PENGARUH KENDURI BLANG TERHADAP INTERAKSI SOSIAL ...
Transcript of PENGARUH KENDURI BLANG TERHADAP INTERAKSI SOSIAL ...
PENGARUH KENDURI BLANG TERHADAP INTERAKSI SOSIAL
MASYARAKAT GAMPONG PASIE TIMON KECAMATAN TEUNOM KABUPATEN ACEH JAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
OLEH :
DEPAR DEDI
NIM : 06C20210007
PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARAT
TAHUN 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kodrat manusia sebagai makhluk sosial adalah keinginannya untuk selalu
hidup bersama dengan orang lain dalam suatu kelompok atau masyarakat. Tidak
seorang pun di dunia ini yang mampu hidup sendiri tanpa melakukan hubungan
atau kerja sama dengan orang lain, karena pada kodratnya manusia memiliki
keterbatasan dan sejak lahir sudah dibekali dengan naluri untuk berhubungan
dengan orang lain, misalnya, seorang individu atau keluarga memerlukan bantuan
atau pertolongan dari individu atau keluarga lainya. Hal ini terjadi karena individu
tersebut belum memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga dalam hal ini saling
membantu antara satu dengan lainnya yang menjadi suatu tradisi atau kebiasaan,
karena manusia tidak bisa hidup sediri, contohnya memerlukan pemeliharaan
kesehatan, pendidikan, silaturahmi dan pergaulan (Soekanto, 2008: h.192).
Berdasarlam uraian tersebut, jelas bahwa pada dasarnya manusia selalu
membutuhkan orang lain, serta membutuhkan banyak hal dalam hidup manusia.
Semua kebutuhan hidup itu hanya dapat dipenuhi dengan jalan mengadakan
hubungan sosial dengan orang-orang yang ada di sekitar. Melalui hubungan itu
manusia menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginan untuk mendapatkan
tanggapan (reaksi) dari pihak lain. Hubungan timbal balik (aksi dan reaksi) inilah
yang disebut interaksi sosial (Basrowi, 2004: h.172).
Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif
dapat terbagi atas bentuk kerja sama, akomodasi, adat istiadat dan asimilasi. Kerja
2
2
sama merupakan suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-
kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diar tikan
sebagai suatu keadaan, dimana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara
individu- individu atau kelompok-kelompok manusia berkaitan dengan norma-
norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha
itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan. Asimilasi merupakan suatu proses
di mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan
kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok.
Gampong Pasie Timon Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya adalah
suatu daerah yang masih sangat melestarikan budaya tolong-menolong atau masih
sangat kental dengan budaya interaksi antar sesama terutama dibidang adat
istiadat, dan bidang lainya apabila populasi masyarakat tersebut lebih cenderung
dengan acara kenduri atau membuat hajatan adat istiadat yang ada pada desa
mereka untuk melestarikan budaya dan juga adalah warisan turun-temurun dari
nenek moyang masyarakat tersebut, contohnya, Kenduri Blang yang akan dibahas
pada penulisan ini.
Kenduri Blang yang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh, memiliki
pengaruh secara positif dan negatif, hal ini karena ada sebagian masyarakat
mengatakan tradisi agama hindu, sedang sebagian masyarakat beranggapan ritual
Kenduri Blang adalah tradisi petani untuk mengucapkan syukur dan memohon
kepada Allah SWT agar hasil panen melimpah serta tidak diserang hama penyakit.
Dalam tradisi tersebut terkandung rasa syukur kepada Allah SWT, selain
itu dalam rangkaian kegiatan tersebut juga kaum petani menaruh harapan kepada
3
3
pemerintah untuk memperhatikan sektor pertanian salah satunya meningkatkan
pembangunan sistem pengairan.
Adat turun ke sawah yang akrab dikatakan Kenduri Blang ini merupakan
tradisi yang harus dilakukan oleh sekelompok komunitas petani. Kenduri Blang
adalah tradisi turun temurun, tentu dimungkinkan perbedaan seremoni adat
tersebut antara zaman dulu dan sekarang. Asal usul Kenduri Blang ini sudah ada
sejak zaman nenek moyang. Tradisi ini dilakukan untuk Peusejuek bibit yang
akan diturunkan setiap tahun (tahun yang akan dilakukan penanaman padi).
Sebelum Kenduri Blang, terlebih dahulu mufakat pesiapan kenduri oleh kelompok
tani tersebut secara kerja sama (meuripe-ripe). Hasil kerja sama ini untuk
persiapan pelaksanaan (Anonymous, 2011: h.120).
Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi
atas bentuk persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Persaingan merupakan
suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang
bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Bentuk
kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara
persaingan dan pertentangan (Gurungan, 2004: h.58-60). Pertentangan merupakan
suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi
tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan
kekerasan.
Ada beberapa macam interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat
Gampong Pasie Timon di antaranya:
a. Interaksi antara Individu dengan Individu
4
4
Pada saat dua individu bertemu, walaupun tidak melakukan kegiatan apa-
apa, namun sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak
sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masing-
masing. Seperti minyak wangi, bau keringat, bunyi sepatu ketika berjalan, dan
hal-hal lain yang bisa mengundang reaksi orang lain. Interaksi jenis ini selain
tidak harus konkret seperti telah dijelaskan di atas, juga bisa sangat konkret.
Wujudnya antara lain berjabat tangan, saling bercakap-cakap, saling menyapa,
dan lain- lain (George Ritzer, 2004: h.117).
b. Interaksi antara Kelompok dengan Kelompok
Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok sebagai satu-kesatuan, bukan
sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Maksudnya
kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu-kesatuan yang
berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contohnya
pertandingan antar tim kesebelasan sepak bola. Mereka bermain untuk
kepentingan kesebelasannya (kelompok) (George Ritzer, 2004: h.120).
c. Interaksi antara Individu dengan kelompok
Interaksi antara individu dengan kelompok menunjukkan bahwa
kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok. Bentuk interaksi
ini berbeda-beda sesuai dengan keadaan, misalnya seorang guru yang mengawasi
murid-muridnya yang sedang mengerjakan ujian. Dalam hal ini seorang guru
sebagai individu berhubungan dengan murid-muridnya yang berperan sebagai
kelompok (Anonymous, 2012, h: 126).
Dalam hal ini masyarakat Gampong Pasie Timon juga menggunakan alat-
alat yang diperlukan dalam memperlancar kegiatan Kenduri Blang yang
5
5
semuanya dipercaya mempunyai arti dan makna tertentu. Penggunaan
perlengkapan alat-alat untuk upacara tersebut di atas, mempunyai simbol dan
makna yang berbeda, dan menjadi satu tumpuan harapan dari upacara tersebut.
Jika dilihat sekarang, hampir semua petani menggunakan pestisida untuk
menghindari serangan hama. Petuah orang-orang terdahulu untuk menghindari
serangan hama, petani menggunakan ranting buluh gading yang masih hidup,
daun pinang kuning, daun puding, dan daun ara emas (Anonymous, 2011: h.27).
Salah satu adat istiadat kenduri blang termasuk sebuah interaksi
masyarakat dalam menjalin silaturahmi antara masyarakat Gampong Pasie Timon
dengan masyarakat tentangga semakin baik dan mudah. Dengan adanya Kenduri
Blang maka akan terjadi pengaruh secara positif (asosiatif) dan negatif (disosiatif)
di antaranya adalah terjadi kerja sama, komunikasi atau saling menyapa. Adapun
pengaruh negatif terjadinya pertentangan dan persaingan, namun dari hasil
observasi penulis bahwa tidak terjadinya pertentangan dan persaingan di dalam
masyarakat, karena mereka telah ada kesepatan dalam acara kenduri blang.
Dari latar belakang di atas maka penulis perlu melakukan penelitian
tentang “Pengaruh Kenduri Blang Terhadap Interaksi Sosial Masyarakat
Gampong Pasie Timon Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana pengaruh kenduri blang
terhadap interaksi sosial masyarakat Gampong Pasie Timon Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya?
6
6
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap Penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah tentu mempunyai
tujuan tertentu. Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelit ian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana pengaruh kenduri blang terhadap interaksi sosial
masyarakat Gampong Pasie Timon Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua manfaat yakni sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Yaitu kegunaan yang sifatnya memberikan sumbangan pemikiran yang
berupa teori-teori dalam kaitannya dengan pelaksanaan penelitian tentang
pengaruh kenduri blang terhadap interaksi sosial masyarakat di Gampong Pasie
Timon. Hal ini terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang mengkaji
masalah-masalah sosial yang sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kondisi
dan perkembangan jaman, serta menambah khasanah pengetahuan bagi
mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
a) Memberikan informasi serta masukan kepada pihak-pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi lembaga atau instansi pemerintah.
b) Membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat dalam melaksanakan adat kenduri blang.
c) Penelitian ini hendaknya memberikan kontribusi bagi penulis dan
pembaca, agar bisa dijadikan bahan penelitian dikemudian hari.
7
7
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini, maka
sistematika skripsi ini ditulis dengan struktur berikut ini:
Bab I: Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II: Tinjauan Pustaka
Bab ini memuat tentang teori-teori yang mendukung penelitian.
Bab III: Metodelogi Penelitian
Pada bab ini berisi tentang metodologi penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan pengujian
kredibilitas data.
Bab IV: Hasil dan Pembahasan
Memuat tentang uraian laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian. Yakni deskripsi dari interprestasi data-data yang diperoleh.
Bab V : Penutup
Berisi Kesimpulan dan saran
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengaruh
Pengaruh merupakan suatu transaksi sosial dimana seorang atau kelompok
orang digerakkan oleh seseorang atau sekelompok orang yang lainnya untuk
melakukan kegiatan sesuai dengan harapan. Sumber-sumber pengaruh untuk
perseorangan atau kelompok dalam organisasi terdapat pada status jabatan, sistem
pengawasan atau balas jasa dan hukuman, pengawasan finansial (anggaran),
pemilikan informasi dan penguasaan saluran komunikasi (Scott dan Mitchell,
2012: h.205).
Seseorang bersedia menjalankan permintaan orang yang dapat
mempengaruhinya secara efektif karena merasa dirinya puas kalau memang dapat
melaksanakan apa yang diminta oleh orang berpengaruh tersebut. Motivasi
seseorang dapat bersifat dari tercapainya hasil-hasil yang maksimum,
diperolehnya imbalan material atau perasaan disukai atau diterima oleh orang lain.
Jadi, seseorang menjadi secara otomatis menuruti apa yang diminta oleh orang
yang berpengaruh tanpa mengharapkan imbalan atau pamrih (Anonymous, 2012:
h.205).
Dalam pengertian lain pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan
timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan
apa yang dipengaruhi. Dua hal ini adalah yang akan dihubungkan dan dicari apa
ada hal yang menghubungkannya.
9
9
Di sisi lain pengaruh adalah berupa daya yang bisa memicu sesuatu,
menjadikan sesuatu berubah. Maka jika salah satu yang disebut pengaruh tersebut
berubah, maka akan ada akibat yang ditimbulkannya (Kusnaka, 2007: h.30).
Akibat-akibat dari pengaruh tersebut diantaranya adalah :
1. Pengaruh Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem sosial, yaitu
satu ke seluruh bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam
satu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan
manusia yang hidup dalam pergaulan. Interaksi ini pertama terjadi pada keluarga
ada terjadi hubungan antara ayah, ibu, dan anak. Dari adanya interaksi antara
anggota keluarga maka akan muncul hubungan dengan masyarakat luar. Pola
hubungan interaksi ini tentu saja dipengaruhi lingkungan dimana masyarakat
tersebut bertempat tinggal. Di dalam masyarakat pedesaan kita ketahui interaksi
yang terjadi lebih erat dibandingkan dengan perkotaan. Pada masyarakat yang
yang hidup di perkotaan hubungan interaksi biasanya lebih dieratkan oleh status,
jabatan atau pekerjaan yang dimiliki. Hal ini menyebabkan terjadinya stratifikasi
sosial dalam masyarakat (Rimbarawa, 2006: h.77).
2. Kebudayaan
Menurut Koentjaradiningrat (dalam Adimihardja, 2012: h.37) kebudayaan
mencakup konsep yang luas sehingga untuk kepentingan analisis, konsep
kebudayaan ini perlu dipecah lagi dalam unsur-unsurnya. Unsur-unsur yang
terbesar yang terjadi karena pecahan tahap pertama disebut unsur-unsur
kebudayaan yang universal dan merupakan unsur-unsur yang pasti bisa
10
10
didapatkan di semua kebudayaan di dunia baik yang hidup dalam masyarakat
perkotaan yang besar dan kompleks.
2.2 Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi Sosial adalah suatu proses hubungan timbal-balik yang dilakukan
oleh individu dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok
dengan individu, antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan
sosial (Phil S Susano, 2009: h.44).
Dalam kamus Bahasa Indonesia interaksi didefinisikan sebagai hal saling
melakukan aksi, berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian
interaksi adalah hubungan timbal-balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi
antara individu dengan individu, antara individu dankelompok dan antara
kelompok dengan kelompok (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 4 Oktober 2012).
Berikut ini adalah pengertian dan definisi interaksi sosial menurut para
ahli:
1. Astrid. S. Susanto
Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur
sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpensi
yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini.
2. Bonner
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang
saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain atau sebaliknya.
11
11
3. Kimball Young &Raymond W. Mack
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut
hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara
kelompok dengan kelompok lainnya.
4. Soerjono Soekanto
Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya
hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antar
individu, antar kelompok, atau antara individu dan kelompok.
5. Gillin & Gillin
Interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok (Abdulsyani, 2002: h.98).
Gillin mengartikan bahwa interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan
sosial dimana yang menyangkut hubungan antara individu, individu dan
kelompok atau antar kelompok dengan kelompok.
a. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Menurut tiga pendapat dari tiga tokoh bentuk interaksi adalah:
1. Gillin dan Gillin bentuk interaksi adalah:
a. Proses yang asosiatif (akomodasi, asimilasi dan akulturasi);
b. Proses yang disosiatif (persaingan, pertentangan).
2. Kimball Young bentuk interaksi adalah:
a. Oposisi (persaingan dan pertentangan);
b. Kerjasama yang menghasilkan akomodasi;
12
12
c. Diferensiasi (tiap individu mempunya hak dan kewajiban atas dasar
perbedaan usia, seks, dan pekerjaan)
3. Tomatsu Shibutani bentuk interaksi adalah:
a. Akomodasi dalam situasi rutin;
b. Ekspresi pertemuan dan anjuran;
c. Interaksi strategis dalam pertentangan;
d. Pengembangan perilaku massa (Soekanto, 2012: h.69).
Syarat terjadinya interaksi adalah:
1. Adanya kontak sosial
Kata kontak dalam bahasa inggrisnya contack, dari bahasa Latincon atau
cum yang artinya bersama-sama dan “tango” yang artinya menyentuh. Jadi
secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Kontak sosial ini tidak selalu
melalui interaksi atau hubungan fisik, karena orang dapat melakuan kontak sosial
tidak dengan menyentuh, misalnya menggunakan HP, telepon dan sebagainya
(Soejono Soekanto, 2012: h.219).
Kontak sosial memiliki memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Kontak sosial bisa bersifat positif dan bisa negatif. Kalau kontak sosial
mengarah pada kerjasama berarti positif, kalau mengarah pada suatu
pertentangan atau konflik berarti negatif.
b. Kontak sosial dapat bersifat primer dan bersifat sekunder. Kontak sosial
primer terjadi apa bila peserta interaksi bertemu muka secara langsung.
Misalnya kontak antara guru dengan murid dan sebagainya. Kalau kontak
sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui perantara. Misal
percakapan melalui telepon, HP dan sebagainya.
13
13
2. Komunikasi
Menurut James A.F. Stoner dalam bukunya yang berjudul “Manajemen”
menyabutkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. Menurut William
F.Glueck, dalam bukunya yang berjudul manajemen, menyatakan bahwa
komunikasi dapat dibagi dua bagian utama, yakni:
a. Interpersonal communication (komunikasi interpersonal), yaitu
komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta
pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam suatu
kelompok kecil manusia.
b. Organization communication (komunikasi organisasi), yaitu dimana
pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan
pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-
pribadi dan lembaga- lembaga di luar yang ada hubungan (Widjaja, 2008,
h: 8-11).
Ada lima unsur pokok dalam berkomunikasi yaitu:
a. Komunikator yaitu orang yang menyampaikan informasi atau pesan atau
perasaan atau pemikiran pada pihak lain.
b. Komunikan yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan,
pikiran, informasi.
c. Pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan.
d. Media yaitu alat untuk menyampaikan pesan.
14
14
e. Efek/feed back yaitu tanggapan atau perubahan yang diharapkan terjadi
pada komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator.
2.2.1 Ada Tiga Tahapan Penting Dalam Komunikasi
1. Pada tahap ini gagasan atau program yang akan dikomunikasikan
diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini komunikator
harus memilih kata atau istilah, kalimat dan gambar yang mudah dipahami
oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode
yang membingungkan komunikan.
2. Penyampaian pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan
dalam bentuk kalimat dan gambar disampaiakan. Penyampaian dapat
berupa lisan dan dapat berupa tulisan atau gabungan dari duanya.
3. Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta
gambar yang diterima menurutnya pengalaman yang dimiliki.
2.2.2 Faktor Pendorong Terjadinya Interaksi Sosial
1. Imitasi yaitu tindakan meniru orang lain
2. Sugesti. Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan
atau sikap yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain.
Biasanya sugesti muncul ketika sipenerima sedang dalam kondisi yang
tidak netral sehingga tidak dapat berfikir rasional.
Biasanya sugesti berasal dari orang-orang sebagai berikut:
a. Orang yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang
disugesti, misalnya orang tua ulama dan sebagainya.
b. Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.
c. Kelompok mayoritas terhadap minoritas.
15
15
d. Reklame atau iklan media masa.
3. Identifikasi yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang
untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
4. Simpati yaitu merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik
kepada pihak lain. Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-
olah dirinya berasa dalam keadaan orang lain.
5. Empati yaitu merupakan simpati yang mendalam yang dapat
mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang (Abu Ahmadi, 2002: h.53-
55).
2.3 Pengertian Masyarakat
Pengartian masyarakat merupakan sejumlah manusia yang merupakan satu
kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang
sama. Seperti: sekolah, keluarga,perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat.
Menurut Soekanto (2008: h.206) “Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua
macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan.
Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota-anggota yang
menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat
patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-anggotanya”.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi. Suatu
kesatuan masyarakat dapat memiliki prasarana yang memungkinkan para
warganya untuk berinteraksi. Suatu negara modern adalah contoh dari suatu
kesatuan manusia yang memiliki berbagai jenis prasarana, seperti misalnya suatu
jaringan komunikasi berupa jaringan jalan raya, kereta api, perhubungan udara,
media elektronika, media cetak, sistem upacara dan lain- lain. Sehingga warga
16
16
suatu negara dengan wilayah yang kecil tentu memiliki potensi untuk berinteraksi
secara lebih intensif dari pada warga dari suatu negara yang sangat luas
(Koentjaraningrat, 2004: h.120).
Masyarakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu masyarakat pedesaan (rural
community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Dalam masyarakat
modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community ) dengan
masyarakat perkotaan(urban community). Perbedaan tersebut sebenarnya tidak
mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana karena dalam
masyarakat modern betapapun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh
dari kota. Sebaliknya pada masyarakat bersahaja pengaruh-pengaruh dari kota
secara relatif tidak ada (Soerjono Soekanto, 2006: h.136).
Berdasarakan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah suatu kesatuan yang berubah yang hidupnya karena proses
masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan
yang tenang, teratur dan aman. Disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian
kemerdekaan dari anggota-anggota, baik dengan paksa maupun suka rela.
Pengorbanan di sini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang-
wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa
berarti tunduk kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan (negara dan
sebagainya) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan
akan persaudaraan dalam kehidupan bersama.
2.3.1 Unsur-Unsur Masyarakat
1. Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak
2. Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.
17
17
3. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk
menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Bila dipandang cara terbentuknya masyaraka:
a. Masyarakat natur, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya,
seperti: gerombolan (harde), suku (stam), yang bertalian karena
hubungan darah atau keturunan.
b. Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan
dunia atau kepercayaan.
Masyarakat dipandang dari sudut Antropologi terdapat dua tipe
masyarakat:
a. Masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, belum mengenal
pembagian kerja, belum mengenal tulisan, dan teknologinya sederhana.
b. Masyarakat sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi
dalam segala bermasyarakat bidang, karena pengetahuan modern sudah
maju, teknologi pun sudah berkembang, dan sudah mengenal tulisan
(Anonymous, 2005: h.113).
2.3.2 Hubungan Manusia dengan Adat Istiadat dan Agama.
Adapun hubungan manusia dengan adat istiadat dan agama menurut (Dea,
Thomas, 2002: h.112). Erat hubungan antara budaya dan lingkungan adalah
sangat jelas bagi masyarakat adat. Semua masyarakat adat memiliki hubungan
spritual, budaya, sosial dan ekonomi dengan wilyah tradisionalnya. Hukum-
hukum adat, tradisi dan praktek-praktek yang menggambarkan keterikatan atas
tanah dan tanggung jawab untuk melestarikan wilayah tradisional untuk
kebutuhan generasi selanjutnya.
18
18
Penghargaan masyarakat terhadap adat dan lingkungan, secara jelas bahwa
pemerintah harus mengakui hak-hak warisan leluhur masyarakat adat untuk
menempati, memiliki dan mengelola wilayah tradisional dan teritorinya semakin
bertambah banyak. Banyak negara juga telah membentuk kementerian lingkungan
dan menyusun pernyataan dan strategi-strategi kebijakan lingkungan skala
nasional. Walaupun beberapa pemerintah saat ini telah melakukan konsultasi
dengan masyarakat adat menyangkut masalah kepemilikan tanah dan lingkungan,
banyak juga pemerintah yang belum membuat peraturan hukum dan kebijakan
yang memungkinkan masyarakat adat mengklaim tanah-tanah adat atau
mempromosikan partisipasi masyarakat adat (Chafid, Adfan, 2006: h.23).
a. Hubungan antar etika dan adat-istiadat.
Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi
kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap
masyarakat yang memilikinya. Adat istiadat dapat dimaksudkan dengan etika
perangai yang diartikan sebagai kebiasaan yang menggambarkan perangai
manusia dalam kehidupan bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu
tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati
masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku (Magnis Suseno, 2009: h.55).
b. Hubungan antara Etika dan Agama
Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat
untuk memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar
kehidupan dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika
agar dapat memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Etika berdasarkan
diri pada argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya
19
19
sendiri. Oleh karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang
mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan
pandangan dunia (Koentjaraningrat, 1990: h.23).
2.4 Pengertian Kenduri Blang
Asal usul kenduri blang atau khanduri blang ini sudah ada sejak zaman
nenek moyang. Tradisi ini dilakukan untuk peusejuek bibit yang akan diturunkan
setiap tahun (tahun yang akan dilakukan penanaman padi). Sebelum kenduri
blang, terlebih dahulu mufakat persiapan kenduri oleh kelompok tani tersebut
secara patungan (meuripe-ripe). Hasil patungan ini untuk persiapan pelaksanaan.
Dalam kenduri blang itu juga dilakukan membaca yaasin sampai tamat dan do’a
semoga tanaman padi tahun ini berkat hingga dapat dizakatkan.
Alat-alat yang digunakan sebagai peusijuek antara lain:
1. Berteh (padi yang digongseng hingga mengembang) digunakan supaya
ringan padi keluar,
2. Sebutir telur ayam kampung, ini dipercaya sebagai kepala obat,
3. Seikat daun peusijuek, digunakan supaya padi mudah berkembang biak.
Jika dilihat sekarang, hampir semua petani menggunakan pestisida untuk
menghindari serangan hama. Menurut petuah orang-orang terdahulu untuk
menghindari serangan hama, petani menggunakan ranting buluh gading yang
masih hidup, daun pinang kuning, daun puding, dan daun ara emas. Daun-daun itu
diikat menjadi satu ditancapkan di tengah-tengah sawah. Hal ini dilakukan agar
terhindar dari serangan hama seperti ulat, tikus, dan lain sebagainya. Menurut
kepercayaan masyarakat, bau daun-daun tersebut menyengat sehingga ulat, tikus,
dan hama lainnya tidak berani mendekat (Anonymous, 2011: h.35).
20
20
Pantangan-pantangan bagi petani agar tidak ke sawah menurut kelompok
tani ini adalah hari Jumat, hari Rabu terakhir (rabu abeh) tiap bulan, wanita yang
sedang haid. Selain itu, di sawah juga dilarang berbicara takabur. Mereka juga
yakin manfaat dilakukan kenduri blang antara lain:
1. Mengetahui berapa banyak kelompok penanam padi di sawah dan
perencanaan penanaman padi.
2. Mengadakan gotong royong secara bersama-sama.
3. Mengadakan peraturan pantangan-pantangan di sawah, hal ini dilakukan
agar semua petani tetap menjaga pantangan-pantangan secara
kebersamaan.
4. Mengadakan peraturan pananaman, hal ini dilakukan untuk menghindari
agar tidak ada petani yang terlambat menanam padinya. Apabila ada salah
satu petani yang terlambat menanam padi, ditakutkan nantinya padi yang
ditanamnya akan ketinggalan panen, yang mengakibatkan padinya akan
terserang hama lebih mudah.
Ada beberapa proses dilakukannya adat kenduri Blang dalam kepercayaan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Menjelang Turun ke Sawah.
Sebelum masa penanaman benih dimulai, dikenal satu tradisi yang disebut
kanduri ulee lhueng atau babah lhueng yang dilaksanakan pada saat air
dimasukkan ke dalam alur pengairan dipimpin oleh seorang keujren blang dengan
melibatkan para petani yang memiliki areal persawahan di daerah tersebut.
Upacara ini biasanya diselenggarakan secara massal. Menurut para petani, berkah
dan doa yang diucapkan agar benih padi yang mereka tanam nantinya akan
21
21
tumbuh subur akan mengalir melalui media darah ke setiap petak sawah yang ada.
Makna lebih dalam dari hal ini adalah agar para petani dapat dengan serentak
menggarap lahan persawahannya, sehingga nanti dapat pula saling menjaga dan
mengawasi padinya bersama-sama atau paling tidak setiap proses, mulai masa
tanam hingga masa panen dapat terus dilaksanakan bersama-sama, mengeluarkan
zakat bahkan hingga menikmati hasilnya. Nilai kekeluargaan yang tumbuh
menjadi begitu kental terasa di sawah dan terbawa pula sampai ke lingkungan
rumah dan sosial masyarakat (Suwardi, 2005: h.78).
b. Masa Padi Berbuah
Pada tahap berikutnya, setelah masa tanam tepatnya saat padi telah
setengah umur yaitu ketika batang padi membulat, biji padi mulai berisi atau
biasanya disebut masa bunting/dara ada lagi ritual yang harus dijalankan.Namun
pada umumnya tidak lagi diselenggarakan bersama-sama. Kenduri hanya
dilakukan oleh keluarga petani yang memiliki kemudahan atau rezeki untuk
melaksanakannya. Biasanya kenduri tetap dilakukan walaupun secara sederhana.
Bagi mereka yang ekonominya lemah dapat melaksanakan dengan memberi
makan seorang yatim untuk sekali waktu. Syukuran atas kesuburan padi. Upacara
dapat dilakukan di rumah, tetapi ritual itu sendiri tetap dilakukan di sawah, pada
beberapa petak saja yang dipeusijuek secara simbolik. Sementara doa
disampaikan untuk seluruh lahan si pemilik hajatan.
c. Sesudah Masa Menuai
Setelah tahap kedua selesai, maka tahap ketiga menanti. Upacara terakhir
adalah Kenduri Pade Baro. Upacara ini dilaksanakan sesudah panen atau setelah
kegiatan menuai selesai. Saat itu para petani telah sedikit beristirahat karena tugas
22
22
di sawah baru selesai. Upacara tersebut dilaksanakan oleh masing-masing petani
di rumah dengan tujuan untuk memperoleh berkah. Artinya setelah imbalan atas
keikhlasan diperoleh maka selanjutnya harus mengadakan Kenduri lagi agar apa
yang dapat dalam masa panen kali ini diberkati oleh Allah SWT, bila hasilnya
dijual dan diuangkan maka dapat pula digunakan dengan benar dan membawa
kebaikan lagi bagi si petani dan keluarganya (Anonymous, 2011: h.37).
Hal tersebut adalah sebagai salah satu cara mendekatkan diri kesesama
masyarakat dan kentalnya akan adat istiadat, serta menjadi sebuah sarana untuk
berinteraksi kepada sesamanya, karna dengan demikian adanya kenduri blang
sendiri mempunyai makna yang sesungguhnya bagaimana kita bisa berinteraksi
dengan manusia, alam serta kepada sang pencipta. Kodrat sebagai manusia adalah
bagaimana berhubungan dengan sang pencipta dan sesama.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitan ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong, 2002: h.3) “Mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.
Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu
memberikan gambaran tentang pengaruh kenduri blang terhadap ineraksi sosial
masyarakat dengan cara mengumpulkan data lapangan berupa hasil wawancara,
pengamatan dan dokumentasi.
3.2 Sumber data dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2002: h.112) “Sumber data
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain- lain”. Adapun sumber data penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
“Adalah sumber-sumber dasar yang merupakan bukti saksi utama dari
kejadian yang lalu, contohnya ialah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara
atau upacara, suatu keterangan oleh saksi mata, keputusan-keputusan rapat, foto-
foto, dan sebagainya” (Moh. Nazir, 2005: h.51).
24
24
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian langsung
di lapangan yang bersumber pada penelitian wawancara dan observasi di tempat
penelitian.
2. Data Sekunder
Menurut Hasan (2002: h.82) data sekunder adalah “data yang diperoleh
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data
sekunder merupakan data yang didapat dari studi kepustakaan, dokumen, koran,
internet yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti oleh penulis”. Data
sekunder dalam penelitian ini terdiri dari dokumen yang ada di kantor dan bahan-
bahan yang diperoleh dari literatur- literatur perpustakaan (Library reseach) koran
internet untuk menunjang penulisan dan penellitian.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,
sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi
langsung. Sedang observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan
tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan d iselidiki. (Maman
Rachman, 1999: h.77).
Pengamatan ini dilakukan di Gampong Pasie Timon Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya serta pengamatan bagaimana kondisi dan situasi proses
25
25
kenduri blang. Penulis ingin mengamati masyarakat yang berperan dalam
pelaksanaan kenduri blang.
2. Wawancara
“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) atau yang mengajukan
pertanyaan, dan yang diwawancarai (interviewee), atau yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu” (Moleong, 2002: h.137).
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai
pelengkap dari tehnik pengumpul data lainnya. Data-data yang diambil dari
dokumen hanya meliputi gambaran umum wilayah penelitian, yang diperoleh dari
data monografi Gampong Pasie Timon, yang meliputi: luas wilayah, jumlah
penduduk, mata pencaharian penduduk, tingkat pendidikan, sa rana pendidikan,
prasarana umum.
4. Penentuan Informan
Dalam penelitian ini, peran informan sangat penting dan perlu. Untuk
menentukan informan dalam konteks objek penelitian diklasifikasikan
berdasarkan kompetensi tiap-tiap informan. Teknik penentuan informan dilakukan
secara purposive sampling. Usia dan peran informan menjadi salah satu kunci
untuk memperoleh informasi yang memadai. Jumlah informan menjadi
pengecualian ketika informasi yang diperoleh sudah dipandang memadai sehingga
pencaharian informasi “data” dapat dihentikan.
Berdasarkan atas pertimbangan sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian, jumlah informan diambil beberapa informan yang nantinya akan
26
26
menjawab permasalahan yang akan diteliti, dengan demikian jumlah informan
yang akan diambil adalah sebagai berikut :
1. Tokoh Adat Gampong 1 Orang
2. Tokoh Agama 1 Orang
3. Tokoh Masyarakat 1 Orang
4. Tokoh Pemuda 1 Orang
5. Tuha Peut 1 Orang
6. Tokoh Perempuan 1 Orang
7. Kujrun Blang 1 Orang
8. Ketua Pemuda 1 Orang
9. Masyarakat Gampong 4 Orang
Jumlah 12 Orang
Jadi, informan yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
sebanyak 12 orang. Pengambilan informan berdasarkan maksud dan tujuan
penulis, dipilihnya mereka sebagai sampel penelitian karena mereka atas
pertimbangan penulis bahwa mereka adalah sebagai sumber informasi yang
menurut penulis mudah untuk mendapatkan informasi sebagai tujuan utama untuk
dijadikan responden sebab merekalah yang diwawancarai.
3.3 Instrumen Penelitian
“Penelitian dengan metode kualitatif, suatu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, maka peneliti adalah
sebagai instrumen kunci” (Moleong, 2002: h.4). Peneliti merupakan instrumen
kunci utama, karena peneliti sendirilah yang menentukan keseluruhan skenario
27
27
penelitian serta langsung turun ke lapangan melakukan pengamatan dan wawacara
dengan informan.
Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian untuk mendapatkan data
yang valid dan realible. Namun, untuk membantu kelancaran dalam
melaksanakannya, penelitian ini juga didukung oleh instrumen pembantu sebagai
paduan wawancara. oleh karena itu sebelum turun ke lapangan, maka peneliti
akan membuat panduan wawancara untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di
lapangan. Alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dokumen
seperti data gambaran lokasi penelitian dan lain sebagainya.
3.4 Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (1984), yang dikutip oleh Sugiyono (2011:
h.246) mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlansung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh”.
Sugiyono (2011: h.246) “Analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlansung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai, bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu memperoleh data yang
dianggap kredibel”.
Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data di lapangan model Miles dan Huberman, model analisis ini dilakukan melalui
tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan tersebut yaitu reduksi data (data reduction),
28
28
penyajian data (data display), dan verification (verifikasi). (Sugiyono, 2011:
h.247-252).
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mencari dan mengumpulkan data yang
diperlukan yang dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang ada di
lapangan kemudian data tersebut dicatat.
2. Reduksi Data.
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 2007: h.17). Reduksi data ini bertujuan
untuk menganalisis data yang lebih mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan data agar diperoleh kesimpulan yang dapat ditarik atau
verifikasi.
Dalam penelitian ini, proses reduksi data dilakukan dengan
mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian
dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah pengumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles dan
Huberman, 2007: h.18).
Dalam hal ini, data yang telah dikategorikan tersebut kemudian
diorganisasikan sebagai bahan penyajian data. Data tersebut disajikan secara
deskriptif yang didasarkan pada aspek yang teliti yaitu pengaruh kenduri blang
29
29
terhadap interaksi sosial masyarakat Gampong Pasie Timon di antaranya peran
masyarakat dalam pelaksanaan adat kenduri blang.
4. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya makna -
makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji kebenarannya,
kekokohannya dan kecocokannya (Miles dan Huberman, 2007: h. 19).
Penarikan kesimpulan berdasarkan pada pemahaman terhadap data yang
disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan
mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti.
3.5 Pengujian Kredibilitas Data
Menurut Sugiyono (2011: h.270-276) “Uji kredibilitas data atau
kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check”.
Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut :
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang memadai.
Menurut Moleong (2002: h.327) perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal
di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Dalam
pengumpulan data, pengamatan yang dilakukan tidak hanya dilakukan dalam
waktu yang singkat melainkan memerlukan perpanjangan pengamatan dengan
keikutsertaan pada lata penelitian. Perpanjangan pengamatan yang dilakukan
30
30
peneliti adalah dengan sering melakukan hubungan interaksi dengan masyarakat
dan aparat gampong serta sering melakukan pengamatan di lapangan.
2. Peningkatan ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan dilakukan
dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang terkait
dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data apakah benar
dan bisa dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Analisa Triangulasi merupakan suatu metode analisis untuk mengatasi
masalah akibat dari kajian mengandalkan satu teori saja, satu macam data atau
satu metode penelitian saja. (Sugiyono, 2007: h.225). Triangulasi dapat diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbaga i cara. Menurut
Sugiyono (2007: h.273) terdapat minimal tiga macam triangulasi, yaitu:
a. Triangulasi sumber data
Pada triangulasi sumber data, data dicek kredibilitasnya dari berbagai
sumber data yang berbeda dengan teknik yang sama misalnya, mengecek sumber
data antara bawahan, atasan dan teman.
b. Triangulasi teknik pengumpulan data
Pada triangulasi teknik pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya
dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda dengan sumber data yang
sama.
31
31
c. Triangulasi waktu pengumpulan data
Pada triangulasi waktu pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya
dengan waktu yang berbeda-beda namun dengan sumber data dan teknik yang
sama.
Triangulasi menjadikan data yang diperoleh dalam penelitian menjadi
lebih konsisten, tuntas dan pasti serta meningkatkan kekuatan data (Sugiyono,
2007: h.241).
d. Pemeriksaan teman sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang
berguna untuk proses penelitian.
4. Analisis kasus negatif
Menurut Sugiyono (2007: h.275) “Melakukan analis kasus negatif berarti
peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan”.
5. Member Check
Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara
mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan
data untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat penelitian ini, penulis
menggunakan pengujian kredibilitas data berupa, perpanjangan pengamatan,
meningkatkan ketekunan, triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan
referensi, dan mengadakan member check.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1.1 Kondisi Geografis
1. Letak Gampong
Gampong Pasie Timon adalah salah satu gampong dari 16 gampong yang
ada dalam wilayah Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya dengan wilayah
seluas 2.525 Ha. Gampong ini memiliki ketinggian rata-rata 150 Cm dengan
permukaan laut, dan terletak 40 Km dari ibu kota Kabupaten Aceh Jaya yaitu
Calang. Dengan sebagian besar luas tanahnya adalah persawahan dimana
mayoritas masyarakat di Gampong Pasie Timon adalah sebagai petani. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk membahas tentang adat Kenduri Blang yang ada
di gampong ini. Gampong Pasie Timon terbagi atas tiga dusun/jurong yaitu Dusun
Krueng Mate, Dusun Cot Kumbang, dan Dusun T. Harapan.
Ditinjau dari segi geografis Gampong Pasie Timon, Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya merupakan Gampong yang berdekatan dengan Gampong
Pasi Geulima, dan Gampong Teupin Ara. Untuk lebih Jelas dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel : 4.1 Jarak Gampong dengan Pemerintahan dan Sarana Vital
1 Ibu kota Provinsi 198 Km Keterangan
2 Ibu kota kabupaten 40 Km Calang
3 Ibu kota kecamatan 6,5 Km Teunom
4 Puskesmas 11 Km Teunom
5 Rumah Sakit umum 11 Km Teunom
6 SPBU 11 Km Teunom Sumber: Monografi Gampong Pasie Timon tahun 2012
33
33
2. Batasan Gampong
Gampong Pasie Timon merupakan salah satu gampong di Kecamatan
Teunom yang berbatasan dengan beberapa gampong lain yang masih dalam satu
kecamatan. Adapun batas gampong adalah:
Sebelah Utara : Gampong Krueng Teumon
Sebelah Selatan : Gampong Lueng Gayo
Sebelah Timur : Gampong Lambalek
Sebelah Barat : Gampong Pasie Geulima
3. Pembagian Wilayah
Gampong Pasie Timon dipimpin oleh seorang keuchik yang bernama
Zamzami. Dalam menjalankan pemerintahan, keuchik dibantu oleh perangkat
gampong lainnya yaitu seorang sekretaris gampong dan 5 orang perangkat desa
lainnya. Adapun pembagian tugas pemerintahan gampong yaitu sebagai berikut :
Keuchik : Zamzami
Sekretaris gampong : Nazar Mawi
Kaur Pembangunan : Amri Kamal
Kaur Kesra : Karji
Kaur Pemerintahan : Nurdin. AD
Dalam menjalankan roda pemerintahannya aparat Gampong Pasie Timon
selalu bekerja sama dengan tuha peut atau badan perwakilan desa yang diketuai
oleh Sudirman.
Gampong Pasie Timon terbagi menjadi 3 dusun, yaitu dusun/jurong I,
II,dan III.
34
34
Struktur Organisasi Pemerintahan
Gampong Pasie Timon Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya
Berikut Struktur Tambahan Perangkat Gampong
Sumber: Monografi Gampong Pasie Timon tahun 2012
4.1.1.2 Kondisi Demografis
1. Penduduk
Jumlah penduduk Gampong Pasie Timon berdasarkan data dinamis akhir
Tahun 2012 secara keseluruhan dengan jumlah kepala keluarga 139 KK dari
jumlah tersebut terdiri dari 488 jiwa, dengan perincian 295 jiwa penduduk laki-
Pengurus PKK
Nurzannah
Tokoh Agama
Tgk. Salihin
Tokoh Adat
Komaruddin
Tokoh Masyarakat
TB. Syfari
Tokoh Perempuan
Marwani
Geuchik Gampong
Tgk. Zamzami TUHA PEUT
Ketua : Rusli
Wakil : M. Adam
Anggota
a. Mardillah
b. Musaini
c. Abdul Manaf
d. Usman. B
SEKDES
Nazar Mawi
Bendahara
Gampong
Kamaruzzaman
Kadus II
Burhan
Kadus I
Muslim
Kadus III
Masrijal
Kadus IV
Ibrahim. H
Pengurus Pemuda
Ketua : Samsul Hilal
Sekretaris : Mahdi
Bendahara : Yusri Yandi
35
35
laki dan 193 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk Gampong Pasie Timon
berdasarkan kelompok umur dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel : 4.2 Klasifikasi Penduduk Menurut Kelompok Umur
No Umur Jenis Kelamin
Lk Pr
1 0 –12 Bulan 15 11
2 ≥ – ≤ 5 Tahun 43 22
3 ≥ 5 – ≤ 7 Tahun 86 45
4 ≥ 7– ≤ 15 Tahun 64 42
5 ≥ 15– ≤ 56Tahun 77 67
6 ≥ 56 Tahun 10 6
TOTAL 295 193
Sumber : Data Monografi Gampong Pasie Timon Tahun 2012
4.1.1.3 Kondisi Sosial dan Ekonomi
Mengetahui keadaan sosial ekonomi suatu wilayah sangat penting, agar
kita mengetahui berbagai potensi yang dimiliki wilayah tersebut. Selain itu bagi
pihak pemerintah dengan sendirinya dapat dijadikan dasar guna menyusun
kebijaksanaan pemerintah setempat. Masing-masing aspek sosial dan ekonomi
suatu daerah pada hakikatnya menunjukkan tingkat keberhasilan dan kemajuan
daerahnya di dalam melaksanakan pembangunan.
Adapun keadaan sosial dan ekonomi di wilayah Gampong Pasie Timon
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bidang Ekonomi
Untuk mengetahui aktivitas yang dijalani sehari-hari oleh suatu wilayah
dalam bidang ekonomi umumnya dapat ditunjukkan melalui mata pencaharian
penduduknya. Disamping itu dengan melihat mata pencaharian penduduk tersebut
kita dapat mengetahui pula tingkat tinggi rendahnya taraf hidup masyarakat.
36
36
Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan tabel mengenai penduduk Gampong
Pasie Timon menurut mata pencaharian:
Tabel 4.3
Mata Pencaharian Penduduk di Gampong Pasie Timon
Sumber : Data Monografi Gampong Pasie Timon Tahun 2012
Tabel di atas data keadaan jumlah penduduk berdasarkan umur sebanyak
488 orang di antaranya, 139 Kepala Keluarga (KK), 295 orang laki- laki, 193
orang perempuan. Sedangkan menurut jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian yaitu, 172 sebagai petani pangan, 124 petani perkebunan, 17 orang
peternak, 7 orang Pegawai Negeri, 10 orang tukang, 6 pedagang, 4 orang sopir, 2
orang bengkel, perikanan 9 orang, dan 148 orang pengangguran. Jadi masyoritas
masyarakat Gampong Pasie Timon adalah petani pangan dan petani perkebunan,
sedangkan yang pegawai negeri hanya 7 orang, 137 pengangguran, dikarenakan
masyarakat lebih banyak tamat di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).
2. Bidang Pendidikan
Pendidikan adalah wajib bagi setiap manusia. Melalui pendidikan akan
merubah nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, yaitu merubah nilai-nilai yang
No Mata Pencaharian Penduduk Jumlah Jumlah Persentase
1 Petani Pangan 172 35,24
2 Petani Perkebunan 124 25,40
3 Pedagang 6 1,22
4 Peternak 17 3,48
5 Perikanan 9 1,84
6 Tukang 10 2,04
7 Bengkel 2 0,40
8 Sopir 4 0,81
9 PNS 7 1,43
10 Pengangguran 137 28,07
Jumlah 488 100 %
37
37
tidak baik menuju ke arah yang lebih baik. Berikut adalah data mengenai tingkat
pendidikan warga Gampong Pasie Timon:
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Gampong Pasie Timon berdasarkan pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 S1 3 1,42
2 SMA 21 10.0
3 SMP 19 9,04
4 SD 75 35,71
8 Buta Huruf 92 43,80
Jumlah 210 100
Sumber : Data Monografi Gampong Pasie Timon Tahun 2012
3. Fasilitas Sosial dan Ekonomi
Fasilitas sosial dan ekonomi sangat diperlukan oleh masyarakat, maka oleh
sebab itu pemerintah membangunnya, agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.5 Fasilitas Sosial dan Ekonomi Gampong Pasie Timon
No Jenis Fasilitas Jumlah Penggunaan Fasilitas
1 Fasilitas Agama
Mesjid Musholla
1 Unit
3 Unit
Tempat beribadah dan pusat
kegiatan keagamaan
2 Fasilitas Pendidikan
SD
TK
SMP
1 Unit
1 Unit
1 Unit
Tempat berlangsungnya
Belajar Mengajar
3 Fasilitas Ekonomi 1 Unit Pusat Perdagangan
4 Fasilitas Pelayan umum
Pustu
Posyandu
1 Unit
1 Unit
Untuk pelayanan masyarakat
dan tempat pertemuan
masyarakat.
Sumber : Data Monografi Gampong Pasie Timon Tahun 2012
38
38
4. Kelompok Sosial Masyarakat
Masyarakat Gampong Pasie Timon memiliki kelompok sosial yang
beragam dan berbagai kegiatan baik bersifat sosial maupun agama. Agar lebih
jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Kelompok sosial masyarakat
No Nama kelompok Struktur Organisasi Kegiatan
1. Wirit yasin Ketua : Emiati
Wakil : Marwani
Sekt : Aisyah
Bend : Ratna Mutia
Setiap hari jum’at dan
kanduri
dirumah masyarakat
2. Pengajian anak-
anak
Ketua : Tgk. Ruli
Wakil : Tgk. Marhaban
Setiap malam
3. PKK Ketua I : Nurjannah
Ketua II : Nuraini
Sekt : Marwani
Bend : Nurlaili
Membantu acara-acara
Pesta lain- lain.
4. Dalail Khairat Ketua : Tgk. Salihin
Anggota : Remaja dan
pemuda Gampong
Setiap malam jum’at,
dan pada acara kenduri
5. Zikir Maulid
Nabi
Ketua : Tgk. Amiruddin Setiap tahun pada acara
maulid
Sumber : Data Monografi Gampong Pasie Timon Tahun 2012
39
39
4.1.2 Pengaruh Kenduri Blang Terhadap Interaksi Sosial Masyarakat
Gampong Pasi Timon Keucamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
Kenduri Blang merupakan adat- istiadat masyarakat Gampong Pasie Timon
(pesta tradisi petani sebelum turun ke sawah) di seluruh Aceh, memiliki pengaruh
bagi masyarakat dan pemerintah. Walaupun tradisi tersebut diperingati satu kali
dalam setahun. Dalam tradisi tersebut terkandung rasa syukur kepada Allah SWT.
Dalam pelaksanaan kenduri blang tersebut diawali dengan mengadakan
musyawarah (meupakat), dimana warga Gampong Pasie Timon untuk
menentukan kapan dilakukan kenduri serta pantangan-pantangan kenduri blang
tersebut.
Interaksi sosial masyarakat Gampong Pasie Timon Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya sanga akrab didalam pelaksanaan adat Kenduri Blang dan
mereka saling berkomunikasi dengan baik sehingga masyarakat Gampong Pasie
Timon bisa hidup dengan rukun dan damai. Hal tersebut sesuai dengan hasil
wawancara dengan Tgk. Zamzami selaku tokoh adat masyarakat Gampong Pasi
Timon sebagai berikut :
Kenduri Blang tidak boleh dilaksanakan pada hari jum’at, hari rabu
abeeh dan pada saat hari H, karena itu dikhawatirkan akan gagal
panen, banyak hama yang datang serta dikhususkan pada hari
jum’at untuk beribadah, dan pada hari H itu dikususkan untuk
(mensiprek ie) atau mempercikkan air ke dalam sawah atau blang
sehingga padi bisa meresapi air yang akan menjadikan panen
menjadi bagus dan baik (Wawancara Kamis, 10 November 2012
pukul 09:00 WIB).
Hal yang senada juga diungkapkan oleh salah seorang Ibu Marwani
selaku Tokoh perempuan Masyarakat Gampong Pasie Timon menyatakan bahwa :
Dengan adanya pelaksanaan Kenduri Blang ini menjadikan salah
satu allternatif untuk warga secara individu, kelompok serta gampong tetangga dalam menjalin sebuah silaturahmi dengan baik
40
40
dan mudah, karena dalam hal ini turut mengundang gampong
tetangga untuk turut serta dalam mengikuti atau menghadiri pelakasanaan Kenduri Blang tersebut dan tidak ada warga yang
mengambil keuntungan dalam pelaksanaan riktual ini (Wawancara Kamis 10 November 2012 pukul 09:00-09:15 WIB).
Pernyataan berikut juga diungkapkan oleh Bapak Salman selaku
masyarakat Gampong Pasie Timon menyatakan bahwa :
Pada umumnya masyarakat Pasie Timon sangat kenal kental
dengan Kenduri Blang, dan mereka seiring melakukannya serta saling berinteraksi dengan baik dan saling memperingati disaat
pantangan-pantangan yang mana telah disampaikan oleh kujrun blang (ketua kelompok tani), disaat mereka langgar maka mereka saling memperingati agar padi mereka jauh dari hama (Wawancara
Kamis 10 November 2012 pukul 09:15-09:20 WIB).
Lain halnya dengan pernyataan salah seorang pemuka Agama (Tgk, atau
Ustad), Tgk Salihin yang menyatakan bahwa :
Ada beberapa penyebab kendala-kendala dalam melaksanakan Kenduri Blang, itu dikarenakan ada terbantuk beberapa kelompok
masyarakat yang sedikit berbeda cara pandang, cara pelaksanaan serta bacaan yang dilantunkan pada saat pelaksanaannya. Kendala
lain yang ada pada saat pelakasnaan Kenduri Blang adalah faktor cuaca, karena di gampong ini acap atau sangat sering terjadinya banjir yang merendam gampong dan juga sedikit area persawahan
(Wawancara Kamis 10 November 2012 pukul 09:20-09:25 WIB ).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat dipahami bahwa kenduri
blang tidak bisa dilakukan pada hari-hari pantang, agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan oleh warga, dalam pelaksanaan kenduri blang juga ada tata cara
pelaksanaannya dan orang-orang yang dilibatkan secara kusus dan umum dalam
pelaksanaan kenduri blang ini seperti adanya teungku yang memimpin
pelaksanaan kenduri.
Aktivitas-aktivitas kenduri bang dalam Gampong Pasie Timon juga dapat
membantu masyarakat dalam proses pelaksanaan kenduri blang tersebut, tidak
mesti masyarakat yang umurnya lebih tua dalam melaksanakan kenduri blang
41
41
tapih juga semua pemuda gampong dilibatkan dengan tujuan untuk menjaga adat
Reusam gampong, dalam pelaksanaan kenduri tidak dilakukan dengan cara biasa
akan tetapi ada tatacara dalam pelaksanaan ini, sebagaimana tatacara pelaksanaan
Kenduri Blang tersebut yang dipaparkan oleh Tgk. Zamzami sebagai berikut:
Dalam tata pelaksanaan kenduri blang di sini yang dikhususkan dalam hal ini yang pertama adalah Teungku atau Ustad yang memimpin do’a serta bacaaan-bacaan yang sifatnya puji-pujian
kepada Allah SWT, yang kedua yang dikususkan adalah Kajrun Blang (Ketua Kelompok Tani) karena beliau yang mengumpulkan
seluruh masyarakat tani untuk bermusyawarah kapan dilaksakannya kenduri blang tersebut, yang ketiga yang dikhususkan adalah tokoh adat gampong yang tahu akan segalanya
tentang adat, serta yang ke empat adalah umumnya seluruh warga Pasie Timon (Wawancara Kamis, 10 November 2012, pukul 09:25-
09:30 WIB ).
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa jelas dalam melaksanakan Kenduri
Blang melibatkan seluruh warga Gampong Pasie Timon untuk melakukan kenduri
blang tersebut. Tidak hanya terlibat dalam pelaksanaan kenduri masyarakatpun
diberi tugas untuk mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
kenduri seperti alat untuk peusijuk, bahan makanan minuman dan segala
sesuatunya.
Pernyataan diatas juga diperkuat oleh Bapak Mardillah selaku Keujrun
Blang (Ketua Kelompok Tani) beliau menyatakan bahwa:
Dalam pelaksanaan Kenduri Blang masyarakat Gampong Pasie Timon diberi tugas dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk melaksanakan kenduri blang tersebut seperti tempat, tikar, alat
Peusijuk yaitu, tembokan daun sedingin, beras kuning air serta surat yasin, dan juga menyiapkan beberapa makanan untuk
dibagikan setelah Kenduri yaitu, Bu Kulah (nasi minyak yang dibungkus dengan daun pisang) dan kue-kue sebagai pelengkap cuci mulut (Wawancara Kamis 10 November 2012 pukul 09:30-
09:35 WIB ).
Hal di atas menyatakan bahwa kenduri blang memerlukan peralatan serta
bahan makanan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kenduri untuk dibagikan
42
42
karena sebagai salah satu tradisi membagikan makanan yang ada denga n
dibungkus dan dibagi secara bergilir dalam keadaan duduk dengan melipat kedua
kali. Dalam menyiapkan beberapa bahan makanan untuk pelaksanaan Kenduri
Blang masyarakat sama sekali tidak terasa terbebani sama sekali. Hal tersebut
juga diperkuat oleh Bapak Rusli selaku tuha peut gampong menyatakanbahwa:
Dalam pelaksanaan Kenduri Blang ini tidak ada satu wargapun
yang merasa atau terasa terbebani walau dalam menyediakan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan, karena sudah menjadi
tradisi warga Gampong Pasie Timon serta juga tidak diharuskan atau menentukan warga masyarakat untuk menyediakan bahan makan secara berlebihan dan bagi warga kurang mampu tidak
diwajibkan, yang dianjurkan dalam pelaksanaan Kenduri Blang adalah berpartisipasi untuk sama-sama melaksanakannya
(Wawancara Kamis 10 November 2012 pukul 09:35-09:40 WIB ).
Paparan tersebut jelas bahwa kenduri blang sudah menjadi sebuah tradisi
atau sudah menjadi darah daging bagi warga Gampong Pasie Timon khususnya
yang menjadi sebuah kebiasaan dan melestarikan budaya turun-temurun yang
diwariskan leluhur masyarakat Gampong Pasie Timon. Hal tersebut sesuai dengan
paparan Bapak TB. Syfari selaku Tokoh Masyarakat Gampong Pasie Timon,
berikut pernyataannya:
Kenduri blang yang merupakan sunah muakat harus dilestarikan dan dilaksanakan setiap tahunnya. Pelaksanaan kenduri blang ini
semata-mata hanya untuk mengharapkan berkah dari Allah SWT untuk mendapatkan hasil panen yang baik serta melimpah bukan
untuk mendapatkan sebuah keuntungan semata dan mendapatkan makan yang enak. Hal ini tidak terlepas dari adat Reusam hingga saat ini dijaga kelestarian adat budaya tersebut (Wawancara Kamis
10 November 2012 pukul 09:40-09:45 WIB ).
Jadi jelas bahwa kenduri blang yang dilaksanakan oleh warga Gampong
Pasie Timon ini bukan mengharapkan sebuah keuntungan dari pelaksanaan
kenduri blang juga bukan mencari kesenangan semata untuk mendapatkan sebuah
hiburan atau mendapatkan sebuah bekal makanan enak untuk dimakan atau
43
43
dibawa pulang ke rumah, melainkan untuk menjalin silahturahim serta menjalin
sebuah interaksi antar kelompok atau individu pada Gampong Pasie Timon dan
desa tetangga di sekitarnya.
Interaksi yang terjadi di Gampong Pasie Timon ini tidak terlepas dari
pengaruh kenduri blang menjadikanya hal yang positif dan bermanfaat sehingga
warga Gampong Pasie Timon khususnya dan gampong tetangga tidak ada terjadi
perselisihan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Bapak Samsul Hilal selaku ketua
pemuda Gampong Pasie Timon:
Dalam melaksanakan kenduri blang ini tidak ada perselisihan antar warga Gampong Pasie Timon atau warga tetangga, karena hal ini
yang sudah menjadi sebuah kebiasaan warga tidak ada rasa saling salah-menyalahi atau tuding-menuding antar warga dan juga tidak bertentangan dengan norma Agama Islam karena pelaksanaannya
hanya dengan membaca puji-pujian kepada Allah yang Maha Esa dan membaca surat yasin” (Wawancara Kamis 10 November 2012
pukul 09:45-09:50 WIB ).
Dalam pelaksanaan kenduri blang tidak selalu lancar, banyak kendala-
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya sehingga pelaksanaan tersebut tidak
bisa dilaksanakan karena adanya perbedaan cara bicara, pemahaman kelompok
serta faktor cuaca.
Pelaksanaan kenduri blang yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan
ritual tersebut. Akan tetapi, dalam hal ini difokuskan pada cara pandang dari
beberapa kelompok atau individu yang menjadikan Kenduri Blang sebagai
sesuatu hal dalam sebuah interaksi. Hal ini juga menurut paparan Tgk. Salihin
sebagai berikut:
Pengaruh kenduri blang terhadap interaksi sosial masyarakat Pasie
Timon ini dipengaruhi dua objek, yang pertama kelompok dan individu, hal ini juga bisa menyebabkan terjadinya perselisihan
yang membuat keretakan hubungan silahturahmi antara satu dengan lainnya. Dengan tutur bahasa yang berbeda faktor usia
44
44
sehingga dalam penyampaian menjadi kurang dipahami termasuk
permasalahan pribadi yang terjadi didalam gampong sendiri”
(Wawancara Kamis 10 November 2012 pukul 09:50-09:55WIB ).
Interaksi yang terjadi antar kelompok salah satu yang menjadikan sebuah
permasalahan yang ada di gampong membuat pengaruh besar dalam menyatukan
warga, walau kenduri blang sudah menjadi sebuah kebiasaan, namun akibat cara
pandang serta pemahaman dari individu akan membuat suatu hal (berinteraksi)
menjadi kurang lancar dan susah untuk menyatukan masyarakat. Untuk melihat
jenis dan tingkat interaksi sosial masyarakat Gampong Pasie Timon, maka dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7
Jenis interaksi dan tingkat interaksi yang terjadi
No Jenis Interaksi Sosial Tingkat interaksi yang terjadi Jumlah
1.
Asosiatif (Positif)
a. Kerjas Sama Sangat Baik 6
b. Saling menyapa Baik 3
c. Berkomunikasi Baik 2
2.
Disosiatif (Negatif)
a. Persaingan Kurang 1
b. Pertentangan Sangat Kurang 0
Sumber data : Hasil Penelitian 2013
Berdasarkan data tabel 4.7 di atas, maka dapat dipahami bahwa jenis
interaksi dan tingkat interaksi yang terjadi pada masyarakat Gampong Pasie
Timon adalah kerja sama, yaitu kerja sama tingkat interaksi yang terjadi adalah 6
frekuensi, jadi dapat dipahami bahwa kenduri blang yang dilaksanakan di
Gampong Pasie Timon, menimbulkan kerja sama antara masyarakat.
45
45
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh kenduri blang terhadap interaksi sosial masyarakat
Gampong Pasie Timon Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
Tradisi atau budaya yang ada di Gampong Pasie Timon Kecamatan
Teunom Kabupaten Aceh Jaya ini dilakukan untuk Peusejuek bibit yang akan
diturunkan setiap tahun sebelum kenduri, dalam pelaksanaan kenduri blang
masyarakat sangat terpengaruh terhadap interaksi sosial dimana pada umumnya
masyarakat Gampong Pasie Timon masih kehidupannya fanatik dan masih
percaya terhadap pemimpin, sebelum pelaksanaan kenduri blang dilakukan maka
terlebih dahulu mufakat persiapan kenduri blang oleh kelompok tani tersebut
secara patungan (meuripe-ripe). Hasil patungan ini untuk persiapan pelaksanaan.
Dalam kenduri blang ini juga dilakukan membaca yaasin sampai tamat dan do’a
semoga tanaman padi tahun ini berkat hingga dapat dizakatkan.
Alat-alat yang digunakan sebagai peusijuk antara lain:
1. Berteh (padi yang digongseng hingga mengembang) digunakan supaya
ringan padi ke luar.
2. Sebutir telur ayam kampong, ini dipercaya sebagai kepala obat.
3. Seikat daun Peusijuk, digunakan supaya padi mudah berkembang biak.
Jika dilihat sekarang, hampir semua petani menggunakan pestisida untuk
menghindari serangan hama. Namun, petuah orang-orang terdahulu untuk
menghindari serangan hama, petani menggunakan ranting buluh gading yang
masih hidup, daun pinang kuning, daun puding, dan daun ara emas. Daun-daun itu
diikat menjadi satu ditancapkan di tengah-tengah sawah. Hal ini dilakukan agar
terhindar dari serangan hama seperti ulat, tikus, dan lain sebagainya. Menurut
46
46
kepercayaan masyarakat, bau daun-daun tersebut menyengat sehingga ulat, tikus,
dan hama lainnya tidak berani mendekat (Anonymous, 2011: h.35).
Menurut Scott dan Mitchell pengaruh merupakan suatu transaksi sosial
dimana seorang atau kelompok orang digerakkan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang lainnya untuk melakukan kegiatan sesuai dengan harapan. Sumber-
sumber pengaruh untuk perseorangan atau kelompok dalam organisasi terdapat
pada status jabatan, sistem pengawasan atau balas jasa dan hukuman, pengawasan
finansial (anggaran), pemilikan informasi dan penguasaan saluran komunikasi.
Salah satunya yang penulis bahas dalam penulisan ini adalah pengaruh
kenduri blang terhadap interaksi sosial masyarakat, baik pengaruh secara positif
maupun negatif yang terjadi dalam Kenduri Blang. Adapun pengaruh secara
asosiatif ialah timbulnya rasa tenggang rasa dan kerjasa yang salah satunya adalah
semangat gotong royong antara sesama masyarakat ketika turun ke sawah serta
dan sebagai kebudayaan yang baik. Kemudian pengaruh secara negatif ialah
timbulnya kontroversi atau pertentangan antara kelompok yaitu kelompok
masyarakat yang menentang acara kenduri blang. Tetapi dari temuan penulis tidak
ada persaingan maupun pertentangan dalam masyarakat Gampong Pasie Timon
ketika kenduri blang dilaksanakan.
Kenduri blang juga berpengaruh secara positif terhadap kebudayaan
masyarakat Gampong Pasi Timon. Kemudian dalam nilai kebudayaan kenduri
blang, sebagai media interaksi yang baik (positif) bagi masyarakat yang ditandai
dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu
perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya,
bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
47
47
masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia
untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota
masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat yang saling
mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama
terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Dengan pelaksanaan kenduri blang warga Gampong Pasie Timon juga
mengundang beberapa desa tentangga untuk berpartisipasi dalam pelaksanaannya
seperti dalam pernyataan diatas bahwa masyarakat satu dengan yang masyarakat
lainnya saling ketergantungan dari segi, tolong-menolong, gotong-royong serta
menjalin silaturahim yang akan menyatukan mereka dengan sebuah tutur bahasa.
Bentuk interaksi yang dilakukan oleh masyarakat Gampong Pasie Timon
terhadap hubungan kenduri blang.
1. Interaksi sosial yang bersifat positif, yakni yang mengarah kepada bentuk -
bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti:
a. Melalui kerja sama antar warga dan antar desa dalam menyatukan
sebuah kebudayaan yang ada di Aceh khusunya di Gampong Pasie
Timon agar tidak adanya perselisihan pemahaman antara gampong
yang satu dengan gampong yang lainnya demi mencapai tujuan
bersama.
b. Melakukan akomodasi antar desa yang penyesuaian sosial dalam
interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk
meredakan pertentangan.
c. Melakukan asimilasi proses sosial yang timbul bila ada kelompok
masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling
48
48
bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun
kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk
kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
d. Melakukan akulturasi antar desa atas proses sosial yang timbul, apabila
suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing
itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri, dalam
hal ini gampong yang berdekatan dengan gampong Pasie Timon.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada
bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti:
a. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau
kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil
secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di
pihak lawannya.
b. Kontroversi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara
persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontroversi antara
lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-
terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau
terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut
dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau konflik.
49
49
c. Konflik adalah proses sosial antara perorangan atau kelompok
masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan
yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap
atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka
yang bertikai tersebut.
d. Faktor-faktor penghambat dalam melakukan interaksi sosial pada
masyarakat Gampong Pasie Timon.
4.2.2 Hubungan Kenduri Blang Dengan Agama Islam
Kenduri blang yang merupakan sebuah tradisi masyarakat Gampong Pasie
Timon ini memiliki bentuk dan coraknya berbeda-beda dari masyarakat yang satu
dengan yang lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh Gampong Pasie Timon ini
merupakan ekspresi eksistensi manusia. Masyarakat dan kebudayaan merupakan
kesatuan yang tidak terpisahkan, manusia adalah makluk pencipta sekaligus
sebagai pendukung kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan merupakan keseluruhan
kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat
istiadat, dan kapabilitas dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang dimiliki oleh
manusia sebagai anggota masyarakat (M. Junus, 2003: h. 20).
Sebagai suatu bentuk aktivitas manusia yang saling berinteraksi dalam
suatu sistem sosial, kebudayaan bersifat lebih kongkrit, dapat diamati dan
diobservasi. Aktivitas manusia yang berinteraksi itu bisa ditata oleh gagasan-
gagasan dari tema-tema berpikir yang ada dalam benaknya. Namun yang lebih
penting dari semua itu adalah pemahaman nilai-nilai dan makna suatu kebudayaan
yang telah dihasilkan dari cipta, karya, dan karsa manusia itu sendiri (Kayam
Umar, 2002: h. 55).
50
50
Bagi masyarakat adat istiadat adalah norma-norma yang oleh individu
yang menganutnya dijunjung tinggi dalam kehidupan. Adat juga menanamkan
kepercayaan yang teguh akan kekuatan Allah SWT menciptakan manusia dengan
penuh kesempurnaan. Adat menciptakann manusia dalam hidup dan
kehidupannya selalu menunjukkan pada sikap dan sifat yang baik, positif serta
dilandasi dengan akhlaqul karimah.
Agama yang pada dasarnya adalah sebuah kepercayaan yang dimiliki
masyarakat juga salah satu yang menjadi hubungan dengan adat- istiadat serta
kebudayaan yang ada dalam masyarakat kusus kepada masyarakat Gampong
Pasie Timon, menjadi sebuah interaksi karena agama merupakan suatu yang
timbul dari pergaulan antara manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk yang
berbudaya sehingga makluk yang berbudaya mengalami perubahan. Perubahan
tersebut terjadi karena adanya alkuturasi yaitu: proses yang terjadi dalam suatu
kelompok manusia pendukung kebudayaan terjadi kontak dengan unsur
kebudayaan luar yang budaya yang telah ada dan lambat laun kebudayaan lain
yang masuk bisa diterima oleh masyarakat (Soekanto, 2000: h.206).
Walaupun dalam hal pernyataan dari Tgk. Zamzami selaku tokoh adat dan
pernyataan Bapak Rusli Selaku Tuha Peut memaparkan bahawa, kenduri blang
tidak bertentangan dengan agama karena pelaksanaannya membaca-bacaan ayat
suci Al-Qur’an dan puji-pujian kepada Allah dan Rasul”. Namun sebagian para
ulama juga ada yang berpendapat bahwa kenduri blang juga tidak boleh
dilaksanakan karena bisa menjadi musyrik (Wawancara Kamis 10 November
2012).
51
51
4.2.3 Akibat disaat Kenduri Blang Tidak dilakukan di Gampong Pasie
Timon
Dalam melakukan hubungan interaksi masyarakat yang berkaitan dengan
kebudayaan tradisi atau adat salah satunya adalah kenduri blang yang dilakukan
oleh masyarakat Gampong Pasie Timon tentu udah pasti menghadapi akibat
dalam mengembangkan atau melakukan interaksi antar gampong atau desa, akibat
tersebut adalah:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain, maksudnya
adalah kecil sekali kegiatan masyarakat yang melakukan interaksi dengan
gampong atau desa tetangga dalam hal apaun, sehingga menjadi sebuah
hambatan yang menimbulkan perselisihan dalam pandangan maupun adat-
istiadat yang ada di dalam masyarakat sendiri.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terbatas, maksudnya adalah
mayoritas masyarakat Gampong Pasie Timon dengan gampong tetangga
kebanyakan lulusan Sekolah Dasar (SD), hanya sebahagian kecil yang
menjenjang lulusan SMA atau perguruan tinggi, namun dalam hal ini
kebanyakan tamatan itu bekerja sebagai pegawai negeri dan pengusaha,
sehingga menjadi sebuah penghambat dalam berinteraksi antar warga dan
antar gampong akan kemampuan mencerna sebuah perbedaan yang ada.
3. Sikap masyarakat yang tradisionalis, maksudnya adalah sikap masyarakat
yang malu-malu, besarnya rasa tenggang rasa, lebih banyak diam dan lain
sebagainya, menjadikan sebuah hambatan dalam berinteraksi, dengan
sikap yang tradisional ini masyarakat Gampong Pasie Timon lebih
cenderung menerima keadaan apa adanya dan kandang hanya melakukan
perkembangan diri sendiri.
52
52
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat,
maksudnya adalah ada sebagian oknum-oknum yang tidak terlalu agresif
dalam mengembangkan adat budaya serta untuk melakukan interksi hanya
dilakukan pada saat adanya pemasukan bagi gampong, dan menginginkan
material yang sifatnya individual, yang dampaknya tidak baik bagi warga
gampong.
5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan,
maksudnya adalah terdapat perbedaan cara pandang dan tutur bahasa yang
berbeda yang bisa menimbulkan perselisihan baik dari segi kepercayaan,
adat budaya maupun agama sehingga itu menjadi sebuah hambatan dalam
melakukan interaksi (Wawancara Kamis 10 November 2012).
Bentuk hambatan-hambatan yang ditemukan oleh masyarakat Gampong
Pasie Timon di atas adalah penghambat besar dalam melakukan interaksi, dan
kaitannya dengan kenduri blang adalah terdapat sebuah cara pandang, gaya hidup
serta terjadi perbedaan dalam tradisi yang berlaku yang menimbulkan atau
meretakkan hubungan interaksi dalam masyarakat, padahal menurut paparan
Bapak Rusli selaku Tuha Peut gampong bahwa kenduri blang tidak menimbulkan
perselihan antar warga atau merasa terbebani dalam pelaksanaannya. Namun
keterbatasan pemikiran, pendidikan serta rasa takut atau sikap tradisional yang
dimiliki warga yang mejadi sebuah bom waktu yang menjadi permasalahan warga
Gampong Pasie Timon (Wawancara Kamis Tanggal 10 November 2012 WIB).
Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Nasruddin (Selaku pemuda
Gampong Pasie Timon) “Mayoritas umumnya pada masyarakat Gampong Pasie
Timon Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya, mereka sangat mengenal kental
53
53
dengan proses pelaksanaan kenduri blang yang dilakukan setiap tahunnya. Dalam
masa turun ke sawah pelaksanaan kenduri blang tersebut tidak dilaksanakan maka
masyarakat Gampong Pasie Timon akan timbul perselisihan pendapat antara
individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok lainnya, dan
timbulnya kurangnya kepercayaan terhadap pemimpin, masyarakat dari gampong
lain juga menganggap kurangnya perhatian terhadap kebudayaan yang sering
dilestarikan dan dijaga oleh masyarakat secara turun temurun” (Wawancara 5
Febuari 2013).
Hal tersebut juga sama disampaikan oleh Bapak Ibrahim selaku
masyarakat Gampong Pasie Timon yaitu “Apabila kenduri blang tidak dilakukan
di Gampong Pasie Timon maka masyarakat akan kurangnya kepercayaan terhadap
keujrun blang (ketua kelompok tani) dan kepada tokoh adat, karena mereka
menganggab keujrun blang atau tokoh adat tidak bisa melestarikan dan menjaga
adat istiadat gampong sebagaimana adat tersebut telah menjadi turun temurun
yang ditinggalkan oleh masyarakat dari zaman dahulu” (Wawancara 5 Febuari
2013).
Ibu Nazar selaku masyarakat Gampong Pasie Timon juga menjelaskan:
“Disaat kenduri blang tidak dilakukan maka semua masyarakat Gampong Pasie
Timon akan renggang tali persaudaraan baik antara warga gampong sendiri
maupun dengan warga gampong tetangga lainnya dan tidak saling tolong
menolong diakibatkan kenduri blang tersebut sangat penting bagi masyarakat
untuk mengharap rezeki yang melimpah dan jauh dari hama yang menimpa
ladang mereka (sawah) tempat masyarakat Gampong Pasie Timon bercocok
tanam padi di setiap setahun sekali” (Wawancara 5 Febuari 2013).
54
54
Menurut Scott dan Mitchell pengaruh merupakan suatu transaksi sosial
dimana seorang atau kelompok orang digerakkan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang lainnya untuk melakukan kegiatan sesuai dengan harapan. Sumber-
sumber pengaruh untuk perseorangan atau kelompok dalam organisasi terdapat
pada status jabatan, sistem pengawasan atau balas jasa dan hukuman, pengawasan
finansial (anggaran), pemilikan informasi dan penguasaan saluran komunikasi.
Seseorang bersedia menjalankan permintaan orang yang dapat
mempengaruhinya secara efektif karena merasa dirinya puas kalau memang dapat
melaksanakan apa yang diminta oleh orang berpengaruh tersebut. Motivasi
seseorang dapat bersifat dari tercapainya hasil-hasil yang maksimum,
diperolehnya imbalan material atau perasaan disukai atau diterima oleh orang lain.
Jadi, seseorang menjadi secara otomatis menuruti apa yang diminta oleh orang
yang berpengaruh tanpa mengharapkan imbalan atau pamrih (Anonymous, 2012:
h.205).
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai
pengaruh kenduri blang terhadap interaksi sosial masyarakat Gampong Pasie
Timon, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kenduri blang merupakan
tradisi masyarakat untuk turun ke sawah, yang dilaksanakan masyarakat dengan
doa-doa yang disampaikan secara berkelompok. Dengan adanya kenduri blang
tersebut, maka terjadi interaksi sosial di dalam masyarakat dengan saling
berinteksi dan berkomunikasi antar sesama masyarakat.
Kenduri blang, bagi masyarakat Gampong Pasie Timon adalah sebagai
media interaksi yang baik masyarakat ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan
batin yang kuat sesama warga gampong, yaitu perasaan setiap warga atau anggota
masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun. Kenduri blang
bagi masyarakat Gampong Pasie Timon memiliki pengaruh secara positif maupun
negatif. Adapun pengaruh secara positif timbul apabila kenduri blang
dilaksanakan setiap turun ke sawah dengan timbul rasa saling menyapa dan saling
berkomunikasi dengan cara berkumpul bersama. Kemudian pengaruh negatif
timbul apabila kenduri blang tidak dilaksanakan lagi, sehingga masyarakat tidak
lagi bekerja sama dan berintaksi serta tidak lagi saling berkumpul ketika berada di
sawah.
56
56
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis akan
memberikan alternatif, berupa saran dari hasil penelitian, yaitu :
1. Perlu kerja sama antara masyarakat dan pemerintah gampong, guna
meningkatkan interaksi dan silahturahmi melalui kenduri blang. Dengan
adanya kenduri blang, maka sebaiknya masyarakat gampong tidak terlalu
ria dalam melaksanakan kegiatan tersebut dan tidak boleh terkabul dengan
apa yang dijalankan saat ini.
2. Sebaiknya perlu mendukung kegiatan yang bersifat positif dalam
menyatukan warga melalui kenduri blang. Menjadikan motivasi kepada
masyarakat akan rasa saling tengang rasa serta membatu pelaksanaan
kegiatan tersebut, agar menjadi sebuah hubungan yang lebih baik antara
warga, serta menambah citra pemerintah. Kemudian bagi masyarakat dan
pemerintah gampong untuk mempertahankan terus tradisi kenduri blang
sampai anak cucu nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2002. Sosiologi Teori dan Terapan. Bumi Aksara, Jakarta.
Adimihardja. 2007. Dinamika kebudayaan Lokal. Kusnaka, Jakarta.
Abu Ahmadi dkk. 2002. Psikikologi Sosial. Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, Saifuddin. 2005. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Chafid, Adfan, dkk. 2006. Tradisi Islami Adat Budaya. Khalista, Surabaya, Dea, Thomas. 2002. Sosiologi Agama. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Dinas P dan K Jawa Tengah. 2005. Upacara-upacara Tradisional. Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah ,Semarang.
Endraswara, Suwardi. 2005. Tradisi Aceh. Penerbit Narasi, Yogyakarta.
H.A.W. Widjaja. 2008. Komunikasi & Hubungan Masyarakat. Penerbit PT.Bumi Aksara, Jakarta.
Huberman, Michael dan Miles. 2007. Analisis Data Kualitatif. UI Pres, Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( KBBI ). 4 Okteber 2012. Kayam, Umar. 2011. Seni, Tradisi, Masyarakat. Penerbit Sinar Harapaan, Jakarta.
Koentjaraningrat. 1990. Antropologi Sosial. Insan, Jakarta.
Koentjaraningrat. 2004. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Gramedia.
Jakarta.
Kosam, Rimbarawa. 2006. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, Jakarta.
Penerbit: Ikatan Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta.
Magnis-Suseno, Frans. 2009. Etika Jawa. Gramedia, Jakarta.
Muhammad Basrowi dan Soeyono. 2004. Memahami Sosiologi. Lutfansah Mediatama, Surabaya.
M. Junus. 2003. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Penerbit Djambatan Melalatoa, Jakarta.
Moleong, J Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosydakarya.
Bandung.
Phil S Susano. 2009. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bhineka Cipta,
Bandung.
Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. IIKIP Semarang Press. Semarang.
Ralph Linton, 2006. The Cultural Back Ground of Personality New York: Appletin-Century-Crofst.
Soerjono, Soekanto. 2008. Pengantar Sosiologi, UI Pres, Jakarta.
Soerjono, Soekanto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Cetakan Ke-VII, Jakarta.
Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Soekarno, Soerjono. 2010. Teori Sosiologi Tentang Pribadi dalam Masyarakat.
Galia Indonesia. Jakarta. Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung. George Ritzer. 2004. Teori Sosiologi Modren. Penerbit Kencana, Jakarta.
W.A. Gurungan, Dilp. 2004. Psych psikologi Sosial, Refika Aditama. Edisi ketiga
cetakan Pertama, Badung. Internet
http://love-bandaaceh.blogspot.com/2011/12/kenduri-blang.html.
(http://alfinnitihardjo.ohlog.com/interaksi-sosial.oh112676.html).
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-pengaruh-menurut-beberapa.html