PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN CORPORATE...
Transcript of PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN CORPORATE...
PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK DENGAN
MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
OlehMeliana Utami
NIM : 1113082000028
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK DENGAN
MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Meliana Utami
NIM : 1113082000028
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Reskino, SE, M.Si, Ak, CANIP. 197409282008012004
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini 7 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Meliana Utami2. NIM : 11130820000283. Jurusan : Akuntansi4. Judul Skripsi : Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan Corporate Social
Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak dengan Manajemen
Laba sebagai Variabel Moderasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswatersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahapUjian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomipada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Maret 2017
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini agustus 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Meliana Utami2. NIM : 11130820000283. Jurusan : Akuntansi4. Judul Skripsi : Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan Corporate Social
Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak dengan ManajemenLaba sebagai Variabel Moderasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswatersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahapUjian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomipada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Agutus 2017
1. Hepi Prayudiawan, SE., Ak.,MMNIP. 19720516 200901 1 006 (Ketua)
2. Reskino, SE., M.Si., Ak., CANIP. 19740928 200801 2 004 (Pembimbing)
3. Atiqah, SE., M.Si., AkNIP. 19820120 200912 2 004 (Penguji Ahli)
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : Meliana UtamiNIM : 1113082000028Jurusan : AkuntansiFakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telahmelalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memangditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenaisanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 24 Agutus 2017
Yang Menyatakan
Meliana Utami
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Meliana Utami
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 14 Desember 1994
3. Alamat : Perum.Margahayu Blok E No. 247,
Bekasi Timur
4. Agama : Islam
5. Warga Negara : Indonesia
6. No. Telp : 083871559305
7. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
Tahun 2001-2006 : SDN Blok Jaya Timur X
Tahun 2006-2009 : SMPN 2 Bekasi Timur
Tahun 2009-2012 : SMA Mandalahayu 304
Tahun 2013-2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Panitia Makrab HMJ Jurusan Akuntansi Tahun 2014.
2. Panitia OPAK Jurusan Akuntansi Tahun 2015.
IV. Seminar dan Workshop
1. Sebagai peserta dalam seminar nasional Accounting Fair 2014
“Kredibilitas Seorang Akuntan dalam Menghadapi Perkembangan
Perbankan Syariah di Indonesia”, 2014, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
2. Sebagai peserta dalam Visit Company to Badan Pemeriksa Keuangan
RI”, 2014, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Sebagai peserta dalam Safari Ramadhan OJK “Edukasi Produk dan
Jasa Keuangan”, 2014, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Sebagai peserta dalam Sosialisasi Perkembangan Terkini Profesi di
Bidang Akuntansi dan Ujian Sertifikasi Akuntan (CA) dan Akuntan
Publik (CPA) Kementerian Keuangan RI – Sekretariat Jendral Pusat
Pembinaan Profesi Keuangan, 2015, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Sebagai peserta dalam Company Visit to Direktorat Jenderal Pajak RI,
2015, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
THE INFLUENCE OF FAMILY OWNERSHIP AND CORPORATE SOCIALRESPONSIBILITY ON TAX AGRESSIVENESS WITH EARNINGS
MANAGEMENT AS A MODERATION VARIABLE
ABSTRACT
This research aimed to analyze the effect of family ownership and corporatesocial responsibility on tax agressiveness with earnings management as a moderationvariable . Independent variable in this research were family ownership measured bydummy variable and corporate social responsibility measured by CSRI . Dependentvariable in this research was tax agressiveness measured by ETR and moderationvariable in this research was earnings management measured by DA.
This research used secondary data from annual report that have been publishedby companies in Indonesia Stock Exchange. Population in this research weremanufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2011-2015. Byusing purposive sampling method, the total amount of samples obtained in thisresearch were 182 from 52 companies. The data were analyzed by using multiplelinear regression method and MRA(Moderate Regression Analysis).
The results of this research showed that family ownership and corporate socialresponsibility has a negative and significant effect on tax agressiveness. Theinteraction between family ownership and earnings management has no effect on taxaggressiveness. The interaction between corporate social responsibility and earningsmanagement also has no effect on tax aggressiveness.
Keywords: family ownership, corporate social responsibility, tax aggressiveness,earnings management
ix
PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN CORPORATE SOCIALRESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK DENGAN
MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL MODERASI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemilikan keluarga dancorporate social responsibility terhadap agresivitas pajak dengan manajemen labasebagai variabel moderasi. Variabel independen dalam penelitian ini adalahkepemilikan keluarga yang diproksikan dengan variabel dummy dan pengungkapancorporate social responsibility yang diproksikan dengan CSRI. Variabel dependendalam penelitian ini adalah agresivitas pajak yang diproksikan dengan ETR danvariabel moderasi dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diproksikandengan DA.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan tahunan (annual report)yang telah dipublikasikan oleh perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalampenelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia selama periode 2011-2015. Dengan menggunakan metode purposivesampling, total sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah 182 data dari 52perusahaan. Metode analisis data menggunakan regresi linear berganda dan MRA(Moderate Regression Analysis).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga dan corporatesocial responsibility berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agrsivitas pajak danmanajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Interaksi kepemilikankeluarga dengan manajemen laba tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.Interkasi corporate social responsibility dengan manajemen laba juga tidakberpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Kata Kunci : kepemilikan keluarga, corporate social responsibility, agresivitas pajak,manajemen laba
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi (S.E) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak
lupa pula, shawalat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapatkan
bimbingan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak sehingga segala macam kendala
yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sugiyo dan Ibunda Misti yang tiada hentinya
memberikan kasih sayang, doa, nasihat, motivasi, dan dukungan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakakku tersayang, Sari Valysia, S.E. yang senantiasa memberikan semangat,
dukungan, dana THR, serta doa kepada penulis.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA., selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
6. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa meluangkan waktu dan memberikan
arahan, nasihat, serta bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai sehingga
xi
penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Teman-teman seperjuangan di Akuntansi, Lia, Dila, Rafny, Agias, Dyah, Ana,
Sapta, Dea, Dinda dan Nia. Semangat, dukungan, dan motivasi dari kalian sangat
berarti bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih untuk selalu berjuang bersama dan menjadi partner in crime terbaik dan
teman dalam suka dan duka selama 4 tahun ini.
9. Keluarga besar Akuntansi 2013, terutama teman-teman Akuntansi A yang
senantiasa memberikan semangat dan doa kepada penulis selama proses
penulisan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis
yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kelemahan maupun kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan
penulis bahwa dengan adanya tugas akhir ini dapat bermanfaat guna menambah
wawasan serta pengetahuan penulis pada khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Jakarta, 24 Agutus 2017
Meliana Utami
xii
DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 15
A. Landasan Teori .......................................................................................... 15
1. Agency Theory ...................................................................................... 15
2. Legitimacy Theory ................................................................................ 18
3. Agresivitas Pajak .................................................................................. 20
a. Definisi Agresivitas Pajak................................................................. 20
b. Keuntungan dan Kerugian Agresivitas Pajak ................................... 21
4. Kepemilikan Keluarga .......................................................................... 23
xiii
5. Corporate Social Responsibility ........................................................... 24
6. Manajemen Laba .................................................................................. 28
a. Definisi Manajemen Laba................................................................. 28
b. Faktor-faktor Manajemen Laba ........................................................ 30
c. Praktik Manajemen Laba .................................................................. 32
B. Penelitian Terdahulu.................................................................................. 36
C. Hipotesis .................................................................................................... 40
D. Kerangka Pemikiran.................................................................................. 47
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 48
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 48
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................ 50
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 51
D. Metode Analisis Data ................................................................................ 52
1. Statistik Deskriptif................................................................................. 52
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 52
a. Uji Normalitas................................................................................... 52
b. Uji Multikolinearitas......................................................................... 53
c. Uji Autokorelasi................................................................................ 54
d. Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 54
3. Uji Hipotesis.......................................................................................... 55
a. Analisis Regresi Linear Berganda .................................................... 55
b. Moderated Regression Analysis ...................................................... 56
c. Uji Koefisien Determinasi ................................................................ 58
d. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ....................................... 58
e. Uji Statistik t (t-test).......................................................................... 59
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 59
1. Variabel Dependen ................................................................................ 60
2. Variabel Independen.............................................................................. 61
3. Variabel Moderasi ................................................................................. 63
xiv
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................................ 65
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 66
B. Hasil Uji Analisis Data.............................................................................. 67
1. Analisis Statistik Deskriptif................................................................... 67
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 68
a. Uji Normalitas................................................................................... 68
b. Uji Multikolinearitas......................................................................... 70
c. Uji Autokorelasi................................................................................ 71
d. Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 72
3. Uji Koefisien Determinasi..................................................................... 75
4. Pengujian Hipotesis ............................................................................... 77
C. Pembahasan ............................................................................................... 83
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 92
A. Kesimpulan ............................................................................................... 92
B. Saran .......................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 94
LAMPIRAN................................................................................................... 101
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kasus-Kasus Penggelapan Pajak ............................................... 36
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 36
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel .......................................................... 65
Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian ........................................... 66
Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif ............................................................ 67
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S).................... 69
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas......................................................... 71
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................... 72
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Spearman.................. 73
Tabel 4.7 Hasil Koefisien Determinasi (R Square).................................... 75
Tabel 4.8 Hasil Uji Determinasi H3........................................................... 76
Tabel 4.9 Hasil Uji Determinasi H4............................................................ 77
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ....................... 78
Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik t (t-test) ......................................................... 79
Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik t H3 ............................................................... 81
Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik t H4 ............................................................... 82
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran............................................................... 47
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram ................................. 69
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Grafik Normal P-Plot........................... 70
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Grafik Scatterplot.................... 74
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan 2011-2015 ................................... 102
Lampiran 2. Indikator GRI G4................................................................... 105
Lampiran 3. Perhitungan Kepemilikan Keluarga....................................... 112
Lampiran 4. Perhitungan Corporate Social Responsibility........................ 114
Lampiran 5. Perhitungan Agresivitas Pajak............................................... 117
Lampiran 6. Perhitungan Manajemen Laba ............................................... 120
Lampiran 7. Hasil Output SPSS................................................................. 123
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang
Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Perusahaan memiliki kontribusi besar dalam pembangunan nasional yaitu
dengan membayar pajak. Pajak perusahaan diambil dari beberapa persen atas
penghasilan kena pajak perusahaan yang merupakan penghasilan badan. Pajak
penghasilan yang disetorkan perusahaan kepada negara merupakan proses
transfer kekayaan dari pihak perusahaan (khususnya pemilik) kepada negara,
sehingga dapat dikatakan pembayaran pajak penghasilan ini merupakan biaya
bagi perusahaan dan pemilik perusahaan. Pajak yang diambil dari penghasilan
perusahaan akan mengurangi jumlah laba yang diperoleh perusahaan. Padahal
tujuan utama perusahaan beroperasi adalah memaksimalkan laba dan
meminimalkan beban. Oleh karenanya pemilik perusahaan diduga akan
cenderung lebih suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak
agresif (Sari & Martani, 2010).
2
Pajak bagi perusahaan sendiri dihitung melalui laba bersih perusahaan
di dalam laporan laba-rugi di laporan keuangan perusahaan. Ketika
perusahaan mempunyai laba bersih yang tinggi, maka pendapatan negara atas
pajak pun akan meningkat, begitu pun sebaliknya. Sebuah perusahaan
mempunyai kepentingan tersendiri, terutama perusahaan yang berorientasi
pada laba, dimana perusahaan jenis ini mempunyai tujuan untuk
memaksimalkan laba bagi perusahaan untuk meningkatkan kekayaan
perusahaan. Bagi perusahaan pajak bukanlah sumber pendapatan melainkan
merupakan sumber beban yang harus dibayar karena pajak dapat mengurangi
laba bersih yang diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan akan melakukan
segala cara untuk mengefisiensikan pajak. Berbeda dengan negara, yang
mempunyai kepentingannya tersendiri yaitu memaksimalkan pendapatan
negara atas pajak, yang mana kepentingan ini bertentangan dengan
kepentingan perusahaan. Banyak perusahaan yang akan mencari cara untuk
meminimalkan biaya pajak yang harus dibayar, karena mereka menganggap
pajak sebagai faktor pengurang laba bersih. Oleh karena itu, tidak akan
menutup kemungkinan perusahaan akan menjadi agresif terhadap perpajakan
(Chen, Chen, Cheng, & Shevlin, 2010).
Tindakan agresivitas pajak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tax
avoidance (legal) dan tax evasion (illegal). Beberapa peneliti seperti (Frank,
Lynch, & Rego, 2004) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai tax planning
perusahaan melalui aktivitas tax avoidance atau tax evasion. Cara legal dalam
3
tindakan agresivitas pajak yang diperkenankan oleh hukum yang berlaku
adalah legal tax avoidance, dan merupakan cara yang disahkan oleh akuntan.
Meskipun dalam prakteknya terdapat perbedaan dalam definisi tentang tax
planning yang dilakukan baik secara legal maupun secara illegal
menggunakan tax sheltering atau tax evasion, tetap saja perusahaan
melakukan kegiatan yang melanggar undang-undang dengan melakukan suatu
usaha untuk perencanaan pajaknya. Menurut (Aditama & Purwaningsih, 2013)
menjelaskan bahwa tax avoidance adalah manipulasi penghasilan secara legal
yang masih sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang dilakukan
untuk memperkecil jumlah pajak terutang. Kemudian cara yang kedua adalah
tax sheltering. Sementara tax sheltering menurut (Desai & Dharmapala, 2005)
didefinisikan sebagai upaya untuk mendesain transaksi yang bertujuan untuk
mengurangi kewajiban pajak perusahaan. Meskipun adanya tindakan
agresivitas pajak yang dianggap legal, kegiatan ini tetap menyalahi peraturan
perpajakan dan merugikan negara.
Terdapat banyak kasus di Indonesia yang melibatkan Wajib Pajak
Badan, terutama berkaitan dengan usaha-usahanya dalam meminimalkan
beban pajak yang harus dibayarkan melalui berbagai cara. Perusahaan besar
yang terbukti melakukan tindakan agresif terhadap pajak diantaranya adalah :
4
Tabel 1.1Kasus-Kasus Penggelapan Pajak
Tahun Kasus
2016 Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kalimantan Timurdan Utara menemukan penggunaan 126 faktur fiktif untukpembelian bahan bakar minyak (BBM). Faktur fiktif ini dipakaisejumlah perusahaan penyuplai BBM yang kemudian diberikankepada perusahaan pertambangan dan perkebunan di Kaltim danKaltara. Faktur menjadi alat untuk menghindari pembayaran pajakyang besar. Setidaknya ada 126 wajib pajak yang menggunakanfaktur fiktif sejak 2012 hingga 2013. Praktek penggunaan fakturfiktif ini merugikan negara hingga Rp 134 miliar.
2015 PT NKC bergerak dalam usaha penyedia jasa tenaga kerja(outsourching dan jasa pelaksanaan event/kegiatan (eventorganizer) telah menyelewengkan dana pajak pada tahun 2005-2010. Pelanggaran berupa tidak menyampaikan SPT Masa PPNdan menyampaikan SPT Masa PPN yang isinya tidak benar.Akibatnya, pendapatan negara dirugikan sekurang-kurangnyasebesar Rp 6,7 miliar.
2014PT MPA bergerak dalam usaha pertambangan, pengangkutan(transportasi) dan persewaan alat berat, melakukan pelanggaranpada tahun pajak 2008-2009 karena tidak menyampaikan SPTtahunan PPh dan WP Badan dan SPT masa PPN, serta melakukanpemungutan PPN tetapi tidak menyetorkan PPN yang telahdipungutnya. Kasus pelanggaran pajak ini juga telahmengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 5,7 miliar.
2014 Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak (PPNSDitjen Pajak) berhasil mengungkap sindikat kasus penggelapanpajak yang melibatkan delapan orang dimana dua diantaranyamerupakan PNS aktif. Cara yang dilakukan sindikat ini yaitudengan memanipulasi faktur pajak pembelian barang dimanadidalamnya tertera pembelian barang yang sebenarnya tidakpernah dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan hanya membayarbeberapa persen dari pajak yang seharusnya dikeluarkan seolahmereka yang telah membayar pajak kepada negara, padahal uangyang dibayarkan langsung masuk ke kantong para tersangka.Negara mengalami kerugian tak kurang dari Rp 4 miliar akibatperbuatan sindikat tersebut.
Bersambung ke halaman berikutnya
5
Tabel 1.1Kasus-Kasus Penggelapan Pajak
Tahun Kasus
2013 Terjadi kasus suap pajak terkait kasus pembayaran restitusi pajakPT. Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk (PT. SAIP)sebesar Rp 21 miliar. Kasus ini melibatkan dua pegawai pajakDenok Tavi Periana dan Totok Hendrianto yang menerima uangdari komisaris PT. SAIP yang bernama Berty sebesar Rp 1,6miliar.
2007 Direktorat Jenderal Pajak saat ini mengusut kasus dugaan pidanapajak oleh tiga perusahaan Grup Bakrie, yakni PT Kaltim PrimaCoal (KPC), Bumi, dan PT Arutmin Indonesia. Ketiganya didugamenyampaikan surat pemberitahuan (SPT) tahunan tahun pajak2007 secara tidak benar.
2006 Berdasarkan hasil penyelidikan , ditemukan Terjadinyapenggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan(PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). selain itu juga “bahwadalam tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp 2,62 triliunpenyimpangan pencatatan transaksi yang berupamenggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun.mendongkrak kerugian transaksi ekspor Rp 232 miliar,mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat modus ini,Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untukbadan usaha senilai total Rp 2,6 triliun.
2004 BCA menyatakan keberatan pengalihan utang bermasalah itudimasukkan sebagai pendapatan sehingga ada beban pajaktambahan ratusan miliar rupiah. Apalagi hasil penjualan asetBPPN berhasil menjual senilai Rp 3,29 triliun tidak ada yangmasuk BCA. Pada tahun 2014 KPK menetapkan Ketua BadanPemeriksa Keuangan Hadi Poernomo sebagai tersangka kasusdugaan korupsi. Hadi diduga bermain dalam urusan pajak BCAdengan menerbitkan nota dinas untuk mengabulkan permohonankeberatan pajak Bank BCA. KPK menjerat Hadi dengan Pasal 2ayat 1 dan/atau Pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsidengan perkiraan kerugian negara Rp 375 miliar.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
6
Salah satu cara perusahaan menghindar dari membayar pajak juga
dapat dengan menyuap pegawai pajak. Gayus Tambunan adalah nama yang
sudah tidak asing lagi. Ia dipidana karena telah terbukti menerima suap
sebesar Rp.925 juta rupiah dari Roberto Santonius terkait kepengurusan
gugatan keberatan pajak PT Metropolitan Retailmart dan menerima 3,5 juta
dollar Amerika dari Alif Kuncoro terkait kepengurusan pajak tiga perusahaan
Grup Bakrie, yakni PT Arutmin, PT Kaltim Prima Coal dan PT Bumi
Resource. Gayus Tambunan dinilai telah terbukti menerima suap dan
melakukan tindak pencucian uang dari tiga perusahaan Bakrie Group senilai 7
juta dollar AS, lalu membagikannya ke Alif Kuncoro, Imam Cahyo Maliki,
Maruli Pandapotan Manurung dan pejabat-pejabat di Ditjen Pajak lain. Kasus
yang serupa dengan kasus Gayus Tambunan terjadi di tubuh Bank BCA. Hadi
Poernomo selaku pegawai Dirjen Pajak diduga memanipulasi telaah direktorat
PPH mengenai keberatan SKPN PPH BCA. (Siregar, 2014).
Dari kasus-kasus tersebut, kita dapat melihat beberapa cara yang
dilakukan Wajib Pajak Badan untuk mengurangi besarnya pajak yang harus
mereka bayarkan, diantaranya adalah melalui perencanaan dan penggelapan
pajak seperti PT Asian Agri Group, Bakrie Group dan PT BCA. Selain kasus
PT Metropolitan Retailmart, Bakrie Group, PT BCA dan PT Asian Agri
Group masih banyak lagi kasus yang menunjukan agresivitas pajak
perusahaan dan telah menimbulkan banyak kerugian bagi negara yang
7
berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara karena usaha mereka untuk
menekan biaya pajak yang merupakan sumber pendapatan bagi negara.
Besar kecilnya pajak bagi perusahaan dapat dihitung melalui
perolehan laba bersih perusahaan sebagaimana tercantum dalam laporan laba-
rugi. Semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin
besar pula kewajiban pajak yang harus dibayarkan, begitu pun sebaliknya.
Semakin kecil laba yang dihasilkan maka akan semakin kecil kewajiban pajak
yang harus dibayarkan. Menurut (Putri, 2014) ini adalah salah satu motivasi
manajemen laba adalah motivasi pajak. Pada prinsipnya manajemen laba
merupakan metode yang dipilih dalam menyajikan informasi laba kepada
publik yang telah disesuaikan dengan kepentingan dari pihak manajer itu
sendiri untuk menguntungkan perusahaan dengan cara menaikkan ataupun
menurunkan laba perusahaan. Perusahaan menggunakan manajemen laba
untuk melakukan income decreasing yang akan mengurangi penghasilan kena
pajak. Semakin agresif perusahaan melakukan manajemen laba, maka dapat
dikatakan bahwa tingkat agresivitas pajak perusahaan juga tinggi karena
beban pajak semakin kecil.
Perusahaan dengan proporsi kepemilikan yang dimiliki oleh mayoritas
baik perorangan melalui perusahaan non publik maupun keluarga juga
berperngaruh pada tindakan agresivitas pajak yang dilakukan suatu
perusahaan. Selain itu mendirikan perusahaan yang dimiliki pemilik mayoritas
akan menimbulkan konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas dan
8
minoritas. Sifat dan tingkat konflik keagenan dapat menimbulkan tingkat
agresivitas pajak yang lebih tinggi (Sari & Martani, 2010). Saat kepemilikan
dan manajemen terpisah, terjadilah proses kerja dan pengawasan yang tidak
sempurna, dan ini menimbulkan indikasi akan terjadinya tindakan agresivitas
pajak.
Kegiatan agresivitas pajak ini juga merupakan kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan. (Lanis & Richardson, 2013)
menyatakan salah satu dampak negatif yang akan ditimbulkan dari kegiatan
agresivitas pajak adalah munculnya image negatif yang akan diberikan
masyarakat terhadap perusahaan. Perusahaan yang melakukan agresivitas
pajak akan dianggap tidak adil dalam melakukan pembayaran pajak kepada
pemerintah. Meskipun agresivitas pajak dapat dilakukan melalui cara yang
legal maupun illegal, tetapi tetap saja tindakan tersebut merupakan tindakan
yang tidak bertanggungjawab karena dapat merugikan negara dan
menurunkan kemampuan negara dalam menjalankan kewajibannya untuk
menyejahterakan warga negaranya. (Lanis & Richardson, 2013) menjelaskan
Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya image negatif dari masyarakat
kepada perusahaan atas tindakan agresivitas pajak, maka perusahaan
melakukan berbagai kegiatan sosial yang ditujukan kepada masyarakat.
Kegiatan sosial perusahaan dikenal juga dengan istilah Corporate Social
Responsibility (CSR). Dengan dilakukan kegiatan CSR tersebut diharapkan
perusahaan tetap memperoleh legitimasi positif dari masyarakat. Legitimasi
9
positif mempunyai arti penting bagi perusahaan karena dapat berpengaruh
pada kelangsungan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Menurut (Susiloadi, 2008) terdapat dua aspek penting yang harus
diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara perusahaan dan masyarakat
sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan
peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari aspek ekonomi, perusahaan harus
berorientasi mendapatkan keuntungan dan dari aspek sosial, perusahaan harus
memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Perusahaan
tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan
laba perusahaan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab
sosial dan lingkungannya. Perusahaan dengan tingkat CSR yang rendah
merupakan perusahaan yang tidak bertanggungjawab secara sosial sehingga
akan melakukan tindakan perencanaan pajak yang lebih agresif dibandingkan
perusahaan yang sadar sosial atau memiliki tingkat CSR yang lebih tinggi.
Sebagaimana yang telah dijelaskan, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang memengaruhi tindakan agresif
perusahaan terhadap pajak yang harus dibayarkannya.
Penelitian ini mengacu pada penelitian oleh (Elisabeth, 2016) dengan
menambah variabel moderasi yaitu manajemen laba. Penelitian juga dilakukan
terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI), namun dengan rentang waktu yang berbeda. Perbedaan penelitian ini
10
dengan penelitian sebelumnya ditunjukkan dengan penggunaan proksi yang
berbeda dalam perhitungan agresivitas pajak perusahaan. Penelitian
sebelumnya menggunakan proksi Cash Effective Tax Rate (CETR) untuk
menghitung agresivitas pajak perusahaan dan menggunakan 78 check list
dalam pengungkapan CSR sedangkan dalam penelitian ini digunakan proksi
Effective Tax Rate (ETR) untuk menghitung agresivitas pajak perusahaan
serta memakai GRI-G4 yang menyediakan kerangka kerja yang relevan secara
global untuk mendukung pendekatan yang terstandardisasi dalam pelaporan
CSR.
Kepemilikan keluarga dipilih sebagai salah satu variabel independen
adalah karena adanya perbedaan hasil antara beberapa penelitian sebelumnya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Elisabeth, 2016) dan (Hanna &
Haryanto, 2016) hasil penelitiannya membuktikan bahwa kepemilikan
keluarga berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.
Namun hasil yang berbeda ditunjukan pada penelitian yang dilakukan (Utami
& Setyawan, 2013) dan (Hidayanti, 2013) yang menunjukan bahwa
kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak
perusahaan.
Dipilihnya manajemen laba sebagai variabel moderasi adalah karena
menurut (Marlina, 2013) upaya manajemen laba ini merespons tindak
ketidakpatuhan pajak. Rendahnya kepatuhan perpajakan membuat perusahaan
melakukan tindakan agresivitas pajak yaitu menghindari besarnya pendapatan
11
sehingga dapat meminimalkan beban pajak. Dari hasil penelitian (Wysocki,
2004), kegiatan praktik manajemen laba tersebut mengakibatkan tingkat
kepatuhan wajib pajak semakin rendah dan beresiko tinggi melakukan
tindakan pajak agresif. Penelitian oleh (Putri, 2014) menunjukkan bukti
bahwa manajemen laba dijadikan alat bagi perusahaan melakukan
penghindaran pajak. Dari beberapa hasil penelitian tersebut dapat mendukung
pernyataan bahwa manajemen laba dapat memperkuat adanya tindakan pajak
agresif.
Demikian pula alasan dipilihnya corporate social responsibility adalah
karena adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti
sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan (Ratmono & Sagala, 2015) dan
(Yoehana, 2013) diperoleh hasil bahwa corporate social responsibility
berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak perusahaan. Namun hasil yang
berbeda ditunjukan pada penelitian (Thesen, 2016) dan Winarsih, dkk. (2014)
yang menunjukan tidak adanya pengaruh negatif yang signifikan dari
corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak perusahaan.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan, maka judul yang diambil
dalam penelitian ini adalah ”Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak Dan
Manajemen Laba Sebagai Pemoderasi”.
12
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang penulis jabarkan, maka dapat
dirumuskan masalah yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:
1. Apakah kepemilikan keluarga, corporate social responsibility (CSR), dan
manajemen laba berpengaruh terhadap agresivitas pajak perusahaan?
2. Apakah interaksi kepemilikan keluarga dan manajemen laba berpengaruh
terhadap agresivitas pajak?
3. Apakah interaksi corporate Social Responsibility (CSR) dan manajemen
laba berpengaruh terhadap agresivitas pajak?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penulisan dalam penelitian
ini adalah:
1. Menguji secara empiris pengaruh kepemilikan keluarga, corporate social
responsibility (CSR), dan manajemen laba terhadap agresivitas pajak.
2. Menguji secara empiris pengaruh interaksi antara kepemilikan keluarga
dan manajemen laba terhadap agresivitas pajak?
3. Menguji secara empiris pengaruh interaksi antara corporate Social
Responsibility (CSR) dan manajemen laba terhadap agresivitas pajak.
13
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai pengaruh kepemilikan keluarga dan corporate
Social Responsibility terhadap agresivitas pajak perusahaan dengan
manajemen laba sebagai moderasi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
penelitian selanjutnya dan memperkaya penelitian yang terkait
pengaruh kepemilikan keluarga dan corporate Social Responsibility
terhadap agresivitas pajak perusahaan dengan manajemen laba sebagai
moderasi.
c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis terutama yang berkaitan dengan perusahaan
keluarga, manajemen laba, corporate social responsibility dan ilmu
perpajakan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menunjukkan bahwa sikap
perusahaan terhadap CSR akan memberikan dampak positif terhadap
pajak yaitu membayar beban pajak secara penuh, dengan begitu secara
tidak langsung berkontribusi kepada pemerintah untuk membantu
pendanaan barang publik di masyarakat.
14
b. Bagi investor, bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk
mengevaluasi tanggung jawab sosial suatu perusahaan yang dapat
mempengaruhi sustainability dan image perusahaan tersebut. Jadi
makin baik perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan, maka investor akan mengetahui bahwa perusahaan
tersebut peduli terhadap lingkungan, dan untuk jangka waktu ke depan
kondisi perusahaan akan menjadi lebih baik berkaitan dengan
lingkungan,dan bersedia menambah investasinya sehingga membuat
nilai pasar perusahaan menjadi lebih baik.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi
(Jensen dan Meckling, 1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam
teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak
antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang
mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Prinsipal
merupakan pihak yang memberikan arahan kepada agen untuk bertindak atas
nama pemilik, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh
pemilik untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh prinsipal
kepadanya.
Agen sebagai pihak yang bertugas untuk mengelola perusahaan
mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas perusahaan,
lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Di sisi lain, prinsipal
tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan
agen. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri
informasi (asymmetric information). Terjadinya informasi yang tidak
16
seimbang (asimetri) ini dapat menimbulkan dua permasalahan: (Jensen dan
Meckling, 1976)
a. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak
melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak
kerja.
b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-
benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya atau terjadi
sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Adanya pihak manajemen yang dapat melakukan kecurangan untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi membuat para pemilik perusahaan
atau pemegang saham menjadi tidak percaya dengan setiap tindakan yang
dilakukan oleh pihak manajemen. Dengan timbulnya berbagai masalah maka
akan menambah konflik antara pemegang saham dengan tim manajemen yang
membawa dampak buruk terhadap perusahaan. Konflik ini dikenal dengan
nama agency problem.
Agency problem dapat berupa adanya tindakan individualisme antara
kedua pihak, untuk saling menguntungkan dirinya sendiri dan
menomorduakan kepentingan perusahaan. Dalam hal informasi yang berkaitan
dengan perusahaan, pihak manajemen lebih unggul daripada pemilik
perusahaan. Pemilik perusahaan sebagai principal akan lebih fokus pada
peningkatan nilai saham perusahaan sedangkan manajemen akan lebih fokus
17
pada kepentingan mereka sendiri yang cenderung akan mengambil kebijakan
secara sepihak yang dapat merugikan perusahaan. Adanya perbedaan
kepentingan dan ketidakseimbangan pengetahuan mengenai informasi ini
dapat membuat pihak manajemen dapat melakukan praktek manajemen laba.
Praktek manajemen laba dapat manipulasi laporan keuangan dan
memanfaatkan kebijakan-kebijakan akuntansi untuk memaksimumkan
keuntungan pribadi manajer tersebut. Manajemen laba ini juga merupakan alat
untuk melakukan agresivitas pajak untuk mengurangi beban pajak (Kim,
Nofsinger, & Mohr, 2010).
Penelitian (Chen et al., 2010) dan (Utami & Setyawan, 2013)
menyatakan bahwa perusahaan keluarga memiliki tingkat keagresifan pajak
yang lebih kecil daripada perusahaan non-keluarga. Hal ini diduga terjadi
karena dibandingkan perusahaan non-keluarga, perusahaan keluarga lebih rela
membayar pajak lebih tinggi, daripada harus membayar denda pajak dan
menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari
fiskus pajak. Masalah keagenan dalam perusahaan tidak selalu sama
tingkatannya. Menurut (Sari & Martani, 2010) perbandingan tingkat
keagresifan pajak perusahaan keluarga dengan perusahaan non-keluarga
tergantung dari seberapa besar efek manfaat atau biaya yang timbul dari
tindakan pajak agresif tersebut terhadap pemilik perusahaan yang berasal dari
keluarga pendiri (family owners), atau efek yang diterima manajer dalam
perusahaan non-keluarga. Perusahaan non-keluarga memiliki tingkat
18
keagresifan pajak yang lebih tinggi daripada perusahaan keluarga, diduga
terjadi karena masalah keagenan lebih besar terjadi pada perusahaan non-
keluarga (Chen et al., 2010). Saat kepemilikan dan manajemen terpisah,
terjadilah proses kontrak kerja dan pengawasan yang tidak sempurna.
Konflik antara perusahaan dan manajemen juga dapat berdampak
kepada permasalahan yang melibatkan pemerintah, salah satunya adalah
penghindaran pajak ini. Manajemen yang cenderung ingin meningkatkan
keuntungan perusahaan atau laba bersihnya akan menggunakan banyak cara,
salah satunya agresivitas pajak dan hal ini terjadi karena pemisahan antara
kepemilikan dan manajemen. Hal ini belum tentu disetujui perusahaan, karena
pemilik cenderung tidak ingin perusahaan mendapat akibat fatal ketika
melakukan agresivitas pajak (Hidayanti, 2013).
2. Teori Legitimasi
Menurut (Dowling dan Pfeffer, 1975) legitimasi adalah hal yang penting
bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-
nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya
analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.
Dowling dan Pfeffer (1975) dalam Chariri (2011) menjelaskan bahwa
teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi.
Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang melandasi teori
legitimacy adalah “kontrak sosial” yang terjadi antara perusahaan dengan
masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber
19
ekonomi. Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau
asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan
tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai,
kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995
dalam Nurkhin, 2009). Untuk mencapai tujuan ini organisasi berusaha untuk
mengembangkan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang dihubungkan atau
diimplikasikan dengan kegiatannya dan norma-norma dari perilaku yang
diterima dalam sistem sosial yang lebih besar dimana organisasi itu berada
serta menjadi bagiannya (Dowling dan Pfeffer, 1975 dalam Chariri, 2011).
Teori legitimasi merupakan teori yang banyak digunakan dalam bidang
akuntansi sosial dan lingkungan. Perusahaan semakin menyadari bahwa
kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan
dengan masyarakat dan lingkungannya tempat perusahaan beroperasi. Hal ini
sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan
memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya
berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi
berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan
(Titisari, Suwardi, & Setiawan, 2010).
(Hidayati & Murni, 2009) menyatakan bahwa untuk bisa
mempertahankan kelangsungan hidupnya, perusahaan mengupayakan sejenis
legitimasi atau pengakuan baik dari investor, kreditor, konsumen, pemerintah
maupun masyarakat sekitar. Untuk memperoleh legitimasi dari investor,
20
perusahaan senantiasa meningkatkan return saham bagi investor. Untuk
memperoleh legitimasi dari kreditor, perusahaan meningkatkan
kemampuannya mengembalikan hutang. Untuk memperoleh legitimasi dari
konsumen, perusahaan senantiasa meningkatkan mutu produk dan layanan.
Untuk mendapatkan legitimasi dari pemerintah, perusahaan mematuhi segala
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk
memperoleh legitimasi dari masyarakat, perusahaan melakukan aktivitas
pertanggungjawaban sosial. Teori Legitimasi menyatakan bahwa perusahaan
besar akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar daripada perusahaan
kecil (Yoehana, 2013).
Teori legitimasi dalam penelitian ini membantu untuk menjelaskan
hubungan agresivitas pajak terhadap pengungkapan CSR perusahaan. (Lanis
& Richardson, 2013) berpendapat bahwa masyarakat menganggap agresivitas
pajak perusahaan sebagai tindakan tidak sah dan tidak bertanggung jawab
yang akan memberikan dampak negatif bagi kegiatan sosial masyarakat.
Pandangan negatif tersebut akan mempengaruhi image perusahaan dan
berpotensi terhadap hilangnya legitimasi perusahaan. Akibat yang lebih lanjut
adalah terancamnya aktivitas operasional perusahaan dan menjadikan
perusahaan tidak bisa melanjutkan aktivitas bisnisnya. Untuk mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan agresivitas pajak, maka
perusahaan melakukan berbagai kegiatan sosial yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, perusahaan juga dapat
21
melakukan peningkatan pengungkapan informasi tentang kegiatan CSR yang
telah dilakukan. Salah satu tujuan dimasukkannya informasi CSR dalam
laporan tahunan perusahaan dimaksudkan untuk meringankan perhatian
publik dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tetap memenuhi harapan
masyarakat (Lanis & Richardson, 2013).
3. Agresivitas Pajak
a. Definisi Agresivitas Pajak
Definisi tindakan agresivitas pajak dalam penelitian ini mengacu
pada pengertian agresivitas pajak yang digunakan oleh (Frank, Lynch, &
Rego, 2009), yaitu suatu tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba
kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang
tergolong atau tidak tergolong tax evasion. (Aditama & Purwaningsih,
2013) menyatakan tax evasion merupakan hambatan-hambatan yang
terjadi dalam pemungutan pajak sehingga berkurangnya penerimaan kas
negara. Dalam penelitian ini, agresivitas pajak diukur menggunakan
effective tax rate (ETR), dimana ETR digunakan karena dianggap dapat
merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba
fiskal.
(Frank et al., 2004) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai
manajemen ke bawah dari kegiatan kena pajak penghasilan melalui
perencanaan pajak. mengelola pajak adalah bagian penting dari pekerjaan
22
seorang manajer, karena pajak merupakan biaya yang signifikan untuk
perusahaan dan pemegang saham.
(Sari & Martani, 2010) juga menyatakan suatu agresivitas pelaporan
pajak adalah situasi ketika perusahaan melakukan kebijakan pajak
tertentu dan suatu hari terdapat kemungkinan tindakan pajak tersebut
tidak akan diaudit atau dipermasalahkan dari sisi hukum, namun tindakan
ini berisiko karena ketidakjelasan posisi akhir (apakah tindakan pajak
tersebut dianggap melanggar atau tidak melanggar hukum yang berlaku).
b. Keuntungan dan Kerugian dari Agresivitas Pajak
Menurut (Hidayanti, 2013) sebelum memutuskan untuk melakukan
agresivitas pajak, pembuat keputusan (manajer) akan memperhitungkan
keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan. Ada tiga
keuntungan dan kerugian agresivitas pajak menurut (Suandy, 2014) :
1. Keuntungan berupa penghematan pajak yang akan dibayarkan
perusahaan kepada negara, sehingga jumlah kas yang dinikmati
pemilik/pemegang saham dalam perusahaan menjadi lebih besar.
2. Keuntungan bagi manajer (baik langsung maupun tidak langsung)
yang mendapatkan kompensasi dari pemilik/pemegang saham
perusahaan atas tindakan pajak agresif yang dilakukannya.
3. Keuntungan bagi manajer adalah mempunyai kesempatan untuk
melakukan rent extraction.
23
Sedangkan kerugian dari agresivitas pajak diantaranya adalah :
1. Kemungkinan perusahaan mendapatkan sanksi/penalti dari fiskus
pajak, dan turunnya harga saham perusahaan.
2. Rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak.
3. Penurunan harga saham dikarenakan pemegang saham lainnya
mengetahui tindakan pajak agresif yang dijalankan manajer
dilakukan dalam rangka rent extraction.
Menurut berbagai penjelasan di atas dengan kata lain dapat
dijelaskan bahwa tujuan utama dari aktivitas agresivitas pajak adalah
menghindari pembayaran pajak atau membuat rendah beban pajak yang
dibayarkan secara signifikan. Strategi dan perencanaan pajak yang baik
dan tentu saja harus legal, akan mampu mendorong perusahaan untuk
dapat bersaing dengan perusahaan yang lain secara sehat.
4. Kepemilikan Keluarga
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang masih
memiliki dominan kepemilikan saham oleh keluarga diperusahaan.
Kepemilikan saham di negara berkembang sebagian besar dikontrol oleh
kepemilikan keluarga, termasuk perusahaan di Indonesia (Arifin, 2003).
Perusahaan keluarga mempunyai peran yang penting untuk ekonomi baik
lokal ataupun regional karena dapat memberikan kestabilan ekonomi yang
permanen.
24
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak definisi perusahaan keluarga
disampaikan, kebanyakan dari usulan definisi itu berfokus pada beberapa
faktor yang melingkupi perusahaan keluarga seperti kepemilikan, kendali,
manajemen dan keinginan untuk melestarikan suksesi antar generasi atau
masalah-masalah. Menurut (Utami & Setyawan, 2013) sebuah bisnis keluarga
dikelompokkan sebagai bisnis keluarga jika orang-orang yang terlibat dalam
bisnis sebagian besar masih terikat dalam garis keluarga. Dalam sebuah usaha
keluarga, anggota keluarga secara ekonomis tergantung pada yang lain, dan
bisnisnya secara strategis dihubungkan pada kualitas hubungan keluarga. Itu
juga menggabungkan sebuah rentang situasi mulai dari perusahaan keluarga
generasi tunggal suami dan istri, anak, dan keponakan. Suatu organisasi
dinamakan perusahaan keluarga apabila paling sedikit ada keterlibatan dua
generasi dalam keluarga itu dan mereka mempengaruhi kebijakan perusahaan.
(Prasetyo, 2009) menemukan bahwa perusahaan publik di Indonesia,
perusahaan yang dikendalikan keluarga, perusahaan negara, atau perusahaan
yang dikendalikan institusional, memiliki masalah agensi yang lebih kecil
daripada perusahaan yang dikendalikan publik atau perusahaan tanpa
pemegang saham pengendali. Perusahaan yang dikendalikan keluarga
memiliki masalah agensi yang lebih sedikit karena terdapat konflik yang lebih
sedikit antara prinsipal dan agen, tetapi terdapat masalah agensi lain yaitu
antara pemegang saham mayoritas.
25
5. Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan
didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para
karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat
maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan
cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun bagi pembangunan
(Ramadhani, 2012).
Berdasarkan definisi tersebut, elemen-elemen CSR dapat dirangkum
sebagai aktivitas perusahaan dalam mencapai keseimbangan aspek ekonomi,
lingkungan, dan sosial tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang
saham (menghasilkan profit). Prinsip-prinsip tanggung jawab sosial (social
responsibility) dapat diuraikan menjadi tiga (Crowther & Guler, 2008), yaitu:
1. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam
melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan
sumber daya di masa depan.
2. Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan
bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan.
3. Transparency, merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal,
berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman,
khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari
lingkungan.
26
Menurut (Crowther & Guler, 2008) secara simultan perusahaan akan
menjalankan tiga jenis tanggung jawab yang berbeda-beda kepada pemangku
kepentingan, dimana ketiga jenis tanggung jawab tersebut harus dilakukan
secara seimbang. Ketiga jenis tanggung jawab tersebut mencakup:
1. Economic responsibility, dimana perusahaan dibentuk dengan tujuan
untuk menghasilkan laba yang optimal.
2. Legal responsibility, walaupun tujuan perusahaan adalah untuk
menghasilkan laba, dalam kegiatan operasinya perusahaan harus tetap
mematuhi berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai bentuk tanggung jawab sosial.
3. Social responsibility, yaitu tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan dan stakeholder.
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan
yang disebut Sustainability Reporting. Menurut (Ramadhani, 2012)
sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi,
lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di
dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Sustainability Reporting harus menjadi dokumen strategis yang berlevel tinggi
yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development
yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya
(Ramadhani, 2012).
27
(Sembiring, 2005) menyebutkan tema pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan terdiri dari tujuh tema, yaitu: lingkungan, energi, kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan
masyarakat, dan umum. Ketujuh tema tersebut dijabarkan ke dalam 78 item
pengungkapan yang telah disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia
sesuai dengan peraturan yang berlaku, diantaranya sebagai berikut:
1. Lingkungan: pengendalian polusi, pencegahan atau perbaikan
kerusakan lingkungan, konservasi sumber alam, menerima
penghargaan berkaitan dengan program lingkungan pengelolaan
limbah, mempelajari dampak lingkungan.
2. Energi: menggunakan energi secara lebih efisien, memanfaatkan
barang bekas, membahas upaya perusahaan dalam mengurangi
konsumsi energi, pengungkapan peningkatan energi dari produk,
riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi, mengungkapkan
kebijakan energi perusahaan.
3. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja: mengurangi polusi, iritasi
atau resiko dalam lingkungan kerja, mempromosikan keselamatan
tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan
statistik kecelakaan kerja, menaati peraturan standar kesehatan dan
keselamatan kerja, menerima penghargaan berkaitan dengan
keselamatan kerja, menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
28
4. Lain-lain tenaga kerja: pelatihan tenaga kerja melalui program
tertentu di tempat kerja, mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga
kerja, pengungkapan presentasi gaji untuk pensiun, mengungkapkan
kebijakan penggajian dalam perusahaan, mengungkapkan jumlah
tenaga kerja dalam perusahaan, mengungkapkan tingkat manajerial
yang ada, mengungkapkan jumlah staf, masa kerja dan kelompok
usia mereka.
5. Produk: pengungkapan informasi pengembangan produk
perusahaan, pengungkapan informasi proyek riset, membuat produk
lebih aman, melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk
perusahaan, pengungkapan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan
dan penyiapan produk perusahaan.
6. Keterlibatan masyarakat: sumbangan tunai atau produk, pelayanan
untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni, tenaga
kerja paruh waktu, sebagai sponsor untuk proyek kesehatan
masyarakat, sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan,
membiayai program beasiswa, membuka fasilitas perusahaan untuk
masyarakat umum.
7. Umum: pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum
berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada
masyarakat dan informasi berhubungan dengan tanggung jawab
sosial.
29
Dilihat dari penjelasaan dari berbagai peneliti, dapat dikatakan
tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah suatu bentuk komitmen perusahaan kepada para stakeholder-
nya dalam mempertanggungjawabkan dampak dari aktivitas operasi
perusahaan.
6. Manajemen Laba
a. Definisi Manajemen Laba
Manajemen laba sebagai suatu proses pengambilan langkah yang
disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik
didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Prinsip
(GAAP). Menurut (Sugiri, 1998) membagi definisi manajemen laba
menjadi dua, yaitu:
1) Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan
metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini
didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan
komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba.
2) Definisi luas
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha
dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan
(penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
30
Menurut (Cahyani, 2016) pihak manajemen memiliki wewenang untuk
memilih opsi dan aturan-aturan yang diterapkan dalam perlakuan
akuntansi. Melalui wewenang tersebut memberikan keleluasaan bagi
manajemen dalam mengelola laba perusahaan yang tercantum dalam
laporan keuangan sesuai dengan kepentingannya, yaitu memperoleh
insentif dari hasil kinerjanya yang diukur dari besarnya laba yang dicapai.
Praktik manajemen laba memiliki kaitan yang erat dengan motivasi-
motivasi pihak manajemen dalam memenuhi sasaran yang ingin dicapai
maupun penggunaan judgement dalam penyusunan laporan keuangan.
Tingkat praktik manajemen laba dalam perusahaan mencerminkan
seberapa baik kualitas laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Semakin
tinggi tingkat manajemen laba akan meningkatkan asimetri informasi yang
terjadi antara principal dan agen.
b. Faktor-Faktor Manajemen Laba
Faktor-faktor manajemen laba menurut (Watts & Zimmerman, 1986)
adalah:
1) Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang
memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer
perusahaan yang memberikan bonus terbesar berdasarkan earnings
lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan
laba yang dilaporkan.
31
Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba
terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi).
Jika laba berada di bawah bogey, maka tidak akan ada bonus yang
diperoleh manajer sebaliknya jika laba berada di atas cap, maka
manajer juga tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih
berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan
harapan memperoleh bonus labih besar pada periode berikutnya,
begitu pula sebaliknya. Jadi manajer hanya akan menaikkan laba jika
laba bersih berada diantara bogey dan cap.
2) Debt to Equity Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit
cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak
meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam
pandangan pihak eksternal. Perusahaan yang mempunyai rasio debt to
equity cukup tinggi akan mendorong manajer perusahaan untuk
menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan
atau laba, menyebabkan perusahaan kesulitan dalam memperoleh dana
tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar
perjanjian hutang.
3) Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan
perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba.
32
Hal tersebut dikarenakan laba yang tinggi membuat pemerintah akan
segera mengambil tindakan seperti: mengenakan peraturan antitrust,
menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
Manajemen laba dapat sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba
dalam pengambilan keputusan tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab itu,
diperlukan berbagai alternatif solusi atas masalah yang timbul akibat
manajemen laba yang dapat tidak sesuai dengan kebermanfaatan laba
dalam pengambilan keputusan, dan solusi tersebut tidak menimbulkan
masalah baru.
c. Praktik Manajemen Laba
Menurut (Watts & Zimmerman, 1986), praktik manajemen laba dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Manajemen Laba Riil
Merupakan praktik manajemen laba yang dilakukan dengan tujuan
pencapaian target laba dan menghindari terjadinya kerugian dalam
aktivitas operasional perusahaan yang dapat dicapai dengan cara:
a) Manipulasi penjualan, bertujuan meningkatkan penjualan pada
periode tertentu sehingga memberikan kesan bahwa pencapaian
target penjualan dan laba terpenuhi. Pada umumnya, praktik
manipulasi penjualan ini dilakukan dengan memberikan diskon
penjualan yang lebih besar maupun dengan memberikan
33
kemudahan kredit penjualan. Praktik ini dapat memberikan
dampak pada penurunan aliran kas perusahaan.
b) Pengurangan beban-beban diskresionari atau meminimalkan
beban-beban yang tidak secara langsung berkaitan dengan
produksi barang/jasa. Hal ini dimaksudkan untuk
mencantumkan beban dengan jumlah yang minimal sehingga
didapatkan laba yang cenderung lebih besar.
c) Produksi yang berlebihan. Manajemen berupaya meningkatkan
penjualan dengan harga yang rendah. Untuk menekan harga
jual tersebut manajemen memproduksi barang dalam jumlah
yang berlebihan dan diharapkan dapat meningkatkan penjualan
serta laba perusahaan.
Manajemen laba riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh
manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode
akuntansi. Kegiatan manajemen laba riil dimulai dari praktek
operasional normal, yang dimotivasi oleh manajer yang
berkeinginan untuk mengelabui bahkan menyesatkan stakeholder
yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.
2) Manajemen Laba Akrual
Merupakan praktik manajemen laba yang dilakukan melalui
proses akrual dimana laporan keuangan dihasilkan. Angka-angka
dalan laporan keuangan mengandung komponen akrual, baik
34
diskresioner maupun non-diskresioner. Pendekatan lain yang
digunakan untuk merekayasa dapat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu:
a) Memanfatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Cara ini merupakan cara manajer untuk memengaruhi
judgement terhadap estimasi akuntansi seperti: estimasi
tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi
aktiva tetap atau amortisasi aktiva tetap tidak berwujud,
estimasi biaya garansi dan lain-lain.
b) Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi
yang digunakan untuk menncatat suatu transaksi, contoh:
mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode
depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
c) Menggeser periode biaya atau pendapatan. Hal ini sering
disebut keputusan operasional, misalnya: rekayasa periode
biaya atau pendapatan dengan mempercepat atau menunda
pengeluaran untuk biaya penelitian dan pengembangan
sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau
menunda pengeluaran biaya promosi sampai periode
akuntansi berikutnya mengatur saat penjualan aktiva tetap
yang sudah tidak dipakai.
35
Manajer cenderung memilih kebijakan manajemen laba
dengan mengendalikan transaksi akrual yaitu kebijakan akuntansi
yang memberikan keleluasaan pada manajemen untuk membuat
pertimbangan akuntansi yang akan memberi pengaruh pada
pendapatan yang dilaporkan.
B. Perumusan Hipotesis
1. Penelitian Relevan
Dalam sub-bab ini dijelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu
yang digunakan sebagai poin penting dan dijadikan dasar dalam perumusan
hipotesis dalam penelitian ini. Berikut merupakan ringkasan penelitian yang
berkaitan dengan pengaruh kepemilikan keluarga dan corporate social
responsibility tehadap agresivitas pajak dan manajemen laba sebagai
pemoderasi.
36
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Bersambung ke halaman berikutnya
No. Peneliti dan JudulMetodelogi Penelitian
Hasil PenelitianPerbedaan Persamaan
1. Trifena Elisabeth(2016)“Pengaruh ManajemenLaba dan CorporateSocial ResponsibilityTerhadap TindakanAgresivitas Pajak”.
Sampel : 20Perusahaan,tahun 2010-2014Variabel lain :Kepemilikan Keluarga
Variabel : Manajemen laba,Corporate SocialResponsibility, danagresivitas pajak
Jenis : KuantitatifSumber : SekunderSampel : perusahaan
manufaktur,purposive sampling
Metode analisis : RegresiBerganda
Lokasi : Indonesia
Manajemen laba yang diukurdengan menggunakanDiscretionary Accruals (DA)tidak memiliki pengaruhterhadap agresivitas pajak.Corporate SocialResponsibility (CSR) yangdiukur dengan menggunakanCorporate SocialResponsibility Index (CSRI)memiliki pengaruh terhadapagresivitas pajak.
2. Gita VarinaPutri(2016)“PengaruhPengungkapanCorporate SocialResponsibility danProfitabilitas TerhadapManajemen Laba”.
Sampel : 366
Perusahaan,tahun 2012-
2014
Variabel lain :
profitabilitas, firm
size, leverage.
Variabel : Corporate SocialResponsibility,Manajemen Laba
Jenis : KuantitatifSumber : SekunderSampel : perusahaan
manufaktur,purposive sampling
Metode analisis : RegresiBerganda
Lokasi : Indonesia
Hasil analisis menunjukkanbahwa pengungkapancorporate socialresponsibility berpengaruhsignifikan dan memilikihubungan negatif terhadapmanajemen laba. Profitabilitasjuga memiliki pengaruh yangsignifikan dan memilikihubungan positif terhadapmanajemen laba.
37
Tabel 2.1 (lanjutan)
No. Peneliti dan JudulMetodelogi Penelitian
Hasil PenelitianPerbedaan Persamaan
3. Hari P. Adhikari Ph.Ddan Ninon K.SuttonPh.D (2016)
“All in the Family: TheEffect of FamilyOwnership onAcquisitionPerformance”.
Sampel : 213perusahaan,tahun 1992-1999
Sampel : Perusahaan diindex S&P500
Variabel Lain :Diversification,Mergers andAcquisitionsLokasi : United States(U.S)
Variabel : kepemilikanKeluarga danagresivitas pajak
Jenis : Kuantitatif
Sumber : Sekunder
Hasil menunjukkan bahwaperusahaan keluarga dapatmembuat pengakuisisi lebihbaik daripada akuisisi dariperusahaan non-keluarga.
4. Alfan Zuhfanur Firdaus(2016)
“PengaruhPengungkapanCorporate SocialResponsibility TerhadapAgresivitas Pajak”.
Sampel : 107
Perusahaan,tahun 2012-
2013
Variabel lain :inventory intensity,capital intensity
Variabel : Kepemilikankeluarga danagresivitas pajak
Jenis : KuantitatifSumber : SekunderSampel : perusahaan
manufaktur,purposive sampling
Metode analisis : RegresiBerganda
Peneliti menemukanhubungan negatif dan tidaksignifikan antarapengungkapan CSR danagresivitas pajak. Sementaraitu, inventory intensity dancapital intensity memilikihubungan positif dansignifikan pada agresivitaspajak.
Bersambung ke halaman berikutnya
38
Tabel 2.1 (lanjutan)
No. Peneliti dan JudulMetodelogi Penelitian
Hasil PenelitianPerbedaan Persamaan
6. Dea Diandini Primordia(2015)“Pengaruh Leverage,Intensitas Modal,Ukuran Perusahaan,Komisaris Independendan KepemilikanKeluarga TerhadapEffective Tax Rates”.
Sampel : 41Perusahaan,tahun 2009-2013Variabel lain :
Leverage,Intensitas Modal,UkuranPerusahaan,KomisarisIndependen
Variabel : Kepemilikankeluarga danagresivitas pajak
Jenis : KuantitatifSumber : SekunderSampel : perusahaan
manufaktur,purposive sampling
Metode analisis : RegresiBerganda
Lokasi : Indonesia
Ukuran perusahaanberpengaruh negatif dansignifikan terhadap effectivetax rates. leverage, intensitasmodal, komisaris independendan kepemilikan keluargatidak berpengaruh terhadapeffective tax rates.
7. Jonathan Bauweraerts,Julien Vandernoot(2013)
“Are Family Firmsmore Tax Aggressivethan Non-FamilyFirms? EmpiricalEvidence fromBelgium”.
Sampel : 201perusahaan,tahun 2002-2010
Metode analisis : paneland cross-section dataregressionVariabel Lain : Non-Familiy FirmsLokasi : Belgia
Variabel : KepemilikanKeluarga danagresivitas pajak
Jenis : KuantitatifSumber : Sekunder
Hasilnya, diperoleh darisampel 210 perusahaanBelgia, menunjukkan adanyahubungan positif antaraketerlibatan keluarga dalambisnis dan agresivitas pajak.
Bersambung ke halaman selanjutnya
39
Tabel 2.1 (lanjutan)
No. Peneliti dan JudulMetodelogi Penelitian
Hasil PenelitianPerbedaan Persamaan
8. Alfian Nur Hidayanti(2013)
“Pengaruh AntaraKepemilikan Keluargadan CorporateGovernance TerhadapTindakan PajakAgresif”.
Sampel : 42Perusahaan,tahun 2008-2011
Variabel lain : -
Variabel : KepemilikanKeluarga danagresivitas pajak
Jenis : KuantitatifSumber : SekunderSampel : perusahaan
manufaktur,purposive sampling
Metode analisis : RegresiBerganda
Lokasi : Indonesia
Hasil dari penelitian inimenunjukkan bahwakepemilikan keluarga tidakmemiliki pengaruh yangsignifikan terhadap tindakanpajak agresif. Sedangkancorporate governancememiliki pengaruh yangsignifikan terhadap tindakanpajak agresif yang diukurdengan cash effective tax rate(CETR).
10. Maretta Yoehana(2013)
“Analisis PengaruhCorporate SocialResponsibilityTerhadap AgresivitasPajak”.
Sampel : 49Perusahaan,tahun 2010-2011
Variabel lain : -
Metode analisis : regresiordinary leastsquare.
Variabel : Corporate SocialResponsibility danagresivitas pajak
Jenis : KuantitatifSumber : SekunderSampel : perusahaanmanufaktur, purposivesamplingLokasi : Indonesia
Hasil penelitian menunjukkanbahwa semakin tinggi tingkatpengungkapan CSR suatuperusahaan, semakin rendahtingkat agresivitas pajaknya.
Sumber : (diolah dari berbagai sumber referensi penelitian)
40
2. Hipotesis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengajukan tiga hipotesis. Hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut :
a. Keterkaitan antara Kepemilikan Keluarga dengan Agresivitas
Pajak
Menentukan apakah agresivitas pajak pada perusahaan keluarga
lebih rendah atau lebih tinggi daripada perusahaan non-keluarga,
tergantung dari seberapa besar keuntungan atau kerugian yang ditanggung
pihak keluarga yang menjadi manajemen perusahaan (family owners) atau
pihak manajer dalam perusahaan non-keluarga. Tindakan pajak agresif
memiliki lima komponen pengukuran yaitu effective tax rate (ETR), cash
effective tax rate (CETR), book-tax difference Manzon-Plesko (BTD_MP),
book-tax difference Desai-Dharmapala (BTD_DD) dan tax planning
(TAXPLAN) (Utami & Setyawan, 2013). Kepemilikan keluarga memiliki
kepemilikan yang lebih besar, rentang waktu investasi yang lebih lama,
serta memiliki kepedulian yang lebih tinggi terhadap reputasi perusahaan.
Konflik yang ada didalam perusahaan keluarga juga lebih kecil dibanding
perusahaan non keluarga. Pemilik saham minoritas biasanya tidak
mempunyai hak untuk mengambil keputusan dan akan menerima
keputusan yang diberikan oleh pemilik saham mayoritas. Sehingga pemilik
saham minoritas akan lebih taat terhadap keputusan yang dibuat oleh
pemilik saham mayoritas (Arifin, 2003).
41
Penelitian (Chen et al., 2010) menjelaskan perusahaan keluarga
memiliki tingkat keagresifan pajak yang lebih kecil daripada perusahaan
non-keluarga. Hal ini diduga terjadi karena dibandingkan perusahaan non-
keluarga, kepemilikan keluarga lebih rela membayar pajak lebih tinggi,
daripada harus membayar denda pajak. (Aditama, 2015) juga menyatakan
bahwa perusahaan yang didominasi oleh keluarga dimungkinkan tidak akan
melakukan penghindaran pajak karena menjaga reputasinya.
Hal ini berbeda dengan penelitian (Martani & Persada, 2010) bahwa
perusahaan keluarga di Indonesia memiliki pengaruh positif terhadap
tindakan pajak agresif, hal ini bisa disebabkan karena di Indonesia
menganut sistem self assessment dimana wajib pajak yang menghitung,
melaporkan dan membayar pajak mereka sehingga dengan mudah
melakukan agresivitas pajak. Hasil yang sama juga diungkapkan pada
penelitian (Sari & Martani, 2010) dan (Asfiyati, 2012) yang menyatakan
bahwa perusahaan keluarga memiliki berpengaruh terhadap tingkat
agresivitas pajak. Maka hipotesis penelitian pertama dirumuskan dalam
format hipotesis alternatif sebagai berikut:
H1 : Kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
42
b. Keterkaitan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
Agresivitas Pajak
Perusahaan merupakan salah satu subjek pajak yang mempunyai
kewajiban untuk membayar pajak. Dengan membayar pajak, berarti
perusahaan turut serta berkontribusi dalam mewujudkan pembangunan
nasional guna mensejahterakan kehidupan masyarakat luas. (Harari, et.al.,
2012) menyatakan bahwa dari perspektif masyarakat, pajak dapat
dipandang sebagai dividen yang dibayar oleh perusahaan kepada
masyarakat sebagai imbalan telah menggunakan sumber daya yang
tersedia. Oleh karena itu, apabila perusahaan menghindari kewajibannya
untuk membayar pajak, meskipun tidak melanggar hukum, tindakan
tersebut tidaklah adil, dan perusahaan hanyalah sebagai parasit yang ada di
dalam masyarakat. Hal tersebut dapat mengancam keberadaan perusahaan
karena dianggap tidak memberikan kontribusi dalam kehidupan
bermasyarakat dan hanya mengambil keuntungan darinya. Selain
masyarakat, hubungan baik juga harus diciptakan dengan pemerintah.
Hasil penelitian (Yunistiyani & Tahar, 2016) menunjukkan bahwa
sensitivitas agresivitas pajak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
(Pradipta & Supriyadi, 2016) juga menunjukkan hasil yang signifikan
antara pengungkapan CSR dengan agresivitas pajak. Artinya, perusahaan
yang melakukan tindakan pajak agresif, melakukan pengungkapan CSR
yang lebih luas daripada perusahaan yang tidak melakukan agresivitas
43
pajak. Namun berbanding terbalik dengan hasil penelitian (Jessica & Toly,
2014) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara
pengungkapan CSR terhadap agresivitas pajak, sehingga kegiatan CSR
tidak mempengaruhi perusahaan untuk membayar pajak yang lebih kecil.
(Ratmono & Sagala, 2015) dan (Yoehana, 2013) juga menyatakan bahwa
tingkat pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.
Menurut (Ratmono & Sagala, 2015) pengaruh negatif tersebut terjadi
karena perusahaan yang rendah tingkat pengungkapan CSR cenderung
lebih agresif melakukan berbagai upaya agar dapat meminimalkan jumlah
pajak yang harus dibayar. Berdasarkan logika hipotesis di atas, maka
penulis menyatakan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H2 : Corporate social responsibility (CSR) berpengaruh terhadap
agresivitas pajak perusahaan.
c. Keterkaitan antara Kepemilikan Keluarga dengan Agresivitas
Pajak dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Moderasi
Kepemilikan keluarga memiliki kepemilikan yang lebih besar,
rentang waktu investasi yang lebih lama, serta memiliki kepedulian yang
lebih tinggi terhadap reputasi perusahaan. Konflik yang ada didalam
perusahaan keluarga juga lebih kecil dibanding perusahaan non keluarga.
Pemilik saham minoritas biasanya tidak mempunyai hak untuk
mengambil keputusan dan akan menerima keputusan yang diberikan oleh
44
pemilik saham mayoritas. Sehingga pemilik saham minoritas akan lebih
taat terhadap keputusan yang dibuat oleh pemilik saham mayoritas
(Arifin, 2003).
Penelitian (Chen et al., 2010) yang dilakukan untuk mengetahui
apakah perusahaan keluarga lebih agresif dalam tindakan pajaknya
daripada perusahaan non-keluarga, ternyata perusahaan keluarga memiliki
tingkat keagresifan pajak yang lebih kecil daripada perusahaan non-
keluarga. Namun (Murniati, 2012) menjelaskan bahwa kepemilikan
keluarga berpengaruh terhadap pajak agresif. Perusahaan yang didominasi
oleh keluarga dimungkinkan memberikan posisi pada anggota keluarga di
bagian manajerial sehingga dapat mengutamakan kepentingannya. Hal ini
dapat menyebabkan praktik manajemen laba dan manipulasi lainnya pada
perusahaan. Sejalan dengan penelitian (Martani & Persada, 2010) bahwa
perusahaan keluarga di Indonesia memiliki pengaruh positif terhadap
tindakan pajak agresif, hal ini bisa disebabkan karena di Indonesia
menganut sistem self assessment, juga penelitian (Putri, 2014) yang
menyatakan manajemen laba adalah alat tindakan pajak agresif, maka ada
penulis menyatakan hipotesis :
H3 : Kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap agresivitas pajak
dengan manajemen laba sebagai variabel moderasi.
45
d. Keterkaitan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
Agresivitas Pajak dengan Manajemen Laba sebagai Variabel
Moderasi
(Lanis & Richardson, 2013) menyatakan bahwa sulit untuk
membedakan antara CSR yang dilakukan dengan motif altruistik dengan
CSR yang dilakukan dengan tujuan untuk menguntungkan reputasi
perusahaan. Sebaliknya, banyak aksi perusahaan yang dilakukan dengan
motif ganda. Oleh karena itu penting dalam mempertimbangkan
bagaimana CSR dapat mempengaruhi agresivitas pajak tanpa membuat
setiap upaya untuk membedakan antara tindakan yang diambil karena
perusahaan benar-benar ingin bertanggung jawab maupun tindakan yang
diambil karena tujuan tertentu. Semakin tinggi tingkat pengungkapan
CSR yang dilakukan oleh perusahaan, diharapkan perusahaan tersebut
semakin tidak agresif terhadap pajak.
(Muzakki, 2015) dan (Firdaus, 2013) menemukan bahwa
pengungkapan CSR dengan manajemen laba berpengaruh negatif.
Perusahaan yang memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan
aktivitas CSR untuk mendapatkan legitimasi dari lingkungan sekitarnya
akan beroperasi sesuai dengan etika dan norma yang belaku sehingga
akan membatasi praktik manajemen labanya. (Octaviana, 2014)
menyatakan, secara etika manipulasi yang tidak dapat diterima oleh
sebagian besar orang terjadi lebih sedikit pada perusahaan yang memiliki
46
komitmen yang kuat dalam melaksanakan aktivitas CSR. Dengan
demikian, semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan
oleh perusahaan, diharapkan perusahaan tersebut tidak melakukan
tindakan agresivitas pajak. Hal ini karena apabila perusahaan yang
menerapkan CSR dan melakukan tindakan agresivitas pajak, maka
perusahaan akan kehilangan nama baik di mata stakeholder, masyarakat
dan pemerintah, serta akan menurunkan nilai dan dampak positif dari
CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan (Purwanggono, 2015).
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H4 : Corporate social responsibility (CSR) berpengaruh terhadap
agresivitas pajak dengan manajemen laba sebagai variabel moderasi
47
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian landasan teori dan penelitian terdahulu, gambaran
menyeluruh mengenai penelitian ini tergambar dalam alur penelitian sebagai
berikut :
Gambar 2.1Kerangka Pemikiran
Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan Corporate Social ResponsibilityTerhadap Agresivitas Pajak dengan Manajemen Laba sebagai VariabelModerasi.
Variabel Dependen (Y)
Agresivitas Pajak
Variabel Independen (X)
1. KepemilikanKeluarga (X1)
2. Corporate SocialResponsibility (X2)
Variabel Moderasi
Manajemen Laba
Metode Penelitian : Model Regresi Linear Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Basis Teori : Teori Agensi dan Teori Legitimasi
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Sumber data merupakan semua informasi baik yang merupakan suatu
benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara kuantitatif
maupun kualitatif (Sukandarrumidi, 2006). Dalam penelitian ini, jenis data yang
digunakan merupakan data kuantitatif yaitu penelitian yang membutuhkan
pengujian untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan dan
metode penelitian ini adalah penelitian kausalitas yaitu suatu penelitian yang
dilakukan untuk menggambarkan skema hubungan dan pengaruh yang lebih
dalam dari dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti. Penelitian
ini ditujukan untuk menentukan penyebab atau alasan adanya perbedaan prilaku
atau status kelompok individual. Sumber data yang digunakan merupakan jenis
data sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh
variabel independen yakni kepemilikan keluarga dan corporate social
responsibility terhadap variabel dependen yaitu agresivitas pajak yang
dimoderasi oleh manajemen laba. Alasan penulis memilih lokasi ini karena BEI
merupakan tempat yang tepat untuk memperoleh data-data perusahaan berupa
annual report. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur
49
yang listing di BEI, yang didokumentasikan dalam www.idx.co.id.
periode 2011-2015.
Terpilihnya periode tahun 2011-2015 tidak lepas dari fenomena ekonomi
yang terjadi di indoensia. Terdapat fenomena dengan isu naik turunnya harga
saham di pasar modal perusahaan manufaktur Indonesia. Jatuhnya harga saham
yang diperdagangkan di BEI (Bursa Efek Indonesia) yang tergabung dalam
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dimana tercatat Indeks harga saham
gabungan pada 2014 yang bertumbuh 22,29% memecahkan rekor sejak 2011.
IHSG pada tahun 2011 naik 3,2% dan pada 2012 meningkat 12,94% lantas pada
2013 pertumbuhan industri di Indonesia mengalami trend yang positif yaitu
pertumbuhan perusahaan manufaktur mengalami peningkatan sebesar 5,81% dari
tahun sebelumnya. Hingga akhir tahun 2014 kapitalisasi pasar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) mencapai Rp 5.228 triliun, atau naik 23,92% dari kapitalisasi
pasar per akhir 2013 (Suwartawan & Yasa, 2016). Isu yang tidak kalah penting
terjadi pada tahun 2015 yaitu adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dari
sisi manfaat, MEA memberi akses pasar yang lebih luas dan serta menurunkan
tarif perdagangan. Disisi lain, kerugian dari MEA adalah mematikan industri
kecil yang belum siap bersaing dengan produk dan jasa dari luar negeri
(Wahyudi et al., 2016).
50
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut (Sukandarrumidi, 2006) populasi adalah sebuah kumpulan dari
semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain dari objek
yang menjadi perhatian. Alasan memilih perusahaan manufaktur sebagai
populasi perusahaan adalah karena:
a) Permasalahan dalam perusahaan manufaktur lebih kompleks, sehingga
diharapkan akan lebih mampu menggambarkan keadaan perusahaan di
Indonesia.
b) Sektor manufaktur memiliki jumlah perusahaan terbanyak
dibandingkan dengan sektor yang lainnya.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Sampel
Menurut (Sukandarrumidi, 2006) sampel adalah suatu bagian dari
populasi tertentu yang menjadi perhatian. Sampel dipilih berdasarkan pada
kesesuaian karakteristik dengan kriteria sampel yang ditentukan agar
diperoleh sampel yang representatif. Kriteria pengambilan sampel dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian (Yoehana, 2013) yaitu sebagai berikut:
a) Perusahaan mempublikasikan annual report lengkap yang dibutuhkan
selama tahun 2013-2015.
51
b) Perusahaan menyajikan laporan yang berakhir pada 31 Desember dan
telah diaudit.
c) Perusahaan menggunakan satuan nilai rupiah dalam laporan
keuangannya.
d) Perusahaan tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian.
e) Perusahaan yang memiliki nilai aset bersih positif selama tahun
penelitian.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling
adalah pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjek peneliti
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian (Sukandarrumidi, 2006).
Metode purposive sampling dipilih karena sampel relevan dengan desain
penelitian dan mudah didekati sesuai pertimbangan peneliti.
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut (Sukandarrumidi, 2006), ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data yaitu observasi, kuesioner, interview dan
dokumentasi. Pemilihan metode pengumpulan data ditentukan oleh masalah,
waktu, tenaga dan biaya yang tersedia. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan:
1. Dokumentasi
Mengumpulkan data dengan mencatat dokumen yang berkaitan dengan
penelitian ini, terutama yang berhubungan dengan variabel yang diteliti.
52
2. Metode studi pustaka
Metode ini dilakukan dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi dan
mengkaji berbagai literatur pustaka seperti buku-buku, jurnal, majalah dan
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.
Penelitian ini didasari dari data berupa jurnal-jurnal akuntansi, buku-buku
yang terkait dengan judul penelitian serta data sekunder berupa annual report.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran dan deskripsi suatu data yang
dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2013). Statistik deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku
data sampel tersebut.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan ada 4, yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Walaupun normalitas suatu data tidak selalu
diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika
semua variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi secara
normal maka hasil uji statistik akan terdegradasi (Ghozali, 2013).
53
Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji grafik histogram dan grafik p-plot serta uji statistik
Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas menggunakan grafik histogram
dilakukan dengan melihat bentuk grafiknya. Apabila grafik histogram
berbentuk simetris, tidak condong ke kiri atau ke kanan, maka dapat
dikatakan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika
grafik histogram condong ke kiri atau ke kanan maka data tidak tersebar
dengan normal. Pada grafik p-plot, data dikatakan normal apabila titik-titik
residual tersebar dan berhimpit disekitar garis diagonal. Sedangkan uji
Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
HA : Data residual tidak berdistribusi normal
Level signifikan yang digunakan adalah 0,05. Data berdistribusi normal
jika nilai Asymp.Sig.(2-tailed) hasil perhitungan dalam komputer lebih dari
0,05 (Ghozali, 2013).
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2013).
Multikolonieritas adalah situasi adanya variabel-variabel bebas diantara
satu sama lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
54
multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali,
2013) :
Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak banyak variabel
independen yang memengaruhi variabel dependen secara signifikan).
a. Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi
(di atas 0,95) maka merupakan indikasi adanya multikolineraritas.
b. Melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai
cutoff yang umum dipakai untuk melihat multikolinearitas adalah
nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai IF ≥ 10.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu
dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Ghozali, 2013).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk
menguji asumsi autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin-
Watson (DW). Kriteria yang harus dipenuhi untuk membuktikan bahwa
tidak terjadi autokorelasi adalah dU< DW< (4-dU).
d. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat
ketidaksamaan varian antar nilai residual (error) (Ghozali, 2013). Data
yang ideal adalah yang tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas, yaitu
55
tidak terdapat ketidaksamaan varian antar nilai residual (error). Untuk
menguji asumsi heteroskedastisitas digunakan grafik scatterplot dan uji
Glejser.
Data yang tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas akan
membentuk grafik scatterplot yang menyebar dan tidak membentuk pola
tertentu. Titik-titik residual pada grafik scatterplot akan menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dalam uji Glejser data yang
memenuhi asumsi heteroskedastisitas akan menunjukan probabilitas
signifikansi. Masing-masing variabel independen di atas 0,05 , begitu pula
sebaliknya (Ghozali, 2013).
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda merupakan analisis statistik yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen
(variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel terikat) (Ghozali,
2013).
1) Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menguji pengaruh kepemilikan keluarga (dummy)
dan corporate social responsibility (dengan proksi corporate social
responsibility index) terhadap agresivitas pajak perusahaan (dengan
proksi effective tax rate). Persamaan regresi penelitian ini adalah:
56
Y= + 1 X1 + 2X2 + e
Keterangan :
Y = Agresivitas Pajak
α = konstanta
β = koefisien regresi
X1 = Kepemilikan Keluarga
X2 = Corporate Social Responsibility
e = error
b. Pengujian dengan menggunakan Moderated Regression Analysis
1) Hubungan interaksi antara kepemilikan keluarga dan manajemen
laba terhadap agresivitas pajak
Y= + 1 X1 + 2X3 + 3X1X3 + e
Keterangan :
Y = Agresivitas Pajak
α = konstanta
β = koefisien regresi
X1 = Kepemilikan Keluarga
X3 = Manajemen Laba
X1X3 =Variabel perkalian antara kepemilikan keluarga
dengan manajemen laba yang menggambarkan
57
pengaruh variabel moderasi manajemen laba terhadapa
kepemilikan keluarga dengan agresivitas pajak.
e = error
2) Hubungan interaksi antara corporate social responsibility dan
manajemen laba terhadap agresivitas pajak
Y= + 1 X2 + 2X3 + 3X2X3 + e
Keterangan :
Y = Agresivitas Pajak
α = konstanta
β = koefisien regresi
X2 = Corporate Social Responsibility
X3 = Manajemen Laba
X2X3 = Variabel perkalian antara corporate social
responsibility dengan manajemen laba yang
menggambarkan pengaruh variabel moderasi
manajemen laba terhadap corporate social
responsibility dengan agresivitas pajak.
e = error
58
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah independen yang dimasukkan ke dalam
model (Ghozali, 2013).
d. Uji Statistik F
Uji Statistik F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013). Uji Statistik F dapat ditentukan dengan
melihat nilai F hitung atau signifikansinya (sig.) yang terdapat pada tabel
ANOVA. Kriteria yang digunakan untuk Uji Statistik F yaitu:
a. Ho ditolak, Ha diterima yaitu bila nilai sig.-F kurang dari tingkat
signifikan 0,05 berarti variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen atau
59
b. Ho diterima dan Ha ditolak yaitu bila nilai sig.-F lebih dari tingkat
signifikan 0,05 berarti variabel independen secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
e. Uji Statistik t
Uji Statistik t bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen (Ghozali,
2013). Uji statistik t dapat ketahui dengan melihat nilai t hitung atau nilai
signifikansi (sig.) masing-masing variabel independen yang terdapat
dalam tabel coefficient. Kriteria yang digunakan untuk Uji Statistik t
yaitu:
a. Ho ditolak dan Ha diterima yaitu bila nilai signifikan kurang dari
tingkat signifikan 0,05 berarti variabel independen secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen atau,
b. Ho diterima dan Ha ditolak yaitu bila nilai signifikan lebih dari
tingkat signifikan 0,05 berarti variabel independen secara individual
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
E. Operasionalisasi variabel penelitian
Operasionalisasi variabel penelitian adalah penentuan construct sehingga
menjadi variabel yang dapat diukur, sehingga memungkinkan penelitian lain
untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran yang lebih baik. Pada operasionalisasi variabel
penelitian ini akan dijelaskan variabel dan cara pengukurannya.
60
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
agresivitas pajak. Agresivitas pajak merupakan keinginan Wajib Pajak (WP)
untuk meminimalkan beban pajak yang dibayar dengan cara yang legal, illegal
maupun kedua-duanya. Adapun proksi utama yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Effective Tax Rate (ETR) yang dihitung dari:
Pengukuran menggunakan Effective Tax Rate (ETR) ini mengacu pada
pengukuran yang telah dilakukan oleh beberapa penelitian, yaitu (Octaviana,
2014), (Muzakki, 2015), (Nugraha, 2015), (Purwanggono, 2015), (Firdaus,
2016), (Hidayanti, 2013), dan (Yoehana, 2013). ETR menggambarkan
presentase total beban pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan dari
seluruh total pendapatan sebelum pajak yang diperoleh perusahaan. Menurut
(Aditama, 2015) pendekatan Effective Tax Rate (ETR) mampu
menggambarkan penghindaran pajak yang berasal dari dampak beda temporer
dan memberikan gambaran menyeluruh mengenai perubahan beban pajak
karena mewakili pajak kini dan tangguhan.
61
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi penyebab terjadinya
atau terpengaruhnya variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah kepemilikan keluarga dan corporate social responsibility.
a. Kepemilikan Keluarga
(Arifin, 2003) menyatakan bahwa semua individu dan perusahaan
yang kepemilikannya tercatat (kepemilikan > 5% wajib dicatat), keluarga
adalah seseorang yang berhubungan darah atau karena pernikahan. Dalam
penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian, yaitu (Aditama, 2015),
(Hidayanti, 2013), (Asfiyati, 2012), (Martani & Persada, 2010), dan (Sari
& Martani, 2010) kepemilikan keluarga diukur dengan menggunakan
variabel dummy yaitu nilai 1 jika proporsi kepemilikan keluarga > 50%,
dan bernilai 0 jika sebaliknya.
b. Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility dihitung berdasarkan jumlah
pendapatan bersih perusahaan dan dibagi dengan 91 indikator
berdasarkan GRI-G4. GRI-G4 menyediakan kerangka kerja yang
relevan secara global untuk mendukung pendekatan yang
terstandardisasi dalam pelaporan, yang mendorong tingkat
transparansi dan konsistensi yang diperlukan untuk membuat informasi
yang disampaikan menjadi berguna dan dapat dipercaya oleh pasar
dan masyarakat. Fitur yang ada di GRI-G4 menjadikan pedoman ini
62
lebih mudah digunakan, baik bagi pelapor yang berpengalaman dan
bagi mereka yang baru dalam pelaporan keberlanjutan dari sektor
apapun dan didukung oleh bahan-bahan dan layanan GRI lainnya.
(Sumber : www.globalreporting.org).
GRI-G4 juga menyediakan panduan mengenai bagaimana
menyajikan pengungkapan keberlanjutan dalam format yang berbeda
baik itu laporan keberlanjutan mandiri, laporan terpadu, laporan
tahunan, laporan yang membahas norma-norma internasional tertentu,
atau pelaporan online. Jenis pendekatan pengukuran GRI-G4 melalui isi
laporan tahunan dengan aspek-aspek penilaian tanggungjawab sosial
yang dikeluarkan oleh GRI (Global Reporting Initiative). Standar GRI
dipilih karena lebih memfokuskan pada standar pengungkapan berbagai
kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan perusahaan dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas, dan pemanfaatan sustainability reporting.
Dalam standar GRI-G4 (2013) indikator kinerja dibagi menjadi 3
komponen utama, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial mencakup
praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, hak asasi manusia,
masyarakat, tanggung jawab atas produk dengan total kinerja indikator
mencapai 91 indikator. (Sumber : www.globalreporting.org)
Penelitian ini didasari pada beberapa penelitian serupa seperti
(Yunistiyani & Tahar, 2016), (Pradipta & Supriyadi, 2016), (Ratmono
& Sagala, 2015), dengan mencocokan item pada check list dengan item
63
yang diungkapkan perusahaan. Apabila item y diungkapkan maka
diberikan nilai 1, sebaliknya jika item y tidak diungkapkan perusahaan
oleh perusahaan maka diberikan nilai 0 pada check list. Setelah
mengidentifikasi item yang diungkapkan oleh perusahaan di dalam
laporan keuangan tahunan, serta mencocokkannya dengan check list,
hasil pengungkapan perusahaan dihitung indeksnya dengan proksi
Corporate Social Responsibility Index (CSRI).
Adapun rumus untuk menghitung CSRI adalah sebagai berikut:
Keterangan :
CSRIit : Indeks luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan i.
ΣXyit : nilai 1 = jika item y diungkapkan; 0 = jika item y tidak
diungkapkan.
nit : jumlah item untuk perusahan i, nit ≤ 91.
3. Variabel Moderasi
Variabel moderasi adalah variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen
(Ghozali, 2013). Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Manajemen laba adalah upaya yang dilakukan manajemen untuk mengatur laba
64
untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen laba diproksikan dengan
discretionary accruals yang diabsolutkan karena tidak membedakan antara
income increasing accrual ataupun income decreasing accruals (Pramudyatama,
2014).
Perhitungan discretionary accruals menurut model Friedlan adalah
sebagai berikut:
TA = NOI - CFO
Keterangan :
TAC : Total accrual
NOI : Net operating income
CFO : cash flow operating activities
kemudian akan diukur discretionary accruals dengan menggunakan
persamaan :
DACpt = (TACpt / SALEpt) – (TACpd / SALEpd)
Keterangan :
DACpt : Discretionary accruals pada periode tes
TACpt : Total accruals pada periode tes
TACpd : Total accruals pada periode dasar
SALEpt : Penjualan pada periode tes
SALEpd : Penjualan pada periode dasar
65
Nilai discretionary accruals yang positif berarti perusahaan telah melakukan
upaya untuk menaikkan laba, sedangkan untuk nilai discretionary accruals negatif
berarti perusahaan telah berupaya menurunkan laba. Apabila perusahaan tidak
melakukan praktek manajemen laba maka nilai discretionary accruals adalah nol.
Tabel 3.1Operasional Variabel
Variabel JenisVariabel
PerhitunganSkala
Pengukuran
KepemilikanKeluarga
Independen Menggunakan varibel dummy :
1 = memiliki kepemilikan
keluarga
0 = tidak memiliki kepemilikan
keluarga
Nominal
CorporateSocialResponsibility
Independen Rasio
AgresivitasPajak
Dependen Rasio
ManajemenLaba
Moderasi DACpt= (TACpt / salept) –(TACpd / salepd)
Rasio
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
66
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor
manufaktur yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2011 sampai 2015. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling. Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih
sampel, yaitu :
1. Perusahaan mempublikasikan annual report lengkap yang dibutuhkan
selama tahun 2011- 2015.
2. Perusahaan menyajikan laporan yang berakhir pada 31 Desember.
3. Perusahaan menggunakan satuan nilai rupiah dalam laporan keuangannya.
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian.
5. Perusahaan yang memiliki nilai aset bersih positif selama tahun penelitian.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut, didapatkan sampel
sebanyak 52 perusahaan dengan total data observasi sebanyak 182 (dengan
pengurangan outlier) sampel. Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan tampak pada tabel 4.1. sebagai berikut.
Tabel 4. 1Tahapan Seleksi Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan 52
Periode penelitian 5 tahun
Total Sampel Perusahaan 260
Data Outlier (78)
Jumlah sampel total selama periode penelitian 182
Sumber : Data sekunder yang diolah
67
B. Hasil Uji Analisis Data
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai pengaruh variabel independen (manajemen laba dan corporate social
responsibility) terhadap variabel dependen yaitu agresivitas pajak.
1. Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel dependen
(Y) yaitu agresivitas pajak serta variabel independen yaitu manajemen laba
(X1) dan corporate social responsibility (X2). Hasil pengujian variabel-
variabel tersebut secara deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.2.
Tabel 4. 2Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber: data sekunder diolah
a. Variabel Dependen
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel agresivitas pajak
menunjukan nilai minimum sebesar 0,131155792 dan nilai maksimum
sebesar 0,382535933 dengan rata-rata (mean) sebesar 0,259105613,
sedangkan standar deviasi variabel agresivitas pajak sebesar 0,4654.
b. Variabel Independen
1. Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel kepemilikan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Family 182 ,00 1,00 ,4505 ,49892
CSR 182 ,11 ,35 ,2472 ,06585
Agresivitas 182 ,13 ,38 ,2591 ,04654
EM 182 -,65 ,60 ,0017 ,09970Valid N(listwise)
182
68
keluarga atau family (X1) menunjukan nilai minimum sebesar 0
dan nilai maksimum sebesar 1 dengan rata-rata (mean) 0,4505,
sedangkan standar deviasi sebesar 0,49892.
2. Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel corporate social
responsibility (X2) menunjukan nilai minimum sebesar
0,10989011 dan nilai maksimum sebesar 0,351648352 dengan
rata-rata (mean) sebesar 0,2472, sedangkan standar deviasi variabel
agresivitas pajak sebesar 0,6585.
c. Variabel Moderasi
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel manajemen laba
menunjukan nilai minimum sebesar -0,64640831 dan nilai maksimum
sebesar 0,600580848 dengan rata-rata (mean) sebesar 0,0017, sedangkan
standar deviasi variabel agresivitas pajak sebesar 0,9970.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal
atau tidak. model regresi yang baik memiliki data yang berdistribusi
normal. Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Nilai residual
terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. > 0,05.
69
Tabel 4. 3 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 182
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,04405902
Most Extreme Differences Absolute ,078
Positive ,078
Negative -,058
Kolmogorov-Smirnov Z 1,053
Asymp. Sig. (2-tailed) ,217Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat
nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,217 > 0,05. Hal ini berarti
data yang digunakan terdistribusi secara normal dan dapat dikatakan
memenuhi syarat uji normalitas. Hasil uji normalitas data yang
ditunjukkan Kolmogorov-Smirnov tersebut konsisten dengan hasil
analisis grafik histogram dan grafik normal p-plot berikut ini.
Gambar 4.1Grafik Histogram
70
Gambar 4.2
Grafik Normal P-Plot
Berdasarkan kedua grafik tersebut dapat dilihat bahwa grafik
histogram dan grafik grafik normal P-Plot memberikan pola distribusi
data yang normal. pada grafik histogram dapat dilihat bahwa grafik
menggambarkan bentuk lonceng serta pada grafik normal P-Plot titik-
titik yang mewakili jumlah sampel dalam penelitian ini mendekati
garis diagonal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini uji multikolonieritas
dilakukan dengan melihat besarnya nilai korelasi, nilai VIF (Variance
71
Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Suatu model regresi yang bebas
dari multikolonieritas memiliki nilai korelasi antar variabel
independennya apabila nilai Tolerance ≥ 0,1 serta nilai VIF ≤ 10.
berikut tabel 4.4 yang menunjukkan hasil dari uji multikolonieritas.
Tabel 4.4Hasil Uji Multikolonieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
EM ,999 1,001
CSR ,997 1,003
Family ,998 1,002
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan hasil uji Multikolonieritas pada tabel 4.4 dapat dilihat
bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi
karena memiliki nilai Tolerance ≥ 0,1 serta nilai VIF ≤ 10. maka dapat
dikatakan tidak terdapat gejala multikolonieritas antar variabel.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pada periode tertentu
dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2013). Dalam
penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin-
Watson (DW). Sebuah data dikatakan tidak memiliki masalah
72
autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson (DW) berada diantara nilai
dU (upper bound) dan 4-dU. Hasil pengujian autokorelasi dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,322a ,104 ,089 ,04443 1,780Sumber: data sekunder diolah
Nilai Durbin-Watson pada penelitian ini adalah 1,780. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 182 sampel dengan
jumlah variabel independen yang diuji adalah 2 sehingga nilai dL
sebesar 1,738 dan 4-dU sebesar 2,218. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual (error) satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Data yang ideal adalah yang
tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas, yaitu tidak terdapat
kesamaan varian antar nilai residual (error) (Ghozali, 2013). Untuk
menguji asumsi heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan
grafik scatterplot dan uji Spearman. Data yang tidak menyalahi asumsi
heteroskedastisitas titik-titik yang terdapat pada grafik scatterplot akan
73
terlihat menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Sedangkan dalam uji Spearman data yang memenuhi asumsi
heteroskedastisitas akan menunjukan apabila nilai signifikansi (2-
tailed) masing-masing variabel independen di atas lebih besar dari
0,05, begitu pula sebaliknya. Hasil uji heterokedastisitas dengan
menggunakan grafik scatterplot dan uji Spearman dapat dilihat pada
tabel 4.6 dan gambar 4.3.
Tabel 4.6Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Spearman
Family Csr
Unstandardized
Residual
Spearman's
rho
Family Correlation
Coefficient
1,000 ,057 ,036
Sig. (2-
tailed)
. ,441 ,634
N 182 182 182
Csr Correlation
Coefficient
,057 1,000 ,081
Sig. (2-
tailed)
,441 . ,276
N 182 182 182
Unstandardized
Residual
Correlation
Coefficient
,036 ,081 1,000
Sig. (2-
tailed)
,634 ,276 .
N 182 182 182
Sumber: data sekunder diolah
74
Gambar 4.3
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa dalam grafik scatterplot titik-titik
residual menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk
dipakai. Hal ini mengindikasikan bahwa penyebaran titik-titik yang
mewakili sampel pada grafik scatterplot diatas mengemukakan bahwa
data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan varians dalam fungsi
regresi atau homoskedastisitas.
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa dalam grafik Spearman nilai
signifikansi (2-tailed) kepemilikan keluarga (x1) adalah 0,634 dan csr
sebesar 0,276. karena nilai kedua variabel independen lebih besar dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
heterokedastisitas.
75
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
a. Hasil Koefisien Determinasi (R2) Analisis Regresi Berganda
(Kepemilikan Keluarga Dan Corporate Social Responsibility
Terhadap Agresivitas Pajak)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,
2013). Hasil uji koefisien Adjusted R Square dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7Hasil Uji Koefisien Determinasi analisis regresi berganda
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,322a ,104 ,089 ,04443
Sumber: data sekunder diolah
Pada tabel 4.6 memperlihatkan R Square dan Adjusted R Square
masing-masing sebesar 0,104 dan 0,089. Hal ini berarti variabel
agresivitas pajak dapat dijelaskan sebanyak 8,9% oleh variabel
kepemilikan keluarga dan corporate social responsibility. Sedangkan
mayoritas sisanya, yaitu sebesar 91,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain
76
yang tidak termasuk dalam analisa regresi pada penelitian ini seperti
kompensasi eksekutif (Syafitri, 2016), profitabilitas (Yatulhusna, 2015)
dan komisaris independen (Eksandy, 2016).
b. Hasil Koefisien Determinasi (R2) Moderated Regression Analysis
(MRA)
1) Hasil Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Kepemilikan
Keluarga Dan Manajemen Laba
Tabel 4.8
Hasil Koefisien Determinasi H3
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,222a ,049 ,033 ,04576
Sumber: data sekunder diolah
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,033.
Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel kepemilikan keluarga
(X1), manajemen laba (X3) dan interaksi antara kepemilikan
keluarga dana manajemen laba (X1X3) hanya bisa menjelaskan
3,3% variasi variabel agresivitas pajak. Sedangkan sisanya sebesar
96,7% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
77
2) Hasil Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Corporate
Sosial Responsibility Dan Manajemen Laba
Tabel 4.9Hasil Koefisien Determinasi H4
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,281a ,079 ,064 ,04504
Sumber: data sekunder diolah
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar
0,064. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel corporate
sosial responsibility (X2), manajemen laba (X3) dan interaksi
antara kepemilikan keluarga dana manajemen laba (X1X3) hanya
bisa menjelaskan 6,4% variasi variabel agresivitas pajak.
Sedangkan sisanya sebesar 93,6% dijelaskan oleh sebab-sebab lain
diluar model.
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model analisis regresi linier berganda (multiple regression analysis), yaitu
dilakukan melalui uji koefisien determinasi, uji statistik F dan uji statistik t.
a. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji Statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Uji
78
Statistik F dapat ditentukan dengan melihat nilai F hitung atau
signifikansinya (sig.) yang terdapat pada tabel ANOVA. Jika nilai
probabilitas F lebih kecil dari 0,05 maka HA diterima dan menolak H0.
Sedangkan jika nilai probabilitas F lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak HA. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel
4.10.
Tabel 4.10Hasil Uji Statistik F
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,041 3 ,014 6,879 ,000a
Residual ,351 178 ,002
Total ,392 181
Sumber: data sekunder diolah
Dapat dilihat pada tabel 4.10 bahwa hasil uji statistik F memiliki
nilai probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
HA diterima dan menolak H0. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa kedua variabel independen yaitu kepemilikan keluarga dan
corporate social responsibility secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen yaitu agresivitas pajak.
79
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
1. Hasil uji hipotesis dengan analisis regresi berganda
(kepemilikan keluarga dan corporate social responsibility
terhadap agresivitas pajak).
Uji Statistik t bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen yang
diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Uji statistik t dapat ketahui dengan
melihat nilai t hitung atau nilai signifikansi (sig.) masing-masing
variabel independen yang terdapat dalam tabel coefficient (Ghozali,
2013). Sama dengan uji signifikansi F, jika nilai probabilitas t lebih
kecil dari 0,05 maka HA diterima dan menolak H0. Sedangkan jika
nilai probabilitas t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak
HA. Hasil uji t pada analisis regresi berganda (H1 dan H2) ditunjukkan
pada tabel 4.11
Tabel 4.11Hasil Uji t Analisis Regresi Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) ,310 ,013 23,813 ,000
Family -,019 ,007 -,202 -2,851 ,005
CSR -,171 ,050 -,242 -3,415 ,001
Sumber: data sekunder diolah
80
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan hasil uji t antara variabel
dependen dan variabel independen dalam analisis regresi berganda.
Variabel kepemilikan keluarga (X1) memiliki tingkat signifikansi
0,005 (<0,05). Dengan demikian H1 diterima sehingga dapat dikatakan
variabel kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Pada tabel juga dapat dilihat bahwa variabel independen corporate
social responsibility (X2) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,001
(<0,05). Tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis
H2 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa corporate social
responsibility juga berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Sedangkan koefisien beta variabel kepemilikan keluarga dan
corporate social responsibility masing-masing menunjukan nilai yang
negatif yaitu sebesar -0,019 dan -0,171 menunjukan bahwa, apabila
variabel kepemilikan keluarga bertambah 1 satuan maka akan
menaikkan tindakan agresivitas pajak sebesar 1,9%, sedangkan apabila
variabel corporate social responsibility bertambah 1 satuan maka akan
menurunkan agresivitas pajak sebesar 17,1%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan keluarga dan corporate
social responsibility memiliki pengaruh yang negatif terhadap
agresivitas pajak. Semakin banyak kenaikan proporsi kepemilikan
keluarga dalam suatu perusahaan maka tindakan agresivitas pajak
semakin meningkat. pada variabel corporate social responsibility,
81
semakin banyak melakukan dan melaporkan kegiatan corporate social
responsibility, semakin rendah agresivitas perusahaan terhadap pajak.
Berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
independen kepemilikan keluarga dan corporate social responsibility
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel agresivitas pajak.
2. Hasil Uji Hipotesis Dengan Moderated Regression Analysis
a. Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Kepemilikan
Keluarga Dengan Manajemen Laba.
Tabel 4.12Hasil Uji t H3
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) ,268 ,005 58,588 ,000
Family -,020 ,007 -,215 -2,935 ,004
EM -,013 ,039 -,028 -,340 ,735
Family*EM ,071 ,083 ,071 ,858 ,392Sumber: data sekunder diolah
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji t antara variabel independen
dengan variabel dependen. Variabel kepemilikan keluarga memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,004 (<0,05) dengan nilai beta -0,02
dan variabel moderasi yaitu manajemen laba memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,735 (>0,05) dengan nilai beta -0,013. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan keluarga berpengaruh
negatif terhadap agresivitas pajak sedangkan manajemen laba dalam
82
penelitian ini belum dapat mempengaruhi tindakan agresivitas
pajak.
Variabel X1X3 yang merupakan interaksi antara variabel
kepemilikan keluarga dan manajemen laba memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,392 (>0,05) sehingga dapat dikatakan
variabel manajemen laba bukan variabel moderasi dalam model dan
belum dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh kepemilikan
keluarga (X1) terhadap agresivitas pajak (Y).
b. Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Corporate Social
Responsibility Dengan Manajemen Laba.
Tabel 4.13
Hasil Uji t H4
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) ,305 ,013 23,358 ,000
CSR -,185 ,051 -,262 -3,629 ,000
Ml -,264 ,153 -,565 -1,726 ,086
CSR*EM 1,052 ,598 ,576 1,759 ,080
Sumber: data sekunder diolah
Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji t variabel corporate social
responsibility memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 (<0,05)
dengan nilai beta -0,185 dan variabel moderasi yaitu manajemen
laba memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,086 (>0,05) dengan
83
nilai beta -0,264. Hal ini menunjukkan bahwa variabel corporate
social responsibility berpengaruh negatif terhadap agresivitas
pajak sedangkan manajemen laba belum dapat mempengaruhi
tindakan agresivitas pajak.
Variabel X2X3 yang merupakan interaksi antara variabel
corporate social responsibility dan manajemen laba memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,80 (>0,05) sehingga dapat dikatakan
variabel manajemen laba bukan variabel moderasi dalam model
yang artinya interaksi antara corporate social responsibility
dengan manajemen laba belum dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi tindakan agresivitas pajak.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil uji statistik t variabel kepemilikan keluarga dalam
perusahaan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,005 dengan koefisien
regresi -0,019 dapat dikatakan bahwa variabel kepemilikan keluarga
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan
artinya H1 diterima.
Hal ini menunjukkan semakin tinggi adanya tingkat kepemilikan oleh
keluarga disuatu perusahaan maka semakin tinggi juga tindakan agresivitas
pajak perusahaan. Hal ini bisa disebabkan karena di Indonesia menganut
sistem self assessment dimana wajib pajak yang menghitung, melaporkan dan
84
membayar pajak mereka sehingga dengan mudah melakukan agresivitas
pajak.
Hasil yang sama juga diungkapkan pada penelitian (Sari & Martani,
2010) yang menyatakan bahwa perusahaan keluarga memiliki berpengaruh
terhadap tingkat agresivitas pajak. (Sari & Martani, 2010) menyatakan bahwa
bagi perusahaan Indonesia keuntungan berupa penghematan pajak lebih besar
daripada kemungkinan rugi karena turunnya harga saham perusahaan,
rusaknya nama perusahaan ataupun kemungkinan terkena sanksi atau denda
dari petugas pajak. fenomena seperti ini mungkin juga terjadi karena adanya
efek exterlitas dari budaya pemeriksaan pajak di Indonesia. (Sari & Martani,
2010) mengungkapkan bahwa dalam kondisi dimana korupsi dan tindakan
curang dianggap merupakan hal biasa, maka tindakan tersebut akan semakin
diterima dan biaya atas tindakan tersebut akan semakin rendah.
Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian, penelitian (Chen et al.,
2010) yang menjelaskan perusahaan keluarga memiliki tingkat keagresifan
pajak yang lebih kecil daripada perusahaan non-keluarga. Hal ini diduga
terjadi karena dibandingkan perusahaan non-keluarga, perushaan keluarga
lebih rela membayar pajak lebih tinggi, daripada harus membayar denda
pajak. (Aditama, 2015) juga menyatakan bahwa perusahaan yang didominasi
oleh keluarga dimungkinkan tidak akan melakukan penghindaran pajak karena
menjaga reputasinya. Hasil yang berbeda ini dapat disebabkan oleh perbedaan
pengukuran yang digunakan (CETR), sektor perusahaan yang dipilih
85
(nonmanufaktur) untuk penelitian (Aditama, 2015) dan perbedaan
pengambilan sampel perusahaan (usa) untuk penelitian (Chen et al., 2010).
2. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil uji statistik t yang ditunjukkan oleh tabel 4.10 dapat
dikatakan bahwa variabel corporate social responsibility berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan, maka H2 diterima.
Artinya semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, semakin
rendah praktik penghindaran pajak perusahaan. Hasil tersebut sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh penelitian (Ratmono & Sagala,
2015) dan (Yoehana, 2013) yang menyatakan bahwa tingkat pengungkapan
CSR berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Menurut (Ratmono &
Sagala, 2015) pengaruh negatif tersebut terjadi karena perusahaan yang
rendah tingkat pengungkapan CSR cenderung lebih agresif melakukan
berbagai upaya agar dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.
Hasil penelitian Lanis dan Richardson (2012) juga menyatakan bahwa
semakin besar perusahaan bertanggungjawab terhadap sosial maka semakin
besar kemungkinannya untuk mencegah aktivitas agresivitas pajak. Hasil
analisis tambahan juga menunjukan bahwa komitmen investasi sosial dan
strategi CSR perusahaan (termasuk etika dan aturan bisnis) dari elemen dasar
kegiatan CSR memiliki dampak negatif terhadap agresivitas pajak.
Berbeda dengan hasil penelitian (Ratmono & Sagala, 2015) dan
(Yoehana, 2013), Menurut Winarsih, dkk. (2014), pelaporan CSR tidak dapat
86
menjadi ukuran terhadap kinerja CSR yang dilakukan perusahaan karena
infomasi CSR yang diungkapkan dalam laporan belum tentu sesuai dengan
kondisi yang sebenanya. Pengukuran CSR dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengamati ada tidaknya suatu item informasi yang terdapat dalam
laporan tahunan perusahaan. Sedangkan kontrol dari pihak yang diberi
wewenang terhadap laporan CSR juga belum tentu ada sehingga kebenaran
dari yang dilaporkan perusahaan mengenai kegiatan CSR-nya belum dapat
dipertanggungjawabkan. Maka tingkat pengungkapan kegiatan tanggungjawab
sosial dalam laporan tahunan perusahaan tidak dapat dijadikan jaminan akan
rendahnya tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh perusahaan. Perbedaan
hasil ini disebabkan oleh perbedaan pengukuran sebelumnya yang hanya
menggunakan 78 check list katagori, dalam penelitian ini menggunakan
indikator terbaru GRI-G4 yang menyediakan kerangka kerja yang relevan
secara global untuk mendukung pendekatan yang terstandardisasi dalam
pelaporan, yang mendorong tingkat transparansi dan konsistensi yang
diperlukan untuk membuat informasi yang disampaikan menjadi berguna
dan dapat dipercaya oleh pasar dan masyarakat.
Hipotesis ini didasarkan pada pemikiran bahwa kewajiban CSR adalah
perusahaan seharusnya membayar pajak secara wajar sesuai hukum di negara
manapun perusahaan beroperasi. Jika perusahaan dipandang sebagai
penghindar pajak, maka perusahaan tersebut dianggap tidak membayar pajak
secara fair kepada pemerintah untuk membantu membiayai barang publik
87
masyarakat. Kekurangan penerimaan pajak akan menghasilkan permusuhan,
rusaknya reputasi bagi perusahaan. Pada akhirnya, agresivitas pajak
perusahaan akan menghasilkan kerugian bagi masyarakat. Dengan demikian,
agresivitas pajak perusahaan seharusnya dianggap tindakan tidak bertanggung
jawab secara sosial (socially irresponsible) dan merupakan aktivitas yang
tidak berlegitimasi (Wahyudi, 2015).
Hasil hipotesis yang signifikan ini juga membuktikan hipotesis
sebelumnya yang erat kaitannya dengan teori legitimasi, bahwa untuk
mencapai keuntungan yang lebih baik dan untuk mempertahankan
keberlanjutan usahanya, perusahaan akan berusaha menjaga kepercayaan
para stakeholders-nya dengan melakukan dan melaporkan kegiatan CSR,
termasuk menjaga kepercayaan pihak pemerintah dengan tidak melakukan
tindakan agresif terhadap pembayaran pajak penghasilan.
3. Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Agresivitas Pajak Dengan
Manajemen Laba Sebagai Variabel Moderasi.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel X1X3 yang merupakan interaksi antara variabel kepemilikan
keluarga dengan manajemen laba memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,392
lebih besar dibandingkan 0,05, maka demikian hipotesis ketiga (H3) ditolak,
yang artinya dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa manajemen laba
bukan sebagai faktor moderasi yang dapat memperkuat/memperlemah
hubungan kepemilikan keluarga terhadap agresivitas pajak.
88
Berdasarkan hasil uji statistik t yang ditunjukkan oleh tabel 4.11 dapat
dikatakan bahwa variabel manajemen laba berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan dalam kepemilikan keluarga terhadap agresivitas pajak. Ini
menunjukan bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan dapat
meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkan. Namun manajemen laba
tidak berdampak besar bagi tujuan meminimalisasi biaya pajak. Hal ini
disebabkan karena terkonsentrasinya kepemilikan keluarga belum mampu
memberikan kontrol yang baik terhadap tindakan manajemen atas sikap
opportunitiesnya dalam melakukan manajemen laba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Isnanta, 2008) yang
mengungkapkan faktor kepemilikan dalam perusahaan kurang berpengaruh
dalam praktik manajemen laba. Namun (Murniati, 2012) menjelaskan bahwa
kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap pajak agresif. Perusahaan yang
didominasi oleh keluarga dimungkinkan memberikan posisi pada anggota
keluarga di bagian manajerial sehingga dapat mengutamakan kepentingannya.
Hal ini dapat menyebabkan praktik manajemen laba dan manipulasi lainnya
pada perusahaan. (Hartanto, 2011) mengatakan Perusahaan publik di
Indonesia yang dikendalikan keluarga atau negara atau institusi keuangan
masalah agensinya lebih kecil jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol
oleh publik atau tanpa pengendali utama. Perusahaan yang dikendalikan oleh
keluarga mempunyai struktur yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi
antara pemegang saham dan kreditur, dimana kreditur menganggap
89
kepemilikan keluarga lebih melindungi kepentingan kreditur. Jika
kepemilikan keluarga lebih efisien, maka pada perusahaan dengan
kepemilikan keluarga yang tinggi, masalah pengelolaan laba yang oportunis
dapat dibatasi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi kepemilikan keluarga
menunjukkan monitoring semakin baik karena rasa tanggung jawab besar
sehingga akan semakin menurunkan kemungkinan manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan.
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak
Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Moderasi.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel X2X3 yang merupakan interaksi antara variabel corporate
social responsibility dengan manajemen laba memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,080 lebih besar dibandingkan 0,05, maka demikian hipotesis ketiga
(H4) ditolak, yang artinya dalam penelitian ini bahwa manajemen laba bukan
sebagai faktor moderasi yang dapat memperkuat/memperlemah hubungan
corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak.
Berdasarkan hasil uji statistik t yang ditunjukkan oleh tabel 4.12 dapat
dikatakan bahwa variabel manajemen laba berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan dalam corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak.
Hal ini menyatakan bahwa praktik manajemen laba tidak membawa pengaruh
terhadap kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan perusahaan.
keberadaan manajemen laba dianggap kurang mampu untuk menambah efek
90
dari tindakan agresivitas pajak. CSR belum terbukti menjadi alat
pembentengan (entrenchement) untuk meningkatkan dukungan dari kelompok
pemangku kepentingan lainnya yang kepentingan-kepentingannya terganggu
atas praktik-praktik manajemen laba.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian (Dianita dan
Rahmawati, 2011) dan (Jayastini dan Wirajaya, 2016) menyatakan bahwa
pengungkapan perusahaan yang memiliki komitmen yang kuat dalam
melaksanakan aktivitas CSR belum tentu mampu untuk mendapatkan
legitimasi dari lingkungan sekitarnya dan beroperasi sesuai dengan etika dan
norma yang belaku yang akan membatasi praktik manajemen labanya.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Lanis & Richardson, 2013) menyatakan bahwa sulit untuk membedakan
antara CSR yang dilakukan dengan motif altruistik dengan CSR yang
dilakukan dengan tujuan untuk menguntungkan reputasi perusahaan.
Sebaliknya, banyak aksi perusahaan yang dilakukan dengan motif ganda. Oleh
karena itu penting dalam mempertimbangkan bagaimana CSR dapat
mempengaruhi agresivitas pajak tanpa membuat setiap upaya untuk
membedakan antara tindakan yang diambil karena perusahaan benar-benar
ingin bertanggung jawab maupun tindakan yang diambil karena tujuan
tertentu. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan, diharapkan perusahaan tersebut semakin tidak agresif terhadap
pajak. (Octaviana, 2014) menyatakan, secara etika manipulasi yang tidak
91
dapat diterima oleh sebagian besar orang terjadi lebih sedikit pada perusahaan
yang memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan aktivitas CSR.
Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan
oleh perusahaan, diharapkan perusahaan tersebut tidak melakukan tindakan
agresivitas pajak. Hal ini karena apabila perusahaan yang menerapkan CSR
dan melakukan tindakan agresivitas pajak, maka perusahaan akan kehilangan
nama baik di mata stakeholder, masyarakat dan pemerintah, serta akan
menurunkan nilai dan dampak positif dari CSR yang telah dilakukan oleh
perusahaan (Purwanggono, 2015).
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh kepemilikan keluarga dan corporate
social responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak dengan manajemen laba
sebagai pemoderasi. Perusahaan yang termasuk dalam populasi pemelitian adalah
perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama lima periode berturut-turut tahun 2011-2015. Data
sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 182 (dengan pengurangan
outlier) pengamatan. Analisis menggunakan model regresi berganda dengan
program IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, hasil pengujian yang telah dilakukan dan
pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepemilikan Keluarga yang diukur dengan menggunakan Dummy
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Agresivitas Pajak perusahaan
yang diukur dengan Effective Tax Rate (ETR). Hasil yang sama juga
ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Sari & Martani, 2010).
2. Corporate Social Responsibility (CSR) yang diukur dengan menggunakan
Corporate Social Responsibility Index (CSRI) memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan yang diukur dengan
Effective Tax Rate (ETR). Hasil yang sama juga ditemukan dalam
93
3. penelitian yang dilakukan oleh (Ratmono & Sagala, 2015) dan (Yoehana,
2013)
4. Hubungan interaksi antara Kepemilikan Keluarga dengan Manajemen
Laba yang diukur menggunakan Discretionary Accruals (DA) belum
dapat mempengaruhi Agresivitas Pajak. Hasil yang sama ditemukan
dalam penelitian (Isnanta, 2008).
5. Hubungan interaksi antara Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
Manajemen Laba) belum dapat mempengaruhi tindakan Agresivitas Pajak.
Hasil yang sama ditemukan dalam penelitian (Dianita dan Rahmawati,
2011) dan (Jayastini dan Wirajaya, 2016).
B. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal diantaranya :
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel yang akan
digunakan seperti kompensasi eksekutif, profitabilitas dan komisaris
independen, likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, dll sehingga hasilnya
akan memperkaya pembahasan mengenai agresivitas pajak.
2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan proxi-proxi yang berbeda
dalam setiap variabel sehingga dapat dibandingkan dengan proxi yang
digunanakan dalam penelitian ini.
94
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan perusahaan yang
bergerak di sektor selain sektor manufaktur sebagai objek penelitian.
Dengan demikian dapat diketahui pengaruh kepemilikan keluarga dan
corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak perusahaan serta
manajemen laba dari masing-masing sektor yang ada serta dari semua
industri secara keseluruhan.
95
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Ahmad. (2015). “Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga,Corporate Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit, DanKepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak ”.
Aditama, Ferry., & Anna Purwaningsih. (2013). “Pengaruh Perencanaan PajakTerhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Non-manufaktur yang Terdaftardi BEI ”. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 1–15.
Arifin, Zaenal. (2003). “Masalah agensi dan mekanisme kontrol pada perusahaandengan struktur kepemilikan terkonsentrasi yang dikontrol keluarga: Buktidari perusahaan publik di Indonesia ”. Universitas Indonesia.
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shevlin, T. (2010). “Are Firms More TaxAggressive Than Non-Family Firms? ” . Journal of Financial Economics,95, 41–61.
Crowther, D., & Guler, A. (2008). “Corporate social responsibility ”.
Elisabeth, Trifena. (2016). “Pengaruh Kepemilikan Keluarga, Profitabilitas, DanCorporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Agresivitas Pajak ”.
Firdaus, Alfan. Z. (2013). “Pengaruh Pengungkapan Corporate SocialResponsibility Terhadap Kepemilikan Institusional ”, 2, 1–12.
Frank, M. M., Lynch, L. J., & Reg, S. O. (2004). “Does Aggressive FinancialReporting Accompany Aggressive Tax Reporting (and Vice Versa)? ” . TheAccounting Review, (319). https://doi.org/10.2139/ssrn.647604
Frank, M. M., Lynch, L. J., & Rego, S. O. (2009). “Tax Reporting Aggressivenessand Its Relation to Aggresive Financial Reporting ”. The Accounting Review,84(2), 467–496. https://doi.org/10.2308/accr.2009.84.2.467
Ghozali, Imam. (2013). “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS ”.Semarang: Universitas Diponegoro.
Hanna, & Haryanto, M. (2016). “Agresivitas Pelaporan Keuangan, AgresivitasPajak, Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Keluarga ”, XX(3), 407–419.
Hidayanti, Alfiani Nur. (2013). “Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga DanCorporate Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Semarang :Universitas Diponegoro.
96
Hidayati, & Murni. (2009). “Pengaruh Pengungkapan Corporate SosialResponsibility Terhadap Earningss Response Coefficient Pada PerusahaanHigh Profile ”. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol.11.
Jessica, & Toly, Agus Arianto. (2014). “Pengaruh Pengungkapan CorporateSocial Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak ”, 4(1).
K.A. Kim, J.R. Nofsinger, & D.J. Mohr. (2010). “Corporate Governance ”. (3rd,Ed.). Pearson (KNM).
Kamila, Putri. A., & Dwi Martani. (2011). “Analisis Hubungan AgresivitasPelaporan Keuangan Dan Agresivitas Pajak Pada Saat Terjadinya PenurunanTarif Pajak ”, 1–19.
Lanis, Roman., & Richardson, G. (2013). “Corporate social responsibility and taxaggressiveness: a test of legitimacy theory ”. Accounting, Auditing &Accountability Journal, 26(1), 75–100.https://doi.org/10.1108/09513571311285621
Marlina, Tina. S. (2013). “Pengaruh Manajemen Laba Dan Sanksi PerpajakanTerhadap Kepatuhan Perpajakan ”, 1–22.
Martani, Dwi., & Persada, A. E. (2010). “Pengaruh Book Tax Gap TerhadapPersistensi Laba ”. Jurnal Akuntansi Universitas Indonesia.
Murniati, Sari. (2012). “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan TerkonsentrasiPada Keluarga Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan ”.
Muzakki, Muadz. R. (2015). “Pengaruh Corporate Social Responsibility DanCapital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak ”.
Octaviana, Natasya. E. (2014). “Pengaruh Agresivitas Pajak Terhadap CorporateSocial Responsibility : Untuk Menguji Teori Legitimasi ”.
Pradipta, Dyah. H., & Supriyadi. (2016). “Pengaruh Corporate SocialResponsibility (CSR), Profitabilitas, Leverage, dan Komisaris IndependenTerhadap Praktik Penghindaran Pajak ”.
Pramudyatama, Renaldo. S. (2014). “Pengaruh Overvalued Equities TerhadapTarif Audit Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Pemoderasi ”.
Prasetyo, Arief. (2009). “Corporate Governance, Kebijakan Deviden, Dan NilaiPerusahaan ”. Universitas Indonesia.
97
Purwanggono, Erlang. A. (2015). “Pengaruh Corporate Social Responsibility DanKepemilikan Mayoritas Terhadap Agresivitas Pajak ”.
Putri, Lucy. T. Y. (2014). “Pengaruh Likuiditas, Manajemen Laba Dan CorporateGovernance Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan ”.
Ramadhani, Laras. S. (2012). “Pengaruh Corporate Social ResponsibilityTerhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan ManajemenSebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftardi BEI ”.
Ratmono, Dwi., & Sagala, Winarti. M. (2015). “Pengungkapan Corporate SocialResponsibility Sebagai Sarana Legitimasi : Dampaknya Terhadap TingkatAgresivitas Pajak ”, IV, 16–30.
Sari, & Martani, D. (2010). “Karakteristik Kepemilikan Perusahaan, CorporateGovernance, dan Tindakan Pajak Agresif ”. Simposium Nasional AkuntansiXIII Purwokerto, 1–34.
Sembiring, Eddy. R. (2005). “Karakteristik Perusahaan dan PengungkapanTanggung Jawab Sosial pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa EfekJakarta ”. Simposium Nasional Akuntansi 7.
Siregar, Bagja. (2014, September 5). Kasus Manipulasi Pajak, Dari Bakrie HinggaBCA. Kompasiana.com. http://hukum.kompasiana.com/2014/09/05/kasus-manipulasi-pajak-dari-bakrie-hingga-bca-672777%0A.html.
Suandy, Erly. (2014). “Perencanaan Pajak (5th ed.) ”. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiri, S. (1998). “Earnings management: Teori, model, dan bukti empiris ”.
Sukandarrumidi. (2006). “Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis Untuk PenelitiPemula ”. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Thesen, Wijayanto. (2016). “Pengaruh Pengungkapan Corporate SocialResponsibility Terhadap Agresivitas Pajak ”.
Titisari, Kartika. H., Suwardi, E., & Setiawan, D. (2010). “Corporate SocialResponsibility (CSR) dan kinerja perusahaan ”. Purwokerto: ProceedingSimposium Nasional Akuntansi XIII.
Utami, Wahyu. T., & Setyawan, H. (2013). “Pengaruh Kepemilikan KeluargaTerhadap Tindakan Pajak Agrsif dengan Corporate Governance sebagaiVariabel Moderating ”, (2004), 413–421.
Watts, R. L., & Zimmerman, J. L. (1986). “Positive Accounting Theory ”. New
98
Jersey: Prentice-Hall.
Wysocki, P. D. (2004). “Discussion of Ultimate Ownership, Income Management,and Legal and Extra-Legal Institutions ”, 42(2).
Yoehana, Maretta. (2013). “Analisis Pengaruh Corporate Social ResponsibilityTerhadap Agresivitas ”. Working Paper.
Yunistiyani, Vina., & Tahar, Afrizal. (2016). “Analisis Hubungan CorporateSosial Responsibility Dan Agresivitas Pajak Dengan Good CorporateGovernance Sebagai Variabel Pemoderasi ”.
99
LAMPIRAN
100
LAMPIRAN 1
Daftar Sampel Perusahaan 2011-2015
No Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1. PT AKRA Corporindo, Tbk. AKRA
2. PT Alkindo Naratama, Tbk. ALDO
3 PT Asahimas Flat Glass, Tbk. AMFG
4 PT Asia Plast Industries, Tbk. APLI
5 PT Arwana Citramulia, Tbk. ARNA
6 PT Astra International, Tbk. ASII
7 PT Astra Otoparts, Tbk. AUTO
8 PT Betonjaya Manunggal, Tbk. BTON
9 PT Budi Acid Jaya, Tbk. BUDI
10 PT Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk. CEKA
11 PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. CPIN
12 PT Delta Djakarta, Tbk. DLTA
13 PT Darya-Varia Laboratoria, Tbk. DVLA
14 PT Ekadharma International, Tbk. EKAD
15 PT Gudang Garam, Tbk. GGRM
16 PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. HMSP
17 PT Indofood CBP Sukses Makmur,Tbk. ICBP
Bersambung ke halaman selanjutnya
101
LAMPIRAN 1 (LANJUTAN)
18 PT Champion Pacific Indonesia, Tbk. IGAR
19 PT Indal Aluminium Industry, Tbk. INAI
20 PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. INDF
21 PT Indospring, Tbk. INDS
22 PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk. INTP
23 PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. JPFA
24 PT Kimia Farma (Persero), Tbk. KAEF
25 PT KMI Wire and Cable, Tbk. KBLI
26 PT Kabelindo Murni, Tbk. KBLM
27 PT Kedawung Setia Industrial KDSI
28 PT Kalbe Farma, Tbk. KLBF
29 PT Lion Metal Works, Tbk. LION
30 PT Lionmesh Prima, Tbk. LMSH
31 PT Merck, Tbk. MERK
32 PT Mayora Indah, Tbk. MYOR
33 PT Nipress, Tbk. NIPS
34 PT Pelangi Indah Canindo, Tbk. PICO
35 PT Bukit Asam (Persero), Tbk. PTBA
36 PT Pyridam Farma, Tbk. PYFA
Bersambung ke halaman selanjutnya
102
LAMPIRAN 1 (LANJUTAN)
37 PT Ricy Putra Globalindo, Tbk. RICY
38 PT Nippon Indosari Corporindo, Tbk. ROTI
39PT Supreme Cable Manufacturing &
Commerce, Tbk. SCCO
40 PT Sekar Laut, Tbk. SKLT
41 PT Holcim Indonesia, Tbk. SMCB
42 PT Semen Indonesia (Persero), Tbk. SMGR
43 PT Selamat Sempurna, Tbk. SMSM
44 PT Indo Acidatama, Tbk. SRSN
45 PT Mandom Indonesia, Tbk. TCID
46 PT Surya Toto Indonesia, Tbk. TOTO
47 PT Trias Sentosa, Tbk. TRST
48 PT Tempo Scan Pacific, Tbk. TSPC
49PT Ultrajaya Milk Industry & Trading,
Tbk. ULTJ
50 PT Nusantara Inti Corpora, Tbk. UNIT
51 PT United Tractors, Tbk. UNTR
52 PT Unilever Indonesia, Tbk. UNVR
Sumber: Data sekunder diolah
103
LAMPIRAN 2
INDIKATOR GRI G4
KATEGORIA. EKONOMI
A.1. Aspek Kinerja EkomomiNo. Kode GRI Keterangan1. G4-EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan2. G4-EC2 Implikasi finansial dan risiko serta peluang lainnya kepada
kegiatan organisasi karena perubahan iklim3. G4-EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas program imbalan pasti4. G4-EC4 Bantuan finansial yang diterima dari pemerintahA.2. Aspek Keberadaan Pasar5. G4-EC5 Rasio upah standar pegawai pemula (entry level) menurut
gender dibandingkan dengan upah minimum regional di lokasi-lokasi operasional yang signifikan
6. G4-EC6 Perbandingan manajemen senior yang dipekerjakan darimasyarakat lokal di lokasi operasi yang signifikan
A.3. Aspek dampak ekonomi tidak langsung7. G4-EC7 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur dan jasa
yang diberikan8. G4-EC8 Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk
besarnya dampakA.4. Aspek pengadaan9. G4-EC9 Perbandingan pembelian dari pemasok lokal di lokasi
operasional yang signifikanB. LINGKUNGANB.1. Aspek bahan10 G4-EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau volume11 G4-EN2 Persentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan input
daur ulangB.2. Aspek energy12 G4-EN3 Konsumsi energi dalam organisasi13 G4-EN4 Konsumsi energi di luar organisasi14 G4-EN5 Intensitas energi15 G4-EN6 Pengurangan konsumsi energi16 G4-EN7 Pengurangan kebutuhan energi pada produk dan jasaB.3. Aspek air17 G4-EN8 Total pengambilan air berdasarkan sumber18 G4-EN9 Sumber air yang secara signifikan dipengaruhi oleh
104
pengambilan air19 G4-EN10 Persentase dan total volume air yang didaur ulang dan
digunakan kembaliB.4. Aspek keanekaragaman hayati20 G4-EN11 Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki, disewa, dikelola di
dalam, atau yang berdekatan dengan, kawasan lindung dankawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi di luarkawasan lindung
21 G4-EN12 Uraian dampak signifikan kegiatan, produk, dan jasa terhadapkeanekaragaman hayati di kawasan lindung dan kawasandengan nilai keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasanlindung
22 G4-EN13 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan23 G4-EN14 Jumlah total spesies dalam iucn red list dan spesies dalam daftar
spesies yang dilindungi nasional dengan habitat di tempat yangdipengaruhi operasional, berdasarkan tingkat risiko kepunahan
B.5. Aspek Emisi24 G4-EN15 Emisi gas rumah kaca (grk) langsung (cakupan 1)25 G4-EN16 Emisi gas rumah kaca (grk) energi tidak langsung (cakupan 2)26 G4-EN17 Emisi gas rumah kaca (grk) tidak langsung lainnya (cakupan 3)27 G4-EN18 Intensitas emisi gas rumah kaca (grk)28 G4-EN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca (grk)29 G4-EN20 Emisi bahan perusak ozon (bpo)30 G4-EN21 Nox, sox, dan emisi udara signifikan lainnyaB.6. Aspek Efluen dan limbah31 G4-EN22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan32 G4-EN23 Bobot total limbah berdasarkan jenis dan metode pembuangan33 G4-EN24 Jumlah dan volume total tumpahan signifikan34 G4-EN25 Bobot limbah yang dianggap berbahaya yang diangkut,
diimpor, diekspor, atau diolah, dan persentase limbah yangdiangkut untuk pengiriman internasional
35 G4-EN26 Identitas, ukuran, status lindung, dan nilai keanekaragamanhayati dari badan air dan habitat terkait yang secara signifikanterkena dampak dari air buangan dan limpasan dari organisasi
B.7. Aspek produk dan jasa36 G4-EN27 Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak lingungan produk
dan jasa37 G4-EN28 Persentase produk yang terjual dan kemasannya yang
direklamasi menurut kategoriB.8. Aspek kepatuhan38 G4-EN29 Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi non-
moneter karena ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan
105
peraturan lingkunganB.9. Aspek transportasi39 G4-EN30 Dampak lingkungan signifikan dari pengangkutan produk dan
barang lain serta bahan untuk operasional organisasi, danpengangkutan tenaga kerja
B.10. Aspek Lain-lain40 G4-EN31 Total pengeluaran dan investasi perlindungan lingkungan
berdasarkan jenisB.11. Asesmen pemasok atas lingkungan41 G4-EN32 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
lingkungan42 G4-EN33 Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan potensial
dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambilB.12. Aspek mekanisme pengaduan masalah lingkungan43 G4-EN34 Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang diajukan,
ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduanresmi
C. KATEGORI SOSIALC.1. SUB-KATEGORI PRAKTIK KETENAGAKERJAAN DANKENYAMANAN BEKERJAC.1.1. Aspek Kepegawaian44 G4-LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan turnover
karyawan menurut kelompok umur, gender, dan wilayah45 G4-LA2 Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purnawaktu yang
tidak diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu,berdasarkan lokasi operasi yang signifikanTingkat kembalibekerja dan tingkat retensi setelah cuti melahirkan, menurutgender
46 G4-LA3 Tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cutimelahirkan, menurut gender
C.1.2. Aspek hubungan industrial47 G4-LA4 Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenai perubahan
operasional, termasuk apakah hal tersebut tercantum dalamperjanjian bersama.
C.1.3. Aspek kesehatan dan keselamatan kerja48 G4-LA5 Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite
bersama formal manajemen-pekerja yang membantumengawasi dan memberikan saran program kesehatan dankeselamatan kerja
49 G4-LA6 Jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat kerja, hari hilang, dankemangkiran, serta jumlah total kematian akibat kerja, menurutdaerah dan gender
106
50 G4-LA7 Pekerja yang sering terkena atau berisiko tinggi terkenapenyakit yang terkait dengan pekerjaan mereka
51 G4-LA8 Topik kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalamperjanjian formal dengan serikat pekerja
C.1.4. Aspek pelatihan dan pendidikan52 G4-LA9 Jam pelatihan rata-rata per tahun per karyawan menurut gender,
dan menurut kategori karyawan53 G4-LA10 Program untuk manajemen keterampilan dan pembelajaran
seumur hidup yang mendukung keberlanjutan kerja karyawandan membantu mereka mengelola purna bakti.
54 G4-LA11 Persentase karyawan yang menerima reviu kinerja danpengembangan karier secara reguler, menurut gender dankategori karyawan
C.1.5. Aspek keberagaman dan kesetaraan peluang55 G4-LA12 Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan per
kategori karyawan menurut gender, kelompok usia,keanggotaan kelompok minoritas, dan indikator keberagamanlainnya
C.1.6. Aspek kesetaraan remunerasi perempuan dan laki-laki56 G4-LA13 Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-
laki menurut kategori karyawan, berdasarkan lokasi operasionalyang signifikan
C.1.7. Aspek Asesmen Pemasok atas Praktik Ketenagakerjaan57 G4-LA14 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
praktik ketenagakerjaan58 G4-LA15 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
praktik ketenaga kerjaan dalam rantai pasokan dan tindakanyang diambil
C.1.8. Aspek mekanisme pengaduan masalah ketenagakerjaan59 Jumlah pengaduan tentang praktik ketenagakerjaan yang
diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanismepengaduan resmi
C.2. SUB-KATEGORI: HAK ASASI MANUSIAC.2.1. Aspek: investasi60 G4-HR1 Jumlah total dan persentase perjanjian dan kontrak investasi
yang signifikan yang menyertakan klausul terkait hak asasimanusia atau penapisan berdasarkan hak asasi manusia
61 G4-HR2 Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atauprosedur hak asasi manusia terkait dengan aspek hak asasimanusia yang relevan dengan operasi, termasuk persentasekaryawan yang dilatih
C.2.2. Aspek: non-diskriminasi
107
62 G4-HR3 Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan perbaikan yangdiambil
C.2.3. Aspek: kebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama63 G4-HR4 Operasi dan pemasok teridentifikasi yang mungkin melanggar
atau berisiko tinggi melanggar hak untuk melaksanakankebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama, dantindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut.
C.2.4. Aspek: pekerja anak64 G4-HR5 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi
melakukan eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambiluntuk berkontribusi dalam penghapusan pekerja anak yangefektif
C.2.5. Aspek: pekerja paksa atau wajib kerja65 G4-HR6 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi
melakukan pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan untukberkontribusi dalam penghapusan segala bentuk pekerja paksaatau wajib kerja
C.2.6. Aspek: praktik pengamanan66 G4-HR7 Persentase petugas pengamanan yang dilatih dalam kebijakan
atau prosedur hak Asasi manusia di organisasi yang relevandengan operasi
C.2.7. Aspek: hak adat67 G4-HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak
masyarakat adat dan tindakan yang diambilC.2.8. Aspek: asesmen68 G4-HR9 Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan reviu
atau asesmen campak hak asasi manusiaC.2.9. Aspek: asesmen pemasok atas hak asasi manusia69 G4-HR10 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak
asasi manusia70 G4-HR11 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
hak asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yangdiambil
C.2.10. Aspek: Mekanisme Pengaduan Masalah Hak Asasi Manusia71 G4-HR12 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap hak asasi manusia
yang 112 diajukan, ditangani, dan diselesaikan melaluimekanisme pengaduan formal
C.3. SUB-KATEGORI:MASYARAKATC.3.1. Aspek: Masyarakat Lokal72 G4-SO1 Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, asesmen
dampak, dan program pengembangan yang diterapkan73 G4-SO2 Operasi dengan dampak negatif aktual dan potensial yang
108
signifikan terhadap masyarakat localC.3.2. Aspek: anti-korupsi74 G4-SO3 Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko
terkait dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi75 G4-SO4 Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan prosedur
antikorupsi76 G4-SO5 Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambilC.3.3. Aspek: kebijakan publik77 G4-SO6 Nilai total kontribusi politik berdasarkan negara dan
penerima/penerima manfaatC.3.4. Aspek: anti persaingan78 G4-SO7 Jumlah total tindakan hukum terkait anti persaingan, anti-trust,
serta praktik monopoli dan hasilnyaC.3.5. Aspek: kepatuhan79 G4-SO8 Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah total sanksi
nonmoneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang danperaturan
C.3.6. Aspek: asesmen pemasok atas dampak pada masyarakat80 G4-SO9 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
dampak terhadap masyarakat81 G4-SO10 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambilC.3.7. Aspek: Mekanisme Pengaduan Dampak terhadap Masyarakat82 G4-SO11 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat yang
diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanismepengaduan resmi
C.4. SUB-KATEGORI: TANGGUNG JAWAB ATAS PRODUKC.4.1. Aspek: Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan83 G4-PR1 Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan yang
dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilaiuntuk peningkatan
84 G4-PR2 Total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dankoda sukarela terkait dampak kesehatan dan keselamatan dariproduk dan jasa sepanjang daur hidup, menurut jenis hasil
C.4.2. Aspek: Pelabelan Produk dan Jasa85 G4-PR3 Jenis informasi produk dan jasa yang diharuskan oleh prosedur
organisasi terkait dengan informasi dan pelabelan produk danjasa, serta persentase kategori produk dan jasa yang signifikanharus mengikuti persyaratan informasi sejenis
86 G4-PR4 Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dankoda sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produkdan jasa, menurut jenis hasil
109
87 G4-PR5 Hasil survei untuk mengukur kepuasan pelangganC.4.3. Aspek: komunikasi pemasaran88 G4-PR6 Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan89 G4-PR7 Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
koda sukarelaC.4.3. Aspek: privasi pelanggan90 G4-PR8 Jumlah total keluhan yang terbukti terkait dengan pelanggaran
privasi pelanggan dan hilangnya data pelangganC.4.4. Aspek: kepatuhan91 G4-PR9 Nilai moneter denda yang signifikan atas ketidakpatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan terkait penyediaan danpenggunaan produk dan jasa.
110
Lampiran 3
Kepemilikan Keluarga
NamaPerusahaan
2011 2012 2013 2014 2015
AKRA 1 1 1 1 1
ALDO 1 1 1 1 1
AMFG 0 0 0 0 0
APLI 0 0 0 0 0
ARNA 1 1 0 0 0
ASII 0 0 0 0 0
AUTO 1 1 0 0 0
BTON 0 0 1 1 1
BUDI 1 1 0 0 0
CEKA 0 0 0 0 0
CPIN 1 1 1 1 1
DLTA 0 0 0 0 0DVLA 0 0 0 0 0
EKAD 1 1 1 1 1
GGRM 0 0 0 1 1
HMSP 1 1 1 1 1
ICBP 1 1 0 0 0
IGAR 0 0 0 0 0
INAI 1 1 0 0 0
INDF 1 1 1 1 1
INDS 1 1 1 1 1
INTP 1 1 1 1 1
JPFA 0 0 0 0 0
KAEF 0 0 1 1 1
KBLI 0 0 0 0 0
KBLM 0 0 0 0 0
KDSI 1 1 0 0 0
KLBF 1 1 1 1 1
LION 0 0 0 0 0
LMSH 0 0 0 0 0
111
Lampiran 3 (lanjutan)
MERK 0 0 0 0 0
MYOR 0 0 0 0 0
NIPS 0 0 0 0 0
PICO 0 0 0 1 1
PTBA 0 0 0 0 0PYFA 1 1 1 1 1
RICY 0 0 0 0 0
ROTI 0 0 0 0 0
SCCO 1 1 1 1 1
SKLT 0 0 0 0 0
SMCB 0 0 0 0 0
SMGR 0 0 0 0 0
SMSM 1 1 1 1 1
SRSN 0 0 1 1 1
TCID 0 0 0 0 0
TOTO 0 0 0 1 1
TRST 0 0 0 0 0
TSPC 1 1 1 1 1
ULTJ 0 0 0 1 1
UNIT 0 0 0 0 0
UNTR 1 1 1 1 1UNVR 1 1 1 1 1
112
Lampiran 4
Corporate Social Responsibility
NamaPerusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
AKRA 0,296703 0,296703 0,296703 0,307692 0,307692
ALDO 0,274725 0,274725 0,307692 0,340659 0,340659
AMFG 0,362637 0,362637 0,384615 0,384615 0,406593
APLI 0,274725 0,274725 0,285714 0,285714 0,296703
ARNA 0,164835 0,164835 0,197802 0,197802 0,285714
ASII 0,274725 0,274725 0,285714 0,230769 0,263736
AUTO 0,32967 0,340659 0,362637 0,362637 0,362637
BTON 0,230769 0,230769 0,230769 0,230769 0,252747
BUDI 0,32967 0,340659 0,351648 0,351648 0,384615
CEKA 0,10989 0,120879 0,120879 0,186813 0,186813
CPIN 0,175824 0,197802 0,274725 0,307692 0,340659
DLTA 0,32967 0,351648 0,351648 0,384615 0,384615
DVLA 0,351648 0,362637 0,307692 0,307692 0,340659
EKAD 0,197802 0,241758 0,241758 0,241758 0,263736
GGRM 0,197802 0,197802 0,208791 0,208791 0,208791
HMSP 0,296703 0,296703 0,285714 0,285714 0,285714
ICBP 0,164835 0,175824 0,186813 0,252747 0,263736
IGAR 0,21978 0,21978 0,175824 0,263736 0,263736
113
Lampiran 4 (lanjutan)
INAI 0,120879 0,120879 0,142857 0,142857 0,164835
INDF 0,164835 0,175824 0,186813 0,153846 0,175824
INDS 0,10989 0,10989 0,10989 0,131868 0,142857
INTP 0,32967 0,32967 0,373626 0,373626 0,428571
JPFA 0,241758 0,263736 0,263736 0,263736 0,285714
KAEF 0,307692 0,318681 0,318681 0,318681 0,340659
KBLI 0,285714 0,285714 0,252747 0,296703 0,296703
KBLM 0,120879 0,142857 0,153846 0,153846 0,153846
KDSI 0,186813 0,186813 0,175824 0,186813 0,197802
KLBF 0,186813 0,197802 0,208791 0,21978 0,230769
LION 0,351648 0,351648 0,32967 0,406593 0,428571
LMSH 0,197802 0,208791 0,21978 0,21978 0,21978
MERK 0,241758 0,263736 0,274725 0,307692 0,307692
MYOR 0,208791 0,21978 0,230769 0,230769 0,241758
NIPS 0,241758 0,263736 0,274725 0,274725 0,274725
PICO 0,054945 0,054945 0,054945 0,054945 0,065934
PTBA 0,241758 0,263736 0,274725 0,274725 0,296703
PYFA 0,340659 0,351648 0,362637 0,373626 0,384615
RICY 0,21978 0,241758 0,252747 0,274725 0,274725
ROTI 0,351648 0,362637 0,362637 0,362637 0,373626
SCCO 0,175824 0,164835 0,186813 0,197802 0,230769
114
Lampiran 4 (lanjutan)
SKLT 0,120879 0,120879 0,131868 0,131868 0,164835
SMCB 0,296703 0,318681 0,373626 0,373626 0,395604
SMGR 0,285714 0,296703 0,307692 0,307692 0,318691
SMSM 0,296703 0,32967 0,340659 0,340659 0,373626
SRSN 0,274725 0,274725 0,285714 0,285714 0,296703
TCID 0,384615 0,395604 0,395604 0,395604 0,428571
TOTO 0,340659 0,395604 0,384615 0,384615 0,384615
TRST 0,21978 0,21978 0,252747 0,252747 0,285714
TSPC 0,241758 0,274725 0,285714 0,285714 0,307692
ULTJ 0,340659 0,373626 0,373626 0,373626 0,395604
UNIT 0,10989 0,10989 0,120879 0,120879 0,120879
UNTR 0,263736 0,285714 0,296703 0,318681 0,318681
UNVR 0,164835 0,186813 0,197802 0,208791 0,230769
115
Lampiran 5
Agresivitas Pajak
NamaPerusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
AKRA 0,22353365 0,232886636 0,209797122 0,203554133 0,209957254
ALDO 0,256952492 0,257402335 0,248260729 0,251305332 0,259105613
AMFG 0,258668207 0,269473407 0,259871814 0,23338836 0,242089075
APLI 0,248191537 0,591084008 0,94426973 0,329447489 0,428081432
ARNA 0,249596909 0,263473677 0,252672732 0,245989613 0,261304814
ASII 0,198804997 0,205821206 0,212440504 0,21749575 0,270657157
AUTO 0,148080246 0,149351575 0,19839386 0,164695153 0,29377116
BTON 0,211833614 0,231036851 0,219996462 0,204077822 0,2130622
BUDI 0,140485044 0,25490982 0,127059068 0,022495921 0,005179856
CEKA 0,249884878 0,300986853 0,229657036 0,259512012 0,256179752
CPIN 0,207153279 0,212197901 0,261433481 0,315287193 0,255039337
DLTA 0,167641894 0,21864676 0,014241125 0,007050938 0,007923329
DVLA 0,298023912 0,267032491 0,301730044 0,268934477 0,260355689
EKAD 0,265182219 0,25230836 0,248764997 0,248911031 0,274052587
GGRM 0,262978175 0,248724833 0,242178672 0,223054585 0,250112127
HMSP 0,266165995 0,257943414 0,252996373 0,257975716 0,346433494
ICBP 0,26823721 0,268622994 0,231656647 0,287017397 0,306693329
IGAR 0,239812581 0,254399737 0,262845451 0,259593462 0,282533279
116
Lampiran 5 (lanjutan)
INAI 0,208941692 0,253734067 0,700995438 0,381308148 0,439704669
INDF 0,273268057 0,296695246 0,397272662 0,342228973 0,318257433
INDS 0,230036898 0,245917939 0,205055918 0,276966119 3,830578489
INTP 0,239939373 0,244509941 0,250622199 0,224894277 0,222001126
JPFA 0,23412919 0,241494742 0,28723016 0,301661743 0,242003105
KAEF 0,275164003 0,269079434 0,244295189 0,238682091 0,229487788
KBLI 0,300012101 0,29259898 0,337541338 0,274537107 0,23804302
KBLM 0,243272605 0,27065792 0,272914711 0,262030721 0,457951301
KDSI 0,27555151 0,265363398 0,278695604 0,233754749 0,257474374
KLBF 0,233932076 0,233880649 0,240001759 0,234645682 0,250399413
LION 0,226596469 0,185262367 0,233395446 0,236042633 0,236996874
LMSH 0,298844815 0,082383662 0,256204091 0,327682812 0,353426162
MERK 0,191043143 0,268457232 0,268009293 0,245997097 0,287441751
MYOR 0,223016137 0,218540149 0,252556206 0,232573283 0,235560522
NIPS 0,264145983 0,243563674 0,31171166 0,282163746 0,347254382
PICO 0,109733485 0,133347336 0,131155792 0,164649492 0,157598854
PTBA 0,019807869 0,017250032 0,019490835 0,023541065 0,212929911
PYFA 0,318994063 0,339285983 0,341325 0,447701162 0,461225803
RICY 0,276258366 0,284646183 0,35662697 0,347359225 0,393437054
ROTI 0,232175669 0,226687908 0,25869694 0,191218719 0,212680432
SCCO 0,238997269 0,240354516 0,271240982 0,246406563 0,23463003
117
Lampiran 5 (lanjutan)
SKLT 0,379665223 0,382535933 0,382535933 0,374830039 0,314872141
SMCB 0,302087647 0,29744563 0,304435755 0,355000183 0,449275735
SMGR 0,226071443 0,2218771 0,217330766 0,013024136 0,142997833
SMSM 0,224248245 0,237699544 0,242380346 0,236045001 0,226325428
SRSN 0,302283273 0,336483776 0,232505271 0,416274249 0,307560302
TCID 0,273459668 0,306523446 0,283889717 0,283734908 0,06583084
TOTO 0,279849419 0,289763247 0,286597321 0,284418443 0,28852559
TRST 0,177431761 0,320398829 0,087934678 0,336406546 0,340614205
TSPC 0,213595291 0,223907141 0,226502163 0,207583453 0,246797865
ULTJ 0,212407465 0,243691076 0,280877981 0,301076933 0,260612654
UNIT 0,368829862 0,940107825 0,871610639 0,966795624 0,832854702
UNTR 0,263827052 0,27334913 0,325510445 0,403222812 0,628321153
UNVR 0,249247372 0,243020892 0,244706521 0,236321297 0,243333218
118
Lampiran 6
Manajemen Laba
NamaPerusahaan 2011 2012 2013 2014 2015
AKRA -0,002818895 0,015334577 0,116215484 -0,165911535 0,06397021
ALDO 0,021365012 -0,058194676 -0,013629126 0,076128112 0,002710110
AMFG 0,055768363 -0,024376718 -0,051202851 0,037741837 0,017214694
APLI -0,008474678 0,111204167 -0,264150842 0,186158428 -0,058288352
ARNA -0,031267756 -0,018770455 0,041830432 0,040394696 -0,077698013
ASII -0,043489862 0,005655118 -0,070393887 -0,029167136 -0,037880586
AUTO 0,077449567 -0,039191852 -0,035493372 0,005828734 -0,095421663
BTON 0,005168916 0,100114998 0,132565663 -0,160830402 0,063566060
BUDI 0,005107372 -0,004784141 -0,063062356 0,053850168 -0,017398175
CEKA 0,227257928 -0,096265836 0,105742981 0,03803969 -0,066507924
CPIN 0,080370599 -0,025800514 -0,023910038 0,01550782 -0,020837049
DLTA -0,113990688 0,020767447 -0,043550082 0,22125736 -0,246459358
DVLA 0,06700577 -0,026101006 -0,016177783 -0,062816703 -0,058718366
EKAD -0,027228152 -0,003080651 0,01649502 0,034594152 -0,167918701
GGRM 0,088628021 -0,119555424 0,033836831 1,221846555 -1,200398162
HMSP 0,146533284 -0,047209207 -0,088553886 -0,017401825 0,115474340
ICBP 0,006850307 -0,031831957 0,04042595 -0,053519294 0,038460004
IGAR 0,118638141 -0,038970882 -0,021685114 0,042193968 -0,095722475
119
Lampiran 6 (lanjutan)
INAI -0,262898447 0,226595815 -0,313357158 0,055410542 0,031119808
INDF -0,076433963 0,083714912 -0,00390481 -0,015971675 0,038566258
INDS 0,023916394 -0,063074134 -0,100249062 0,093140331 -0,104316144
INTP -0,021786853 -0,026795026 0,022820872 -0,001791561 -0,032268529
JPFA 0,036336706 0,021343633 -0,025131184 -0,646408308 0,600580848
KAEF 0,044156334 -0,031773119 -0,005411302 0,009512525 0,025544028
KBLI 0,018136285 0,063969283 -0,018452506 -0,082090648 0,073059235
KBLM -0,025490369 0,169248926 0,020612963 -0,119162056 -0,038011020
KDSI -0,047612601 0,003909766 -0,029608626 0,092539974 -0,014447832
KLBF -0,003424131 0,017062676 0,037314219 -0,077182608 -0,007113171
LION 0,004466873 0,015415231 -0,023933308 -0,089166064 0,024745455
LMSH 0,042228002 0,101785604 -0,138697399 -0,020926415 -0,048151543
MERK 0,139584317 -0,130802013 0,072650537 -0,177499524 0,084910703
MYOR 0,070403506 -0,113425472 -0,004603407 0,097291518 -0,155732042
NIPS 0,153625537 -0,108943755 0,125524109 0,081300223 -0,023714151
PICO -0,02482655 0,077454784 -0,034024929 -0,042417784 -0,047579839
PTBA 0,413442774 -0,291496481 0,333743067 -0,168153823 0,009000834
PYFA 0,0627329 0,025214758 0,030799739 -0,051970754 -0,064773689
RICY 0,046864689 -0,016805789 0,197017967 -0,18630452 -0,070625899
ROTI -0,002956077 -0,062849512 -0,062872189 0,019360847 -0,046281869
SCCO -0,123358342 0,097372123 0,009208228 -0,007452927 -0,024764852
120
Lampiran 6 (lanjutan)
SKLT 0,001093245 0,000686398 -0,006955205 0,018091106 -0,000129410
SMCB -2,847429466 2,835299302 -0,081132959 -0,010516525 0,093754662
SMGR -0,049799027 0,002428667 0,011357066 -0,008473405 -0,082962533
SMSM -0,021077028 -0,036963581 0,023641214 -0,014143767 0,020892776
SRSN 0,002824394 0,07929788 -0,095537173 0,059059556 0,146887739
TCID 0,061122948 -0,094282887 0,008017613 0,071394207 -0,015314274
TOTO 0,015426633 -0,007990199 -0,092000993 0,034738645 0,026559268
TRST -0,001596571 -0,019156214 -0,018166083 -0,044822663 0,033301169
TSPC 0,016601116 0,003186064 0,028895572 -0,023644698 -0,031940423
ULTJ -0,04763681 0,063356926 0,09092766 -0,002930895 -0,058142934
UNIT -0,15831592 0,316337107 0,197741238 -0,212056239 0,455757809
UNTR 0,00314216 0,068618945 -0,130792931 0,05664428 -0,105234355
UNVR -0,042386422 0,043178711 -0,01767387 0,014751901 21,543724545
121
Lampiran 7
Hasil Output SPSS
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Family 182 ,00 1,00 ,4505 ,49892
Csr 182 ,11 ,35 ,2472 ,06585
Agresivitas 182 ,13 ,38 ,2591 ,04654
Em 182 -,65 ,60 ,0017 ,09970
Valid N (listwise) 182
Uji Normalitas
Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 182
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,04405902
Most Extreme Differences Absolute ,078
Positive ,078
Negative -,058
Kolmogorov-Smirnov Z 1,053
Asymp. Sig. (2-tailed) ,217
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
122
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,310 ,013 23,733 ,000
family -,019 ,007 -,202 -2,843 ,005 ,998 1,002
Csr -,171 ,050 -,242 -3,405 ,001 ,997 1,003
Em -,001 ,033 -,003 -,044 ,965 ,999 1,001
123
Uji Heterokedastisitas
Family Csr
Unstandardized
Residual
Spearman's rho Family Correlation
Coefficient
1,000 ,057 ,036
Sig. (2-
tailed)
. ,441 ,634
N 182 182 182
Csr Correlation
Coefficient
,057 1,000 ,081
Sig. (2-
tailed)
,441 . ,276
N 182 182 182
Unstandardized
Residual
Correlation
Coefficient
,036 ,081 1,000
Sig. (2-
tailed)
,634 ,276 .
N 182 182 182
124
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,322a ,104 ,089 ,04443 1,780
a. Predictors: (Constant), ml, family, csr
b. Dependent Variable: agresivitas
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,222a ,049 ,033 ,04576 1,811
a. Predictors: (Constant), moderasi1, family, ml
b. Dependent Variable: agresivitas
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,281a ,079 ,064 ,04504 1,825
a. Predictors: (Constant), moderasi2, csr, ml
b. Dependent Variable: agresivitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) ,310 ,013 23,733 ,000
family -,019 ,007 -,202 -2,843 ,005
Csr -,171 ,050 -,242 -3,405 ,001
Em -,001 ,033 -,003 -,044 ,965
a. Dependent Variable: agresivitas
125
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) ,268 ,005 58,588 ,000
em -,013 ,039 -,028 -,340 ,735
family -,020 ,007 -,215 -2,935 ,004
moderasi1 ,071 ,083 ,071 ,858 ,392
a. Dependent Variable: agresivitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) ,305 ,013 23,358 ,000
em -,264 ,153 -,565 -1,726 ,086
csr -,185 ,051 -,262 -3,629 ,000
moderasi2 1,052 ,598 ,576 1,759 ,080
a. Dependent Variable: agresivitas