oleh individu tersebut. Agar seseorang dapat berperilaku dengan baik
maka, dia harus memperhatikan etika profesional yang diatur dalam
kode etik. Etika profesional yaitu standard perilaku seseorang
23
profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik sehingga
mendorong perilaku seseorang yang ideal, bersifat realistis, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam suatu asosiasi profesi
ditekankan akan adanya tingkat komitmen yang setinggi-tingginya
yang diwujudkan dengan kerja berkualitas sekaligus sebagai jaminan
keberhasilan atas tugas yang dihadapinya. Komitmen profesional
merupakan kepercayaan dan penerimaan tujuan profesi dan bersedia
untuk mengerahkan upaya yang keras atas namanya (Elias, 2008). Lee
et al. (2000) Elias (2008) menekankan pentingnya kajian mengenai
komitmen profesional karena karir seseorang merupakan bagian utama
dalam hidup mereka dan komitmen profesional memiliki implikasi
penting pada level individual maupun organisasional.
Hall et al. (2005) mendefinisikan model tiga komponen dari
komitmen profesional. Model tersebut terdiri dari affective
professional commitment (APC) yang mencakup keinginan individu
untuk tetap berada dalam sebuah profesi karena mereka
mengidentifikasi tujuan dari suatu profesi dan ingin membantu profesi
tersebut meraih tujuan itu. Yang kedua adalah continuance
professional commitment (CPC) yang menjelaskan sejauh mana
individu “harus tetap berada” dalam suatu profesi karena akumulasi
dari investasi dan keterbatasan perbandingan alternative. Yang terakhir
adalah normative professional commitment (NPC) yang menjelaskan
24
sejauh mana individu wajib tetap berada dalam suatu profesi karena
memang itu suatu keharusan.
Komitmen profesional mengacu pada kekuatan identifikasi
individual dengan profesi. Individual dengan komitmen profesi yang
tinggi dikarakterkan memiliki kepercayaan dan penerimaan yang
tinggi dalam tujuan profesi, keinginan untuk berusaha sekuatnya atas
nama profesi dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan
keanggotaannya dalam profesi (Mowday et al., 1979) dalam Faisal
(2007). Seorang internal auditor yang memiliki komitmen profesional
yang tinggi, diharapkan dapat bertindak untuk kepentingan publik,
bukan malah bertindak sesuatu yang dapat menjatuhkan
profesionalisme yang mereka miliki. Berbeda dengan internal auditor
dengan komitmen profesional yang rendah. Mereka mungkin saja
bertindak disfungsional (memihak kepentingan klien).
Komitmen profesi dikaitkan dengan etika dan niat
whistleblowing. Penelitian Jeffrey (2006) dalam Elias (2008)
mengungkap bahwa level komitmen profesi mempengaruhi level
landasan etis seseorang. Lebih lanjut, Kaplan dan Whitecotton (2001)
menemukan hubungan positif antara komitmen profesi auditor dan niat
whistleblowing.
25
5. Retaliasi
Retaliasi atau tindakan balas dendam adalah sebuah perilaku
yang ditujukan untuk mengembalikan tindakan yang pernah dilakukan
seseorang. Menurut Regh (1998) dalam Regh et al. (2008) retaliasi
merupakan hasil dari konflik antara organisasi dan karyawannya,
dimana anggota organisasi berupaya untuk mengontrol karyawan
dengan mengancam untuk mengambil atau benar-benar mengambil
suatu tindakan yang merugikan kesejahteraan dari karyawannya,
menanggapi laporan karyawan yang dianggap merupakan tindakan
yang salah. Jadi secara sederhana, retaliasi dapat didefinisikan sebagai
tindakan yang tidak diinginkan terhadap whistleblower yang
melaporkan kesalahan organisasi kepada pihak dalam maupun luar
organisasi. Retaliasi dapat berupa pemberian pekerjaan yang lebih
banyak, pengancaman, pengucilan, pemutusan hubungan kerja, dan
lain-lain. Retaliasi tidak hanya dapat dilakukan kepada diri
whistleblower itu sendiri, tetapi bisa menimpa keluarga dari
whistleblower tersebut.
Retaliasi mungkin didorong oleh keinginan organisasi untuk
membuat whistleblower diam, mencegah pihak luar mengetahui,
mendiskreditkan whistleblower, dan mencegah whistleblower
melakukan tindakan yang lain. Menurut Near dan Miceli (1996) dalam
Liyanarachchi dan Newdick (2009) ketika seseorang memutuskan
untuk melakukan whistleblowing dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian
26
individu, lingkungan yang mengelilingi individu, dan takut akan
pembalasan (retaliasi). Retaliasi mengambil peranan yang penting
dalam memutuskan untuk melakukan tindakan whistleblowing.
Menurut Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005), prediktor
antara retaliasi dengan whistleblower terdiri dari empat kategori, yaitu
(a) karakteristik whitleblower, (b) tindakan yang diambil oleh
whistleblower dalam pelaporan kesalahan organisasi, (c) variabel
situasional atau lingkungan yang berkaitan dengan organisasi, dan (d)
karakteristik kecurangan atau wrongdoer.
Karakteristik whistleblower yang diperiksa dalam kaitannya
dengan retaliasi, meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan,
tanggung jawab peran, dan nilai keselarasan dengan organisasi.
Tindakan yang diambil oleh whistleblower untuk melaporkan
kesalahan organisasi menentukan seberapa besar retaliasi yang akan
diterima. Tindakan pelaporan yang bisa diambil oleh whistleblower
adalah melalui saluran pelaporan internal (dalam organisasi) atau
saluran pelaporan eksternal (masyarakat dan media massa).
Kurangnya dukungan dari supervisor dan manajer puncak
memunculkan prediksi kemungkinan adanya retaliasi yang akan
diterima oleh whistleblower, akan tetapi dukungan dari rekan kerja
kurang berpengaruh terhadap seberapa besar retaliasi yang akan
diterima (Near dan Miceli, 1986). Karakteristik kesalahan juga
27
menentukan seberapa besar retaliasi yang akan diterima. Karakteristik
tersebut, misalnya frekuensi, keparahan, dan bukti kesalahan.
Near dan Miceli (1987) dalam Regh et al. (2008)
memperkirakan ketergantungan terhadap whistleblower, kekuatan
whistleblower dan keseriusan kesalahan sebagai hal yang
mempengaruhi tindakan pembalasan. Seandainya organisasi
bergantung kepada whistleblower, maka tindakan pembalasan yang
diterima oleh whistleblower akan kurang komprehensif. Tetapi,
seandainya organisasi tidak bergantung kepada orang yang melakukan
kesalahan, maka whistleblower akan menerima pembalasan yang
kejam. Ini terjadi karena adanya hubungan kekuasaan. Dan hal tersebut
sesuai dengan teori ketergantungan sumber daya.
6. Whistleblowing
Elias (2008) mengatakan bahwa whistleblowing adalah
pelaporan oleh anggota dari suatu organisasi (sekarang atau terdahulu)
mengenai praktek ilegal, imoral, dan haram yang dilakukan oleh orang
atau organisasi yang mungkin dapat mengakibatkan suatu tindakan.
Sedangkan whistleblowing menurut KNKG di dalam Pedoman Sistem
Pelaporan Pelanggaran adalah pengungkapan tindakan pelanggaran
atau pengungkapan perbuatan yang melanggar hukum, perbuatan tidak
etis atau tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan
organisasi atau pemangku kepentingan, yang dilakukan oleh karyawan
atau pimpinan organisasi terhadap pimpinan organisasi atau lembaga
28
lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Orang
yang melakukan tindakan whistleblowing disebut dengan
whistleblower (Sagara, 2013).
Isu mengenai whistleblowing telah ada sejak akhir tahun 1960-
an dan berkembang hingga saat ini. Perkembangan tersebut disebabkan
oleh beberapa hal (Rothschild dan Miethe, 1999) dalam Jalil (2013).
Pertama, adanya pergerakan dalam perekonomian yang berhubungan
dengan peningkatan kualitas pendidikan, keahlian, dan kepedulian
sosial dari para pekerja. Kedua, keadaan ekonomi sekarang telah
memberi informasi yang intensif dan menjadi penggerak informasi.
Ketiga, akses informasi dan kemudahan berpublikasi menuntun
whistleblowing sebagai fenomena yang tidak bisa dicegah atas
pergeseran perekonomian yang ada.
Elias (2008) mengatakan bahwa whistleblowing dapat terjadi
dari dalam (internal) maupun luar (eksternal). Internal whistleblowing
terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yang
dilakukan karyawan lainnya kemudian melaporkan kecurangan
tersebut kepada atasannya. Dan eksternal whistleblowing terjadi ketika
seorang karyawan mengetahui kecurangan yang dilakukan perusahaan
lalu memberitahukannya kepada masyarakat karena kecurangan itu
akan merugikan masyarakat. Miceli dan Near (2002) mengatakan
bahwa kebanyakan whistleblower pertama kali mengungkapkan
penemuannya kepada internal perusahaan sebelum melaporkannya
29
kepada publik. Lewis (2005) mengatakan bahwa whistleblowing dapat
dipandang sebagai bagian dari stragtegi untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas. Dari pandangan pemberi kerja, pekerja yang
pertama kali melapor kepada menajernya atas pelanggaran yang terjadi
dapat member kesempatan perusahaan untuk memperbaiki masalah
tersebut sebelum berkembang semakin rumit. Mesmer-Magnus dan
Viswesvaran (2005) melakukan meta-analisis terhadap 26 studi
tentang whistleblowing dan menyimpulkan bahwa whistleblowers
seharusnya memiliki kinerja yang baik, beredukasi tinggi,
berkedudukan sebagai pengawas, dan moral reasoning yang lebih
tinggi dibandingkan seorang pengawas fraud yang tidak aktif (Elias,
2008). Namun pengungkapan pelanggaran pada umumnya
menimbulkan konskuensi yang tidak diinginkan oleh pengungkap
pelanggaran tersebut, seperti kehilangan pekerjaan, ancaman balas
dendam, dan isolasi dalam bekerja (Lennane et al., 1996) dalam Chiu
(2007).
Dalam kasus whistleblowing, kebanyakan dari para karyawan
yang mengetahui adanya kecurangan tidak melakukan tindakan apa-
apa. Hal tersebut dikarenakan adanya ancaman pembalasan yang dia
terima. Menanggapi hal tersebut, negara Australia, Kanada, Perancis,
India, Jepang, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat sudah
membuat Undan-Undang mengenai perlindungan terhadap pelapor
atau whistleblower. Indonesia sudah memiliki Undang-Undang
30
mengenai saksi dan korban, yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2006. Lembaga yang berwenang menangani perlindungan saksi dan
korban bernama LPSK. Awalnya Undang-undang ada di Indonesia
belum maksimal karena terdapat permasalahan, yaitu Pertama, terkait
dengan rumusan pengertian-pengertian kunci, seperti pengertian
mengenai whistleblower yang juga memiliki pengertian yang luas,
yaitu pelapor dan juga pelapor pelaku. Dalam revisi UU No 13/2006,
diperlukan penegasan pengertian yang ada, khususnya pengertian-
pengertian yang belum dicantumkan dalam UU No 13/2006. Kedua,
perbaikan rumusan pasal undang-undang mengenai kelembagaan,
kewenangan yang menyangkut substansi penjabaran dari tugas dan
fungsi LPSK, dan hubungan/koordinasi antar lembaga (khususnya
penegak hukum) dalam melaksanakan perlindungan. Dengan
demikian, hubungan dan koordinasi antar lembaga tidak lagi terlalu
menjadi hambatan untuk mengimplementasikan praktik pelaporan dan
perlindungan whistleblower.
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini, dapat dilihat dalam
tabel 2.1
31
Tabel 2.1
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Kaplan dan
Whitecotton
(2001)
An Examination of
Auditors’ Reporting
Intentions When
Another Auditor is
Offered Client
Employment.
1. Variabel
independen
komitmen
profesional dan
variabel
dependen
variabel intensi
pelaporan.
1. Responden yang
digunakan peneliti
sebelumnya adalah
auditor senior.
Sedangkan peneliti
menggunakan
responden auditor
internal pemerintah
yang bekerja di
Inspektorat Jenderal
Kementerian RI.
2. Peneliti sebelumnya
tidak menggunakan
variabel retaliasi.
1. Komitmen
profesional
berpengaruh positif
terhadap intensi
pelaporan.
2. Tanggung jawab
untuk melaporkan
berpengaruh
signifikan terhadap
intensi pelaporan.
3. Personal cost
berpengaruh
signifikan terhadap
intensi pelaporan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
2. Chiu (2002) Ethical Judgment,
Locus of Control,
Whistleblowing
Intention: A Case
Study of Mainland
Chinese MBA
Students
1. Variabel dependen
intensitas
melakukan
whistleblowing
1. Responden yang
digunakan peneliti
sebelumnya adalah
MBA students.
Sedangkan peneliti
menggunakan
responden auditor
internal pemerintah
yang bekerja di
Inspektorat Jenderal
Kementerian RI.
2. Peneliti sebelumnya
tidak menggunakan
variabel komitmen
profesional auditor
dan retaliasi.
1. Ethical judgment
berpengaruh positif
dengan intensi
melakukan
whistleblowing,
2. Locus of control
memoderasi hubungan
antara ethical judgment
dan intensi melakukan
whistleblowing.
Bersambung ke halaman selanjutnya
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Mesmer-Magnus
dan Viswesvaran
(2005)
Whistleblowing in
Organizations:
An Examination of
Correlates of
Whistleblowing
Intentions,
Actions, and
Retaliation
1. Variabel
independen
retaliasi dan
variabel
dependen
intensi
melakukan
whistleblowing.
1. Sampel yang digunakan
peneliti sebelumnya
adalah jurnal mengenai
whistleblowing.
Sedangkan peneliti
menggunakan responden
auditor internal
pemerintah yang bekerja
di Inspektorat Jenderal
Kementerian RI.
2. Peneliti sebelumnya
tidak menggunakan
variabel komitmen
profesional auditor.
1. Kepuasan bekerja dan
hasil kerja
berpengaruh terhadap
whistleblowing.
2. Komitmen organisasi
berpengaruh terhadap
intensi melakukan
whistleblowing.
3. Dukungan supervisor
berpengaruh terhadap
intensi melakukan
whistleblowing.
4. Retaliasi bepengaruh
negatif terhadap
intensi melakukan
whistleblowing.
5. Ethical judgment
berpengaruh terhadap
intensi melakukan
whistleblowing
Bersambung ke halaman selanjutnya
34
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4. Elias (2008) Auditing Students
Professional Comitment
and Anticipatory
Socialization and Their
Relationship to
Whistleblowing
1. Variabel
independen
komitmen
profesional dan
variabel
dependen
whistleblowing.
1. Responden yang
digunakan dalam
penelitian
sebelumnya
adalah
mahasiswa
akuntansi.Sedan
gkan peneliti
menggunakan
responden
auditor internal
pemerintah yang
bekerja di
Inspektorat
Jenderal
Kementerian RI.
2. Peneliti
sebelumnya
tidak
menggunakan
variabel retaliasi.
1. Komitmen profesional
berpengaruh signifikan
terhadap intensi melakukan
whistleblowing.
2. Sosialisasi antisipatori
berpengaruh signifikan
terhadap intensi melakukan
whistleblowing.
Bersambung ke halaman selanjutnya
35
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5. Liyanarachchi
dan Newdick
(2009)
The Impact of Moral
Reasoning and
Retaliation on
Whistleblowing:
New Zealand
Evidence
1. Variabel
independen
retaliasi dan
dependen
whistleblowing.
1. Responden yang
digunakan dalam
penelitian sebelumnya
adalah mahasiswa
akuntansi.Sedangkan
peneliti menggunakan
responden auditor
internal pemerintah
yang bekerja di
Inspektorat Jenderal
Kementerian RI.
2. Peneliti sebelumnya
tidak menggunakan
variabel komitmen
profesional.
1. Moral reasoning
berpengaruh signifikan
terhadap intensitas
melakukan
whistleblowing,
2. Retaliasi berpengaruh
signifikan terhadap
intensitas melakukan
whistleblowing.
3. Kekuatan retaliasi tidak
berpengaruh terhadap
hubungan antara moral
reasoning dan intensi
melakukan
whistleblowing.
Bersambung ke halaman selanjutnya
36
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
6. Jalil (2013) Pengaruh Komitmen
Profesional Auditor
terhadap Intensi
Melakukan
Whistleblowing:
Locus of Control
sebagai variabel
Pemoderasi
1. Variabel
independen
komitmen
profesional
auditor dan
variabel
dependen intensi
melakukan
whistleblowing.
1. Responden yang
digunakan dalam
penelitian sebelumnya
adalah akuntan publik
yang bekerja di kantor
KAP di Jakarta.
Sedangkan peneliti
menggunakan
responden auditor
internal pemerintah
yang bekerja di
Inspektorat Jenderal
Kementerian RI.
2. Peneliti sebelumnya
tidak menggunakan
variabel retaliasi.
1. Variabel komitmen
profesional auditor
tidak berpengaruh
terhadap intensi
melakukan
whistleblowing.
2. Variabel locus of
control tidak
memoderasi
hubungan antara
komitmen
profesional auditor
dengan intensi
melakukan
whistleblowing.
Bersambung ke halaman selanjutnya
37
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7. Sagara (2013) Profesionalisme
Internal Auditor
dan Intensi
Melakukan
Whistleblowing.
1. Variabel
dependen intensi
melakukan
whistleblowing.
1. Responden yang
digunakan dalam
penelitian sebelumnya
adalah auditor
internal perusahaan.
Sedangkan peneliti
menggunakan
responden auditor
internal pemerintah
yang bekerja di
Inspektorat Jenderal
Kementerian RI.
2. Peneliti sebelumnya
tidak menggunakan
variabel retaliasi.
1. Profesionalisme internal
auditor dimensi afiliasi
komunitas berpengaruh
negatif terhadap intensi
melakukan
whistleblowing.
2. Profesionalisme internal
auditor dimensi kewajiban
sosial berpengaruh negatif
terhadap intensi
melakukan
whistleblowing.
3. Profesionalisme internal
auditor dimensi dedikasi
terhadap pekerjaan
berpengaruh negatif
terhadap intensi
melakukan
whistleblowing.
Bersambung ke halaman selanjutnya
38
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4. Profesionalisme internal
auditor dimensi keyakinan
terhadap peraturan sendiri
atau komunitas
berpengaruh negatif
terhadap intensi
melakukan
whistleblowing.
5. Profesionalisme internal
auditor dimensi tuntutan
untuk mandiri
berpengaruh positif
terhadap intensi
melakukan
whistleblowing.
39
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.1
----- ----
Bersambung ke halaman selanjutnya
Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Apartur
Negara Nomor :
PER/05/M.PAN/03/2008
“Terhadap temuan yang
berindikasi adanya
tindakan ketidakpatuhan
terhadap peraturan
perundang-undangan dan
kecurangan, auditor harus
membantu aparat penegak
hukum terkait dalam upaya
penindaklanjutan temuan
tersebut”.
Masih ada
auditor internal
pemerintah yang
tidak
mengungkapkan
kecurangan yang
mereka temukan.
GAP
Basis Teori : Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned
Behaviour) dan Internal Auditing
Pengaruh Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing dengan Retaliasi Sebagai
Variabel Moderating
40
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
H2
Variabel Moderating
Intensi melakukan
Whistleblowing (Y)
Komitmen
Profesional (X1)
Retaliasi
(X2)
Metode Analisis: Regresi
Metode Regresi Sederhana
Moderated Regression Analysis (MRA)
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
41
D. Dasar Perumusan Hipotesis
1. Komitmen Profesional Auditor dengan Intensi Melakukan
Whistleblowing
Beberapa pihak menjelaskan mengenai whistleblowing sebagai
berikut:
1. Whistleblowing adalah pengungkapan yang dilakukan anggota
organisasi atas suatu praktik-praktik illegal atau tanpa
legitimasi hukum di bawah kendali pimpinan mereka kepada
individu atau organisasi yang dapat menimbulkan efek
tindakan perbaikan (Near dan Miceli, 1985).
2. Whistleblowing akan muncul saat terjadi konflik antara
loyalitas karyawan dan perlindungan kepentingan publik
(Varelius, 2008).
3. Whistleblowing dapat terjadi dari dalam (internal) maupun luar
(eksternal) (Elias, 2008).
Whistleblowing dapat digambarkan sebagai suatu proses yang
melibatkan faktor pribadi dan faktor sosial organisasional. Penelitian
yang ada telah menerangkan pentingnya pengungkapan pelanggaran,
dan penelitian pengungkapan pelanggaran yang menguji hubungan
antara whistleblowing dengan komitmen profesional mulai
berkembang. Komitmen Profesional adalah suatu tindakan loyalitas
terhadap pekerjaan yang sedang dijalani berdasarkan norma dan aturan
yang berlaku secara umum. Dengan semakin maraknya tindak
42
kecurangan, sikap profesionalisme auditor sangat diperlukan untuk
mengungkap tindak kecurangan tersebut. Karena internal auditor tidak
hanya bekerja untuk kepentingan perusahaan saja, tetapi dia juga harus
dapat mempertanggungjawabkan hasil kinerjanya terhadap
masyarakat. Tingkatan profesionalisme auditor menentukan intensitas
untuk melakukan whistleblowing. Tingkatan profesionalisme internal
auditor yang belum berpengalaman berbeda dengan internal auditor
yang sudah berpengalaman. Auditor yang sudah berpengalaman
biasanya memiliki tingkat komitmen profesional yang tinggi
dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal tersebut
disebabkan karena kecintaan yang kuat yang dimiliki oleh auditor
berpengalaman terhadap pekerjaannya.
Banyak penelitian yang meneliti mengenai pengaruh komitmen
profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing. Elias
(2008) melakukan studi tentang hubungan komitmen profesional dan
sosialisasi antisipatif dengan whistleblowing pada mahasiswa
akuntansi tingkat akhir. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan
yang signifikan pada semua variabel. Semakin tinggi komitmen
profesional dan tingkat sosialisasi antisipatif mahasiswa maka semakin
tinggi pula kecenderungan mereka untuk menganggap whistleblowing
menjadi suatu hal yang penting serta semakin tinggi pula kemungkinan
mereka melakukan whistleblowing. Malik (2010) juga melakukan
penelitian mengenai analisis perbedaan komitmen profesional dan
43
sosialisasi antisipatif mahasiswa PPA dan Non-PPA terhadap intensi
melakukan whistleblowing. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh
perbedaan komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif mahasiswa
PPA dan Non-PPA terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Berdasarkan temuan empiris penelitian-penelitian sebelumnya,
tindakan whistleblowing dapat dipengaruhi oleh komitmen prefesi
yang dimiliki oleh seseorang. Terdapat indikasi bahwa auditor yang
lebih berkomitmen terhadap profesinya lebih cenderung untuk
melakukan whistleblowing. Penemuan tersebut merupakan hal yang
ideal karena level komitmen profesi yang tinggi seharusnya mampu
mendorong akuntan untuk berperilaku sesuai dengan tugasnya yaitu
bekerja untuk kepentingan publik. Sehingga hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
H1 : Komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap intensi
melakukan whistleblowing.
2. Retaliasi Memoderasi Komitmen Profesional Auditor Terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing
Tugas dari seorang internal auditor adalah untuk memperbaiki
kinerja oraganisasi. Tetapi tidak semua auditor yang menemukan
kecurangan akan melaporkan kecurangan yang dia temukan kepada
manajemen perusahaan (Sagara, 2013). Tindakan auditor yang tidak
mau melaporkan hasil temuan kecurangan adalah suatu tindakan yang
bertentangan dengan profesionalisme seorang auditor. Auditor
44
seharusnya berani mengungkap temuan kecurangan yang telah dia
temukan. Ketidakberanian tersebut dikarenakan adanya suatu retaliasi
yang akan diterima oleh auditor. Retaliasi tersebut dapat berupa
pemotongan gaji, pemecatan bahkan pengencaman yang akan diterima
oleh auditor.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mesmer-Magnus dan
Viswesvaran (2005) menyatakan bahwa retaliasi berhubungan negatif
dengan intensi melakukan whistleblowing. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Liyanarachchi dan Newdick (2009) yang menyatakan
bahwa kekuatan retaliasi tidak mampu memoderasi hubungan antara
moral reasoning dengan intensi melakukan whistleblowing. Tetapi
dalam penelitian itu pula, ditemukan hasil bahwa retaliasi yang kuat
berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Liyanarachchi dan Newdick (2009) membagi moral reasoning menjadi
dua tingkatan yaitu rendah dan tinggi. Sedangkan retaliasi dibagi juga
menjadi dua tingkatan, yaitu kuat (penalti) dan lemah (afiliasi).
Penelitian berhasil membuktikan bahwa dua tingkatan moral
reasoning (rendah dan tinggi) dan retaliasi (kuat dan lemah)
berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing. Jadi,
pada saat individu berada dalam tingkatan moral reasoning yang tinggi
lebih cenderung melakukan whistleblowing daripada individu dalam
tingkatan moral reasoning yang rendah. Individu yang menghadapi
retaliasi yang lemah akan lebih cenderung melakukan whistleblowing
45
daripada individu yang mengalami retaliasi yang tinggi. Sedangkan
kekuatan retaliasi tidak signifikan mempengaruhi hubungan antara
penalaran moral dan kecenderungan individu untuk melakukan
whistleblowing. Hasil penelitian Near et al. (2004), juga menyatakan
bahwa tipe kesalahan berpengaruh signifikan terhadap retaliasi.
Jadi, kemungkinan kekuatan retaliasi akan mempengaruhi
hubungan antara komitmen profesional auditor dengan intensi
melakukan whistleblowing. Retaliasi dapat bertindak sebagai variabel
moderator terhadap hubungan antara komitmen profesional dan intensi
melakukan whistleblowing tergantung dari kekuatan dari retaliasi.
Retaliasi cenderung akan menurunkan intensi melakukan
whistleblowing. Berdasarkan pemaparan di atas, hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H2 : Retaliasi dapat memoderasi pengaruh komitmen profesional audit
terhadap intensi melakukan whistleblowing
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas
yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu
komitmen profesional terhadap variabel dependen, yaitu intensi
melakukan whistleblowing dengan retaliasi sebagai variabel moderating.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah auditor pemerintah yang bekerja
di Inspektorat Jenderal Kementerian RI. Metode yang digunakan peneliti
dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan
(purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan
(judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak
acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan
tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian)
(Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:131) dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Sampel merupakan auditor internal pemerintah yang bekerja di
Inspektorat Jenderal Kementerian RI.
2. Minimal bekerja 1 tahun.
47
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan,
peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer).
Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah auditor
internal pemerintah yang bekerja pada Inspektorat Jenderal
Kementerian RI yang berada di wilayah Jakarta. Peneliti memperoleh
data dengan mengirimkan kuesioner kepada Inspektor Jenderal
Kementerian RI secara tidak langsung melalui perantara yaitu bagian
kepegawaian kementrian. Data primer diperoleh dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi dari auditor yang bekerja pada Inspektorat
Jenderal Kementerian RI sebagai responden dalam penelitian. Sumber
data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator
variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan
kepada auditor internal pemerintah yang bekerja di Inspektorat
Jenderal Kementerian RI sebagai responden.
48
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas
data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011).
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011).
Ghozali (2011) menyebutkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang: Disini seseorang
akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda,
dan kemudian dilihat apakah dia tetap konsisten dengan
jawabannya.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja.: Disini pengukurannya
hanya sekali, dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
49
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban
pertanyaan.
Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian
Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha >0,70 (Nunnaly, 1994
dalam Ghozali, 2011).
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011). Pengujian validitas dalam
penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara
menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-
pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki
nilai dibawah 0,05, berarti data yang diperoleh adalah valid
(Ghozali, 2011).
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas, dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
50
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2011).
Ciri-ciri yang paling sering ditemui apabila model regresi
linier kita mengalami multikolinieritas adalah:
1. Diperoleh nilai R2
yang besar, sedangkan koefisien regresi tidak
signifikan pada uji parsial.
2. Tanda (+ atau -) pada koefisien model regresi berlawanan
dengan yang disebutkan dalam teori (atau logika). Misal, pada
teori (atau logika) seharusnya b1 bertanda (+) , namun yang
diperoleh justru yang bertanda (-).
3. Nilai standard error untuk koefisien regresi menjadi lebih besar
dari yang sebenarnya.
Untuk mendeteksi apakah model regresi kita mengalami
multikolinieritas, dapat diperiksa menggunakan VIF atau Variance
Inflation Factor. Nilai VIF > 10 berarti telah terjadi
multokolinieritas yang serius di dalam model regresi kita.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam
model regresi variabel independen dan variabel dependen
keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas
menggunakan Normal Probability Plot (P-P Plot), grafik histogram
51
dan Kolmogorov-Smirnov (K-S). Suatu variabel dikatakan normal
jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di
sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah
mengikuti garis diagonal (Santoso, 2004). Uji K-S dilakukan
dengan membuat hipotesis :
Hipotesis Nol (Ho) : data terdistribusi secara normal Hipotesis
Alternatif (HA) : data tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan pada uji K-S ini adalah
dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. Jika
angka probabilitas kurang dari 0.05 maka variabel ini tidak
berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas di
atas 0.05 maka HA ditolak yang berarti variabel terdistribusi secara
normal (Ghozali, 2011).
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Ghozali, 2011).
Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat
dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada
pola tertentu, berarti mengindikasikan telah terjadi
52
heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011)
4. Uji Hipotesis
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Sederhana
Regresi sederhana (simple regression) untuk menguji
pengaruh satu variabel bebas (metrik) terhadap satu variabel terikat
(metrik) (Ghozali, 2011).
Persamaan regresi ganda dirumuskan:
Dimana:
Y = Intensi Melakukan Whistleblowing
X1 = Komitmen Profesional Auditor
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan:
1) Uji Koefesien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel independen. Nilai koefisien determinan adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel dependen amat terbatas. Kelemahan mendasar
Y = a + b1X1 + e
53
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat
tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2
pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Berbeda
dengan R2, Adjusted R
2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali,
2011)
2) Uji Statistik t
Analisis ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011). Dalam hal ini, probabilitas lebih kecil dari
0,05, maka hasilnya signifikan, berarti terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel independen secara individual terhadap
dependen.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H1 : Komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap
intensi melakukan whistleblowing.
54
b. Pengujian dengan analisis regresi moderate (Moderated Regression
Analysis – MRA)
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated
Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi
berganda linier, dimana dalam persamaan regresinya mengandung
unsur interaksi dengan rumus persamaannya sebagai berikut:
(Ghozali, 2011)
Dimana:
Y = Variabel dependen
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Komitmen Profesonal Auditor
X2 = Retaliasi
X1X2 = Variabel perkalian X1 X2 yang menggambarkan pengaruh
variabel moderating terhadap hubungan X1 dan Y
e = Error
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan:
1) Uji Koefesien Determinasi
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3(X1X2) + e
55
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel independen. Nilai koefisien determinan adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel dependen amat terbatas. Kelemahan mendasar
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat
tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2
pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Berbeda
dengan R2, Adjusted R
2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali,
2011)
2) Uji Statistik t
Analisis ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011). Dalam hal ini, probabilitas lebih kecil dari
0,05, maka hasilnya signifikan, berarti terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel independen secara individual terhadap
dependen.
56
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H2 : Retaliasi dapat memoderasi pengaruh komitmen
profesional auditor tehadap intensi melakukan
whistleblowing.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari maisng-masing
variabel yang digunakan berikut dengan operasionalisasi dan cara
pengukurannya.
1. Komitmen Profesional Auditor
Komitmen profesional merupakan komitmen yang dibentuk oleh
individu saat memasuki suatu profesi (Mowday et al., 1982).
Komitmen profesional merupakan variabel bebas dalam penelitian ini.
Variabel ini diukur dengan menggunakan kuesioner yang
dikembangkan oleh Dwyer et al. (2000) dengan berbagai penambahan.
Mereka menganalisis skala komitmen profesional yang sering
digunakan dan telah dikembangkan oleh Aranya et al. (1981).
Instrumen Dwyer et al. (2000) ini terdiri dari 7 item pertanyaan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan 7 point skala Likert, skala 1
berarti sangat tidak setuju dan skala 7 adalah sangat setuju.
2. Retaliasi
Retaliasi (balas dendam) merupakan sebuah perilaku yang ditujukan
untuk mengembalikan tindakan yang pernah dilakukan seseorang.
Retaliasi merupakan hasil konflik antara organisasi dan karyawan.
57
Retaliasi dapat berupa pengucilan, pemberian tugas yang banyak,
mutasi kerja, pemecatatan, dll. Pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner untuk variabel ini, dimodifikasi oleh peneliti dan
disesuaikan terhadap responden dalam penelitian ini. Skala yang
digunakan untuk mengukur variabel ini adalah skala likert diukur 7
point, skala 1 berarti sangat tidak setuju dan skala 7 adalah sangat
setuju.
3. Intensi Melakukan Whistleblowing
Keinginan untuk melakukan whistleblowing merupakan salah satu
bentuk dari keseriusan dalam suatu situasi, tanggung jawab untuk
melaporkan pelanggaran dan dampak negatif yang akan diterima
sebagai akibat pelaporan tersebut. Intensi whistleblowing merupakan
variabel terikat yang diukur dengan menggunakan kasus yang
dikembangkan oleh Schultz et al. (1993). Hanya tiga dari enam kasus
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kasus yang terkait dengan
kasus akuntansi untuk mengukur whistleblowing. Kasus pertama
berkaitan dengan penemuan fraud yang dilakukan oleh manajemen.
Kasus kedua, akuntan mengetahui akibat buruk bagi perusahaan jika
dilakukan penyesuaian data laporan keuangan, dan di kasus ketiga
akuntan dituntut untuk melakukan kecurangan dengan
menggelembungkan laba perusahaan. Dari setiap kasus yang ada,
responden diminta untuk menilai tingkat keseriusan kasus, tanggung
jawab responden terhadap kasus, biaya yang mungkin dikeluarkan oleh
58
responden dalam mengungkap kasus, dan intensi responden untuk
melakukan whistleblowing. Variabel ini diukur dengan menggunakan 7
point skala Likert terkait intensi melakukan tindakan whistleblowing,
skala 1 berarti tidak akan melakukan whistleblowing dan skala 7
adalah selalu melakukan whistleblowing.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Intensi Melakukan
Whistleblowing (Y)
Keseriusan kasus 1,5,9 Interval
Tanggungjawab terhadap
kasus
2,6,10
Biaya yang dikeluarkan 3,7,11
Intensi melakukan
whistleblowing
4,8,12
Komitmen
Profesional
Auditor(X1)
Ingin melakukan usaha
yang luar biasa melebihi
yang diharapkan.
1 Interval
Bangga menjadi bagian
dari profesi akuntansi.
2
Peduli dengan nasib
profesi akuntansi.
3
Profesi akuntansi
menginspirasi untuk
melakukan pekerjaan
dengan baik.
4
Menjadi anggota profesi
akuntansi terbaik dari
profesi lain.
5
Bersedia bekerja pada
profesi selama mampu
melakukannya.
6
Patuh terhadap peraturan
profesi.
7
Bersambung ke halaman selanjutnya
59
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Retaliasi
(X2)
Sebagai auditor akan
mengungkapkan kecurangan,
walaupun ada resiko yang akan
ditanggung.
1 Interval
Auditor yang belum
berpengalaman tidak akan
melakukan whistleblowing
karena takut adanya
pembalasan.
2
Melakukan pelaporan
kecurangan ke luar organisasi
akan meningkatkan tingkat
balas dendam organisasi.
3
Auditor yang memiliki
tingkatan tinggi (baik dari segi
usia, pengalaman, pendidikan,
jabatan) akan melakukan
pembalasan balik jika
mengalami pembalasan.
4
Adanya dukungan atasan akan
meningkatkan keberanian
dalam mengungkapkan
kecurangan.
5
Tingginya kebutuhan organisasi
terhadap whistleblower akan
mengurangi tindakan
pembalasan atas tindakan
pembalasan.
6
Dampak yang besar bagi
organisasi akan meningkatkan
tindak pembalasan atas
pengungkapan kecurangan.
7
60
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor internal pemerintah yang
bekerja di 3 Inspektorat Jenderal Kemeterian, yaitu Kementerian Agama
RI, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dan Kementerian
Keuangan RI. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi
anggota tim, ketua tim, manager, dan supervisor.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara tidak langsung, yaitu melalui perantara bagian
kepegawaian kementerian. Penyebaran serta pengembalian kuesioner
dilaksanakan mulai tanggal 26 April 2014 hingga 26 Mei 2014.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 3 kementerian RI. Jumlah
kuesioner yang kembali adalah sebanyak 74 buah atau 67,27%. Kuesioner
yang tidak kembali sebanyak 36 buah atau 32,73%, hal ini dikarenakan
waktu penyebaran yang kurang tepat. Kuesioner yang dapat diolah
sebanyak 70 buah atau 63,64%, sedangkan kuesioner yang tidak dapat
diolah karena tidak memenuhi kriteria sebagai sampel dan tidak diisi
lengkap oleh responden sebanyak 4 buah atau 3,63%. Gambaran mengenai
data sampel disajikan pada tabel 4.1.
61
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Prosentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 110 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 36 32,73%
3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat
diolah
4 3,63%
4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 70 63,64%
Sumber: Data primer yang diolah
Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini, dapat dilihat
dalam tabel 4.2
Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kementrian Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
1. Kementerian Agama RI 20 11
2. Kementerian Komunikasi
dan Informatika RI
20 14
3. Kementerian Keuangan RI 70 45
Sumber: Data Primer
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di
Inspektorat Jenderal Kementerian RI. Berikut ini adalah deskripsi
mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin,
usia, posisi terakhir, pendidikan terakhir, dan pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi
responden berdasarkan jenis kelamin
62
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 59 84,3 84,3 84,3
Perempuan 11 15,7 15,7 100,0
Total 70 100,0 100,0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 59 auditor
atau 84,3% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan
sisanya sebesar 11 auditor atau 15,7% responden berjenis kelamin
perempuan. Hal ini dikarenakan karakteristik profesi auditor yang
memerlukan curahan waktu yang lebih banyak dalam
pekerjaannya, sehingga responden dalam penelitian ini mayoritas
laki-laki.
b. Deskripsi responden berdasarkan usia
Tabel 4.4 menunjukkan responden yang bekerja pada
kementrian sebesar 48,6% diantaranya berusia antara 21-30 tahun,
25,7% berusia antara 31-40 tahun, 14,3% berusia antara 41-50
tahun, dan 11,4% berusia antara 51-60 tahun. Mayoritas responden
dalam penelitian ini berusia antara 21-30 tahun, yaitu sebanyak 34
auditor atau 48,6%. Hal ini mungkin dikarenakan responden
penelitian ini yang didominasi oleh anggota tim, sehingga usia
responden dalam penelitian ini mayoritas berusia relatif muda.
63
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
21-30 th 34 48,6 48,6 48,6
31-40 th 18 25,7 25,7 74,3
41-50 th 10 14,3 14,3 88,6
51-60 th 8 11,4 11,4 100,0
Total 70 100,0 100,0
Sumber: Data primer yang diolah
c. Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir
Berdasarkan tabel 4.5 berikut ini, diperoleh informasi
bahwa mayoritas responden sebanyak 58 auditor atau sebanyak
82,9% menduduki posisi sebagai anggota tim. Responden yang
menduduki jabatan sebagai ketua tim sebanyak 18 auditor atau
8,6%, sedangkan sisanya yang menduduki jabatan sebagai
supervisor dan manager, masing-masing sebesar 4 dan 2 auditor
atau sekitar 5,7% dan 2,9%. Hal tersebut mungkin dikarenakan
semakin tinggi jabatan auditor di kementerian, semakin tinggi pula
tingkat kesibukannya, sehingga responden dalam penelitian ini
didominasi oleh anggota tim.
64
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
S
u
Sumber: Data primer yang diolah
d. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.6 menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
D3 12 17,1 17,1 17,1
S1 35 50,0 50,0 67,1
S2 19 27,1 27,1 94,3
S3 1 1,4 1,4 95,7
Lain-lain 3 4,3 4,3 100,0
Total 70 100,0 100,0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah
35 auditor atau 50%. Sedangkan sisanya, yaitu D3, S2, S3, dan
lain-lain masing-masing sebesar 17,1%, 27,1%, 1,4%, 4,3% atau
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Anggota Tim 58 82,9 82,9 82,9
Ketua Tim 6 8,6 8,6 91,4
Supervisor 4 5,7 5,7 97,1
Manager 2 2,9 2,9 100,0
Total 70 100,0 100,0
65
sebanyak 12, 19, 1, dan 3 auditor. Hal ini diduga karena karena di
Indonesia pada umumnya standar pendidikan untuk direkrut
menjadi auditor internal kementerian adalah S1 (kecuali Sekolah
Dinas).
e. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja
Berikut ini adalah hasil uji responden berdasarkan
pengalaman kerja
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman
Kerja
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1-3 th 14 20,0 20,0 20,0
>3 th 56 80,0 80,0 100,0
Total 70 100,0 100,0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa
mayoritas responden sebanyak 80% atau sekitar 56 orang memiliki
pengalaman bekerja lebih dari 3 tahun, dan sisanya 20% atau
sekitar 14 auditor memiliki pengalaman bekerja 1-3 tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi
komitmen profesional auditor, retaliasi, dan intensi melakukan
66
whistleblowing akan diuji secara statistik deskripsi seperti yang terlihat
dalam tabel 4.8
Tabel 4.8
Statistik Deskriptif
H
S
s
s
S
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel komitmen profesional
jawaban minimum responden sebesar 25 dan maksimum sebesar 48,
dengan rata-rata total jawaban 39,59 dan standar deviasi sebesar 5,123.
Variabel retaliasi jawaban minimum responden sebesar 17 dan maksimum
sebesar 45, dengan rata-rata total jawaban 31,79 dan standar deviasi
sebesar 7,652. Pada variabel intensi melakukan whistleblowing minimum
jawaban responden sebesar 48 dan maksimum sebesar 79, dengan rata-rata
total jawaban 67,49 dan standar deviasi 8,106.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
TKP 70 25 48 39,59 5,123
TRT 70 17 45 31,79 7,652
TWB 70 48 79 67,49 8,106
Valid N (listwise) 70
67
dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari tiga
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu komitmen
profesional (KP), retaliasi (RT), dan intensi melakukan whistleblowing
(WB), dengan 70 sampel responden.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Komitmen Profesional
Nomor Bukti
Pertanyaan
Pearson
Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (KP1) 0,688**
0,000 Valid
2 (KP2) 0,722**
0,000 Valid
3 (KP3) 0,751**
0,000 Valid
4 (KP4) 0,675**
0,000 Valid
5 (KP5) 0,649**
0,000 Valid
6 (KP6) 0,595**
0,000 Valid
7 (KP7) 0,534**
0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan variabel komitmen profesional
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Retaliasi
Nomor Bukti
Pertanyaan
Pearson
Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (RT1) 0,728**
0,000 Valid
2 (RT2) 0,780**
0,000 Valid
3 (RT3) 0,806**
0,000 Valid
4 (RT4) 0,393**
0,001 Valid
5 (RT5) 0,686**
0,000 Valid
6 (RT6) 0,746**
0,000 Valid
7 (RT7) 0,749**
0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
68
Tabel 4.10 menunjukkan variabel retaliasi mempunyai kriteria
valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05.
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Intensi Melakukan Whistleblowing
Nomor Bukti
Pertanyaan
Pearson
Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (WB1) 0,544 **
0,000 Valid
2 (WB2) 0,604**
0,000 Valid
3 (WB3) 0,581**
0,000 Valid
4 (WB4) 0,371**
0,002 Valid
5 (WB5) 0,659**
0,000 Valid
6 (WB6) 0,579**
0,000 Valid
7 (WB7) 0,400**
0,001 Valid
8 (WB8) 0,421**
0,000 Valid
9 (WB9) 0,692**
0,000 Valid
10 (WB10) 0,639**
0,000 Valid
11 (WB11) 0,572**
0,000 Valid
12 (WB12) 0,714**
0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan variabel intensi melakukan
whistleblowing mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan
reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.12
menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk tiga variabel penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini.
69
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha Keterangan
Komitmen Profesional Auditor 0,781 Reliabel
Retaliasi 0,835 Reliabel
Intensi Melakukan Whistleblowing 0.801 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
komitmen profesional sebesar 0,781, retaliasi sebesar 0,835, dan
intensi melakukan whistleblowing. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena
mempunyai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan mampu
memperoleh data yang konsisten berarti bila pernyataan itu diajukan
kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban
yang sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Varian Inflation Factor
(VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
70
Tabel 4.13
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 44,534 7,322 6,082 ,000
TKP ,672 ,182 ,425 3,689 ,000 ,935 1,070
TRT -,115 ,122 -,109 -,946 ,348 ,935 1,070
a. Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.13 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar
angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance
untuk variabel komitmen profesional auditor dan retaliasi sebesar
0,935 serta VIF sebesar 1,070. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa model persamaan regresi tidak terdapat multikolonieritas dan
dapat digunakan dalam penelitian ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam
penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan
metode uji non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S), P-P Plot, dan
histogram. Dasar pengambilan keputusan pada uji K-S ini adalah
71
dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. Jika angka
probabilitas kurang dari 0,05, maka variabel ini tidak terdistribusi
secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas di atas 0,05, maka
HA ditolak, yang berarti variabel ini terdistribusi secara normal
(Ghozali, 2009). Adapun hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.14
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
Asymp. Sig (2-tailed) Keterangan
0,363 Data terdistribusi normal
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.14, hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini dapat
terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0,363 lebih besar dari 0,05.
Sehingga model penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik normalitas.
72
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-P Plot
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan pada
gambar berikut ini.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer yang diolah
73
Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang
berbeda disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
residual dari satu pengamat ke pengamat yang lain. Jika varians dari
residual dari satu pengamat ke pangamat lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas.
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan
bahwa data tersebut di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y
dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data
74
tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
persamaan regresi.
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis Regresi Sederhana
1) Komitmen Profesional Auditor (X1) Berpengaruh terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing (Y)
a) Uji Koefisien Determinasi
Berikut ini, disajikan hasil uji koefisien determinasi
untuk variabel X1 dan Y.
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y dan X1
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,397a ,158 ,145 7,493
a. Predictors: (Constant), TKP
b. Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.15 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar
0,145. Hal ini menandakan bahwa variasi variabel komitmen
profesional hanya bisa menjelaskan 14,5% variasi variabel
intensi melakukan whistleblowing. Sedangkan sisanya, yaitu
85,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model, seperti
pertimbangan etis, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol
perilaku (Niyaratih, 2013).
75
b) Uji Statistik Parameter Individual (Uji t Statistik)
Berikut ini disajikan hasil uji signifikansi parameter
individual untuk variabel Y dan X1.
Tabel 4.16
Hasil Uji Statistik t Variabel Y dan X1
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 42,609 7,028 6,063 ,000
TKP ,628 ,176 ,397 3,569 ,001
a. Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.16 maka dapat diperoleh model
persamaan regresi sebagai berikut:
X1 = Komitmen Profesional Auditor
Y = Intensi Melakukan Whistleblowing
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa komitmen profesional
secara individual berpengaruh terhadap variabel intensi
melakukan whistleblowing, yang mempunyai tingkat
signifikansi sebesar 0,001 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti
menerima H1 bahwa komitmen profesional auditor
berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Y = 42,609 + 0,628X1 + 7,028
76
b. Pengujian Hipotesis Regresi Moderate Uji Interaksi
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression
Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier
dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi
(Ghozali, 2011).
1) Interaksi Retaliasi (X2) Memoderasi Komitmen Profesional (X1)
Terhadap Intensitas Melakukan Whistleblowing (Y)
a) Uji koefisien determinasi
Berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi untuk
variabel Y, X1, dan X2.
Tabel 4.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, dan X2
T
Tabel 4.18 menunjukkan variasi komitmen profesional auditor
dan moderasi TRT dapat menjelaskan 15,3% variasi intensi
melakukan whistleblowing. Sisanya 84,7% dijelaskan oleh
sebab-sebab lain di luar model, seperti pertimbangan etis,
sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku
(Niyaratih, 2013).
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,435a ,190 ,153 7,461
a. Predictors: (Constant), moderate_TRT, TKP, TRT
b. Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer yang diolah
77
b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik)
Tabel 4.19 berikut ini disajikan hasil uji statistik t
terhadap variabel Y, X1, dan X2.
Tabel 4.18
Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1, dan X2
Dependent Variable: TWB
Sumber: Data primer diolah
Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel komitmen
profesional auditor mempunyai tingkat signifikansi 0,552.
Variabel retaliasi mempunyai signifikansi 0,172. Hal ini
berarti, komitmen profesional auditor dan retaliasi tidak
berpengaruh secara individual terhadap intensi melakukan
whistleblowing, karena nilai signifikansinya lebih besar dari
0,05. Dan variabel moderasi TRT mempunyai tingkat
signifikansi sebesar 0,199. Hasil tersebut menolak H2 sehingga
dapat dikatakan bahwa retaliasi tidak bisa menjadi variabel
moderating antara komitmen profesional auditor dengan
intensi melakukan whistleblowing.
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 95,666 40,079 2,387 ,020
TKP -,593 ,992 -,375 -,598 ,552
TRT -1,768 1,279 -1,669 -1,382 ,172
moderate_TRT ,041 ,031 1,931 1,297 ,199
78
Berdasarkan tabel 4.18 maka dapat diperoleh model
persamaan regresi sebagai berikut:
Keterangan:
X1 = Komitmen Profesional Auditor
X2 = Retaliasi
X1X2 = Variabel perkalian antara komitmen profesional
auditor dengan retaliasi yang menggambarkan
pengaruh variabel moderating retaliasi terhadap
hubungan antara komitmen profesional auditor
dengan intensi melakukan whistleblowing
Y = Intensi Melakukan Whistleblowing
C. Pembahasan
1. Pengaruh komitmen profesional terhadap intensi melakukan
whistleblwoing.
Hasil uji hipotesis H1 menunjukkan bahwa komitmen
profesional berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat komitmen
profesional auditor, semakin tinggi pula intensi melakukan
whistleblowing. Hasil uji menunjukkan bahwa variabel komitmen
profesional mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001 < 0,05,
Y = 95,666 – 0,593X1 – 1,768X2 + 0,041X1X2 + 40,079
79
sehingga dapat dikatakan bahwa komitmen profesional berpengaruh
terhadap intensi melakukan whistleblowing dan artinya H1 dapat
diterima. Hasil pengujian ini menggambarkan bahwa auditor yang
mempunyai komitmen profesional yang tinggi akan meningkatkan
intensi melakukan whistleblowing.
Komitmen profesional didefinisikan sebagai kesukaan yang
dibentuk oleh seseorang terhadap profesinya (Aranya et al., 1982 dalam
Elias, 2008). Seseorang yang berkomitmen profesi mempercayai dan
menerima tujuan profesi serta berkeinginan untuk melakukan berbagai
upaya demi mencapai tujuan profesi tanpa diminta. Karena rasa cinta
terhadap profesi yang tinggi, auditor internal pemerintah akan
mengungkapkan kecurangan yang dia temukan. Dan intensi dalam
mengungkapkan kecurangan tersebut akan semakin tinggi. Hal tersebut
selaras dengan apa yang menjadi peraturan bagi auditor dan apa yang
sudah menjadi tanggung jawab bagi auditor internal pemerintah.
Tanggung jawab auditor internal pemerintah sangat tinggi, karena
mereka bekerja untuk memajukan negara dan demi kepentingan
masyarakat luas. Hal ini juga diungkapkan oleh Sorensen dan Sorensen
(Kaplan dan Whitecotton, 2001) bahwa komitmen profesi merupakan
bentuk dedikasi terhadap profesi dan karir profesional serta penerimaan
etika-etika profesi dan tujuan organisasi.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Malik (2010) dan Elias (2008) yang menyatakan bahwa tingkat
80
komitmen yang dimiliki oleh mahasiswa akuntansi berpengaruh positif
terhadap persepsi mereka akan pentingnya whistleblowing dan
keinginannya untuk melakukan whistleblowing, serta penelitian yang
dilakukan oleh Sagara (2013) yang menunjukkan bahwa
profesionalisme internal auditor dimensi tuntutan untuk mandiri
berpengaruh positif terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kaplan
dan Whitecotton (2001) dan Taylor dan Curtis (2010).
2. Pengaruh interaksi antara komitmen profesional auditor dengan
retaliasi terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Analisis uji interaksi komitmen profesional, retaliasi, dan
moderasi TRT mampu menjelaskan 15,3% variasi variabel intensi
melakukan whistleblowing. Variabel moderasi TRT menunjukkan
tingkat signifikansi sebesar 0,199 >0,05, hal ini menandakan bahwa
retaliasi tidak bisa menjadi variabel moderating antara komitmen
profesional dengan intensi melakukan whistleblowing, yang artinya
menolak H2.
Komitmen profesional mengacu pada kekuatan identifikasi
individual dengan profesi. Individual dengan komitmen profesi yang
tinggi dikarakterkan memiliki kepercayaan dan penerimaan yang
tinggi dalam tujuan profesi, keinginan untuk berusaha sekuatnya atas
nama profesi dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan
keanggotaannya dalam profesi (Mowday et al., 1979) dalam Faisal
81
(2007). Auditor yang cinta dengan profesinya akan melakukan
tindakan yang selaras dengan apa yang menjadi tugas dari auditor.
Apalagi auditor internal pemerintah yang bekerja untuk kepentingan
bangsa dan negara. Mereka akan tunduk terhadap peraturan yang
berlaku. Salah satunya adalah dengan mengungkapkan kebenaran dari
kecurangan yang dia temukan, walaupun akan ada akibat yang
ditimbulkan dari tindakannya tersebut. Menurut Faisal (2007) secara
khusus, komitmen profesi yang tinggi seharusnya mendorong auditor
ke perilaku yang sesuai dengan kepentingan publik dan menjauh dari
perilaku yang membahayakan profesi. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian bahwa dengan adanya retaliasi tidak mempengaruhi
komitmen profesional auditor untuk melakukan whistleblowing.
Penelitian ini mendukung penelitian dari Liyanarachchi dan
Newdick (2009) yang menyatakan bahwa kekuatan retaliasi tidak
mampu memoderasi hubungan antara komitmen profesional dengan
intensi melakukan whistleblowing. Tetapi hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mesmer-Magnus
dan Viswesvaran (2005) yang menyatakan bahwa retaliasi
berhubungan negatif dengan intensi melakukan whistleblowing. Dan
juga bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Near et
al. (2004), yang menyatakan bahwa tipe kesalahan berpengaruh
signifikan terhadap retaliasi.
82
Gagalnya penelitian yang mendukung hipotesis, mungkin
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, responden kurang teliti dan
memahami dalam membaca setiap pertanyaan yang diajukan dalam
variabel ini. Auditor yang sedang dalam penugasan audit sangat sibuk
sehingga kurangnya waktu auditor untuk memahami dan membaca
setiap pertanyaan yang ada. Kedua, kemungkinan responden belum
pernah mengalami retaliasi secara langsung, sehingga belum mampu
menjawab pertanyaan secara tepat. Ketiga, belum adanya perlindungan
yang resmi terhadap whistleblower. Walaupun sudah ada Undang-
Undang mengenai saksi dan korban, yaitu Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2006. Akan tetapi Undang-Undang tersebut masih memerlukan
revisi, dimana di dalamnya terdapat secara tegas menyebutkan
peraturan yang mengatur perlindungan whistleblower. Hal ini akan
membuat whistleblower enggan untuk mengungkapkan kecurangan
yang dia temukan.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen
profesional auditor terhadap intensi melakukan whistleblowing dengan
retaliasi sebagai variabel moderating. Responden penelitian ini berjumlah
70 auditor internal pemerintah yang bekerja di 3 Inspektorat Jenderal
Kemeterian, yaitu Kementerian Agama RI, Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI, dan Kementerian Keuangan RI. Berdasarkan pada data
yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda dan model
regresi moderate uji interaksi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan uji analisis regresi sederhana, komitmen profesional
auditor berpengaruh terhadap intensi melakukan whistleblowing. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaplan
dan Whitecotton (2001), Elias (2008), Malik (2010), Taylor dan Curtis
(2010), dan Sagara (2013).
2. Berdasarkan uji analisis Moderated Regression Analysis (MRA),
Retaliasi tidak memoderasi komitmen profesional auditor terhadap
intensi melakukan whistleblowing. Hal ini dapat dijelaskan oleh
besarnya tingkat sifnifikansi variabel moderating sebesar 0,199. Hasil
84
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Liyanarachchi dan Newdick (2009) yang menyatakan bahwa kekuatan
retaliasi tidak mampu memoderasi hubungan antara moral reasoning
dengan intensi melakukan whistleblowing.
B. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya,
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel
lainnya, seperti pemberian reward, moral reasoning, kepastian
perlindungan hukum yang akan diterima oleh whistleblower.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel dan
memperluas wilayah sampel penelitian, bukan hanya di tiga
inspektorat jenderal kementerian saja, tetapi di kementerian lain dan
lembaga-lembaga lain, seperti BPK dan KPK.
3. Penelitian selanjutnya agar dapat memperhatikan waktu penelitian.
Waktu penelitian diharapkan tidak dilakukan pada waktu sibuk
auditor. Sehingga tingkat pengembalian (respon rate) kuesioner dapat
lebih tinggi, dan mendapatkan hasil yang lebih akurat.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ayers, Susan, Steven E. Kaplan, “Wrongdoing by Consultants: An Examination
of Employees’ Reporting Intentions”, Journal of Business Ethics, Vol. 57,
No. 2, pp. 121-137, 2005.
Agoes, Sukrisno, “Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik 2”, Salemba Empat, Jakarta, 2012.
Boynton, William C, Raymond N. Johnson, Walter G. Kell, “Modern Auditing:
Assurance Services and The Intregity of Financial Reporting”, 8th
edition,
John Wiley&Sons Inc, United States of America, 2006.
Buchan, Howard F, “Ethical Decision Making in the Public Accounting
Profession: An Extension of Ajzen’s Theory of Planned Behavior”, Journal
of Business Ethics, 61, 165-181, 2005.
Chiu, Randy K, “Ethical Judgement, Locus of Control, and Whistleblowing
Intention: A Case Study of Mainland Chinese MBA Students”, Managerial
Auditing Journal, 17, 581-587, 2002.
Dalton, Derek, dan Robin R. Radtke, “The Joint Effects of Machiavellianism and
Ethical Environment on Whistle-Blowing”, Journal of Business Ethics,
117, 153-172, 2013.
Elias, Rafik, “Auditing Students’ Professional Commitment and Anticipatory
socialization and Their Relationship to Whistleblowing”, Managerial
Auditing Journal, Vol. 23, No. 3, pp. 283-294, 2008.
Hall, Matthew, Smith David, Langfield-Smith Kim, “Accountants’ Commitment
to Their Profession: Multiple Dimensions of Professional Commitment and
Opportunuties for Future Research”. Behavioural Research in
Accounting, pg. 89, 2005.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.
86
Imam Ghozali, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Indriantoro dan Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen”, Edisi Pertama Cetakan Kedua, BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta, 2002.
Jalil, Fitri Yani, “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing: Locus of Control sebagai Variabel
Pemoderasi”, Simposium Nasional Akuntansi Manado XVI, 2013.
Kaplan, S.E. dan Joseph J. Schultz, “Intentions to Report Questionable Acts: An
Examination on the Influence of Anonymous Reporting Channel, Internal
Audit Quality, and Setting”, Journal of Business Ethics, Vol. 71, pp. 109-
124, 2007.
Kaplan, S.E. dan S.M. Whitecotton, “An Examination of Auditor’s Reporting
Intentions when Another Auditor is offered Client Employment”, Auditing:
A Journal of Practice & Theory, Vol. 20, No. 1, pp. 45-63, 2001.
Liyanarachchi, Gregory dan Chris Newdick, “The Impact of Moral Reasoning
and Retaliation on Whistle-Blowing: New Zealand Evidence”, Journal of
Business Ethics, 89, 39-57, 2009.
Marcia P. Miceli dan Janet P. Near, “The Relationships among Beliefs,
Organizational Position, and Whistle-Blowing Status: Adiscriminant
Analysis”, The Academy of Management Journal, Vol. 27, No. 4, pp. 687-
705, Desember 1984.
Marcia P. Miceli dan Janet P. Near, “Whistleblowing: Reaping the Benefits”, The
Academy of Management Executive (1993-2005), Vol. 8, No. 3, pp. 65-
72, Agustus 1994.
Mesmer-Magnus, Jessica R dan Chockalingam Viswesvaran, “Whistleblowing in
Organizations: An Examination of Correlates of Whistleblowing
Intentions, Actions, and Retaliation”, Journal of Business Ethics, 62:277-
297, 2005.
87
Near, J.P., dan M.P. Miceli, “Effective Whistle-Blowing”, The Academy of
Management Review, Vol. 20, No. 3, pp. 679-708, Juli 1995.
Near, J.P., dan M.P. Miceli, “Organizational Dissidence: The Case of Whistle-
Blowing”, Journal of Business Ethics, Vol. 4, No. 1, pp. 1–16, 1985.
Near, J.P., Michael T. Regh, James R. Van Scotter, dan M.P. Miceli, “Does Type
of Wrongdoing Affect the Whistleblowing Process”, Business Ethics
Quarterly, Vol. 14, Issue 2, pp. 219-242, 2004.
Near, J.P., Terry Morehead Dworkin, dan M.P. Miceli, “Explaining the Whistle-
Blowing Process: Suggestions From Power Theory and Justice Theory”,
Organization Science, Vol. 4, No. 3, 1993.
Niyaratih, Daivitri, “Pengaruh Pertimbangan Etis dan Komponen Perilaku
Terencana pada Niat Whistleblowing Internal dengan Locus of Control
sebagai Variabel Pemoderasi”, Tesis Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 2013.
Park, Heungsik, John Blenkinsopp, dan Myongsik Park, “The Influence of an
Observer’s Value Orientation and Personality Type on Attitudes Toward
Whistleblowing”, Journal Business Ethics, 120, 121-129, 2014.
Parmerlee, Near, dan Jensen. “Correlates of Whistle-Blowers' Perceptions of
Organizational Retaliation”, Administrative Science Quarterly, Vol. 27
No. 1, pp. 17-34, Maret 1982.
Rahayu, Dyah Sih, dan Faisal, “Pengaruh Komitmen Atas Respon Auditor Atas
Tekanan Sosial: Sebuah Eksperimen”, JAAI Vol. 9, No. 1, JUNI, 2005.
Rehg Michael T., Marcia P. Miceli, Janet P. Near dan James R. Van Scotter,
“Antecedents and Outcomes of Retaliation against Whistleblowers:
Gender Differences and Power Relationships”, Organization Science, Vol.
19, No. 2, pp. 221-240, Maret – April 2008.
88
Restuningdiah, Nurika, “Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan
Kerja Akuntan Pendidik melalui Komitmen Organisasional”, Jurnal
Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 3, November 2009.
Robinson, Shani N, Jesse C. Robertson, dan Mary B. Curtis, “The Effect of
Contextual and Wrongdoing Attributes on Organizational Employees’
Whistleblowing Intentions Following Fraud”, Journal of Business, 106,
213-227, 2012.
Rufus, Robert J, “Whistleblowers: Truth, Justice, and the American Way”,
Journal of Applied Management and Entrepreneurship, Vol. 9, No. 4,
2004.
Sagara, Yusar, “Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi Melakukan
Whistleblowing”, Jurnal Liquidity, Vol.2, No.1, Hal. 34-44, Januari-Juni
2013.
Sawyer, Lawrence B. 2005. “Internal Auditing Buku I Edisi 5”. Jakarta: Salemba
Empat.
Schultz, J.J., dan Karen L. Hooks, “The Effect of Relationship and Reward on
Reports of Wrongdoing”, A Journal of Practice & Theory, Vol. 17, No. 2,
1998.
Semendawai, Abdul Haris dkk, “Memahami Whistleblower”, Edisi Pertama,
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Jakarta, 2011.
Singer, Ming, Sarah Mitchell, dan Julie Turner, “Consideration of Moral Intensity
in Ethicality Judgements: Its Relationship with Wishtle-blowing and Need-
for-Cognition”, Journal of Business Ethics, 17, 527-541, 1998.
Singgih, Santoso, “Buku Latihan Statistik Parametrik”, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004.
Sugianto, Abdul Hamid Habbe dan Tawakkal, “Hubungan Orientasi Etika,
Komitmen Profesional, Sensitivitas Etis dengan Whistleblowing Perspektif
Mahasiswa Akuntansi”, Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,
2011.
89
Sugiyono, “Statistika untuk Penelitian”, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2010.
Tandiontong, Mathius, “Komitmen Profesi Akuntan dan Komitmen Kantor
Akuntan Publik Determinan terhadap Kualitas Audit”, Simposium
Nasional Akuntansi XVI Manado, 2013.
Taylor, Eileen Z, dan Mary B. Curtis, “An Examination of the Layers of
Workplace Influence in Ethical Judgment: Whistleblowing Likelihood and
Perseverance in Public Accounting”, Journal of Business Ethics, 93, pp.
21-37, 2010.
Taylor, Eileen Z, dan Mary B. Curtis, “Whistleblowing in Public Accounting:
Influence of Identity Disclosure, Situasional Context, and Personal
Characteristics”, API Volume Nine, 2009.
Tranggono, Rahadyan Probo dan Andika Kartika, “Pengaruh Komitmen
Organisasional dan Profesional terhadap Kepuasan Kerja Auditor dengan
Motivasi sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol.
15, No. 1, Maret 2008.
Utami, Intiyas dan Yefta Andi Kus Noegroho, “Pengaruh Locus of Control,
Komitmen Profesional, Pengalaman Audit terhadap Perilaku Akuntan
Publik dalam Konflik Audit dengan Kesadaran Etis Sebagai Variabel
Pemoderasi”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 4 No. 2 hal.
193-210, Desember 2007.
Widayati, Lidya Suryani, “Peran Whistleblower dalam Pengungkapan Kasus
Suap Pegawai Pajak”, ISSN, Vol. IV, No. 14, 2012.
Zhang, Julia, Randy Chiu, dan Liqun Wei, “Decision-Making Process of Internal
Whistleblowing Behavior in China: Empirical Evidence and Implication”,
Journal of Business, 88, 25-41, 2009.
90
LAMPIRAN 1
SURAT PENELITIAN
SKRIPSI
91
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, 12 Januari 2014
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program Strata Satu
(S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Rizqi Awaliya Nikmah
NIM :1110082000123
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh
Komitmen Profesional Auditor Terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing dengan
Retaliasi sebagai Variabel Moderating”.
Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi responden
dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah
menganggu waktu bekerja Bapak/Ibu/Sdr/i. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat
Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika
penelitian.
Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i merupakan faktor kunci
untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional terhadap intensi melakukan
whistleblowing dengan retaliasi sebagai variabel moderating.
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab
dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor
yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting
memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
92
Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini, maka
Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya (telpon dan e-mail tertera di bawah). Atas
kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua
pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan banyak terima kasih.
Dosen Pembimbing Hormat saya,
Peneliti
(Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si) (Rizqi Awaliya Nikmah)
93
LAMPIRAN 2
SURAT KETERANGAN
DARI KEMENTERIAN
94
97
LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN
98
KUESIONER
PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL
AUDITOR TERHADAP INTENSI MELAKUKAN
WHISTLEBLOWING DENGAN RETALIASI
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014
99
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, 12 Januari 2014
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program Strata Satu
(S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Rizqi Awaliya Nikmah
NIM :1110082000123
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh
Komitmen Profesional Auditor Terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing dengan
Retaliasi sebagai Variabel Moderating”.
Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi responden
dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah
menganggu waktu bekerja Bapak/Ibu/Sdr/i. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat
Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika
penelitian.
Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i merupakan faktor kunci
untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional terhadap intensi melakukan
whistleblowing dengan retaliasi sebagai variabel moderating.
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab
dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor
yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting
memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
100
Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini, maka
Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya (telpon dan e-mail tertera di bawah). Atas
kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua
pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan banyak terima kasih.
Dosen Pembimbing Hormat saya,
Peneliti
(Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si) (Rizqi Awaliya Nikmah)
101
Nomor : ....... (diisi oleh peneliti)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ...............
(boleh tidak diisi)
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur : ............................................ tahun
Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2
S3 Lain-lain .......
Jabatan : Anggota Tim Supervisor
Ketua Tim Manajer
Pengalaman Kerja : 1-3 tahun > 3 tahun
BAGIAN 1
Pada bagian ini, terdapat 3 (tiga) macam kasus. Anda diminta memberikan tanggapan
untuk setiap pertanyaan yang paling menggambarkan persepsi anda.
Kasus 1
Santoso adalah seorang akuntan dan auditor internal pada perusahaan farmasi
multinasional yang sahamnya diperdagangkan kepada publik. Setelah dua tahun
ditempatkan di Yogyakarta, Santoso dipindahkan ke cabang Jakarta. Salah satu
pekerjaan rutin Santoso adalah mereview rekening pengeluaran. Ketika Andre,
sebagai wakil presiden pemasaran cabang Jakarta, melakukan penggantian
pengeluarannya (reimbursement), Santoso curiga mengingat reputasi Andre sebagai
wakil presiden pemasaran yang sangat boros. Kecurigaan Santoso berubah menjadi
sebuah kekhawatiran ketika menemukan permintaan penggantian atas pengeluaran
dari barang-barang seperti kalung, syal, dan tagihan sekretaris pribadi Andre tanpa
pembenaran yang jelas. Santoso mengetahui barang-barang ini tidak termasuk dalam
kebijakan penggantian atas beban perusahaan.
102
Berdasarkan kasus I tersebut, silahkan memberi tanda silang (X) pada (garis lurus)
untuk setiap pertanyaan yang paling menggambarkan persepsi Anda.
Menurut Anda, seberapa seriuskah kasus 1 tersebut?
Sangat Sangat
Tidak Serius
Serius
Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat tanggung jawab Santoso untuk melaporkan kasus 1
tersebut?
Sangat Sangat
Rendah Tinggi
Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat resiko bagi pribadi Santoso jika ia melaporkan kasus
1 tersebut?
Sangat Sangat
Rendah Tinggi
Jika Anda seorang karyawan yang mengetahui tindakan tersebut, apakah Anda akan
melaporkannya kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi?
Tidak Selalu
Pernah
Santoso memutuskan untuk menanyakan hal tersebut kepada Andre. Andre
marah besar dan merespon pertanyaan Santoso, “Lihat tanda tangan direktur keuangan
di permintaan ini. Dokumen apalagi yang anda butuhkan? Dia tahu saya yang
bertanggung jawab akan kesuksesasn perusahaan ini. Selain itu, saya adalah wakil
presiden disini”.
Selama perjalanan kembali ke kantornya, Santoso menyadari walaupun ada
tanda tangan direktur keuangan, Andre juga sebagai seorang play boy dan hampir
tidak pernah di kantor. Berdasarkan kasus ini, apa yang harus dilakukan oleh Santoso?
Haruskah Santoso melaporkan hal tersebut ke tingkat manajemen yang lebih tinggi?
103
Berdasarkan kasus 2 tersebut, silahkan memberi tanda silang (X) pada (garis lurus)
untuk setiap pertanyaan yang paling menggambarkan persepsi Anda.
Menurut Anda, seberapa seriuskah kasus 2 tersebut?
Sangat Sangat
Tidak Serius
Serius
Kasus 2
Rully adalah seorang akuntan perusahaan komputer ZommCom, yaitu
perusahaan multinasional yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia
(BEI). ZommCom telah berhasil menembus seluruh pasar di Indonesia melalui
perjanjian pembiayaan inovatif kepada pelanggan, yakni kebijakan kebebasan
melakukan retur atas transaksi sewa guna usaha komputer. Dengan mengikuti praktik
akuntansi yang diterima, ZommCom telah memperlakukan sewa guna usaha jangka
panjang sebagai penjualan di tahun pertama sewa guna usaha tersebut.
Masalah terjadi ketika pesaing menciptakan teknologi lebih canggih dan
memiliki keuntungan biaya yang lebih rendah. Rully mendapat berita dari seorang
salesman bahwa salah satu klien terbesar ZommCom berencana untuk menggunakan
klausal retur tersebut yang akan berdampak secara material pada pendapatan
perusahaan saat ini. Setelah berdiskusi dengan salesman lain, Rully menemukan
bahwa retur akan membengkak dan ia menyiapkan estimasi untuk menghapus
keuntungan sesuai praktik akuntansi yang diterima.
Rully menyerahkan proposal ini kepada penyelianya, Ary. Namun Ary tidak
mendiskusikan isu tersebut bahkan mengabaikannya. Setelah memikirkan
masalahnya, Rully teringat kembali akan rumor mengenai perusahaannya, yaitu
ZommCom membutuhkan sebuah merger yang penting dalam dua bulan kedepan.
Merger ini melibatkan bursa saham. Rully mempertimbangkan atas penurunan tajam
pada pendapatan akan menyebabkan harga saham ZommCom jatuh dan mungkin
menghentikan merger tersebut. Meskipun begitu, secara prosedur akuntansi mengenai
retur tersebut jelas akan menyebabkan penurunan laba.
Apa yang harus dilakukan oleh Rully? Haruskah ia melaporkan kasus tersebut
kepada Direktur Keuangan ZommCom?
104
Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat tanggung jawab Rully untuk melaporkan kasus 2
tersebut?
Sangat Sangat
Rendah Tinggi
Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat resiko bagi pribadi Rully jika ia melaporkan kasus 2
tersebut?
Sangat Sangat
Rendah Tinggi
Jika Anda seorang karyawan yang mengetahui tindakan tersebut, apakah Anda akan
melaporkannya kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi?
Tidak Selalu
Pernah
Kasus 3
Sukma adalah seorang akuntan PT ABC, perusahaan konglomerasi di
Indonesia yang sahamnya diperdagangkan di BEI. Sukma menikmati pekerjaannya
dan karirnya terus berkembang sejak ia lulus kuliah dan menempati posisi sebagai
pengawas PT ABC di Surabaya. Kesempatannya untuk maju bersama PT ABC
terlihat cukup baik.
Bagus, manajer perencanaan PT ABC, telah memberikan hasil kinerja yang
baik untuk PT ABC setelah menyingkirkan pesaingnya empat tahun lalu. Bagus dan
Sukma berteman baik. Menjelang akhir tahun, Bagus meminta Sukma untuk mencatat
pengiriman barang dalam jumlah besar ke PT XYZ sebagai penjualan. Sukma
menolak ketika ia tahu bahwa pengiriman tersebut adalah konsinyasi (sebuah
pinjaman peralatan dengan opsi dijual di masa mendatang) dan seharusnya tidak
dimasukkan ke dalam pendapatan penjualan sampai penjualan tersebut benar-benar
terjadi. Sukma juga merasa bahwa pengiriman tersebut terlalu besar sehingga
membuat pencatatan laba terlalu tinggi dan sangat material (signifikan).
105
Berdasarkan kasus 3 tersebut, silahkan memberi tanda silang (X) pada (garis lurus)
untuk setiap pertanyaan yang paling menggambarkan persepsi Anda.
Menurut Anda, seberapa seriuskah kasus 3 tersebut?
Sangat Sangat
Tidak Serius
Serius
Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat tanggung jawab Sukma untuk melaporkan kasus 3
tersebut?
Sangat Sangat
Rendah Tinggi
Bagaimana kesan Anda terhadap tingkat resiko bagi pribadi Sukma jika ia melaporkan kasus
3 tersebut?
Sangat Sangat
Rendah Tinggi
Jika Anda seorang karyawan yang mengetahui tindakan tersebut, apakah Anda akan
melaporkannya kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi?
Tidak Selalu
Pernah
Bagus merespon dengan marah: “Pada akhirnya PT XYZ membeli konsinyasi
tersebut. Kita membutuhkan penjualan ini untuk menghasilkan bonus. Selain itu,
jumlahnya tidaklah terlalu besar untuk membuat perbedaan dalam laporan keuangan
PT ABC secara keseluruhan, dan ini dapat mempromosikan saya menjabat sebagai
manager divisi”.
106
Variabel Komitmen Profesional Auditor (X1)
Komitmen profesional auditor adalah suatu kecintaan yang dibentuk oleh seorang
auditor pada profesinya.
No Pernyataan STS TS CTS N CS S SS
1. Saya ingin melakukan usaha yang
luar biasa melebihi yang
diharapkan untuk
kesuksesan/keberhasilan profesi
akuntansi saya.
2. Saya bangga bercerita kepada
orang lain bahwa saya mencintai
profesi akuntansi.
3. Saya sangat peduli dengan nasib
profesi akuntansi.
4. Menjadi anggota profesi akuntansi
sangat menginspirasi saya untuk
melaksanakan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya.
5. Bagi saya, menjadi anggota
profesi akuntansi adalah pilihan
yang terbaik.
6. Saya bersedia bekerja pada
profesi saya selama saya mampu.
7. Saya patuh terhadap peraturan-
peraturan dalam profesi saya.
BAGIAN II
Pernyataan-pernyataan di bawah ini tidak berhubungan dengan kasus
sebelumnya. Silahkan memberi tanda silang (X) pada angka untuk setiap
pernyataan yang paling menggambarkan persepsi Anda.
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Cukup Tidak Setuju (CTS)
4 = Netral (N)
5 = Cukup Setuju (CS)
6 = Setuju (S)
7 = Sangat Setuju (SS)
107
Variabel Retaliasi (Tindak Pembalasan) (X2)
Retaliasi (tindakan pembalasan) adalah sebuah perilaku yang ditujukan untuk
mengembalikan tindakan yang pernah dilakukan seseorang.
No. Pernyataan STS TS CTS N CS S SS
1. Sebagai auditor, saya akan
mengungkapan kecurangan yang
saya temukan walaupun ada
resiko yang akan saya hadapi.
2. Auditor yang belum
berpengalaman, akan diam saja
apabila mengetahui tindak
kecurangan karena takut terhadap
pembalasan yang akan diterima.
3. Auditor yang melaporkan
kecurangan organisasi ke luar
organisasi akan mengalami
pembalasan yang lebih kejam dari
pada melaporkan ke dalam
organisasi.
4. Auditor yang memiliki tingkatan
tinggi (baik dari segi usia,
pengalaman, pendidikan, dan
jabatan) akan melakukan
pembalasan balik jika dia
mengalami pembalasan.
5. Adanya dukungan dari
manajemen puncak dan supervisor
akan membuat saya semakin
berani untuk melaporkan
kecurangan yang saya temukan.
6. Semakin tinggi ketergantungan
organisasi terhadap karyawan,
maka tindakan pembalasan atas
pengungkapan kecurangan akan
semakin rendah.
7. Semakin besar dampak
pengungkapan kecurangan bagi
organisasi, maka tindakan
pembalasan akan semakin kejam.
Terima Kasih
108
LAMPIRAN 4
JAWABAN RESPONDEN
109
JAWABAN RESPONDEN MENGENAI IDENTITAS
No. Jenis
Kelamin
Usia Posisi
Terakhir
Pendidikan
Terakhir
Pengalaman
Kerja
1. 2 2 1 2 2
2. 1 4 1 2 2
3. 1 2 1 3 2
4. 1 4 2 3 2
5. 1 2 1 3 2
6. 1 2 1 2 1
7. 1 4 1 5 2
8. 1 4 3 3 2
9. 2 1 1 2 1
10. 1 3 2 3 2
11. 1 4 3 2 2
12. 1 4 3 3 2
13. 2 1 1 2 2
14. 1 1 1 2 1
15. 1 3 4 3 2
16. 1 2 1 1 2
17. 1 1 1 1 2
18. 1 1 1 1 2
19. 2 2 1 2 2
20. 1 1 1 2 1
21. 1 1 1 2 2
22. 1 1 1 5 1
23. 1 1 1 2 2
24. 1 1 1 3 1
25. 1 1 1 2 2
26. 1 1 1 2 2
27. 1 3 3 3 2
28. 1 3 1 2 2
29. 1 1 1 2 2
30. 1 1 1 2 1
31. 1 3 1 2 2
32. 1 3 1 2 2
33. 1 2 1 2 2
34. 1 1 1 1 2
35. 1 1 1 2 2
36. 1 3 1 1 2
37. 1 1 1 2 2
38. 1 1 1 2 2
39. 2 1 1 2 2
110
JAWABAN RESPONDEN MENGENAI IDENTITAS (Lanjutan)
No. Jenis
Kelamin
Usia Posisi
Terakhir
Pendidikan
Terakhir
Pengalaman
Kerja
40. 1 2 1 3 1
41. 2 4 1 2 2
42. 1 2 1 2 2
43. 1 3 1 3 2
44. 1 1 1 2 2
45. 2 1 1 2 2
46. 1 1 1 5 2
47. 1 1 1 1 2
48. 1 1 1 3 2
49. 1 1 4 1 2
50. 1 1 1 2 1
51. 1 2 2 3 2
52. 1 1 1 2 2
53. 2 2 1 3 2
54. 1 2 2 3 2
55. 1 2 1 3 2
56. 1 2 1 2 1
57. 1 4 2 3 2
58. 1 2 1 3 1
59. 1 3 2 4 2
60. 1 1 1 2 2
61. 1 2 1 1 2
62. 1 1 1 2 2
63. 1 1 1 1 2
64. 1 3 1 2 2
65. 2 2 1 3 2
66. 1 1 1 1 2
67. 2 1 1 2 1
68. 1 1 1 1 2
69. 1 2 1 2 1
70. 2 1 1 1 1
111
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KOMITMEN PROFESIONAL
AUDITOR
Responden KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 TKP
1 3 3 5 5 5 6 3 30
2 6 7 6 6 5 7 7 44
3 7 7 6 6 5 7 7 42
4 5 5 6 6 6 6 6 40
5 5 5 5 5 6 6 6 38
6 3 5 5 5 6 6 7 37
7 6 6 7 6 6 7 7 45
8 6 3 7 7 1 7 7 38
9 6 6 5 3 7 7 7 41
10 3 5 5 5 5 5 5 33
11 6 6 7 6 6 7 7 45
12 7 6 7 7 6 6 6 45
13 5 6 6 3 6 7 7 40
14 6 6 7 6 7 7 7 46
15 5 5 6 5 7 7 6 41
16 5 6 5 5 6 6 6 39
17 5 3 5 5 6 6 7 37
18 2 3 3 5 5 5 6 29
19 6 5 6 3 3 3 5 31
20 5 7 6 2 5 5 6 36
21 6 5 5 3 5 5 6 35
22 5 5 3 3 3 5 5 29
23 2 2 6 3 2 7 7 29
24 6 6 6 6 6 5 5 40
25 7 7 6 5 5 6 6 42
26 5 6 5 5 7 6 6 40
27 6 6 7 6 7 5 7 44
28 5 5 6 5 5 6 6 38
29 5 6 6 5 6 7 6 41
30 6 6 6 5 7 6 6 42
31 3 3 5 5 6 6 6 34
32 7 7 6 5 6 5 6 42
33 6 6 5 5 5 6 6 39
34 3 5 5 5 6 5 7 36
35 7 5 7 6 6 6 6 43
36 3 3 6 5 6 6 6 35
37 6 5 5 5 5 6 5 37
38 7 6 6 6 6 7 6 44
39 5 3 5 3 5 3 3 27
40 6 6 6 6 6 6 6 42
Bersambung pada halaman selanjutnya
112
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KOMITMEN PROFESIONAL
AUDITOR (LANJUTAN)
Responden KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 TKP
41 5 5 5 5 5 5 5 35
42 6 6 7 5 6 7 6 43
43 5 6 6 5 6 7 7 42
44 5 5 6 5 6 6 6 39
45 7 7 7 6 7 7 7 48
46 6 6 6 5 6 6 6 41
47 3 3 3 3 3 5 5 25
48 5 5 3 3 5 3 6 30
49 6 6 6 6 7 7 6 44
50 5 6 6 6 6 6 5 40
51 7 6 6 6 6 7 6 44
52 7 6 6 6 7 6 6 44
53 5 5 6 5 6 3 6 36
54 5 5 6 6 6 6 7 41
55 6 3 6 6 5 7 7 40
56 6 7 7 7 6 7 7 47
57 7 5 6 7 7 5 6 43
58 3 5 6 6 7 7 7 41
59 7 7 6 6 6 6 6 44
60 6 6 6 7 6 7 7 45
61 7 6 7 6 7 7 5 45
62 6 5 5 5 6 6 6 39
63 6 6 6 7 7 6 7 45
64 7 7 7 3 7 5 7 43
65 5 5 6 5 6 6 6 39
66 5 6 6 7 7 6 6 43
67 6 6 6 5 5 6 7 41
68 6 6 7 6 7 7 7 46
69 5 6 6 6 6 5 5 39
70 5 7 5 6 6 7 7 43
113
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL RETALIASI
Responden RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 RT7 TRT
1 6 7 5 7 6 5 5 41
2 7 5 5 7 6 6 7 43
3 7 7 5 6 6 5 5 41
4 5 2 2 6 2 2 2 21
5 5 5 5 5 3 3 2 28
6 2 2 2 6 4 6 6 28
7 5 5 3 7 7 6 6 39
8 7 3 3 7 7 3 5 35
9 6 6 3 5 3 5 3 31
10 5 3 3 5 5 5 5 31
11 5 5 3 5 3 3 3 27
12 5 7 7 7 6 6 6 44
13 6 3 3 5 3 3 3 26
14 2 2 2 6 6 6 2 26
15 5 3 5 6 5 3 3 30
16 3 6 3 7 5 6 5 35
17 5 5 3 7 5 6 2 33
18 2 3 3 6 3 5 3 25
19 5 5 3 5 5 5 3 31
20 2 3 3 7 5 5 3 28
21 2 2 2 6 5 2 2 21
22 5 6 5 5 5 5 3 34
23 7 6 2 6 6 2 2 31
24 5 5 6 6 6 6 6 40
25 5 6 7 6 7 7 5 43
26 7 6 5 7 7 7 2 41
27 7 5 5 6 7 6 5 41
28 2 1 1 7 3 2 1 17
29 2 2 2 7 3 2 2 20
30 3 3 3 6 5 5 3 28
31 6 3 3 5 3 5 3 28
32 2 2 3 6 5 5 5 28
33 3 3 3 3 5 3 3 23
34 5 5 5 5 5 5 5 35
35 5 2 2 6 3 3 2 23
36 3 3 5 6 6 5 5 33
37 5 3 5 6 5 5 6 35
38 6 6 6 7 2 6 2 35
39 3 5 3 5 5 3 3 27
40 2 2 2 6 6 2 2 22
Bersambung pada halaman selanjutnya
114
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL RETALIASI (LANJUTAN)
Responden KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 TKP
41 2 3 3 5 5 5 2 25
42 2 3 2 5 2 2 2 18
43 5 3 5 6 6 6 3 34
44 3 5 3 5 5 3 3 27
45 5 5 5 7 5 6 5 38
46 5 7 6 6 7 6 5 42
47 3 3 3 6 5 5 5 30
48 3 3 3 5 3 5 1 23
49 6 7 6 5 5 6 5 40
50 6 6 7 6 7 6 6 44
51 6 6 7 6 6 5 6 42
52 6 6 7 6 6 5 6 42
53 2 3 2 6 2 3 3 21
54 5 3 3 6 6 5 3 31
55 6 6 5 7 6 6 5 41
56 5 6 6 6 2 5 5 35
57 6 3 5 6 3 6 5 34
58 5 5 5 7 3 5 2 32
59 7 6 6 7 7 6 6 32
60 7 6 6 7 7 6 6 45
61 6 5 3 7 7 7 3 38
62 5 6 5 7 6 6 7 42
63 3 3 3 5 5 3 5 27
64 2 3 3 7 3 2 2 22
65 3 5 3 5 5 3 3 27
66 6 5 6 7 7 7 5 43
67 2 3 3 7 3 3 2 23
68 6 6 3 6 5 3 5 34
69 3 2 3 3 2 2 2 17
70 2 2 5 7 3 6 3 28
116
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING
Responden WB1 WB2 WB3 WB4 WB5 WB6 WB7 WB8 WB9 WB10 WB11 WB12 TWB
1 3 3 5 3 5 3 6 3 3 5 5 5 49
2 5 5 5 5 5 6 6 6 5 5 5 5 63
3 5 5 5 5 3 6 6 6 3 3 3 3 53
4 7 6 7 7 7 5 7 7 7 7 6 6 79
5 5 5 5 6 3 3 5 5 3 3 3 3 49
6 5 6 7 6 7 6 6 6 5 6 6 6 72
7 7 6 6 5 6 7 6 7 6 7 6 7 76
8 6 5 3 5 5 6 7 6 6 5 7 6 67
9 6 6 7 3 7 7 7 7 3 7 3 6 69
10 6 7 5 5 7 7 6 6 7 7 6 7 76
11 6 7 7 7 6 6 7 6 5 5 5 6 73
12 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 71
13 7 7 7 6 5 6 6 6 7 7 7 7 78
14 6 6 6 6 5 5 5 5 7 7 7 7 72
15 3 3 5 5 6 6 3 7 6 7 5 7 63
16 7 7 6 6 6 6 5 6 6 6 5 6 72
17 1 6 3 7 6 6 1 6 6 6 2 6 56
18 5 7 5 7 6 7 2 7 5 6 3 7 67
19 6 7 6 6 5 5 5 5 6 6 6 7 70
20 6 6 7 7 6 5 6 6 6 7 7 6 75
21 6 5 5 3 3 5 3 5 5 3 3 3 49
22 7 7 1 7 5 2 3 3 7 7 5 7 61
23 5 6 3 6 5 6 6 6 6 6 7 5 67
24 6 6 6 6 5 6 5 6 5 5 5 5 66
Bersambung pada halaman selanjutnya
117
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING (LANJUTAN)
Responden WB1 WB2 WB3 WB4 WB5 WB6 WB7 WB8 WB9 WB10 WB11 WB12 TWB
25 7 5 5 7 6 5 5 7 5 6 6 7 71
26 6 7 5 7 6 6 3 7 7 7 3 7 71
27 6 7 5 7 7 6 6 5 7 6 6 7 75
28 7 5 5 5 6 6 6 6 6 6 5 6 69
29 6 6 7 6 7 7 6 7 5 6 5 6 74
30 6 7 7 6 6 7 7 5 6 5 6 7 75
31 7 3 7 5 5 5 5 5 5 6 5 5 63
32 5 5 3 6 5 5 5 6 5 5 5 6 61
33 4 5 2 6 3 5 5 5 3 5 5 5 53
34 5 5 5 5 3 3 5 3 3 5 3 5 48
35 6 5 3 6 3 5 3 5 2 5 3 3 49
36 7 6 7 6 5 5 3 5 7 7 6 6 70
37 5 5 6 5 5 5 6 5 5 6 4 6 63
38 5 7 5 7 3 7 5 7 6 7 3 7 69
39 5 6 6 7 2 3 3 5 4 5 5 5 56
40 7 6 7 7 6 7 7 5 7 6 6 6 77
41 5 7 6 6 7 6 5 5 7 6 5 5 70
42 7 6 6 7 7 7 5 5 6 7 6 7 76
43 6 6 7 6 6 6 5 6 6 6 4 5 69
44 4 3 3 3 6 6 6 6 4 5 5 5 56
45 5 6 6 6 7 5 6 7 3 6 6 7 70
46 5 7 7 5 6 6 7 7 5 7 5 7 74
47 5 5 5 3 6 6 5 5 5 5 5 5 60
48 5 6 5 6 6 7 2 7 5 6 6 6 67
Bersambung pada halaman selanjutnya
118
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING (LANJUTAN)
Responden WB1 WB2 WB3 WB4 WB5 WB6 WB7 WB8 WB9 WB10 WB11 WB12 TWB
49 6 6 6 7 6 7 7 7 6 6 3 6 73
50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
51 6 6 6 6 7 6 6 7 6 7 5 7 75
52 6 5 6 6 7 6 6 6 6 7 5 7 73
53 6 6 6 6 5 6 5 5 5 5 5 5 65
54 6 6 7 5 6 7 5 5 7 6 6 7 73
55 7 7 7 3 7 7 3 6 7 7 6 5 72
56 7 7 7 7 5 6 5 5 7 7 7 7 77
57 6 7 7 7 5 7 6 7 5 6 7 6 76
58 5 5 5 5 5 5 5 6 7 6 6 6 66
59 6 6 7 7 7 7 6 7 5 3 5 3 69
60 6 6 6 6 6 7 6 5 6 5 6 6 71
61 7 7 6 2 7 7 2 7 7 7 2 7 68
62 5 5 6 6 5 5 3 6 3 6 3 5 58
63 6 7 6 7 6 6 6 7 6 7 7 7 78
64 6 6 5 7 5 5 5 6 5 6 6 7 69
65 5 5 5 5 7 7 3 7 6 6 2 6 64
66 6 6 5 7 5 7 5 5 6 6 7 7 72
67 3 7 5 7 5 6 5 7 5 6 5 7 68
68 7 6 6 6 6 6 6 6 7 6 6 6 74
69 7 6 7 6 6 6 5 6 7 7 7 7 77
70 6 6 5 6 6 5 5 3 6 7 7 5 67
118
LAMPIRAN 5
HASIL PENGUJIAN
INSTRUMEN PENELITIAN
119
HASIL UJI VALIDITAS
Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Profesional Auditor
Correlations
KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 TKP
KP1
Pearson Correlation 1 ,643** ,525
** ,321
** ,279
* ,126 ,128 ,688
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,007 ,019 ,298 ,291 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
KP2
Pearson Correlation ,643** 1 ,405
** ,239
* ,487
** ,179 ,259
* ,722
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,046 ,000 ,138 ,030 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
KP3
Pearson Correlation ,525** ,405
** 1 ,492
** ,336
** ,429
** ,351
** ,751
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,004 ,000 ,003 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
KP4
Pearson Correlation ,321** ,239
* ,492
** 1 ,371
** ,434
** ,245
* ,675
**
Sig. (2-tailed) ,007 ,046 ,000 ,002 ,000 ,041 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
KP5
Pearson Correlation
,279* ,487
** ,336
** ,371
** 1 ,238
* ,216 ,649
**
Sig. (2-tailed) ,019 ,000 ,004 ,002 ,047 ,073 ,000
120
N 70 70 70 70 70 70 70 70
KP6
Pearson Correlation ,126 ,179 ,429** ,434
** ,238
* 1 ,496
** ,595
**
Sig. (2-tailed) ,298 ,138 ,000 ,000 ,047 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
KP7
Pearson Correlation ,128 ,259* ,351
** ,245
* ,216 ,496
** 1 ,534
**
Sig. (2-tailed) ,291 ,030 ,003 ,041 ,073 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
TKP
Pearson Correlation ,688** ,722
** ,751
** ,675
** ,649
** ,595
** ,534
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Variabel Retaliasi
Correlations
RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 RT7 TRT
121
RT1
Pearson Correlation 1 ,658** ,564
** ,174 ,343
** ,344
** ,381
** ,728
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,150 ,004 ,004 ,001 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
RT2
Pearson Correlation ,658** 1 ,664
** ,171 ,385
** ,421
** ,429
** ,780
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,157 ,001 ,000 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
RT3
Pearson Correlation ,564** ,664
** 1 ,210 ,343
** ,558
** ,556
** ,806
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,081 ,004 ,000 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
RT4
Pearson Correlation ,174 ,171 ,210 1 ,228 ,323** ,187 ,393
**
Sig. (2-tailed) ,150 ,157 ,081 ,057 ,006 ,122 ,001
N 70 70 70 70 70 70 70 70
RT5
Pearson Correlation ,343** ,385
** ,343
** ,228 1 ,510
** ,542
** ,686
**
Sig. (2-tailed) ,004 ,001 ,004 ,057 ,000 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
RT6
Pearson Correlation ,344** ,421
** ,558
** ,323
** ,510
** 1 ,533
** ,746
**
Sig. (2-tailed) ,004 ,000 ,000 ,006 ,000 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
RT7
Pearson Correlation ,381** ,429
** ,556
** ,187 ,542
** ,533
** 1 ,749
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,122 ,000 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
TRT
Pearson Correlation ,728** ,780
** ,806
** ,393
** ,686
** ,746
** ,749
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70
122
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Variabel Intensi Melakukan Whistleblwoing
Correlations
WB1 WB2 WB3 WB4 WB5 WB6 WB7 WB8 WB9 WB10 WB11 WB12 TWB
WB1
Pearson Correlation 1 ,343** ,417
** ,091 ,205 ,161 ,225 -,007 ,418
** ,272
* ,344
** ,178 ,544
**
Sig. (2-tailed) ,004 ,000 ,452 ,089 ,184 ,061 ,952 ,000 ,023 ,004 ,141 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
WB2
Pearson Correlation ,343** 1 ,289
* ,427
** ,235 ,328
** ,010 ,202 ,457
** ,360
** ,177 ,422
** ,604
**
Sig. (2-tailed) ,004 ,015 ,000 ,050 ,006 ,938 ,093 ,000 ,002 ,143 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
123
WB3
Pearson Correlation ,417** ,289
* 1 ,044 ,365
** ,354
** ,312
** ,237
* ,230 ,224 ,216 ,161 ,581
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,015 ,719 ,002 ,003 ,008 ,048 ,055 ,062 ,072 ,182 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
WB4
Pearson Correlation ,091 ,427** ,044 1 -,042 -,015 ,062 ,100 ,184 ,146 ,255
* ,275
* ,371
**
Sig. (2-tailed) ,452 ,000 ,719 ,728 ,900 ,609 ,409 ,127 ,229 ,033 ,021 ,002
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
WB5
Pearson Correlation ,205 ,235 ,365** -,042 1 ,538
** ,193 ,385
** ,462
** ,478
** ,205 ,482
** ,659
**
Sig. (2-tailed) ,089 ,050 ,002 ,728 ,000 ,110 ,001 ,000 ,000 ,088 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
WB6
Pearson Correlation ,161 ,328** ,354
** -,015 ,538
** 1 ,150 ,585
** ,347
** ,211 ,064 ,324
** ,579
**
Sig. (2-tailed) ,184 ,006 ,003 ,900 ,000 ,215 ,000 ,003 ,080 ,598 ,006 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
WB7
Pearson Correlation ,225 ,010 ,312** ,062 ,193 ,150 1 ,051 -,008 -,055 ,426
** ,076 ,400
**
Sig. (2-tailed) ,061 ,938 ,008 ,609 ,110 ,215 ,674 ,948 ,654 ,000 ,532 ,001
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
WB8
Pearson Correlation -,007 ,202 ,237* ,100 ,385
** ,585
** ,051 1 ,086 ,213 -,121 ,324
** ,421
**
Sig. (2-tailed) ,952 ,093 ,048 ,409 ,001 ,000 ,674 ,480 ,077 ,320 ,006 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
WB9
Pearson Correlation ,418** ,457
** ,230 ,184 ,462
** ,347
** -,008 ,086 1 ,564
** ,403
** ,573
** ,692
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,055 ,127 ,000 ,003 ,948 ,480 ,000 ,001 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
WB10
Pearson Correlation ,272* ,360
** ,224 ,146 ,478
** ,211 -,055 ,213 ,564
** 1 ,298
* ,757
** ,639
**
Sig. (2-tailed) ,023 ,002 ,062 ,229 ,000 ,080 ,654 ,077 ,000 ,012 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
124
WB11
Pearson Correlation ,344** ,177 ,216 ,255
* ,205 ,064 ,426
** -,121 ,403
** ,298
* 1 ,370
** ,572
**
Sig. (2-tailed) ,004 ,143 ,072 ,033 ,088 ,598 ,000 ,320 ,001 ,012 ,002 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
WB12
Pearson Correlation ,178 ,422** ,161 ,275
* ,482
** ,324
** ,076 ,324
** ,573
** ,757
** ,370
** 1 ,714
**
Sig. (2-tailed) ,141 ,000 ,182 ,021 ,000 ,006 ,532 ,006 ,000 ,000 ,002 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
TWB
Pearson Correlation ,544** ,604
** ,581
** ,371
** ,659
** ,579
** ,400
** ,421
** ,692
** ,639
** ,572
** ,714
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,002 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
125
HASIL UJI RELIABILITAS
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Komitmen Profesional
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KP1 5,40 1,290 70
KP2 5,40 1,221 70
KP3 5,77 ,951 70
KP4 5,21 1,190 70
KP5 5,74 1,176 70
KP6 5,94 1,034 70
KP7 6,11 ,860 70
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 70 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 70 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
,781 ,785 7
126
Inter-Item Correlation Matrix
KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7
KP1 1,000 ,643 ,525 ,321 ,279 ,126 ,128
KP2 ,643 1,000 ,405 ,239 ,487 ,179 ,259
KP3 ,525 ,405 1,000 ,492 ,336 ,429 ,351
KP4 ,321 ,239 ,492 1,000 ,371 ,434 ,245
KP5 ,279 ,487 ,336 ,371 1,000 ,238 ,216
KP6 ,126 ,179 ,429 ,434 ,238 1,000 ,496
KP7 ,128 ,259 ,351 ,245 ,216 ,496 1,000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KP1 34,19 18,820 ,515 ,533 ,754
KP2 34,19 18,704 ,573 ,538 ,740
KP3 33,81 19,835 ,651 ,471 ,730
KP4 34,37 19,425 ,515 ,357 ,752
KP5 33,84 19,816 ,482 ,323 ,759
KP6 33,64 21,016 ,439 ,383 ,766
KP7 33,47 22,282 ,397 ,297 ,773
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
39,59 26,246 5,123 7
127
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Retaliasi
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 70 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 70 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
,835 ,827 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
RT1 4,47 1,726 70
RT2 4,26 1,665 70
RT3 3,97 1,579 70
RT4 6,00 ,917 70
RT5 4,76 1,592 70
RT6 4,57 1,566 70
RT7 3,76 1,610 70
128
Inter-Item Correlation Matrix
RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 RT6 RT7
RT1 1,000 ,658 ,564 ,174 ,343 ,344 ,381
RT2 ,658 1,000 ,664 ,171 ,385 ,421 ,429
RT3 ,564 ,664 1,000 ,210 ,343 ,558 ,556
RT4 ,174 ,171 ,210 1,000 ,228 ,323 ,187
RT5 ,343 ,385 ,343 ,228 1,000 ,510 ,542
RT6 ,344 ,421 ,558 ,323 ,510 1,000 ,533
RT7 ,381 ,429 ,556 ,187 ,542 ,533 1,000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
RT1 27,31 42,306 ,591 ,470 ,812
RT2 27,53 41,441 ,668 ,570 ,798
RT3 27,81 41,574 ,711 ,597 ,791
RT4 25,79 53,881 ,284 ,113 ,848
RT5 27,03 44,376 ,549 ,398 ,818
RT6 27,21 43,127 ,631 ,468 ,805
RT7 28,03 42,695 ,630 ,466 ,805
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
31,79 58,548 7,652 7
129
Hasil Uji Reliablitas Variabel Intensi Melakukan Whistleblowing
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 70 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 70 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
,801 ,807 12
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
WB1 5,67 1,139 70
WB2 5,84 1,016 70
WB3 5,56 1,337 70
WB4 5,77 1,218 70
WB5 5,54 1,212 70
WB6 5,79 1,115 70
WB7 5,09 1,412 70
WB8 5,80 1,044 70
WB9 5,50 1,294 70
WB10 5,91 1,032 70
WB11 5,13 1,403 70
WB12 5,89 1,174 70
130
Inter-Item Correlation Matrix
WB1 WB2 WB3 WB4 WB5 WB6 WB7 WB8 WB9 WB10 WB11 WB12
WB1 1,000 ,343 ,417 ,091 ,205 ,161 ,225 -,007 ,418 ,272 ,344 ,178
WB2 ,343 1,000 ,289 ,427 ,235 ,328 ,010 ,202 ,457 ,360 ,177 ,422
WB3 ,417 ,289 1,000 ,044 ,365 ,354 ,312 ,237 ,230 ,224 ,216 ,161
WB4 ,091 ,427 ,044 1,000 -,042 -,015 ,062 ,100 ,184 ,146 ,255 ,275
WB5 ,205 ,235 ,365 -,042 1,000 ,538 ,193 ,385 ,462 ,478 ,205 ,482
WB6 ,161 ,328 ,354 -,015 ,538 1,000 ,150 ,585 ,347 ,211 ,064 ,324
WB7 ,225 ,010 ,312 ,062 ,193 ,150 1,000 ,051 -,008 -,055 ,426 ,076
WB8 -,007 ,202 ,237 ,100 ,385 ,585 ,051 1,000 ,086 ,213 -,121 ,324
WB9 ,418 ,457 ,230 ,184 ,462 ,347 -,008 ,086 1,000 ,564 ,403 ,573
WB10 ,272 ,360 ,224 ,146 ,478 ,211 -,055 ,213 ,564 1,000 ,298 ,757
WB11 ,344 ,177 ,216 ,255 ,205 ,064 ,426 -,121 ,403 ,298 1,000 ,370
WB12 ,178 ,422 ,161 ,275 ,482 ,324 ,076 ,324 ,573 ,757 ,370 1,000
132
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
WB1 61,81 56,965 ,433 ,367 ,788
WB2 61,64 56,784 ,515 ,443 ,781
WB3 61,93 54,908 ,455 ,351 ,786
WB4 61,71 59,859 ,231 ,313 ,806
WB5 61,94 54,229 ,560 ,504 ,775
WB6 61,70 56,474 ,477 ,547 ,784
WB7 62,40 58,533 ,240 ,363 ,809
WB8 61,69 59,668 ,307 ,475 ,798
WB9 61,99 52,855 ,594 ,574 ,771
WB10 61,57 56,075 ,554 ,659 ,778
WB11 62,36 54,668 ,437 ,457 ,788
WB12 61,60 53,490 ,631 ,696 ,769
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
67,49 65,703 8,106 12
133
HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS
Coefficient Correlationsa
Model TRT TKP
1
Correlations TRT 1,000 -,255
TKP -,255 1,000
Covariances TRT ,015 -,006
TKP -,006 ,033
a. Dependent Variable: TWB
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 44,534 7,322 6,082 ,000
TKP ,672 ,182 ,425 3,689 ,000 ,935 1,070
TRT -,115 ,122 -,109 -,946 ,348 ,935 1,070
a. Dependent Variable: TWB
134
HASIL UJI NORMALITAS MENGGUNAKAN KOLMOGOROV-SMIRNOV
(K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 70
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 7,29727876
Most Extreme Differences
Absolute ,110
Positive ,077
Negative -,110
Kolmogorov-Smirnov Z ,922
Asymp. Sig. (2-tailed) ,363
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
HASIL UJI NORMALITAS MENGGUNAKAN GRAFIK HISTOGRAM
135
HASIL UJI NORMALITAS MENGGUNAKAN P-P PLOT
136
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
137
HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI PADA REGRESI SEDERHANA
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,397a ,158 ,145 7,493
a. Predictors: (Constant), TKP
b. Dependent Variable: TWB
HASIL UJI STATISTIK t PADA REGRESI SEDERHANA
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 42,609 7,028 6,063 ,000
TKP ,628 ,176 ,397 3,569 ,001 1,000 1,000
a. Dependent Variable: TWB
HASIL KOEFISIEN DETERMINASI PADA MODERATED REGRESSION
ANALYSIS (MRA)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,435a ,190 ,153 7,461
a. Predictors: (Constant), KPRT, TKP, TRT
b. Dependent Variable: TWB
138
HASI UJI STATISTIK t PADA MODERATED REGRESSION ANALYSIS
(MRA)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 95,666 40,079 2,387 ,020
TKP -,593 ,992 -,375 -,598 ,552 ,031 32,021
TRT -1,768 1,279 -1,669 -1,382 ,172 ,008 118,776
moderate
_TRT
,041 ,031 1,931 1,297 ,199 ,006 180,488
a. Dependent Variable: TWB